PEMBELAJARAN BERMAKNA MATEMATIKA.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • Decentralized Basic Education 3 (DBE3), program yang didukung dana dari USAID, sejak tahun 2005 telah bekerjasama untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SMP dan MTs dengan Dinas Pendidikan dan Departemen Agama, di 44 kabupaten/ kota di enam provinsi, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

    DBE3 membantu 330 sekolah mitra (SMP dan MTs) untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih bervariasi, interaktif, dan praktis sehingga pendidikan menjadi lebih menarik dan relevan bagi siswa. Sekolah mitra, terdiri dari sekolah negeri dan swasta yang diseleksi bersama antara DBE3 dan dinas setempat. Tim fasilitator yang dibentuk dari guru, kepala sekolah, dan pengawas mempunyai tugas untuk melatih pengawas sekolah, serta guru mata pelajaran pokok dan kepala sekolah di sekolah mitra. Pelatihan tersebut sangat praktis dan terfokus pada perubahan yang berkaitan dengan lingkungan kelas, peran guru, dan kegiatan belajar siswa.

    Dampak positif telah tampak di banyak sekolah mitra DBE3. Akibatnya, banyak sekolah lain di daerah mitra maupun non-mitra meminta pelatihan yang sama. DBE3, dengan dukungan dari fasilitator daerah, telah banyak memberikan pelatihan untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk menunjang pelatihan tersebut, DBE3 telah mengembangkan paket pelatihan dengan nama 'Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 1, 2, 3, dan 4', serta paket pelatihan untuk Kepala Sekolah dan Pengawas. Paket tersebut dapat dibaca dan diunduh di website DBE3: www.inovasipendidikan.net, dan dapat digunakan secara bebas, tanpa hak cipta.

    Di banyak sekolah telah tampak praktik-praktik pembelajaran yang baik. Praktik-praktik tersebut dihimpun dalam buku ini yang terdiri dari 6 jilid sebagai berikut:

    Mendorong Perubahan di Kelas - Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran yang berisi pengalaman dan gagasan tentang tindakan yang dilakukan kepala sekolah, guru, pengawas, serta pejabat di dinas pendidikan dan kementerian agama dalam mengembangkan sekolah;

    Lima buku tentang Praktik yang Baik dalam pembelajaran, yang berisi pengalaman dan gagasan pembelajaran yang menantang dan mengaktifkan siswa;

    1. Pembelajaran Bermakna - Matematika 2. Pembelajaran Bermakna - IPA3. Pembelajaran Bermakna - IPS4. Pembelajaran Bermakna - Bahasa Indonesia5. Pembelajaran Bermakna - Bahasa Inggris

    Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya dinas pendidikan, kementerian agama, pengawas sekolah, para guru dan kepala sekolah mitra DBE3, yang telah memberikan konstribusi tulisan pengalamannya sehingga buku ini tersusun.

    Selamat membaca buku-buku tersebut, mencoba mempraktikan isinya, dan mengembangkan gagasannya. Semoga sekolah Saudara menjadi sekolah yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar, menantang bagi mereka untuk mengembangkan pikiran dan keterampilannya, serta menjadi lingkungan yang 'hangat' bagi mereka dalam mengembangkan sikapnya.

    Program DBE3, September 2011Website: www.inovasipendidikan.net

    PENGANTARPENGANTAR

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika ii

  • Decentralized Basic Education 3 (DBE3), program yang didukung dana dari USAID, sejak tahun 2005 telah bekerjasama untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SMP dan MTs dengan Dinas Pendidikan dan Departemen Agama, di 44 kabupaten/ kota di enam provinsi, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

    DBE3 membantu 330 sekolah mitra (SMP dan MTs) untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih bervariasi, interaktif, dan praktis sehingga pendidikan menjadi lebih menarik dan relevan bagi siswa. Sekolah mitra, terdiri dari sekolah negeri dan swasta yang diseleksi bersama antara DBE3 dan dinas setempat. Tim fasilitator yang dibentuk dari guru, kepala sekolah, dan pengawas mempunyai tugas untuk melatih pengawas sekolah, serta guru mata pelajaran pokok dan kepala sekolah di sekolah mitra. Pelatihan tersebut sangat praktis dan terfokus pada perubahan yang berkaitan dengan lingkungan kelas, peran guru, dan kegiatan belajar siswa.

    Dampak positif telah tampak di banyak sekolah mitra DBE3. Akibatnya, banyak sekolah lain di daerah mitra maupun non-mitra meminta pelatihan yang sama. DBE3, dengan dukungan dari fasilitator daerah, telah banyak memberikan pelatihan untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk menunjang pelatihan tersebut, DBE3 telah mengembangkan paket pelatihan dengan nama 'Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 1, 2, 3, dan 4', serta paket pelatihan untuk Kepala Sekolah dan Pengawas. Paket tersebut dapat dibaca dan diunduh di website DBE3: www.inovasipendidikan.net, dan dapat digunakan secara bebas, tanpa hak cipta.

    Di banyak sekolah telah tampak praktik-praktik pembelajaran yang baik. Praktik-praktik tersebut dihimpun dalam buku ini yang terdiri dari 6 jilid sebagai berikut:

    Mendorong Perubahan di Kelas - Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran yang berisi pengalaman dan gagasan tentang tindakan yang dilakukan kepala sekolah, guru, pengawas, serta pejabat di dinas pendidikan dan kementerian agama dalam mengembangkan sekolah;

    Lima buku tentang Praktik yang Baik dalam pembelajaran, yang berisi pengalaman dan gagasan pembelajaran yang menantang dan mengaktifkan siswa;

    1. Pembelajaran Bermakna - Matematika 2. Pembelajaran Bermakna - IPA3. Pembelajaran Bermakna - IPS4. Pembelajaran Bermakna - Bahasa Indonesia5. Pembelajaran Bermakna - Bahasa Inggris

    Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya dinas pendidikan, kementerian agama, pengawas sekolah, para guru dan kepala sekolah mitra DBE3, yang telah memberikan konstribusi tulisan pengalamannya sehingga buku ini tersusun.

    Selamat membaca buku-buku tersebut, mencoba mempraktikan isinya, dan mengembangkan gagasannya. Semoga sekolah Saudara menjadi sekolah yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar, menantang bagi mereka untuk mengembangkan pikiran dan keterampilannya, serta menjadi lingkungan yang 'hangat' bagi mereka dalam mengembangkan sikapnya.

    Program DBE3, September 2011Website: www.inovasipendidikan.net

    PENGANTARPENGANTAR

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika ii

  • Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

    ISI BUKUISI BUKUPENGANTAR 4. Menghitung Tinggi Kayu Menggunakan BERANDA Perbandingan SenilaiDAFTAR ISI Heny Kurnia, S.Pd, Guru Matematika

    SMPN 4 Tanjungbalai, Sumatera Utara5. Memanfaatkan Permainan Sudoku untuk Belajar

    Bilangan Bulat: Sebuah Ide PembelajaranDikembangkan dari Praktik yang dilakukan olehNur Khamimah, S.Pd, Distrik Fasilitator DBE3 Mojokerto, Jawa Timur

    1. Kolaborasi Modeling dan Lembar Kerja untuk 6. Teorema Pythagoras untuk Pemecahan MasalahMemahamkan Materi Himpunan Didin Mahpudin, Guru SMPN 4 Pagaden, Subang Eneng Erliani, S.Pd, Guru SMPN 4 Tarogong Kidul, dan Ence Tajudin Guru SMPN 2 Panggarangan, Jawa Barat Lebak, Banten

    2. Menghitung Luas Permukaan Bola dengan 7. Luas Muka dan Volume Kubus, Balok, Prisma, Buah Jeruk dan Limas

    3. Menemukan Rumus Volum Bola Sopiandi Resmana, Guru MTs At-Taawun, 4. Lemah matematika? Obati saja di Klinik Garut, Jawa Barat

    MTsN Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara5. Statistika Jadi Praktis

    Mara Sutan H, M.Pd, SMPN 1 Angkola Barat, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

    6. Menemukan Rumus Segitiga Phytagoras di Ujung Lidi 1. Meningkatkan Kepercayaan Diri Anggota

    7. Momok yang Berubah menjadi Mainan Kelompok Menyenangkan 2. Lembar Kerja yang Membuat Siswa Berpikir

    8. Asyiik... Menjumlah Sudut Dalam Segitiga dengan Tingkat TinggiDrawing Tools Power Point 3. Lebih Mudah Mengerjakan Soal MatematikaUlin Nama, S.Pd. Si, Guru SMPN 2 Undaan, 4. Pembelajaran Penyajian Data Statistika dengan Jawa Tengah Model Proyek

    9. Pembelajaran Obibul Mabuba Membantu 5. BTL 2 dan 3 Menjawab Peran Guru dalam Meningkatkan Aspek Kognitif dan Kinestetik Siswa Mengembangkan Potensi SiswaBudi Sutrisno, S.Pd, Guru Matematika, Yadi Suyanto, Distrik Fasilitator Grobogan, Distrik Fasilitator Karawang, Jawa Barat. Jawa Tengah

    10. Merancang Taman untuk Belajar Menghitung 6. Domino PecahanKeliling Luas Segi Empat Alat Peraga Ibu Arfiyani, Guru Matematika Ku

    11. Aplikasi Koin Positif dan Koin Negatif Untuk 7. Buat Meja Yuk!Pembelajaran Operasi Bilangan Bulat 8. Melalui DBE 3, Matematika Menemukan Rosyid Eko Priyono, S.Pd. M.Pd, Guru MTsN Boyolali, Rumahnya Kembali Jawa Tengah Nunung Komariah, S.Pd, Guru Matematika

    12. Asyiknya Belajar Koordinat di Luar Kelas MTs Al-Rohmah Karangpawitan, Garut, Jawa BaratSebuah Pengalaman di SMPN 8 Purworejo Sekolah Replikasi Mandiri DBE 3Ahmad Supeno S.Pd, Guru Matematika SMPN 8 Purworejo, Jawa Tengah

    13. Temuan Tak Terduga dalam Proses Pembelajaran Matematika di SMPN 19 PurworejoJuli Eko Sarwono, Guru Matematika SMPN 19 Purworejo, Jawa Tengah

    14. Aku Bisa Menemukan Rumus Lingkaran Sendiri!

    1. Matematika Bersahabat dengan SampahJuli Eko Sarwono Si Guru Gila

    2. Mendekatkan Matematika dengan Kehidupan Nyata

    3. Membelajarkan Persen dengan Tema BELANJA Di TOKO"

    iiiiiiv

    42

    43

    2 44

    56

    468

    10

    1250

    185152

    19 53

    22 54

    24 5658

    2659

    28

    3032

    36

    38

    40

    BAGIAN ACERITA PENGALAMANPROSES PEMBELAJARAN

    BAGIAN CSERBA- SERBI

    BAGIAN BGAGASAN PEMBELAJARAN

    rogram Desentralized Basic Education 3 ini berisi gagasan dan pengalaman guru berkaitan (DBE-3 ) y ang ber tu juan un tuk dengan penerapan pemecahan masalah, Pmeningkatkan mutu dan relevansi pemanfaatan alat bantu belajar berbiaya murah,

    pendidikan di SMP dan MTs telah berlangsung pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, sejak tahun 2005. Para guru telah ditatar antara dan penggunaan pertanyaan tingkat tinggi dalam lain tentang telaah kurikulum, pemecahan Matematika.masalah, pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja yang menantang, penilaian dengan rubrik, Penyebaran gagasan dan pengalaman melalui dan jurnal reflektif, kemudian mencoba buku ini diharapkan dapat memicu guru di menerapkannya pada kegiatan pembelajaran sekolah lain untuk mencoba bahkan mungkin sehari-hari. menimbulkan gagasan yang lain yang lebih baik

    dalam membelajarkan serta mengembangkan Buku ini berisi kumpulan pengalaman guru di 6 potensi siswa.provinsi mitra DBE3 (Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Bagi para pembaca guru, selamat membaca dan Selatan) dari penerapan gagasan-gagasan menyimak gagasan dalam buku ini kemudian tersebut di atas. Di samping itu, ada pula yang mencobakannya di kelas Saudara, sehingga siswa baru berupa gagasan yang timbul setelah Saudara menjadi lebih asyik dalam belajarnya dan menerapkan gagasan lainnya. Secara khusus, buku berkembang kemampuan serta sikapnya.

