Upload
hafsah-suadaul-adzro
View
15
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PAGET DISEASE
Citation preview
BAB I
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 74 tahun
Alamat : Majalaya
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
ANAMNESA
Telah dilakukan autoanamnesa pada tanggal 2 Februari 2016.
Keluhan Utama :
Luka pada bagian puting payudara kanan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan adanya luka pada bagian puting payudara kanan sejak 12 tahun
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya luka hanya berupa goresan kecil namun lama kelamaan
luka membesar hingga sebesar medali. Luka terlihat menebal dan berwarna kemerahan.
Keluhan pasien disertai dengan rasa nyeri pada luka. Nyeri dirasakan hingga pasien
kesulitan untuk tidur. Pasien juga mengatakan terdapat cairan yang keluar dari payudaranya
berwarna putih kekuningan seperti nanah. Semakin lama luka semakin membesar dan menebal.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada bagian tulang di sekitar dada dan punggung. Terjadi
penurunan berat badan yang drastic dalam 6 bulan terahir dan mngeluhkan nafsu makan
menurun.
Pada 6 bulan yang lalu pada payudara yang mengalami keluhan tersebut pernah
dilakukan operasi untuk dilakukan biopsy.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak terdapat riwayat penyakit dahulu pada pasien. Seperti keluhan benjolan
sebelumnya, riwayat darah tinggi, kencing manis ataupun penyakit jantung.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluhan yang sama seperti yang dirasakan pasien pada anggota keluarga.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum :
Kesadaran : Komposmentis
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 84 kali/menit regular volume dan isi cukup
Frekuensi Napas : 22 kali/menit teratur
Suhu : 36,8˚C
STATUS GENERALIS
Kepala
Normochepali, tidak ada deformitas. Mata : pupil isokor dengan diameter 3mm,conjungtiva
anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), reflex cahaya langsung (+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+),
gerak bola mata normal, exopthalmus (-).
Leher
Kelenjar getah bening tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Simetris pada keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Vocal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskulatasi : Suara nafas vesicular, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : Teraba ictus cordis pada sela iga V di linea midklavikula kiri
Perkusi : Batas kanan: linea parasternalis kanan. Batas kiri: linea midclavikula kiri.
Batas atas: sela iga II
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur(-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi: Simetris, datar, benjolan (-)
Palpasi: Dinding perut: supel, nyeri tekan epigastrium (-), nyeri lepas (-) Hepar: tidak
teraba membesar, Lien: tidak teraba membesar, Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
Auskultasi: Bising usus (+) 8x/menit
Ekstremitas
Atas : akral hangat +/+, oedem -/-
Bawah : akral hangat +/+, oedem -/-
Status lokalis Regio Mammae Dextra
Inspeksi
Tampak luka menebal pada area puting sebesar medali berbentuk bulat, berjumlah
satu,warna kemerahan, krusta (+), sebagian area basah.
Palpasi
Teraba penebalan kulit pada area puting dengan kosistensi keras, sebagian basah, nyeri
(+), benjolan (-), pembesaran KGB (-)
DIAGNOSA BANDING
Penyakit paget
USULAN PEMERIKSAAN
1. USG payudara
2. Biopsi eksisi, histologi PA
HASIL PEMERIKSAAN
HISTOPATOLOGI (12-6-2015)
Diagnosis klinis : melanoma malignum mammae dextra
Makroskopik :
Sebuah jaringan berkulit diameter1 cm, pitih kecoklatan kenyal.
Pada irisan tampak massa padat berwarna putih kecoklatan.
Mikroskopik :
Jaringan kulit dilapisi epidermis sebagian hyperplasia dan dysplasia seluruh ketebalannyadengan
inti fleomorpik, vesicular dan hiperkromatik, di bagian basal masih dibatasi membrane basalis.
Tidak ditemukan sel melanosit proliferative atau pigmen melanin.
Kesimpulan :
Squamous carcinoma in situ.
DIAGNOSIS
Penyakit Paget
PENATALAKSANAAN
Tindakan Operatif: mastektomi radikal
PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia
Ad sanationam : dubia
BAB II
KANKER PAYUDARA
Definisi
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara merupakan poliferasi maligna yang berasal dari sel epitel duktus ataupun lobus payudara.
