Upload
trinhthu
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAW
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh: Saiful Achmad
NIM: 1110034000033
PROGRAM STUDI ILMU Al-QURAN DAN HADIS FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H. / 2017 M.
PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAW
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh: Saiful Achmad
NIM: 1110034000033
Pembimbing,
Maulana, M.Ag NIP 195702231992031001
PROGRAM STUDI ILMU Al-QURAN DAN HADIS FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H./2017 M. ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI
Oleh: Saiful Achmad 1110034000033
Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal (29 Maret 2017). Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag.) pada Program Studi Ilmu Al-Quran Dan Hadis.
Jakarta, 29 Maret 2017
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Dr. Bustamin, SE M.Si NIP: 19600908 198903 1 005
Sekretaris Merangkap Anggota,
Dra. Banun Binaningrum, M.Pd NIP: 19680618 199903 2 001
Anggota,
Penguji I
Dr. M. Isa HA. Salam, M.Ag NIP: 19531231 198603 1 010
Penguji II
Hasanuddin Sinaga, S.Ag, MA NIP: 19701115 199703 1 002
Pembimbing
Maulana, M.Ag NIP: 19570223 199203 1 001
iii
ABSTRAK
Saiful Achmad
PEMAHAMAN LELANG DALAM PANDANGAN HADIS NABI SAW
Jual beli dalam Al-quran merupakan bagian dari ungkapan perdagangan. Syariah Islam memberikan keleluasaan, dan keluasan ruang gerak bagi kegiatan usaha umat Islam. Disadari atau tidak, dalam hidup bermasyarakat manusia selalu berhubungan satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya masa ketika seseorang memiliki sesuatu yang dibutuhkan orang lain sedangkan ia memiliki sesuatu yang orang lain butuhkan, sehingga terjadilah hubungan saling memberi dan menerima.
Perdagangan atau jual beli dapat dilakukan dengan langsung dan dapat pula dengan lelang. Cara jual beli dengan sistem lelang dalam fiqih disebut Muzayyadah. Kajian secara komprehensif mengenai jual beli lelang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dari kalangan peneliti. Hal ini disebabkan oleh tiga faktor, sumber-sumber yang membahas tetang lelang masilah sangat terbatas, jual beli dengan sistem lelang masih sangat jarang terjadi dikalangan masyarakat bawah dan pelaksanan lelang itu sangat terikat pada sebuah peraturan. Terlebih dengan adanya sebuah hadis yang menyatakan bahwa seorang muslim dilarang menawar barang yang sedang dalam penawaran orang lain.
Melihat permasalahan di atas, penulis mencoba menjawab permasalahan di dalam skripsi ini,mengenai bagaimana menyikapi perbedaan antara hadis yang memperbolehkan lelang dan yang melarang menawar barang yang sedang dalam penawaran orang lain.
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
gh ═ غ r ═ ر ’ ═ ء
f ═ ف z ═ ز b ═ ب
q ═ ق s ═ س t ═ ت
k ═ ك sh ═ ش th ═ ث
l ═ ل Ṣ ═ ص j ═ ج
m ═ م ḍ ═ ض ḥ ═ ح
n ═ ن ṭ ═ ط kh ═ خ
w ═ و ẓ ═ ظ d ═ د
h ═ ة/ه (nya) ‘ ═ ع dh ═ ذ
y ═ ي
B. Vokal dan Diftong
okal Pendek Vokal Panjang Diftong
◌ ═ a ا— ◌ ═ ā/â ى ◌ ═ īy
◌ ═ i ى— ◌ ═ á و ◌ ═ aw
◌ ═ u و— ◌ ═ ū ي ◌ ═ ay
x
C. Keterangan Tambahan
1. Kata sandang ال (alif lam ma’rifah) ditransliterasi dengan al-, misalnya
ھ) al-âthâr dan (االثار) ,al-jizyah (الجزیھ) al-dhimmah. Kata sandang ini (الذم
menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal kalimat.
2. Tashdîd atau shaddah dilambangkan dengan huruf ganda, misalnya al-
muwaṭṭa’.
3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, ditulis sesuai
dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur’an, hadis dan lainnya.
D. Singkatan
SWT = Subḥānahu wa ta’ālā
As = ‘Alaihi al-Salām
M = Masehi
QS = al-Qur’an Surah
SAW = Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam
H = Hijriyah
r.a = Raḍiya Allāh ‘anhu
w = Wafat
h = Halaman
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan pada Allah swt. atas segala
nikmat dan pertolongan yang telah dan akan selalu Ia berikan kepada penulis.
Ialah yang memberikan petunjuk dan saat penulis kehilangan kata untuk diketik,
data untuk diolah, dan ide untuk dikembangkan. Kepada-Nya penulis mengadu
saat hati dan pikiran mulai lelah dan frustrasi untuk menyelesaikan penelitian ini.
Dari-Nya penulis dapatkan inspirasi untuk menuliskan kata demi kata hingga
menjadi sekumpulan bab-bab yang dibundel menjadi sebuah skripsi ini.
Salawat beserta salam tak lupa kami hulurkan kepada pembawa risalah-
Nya Nabi Muhammad Saw, para keluarga, sahabat, dan mereka semua yang telah
berjuang untuk menegakkan kalimat tauhid diatas muka bumi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih banyak
kekurangan dan kelemahan yang di miliki pada diri penulis. Namun berkat
bantuan dan dorongan dari semua pihak, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung, besar atau kecil dan tidak ada kata lain untuk mereka adalah
terima kasih semoga Allah Swt membalas semua jasa-jasa mereka sehingga
akhirnya peenulisan skripsi ini dapat di selesaikan. Penulis mengungkapkan
ucapan terima kasih kepada:
x
1. Kedua orang tua tercinta, Ponen dan Yoyoh Rokayah, yang karena
motivasi dan bimbingan mereka penulis tercatat sebagai mahasiswa UIN
Jakarta dan sebab doa merekalah penulis dapat bertahan sampai saat ini.
2. Bapak Maulana, MA sebagai pembimbing yang telah banyak
memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran serta
keikhlasan hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.Ag., selaku ketua jurusan Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir, beserta Ibu Banun Binaningrum, MA., selaku sekjur
Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
4. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir yang telah
mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses
perkuliahan berlangsung. Semoga Allah Swt memberikan imbalan serta
pahala yang berlipat ganda atas ilmu yang telah diberikan selama ini,
semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi diri penulis.
5. Teman-teman seperjuangan TH A dan Angkatan 2010 TH atas semangat
kekompakan, solidaritasnya selama perkuliahan di kampus.
6. Tempat persinggahan selama perkulihan dan teman-teman ngopi—
Jamasari, Ahmad Rifai, Abdurahman, TB, Sunny, Dani, Arief, M. Rifki,
Angga Marzuki, Faris, Ais, dan rekan lainnya yang menghidupkan
suasana canda tawa di tengah kejenuhan penulisan skripsi. Semoga yang
belum sidang cepat menyusul.
Akhirnya penulis menyadari dengan wawasan keilmuan penulis yang masih
sedikit, referensi dan rujukan-rujukan lain-lain yang belum terbaca, menjadikan
x
penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis telah berupaya
menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan.
Dengan segala kerendahan hati yang penulis miliki, penulis ingin menyampaikan
harapan yang begitu besar semoga skripsi ini bermanfaat buat sekalian pembaca.
Amin.
x
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................................. v
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 5
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
E. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ............................................................ 6
a. Tujuan Penulisan ........................................................................... 6
b. Manfaat Penulisan ......................................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6
G. Metode Penelitian ................................................................................. 7
a. Jenis Penelitian .............................................................................. 7
b. Sumber Data .................................................................................. 7
H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 8
xi
BAB II:JUAL BELI DENGAN CARA LELANG MENURUT PANDANGAN
ULAMA .................................................................................................. 11
A. Pengertian Jual Beli Dalam Islam ...................................................... 11
B. Pengertian Lelang Menurut Ulama Islam........................................... 13
C. Sistematika Lelang Dalam Islam ........................................................ 14
a. Lelang Dengan Lisan ................................................................... 16
b. Lelang Dengan Tulisan ............................................................... 16
D. Syarat-Syarat Lelang Dalam Islam ..................................................... 17
E. Macam-Macam Lelang ....................................................................... 19
a. Lelang Turun ............................................................................... 20
b. Lelang Naik ................................................................................. 20
BAB III:HADIS TENTANG LELANG DAN LARANGAN MENAWAR
BARANG YANG TELAH DI TAWAR OLEH MUSLIM LAINNYA
................................................................................................................. 21
A. Hadis Nabi Yang Membahas Tentang Pelelangan ............................. 23
a. Teks Hadis ................................................................................... 23
b. Takhrij Hadis ............................................................................... 25
B. Hadis Nabi Tentang Larangan Menawar Barang Yang Telah Ditawar
Muslim Lainnya.................................................................................. 32
a. Teks Hadis ................................................................................... 32
b. Takhrij Hadis ............................................................................... 33
xii
C. Penjelasan Hadis Dari Skema Sanad .................................................. 37
BAB IV : PENJELASAN MENGENAI PERBEDAAN HADIS NABI
(IKHTILAF HADIS IMAM SYAFI’) ............................................ 39
A. Ikhtilaf Hadis Mengenai Jual Beli Lelang .......................................... 41
B. Pandangan Ulama Dalam Menyikapi Perbedaan Hadis ..................... 47
BAB V:PENUTUP ................................................................................................... 49
A. Kesimpulan ......................................................................................... 49
B. Saran ................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jual beli dalam Al-Quran merupakan bagian dari ungkapan
perdagangan atau dapat juga disamakan dengan perdagangan.Syariah
Islam memberikan keleluasaan, dankeluasan ruang gerak bagi kegiatan
usaha umat Islam. Disadari atau tidak, dalam hidup bermasyarakat
manusia selalu berhubungan satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan
oleh adanyamasa ketika seseorang memiliki sesuatu yang dibutuhkan
orang lain sedangkan ia memiliki sesuatu yang orang lain butuhkan,
sehingga terjadilah hubungan saling memberi dan menerima
˺
“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya2.
Dalam kehidupan bermasyarakat, penulis menemukan sebuah
pertanyaan yang menggerakan hati untuk membahasnya dan dijadikan
sebuah karya ilmiah (skripsi). Bermula dalam sebuah diskusi sederhana,
1 Q,S Al-Maidah Ayat 2 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat
Pojok), Kudus: Menara Kudus, hal.106
1
2
timbul pertanyaan mengenai jual beli lelang dalam islam itu bagaimana
dan adakah dalil mengenai lelang.
Kegiatan jual beli adalah salah satu sarana komunikasi antara
individu dengan sebuah komunitas atau dengan individu lainnya. Jual beli
secara umum adalah suatu perjanjian, dengan perjanjian itu kedua belah
pihak mengatakan dirinya untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang
dan pihak yang lain membayar harga yang telah dijanjikan. Cara jual beli
dengan sistem lelang dalam fiqih disebut Muzayyadah3.
Bay’ muzayyadah atau yang lebih terkenal dengan jual beli lelang
merupakan suatu bentuk penawaran barang dagangan di tengah-tengah
keramaian kepada penawar yang pada awalnya membuka lelang dengan
harga rendah kemudian semakain naik sampai pada akhirnya diberikan
kepada calon pembeli dengan harga tertinggi4.
Dalam sejarah tercatat tentang munculnya jual beli lelang yaitu
saat seorang fakir yang kelaparan, tidak lagi memiliki makanan, dan tidak
mempunyai uang untuk membeli makanan. Saat itu rasῡlullah datang
menghampiri dan bertanya kepadanya seperti yang terdapat pada
kandungan hadis dibawah ini;
عن أنس بن مالك أن رجال من األنصار جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم يسأله
فـقال لك في بـيتك شيء قال بـلى حلس نـلبس بـعضه ونـبسط بـعضه وقدح نشرب فيه الماء
قال ائتني بهما قال فأتاه بهما فأخذهما رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده ثم قال من
3 Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam Juz. III, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1995, hal. 23
4 Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib Al-Arba’ah Juz. II, Beirut Libanon, 1992, hal. 257
3
يشتري هذين فـقال رجل أنا آخذهما بدرهم قال من يزيد على درهم مرتـين أو ثالثا قال رجل
رهمين فأعطاهما األنصاري ◌ أنا آخذهما بدرهمين فأعطاهما إياه وأخذ الد
Dari Anas bin Mᾱlik ra bahwa ada seorang lelaki Anṣar yang datang menemui Nabi saw dan dia meminta sesuatu kepada Nabi saw. Nabi saw bertanya kepadanya, “Apakah di rumahmu tidak ada sesuatu?” Lelaki itu menjawab “Ada. sepotong kain, yang satu dikenakan dan yang lain untuk alas duduk, serta cangkir untuk meminum air.” Nabi saw berkata “Kalau begitu, bawalah kedua barang itu kepadaku.” Lelaki itu datang membawanya. Nabi saw bertanya, “Siapa yang mau membeli barang ini?” Salah seorang sahabat beliau menjawab, “Saya mau membelinya dengan harga satu dirham.” Nabi saw bertanya lagi, “Ada yang mau membelinya dengan harga lebih mahal?” Nabi saw menawarkannya hingga dua atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang sahabat beliau berkata, “Aku mau membelinya dengan harga dua dirham.” Maka Nabi saw memberikan dua barang itu kepadanya dan beliau mengambil uang dua dirham itu dan memberikannya kepada lelaki Anṣar tersebut5.
