Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Penanggungjawab :
Kepala Kantor Wilayah
Ketua:
Plt. Kepala Bidang PPA II
Anggota:
TIM PENYUSUN
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya, Kajian Fiskal Regional (Annual Regional Fiscal Report) Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2020 dapat disusun dan diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Kajian Fiskal
Regional merupakan output dari pelaksanaan tugas dan fungsi Kanwil Ditjen Perbendaharaan
sebagai representasi Kementerian Keuangan di daerah dalam pengelolaan fiskal.
Kajian Fiskal Regional menjadi media informasi yang bernilai strategis kepada mitra
kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah, baik Satuan Kerja
Kementerian/Lembaga Negara maupun Pemerintah Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota se-Jawa
Tengah.
Proses penyusunan KFR ini melalui berbagai tantangan, khususnya dalam
memaksimalkan pengumpulan data/informasi, yang tersebar di berbagai instansi dan media
massa, untuk selanjutnya dianalisis sehingga menghasilkan kajian yang komprehensif dan
actual.
Kami menyadari Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik
dan masukan sangat diharapkan. Semoga kajian ini bermanfaat bagi semua pihak Dengan
kerendahan hati, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya Pemerintah
Daerah se-Jawa Tengah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, dan Badan
Statistik Provinsi Jawa Tengah, atas data dan informasi yang telah diberikan.
.
Semarang, Februari 2020 Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah
Midden Sihombing
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR GRAFIK vii
DAFTAR LAMPIRAN x
RINGKASAN EKSEKUTIF
DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONAL
BAB II PERKEMBANGAN & ANALISIS EKONOMI REGIONAL 20
2.1 INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL 20
2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto 20
2.1.2 Suku Bunga 24
2.1.3 Inflasi 24
2.1.4 Nilai Tukar 26
2.2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 27
2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 27
2.2.2 Tingkat Kemiskinan 29
2.2.3 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini) 31
2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan Dan Tingkat Pengangguran 33
2.2.5 Nilai Tukar Petani (NTP) 35
2.2.6 Nilai Tukar Nelayan (NTN) 36
2.3 EFEKTIFITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI &
PEMBANGUNAN REGIONAL 37
BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH 1
1.1 PENDAHULUAN 1
1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 2
1.2.1 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka 2
Menengah Daerah
1.2.2 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah 3
1.3 TANTANGAN DAERAH 6
1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah 6
1.3.2 Tantangan Sosial Kependudukan 6
1.3.3 Tantangan Geografis Wilayah 11
1.3.4 Tantangan Daerah Sebagai Dampak COVID-19 14
BAB III PERKEMBANGAN & ANALISIS PELAKSANAAN APBN 41
TINGKAT NASIONAL
3.1 APBN TINGKAT PROVINSI 41
3.2 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 42
3.2.1 Penerimaan Perpajakan 42
3.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak 43
3.3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 44
3.4 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 48
3.4.1 Dana Transfer Umum 48
3.4.2 Dana Transfer Khusus 49
3.4.3 Dana Desa 49
3.4.4 Dana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, dan
Keistimewaan 49
ii
DAFTAR ISI
3.5 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL 50
3.5.1 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) 50
3.5.2 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD) 50
3.5.3 Surplus/Defisit 51
3.6 PENGELOLAAN BLU PUSAT 51
3.7 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT 53
3.7.1 Penerusan Pinjaman 53
3.7.2 Kredit Program 54
3.8 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB
(MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA
INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH 55
3.8.1 Mandatory Spending Di Daerah 55
3.8.2 Belanja Sektor Pendidikan 55
3.8.3 Belanja Sektor Kesehatan 55
3.8.4 Belanja Infrastruktur 55
BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN 75
ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
5.1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN 75
5.2 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN 76
5.3 BELANJA KONSOLIDASIAN 78
5.4 SURPLUS/DEFISIT KONSOLODASIAN 81
5.5 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT 82
BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA 84
TANTANGAN FISKAL REGIONAL
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS 56
PELAKSANAAN APBD
4.1 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) 56
4.2 PENDAPATAN DAERAH 57
4.2.1 Dana Transfer/Penimbangan 59
4.2.2 Pendapatan Asli Daerah 61
4.2.3 Pendapatan Lain-Lain 62
4.3 BELANJA DAERAH 62
4.4 PERKEMBANGAN BLU DAERAH 64
4.5 SURPLUS/DEFISIT APBD 67
4.6 PEMBIAYAAN 68
4.7 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH 69
4.7.1 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah 71
4.8 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH 72
4.8.1 Belanja Daerah Sektor Pendidikan 73
4.8.2 Belanja Daerah Sektor Kesehatan 74
4.8.3 Belanja Infrastruktur Daerah1 74
6.1 SEKTOR UNGGULAN DAERAH 95
6.2 SEKTOR POTENSIAL DAERAH 98
6.3 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM
MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH 99
BAB VII ANALISIS TEMATIK 105
BABVIII PENUTUP 113
8.1 KESIMPULAN 113
8.2 REKOMENDASI 117
DAFTAR PUSTAKA iii
Tabel I.1 Keselarasan Sasaran Pembangunan Daerah Jawa Tengah Dengan
Sasaran Pembangunan Nasional Tahun 2020 …………………………….
6
Tabel I.2 Data Zona Merah Covid-19 di Jawa Tengah ………………………………. 14
Tabel I.3 Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) Menurit Kabupaten Kota di
Jawa Tengah (Persen) ………………………………………………………………..
17
Tabel I.4 Perbandingan Zona Covid dan Kenaikan TPT di Jawa Tengah ……. 18
Tabel II.1 Distribusi Pengeluaran Penduduk di Jawa Tengah …………………….. 32
Tabel II.2 Realisasi Indikator Maktro Jawa Tengah dan Nasional Tahun
2020 …………………………………………………………………………………………..
37
Tabel III. 1 Pagu dan Realisasi APBN Jawa Tengah Tahun 2019-2020 ………….. 41
Tabel III.2 Penerimaan PNBP Jawa Tengah tahun 2018-2020 …………………….. 43
Tabel III.3 Penerimaan PNBP Fungsional Jawa Tengah ………………………………. 44
Tabel III.4 Pagu dan Realisasi Hibah Jawa Tengah Tahun 2020 ………………….. 45
Tabel III.5 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi ……………. 46
Tabel III.6 Pagu dan Realisasi Per Jenis Belanja ………………………………………….. 47
Tabel III.7 TKDD 2018-2020 (Dalam Miliar) ……………………………………………….. 48
Tabel III.8 Aset dan Pagu per Jenis Layanan BLU Tahun 2020 …………………….. 51
Tabel III.9 Perkembangan Aset per Layanan Blu Tahun 2019-2020 ……………. 52
Tabel III.10 Besar Pagu Realisasi Bidang Pendidikan 2020 ……………………………. 55
Tabel III.11 Besar Pagu Realisasi Bidang Kesehatan ……………………………………… 55
Tabel III.12 Besar Pagu Realisasi Bidang Infrastruktur …………………………………. 55
Tabel IV.1 Profil APBD Agregat Jawa Tengah Berdasarkan Klasifikasi
Ekonomi …………………………………………………………………………………….
56
Tabel IV.2 Jenis Pendapatan APBD Agregat Jawa Tengah …………………………… 57
Tabel IV.3 Aset, Pagu dan Realisasi Belanja BLUD Tahun 2020 Jawa Tengah 65
Tabel V.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 (dalam Miliar Rp) ………………….
75
Tabel V.2 Perkembangan Rasio Pajak terhadap PDRB Jawa Tengah (dalam
Miliar Rp) …………………………………………………………………………………..
78
Tabel V.3 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB Jawa Tengah
Tahun 2020 ……………………………………………………………………………….
81
Tabel V.4 LO Statistik Keuangan Pemerintah Tahun 2020 ………………………… 82
Tabel V.5 Perhitungan Kontribusi Belanja dan Investasi Pemerintah Tahun
2020 …………………………………………………………………………………………..
83
iv
Tabel VI.1 SLQ dan Tren SLQ Atas 17 Lapangan Usaha tahun 2014 – 2020
Provinsi Jawa Tengah ………………………………………………………………
86
Tabel VI.2 Sector Basis berdasarkan DLQ Provinsi Jawa Tengah …………………. 90
Tabel VI.3 Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB ………………………………………… 91
Tabel VI.4 Perbandingan Laju Pertumbuhan Sektoral Jawa tengah dan
Nasional 2015 - 2020 ……………………………………………………………….
92
Tabel VI.5 Perbandingan Rata-rata pertubuhan Sektoral Jawa Tengah dan
Nasional 2015 - 2020 …………………………………………………………………
92
Tabel VI.6 Rata-rata Pertumbuhan Sektoral Jawa Tengah (Perhitungan
Tahun 2014 – 2020) …………………………………………………………………..
93
Tabel VI.7 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas
Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang
Mendukung Sektor Industri Pengolahan …………………………………….
100
Tabel VI.8 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan tugas
Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang
Mendukung Sektor Perdagangan ………………………………………………
101
Tabel VI.9 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas
Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang
Mendukung Sektor Kontruksi …………………………………………………….
101
Tabel VI.10 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas
pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang
Mendukung Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan …………
102
Tabel VI.11 Belanja APBD di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang
Mendukung Sektor …………………………………………………………………….
103
Tabel VII.1 Data Alokasi dan Penyaluran BLT DD di Wilayah Jawa Tengah
(dalam miliar Rp) ……………………………………………………………………….
107
Tabel VII.2 Alokasi Belanja Tidak Terduga dan Realisasi (dalam miliar Rp) ….. 109
v
1
Gambar I.1 Peta Indeks Risiko Bencana Jawa Tengah …………………………….. 13
Gambar II.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Jawa Tahun 2020 ……… 21
Gambar II.2 Komoditas Penyumbang dan Penahan Inflasi di Jawa Tengah
Tahun 2020 ………………………………………………………………………………..
25
Gambar II.3 Pertumbuhan IPM tercepat dan Penurunan IPM Paling Tinggi
di Jawa Tengah ………………………………………………………………………………
29
Gambar II.4 Dampak Covid-19 Terhdap Penduduk Usia Kerja di Jawa
Tengah ………………………………………………………………………………………………
34
Grafik I.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Tengah 1961 -
2020 …………………………………………………………………………………………..
8
Grafik I.2 Komposisi Jumlah Penduduk Jawa Tengah Menurut Generasi,
2020 …………………………………………………………………………………………..
9
Grafik I.3 Persentase Penduduk Lansia Jawa Tengah ………………………………… 10
Grafik II.1 Pertumbuhan Ekonomi Jateng dan Nasional Tahun 2014 – 202
(y-on-y/%) ………………………………………………………………………………….
20
Grafik II.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jateng dan Nasional Tahun 2018 –
2020 (q-to-q/%) ………………………………………………………………………….
21
Grafik II.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan Menurut Lapangan Usaha 22
Grafik II.4 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan Menurut Pengeluaran
Tahun 2014 – 2020 …………………………………………………………………….
23
Grafik II.5 PDB Per Kapita Jawa Tengah & Nasional (Jutaan Rp) …………………. 23
Grafik II.6 BI-7Day-RR dan Laju Inflasi Jawa Tengah 2020 ………………………….. 24
Grafik II.7 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan Nasional (y-o-y) …………… 25
Grafik II.8 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah (m-to-m) ……………………………. 25
Grafik II.9 Volatilitas Nilai Tukar Harian dan Bulanan …………………………………. 26
Grafik II.10 Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan Jawa
Tengah ……………………………………………………………………………………….
26
Grafik II.11 Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Pertumbuhannya …………… 27
Grafik II.12 IPM Jawa Tengah Menurut Komponen ……………………………………… 28
Grafik II.13 IPM Kabupaten/Kota di Jawa Tengah ………………………………………… 28
Grafik II.14 Profil Kemiskinan Jawa Tengah September 2015-2020 ……………… 29
Grafik II.15 Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah …………………………. 30
Grafik II.16 Perkembangan Indeks P1 dan P2 di Jawa Tengah ……………………… 30
Grafik II.17 Persentase Penduduk Miskin Antar Provinsi dan Per Kab/Kota
(September 2020) ………………………………………………………………………
31
Grafik II.18 Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Jawa Tengah ………. 31
Grafik II.19 Persentase Penduduk Bekerja Jawa Tengah ……………………………… 33
Grafik II.20 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Tengah dan Nasional 34
Grafik II.21 Perkembangan Nilai Tukar Petani Jawa Tengah dan Nasional ……. 35
Grafik II.22 Perbandinngan Nilai Tukar Petani di Pulau Jawa ……………………….. 36
Grafik II.23 Perkembangan Nilai Tukar Nelayan Jawa Tengah dan Nasional … 37
Grafik III.1 Realisasi Penerimaan Perpajakan Jawa Tengah Tahun 2020 ……… 42
Grafik III.2 Pagu Realisasi DAU 2018-2020 ………………………………………………….. 48
vii
Grafik III.3 Pagu Realisasi DBH Tahun 2018-2020 ……………………………………….. 48
Grafik III.4 Pagu dan Realisasi DAK Fisik Tahun 2018-2020 …………………………. 49
Grafik III.5 Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik Tahun 2018-2020 ………………….. 49
Grafik III.6 Pagu dan Realisasi Dana Desa Tahun 2018-2020 ………………………. 49
Grafik III.7 Pagu dan Realisasi Dana Insentif daerah Tahun 2018-2020 ………. 49
Grafik III.8 Kemandirian Satker BLU …………………………………………………………… 52
Grafik III.9 Grafik POBO Satker BLU di Jawa Tengah ……………………………………. 53
Grafik III.10 Perkembangan Penyaluran KUR 2017 – 2020 ……………………………. 54 Grafik III.11 Penyaluran UMi 2018 – 2020 (miliar Rp) …………………………………… 54 Grafik IV.1 Gambaran Umum APBD Agregat Jawa ………………………………………. 57
Grafik IV.2 Proporsi Pendapatan Daerah Per Pemerintah Daerah Jawa
Tengah ……………………………………………………………………………………….
58
Grafik IV.3 Proporsi Dana Transfer/Perimbangan Daerah Jawa Tengah ……… 59
Grafik IV.4 Rasio Ruang Fiskal Pemerintah Daerah di Jawa Tengah …………….. 60
Grafik IV.5 Rasio Kemandirian Daerah di Jawa Tengah ……………………………….. 60
Grafik IV.6 Proporsi Pendapatan Asli Daerah di Jawa Tengah …………………….. 61
Grafik IV.7 Proporsi Pendapatan Lain-Lain di Jawa Tengah …………………………. 62
Grafik IV.8 Komposisi Belanja di Jawa Tengah …………………………………………….. 62
Grafik IV.9 Proporsi Belanja Daerah Per Urusan di Jawa Tengah …………………. 63
Grafik IV.10 Proporsi Belanja Daerah Per Fungsi di Jawa Tengah ………………….. 64
Grafik IV.11 BLUD Berdasarkan Jumlah Aset …………………………………………………. 65
Grafik IV.12 Proporsi Pagu BLUD Jawa Tengah ……………………………………………… 66
Grafik IV.13 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan ………………… 67
Grafik IV.14 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Dana Transfer Sem I …………………. 67
Grafik IV.15 Proporsi Pembiayaan APBD Agregat Jawa Tengah …………………….. 68
Grafik IV.16 Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja ………………………………………… 68
Grafik IV.17 Realisasi PAD Per Pemda …………………………………………………………… 69
Grafik IV.18 Realisasi Belanja Modal Per Pemda …………………………………………… 69
Grafik IV.19 Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Per Pemda …………………….. 70
Grafik IV.20 Kontribusi Belanja Modal terhadap Belanja Per Pemda …………….. 71
Grafik IV.21 Kapasitas Fiskal Daerah (Regional Jawa Tengah) ……………………….. 72
Grafik IV.22 Perkembangan Belanja Wajib ……………………………………………………. 72
Grafik IV.23 Persentase Belanja Wajib ………………………………………………………….. 73
Grafik IV.24 Belanja Pendidikan ……………………………………………………………………. 73
Grafik IV.25 Belanja Kesehatan …………………………………………………………………….. 74
Grafik IV.26 Belanja Infrastruktur Daerah …………………………………………………..... 74
Grafik V.1 Proporsi Pendapatan Konsolidasian Jawa Tengah Tahun 2020
(dalam Miliar Rp) ……………………………………………………………………….
76
Grafik V.2 Perbandingan Pendapatan Konsolidasian Jawa Tengah Tahun
2020 (dalam Miliar Rp) ………………………………………………………………
77
viii
Grafik V.3 Perbandingan Belanja Konsolidasian Jawa Tengah Tahun 2020
(dalam Miliar Rp) ……………………………………………………………………….
78
Grafik V.4 Perubahan Belanja Konsolidasian Jawa Tengah Tahun 2019 –
2020 …………………………………………………………………………………………..
79
Grafik V.5 Rasio Belanja Pendidikan Perkapita Jawa Tengah tahun 2018 –
2020 ………………………………………………..
80
Grafik VI.1 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Menurun Provinsi Jawa
Tengah ……………………………………………………………………………………….
87
Grafik VI.2 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Tetap Provinsi Jawa
Tengah ……………………………………………………………………………………….
88
Grafik VI.3 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Meningkat Provinsi
Jawa Tengah ……………………………………………………………………………...
89
ix
Lampiran 1 Capaian Output Strategis Bidang Pendidikan, Kesehatan,
Infrastruktur;
Lampiran 2 Laporan Realisasi Anggaran Provinsin/Kabupaten/Kota Jawa
Tengah Tahun 2020
Lampiran 3 Belanja Pendidikan Perkapita dan Harapan Lama Sekolah
Lampiran 4 Kertas Kerja LKPK Provinsi Jawa Tengah tahun 2020
Lampiran 5 Realisasi BLT Dana Desa di Jawa Tengah tahun 2020
Kondisi Sosial Ekonomi, Sasaran Pembangunan dan Tantangan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan penekanan pada inklusivitas pembangunan
yang berpusat pada rakyat, yang secara implisit mengandung makna pembangunan yang
berkeadilan dan merata. Strategi umum pembangunan Jawa Tengah tahun 2018-2023 juga
secara lebih tegas menyatakan keberpihakannya kepada rakyat miskin melalui strategi
pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan. Tantangan dalam
pembangunan ekonomi di Jawa Tengah adalah masih adanya kesenjangan antar daerah yang
mengakibatkan persebaran perekonomian tidak merata antara daerah yang bercorak agraris
dan nonagraris, sehingga muncul persepsi ketidakadilan dalam masyarakat. Namun, saat ini
Provinsi Jawa Tengah memiliki bonus demografi yaitu berupa 70,60 persen penduduk usia
produktif yang dapat menjadi peluang yang sangat baik bagi pembangunan ekonominya.
Perkembangan Indikator Ekonomi Makro dan Kesejahteraan
Selama kurun waktu 2014-2019, ekonomi Jawa Tengah tumbuh rata-rata diatas 5
persen dan tercatat selalu lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional. Namun
pandemi covid-19 yang melanda awal tahun 2020 berdampak pada kontraksi perekonomian
Jawa Tengah hingga -2,65 persen. Inflasi tahun 2020 di Jawa Tengah tercatat sebesar 1,56
persen (masih tetap terjaga pada target sasaran inflasi nasional sebesar 3±1%) dengan Indeks
Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,51. Sejak tahun 2017, status pembangunan manusia di
Jawa Tengah sudah mencapai kategori “tinggi” (IPM di atas 70). Meskipun terimbas wabah
Covid-19, IPM Jawa Tengah tahun 2020 masih mampu tumbuh positif 0,14 poin, dari 71,73
poin pada tahun 2019 menjadi 71,87 poin pada tahun 2020. Persentase penduduk miskin di
Jawa Tengah pada September 2020 sebesar 11,84 persen, meningkat 0,53 persen poin atau
naik 139,03 orang dibanding Maret 2020 yang sebesar 11,41 persen. Pada September 2020,
Gini Ratio Jawa Tengah sebesar 0,359, meningkat sebesar 0,001 poin dibandingkan Gini Ratio
September 2019 namun turun 0,003 poin jika dibandingkan dengan Maret 2020. Capaian ini
berada dibawah rata-rata nasional yang sebesar 0,470. Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah
pada Agustus 2020 sebanyak 18,75 juta orang, bertambah 330 ribu orang dibanding Agustus
2019. Penduduk yang bekerja pada Agustus 2020 sebanyak 17,54 juta orang, berkurang
sebanyak 66 ribu orang dibanding tahun sebelumnya. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah
Desember 2020 sebesar 101,49 atau turun -4,51 persen dibanding NTP tahun sebelumnya
sebesar 106,00. Pada Desember 2020, NTN mengalami kenaikan sebesar 1,96 persen.
Perkembangan dan Pengaruh Fiskal di Daerah serta Program dan Output Strategis di
Daerah
Pendapatan konsolidasi tahun 2020 tercatat sebesar Rp117.348 miliar yang berasal dari
komponen pendapatan daerah sebesar Rp89.741 miliar dan pendapatan pemerintah pusat
Rp89.342 miliar. Realisasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp102,75 miliar lebih tinggi dari
komponen belanja pemerintah daerah yang terealisasi sebesar Rp87.995 miliar. Kontribusi
belanja pemerintah terhadap PDRB adalah sebesar 6,34 persen, sedangkan investasi
pemerintah berkontribusi terhadap PDRB hanya sebesar 1,25 persen. Adapun program dan
output strategis di wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah percepatan pengurangan kemiskinan
dan pengangguran; peningkatan kualitas hidup dan kapasitas sumber daya manusia Jawa
Tengah; peningkatan kapasitas dan daya saing ekonomi rakyat dengan tetap memperhatikan
keberlanjutan lingkungan hidup dan risiko bencana; pemantapan tata kelola pemerintahan
dan kondusivitas wilayah serta perbaikan kapasitas fiskal daerah.
Rekomendasi Kebijakan
Pemerintah agar terus mendukung sektor-sektor unggulan yang terbukti mampu bertahan di
masa pandemi dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.
Dukungan dapat diwujudkan dalam bentuk pengalokasian anggaran yang lebih besar pada
sektor unggulan tersebut.
Agar kebijakan fiskal yang tertuang dalam APBN dan APBD berjalan lebih efektif dan tercapai
tujuannya, maka upaya-upaya percepatan realisasi diharapkan terus dilakukan supaya tidak
kehilangan momentum. Selain itu, belanja kementerian/lembaga, belanja pemerintah daerah
agar dikombinasikan secara sinergis supaya memiliki dampak yang jauh lebih besar.
Arah Kebijakan Pembangunan Jawa Tengah tahun 2020
adalah “Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Didukung
Peningkatan Kualitas Hidup Dan Kapasitas Sumber Daya
Manusia”, dengan target indikator Pertumbuhan Ekonomi
mencapai 5,4 – 5,7 persen dan Tingkat Kemiskinan 9,81 –
8,8. Jawa Tengah masih memiliki beberapa tantangan di
bidang infrastruktur pendukung konektivitas, pengentasan
kemiskinanan, pengangguran dan ketahanan pangan. Selain
itu, pemerintah juga berfokus dalam industri kreatif/usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM); dan pengembangan
pariwisata yang merupakan penyumbang terbesar PDRB
Jawa Tengah.
1
1.1. PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pemerintahan bertujuan untuk mewujudkan keselarasan
antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil
dan merata. Tujuan ini berlaku, baik di tingkat pusat maupun di daerah, termasuk di
Jawa Tengah. Pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan di Jawa Tengah
harus didukung dengan unsur pembiayaan yang berasal dari penghimpunan
pendapatan maupun dari pengalokasian anggaran belanja, baik pada APBN maupun
APBD dari setiap Pemerintah Daerah di wilayah Jawa Tengah.
Sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan negara adalah Presiden.
Sedangkan, di daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota. Maka, dalam implementasi
kebijakan fiskal di Provinsi Jawa Tengah, diperlukan sinergi serta harmonisasi kebijakan
dan pengelolaan keuangan antara pusat dan daerah, agar tujuan dan sasaran
pembangunan di Jawa Tengah dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Kebijakan fiskal memiliki tiga fungsi utama, yakni sebagai alat alokasi, distribusi,
dan stabilisasi. Dalam hal ini, pemerintah pusat dan daerah memiliki tanggung jawab
dalam memastikan efektifitas pelaksanaannya. Melalui kebijakan fiskal yang efektif,
diharapkan mampu meningkatkan perbaikan dan kualitas indikator-indikator ekonomi
makro dan kesejahteraan di daerah. Dengan demikian, efektifitas kebijakan fiskal,
khususnya di Jawa Tengah, dapat terlihat dari perbaikan-perbaikan indikator makro
ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan di wilayah Jawa Tengah.
Sebagai alat untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat, maka hal pertama yang harus dilakukan bagi perumusan kebijakan fiskal
yang efektif dan efisien di Provinsi Jawa Tengah adalah perlu memetakan terlebih
BAB
I
SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH
2
dahulu tantangan-tantangan yang dihadapi Jawa Tengah baik dari sisi ekonomi, sosial-
kependudukan, serta tantangan wilayahnya, sehingga intervensi kebijakan fiskal
melalui program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan yang dihadapi.
Dengan adanya pandemi covid-19, tahun 2020 menjadi ujian bagi implementasi
kebijakan fiskal dalam menanggulangi dampak pandemi khususnya dalam pemulihan
ekonomi. Hal ini terjadi baik di tingkat nasional maupun regional, termasuk di Jawa
Tengah. Sebagaimana dampak pandemi covid-19 secara nasional, efek pandemi juga
telah memberikan tantangan bagi Jawa Tengah dalam menatap masa depannya.
1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
Sebagai proses multidimensional, pembangunan melibatkan berbagai aspek.
Tujuan inti pembangunan adalah mewujudkan perubahan dalam struktur sosial, sikap,
mental dan kelembagaan ke arah yang lebih baik. Tujuan pembangunan ini mencakup
pula perubahan laju pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan, serta
mengatasi pengangguran dan kemiskinan.
1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2018 – 2023 tertuang visi pembangunan Jawa Tengah, yaitu: “Menuju
Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari; Tetep Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi”. Visi
ini mengandung makna, sebagai berikut:
a. Sejahtera, adalah masyarakat yang tercukupi segala kebutuhan dasarnya secara
adil dan merata, berprinsip pada perikemanusiaan dan perikeadilan.
b. Berdikari, merupakan sebuah tujuan agar masyarakat mampu memenuhi segala
kebutuhan dasarnya secara mandiri dan cukup.
c. Perwujudan masyarakat Jawa Tengah yang sejahtera dan berdikari dilandasi
semangat dan nilai utama Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi.
Terdapat empat misi pembangunan daerah sebagai upaya untuk mewujudkan visi
tersebut, yaitu:
a. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan guyub untuk
menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3
b. Mempercepat reformasi birokrasi yang dinamis serta memperluas sasaran ke
pemerintahan kabupaten/kota.
c. Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja baru untuk
mengurangi kemiskinan dan pengangguran.
d. Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya dan
mencintai lingkungan.
Dalam RPJMD tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan
penekanan pada inklusivitas pembangunan yang berpusat pada rakyat, yang secara
implisit mengandung makna pembangunan yang berkeadilan dan merata. Strategi
umum pembangunan Jawa Tengah tahun 2018-2023 juga secara lebih tegas
menyatakan keberpihakannya kepada rakyat miskin melalui strategi pertumbuhan
ekonomi yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan.
1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Pada tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023,
penyusunan dokumen RKPD Tahun 2020 tentu berpedoman pada RPJMD tersebut dan
mengacu pada RKP Tahun 2020 agar selaras dengan prioritas pembangunan nasional.
Pembangunan Jawa Tengah tahun 2020 diarahkan pada “Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Didukung Peningkatan Kualitas Hidup Dan Kapasitas Sumber Daya
Manusia” dengan prioritas sebagai berikut:
a. Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran;
b. Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas sumber daya manusia Jawa Tengah;
c. Peningkatan kapasitas dan daya saing ekonomi rakyat dengan tetap
memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup dan risiko bencana;
d. Pemantapan tata kelola pemerintahan dan kondusivitas wilayah serta perbaikan
kapasitas fiskal daerah.
Prioritas pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2020 tersebut
dijabarkan lebih rinci dalam fokus pembangunan, sebagai berikut:
4
PRIORITAS FOKUS PEMBANGUNAN
Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Penganguran
Penyediaan basic life access untuk penduduk miskin perkotaan dan perdesaan.
Penguatan sustainable livelihood (keberlanjutan perekonomian masyarakat).
Penguatan tugas dan fungsi kelembagaan penanggulangan kemiskinan
Penguatan SDM pengelola BDT
Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja
Perluasan kesempatan kerja
Peningkatan perlindungan, kepatuhan dan pengawasan tenaga kerja
Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas SDM Jawa Tengah
Perbaikan kualitas dan akses penyelenggaraan pendidikan secara luas
Meningkatkan upaya promotif, dan preventif dengan tetap melaksanakan upaya kuratif, dan rehabilitatif dalam pembangunan kesehatan
Peningkatan akses dan kualitas perlindungan perempuan dan anak
Penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan lanjut usia baik potensial maupun non potensial
Keterpaduan antar daerah dan sektor dalam upaya pengendalian kependudukan
Peningkatan kapasitas dan daya saing ekonomi rakyat dengan tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup dan risiko bencana
Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan, dan peternakan, serta kualitas produk pertanian
Meningkatkan produksi dan kualitas hasil perikanan
Optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya hutan kayu dan non kayu
Perwujudan ketahanan pangan dan daya saing pangan
Peningkatan produksi dan produktivitas usaha dan industri kecil dan menengah
Peningkatan eco socio tourism berbasis masyarakat (local based community) dan lingkungan hidup dengan mempertimbangkan potensi keunggulan spesifik Jawa Tengah
Perbaikan iklim dan kepastian investasi yang semakin kondusif
Peningkatan aksesibilitas dan keselamatan distribusi barang, jasa dan penumpang serta konektivitas antar daerah dan wilayah pengembangan
Peningkatan kualitas lingkungan
Peningkatan ketahanan daerah dalam penanggulangan bencana
5
PRIORITAS FOKUS PEMBANGUNAN
Pemantapan tata Kelola pemerintahan dan kondusivitas wilayah serta perbaikan kapasitas fiskal daerah
Peningkatan pelayanan publik langsung kepada masyarakat (direct services), serta membangun pemerintahan yang terbuka (open government)
Peningkatan pemanfaatan dan perkembangan teknologi informasi dalam birokrasi
Peningkatan manajemen pemerintahan yang bersih dan akuntabel
Perwujudan sistem manajemen sumber daya aparatur yang baik dan efisiensi kelembagaannya
Peningkatan edukasi tentang keberagaman, toleransi, spiritualisme, kewarganegaraan dan kepanduan
Peningkatan penanganan dan koordinasi dengan berbagai pihak dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
Dengan demikian, arah kebijakan, prioritas dan fokus pembangunan daerah
Provinsi Jawa Tengah tahun 2020 merupakan upaya untuk mencapai target sasaran
pembangunan tahun 2020, meliputi:
a. Pertumbuhan ekonomi antara 5,4 – 5,7 persen;
b. Inflasi pada angka 3 ± 1 persen;
c. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 72;
d. Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 4,33 persen;
e. Angka Kemiskinan turun menjadi 9,81 – 8,8 persen;
f. Indeks Gini sebesar 0,34;
g. Nilai Tukar Petani 102,42.
Tema pembangunan daerah Jawa Tengah tahun 2020 di atas telah sejalan
dengan tema pembangunan nasional yang menitikberatkan pada pembangunan
sumber daya manusia. Fokus pembangunan nasional tahun 2020 tertuang dalam RKP
2020 yang merupakan tahun pertama RPJMN 2020-2024. Tahun 2020 pembangunan
nasional mengambil tema “Peningkatan Sumber Daya Manusia untuk Pertumbuhan
Berkualitas”.
Adapun target sasaran pembangunan nasional tahun 2020 sebagai berikut:
a. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3-5,6 persen;
b. Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 4,8-5,1 persen;
6
c. Angka kemiskinan sebesar 8,5-9,0 persen;
d. Rasio gini sebesar 0,375-0,380;
e. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 72,51.
Sumber : RKPD Prov. Jawa Tengah 2020, diolah, Februari 2021
1.3. TANTANGAN DAERAH
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
peran dalam menggerakkan perekonomian nasional. Dalam pelaksanaan
pembangunan dan mewujudkan sasaran pembangunan tahun 2020, Jawa Tengah
memiliki tantangan-tantangan yang harus direspon dengan kebijakan fiskal yang
selaras dan relevan.
1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah
Pada kondisi normal sebelum pandemi covid-19, selama rentang waktu lima
tahun, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah relatif stabil pada kisaran 5,2 - 5,4 persen,
bahkan selalu lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada angka
pertumbuhan, terlihat tren pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Secara
umum pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah didukung dengan pertumbuhan positif
seluruh lapangan usaha.
Namun, jika dibandingkan dengan lima provinsi di Pulau Jawa, dari sisi besaran
kontribusi bagi perekonomian nasional, Jawa Tengah masih di bawah DKI Jakarta, Jawa
Timur dan Jawa Barat. Angka kontribusi Jawa Tengah berada di bawah 10persen
Indikator Sasaran
Pembangunan
Target Sasaran
Jawa Tengah Target Sasasran Nasional
Pertumbuhan Ekonomi (persen)
5,4 – 5,7 5,3 – 5,5
Angka Kemiskinan (persen)
9,81 – 8,8 8,5 – 9,0
TPT (persen) 4,33 4,8 – 5,1
Rasio Gini 0,34 0,375 – 0,380
IPM 72,00 72,5
Tabel I.1 Keselarasan Sasaran Pembangunan Daerah Jawa Tengah Dengan Sasaran Pembangunan Nasional Tahun 2020
7
terhadap perekonomian nasional. Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah juga lebih
rendah dibandingkan laju perekonomian Kawasan Jawa. Hal ini menjadi tantangan bagi
Jawa Tengah untuk dapat tumbuh lebih tinggi lagi, mengingat secara geografis, Jawa
Tengah berada di antara Jawa Barat dan Jawa Timur, sehingga memiliki potensi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam peranannya menghubungkan kedua
wilayah tersebut.
Dilihat dari sisi permintaan/pengeluaran, komposisi PDRB Jawa Tengah tidak
banyak berubah. Perekonomian Jawa Tengah ditopang oleh konsumsi rumah tangga,
diikuti pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan pengeluaran konsumsi
pemerintah. Dengan karakteristik ini, seiring dengan upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, maka tantangan sekaligus peluang bagi Jawa Tengah adalah
bagaimana meningkatkan konsumsi rumah tangga, termasuk bagaimana menarik
konsumsi rumah tangga dari luar Jawa Tengah.
Meski perekonomian Jawa Tengah didominasi oleh konsumsi rumah tangga dan
PMTB, namun pertumbuhan keduanya hanya berkisar 4-5 persen, sehingga perlu
dikembangkan potensi-potensi dari industri kreatif/usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM), produk substitusi impor, dan tenaga kerja yang kompetitif.
Sementara itu, sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang terbesar
PDRB Jawa Tengah. Pengembangan kepariwisataan menjadi penting untuk
meningkatkan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja di Jawa Tengah.
Konsep pengembangan pariwisata Jawa Tengah menghubungkan segitiga emas
pariwisata Joglosemar yaitu Yogyakarta, Solo, dan Semarang, dengan Borobudur
sebagai daya tarik utama. Pengembangan Joglosemar tidak hanya terfokus pada tiga
daerah, namun juga termasuk daerah pengembangan di sekitarnya. Meskipun memiliki
potensi, Jawa Tengah masih menghadapi tantangan dalam pengembangannya. Ini
terlihat dari belum optimalnya destinasi pariwisata di Jawa Tengah. Bahkan sebelum
pandemi, wisatawan yang berkunjung ke destinasi pariwisata di Jawa Tengah
menunjukkan lama tinggal yang rendah, dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana
pariwisata, belum tertatanya atraksi, dan belum adanya konektivitas menuju kawasan
wisata.
8
Tantangan lain yang dihadapi Jawa Tengah adalah persebaran perekonomian
masih belum merata. Industrialisasi masih terpusat pada beberapa kabupaten/kota.
Masih banyak daerah di Jawa Tengah yang bercorak agraris, yang sebenarnya bukanlah
masalah. Akan tetapi adanya beberapa daerah yang bercorak agraris dan nonagraris
telah menyebabkan tingginya ketimpangan daerah dan permasalahan pembangunan
yang kompleks. Meskipun ketimpangan di beberapa daerah mempunyai dampak
positif, yaitu dapat mendorong daerah lain yang kurang maju dan berkembang, tetapi
adanya ketimpangan dapat menyebabkan inefisiensi ekonomi, melemahnya stabilitas
sosial serta menciptakan persepsi ketidakadilan dalam masyarakat.
Pada sisi investasi, adanya relokasi pabrik dan pembangunan pabrik baru di
kawasan industri di Jawa Tengah menjadi harapan peningkatan investasi selain
pengembangan infrastruktur. Hal ini menjadi berkah bagi Jawa Tengah untuk semakin
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas yang tidak hanya bertumpu
pada tumbuhnya konsumsi rumah tangga.
1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 (SP2020), penduduk Jawa Tengah pada
bulan September 2020 tercatat sebanyak 36,52 juta jiwa. Jumlah penduduk Jawa
Tengah terus mengalami peningkatan. Hasil SP2020 dibandingkan dengan SP2010
menunjukkan penambahan jumlah penduduk Jawa Tengah sebanyak 4,1 juta jiwa atau
rata-rata sebanyak 400 ribu setiap tahun.
Grafik I.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Tengah, 1961 - 2020
Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
9
Pada periode 2010-2020, laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah sebesar 1,17
persen per tahun. Terdapat percepatan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,80
persen poin jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode
2000-2010 yang sebesar 0,37 persen.
Sementara itu, persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) terus
meningkat sejak tahun 1971. Pada tahun 1971 proporsi penduduk usia produktif
sebesar 53,83 persen dari total populasi dan meningkat menjadi 70,60 persen di tahun
2020. Peningkatan tersebut menjadikan rasio ketergantungan menjadi semakin
rendah. Pada tahun 2020, tercatat bahwa setiap 100 penduduk usia produktif
(penduduk usia 1564 tahun) hanya menanggung sekitar 42 penduduk usia tidak
produktif (penduduk usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas).
Dengan demikian, Jawa Tengah menghadapi periode bonus demografi karena
70,60 persen penduduknya berada pada usia produktif. Kesempatan ini perlu
dimanfaatkan secara optimal untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kesejateraan masyarakat Jawa Tengah.
.
Hasil SP2020 membuktikan penduduk Jawa Tengah didominasi oleh Generasi Z,
Generasi Milenial, dan Generasi X. Proporsi Generasi Z 25,31 persen, Generasi Milenial
sebanyak 24,93 persen dan Generasi X 22,53 persen dari total populasi Jawa Tengah.
Grafik I.2 Komposisi Jumlah Penduduk Jawa Tengah Menurut Generasi, 2020
Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
10
Generasi Z, Milenial dan X ini merupakan kategori usia produktif yang dapat menjadi
peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Akan tetapi, bonus demografi mempunyai dua sisi mata uang. Jika lapangan
usaha yang ada saat ini tidak mampu menyerap sebagian besar dari penduduk usia
produktif, maka justru akan mendorong peningkatan instabilitas sosial dan politik.
Dengan kata lain, dengan banyaknya usia produktif maka persaingan antar pencari
kerja semakin meningkat padahal lapangan pekerjaan terbatas. Hal ini akan
berdampak pada meningkatnya kemiskinan dan pengangguran serta angka
kriminalitas.
Dari grafik di atas memperlihatkan pembangunan di Jawa Tengah telah
memberikan dampak yang positif dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat, salah
satunya tercermin dari peningkatan umur harapan hidup penduduk Jawa Tengah.
Konsekuensinya adalah terjadi peningkatan persentase penduduk lanjut usia atau
lansia (60 tahun ke atas). Persentase penduduk lansia Jawa Tengah meningkat menjadi
12,15 persen di tahun 2020 dari 10,34 persen pada 2010. Sehingga, pada tahun 2020
Jawa Tengah berada dalam masa transisi menuju era ageing population yaitu ketika
persentase penduduk usia 60 tahun ke atas mencapai lebih dari 10 persen. Kondisi ini
selaras dengan fenomena beberapa daerah di Jawa Tengah sebagai tempat atau kota
Grafik I.3 Persentase Penduduk Lansia Jawa Tengah
Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
11
pilihan bagi banyak orang untuk menghabiskan masa pensiun. Hal ini tentu akan
menjadi tantangan bagi Jawa Tengah dalam menangani penduduk usia lanjut tersebut.
Meskipun Jawa Tengah berada dalam kesempatan untuk dapat memetik bonus
demografi, tetapi Jawa Tengah harus mulai mempersiapkan diri untuk memasuki masa
transisi menuju ageing population. Pemerintah perlu mulai mempersiapkan kebijakan-
kebijakan pembangunan yang responsif terhadap kondisi kependudukan di Jawa
Tengah. Jika penduduk lansia tersebut memiliki kesehatan, pendidikan, dan
keterampilan yang memadai, serta dapat terus berkontribusi dalam perekonomian,
maka kelompok penduduk ini berpeluang membuka pintu kesempatan untuk Jawa
Tengah memperoleh bonus demografi kedua di masa yang akan datang.
1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah
Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah berada diantara dua kota
metropolitan yaitu DKI Jakarta dan Surabaya. DKI Jakarta sebagai pintu gerbang utama
menuju negara Indonesia, sedangkan Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar
kedua setelah DKI Jakarta dan dikatakan sebagai pintu gerbang wilayah timur. Maka
dalam konstelasi regional Jawa Tengah memiliki peran yang sangat strategis sebagai
penghubung antara dua kota metropolitan.
Jawa Tengah terdiri dari 29 (dua puluh sembilan) kabupaten dan 6 (enam) kota,
serta memiliki 573 kecamatan yang meliputi 7.809 desa dan 750 kelurahan. Banyaknya
jumlah kelurahan/desa ini menjadikan Jawa Tengah sebagai provinsi dengan jumlah
kelurahan/desa terbanyak di Indonesia. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi Jawa
Tengah dalam memantau dan mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan desa,
khususnya terkait dana desa.
Topografi wilayah Jawa Tengah memiliki relief yang beragam, yaitu dataran,
landai, bergelombang, perbukitan, hingga pegunungan terjal. Secara geomorfologis,
Jawa Tengah memiliki segmen perbukitan diantaranya: (1) Perbukitan Serayu Utara
dan Selatan di bagian barat Jawa Tengah, (2) Perbukitan kapur Kendeng,
Randublatung, dan Rembang di bagian timur laut Jawa Tengah yang terhubung hingga
ke Jawa Timur dengan potensi galian tambang batu kapur dan gamping, dan (3)
Perbukitan karst yang mengandung batuan karbonat gamping berada di Karst
12
Karangbolong (selatan Kebumen) serta Karst Gunungsewu (selatan Wonogiri). Kedua
perbukitan karst ini berpotensi dikembangkan untuk sektor pendidikan (penelitian)
dan pariwisata.
Berdasarkan profil geomorfologis, Jawa Tengah dipengaruhi oleh aktivitas
vulkanik gunung api kuarter yang tersebar di bagian tengah sebelah barat, yaitu
gunung api aktif seperti: Gunung Slamet, Gunung Sindoro-Sumbing, Kompleks Vulkanik
Dieng, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Andong-Telomoyo, serta gunung tidak aktif
seperti Gunung Lawu dan Gunung Ungaran. Selain itu, terdapat gunung api purba yang
berlokasi jauh di utara dan terpisah dari rangkaian gunung api lainnya, yakni Gunung
Muria dan Gunung Lasem.
Proses vulkanik gunung api di bagian tengah mendorong terbentuknya material
tanah yang subur dan kaya kandungan mineral sehingga berpotensi untuk mendukung
pengembangan pertanian dan perkebunan di Jawa Tengah. Kekayaan sumber daya
alam akibat aktivitas vulkanik direpresentasikan dengan munculnya potensi mata air
panas hingga panas bumi untuk pembangkit listrik yang saat ini dimanfaatkan
khususnya di Dataran Tinggi Dieng.
Aktivitas gunung api juga memicu terbentuknya mata air yang menjadi sumber
air baku sungai-sungai besar di Jawa Tengah, seperti: Sungai Serayu, Sungai Bengawan
Solo. Keberadaan aliran sungai di Jawa Tengah berfungsi pula untuk mendukung suplai
air tanah dengan debit yang beragam, sebagai sumber daya air baku permukaan,
pemenuhan kebutuhan irigasi, dan pembangkit listrik pada bendungan-bendungan.
Berdasarkan data topografi dan geomorfologis di atas serta dilihat dari aspek lain
yang terkait, seperti klimatologi, geografi dan geologi, Jawa Tengah memiliki
kerentanan wilayah yang cukup tinggi terhadap bencana. Dengan indikasi
permasalahan fenomena geologi yang semakin dinamis, perubahan iklim yang ekstrim
dan tingginya degradasi lingkungan, potensi rawan bencana alam diprediksi akan
semakin meningkat. Potensi bencana alam yang masih menjadi perhatian antara lain:
banjir, kekeringan, gempa bumi, tanah longsor, angin puting beliung, letusan gunung
berapi dan tsunami.
13
Dari 35 kabupaten/kota terdapat 17 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang
memiliki indeks risiko bencana tinggi, diantaranya Purworejo, Tegal, Brebes dan
Banyumas. Selebihnya termasuk kategori risiko bencana sedang.
Namun demikian, dengan melihat kondisi fisik wilayah Jawa Tengah, dalam
rangka mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan ekonomi, Jawa Tengah
memiliki potensi antara lain:
a. Sektor Pertanian dan Industri
Dengan posisi Jawa Tengah yang strategis, berada diantara Jawa Barat dan Jawa
Timur, memiliki ketersediaan lahan untuk dikembangkan antara lain lahan
pertanian dan kehutanan yang produktif, serta ketersediaan sumber daya
manusia dengan upah tenaga kerja yang kompetitif.
b. Konektivitas Jalur Arteri Primer Pantai Utara (Pantura) dan Pantai Selatan
(Pansela) Jawa
Konektivitas Jawa Tengah didukung adanya jalur Arteri Primer Pantura dan Arteri
Primer Pansela Jawa yang membuka potensi untuk pengembangan Jawa Tengah
sebagai salah satu pusat logistik barang dan jasa.
Gambar I.1 Peta Indeks Risiko Bencana Jawa Tengah
Sumber : BNPB, 2020
14
c. Simpul Transportasi Udara
Keberadaan infrastruktur transportasi udara di Jawa Tengah didukung oleh dua
bandara internasional (Ahmad Yani Semarang dan Adi Soemarmo Boyolali) dan
dua bandara lokal (Tunggulwulung Cilacap dan Dewadaru Karimunjawa Jepara)
dapat memperkuat konektivitas antar kawasan, termasuk kemajuan sektor
kepariwisataan, industri dan perdagangan di Jawa Tengah.
d. Simpul Transportasi Laut
Transportasi Laut di Jawa Tengah didukung oleh Pelabuhan Tanjung Mas
Semarang sebagai Pelabuhan Utama, Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap dan
Pelabuhan Tegal sebagai Pelabuhan Pengumpul, dan Pelabuhan Pengumpan
Regional (seperti: Batang, Sluke Rembang, Tasik Agung Rembang, Juwana Pati,
Jepara, Karimunjawa, Legon Bajak dan Kendal), serta pelabuhan lokal (seperti:
Brebes, Pekalongan, dan Pemalang). Keberadaan infrastruktur transportasi laut
dapat memperkuat konektivitas dan sistem logistik antar wilayah.
1.3.4. Tantangan Daerah
Sebagai Dampak COVID-19
Mulai akhir Maret 2020,
Pemerintah Daerah dan
masyarakat di Jawa Tengah
harus menghadapi tantangan
baru berupa pandemi Covid-19
yang terus meluas. Penyebaran
Covid-19 yang sangat cepat dan
luas menyebabkan seluruh
daerah di Jawa Tengah harus
melakukan Pembatasan Sosial
atau Pembatasan Kegiatan
Masyarakat.
