Upload
others
View
18
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBERDAYAAN SANTRI MELALUI BANK SAMPAH STUDI KASUS DI PONDOK
PESANTREN KOMUNITAS YA BUNAYYA JOMBANG CIPUTAT TANGERANG
SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi syarat -
syarat mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
SYAMSl DIN SARJAN
MM: 109054100012
PROGRAM STUDY KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN
ILMU KOMUNIKASI I MVERSISTAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HID
AYATULLAH
JAKARTA 2013 M/1435 H
ABSTRAK
SYAMSUDIN SARJAN
Pemberdayaan Santri Melalui Bank Sampah Studi Kasus Di Pondo k Pesantren
Komunitas Ya Bunayya Jombang Ciputat Tangerang Selatan.
Lembaga pendidikan Podok Pesantren tidak bisa dilepaskan dari sejarah
perkembangan Islam di Indonesia. Perkembangan zaman ikut merubah system dalam
penyelangaraan pendidikan di Pondok Pesantren, walaupun tidak sedikit juga Pondok
Pesantren yang tetap melaksanakan system turun temurun (sistem lama). Kehadiran Pondok
pesantren mampu memberikan warna lain terhadap pelaksanaan pendidikan saat ini, selain itu
Pondok Pesantren tidak hanya mampu mencetak santri yang memiliki pemamahaman
terhadap ilmu Agama saja akan tetapi Pondok Pesantren mampu untuk mencetak santri yang
mandiri dan memiliki kemampuan berwirausaha. Permasalahan sampah saat ini menjadi
salah satu peluang bagi Pondok pesantren untuk melakukan pemberdayaan santri dalam
mengembangkan kewirausahaan santri serta kemandirian.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memahami bagaimana peranserta Pondok
Pesantren Komunitas YaBunayya dalam pelaksanaan Pemberdayaan santrinya melal Bank
Sampah. Tujuan lainya adalah penulis ingin memahami seperti apa hal-hal yang menjadi
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan Bank Sampah di Pondok
Pesantren Komunitas YaBunyya.
Pada penelitian ini penulis mengunakan metodologi penelitian kualitatif, dengan
menggunakan metodologi penelitian kualitatif sehingga penulis mampu melakukan
pendekatan yang naturalistic interpretif kepada sumber-sumber informas I jamak dan
pendekatan naratif yang tersedia bag I peneliti.
Hasil dari penelitian ini penulis sajikan dalam bentuk deskriptif, atau diuraikan secara
mendalam mengenai hasil dari penelitian. Bahwa pondok pesantren tidak memiliki peran
yang sangat signifikan terhadap pelaksanaan pemberdayaan santrinya. Pondok pesantren
tidak memiliki program pelatihan sendiri dalam melakukan pengembangan santrinya. Hal
lainya adalah Pondok Pesantren juga mengalami kekurang sumberdaya manusia dalam
melaksanakan program pemberdayaan santri melaui Bank Sampah ini.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan segala karunia, nikmat Islam, nikmat iman, dan nikmat kesehatan yang
berlimpah sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar
saijana sosial (S.Sos) pada program studi Kesejahteraan Sosial. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian di Pondok Pesantren Komunitas YaBunyya. Penulis sangat
menyadari masih banyak kekurang dan hambatan dalam penulisan ini.Hal ini dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan Dukunganya
baik secara moril dan mated, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Drs Arif Subhan selaku Dekan Fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN
SyanfHidayatullah.
2. Ibu Nafsiyah, MSW, ketua Jurusan Program Studi Kesejahteraan Sosial
3. Pak Zaki, M.Si, Sekertaris jurusan Program Studi Kesejahteraan Sosial
4. Drs. Yusran KilunM.Pd, yang telah membimbing penulis semoga ilmu yang beliau
ajarkan bermanfaat dunia dan akhirat.
5. Seluruh dosen jurusan Kesejahteraan Sosial, yang telah membina penulis sel ama empat
tahun di Univeristas tercinta ini,
6. Staff akultasi ilmu komunikasi dan ilmu dakwah yang bekeja dan melayani dengan baik.
7. Pak Komarudin, Ketua Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya dan jajaranya yang
telah mengijinkan untuk melakukan penelitian di program Bank Sampahnya.
8. Orang tua tercinta, Ibunda Siti Mariam yang tak henti-hentinya memanjatkan doanya
kepada yang Maha Kuasa sehingga penulis dimudahkan dalam penulisan skripsi ini.
9. Orang Tua Angkat tercinta, Bapak Sjaiful Hamdin Naumin, Ibunda Sinta (Almrhum),
Ibunda Hari, Ibunda Ewi dan bapak Rizal yang dengan kesabaranya mendidik penulis.
10. Uda Rizal sekeluarga yang ikut berkontribusi dalam membantu kelancaran kuliah
penulis selama ini, semoga hartanya Allah gantikan dengan yang lebih baik.
11. Teman-teman seperjuangan Jurusan Kesejahteraan Sosial Angkatan 2009, yang selalu
memberikan doanya sehingga Allah memudahkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Tangerang Selatan yang selalu memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.Penulis hanya dapat berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan,
dukungan, semangat, masukan dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya
ridho Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin Yarobbalalamin.
Jakarta, November 2013
Syamsudin Sarjan
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................................... i"
KATA PENGANTAR ........................................ ............................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LatarBelakangMasalah ............................................................................. 1
B. PembatasanMasalah .................................................................................. 6
C. PerumusanMasalah ................................................................................... 7
D. TujuanPenelitian ....................................................................................... 7
E. ManfaatPenelitian ..................................................................................... 8
F. MetodologiPenelitian ................................................................................ 8
1. PendekatanPenelitian ......................................................................... 8
2. Macam Dan Sumber Data.................................................................. 10
3. TehnikPengumpulan Data ................................................................. 12
G. TinjauanPustaka ........................................................................................ 16
H. SistematikaPenulisan ................................................................................ 18
BAB II TIN J AUAN TEORITIS ....................................................................................... 20
A. Pemberdayaan ........................................................................................... 20
1. PengertianPemberdayaan ................................................................... 20
2. TujuanPemberdayaan ........................................................................ 24
3. TahapanPemberdayaan ...................................................................... 25
B. Tinjauan S antri ......................................................................................... 25
1. PengertianSantri ................................................................................... 25
C. PondokPesantren....................................................................................... 27
^ns esrnanPondokPesantren ............................................................... 27
2. Fob _ danPeranPondokPesantren ......................................................... 29
IS U IIMl VN PENELITIAN ..........................................................................................31
- 7 em -an Penelitian ........................................................................................ 31
ProfilLembaga ................................................................................... 31
2 YisidanMisi ........................................................................................... 33
. Program PondokPesantrenKomunitasYaBunayya ............................... 36
B. Bank Sampah .............................................................................................. 42
1. Profil Bank Sampah ........................................................................... 42
2. VisidanMisi Bank Sampah ................................................................ 44
BAB IV TEMUAN DAN ANALISI ................................................................................. 48
A. IdentitasInforman ..................................................................................... 48
B. TemuanPenelitian .................................................................................... 49
C. AnalisisPemberdayaanSantri ................................................................... 51
D. FaktorPendukung Dan Penghambat ......................................................... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 61
A. Kesimpulan .............................................................................................. 61
B. Saran-Saran .............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 65
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang
merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan pesantren di Indonesia
sudah dimulai sejak Islam masuk ke Indonesia dengan mengadopsi sistem
pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum
kedatangan Islam.1 Keberadaan Pondok Pesantren diharapkan akan
mampu menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya bergelut dibidang
keagamaan saja namun mengimbangi pengetahuan santri dibidang
kewirausahaan sehingga dapat menghasil santri yang bermental pengusaha
dan mandiri.
Pesantren dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan Islam yang
paling bervariasi, hal ini dapat dilihat dari adanya kebebasan dari Kiai
pendirinya untuk mewarnai pesantren dengan ilmu-ilmu lain selain ilmu
yang memiliki kaitan secara langsung dengan Islam2. Dengan
pertumbuhan pesantren yang semakin beragam dalam bidang pendidikan,
dapat menjadi peluang bagi Pesantren untuk menjadi lembaga yang
mampu menjadi solusi dalam menjawab permasalahan ekonomi
dimasyarakat.
1 Haedari, Amin, Transformasi Pesantren (Jakarta: Media Nusantara, 2006), Ctk.2, h.3 2 Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarat : Erlangga, 2007), hal.58
2
Pesantren tradisional masih dikelola berdasarkan tradisi dan tidak
dikelola berdasarkan keahlian (Skill), baik Human skill, conceptual skill,
maupun technical skill secara terpadu. Akibatnya, tidak ada perencanaan
yang matang, distribusi kekuasaan atau kewenangan yang baik dalam
mengelola pesantren serta program-programnya3. Jika pesantren mampu
dikelola dengan melihat peluang usaha yang dapat dikembangkan oleh
Pesantren, penulis yakin pesantren akan mampu menciptakan para santri
yang memiliki kemapuan berwirausaha. Sehingga setelah santri
meneyelesaika masa studinya di Pesantren akan memiliki kemampuan
agama dan kemampuan berwirausaha serta kemandirian.
Menurut Amin Haediri, secara kelembagaan beberapa pesantren
muncul sebagai sebuah institusi atau “kampus” yang memiliki berbagai
kelengkapan fasilitas untuk membangun potensi-potensi santri, tidak
hanya dari segi akhlak, nilai, intelektual, dan spiritulitas, tapi juga atribut-
atribut fisik dan material.4 Terbentuknya institusi pesantren dapat menjadi
solusi baru dalam pengajaran metode pendidikan untuk memberdayakan
santri menjadi orang yang berdaya guna ketika terjun kemasyarakat.
Pesantren mulai berkembang kearah pemberdayaan dan
keterampilan dengan sangat cepat. Perubahan ini memberikan warna lain
dalam pendidikan di Pesantren. Perkembangan ini sangat dibutuhkan
untuk menselaraskan kehidupan pesantren dengan perkembangan zaman.
3 Haedari, Amin, Transformasi Pesantren (Jakarta: Media Nusantara, 2006), Ctk.2, h.3. 4 Haedari, Amin, Transformasi Pesantren (Jakarta: Media Nusantara, 2006), Ctk.2, h.3.
3
Dampak lain dari perubahan pondok pesantren adalah akan memberikan
ruang kepada santri untuk bersaing dengan instansi-instansi pendidikan
lainya.
Azyumardi Azra menyampaikan bahwa dalam masa-masa
kesulitan ekonomi yang dihadapi Indonesia 1950-an dan awal 1960-an,
pembaharuan pesantren banyak berkenaan dengan pemberian
keterampilan, khususnya dalam bidang pertanian, agar bisa menjadi bekal
para santri disamping untuk menunjang ekonomi para santri itu sendiri.5
Permasalahan mendasar Indonesia adalah masalah kesejahateraan dalam
ekonomi masyarakat yang tidak merata, masyarakat kecil masih
terpingirkan. Dalam kondisi seperti ini menjadi kesempatan bagi
pesantren-pesantren untuk berkontribusi, dimana kondisi pesantren yang
sangat dekat dengan masyarakat kecil.
Salah satu lembaga yang consern terhadap pemberdayaan yang
berbentuk kewirausahaan adalah pondok pesantren. Dibandingkan masa
penjajahan, pesantren mengalami pergeseran orientasi yang cukup jelas.
