6
2.1. Crossbite Anterior Dental Crossbite anterior dental adalah crossbite anterior yang terjadi karena anomali gigi. Ditandai dengan adanya satu atau lebih gigi anterior rahang atas yang linguoversi sehingga terkunci di belakang gigi anterior rahang bawah pada saat oklusi sentris. Maloklusi ini menunjukkan profil yang normal dengan jaringan lunak yang menutupi daerah malposisi gigi. Pasien dapat menutup rahang tanpa adanya hambatan dan hubungan molar yang dijumpai adalah hubungan klas I Angle. Analisa sefalometri menunjukkan hubungan skeletal yang normal. Maloklusi ini didiagnosa sebagai maloklusi klas I tipe 3, juga sering disebut dengan crossbite anterior sederhana yang biasanya melibatkan tidak lebih dari dua gigi Etiologi Crossbite anterior dental adalah maloklusi yang disebabkan oleh faktor lokal yang mengganggu posisi erupsi normal gigi anterior RA. persistensi gigi sulung menghambat jalan erupsi gigi permanen penggantinya menyebabkan arah pertumbuhan gigi permanen ke palatinanl Cedera traumatic gigi sulung menyebabkan sebagian atau seluruh gigi sulung masuk ke dalam tulang alveolar dan mendorong benih gigi permanen yang ada di bawahnya perubahan arah pertumbuhan gigi tetap penggantina ke palatal Supernumerary mesiodens tumbuh diantara I1 dan berada dalam lengkung gigi menyebabkan I1 kurang tempat untuk erupsi Kesalahan letak benih gigi di daerah palatal yang dipengaruhi oleh faktor genetic Kebiasaan buruk menggigit bibir atas yang menekan gigi anterior RA ke palatal dan gigi anterior bawah ke labial 2.2. Crossbite anterior fungsional Crossbite anterior fungsional adalah crossbite anterior yang terjadi karena anomali fungsional dimana otot-otot rahang menggerakkan rahang bawah ke depan dan mengunci segmen anterior dalam hubungan crossbite. Keterlibatan gigi anterior bisa bervariasi dari satu sampai enam gigi yang mengalami crossbite. Hubungan molar berubah dari klas I Angle pada posisi relasi sentris menjadi klas II Angle pada posisi oklusi sentris. Anomali ini disebut juga maloklusi pseudo klas III dimana posisi relasi sentris menunjukkan profil yang normal dan berubah menjadi maju kedepan (prognatik) yang terlihat jelas pada posisi oklusi sentris. Analisa sefalometri menunjukkan

Pemicu 1 Mel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

-

Citation preview

Page 1: Pemicu 1 Mel

2.1. Crossbite Anterior DentalCrossbite anterior dental adalah crossbite anterior yang terjadi karena anomali gigi. Ditandai dengan adanya satu atau lebih gigi anterior rahang atas yang linguoversi sehingga terkunci di belakang gigi anterior rahang bawah pada saat oklusi sentris. Maloklusi ini menunjukkan profil yang normal dengan jaringan lunak yang menutupi daerah malposisi gigi. Pasien dapat menutup rahang tanpa adanya hambatan dan hubungan molar yang dijumpai adalah hubungan klas I Angle. Analisa sefalometri menunjukkan hubungan skeletal yang normal. Maloklusi ini didiagnosa sebagai maloklusi klas I tipe 3, juga sering disebut dengan crossbite anterior sederhana yang biasanya melibatkan tidak lebih dari dua gigi

EtiologiCrossbite anterior dental adalah maloklusi yang disebabkan oleh faktor lokal yang mengganggu posisi erupsi normal gigi anterior RA.

persistensi gigi sulung menghambat jalan erupsi gigi permanen penggantinya menyebabkan arah pertumbuhan gigi permanen ke palatinanl

Cedera traumatic gigi sulung menyebabkan sebagian atau seluruh gigi sulung masuk ke dalam tulang alveolar dan mendorong benih gigi permanen yang ada di bawahnya perubahan arah pertumbuhan gigi tetap penggantina ke palatal

Supernumerary mesiodens tumbuh diantara I1 dan berada dalam lengkung gigi menyebabkan I1 kurang tempat untuk erupsi

