23
NARKOBA DAN TEMBAKAU DALAM KEHAMILAN I. NARKOBA Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis narkotika adalah: Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.

Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

NARKOBA DAN TEMBAKAU DALAM KEHAMILAN

I. NARKOBA

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain

"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,

Psikotropika dan Zat Adiktif.

Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok

senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut

pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang

biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk

penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar

peruntukan dan dosis yang semestinya.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis

narkotika adalah:

Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko),

opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.

Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-

campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan

saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku

(Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain:

Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine,

Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,

Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide), dsb.

Page 2: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis

maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang

dapat mengganggu sistim syaraf pusat, seperti:

• Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa

zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan

oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap.

Contoh: lem/perekat, aceton, ether, dsb.

Penyalahgunaan Napza saat hamil dapat mempengaruhi perkembangan janin

baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung dari obat

melalui plasenta dapat menimbulkan efek pada sel embrio, sedang pengaruh tidak

langsung dengan mempengaruhi perfusi plasenta dan oksigenasi janin. Efek obat

ditentukan oleh jenis obat, frekuensi pemakaian, efek aliran darah plasenta, efek

terhadap jaringan janin, dan waktu pemakaian dalam kehamilan.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, narkoba dapat berbahaya baik pada

tahap tertentu kehamilan ataupun pada setiap tahap kehamilan. Berikut adalah

contoh efek berbahaya dari beberapa jenis narkotika apabila digunakan oleh

wanita hamil.

1. Kokain & Methamphetamine

Kokain & Methamphetamine merupakan stimulant yang kuat terhadap

sistem syaraf pusat. Kedua jenis zat tersebut dapat menekan nafsu makan,

mempersempit pembuluh darah sehingga jantung berdetak lebih kencang &

tekanan darah menjadi lebih tinggi. Akibatnya pertumbuhan janin menjadi

terganggu & meningkatnya resiko untuk terjadi keguguran, kelahiran

premature & abruptio placentae (terlepasnya sebagian plasenta dari dinding

rahim, yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan).

Apabila kedua jenis zat berbahaya tersebut dikonsumsi pada kahir

kehamilan, maka dapat menyebabkan bayi yang terlahir mengalami

ketergantungan zat berbahaya juga & menderita gejala putus obat (sakaw)

Page 3: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

seperti kejang, tidak bisa tidur & kram otot. Para ahli juga percaya bahwa di

kemudian hari, mereka juga akan mengalami kesulitan belajar.

2. Heroin & Narkotika lain

Mempunyai kemampuan menstimulasi sejumlah reseptor spesifik pada

SSP. Reseptor mu, kappa, sigma, reseptor mu bertanggung jawab pada tingkat

supraspinal yang menyebabkab analgesia, euforia, depresi pernapasan,

ketergantungan fisik. Reseptor kappa bekerja pada tingkat spinal dan

menyebabkan miosis dan sedasi. Reseptor sigma berhubungan dengan efek

perangsangan jantung, disforia, dan halusinogenik.

Penggunaan narkotika dalam jumlah yang besar meningkatkan resiko

kelahiran bayi secara prematur yang juga disertai dengan masalah kesehatan

lainnya seperti lahir dengan berat badan rendah, mengalami kesulitan bernafas,

kadar gula darah yang rendah & perdarahan di kepala (intracranial

hemorrhage). Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami ketergantungan

narkotika, sering juga dilahirkan dalam kondisi ketergantungan juga &

menderita gejala putus obat seperti muntah, diare & kaku pada persendian.

Wanita yang menggunakan narkotika dengan cara di suntik, juga beresiko

besar untuk tertular penyakit menular seperti HIV yang dapat berkembang

menjadi AIDS. Wanita hamil yang mengidap virus HIV beresiko besar untuk

menularkan infeksi tersebut kepada bayi yang dikandungnya.

3. Kokain

Kokain adalah obat vasoaktif dan dapat menyebabkan masalah pada bayi

secara sekunder karena kerusakan plasenta atau melalui efek langsung pada

pembuluh darah janin. Ada 2 jenis kokain; murni berupa serbuk putih yang

telah dicampur dengan soda kue atau sodium karbonat kemudian direbus

sampai airnya menguap dan reuptake presinaps tinggal kerak coklat yang

disebut crack dan jenis ini lebih adiktif serta berbahaya. Kokain digunakan

dengan cara menghirup uapnya dengan pipet kaca atau perak, dapat pula

disuntikkan intravena setelah dibuat larutan dengan air. Kokain dengan cepat

Page 4: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

di absorbsi dan masuk dalam darah serta menghasilkan efek dalam 6-8 menit.

