17
BAB IV/P PEMBAHASAN 4.1. Batuan No. Peraga 44 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara megaskopis pada batuan nomor peraga 44, batuan ini memiliki warna hitam, memiliki struktur yang pejal, padat, dan kompak sehingga digolongkan ke dalam struktur masif. Batuan ini seluruhnya terdiri dari massa kristal sehingga disebut holokristalin. Ukuran butirnya equigranular. Bentuk butirnya subhedral. Terdiri dari kumpulan mineral yaitu piroksen sekitar 40%, plagioklas sekitar 40%, dan olivine sekitar 20%. Mineral Piroksen memiliki rumus kimia (Si,Al) 2 O 6 . Berdasarkan dari rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Karena memiliki warna yang gelap, menandakan bahwa mineral ini terbentuk pada suasana basa. Mineral ini memiliki kekerasan 5,5 – 6 pada skala Mohs setelah diuji dengan pecahan kaca dan kikir atau paku baja. Memiliki bentuk kristal Monoklin. Setelah digores dengan porselen kasar atau dicerat ternyata terdapat serbuk berwarna putih. Memiliki pecahan jenis uneven, hal tersebut diidentifikasi dari pecahan kasar dengan permukaan

Pembahasan Mineral Dalam Batuan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mineralogi

Citation preview

Page 1: Pembahasan Mineral Dalam Batuan

BAB IV/P

PEMBAHASAN

4.1. Batuan No. Peraga 44

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara megaskopis pada batuan

nomor peraga 44, batuan ini memiliki warna hitam, memiliki struktur yang

pejal, padat, dan kompak sehingga digolongkan ke dalam struktur masif. Batuan

ini seluruhnya terdiri dari massa kristal sehingga disebut holokristalin. Ukuran

butirnya equigranular. Bentuk butirnya subhedral. Terdiri dari kumpulan

mineral yaitu piroksen sekitar 40%, plagioklas sekitar 40%, dan olivine sekitar

20%.

Mineral Piroksen memiliki rumus kimia (Si,Al)2O6. Berdasarkan dari

rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Karena

memiliki warna yang gelap, menandakan bahwa mineral ini terbentuk pada

suasana basa. Mineral ini memiliki kekerasan 5,5 – 6 pada skala Mohs setelah

diuji dengan pecahan kaca dan kikir atau paku baja. Memiliki bentuk kristal

Monoklin. Setelah digores dengan porselen kasar atau dicerat ternyata terdapat

serbuk berwarna putih. Memiliki pecahan jenis uneven, hal tersebut

diidentifikasi dari pecahan kasar dengan permukaan yang tidak teratur yang

nampak pada permukaan mineral. Belahannya termasuk belahan perfect.

Memiliki transparansi yang opaq ( tidak tembus ).

Mineral Plagioklas memiliki rumus kimia (Ca,Na)AlSi3O8. Berdasarkan

dari rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini

memiliki warna putih buram, yang menunjukkan bahwa mineral ini terbentuk

pada suasana intermediet. Mineral ini memiliki kekerasan 6 pada skala Mohs

setelah diuji dengan goresan kaca dan paku baja. Memiliki bentuk kristal Triklin.

Setelah dicerat atau digoreskan pada porselen kasar, terdapat serbuk berwarna

hijau. Mineral ini memiliki pecahan uneven, hal tersebut dapat diidentifikasi

Page 2: Pembahasan Mineral Dalam Batuan

karena mineral ini menunjukkan kenampakan pecahan kasar dengan permukaan

yang tidak teratur. Memiliki belahan baik. Memiliki transparansi opaq ( tidak

tembus ).

Mineral Olivine memiliki rumus kimia (Mg,Fe)2SiO4. Berdasarkan dari

rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini

memiliki warna hijau, yang juga menunjukkan bahwa mineral ini terbentuk pada

suasana basa. Mineral ini memiliki kekerasan 7 pada skala Mohs. Setelah diuji

dengan paku baja, barulah mineral ini dapat tergores. Mineral ini memiliki

bentuk kristal Orthorombik. Cerat dari mineral ini berwarna hijau setelah

digoreskan pada porselen kasar. Memiliki pecahan konkoidal. Hal ini

teridentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan yang bergelombang dan

melengkung di permukaanya seperti sayatan kulit bawang atau semacamnya.

