22
BAB I KASUS Cisarua Antisipasi Serbuan PSK Kalijodo Camat cisarua bogor yaitu Bayu Rahmawanto, mulai megantisipasi perpindahan Pekerja Seks Komersial (PSK) di Kalijodo ke Puncak Bogor. Bayu Rahmawanto mengkhawatirkan daerah Puncak menjadi sasaran para PSK dari Kalijodo. Saat ini praktek prostitusi dilakukan secara tersembunyi di dalam rumah kontrakan. Oleh karena itu bayu melakukan penyisiran kerumah rumah kontrakan warga. Dari informasi yang didapat jika para PSK ini mencoba megelabui pemilik kontrakan dengan alasan bekerja di rumah makan ataupun kafe di Kawasan Puncak. TribunnewsBogor.com, Senin (28/3/2016). Wanita Kalijodo Pindah Ke Jalan Borongan dan Yuyun (23) (bukan nama sebenarnya), penghibur asal Kalijodo ini memilih melanjutkan profesinya sebagai PSK di Koljem Cilincing, Jakarta Utara. Wanita asal semarang ini mengaku tidak sendiri, tetapi dating dengan sejumlah temannya. Setelah pemerintah memberikan SP 1 Yuyun segera pindah ke daerah tesebut. Dia memilih keluar lebih dulu karena yakin bahwa bangunan tempatnya mangkal akan dihancurkan dengan segera. Dia berlasan tidak pulang kampong lantaran harus memenuhi kebutuhan sehari-hari serta mengirimkan uang bulanan kepada 1

Modul 2 Tugas 7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Role Theory

Citation preview

Page 1: Modul 2 Tugas 7

BAB I

KASUS

Cisarua Antisipasi Serbuan PSK Kalijodo

Camat cisarua bogor yaitu Bayu Rahmawanto, mulai megantisipasi

perpindahan Pekerja Seks Komersial (PSK) di Kalijodo ke Puncak Bogor. Bayu

Rahmawanto mengkhawatirkan daerah Puncak menjadi sasaran para PSK dari

Kalijodo. Saat ini praktek prostitusi dilakukan secara tersembunyi di dalam rumah

kontrakan. Oleh karena itu bayu melakukan penyisiran kerumah rumah kontrakan

warga. Dari informasi yang didapat jika para PSK ini mencoba megelabui pemilik

kontrakan dengan alasan bekerja di rumah makan ataupun kafe di Kawasan

Puncak. TribunnewsBogor.com, Senin (28/3/2016).

Wanita Kalijodo Pindah Ke Jalan Borongan dan

Yuyun (23) (bukan nama sebenarnya), penghibur asal Kalijodo ini

memilih melanjutkan profesinya sebagai PSK di Koljem Cilincing, Jakarta Utara.

Wanita asal semarang ini mengaku tidak sendiri, tetapi dating dengan sejumlah

temannya. Setelah pemerintah memberikan SP 1 Yuyun segera pindah ke daerah

tesebut. Dia memilih keluar lebih dulu karena yakin bahwa bangunan tempatnya

mangkal akan dihancurkan dengan segera. Dia berlasan tidak pulang kampong

lantaran harus memenuhi kebutuhan sehari-hari serta mengirimkan uang bulanan

kepada anaknya di kampong halaman. TribunnewsBogor.com, Senin (28/3/2016).

