70
“? /”: LAPORAN AKHIR IPTEKDA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH KOTA DI KABUPATEN DATI-II SLEMAN, YOGYAKARTA

Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Cara membuat pupuk organik dari sampah

Citation preview

Page 1: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

“?/”:

LAPORAN AKHIR IPTEKDA

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH KOTA

DI KABUPATEN DATI-II SLEMAN, YOGYAKARTA

Tim Teknologi Penanganan Limbah PadatSecara Biologis

Direktorat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Page 2: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Kemajuan Pekerjaan Iptekda PPOSK

FEBRUARI 1999

Tim Teknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT ii

Page 3: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

LEMBAR PENGESAHAN

Jakarta, 28 Januari 1999

Pemimpin Lembaga Peneliti Utama/Penyelenggara Riset Penanggung Jawab Riset

Ir. Tusy A. Adibroto, MSi.. Ir. Firman L Sahwan, MSi.Direktur Teknologi Lingkungan BPPT

Tim Teknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT i

Page 4: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 11.2. Manfaat dan Potensi Kompos 41.3. Gambaran Hasil Kegiatan 5

II. TUJUAN DAN SASARAN

2.1. Tujuan 62.2. Sasaran Kegiatan 6

III. METODOLOGI DAN RUANG LINGKUP

3.1. Metodologi 73.2. Ruang Lingkup Kegiatan 9

IV. HASIL YANG DICAPAI

4.1. Koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan Pemda Tk.II Sleman 114.2. Sosialisasi Rencana Penerapan Teknologi Pembuatan Kompos 134.3. Pembuatan Disain Plant 144.4. Pelaksanaan Pembangunan Fisik Plant 144.5. Alih Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Kompos Kepada Calon Pengelola

dan Tenaga Pelaksana 154.6. Serah Terima dan Peresmian Pengoperasian Plant Pengkomposan 164.7. Proses Produksi Pupuk Organik Kompos 17

V. KONTRIBUSI HASIL

5.1. Kemajuan Iptek 265.2. Peningkatan Sosek dan Kesejahteraan Masyarakat 265.3. Perkembangan Industri Nasional 275.4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan 285.5. Efisiensi Subsidi Nasional 28

VI. HAMBATAN 29

VII. REALISASI ANGGARAN 32

VIII. PENUTUP 33

LAMPIRAN-LAMPIRAN

- Hasil rapat koordinasi tanggal 5 Agustus 1998Hasil rapat koordinasi tanggal 16 September 1998Hasil rapat koordinasi tanggal 29 September 1998

- Berita Acara Serah Terima/Hibah Plant Pengkomposan Program Iptekda BPPT

- Pemberitaan media masa tentang Iptekda Pembuatan Pupuk Organik BPPT

- Gambar-gambar rencana Plant PPODSK

- Photo-photo pembangunan fisik dan proses produksi Plant PPODSK

Tim Teknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT ii

Page 5: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

LAPORAN AKHIR IPTEKDA

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH KOTA

DI KABUPATEN DATI-II SLEMAN, YOGYAKARTA

Direktorat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

FEBRUARI 1999

Page 6: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

LAMPIRAN :

RAPAT KOORDINASIPERSIAPAN KEGIATAN IPTEKDA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH KOTA DAN

KELEMBAGAAN LDUS

Hari / Tanggal : Selasa, 5 Agustus 1998

Tempat : Ruang rapat A, BAPPEDA Kab. Dati.II Sleman

Jam : 09.00 – 11.30 WIB

==============================================

Rapat Koordinasi diikuti oleh Dinas / Instansi terkait antara lain :

1. Direktorat Teknologi Pemukiman dan Lingkungan Hidup, BPP Teknologi2. Sekretaris Ka.Bid. I, II, III BAPPEDA Kab. Sleman3. Dinas Cipta Karya, Kab. Sleman4. Bagian Lingkungan Hidup, Kab. Sleman5. Bagian Penyusunan Program, Kab. Sleman6. Bagian Perekonomian, Kab. Sleman7. Ka.Sie. PLP Dinas Cipta Karya, Kab. Sleman8. Ka.Sie. SDA dan Lingkungan, BAPPEDA Kab. Sleman9. Ka.Sie. Pengairan, BAPPEDA Kab. Sleman10. Pimpro LDUS, BAPPEDA Kab. Sleman11. undangan lainnya.

Rapat dipimpin oleh Ketua BAPPEDA Kab. Dati II Sleman (Ir. Sutrisno, MES).Beberapa agenda / permasalahan yang dibahas dalam rapat koordinasi tersebut adalah :

1. Rencana Program Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Daerah (IPTEKDA) Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota di Kab. Sleman dari Direktorat Teknologi Pemukiman dan Lingkungan Hidup BPPT

2. Evaluasi dan Rencana program LDUS Tambakboyo3. Evaluasi dan rencana program LDUS di Desa Pringwulung, Condongcatur4. Peninjauan rencana lokasi Program IPTEKDA.

HASIL RAPAT KOORDINASI

1. Rencana Program IPTEKDA Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota di Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman

Pada tahun anggaran 1998/1999 Direktorat Teknologi Pemukiman dan Lingkungan Hidup BPPT akan melaksanakan program Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Daerah (IPTEKDA) Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota di wilayah Kabupaten Dati II Sleman. Program / kegiatan ini seluruh anggaran dibiayai oleh BPPT.

Page 7: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Dari beberapa alternatif lokasi yang diamati di lapangan, maka lokasi terpilih adalah Dusun Mranggen, Desa Sinduadi, Kec. Mlati, Kab Sleman. Pengelolaan kegiatan akan bekerjasama dengan Karang Taruna Desa Sinduadi dengan didukung oleh Dinas / Instansi terkait seperti : Dinas Cipta Karya, BAPPEDA, Penyusunan Program, Bagian Lingkungan Hidup, dan Bagian Perekonomian. Sampah yang akan diolah berasal dari perumahan dan pasar yang ada di sekitar kawasan tersebut.

2. LDUS Tambakboyo

Kegiatan daur ulang sampah kota di LDUS Tambakboyo telah berjalan kurang lebih 11 bulan dengan menghasilkan kompos 26 ton. Kompos tersebut sebagian telah dipromosikan sekitar 11 ton dengan harga Rp. 200,- /kg, sebagian termanfaatkan oleh Dinas / Instansi terkait untuk percobaan pemupukan palawija dan taman-taman di sekitar kantor Pemda Dati II Sleman dan sampai akhir bulan Juli tersedia cadangan kompos kurang lebih 12 ton.

Pada tahun 2000 kegiatan daur ulang sampah Tambakboyo diharapkan dapat mandiri, artinya biaya produksi tidak lagi disubsidi oleh anggaran Pemda Dati II Sleman. Oleh karena itu, dalam rangka kemandirian tersebut perlu dibentuk suatu Tim POKJA (kelompok Kerja) yang profesional guna melaksanakan kegiatan terrsebut. Dalam jangka panjang, LDUS Tambakboyo akan dikembangkan sebagai Laboratorium Teknologi Daur Ulang Sampah.

3. LDUS Dusun Pringwulung, Condongcatur

LDUS di Dusun Pringwulung, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok merupakan suatu Unit Percontohan Daur Ulang Sampah Skala Perumahan. Kelembagaan yang mengatur kegiatan tersebut adalah LKMD Dusun Pringwulung. Kegiatan ini baru berjalan kurang lebih 4 bulan. Teknologi yang dikembangkan adalah Aerob dengan sistem Bak. Sampah yang diolah terutama berrasal dari Dusun Pringwulung dan sekitarnya.

4. Peninjauan Rencana Lokasi Terpilih Iptekda oleh Tim

Dari hasil pembicaraan / diskusi mengenai kriteria lokasi pengembangan daur ulang sampah kota, yaitu :- Merupakan lokasi Tempat Pembuangan Sampah liar yang telah

mencemari lingkungan- Terdapat Lembaga / Kelompok Masyarakat yang mengambil sampah

dari pemukiman- Tersedia lahan dengan luasan sesuai yang dibutuhkan (sekitar 1300

M2).

maka, direncanakan 3 (tiga lokasi terpilih untuk ditinjau langsung oleh Tim terkait di lapangan, yaitu :

Page 8: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

1. Dusun Mranggen, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman2. Dusun Pogung, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman3. Dusun Kuningan, Desa Catur Tunggal, Kecamatan Depok, Sleman

Dari ketiga lokasi tersebut diputuskan untuk lokasi Program Iptekda Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota oleh Dit. TPLH BPPT adalah Dusun Mranggen, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman.

Page 9: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

LAMPIRAN :

RAPAT KOORDINASIRENCANA PEMBANGUNAN PLANT PEMBUATAN

PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH KOTADUSUN MRANGGEN, DESA SINDUADI,

KECAMATAN MLATI

Hari / Tanggal : Rabu, 16 September 1998

Tempat : Ruang rapat A, BAPPEDA Kab. Dati.II Sleman

Jam : 10.00 WIB – Selesai

==============================================

Rapat Koordinasi diikuti oleh Dinas / Instansi terkait antara lain :

1. Kepala Dinas Cipta Karya, Kab. Dati II Sleman2. Ka.Sie. PLP Dinas Cipta Karya, Kab. Dati II Sleman3. Tim Peneliti Daur Ulang Sampah Kota Dit. TPLH - BPPT4. Camat Wilayah Mlati, Sleman5. Kepala Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman6. Kabid. I BAPPEDA Kab. Sleman7. Sekretaris BAPPEDA Kab. Dati II Sleman8. Staf Seksi SDA dan Lingkungan, BAPPEDA Kab. Sleman9. Pimpro LDUS, BAPPEDA Kab. Sleman10. Kabid. III BAPPEDA yang diwakili oleh Kasi. Pengairan BAPPEDA

HASIL RAPAT KOORDINASI

Dalam rangka pelaksanaan Program Iptekda Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota di dusun Mranggen, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Dati II Sleman, beberapa hal; yang telah disepakati antara lain :

1. Lahan lokasi Iptekda seluas kurang lebih 1000 m2 disediakan oleh Desa Sinduadi yang memanfaatkan tanah Kas Desa.

2. Semua sarana-prasarana daur ulang sampah seperti : bangunan pengkomposan, kantor, sumur (air), listrik, akan dibiayai oleh proyek Iptekda Dit. TPLH – BPPT.