Memiliki belahan perfect dan transparansinya tergolong opaq ( tidak tembus ).

Batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang lokasinya dekat

dengan korok bumi yaitu pada zona plutonik pada suasana basa yang ditandai

dari warna pada batuan tersebut dan memiliki mineral-mineral yang terbentuk

dominan pada suasana basa. Batuan ini memiliki struktur masif karena terbentuk

dalam jangka waktu yang lama.

Berdasarkan dari identifikasi dan deskripsi yang tersirat diatas dapat

disimpulkan bahwa batuan ini merupakan batuan beku, yang bernama batuan

Gabro (Thorpe and Brown , 1985).

Page 3: Pembahasan Mineral Dalam Batuan

4.2. Batuan No. Peraga 76

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara megaskopis pada batuan

dengan nomor peraga 76, batuan ini memiliki warna abu-abu kekuningan.

Memiliki struktur yang padat, pejal, dan kompak sehingga tergolong dalam

struktur masif. Batuan ini terdiri dari massa Kristal secara keseluruhan sehingga

disebut holokristalin. Relasi antar butirnya inequigranular dengan ukuran butir

yang faneroporfiritik dan bentuk butir yang subhedral. Terdiri dari kumpulan

mineral yaitu Kuarsa sekitar 20%, Hornblende sekitar 20%, Plagioklas sekitar

40%, dan Biotit sekitar 20%.

Mineral Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2. Berdasarkan rumus kimia

tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini memilik warna

putih bening (terang), yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk pada

suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 7 pada skala Mohs setelah diuji

dengan menggunakan paku baja. Memiliki bentuk kristal Trigonal. Setelah

digoreskan pada porselen kasar, terdapat cerat berwarna putih. Mineral ini

memiliki pecahan konkoidal karena pada mineral ini nampak pecahan

bergelombang dan melengkung di permukaannya seperti pecahan botol kaca.

Memiliki belahan tidak jelas (indistinct). Memiliki transparansi yang transparan

(tembus pandang).

Mineral Hornblende memiliki rumus kimia Ca2(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8

O22(OH)2. Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk

golongan silika. Mineral ini memiliki warna hitam, yang menandakan bahwa

mineral ini terbentuk pada suasana basa. Mineral ini memiliki kekerasan 5-6

pada skala Mohs setelah diuji dengan pecahan kaca dan paku baja. Memiliki

bentuk kristal Monoklin. Cerat dari mineral ini berwarna hitam setelah

digoreskan pada porselen kasar. Memiliki pecahan uneven yang dapat

diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan kasar dengan permukaan yang

tidak teratur. Memiliki belahan tidak perfect (2 arah) dan memiliki transparansi

opaq ( tidak tembus ).

Page 4: Pembahasan Mineral Dalam Batuan

Mineral Plagioklas memiliki rumus kimia (Ca,Na)AlSi3O8. Berdasarkan

rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini

memilik warna putih buram yang menunjukkan bahwa mineral ini terbentuk

pada suasana intermediet. Mineral ini memiliki kekerasan 6 pada skala Mohs

setelah diuji dengan kaca dan kikir baja. Memiliki bentuk kristal Triklin. Setelah

digoreskan pada porselen kasar, terdapat cerat berwarna putih. Memiliki pecahan

uneven yang dapat diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan kasar

dengan permukaan yang tidak teratur. Memiliki belahan tergolong baik juga

memiliki transparansi opaq ( tidak tembus ).

Mineral Biotit memiliki rumus kimia K(Fe,Mg)3AlSi3O10(F,OH)2.

Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika.

Mineral ini memilik warna hitam. Karena memiliki warna mineral yang gelap,

dapat diidentifikasikan bahwa mineral ini terbentuk pada suasana asam. Mineral

ini memiliki kekerasan 2,5 pada skala Mohs setelah diuji dengan kuku manusia.