Menjelang akhir tahun
2020, Jawa Tengah mencatat
Tabel I.2 Data Zona Merah Covid-19 di Jawa Tengah
Sumber : situs corono.jatengprov.go.id per 31/12/2020
No Kab/Kota Terkonfirmasi Kenaikan TPT
1 Kab Magelang 4.418 1,15
2 Kebumen 4.116 1,31
3 Kendal 3.985 1,25
4 Banyumas 3.793 1,79
5 Jepara 3.719 3,73
6 Sragen 2.720 1,41
7 Kota Tegal 2.656 0,33
8 Sukoharjo 2.545 3,53
9 Pemalang 2.529 1,14
10 Karanganyar 2.313 2,81
11 Batang 2.139 2,76
12 Kota Surakarta 1.998 3,74
13 Purbalingga 1.865 1,32
14 Rembang 1.463 1,14
15 Brebes 1.415 2,40
16 Wonogiri 1.182 1,73
17 Grobogan 1.081 0,91
15
zona merah Covid-19 di 17 kabupaten/kota dan sisanya 18 daerah di provinsi ini
berstatus zona oranye. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, per 31 Desember
2020, jumlah kasus Covid-19 di Jawa Tengah sebanyak 81.716 orang, jumlah kasus
sembuh 54.409 orang dan jumlah kasus meninggal mencapai 3.562 orang.
Tidak berbeda dengan ekonomi nasional, perekonomian Jawa Tengah juga
terkena dampak negatif Covid-l9. Dampak negatif dirasakan oleh hampir semua pelaku
ekonomi. Pendapatan dan konsumsi masyarakat turun tajam sebagai akibat
pembatasan pergerakan masyarakat. Investasi mengalami penurunan sebagai akibat
terganggunya neraca keuangan perusahaan karena turunnya penerimaan dan
terhentinya beberapa aktivitas produksi. Perdagangan ekspor-impor terdampak akibat
rendahnya aktivitas perdagangan di tingkat global yang juga menyebabkan turunnya
harga komoditas. Tidak hanya itu, kesehatan sektor keuangan di Jawa Tengah juga
menurun, seiring dengan meningkatnya non performing loan (NPL). Berbagai gangguan
tersebut berdampak pada sasaran makro dan pembangunan di Jawa Tengah.
Pembatasan pergerakan masyarakat juga mengakibatkan penurunan
produktivitas tenaga kerja di industri maupun perkantoran, serta penurunan indikator
makro ekonomi nasional, di antaranya konsumsi dan produksi rumah tangga, investasi
riil, ekspor dan impor, dan penyerapan tenaga kerja. Gejolak perekonomian ini
berdampak pada penurunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jawa Tengah,
yang merupakan salah satu zona merah Covid-19.
Sektor pariwisata yang digadang-gadang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi Jawa Tengah juga terdampak dengan penurunan kunjungan wisatawan baik
domestik maupun mancanegara, selain karena adanya penutupan lokasi wisata untuk
pencegahan penyebaran Covid-19.
Pandemi Covid-19 juga menyebabkan risiko penurunan elastisitas penciptaan
lapangan kerja baru terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga pengangguran relatif
lebih tinggi dari baseline. Sistem produksi yang tidak berjalan optimal dan membebani
biaya menyebabkan sebagian perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja. Hal
ini telah menyebabkan adanya tambahan angka pengangguran dan tingkat
pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Tengah mengalami kenaikan. Pandemi Covid-19
16
juga berdampak pada kebijakan pengetatan bahkan pelarangan mobilitas warga
negara Indonesia (WNI) dari dan ke luar negeri. Kondisi ini memunculkan problem
ekonomi dan sosial daerah-daerah di Jawa Tengah yang sebagian masyarakatnya
bergantung sebagai TKI.
Berdasarkan kondisi yang terjadi pada tahun 2020, terdapat beberapa tantangan
utama lainnya yang dihadapi Jawa Tengah atas pengaruh pandemi Covid-19.
Pertama, motor penggerak utama perekonomian Jawa Tengah mengalami tekanan,
dimana sektor perdagangan, industri dan konstruksi tumbuh negatif.
Kedua, daya beli dan permintaan masyarakat masih lemah. Indeks keyakinan
konsumen, indeks penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja menurun.
Ketiga, Jawa Tengah seperti juga sejumlah provinsi lain di Indonesia, masih
menghadapi tantangan besar dalam menekan kasus stunting anak. Pandemi virus
corona telah memperberat upaya itu, antara lain karena munculnya kekhawatiran
akan bahaya virus corona terhadap ibu dan balita sewaktu mengakses layanan
kesehatan.
Keempat, penuaan penduduk yang dialami Jawa Tengah tentu menimbulkan
tantangan tersendiri di masa Pandemi Covid-19. WHO menyatakan bahwa penduduk
lanjut usia merupakan kelompok paling rentan terpapar Covid-19. Kerentanan ini
terjadi karena melemahnya daya tahan tubuh serta adanya penyakit degeneratif
seperti jantung, hipertensi, dan diabetes. Persentase kematian penduduk lanjut usia
akibat COVID-19 merupakan persentase tertinggi dibandingkan dengan kelompok
umur lainnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyediakan jaminan kesehatan bagi
penduduk lanjut usia.
Sebagai upaya penanganan dampak pandemi, Pemerintah Provinsi Jateng
melakukan berbagai inovasi mendorong pulihnya kegiatan perekonomian dan
percepatan penyaluran stimulus ekonomi dengan baik dan tepat sasaran, termasuk
percepatan belanja konsumsi pemerintah baik dari belanja dana APBN maupun APBD.
Inovasi dalam penanganan Covid-19 tersebut antara lain: Jogo Tonggo, Njagani
Plesiran, Sekola tanpa Sekat, Rumah Sakit Tanpa Dinding, Lumbung Desa dan Surat
Edaran Gubernur untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
17
Sementara itu, jika lebih dalam memperhatikan dampak pandemi terhadap
peningkatan TPT, dapat dibandingkan kenaikan TPT antar Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah. Kenaikan TPT dihitung dengan cara TPT tahun 2020 dikurangi TPT 2019. Dari
tabel di atas menunjukan bahwa di Kota Tegal angka kenaikan TPT paling kecil sebesar
0,33, sedangkan kenaikan TPT tertinggi terjadi di Kota Semarang yang mencapai 5,03.
Tabel I.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten Kota di Jawa Tengah (Persen)
Sumber : BPS, diolah Feb 2021
No Kab/Kota 2019 2020 Growth
1 Kota Tegal 8,07 8,40 0,33
2 Kabupaten Temanggung 2,99 3,85 0,86
3 Kabupaten Grobogan 3,59 4,50 0,91
4 Kabupaten Blora 3,89 4,89 1,00
5 Kabupaten Pati 3,74 4,74 1,00
6 Kabupaten Purworejo 2,96 4,04 1,08
7 Kabupaten Pemalang 6,50 7,64 1,14
8 Kabupaten Rembang 3,69 4,83 1,14
9 Kabupaten Magelang 3,12 4,27 1,15
10 Kabupaten Kendal 6,31 7,56 1,25
11 Kota Pekalongan 5,77 7,02 1,25
12 Kabupaten Kebumen 4,76 6,07 1,31
13 Kabupaten Purbalingga 4,78 6,10 1,32
14 Kabupaten Banjarnegara 4,47 5,86 1,39
15 Kabupaten Sragen 3,34 4,75 1,41
16 Kabupaten Tegal 8,21 9,82 1,61
17 Kabupaten Kudus 3,86 5,53 1,67
18 Kabupaten Wonogiri 2,54 4,27 1,73
19 Kabupaten Cilacap 7,31 9,10 1,79
20 Kabupaten Banyumas 4,21 6,00 1,79
21 Kabupaten Demak 5,46 7,31 1,85
22 Kabupaten Wonosobo 3,47 5,37 1,90
23 Kabupaten Klaten 3,55 5,46 1,91
24 Kabupaten Semarang 2,58 4,57 1,99
25 Kabupaten Boyolali 3,12 5,28 2,16
26 Kabupaten Brebes 7,43 9,83 2,40
27 Kabupaten Pekalongan 4,43 6,97 2,54
28 Kabupaten Batang 4,16 6,92 2,76
29 Kabupaten Karanganyar 3,15 5,96 2,81
30 Kota Salatiga 4,43 7,44 3,01
31 Kabupaten Sukoharjo 3,40 6,93 3,53
32 Kabupaten Jepara 2,97 6,70 3,73
33 Kota Surakarta 4,18 7,92 3,74
34 Kota Magelang 4,43 8,59 4,16
35 Kota Semarang 4,54 9,57 5,03
18
Dilihat dari sumber data, TPT tahun 2020 tersebut dirilis BPS pada bulan Agustus
2020. Sebagaimana uraian dampak pandemi di atas, pandemi covid-19 telah
mengakibatkan kenaikan angka pengangguran, dengan adanya kenaikan TPT. Apakah
kondisi pandemi di suatu daerah dapat menentukan berapa angka kenaikan TPT?
Untuk mengetahui bagaimana korelasi antara jumlah kasus covid di suatu daerah dan
kenaikan TPT, dapat dilihat pada tabel exercise sederhana.
Data zona covid pada tabel di atas merupakan data per 1 September 2020, yang
merupakan kondisi sampai dengan akhir Agustus 2020. Berdasarkan data tersebut, di
Jawa Tengah terdapat 3 kabupaten/kota berzona merah, 21 zona oranye dan 11
Tabel I.4 Perbandingan Zona Covid dan Kenaikan TPT di Jawa Tengah
No Kab/Kota Zona Covid
Indeks
Zona
Covid
Kenaikan TPT
(Angka
Pembulatan)
Average
Per Zona
1 Surakarta Merah 3 4
2 Kota Semarang Merah 3 5
3 Kudus Merah 3 2
4 Boyolali Oranye 2 2
5 Demak Oranye 2 2
6 Karanganyar Oranye 2 3
7 Purworejo Oranye 2 1
8 Magelang Oranye 2 1
9 Pati Oranye 2 1
10 Banyumas Oranye 2 2
11 Klaten Oranye 2 2
12 Jepara Oranye 2 4
13 Temanggung Oranye 2 1
14 Kota Magelang Oranye 2 4
15 Kebumen Oranye 2 1
16 Rembang Oranye 2 1
17 Kendal Oranye 2 1
18 Batang Oranye 2 3
19 Kota PekalonganOranye 2 1
20 Semarang Oranye 2 2
21 Grobogan Oranye 2 1
22 Salatiga Oranye 2 3
23 Sragen Oranye 2 1
24 Pekalongan Oranye 2 3
25 Wonosobo Kuning 1 2
26 Sukoharjo Kuning 1 4
27 Wonogiri Kuning 1 2
28 Kota Tegal Kuning 1 0
29 Pemalang Kuning 1 1
30 Tegal Kuning 1 2
31 Purbalingga Kuning 1 1
32 Brebes Kuning 1 2
33 Blora Kuning 1 1
34 Cilacap Kuning 1 2
35 Banjarnegara Kuning 1 1
3
2
2
19
daerah berzona kuning. Pengambilan data zona covid tersebut sejalan atau setidaknya
mendekati keselarasan waktu dengan rilis data TPT, yaitu pada bulan Agustus 2020.
Zona covid yang terdiri dari merah (tinggi), oranye (sedang) dan kuning (rendah)
diberikan angka indeks 1-3. Semakin besar angkanya, menunjukkan jumlah kasus pada
daerah tersebut terhitung tinggi atau masuk dalam zona merah. Pada masing-masing
zona kemudian dihitung rata-ratanya dan mengindikasikan beberapa fenomena:
a. Pada zona merah, rata-rata kenaikan TPT sebesar 3, sejalan dengan indeks zona
covid dengan angka 3.
b. TPT pada zona oranye dan kuning mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2.
Artinya, baik pada kondisi rendah maupun sedang, kebijakan penanganan covid
yang dilakukan pemerintah memiliki kesamaan yang berdampak pada kenaikan
TPT yang sama.
c. Perbedaan zona covid pada suatu daerah menentukan kenaikan TPT. Semakin
merah kondisi suatu daerah, maka semakin tinggi kenaikan TPT-nya. Hal ini
terjadi karena adanya kebijakan yang selama ini dilakukan untuk mencegah
penyebaran virus. Pada daerah dengan zona merah diterapkan pengetatan
pembatasan sosial atau kegiatan masyarakat. Beberapa unit usaha yang secara
nature mengakibatkan kerumunan dilakukan penutupan. Akibatnya, kegiatan
ekonomi terhenti dan terjadi pemutusan hubungan kerja.
Dengan demikian, tantangan yang dihadapi pemerintah daerah adalah
bagaimana mencegah kenaikan kasus covid di daerahnya dan menerapkan
kebijakan pembatasan yang relevan sesuai dengan kondisi atau zona covid untuk
mencegah bertambahnya angka pengangguran.
Sebagai catatan, penelitian di atas memiliki keterbatasan data dan hanya
memotret wilayah Jawa Tengah. Untuk menghasilkan analisis dan kesimpulan yang
lebih signifikan, data penelitian perlu diperluas dan memperhitungkan variabel lainnya.
Perekonomian Jawa Tengah untuk pertama kalinya sejak tahun 2010 mengalami
kontraksi sebesar -2,65 persen yang merupakan dampak pandemi Covid-19. Tekanan
kontraksi ekonomi Jawa Tengah tertahan oleh andil positif terbesar dari lapangan
usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang menyumbang pertumbuhan sebesar
0,80 persen. Persentase penduduk miskin di Jawa Tengah pada September 2020
sebesar 11,84 persen, meningkat 1,26 persen poin dibanding periode yang sama tahun
lalu. Dengan pendapatan perkapita Jawa Tengah Rp38,60 juta, tingkat ketimpangan
(Gini Rasio) berada di level (0,39)
20
2.1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL
2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto
Selama kurun waktu
2014-2019, ekonomi Jawa
Tengah tumbuh rata-rata
diatas 5 persen. Pertumbuhan
ekonomi Jawa Tengah tercatat
selalu lebih tinggi dibanding
pertumbuhan ekonomi
nasional. Namun pandemi
covid-19 yang terjadi sepanjang tahun 2020 secara nyata mempengaruhi kondisi
perekonomian di seluruh Indonesia tak terkecuali Jawa Tengah. Pembatasan aktivitas
sosial membuat tendensi melakukan konsumsi menjadi lemah. Selain itu, dengan
tingkat permintaan yang rendah, aktivitas produksi menjadi menurun sehingga
pendapatan menjadi terbatas.
Perekonomian Jawa Tengah untuk pertama kalinya sejak tahun 2010 mengalami
kontraksi sebesar -2,65 persen. Kinerja perekonomian Jawa Tengah tahun 2020 yang
diukur dari laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mengalami
pertumbuhan -6,20 persen (c-to-c), lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Nasional
2020 yang sebesar -2,07 persen. Secara nominal atau Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
PDRB Jateng 2020 mencapai Rp1.348.600,40 miliar dan Rp965.629,09 miliar (ADHK).
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Triwulan II 2020 menjadi periode paling berat bagi perekonomian Jawa Tengah
dan Indonesia di tengah wabah covid-19. Kebijakan New Normal (perubahan perilaku
untuk tetap menjalankan aktivitas seperti biasa namun dengan selalu menerapkan
Grafik II.1 Pertumbuhan Ekonomi Jateng dan Nasional Tahun 2014-2020 (y-on-y/%)
Sumber: BPS. Jateng, Nasional, diolah, Feb 2021
BAB
II
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
21
protokol kesehatan) di
tengah pandemi covid-19
yang mulai diterapkan pada
awal bulan Juni 2020 cukup
berpengaruh terhadap
perbaikan perekonomian
Jawa Tengah. Hal ini ditandai
dengan pertumbuhan
ekonomi y-on-y yang awalnya
terkontraksi sebesar -5,91
persen pada Triwulan II-2020 menjadi -3,79 persen pada Triwulan III-2020 dan -3,34
persen pada Triwulan IV-2020. Dibandingkan dengan perekonomian pada Triwulan IV-
2019, pertumbuhan
ekonomi Jawa Tengah
pada Triwulan IV-2020
(y-on-y) yang tercatat -
3,34 persen merupakan
andil dari lapangan
usaha Industri
Pengolahan yang
menyebabkan kontraksi terbesar, yaitu -1,28 persen. Jika dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi seluruh Kawasan Jawa, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah
tahun 2020 terendah kedua setelah DIY.
b. PDRB Sisi Lapangan Usaha (LU)
Pada Triwulan IV-2020, struktur PDRB Jawa Tengah menurut lapangan usaha
(ADHB) masih didominasi oleh empat lapangan usaha utama, yaitu Industri
Pengolahan (34,67 persen); Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor (13,79 persen); Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (12,85 persen);
dan Konstruksi (10,93 persen).
Gambar II.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Jawa Tahun 2020
Sumber: BPS. Jateng, Nasional, diolah, Feb 2021
Grafik II.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jateng dan Nasional Tahun 2018-2020 (q-to-q/%)
Sumber: BPS. Jateng, Nasional, diolah, Feb 2021
22
Adanya pandemi covid-19, sebelas kategori lapangan usaha mengalami kontraksi
dan hanya enam kategori yang mengalami pertumbuhan positif. Tekanan kontraksi
ekonomi Jawa Tengah tertahan oleh andil positif dari lapangan usaha Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan yang
menyumbang pertumbuhan sebesar
0,80 persen; Informasi dan
Komunikasi sebesar 0,78 persen;
dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial sebesar 0,08 persen.
Sedangkan transportasi dan
Pergudangan merupakan lapangan
usaha yang mengalami kontraksi
terdalam yaitu sebesar -33,15
persen. Segala bentuk kebijakan
pemerintah untuk mengurangi penyebaran Covid-19 selama tahun 2020 mulai dari
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM), Work From Home (WFH), Study From Home
(SFH), pelarangan mudik, dan pembatasan transportasi selama perayaan hari besar
menekan kinerja seluruh lapangan usaha, utamanya Transportasi dan Pergudangan
yang bergantung pada mobilitas masyarakat.
Lapangan usaha lain yang juga mengalami kontraksi cukup dalam meliputi Jasa
Lainnya (-8,01 persen) serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (-7,98) persen.
Sementara lapangan usaha yang mampu mencatatkan pertumbuhan tertinggi
sepanjang tahun 2020 adalah Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 15,65
persen. Percepatan pertumbuhan ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan
masyarakat terhadap paket data untuk menunjang pelaksanaan WFH dan SFH serta
agenda meeting dan conference yang dilakukan secara daring, disamping peningkatan
akses informasi terhadap berita online yang menyangkut covid-19.
c. PDRB Menurut Pengeluaran
Komponen Impor Barang dan Jasa terkontraksi paling dalam sebesar -14,82
persen. Namun komponen impor barang dan jasa sebagai komponen pengurang PDRB,
Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021
Grafik II.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2014 - 2020
23
sehingga kontraksi pada komponen ini berfungsi sebagai penahan laju kontraksi PDRB
agar tidak lebih dalam. Komponen Ekspor Barang dan Jasa serta komponen PMTB
terkontraksi paling dalam
selama tiga triwulan terakhir
dalam tahun 2020, Triwulan
IV-2020 masing-masing
terkontraksi sebesar 13,84
persen dan 6,98 persen.
Komponen lainnya yaitu
Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah (PKP),
Pengeluaran Konsumsi
Lembaga NonProfit yang Melayani Rumah Tangga (PKLNPRT) dan Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) mengalami kontraksi. Dari sisi penciptaan sumber
pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah Tahun 2020, komponen PMTB menjadi
komponen yang menyumbang kontraksi paling dalam. Penundaan berbagai proyek
pembangunan baik dari swasta maupun pemerintah karena pandemi covid-19 dan
pengalihan belanja pemerintah menyebabkan tertekannya pertumbuhan komponen
PMTB dan komponen PKP.
d. PDRB Per Kapita
Trend PDRB perkapita Jawa Tengah dari tahun 2014 s.d. 2019 menunjukkan
kenaikan. Namun pada tahun 2020 terjadi penurunan PDRB per kapita akibat adanya
pandemic covid-19 yang
menyebabkan
meningkatnya
kemiskinan dan
pengangguran. Jika
dibandingkan dengan
PDB per kapita nasional
yang mencapai Rp 56,90
Grafik II.4 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan Menurut Pengeluaran Tahun 2014 – 2020
Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021
Grafik II.5 PDRB Per Kapita Jawa Tengah & Nasional (Jutaan Rp)
Rupiah)
Sumber: BPS. Jateng, Nasional, diolah Feb
2021
24
juta, posisi PDRB per kapita Jawa Tengah masih rendah dengan gap yang cukup jauh
dan cenderung konstan. Laju pertumbuhan ekonomi belum cukup untuk mengurangi
kesenjangan pendapatan perkapita Jawa Tengah dari angka rata-rata nasional. Selama
periode 2014 s.d. 2020, PDRB perkapita mengalami penurunan meskipun pada tahun
2018 mulai meningkat lagi namun tahun 2019 kembali turun dan pada tahun 2020
tumbuh sebesar -1,63 persen.
2.1.2. Suku Bunga
Bank Indonesia (BI) menempuh pelonggaran kebijakan moneter untuk
mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan tetap menjaga stabilitas
perekonomian. Kondisi
inflasi yang tetap rendah
dan stabilitas eksternal
yang dalam
perkembangannya kembali
terkendali, menjadi
pertimbangan BI untuk
melakukan pelonggaran
kebijakan moneter.
Pelonggaran kebijakan moneter salah satunya dilakukan dengan menurunkan suku
bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Sepanjang 2020, BI
menurunkan suku bunga kebijakan BI7DRR sebanyak 5 (lima) kali menjadi 3,75%,
terendah sepanjang sejarah. Keputusan penurunan suku bunga dilakukan secara
terukur dan bertahap dengan mempertimbangkan inflasi dan menjaga daya saing aset
keuangan domestik serta stabilitas eksternal. Adanya kebijakan ini, laju inflasi Jawa
Tengah meskipun mengalami kenaikan namun masih dapat terkendali.
2.1.3. Inflasi
Inflasi tahun 2020 di Jawa Tengah tercatat sebesar 1,56 persen dengan Indeks
Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,51. Capaian angka tersebut lebih rendah dari
nasional (1,68 persen), namun masih tetap terjaga pada target sasaran inflasi nasional
Grafik II.6 BI-7Day-RR dan Laju Inflasi Jawa Tengah 2020
Sumber :BI, diolah, Februari 2020
25
sebesar 3±1%. Dalam lima
tahun terakhir (2016-
2020), pola inflasi tahunan
Jawa tengah cukup
fluktuatif dengan tren
cenderung menurun.
Tingkat inflasi tahun ke
tahun Desember 2020 terhadap Desember 2019 sebesar 1,56 persen, lebih rendah
dibandingkan inflasi tahun ke tahun Desember 2019 terhadap Desember 2018 sebesar
2,81 persen maupun
inflasi tahun ke tahun
Desember 2018
terhadap Desember
2017 sebesar 2,82
persen. Sepanjang tahun
2020 di Jawa Tengah,
inflasi terjadi sebanyak 9
kali dan deflasi sebanyak 3 kali (April, Juli dan Agustus). Dari enam kota IHK di Jawa
Tengah, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Tegal sebesar
0,56 persen dengan IHK sebesar
106,26.
Perkembangan harga di tingkat
konsumen pada Desember 2020
melanjutkan tren inflasi tercatat
sebesar 0,46% (m-to-m) yang
terutama dipengaruhi oleh
tekanan inflasi pangan. Dilihat
dari per komponen, volatile food
mengalami peningkatan yang signifikan karena adanya kenaikan permintaan terhadap
komoditas pangan.
Grafik II.8 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah (m-to-m)
Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021
Grafik II.7 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan Nasional (y-o-y)
Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021
Gambar II.2 Komoditas Penyumbang dan Penahan Inflasi di Jawa Tengah Tahun 2020
Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021
26
2.1.4. Nilai Tukar
Tren nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada periode akhir
tahun 2020 mengalami penguatan seiring dengan sentimen positif di pasar keuangan
karena perkembangan positif
pengembangan vaksin.
Rupiah sempat tertekan
hingga mencapai Rp16.575
per dolar AS pada 23 Maret
2020. Nilai tukar Rupiah
terhadap dolar Amerika
Serikat pada 30 Desember
2020 berada pada posisi
Rp14.051/USD. Rata-rata nilai tukar Rupiah sepanjang tahun 2020 tercatat sebesar
Rp14.576,8/USD. Asumsi nilai tukar pada APBN ditetapkan sebesar Rp14.400,-
sehingga meskipun sempat tertekan di awal tahun, nilai tukar rupiah pada akhir tahun
berada di bawah asumsi.
Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sedikit banyak berpengaruh
terhadap nilai ekspor. Nilai total Ekspor Jawa Tengah selama tahun 2020 tercatat
US$8.093,38 juta, turun dibanding tahun 2019 yang mencapai US$8.516,70 juta.
Sedangkan nilai impor Jawa Tengah selama tahun 2020 tercatat US$8.719,80 juta,
lebih rendah dibanding
tahun lalu yang sebesar
US$12.567,62 juta.
Penurunan ini
dikarenakan terjadi
penurunan impor migas
maupun non migas.
Turunnya impor
komponen migas,
disebabkan oleh
Grafik II.9 Volatilitas Nilai Tukar Harian dan Bulanan
Sumber: BI, Feb 2021
Grafik II.10 Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan Jawa Tengah
Sumber: BPS Jateng, Feb 2021
27
penurunan minyak mentah. Sehingga Neraca perdagangan Jawa Tengah tercatat
defisit US$626,42 juta, lebih rendah dibanding tahun 2019 yang sebesar US$322,8
Juta.
2.2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
Selain berdampak terhadap kinerja fundamental ekonomi Jawa Tengah,
pandemi covid-19 juga berpengaruh terhadap pencapaian target indikator
kesejahteraan masyarakat. Perbaikan indikator kesejahteraan masyarakat yang selama
ini berhasil dicapai oleh Jawa Tengah kembali menghadapi tantangan besar dengan
terjadinya peningkatan pengangguran dan tingkat kemiskinan.
2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sejak tahun 2017, status pembangunan manusia di Jawa Tengah sudah
mencapai kategori “tinggi” (IPM di atas 70). Pembangunan manusia di Jawa Tengah
pada tahun 2020 m
engalami kemajuan
yang ditandai dengan
meningkatnya Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM) Jawa
Tengah. Meskipun
terimbas wabah
Covid-19, IPM Jawa
Tengah tahun 2020 masih mampu tumbuh positif 0,14 poin, dari 71,73 poin pada
tahun 2019 menjadi 71,87 poin pada tahun 2020. Capaian tersebut lebih rendah jika
dibanding dengan IPM nasional yang tercatat sebesar 71,94.
IPM Jawa Tengah pada tahun 2020 secara nasional berada pada peringkat ke-13.
Secara umum, pembangunan manusia Jawa Tengah terus mengalami kemajuan selama
periode 2011 hingga 2020. dan rata-rata tumbuh sebesar 0,85 persen per tahun.
Peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap komponen
penyusunannya, terutama pengeluaran riil perkapita disesuaikan. Dalam satu dekade
Grafik II.11 Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Pertumbuhannya
Sumber: BPS Jateng, Februari 2021
28
terakhir, peningkatan nilai
indeks masing-masing
komponen telah membuat
IPM Jawa Tengah terus
meningkat dari tahun ke
tahun. Selama periode 2011
hingga 2020, UHH saat lahir
di Jawa Tengah meningkat
sebesar 1,46 tahun, secara
rata-rata tumbuh sebesar
0,25 persen per tahun. Harapan Lama Sekolah (HLS) meningkat sebesar 1,52 tahun,
rata-rata tumbuh sebesar 1,51 persen per tahun.
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) meningkat sebesar 0,95 tahun, rata-rata tumbuh
sebesar 1,56 persen. Sementara itu dimensi standar hidup layak yang
direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012) pada
tahun 2020, mencapai Rp 10,93 juta per tahun. Pengeluaran perkapita pada tahun
2020 ini lebih rendah dari nilai pada tahu n 2019 yang mencapai Rp 11,10 juta per
tahun. Wabah covid-19 yang melanda Jawa Tengah mulai awal Maret 2020, telah
menekan ekonomi dan berdampak pada menurunnya sebagian besar pendapatan
penduduk Jawa Tengah.
Hal ini juga berimbas
pada menurunnya
pengeluaran rumah
tangga secara umum.
Pada tahun 2020,
pencapaian
pembangunan manusia
di tingkat kabupaten/kota cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota berkisar
antara 66,11 (Kabupaten Brebes) hingga 83,14 (Kota Salatiga). Sementara itu, rata-rata
IPM berstatus “sangat tinggi” mengalami peningkatan dari 82,72 di tahun 2019
Grafik II.13 IPM Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
Sumber: BPS Jateng, Februari 2021
Grafik II.12 IPM Jawa Tengah Menurut Komponen
Sumber: BPS Jateng, Februari 2021
29
menjadi 82,80 di tahun 2020.
Tiga wilayah yang memiliki
status IPM “sangat tinggi” masih
sama seperti periode
sebelumnya. Terdapat tiga
kabupaten mencatat kemajuan
pembangunan manusia paling
cepat. Kemajuan pembangunan
manusia di tiga daerah ters ebut didorong oleh peningkatan dua dimensi, yaitu dimensi
umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life) dan pengetahuan (knowledge).
Sementara, pembangunan manusia di Kabupaten Rembang, Kota Semarang, dan
Kabupaten Pekalongan selama 2018-2020 justru mengalami penurunan.
2.2.2. Tingkat Kemiskinan
Persentase penduduk miskin pada kurun September 2015- September 2019
terus mengalami penurunan. Adanya pandemic covid-19 yang mulai dirasakan pada
awal tahun 2020,
berpengaruh terhadap
angka kemiskinan
yang terlihat dari
kenaikan angka pada
periode Maret dan
September 2020.
Persentase penduduk
miskin di Jawa Tengah
pada September 2020 sebesar 11,84 persen, meningkat 0,53 persen poin atau naik
139,03 orang dibanding Maret 2020 yang sebesar 11,41 persen. Jika dibandingkan
September 2019 juga meningkat 1,26 persen poin yang sebesar 10,58 persen. Secara
umum tingkat kemiskinan di pedesan masih lebih tinggi dari pada kemiskinan di
perkotaan. Pada Maret 2020 – September 2020 kenaikan persentase kemiskinan di
Grafik II.14 Profil Kemiskinan Jawa Tengah September 2015-2020
Sumber: BPS Jateng, Februari 2021
Gambar II.3 Pertumbuhan IPM Tercepat dan Penurunan IPM Paling Tinggi di Jawa Tengah
Sumber: BPS Jateng, Februari 2021
30
perkotaan lebih cepat, yaitu 0,48 persen poin sementara di pedesaan naik 0,40 persen
poin.
Demikian pula pada periode September 2019 – 2019 kenaikan persentase
kemiskinan di perkotaan
juga lebih cepat, yaitu 1,58
persen poin dan di pedesaan
naik sebesar 0,94 persen
poin. Menurut tipe daerah,
jumlah penduduk miskin di
Perdesaan lebih tinggi
dibanding Perkotaan.
Persoalan kemiskinan
bukan hanya sekedar berapa
jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah
tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan (P1)
mengindikasikan jarak
rata-rata pengeluaran
penduduk miskin
terhadap garis
kemiskinan.
Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2)
mengindikasikan
ketimpangan pengeluaran
diantara penduduk
miskin. Indeks P1 naik dari
1,720 pada Maret 2020
menjadi 1,835 pada September 2020. Indeks P2 juga naik dari 0,342 menjadi 0,431
pada periode yang sama.
Grafik II.16 Perkembangan Indeks P1 dan P2 di Jawa Tengah
Sumber: BPS Jateng, Februari 2021
Grafik II.15 Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah
Tengah
Sumber: BPS Jateng, Februari 2021
31
Pada 2020, masih
terdapat 15 kabupaten/kota
yang memiliki persentase
penduduk miskin lebih tinggi
dibandingkan dengan
kemiskinan Provinsi Jawa
Tengah maupun nasional.
Apabila dibandingkan
dengan kabupaten/kota lain,
Kebumen merupakan
kabupaten/kota dengan persentase penduduk miskin tertinggi yaitu sebesar 17,59
persen. Salah satu penyebab tingginya tingkat kemiskinan adalah konsumsi rokok
penduduk Kabupaten Kebumen relatif tinggi. Sejumlah kepala keluarga yang
berpenghasilan minim justru menghabiskan sebagian pendapatannya untuk membeli
rokok yang seharusnya dapat untuk menambah kesejahteraan keluarga.
2.2.5. Ketimpangan Gini Ratio
Pada September 2020, Gini Ratio Jawa Tengah sebesar 0,359, meningkat
sebesar 0,001 poin dibandingkan Gini Ratio September 2019 namun turun 0,003 poin
jika dibandingkan dengan Maret 2020. Capaian ini berada dibawah rata-rata nasional
yang sebesar 0,470. Hal ini menunjukkan tingkat pemerataan pendapatan di Jawa
Tengah relatif lebih
baik dibandingkan
dengan nasional.
Angka Gini
Ratio dalam kurun
waktu 9 tahun
terakhir (2012-2020)
di Jawa Tengah
memiliki tren
fluktuatif. Indeks tertinggi terjadi pada periode September 2013 (0,390). Gini Ratio
Grafik II.18 Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Jawa Tengah
Sumber: BPS Jateng, Februari 2021
Grafik II.17 Persentase Penduduk Miskin Antar Provinsi dan per Kab/Kota (September 2020)
Sumber: BPS Jateng, Februari 2021
32
September 2020 turun 0,003 poin dibanding Maret 2020 (0,59), tetap sedikit naik
dibanding September 2019 (0,358). Ketidakmerataan sedikit mengalami penurunan
pada periode Maret 2020 – September 2020.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada
September 2020 tercatat sebesar 0,386. Angka ini naik sebesar 0,001 poin dibanding
Gini Ratio Maret 2020 yang sebesar 0,385 dan naik sebesar 0,007 poin dibanding Gini
Ratio September 2019 yang sebesar 0,379. Untuk daerah perdesaan Gini Ratio
September 2020 tercatat sebesar 0,318. Angka ini turun sebesar 0,001 poin dibanding
Gini Ratio Maret 2020 yang sebesar 0,319 dan naik sebesar 0,003 poin jika dibanding
Gini Ratio September 2019. Ketimpangan nampak lebih jelas di daerah perkotaan.
Maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan permukiman/real
estate di Jawa Tengah beberapa tahun ini, terutama daerah perkotaan memicu
ketimpangan yang semakin melebar. Masyarakat di kawasan perdesaan Jawa Tengah
yang sebagian besar bermata-pencaharian bertani tidak memiliki kompetensi yang
memadai untuk bisa bersaing dalam mendapatkan pekerjaan di sektor industri.
Sejalan dengan informasi yang dicerminkan oleh Gini Ratio, ukuran ketimpangan
Bank Dunia pun mencatat hal yang sama, yaitu ketimpangan di perkotaan kurang
menggembirakan jika
dibandingkan dengan
ketimpangan di perdesaan.
Persentase pengeluaran pada
kelompok penduduk 40 persen
terbawah di daerah perkotaan,
pada September 2020 baru
mencapai 18,24 persen
walaupun masih tergolong
ketimpangan rendah.
Sementara itu, persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah di
daerah perdesaan pada September 2020 sebesar 21,15 persen, yang berarti lebih baik
dibandingkan di daerah perkotaan..
Tabel II.1 Distribusi Pengeluaran Penduduk di Jawa Tengah
Sumber: BPS Jateng, Februari 2021
33
2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran
a. Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja
Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah pada Agustus 2020 sebanyak 18,75 juta
orang, bertambah 330 ribu orang dibanding Agustus 2019. Komponen pembentuk
Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja dan menganggur. Penduduk
yang bekerja pada
Agustus 2020
sebanyak 17,54 juta
orang, berkurang
sebanyak 66 ribu
orang dibanding
setahun yang lalu.
Sejalan dengan
naiknya jumlah
Angkatan Kerja,
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) juga mengalami kenaikan. TPAK pada Agustus 2020 tercatat
sebesar 69,43 persen, naik 0,57 persen poin dibanding setahun yang lalu. Kenaikan
TPAK memberikan indikasi adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply)
tenaga kerja.
Struktur penduduk Jawa Tengah yang bekerja menurut lapangan usaha pada
Agustus 2020, paling banyak bekerja di lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan, yaitu sebanyak 4,61 juta orang (26,28 persen), Industri Pengolahan;
Perdagangan Besar dan Eceran; dan Konstruksi masing-masing sebanyak 3,62 juta
orang (20,64 persen) dan 3,34 juta orang (19,03 persen) dan 1,40 juta orang (8,01
persen).
Berdasarkan status pekerjaan utama, pada Agustus 2020 separuh lebih
penduduk Jawa Tengah bekerja pada sektor informal (62,75 persen) sisanya bekerja di
sektor formal, dimana dalam sektor ini sebagian besar adalah kelompok
Buruh/Karyawan/Pegawai yang mencapai 34,10 persen dan kelompok Berusaha
Grafik II.19 Persentase Penduduk Bekerja Jawa Tengah
Sumber: BPS Jateng, Februari 2021
34
dibantu Buruh Tetap sebesar 3,15 persen. Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus
2020 masih didominasi oleh penduduk yang bekerja dengan berpendidikan rendah
yaitu SMP ke bawah dan jika dilihat dari trennya cenderung terus turun. Sedangkan
penduduk bekerja dengan pendidikan menengah (SMA sederajat) sebanyak 12,99
persen. Untuk pekerja yang berpendidikan tinggi kondisinya cenderung meningkat jika
dibandingkan satu tahun yang lalu.
b. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
TPT pada Agustus 2019 sebesar 4,44 persen naik menjadi 6,48 persen pada
Agustus 2020. Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 6 orang
pengangguran. Angka ini
lebih rendah dari TPT
Nasional kondisi Agustus
2020 (7,07 persen).
Dilihat dari tempat
tinggalnya, TPT di
perkotaan cenderung
lebih tinggi dibanding TPT
di perdesaan. Pada
Agustus 2020, TPT di perkotaan sebesar 7,73 persen, sedangkan TPT di perdesaan
hanya 5,19 persen. Dibandingkan setahun yang lalu, kondisi tingkat pengangguran baik
di perkotaan maupun di perdesaan mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2,64
persen poin dan 1,42 persen
poin.
Adanya pandemi covid-19
menyebabkan kenaikan tingkat
pengangguran. Pandemi covid-
19 berdampak pada dinamika k
etenagakerjaan, tidak hanya
pengangguran, penduduk usia
kerja lainnya juga turut
Grafik II.20 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Tengah dan Nasional
Sumber: BPS Jateng, Februari 2021
Gambar II.4 Dampak Covid-19 Terhadap Penduduk Usia Kerja
di Jawa Tengah
Sumber: BPS Jateng, Februari
2021
35
terdampak. Di Jawa Tengah dari penduduk usia kerja yang mencapai 27,01 juta,
terdapat 3,97 juta orang yang terdampak covid-19 atau 14,68 persen. Sedangkan
jumlah pengangguran karena dampak covid-19 sebanyak 377 ribu orang atau sekitar
31,06 persen terhadap total penganggur (1,21 juta orang) di Jawa Tengah. Penduduk
usia kerja yang terdampak di perkotaan sebesar 16,99 persen, lebih tinggi
dibandingkan dengan di perdesaan, yakni 12,25 persen.
2.2.5. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah Desember 2020 sebesar 101,49 atau
turun -4,51 persen dibanding NTP tahun sebelumnya sebelumnya sebesar 106,00.
Penurunan NTP disebabkan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami
penurunan -0,27
persen lebih rendah
dibanding kenaikan
Indeks Harga yang
Dibayar Petani (Ib)
sebesar 0,42 persen,
yaitu untuk konsumsi
rumah tangga dan
biaya produksi yang
meningkat 0,42%. Ib
meningkat disebabkan oleh naiknya harga konsumsi rumah tangga atau terjadi inflasi
di tingkat perdesaan 0,55% dan naiknya biaya produksi 0,16%. Inflasi perdesaan yang
terjadi menunjukkan peningkatan daya beli petani Jawa Tengah pada penghujung
tahun 2020. Seluruh subsektor yang mengalami penurunan NTP jika dibandingkan
dengan Desember 2019. Subsektor yang mengalami penurunan NTP adalah Subsektor
Tanaman Pangan sebesar -0,82 persen, dan subsektor Hortikultura sebesar -1,87
persen. Sebaliknya, subsektor yang mengalami kenaikan indeks adalah subsektor
Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,43 persen, subsektor Peternakan sebesar 0,24
persen dan subsektor Perikanan sebesar 0,92 persen.
Grafik II.21 Perkembangan Nilai Tukar Petani Jawa Tengah dan Nasional
Sumber: BPS Jateng, diolah Februari 2021
36
Pada Desember 2020, Indeks Konsumsi Rumah Tangga Perdesaan Jawa Tengah
mengalami inflasi sebesar 0,55 persen. Hal ini disebabkan oleh kenaikan pada indeks
sub kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,91 persen,
pakaian dan alas kaki 0,13 persen, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah
tangga 0,03 persen, perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga
0,19 persen, kesehatan 0,11 persen, transportasi 0,04 persen, informasi, komunikasi,
dan jasa keuangan sebesar 0,27
persen, rekreasi, budaya dan
olahraga 0,05 persen, penyedian
makananan dan minuman 0,12
persen serta perawatan pribadi dan
jasa 0,18 persen
Secara nasional, NTP Jawa
Tengah menduduki peringkat 13
mengalami peningkatan jika
dibanding tahun 2019 peringkat 25.
Sedangkan dari enam provinsi di
Pulau Jawa pada Desember 2020, maka NTP tertinggi adalah Provinsi Jawa Tengah
sebesar 101,49 dan terendah DKI Jakarta, yaitu sebesar 99,28.
2.2.6. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
Selama periode 2016-2020 NTN Jawa Tengah bergerak fluktuatif dan
cenderung meningkat, namun pada tahun 2020 mengalami penurunan yang
disebabkan oleh dampak pandemic Covid-19. JIka dibandingkan dengan NTN nasional,
sejak tahun 2017 NTN Jawa Tengah selalu berada di atas NTN Nasional.
Pada Desember 2020, NTN mengalami kenaikan sebesar 1,96 persen. Hal ini
terjadi karena kenaikan It sebesar 2,16 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan
naiknya Ib sebesar 0,20 persen. Naiknya It sebesar 2,16 persen, yaitu dari 110,80
menjadi 113,19 disebabkan oleh naiknya secara rata-rata pada semua kelompok
komoditas, yaitu kelompok penangkapan di laut sebesar 1,28 persen, dan kelompok
penangkapan di perairan umum sebesar 2,20 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,20 persen,
Grafik II.22 Perbandingan Nilai Tukar Petani di Pulau Jawa
Sumber: BPS Jateng, diolah, Februari 2021
37
yaitu dari 105,40
menjadi 105,61
dikarenakan naiknya
Indeks Kelompok
Rumah Tangga (IKRT)
sebesar 0,58 persen.
Sementara kenaikan
Indeks Kelompok Biaya
Produksi dan
Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar -0,04 persen.
2.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
Untuk menilai tingkat efektivitas pelaksanaan kebijakan makro ekonomi dengan
capaian pembangunan di Jawa Tengah, dapat dilihat salah satunya dengan
membandingkan dengan target yang ingin dicapai sebagaimana yang tercantum dalam
dokumen perencanaan.
Tabel II.2 Realisasi Indikator Makro Jawa tengah dan Nasional Tahun 2020
Indikator Sasaran Pembangunan 2020
Target Sasaran Daerah 2020
Capaian Jateng 2020
Capaian Nasional
Keterangan
Pertumbuhan ekonomi 5,4 – 5,7 -2,65 -2,07 Belum
Inflasi 3 ± 1 1,56 1,68 Tercapai
Angka kemiskinan 9,81 – 8,8 11,41 9,78 Belum
TPT 4,33 6,48 7,07 Belum
Indeks Gini Ratio 0,34 0,362 0,381 Belum
IPM 72,00 71,87 71,94 Belum
Nilai Tukar Petani (NTP) 102,42 101,49 103,25 Belum Sumber : RKPD Jateng 2020, BPS Jateng, BPS RI
Indikator makroekonomi dan pembangunan Provinsi Jawa Tengah tahun 2020
yang mampu mencapai target yang ditetapkan pada dokumen RKPD hanya tingkat
inflasi yang berhasil dikendalikan sebesar 1,56, sedangkan indikator lainnya masih
belum tercapai. Pandemi covid-19 memberikan dampak yang sangat signifikan
terhadap perekonomian Jawa Tengah, terutama pada pertumbuhan ekonomi yang
Grafik II.23 Perkembangan Nilai Tukar Nelayan Jawa Tengah dan Nasional
Sumber: BPS Jateng, diolah Februari
38
terkontraksi cukup dalam hingga 2,65 persen. Kondisi ini mengakibatkan kemiskinan
dan pengangguran yang makin meningkat serta ketimpangan semakin melebar.
Penanggulangan dan pengentasan kemiskinan menjadi salah satu prioritas
pembangunan di Jawa Tengah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan
tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Upaya-upaya tersebut telah menunjukkan kinerja
positif, namun masih diperlukan upaya lebih dan strategi secara terus menerus melalui
strategi pemenuhan akses pelayanan dasar, sustainable livelihood, dan pemanfaatan
basis data serta penguatan tugas dan fungsi kelembagaan penanggulangan
kemiskinan/TKPKD. Jika melihat tren penurunan angka kemiskinan dari tahun ke tahun
menunjukkan bahwa secara umum dampak perekonomian Jawa Tengah cukup baik,
dimana tingkat kemiskinan tahun 2006 sebesar 22,2 persen, turun menjadi 10,58
persen di tahun 2019. Jateng menjadi provinsi terbaik dalam penurunan jumlah
penduduk miskin pada September 2019. Penurunan tersebut merupakan tertinggi di
Indonesia. Namun pada tahun 2020, adanya pandemi covid-19 yang mulai dirasakan
pada awal tahun 2020, berpengaruh terhadap angka kemiskinan yang terlihat dari
kenaikan angka pada periode Maret dan September 2020.
Pada 2020 jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah, meningkat
dibanding 2019. Dengan demikian, pada 2020 secara umum kemiskinan di Provinsi
Jawa Tengah mengalami peningkatan baik dari sisi jumlah maupun persentase.
Peningkatan ini terjadi di semua kabupaten/kota di Jawa Tengah. Kondisi ini
merupakan early warning bagi seluruh pemerintah kabupaten/kota dalam
penanggulangan dan pengentasan kemiskinan, apalagi dalam situasi pandemi covid-19
yang belum usai. Potret ini secara tidak langsung juga menunjukkan relatif belum
kuatnya pondasi ekonomi dalam menghadapi situasi krisis, baik krisis ekonomi atau
kesehatan.