Jika dimasa penjajahan pondok pesatren mendampingi perjuangan politik
masyarakat Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Namun saat ini
orientasi pondok pesantren sudah lebih ke permasalahan ekonomi.6
5 Mujammil, Qomar,Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi(Jakarta: Erlangga, 2002), h.135 6 Mujamil, Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi(Jakarta: Erlangga, 2002), h.5
4
Maksum Muhammad mengatakan, untuk kedepanya pesantren
tidak hanya menguasai bidang Agama akan tetapi bidang yang lain juga
harus dikuasi oleh santri-santri dimasa depan. Dokter, teknologi, politisi
dan pengusaha dari peasntren jelas berbeda dengan lulusan yang bukan
dari pesantren, karena Pesantren sudah semestinya mejadi pengawal bagi
akhlak terpuji.7 Lulusan Pesantren selain dituntut untuk menjadi tokoh
Agama, dan setelah keluar dari pesantren harus juga memiliki kemampuan
untuk menjadi pengusaha.
Nurcholish Majid, menyebutkan kenapa pesantren mampu
bertahan, bukan hanya karena kemampuanya untuk melakukan adjustment
(Penyesuaian) dan readjustment (Penyesuain diri Kembali). Hal ini juga
dikarenakan karakter eksistensinya, yang dalam bahasa Cak Nur disebut
sebagai lembaga yang tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi
juga “mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous).8
Pesantren sebagai lembaga asli Indonesia memiliki keterikatan
dengan masyarakat di sekitar lingkunganya. Karena pesantren banyak
mendapatkan tanah wakaf ataupun infak serta dana hibah dari masyarakat,
sebagai balas budinya pesantren tidak hanya memberikan pembinaan yang
berbentuk pendidikan terhadap masyarakat akan tetapi pesantren juga
menciptakan pemberdayaan masyarakat.
7 Maksum, Muhammad, Refleksi Pesantren Otokritik dan Perspektif (Jakarta: Ciputat
Institut, 2007), h.7 8 Nurcholish Majid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina,
1997), h.xxv
5
Amin Haedari mengatakan, pengembangan pendidikan nasional ke
depan akan mengacu kapada paradigma baru yang betumpu pada tiga
bagian yaitu, kemandirian (autonomy), akuntabilitas (accountability) dan
jaminan kualitas (quality assurance). Pengembangan Pesantren kedepan
harus mempertimbangkan berbagai fenomena yang berkembang dewasa
ini serta prediksi masa depan pendidikan. Pertama, fenomena tuntutan dan
harapan masyarakat (social exspectation) yang cukup besar terhadap
pendidikan Pesantren. Kedua, adanya tuntutan pengguna jasa (user dan
stakeholder) terhadap lembaga pesantren. Ketiga, adanya fenomena makin
bertambahnya pengangguran Intelektual dari tahun ketahunya.9
Dalam pengamatan Kuntowijoyo, pesantren berperan sebagai
tempat bermuaranya kreativitas budaya bagi kehidupan orang jawa
pedesaan. Bahkan pesantren juga menjadi basis Ekonomi, sosial dan
modalitas kultural yang didasarkan pada semangat pemberdayaan.10
Kuntowijoyo juga menegaskan, bahwa pesantren memiliki jalinan
hubungan struktural dan fungsional dengan masyarakat. Sehingga
pesantren mempunyai kapasitas kemandirian, baik bagi lembagaanya
sendiri maupun bagi pemberdayaan masyarakat disekitarnya.11
Memang sudah saatnya pemerintah mulai melirik metode
pesantren dalam melakukan pemberdayaan ekonomi. Kedekatan
9 Haedari, Amin, Transformasi Pesantren (Jakarta: Media Nusantara, 2006), Ctk.2, h.6-8 10 Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat (Yokyakarta: Tiara Wacana Yokya, 1999), ctk.
2, h.46-47 11 Kuntowijoyo, Paradigma islam; interprestasi untuk aksi (Bandung: Mizan, 1993),
h.250
6
pesasntren dengan masyarakat menjadi jalan yang lebih mudah bagi
pesatren untuk menciptakan hubungan dengan masyarakat itu sendiri,
sehingga ketika pesantren ingin melakukan pemberdayaan masyarakat
akan dapat berjalan dengan baik.
Penulis melihat program ini sebagai bentuk pemberdayaan santri
untuk bisa mandiri secara ekonomi yang diaplikasikan Pondok Pesantren
Komunitas Ya Bunayya dalam mengembangkan Pesantren dan santrinya.
Fokus program yang akan penulis teliti adalah program Bank Sampah,
dengan demikian penulis mengambil judul tulisan “PEMBERDAYAAN
SANTRI MELALUI BANK SAMPAH STUDI KASUS DI PONDOK
PESANTREN KOMUNITAS YA BUNAYYA JOMBANG CIPUTAT
TANGERANG SELATAN”.
B. PEMBATASAN DAN MASALAH
Untuk menfokuskan Penulisan dan memudahkan dalam penelitian
maka penulis membatasi permasalahan penelitian hanya pada:
1. Pemberdayaan santri yang dilakukan oleh santri terhadap
program Bank Sampah yang dicanangkan oleh Pondok
Pesantren Komunitas Ya Bunayya.
2. Tahap-tahap dan cara Pondok Pesantren melakukan
pemberdayaan santri melalui Bank Sampah di Pondok
Pesantren Komunitas Ya Bunayya.
7
C. PERUMUSAN MASALAH
Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang masalah
ini, maka berikut ini diajukan beberapa pertanyaan penelitian yang
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Pondok Pesantren dalam memberdayakan santri
melalui program Bank Sampah di Pondok Pesantren Komunitas Ya
Bunayya?
2. Apa faktor Pendukung dan pengahambat dalam pemberdayaan santri
di Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Mengetahui proses pemberdayaan santri di Pondok Pesantren, dalam
Pemberdayaan yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Komunitas Ya
Bunayya dalam rangka meningkatkan upaya pemberdayaan pontensi
yang dimiliki oleh santrinya melalui Bank Sampah.
2. Mengetahui faktor-faktor Pendukung dan penghambat dari
pelaksanaan pemberdayaan santri yang dilaksanakan oleh Pondok
Pesantren Komunitas Ya Bunayya dalam penguatan potensi yang
dimiliki oleh santrinya melalui Bank Sampah.
8
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian diharapkan memiliki manfaat:
1. Secara Akademis
Penelitian ini dapat memperkaya ilmu dan menambah wawasan
mengenai efektivitas pelaksanaan program pemberdayaan santri
melalui Bank Sampah di Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya
dan diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumbangan yang berguna
dalam memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karya-karya
penelitian lapangan.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
bermanfaat bagi Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunyya Jombang
Tangerang selatan dalam menentukan langka selanjutnya berkaitan
dengan pengembangan program Bank Sampah.
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini penulis mengunakan metodologi
penelitian kualitatif, metode penelitian kualitatif adalah jenis
penelitian yang menghasilkan penemuam-penemuan yang tidak dapat
dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan
cara kuantifikasi lainnya.12 Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk
12 Basrowi dan Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Aneka Cipta, 2008),
hal. 1
9
melakukan penelitian terhadap kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah
laku, organisasi, perubahan sosial, atau hubungan kekerabatan.
Denzin dan Liconln mendefinikan penelitian kualitatif
sebagai berikut. 13
Qualitative research is multimethod, involving an
interpretive, naturalistic approach to is subject matter. This
means qualitative reserarchers study in their natural setting,
attempting to make sense of or interpret phenomena in terms
of the meanings people bring to them. Qualitative research
involves studied use and collection of a variety of empirical
materials-case study, personal exsperience, introspective,
live story, interview, observational, historical, interactional,
and visual texts-that describe routine and problematic
moment and meaning in individuals lives.
Definisi ini menyarankan suatu pendekatan apriori yang
didasarkan pada asumsi filosofis ( pendekatan naturalistis interpretif)
pada penelitian kualitatif dan sumber-sumber informasi jamak dan
pendekatan naratif yang tersedia bagi peneliti.
Penelitian kualitatif memiliki Karakteristik, yaitu: 1.
Naturalistik, penelitian memiliki latar aktual sebagai sumber langsung
data; 2. Data deskrptif, penelitian kualitatif. Data yang dikumpulkan
mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka; 3.
Berurusan dengan Proses, penelitian kualitatif lebih berkonsetrasi
pada proses daripada dengan hasil atau produk; 4. Induktif, penelitian
kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif (dari bawah
13 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisi Data(Jakarta: Rajawali Press, 2011)
hal.1
10
keatas); 5. Makna, makna adalah kepedulian yang esensial pada
pendekatan kualitatif.14
2. Macam dan Sumber Data
Data adalah segala keterangan (Informasi) mengenai semua hal
yang berkaitan dengan semua tujuan penelitian.15 Menurut Lofland
dan Lofland yang dikutip oleh Basrowi dan Suwandi dalam bukunya,
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan.16
Data menurut pembagian asalnya terbagi menjadi: (a) Data literer,
merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis seperti
dari buku teks, majalah, koran, dan tulisan di Internet; (b) Data
dokumenter, data yang diperoleh dari dokumen-dokumen seperti: data
dokumenter tertulis, data dokumenter terekam, data dokumenter
verbal, data dokumenter Material-Budaya; (c) Data laboratoris, data
yang diperoleh dari hasil laboratorium; (d) Data empiris, merupakan
data yang diperoleh langsung dari sumber asli di lapangan yang
dilakukan berdasarkan investigasi langsung kepada informan.17
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga sumber data,
pertama literer sumber data ini penulis mendapatkanya melalui buku-
buku, internet dan dokumentasi tertulis dari Pondok Pesantren
Komunitas Ya Bunyya. Kedua, sumber yang berbentuk Dokumenter
14 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, hal.2 15 M. Idrus , Metode Penelitian Ilmu Sosial (Yogyakarta: Erlangga, 2009) hal.61 16 Basrowi dan Suwandi,Memahami penelitian Kualitatif, hal.169 17 M. Idrus, Metode Penelitian ilmu Sosial, hal.83
11
yang penulis gali dari dokumentasi tertulis dan dokumentasi foto
yang berada di Pondok pesantren Komunitas Ya Bunayya. Ketiga,
melalui data Empiris yang penulis gali melalui observasi, dan
wawancara pengurus Pondok Pesantren komunitas Ya Bunayya.
Menurut derajat sumbernya data terbagi menjadi dua yaitu, data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
peneliti dari sumber asli (langsung dari sumber informan) yang
memiliki informasi atau data tersebut. Sedangkan data sekunder
adalah yang diperoleh dari sumber kedua (bukan orang pertama,
bukan asli) yang memiliki informasi atau data.18
Data yang akan digunakan oleh penulis adalah Pertama, data
primer yang diperoleh melalui wawancara dan observasi kepada
pengurus, santri dan masyarakat di pondok pesantren kemudian data
tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan menghubungkan
masalah yang dikaji. Kedua, data sekunder adalah data yang diperoleh
dengan jalan mengadakan studi dokumenter yang berhubungan
dengan masalah yang diajukan. Data primer dan sekunder adalah
kedua metode yang harus dipadukan satu sama lain sehingga dalam
penelitian tidak terjadi timpang dalam mendapatkan hasilnya.
18 M. Idrus,” Metode Penelitian ilmu Sosial” hal.86
12
3. Tehnik Pengumpulan Data
a. Studi lapangan
Tekhnik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
melakukan studi lapangan adalah, Observasi, Wawancara dan
Dokumentasi.
