30
1 MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN (diabstraksikan oleh: Soemarno, pm.pslp.ppsub 2010) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan konservasi tanah, pengelolaan dan rehabilitasi lahan telah lama dirintis dan terus dikembangkan, mencakup aspek teknis-sipil, biologi, dan sosial- ekonomi. Namun demikian dalam penerapannya di lapangan seringkali usaha- usaha ini menghadapi berbagai kendala yang serius. Tampaknya hal seperti ini terjadi karena adanya konflik antara kepentingan pelestarian sumberdaya lahan dengan kepentingan ekonomi penduduk setempat. Kepentingan-kepentingan ini biasanya tidak saling menenggang, sehingga dalam upaya pengelolaan lahan diperlukan adanya prioritas kepentingan. Konflik-konflik kepentingan ini menjadi semakin banyak dan semakin parah sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang memanfaatkan sumberdaya lahan seperti yang terjadi di DAW Sengguruh. Sumber: http://www.agroexpertise.de/9.html diakses 5/7/2010 Case study: LCA on the agricultural land use in Hamburg. Pengelolaan lahan pertanian di daerah hulu sungai pada kenyataannya meli-batkan banyak pihak dengan kepentingannya masing-masing. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pendekatan sistemik untuk mengevaluasi keadaan yang opti- mal dengan meng-orbankan sebagian kepentingan sesuatu pihak dan memprioritaskan sebagian kepentingan beberapa pihak lainnya. Suatu model dan metode optimalisasi pengelolaan lahan merupakan idaman banyak pihak yang berkepentingan dengan sumberdaya lahan. Akan tetapi model seperti ini sangat sulit dikembangkan dan biasanya akan menghadapi berbagai hambatan dalam penerapannya di lapangan.

MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

1

MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN

(diabstraksikan oleh Soemarno pmpslpppsub 2010)

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Tindakan konservasi tanah pengelolaan dan rehabilitasi lahan telah lama

dirintis dan terus dikembangkan mencakup aspek teknis-sipil biologi dan sosial-ekonomi Namun demikian dalam penerapannya di lapangan seringkali usaha-usaha ini menghadapi berbagai kendala yang serius Tampaknya hal seperti ini terjadi karena adanya konflik antara kepentingan pelestarian sumberdaya lahan dengan kepentingan ekonomi penduduk setempat Kepentingan-kepentingan ini biasanya tidak saling menenggang sehingga dalam upaya pengelolaan lahan diperlukan adanya prioritas kepentingan Konflik-konflik kepentingan ini menjadi semakin banyak dan semakin parah sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang memanfaatkan sumberdaya lahan seperti yang terjadi di DAW Sengguruh

Sumber httpwwwagroexpertisede9html

diakses 572010 Case study LCA on the agricultural land use in Hamburg

Pengelolaan lahan pertanian di daerah hulu sungai pada kenyataannya meli-batkan banyak pihak dengan kepentingannya masing-masing Dalam kondisi seperti ini diperlukan pendekatan sistemik untuk mengevaluasi keadaan yang opti-mal dengan meng-orbankan sebagian kepentingan sesuatu pihak dan memprioritaskan sebagian kepentingan beberapa pihak lainnya Suatu model dan metode optimalisasi pengelolaan lahan merupakan idaman banyak pihak yang berkepentingan dengan sumberdaya lahan Akan tetapi model seperti ini sangat sulit dikembangkan dan biasanya akan menghadapi berbagai hambatan dalam penerapannya di lapangan

2

Dalam penelitian ini akan ditelaah model inventarisasi evaluasi dan

optima-lisasi pengelolaan lahan yang akan memadukan antara kepentingan konservasi tanah dan air (untuk mengendalikan erosi sedimentasi dan debit sungai) dan kepentingan produksi pertanian untuk menjamin ketersediaan hasil komoditas dan kesempatan kerja pertanian bagi penduduk setempat Optimalisasi ini dilakukan untuk mendapatkan alternatif pengelolaan lahan dan sistem usahatani yang optimal ditinjau dari segi erosi sedimentasi debit sungai pendapatan usahatani dan tersedianya kesempatan kerja pertanian

Sumber httphbgloballtdcomAgriculturehtml

diakses 572010 Ninety percent of the agricultural land in The Bahamas is government-owned

12 Permasalahan

Berdasarkan keterangan di atas tampaknya pengelolaan lahan di daerah hulu sungai menyangkut aspek-aspek sumberdaya tanah sumberdaya air sumberdaya manu sia unsur teknologi dan perekonomian daerah sekitarnya Dengan demikian usaha pe-ngelolaan ini dipengaruhi oleh ketersediaan dan kesesuaian lahan lingkungan sosial-ekonomi tingkat teknologi yang dikuasai oleh penduduk setempat dan lokasi geografis Benturan kepentingan dari berbagai pihak yang terlibat biasanya tercermin dalam konflik-konflik penggunaan lahan dan air Benturan-benturan kepentingan ini pada akhirnya akan menimbulkan berbagai masalah degradasi sumberdaya alam dan ling-kungan hidup seperti erosi tanah sedimentasi banjir tanah longsor dan gangguan-gangguan terhadap kawasan hutan

Di lokasi penelitian berbagai masalah degradasi sumberdaya alam tersebut tampaknya berpangkal dari pesatnya pertambahan jumlah penduduk yang meman faatkan sumberdaya lahan Konflik-konflik kepentingan dalam pemanfaatan sum- berdaya lahan menjadi semakin banyak dan semakin parah Salah satu kepentingan utama dari pengelolaan lahan ini adalah untuk mendapatkan produk-produk pertanian seperti tanaman semusim tanaman tahunan dan ternak Komoditas-komoditas ini dibudidayakan oleh para petani (sebagai pengelola lahan milik) pada lahan usahanya baik yang berupa sawah tegalan pekarangan maupun kebun

3

campuran Dalam proses pembudidayaan ini petani berupaya mengintegrasikan teknologi kapital dan tenagakerja untuk mengeksploitir sumberdaya lahan yang dikuasainya

Berbagai macam proses terjadi dalam sistem usahatani tersebut yang pada hakekatnya merupakan hasil interaksi dari berbagai komponen yang ada di dalam sistem usahatani (Dent dan Anderson 1971) Beberapa proses yang penting adalah (i) proses transformasi organik yang berlangsung dalam tubuh jasad (tanaman dan ternak) (ii) proses adaptasi tanaman dengan lingkungan ekologi di sekitarnya (iii) proses pembu didayaan dimana manusia memelihara tanaman atau ternak dengan menggunakan sumberdaya dan teknologi yang dikuasainya (iv) proses agrohidrologis seperti limpasan permukaan evapotranspirasi dan resapan air tanah (v) proses erosi dan sedimentasi dan (vi) proses pengalokasian penggunaan hasil yang diperoleh untuk memenuhi kebu tuhan keluarga

Setiap proses tersebut di atas dapat dipandang sebagai perilaku dari suatu sub sistem yang mempunyai masukan keluaran dan struktur yang spesifik Dengan demi kian ada beberapa subsistem yang dapat diidentifikasikan yaitu (i) subsistem sumber daya lahan (ii) subsistem hidrologi (iii) subsistem erosi dan sedimentasi (iv) subsistem produksi pertanian (v) subsistem sosial-ekonomi dan (vi) subsistem demografi Hingga batas-batas tertentu perilaku dari subsistem-subsistem tersebut dapat dikendalikan oleh petani baik dengan jalan modifikasi struktur sistem maupun dengan pengalokasian masukan-masukan terkendali Tujuan pokok dari pengendalian sistem ini adalah untuk memperoleh keluaran-keluaran sesuai dengan preferensinya Beberapa keluaran yang terpenting ialah (i) hasil-hasil ekonomis berupa produk tanaman ternak dan kesempatan kerja (ii)

httpwwwciesincolumbiaedugO-8859-1

diakses 572010

4

hasil-hasil lingkungan berupa hasil air hasil sedimen dan hasil polutan dan (iii) hasil-hasil sosial seperti status sosial dan kesejahteraan sosial Salah satu fenomena alamiah yang dihadapi ialah bahwa di antara hasil-hasil tersebut mempunyai hubungan korelasional yang positif sehingga peningkatan hasil- hasil ekonomis akan diikuti oleh peningkatan hasil-hasil lingkungan yang biasanya mempunyai dampak negatif Dengan demikian satu masalah utama dalam upaya penge lolaan lahan adalah bagaimana menyeimbangkan hasil-hasil ekonomis dan hasil-hasil lingkungan sehingga sumberdaya lahan dapat dimanfaatkan secara berkesinam bungan

Sumber httpwww4agrgccaAAFC-AACd48421010 diakses 1572010 Main Effects of Agricultural Production on the Natural Environment

Permasalahan utama di atas dapat dirinci menjadi lebih spesifik sesuai dengan masing-masing subsistem Beberapa di antaranya adalah

(1) Bagaimana memilih jenis tanaman dan ternak yang sesuai dengan kondisi lingkung an setempat

(2) Bagaimana menyusun alternatif pola tanam yang secara potensial tidak meng akibatkan degradasi lingkungan yang melampaui batas toleransi dan mampu mem berikan hasil-hasil ekonomi yang sebesar-besarnya

(3) Bagaimana mengalokasikan masukan sarana produksi ke dalam pola tanam tersebut untuk mendapatkan hasil ekonomi yang sebesar-besarnya

(4) Bagaimana mengalokasikan penggunaan sumberdaya lahan ke dalam tipe-tipe peng gunaan yang ada sehingga mampu menyeimbangkan

5

hasil-hasil ekonomi dan hasil-hasil lingkungan dengan sebaik-baiknya

II SUMBERDAYA LAHAN DAN PENGELOLAANNYA

21 Konsepsi Pengelolaan Sumberdaya Lahan

Proses pembangunan nasional dan regional hingga saat ini khususnya sektor pertanian telah membuktikan bahwa berbagai kendala masih dihadapi terutama di wilayah pertanian lahan kering yang kondisinya sangat beragam Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan kebijakan-kebijakan penajaman teknologi peman faatan sumberdaya lahan kering dan kebijakan kelembagaan penunjang operasional Lima syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) teknis bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat (ii) ekonomis menguntungkan (iii) sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mendorong pertumbuhan wilayah secara berkelanjutan

Sumber httpwwwlitbangdeptangoidone753 diakses 572010 Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam

Menurut Sanders (1991) kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan dan problematik degradasi sumberdaya lahan terletak pada kebijakan dan kelembagaan yang didukung oleh pendanaan jangka panjang yang kontinyu Kebijakan dalam konteks ini harus mampu mempromosikan sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu suatu sistem pertanian yang didukung oleh adanya insentif bagi produsen (pemilik lahan dan tenagakerja) kredit pedesaan kebijakan pasarharga yang kondusif sistem transportasi teknologi tepat guna yang site-spesific serta program penelitian dan penyuluhan Hal ini membawa konsekwensi yang sangat berat yaitu tersedianya kebijakan-kebijakan lokal sesuai dengan

6

kondisi setempat yang sasarannya adalah sistem penggunaan lahan yang dicirikan oleh tingkat penutupan vegetatif yang lebih baik pada permukaan lahan Tiga faktor penunjang yang dipersyaratkan bagi pengembangan kebijakan-kebijakan lokal ini adalah (1) tersedianya Data-base Management System tentang sumberdaya lahan air vegetasi manusia dan sumberdaya ekonomi lainnya (2) mekanisme analisis kendala dan problematik dan (3) mekanisme perencanaan yang didukung oleh brainware software dan hardware yang dapat diakses oleh para perencana pembangunan di tingkat daerah Untuk dapat mendorong dan mendukung berkembangnya kebijakan-kebijakan lokal tersebut maka kebijakan nasional tentang penggunaan dan pengelolaan lahan harus diarahkan kepada (1) perbaikan penggunaan dan pengelolaan lahan (2) menggalang partisipasi aktif dari para pengguna lahan (pemilik lahan pemilik kapital dan tenagakerja) dan (3) pengembangan kelembagaan penunjang terutama lembaga-lembaga perencana dan pemantau di daerah

Sumber httpkolokiumkpmipbwordpressagraria

diakses 572010 hubungan yang nyata antara faktor eksternal dengan konversi lahan

Khusus dalam kaitannya dengan program konservasi tanah dan rehabilitasi lahan Douglas (1991) mengikhtisarkan lima prinsip dasar bagi keberhasilannya pada tingkat lapangan yaitu (1) program ini harus merupakan bagian integral dari program pem bangunan pertanian yang lebih luas dan harus dimulai dengan peningkatan produksi (2) program ini harus bersifat bottom-up yang dirancang dengan melibatkan kepentingan petani (3) asistensi teknis melalui program jangka panjang (4) suatu aktivitas konservais dan pengelolaan lahan harus mampu menunjukkan benefit jangka pendek dan (5) degradasi lahan harus dapat dikendalikan sebelum melampaui batas ambangnya Berdasarkan pada kelima prinsip ini maka beberapa implikasi kebijakan yang penting adalah (1) para perencana program harus menguasai pengetahuan tentang sistem pertanian

7

berkelanjutan dan komponen-komponen penggunaan lahan yang relevan (2) para pelaksana program harus mampu berkomunikasi dengan petani dalam rangka untuk mengakomodasikan pandangan persepsi dan kepentingan petani (3) para perencana dan pelaksana program harus menyadari bahwa proses perubahan berlangsung secara lambat dan lama sehingga diperlukan komitmen jangka panjang (4) para perencana harus mampu mengidentifikasikan kebutuhan petani dan alternatif solusinya yang terkait langsung dengan problem pengelolaan lahan dan (5) para perencana harus mengetahui sebab-sebab terjadinya permasalahan pengelolaan lahan dan menelusurinya

Integrasi antara kepentingan konservasi dengan kebutuhan petani merupakan kunci utama keberhasilan program konservasi tanah dan pengelolaan lahan pertanian Empat sasaran prioritas yang harus diikuti dalam merancang program usahatani konservasi yaitu (1) memenuhi obligasi-oblikasi sosial-budaya dari masyarakat (2) menyediakan suplai pangan yang dapat diandalkan oleh petani (3) menyediakan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat dihasilkan oleh sektor pertanian (4) mampu menciptakan ekstra cash resources Khusus untuk sistem pertanian di dataran tinggi atau daerah pegunungan tiga faktor dominan yang sangat berpengaruh yaitu (1) tekanan penduduk atas sumberdaya lahan (2) praktek pengelolaan kesuburan tanah dan (3) strategi dan kebijakan pembangunan yang dikhususkan bagi daerah pegunungan Dalam kaitannya dengan strategi pengembangan sistem pertanian di daerah pegu-nungan Jodha (1990) mengemukakan enam spsesifikasi penting yaitu (1) aksesibilitas (2) fragilitas (3) marjinalitas (4) heterogenitas dan diversitas (5) suitabilitas ekologis dan (6) sejarah mekanisme adaptasi manusia

Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia Segala macam bentuk intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat materiil maupun spirituil yang berasal dari lahan tercakup dalam pengertian penggunaan lahan atau land use (Sys 1985) Dengan peranan ganda tersebut maka dalam upaya pengelolaannya sering terjadi benturan di antara sektor-sektor pembangunan yang memerlukan lahan Fenomena seperti ini seringkali mengakibatkan penggunaan lahan kurang sesuai dengan kapabi litasnya Dalam hubungannya dengan penggunaan lahan ini ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai lahan yaitu (i) kualitas fisik lahan (ii) lokasi lahan terhadap pasar hasil-hasil produksi dan pasar sarana produksinya dan (iii) interaksi di antara keduanya Nilai lahan semakin besar apabila kualitas biofisiknya semakin baik dan lokasinya semakin dekat dengan pasar Sehubungan dengan kualitas fisik lahan keberhasilan suatu sistem pengelolaan lahan kering (seperti misalnya usahatani konservasi) juga dibatasi oleh persyaratan- persyaratan agroekologis (terutama kesesuaian tanah dan ketersediaan air) (Sys 1985) Persesuaian syarat agroekologis menjadi landasan pokok dalam pengembangan komoditas pertanian lahan kering Penyimpangan dari persyaratan ini bukan hanya akan menimbulkan kerugian ekonomis tetapi juga akan mengakibatkan biaya-sosial yang berupa kemero- sotan kualitas sumberdaya lahan (Brinkman dan Smyth 1973 Soemarno 1992) Di lokasi-lokasi tertentu seperti lahan kering di bagian hulu DAS biaya sosial tersebut bisa bersifat internal seperti kemunculan tanah-tanah kritis dan bersifat eksternal seperti sedimentasi di berbagai fasilitas perairan ( Soemarno 1991c) Beberapa ciri dan proses yang berlangsung dalam ekosistem pegunungan (highland areas) yang dapat menjadi kendala atau penunjang pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan Tiga ciri ekosistem yang sangat penting adalah (1) iklim (2) landform dan (3) sumberdaya tanah

8

Sedangkan dua proses yang terkait dengan ciri-ciri tersebut adalah proses geomorfik dan proses-proses pedologis Kondisi iklim dicirikan oleh ketinggian tempat lebih dari 800 m dpl curah hujan tahunan lebih 2000 mm temperatur rataan 15-29oC dengan rezim suhu tanah isothermik atau isohiperthermik Pada kondisi seperti ini biasanya variasi rezim lengas tanah adalah Udik dan Ustik Kondisi ekosistem pegunungan seperti ini mempunyai keunggulan komparatif bagi pengembangan berbagai jenis penggunaan lahan pertanian dengan banyak pilihan sistem pertanaman (cropping systems) Potensi seperti ini pada kenyataannya banyak mengundang investasi dari luar daerah untuk menggarap lahan secara lebih intensif Pada akhirnya hal ini akan dapat mengakibatkan munculnya kesenjangan yang semakin besar antara intensitas penggunaan sumberdaya dengan karakteristik sumberdaya Apabila kesenjangan ini melampaui daya dukung sumberdaya maka laju degradasi akan dapat melampaui batas ambang toleransinya Sedangkan strategi petani di daerah pegunungan untuk berjuang mempertahankan kehidupannya biasanya bertumpu pada tiga prinsip dasar yang spesifik yaitu (1) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya petani mengelola sumberdaya lahannya dengan berbagai aktivitas produksi tanaman ternak hortikultura dan kehutanan (2) petani menghindari resiko kegagalan dan bencana melalui pengembangan metode-metode indigenous dalam mengelola lahannya dan (3) teknologi yang mudah low input dan small scale lebih disenangi karena keterbatasan penguasaan pengetahuan teknologi dan kapital

Sumber httpwwwsimpotendanetsiakiyID3D19

diakses 1272010 Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian dari pembangunan daerah

Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka evaluasi kesesuaian agroekologis lahan untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan Beberapa metode dan

9

prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini ( FAO 1976 Wood dan Dent 1983) Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat ter-gantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak

Dalam proses produksi pertanian masukan-masukan yang berupa material teknologi menejemen dan unsur-unsur agro ekologi akan diproses untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa hasil-hasil tanaman dan ternak Hasil-hasil sampingan dan limbah dari proses produksi tersebut dapat berupa hasil sedimen hasil air dan bahan-bahan kimia yang dapat menjadi pencemar lingkungan Limbah ini biasanya diangkut ke luar dari sistem produksi dan menimbulkan biaya eksternal dan efek eksternalitas (Soemarno 1990) Biasanya sistem produksi pertanian di daerah hulu sungai mempunyai efek eksternal yang cukup luas dan akan diderita oleh masyarakat di daerah bawah Dalam suatu daerah aliran sungai yang mempunyai bangunan pengairan seperti bendungan waduk dan jaringan irigasi efek eksternalitas tersebut menjadi semakin serius karena dapat mengancam kelestarian bangunan-bangunan tersebut Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut namun hasilnya masih belum memadai Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme pasar tidak dapat bekerja untuk mengalokasikan eksternalitas (Soemarno 1990) Sehingga produsen pertanian di daerah hulu tidak mau menanggung biaya eksternal yang ditimbulkannya Disamping itu biaya untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut relatif sangat besar dibandingkan dengan biaya produksi dan penerimaan usahatani Dalam kondisi seperti ini di-perlukan campur tangan kebijakan pemerintah Davies dan Kamien (1972) mengemukakan beberapa macam campur tangan pemerintah untuk mengendalikan efek eksternalitas yaitu (i) larangan (ii) pengarahan (iii) kegiatan percontohan (iv) pajak atau subsidi (v) pengaturan (regulasi) (vi) denda atau hukuman dan (vii) tindakan pengamanan Efek eksternalitas dalam batas-batas tertentu juga berhubungan dengan degradasi sumberdaya lahan yang pengaruhnya dapat terjadi terhadap proses produksi Pada lahan pertanian di daerah hulu sungai efek eksternalitas tersebut biasanya berkaitan erat dengan intensitas pengusahaan lahan yang pada kenyataanya sangat beragam (Suwardjo dan Saefuddin 1988 Soemarno 1991b)

10

Sumber httpbebasbanjir2025wordpressnalitas

diakses 562010 Eksternalitas positif seperti ini biasa disebut imbasan teknologi

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluktuasi menjadi faktor pembatas yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada (P3HTA 1987) Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi (Suwardjo dan Saefudin 1988) Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan

11

Sumber httpzonaikanwordpresscom20biopori

diakses 1562010 Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah dalam rangka untuk

mengurangi dampak negatifnya

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan lahan kering dalam suatu sistem pertanian harus mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kesesuaiannya serta harus diikuti oleh tindakan konservasi tanah dan air secara memadai Beberapa peneliti telah mencoba mengembangkan pola tanam yang sesuai untuk lahan kering secara lokal Tampaknya para peneliti ini menghadapi kesulitan dalam menyusun polatanam yang tepat karena keterbatasan informasi sumberdaya lahan yang bersifat lokal demikian juga in-formasi tentang kesesuaiannya

22 Konsepsi Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan sangat kompleks dan aksi-aksi manipulatif yang berhubungan dengan sistem ini harus melibatkan perspektif konsumen totalitas sistem pangan mulai dari produksi hingga konsumsi implikasi sosial dan peranan tenagakerja pedesaan dalam pertanian Dankelman dan Davidson (1988) mengemukakan beberapa persyaratan dasar bagi sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu (1) Akses yang merata bagi seluruh petani atas lahan yang subur fasilitas kredit serta informasi pertanian (2) Pemeliharaan dan dukungan terhadap aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani (3) Pengembangan metode-metode kultivasi pengolahan bahan pangan dan penyimpanan bahan pangan yang mampu menyerap tenagakerja wanita (4) Diversifikasi spesies yang