3. Dalam plant yang akan dibangun terdapat sarana Transfer Depo yang akan dibangun oleh Dinas Cipta Karya.

4. Adapun struktur kelembagaan yang akan dikembangkan adalah sbb. :

BUPATI KDH TK. II SLEMAN

DINAS CIPTA KARYA

PEMERINTAH DESASINDUADI, MLATI,

SLEMAN

PENGELOLA PLANT

PENGKOMPOSAN SAMPAH

DIT. TPLH - BPPT

BAPPEDABag. LINGK. HIDUP

Bag. PEREKONOMIAN

Dinas terkait lainnya

: Garis komando

: Garis koordinasi/konsultasi

Page 10: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota
Page 11: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

LAMPIRAN :

HASIL RAPAT KOORDINASI PROGRAM IPTEKDAPEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH KOTA

KABUPATEN DATI-II SLEMAN

tentang

Penentuan Calon Pengelola

Berdasarkan hasil pertemuan yang diselenggarakan pada hari Selasa tanggal

29 September 1998 di Sekretariat Kegiatan Direktorat Teknologi Pemukiman dan

Lingkungan Hidup – BPP Teknologi Yogyakarta (Perumahan Sawit Sari Blok B4,

Sleman) yang dihadiri oleh Tim Dit. TPLH – BPPT, BAPPEDA Tk.II Sleman, Kepala

Desa Sinduadi, Kepala Dusun Mranggen, Karang Taruna Desa SInduadi dan Tokoh

Masyarakat Mranggen, dalam rangka rencana pengoperasian plant Pembuatan Pupuk

Organik dari Ssampah Kota di Kabupaten Dati II Sleman, Yogyakarta, diperoleh

kesepakatan sebagai berikut :

1). Agar pembuatan pupuk organik (kompos) dapat memberikan hasil yang optimum,

maka Plant Pembuatan Pupuk Organik (kompos) harus dioperasikan oleh orang-

orang atau organisasi yang telah memiliki pengalaman dalam bidang pengelolaan

sampah dan profesional dalam bidangnya (sepenuhnya akan bergerak di bidang

pembuatan kompos).

2). Dalam proses pengoperasiannya dikemudian hari, pihak pengelola harus

mengikuti tatacara dan petunjuk yang diberikan oleh pihak BPP Teknologi. Apabila

dalam pengoperasiannya pihak pengelola tidak mengikuti tatacara dan petunjuk

yang diberikan, maka pihak BPP Teknologi melalui Pemda Tk. II Sleman berhak

meninjau ulang untuk mencari pengelola yang lain.

3). Berdasarkan kriteria calon pengelola seperti disebut dalam butir 1 dan 2, maka

pihak Desa Sinduadi telah mengusulkan Sdr. Hartono dan Sdr. Suwarno

sebagai warga Dusun Mranggen, untuk mengelola Plant Pembuatan Pupuk

Organik (kompos) dan peserta rapat lainnya telah menyetujui usulan tersebut.

Page 12: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

20.003.00

3.00

8.00

6.00

3.00

5.00

5.50 3.25

Sumur

Tower

Kantor

Gudang WC

12.00

9.00

Bangunan Pengkomposan

Sistem Open Windrow

Bangunan Pengkomposan

Sistem Bak Aerasi

Pelataran

Sortasi

15.00

15.00

Utara

Sungai

TATA LETAK BANGUNANPlant Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota di Desa Mranggen,

Kab. Dati II Sleman

Page 13: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis pangan yang terjadi di negara kita telah memacu pemerintah untuk

mengeluarkan kebijaksanaan pengembangan perekonomian yang berbasis

pada pertanian termasuk didalamya intensifikas/ekstensifikasi pertanian dan

pemanfaatan lahan-lahan tidur, untuk mengejar peningkatan produksi pangan.

Kenyataan tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan pupuk, sehingga

keberadaan pupuk di pasaran menjadi langka. Kebijakan lain untuk

menghapuskan subsidi terhadap pupuk anorganik telah mengakibatkan pula

melambungnya harga pupuk tersebut, sehingga sulit terjangkau oleh para

petani.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan penyediaan pupuk

bagi para petani adalah melalui pemanfaatan sampah menjadi kompos. Upaya

ini sangat tepat dan bijaksana karena bukan hanya permasalahan lingkungan

saja yang dapat ditanggulangi, tetapi produk kompos yang dihasilkan dapat

pula membantu menjawab kelangkaan dan mahalnya pupuk anorganik di

pasaran.

Pengkomposan merupakan suatu proses biologis oleh mikroorganisme

yang mengubah sampah padat menjadi bahan yang stabil menyerupai humus

yang kegunaan utamanya sebagai penggembur tanah. Proses dekomposisi

(penguraian) sampah padat organik dapat berlangsung secara aerobik ataupun

anaerobik, tergantung dari tersedianya oksigen

Penggunaan sampah kota sebagai bahan baku dalam proses

pengkomposan adalah sejalan dengan peningkatan sampah yang dibuang ke

lingkungan sebagai akibat dari perubahan budaya dan peningkatan aktivitas

yang dilakukan masyarakat. Terjadinya peningkatan sampah kota tidak hanya

dari segi jumlah atau volume tetapi juga dalam keragaman bentuk, jenis dan

komposisinya. Tim Teknologi Kompos BPPT telah melakukan kajian yang

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 1

Page 14: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

menunjukkan bahwa sampah kota memiliki sifat-sifat fisik dan kimia yang baik

untuk dijadikan pupuk organik melalui teknologi pengkomposan.

Secara nasional ketersediaan sampah sebagai bahan baku proses

pengkomposan cukup besar. Gambaran melimpahnya jumlah sampah dan

komposisi kandungan bahan organik pada sampah tersebut untuk kota

Semarang, Bandung dan Jakarta dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Pada

umumnya jumlah sampah kota yang melimpah tersebut justru menimbulkan

masalah pengelolaan yang cukup rumit dan belum dimanfaatkan secara optimal

sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.

Tabel 1. Produksi Sampah pada tahun 1995

KotaProduksi(m3/hari)

Jumlah yang Dikelola (m3/hari)

Persentase Sampah yang Dikelola

Semarang 3.185 2.870 90,17

Bandung 6.890 6.663 96,70

Jakarta 30.552 28.542 93,42

Tabel 2. Komposisi Sampah di Semarang, Bandung dan Jakarta

Komposisi (%) Semarang Bandung Jakarta

Bahan Organik 68,75 73,25 73,92

Kertas 5,45 9,70 10,18

Plastik 14,15 8,58 7,86

Logam - 0,50 2,04

Kulit - 0,40 0,55

Kayu - 3,60 0,98

Tekstil - 0,90 1,57

Gelas 0,16 0,43 1,75

Lain-lain 5,97 2,64 1,22

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 2

Page 15: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

Pada sisi lain sampah dari pemukiman, pasar, taman dan perkotaan

apabila tidak dikelola secara baik, keberadaannya sering menimbulkan masalah

bagi lingkungan, seperti :

Sampah yang tidak tertangani mengakibatkan lingkungan menjadi

terlihat kumuh, kotor dan jorok. Di dalamnya merupakan tempat

berkembangnya organisme patogen, yang berbahaya bagi kesehatan

manusia, dan juga merupakan sarang lalat, tikus, dan hewan liar lainnya

seperti anjing atau kucing liar. Dengan demikian limbah padat berpotensi

sebagai sumber penyebaran bibit penyakit.

Sampah yang membusuk menghasilkan gas yang berbau tidak sedap

dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkannya (leachate) juga

dapat menyebabkan pencemaran sumur, sungai, danau maupun air

tanah.

Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran

drainase sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir.

Pembuangan sampah dalam jumlah yang besar memerlukan tempat

pembuangan yang luas, tertutup dan jauh dari lokasi pemukiman.

Kawasan yang padat penduduknya seperti kota besar akan mengalami

kesulitan dalam mencari lahan baru untuk Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) sampah.

Besarnya dampak negatif yang timbul dari sampah yang tidak dikelola

dengan baik, perlu mendapat perhatian dan diupayakan pemecahannya. Salah

satu upaya penanganan masalah sampah adalah melalui pemanfaatan sebagai

bahan baku pupuk organik (kompos). Keuntungan yang akan diperoleh adalah

teratasinya permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh sampah serta

diperolehnya pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan

produktivitas tanaman.

Mengingat bahwa kebutuhan akan pupuk yang murah dan mudah

didapat sangat penting dan mendesak, bahan baku pupuk kompos sangat

melimpah dan belum dimanfaatkan secara maksimal, teknologi pembuatan

kompos yang berkualitas sudah tersedia dan dapat diterapkan dengan mudah

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 3

Page 16: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

dan tepat guna serta kemampuan sederetan keunggulan pupuk kompos bagi

tanah dan tanaman, maka alangkah baiknya apabila produksi dan pemanfaatan

pupuk kompos dimasyarakatkan dan hendaknya menjadi kebijakan dalam

usaha mengatasi krisis pangan ini. Maka dari itu produksi dan pemanfaataan

kompos yang telah ada sekarang ini hendaknya lebih dioptimalkan lagi dan

sekarang adalah saat yang tepat untuk mendirikan sentra-sentra baru industri

kompos untuk pemenuhan kebutuhan pupuk skala nasional.