1. Observasi
Adapun observasi ilmiah adalah perhatian terfokus terhadap gejala,
kejadian atau sesuatu dengan maksud menafsirknya, mengungkapkan
faktor-faktor penyebabnya, dan menemukan kaidah-kaidah yang
mengaturnya. 19 Observasi dapat dilakukan dengan mengamati hal-hal
yang berkembang dilingkungan pondok Pesantren Komunitas Ya
Bunayya. Metode observasi yang penulis gunakan adalah metode
observasi terus terang atau tersamar, dimana penulis dalam melakukan
penelitian atau mengumpulkan data menyatakan secara terus terang
kepada sumber data bahwa penulis sedang melakukan penelitian.20
2. Wawancara
Wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang
berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah
seorang melakukan wawancara meminta informasi kepada orang yang
diteliti. Wawancara terbagi menjadi dua, pertama wawancara tidak
19 M.Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, hal.101 20 Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D , hal. 228
13
terstruktur atau dapat dikatakan juga wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak mengunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk penggumpulan datanya.21 Dalam
penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode wawancara
terstruktur (Structured interviw).
Wawancara ini dilakukan kepada Pengurus Pondok Pesantren
Komunitas Ya Bunayya, selain kepada pengurus Pesantren wawancara
juga akan dilakukan kepada santri yang berada di Pesantren Komunitas
Ya Bunayya. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui
permasalahan secara mendalam dilapangan terkait proses pelaksanaan
strategi pemberdayaan santri di Pesantren Komunitas Ya Bunayya.
3. Dokumentasi
Sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Basrowi dan
Suwardi, Guba dan Lincoln mendefinisikan dokumen ialah setiap
bahan tertulis ataupun film.22 Studi dokumen dapat dilakukan dengan
cara mengkaji yang terdapat dari berbagai macam literatur kepustakaan
berupa hasil penelitian sebuah lembaga atau riset independen, buku-
buku, majalah-majalah, website, atau literatur lainya yang berkaitan
dengan masalah yang sedang dibahas untuk dikaji dan dicatat bagian-
bagian yang penting yang nantinya ada titik poin yang dapat
21 Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 140 22 Basrowi dan Suwandi, Memahami penelitian Kualitatif, h. 159
14
membantu dalam melakukan penelitian tentang Bank Sampah yang
berada di Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya. Penulis akan
melakukan pengumpulan melalui dokumen-dokumen yang Bank
Sampah miliki, sehingga penulis mengethui bagimana perkembangan
dan pelaksanaan manajemen di Bank sampah trsebut. Kajian
dokumenter untuk memudahkan penulis menilai perkembangan Bank
Sampah.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data-data
sekunder, hal ini sangat penting untuk mendapatkan teori-teori dan
data yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian. Selanjutnya
studi kepustakaan dilakukan dengan cara mebaca buku sebagai
referensi dan sumber-sumber ilmiah lainya yang memiliki hubungan
secara mendasar.
Pedoman yang menjadi acuan penulis dalam menulis tulisan ini
adalah “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2007”.
c. Analisa Data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan
pengaturan transkrip wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi
lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman penulis
15
mengenai materi-materi yang telah dikumpulkan. Penulis mengunakan
metode analisis Kualitatif deskriptif, yaitu menganalisis data dari hasil
wawancara, pengamatan, Dokumen dan angket yang dibagikan kepada
informan.
Metode analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-
data kualitatif secara jelas dan mengambil isinya dengan menggunakan
content analysis (analisis isi secara kualitatif). Kemudian
diinterprestasikan dengan mengunakan bahasa penulis sendiri, dengan
demikian akan nampak rincian jawaban atas pokok permasalahan yang
diteliti.
d. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan sejak 19 Juni sampai dengan 17 Agustus
2013. Penelitian ini dilakukan di Pondok pesantren Komunitas Ya
Bunayya, yang berada di Jombang Ciputat tangerang selatan Banten,
dan Sekertariat Bank Sampah di Jl. Alpukat Rt.02 Rw 06, Kp.Rawa
Lele Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan.
e. Hasil atau Kesimpulan Penelitian
Hasil dari penelitian ini akan menjawab rumusan permasalahan
yang telah penulis ajukan. Kesimpulan adalah benang merah yang
didapatkan dari hasil melakukan analisis data.
16
G. TINJAUAN PUSTAKA
Penulis menemukan beberapa judul skripsi yang membahas
tentang Pemberdayaan santri yang di tulis oleh Sarjana Universitas Islam
Negeri Jakarta. Akan tetapi setelah penulis membaca beberapa skripsi
tersebut ada perbedaan yang sangat signifikan, sehingga dalam penulisan
skripsi ini nantinya tidak ada timbul kecurigaan plagiasi. Untuk itu
dibawah ini penulis akan kemukakkan judul skripsi yang di tulis, anatara
lain:
1. Judul : Pemberdayaan Kewirausahaan Terhadap Santri Di Pondok
Pesantren (Studi Kasus: Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman
Parung, Bogor)23
Penulis: Deden Fajar Badruzzaman
Jurusan: Konsetrasi Perbankan Syariah, Universitas Islam Negeri,
2009.
Isi Skripsi: Pada skripsi ini menulis tentang Bagaimana pemberdayaan
kewirausahaan di pondok pesantren, yang lebih membahas pada sektor
Agrobisnisnya. Sedangankan yang penulias teliti lebih kepada Bank
Sampahnya.
Perbedaan Fokus Penelitian: Dalam penelitian ini yang menjadi
fokus penelitianya adalah Kewirahusahaan sehingga banyak bidang
kewirausahaa yang disampaikan, sehingga sangat jauh berbeda dengan
yang ingin penulis teliti.
23 Deden Fajar Badruzzaman, Pemberdayaan Kewirausahaan Terhadap Santri Di
Pondok Pesantren (Studi Kasus: Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung, Bogor),
(Jakarta: Konsetrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syahid, 2009).
17
2. Judul: Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Program Daur Ulang
Sampah Di Rumah Belajar Keluarga Anaklangit24.
Penulis : Juli Antono
Jurusan: Pengembangan Masyarakat Islam, UIN Syarif Hidayatullah
2012.
Isi Skripsi: Dalam skripsi ini dijelaskan bagaiman pemberdayaan
kepada anak jalanan melalui daur ulang sampah.
Perbedaan Fokus Penelitian: perbedaan yang terlihat dari tulisan ini
dengan judul yang penulis ajukkan sangat jauh berbeda. Pada
penulisan ini lebih menfokuskan penelitian pemberdayaan anak
jalanan melalui daur ulang sampah yang berada di rumah belajar.
Sedangkan penulis mengfokuskan pada Pemberdayaan santri melalui
program Bank Sampah yang diselengarakan oleh pondok Pesantren
Komunitas ya Bunayya.
3. Judul: Pemberdayaan Masyarakat Melalui kegiatan daur ulang
sampah di perumahan Griya Serpong Kedemangan Setu Tangerang
Selatan25.
Penulis: M. Hudri
Jurusan: Pengembangan Masyarakat Islam, UIN Syahid Jakarta 2012
24 Juli Antono, “Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Program Daur Ulang Sampah Di
Rumah Belajar Keluarga Anak Langit (Jakarta: Pengembangan Masyarakat Islam Universitas
Islam Negeri Syahid, 2012) 25 M Hudri, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan Daur Ulang Sampah di
Perumahan Griya Serpong Kedemangan Setu Tangerng Selatan, (Jakarta: Pengembangan
Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Syahid, 2006).
18
Isi Skripsi: Pada penelitian ini berisi tentang pemberdayaan
masyarakat yang berada di perumahan dalam mendur ulang sampah.
Perbedaan Fokus penelitian: Fokus dari penulisan ini adalah
program pemberdayaan daur ulang sampah di perumahan Griya
Serpong. Fokus dalam penulisan ini sangat jauh berbeda dengan judul
yang penulis ajukan.
Perbedaan hasil berbagai penelitian diatas dengan judul skripsi
yang penulis ajukkan ialah pada skripsi ini lebih menekankan pada
pembahasan pemberdayaan Santri di Pondok PesantrenYa Bunayya
walaupun dengan menggunakan media pemberdayaanya adalah
sampah.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta” yang diterbitkan oleh Center for Quality Development and Assurance
(CeQDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidataullah Jakarta, 2007.
Adapun pembagian bab sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUA N
Berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
19
Teori yang digunakan adalah, teori pemberdayaan. Bab ini memuat
tentang pengertian pemberdayaan, tujuan pemberdayaan, tahapan
pemebrdayaan dan pengertian santri serta pengertian pondok pesantren.
BAB III : PROFIL LEMBAGA
Memuat tentang latar belakang berdirinya lembaga, visi dan misi
lembaga, program-program yang dilaksanakan oleh lembaga dan profil
Bank Sampah sebagai program pemberdayaan di Pondok Pesantren.
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS
Pada bab ini adalah proses menganalisa sejauh mana peran
pemberdayaan santri yang dilakukan oleh Bank Sampah. Hasil temuan
dianalisis pada bab ini sehingga diketahui apa kekurangan dan kelebihan
Bank Sampah dalam menerapkan prinsip manajemen.
BAB V: PENUTUP
Bab ini merupakan akhir dari rangkaian pembahasan dalam
penulisan skripsi yang berisi kesimpulan, dan saran-saran, yang didapat
dari bab-bab sebelumnya yang kemudian diakhiri dengan daftar pustaka
dan lampiran-lampiran.
20
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PEMBERDAYAAN
1. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan (enpowerment) berasal dari kata
‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan).26 Pemberdayaan secara
etimologi berasal dari kata daya yang berarti upaya, usaha, akal,
kemampuan.27 Jadi pemberdayaan adalah upaya untuk membangun
daya (Masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkanya.28
Pemberdayaan dalam kamus umum bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan sebaik-
baiknya untuk mencapai hasil yang memuaskan.29 Dalam pengertian
lain pemberdayaan adalah upaya memperluas pilihan bagi masyarakat
dengan upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-
baiknya. Dengan begitu pemberdayaan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat.30 Pemberdayaan juga dapat dikatakan
sebagai usaha peningkatan potensi diri sehingga dapat menimbulkan
26 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Reflika
Aditama, 2005) Cet.1, h.57 27 Badudu-Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (jakarta: Sinar Harapan, 1997) h.317 28 Mubyartanto, Membangun Sistem Ekonomi (Yokyakarta: BPFE, 2000) h.263 29 Badudu dan Zaim, Kamus Umum Bahasa indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2001) h. 318 30 Lili Badiri, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wiraussaha (Jakarta: CV. Pustaka
Amri, 2005) h.54
21
kepercayaan diri seseorang untuk dapat menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya.
Pemberdayaan adalah mengembalikan keberfungsian sosial
seseorang sehinngga mampu kembali berfungsi kehidupan sosialnya
dengan baik melalui bantuan seorang agen perubahan. Dalam rangka
memenuhi kebutuhanya, seperti : papan, sandang, kebebasan,
keamanan, kesehatan, dan kebutuhan-kebutuhan lainya.31
Menurut Edi Suharto pemberdayaan menujuk kepada kemampua
orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka
memiliki kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya
sehingga mereka memiliki kebebasan (Freedom), kebebasan yang
dalam arti bebas dari kemiskinan, kelaparan, kebodohan dan bebas dari
keadaan sakit. (b) Menjangkau sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatanya dan
memperoleh barang dan jasa yang mereka butuhkan. (c) Berpartisipasi
dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
memungkinkan kehidupan mereka.32
Menurut Gunawan Sumodingrat pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya yang dimiliki dhu’afa dengan mendorong,
31 Siti Nafsiyah, Disability dan gerontology, disampaikan pada kuliah Disability dan
Gerontologi Kesejahteraan sosial , April 2008. 32 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2005), h.58.