12

cukup tinggi guna mempertahankan fleksibilitas pola pertanaman (5) Konservasi tanah-tanah subur dan produktif dengan jalan mendaur-ulangkan bahan organik (6) Penggunaan air dan bahan bakar secara tepat Persyaratan ini masih belum disepakati secara umum terutama mengenai kebutuhan input bagi usaha on-farm dan off-farm Sifat yang rumit dari sistem pertanian yang berkelanjutan mengharuskan pengkajian secara lebih mendalam tentang sistem usahatani Parr (1990) mengusulkan bahwa sasaran akhir dari petani dalam pertanian yang berkelanjutan adalah (i) memelihara dan memperbaiki sumberdaya alam dasar (ii) melindungi lingkungan (iii) menjamin profitabilitas (iv) konservasi energi (v) meningkatkan pproduktivitas (vi) memperbaiki kualitas pangan dan keamanan pangan (vii) menciptakan infrastruktur sosial-ekonomi yang viabel bagi usahatani dan komunitas pedesaan

Sumber httpwwwcadiphsustainable_aturehtm

diakses 2272010 What it understands by the term sustainable agriculture

Kontribusi penting sumberdaya manusia dalam pertanian berkelanjutan tampak dari definisi yang dikemukakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) bahwa sistem pertanian yang berkelanjutan melibatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya bagi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah sambil memelihara atau memperbaiki sumberdaya alam dasar dan menghindari degradasi lingkungan Berdasarkan hal-hal di atas Harwood (1990) mengemukakan definisi kerja tentang pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu pertanian yang dapat berevolusi secara indefinit ke arah utilitas manusia yang semakin besar efisiensi penggunaan sumberdaya yang semakin baik dan keseimbangan dengan lingkungan yang nyaman baik bagi kehidupan manusia maupun bagi spesies lainnya Definisi kerja ini masih sangat

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 2: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

2

Dalam penelitian ini akan ditelaah model inventarisasi evaluasi dan

optima-lisasi pengelolaan lahan yang akan memadukan antara kepentingan konservasi tanah dan air (untuk mengendalikan erosi sedimentasi dan debit sungai) dan kepentingan produksi pertanian untuk menjamin ketersediaan hasil komoditas dan kesempatan kerja pertanian bagi penduduk setempat Optimalisasi ini dilakukan untuk mendapatkan alternatif pengelolaan lahan dan sistem usahatani yang optimal ditinjau dari segi erosi sedimentasi debit sungai pendapatan usahatani dan tersedianya kesempatan kerja pertanian

Sumber httphbgloballtdcomAgriculturehtml

diakses 572010 Ninety percent of the agricultural land in The Bahamas is government-owned

12 Permasalahan

Berdasarkan keterangan di atas tampaknya pengelolaan lahan di daerah hulu sungai menyangkut aspek-aspek sumberdaya tanah sumberdaya air sumberdaya manu sia unsur teknologi dan perekonomian daerah sekitarnya Dengan demikian usaha pe-ngelolaan ini dipengaruhi oleh ketersediaan dan kesesuaian lahan lingkungan sosial-ekonomi tingkat teknologi yang dikuasai oleh penduduk setempat dan lokasi geografis Benturan kepentingan dari berbagai pihak yang terlibat biasanya tercermin dalam konflik-konflik penggunaan lahan dan air Benturan-benturan kepentingan ini pada akhirnya akan menimbulkan berbagai masalah degradasi sumberdaya alam dan ling-kungan hidup seperti erosi tanah sedimentasi banjir tanah longsor dan gangguan-gangguan terhadap kawasan hutan

Di lokasi penelitian berbagai masalah degradasi sumberdaya alam tersebut tampaknya berpangkal dari pesatnya pertambahan jumlah penduduk yang meman faatkan sumberdaya lahan Konflik-konflik kepentingan dalam pemanfaatan sum- berdaya lahan menjadi semakin banyak dan semakin parah Salah satu kepentingan utama dari pengelolaan lahan ini adalah untuk mendapatkan produk-produk pertanian seperti tanaman semusim tanaman tahunan dan ternak Komoditas-komoditas ini dibudidayakan oleh para petani (sebagai pengelola lahan milik) pada lahan usahanya baik yang berupa sawah tegalan pekarangan maupun kebun

3

campuran Dalam proses pembudidayaan ini petani berupaya mengintegrasikan teknologi kapital dan tenagakerja untuk mengeksploitir sumberdaya lahan yang dikuasainya

Berbagai macam proses terjadi dalam sistem usahatani tersebut yang pada hakekatnya merupakan hasil interaksi dari berbagai komponen yang ada di dalam sistem usahatani (Dent dan Anderson 1971) Beberapa proses yang penting adalah (i) proses transformasi organik yang berlangsung dalam tubuh jasad (tanaman dan ternak) (ii) proses adaptasi tanaman dengan lingkungan ekologi di sekitarnya (iii) proses pembu didayaan dimana manusia memelihara tanaman atau ternak dengan menggunakan sumberdaya dan teknologi yang dikuasainya (iv) proses agrohidrologis seperti limpasan permukaan evapotranspirasi dan resapan air tanah (v) proses erosi dan sedimentasi dan (vi) proses pengalokasian penggunaan hasil yang diperoleh untuk memenuhi kebu tuhan keluarga

Setiap proses tersebut di atas dapat dipandang sebagai perilaku dari suatu sub sistem yang mempunyai masukan keluaran dan struktur yang spesifik Dengan demi kian ada beberapa subsistem yang dapat diidentifikasikan yaitu (i) subsistem sumber daya lahan (ii) subsistem hidrologi (iii) subsistem erosi dan sedimentasi (iv) subsistem produksi pertanian (v) subsistem sosial-ekonomi dan (vi) subsistem demografi Hingga batas-batas tertentu perilaku dari subsistem-subsistem tersebut dapat dikendalikan oleh petani baik dengan jalan modifikasi struktur sistem maupun dengan pengalokasian masukan-masukan terkendali Tujuan pokok dari pengendalian sistem ini adalah untuk memperoleh keluaran-keluaran sesuai dengan preferensinya Beberapa keluaran yang terpenting ialah (i) hasil-hasil ekonomis berupa produk tanaman ternak dan kesempatan kerja (ii)

httpwwwciesincolumbiaedugO-8859-1

diakses 572010

4

hasil-hasil lingkungan berupa hasil air hasil sedimen dan hasil polutan dan (iii) hasil-hasil sosial seperti status sosial dan kesejahteraan sosial Salah satu fenomena alamiah yang dihadapi ialah bahwa di antara hasil-hasil tersebut mempunyai hubungan korelasional yang positif sehingga peningkatan hasil- hasil ekonomis akan diikuti oleh peningkatan hasil-hasil lingkungan yang biasanya mempunyai dampak negatif Dengan demikian satu masalah utama dalam upaya penge lolaan lahan adalah bagaimana menyeimbangkan hasil-hasil ekonomis dan hasil-hasil lingkungan sehingga sumberdaya lahan dapat dimanfaatkan secara berkesinam bungan

Sumber httpwww4agrgccaAAFC-AACd48421010 diakses 1572010 Main Effects of Agricultural Production on the Natural Environment

Permasalahan utama di atas dapat dirinci menjadi lebih spesifik sesuai dengan masing-masing subsistem Beberapa di antaranya adalah

(1) Bagaimana memilih jenis tanaman dan ternak yang sesuai dengan kondisi lingkung an setempat

(2) Bagaimana menyusun alternatif pola tanam yang secara potensial tidak meng akibatkan degradasi lingkungan yang melampaui batas toleransi dan mampu mem berikan hasil-hasil ekonomi yang sebesar-besarnya

(3) Bagaimana mengalokasikan masukan sarana produksi ke dalam pola tanam tersebut untuk mendapatkan hasil ekonomi yang sebesar-besarnya

(4) Bagaimana mengalokasikan penggunaan sumberdaya lahan ke dalam tipe-tipe peng gunaan yang ada sehingga mampu menyeimbangkan

5

hasil-hasil ekonomi dan hasil-hasil lingkungan dengan sebaik-baiknya

II SUMBERDAYA LAHAN DAN PENGELOLAANNYA

21 Konsepsi Pengelolaan Sumberdaya Lahan

Proses pembangunan nasional dan regional hingga saat ini khususnya sektor pertanian telah membuktikan bahwa berbagai kendala masih dihadapi terutama di wilayah pertanian lahan kering yang kondisinya sangat beragam Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan kebijakan-kebijakan penajaman teknologi peman faatan sumberdaya lahan kering dan kebijakan kelembagaan penunjang operasional Lima syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) teknis bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat (ii) ekonomis menguntungkan (iii) sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mendorong pertumbuhan wilayah secara berkelanjutan

Sumber httpwwwlitbangdeptangoidone753 diakses 572010 Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam

Menurut Sanders (1991) kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan dan problematik degradasi sumberdaya lahan terletak pada kebijakan dan kelembagaan yang didukung oleh pendanaan jangka panjang yang kontinyu Kebijakan dalam konteks ini harus mampu mempromosikan sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu suatu sistem pertanian yang didukung oleh adanya insentif bagi produsen (pemilik lahan dan tenagakerja) kredit pedesaan kebijakan pasarharga yang kondusif sistem transportasi teknologi tepat guna yang site-spesific serta program penelitian dan penyuluhan Hal ini membawa konsekwensi yang sangat berat yaitu tersedianya kebijakan-kebijakan lokal sesuai dengan

6

kondisi setempat yang sasarannya adalah sistem penggunaan lahan yang dicirikan oleh tingkat penutupan vegetatif yang lebih baik pada permukaan lahan Tiga faktor penunjang yang dipersyaratkan bagi pengembangan kebijakan-kebijakan lokal ini adalah (1) tersedianya Data-base Management System tentang sumberdaya lahan air vegetasi manusia dan sumberdaya ekonomi lainnya (2) mekanisme analisis kendala dan problematik dan (3) mekanisme perencanaan yang didukung oleh brainware software dan hardware yang dapat diakses oleh para perencana pembangunan di tingkat daerah Untuk dapat mendorong dan mendukung berkembangnya kebijakan-kebijakan lokal tersebut maka kebijakan nasional tentang penggunaan dan pengelolaan lahan harus diarahkan kepada (1) perbaikan penggunaan dan pengelolaan lahan (2) menggalang partisipasi aktif dari para pengguna lahan (pemilik lahan pemilik kapital dan tenagakerja) dan (3) pengembangan kelembagaan penunjang terutama lembaga-lembaga perencana dan pemantau di daerah

Sumber httpkolokiumkpmipbwordpressagraria

diakses 572010 hubungan yang nyata antara faktor eksternal dengan konversi lahan

Khusus dalam kaitannya dengan program konservasi tanah dan rehabilitasi lahan Douglas (1991) mengikhtisarkan lima prinsip dasar bagi keberhasilannya pada tingkat lapangan yaitu (1) program ini harus merupakan bagian integral dari program pem bangunan pertanian yang lebih luas dan harus dimulai dengan peningkatan produksi (2) program ini harus bersifat bottom-up yang dirancang dengan melibatkan kepentingan petani (3) asistensi teknis melalui program jangka panjang (4) suatu aktivitas konservais dan pengelolaan lahan harus mampu menunjukkan benefit jangka pendek dan (5) degradasi lahan harus dapat dikendalikan sebelum melampaui batas ambangnya Berdasarkan pada kelima prinsip ini maka beberapa implikasi kebijakan yang penting adalah (1) para perencana program harus menguasai pengetahuan tentang sistem pertanian

7

berkelanjutan dan komponen-komponen penggunaan lahan yang relevan (2) para pelaksana program harus mampu berkomunikasi dengan petani dalam rangka untuk mengakomodasikan pandangan persepsi dan kepentingan petani (3) para perencana dan pelaksana program harus menyadari bahwa proses perubahan berlangsung secara lambat dan lama sehingga diperlukan komitmen jangka panjang (4) para perencana harus mampu mengidentifikasikan kebutuhan petani dan alternatif solusinya yang terkait langsung dengan problem pengelolaan lahan dan (5) para perencana harus mengetahui sebab-sebab terjadinya permasalahan pengelolaan lahan dan menelusurinya

Integrasi antara kepentingan konservasi dengan kebutuhan petani merupakan kunci utama keberhasilan program konservasi tanah dan pengelolaan lahan pertanian Empat sasaran prioritas yang harus diikuti dalam merancang program usahatani konservasi yaitu (1) memenuhi obligasi-oblikasi sosial-budaya dari masyarakat (2) menyediakan suplai pangan yang dapat diandalkan oleh petani (3) menyediakan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat dihasilkan oleh sektor pertanian (4) mampu menciptakan ekstra cash resources Khusus untuk sistem pertanian di dataran tinggi atau daerah pegunungan tiga faktor dominan yang sangat berpengaruh yaitu (1) tekanan penduduk atas sumberdaya lahan (2) praktek pengelolaan kesuburan tanah dan (3) strategi dan kebijakan pembangunan yang dikhususkan bagi daerah pegunungan Dalam kaitannya dengan strategi pengembangan sistem pertanian di daerah pegu-nungan Jodha (1990) mengemukakan enam spsesifikasi penting yaitu (1) aksesibilitas (2) fragilitas (3) marjinalitas (4) heterogenitas dan diversitas (5) suitabilitas ekologis dan (6) sejarah mekanisme adaptasi manusia

Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia Segala macam bentuk intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat materiil maupun spirituil yang berasal dari lahan tercakup dalam pengertian penggunaan lahan atau land use (Sys 1985) Dengan peranan ganda tersebut maka dalam upaya pengelolaannya sering terjadi benturan di antara sektor-sektor pembangunan yang memerlukan lahan Fenomena seperti ini seringkali mengakibatkan penggunaan lahan kurang sesuai dengan kapabi litasnya Dalam hubungannya dengan penggunaan lahan ini ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai lahan yaitu (i) kualitas fisik lahan (ii) lokasi lahan terhadap pasar hasil-hasil produksi dan pasar sarana produksinya dan (iii) interaksi di antara keduanya Nilai lahan semakin besar apabila kualitas biofisiknya semakin baik dan lokasinya semakin dekat dengan pasar Sehubungan dengan kualitas fisik lahan keberhasilan suatu sistem pengelolaan lahan kering (seperti misalnya usahatani konservasi) juga dibatasi oleh persyaratan- persyaratan agroekologis (terutama kesesuaian tanah dan ketersediaan air) (Sys 1985) Persesuaian syarat agroekologis menjadi landasan pokok dalam pengembangan komoditas pertanian lahan kering Penyimpangan dari persyaratan ini bukan hanya akan menimbulkan kerugian ekonomis tetapi juga akan mengakibatkan biaya-sosial yang berupa kemero- sotan kualitas sumberdaya lahan (Brinkman dan Smyth 1973 Soemarno 1992) Di lokasi-lokasi tertentu seperti lahan kering di bagian hulu DAS biaya sosial tersebut bisa bersifat internal seperti kemunculan tanah-tanah kritis dan bersifat eksternal seperti sedimentasi di berbagai fasilitas perairan ( Soemarno 1991c) Beberapa ciri dan proses yang berlangsung dalam ekosistem pegunungan (highland areas) yang dapat menjadi kendala atau penunjang pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan Tiga ciri ekosistem yang sangat penting adalah (1) iklim (2) landform dan (3) sumberdaya tanah

8

Sedangkan dua proses yang terkait dengan ciri-ciri tersebut adalah proses geomorfik dan proses-proses pedologis Kondisi iklim dicirikan oleh ketinggian tempat lebih dari 800 m dpl curah hujan tahunan lebih 2000 mm temperatur rataan 15-29oC dengan rezim suhu tanah isothermik atau isohiperthermik Pada kondisi seperti ini biasanya variasi rezim lengas tanah adalah Udik dan Ustik Kondisi ekosistem pegunungan seperti ini mempunyai keunggulan komparatif bagi pengembangan berbagai jenis penggunaan lahan pertanian dengan banyak pilihan sistem pertanaman (cropping systems) Potensi seperti ini pada kenyataannya banyak mengundang investasi dari luar daerah untuk menggarap lahan secara lebih intensif Pada akhirnya hal ini akan dapat mengakibatkan munculnya kesenjangan yang semakin besar antara intensitas penggunaan sumberdaya dengan karakteristik sumberdaya Apabila kesenjangan ini melampaui daya dukung sumberdaya maka laju degradasi akan dapat melampaui batas ambang toleransinya Sedangkan strategi petani di daerah pegunungan untuk berjuang mempertahankan kehidupannya biasanya bertumpu pada tiga prinsip dasar yang spesifik yaitu (1) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya petani mengelola sumberdaya lahannya dengan berbagai aktivitas produksi tanaman ternak hortikultura dan kehutanan (2) petani menghindari resiko kegagalan dan bencana melalui pengembangan metode-metode indigenous dalam mengelola lahannya dan (3) teknologi yang mudah low input dan small scale lebih disenangi karena keterbatasan penguasaan pengetahuan teknologi dan kapital

Sumber httpwwwsimpotendanetsiakiyID3D19

diakses 1272010 Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian dari pembangunan daerah

Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka evaluasi kesesuaian agroekologis lahan untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan Beberapa metode dan

9

prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini ( FAO 1976 Wood dan Dent 1983) Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat ter-gantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak

Dalam proses produksi pertanian masukan-masukan yang berupa material teknologi menejemen dan unsur-unsur agro ekologi akan diproses untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa hasil-hasil tanaman dan ternak Hasil-hasil sampingan dan limbah dari proses produksi tersebut dapat berupa hasil sedimen hasil air dan bahan-bahan kimia yang dapat menjadi pencemar lingkungan Limbah ini biasanya diangkut ke luar dari sistem produksi dan menimbulkan biaya eksternal dan efek eksternalitas (Soemarno 1990) Biasanya sistem produksi pertanian di daerah hulu sungai mempunyai efek eksternal yang cukup luas dan akan diderita oleh masyarakat di daerah bawah Dalam suatu daerah aliran sungai yang mempunyai bangunan pengairan seperti bendungan waduk dan jaringan irigasi efek eksternalitas tersebut menjadi semakin serius karena dapat mengancam kelestarian bangunan-bangunan tersebut Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut namun hasilnya masih belum memadai Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme pasar tidak dapat bekerja untuk mengalokasikan eksternalitas (Soemarno 1990) Sehingga produsen pertanian di daerah hulu tidak mau menanggung biaya eksternal yang ditimbulkannya Disamping itu biaya untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut relatif sangat besar dibandingkan dengan biaya produksi dan penerimaan usahatani Dalam kondisi seperti ini di-perlukan campur tangan kebijakan pemerintah Davies dan Kamien (1972) mengemukakan beberapa macam campur tangan pemerintah untuk mengendalikan efek eksternalitas yaitu (i) larangan (ii) pengarahan (iii) kegiatan percontohan (iv) pajak atau subsidi (v) pengaturan (regulasi) (vi) denda atau hukuman dan (vii) tindakan pengamanan Efek eksternalitas dalam batas-batas tertentu juga berhubungan dengan degradasi sumberdaya lahan yang pengaruhnya dapat terjadi terhadap proses produksi Pada lahan pertanian di daerah hulu sungai efek eksternalitas tersebut biasanya berkaitan erat dengan intensitas pengusahaan lahan yang pada kenyataanya sangat beragam (Suwardjo dan Saefuddin 1988 Soemarno 1991b)

10

Sumber httpbebasbanjir2025wordpressnalitas

diakses 562010 Eksternalitas positif seperti ini biasa disebut imbasan teknologi

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluktuasi menjadi faktor pembatas yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada (P3HTA 1987) Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi (Suwardjo dan Saefudin 1988) Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan

11

Sumber httpzonaikanwordpresscom20biopori

diakses 1562010 Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah dalam rangka untuk

mengurangi dampak negatifnya

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan lahan kering dalam suatu sistem pertanian harus mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kesesuaiannya serta harus diikuti oleh tindakan konservasi tanah dan air secara memadai Beberapa peneliti telah mencoba mengembangkan pola tanam yang sesuai untuk lahan kering secara lokal Tampaknya para peneliti ini menghadapi kesulitan dalam menyusun polatanam yang tepat karena keterbatasan informasi sumberdaya lahan yang bersifat lokal demikian juga in-formasi tentang kesesuaiannya

22 Konsepsi Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan sangat kompleks dan aksi-aksi manipulatif yang berhubungan dengan sistem ini harus melibatkan perspektif konsumen totalitas sistem pangan mulai dari produksi hingga konsumsi implikasi sosial dan peranan tenagakerja pedesaan dalam pertanian Dankelman dan Davidson (1988) mengemukakan beberapa persyaratan dasar bagi sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu (1) Akses yang merata bagi seluruh petani atas lahan yang subur fasilitas kredit serta informasi pertanian (2) Pemeliharaan dan dukungan terhadap aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani (3) Pengembangan metode-metode kultivasi pengolahan bahan pangan dan penyimpanan bahan pangan yang mampu menyerap tenagakerja wanita (4) Diversifikasi spesies yang

12

cukup tinggi guna mempertahankan fleksibilitas pola pertanaman (5) Konservasi tanah-tanah subur dan produktif dengan jalan mendaur-ulangkan bahan organik (6) Penggunaan air dan bahan bakar secara tepat Persyaratan ini masih belum disepakati secara umum terutama mengenai kebutuhan input bagi usaha on-farm dan off-farm Sifat yang rumit dari sistem pertanian yang berkelanjutan mengharuskan pengkajian secara lebih mendalam tentang sistem usahatani Parr (1990) mengusulkan bahwa sasaran akhir dari petani dalam pertanian yang berkelanjutan adalah (i) memelihara dan memperbaiki sumberdaya alam dasar (ii) melindungi lingkungan (iii) menjamin profitabilitas (iv) konservasi energi (v) meningkatkan pproduktivitas (vi) memperbaiki kualitas pangan dan keamanan pangan (vii) menciptakan infrastruktur sosial-ekonomi yang viabel bagi usahatani dan komunitas pedesaan

Sumber httpwwwcadiphsustainable_aturehtm

diakses 2272010 What it understands by the term sustainable agriculture

Kontribusi penting sumberdaya manusia dalam pertanian berkelanjutan tampak dari definisi yang dikemukakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) bahwa sistem pertanian yang berkelanjutan melibatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya bagi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah sambil memelihara atau memperbaiki sumberdaya alam dasar dan menghindari degradasi lingkungan Berdasarkan hal-hal di atas Harwood (1990) mengemukakan definisi kerja tentang pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu pertanian yang dapat berevolusi secara indefinit ke arah utilitas manusia yang semakin besar efisiensi penggunaan sumberdaya yang semakin baik dan keseimbangan dengan lingkungan yang nyaman baik bagi kehidupan manusia maupun bagi spesies lainnya Definisi kerja ini masih sangat