1

Page 2: Modul 2 Tugas 7

BAB II

TINJAUAN TEORI

Terms for partitioning person

Syarat untuk partisi seseorang dibagi menjadi 2 kategori dasar. Pertama,

aktor adalah orang yang saat ini berperilaku dalam peran yang diberikan. Kedua,

aktor harus menyadari antara aktor dan peran yang sedang ia jalankan. Jadi

mungkin saja aktor adalah sekelompok paduan suara yang bernyanyi untuk

menghibur penonton. Dalam bahasa teori peran, aktor bisa diartikan sebagai the

person, the ego, dan the self. Dan yang lebih alternatif adalah the alter ego, the

target, and the nonself. Heider lebih menekankan teori interpersonal. P-o-x

sebagai Teori Heider, A-B-X sebagai teori Newcomb, dan teori kesimpulan

koresponden sebagai teori Jones dan Davis. Meskipun teori ini bukan masuk

dalam teori peran, hipotesis dan proposisi tentang hubungan interpersonal, atribusi

antar pribadi atau persepsi interpersonal mereka dapat ditafsirkan dalam kerangka

peran teoritis. Sebenarnya, hampir setiap struktur dua pihak atau hubungan

beberapa pihak dimana klasifikasi orang lain yang mungkin dapat dikenakan

analisis peran teoritis. Situasi dasar dimana peran dapat dipelajari adalah salah

satu yang melibatkan aktor (dalam arti luas) dimana aktor dan lainnya memiliki

peran yang dihubungkan oleh faktor-faktor seperti kesamaan, saling melengkapi,

persahabatan, dan sejenisnya. Cooley dan Mead adalah dua dari teori pertama

yang peduli dengan pentingnya hubungan orang lain karena mereka

mempengaruhi orang agar sesuai perilaku perannya dengan peran yang ia

jalankan. Kedua orang ini melihat titik acuan perilaku adalah lingkungan.. Dengan

demikian, mereka tidak peduli dengan interaksi komponen sebenarnya antara

seseorang dengan lainnya. Mead dan Cooley menyimpulkan bahwa the person,

the ego, dan the self ditentukan oleh lingkungan. Menurut Mead, seseorang

berperilaku karena lingkungan, tapi menurut Cooley seseorang melihat

lingkungan sebagai cermin untuk melihat karakteristik dirinya. Teori Mead dan

Cooley di perluas oleh Merton,Kitt, dan Kelley, dan beberapa teori lainnya.

Fungsi referensial dijabarkan lebih luas pada bagian partisi perilaku.

2

Page 3: Modul 2 Tugas 7

Perlu dicatat bahwa Secord dan Backman mengikuti jejak Bredemeier dan

Stevenson yaitu seseorang sebagai individu menempati posisi fokus dalam

hubungan yang diamati dan yang lainnya sebagai individu yang menempati posisi

counter. Dengan demikian, mereka melihat yang lain sebagai mitra peran orang

tersebut. Pandangan seseorang terhadap posisi counter digambarkan dengan

mencatat beberapa hubungan peran terstruktur seperti ibu dan anak, bos dan

karyawan, suami dan istri. Dari contoh ini dapat dilihat dengan mudah bahwa

mitra peran dalam hubungan timbal balik satu dengan yang lainnya.bagian

berikutnya akan dijelaskan mengenai posisi dan mitra peran. Biddle dan Thomas

mengkutip 5 istilah yang menggambarkan peran dan mereka menjelaskannya

dalam beberapa kategori yaitu harapan dan norma, kinerja dan evaluasi, dan

sanksi.

Terms for Partitioning Behaviors

Role Expectation dan Norm

Role expectations adalah ekspektasi-ekspektasi dari orang lain tentang

perilaku yang tepat (dalam arti luas) yang harus ditampilkan oleh seseorang yang

memegang suatu peran tertentu. Istilah norma dan ekspektasi sering dipakai secara

bergiliran di dalam literatur teori peran. Ekspektasi secara umum dilihat sebagai

norma individu atau kelompok bagaimana orang menjalani posisi peran yang telah

diberikan harus menjalani peran tersebut. Tetapi menurut Secord and Backman

(1964) mencatat bahwa norma hanyalan satu atau dua kategori dari ekspektasi.

Role expectations memiliki hakikat antisipatori (prediktif) dan hakikat normatif.