Epidemiologi
Di dunia, Kanker payudara menempati urutan pertama sebagai kanker tersering pada perempuan dengan insidensi 22%. Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki – laki dengan frekuensi sekitar 1 %.
Faktor resiko
Faktor internal o Faktor usia usia >30 tahuno Faktor genetic mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada
kromosom 13o Faktor hormonal
Usia menarche <12 tahun Tidak kawin dan nulipara Melahirkan anak pertama pada usia >35 tahun Tidak menyusui Usia menopause >55 tahun Melakukan terapi hormonal dalam jangka waktu lama Riwayat infeksi, trauma, atau tumor jinak pada payudara
Faktor eksternal o Terpapar radiasi, terutama di daerah thoraxo Merupakan perokok aktif, ataupun perokok pasif dan konsumsi alcohol
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasikan
sebagai berikut:4
a. Non-invasif karsinoma
Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan kanker
dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya. Non-invasif karsinoma
dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu :
Non-invasif duktal karsinoma
Lobular karsinoma in situ
b. Invasif karsinoma
Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa
terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya).
Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
Invasif karsinoma terdapat beberapa jenis, antara lain :
Invasif duktal karsinoma
§ Papilobular karsinoma
§ Solid-tubular karsinoma
§ Scirrhous karsinoma
§ Special types
§ Mucinous karsinoma
§ Medulare karsinoma
Invasif lobular karsinoma
§ Adenoid cystic karsinoma
§ karsinoma sel squamos
§ karsinoma sel spindel
§ Apocrin karsinoma
§ Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
§ Tubular karsinoma
§ Sekretori karsinoma
§ Lainnya
c. Paget's Disease
Paget’s disease adalah suatu kanker kulit yang jarang terjadi yang menyerupai dermatitis
(peradangan kulit berupa bercak kemerahan dan berasal dari kelenjar di dalam atau di bawah
kulit). Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara, sehingga kanker ini biasanya
ditemukan di sekitar puting susu.
Gejala klinis :
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil,
semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada
kulit payudara atau pada puting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam
(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada
payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat
menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.
Ciri-ciri lainnya antara lain:
Pendarahan pada puting susu.
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul
borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada
lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen
sebagai berikut:
Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)
Adanya nodul satelit pada kulit payudara
Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa
Terdapat model parasternal
Terdapat nodul supraklavikula
Adanya edema lengan
Adanya metastase jauh
Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit,
kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5
cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis
suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker
tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya
dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu
stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT Scan,
scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut
saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan oleh
UICC(International Union Against Cancer dari WHO atau World Health Organization) / AJCC
(American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan
American College of Surgeons).5,6
Klasifikasi Stadium TNM berdasarkan American Joint Committee on Cancer
T = ukuran primer tumor.
Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam cm, nilai paling
kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.
Tx : Tumor primer tidak dapat dnilai.
To : Tidak terdapat tumor primer.
Tis : Karsinoma in situ.
Tis(DCIS) : Ductal Carcinoma In Situ.
Tis(LCIS) : Lobular Carcinoma In Situ.
Tis(Paget’s) : Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor.
Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan ukuran tumornya.
T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau kurang.
T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang.
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.
T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5 cm.
T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.
T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau kulit.
T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.
T4b : Edema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit pada kulit yang terbatas pada 1
payudara.
T4c : Mencakup kedua hal di atas.
T4d : inflammatory carcinoma.
N = kelenjar getah bening regional.
Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya).
N0 : Tidak terdapat metastasis kgb.
N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.
N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau adanya pembesaran
kgb ke mamaria interna ipsilateral (klinis) tanpa adanya metastasis ke kgb aksila.
N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau melekat ke struktur lain.
N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara klinis dan tidak terdapat
metastasis pada kgb aksila.
N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa metastasis kgb aksila
atau klinis terdapat metastasis pada kgb aksila; atau metastasis pada kgb supraklavikula
ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada kgb aksila/mamaria interna.
N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.
N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila.
N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula.
Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara imaging (di
luar limfoscintigrafi).
M = metastasis jauh.
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai.
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh.