Kokain diabsorbsi dengan cepat pada semua membran mukosa dan

menghambat reuptake presinaps dari katekolamin pada neuron terminal yang

menyebabkan akumulasi norephinerfrine, ephinefrin dan dopamine pada

postsinaps serta dalam darah.

Akumulasi ini akan menyebabkan peningkatan tonus simpatis dan

vasokonstriksi serta menimbulkan euforia, peningkatan denyut jantung,

hiperglikemia, hiperpireksia dan midriasis. Vasokonstriksi koroner akan

mengakibatkan spasme, angina pektoris, infark miokard akut, aritmia jantung

dan bahkan kematian mendadak. Selain itu dapat pula terjadi perdarahan

subarachnoid bila sebelumnya ada aneurisma, stroke hemoragik dan nekrosis

usus. Komplikasi maternal dapat berupa hipertensi maligna, iskemia jantung,

infark otak bahkan kematian. Dampak pada janin berupa abortus spontan,

pertumbuhan janin terhambat, persalinan kurang bulan, pewarnaan mekonium

dalam air ketuban dan solutio plasenta. Bayi pemakai kokain dengan berat

badan lahir rendah berisiko mengalami perdarahan intraventrikuler dan

keterlambatan perkembangan.

4. Ganja

Penelitian mengenai efek penggunaan ganja oleh wanita hamil sebenarnya

tidak terlalu spesifik. Hal ini karena biasanya ganja digunakan berbarengan

dengan obat lain, rokok & alcohol. Seperti bahan berbahaya lainnya, maka

penggunaan ganja saat kehamilan beresiko menyebabkan kelahiran bayi

premature & bayi lahir dengan berat badan rendah.

5. Amfetamin

Merupakan golongan simpatomimetik amin yang dipakai untuk mengobati

kegemukan, menekan rasa lapar, kelelahan, bekerja dengan cara merangsang

pelepasan katekolamin dari reseptor simpatis dan menghambat monoamin

oksidase yang berperan dalam penguraian katekolamin. Hal ini menyebabkan

peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik serta frekuensi pernapasan,

dosis yang berlebihan dapat menyebabkan ketegangan, insomnia, halusinasi,

Page 5: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

kecemasan, sakit kepala, muka pucat, palpitasi, tekanan darah tidak stabil,

aritmia jantung dan infark miokard.

Amfetamin tidak ditransfer melalui plasenta, namun menimbulkan efek

perinatal melalui cara lain, bila dipakai bersama kokain maka timbul

komplikasi persalinan prematur, pertumbuhan janin terhambat, solutio plasenta

dan gawat janin. Pernah dilaporkan adanya kelainan perinatal berupa penyakit

jantung kongenital, bibir sumbing.

II. TEMBAKAU

Bahan baku pembuatan rokok adalah tembakau. Tidak kurang dari 4000

zat kimia beracun yang terkandung dalam asap sebatang rokok yang dihisap.

Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas (85 persen) dan

partikel. Nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida,

amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethan, benzen, methanol, kumarin,

4-etilkatekol, ortokresol dan perylene adalah sebagian dari beribu-ribu zat di

dalam rokok.7

Dalam setiap batang rokok yg dihisap, terkandung 3 zat berbahaya bagi

kesehatan, yaitu : nikotin, karbon monoksida, dan tar. Kandungan ketiga zat

berbahaya tersebut berbeda-beda untuk setiap merek rokok.7

1. Nikotin.

Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf

tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh

darah serta menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya.

Kadar nikotin 4-6 mgyang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa

membuat seseorang ketagihan.7

2. Karbon monoksida (CO)

Zat ini memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan

hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin ini berikatan

dengan oksigen yang sangat penting untuk pernasapan sel-sel tubuh, tapi

karena gas CO lebih kuat daripada oksigen maka gas CO ini merebut tempat

oksigen “di sisi” hemoglobin sehingga hemoglobin bergandengan dengan gas

CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen.

