BAB IV/P
PEMBAHASAN
4.1. Batuan No. Peraga 44
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara megaskopis pada batuan
nomor peraga 44, batuan ini memiliki warna hitam, memiliki struktur yang
pejal, padat, dan kompak sehingga digolongkan ke dalam struktur masif. Batuan
ini seluruhnya terdiri dari massa kristal sehingga disebut holokristalin. Ukuran
butirnya equigranular. Bentuk butirnya subhedral. Terdiri dari kumpulan
mineral yaitu piroksen sekitar 40%, plagioklas sekitar 40%, dan olivine sekitar
20%.
Mineral Piroksen memiliki rumus kimia (Si,Al)2O6. Berdasarkan dari
rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Karena
memiliki warna yang gelap, menandakan bahwa mineral ini terbentuk pada
suasana basa. Mineral ini memiliki kekerasan 5,5 – 6 pada skala Mohs setelah
diuji dengan pecahan kaca dan kikir atau paku baja. Memiliki bentuk kristal
Monoklin. Setelah digores dengan porselen kasar atau dicerat ternyata terdapat
serbuk berwarna putih. Memiliki pecahan jenis uneven, hal tersebut
diidentifikasi dari pecahan kasar dengan permukaan yang tidak teratur yang
nampak pada permukaan mineral. Belahannya termasuk belahan perfect.
Memiliki transparansi yang opaq ( tidak tembus ).
Mineral Plagioklas memiliki rumus kimia (Ca,Na)AlSi3O8. Berdasarkan
dari rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini
memiliki warna putih buram, yang menunjukkan bahwa mineral ini terbentuk
pada suasana intermediet. Mineral ini memiliki kekerasan 6 pada skala Mohs
setelah diuji dengan goresan kaca dan paku baja. Memiliki bentuk kristal Triklin.
Setelah dicerat atau digoreskan pada porselen kasar, terdapat serbuk berwarna
hijau. Mineral ini memiliki pecahan uneven, hal tersebut dapat diidentifikasi
karena mineral ini menunjukkan kenampakan pecahan kasar dengan permukaan
yang tidak teratur. Memiliki belahan baik. Memiliki transparansi opaq ( tidak
tembus ).
Mineral Olivine memiliki rumus kimia (Mg,Fe)2SiO4. Berdasarkan dari
rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini
memiliki warna hijau, yang juga menunjukkan bahwa mineral ini terbentuk pada
suasana basa. Mineral ini memiliki kekerasan 7 pada skala Mohs. Setelah diuji
dengan paku baja, barulah mineral ini dapat tergores. Mineral ini memiliki
bentuk kristal Orthorombik. Cerat dari mineral ini berwarna hijau setelah
digoreskan pada porselen kasar. Memiliki pecahan konkoidal. Hal ini
teridentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan yang bergelombang dan
melengkung di permukaanya seperti sayatan kulit bawang atau semacamnya.
Memiliki belahan perfect dan transparansinya tergolong opaq ( tidak tembus ).
Batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang lokasinya dekat
dengan korok bumi yaitu pada zona plutonik pada suasana basa yang ditandai
dari warna pada batuan tersebut dan memiliki mineral-mineral yang terbentuk
dominan pada suasana basa. Batuan ini memiliki struktur masif karena terbentuk
dalam jangka waktu yang lama.
Berdasarkan dari identifikasi dan deskripsi yang tersirat diatas dapat
disimpulkan bahwa batuan ini merupakan batuan beku, yang bernama batuan
Gabro (Thorpe and Brown , 1985).
4.2. Batuan No. Peraga 76
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara megaskopis pada batuan
dengan nomor peraga 76, batuan ini memiliki warna abu-abu kekuningan.
Memiliki struktur yang padat, pejal, dan kompak sehingga tergolong dalam
struktur masif. Batuan ini terdiri dari massa Kristal secara keseluruhan sehingga
disebut holokristalin. Relasi antar butirnya inequigranular dengan ukuran butir
yang faneroporfiritik dan bentuk butir yang subhedral. Terdiri dari kumpulan
mineral yaitu Kuarsa sekitar 20%, Hornblende sekitar 20%, Plagioklas sekitar
40%, dan Biotit sekitar 20%.
Mineral Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2. Berdasarkan rumus kimia
tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini memilik warna
putih bening (terang), yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk pada
suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 7 pada skala Mohs setelah diuji
dengan menggunakan paku baja. Memiliki bentuk kristal Trigonal. Setelah
digoreskan pada porselen kasar, terdapat cerat berwarna putih. Mineral ini
memiliki pecahan konkoidal karena pada mineral ini nampak pecahan
bergelombang dan melengkung di permukaannya seperti pecahan botol kaca.
