Upload
nurafifa-dwi-putri-indawan
View
107
Download
27
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Modul Hormon
Citation preview
MODUL PEMBELAJARAN
BLOK SISTEM TUBUH II:BIOKIMIA HORMON
Oleh:Dr. I Dewa Ayu Susilawati, drg. M. Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS JEMBER
2014
Panduan belajar
1. Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran, memahami klasifikasi, mekanisme kerja, jenis dan fungsi
hormon endokrin dan hormon lokal, sebagai dasar untuk melakukan diagnosis,
prognosis, rencana perawatan dan terapi pada kasus-kasus medik dental
2. Kompetensi penunjang
a. Memahami klasifikasi hormon
b. Memahami mekanisme kerja kelompok hormon lipid
c. Memahami mekanisme kerja kelompok hormone peptida
d. Memahami jenis dan fungsi hormone-hormon endokrin
e. Memahami jenis dan fungsi hormone-hormon lokal
f. Menggunakan pemahaman tentang hormone untuk melakukan diagnosis,
prognosis, rencana perawatan dan terapi pada kasus-kasus medik dental
3. Kata-kata sulit
a. Hormon l. First messengerb. Lipofilik m. Second messengerc Hidrofilik n. Autokoidd Transduksi signal o. Neurotransmitere. Sel target p. Sitokinf. Respons fisiologikg. Endokrinh. Parakrini. Autokrinj. Juxtakrink. Reseptor
3. Pemetaan
Hormon(first messenger)
Endokrin Parakrin
Signaling cascade intraselular
Autokrin
Perubahan Aktivitas Enzim
Receptor membran
Respons fisiologik
Juxtakrin
Receptor sitoplasma
Ekspresi gen
Signaling cascade intranukleus
Marker diagnostik
Terapi dan tata laksana tindakan medik-dental
Prognosis perawatan dental
Rencana perawatan dental
Stimuli
Sistem Saraf
1. Pendahuluan
Sistem endokrin bekerja secara paralel dengan sistem saraf untuk mengontrol
dan mengintegrasikan berbagai fungsi jaringan dan organ, juga fungsi pertumbuhan,
maturasi dan homeostasis. Sistem saraf berkoordinasi secara cepat dan tepat merespons
stimuli menggunakan potensial aksi. Sistem hormon mmemelihara homeostasis dan
kontrol dalam waktu yang lama menggunakan signal khemikal.
2. Pengertian
Hormon merupakan molekul signal yang berperan mengkoordinasikan proses-
proses selular. Pada organism multiselular, koordinasi berbagai fungsi organ
dimungkinkan karena sel-sel mengembangkan sistem komunikasi khemikal. Sel-sel
dapat saling berkomunikasi dengan mengirimkan signal kimia, yaitu berupa molekul-
molekul yang diekskresikan oleh suatu sel yang kemudian terikat pada reseptor
membran plasma atau dalam sitoplasma sel target. Selanjutnya reseptor berperan dalam
produksi signal intrasel (second messenger) untuk membangkitkan respons fisiologikal
pada sel target. Jadi pada sistem signaling khemikal paling tidak melibatkan dua
komponen yaitu, 1) molekul-molekul signal (hormon) juga disebut ekstraselular signal
(first messenger), 2) reseptor, biasanya berada pada membrane atau sitoplasma sel target
Istilah hormone dulunya hanya merujuk pada hormone endokrin, tetapi kini
pengertian hormone juga digunakan untuk hormon-hormon lokal seperti parakrin,
autokrin dan juxtakrin. Endokrin merujuk pada molekul kimia yang disekresi ke dalam
darah dan sel targetnya terletak jauh dari sel sekretori. Hormone parakrin memiliki
target sel di sekitar sel sekretori, beberapa sitokin dan neurotransmitter berefek parakrin.
Hormon autokrin disekresi suatu sel dan aksinya mempengaruhi sel itu sendiri.