Kesalahan letak benih gigi di daerah palatal yang dipengaruhi oleh faktor genetic Kebiasaan buruk menggigit bibir atas yang menekan gigi anterior RA ke palatal dan gigi anterior bawah ke

labial

2.2. Crossbite anterior fungsionalCrossbite anterior fungsional adalah crossbite anterior yang terjadi karena anomali fungsional dimana otot-otot rahang menggerakkan rahang bawah ke depan dan mengunci segmen anterior dalam hubungan crossbite. Keterlibatan gigi anterior bisa bervariasi dari satu sampai enam gigi yang mengalami crossbite. Hubungan molar berubah dari klas I Angle pada posisi relasisentris menjadi klas II Angle pada posisi oklusi sentris. Anomali ini disebut juga maloklusi pseudo klas III dimana posisi relasi sentris menunjukkan profil yang normal dan berubah menjadi maju kedepan (prognatik) yang terlihat jelas pada posisi oklusi sentris. Analisa sefalometri menunjukkanhubungan skeletal normal. Crossbite anterior fungsional menunjukkan pergeseran rahang bawah yang disebabkan hambatan oklusi seperti kontak prematur sehingga mengakibatkan terjadinya crossbite anterior dengan melibatkan banyak gigi anterior.

2.3 Crossbite Anterior SkeletalCrossbite anterior sleletal adalah crossbite anterior yang terjadi karena anomali skeletal. Ditandai dengan pertumbuhan rahang bawah yang berlebihan dibanding rahang atas sehingga rahang bawah terlihat maju kedepan (prognatik). Hubungan molar yang dijumpai adalah hubungan klas III Angle dengan melibatkan ke-enam gigi anterior yang mengalami crossbite. Pasien dapat menutup rahang tanpa ada hambatan.

Crossbite anterior dental dan fungsional yang tidak segera dirawat dapat berkembang menjadi crossbite anterior skeletal.

Page 2: Pemicu 1 Mel

1. Dilakukan dengan teknik komunikasi yang baik yaitu dengan penuh percaya diri (yakin), dapat menguasai anak, penuh perhatian, tidak gugup. Memperhatikan kondisi kesehatan umum (bagaimana cara berjalan pasien), apakah pasien kooperatif atau tidak (menangis2, bersembunyi di belakang orang tua, motivasi pasien apakah internal ataupun eksternal).

2. Prosedur pemeriksaan Pertimbangan kesehatan umum, tingakah laku dan sikap Pemeriksaan bentuk wajah luaro Posisi dan keadaan bibir (hipotonus/hipertonus)o Warna dan tekstur bibir (merah, pink, kering, tebal, tipis ?)o Cara bernafas (melalui hidung/mulut ? periksa pake kaca mulut)o Profil jaringan lunak sekitar wajah (dagu, pipi, dll)o Penelanan (bibir atas bawah berkontak, gigi I atas dan I bawah berkontak, ujung lidah menyentuh bagian papila

interdental, dorsum lidah memenuhi palatum) Analisa bentuk wajah Uraian intra oral (ginggiva, pangkal tenggorok dan kerongkongan, lidah, jumlah gigi, ukuran gigi, urutan dan

posisi erupsi gigi, malposisi gigi, hubungan oklusal gigi) Klasifikasi oklusi (ketika gigi berkontak, liat dari samping) Eveluasi ruangan yang tersedia di dalam lengkung gigi (diastema/crowded ?) Studi tentang hubungan oklusal fungsional dan TMJ (clicking/deviasi ?) Laporan lengkap (riwayat kasus, cetakan model, radiografi)

3. Gigitan terbalik pada kasus dapat menunjukkan kelainan berupa, maloklusi Klas I tipe III atau maloklusi Klas III. Posisi gigi yang mengalami crossbite, pada kelainan skeletal posisi giginya normal, sedangkan pada kelainan dental posisi giginya miring, karena jalan erupsinya yang miring.

Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah. Istilah gigi yang terkunci sering digunakan untuk crossbite anterior. Crossbite anterior dapat dijumpai pada anak terutama pada periode gigi bercampur. Maloklusi ini didiagnosa sebagai maloklusi klas I tipe 3, juga sering disebut dengan crossbite anterior sederhana yang biasanya melibatkan tidak lebih dari dua gigi. Crossbite anterior yang dijumpai dalam berbagai kasus dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu crossbite anterior dental, fungsional dan skeletal.

4. Kemungkinan etiologi maloklusi

Ekstrinsik IntrinsikHerediter Anomali jumlah gigi:

SupernumaryGigi yang berlebihan (supernumerary teeth). Mesiodens tumbuh diantara gigi insisivus sentralis dan berada dalam lengkung gigi menyebabkan gigi insisivus sentralis kekurangan tempat untuk erupsi.