    BERANDABERANDABERANDABERANDA

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika iviii

  • Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

    ISI BUKUISI BUKUPENGANTAR 4. Menghitung Tinggi Kayu Menggunakan BERANDA Perbandingan SenilaiDAFTAR ISI Heny Kurnia, S.Pd, Guru Matematika

    SMPN 4 Tanjungbalai, Sumatera Utara5. Memanfaatkan Permainan Sudoku untuk Belajar

    Bilangan Bulat: Sebuah Ide PembelajaranDikembangkan dari Praktik yang dilakukan olehNur Khamimah, S.Pd, Distrik Fasilitator DBE3 Mojokerto, Jawa Timur

    1. Kolaborasi Modeling dan Lembar Kerja untuk 6. Teorema Pythagoras untuk Pemecahan MasalahMemahamkan Materi Himpunan Didin Mahpudin, Guru SMPN 4 Pagaden, Subang Eneng Erliani, S.Pd, Guru SMPN 4 Tarogong Kidul, dan Ence Tajudin Guru SMPN 2 Panggarangan, Jawa Barat Lebak, Banten

    2. Menghitung Luas Permukaan Bola dengan 7. Luas Muka dan Volume Kubus, Balok, Prisma, Buah Jeruk dan Limas

    3. Menemukan Rumus Volum Bola Sopiandi Resmana, Guru MTs At-Taawun, 4. Lemah matematika? Obati saja di Klinik Garut, Jawa Barat

    MTsN Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara5. Statistika Jadi Praktis

    Mara Sutan H, M.Pd, SMPN 1 Angkola Barat, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

    6. Menemukan Rumus Segitiga Phytagoras di Ujung Lidi 1. Meningkatkan Kepercayaan Diri Anggota

    7. Momok yang Berubah menjadi Mainan Kelompok Menyenangkan 2. Lembar Kerja yang Membuat Siswa Berpikir

    8. Asyiik... Menjumlah Sudut Dalam Segitiga dengan Tingkat TinggiDrawing Tools Power Point 3. Lebih Mudah Mengerjakan Soal MatematikaUlin Nama, S.Pd. Si, Guru SMPN 2 Undaan, 4. Pembelajaran Penyajian Data Statistika dengan Jawa Tengah Model Proyek

    9. Pembelajaran Obibul Mabuba Membantu 5. BTL 2 dan 3 Menjawab Peran Guru dalam Meningkatkan Aspek Kognitif dan Kinestetik Siswa Mengembangkan Potensi SiswaBudi Sutrisno, S.Pd, Guru Matematika, Yadi Suyanto, Distrik Fasilitator Grobogan, Distrik Fasilitator Karawang, Jawa Barat. Jawa Tengah

    10. Merancang Taman untuk Belajar Menghitung 6. Domino PecahanKeliling Luas Segi Empat Alat Peraga Ibu Arfiyani, Guru Matematika Ku

    11. Aplikasi Koin Positif dan Koin Negatif Untuk 7. Buat Meja Yuk!Pembelajaran Operasi Bilangan Bulat 8. Melalui DBE 3, Matematika Menemukan Rosyid Eko Priyono, S.Pd. M.Pd, Guru MTsN Boyolali, Rumahnya Kembali Jawa Tengah Nunung Komariah, S.Pd, Guru Matematika

    12. Asyiknya Belajar Koordinat di Luar Kelas MTs Al-Rohmah Karangpawitan, Garut, Jawa BaratSebuah Pengalaman di SMPN 8 Purworejo Sekolah Replikasi Mandiri DBE 3Ahmad Supeno S.Pd, Guru Matematika SMPN 8 Purworejo, Jawa Tengah

    13. Temuan Tak Terduga dalam Proses Pembelajaran Matematika di SMPN 19 PurworejoJuli Eko Sarwono, Guru Matematika SMPN 19 Purworejo, Jawa Tengah

    14. Aku Bisa Menemukan Rumus Lingkaran Sendiri!

    1. Matematika Bersahabat dengan SampahJuli Eko Sarwono Si Guru Gila

    2. Mendekatkan Matematika dengan Kehidupan Nyata

    3. Membelajarkan Persen dengan Tema BELANJA Di TOKO"

    iiiiiiv

    42

    43

    2 44

    56

    468

    10

    1250

    185152

    19 53

    22 54

    24 5658

    2659

    28

    3032

    36

    38

    40

    BAGIAN ACERITA PENGALAMANPROSES PEMBELAJARAN

    BAGIAN CSERBA- SERBI

    BAGIAN BGAGASAN PEMBELAJARAN

    rogram Desentralized Basic Education 3 ini berisi gagasan dan pengalaman guru berkaitan (DBE-3 ) y ang ber tu juan un tuk dengan penerapan pemecahan masalah, Pmeningkatkan mutu dan relevansi pemanfaatan alat bantu belajar berbiaya murah,

    pendidikan di SMP dan MTs telah berlangsung pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, sejak tahun 2005. Para guru telah ditatar antara dan penggunaan pertanyaan tingkat tinggi dalam lain tentang telaah kurikulum, pemecahan Matematika.masalah, pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja yang menantang, penilaian dengan rubrik, Penyebaran gagasan dan pengalaman melalui dan jurnal reflektif, kemudian mencoba buku ini diharapkan dapat memicu guru di menerapkannya pada kegiatan pembelajaran sekolah lain untuk mencoba bahkan mungkin sehari-hari. menimbulkan gagasan yang lain yang lebih baik

    dalam membelajarkan serta mengembangkan Buku ini berisi kumpulan pengalaman guru di 6 potensi siswa.provinsi mitra DBE3 (Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Bagi para pembaca guru, selamat membaca dan Selatan) dari penerapan gagasan-gagasan menyimak gagasan dalam buku ini kemudian tersebut di atas. Di samping itu, ada pula yang mencobakannya di kelas Saudara, sehingga siswa baru berupa gagasan yang timbul setelah Saudara menjadi lebih asyik dalam belajarnya dan menerapkan gagasan lainnya. Secara khusus, buku berkembang kemampuan serta sikapnya.

    BERANDABERANDABERANDABERANDA

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika iviii

  • Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 1

    embelajaran aktif yang dikemas dengan cara kreatif dan menyenangkan, tentu menyisakan Pcerita-cerita berkesan. Kesan itu tidak hanya

    tertangkap dari ekpresi siswa tetapi juga dari hasil karya siswa dan proses pembelajaran itu sendiri. Pada bagian ini disajikan sejumlah cerita yang lahir dari praktik pembelajaran aktif.

    AA CERITA PENGALAMAN PROSES PEMBELAJARAN

    CERITA PENGALAMAN PROSES PEMBELAJARAN

  • Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 1

    embelajaran aktif yang dikemas dengan cara kreatif dan menyenangkan, tentu menyisakan Pcerita-cerita berkesan. Kesan itu tidak hanya

    tertangkap dari ekpresi siswa tetapi juga dari hasil karya siswa dan proses pembelajaran itu sendiri. Pada bagian ini disajikan sejumlah cerita yang lahir dari praktik pembelajaran aktif.

    AA CERITA PENGALAMAN PROSES PEMBELAJARAN

    CERITA PENGALAMAN PROSES PEMBELAJARAN

  • Kemudian saya intruksikan agar siswa yang memegang pulpen mengancungkannya sedangkan siswa lain yang tidak menjadi model menuliskan nama-nama siswa yang memegang pulpen di LK mereka sebagai anggota himpunan P. Demikian halnya dengan siswa yang memegang buku untuk mengacungkannya dan siswa menuliskan nama-namanya sebagai anggota himpunan Q demikian selanjutnya sehingga siswa memperoleh nama-nama siswa yang memegang pulpen dan buku sebagai anggota himpunan H. Setelah pemodelan, siswa kembali ke kelompok dan menyelesaikan LK bersama teman kelompoknya.

    Selama siswa bekerja dalam kelompok saya hanya berkeliling dan memberikan bantuan kepada kelompok yang memerlukan. Kalau kelompok belum paham pada pemodelan secara umum maka pemodelannya dilakukan dalam kelompoknya misal dari 3 orang , 2 orang diberi pulpen dan 2 orang diberi buku sehingga terdapat siswa yang memegang pulpen saja, buku saja, dan yang memegang keduanya.

    Kolaborasi Modeling dan Lembar Kerja untuk Memahamkan Materi Himpunan

    ni adalah pengalaman pribadi pada waktu menyampaikan pembelajaran penggunaan konsep Iirisan dalam kehidupan sehari hari. Sebelum

    dilatih oleh DBE3, ketika mengajarkan konsep, metode yang saya gunakan masih konvensional yakni dengan metode ceramah. Dengan metode ini siswa mengalami kesulitan memahami materi dengan cepat sehingga penjelasan harus saya ulang berkali-kali. Ini membuat saya lelah dan siswa yang tergolong pandai menjadi bosan.

    Setelah memperoleh pelatihan, pikiran saya semakin terbuka untuk mengubah dan menemukan metode pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Berangkat dari salah satu permasalahan dalam mengajarkan konsep irisan dan terinspirasi dari salah satu materi dari BTL 3 yakni Lembar Kerja (LK) saya berpikir mungkin sangat tepat jika pembelajaran saya padukan LK dan pemodelan. Saya menerapkan ide tersebut dalam pembelajaran dan hasilnya ternyata siswa bisa langsung memahaminya.

    Bagaimana saya melaksanakannya, apakah sulit? Ternyata tidak. Dalam proses pembelajaran, siswa sudah terbiasa bekerja dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang tiap kelompok (Total dalam kelas ada 10 - 11 kelompok). Saya meminta satu orang perwakilan dari masing masing kelompok maju untuk memodelkan instruksi/soal di LK sedangkan anggota kelompok yang lain bekerja berpandu pada LK setelah memperhatikan dan mengamati modeling yang diperagakan teman temannya. Dari 10 perwakilan kelompok, 8 orang disuruh memegang pulpen dan 6 orang disuruh memegang buku. Ini berarti terdapat beberapa siswa yang memegang pulpen, beberapa siswa yang memegang buku dan ada beberapa siswa yang memegang keduanya.

    Eneng Erliani, S.Pd, Guru SMPN 4 Tarogong Kidul, Jawa Barat

    2 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

    Setelah selesai mengerjakan LK siswa disuruh memajangkan hasil karyanya kemudian dilakukan kunjung karya ke kelompok lain, satu orang anggota menjaga hasil karya kelompoknya sekaligus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang berkunjung. Hasil dari kegiatan pembelajaran adalah saya ketahui bahwa tanpa penjelasan detail dari saya, siswa mampu dengan sendirinya menemukan hasil dari soal yang berbentuk n(P) + n(H) serta mampu memodelkan soal-soal tersebut.

    Saya sangat senang melihat hasil pembelajaran yang saya kelola. Semua itu tak lepas dari hasil pelatihan DBE3 di BTL 2 dan BTL 3 tentang bagaimana membuat pertanyaan agar siswa bisa berpikir tingkat tinggi sehingga terbangun kreatifitas berpikirnya, model model pembelajaran agar siswa belajar aktif, dan bagaimana membuat LK yang tepat dengan media sederhana dan tepat guna. Keberhasilan ini membuat saya semakin termotivasi untuk memfasilitasi siswa belajar optimal.

    Ternyata pembelajaran yang mengaktifkan siswa terbukti lebih cepat dan lebih lama menempel di benak siswa. Terimakasih DBE3 yang telah memberi saya pelatihan dan inspirasi.

    (KiriKanan): Siswa mengerjakan lembaran kerja (LK) bersama-sama dalam kelompok, proses ini membantu siswa memecahkan masalah bersama-sama; siswa melakukan belanja gagasan dengan melihat hasil kerja kelompok lain.

    3Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • Kemudian saya intruksikan agar siswa yang memegang pulpen mengancungkannya sedangkan siswa lain yang tidak menjadi model menuliskan nama-nama siswa yang memegang pulpen di LK mereka sebagai anggota himpunan P. Demikian halnya dengan siswa yang memegang buku untuk mengacungkannya dan siswa menuliskan nama-namanya sebagai anggota himpunan Q demikian selanjutnya sehingga siswa memperoleh nama-nama siswa yang memegang pulpen dan buku sebagai anggota himpunan H. Setelah pemodelan, siswa kembali ke kelompok dan menyelesaikan LK bersama teman kelompoknya.