Sedangkan juxtakrin adalah jenis komunikasi interselular yang melibatkan sel-sel yang
letaknya berdempetan. Beberapa growth factor, sitokin dan kemokin diketahui dapat
berefek juxtakrin.
3. Klasifikasi dan garis besar mekanisme kerja Hormon
Hormon dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia, sifat kelarutannya,
lokasi reseptor dan sifat signal yang digunakan dalam memediasi kerja hormone.
Tabel 1. Gambaran umum kelompok hormonKELOMPOK I KELOMPOK II
TIPE Steroid,iodotironin, kalsitriol, retinoid
Polipeptida, protein, glikoprotein, katekolamin
Kelarutan lipofilik HidrofilikProtein transport Ya TidakHalflife dalam plasma
Lama (jam-hari) Singkat (menit)
Reseptor intraselular membran plasmaMediator Kompleks reseptor-
hormon Second messenger: cAMP, cGMP, Ca2+, metabolit fosfolipid, kaskade kinase
Aksi hormone pada tingkat selular dimulai dengan pengikatan hormon pada reseptor. Semua reseptor (apakah itu reseptor untuk hormon polipeptida atau steroid) adalah protein, memiliki paling tidak 2 (dua) domain fungsional, yaitu domain pengenalan yang berfungsi mengikat hormon dan domain pembangkit signal yang akan merangkaikan (coupling) pengenalan hormon dengan fungsi intraselular. Keseluruhan proses signaling mulai dari pengikatan hormon sampai terjadinya perubahan fungsi selular disebut dengan istilah transduksi signal.
Transduksi signal dari hormon ke aktivitas selular dapat terjadi melalui dua jalur. Hormon kelompok I (steroid dan tiroid) berinteraksi dengan reseptor intraselular, dan kompleks ini membangkitkan signal yang mengatur ekspresi gen. Hormon kelompok II (hormone protein, polipeptida atau katekolamin) yang terikat pada reseptor membran akan menginduksi serangkaian kejadian yang menyebabkan pembentukan molekul-molekul second messenger (hormon adalah first messenger) yang kemudian membangkitkan signal yang mengatur berbagai fungsi selular, seringkali dengan cara mengubah aktivitas enzim.
Mekanisme kerja (aktivitas) enzim biasanya diatur (on atau off) dengan cara perubahan konformasi enzim dari bentuk tidak aktif menjadi aktif atau sebaliknya. Hormon (kelompok II) dapat mempengaruhi aktivitas satu atau lebih enzim, karena aktivitas katalitik suatu enzim seringkali berangkaian dengan enzim lainnya (kaskade reaksi enzimatik), maka adanya perubahan sedikit saja pada pengikatan hormone-reseptor dapat membawa pengaruh yang luas pada aktivitas selular.
Efek hormon (kelompok I) adalah pada modulasi ekspresi gen, stimulasi transkripsi sekelompok gen akan mengubah fenotip yang ditandai dengan sintesis protein-protein baru. Hal serupa bila gen yang semula aktif di off kan, maka protein terkait akan segera menghilang dari sel.