22
memberikan motivasi, dan meningkatkan kesadaran tentang potensi
yang dimiliki mereka, serta berupaya untuk mengembangkanya.33
Sebagaimana dikutip dalam bukunya Isbandi Rukminto Adi,
Shardlow melihat inti dari berbagai definisi pemberdayaan adalah
membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan
untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka (Such
a definition of enpowerent is centrally about people taking control of
their own live and having the power to shape their own future). Dalam
kesimpulanya, pemberdayaan adalah sebagai suatu gagasan.34
Dalam buku yang ditulis oleh Sulastri, Kartasasmita mengatakan
bahwa memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan
masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendinamisasi potensi-
potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat
seluruh lapisan masyarakat, dengan kata lain menjadikan masyarakat
mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya meliputi
pengguatan anggota individu dan anggota masyarakat akan tetapi harus
berimpilikasi pada penguatan pranata-pranata sosial. Dalam
pepberdayaan harus ada nilai-nilai budaya yang ditanamkan seperti
33 Gunawan Sumodiningrat, Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyarakat,
(Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997), h. 165. 34 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pembangunan Dan Intervensi Komunitas,
(Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 54-55.
23
budaya kerja keras, hemat, tangung jawab dan keterbukaan adalah
bagian pokok dari upaya pemberdayaan.35
Dengan demikian pemberdayaan adalah sebuah proses
mengembalikan ataupun menciptakan keberfungsian sosial pada diri
individual ataupun pada kelompok masyarakat. Sehingga hasil
pemberdayaan tersebut akan menjadi sifat yang berbebntuk permanen.
Melalui pemberdayaan akan menciptakan masyarakat yang
bermartabat.
Pemberdayaan adalah suatu proses yang harus dilaksanakan,
karena pemberdayaan menjadi persyaratan utama untuk membawa
masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik, dan menciptakan
masyarakat yang tangguh secara ekonomi, sosial dan ekologi yang
dinamis. Dengan pemberdayaan ini masyarakat diarahkan, sehingga
dengan sendirinya memiliki kemapuan untuk memmanfaatkan sumber
daya alam yang berada disekitar lingkunganya menjadi barang ataupun
jasa yang memiliki nilai ekonomis.
Pemberdayaan ini menyakut beberapa segi yitu Pertama,
penyadaran tentang peningkatan kemampuan untuk mengidentifikasi
persoalan dan permasalahan yang ditimbulkan serta kesulitan hidup
atau penderitaan. Kedua, meningkatkan sumber daya yang telah
ditemukan, pemeberdayaan memerlukan upaya advokasi kebijakan
ekonomi politik yang pada pokoknya bertujuan untuk membuka akses
35 Sulastri, Isu-Isu Tematik Pembangunan Social: Konsepsi Dan Strategi (Jakarta: Balai
Latihan dan Pengembangan Sosial Dep. Sos RI, 2004), h.29
24
golongan bawah, lemah dan tertindas terhadap sumber daya yang
dikuasai oleh golongan kuat atau terkungkung oleh peraturan-
peraturan pemerintah dan pranata sosial.36
2. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan pada prinsipnya, yaitu komunikasi,
infomasi, edukasi (KIEA) dan advokasi.
1. Komunikasi adalah upaya membangun hubungan relasi dua
arah yang setara dengan masyarakat yang akan diberdayakan
sehingga masyarakat menjadi lebih terbuka dan mapu
mengapresiasi apa yang dirasakanya, mampu memberikan
pendapat, mampu berkreasi dan berinovasi.
2. Informasi adalah penyediaan bergai berita dan isu kekinian
serta informasi penting yang dibutuhkan masyarakat untuk
membagun kapasitas diri masyarakat tersebut.
3. Edukasi adalah sebagai bentuk upaya pendidikan formal
maupun yang non formal yang diperlukan masyarakat yang
sedang diberdayakan sehingga mereka akan mampu untuk
meninggkatkan kapasitas secara individu maupun secara
kelompok yang akan berimbas pada kesejahteraan bagi
masyarakat yang sedang diberdayakan.
36 M Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi (Yokyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999), Cet.1, h.355
25
4. Advokasi yang berarti membela kepentingan masyarakat,
selain itu juga dengan advokasi masyarakat dapat didampingi
dalam memberdayakanya.37
3. Tahapan Pemberdayaan
Setidaknya ada tiga tahapan dalam melakukan pemberdayaan.38
Pertama, Input yaitu menetapkan dan menganalisis kebutuhan-
kebutuhan pemberdayaan melalui identifikasi kebutuhan dan
penempatan sasaran, yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang
dapat diukur dalam bentuk peningkatan dan perubahan yang lebih
baik. Kedua, proses pelaksanaan dari pemberdayaan yang
direncanakan. Ketiga,output yaitu memantau, mengevaluasi dan
menganalisis pemberdayaan.
B. TINJAUAN SANTRI
1. Pengertian Santri
Kata santri berasal dari dua kata, yang pertama kata santri berasal
dari ‘santri’ dari Bahasa Sansengkerta yang artinya melek huruf.
Kedua, kata santri berasal dari bahasa Jawa ‘cantrik’ yang berarti
seseorang yang mengikuti seseorang guru kemanapun guru tersebut
pergi atau menetap dengan tujuan dapat belajar darinya suatu ilmu
pengetahuan.39
37 Fraizer Moore,HUMAS Membagun Citra Dengan Komunikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h.637 38 Sumardi, Pemberdayaan Masyarakat (Bandung: Berkah Pustaka, 1984) h.23 39 Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren (Jakarta: Paramadina, 1997) h.19-20
26
Pengertian santri tersebut memiliki kesamaan arti dengan arti santri
secara umum, yaitu orang yang belajar agama islam dan mendalami
agama islam disebuah pesantrian (Pesantren) yang menjadi tempat
belajar bagi para santri.40 Jika diruntut dengan tradisi pesantren,
terdapat dua kelompok santri yaitu:
a. Santri Mukim
Santri mukim adalah santri yang berasal dari daera-daerah
yang berjauhan dari tempat pesantren, sehingga mereka menetap di
pesantren. Santri yang sudah lama tinggal biasanya menjadi
pembimbing bagi santri yang baru masuk, sehingga mereka yang
sudah lama memiliki tangunga jawab yang lebih besar terhadap
pesantren.
b. Santri Kalong
Disebut dengan santri kalong karena para santri tersebut
berasal dari daerah yang dekat dengan keberadaan pesantren,
mereka berada di pesantren hanya pada waktu-waktu belajar saja
dan pada waktu mengaji. Karena kediaman mereka dekat dengan
pesantren sehingga mereka tidak menetpa di pesantren (bolak-balik
rumah).41
40 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988) h.783 41 Suismanto, Menelusuri Jejak Pesantren (Yogyakarta: AliefPress, 2004), h.54-55
27
C. PONDOK PESANTREN
1. Pengertian Pondok pesantren
Kata pondok yang secara umumnya dikenal sebagai tempat untuk
beristirahat ataupun tempat untuk tinggal. Dalam dunia pesantren
pondok dikenal dengan asrama-asrama yang digunakan sebagai tempat
tinggal para santri. Kata pesantren berasal dari kata santri yang
ditambah imbuhan depan dengan pe- dan imbuhan belakang dengan
tambahan –an yang berarti adalah tempat tinggl para santri. Menurut
Wahid pondok pesantren mirip dengan akademi militer atau biara
(monestory. Convent) dalam arti mereka yang ada disana mengalami
suatu kondisi yang totalitas.42
Pesantren dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti asrama,
tempat santri atau murid-murid belajar mengaji dan sebagainya.43
Istilah pesantren berasal dari Pe-Santri-an, dimana kata santri yang
berarti murid dalam bahasa jawa. Istilah pondok berasal dari bahasa
Arab Funduuq yang berarti penginapan. Kusus di Aceh pesantren
disebut dengan Dayah. Biasanya pondok pesantren dipimpin oleh
seorang kiyai. Untuk mengatur kehidupan pondok Kiyai akan
42 Mayra Walsh, Pondok pesantren dan ajaran golongan Islam ekstrim (studi kasus di
pondok pesantren putrid Darur Ridwan Parangraharjo, Bayuwangi), Studi Lapangan ACICIS
Program Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang (2002) h.8 43 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
1986), h.177
28
menunjuk salah satu santri senior untuk bertangung jawab kepada
santri lainya.44
Mastuhu mendefinisikan pesantren sebagai lembaga pendidikan
tradisional islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral
keagmaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.45
Menurut Didin Hafidudin, pondok pesantren adalah salah satu
lembaga diantara lembaga-lembaga iqomatuddin lainya yang memiliki
dua fungsi utama, yaitu fungsi kegiatan tafaquh fil al din (pengajaran,
pemahaman, pendalaman ajaran agama Islam), serta fungsi indzdar
(menyampaikan dan mendakwahkan ajaran Islam kepada
masyarakat).46
Sejak Islam masuk ke Indonesia pesantren sudah melaksanakan
dua fungsi utama dalam islam tersebut. Dari Pondok pesantren yang
nantinya akan melahirkan tokoh ulama, kiyai dan pengusaha-
pengusaha mudah yang mampu mandiri secara ekonomi. Selain
melahirkan santri yang ilmu agamanya tinggi, tapi pesantren juga
sudah mampu melahirkan santri yang memiliki profesi umum seperti
dokter, pengusaha, arsitek dan profsi lainya.
Dari berbagai definisi tersebut penulis mencoba mendefinisikan.
Pesantren adalah lembaga pemberdayaan rohani yang mampu
44 Ali Yafie, Teologi Sosial Telaah Kritis Persoalan Agama dan kemanusiaan
(Yokyakarta: LKPSM, 1997), h.25 45 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (jakarta: INIS, 1994), h.6 46 Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual (Jakarta: Gema Insani, 1998), ctk. 1, h.120
29
menguatkan pribadi, dan tatanan sosial masyarakat dari segi
keagamaan dan perekonomian. Lembaga pesantren menjadi harapan
besar untuk memberikan kontribusi yang besar terhadap
penangulangan kemiskinan.
2. Fungsi dan Peran Pondok Pesantren
Lembaga pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan,
lembaga sosial, juga berfungsi sebagai lembaga penyiaran agama
Islam untuk memngokohkan akhlak di masyarakat. Selain itu
pesantren dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengitegrasikan
antara santri dan masyarakat, sehingga pemahaman kepesantrenan
dapat menyebar ke masyarakat umum.
Fungsi lainya sebagai instrumen untuk tetap melestarikan ajaran-
ajaran islam di bumi Indonesia ini, karena pesantren mempunyai
pengaruh yang kuat dalam membentuk dan memelihara kehidupan
sosial, kultural, politik, keagamaan dan sebagainya.47
Pesantren juga terkenal mampu memainkan peranan dalam
pembangunan. Menurut Afan Gaffar sebagaimana dikutip oleh
Syuthon Mahmud dan Khusnurdilo, terdapat tiga jenis peranan
pesantren yaitu:
a. Mendukung dan memberdayakan masyarakat pada tingkat
‘grassroots’ yang sangat esensial dalam rangka menciptakan
pembangunan yang berkelanjutan.
47 Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual, h.120
30
b. Meningkatkan politik secara meluas, melalui jaringan,
kerjasama, baik dalam satu negara mupun dengan lembaga-
lembaga internasional lainya.
c. Ikut mengambil bagian dalam menentukan arah dan agenda
pembangunan.48
Menurut penulis pesantren mampu menciptakan manusia yang
bertakwa, manusia yang memiliki mental membangun dan
berketerampilan serta berilmu pengetahuan sehingga memiliki
moto hidup yang visioner.
48 Sulthon Masyhud, Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka,
2005), h. 13
31
BAB III
TEMUAN PENELITIAN
A. TEMUAN PENELITIAN
1. Profil Lembaga
a. Latar belakang bedirinya
Pondok pesantren ini bernama Pondok Pesantren Komunitas Ya
Bunayya, Pesantren ini berada di Kampung Rawa Lele RW. 06
Kelurahan Jombang Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan
Banten. Pesantren ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan pendidikan yang berkualitas dan berakhlak mulia
serta terjangkau untuk masyarakat kecil.