1.2. Manfaat dan Potensi Kompos

Kompos sebagai produk dari proses penguraian bahan organik memiliki

sifat-sifat yang baik untuk menyuburkan tanah dan menyediakan unsur hara

bagi tanaman. Pupuk kompos dapat memperbaiki daya ikat tanah berpasir dan

memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga tidak terlalu berderai atau

terlalu lekat. Kompos juga dapat meningkatkan daya ikat tanah terhadap air

sehingga meningkatkan persediaan air untuk tanaman. Selain itu kompos juga

dapat memperbaiki tata udara tanah dan mempertinggi daya ikat tanah

terhadap zat hara dari pupuk mineral sehingga tidak mudah larut oleh air

penghujan sehingga penggunaan pupuk menjadi lebih efisien. Untuk tanaman,

tentu saja kompos menyediakan unsur makro maupun mikronutrien yang

penting untuk perkembangan pertumbuhannya. Jika dicermati, maka tak dapat

dielakkan bahwa deretan kemampuan pupuk kompos seperti tersebut di atas

dalam memperbaiki sifat tanah dan kemampuannya dalam menyediakan unsur

mikronutrien untuk tanaman, tidak dimiliki oleh pupuk mineral.

Selain sebagai pupuk tanaman produk kompos juga memiliki potensi,

antara lain sebagai :

Bahan dasar pupuk organik yang diperkaya dengan pupuk mineral,

inokulum bakteri pengikat N, inokulum bakteri pemfiksasi P, dsb.

Media tanam dalam bentuk pelet untuk tanaman yang spesifik

Biofilter pada sistem pengkomposan tertutup

Briket bahan bakar

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 4

Page 17: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

Ditinjau dari biaya produksi, keuntungan produksi kompos juga cukup

menjanjikan. Berdasarkan perhitungan, contoh kasus di RPH Cakung misalnya,

didapatkan bahwa pupuk kompos itu ternyata lebih murah daripada pupuk

mineral. Apabila unsur hara utama seperti N, P dan K pada pupuk kompos

dihargai setara dengan harga unsur N, P dan K pada pupuk mineral maka

harga pupuk kompos per kilogramnya adalah 120 rupiah, padahal biaya

produksi kompos per kilogramnya adalah 100 rupiah. Kondisi ini membuka

peluang yang baik untuk industri kompos. Dan tentu saja, produk kompos layak

dihargai lebih besar dari 120 rupiah karena sederetan keunggulan seperti yang

telah disebutkan sebelumnya.

1.3. Gambaran Hasil Kegiatan

Dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, diperoleh gambaran

yang menunjukkan bahwa Pemda TK-II Sleman dan warga masyarakat sekitar

lokasi menyambut baik Program Iptekda Pembuatan Pupuk Organik dari

Sampah Kota – BPPT dan mengharapkan bantuan kerjasama lebih lanjut.

Produksi pupuk organik Plant Pengkomposan dusun Mranggen oleh pengelola

dan tenaga kerja setempat telah mulai berjalan dengan kapasitas produksi 1 m3

kompos halus per hari. Hasil produksi kompos telah tersedia dalam bentuk

kemasan-kemasan plastik dan siap untuk dipasarkan. Kegiatan ini telah

menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi 2 orang pengelola dan 5 tenaga

pelaksana. Pengoperasian plant pengkomposan yang setiap hari mampu

mengelola 4 m3 sampah organik dari +7 m3/hari sampah kota yang terkumpul

dan menanganani residunya dengan sangat baik, telah mengatasi permasalah

pembuangan sampah liar yang sebelumnya berkembang di dusun Mranggen

sehingga secara umum telah meningkatkan kualitas lingkungan di sekitar lokasi

plant.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 5

Page 18: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

II. TUJUAN DAN SASARAN

2.1. Tujuan

Dilaksanakannya kegiatan Pengembangan Iptek Pembuatan Pupuk

Organik dari Sampah Kota.di Pemda TK-II Sleman bertujuan untuk :

Memproduksi pupuk organik dari sampah kota

Menyediakan lapangan kerja

Memberikan pendapatan bagi pemerintah daerah

Membantu upaya pengelolaan sampah kota

Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA

Memberikan nilai tambah terhadap sampah yang semula tidak bernilai

ekonomis menjadi bernilai ekonomis.

2.2. Sasaran Kegiatan

Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah produksi pupuk

organik (kompos) sebesar 1 m3/hari oleh suatu unit usaha mandiri yang

menggunakan tenaga kerja setempat, untuk selanjutnya dipasarkan sebagai

pupuk tanaman.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 6

Page 19: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

III. METODOLOGI DAN RUANG LINGKUP

3.1. Metodologi

Pengkomposan merupakan suatu proses biologis oleh mikroorganisme

yang mengubah sampah padat organik menjadi bahan yang stabil menyerupai

humus. Proses dekomposisi (penguraian) sampah padat organik dapat

berlangsung secara aerobik ataupun anaerobik, tergantung dari tersedianya

oksigen. Proses anaerobik berlangsung lambat dan mengeluarkan bau busuk

yang sulit dikendalikan, sehingga hampir semua proses pembuatan kompos

secara modern dilakukan secara aerobik dengan mengkombinasi suhu

mesofilik dan termofilik.

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh Tim Teknologi Kompos

BPPT didapatkan kesimpulan bahwa dalam teknologi pembuatan kompos

secara aerobik, sistem open windrow adalah yang paling tepat untuk diterapkan

di Indonesia. Pemilihan sistem tersebut berdasarkan konsepsi yang dapat

dipertanggungjawabkan secara teknis, sosiologis dan ekonomis. Dengan

sistem open windrow secara teknis tidak diperlukan sarana dan prasarana yang

kompleks dan modern sehingga dapat diterapkan dengan mudah dan tepat

guna. Demikian pula jumlah modal, biaya operasional dan biaya pemeliharaan

tempat pengkomposan relatif lebih rendah dibandingkan dengan semua sistem

pengkomposan lainnya. Sedangkan prosesnya sangat cocok dengan iklim

tropika dimana kelembaban dan temperatur udaranya cukup tinggi dan stabil

(25 sampai 30 oC).

Sistem open windrow adalah cara pembuatan kompos ditempat terbuka

beratap (bukan di dalam reaktor yang tertutup dengan injeksi udara) dengan

aerasi alamiah. Sampah akan yang dikomposkan ditumpuk memanjang dengan

frekuensi pembalikan tertentu dan suhunya dikendalikan. Sistem ini telah

dicoba oleh BPPT di Lokasi Daur Ulang Sampah di Tambakboyo, Sleman -

Yogyakarta, Rumah Pemotongan Hewan Cakung - Jakarta Timur dan

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 7

Page 20: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

Peternakan ayam di Tangerang dengan hasil kompos yang baik. Untuk lahan

yang terbatas, penumpukan juga dapat dilakukan dalam bak-bak terbuka yang

memiliki saluran aerasi memadai (bak aerasi).

Pada dasarnya pengkomposan dengan sistem open windrow merupakan

proses degradasi materi organik menjadi materi yang stabil melalui reaksi

biologis mikroorganisma secara aerobik dalam kondisi yang terkendali. Ketika

sampah padat organik dipaparkan di udara dan kandungan airnya sesuai, maka

berbagai mikroorganisme yang biasanya sudah terdapat dalam sampah dan

mampu melakukan proses pengkomposan mulai bekerja. Selain oksigen dari

udara dan air, mikroorganisme memerlukan pasokan makanan yang

mengandung karbon dan unsur hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium untuk

pertumbuhan dan reproduksi mereka. Kebutuhan makanan tersebut juga

disediakan oleh sampah organik. Mikroorganisme kemudian melepaskan

karbon dioksida, air dan energi, berkembang biak dan akhirnya mati. Sebagian

dari energi yang dilepaskan tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan

gerakan, sisanya dilepaskan sebagai panas. Akibatnya setumpuk bahan

kompos melewati tahap-tahap penghangatan, suhu puncak, pendinginan dan

pematangan.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 8

MIKROORGANISME DALAM SAMPAH

Sampah terdegradasi

Karbon, Nitrogen, Fosfor, Kalium

MIKROORGANISME BEKERJA

Sampah Organik

Karbon, Nitrogen, Fosfor, Kalium

Air dan Oksigen

Energi panas Karbon dioksida Air

TAHAP PENGHANGATAN TAHAP PENDINGINAN DAN PEMATANGAN

Suhu puncak

Diagram Alir Proses Dasar Pengkomposan

Kompos matang

C/N ratio ideal 30

Karbon, Nitrogen, Fosfor, Kalium

C/N ratio 10-20, pH 6-8.5

MIKROORGANISME MATI

Page 21: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

Proses pembuatan kompos berlangsung dengan menjaga

keseimbangan kandungan nutrien, kadar air, pH, temperatur dan aerasi yang

optimal melalui penyiraman dan pembalikan. Pada tahap awal proses

pengkomposan, temperatur kompos akan mencapai 65 – 70 oC sehingga

organisma patogen, seperti bakteri, virus dan parasit, bibit penyakit tanaman

serta bibit gulma yang berada pada limbah yang dikomposkan akan mati. Dan

pada kondisi tersebut gas-gas yang berbahaya dan baunya menyengat tidak

akan muncul. Penyiraman dan pembalikan tumpukan dilakukan secara berkala

untuk menjamin tersedianya oksigen yang cukup bagi berlangsungnya proses

biodegradasi oleh mikroorganisme penghasil kompos. Proses pengkomposan

umumnya berakhir setelah 6 sampai 7 minggu yang ditandai dengan

tercapainya suhu terendah yang konstan dan kestabilan materi. Proses

pengkomposan dengan sistem open windrow praktis tidak memerlukan

tambahan zat kimia dan inokulan mikroba dari luar sehingga aman bagi

lingkungan.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Untuk terlaksananya kegiatan produksi pupuk organik di Kabupaten Dati-