Sementara dalam darah perokok mencapai 4-15 persen.7

Page 6: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

3. Tar

Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen

padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk

ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat

dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran

pernafasan dan paru-paru. Pengedapan ini bervariasi antara 3-40 mg per

batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Zat

berbahaya ini dapat menyumbat dan mengiritasi paru dan sistem pernapasan,

sehingga menyebabkan penyakit bronchitis kronis, emfisema dan dalam

beberapa kasus menyebabkan kanker paru-paru. Racun kimia dalam tar juga

dapat meresap ke dalam aliran darah dan kemudian dikeluarkan di urin. Tar

yang tersisa di kantung kemih juga dapat menyebabkan penyakit kanker

kantung kemih.7

Gambar 1. Komposisi rokok

Dikutip dari kepustakaan 8

A. Patofisiologi

Nikotin, karbon monoksida, dan karsinogen (bahan kimia penyebab kanker)

ditemukan dalam kadar yang tinggi pada janin dari ibu yang merokok dan ibu

perokok pasif.

Nikotin, karbon monoksida dan karsinogen (bahan kimia penyebab

kanker) ditemukan dalam kadar yang tinggi pada janin dari ibu yang

merokok dan

ibu perokok pasif. Karena senyawa berbahaya dalam tembakau dapat

Page 7: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

melewati  plasenta, ibu yang merokok menyebabkan masalah kesehatan yang

serius

bagi bayi baik sebelum dan setelah persalinan, dan bahkan dapat

mengakibatkan kematian. Wanita yang merokok lebih mungkin untuk

menderita kelainan plasenta dan plasenta letak rendah  (plasenta previa).2

Perbedaan pola waktu (saat merokok terjadi selama kehamilan), durasi

(berapa lama merokok terjadi), dan intensitas (jumlah asap) paparan janin

terhadap bahan kimia beracun dalam rokok menyebabkan perbedaan

efek rokok pada kesehatan janin.2

Efek yang paling serius dari merokok pasif dapat terjadi pada janin.

Nikotin melewati plasenta dengan bebas, seperti halnya unsur beracun  asap

rokok lainnya, seperti karbon monoksida dan sianida. Karbon monoksida

mudah mengikat hemoglobin janin sehingga mengurangi kapasitasnya dalam

membawa oksigen. Sianida menyebabkan deplesi vitamin

B12  janin karena vitamin B12 merupakan kofaktor

dalam detoksifikasi. Merokok juga merusak plasenta, menyebabkan

vaskularisasi berkurang, edema internal dari kapiler, dan perluasan dari

membran basal vili plasenta.9

Berbagai efek yang merugikan telah dihubungkan dengan merokok

selama kehamilan. Seperti, aborsi spontan, berat lahir rendah karena kelahiran

prematur atau pembatasan pertumbuhan janin, kematian bayi dan

janin, dan solusio plasenta. Mekanisme patofisiologis dari efek-efek yang

merugikan kehamilan tersebut, yaitu meningkatnya

karboksihemoglobin  janin, berkurangnya aliran darah uteroplasenta, dan

hipoksia janin. Dalam perspektif nasional, pada tahun 2001 kejadian berat

lahir rendah di antara bayi yang lahir dari wanita Amerika yang

dilaporkan merokok selama kehamilan adalah dua pertiga lebih tinggi

daripada bukan perokok, yaitu 11,9 berbanding 7,3 persen. Bahkan kelahiran

dari wanita yang merokok hanya 1 sampai 5 rokok sehari, 11,3 persen

memiliki berat lahir rendah, dan angka ini lebih dari 50 persen lebih tinggi

dibandingkan dengan yang tidak merokok. Jacqz-Aigrain, dkk (2002)

menemukan bahwa ibu yang mengkonsumsi rokok  berhubungan secara

langsung dengan tingkat kotinin yang diukur dalam sampel rambut neonatus.