Memiliki belahan tidak jelas (indistinct). Memiliki transparansi yang transparan
(tembus pandang).
Mineral Hornblende memiliki rumus kimia Ca2(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8
O22(OH)2. Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk
golongan silika. Mineral ini memiliki warna hitam, yang menandakan bahwa
mineral ini terbentuk pada suasana basa. Mineral ini memiliki kekerasan 5-6
pada skala Mohs setelah diuji dengan pecahan kaca dan paku baja. Memiliki
bentuk kristal Monoklin. Cerat dari mineral ini berwarna hitam setelah
digoreskan pada porselen kasar. Memiliki pecahan uneven yang dapat
diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan kasar dengan permukaan yang
tidak teratur. Memiliki belahan tidak perfect (2 arah) dan memiliki transparansi
opaq ( tidak tembus ).
Mineral Plagioklas memiliki rumus kimia (Ca,Na)AlSi3O8. Berdasarkan
rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini
memilik warna putih buram yang menunjukkan bahwa mineral ini terbentuk
pada suasana intermediet. Mineral ini memiliki kekerasan 6 pada skala Mohs
setelah diuji dengan kaca dan kikir baja. Memiliki bentuk kristal Triklin. Setelah
digoreskan pada porselen kasar, terdapat cerat berwarna putih. Memiliki pecahan
uneven yang dapat diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan kasar
dengan permukaan yang tidak teratur. Memiliki belahan tergolong baik juga
memiliki transparansi opaq ( tidak tembus ).
Mineral Biotit memiliki rumus kimia K(Fe,Mg)3AlSi3O10(F,OH)2.
Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika.
Mineral ini memilik warna hitam. Karena memiliki warna mineral yang gelap,
dapat diidentifikasikan bahwa mineral ini terbentuk pada suasana asam. Mineral
ini memiliki kekerasan 2,5 pada skala Mohs setelah diuji dengan kuku manusia.
Memiliki bentuk kristal Monoklin. Mineral ini memiliki cerat berwarna putih
setelah digoreskan pada porselen kasar. Memiliki pecahan uneven yang dapat
diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan kasar dengan permukaan yang
tidak teratur. Memiliki belahan perfect (1 arah) dan memiliki transparansi yang
opaq.
Batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang berada dekat
dengan permukaan yaitu pada zona vulkanik, suasana sedang yang ditandai dari
warna pada batuan tersebut dan memiliki mineral-mineral yang terbentuk pada
suasana intermediet. Batuan ini memiliki struktur masif karena terbentuk dalam
waktu yang relatif lama.
Berdasarkan dari deskripsi dan identifikasi yang tersirat di atas dapat
disimpulkan bahwa batuan ini merupakan batuan beku yang dinamakan batuan
beku Diorit Porfir (Thorpe and Brown , 1985).
4.3. Batuan No. Peraga 80
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara megaskopis pada batuan
dengan nomor peraga 80, batuan ini memiliki warna coklat. Memiliki struktur
yang padat, pejal, dan kompak sehingga tergolong dalam struktur masif. Batuan
ini terdiri dari massa Kristal secara keseluruhan sehingga disebut holokristalin.
Relasi antar butirnya inequigranular dengan ukuran butir yang faneroporfiritik
dan bentuk butir yang subhedral. Terdiri dari kumpulan mineral yaitu Kuarsa
sekitar 25%, Plagioklas sekitar 5%, Hornblende sekitar 30%, dan Biotit sekitar
40% .
Mineral Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2. Berdasarkan rumus kimia
tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini memilik warna
putih bening (terang), yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk pada
suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 7 pada skala Mohs setelah diuji
dengan menggunakan paku baja. Memiliki bentuk kristal Trigonal. Setelah
digoreskan pada porselen kasar, terdapat cerat berwarna putih. Mineral ini
memiliki pecahan konkoidal karena pada mineral ini nampak pecahan
bergelombang dan melengkung di permukaannya seperti pecahan botol kaca.
Memiliki belahan tidak jelas (indistinct). Memiliki transparansi yang transparan
(tembus pandang).
Mineral Plagioklas memiliki rumus kimia (Ca,Na)AlSi3O8. Berdasarkan
rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini
memiliki warna putih buram. Mineral ini terbentuk pada suasana intermediet.
Mineral ini memiliki kekerasan 6 pada skala Mohs setelah diuji dengan kaca dan
kikir baja. Memiliki bentuk kristal Triklin. Cerat dari mineral ini berwarna hijau
setelah digoreskan pada porselen kasar. Memiliki pecahan uneven yang dapat
diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan kasar dengan permukaan yang
tidak teratur. Memiliki belahan yang tergolong baik juga memiliki transparansi
opaq ( tidak tembus ).
