46
KELOMPOK 1 N. OLFAKTORIUS

Nervus Olfaktorius

Embed Size (px)

DESCRIPTION

neurologi

Citation preview

  • KELOMPOK 1N. OLFAKTORIUS

  • Kelompok 1

    Rocky R P 110.2004.231Syafrial B 110.2004.257Rahimi Rahim 110.2004.207Tatang 110.2004.261Ponco Adityo110.2004.191Wael Al-jaidy 110.2004.275Soraya Saputri110.2004.251Respati Riggantari A 110.2004.215Nopi Yanti 110.2004.174Lia Wati Ratna W 110.2004.130Wira Zulfa 110.2004.279Teguh Ganesha110.2002.275

  • ANATOMI

  • Bagian-bagian yang menerima rangsangan olfaktorius :a. Mukosa olfaktoriusb. Fila olfaktoriac. Bulbus olfaktoriusd. Traktus olfaktoriuse. Korteks

  • 1. septum nasi 6. os frontale 2. Vomer7. os sphenoidale 3. os ethmoidale 8. sinus frontalis 4. proc. Palatinus 9. olfactoir epitheel5. os nasale 10. sinus sphenoidalis

  • a.MUKOSA OLFACTORIUS - berlokasi pada bagian atas kavitas nasal (masing-masing 2cm2) dan meluas sampai konka nasalis superior serta septum nasi. - Dijumpai sel-sel sensorik (bipolar)

  • b. FILA OLFACTORIA - prosesus perifer neuron bipolar berada pada permukaan epitel dalam bentuk rambut-rambut kecil,yang kemudian bergabung menjadi suatu fasikulus yang tak bermielin yang disebut fila olfaktorius. - kira-kira 20 fila olfaktoria akan menembus foramen lamina fibrosa os ethmoid dan akan bergabung kedalam bulbus olfaktorius.

  • c.BULBUS OLFACTORIATonjolan otak (telsensefalon) yang mengandung sinaps rumit dari sel-sel mitral,tufted dan glanuler (neuron kedua).

  • d. TRACTUS OLFACTORIUS # merupakan berkas serabut saraf yang jalan dari bagian belakang bulbus olfactorius dibawah lobus frontalis. # Terdiri dari : > axon sel mitra > tufted cel# Area Brodmann 28 dikenal sebagai: area olfactorius secundarius.

  • # Traktus olfactorius jalan menuju substantia perforata anterior untuk kemudian pecah menjadi 2:> Stria olfactorius mediale bulbus olfactorius sisi yang lain.> Stria olfactorius laterale area periamygdaloidea dan area perifiriformis di cortex cerebri

  • e. KORTEKS :- lobus temporal unkus - area subkalosal (sisi medial lobus orbitalis)

    CIRI KHAS N. OLFACTORIUS:Satu-satunya n. Cranialis yang tidak melalui thalamusMerupakan sensasi yang tak bisa dipisahkan dari respon emosional dan sistem otonomnya.

  • FISIOLOGI

  • MEMBRAN OLFACTORIUS# Terletak di bagian superior setiap lubang hidung.# Sel-sel reseptor adalah sel olfaktori.# Ujung mukosa dari sel olfaktori membentuk tombol, dari tempat ini akan dikeluarkan 6 sampai 12 rambut atau silia olfaktori (diameter 0,3 mikrometer dan panjang 200 mikrometer), terproyeksi ke dalam mukus yang melapisi permukaan dalam rongga hidung.

  • Silia olfaktori yang terproyeksi ini akan membentuk alas yang padat pada mukus, dan ini adalah silia yang bereaksi terhadap bau di udara dan kemudian akan merangsang sel-sel olfaktori. Diantara sel-sel olfaktori pada membran olfaktori tersebar banyak glandula Bowman.

  • PERANGSANGAN SEL-SEL OLFACTORI1. Mekanisme Eksitasi pada Sel-sel Olfaktori.# Bagian sel olfaktori yang memberi respons terhadap rangsangan kimia olfaktori adalah silia. Bau kontak dengan permukaan olfaktori

  • menyebar secara difus ke dalam mukus yang menutupi silia berikatan dengan protein reseptor (menonjol keluar melalui membran siliaris). Reseptor melipat ke arah dalam dan luar.