    Selama siswa bekerja dalam kelompok saya hanya berkeliling dan memberikan bantuan kepada kelompok yang memerlukan. Kalau kelompok belum paham pada pemodelan secara umum maka pemodelannya dilakukan dalam kelompoknya misal dari 3 orang , 2 orang diberi pulpen dan 2 orang diberi buku sehingga terdapat siswa yang memegang pulpen saja, buku saja, dan yang memegang keduanya.

    Kolaborasi Modeling dan Lembar Kerja untuk Memahamkan Materi Himpunan

    ni adalah pengalaman pribadi pada waktu menyampaikan pembelajaran penggunaan konsep Iirisan dalam kehidupan sehari hari. Sebelum

    dilatih oleh DBE3, ketika mengajarkan konsep, metode yang saya gunakan masih konvensional yakni dengan metode ceramah. Dengan metode ini siswa mengalami kesulitan memahami materi dengan cepat sehingga penjelasan harus saya ulang berkali-kali. Ini membuat saya lelah dan siswa yang tergolong pandai menjadi bosan.

    Setelah memperoleh pelatihan, pikiran saya semakin terbuka untuk mengubah dan menemukan metode pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Berangkat dari salah satu permasalahan dalam mengajarkan konsep irisan dan terinspirasi dari salah satu materi dari BTL 3 yakni Lembar Kerja (LK) saya berpikir mungkin sangat tepat jika pembelajaran saya padukan LK dan pemodelan. Saya menerapkan ide tersebut dalam pembelajaran dan hasilnya ternyata siswa bisa langsung memahaminya.

    Bagaimana saya melaksanakannya, apakah sulit? Ternyata tidak. Dalam proses pembelajaran, siswa sudah terbiasa bekerja dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang tiap kelompok (Total dalam kelas ada 10 - 11 kelompok). Saya meminta satu orang perwakilan dari masing masing kelompok maju untuk memodelkan instruksi/soal di LK sedangkan anggota kelompok yang lain bekerja berpandu pada LK setelah memperhatikan dan mengamati modeling yang diperagakan teman temannya. Dari 10 perwakilan kelompok, 8 orang disuruh memegang pulpen dan 6 orang disuruh memegang buku. Ini berarti terdapat beberapa siswa yang memegang pulpen, beberapa siswa yang memegang buku dan ada beberapa siswa yang memegang keduanya.

    Eneng Erliani, S.Pd, Guru SMPN 4 Tarogong Kidul, Jawa Barat

    2 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

    Setelah selesai mengerjakan LK siswa disuruh memajangkan hasil karyanya kemudian dilakukan kunjung karya ke kelompok lain, satu orang anggota menjaga hasil karya kelompoknya sekaligus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang berkunjung. Hasil dari kegiatan pembelajaran adalah saya ketahui bahwa tanpa penjelasan detail dari saya, siswa mampu dengan sendirinya menemukan hasil dari soal yang berbentuk n(P) + n(H) serta mampu memodelkan soal-soal tersebut.

    Saya sangat senang melihat hasil pembelajaran yang saya kelola. Semua itu tak lepas dari hasil pelatihan DBE3 di BTL 2 dan BTL 3 tentang bagaimana membuat pertanyaan agar siswa bisa berpikir tingkat tinggi sehingga terbangun kreatifitas berpikirnya, model model pembelajaran agar siswa belajar aktif, dan bagaimana membuat LK yang tepat dengan media sederhana dan tepat guna. Keberhasilan ini membuat saya semakin termotivasi untuk memfasilitasi siswa belajar optimal.

    Ternyata pembelajaran yang mengaktifkan siswa terbukti lebih cepat dan lebih lama menempel di benak siswa. Terimakasih DBE3 yang telah memberi saya pelatihan dan inspirasi.

    (KiriKanan): Siswa mengerjakan lembaran kerja (LK) bersama-sama dalam kelompok, proses ini membantu siswa memecahkan masalah bersama-sama; siswa melakukan belanja gagasan dengan melihat hasil kerja kelompok lain.

    3Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • Kiri-Kanan) salah satu siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok; kelompok saling mengunjungi hasil kerja masing-masing.

    4 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 5

    uah jeruk tak hanya kaya akan vitamin C, namun juga bermanfaat sebagai sumber pembelajaran. BBegitu yang terlihat di kelas Dra. Ika Kus

    Utaminingtyas, guru Matematika SMPN 1 Rejoso Kabupaten Pasuruan. Dalam pembelajaran di kelasnya saat itu, yang membahas tentang menghitung luas permukaan bola, ia menggunakanlah buah jeruk sebagai sumber pembelajaran.

    Pada awal pembelajaran, siswa diajak untuk menemukan rumus dari luas permukaan bola. Setelah mereka berhasil menemukan rumus dari luas permukaan bola, kemudian siswa diajak untuk menentukan luas dari bola tersebut.

    Lalu kelas dibagi dalam 10 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang. Tiap kelompok diberi alat bantu pembelajaran, yaitu buah jeruk, benang, kertas, dan pisau. Setelah itu para siswa melakukan tugasnya. Pertama buah jeruk dibelah menjadi dua bagian, untuk dicari diameternya. Kemudian di atas kertas, siswa menggambar lingkaran sebanyak (minimal) empat buah dengan diameter yang sama dengan buah jeruk. Setelah itu jeruk dikupas dan kulitnya ditempelkan pada lingkaran tersebut hingga penuh. Jumlah lingkaran yang tertutupi kulit jeruk secara penuh sama dengan luas permukaan jeruk tersebut alias luas permukan bola. Menarik bukan?

    Menghitung Luas Permukaan Bola dengan Buah Jeruk

    Matematika itu tidak susah, asal kita mau mencoba, pasti bisa. Dengan pembelajaran seperti ini, belajar Matematika terasa lebih mudah.

    Latifah

    (Kanan - Kiri): Hasil karya siswa yang ditempel di papan tulis, setelah mereka menghitung luas permukaan bola dengan menggunakan buah jeruk. Siswa kelas 8 SMPN 1 Rejoso tampak sibuk bekerja secara berkelompok dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan buah jeruk sebagai sumber pembelajaran.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • Kiri-Kanan) salah satu siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok; kelompok saling mengunjungi hasil kerja masing-masing.

    4 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 5

    uah jeruk tak hanya kaya akan vitamin C, namun juga bermanfaat sebagai sumber pembelajaran. BBegitu yang terlihat di kelas Dra. Ika Kus

    Utaminingtyas, guru Matematika SMPN 1 Rejoso Kabupaten Pasuruan. Dalam pembelajaran di kelasnya saat itu, yang membahas tentang menghitung luas permukaan bola, ia menggunakanlah buah jeruk sebagai sumber pembelajaran.

    Pada awal pembelajaran, siswa diajak untuk menemukan rumus dari luas permukaan bola. Setelah mereka berhasil menemukan rumus dari luas permukaan bola, kemudian siswa diajak untuk menentukan luas dari bola tersebut.

    Lalu kelas dibagi dalam 10 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang. Tiap kelompok diberi alat bantu pembelajaran, yaitu buah jeruk, benang, kertas, dan pisau. Setelah itu para siswa melakukan tugasnya. Pertama buah jeruk dibelah menjadi dua bagian, untuk dicari diameternya. Kemudian di atas kertas, siswa menggambar lingkaran sebanyak (minimal) empat buah dengan diameter yang sama dengan buah jeruk. Setelah itu jeruk dikupas dan kulitnya ditempelkan pada lingkaran tersebut hingga penuh. Jumlah lingkaran yang tertutupi kulit jeruk secara penuh sama dengan luas permukaan jeruk tersebut alias luas permukan bola. Menarik bukan?

    Menghitung Luas Permukaan Bola dengan Buah Jeruk

    Matematika itu tidak susah, asal kita mau mencoba, pasti bisa. Dengan pembelajaran seperti ini, belajar Matematika terasa lebih mudah.

    Latifah

    (Kanan - Kiri): Hasil karya siswa yang ditempel di papan tulis, setelah mereka menghitung luas permukaan bola dengan menggunakan buah jeruk. Siswa kelas 8 SMPN 1 Rejoso tampak sibuk bekerja secara berkelompok dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan buah jeruk sebagai sumber pembelajaran.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • ebelum pelatihan DBE-3, saya mengajarkan 1. Apersepsi dan Motivasi (5 menit) rumus luas permukaan dan volum bola dengan Pada tahap ini saya mengingatkan anak tentang Scara menuliskan rumus tersebut di papan tulis rumus volume kerucut yang di pelajari

    kemudian memberikan contoh soal penerapan sebelumnya.rumus itu secara berulang-ulang agar anak lebih paham. Setelah itu, saya memberikan soal sebagai 2. Penjelasan LK dan Penentuan Tempat Kegiatan latihan. Kenyataannya anak kurang bergairah (5 menit)mengikuti pelajaran bahkan ada yang mengantuk Pada tahap ini saya menjelaskan tugas yang sewaktu saya mengajar dan soal yang saya berikan tertulis pada lembar kerja (LK) dan menentukan sering kurang dipahami. Hal ini membuat saya lokasi di luar kelas yang akan ditempati tiap sering marah bahkan menghukum siswa.Tetapi kelompok siswa untuk bekerja.setelah pelatihan DBE-3, proses pembelajaran di Penjelasan LK seperti yang tertulis pada LK (Pada kelas mulai berubah. Pada hari kamis 13 Agustus halaman berikutnya).2009 saya menyajikan materi volum Bola. Saya memilih bola plastik dan pasir sebagai sumber dan alat bantu belajar siswa. Bola plastik harganya murah dan mudah diperoleh di Tanjunga Balai. Demikian juga pasir terdapat banyak di lingkungan sekolah.

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) termasuk lembar kerja dan rubrik penilaian untuk pembelajaran di atas saya siapkan dengan teman-teman di pertemuan MGMP (Musyawah Guru Mata Pelajaran), yang diadakan 2 kali dalam seminggu. Langkah langkah pembelajaran (2 x 40 menit) yang saya tempuh adalah sebagai berikut:

    3. Praktik (30 menit) Setelah proses pembelajaran selesai, saya Pada Tahap ini saya membimbing kelompok yang melakukan refleksi terhadap mengajar saya dan kurang menguasai LK. berkesimpulan bahwa 1) siswa menyukai proses

    4. Presentasi dan diskusi (25 menit) pembelajaran yang dialaminya karena selain Pada tahap ini kelima kelompok mempersentasikan belajar di dalam kelas mereka juga dapat belajar di

    hasil kerjanya dan kelompok yang lain menanggapi. luar kelas dan 2) mereka semakin berani 5. Penguatan (10 menit) mengemukakan pendapat.

    Pada tahap ini saya memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif bekerja dan kelompok yang dapat mencapai hasil yang benar.

    6. Kesimpulan dan Refleksi (5 menit)Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menuliskan kesimpulan dan refleksi.

    6 7

    (KD: Menghitung luas selimut dan volum tabung, kerucut, dan bola)

    Menemukan Rumus Volum BolaBelakangan ini saya semakin enjoy dan santai dalam menerapkan pembelajaran aktif di Sekolah

    LEMBAR KERJA1. Bola dibelah menjadi 2 bagian sama besar2. Buatlah kerucut yang alasnya sama dengan lingkaran belahan bola dan tingginya sama

    dengan jari-jari bola.3. Isilah kerucut dengan pasir hingga penuh kemudian tuangkan dalam belahan bola.4. Berapa kali baru terisi hingga penuh?5. Rumuskan volume bola dari percobaan tersebut.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • ebelum pelatihan DBE-3, saya mengajarkan 1. Apersepsi dan Motivasi (5 menit) rumus luas permukaan dan volum bola dengan Pada tahap ini saya mengingatkan anak tentang Scara menuliskan rumus tersebut di papan tulis rumus volume kerucut yang di pelajari

    kemudian memberikan contoh soal penerapan sebelumnya.rumus itu secara berulang-ulang agar anak lebih paham. Setelah itu, saya memberikan soal sebagai 2. Penjelasan LK dan Penentuan Tempat Kegiatan latihan. Kenyataannya anak kurang bergairah (5 menit)mengikuti pelajaran bahkan ada yang mengantuk Pada tahap ini saya menjelaskan tugas yang sewaktu saya mengajar dan soal yang saya berikan tertulis pada lembar kerja (LK) dan menentukan sering kurang dipahami. Hal ini membuat saya lokasi di luar kelas yang akan ditempati tiap sering marah bahkan menghukum siswa.Tetapi kelompok siswa untuk bekerja.setelah pelatihan DBE-3, proses pembelajaran di Penjelasan LK seperti yang tertulis pada LK (Pada kelas mulai berubah. Pada hari kamis 13 Agustus halaman berikutnya).2009 saya menyajikan materi volum Bola. Saya memilih bola plastik dan pasir sebagai sumber dan alat bantu belajar siswa. Bola plastik harganya murah dan mudah diperoleh di Tanjunga Balai. Demikian juga pasir terdapat banyak di lingkungan sekolah.