39
Boks 1
EFEKTIVITAS KEBIJAKAN/PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KEBUMEN DAN KABUPATEN TEGAL
Kemiskinan masih menjadi tantangan pembangunan di Kabupaten Kebumen. Dalam satu dekade terakhir, berbagai program pengentasan kemiskinan memang telah berhasil menurunkan jumlah atau persentase penduduk miskin di Kabupaten Kebumen. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan kabupaten/kota di Jawa Tengah, persentase penduduk miskin di Kabupaten Kebumen masih relatif
tinggi. Adanya pandemic covid-19, tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Kebumen kembali
meningkat menjadi 6,07 persen. Pengangguran terbuka di Kabupaten Kebumen justru didominasi oleh
penduduk berpendidikan SMK, sebesar 60,03 persen. Hal ini cukup ironis, sebab SMK seharusnya
mencetak lulusan yang siap kerja. Akan tetapi para lulusan SMK ini justru sulit terserap dalam pasar kerja. Kondisi ini diduga disebabkan oleh adanya missmatch antara keahlian atau keterampilan lulusan SMK dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Pandemi memaksa perusahaan menghentikan aktivitas produksi, sehingga memaksa mereka merumahkan sebagian/seluruh karyawan. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran di Kabupaten Kebumen dan secara tidak langsung memicu terjadinya lonjakan persentase penduduk miskin di Kebumen pada 2020. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah atau kebijakan-kebijakan pengentasan kemiskinan yang lebih efektif, komprehensif, dan tepat sasaran. Berbeda dengan Kabupaten Tegal yang mampu menurunkan tingkat kemiskinan hingga 1 digit. Potret ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi Pemkab Kebumen terkait kebijakan/program pengentasan kemiskinan di Kabupaten Tegal yang secara siginifikan mampu menurunkan tingkat kemiskinan di wilayahnya. Selain itu, hal ini sekaligus dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi efektivitas kebijakan/program pengentasan kemiskinan di Kabupaten Kebumen selama tiga tahun terakhir. Belajar dari keberhasilan Kabupaten Tegal, berbagai potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Kebumen dapat digunakan untuk membuat kebijakan dan menyusun program pengentasan kemiskinan. JIka dibandingkan dengan potensi yang dimiliki, potensi Kab. Kebumen bisa jadi lebih baik dibanding Kab. Tegal. Berdasarkan luas wilayah, Kab. Tegal memiliki luas wilayah 878,79 km2, secara topografis terdiri dari 3 katagori daerah, yaitu pesisir, dataran rendah dan dataran tinggi /pegunungan. Sementara Kab. Kebumen memiliki luas wilayah 12.811,12 km2 dan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah bagian selatan yang mempunyai dukungan alam dengan potensi cukup tinggi. Keragaman dan kelengkapan topologi wilayah mulai dari kawasan pantai selatan yang mendukung sub sektor perikanan, dataran rendah yang relatif subur untuk pertanian serta dataran tinggi, baik berupa perkebunan maupun hutan, memberikan peluang yang sangat besar bagi kemandirian wilayah dalam mencukupi kebutuhan sendiri. Dari sisi demografi, jumlah penduduk di Kab. Tegal sebanyak 1.596.996 orang dengan komposisi 50,71 persen Laki-laki dan 49,29 persen perempuan. Sedangkan jumlah penduduk Kab. Kebumen sebanyak 1.350.438 orang dengan komposisi 50,68 persen Laki-lai dan 49,32 persen perempuan. Jika komposisi penduduk hanya dilihat berdasarkan jenis kelamin, kedua kabupaten ini tidak jauh beda namun berdasarkan usia produktifnya sangat berbeda. Dari jumlah penduduk di Kab. Tegal 66,28 persen produktif dan 33,72 persen non produktif. Pertumbuhan jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk non produktif (0-14 tahun dan 65+). Rasio ketergantungan penduduk selama tiga tahun terakhir (2018-2020) cenderung stabil pada kisaran 50. Jika kondisi ini berlanjut hingga angka ketergantungan penduduk di bawah 50 persen, maka Kabupaten Tegal akan mencapai bonus demografi. Sehingga menjadi keuntungan bagi Kab. Tegal jika penduduk produktif
yang ada adalah penduduk yang berkualitas. Sedangkan di Kab. Kebumen, 64,13 persen produktif dan
36,87 persen non produktif. Namun perkembangan jumlah penduduk usia produktif/usia kerja (15 – 64 tahun), sebagian cenderung melebar (kelompok umur 40 – 64 tahun) dan sebagian lain menyempit (kelompok umur 20 – 39 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa pada satu sisi terjadi peningkatan jumlah penduduk pada kelompok umur 40 – 64 tahun, tapi pada sisi lain jumlah penduduk berumur 20 – 39 tahun cenderung menurun. Kondisi ini menggambarkan penduduk usia kerja di Kebumen justru didominasi oleh penduduk yang cenderung menuju tua. Peningkatan rasio ketergantunggan penduduk di Kebumen selama tiga tahun terakhir (2018-2020) yakni dari 55,93 pada 2018 menjadi 55,88 pada
40
2019 dan 56,01 pada 2020. Hal ini berarti pada 2020, setiap 100 penduduk usia kerja (produktif) mempunyai tanggungan sebanyak 56 penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Dari yang produktif tersebut sebagian bekerja keluar daerah karena kurangnya lapangan kerja. Berdasarkan lapangan usaha, sejak beberapa tahun terakhir baik di Kab. Tegal maupun Kab. Kebumen, terjadi pergeseran secara perlahan namun pasti persentase lapangan usaha utama dari pertanian menjadi industri dan perdagangan. Upah minimum pekerja formal Kab. Kebumen sebesar
Rp1.835.000,00. Rata-rata upah di sektor pertanian relatif rendah dibandingkan kabupaten sekitar. Sementara, pertanian merupakan sektor andalan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Senada dengan pekerja formal, rata-rata upah/gaji bersih pekerja informal Kabupaten Kebumen rendah. Bahkan, apabila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten sekitar, upah/gaji bersih pekerja informal Kebumen tercatat paling rendah Sedangkan upah minimum pekerja formal Kab. Tegal sebesar Rp1.896.000,00. Jika dilihat dari pola konsumsi, sebagian besar pengeluaran untuk kebutuhan makanan. Semakin rendah persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran maka semakin baik tingkat perekonomian penduduk. Untuk Kab. Tegal untuk konsumsi makanan sebesar 54, 10 persen dan non makanan sebesar 45,90 persen. Sedangkan di Kab. Kebumen untuk konsumsi makanan sebesar 53,86 persen dan non makanan sebesar 46,14 persen. Hal yang menarik adalah konsumsi rokok penduduk Kabupaten Kebumen relatif tinggi sebesar Rp. 48.799 rupiah, sedangkan konsumsi ikan/udang/cumi/kerang dan daging justru relatif kecil, yakni masing-masing sebesar Rp. 15.971 dan 15.748 perbulan. Rokok, ikan/udang/cumi/kerang, buah-buahan, dan sayur-sayuran justru lebih banyak dikonsumsi oleh penduduk Kabupaten Kebumen yang tinggal pedesaan. Adapun penduduk perkotaan cenderung lebih banyak mengkonsumsi makanan/minuman jadi, daging, serta telur dan susu. Secara umum perekonomian Kab. Kebumen dan Kab. Tegal relatif baik bahkan apabila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota sekitar, bahkan selalu diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Meskipun pertumbuhan ekonomi relatif tinggi, tapi persentase penduduk miskin di Kebumen juga masih tinggi. Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut belum dengan pemerataan pendapatan masyarakat Kebumen. Apabila dilihat dari potensi-potensi yang ada, Kab. Kebumen dapat menggali dan memaksimalkannya untuk menyusun kebijakan/program pengentasan kemiskinan. Beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan antara lain: 1) Memaksimalkan lahan pertanian agar dapat lebih menghasilkan atau bernilai jual tinggi, karena pada
masa pandemi ini bidang pertanian justru relatif lebih tahan terhadap kemiskinan dibandingkan dengan nonpertanian;
2) Menciptakan lapangan usaha yang berbasis industri pertanian sehingga lebih menarik tenaga kerja untuk bekerja di bidang pertanian;
3) Menaikkan upah minimum terutama upah di sektor pertanian, sehingga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian;
4) Menciptakan lapangan kerja yang dapat menampung lulusan SMK mengingat jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Kebumen didominasi oleh lulusan SMK.;
5) Menggalakkan program anti rokok dengan harapan ada kesadaran masyarakat terutama yang berpenghasilan minim agar biaya untuk pembelian rokok dapat dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan;
6) Pemerataan ekonomi, mengingat pertumbuhan ekonomi sangat baik namun tingkat kemiskinan masih tinggi.
Dengan memaksimalkan potensi yang ada dan didukung kebijakan/program yang tepat sasaran, diharapkan dapat lebih efektif menurunkan tingkat kemiskinan di Kabupaten Kebumen.
Alokasi APBN di Jawa Tengah sebesar Rp104,92
triliun, turun 3,32 persen dari tahun
sebelumnya, yang disebabkan karena kebijakan
refocusing kegiatan dan realokasi anggaran
Kementerian/Lembaga sebagai dampak dari
penanganan dan antisipasi terhadap pandemi
covid-19. Realisasi Pendapatan Negara di Jawa
Tengah tahun 2020 naik menjadi Rp79,90
triliun. Realisasi belanja tahun 2020 mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar 97,30 persen dari tahun sebelumnya
95,19 persen. Porsi TKDD terhadap APBD di
wilayah Jawa Tengah mencapai 63,24 persen.
.
41
3.1. APBN TINGKAT PROVINSI
Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan, tidak hanya di bidang
ekonomi, namun di seluruh aspek kehidupan. Pandemi covid-19 yang semula
merupakan permasalahan kesehatan, telah mempengaruhi permasalahan ekonomi dan
sosial. Perubahan signifikan terjadi pada APBN 2020 karena meningkatnya kebutuhan
penanganan dampak kesehatan, perlindungan sosial bagi masyarakat terdampak, serta
upaya pemulihan ekonomi domestik. Perubahan postur APBN dilakukan dua kali yaitu
melalui Perpres 54 tahun 2020 dan diubah menjadi Perpres 72 tahun 2020.
Tabel III.1. Pagu dan Realisasi APBN Jawa Tengah tahun 2019 dan 2020 (dalam miliar Rupiah)
BAB
III
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN
TIGKAT REGIONAL
Sumber : I Account APBN OMSPAN diolah, Februari 2021
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 92.962 78.871 84,84% 88.715 84.426 95,17% 85.895 88.787 103,37%
Penerimaan Perpajakan 89.630 73.396 81,89% 84.855 78.402 92,40% 81.800 82.474 100,82%
Pajak Dalam Negeri 89.630 73.396 81,89% 84.855 76.249 89,86% 80.298 80.845 100,68%
Pajak Perdagangan Internasional - - - - 2.153 - 1.502 1.629 108,46%
Penerimaan Negara Bukan Pajak 3.332 5.475 164,32% 3.860 6.024 156,06% 4.095 6.313 154,16%
Penerimaan Sumber Daya Alam - - -
Penerimaan Dari Kekayaan Negara Dipisahkan - - -
PNBP Lainnya 532 2.233 419,98% 603 2.297 380,93% 960 2.050 213,54%
Pendapatan BLU 2.800 3.242 115,78% 3.257 3.727 114,43% 3.135 4.263 135,98%
BELANJA NEGARA 107.963 103.294 95,68% 113.996 108.516 95,19% 104.917 102.082 97,30%
BELANJA PEMERINTAH PUSAT (BPP) 42.502 39.109 92,02% 44.089 40.531 91,93% 38.571 36.491 94,61%
Belanja Pegawai 14.932 14.515 97,21% 16.602 15.416 92,86% 15.636 15.287 97,77%
Belanja Barang 16.191 14.807 91,45% 16.979 15.991 94,18% 15.390 14.177 92,12%
Belanja Modal 11.334 9.742 85,95% 10.432 9.048 86,73% 7.461 6.945 93,08%
Belanja Bantuan Sosial 45 45 100,00% 76 76 100,00% 84 82 97,62%
Belanja Hibah - - -
Belanja Lain-Lain - - -
Belanja Pembayaran Bunga Utang - - -
Belanja Subsidi - - -
TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (TKDD) 65.461 64.185 98,05% 69.907 67.985 97,25% 66.346 65.591 98,8620%
TRANSFER KE DAERAH 58.726 57.453 97,83% 62.018 60.103 96,91% 58.230 57.475 98,70%
Dana Perimbangan 57.920 56.665 97,83% 60.649 58.734 96,84% 56.166 55.411 98,66%
Dana Transfer Umum 40.018 39.565 98,87% 41.737 41.026 98,30% 38.371 37.953 98,91%
Dana Bagi Hasil 2.876 2.423 84,25% 2.771 2.066 74,56% 2.686 2.629 97,88%
Dana Alokasi Umum 37.142 37.142 100,00% 38.966 38.960 99,98% 35.685 35.324 98,99%
Dana Transfer Khusus 17.902 17.100 95,52% 18.912 17.708 93,63% 17.795 17.458 98,11%
Dana Alokasi Khusus Fisik 3.325 3.021 90,86% 3.734 3.421 91,62% 2.843 2.601 91,49%
Dana Alokasi Khusus Nonfisik 14.577 14.079 96,58% 15.178 14.287 94,13% 14.952 14.857 99,36%
Dana Insentif Daerah 806 788 97,77% 1.369 1.369 100,00% 2.064 2.064 100,00%
Dana Insentif Daerah 806 788 97,77% 1.369 1.369 100,00% 2.064 2.064 100,00%
Dana Otsus dan DIY - - - - - - - - -
Dana Otonomi Khusus - - -
Dana Tambahan Otonomi Khusus Tambahan - - -
Dana Keistimewaan DIY - - -
DANA DESA 6.735 6.732 99,96% 7.889 7.882 99,91% 8.116 8.116 100,00%
Dana Desa 6.735 6.732 99,96% 7.889 7.882 99,91% 8.116 8.116 100,00%
SURPLUS/DEFISIT (15.001) (24.423) 162,81% (25.281) (24.090) 95,29% (19.022) (13.295) 69,89%
PEMBIAYAAN - - - - - - - - -
Penerimaan Pembiayaan - - - - - - -
Pengeluaran Pembiayaan - - - - (19.022) - -
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SiLPA/SiKPA)(15.001) (24.423) 162,81% (25.281) - - (19.022) - -
Uraian2018 2019 2020
.
42
Alokasi APBN di Jawa Tengah sebesar Rp104,92 triliun, turun 3,32 persen dari
tahun sebelumnya, yang disebabkan karena kebijakan refocusing kegiatan dan realokasi
anggaran Kementerian/Lembaga sebagai dampak dari penanganan dan antisipasi
terhadap pandemi covid-19. Porsi TKDD terhadap APBD di wilayah Jawa Tengah
mencapai 63,24 persen. Realisasi belanja tahun 2020 mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 97,30 persen dari tahun sebelumnya 95,19 persen. Secara
umum realisasi belanja pemerintah pusat di Jawa Tengah maupun transfer daerah dan
dana desa diatas realisasi belanja nasional yaitu sebesar 92,51 persen. Persentase
Realisasi Pendapatan Negara di Jawa Tengah tahun 2020 naik dari tahun sebelumnya,
yaitu sebesar 100,37 persen dari 95,17 persen di tahun 2019. Persentase ini juga diatas
capaian realisasi pendapatan tingkat nasional yang sebesar 96,10 persen. Kinerja
penerimaan Jawa Tengah tahun 2020 tercatat positif di tengah pertumbuhan ekonomi
global yang cenderung melemah akibat pendemi covid-19.
3.2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
3.2.1. Pendapatan Perpajakan Tingkat Provinsi
Penerimaaan Perpajakan Pemerintah Pusat di Jawa Tengah tahun 2020
mencapai Rp81,481 miliar, naik sebesar 3,93 persen dari tahun 2019. Pajak Dalam
Negeri memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap total penerimaan
perpajakan yaitu 98 persen, sedangkan yang 2 persen disumbang oleh pendapatan Pajak
Perdagangan Internasional. Realisasi
perpajakan Provinsi Jawa Tengah
memberi kontribusi 6,34 persen
terhadap capaian pendapatan
perpajakan nasional yang sebesar
Rp1.282,77 triliun.
Penerimaan perpajakan terbesar
disumbang oleh Penerimaan Cukai
Rp41.791 milyar (53,39 persen dari total penerimaan pajak) yang diperoleh dari
peningkatan hasil penjualan tembakau dan rokok di Kabupaten Temanggung dan Kudus.
Grafik III.1 Realisasi Penerimaaan Perpajakan Jawa Tengah Tahun 2020
Sumber : I Account APBN OMSPAN diolah, Februari 2021
.
43
Penerimaan Cukai ini meningkat 10,79 persen dari tahun 2019, yang didorong
meningkatnya pendapatan cukai adalah Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol akibat dari
melonjaknya permintaan alkohol sebagai bahan baku utama keperluan medis selama
masa pandemi covid-19 serta penyesuaian tarif cukai tembakau. Penerimaan pajak
penghasilan memberikan sumbangan sebesar Rp17.422 miliar (22,26 persen dari total
penerimaan pajak). Realisasi penerimaan pajak penghasilan turun sebesar 12,66 persen
diantaranya disebabkan adanya pemberian insentif pajak senilai Rp1.206,89 miliar,
sebagai salah satu upaya pemerintah untuk menangani dampak pandemi covid-19.
Sementara itu, penerimaan PPN dan PPnBM memberikan kontribusi sebesar Rp18,83
miliar (24,07 persen dari total penerimaan pajak) yang diperoleh dari hasil perdagangan.
Dibandingkan dengan tahun 2019, PPN dalam negeri tumbuh negatif sebesar 4,28
persen, yang diakibatkan adanya penurunan daya beli masyarakat sebagi akibat
pandemi covid-19.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh Kanwil Ditjen Pajak Provinsi Jawa Tengah untuk
meningkatkan penerimaan pajak, antara lain: melakukan pengawasan di sentra-sentra
ekonomi dan industri, seperti industri pengolahan rokok, perdagangan besar dan
eceran, keuangan dan asuransi serta belanja pemerintah; melakukan penggalian
potensi pajak lewat basis data; melakukan sinergi dengan instansi, asosiasi dan pihak
lainnya; dan melakukan pemeriksaan, penagihan dan penyidikan sehingga
meningkatkan pajak sampai dengan 159,73 Milliar. Dalam upaya meningkatkan
penerimana cukai, Kanwil Ditjen Bea Cukai Provinsi Jawa Tengah melakukan
pemberantasan rokok ilegal dengan operasi gempur rokok illegal sehingga bisa
menurunkan peredaran rokok ilegal menjadi 3% yang sebelumnya 7%; dan membangun
kawasan industri rokok terpadu dan pendekatan langsung ke masyarakat.
3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
Realisasi PNBP di
Jawa Tengah tahun 2020
sebesar Rp6.313 miliar atau
154 persen, melebihi
targetnya (Rp4.095 miliar).
Tabel III.2 Penerimaan PNBP per Jenis PNBP Jawa Tengah tahun 2018 – 2020 (miliar Rp)
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
PNBP Lainnya 532 2.233 603 2.298 960 2.050
PNBP BLU 2.800 3.242 3.257 3.723 3.135 4.263
Jumlah 3.332 5.475 3.860 6.021 4.095 6.313
PNBP2018 2019 2020
Sumber : OMSPAN diolah, Februari 2021
.
44
Dibandingkan dengan tahun
2019, mengalami kenaikan
penerimaan sebesar Rp292
miliar atau tumbuh 4,85
persen. Penerimaan PNBP
hanya menyumbang 7,11
persen dari total pendapatan
di Jawa Tengah. Penyumbang
PNBP terbesar berasal dari
pendapatan BLU yaitu Rp4,263 miliar (67,52 persen) sedangkan PNBP Lainnya Rp2.050
miliar (32,47), meliputi PNBP fungsional dan PNBP Umum. Tabel berikut ini
menunjukkan perkembangan 10 PNBP fungsional selama tahun 2019-2020.
Salah satu dampak dari kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat terkait
penanganan pandemi covid-19 adalah menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini
menyebabkan realisasi PNBP fungsional di Jawa Tengah tahun 2020, secara umum
mengalami penurunan dari tahun anggaran sebelumnya, terutama PNBP di sektor
transportasi dan pariwisata. Salah satu PNBP yang tetap menunjukkan trend positif
adalah PNBP dari sektor pendidikan dan penyelenggaraan pelatihan yang diperoleh oleh
Perguruan Tinggi Negeri Non BLU dan Institut Agama Islam Negeri.
Fenomena yang terjadi pada pengelolaan PNBP adalah adanya deviasi yang tinggi antara
target dengan realisasi yang disebabkan penetapan target PNBP yang tidak berdasarkan
realisasi tahun anggaran sebelumnya serta belum ada pengukuran kinerja atas capaian
realisasi PNBP. Untuk itu, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2020
tentang Pengelolaan PNBP agar Kementerian/Lembaga (K/L) dapat memenuhi prinsip
penyusunan target PNBP yaitu realistis, optimum dan sesuai ketentuan.
3.3. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
3.3.1. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi
Belanja Pemerintah Pusat menurut organisasi dialokasikan kepada K/L dan Bagian
Anggaran Bendahara Umum Negara (BABUN). Alokasi anggaran K/L di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2020 sebesar Rp55.541 miliar, yang tersebar di 44 K/L.
Tabel III.3 Penerimaan PNBP Fungsional Jawa Tengah tahun 2019-2020 (miliar Rp)
Target Realisasi Target Realisasi
Pendapatan Biaya Pendidikan - 274,95 - 334,42 21,63
Pendapatan Layanan Pendidikan dan/atau Pelatihan - 8,07 - 7,70 -4,58
Pendapatan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) - 351,1 - 316,58 -9,83
Pendapatan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) - 202,8 - 182,18 -10,17
Pendapatan dari Konsesi Bidang Transportasi - 30,59 - 27,43 -10,33
Pendapatan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) - 289,2 - 242,40 -16,18
Pendapatan dari BPJS Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
(FKTL) - 249,8 - 172,57 -30,92
Pendapatan Jasa Kebandarudaraan - 1,43 - 0,85 -40,56
Pendapatan Wisata Alam - 11,15 - 3,08 -72,38
Pendapatan Jasa Pemberian Vaksin Kesehatan - 19,82 - 3,49 -82,39
Penerimaan PNBP2019 2020
%
Sumber : OMSPAN diolah, Februari 2021
.
45
Pada tahun 2020,
alokasi belanja K/L
sebesar Rp1.115
miliar atau 2,05
persen dari semula
Rp54.426 miliar.
Alokasi terbesar
adalah pagu BABUN
untuk pembayaran
DAK Fisik dan Dana Desa sebesar Rp16.971,15 miliar, Kementerian Agama dan
Kementerian PUPR. Tingkat penyerapan tahun 2020 sebesar Rp53.126 miliar atau 95,65
persen meningkat sedikit dibanding dengan tahun sebelumnya (95,27 persen).
Meskipun tingkat penyerapan sudah melebihi target penyerapan 90% tetapi masih
belum optimal. Terdapat permasalahan-permasalahan yang menghambat penyerapan,
tidak merata dan cenderung menumpuk pada akhir tahun. Tren realisasi per bulan
bergerak fluktuatif, rendah di awal tahun dan cenderung menumpuk pada akhir tahun.
Kondisi ini menunjukkan realisasi anggaran belum dapat memberikan kontribusi
perkembangan perekonomian secara merata sepanjang tahun 2020. Realisasi belanja
yang rendah berada pada Komisi Pemilihan Umum yaitu 63 persen dan Badan Pengawas
Pemilu sebesar 85 persen. Hal ini disebabkan oleh perubahan tahapan rangkaian
kegiatan pilkada, antara lain: perubahan jadwal pelaksanaan pemungutan suara;
pembayaran honor adhoc untuk panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia
Pemungutan Suara (PPS) yang dilakukan pada tahun 2021. Sementara itu, realisasi
belanja pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebesar 84 persen dan
Kementerian Pemuda dan Olahraga sebesar 74 persen disebabkan adanya penundaan
kegiatan terkait dengan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat.
3.3.2. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi
Belanja Pemerintah Pusat yang dialokasikan terbagi ke dalam fungsi-fungsi
sesuai program/kegiatan yang dilaksanakan. Sebagian besar fungsi mengalami
penurunan alokasi pagu dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan upaya
Tabel III.4 Perkembangan Pagu & Realisasi Berdasarkan Organisasi
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 Kementerian Agama 6.864 6.636 7.144 7.112 7.446 7.257 97%
2 Kementerian PUPR 7.837 6.838 8.104 7.256 5.795 5.426 94%
3 Kementerian Pertahanan 3.616 3.576 4.455 4.345 4.437 4.275 96%
4 Kepolisian RI 4.251 4.138 4.103 4.269 4.151 4.131 100%
5 Kementerian Dikbud 2.752 2.666 2.986 2.871 3.265 3.105 95%
6 Kementerian Kesehatan 3.093 2.796 3.037 2.838 3.102 2.844 92%
7 Kementerian Perhubungan 4.446 3.758 3.747 3.213 2.921 2.772 95%
8 Komisi Pemilihan Umum 1.913 1.739 1.617 1.551 1.349 845 63%
9 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN 756 716 879 843 757 713 94%
10 Kementerian Keuangan 1273 1146 808 753 571 551 96%
10 Besar Pagu K/L 36.801 34.009 36.880 35.051 33.795 31.919 94%
Total Pagu K/L di Jawa Tengah 52.583 48.860 54.426 51.856 55.541 53.126 95,65%
2020%No Kementerian/Lembaga
2018 2019
Sumber OMSPAN diolah, Februari 2021
.
46
pemerintah pusat dalam
menangani dampak pandemi
covid-19, perlindungan sosial
dan pemulihan ekonomi.
Alokasi anggaran untuk fungsi
pelayanan umum menduduki
porsi terbesar yaitu
Rp19.757,78 miliar dengan
capaian realisasi Rp18.820,11
miliar atau 95,25 persen. Alokasi pagu fungsi pelayanan umum meningkat sebesar 31,58
persen dari tahun sebelumnya. Realisasi fungsi ini terpengaruh oleh kebijakan pola
belanja operasional K/L yang lebih efisien terkait adaptasi new normal.
Walaupun fungsi Pariwisata dan Budaya mendapatkan alokasi pagu terkecil yaitu
Rp76,28 miliar, namun telah terjadi peningkatan alokasi pagu yang signifikan yaitu
175,68 persen dari tahun 2019. Peningkatan pagu fungsi ini sejalan dengan upaya
meningkatkan sektor pariwisata di kawasan Borobudur melalui fasilitasi pengembangan
atraksi, aksesibilitas, dan amenitas Badan Ororita Borobudur. Pada fungsi ini realisasi
belanja mencapai Rp42.226,75 miliar atau 80,58 persen.
Fungsi yang mengalami penurunan alokasi anggaran adalah fungsi ekonomi yaitu turun
28,67 persen. Realisasi belanja fungsi ekonomi mencapai 94,45 persen lebih tinggi dari
realisasi pada tahun sebelumnya yang sebesar 88,47 persen.
3.3.3. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja
Alokasi belanja pegawai di Jawa Tengah tersebar di 35 K/L. Realisasi belanja
pegawai sebesar Rp15.287 miliar pada tahun 2020 mengalami penurunan sebesar
Rp966 miliar atau 5,82 persen dari tahun lalu. Penurunan ini sejalan dengan upaya
pengendalian belanja pegawai untuk mendukung penanganan covid-19 dengan tetap
menjaga daya beli aparatur pemerintah. Kebijakan yang diambil adalah pemberian THR
dan Gaji ke-13 tanpa komponen tunjangan kinerja. Realisasi terbesar belanja pegawai
adalah Kementerian Agama yaitu Rp4.825,88 miliar (30,86 persen), Kementerian
Tabel III.5 Perkembangan Pagu Realisasi Berdasarkan Fungsi
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi
1 PELAYANAN UMUM 13.790,82 13.046,80 15.015,75 14.415,88 19.757,78 18.820,11
2 PERTAHANAN 3.615,91 3.576,40 4.455,05 4.345,34 4.437,28 4.275,34
3 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 5.587,77 5.437,14 5.475,58 5.638,48 5.623,01 5.588,95
4 EKONOMI 12.851,18 11.005,25 11.216,75 9.924,53 8.000,53 7.556,83
5 LINGKUNGAN HIDUP 895,55 851,22 1.112,86 1.074,62 923,63 876,57
6 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 1.388,60 1.362,70 1.764,16 1.632,07 1.497,92 1.395,32
7 KESEHATAN 3.536,33 3.130,37 3.257,41 3.049,54 3.271,92 2.989,25
8 PARIWISATA DAN BUDAYA 14,70 10,62 27,67 26,76 76,28 64,06
9 AGAMA 761,48 751,48 885,56 866,11 787,11 764,29
10 PENDIDIKAN 10.023,41 9.573,45 11.097,48 10.766,52 11.062,23 10.696,66
11 PERLINDUNGAN SOSIAL 117,45 115,20 117,74 115,76 103,27 98,12
52.583,20 48.860,63 54.426,01 51.855,61 55.540,97 53.125,50Jumlah
No Fungsi2018 2019 2020
Sumber OMSPAN diolah, Februari 2021
.
47
Pertahanan Rp3.336,43 miliar (21,33
persen) dan Kepolisian
Negara RI Rp2.774,14 miliar
(17,74 persen).
Alokasi belanja barang
tahun 2020 sebesar
Rp15.390 miliar mengalami
penurunan sebesar Rp1.589
miliar atau 9,35 persen dibanding tahun lalu. Belanja barang dialokasikan untuk Belanja
Operasional dan non operasional sebesar Rp13.540,97 miliar atau 87,98 persen dan
Belanja Barang yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah sebesar Rp1.848,68
miliar atau 12,01 persen. Realisasi belanja barang mencapai Rp14.177 miliar atau 92,12
persen. Pagu yang dilakokasikan pada belanja barang terkait penanganan covid-19
sebesar Rp838.94 miliar dengan realisasi Rp499,33 miliar atau 59,52 persen. Rendahnya
realisasi belanja barang covid-19 disebabkan karena sebagian belanja penanggulangan
covid-19 dibebankan pada DIPA Kantor Pusat.
Alokasi belanja modal tahun 2020 menurun sebesar Rp1.384 miliar atau 28,48 persen
dibanding tahun lalu. Realisasi Belanja modal mencapai Rp7.461 miliar atau 93,08
persen. Alokasi belanja modal untuk penanganan covid-19 sebesar Rp288,70 miliar
dengan realisasi Rp279,52 miliar atau 96,82 persen. Penurunan belanja modal terutama
disebabkan karena adanya kebijakan refokusing dan restrukturisasi proyek serta
pembatasan sosial dalam rangka penanganan covid-19. Meskipun demikian
Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan yang merupakan K/L dengan pagu
belanja modal tertinggi tetap dapat merealisasikan proyek-proyek infrastruktur untuk
mendukung konektivitas dan pelayanan dasar.
Alokasi belanja sosial tahun 2020 meningkat sebesar Rp8 miliar atau 10,53 persen
dibanding tahun lalu menjadi Rp84 miliar. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah,
dimana belanja negara akan diarahkan untuk pengurangan kemiskinan dan kesenjangan
ekonomi dan mengurangi dampak pandemic covid-19. Realisasi belanja sosial sebesar
Rp82 miliar atau sebesar 97,61 persen.
Tabel III.6 Pagu & Realisasi Per Jenis Belanja
PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASIBELANJA PEGAWAI 14.932 14.515 16.602 15.416 15.636 15.287BELANJA BARANG 16.191 14.807 16.979 15.991 15.390 14.177BELANJA MODAL 11.334 9.742 10.432 9.048 7.461 6.945BELANJA BANSOS 45 45 76 76 84 82DAK FISIK 3.325 3.021 3.734 3.421 2.843 2.601DAKNON FISIK 14.577 14.079 15.178 14.287 6.012 5.917DANA DESA 6.735 6.732 7.889 7.882 8.116 8.116
JENIS BELANJA2018 2019 2020
Sumber OMSPAN diolah, Februari 2021
.
48
3.4. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
3.4.1. Dana Tranfer Umum
Total alokasi TKDD di Jawa
Tengah tahun 2020 mengalami
penurunan sebesar 2,41 persen dari
tahun sebelumnya yaitu sebesar
Rp66.346 miliar dengan realisasi
mencapai 99 persen atau sebesar
Rp65.591 miliar. Kinerja
penyerapan ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 97 persen.
Capaian kinerja TKDD dipengaruhi oleh dampak pandemi covid-19 yang menyebabkan
melambatnya perekonomian nasional maupun regional. Pemerintah telah merespon
melalui kebijakan extraordinary salah satunya dengan mendorong dan pemanfaatan
TKDD oleh Pemda secara maksimal untuk penanganan pandemi covid-19 melalui
refocusing dan realokasi belanja TKDD.
A. Dana Alokasi Umum
Tahun 2020 Provinsi Jawa Tengah
mendapatkan alokasi DAU terendah
sepanjang 3 tahun terakhir, turun 8,42 persen
dari tahun sebelumnya yaitu sebesar
Rp35.685 miliar. Realisasi DAU mencapai
Rp35.324 miliar atau 99 persen.
B. Dana Bagi Hasil
Pagu DBH tahun 2020 sebesar Rp2.686 miliar
mengalami pertumbuhan negatif sebesar
3,07 persen dimana tahun. sebelumnya
sebesar Rp2.771 miliar. Hal ini menunjukkan
realisasi penerimaan dari komponen DBH dari
setiap daerah, khususnya sektor perpajakan mengalami penurunan. Realisasi DBH
Tabel III.7 TKDD 2018 – 2020 (Dalam Milliar)
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi Pagu Realisasi %
DBH 2.876 2.423 84% 2.771 2.066 75% 2.686 2.629 98%
DAU 37.142 37.142 100% 38.966 38.960 100% 35.685 35.324 99%
DAK Fisik 3.325 3.021 91% 3.734 3.421 92% 2.843 2.601 91%
DID 806 788 98% 1.369 1.369 94% 2.064 2.064 100%
DAK Non Fisik 14.577 14.079 97% 15.178 14.287 100% 14.952 14.857 99%
Dana Desa 6.735 6.732 100% 7.889 7.882 100% 8.116 8.116 100%
Jumlah 65.461 64.185 98% 69.907 67.985 97% 66.346 65.591 99%
TKDD2018 2019 2020
Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021
Grafik III.2 Pagu Realisasi DAU 2018-2020
Sumber OMSPAN,SIMTRADA diolah, Februari 2021
Grafik III.3 Pagu Realisasi DBH tahun 2018-2020
Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021
.
49
mencapai Rp2.629 miliar atau 98 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang
sebesar 75 persen.
3.4.2. Dana Tranfer Khusus
A. Dana Alokasi Khusus Fisik
Alokasi Dana Alokasi Khusus Fisik Jawa
Tengah tahun 2020 sebesar Rp2.843 miliar
mengalami penurunan cukup signifikan
yaitu 23,86 persen dari tahun sebelumnya
Rp3.421 miliar. Realisasi DAK Fisik mencapai
Rp2.601 miliar atau sebesar 91 persen.
B. Dana Alokasi Khusus Non Fisik
Pada tahun 2020, alokasi DAK Non Fisik di
Jawa Tengah turun sebesar 1,45 persen dengan
realisasi yang juga mengalami penurunan 1 persen. Alokasi DAK Non Fisik menduduki
urutan kedua setelah alokasi DAU. Alokasi DAK Non FIsik diperuntukkan untuk
mengurangi beban masyarakat terhadap pelayanan publik terutama perbaikan kualitas
pendidikan, kesehatan, serta pelayanan
pemerintah. Komponen terbesar DAK Non
Fisik adalah Dana TPG dan Dana BOS.
3.4.3. Dana Desa
Alokasi Dana Desa di Jawa Tengah mengalami
peningkatan sebesar 2,88 persen sebesar
Rp8.116 miliar dengan realisasi 100 persen.
3.4.4. Dana Insentif Daerah
Dibandingkan dengan jenis belanja tranfer
lainnya, DID di wilayah Jateng pada tahun 2020
sebesar Rp2.064 miliar, mengalami kenaikan
paling signifikan yaitu 50,77 persen, dimana
sebelumnya pada tahun 2019 sebesar Rp1.369
miliar.
Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021
Grafik III.5 Kinerja Penyaluran DAK Non Fisik Jawa Tengah Tahun 2018-2020
Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021
Grafik III.6 Kinerja Penyaluran Dana Desa Jawa Tengah Tahun 2018-2020
Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021
Grafik III.7 Penyaluran DID Jateng
Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021
Grafik III.4 Kinerja Penyaluran DAK Fisik Jawa Tengah Tahun 2018-2020
Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021
.
50
3.5. ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL
Analisis cash flow adalah analisis yang menggambarkan mengenai kondisi arus
kas masuk (cash in flow) dan arus kas keluar (cash out flow) pada suatu provinsi tertentu
dan periode tertentu.
3.5.1. Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara)
Pendapatan pada APBN Jawa Tengah tahun 2020 sebesar Rp. 83,44 Triliun
tumbuh 1,4 persen dibandingkan tahun 2019. Kenaikan terbesar disumbang oleh sektor
perpajakan sebesar 92,4 persen. Kenaikan ini terutama diperoleh dari kenaikan
penerimaan cukai sebesar Rp41,7 triliun. Dengan kebijakan insetif fiskal telah
menyebabkan penurunan penerimaan pada pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai
dan pajak perdagangan internasional, sedangkan penerimaan cukai naik dengan
nominal yang cukup besar sehingga pendapatan pada APBN Jawa Tengah bisa tumbuh
dibandingkan tahun 2019. Kenaikan penerimaan cukai sebesar Rp4.052 triliun tidak
terlepas dari pemberian fasilitas kepabeanan dan cukai oleh Kanwil DJBC Jawa Tengah
dan DIY. Fasilitas diberikan kepada 20 Kawasan Berikat, 1 Pusat Logistic Berikat dan
pembebasan bea masuk sebesar Rp173.503.201.288,- dan USD. 107.203.609,-. Dengan
demikian kebijakan insentif fiskal dan kepabeanan cukai yang dilakukan pemerintah
hanya mempengaruhi penerimaan di sektor tertentu saja Namun secara keseluruhan
tidak mempengaruhi pendapatan pada APBN Jawa Tengah tahun 2020. Untuk
penerimaan PNBP mengalami kenaikan sebesar 4,8 persen yang disumbang oleh
kenaikan Pendapatan BLU sebesar 14,4 persen.
3.5.2. Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)
Total pengeluaran APBN Jawa Tengah Tahun 2020 sebesar Rp.53,12 Triliun
tumbuh 2,4 persen dibanding dengan tahun 2019. Pengeluaran APBN terdiri dari belanja
pemerintah pusat sebesar 68,7 persen dan belanja transfer ke daerah dan dana desa
sebesar 31,3 persen. Kinerja pengeluaran APBN ini relatif baik walaupun pada belanja
pemerintah pusat mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019. Namun belanja
TKDD mengalami persentase kenaikan yang lebih besar sehingga secara keseluruhan
total belanja tumbuh 2,4 persen.
.
51
3.5.3. Surplus/Defisit
APBN Jawa Tengah Pada tahun 2020, mengalami surplus sebesar Rp.30,32 Triliun
dengan jumlah total pendapatan sebesar Rp.83,44 Triliun dan total pengeluaran sebesar
Rp. 53,12 Triliun. Surplus pada tahun 2020 ini mengalami penurunan sebesar 0,36
persen dibanding dengan tahun 2019 karena kenaikan pertumbuhan belanja yang lebih
besar dari kenaikan pendapatan.
3.6. PENGELOLAAN BLU PUSAT
Kanwil DJPb Provinsi Jawa Tengah melaksanakan fungsi pembinaan terhadap
satker BLU yaitu instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas.
3.6.1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat
Satker BLU di Jawa Tengah berjumlah 20, terdiri dari 10 BLU Bidang Layanan
Pendidikan, 9 BLU Bidang Layanan
Kesehatan dan 1 BLU bidang
lainnya (Penelitian). Satker
Universitas Sebelas Maret
ditetapkan sebagai perguruan
tinggi badan hukum yang
mengelola bidang akademik dan
nonakademik secara otonom,
sehingga jumlah satker BLU
menjadi 19 untuk tahun
berikutnya. Aset terbesar dimiliki
oleh Universitas Sebelas Maret, RSUP Dr. Kariadi, dan Universitas Negeri Semarang.
Pagu belanja terbesar dimiliki oleh RSUP Dr. Kariadi, Universitas Sebelas Maret dan
Universitas Negeri Semarang. Sedangkan aset terkecil dimiliki oleh Rumah Sakit
Soedjono Magelang dan pagu belanja terkecil dimiliki oleh Balai Besar Teknologi
Pencegahan Pencemaran Industri.
Tabel III.8 Aset da Pagu per Jenis Layanan BLU Tahun 2020
2019 2020 RM BLU SBSN JML
BLU Layanan Penelitian
BB Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri 171,53 171,34 14,27 13,61 - 27,88
BLU Layanan Pendidikan 27.545,11 28.500,48 1.429,16 1.755,95 207,42 3.392,53
PP SDM Minyak dan Gas Bumi Cepu 2.955,65 3.010,56 78,49 93,64 - 172,13
Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Tegal 731,29 736,34 57,75 18,14 - 75,89
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang 1.570,51 1.562,51 87,31 99,98 - 187,29
Universitas Negeri Semarang 4.892,02 5.027,41 218,49 323,71 - 542,20
Universitas Sebelas Maret 10.138,19 10.365,70 344,65 602,12 - 946,77
Universitas Jenderal Sudirman 3.486,63 3.583,76 223,69 261,04 40 524,73
Politeknik Kesehatan Surakarta 517,89 547,24 39,45 70,13 - 109,57
Politeknik Kesehatan Semarang 1.039,14 1.109,85 91,22 120,46 - 211,68
UIN Walisongo Semarang 1.409,50 1.679,81 171,77 125,33 167,42 464,52
Politeknik Energi dan Mineral AKAMIGAS Cepu 804,27 877,30 116,34 41,40 - 157,74
BLU Layanan Kesehatan 11.231,44 11.599,38 762,25 2.198,62 2.960,87
RSU Pusat Surakarta 263,06 289,89 42,12 13,84 - 55,96
RSU Dr Kariadi Semarang 6.097,52 6.048,85 237,45 1.264,02 - 1.501,46
RS Jiwa Prof Dr Soeroyo Magelang 1.858,91 1.909,99 94,03 82,16 - 176,20
RS Paru Dr Ario Wirawan Salatiga 398,61 479,52 112,31 59,93 - 172,24
RS Orthopedi Prof Dr R Soeharso Surakarta 1.433,51 1.488,87 70,64 211,86 - 282,50
RSU Pusat DR Soeradji Tirtonegoro Klaten 893,94 1.030,80 137,26 256,88 - 394,13
Rumkit Bhayangkara Semarang 141,22 162,78 21,30 63,44 - 84,73
RS Soejono Magelang 99,89 117,39 31,72 141,81 - 173,54
RS Wijaya Kusuma Purwokerto 44,79 71,29 15,43 104,69 - 120,12
Satker BLUAset Pagu
Sumber BIOS diolah, Februari 2021
.
52
3.6.2. Perkembangan Pengelolaan Aset dan Pagu BLU Pusat
Peningkatan aset yang signifikan terdapat pada satker Rumkit Wijaya Kusuma
yang disebabkan penambahan aset peralatan dan mesin (98,43 persen) serta persediaan
(307,67 persen) yang
digunakan untuk operasional
layanan. Hal ini disebabkan
karena Rumkit Wijaya Kusuma
adalah satker BLU baru yang
masih memerlukan peningkatan fasilitas yang diperlukan untuk mendukung layanan.
Penambahan aset tersebut berasal dari pagu satker sendiri dan transfer masuk BMN dari
satker Baranahan Kemhan. Pada tahun 2020 BLU memberikan kontribusi pendapatan
sebesar 62,18 persen atau Rp3.968,18 miliar dari total pagu satker BLU sebesar
Rp6.381,28 miliar. Realisasi Pendapatan satker BLU terbesar adalah Jasa Pelayanan RS
sebesar Rp2.131,88 miliar, Jasa Pelayanan Pendidikan Rp1.397,08 miliar, Jasa Pelayanan
Tenaga Pekerjaan Informasi Pelatihan Teknologi Rp91,49 miliar, Jasa Pencetakan
Rp145,25 miliar dan Hasil Kerja Sama Lembaga/Badan Usaha Rp206,91 miliar.
3.6.3. Kemandirian BLU
Kemandirian satker BLU antara lain dapat dilihat dari proporsi pagu PNBP yang
sebagian besar semakin bertambah. Di bidang pendidikan, Universitas Sebelas Maret
mempunyai tingkat kemandirian BLU paling tinggi yaitu 64 persen, dan paling rendah
ada pada Politeknik Keselamatan
Transportasi Jalan sebesar 24 persen.
Sedangkan di bidang kesehatan paling
tinggi ada pada Rumah Sakit RS Wijaya
Kusuma sebesar 87 persen dan yang
paling rendah yaitu Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta
sebesar 25 persen. Rumah Sakit yang menjadi rujukan penanganan covid-19 mengalami
penurunan porsi pagu PNBP disebabkan Pemerintah Pusat mengalokasikan pagu RM yg
cukup besar untuk penanganan covid-19.
Tabel III.9 Perkembangan Aset per layanan tahun 2019 & 2020
Sumber data : OMSPAN, diolah Februari
Grafik III.8 Kemandirian Satker BLU
Sumber data : Aplikasi Bios, OMSPAN, diolah Februari 2021
.
53
3.6.4. Perkembangan Pelayanan BLU Pusat
Perkembangan layanan satker BLU dapat diketahui dari rasio POBO yaitu
perbandingan antara pendapatan blu dengan biaya operasional. Satker BLU layanan
kesehatan dengan rasio POBO tertinggi adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang sedangkan
untuk layanan pendidikan rasio POBO tertinggi adalah Universitas Negeri Semarang.
3.6.5. Potensi Satker PNBP menjadi Satker BLU
Satuan kerja pengelola PNBP di Jawa Tengah yang berpotensi dikembangkan
menjadi satker BLU, antara lain Perguruan Tinggi Vokasi seperti Politeknik Negeri
Semarang yang pada tahun 2020
memiliki Aset (bruto) Rp420,95 miliar
dan pendapatan PNBP mencapai
Rp53,67 miliar. Selain itu juga terdapat
2 Rumah Sakit Tentara yang lingkup
satuan kerja Kesdam IV/Diponegoro
yaitu RST Bhakti Wira Tamtama di
Semarang dan RST Asmir Salatiga yang dapat dikembangkan menjadi BLU layanan
kesehatan.
3.7. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT
3.7.1. Penerusan Pinjaman
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2020
mempunyai peran menatausahakan penerusan pinjaman dua debitur yang harus
ditagihkan untuk membayar angsuran pinjaman kepada pemerintah yaitu Pemkot
Surakarta dan KJUB Puspetasari Klaten. Dari hasil rekonsiliasi Pinjaman Pemda dan
Koperasi semester II 2020, disimpulkan bahwa KJUB Puspetasari tidak sanggup
membayar pinjaman ditambah denda sebesar Rp. 9.802.589.043,24. Hal ini akan
dilakukan pendalaman terkait kesanggupan pembayaran angsuran. Sedangkan Pemkot
Surakarta per tanggal 31 Desember 2020 sudah membayar semua pinjaman sebesar
Rp.13.334.158.000 kepada pemerintah, tetapi masih diwajibkan untuk melakukan
rekonsiliasi data sampai dengan diterbitkan surat ketetapan penutupan pinjaman.
Grafik III.9 Grafik POBO Satker BLU di Jawa Tengah
Sumber data : Aplikasi Bios, OMSPAN, diolah Februari 2021
.
54
3.7.2. Kredit Program (KUR dan UMi)
Pada Agustus 2020, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru dengan
menerbitkan KUR Super Mikro dengan pemberian kredit dibawah Rp10.000.000,- yang
ditujukan khusus untuk membantu para pekerja/karyawan yang terkena PHK dan ibu
rumah tangga yang mempunyai usaha. Sampai dengan akhir tahun 2020, terbukti KUR
Supermi ini sudah tumbuh pesat dengan jumlah debitur 181.223 dengan nilai
penyaluran Rp1,55 triliun. Hal ini menunjukan kebijakan ini berjalan efektif untuk
menggerakan perekonomian di lapisan bawah.
Sedangkan Penyaluran KUR didominasi oleh
sektor perdagangan besar dan eceran sebesar
46,65%, perikanan dan kehutanan 25,34%,
industri pengolahan 12,52% dan jasa
kemasyarakatan, sosial budaya dan hiburan
7,37%. Penyaluran KUR tertinggi ada di Pati
dengan jumlah debitur sebanyak 72.831 dan jumlah penyaluran sebesar Rp2,16 triliun.
Selama empat tahun terakhir penyaluran KUR meningkat. Hal ini menjadi indikasi makin
tumbuhnya UMKM di wilayah Jawa Tengah yang kemudian berdampak pada
pertumbuhan ekonomi di Jateng.
3.7.3. Penyaluran Umi
Program UMi adalah program usaha pembiayaan ultra mikro dibawah Rp 20 juta
yang disalurkan oleh lembaga keuangan bukan Bank. Realisasi Penyaluran Kredit Ultra
Mikro (UMi) di Jateng Tahun 2020 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya,
walaupun jumlah debitur mengalami penurunan.
Ini membuktikan dampak pandemi covid-19 tidak
mempengaruhi tingkat penyaluran pembiayaan
UMi. Penyaluran UMi disalurkan oleh tiga penyalur
yaitu BAV, melalui koperasi-koperasi sebesar
68,23%; PT Permodalan Nasional Madani sebesar
10,42%; dan Pegadean 21,35%. Penyaluran
tertinggi ada di Kabupaten Kendal dengan jumlah debitur 8.936 dan jumlah penyaluran
Sumber : SIKP, diolah Februari 2021
Grafik III.10 Perkembangan Penyaluran KUR 2017-2020
(miliar RP)
Sumber data : SIKP, diolah Februari 2021
Grafik III.11 Penyaluran UMi 2018-2020 (miliar Rp)
.
55
Rp30.638.818.000,-. Sedangkan penyaluran terendah ada di kota Tegal dengan jumlah
debitur 213 dan jumlah penyaluran sebesar Rp773.646.000,-. Naiknya penyaluran
pembiayaan UMi diharapkan mampu menggerakkan perekonomian daerah dan
meningkatkan pendapatan masyarakat kecil sekaligus mengurangi kemiskinan di
wilayah Jateng.
3.8. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY
SPENDING) DAN BELANJA INFRASTUKTUR PUSAT DI DAERAH
3.8.1. Mandatory Spending di Daerah
a. Belanja Sektor Pendidikan
Alokasi APBN Tahun 2020 untuk
bidang Pendidikan sebesar
Rp2.500,80 miliar dengan capaian
realisasi sebesar Rp2471,56 miliar
atau 98,83 persen. Realisasi capaian
output pada sektor ini mencapai 99,74 persen.
b. Belanja sektor Kesehatan
Alokasi APBN Tahun 2020 untuk
bidang Kesehatan yang berada pada
output strategis pada Kementerian
Kesehatan, BPOM dan BKKBN
mencapai Rp968,07 miliar, dengan
realisasi sebesar Rp928,25 miliar atau 95,89 persen. Realisasi capaian output pada
sektor ini sebesar 99,99 persen.