Pesantren sebagai tempat pendidikan yang berbasis agama
memiliki basis sosial yang jelas karena keberadaannya menyatu
dengan masyarakat. Pada umumnya, pesantren hidup dari, oleh, dan
untuk masyarakat. Visi ini menuntut adanya peran dan fungsi pondok
pesantren yang sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, bangsa,
dan negara yang terus berkembang.
Sementara itu, sebagai suatu komunitas, pesantren dapat berperan
menjadi penggerak bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
mengingat pesantren merupakan kekuatan sosial yang jumlahnya
cukup besar. Secara umum, akumulasi tata nilai dan kehidupan
spiritual Islam di pondok pesantren pada dasarnya adalah lembaga
32
tafaqquh fid din yang mengemban amanah untuk meneruskan risalah
Nabi Muhammad saw sekaligus melestarikan ajaran Islam.
Berdirinya lembaga pesantren ini dimaksudkan untuk
mempertahankan nilai-nilai keislaman dengan titik berat pada
pendidikan. Pesantren juga berusaha untuk mendidik para santri agar
menjadi orang-orang yang mendalami pengetahuan keislaman,
kemudian mereka dapat mengajarkannya kepada masyarakat di mana
para santri kembali setelah menyelesaikan di pesantren.
Pesantren Komunitas Ya Bunayya ini memiliki aneka pesona,
keunikan, kekhasan dan karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki
oleh institusi lainnya. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam
pertama dan khas pribumi yang ada di Indonesia. Karenanya,
signifikansi pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam tidak
dapat diabaikan dari kehidupan masyarakat muslim Indonesia.
Kiprah Pesantren dalam berbagai hal sangat dirasakan oleh
masyarakat. Salah satu yang menjadi contoh utama adalah, selain
mencetak kader-kader ulama dan pengembangan keilmuan Islam,
Pesantren juga meluruskan gerakan-gerakan protes terhadap
pemerintah kolonial Hindia Belanda yang menjajah Indonesia.
b. Struktur Kepengurusan
Pembina : Komaruddin Akhyas, S.Ag
Nama Pengelola :
Ketua : Arif Widianto, S.Pd
33
Sekretaris : Wahyuni, A.Md
Bendahara : Sebtio Purwanti, SE.
Status : Swasta
Akta Pendirian Yayasan : Akta Notaris
Fasilitas : Gedung milik sendiri dengan lahan 1 ha.
2. Visi Dan Misi
a. Visi Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya adalah:
” Terwujudnya Masyarakat Madani”
Masyarakat madani adalah masyarakat yang memiliki
peradaban tinggi dan maju yang berasaskan pada nilai-nilai, norma,
hukum, moral yang diikuti oleh kepercayaan kepada Tuhan
(Allah). Implementasi dari kepercayan kita kepada Tuhan adalah
melahirkan manusia yang menghormati pluralitas, bersikap terbuka
dan demokratis dan bergotong royong menjaga kedaulatan Negara.
b. Misi Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya adalah:
1. Menyelenggarakan program pembinaan akhlak mulia di
masyarakat.
Pembinaan adalah langkah awal yang sangat diperlukan oleh
anak ketika dia masih usia dini. Sejak masa kanak-kanak anak akan
lebih mudah menginggat apa yang dialaminya, jika yang
dialaminya baik anak tersebuat akan mengikuti yang baik dan jika
yang dialaminya negative maka hal yang negative tersebut yang
akan diingatnya ketika dewasa. Misi ini sangat membantu
34
masyarakat untuk menjaga anak-anaknya dari hal-hal yang
negative yang banyak terjadi saat ini.
2. Menyelenggarakan program pendidikan terpadu.
Pendidikan terpadu adalah pendidikan yang dipadukan dengan
kegiatan-kegiatan lainya seperti kegiatan keagamaan, kegiatan
yang berkaitan dengan alam serta membentuk mental anak-anak
melalui outbound. Pendidikan terpadu ini terbukti memberikan
efek yang baik terhadap perkembangan anak, karena bisa langsung
mempelajari apa yang dialaminya dalam dunia mereka.
3. Menyelenggarakan sendi-sendi perekonomian kreatif di
masyarakat.
Masyarakat yang berada sekitar Pondok Pesantren Ya Bunayya
adalah masyarakat yang didominasi oleh kondisi ekonomi
menengah kebawa. Dengan misi ini Pondok Pesantren mengadakan
program pemberdayaan masyarakat untuk membantu
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar lingkungan
Pondok.
4. Menyelenggarakan program pelayanan kesehatan terpadu.
Permasalahan yang paling penting yang harus segera
diselesaikan oleh pemerintah saat ini adalah masalah kesehatan
masyarakat kecil. Pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh
masyarakat sekitar Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya.
Masalah kesehatan lebih banyak dialami oleh lansia yang memang
35
kondisinya sudah berusia lanjut. Misi dari Pondok Pesantren ini
akan memberikan bantuan bagi masyarakat dalam dunia kesehatan.
5. Menyelenggarakan program sadar lingkungan.
Permasalahan lain yang perlu diperhatikan adalah
permasalahan lingkungan, seperti sampah-sampah yang tidak ada
solusi pasti dari pemerintah kota setempat. Hadirnya Pondok
Pesantren Komunitas Ya Bunayya dengan membawa misi
merangkul masyarakat agar sadar akan kebersihan lingkungan,
misi ini diaplikasikan dengan membangun Bank Sampah.
6. Memakmurkan masjid.
Yang melatarbelakangi misi ini adalah Al-Qur’an dan Al-
Hadist, Yang menganjurkan mengutamakan untuk memakmurkan
masjid. Perintah ini terdapat dalam perintah Agama dalam Al-
Qur’an surat At-Taubah ayat 18:
“Hanyalah orang-orang yang memakmurkan Masjid-Masjid
Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
Akhirat, serta tetap mendirikan Shalat, mengeluarkan Zakat dan
tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah. Mereka itulah
orang-orang yang diharapkan untuk menjadi orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
Rasulullah juga mensabdakan kepada umatnya untuk selalu
memakmurkan masjid, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dan Imam Tirmdzi :
“Rasulullah SAW telah menyuruh kami membangun Masjid di
tempat tinggal kami dan supaya kami menjaga kebersihannya.”
36
3. Program-Program Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya
a. Program Pendidikan
1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Program ini adalah program anak usia dini, dimana
pembinaanya tidak hanya pendidikan saja akan tetapi
dipadukan dengan interaksi dengan alam dan pembelajaran
akhlak yang intensif. Program ini dikuti oleh anak-anak umur
2,8 tahun samapai 4 tahun untuk program KB, 4 sampai 5
tahun untuk PAUD A dan 6 sampai 7 tahun untuk PAUD B.
Kegiatan PAUD ini dimulai dari jam 8.00 sampai jam 11.00
setiap harinya keculi hari Sabtu dan Minggu kegiatan PAUD
libur.
2. Taman Pendidikan Al-Quran Terpadu (TPAT).
Anak-anak yang mengikuti program ini dibagi dalam level-
level untuk memudahkan dalam mengajar, sebagaimana
digambarkan dalam table di bawah ini.
No Kelas Materi
1 Level 1 BBQ / Iqro 1 – 2
2 Level 2 BBQ / Iqro 3 – 4
3 Level 3 BBQ / Iqro 4 – 6
4 Tahsin Tilawah &
Tahfizh
Peserta mulai menghafal juz 30
Tabel 1: Daftar Kelas dan materi yang di ajarkan di TPA Pondok Pesantren
Komunitas Ya Bunayya
Kegiatan belajar dilaksanakan pada hari senin s/d kamis, waktu
belajar dimulai dari pukul 16.00 s/d 17.30 WIB.
37
3. Pesantren Quran Mahasiswa (PQM).
PQM adalah program yang diperuntukan bagi lulusan
SMA/MA sederajat yang ingin melanjutkan kuliah. Di Pondok
Pesantren Komunitas ini yang ingin melanjutkan ke bangku
perkuliahan akan biayai oleh Pondok Pesantren. Sampai saat
ini santri yang melajutkan ke bangku kuliah sudah berstatus
sebagai mahasiswa dibeberapa Universitas Swasta seperti BSI
dan STEI SEBI.
4. Program Kesetaraan A, B, C.
Yang dimaksud dengan program kesetaraan adalah
menyetarakan status pendidikan seseorang, yang tadinya orang
tersebut tidak sekolah dengan mengikutiprogram ini makan dia
akan memiliki status pendidikan yang sama dengan di Sekolah
formal. Kesetaraan A maksudnya setara dengan pendidikan
SD, kesetaraan B setara dengan pendidikan SMP dan
kesetaraan C setara dengan pendidikan SMA. Untuk
menyelenggarakan program ini Pondok Pesantren melakukan
kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Tanggerang Selatan.
Yang mengikuti kegiatan ini adalah masyarakat setempat,
tempat Pondok Pesantren Komunitas Berada.
5. Balai Latihan Keterampilan (BLK).
Balai latihan keterampilan atau disingkat (BLK) adalah
program yang membina masyarakat untuk membuat kerajinan
38
dari limbah hasil pengolahan Bank Sampah. Dalam program ini
masyarakat diajarkan untuk mebuat Tas, topi, dan dompet
mengunakan bahan plastik yang telah diolah oleh Bank
Sampah.
b. Program Pemberdayaan
1. Buna Action
Program ini dipruntukan untuk pemuda-pemuda yang
berada di sekitar Pondok Pesantren Ya Bunayya. Dalam
program ini pemuda-pemuda bisa membuat kreatifitas.
2. Pengobatan Gratis.
Kegiatan pengobatan gratis yang diperuntukkan bagi
masyarakat yang berada di sekitar lingkungan Pondok
Pesantren Komunitas Ya Bunayya. Kegiatan ini bertujuan
untuk menjaga kesehatan masyarakat dan menciptakan hidup
sehat. Pengobatan gratis dilaksanakan melalui bekerja sama
dengan dokter-dokter yang berada di Puskemas.
3. Pemberdayaan Lansia.
Tingginya pertumbuhan lansia di Indonesia khususnya kota
tanggerang menjadi permasalahan tersendiri. Dalam usia yang
lanjut, banyak lansia yang tidak memiliki kegiatan yang dapat
menghasilkan, dan kondisi ekonomi yang sangat
memprihatinkan. Dengan program pemberdayaan lansia yang
berada di Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya ini maka
39
lansia memiliki kegiatan yang dapat menghasilkan uang
walaupun tidak begitu besar. Kegiatan yang biasa dilaksanakan
lansia dalam program ini adalah membuat anyaman yang akan
menghasilkan barang berupa tas, dompet, topi, dan sarung HP
yang berbahan plastik. Bahan plastik yang digunakan adalah
berasal dari Bank Sampah yang dikelola oleh pondok pesantren
tersebut.
4. Beasiswa Pendidikan.
Program beasiswa pendidikan yang berada di Pondok
Pesantren Ya Bunayya adalah program yang mneyediakan
beasiswa bagi santri maupun PAUD yang berasal dari keluarga
yang tidak mampu. Bagi anak-anak yang tidak mampu maka
Pondok Pesantren akan mencarikan donatur, ada yang
mendapatkan beasiswa full ada juga yang hanya bayar
setengahnya tergantung kemampuan orang tua santri bagi yang
PAUD.
5. Pemberdayaan Mahasiswa.
Pemberdayaan mahasiswa dilakukan melalui program yang
ada, seperti program Bank Sampah. Dalam menjalankan
program Bank Sampah mahasiswa yang menjadi santri
berperan sebagai pengurusnya, Program Pondok Pesantren
Komunitas Ya Bunyya lainya melibatkan mahasiswa yang
menjadi santri. Mahasiswa diberdayakan dalam mengelola
40
bisnisnya dengan pembagian tugas yang jelas, sehingga mereka
memiliki peran masing-masing.
c. Bisnis Sosial
1. Bank Sampah.
Program ini diresmikan pada tanggal 4 Maret 2012.