II Sleman, diperlukan kerjasama, keterkaitan dan keterpaduan antara berbagai

pihak terkait. Ruang Lingkup Kegiatan yang akan dilakukan selama proyek ini

berlangsung secara garis besar adalah :

1. Koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan Pemda TK-II Sleman,

mencakup kegiatan-kegiatan :

Persiapan kerjasama

Penentuan lokasi kegiatan

Penentuan tenaga pengoperasian

Persiapan manajemen pengelolaan

2. Sosialisasi rencana penerapan teknologi pembuatan kompos kepada

masyarakat setempat

3. Penyusunan desain plant

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 9

Page 22: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

4. Pelaksanaan pembangunan fisik plant

5. Alih teknologi pembuatan pupuk organik kompos kepada calon pengelola

dan tenaga pelaksana

6. Serah terima dan peresmian pengoperasian plant pengkomposan sampah

kota di dusun Mranggen

7. Proses produksi pupuk organik kompos, mencakup kegiatan-kegiatan :

Pengangkutan sampah ke lokasi plant

Sortasi sampah

Pembuatan tumpukan

Perlakuan

Pengayakan

Pengemasan

8. Penyusunan laporan akhir kegiatan.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 10

Page 23: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

IV. HASIL YANG DICAPAI

Hasil yang telah dicapai dari kegiatan Pengembangan Iptek Pembuatan

Pupuk Organik dari Sampah Kota di Kabupaten Dati-II Sleman, antara lain :

4.1. Koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan Pemda Tk. II Sleman

Dalam tahap koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan Pemda

Tk. II Sleman, telah dilakukan kegiatan-kegiatan :

Persiapan kerjasama

Untuk mempersiapkan pelaksanaan Iptekda Pembuatan Pupuk

Organik dari Sampah telah dilangsungkan pertemuan yang

melibatkan Bappeda Tk. II Sleman, Dinas Cipta Karya, Kepala Desa,

wakil dari Kantor Kecamatan, dan pihak terkait lainnya.

Dalam pertemuan disepakati bahwa pihak BPPT akan membangun

plant pengkomposan dan memberikan alih teknologi cara pembuatan

kompos, sedangkan Pemda TK. II Sleman akan membantu dan

mendukung sepenuhnya kegiatan tersebut. Pemda Tk. II Sleman

mempersiapkan lahan yang dibutuhkan untuk kegiatan ini dan Dinas

Cipta Karya melakukan perubahan rencana pembangunan Depo

Transfer Sampah dari rencana semula di lokasi desa Bokung

dipindahkan ke lokasi proyek.

Penentuan lokasi kegiatan

Lokasi kegiatan ditentukan bersama-sama oleh Pemda TK-II

Sleman dan Tim BPP Teknologi. Dari 3 alternatif lokasi yang dapat

disediakan oleh Pemda, disepakati pilihan lokasi pada dusun

Mranggen, desa Sinduadi. Lokasi tersebut sebelumnya

dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah liar yang

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 11

Page 24: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

dikelola oleh organisasi pemuda setempat. Luas lahan yang

dipersiapkan seluas + 1350 m2, sebagian diantaranya masih dalam

bentuk perkebunan tebu dengan status tanah sebagai kas desa.

Penentuan tenaga pengelola

Upaya pembuatan kompos dari sampah kota akan lebih

berhasil apabila dikelola oleh orang atau organisasi yang

sebelumnya telah bergerak dalam pengelolaan sampah. Dari hasil

observasi lapangan diketahui bahwa di lokasi dusun Mranggen, desa

Sinduhadi, terdapat organisasi yang selama ini melakukan usaha di

bidang pengelolaan sampah. Organisasi tersebut memperoleh

keuntungan dari biaya pembuangan sampah yang dipungut dari

penduduk setempat dan penjualan sampah-sampah yang masih

memiliki nilai baik sebagai barang bekas maupun bahan baku daur

ulang (lapak). Sedangkan sebagian besar sisa sampah yang tidak

memiliki nilai jual, dibuang sebagai tumpukan sampah liar pada

lahan kosong di tepi perkebunan tebu - yang berbatasan dengan

sungai, dan dibakar. Bagi pemukiman di sekitar lokasi pembuangan

sampah, cara pengelolaan seperti ini menimbulkan permasalahan

lingkungan seperti : asap, bau busuk yang menyengat dan gangguan

kesehatan yang diakibatkan oleh lalat. Keadaan seperti ini sudah

berlangsung lama akan tetapi tidak terlalu dirisaukan karena terbukti

dapat memberikan lapangan pekerjaan dan menjadi sumber

penghasilan bagi organisasi pengelola sampah setempat.

Untuk mengatasi permasalahan lingkungan dengan tetap

mempertahankan keberadaan organisasi pengelola sampah

setempat, disepakati bahwa pengoperasian Plant Pembuatan Pupuk

Organik dari Sampah Kota, akan diserahkan ke Organisasi pengelola

sampah dusun Mranggen. Dengan demikian pengumpulan sampah

dan pelapakan akan tetap dijalankan oleh tenaga kerja yang sudah

ada sedangkan kegiatannya diperluas pada pembuatan pupuk

organik (kompos) yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 12

Page 25: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

tambahan penghasilan bagi pengelola maupun masyarakat dusun

Mranggen pada umumnya.

Persiapan manajemen pengoperasian

Pengoperasian Plant Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah

Kota tidak terlepas dari manajemen pengelolaan sampah secara

keseluruhan. Dengan rencana Dinas Cipta Karya untuk

pembangunan Depo Transfer Sampah, maka lokasi tempat

pembuangan sampah Mranggen resmi menjadi bagian dari

manajemen pengelolaan sampah Pemda TK-II Sleman. Dengan

demikian kebutuhan supply sampah yang akan dikomposkan

menjadi terjamin, begitu pula dengan residu sisa sampah yang tidak

bisa dikomposkan dapat diangkut ke lokasi TPA.

Hasil-hasil rapat koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan

Pemda Tk-II Sleman, terlampir.

4.2. Sosialisasi Rencana Penerapan Teknologi Pembuatan Kompos Kepada Masyarakat Setempat

Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan, telah diadakan penyuluhan

bagi masyarakat di sekitar lokasi melalui pendekatan informal. Dalam

penyuluhan disampaikan permasalahan-permasalahan lingkungan yang

berkaitan dengan pengelolaan sampah, potensi sampah sebagai bahan

baku kompos dan gambaran nilai ekonomis pupuk organik kompos

dalam masa krisis sekarang ini yang antara lain menjadi latar belakang

diadakannya rencana pembangunan plant pembuatan pupuk organik dari

sampah kota di dusun Mranggen.

Secara umum rencana pembangunan plant pembuatan pupuk

organik dari sampah kota mendapat sambutan baik dari masyarakat

Mranggen, terutama organisasi pengelola sampah setempat yang

memiliki harapan untuk dapat mengembangkan bidang usahanya dan

penduduk disekitar lokasi tempat penimbunan sampah liar yang

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 13

Page 26: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

berharap dapat menyelesaikan berbagai masalah lingkungan yang timbul

akibat dilakukannya penimbunan dan pembakaran sampah di lokasi

pemukiman.

4.3. Pembuatan Desain Plant

Disain plant Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota telah

dimulai sejak awal kegiatan ini dan telah disiapkan gambar-gambar

rencana untuk pembangunan plant pengkomposan sistem tumpukan

terbuka, sistem bak aerasi, bangunan kantor dan kelengkapan lainnya

(gambar-gambar rencana, terlampir). Detail disain yang berkaitan

dengan sistem pengkomposan (seperti : panjang/lebar tumpukan, sistem

drainage, ukuran saluran udara, dll.) dibuat berdasarkan hasil penelitian

sebelumnya. Struktur bangunan direncanakan menggunakan konstruksi

kayu dengan pertimbangan biaya dan kemampuan tenaga kerja

setempat. Mengingat posisi bangunan terletak pada bekas lokasi

pembuangan sampah, maka pondasi pasangan batu setempat

direncanakan hingga mencapai kedalaman 60 cm dengan lantai kerja

tumpukan pasir setebam 10 cm. Struktur lantai direncanakan menyerupai

perkerasan dengan tumpukan batu pecah setebal 20 cm, sirtu sebagai

pengunci dan adukan spesi 1:3:5 setebal 5 cm sebagai penutup

struktural. Penggunaan bahan-bahan bangunan direncanakan memiliki

kualitas yang cukup baik, untuk mendapatkan umur rencana bangunan

10-20 tahun.

4.4. Pelaksanaan Pembangunan Fisik Plant

Pembangunan fisik plant pengkomposan di dusun Mranggen, desa

Sinduadi, dimulai dengan penebangan tanaman tebu seluas + 1500 m2,

pembersihan lahan dan perataan tanah. Tenaga Kerja dan bahan-bahan

bangunan seperti : kayu, batu, semen, dll., diperoleh dari sekitar lokasi

kegiatan. Pembangunan dilaksanakan secara swakelola dengan

menyerap sekitar 20 tenaga kerja setempat selama + 2 ½ bulan. Telah

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 14

Page 27: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

diselesaikan pembangunan plant pengkomposan sistem terbuka (175

m2), sistem bak aerasi (130 m2), pelataran sortasi (15 m2), bangunan

sumur, bangunan kantor (30 m2) dan penyediaan sarana penerangan

(listrik-PLN). Dengan demikian pelaksanaan pembangunan fisik plant

pengkomposan telah diselesaikan 100%.