Kajian secara komprehensif mengenai jual beli lelang sampai saat
ini masih kurang mendapat perhatian dari kalangan peneliti6. Hal ini
disebabkan oleh tiga faktor, sumber-sumber yang membahas tetang lelang
masilah sangat terbatas,jual beli dengan sistem lelang masih sangat jarang
terjadi dikalangan masyarakat bawah (dewasa ini lelang hanya terjadi pada
sebuah instansi maupun lembaga tertentu saja), dan pelaksanan lelang itu
sangat terikat pada sebuah peraturan seperti pelelangan harus dilakukan
dengan disaksikan oleh juru lelang yang telah ditunjuk secara resmi oleh
instansiresmi yang diakui oleh undang undang.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang lelang menimbulkan
berbagai macam pertanyaan mulai dari adakah system lelang dalam islam,
5 At Tirmidzi, Al-Jami’ Al-Shohih, Beirut Libanon: Darul Al-Fikr, 1988, Hadist No. 908. 6 Tinjauan historis rekontruksi pemahaman peraturan lelang di Indonesia, drs. H. aiyub
ahmad fiqh lelang xxix. 2007 hlm. 66
4
kesahihan hadis, asbᾱb wῡrῡd hadis sampai pada perbandingan terhadap
hadis lain yang melarang seseorang untuk menawar barang yang telah
ditawar oleh orang lain. Adanya hadis ini menambah polemik yang sudah
ada pada lelang itu sendiri, kesahihan hadis satu diantara keduanya mulai
dipertanyakan dari berbagai kalangan.
Di sini penulis merasa perlu menjabarkan secara ilmu hadis tentang
kesahihan matan hadis. Melalui ikhtilah syafi’ penulis mencoba mencari
sebuah jalan keluar menyikapi masalah ini, yaitu bagaimana cara
menyikapi hadis tentang lelang yang ada, dengan hadis yang melarang
adanya lelang.
B. Identifikasi Masalah
Jual beli dalam kehidupan sehari- hari merupakan saran untuk
berkomunikasi, tak jarag disanalah tempat sosialisasi terbesar umat
manusia. Dalam jual belipun beragam cara, ada yang secara langsung
maupun tersembunyi, ada yang dengan cara sitem barter dan juga dengan
system berbayar uang (seperti pada umumnya)
Jual beli lelang dalam kehidupan umum memang banyak
menimbulkan pertanyaan, terlebih lagi belakangan ini muncul beberapa
macam metode lelang. Pertanyaan-pertanyaan bermunculan seputar lelang,
mulai dari masalah hukum, dalil tentang lelang, cara islam dalam lelang,
bagaimana pendapat ulama mengenai lelang jabatan dan lelang secara
online. Begitu banyak masalah yang keluar dari wacana mengenai lelang,
5
penulis mencoba mengambil satu masalah yang akan diangkat menjadi
tema dalam penulisan karya ilmiah (skripsi).
C. Pembatasan Masalah
Dari wacana yang terpapar di atas, berbagai permasalahan baru
mulai bermunculan. Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka
dalam penelitian ini penulis membatasi penelitiannya pada dua hadis yang
bertentangan (antara sebuah hadis yang mebolehkan tawar menawar
dengan hadis yang melarang untuk tawar menawar), serta sisi lain dari
maksud kedua hadis tersebut. Bila kedua hadis ini sahih, maka penulis
akan mencari maksud yang tersirat dari kedua hadis tersebut. Namun bila
terbukti adanya hadis yang tidak sahih, maka penulis akan membeberkan
dimana letak ketidaksahihannya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan batasan
masalah yang sudah ada,dapat diketahui begitu banyak ragam masalah
yang tersajadi dalam jual beli lelang, pada akhirnya penulis menentukan
sebuah rumusan masalah untuk dijadikan sebuah pembahasan dalam
skripsi ini.
Bagaimana pemahaman terhadap hadis Nabi yang
membahastentang lelang dan hadis Nabi yang melarang seseorang untuk
menawar barang yang telah ditawar oleh muslim lainnya?
6
E. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
a. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman
ulama terhadap hadis Nabi yang membahas tentang lelang dan hadis
Nabi yang melarang seseorang untuk menawar barang yang telah
ditawar oleh muslim lainnya.
b. Manfaat Penelitian
1. Bagi Saya Selaku Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang lelang dalam pandangan hadis Nabi.
2. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dan referensi tambahan bagi pihak-pihak yang
tertarik atau ingin meneliti lebih lanjut tentang lelang.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam dunia pendidikan, lelang sudah banyak sekali diangkat
menjadi sebuah pembahasan. Beberapa pembahasannya adalah sebagai
berikut.
1. “Persfektif Masyarakat Terhadap Proses Lelang Barang Jaminan
Pada Pt.Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi Medan” oleh Sri
Suspa Hotmaidah Sarumpaet. Mahasiswa Fakultas Ekonomi,
Universitas Sumatera Utara 2012.
7
2. “Konsep Harga Lelang Persfektif Islam” oleh Zumrotul Malikah.
Mahasiswa Fakultas Syariah, Institute Agama Islam Negeri
Walisongo.
Sejauh penulusuran penulis, belum ditemukan sebuah karya
maupun penelitian mengenai judul yang saya angkat sebagai bahan tugas
akhir perkuliahan (skripsi). Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk
melanjutkan riset dengan variasi judul baru guna melengkapi tema
pembahasan yang sudah tersaji.
G. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Untuk mendapatkan data maka ditempuhlah teknik-teknik
tertentu di antaranya yang paling utama ialah research,yakni
mengumpulkan bahan dengan membaca buku-buku, jurnal,dan bentuk-
bentuk bahan lain atau yang lazim disebut dengan penyelidikan
kepustakaan (library research7).
b. Sumber Data
Sumber data ialah tempat atau orang dimana data diperoleh8.
Dalam penelitian ini, data yang diperlukan dapat diperoleh melalui
penelitian pustaka (library research). Bahan-bahan yang terkait
dengan penelitian dikumpulkan, diseleksi, dandiklasifikasikan menurut
pokok-pokok pembahasan. Sumber-sumber data tersebutterdiri atas:
7 Sutrino Hadi, Metode Penelitian Research, Yogyakarta : Andi Offset, 1990, hlm. 42 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002, hlm. 45.
8
1. Data primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kitab
induk hadis yang menjadi sumber pengumpulan hadis mengenai
lelang, Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi (Cet,
5, Bandung: Karisma, 1997). Abu Abdullah Muhamad Idris Al-
Syafi’, Kitab Ikhtilaf Al-Hadis, (Beirut: Dar Al-Fikr,
1403H/1973M).
2. Data sekunder
Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan cara
mengkaji literatur-literaturrelevan yang berkaitan dengan objek
penelitian. Skripsi ini akan mengolah kembali data-data sekunder
yang terdapat dalam skripsi-skripsi sebelumnya ataupun buku-
buku yang ada dengan pembahasan tentang pemikiran Ekonomi
Islam, seperti: Halal Dan Haram Dalam Islam oleh Dr. Yusuf
Qordhawi, Manajemen Pemasaran oleh Philip Kotler, Fiqih
Perlindungan Konsumen oleh Johan Arifin, Fikih Lelang oleh
DRS. H. Aiyub Ahmad, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam oleh Ir.
H.Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi empat bab
utama dan satu bab terakhir yaitu bab kesimpulan. Dalam bab pertama
9
melalui latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
Kemudian dilanjutkan pada bab kedua yang di dalamnya
membahas tentang pemaknaan jual beli tersendiri dan pemaknaan jual beli
lelang dalam aspek sejarah dan bahasa, rukun dan syarat jual beli lelang,
dan macam-macam lelang.
Pada bab ketiga penulis mencoba memaparkan hadis-hadis yang
membahas lelang.Baik yang mengenai diperbolehkannya lelang dan yang
melarang akan jual beli lelang. Kemudian dilanjutkan dengan mentakhrij
hadis baik dari sanad maupun matan hadis.
Dibab keempat adalah bab dimana penulis memaparkan berbagai
aspek dari konteks lelang.Pada bab ini penulis merasa perlu menjabarkan
secara lebih terperinci menggunakan ilmu hadis tentang keshahian hadis
melalui penelitian (penilaian) sanad maupun matan hadis. Melalui ikhtilah
syafi’ penulis mencoba mencari sebuah jalan keluar menyikapi masalah
ini, yaitu bagaimana cara menyikapi hadis tentang lelang yang ada dengan
hadis yang melarang adanya lelang.
Bab kelima yang berarti bab terakhir dalampenelitian ini, berisi
kesimpulan dan saran-saran. Setelah mencoba memaparkan berbagai
pernyataan secara panjang lebar, penulis mencoba meringkas agar
pembaca lebih mudah menangkap dan memahami maksud dari apa yang
disampaikan. Serta penulis mencantumkan beberapa saran yang mudah-
10
mudahan dapat berguna kelak untuk penulis maupun pembaca sekalian
dengan tanpa bermaksud menggurui.
BAB II
JUAL BELI DENGAN CARA LELANGAN MENURUT
PANDANGAN ULAMA
Dengan berkembangnya teknologi, telah mendorong masyarakat untuk
mengadakan spesialisasi produksi. Dalam tingkatan ini orang tidak lagi
memproduksi untuk dirinya sendiri, melainkan mereka memproduksi untuk pasar.
Dalam hal ini muncul peranan jual beli atau perdagangan1.
A. Pengertian Jual Beli Dalam Islam
Jual beli secara bahasa berasal dari kata البـيع( ) yang artinya penjualan,
lawan kata dari lafadz الشراءyang berarti pembelian2. Begitu juga dalam kamus
Al-‘ashri3 diartikan dengan penjualan, bentuk jamaknya (plural) adalah بـيـوع .
Dalam terjemahan al-qur’an al-karim yang diterbitkan oleh Mujamma Al-
Malik Fahd, kata al-bai’ diartikan jual beli P11F
4P, begitu juga Quraish Shihab P12F
5P,
sedangkan Hamka dalam tafsirnya menterjemahkan dengan sinonim kata jual
1 A. M. Syaefuddin, Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, Jakarta: Dirjen Lembaga Islam Depag Ri,1997, Hlm. 93
2 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustka Progressif, 1997), Hlm. 24
3Atabik ‘Ali Dan Ahmad Zuhdi Muhdor, Kamus Kotemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, TT), Hlm. 374
4 Mujamma Al-Malik Fahd, Al-Qur’an Al-Karῑm Wa Tarjamah Ma’ᾱnῑhi Ilal Lughati Indunisiyyah, 1418 H), Hlm 69
5 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000), Hlm 549
11
12
beli. Dalam fiqh muamalat شيئ بشيئ ) مقابـلة bermakna ) البـيع ( ) artinya ialah menukar
sesuatu dengan sesuatu yang lain P13F
6P.
Secara umum jual beli dapat didefinisikan dengan berbagai pendapat,
diantaranya; seperti yang diungkapkan oleh ulama Hanafiah, jual beli adalah
مبادلة مالبمال على وجه
“yang dapat diartikan dengan saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu”, atau
مبادلة شئ مرغوب فيه على وجه مفيدمحصوص
“yaitu tukar menukar sesuatu yang diinginkan dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat7”.
Unsur-unsur definisi yang dikemukakan oleh ulama hanfiah tersebut
adalah yang dimaksud dengan cara yang khusus adalah ijab dan kabul atau
biasa juga melalui saling memberikan barang dan menetapkan harga antara
penjual dan pembeli8. Selain itu harta yang diperjualbelikan itu harus
bermanfaat bagi manusia, seperti penjual bangkai dan darah tidak dibenarkan.
Dalam definisi di atas ditekankan kepada “hak milik dan kepemilikan”,
sebab ada tukar menukar harta yang sifatnya tidak harus dimiliki seperti sewa
penyewa. Kemudian dalam kaitannya dengan harta terdapat pula perbedaan
pendapat antara mazhab Hanafi dengan jumhur ulama.