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 3: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

3

campuran Dalam proses pembudidayaan ini petani berupaya mengintegrasikan teknologi kapital dan tenagakerja untuk mengeksploitir sumberdaya lahan yang dikuasainya

Berbagai macam proses terjadi dalam sistem usahatani tersebut yang pada hakekatnya merupakan hasil interaksi dari berbagai komponen yang ada di dalam sistem usahatani (Dent dan Anderson 1971) Beberapa proses yang penting adalah (i) proses transformasi organik yang berlangsung dalam tubuh jasad (tanaman dan ternak) (ii) proses adaptasi tanaman dengan lingkungan ekologi di sekitarnya (iii) proses pembu didayaan dimana manusia memelihara tanaman atau ternak dengan menggunakan sumberdaya dan teknologi yang dikuasainya (iv) proses agrohidrologis seperti limpasan permukaan evapotranspirasi dan resapan air tanah (v) proses erosi dan sedimentasi dan (vi) proses pengalokasian penggunaan hasil yang diperoleh untuk memenuhi kebu tuhan keluarga

Setiap proses tersebut di atas dapat dipandang sebagai perilaku dari suatu sub sistem yang mempunyai masukan keluaran dan struktur yang spesifik Dengan demi kian ada beberapa subsistem yang dapat diidentifikasikan yaitu (i) subsistem sumber daya lahan (ii) subsistem hidrologi (iii) subsistem erosi dan sedimentasi (iv) subsistem produksi pertanian (v) subsistem sosial-ekonomi dan (vi) subsistem demografi Hingga batas-batas tertentu perilaku dari subsistem-subsistem tersebut dapat dikendalikan oleh petani baik dengan jalan modifikasi struktur sistem maupun dengan pengalokasian masukan-masukan terkendali Tujuan pokok dari pengendalian sistem ini adalah untuk memperoleh keluaran-keluaran sesuai dengan preferensinya Beberapa keluaran yang terpenting ialah (i) hasil-hasil ekonomis berupa produk tanaman ternak dan kesempatan kerja (ii)

httpwwwciesincolumbiaedugO-8859-1

diakses 572010

4

hasil-hasil lingkungan berupa hasil air hasil sedimen dan hasil polutan dan (iii) hasil-hasil sosial seperti status sosial dan kesejahteraan sosial Salah satu fenomena alamiah yang dihadapi ialah bahwa di antara hasil-hasil tersebut mempunyai hubungan korelasional yang positif sehingga peningkatan hasil- hasil ekonomis akan diikuti oleh peningkatan hasil-hasil lingkungan yang biasanya mempunyai dampak negatif Dengan demikian satu masalah utama dalam upaya penge lolaan lahan adalah bagaimana menyeimbangkan hasil-hasil ekonomis dan hasil-hasil lingkungan sehingga sumberdaya lahan dapat dimanfaatkan secara berkesinam bungan

Sumber httpwww4agrgccaAAFC-AACd48421010 diakses 1572010 Main Effects of Agricultural Production on the Natural Environment

Permasalahan utama di atas dapat dirinci menjadi lebih spesifik sesuai dengan masing-masing subsistem Beberapa di antaranya adalah

(1) Bagaimana memilih jenis tanaman dan ternak yang sesuai dengan kondisi lingkung an setempat

(2) Bagaimana menyusun alternatif pola tanam yang secara potensial tidak meng akibatkan degradasi lingkungan yang melampaui batas toleransi dan mampu mem berikan hasil-hasil ekonomi yang sebesar-besarnya

(3) Bagaimana mengalokasikan masukan sarana produksi ke dalam pola tanam tersebut untuk mendapatkan hasil ekonomi yang sebesar-besarnya

(4) Bagaimana mengalokasikan penggunaan sumberdaya lahan ke dalam tipe-tipe peng gunaan yang ada sehingga mampu menyeimbangkan

5

hasil-hasil ekonomi dan hasil-hasil lingkungan dengan sebaik-baiknya

II SUMBERDAYA LAHAN DAN PENGELOLAANNYA

21 Konsepsi Pengelolaan Sumberdaya Lahan

Proses pembangunan nasional dan regional hingga saat ini khususnya sektor pertanian telah membuktikan bahwa berbagai kendala masih dihadapi terutama di wilayah pertanian lahan kering yang kondisinya sangat beragam Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan kebijakan-kebijakan penajaman teknologi peman faatan sumberdaya lahan kering dan kebijakan kelembagaan penunjang operasional Lima syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) teknis bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat (ii) ekonomis menguntungkan (iii) sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mendorong pertumbuhan wilayah secara berkelanjutan

Sumber httpwwwlitbangdeptangoidone753 diakses 572010 Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam

Menurut Sanders (1991) kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan dan problematik degradasi sumberdaya lahan terletak pada kebijakan dan kelembagaan yang didukung oleh pendanaan jangka panjang yang kontinyu Kebijakan dalam konteks ini harus mampu mempromosikan sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu suatu sistem pertanian yang didukung oleh adanya insentif bagi produsen (pemilik lahan dan tenagakerja) kredit pedesaan kebijakan pasarharga yang kondusif sistem transportasi teknologi tepat guna yang site-spesific serta program penelitian dan penyuluhan Hal ini membawa konsekwensi yang sangat berat yaitu tersedianya kebijakan-kebijakan lokal sesuai dengan

6

kondisi setempat yang sasarannya adalah sistem penggunaan lahan yang dicirikan oleh tingkat penutupan vegetatif yang lebih baik pada permukaan lahan Tiga faktor penunjang yang dipersyaratkan bagi pengembangan kebijakan-kebijakan lokal ini adalah (1) tersedianya Data-base Management System tentang sumberdaya lahan air vegetasi manusia dan sumberdaya ekonomi lainnya (2) mekanisme analisis kendala dan problematik dan (3) mekanisme perencanaan yang didukung oleh brainware software dan hardware yang dapat diakses oleh para perencana pembangunan di tingkat daerah Untuk dapat mendorong dan mendukung berkembangnya kebijakan-kebijakan lokal tersebut maka kebijakan nasional tentang penggunaan dan pengelolaan lahan harus diarahkan kepada (1) perbaikan penggunaan dan pengelolaan lahan (2) menggalang partisipasi aktif dari para pengguna lahan (pemilik lahan pemilik kapital dan tenagakerja) dan (3) pengembangan kelembagaan penunjang terutama lembaga-lembaga perencana dan pemantau di daerah

Sumber httpkolokiumkpmipbwordpressagraria

diakses 572010 hubungan yang nyata antara faktor eksternal dengan konversi lahan

Khusus dalam kaitannya dengan program konservasi tanah dan rehabilitasi lahan Douglas (1991) mengikhtisarkan lima prinsip dasar bagi keberhasilannya pada tingkat lapangan yaitu (1) program ini harus merupakan bagian integral dari program pem bangunan pertanian yang lebih luas dan harus dimulai dengan peningkatan produksi (2) program ini harus bersifat bottom-up yang dirancang dengan melibatkan kepentingan petani (3) asistensi teknis melalui program jangka panjang (4) suatu aktivitas konservais dan pengelolaan lahan harus mampu menunjukkan benefit jangka pendek dan (5) degradasi lahan harus dapat dikendalikan sebelum melampaui batas ambangnya Berdasarkan pada kelima prinsip ini maka beberapa implikasi kebijakan yang penting adalah (1) para perencana program harus menguasai pengetahuan tentang sistem pertanian

7

berkelanjutan dan komponen-komponen penggunaan lahan yang relevan (2) para pelaksana program harus mampu berkomunikasi dengan petani dalam rangka untuk mengakomodasikan pandangan persepsi dan kepentingan petani (3) para perencana dan pelaksana program harus menyadari bahwa proses perubahan berlangsung secara lambat dan lama sehingga diperlukan komitmen jangka panjang (4) para perencana harus mampu mengidentifikasikan kebutuhan petani dan alternatif solusinya yang terkait langsung dengan problem pengelolaan lahan dan (5) para perencana harus mengetahui sebab-sebab terjadinya permasalahan pengelolaan lahan dan menelusurinya

Integrasi antara kepentingan konservasi dengan kebutuhan petani merupakan kunci utama keberhasilan program konservasi tanah dan pengelolaan lahan pertanian Empat sasaran prioritas yang harus diikuti dalam merancang program usahatani konservasi yaitu (1) memenuhi obligasi-oblikasi sosial-budaya dari masyarakat (2) menyediakan suplai pangan yang dapat diandalkan oleh petani (3) menyediakan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat dihasilkan oleh sektor pertanian (4) mampu menciptakan ekstra cash resources Khusus untuk sistem pertanian di dataran tinggi atau daerah pegunungan tiga faktor dominan yang sangat berpengaruh yaitu (1) tekanan penduduk atas sumberdaya lahan (2) praktek pengelolaan kesuburan tanah dan (3) strategi dan kebijakan pembangunan yang dikhususkan bagi daerah pegunungan Dalam kaitannya dengan strategi pengembangan sistem pertanian di daerah pegu-nungan Jodha (1990) mengemukakan enam spsesifikasi penting yaitu (1) aksesibilitas (2) fragilitas (3) marjinalitas (4) heterogenitas dan diversitas (5) suitabilitas ekologis dan (6) sejarah mekanisme adaptasi manusia

Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia Segala macam bentuk intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat materiil maupun spirituil yang berasal dari lahan tercakup dalam pengertian penggunaan lahan atau land use (Sys 1985) Dengan peranan ganda tersebut maka dalam upaya pengelolaannya sering terjadi benturan di antara sektor-sektor pembangunan yang memerlukan lahan Fenomena seperti ini seringkali mengakibatkan penggunaan lahan kurang sesuai dengan kapabi litasnya Dalam hubungannya dengan penggunaan lahan ini ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai lahan yaitu (i) kualitas fisik lahan (ii) lokasi lahan terhadap pasar hasil-hasil produksi dan pasar sarana produksinya dan (iii) interaksi di antara keduanya Nilai lahan semakin besar apabila kualitas biofisiknya semakin baik dan lokasinya semakin dekat dengan pasar Sehubungan dengan kualitas fisik lahan keberhasilan suatu sistem pengelolaan lahan kering (seperti misalnya usahatani konservasi) juga dibatasi oleh persyaratan- persyaratan agroekologis (terutama kesesuaian tanah dan ketersediaan air) (Sys 1985) Persesuaian syarat agroekologis menjadi landasan pokok dalam pengembangan komoditas pertanian lahan kering Penyimpangan dari persyaratan ini bukan hanya akan menimbulkan kerugian ekonomis tetapi juga akan mengakibatkan biaya-sosial yang berupa kemero- sotan kualitas sumberdaya lahan (Brinkman dan Smyth 1973 Soemarno 1992) Di lokasi-lokasi tertentu seperti lahan kering di bagian hulu DAS biaya sosial tersebut bisa bersifat internal seperti kemunculan tanah-tanah kritis dan bersifat eksternal seperti sedimentasi di berbagai fasilitas perairan ( Soemarno 1991c) Beberapa ciri dan proses yang berlangsung dalam ekosistem pegunungan (highland areas) yang dapat menjadi kendala atau penunjang pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan Tiga ciri ekosistem yang sangat penting adalah (1) iklim (2) landform dan (3) sumberdaya tanah

8

Sedangkan dua proses yang terkait dengan ciri-ciri tersebut adalah proses geomorfik dan proses-proses pedologis Kondisi iklim dicirikan oleh ketinggian tempat lebih dari 800 m dpl curah hujan tahunan lebih 2000 mm temperatur rataan 15-29oC dengan rezim suhu tanah isothermik atau isohiperthermik Pada kondisi seperti ini biasanya variasi rezim lengas tanah adalah Udik dan Ustik Kondisi ekosistem pegunungan seperti ini mempunyai keunggulan komparatif bagi pengembangan berbagai jenis penggunaan lahan pertanian dengan banyak pilihan sistem pertanaman (cropping systems) Potensi seperti ini pada kenyataannya banyak mengundang investasi dari luar daerah untuk menggarap lahan secara lebih intensif Pada akhirnya hal ini akan dapat mengakibatkan munculnya kesenjangan yang semakin besar antara intensitas penggunaan sumberdaya dengan karakteristik sumberdaya Apabila kesenjangan ini melampaui daya dukung sumberdaya maka laju degradasi akan dapat melampaui batas ambang toleransinya Sedangkan strategi petani di daerah pegunungan untuk berjuang mempertahankan kehidupannya biasanya bertumpu pada tiga prinsip dasar yang spesifik yaitu (1) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya petani mengelola sumberdaya lahannya dengan berbagai aktivitas produksi tanaman ternak hortikultura dan kehutanan (2) petani menghindari resiko kegagalan dan bencana melalui pengembangan metode-metode indigenous dalam mengelola lahannya dan (3) teknologi yang mudah low input dan small scale lebih disenangi karena keterbatasan penguasaan pengetahuan teknologi dan kapital

Sumber httpwwwsimpotendanetsiakiyID3D19

diakses 1272010 Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian dari pembangunan daerah

Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka evaluasi kesesuaian agroekologis lahan untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan Beberapa metode dan

9

prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini ( FAO 1976 Wood dan Dent 1983) Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat ter-gantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak

Dalam proses produksi pertanian masukan-masukan yang berupa material teknologi menejemen dan unsur-unsur agro ekologi akan diproses untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa hasil-hasil tanaman dan ternak Hasil-hasil sampingan dan limbah dari proses produksi tersebut dapat berupa hasil sedimen hasil air dan bahan-bahan kimia yang dapat menjadi pencemar lingkungan Limbah ini biasanya diangkut ke luar dari sistem produksi dan menimbulkan biaya eksternal dan efek eksternalitas (Soemarno 1990) Biasanya sistem produksi pertanian di daerah hulu sungai mempunyai efek eksternal yang cukup luas dan akan diderita oleh masyarakat di daerah bawah Dalam suatu daerah aliran sungai yang mempunyai bangunan pengairan seperti bendungan waduk dan jaringan irigasi efek eksternalitas tersebut menjadi semakin serius karena dapat mengancam kelestarian bangunan-bangunan tersebut Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut namun hasilnya masih belum memadai Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme pasar tidak dapat bekerja untuk mengalokasikan eksternalitas (Soemarno 1990) Sehingga produsen pertanian di daerah hulu tidak mau menanggung biaya eksternal yang ditimbulkannya Disamping itu biaya untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut relatif sangat besar dibandingkan dengan biaya produksi dan penerimaan usahatani Dalam kondisi seperti ini di-perlukan campur tangan kebijakan pemerintah Davies dan Kamien (1972) mengemukakan beberapa macam campur tangan pemerintah untuk mengendalikan efek eksternalitas yaitu (i) larangan (ii) pengarahan (iii) kegiatan percontohan (iv) pajak atau subsidi (v) pengaturan (regulasi) (vi) denda atau hukuman dan (vii) tindakan pengamanan Efek eksternalitas dalam batas-batas tertentu juga berhubungan dengan degradasi sumberdaya lahan yang pengaruhnya dapat terjadi terhadap proses produksi Pada lahan pertanian di daerah hulu sungai efek eksternalitas tersebut biasanya berkaitan erat dengan intensitas pengusahaan lahan yang pada kenyataanya sangat beragam (Suwardjo dan Saefuddin 1988 Soemarno 1991b)

10

Sumber httpbebasbanjir2025wordpressnalitas

diakses 562010 Eksternalitas positif seperti ini biasa disebut imbasan teknologi

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluktuasi menjadi faktor pembatas yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada (P3HTA 1987) Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi (Suwardjo dan Saefudin 1988) Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan

11

Sumber httpzonaikanwordpresscom20biopori

diakses 1562010 Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah dalam rangka untuk

mengurangi dampak negatifnya

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan lahan kering dalam suatu sistem pertanian harus mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kesesuaiannya serta harus diikuti oleh tindakan konservasi tanah dan air secara memadai Beberapa peneliti telah mencoba mengembangkan pola tanam yang sesuai untuk lahan kering secara lokal Tampaknya para peneliti ini menghadapi kesulitan dalam menyusun polatanam yang tepat karena keterbatasan informasi sumberdaya lahan yang bersifat lokal demikian juga in-formasi tentang kesesuaiannya

22 Konsepsi Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan sangat kompleks dan aksi-aksi manipulatif yang berhubungan dengan sistem ini harus melibatkan perspektif konsumen totalitas sistem pangan mulai dari produksi hingga konsumsi implikasi sosial dan peranan tenagakerja pedesaan dalam pertanian Dankelman dan Davidson (1988) mengemukakan beberapa persyaratan dasar bagi sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu (1) Akses yang merata bagi seluruh petani atas lahan yang subur fasilitas kredit serta informasi pertanian (2) Pemeliharaan dan dukungan terhadap aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani (3) Pengembangan metode-metode kultivasi pengolahan bahan pangan dan penyimpanan bahan pangan yang mampu menyerap tenagakerja wanita (4) Diversifikasi spesies yang

12

cukup tinggi guna mempertahankan fleksibilitas pola pertanaman (5) Konservasi tanah-tanah subur dan produktif dengan jalan mendaur-ulangkan bahan organik (6) Penggunaan air dan bahan bakar secara tepat Persyaratan ini masih belum disepakati secara umum terutama mengenai kebutuhan input bagi usaha on-farm dan off-farm Sifat yang rumit dari sistem pertanian yang berkelanjutan mengharuskan pengkajian secara lebih mendalam tentang sistem usahatani Parr (1990) mengusulkan bahwa sasaran akhir dari petani dalam pertanian yang berkelanjutan adalah (i) memelihara dan memperbaiki sumberdaya alam dasar (ii) melindungi lingkungan (iii) menjamin profitabilitas (iv) konservasi energi (v) meningkatkan pproduktivitas (vi) memperbaiki kualitas pangan dan keamanan pangan (vii) menciptakan infrastruktur sosial-ekonomi yang viabel bagi usahatani dan komunitas pedesaan

Sumber httpwwwcadiphsustainable_aturehtm

diakses 2272010 What it understands by the term sustainable agriculture

Kontribusi penting sumberdaya manusia dalam pertanian berkelanjutan tampak dari definisi yang dikemukakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) bahwa sistem pertanian yang berkelanjutan melibatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya bagi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah sambil memelihara atau memperbaiki sumberdaya alam dasar dan menghindari degradasi lingkungan Berdasarkan hal-hal di atas Harwood (1990) mengemukakan definisi kerja tentang pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu pertanian yang dapat berevolusi secara indefinit ke arah utilitas manusia yang semakin besar efisiensi penggunaan sumberdaya yang semakin baik dan keseimbangan dengan lingkungan yang nyaman baik bagi kehidupan manusia maupun bagi spesies lainnya Definisi kerja ini masih sangat

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 4: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

4

hasil-hasil lingkungan berupa hasil air hasil sedimen dan hasil polutan dan (iii) hasil-hasil sosial seperti status sosial dan kesejahteraan sosial Salah satu fenomena alamiah yang dihadapi ialah bahwa di antara hasil-hasil tersebut mempunyai hubungan korelasional yang positif sehingga peningkatan hasil- hasil ekonomis akan diikuti oleh peningkatan hasil-hasil lingkungan yang biasanya mempunyai dampak negatif Dengan demikian satu masalah utama dalam upaya penge lolaan lahan adalah bagaimana menyeimbangkan hasil-hasil ekonomis dan hasil-hasil lingkungan sehingga sumberdaya lahan dapat dimanfaatkan secara berkesinam bungan

Sumber httpwww4agrgccaAAFC-AACd48421010 diakses 1572010 Main Effects of Agricultural Production on the Natural Environment

Permasalahan utama di atas dapat dirinci menjadi lebih spesifik sesuai dengan masing-masing subsistem Beberapa di antaranya adalah

(1) Bagaimana memilih jenis tanaman dan ternak yang sesuai dengan kondisi lingkung an setempat

(2) Bagaimana menyusun alternatif pola tanam yang secara potensial tidak meng akibatkan degradasi lingkungan yang melampaui batas toleransi dan mampu mem berikan hasil-hasil ekonomi yang sebesar-besarnya

(3) Bagaimana mengalokasikan masukan sarana produksi ke dalam pola tanam tersebut untuk mendapatkan hasil ekonomi yang sebesar-besarnya

(4) Bagaimana mengalokasikan penggunaan sumberdaya lahan ke dalam tipe-tipe peng gunaan yang ada sehingga mampu menyeimbangkan

5

hasil-hasil ekonomi dan hasil-hasil lingkungan dengan sebaik-baiknya

II SUMBERDAYA LAHAN DAN PENGELOLAANNYA

21 Konsepsi Pengelolaan Sumberdaya Lahan

Proses pembangunan nasional dan regional hingga saat ini khususnya sektor pertanian telah membuktikan bahwa berbagai kendala masih dihadapi terutama di wilayah pertanian lahan kering yang kondisinya sangat beragam Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan kebijakan-kebijakan penajaman teknologi peman faatan sumberdaya lahan kering dan kebijakan kelembagaan penunjang operasional Lima syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) teknis bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat (ii) ekonomis menguntungkan (iii) sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mendorong pertumbuhan wilayah secara berkelanjutan

Sumber httpwwwlitbangdeptangoidone753 diakses 572010 Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam

Menurut Sanders (1991) kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan dan problematik degradasi sumberdaya lahan terletak pada kebijakan dan kelembagaan yang didukung oleh pendanaan jangka panjang yang kontinyu Kebijakan dalam konteks ini harus mampu mempromosikan sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu suatu sistem pertanian yang didukung oleh adanya insentif bagi produsen (pemilik lahan dan tenagakerja) kredit pedesaan kebijakan pasarharga yang kondusif sistem transportasi teknologi tepat guna yang site-spesific serta program penelitian dan penyuluhan Hal ini membawa konsekwensi yang sangat berat yaitu tersedianya kebijakan-kebijakan lokal sesuai dengan