Lembaga ini bertempat di Jl. Alpukat Rt.02 Rw 06, Kp.Rawa
Lele Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Tangerang
Selatan. Maksud dan tujuan dari lembaga ini adalah: Pertama,
Sebagai bekal pengetahuan yang tidak hanya dimaksimalkan di
kampungnya namun di lingkungan sekitarnya sehingga mampu
menghasilkan pengaruh (Impact ) yang luas dan dasyat. Kedua,
menggugah kesadaran masyarakat bahwa semuanya adalah
membangun sikap dan perilaku dalam pemanfaatan limbah
sebagai keuntungan bagi warga dan lingkungannya. Ketiga,
membangun kommunitas dari orang-orang yang bersatu secara
sukarela, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi,
sosial dan budaya bersama-sama melalui Bank Sampah yang
dimiliki bersama dan dikendalikan secara Manageman &
Demokratis.
2. Koperasi
Pendirian program ini adalah untuk memmudahkan anggota
dalam hal penjualan hasil kerajinan tangan. Koperasi menjadi
pusat kegiatan ekonomi turunan dari Bank Sampah.
41
3. Tabungan Paket Lebaran
Tabungan paket lebaran bertujuan untuk menyisihkan uang
bagi anggota untuk mendapatkan paket lebaran pada saat idul
fitri tiba. Dengan program ini anggota yang ikut akan
mendapatkan pakel lebaran sehingga tidak usah membeli lagi.
d. Segmen Program
1. Pemberdayaan fungsi Masjid sebagai pusat pembinaan
spiritual keagamaan dan akhlak mulia.
2. Pembinaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam
mewujudkan masyarakat pembelajar dan terdidik.
3. Penyelenggaraan pendidikan gratis pada tingkat PAUD.
4. Pengadaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
5. Pengadaan beasiswa dan bantuan biaya pendidikan untuk
masyarakat.
6. Mendorong masyarakat untuk menjadi penggerak dan pelaku
ekonomi.
7. Menumbuhkan dan mengembangkan jiwa kewirausahaan
masyarakat.
8. Menggerakan masyarakat sadar hidup sehat.
9. Memfasilitasi hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
bermutu baik.
42
e. Program Sarana Penunjang Lainya
Selain pembangunan sarana pendidikan, Pesantren Komunitas
juga akan merancang sarana penunjang lainnya yang mendukung
kegiatan tersebut yang mencakup:
1. Pembangunan LKM / BMT
2. Pembangunan Koperasi Pesantren sebagai unit usaha
3. Pembangunan Kantin Pesantren
4. Pembangunan Klinik Kesehatan
5. Pembangunan Majlis Ta’lim sebagai sarana pengajian umum
6. Pembangunan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
B. PROFIL BANK SAMPAH
1. Program Bank Sampah
a. Latar Belakang Berdiri
Program Bank Sampah didirikan pada tanggal 2 Febuari
2012 dan diresmikan pada tanggal 4 Maret 2012. Program sampah
ini terletak di Jl. Alpukat Rt.02 Rw 06, Kp.Rawa Lele Kelurahan
Jombang, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan. Melihat
Perkembangan sifat konsumtif akan air mineral dan sejenisnya
pada saat ini tidak terbendung lagi. Bahkan pada saat sekarang
tidak seorangpun terlepas dari mengkonsumsi minuman kemasan.
Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, hidup kita pasti selalu
berhubungan dengan air minum. Perkembangan sifat konsumtif
saat ini, menyisakan masalah baru yaitu menumpuknya dan
43
bertambahnya sampah yang menggangu kesehatan dan
keseimbangan.
Permasalahan sampah tidak akan pernah selesai, karena
barang yang dikonsumsi menghasilkan limbah sangat banyak.
Berawal dari berbagai permasalahan tersebut maka usaha ini
didirikan. Ide usaha ini tercetus dikarenakan melihat kondisi
lingkungan saat ini yang penuh sampah dan melihat peluang serta
keuntungan yang menjanjikan, Jika usaha ini benar – benar
dijalankan dan ditekuni maka sangat menjanjikan sebagai fasilitas
untuk pemberdayaan. Usaha ini diberi nama Bank Sampah Sukses
Mandiri.
b. Struktur Kepengurusan
Pembina: Endang Nugraha
Ketua : Abdul Aziz
Sekertaris : Rachmat Tullah
Bendahara : Taufiq
Penimbang : Ju’ihi
Pencar Bahan Baku : Halim
Kerajinan : Magrib
Pemasaran : Zuhdi
Transportasi : Zainudin
Humas : Suwito
44
2. Visi Dan Misi
a. Visi Bank Sampah.
“Menciptakan kesejahteraan dengan lingkungan bersih dan sehat”
Visi dari program ini adalah meningkatkan kesejahteraan melalui
pemberdayaan Bank Sampah. Selain nilai ekonomis yang didapat dari
program ini, masalah kesehatan lingkungan pun akan selalu terjaga.
Karena sampah yang biasanya dibuang di sembarang tempat bisa
bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis buat masyarakat khususnya
nasabah Bank Sampah.
b. Misi Bank Sampah.
1. Memproduksi pengelolaan sampah.
Bank Sampah akan mengumpulkan sampah dengan dua
cara untuk saat ini, cara pertama adalah melalui nasabah bank
sampah yang akan menabung sampah. Cara yang kedua
melalui pekerja (pemulung) yang mengumpulkan sampah
secara lagsung di lapangan. Sampah-sampah yang didapat dari
nasabah dan pekerja akan dikumpulkan lapak Bank Sampah. Di
lapak Bank Sampah, semua sampah akan disorti sesuai jenis
sampahnya seperti plastic dikumpulkan sesuai plastik saja,
begitu juga dengan sampah-sampah yang lainya.
2. Mengolah sampah untuk memiliki nilai jual.
Pada tahap awal sampah-sampah yang udah dikumpulkan
akan disortir sesuai dengan jenis sampahnya. Setelah disortir
45
selesai sampah plastik biasanya akan digiling dengan ukuran
yang lebih kecil-kecil. Hasil gilingan tersebut nantinya akan
dijual ke pabrik-pabrik dengan harga yang berbeda. Pada
awalnya harga plastik aqua 5500/kg, setelah dilakukan
penyortiran dan pengilingan maka harga plastik yang akan
dijual kepabrik harganya menjadi 10500/kg. proses seperti
inilah yang dimaksud ada penambahan nilai barang.
3. Menambah penghasilan masyarakat melalui sampah.
Keberadaan Bank Sampah diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat dan kusunya Nasabah Bank sampah
serta pekerjanya. Program ini dapat menjadi sumber
pendapatan pasif (pasif income) bagi nasabah bank sampah,
jika program ini berjalan dengan baik tidak akan menutup
kemungkinan pemeberdayaan dapat berjalan dengan baik
melalui program ini.
3. Maksud dan Tujuan
a. Sebagai bekal pengetahuan yang tidak hanya dimaksimalkan
dikampungnya namun di lingkungan sekitarnya sehingga mampu
menghasilkan pengaruh (Impact) yang luas dan dahsyat.
b. Menggugah kesadaran bahwa semuanya adalah membangun sikap
dan perilaku dalam pemanfaatan limbah sebagai keuntungan bagi
warga dan lingkungannya.
46
c. Membangun komunitas dari orang-orang yang bersatu secara
sukarela,untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial
dan budaya bersama-sama melalui Bank Sampah yang dimiliki
bersama dan dikendalikan secara Manageman & Demokratis.
d. Mengurangi volume sampah dan menumbuhkan karakter hidup
bersih demi kelestarian lingkungan.
e. Menjadikan Bank sampah sebagai badan usaha yang dapat
mendanai keberlangsungan Pesantren Komunitas
4. Manfaat
a. Ekonomi:
1. Menambah Pendapatan Nasabah
2. Meningkatkan Pendapatan Pemulung (Pekerja)
3. Fund Risying Yayasan
b. Sosial
1. Menciptakan lapangan Pekerjaan
2. Membangun Kesadaran Masyarakat untuk Berhimpun
3. Meningkatkan tarap hidup para pemulung baik secara
pinansial maupun sosial
c. Lingkungan
1. Berkurangnya Pencemaran
2. Menciptakan Lingkungan Sehat dan Bersih
3. Mendidik masyarakat sekitar untuk selalu peduli pada
lingkungan tempat tinggal yang nyaman.
47
5. Mengantisipasi agar masyarakat tidak membuang sampah
disembarang tempat, ataupun di lahan yang kosong.
48
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Identitas Informan
1. Inisial: KA
Umur: 41 tahun
Status: Ketua Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunyya
KA adalah ketua Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya,
sekalis sebagai penangung jawan Bank Sampah. Saat ini Bank Sampah
beliau yang menjalankan kembali dan dibanntu oleh beberapa pekerja
yang digaji dari hasil penimbangan sampah.
2. Inisial: AA
Umur: 23 tahun
Status: Santri Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya
AA adalah santri yang berada di Pondok Pesantren Komunitas Ya
Bunayya. Saat masih sebagai mahasiswa disebuah Universitas Swasta,
dengan kesibukan sebagai mahasiswa sehingga tidak aktif dalam
mengelola Bank Sampah.
3. Inisial: UM
Umur: 43 tahun
Status: Pekerja di Bank Sampah
49
UM adalah salah satu pekerja yang bekerja Di Bank Sampah,
beliau yang mengelola langsung Bank Sampah setiap harinya.
Walaupun beliau bekerjanya belum terlalu lama, dari keterangan beliau
Bank sampah sudah aktif kembali walaupun masih hanya
mengumpulkan sampah dari pemulung-pemulung.
4. Inisial: AR
Umur: 45 tahun
Status: Mantan Pekerja di Bank Sampah
AR adalah salah seorang mantan pekerja di Bank Sampah saat
waktu Bank Sampah masih sangat katif dalam produksinya sampai
Bank Sampah megalami kevakuman sementara. Dulu beliau sebagai
operator mesin saat bekerja di Bank Sampah.
B. Temuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis berhasil menemukan beberapa hal
mengenai pemberdayaan santri melalui Bank Sampah di Pondok Pesantren
Komunitas Ya Bunyya. Hal-hal yang penulis temukan adalah:
1. Penulis menemukan bahwa Pondok Pesantren ini berbeda dengan
Pondok Pesantren lainya, Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya
ini tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat untuk mengatur
para santri seperti di pondok pesantren lainya. Karena hal tersebut
Pondok Pesantren Komunitas dan keberadaan pondok pesantren
seperti inipun masih jarang jumlahnya,dalam pondok ini para santri
50
diberikan kebebasan untuk memilih sehingga banyak dari santri yang
tidak mau ikut andil dalam mengurus Bank Sampah.
2. Karena bentuknya Pesantren komunitas sehingga jumlah santrinya pun
tidak banyak, dan tidak semua santri bearada di kawasan Pesantren
sehingga sulit untuk dikoordinir oleh ketua pondok Pesantren
Tersebut.
3. Pendirian Bank Sampah oleh Pondok Pesantren Komunitas Ya
Bunayya pada tujuan awalanya untuk memberdayaakan ekonomi
pesantren dan ekonomi santri walaupun tidak di jelaskan secara
eksplisit pada visi dan misinya. Pada tahun pertama berdirinya Bank
Sampah santri ikut terlibat secara struktural sebagai pengurus Bank
Sampah, namu ditahun yang kedua karena santri merasa itu bukan
bidangnya sehingga mereka pada vakum dalam mengelola Bank
Sampah dan lebih aktif pada bidang pendidikan saja sebagai pengajar.