Tabel 2. Klasifikasi hormone berdasarkan mekanisme kerjanya (Endokrin)I. Hormon yang berikatan dengan reseptor intraselular
Androgen; KalsitriolEstrogen; MineralokortikoidGlukokortikoid; ProgestinAsam retionat; Hormon Tiroid (T3 dan T4)
II. Hormon yang berikatan dengan reseptor pada permukaan membran plasma
A. Second messenger cAMPα2 –adrenergic catecolamines; β-adrenergik catecolaminesAdrenocorticotropic hormone (ACTH); Angiotensin IIAntidiuretic hormone (ADH); KalsitoninCorionicgonadotropin, human (hCG); Corticotropin-releasing hormone (CRH)Follicle stimulating hormone (FSH); GlucagonLipotropin LPH); Luteinizing hormone (LH)Melanocyte-stimulating hormone (MSH); Parathyroid hormone (PTH)Somatostatin; Thyroid-stimulating hormone (TSH)
B. Second messenger cGMPAtrial natriuretic factor (ANF)Nitric oxide (NO)
C. Second messenger kalsium atau fosfatidilinositol atau keduanyaAcetylcholin (muscarinic); α1 adrenergic catecholamineAngiotensin II; Antidiuretic hormone (ADH, vasopressin)Cholecystokinin; GastrinGonadotropin releasing hormone (GnRH); OxytocinPlatelet-derived growth factor (PDGF); Substance PThyrotropin-realising hormone (TRH)
D. Second messenger kaskade kinase atau fosfataseChorionic somatotropin (CS); Epidermal growth factor (EGF)Erythropoetin (EPO); Fibroblast growth factor (FGF)Groth hormone (GH); InsulinInsulin-like growth factor (IGF-I. IGF-II); Nerve growth factor (NGF)Platelet-derived growth factor (PDGF); Prolactin (PRL)
Tabel 3. Lokasi reseptor dan dasar mekanisme kerja hormonLOKASI RESEPTOR KLAS HORMON DASAR MEKANISME
KERJA
Reseptor permukaan membrane(membrane plasma)
Protein dan peptide, katekolamin dan eikosanoat
Produksi second messenger, kemudian mempengaruhi aktivitas molekul lain di dalam sel (biasanya enzim)
Reseptor intraselular Hormone steroid dan tiroid
Mempengaruhi aktivitas transkripsi gen
3.1. Hormon dengan reseptor pada permukaan sel
Reseptor permukaan sel merupakan protein integral, memiliki tiga domain:
1) Domain ekstraselular: terdiri dari beberapa residu asam amino terpapar ke
permukaan luar sel, domain ini berinteraksi dengan dan mengikat hormon, istilah lain
untuk domain ini adalah ligand-binding domain.
2) Domain transmembran: merupakan bagian rantai peptid hidrofobik sehingga dapat
berinteraksi dengan lipid bilayer membran, dan berperan menancapkan reseptor pada
membran.
3) Domain sitoplasmik atau intraselular: bagian ekor reseptor yang berinteraksi dengan
molekul lain untuk membentuk second messenger. Bagian ini merupakan regio efektor
dari molekul reseptor
Struktur molekul reseptor permukaan sel bervariasi. Gambar di bawah ini menunjukkan
struktur reseptor epidermal growth factor, yang memiliki struktur sederhana yaitu terdiri dari
peptida tunggal yang menembus membran, kebanyakan reseptor growth factor memiliki
struktur semacam ini. Reseptor yang lain, misalnya untuk insulin memiliki lebih dari satu
subunit. Reseptor beta-adrenergic terdiri dari satu unit protein tetapi konformasinya menembus
membran tujuh kali sehingga biasa disebut dengan seven trans membrane receptor.
Gambar 1. Beberapa contoh struktur reseptor hormone pada permukaan sel
Aksi intrasel hormone dengan reseptor di permukaan sel, dimediasi oleh molekul-
molekul second messenger, jadi interaksi hormone-reseptor akan menginduksi
pembentukan molekul second messenger yang kemudian mentransduksikan signal
hormon ke intrasel. Kini diketahui, beberapa jenis hormon menggunakan sistem second
messenger yang sama, dan satu jenis hormon dapat menggunakan lebih dari satu jenis
second messenger (table 2). Pemahaman bagaimana sel mengintegrasikan signal dari
beberapa jenis hormon sehingga menimbulkan suatu respon biologik tertentu, belum
dapat dijelaskan sepenuhnya. Gambaran umum mekanisme transduksi signal intrasel
disajikan pada gambar 2.
Gambar 2. Gambaran umum mekanisme transduksi signal intraselular.