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) termasuk lembar kerja dan rubrik penilaian untuk pembelajaran di atas saya siapkan dengan teman-teman di pertemuan MGMP (Musyawah Guru Mata Pelajaran), yang diadakan 2 kali dalam seminggu. Langkah langkah pembelajaran (2 x 40 menit) yang saya tempuh adalah sebagai berikut:

    3. Praktik (30 menit) Setelah proses pembelajaran selesai, saya Pada Tahap ini saya membimbing kelompok yang melakukan refleksi terhadap mengajar saya dan kurang menguasai LK. berkesimpulan bahwa 1) siswa menyukai proses

    4. Presentasi dan diskusi (25 menit) pembelajaran yang dialaminya karena selain Pada tahap ini kelima kelompok mempersentasikan belajar di dalam kelas mereka juga dapat belajar di

    hasil kerjanya dan kelompok yang lain menanggapi. luar kelas dan 2) mereka semakin berani 5. Penguatan (10 menit) mengemukakan pendapat.

    Pada tahap ini saya memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif bekerja dan kelompok yang dapat mencapai hasil yang benar.

    6. Kesimpulan dan Refleksi (5 menit)Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menuliskan kesimpulan dan refleksi.

    6 7

    (KD: Menghitung luas selimut dan volum tabung, kerucut, dan bola)

    Menemukan Rumus Volum BolaBelakangan ini saya semakin enjoy dan santai dalam menerapkan pembelajaran aktif di Sekolah

    LEMBAR KERJA1. Bola dibelah menjadi 2 bagian sama besar2. Buatlah kerucut yang alasnya sama dengan lingkaran belahan bola dan tingginya sama

    dengan jari-jari bola.3. Isilah kerucut dengan pasir hingga penuh kemudian tuangkan dalam belahan bola.4. Berapa kali baru terisi hingga penuh?5. Rumuskan volume bola dari percobaan tersebut.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • uryani Rosa, siswi kelas VIII-2 mengeluh kurang mampu menghitung panjang garis Ssinggung lingkaran. Ia diminta datang ke

    klinik dan mendapat dua terapi khusus dari Arfi Wahyuni, guru matematika. Ibu Arfi memberikan penjelasan mendalam soal teori garis singgung lingkaran. Setelah itu Ibu Arfi memberikan soal-soal untuk dijawab. Hasilnya, kemampuan Suryani meningkat 40 persen. Tapi Ibu Arfi belum puas.Besok terapi kembali, tulis Ibu Arfi dalam Buku Terapi Matematika Siswa MTs N L.ubuk Pakam.

    Suryani adalah salah satu pasien klinik Matematika MTs Negeri LB. Klinik itu Cuma berupa ruangan berukuran 12 meter persegi. Di dalam ruangan tersebut terpajang berbagai rumus, alat peraga, dan media pembelajaran matematika. Sebuah meja kayu bersama dua kursi plastik menjadi tempat guru dan siswa melakukan terapi matematika.

    Klinik ini resmi beroperasi dua tahun lalu. Gagasan awalnya diajukan guru-guru matematika. Mereka ingin membantu siswa yang lemah matematika agar mampu menjawab soal-soal. Ini mirip proses remedial, tapi dimodifikasi tutur Ibu Arfi.Menurut Ibu Arfi proses konsultasi di klinik tidak beda dengan konsultasi kesehatan dengan dokter. Langkah awal dari proses terapi dimulai dengan mengindentifikasi siswa yang lemah matematika. Biasanya guru menemukan siswa tersebut dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). Siswa yang terindentifikasi diminta untuk datang ke klinik di luar jam pelajaran.

    8

    (KD: Menghitung luas selimut dan volum tabung, kerucut, dan bola)

    Lemah Matematika? Obati saja di KlinikMTsN Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara

    Ibu Arfi di ruang klinik Matematikanya.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

    Menurut Ibu Arfi lebih lanjut, siswa sengaja tidak bisa jadi mudah, terang Ibu Arfi.mendapat bimbingan khusus di kelas dalam waktu PBM. Mereka pernah mencoba melakukan di kelas Dalam mengukur hasil terapi, guru-guru matematika sewaktu PBM, tapi hasilnya tidak maksimal. Siswa membuat standar. Jumlah dan jenis soal yang merasa malu dan rendah diri karena menjadi pusat diberikan kepada siswa beragam. Keberhasilan anak perhatian siswa yang lain. Setelah itu, proses terapi menjawab soal menjadi ukuran kemajuan terapi. Jika diubah.Kami berusaha menjaga privasi anak, ujar Ibu tidak memuaskan, maka proses terapi diperpanjang Arfi. pada hari berikutnya.

    Proses terapi dimulai dengan mendiagnosa kelemahan Misalnya Suryani. Setelah diterapi dua hari berturut-si anak. Demi mempermudah proses diagnosa, Guru turut, kemampuan Suryani menyelesaikan soal membuat alat bantu berupa buku catatan. Dalam meningkat drastis. Alhamdullilah, sudah 70 persen buku itu tercatat tanggal, nama siswa, dan kelasnya, paham, simpul Ibu Arfi dalam hasil terapi tanggal 5 Guru yang memberikan terapi, keluhan, jenis terapi Pebruari 2010.dan hasilnya.

    Proses terapi membuat guru dan siswa lebih dekat. Siswa merasa nyaman untuk menyerap materi yang diajarkan guru. Guru juga lebih fokus dalam membantu si anak. Selain itu dalam proses pengerjaan soal, siswa lebih leluasa dan terbuka untuk bertanya. Matematika itu sulit jika anak tidak menyukainya. Jadi tantangannya adalah bagaimana membuat anak menyukai matematika. Jika sudah suka, maka semua

    9Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • uryani Rosa, siswi kelas VIII-2 mengeluh kurang mampu menghitung panjang garis Ssinggung lingkaran. Ia diminta datang ke

    klinik dan mendapat dua terapi khusus dari Arfi Wahyuni, guru matematika. Ibu Arfi memberikan penjelasan mendalam soal teori garis singgung lingkaran. Setelah itu Ibu Arfi memberikan soal-soal untuk dijawab. Hasilnya, kemampuan Suryani meningkat 40 persen. Tapi Ibu Arfi belum puas.Besok terapi kembali, tulis Ibu Arfi dalam Buku Terapi Matematika Siswa MTs N L.ubuk Pakam.

    Suryani adalah salah satu pasien klinik Matematika MTs Negeri LB. Klinik itu Cuma berupa ruangan berukuran 12 meter persegi. Di dalam ruangan tersebut terpajang berbagai rumus, alat peraga, dan media pembelajaran matematika. Sebuah meja kayu bersama dua kursi plastik menjadi tempat guru dan siswa melakukan terapi matematika.

    Klinik ini resmi beroperasi dua tahun lalu. Gagasan awalnya diajukan guru-guru matematika. Mereka ingin membantu siswa yang lemah matematika agar mampu menjawab soal-soal. Ini mirip proses remedial, tapi dimodifikasi tutur Ibu Arfi.Menurut Ibu Arfi proses konsultasi di klinik tidak beda dengan konsultasi kesehatan dengan dokter. Langkah awal dari proses terapi dimulai dengan mengindentifikasi siswa yang lemah matematika. Biasanya guru menemukan siswa tersebut dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). Siswa yang terindentifikasi diminta untuk datang ke klinik di luar jam pelajaran.

    8

    (KD: Menghitung luas selimut dan volum tabung, kerucut, dan bola)

    Lemah Matematika? Obati saja di KlinikMTsN Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara

    Ibu Arfi di ruang klinik Matematikanya.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

    Menurut Ibu Arfi lebih lanjut, siswa sengaja tidak bisa jadi mudah, terang Ibu Arfi.mendapat bimbingan khusus di kelas dalam waktu PBM. Mereka pernah mencoba melakukan di kelas Dalam mengukur hasil terapi, guru-guru matematika sewaktu PBM, tapi hasilnya tidak maksimal. Siswa membuat standar. Jumlah dan jenis soal yang merasa malu dan rendah diri karena menjadi pusat diberikan kepada siswa beragam. Keberhasilan anak perhatian siswa yang lain. Setelah itu, proses terapi menjawab soal menjadi ukuran kemajuan terapi. Jika diubah.Kami berusaha menjaga privasi anak, ujar Ibu tidak memuaskan, maka proses terapi diperpanjang Arfi. pada hari berikutnya.

    Proses terapi dimulai dengan mendiagnosa kelemahan Misalnya Suryani. Setelah diterapi dua hari berturut-si anak. Demi mempermudah proses diagnosa, Guru turut, kemampuan Suryani menyelesaikan soal membuat alat bantu berupa buku catatan. Dalam meningkat drastis. Alhamdullilah, sudah 70 persen buku itu tercatat tanggal, nama siswa, dan kelasnya, paham, simpul Ibu Arfi dalam hasil terapi tanggal 5 Guru yang memberikan terapi, keluhan, jenis terapi Pebruari 2010.dan hasilnya.

    Proses terapi membuat guru dan siswa lebih dekat. Siswa merasa nyaman untuk menyerap materi yang diajarkan guru. Guru juga lebih fokus dalam membantu si anak. Selain itu dalam proses pengerjaan soal, siswa lebih leluasa dan terbuka untuk bertanya. Matematika itu sulit jika anak tidak menyukainya. Jadi tantangannya adalah bagaimana membuat anak menyukai matematika. Jika sudah suka, maka semua

    9Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • Statistika Jadi Praktis

    10

    Mengapa belajar statisika terasa sulit? Karena statistika dianggap tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Pak Mara Sutan Harahap, M.Pd melawan mitos itu. Ia membuktikan kalau statistika adalah bagian kehidupan manusia. Hari-hari kita tidak lepas dari rimbunan hitungan matematis itu.

    intik air hujan tak membuat kelas Pak Harahap Instruksi LK dibuat menarik dan tegas. Setiap membeku. Tidak pula membuat kelopak mata kelompok diminta untuk mendata anggota kelompok Rterkatup menahan kantuk yang sangat. Kelas masing-masing. Kelompok I misalnya, diminta

    IX itu tetap hangat dan bersemangat sekalipun harus mendata siswa berdasarkan tinggi badan. Kelompok belajar matematika dengan KD membosankan: harus menyajikan data tentang siapa siswa yang paling menentukan rata-rata, median dan modus data tinggi dan yang terpendek. Demi mendapatkan data tunggal serta penafsirannya. ini, setiap anggota kelompok harus diukur dengan

    menggunakan pengaris.Pak Harahap mengenalkan kepada siswa data dan cara penyajiannya. Pak Harahap tidak memulai Jika kelompok I didata berdasarkan tinggi badan, perkenalan dengan berceramah. Ia memberikan siswa maka kelompok II diteliti berdasarkan merk sepatu contoh data dalam tabel. Tapi pembelajaran tidak yang mereka pakai. Kelompok III berdasarkan umur, selesai sampai disitu. Pak Harahap sadar kalau contoh kelompok IV berdasarkan merk seragam sekolah, ia berikan masih jauh dari kehidupan sehari-hari kelompok V berdasarkan warna pulpen yang ia miliki, siswa. kelompok VI berdasarkan warna tas, kelompok VII

    berdasarkan mata pelajaran yang disukai dan Pak Harahap mulai mendekatkan kehidupan siswa kelompok VIII berdasarkan berat badan.dengan statistika. Ia memulainya dengan membagi siswa menjadi delapan kelompok. Setelah siswa duduk berkelompok, Pak Harahap meminta siswa mengerjakan lembar kerja.