  • a. Aktivasi reseptor oleh bau mengaktivasi kompleks protein-Gb. kemudian mengaktivasi banyak molekul adenil siklase di bagian dalam membran sel olfaktori, kemudian c. Menyebabkan pembentukan banyak molekul cAMP sampai berkali- kali, dan akhirnyad. cAMP membuka saluran ion natrium yang masih banyak tersisa.

  • # Oleh karena itu, walaupun bau spesifik hanya mempunyai konsentrasi yang sangat kecil, tetapi sudah dapat memulai rangkaian efek yang membuka banyak sekali saluran natrium.

  • # Faktor fisik yang mempengaruhi derajat perangsangan sel olfactori :Hanya substansi yang dapat menguap saja yang dapat tercium baunyaSubstansi tersebut paling sedikit harus bersifat larut dalam airSangat membantu bila bau tersebut sedikit sekali larut dalam lemak

  • 2. Potensial Membran dan Potensial Aksi pada Sel-sel Olfaktori.Potensial membran pada sel-sel olfaktori yang terangsang, rata-rata sekitar -55 milivolt. Pada nilai potensial ini, sebagian sel terus-menerus menghasilkan potensial aksi pada kecepatan yang lambat, bervariasi mulai dari satu kali setiap 20 detik sampai dua atau tiga kali perdetik.

  • 3. Adaptasi.Sekitar 50 persen reseptor olfaktori beradaptasi pada detik pertama atau setelah terkena rangsang. Suatu mekanisme neuronal dari adaptasi ini, yaitu sebagai berikut : Sejumlah besar serabut saraf sentrifugal melintas dari daerah olfaktori otak ke belakang sepanjang traktus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel inhibitor pada bulbus olfaktorius, yaitu sel granula.

  • Mencari Sensasi Utama PenciumanCamphoraceousMuskyHarum bunga-bungaan (floral)PeppermintSangat samar (ethereal)Bau yang tajam (pungent)Busuk

  • Diperkirakan bahwa ketidakpekaan bau untuk setiap Substansi mencerminkan kurangnya protein reseptor yang cocok pada sel-sel olfaktori untuk substansi tersebut.Sifat Afektif PenciumanPenciuman, walaupun lebih banyak dari pengecapan,mempunyai kualitas afektif enak atau tidak enak.

  • Ambang Batas PenciumanSalah satu karakteristik penciuman yangutama adalah jumlah bahan perangsang yang terkandung dalam udara yang sering dibutuhkan untuk menimbulkan sensasi penciuman.

  • Gradasi Intensitas BauWalaupun ambang batas konsentrasi substansi Yang mengeluarkan bau sangat kecil, hanya dengan konsentrasi sebesar 10 sampai 50 kali di atas nilai ambang batas, sering kali dapat menghasilkan intensitas bau yang maksimal.

  • Penjalaran Sinyal-sinyal Olfatorius ke dalam Bulbus Olfaktorius & SSP25.000 akson dari sel-sel olfactori glomeruli (di bulbus) dendrit yang berasal dari sekitar 25 sel-sel mitral yang besar dan sekitar 60 sel-sel berumbai yang lebih kecil, yaitu badan sel yang juga terletak di bulbus olfaktori di sebelah superior glomerulitraktus olfaktorius SSP

  • # Dari penelitian diduga bahwa glomeruli yang berbeda akan memberi respons terhadap bau yang berbeda pula.Jaras Olfaktori yang Paling Tua, yang Tua, dan yang Paling Baru Masuk ke Dalam Sistem Saraf Pusat.a. Sistem Olfaktori yang Paling Tua Area Olfaktori Medial.

  • # Area olfaktori medial terdiri dari sekelompok nuklei yang terletak di bagian midbasal otak di sebelah anterior hipotalamus, yang merupakan nuklei septal.# area ini dengan kuat mempengaruhi lebih banyak respons primitif olfaksi, respons makan yang disebabkan oleh bau makanan, atau emosi primitif yang berkaitan dengan bau tsb.

  • b. Sistem Olfaktori yang Kurang Tua Area Olfaktori Lateral.# Terdiri dari : - korteks prepiriformis dan korteks piriformis. - kortikal nuklei amigdaloid. # jaras sinyal berjalan hampir semua bagian sistem limbik, terutama ke bagian yang kurang primitif, seperti hipokampus.

  • # area olfaktori lateral ini adalah satu-satunya area dari seluruh korteks serebral dimana sinyal sensorik berjalan langsung ke korteks tanpa melalui talamus.# Pengangkatan area lateral ini akan menghapus refleks-refleks olfaktori yang lebih kompleks dan terkondisi.