6 Prof. Dr. Minhajuddin, Ma. Hikmah Dan Filsafat Fiqh Muamalah Dalam Islam, Hal. 99 7 Prof. Dr. Minhajuddin, Ma Hikmah Dan Filsafat Fikih Mu’amalah Dalam Islam, Hal.
110-115. 8 M. Ali Hasan. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Hal.113
13
Menurut jumhur ulama yang dimaksud harta adalah materi dan
manfaat. Oleh sebab itu, manfaat dari suatu benda dapat dimanfaatkan
(diperjualbelikan). Sedangkan ulama mazhab Hanafi berpendapat, bahwa yang
dimaksud dengan harta adalah sesuatu yang mempunyai nilai. Oleh sebab itu
manfaat dan hak-hak, tidak dapat dijadikan objek jual beli.
Pada masyarakat primitif, jual beli biasanya dilakukan dengan tukar
menukar barang (harta), tidak dengan uang seperti yang berlaku dalam
masyarakat pada umumnya. Mereka umpamanya, menukar rotan (hasil hutan)
dengan pakaian, garam dan sebagainya yang menjadi keperluan pokok mereka
sehari hari9. Mereka belum menggunakan uang sebagai alat tukar namun, pada
saat ini orang yang tertinggal dipedalaman sudah mengenal uang sebagai alat
tukar yang sah.
B. Pengertian Lelang Menurut Ulama Islam
Di dalam kosa kata bahasa arab ) مزيدة ( berasal dari kata زاد -
sedangkan dalam literatur fiqh, lelang dikenal dengan istilah muzayadahيزيد
maka muzayadah berarti saling menambahi. Maksudnya, orang-orang ,(مزايدة )
saling menambahi harga atas suatu barang.
9 M. Ali Hasan .Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Hal.113
14
Sedangkan dalam kamus Al-Mu’jam Al-Wasith, kata muzayadah
diartikan sebagai: التـنافس في زيادة ثمن السلعة المعروضة للبـيع artinya adalah
persaingan dalam menambah harga suatu barang yang ditawarkan untuk dijual.
Secara istilah, lelang atau muzayadah dapat didefinisikan sebagai
berikut
ها فـيأخذها ها بـعضهم على بـعض حتى تـقف على اخر زائد فيـ أن يـنادى على السلعة ويزيد الناس فيـ
“mengajak orang membeli suatu barang, dimana para calon pembelinya saling menambahi nilai tawar harga, hungga penawaran berhenti pada harga tertimggi”10.
Dan sebagaimana kita ketahui, dalam prakteknya sebuah penjualan
lelang, penjual menawarkan barang kepada beberapa calon pembeli11.
Kemudian para calon pembeli itu saling mengajukan harga yang mereka
inginkan. Sehingga terjadilah semacam saling tawar dengan satu harga12.
C. Sistematika Lelang Dalam Islam
Dalam sistematika lelang, penjual tidak diperkenankan terlebih dahulu
menyebutkan harga barang yang dilelang, karena dikhawatirkan ada yang
mendengar dari jauh dan mengira barang itu dihargai dengan nominal tersebut.
Para pembeli dikumpulkan terlebih dahulu, lalu satu persatu ditanyai
mengenai berapa harga yang selanjutnya atau siapa yang ingin membeli dengan
10Al-Kalbi. Ibn Juzayy, Al-Qawanin al-Fiqhiyyah fi Talkhis Madhhab al-Malikiyyah, Hal 413
11Aiyub Ahmad, Fikih Lelang Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif, Jakarta: Kiswah, 2004, Hal.34
12 Suhendi, Hendi, 2002, Fiqh Muamalat, Jakarta: Rajawali Pers. Hal. 86-87
15
harga yang lebih tinggi. Naik dan terus naik tinggi harga sampai pada penawar
terakhir dan jatuhlah barang tersebut kepada sipenawar terakhir dengan harga
yang ia kemukakan13.
Al-lajnah ad-daimah menjelaskan “seseorang yang menambahi harga
barang yang dilelang padahal dia tidak bermaksud untuk membelinya,
tindakan tersebut adalah haram, karena mengandung unsur penipuan
terhadap pembeli lainnya. Sebab pembeli akan mengira atau meyakini bahwa
orang tersebut tidak akan berani menambah harga melainkan karena memang
barang tersebut seharga tersebut, padahal tidak demikian.
Inilah yang disebut najsy yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa salam dengan larangan haram. Sebagaimana yang disebutkan dalam
hadis yang diriwayatkan oleh ibnu ‘umar radhiyallahu ‘anhuma:
ن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم نـهى عن النجش أ
“bahwasannya Rasῡlullah Shallallahu ‘alaihi wa salam melarang najsy” (muttafaqun ‘alaihi)
Juga dirwayatkan dalam hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, pada
perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam
التـلقوا الركبان واليبع بـعضكم على بـيع بـعض والتـناجشوا حاضر لباد
“janganlah kalian mencegah khalifah dagang sebelum masuk pasar. Jangan pula sebagian kalian membeli apa yang sedang dibeli orang lain. Jangan pula kalian saling najsy. Dan orang kota tidak boleh menjualkan barang orang dusun”. (muttafaqun ‘alaihi)14.
13Fatwa Al-Lajnah Ad-Da’imah, 13/120-121, Dan Syarhul Buyu’ Hal:53 14Hadis riwayat bukhari. No.2006
16
Bila dilihat dari segi penawarannya, dalam lelang dikenal dengan dua
sistem, yaitu sistem penawaran dengan lisan dan sistem penawaran secara
tertulis15.
a. Lelang Dengan Cara Lisan
Sistem pelelangan dengan cara lisan ini terbagi dalam dua
katagori yaitu yang pertama pada jenjang penawaran turun dan yang
satu lagi jelas adalah jenjang penawaran naik. Dalam system
penawaran berjenjang naik, juru lelang menyuarakan sebuah harga
dengan lantang di depan para peminat/pembeli. Juri lelang membuka
harga(kotler 1976)(soeharno 2007)(punomo 2005) terendah dan
kemudian naik seiring dengan suara yang diajukan oleh para penawar.
Sedangkan dalam sisitem penawaran dengan jenjang rendah
adalah juru lelang menawarkan harga barang dengan harga tertinggi
kemudian menghitung mundur sampai pada hitungan tertentu, bila
tidak ada yang tertarik maka harga diturunkan sampai ada penawar
yang tertarik menawar barang tersebut16.
b. Lelang Dengan Cara Tertulis
Sistem lelang dengan cara ini biasanya sang juri atau instansi
yang berkaitan membagikan sebuah amplop yang berisi surat
penawaran kepada para penawar. Dalam surat tersubut para penawar
menuliskan identitas diri mereka, bertindak untuk diri sendiri atau
sebagai kuasa menuliskan berapa banyak harga yang ia tawarkan atas
15 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran (Edisi Kesebelas) Jilid 2, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, Hal. 752
16 Soeharrno, Ekonomi Manajerial, Yogyakarta: Cv. Anda Offset, 2007, Hal. 42
17
sebuah barang dan berapa banyak barang yang ia tawar atas sebuah
harga17.
Pada akhirnya semua amplop tersebut dikumpulkan pada suatu
tempat dan dibacakan isi dari penawaran para penawar atau pembeli.
Kemudian dewan juri atau dewan penyelenggara memanggil penawar
dengan penawaran tertinggi atau terendah sebagai peminat atau
pembeli.
Bila terjadi persamaan harga didalam penawaran maka
diadakan sebuah undian atau sebuah perundingan untuk menentukan
siapa yang berhak atas barang tersebut18.
D. Syarat-Syarat Lelang Dalam Islam
Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan secara rinci bahwa lelang
merupakan salah satu transaksi jual beli, walaupun dengan cara yang berbeda
dan tetap mempunyai kesamaan dalam rukun dan syarat-syaratnya sebagaiman
diatur dalam jual beli secara umum. Dalam lelang, rukun dan syarat-syarat
dapat diaplikasikan dalam panduan dan kriteria umum sebagai pedoman pokok
yaitu diantaranya:
a. Transaksi dilakukan oleh pihak yang cakap hukum atas dasar saling
sukarela (‘an taradhin).
b. Objek lelang harus halal dan bermanfaat.
c. Kepemilikan / kuasa penuh pada barang yang dijual
17 Soeharrno, Ekonomi Manajerial, Yogyakarta: Cv. Anda Offset, 2007, Hal. 43 18 Soeharrno, Ekonomi Manajerial, Yogyakarta: Cv. Anda Offset, 2007. hal. 49
18
d. Kejelasan dan transparansi barang yang dilelang tanpa adanya
manipulasi
e. Kesanggupan penyerahan barang dari penjual,
f. Kejelasan dan kepastian harga yang disepakati tanpa berpotensi
menimbulkan perselisihan.
g. Tidak menggunakan cara yang menjurus kepada kolusi dan suap untuk
memenangkan tawaran.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pelelangan
adalah sebagai berikut:
a. Bukti diri pemohon lelang
b. Bukti pemilikan atas barang
c. Keadaan fisik dari barang
Bukti diri dari pemohon lelang ini diperlukan untuk mengetahui bahwa
pemohon lelang tersebut benar-benar orang yang berhak untuk melakukan
pelelangan atas barang yang dimaksud. Apabila pemohon lelang tersebut
bertindak sebagai kuasa, maka harus membawa surat bukti dari pemberi
kuasa. Jika pelelangan tersebut atas permintaan hakim atau panitia urusan
piutang negara, harus ada surat penetapan dari pengadilan negeri atau panitia
urusan piutang negara.
Kemudian, bukti kepemilikan atas barang diperlukan untuk mengetahui
bahwa pemohon lelang tersebut merupakan orang yang berhak atas barang
yang dimaksud. Bukti pemilikan misalnya, tanda pembayaran, surat bukti hak
19
atas tanah (sertifikat), dan lainnya. Di samping itu, keadaan fisik dari barang
yang dilelang juga perlu untuk diketahui keadaan sebenarnya.
Untuk barang bergerak, harus ditunjukkan mana barang yang akan
dilelang, sedangkan untuk barang tetap seperti tanah, harus ditunjukkan
sertifikatnya apabila tanah tersebut sudah didaftarkan atau dibukukan.
Adapun, tanah yang belum didaftarkan/dibukukan harus diketahui dimana
letak tanah tersebut dan bagaimana keadaan tanahnya, dengan disertai
keterangan dari pejabat setempat19.
E. Macam-Macam Lelang
Pada umumya lelang hanya ada dua macam yaitu lelang turun dan
lelang naik. Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut;
a. Lelang Turun
Lelang turun adalah suatu penawaran yang pada mulanya
membuka lelang dengan harga tinggi, kemudian semakin turun sampai
akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan tawaran tertinggi
yang disepakati penjual melalui juru lelang (auctioneer) sebagai kuasa
si penjual untuk melakukan lelang dan biasanya ditandai dengan
ketukan.
b. Lelang Naik
Sedangkan penawaran barang tertentu kepada penawar yang pada
mulanya membuka lelang dengan harga rendah, kemudian semakin
19Aiyub, Ahmad.H. Fikih Lelang (Pesfektif Hukum Islam Dan Hukum Positif). Jakarta: Kiswah, 110 XI Viii, 2004. Hal.79-80
20
naik sampai akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan harga
tertinggi, sebagaimana lelang ala Belanda (Dutch Auction) dan disebut
dengan lelang naik20.
20 Didit Purnomo, Buku Pegangan Kuliah Kebijakan Harga (Pendekatan Agricultural), Surakarta: FE-UMS, 2005, Hal. 302
BAB III
HADIS TENTANG LELANG DAN LARANGAN MENAWAR
BARANG YANG TELAH DI TAWAR OLEH MUSLIM LAINNYA
Hadis sebagai penjelas Al-Quran merupakan fungsi hadis yang paling
utama, namun terkadang hadis juga diperlukan dalam menetapkan suatu hukum
sendiri yang tidak terdapat dalam Al-Quran. Sebagai sumber ajaran, hadis
menjangkau seluruh aspek ajaran Islam yang meliputi akidah, ibadah, mu`amalah
dan akhlak.
Sebagai contoh adalah hadis mengenai lelang, dalam Al-Quran tidak
dijelaskan apa itu lelang atau dalam bahasa arabnya adalah المزایدة, diperlukan
peranan hadis untuk menjelaskan hal ini. Demikian adalah sebagian kecil contoh
peranan hadis sebagai penjelas Al-quran1.
Namun, dalam beberapa hadis di anggap cacat dalam sanad. Oleh karena
itu diperlukan sebuah studi takhrij, tujuannya tidak lain adalah untuk mengetahui
apakah para perawi itu dapat dipercaya ataukah tidak2. Dalam kegiatan takhrij
hadis, penelusuran tentang riwayat hidup para perawi dalam rangkaian sanad
hadis dapat mendatangkan manfaat ganda.
