Upload
yosua-edo-lazuardi
View
354
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
emanfaatan Limbah Tembakau Sebagai Insektisida Tanaman Kehutanan
Citation preview
Pemanfaatan Limbah Tembakau Sebagai Insektisida Tanaman Kehutanan
1. 1. PENDAHULUAN
2. a. Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu sumber kekayaan utama bagi negara Indonesia.
Melimpahnya limbah yang dihasilkan oleh salah satu perkebunan yang ada di Indonesia
adalah tangkai daun dari tanaman tembakau. Limbah tersebut dihasilkan dari sisa pemanenan
daun tembakau yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok. Limbah yang
dihasilkan dari pabrik rokok tersebut memiliki potensi limbah yang sangat besar.
Melimpahnya limbah yang tidak termanfaatkan sangat erat kaitannya dengan potensi
pencemaran lingkungan sehingga perlu dicari solusi dalam penanganan limbah tersebut.
Tembakau merupakan bahan dasar dalam pembuatan rokok karena kandungan nikotinnya
dapat mencapai 0,3 sampai 5% bobot kering tembakau yang berasal dari hasil biosintesis di
akar dan diakumulasikan di daun (wikipedia, 2011).
Selama ini, pemanfaatan tanaman tembakau hanya pada daun, akan tetapi tangkai daunnya
belum dimanfaatkan, agar dapat menghasilkan keuntungan secara ekonomi. Ekstrak dari
tanaman tembakau, seperti kayu, kulit, daun, bunga, buah atau biji, diyakini berpotensi
mencegah pertumbuhan jamur ataupun menolak kehadiran serangga perusak terutama pada
tanaman kehutanan. Salah satu potensi kandungan nikotin yang belum dimanfaatkan adalah
tangkai daun tembakau.
Limbah tangkai daun tembakau yang jumlahnya melimpah berpotensi untuk dimanfaatkan
menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Kandungan nikotin yang juga terdapat pada batang
tembakau dapat diekstraksi dan dimanfaatkan sebagai sumber insektisida. Nikotin diyakini
dapat menjadi racun syaraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis
insektisida. Contoh serangga yang dapat diatasi dengan menggunakan insektisida dari nikotin
adalah Afid. Aiid biasanya terdapat pada daun dan tangkai bunga. Kutu tersebut menyerap
sari makanan sehingga menghambat pertumbuhan tanaman dan membuka peluang masuknya
bibit penyakit seperti jamur dan bakteri.
Megadomani (2006) menyebutkan bahwa nikotin adalah zat aditif (menyebabkan
kecanduan) yang memengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogenik,
dimana mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan. Nikotin termasuk golongan
alkaloid beracun aktif, tidak berwarna, berminyak, tersusun dari unsur karbon, hidrogen.
Sifatnya yang meracun dan karsinogenik menyebabkan pemanfaatan insektisida dari
nikotin belum banyak dikembangkan. Akan tetapi pemanfaatannya sebagai insektisida
sebaiknya dilakukan untuk mengatasi hama pada persemaian tanaman kehutanan, bukan
diperuntukkan bagi tanaman pangan. Dengan demikian limbah tangkai daun tembakau
sebagai sumber nikotin tetap dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan insektisida
bagi tanaman kehutanan. Solusi di atas didukung dengan adanya permasalahan hama pada
persemaian tanaman kehutanan. Di persemaian, bibit sering terserang hama sehingga
menurunkan produktivitas dan menyebabkan mutu bibit tanaman yang akan ditanam di hutan
tidak dalam keadaan optimum.
Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk memanfaatkan lirnbah tangkai daun tembakau yang
jumlahnya sangat melimpah. Pemanfaatan tersebut dimulai dengan mencari cara
mengekstraksi kandungan nikotin pada tangkai daun tembakau, kemudian memanfaatkannya
sebagai sumber insektisida tanaman kehutanan, serta memformulasikan dosis efektif dalam
mengatasi hama yang menyerang tanaman kehutanan tersebut.
1. b. Perumusan Masalah
Limbah tangkai daun tembakau yang dihasilkan di indonesia terutama di daerah probolinggo
jumlahnya sangat melimpah. Limbah ini dihasilkan setelah pemanenan daun tembakau
sebagai komoditas utama. Pemanfaatan limbah tersebut sebagai briket dan papan serat tidak
memberikan hasil yang baik karena aromanya yang tidak enak, yang disebabkan oleh
kandungan nikotinnya. Oleh karena itu nikotin perlu diekstraksi dan selanjutnya ekstrak
nikotin dimanfaatkan sebagai bioinsektisida. Ekstrak nikotin tersebut tidak dapat
dimanfaatkan sebagai bioinsektisida bagi tanaman pangan karena akan mempengaruhi mutu
produk pangan yang dihasilkan. Pemanfaatannya pada tanaman kehutanan dimaksudkan
untuk mencegah dampak pencemaran yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan
masyarakat. Ekstrak nikotin yang diperoleh dapat digunakan untuk membasmi serangga
kecil misalnya afid, belalang, dan ulat.