Ada 2 macam peran menurut McDavid dan Harari (1968) yaitu predicted

role expectations dan prescribed role expectations. Pedicted role expectation

adalah perkiraan tentang perilaku yang akan ditampilkan seseorang berdasarkan

pengenalan tentang dirinya. Contoh: “suamiku akan membanting piring bila tahu

saya membeli baju seharga sejuta rupiah” Sedangkan prescribed role expectations

adalah perilaku yang diharapkan/diharuskan akan ditampilkan oleh seseorang

dalam posisi tertentu. Contoh: suami diharapkan mencari nafkah untuk

keluarganya. Biddle dan Thomas (1966) telah membagi role prescriptions (apa

3

Page 4: Modul 2 Tugas 7

yang harus atau diharapkan dalam suatu peran) kedalam sesuatu yang covert /

disimpan secara diam-diam dan overt / diungkapkan secara terang-terangan.

Role Performance

Role performance merupakan tingkah laku yang ditampilkan oleh aktor

yang bersangkutan dengan peran tertentu yang sedang dimainkan. Mungkin ada

varian dalam cara dimana seorang aktor yang berbeda memberlakukan peran yang

sama, atau dimana aktor yang sama memberlakukan peran yang sama di situasi

yang berbeda. Sejumlah prilaku peran yang berdeda dapat memenuhi harapan dari

peran yang sama. Teori peran tidak cenderung mengklasifikasikan istilah-

istilahnya menurut prilaku khusus, melainkan berdasarkan klasifikasinya pada

sifat asal dari prilaku dan tujuan prilaku (atau motivasinya).

Seseorang yang menonjol dalam role theory yang memperhatikan terhadap

role performance yaitu Sabrin dan Goffman mendefinisikannya dengna role

enactment, yang dibagi – bagi dalam berbagai dimensi menurut intensitasnya.

Intensitas diukur berdasarkan keterlibatan diri dari aktor dalam peran yang

dibawakannya. Tingkatan intensitas yang rendah adalah keadaan dimana aktor

tidak sangat terlibat. Prilaku peran dibwakan secara otomatis dan mekanistis saja.

Sedangkan tingkatan intensitas yang tertinggi akan terjadi jika aktor sangat

terlibat terhadap peran yang dilakukan melibatkan seluruh pribadinya. Secara

singkat Sarbin mengatakan bahwa dimensi yang sangat menonjol dari variasi

dalam role performance mewakili keterlibatan individu dalam berprilaku.

Goffman memperhatikan pada proposisi bahwa seseorang aktor dalam

berperan untuk menyampaikan secara terang-terangan atau diam-diam untuk

orang lain bagian dari dirinya sendiri yang diharapkan diketahui. Hal tersebut di

sebutkan sebagai “front” oleh Groffman.

Role evaluation and sanction

Role evaluation adalah ekspresi penerimaan atau penolakan terhadap

perilaku peran seseorang . Evaluasi menyangkut upaya membuat penilaian

“positif” atau “negatif” tentang suatu perilaku peran tertentu. Dan sanksi

4

Page 5: Modul 2 Tugas 7

merupakan suatu prosedur untuk mempertahankan perilaku peran yang dinilai

positif atau mengubah perilaku peran yang dinilai negatif.

Baik evaluasi maupun sanksi berdasarkan pada normative expectation.

Evaluasi maupun sanksi bisa berupa eksternal maupun internal. Secord dan

Backman (1964) mengatakan bahwa sanksi eksternal bersumber dari reward

positif atau negatif dari orang lain. Contohnya seorang bos mungkin memberikan

sanksi negatif terhadap pegawai yang tidak mengikuti standar perusahaan dalam

bekerja yang membuat dirinya dipecat dari perusahaan tersebut atau mungkin

memberikan sanksi positif karena menjalankan perannya dengan baik dengan cara

memberikan bonus gaji. Sedangkan sumber sanksi internal adalah dari aktor itu

sendiri. Seorang individu bisa merasa tidak puas dengan dirinya sendiri karena

tidak memenuhi ekspektasi normatif yang dia telah peroleh.