Mineral Hornblende memiliki rumus kimia Ca2(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8
O22(OH)2. Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk
golongan silika. Mineral ini memiliki warna hitam, yang menandakan bahwa
mineral ini terbentuk pada suasana basa. Mineral ini memiliki kekerasan 5-6
pada skala Mohs setelah diuji dengan pecahan kaca dan paku baja. Memiliki
bentuk kristal Monoklin. Cerat dari mineral ini berwarna hitam setelah
digoreskan pada porselen kasar. Memiliki pecahan uneven yang dapat
diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan kasar dengan permukaan yang
tidak teratur. Memiliki belahan tidak perfect (2 arah) dan memiliki transparansi
opaq ( tidak tembus ).
Mineral Biotit memiliki rumus kimia K(Fe,Mg)3AlSi3O10(F,OH)2.
Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika.
Mineral ini memiliki warna hitam yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk
pada suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 2,5 pada skala Mohs setelah
diuji dengan kuku manusia. Memiliki bentuk kristal Monoklin. Cerat dari
mineral ini berwarna putih setelah digoreskan pada porselen kasar. Memiliki
pecahan uneven yang dapat diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan
kasar dengan permukaan yang tidak teratur. Memiliki belahan perfect (1 arah).
Mineral ini juga memiliki transparansi yang opaq (tidak tembus).
Batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang berada antara dapur
magma dan permukaan yaitu pada suasana intermediet yang ditandai dari warna
pada batuan tersebut dan memiliki mineral-mineral penyusun yang terbentuk
pada suasana Intermediet pula. Batuan ini memiliki struktur masif karena
terbentuk dalam kurun waktu yang lama.
Berdasarkan dari deskripsi dan identifikasi yang telah tersirat di atas
dapat disimpulkan batuan ini merupakan batuan beku, dan berdasarkan mineral-
mineral yang terdapat pada betuan tersebut, maka batuan ini dinamakan batuan
beku Diorit Porfir (Thorpe and Brown , 1985).
4.4. Batuan No. Peraga 49
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara megaskopis pada batuan
dengan nomor peraga 49 menunjukkan bahwa batuan ini memiliki warna abu-
abu. Memiliki struktur yang padat atau pejal yang disebut masif. Secara
menyeluruh batuan ini terdiri dari massa kristal sehingga tergolong Holokristalin.
Batas antar mineralnya juga tergolong subhedral. Terdiri dari mineral-mineral
penyusun yaitu Kuarsa sekitar 70%, Plagioklas sekitar 20%, dan Biotit sekitar
10%.
Mineral Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2. Berdasarkan rumus kimia
tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini memilik warna
putih bening (terang), yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk pada
suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 7 pada skala Mohs setelah diuji
dengan menggunakan paku baja. Memiliki bentuk kristal Trigonal. Setelah
digoreskan pada porselen kasar, terdapat cerat berwarna putih. Mineral ini
memiliki pecahan konkoidal karena pada mineral ini nampak pecahan
bergelombang dan melengkung di permukaannya seperti pecahan botol kaca.
Memiliki belahan tidak jelas (indistinct). Memiliki transparansi yang transparan
(tembus pandang).
Mineral Plagioklas memiliki rumus kimia (Ca,Na)AlSi3O8. Berdasarkan
dari rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini
memiliki warna putih buram, yang menunjukkan bahwa mineral ini terbentuk
pada suasana intermediate. Mineral ini memiliki kekerasan 6 pada skala Mohs
setelah diuji dengan goresan kaca dan paku baja. Memiliki bentuk kristal Triklin.
Setelah dicerat atau digoreskan pada porselen kasar, terdapat serbuk berwarna
hijau. Mineral ini memiliki pecahan uneven, hal tersebut dapat diidentifikasi
karena mineral ini menunjukkan kenampakan pecahan kasar dengan permukaan
yang tidak teratur. Memiliki belahan baik. Memiliki transparansi opaq ( tidak
tembus ).
Mineral Biotit memiliki rumus kimia K(Fe,Mg)3AlSi3O10(F,OH)2.
Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika.
Mineral ini memiliki warna hitam yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk
pada suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 2,5 pada skala Mohs setelah
diuji dengan kuku manusia. Memiliki bentuk kristal Monoklin. Cerat dari
mineral ini berwarna putih setelah digoreskan pada porselen kasar. Memiliki
pecahan uneven yang dapat diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan
kasar dengan permukaan yang tidak teratur. Memiliki belahan perfect (1 arah).
Mineral ini juga memiliki transparansi yang opaq (tidak tembus).
Batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang berada dekat dengan
permukaan yaitu pada suasana sedang yang ditandai dari warna pada batuan
tersebut dan memiliki mineral-mineral yang terbentuk pada suasana sedang pula.
Batuan ini memiliki struktur masif karena terbentuk dalam kurun waktu yang
lama.
Berdasarkan dari deskripsi dan identifikasi yang telah tersirat di atas
dapat disimpulkan batuan ini merupakan batuan beku yang dinamakan batuan
beku Diorit (Thorpe and Brown , 1985).
4.5. Batuan No. Peraga 20
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara megaskopis pada batuan
dengan nomor peraga 20, batuan ini memiliki warna hitam. Memiliki struktur
yang padat atau pejal sehingga digolongkan pada struktur masif. Batuan ini
terdiri dari massa Kristal secara keseluruhan sehingga disebut holokristalin.
Tergolong tekstur equigranular afanit. Batas antar mineralnya subhedral. Terdiri
dari mineral-mineral penyusunnya yaitu hornblende sekitar 40 %, kuarsa sekitar
20%, biotit sekitar 20%, dan plagioklas sekitar 20%.
Mineral Hornblende memiliki rumus kimia Ca2(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8
O22(OH)2. Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk
golongan silika. Mineral ini memiliki warna hitam, yang menandakan bahwa
mineral ini terbentuk pada suasana basa. Mineral ini memiliki kekerasan 5-6
pada skala Mohs setelah diuji dengan pecahan kaca dan paku baja. Memiliki
bentuk kristal Monoklin. Cerat dari mineral ini berwarna hitam setelah
digoreskan pada porselen kasar. Memiliki pecahan uneven yang dapat
diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan kasar dengan permukaan yang
tidak teratur. Memiliki belahan tidak perfect (2 arah) dan memiliki transparansi
opaq ( tidak tembus ).
Mineral Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2. Berdasarkan rumus kimia
tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika. Mineral ini memilik warna
putih bening (terang), yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk pada
suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 7 pada skala Mohs setelah diuji
dengan menggunakan paku baja. Memiliki bentuk kristal Trigonal. Setelah
digoreskan pada porselen kasar, terdapat cerat berwarna putih. Mineral ini
memiliki pecahan konkoidal karena pada mineral ini nampak pecahan
bergelombang dan melengkung di permukaannya seperti pecahan botol kaca.
Memiliki belahan tidak jelas (indistinct). Memiliki transparansi yang transparan
(tembus pandang).
Mineral Biotit memiliki rumus kimia K(Fe,Mg)3AlSi3O10(F,OH)2.
Berdasarkan rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan silika.
Mineral ini memiliki warna hitam yang menandakan bahwa mineral ini terbentuk
pada suasana asam. Mineral ini memiliki kekerasan 2,5 pada skala Mohs setelah
diuji dengan kuku manusia. Memiliki bentuk kristal Monoklin. Cerat dari
mineral ini berwarna putih setelah digoreskan pada porselen kasar. Memiliki
pecahan uneven yang dapat diidentifikasi karena mineral ini memiliki pecahan
kasar dengan permukaan yang tidak teratur. Memiliki belahan perfect (1 arah).
Mineral ini juga memiliki transparansi yang opaq (tidak tembus).
Mineral Plagioklas memiliki rumus kimia (Ca,Na)AlSi3O8.
Berdasarkan dari rumus kimia tersebut maka mineral ini termasuk golongan
silika. Mineral ini memiliki warna putih buram, yang menunjukkan bahwa
mineral ini terbentuk pada suasana intermediate. Mineral ini memiliki kekerasan
6 pada skala Mohs setelah diuji dengan goresan kaca dan paku baja. Memiliki
bentuk kristal Triklin. Setelah dicerat atau digoreskan pada porselen kasar,
terdapat serbuk berwarna hijau. Mineral ini memiliki pecahan uneven, hal
tersebut dapat diidentifikasi karena mineral ini menunjukkan kenampakan
pecahan kasar dengan permukaan yang tidak teratur. Memiliki belahan baik.
Memiliki transparansi opaq ( tidak tembus ).
Batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang berada diantara dapur
magma dan permukaan yaitu pada suasana basa yang ditandai dari warna pada
batuan tersebut dan memiliki mineral-mineral yang terbentuk pada suasana basa.
Batuan ini memiliki struktur masif karena terbentuk dalam jangka waktu yang
lama.
Berdasarkan dari deskripsi dan identifikasi yang telah dijelaskan di atas
dapat disimpulkan batuan ini merupakan batuan beku yang dinamakan batuan
Basalt (Thorpe and Brown , 1985).
Recommended