  • c. Jaras yang Lebih Baru. Arah perjalanannya ke dorsomedial nukleus talamik kuadran lateroposterior korteks orbitofrontal. Sistem ini terutama membantu dalam hal analisis bau secara sadar.

    Pengendalian Sentrifugal Terhadap Aktivitas di Bulbus Ofaktorius Melalui Sistem Saraf Pusat

  • Beberapa serabut saraf yang berasal dari bagian olfaktori otak akan berjalan di sebelah perifer pada traktus olfaktorius menuju bulbus olfaktorius, yaitu secara sentrifugal dari otak ke bagian perifer. Berakhir pada sejumlah besar sel-sel

  • granula kecil yang terletak diantara sel-sel mitral dan berumbai pada bulbus.Aktivitas Elektrik pada Saraf dan Traktus Olfaktorius.Rangsang olfaktori akan memodulasi frekuensi impuls pada sistem olfaktori dan dengan cara ini dapat mentransmisikan informasi olfaktori.

  • PATOFISIOLOGI

  • 1.Anosmia

    hilangnya sensasi penciuman yang dapat disebabkan oleh adanya kelainan kelainan agnesis trunkus olfaktorius,trauma yang mengenai N olfaktorius /bulbus olfaktorius, tumor di frontal lobe/mengioma di N.olfaktorius.

  • Pada mukosa ruang hidung yang edematous karena flu atau infeksi apapun, penghiduan terganggu. Pada rhinitis kronik, dimana mukosa ruang hidung menjadi atrofik, daya penghidu dapat hilang untuk seterusnya.Berkas nervus olfaktorius dapat ikut cedera pada trauma capitis.

  • 2.Hiperosmiamerupakan sensasi penciuman yang berlebihanpada kasus : histeria,adiksikokain

    3. Parosmiaabnormalitas penciuman. Pada parosmia, penghiduan tidak sesuai dengan jenis bau yang sebenarnya. Minyak wangi, misalnya dapat tercium sebagai bau terasi atau lain jenis bau yang tidak enak.

  • Terjadi pada:Skizofrenia,lesi gyrus unsinatus,dan histeria

    4. Kakosmia Timbulnya bau tidak enakBiasanya terjadi akibat dekomposisi jaringan

  • 5. Halusinasi olfaktorius merupakan halusinasi penciuman Terjadi pada psikosis,epilepsi,gyrus unsinatus (uncinate pits)akibat lesi unkus dan hipokampus Rangsangan terhadap bulbus atau korteks olfatorik primer membangkitkan halusinasi olfaktorik

  • Halusinasi olfaktorik pada epilepsi dapat disertai automatisme, yaitu perbuatan yang dilakukan tanpa disadari, namun memperlihatkan pola wajar yang bermakna.

    Pemeriksaan # Bahan yang di gunakan :bersifat aromatik dan tidak merangsang tembakau,kopi,vanili)

  • # Alkohol,amoniak tidak dipakai karena akan merangsang saraf V (N.Trigeminus)# Pada waktu pemeriksaan satu lubang ditutup sementara itu bahan kita letakkan pada lubang hidung lain dan penderita diminta untuk menghirup/mencium atau sebaliknya.Kemudian meminta untuk mengidentifikasinya.

  • # Hal yang harus di perhatikan:1.Penyakit mukosa hidung (rinitis) atau ozaena (+) palsu2. Pada orang tua hiposmia 3. Gangguan pembauan yang sesisi (unilateral) tanpa kelainan intra nasal dan kurang disadari penderita (kronik),perlu dipikirkan suatu glioma lobus frontalis,meningioma pada crista sphenoidalis dan tumor parasellar.

  • Fungsi pembauan juga dapat menghilang pada trauma kapitis dan meningitis basalis4. Hiperosmia , parosmia , kakosmia dapat dijumpai pada neurosis histerik.Halusinasi olfaktorik dapat dijumpai pada keadaan psikosis,epilepsi lobus temporalis dan ensefalitis lobus temporalis (rabies)

  • Daftar PustakaSidharta, Priguna. 1999. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian Rakyat.Mardiati, Ratna. 1996. Susunan Saraf Otak Manusia. Jakarta : Sagung Seto Mardjono, Mahar & Sidharta, Priguna. 2003. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.Price, Sylvia & Wilson, Lorraine. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Jilid 2 Ed. 4. Jakarta : EGC

  • Terimakasih Atas Perhatiannya. Wassalam!