Selanjutnya dilaksanakan pengadaan peralatan pendukung produksi,

seperti : tower dan tanki air, pompa air, gerobak sampah, timbangan,

termometer, saringan, garu, sekop, pakaian kerja, sepatu lapangan,

kantung plastik, alat press kemasan plastik, dll.

4.5. Alih Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Kompos Kepada Calon Pengelola dan Tenaga Pelaksana

Untuk mempersiapkan tenaga-tenaga pelaksana yang akan

mengoperasikan plant pengkomposan pupuk organik dari sampah kota,

telah dilakukan kegiatan alih teknologi, mencakup :

Pengenalan teori kompos secara sederhana untuk memberikan

pengertian mengenai : jenis bahan organik, mikroorganisme yang

mampu melakukan proses pengkomposan, kondisi ideal yang

dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk bekerja, terjadinya proses

degradasi, prinsip-prinsip perlakuan pengkomposan, kriteria

selesainya pengkomposan, dan kualitas kompos yang dihasilkan.

Pelatihan praktek dengan menggunakan sampah yang sebenarnya

dan bahan kompos setengah matang yang didatangkan dari LDUS

Tambakboyo. Pelatihan praktek diberikan dengan maksud untuk

meningkatkan kemampuan tenaga pelaksana dalam melakukan

proses : sortasi, pembuatan timbunan sampah, penyiraman,

pembalikan timbunan, dan penyaringan kompos matang.

Peninjauan lapangan di Lokasi Daur Ulang Sampah (LDUS)

Tambakboyo sebagai studi banding terhadap teori/praktek

pengkomposan yang telah diberikan. Kesempatan ini dipergunakan

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 15

Page 28: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

juga untuk memperkenalkan alternatif manajemen organisasi plant

pengkomposan, peluang pasar produk kompos, dan keterkaitan

dengan sistem pengelolaan sampah secara keseluruhan.

Alih teknologi diikuti oleh 9 orang yang terdiri dari : 2 peserta tingkat

manajemen, 5 tenaga pelaksana, dan 2 warga setempat.

Diselenggarakan tanggal 30 Nopember s/d 12 Desember 1998 (12 hari

kerja) dengan tenaga pelatih dari Tim Teknologi Penanganan Limbah

Padat Secara Biologis, Dit. Teknologi Lingkungan BPPT dan petugas

lapangan yang berpengalaman dari LDUS Tambakboyo. Segera setelah

selesainya kegiatan pelatihan, pada tanggal 14 Desember 1998 plant

pengkomposan Mranggen mulai dioperasikan dengan menggunakan

sampah dan kondisi yang sebenarnya. Sehubungan dengan hal tersebut,

kegiatan alih teknologi masih terus dijalankan dengan menempatkan 2

orang tenaga yang berpengalaman dari LDUS Tambakboyo selama 2

bulan (hingga produksi kompos perdana) untuk memberikan bantuan

teknis pengkomposan. Sesuai kesepakatan yang dicapai dalam

kerjasama dengan Pemda Tk. II Sleman, Tim Teknologi Penanganan

Limbah Padat Secara Biologis juga tetap melakukan kegiatan

pemantauan berkala dan memberikan petunjuk teknis yang diperlukan

dalam pengoperasian plant.

4.6. Serah Terima dan Peresmian Pengoperasian Plant Pengkomposan Sampah Kota di Dusun Mranggen

Menandai selesainya pembangunan fisik dan dimulainya proses

produksi pupuk organik pada plant pengkomposan di dusun Mranggen,

telah dilakukan peresmian Program Iptekda Pembuatan Pupuk Organik

dari Sampah Kota, oleh Bupati KDH Tingkat II Sleman pada tanggal 16

Desember 1998. Dalam upacara peresmian yang antara lain dihadiri oleh

Ketua dan Wakil Ketua DPRD Tk. II Sleman, Ketua Bappeda serta

masyarakat setempat, telah dilakukan pula penandatanganan Berita

Acara Serah Terima/Hibah Plant Pengkomposan Program Iptekda

Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah Kota, dari Direktur Teknologi

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 16

Page 29: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

Lingkungan BPPT kepada Bupati KDH Tk. II Sleman. Acara peresmian

dihadiri tidak kurang dari 400 undangan dan mendapat liputan stasiun

televisi daerah, media cetak setempat serta nasional. Selain ungkapan

terima kasih warga setempat yang ditunjukkan melalui sumbangan acara

pertunjukan kesenian daerah, dalam pidatonya Bupati KDH Tk. II

Sleman menyampaikan harapan agar program semacam ini dapat terus

dikembangkan. (terlampir : Berita Acara No. 40/TL/TIEM/ BPPT/XII/98,

penerbitan Siaran BPP Teknologi Nomor : 3/XII/1998, kliping artikel pada

harian Kedaulatan Rakyat 17/12/98 dan Republika 19,27/12/98).

Dengan diserahkannya plant pengkomposan Program Iptekda BPPT

kepada masyarakat Sleman, Bupati selanjutnya meneruskan tanggung

jawab pengelolaan kepada Kepala Desa Sinduadi yang kemudian

menunjuk organisasi pengelola sampah dusun Mranggen sebagai

pelaksana.

4.7. Proses Produksi Pupuk Organik Kompos

Secara umum proses yang dilakukan dalam pembuatan pupuk

organik dari sampah kota dapat digambarkan seperti diagram alir proses

pengkomposan di bawah ini.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 17

KOMPOS HALUS

LAPAK

BAHAN ORGANIK KASAR

SAMPAHKOTA

KOMPOSKASAR

MASUKANPRA

PENGKOMPOSAN PROSES PENGKOMPOSAN

DIAGRAM ALIR PROSES PENGKOMPOSAN SAMPAH KOTA

TEKNOLOGI PENANGANAN LIMBAH PADAT SECARA BIOLOGIS – DIT. TEKNOLOGI LINGKUNGAN – BPP TEKNOLOGI

SORTASI

BAHAN ORGANIK

LAPAK

RESIDU

PENYIAPAN BAHAN BAKU

PEMBUATAN PETAK

PEMBUATAN KOMPOS

PENGENDALIAN SUHU, KELEMBABAN, AERASI,

PH DAN NUTRIEN

PEMBALIKAN

PENGERINGAN

PENYARINGAN

PENGEMASAN

PELABELAN

RESIDU

- STARTER - NITROGEN - AIR

AIR KANTUNG

PASCA PENGKOMPOSAN KELUARAN

Page 30: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

Diagram alir proses pengkomposan sampah kota menunjukkan

tahapan kegiatan yang dikerjakan dalam pembuatan pupuk organik dari

sampah kota, khususnya pada plant pengkomposan Mranggen, proses

produksi pupuk organik (kompos) mencakup tahapan-tahapan :

Pengangkutan sampah ke lokasi plant

Sortasi sampah

Pembuatan tumpukan

Perlakuan

Pengayakan

Pengemasan

Berikut ini akan diuraikan dengan lebih rinci kegiatan-kegiatan yang

dilakukan pada masing-masing tahapan proses produksi plant

pengkomposan Mranggen, yaitu :

Pengangkutan sampah ke lokasi plant

Di dusun Mranggen, sampah penduduk diangkut secara berkala

dengan menggunakan gerobak-gerobak sampah yang dioperasikan oleh

organisasi pengelola sampah setempat. Jadwal pengangkutan setiap

hari dimulai sejak pagi dan umumnya telah dapat diselesaikan pada

sekitar pukul 10.00 siang. Jumlah sampah yang dikumpulkan berkisar

antara (5-7) m3 sampah kota per hari. Terhadap sampah-sampah ini

dilakukan kegiatan pelapakan dan sortasi bahan-bahan organik untuk

dijadikan sebagai bahan baku proses pengkomposan. Residu yang

merupakan sisa hasil pelapakan dan sortasi dikumpulkan dalam

gerobak-gerobak sampah untuk dinaikkan ke truk melalui depo transfer.

Depo Transfer Sampah yang pengoperasiannya dilakukan oleh oleh

Dinas Cipta Karya Pemda Tk. II Sleman, dibangun pada lokasi yang

menyatu dengan plant pengkomposan Mranggen. Depo tranfer adalah

sarana untuk pengambilan sampah-sampah yang akan diangkut ke

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 18

Page 31: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

lokasi TPA. Jadwal kedatangan truk pengangkut diatur oleh petugas dan

disesuaikan dengan kebutuhan pengangkutan sampah. Dengan

pengumpulan residu hasil sortasi pada gerobak-gerobak sampah, di

sekitar depo transfer tidak terdapat timbunan sampah terbuka. Selain itu

pengumpulan residu pada gerobak-gerobak sampah juga memberikan

kemudahan dalam proses pengangkutan sampah ke atas truk.