1. c. Tujuan
Tujuannya adalah mengetahui dahulu kandungan nikotin pada limbah tangkai daun
tembakau, mengekstraksinya, memanfaatkan ekstrak tersebut sebagai insektisida pada
persemaian tanaman kehutanan, dan memformulasikan dosis yang tepat serta menentukan
efektitivitasnya dalam mengatasi hama persemaian tanaman kehutanan. Dengan demikian,
tindakan lebih lanjut adalah upaya pemanfaatan limbah tangkai daun tembakau oleh
pengelola industri perkebunan sebagai sumber bahan baku insektisida tanaman kehutanan.
1. d. Manfaat
(1) memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pemanfaatan limbah tangkai daun
tembakau sebagai sumber nikotin dan hngsinya untuk insektisida persemaian tanaman
kehutanan.
(2) memberikan nilai ekonomi bagi limbah tangkai daun tembakau yang belum dimanfaatkan.
(3) mengatasi permasalahan hama pada persemaian tanaman kehutanan.
(4) memperbaiki mutu hutan dengan meningkatkan mutu bibit tanaman kehutanan mulai dari
persemaaiannya.
1. 2. TINJAUAN PUSTAKA
2. a. Tembakau (Nicotiana tabacum L.)
Tembakau (Nicotiana tabacum L.) termasuk kedalam kelas Dycotiledoneae, ordo Personatae,
famili Solanaceae, dan genus Nicotiana. Tembakau adalah tumbuhan herba semusim yang
ditanam untuk mendapatkan daunnya dengan genus tanaman berdaun lebar yang berasal dari
daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Daun dari pohon ini sering digunakan sebagai
bahan baku rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun digulung dalam bentuk rokok
atau cerutu (wikipedia,2011).
Menurut Sholeh dan Machfudz (1997) dalam Hastuti (2003), tanaman tembakau merupakan
tanaman tropis dan dapat tumbuh dalam rentang iklim yang luas. Tembakau dapat tumbuh
dari dataran rendah sampai ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. Suhu optimum
selama pertumbuhan 27 – 34 °C dan memerlukan intensitas cahaya matahari yang kuat.
Tinggi tanaman pada kondisi pertumbuhan normal dapat mencapai 2 meter atau lebih
dengan batang yang tegak, kuat dan berkayu. Daun bawah lebih kuat dibanding dengan
daun diatasnya dan daun pucuk bentuknya lebih runcing. Daun tembakau virginia berwarna
hijau sampai hijau muda atauhijau kekuningan. Bunga temasuk bunga majemuk berbentuk
terompet tumbuh diujung batang. Warna mahkota bunga bagian atas merah dan di bagian
bawah berwarna putih.
1. b. Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah
akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai
aktivitas domestik lainnya (grey water). Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang
seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila
ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan
pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan
menjadi:
1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan permukiman
membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu
diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi
yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah,
seperti jamban misalnya.
1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air besrsih yang cukup dan tersambung ke
unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka
masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan
pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau
truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan
sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah
lainnya. Dibeberapa wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah
dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya
kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan
bahan layak daur-ulang.
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan
saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan
mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar
agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran
drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan
dalam jumlah yang cukup. Air bersih ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
makan, minum, mandi, dan kakus saja, melainkan juga untuk kebutuhan cuci dan
pembersihan lingkungan.
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian
1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran
air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik.
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
1. c. Pengelolaan Pasca Panen Tembakau
Pada tahun 2002 areal tanaman tembakau Indonesia rata-rata seluas 200.000 hektar per
tahun dengan total produksi tembakau mencapai 120.000 ton per tahun. Diketahui program
kemitraan tembakau antara PT. HM. Sampoerna dengan petani melibatkan 2.035 petani
dengan luas lahan 4.820 hektar dan menghasilkan produksi tembakau 10.650 ton setiap
tahun. Budidaya tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) yang didukung dengan proses
panen yang baik, penangan daun basah yang baik dan proses pengeringan yang baik akan
menghasilkan produksi yang optimal (Hastuti, 2003).
Menurut Tirtosastro (1998), panen tembakau dilakukan dengan cara memetik satu per satu
daun yang cukup masak untuk diolah. Panen umumnya dilakukan dengan tangan dan pada
saat pemetikan tersebut perlu diperhatikan tingkat kemasakan daun, saat dan cara pemetikan,
serta melindungi dengan segera daun yang baru dipetik. Cara pemetikan yang baik
adalah tanpa menimbulkan pelukaan pada daun.