    Mara Sutan Harahap, M.Pd, SMPN 1 Angkola Barat, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 11

    Proses pencarian data ini membuat ruang keras bergemuruh. Siswa asyik mencari data kawan-kawannya. Ada siswa yang merasa lebih tinggi dari kawannya, setelah diukur ternyata masih kalah tinggi. Atau ada siswa yang merasa lebih kurus tetapi setelah ditimbang berat badannya ternyata lebih berat. Setelah data didapatkan, setiap kelompok diminta untuk mengirim utusan ke kelompok yang lain. Kelompok I bertandang ke kelompok II, begitu seterusnya sampai kelompok VIII berkunjung ke kelompok I. Di kelompok yang dikunjungi, utusan meminta data, kemudian membawanya kembali ke kelompok untuk diurutkan dalam bentuk tabel. Setelah itu siswa membuat turus dan menghitung frekuensi. Setelah berhasil membuat turus dan frekuensi, setiap kelompok diminta untuk menyajikan hasilnya (Presentasi). Nurida Harahap dari kelompok II misalnya, melaporkan dari 13 siswa yang diperiksa merk sepatunya, merk New Era punya turus dan frekuensi sebanyak 9 dan merk Dallas mempunyai turus dan frekuensi sebanyak 5. Artinya merk sepatu yang paling banyak digunakan kelompok II di kelas IX SMPN 1 Angkola Barat adalah New Era. Pak Harahap berhasil menujukkan kepada siswa, bahwa statistika adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • Statistika Jadi Praktis

    10

    Mengapa belajar statisika terasa sulit? Karena statistika dianggap tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Pak Mara Sutan Harahap, M.Pd melawan mitos itu. Ia membuktikan kalau statistika adalah bagian kehidupan manusia. Hari-hari kita tidak lepas dari rimbunan hitungan matematis itu.

    intik air hujan tak membuat kelas Pak Harahap Instruksi LK dibuat menarik dan tegas. Setiap membeku. Tidak pula membuat kelopak mata kelompok diminta untuk mendata anggota kelompok Rterkatup menahan kantuk yang sangat. Kelas masing-masing. Kelompok I misalnya, diminta

    IX itu tetap hangat dan bersemangat sekalipun harus mendata siswa berdasarkan tinggi badan. Kelompok belajar matematika dengan KD membosankan: harus menyajikan data tentang siapa siswa yang paling menentukan rata-rata, median dan modus data tinggi dan yang terpendek. Demi mendapatkan data tunggal serta penafsirannya. ini, setiap anggota kelompok harus diukur dengan

    menggunakan pengaris.Pak Harahap mengenalkan kepada siswa data dan cara penyajiannya. Pak Harahap tidak memulai Jika kelompok I didata berdasarkan tinggi badan, perkenalan dengan berceramah. Ia memberikan siswa maka kelompok II diteliti berdasarkan merk sepatu contoh data dalam tabel. Tapi pembelajaran tidak yang mereka pakai. Kelompok III berdasarkan umur, selesai sampai disitu. Pak Harahap sadar kalau contoh kelompok IV berdasarkan merk seragam sekolah, ia berikan masih jauh dari kehidupan sehari-hari kelompok V berdasarkan warna pulpen yang ia miliki, siswa. kelompok VI berdasarkan warna tas, kelompok VII

    berdasarkan mata pelajaran yang disukai dan Pak Harahap mulai mendekatkan kehidupan siswa kelompok VIII berdasarkan berat badan.dengan statistika. Ia memulainya dengan membagi siswa menjadi delapan kelompok. Setelah siswa duduk berkelompok, Pak Harahap meminta siswa mengerjakan lembar kerja.

    Mara Sutan Harahap, M.Pd, SMPN 1 Angkola Barat, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 11

    Proses pencarian data ini membuat ruang keras bergemuruh. Siswa asyik mencari data kawan-kawannya. Ada siswa yang merasa lebih tinggi dari kawannya, setelah diukur ternyata masih kalah tinggi. Atau ada siswa yang merasa lebih kurus tetapi setelah ditimbang berat badannya ternyata lebih berat. Setelah data didapatkan, setiap kelompok diminta untuk mengirim utusan ke kelompok yang lain. Kelompok I bertandang ke kelompok II, begitu seterusnya sampai kelompok VIII berkunjung ke kelompok I. Di kelompok yang dikunjungi, utusan meminta data, kemudian membawanya kembali ke kelompok untuk diurutkan dalam bentuk tabel. Setelah itu siswa membuat turus dan menghitung frekuensi. Setelah berhasil membuat turus dan frekuensi, setiap kelompok diminta untuk menyajikan hasilnya (Presentasi). Nurida Harahap dari kelompok II misalnya, melaporkan dari 13 siswa yang diperiksa merk sepatunya, merk New Era punya turus dan frekuensi sebanyak 9 dan merk Dallas mempunyai turus dan frekuensi sebanyak 5. Artinya merk sepatu yang paling banyak digunakan kelompok II di kelas IX SMPN 1 Angkola Barat adalah New Era. Pak Harahap berhasil menujukkan kepada siswa, bahwa statistika adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • 12

    Menemukan Rumus Segitiga Phytagoras di Ujung Lidi

    Menemukan Rumus Segitiga Phytagoras di Ujung LidiMedialLidi atau potongan bambu (tusuk bakso)lKertas berpetaklSpidol warna

    Pembuatan Medial

    lLidi dipotong-potong dan diruncingi masing-masing ujungnya sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan yaitu:

    a. 3,4,5, dan 6 b. 4, 6 dan 8c. 4, 5, 10, 12, dan 13

    lJumlah potongan dalam satu kelompok disesuaikan dan dikondisikan dan masing-masing kelompok diberi warna berbeda agar tidak saling tertukar dalam pemakaian.

    Deskripsi Pembelajarannya

    Proses pembelajaran dengan menggunakan media yang sangat sedehana ini akan menciptakan pembelajaran yang tak seorangpun siswa yang menganggur dan diharapkan lebih dari 80% siswa mampu memahami teorema Pythagoras dan menggunakannya dalam memecahkan masalah. Siswa dapat secara nyata melihat dan membuktikan sendiri bahwa tidak semua tiga ukuran panjang sisi bisa membentuk segitiga. Kalau pemahaman segitiga selama ini adalah bangun datar yang dibentuk atau disusun oleh tiga sisi, hal ini benar tapi masih kurang lengkap. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menggunakan potongan lidi ini diharapkan dapat memantapkan pemahaman tentang segitiga menjadi sempurna, yaitu: Segitiga adalah bangun datar yang dibentuk oleh tiga ukuran panjang sisi tertentu yaitu panjang sisi terpanjangnya lebih kecil dari jumlah panjang kedua sisi yang lainnya. Matematika adalah pelajaran yang membutuhkan ketelitian dan konsentrasi yang sangat tinggi, maka dengan pembelajaran yang menggunakan media lidi ini diharapkan bisa mengembangkan ketelitian, konsentrasi, dan kerjasama siswa. Hal ini dapat dilihat ketika mereka menghubungkan ujung-ujung tiap lidi, mengukur sudut, membentuk model dan lainnya sesuai dengan apa yang ingin dicapai dalam pembelajaran itu.

    Potongan lidi yang diciptakan sedemikian rupa sehingga mendapatkan jenis panjang tertentu dan dalam kelompok tertentu. Dalam kelompok tertentu tersebut masing-masing panjang potongan berbeda, tetapi panjang potongan kelompok satu dengan yang lainnya bisa saja sama, karena panjang potongan lidi tersebut diciptakan agar didalam menggunakannya bisa menghasilkan lebih dari dua jenis yaitu: (1) segitiga siku-siku, (2) segitiga lancip, (3) segitiga tumpul dan, (4) tiga sisi yang tidak bisa membentuk segitiga.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 13

    Matematika dianggap pelajaran yang susah, membosankan, dan lambat dipahami oleh kebanyakan siswa. Dengan menggunakan media sederhana ini ternyata bisa mengatasi masalah tersebut,terbukti ketika hal ini dilaksanakan di MTs.N takalala kabupaten Soppeng, Prov.Sul-sel. Siswa menganggap pembelajaran menyenangkan walau menegangkan. Menyenangkan karena semua bisa berbuat dan mereka merasa bermain. Menegangkan karena mereka terkadang sulit mempertemukan dengan tepat ujung-ujung tiap potongan lidi. Hasil pembelajaran dengan media lidi ini sangat menggembirakan. Target diatas 80% tuntas bisa tercapai.

    Sebelum saya menggunakan media lidi ini, materi Teorema Pythagoras saya ajarkan minimal 7 kali pertemuan dan hasilnya kurang memuaskan. Hal tersebut mungkin karena selama ini saya hanya menjelaskan dengan menggunakan ilustrasi di papan tulis sementara siswa tidak memegang media apa pun. Setelah menggunakan media lidi, materi ini saya ajarkan hanya 4 kali pertemuan masing-masing 2 x 40 menit dengan hasil belajar dapat dicapai secara tuntas.

    Deskripsi Penggunaan MediaPertemuan Pertama

    Potongan lidi tersebut dibungkus per anggota kelompok sisi. Kelompok sisi yang dimaksud adalah beberapa potongan lidi dengan panjang tertentu yang berfungsi sebagai posisi panjang sisi tertentu misalnya sisi a.,kelompok lain sisi b, dan klompok lainnya lagi sisi c.

    Cara menggunakannya dalam pembelajaranKerja PerseoranganSetiap siswa dalam kelompok membuat segitiga sebanyak mungkin dengan cara menghubungkan setiap ujung lidi yang diambil dari masing-masing kelompok panjag sisi(Setiap melakukan diambil masing-masing satu potongan tiap kelompok). Ulangi terus hingga memperoleh sebanyak mungkin segitiga dari berbagai jenis dan menemukan sisi-sisi yang tidak bisa membentuk segitiga.

    Kerja kelompokHasil kerja masing masing anggota kelompok disatukan. Mereka mengamati hasil tersebut kemudian memilih dan menandai dengan tanda berbeda, misalnya, kode A untuk segitiga siku-siku, kode B untuk segitiga lancip, kode C untuk segitiga tumpul, dan D untuk sisi-sisi yang tak bisa membentuk segitiga. Segitiga yang ditandai lengkap ditulisi berapa derajat besar masing-masing sudutnya dengan terlebih dahulu mengukurnya dengan busur derajat.

    Anggota kelompok menyepakati ukuran segitiga mana yang terbaik dari masing- masing jenis termasuk yang tidak bisa membentuk segitiga. Mereka memilih minimal dua untuk tiap jenis segitiga, termasuk dua untuk yang tidak berbentuk segitiga.

    Segitiga terpilih kemudian ditempelkan pada kolom seperti dibawah ini dan dilengkapi dengan ukuran segitiga masing-masing pada kolom yang tersedia, yaitu kolom C, D, dan E.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • 12

    Menemukan Rumus Segitiga Phytagoras di Ujung Lidi

    Menemukan Rumus Segitiga Phytagoras di Ujung LidiMedialLidi atau potongan bambu (tusuk bakso)lKertas berpetaklSpidol warna

    Pembuatan Medial

    lLidi dipotong-potong dan diruncingi masing-masing ujungnya sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan yaitu:

    a. 3,4,5, dan 6 b. 4, 6 dan 8c. 4, 5, 10, 12, dan 13

    lJumlah potongan dalam satu kelompok disesuaikan dan dikondisikan dan masing-masing kelompok diberi warna berbeda agar tidak saling tertukar dalam pemakaian.