Biddle dan Thomas (1966) membuat perbedaan dari evaluasi dan sanksi

overt serta covert. Evaluasi dan sanksi overt disebut sebagai assessment

sedangkan evaluasi dan sanksi covert disebut sebagai values / nilai. Assessment

biasanya digunakan orang lain untuk mengevaluasi perilaku peran actor

sedangkan values biasanya digunakan aktor itu sendiri untuk mengevaluasi

dirinya sendiri. Values dapat diartikan sebagai assessment dari orang lain yang

telah terinternalisasi kedalam diri seorang aktor.

Walaupun evaluasi dan sanksi mengenai aktor dari orang lain merupakan

aspek yang penting dalam role theory, Evaluasi dari aktor itu sendiri merupakan

hal yang lebih penting. Mertoa dan Kitt menyatakan bahwa reference group

merupakan salah satu sumber yang membentuk nilai / value dari aktor tersebut.

Reference group merupakan kelompok.

Istilah-istilah untuk Membedakan Perangkat Persons dan Perilaku

Position

Secord dan Backman mendefinisikan posisi sebagai kategori dari person

(actor) yang menempati posisi atau tempat yang spesifik dalam struktur sosial.

Biddle dan Thomas juga memberikan definisi yang sama tentang posisi, tetapi

mereka menambahkan bahwa posisi terbentuk dari sekumpulan person yang

5

Page 6: Modul 2 Tugas 7

berbagi atribut umum atau dengan cara yang sama dengan yang dilihat orang lain.

Dari definisi ini Biddle dan Thomas mengemukakan tiga dasar kategori dari

posisi, yaitu:

Common attributes

Atribut umum, atau dapat di sebut sebagai kesamaan sifat yang dimiliki,

seperti jenis kelamin, suku bangsa, usia atau bahkan ketiganya sekaligus.

Semakin beragam sifat-sifat yang ada dalam suatu kategori, maka semakin

sedikit individu yang dapat di tempatkan pada posisi tersebut.

Common behavior

Perilaku yang sama dapat dikatakan lebih rinci, sehingga tempat untuk

individu dapat di posisikan lebih terbatas, seperti pedagang (perilakunya

berdagang), kedudukan pedagang dapat di perinci lagi misalnya menjadi

pedagang roti (perilakunya berdagang roti). Penggolongan kedudukan

berdasarkan perilaku yang sama juga dapat di tambahkan atau digabungkan

dengan atribut umum, sehingga membuat kedudukannya semakin eksklusif,

contohnya seperti pedagang roti perempuan (perempuan yang perilakunya

berdagang roti).

Similarity in the behavior of others toward the person

Kesamaan perilaku orang lain terhadap individu menjadi kategori ketiga yang

dikemukakan oleh Biddle dan Thomas, dimana ketegori ketiga ini

dimaksudkan bahwa reaksi orang lain terhadap individu dapat memberikan

posisi atau kedudukan khusus bagi individu, contohnya seperti orang-orang

yang dianggap sebagai jokester didalam kelompoknya, orang lain akan

mengganggap bahwa ia lucu dan dapat menghibur anggota yang lainnya.

Role

Biddle dan Thomas mengatakan walaupun peran adalah konsep utama dari

role-theory, “peran” adalah konsep yang definisinya paling tidak jelas, dimana

dalam literatur terdapat lebih dari 100 definisi tentang peran. Hampir semua

definisi dari peran, secara umum telah mengetahui bahwa peran juga berhubungan

dengan perilaku orang lain. Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah

6

Page 7: Modul 2 Tugas 7

sekumpulan keputusan yang menegaskan sebuah perilaku yang diinginkan oleh

pemegang kedudukan tertentu (person).

Teori Role Conflict Gross, Mason, McEachern

Berlaku untuk kedua peran intra dan inter konflik. Ada tiga faktor yang

masuk ke dalam resolusi konflik antara dua harapan adalah legitimasi relatif dari

dua harapan, sanksi berkewajiban untuk tidak dapat memenuhi setiap harapan dan

orientasi moral aktor.