Memiliki bentuk kristal Monoklin. Mineral ini memiliki cerat berwarna putih

setelah digoreskan pada porselen kasar. Memiliki pecahan uneven yang dapat

diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan kasar dengan permukaan yang

tidak teratur. Memiliki belahan perfect (1 arah) dan memiliki transparansi yang

opaq.

Batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang berada dekat

dengan permukaan yaitu pada zona vulkanik, suasana sedang yang ditandai dari

warna pada batuan tersebut dan memiliki mineral-mineral yang terbentuk pada

suasana intermediet. Batuan ini memiliki struktur masif karena terbentuk dalam

waktu yang relatif lama.

Berdasarkan dari deskripsi dan identifikasi yang tersirat di atas dapat

disimpulkan bahwa batuan ini merupakan batuan beku yang dinamakan batuan

beku Diorit Porfir (Thorpe and Brown , 1985).

Page 5: Pembahasan Mineral Dalam Batuan

4.3. Batuan No. Peraga 80

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara megaskopis pada batuan

dengan nomor peraga 80, batuan ini memiliki warna coklat. Memiliki struktur

yang padat, pejal, dan kompak sehingga tergolong dalam struktur masif. Batuan

ini terdiri dari massa Kristal secara keseluruhan sehingga disebut holokristalin.

Relasi antar butirnya inequigranular dengan ukuran butir yang faneroporfiritik

dan bentuk butir yang subhedral. Terdiri dari kumpulan mineral yaitu Kuarsa

sekitar 25%, Plagioklas sekitar 5%, Hornblende sekitar 30%, dan Biotit sekitar

40% .

Mineral Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2. Berdasarkan rumus kimia

tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini memilik warna

putih bening (terang), yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk pada

suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 7 pada skala Mohs setelah diuji

dengan menggunakan paku baja. Memiliki bentuk kristal Trigonal. Setelah

digoreskan pada porselen kasar, terdapat cerat berwarna putih. Mineral ini

memiliki pecahan konkoidal karena pada mineral ini nampak pecahan

bergelombang dan melengkung di permukaannya seperti pecahan botol kaca.

Memiliki belahan tidak jelas (indistinct). Memiliki transparansi yang transparan

(tembus pandang).

Mineral Plagioklas memiliki rumus kimia (Ca,Na)AlSi3O8. Berdasarkan

rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini

memiliki warna putih buram. Mineral ini terbentuk pada suasana intermediet.

Mineral ini memiliki kekerasan 6 pada skala Mohs setelah diuji dengan kaca dan

kikir baja. Memiliki bentuk kristal Triklin. Cerat dari mineral ini berwarna hijau

setelah digoreskan pada porselen kasar. Memiliki pecahan uneven yang dapat

diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan kasar dengan permukaan yang

tidak teratur. Memiliki belahan yang tergolong baik juga memiliki transparansi

opaq ( tidak tembus ).

Page 6: Pembahasan Mineral Dalam Batuan

Mineral Hornblende memiliki rumus kimia Ca2(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8

O22(OH)2. Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk

golongan silika. Mineral ini memiliki warna hitam, yang menandakan bahwa

mineral ini terbentuk pada suasana basa. Mineral ini memiliki kekerasan 5-6

pada skala Mohs setelah diuji dengan pecahan kaca dan paku baja. Memiliki

bentuk kristal Monoklin. Cerat dari mineral ini berwarna hitam setelah

digoreskan pada porselen kasar. Memiliki pecahan uneven yang dapat

diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan kasar dengan permukaan yang

tidak teratur. Memiliki belahan tidak perfect (2 arah) dan memiliki transparansi

opaq ( tidak tembus ).

Mineral Biotit memiliki rumus kimia K(Fe,Mg)3AlSi3O10(F,OH)2.

Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika.

Mineral ini memiliki warna hitam yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk

pada suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 2,5 pada skala Mohs setelah

diuji dengan kuku manusia. Memiliki bentuk kristal Monoklin. Cerat dari

mineral ini berwarna putih setelah digoreskan pada porselen kasar. Memiliki

pecahan uneven yang dapat diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan

kasar dengan permukaan yang tidak teratur. Memiliki belahan perfect (1 arah).