Page 8: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

Upaya yang paling berhasil untuk berhenti merokok selama kehamilan

melibatkan intervensi yang menekankan bagaimana untuk berhenti merokok.10

B. Pengaruh Rokok Terhadap Kehamilan

1. Komplikasi Obstetri

Banyak literatur yang telah menggambarkan efek samping merokok

selama kehamilan. Bahkan sebelum kehamilan, merokok menyebabkan

penurunan kesuburan. Merokok selama kehamilan dihubungkan dengan

komplikasi obstetrik yang lebih tinggi, seperti abortus spontan, kehamilan

ektopik, kelahiran prematur, plasenta previa, solusio plasenta, dan ruptur

membran prematur.5

a. Abortus spontan

Nikotin telah diketahui menjadi vasokonstriktor kuat yang mengurangi

aliran darah uterus dan plasenta. Hal tersebut menyebabkan oksigenasi

plasenta terganggu sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

kematian janin. Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis

kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut

menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga

merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus

berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.5,11

Pengetahuan ini bukan hal yang baru diketahui. Tahun 1902, Ballantyne

menuliskan bahwa keguguran lebih sering terjadi pada wanita yang bekerja

sebagai buruh pabrik tembakau. Sebuah penelitian yang dipublikasikan tahun

1999 mempelajari hubungan antara penggunaan kokain dan tembakau dengan

abortus spontan di kalangan wanita hamil. Penggunaan kokain dan

rokok diukur menggunakan analisis urin. Kehadiran kotinin, metabolit

nikotin dengan waktu paruh panjang, secara independen dan signifikan

berhubungan dengan peningkatan risiko abortus spontan. Di antara wanita-

wanita dengan abortus spontan, 28,9% menggunakan

kokain dan 34,6% merokok berdasarkan  analisis urin.5

Bagi wanita yang merokok lebih dari 14 batang sehari, risikonya adalah

sekitar dua kali lipat lebih besar. Armstrong, dkk (1992) menghitung bahwa

risiko abortus meningkat secara linear dengan faktor 1,2 untuk setiap 10 rokok

Page 9: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

yang dihisap per hari, konsisten dengan faktor 1,4 yang dihitung oleh

Chatenoud, dkk (1998).10

b. Masalah plasenta

Solusio plasenta, yaitu terlepasnya plasenta dari implantasinya sebelum

janin lahir, sebanyak 15 sampai 25% dari semua kematian perinatal karena

komplikasi kelahiran  prematur, gawat janin, koagulopati ibu, dan

cedera iskemik  organ lainnya.1

Merokok selama kehamilan berhubungan dengan peningkatan insiden

solusio plasenta dan kematian janin. Terdapat hubungan antara jumlah rokok

yang dihisap dengan risiko solusio plasenta dan kematian perinatal. Bila

dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak merokok, ibu-ibu yang merokok

memiliki risiko 40% lebih tinggi untuk mengalami kematian janin akibat

solusio plasenta dari setiap bungkus rokok yang dihisap. Penyebab yang paling

mungkin dari peningkatan risiko ini adalah iskemia dan nekrosis dari

desidua.12

Plasenta previa, yaitu implantasi plasenta di bagian segmen bawah

uterus yang dapat dipersulit oleh prematuritas, plasenta akreta, vasa previa dan

perdarahan lainnya. Plasenta previa menyebabkan peningkatan kematian

perinatal setinggi 81 per 1.000 kelahiran.1

Merokok selama kehamilan berhubungan dengan peningkatan risiko

terjadinya plasenta previa sebanyak tiga kali. Kebutuhan untuk peningkatan

area permukaan plasenta akibat penurunan oksigenasi uteroplasenta mungkin

berkontribusi terhadap hubungan tersebut.12

Mekanisme yang paling mungkin dari solusio plasenta pada wanita yang

merokok, yaitu penurunan aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan

nekrosis desidua di tepi plasenta. Suzuki dkk, berpendapat bahwa merokok

dapat menyebabkan perubahan sel endotel yang kemudian menyebabkan

vasokonstriksi dan kekakuan dinding arteriol, sehingga terjadi penurunan

perfusi plasenta. Hal ini, dapat menyebabkan iskemia dari desidua basalis dan

akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan desidua. Mekanisme ini bisa