Gross, Mason, McEachern (1957) menemukan eksperimental yang memberikan

dukungan mengesankan untuk teori mereka tentang role conflict resolution:

1. Uniformity, yaitu komunalitas dalam kinerja peran dua atau lebih dimana

individu memegang peran yang sama.

2. Specialization, yaitu kaitan orang dan perilaku dalam satu kelompok

dibedakan menurut posisi dan peran yang diharapkan dari mereka.

3. Classifications, yaitu kriteria perbedaan dari persepsi, evaluasi, deskripsi,

tindakan atau sanksi.

4. Consistency, yaitu kaitan antara perilaku dengan perilaku sebelumnya

yang saling menyambung

7

Page 8: Modul 2 Tugas 7

BAB III

ANALISA KASUS

Analisa Etiologis

Dalam analisa kasus ini, kelompok melihat dari 2 sudut pandang yaitu dari

sudut pandang PSK sebagai aktor dan pemerintah sebagai aktor. Pertama, jika

aktornya adalah PSK maka othernya adalah pemerintah, keluarga, dan warga

Kalijodo itu sendiri. PSK memiliki role expectation normative dari pemerintah

bahwa mereka harus bekerja dengan tidak melanggar norma-norma yang ada.

Sedangkan keluarga menuntut mereka untuk mendapatkan uang untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Dan masyarakat hanya menginginkan bahwa PSK tidak

berkeliaran di sembarang tempat karena mengganggu kenyamanan. Sedangkan

role expectation dari PSK tersebut adalah dengan bekerja sebagai PSK ia pasti

mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Karena role expectation sebagai PSK adalah mendapatkan uang untuk memenuhi

kebutuhan keluarganya maka role performancenya adalah mereka bekerja sebagai

PSK dan “mangkal” di Kalojodo. Role evaluation terhadap PSK adalah dianggap

negatif dari lingkungan baik dari pemerintah maupun masyarakat sehingga

mendapatkan sanksi berupa Kalojodo yang merupakan tempat para PSK bekerja

digusur. Evaluasi dan sanksi overt / assessment-nya adalah dianggap tidak baik

oleh pemerintah. PSK memiliki posisi sebagai masyarakat di dalam struktur

sosial. Tetapi mereka memiliki beberapa peran yaitu sebagai tulang punggung

keluarga yang harus memenuhi kebutuhan keluarganya, masyarakat yang harus

menuruti pemerintah, dan warga yang tidak boleh mengganggu kenyamanan

warga lain. Sehingga terjadilah inter-role conflict.

Kedua, jika aktornya adalah pemerintah maka other-nya adalah

masyarakat dan PSK. Pemerintah memiliki role expectation normative dari PSK

agar pemerintah memberikan pekerjaan yang layak bagi mereka. Bagi mereka,

pekerjaan yang “layak” adalah pekerjaan yang memiliki upah yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan mereka dan tidak melanggar norma yang ada. Sedangkan

dari masyarakat, mereka menginginkan agar pemerintah berupaya mengatur para

PSK tanpa membuat kerugian bagi masyarakat. Perilaku aktual yang ditampilkan

8

Page 9: Modul 2 Tugas 7

oleh pemerintah adalah menggusur kawasan Kalijodo. Role evaluation-nya (overt)