Mineral ini juga memiliki transparansi yang opaq (tidak tembus).

Batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang berada antara dapur

magma dan permukaan yaitu pada suasana intermediet yang ditandai dari warna

pada batuan tersebut dan memiliki mineral-mineral penyusun yang terbentuk

pada suasana Intermediet pula. Batuan ini memiliki struktur masif karena

terbentuk dalam kurun waktu yang lama.

Berdasarkan dari deskripsi dan identifikasi yang telah tersirat di atas

dapat disimpulkan batuan ini merupakan batuan beku, dan berdasarkan mineral-

mineral yang terdapat pada betuan tersebut, maka batuan ini dinamakan batuan

beku Diorit Porfir (Thorpe and Brown , 1985).

Page 7: Pembahasan Mineral Dalam Batuan

4.4. Batuan No. Peraga 49

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara megaskopis pada batuan

dengan nomor peraga 49 menunjukkan bahwa batuan ini memiliki warna abu-

abu. Memiliki struktur yang padat atau pejal yang disebut masif. Secara

menyeluruh batuan ini terdiri dari massa kristal sehingga tergolong Holokristalin.

Batas antar mineralnya juga tergolong subhedral. Terdiri dari mineral-mineral

penyusun yaitu Kuarsa sekitar 70%, Plagioklas sekitar 20%, dan Biotit sekitar

10%.

Mineral Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2. Berdasarkan rumus kimia

tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini memilik warna

putih bening (terang), yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk pada

suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 7 pada skala Mohs setelah diuji

dengan menggunakan paku baja. Memiliki bentuk kristal Trigonal. Setelah

digoreskan pada porselen kasar, terdapat cerat berwarna putih. Mineral ini

memiliki pecahan konkoidal karena pada mineral ini nampak pecahan

bergelombang dan melengkung di permukaannya seperti pecahan botol kaca.

Memiliki belahan tidak jelas (indistinct). Memiliki transparansi yang transparan

(tembus pandang).

Mineral Plagioklas memiliki rumus kimia (Ca,Na)AlSi3O8. Berdasarkan

dari rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini

memiliki warna putih buram, yang menunjukkan bahwa mineral ini terbentuk

pada suasana intermediate. Mineral ini memiliki kekerasan 6 pada skala Mohs

setelah diuji dengan goresan kaca dan paku baja. Memiliki bentuk kristal Triklin.

Setelah dicerat atau digoreskan pada porselen kasar, terdapat serbuk berwarna

hijau. Mineral ini memiliki pecahan uneven, hal tersebut dapat diidentifikasi

karena mineral ini menunjukkan kenampakan pecahan kasar dengan permukaan

yang tidak teratur. Memiliki belahan baik. Memiliki transparansi opaq ( tidak

tembus ).

Page 8: Pembahasan Mineral Dalam Batuan

Mineral Biotit memiliki rumus kimia K(Fe,Mg)3AlSi3O10(F,OH)2.

Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika.

Mineral ini memiliki warna hitam yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk

pada suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 2,5 pada skala Mohs setelah

diuji dengan kuku manusia. Memiliki bentuk kristal Monoklin. Cerat dari

mineral ini berwarna putih setelah digoreskan pada porselen kasar. Memiliki

pecahan uneven yang dapat diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan

kasar dengan permukaan yang tidak teratur. Memiliki belahan perfect (1 arah).

Mineral ini juga memiliki transparansi yang opaq (tidak tembus).

Batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang berada dekat dengan

permukaan yaitu pada suasana sedang yang ditandai dari warna pada batuan

tersebut dan memiliki mineral-mineral yang terbentuk pada suasana sedang pula.

Batuan ini memiliki struktur masif karena terbentuk dalam kurun waktu yang

lama.

Berdasarkan dari deskripsi dan identifikasi yang telah tersirat di atas

dapat disimpulkan batuan ini merupakan batuan beku yang dinamakan batuan

beku Diorit (Thorpe and Brown , 1985).