Pertama, kegiatan ini akan memberikan informasi mengenai kitab-kitab
mana saja yang memuat hadis yang sedang ditelusuri berikut jalur-jalur sanad
yang dimilikinya. Kedua, kegiatan ini akan memberikan pengetahuan mengenai
bersambung tidaknya sanad hadis tersebut. Ketiga, melalui kegiatan ini akan
1 Badri Khaeruman, Ulum Al Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Hal. 46. 2Zuhri. Muh, Hadis Nabi: Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta, Tiara Wacana,
1997, hlm. 150
21
22
diketahui tigkat kepercayaan, termasuk ada tidaknya cacat dalam diri para
periwayat yang terdapat dalam rangkaian sanad dari hadis tersebut.
Pada akhirnya manfaat terbesar yang didapat dari kegiatan takhrij hadis ini
adalah diperolehnya pengetahuan tentang kualitas sebuah hadis. Ini disebut
manfaat terbesar karena dari sinilah umat Islam dapat mengetahui apakah hadis
yang ditelusuri tersebut dapat diterima sebagai dalil (maqbul) ataukah tidak
(mardud).
Sekilas mengenai apa itu Takhrij al-Hadist secara bahasa kata takhrij
adalah bentuk mashdar dari kata تخريجا- يخرج - خرج , yang berarti mengeluarkan3.
Kata tersebut juga dapat diartikan dengan makna " االستنباط" , (mengeluarkan)4,
atau , "التدريب " (meneliti), dan " التـوجيه" , (menerangkan)P32 F
5P. Secara terminologi,
takhrij menurut ahli hadis adalah bagaimana seseorang menyebutkan hadis
dengan sanadnya sendiri dalam kitab yang dikarangnyaP33 F
6P. Misalnya, Imam Bukhari
mengeluarkan hadis berikut sanad-sanadnya dari kitab yang dikarangnya. Dalam
konteks ini tokoh hadis tersebut bertindak sebagai mukharrij.
Adapun metode – metode yang digunakan untuk meneliti kualitas hadis,
Pertama adalahTakhrij melalui Lafadh Pertama dari Matan Hadis, kedua adalah
Takhrij melalui Salah Satu Lafadh yang Terdapat dalam Matan Hadis, ketiga
3 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsir al-Qur’an, 1973, hlm. 115.
4 A. J. Wensink, Qamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-I`lam, Beirut, Maktabah al-Syarqiyah, 1986, hlm. 172.
5 Mahmud al-Tahhan, Ushul al-Takhrij wa al-Dirasah al-Asanid, Penerjemah: Ridwan Nasir, Surabaya, Bina Ilmu 1995, hlm. 2
6 Abdul Qadir ibn Abdul Hadi, Thuruq al-Takhrij al-Hadits Rasulullah, Penerjemah: Said Aqil Husain al Munawwar, Semarang, Dina Utama, 1994, hlm. 2
23
adalah Takhrij Hadis melalui Periwayat Pertama, keempat adalah Takhrij melalui
Tema Hadis dan kelima adalah Takhrij Berdasarkan Status Hadis7.
Para pentakhrij hadis pada umumnya melakukan kegiatan takhrij dengan
menggunakan metode ini, karena cukup mudah untuk dilakukan. Salah satu kitab
terbaik yang dapat dipakai sebagai pedoman atau panduan dalam melakukan
takhrij hadis dengan menggunakan metode ini adalah al- Mu`jam al-Mufahras li
Alfadh al-Hadits Nabawi. Kitab ini ditulis oleh A. J. Wensink, seorang orientalis
yang sekaligus guru besar Bahasa Arab di Universitas Leiden.
Kitab ini menghimpun potongan-potongan hadis yang terdapat di sembilan
kitab hadis induk, yaitu: Shahih al- Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud,
Sunan al-Turmudzi, Sunan al-Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi, al-
Muwaththa` Malik bin Anas, dan dan Musnad Ahmad bin Hanbal8.
A. Hadis Nabi Yang Membahas Tentang Lelang
1. Teks Hadis Dan Maknanya
حدثـنا عبد اهللا ين مسلمه أخبـرنا عيسى بن يـونس عن ألخضر بن عجالن عن أبـويكر الخنفي
أن رجال من األنصار جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم يسأله فـقال لك في عن أنس بن مالك
بـيتك شيء قال بـلى حلس نـلبس بـعضه ونـبسط بـعضه وقدح نشرب فيه الماء قال ائتني بهما
قال فأتاه بهما فأخذهما رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده ثم قال من يشتري هذين فـقال
رجل أنا آخذهما بدرهم قال من يزيد على درهم مرتـين أو ثالثا قال رجل أنا آخذهما بدرهمين
رهمين فأعطاهما األنصاري فأعطاهما إياه وأخذ الد
7 Muhamad Abu Zahu, al-hadits wa al-Muhadditsun, Mesir, Dar al- Fikr al-`Araby, tth., hlm. 448; Lihat pula: Mahmud al-Thahhan, Ushul al- Takhrij, Op. Cit., hlm. 41
8Bahrudin.Takhrij sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadits Ahad.Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 4 No. 13 Januari-Juni 2009 hlm. 453
24
“Telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Maslamah9, telah mengabarkan kepada Kami Isa bin Yunus10 dari Al Akhdhar bin 'Ajlan11 dari Abu Bakr Al Hanafi12dari Annas berkata: Ada seorang laki-laki dari Anshar datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia bertanya kepadanya: “Apakah kamu punya sesuatu di rumahmu?” Laki-laki itu menjawab, “Ya, sebuah kain sarung yang sebagian kami pakai buat selimut tidur sebagiannya buat alasnya, dan sebuah cangkir yang saya pakai buat minum.” Beliau bersabda: “Bawakan kepadaku keduanya.” Lalu saya membawakan kedua barang itu kepadanya, dan dia mengambil dengan tangannya, dan bersabda: “Siapa yang mau beli dua benda ini?” Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membeli keduanya dengan satu dirham.” Beliau bersabda: “Siapa yang menambahkan satu dirham ini?” Beliau mengulangnya dua atau tiga kali. Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membelinya dengan dua dirham.” Maka Nabi memberikan kedua benda itu kepadanya dan mengambil dua dirham itu dan memberikannya kepada laki-laki Anshar tersebut.”
Dari teks hadis di atas dapat diambil empat kata sebagai berikut
pertama يشترىاشتـرى - kedua keempatزاد –يزيد ketigaأعط - يـعطي - أخذ
Melalui kelima kata di atas akan dimulai pencarian hadis mengenai.يأخذ
lelang dalam sembilan kitab induk hadis.
9 Tentang Abdullah bin Maslamah, Imam Abu Hatim mengatakan: tsiqah hujjah - bisa dipercaya dan sebagai hujjah. (Imam Abul Walid Sulaiman bin Khalaf Al Baji, At Ta’dil wat Tajrih, 2/926. Al Hafizh Ibnu Abi Hatim, Al Jarh wat Ta’dil, 5/181), Imam Al’Ijli juga mentsiqahkan. (Ats Tsiqat, 2/61). Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: tsiqah.(Taqribut Tahdzib, Hal. 547, No. 3620)
10 Imam Abu Zur’ah mengatakan: “Haafizh –seorang hafizh.” Imam Abu Hatim mengatakan: “tsiqah.” (At Ta’dil wat Tajrih, 3/1146).Imam Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqaat. (7/238, No. 9857). Al Hafizh Al ‘Ijli juga menyebutnya: tsiqah. (Ma’rifah Atsiqaat, 2/200)
11 Al Akhdhar bin ‘Ajlan, Imam Ibnu Ma’in mengatakan: “tsiqah.” (Tarikh Ibnu Ma’in- Riwayah Ad Dauri, 4/306), Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Shaduuq - jujur.” (Taqribut Tahdzib, Hal. 121, Hal. 291) ‘Abbas mengatakan: “Dia tidak apa-apa.” Al Azdi mendhaifkannya. (Imam Abu Muhammad Badruddin Al ‘Aini, Mughani Al Akhyar, 1/32)
12Abu Bakr Al Hanafi Nama aslinya adalah Abdullah. Imam Adz Dzahabi mengatakan: “tidak dikenal.”(Al Mughni Fi Adh Dhua’afa, No. 3440)
25
2. Takhrij Hadis
Dengan merujuk pada kitab kamus al-Mu’jam al-Mufahras li
Alfaz al-Hadist al-Nabawi karya A. J. Wensinck. Kata pertama yang
digunakan untuk mencari hadis-hadis mengenai lelang adalah يشترى fi’il
mudhari’ yang berasal dari kata اشتـرى -يشترى yang berarti membeli13:
Dalam melakukan kegitan takhrij hadist, saya menggunakan
metode bi al-lafazh {metode melalui lafal}.dari matan hadist yang dapat,
bila di tempuh dengan metode takhrij hadist bi al-lafazh penggalan kata
yang saya dapat adalah : Adapun data yang . - اشتـرى-فأعطاه - يأخذيزيد
saya dapat pada kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadist al-
Nabawi melalui penelusuran kataاشترى adalah sebagai berikut:
Dari keseluruhan kata yang dicari terdapat 4 hadis yang berkaitan
langsung dengan tema pelelangan di antaranya adalah diriwayatkan
dalam kitab hadis Imam Ahmad (Musnad, III/100 & 114), Abu Dawud,
no. 1398; an-Nasa`i, VII/259, at-Tirmidzi, hadits no. 1218)14.
لبخارى : في الباب "ال بيع على بـيع أخيه و اليسوم على سوم أخيه حتى يأذن " ا
١٩٩٥.١٩٩٦
رك " مسلم : ٢٥٣٠في الباب "تحريم الخطبة على خطبة أخيه حتى يأذنأويـتـ
13 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustka Progressif, 1997), Hlm.42
14Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, Juz III/23; Abdullah al-Mushlih & Shalah ash-Shawi, hal. 111
26
١٢١٣في الباب "ماجاء في النـهي عن البـيع على بـيع أخيه " الترميذى :
١٧٨٢في الباب "في كراهية أن يخطب الرجل على خطبة أخيه " أبـوداود :
٣١٨٧في الباب "النـهى أن يخطب الرجل على خطبة أخيه " النسائ :
٢١٦٢في الباب "أل بـيع الرجل على بـيع أخيه وال يسوم على سومه " ابن ماجه :
Adapun teks hadis dari masing-masing periwayatnya adalah
sebagai berikut:
Susunan hadis yang mukharrijnya adalah Imam Ahmad bin Hanbal;
ثني أبو بكر الحنفي عن أنس بن مالك ثـنا يحيى بن سعيد عن األخضر بن عجالن حد حد
أن رجال من األنصار أتى النبي صلى الله عليه وسلم فشكا إليه الحاجة فـقال له النبي
صلى الله عليه وسلم ما عندك شيء فأتاه بحلس وقدح وقال النبي صلى الله عليه وسلم
من يشتري هذا فـقال رجل أنا آخذهما بدرهم قال من يزيد على درهم فسكت القوم
فـقال من يزيد على درهم فـقال رجل أنا آخذهما بدرهمين قال هما لك ثم قال إن
ألحد ثالث ذي دم موجع أو غرم مفظع أو فـقر مدقع المسألة ال تحل إال
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Al Akhdhar bin 'Ajlan berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Bakr Al Hanafi dari Anas bin Malik; bahwa seorang laki-laki dari kaum Anshar datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengeluhkan kebutuhan hidupnya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun bertanya kepadanya: "Apakah engkau tidak mempunyai sesuatupun?" beliau lalu membawa alas pelana kuda dan sebuah gelas, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda: "Siapa yang ingin membeli ini?" seorang laki-laki berkata; "Aku berani membeli keduanya dengan satu dirham, " beliau bersabda: "Siapa yang ingin menambah?" orang-orang semuanya terdiam, beliau bersabda lagi: "Siapa yang ingin menambah?" seorang laki-laki berkata; "Aku akan membeli keduanya dengan dua dirham, " lalu beliau bersabda kepada laki-
27
laki yang meminta sedekah tersebut: "Kedua dirham itu untukmu." Setelah itu beliau bersabda: "Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali tiga golongan; orang yang mendapat tanggungan membayar tebusan pembunuhan (dan ia tidak mempunyai kemampuan), orang yang terlilit hutang dan orang yang teramat fakir15."