bertanggung jawab atas peningkatan insiden gangguan uteroplasenta yang

disebabkan oleh rokok.1,13

Page 10: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

Peningkatan insiden plasenta previa pada wanita yang merokok dapat

dijelaskan oleh pembesaran plasenta dan kemungkinan besar menutupi ostium

uteri interna. Pembesaran plasenta mungkin merupakan mekanisme

kompensasi dari penurunan transportasi oksigen ke janin yang disebabkan oleh

karbon monoksida dalam asap rokok. Plasenta berubah secara konsisten

dengan gangguan pada kemampuan plasenta dalam pertukaran gas akibat

penebalan dari lamina basal trofoblas dan berkurangnya ukuran kapiler janin.1

Monica dan Lilja menemukan peningkatan risiko plasenta previa 1,4 kali

pada wanita yang merokok kurang dari 10 batang per hari dan 1,7 kali pada

wanita yang merokok 10 batang atau lebih per hari. Williams dkk menemukan

peningkatan risiko solusio plasenta 1,4 kali pada wanita yang merokok 1-9

batang rokok per hari dan 1,5 kali pada wanita yang merokok 10-19 per hari.

Ananth dkk menemukan peningkatan risiko 1,3 dan 1,4 kali untuk plasenta

previa dan 1,9 dan 2,2 kali untuk solusio plasenta pada wanita yang merokok

1-10 batang dan lebih dari 10 batang per hari.13

Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah hasil dari cacat dalam fisiologi reproduksi

manusia yang memungkinkan hasil konsepsi untuk berimplantasi dan matang

di luar rongga endometrium, yang akhirnya berakhir pada kematian janin.14

Merokok telah terbukti menjadi faktor risiko untuk kehamilan ektopik.

Penelitian telah menunjukkan peningkatan risiko mulai 1,6-3,5 kali lipat

dibandingkan bukan perokok. Merokok selama kehamilan meningkatkan

risiko sebesar 2,5 atau lebih untuk wanita yang merokok lebih dari 20 batang

perhari. Dalam penelitian Handler dkk, diperkirakan terdapat peningkatan

risiko 1,4 kali untuk wanita yang merokok kurang dari 10 batang per hari dan

5.0 kali untuk wanita yang merokok 30 atau lebih batang rokok per hari.5,14,15

Berdasarkan penelitian laboratorium pada manusia dan hewan, peneliti

telah menetapkan beberapa mekanisme bagaimana merokok memainkan peran

dalam kehamilan ektopik. Mekanisme tersebut, yaitu penundaan ovulasi,

gangguan motilitas tuba dan uterus, atau gangguan imunitas.14

Dalam penelitian Coste dkk, terdapat perubahan motilitas dan fungsi silia

tuba setelah suntikan nikotin. Nikotin juga menyebabkan penundaan

Page 11: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

implantasi blastokista dan mengubah jarak dari tempat implantasi pada hewan.

Peranan dari kadar estrogen yang rendah juga diajukan oleh beberapa peneliti.

Beberapa temuan yang mendukung hipotesis tersebut, yaitu wanita perokok

memiliki kadar estrogen yang lebih rendah dibandingkan kontrol dan kontraksi

tuba terjadi di bawah kontrol estrogen. Penjelasan lain untuk efek buruk dari

merokok, yaitu imunitas yang berkurang pada perokok. Perubahan imunitas

dapat mempengaruhi respon terhadap inflamasi tuba, mengakibatkan

peningkatan frekuensi PID.15

c. Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur didefinisikan sebagai usia kehamilan kurang dari 37

minggu, dan kelahiran sangat prematur didefinisikan sebagai usia kehamilan

kurang dari 33 minggu. Penelitian menunjukkan bahwa 10,8% bayi lahir

prematur pada keseluruhan populasi, dengan 80,5% diklasifikasikan sebagai

kelahiran prematur spontan dan 19,5% diklasifikasikan sebagai kelahiran

prematur indikasi medis.

Ada cukup banyak literatur yang menghubungkan merokok dengan kelahiran

prematur, yang umumnya ditemukan hubungan sederhana, dengan risiko

relatif 1,2 hingga 1,5 kali untuk merokok 10 sampai 20 batang sehari, dan

risiko relatif 1,5 sampai 2,0 kali untuk merokok lebih dari 20 batang hari.

Merokok selama kehamilan menyebabkan 15% dari semua kelahiran prematur.