adalah para PSK menganggap pemerintah negatif karena hanya menggusur

kawasan Kalijodo tanpa memberikan solusi bagi para PSK dan masyarakat

Kalijodo pun merasa dirugikan. Sanksinya adalah para PSK malah semakin

tersebar ke tempat-tempat lain. Pemerintah memiliki posisi sebagai pengatur

negara. Dan memiliki peran sebagai pihak yang menjaga ketertiban, menegakkan

norma-norma yang ada, dan menjamin kebutuhan masyarakat agar kebutuhan

masyarakat terpenuhi. Disini terjadi intra-role conflict dimana disatu sisi

pemerintah harus menggusur wilayah Kalijodo karena menjadi tempat prostitusi

dan wilayah tersebut adalah lahan pemerintah. Tetapi disisi lain jika mereka

menggusur Kalijodo dan ingin menertibkan para PSK, mereka tidak bisa bekerja

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Analisa solutif

Dapat dilihat dari ekspektasi dari PSK serta pemerintah bahwa ada

ekspektasi yang tidak bertemu. Disatu sisi pemerintah menginginkan PSK untuk

mencari pekerjaan lain disisi lain PSK menginginkan agar pemerintah

memberikan pekerjaan yang layak bagi para PSK.

Disini kita bisa membuat kesimpulan agar PSK melakukan apa yang

diekspektasikan pemerintah dan pemerintah melakukan ekspektasi dari PSK.

Pemerintah selaku pihak yang memiliki otoritas seharusnya bisa melakukan

penyuluhan, pelatihan, serta pemberian modal kepada para PSK. Karena,

sebenarnya PSK bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan

diberikan pekerjaan yang layak (tidak melangar norma serta diberikan gaji yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya) maka PSK tidak akan lagi

bekerja sebagai PSK. Selain itu, para PSK yang telah diberikan tawaran oleh

pemerintah harus bersedia belajar sehingga mereka memiliki keterampilan yang

baik sehingga bisa bekerja dengan pendapatan yang cukup.

Jika hal ini dilakuan, maka tidak akan ada lagi inter-role conflict dalam

PSK. PSK bisa bekerja selayaknya masyarakat normal, tanpa melanggar norma-

norma yang ada, dan bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain itu

9

Page 10: Modul 2 Tugas 7

pemerintah juga tidak akan mengalami intra-role conflict karena mereka bisa

membuat masyarakat merasa nyaman, peraturan yang ada ditegakkan, tanpa

membuat para PSK tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga

mereka bisa hidup dengan lebih berkecukupan.

10

Page 11: Modul 2 Tugas 7

BAB IV

DISKUSI

Dalam bab diskusi kami melihat kasus ini dari orientasi teori lain yaitu Crowding,

Teori P – O – X, dan Terori Stimulus-Respon.

Pada teori Crowding terdapat basic factor, yang di dalamnya memiliki tiga aspek,

yaitu:

Personal characteristic, yang di dalamnya mencakup pengalaman

individu, dan kepribadian individu.

Interpersonal characteristic, dimana di dalamnya mencakup kohesi

kelompok dan struktur dari kelompok itu sendiri.

Situational factors, mencakup properti lingkungan dan tuntutan.

Ketiga aspek ini akan membentuk level of privacy seseorang. Dimana jika terjadi

gangguan pada salahsatu dari tiga aspek tersebut akan menyebabkan ketidak

stabilan pada level of privacy yang dimiliki individu sehingga individu akan

melakukan coping.

Kelompok kami akan mencoba menjelaskan kasus Kalijodo ini menggunakan

basic factors, personal characteristic PSK yang di dalamnya mencakup

pengalaman hidupnya dan kepribadiannya. Interpersonal characteristic dari

kelompok PSK dan struktur dari kelompok PSK tersebut, dan situational factor

yang berupa bagunan-bangunan yang digunakan PSK untuk mencari uang dan

tuntutannya untuk mencari uang. Ketiga aspek ini akan membangun level of

privacy yang ada pada PSK, karena level of privacy PSK terganggu karena para

PSK diberikan surat peringatan dan adanya penggusuran pada lahan tempat PSK

mencari uang, maka PSK melakukan coping, dimana coping yang PSK lakukan

adalah dengan cara menghindar dan pindah ke tempat lain lalu setelah itu mereka

akan mengevaluasi apakah coping yang mereka lakukan berhasil atau tidak.