AnodontiaKelainan kongenital Ukuran abnormal gigiPertumbuhan dan perkembangan pada: Bentuk abnormal gigi

Page 3: Pemicu 1 Mel

Prenatal Postnatal

Penyakit dan keadaan metabolik yang menyebabkan adanya kecenderungan maloklusi:

ketidakseimbangan kelenjar endokrin

gangguan metabolis penyakit-penyakit infeksi

Persistensi gigi sulungMenghambat jalan erupsi gigi permanen penggantinya sehingga menyebabkan arah pertumbuhan gigi permanen ke palatinal.

Malnutrisi Kesalahan letak benih gigi didaerah palatal yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

Kebiasaan jelek AnkylosisSikap tubuh Jalan erupsi tidak normalTraumaCedera traumatik pada gigi sulung mengakibatkan sebagian atau seluruh gigi sulung masuk kedalam tulang alveolar dan mendorong benih gigi permanen yang ada dibawahnya. Keadaaan ini menyebabkan perubahan arah pertumbuhan gigi tetap penggantinya ke palatal.

Karies Gigi (interproksimal)

Restorasi tidak baik

5. Prognosis baik jika segera dilakukan perawatan, faktor yang mempengaruhi: Etiologi maloklusi (etilogi hilang prognosa baik, etiologi aktif dihilangkan berangsur sebagian

prognosa tidak stabil, etiologi tidak diketahiu prognosa tidak baik) Tipe pasien/sikap anak (motivasi internal prognosa baik, kondisi kesehatan sehat gizi baik prognosa

baik) Sifat orang tua pasien (orang tua peduli, tingkat pendidikan dan status sosial tinggi, ekonomi cukup

prognosa baik) Keadaan tulang rahang sehat dan normal prognosa baik Maloklusi ringan prognosa baik Kelainan pada temuan roentgenologis Banyaknya gerakan diperlukan (makin jauh digerakkan makin banyak gigi terlibat prognosa buruk) OH baik (jaringan gigi dan periodontal sehat prognosa baik) Penyakit sistemik

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil PerawatanDalam perawatan crossbite anterior klas I tipe 3, dataran penuntun digunakan untuk memberi tekanan ke labial terhadap gigi yang crossbite ketika rahang bawah bergerak menutup. Untuk mencegah kegagalan, perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil perawatan.

Page 4: Pemicu 1 Mel

Faktor-faktor tersebut adalah :5.1 Jumlah dan lokasi gigi yang crossbitePerawatan akan memberikan hasil yang lebih baik jika dilakukan pada satu gigi dibandingkan dengan dua gigi yang crossbite lokasi gigi yang crossbite, juga harus diperhatikan. Jika dua gigi yang dikoreksi misalnya gigi insisivus sentral dan lateral berada pada regio yang sama, akan menghasilkan traumatik oklusi yang baru.

5.2 Relasi vertikal gigi yang crossbitePada gigi yang sedang erupsi, meskipun sulit untuk memasang SCC, pergerakan gigi akan lebih mudah dilakukan dan mencegah terjadinya trauma pada gigi antagonisnya. Setelah gigi yang crossbite bergerak ke labial overbite akan membantu mempertahankan gigi dalam posisi yang baru. Pada gigi yang sudah erupsi sempurna, perawatan akan membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan terjadinya openbite.

5.3 Inklinasi aksial gigi yang crossbite.Jika gigi berinklinasi ke mesial atau ke distal pergerakan yang dihasilkan dataran penuntun akan memperparah malposisi.

5.4 Inklinasi aksial gigi antagonis.Dataran penuntun juga menggerakkan gigi antagonis ke lingual karena adanya tekanan resiprokal. Jika gigi antagonis mempunyai inklinasi ke lingual dari normal dataran penuntun akan mengakibatkan bertambahnya inklinasi lingual yang tidak diharapkan.

5.5 Mobiliti gigi yang crossbiteMobiliti gigi berhubungan dengan trauma yang dihasilkan dari hubungan yang crossbite. Jika mobiliti tidak disertai adanya resesi gingiva akan mempercepat pergerakan ke labial.

5.6 Keadaan jaringan periodontium gigi antagonisCrossbite anterior sering mengakibatkan inflamasi gingiva. Jika inflamasi gingiva pada gigi antagonis yang terjadi akibat trauma dari hubungan yang crossbite sudah sangat parah, sebaiknya dataran penuntun tidak digunakan.

6. Crossbite anterior dental (oklusi klas I tipe III) tidak dilakukan perawatan proses pengunyahan memicu pertumbuhan rahang atas ke arah depan protusi rahang atas maloklusi klas III