Susunan Hadis yang mukharrijnya adalah Imam Abu Daud : ثـنا عبد الله بن مسلمة أخبـرنا عيسى بن يونس عن األخضر بن عجالن حد
عن أبي بكر الحنفي عن أنس بن مالك أن رجال من األنصار أتى النبي صلى الله عليه
وسلم يسأله فـقال أما في بـيتك شيء قال بـلى حلس نـلبس بـعضه ونـبسط بـعضه
وقـعب نشرب فيه من الماء قال ائتني بهما قال فأتاه بهما فأخذهما رسول الله صلى
الله عليه وسلم بيده وقال من يشتري هذين قال رجل أنا آخذهما بدرهم قال من يزيد
على درهم مرتـين أو ثالثا قال رجل أنا آخذهما بدرهمين فأعطاهما إياه وأخذ
رهمين وأعطاهما األنصاري وقال اشتر بأحدهما طعاما فانبذه إلى أهلك واشتر الد
باآلخر قدوما فأتني به فأتاه به فشد فيه رسول الله صلى الله عليه وسلم عودا بيده ثم
قال له اذهب فاحتطب وبع وال أريـنك خمسة عشر يـوما فذهب الرجل يحتطب ويبيع
فجاء وقد أصاب عشرة دراهم فاشتـرى ببـعضها ثـوبا وببـعضها طعاما فـقال رسول الله
ر لك من أن تجيء المسألة نكتة في وجهك يـوم القيامة صلى الله عليه وسلم هذا خيـ
إن المسألة ال تصلح إال لثالثة لذي فـقر مدقع أو لذي غرم مفظع أو لذي دم موج
“Telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Maslamah, telah mengabarkan kepada Kami Isa bin Yunus dari Al Akhdhar bin 'Ajlan dari Abu Bakr Al Hanafi dari Anas bin Malik bahwa seorang laki-laki dari kalangan Anshar datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meminta kepada beliau, kemudian beliau bertanya: "Apakah di rumahmu terdapat sesuatu?" Ia berkata; ya, alas pelana yang Kami pakai sebagiannya dan Kami hamparkan sebagiannya, serta gelas besar yang gunakan untuk minum air. Beliau berkata: "Bawalah keduanya kepadaku." Anas berkata; kemudian ia membawanya kepada beliau, lalu Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam mengambilnya dengan tangan beliau dan berkata;
15Hadis syarh Imam Ahmad. Bab. Musnad Imam Ahmad, Maktab Al-lami III/100 & 114, no. 11691
28
"Siapakah yang mau membeli kedua barang ini?" seorang laki-laki berkata; saya membelinya dengan satu dirham. Beliau berkata: "Siapa yang menambah lebih dari satu dirham?" Beliau mengatakannya dua atau tiga kali. Seorang laki-laki berkata; saya membelinya dengan dua dirham. Kemudian beliau memberikannya kepada orang tersebut, dan mengambil uang dua dirham. Beliau memberikan uang tersebut kepada orang anshar tersebut dan berkata: "Belilah makanan dengan satu dirham kemudian berikan kepada keluargamu, dan belilah kapak kemudian bawalah kepadaku." Kemudian orang tersebut membawanya kepada beliau, lalu Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam mengikatkan kayu pada kapak tersebut dengan tangannya kemudian berkata kepadanya: "Pergilah kemudian carilah kayu dan juAllah. Jangan sampai aku melihatmu selama lima belas hari." Kemudian orang tersebut pergi dan mencari kayu serta menjualnya, lalu datang dan ia telah memperoleh uang sepuluh dirham. Kemudian ia membeli pakaian dengan sebagiannya dan makanan dengan sebagiannya. Kemudian Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Ini lebih baik bagimu daripada sikap meminta-minta datang sebagai noktah di wajahmu pada Hari Kiamat. Sesungguhnya sikap meminta-minta tidak layak kecuali untuk tiga orang, yaitu untuk orang fakir dan miskin, atau orang yang memiliki hutang sangat berat, atau orang yang menanggung diyah (sementara ia tidak mampu membayarnya16)."
Susunan Hadis yang mukharrijnya adalah Imam Tirmidzi :
ثـنا األخضر بن ثـنا حميد بن مسعدة أخبـرنا عبـيد الله بن شميط بن عجالن حد حد
عجالن عن عبد الله الحنفيعن أنس بن مالك أن رسول الله صلى الله عليه وسلم باع
حلسا وقدحا وقال من يشتري هذا الحلس والقدح فـقال رجل أخذتـهما بدرهم فـقال
النبي صلى الله عليه وسلم من يزيد على درهم من يزيد على درهم فأعطاه رجل درهمين
فـباعهما منه قال أبو عيسى هذا حديث حسن ال نـعرفه إال من حديث األخضر بن
عجالن وعبد الله الحنفي الذي روى عن أنس هو أبو بكر الحنفي والعمل على هذا
عند بـعض أهل العلم لم يـروا بأسا ببـيع من يزيد في الغنائم والمواريث وقد روى هذا
ر واحد من كبار الناس عن األخضر بن عجالن الحديث المعتمر بن سليمانـوغيـ
16Syarh Imam Abu Daud, Dar Kitab al-Ilmiyah Jilid, VI, no. 1398 hal: 269
29
“Telah menceritakan kepada kami Humaid bin Ma'adah telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Syumaith bin 'Ajlan telah menceritakan kepada kami Al Akhdhar bin 'Ajlan dari Abdullah bin Al Hanafi dari Anas bin Abdul Malik bin Amru bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menjual alas pelana dan gelas, lalu beliau menawarkan: "Siapa yang akan membeli alas pelana dan gelas ini?" Seseorang berkata; Saya akan membelinya seharga satu dirham, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menawarkan lagi: "Siapa yang mau membelinya lebih dari satu dirham?" Lalu seorang laki-laki memberinya dua dirham, beliau pun menjual kepadanya. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Al Akhdhar bin 'Ajlan dan Abdullah Al Hanafi yang meriwayatkan dari Anas, ia adalah Abu Bakr Al Hanafi. Hadits ini menjadi pedoman amal menurut sebagian ulama, mereka berpendapat bolehnya menjual harta rampasan perang dan warisan kepada orang yang membeli dengan harga yang lebih tinggi. Dan hadits ini telah diriwayatkan oleh Al Mu'tamir bin Sulaiman dan banyak dari kalangan ulama besar kaum muslimin dari Al Akhdhar bin 'Ajlan17.
Berikut merupakan hadis yang ditakhrijkan oleh imam An nasai’:
ثـنا أبو بكر ثـنا األخضر بن عجالن حد ثـنا عيسى بن يونس حد ثـنا هشام بن عمار حد حد
الحنفي عن أنس بن مالك أن رجال من األنصار جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم
يسأله فـقال لك في بـيتك شيء قال بـلى حلس نـلبس بـعضه ونـبسط بـعضه وقدح نشرب
فيه الماء قال ائتني بهما قال فأتاه بهما فأخذهما رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده
ثم قال من يشتري هذين فـقال رجل أنا آخذهما بدرهم قال من يزيد على درهم مرتـين أو
رهمين فأعطاهما األنصاري ثالثا قال رجل أنا آخذهما بدرهمين فأعطاهما إياه وأخذ الد
وقال اشتر بأحدهما طعاما فانبذه إلى أهلك واشتر باآلخر قدوما فأتني به فـفعل فأخذه
رسول الله صلى الله عليه وسلم فشد فيه عودا بيده وقال اذهب فاحتطب وال أراك
خمسة عشر يـوما فجعل يحتطب ويبيع فجاء وقد أصاب عشرة دراهم فـقال اشتر
ر لك من أن تجيء والمسألة نكتة في وجهك ببـعضها طعاما وببـعضها ثـوبا ثم قال هذا خيـ
يـوم القيامة إن المسألة ال تصلح إال لذي فـقر مدقع أو لذي غرم مفظع
17 Syarh Imam Tirmidzi, Dar Fikri,bab jual beli. Jilid IV, hal 356
30
“Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus berkata, telah menceritakan kepada kami Al Akhdlar bin Ajlan berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Al Hanafi dari Anas bin Malik berkata, "Seorang lelaki Anshar datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan meminta kepada Beliau. Maka beliau pun bertanya kepadanya: "Apakah di rumahmu ada sesuatu?" Ia menjawab, "Ya. Sebuah alas pelana yang sebagian kami pakai dan sebagian lagi kami bentangkan, serta sebuah gelas yang kami gunakan untuk minum air." Beliau bersabda: "Berikanlah keduanya itu untukku." Anas berkata, "Orang itu lantas membawa keduanya hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengambilnya dengan tangannya, kemudian bersabda: "Siapa yang mau membeli dua barang ini?" Seorang laki-laki berkata, "Saya mau membelinya dengan satu dirham! " Beliau bertanya lagi: "Siapa yang mau menambahnya?" Beliau ulangi pertanyaan itu dua atau tiga kali. Lalu seorang laki-laki berkata, "Saya akan membelinya dengan dua dirham." Lalu Beliau memberikan barang tersebut kepadanya, kemudian meminta uang pembayarannya seraya memberikannya kepada sahabat Anshar tadi. Beliau kemudian bersabda: "Belilah makanan dengan satu dirham untuk keluargamu, dan sisanya belikanlah sebuah kapak. Setelah itu bawalah kapak itu kepadaku." Laki-laki itu pun melakukannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian mengambil kapak dan memasang kayu sebagai gagangnya. Beliau lalu bersabda: "Pergi dan carilah kayu bakar, dan selama lima belas hari ini aku tidak ingin melihatmu." Setelah itu, laki-laki tersebut pergi mencari kayu bakar dan menjualnya. Kemudian ia datang menemui Nabi setelah menghasilkan sepuluh dirham, beliau lalu bersabda: "Belilah makanan dengan separuh uangmu dan belilah pakaian dengan separuh yang lain." Kemudian beliau bersabda: "Ini lebih baik bagimu daripada kamu datang dan meminta-minta. Pada hari kiamat kelak meminta-minta akan menjadi titik hitam di wajahmu, maka tidak boleh meminta-minta kecuali bagi orang yang sangat fakir, atau orang yang terlilit hutang, atau darah yang menyakitkan (untuk membayar denda karena membunuh orang)18."
18Syarh Imam Ibnu Majah, Dar Kotob al-Ilmiyah, Jilid II, hal. 1315
31
Susunan hadis yang mukharrijnya adalah Imam Bukhari;
ثـنا بشر بن محمد أخبـرنا عبد الله أخبـرنا الحسين المكتب عن عطاء بن أبي رباح حد
هماأن رجال أعتق غالما له عن دبر فاحتاج فأخذه عن جابر بن عبد الله رضي الله عنـ
النبي صلى الله عليهوسلم فـقال من يشتريه مني فاشتـراه نـعيم بن عبد الله بكذا وكذا
فدفـعه إليه
Telah menceritakan kepada kami Bisyir bin Muhammad telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah telah mengabarkan kepada kami Al Husain Al Muktib dari 'Atho' bin Abu Ribah dari Jabir bin 'Abdullah radliallahu 'anhu bahwa ada seorang laki-laki membebaskan seorang budak dengan syarat asalkan dirnya telah meninggal (mudabbar),. Maka budak tersebut diambil oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu Beliau berkata: "Siapa yang mau membeli dariku". Maka budak itu kemudian dibeli oleh Nu'aim bin 'Abdullah seharga segini segini lalu Beliau memberikan uang itu kepada orang laki-laki tadi19".
Susunan hadis yang mukharrijnya adalah Imam Muslim:
ثـنا محمد بن رمح أخبـرنا الليث عن أبي الزبـير عن ثـنا ليث ح و حد ثـنا قـتـيبة بن سعيد حد حد
جابر قاألعتق رجل من بني عذرة عبدا له عن دبر فـبـلغ ذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم
ره فـقال الفـقال من يشتريه مني فاشتـراه نـعيم بن عبد الله العدوي بثمان فـقال ألك مال غيـ
مائة درهم فجاء بها رسول الله صلى الله عليه وسلمفدفـعها إليه ثم قال ابدأ بنـفسك فـتصدق
ها فإن فضل شيء فألهلك فإن فضل عن أهلك شيء فلذي قـرابتكفإن فضل عن ذي عليـ
ثني يـعقوب بن قـرابتك شيء فـهكذا وهكذا يـقول فـبـين يديك وعن يمينك وعن شمالكو حد
ثـنا إسمعيل يـعني ابن علية عن أيوب عن أبي الزبـير عن جابر أن رجال إبـراهيم الدورقي حد
مناألنصار يـقال له أبو مذكور أعتق غالما له عن دبر يـقال له يـعقوب وساق الحديث بمعنى
حديث الليث Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id Telah
menceritakan kepada kami Al Laits -dalam jalur lain- Dan Telah
19Syarh ImamBukhari, Dar Kotob al-Ilmiyah, Jilid II, bab jual beli. No: 1997
32
menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah mengabarkan kepada kami Laits dari Abu Zubair dari Jabir ia berkata; Seorang laki-laki dari Bani Udzrah memerdekakan hamba sahayanya dengan tebusan. Berita itu sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bertanya kepada pemilik budak itu: "Masih adakah hartamu selain budak itu?" orang itu menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Siapakah yang mau membeli budak itu daripadaku?" Akhirnya budak itu pun dibeli oleh Nu'aim bin Abdullah Al Adawi, dengan harga delapan ratus dirham yang diserahkannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau meneruskannya kepada pemilik hamba sahaya itu. Kemudian beiau bersabda kepadanya: "Manfaatkanlah uang ini untuk dirimu sendiri, bila ada sisanya maka untuk keluargamu, jika masih tersisa, maka untuk kerabatmu, dan jika masih tersisa, maka untuk orang-orang disekitarmu." Dan telah menceritakan kepadaku Ya'qub bin Ibrahim Ad Dauraqi Telah menceritakan kepada kami Isma`il yakni Ibnu Ulayyah, dari Ayyub dari Abu Zubair dari Jabir bahwa seorang laki-laki dari Anshar yang biasa dipanggil Abu Madzkur, memerdekakan hamba sahaya miliknya yang namanya Ya'qub dengan tebusan. Ia pun menuturkan hadits yang semakna dengan haditsnya Laits20.