Keberadaan depo transfer sampah pada lokasi yang menyatu

dengan plant pengkomposan Mranggen sangat mempersingkat proses

pembuangan residu dan memberikan jaminan terangkatnya seluruh

residu hasil sortasi

Sortasi sampah

Sampah yang berasal dari pemukiman atau perkotaan terdiri dari

campuran sampah organik dan anorganik. Proses sortasi dilakukan

dengan tujuan untuk memisahkan sampah-sampah organik - yang

merupakan bahan baku dalam proses pengkomposan, dari sampah

anorganik dan bahan-bahan lain yang tidak dapat dikomposkan. Sampah

yang datang di lokasi plant pengkomposan langsung dibawa ke

pelataran sortir untuk pemisahan secara manual. Sortasi dilakukan

sesegera mungkin agar tidak terjadi penumpukan sampah yang

menimbulkan bau. Sampah organik yang masih berbentuk memanjang

seperti ranting dan batang pohon, terlebih dahulu dipotong-potong

secara manual hingga mencapai ukuran + 5 cm sehingga mudah

dikomposkan. Sampah pertanian seperti cabang pohon dan ranting

dipisahkan dari daun-daunnya. Sampah-sampah organik yang berhasil

dikumpulkan dari kegiatan sortasi dibawa ke tempat penumpukan untuk

proses lebih lanjut, barang-barang lapak dikumpulkan pada tempat yang

telah disediakan, dan residu dari kegiatan lapak / sortasi sampah organik

dikumpulkan dalam gerobak-gerobak sampah untuk memudahkan

pengangkutan ke atas truk melalui depo transfer sampah.

Kegiatan pelapakan (pengumpulan dan penjualan sampah-sampah

yang masih memiliki nilai, baik sebagai barang bekas maupun sebagai

bahan baku daur ulang) pada lokasi plant pengkomposan dusun

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 19

Page 32: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

Mranggen, telah berlangsung cukup lama. Dengan demikian proses

sortasi sampah organik sebagai bahan baku proses pengkomposan

adalah merupakan pengembangan dari kegiatan sehari-hari yang telah

mereka tekuni sebelumnya. Keterpaduan antara kegiatan pelapakan dan

sortasi sampah organik sebagai bahan baku proses pengkomposan di

dusun Mranggen, dapat digambarkan seperti diagram alir berikut.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 20

ORGANIK

Sisa makanan

Sisa sayuran

Kulit buah

Sampah daun

Ranting/kayu

Kertas rusak

Karton rusak

Sampah kain

Sampah kulit

SORTASI-2

Sampah Kota

BesiPlastikKacaKertas

Lapak

ANORGANIK

Kantung plastik

Botol plastik

Kulit sintetis

Karet sintetis

Pecahan kaca

Botol kaca

SORTASI-1

TIDAK MEMILIKI NILAI JUAL

Residu

Bahan BakuKompos

DIJUALsebagai,

- Barang bekas

- Bahan baku daur ulang

DIBUANGmelalui,

Depo Transfer Sampah

DIKUMPULKANuntuk,

tahapan proses pengkomposan

selajutnya

Diagram Alir Sortasi Sampah pada Plant Pengkomposan Mranggen

Page 33: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

Dari rata-rata hasil pengumpulan sampah penduduk sebanyak 7

m3/hari, dapat diperoleh sekitar 4 m3/hari sampah organik yang

merupakan bahan baku proses pengkomposan.

Pembuatan tumpukan

SISTEM OPEN WINDROW

Sampah organik yang telah disortir kemudian ditumpuk di ruang

pengkomposan. Berdasarkan hasil rancangan disain plant

pengkomposan ukuran tumpukan memiliki lebar 2,5 m, dan tinggi 1,5

meter dan panjang sesuai dengan jumlah sampah organik yang tersedia.

Pembuatan tumpukan dilakukan dengan menggunakan garu atau alat

yang terbuat dari anyaman bambu. Sampah organik dari pelataran

sortasi setiap kali dibawa dengan alat tersebut kemudian ditumpahkan

ditempat pengkomposan dengan cara membaliknya. Tumpukan yang

telah dibuat tidak boleh dipadatkan. Tumpukan berbentuk piramida

terpancung dengan lebar atas sekitar 1 m. Sesuai dengan jadwal

pembalikan kompos maka pembuatan tumpukan diselesaikan dalam

waktu 7 hari.

SISTEM BAK AERASI

Sampah organik yang telah siap dikomposkan dimasukkan ke dalam

bak pertama. Untuk memasukkan sampah dapat digunakan garu atau

alat dari bambu. Pada setiap pengisian, sampah diratakan dengan tanpa

pemadatan. Pengisian bak dilakukan sesuai jadwal pembalikan, yaitu

selama 7 hari.

Perlakuan

Yang dimaksudkan dengan perlakuan pada proses pengkomposan

sampah organik adalah kegiatan-kegiatan : pembalikan, penyiraman dan

pemantauan suhu.

Pembalikan.

SISTEM OPEN WINDROW

Pembalikan tumpukan dilakukan dengan cara memindahkan

tumpukan ke tempat berikutnya. Pemindahan tersebut dapat dilakukan

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 21

Page 34: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

dengan garu dan alat dari bambu seperti pada saat pembentukan

tumpukan yang pertama kali. Pemindahan yang berfungsi sebagai

pembalikan tersebut dilakukan 1 minggu sekali. Tempat kosong yang

telah ditinggalkannya diisi dengan tumpukan sebelumnya. Proses

pemindahan dilakukan sampai pemindahan yang ketujuh atau sampai

pada tumpukan yang ke delapan. Pada setiap pembalikan/pemindahan

tumpukan dapat dirasakan terjadinya penurunan volume sampah

sebagai akibat dari berlangsungnya proses degradasi. Penurunan ini

berlangsung secara cepat pada minggu pertama sampai minggu ketiga

atau empat dan berangsur-angsur menurun hingga tercapai kondisi stabil

pada minggu ke tujuh. Sampah yang dipindahkan pada tumpukan yang

kedelapan sudah dapat dipanen sebagai kompos matang.

SISTEM BAK AERASI

Sama seperti yang dilakukan pada sistem open windrow, pembalikan

sampah dilakukan dengan cara memindahkan tumpukan ke tempat

berikutnya, dalam hal ini bak pengkomposan yang kedua. Pemindahan

dilakukan seminggu sekali dengan cara yang sama seperti pada

pengisian bak pengkomposan sebelumnya. Bak yang telah kosong diisi

kembali dengan materi sampah yang baru. Pemindahan dilanjutkan ke

bak berikutnya diikuti dengan pengisian kembali bak yang

ditinggalkannya. Pemindahan dilakukan sampai bak yang kedelapan.

Sampah yang dimasukkan pada bak yang kedelapan sudah dapat

dipanen sebagai kompos matang.

Penyiraman.

Penyiraman dilakukan apabila sampah yang dikomposkan terlalu

kering. Kadar air yang ideal dari tumpukan sampah selama proses

pengkomposan adalah antara 50-60 % dengan nilai optimal sekitar 55 %.

Penyiraman akan sering diperlukan apabila sampah yang dikomposkan

kurang memiliki kemampuan untuk menahan air. Penyiraman dilakukan

dengan menggunakan gembor atau selang air, dan dikerjakan sebelum

pemindahan atau pembalikan tumpukan. Diusahakan penyiraman

dilakukan merata ke seluruh bagian sampah yang dikomposkan.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 22

Page 35: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

Pemantauan Suhu.

Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan termometer kompos yang

memiliki tangkai sensor yang terbuat dari logam. Pertama-tama

termometer ditancapkan ke dalam tumpukan sampah atau bak sampai

sedalam 70-90 cm dan dibiarkan sekitar 15 menit sampai jarum penunjuk

suhu posisinya tidak berubah-ubah lagi. Pada beberapa hari pertama

pengkomposan, baik pada sistem open windrow maupun bak aerasi

temperatur sampah bisa mencapai 60–70 oC. Suhu ini sedapat mungkin

dipertahankan selama beberapa hari untuk membunuh bakteri-bakteri

patogen dan bibit gulma. Jika tidak terjadi panas, kemungkinan proses

pengkomposan tidak berjalan dengan baik. Hal itu bisa karena

sampahnya terlalu basah atau terlalu kering atau rasio C/N -nya terlalu

tinggi. Pada proses pengkomposan minggu ke tujuh (tumpukan

kedelapan) materi dan temperatur kompos telah menjadi stabil pada

suhu dibawah 50 oC yang menandai selesainya proses pengkomposan.

Pengayakan

Maksud utama dari pengayakan adalah untuk memperoleh ukuran

partikel kompos yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan. Pengayakan

juga berfungsi sekaligus untuk memisahkan bahan-bahan yang belum

terkomposkan secara sempurna dan memisahkan bahan-bahan yang

tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses sortasi. Bahan yang

belum terkomposkan secara sempurna dikembalikan lagi ke dalam

tumpukan yang baru dan bahan yang lolos dari proses sortasi dibuang

sebagai residu.

Kompos dapat disaring dengan berbagai jenis ayakan seperti ayakan

pasir, ayakan goyang, ayakan drum berputar dan ayakan getar.

Besarnya lubang ayakan dapat bervariasi tergantung dari ukuran

kompos yang diinginkan. Ukuran kompos dapat dibagi menjadi :

- Grade I, kompos halus yang diayak dengan ayakan yang lubang-

lubangnya berukuran 1 cm x 1 cm

- Grade II, kompos ukuran sedang dengan ayakan yang lubang-

lubangnya berukuran 2 cm x 2 cm

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 23

Page 36: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

- Grade III, kompos ukuran kasar dengan ayakan yang lubang-

lubangnya berukuran 4 cm x 4 cm

Pada plant pengkomposan dusun Mranggen, digunakan ayakan

goyang dengan ukuran lubang 1 cm x 1 cm dan 0.5 x 0.5 cm

Ayakan goyang tersebut digunakan dengan cara, sbb. :

- Kedua tangkai ayakan ditaruh di atas bangku agar bidang ayakan

posisinya datar.

- Kemudian masukan kompos yang telah matang ke atas ayakan

secukupnya dengan skop.