6

kondisi setempat yang sasarannya adalah sistem penggunaan lahan yang dicirikan oleh tingkat penutupan vegetatif yang lebih baik pada permukaan lahan Tiga faktor penunjang yang dipersyaratkan bagi pengembangan kebijakan-kebijakan lokal ini adalah (1) tersedianya Data-base Management System tentang sumberdaya lahan air vegetasi manusia dan sumberdaya ekonomi lainnya (2) mekanisme analisis kendala dan problematik dan (3) mekanisme perencanaan yang didukung oleh brainware software dan hardware yang dapat diakses oleh para perencana pembangunan di tingkat daerah Untuk dapat mendorong dan mendukung berkembangnya kebijakan-kebijakan lokal tersebut maka kebijakan nasional tentang penggunaan dan pengelolaan lahan harus diarahkan kepada (1) perbaikan penggunaan dan pengelolaan lahan (2) menggalang partisipasi aktif dari para pengguna lahan (pemilik lahan pemilik kapital dan tenagakerja) dan (3) pengembangan kelembagaan penunjang terutama lembaga-lembaga perencana dan pemantau di daerah

Sumber httpkolokiumkpmipbwordpressagraria

diakses 572010 hubungan yang nyata antara faktor eksternal dengan konversi lahan

Khusus dalam kaitannya dengan program konservasi tanah dan rehabilitasi lahan Douglas (1991) mengikhtisarkan lima prinsip dasar bagi keberhasilannya pada tingkat lapangan yaitu (1) program ini harus merupakan bagian integral dari program pem bangunan pertanian yang lebih luas dan harus dimulai dengan peningkatan produksi (2) program ini harus bersifat bottom-up yang dirancang dengan melibatkan kepentingan petani (3) asistensi teknis melalui program jangka panjang (4) suatu aktivitas konservais dan pengelolaan lahan harus mampu menunjukkan benefit jangka pendek dan (5) degradasi lahan harus dapat dikendalikan sebelum melampaui batas ambangnya Berdasarkan pada kelima prinsip ini maka beberapa implikasi kebijakan yang penting adalah (1) para perencana program harus menguasai pengetahuan tentang sistem pertanian

7

berkelanjutan dan komponen-komponen penggunaan lahan yang relevan (2) para pelaksana program harus mampu berkomunikasi dengan petani dalam rangka untuk mengakomodasikan pandangan persepsi dan kepentingan petani (3) para perencana dan pelaksana program harus menyadari bahwa proses perubahan berlangsung secara lambat dan lama sehingga diperlukan komitmen jangka panjang (4) para perencana harus mampu mengidentifikasikan kebutuhan petani dan alternatif solusinya yang terkait langsung dengan problem pengelolaan lahan dan (5) para perencana harus mengetahui sebab-sebab terjadinya permasalahan pengelolaan lahan dan menelusurinya

Integrasi antara kepentingan konservasi dengan kebutuhan petani merupakan kunci utama keberhasilan program konservasi tanah dan pengelolaan lahan pertanian Empat sasaran prioritas yang harus diikuti dalam merancang program usahatani konservasi yaitu (1) memenuhi obligasi-oblikasi sosial-budaya dari masyarakat (2) menyediakan suplai pangan yang dapat diandalkan oleh petani (3) menyediakan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat dihasilkan oleh sektor pertanian (4) mampu menciptakan ekstra cash resources Khusus untuk sistem pertanian di dataran tinggi atau daerah pegunungan tiga faktor dominan yang sangat berpengaruh yaitu (1) tekanan penduduk atas sumberdaya lahan (2) praktek pengelolaan kesuburan tanah dan (3) strategi dan kebijakan pembangunan yang dikhususkan bagi daerah pegunungan Dalam kaitannya dengan strategi pengembangan sistem pertanian di daerah pegu-nungan Jodha (1990) mengemukakan enam spsesifikasi penting yaitu (1) aksesibilitas (2) fragilitas (3) marjinalitas (4) heterogenitas dan diversitas (5) suitabilitas ekologis dan (6) sejarah mekanisme adaptasi manusia

Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia Segala macam bentuk intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat materiil maupun spirituil yang berasal dari lahan tercakup dalam pengertian penggunaan lahan atau land use (Sys 1985) Dengan peranan ganda tersebut maka dalam upaya pengelolaannya sering terjadi benturan di antara sektor-sektor pembangunan yang memerlukan lahan Fenomena seperti ini seringkali mengakibatkan penggunaan lahan kurang sesuai dengan kapabi litasnya Dalam hubungannya dengan penggunaan lahan ini ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai lahan yaitu (i) kualitas fisik lahan (ii) lokasi lahan terhadap pasar hasil-hasil produksi dan pasar sarana produksinya dan (iii) interaksi di antara keduanya Nilai lahan semakin besar apabila kualitas biofisiknya semakin baik dan lokasinya semakin dekat dengan pasar Sehubungan dengan kualitas fisik lahan keberhasilan suatu sistem pengelolaan lahan kering (seperti misalnya usahatani konservasi) juga dibatasi oleh persyaratan- persyaratan agroekologis (terutama kesesuaian tanah dan ketersediaan air) (Sys 1985) Persesuaian syarat agroekologis menjadi landasan pokok dalam pengembangan komoditas pertanian lahan kering Penyimpangan dari persyaratan ini bukan hanya akan menimbulkan kerugian ekonomis tetapi juga akan mengakibatkan biaya-sosial yang berupa kemero- sotan kualitas sumberdaya lahan (Brinkman dan Smyth 1973 Soemarno 1992) Di lokasi-lokasi tertentu seperti lahan kering di bagian hulu DAS biaya sosial tersebut bisa bersifat internal seperti kemunculan tanah-tanah kritis dan bersifat eksternal seperti sedimentasi di berbagai fasilitas perairan ( Soemarno 1991c) Beberapa ciri dan proses yang berlangsung dalam ekosistem pegunungan (highland areas) yang dapat menjadi kendala atau penunjang pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan Tiga ciri ekosistem yang sangat penting adalah (1) iklim (2) landform dan (3) sumberdaya tanah

8

Sedangkan dua proses yang terkait dengan ciri-ciri tersebut adalah proses geomorfik dan proses-proses pedologis Kondisi iklim dicirikan oleh ketinggian tempat lebih dari 800 m dpl curah hujan tahunan lebih 2000 mm temperatur rataan 15-29oC dengan rezim suhu tanah isothermik atau isohiperthermik Pada kondisi seperti ini biasanya variasi rezim lengas tanah adalah Udik dan Ustik Kondisi ekosistem pegunungan seperti ini mempunyai keunggulan komparatif bagi pengembangan berbagai jenis penggunaan lahan pertanian dengan banyak pilihan sistem pertanaman (cropping systems) Potensi seperti ini pada kenyataannya banyak mengundang investasi dari luar daerah untuk menggarap lahan secara lebih intensif Pada akhirnya hal ini akan dapat mengakibatkan munculnya kesenjangan yang semakin besar antara intensitas penggunaan sumberdaya dengan karakteristik sumberdaya Apabila kesenjangan ini melampaui daya dukung sumberdaya maka laju degradasi akan dapat melampaui batas ambang toleransinya Sedangkan strategi petani di daerah pegunungan untuk berjuang mempertahankan kehidupannya biasanya bertumpu pada tiga prinsip dasar yang spesifik yaitu (1) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya petani mengelola sumberdaya lahannya dengan berbagai aktivitas produksi tanaman ternak hortikultura dan kehutanan (2) petani menghindari resiko kegagalan dan bencana melalui pengembangan metode-metode indigenous dalam mengelola lahannya dan (3) teknologi yang mudah low input dan small scale lebih disenangi karena keterbatasan penguasaan pengetahuan teknologi dan kapital

Sumber httpwwwsimpotendanetsiakiyID3D19

diakses 1272010 Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian dari pembangunan daerah

Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka evaluasi kesesuaian agroekologis lahan untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan Beberapa metode dan

9

prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini ( FAO 1976 Wood dan Dent 1983) Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat ter-gantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak

Dalam proses produksi pertanian masukan-masukan yang berupa material teknologi menejemen dan unsur-unsur agro ekologi akan diproses untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa hasil-hasil tanaman dan ternak Hasil-hasil sampingan dan limbah dari proses produksi tersebut dapat berupa hasil sedimen hasil air dan bahan-bahan kimia yang dapat menjadi pencemar lingkungan Limbah ini biasanya diangkut ke luar dari sistem produksi dan menimbulkan biaya eksternal dan efek eksternalitas (Soemarno 1990) Biasanya sistem produksi pertanian di daerah hulu sungai mempunyai efek eksternal yang cukup luas dan akan diderita oleh masyarakat di daerah bawah Dalam suatu daerah aliran sungai yang mempunyai bangunan pengairan seperti bendungan waduk dan jaringan irigasi efek eksternalitas tersebut menjadi semakin serius karena dapat mengancam kelestarian bangunan-bangunan tersebut Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut namun hasilnya masih belum memadai Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme pasar tidak dapat bekerja untuk mengalokasikan eksternalitas (Soemarno 1990) Sehingga produsen pertanian di daerah hulu tidak mau menanggung biaya eksternal yang ditimbulkannya Disamping itu biaya untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut relatif sangat besar dibandingkan dengan biaya produksi dan penerimaan usahatani Dalam kondisi seperti ini di-perlukan campur tangan kebijakan pemerintah Davies dan Kamien (1972) mengemukakan beberapa macam campur tangan pemerintah untuk mengendalikan efek eksternalitas yaitu (i) larangan (ii) pengarahan (iii) kegiatan percontohan (iv) pajak atau subsidi (v) pengaturan (regulasi) (vi) denda atau hukuman dan (vii) tindakan pengamanan Efek eksternalitas dalam batas-batas tertentu juga berhubungan dengan degradasi sumberdaya lahan yang pengaruhnya dapat terjadi terhadap proses produksi Pada lahan pertanian di daerah hulu sungai efek eksternalitas tersebut biasanya berkaitan erat dengan intensitas pengusahaan lahan yang pada kenyataanya sangat beragam (Suwardjo dan Saefuddin 1988 Soemarno 1991b)

10

Sumber httpbebasbanjir2025wordpressnalitas

diakses 562010 Eksternalitas positif seperti ini biasa disebut imbasan teknologi

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluktuasi menjadi faktor pembatas yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada (P3HTA 1987) Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi (Suwardjo dan Saefudin 1988) Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan

11

Sumber httpzonaikanwordpresscom20biopori

diakses 1562010 Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah dalam rangka untuk

mengurangi dampak negatifnya

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan lahan kering dalam suatu sistem pertanian harus mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kesesuaiannya serta harus diikuti oleh tindakan konservasi tanah dan air secara memadai Beberapa peneliti telah mencoba mengembangkan pola tanam yang sesuai untuk lahan kering secara lokal Tampaknya para peneliti ini menghadapi kesulitan dalam menyusun polatanam yang tepat karena keterbatasan informasi sumberdaya lahan yang bersifat lokal demikian juga in-formasi tentang kesesuaiannya

22 Konsepsi Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan sangat kompleks dan aksi-aksi manipulatif yang berhubungan dengan sistem ini harus melibatkan perspektif konsumen totalitas sistem pangan mulai dari produksi hingga konsumsi implikasi sosial dan peranan tenagakerja pedesaan dalam pertanian Dankelman dan Davidson (1988) mengemukakan beberapa persyaratan dasar bagi sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu (1) Akses yang merata bagi seluruh petani atas lahan yang subur fasilitas kredit serta informasi pertanian (2) Pemeliharaan dan dukungan terhadap aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani (3) Pengembangan metode-metode kultivasi pengolahan bahan pangan dan penyimpanan bahan pangan yang mampu menyerap tenagakerja wanita (4) Diversifikasi spesies yang

12

cukup tinggi guna mempertahankan fleksibilitas pola pertanaman (5) Konservasi tanah-tanah subur dan produktif dengan jalan mendaur-ulangkan bahan organik (6) Penggunaan air dan bahan bakar secara tepat Persyaratan ini masih belum disepakati secara umum terutama mengenai kebutuhan input bagi usaha on-farm dan off-farm Sifat yang rumit dari sistem pertanian yang berkelanjutan mengharuskan pengkajian secara lebih mendalam tentang sistem usahatani Parr (1990) mengusulkan bahwa sasaran akhir dari petani dalam pertanian yang berkelanjutan adalah (i) memelihara dan memperbaiki sumberdaya alam dasar (ii) melindungi lingkungan (iii) menjamin profitabilitas (iv) konservasi energi (v) meningkatkan pproduktivitas (vi) memperbaiki kualitas pangan dan keamanan pangan (vii) menciptakan infrastruktur sosial-ekonomi yang viabel bagi usahatani dan komunitas pedesaan

Sumber httpwwwcadiphsustainable_aturehtm

diakses 2272010 What it understands by the term sustainable agriculture

Kontribusi penting sumberdaya manusia dalam pertanian berkelanjutan tampak dari definisi yang dikemukakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) bahwa sistem pertanian yang berkelanjutan melibatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya bagi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah sambil memelihara atau memperbaiki sumberdaya alam dasar dan menghindari degradasi lingkungan Berdasarkan hal-hal di atas Harwood (1990) mengemukakan definisi kerja tentang pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu pertanian yang dapat berevolusi secara indefinit ke arah utilitas manusia yang semakin besar efisiensi penggunaan sumberdaya yang semakin baik dan keseimbangan dengan lingkungan yang nyaman baik bagi kehidupan manusia maupun bagi spesies lainnya Definisi kerja ini masih sangat

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 5: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

5

hasil-hasil ekonomi dan hasil-hasil lingkungan dengan sebaik-baiknya

II SUMBERDAYA LAHAN DAN PENGELOLAANNYA

21 Konsepsi Pengelolaan Sumberdaya Lahan

Proses pembangunan nasional dan regional hingga saat ini khususnya sektor pertanian telah membuktikan bahwa berbagai kendala masih dihadapi terutama di wilayah pertanian lahan kering yang kondisinya sangat beragam Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan kebijakan-kebijakan penajaman teknologi peman faatan sumberdaya lahan kering dan kebijakan kelembagaan penunjang operasional Lima syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) teknis bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat (ii) ekonomis menguntungkan (iii) sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mendorong pertumbuhan wilayah secara berkelanjutan

Sumber httpwwwlitbangdeptangoidone753 diakses 572010 Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam

Menurut Sanders (1991) kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan dan problematik degradasi sumberdaya lahan terletak pada kebijakan dan kelembagaan yang didukung oleh pendanaan jangka panjang yang kontinyu Kebijakan dalam konteks ini harus mampu mempromosikan sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu suatu sistem pertanian yang didukung oleh adanya insentif bagi produsen (pemilik lahan dan tenagakerja) kredit pedesaan kebijakan pasarharga yang kondusif sistem transportasi teknologi tepat guna yang site-spesific serta program penelitian dan penyuluhan Hal ini membawa konsekwensi yang sangat berat yaitu tersedianya kebijakan-kebijakan lokal sesuai dengan

6

kondisi setempat yang sasarannya adalah sistem penggunaan lahan yang dicirikan oleh tingkat penutupan vegetatif yang lebih baik pada permukaan lahan Tiga faktor penunjang yang dipersyaratkan bagi pengembangan kebijakan-kebijakan lokal ini adalah (1) tersedianya Data-base Management System tentang sumberdaya lahan air vegetasi manusia dan sumberdaya ekonomi lainnya (2) mekanisme analisis kendala dan problematik dan (3) mekanisme perencanaan yang didukung oleh brainware software dan hardware yang dapat diakses oleh para perencana pembangunan di tingkat daerah Untuk dapat mendorong dan mendukung berkembangnya kebijakan-kebijakan lokal tersebut maka kebijakan nasional tentang penggunaan dan pengelolaan lahan harus diarahkan kepada (1) perbaikan penggunaan dan pengelolaan lahan (2) menggalang partisipasi aktif dari para pengguna lahan (pemilik lahan pemilik kapital dan tenagakerja) dan (3) pengembangan kelembagaan penunjang terutama lembaga-lembaga perencana dan pemantau di daerah

Sumber httpkolokiumkpmipbwordpressagraria

diakses 572010 hubungan yang nyata antara faktor eksternal dengan konversi lahan

Khusus dalam kaitannya dengan program konservasi tanah dan rehabilitasi lahan Douglas (1991) mengikhtisarkan lima prinsip dasar bagi keberhasilannya pada tingkat lapangan yaitu (1) program ini harus merupakan bagian integral dari program pem bangunan pertanian yang lebih luas dan harus dimulai dengan peningkatan produksi (2) program ini harus bersifat bottom-up yang dirancang dengan melibatkan kepentingan petani (3) asistensi teknis melalui program jangka panjang (4) suatu aktivitas konservais dan pengelolaan lahan harus mampu menunjukkan benefit jangka pendek dan (5) degradasi lahan harus dapat dikendalikan sebelum melampaui batas ambangnya Berdasarkan pada kelima prinsip ini maka beberapa implikasi kebijakan yang penting adalah (1) para perencana program harus menguasai pengetahuan tentang sistem pertanian

7

berkelanjutan dan komponen-komponen penggunaan lahan yang relevan (2) para pelaksana program harus mampu berkomunikasi dengan petani dalam rangka untuk mengakomodasikan pandangan persepsi dan kepentingan petani (3) para perencana dan pelaksana program harus menyadari bahwa proses perubahan berlangsung secara lambat dan lama sehingga diperlukan komitmen jangka panjang (4) para perencana harus mampu mengidentifikasikan kebutuhan petani dan alternatif solusinya yang terkait langsung dengan problem pengelolaan lahan dan (5) para perencana harus mengetahui sebab-sebab terjadinya permasalahan pengelolaan lahan dan menelusurinya

Integrasi antara kepentingan konservasi dengan kebutuhan petani merupakan kunci utama keberhasilan program konservasi tanah dan pengelolaan lahan pertanian Empat sasaran prioritas yang harus diikuti dalam merancang program usahatani konservasi yaitu (1) memenuhi obligasi-oblikasi sosial-budaya dari masyarakat (2) menyediakan suplai pangan yang dapat diandalkan oleh petani (3) menyediakan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat dihasilkan oleh sektor pertanian (4) mampu menciptakan ekstra cash resources Khusus untuk sistem pertanian di dataran tinggi atau daerah pegunungan tiga faktor dominan yang sangat berpengaruh yaitu (1) tekanan penduduk atas sumberdaya lahan (2) praktek pengelolaan kesuburan tanah dan (3) strategi dan kebijakan pembangunan yang dikhususkan bagi daerah pegunungan Dalam kaitannya dengan strategi pengembangan sistem pertanian di daerah pegu-nungan Jodha (1990) mengemukakan enam spsesifikasi penting yaitu (1) aksesibilitas (2) fragilitas (3) marjinalitas (4) heterogenitas dan diversitas (5) suitabilitas ekologis dan (6) sejarah mekanisme adaptasi manusia

Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia Segala macam bentuk intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat materiil maupun spirituil yang berasal dari lahan tercakup dalam pengertian penggunaan lahan atau land use (Sys 1985) Dengan peranan ganda tersebut maka dalam upaya pengelolaannya sering terjadi benturan di antara sektor-sektor pembangunan yang memerlukan lahan Fenomena seperti ini seringkali mengakibatkan penggunaan lahan kurang sesuai dengan kapabi litasnya Dalam hubungannya dengan penggunaan lahan ini ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai lahan yaitu (i) kualitas fisik lahan (ii) lokasi lahan terhadap pasar hasil-hasil produksi dan pasar sarana produksinya dan (iii) interaksi di antara keduanya Nilai lahan semakin besar apabila kualitas biofisiknya semakin baik dan lokasinya semakin dekat dengan pasar Sehubungan dengan kualitas fisik lahan keberhasilan suatu sistem pengelolaan lahan kering (seperti misalnya usahatani konservasi) juga dibatasi oleh persyaratan- persyaratan agroekologis (terutama kesesuaian tanah dan ketersediaan air) (Sys 1985) Persesuaian syarat agroekologis menjadi landasan pokok dalam pengembangan komoditas pertanian lahan kering Penyimpangan dari persyaratan ini bukan hanya akan menimbulkan kerugian ekonomis tetapi juga akan mengakibatkan biaya-sosial yang berupa kemero- sotan kualitas sumberdaya lahan (Brinkman dan Smyth 1973 Soemarno 1992) Di lokasi-lokasi tertentu seperti lahan kering di bagian hulu DAS biaya sosial tersebut bisa bersifat internal seperti kemunculan tanah-tanah kritis dan bersifat eksternal seperti sedimentasi di berbagai fasilitas perairan ( Soemarno 1991c) Beberapa ciri dan proses yang berlangsung dalam ekosistem pegunungan (highland areas) yang dapat menjadi kendala atau penunjang pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan Tiga ciri ekosistem yang sangat penting adalah (1) iklim (2) landform dan (3) sumberdaya tanah

8

Sedangkan dua proses yang terkait dengan ciri-ciri tersebut adalah proses geomorfik dan proses-proses pedologis Kondisi iklim dicirikan oleh ketinggian tempat lebih dari 800 m dpl curah hujan tahunan lebih 2000 mm temperatur rataan 15-29oC dengan rezim suhu tanah isothermik atau isohiperthermik Pada kondisi seperti ini biasanya variasi rezim lengas tanah adalah Udik dan Ustik Kondisi ekosistem pegunungan seperti ini mempunyai keunggulan komparatif bagi pengembangan berbagai jenis penggunaan lahan pertanian dengan banyak pilihan sistem pertanaman (cropping systems) Potensi seperti ini pada kenyataannya banyak mengundang investasi dari luar daerah untuk menggarap lahan secara lebih intensif Pada akhirnya hal ini akan dapat mengakibatkan munculnya kesenjangan yang semakin besar antara intensitas penggunaan sumberdaya dengan karakteristik sumberdaya Apabila kesenjangan ini melampaui daya dukung sumberdaya maka laju degradasi akan dapat melampaui batas ambang toleransinya Sedangkan strategi petani di daerah pegunungan untuk berjuang mempertahankan kehidupannya biasanya bertumpu pada tiga prinsip dasar yang spesifik yaitu (1) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya petani mengelola sumberdaya lahannya dengan berbagai aktivitas produksi tanaman ternak hortikultura dan kehutanan (2) petani menghindari resiko kegagalan dan bencana melalui pengembangan metode-metode indigenous dalam mengelola lahannya dan (3) teknologi yang mudah low input dan small scale lebih disenangi karena keterbatasan penguasaan pengetahuan teknologi dan kapital

Sumber httpwwwsimpotendanetsiakiyID3D19

diakses 1272010 Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian dari pembangunan daerah

Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka evaluasi kesesuaian agroekologis lahan untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan Beberapa metode dan

9

prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini ( FAO 1976 Wood dan Dent 1983) Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat ter-gantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak

Dalam proses produksi pertanian masukan-masukan yang berupa material teknologi menejemen dan unsur-unsur agro ekologi akan diproses untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa hasil-hasil tanaman dan ternak Hasil-hasil sampingan dan limbah dari proses produksi tersebut dapat berupa hasil sedimen hasil air dan bahan-bahan kimia yang dapat menjadi pencemar lingkungan Limbah ini biasanya diangkut ke luar dari sistem produksi dan menimbulkan biaya eksternal dan efek eksternalitas (Soemarno 1990) Biasanya sistem produksi pertanian di daerah hulu sungai mempunyai efek eksternal yang cukup luas dan akan diderita oleh masyarakat di daerah bawah Dalam suatu daerah aliran sungai yang mempunyai bangunan pengairan seperti bendungan waduk dan jaringan irigasi efek eksternalitas tersebut menjadi semakin serius karena dapat mengancam kelestarian bangunan-bangunan tersebut Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut namun hasilnya masih belum memadai Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme pasar tidak dapat bekerja untuk mengalokasikan eksternalitas (Soemarno 1990) Sehingga produsen pertanian di daerah hulu tidak mau menanggung biaya eksternal yang ditimbulkannya Disamping itu biaya untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut relatif sangat besar dibandingkan dengan biaya produksi dan penerimaan usahatani Dalam kondisi seperti ini di-perlukan campur tangan kebijakan pemerintah Davies dan Kamien (1972) mengemukakan beberapa macam campur tangan pemerintah untuk mengendalikan efek eksternalitas yaitu (i) larangan (ii) pengarahan (iii) kegiatan percontohan (iv) pajak atau subsidi (v) pengaturan (regulasi) (vi) denda atau hukuman dan (vii) tindakan pengamanan Efek eksternalitas dalam batas-batas tertentu juga berhubungan dengan degradasi sumberdaya lahan yang pengaruhnya dapat terjadi terhadap proses produksi Pada lahan pertanian di daerah hulu sungai efek eksternalitas tersebut biasanya berkaitan erat dengan intensitas pengusahaan lahan yang pada kenyataanya sangat beragam (Suwardjo dan Saefuddin 1988 Soemarno 1991b)

10

Sumber httpbebasbanjir2025wordpressnalitas

diakses 562010 Eksternalitas positif seperti ini biasa disebut imbasan teknologi

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluktuasi menjadi faktor pembatas yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada (P3HTA 1987) Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi (Suwardjo dan Saefudin 1988) Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan

11

Sumber httpzonaikanwordpresscom20biopori

diakses 1562010 Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah dalam rangka untuk

mengurangi dampak negatifnya

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan lahan kering dalam suatu sistem pertanian harus mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kesesuaiannya serta harus diikuti oleh tindakan konservasi tanah dan air secara memadai Beberapa peneliti telah mencoba mengembangkan pola tanam yang sesuai untuk lahan kering secara lokal Tampaknya para peneliti ini menghadapi kesulitan dalam menyusun polatanam yang tepat karena keterbatasan informasi sumberdaya lahan yang bersifat lokal demikian juga in-formasi tentang kesesuaiannya

22 Konsepsi Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan sangat kompleks dan aksi-aksi manipulatif yang berhubungan dengan sistem ini harus melibatkan perspektif konsumen totalitas sistem pangan mulai dari produksi hingga konsumsi implikasi sosial dan peranan tenagakerja pedesaan dalam pertanian Dankelman dan Davidson (1988) mengemukakan beberapa persyaratan dasar bagi sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu (1) Akses yang merata bagi seluruh petani atas lahan yang subur fasilitas kredit serta informasi pertanian (2) Pemeliharaan dan dukungan terhadap aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani (3) Pengembangan metode-metode kultivasi pengolahan bahan pangan dan penyimpanan bahan pangan yang mampu menyerap tenagakerja wanita (4) Diversifikasi spesies yang

12

cukup tinggi guna mempertahankan fleksibilitas pola pertanaman (5) Konservasi tanah-tanah subur dan produktif dengan jalan mendaur-ulangkan bahan organik (6) Penggunaan air dan bahan bakar secara tepat Persyaratan ini masih belum disepakati secara umum terutama mengenai kebutuhan input bagi usaha on-farm dan off-farm Sifat yang rumit dari sistem pertanian yang berkelanjutan mengharuskan pengkajian secara lebih mendalam tentang sistem usahatani Parr (1990) mengusulkan bahwa sasaran akhir dari petani dalam pertanian yang berkelanjutan adalah (i) memelihara dan memperbaiki sumberdaya alam dasar (ii) melindungi lingkungan (iii) menjamin profitabilitas (iv) konservasi energi (v) meningkatkan pproduktivitas (vi) memperbaiki kualitas pangan dan keamanan pangan (vii) menciptakan infrastruktur sosial-ekonomi yang viabel bagi usahatani dan komunitas pedesaan

Sumber httpwwwcadiphsustainable_aturehtm

diakses 2272010 What it understands by the term sustainable agriculture

Kontribusi penting sumberdaya manusia dalam pertanian berkelanjutan tampak dari definisi yang dikemukakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) bahwa sistem pertanian yang berkelanjutan melibatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya bagi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah sambil memelihara atau memperbaiki sumberdaya alam dasar dan menghindari degradasi lingkungan Berdasarkan hal-hal di atas Harwood (1990) mengemukakan definisi kerja tentang pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu pertanian yang dapat berevolusi secara indefinit ke arah utilitas manusia yang semakin besar efisiensi penggunaan sumberdaya yang semakin baik dan keseimbangan dengan lingkungan yang nyaman baik bagi kehidupan manusia maupun bagi spesies lainnya Definisi kerja ini masih sangat

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 6: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

6

kondisi setempat yang sasarannya adalah sistem penggunaan lahan yang dicirikan oleh tingkat penutupan vegetatif yang lebih baik pada permukaan lahan Tiga faktor penunjang yang dipersyaratkan bagi pengembangan kebijakan-kebijakan lokal ini adalah (1) tersedianya Data-base Management System tentang sumberdaya lahan air vegetasi manusia dan sumberdaya ekonomi lainnya (2) mekanisme analisis kendala dan problematik dan (3) mekanisme perencanaan yang didukung oleh brainware software dan hardware yang dapat diakses oleh para perencana pembangunan di tingkat daerah Untuk dapat mendorong dan mendukung berkembangnya kebijakan-kebijakan lokal tersebut maka kebijakan nasional tentang penggunaan dan pengelolaan lahan harus diarahkan kepada (1) perbaikan penggunaan dan pengelolaan lahan (2) menggalang partisipasi aktif dari para pengguna lahan (pemilik lahan pemilik kapital dan tenagakerja) dan (3) pengembangan kelembagaan penunjang terutama lembaga-lembaga perencana dan pemantau di daerah

Sumber httpkolokiumkpmipbwordpressagraria

diakses 572010 hubungan yang nyata antara faktor eksternal dengan konversi lahan

Khusus dalam kaitannya dengan program konservasi tanah dan rehabilitasi lahan Douglas (1991) mengikhtisarkan lima prinsip dasar bagi keberhasilannya pada tingkat lapangan yaitu (1) program ini harus merupakan bagian integral dari program pem bangunan pertanian yang lebih luas dan harus dimulai dengan peningkatan produksi (2) program ini harus bersifat bottom-up yang dirancang dengan melibatkan kepentingan petani (3) asistensi teknis melalui program jangka panjang (4) suatu aktivitas konservais dan pengelolaan lahan harus mampu menunjukkan benefit jangka pendek dan (5) degradasi lahan harus dapat dikendalikan sebelum melampaui batas ambangnya Berdasarkan pada kelima prinsip ini maka beberapa implikasi kebijakan yang penting adalah (1) para perencana program harus menguasai pengetahuan tentang sistem pertanian

7

berkelanjutan dan komponen-komponen penggunaan lahan yang relevan (2) para pelaksana program harus mampu berkomunikasi dengan petani dalam rangka untuk mengakomodasikan pandangan persepsi dan kepentingan petani (3) para perencana dan pelaksana program harus menyadari bahwa proses perubahan berlangsung secara lambat dan lama sehingga diperlukan komitmen jangka panjang (4) para perencana harus mampu mengidentifikasikan kebutuhan petani dan alternatif solusinya yang terkait langsung dengan problem pengelolaan lahan dan (5) para perencana harus mengetahui sebab-sebab terjadinya permasalahan pengelolaan lahan dan menelusurinya

Integrasi antara kepentingan konservasi dengan kebutuhan petani merupakan kunci utama keberhasilan program konservasi tanah dan pengelolaan lahan pertanian Empat sasaran prioritas yang harus diikuti dalam merancang program usahatani konservasi yaitu (1) memenuhi obligasi-oblikasi sosial-budaya dari masyarakat (2) menyediakan suplai pangan yang dapat diandalkan oleh petani (3) menyediakan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat dihasilkan oleh sektor pertanian (4) mampu menciptakan ekstra cash resources Khusus untuk sistem pertanian di dataran tinggi atau daerah pegunungan tiga faktor dominan yang sangat berpengaruh yaitu (1) tekanan penduduk atas sumberdaya lahan (2) praktek pengelolaan kesuburan tanah dan (3) strategi dan kebijakan pembangunan yang dikhususkan bagi daerah pegunungan Dalam kaitannya dengan strategi pengembangan sistem pertanian di daerah pegu-nungan Jodha (1990) mengemukakan enam spsesifikasi penting yaitu (1) aksesibilitas (2) fragilitas (3) marjinalitas (4) heterogenitas dan diversitas (5) suitabilitas ekologis dan (6) sejarah mekanisme adaptasi manusia

Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia Segala macam bentuk intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat materiil maupun spirituil yang berasal dari lahan tercakup dalam pengertian penggunaan lahan atau land use (Sys 1985) Dengan peranan ganda tersebut maka dalam upaya pengelolaannya sering terjadi benturan di antara sektor-sektor pembangunan yang memerlukan lahan Fenomena seperti ini seringkali mengakibatkan penggunaan lahan kurang sesuai dengan kapabi litasnya Dalam hubungannya dengan penggunaan lahan ini ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai lahan yaitu (i) kualitas fisik lahan (ii) lokasi lahan terhadap pasar hasil-hasil produksi dan pasar sarana produksinya dan (iii) interaksi di antara keduanya Nilai lahan semakin besar apabila kualitas biofisiknya semakin baik dan lokasinya semakin dekat dengan pasar Sehubungan dengan kualitas fisik lahan keberhasilan suatu sistem pengelolaan lahan kering (seperti misalnya usahatani konservasi) juga dibatasi oleh persyaratan- persyaratan agroekologis (terutama kesesuaian tanah dan ketersediaan air) (Sys 1985) Persesuaian syarat agroekologis menjadi landasan pokok dalam pengembangan komoditas pertanian lahan kering Penyimpangan dari persyaratan ini bukan hanya akan menimbulkan kerugian ekonomis tetapi juga akan mengakibatkan biaya-sosial yang berupa kemero- sotan kualitas sumberdaya lahan (Brinkman dan Smyth 1973 Soemarno 1992) Di lokasi-lokasi tertentu seperti lahan kering di bagian hulu DAS biaya sosial tersebut bisa bersifat internal seperti kemunculan tanah-tanah kritis dan bersifat eksternal seperti sedimentasi di berbagai fasilitas perairan ( Soemarno 1991c) Beberapa ciri dan proses yang berlangsung dalam ekosistem pegunungan (highland areas) yang dapat menjadi kendala atau penunjang pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan Tiga ciri ekosistem yang sangat penting adalah (1) iklim (2) landform dan (3) sumberdaya tanah

8

Sedangkan dua proses yang terkait dengan ciri-ciri tersebut adalah proses geomorfik dan proses-proses pedologis Kondisi iklim dicirikan oleh ketinggian tempat lebih dari 800 m dpl curah hujan tahunan lebih 2000 mm temperatur rataan 15-29oC dengan rezim suhu tanah isothermik atau isohiperthermik Pada kondisi seperti ini biasanya variasi rezim lengas tanah adalah Udik dan Ustik Kondisi ekosistem pegunungan seperti ini mempunyai keunggulan komparatif bagi pengembangan berbagai jenis penggunaan lahan pertanian dengan banyak pilihan sistem pertanaman (cropping systems) Potensi seperti ini pada kenyataannya banyak mengundang investasi dari luar daerah untuk menggarap lahan secara lebih intensif Pada akhirnya hal ini akan dapat mengakibatkan munculnya kesenjangan yang semakin besar antara intensitas penggunaan sumberdaya dengan karakteristik sumberdaya Apabila kesenjangan ini melampaui daya dukung sumberdaya maka laju degradasi akan dapat melampaui batas ambang toleransinya Sedangkan strategi petani di daerah pegunungan untuk berjuang mempertahankan kehidupannya biasanya bertumpu pada tiga prinsip dasar yang spesifik yaitu (1) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya petani mengelola sumberdaya lahannya dengan berbagai aktivitas produksi tanaman ternak hortikultura dan kehutanan (2) petani menghindari resiko kegagalan dan bencana melalui pengembangan metode-metode indigenous dalam mengelola lahannya dan (3) teknologi yang mudah low input dan small scale lebih disenangi karena keterbatasan penguasaan pengetahuan teknologi dan kapital

Sumber httpwwwsimpotendanetsiakiyID3D19

diakses 1272010 Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian dari pembangunan daerah

Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka evaluasi kesesuaian agroekologis lahan untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan Beberapa metode dan

9

prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini ( FAO 1976 Wood dan Dent 1983) Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat ter-gantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak

Dalam proses produksi pertanian masukan-masukan yang berupa material teknologi menejemen dan unsur-unsur agro ekologi akan diproses untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa hasil-hasil tanaman dan ternak Hasil-hasil sampingan dan limbah dari proses produksi tersebut dapat berupa hasil sedimen hasil air dan bahan-bahan kimia yang dapat menjadi pencemar lingkungan Limbah ini biasanya diangkut ke luar dari sistem produksi dan menimbulkan biaya eksternal dan efek eksternalitas (Soemarno 1990) Biasanya sistem produksi pertanian di daerah hulu sungai mempunyai efek eksternal yang cukup luas dan akan diderita oleh masyarakat di daerah bawah Dalam suatu daerah aliran sungai yang mempunyai bangunan pengairan seperti bendungan waduk dan jaringan irigasi efek eksternalitas tersebut menjadi semakin serius karena dapat mengancam kelestarian bangunan-bangunan tersebut Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut namun hasilnya masih belum memadai Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme pasar tidak dapat bekerja untuk mengalokasikan eksternalitas (Soemarno 1990) Sehingga produsen pertanian di daerah hulu tidak mau menanggung biaya eksternal yang ditimbulkannya Disamping itu biaya untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut relatif sangat besar dibandingkan dengan biaya produksi dan penerimaan usahatani Dalam kondisi seperti ini di-perlukan campur tangan kebijakan pemerintah Davies dan Kamien (1972) mengemukakan beberapa macam campur tangan pemerintah untuk mengendalikan efek eksternalitas yaitu (i) larangan (ii) pengarahan (iii) kegiatan percontohan (iv) pajak atau subsidi (v) pengaturan (regulasi) (vi) denda atau hukuman dan (vii) tindakan pengamanan Efek eksternalitas dalam batas-batas tertentu juga berhubungan dengan degradasi sumberdaya lahan yang pengaruhnya dapat terjadi terhadap proses produksi Pada lahan pertanian di daerah hulu sungai efek eksternalitas tersebut biasanya berkaitan erat dengan intensitas pengusahaan lahan yang pada kenyataanya sangat beragam (Suwardjo dan Saefuddin 1988 Soemarno 1991b)

10

Sumber httpbebasbanjir2025wordpressnalitas

diakses 562010 Eksternalitas positif seperti ini biasa disebut imbasan teknologi

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluktuasi menjadi faktor pembatas yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada (P3HTA 1987) Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi (Suwardjo dan Saefudin 1988) Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan

11

Sumber httpzonaikanwordpresscom20biopori

diakses 1562010 Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah dalam rangka untuk

mengurangi dampak negatifnya

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan lahan kering dalam suatu sistem pertanian harus mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kesesuaiannya serta harus diikuti oleh tindakan konservasi tanah dan air secara memadai Beberapa peneliti telah mencoba mengembangkan pola tanam yang sesuai untuk lahan kering secara lokal Tampaknya para peneliti ini menghadapi kesulitan dalam menyusun polatanam yang tepat karena keterbatasan informasi sumberdaya lahan yang bersifat lokal demikian juga in-formasi tentang kesesuaiannya

22 Konsepsi Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan sangat kompleks dan aksi-aksi manipulatif yang berhubungan dengan sistem ini harus melibatkan perspektif konsumen totalitas sistem pangan mulai dari produksi hingga konsumsi implikasi sosial dan peranan tenagakerja pedesaan dalam pertanian Dankelman dan Davidson (1988) mengemukakan beberapa persyaratan dasar bagi sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu (1) Akses yang merata bagi seluruh petani atas lahan yang subur fasilitas kredit serta informasi pertanian (2) Pemeliharaan dan dukungan terhadap aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani (3) Pengembangan metode-metode kultivasi pengolahan bahan pangan dan penyimpanan bahan pangan yang mampu menyerap tenagakerja wanita (4) Diversifikasi spesies yang

12

cukup tinggi guna mempertahankan fleksibilitas pola pertanaman (5) Konservasi tanah-tanah subur dan produktif dengan jalan mendaur-ulangkan bahan organik (6) Penggunaan air dan bahan bakar secara tepat Persyaratan ini masih belum disepakati secara umum terutama mengenai kebutuhan input bagi usaha on-farm dan off-farm Sifat yang rumit dari sistem pertanian yang berkelanjutan mengharuskan pengkajian secara lebih mendalam tentang sistem usahatani Parr (1990) mengusulkan bahwa sasaran akhir dari petani dalam pertanian yang berkelanjutan adalah (i) memelihara dan memperbaiki sumberdaya alam dasar (ii) melindungi lingkungan (iii) menjamin profitabilitas (iv) konservasi energi (v) meningkatkan pproduktivitas (vi) memperbaiki kualitas pangan dan keamanan pangan (vii) menciptakan infrastruktur sosial-ekonomi yang viabel bagi usahatani dan komunitas pedesaan

Sumber httpwwwcadiphsustainable_aturehtm

diakses 2272010 What it understands by the term sustainable agriculture

Kontribusi penting sumberdaya manusia dalam pertanian berkelanjutan tampak dari definisi yang dikemukakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) bahwa sistem pertanian yang berkelanjutan melibatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya bagi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah sambil memelihara atau memperbaiki sumberdaya alam dasar dan menghindari degradasi lingkungan Berdasarkan hal-hal di atas Harwood (1990) mengemukakan definisi kerja tentang pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu pertanian yang dapat berevolusi secara indefinit ke arah utilitas manusia yang semakin besar efisiensi penggunaan sumberdaya yang semakin baik dan keseimbangan dengan lingkungan yang nyaman baik bagi kehidupan manusia maupun bagi spesies lainnya Definisi kerja ini masih sangat

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 7: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

7

berkelanjutan dan komponen-komponen penggunaan lahan yang relevan (2) para pelaksana program harus mampu berkomunikasi dengan petani dalam rangka untuk mengakomodasikan pandangan persepsi dan kepentingan petani (3) para perencana dan pelaksana program harus menyadari bahwa proses perubahan berlangsung secara lambat dan lama sehingga diperlukan komitmen jangka panjang (4) para perencana harus mampu mengidentifikasikan kebutuhan petani dan alternatif solusinya yang terkait langsung dengan problem pengelolaan lahan dan (5) para perencana harus mengetahui sebab-sebab terjadinya permasalahan pengelolaan lahan dan menelusurinya

Integrasi antara kepentingan konservasi dengan kebutuhan petani merupakan kunci utama keberhasilan program konservasi tanah dan pengelolaan lahan pertanian Empat sasaran prioritas yang harus diikuti dalam merancang program usahatani konservasi yaitu (1) memenuhi obligasi-oblikasi sosial-budaya dari masyarakat (2) menyediakan suplai pangan yang dapat diandalkan oleh petani (3) menyediakan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang tidak dapat dihasilkan oleh sektor pertanian (4) mampu menciptakan ekstra cash resources Khusus untuk sistem pertanian di dataran tinggi atau daerah pegunungan tiga faktor dominan yang sangat berpengaruh yaitu (1) tekanan penduduk atas sumberdaya lahan (2) praktek pengelolaan kesuburan tanah dan (3) strategi dan kebijakan pembangunan yang dikhususkan bagi daerah pegunungan Dalam kaitannya dengan strategi pengembangan sistem pertanian di daerah pegu-nungan Jodha (1990) mengemukakan enam spsesifikasi penting yaitu (1) aksesibilitas (2) fragilitas (3) marjinalitas (4) heterogenitas dan diversitas (5) suitabilitas ekologis dan (6) sejarah mekanisme adaptasi manusia

Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia Segala macam bentuk intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat materiil maupun spirituil yang berasal dari lahan tercakup dalam pengertian penggunaan lahan atau land use (Sys 1985) Dengan peranan ganda tersebut maka dalam upaya pengelolaannya sering terjadi benturan di antara sektor-sektor pembangunan yang memerlukan lahan Fenomena seperti ini seringkali mengakibatkan penggunaan lahan kurang sesuai dengan kapabi litasnya Dalam hubungannya dengan penggunaan lahan ini ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai lahan yaitu (i) kualitas fisik lahan (ii) lokasi lahan terhadap pasar hasil-hasil produksi dan pasar sarana produksinya dan (iii) interaksi di antara keduanya Nilai lahan semakin besar apabila kualitas biofisiknya semakin baik dan lokasinya semakin dekat dengan pasar Sehubungan dengan kualitas fisik lahan keberhasilan suatu sistem pengelolaan lahan kering (seperti misalnya usahatani konservasi) juga dibatasi oleh persyaratan- persyaratan agroekologis (terutama kesesuaian tanah dan ketersediaan air) (Sys 1985) Persesuaian syarat agroekologis menjadi landasan pokok dalam pengembangan komoditas pertanian lahan kering Penyimpangan dari persyaratan ini bukan hanya akan menimbulkan kerugian ekonomis tetapi juga akan mengakibatkan biaya-sosial yang berupa kemero- sotan kualitas sumberdaya lahan (Brinkman dan Smyth 1973 Soemarno 1992) Di lokasi-lokasi tertentu seperti lahan kering di bagian hulu DAS biaya sosial tersebut bisa bersifat internal seperti kemunculan tanah-tanah kritis dan bersifat eksternal seperti sedimentasi di berbagai fasilitas perairan ( Soemarno 1991c) Beberapa ciri dan proses yang berlangsung dalam ekosistem pegunungan (highland areas) yang dapat menjadi kendala atau penunjang pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan Tiga ciri ekosistem yang sangat penting adalah (1) iklim (2) landform dan (3) sumberdaya tanah