1. d. Limbah Tangkai Daun Tembakau
Permintaan terhadap nikotin dapat melebihi persediaan karena dapat diproduksi lebih
ekonomis hanya dari limbah perdagangan tembakau seperti batang, daun yang rusak, dan
akar. Jumlah ini jika dikumpulkan akan rnemperoleh keuntungan ekonomis yang maksimum
(Claffey el al. 2007).
Keputusan Menteri Pertanian (2006) menyebutkan bahwa tanaman tembakau mengandung
zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoksin yang sangat ampuh jika digunakan pada serangga.
Zat ini sering digunakan sebagi bahan utama insektisida. Nikotin untuk Insektisida. Nikotin
ialah sejenis senyawa organik yang dijumpai pada tanaman tembakau (daun tembakau
mempunyai kandungan nikotin paling tinggi). Rumus kimia nikotin ialah
3-(2-(N- metilpirolidinil)). Sebanyak 5% dari bobot tembakau ialah nikotin yang merupakan
racun saraf kuat (potent nerve poison) dan digunakan di dalam racun serangga
(wikipedia,2011).
Nikotin dirumuskan untuk keperluan insektisida dalam behagai bentuk: senyawa murni,
nikotin sulfat, dan serbuk tembakau. Nikotin murni dianggap beracun bagi mamalia dengan
dosis fetal sebesar 50 mg/kg. Oleh karena itu, nikotin mumi sebagai insektisida botani
dibatasi penggunaannya (Cassanovaelal. 2002).
Nikotin murni merupakan hasil ekstraksi tembakau yang sangat beracun bagi hewan
berdarah panas. Insektisida biasanya dipasarkan dalam bentuk nikotin sulfat dengan
konsentrasi 40% cairan. Serbuknya dapat membuat iritasi kulit sehingga tidak sesuai jika
digunakan pada tanaman pangan. Nikotin lebih efektif ketika digunakan selama cuaca
panas dan dapat terdegradasi dengan cepat. Nikotin digunakan untuk membasmi berbagai
jenis serangga kecil seperti kutu daun (afid), lalat, belalang, dan ulat (Cruces 2005).
Afid disebut juga kutu daun atau serangga lunak dan merupakan hama yang menyerang
bagian tumbuhan seperti sayuran, hasil panen padi, dan tanaman buah. Lalat merupakan
sejenis hama seperti afid yang memperoleh makanan dengan cara mengisap getah
tumbuh-tumbuhan dan biasanya ditemukan di bawah permukaan daun. (Barret 2007).
Belalang adalah nama umum yang biasa digunakan untuk berbagai spesies dari famili
Cicadellidae. Belalang, juga dikenal sebagai pelompat dan serangga pemakan tumbuhan.
Sementara itu, ulat merupakan serangga kecil yang menyerang daun muda dengan cara
menusuk lapisan atas dan menghisap sari buah (wikipedia,2011)
1. e. Estraksi Nikotin
Ekstraksi adalah pemisahan zat berdasarkan perbedaan kelarutannya dalam dua cairan yang
tidak saling campur, biasanya air dan yang lainnya adalah pelarut organik. Ekstraksi cair-cair
merupakan proses untuk memisahkan komponen dalam suatu larutan berdasarkan
distribusinya di antara dua fase yang tidak saling campur. Langkah-langkahnya yang
pertama siapkan bahan kemudian tambahkan metanol dan rotavapor sehingga menjadi
ekstrak metanol lalu tambahkan air dan heksana. Kemudian dihasilkan ektrak metanol yang
kemudian dilakukan pengasaman dengan asam asetat sampai pH 3-4 + diklorometana
sehingga dihasilkan garam alkaloid kemudian tambahkan NH4OH sampai pH 8-9+
diklorometana sampai dihasilkan ekstrak nikotin (Robbinselal. 2007).
1. f. Fungsi Insektisida Limbah Tembakau
Repelan : menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat
Antifidan : mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot
Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
Menghambat reproduksi serangga betina
Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga
Atraktan : pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga
Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri (Barret 2007).
1. g. Keunggulan Insektisida Limbah Tembakau
1. 3. PEMBAHASAN
Murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani
Relatif aman terhadap lingkungan
Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman
Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain
Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
(Barret 2007).