Uraian berikut ini merupakan penjelasan dari salah satu contoh pembentukan
dan aksi second messenger cyclic adenosin monophosphate (cAMP). cAMP merupakan
nukleotida yang dibentuk dari ATP oleh aktivitas enzim adenilat siklase. Konsentrasi
cAMP intraselular dapat meningkat atau menurun tergantung fluktuasi kadar hormone.
Salah satu hal penting sebagai akibat kenaikan cAMP adalah aktivasi cAMP-dependent
protein kinase (disebut protein kinase A). Protein kinase A biasanya terdapat dalam
bentuk tidak aktif di dalam sel, tetapi akan menjadi aktif apabila mengikat cAMP.
Protein kinase A aktif akan menyebabkan fosforilasi sejumlah protein, kebanyakan
adalah protein-protein enzim. Jadi enzim-enzim tersebut diatur aktifitas on atau off nya
dengan cara fosforilasi atau defosforilasi.
Gambar 3. Pembentukan second messenger cAMP
Gambar 4. Pembentukan second messenger IP3 dan kalsium berasal dari fosfolipid membrane (phosphatidylinositol phosphate, PIP2)
Pembentukan second messenger IP3 dan kalsium didiskripsikan pada gambar 4,
sebagai berikut. Pengikatan hormone pada reseptor akan mengaktifkan fosfolipase C
yang memecah fosfatidil inositol fosfat (PIP2) menghasilkan diasilgliserol (DAG) dan
inositol fosfat (IP3), selanjutnya IP3 akan berikatan pada reseptor membran retikulum
endoplasmik (tempat penyimpanan kalsium selular). Hal ini menyebabkan pembukaan
saluran kalsium sehingga kalsium keluar menuju sitosol. Di dalam sitosol kalsium akan
berikatan dengan kalmodulin yang akan mengaktifkan enzim (gambar 5).
Gambar 5. Peran Ca2+ kalmodulin pada aktivasi enzim.
3.2. Hormon dengan reseptor intraselular.
Reseptor hormon steroid dan tiroid berada di dalam sel target, pada sitoplasma
atau nukleus, dan berfungsi sebagai ligand-dependent transcription factors. Jadi
kompleks hormone-reseptor berikatan dengan regio promoter pada gen dan menstimuli
atau menghambat ekspresi gen, yang menghasilkan perubahan fenotipik pada ekspresi
protein.
Reseptor hormon intraselular adalah anggota kelompok besar (superfamily) dari
faktor transkripsi. Pada beberapa kasus, berbagai jenis reseptor diekspresikan sel yang
merespon berbagai stimuli. Semua reseptor tersusun atas rantai polipeptida tunggal yang
terdiri dari tiga domain.
1) Domain amino terminus: regio ini berperan pada aktivasi dan stimulasi transkripsi
dengan cara berinteraksi dengan komponen transkripsional yang lain. Sekuen domain
ini berbeda-beda pada berbagai jenis reseptor.
2) Domain pengikatan DNA: asam amino pada regio ini berperan pada pengikatan
reseptor pada urutan spesifik pada DNA.
3) Domain karboksi terminus atau ligand-binding domain: region ini mengikat
hormone.
Gambar 6. Tiga domain pada struktur reseptor hormon intraselular
Hormon lipid atau steroid dapat dengan mudah memasuki sel dengan mekanisme difusi sederhana, hormone tiroid dengan difusi berbantuan. Reseptor hormone-hormon ini terletak di sitoplasma atau nucleus. Bila terjadi pengikatan hormone dengan reseptor, terjadi serangkaian kejadian sebagai berikut.1) Aktivasi reseptor, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan
konformasi reseptor akibat induksi hormone. Pengaktifan ini membuat reseptor dapat berikatan dengan DNA.
2) Reseptor yang telah aktif berikatan dengan hormone response elements, yang merupakan urutan spesifik pada DNA yang terletak pada promoter hormone responsive gens. Pada kebanyakan kasus kompleks hormone reseptor terikat pada kedua utas DNA.