Page 9: Pembahasan Mineral Dalam Batuan

4.5. Batuan No. Peraga 20

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara megaskopis pada batuan

dengan nomor peraga 20, batuan ini memiliki warna hitam. Memiliki struktur

yang padat atau pejal sehingga digolongkan pada struktur masif. Batuan ini

terdiri dari massa Kristal secara keseluruhan sehingga disebut holokristalin.

Tergolong tekstur equigranular afanit. Batas antar mineralnya subhedral. Terdiri

dari mineral-mineral penyusunnya yaitu hornblende sekitar 40 %, kuarsa sekitar

20%, biotit sekitar 20%, dan plagioklas sekitar 20%.

Mineral Hornblende memiliki rumus kimia Ca2(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8

O22(OH)2. Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk

golongan silika. Mineral ini memiliki warna hitam, yang menandakan bahwa

mineral ini terbentuk pada suasana basa. Mineral ini memiliki kekerasan 5-6

pada skala Mohs setelah diuji dengan pecahan kaca dan paku baja. Memiliki

bentuk kristal Monoklin. Cerat dari mineral ini berwarna hitam setelah

digoreskan pada porselen kasar. Memiliki pecahan uneven yang dapat

diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan kasar dengan permukaan yang

tidak teratur. Memiliki belahan tidak perfect (2 arah) dan memiliki transparansi

opaq ( tidak tembus ).

Mineral Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2. Berdasarkan rumus kimia

tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini memilik warna

putih bening (terang), yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk pada

suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 7 pada skala Mohs setelah diuji

dengan menggunakan paku baja. Memiliki bentuk kristal Trigonal. Setelah

digoreskan pada porselen kasar, terdapat cerat berwarna putih. Mineral ini

memiliki pecahan konkoidal karena pada mineral ini nampak pecahan

bergelombang dan melengkung di permukaannya seperti pecahan botol kaca.

Memiliki belahan tidak jelas (indistinct). Memiliki transparansi yang transparan

(tembus pandang).

Page 10: Pembahasan Mineral Dalam Batuan

Mineral Biotit memiliki rumus kimia K(Fe,Mg)3AlSi3O10(F,OH)2.

Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika.

Mineral ini memiliki warna hitam yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk

pada suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 2,5 pada skala Mohs setelah

diuji dengan kuku manusia. Memiliki bentuk kristal Monoklin. Cerat dari

mineral ini berwarna putih setelah digoreskan pada porselen kasar. Memiliki

pecahan uneven yang dapat diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan

kasar dengan permukaan yang tidak teratur. Memiliki belahan perfect (1 arah).

Mineral ini juga memiliki transparansi yang opaq (tidak tembus).

Mineral Plagioklas memiliki rumus kimia (Ca,Na)AlSi3O8.

Berdasarkan dari rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan

silika. Mineral ini memiliki warna putih buram, yang menunjukkan bahwa

mineral ini terbentuk pada suasana intermediate. Mineral ini memiliki kekerasan

6 pada skala Mohs setelah diuji dengan goresan kaca dan paku baja. Memiliki

bentuk kristal Triklin. Setelah dicerat atau digoreskan pada porselen kasar,

terdapat serbuk berwarna hijau. Mineral ini memiliki pecahan uneven, hal

tersebut dapat diidentifikasi karena mineral ini menunjukkan kenampakan

pecahan kasar dengan permukaan yang tidak teratur. Memiliki belahan baik.

Memiliki transparansi opaq ( tidak tembus ).

Batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang berada diantara dapur

magma dan permukaan yaitu pada suasana basa yang ditandai dari warna pada

batuan tersebut dan memiliki mineral-mineral yang terbentuk pada suasana basa.

Batuan ini memiliki struktur masif karena terbentuk dalam jangka waktu yang

lama.

Berdasarkan dari deskripsi dan identifikasi yang telah dijelaskan di atas

dapat disimpulkan batuan ini merupakan batuan beku yang dinamakan batuan

Basalt (Thorpe and Brown , 1985).