Coping yang mereka lakukan adalah pindah ke daerah Cilincing. Sebelum PSK

dapat mengevaluasi apakah coping yang ia lakukan berhasil atau tidak, PSK akan

melihat seberapa banyak orang-orang yang terganggu dengan penggusuran

wilayah Kalijodo, lalu melihat apa sebenarnya sumber yang menganggu

kestabilan level of privacynya. Sumber yang menganggu level of privacynya

11

Page 12: Modul 2 Tugas 7

adalah penggusuran wilayah Kalijodo, dimana beberapa bagunan di Kalijodo

adalah tempat PSK mencari uang. Setelah itu baru PSK dapat mengevaluasi

apakan coping yang ia lakukan berhasil atau tidak, tetapi pada kasus ini belum

terdapat outcomes, karena PSK juga belum dapat mengetahui apakah coping yang

ia lakukan berhasil atau tidak, karena pada artikel yang digunakan hanya

dikatakan bahwa PSK pindah dari Kalijodo ke daerah Cilincing dan di daerah

Cilincing, Bayu Rahmawanto melakukan penyusuran pada rumah kontrakkan agar

tidak dijadikan tempat “pelarian” oleh para PSK. Sehingga belum diketahui

apakah level of stress PSK telah menurun atau tidak, apakah PSK akan melakukan

coping kembali atau tidak, sehingga belum dapat dikatakan sudah ada outcomes

atau belum.

Pada orientasi teori P – O – X. Dalam kasus ini, dapat dijelaskan bahwa

Bayu Rahmawanto (selaku pemerintah) adalah P, PSK adalah O, dan Kalijodo

adalah X.

Kasus ini menimbulkan hubungan 3 pihak, salah satunya adalah Bayu

Rahmawanto selaku pemerintah tidak menyukai PSK (hubungan sentimental

dislike/negatif), hal ini dapat dibuktikan pada artikel pertama, Bayu Rahmawanto

12

Page 13: Modul 2 Tugas 7

mengatakan bahwa ia khawatir jika Puncak akan menjadi sasaran para PSK

qKalijodo.

Sedangkan Kalijodo adalah tempat yang digunakan oleh PSK untuk

tempat prostitusi (hubungan unit/positif), karena penggunaan Kalijodo tidak

sesuai, dan Kalijodo memiliki hubungan yang positif dengan PSK, maka Bayu

Rahmawanto selaku pemerintah tidak menyukai Kalijodo (hubungan sentimental

dislike/negatif).

Sehingga segitiga pada kasus ini dapat dikatakan balance, dimana Bayu

Rahmawanto memiliki relasi sentiment negatif terhadap elemen P (PSK) dan

elemen O (Kalijodo), yang pada dasarnya kedua elemen P dan O memiliki relasi

unit yang positif.

Lalu kami juga melihat dari orientasi stimulus dan respon. Pada kasus ini

pemerintah sebagai figur otoriter melakukan pengusuran kawasan kalijodo, yang

di ketahui bahwa Kalijodo merupakan tempat bekerja para PSK. Respon yang

diberikan oleh PSK terhadap stimulus adalah dengan berpindah ke tempat lain

keluar dari kawasan Kalijodo. Jika dilihat dari pandangan Keller dan Schoenfeld

bahwa stimulus dibagi menjadi tiga yaitu elicitation, discrimination, dan

reinforcement. Stimulus yang diberikan pemerintah yaitu sebuah reinforcement

dengan cara pemeritah melakukan penggusuran dan Bayu sebagai pemerintah

melakukan pengecekan terhadap tempat tinggal warga di puncak, guna

menhilangkan prilaku yang tidak ingin dimunculkan.

13

Page 14: Modul 2 Tugas 7

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2014). Teori-teori Psikologi Sosial. Rajawali

Pers, Jakarta

Shaw, Marvin E., Costanzo, Philip R. (1982). Theories of Psychology – 2nd

Edition. MacGraw-Hill Kogakusha. Tokyo

14