Bahkan, wanita hamil perokok pasif dihubungkan dengan peningkatan risiko

kelahiran prematur.5,16

Nikotin bekerja pada sistem kardiovaskular, menyebabkan pelepasan

katekolamin ke dalam sirkulasi ibu, dan menyebabkan takikardi,

vasokonstriksi perifer, dan penurunan aliran darah plasenta, sehingga nutrisi

dan oksigenasi bagi janin berkurang. Kotinin meningkatkan aksi

vasokonstriksi dari prostaglandin E2 dan akumulasi kotinin dalam aliran darah

janin dapat berperan dalam menginduksi persalinan prematur dan abortus

spontan di kalangan perokok.17

2. Berat Badan Lahir Rendah

Merokok aktif oleh wanita hamil merangsang perubahan morfologi plasenta

lebih awal, sehingga mengurangi volume ruang intervili ibu serta mengurangi

Page 12: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

volume dan luas permukaan kapiler janin. Perubahan morfologi ini

mengakibatkan penurunan difusi oksigen melalui plasenta. Oleh karena itu, janin

menderita stres hipoksia kronis akibat rokok. Faktor-faktor ini berkontribusi

dalam menurunkan berat dan panjang badan lahir, serta lingkar kepala lebih kecil

saat lahir. Di negara-negara maju, ibu yang merokok adalah faktor utama dari

berat badan lahir rendah. Diperkirakan bahwa merokok selama kehamilan

mengurangi berat badan lahir 10-15 gram per rokok yang dihisap setiap hari.

Namun, hal tersebut tidak memiliki hubungan linear, Penurunan paling tajam

dalam berat badan lahir terjadi pada paparan tingkat rendah. Oleh karena itu, efek

pengurangan merokok selama kehamilan lebih kecil dibandingkan dengan efek

berhenti merokok. Bahkan, paparan tinggi terhadap lingkungan asap rokok pada

wanita hamil yang tidak merokok juga memiliki hubungan negatif dengan berat

badan lahir. Baru-baru ini, Wang dkk menyimpulkan bahwa efek langsung dari

merokok selama kehamilan pada berat badan lahir dan usia kehamilan

mungkin lebih kuat tergantung pada kerentanan individu.5

Berat badan lahir rendah didefinisikan sebagai berat badan lahir kurang dari

2500 gram. Secara umum, penurunan rata-rata berat badan lahir pada wanita

perokok adalah 200 gram. Hal ini mengakibatkan kejadian bayi berat badan lahir

rendah menjadi dua kali lipat. Risiko dan tingginya berat badan lahir rendah

berhubungan dengan jumlah rokok yang dihisap selama kehamilan.  Periode kritis

dimana merokok menimbulkan pengaruh merugikan ini belum diketahui. Tetapi

telah diketahui bahwa jika wanita berhenti merokok selama kehamilan, berat

badan lahir bayi akan sebanding dengan wanita yang tidak merokok.1

Mekanisme yang tepat dalam penurunan berat badan lahir masih belum

jelas. Saat ini, terdapat bukti bahwa perokok tidak mengkonsumsi kalori lebih

sedikit atau memiliki berat badan rendah selama kehamilan sehingga telah

disimpulkan bahwa penurunan berat badan lahir pada bayi perokok tidak

disebabkan oleh faktor gizi. Penelitian antropometri yang membandingkan

perbedaan komposisi tubuh pada bayi dari wanita perokok dengan bukan perokok

menemukan penurunan massa lemak bebas. Secara khusus, berat dan panjang

badan yang menurun pada bayi dari perokok, tetapi tidak ada perbedaan pada

pengukuran tebal lipatan kulit dan lingkar anggota gerak tubuh. Tidak diketahui

apakah efek fisiologis merokok pada pertumbuhan janin disebabkan oleh sifat

Page 13: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

vasokonstriksi nikotin pada pembuluh darah uterus atau penurunan kadar oksigen

akibat karbon monoksida dan pembentukan karboksihemoglobin.1

Hasil penelitian yang paling baik mengenai merokok adalah hubungan

secara langsung antara dosis dengan penurunan pertumbuhan janin. Bayi yang

lahir dari ibu perokok memiliki berat badan rata-rata 200 gram lebih kecil

dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu bukan perokok, dan perokok berat

menyebabkan penurunan berat badan yang lebih banyak. Merokok

menggandakan risiko berat badan lahir rendah, dan meningkatkan risiko bayi

yang kecil untuk usia kehamilan 2,5 kali lipat. Wanita yang berhenti merokok di

awal kehamilan pada umumnya memiliki bayi dengan berat lahir normal.10

Pada tahun 1957, Simpson melaporkan efek samping dari ibu yang merokok

pada berat badan lahir. Beberapa penelitian telah mendukung temuan ini dan

menunjukkan efek dosis-respon. Efek pada berat badan lahir lebih disebabkan

oleh pertumbuhan intrauterin yang terhambat dibandingkan kelahiran prematur.