3.8.2. Belanja Infrastruktur
Fokus Infrastruktur
adalah konektivitas antar daerah
dan ketahanan pangan. Alokasi
APBN Tahun 2020 untuk bidang
Infrastruktur sebesar Rp6.868,98 miliar dengan realiasi sebesar Rp6.483,01 miliar atau
94,38 persen. Realisasi capaian output pada sektor ini sebesar 99,75 persen.
Tabel III.10 Besar Pagu Realisasi Bid Pendidikan 2020
Nama Output Pagu Realisasi % Target Output Capaian Output %
Guru Non-Pns penerima Tunjangan Profesi 840.447 835.072 99,36 32.034 32.035 100
Siswa MI penerima BOS 535.685 534.659 99,81 669.625 669.237 99,94
Siswa MTs penerima BOS 439.578 437.520 99,53 439.282 438.228 99,76
Siswa MA penerima BOS 247.829 245.918 99,23 177.088 176.692 99,78
Sarana dan Prasarana Madrasah yang Diadakan (SBSN) 88.843 79.127 89,06 14 11 78,57
Guru Non - PNS penerima Tunjangan Insentif 76.919 76.908 99,99 25.370 25.370 100
Guru PAI Non PNS penerima Tunjangan Profesi 68.300 66.628 97,55 2.780 2.775 99,82
Tunjangan Penyuluh Agama Islam Non-PNS 56.232 56.153 99,86 4.686 4.685 99,98
KUA yang Memenuhi Standar Pelayanan Minimal 55.553 52.252 94,06 16.209 16.074 99,17
Santri penerima BOS 18.903 17.209 91,04 18.359 18.065 98,40
Sumber : Capaian Output Aplikasi MEBE, diolah, Feb 2021
Tabel III.10 Besar Pagu Realisasi Bid Kesehatan 2020
Nama Output Pagu Realisasi %Target
Output
Capaian
Output%
Obat-Obatan dan Bahan Medis Habis Pakai 580.069 545.435 94,03 65 65 100,00
Alat Kesehatan 339.239 334.419 98,58 904 890 98,45
Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Faskes 39.143 39.131 99,97 1.702 1.542 90,60
Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi
Kespro & Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu 3.055 2.977 97,44 3.253 3.253 100,00
Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK 1.663 1.652 99,38 570.627 570.627 100,00
Sumber : Capaian Output Aplikasi MEBE, diolah, Feb 2021
Tabel III.10 Besar Pagu Realisasi Bid Infrastruktur 2020 Nama Output Pagu Realisasi %
Target
Output
Capaian
Output%
Prasarana Perkeretaapian (Prioritas Nasional) 1.897.997 1.767.827 93,14 176 176 100,00
Bendungan dalam tahap pelaksanaan (on-going) 936.663 836.376 89,29 7 7 100,00
Preservasi Rekonstruksi, Rehabilitasi Jalan 372.531 370.049 99,33 58 56 96,55
Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang dioperasikan dan dipelihara 355.822 347.288 97,60 3799 3798 99,97
Fasilitasi Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya 349.124 338.078 96,84 15450 15450 100,00
Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang direhabilitasi/ditingkatkan 295.097 294.007 99,63 61 61 100,00
Pembangunan Jalan 268.952 258.031 95,94 19 19 100,00
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman 236.155 180.252 76,33 120 108 90,00
Sungai yang dinormalisasi dan tanggul yang dibangun/ditingkatkan 232.683 230.739 99,16 42 42 100,00
Sumber : Capaian Output Aplikasi MEBE, diolah, Feb 2021
Alokasi APBD di Jawa Tengah sebesar Rp108,97
triliun, turun 5,06 persen dari tahun sebelumnya.
Realisasi Pendapatan daerah di Jawa Tengah tahun
2020 turun menjadi Rp99,66 triliun. Realisasi belanja
daerah tahun 2020 mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 85,59 persen dari tahun
sebelumnya 90,37 persen.
-
56
Tabel IV.1 Profil APBD Agregat Jawa Tengah Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (dalam miliar Rp)
Strategi dan prioritas pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
adalah alat utama Pemerintah Daerah untuk mencapai target pembangunan yang telah
ditetapkan.
4.1. APBD TINGKAT PROVINSI
Sejak awal tahun 2020 terjadi pandemi covid-19 dan masih terus berlangsung
sampai akhir tahun 2020 sehingga berakibat pada banyaknya program pemerintah dan
proyek pembangunan yang sudah direncanakan tidak dapat dilaksanakan.
Sumber: Data LRA Kab/Kota/Prov & Lap Konsolidasian, Bidang PAPK diolah, Feb 2021
BAB
IV
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN
ANGGARAN APBD
-
57
Secara agregat APBD Jawa
Tengah tahun 2020
menunjukan penurunan baik
pada pagu alokasi maupun
realisasi meskipun tidak dalam
jumlah yang signifikan. Realisasi
belanja pegawai menunjukan
nilai yang relatif konstan dari
tahun ke tahun. Hal ini
dikarenakan sifat belanjanya
yang tidak ada perubahan. Sedangkan realisasi belanja yang menunjukkan peningkatan
dibanding tahun lalu adalah Belanja Bantuan Sosial sebesar 30%. Sementara Belanja
Modal, meskipun sepanjang tahun 2020 kegiatan perekonomian nyaris tidak berkembang
namun realisasinya tidak menurun secara signifikan.
Peningkatan alokasi dan realisasi APBD di tahun berikutnya diharapkan mampu
menjadi pendorong percepatan target capaian. Intervensi dan pengelolaan APBD yang
optimal, diharapkan dapat segera meningkatkan pertumbuhan sekaligus menurunkan
tingkat kemiskinan di Jawa Tengah pasca pandemi.
4.2. PENDAPATAN DAERAH
Grafik IV.1 Gambaran Umum APBD Agregat Jawa Tengah
Sumber: Data LRA Kab/Kota/Prov & LKPK, Bidang PAPK diolah, Feb 2021
Tabel IV.2 Jenis Pendapatan APBD Agregat Jawa Tengah
TARGET REALISASI % TARGET REALISASI %
PENDAPATAN DAERAH 105.934,72 103.278,23 97,49% 45.967,61 99.661,64 216,81% 100%
PAD 27.714,81 28.046,74 101,20% 27.139,47 32.166,39 118,52% 32,28%
Pajak Daerah 16.642,55 17.527,79 105,32% 16.862,32 16.499,54 97,85% 51,29%
Retribusi Daerah 1.038,15 962,93 92,75% 740,78 781,07 105,44% 2,43%
Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah yang Dipisahkan 1.090,27 1.100,18 100,91% 1.225,03 1.225,03 100,00% 3,81%
Lain-lain PAD yang Sah 8.943,81 8.455,84 94,54% 8.311,32 13.697,19 164,80% 42,58%
DANA PERIMBANGAN 71.591,37 71.135,83 99,36% 68.914,19 61.492,36 89,23% 61,70%
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 59.675,58 57.174,44 95,81% 56.158,06 49.474,42 88,10% 80,46%
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 6.741,26 7.564,31 112,21% 7.103,72 6.851,07 96,44% 11,14%
Transfer Pemerintah Daerah - Lainnya 4.299,31 5.822,59 135,43% 4.726,86 4.402,69 93,14% 7,16%
Transfer Bantuan Keuangan 875,22 574,49 65,64% 925,55 764,16 82,56% 1,24%
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 6.628,54 4.095,65 61,79% 6.925,12 6.002,89 86,68% 6,02%
Pendapatan Hibah 3.661,37 2.259,28 61,71% 3.460,17 2.925,84 84,56% 48,74%
Pendapatan Lainnya 2.967,17 1.836,37 61,89% 3.464,95 3.077,05 88,81% 51,26%
PENDAPATAN DAERAH
Proporsi
Pendapatan
Daerah
2019 (Audited) 2020
Sumber: Data LRA Kab/Kota/Prov & LKPK, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
-
58
Total realisasi pendapatan daerah Jawa Tengah tahun 2020 adalah sebesar Rp99,661
miliar. atau Proporsi pendapatan daerah masih didominasi Dana Perimbangan sebesar
61,70 persen sebesar Rp61,492 miliar.
Berikutnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 27,16 persen atau sebesar
Rp28.046 miliar dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 3,97 persen atau
sebesar Rp4.095 miliar.
Salah satu cermin kemandirian daerah dapat dilihat dari sumber pendapatannya.
Hampir seluruh pemerintah daerah di Jawa Tengah pendapatannya berasal dari Dana
Perimbangan. Hanya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang sumber pendapatannya
berasal dari PAD sebesar 56 persen, diatas Dana Perimbangan yang porsinya 44 persen.
Proporsi pada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tersebut mengulang tahun 2019 dengan
besaran yang hampir sama. Sedangkan untuk Pemerintah Daerah Kota Semarang, meski
Dana Perimbangan masih dominan sebesar 54 persen, namun dengan proporsi PAD
sebesar 45 persen mempunyai prospek kedepan yang lebih baik untuk semakin
ditingkatkan.
Grafik IV.2 Proporsi Pendapatan Daerah Per Pemerintah Daerah Jawa Tengah
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
-
59
4.2.1. DANA TRANSFER/PERIMBANGAN
Realisasi Dana Transfer/Perimbangan di Jawa Tengah sebesar Rp71.135 miliar
berkontribusi sebesar 68,88 persen dari Pendapatan Daerah. Meningkat 3,2 persen dari
tahun sebelumnya. Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan, dengan proporsi 80
persen atau sebesar Rp57.174 miliar dominan diantara jenis Dana Transfer/Perimbangan
lainnya.
Sementara itu realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp37.150 miliar atau
proporsi 52 persen pada Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan adalah unsur
paling dominan diantara jenis dana transfer lainnya.
Seberapa jauh implikasi dana transfer sebagai wujud dari kontribusi pemerintah pusat
terhadap pemerintah daerah di Jawa Tengah, dapat dilihat pada uraian dibawah ini.
4.2.1.1. Rasio Ruang Fiskal
Ruang fiskal daerah diperoleh dengan menghitung total pendapatan daerah
dikurangi pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya dan belanja yang sifatnya
mengikat (DAK, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, Pendapatan Hibah, Dana
Darurat, 25 persen DBH dan DAU, Belanja Pegawai, dan Belanja Bunga) dibagi total
pendapatannya.
Grafik IV.3 Proporsi Dana Transfer/Perimbangan Daerah Jawa Tengah
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
-
60
Rata-rata ruang fiskal di Jawa Tengah adalah sebesar 43 persen. Semakin besar
ruang fiskal suatu daerah, semakin besar fleksibilitas daerah mengalokasikan kegiatan
sesuai program dan prioritas pembangunan. Kota Semarang dengan rasio sebesar 55
persen merupakan daerah yang memiliki fleksibilitas tertinggi dalam menggunakan APBD.
Masih terdapat 21 daerah di Jawa Tengah yang fleksibilitasnya dibawah nilai rata-
rata sehingga menjadi kendala yang sangat berat bagi pemerintah daerah untuk
menjalankan program prioritasnya. Untuk itu, daerah dimaksud harus menjalankan
efisiensi dan meningkatkan efektifitas anggaran serta mengeluarkan kebijakan yang
kondusif. Dengan demikian akan mendorong terciptanya ruang fiskal yang lebih
besar/baik.
4.2.1.2. Rasio Kemandirian Daerah
Grafik IV.4 Rasio Ruang Fiskal Pemerintah Daerah di Jawa Tengah
Sumber: LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
Grafik IV.5 Rasio Kemandirian Daerah di Jawa Tengah
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
-
61
Apabila rasio PAD lebih besar daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri
dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin
tinggi.
Daerah dengan tingkat ketergantungan rendah adalah daerah yang rasio PAD tinggi
sekaligus rasio dana transfer rendah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan rasio 12
persen adalah satu-satunya Pemda di Jawa Tengah yang mandiri. Hal demikian harus
dipertahankan dan ditingkatkan sehingga target pertumbuhan Jawa Tengah dapat
terealisasi.
Salah satu cara untuk memperbesar ruang fiskal adalah meningkatkan pendapatan
daerah dengan menggali potensi ekonomi yang ada di daerah, misalnya membangun
industri pariwisata, memberdayakan UMKM, dll. Selain sisi pendapatan, ruang fiskal juga
bisa ditingkatkan dengan melakukan efisiensi belanja pegawai melalui kajian dan
perencanaan yang cermat sehingga jumlah pegawai tidak melebihi formasi yang
diperlukan.
4.2.2. PENDAPATAN ASLI DAERAH
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Jawa Tengah tahun 2020 sebesar
Rp28.046 miliar, berkontribusi sebesar 27,16 persen dari Pendapatan Daerah serta
meningkat 4,8 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp26.764 miliar. Proporsi
Pendapatan Pajak Daerah (62 persen) masih merupakan komponen yang paling dominan
pada Pendapatan Asli Daerah di Jawa Tengah. Sedangkan persentase peningkatan realisasi
Grafik IV.6 Proporsi Pendapatan Asli Daerah di Jawa Tengah
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
-
62
terbesar justru dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan sebesar 10
persen. Hal ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan maksimal dengan mencari
sumber bisnis baru serta menerapkan tata kelola yang sehat sehingga dapat mengimbangi
ketergantungan terhadap pendapatan pajak daerah.
4.2.3. PENDAPATAN LAIN-LAIN
Realisasi Pendapatan Lain-Lain pada tahun 2020 sebesar Rp4,095 miliar hanya
menyumbang 3,97 persen dari Pendapatan Daerah. Realisasi lebih rendah 12 persen atau
sebesar Rp550 miliar daripada tahun sebelumnya (Rp4.646 miliar). Pendapatan Lainnya
dengan proporsi 55 persen lebih besar daripada Pendapatan Hibah. Realisasi Pendapatan
Hibah tahun 2020 sebesar Rp.2.259 mengalami penurunan sebesar 36 persen daripada
tahun sebelumnya.
4.3. JENIS BELANJA DALAM APBD
Total realisasi Belanja Jawa Tengah
sebesar Rp83,384 miliar, diluar belanja
transfer. Angka ini meningkat sekitar 0,6
persen dari realisasi tahun sebelumnya.
Hampir sama dengan tahun-tahun
sebelumnya, realisasi jenis Belanja Pegawai
Rp37.259 miliar masih mendominasi jika
Grafik IV.7 Proporsi Pendapatan Lain-Lain di Jawa Tengah
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
Grafik IV.8 Komposisi Belanja di Jawa Tengah
Sumber: Data LRA Kab/Kota & LKPK, diolah, Feb 2021
-
63
dibandingkan dengan belanja lainnya yaitu 44,7 persen.
Dominasi Belanja Pegawai dan Belanja Barang mengindikasikan bahwa kebijakan
belanja daerah yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat belum menjadi
prioritas utama. Meskipun belanja pegawai bersifat mandatory dan masih terbatasnya
anggaran, pemerintah daerah perlu mencari solusi dan memikirkan strategi ke depan
sehingga belanja pegawai tidak menjadi beban. Langkah yang dapat dilakukan diantaranya
dengan peningkatan efisiensi dan efektifitas khususnya SDM yang tersedia sehingga
penambahan pegawai hanya dapat dilakukan bilamana telah dikaji dengan prudent serta
mempertimbangkan analisa beban kerja (ABK).
4.3.1. Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan
Realisasi APBD
berdasarkan klasifikasi
urusan masih berjalan
baik dan on the track.
Porsi urusan tertinggi
terdapat pada urusan
Pendidikan (27 persen)
dan Kesehatan (16
persen). Hal ini
membuktikan
keberpihakan APBD Jawa Tengah sesuai dengan isu strategis yang dituangkan dalam
RPJMD 2018-2023. Salah satu isu tersebut adalah Peningkatan Kualitas dan Daya Saing
SDM, melalui peningkatan sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan. APBD untuk
Pendidikan merupakan sarana untuk dapat menyediakan layanan pendidikan di setiap
level, pendidikan budaya dan karakter, maupun untuk pemerataan pendidikan. Sedangkan
untuk urusan kesehatan dapat diwujudkan melalui pemenuhan sarana prasarana
kesehatan dan tenaga kesehatan, dan peningkatan mutu layanan kesehatan.
Grafik IV.9 Proporsi Belanja Daerah Per Urusan di Jawa Tengah
Sumber: Data LRA Kab/Kota & LKPK, diolah, Feb 2021
-
64
4.3.2. Rincian Belanja Daerah Menurut Fungsi
Komposisi realisasi APBD Jawa Tengah per Fungsi pada tahun 2020 masih hampir
sama dengan tahun sebelumnya.
Porsi tertinggi adalah Pelayanan
Umum (34 persen) disusul
Pendidikan (28,9 persen) dan
Kesehatan (16,2 persen).
Proporsi Pelayanan Umum tahun
2020 meningkat secara signifikan
lebih tinggi daripada tahun
sebelumnya. Dampak peningkatan tersebut harus dapat dirasakan masyarakat melalui
peningkatan sarana dan prasarana serta kemudahan layanan dan informasi. Apabila
belanja pelayanan umum hanya dialokasikan untuk hal yang bersifat seremonial dan
administratif, maka untuk berikutnya harus dilakukan evaluasi atas urgensinya. Seiring
kemajuan teknologi, pemerintah daerah dapat mengkaji kembali kebijakan selama ini
dalam memberikan pelayanan umum. Selain itu, perlu dipertimbangkan mengenai
investasi pada hardware dan software, yang terbukti dapat meningkatkan mutu pelayanan
dan menghemat biaya. Dengan demikian alokasi untuk urusan tersebut dapat digunakan
untuk kepentingan lain.
4.4. PERKEMBANGAN BLU DAERAH
4.4.1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Daerah
Berdasarkan pendataan terakhir oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa
Tengah, BLUD (tidak termasuk Puskesmas) yang terdata dan tersebar di 36
Kabupaten/Kota/Provinsi, sebagian besar atau 96 persen bergerak di bidang Kesehatan
dan 4 persen bidang lainnya dan seluruhnya sudah berstatus penuh.
Grafik IV.10 Proporsi Belanja Daerah Per Fungsi di Jawa Tengah
Sumber: Data LRA Kab/Kota & LKPK, diolah, Feb 2021
-
65
4.4.1. Perkembangan Aset
Dari sampling tabel diatas sebesar
39 persen BLUD di Jawa Tengah
dikategorikan sebagai BLUD Kecil (<
Rp150 miliar) 50 persen, Sedang (Rp150-
500 miliar), dan 11 persen Besar (>500
miliar).
Berdasarkan realisasi pendapatan,
50 persen BLUD berpendapatan rendah
(<Rp30 miliar), 25 persen sedang (Rp30-100 miliar), dan 25 persen tinggi (>100 miliar).
4.4.2. Proporsi Alokasi Pagu
Rata-rata proporsi pagu belanja BLUD sudah mengarah pada kemandirian dalam
pembiayaan pelayanan kepada masyarakat.
Tabel IV.3 Aset, Pagu dan Realisasi Belanja BLUD Bidang Kesehatan Jawa Tengah
Grafik IV.11. BLUD Berdasarkan Jumlah Aset
RM PNBP TOTAL RM PNBP TOTAL
1 RSUD Hj. Anna Lasmanah
Banjarnegara134 119 39 101 141 31 90 121
2 RSJD Dr. RM Soedjarwadi Klaten 151 156 118 118 82 82
3 RSUD 277 43 166 208 44 169 213
4 RSUD Tugurejo Semarang 24 26 104 125 229 94 149 243
5 RSUD TIDAR KOTA MAGELANG 439 464 114 170 284 36 193 229
6 RSUD Salatiga 11 10 169 115 284 114 114
7 RSUD CILACAP 259 281 199 199 174 174
8 RSUD MAJENANG 59 57 16 50 66 18 55 73
9 RSUD Setjonegoro 110 159 27 95 122 42 90 132
10 RSUD Kabupaten Temanggung 311 334 62 130 192 33 135 168
11 RSUD Kabupaten Temanggung 311 334 62 130 192 33 135 168
12 RSUD Dr.Soeselo 175 193 162 162 200 200
13 RSUD Suradadi 103 23 23 59 59
14 RSUD BATANG KAB.BATANG 205 214 41 83 124 51 79 130
15 RSUD Banyumas 322 331 190 190 195 195
16 RSUD Ajibarang 104 21 73 93 28 82 110
17 RSUD MUNTILAN 98 104 26 70 96 70 44 114
18 RSUD KAB KARANGANYAR 163 172 32 105 137 130 37
3.155 3.057 1.448 1.412 2.860 1.306 1.351 2.564
PAGU ALOKASI ANGGARAN
TOTAL
TAHUN 2020NO NAMA BLUD
NILAI ASET
2019 2020TAHUN 2019
Sumber: Data langsung dari BLUD terkait, diolah, Feb 2021
Sumber: Data langsung dari BLUD terkait, diolah, Feb 2021
-
66
4.4.3. Analisis Legal
BLUD di Jawa Tengah dalam menjalankan proses bisnisnya sudah menerapkan tata
kelola dan ketentuan yang berlaku. Referensi dan rujukan BLUD di Jawa Tengah, yaitu
Permendagri nomor 79 tahun 2018 tentang BLUD sebagai pengganti Permendagri nomor
61 tahun 2007 dan Peraturan Kepala Daerah.
Peraturan Kepala Daerah diperlukan sebagai konsekwensi dari munculnya ketentuan
Permendagri nomor 79 tahun 2018 yang tidak lagi menginduk pada PP nomor 23 tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, sebagaimana diubah dengan PP nomor 74
tahun 2012. Ketentuan teknis yang berlaku pada BLU Pusat tidak sertamerta berlaku pada
BLUD, kecuali telah diadopsi dalam Perkada.
Meski demikian Peraturan Kepala Daerah di Jawa Tengah belum sepenuhnya
memenuhi semua kebutuhan teknis operasional BLUD. Dan untuk itu masih ada beberapa
aspek yang mengacu pada ketentuan yang berlaku pada BLU Pusat.
Grafik IV.12 Proporsi Pagu BLUD Jawa Tengah
Sumber: Data langsung dari BLUD terkait (diolah), Feb 2021
-
67
4.5. SURPLUS/DEFISIT APBD
4.5.1 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan
Kemampuan fiskal pemerintah daerah di Jawa Tengah dalam menghimpun
pendapatannya untuk meng-cover belanja maupun penghematan belanja dapat dilihat
pada grafik dibawah ini.
4.5.2. Rasio Surplus/Defisit Terhadap Realisasi Dana Transfer
Gambaran ekses dan pengaruh realisasi Dana Transfer terhadap surplus/defisit
anggaran per Pemda di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
Grafik IV.13 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
Grafik IV.14 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Dana Transfer
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
-
68
4.6. PEMBIAYAAN
Realisasi Pembiayaan Netto APBD Agregat Tahun 2020 Jawa Tengah Rp6.944 Miliar
turun 0,2 persen daripada tahun sebelumnya (Rp8.267 Miliar). Komponen Penerimaan
Pembiayaan didominasi oleh Penggunaan SILPA sebesar Rp7.503 miliar (95 persen).
Sementara untuk Pengeluaran Pembiayaan didominasi Penyertaan Modal (Investasi)
Pemda sebesar Rp.603 miliar (62 persen). Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja seperti
grafik berikut:
Rasio SILPA terhadap alokasi belanja mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang
tidak digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah. Sebagian besar kabupaten/kota
Grafik IV.15 Proporsi Pembiayaan APBD Agregat Jawa Tengah
Grafik IV.16 Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
-
69
di Jawa Tengah mempunyai rasio SILPA 0 meskipun masih ada beberapa kabupaten/kota
tidak dapat memanfaatkan SILPA secara optimal dikarenakan tidak melakukan
perencanaan dengan baik.
4.7. ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
a. Analisa Horizontal
a.1. Perbandingan Realisasi PAD Per Pemerintah Daerah
Rata-rata realisasi agregat PAD Jawa Tengah mencapai 1,2 persen dari target. Tidak
seluruh pemerintah daerah di Jawa Tengah dapat memenuhi target. Namun lebih dari
setengah jumlah pemerintah daerah di Jawa Tengah telah mencapai bahkan melebihi
target yang ditetapkan.
a.2. Realisasi Belanja Modal
Grafik IV.17 Realisasi PAD Per Pemda
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap. Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
Grafik IV.18 Realisasi Belanja Modal Per Pemda
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap. Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
-
70
Rata-rata realisasi penyerapan belanja Jawa Tengah mencapai 85 persen dari target.
Situasi pandemi menyebabkan banyak program pembangunan yang tertunda
pelaksanaannya sehingga beberapa daerah hanya mampu melakukan penyerapan belanja
kurang dari 80%.
b. Analisa Vertikal
b.1. Kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan
Rasio PAD Jawa Tengah terhadap total pendapatan rata-rata sebesar kurang dari
20% persen. Ini adalah kondisi yang kurang ideal bagi pemerintah daerah dikarenakan
belum mampu untuk mandiri dengan memanfaatkan potensi ekonomi yang dimiliki.
Masing-masing daerah mempunyai karakteristik yang jika digali akan menjadi sumber PAD
yang bermanfaat. Misalnya Kota Lama di Semarang, jika dikelola dengan professional akan
menjadi potensi PAD yang besar mengingat dewasa ini masyarakat sudah menjadikan
liburan sebagai kebutuhan dasar.
Kondisi ideal yang diharapkan adalah jika pemerintah daerah mampu meningkatkan
kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah sebesar lebih dari 50%.
Grafik IV.19 Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Per Pemda
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
-
71
b.2. Kontribusi Belanja Modal terhadap Belanja
Rata-rata kontribusi belanja modal terhadap total belanja di Jawa Tengah adalah
sebesar 12%, angka ini menunjukan bahwa pembangunan infrastruktur tidak
mendominasi program/kegiatan pemerintah daerah. Untuk daerah yang sedang
membangun kontribusi belanja modal yang ideal adalah di atas 50%. Guna mewujudkan
hal ini, pemerintah daerah seyogyanya mempunyai ruang fiskal yang besar sehingga
program pembangunan fisik dapat lebih banyak dilakukan.
4.7.1. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
Kapasitas ruang fiskal adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang
dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang
penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu. Berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan nomor 126/PMK.07/2019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah, menetapkan
bahwa indeks kapasitas fiskal daerah dikelompokan sebagai berikut:
Rentang IKFD Kategori KFD
IKFD < 0,304 Sangat Rendah 0,304 ≤ IKFD ≤ 0,445 Rendah
0,445 ≤ IKFD ≤ 0,808 Sedang
0,808 ≤ IKFD ≤ 1,564 Tinggi
IKFD ≥ 1,564 Sangat Tinggi
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi Bidang PAPK (diolah), Feb 2021
Grafik IV.20 Kontribusi Belanja Modal terhadap Belanja Per Pemda
-
72
Berdasarkan realisasi APBD 2020 dan perhitungan pada 36 Pemda di Jawa Tengah
menghasilkan indeks sebagai berikut:
❖ 33 Daerah Tinggi (1,089<IKFD<1,959)
❖ 3 Daerah Sedang (0,720<IKFD<1,089)
Hal ini berarti bahwa rata-rata pemerintah daerah di Jawa Tengah masih menggantungkan
sumber pandapatan dari transfer pemerintah pusat dan belum mampu mandiri secara
ekonomi. Untuk meningkatkan kapasitas tersebut dapat dilakukan langkah diantaranya
dengan melakukan efisiensi belanja pegawai.
4.8. PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH
Alokasi belanja wajib di Jawa Tengah
sebagai bagian dari Urusan Wajib
Pelayanan Dasar memiliki alokasi
paling dominan dibandingkan urusan
lainnya sebesar 57 persen.
Berikutnya disusul dengan Urusan
Penunjang Fungsi Pemerintahan
sebesar 33%.
Grafik IV.21 Kapasitas Fiskal Daerah (Regional Jawa Tengah)
Grafik IV.22 Perkembangan Belanja Wajib
Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi Bidang PAPK (diolah)
Sumber: Data LRA Kab/Kota & LKPK, Bidang PAPK, Feb 2021 (diolah)
-
73
Grafik IV. 23 Persentase Belanja Wajib
Namun demikian alokasi
belanja wajib tahun 2020
sedikit menurun (sebesar 1%)
dibandingkan tahun
sebelumnya.
4.8.1. Belanja daerah Sektor Pendidikan
Alokasi Sektor Pendidikan di Jawa
Tengah tahun 2020 mencapai
29,7 persen dari alokasi belanja
lainnya, meningkat dari tahun
sebelumnya (29,4 persen).
Alokasi tersebut menunjukkan
bahwa Pemerintah Daerah di
Jawa Tengah mempunyai
komitmen dan dukungan kuat
terhadap program pendidikan.
Grafik IV.24 Belanja Pendidikan
Sumber: Data LRA Kab/Kota (diolah), Feb 2021
Sumber: Data LRA Kab/Kota & LKPK, Bidang PAPK, Feb 2021 (diolah)
-
74
4.8.2. Belanja daerah Sektor Kesehatan
Alokasi Sektor Kesehatan di Jawa
Tengah tahun 2020 mencapai 17,9
persen dari alokasi belanja lainnya,
meningkat dari tahun sebelumnya
(14,3 persen). Hal ini menunjukkan
bahwa Pemerintah Daerah di Jawa
Tengah mempunyai komitmen dan
perhatian pada program kesehatan.
4.8.3. Belanja Infrastruktur Daerah
Realisasi total Dana Transfer
Umum (DTU) di Jawa Tengah 2020
(DBH dan DAU) sebesar Rp40.677
miliar. Sementara untuk
infrastruktur daerah berdasarkan
data belanja Urusan Wajib
Pelayanan Dasar (Perum Rakyat &
Kawasan Permukiman dan
Ketentraman & Ketertiban Umum)
hanya 7 persen dari DTU.
Pemerintah Daerah kedepan harus berkomitmen untuk pembangunan infrastruktur
daerah, yang dapat ditunjukkan dengan persentase alokasi belanja infrastruktur daerah
minimal 25 persen dari DTU.
Sumber: Data LRA Kab/Kota (diolah), Feb 2021
Sumber: Data LRA Kab/Kota (diolah), Feb 2021
Grafik IV.25 Belanja Kesehatan
Grafik IV.26 Belanja Infrastruktur Daerah
Pendapatan konsolidasi tahun 2020 sebesar Rp117,35 triliun, naik 4,15 persen
dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp112,67 triliun. Sedangkan realisasi
belanja konsolidasian di Jawa Tengah adalah sebesar Rp129,01 triliun, turun 6,73
persen dibanding tahun sebelumnya. Kontribusi belanja pemerintah terhadap
PDRB adalah sebesar 6,34 persen, sedangkan investasi pemerintah berkontribusi
terhadap PDRB hanya sebesar 1,25 persen.
75
5.1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN
Jika dibandingkan antara APBN dan APBD di Provinsi Jawa Tengah nampak
adanya peningkatan pada pendapatan konsolidasi namun terjadi penurunan pada
belanja konsolidasi.
Tercatat bahwa pendapatan konsolidasi tahun 2020 sebesar Rp117.348 miliar
disumbang oleh komponen pendapatan daerah sebesar Rp89.741 miliar dan Rp89.342
miliar berasal dari pendapatan pemerintah pusat. Jika dibanding tahun sebelumnya
nampak adanya kenaikan pada pendapatan konsolidasi sebesar Rp4.674 miliar atau
4,15 persen.
Porsi komponen belanja pemerintah pusat sebesar Rp102,75 miliar lebih tinggi
dari komponen belanja pemerintah daerah yang terealisasi sebesar Rp87.995 miliar.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terdapat penurunan pada belanja
konsolidasi sebesar Rp9.308 miliar atau 6,73 persen.
Tabel V.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 (dalam miliar Rupiah)
Realisasi % Proporsi Realisasi % Proporsi Realisasi % Proporsi
PENDAPATAN KONSOLIDASI 107.540 -6,28% 112.674 4,77% 117.348 4,15%
Pendapatan Perpajakan 89.855 -3,33% 93.777 4,36% 99.406 6,00%
Pendapatan Bukan Pajak 15.666 -16,70% 16.540 5,58% 17.942 8,47%
Hibah 2.018 410,58% 2.259 11,92% -100,00%
Transfer -100,00% 98 0,00% -100,00%
B. BELANJA KONSOLIDASI 131.729 1,70% 138.313 5,00% 129.005 -6,73%
Belanja Pemerintah 122.016 -4,89% 123.839 1,49% 111.600 -9,88%
Transfer 9.714 689,31% 14.474 49,01% 17.406 20,25%
SURPLUS/DEFISIT -24.189 63,73% -25.639 5,99% -11.657 -54,53%
C. PEMBIAYAAN 6.905 -7,13% 6.944 0,57% 6.926 -0,27%
Penerimaan Pembiayaan
Daerah 8.520 0,09% 7.916 -7,10% 7.592 -4,09%
Pengeluaran Pembiayaan
Daerah 1.615 49,87% 971 -39,87% 666 -31,38%
-17.284 135,53% -18.694 8,16% -4.731 -74,69%
TA 2018 TA 2019 TA 2020
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
Anggaran (SILPA/SiKPA)
Uraian
Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021
BAB
V
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
76
5.2 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
5.2.1 Analisis Proporsi Pendapatan Konsolidasian
Pendapatan Konsolidasian
tahun 2020 di Provinsi Jawa
Tengah sebesar Rp117.348
miliar didominasi dari
pendapatan perpajakan
sebesar 84,71 persen dari
total pendapatan konsolidasi
dan sisanya ada di
pendapatan bukan pajak.
Pendapatan perpajakan
konsolidasian terbesar ada
pada komponen pendapatan
perpajakan pusat yaitu
sebesar Rp83.024 miliar atau
83,52 persen. Sedangkan
komponen pendapatan perpajakan daerah porsinya sangat rendah sebesar Rp16.382
miliar atau 16,48 persen. Namun demikian komponen pendapatan pemerintah daerah
pada pos pendapatan bukan pajak dan hibah lebih tinggi dari komponen pendapatan
pemerintah pusat. Walau pendapatan transfer nampak sangat besar yaitu Rp57.129
miliar dari porsi komponen pendapatan daerah namun pendapatan transfer
tereliminasi pada komponen pendapatan pemerintah daerah. Rendahnya komposisi
pendapatan pada pemerintah daerah menunjukkan bahwa pemerintah daerah
Provinsi Jawa Tengah belum mampu untuk menutup kebutuhan pendanaan
pemerintah di Jawa Tengah, sehingga ketergantungan terhadap dana transfer dari
pemerintah pusat masih sangat tinggi.
Grafik V.1 Proporsi Pendapatan Konsolidasian Jawa Tengah tahun 2020 (dalam Miliar Rp)
Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021
77
5.2.2 Analisis Perbandingan Pendapatan Konsolidasian
Jika dilihat tren selama 5
tahun pendapatan tertinggi
ada pada tahun 2017
sebesar Rp179.505 miliar
disumbang oleh komponen
pendapatan daerah sebesar
54,05 persen dari total
pendapatan tahun 2017.
Sedangkan di tahun 2020
pendapatan sebesar
Rp179.083 miliar tercatat porsi yang hampir sama antara komponen pendapatan pusat
dan daerah dengan porsi komponen pemerintah daerah lebih besar yaitu 50,11 persen
dan sisanya terdapat pada komponen pendapatan pemerintah pusat. Perbandingan
pendapatan selama 5 tahun menunjukkan bahwa pendapatan di tahun 2020
mengalami penurunan jika dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp166.02 miliar atau
0,09 persen.
Demikian pula bila dilihat dari komponen pendapatan pemerintah pusat maupun
daerah. Komponen pendapatan pemerintah daerah tahun 2020 menurun jika
dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp7.237 miliar atau 7,46 persen.
Hal ini disebabkan karena pemerintah melalukan penyesuaian terhadap postur APBN
2020 yang dituangkan dalam Perpres nomor 54 tahun 2020 tentang Perubahan Postur
dan Rincian APBN tahun anggaran 2020. Hal ini berdampak pada penyesuaian postur
TKDD 2020 sehingga mempengaruhi komposisi pendapatan pemerintah daerah karena
berkurangnya penerimaan yang bersumber dari Dana Transfer.
5.2.3 Analisis Perbandingan Pendapatan Konsolidasian
Perkembangan rasio pajak terhadap PDRB di Jawa Tengah tahun 2020 sebesar
7,37 persen naik sebesar 0,48 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Grafik V.2 PerbandinganPendapatan Konsolidasian Jawa Tengah tahun 2020 (dalam Miliar Rp)
Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021
78
Rasio tersebut jauh lebih rendah dibanding rasio pajak nasional sebesar 8,94
persen. Hal ini disebabkan karena dalam menghitung rasio pajak nasional hanya
menghitung komponen pendapatan pemerintah pusat.
Kenaikan terbesar pada pendapatan pajak konsolidasian di peroleh dari
pendapatan perpajakan dalam negeri terutama pada pendapatan PPN Dalam Negeri
dan pendapatan Cukap hasil Tembakau.
5.3 BELANJA KONSOLIDASIAN
5.3.1 Analisis Proporsi Belanja Konsolidasian
Tahun 2020 total realisasi belanja dan transfer sebesar Rp190.740 miliar,
bersumber dari komponen belanja pemerintah pusat Rp102.745 miliar atau 53,87
persen dan komponen belanja pemerintah daerah Rp 87.995 miliar atau 46,13 persen.
Namun dari total belanja dan transfer tersebut belanja transfer pemerintah pusat
Tabel V.2 Perkembangan Rasio Pajak terhadap PDRB Jawa Tengah (dalam Miliar Rp)
Uraian 2016 2017 2018 2019 2020
Pajak
Konsolidasian
(Milyar Rp)
108.405 114.750 89.855 93.777 99.406
PDRB Jateng
(Miliar Rp)
1.087.317 1.172.795 1.268.261 1.361.567 1.348.600
Rasio Pajak 9,97% 9,78% 7,08% 6,89% 7,37%
Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021
Grafik V.3 Perbandingan Belanja Konsolidasian Jawa Tengah tahun 2020 (dalam miliar Rp)
Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021
79
sebesar Rp61.735 miliar tereliminasi sehingga total belanja konsolidasian di Jawa
Tengah adalah sebesar Rp129.005 miliar.
Realisasi belanja konsolidasian terbesar pada belanja pegawai yaitu Rp51.121
miliar bersumber dari komposisi pemerintah pusat sebesar 29,97 persen dan
pemerintah daerah 70,03 persen. Belanja barang konsolidasian yaitu Rp36.394 miliar
bersumber dari pemerintah pusat 27,77 persen dan 43,43 dari pemerintah daerah.
Sedangkan untuk belanja modal bersumber dari pemerintah pusat sebesar 14,76
persen dan pemerintah daerah sebesar 18,15 persen. Belanja Sosial konsolidasi
sebesar Rp751 miliar bersumber dari komponen pemerintah pusat sebesar 0,16 persen
dan 1,31 persn dari pemerintah daerah. Sisanya sebesar Rp6.507 miliar tersebar di
belanja pembayaran utang, subsidi, hibah, belanja tak terduga yang semuanya berasal
dari komponen konsolidasian pemerintah daerah.
5.3.2 Analisis Perbandingan Belanja Konsolidasian
Jika dibandingkan komposisi realisasi belanja konsolidasian per jenis belanja
antara tahun 2019 dengan tahun 2020 terlihat tidak ada perubahan yang cukup
signifikan, dengan belanja pegawai konsolidasian masih dominan dari total realisasi
belanja. Sementara itu porsi belanja modal hanya 13 persen, lebih rendah 4 point
dibanding porsi tahun sebelumnya. Walau porsi belanja modal yang menurun tidak
sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan porsi anggaran modal
Grafik V.4 Perubahan Belanja Konsolidasian Jawa Tengah tahun 2020
Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021
80
namun hal ini dilakukan dalam rangka efisiensi anggaran yang sebagian besar
digunakan untuk belanja penanganan covid-19.
5.3.3 Analisis Rasio Belanja Pendidikan Perkapita
Berdasarkan hasil perhitungan rasio belanja Pendidikan per kapita dan IPM per
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dapat dilakukan perbandingan lebih lanjut untuk
mengetahui apakah rasio belanja Pendidikan per kapita yang besar berbanding lurus
dengan nilai IPM. Kabupaten Tegal memiliki rasio belanja pendidikan per kapita
sebesar Rp137.516 tetapi memiliki nilai IPM sebesar 12,67 atau nilai IPM lebih tinggi
jika dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki rasio belanja pendidikan per
kapita lebih besar, diantaranya Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Grobogan, Kabupaten
Brebes dan Kabupaten Boyolali.
Kabupaten Semarang memiliki rasio belanja pendidikan per kapita sebesar
Rp384.609 namun memiliki nilai IPM sebesar 12,97 atau lebih tinggi nilai IPM nya jika
dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki rasio belanja pendidikan per kapita
lebih besar, diantaranya Kabupaten Magelang, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten
Pemalang.
Kabupaten Klaten memiliki rasio belanja pendidikan per kapita sebesar
Rp707.390 namun memiliki nilai IPM sebesar 13,25 atau lebih tinggi nilai IPM nya jika
dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki rasio belanja Pendidikan perkapita
Grafik V.5 Rasio Belanja Pendidikan Jawa Tengah tahun 2018 - 2020
Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng dan BPS Prov. Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
81
lebih besar yaitu Kabupaten Wonosobo. Kabupaten Demak memiliki rasio belanja
pendidikan per kapita sebesar Rp740.903 namun memiliki nilai IPM sebesar 13,31 atau
lebih tinggi nilai IPM nya jika dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki rasio
belanja pendidikan per kapita lebih besar, diantaranya Kabupaten Kendal, Kabupaten
Purbalingga, Kabupaten Jepara, Kabupaten Pati, Kabupaten Sragen, Kabupaten
Temanggung, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Banjarnegara.
Kabupaten Purworejo memiliki rasio belanja pendidikan per kapita sebesar
Rp871.963 namun memiliki nilai IPM sebesar 13,50 atau lebih tinggi nilai IPM nya jika
dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki rasio belanja Pendidikan perkapita
lebih besar yaitu Kabupaten Rembang. Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Sukoharjo yang masing-masing memiliki rasio belanja pendidikan per kapita sebesar
Rp951.896 dan Rp965.866 namun memiliki nilai IPM sebesar 13,68 dan 13,83 atau
lebih tinggi nilai IPM nya jika dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki rasio
belanja pendidikan perkapita lebih besar, diantaranya Kabupaten Banyumas,
Kabupaten Kudus, Kabupaten Blora, Kota Pekalongan dan Kota Tegal.
Kota Salatiga dan Kota Semarang yang masing-masing memiliki rasio belanja
pendidikan per kapita sebesar Rp1.721.751 dan Rp2.171.019 namun memiliki nilai IPM
sebesar 15,41 dan 15,52 atau lebih tinggi nilai IPM nya jika dibandingkan dengan
daerah lain yang memiliki rasio belanja Pendidikan perkapita lebih besar, diantaranya
Kota Magelang dan Kota Surakarta.
5.4 SURPLUS / DEFISIT
Defisit pemerintah konsolidasian di Jawa Tengah tahun 2020 mencapai minus
Rp11.657 miliar disebabkan oleh defisit dari pemerintah pusat yakni sebesar Rp13.403
Tabel V.3 Rasio Surplus/Defisit Kondolidasian terhadap PDRB Jawa Tengah tahun 2020
Realisasi (Miliar Rp) Komposisi
Gabungan Pemda Jawa Tengah 1.746 (14,98) 0,13%
Pempus di Wilayah Jawa Tengah -13.403 114,98 -0,99%
Konsolidasian -11.657 100,00 -0,86%
Surplus/Defisit Rasio terhadap
PDRB
Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021
82
miliar. Sedangkan gabungan pemda di Jawa Tengah mengalami surplus sebesar
Rp1.746 miliar. Akan tetapi defisit yang terjadi pada pemerintah pusat sangat besar,
sehingga surplus yang terjadi pada gabungan pemda di Jawa Tengah tidak berdampak
signifikan.
5.5 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT
Dari perhitungan PDRB dengan menggunakan pendekatan persamaan
pengeluaran, yaitu Y = C + I + G + (X – M), maka berdasarkan tabel di bawah ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Nilai belanja pemerintah (G) dicerminkan dari nilai pengeluaran konsumsi
pemerintah yang berasal dari kompensasi pegawai ditambah penggunaan barang jasa
adalah sebesar Rp85.528,28 miliar. Sedangkan nilai investasi (I) dicerminkan dari nilai
Tabel V.4 LO Statistik Keuangan Pemerintah Tahun 2020
Kode Akun Statistik Keuangan Pemerintah Jumlah
A1 Pendapatan 227.702.750.939.272
A11 Pajak 99.401.455.674.416
A12 Kontribusi Sosial 0
A13 Hibah 6.119.716.695.103
A14 Pendapatan Lainnya 122.181.578.569.753
A2 Beban 119.789.512.075.713
A21 Kompensasi Pegawai 52.535.388.546.358
A22 Penggunaan Barang dan Jasa 32.989.895.108.485,0
A23 Konsumsi Aset Tetap 0
A24 Bunga 16.449.162.633
A25 Subsidi 11.200.830.916
A26 Hibah 26.456.436.900.627
A27 Manfaat Sosial 751.343.042.098
A28 Beban Lainnya 7.028.798.484.596
GOB Saldo Operasi Bruto (1-2+23+NOBz) 107.913.238.863.559
NOB Saldo Operasi Neto (1-2+NOBz) 107.913.238.863.559
TRANSAKSI ASET NON KEUANGAN :
A31 Akuisisi Aset Non Keuangan Neto 16.824.903.941.238
A311 Aset Tetap 16.061.873.688.965
A312 Perubahan Persediaan 0
A313 Barang Berharga 0
A314 Aset Non Produksi 763.030.252.273
NLB Saldo Peminjaman / Pinjaman Neto (1-2+NOBz-31) 91.088.334.922.321
TRANSAKSI ASET KEUANGAN DAN KEWAJIBAN
(PEMBIAYAAN) : (91.088.334.922.321)
A32 Akuisisi Neto Aset Keuangan 90.940.295.327.285
A321 Dalam Negeri 90.940.295.327.285
A322 Luar Negeri 0
A323 Emas Moneter dan Hak Tarik Khusus (SDRs) 0
A33 Keterjadian Kewajiban Neto (148.039.595.036)
A331 Dalam Negeri (148.039.595.036)
A332 Luar Negeri 0
TRANSAKSI YANG MEMPENGARUHI KEKAYAAN BERSIH :
Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021
83
PMTB yang merupakan nilai akuisi asset tetap sebesar Rp16.824,90 miliar dengan nilai
PDRB Jawa Tengah adalah sebesar Rp.1.348.600,40 miliar.
Tahun 2020
kontribusi
belanja
pemerintah
terhadap PDRB
adalah sebesar
6,34 persen,
sedangkan
investasi
pemerintah
berkontribusi
terhadap PDRB hanya sebesar 1,25 persen. Dalam kondisi saat ini dimana
pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah berada di angka -2,65 persen, belanja pemerintah
dan investasi memiliki kontribusi yang sangat penting dalam menggerakkan
perekonomian di Jawa Tengah agar lebih baik untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi pada masa yang akan datang.
Uraian Nilai
Kompensasi Pegawai 52.535,39
Penggunaan Barang dan Jasa 32.989,90
Konsumsi Aset Tetap -
Konsumsi Pemerintah 85.525,28
Aset Tetap 16.824,90
PMTB 16.824,90
PDRB 1.348.600,40
Kontribusi Belanja Pemerintah 6,34%
Kontribusi Investasi Pemerintah 1,25%
Tabel V.5 Perhitungan Kontribusi Belanja dan Investasi Pemerintah Tahun 2020
Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021
Belanja APBN/APBD didominasi belanja yang mendorong pemerataan (distribusi
pendapatan) dan peningkatan daya beli masyarakat. Diantaranya belanja pegawai dan
transfer payment (bansos).
Sektor dan potensi unggulan berkembang dengan sendirinya, dan didukung kebijakan
sektor riil berupa KPBU (kemitraan pemerintah dan badan usaha), kemudahan perizinan
dan penyelesaian sengketa usaha dalam kerangka membentuk iklim “eazy of doing
business”, khususnya di sektor industri melalui fasilitasi pembangunan kawasan industri,
dan sektor pariwisata melalui penetapan kawasan strategis wisata nasional.
KEUNGGULAN & POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
.
84
Keunggulan dan potensi ekonomi regional (Jawa Tengah) dapat diketahui dengan
melakukan Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Tipologi Klassen, dan Analisis
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektoral.