4. Bank sampah lebih banyak dikelola oleh pekerja yang di ambil dari
luar dibandingkan oleh keikutsertaan santrinya. Sehingga sempat
terjadi kegagalan Bank sampah karena dibawa lari uangnya oleh
pekerja yang lama.
Dari hasil temuan penelitian penulis dapat mengambil garis merah
bahwa tidak berkembangnya pelaksanaan pemberdayaan santri melalui
Bang Sampah di Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunyya ini disebabkan
oleh, tidak adanya peraturan pesantren untuk mengontrol para santri
sehingga bisa diarahkan sesuai keinginan pesantren. Bentuk pesantren ini
51
adalah pesantren komunitas, sehingga pondok pesantren tidak memiliki
peraturan yang mampu menuntut santri atas kewajibanya di Pondok
Pesntren Komunitas Ya Bunayya. Pondok Pesantren ini berbeda dengan
Pondok Pesantren pada umumnya yang patuh terhadap para kiyainya
ataupun para ustadnya.49
C. Analisi Pemberdayaan Santri
Pemberdayaan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Komunitas Ya
Bunayya tidak hanya dibidang sampah namun ada juga di bidang
pendidikan.50 Pada penulisan ini penulis hanya fokus pada pembahasan
pemberdayaan pada Bank Sampah saja. Untuk menciptakan kemandirian
dalam diri santri maka sangat program pemberdayaan ini sangat bagus
untuk dikembangkan di Pondok Pesantren. Konsep pemberdayaan melalui
Bank Sampah di pesantren sebenarnya bukan hal yang baru, namun tidak
banyak pesantren yang mengembangkan pemberdayaan dibidang sampah.
1. Tahap pemberdayaan
Pemberdayaan memiliki tiga tahap yang harus dijalankan sehingga
pelaksanaan pemberdayaan itu sendiri bisa berjalam maksimal.
Pertama, Input pada tahan ini adalah proses awal untuk menganalisis
dan menetapkan kebutuhan melalui identifikasi kebutuhan.
Agar pelaksanaan pemberdayaan memiliki sasaran yang jelas,maka
pada tahap ini bisa disebut juga sebagai tahap precanaan atau
pengambaran secara garis besar apa yang ingin dicapai dari
49 Lihat profil Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya 50 Lihat Profil Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya
52
pelaksanaan pemberdayaan tersebut. Sampai pada tahap ini
pemebrdayaan Bank Sampah yang dilakukan di Pondok Pesantren
Komunitas Ya Bunayya sudah memiliki konsep yang bagus dan tujuan
yang jelas walaupun tujuannya masih terlihat secara umum dari tujuan-
tujuan yang ingin dicapai oleh Bank Sampah.51 Sehingga unsur-unsur
pemberdayaan untuk santrinya tidak terlihat secara kusus.
“Pesantren menyediakan fasilitas Bank Sampah, mobil Pic Up,
pengilingan sampah, timbangan, tempat tinggal pekerja, serta
tempat untuk menampung sampah.”52
Keberhasilan di tahap input ini dapat dilihat dengan terlaksananya
pendirian Bank Sampah dan tahun ini sudah menjadi tahun ketiga bagi
keberadaan Bank Sampah yang di kelolala oleh Pondok Pesantren
Komunitas Ya Bunayya. Bukti lain yang menjadi acuan keberhasilan
dalam tahap input ini dapat dilihat dalam pengembangan Bank Sampah
sebagai sarana pemberdayaan santri yang sampai saat ini sudah
memiliki fasilitas Bank Sampah. Fasilitas operasional bank sampah
seperti pick up, tempat penampungan sampah, mesin pengilingan, dan
timbangan serta tempat tinggal karyawan.
Kedua, adalah tahap proses dimana pada tahap ini lembaga harus
melaksanakan apa yang direncanakan pada tahap input, tahapan proses
ini adalah tindak lanjut sebagai implementasi dari tahap awal yang
sudah dibuat. Apabila program pemberdayaan santri melalui Bank
51 Bisa dilihat di Visi dan Misi Bank Sampah 52 Komarudin Akhyas. 2013 Hasil wawancara dengan ketua Pondok Pesantren Ya
Bunayya (Tempat di pondok pesantren pada tanggal 31/12/2013).
53
Sampah sudah sampai pada tahap ini maka program tersebut sudah
berhasil dilaksanakan.
Bank sampah yang dikelola oleh Pondok Pesantren Komunitas Ya
Bunayya berjalan baik ditahun pertama memasuki tahun kedua
operasional Bank Sampah mulai berkurang samapai mengalami
kevakuman, pada tahu pertama jumlah pengilinganya bisa mencapai
satu kwintal per hari namun di tahu kedua mulai berkurang sampai
pada tahap berhenti operasi atau vakum untuk sementara waktu
walaupun tidak terlalu lama kevakuman yang dialami.53
Bukti lain yang membuktikan bahwa Bank Sampah yang diekelola
oleh Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya adalah dokumen
rekapitulasi keuangan ditahun pertama masih lengkap catatanya
sedangkan ditahun kedua tidak ada rekapanya lagi. Hal ini
menandakan bahwa Bank Sampah sangat produktif ditahun pertama.
Rekapitulasi keuangan ini memuat daftar gaji karyawan, daftar hasil
penimbangan dan pemasukan dalam mingguan dan bulanan .54
“ketika saya masih kerja dahulu memang banyak
santrinya pak komar yang ikut mengurusi bank sampah.
Dulu santrinya ada yang jadi ketua, ada yang jadi
bendahara dan sekertaris , jadi santri masih ikut dulu.”
Pada tahun pertama keberadaan Bang Sampah masih terlihat
para santri ikut aktif dalam mengelola Bank Sampah tersebut, sehingga
dari para santri ini bebagi peran ada yang menjadi ketua, sekertaris,
53 Wawancara dengan mantan pekarja Bank sampah, tanggal 29/01/2014 54 Lihat Dokumentasi keuangan Bank Sampah
54
bendahara dan ketua bidang. Samapai pada tahun kedua para santri
sudah terlalu vakum lagi, termasuk operasional bank sampah pun
mulai ada penurunan dalam operasinya dan hal in didukung juga
banyak pekerjanya yang keluar.
Ketiga, pada tahap ketiga kerja yang harus dilakukan adalah
memantau, menganalisa dan mengevaluasi pelaksanaan
pemberdayaan. Suatu program pemberdayaan tidak hanya cukup pada
tahap input dan proses saja namun yang menentukan keberhasilan dari
pelaksanaan program pembardayaan adalah outpunya. Permasalahan
yang terjadi dalam pelaksanaan pemberdayaan melalui Bank Sampah
yang berada di Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya adalah pada
tahap output ini.
Kelemahan terbesar dalam pelaksanaan pemberdayaan santri
melalui Bank Sampah di Pondok pesantren Komunitas Ya Bunyya
adalah terletah pada tahap outpunya. Bank Sampah yang pada tahun
pertama sangat aktif dalam operasionalnya, karena mengalami
penurunan dalam produksi maka Bank Sampah ditahun kedua
mengalami penurunan jumlah produksi hingga sampai mengalami
kevakuman sementara. Kevakuman memnag tidak begitu lama,
kevakuman ini terjadi karena banyaknya pekerja yang keluar karena
merasa pendapatnya kecil dan tidak seperti pada kondisi Bank Sampah
pada tahun pertama.
55
Walaupun sempat vakum dalam beberapa waktu ditahun kedua
Bank Sampah tetap berjalan walaupun tidak ada proses pengilingan.
Namun dalam pengumpulan sampah dan penimbangan masih tetap
aktif sampai sekarang, bahkan saat ini Pak komar selaku ketua Pondok
pesantren sudah mulai berencana untuk mengaktifkan pengilinganya
lagi.
“kalau dulu santri yang berpartisipasi di bank sampah
biasanya di gaji, tapi sekarang santri pada lebih memilih
menjadi pengajar di TPA dibandingkan memgurus bank
sampah.”55
Dalam pelaksanaan Bank Sampah para santri yang ikut biasanya
tetap dibayar sebagai upah kerja mereka. Namun sampai tahun ketiga
ini santri pun semakin engan ikut terlibat dalam pengelolaan Bank
Sampah. Alasanya, mereka tidak memiliki keahlian untuk mengurus
Bank Sampah tersebut. Selain itu para santri lebih senang mengajar di
TPA ketimbang mengelola Bang Sampah, kendala lainya mereka lebih
banyak aktif diluar pesantren atau ditempat kuliah. Keberadaan Bank
Sampah sebenarnya untuk mereka berlatih berwira usaha melalui
bidang sampah.
“Faktor Penghambatnya Santri sudah banyak yang terpengaruh
oleh lingkungan luar sehingga mereka tidak mau ikut
mengurusi bank sampak. Santri juga sudah susah untuk di
ajarkan bagaimana tentang bank sampah. tidak semua santri
berada tinggal dipondok ini, ada yang ngekos diluar ya
55 Abdul Azis. 2014. Hasil Wawancara dengan santri Pondok Pesantren
Komunitas Ya Bunyya (Tempat Pondok Pesantren Kmunitas, Tanggal 30/01/2014).
56
namanya aj pesantren komunitas sehingga atauran yang berlaku
tidak seperti pesantren pada umumnya.”56
Pak Komar sebagai ketua Pondok Pesantrenpun sudah berusaha
mengajak merekan namun para santri lebih memilih aktif mengajar
dari pada aktif di Bank Sampah. Penulis melihat penurunan
operasional atau kinerja Bank Sampah terjadi pada tahap output ini.
Pengawasan masih sangat kurang terhadap pelaksanaan Bank Sampah,
dan juga analisis yang matang mengenai kebutuhan santri dalam
bidang apa yang tepat untuk digunakan sebagai wadah pemberdayaan
para santri.
2. Jenis pemberdayaan
Jenis pemberdayaan Bank Sampah ini adalah lebih kepada
pemberdayaan ekonomi dan wirausaha dalam bidang sampah. Jenis
pemberdayaan seperti ini sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh
pesantren lain. Perbedaanya adalah yang melakukan pemberdayaan
yang penulis teliti ini adalah Pondok Pesantren Komunitas dan bukan
seperti pesantren yang ada pada umumnya.
3. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan pada umumnya adalah menciptakan
penguatan kepada individu maupun kepada kelompok yang memiliki
kelemahan. Bank Sampah yang dikelola oleh Pondok Pesantren
komunitas Ya Bunayya adalah salah satu program pemberdayaan yang
56 Komarudin Akhyas. 2013 Hasil wawancara dengan ketua Pondok Pesantren Ya
Bunayya (Tempat di pondok pesantren pada tanggal 31/12/2013).
57
bertujuan untuk menciptakan penguatan kemandirian kepada santri
yang bernaung didalam Pondok Pesantren tersebut.
Dibuatnya tujuan pemberdayaan bisa menjadi indikator pengukur
apakah program pemberdayaan berhasil atau tidak dalam memenuhi
tujuan awalnya. Jika Bank Sampah tujuan diberdirikanya untuk
memberdayakan santri maka kita bisa mengukur dari tujuan awal
dengan hasilnya telah dicapai saat ini.
Program pemberdayaan santri melalui Bank Sampah yang
diadakan di Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya masih jauh
dari tujuan awal, program yang seharusnya dikelolah oleh santri yang
berada dalam Pesantren, justru lebih banyak dikelola oleh pekerja
Bank Sampah. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan
seorang santri dan pekerja yang berada di Bank Sampah, dari
pernyataan santri dan pekerja tetu saja menjadi bukti bahwa tujuan di
adakan pemberdayaan Bank Sampah ini tidak sesuai dengan tujuan
Bank Sampah untuk mengembang santri dan pesantren dalam bidang
sampah tersebut.