Kandungan dari limbah tembakau dapat digunakan untuk berbagai keperluan salah satunya
adalah sebagai briket. Briket biomasa merupakan salah satu alternatif pemanfaatan limbah
guna meningkatkan nilai tambah limbah hasil pertanian, seperti limbah tembakau (Nicotiana
tabacum L.) sebagai bentuk biomasa. Pemanfaatan limbah tembakau kering sebagai bahan
bakar padat alternatif briket guna menghasilkan energi panas sebagai sumber energi dalam
proses pengeringan tembakau basah sehingga dapat mengurangi penggunaan Bahan Bakar
Minyak (BBM) yang harganya semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Dengan demikian, pengembangan teknologi penanganan dan pemanfaatan limbah akan
sejalan dengan upaya pengendalian pencemaran lingkungan dan kebutuhan energi di
industri yang semakin meningkat akan terpenuhi dengan penggunaan energi alternatif atau
substitusi sehingga kegiatan produksi industri dapat ditingkatkan secara efektif dan efisien
serta dapat menjamin tercapainya pengembangan pertumbuhan dan keberlanjutan usaha.
Briket merupakan hasil pengempaan atau densifikasi suatu biomasa. Biomasa adalah bahan
organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis, baik berupa produk maupun buangan.
Abdullah (2002) menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi energi biomasa yang sangat
besar. Diperkirakan setiap tahun dihasilkan 146,7 juta ton biomasa. Contoh biomasa antara
lain pepohonan, rumput, limbah pertanian, limbah hutan, limbah pangan dan sebagainya.
Biomasa yang dibuat briket pada umumnya berbentuk serpihan atau serbuk- serbuk kecil,
seperti serbuk kayu (Apryantietal., 2006). Namun Pemanfaatan limbah tersebut sebagai briket
dan papan serat tidak memberikan hasil yang baik karena aromanya yang tidak enak, hal itu
disebabkan oleh kandungan nikotinnya. Oleh karena itu nikotin perlu diekstraksi dan
selanjutnya ekstrak nikotin dimanfaatkan sebagai bioinsektisida. Ekstrak nikotin tersebut
tidak dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida bagi tanaman pangan karena akan
mempengaruhi mutu produk pangan yang dihasilkan. Pemanfaatannya pada tanaman
kehutanan dimaksudkan untuk mencegah dampak pencemaran yang dapat berdampak
buruk bagi kesehatan masyarakat. Dari penelitian yang pernah dilakukan pemberian
insektisida dari nikotin dengan berbagai konsentrasi. Setelah itu dilakukan penyemprotan
insektisida pada tanaman yang terserang hama afid tanaman diamati selama 3 hari, kemudian
ditentukan efektifitas pemberian insektisida pemanfaatan limbah tangkai daun tembakau
sebagai penghasil nikotin memungkinkan untuk dikembangkan. Berdasarkan rendemen hasil
yang diperoleh dari proses ekstraksi yaitu sebesar 0,7840 gram nikotin dari 20 gram sampel.
Serbuk nikotin hasil ekstraksi dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida tanaman kehutanan
dengan dosis yang paling efektif yaitu sebesar 5 % berdasarkan bobot.
1. 4. PENUTUP
1. a. Kesimpulan
pemanfaatan limbah tangkai daun tembakau sebagai penghasil nikotin memungkinkan untuk
dikembangkan. Berdasarkan rendemen hasil yang diperoleh dari proses ekstraksi yaitu
sebesar 0,7840 gram nikotin dari 20 gram sampel. Serbuk nikotin hasil ekstraksi dapat
dimanfaatkan sebagai bioinsektisida tanaman kehutanan dengan dosis yang paling efektif
yaitu sebesar 5 % berdasarkan bobot. Sedangkan Pemanfaatan limbah tersebut sebagai briket
dan papan serat tidak memberikan hasil yang baik karena aromanya yang tidak enak, hal itu
disebabkan oleh kandungan nikotinnya. Oleh karena itu nikotin perlu diekstraksi dan
selanjutnya ekstrak nikotin dimanfaatkan sebagai bioinsektisida. Ekstrak nikotin tersebut
tidak dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida bagi tanaman pangan karena akan
mempengaruhi mutu produk pangan yang dihasilkan. Pemanfaatannya pada tanaman
kehutanan dimaksudkan untuk mencegah dampak pencemaran yang dapat berdampak
buruk bagi kesehatan masyarakat.
1. b. Saran
Tulisan ini membutuhkan masukan-masukan dari para pembaca sehingga tulisan ini menjadi
lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Nikotin. http://id.wikipedia.org./ diakses pada tanggal 20 mei 2011
Abdullah. 1998. Energi dan Elektrifikasi Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan
Tinggi IPB, Bogor.
Achmad, R. 1991. Briket Arang Lebih Baik dari Kayu Bakar. Neraca 10(4) : 21- 22.
Agustina, S.E. 2006. Densification Technology. Laboratorium Energi dan Elektrifikasi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Megadomani A. 2006. Nikotin Antara Bahaya dan Kesehatan. Jakarta: Erlangga.