Konsep Analisis Location Quotient (LQ) dan Tipologi Klassen
Analisis Location Quotient (LQ) dan Tipologi Klassen dilakukan untuk mengetahui
lapangan usaha (sektor ekonomi) regional yang menjadi basis atau berkontribusi besar
terhadap lapangan usaha (sektor ekonomi) nasional. Analisis LQ dilakukan dengan
mengunakan data PDRB dan PDB tahun 2014 – 2020 yang diolah melalui 2 jenis rumusan
yaitu Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ). Analisis SLQ
untuk mengetahui sektor basis dan non basis, di mana nilai SLQ > 1 sebagai sektor basis,
SLQ = 1 sebagai sektor biasa dan SLQ < 1 sebagai sektor non basis. Sektor basis adalah
lapangan usaha di Jawa Tengah yang berkontribusi besar/di atas rata-rata terhadap
pembentukan PDB dalam lapangan usaha tersebut di lingkup nasional. Sektor biasa
adalah lapangan usaha di Jawa Tengah yang berkontribusi rata-rata terhadap
pembentukan PDB dalam lapangan usaha tersebut di lingkup nasional. Sektor non basis
adalah lapangan usaha di Jawa Tengah yang berkontribusi kecil atau di bawah rata-rata
terhadap pembentukan PDB dalam lapangan usaha tersebut di lingkup nasional.
Sedangkan DLQ adalah indikator SLQ berdasarkan data time series, yang
mengindikasikan kecenderungan rata-rata nilai SLQ setiap periodenya. Tipologi Klassen
digunakan untuk menentukan sektor unggulan berdasarkan kuadran dengan kategori
SLQ > 1 dan DLQ > 1.
Rumusan SLQ
SLQxn = Yx
regional / Ytregional
Yxnasional / Ytnasional
BAB
VI
KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA
TANTANGAN FISKAL REGIONAL
.
85
SLQxn = Nilai SLQ pada lapangan usaha x tahun n Yx
regional = PDRB Jawa Tengah pada lapangan usaha x pada tahun n Yt
regional = Total PDRB Jawa Tengah pada tahun n Yx
nasional = PDB Indonesia pada lapangan usaha x pada tahun n Yt
nasional = Total PDB Indonesia pada tahun n
Rumusan DLQ
DLQx = [ 1 + MαYx
regional / 1 + MαYtregional]
[ 1 + MαYxnasional / 1 + MαYt
nasional]
DLQx = Nilai DLQ pada lapangan usaha x MαYx
regional = Rata-rata pertumbuhan PDRB Jawa Tengah pada lapangan usaha x pada tahun yang dihitung secara time series
MαYtregional = Rata-rata pertumbuhan PDRB Jawa Tengah pada tahun yang
dihitung secara time series MαYx
nasional = Rata-rata pertumbuhan PDB Indonesia pada lapangan usaha x pada tahun yang dihitung secara time series
MαYtnasional = Rata-rata pertumbuhan PDB Indonesia pada tahun yang dihitung
secara time series
Rumusan Tipologi Klassen
DLQ>1 DLQ<=1
SLQ>1 Kuadran I Kuadran III
SLQ<=1 Kuadran II Kuadran IV
Kuadran I = Sektor/Lapangan Usaha Basis-Unggulan Kuadran II = Sektor/Lapangan Usaha Basis-Potensial Kuadran III = Sektor/Lapangan Usaha Biasa Kuadran IV = Sektor/Lapangan Usaha Non Basis
Konsep Analisis Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Lapangan
Usaha/Sektoral
Analisis Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Lapangan Usaha/Sektoral digunakan
untuk: mengetahui lapangan usaha/sektor yang berkontribusi terbesar dalam
pembentukan PDRB Jawa Tengah; dan mengetahui lapangan usaha dengan
pertumbuhan tertinggi pada suatu periode atau sepanjang tahun (time series).
.
86
Analisis kontribusi PDRB dilakukan dengan membandingkan persentase kontribusi
terhadap PDRB antar lapangan usaha, yang terdiri dari 17 lapangan usaha. Analisis laju
pertumbuhan dilakukan dengan membandingkan persentase laju pertumbuhan rata-
rata dari tahun 2014-2020 antar sektor.
Penerapan Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis SLQ
Terdapat 17 sektor/lapangan usaha yang dijadikan dasar perhitungan PDB/PDRB segi
penerimaan oleh BPS sebagaimana tabel di bawah ini.
Sektor / Lapangan Usaha
Tahun
2014
(1)
Tahun
2015
(2)
Tahun
2016
(3)
Tahun
2017
(4)
Tahun
2018
(5)
Tahun
2019
(6)
Tahun
2020
(7)
Kecenderungan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,04 1,05 1,03 1,00 0,99 0,96 0,98 Turun
Pertambangan dan Penggalian 0,21 0,23 0,26 0,28 0,28 0,28 0,29 Naik
Industri Pengolahan 1,60 1,59 1,57 1,57 1,56 1,58 1,58 Turun
Pengadaan Listrik dan Gas 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,11 Naik
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 0,90 0,84 0,83 0,84 0,83 0,81 0,79 Turun
Konstruksi 1,01 1,00 1,01 1,00 1,00 0,99 0,99 Turun
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor 1,03 1,03 1,03 1,05 1,05 1,06 1,07 Naik
Transportasi dan Pergudangan 0,83 0,83 0,82 0,78 0,78 0,80 0,63 Turun
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,99 1,01 1,01 1,02 1,03 1,06 1,10 Naik
Informasi dan Komunikasi 0,86 0,84 0,83 0,86 0,90 0,91 0,96 Naik
Jasa Keuangan dan Asuransi 0,69 0,67 0,67 0,66 0,66 0,63 0,63 Turun
Real Estat 0,59 0,60 0,61 0,62 0,63 0,63 0,62 Naik
Jasa Perusahaan 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 Tetap
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 0,78 0,77 0,76 0,76 0,74 0,72 0,72 Turun
Jasa Pendidikan 1,13 1,12 1,15 1,18 1,20 1,21 1,19 Naik
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,71 0,70 0,72 0,73 0,74 0,73 0,71 Tetap
Jasa Lainnya 0,97 0,92 0,91 0,91 0,91 0,90 0,87 Turun
Tabel VI.1 SLQ dan Tren SLQ Atas 17 Lapangan Usaha tahun 2014 – 2020 Provinsi Jawa Tengah
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
.
87
Delapan lapangan usaha, yaitu 1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2) industri
pengolahan, 3) pengadaan air, pengelolaan sampah, dan daur ulang, 4) konstruksi, 5)
transportasi dan pergudangan, 6) jasa keuangan dan asuransi, 7) administrasi
pemerintahan, pertanahan, dan jaminan sosial, dan 8) jasa lainnya, cenderung menurun
kontribusinya terhadap pembentukan PDB nasional. Hal tersebut ditunjukkan dengan
menurunnya nilai SLQ tahun 2014 sampai dengan tahun 2020.
Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan menurun sepanjang 2015-
2019, namun mengalami kenaikan pada tahun 2020. Dari delapan sektor/lapangan
usaha yang menurun, hanya lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang
mengalami kenaikan SLQ pada tahun 2020. Data tersebut menunjukkan bahwa Pandemi
Covid-19 menaikkan permintaan produk pertanian, kehutanan, dan perikanan di/dari
Jawa Tengah.
Lapangan usaha industri pengolahan cenderung menurun berdasarkan garis tren
linear SLQ antara tahun 2014 dan tahun 2020. Pada tahun 2014, SLQ sebesar 1,60 dan
pada tahun 2020 SLQ sebesar 1,58. Data tren SLQ menunukkan telah terjadi kenaikan
antara tahun 2018 dan 2019, namun secara umum menurun.
Grafik VI.1 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Menurun Provinsi Jawa Tengah
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
.
88
Hal yang sama terjadi pada lapangan usaha konstruksi, yang memiliki tren
fluktuatif namun secara umum menurun di mana pada tahun 2014 SLQ sebesar 1,01
menjadi 0,99 pada tahun 2020. Kedua lapangan usaha tersebut (industri pengolahan
dan konstruksi) pada tahun 2019 dan tahun 2020, memiliki SLQ yang tetap. Hal yang
sama terjadi pada lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi dan lapangan usaha
administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial, di mana tahun 2019 sama
dengan tahun 2020. Pandemi Covid-19 diasumsikan tidak mempengaruhi keempat
lapangan usaha tersebut.
Lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial cenderung tetap dengan
mengambil data awal SLQ pada tahun 2014 sebesar 0,71 dan tetap sama sebesar 0,71
pada tahun 2020. Pandemi covid-19 telah menurunkan angka SLQ pada tahun 2020
menjadi 0,71 dari sebelumnya (pada tahun 2019) sebesar 0,73. Pada saat pandemi
Covid-19, pendapatan yang diterima pusat/unit layanan kesehatan cenderung menurun.
Hal yang sama juga terjadi pada penerimaan dana sosial. Pada umumnya pendapatan
masyarakat (PDRB) dan tentunya pendapatan per kapita menurun pada tahun 2020
dibandingkan tahun 2019, sehingga kecenderungan masyarakat untuk mengalokasikan
pendapatannya untuk kegiatan sosial juga menurun.
Lapangan usaha jasa perusahaan memiliki SLQ yang tetap sepanjang tahun 2014-
2020. Volalitas SLQ sektor/lapangan usaha yang berkaitan dengan jasa perusahaan
seperti : industri pengolahan, konstruksi, perdagangan, pengadaan listrik dan air, dsb,
Grafik VI.2 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Tetap Provinsi Jawa Tengah
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
.
89
cenderung saling menggenapi, dalam arti, satu sektor menurun, sektor yang lain
meningkat, maka jasa perusahaan yang mana kontribusinya didukung oleh sektor-sektor
tersebut, cenderung tetap sepanjang tahun.
Terdapat tujuh lapangan usaha dengan SLQ cenderung meningkat, yaitu 1)
pertambangan dan penggalian, 2) pengadaan listrik dan gas, 3) perdagangan besar dan
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, 4) penyediaan akomodasi dan makan minum,
5) informasi dan komunikasi, 6) real estat, dan 7) jasa Pendidikan.
SLQ lapangan usaha Real estat dan jasa Pendidikan menurun pada tahun 2020
dibandingkan tahun 2019. Sedangkan nilai SLQ kedua lapangan usaha tersebut dari
tahun 2014-2019 terus meningkat. Pandemi Covid-19 diasumsikan menurunkan
kontribusi real estat dan jasa Pendidikan Jawa Tengah terhadap penerimaan lapangan
usaha tersebut secara nasional (PDB).
Grafik VI.3 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Meningkat Provinsi Jawa Tengah
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
.
90
Analisis DLQ
DLQ diolah dari data PDRB Jawa Tengah dan PDB Indonesia Tahun 2014 sampai
dengan Tahun 2020. Terdapat tujuh sektor / lapangan usaha basis di Jawa Tengah (DLQ
di atas 1), diurutkan dari terbesar ke terkecil sebagai berikut : 1) pertambangan dan
penggalian, 2) informasi dan komunikasi, 3) penyediaan akomodasi dan makan minum,
4) pengadaan listrik dan gas, 5) jasa Pendidikan, 6) real estat, dan 7) perdagangan besar
dan eceran ; reparasi mobil dan sepeda motor.
Sedangkan sektor / lapangan usaha biasa di Jawa Tengah (DLQ=1) meliputi : 1) jasa
perusahaan, 2) jasa Kesehatan dan kegiatan sosial, 3) industri pengolahan, dan 4)
konstruksi. Kemudian, sektor / lapangan usaha non basis meliputi : 1) pertanian,
kehutanan, dan perikanan, 2) administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan
sosial, 3) jasa keuangan dan asuransi, 4) pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah,
dan daur ulang, 5) jasa lainnya, dan 6) transportasi dan pergudangan.
Tabel VI.2 Sektor Basis berdasarkan DLQ Provinsi Jawa Tengah
No Sektor / Lapangan Usaha DLQ
1 Pertambangan dan Penggalian 1,05
2 Informasi dan Komunikasi 1,02
3 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,02
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,01
5 Jasa Pendidikan 1,01
6 Real Estat 1,01
7
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor 1,01
8 Jasa Perusahaan 1,00
9 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,00
10 Industri Pengolahan 1,00
11 Konstruksi 1,00
12 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,99
13 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 0,99
14 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,99
15 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 0,98
16 Jasa Lainnya 0,98
17 Transportasi dan Pergudangan 0,97
1,00Rata-Rata Total
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
.
91
Penerapan Tipologi Klassen
❖ Kuadran I meliputi : 1) Perdagangan Besar dan Eceran; reparasi mobil dan sepeda
motor, 2) penyediaan akomodasi dan makan minum, dan 3) jasa pendidikan.
❖ Kuadran II meliputi : 1) pertambangan dan penggalian, 2) pengadaan listrik dan gas,
3) informasi dan komunikasi, dan 4) real estat.
❖ Kuadran III meliputi : industri pengolahan
❖ Kuadran IV meliputi : 1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2) pengadaan air,
pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, 3) konstruksi, 4) transportasi dan
pergudangan, 5) jasa keuangan dan asuransi, 6) jasa perusahaan, 7) administrasi
pemerintahan, pertahanan, dan jaminan social, 8) jasa Kesehatan dan kegiatan sosial,
dan 9) jasa lainnya.
Penerapan Analisis Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektoral
Tabel VI.3 Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB
DLQ>1 DLQ<=1
֍Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
֍Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
֍Jasa Pendidikan
֍Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
֍Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
֍Konstruksi
֍Transportasi dan Pergudangan
֍Jasa Keuangan dan Asuransi
֍Jasa Perusahaan
֍Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
֍Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
֍Jasa Lainnya
֍Industri Pengolahan
Tipologi Klassen
SLQ
<=1
SLQ
>1
֍Pertambangan dan Penggalian
֍Pengadaan Listrik dan Gas
֍Informasi dan Komunikasi
֍Real Estat
PDRB ADHK Jawa Tengah Harga Konstan Tahun 2010
Lapangan Usaha Rp (Triliun)Persen
KontribusiRp (Triliun)
Persen
KontribusiRp (Triliun)
Persen
KontribusiRp (Triliun)
Persen
KontribusiRp (Triliun)
Persen
KontribusiRp (Triliun)
Persen
KontribusiRp (Triliun)
Persen
Kontribusi
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 107,8 14,09 113,8 14,11 116,3 13,69 118,1 13,21 121,4 12,89 123,2 12,42 126,3 13,08
Pertambangan dan Penggalian 15,6 2,03 16,0 1,99 19,0 2,24 20,4 2,28 20,9 2,22 21,6 2,17 21,4 2,21
Industri Pengolahan 271,5 35,50 284,6 35,27 296,2 34,88 308,8 34,54 322,2 34,23 338,9 34,16 326,2 33,78
Pengadaan Listrik dan Gas 0,9 0,11 0,9 0,11 1,0 0,11 1,0 0,11 1,0 0,11 1,1 0,11 1,1 0,11
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 0,6 0,07 0,6 0,07 0,6 0,07 0,6 0,07 0,7 0,07 0,7 0,07 0,7 0,07
Konstruksi 76,7 10,02 81,3 10,08 86,9 10,23 92,8 10,38 98,4 10,45 103,3 10,41 99,4 10,29
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 110,9 14,50 115,3 14,29 121,2 14,27 129,3 14,47 136,7 14,52 144,8 14,59 139,2 14,42
Transportasi dan Pergudangan 24,9 3,25 26,8 3,32 28,6 3,37 29,9 3,34 32,1 3,41 34,8 3,51 23,3 2,41
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 23,5 3,07 25,1 3,11 26,7 3,14 28,4 3,18 30,7 3,26 33,5 3,37 30,8 3,19
Informasi dan Komunikasi 30,1 3,94 33,0 4,09 35,7 4,21 40,5 4,53 45,5 4,83 50,8 5,12 58,7 6,08
Jasa Keuangan dan Asuransi 20,1 2,63 21,7 2,69 23,8 2,80 24,9 2,78 25,6 2,72 26,5 2,67 27,1 2,80
Real Estat 13,8 1,80 14,8 1,84 15,8 1,86 16,9 1,89 17,8 1,89 18,8 1,89 18,7 1,94
Jasa Perusahaan 2,5 0,33 2,7 0,34 3,0 0,36 3,3 0,37 3,6 0,38 4,0 0,40 3,7 0,38
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 21,1 2,76 22,2 2,75 22,7 2,67 23,3 2,61 24,3 2,59 25,0 2,52 24,7 2,56
Jasa Pendidikan 27,3 3,56 29,3 3,63 31,6 3,72 33,8 3,78 36,3 3,85 39,0 3,94 38,9 4,03
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,9 0,77 6,3 0,78 6,9 0,82 7,5 0,84 8,2 0,87 8,7 0,88 9,5 0,98
Jasa Lainnya 11,9 1,56 12,3 1,52 13,4 1,57 14,6 1,63 15,9 1,69 17,4 1,75 16,0 1,66
Total 765,0 100,00 806,8 100,00 849,4 100,00 894,1 100,00 941,3 100,00 992,1 100,00 965,6 100,00
2019 20202014 2015 2016 2017 2018
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
.
92
Sektor yang berkontribusi terbesar bagi pembentukan PDRB Jawa Tengah meliputi : 1)
industri pengolahan, 2) perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda
motor, 3) pertanian, kehutanan, dan perikanan, dan 4) konstruksi.
Sektor yang volatilitasnya tinggi adalah 1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2)
industri pengolahan, 3) transportasi dan pergudangan, 4) informasi dan komunikasi, dan
5) jasa Pendidikan. Tiga sektor yang kontribusinya volatile dan mudah terpengaruh oleh
perubahan kebijakan dan pasar adalah 1) informasi dan komunikasi, 2) pertanian,
kehutanan, dan perikanan, dan 3) industri pengolahan.
Grafik VI.4 Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB
Tabel VI.4 Perbandingan Laju Pertumbuhan Sektoral Jawa Tengah dan Nasional 2015 - 2020
Jawa Tengah Indonesia Jawa Tengah Indonesia Jawa Tengah Indonesia Jawa Tengah Indonesia Jawa Tengah Indonesia Jawa Tengah Indonesia
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,60% 3,76% 2,13% 3,36% 1,61% 3,87% 2,75% 3,90% 1,52% 3,63% 2,47% 1,75%
Pertambangan dan Penggalian 3,05% -3,42% 18,73% 0,95% 6,98% 0,66% 2,45% 2,15% 3,28% 1,22% -0,80% -1,95%
Industri Pengolahan 4,81% 4,33% 4,09% 4,26% 4,25% 4,29% 4,33% 4,27% 5,19% 3,80% -3,77% -2,93%
Pengadaan Listrik dan Gas 2,44% 0,96% 7,57% 5,37% 2,28% 1,50% 5,36% 5,52% 5,48% 4,11% 1,79% -2,42%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 1,64% 7,25% 2,17% 2,70% 6,51% 5,26% 4,88% 5,00% 4,42% 7,14% 2,22% 5,56%
Konstruksi 6,00% 6,36% 6,88% 5,21% 6,78% 6,80% 6,07% 6,09% 4,95% 5,75% -3,76% -3,26%
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3,97% 2,58% 5,10% 3,98% 6,73% 4,46% 5,67% 4,96% 5,92% 4,60% -3,82% -3,72%
Transportasi dan Pergudangan 7,80% 6,70% 6,66% 7,45% 4,46% 8,51% 7,55% 7,01% 8,49% 6,43% -33,15% -15,05%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,79% 4,31% 6,40% 5,17% 6,59% 5,41% 7,89% 5,64% 9,14% 5,84% -8,06% -10,20%
Informasi dan Komunikasi 9,53% 9,67% 8,31% 8,89% 13,27% 9,63% 12,39% 7,05% 11,62% 9,39% 15,65% 10,59%
Jasa Keuangan dan Asuransi 8,02% 8,60% 9,67% 8,93% 4,44% 5,45% 3,05% 4,19% 3,51% 6,62% 2,03% 3,25%
Real Estat 7,59% 4,13% 6,80% 4,68% 6,49% 3,65% 5,58% 3,59% 5,53% 5,60% -0,28% 2,34%
Jasa Perusahaan 8,49% 7,69% 10,62% 7,35% 8,72% 8,47% 9,48% 8,62% 10,54% 10,23% -7,19% -5,41%
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 5,31% 4,66% 2,37% 3,19% 2,57% 2,06% 4,43% 7,01% 2,86% 4,58% -1,31% -0,03%
Jasa Pendidikan 7,55% 7,32% 7,64% 3,85% 7,15% 3,67% 7,29% 5,38% 7,59% 6,32% -0,24% 2,61%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,61% 6,67% 9,86% 5,13% 8,60% 6,83% 8,80% 7,12% 6,72% 8,70% 8,19% 11,61%
Jasa Lainnya 3,21% 8,05% 8,62% 8,01% 8,99% 8,75% 9,45% 8,99% 9,02% 10,51% -8,01% -4,10%
Pertumbuhan Ekonomi 5,47% 4,18% 5,28% 4,57% 5,26% 4,76% 5,28% 4,95% 5,40% 4,96% -2,67% -1,58%
Sektor / Lapangan Usaha
Laju Pertumbuhan
Sektoral Tahun 2020
Laju Pertumbuhan
Sektoral Tahun 2019
Laju Pertumbuhan
Sektoral Tahun 2018
Laju Pertumbuhan
Sektoral Tahun 2017
Laju Pertumbuhan
Sektoral Tahun 2016
Laju Pertumbuhan
Sektoral Tahun 2015
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
Tabel VI.5 Perbandingan Rata-rata Pertumbuhan Sektoral Jawa Tengah dan Nasional 2015 - 2020
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
Sektor / Lapangan UsahaRata-Rata Pertumbuhan
Sektoral Jawa Tengah
Rata-Rata Pertumbuhan
Sektoral Indonesia
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,68% 3,38%
Pertambangan dan Penggalian 5,61% -0,06%
Industri Pengolahan 3,15% 3,00%
Pengadaan Listrik dan Gas 4,15% 2,51%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 3,64% 5,49%
Konstruksi 4,49% 4,49%
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3,93% 2,81%
Transportasi dan Pergudangan 0,30% 3,51%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,79% 2,69%
Informasi dan Komunikasi 11,79% 9,20%
Jasa Keuangan dan Asuransi 5,12% 6,17%
Real Estat 5,29% 4,00%
Jasa Perusahaan 6,78% 6,16%
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 2,71% 3,58%
Jasa Pendidikan 6,16% 4,86%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,13% 7,68%
Jasa Lainnya 5,21% 6,70%
Rata-Rata Total 4,00% 3,64%
.
93
Jawa Tengah memiliki 11 sektor/lapangan usaha yang mana rata-rata
pertumbuhan sektoralnya di atas rata-rata pertumbuhan sektoral Indonesia. Hanya
enam sektor/lapangan usaha yang rata-rata laju pertumbuhannya di bawah laju
pertumbuhan sektoral Indonesia, yaitu 1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2)
pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, 3) transportasi dan
pergudangan, 4) jasa keuangan dan asuransi, 5) administrasi pemerintahan, pertahanan,
dan jaminan sosial, dan 6) jasa lainnya.
SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DAN SEKTOR EKONOMI POTENSIAL
JAWA TENGAH
Kriteria yang digunakan untuk menentukan sektor unggulan dan sektor
potensial, sebagai berikut :
KRITERIA SEKTOR UNGGULAN DAERAH (SUBSTITUTIF)
KRITERIA SEKTOR POTENSIAL DAERAH (KOMPLEMEN/IRISAN)
Kuadran I pada Tipologi Klassen Kuadran II, III, dan IV pada Tipologi Klassen
Lapangan Usaha yang berkontribusi terbesar bagi PDRB
Lapangan Usaha dengan Tren SLQ yang Cenderung Meningkat
Lapangan Usaha dengan rata-rata laju pertumbuhan tertinggi (Di atas target laju
pertumbuhan ekonomi)
Tabel VI.6 Rata-rata Pertumbuhan Sektoral Jawa Tengah (Perhitungan Tahun 2014 – 2020)
Lapangan UsahaRata-Rata Tumbuh
2014-2020
Informasi dan Komunikasi 11,79%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,13%
Jasa Perusahaan 6,78%
Jasa Pendidikan 6,16%
Pertambangan dan Penggalian 5,61%
Real Estat 5,29%
Jasa Lainnya 5,21%
Jasa Keuangan dan Asuransi 5,12%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,79%
Konstruksi 4,49%
Pengadaan Listrik dan Gas 4,15%
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor 3,93%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 3,64%
Industri Pengolahan 3,15%
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 2,71%
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,68%
Transportasi dan Pergudangan 0,30%
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
.
94
Penentuan secara substitutif berarti sektor yang memenuhi salah satu kriteria
dapat diakomodasi dalam penentuan. Sedangkan penentuan secara komplemen/irisan
berarti sektor yang diakomodasi harus memenuhi keseluruhan kriteria. Sektor ekonomi
unggulan ditentukan berdasarkan kriteria Kuadran I Tipologi Klassen dengan
argumentasi :
1. Kuadran I Tipologi Klassen terdiri dari sektor ekonomi yang bernilai SLQ dan DLQ di
atas 1. Nilai SLQ di atas satu (khususnya pada tahun terakhir) menunjukkan
kontribusi yang dominan dalam pembentukan PDB dibandingkan sektor yang sama
pada regional/provinsi lainnya. Nilai DLQ di atas satu menunjukkan tren sektor
tersebut berkontribusi dominan dalam pebentukan PDB dibandingkan sektor yang
sama pada provinsi lainnya.
2. Suatu sektor disebut unggulan pada suatu provinsi apabila kontribusi dan laju
pertumbuhan di suatu provinsi tersebut lebih besar daripada kontribusi dan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam lingkup nasional. Hal ini direfleksikan dalam
nilai SLQ dan DLQ di atas 1.
Sektor ekonomi unggulan ditentukan berdasarkan kriteria besarnya kontribusi
sektor tersebut dalam pembentukan PDRB dengan argumentasi :
1. Suatu sektor yang berkontribusi terbesar, dengan penentuan nilai 10% dari PDRB,
menunjukkan besarnya faktor produksi yang terserap dalam sektor tersebut.
2. Penyerapan Sebagian besar factor produksi dalam sektor tersebut, menunjukkan
besarnya pengaruh sektor tersebut dalam pembentukan inflasi, pertumbuhan,
penyerapan angkatan kerja, dan distribusi pendapatan.
3. Sehingga, stabilitas dan daya tahan sektor berkontribusi terbesar tersebut
menentukan ketahanan ekonomi suatu daerah.
Sektor ekonomi potensial disimpulkan sebagai suatu irisan dari kriteria : 1)
Kuadran II, III, dan IV pada Tipologi Klassen, 2) Lapangan Usaha dengan Tren SLQ yang
Cenderung Meningkat, dan 3) Lapangan Usaha dengan rata-rata laju pertumbuhan
tertinggi (di atas target laju pertumbuhan ekonomi). Argumentasi atas penentuan
tersebut sebagai berikut :
.
95
1. Sektor ekonomi dalam kuadran II sekurangnya memiliki nilai DLQ di atas 1, dan di
kuadran III sekurangnya memiliki SLQ di atas 1. Sedangkan sektor di kuadran IV,
meskipun tidak potensial dan dianggap non basis, akan dilakukan uji irisan dengan
kriteria kedua dan ketiga.
2. SLQ yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan telah terjadi
pengembangan atau pertumbuhan sektor tersebut atau telah terjadi pemindahan
pusat produksi sektor tersebut dari suatu provinsi ke provinsi yang mengalami
kenaikan SLQ terus-menerus. Sehingga, sektor tersebut dapat dinilai sebagai sektor
potensial.
3. Laju pertumbuhan sektoral yang tinggi menentukan potensi pengembangan atau
dominannya sektor tersebut pada PDRB di masa mendatang. Tolok ukur rasional
sebagai penentu suatu sektor dianggap memiliki laju pertumbuhan tinggi adalah
apabila suatu sektor memiliki laju pertumbuhan di atas target pertumbuhan
ekonomi yang ditetapkan dalam RPJMD. Jawa Tengah menentukan target
pertumbuhan sebesar 5,4%-5,7%, sehingga angka acuan yang ditetapkan adalah
angka 5,7%.
SEKTOR EKONOMI UNGGULAN JAWA TENGAH
KRITERIA SEKTOR UNGGULAN DAERAH (SUBSTITUTIF)
Kuadran I pada Tipologi Klassen
Lapangan Usaha yang berkontribusi terbesar bagi PDRB (Di atas 10%)
Kuadran I Pada Tipologi Klassen Lapangan Usaha Yang Berkontribusi Terbesar Bagi PDRB
❖ Perdagangan Besar dan Eceran; reparasi mobil dan sepeda motor,
❖ Penyediaan akomodasi dan makan minum,
❖ Jasa pendidikan.
❖ Industri Pengolahan ❖ Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan ❖ Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ❖ Konstruksi
Sektor unggulan Jawa Tengah meliputi : 1) Perdagangan Besar dan Eceran;
reparasi mobil dan sepeda motor, 2) Penyediaan akomodasi dan makan minum, 3) Jasa
.
96
Pendidikan, 4) Industri Pengolahan, 5) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, dan 6)
Konstruksi.
Perdagangan Besar dan Eceran
Pada tahun 2020 lapanan usaha perdagangan besar dan eceran turun -3,28%
dibandingkan tahun 2019. Pada tahun 2019 PDRB ADHK sektor ini tercatat Rp144,8
triliun (ADHB Rp147,2 triliun) dan pada tahun 2020 sebesar Rp139,2 triliun (ADHB
Rp142,2 triliun). Sebagian besar pelaku sektor perdagangan di Jawa Tengah adalah
UMKM. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mencatat jumlah UMKM di Jawa Tengah
sebanyak 4.174.210 UMKM (jatengprov.go.id, 2020).
Penyediaan akomodasi dan makan minum
Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum berkaitan dengan
perhotelan dan restoran. Lapangan usaha ini berkontribusi terhadap PDRB sebesar
Rp23,5 triliun (3,07%) pada tahun 2014, Rp25,1 triliun (3,11%) pada tahun 2015, Rp26,7
triliun (3,14%) pada tahun 2016, Rp28,4 triliun (3,18%) pada tahun 2017, Rp30,7 triliun
(3,26%) pada tahun 2018, Rp33,5 triliun (3,37%) pada tahun 2019, dan Rp30,8 triliun
(3,19%) pada tahun 2020. (BPS,2020)
Pada tahun 2014 dan 2015 terdapat 1.728 restoran, meningkat menjadi 2.847
restoran pada tahun 2016, dan meningkat menjadi 3.149 dan 3.790 pada tahun 2017
dan 2018, namun pada tahun 2019 jumlah restoran menurun menjadi 3.658. (BPS,
2020). Sedangkan jumlah hotel di Jawa Tengah dari tahun 2014-2019 berturut-turut
sebanyak 186, 204, 217, 243, 291, dan 311 hotel (BPS,2020).
Jasa Pendidikan
Kontribusi Jasa Pendidikan dalam PDRB pada tahun 2020 sebesar Rp38,9 triliun
atau 4,03% dari PDRB tahun 2020 (Rp965,6 triliun). Sepanjang tahun 2014-2019, jasa
Pendidikan terus meningkat, namun pada tahun 2020 menurun dibandingkan tahun
2019. Hal tersebut dipengaruhi adanya pandemi covid-19.
Sekolah dasar dan menengah di Jawa Tengah berjumlah 31.333 sekolah, yang
meliputi sekolah negeri dan swasta (Kemedikbud, 2020). Perguruan tinggi yang dikelola
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (BPS,2019) tersebar di berbagai
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Beberapa kementerian lainnya juga membangun dan
.
97
mengelola perguruan tinggi dalam bentuk politeknik, akademi, institut, dan universitas
di Jawa Tengah, seperti: Kementerian Agama mengelola UIN di Semarang dan
Purwokerto, IAIN di Pekalongan, Surakarta, dan Salatiga, dan STAIN Kudus; Kementerian
Kesehatan mengelola Politeknik Kesehatan di Semarang dan Surakarta; Kementerian
ESDM mengelola PEM Akamigas dan PPSDM Migas di Cepu; Kementerian Kelautan dan
Perikanan mengelola SUPM di Tegal; Kementerian Perhubungan mengelola Politeknik
Ilmu Pelayanan di Semarang; Polri mengelola Akpol, Pusdikbinmas, dan SPN
Purwokerto; dan Kementerian Pertahanan mengelola Akmil Magelang dan Secaba
Magelang.
Industri Pengolahan
Industri di Jawa Tengah tersebar di seluruh Kabupaten/Kota dengan jumlah
seluruhnya 166.150 industri pada tahun 2019 (BPS, 2020). Dari jumlah tersebut,
sebanyak 4.933 adalah industri besar dan menengah (BPS,2020). Industri besar adalah
industri yang memiliki lebih dari 100 orang tenaga kerja. Industri menengah / sedang
adalah industri yang memiliki tenaga kerja 20-99 orang. Industri pengolahan besar dan
sedang nasional sebanyak 30.115 industri pada tahun 2018. Sehingga Jawa Tengah
berkontribusi pada banyaknya industri pengolahan besar dan sedang sebesar 16,38%
(4.933 dari 30.115 industri).
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Luas lahan pertanian di Jawa Tengah sebesar 1.022.570,86 hektare dengan jumlah
petani 2,88 juta petani (jatengprov.go.id, 2019). Data pemerintah provinsi menunjukkan
produksi beras terus meningkat meskipun luas lahan pertanian terus berkurang.
Sebagian besar hasil pertanian berupa beras, meskipun Jawa Tengah juga menghasilkan
tanaman pangan selain beras, hortikultura, hasil perkebunan, peternakan, perikanan
tangkap, dan perikanan budidaya.
Pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh 2,47% pada tahun 2020
dibandingkan tahun 2019. Pertanian, kehutanan, dan perikanan meningkat meningkat
dari Rp184,3 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp192,9 triliun pada tahun 2020 (PDRB
ADHB). Pandemi covid-19 tidak menurunkan permintaan atas hasil pertanian,
.
98
kehutanan, dan perikanan, karena kebutuhan pangan akan selalu dibutuhkan dalam
situasi apapun.
Konstruksi
Sektor konstruksi pada tahun 2020 Rp99,4 triliun (PDRB ADHK) atau menurun -
3,76% dibandingkan tahun 2019, sebesar Rp103,3 triliun. Penurunan tersebut
disebabkan terhentinya beberapa kegiatan konstruksi pada tahun 2020 diakibatkan
adanya pandemi Covid-19.
SEKTOR EKONOMI POTENSIAL JAWA TENGAH
KRITERIA SEKTOR POTENSIAL DAERAH (KOMPLEMEN/IRISAN)
Kuadran II, III, dan IV pada Tipologi Klassen
Lapangan Usaha dengan Tren SLQ yang Cenderung Meningkat
Lapangan Usaha dengan rata-rata laju pertumbuhan tertinggi (Di atas target laju
pertumbuhan ekonomi (5,7%))
Kuadran II, III dan IV pada Tipologi Klassen
Lapangan Usaha dengan Tren SLQ yang Cenderung Meningkat
Lapangan Usaha dengan rata-rata laju pertumbuhan tertinggi
❖ Pertambangan dan penggalian,
❖ Pengadaan listrik dan gas,
❖ Informasi dan komunikasi,
❖ Real estat. ❖ Industri
pengolahan ❖ Pertanian,
kehutanan, dan perikanan,
❖ Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang,
❖ Konstruksi, ❖ Transportasi dan
pergudangan, ❖ Jasa keuangan dan
asuransi,
❖ Pertambangan dan penggalian,
❖ Pengadaan listrik dan gas,
❖ Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor,
❖ Penyediaan akomodasi dan makan minum,
❖ Informasi dan komunikasi,
❖ Real estat, dan ❖ Jasa Pendidikan.
❖ Informasi dan Komunikasi (11,79%)
❖ Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (8,13%)
❖ Jasa Perusahaan (6,78%)
❖ Jasa Pendidikan (6,16%)
.
99
Kuadran II, III dan IV pada Tipologi Klassen
Lapangan Usaha dengan Tren SLQ yang Cenderung Meningkat
Lapangan Usaha dengan rata-rata laju pertumbuhan tertinggi
❖ Jasa perusahaan, ❖ Administrasi
pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial,
❖ Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial, dan
❖ Jasa lainnya.
Berdasarkan matrik di atas disimpulkan bahwa sektor ekonomi usaha informasi
dan komunikasi adalah sektor potensial di Jawa Tengah.
Informasi dan Komunikasi
Pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi dari tahun 2014-2020 terus
tumbuh di atas target pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Pada tahun 2015 tumbuh
9,53%, tahun 2016 tumbuh 8,31%, tahun 2017 tumbuh 13,27%, tahun 2018 tumbuh
12,39%, tahun 2019 tumbuh 11,62%, dan tahun 2020 tumbuh 15,65%. Sektor ini
mencapai pertumbuhan tertinggi pada tahun 2020 pada saat pandemi covid-19.
Konsumsi masyarakat atas jasa telekomunikasi dan informasi berupa data internet pada
saat pandemi covid-19 meningkat dan mencapai tingkat konsumsi tertinggi.
TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI
EKONOMI DAERAH
Kebijakan fiskal diharapkan mampu memberikan pengaruh arah pertumbuhan
sektoral dan kontribusi sektoral. Hal tersebut mengandung maksud bahwa:
pertumbuhan sektoral dan kontribusinya bagi PDRB dapat dikendalikan dan dibentuk
polanya oleh kebijakan fiscal; atau kebijakan fiskal seirama dengan pola alamiah sektor
riil. Dalam opsi yang pertama, pemerintah dapat mengalokasikan anggaran pada sektor-
sektor yang dikehendaki tumbuh lebih tinggi dari laju pertumbuhan sebelumnya.
Sedangkan opsi yang kedua, pemerintah mengalokasikan anggaran pada kegiatan atau
urusan atau fungsi yang mendorong pertumbuhan sektor yang secara alamiah sudah
berkontribusi terbaik.
.
100
Namun, pada kenyataannya pelaksanaan kebijakan fiskal selalu menghadapi
tantangan terbesar, yaitu besarnya kewajiban pemerintah untuk membayar belanja
pegawai dan operasional kantor (belanja operasional). Sehingga, alokasi yang
diharapkan memberikan dampak berganda (multiplier effect) pada pertumbuhan
sektoral maupun ekonomi secara umum belum optimal.
Dominannya beban belanja pegawai dan belanja operasional menyebabkan
stagnasi kebijakan fiskal hanya pada fungsinya mendorong daya beli. Demikian juga
kebijakan transfer payment dan subsidi, seperti program keluarga harapan, subsidi
bunga pada kredit program, bantuan tunai, dsb, hanya menyuburkan PDRB dari sisi
pengeluaran rumah tangga dan mendorong daya beli secara umum.
Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat
APBN dan Sektor Industri Pengolahan
APBN yang direalisasikan untuk Jawa Tengah tahun 2020 pada instansi vertikal
Kementerian/Lembaga di Jawa Tengah yang mendukung sektor industri pengolahan
hanya sebesar Rp227,7 miliar atau 0,62% dari keseluruhan realisasi belanja APBN
sebesar Rp36,49 triliun.
APBN dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran
APBN yang direalisasikan untuk Jawa Tengah tahun 2020 pada instansi vertikal
Kementerian/Lembaga di Jawa Tengah yang mendukung sektor perdagangan hanya
sebesar Rp77,8 miliar atau 0,21% dari keseluruhan realisasi belanja APBN sebesar
Rp36,49 triliun.
Tabel VI.7 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang Mendukung Sektor Industri Pengolahan
Sumber : OMSPAN , diolah, Feb 2021
Kode | Nama Kegiatan Belanja APBN (Rp)
4261 | Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Pendidikan Vokasi 91.962.599.243
4263 | Pembinaan Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi 112.940.468.531
4958 | Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Vokasi Industri Berbasis Kompetensi Menuju Dual Sistem 22.805.011.611
Total Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Industri Pengolahan 227.708.079.385
Total Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 di Jawa Tengah 36.491.800.000.000
Persentase Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Industri Pengolahan Terhadap
Total Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 (%)0,62
.
101
APBN dan Sektor Konstruksi
APBN yang direalisasikan untuk Jawa Tengah tahun 2020 pada instansi vertikal
Kementerian/Lembaga di Jawa Tengah yang mendukung sektor konstruksi hanya
sebesar Rp2,96 triliun atau 8,12% dari keseluruhan realisasi belanja APBN sebesar
Rp36,49 triliun.
Kode | Nama Kegiatan Belanja APBN (Rp)
2602 | Pengelolaan Kawasan Pariwisata 63.937.173.025
2726 | Dukungan Pemberdayaan Kukm di Daerah 5.334.803.597
3894 | Peningkatan Fasilitasi Penempatan dan Perlindungan Tki (Bp3Tki/Uptp3Tki) 8.528.272.028
Total Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor77.800.248.650
Total Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 di Jawa Tengah 36.491.800.000.000
Persentase Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Terhadap Total Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 (%)0,21
Tabel VI.8 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang Mendukung Sektor Perdagangan
Sumber : OMSPAN , diolah, Feb 2021
Tabel VI.9 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang Mendukung Sektor Konstruksi
Sumber : LRA Prov/Kab/Kota Jawa Tengah , diolah, Feb 2021
Kode | Nama Kegiatan Belanja APBN (Rp)
1160 | Pembangunan dan Pengelolaan Lalu Lintas Jalan 58.002.322.830
1161 | Pembangunan dan Pengelolaan Angkutan Jalan 39.091.180.537
1162 | Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana Transportasi Jalan 90.542.813.060
1163 | Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Transportasi Jalan 795.757.600
1164 | Pembangunan dan Pengelolaan Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan 4.997.724.375
2409 | Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 1.398.485.852.560
2412 | Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Permukiman 265.350.500.322
2413 | Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara 14.753.654.640
2414 | Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan 125.540.898.908
2415 | Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 230.242.567.861
2429 | Pembangunan dan Rehabilitasi Prasarana Pendidikan 159.023.850.145
2431 | Penelitian dan Pengembangan Subbidang Sumber Daya Air 9.933.033.281
4201 | Pembinaan dan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi 1.715.624.600
4202 | Penyelenggaraan Pendidikan Politeknik Bidang Pekerjaan Umum 68.816.851.399
5529 | Pengelolaan Sarana dan Prasarana (Daerah) 12.894.880.084
5579 | Penyusunan Perencanaan Penyediaan Perumahan 3.294.447.125
5581 | Pemberdayaan Perumahan Swadaya 395.968.004.731
5582 | Penyediaan Rumah Khusus dan Pembinaan Rumah Negara 3.264.443.350
5583 | Penyediaan Rumah Susun 80.964.946.524
Total Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Konstruksi 2.963.679.353.932
Total Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 di Jawa Tengah 36.491.800.000.000
Persentase Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Konstruksi Terhadap Total Belanja Pemerintah Pusat (%) 8,12
.
102
APBN dan Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
APBN yang direalisasikan untuk Jawa Tengah tahun 2020 pada instansi vertikal
Kementerian/Lembaga di Jawa Tengah yang mendukung sektor pertanian, kehutanan,
dan perikanan hanya sebesar Rp2,93 triliun atau 8,03% dari keseluruhan realisasi
belanja APBN sebesar Rp36,49 triliun.
Tabel VI.10 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang Mendukung Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Kode | Nama Kegiatan Belanja APBN (Rp)
1761 | Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 19.935.715.067
1762 | Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia 21.185.795.975
1763 | Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan 95.902.013.471
1764 | Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Dari Gangguan OPT dan DPI 8.376.650.050
1771 | Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat 21.522.357.003
1772 | Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura 5.147.649.987
1773 | Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura 4.383.271.500
1774 | Peningkatan Usaha Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Hortikultura 2.910.428.648
1777 | Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 511.102.500
1779 | Dukungan Perlindungan Perkebunan 1.732.438.000
1780 | Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan 5.939.322.129
1783 | Peningkatan Produksi Pakan Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal 11.367.218.880
1784 | Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan 1.267.883.775
1785 | Penyediaaan Benih dan Bibit Serta Peningkatan Produksi Ternak 67.317.681.670
1786 | Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (Aman Sehat Utuh dan Halal) 275.267.500
1794 | Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian 31.754.240.841
1795 | Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian 107.535.370
1800 | Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian 1.426.570.218
1801 | Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian 2.775.944.082
1812 | Pemantapan Sistem Penyuluhan Pertanian 48.878.483.356
1814 | Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan 13.540.476.788
1815 | Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan 1.615.695.685
1816 | Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar 13.722.093.914
1817 | Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan 848.016.559
1821 | Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Badan Karantina Pertanian 25.574.060.319
1823 | Peningkatan Kualitas Pelayanan Karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati 5.503.655.936
1840 | Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah 2.574.863.500
1873 | Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri 26.461.544.663
2337 | Pengelolaan Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan 2.878.024.852
2338 | Pengembangan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Perikanan 3.242.404.867
2339 | Pengelolaan Perizinan dan Kenelayanan 121.922.720
2341 | Pengelolaan Sumber Daya Ikan (SDI) 130.936.388
2344 | Pengelolaan Perbenihan Ikan 9.502.010.121
2345 | Pengelolaan Kawasan Dan Kesehatan Ikan 20.028.446.021
2346 | Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan 1.663.194.325
2350 | Pemantauan dan Operasi Armada 10.394.632.737
2351 | Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan 96.471.000
2352 | Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Kelautan 267.891.732
2353 | Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Perikanan 562.163.252
2358 | Pengolahan dan Bina Mutu Produk Kelautan dan Perikanan 19.680.000
2361 | Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya DJPDSPKP 29.339.300
2362 | Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi Kawasan dan Jenis 71.460.200
2363 | Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha 12.304.214.064
2365 | Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 93.642.000
2367 | Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Kp3K 49.297.800
2375 | Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan 77.543.513.813
2376 | Pendidikan Kelautan dan Perikanan 19.390.436.406
3988 | Karantina Ikan 711.316.698
3993 | Fasilitasi Pupuk dan Pestisida 9.359.438.160
3994 | Fasilitasi Pembiayaan Pertanian 4.712.303.900
4260 | Peningkatan Kualitas Sumber Daya 106.307.837.335
5036 | Pengembangan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Air Tanah Rawa dan Tambak 335.102.390.316
5037 | Konservasi Pengendalian Banjir Lahar Gunung Berapi dan Pengaman Pantai 366.086.335.276
5038 | Peningkatan Tatakelola Pengelolaan SDA Terpadu 10.313.227.981
5039 | Pengelolaan Waduk Embung Situ Serta Bangunan Penampung Air Lainnya 885.528.080.736
5040 | Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku 66.263.704.944
5395 | Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tematik Unit Litbang LHK di Daerah 13.578.077.348
5403 | Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung 17.091.919.532
5404 | Pembinaan Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan Rehabilitasi Lahan serta Konservasi Tanah dan Air 83.315.875.350
5406 | Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan DAS 1.336.923.893
5407 | Pembinaan Pengembangan Perbenihan Tanaman Hutan 12.121.552.723
5408 | Pembinaan Pengendalian Kerusakan Perairan Darat 80.942.500
5419 | Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem 37.408.736.941
5420 | Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam 417.938.786
5421 | Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Taman Buru 4.638.294.627
5422 | Konservasi Spesies dan Genetik 2.326.206.244
5423 | Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi 3.721.583.576
5424 | Pembinaan Konservasi Ekosistem Esensial 557.782.262
5747 | Pengelolaan Pakan dan Obat Ikan 3.752.007.900
5816 | Penyelenggaraan Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan di Daerah 198.919.708.772
5817 | Penyelenggaraan Penataan Hubungan Hukum Keagrariaan di Daerah 110.996.909.477
5818 | Penyelenggaraan Penataan Agraria di Daerah 6.234.448.441
5819 | Penyelenggaraan Pengadaan Tanah di Daerah 3.163.433.943
5820 | Penyelenggaraan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah di daerah 647.126.005
5821 | Penyelenggaraan Penanganan Masalah Agraria dan Tata Ruang di Daerah 1.258.753.265
5834 | Penyehatan Lingkungan 347.228.418
5885 | Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 9.945.841.936
5886 | Peningkatan Produksi Buah dan Florikultura 1.753.588.550
5887 | Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura 6.678.269.196
5888 | Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah 494.990.000
5889 | Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 2.189.839.237
5890 | Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan 3.580.104.379
5891 | Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak 710.189.732
5892 | Pendidikan Pertanian 19.021.986.833
Total Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.931.622.554.196
Total Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 di Jawa Tengah 36.491.800.000.000
Persentase Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Terhadap
Total Belanja Pemerintah Pusat (%)8,03
Sumber : LRA Prov/Kab/Kota Jawa Tengah , diolah, Feb 2021
.