- Angkat kedua tangkai ayakan dan kemudian digoyang-goyangkan

dengan cara mendorong ke depan dan ke belakang berkali-kali

sampai bahan melalui lubang ayakan.

- Setelah kompos halus sudah terayak semua, tangkai pengayak di

taruh di atas lantai.

- Kompos yang tidak lolos lubang ayakan dapat dikumpulkan, lalu

ditumpuk menjadi tumpukan kompos yang baru atau dicampurkan

kedalam tumpukan yang belum matang untuk dipanen kemudian.

Pengemasan

Kompos yang telah diayak dikemas ke dalam kantung plastik kedap

air atau karung. Telah dipersiapkan sebanyak 2000 buah kantung plastik

berukuran 35 cm x 45 cm untuk menampung kompos halus seberat 5

kg. Kantung-kantung plastik tersebut telah diberi label dengan nama

“KOMPOS SEMBADA”, dan mencantumkan nama “Koperasi Putera Melati

Dusun Mranggen, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kab. Dati II Sleman”

sebagai pembuatnya.

Pupuk organik dari plant pengkomposan sampah kota di dusun

Mranggen telah siap untuk dipasarkan dengan produksi pertama (tanggal

8 Februari 1999) sebesar 1 m3 yang berasal dari sampah organik

sejumlah + 4 m3 dengan waktu pengkomposan selama 7 minggu.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 24

Page 37: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

Kegiatan ini melibatkan 1 orang manajer umum, 1 orang manajer operasi

dan 5 orang tenaga lapangan.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 25

Bahan KomposOpen Windrow

PERLAKUAN

PERLAKUAN

PENUMPUKAN

PENUMPUKAN

Sumur

Tower air

Kantor

Gudang

Sistem Bak AerasiSORTASI

Sungai

1

2

3

4

8

7

6

5

1

2

4

3

5

6

8

7

Sistem Open Windrow

SARING &KEMAS

SARING &KEMAS

Lapak

Residu

BahanKompos

B. Aerasi

Depo TransferSampah

PEMASARAN

Terlalu banyak kandunganAnorganiknya

SampahKota

Banyak kandunganOrganiknya

Alur Proses Pengkomposan

Plant Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah KotaDusun Mranggen, Desa Sinduadi, Dati II Sleman

Page 38: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

V. KONTRIBUSI HASIL

Penanganan sampah kota secara biologis merupakan kegiatan

penerapan teknologi pengkomposan dalam upaya untuk membantu menangani

atau memecahkan masalah limbah padat, kebutuhan pupuk, tenaga kerja dan

peningkatan pendapatan bagi masyarakat setempat.

5.1. Kemajuan Iptek

Teknologi pembuatan kompos sangat beragam, mulai dari teknologi

yang sangat mudah dengan peralatan yang sederhana sampai dengan yang

canggih dengan peralatan yang modern. Di dalam kegiatan ini dilakukan

penerapan ilmu dan teknologi pengkomposan yang sesuai dengan kondisi

masyarakat dan iklim tropika Indonesia. Teknologi pengkomposan yang

diterapkan merupakan teknologi tepat guna yang dapat dilakukan dengan

mudah oleh segenap lapisan masyarakat baik pada skala kecil (rumah tangga),

menengah (pemukiman, pasar, sekolah, hotel) maupun skala besar (industri

pembuatan kompos, pengelolaan sampah kota).

5.2. Peningkatan Sosek dan Kesejahteraan Masyarakat

Produk kompos yang dihasilkan oleh usaha pengkomposan sampah,

berguna untuk memperbaiki kesuburan tanah sehingga bernilai ekonomi tinggi.

Pasar kompos terbuka luas misalnya dipasarkan kepada para petani sayuran,

petani hortikultura, petani bunga, usahawan di bidang pertamanan,

perkebunan, padang golf, real estate, dsb. Dengan mutu yang baik dan biaya

produksi tertentu, maka proses pembuatan kompos dapat dijadikan suatu

usaha komersial yang menguntungkan. Sejalan dengan itu usaha komersil

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 26

Page 39: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

pengkomposan berarti membuka lapangan kerja baru sehingga dapat

mengurangi pengangguran.

Di bidang kesehatan masyarakat, keuntungan yang dapat diperoleh dari

pengelolaan sampah menjadi kompos adalah pengurangan tumpukan sampah

sehingga tercipta lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Bau busuk yang

berasal dari tumpukan sampah juga akan menghilang. Selain itu, proses

pengkomposan berjalan pada suhu tinggi sehingga dapat mematikan berbagai

macam bibit penyakit yang ada pada sampah. Dengan, usaha pengkomposan

sampah berarti turut meningkatkan kesehatan masyarakat.

Usaha penanganan sampah menjadi kompos juga mempunyai

kontribusi ekonomi terhadap instansi pengelola sampah dan masyarakat.

Dengan dibuatnya tempat pembuatan kompos pada beberapa tempat

(desentralisasi) maka jarak antara sumber sampah ke tempat pembuatan

kompos akan lebih dekat dibandingkan dengan jarak ke TPA. Dengan demikian

usaha pengkomposan dapat mengurangi biaya pengangkutan sampah.

Sementara itu, TPA dapat digunakan dalam waktu yang lebih lama, karena

limbah yang dibuang ke dalamnya menjadi lebih sedikit sehingga mengurangi

investasi lahan TPA sampah. Hal tersebut dapat untuk mengantisipasi sulitnya

mencari dan membuka lahan baru untuk TPA yang baru.

5.3. Perkembangan Industri Nasional

Pada saat ini kegiatan pembuatan kompos lebih ditekankan kepada

penanganan limbah padat organik sehingga tidak terjadi pencemaran

lingkungan. Walaupun demikian, pada sisi lain kekgiatan pembuatan kompos

dapat pula berfungsi sebagai usaha komersial yang menguntungkan. Lebih-

lebih lagi apabila terhadap setiap sampah yang dibuang ke lingkungan

dikenakan biaya dan biaya tersebut ditanggung oleh pembuang sampah dan

dibayarkan kepada pihak pengolah sampah yang berupaya mengubah sampah

menjadi bukan sampah. Hal tersebut sudah berjalan di luar negeri dan dampak

positifnya industri pembuatan kompos menjadi berkembang pesat. Oleh karena

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 27

Page 40: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

itu, pada saatnya nanti industri kompos akan berkembang pesat pula di

Indoensia, sehingga dapat memacu perkembangan industri nasional.

5.4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan

Dari segi pembangunan lingkungan hidup, proses pembuatan kompos

merupakan proses yang bersahabat dengan lingkungan. Pengkomposan

merupakan metoda daur ulang alami dan mengembalikan bahan organik ke

dalam siklus biologis. Kebutuhan energi dan bahan makanan yang diambil

tumbuhan dari dalam tanah untuk keperluan kehidupan dan pertumbuhannya,

dikembalikan lagi ke dalam tanah. Selain itu proses pengkomposan akan

mengurangi pencemaran lingkungan, karena jumlah sampah yang dibakar,

yang dibuang ke sungai atau pun dibuang ke TPA berkurang. Pengurangan

pembakaran sampah akan mengurangi pencemaran udara. Pengurangan

sampah yang dibuang ke sungai berarti mengurangi pencemaran air sungai.

Sedangkan pengurangan limbah padat yang dibuang ke TPA berarti

pengurangan pencemaran udara (CH4) ataupun pencemaran air tanah oleh

leachate.

Pemakaian kompos pada lahan kebun atau pertanian akan

meningkatkan kemampuan lahan dalam menahan air. Penggunaan humus

sebagai media tanaman dapat digantikan oleh kompos sehingga pengambilan

humus dari hutan dapat dicegah (konservasi hutan). Kompos juga mempunyai

kemampuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesuburan tanah

(konservasi tanah).

5.5. Efisiensi Subsidi Nasional

Sementara itu, karena produk kompos merupakan pupuk alami yang

mempunyai kemampuan sebagai soil contioner dan penyubur tanaman maka

kompos dapat digunakan untuk mengganti penggunaan pupuk anorganik.

Dengan demikian penggunaan pupuk anorganik dapat ditekan sehingga dapat

mengurangi biaya pembuatan dan meningkatkan efisiensi penggunaan

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 28

Page 41: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

pupuk buatan. Hal ini akan mengurangi subsidi pemerintah pada produksi

pupuk anorganik.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 29

Page 42: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

VI. HAMBATAN

Secara umum kegiatan Iptekda Pembuatan Pupuk Organik dari Sampah

Kota di Kabupaten Dati II Sleman dapat berjalan dengan baik dan

permasalahan / hambatan yang dihadapi di lapangan dapat segera diatasi

sehingga tidak banyak mengganggu jadwal kegiatan. Berikut ini adalah

gambaran dari hambatan-hambatan yang dihadapi di lapangan, sesuai dengan

kegiatan yang telah dilaksanakan.

Koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan Pemda Tk. II Sleman

Dalam pelaksanaan koordinasi dengan pihak terkait di lingkungan

Pemda Tk. II Sleman, komunikasi dilakukan melalui telephone, faksimili

dan surat menyurat. Walaupun demikian, untuk hal-hal yang perlu

dimusyawarah bersama, diperlukan adanya pertemuan langsung yang

dihadiri oleh para pembuat kebijaksanaan. Mengingat banyaknya

instansi (daerah) yang terkait dengan kegiatan ini, dan meningkatnya

kegiatan Direktorat TPLH sehubungan dengan revitalisasi di BPPT,

pengaturan jadwal pertemuan sedikit mengalami kesulitan. Untuk

mengantisipasi hambatan ini, koordinator kegiatan Iptekda Pembuatan

Pupuk Organik dari Sampah Kota memberikan wewenang kepada

Koordinator Daerah dan Sekretariat Kerjasama Dit. TPLH BPPT –

Kabupaten Dati II Sleman, untuk melakukan pembicaraan pendahuluan

dengan pihak-pihak terkait di daerah yang selanjutnya menyampaikan

melalui telephone ke Jakarta. Dengan cara ini rapat / pertemuan

koordinasi dapat berlangsung secara lebih efektif dan mencapai sasaran.