8

Sedangkan dua proses yang terkait dengan ciri-ciri tersebut adalah proses geomorfik dan proses-proses pedologis Kondisi iklim dicirikan oleh ketinggian tempat lebih dari 800 m dpl curah hujan tahunan lebih 2000 mm temperatur rataan 15-29oC dengan rezim suhu tanah isothermik atau isohiperthermik Pada kondisi seperti ini biasanya variasi rezim lengas tanah adalah Udik dan Ustik Kondisi ekosistem pegunungan seperti ini mempunyai keunggulan komparatif bagi pengembangan berbagai jenis penggunaan lahan pertanian dengan banyak pilihan sistem pertanaman (cropping systems) Potensi seperti ini pada kenyataannya banyak mengundang investasi dari luar daerah untuk menggarap lahan secara lebih intensif Pada akhirnya hal ini akan dapat mengakibatkan munculnya kesenjangan yang semakin besar antara intensitas penggunaan sumberdaya dengan karakteristik sumberdaya Apabila kesenjangan ini melampaui daya dukung sumberdaya maka laju degradasi akan dapat melampaui batas ambang toleransinya Sedangkan strategi petani di daerah pegunungan untuk berjuang mempertahankan kehidupannya biasanya bertumpu pada tiga prinsip dasar yang spesifik yaitu (1) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya petani mengelola sumberdaya lahannya dengan berbagai aktivitas produksi tanaman ternak hortikultura dan kehutanan (2) petani menghindari resiko kegagalan dan bencana melalui pengembangan metode-metode indigenous dalam mengelola lahannya dan (3) teknologi yang mudah low input dan small scale lebih disenangi karena keterbatasan penguasaan pengetahuan teknologi dan kapital

Sumber httpwwwsimpotendanetsiakiyID3D19

diakses 1272010 Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian dari pembangunan daerah

Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka evaluasi kesesuaian agroekologis lahan untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan Beberapa metode dan

9

prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini ( FAO 1976 Wood dan Dent 1983) Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat ter-gantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak

Dalam proses produksi pertanian masukan-masukan yang berupa material teknologi menejemen dan unsur-unsur agro ekologi akan diproses untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa hasil-hasil tanaman dan ternak Hasil-hasil sampingan dan limbah dari proses produksi tersebut dapat berupa hasil sedimen hasil air dan bahan-bahan kimia yang dapat menjadi pencemar lingkungan Limbah ini biasanya diangkut ke luar dari sistem produksi dan menimbulkan biaya eksternal dan efek eksternalitas (Soemarno 1990) Biasanya sistem produksi pertanian di daerah hulu sungai mempunyai efek eksternal yang cukup luas dan akan diderita oleh masyarakat di daerah bawah Dalam suatu daerah aliran sungai yang mempunyai bangunan pengairan seperti bendungan waduk dan jaringan irigasi efek eksternalitas tersebut menjadi semakin serius karena dapat mengancam kelestarian bangunan-bangunan tersebut Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut namun hasilnya masih belum memadai Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme pasar tidak dapat bekerja untuk mengalokasikan eksternalitas (Soemarno 1990) Sehingga produsen pertanian di daerah hulu tidak mau menanggung biaya eksternal yang ditimbulkannya Disamping itu biaya untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut relatif sangat besar dibandingkan dengan biaya produksi dan penerimaan usahatani Dalam kondisi seperti ini di-perlukan campur tangan kebijakan pemerintah Davies dan Kamien (1972) mengemukakan beberapa macam campur tangan pemerintah untuk mengendalikan efek eksternalitas yaitu (i) larangan (ii) pengarahan (iii) kegiatan percontohan (iv) pajak atau subsidi (v) pengaturan (regulasi) (vi) denda atau hukuman dan (vii) tindakan pengamanan Efek eksternalitas dalam batas-batas tertentu juga berhubungan dengan degradasi sumberdaya lahan yang pengaruhnya dapat terjadi terhadap proses produksi Pada lahan pertanian di daerah hulu sungai efek eksternalitas tersebut biasanya berkaitan erat dengan intensitas pengusahaan lahan yang pada kenyataanya sangat beragam (Suwardjo dan Saefuddin 1988 Soemarno 1991b)

10

Sumber httpbebasbanjir2025wordpressnalitas

diakses 562010 Eksternalitas positif seperti ini biasa disebut imbasan teknologi

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluktuasi menjadi faktor pembatas yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada (P3HTA 1987) Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi (Suwardjo dan Saefudin 1988) Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan

11

Sumber httpzonaikanwordpresscom20biopori

diakses 1562010 Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah dalam rangka untuk

mengurangi dampak negatifnya

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan lahan kering dalam suatu sistem pertanian harus mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kesesuaiannya serta harus diikuti oleh tindakan konservasi tanah dan air secara memadai Beberapa peneliti telah mencoba mengembangkan pola tanam yang sesuai untuk lahan kering secara lokal Tampaknya para peneliti ini menghadapi kesulitan dalam menyusun polatanam yang tepat karena keterbatasan informasi sumberdaya lahan yang bersifat lokal demikian juga in-formasi tentang kesesuaiannya

22 Konsepsi Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan sangat kompleks dan aksi-aksi manipulatif yang berhubungan dengan sistem ini harus melibatkan perspektif konsumen totalitas sistem pangan mulai dari produksi hingga konsumsi implikasi sosial dan peranan tenagakerja pedesaan dalam pertanian Dankelman dan Davidson (1988) mengemukakan beberapa persyaratan dasar bagi sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu (1) Akses yang merata bagi seluruh petani atas lahan yang subur fasilitas kredit serta informasi pertanian (2) Pemeliharaan dan dukungan terhadap aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani (3) Pengembangan metode-metode kultivasi pengolahan bahan pangan dan penyimpanan bahan pangan yang mampu menyerap tenagakerja wanita (4) Diversifikasi spesies yang

12

cukup tinggi guna mempertahankan fleksibilitas pola pertanaman (5) Konservasi tanah-tanah subur dan produktif dengan jalan mendaur-ulangkan bahan organik (6) Penggunaan air dan bahan bakar secara tepat Persyaratan ini masih belum disepakati secara umum terutama mengenai kebutuhan input bagi usaha on-farm dan off-farm Sifat yang rumit dari sistem pertanian yang berkelanjutan mengharuskan pengkajian secara lebih mendalam tentang sistem usahatani Parr (1990) mengusulkan bahwa sasaran akhir dari petani dalam pertanian yang berkelanjutan adalah (i) memelihara dan memperbaiki sumberdaya alam dasar (ii) melindungi lingkungan (iii) menjamin profitabilitas (iv) konservasi energi (v) meningkatkan pproduktivitas (vi) memperbaiki kualitas pangan dan keamanan pangan (vii) menciptakan infrastruktur sosial-ekonomi yang viabel bagi usahatani dan komunitas pedesaan

Sumber httpwwwcadiphsustainable_aturehtm

diakses 2272010 What it understands by the term sustainable agriculture

Kontribusi penting sumberdaya manusia dalam pertanian berkelanjutan tampak dari definisi yang dikemukakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) bahwa sistem pertanian yang berkelanjutan melibatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya bagi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah sambil memelihara atau memperbaiki sumberdaya alam dasar dan menghindari degradasi lingkungan Berdasarkan hal-hal di atas Harwood (1990) mengemukakan definisi kerja tentang pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu pertanian yang dapat berevolusi secara indefinit ke arah utilitas manusia yang semakin besar efisiensi penggunaan sumberdaya yang semakin baik dan keseimbangan dengan lingkungan yang nyaman baik bagi kehidupan manusia maupun bagi spesies lainnya Definisi kerja ini masih sangat

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 8: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

8

Sedangkan dua proses yang terkait dengan ciri-ciri tersebut adalah proses geomorfik dan proses-proses pedologis Kondisi iklim dicirikan oleh ketinggian tempat lebih dari 800 m dpl curah hujan tahunan lebih 2000 mm temperatur rataan 15-29oC dengan rezim suhu tanah isothermik atau isohiperthermik Pada kondisi seperti ini biasanya variasi rezim lengas tanah adalah Udik dan Ustik Kondisi ekosistem pegunungan seperti ini mempunyai keunggulan komparatif bagi pengembangan berbagai jenis penggunaan lahan pertanian dengan banyak pilihan sistem pertanaman (cropping systems) Potensi seperti ini pada kenyataannya banyak mengundang investasi dari luar daerah untuk menggarap lahan secara lebih intensif Pada akhirnya hal ini akan dapat mengakibatkan munculnya kesenjangan yang semakin besar antara intensitas penggunaan sumberdaya dengan karakteristik sumberdaya Apabila kesenjangan ini melampaui daya dukung sumberdaya maka laju degradasi akan dapat melampaui batas ambang toleransinya Sedangkan strategi petani di daerah pegunungan untuk berjuang mempertahankan kehidupannya biasanya bertumpu pada tiga prinsip dasar yang spesifik yaitu (1) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya petani mengelola sumberdaya lahannya dengan berbagai aktivitas produksi tanaman ternak hortikultura dan kehutanan (2) petani menghindari resiko kegagalan dan bencana melalui pengembangan metode-metode indigenous dalam mengelola lahannya dan (3) teknologi yang mudah low input dan small scale lebih disenangi karena keterbatasan penguasaan pengetahuan teknologi dan kapital

Sumber httpwwwsimpotendanetsiakiyID3D19

diakses 1272010 Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian dari pembangunan daerah

Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka evaluasi kesesuaian agroekologis lahan untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan Beberapa metode dan

9

prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini ( FAO 1976 Wood dan Dent 1983) Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat ter-gantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak

Dalam proses produksi pertanian masukan-masukan yang berupa material teknologi menejemen dan unsur-unsur agro ekologi akan diproses untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa hasil-hasil tanaman dan ternak Hasil-hasil sampingan dan limbah dari proses produksi tersebut dapat berupa hasil sedimen hasil air dan bahan-bahan kimia yang dapat menjadi pencemar lingkungan Limbah ini biasanya diangkut ke luar dari sistem produksi dan menimbulkan biaya eksternal dan efek eksternalitas (Soemarno 1990) Biasanya sistem produksi pertanian di daerah hulu sungai mempunyai efek eksternal yang cukup luas dan akan diderita oleh masyarakat di daerah bawah Dalam suatu daerah aliran sungai yang mempunyai bangunan pengairan seperti bendungan waduk dan jaringan irigasi efek eksternalitas tersebut menjadi semakin serius karena dapat mengancam kelestarian bangunan-bangunan tersebut Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut namun hasilnya masih belum memadai Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme pasar tidak dapat bekerja untuk mengalokasikan eksternalitas (Soemarno 1990) Sehingga produsen pertanian di daerah hulu tidak mau menanggung biaya eksternal yang ditimbulkannya Disamping itu biaya untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut relatif sangat besar dibandingkan dengan biaya produksi dan penerimaan usahatani Dalam kondisi seperti ini di-perlukan campur tangan kebijakan pemerintah Davies dan Kamien (1972) mengemukakan beberapa macam campur tangan pemerintah untuk mengendalikan efek eksternalitas yaitu (i) larangan (ii) pengarahan (iii) kegiatan percontohan (iv) pajak atau subsidi (v) pengaturan (regulasi) (vi) denda atau hukuman dan (vii) tindakan pengamanan Efek eksternalitas dalam batas-batas tertentu juga berhubungan dengan degradasi sumberdaya lahan yang pengaruhnya dapat terjadi terhadap proses produksi Pada lahan pertanian di daerah hulu sungai efek eksternalitas tersebut biasanya berkaitan erat dengan intensitas pengusahaan lahan yang pada kenyataanya sangat beragam (Suwardjo dan Saefuddin 1988 Soemarno 1991b)

10

Sumber httpbebasbanjir2025wordpressnalitas

diakses 562010 Eksternalitas positif seperti ini biasa disebut imbasan teknologi

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluktuasi menjadi faktor pembatas yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada (P3HTA 1987) Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi (Suwardjo dan Saefudin 1988) Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan

11

Sumber httpzonaikanwordpresscom20biopori

diakses 1562010 Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah dalam rangka untuk

mengurangi dampak negatifnya

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan lahan kering dalam suatu sistem pertanian harus mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kesesuaiannya serta harus diikuti oleh tindakan konservasi tanah dan air secara memadai Beberapa peneliti telah mencoba mengembangkan pola tanam yang sesuai untuk lahan kering secara lokal Tampaknya para peneliti ini menghadapi kesulitan dalam menyusun polatanam yang tepat karena keterbatasan informasi sumberdaya lahan yang bersifat lokal demikian juga in-formasi tentang kesesuaiannya

22 Konsepsi Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan sangat kompleks dan aksi-aksi manipulatif yang berhubungan dengan sistem ini harus melibatkan perspektif konsumen totalitas sistem pangan mulai dari produksi hingga konsumsi implikasi sosial dan peranan tenagakerja pedesaan dalam pertanian Dankelman dan Davidson (1988) mengemukakan beberapa persyaratan dasar bagi sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu (1) Akses yang merata bagi seluruh petani atas lahan yang subur fasilitas kredit serta informasi pertanian (2) Pemeliharaan dan dukungan terhadap aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani (3) Pengembangan metode-metode kultivasi pengolahan bahan pangan dan penyimpanan bahan pangan yang mampu menyerap tenagakerja wanita (4) Diversifikasi spesies yang

12

cukup tinggi guna mempertahankan fleksibilitas pola pertanaman (5) Konservasi tanah-tanah subur dan produktif dengan jalan mendaur-ulangkan bahan organik (6) Penggunaan air dan bahan bakar secara tepat Persyaratan ini masih belum disepakati secara umum terutama mengenai kebutuhan input bagi usaha on-farm dan off-farm Sifat yang rumit dari sistem pertanian yang berkelanjutan mengharuskan pengkajian secara lebih mendalam tentang sistem usahatani Parr (1990) mengusulkan bahwa sasaran akhir dari petani dalam pertanian yang berkelanjutan adalah (i) memelihara dan memperbaiki sumberdaya alam dasar (ii) melindungi lingkungan (iii) menjamin profitabilitas (iv) konservasi energi (v) meningkatkan pproduktivitas (vi) memperbaiki kualitas pangan dan keamanan pangan (vii) menciptakan infrastruktur sosial-ekonomi yang viabel bagi usahatani dan komunitas pedesaan

Sumber httpwwwcadiphsustainable_aturehtm

diakses 2272010 What it understands by the term sustainable agriculture

Kontribusi penting sumberdaya manusia dalam pertanian berkelanjutan tampak dari definisi yang dikemukakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) bahwa sistem pertanian yang berkelanjutan melibatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya bagi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah sambil memelihara atau memperbaiki sumberdaya alam dasar dan menghindari degradasi lingkungan Berdasarkan hal-hal di atas Harwood (1990) mengemukakan definisi kerja tentang pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu pertanian yang dapat berevolusi secara indefinit ke arah utilitas manusia yang semakin besar efisiensi penggunaan sumberdaya yang semakin baik dan keseimbangan dengan lingkungan yang nyaman baik bagi kehidupan manusia maupun bagi spesies lainnya Definisi kerja ini masih sangat

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 9: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

9

prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini ( FAO 1976 Wood dan Dent 1983) Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat ter-gantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak

Dalam proses produksi pertanian masukan-masukan yang berupa material teknologi menejemen dan unsur-unsur agro ekologi akan diproses untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa hasil-hasil tanaman dan ternak Hasil-hasil sampingan dan limbah dari proses produksi tersebut dapat berupa hasil sedimen hasil air dan bahan-bahan kimia yang dapat menjadi pencemar lingkungan Limbah ini biasanya diangkut ke luar dari sistem produksi dan menimbulkan biaya eksternal dan efek eksternalitas (Soemarno 1990) Biasanya sistem produksi pertanian di daerah hulu sungai mempunyai efek eksternal yang cukup luas dan akan diderita oleh masyarakat di daerah bawah Dalam suatu daerah aliran sungai yang mempunyai bangunan pengairan seperti bendungan waduk dan jaringan irigasi efek eksternalitas tersebut menjadi semakin serius karena dapat mengancam kelestarian bangunan-bangunan tersebut Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut namun hasilnya masih belum memadai Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme pasar tidak dapat bekerja untuk mengalokasikan eksternalitas (Soemarno 1990) Sehingga produsen pertanian di daerah hulu tidak mau menanggung biaya eksternal yang ditimbulkannya Disamping itu biaya untuk mengendalikan efek eksternalitas tersebut relatif sangat besar dibandingkan dengan biaya produksi dan penerimaan usahatani Dalam kondisi seperti ini di-perlukan campur tangan kebijakan pemerintah Davies dan Kamien (1972) mengemukakan beberapa macam campur tangan pemerintah untuk mengendalikan efek eksternalitas yaitu (i) larangan (ii) pengarahan (iii) kegiatan percontohan (iv) pajak atau subsidi (v) pengaturan (regulasi) (vi) denda atau hukuman dan (vii) tindakan pengamanan Efek eksternalitas dalam batas-batas tertentu juga berhubungan dengan degradasi sumberdaya lahan yang pengaruhnya dapat terjadi terhadap proses produksi Pada lahan pertanian di daerah hulu sungai efek eksternalitas tersebut biasanya berkaitan erat dengan intensitas pengusahaan lahan yang pada kenyataanya sangat beragam (Suwardjo dan Saefuddin 1988 Soemarno 1991b)

10

Sumber httpbebasbanjir2025wordpressnalitas

diakses 562010 Eksternalitas positif seperti ini biasa disebut imbasan teknologi

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluktuasi menjadi faktor pembatas yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada (P3HTA 1987) Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi (Suwardjo dan Saefudin 1988) Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan

11

Sumber httpzonaikanwordpresscom20biopori

diakses 1562010 Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah dalam rangka untuk

mengurangi dampak negatifnya

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan lahan kering dalam suatu sistem pertanian harus mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kesesuaiannya serta harus diikuti oleh tindakan konservasi tanah dan air secara memadai Beberapa peneliti telah mencoba mengembangkan pola tanam yang sesuai untuk lahan kering secara lokal Tampaknya para peneliti ini menghadapi kesulitan dalam menyusun polatanam yang tepat karena keterbatasan informasi sumberdaya lahan yang bersifat lokal demikian juga in-formasi tentang kesesuaiannya

22 Konsepsi Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan sangat kompleks dan aksi-aksi manipulatif yang berhubungan dengan sistem ini harus melibatkan perspektif konsumen totalitas sistem pangan mulai dari produksi hingga konsumsi implikasi sosial dan peranan tenagakerja pedesaan dalam pertanian Dankelman dan Davidson (1988) mengemukakan beberapa persyaratan dasar bagi sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu (1) Akses yang merata bagi seluruh petani atas lahan yang subur fasilitas kredit serta informasi pertanian (2) Pemeliharaan dan dukungan terhadap aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani (3) Pengembangan metode-metode kultivasi pengolahan bahan pangan dan penyimpanan bahan pangan yang mampu menyerap tenagakerja wanita (4) Diversifikasi spesies yang

12

cukup tinggi guna mempertahankan fleksibilitas pola pertanaman (5) Konservasi tanah-tanah subur dan produktif dengan jalan mendaur-ulangkan bahan organik (6) Penggunaan air dan bahan bakar secara tepat Persyaratan ini masih belum disepakati secara umum terutama mengenai kebutuhan input bagi usaha on-farm dan off-farm Sifat yang rumit dari sistem pertanian yang berkelanjutan mengharuskan pengkajian secara lebih mendalam tentang sistem usahatani Parr (1990) mengusulkan bahwa sasaran akhir dari petani dalam pertanian yang berkelanjutan adalah (i) memelihara dan memperbaiki sumberdaya alam dasar (ii) melindungi lingkungan (iii) menjamin profitabilitas (iv) konservasi energi (v) meningkatkan pproduktivitas (vi) memperbaiki kualitas pangan dan keamanan pangan (vii) menciptakan infrastruktur sosial-ekonomi yang viabel bagi usahatani dan komunitas pedesaan

Sumber httpwwwcadiphsustainable_aturehtm

diakses 2272010 What it understands by the term sustainable agriculture

Kontribusi penting sumberdaya manusia dalam pertanian berkelanjutan tampak dari definisi yang dikemukakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) bahwa sistem pertanian yang berkelanjutan melibatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya bagi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah sambil memelihara atau memperbaiki sumberdaya alam dasar dan menghindari degradasi lingkungan Berdasarkan hal-hal di atas Harwood (1990) mengemukakan definisi kerja tentang pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu pertanian yang dapat berevolusi secara indefinit ke arah utilitas manusia yang semakin besar efisiensi penggunaan sumberdaya yang semakin baik dan keseimbangan dengan lingkungan yang nyaman baik bagi kehidupan manusia maupun bagi spesies lainnya Definisi kerja ini masih sangat

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 10: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

10

Sumber httpbebasbanjir2025wordpressnalitas

diakses 562010 Eksternalitas positif seperti ini biasa disebut imbasan teknologi

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluktuasi menjadi faktor pembatas yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada (P3HTA 1987) Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi (Suwardjo dan Saefudin 1988) Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan

11

Sumber httpzonaikanwordpresscom20biopori

diakses 1562010 Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah dalam rangka untuk

mengurangi dampak negatifnya

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan lahan kering dalam suatu sistem pertanian harus mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kesesuaiannya serta harus diikuti oleh tindakan konservasi tanah dan air secara memadai Beberapa peneliti telah mencoba mengembangkan pola tanam yang sesuai untuk lahan kering secara lokal Tampaknya para peneliti ini menghadapi kesulitan dalam menyusun polatanam yang tepat karena keterbatasan informasi sumberdaya lahan yang bersifat lokal demikian juga in-formasi tentang kesesuaiannya

22 Konsepsi Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan sangat kompleks dan aksi-aksi manipulatif yang berhubungan dengan sistem ini harus melibatkan perspektif konsumen totalitas sistem pangan mulai dari produksi hingga konsumsi implikasi sosial dan peranan tenagakerja pedesaan dalam pertanian Dankelman dan Davidson (1988) mengemukakan beberapa persyaratan dasar bagi sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu (1) Akses yang merata bagi seluruh petani atas lahan yang subur fasilitas kredit serta informasi pertanian (2) Pemeliharaan dan dukungan terhadap aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani (3) Pengembangan metode-metode kultivasi pengolahan bahan pangan dan penyimpanan bahan pangan yang mampu menyerap tenagakerja wanita (4) Diversifikasi spesies yang