Klasifikasi stadium carcinoma mammae.6
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stage IIIC T (semua) N3 M0
Stage IV T (semua) N (semua) M1
Jalur Penyebaran
a. Invasi lokal
Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor pada mulanya
menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan ke sekitarnya, ke anterior mengenai
kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke dinding toraks. 7
b. Metastasis kelenjar limfe regional
Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar. Data di China
menunjukkan: mendekati 60% pasien kanker mammae pada konsultasi awal menderita
metastasis kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut stadiumnya, diferensiasi sel kanker makin
buruk, angka metastasis makin tinggi. Kelenjar limfe mammaria interna juga merupakan jalur
metastasis yang penting. Menurut observasi klinik patologik, bila tumor di sisi medial dan
kelenjar limfe aksilar positif, angka metastasis kelenjar limfe mammaria interna adalah 50%; jika
kelenjar limfe aksilar negative, angka metastasis adalah 15%. Karena vasa limfatik dalam
kelenjar mammae saling beranastomosis, ada sebagian lesi walaupun terletak di sisi lateral, juga
mungkin bermetastasis ke kelenjar limfe mammaria interna. Metastasis di kelenjar limfe aksilar
maupun kelenjar limfe mammaria interna dapat lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe
supraklavikular.
c. Metastasis hematogen
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah, juga dapat
langsung menginvasi masuk pembuluh darah (melalui vena kava atau sistem vena interkostal-
vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil autopsy menunjukkan lokasi tersering
metastasis adalah paru, tulang, hati, pleura, dan adrenal.7
I. Penatalaksanaan
Indikasi operasi untuk tumor jinak payudara adalah jika lesi yang bersifat jinak memberikan
keluhan atau tidak berhasil dengan terapi konservatif.Adapun kontraindikasi, jika tumor jinak
payudara tersebut bukan suatu lesi maligna dan tidak ada komorbid yang berat. Berbagai jenis
tindakan dapat dilakukan bergantung pada jenis tumor jinak payudara yang didapatkan, antara
lain: 8
a. Aspirasi Kista
Teknik yang digunakan untuk mengaspirasi suatu kista payudara hampir sama dengan teknik
yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi biopsi jarum halus. Permukaan kulit dibersihkan
dengan alkohol. Biasanya ‘gauze-needle’ berukuran 21 dilekatkan ke jarum 20ml. kista difiksasi
dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan jari tengah. Jarum dipegang
di tangan yang lain, dan kista tersebut diaspirasi sehingga ia tidak dapat teraba lagi.
Biasanya isi dari suatu kista adalah cairan berwarna kecoklatan, kekuningan, atau kehijauan. Jika
cairan seperti itu didapatkan pada pemeriksaan, maka ia tidaak perlu dikirim untuk evaluasi
sitologi. Pemeriksaan sitologi hanya diperlukan jika didapatkan cairan berwarna kemerahan pada
aspirasi.
b. Eksisi papilloma intraduktal
Galaktrografi ini menunjukkan suatu papilloma intraduktal, penyebab tersering dari cairan merah
yang keluar dari payudara yang timbul dari suatu duktus tunggal. Secara umum, pasien-pasien
ini ditangani secara konservatif, papilloma akan terlepas, dan cairan berwarna merah biasanya
sembuh secara spontan dalam waktu beberapa minggu. Jika ini tidak terjadi, diindikasi untuk
eksisi duktus yang terlibat.
c. Eksisi ‘giant fribroadenoma’
Fibroadenoma adalah lesi benigna, biasanya ditemukan pada wanita muda.Lesi-lesi adalah keras,
berbatas tegas dan mobile. Pada palpasi, suatu fibroadenoma dapat menyerupai biji yang
berguling dibawah jari. Pada wanita muda yang dicurigai dengan suatu fibroadenoma, biopsy
eksisi harus dilakukan, jika memungkinkan, sengan inisiasi periareolar.
d. Drainase suatu abses payudara
Jika seorang pasien datang dengan sebagian payudaranya yang eritematous, hangat, dan
berfluktuasi, ini biasanya mengindikasi suatu abses payudara. Abses payudara harus di drainase
denga cepat. Pada kebanyakan kasus, abses payudara di drainase sama seperti drainase abses di
tempat lain, yaitu suatu insisi dilakukan pada rongga abses, pus dikeluarkan, dan lukanya dibuka.