B. Hadis Nabi Tentang Larangan Menawar Barang Yang Telah Ditawar
Muslim Lainnya
a) Teks Hadis
Seperti pada pencarian hadis pertama mengenai jual beli
pelelangan dengan menggunakan metode yang berdasarkan pada
penggalan kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa
kata benda ataupun kata kerja dalam bahasa arab dikenal dengan
metodeTakhrij al-Hadist bi al-Lafz. Adapun teks hadis yang akan
dicari adalah
20Syarh ImamMuslim, Dar Kitab al-Ilmiyahbab jual beli, no. 1663. hal: 269
33
ثـنا عبـيد الله بن أبي جعفر عن زيد بن أسلم قالسمعت ثـنا ابن لهيعة حد ثـنا حسن حد حد
رجال سأل عبد الله بن عمر عن بـيع المزايدة فـقال ابن عمر نـهى رسول الله صلى الله عليه
وسلم أن يبيع أحدكم على بـيع أخيه إال الغنائم والمواريث Berkata kepada kami Hasan, berkata kepada kami Ibnu
Luhai’ah, berkata kepada kami Ubaidillah bin Abi Ja’far, dari Zaid bin Aslam, dia berkata: Aku mendengar seorang laki-laki bertanya kepada Abdullah bin Umar tentang membeli dengan cara lelang. Dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang kalian membeli barang belian saudaranya kecuali pada harta rampasan perang dan warisan21.”
b) Takhrij hadis
Dengan merujuk pada kitab kamus al-Mu’jam al-Mufahras li
Alfaz al-Hadist al-Nabawi karya A. J. Wensinck. Kata pertama yang
digunakan untuk mencari hadis-hadis mengenai lelang adalah kata باع
: yang berarti menjual22- یبیع
Dalam melakukan kegitan takhrij hadist, saya menggunakan
metode bi al-lafazh {metode melalui lafal}.dari matan hadist yang
dapat, bila di tempuh dengan metode takhrij hadist bi al-lafazh
penggalan kata yang saya dapat adalah :
زاد أصله المزايدة \باع أصله بـيع \ سمع أصله سمعت
. Adapun data yang saya dapat pada kitab mu’jamal-Mu’jam al-
Mufahras li Alfaz al-Hadist al-Nabawi melalui penelusuran
kataزادterdapat 6 hadis yang berkaitan langsung dengan tema
21Hadis syarh Imam Ahmad.Maktab Al-lami III/100 & 114, no. 5398 22 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustka
Progressif, 1997), Hlm.56
34
pelelangan di antaranya adalah diriwayatkan dalam kitab hadis Imam
Bukharidan at-Tirmidzi. ١٩٩٧لبخارى : في الباب "البـيع " ا
١٦٦٣في الباب "البـيع " مسلم :
١١٣٩في الباب "ما جاء في بـيع من يزيد " الترميذى :
١٣٩٨في الباب " ما تجوز المسألة " أبـوداود :
١١٦٩١في الباب "مسند أنسى بن مالك " أحمد :
٢١٨٩في الباب "بـيع المزيدة " ابـنماجه :
Adapun teks hadisdari masing-masing periwayat adalah sebagai
berikut:
Susunan hadis dengan mukharrij Imam Bukhari :
هما ثني مالك عن نافع عن عبد الله بن عمر رضي الله عنـ ثـنا إسماعيل قال حد حد
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ال يبيع بـعضكم على بـيع أخيه Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah
menceritakan kepada saya Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah sebagian dari kalian membeli apa yang dibeli (sedang ditawar) oleh saudaranya23".
Susunan hadis dengan mukharij Imam Muslim:
ثـنا ابن رمح أخبـرنا الليث عن نافع عن ابن ثـنا ليث ح و حد ثـنا قـتـيبة بن سعيد حد حد
23Hadis syarh imam Bukhari. Kitab jual beli, bab. Larang membeli barang diatas belian sodaranya no. 1995
35
عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ال يبع بـعضكم على بـيع بـعض وال يخطب
بـعضكم على خطبة بـعض
Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Al Laits. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Ibnu Rumh telah mengabarkan kepada kami Al Laits dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Janganlah sebagian kalian membeli barang yang telah ditawar, dan janganlah sebagian kalian meminang wanita yang telah dipinang."
Susunan hadis dengan mukharij Imam Abu Daud:
ثـنا عبد الله بن نمير عن عبـيد الله عن نافع عن ابن عمر قال ثـنا الحسن بن علي حد حد
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ال يخطب أحدكم على خطبة أخيهوال يبع على بـيع
أخيه إال بإذنه
Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari 'Ubaidullah dari Nafi' dari Ibnu Umar, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang diantara kalian meminang pinangan saudaranya, dan janganlah ia menjual sesuatu yang sedang dalam penawaran saudaranya kecuali dengan seizinnya24."
Susunan hadis dengan mukharrij Imam At-Tirmidzi:
ثـنا الليث عن نافع عن ابن عمرعن النبي صلى الله عليه وسلمقال ال ثـنا قـتـيبة حد حد
يبع بـعضكم على بـيع بـعض وال يخطب بـعضكم على خطبة بـعض قال وفي الباب
عن أبي هريـرة وسمرة قال أبو عيسى حديث ابن عمر حديث حسن صحيح وقد روي
عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال ال يسوم الرجل على سوم أخيه ومعنى البـيع
في هذا
24Hadis syarh imam Muslim. Kitab jual beli, bab. Diharamkan mengkhitbah di atas khitbah sodaranya no. 2530
36
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Janganlah sebagian kalian menjual barang yang sedang ditawar oleh sebagian dari kalian, dan janganlah sebagian dari kalian meminang wanita yang ada dalam pinangan sebagian dari kalian." Ia mengatakan; Dalam hal ini ada hadits serupa dari Abu Hurairah dan Samurah. Abu Isa berkata; Hadits Ibnu Umar adalah hadits hasan shahih dan telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: "Seseorang tidak boleh menawar barang yang sedang ditawar saudaranya." Dan menurut para ulama, makna menjual dalam hadits ini dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah menawar25.
Susunan hadis dengan mukharij An-Nasai’:
ثـنا سفيان عن الزهري أخبـرنا محمد بن منصور وسعيد بن عبد الرحمن قاال حد
عن سعيد عن أبي هريـرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال محمد عن النبي
صلى الله عليه وسلم ال تـناجشوا وال يبع حاضر لباد وال يبع الرجل على بـيع أخيه وال
يخطب على خطبة أخيه وال تسأل المرأة طالق أختها لتكتفئ ما في إنائها
Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Manshur dan Sa'id bin Abdur Rahman mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhri dari Sa'id dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Dan (dari redaksi Muhammad, ia berkata) dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Janganlah saling menawar agar orang lain memberikan penawaran, janganlah orang kota menjualkan untuk orang desa, janganlah seseorang menjual diatas jual beli saudaranya, dan janganlah meminang diatas pinangan saudaranya. Dan janganlah seorang wanita meminta cerai saudaranya agar ia dapat menguasai bagian saudaranya tersebut26."
Susunan hadis dengan mukharij Imam Ibnu Majah:
ثـنا مالك بن أنس عن نافع عن ابن عمر ثـنا سويد بن سعيد حد حد
25 Sunan at-tirmidzi kitab jual beli bab larangan membeli yang telah dibeli saudaranya no. hadis 1213
26Hadis syarh sunan An-Nasai’. Kitab nikah, bab. Larang mengkhitbah si atas khitbah orang lain no. 3187
37
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ال يبيع بـعضكم على بـيع بـعض Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id berkata, telah
menceritakan kepada kami Malik bin Anas dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian bertrasasaksi atas transaksi saudaranya27." Susunan hadis dengan mukharijnyaImam ibnu majah ثـنا مالك بن أنس عن نافع عن ابن عمر أن رسول الله صلى الله ثـنا سويد بن سعيد حد حد
عليه وسلم قال ال يبيع بـعضكم على بـيع بـعض
Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id berkata, telah menceritakan kepada kami Malik bin Anas dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian bertrasasaksi atas transaksi saudaranya28."
C. Penjelasan Hadis Dari Skema Sanad
Merujuk kepada sebuah kitab takhrij hadis Tahzib At- Tahzib karangan
Syihab ad-Din Abi al Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Asqalani29, penulis
mencoba meneliti drajat dari perawi masing-masing hadis tersebut.
Periwat-periwayat dalam hadis pertama (lelang) yang diriwayatkan oleh
Imam Abu Daud (dalam bab jual beli, no. 1398), Imam Tirmidzi ( dalam bab
jual beli, no. 1139), Imam Ibnu Madjah (dalam bab jual beli ziadah, no.
2189), Imam Ahmad (dalam musnad ‘Anas bin Malik, no.11691)30.
Periwayat-periwayat dalam hadis kedua (larangan membeli di atas
belian muslim lainnya) yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (dalam bab
27Hadis syarh sunan ibnu majah. Kitab jual beli, bab. Larang membeli barang diatas belian sodaranya no. 2162
28Hadis syarh sunan ibnu majah. Kitab jual beli, bab. Larang membeli barang diatas belian sodaranya no. 2163
29Syihab ad-Din Abi al-Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Asqalani lahir di Mesir 12 Sya’ban 773 H dan wafat tahun 852 H
30Terlampir pada halaman terakhir skripsi.
38
janganlah membeli di atas belian sodaramu, no. 1995 dan 1996), Imam
Muslim (dalam bab diharamkan mengkhitbah di atas khitbah orang lin,
no.2530), Imam Tirmdzi (dalam bab telah datang larang untuk membeli di
atas belian orang lain, no. 1213), Imam Abu Daud (dalam bab khitbah, no.
1782), Imam An-Nasa’I (dalam bab larangan menkhitbah di atas khitbah laki
laki lain, no. 3187), Imam Ibnu Madjah (dalam bab jual beli, no. 2162 dan
2163)31.
31Terlampir pada halaman terakhir skripsi.
BAB IV
PENJELASAN MENGENAI PERBEDAAN HADIS NABI
(IKHTILAF HADIS IMAM SYAFI’)
Sepintas bila didengar, lelang memang bukanlah hal baru dan aneh diranah
perdangangan era modern saat ini. Sebuah praktik jual beli dengan cara publik ini
mengikutsertakan banyak pihak, mulai dari pemilik barang, peserta lelang, panitia
lelang, juri lelang, dan pembawa acara lelang1.
Dalam identifikasi maslaah telah dijelaskan begitu banyak problematika
dalam hal lelang ini, mulai dari sudut pandang hukum, kajian-kajian kitab fiqh
sampai pada ranah kebenaran adnaya dalil akan lelang ini.
Dalam kesempatan ini penulis mencoba mengambil sebuah masalah yang
akan dibahas dalam redaksi di bawah. Sebelum penjelasan lebih jauh, penulis
ingin menjelaskan sedikit mengenai biografi salah seorang pesohor agama yang
akan menjadi penengah dalam masalah perbedaan hadis antara hadis mengenai
tawar menawar (lelang) dengan hadis yang melarang adanya tawar menawar.
Beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin Syaafi'
bin As-Saaib bin 'Ubaid bin 'Abd Yaziid bin Haasyim bin Al-Muthollib bin 'Abdi
Manaaf, sehingga nasab beliau bermuara kepada Abdu Manaaf kakek buyut Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam2.