Sosialisasi Rencana Penerapan Teknologi Pembuatan Kompos Kepada Masyarakat Setempat

Sosialisasi telah dilaksanakan dengan baik dan tidak ditemui

hambatan yang cukup berarti.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 30

Page 43: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

Pembuatan Desain Plant

Pembuatan disain plant telah dilaksanakan dengan baik dan tidak

ditemui hambatan yang cukup berarti.

Pelaksanaan Pembangunan Fisik Plant

Pelaksanaan pembangunan fisik plant dimulai dengan persiapan

lahan yang semula merupakan tempat pembuangan sampah sementara

(liar) dan perkebunan tebu. Pada saat akan dimulainya kegiatan,

tanaman tebu yang ada sudah dalam kondisi siap panen. Walaupun

status tanah kas desa yang semula digunakan untuk perkebunan tebu

tersebut sebagian telah dialihkan menjadi fungsi sosial untuk kegiatan

Iptekda BPPT akan tetapi, dalam hal tanaman tebu diperlukan koordinasi

lebih lanjut. Dengan bantuan Pemda Dati II Sleman, telah dimintakan

kesediaan pemilik kebun, PG. Madukismo untuk melakukan panen lebih

awal pada lokasi Desa Mranggen. Pelaksanaan koordinasi maupun

panen/penebangan tebu menyebabkan tertundanya persiapan lahan

sekitar 2 minggu dari rencana semula.

Dalam pelaksanaan pembangunan plant pengkomposan ditemui

hambatan cuaca berupa hujan yang turun pada siang dan sore hari. Oleh

karena pembangunan berlangsung pada tempat terbuka maka dalam hal

cuaca tidak memungkinkan, kegiatan menjadi terganggu. Kondisi seperti

ini berlangsung sekitar 2 minggu, yaitu sebelum berdirinya konstruksi

atap (asbes).

Bersamaan dengan saat dimulainya pelaksanaan pembangunan

fisik, terjadi lonjakan harga kayu yang sangat besar sebagai akibat dari

terbatasnya persediaan kayu dan kondisi perekonomian. Oleh karena

struktur atap bangunan pengkomposan direncanakan dengan

menggunakan konstruksi kayu, terpaksa dilakukan pengadaan bahan

kayu dari beberapa tempat (masih di sekitar lokasi kegiatan) dengan

harga relatif mahal.

Penggunaan tenaga setempat (dari Desa Mranggen), selain

menciptakan lapangan pekerjaan dan penghasilan tambahan, pada

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 31

Page 44: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

kenyataannya juga memberikan dampak yang kurang menguntungkan

bagi pelaksanaan pembangunan fisik. Terbatasnya pengalaman tenaga

kerja setempat mengakibatkan kapasitas kerja sedikit menurun sehingga

fungsi pengawasan perlu lebih diintensifkan lagi. Selain itu kuatnya rasa

kekeluargaan dan gotong royong juga mengakibatkan terganggunya

sebagian pekerjaan apabila terdapat anggota keluarga yang

menyelenggarakan perhelatan. Dalam kondisi seperti ini, dilakukan

antisipasi dengan mempekerjakan tenaga-tenaga tambahan untuk

mengisi kekosongan. Pada kenyataannya antisipasi ini tidak dapat terlalu

banyak membantu mengingat kurangnya pengalaman dari para pekerja.

Alih Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Kompos Kepada Calon Pengelola dan Tenaga Pelaksana

Proses alih teknologi telah dilaksanakan dengan baik dan tidak

ditemui hambatan yang cukup berarti.

Serah Terima dan Peresmian Pengoperasian Plant Pengkomposan Sampah Kota di Dusun Mranggen

Serah terima dan peresmian telah dilaksanakan dengan baik dan

tidak ditemui hambatan yang cukup berarti.

Proses Produksi Pupuk Organik Kompos

Proses produksi telah dimulai dan tidak ditemui hambatan yang

cukup berarti.

Penyusunan Laporan Akhir Kegiatan

Jadwal penyusunan Laporan Akhir Kegiatan mengalami

keterlambatan dari rencana semula oleh karena ketergantungan pada

data produksi yang hanya dapat diperoleh dari ujicoba pengkomposan

selama 2 bulan (tidak dapat dipercepat). Sedangkan dimulainya

pengoperasian plant pengkomposan, mengalami keterlambatan akibat

hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembangunan

fisik plant.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 32

Page 45: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

VII. REALISASI ANGGARAN

Dari rencana anggaran biaya sebesar Rp. 150.000.000,- telah

dikeluarkan/terpakai dana sebesar Rp. 135.000.000,-. Dengan demikian posisi

Saldo Dana saat ini, adalah sebagai berikut :

No Uraian Dana

(Rp)

Terpakai

(Rp)

Sisa

(Rp)

1 Gaji & Upah 45.004.000 30.004.000 15.000.000

2 Bahan & Alat Bantu 75.000.000 75.000.900 ---

3 Perjalanan Dinas 22.500.000 22.500.000 ---

4 Lain-lain 7.496.000 7.496.000 ---

Jumlah 150.000.000 135.000.000 15.000.000

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 33

Page 46: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

VIII. PENUTUP

Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa

kesimpulan seperti tertera dibawah ini :

1. Sampah kota pada saat ini telah sering menjadi sumber permasalahan

lingkungan. Timbulnya permasalahan tersebut terutama disebabkan

karena belum adanya penanganan secara optimal.

2. Berdasarkan jumlahnya yang culup besar serta sifat dan karakteristiknya,

sampah kota mempunyai potensi yang cukup besar untuk diolah menjadi

kompos. Perhatian perlu diarahkan pada pentingnya kegiatan pemilahan

pada sumbernya.

3. Teknologi proses pengkomposan yang paling optimal untuk

dikembangkan di Indonesia adalah rekayasa teknologi aerobik dengan

sistem open windrow dan bak aerasi. Kedua sistem tersebut

mengandalkan kondisi lingkungan tropis Indonesia sehingga input energi

yang dibutuhkan sedikit. Disain plant Pembuatan Pupuk Organik dari

Sampah Kota di Kabupaten Dati II Sleman, diarahkan untuk

menggunakan teknologi aerobik dengan sistem open windrow maupun

sistem bak aerasi.

4. Teknologi penanganan sampah secara biologis paling bersahabat

dengan lingkungan karena prosesnya menggunakan organisme yang

sudah ada di alam, sehingga tidak akan memberikan adanya dampak

negatif berupa pencemaran lingkungan.

5. Penerimaan masyarakat terhadap kegiatan Iptekda Pembuatan Pupuk

Organik dari Sampah Kota sangat baik, terbukti dari besarnya partisipasi

yang diberikan oleh Pemda Tk. II Sleman dan minat warga Desa

Mranggen untuk melakukan pengelolaan plant.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 34

Page 47: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

6. Plant pengkomposan di dusun Mranggen, mampu mengolah sampah

sebanyak 4 m3/hari dari + 7 m3/hari sampah kota yang masuk. Dengan

pengolahan sampah 4 m3/hari tersebut, dapat diproduksi 1 m3/hari pupuk

organik (kompos) halus.

Kegiatan ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak 2 orang

pada tingkat pengelola dan 5 orang pada tingkat pelaksana.

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 35

Page 48: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Laporan Akhir - Iptekda PPODSK

Lampiran-lampiran

TimTeknologi Penanganan Limbah Padat Secara Biologis, Dit.TL-BPPT 36

Page 49: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Kondisi awal sebelum pembangunan Kondisi awal sebelum pembangunan

Pembersihan dan perataan lahanKondisi lahan setelah penebangan pohon tebu

Page 50: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Bangunan open windrow. Penegakan rangka konstruksi kayu Bangunan open windrow. Pemasangan penutup atap (asbes gelombang)

Bangunan open windrow. Siap untuk digunakan/dioperasikanBangunan open windrow. Pembentukan kemiringan lantai

Page 51: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Bangunan bak aerasi. Pondasi lajur dan penulangan kolom Bangunan bak aerasi. Pemasangan dinding

Bangunan bak aerasi. Penyelesaian tahap akhirBangunan bak aerasi. Lubang aerasi

Page 52: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Pelataran sortasi. Siap digunakan Sumur air bersih. Penambahan kedalaman

Bangunan kantor. Dalam pembangunanTerowongan angin bambu. Siap digunakan

Page 53: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Bangunan depo transfer sampah Cipta Karya Tata letak depo transfer sampah dan plant pengkomposan

Tanjakan gerobak sampah sisa sortasi (residu)Tanjakan gerobak sampah untuk transfer ke truk

Page 54: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Penandatanganan Berita Acara Serah Terima Plant oleh Bupati KDH Tk. II Sleman Penandatanganan Berita Acara Serah Terima Plant oleh Dir. TL-BPPT

Prasasti peresmian Program Iptekda BPPTPlant Pengkomposan Sampah Kota di dusun Mranggen – Program Iptekda BPPT

Page 55: Pembuatan Pupuk Organik Dari Sampah Kota

Proses produksi kompos sistem open windrow Proses produksi kompos sistem bak aerasi

Produk kompos dalam kemasan. Siap dipasarkanProduk kompos setelah pengayakan