Kramer dkk, memperkirakan efek dari ibu yang merokok selama masa prenatal

menyebabkan penurunan 5% dari berat badan per bungkus rokok yang dihisap

setiap hari.3

Ibu yang merokok selama masa prenatal mempengaruhi janin dalam

sejumlah cara yang dapat mengakibatkan hipoksia kronis dan berat badan lahir

rendah. Resistensi vaskuler plasenta sering meningkat ketika wanita merokok

selama kehamilan. Ibu perokok dikaitkan dengan perubahan metabolisme protein

dan aktivitas enzim dalam darah janin. Merokok selama kehamilan menurunkan

aliran darah uterus dan mengurangi aliran oksigen dari uterus ke plasenta.

Peningkatan kadar karboksihemoglobin ditemukan dalam darah ibu dan janin saat

ibu merokok selama kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan hypoxia janin dan

janin mengalami stres hipoksia kronis, sebagaimana dibuktikan oleh peningkatan

kadar hematokrit.3

3. Kematian Perinatal

Terdapat peningkatan 33% pada kematian perinatal (setelah usia kehamilan

20 minggu) dan kematian neonatal (usia 28 hari pertama) pada wanita perokok.

Peningkatan ini terjadi secara independen dari penurunan berat badan

lahir. Sementara, rata-rata lama kehamilan hanya sedikit lebih pendek pada

perokok, proporsi kelahiran prematur (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)

Page 14: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan

meningkat secara signifikan. Analisis oleh Perinatal Ontario menentukan bahwa

ibu yang merokok meningkatkan risiko kematian perinatal, yaitu 20% untuk ibu

yang merokok kurang dari satu bungkus per hari dan 35% untuk ibu yang

merokok lebih dari satu bungkus per hari.1

4. Sindrom Kematian Bayi Mendadak (SIDS)

Di negara maju, sindrom kematian bayi mendadak terjadi sebanyak 40%

dari semua kematian bayi umur 1 bulan sampai 1 tahun. Posisi tidur bayi dan

kebiasaan ibu merokok telah diketahui menjadi faktor penyebab sindrom

kematian bayi mendadak.18

Beberapa penelitian epidemiologi telah melaporkan hubungan antara ibu

yang merokok dengan sindrom kematian bayi mendadak. Dari berbagai faktor

risiko sindrom kematian bayi mendadak, ibu yang merokok merupakan salah satu

yang paling prediktif. Penurunan respon ventilasi sampai hipoksia dianggap

bagian dari patofisiologi sindrom kematian bayi mendadak. Penelitian terakhir

pada neonatus domba telah menunjukkan bahwa nikotin melemahkan respon

ventilasi sampai hipoksia dan menimbulkan spekulasi bahwa sindrom kematian

bayi mendadak berhubungan dengan efek nikotin pada pusat kontrol pernapasan.1

Bayi yang meninggal akibat sindrom kematian bayi mendadak memiliki

konsentrasi nikotin yang lebih tinggi dalam jaringan paru mereka dibandingkan

dengan kasus yang bukan sindrom kematian bayi mendadak. Alasan yang paling

mungkin dari hubungan antara merokok pasif dengan sindrom kematian bayi

mendadak adalah kelainan dalam perkembangan otak, dengan

kecenderungan apnue sentral dan mekanisme kontrol pernapasan

terganggu, seperti respon ventilasi berkurang sampai hipoksia. Penjelasan lainnya

yang mungkin adalah perkembangan paru yang abnormal pada neonatus dan

meningkatnya infeksi pernapasan.5

Penelitian oleh Kirsten Wisborg menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir

dari ibu perokok memiliki risiko tiga kali lebih tinggi untuk menderita SIDS

dibandingkan anak-anak yang lahir dari ibu yang tidak merokok. Risiko SIDS

semakin meningkat dengan semakin banyaknya jumlah rokok yang dihisap setiap

hari.18

Page 15: Narkoba Dan Tembakau Dalam Kehamilan