    Deskripsi Pembelajarannya

    Proses pembelajaran dengan menggunakan media yang sangat sedehana ini akan menciptakan pembelajaran yang tak seorangpun siswa yang menganggur dan diharapkan lebih dari 80% siswa mampu memahami teorema Pythagoras dan menggunakannya dalam memecahkan masalah. Siswa dapat secara nyata melihat dan membuktikan sendiri bahwa tidak semua tiga ukuran panjang sisi bisa membentuk segitiga. Kalau pemahaman segitiga selama ini adalah bangun datar yang dibentuk atau disusun oleh tiga sisi, hal ini benar tapi masih kurang lengkap. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menggunakan potongan lidi ini diharapkan dapat memantapkan pemahaman tentang segitiga menjadi sempurna, yaitu: Segitiga adalah bangun datar yang dibentuk oleh tiga ukuran panjang sisi tertentu yaitu panjang sisi terpanjangnya lebih kecil dari jumlah panjang kedua sisi yang lainnya. Matematika adalah pelajaran yang membutuhkan ketelitian dan konsentrasi yang sangat tinggi, maka dengan pembelajaran yang menggunakan media lidi ini diharapkan bisa mengembangkan ketelitian, konsentrasi, dan kerjasama siswa. Hal ini dapat dilihat ketika mereka menghubungkan ujung-ujung tiap lidi, mengukur sudut, membentuk model dan lainnya sesuai dengan apa yang ingin dicapai dalam pembelajaran itu.

    Potongan lidi yang diciptakan sedemikian rupa sehingga mendapatkan jenis panjang tertentu dan dalam kelompok tertentu. Dalam kelompok tertentu tersebut masing-masing panjang potongan berbeda, tetapi panjang potongan kelompok satu dengan yang lainnya bisa saja sama, karena panjang potongan lidi tersebut diciptakan agar didalam menggunakannya bisa menghasilkan lebih dari dua jenis yaitu: (1) segitiga siku-siku, (2) segitiga lancip, (3) segitiga tumpul dan, (4) tiga sisi yang tidak bisa membentuk segitiga.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 13

    Matematika dianggap pelajaran yang susah, membosankan, dan lambat dipahami oleh kebanyakan siswa. Dengan menggunakan media sederhana ini ternyata bisa mengatasi masalah tersebut,terbukti ketika hal ini dilaksanakan di MTs.N takalala kabupaten Soppeng, Prov.Sul-sel. Siswa menganggap pembelajaran menyenangkan walau menegangkan. Menyenangkan karena semua bisa berbuat dan mereka merasa bermain. Menegangkan karena mereka terkadang sulit mempertemukan dengan tepat ujung-ujung tiap potongan lidi. Hasil pembelajaran dengan media lidi ini sangat menggembirakan. Target diatas 80% tuntas bisa tercapai.

    Sebelum saya menggunakan media lidi ini, materi Teorema Pythagoras saya ajarkan minimal 7 kali pertemuan dan hasilnya kurang memuaskan. Hal tersebut mungkin karena selama ini saya hanya menjelaskan dengan menggunakan ilustrasi di papan tulis sementara siswa tidak memegang media apa pun. Setelah menggunakan media lidi, materi ini saya ajarkan hanya 4 kali pertemuan masing-masing 2 x 40 menit dengan hasil belajar dapat dicapai secara tuntas.

    Deskripsi Penggunaan MediaPertemuan Pertama

    Potongan lidi tersebut dibungkus per anggota kelompok sisi. Kelompok sisi yang dimaksud adalah beberapa potongan lidi dengan panjang tertentu yang berfungsi sebagai posisi panjang sisi tertentu misalnya sisi a.,kelompok lain sisi b, dan klompok lainnya lagi sisi c.

    Cara menggunakannya dalam pembelajaranKerja PerseoranganSetiap siswa dalam kelompok membuat segitiga sebanyak mungkin dengan cara menghubungkan setiap ujung lidi yang diambil dari masing-masing kelompok panjag sisi(Setiap melakukan diambil masing-masing satu potongan tiap kelompok). Ulangi terus hingga memperoleh sebanyak mungkin segitiga dari berbagai jenis dan menemukan sisi-sisi yang tidak bisa membentuk segitiga.

    Kerja kelompokHasil kerja masing masing anggota kelompok disatukan. Mereka mengamati hasil tersebut kemudian memilih dan menandai dengan tanda berbeda, misalnya, kode A untuk segitiga siku-siku, kode B untuk segitiga lancip, kode C untuk segitiga tumpul, dan D untuk sisi-sisi yang tak bisa membentuk segitiga. Segitiga yang ditandai lengkap ditulisi berapa derajat besar masing-masing sudutnya dengan terlebih dahulu mengukurnya dengan busur derajat.

    Anggota kelompok menyepakati ukuran segitiga mana yang terbaik dari masing- masing jenis termasuk yang tidak bisa membentuk segitiga. Mereka memilih minimal dua untuk tiap jenis segitiga, termasuk dua untuk yang tidak berbentuk segitiga.

    Segitiga terpilih kemudian ditempelkan pada kolom seperti dibawah ini dan dilengkapi dengan ukuran segitiga masing-masing pada kolom yang tersedia, yaitu kolom C, D, dan E.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • 14

    Kolom F diisi pada pertemuan kedua

    Tabel lembar Kerja pertemuan pertama

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 15

    Pertanyaan yang dapat diajukan kepada siswa antara lain:l Apa syarat ukuran potongan lidi agar dapat membentuk segitiga? (Kemungkinan jawaban siswa: Tiga ukuran panjang sisi bisa membentuk

    segitiga tumpul apabila dua sisi mengapit sudut yang besarnya lebih dari 90 derajat dan sisi yang menghubungkan kedua ujung sisi tersebut berada di depan sudut tersebut dan merupakan sisi terpanjang)

    PERTEMUAN KEDUA1. Siswa diminta melengkapi tabel yang diisi pada pertemuan sebelumnya, yaitu

    mengisi kolom F, dengan terlebih dahulu mengamati luas masing-masing persegi yang dapat dibentuk pada tiap sisi segitiga tersebut. Kemudian siswa diminta mengamati hubungan ketiga luas persegi tersebut.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • 14

    Kolom F diisi pada pertemuan kedua

    Tabel lembar Kerja pertemuan pertama

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 15

    Pertanyaan yang dapat diajukan kepada siswa antara lain:l Apa syarat ukuran potongan lidi agar dapat membentuk segitiga? (Kemungkinan jawaban siswa: Tiga ukuran panjang sisi bisa membentuk

    segitiga tumpul apabila dua sisi mengapit sudut yang besarnya lebih dari 90 derajat dan sisi yang menghubungkan kedua ujung sisi tersebut berada di depan sudut tersebut dan merupakan sisi terpanjang)

    PERTEMUAN KEDUA1. Siswa diminta melengkapi tabel yang diisi pada pertemuan sebelumnya, yaitu

    mengisi kolom F, dengan terlebih dahulu mengamati luas masing-masing persegi yang dapat dibentuk pada tiap sisi segitiga tersebut. Kemudian siswa diminta mengamati hubungan ketiga luas persegi tersebut.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • 16

    2. Dengan rumus Pythagoras di atas, siswa diminta untuk menentukan rumus untuk jenis segitiga yang lain

    4. Siswa diminta pendapatnya tentang tiga sisi yang tidak bisa membentuk segitiga.

    Contoh lidi yang digunakan dalam pembelajaran

    Siswa membuat sendiri media yang dibutuhkan

    Semua siswa aktif menggunakan media

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 17

    Siswa bekerjasama membuat persegi pada sisisisi segitiga

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

    Semua siswa aktif bekerja

  • 16

    2. Dengan rumus Pythagoras di atas, siswa diminta untuk menentukan rumus untuk jenis segitiga yang lain

    4. Siswa diminta pendapatnya tentang tiga sisi yang tidak bisa membentuk segitiga.

    Contoh lidi yang digunakan dalam pembelajaran

    Siswa membuat sendiri media yang dibutuhkan

    Semua siswa aktif menggunakan media

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 17

    Siswa bekerjasama membuat persegi pada sisisisi segitiga

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

    Semua siswa aktif bekerja

  • 19

    agi kebanyakan guru, teknik menjelaskan pemahaman tentang Sudut Dalam Segitiga Bmenggunakan penggaris secara manual sudah

    hal biasa. Berbeda bila kita sampaikan secara animatif menggunakan teknologi Power Point yaitu dengan teknik Drawing Tool dan Picture Tool. Dibantu oleh rekan guru TIK, saya mencobanya saat pendampingan BTL4 dengan mengangkat topik cooperative learning dalam pembelajaran Sudut Dalam Segitiga.

    Setelah slide power point siap ditampilkan, saya merasa sangat percaya diri bahwa materi ini memudahan pemahaman anak dalam menyerap materi. Usai mereka mendapatkan paparan melalui slide mereka tinggal membuktikannya dengan tugas individu dan kelompok. Dengan media power point ini, saya mengangkat topic meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan problem yang kerap muncul yaitu, beberapa siswa masih bergantung terhadap siswa lain dan beberapa siswa kurang memahami tugas di Lembar Kerja. Saya kemudian menetapkan solusinya dengan tugas dikerjakan secara individu kemudian di share ke kelompok, dan lembar kerja diperbaiki dengan memberikan informasi yang cukup.

    Asyiik... Menjumlah Sudut Dalam Segitiga dengan Drawing Tools Power Point Ulin Nama, S.Pd. Si, Guru SMPN 2 Undaan, Jawa Tengah

    Berikut cuplikannya:

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika18

    Berkenalan dengan pembelajaran kontekstual besar dan memberi tugas kepada masing-masing (BTL2 DBE3) memberikan makna yang sangat kelompok tersebut. berarti bagi saya dan siswa saya. Sebagai guru yang

    juga berperan sebagai fasilitator, saya menjadi teman Kelompok I diberi tugas untuk mengukur panjang sisi mereka dalam berkreasi dan bereksperimen, urai lapangan di halaman sekolah. Anggota kelompok ini Mustafa, guru Matematika di MTsN Takalala, Soppeng, menggunakan jangka yang terbuat dari bambu, yang di sela-sela riuh rendah dan kegembiraan siswanya dibuat sendiri oleh siswa. Kelompok 2 mendapat tugas belajar Matematika dengan materi Mengembangkan untuk mengukur tinggi pohon mangga di halaman Konsep Segitiga Sebangun. Pada suatu kesempatan, sekolah. Tugas yang diberikan ini terkait dengan materi pak Mustafa membagi siswanya dalam dua kelompok segitiga sebangun.

    Capaian Belajar Siswa

    Kelompok 1 dan 2 mampu mengukur panjang lapangan Setelah melakukan penghitungan, siswa dan guru dan tinggi pohon mangga dengan menggunakan konsep melakukan refleksi bersama terhadap proses dan hasil segitiga sebangun. Melalui konsep ini mereka bisa yang dicapai. Melalui kegiatan belajar seperti ini, mengukur panjang lapangan dan tinggi pohon tanpa Matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang ditakuti harus mengukur langsung pada bendanya. Dengan kata siswa. Sebaliknya, pelajaran ini menjadi sangat lain, mereka melakukan perhitungan di dalam kelas. menyenangkan. Di bawah ini adalah gambar yang

    menceritakan proses kegiatan yang dilakukan.

    Momok yang Berubah menjadi Mainan MenyenangkanMomok yang Berubah menjadi Mainan Menyenangkan

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • 19

    agi kebanyakan guru, teknik menjelaskan pemahaman tentang Sudut Dalam Segitiga Bmenggunakan penggaris secara manual sudah

    hal biasa. Berbeda bila kita sampaikan secara animatif menggunakan teknologi Power Point yaitu dengan teknik Drawing Tool dan Picture Tool. Dibantu oleh rekan guru TIK, saya mencobanya saat pendampingan BTL4 dengan mengangkat topik cooperative learning dalam pembelajaran Sudut Dalam Segitiga.

    Setelah slide power point siap ditampilkan, saya merasa sangat percaya diri bahwa materi ini memudahan pemahaman anak dalam menyerap materi. Usai mereka mendapatkan paparan melalui slide mereka tinggal membuktikannya dengan tugas individu dan kelompok. Dengan media power point ini, saya mengangkat topic meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif dengan problem yang kerap muncul yaitu, beberapa siswa masih bergantung terhadap siswa lain dan beberapa siswa kurang memahami tugas di Lembar Kerja. Saya kemudian menetapkan solusinya dengan tugas dikerjakan secara individu kemudian di share ke kelompok, dan lembar kerja diperbaiki dengan memberikan informasi yang cukup.