12

cukup tinggi guna mempertahankan fleksibilitas pola pertanaman (5) Konservasi tanah-tanah subur dan produktif dengan jalan mendaur-ulangkan bahan organik (6) Penggunaan air dan bahan bakar secara tepat Persyaratan ini masih belum disepakati secara umum terutama mengenai kebutuhan input bagi usaha on-farm dan off-farm Sifat yang rumit dari sistem pertanian yang berkelanjutan mengharuskan pengkajian secara lebih mendalam tentang sistem usahatani Parr (1990) mengusulkan bahwa sasaran akhir dari petani dalam pertanian yang berkelanjutan adalah (i) memelihara dan memperbaiki sumberdaya alam dasar (ii) melindungi lingkungan (iii) menjamin profitabilitas (iv) konservasi energi (v) meningkatkan pproduktivitas (vi) memperbaiki kualitas pangan dan keamanan pangan (vii) menciptakan infrastruktur sosial-ekonomi yang viabel bagi usahatani dan komunitas pedesaan

Sumber httpwwwcadiphsustainable_aturehtm

diakses 2272010 What it understands by the term sustainable agriculture

Kontribusi penting sumberdaya manusia dalam pertanian berkelanjutan tampak dari definisi yang dikemukakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) bahwa sistem pertanian yang berkelanjutan melibatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya bagi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah sambil memelihara atau memperbaiki sumberdaya alam dasar dan menghindari degradasi lingkungan Berdasarkan hal-hal di atas Harwood (1990) mengemukakan definisi kerja tentang pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu pertanian yang dapat berevolusi secara indefinit ke arah utilitas manusia yang semakin besar efisiensi penggunaan sumberdaya yang semakin baik dan keseimbangan dengan lingkungan yang nyaman baik bagi kehidupan manusia maupun bagi spesies lainnya Definisi kerja ini masih sangat

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 11: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

11

Sumber httpzonaikanwordpresscom20biopori

diakses 1562010 Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah dalam rangka untuk

mengurangi dampak negatifnya

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan lahan kering dalam suatu sistem pertanian harus mempertimbangkan tingkat kemampuan dan kesesuaiannya serta harus diikuti oleh tindakan konservasi tanah dan air secara memadai Beberapa peneliti telah mencoba mengembangkan pola tanam yang sesuai untuk lahan kering secara lokal Tampaknya para peneliti ini menghadapi kesulitan dalam menyusun polatanam yang tepat karena keterbatasan informasi sumberdaya lahan yang bersifat lokal demikian juga in-formasi tentang kesesuaiannya

22 Konsepsi Sistem Pertanian Berkelanjutan

Sistem pertanian berkelanjutan sangat kompleks dan aksi-aksi manipulatif yang berhubungan dengan sistem ini harus melibatkan perspektif konsumen totalitas sistem pangan mulai dari produksi hingga konsumsi implikasi sosial dan peranan tenagakerja pedesaan dalam pertanian Dankelman dan Davidson (1988) mengemukakan beberapa persyaratan dasar bagi sistem pertanian yang berkelanjutan yaitu (1) Akses yang merata bagi seluruh petani atas lahan yang subur fasilitas kredit serta informasi pertanian (2) Pemeliharaan dan dukungan terhadap aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani (3) Pengembangan metode-metode kultivasi pengolahan bahan pangan dan penyimpanan bahan pangan yang mampu menyerap tenagakerja wanita (4) Diversifikasi spesies yang

12

cukup tinggi guna mempertahankan fleksibilitas pola pertanaman (5) Konservasi tanah-tanah subur dan produktif dengan jalan mendaur-ulangkan bahan organik (6) Penggunaan air dan bahan bakar secara tepat Persyaratan ini masih belum disepakati secara umum terutama mengenai kebutuhan input bagi usaha on-farm dan off-farm Sifat yang rumit dari sistem pertanian yang berkelanjutan mengharuskan pengkajian secara lebih mendalam tentang sistem usahatani Parr (1990) mengusulkan bahwa sasaran akhir dari petani dalam pertanian yang berkelanjutan adalah (i) memelihara dan memperbaiki sumberdaya alam dasar (ii) melindungi lingkungan (iii) menjamin profitabilitas (iv) konservasi energi (v) meningkatkan pproduktivitas (vi) memperbaiki kualitas pangan dan keamanan pangan (vii) menciptakan infrastruktur sosial-ekonomi yang viabel bagi usahatani dan komunitas pedesaan

Sumber httpwwwcadiphsustainable_aturehtm

diakses 2272010 What it understands by the term sustainable agriculture

Kontribusi penting sumberdaya manusia dalam pertanian berkelanjutan tampak dari definisi yang dikemukakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) bahwa sistem pertanian yang berkelanjutan melibatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya bagi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah sambil memelihara atau memperbaiki sumberdaya alam dasar dan menghindari degradasi lingkungan Berdasarkan hal-hal di atas Harwood (1990) mengemukakan definisi kerja tentang pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu pertanian yang dapat berevolusi secara indefinit ke arah utilitas manusia yang semakin besar efisiensi penggunaan sumberdaya yang semakin baik dan keseimbangan dengan lingkungan yang nyaman baik bagi kehidupan manusia maupun bagi spesies lainnya Definisi kerja ini masih sangat

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 12: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

12

cukup tinggi guna mempertahankan fleksibilitas pola pertanaman (5) Konservasi tanah-tanah subur dan produktif dengan jalan mendaur-ulangkan bahan organik (6) Penggunaan air dan bahan bakar secara tepat Persyaratan ini masih belum disepakati secara umum terutama mengenai kebutuhan input bagi usaha on-farm dan off-farm Sifat yang rumit dari sistem pertanian yang berkelanjutan mengharuskan pengkajian secara lebih mendalam tentang sistem usahatani Parr (1990) mengusulkan bahwa sasaran akhir dari petani dalam pertanian yang berkelanjutan adalah (i) memelihara dan memperbaiki sumberdaya alam dasar (ii) melindungi lingkungan (iii) menjamin profitabilitas (iv) konservasi energi (v) meningkatkan pproduktivitas (vi) memperbaiki kualitas pangan dan keamanan pangan (vii) menciptakan infrastruktur sosial-ekonomi yang viabel bagi usahatani dan komunitas pedesaan

Sumber httpwwwcadiphsustainable_aturehtm

diakses 2272010 What it understands by the term sustainable agriculture

Kontribusi penting sumberdaya manusia dalam pertanian berkelanjutan tampak dari definisi yang dikemukakan oleh CGIAR (Consultative Group on International Agricultural Research) bahwa sistem pertanian yang berkelanjutan melibatkan keberhasilan pengelolaan sumberdaya bagi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia yang senantiasa berubah sambil memelihara atau memperbaiki sumberdaya alam dasar dan menghindari degradasi lingkungan Berdasarkan hal-hal di atas Harwood (1990) mengemukakan definisi kerja tentang pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu pertanian yang dapat berevolusi secara indefinit ke arah utilitas manusia yang semakin besar efisiensi penggunaan sumberdaya yang semakin baik dan keseimbangan dengan lingkungan yang nyaman baik bagi kehidupan manusia maupun bagi spesies lainnya Definisi kerja ini masih sangat

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 13: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

13

umum untuk lebih mema hami proses-proses yang terlibat didalamnya maka perlu diterjemahkan ke dalam substansi-substansi yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang berlaku di masing-masing negara Sebagai konsepsi yang dinamis pertanian yang berkelanjutan melibatkan interaksi-interaksi yang kompleks faktor-faktor biologis fisik dan sosial-ekonomis serta memerlukan pende katan yang komprehensif untuk memperbaiki sistem yang ada dan mengembang kan sistem baru yang lebih berkelanjutan

Sumber httpwwwgreenhopesin3Fp3D81 diakses 352010 Sustainable Agriculture-Assured Food Security

Beberapa pertimbangan biologis yang penting adalah (1) Konservasi sumberdaya genetik (2) Hasil per unit area per unit waktu harus meningkat (3) Pengendalian hama jangka panjang harus dikembangkan melalui pengelolaan hama terpadu (4) Sistem produksi yang seimbang yang mmelibatkan tanaman dan ternak (5) Perbaikan metode pengendalian hama dan penyakit ternak Beberapa faktor fisik yang sangat penting ialah (1) Tanah merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk menjamin keberlanjutan sistem pertanian sehingga kehilangan material tanah karena erosi dan kemunduran kesu buran tanah akibat kehilangan hara harus dikendalikan (2) Sistem pertanian merupakan pengguna air pemanfaatan secara tidak efisien cadangan air bumi dan eksploitasi akuifer akan dapat berakibat fatal (3) Pengelolaan tanah dan air yang tidak memadai di lahan pertanian tadah hujan dapat memacu degradasi lahan (4) Penggunaan bahan agrokimia yang tidak tepat dapat mengakibatkan akumulasi bahan-bahan toksik dalam air dan tanah (5) Perubahan atmosferik akibat ulah manusia dapat berdampak buruk terhadap sistem produksi pertanian (6) Konsumsi energi oleh sistem produksi pertanian dengan hasil-tinggi harus lebih dicermati Kendala sosial-ekonomi dan tatanan legal yang juga mempe ngaruhi stategi jangka panjang yang berkelanjutan adalah (1) Infrastruktur yang lemah sehingga sangat membatasi di namika transportasi dan komunikasi (2) Program finansial dan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 14: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

14

administratif seringkali bias ke arah daerah urban (3) Sistem penguasaan lahan (land tenure)

Sumber httpcentralillinoisfarmbegincesaspx diakses 852010 Minnesota Institute for Sustainable Agriculture (MISA)

23 Agroteknologi Lahan Kering

Di seluruh Indonesia ada sekitar 514 juta hektar lahan kering dimana sekitar 70 di antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering secara subsistensi (Manuwoto 1991) Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman teknologi pemanfaatan sumberdaya lahan kering dan pembenahan kelembagaan penunjangnya Lima syarat yang harus dipenuhi dalam upaya perekayasaan dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering adalah (i) secara teknis bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan sesuai dengan kondisi agroekologis setempat (ii) secara ekonomis menguntungkan pada kondisi tatanan ekonomi wilayah pedesaan (iii) secara sosial tidak bertentangan dan bahkan mampu mendorong motivasi petani (iv) aman lingkungan dan (v) mampu membuka peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan

Evaluasi kesesuaian agroekologis lahan kering untuk penggunaan pertanian masih dipandang sebagai bottle neck dalam kerangka metodologi perencanaan sistem pengelolaan lahan kering Beberapa metode dan prosedur evaluasi agroekologis dapat digunakan untuk kepentingan ini Metode-metode ini masih bertumpu kepada aspek agroekologi sedangkan aspek sosial-ekonomi-budaya masih belum dilibatkan secara langsung Demikian juga sebaliknya pendekatan agroekonomi untuk mengevaluasi usahatani lahan kering yang lazim digunakan hingga saat ini biasanya juga belum melibatkan secsara langsung aspek-aspek

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 15: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

15

agroekologis Selama ini penelitian-penelitian untuk memanipulasi lingkungan tumbuh pada lahan kering dilakukan dengan metode eksperimental di lapangan yang sangat tergantung pada musim memerlukan waktu lama dan sumberdaya penunjang yang cukup banyak (P3HTA 1987 PLKK 1988) Kondisi lahan kering umumnya ditandai oleh infrastruktur fisik dan sosial yang rendah dan keterbatasan-keterbatasa akses lainnya Keterisolasian penduduk dari sumber informasi mengakibatkan mereka kurang mampu mengembangkan wilayahnya secara mandiri Kondisi seperti ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau masyarakat di lahan kering yang sebagian besar relatif miskin Pada kondisi seperti itu siperlukan rancangan khusus sistem usahatani konservasi di lahan kering untuk menciptakan produksi pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan disertai dengan dukungan pengembangan peranan wanita pedesaan fasilitas perkreditan jalan dan transportasi desa sarana air bersih pedesaan dan sarana penunjang lainnya

Sumber httpwwwfaoorgDOCREP006AD8e08htm

diakses 652010 The three dimensions of sustainable agriculture

Kondisi sumberdaya lahan kering yang sangat beragam dan kondisi iklim yang berfluk tuasi tersebut pada kenyataannya sering menjadi kendala yang menentukan tingkat efektivitas implementasi teknologi pengelolaan yang ada Khusus dalam hal konservasi tanah dan air kendala yang dihadapi adalah erodibilitas tanah dan erosivitas hujan yang sangat tinggi faktor lereng dan fisiografi Dalam kondisi seperti ini maka tindakan konservasi tanah harus dibarengi dengan intensifikasi usahatani dan rehabilitasi lahan Salah satu upaya intensifikasi usahatani lahan kering adalah dengan pemilihan kultivar pengaturan pola tanam yang melibatkan tanaman semusim dan tanaman tahunan serta ternak dibarengi dengan penanaman rumputtanaman hijauan pakan Hasil penelitian yang

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 16: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

16

dilakukan oleh P3HTA tentang pola usahatani lahan kering pada musim tanam 19851986 memberi informasi bahwa polatanam introduksi jagung + kacang tanah (atau kedelai) + ubikayu diikuti jagung + kedelai (atau kacang hijau) dan diikuti kacang tunggak lebih efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dan lebih produktif daripada pola tanam tradisional Suatu peluang yang tampaknya cukup besar di lahan kering adalah usahatani tanaman pisang dan kelapa Kedua jenis komoditas ini ternyata mampu mensuplai pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani lahan kering baik secara langsung maupun secara tidak langsung Pemupukan urea TSP dan KCl ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedua tanman ini secara signifikan Penelitian-penelitian ini sudah mulai melibatkan aspek konservasi tanah laju erosi dan limpasan permukaan sudah mulai diamati dan diukur di lapangan sehingga diperlukan dana yang cukup banyak dan harus mengikuti irama musiman

Sumber httpwwwgardenoflifecomvitaultaspx

diakses 532010

Produksi pertanian yang berkelanjutan yang sekaligus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan alam ini akan dicapai melalui pendekatan usahatani yang menyeluruh denagn menerapkan paket teknologi Asta-usaha Penerapan paket teknologi yang terdiri atas penggunaan benih unggul pengolahan tanah pengairan perlindungan tanaman cara bercocok tanam pengolahan hasil pemasaran dan konservasi tanah ini diharapkan akan mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah Dalam hubungan ini diperlukan berbagai petunjuk teknis yang tepatguna Petunjuk teknis bagi pengembangan sistem pertanian lahan kering ini terdiri atas Usahatani konservasi dan produksi pertanian Produksi Peternakan Penyuluhan dan transfer informasi Pembinaan wanita pedesaan pengembangan lembaga keuangan pedesaan Pembangunan prasarana jalan dan Pengadaan fasilitas air bersih Komponen-komponen teknologi

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 17: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

17

ini dikemas dalam suatu program pembangunan pertanian lahan kering untuk meningkatkan ekonomi wilayah dan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat

Sumber httpcymaxcommyservices_addonalasp

diakses 572010 Effective use of Greenfeed Slow Release Fertilizer

24 Teknologi Konservasi Lahan Pertanian

Permasalahan dan kendala bagi upaya konservasi tanah yang sering dijumpai di lahan kering adalah (i) kondisi lahan yang curam sehingga pengolahan tanah akan merangsang dan mempercepat proses erosi dan tanah longsor (ii) rendahnya rataan penghasilan petani lahan kering yang menyebabkan tidak mampu untuk membiayai kegiatan konservasi tanah (iii) masih terbatasnya kesadaran petani akan usaha konservasi tanah sebagai akibat dari keterbatasan informasi dan pengetahuan dan (iv) keterbatasan sarana dan prasarana pengembangan sistem pertanian lahan kering Lokasi prioritas bagi kegiatan konservasi tanah harus memenuhi kriteria (i) terletak dalam Zone Erosi Kritis dengan lahan lebih dari 75 lahan kering (ii) sebagian besar diusahakan untuk usahatani kecil (iii) kemiringan lahan antara 8 hingga 45 dengan tebal solum lebih dari 30 cm untuk daerah yang solumnya kurang 30 cm diarahkan untuk tanaman keras tahunan dan (iv) respon petani cukup tinggi Metode konservasi tanah yang sering digunakan adalah metode sipil-teknis dan metode vegetatif Bentuk-bentuk teknik konservasi tanah dapat berupa teknik teras bangku teras gulud teras kredit teras individu teras kebun saluran diversi saluran pembuangan air dan penanaman tanaman penguat teras pada bibirtampingan tanaman penutup tampingan teras dan penanaman berjalur (strip cropping)

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 18: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

18

Sumber httpwwwtakdangaralincomscierosion

diakses 2562010 Strip Cropping

241 Pembangunan Teras Kredit

Pada hakekatnya pembuatan teras dimaksudkan untuk memperpendek panjang lereng danatau memperkecil kemiringan lereng Teras juga dilengkapi dengan saluran untuk menampung dan menyalurkan air yang masih mengalir di atas permukaan tanah Tujuan pembuatan teras adalah (i) mengurangi kecepatan limpasan permukaan (ii) memperbesar resapan air ke dalam tanah (iii) menampung dan mengendalikan arah dan kecepatan limpasan permukaan Ciri-ciri penting dari bangunan teras kredit adalah (i) sesuai untuk tanah landai hingga bergelombang dengan derajat kemiringan 3-10 (ii) jarak antara larikan teras 5-12 m (iii) tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah yang terbawa erosi dari sebelah atas larikan (iv) teras kredit ini secara berangsur-angsur dimodifikasi menjadi teras bangku Tahapan pembuatan teras ini meliputi pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5-12 m pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah yang sejajar dengan garis kontur dan penanaman tanaman penguat teras secara rapat di sepanjang guludan Jenis tanaman legume tahunan ditanam dengan benih

242 Pembangunan Teras Gulud Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-20 jarak antar guludan rata-rata 10 m saluran air pada teras berfungsi sebagai saluran diversi untuk mengurangi limpasan permukaan ke arah lereng di bawahnya Cara dan tahapan pembangunannya adalah pemancangan patok menurut garis kontur dengan jarak dalam baris 5 m dan jarak patok antar baris 10 m pembuatan saluran teras dengan jalan menggali tanah menurut arah larikan patok ukurannya dalam 30 cm lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm tanah hasil galian ditimbun untuk membentuk guludan panjang guludan dan saluran

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 19: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

19

maksimum 50 m dan dipotong oleh SPA yang dibuat tegak lurus garis kontur penanaman tanaman penguat etras pada guludan

Jenis tanaman penguat teras dapat berupa kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm (bibit stek) atau benih ditabur merata rumput-rumputan yang ditanam dengan jarak 30-50 cm

243 Pembangunan Teras Bangku Spesifikasi bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

10-30 bidang olah teras bangku hampir datar sedikit miring ke arah bagian dalam (plusmn 1) di antara dua bidang teras dibatasi oleh tampingantaludriser di bawah tampingan teras dibuat selokan teras yang miring ke atrah SPA Cara pembuatan teras ini diawali dengan penggalian tanah menurut larikan patok pembantu memisahkan lapisan tanah bagian atas dan menimbun di kiri atau kanan galian menggali tanah lapisan bawah sesuai dengan deretan patok-patok dan menimbun tanah galian di sebelah bawah patok pemadatan timbunan tanah dan permukaan bidang olah dibuat miring ke arah bawah 1 tanah lapisan atas ditaburkan kembali secara merata pada permukaan bidang olah pada bibir teras dibuat guludan 20 x 20 cm di bagian dalam teras dibuat selokan 20 cm x 10 cm talud teras dibuat dengan kemiringan 21 atau 11 tergantung pada kondisi tanah Talud bagian atas ditanami gebalan rumput atau tanaman penguat teras lainnya

244 Pembangunan Teras Kebun Ciri-ciri bangunan teras ini adalah sesuai pada lahan dengan kemiringan

30-50 yang dirancang untuk penananaman tanaman perkebunan pembuatan teras hanya pada jalur tanaman sehingga ada lahan yang tidak diteras dan hanya tertutup oleh vegetasi penutup tanah lebar jalur teras dan jarak antara jalur teras disesuaikan dengan jenis tanaman Cara pembuatannya hampir sama dengan pembuatan teras bangku pengolahan tanah pada bidang teras hanya dilakukan pada lubang tanam Talud teras ditanami rumput atau cover crop Lahan yang terletak di antara dua teras dibiarkan tidak diolah Tatacara pembangunannya diawali dengan membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah menggali tanah di bagian bawah batas galian yang telah terbentuk dan ditimbun ke bagian bawah hingga patok batas timbunan tanah urugan dipadatkan dan permukaannya dibuat miring 1 ke arah dalam talud teras ditanami dengan cover crop atau rumput di bagian bawah batas galian talud dibuat selokan teras atau saluran buntu sepanjang 2 m lebar 20 cm sedalam 10 cm

245 Penanaman tanaman penguat teras Tanaman penguat teras adalah jenis vegetasi yang karena sifat tumbuh

danatau cara tumbuhnya dapat berfungsi sebagai penguat teras Jenis tanaman ini dapat berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan Persyaratan tanaman penguat teras adalah (i) sistem perakar annya intensif sehingga mampu mengikat tanah (ii) tahan pangkas (iii) bermanfaat dalam menyuburkan tanah dan penyedia pakan ternak Beberapa jenis tanaman penguat teras adalah (i) Turi (Sesbania grandiflora) (ii) Gomal (Gliricidea maculata) (iii) Akasia merah (Acacia villosa) (iv) Opo-opo (Flemingia sp) (v) Rumput setaria (Setaria sphacellata) (vi) Rumput bebe (Brachiarta brizantha) (vii) Rumput benggala (Panicum maximum) (viii) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan Desmodium sp

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 20: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

20

Sumber httpwwwfaoorgagaglagllwASESkmz

diakses 572010 The small contour bench terraces with permanent green cover

III MODEL DAN SIMULASI

31 Konsep Teori dan Pendekatan

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan sumberdaya lahan secara lestari ternyata sangat beragam dan rumit Dengan demikian upaya pemecahannya memerlukan suatu pendekatan sistemik yang bersifat komprehenseif sibernetik dan efektif (Mize dan Cock 1968) Pemodelan sistem dalam penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan model-model kuantitatif yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku subsistem-subsistem yang dipelajari Sebagian dari model ini diambil dari pustaka- pustaka ilmiah yang telah teruji keterandalannya Pengintegrasian model-model ini dilakukan berdasarkan sistematika logis untuk memecahkan masalah yang dihadapi Tiga kelompok model yang digunakan dalam penelitian tahun ke dua ialah (i) model evaluasi sistem usahatani tanaman dan ternak (ii) model evaluasi erosi dan limpasan permukaan dan (iii) model alokasi sumberdaya lahan bersasaran ganda (Soemarno 1991a)