103
Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah
APBD dan Alokasi Sektoral
Pemerintah daerah di Jawa Tengah pada tahun 2020 merealisasikan belanja APBD
yang mendukung sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan hanya sebesar Rp1,78
triliun atau 2,71% dari keseluruhan realisasi belanja APBD sebesar Rp65,74 triliun. APBD
yang mendukung sektor industri pengolahan sebesar Rp490 miliar atau 0,75% dari
Tabel VI.11 Belanja APBD di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang Mendukung Sektor Unggulan
Urusan Dalam APBD yang Mendukung
Kontributor Utama PDRB Berdasarkan
Lapangan Usaha
Realisasi Anggaran (Rp) Alokasi (%)
Pertanian 635.391.921.473,00 0,97
Kehutanan 78.533.500,00 0,0001
Pangan 136.468.426.085,00 0,21
Lingkungan Hidup 681.418.771.741,00 1,04
Pertanahan 125.921.053.070,00 0,19
Kelautan dan Perikanan 200.294.698.085,00 0,30
Total 1.779.573.403.954,00 2,71
Pendidikan dan Pelatihan 11.410.106.517,00 0,02
Penelitian dan pengembangan 22.992.736.801,00 0,03
Perindustrian 155.035.218.555,00 0,24
Penanaman Modal 159.402.704.308,00 0,24
Koperasi , Usaha Kecil dan Menengah 141.918.927.033,00 0,22
Total 490.759.693.214,00 0,75
PU dan Penataan Ruang 4.940.610.025.573,00 7,52
Perum Rakyat & Kawasan Permukiman 695.445.839.625,00 1,06
Total 5.636.055.865.198,00 8,57
Perdagangan 599.115.027.530,00 0,91
Pariwisata 226.623.950.534,00 0,34
Total 825.738.978.064,00 1,26
Tenaga Kerja 184.861.849.438,00 0,28
13,57Total APBD yang Mendukung Lapangan Usaha Utama
Lapangan Usaha : Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Lapangan Usaha : Industri Pengolahan
Lapangan Usaha : Konstruksi
Lapangan Usaha : Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Secara Tidak Langsung Mendukung Lapangan Usaha Utama
Sumber : LRA Prov/Kab/Kota Jawa Tengah , diolah, Feb 2021
.
104
keseluruhan realisasi belanja APBD sebesar Rp65,74 triliun. Sektor konstruksi didorong
dengan Rp5,64 triliun atau 8,57% dan sektor perdagangan hanya didorong dengan
Rp825,74 miliar atau 1,26% dari keseluruhan realisasi belanja APBD sebesar Rp65,74
triliun.
Sinkronisasi Kebijakan Fiskal Pusat-Daerah
Sinkronisasi kebijakan fiskal pusat-daerah dilakukan melalui sejumlah kegiatan
koordinasi antara pemerintah daerah dengan instansi vertikal Kementerian/Lembaga
yang ada di Jawa Tengah, diantaranya pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPKAD). Selain itu, telah dilakukan
pertukaran data dan informasi antara instansi vertikal Kementerian/Lembaga dengan
pemerintah daerah dalam rangka Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) untuk penyusunan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah) maupun setiap tahunnya berkoordinasi dalam rangka penyediaan data untuk
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Ringkasan Telaah atas Sektor Ekonomi Unggulan dan Potensial serta Tantangan Fiskal
Pusat dan Daerah.
Alokasi Belanja APBN maupun APBD masih menghadapi tantangan dalam upaya
mendorong pertumbuhan ekonomi, di mana persentase government spending yang
berkaitan dengan lapangan usaha utama (berkontribusi besar) pada PDRB tidak
sebanding dengan persentase kontribusi lapangan usaha tersebut. Belanja APBN/APBD
didominasi belanja yang mendorong pemerataan (distribusi pendapatan) dan
peningkatan daya beli masyarakat. Diantaranya belanja pegawai dan transfer payment
(bantuan sosial).
Dengan melihat komposisi APBN dan APBD, berkembangnya sektor dan potensi
unggulan lebih banyak didukung kebijakan sektor riil berupa KPBU (kemitraan
pemerintah dan badan usaha), kemudahan perizinan dan penyelesaian sengketa usaha
dalam kerangka membentuk iklim “eazy of doing business”, khususnya di sektor industri
melalui fasilitasi pembangunan kawasan industri, dan sektor pariwisata melalui
penetapan kawasan strategis wisata nasional.
Guna menanggulangi dampak pandemi covid-19 yang masih terus
berlanjut, pemerintah Jawa Tengah melakukan berbagai macam kebijakan.
Diantara kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah adalah menggunakan
Sebagian Dana Desa untuk Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD)
dan refocusing APBD dengan mengalokasikan Belanja Tidak Terduga untuk
mendukung program PC PEN di daerah. Total Belanja Tidak Terduga untuk
menanggulangi dampak pandemi covid-19 di Jawa Tengah pada tahun 2020
baik itu APBD Provinsi, Kabupaten maupun Kota dialokasikan sebanyak
Rp4.54 triliun dengan total realisasi sebesar Rp3,37 trilliun
.
105
PENDAHULUAN
Dampak pandemi covid-19 ini tidak hanya dibidang kesehatan saja, namun juga
berdampak pada bidang sosial dan ekonomi. Di bidang kesehatan ditunjukkan dengan angka
kematian akibat covid-19. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, per 31 Desember
2020, jumlah kasus Covid-19 di Jawa Tengah sebanyak 81.716 orang, jumlah kasus sembuh
54.409 orang dan jumlah kasus meninggal mencapai 3.562 orang.
Pada bidang ekonomi, pandemi covid-19 berdampak pada penuruan aktivitas
perekonomian, hal ini ditandai dengan menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi nasional
termasuk di Jawa Tengah. Jika kondisi seperti ini dibiarkan dan tidak ada tindakan untuk
meredamnya, maka dapat berdampak lebih lanjut pada permasalahan sosial.
Diantara permasalahan spasial yang mungkin dapat terjadi adalah kesenjangan antar-
kelompok pendapatan semakin melebar, disparitas kota-desa semakin meningkat, yang
pada gilirannya nanti berdampak pada terjadinya kemiskinan antargenerasi. Hal ini terjadi
karena dampak pandemic covid-19 yang menekan perekonomian secara menyeluruh dan
lintas wilayah, termasuk perekonomian di desa. Pekerja musiman di perkotaan yang berasal
dari desa dengan adanya pandemi ini tidak memiliki pekerjaan lagi di kota, sehingga tidak
ada pilihan lain selain kembali ke desa, sehingga memicu perluasan penyebaran covid-19
hingga ke pedesaan.
Pemerintah desa dapat berkontribusi dalam menangani dampak pandemi ini dengan
bertumpu pada sumber daya ekonomi dan sosial yang dimilikinya, terutama Dana Desa dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Dana Desa dapat digunakan untuk
mendukung penanganan dampak pandemi terhadap masyarakat di tingkat desa.
Pada tahun 2020, anggaran dana desa secara nasional ditetapkan sebesar Rp 71,19
triliun, sedangkan alokasi dana desa untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 8,12
triliun. Selama tahun 2020, pelaksanaan BLT DD dilakukan secara bertahap, yaitu tahap I
sampai dengan tahap IX dengan target nasional sebanyak 74.954 desa. Sedangkan di
BAB
VII
BELANJA TIDAK TERDUGA UNTUK PROGRAM PC-PEN
DI JAWA TENGAH
.
106
wilayah Provinsi Jawa Tengah memiliki target penyaluran BLT DD sebanyak 7.809 desa yang
tersebar di 29 Kabupaten.
Program kebijakan BLT-DD di Jawa Tengah ini dilaksanakan selama sembilan tahap
dengan target Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang ada di 7.809 desa. Target KPM dari
kebijakan BLT DD ini dimasudkan untuk menghindari duplikasi dengan program pemerintah
lainnya, diantaranya Program Keluarga Harapan, Bantuan Pangan Non Tunai, dan Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat/Bantuan Langsung Tunai.
Disamping BLT DD, pemerintah daerah juga mengalokasikan Belanja Tidak Terduga
untuk menanggulangi dampak lanjutan akibat wabah covid-19 ini. Total Belanja Tidak
Terduga untuk menanggulangi dampak pandemi covid-19 di Jawa Tengah pada tahun 2020
baik itu APBD Provinsi, Kabupaten maupun Kota dialokasikan sebanyak
Rp4.536.697.914.699,- dengan total realisasi sebesar Rp3.370.523.890.361,-.
REFOCUSING APBD UNTUK PROGRAM PC PEN DI DAERAH
Pemerintah melakukan berbagai macam kebijakan guna menanggulangi dampak
pandemi covid-19 yang masih terus berlanjut. Diantara kebijakan yang ditempuh oleh
pemerintah adalah menggunakan Sebagian Dana Desa untuk Bantuan Langsung Tunai Dana
Desa (BLT DD) dan refocusing APBD dengan mengalokasikan Belanja Tidak Terduga untuk
mendukung program PC PEN di daerah.
A. BLT DD
Berdasarkan laporan realisasi penggunaan BLT DD tahun 2020, secara keseluruhan
penggunaan BLT DD telah berjalan sangat efektif. Hal ini terlihat dari angka rasio
perbandingan antara realisasi anggaran BLT DD dibandingkan target penyaluran BLT DD di
29 Kabupaten yang memiliki tingkat rasio sebesar 102,56 persen. Namun, masih terdapat
wilayah Kabupaten yang belum efektif dalam mengelola BLT DD, yaitu Kabupaten Blora
dengan nilai efektivitas sebesar 33,14 persen atau masuk kategori tidak efektif, Kabupaten
yang memiliki nilai efektivitas pengelolaan BLT DD masuk dalam kategori cukup efektif
dengan nilai antara 80 - 90 persen, diantaranya Kabupaten Pekalongan, Magelang,
Karanganyar dan Wonosobo. Kabupaten yang memiliki nilai efektivitas pengelolaan BLT DD
masuk dalam kategori efektif dengan nilai antara 90-100 persen, diantaranya Kabupaten
.
107
Kebumen, Grobogan, Rembang dan Pati, sedangkan 20 Kabupaten lainnya memiliki nilai
efektivitas pengelolaan BLT DD yang masuk dalam kategori sangat efektif dengan nilai lebih
dari 100 persen.
Lebih lanjut terkait dengan target penyaluran BLT DD terhadap 1.154.442 KPM ini
selama tahun 2020, dalam realisasinya melebihi rencana target yang telah ditetapkan, yang
mana peyaluran BLT DD selama tahun 2020 dapat tersalurkan kepada 1.183.955 KPM atau
102,6 persen dari target KPM semula. Jumlah KPM penerima BLT DD selama tahun 2020 ini
apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin di pedesaan yang berjumlah
2.077.150 per September 2019, maka penyaluran BLT DD ini telah mampu memberikan
perlindungan jaminan sosial kepada 57 persen penduduk miskin pedesaan di Jawa Tengah.
Data alokasi dan realisasi penyaluran BLT DD di 29 Kabupaten di Jawa Tengah dalam rangka
mendukung kebijakan PEN adalah sebagai berikut :
No Kabupaten BLT Dana Desa Target Penerima
BLT DD (KK) Anggaran Realisasi %
1. BANJARNEGARA 99,93 119,59 119,67 37.011
2 BANYUMAS 163,54 184,02 112,52 60.571
3. BATANG 82,05 88,56 107,94 30.388
4. BLORA 209,24 69,73 33,32 77.496
5. BOYOLALI 42,70 49,80 116,62 15.816
6. BREBES 231,54 291,37 125,84 85.756
7. CILACAP 125,62 143,66 114,35 46.527
8. DEMAK 87,97 91,38 103.87 32.581
9. GROBOGAN 134,31 129,54 96,45 49.743
10. JEPARA 91,85 110,43 120,23 34.019
11. KARANGANYAR 43,06 36,75 85,34 15.949
12. KEBUMEN 147,62 156,26 105,85 54.674
13. KENDAL 95,37 116,76 122,43 35.321
14. KLATEN 119,56 141,30 118,18 44.283
15. KUDUS 64,37 83,49 129,71 23.839
16. MAGELANG 147,89 124,18 83,97 54.774
17. PATI 136,48 136,38 99,93 50.547
18. PEKALONGAN 97,04 84,39 86,97 35.939
19. PEMALANG 133,51 161,07 120,64 49.448
20. PURBALINGGA 111,08 114,56 103,14 41.140
21. PURWOREJO 54,72 65,09 118,96 20.265
22. REMBANG 100,70 100,97 100,26 37.298
23. SEMARANG 60,06 63,22 105,26 22.246
24. SRAGEN 67,83 79,00 116,46 25.124
Tabel VII.1 Data Alokasi dan Penyaluran BLT DD di Wilayah Jawa Tengah (dalam miliar Rp)
.
108
No Kabupaten BLT Dana Desa Target Penerima
BLT DD (KK) Anggaran Realisasi %
25. SUKOHARJO 55,50 64,25 115,77 20.555
26. TEGAL 153,03 177,32 115,87 56.678
27. TEMANGGUNG 92,17 105,29 114,24 34.136
28. WONOGIRI 95,34 100,36 105,27 35.310
29 WONOSOBO 73,60 66,39 90,20 27.260
TOTAL 3.117,67 3.255,10 104,41 1.154.694
B. BELANJA TIDAK TERDUGA
Pemerintah daerah, baik tingkat Provinsi, Kabupaten maupun Kota ikut ambil bagian
dalam penanganan pandemi covid-19. Hal itu diwujudkan dalam bentuk kebijakan
pengalokasian anggaran Belanja Tidak Terduga yang digunakan untuk meminimalisir
dampak pandemi covid-19 baik dampak yang terjadi pada sektor kesehatan itu sendiri,
sektor sosial maupun sektor ekonomi. Dasar hukum yang digunakan sebagai landasan atas
alokasi anggaran belanja tidak terduga ini dituangkan dalam Peraturan Menteri Dalam
negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2020 tentang Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019 di Lingkungan Pemerintah Daerah yang ditetapkan pada tanggal 14
Maret 2020. Secara tegas disebutkan dalam pasal 4 ayat (1) peraturan Menteri Dalam
Negeri:
“Dalam melakukan Langkah antisipasi dan penanganan dalam penularan COVID-19
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, Pemerintah Daerah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam
rancangan perubahan APBD”.
Selanjutnya dalam pasal 4 ayat (2) menyebutkan:
“Pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan pembebanan
langsung pada belanja tidak terduga”.
Dan lebih diperjelas lagi dalam pasal 4 ayat (3) yang menyebutkan:
“Dalam hal belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
mencukupi, Pemerintah Daerah menggunakan:
a. Dana dari hasil penjadwalan ulang capaian program dan kegiatan lainnya serta
pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau
b. Memanfaatkan uang kas yang tersedia.
Sumber :Dispermasdesdukcapil Prov. Jawa Tengah, diolah, Feb 2021
.
109
Berdasarkan definisi, belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam
dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.
Pada tahun 2020, secara umum belanja tidak terduga digunakan untuk tiga kelompok
program, meliputi: program penanganan kesehatan; program penanganan dampak
ekonomi; dan program penyediaan Jaring Pengamanan Sosial (social safety net). Adapun
total alokasi anggaran Belanja Tidak Terduga dan realisasinya selama tahun 2020 yang
digunakan untuk penanganan dampak pandemi covid-19 di wilayah Provinsi Jawa Tengah
adalah sebagai berikut:
No Provinsi/Kab/Kota Anggaran Realisasi % Kriteria
1. Jawa Tengah 1.834,24 1.783,88 97,25 Sangat Efektif
2. Kab. Banjarnegara 40,04 37,59 93,88 Sangat Efektif
3. Kab. Grobogan 98,25 96,63 98,35 Sangat Efektif
4. Kab. Pemalang 45,06 44,93 99,71 Sangat Efektif
5. Kab. Rembang 57,36 56,73 98,90 Sangat Efektif
6. Kota Pekalongan 63,62 57,37 90,18 Sangat Efektif
7. Kab. Boyolali 171,88 144,51 84,08 Efektif
8. Kab. Temanggung 56,24 49,96 88,83 Efektif
9. Kota Semarang 228,36 194,15 85,02 Efektif
10. Kab. Banyumas 102,75 81,02 78,85 Cukup Efektif
11. Kab. Blora 78,46 54,01 68,83 Cukup Efektif
12. Kab. Demak 38,95 24,91 63,97 Cukup Efektif
13. Kab. Karanganyar 36,42 25,93 71,20 Cukup Efektif
14. Kab. Kebumen 15,25 10,19 66,83 Cukup Efektif
15. Kab. Kendal 59,20 47,23 79,78 Cukup Efektif
16. Kab. Pati 71,00 49,04 69,07 Cukup Efektif
17. Kab. Pekalongan 6,00 3,89 64,87 Cukup Efektif
18. Kab. Purbalingga 12,65 9,91 78,36 Cukup Efektif
19. Kab. Tegal 111,75 78,32 70,08 Cukup Efektif
20. Kab. Wonogiri 56,06 41,83 74,62 Cukup Efektif
21. Kota Tegal 10,65 7,14 67,07 Cukup Efektif
22. Kab. Batang 37,55 21,24 56,56 Tidak Efektif
Tabel VII.2 Alokasi Belanja Tidak Terduga dan Realisasi (dalam miliar Rp)
.
110
No Provinsi/Kab/Kota Anggaran Realisasi % Kriteria
23. Kab. Brebes 18,10 2,70 14,92 Tidak Efektif
24. Kab. Cilacap 122,81 26,98 21,96 Tidak Efektif
25. Kab. Jepara 46,59 16,36 35,11 Tidak Efektif
26. Kab. Klaten 220,77 90,59 41,03 Tidak Efektif
27. Kab. Kudus 50,13 28,14 56,12 Tidak Efektif
28. Kab. Magelang 138,28 64,64 46,74 Tidak Efektif
29. Kab. Purworejo 7,22 1,64 22,76 Tidak Efektif
30. Kab. Semarang 18,23 2,14 11,71 Tidak Efektif
31. Kab. Sragen 104,26 39,71 38,09 Tidak Efektif
32. Kab. Sukoharjo 182,24 64,21 35,24 Tidak Efektif
33. Kab. Wonosobo 45,29 21,81 48,14 Tidak Efektif
34. Kota Magelang 139,55 23,92 17,14 Tidak Efektif
35. Kota Salatiga 58,24 29,40 50,48 Tidak Efektif
36. Kota Surakarta (Solo) 153,23 37,88 24,72 Tidak Efektif
TOTAL 4.536,70 3.370,52 74,30
Untuk mengetahui tingkat efektivitas Belanja Tidak Terduga maka kriteria tingkat
efektivitas anggaran belanja yang digunakan adalah berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut;
- Sangat efektif, jika nilainya lebih dari 100 persen
- Efektif, jika nilainya antara 90 persen - 100 persen
- Cukup efektif, jika nilainya antara 80 persen - 90 persen
- Kurang efektif, jika nilainya antara 60 persen - 80 persen
- Tidak efektif, jika nilainya dibawah 60 persen
Pengukuran nilai kriteria tingkat efektivitas anggaran belanja diukur dengan cara
membandingkan realisasi anggaran belanja penanggulangan covid-19 dengan target alokasi
anggaran belanja tidak terduga sebagaimana rumus berikut ini;
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑣𝑖𝑑 − 19
𝐴𝑙𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑢𝑔𝑎𝑥100 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛
Berdasarkan rumus tersebut, maka secara keseluruhan nilai tingkat efektivitas
anggaran belanja tidak terduga di seluruh wilayah Jawa Tengah adalah 74,30 persen,
sebagaimana penerapan rumus perhitungan berikut ini:
Sumber : LRA APBD Pemda se Jawa Tengah , diolah, Feb 2021
.
111
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =3.370.523.890.361
4.536.697.914.699𝑥100 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛
= 74,30
Dengan hasil perhitungan nilai tingkat efektivitas anggaran belanja tidak terduga
sebesar 74,30 persen maka nilai efektivitas masuk dalam kategori kurang efektif.
B.1 Belanja Tidak Terduga Provinsi Jawa Tengah
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengalokasikan anggaran belanja tidak terduga
tahun 2020 sebesar Rp 1.834.243.841.000 yang digunakan untuk :
No Prioritas Anggaran Realisasi Penyerapan
( persen)
1 Penanganan Kesehatan 394.570.026.000 374.185.167.026 94,83
2 Penanganan Dampak Ekonomi 96.407.577.000 69.250.475.945 71,83
3 Jaring Pengaman Sosial 1.343.266.238.000 1.340.449.335.600 99,79
TOTAL 1.834.243.841.000 1.783.884.978.571 97,25
Sumber : LRA APBD Pemda se-Jawa Tengah, 2020
Berdasarkan rumus pengukuran nilai kriteria tingkat efektivitas anggaran belanja,
maka secara keseluruhan nilai tingkat efektivitas anggaran belanja penanggulangan covid-
19 dalam APBD Provinsi Jawa Tengah masuk dalam kategori efektif, namun anggaran
belanja tidak terduga yang diprioritaskan untuk penanganan dampak ekonomi masuk
dalam kategori kurang efektif.
B.2. Belanja Tidak Terduga Kabupaten/Kota se Jawa Tengah
Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Jawa Tengah telah mengalokasikan dan
merealisasikan anggaran belanja tidak terduga tahun 2020, untuk penanganan Kesehatan,
penanganan dampak ekonomi, maupun untuk jaring pengaman sosial.
Belanja tidak terduga pada program penanganan kesehatan digunakan untuk
kegiatan:
1. penyediaan sarana dan prasarana kesehatan;
2. perekrutan tenaga kesehatan/medis yang potensial;
3. pemberian insentif bagi tenaga kesehatan/Medis, dan relawan;
4. penyemprotan desinfektan;
.
112
5. penyewaan rumah singgah sebagai ruang isolasi untuk pasien;
6. pemeriksaan laboratorium bagi masyarakat yang berpotensi terjangkit;
7. penanganan jenazah korban positif Corona Virus Disease 2019 (COVID-19); dan
8. penanganan kesehatan lainnya.
Sementara itu, belanja tidak terduga pada program penanganan dampak ekonomi
digunakan untuk kegiatan: operasi pasar bahan pokok; pengadaan bahan pangan dan
kebutuhan pokok dalam rangka menjaga ketahanan pangan Daerah. Sedangkan pada
program penyediaan Jaring Pengamanan Sosial (social safety net), belanja tidak terduga
digunakan untuk: hibah/bantuan sosial untuk individu /masyarakat yang terdampak; dan
hibah/bantuan sosial untuk fasilitas kesehatan milik masyarakat/swasta.
Dalam hal pelaksanaan anggaran belanja tidak terduga untuk penanggulangan
dampak pandemi ini, Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota yang memperoleh nilai tingkat
efektivitas anggaran belanja tidak terduga ini dalam kategori “Efektif” adalah: Pemda
Provinsi Jawa Tengah; Kabupaten Banjarnegara; Kabupaten Grobogan; Kabupaten
Pemalang; Kabupaten Rembang; Kota Pekalongan.
Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota yang memperoleh nilai tingkat efektivitas anggaran
belanja tidak terduga ini dalam kategori “Cukup Efektif” adalah Pemda Kabupaten Boyolali;
Kabupaten Temanggung; dan Kota Semarang.
Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota yang memperoleh nilai tingkat efektivitas anggaran
belanja tidak terduga ini dalam kategori “Kurang Efektif” adalah Pemda Kabupaten
Banyumas; Kabupaten Blora; Kabupaten Demak; Kabupaten Karanganyar; Kabupaten
Kebumen; Kabupaten Kendal; Kabupaten Pati; Kabupaten Pekalongan; Kabupaten
Purbalingga; Kabupaten Tegal; Kabupaten Wonogiri; dan Kota Tegal. Sedangkan 15 Pemda
lainnya masuk dalam kategori “Tidak Efektif”, yaitu: Pemda Kabupaten Batang; Brebes;
Cilacap; Jepara; Klaten; Kudus; Magelang; Purworejo; Semarang; Sragen; Sukoharjo;
Wonosobo; Magelang; Salatiga; Kota Surakarta.
.
113
8.1 KESIMPULAN
1. Pembangunan Jawa Tengah tahun 2020 diarahkan pada “Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Didukung Peningkatan Kualitas Hidup Dan Kapasitas Sumber Daya
Manusia” dengan prioritas sebagai berikut:
a. Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran;
b. Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas sumber daya manusia Jawa Tengah;
c. Peningkatan kapasitas dan daya saing ekonomi rakyat dengan tetap memperhatikan
keberlanjutan lingkungan hidup dan risiko bencana;
d. Pemantapan tata kelola pemerintahan dan kondusivitas wilayah serta perbaikan
kapasitas fiskal daerah.
2. Arah kebijakan, prioritas dan fokus pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah tahun
2020 merupakan upaya untuk mencapai target sasaran pembangunan tahun 2020,
meliputi:
a. Pertumbuhan ekonomi antara 5,4 – 5,7%;
b. Inflasi pada angka 3 ± 1%;
c. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 72;
d. Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 4,33%;
e. Angka Kemiskinan turun menjadi 9,81 – 8,8%;
f. Indeks Gini sebesar 0,34;
g. Nilai Tukar Petani 102,42.
3. Jawa Tengah memiliki potensi dan tantangan baik sisi ekonomi, kependudukan dan
geografi. Sebelum terjadi pandemi Jawa Tengah mempunyai potensi dengan angka
pertumbuhan yang setiap tahun mengalami kenaikan dan berada di atas pertumbuhan
nasional. Menurut PDRB lapangan usaha, Jawa Tengah memiliki tiga potensi lapangan
usaha yang mendominasi, yaitu industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan.
BAB
VIII
PENUTUP
.
114
Sedangkan dari sisi pengeluaran, PDRB Jawa Tengah didukung oleh tiga komponen
utama, yaitu konsumsi rumah tangga, PMTB dan konsumsi pemerintah. Maka tantangan
sekaligus peluang bagi Jawa Tengah adalah bagaimana meningkatkan konsumsi rumah
tangga, termasuk bagaimana menarik konsumsi rumah tangga dari luar Jawa Tengah.
4. Adanya relokasi pabrik dan pembangunan pabrik baru di kawasan industri di Jawa
Tengah menjadi harapan peningkatan investasi selain pengembangan infrastruktur. Hal
ini menjadi berkah bagi Jawa Tengah untuk semakin mewujudkan pertumbuhan
ekonomi yang lebih berkualitas yang tidak hanya bertumpu pada tumbuhnya konsumsi
rumah tangga.
5. Jawa Tengah menghadapi periode bonus demografi karena 70,60 persen penduduknya
berada pada usia produktif. Kesempatan ini perlu dimanfaatkan secara optimal untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejateraan masyarakat Jawa
Tengah. Akan tetapi, dengan banyaknya usia produktif maka persaingan antar pencari
kerja semakin meningkat padahal lapangan pekerjaan terbatas. Hal ini akan berdampak
pada potensi meningkatnya kemiskinan, pengangguran dan angka kriminalitas.
6. Persentase penduduk lansia Jawa Tengah meningkat menjadi 12,15 persen di tahun
2020 dari 10,34 persen pada 2010. Sehingga, pada tahun 2020 Jawa Tengah berada
dalam masa transisi menuju era ageing population yaitu ketika persentase penduduk
usia 60 tahun ke atas mencapai lebih dari 10 persen. Pemerintah perlu mempersiapkan
kebijakan-kebijakan pembangunan yang responsif terhadap kondisi kependudukan di
Jawa Tengah.
7. Secara geografis, Jawa Tengah berada pada posisi strategis dengan topografi dan
keberadaan gunung berapi yang memberikan potensi kesuburan tanah dan obyek
pariwisata. Namun, hal tersebut juga menunjukkan kerentanan bagi Jawa Tengah
terhadap ancaman bencana alam.
8. Sampai dengan akhir tahun 2020, Jawa Tengah mencatat zona merah covid-19 di 17
kabupaten/kota dan sisanya 18 daerah di provinsi ini berstatus zona oranye.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, per 31 Desember 2020, jumlah kasus Covid-
19 di Jawa Tengah sebanyak 81.716 orang, jumlah kasus sembuh 54.409 orang dan
jumlah kasus meninggal mencapai 3.562 orang.
9. Terdapat beberapa tantangan utama yang dihadapi Jawa Tengah atas pengaruh
pandemi covid-19, antara lain: motor penggerak utama perekonomian Jawa Tengah
.
115
mengalami tekanan, dimana sektor perdagangan, industri dan konstruksi tumbuh
negatif; daya beli dan permintaan masyarakat masih lemah. Indeks keyakinan
konsumen, indeks penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja menurun; Jawa Tengah
menghadapi tantangan besar dalam menekan kasus stunting anak dimana pandemi
telah memperberat upaya itu karena munculnya kekhawatiran akan bahaya virus corona
terhadap ibu dan balita sewaktu mengakses layanan kesehatan; penuaan penduduk
yang dialami Jawa Tengah tentu menimbulkan tantangan tersendiri di masa Pandemi
covid-19, dimana penduduk lanjut usia merupakan kelompok paling rentan terpapar
covid-19.
10. Sebagai upaya penanganan dampak pandemi, Pemerintah Provinsi Jateng melakukan
berbagai inovasi mendorong pulihnya kegiatan perekonomian dan percepatan
penyaluran stimulus ekonomi dengan baik dan tepat sasaran, termasuk percepatan
belanja konsumsi pemerintah baik dari belanja dana APBN maupun APBD. Inovasi dalam
penanganan Covid-19 tersebut antara lain: Jogo Tonggo, Njagani Plesiran, Sekola tanpa
Sekat, Rumah Sakit Tanpa Dinding, Lumbung Desa dan Surat Edaran Gubernur untuk
mengantisipasi penyebaran Covid-19.
11. Pada tahun 2020, seluruh target indikator makro ekonomi di Jawa Tengah menghadapi
tantangan dalam pencapaiannya akibat pandemi Covid-19. Dalam sepuluh tahun
terakhir, ekonomi Jateng tumbuh rata-rata di atas 5 persen. Wabah pandemi Covid-19
menyebabkan perekonomian Jateng Tahun 2020 terkontraksi, -2,65%. Pada bulan
September 2020, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah mencapai 11,84 persen,
bertambah dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2020 yang berjumlah
11,41 persen. Gini rasio Jawa Tengah tercatat sebesar 0,359. Angka ini turun 0,003 poin
jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2020 yang sebesar 0,362, namun sedikit naik
jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2019 yang sebesar 0,358.
TPT Agustus 2020 sebesar 6,48 persen yang berarti meningkat 2,04 persen poin
dibandingkan dengan Agustus 2019. Namun demikian, yang perlu dicatat, target pada
RKPD disusun pada masa normal, sehingga tidak bijaksana jika memperbandingkan
dengan capaian di masa pandemi. Apalagi menjadikan perbandingan tersebut sebagai
ukuran efektivitas pelaksanakan kebijakan fiskal. Dari sisi upaya pemulihan ekonomi,
menunjukkan kondisi perekonomian Jateng pada triwulan IV terus mengalami perbaikan
dari triwulan sebelumnya.
.
116
12. Realisasi belanja tahun 2020 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar 97,30 persen dari tahun sebelumnya 95,19 persen. Secara umum realisasi
belanja pemerintah pusat di Jawa Tengah maupun transfer daerah dan dana desa diatas
realisasi belanja nasional yaitu sebesar 92,51 persen. Persentase Realisasi Pendapatan
Negara di wilayah Jawa Tengah pada tahun 2020 naik dari tahun sebelumnya, yaitu
sebesar 100,37 persen dari 95,17 persen di tahun 2019. Persentase ini juga masih diatas
capaian realisasi pendapatan di tingkat nasional sebesar 96,10 persen. Kinerja
penerimaan Jawa Tengah tahun 2020 tercatat positif di tengah pertumbuhan ekonomi
global yang cenderung melemah akibat pendemi covid-19.
13. Total realisasi pendapatan pada APBD agregat Jawa Tengah tahun 2020 sebesar
Rp99,661 miliar. Proporsi pendapatan masih didominasi Dana Perimbangan sebesar
61,70 persen atau sebesar Rp61,492 miliar. Sedangkan, total realisasi belanja APBD
sebesar Rp83,384 miliar, diluar belanja transfer. Angka ini meningkat sekitar 0,6 persen
dari realisasi tahun sebelumnya. Realisasi Belanja Pegawai sebesar Rp37.259 miliar
masih mendominasi komposisi belanja APBD.
14. Pendapatan konsolidasi di Jawa Tengah tahun 2020 sebesar Rp117.348 miliar,
disumbang oleh komponen pendapatan daerah sebesar Rp89.741 miliar dan Rp89.342
miliar berasal dari pendapatan pemerintah pusat. Jika dibanding tahun sebelumnya
terdapat kenaikan pada pendapatan konsolidasi sebesar Rp4.674 miliar atau 4,15
persen. Pada belanja konsolidasi, komponen belanja pemerintah pusat sebesar
Rp102,75 miliar lebih tinggi dari komponen belanja pemerintah daerah yang terealisasi
sebesar Rp87.995 miliar. Jika dibandingkan tahun sebelumnya terdapat penurunan pada
belanja konsolidasi sebesar Rp9.308 miliar atau 6,73 persen.
15. Sektor unggulan Jawa Tengah meliputi : 1) Perdagangan Besar dan Eceran; reparasi
mobil dan sepeda motor, 2) Penyediaan akomodasi dan makan minum, 3) Jasa
Pendidikan, 4) Industri Pengolahan, 5) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, dan 6)
Konstruksi. Pada sisi lapangan usaha, sektor pertanian menjadi sektor utama yang
mengalami pertumbuhan positif selama 2020. Sedangkan sektor potensial untuk
dikembangkan di Jawa Tengah adalah sektor informasi dan komunikasi seiring
meningkatnya sektor ini di masa pandemi covid-19.
16. Pemerintah daerah terlibat dalam penanganan pandemi covid-19, yang diwujudkan
dalam bentuk kebijakan pengalokasian anggaran Belanja Tidak Terduga. Secara umum
.
117
belanja tidak terduga digunakan untuk tiga kelompok program, meliputi: program
penanganan kesehatan; program penanganan dampak ekonomi; dan program
penyediaan Jaring Pengamanan Sosial (social safety net). Alokasi Belanja Tidak Terduga
pada APBD agregat Jawa Tengah sebesar Rp4.536,70 miliar, dengan realisasi sebesar
Rp3.370,52 atau 74,30 persen.
8.2 REKOMENDASI
1. Pemerintah agar terus mendukung sektor-sektor unggulan yang terbukti mampu
bertahan di masa pandemi dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
Jawa Tengah. Dukungan dapat diwujudkan dalam bentuk pengalokasian anggaran yang
lebih besar pada sektor unggulan tersebut.
2. Sektor Pertanian di Jawa Tengah telah terbukti mampu bertahan dan justru mengalami
kenaikan di masa pandemi. Untuk itu, alokasi fiskal baik dari APBN maupun APBD perlu
mendapatkan perhatian untuk ditingkatkan, terlebih dengan adanya anomali, dimana
kenaikan sektor pertanian tidak diimbangi kenaikan NTP dan justru NTP mengalami
penurunan. Perhatian pemerintah terhadap harga gabah, harga dan ketersediaan pupuk
perlu sangat diharapkan oleh para petani.
3. Selain sektor pertanian, Pemerintah agar mengoptimalkan alokasi belanja pada sektor
produktif yang masih defensif dan mendorong permintaan di tengah risiko keterbatasan
penerimaan pemerintah.
4. Konsumsi rumah tangga telah menjadi karakter pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.
Untuk itu, di masa pandemi agar tetap mempertahankan dan meningkatkan daya
konsumsi rumah tangga. Pemberian bantuan sosial kepada masyarakat terdampak
pandemi agar tetap dilaksanakan dengan dorongan agar pemerintah daerah terus
melakukan pemutakhiran data kemiskinan atau DTKS, agar tidak terjadi tumpang tindih
dalam pemberian bantuan sosial.
5. Terkait dengan proyek pembangunan infrastruktur sesuai Perpres 79 tahun 2019, perlu
terus mendorong porsi pembiayaan dari pelaku usaha (BUMN, BUMD, & Swasta) yang
lebih besar dibandingkan dengan porsi dari APBN/APBD.
.
118
6. Upaya pengendalian laju covid-19 agar terus dilakukan melalui edukasi protokol
kesehatan kepada masyarakat dan dunia usaha serta melakukan berbagai cara untuk
mensukseskan program vaksinasi.
7. Agar kebijakan fiskal yang tertuang dalam APBN dan APBD berjalan lebih efektif dalam
mencapai tujuannya, upaya-upaya percepatan realisasi diharapkan terus dilakukan
supaya tidak kehilangan momentum. Selain itu, elanja kementerian/lembaga, belanja
pemerintah daerah agar dikombinasi secara sinergis supaya memiliki dampak yang jauh
lebih besar.
8. Program Pemulihan Ekonomi baik yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun dari
inisiasi Pemerintah Daerah perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak. Untuk itu,
penguatan sinergi dan koordinasi agar terus dilakukan.
9. Pemerintah Daerah perlu terus melakukan reformasi birokrasi agar terwujud birokrasi
yang efisien, bersih dan melayani, yang akan menjadi daya tarik investasi, selain sebagai
upaya menghindari penyelewengan bantuan sosial.
119
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen (2020). “Analisis Kemiskinan Kabupaten
Kebumen 2020”.
--------------------------------------------------------------- (2020). “Indikator Kesejahteraan Rakyat
Kabupaten Kebumen 2020”.
--------------------------------------------------------------- (2020). “Statistik Dearah Kabupaten
Kebumen 2020”.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal (2020). “Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten
Tegal 2020”.
---------------------------------------------------- (2020). “Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten
Tegal 2020”. ---------------------------------------------------- (2020). “Statistik Dearah Kabupaten Tegal 2020”.
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah (2020). “Analisis Kemiskinan Kabupaten Kebumen 2020”.
---------------------------------------------- (2021). “Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah
Triwulan IV-2020”. Berita Resmi Statistik No. 13/02/33/Th.XV, 5 Februari 2021.
---------------------------------------------- (2020). “Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah
Agustus 2020”. Berita Resmi Statistik No. 72/11/33/Th. XIV, 05 November 2020
---------------------------------------------- (2021). “Hasil Sensus Penduduk 2020 di Provinsi Jawa
Tengah”. Berita Resmi Statistik No. 07/01/33 Th. XV, 21 Januari 2021
---------------------------------------------- (2021). “Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk
Provinsi Jawa Tengah September 2020”. Berita Resmi Statistik No. 15/02/33/Th.
XV, 15 Februari 2021
---------------------------------------------- (2021). “Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Inflasi
Jawa Tengah”. Berita Resmi Statistik No. 01/01/33/Th. XV, 4 Januari 2021
---------------------------------------------- (2021). “Perkembangan Ekspor dan Impor Provinsi Jawa
Tengah Desember 2020”. Berita Resmi Statistik No. 12/02/33.Th. XV, 1 Februari
2021
119
120
---------------------------------------------- (2021). “Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September
2020”. Berita Resmi Statistik No. 14/02/33/Th. XV, 15 Februari 2021
---------------------------------------------- (2021). “Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga
Produsen Gabah Jawa Tengah Desember 2020”. Berita Resmi Statistik No.
02/01/33.Th. XV, 4 Januari 2021
---------------------------------------------- (2020). “Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga
Produsen Gabah Jawa Tengah Desember 2019”. Berita Resmi Statistik
No.02/01/33.Th. XIV, 2 Januari 2020 ---------------------------------------------- (2019). “Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga
Produsen Gabah Jawa Tengah Desember 2018”. Berita Resmi Statistik
No.02/01/33/Th.XIII, 02 Januari 2019 ---------------------------------------------- (2020). “Indeks Pembangunan Manusia Jawa Tengah
2020”. Berita Resmi Statistik No. 78/12/33/Th.XIV, 15 Desember 2020
---------------------------------------------- (2021). “Beberapa Indikator Makro Sosial Ekonomi
Provinsi Jawa Tengah”. Edisi Januari 2021
Badan Pusat Statistik Nasional (2021). “Pertumbuhan Ekonomi Nasional Triwulan IV-2020”.
Berita Resmi Statistik No. 13/02/Th. XXIV, 5 Februari 2021
----------------------------------------- (2021). “Profil Kemiskinan di Indonesia September 2020”.
Berita Resmi Statistik No. 16/02/Th. XXIV, 15 Februari 2021
----------------------------------------- (2021). “Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga
Produsen Gabah Desember 2020”. Berita Resmi Statistik No. 03/01/Th. XXIV, 4
Januari 2021
----------------------------------------- (2020). “Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga
Produsen Gabah Desember 2019”. Berita Resmi Statistik No. 04/01/Th. XXIII, 2
Januari 2020
----------------------------------------- (2019). “Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga
Produsen Gabah Desember 2018”. Berita Resmi Statistik No. 03/01/Th. XXII, 2 Januari 2019
----------------------------------------- (2020). “Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2020”.
Berita Resmi Statistik No. 97/12/Th. XXIII, 15 Desember 2020
----------------------------------------- (2021). “Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi”.
Berita Resmi Statistik No. 01/01/Th. XXIV, 04 Januari 2021
120
121
Bank Indonesia (2020). ”Bersinergi Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi”. Laporan Perekonomian Indonesia 2020
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi JAwa Tengah Tahun 2018-2023
Alreck, P. L. and Settle, R.B. (2003). The survey research handbook (3th ed.). McGraw-Hill
Education.
Bastian, I. (2010). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga
:Jakarta
Hinton, P. R., McMurray, I., & Brownlow, C. (2004). Spss explained: Routledge.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996 tentang Pedoman
Penilaian Kinerja Keuangan.
Komite Penanggulanagan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. (2021, Januari 4).
Peta Sebaran Covid-19. Retrived from Komite Penanggulanagan Covid-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional website; https://www.covid19.go.id/
Mahsun, M. (2009). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.
Mardiasmo (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Margono, (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Pemerintan Pengganti Undang-Undang No. 1/2020 tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.
Peraturan Menteri Desa Nomor 6 Tahun 2020 yang diterbitkan 14 April 2020 tentang
perubahan atas peraturan menteri desa, pembangunan daerah tertinggal, dan
transmigrasi nomor 11 tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun
2020.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan
Keuangan Daerah.
121
122
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 20 tahun 2020 tentang Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Lingkungan Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. (2021, Januari 4). Tanggap Covid-19 Provinsi Jawa
Tengah. Retrived from Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah website;
https://corona.jatengprov.go.id/
Singarimbun, M. & Effendi (1995). Metode Penelitian Survey. Jakarta. PT. Pustaka LP3ES
Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian, Bandung: CV Alfa Beta.
Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2020 tentang Desa Tanggap Covid-19 dan Penegasan Padat
Karya Tunai Desa.