    Asyiik... Menjumlah Sudut Dalam Segitiga dengan Drawing Tools Power Point Ulin Nama, S.Pd. Si, Guru SMPN 2 Undaan, Jawa Tengah

    Berikut cuplikannya:

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika18

    Berkenalan dengan pembelajaran kontekstual besar dan memberi tugas kepada masing-masing (BTL2 DBE3) memberikan makna yang sangat kelompok tersebut. berarti bagi saya dan siswa saya. Sebagai guru yang

    juga berperan sebagai fasilitator, saya menjadi teman Kelompok I diberi tugas untuk mengukur panjang sisi mereka dalam berkreasi dan bereksperimen, urai lapangan di halaman sekolah. Anggota kelompok ini Mustafa, guru Matematika di MTsN Takalala, Soppeng, menggunakan jangka yang terbuat dari bambu, yang di sela-sela riuh rendah dan kegembiraan siswanya dibuat sendiri oleh siswa. Kelompok 2 mendapat tugas belajar Matematika dengan materi Mengembangkan untuk mengukur tinggi pohon mangga di halaman Konsep Segitiga Sebangun. Pada suatu kesempatan, sekolah. Tugas yang diberikan ini terkait dengan materi pak Mustafa membagi siswanya dalam dua kelompok segitiga sebangun.

    Capaian Belajar Siswa

    Kelompok 1 dan 2 mampu mengukur panjang lapangan Setelah melakukan penghitungan, siswa dan guru dan tinggi pohon mangga dengan menggunakan konsep melakukan refleksi bersama terhadap proses dan hasil segitiga sebangun. Melalui konsep ini mereka bisa yang dicapai. Melalui kegiatan belajar seperti ini, mengukur panjang lapangan dan tinggi pohon tanpa Matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang ditakuti harus mengukur langsung pada bendanya. Dengan kata siswa. Sebaliknya, pelajaran ini menjadi sangat lain, mereka melakukan perhitungan di dalam kelas. menyenangkan. Di bawah ini adalah gambar yang

    menceritakan proses kegiatan yang dilakukan.

    Momok yang Berubah menjadi Mainan MenyenangkanMomok yang Berubah menjadi Mainan Menyenangkan

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • 20

    Tugas tersebut ditampilkan menggunakan slide power point dan mengilustrasikan gambar-gambar segitiga dengan atraktif, seperti potongan-potongan slide berikut:

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 21Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • 20

    Tugas tersebut ditampilkan menggunakan slide power point dan mengilustrasikan gambar-gambar segitiga dengan atraktif, seperti potongan-potongan slide berikut:

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 21Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • Materi yang sesuai adalah: Operasi Penjumlahan dan memeriksa hasil pajangan tersebut. Manfaat apa yang Pengurangan Bilangan Bulat. Sesuai dengan bisa diambil dari pembelajaran di atas?penga laman memprakt ikkannya d i ke las , 1. Siswa terbiasa menggambar bangun 2 dimensi.pembelajaran ini telah mampu memberikan 2. Siswa mampu berkomunikasi dengan temannya.pemahaman yang lebih mudah kepada siswa. 3. Siswa belajar membuat soal.

    4. Materi pelajaran penjumlahan dan pengurangan Adapun proses pembelajarannya adalah sebagai sangat mudah dipahami.berikut: 5. Belajar sambil berolah raga.1. Siswa bekerja secara berpasangan (2 orang).2. Semua siswa diajak pergi ke lapangan basket, Dari kelima manfaat di atas, tentunya aspek kognitif

    lapangan voli, lapangan upacara, atau tempat lain di dan kinestesik siswa termasuk didalamnya. Setiap luar kelas yang dianggap refresentatif. guru harus menerapkan cooperative learning, sehingga

    3. Setiap pasangan menggambar 11 persegi dengan siswa merasa senang untuk belajar Matematika, dan panjang sisi 30 cm secara sejajar, kemudian di mudah untuk memahaminya. dalam persegi tersebut di tulis angka -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5.

    4.Secara bergantian siswa mempraktikkan penjumlahan dan pengurangan dengan memanfaatkan persegi-persegi di atas. Contoh:l1+3, siswa berdiri di persegi ber-angka 1

    kemudian maju 3 langkah (hasilnya 4)l5-2, siswa berdiri di persegi ber-angka 5

    kemudian mundur 2 langkah (hasilnya 3)l-2+4, siswa berdiri di persegi ber-angka -2

    kemudian maju 4 langkah (hasilnya 2)l-1-3, siswa berdiri di persegi ber-angka -1

    kemudian mundur 3 langkah (hasilnya -4) l2-(-3), siswa berdiri di persegi ber-angka 2

    kemudian balik kanan dan mundur 3 langkah (hasilnya 5).l-1-(-4), siswa berdiri di persegi ber-angka -1

    kemudian balik kanan dan mundur 4 langkah (hasilnya 3).

    Setiap siswa bisa membuat persegi lebih banyak lagi, artinya angkanyapun bisa semakin banyak, tidak terbatas 11 angka. Soal-soalnyapun siswa sendiri yang menentukan secara bergantian. Hasil pertanyaan dan jawaban siswa ditulis di kertas kemudian hasilnya dipajangkan di kelas. Secara bergantian semua siswa

    23Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

    Budi Sutrisno, S.Pd, Guru Matematika, Distrik Fasilitator Karawang, Jawa Barat

    Pembelajaran Obibul Mabuba Membantu Meningkatkan Aspek Kognitif dan Kinestetik Siswa

    elajar adalah suatu usaha yang dilakukan diperoleh mengingat bahwa dalam pelajaran seseorang secara sadar untuk memperoleh matematika, seorang siswa akan diarahkan untuk Bperubahan yang baru sebagai hasil interaksi mampu menguasai kompetensi dalam hal

    dengan lingkungannya. Perubahan tersebut bisa pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta berupa pola fikir dan pola tingkah laku. Berubah dari pemecahan masalah. tidak tahu menjadi tahu, dari tidak menguasai menjadi menguasai, dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan Pembelajaran Obibul Mamuba (operasi bilangan bulat perubahan di atas, maka seorang siswa harus maju, mundur, balik) adalah salah satu contoh mempelajari bahan pelajaran secara keseluruhan dan pembelajaran yang dapat meningkatkan aspek berulang sampai benar-benar menguasainya. kognitif dan kinestesik siswa. Pembelajaran ini sangat

    tepat diterapkan di kelas VII semester I pada Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang Kompetensi Dasar: "Melakukan operasi hitung diharapkan dapat menjadi bekal siswa untuk berfikir bilangan bulat dan pecahan". logis, kritis, dan praktis. Keterampilan tersebut dapat

    22 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • Materi yang sesuai adalah: Operasi Penjumlahan dan memeriksa hasil pajangan tersebut. Manfaat apa yang Pengurangan Bilangan Bulat. Sesuai dengan bisa diambil dari pembelajaran di atas?penga laman memprakt ikkannya d i ke las , 1. Siswa terbiasa menggambar bangun 2 dimensi.pembelajaran ini telah mampu memberikan 2. Siswa mampu berkomunikasi dengan temannya.pemahaman yang lebih mudah kepada siswa. 3. Siswa belajar membuat soal.

    4. Materi pelajaran penjumlahan dan pengurangan Adapun proses pembelajarannya adalah sebagai sangat mudah dipahami.berikut: 5. Belajar sambil berolah raga.1. Siswa bekerja secara berpasangan (2 orang).2. Semua siswa diajak pergi ke lapangan basket, Dari kelima manfaat di atas, tentunya aspek kognitif

    lapangan voli, lapangan upacara, atau tempat lain di dan kinestesik siswa termasuk didalamnya. Setiap luar kelas yang dianggap refresentatif. guru harus menerapkan cooperative learning, sehingga

    3. Setiap pasangan menggambar 11 persegi dengan siswa merasa senang untuk belajar Matematika, dan panjang sisi 30 cm secara sejajar, kemudian di mudah untuk memahaminya. dalam persegi tersebut di tulis angka -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5.

    4.Secara bergantian siswa mempraktikkan penjumlahan dan pengurangan dengan memanfaatkan persegi-persegi di atas. Contoh:l1+3, siswa berdiri di persegi ber-angka 1

    kemudian maju 3 langkah (hasilnya 4)l5-2, siswa berdiri di persegi ber-angka 5

    kemudian mundur 2 langkah (hasilnya 3)l-2+4, siswa berdiri di persegi ber-angka -2

    kemudian maju 4 langkah (hasilnya 2)l-1-3, siswa berdiri di persegi ber-angka -1

    kemudian mundur 3 langkah (hasilnya -4) l2-(-3), siswa berdiri di persegi ber-angka 2

    kemudian balik kanan dan mundur 3 langkah (hasilnya 5).l-1-(-4), siswa berdiri di persegi ber-angka -1

    kemudian balik kanan dan mundur 4 langkah (hasilnya 3).

    Setiap siswa bisa membuat persegi lebih banyak lagi, artinya angkanyapun bisa semakin banyak, tidak terbatas 11 angka. Soal-soalnyapun siswa sendiri yang menentukan secara bergantian. Hasil pertanyaan dan jawaban siswa ditulis di kertas kemudian hasilnya dipajangkan di kelas. Secara bergantian semua siswa

    23Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

    Budi Sutrisno, S.Pd, Guru Matematika, Distrik Fasilitator Karawang, Jawa Barat

    Pembelajaran Obibul Mabuba Membantu Meningkatkan Aspek Kognitif dan Kinestetik Siswa

    elajar adalah suatu usaha yang dilakukan diperoleh mengingat bahwa dalam pelajaran seseorang secara sadar untuk memperoleh matematika, seorang siswa akan diarahkan untuk Bperubahan yang baru sebagai hasil interaksi mampu menguasai kompetensi dalam hal

    dengan lingkungannya. Perubahan tersebut bisa pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta berupa pola fikir dan pola tingkah laku. Berubah dari pemecahan masalah. tidak tahu menjadi tahu, dari tidak menguasai menjadi menguasai, dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan Pembelajaran Obibul Mamuba (operasi bilangan bulat perubahan di atas, maka seorang siswa harus maju, mundur, balik) adalah salah satu contoh mempelajari bahan pelajaran secara keseluruhan dan pembelajaran yang dapat meningkatkan aspek berulang sampai benar-benar menguasainya. kognitif dan kinestesik siswa. Pembelajaran ini sangat

    tepat diterapkan di kelas VII semester I pada Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang Kompetensi Dasar: "Melakukan operasi hitung diharapkan dapat menjadi bekal siswa untuk berfikir bilangan bulat dan pecahan". logis, kritis, dan praktis. Keterampilan tersebut dapat

    22 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • ompetensi dasar yang diharapkan adalah beberapa fasilitas dan di luar semua fasilitas akan siswa mampu menghitung keliling dan luas ditanami rumput. Disinilah konsep menghitung keliling Kbangun segi empat serta menggunakannya dan luas bangun segiempat itu digunakan.

    dalam pemecahan masalah. Hasil yang diharapkan adalah siswa mampu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan keliling dan luas persegi, persegipanjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium.

    Untuk mencapai kompetensi ini, pertama siswa secara berkelompok diberi tugas untuk merancang sebuah taman bermain dengan beberapa fasilitas yang bentuknya merupakan bangun bangun segiempat yang telah ditentukan ukurannya. Siswa bebas menuangkan gagasan-gagasan mereka untuk menata bangun-bangun tersebut menjadi sebuah taman bermain yang menyenangkan.

    Setelah itu siswa diminta untuk membuat rencana biaya yang dibutuhkan untuk membuat taman tersebut menjadi lebih sejuk dengan menghitung banyak pohon, tanaman bunga dan rumput yang diperlukan untuk taman tersebut. Pada lembar kerja digambarkan bahwa taman yang dirancang tersebut akan ditanami pohon pada sekeliling taman, tanaman bunga pada sekeliling

    Merancang Taman untuk Belajar Menghitung Keliling Luas Segi Empat

    Ibu Hurriah mendampingi siswanya saat merancang taman bermain untuk menghitung luas keliling segi empat.

    24 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

    Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat untuk merangsang siswa berfikir tingkat tinggi menjadi kekuatan pembelajaran ini. Siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas segiempat.