Proses pengujian model dilakukan dengan menggunakan informasi dasar yang berupa hasil pemetaan dan klasifikasi tanah data hidrologi data agroekologi dan data usahatani Karakteristik agroekologi merupakan masukan bagi submodel evaluasi lahan Dengan bantuan program komputer dapat dicari jenis-jenis tanaman yang sesuai kegiatan ini telah dilakukan pada tahun ke 1 Jenis tanaman ini digunakan sebagai dasar menentukan pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air berdasarkan kepada neraca air lahan dan neraca air tanaman (Telah dilakukan pada tahun ke 1) Jenis tanaman yang sesuai ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis usahatani yang akan dianalisis dengan submodel fungsi produksi Sebagian dari karakteristik lahan digabungkan dengan data hidrologi menjadi masukan bagi submodel erosi Hasil dari submodel ini adalah

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 21: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

21

dugaan erosi potensial selama setahun Hasil dugaan erosi ini digunakan untuk mengevaluasi alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air dan sesuai dengan kondisi lahan (kegiatan ini telah dimulai tahun ke 1 dan diteruskan tahun ke 2)

Alternatif pola pergiliran tanaman yang aman ditinjau dari segi erosi merupakan masukan bagi model fungsi produksi dan IO usahatani Analisis dalam kedua model ini dilakukan dengan menggunakan data primer dari masing-masing jenis usahatani Hasil analisis ini adalah besarnya penerimaan kebutuhan tenagakerja dan RC-rasio dari setiap usahatani serta alokasi sarana produksi yang diperlukannya Pemilihan pola pergiliran tanaman dilakukan berdasarkan besarnya RC-rasio ini

Dari hasil analisis dan simulasi seperti yang dikemukakan di atas diharapkan dapat diperoleh alternatif- alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dengan perkiraan nilai erosi produktivitas dan alokasi optimal sumberdaya (faktor produksi) Hasil-hasil perhitungan ini digunakan sebagai koefisien-koefisien dalam model alokasi sumberdaya bersasaran ganda untuk mendapatkan alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan (Soemarno 1991a)

32 Batasan Lokasi

Lokasi perencanaan harus dibatasi secara jelas dan operasional misalnya adalah Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Sub DAS Lesti-Genteng atau Daerah Aliran Waduk Sengguruh Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur Kegiatan perencanaan dilaksanakan di lahan usaha milik penduduk (lahan desa) dan kawasan hutan sekitarnya Lahan desa ini dikelompokkan menjadi lahan sawah lahan tegalan dan lahan pekarangan Berbagai jenis tanaman sayuran dataran tinggi palawija dan padi diusahakan di lahan desa ini Secara administratif pemerintahan DAW Sengguruh ini meliputi Kecamatan Wajak Poncokusumo Dampit Kepanjen Turen dan Ampelgading

33 Data yang Diperlukan

A Data Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi dikumpulkan pada tahun ke dua ini diperlukan untuk

analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan dari masing-masing jenis usahatani Data primer dikumpulkan dengaan cara memilih secara sengaja desa contoh yang menjadi pusat usahatani komoditas tertentu kemudian dari setiap desa ini dipilih secara acak petani-petani contoh

B Data Agroekologi dan Hidrologi Data-data ini semuanya dikumpulkan untuk merumuskan model erosi dan

hidrologi Data agro-klimat serta hasil pemetaan dan survei tanah diambil dari Proyek Kali Brantas dan Instansi-Instansi yang terkait

34 Model dapat yang digunakan

Model-model yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) (2) Model Erosi dan Hidrologi Pertanian (EHP)

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 22: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

22

(3) Model Produksi dan Sistem Usahatani (PROTANI) (4) Model Tenagakerja Pertanian (TKP) (5) Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

Analisis dalam model evaluasi lahan menggunakan data tanah dan agroklimat dari suatu unit lahan yang dipadukan dengan syarat tumbuh tanaman Hasilnya adalah jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk satuan lahan tertentu Jenis-jenis tanaman ini dipakai untuk menyusun alternatif pola pergiliran tanaman sepanjang tahun yang layak air Jenis pola tanam ini dievaluasi dengan analisis usahatani analisis fungsi produksi dan fungsi keuntungan

Setiap alternatif pola tanam tersebut di atas dievaluasi nilai rataan tertimbang faktor-C yang selanjutnya digunakan dalam model erosi Analisis dalam model erosi ini juga memerlukan data tanah topografi dan data hujan di suatu satuan lahan Hasilnya adalah dugaan erosi (kehilangan tanah) potensial selama setahun

341 Model Evaluasi Lahan Pertanian (ELP) Dalam penelitian ini kesesuaian lahan bagi tanaman pertanian dianalisis

dengan program Evaluasi Lahan Cara ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor Prosedur kuantifikasi untuk evaluasi kesuburan tanah mengikuti metode Catalan (1990)

342 Model Erosi dan Hidrologi Pertanian Model erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1960 1978) yang dikenal dengan istilah The Universal Soil Loss Equation atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Arsyad 1989)

343 Model AGROTEK Model ini tersusun atas empat model evaluasi yaitu (i) model neraca

lengas lahan (Thornthwaite dan Mather 1955 1957) (ii) model evaluasi agroteknologi (iii) model input-output usahatani Pada lokasi-lokasi yang mempunyai data dan informasi klimatologis yang memadai akan digunakan metode Penman untuk menduga evapotranspirasi potensial Analisis neraca lengas dan IO usahatani telah dilakukan pada tahun pertama

A Model Evaluasi Agroteknologis Model ini dikembangkan dari hasil-hasil evaluasi model erosi model ELP

dan model neraca lengas lahan Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mencari alternatif pola pergiliran tanaman dengan teknik konservasi tanahnya yang aman erosi dan layak ekonomis pada suatu satuan analisis lahan Alternatif pola pergiliran tanaman yang digunakan adalah alternatif yang tahan kekeringan berda-sarkan neraca lengas lahan Sedang alternatif tindakan konservasi tanah meliputi terras bangku yang berkualitas sedang dan baik Model yang digunakan adalah

CPmaks = TSLRKLS

CPmaks = nilai maksimum dari faktor pengelolaan tanah dan tanaman di

suatu satuan analisis lahan TSL = toleransi erosi RKLS = kehilangan tanah potensial pada suatu satuan analisis lahan tertentu Satuan analisis yang dimaksudkan dalam bagian ini ialah (i) satuan lereng untuk keperluan pendugaan kehilangan tanah dengan menggunakan model USLE dan (ii) sa- tuan analisis lahan (selanjutnya disebut satuan analisis) untuk analisis alternatif agroteknologi

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 23: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

23

(a) Pemetaan satuan lereng Pengertian lereng dalam hal ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

model USLE Dalam setiap satuan lereng diidentifikasikan beberapa karakteristik penting (i) batas satuan lereng (ii) panjang lereng (iii) kemiringan lereng rataan (iv) luas (v) jenis tanah dan (vi) hujan (curah hujan bulanan hari hujan dan hujan maksimum dalam 24 jam)

(b) Satuan analisis lahan Satuan analisis ini disusun berdasarkan tiga kriteria utama yaitu (i) jenis

tanah (ii) kemiringan lahan dan (iii) tipe agroklimat (Soemarno 1988)

(c) Rangkaian analisis agroteknologi Agroteknologi yang dimaksudkan dalam bagian ini terdiri atas dua

komponen yaitu pola pergiliran tanaman sepanjang tahun dan teknik konservasi terras bangku disain baku kualitas sedang dan baik

344 Model Produksi dan Usahatani (PROTANI)

Dalam penelitian ini digunakan fungsi produksi Cobb- Douglas (Heady

dan Dillon 1964) yang rumusan matematikanya adalah Yi = a Xijb eijDu Yi

produksi tanaman ke i a intersep konstante b koefisien regresi Xi peubah

bebas sarana produksi D peubah sandi e eksponensial

345 Model Tenagakerja Pertanian (TKP) Model ini terdiri atas tiga macam submodel yaitu model prakiraan jumlah

pendu duk (Eriyatno dan Siswanto 1989) model perkiraan ketersediaan tenagakerja pertanian dan model perhitungan kebutuhan minimal penduduk

(1) Model prakiraan jumlah penduduk Model yang digunakan bertumpu kepada teknik integrasi numerik yang

pernah dikemukakan oleh Eriyatno dan Siswanto (1989) Formula dasar yang digunakan ialah

Y(dt) = Y(0) + f(YZ) dz Y(2dt) = Y(dt) + f(YZ) dz Y(ndt) = Y((n-1)dt) + f(YZ)dz

Dengan menggunakan Lagrangian Interpolation Polynomial dapat diperoleh formula berikut

f(X) = Li(X)f(Xi)+Rx f(x)dx = Li(x)f(xi)dx + Rxdx

f(xi) Li(x)

Untuk n = 1 diperoleh formula prakiraan sebagai berikut

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 24: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

24

f(x) dx = dt2 (3f(t) - f(t-dt))

Dalam hubungannya dengan prakiraan jumlah penduduk di lokasi penelitian maka formulanya dapat dirumuskan sbb

LKP(t) = C1 PW(t)

LKW(t) = C2 PW(t)

LMP(t) = C3 PP(t)

LMW(t) = Ct PW(t)

k1 = MNP(t)(PP(t)+PW(t))

k2 = MNW(t)(PP(t)+PW(t))

C1 = LP(t)(LW(t)+LP(t)

C2 = LW(t)(LW(t)+LP(t))

C3 = MP(t)(MP(t)+MW(t)

C4 = MW(t)(MW(t)+MP(t))

dPP(t)dt = (LKP(t)-LMP(t)+k1(PP(t))

dPW(t)dt = (LKW(t)-LMW(t))+k2(PW(t))

PP(t) = PAP + (LKP(x)-LMP(x))dx+ k2 PP(x)dx

PW(t) = PAW + (LKW(x)-LMW(x)dx +

k1 PW(x)dx

PP(t+dt) = PP(t) + (LKP(x)-LMP(x)dx + k2 PP(x)dx

PW(t+dt) = PW(t) + (LKW(x)-LMW(x)dx + k1 PW(x) dx

dimana PP = populasi pria PW = populasi wanita PAP = populasi pria awal PAW = populasi wanita awal LKP = laju kelahiran pria LKW = laju kelahiran wanita LMP = laju kematian pria LMW = laju kematian wanita LP = jumlah lahir pria MP = kematian pria MW = kematian wanita LW = jumlah lahir wanita C = konstante k1 = laju migrasi neto wanita k2 = laju migrasi neto pria

MNP = jumlah migrasi neto pria MNW = jumlah migrasi neto wanita

(2) Model perkiraan ketersediaan tenaga kerja pertanian Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah (1) usia

kerja 15-60 tahun (2) proporsi petani 50-55 dan buruh tani 30-40 dari seluruh penduduk (3) seorang pria dewasa setara dengan satu HKSP atau HOK (4) seorang wanita dewasa setara dengan 075 HKSP

(3) Model perhitungan kebutuhan minimal penduduk Perhitungan kebutuhan minimal ini dilakukan berdasarkan kriteria 480 kg

beras EPDtahun dengan asumsi 50 untuk kebutuhan pangan dan 50 untuk kebutuhan non pangan Jumlah penduduk yang digunakan dalam model ini adalah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani dan buruhtani termasuk peternak Jumlah penduduk ini berkisar antara 80-85 dari jumlah total penduduk di Sub DAS Lesti-Sengguruh

346 Model Alokasi Sumberdaya Pertanian (ASP)

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 25: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

25

Kajian dan analisis alokasi lahan ini dilakukan pada tahun ke 2 Model

alokasi yang digunakan adalah Model Tujuan Ganda (Linear Goals Programming) (Ignizio 1978 Nasendi dan Anwar 1985 Soemarno 1991c) Model ini digunakan untuk mencari alokasi luas penggunaan lahan yang optimal di Sub DAS Sengguruh Struktur dasar dari model ini adalah sebagai berikut

Peubah keputusan (Xi)

X1 = luas hutan lindung ha X2 = luas hutan produksi ha X3 = luas kebun campuran ha X4 = luas kebun tebu rakyat ha X5 = luas tegalan dengan aneka tanaman palawija ha X6 = luas sawah ha X7 = luas pekaranganpemukiman ha X8 = luas kebun apel ha X9 = luas tegalan dengan tanaman hortikultura dataran tinggi ha

Skenario I Penyusunan prioritas

P1 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin

tersedianya hutan lindung di Sub DAS seluas sekurang-kurangnya seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menghasilkan laju erosi tahunan tidak me lampaui laju erosi yang masih dapat ditoleransikan Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya

pemukiman pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-luasnya

750 m2KK P2 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan rataan debit

sungai bulan Februari dan September di pintu masuk waduk Sengguruh mendekati debit disain (pola) menurut pengelola waduk

P3 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu memberikan penghasilan

(dari usahatani) sekurang-kurangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak ( 480 kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menjamin tersedianya lahan sawah seperti sekarang Mencari kombinasi penggunaan lahan dimana sebagian dari hutan konversi yang ada sekarang dikonversi menjadi lahan pertanian

P4 Mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menyediakan kesempatan

kerja sekurang-kurangnya sama dengan tenagakerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenaga kerja petani dan buruh tani Mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin tersedianya luasan tertentu kebun tebu kebun campuran dan tegalan

Skenario II Sama dengan skenario I hanya saja 50 lahan tegalan dikonversi menjadi pekarangan

Skenario III Sama dengan Skenario I hanya saja produktivitas usahatani dapat ditingkatkan menjadi seperti yang dicapai oleh BPP Ngantang dan Pujon sekarang

Skenario IV Sama dengan Skenario II hanya saja intensifikasi pada lahan pertanian dapat meningkatkan produksi sebesar rata-rata 125

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 26: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

26

Perumusan kendala 1 Kendala riil luas lahan (luas sub-sub DAS) ha Xi = L

2 Kendala sasaran

21 Kendala laju erosi ei = kehilangan tanah dari 1 ha Xi (tonhath)

ET = kehilangan tanah yang masih ditoleransikan (tonth)

eiXi - d1+ = EKT

Tujuan Meminimalkan d1+

22 Kendala debit sungai maksimal (bulan Februari)

q1 = debit akibat dari 1 ha Xi (m3hadet)

Q1 = Disain debit Februari yang direncanakan (m3det)

q1i Xi - d2+ = Q1

Tujuan Meminimalkan d2+

Penetapan prioritas untuk masing-masing tujuan

Tu-ju

Prioritas

Keterangan

an No Faktor 1

1 P1 Luas hutan lindung sekurang-kurang nya sama seperti sekarang

2

1 P1 Dugaan laju erosi tahunan tidak melebihi batas toleransinya

3

1 P1 Luas pekarangan sekurang-kurangnya 450 m2KK dan seluas-

luasnya 750m2KK 4

2 P2 Rataan debit sungai bulan Februari dan September mendekati debit pola (disain) menurut pengelola waduk Sengguruh

5

3 P3 Penghasilan dari usahatani dapat me menuhi kebutuhan hidup layak (480kg berasEPDth) bagi petani dan buruh tani beserta keluarganya

6

4 P4 Tersedianya kesempatan kerja pertanian sekurang-kurangnya sama dengan-tenaga kerja petani dan sebanyak-banyaknya sama dengan tenagakerjapetani dan buruhtani

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 27: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

27

23 Kendala debit minimal (bulan September)

q2i = debit yang diakibatkan oleh 1ha Xi (m3hadet)

q2i = disain debit September yang direncanakan (m3det)

q2i Xi + d3- = Q2

Tujuan Meminimalkan d3-

24 Kendala penerimaan usahatani dalam setahun ki = penerimaan usahatani 1 ha Xi (ribu rupiah)

K = Target pendapatan setahun dari usahatani untuk dapat menjamin hidup (ribu rupiah)

ki Xi + d4- = K

Tujuan Meminimalkan d4-

25 Kendala kebutuhan tenagakerja usahatani li = kebutuhan tenagakerja usahatani 1 ha Xi (HOKha)

L = sasaran ketersediaan tenagakerja pertanian (HOKtahun)

li Xi + d5- = LPT

li Xi - d5+ = LPTBT

Tujuan Meminimalkan d5+ + d5-

26 Kendala luas hutan lindung H = luas kawasan hutan lindung seperti sekarang

X1 + d5- = H

Tujuan Meminimalkan

d5-

27 Kendala total luas pekaranganpemukiman

R = Target luas pekarangan ha (450-750 m2KK )

X7 - d6+ + d6- = R

Tujuan Meminimalkan d6+ + d6-

Fungsi Tujuan Minimalkan Pi(wi di )

Penetapan nilai kendala (1) Kendala riil luas lahan luas sub DAS yang diperoleh dari Sub Balai

RLKT Brantas Malang

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 28: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

28

(2) Kendala laju erosi tahunan diperoleh dari perhitungan toleransi untuk

masing-masing unit lahan yang ada di sub DAS dengan menggunakan batasan Kapasitas daya tampung sedimen Waduk Sengguruh dengan umur disain 125 tahun

(3) Kendala debit maksimal kendala ini diambil dari nilai disain debit rataan bulanan di pintu masuk Waduk Sengguruh Berdasarkan pola hujan setahun ternyata nilai tertinggi debit rataan ini terjadi pada bulan Februari

(4) Kendala debit minimal kendala ini merupakan nilai di sain debit di pintu masuk waduk Sengguruh yang terjadi pada bulan September

(5) Kendala penerimaan usahatani dalam setahun Target penerimaan usahatani diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk dengan kriteria hidup layak menurut BPS (1993)

(6) Kendala kesempatan kerja dalam setahun kendala ini diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk usia kerja dan faktor kesetaraan tingkat upah yang berlaku

(7) Kendala luas kawasan hutan lindung target luas hutan ini ditetapkan berdasarkan Pola RLKT Brantas yaitu mendekati kondisi yang ada sekarang

(8) Kendala luas pekaranganpemukiman target luas pemukiman dihitung berdasarkan jumlah keluarga di sub DAS dengan rataan

antara 450 -750 m2 (data empiris)

DAFTAR PUSTAKA

Adi A 1990 Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran Pembahasan Hasil-hasil dan Perencanaan Penelitian P3HTA - Badan Litbang Pertanian 11-13 Januari 1990 Puncak- Bogor

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air Penerbit IPB (IPB Press) Bogor Arsyad S A Priyanto dan LI Nasoetion 1985 Konsepsi Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai Makalah disajikan pada Lokakarya Program Studi Pengelolaan DAS pada FPS IPB 14 Januari 1985

BrinkmanAR dan AJ Smyth 1973 Land Evaluation for Rural Purposes ILRI Publ No 17 Wageningen

Dent D dan A Young 1981 Soil Survey and Land Evaluation George Allen amp Unwin London

Dent JB dan JR Anderson 1971 Systems Analysis in Agricultural Management John Wiley amp Sons Australasia PTY LTD Sydney

Departemen Pertanian 1991 Pedoman pola pembangunan di daerah aliran sungai SK Menteri Pertanian No 175KptsRc22041987 2 April 1987 Jakarta

Edwards CA 1990 The importance of integration in sustainable agricultural systems Dalam Sustainable Agricultural Systems (ed by CA Edwards et al) Soil and Water Conser-vation Society Iowa

Eren T 1977 The Integrated Watershed Approach for Development Project Formulation In Guidelines for Watershed Management FAO Conservation Guide No1 Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome p 9-14

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 29: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

29

Eriyatno 1990 Permodelan Sistem Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor Bogor 15 halaman Eriyatno 1990a Sistem Penunjang Keputusan Fakultas Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor Bogor 23 hal Eriyatno dan H Siswanto 1989 Teknik Estimasi Populasi Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor Bogor FAO 1976 A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No 32IILRI

Publ No 22 FAO Rome Hamer WI 1982 Final soil conservation consultant report AGOFINS78006

Technical Note No 26 Centre for Soil Research Bogor Hardjowigeno S 1985 Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan Non

Pertanian Jurusan Tanah Institut Pertanian Bogor Heady EO dan JL Dillon 1964 Agricultural Production Iowa State University

Ames Ignizio JP 1978 Goal Programming and Extensions DC Health and Company

Lexington Mass Kral DM 1982 Determinants of Soil Loss Tolerance ASA Special Publication

Number 45 Proc of a Symposium sponsored by Devision S-6 of the SSSA in Fort Collins Colorado 5-10 Aug 1979 Wisconsin

Nasendi BD dan A Anwar 1985 Program Linear dan Variasinya PT Gramedia Jakarta

Nasir AA 1986 Neraca Air dan Prosedur Analisisnya Kursus Pemanfaatan Data Iklim dalam Pengelolaan Air Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Bogor

Soemarno 1988 Model dan Simulasi dalam Pengelolaan Lahan Kritis di DAW Selorejo Tesis Magister Sains di Fakultas Pascasarjana IPB

Soemarno 1991 Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Konto Malang Disertasi Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor

Soemarno 1991a Implementasi Model Tujuan Ganda dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Studi Kasus di Sub DAS Pinjal Kabupaten Malang Jurnal Universitas Brawijaya Vol 3 No2 Hal 41-60

Soemarno 1991b Model Perencanaan Sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan Malang 29-31 Agustus 1991

Soemarno 1991c Studi Model Alokasi Penggunaan Lahan yang Berwawasan Lingkungan di DAW Selorejo Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V Jakarta 3-7 September 1991

Soemarno 1992 Studi Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang Jawa Timur Proyek Penelitian yang dibiayai oleh Proyek ARM Balitbang Pertanian

Sys C 1985 Land Evaluation Part I II and III International Training Centre for Post-Graduate Soil Svcientist State University of Ghent Ghent

Wischmeier WH dan DD Smith 1960 A universal soil loss equation to guide conservation farm planning 7th Int Congr Soil Sci Vol 1 418-425

Wischmeier WH 1959 A rainfall erosion index for a universal soil loss equation Soil Sci Soc of Amer Proc 23 246-249

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Page 30: MODEL OPTIMASI PENGELOLAAN LAHAN · Kacang Tanah untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan

30

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land Evaluation Computer System

Methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta

Wood SR dan F J Dent 1983 LECS Land evaluation computer system methodology AGOFINS78006 Mannual 5 Version 1 Ministry of Agric Government of Indonesia-UNDP and FAO Jakarta