3) Transkripsi dari gen. jadi kompleks hormone-reseptor berfungsi sebagai factor transkripsi.
Gambar 7. Mekanisme kerja hormone yang memiliki reseptor di dalam sel
4. Hormon Lokal
Target sel hormon lokal berada di jaringan atau sel di sekitar sekretori sel,
Hormone parakrin : target sel di sekitar sel sekretori, hormon autokrin disekresi suatu sel dan
aksinya mempengaruhi sel itu sendiri, sedangkan juxtakrin adalah jenis komunikasi
interselular yang melibatkan sel-sel yang letaknya berdempetan.
.
Gambar 8. skematik mekanisme kerja hormone local.
Gambar 9. Autokrin vs Juxtakrin
Gambar 10. Contoh respon fisiologik dari aksi hormon lokal.
Beberapa jenis hormon lokal:
a. Autokoids: bradikinin, histamin, prostaglandin (berperan pada reaksi
inflamatori)
b. Neurotransmiter
c. Sitokin
a. Bradikinin
Bradikinin merupakan hormone jenis peptide yang menyebabkan dilatasi
pembuluh darah sehingga tekanan darah turun. Obat jenis ACE inhibitor yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darah, dapat meningkatkan bradikinin (dengan
cara menghambat degradasi). Bradikinin bekerja pada pembuluh darah dengan cara
mempengaruhi pelepasan prostasiklin, nitric oxide (NO) dan Endothelium-Derived
Hyperpolarizing Factor (EDHF).
b. Histamin
Histamin adalah senyawa organik nitrogen yang berperan pada respons imun
lokal. Selain itu juga diketahui, histamine berperan pada pengaturan fungsi usus dan
juga sebagai neurotransmitter. Histamin memicu inflamasi. Sebagai bagian dari respons
imun terhadap pathogen, histamine diproduksi oleh basofil dan sel mast yang banyak
ditemukan pada jaringan ikat. Histamin meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap
lekosit dan protein-protein plasma darah, yang bertujuan agar mereka dapat menuju
jaringan dan menghambat benda asing pada jaringan yang terinfeksi
c. Prostaglandin
Prostaglandin adalah senyawa kelompok lipid kompleks, yang berasal dari
pemecahan enzimatik terhadap fosfolipid membran dan berperan penting pada tubuh.
Prostaglandin terdiri dari 20 atom karbon, termasuk 5 cincin karbon. Prostaglandin
merupakan mediator kimiawi yang berperan pada inflamasi. Selain itu, prostaglandin
memiliki efek kuat pada proses pengaturan kontraksi dan relaksasi jaringan otot polos.
Prostaglandin adalah hormon lokal yang dapat bersifat autokrin atau parakrin.
d. Neurotransmiter
Neurotransmiter adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh sel saraf (neuron)
yang berperan menstimuli neuron di dekatnya, sehingga menyebabkan impuls dapat
dijalarkan dari satu sel ke sistem saraf. Impuls saraf yang sampai pada akhiran akson
dari suatu neuron menstimuli pelepasan neurotransmitter, yang kemudian akan
menyeberangi sinaps ke dendrite dari neuron berikutnya dalam hitungan milidetik.
Banyak senyawa diduga dapat berperan sebagai neurotransmitter, tetapi baru sedikit
yang diidentifikasi, antara lain, asetilkolin, dopamine dan serotonin.
e. Sitokin
Sitokin atau Cytokines (bahasa Yunani cyto=sel; dan kinos=pergerakan) adalah
molekul protein kecil yang berperan pada signaling sel. Pada mulanya diketahui, sitokin
dihasilkan oleh sel-sel glia pada sistem saraf dan berbagai sel-sel imun. Sitokin
dikategorikan sebagai molekul signal yang digunakan secara ekstensif untuk
komunikasi antar-sel. Sitokin dapat diklasifikasikan sebagai protein, peptide atau
glikoprotein.
f. Interleukin
Interleukin adalah kelompok sitokin yang pada mulanya diketahui dihasilkan
oleh sel-sel darah putih (lekosit). Istilah interleukin berasal dari kata inter yang berarti
antar, dan leukin karena protein ini dihasilkan oleh lekosit, dan digunakan untuk
komunikasi antar lekosit. Pada perkembangannya interleukin diketahui tidak hanya
dihasilkan oleh lekosit, tetapi juga berbagai sel yang lain.