    Pembelajaran ini diharapkan dapat membuat siswa berpikir bahwa apa yang mereka pelajari bukan sekedar menghapal rumus dan hanya menghitung keliling dan luas bangun persegi, persegipanjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium, tapi mereka dapat menerapkan dalam kehidupan nyata.

    25Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • ompetensi dasar yang diharapkan adalah beberapa fasilitas dan di luar semua fasilitas akan siswa mampu menghitung keliling dan luas ditanami rumput. Disinilah konsep menghitung keliling Kbangun segi empat serta menggunakannya dan luas bangun segiempat itu digunakan.

    dalam pemecahan masalah. Hasil yang diharapkan adalah siswa mampu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan keliling dan luas persegi, persegipanjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium.

    Untuk mencapai kompetensi ini, pertama siswa secara berkelompok diberi tugas untuk merancang sebuah taman bermain dengan beberapa fasilitas yang bentuknya merupakan bangun bangun segiempat yang telah ditentukan ukurannya. Siswa bebas menuangkan gagasan-gagasan mereka untuk menata bangun-bangun tersebut menjadi sebuah taman bermain yang menyenangkan.

    Setelah itu siswa diminta untuk membuat rencana biaya yang dibutuhkan untuk membuat taman tersebut menjadi lebih sejuk dengan menghitung banyak pohon, tanaman bunga dan rumput yang diperlukan untuk taman tersebut. Pada lembar kerja digambarkan bahwa taman yang dirancang tersebut akan ditanami pohon pada sekeliling taman, tanaman bunga pada sekeliling

    Merancang Taman untuk Belajar Menghitung Keliling Luas Segi Empat

    Ibu Hurriah mendampingi siswanya saat merancang taman bermain untuk menghitung luas keliling segi empat.

    24 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

    Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat untuk merangsang siswa berfikir tingkat tinggi menjadi kekuatan pembelajaran ini. Siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas segiempat.

    Pembelajaran ini diharapkan dapat membuat siswa berpikir bahwa apa yang mereka pelajari bukan sekedar menghapal rumus dan hanya menghitung keliling dan luas bangun persegi, persegipanjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium, tapi mereka dapat menerapkan dalam kehidupan nyata.

    25Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • 26

    Aplikasi Koin Positif dan Koin Negatif untuk Pembelajaran Operasi Bilangan BulatRosyid Eko Priyono, S.Pd. M.Pd, Guru MTsN Boyolali, Jawa Tengah

    onsep bilangan merupakan konsep dasar Berbekal dari hasil pelatihan BTL2 dan BTL 3 matematika yang harus dikuasai siswa sejak beberapa bulan yang lalu, saya memulai menggunakan Kkelas 1 SD/MI, dari pengalaman mengajar di media pembelajaran yang sederhana salah satunya

    kelas 7 pada MTs Negeri Boyolali selama tujuh tahun memanfaatkan uang recehan hasil tabungan saya hampir setiap kelas ada beberapa anak yang belum untuk digunakan sebagai media pembelajaran di kelas. bisa mengoperasikan bilangan bulat pada operasi Materi awal kelas 7 MTs adalah bilangan bulat. penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun Berkenaan dengan materi operasi penjumlahan dan pembagian pada awal-awal tahun pelajaran dimana pengurangan bilangan bulat, saya menggunakan uang materi ini seharusnya sudah dikuasai siswa pada recehan sebagai koin positif dan koin negatif sebagai tingkat dasar kelas 4 dan 5 SD/MI. media pembelajaran untuk siswa.

    Permasalahan klasik seorang guru adalah bagaimana Uang recehan itu saya kelompokkan menjadi 2 guru bisa menyampaikan meteri yang bisa dipahami kelompok. Kelompok pertama berwarna kuning dan dipraktikkan langsung oleh siswa melalui latihan- keemasan sebagai koin positif dan kelompok ke dua latihan soal yang diberikan maupun pemecahan berwarna putih sebagai koin negatif. Aturan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dari penggunaan koin sebagai berikut:pengamatan di beberapa sekolah tingkat dasar dan lOperasi + atau tambah artinya diberi lagi atau menengah kebanyakan guru masih menggunakan ditambahkanpembelajaran konvensional dan tidak menggunakan lOperasi atau kurang artinya diambilmedia pembelajaran untuk menyampaikan materi lKoin positif dan koin negatif yang berpasangan pelajaran kepada siswa sehingga pembelajaran di kelas nilainya nolkurang bermakna, membosankan dan siswa lemah lHasil operasi penjumlahan atau pengurangan sama dalam konsep-konsep dasar matematika dan akibatnya dengan sisa koin yang tidak berpasangan.prestasi belajar matematika rendah.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 27

    Contoh aplikasi koin positif dan koin negatif pada pengoperasian penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat:-2 + 4 = ...Langkah-langkah:

    1. Sediakan 2 koin negatif.2. Tambahkan 4 koin positif kemudian

    pasangkan dengan koin negatif.3. Hitung koin yang tak punya pasangan.

    Karena yang tak berpasangan adalah 2 koin positif, maka : -2 + 4 = 2 -3 - 2 = ...Langkah-langkah:

    1. Sediakan 3 koin negatif.2. Ambil 2 koin positif. (Ternyata tak bisa diambil sebab tidak ada

    koin positif)3. Bantu dengan cara menambahkan 2 pasang

    koin positif dan koin negatif dan letakkan di sampingnya.

    4. Ambil 2 koin positif.5. Hitung koin yang tak punya pasanganKarena yang tak berpasangan adalah 5 koin negatif, maka hasilnya adalah -5 (negatif lima).

    Dalam pembelajaran di kelas saya menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan membagi siswa kedalam kelompok-kelompok heterogen sekitar 4-6 siswa dan setiap kelompok mengaplikasikan koin positif dan koin negatif untuk mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan bilanga bulat. Semula siswa masih kebingungan terutama operasi pengurangan bilangan bulat. Namun, setelah proses pembelajaran siswa menjadi paham dan bisa menjawab soal-soal penjumlahan dan pengurangan yang saya berikan dengan benar. Suatu kegembiraan bagi setiap guru ketika mengajarkan sesuatu kepada siswa, siswa merespon dengan aktif dan memperoleh hasil belajar yang baik.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • 26

    Aplikasi Koin Positif dan Koin Negatif untuk Pembelajaran Operasi Bilangan BulatRosyid Eko Priyono, S.Pd. M.Pd, Guru MTsN Boyolali, Jawa Tengah

    onsep bilangan merupakan konsep dasar Berbekal dari hasil pelatihan BTL2 dan BTL 3 matematika yang harus dikuasai siswa sejak beberapa bulan yang lalu, saya memulai menggunakan Kkelas 1 SD/MI, dari pengalaman mengajar di media pembelajaran yang sederhana salah satunya

    kelas 7 pada MTs Negeri Boyolali selama tujuh tahun memanfaatkan uang recehan hasil tabungan saya hampir setiap kelas ada beberapa anak yang belum untuk digunakan sebagai media pembelajaran di kelas. bisa mengoperasikan bilangan bulat pada operasi Materi awal kelas 7 MTs adalah bilangan bulat. penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun Berkenaan dengan materi operasi penjumlahan dan pembagian pada awal-awal tahun pelajaran dimana pengurangan bilangan bulat, saya menggunakan uang materi ini seharusnya sudah dikuasai siswa pada recehan sebagai koin positif dan koin negatif sebagai tingkat dasar kelas 4 dan 5 SD/MI. media pembelajaran untuk siswa.

    Permasalahan klasik seorang guru adalah bagaimana Uang recehan itu saya kelompokkan menjadi 2 guru bisa menyampaikan meteri yang bisa dipahami kelompok. Kelompok pertama berwarna kuning dan dipraktikkan langsung oleh siswa melalui latihan- keemasan sebagai koin positif dan kelompok ke dua latihan soal yang diberikan maupun pemecahan berwarna putih sebagai koin negatif. Aturan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dari penggunaan koin sebagai berikut:pengamatan di beberapa sekolah tingkat dasar dan lOperasi + atau tambah artinya diberi lagi atau menengah kebanyakan guru masih menggunakan ditambahkanpembelajaran konvensional dan tidak menggunakan lOperasi atau kurang artinya diambilmedia pembelajaran untuk menyampaikan materi lKoin positif dan koin negatif yang berpasangan pelajaran kepada siswa sehingga pembelajaran di kelas nilainya nolkurang bermakna, membosankan dan siswa lemah lHasil operasi penjumlahan atau pengurangan sama dalam konsep-konsep dasar matematika dan akibatnya dengan sisa koin yang tidak berpasangan.prestasi belajar matematika rendah.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 27

    Contoh aplikasi koin positif dan koin negatif pada pengoperasian penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat:-2 + 4 = ...Langkah-langkah:

    1. Sediakan 2 koin negatif.2. Tambahkan 4 koin positif kemudian

    pasangkan dengan koin negatif.3. Hitung koin yang tak punya pasangan.

    Karena yang tak berpasangan adalah 2 koin positif, maka : -2 + 4 = 2 -3 - 2 = ...Langkah-langkah:

    1. Sediakan 3 koin negatif.2. Ambil 2 koin positif. (Ternyata tak bisa diambil sebab tidak ada

    koin positif)3. Bantu dengan cara menambahkan 2 pasang

    koin positif dan koin negatif dan letakkan di sampingnya.

    4. Ambil 2 koin positif.5. Hitung koin yang tak punya pasanganKarena yang tak berpasangan adalah 5 koin negatif, maka hasilnya adalah -5 (negatif lima).

    Dalam pembelajaran di kelas saya menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan membagi siswa kedalam kelompok-kelompok heterogen sekitar 4-6 siswa dan setiap kelompok mengaplikasikan koin positif dan koin negatif untuk mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan bilanga bulat. Semula siswa masih kebingungan terutama operasi pengurangan bilangan bulat. Namun, setelah proses pembelajaran siswa menjadi paham dan bisa menjawab soal-soal penjumlahan dan pengurangan yang saya berikan dengan benar. Suatu kegembiraan bagi setiap guru ketika mengajarkan sesuatu kepada siswa, siswa merespon dengan aktif dan memperoleh hasil belajar yang baik.

    Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika

  • Asyiknya Belajar Koordinat di Luar KelasSebuah Pengalaman di SMPN 8 Purworejo Sekolah Replikasi Mandiri DBE 3

    Ahmad Supeno S.Pd, Guru Matematika SMPN 8 Purworejo, Jawa Tengah

    idak bisa dipungkiri bahwa pelajaran Prifesional seri 2 dan 3) yang diselenggarakan oleh Matematika adalah pelajaran yang menjadi DBE 3 USAID. Karena SMP Negeri 8 Purworejo adalah TMomok bagi siswa di SMP tak terkecuali hal sekolah replikasi mandiri maka segala sesuatu yang

    tersebut juga terjadi di SMP Negeri 8 Purworejo. saya butuhkan dalam pelatihan saya cukupi sendiri dan Menurut masukan dari siswa tentang kesan pelajaran saya juga tidak mau kalah dengan guru guru Matematika sangat membosankan, katanya; hanya Matematika dari sekolah binaan yang lain yang telah berkutat pada angka angka, ada lagi yang mengatakan lebih dahulu mendapatkan pelatihan. Saya harus pelajaran yang sulit dipahami karena sangat abstrak mampu menunjukan bahwa dari sekolah mitra

    kurang wujud atau realistis. Sulitnya memahami mandir ipun mampu memunculkan ide- ide pertanyaan dalam angka angka menyebabkan pembelajaran yang baik. Bagi saya setelah pelajaran Matematika tidak menarik lagi, mendapatkan pelatihan BTL 2 dan 3 tidak ada waktu membosankan, sukar dipahami, jenuh, dan segudang lagi untuk tidak segera mengamalkan hasil pelatihan keluhan yang muncul tentang pelajaran Matematika. kedalam pembelajaran. Begitu pula saya berusaha Itu Dulu sebelum saya mengikuti pelatihan BTL 2 memunculkan ide-ide pembelajaran baru.dan 3 (Pembelajaran bermakna dan pengajaran

    28 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 29

    Kegiatan yang segera saya lakukan adalah mengubah gambaran selama ini bahwa pembelajaran Matematika membosankan menjadi pelajaran yang mengasyikan. Caranya yaitu mengubah kebiasaan selama ini belajar Matematika di dalam kelas menjadi belajar di lua