Tanjung, A. H. (2006). Akuntansi Keuangan Daerah Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Umar, H. (2005). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Internet:
www.bi.go.id
www. bps.go.id
www.jateng.bps.go.id
www.bappeda.jatengprov.go.id
122
sort by dan F
Nama Output Pagu Realisasi % Target Output Capaian Output %
Prasarana Perkeretaapian (Prioritas Nasional) 1.898 1.768 93,14 176 176 100,00
Bendungan dalam tahap pelaksanaan (on-going) 937 836 89,29 7 7 100,00
Preservasi Rekonstruksi, Rehabilitasi Jalan 373 370 99,33 58 56 96,55
Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang dioperasikan dan
dipelihara 356 34797,60
3799 3798 99,97
Fasilitasi Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya 349 338 96,84 15450 15450 100,00
Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang
direhabilitasi/ditingkatkan 295 29499,63
61 61 100,00
Pembangunan Jalan 269 258 95,94 19 19 100,00
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman 236 180 76,33 120 108 90,00
Sungai yang dinormalisasi dan tanggul yang dibangun/ditingkatkan 233 231 99,16 42 42 100,00
Prasarana Perkeretaapian 183 183 99,89 1 1 100,00
Pelebaran Jalan Menuju Standar 182 174 95,60 23 22 95,65
SPAM Berbasis Masyarakat. 165 164 99,62 88090 88090 100,00
Preservasi Pemeliharaan Rutin Jalan 148 147 99,33 1427 1423 99,72
Pembangunan Flyover/Underpass/Terowongan 122 113 93,20 301 301 100,00
Pembangunan, Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Pasar 112 105 94,38 8 8 100,00
Layanan Pengelolaan Prasarana Transportasi Jalan 97 91 93,54 4 4 100,00
Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Pendidikan Dasar dan
Menengah 87 8699,41
66 61 92,42
Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakat 85 84 98,94 80 80 100,00
Layanan perencanaan, pengendalian dan pengawasan preservasi dan
peningkatan kapasitas jalan Nasional 81 7896,75 3 3 100,00
Pembangunan Jembatan 68 50 73,20 246 177 71,95
Penyehatan Lingkungan Permukiman Berbasis Masyarakat 65 65 99,91 9300 8979 96,55
Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Madrasah dan Sekolah Keagamaan 59 59 99,67 35 35 100,00
Sistem Pengelolaan Persampahan 57 55 96,41 96632 96632 100,00
Bendungan yang direhabilitasi 53 49 92,28 1 1 100,00
Lulusan Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan SDM Transportasi Laut 41 39 95,88 2019 2019 100,00
Kanal banjir yang dibangun/ditingkatkan 36 36 100,00 0,08 0,08 100,00
Peningkatan SPAM 34 34 100,00 0,05 0,05 100,00
Kapasitas Bandar Udara Pendukung Prioritas Nasional 32 30 96,10 2 2 100,00
Pembangunan Rumah Susun 31 31 99,87 0,0001 0,0001 100,00
Lulusan Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan SDM Transportasi Darat 24 24 99,70 1054 1069 101,42
Unit air baku yang dibangun 24 24 99,22 13 13 100,00
Preservasi Jembatan 21 21 97,49 2155 1982 91,97
Sumur air tanah untuk air baku yang dibangun 16 16 98,64 18 18 100,00
Layanan Lalu Lintas dan Angkutan Laut Prioritas Nasional 16 16 99,98 3 3 100,00
Pembangunan, Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Perguruan
Tinggi Negeri 14 1499,84
1 1 100,00
Embung air baku yang dibangun 11 11 99,77 4 4 100,00
Bangunan perkuatan tebing yang dibangun/ditingkatkan 11 11 99,98 0,25 0,25 100,00
Embung dan bangunan penampung air lainnya yang direhabilitasi 9 9 99,71 1 1 100,00
Pembangunan SPAM 9 9 100,00 5 5 100,00
Layanan Bandar Udara 7 7 99,19 2 2 100,00
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik 6 6 99,93 9000 9000 100,00
Layanan Pengelolaan Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan 5 5 99,95 1 1 100,00
Jaringan irigasi air tanah (JIAT) yang direhabilitasi 4 4 99,90 1 1 100,00
Embung dan bangunan penampung air lainnya yang dibangun 3 3 100,00 0,0001 0,0001 100,00
Pembangunan Rumah Khusus 3 3 99,76 25 25 100,00
Penggantian Jembatan 1 1 97,43 8 8 100,00
Pengembangan Penyelenggaraan Bangunan Gedung 1 1 98,95 0,5 0,5 100,00
Angkutan Kereta Api (Prioritas Nasional) 1 1 99,94 1 1 100,00
Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang dibangun 76,65 0,0002 0,0002 100,00
Jaringan irigasi air tanah (JIAT) yang dibangun/ditingkatkan 83,39 0,0001 0,0001 100,00
Danau yang direvitalisasi 100,00 0,0001 0,0001 100,00
Jumlah 6.869 6.483 94,38 230262,88 229689,88 99,75
4.4 Tabel Realisasi Penyerapan Anggaran dan Realisasi Volume Keluaran Cluster Infrastrukturdi Jawa Tengah
miliar rupiah
sort by I dan F
Nama Output Pagu Realisasi % Target Output Capaian Output %
Obat-Obatan dan Bahan Medis Habis Pakai 580.069 545.435 94,03 65 65 100,00
Alat Kesehatan 339.239 334.419 98,58 904 890 98,45
Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Faskes 39.143 39.131 99,97 1.702 1.542 90,60
Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro & Gizi bagi
Remaja putri sebagai calon ibu 3.055 2.977 97,44 3.253 3.253 100,00
Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK 1.663 1.652 99,38 570.627 570.627 100,00
Sampel Obat, Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan yang
Diperiksa 1.109 1.107 99,87 1.918 1.968 102,61
Desa Pangan Aman 763 738 96,72 6 6 100,00
Keputusan/Sertifikasi Layanan Publik yang Diselesaikan 663 654 98,60 11 11 100,00
Tenaga Kesehatan Yang Belum Diploma III Yang Mendapatkan Bantuan
Biaya Pendidikan Pada Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan 647 591 91,41 158 174 110,13
Sampel Makanan yang Diperiksa 486 473 97,22 843 892 105,81
Sekolah yang Diintervensi keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) 295 292 98,91 16 18 112,50
Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
termasuk pembinaan kab/kota STOP BABS 288 242 84,21 35 35 100,00
Peningkatan Pelayanan Ramah Lansia Melalui 7 (Tujuh) Dimensi Lansia
Tangguh dan Pendampingan Perawatan Jangka Panjang Bagi Lansia 213 212 100,00 1.218 1.218 100,00
Pasar yang Diintervensi Menjadi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya 142 136 95,33 3 3 100,00
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir 130 89 68,56 14 14 100,00
Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi 66 32 48,68 35 35 100,00
Layanan Intensifikasi Eliminasi Malaria 56 32 56,10 2 2 100,00
Layanan Pengendalian Penyakit TBC 42 40 96,36 20 20 100,00
Jumlah968.069 928.253 95,89 580.830 580.773 99,99
4.5 Tabel Realisasi Penyerapan Anggaran dan Realisasi Volume Keluaran Kluster Kesehatan di Jawa Tengah
miliar rupiah
sort by I dan F
Nama Output Pagu Realisasi % Target Output Capaian Output %
Guru Non-Pns penerima Tunjangan Profesi 840.447 835.072 99,36 32.034 32.035 100
Siswa MI penerima BOS 535.685 534.659 99,81 669.625 669.237 99,94
Siswa MTs penerima BOS 439.578 437.520 99,53 439.282 438.228 99,76
Siswa MA penerima BOS 247.829 245.918 99,23 177.088 176.692 99,78
Sarana dan Prasarana madrasah Madrasah yang Diadakan (SBSN) 88.843 79.127 89,06 14 11 78,57
Guru Non - PNS penerima Tunjangan Insentif 76.919 76.908 99,99 25.370 25.370 100
Guru PAI Non PNS penerima Tunjangan Profesi 68.300 66.628 97,55 2.780 2.775 99,82
Tunjangan Penyuluh Agama Islam Non-PNS 56.232 56.153 99,86 4.686 4.685 99,98
KUA yang Memenuhi Standar Pelayanan Minimal 55.553 52.252 94,06 16.209 16.074 99,17
Santri Pendidikan diniyah formal/muadalah/PPS Tk. Wustha penerima BOS 18.903 17.209 91,04 18.359 18.065 98,40
Santri Pendidikan diniyah formal/muadalah/PPS Tk. Ulya penerima bantuan
PIP 13.266 12.838 96,77 13.266 12.934 97,50
Santri Pendidikan diniyah formal/muadalah/PPS Tk. Wustha penerima
bantuan PIP 12.379 11.765 95,04 16.505 15.767 95,53
PIP Kuliah 11.715 11.715 100 1.775 1.775 100
Dosen Non PNS Penerima Tunjangan Profesi 11.374 11.372 99,98 411 411 100
Bimbingan Perkawinan Pra Nikah 3.920 3.750 95,65 26.748 26.615 99,50
Guru Non PNS Penerima Tunjangan Profesi 3.080 3.055 99,21 120 117 97,50
Santri Pendidikan diniyah formal/muadalah/PPS Tk. Ulya penerima BOS 2.289 2.228 97,31 1.632 1.632 100
Madrasah Diniyah Takmiliyah, Pendidikan Al Quran, Pendidikan Pesantren
Penerima Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) 2.070 1.980 95,65 207 198 95,65
Penyuluh Agama Buddha Non PNS yang mendapatkan tunjangan 1.968 1.968 100 164 164 100
Penyuluh Agama Katolik Non PNS Penerima Tunjangan 1.296 1.020 78,70 108 107 99,07
Santri Pendidikan diniyah formal/muadalah/PPS Tk. Ula Penerima bantuan
PIP 1.278 1.028 80,48 2.840 2.585 91,02
Guru Non PNS Penerima Tunjangan Profesi 1.264 1.032 81,60 59 57 96,61
Penyuluh Agama Kristen Non PNS penerima Tunjangan 1.020 1.020 100 170 170 100
Tunjangan Penyuluh/Tenaga Teknis Keagamaan Non PNS 900 900 100 75 75 100
Lembaga Pendidikan Keagamaan Buddha yang memperoleh Bantuan
Operasional 795 795 99,98 40 40 100
Keluarga Sakinah yang Terbina 656 633 96,51 535 535 100
Santri Pendidikan diniyah formal/muadalah/PPS Tk. Ula penerima BOS 627 627 100,00 744 734 98,66
Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Agama Buddha Negeri (BOPTN) 612 485 79,25 1 1 100
Guru Non PNS Penerima Insentif 573 563 98,32 14 14 100
Guru Non PNS Penerima Insentif 381 370 97,11 127 124 97,64
Guru Agama Non PNS yang menerima Tunjangan Profesi 264 263 99,40 10 10 100
Guru Non PNS Penerima Insentif 255 255 100 17 17 100
Siswa SMTK Penerima BOS 151 134 88,84 125 125 100
PIP SMTK/SMAK 144 94 64,93 144 121 84,03
Dosen Non PNS Penerima Tunjangan Profesi 76 69 90,33 2 2 100
Siswa SDTK Penerima BOS 68 67 98,82 85 84 98,82
Bantuan Operasional Lembaga Agama dan Keagamaan 65 64 98,31 4 4 100
PIP SDTK 24 23 98,11 53 52 98,11
Guru Non-PNS Penerima Tunjangan Khusus 1 0,00 50 - -
Jumlah 2.500.799 2.471.559 98,83 1.451.478 1.447.642 99,74
4.1 Tabel Realisasi Penyerapan Anggaran dan Realisasi Volume Keluaran Cluster Pendidikandi Jawa Tengah
miliar rupiah
PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI
I PENDAPATAN 26,255,251,903,000 19,475,571,859,984 2,020,168,284,954 1,994,661,257,480 3,340,277,876,851 3,165,948,419,666 1,728,436,716,297 1,698,231,670,507 2,132,087,015,015 2,128,150,271,886 2,379,209,608,000 2,107,757,116,198 3,127,590,616,000 3,096,826,845,1501 PENDAPATAN ASLI DAERAH 14,267,084,822,000 13,669,346,873,691 236,466,681,466 238,959,590,603 633,302,968,814 668,203,799,723 225,961,233,297 257,421,851,726 277,463,428,182 299,810,415,529 436,389,448,000 483,280,239,665 381,974,992,000 379,091,298,714
A Pendapatan Pajak Daerah 12,007,135,432,000 11,139,173,309,780 54,492,788,000 55,447,711,504 206,558,325,460 208,654,302,139 64,745,526,225 80,129,558,489 50,022,000,000 56,120,881,472 133,575,815,000 140,729,674,719 103,225,000,000 112,680,315,150
B Pendapatan Retribusi Daerah 93,728,474,000 93,240,993,301 15,895,336,019 16,589,337,904 21,194,850,930 23,792,533,475 14,750,084,769 15,811,626,227 9,095,591,500 9,158,755,406 12,050,282,000 17,103,849,753 16,498,952,000 13,224,912,333
C Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 528,788,165,000 530,091,029,137 15,290,372,635 15,290,379,441 15,677,969,004 15,798,814,226 13,231,847,500 13,232,347,500 79,030,000,000 79,651,157,568 14,950,961,000 18,542,139,506 7,037,989,000 7,227,845,627
D Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1,637,432,751,000 1,906,841,541,473 150,788,184,812 151,632,161,754 389,871,823,420 419,958,149,883 133,233,774,803 148,248,319,510 139,315,836,682 154,879,621,083 275,812,390,000 306,904,575,687 255,213,051,000 245,958,225,604
2 PENDAPATAN TRANSFER 11,964,515,081,000 5,782,872,986,293 1,658,435,108,010 1,632,329,495,626 2,517,300,941,037 2,479,870,538,123 1,427,023,283,000 1,365,332,093,383 1,775,799,745,933 1,733,249,831,234 1,852,886,706,000 1,619,539,876,533 2,131,640,685,000 2,106,133,167,436A TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN 11,896,302,626,000 5,714,660,531,293 1,259,048,717,010 1,238,071,740,603 1,875,995,975,977 1,854,294,495,150 1,022,963,218,000 1,008,861,912,901 1,297,639,294,933 1,259,239,750,269 1,364,509,303,000 1,356,374,607,571 1,885,498,459,000 1,876,097,637,787
a Dana Bagi Hasil Pajak 957,049,948,000 843,392,119,954 37,263,855,101 31,166,295,087 43,276,320,000 47,575,173,894 23,806,603,000 28,767,704,135 108,543,180,942 83,713,200,002 41,232,980,000 41,339,764,573 31,566,194,000 27,428,663,358b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 13,336,741,000 16,888,016,587 2,768,112,909 1,828,669,894 2,270,971,000 1,891,238,452 9,764,707,000 9,255,959,201 12,752,720,991 19,929,386,773 2,056,866,000 1,925,031,574 2,800,874,000 1,666,438,971c Dana Alokasi Umum 3,460,064,369,000 3,438,709,973,000 914,958,948,000 900,564,784,000 1,317,798,068,000 1,306,921,916,000 753,352,485,000 743,088,164,000 883,338,891,000 871,294,279,000 966,489,944,000 956,428,556,000 1,373,396,371,000 1,373,396,371,000d Dana Alokasi Khusus 7,465,851,568,000 1,415,670,421,752 304,057,801,000 304,511,991,622 512,650,616,977 497,906,166,804 236,039,423,000 227,750,085,565 293,004,502,000 284,302,884,494 354,729,513,000 356,681,255,424 477,735,020,000 473,606,164,458
B TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA 68,212,455,000 68,212,455,000 291,796,709,000 291,796,709,000 418,122,865,000 418,122,865,000 279,903,722,000 250,230,683,600 314,782,069,000 314,782,069,000 323,859,637,000 106,878,179,000 0 0a Dana Penyesuaian & Dana Otonomi Khusus 291,796,709,000 291,796,709,000 39,577,682,000 0 0 0 0 0 0b Dana Desa 378,545,183,000 378,545,183,000 193,031,345,000 163,358,306,600 267,071,340,000 267,071,340,000 216,981,458,000c Dana Intensif Daerah 68,212,455,000 68,212,455,000 0 39,577,682,000 86,872,377,000 86,872,377,000 47,710,729,000 47,710,729,000 106,878,179,000 106,878,179,000 0 0
C TRANSFER PEMERINTAH DAERAH LAINNYA 0 0 107,589,682,000 102,461,046,023 223,182,100,060 207,453,177,973 108,899,343,000 92,013,098,882 103,601,382,000 95,330,751,141 130,829,315,000 122,992,708,962 190,532,226,000 178,608,761,544a Pendapatan Bagi Hasil Pajak 107,589,682,000 102,461,046,023 198,568,100,060 189,208,586,743 108,899,343,000 92,013,098,882 103,601,382,000 95,330,751,141 130,829,315,000 122,992,708,962 190,532,226,000 178,608,761,544b Pendapatan Bagi hasil Lainnya 24,614,000,000 18,244,591,230 0c Pendapatan Cukai
D BANTUAN KEUANGAN 0 0 0 0 0 0 15,257,000,000 14,226,398,000 59,777,000,000 63,897,260,824 33,688,451,000 33,294,381,000 55,610,000,000 51,426,768,105a Bantuan Keuangan Provinsi 15,257,000,000 14,226,398,000 59,777,000,000 63,897,260,824 33,688,451,000 33,294,381,000 55,610,000,000 51,426,768,105b Bantuan Keuangan Kabupaten
3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 23,652,000,000 23,352,000,000 125,266,495,478 123,372,171,251 189,673,967,000 17,874,081,820 75,452,200,000 75,477,725,398 78,823,840,900 95,090,025,123 89,933,454,000 4,937,000,000 613,974,939,000 611,602,379,000A Pendapatan Hibah 23,652,000,000 23,352,000,000 106,514,495,478 106,369,396,325 189,673,967,000 17,874,081,820 78,823,840,900 95,090,025,123 89,933,454,000 4,937,000,000 172,965,480,000 170,592,920,000B Pendapatan Lainnya 18,752,000,000 17,002,774,926 0 0 75,452,200,000 75,477,725,398 0 441,009,459,000 441,009,459,000
II BELANJA & TRANSFER 27,374,409,350,000 19,684,658,073,406 2,097,525,903,200 2,030,744,689,258 3,556,833,000,332 3,088,291,113,889 1,842,165,280,803 1,611,100,168,128 2,290,988,130,784 2,109,177,601,632 2,471,230,452,000 2,006,954,137,130 3,330,400,416,000 3,132,251,740,5801 BELANJA OPERASI 16,913,391,556,000 10,502,104,319,449 1,684,533,588,499 1,632,950,513,982 2,496,644,645,376 2,101,703,231,267 1,290,480,931,063 1,163,143,165,587 1,446,977,919,370 1,309,697,273,620 1,480,930,168,000 1,383,280,053,650 1,998,786,739,000 1,848,070,004,521
A Belanja Pegawai 6,698,242,058,000 6,430,769,930,241 856,811,175,541 828,795,704,828 1,404,019,859,116 1,259,274,504,404 794,106,734,678 732,966,258,257 898,776,918,443 869,636,066,510 883,726,790,000 863,836,702,593 1,073,851,481,100 1,022,322,106,547B Belanja Barang 4,405,786,353,000 3,415,189,046,099 405,051,962,852 383,497,616,895 1,004,042,198,442 764,371,777,314 376,653,648,986 324,899,112,034 469,825,022,927 367,395,763,110 500,319,274,000 424,224,233,253 845,314,757,900 752,974,003,474C Belanja Bunga Cicilan Hutang 2,837,500,000 254,662,800D Belanja Subsidi 0E Belanja Hibah 5,761,071,145,000 613,738,093,109 42,549,454,350 40,861,317,924 76,958,951,800 72,035,222,349 97,983,074,702 85,365,861,032 74,130,478,000 68,879,944,000 81,536,554,000 80,007,467,804 53,815,200,000 51,263,570,000F Belanja Bantuan Sosial 48,292,000,000 42,407,250,000 6,450,000,000 6,124,878,935 11,623,636,018 6,021,727,200 20,927,763,433 19,102,225,000 4,245,500,000 3,785,500,000 15,347,550,000 15,211,650,000 22,967,800,000 21,255,661,700G Belanja Bantuan Keuangan 373,670,995,756 373,670,995,400 809,709,264 809,709,264 0
2 BELANJA MODAL 1,057,533,752,000 751,788,194,257 361,122,396,951 348,484,915,409 394,760,974,622 342,901,761,503 200,693,829,740 143,470,680,948 368,983,148,162 348,985,586,342 450,292,480,000 329,001,613,233 663,459,928,000 621,919,531,365A Belanja Tanah 14,703,769,000 14,338,900,293 12,431,490,800 11,713,397,328 4,925,000,000.00 672,125,496.00 1,642,825,000 1,223,561,780 46,932,836,000 46,198,714,373 500,000,000B Belanja Peralatan dan Mesin 509,897,318,000 361,883,692,607 122,723,232,702 90,373,247,238 53,636,090,890.00 38,796,523,086.00 59,666,671,150 52,339,601,509 199,556,335,250 91,976,054,383 80,516,373,104 74,972,089,705C Belanja Bangunan dan Gedung 216,372,410,000 195,773,603,473 87,365,111,902 76,355,548,881 62,741,290,918.00 51,896,866,879.00 45,814,880,848 44,243,673,353 83,014,286,250 75,955,828,116 162,523,676,000 155,062,627,657D Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 193,270,690,000 177,713,123,124 171,449,371,868 163,800,692,147 37,312,221,920.00 27,607,136,200.00 189,049,429,000 171,978,801,160 102,005,423,000 100,379,862,388 313,493,587,000 299,426,343,258E Belanja Aset Tetap Lainnya 122,200,465,000 1,219,755,760 791,767,350 658,875,909 1,061,498,600.00 1,041,580,370.00 4,310,802,000 3,363,893,938 18,675,599,500 14,483,453,973 106,426,291,896 92,458,470,745F Belanja Aset Lainnya 1,089,100,000 859,119,000 0 41,017,727,412.00 23,456,448,917.00 38,942,417,325 37,282,959,515 108,000,000 7,700,000G Belanja Modal BLUD / BOS 29,556,122,839 38,553,095,087
3 BELANJA TAK TERDUGA 1,834,243,841,000 1,783,884,978,571 40,043,877,500 37,594,817,867 102,752,466,821 81,019,207,607 37,545,517,000 21,219,913,290 78,457,887,752 53,941,665,170 171,884,068,000 144,511,572,525 5,000,000,000 1,267,065,451A Belanja Tak Terduga 1,834,243,841,000 1,783,884,978,571 40,043,877,500 37,594,817,867 102,752,466,821 81,019,207,607 37,545,517,000 21,219,913,290 78,457,887,752 53,941,665,170 171,884,068,000 144,511,572,525 5,000,000,000 1,267,065,451
4 TRANSFER 7,569,240,201,000 6,646,880,581,129 11,826,040,250 11,714,442,000 562,674,913,513 562,666,913,512 313,445,003,000 283,266,408,303 396,569,175,500 396,553,076,500 368,123,736,000 150,160,897,722 663,153,749,000 660,995,139,243A Transfer Bagi Hasil Pendapatan Ke KAB/KOTA/DESA 5,399,670,659,000 4,633,245,749,888 11,826,040,250 11,714,442,000 26,156,571,346 26,156,571,346 9,262,497,000 9,262,497,000 7,479,600,000 7,469,600,000 12,626,234,000 11,994,350,241 11,851,306,000 10,569,843,224
a Bagi Hasil Pajak 5,399,670,659,000 4,633,245,749,888 11,826,040,250 11,714,442,000 23,422,682,526 23,422,682,526 9,262,497,000 9,262,497,000 11,368,790,000 10,949,452,464 10,036,410,000 9,672,915,678b Bagi Hasil Retribusi 2,733,888,820 2,733,888,820 7,479,600,000 7,469,600,000 1,257,444,000 1,044,897,777 1,814,896,000 896,927,546
B Transfer Bantuan keuangan 2,169,569,542,000 2,013,634,831,241 0 0 536,518,342,167 536,510,342,166 304,182,506,000 274,003,911,303 389,089,575,500 389,083,476,500 355,497,502,000 138,166,547,481 651,302,443,000 650,425,296,019a Transfer Bantuan Keuangan ke Kab/Kota 981,881,906,000 845,551,195,241b Transfer Bantuan Keuangan ke Desa 1,187,687,636,000 1,168,083,636,000 533,605,927,167 533,597,927,166 304,182,506,000 274,003,911,303 388,159,625,500 388,153,526,500 354,479,502,000 137,149,544,000 649,993,459,000 649,116,313,529c Transfer Bantuan Keuangan ke Parpol 2,912,415,000 2,912,415,000 929,950,000 929,950,000 1,308,984,000 1,308,982,490d Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya 0 0e Transfer Bantuan keuangan Lainnya 0 1,018,000,000 1,017,003,481
Jumlah Belanja (Operasi + Modal + Tak terduga) + Transfer 28,431,943,102,000 19,684,658,073,406 2,458,648,300,151 2,030,744,689,258 3,556,833,000,332 3,088,291,113,889 1,842,165,280,803 1,611,100,168,128 2,290,988,130,784 2,109,177,601,632 2,471,230,452,000 2,006,954,137,130 3,330,400,416,000 3,132,251,740,580
SURPLUS / (DEFISIT) (1,119,157,447,000) (209,086,213,422) (77,357,618,246) (36,083,431,778) (216,555,123,481) 77,657,305,777 (113,728,564,506) 87,131,502,379 (158,901,115,769) 18,972,670,254 (92,020,844,000) 100,802,979,068 (202,809,800,000) (35,424,895,430)
III PEMBIAYAAN1 PENERIMAAN DAERAH 1,119,157,447,000 1,119,409,987,600 88,257,618,246 88,157,618,246 247,705,123,481 242,705,123,481 157,728,564,506 132,205,398,406 112,867,691,370 119,799,247,268 106,204,560,000 108,954,560,382 213,309,800,000 211,973,059,004
A Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 1,119,157,447,000 1,119,157,446,700 88,157,618,246 88,157,618,246 242,705,123,481 242,705,123,481 122,728,564,506 122,728,564,506 97,852,691,370 119,755,747,268 103,943,446,000 103,943,445,939 178,309,800,000 178,309,799,004B Pencairan Dana Cadangan 0C Penerimaan Kembali Piutang / Pemberian Pinjaman Daerah 100,000,000 5,000,000,000 35,000,000,000 9,476,833,900 2,261,114,000 2,261,114,443 35,000,000,000 33,663,260,000D Penerimaan Pinjaman Pokok Dana Talangan Pengad PanganE Penerimaan Pengembalian Dana Bergulir 252,540,900 15,000,000 43,500,000F Penerimaan Titipan Uang JaminanG Penerimaan Pinjaman Daerah 15,000,000,000 2,750,000,000 0
2 PENGELUARAN DAERAH 0 0 10,900,000,000 10,900,000,000 31,150,000,000 29,519,500,000 44,000,000,000 27,885,024,541 19,515,000,000 4,515,000,000 14,183,716,000 17,733,716,000 10,500,000,000 10,500,000,000A Pembentukan Dana CadanganB Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 10,900,000,000 10,900,000,000 28,150,000,000 28,150,000,000 9,000,000,000 7,183,949,725 4,515,000,000 4,515,000,000 14,183,716,000 14,183,716,000 10,500,000,000 10,500,000,000C Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri 35,000,000,000 20,701,074,816 15,000,000,000.00 0 3,550,000,000 0D Pengembalian Titipan Uang JaminanE Pemberian Pinjaman Daerah 3,000,000,000 1,369,500,000F Pengeluaran Perhitungan Pihak ke tiga
PEMBIAYAAN NETTO 1,119,157,447,000 1,119,409,987,600 77,357,618,246 77,257,618,246 216,555,123,481 213,185,623,481 113,728,564,506 104,320,373,865 93,352,691,370 115,284,247,268 92,020,844,000 91,220,844,382 202,809,800,000 201,473,059,004
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) 0 910,323,774,178 0 41,174,186,468 0 290,842,929,258 0 191,451,876,244 (65,548,424,399) 134,256,917,522 0 192,023,823,450 0 166,048,163,574
6 71 2 3 4 5
URAIANProv. Jawa Tengah Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas Kab. Batang Kab. Blora Kab. Boyolali Kab. Brebes
I PENDAPATAN1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
A Pendapatan Pajak Daerah
B Pendapatan Retribusi Daerah
C Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
D Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2 PENDAPATAN TRANSFERA TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
a Dana Bagi Hasil Pajakb Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)c Dana Alokasi Umumd Dana Alokasi Khusus
B TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA a Dana Penyesuaian & Dana Otonomi Khususb Dana Desac Dana Intensif Daerah
C TRANSFER PEMERINTAH DAERAH LAINNYAa Pendapatan Bagi Hasil Pajakb Pendapatan Bagi hasil Lainnyac Pendapatan Cukai
D BANTUAN KEUANGANa Bantuan Keuangan Provinsib Bantuan Keuangan Kabupaten
3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAHA Pendapatan HibahB Pendapatan Lainnya
II BELANJA & TRANSFER1 BELANJA OPERASI
A Belanja PegawaiB Belanja BarangC Belanja Bunga Cicilan HutangD Belanja SubsidiE Belanja HibahF Belanja Bantuan SosialG Belanja Bantuan Keuangan
2 BELANJA MODALA Belanja TanahB Belanja Peralatan dan MesinC Belanja Bangunan dan GedungD Belanja Jalan, Irigasi dan JaringanE Belanja Aset Tetap LainnyaF Belanja Aset LainnyaG Belanja Modal BLUD / BOS
3 BELANJA TAK TERDUGAA Belanja Tak Terduga
4 TRANSFERA Transfer Bagi Hasil Pendapatan Ke KAB/KOTA/DESA
a Bagi Hasil Pajakb Bagi Hasil Retribusi
B Transfer Bantuan keuangana Transfer Bantuan Keuangan ke Kab/Kotab Transfer Bantuan Keuangan ke Desac Transfer Bantuan Keuangan ke Parpold Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnyae Transfer Bantuan keuangan Lainnya
Jumlah Belanja (Operasi + Modal + Tak terduga) + Transfer
SURPLUS / (DEFISIT)
III PEMBIAYAAN1 PENERIMAAN DAERAH
A Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)B Pencairan Dana CadanganC Penerimaan Kembali Piutang / Pemberian Pinjaman DaerahD Penerimaan Pinjaman Pokok Dana Talangan Pengad PanganE Penerimaan Pengembalian Dana BergulirF Penerimaan Titipan Uang JaminanG Penerimaan Pinjaman Daerah
2 PENGELUARAN DAERAHA Pembentukan Dana CadanganB Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahC Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri D Pengembalian Titipan Uang JaminanE Pemberian Pinjaman DaerahF Pengeluaran Perhitungan Pihak ke tiga
PEMBIAYAAN NETTO
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)
URAIANPAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI
3,183,974,378,680 3,150,599,808,500 2,265,843,857,579 2,333,459,871,799 2,525,449,733,189 2,527,949,086,354 2,351,298,047,000 2,280,721,645,215 2,095,653,604,000 2,120,040,167,376 2,670,926,408,000 2,763,288,676,077 2,142,582,097,247 2,116,113,851,279561,113,709,065 591,372,301,699 367,991,804,422 439,694,424,386 311,061,602,979 349,518,498,473 408,012,576,000 396,820,647,247 341,722,577,000 384,682,551,684 317,991,639,000 403,011,163,101 333,650,044,139 353,043,133,434
199,810,000,000 203,188,563,271 137,828,340,625 152,910,867,519 85,658,500,000 96,136,851,265 125,910,655,000 136,856,675,663 154,189,995,000 176,873,002,208 89,697,000,000 100,877,584,517 130,420,000,000 134,446,651,120
18,139,721,798 19,075,869,519 25,855,393,800 27,262,659,979 12,807,013,093 14,051,835,380 16,613,254,000 17,989,317,478 11,266,768,000 13,878,511,187 23,587,096,000 22,123,061,226 18,441,507,107 19,911,169,177
45,597,285,958 44,670,780,311 20,579,318,511 20,579,320,404 22,502,494,091 22,507,011,546 12,366,133,000 10,944,133,797 15,232,136,000 15,262,591,949 13,243,497,000 15,727,758,649 15,888,282,166 19,295,382,108
297,566,701,309 324,437,088,598 183,728,751,486 238,941,576,484 190,093,595,795 216,822,800,282 253,122,534,000 231,030,520,309 161,033,678,000 178,668,446,340 191,464,046,000 264,282,758,709 168,900,254,866 179,389,931,029
2,195,857,739,115 2,148,759,293,654 1,497,734,266,157 1,493,919,826,469 2,058,203,790,210 2,019,534,077,881 1,839,601,371,000 1,792,956,307,968 1,650,935,104,000 1,632,940,401,703 2,219,216,569,000 2,223,453,074,285 1,706,852,053,108 1,668,485,487,8451,802,273,521,115 1,757,591,202,654 1,208,405,330,857 1,181,046,800,246 1,461,052,448,210 1,444,279,746,734 1,310,273,006,000 1,280,105,479,190 1,260,602,159,000 1,247,805,559,571 1,611,022,902,000 1,624,225,405,094 1,243,180,001,108 1,228,541,096,33568,920,615,000.00 52,212,580,388 27,302,091,720 24,244,292,868 38,241,439,487 34,763,205,375 51,995,809,000 43,862,490,970 36,396,194,000 37,975,825,848 34,205,198,000 33,296,897,421 44,099,061,810 39,443,704,951
6,686,684,000.00 1,931,834,025 20,886,159,137 18,909,515,646 13,507,823,206 12,612,557,623 2,076,167,000 1,894,221,520 2,130,728,000 1,849,641,537 2,623,973,186 2,412,400,7381,295,279,562,000.00 1,281,940,170,000 875,987,653,000 860,873,465,000 1,054,010,287,000 1,038,763,632,000 948,599,557,000 934,338,029,000 924,285,617,000 917,524,339,000 1,206,245,637,000 1,197,504,293,000 921,727,933,000 909,781,219,000
431,386,660,115.00 421,506,618,241 284,229,427,000 277,019,526,732 355,292,898,517 358,140,351,736 309,677,640,000 301,904,959,220 297,844,181,000 290,411,173,203 368,441,339,000 391,574,573,136 274,729,033,112 276,903,771,646365,817,218,000 365,817,218,000 95,161,483,000 95,203,650,633 367,097,540,000 367,074,612,500 301,071,365,000 301,071,365,000 249,381,751,000 249,403,111,001 450,269,534,000 450,269,534,000 293,058,283,000 293,058,283,000
71,923,322,000 71,923,322,000 95,161,483,000 95,203,650,633 367,097,540,000 367,074,612,500 249,381,751,000 249,403,111,001 0 44,612,446,000 44,612,446,000293,893,896,000 293,893,896,000 0 247,118,045,000 247,118,045,000 405,025,869,000 405,025,869,000 248,445,837,000 248,445,837,000
53,953,320,000 53,953,320,000 45,243,665,000 45,243,665,0000 0 128,145,452,300 151,902,441,690 167,210,802,000 157,263,613,516 164,000,000,000 150,643,645,949 132,533,194,000 129,054,883,131 138,797,133,000 130,966,524,602 149,300,769,000 128,496,428,284
128,145,452,300 151,902,441,690 167,210,802,000 157,263,613,516 164,000,000,000 150,643,645,949 132,533,194,000 129,054,883,131 138,797,133,000 130,966,524,602 149,300,769,000 128,496,428,284
27,767,000,000 25,350,873,000 66,022,000,000 65,766,933,900 62,843,000,000 50,916,105,131 64,257,000,000 61,135,817,829 8,418,000,000 6,676,848,000 19,127,000,000 17,991,610,589 21,313,000,000 18,389,680,22627,767,000,000 25,350,873,000 66,022,000,000 65,766,933,900 62,843,000,000 50,916,105,131 64,257,000,000 61,135,817,829 8,418,000,000 6,676,848,000 19,127,000,000 17,991,610,589 21,313,000,000 18,389,680,226
0
427,002,930,500 410,468,213,147 400,117,787,000 399,845,620,944 156,184,340,000 158,896,510,000 103,684,100,000 90,944,690,000 102,995,923,000 102,417,213,989 133,718,200,000 136,824,438,691 102,080,000,000 94,585,230,000205,338,414,500.00 213,004,361,569.00 400,117,787,000 399,773,742,000 3,290,000,000 9,844,000,000 103,684,100,000 90,944,690,000 18,113,723,000.00 17,857,589,000.00 133,718,200,000 136,824,438,691 102,080,000,000 94,585,230,000
221,664,516,000 197,463,851,578 0 71,878,944 152,894,340,000 149,052,510,000 84,882,200,000.00 84,559,624,989.00 0
3,321,622,473,389 3,059,967,500,936 2,462,870,892,975 2,285,456,097,191 2,612,667,067,943 2,511,390,409,517 2,513,540,360,992 2,161,832,219,949 2,243,900,557,000 2,090,686,982,262 2,865,544,326,000 2,736,715,628,080 2,249,272,312,000 1,990,134,726,4662,303,053,385,597 2,116,440,174,552 1,679,934,352,436 1,537,048,854,292 1,733,672,426,797 1,655,379,833,123 1,799,613,705,992 1,564,171,175,061 1,681,997,387,239 1,576,031,073,067 1,947,861,384,000 1,839,445,227,013 1,669,127,069,632 1,455,323,140,015
1,206,226,215,697 1,145,443,814,425 989,315,197,333 897,383,831,830 927,135,875,618 875,531,544,458 933,200,965,992 819,362,598,571 973,590,912,000 916,916,841,224 1,236,348,714,000 1,169,696,600,650 1,068,384,440,740 922,648,569,509968,780,928,940 881,434,214,127 583,385,956,103 536,823,926,040 663,194,829,019 639,951,809,447 585,915,484,000 499,356,660,342 568,752,760,839 525,901,451,702 545,813,496,000 512,605,152,329 508,325,528,317 443,103,179,781
4,572,000,000 4,546,059,006 103,500,000 - 4,550,000,000 4,491,725,220234,085,000 234,081,000
40,169,512,960 38,470,436,000 77,813,399,000 74,065,546,422 105,527,505,160 102,381,229,041 68,068,021,000 54,117,012,540 121,251,714,400 116,516,504,921 127,611,770,000 122,828,836,872 92,417,100,575 89,571,390,72587,876,728,000 51,091,710,000 29,419,800,000 28,775,550,000 33,242,217,000 32,969,191,171 212,091,650,000 191,100,822,608 13,852,000,000 12,204,550,000 38,087,404,000 34,314,637,162
- 0529,149,845,492 462,431,933,784 305,635,980,612 286,898,847,351 360,053,127,579 338,712,103,077 302,102,589,000 216,305,122,974 183,872,032,761 147,213,772,480 302,573,915,000 287,798,752,118 125,728,154,239 92,481,364,467
25,898,069,100 14,242,054,652 8,756,773,200 7,522,805,000 2,836,480,200 2,414,665,360 - 275,000,000 263,418,100 15,988,642,000 8,217,772,363 0 0134,057,897,893 108,580,137,022 89,604,628,306 82,240,751,971 58,323,606,335 54,443,392,071 112,839,337,000 58,839,959,642 58,296,991,537 55,104,505,141 83,935,001,000 89,084,962,642 51,611,630,967 32,913,461,398
73,029,906,841 63,032,862,639 64,048,613,469 56,355,423,251 115,306,114,625 112,145,479,575 47,942,047,000 46,766,200,349 74,996,985,688 45,042,321,917 46,021,343,000 43,302,380,801 23,582,968,856 20,604,145,711283,275,664,000 264,551,341,345 137,193,463,000 135,415,820,000 148,556,679,000 135,745,467,947 133,460,246,000 105,327,508,563 18,356,317,250 15,472,178,570 144,029,435,000 135,180,943,682 42,348,771,117 32,711,375,008
12,702,062,658 11,867,458,126 6,032,502,637 5,364,047,129 35,030,247,419 33,963,098,124 6,919,334,000 4,613,153,420 31,946,738,286 31,331,348,752 12,599,494,000 12,012,692,630 7,870,408,299 6,020,092,350186,245,000 158,080,000 784,625,000 758,301,000 314,375,000 232,290,000
157,000,000 - 5,296,350,000 0 38,947,858,964 24,913,662,730 98,250,977,489 96,630,664,239 46,593,525,000 16,360,100,350 36,415,171,000 25,929,320,687 15,245,000,000 10,188,825,249 59,200,784,846 47,230,376,5075,296,350,000 38,947,858,964 24,913,662,730 98,250,977,489 96,630,664,239 46,593,525,000 16,360,100,350 36,415,171,000 25,929,320,687 15,245,000,000 10,188,825,249 59,200,784,846 47,230,376,507
484,122,892,300 481,095,392,600 438,352,700,963 436,594,732,818 420,690,536,078 420,667,809,078 365,230,541,000 364,995,821,564 341,615,966,000 341,512,816,028 599,864,027,000 599,282,823,700 395,216,303,283 395,099,845,47724,408,140,000 21,470,790,300 19,503,324,963 19,470,356,818 9,846,551,309 9,846,551,309 14,541,970,000 14,308,210,564 16,702,722,000 16,702,671,600 13,696,177,000 13,527,756,700 14,976,918,783 14,976,918,78322,010,000,000 19,937,513,000 15,647,453,229 15,647,453,229 9,846,551,309 9,846,551,309 14,541,970,000 14,308,210,564 15,419,000,000 15,418,990,000 9,677,560,000 9,657,463,900 13,740,139,419 13,740,139,419
2,398,140,000 1,533,277,300 3,855,871,734 3,822,903,589 1,283,722,000 1,283,681,600 4,018,617,000 3,870,292,800 1,236,779,364 1,236,779,364459,714,752,300 459,624,602,300 418,849,376,000 417,124,376,000 410,843,984,769 410,821,257,769 350,688,571,000 350,687,611,000 324,913,244,000 324,810,144,428 586,167,850,000 585,755,067,000 380,239,384,500 380,122,926,694
0
459,714,752,300 459,624,602,300 417,683,387,000 415,958,387,000 410,843,984,769 410,821,257,769 350,688,571,000 350,687,611,000 323,736,305,000 323,633,206,201 584,102,974,000 583,690,191,000 379,162,169,500 379,162,169,5002,064,876,000 2,064,876,000
1,165,989,000 1,165,989,000 1,176,939,000 1,176,938,227 1,077,215,000 960,757,194
3,321,622,473,389 3,059,967,500,936 2,462,870,892,975 2,285,456,097,191 2,612,667,067,943 2,511,390,409,517 2,513,540,360,992 2,161,832,219,949 2,243,900,557,000 2,090,686,982,262 2,865,544,326,000 2,736,715,628,080 2,249,272,312,000 1,990,134,726,466
(137,648,094,709) 90,632,307,564 (197,027,035,396) 48,003,774,608 (87,217,334,754) 16,558,676,837 (162,242,313,992) 118,889,425,266 (148,246,953,000) 29,353,185,114 (194,617,918,000) 26,573,047,997 (106,690,214,753) 125,979,124,813
253,051,413,556 253,057,379,706280,865,946,057 280,865,946,057 225,039,224,476 225,045,191,626 151,467,334,754 135,294,968,404 177,742,313,992 169,442,313,992 226,646,953,000 226,808,653,259 204,167,918,000 204,132,918,416 112,690,214,753 97,695,464,753280,865,946,057 280,865,946,057 225,039,224,476 225,039,224,476 134,760,672,754 134,760,672,754 169,442,313,992 169,442,313,992 197,446,953,000 197,446,953,259 202,667,918,000 202,667,918,416 97,690,214,753 97,690,214,753
15,000,000,0005,967,150 1,706,662,000 534,295,650 29,200,000,000 29,200,000,000 1,500,000,000 1,465,000,000 5,250,000
0 161,700,000
15,000,000,000 8,300,000,000
25,702,000,000 19,852,000,000 28,012,189,080 28,012,188,080 64,250,000,000 49,191,314,000 15,500,000,000 0 20,000,000,000 20,000,000,000 9,550,000,000 9,550,000,000 6,000,000,000 6,000,000,000
25,702,000,000 19,852,000,000 28,012,189,080 28,012,188,080 24,250,000,000 24,250,000,000 20,000,000,000 20,000,000,000 8,050,000,000 8,050,000,000 6,000,000,000 6,000,000,00040,000,000,000 24,941,314,000 15,500,000,000
1,500,000,000 1,500,000,000
255,163,946,057 261,013,946,057 197,027,035,396 197,033,003,546 87,217,334,754 86,103,654,404 162,242,313,992 169,442,313,992 206,646,953,000 206,808,653,259 194,617,918,000 194,582,918,416 106,690,214,753 91,695,464,753
117,515,851,348 351,646,253,621 0 245,036,778,154 0 102,662,331,241 0 288,331,739,258 58,400,000,000 236,161,838,373 0 221,155,966,413 0 217,674,589,566
12 13 148 9 10 11
Kab. KendalKab. Cilacap Kab. Demak Kab. Grobogan Kab. Jepara Kab. Karanganyar Kab. Kebumen
I PENDAPATAN1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
A Pendapatan Pajak Daerah
B Pendapatan Retribusi Daerah
C Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
D Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2 PENDAPATAN TRANSFERA TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
a Dana Bagi Hasil Pajakb Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)c Dana Alokasi Umumd Dana Alokasi Khusus
B TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA a Dana Penyesuaian & Dana Otonomi Khususb Dana Desac Dana Intensif Daerah
C TRANSFER PEMERINTAH DAERAH LAINNYAa Pendapatan Bagi Hasil Pajakb Pendapatan Bagi hasil Lainnyac Pendapatan Cukai
D BANTUAN KEUANGANa Bantuan Keuangan Provinsib Bantuan Keuangan Kabupaten
3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAHA Pendapatan HibahB Pendapatan Lainnya
II BELANJA & TRANSFER1 BELANJA OPERASI
A Belanja PegawaiB Belanja BarangC Belanja Bunga Cicilan HutangD Belanja SubsidiE Belanja HibahF Belanja Bantuan SosialG Belanja Bantuan Keuangan
2 BELANJA MODALA Belanja TanahB Belanja Peralatan dan MesinC Belanja Bangunan dan GedungD Belanja Jalan, Irigasi dan JaringanE Belanja Aset Tetap LainnyaF Belanja Aset LainnyaG Belanja Modal BLUD / BOS
3 BELANJA TAK TERDUGAA Belanja Tak Terduga
4 TRANSFERA Transfer Bagi Hasil Pendapatan Ke KAB/KOTA/DESA
a Bagi Hasil Pajakb Bagi Hasil Retribusi
B Transfer Bantuan keuangana Transfer Bantuan Keuangan ke Kab/Kotab Transfer Bantuan Keuangan ke Desac Transfer Bantuan Keuangan ke Parpold Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnyae Transfer Bantuan keuangan Lainnya
Jumlah Belanja (Operasi + Modal + Tak terduga) + Transfer
SURPLUS / (DEFISIT)
III PEMBIAYAAN1 PENERIMAAN DAERAH
A Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)B Pencairan Dana CadanganC Penerimaan Kembali Piutang / Pemberian Pinjaman DaerahD Penerimaan Pinjaman Pokok Dana Talangan Pengad PanganE Penerimaan Pengembalian Dana BergulirF Penerimaan Titipan Uang JaminanG Penerimaan Pinjaman Daerah
2 PENGELUARAN DAERAHA Pembentukan Dana CadanganB Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahC Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri D Pengembalian Titipan Uang JaminanE Pemberian Pinjaman DaerahF Pengeluaran Perhitungan Pihak ke tiga
PEMBIAYAAN NETTO
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)
URAIANPAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI
2,509,533,202,687 2,348,916,059,566 1,967,081,016,390 2,014,962,476,485 2,359,822,006,628 2,270,672,373,271 2,689,464,737,000 2,662,344,665,605 2,128,970,335,691 2,061,683,563,781 2,462,035,744,635 2,448,328,954,562 1,889,271,367,000 1,820,757,507,014246,558,797,299 328,098,465,645 291,643,884,000 383,884,186,229 265,502,524,500 322,889,986,991 350,903,171,000 371,710,004,994 378,788,767,484 341,786,559,234 292,672,718,000 328,333,366,498 256,466,315,000 211,713,634,521
85,584,000,000 116,102,371,269 108,150,955,000 126,240,575,956 91,323,655,000 115,530,759,532 85,482,000,000 97,884,137,026 85,904,752,350 74,247,139,876 71,521,800,000 80,569,759,532 49,745,000,000 58,829,669,048
10,707,170,000 14,750,008,083 15,245,336,000 18,493,582,321 10,739,521,500 21,911,451,584 19,688,504,000 22,502,075,249 18,105,404,210 12,708,738,419 31,095,585,000 31,386,762,911 10,041,770,000 10,969,197,125
14,145,547,096 17,575,112,265 8,700,784,000 8,704,409,157 30,634,652,000 30,637,364,531 27,632,322,000 27,635,302,583 10,122,914,114 10,124,615,604 21,366,882,000 21,371,187,915 21,681,443,000 21,682,472,386
136,122,080,203 179,670,974,028 159,546,809,000 230,445,618,795 132,804,696,000 154,810,411,344 218,100,345,000 223,688,490,136 264,655,696,810 244,706,065,335 168,688,451,000 195,005,656,140 174,998,102,000 120,232,295,962
1,765,982,224,388 1,752,155,233,956 1,456,645,171,390 1,414,569,419,256 1,989,978,882,128 1,940,323,473,805 1,759,692,785,000 1,707,712,117,835 1,388,793,421,044 1,358,545,060,957 2,007,094,187,635 1,957,807,388,064 1,532,610,752,000 1,539,129,862,4931,533,062,670,188 1,516,494,102,076 1,206,873,864,390 1,183,590,147,772 1,354,331,370,128 1,331,514,071,778 1,532,552,801,000 1,505,063,848,568 1,225,901,494,450 1,206,915,407,953 1,503,800,933,635 1,478,357,232,531 1,147,061,410,000 1,144,405,027,431
39,228,910,000 40,197,246,595 229,056,138,000 214,882,327,466 32,345,372,000 32,547,800,849 38,581,185,000 38,079,490,123 34,565,389,036 28,416,211,565 37,590,205,000 31,829,930,947 25,066,880,000 30,248,715,5001,908,494,000 1,781,143,208 2,175,308,000 1,793,882,236 1,965,628,000 1,816,492,146 2,265,283,000 2,207,617,219 2,552,249,414 2,316,074,200 3,481,970,000 2,456,885,533 1,948,636,000 1,799,423,282
1,175,695,180,000 1,167,212,792,000 764,591,304,000 757,097,370,000 997,304,689,000 987,675,947,000 1,131,935,623,000 1,115,340,333,000 890,703,494,000 885,145,414,000 1,130,573,652,000 1,118,791,154,000 847,952,218,000 841,051,988,000316,230,086,188 307,302,920,273 211,051,114,390 209,816,568,070 322,715,681,128 309,473,831,783 359,770,710,000 349,436,408,226 298,080,362,000 291,037,708,188 332,155,106,635 325,279,262,051 272,093,676,000 271,304,900,64957,067,155,000 57,067,155,000 89,301,426,000 89,301,426,000 450,209,571,000 450,209,569,982 0 0 40,927,086,000 40,927,086,000 337,895,362,000 337,895,362,000 278,774,566,000 276,353,798,00057,067,155,000 57,067,155,000 89,301,426,000 89,301,426,000 59,165,462,000 59,165,462,000 40,927,086,000 40,927,086,000 0 0 278,774,566,000 276,353,798,000