Penulis melihat tujuan ketua Pondok Pesantren Komunitas Ya
Bunyya dengan tujuan yang dimiliki santri sangat berbeda, pesantren
sebenarnya sudah menyediakan berbagai fasilistas sebagai penunjang
dalam operasional Bank Sampah namun tidak dimanfaatkan oleh
santri.
58
D. Faktor Pendukung Dan Penghambat
“pelatihan kusus dari pesantren tidak ada, ya biasanya saya
ikutkan acara-acara pelatihan di luar aj.”57
Pada pemberdayaan Bank Sampah di Pondok pesantren Komunitas
Ya Bunyya, tidak ada sarana pelatihan kusus yang di adakan oleh Pondok
Pesantren dalam mengelola Bank Sampah. Pada awal berdirnya Bank
Sampah pelatihan biasanya dikirim ke Bank Sampah yang lebih dahulu
mapan agar santri bisa belajar, selain itu pelatihan juga dikirim keacara-
acara training yang diadakan oleh lembaga lain serta kerja sama dengan
lembaga akademik yang memiliki fokus di bidang pemebrdayaan sosial.
Pada awalnya Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya
mengarahkan para santrinya untuk terlibat dalam kegiatan Bank Sampah.
Penekanan pada bidang keterampilan ini agar santri bisa mandiri dan
menghasilkan bagi dirinya sendiri. Kegiatan Bank Sampah sangat bagus
apabila dikembangkan, dan dapat menjadi keterampilan yang bernilai
ekonomis bagi santri dan masyarakat sekitar.
Dari kegiatan pemberdayaan Bank Sampah ini akan sukses atau
tidak dapat juga dipengaruhi oleh faktor penghambat dan pendukungnya.
Faktor penghambat dan pendukung dari pelaksanaan pemberdayaan santri
melalui Bank Sampah adalah:
57 Komarudin Akhyas. 2013 Hasil wawancara dengan ketua Pondok Pesantren
Ya Bunayya (Tempat di pondok pesantren pada tanggal 31/12/2013).
59
a. Faktor Pendukung
1. Ketersediaan fasilitas yang sudah sangat memadai yang
telah disediakan oleh pihak Pondok Pesantren untuk
pengelolaan Bank Sampah.
2. Peran secara dominan telah diberikan kepada santri oleh
Pondok Pesantren, hal ini terlihat dari kepengurusan Bank
Sampah yang didominasi oleh santri ketika awal berdirinya
Bank Sampah tersebut.
3. Usaha sampah tidak akan pernah habis, karena sampah
akan selalu ada setiap harinya.
b. Faktor Penghambat
1. Tidak tersedianya pelatihan santri secara profesional,
sehingga santri mengangap Bang Sampah bukanlah bidang
yang tepat buat mereka.
2. Para santri yang berada di Pondok ini adalah mahasiswa,
sehingga waktunya banyak diluar dan pelaksanaan Bank
Sampah menjadi tergangu.
3. Tidak adanya pelatihan tentang mesin terhadap santri,
sehingga para santri tidak ada yang bisa mengoperasikan
mesin.
60
4. Ketidak mauan santri untuk fokus dalam mengurusi Bank
Sampah sehingga berdapak pada permasalahan minimnya
SDM.
5. Santri-santri memiliki dayang juang sehingga mudah
menyerah walaupun mereka ngak bisa mengolah Bank
Sampah pada awalnya.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari pemaparan penulis mengenai hasil penelitian di
lapangan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
Peran yang diberikan Pondok Pesantren Komunitas Ya Bunayya dalam
program pemberdayaan santri seharusnya menumbuhkan jiwa
kemandirian sebagai seorang entrepreuneur agar dapat diaplikasikan dalam
kehidupan santri setelah selesai dari pesantren. Kondisi pesantren dapat
penulis simpulkan dalam dua tahap; Input, dalam tahap ini Pondok
Pesantren Komunitas Ya Bunayya sudah bisa dikatan berhasil. Dengan
melihat hasil dari tahapan input, Bank sampah yang sudah terlaksana
sampai pada tahun ketiga, keberhasilan ditahapan input juga dapat dilihat
dari sudah tersedianya berbagai perlengkapan Bank Sampah seperti lahan
tempat penempungan sampah, mesin pengiling, mobl pic up, alat timbang,
dan asrama pekerja.
Kelemahan pemberdayaan santri melalui Bank Sampah sangat terlihat
pada tahap out put, tahap ini akan memperlihatkan sukses atau tidak
pemberdayaan tersebut. Pada tahap out put seharusnya menjadi proses
pemantauan dan evaluasi yang seharusnya dilakukan oleh Pondok
Pesantren terhadap kegiatan pemberdayaan santri melalui Bank Sampah.
Dapat penulis menyimpulkan dari hasil pemberdayaan santri melalui Bank
Sampah ini hanya berhasil pada tahap perencanaan saja (Input).
62
Sedangkan pada tahap proses dan output para santri hanya aktif
mengelola Bank Sampah pada tahun pertama saja, tahun kedua dan ketiga
santri tidak ada yang ikut mengelola Bank Sampah. Hal ini terjadi karena
Pondok Pesantren ini adalah pondok pesantren komunitas, sehingga santri
bebas memilih untuk melaksanakan program yang meraka sukai. Masalah
lainya, di pesantren ini tidak memiliki aturan yang kuat utuk mengikat
para santri agar mereka bisa dikendalikan sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh Pondok Pesantren. Minat santri untuk mengelola bank
sampah juga rendah, padahal mereka tinggal menjalankan saja dan fasilitas
sudah tersadia.
Suatu usaha pemberdayaan santri pasti memiliki hal-hal yang menjadi
pendukung dan hal-hal yang menjadi penghambat dalam menjalankan
program pemebrdayaan tersebut. Pendukung dan penghambat yang ada
pada Program pemberdayaan santri melalui Bank Sampah di Pondok
Pesantren komunitas Ya Bunyya adalah:
a. Faktor Pendukung
1. Ketersediaan fasilitas yang sudah sangat memadai
disediakan oleh pihak Pondok Pesantren untuk
pengelolaan Bank Sampah.
2. Peran secara dominan telah diberikan kepadasantri oleh
Pondok Pesantren, hal ini terlihat dari kepengurusan
Bank Sampah yang didominasi oleh santri yang ada di
Pondok tersebut.
63
3. Bidang Usaha yang tidak akan pernah habis bahan
produksinya.
b. Faktor Penghambat
1. Tidak tersedianya pelatihan santri secara profesional.
Sehingga santri merasa bahwa Bank Sampah bukan
bidang yang tepat buat mereka.
2. Para santri yang berada dipondok ini adalah mahasiswa,
sehingga waktunya banyak yang di luar pelaksanaan
Bank Sampah tergangu.
3. Tidak adanya pelatihan tentang mesin terhadap santri,
sehingga para santri tidak ada yang bisa
mengoperasikan mesin.
4. Kekurangan Sumber Daya Manusia.
5. Daya Juang Santri yang masih lemah.
B. Saran-saran
Adapun saran yang dapat penulis tawarkan adalah:
1. Penguatan pada SDM harus dilakukan agar tidak terjadi lagi
kekuarangan SDM yang memiliki keahlian pada program Bank
Sampah. Penguatan SDM ini bisa dilakukan memlalui pelatihan,
workshop yang diselengarakan oleh Pondok Pesantren. Selain itu juga
harus dipahamkan kepada santri motivasi dari pemberdayaan itu
sendiri, sehingga lebih dipahami dengan baik.
64
2. Selain para santri berada distruktur Bank Sampah, mereka harus
dipahamkan juga bagaimana mengelolah Bank Sampah dan bagaimana
melakukan pendanaanya.
3. Pesantren harus mengupayakan para santri untuk mendalami ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk menjadi bekal bagi mereka dalam
menjalankan program Bank Sampah.
65
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pembangunan Dan Intervensi
Komunitas. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003.
Artikel. Bank Sampah diakses pada tanggal 10 Juli 2013
http://www.femina.co.id/isu.wanita/karier/bank.sampah/005/001/222,
2013.
Antono, Juli. Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Program Daur Ulang Sampah
Di Rumah Belajar Keluarga Anak Langit, Jakarta: Pengembangan
Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Syahid, 2012.
Badiri, Lili. dkk . Zakat dan Wiraussaha. Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005.
Badruzzaman,Deden Fajar. Pemberdayaan Kewirausahaan Terhadap Santri Di
Pondok Pesantren (Studi Kasus: Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul
Iman Parung, Bogor), Jakarta: Konsetrasi Perbankan Syariah
Universitas Islam Negeri Syahid, 2009.
Badudu dan Zaim. Kamus Umum Bahasa indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2001.
Basrowi dan Suwardi. Memehami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Aneka Cipta,
2008.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta, 1986.
Devita Permata Sari dan Enri Damanhuri, Studi Efektivitas Bank Sampah Sebagai
Salah Satu Pendekatan Dalam Pengelolaan Sampah Yang Berbasis
Masyarakat (Bandung: Hasil penelitian, Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung), PDF.
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisi Data. Jakarta: Rajawali Press,
2011.
Faozan, Ahmad. Jurnal Studi Islam dan Budaya. Purwokerto: P3M, 2006.
Gunawan, Sumodiningrat. Pembangunan Daerah dan Pengembangan
Masyarakat. Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997.
66
Haediri, Amin. Transformasi Pesantren. Jakarta:Media Nusantara, 2007.
Hafiduddin, Didin. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani, 1998.
Hudri, Muhammad. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan Daur Ulang
Sampah di Perumahan Griya Serpong Kedemangan Setu Tangerng
Selatan, (Jakarta: Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam
Negeri Syahid, 2006).
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga, 2009.
Kuntowijoyo. Budaya dan Masyarakat. Yokyakarta: Tiara Wacana Yokya, 1999.;
Paradigma islam; interprestasi untuk aksi. Bandung: Mizan. 1993.
Machendrawati, Nani dan Syafe’i, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat
Islam: dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001
Majid, Nurcholish. Bilik-bilik Pesantren Sebuah potret Perjalanan. Jakarta:
Paramadina, 1997.
Maksum, Muhammad. Refleksi Pesantren Otokritik dan Perspektif. Jakarta:
Ciputat Institut, 2007.
Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren.Jakarta: INIS, 1994.
Masyhud, Sulthon dan Khusnurdilo. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva
Pustaka, 2005.
Moore, Fraizer. HUMAS membagun citra dengan komunikasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005.
Mubyartanto. Membangun Sistem Ekonomi. Yokyakarta: BPFE, 2000.
Mujamil, Qomar. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarat : Erlangga, 2007.
Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi. Jakarta: Erlangga, 2002.
Rahardjo, M. Dawam. Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi. Yokyakarta:
Pustaka Pelajar, 1999..
Sugiyono. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta, 2011.
67
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT.
Refika Aditama, 2005.
Suismanto. Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta: AliefPress, 2004.
Sulistiari. Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: konsepsi dan strategi. Jakarta:
Balai latihan dan pengembangan Sosial Dep. Sosial RI, 2004.
Sumardi. Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Berkah Pustaka, 1984.
Walsh, Mayra. Pondok pesantren dan ajaran golongan Islam ekstrim (studi kasus
di pondok pesantren putrid darur Ridwan Parangraharjo, Bayuwangi),
Studi Lapangan ACICIS Program Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Muhammadiyah Malang, 2002.
Yafie, Ali. Teologi Sosial Telaah Kritis Persoalan Agama dan kemanusiaan.
Yokyakarta: LKPSM, 1997.