Beberapa abses yang besar dapat di drainase melalui suatu insisi periareolar, dengan meletakkan
drainase ‘penrose’ pada abses. Drain dibiarkan selama beberapa hari, sehingga produksi
drainasenya berkurang.
Perlu diberi perhatian bahwa eritema payudara dapat menyerupai suatu abses yang lama,
selulitis, atau kanker payudara berinflamasi. Untuk menyingkirkan suaatu kanker payudara
berinflamasi, biopsy kulit kadang diindikasikan.
Untuk tumor ganas :
a. Terapi bedah
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III disebut kanker
mammae operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah :
Mastektomi radikal :
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan mempopulerkan operasi radikal kanker
mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari tumor, seluruh kelenjar
mammae, m. Pektoralis mayor, m. Pektoralis minor dan jaringan limfatik dan lemak subskapular,
aksilar secara kontinu enblok direseksi. Namun sekitar 20 tahun belakangan ini, dengan
pemahaman lebih dalam atas tabiat biologis karsinoma mammae, ditambah makin banyaknya
kasus stadium sedang dan dini serta kemajuan terapi kombinasi, maka penggunaan mastektomi
radikal konvensional telah makin berkurang.
Mastektomi radikal modifikasi :
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m. Pektoralis mayor dan
minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis mayor, mereseksi m. Pektoralis
minor (model Patey). Pola operasi ini mempunyai kelebihan antara lain memacu pemulihan
fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar limfe aksilar superior. Dewasa ini,
mastektomi radikal modifikasi disebut sebagai mastektomi radikal standar, luas digunakan secara
klinis.
Mastektomi total :
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe. Model operasi
ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
b. Radioterapi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :
Radioterapi murni kuratif :
Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal, survival 5 tahun 10-37%.
Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak operasi.
Radioterapi adjuvan :
Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan waktu radioterapi
dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien stadium lanjut lokalisasi,
dapat membuat sebagian kanker mammae non-operabel menjadi kanker mammae yang operabel.
Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae (bila perlu ditambah radioterapi
kelenjar limfe regional). Indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah : diameter tumor primer ≥
5 cm, fasia pektoralis terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik lebih dari 4 buah dan
tepi irisan positif. Area target iradiasi harus mencakup dinding toraks dan regio supraklavikular.
Regio mamaria interna jarang terjadi rekurensi klinik, sehingga perlu tidaknya radioterapi rutin
masih kontroversial.
Radioterapi paliatif :
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis. Dalam hal
meredakan nyeri efeknya sangat baik.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair
atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker
pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual
dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat
kemoterapi.
d. Terapi hormonal
Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi hormonal bedah terutama
adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita pramenopause, sedangkan
adrenalektomi dan hipofisektomi sudah ditinggalkan. Terapi hormonal medikamentosa yang
digunakan di klinis yang terutama adalah obat antiestrogen. Tamoksifen merupakan penyekat
reseptor estrogen, mekanisme utamanya adalah berikatan dengan reseptor estrogen secara
kompetitif, menyekat transmisi informasi ke dalam sel tumor sehingga berefek terapi.
Tamoksifen juga memiliki efek mirip estrogen, berefek samping trombosis vena dalam,
karsinoma endometrium dan lain-lain. Sehingga perlu diperhatikan dan diperiksa secara berkala.
II. Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh adalah kondisi
kelenjar limfe dan stadium. Survival 5 tahun pasca operasi pada kasus kelenjar limfe negatif dan
positif adalah masing-masing 80% dan 59%, survival 5 tahun untuk stadium 0-I, II, dan III
adalah masing-masing 92%, 73%, dan 47%. Sedangkan pada yang non-operabel, survival 5
tahun kebanyakan dilaporkan dalam batas 20%. Oleh karena itu dalam kondisi dewasa ini untuk
meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan dini, diagnosis
dini, terapi dini dan tepat.
III. Pencegahan
Hampir setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker
payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan
pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at
risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi
diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-
menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker payudara.
Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap
tahun.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50
tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada
wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan
yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila
dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini
penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh
banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan
tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya
berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.