Fungsi sistem imun sangat tergantung pada interleukin. Defisiensi interleukin
bisa menimbulkan penyakit autoimun atau defisiensi imun. Pada system imun,
kebanyakan interleukin disintesis oleh limfisit CD4+ , juga oleh monosit, makrofag dan
endotel. Mereka berperan menstimuli perkembangan dan diferensiasi sel T, B dan sel-
sel hematopoetik. Tumor necrosis factor (TNF, cachexin or cachectin, dulu dikenal
sebagai tumor necrosis factor-alpha) adalah sitokin yang berperan pada inflamasi dan
merupakan anggota kelompok sitokin yang berperan pada reaksi fase akut. Fungsi
utama TNF adalah mengatur sel-sel imun. TNF dapat menginduksi apoptosis,
menginduksi inflamasi dan menghambat tumorigenesis serta replikasi virus. Disregulasi
TNF dapat berimplikasi pada terjadinya berbagai penyakit, termasuk kanker.
Interferon-gamma (IFN-γ) adalah sitokin terlarut yang merupakan anggota
kelompok interferon tipe II. Interferon ini pada mulanya disebut macrophage-activating
factor, istilah yang kini digunakan untuk menggambarkan sekelompok besar protein
IFN-γ. IFN-γ, atau interferon tipe II, adalah sitokin yang berperan penting pada imunitas
alami dan adaptif terhadap infeksi virus dan bakteri intraselular, selain itu juga berperan
mengontrol perkembangan tumor. Penyimpangan ekspresi IFN-γ berhubungan dengan
sejumlah penyakit autoinflamasi dan autoimun.
5. Hormon Endokrin
Sistem endokrin merupakan sekelompok kelenjar yang memproduksi molekul
pembawa pesan kimia yang disebut hormon. Molekul hormon diangkut melalui
sirkulasi darah menuju organ target, menuju ke sel yang memiliki reseptor yang sesuai
Gambar. 11. Sistem endokrin pada laki-laki dan wanita (www.whfreeman.com),
Hipotalamus
Hipotalamus mengandung neuron yang mengontrol pelepasa hormon dari
pituitari anterior. Ada tujuh hormon yang dilepaskan ke sistem porta yang
menghubungkan hipotalamus-pituitari, yang menyebabkan pituitari melepaskan delapan
jenis hormon
Gambar 12. Lokasi hipotalamus dan glandula Pituitari (www.whfreeman.com).
Pituitari anterior Pituitari posterior
Tirotropin Oksitosin
Adrenokortikotropin Vasopresin
Luteinizing hormone
Follicle-stimulating hormone
Growth hormone
Prolaktin
Melanocyte-stimulating hormone
Endorpin
Enkepalin
Adrenal
Masing-masing ginjal terdapat glandula adrenal yang terletak di bagian atas ginjal.
Glandula adrenal dibagi dua yakni bagian dalam disebut medula dan bagian luar
korteks. Medula adrenal mensintesis hormon amina, sedang korteks adrenal
menghasilkan hormon steroid. Medula menghasilkan epineprin dan norepineprin.
Stimulasi korteks oleh saraf simpatis menyebabkan pelepasan hormon ke sirkulasi
darah. Korteks adrena menghasilkan hormon kelompok mineralokortikoid,
glukokortikoid, dan hormon seks. Mineralokortikoid memelihara keseimbangan
elektrolit. Glukokortikoid diproduksi dalam waktu yang lama, respons terhadap stres
lambat dengan cara meningkatkan glukosa darah melalui pemecahan lemak dan protein,
juga menghambat respons imun dan respons inflamasi.