Al-Muthollib adalah saudaranya Hasyim ayahnya Abdul Muthholib kakek
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.Dan kepada Syafi' bin As-Saaib penisbatan Al-
1 Vendue Reglement (V.R.): Peraturan Lelang Stb. 1908 No.189 Jo Peraturan Menteri Keuangan No. 40/PMK.07/2006
2Siyar A'laam An-Nubalaa, jilid10. Hal: 5-6 dan Tobaqoot Asy-Syaafi'iyah Al-Kubro jilid 2. Hal: 71-72
39
40
Imam Asy-Syafi'i rahimahullah.Meskipun nenek moyang beliau suku Quraisy di
Mekah akan tetapi beliau tidak lahir di Mekah, karena ayah beliau Idris merantau
di Palestina. Sehingga beliau dilahirkan di Ghozza (Palestina) dan ada yang
mengatakan bahwa beliau lahir di 'Asqolan pada tahun 150 Hijriah, tahun dimana
wafatnya Al-Imam Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsaabit Al-Kuufi rahimahullah,
bahkan ada pendapat yang menyatakan di hari wafatnya Al-Imam Abu Hanifah3.
Ayah beliau Idris meninggal dalam keadaan masih muda, hingga akhirnya
Imam Asy-Syafi'i dibesarkan oleh ibunya dalam kondisi yatim. Karena khawatir
terhadap anaknya maka sang ibu membawa beliau yang masih berumur 2 tahun-
ke kampung halaman aslinya yaitu Mekah, sehingga beliau tumbuh berkembang
di Mekah dalam kondisi yatim. Beliau menghafal Al-Qur'an tatkala berusia 7
tahun, dan menghafal kitab Al-Muwattho' karya Imam Malik tatkala umur beliau
10 tahun.Ini menunjukkan betapa cerdasnya Al-Imam Asy-Syafi'i.
Beliaupun belajar dari para ulama Mekah, diantaranya Muslim bin Kholid
Az-Zanji Al-Makky yang telah memberi ijazah kepada Al-Imam Asy-Syafi'i
untuk boleh berfatwa padahal umur beliau masih 15 tahun. Lalu setelah itu beliau
bersafar ke Madinah dan berguru bertahun-tahun kepada Al-Imam Malik bin Anas
rahimahullah.
Pada tahun 195 H beliau pergi ke Baghdad, dan beliau mengajar di sana
sehingga banyak ulama yang berputar haluan dari madzhab ahli ro'yu menuju
madzhab Syafi'i. di Baghdad beliau banyak menulis buku-buku lama beliau,
setelah itu beliaupun kembali ke Mekah. Pada tahun 198 beliau kembali lagi ke
3Al-Bahr Al-Muhiith fi Ushuul Al-Fiqh li Az-Zarkasyi jilid: 2, hal: 15-16
41
Baghdad dan menetap di sana selama sebulan lalu beliau pergi ke Mesir dan
menetap di sana meneruskan dakwah beliau hingga akhirnya beliau sakit bawasir
yang menyebabkan beliau meninggal dunia pada tahu 204 Hijriyah, rahimahullah
rahmatan waasi'ah.
A. Ikhtilaf Hadis Mengenai Jual Beli Lelang
Sepintas mengutkan ingatak kita, penulis akan menerangkan sedikit
tentang apa itu ikhtilaf hadis. Ikhtilaf adalah perbedaan metodologi para
ulama dalam mengistinbatkan hukum Islam (pengambilan hukum) dari teks-
teks Al-Qur’an dan Al-Hadits Rasulullah s.a.w. Ikhtilaf tidak selalu identik
dengan perselisihan.Ikhtilah adalah perbedaan yang didasarkan pada Nash Al-
Qur’an dan Al-Hadits dalam rangka mencari kebenaran4.Sedangkan
perselisihan tidak semuanya didasarkan pada Nash Al-Qur’an dan Al-Hadits,
dan tidak semuanya dalam rangka mencapai kebenaran. Sangat banyak
perselisihan dalam Islam tanpa didasarkan pada nash, tetapi pada hawa nafsu
dan kecendrungan dan keinginan masing-masing5.
Ikhtilaf (perbedaan) bisa dibedakan menjadi dua.
Pertama, ikhtilaful qulub (perbedaan dan perselisihan hati) yang
termasuk kategori tafarruq (perpecahan) dan oleh karenanya ia tertolak dan
tidak ditolerir. Dan ini mencakup serta meliputi semua jenis perbedaan dan
perselisihan yang terjadi antar ummat manusia, tanpa membedakan tingkatan,
topik masalah, faktor penyebab, unsur pelaku, dan lain-lain.Yang jelas jika
suatu perselisihan telah memasuki wilayah hati, sehingga memunculkan rasa
4Ahmad Umar Hasyim, Qawa’ id Ushul al-Hadits (Beirut: Alimul Kutub, 1997), hal: 203. 5M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya
(Jakarta:Gema Insani Press, 1995), hal: 110.
42
kebencian, permusuhan, sikap wala’-bara’, dan semacamnya, maka berarti
itu termasuk tafarruq (perpecahan) yang tertolak dan tidak ditolerir.
Kedua, ikhtilaful ‘uqul wal afkar (perbedaan dan perselisihan dalam
hal pemikiran dan pemahaman), yang masih bisa dibagi lagi menjadi dua:
Pertama Ikhtilaf dalam masalah-masalah ushul (prinsip). Ini jelas termasuk
kategori tafarruq atauiftiraq(perpecahan) dan oleh karenanya ia tertolak dan
tidak ditolerir. Maka pembahasannya tidak termasuk dalam materi fiqhul
ikhtilaf, melainkan dalam materi aqidah, yang biasa saya sebut dan istilahkan
dengan fiqhul iftiraq (fiqih perpecahan)6.
Dan perselisihan jenis inilah yang melahirkan kelompok-kelompok
sempalan dan menyimpang di dalam Islam yang biasa dikenal dengan
sebutan firaq daallah (firqah-firqah sesat) danahlul bida’ wal ahwaa’ (ahli
bid’ah aqidah dan mengikut hawa nafsu), seperti Khawarij, Rawafidh
(Syi’ah), Qadariyah (Mu’tazilah dan Jabriyah), Jahmiyah, Murji-ah, dan lain-
lain.
Kedua Ikhtilaf dalam masalah-masalah furu’ (cabang, non
prinsip).Inilah perbedaan dan perselisihan yang secara umum termasuk
kategori ikhtilafut tanawwu’ (perbedaan keragaman) yang diterima dan
ditolerir, selama tidak berubah menjadi perbedaan dan perselisihan
hati.Dan ikhtilaf jenis inilah yang menjadi bahasan utama dalam materifiqhul
ikhtilaf pada umumnya, dan dalam tulisan ini pada khususnya7.
6Yusuf Qardlawi, Studi Krtis As-Sunnah,(Bandung:Trigenda Karya, 1995), hal: 140-142. 7Nafiz Husain Hammad, Mukhtalif al-Hadits Baina al-Fuqaha’ wa al-Muhadditsin,
(Mesir: Darul Wafa;, 1993),hal: 26.
43
Kembali pada materi bahwa dalam sejarah lelang terjadi di mana pada
waktu itu ada seorang lelaki miskin yang kelaparan dan tidak memiliki
apapun untuk dimakan. Saat itu lelaki tersebut datang kepada Rasulullah dan
mengadukan kondisinya, kemudian Rasulullah berkata “adakah suatu barang
di rumahmu” sang lelaki menjawab “ada ya Rasul, senuah pelana dan kain
untuk alas meja. Rasul kembali berkata “ambillah barang tersebut dan
bawalah kesini”. Kemudian lelaki itu pulang dan mengambil kedua barang
tersebut. “ya Rasullullah “ini kedua barang kepunyaanku”, kemudian
Rasulullah bersorak dihadapan para sahabat dan masyarakat “adakah dari
kalia yang ini membeli kedua barang ini dengan harga satu dirham.
Setelah itu salah seorang mengangkat tangan dan bersedia membeli
barang tersebut dengan harga satu dirham. Kemudian Rasulullah kembali
bersorak dihadapan para sahabat dan masyarakat “adakah dari kalia yang ini
membeli kedua barang ini dengan harga dua dirham, kemudian salah seorang
lainnya mengangkat tangan dan bersedia membeli dengan harga yang
disorakan oleh Rasulullah. Setalah beberapa saat tidak ada yang kembali
mengangkat tangan dengan maksud membeli dengan harga tinggi, Rasulullah
menyatakan bahwa barang tersebut terjual dengan harga dua dirham.
Adapun hadis yang meriwayatkan mengenai jual beli lelang seperti
tertera dibawah ini, sebuah hadis dari diriwayatkan oleh Malik:
حدثنا عبد اهللا ين مسلمه أحبرنا عيسى بن يونس عن ألخضر بن عجالن عن أبويكر الخنفي
أن رجال من األنصار جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم يسأله فـقال لك عن أنس بن مالك
في بـيتك شيء قال بـلى حلس نـلبس بـعضه ونـبسط بـعضه وقدح نشرب فيه الماء قال ائتني
44
بهما قال فأتاه بهما فأخذهما رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده ثم قال من يشتري هذين
فـقال رجل أنا آخذهما بدرهم قال من يزيد على درهم مرتـين أو ثالثا قال رجل أنا آخذهما
رهمين فأعطاهما األنصاري بدرهمين فأعطاهما إياه وأخذ الد“Telah menceritakan kepada Kami Abdullah bin Maslamah8, telah
mengabarkan kepada Kami Isa bin Yunus9 dari Al Akhdhar bin 'Ajlan10 dari Abu Bakr Al Hanafi11dari Annas berkata: Ada seorang laki-laki dari Anshar datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia bertanya kepadanya: “Apakah kamu punya sesuatu di rumahmu?” Laki-laki itu menjawab, “Ya, sebuah kain sarung yang sebagian kami pakai buat selimut tidur sebagiannya buat alasnya, dan sebuah cangkir yang saya pakai buat minum.” Beliau bersabda: “Bawakan kepadaku keduanya.” Lalu saya membawakan kedua barang itu kepadanya, dan dia mengambil dengan tangannya, dan bersabda: “Siapa yang mau beli dua benda ini?” Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membeli keduanya dengan satu dirham.” Beliau bersabda: “Siapa yang menambahkan satu dirham ini?” Beliau mengulangnya dua atau tiga kali. Berkata seorang laki-laki: “Saya akan membelinya dengan dua dirham.” Maka Nabi memberikan kedua benda itu kepadanya dan mengambil dua dirham itu dan memberikannya kepada laki-laki Anshar tersebut.”
Pertentangan dalam hadis ini adalah dengan sebuah hadis mengenai
janganlah kalian seorang muslim menawar barang yang telah ditawar oleh
sodara muslim lainya. Adapun hadis tersebut sebgai mana yang tertera di
bawah ini, sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ibn ‘Umar Ra:
8 Tentang Abdullah bin Maslamah, Imam Abu Hatim mengatakan: tsiqah hujjah - bisa dipercaya dan sebagai hujjah. (Imam Abul Walid Sulaiman bin Khalaf Al Baji, At Ta’dil wat Tajrih, 2/926. Al Hafizh Ibnu Abi Hatim, Al Jarh wat Ta’dil, 5/181), Imam Al’Ijli juga mentsiqahkan. (Ats Tsiqat, 2/61). Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: tsiqah.(Taqribut Tahdzib, Hal. 547, No. 3620)
9 Imam Abu Zur’ah mengatakan: “Haafizh –seorang hafizh.” Imam Abu Hatim mengatakan: “tsiqah.” (At Ta’dil wat Tajrih, 3/1146).Imam Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqaat. (7/238, No. 9857). Al Hafizh Al ‘Ijli juga menyebutnya: tsiqah. (Ma’rifah Atsiqaat, 2/200)
10 Al Akhdhar bin ‘Ajlan, Imam Ibnu Ma’in mengatakan: “tsiqah.” (Tarikh Ibnu Ma’in- Riwayah Ad Dauri, 4/306), Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Shaduuq - jujur.” (Taqribut Tahdzib, Hal. 121, Hal. 291) ‘Abbas mengatakan: “Dia tidak apa-apa.” Al Azdi mendhaifkannya. (Imam Abu Muhammad Badruddin Al ‘Aini, Mughani Al Akhyar, 1/32)
11Abu Bakr Al Hanafi Nama aslinya adalah Abdullah. Imam Adz Dzahabi mengatakan: “tidak dikenal.”(Al Mughni Fi Adh Dhua’afa, No. 3440)
45
هما ثني مالك عن نافع عن عبد الله بن عمر رضي الله عنـ ثـنا إسماعيل قال حد حد
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ال يبيع بـعضكم على بـيع أخيه Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah
menceritakan kepada saya Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah sebagian dari kalian membeli apa yang dibeli (sedang ditawar) oleh saudaranya12".
Dalam kitab ihktilaf hadis dari imam Syafi’ dijelaskan bahwasanya
pertentangan kedua hadis ini terjadi pada kurun waktu yang berbeda.
Dalam hadis yang pertama diriwayatkan bahwasanya Nabi memberikan
penawaran kepada orang lain ketika barang tersebut sudah di tawar dengan
harga satu dirham.
Penawaran ini terjadi ketika memang belum ada mufakat atau ijab
dan qabul antara si pemilik barang, Nabi dan penawar pertama. Ketika
harga mencapai dua riham tidak ada yang menawar kembali dan akhirnya
Nabi menyatakan barang ini terjual dengan harga dua dirham dan terjadi
ijan dan qabul antara penjual dan pembeli.
Sedangkan dalam hadis yang kedua di terangkan tentang
dilarangnya kita membeli di atas belian sodara lainnya, membeli di sini
diartikan ketika memang barang tersebut telah disepakati harganya antara
penjual dan pembeli.
Oleh karena itulah kegiatan itu dilarang oleh Nabi dikarenakan
sudah terjadi kesepakatan di awal antara penjual dan pembeli13.Dalam
12Hadis syarh imam Bukhari. Kitab jual beli, bab. Larangan membeli barang di atas belian sodaranya no. 1995
13Ihktilaf imam Syafi, kitab kesepuluh. Bab janganlah membeli di atas belian soda muslim lainnya. Hal 145-157
46
kasus ini, pembahasan diterangkan oleh salah seorang ulama besar islam.
Imam Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad bin Salamah bin Abdil Malik al-
Azdy al-Mishri Ath-Thahawi menjelaskan dari salah satu riwayat
Mujahid14, mujahid mengatakan ;
ال بأس أن يسوم الرجل اذاكان في صحن السوق , يسوم هذا وهذا , فأما اذا خال به "
رجل , فال يسوم عليه "
Tidak masalah seorang menawar barang yang sedang (sudah) ditawar oleh orang lain jika pasar masih terbuka (selama lelang belum tutup dan belum ketuk palu oleh juri lelang). Dan jika barang sudah dibawa oleh pemenang lelang, tidak boleh untuk ditawar kembali15.
Pendapat ini diperkuat juga oleh seorang ulama kontenmporer
dalam kitabnya Raudhatu At-Thalibin, Namun jika lelang belum ditutup,
bukan termasuk dalam larangan menawar barang yang telah ditawar oleh
orang lain, karena satu sama lain telah memahamibahwa penawaran masih
terbuka. Penjelasan seperti ini juga telah disampaikan oleh an-Nawawi
dalam kitabnya Raudhatut Thalibin.
لغيره الدخول عليه والزيادة فيه . وانما يحرم فأما ما يطاف به فيمن يزيد وطلبه طالب فـ
.اذا حصل التـراضي صريحا
Barang yang masih ditawarkan untuk pembeli yang berani memberi harga lebih, yang lain boleh ikut bergabung dan memberikan tambahan harga, meskipun sudah ada yang menawar. Yang dilawang adalah ketika sudah terjadi sebuah kesepakatan antar penjual dan pembeli16.
14 Ulama Tabiin, Murid Dari Ibnu Abbas, W. 104 H 15Abu Ja’far Ahmad.Syarh Ma’ani Al Atsar. Baerut jilid.3 bab.7 hal:3 16 Raudhatuth Thalibin, Imam An-Nawawi.(tahqiq : fuad bin siraj ‘abdul ghafar ) Jilid 3.
Hlm. 415
47
B. Pandangan Ulama Dalam Menyikapi Perbedaan Hadis
Dalam menyikapi berbedaan makna kedua hadis ini terletak pada
kata larangan menawar barang, karena pada hadis pertama jelas terjadi
tawar menawar karena berada pada porsi pelelangan. Sedangkan hadis
yang kedua adalah hadis dimana menawar itu dilarang (tidak dianjurkan).
Beberapa ulama kontemporer ikut mengeluarkan suaranya
menanggapi permasalah ini, diantaranya ;
1. Syaikh Wahbah Az Zuhaili Hafizhahullah mengatakan:
ها بـعضهم على بـعض حتى تـقف على آخر وهو أن يـنادي على السلعة، ويزيد الناس فيـ
ها فيأخذها، فـهو بـيع صحيح جائز ال ضرر فيه .زائد فيـ
Lelang adalah menawarkan dengan seruan terhadap sebuah barang, dan manusia satu sama lain menambahkan harganya sampai berhenti, maka yang akhir yang berhak mengambilnya. Ini adalah jual beli yang sah dan boleh, dan tidak ada masalah di dalamnya17.
2. Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah
Beliau mengatakan: وهذا الحديث يدل على جواز البـيع بالمزايدة، وأنه ال يدخل في النهي عن البـيع على
البـيع، ألن النـهي عن البـيع على البـيع يكون إذا وجد االستقرار وتمام البيع، ويكون في مدة
بھ خيار، وأما أن يـقول : من يشتري هذا؟ فـيـقول رجل : أنا بكذا، ثم يزيد آخر فـهذا ال بأس
Hadits ini menunjukkan kebolehan membeli dengan cara lelang, dan itu tidak termasuk dalam lingkup larangan membeli sesuatu terhadap barang yang sudah pesan orang lain, karena larangan membeli terhadap barang yang sudah dibeli baru terjadi jika sudah ada ketetapan sempurna terhadap barang belian tersebut, yang dengan itu membuatnya mengambil pilihan. Ada pun orang mengatakan: “Siapa yang mau membeli ini?” ada orang menjawab: “Saya membeli
17Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, jilid 4, Hal. 592
48
sekian,” lalu yang lainnya menambahkan harga, maka itu tidak apa-apa18.
3. Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih Hafizhahullah
Beliau mengatakan:
وهذا بـيع جائز بإجماع المسلمين، كما صرح به الحنابلة فصححوه ولم يكرهوه، وقـيده
عية بأمرين : أن ال يكون فيه قصد اإلضرار بأحد، وبإرادة الشراء وإال حرمت الزيادة الشافـ
إلنـها من النجش .Ini adalah jual beli yang dibolehkan berdasarkan ijma’ kaum
muslimin, sebagaimana yang dijelaskan kalangan Hanabilah (Hambali) mereka men-sah-kannya dan tidak memakruhkannya. Kalangan Syafi’iyah memberikan dua syarat: Tidak boleh ada maksud melakukan dharar(kerusakan) kepada seseorang, dan hendaknya dia berkehendak membelinya, jika tidak maka itu tambahan (harga) yang diharamkan, karena itu termasukAn Najasy(semata-mata untuk menyingkirkan orang lain19.
18Syarh Sunan Abi Daud,jilid 9, hal: 61 19Fatawa Asy Syabkah Al Islamiyah, No fatwa. 17455
BAB V
PENUTUP
Bila dilihat dari awal penulisan,terlihat betapa besarnya ilmu islam. Segala
macam permasalahan sudah sangat rapi terbalut dengan solusinya. Mulai dari hal
terkecil hingga pada sebuah permasalahan besar mengenai konflik dan perbedaan
hadis, sudah terangkum penjelasaanya. Jauh sebelum manusia memikirkan akan
pertanyaan mengenai sebuah permasalahan, maka Allah SWT sudah dengan jelas
menjawabnya baik dalam ayat maupun hadis Rasulullah.
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang tertulis di atas dapat disimpulkan yaitu;
Pada hadis pertama diperbolehkannya menawar barang adalah
saat di mana belum adanya mufakat antar penawar dan pemilik barang
(penjual), sedangkan dalam hadis kedua yang dinyatakan dalam hadis,
bahwa seorang muslim dimenawar atas tawaran muslim lainnya
adalah saat di mana sudah terjadi mufakat antar pembeli dan penjual
(pemilik barang).
B. Saran
Ini hanyalah sebagian kecil mengenai penjelasan akan sebuah
ikhtilaf yang terjadi dalam perkataan Rasulullah, masih banyak hadis
yang perlu kita kaji untuk mengetahui maksud dari sebuah perbedaan.
Dalam hal ini lelang memang sebuah wacana kecil namun diperlukan
sebuah perhatian besar pada hadis mengenai larangan menawar suatu
barang yang telah ditawar oleh orang lain, karena proses sebuah tawar
menawar selalu terjadi kapanpun dan dimanapun.
Dalam hal ini penulis mencoba mengajak para pembaca untuk
terus mengkaji maksud dan tujuan sebuah hadis Nabi dan perbedaanya
antara satu dan lainya. Dalam hal ini tidak banyak yang penulis
utarakan, masih banyak pendapat dari ulama lain yang harus kita cari
tahu dan kita kembangkan. Jangan pernah puas akan sebuah
keberhasilan galilah terus keberhasilan selanjutnya agar menjadi
sebuah kebanggan untuk anak dan penerus muslim lainnya.
أبوداود مسلم أحمد ترمیذ
یحي بن سعید عبدهللا بن مسلمھ حمید بن مسعدة ھشام بن عمار
عیسى بن یونس عبید هللا شمیھ
األخضر بن عجالن
أنس بن مالك
أبي بكر الحنفي
بخارى
مسلم
أبوداود
أنسائ
صفیان بن عوبنة علي بن عبد هللا بن جعفر اسماعیل بن عبد هللا سوید بن سعید ین سھل قتیبة بن سعید الحسن بن علي بن محمد
عبدهللا بن نمیر لبت بن سعید عبد الرحمن مالك بن أنس بن مالك محمد بن مسلم بن عبید هللا
عبیدهللا بن عمر بن حفس نافع مول ابن عمر سعید بن المسلمة
عبد هللا بن عمر عبد الرحمن بن شكر
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Al Karim Dan Terjemahan Bahasa Indonesia. Kudus: Departemen
Agama RI, 2006.
Abdul Qadir ibn Abdul Hadi, Thuruq al-Takhrij al-Hadits Rasulullah,
Penerjemah: Said Aqil Husain al Munawwar, Semarang, Dina Utama,
1994
Aiyub, Ahmad.H. Fikih Lelang (Pesfektif Hukum Islam Dan Hukum Positif).
Jakarta: Kiswah,110 XI Viii, 2004.
A. J. Wensink, Qamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-I`lam, Beirut, Maktabah al-
Syarqiyah, 1986
Arikunto, Suharmi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya:
Pustka Progressif, 1997).
Bahrudin.Takhrij sebagai Metode Penelusuran Kualitas Hadits Ahad. Jurnal Ilmu
Dakwah Vol. 4 No. 13 Januari-Juni 2009
Fahd, Al Malik. Al Quran Al Karim Wa Ma'anihi Ilal Lughati Indunisiyyah. 1418
H.
Fauzan, Shalih. Perbedaan Jual Beli Dan Riba Dalam Syariat Islam. Jakarta:
Balai Pustaka, 2001.
Halabi, Musthafa. Abu Daud, Imam, Sunan Abu Daud. Mesir, 1952.\
Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalm Islam. Bandung: Grafika, 2004.
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Beirut Libanon,1992).
Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1995).
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia. (No. 304/KM K.01/2002).
Khaeruman, Badri. Ulum Al Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Balai Putaka, 1976.
M. Azami, Mustafa.Historisitas Hadis Journal of Qur’an and HadithStudies –
Vol. 3, No. 1, (2014).
Mahmud al-Tahhan, Ushul al-Takhrij wa al-Dirasah al-Asanid, Penerjemah:
Ridwan Nasir, Surabaya, Bina Ilmu 1995
Mizzy, Jamal al-Din Abi al-Hajjaj Yusuf, Tahzrib al- Kamal fi Asma al-Rijal. Juz
IV, Dar al Fikr, tth.
Mohd. Rifai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: CV. Toha Putra, t.th).
Muh. Zuhri, Hadis Nabi: Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta, Tiara
Wacana, 1997
Muhamad Abu Zahu, al-hadits wa al-Muhadditsun, Mesir, Dar al- Fikr al-`Araby,
1998
Muhdor, Atabik 'Ali Dan Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab Indonesia.
Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2001.
Munawwir, A. W. Kamus Al Munawwir Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997.
Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indoesia. Jakarta : Balai Pustaka,
1976.
Prof. Dr/ Minhajudiin, Ma. Hikmah Dan Filsafat Fiqh Muamalat Dala Islam.
Surabaya: Lentera, 1999.
Prof.DR.Shalah, Al-Muslih. Prof.DR.Abdulullah Dan. Jual Beli Dan Hukum-
Hukumnya. Badung: Ersco, 1998.
Punomo, Didit. Buku Pegangan Kebijakan Harga (Pendekatan Agricultural).
Surakarta: Fe-Ums, 2005.
Rochmat, Soemitro. Peraturan Dan Instruksi Lelang. Bandung: PT. Ersco, 1987.
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah, Jilid IV, (Bandung, 2006).
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2000.
Soeharno. Ekonomi Manajerial. Yogyakarta: Cv. Anda Offset, 2007.
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalat. Jakarta: Rajawali Pers, 2002.
Syaefuddin, A. M. Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi . Jakarta: Dirjen Lembaga
Islam Depag RI, 1997.
Syaukani, Asy. Nailul Authar Juz V. Bairut Libanon, 1986.
Yunus.Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta, Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Penafsir al-Qur’an, 1973