Gambar 13. Struktur ginjal terkait dengan hormon (www.whfreeman.com).
Tiroid
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang berlokasi di leher. Folikel tiroid
mensekresi tiroglobulin, bentuk simpanan dari hormon tiroid. Thyroid stimulating
hormone (TSH) dari pituitari anterior menyebabkan konversi tiroglobulin menjadi
hormon tiroid T4 dan T3. Hampir semua sel tubuh menjadi target hormon tiroid. Tiroid
meningkatkan kecepatan metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan, juga maturitas
seksual. Kalsitonin juga disekresi oleh tiroid berperan pada regulasi kalsium.
Pankreas
Pankreas mengandung sel-sel eksokrin yang menghasilkan enzim-enzim
pencernaan, tetapi juga mengandung sel-sel endokrin (pancreatic islets), yang
menghasilkan hormon insulin dan glukagon.
Setelah makan, glukosa darah meningkat, menyebabkan sekresi insulin,
meningkatkan masukan glukosa ke dalam sel. Dalam sel hati dan otot glukosa diubah
menjadi glikogen. Bila glukosa darah turun, produksi insulin dihambat. Glukagon
menyebabkan pemecahan glikogen menjadi glukosa dan dilepaskan ke dalam darah..
Produksi glukagon distimuli bila kadar glukosa darah turun, dan dihambat bila glukosa
darah naik
Diabetes disebabkan defisiensi insulin. Diabetes tipe 1 ditandai kurangnya sekresi
insulin, biasanya bersifat genetik. Tipe II biasanya terjadi pada orang dewasa,
disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Biasanya terjadi resistensi insulin pada
kasus ini.
6. Korelasi Klinis
Contoh kasus:
Seorang pasien datang ke dokter gigi, mengeluhkan gigi-giginya banyak yang
goyang. Ketika pasien tersebut membuka mulut, dokter gigi mencium bau aseton,
dicurigai pasien tersebut menderita diabetes. Jelaskan patogenesis pembentukan aseton
pada penderita diabetes.
7. Soal Latihan
Soal tipe 1: pilih salah satu jawaban yang paling benar.
1. Manakah dari hormon-hormon berikut yang mekanisme kerjanya tidak dengan cara memodulasi ekspresi gen
A. insulin B. tiroid C. estrogenD. androgenE. mineralokortikoid
2. Dokter gigi dapat mengenali pasiennya yang menderita diabetes tidak terkontrol, berdasarkan bau mulut penderita berbau aseton. Pada diabetes tak terkontrol, terjadi peningkatan produksi benda-benda keton, hal dapat disebabkan oleh:
A. Defisiensi insulin meningkatkan glikolisis sehingga dihasilkan banyak benda keton
B. Defisiensi insulin meningkatkan glikogenesis sehingga glukosa diubah menjadi aseton
C. Insulin meningkatan jalur glukoneogenesis sehingga dihasilkan banyak asetonD. Defisiensi insulin secara tidak langsung meningkatkan oksidasi beta asam
lemak sehingga meningkatkan produksi asetil koA dan ketogenesisE. Menurunnya simpanan glukosa dalam sel menyebabkan peningkatan sintesis
lipid sehingga meningkatkan produksi asetil koA dan ketogenesis
3. Beberapa penelitian melaporkan terjadinya peningkatan prostaglandin saliva dan cairan krevikuler gingiva pada penderita periodontitis. Prostaglandin merupakan produk metabolisme dari molekul apa?A. ProteinB. Asam laktatC. Asetil koAD. FosfolipidE. Asam amino
4. Pernyataan berikut ini tidak benar untuk hormon insulin:
A, Insulin diproduksi oleh sel-sel beta pancreasB. Sekresi insulin merespons terhadap peningkatan glukosa darahC. Reseptor hormon insulin berada pada permukaan membrane sel, D. Second messenger insulin adalah kaskade kinase/fosfataseE. Insulin disebut juga sebagai hormon hiperglikemik
4. Hormon berikut diangkut melalui sirkulasi darah dengan cara berikatan dengan protein:
A. TiroidB. InsulinC. GlukagonD. ParatiroidE. Vasopresin
5. Berikut ini adalah hormon lokal:A. TiroidB. AdrenokortikotropikC. ProstaglandinD. AsetilkolinE. Prolaktin
6. Hormon berikut dapat bersifat autokrin:A. InsulinB. ProgestinC. AsetilkolinD. ProlaktinE. Prostaglandin
7. Hormon-hormon yang bersifat hidrofilik memiliki reseptor pada permukaan membran sel, pesan kimia yang dibawa hormon akan ditransduksikan ke dalam sel melalui molekul pembawa pesan ke dua (second messenger). Berikut ini yang merupakan second messenger berasal dari pemecahan asam arakidonat adalah:
A. cAMPB. diasilgliserol (DAG)C. inositolphosphat (IP3)D. cGMPE. kalmodulin
8. Hormon kortikosteroid dapat disintesis dari:A. Asam glutamatB. OksaloasetatC. Asetil koAD. Asam asetatE. Asam β hidroksi butirat
9. Hormon yang disekresi suatu sel dan aksinya mempengaruhi sel itu sendiri disebut:A. juxtakrinB. parakrinC. endokrinD. autokrinE. sitokin
SOAL TIPE 2PILIH A JIKA 1, 2, 3 BENAR
B JIKA 1, 3 BENARC JIKA 2, 4 BENARD JIKA 4 BENARE JIKA 1, 2, 3, 4 BENAR
1. GLUT-4 berperan membantu transport glukosa ke dalam sel::1. Hati2. jaringan lemak3. usus halus4. otot
2. Berikut ini pernyataan yang benar adalah:1. Reseptor insulin terletak pada permukaan membrane sel2. Reseptor insulin memiliki struktur seven trans membrane receptor3. Reseptor insulin merupakan protein integral membran4. Reseptor insulin tidak memiliki domain intraselular
3. Pernyataan berikut yang benar untuk insulin adalah:1. diproduksi oleh sel beta pankreas2. meningkatkan glikogenesis di hepar3. merupakan hormone hipoglikemik4. menurunkan kadar glukosa intrasel
4. Berikut ini adalah sifat-sifat hormone steroid: 1. reseptor pada permukaan membran2. memerlukan second messenger3. mekanisme kerjanya mengubah aktivitas enzim4 .bersifat lipofilik
5. Berikut ini pernyataan yang benar adalah:1. Efek hormon insulin adalah mempengaruhi ekspresi gen2. hormone merupakan second messenger yang berperan sebagai molekul signal
yang mengkoordinasikan berbagai fungsi selular.3. metabolit fosfolipid membrane dapat berperan sebagai molekul first messenger4. transduksi signal dari hormone ke aktivitas selular dipengaruhi oleh sifat
kelarutan hormone pada lipid membran
6. Berikut ini pernyataan yang benar untuk interleukin adalah1. dapat dihasilkan oleh limfosit2. disebut juga sebagai sitokin3. dapat merupakan suatu peptide atau protein4. reseptornya berada di sitoplasma dalam sel
Pustaka
Lyon I. 2011. Biomedical Science: Lectural Notes Wiley-BlackwellMurray RK. 2000. Harper’s Biochemistry. 25 th. ed. A Lange Medical book. Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennely PJ, Rodwell VW, Weil PA. 2012. Biokimia
Harper. Edisi 29 (terjemahan). Penerbit EGC. Jakartawww2.estrellamountain.eduwww.whfreeman.com