0 0 391,044,109,000 391,044,107,982 327,255,484,000 327,255,484,0000 0 0 10,639,878,000 10,639,878,000
158,455,399,200 163,789,663,880 149,883,881,000 133,004,610,484 170,720,941,000 147,910,429,045 187,932,984,000 173,865,155,267 121,964,840,594 110,702,567,004 153,423,892,000 131,194,217,715 91,742,776,000 104,798,564,062158,455,399,200 163,789,663,880 149,883,881,000 133,004,610,484 170,720,941,000 147,910,429,045 187,932,984,000.00 173,865,155,267.00 110,955,468,594 100,595,200,323 153,423,892,000 131,194,217,715 91,742,776,000 104,798,564,062
11,009,372,000 10,107,366,681 00 0
17,397,000,000 14,804,313,000 10,586,000,000 8,673,235,000 14,717,000,000 10,689,403,000 39,207,000,000 28,783,114,000 0 0 11,974,000,000 10,360,575,818 15,032,000,000 13,572,473,00017,397,000,000 14,804,313,000 10,586,000,000 8,673,235,000 14,717,000,000 10,689,403,000 39,207,000,000 28,783,114,000 0 0 11,974,000,000 10,360,575,818 15,032,000,000 13,572,473,000
496,992,181,000 268,662,359,965 218,791,961,000 216,508,871,000 104,340,600,000 7,458,912,475 578,868,781,000 582,922,542,776 361,388,147,163 361,351,943,590 162,268,839,000 162,188,200,000 100,194,300,000 69,914,010,000116,145,580,000 379,524,465 70,968,500,000 68,685,410,000 104,340,600,000 7,458,912,475 121,558,649,000.00 117,186,383,776.00 97,991,041,163 97,954,837,590 162,268,839,000 162,188,200,000 100,194,300,000 69,914,010,000380,846,601,000 268,282,835,500 147,823,461,000 147,823,461,000 0 457,310,132,000.00 465,736,159,000.00 263,397,106,000 263,397,106,000 0 0 0
2,917,442,203,797 2,309,955,767,909 2,151,998,364,390 1,914,012,442,916 2,571,445,204,287 2,193,085,941,089 2,867,710,016,000 2,739,717,887,186 2,283,826,930,634 2,053,055,597,803 2,802,092,060,635 2,664,296,658,725 2,010,965,128,000 1,742,570,701,6971,771,217,018,369 1,478,495,441,091 1,525,077,934,390 1,393,816,208,033 1,507,400,564,137 1,270,751,035,948 1,768,366,507,787 1,688,514,071,126 1,562,143,547,645 1,422,282,792,998 1,907,294,728,722 1,796,611,175,204 1,442,856,472,000 1,232,302,130,6151,159,650,846,035 1,025,635,634,713 986,638,114,500 917,642,700,714 862,493,624,630 792,230,403,046 1,053,160,141,000.00 1,025,781,381,318.00 1,007,842,128,845 934,743,678,617 1,185,909,557,064 1,129,022,379,192 820,836,083,000 759,918,358,448
503,703,597,335 349,811,963,721 473,519,470,890 416,691,046,319 575,354,617,007 412,235,462,242 655,332,023,787.00 605,707,331,133.00 454,152,235,870 389,192,241,451 604,658,171,658 552,336,992,012 519,651,431,000 371,280,974,527
2,000,000,000 1,988,515,348 2,383,815,000 2,378,814,56899,744,075,000 97,547,602,309 53,923,333,000 49,102,755,000 58,495,187,500 55,647,760,660 49,749,843,000.00 47,872,858,675.00 83,639,632,930 82,571,722,930 112,384,500,000 111,212,329,000 90,720,513,000 89,695,414,572
6,118,500,000 3,511,725,000 10,997,016,000 10,379,706,000 11,057,135,000 10,637,410,000 10,124,500,000.00 9,152,500,000.00 16,509,550,000 15,775,150,000 4,342,500,000 4,039,475,000 9,264,630,000 9,028,568,5000 0 0 0
196,126,115,977 128,908,368,119 302,251,762,000 221,658,709,958 257,930,375,571 191,243,424,773 340,186,253,213 315,596,274,765 324,418,740,337 239,471,535,400 369,567,800,913 342,593,987,691 157,973,737,000 105,898,568,2550 21,778,452,000 4,870,342,319 25,504,338,000 5,507,345,948 1,950,000,000 1,734,185,000 63,931,352,500 2,213,380,920 548,250,000 547,159,229 4,699,950,000 3,232,345,287
79,807,070,372 47,169,013,294 89,031,747,000 44,348,735,193 127,043,001,245 101,583,316,084 84,818,478,271 80,171,674,945 54,678,856,273 42,502,780,460 85,767,654,125 66,655,036,324 61,759,094,000 41,254,522,17653,816,330,050 49,516,478,837 56,069,159,000 52,231,919,388 57,293,134,218 49,740,914,699 63,175,791,600 60,817,605,226 81,805,376,811 78,490,710,101 227,130,551,050 222,354,769,440 37,934,076,000 27,982,682,79754,236,204,601 30,032,863,863 100,748,324,000 89,155,777,904 40,670,730,325 32,195,982,259 182,132,547,610 164,976,843,210 89,472,890,386 82,899,942,786 34,377,699,300 32,026,519,797 42,164,185,000 26,628,685,400
8,266,510,954 2,190,012,125 2,921,162,000 2,883,229,220 6,587,702,863 1,438,835,778 8,109,435,732 7,895,966,384 1,175,188,000 975,558,840 20,524,496,438 20,291,661,621 11,416,432,000 6,800,332,595831,468,920 777,030,005 1,219,150,000 718,841,280
31,702,918,000 28,168,705,934 0 33,355,076,367 32,389,162,293220,766,904,470 90,294,128,406 50,131,860,000 28,135,310,625 138,279,351,079 64,637,519,669 71,000,301,000 49,041,032,248 6,000,000,000 3,892,045,746 45,056,800,000 44,928,357,830 12,651,358,000 9,913,347,179220,766,904,470 90,294,128,406 50,131,860,000 28,135,310,625 138,279,351,079 64,637,519,669 71,000,301,000 49,041,032,248 6,000,000,000 3,892,045,746 45,056,800,000 44,928,357,830 12,651,358,000 9,913,347,179729,332,164,981 612,257,830,293 274,536,808,000 270,402,214,300 667,834,913,500 666,453,960,699 688,156,954,000 686,566,509,047 391,264,642,652 387,409,223,659 480,172,731,000 480,163,138,000 397,483,561,000 394,456,655,648
15,780,271,281 13,255,263,593 13,115,247,000 12,944,477,850 21,637,545,500 21,634,541,500 11,580,000,000 11,577,352,874 9,390,713,652 5,536,294,659 10,261,739,000 10,261,739,000 6,937,738,000 6,937,738,00013,697,707,588 11,521,060,644 10,925,518,000 10,785,330,350 15,686,759,000 15,683,755,000 9,303,000,000 9,302,024,906 7,136,942,376 4,761,769,149 7,152,180,000 7,152,180,000 5,599,500,000 5,599,500,000
2,082,563,693 1,734,202,949 2,189,729,000 2,159,147,500 5,950,786,500 5,950,786,500 2,277,000,000 2,275,327,968 2,253,771,276 774,525,510 3,109,559,000 3,109,559,000 1,338,238,000 1,338,238,000713,551,893,700 599,002,566,700 261,421,561,000 257,457,736,450 646,197,368,000 644,819,419,199 676,576,954,000 674,989,156,173 381,873,929,000 381,872,929,000 469,910,992,000 469,901,399,000 390,545,823,000 387,518,917,648
712,455,374,200 597,906,047,200 260,219,983,000 256,326,955,200 643,897,637,000 642,519,688,199 675,382,950,000 673,795,158,173 0 0 468,967,484,000 468,967,484,000 389,305,218,000 386,278,312,6481,201,578,000 1,130,781,250 0 0 943,508,000 933,915,000
381,873,929,000 381,872,929,0001,096,519,500 1,096,519,500 2,299,731,000 2,299,731,000 1,194,004,000 1,193,998,000 0 0 0 0 1,240,605,000 1,240,605,000
2,917,442,203,797 2,309,955,767,909 2,151,998,364,390 1,914,012,442,916 2,571,445,204,287 2,193,085,941,089 2,867,710,016,000 2,739,717,887,186 2,283,826,930,634 2,053,055,597,803 2,802,092,060,635 2,664,296,658,725 2,010,965,128,000 1,742,570,701,697
(407,909,001,110) 38,960,291,657 (184,917,348,000) 100,950,033,569 (211,623,197,659) 77,586,432,182 (178,245,279,000) (77,373,221,581) (154,856,594,943) 8,627,965,978 (340,056,316,000) (215,967,704,163) (121,693,761,000) 78,186,805,317
408,909,001,110 408,909,001,110 190,917,348,000 190,936,848,788 218,827,197,659 218,832,905,659 200,858,279,000 200,920,967,941 159,856,594,943 160,068,909,575 348,056,316,000 347,908,816,058 129,993,761,000 130,005,261,009382,909,001,110 382,909,001,110 190,917,348,000 190,917,348,813 218,827,197,659 218,827,197,659 200,858,279,000 200,793,442,791 159,856,594,943 159,978,997,375 347,906,316,000 347,906,316,058 129,993,761,000 129,993,761,009
26,000,000,000 26,000,000,0000 5,708,000 0 127,525,150 0 89,912,200 150,000,000 2,500,000 11,500,000
19,499,975
1,000,000,000 1,000,000,000 6,000,000,000 4,140,000,000 7,204,000,000 7,204,000,000 22,613,000,000 22,613,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000 8,000,000,000 8,000,000,000 8,300,000,000 8,300,000,000
1,000,000,000 1,000,000,000 6,000,000,000 4,140,000,000 7,204,000,000 7,204,000,000 22,613,000,000 22,613,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000 8,000,000,000 8,000,000,000 8,300,000,000 8,300,000,000
407,909,001,110 407,909,001,110 184,917,348,000 186,796,848,788 211,623,197,659 211,628,905,659 178,245,279,000 178,307,967,941 154,856,594,943 155,068,909,575 340,056,316,000 339,908,816,058 121,693,761,000 121,705,261,009
0 446,869,292,767 0 287,746,882,357 0 289,215,337,841 0 100,934,746,360 0 163,696,875,553 0 123,941,111,895 0 199,892,066,326
18 19 20 2115 16 17
Kab. Pemalang Kab. PurbalinggaKab. Klaten Kab. Kudus Kab. Magelang Kab. Pati Kab. Pekalongan
I PENDAPATAN1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
A Pendapatan Pajak Daerah
B Pendapatan Retribusi Daerah
C Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
D Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2 PENDAPATAN TRANSFERA TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
a Dana Bagi Hasil Pajakb Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)c Dana Alokasi Umumd Dana Alokasi Khusus
B TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA a Dana Penyesuaian & Dana Otonomi Khususb Dana Desac Dana Intensif Daerah
C TRANSFER PEMERINTAH DAERAH LAINNYAa Pendapatan Bagi Hasil Pajakb Pendapatan Bagi hasil Lainnyac Pendapatan Cukai
D BANTUAN KEUANGANa Bantuan Keuangan Provinsib Bantuan Keuangan Kabupaten
3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAHA Pendapatan HibahB Pendapatan Lainnya
II BELANJA & TRANSFER1 BELANJA OPERASI
A Belanja PegawaiB Belanja BarangC Belanja Bunga Cicilan HutangD Belanja SubsidiE Belanja HibahF Belanja Bantuan SosialG Belanja Bantuan Keuangan
2 BELANJA MODALA Belanja TanahB Belanja Peralatan dan MesinC Belanja Bangunan dan GedungD Belanja Jalan, Irigasi dan JaringanE Belanja Aset Tetap LainnyaF Belanja Aset LainnyaG Belanja Modal BLUD / BOS
3 BELANJA TAK TERDUGAA Belanja Tak Terduga
4 TRANSFERA Transfer Bagi Hasil Pendapatan Ke KAB/KOTA/DESA
a Bagi Hasil Pajakb Bagi Hasil Retribusi
B Transfer Bantuan keuangana Transfer Bantuan Keuangan ke Kab/Kotab Transfer Bantuan Keuangan ke Desac Transfer Bantuan Keuangan ke Parpold Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnyae Transfer Bantuan keuangan Lainnya
Jumlah Belanja (Operasi + Modal + Tak terduga) + Transfer
SURPLUS / (DEFISIT)
III PEMBIAYAAN1 PENERIMAAN DAERAH
A Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)B Pencairan Dana CadanganC Penerimaan Kembali Piutang / Pemberian Pinjaman DaerahD Penerimaan Pinjaman Pokok Dana Talangan Pengad PanganE Penerimaan Pengembalian Dana BergulirF Penerimaan Titipan Uang JaminanG Penerimaan Pinjaman Daerah
2 PENGELUARAN DAERAHA Pembentukan Dana CadanganB Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahC Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri D Pengembalian Titipan Uang JaminanE Pemberian Pinjaman DaerahF Pengeluaran Perhitungan Pihak ke tiga
PEMBIAYAAN NETTO
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)
URAIANPAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI
2,120,340,261,573 2,167,260,086,741 1,867,686,369,423 1,841,358,091,921 2,183,690,887,000 2,201,061,989,551 2,118,929,432,328 2,422,310,105,497 1,947,664,572,000 6,373,332,223,914 2,644,149,373,000 2,433,877,807,252 1,789,293,083,624 1,833,577,439,429261,999,024,780 304,779,565,558 292,142,773,423 313,730,960,856 398,198,472,000 442,572,728,263 309,617,040,945 394,453,117,572 342,723,550,000 4,824,883,380,476 408,838,286,000 374,377,651,958 251,969,585,751 307,430,962,873
62,000,142,000.00 74,598,729,755 80,026,500,000 87,544,136,466 166,047,500,000 184,428,753,182 79,578,074,600 111,443,035,033 167,475,000,000 235,186,691,560 125,228,000,000 125,229,826,981 36,723,000,000.00 47,887,363,610.00 11,693,637,386 12,207,464,126 14,721,396,775 16,353,234,140 32,610,749,000 30,447,868,637 11,754,385,725 13,070,416,298 17,345,194,000 16,773,376,084 16,344,584,000 19,243,656,650 7,492,767,100.00 9,181,047,632.00 14,951,021,382 14,953,292,871 10,840,309,000 11,961,666,343 10,988,830,000 11,014,828,719 19,991,231,787 19,992,082,624 33,893,419,000 33,757,900,228 13,758,000,000 14,181,724,484 19,555,026,271.00 18,800,858,165.00
173,354,224,012 203,020,078,806.00 186,554,567,648 197,871,923,907 188,551,393,000 216,681,277,725.00 198,293,348,833 249,947,583,617 124,009,937,000 4,539,165,412,604 253,507,702,000 215,722,443,843 188,198,792,380.00 231,561,693,466.00 1,774,654,036,793 1,777,624,550,851 1,503,947,901,000 1,479,953,202,848 1,600,825,739,000 1,573,822,585,288 1,725,273,391,383 1,729,362,657,925 1,384,544,386,000 1,350,959,733,838 1,721,083,934,000 1,697,875,551,939 1,457,813,533,299 1,451,581,978,9821,216,286,524,793 1,225,319,536,635 1,022,967,423,000 1,012,352,994,244 1,253,525,704,000 1,240,480,579,637 1,349,666,027,200 1,351,654,579,917 1,182,032,735,000 1,163,627,289,398 1,476,328,272,000 1,477,714,812,445 1,051,153,212,299 1,046,567,778,773
18,545,001,000 22,240,355,097 20,656,403,000 23,701,164,996 38,377,097,000 38,522,928,137 22,154,440,535 22,328,362,276 41,332,836,000 38,161,061,130 23,028,575,000 24,616,468,943 49,051,299,000.00 51,081,093,306.00 9,703,005,000 9,161,777,955 32,095,314,000 29,786,075,922 2,523,188,000 2,327,249,912 9,288,849,394 8,302,067,591 2,459,504,000 1,780,895,299 9,000,000,000 11,670,963,825 1,961,482,000.00 1,799,603,249.00
930,205,439,000 930,205,439,000 734,621,624,000 727,781,396,000 917,605,364,000 909,555,622,000 1,006,988,298,000 991,204,614,000 867,256,150,000 859,146,406,000 1,097,564,744,000 1,086,704,382,000 770,269,689,000.00 762,027,309,000.00 257,833,079,793 263,711,964,583 235,594,082,000 231,084,357,326 295,020,055,000 290,074,779,588 311,234,439,271 329,819,536,050 270,984,245,000 264,538,926,969 346,734,953,000 354,722,997,677 229,870,742,299.00 231,659,773,218.00 417,365,797,000 426,971,647,000 356,270,479,000 356,270,479,000 152,227,385,000 137,988,610,925 216,273,145,000 216,273,145,000 52,189,671,000 52,189,671,000 64,411,379,000 64,411,379,000 304,193,321,000 304,193,321,000417,365,797,000 426,971,647,000 356,270,479,000 356,270,479,000 152,227,385,000 137,988,610,925 171,103,129,000 171,103,129,000 52,189,671,000 52,189,671,000 64,411,379,000 64,411,379,000 - -
247,881,825,000.00 247,881,825,000.00 45,170,016,000 45,170,016,000 56,311,496,000 56,311,496,000
103,415,715,000 91,978,353,408 105,622,999,000 97,043,873,316 148,078,333,000 155,665,817,452 129,966,219,183 134,344,347,567 135,659,980,000 133,988,064,440 174,232,283,000 151,186,151,494 94,500,000,000 94,165,118,971103,415,715,000 91,978,353,408 105,622,999,000 97,043,873,316 148,078,333,000 155,665,817,452 129,966,219,183 134,344,347,567 135,659,980,000 133,988,064,440 174,232,283,000 151,186,151,494 94,500,000,000.00 94,165,118,971.00
37,586,000,000 33,355,013,808 19,087,000,000 14,285,856,288 46,994,317,000 39,687,577,274 29,368,000,000 27,090,585,441 14,662,000,000 1,154,709,000 6,112,000,000 4,563,209,000 7,967,000,000 6,655,760,23837,586,000,000 33,355,013,808 19,087,000,000 14,285,856,288 46,994,317,000 39,687,577,274 29,368,000,000 27,090,585,441 14,662,000,000 1,154,709,000 6,112,000,000 4,563,209,000 7,967,000,000 6,655,760,238
83,687,200,000 84,855,970,332 71,595,695,000 47,673,928,217 184,666,676,000 184,666,676,000 84,039,000,000 298,494,330,000 220,396,636,000 197,489,109,600 514,227,153,000 361,624,603,355 79,509,964,574 74,564,497,57483,687,200,000 84,855,970,332 71,595,695,000 47,673,928,217 0 0 84,039,000,000 298,494,330,000 75,355,199,000 52,515,590,000 155,915,200,000 120,505,944,155 79,509,964,574.00 74,564,497,574.00
0 0 184,666,676,000 184,666,676,000 - - 145,041,437,000 144,973,519,600 358,311,953,000 241,118,659,200
2,240,478,231,418 2,126,472,056,535 1,898,661,797,240 1,769,772,681,838 2,352,538,238,000 2,191,474,091,681 2,385,213,470,690 2,093,951,204,653 2,390,898,929,000 2,035,363,283,811 2,717,232,254,000 2,231,010,297,349 1,903,418,786,991 1,782,586,181,9891,420,742,060,443 1,342,777,232,082 1,258,227,812,748 1,171,023,465,729 1,753,597,495,800 1,639,563,296,141 1,997,305,900,404 1,791,162,000,593 1,555,190,510,000 1,396,230,624,457 1,830,927,981,000 1,547,984,464,401 1,313,418,451,221 1,214,679,081,458
881,987,760,453.83 840,441,456,111 878,881,728,623 835,612,959,896 1,018,295,855,000 964,080,931,413 1,106,787,180,035 948,056,132,118 903,273,354,000 838,669,798,636 1,158,547,255,000 1,038,514,874,782 751,815,356,391.00 702,231,702,729.00 424,558,830,914 391,611,498,227.00 279,892,922,125 240,061,040,720 619,615,733,800 563,881,928,401.00 445,088,397,927 402,969,052,886 534,428,165,000 447,285,651,756 625,199,796,000 465,563,079,619 481,662,686,980.00 436,472,605,871.00
700,000,000 406,391,671 1,631,632,000 1,110,103,113 3,800,000,000 4,636,738,5476,600,000,000 6,597,500,000 0 0
94,502,185,075 92,611,098,871 87,141,810,000 83,830,192,000 108,185,907,000 106,882,905,900 89,189,513,442 86,512,829,442 88,345,662,000 85,335,346,065 41,302,730,000 38,230,180,000 71,157,887,850.00 68,812,520,858.00 18,993,284,000 17,706,787,202 4,079,720,000 3,811,670,000 7,500,000,000 4,717,530,427 9,011,500,000 8,930,200,000 29,143,329,000 24,939,828,000 5,878,200,000 5,676,330,000 8,782,520,000.00 7,162,252,000.00
343,429,309,000 340,057,047,600 0 0273,510,275,075 254,015,009,152 178,039,753,002 137,080,045,492 249,439,763,200 219,069,909,089 277,932,222,713 257,364,142,818 298,011,184,000 229,646,185,225 269,131,802,000 227,229,059,818 115,814,908,270 101,663,859,771
2,476,348,700 2,148,951,210 - - 40,483,236,000 39,558,597,120 14,113,047,000 11,794,865,879 67,719,889,000 56,852,726,056 257,112,000 255,437,200 99,999,200.00 93,448,300.00 100,668,662,549.00 102,789,855,975 63,677,159,913 49,740,970,343 51,069,263,800 48,498,352,240.00 118,400,034,009 106,818,620,113 84,263,779,000 71,656,682,710 68,551,190,748 54,182,709,037 64,809,138,350.00 60,731,050,943.00
73,514,166,602.00 72,288,212,233 52,843,156,720 43,653,741,103 42,679,712,000 38,025,702,187 44,395,296,704 42,469,872,265 47,403,294,000 32,614,706,600 73,696,610,252 65,896,290,835 27,222,526,919.00 25,866,946,867.00 85,112,528,755 71,975,228,032 57,475,260,469 42,270,452,676 71,776,869,000 51,047,116,755 97,320,295,000 92,654,547,988 93,701,555,000 66,354,103,100 107,615,425,000 99,887,880,296 23,087,588,801.00 14,578,450,541.00 11,302,527,769 4,376,901,002 4,044,175,900 1,414,881,370 43,430,682,400 41,940,140,787 3,703,550,000 3,626,236,573 4,922,667,000 2,167,966,759 19,011,464,000 7,006,742,450 595,655,000.00 393,963,120.00
436,040,700 435,860,700 0 - - 0 0
7,224,057,500 1,643,942,088 57,359,259,803 56,727,215,917 18,233,979,000 2,135,113,100 104,263,347,573 39,713,061,242 182,244,186,000 64,214,838,529 111,754,179,000 78,318,902,081 56,236,263,900 49,956,004,1137,224,057,500 1,643,942,088 57,359,259,803 56,727,215,917 18,233,979,000 2,135,113,100 104,263,347,573 39,713,061,242 182,244,186,000 64,214,838,529 111,754,179,000 78,318,902,081 56,236,263,900.00 49,956,004,113.00
539,001,838,400 528,035,873,213 405,034,971,687 404,941,954,700 331,267,000,000 330,705,773,351 5,712,000,000 5,712,000,000 355,453,049,000 345,271,635,600 505,418,292,000 377,477,871,049 417,949,163,600 416,287,236,6479,250,002,600 9,250,002,600 12,357,333,100 12,357,333,100 26,200,707,000 26,060,854,500 4,250,000,000 4,250,000,000 29,350,354,000 23,123,358,000 19,000,000,000 10,151,562,329 6,502,600,000 6,484,504,6477,764,893,100 7,764,893,100 10,052,225,000 10,052,225,000 0 0 4,250,000,000 4,250,000,000 27,634,783,000 22,207,092,000 15,000,000,000 8,606,399,629 4,810,600,000.00 4,810,600,000.00 1,485,109,500 1,485,109,500 2,305,108,100 2,305,108,100 26,200,707,000 26060854500 0 0 1,715,571,000 916,266,000 4,000,000,000 1,545,162,700 1,692,000,000.00 1,673,904,647.00
529,751,835,800 518,785,870,613 392,677,638,587 392,584,621,600 305,066,293,000 304,644,918,851 1,462,000,000 1,462,000,000 326,102,695,000 322,148,277,600 486,418,292,000 367,326,308,720 411,446,563,600 409,802,732,0000 0
529,751,835,800 518,785,870,613 391,485,602,600 391,485,602,600 305,066,293,000 304,644,918,851 1,462,000,000 1,462,000,000 324,974,175,000 321,019,757,600 485,210,642,000 366,118,659,200 411,446,563,600 409,802,732,0000 0 1,128,520,000 1,128,520,000
0 0 0 01,192,035,987 1,099,019,000 0 0 1,207,650,000 1,207,649,520
2,240,478,231,418 2,126,472,056,535 1,898,661,797,240 1,769,772,681,838 2,352,538,238,000 2,191,474,091,681 2,385,213,470,690 2,093,951,204,653 2,390,898,929,000 2,035,363,283,811 2,717,232,254,000 2,231,010,297,349 1,903,418,786,991 1,782,586,181,989
(120,137,969,845) 40,788,030,206 (30,975,427,817) 71,585,410,083 (168,847,351,000) 9,587,897,870 (266,284,038,362) 328,358,900,844 (443,234,357,000) 4,337,968,940,103 (73,082,881,000) 202,867,509,903 (114,125,703,367) 50,991,257,440
120,137,969,845 107,701,046,205 120,143,795,817 68,525,861,117 175,630,364,000 175,630,364,280 376,284,038,362 376,284,038,362 470,458,357,000 420,458,357,396 88,931,881,000 89,049,298,410 124,762,072,830 124,749,267,29287,840,209,776 87,840,209,775.83 40,143,795,817 40,143,475,817 175,630,364,000 175,630,364,280.11 376,284,038,362 376,284,038,362 420,458,357,000 420,458,357,396 88,931,881,000 88,939,455,655 123,395,072,830.00 123,395,072,830.00
0 0 50,000,000,000 0297,760,069 738,086,279 80,000,000,000 28,382,385,300 109,842,755 - -
0 106,875,0000
32,000,000,000 19,122,750,150 1,367,000,000.00 1,247,319,462.00
0 0 89,168,368,000 50,750,095,000 6,783,013,000 5,855,341,336 110,000,000,000 116,080,879,500 27,224,000,000 29,318,552,621 15,849,000,000 15,849,000,000 10,636,369,463 9,888,176,6470 2,094,552,621
5,300,000,000 5,300,000,000 4,000,000,000 4,000,000,000 25,000,000,000 25,000,000,000 27,224,000,000 27,224,000,000 15,849,000,000 15,849,000,000 5,000,000,000 4,171,840,54283,868,368,000 45,450,095,000 2,783,013,000 1,855,341,336 85,000,000,000 91,080,879,500
0
5,636,369,463.00 5,716,336,105.00 120,137,969,845 107,701,046,205 30,975,427,817 17,775,766,117 168,847,351,000 169,775,022,944 266,284,038,362 260,203,158,862 443,234,357,000 391,139,804,775 73,082,881,000 73,200,298,410 114,125,703,367 114,861,090,645
0 148,489,076,411 0 89,361,176,200 0 179,362,920,814 0 588,562,059,706 0 4,729,108,744,878 0 276,067,808,313 0 165,852,348,085
24 25 26 27 2822 23
Kab. Sukoharjo Kab. Tegal Kab. Temanggung Kab. Purworejo Kab. Rembang Kab. Semarang Kab. Sragen
I PENDAPATAN1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
A Pendapatan Pajak Daerah
B Pendapatan Retribusi Daerah
C Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
D Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2 PENDAPATAN TRANSFERA TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
a Dana Bagi Hasil Pajakb Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)c Dana Alokasi Umumd Dana Alokasi Khusus
B TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA a Dana Penyesuaian & Dana Otonomi Khususb Dana Desac Dana Intensif Daerah
C TRANSFER PEMERINTAH DAERAH LAINNYAa Pendapatan Bagi Hasil Pajakb Pendapatan Bagi hasil Lainnyac Pendapatan Cukai
D BANTUAN KEUANGANa Bantuan Keuangan Provinsib Bantuan Keuangan Kabupaten
3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAHA Pendapatan HibahB Pendapatan Lainnya
II BELANJA & TRANSFER1 BELANJA OPERASI
A Belanja PegawaiB Belanja BarangC Belanja Bunga Cicilan HutangD Belanja SubsidiE Belanja HibahF Belanja Bantuan SosialG Belanja Bantuan Keuangan
2 BELANJA MODALA Belanja TanahB Belanja Peralatan dan MesinC Belanja Bangunan dan GedungD Belanja Jalan, Irigasi dan JaringanE Belanja Aset Tetap LainnyaF Belanja Aset LainnyaG Belanja Modal BLUD / BOS
3 BELANJA TAK TERDUGAA Belanja Tak Terduga
4 TRANSFERA Transfer Bagi Hasil Pendapatan Ke KAB/KOTA/DESA
a Bagi Hasil Pajakb Bagi Hasil Retribusi
B Transfer Bantuan keuangana Transfer Bantuan Keuangan ke Kab/Kotab Transfer Bantuan Keuangan ke Desac Transfer Bantuan Keuangan ke Parpold Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnyae Transfer Bantuan keuangan Lainnya
Jumlah Belanja (Operasi + Modal + Tak terduga) + Transfer
SURPLUS / (DEFISIT)
III PEMBIAYAAN1 PENERIMAAN DAERAH
A Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)B Pencairan Dana CadanganC Penerimaan Kembali Piutang / Pemberian Pinjaman DaerahD Penerimaan Pinjaman Pokok Dana Talangan Pengad PanganE Penerimaan Pengembalian Dana BergulirF Penerimaan Titipan Uang JaminanG Penerimaan Pinjaman Daerah
2 PENGELUARAN DAERAHA Pembentukan Dana CadanganB Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahC Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri D Pengembalian Titipan Uang JaminanE Pemberian Pinjaman DaerahF Pengeluaran Perhitungan Pihak ke tiga
PEMBIAYAAN NETTO
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)
URAIANPAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI
2,264,560,605,422 2,273,231,131,678 1,884,608,551,353 1,746,526,711,701 905,069,141,000 946,115,952,710 909,607,710,000 953,214,965,886 885,561,351,000 884,158,676,039 4,360,951,106,707 4,226,433,351,428 1,789,457,852,505 1,754,284,421,678230,501,783,422 273,895,722,993 208,649,963,773 251,180,549,628 240,421,207,000 290,754,032,683 244,993,386,000 293,305,419,077 197,768,282,000 218,851,260,346 1,889,598,813,000 1,968,507,501,255 402,870,481,279 438,415,268,191
49,002,000,000 56,734,659,918 39,336,900,000 43,411,683,016 30,308,000,000 35,958,686,531 137,190,000,000.00 139,632,954,187.00 50,374,983,000 54,214,865,776 1,415,187,888,000 1,427,517,034,054 222,000,000,000 279,165,073,740
14,404,004,300 18,623,094,119 6,871,370,200 6,796,653,214 4,484,578,000 5,319,041,332 13,070,643,000.00 14,870,124,919.00 7,418,996,000 9,237,972,160 80,585,199,000 88,759,174,010 53,410,413,141 46,541,150,246
17,993,035,330 17,999,470,334 20,761,198,435 20,539,829,191 9,290,216,000 9,217,035,218 5,358,000,000.00 5,821,083,050.00 17,001,114,000 17,096,550,195 53,323,886,000 53,323,875,693 12,533,051,358 12,497,651,358
149,102,743,792 180,538,498,622 141,680,495,138 180,432,384,207 196,338,413,000 240,259,269,602 89,374,743,000.00 132,981,256,920.95 122,973,189,000 138,301,872,215 340,501,840,000 398,907,417,498 114,927,016,780 100,211,392,847
1,696,222,165,000 1,662,246,049,185 1,350,234,136,580 1,307,134,348,450 635,517,435,000 630,988,258,727 642,117,924,000 637,460,101,409 669,614,569,000 651,166,165,693 2,298,718,444,667 2,230,424,054,663 1,276,052,395,918 1,237,534,770,8301,469,838,325,000 1,451,651,540,186 1,140,061,320,580 1,123,121,205,367 528,438,692,000 525,575,219,057 571,848,011,000 567,310,188,409 531,128,861,000 522,042,585,441 1,666,752,878,667 1,669,101,931,826 1,058,860,765,105 1,037,273,133,499
28,087,135,000 30,189,157,748 24,969,060,899 22,946,117,098 23,896,710,000 26,644,692,734 29,147,373,000.00 27,182,869,066.00 26,181,881,000 24,760,913,577 136,552,239,000 160,265,571,365 56,418,663,147 56,910,515,8012,025,471,000 1,805,502,809 14,709,432,681 13,726,089,369 1,908,078,000 1,780,899,539 2,701,611,000.00 1,780,895,008.00 2,168,780,000 1,774,051,420 1,674,264,000 1,987,720,492 2,166,098,228 1,780,895,008
1,084,170,043,000 1,074,092,865,000 810,365,559,000 799,113,605,000 418,992,998,000 416,722,396,000 436,146,579,000.00 433,354,907,000.00 427,568,712,000 425,080,208,000 1,192,011,943,000 1,183,614,821,000 813,720,310,000 794,665,771,000355,555,676,000 345,564,014,629 290,017,268,000 287,335,393,900 83,640,906,000 80,427,230,784 103,852,448,000.00 104,991,517,335.00 75,209,488,000 70,427,412,444 336,514,432,667 323,233,818,969 186,555,693,730 183,915,951,69038,503,148,000 38,503,148,000 45,074,667,000 45,074,667,000 57,423,984,000 57,423,984,000 58,355,913,000 58,355,913,000 67,072,402,000 68,096,041,000 114,971,389,000 114,971,389,000 61,860,673,000 61,860,673,00038,503,148,000 38,503,148,000 45,074,667,000 45,074,667,000 57,423,984,000 57,423,984,000 58,355,913,000.00 58,355,913,000.00 67,072,402,000 68,096,041,000 114,971,389,000 114,971,389,000 61,860,673,000 61,860,673,000
128,663,692,000 115,279,390,999 102,666,149,000 92,912,871,083 49,654,759,000 47,989,055,670 0 0 71,413,306,000 61,027,539,252 482,288,000,000 419,569,268,392 155,330,957,813 138,400,964,331128,663,692,000 115,279,390,999 102,666,149,000 92,912,871,083 49,654,759,000 47,989,055,670 63,601,306,000 53,450,784,252 482,288,000,000 419,569,268,392 155,330,957,813 138,400,964,331
0 0 7,812,000,000 7,576,755,000
59,217,000,000 56,811,970,000 62,432,000,000 46,025,605,000 0 0 11,914,000,000 11,794,000,000 0 0 34,706,177,000 26,781,465,445 0 059,217,000,000 56,811,970,000 62,432,000,000 46,025,605,000 0 11,914,000,000 11,794,000,000 34,706,177,000 26,781,465,445 0 0
0 0
337,836,657,000 337,089,359,500 325,724,451,000 188,211,813,623 29,130,499,000 24,373,661,300 22,496,400,000 22,449,445,400 18,178,500,000 14,141,250,000 172,633,849,040 27,501,795,510 110,534,975,308 78,334,382,657113,155,300,000 112,439,400,000 108,497,600,000 67,716,864,773 20,667,910,000 19,493,678,991 22,496,400,000.00 22,449,445,400.00 18,178,500,000 14,141,250,000 172,633,849,040 27,501,795,510 76,981,975,308 47,880,665,000224,681,357,000 224,649,959,500 217,226,851,000 120,494,948,850 8,462,589,000 4,879,982,309 0 0 0 0 0 0 33,553,000,000 30,453,717,657
2,489,013,731,561 2,184,263,876,894 2,034,811,966,163 1,722,920,612,160 1,008,741,538,000 798,287,268,514 1,012,737,890,000 944,840,460,674 1,096,019,087,000 934,226,582,491 4,377,946,052,985 4,075,650,550,148 1,857,188,375,096 1,557,777,262,5231,765,876,769,364 1,521,883,557,600 1,360,500,992,878 1,228,684,579,146 739,230,351,000 657,813,380,185 809,711,074,000 760,543,104,726 830,395,645,000 733,600,605,425 3,599,347,975,989 3,378,027,201,979 1,418,185,483,659 1,307,739,167,7431,312,104,179,285 1,167,219,671,684 741,986,046,406 690,763,224,457 368,018,618,000 315,070,595,219 424,636,365,000.00 394,436,638,898.00 503,951,992,000 446,119,584,460 1,603,324,952,371 1,508,689,799,304 748,936,594,490 715,090,634,126
384,909,768,379 287,739,682,416 533,413,332,972.00 453,258,241,189 344,406,442,000 320,219,205,268 338,163,156,000.00 325,117,001,358.00 301,956,526,000 266,246,034,965 1,804,594,614,718 1,699,348,679,620 605,384,127,169 532,236,713,013
- 28,000,000 25,848,10450,000,000 960,000 - 0
57,382,821,700 56,172,243,500 77,517,713,500 77,342,213,500 24,250,927,000 21,619,349,698 40,956,062,000.00 36,250,151,000.00 19,683,031,000 18,602,331,000 180,082,208,900 160,635,439,055 47,484,100,000 44,625,425,00011,430,000,000 10,751,000,000 7,583,900,000 7,320,900,000 2,554,364,000 904,230,000 5,955,491,000.00 4,739,313,470.00 4,146,050,000 2,632,655,000 11,346,200,000 9,353,284,000 15,353,162,000 14,761,047,500
0 0 0 0 658,046,000 658043964 0 999,500,000 999,500,000306,755,774,839 274,588,330,532 284,611,004,042 224,755,385,025 129,960,536,000 116,558,397,390 139,410,651,000 126,926,093,953 207,385,265,000 171,229,608,461 547,697,945,383 500,942,318,152 285,769,230,150 212,156,414,482
0 0 1,085,000,000 893,379,000 6,172,608,000 1,783,211,520 14,074,216,000.00 13,144,232,065.00 3,802,260,000 3,610,880,337 11,375,821,000 11,349,479,274 15,000,000,000 14,451,419,77564,368,700,876 50,833,286,414 55,521,162,122 35,246,336,971 22,843,766,000 21,908,722,354 32,035,198,000.00 29,119,788,699.00 71,026,913,000 47,943,566,077 172,241,526,830 154,508,997,394 85,558,513,809 40,485,151,92537,308,987,285 30,520,430,275 121,872,746,937 101,421,497,357 37,421,305,000 35,256,815,077 35,721,198,000.00 33,911,226,174.00 50,290,004,000 47,553,365,500 233,679,750,050 213,623,223,437 130,822,357,865 106,990,669,630
194,276,050,195 184,052,586,240 100,786,129,150 86,016,789,806 18,977,570,000 17,676,097,819 56,887,973,000.00 50,106,236,575.00 63,611,547,000 59,103,396,512 120,403,480,603 112,051,288,217 48,969,831,494 45,592,904,2618,454,721,483 6,899,541,683 5,345,965,833 1,177,381,891 1,415,776,000 944,172,655 692,066,000.00 644,610,440.00 17,984,500,000 999,354,756 9,997,366,900 9,409,329,830 5,418,526,982 4,636,268,8912,347,315,000 2,282,485,920 356,558,000 353,252,213 - - 670,041,000 12,019,045,279 0
42,772,953,000 38,636,125,75256,062,995,358 27,619,796,762 45,292,568,396 21,805,949,292 139,550,651,000 23,915,490,939 63,616,165,000 57,371,261,995 58,238,177,000 29,396,368,605 228,360,131,613 194,147,551,017 153,233,661,287 37,881,680,29856,062,995,358 27,619,796,762 45,292,568,396 21,805,949,292 139,550,651,000 23,915,490,939 63,616,165,000.00 57,371,261,995.00 58,238,177,000 29,396,368,605 228,360,131,613 194,147,551,017 153,233,661,287 37,881,680,298
360,318,192,000 360,172,192,000 344,407,400,847 247,674,698,697 0 0 0 0 0 0 2,540,000,000 2,533,479,000 0 07,942,879,000 7,942,879,000 5,378,316,287 5,378,316,287 0 0 0 0 0 0 0 0 0 07,942,879,000 7,942,879,000 4,512,808,414 4,512,808,414
865,507,873 865,507,873 0352,375,313,000 352,229,313,000 339,029,084,560 242,296,382,410 0 0 0 0 0 0 2,540,000,000 2,533,479,000 0 0
0 0352,375,313,000 352,229,313,000 337,954,684,560 241,221,982,410
1,074,400,000 1,074,400,0000 0 0 0 00 0 2,540,000,000 2,533,479,000 0 0
2,489,013,731,561 2,184,263,876,894 2,034,811,966,163 1,722,920,612,160 1,008,741,538,000 798,287,268,514 1,012,737,890,000 944,840,460,674 1,096,019,087,000 934,226,582,491 4,377,946,052,985 4,075,650,550,148 1,857,188,375,096 1,557,777,262,523
(224,453,126,139) 88,967,254,784 (150,203,414,810) 23,606,099,541 (103,672,397,000) 147,828,684,196 (103,130,180,000) 8,374,505,212 (210,457,736,000) (50,067,906,452) (16,994,946,278) 150,782,801,280 (67,730,522,591) 196,507,159,155
226,968,126,139 228,223,701,139 173,138,414,810 173,138,414,810 107,045,397,000 107,045,397,946 107,651,710,000 108,747,997,651 219,457,736,000 212,455,927,577 80,734,946,278 80,734,946,278 105,310,864,321 105,321,683,521226,968,126,139 226,968,126,139 148,138,414,810 148,138,414,810 107,045,397,000 107,045,397,946 95,101,710,000.00 95,101,710,312 219,457,736,000 212,455,927,577 80,734,946,278 80,734,946,278 105,310,864,321 105,310,864,321
25,000,000,000 25,000,000,000 12,550,000,000.00 12,704,351,488 00 7,700,000.00 - 0 0 0 10,819,200
1,247,875,000 0 941,935,851
0 0 0 0
2,500,000,000 2,500,000,000 22,935,000,000 16,363,000,000 3,373,000,000 3,373,000,000 4,521,530,000 4,520,630,000 9,000,000,000 9,000,000,000 63,740,000,000 63,740,000,000 8,070,472,000 8,070,471,934
2,500,000,000 2,500,000,000 22,935,000,000 16,363,000,000 3,373,000,000 3,373,000,000 4,518,000,000.00 4,518,000,000.00 9,000,000,000 9,000,000,000 59,740,000,000 59,740,000,000 7,626,000,000 7,626,000,000
3,530,000.00 2,630,000.00 444,472,000 444,471,934
4,000,000,000 4,000,000,000
224,468,126,139 225,723,701,139 150,203,414,810 156,775,414,810 103,672,397,000 103,672,397,946 103,130,180,000 104,227,367,651 210,457,736,000 203,455,927,577 16,994,946,278 16,994,946,278 97,240,392,321 97,251,211,587
15,000,000 314,690,955,923 0 180,381,514,351 0 251,501,082,142 0 112,601,872,863 0 153,388,021,125 0 167,777,747,558 29,509,869,730 293,758,370,742
30 31 32 33 34 3529
Kota Pekalongan Kota Salatiga Kota Semarang Kota SurakartaKab. Wonogiri Kab. Wonosobo Kota Magelang
I PENDAPATAN1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
A Pendapatan Pajak Daerah
B Pendapatan Retribusi Daerah
C Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
D Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2 PENDAPATAN TRANSFERA TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
a Dana Bagi Hasil Pajakb Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)c Dana Alokasi Umumd Dana Alokasi Khusus
B TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA a Dana Penyesuaian & Dana Otonomi Khususb Dana Desac Dana Intensif Daerah
C TRANSFER PEMERINTAH DAERAH LAINNYAa Pendapatan Bagi Hasil Pajakb Pendapatan Bagi hasil Lainnyac Pendapatan Cukai
D BANTUAN KEUANGANa Bantuan Keuangan Provinsib Bantuan Keuangan Kabupaten
3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAHA Pendapatan HibahB Pendapatan Lainnya
II BELANJA & TRANSFER1 BELANJA OPERASI
A Belanja PegawaiB Belanja BarangC Belanja Bunga Cicilan HutangD Belanja SubsidiE Belanja HibahF Belanja Bantuan SosialG Belanja Bantuan Keuangan
2 BELANJA MODALA Belanja TanahB Belanja Peralatan dan MesinC Belanja Bangunan dan GedungD Belanja Jalan, Irigasi dan JaringanE Belanja Aset Tetap LainnyaF Belanja Aset LainnyaG Belanja Modal BLUD / BOS
3 BELANJA TAK TERDUGAA Belanja Tak Terduga
4 TRANSFERA Transfer Bagi Hasil Pendapatan Ke KAB/KOTA/DESA
a Bagi Hasil Pajakb Bagi Hasil Retribusi
B Transfer Bantuan keuangana Transfer Bantuan Keuangan ke Kab/Kotab Transfer Bantuan Keuangan ke Desac Transfer Bantuan Keuangan ke Parpold Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnyae Transfer Bantuan keuangan Lainnya
Jumlah Belanja (Operasi + Modal + Tak terduga) + Transfer
SURPLUS / (DEFISIT)
III PEMBIAYAAN1 PENERIMAAN DAERAH
A Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)B Pencairan Dana CadanganC Penerimaan Kembali Piutang / Pemberian Pinjaman DaerahD Penerimaan Pinjaman Pokok Dana Talangan Pengad PanganE Penerimaan Pengembalian Dana BergulirF Penerimaan Titipan Uang JaminanG Penerimaan Pinjaman Daerah
2 PENGELUARAN DAERAHA Pembentukan Dana CadanganB Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahC Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri D Pengembalian Titipan Uang JaminanE Pemberian Pinjaman DaerahF Pengeluaran Perhitungan Pihak ke tiga
PEMBIAYAAN NETTO
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)
URAIAN JUMLAH J U M L A H
PAGU REALISASI PAGU REALISASI
1,055,069,738,000 1,017,915,109,373 102,978,774,285,778 99,661,644,212,553276,449,199,000 266,580,982,105 27,139,465,552,020 32,166,392,097,621
80,864,726,000 82,962,555,569 16,862,324,253,260 16,449,546,410,433
23,030,730,000 17,715,246,719 740,786,263,353 781,075,768,323
11,092,769,000 10,873,907,591 1,225,032,102,638 1,238,582,912,273
161,460,974,000 155,029,272,226 8,311,322,932,769 13,697,187,006,592
728,261,339,000 704,605,220,660 68,914,189,891,795 61,492,358,246,087636,821,913,000 623,096,507,709 56,158,062,170,645 49,474,425,686,050
30,533,964,000 27,682,416,798 2,549,266,246,677 2,382,617,329,9412,850,762,000 1,780,895,005 207,195,935,146 198,412,012,768
462,030,024,000 458,758,336,000 35,803,808,958,000 35,455,472,265,000141,407,163,000 134,874,859,906 17,597,791,030,822 11,437,924,078,34124,817,556,000 24,817,556,000 7,103,720,706,000 6,851,076,755,641
3,341,616,644,000 3,296,049,509,0593,216,294,391,000 2,969,639,893,582
24,817,556,000 24,817,556,000 545,809,671,000 585,387,353,00066,621,870,000 56,691,156,951 4,726,860,375,150 4,402,694,262,48066,621,870,000 56,691,156,951 4,683,425,003,150 4,366,765,549,569
43,435,372,000 35,928,712,9110 0
0 0 925,546,640,000 764,161,541,916925,546,640,000 764,161,541,916
0
50,359,200,000 46,728,906,608 6,925,118,841,963 6,002,893,868,84530,757,200,000 30,792,194,180 3,460,172,963,963 2,925,842,306,96619,602,000,000 15,936,712,428 3,464,945,878,000 3,077,051,561,879
1,185,243,453,000 1,048,606,495,383 108,967,757,083,054 93,265,432,120,947993,933,473,000 893,243,367,595 74,257,954,008,557 62,553,174,067,438411,014,343,000 387,484,703,412 39,833,829,413,386 37,132,042,317,340561,436,268,000 487,352,137,410 24,502,244,516,856 20,888,346,510,071
18,222,632,000 15,471,528,46111,267,900,000 11,199,870,916
18,113,295,000 15,820,649,850 8,414,856,819,844 3,137,035,751,6242,660,000,000 1,876,312,923 757,255,599,451 652,173,228,798
709,567,000 709,564,000 720,277,127,020 716,904,860,228180,661,439,000 148,221,193,908 10,937,426,295,892 9,116,726,086,128
1,608,845,000 101,641,500 431,571,609,700 280,950,442,68484,463,322,000 76,294,550,184 3,337,069,346,426 2,565,992,098,27040,886,870,000 31,757,878,391 2,729,742,036,460 2,449,522,621,02149,964,951,000 36,623,040,119 3,647,570,933,844 3,253,217,327,548
3,520,661,000 3,237,648,564 565,408,445,899 349,748,658,560216,790,000 206,435,150 88,519,853,357 79,547,848,979
0 0 137,544,070,206 137,747,089,06610,648,541,000 7,141,933,880 4,406,082,063,351 3,327,523,021,80410,648,541,000 7,141,933,880 4,406,082,063,351 3,327,523,021,804
0 0 19,366,294,715,254 18,268,008,945,5770 0 5,801,484,158,071 5,007,862,527,712
5,717,939,548,211 4,931,776,578,16983,544,609,860 76,085,949,543
0 0 13,564,810,557,183 13,260,146,417,865981,881,906,000 845,551,195,241
12,174,281,802,696 12,006,246,764,96211,564,231,000 11,483,839,740
381,873,929,000 381,872,929,00015,208,688,487 14,991,688,922
1,185,243,453,000 1,048,606,495,383 108,967,757,083,054 93,265,432,120,947
(130,173,715,000) (30,691,386,010) (5,988,982,797,276) 6,396,212,091,606
143,906,715,000 239,729,868,599 7,650,164,595,749 7,614,749,262,005143,906,715,000 143,906,714,599 7,331,384,059,680 7,346,350,129,764
128,550,000,000 63,704,351,48895,823,154,000 190,215,536,069 201,920,854,027
0 015,000,000 2,773,926,726
0 0
13,733,000,000 13,733,000,000 739,277,288,080 638,957,889,6590 2,094,552,621
13,733,000,000 13,733,000,000 453,177,905,080 436,251,694,347277,599,383,000 188,025,806,586
0 08,500,000,000 6,869,500,000
5,716,336,105
130,173,715,000 225,996,868,599 6,910,887,307,669 6,975,791,372,346
0 195,305,482,589 921,904,510,393 13,372,003,463,952
36
Kota Tegal
TOTALAPBN APBD TOTAL APBN APBD APBN APBD
Kab. Banjarnegara 176.377.757.557 228.651.174.984 405.028.932.541 1.053.094 839.779 11,46 175.222.132.909 732.554.474.392 907.776.607.301 923.192 983.302 11,45 172.860.989.570 667.593.128.488 840.454.118.058 918.219 915.309 11,42 Kab. Banyumas 129.130.758.244 630.806.407.719 759.937.165.963 1.018.505 992.090 12,85 823.663.553.745 990.933.277.666 1.814.596.831.411 1.693.006 1.071.819 12,82 772.304.893.749 958.816.481.432 1.731.121.375.181 1.679.124 1.030.967 12,64 Kab. Batang 268.815.657.965 623.199.371.891 892.015.029.856 1.203.956 822.776 12,01 129.115.636.322 520.212.816.632 649.328.452.954 768.583 844.838 12,00 126.650.438.357 486.961.356.128 613.611.794.485 762.377 804.867 11,88 Kab. Blora 165.204.176.871 244.957.275.179 410.161.452.050 1.453.526 1.048.287 12,20 210.957.198.282 733.064.023.756 944.021.222.038 865.013 1.091.338 12,19 166.463.799.390 693.240.828.685 859.704.628.075 862.110 997.210 12,14 Kab. Boyolali 154.191.351.475 648.266.118.460 802.457.469.935 968.821 349.405 12,56 220.645.492.995 730.630.829.745 951.276.322.740 984.807 965.952 12,43 213.674.044.187 371.206.445.630 584.880.489.817 979.799 596.939 12,16 Kab. Brebes 139.291.937.821 520.342.129.699 659.634.067.520 801.718 290.147 12,04 252.735.907.909 982.426.694.558 1.235.162.602.467 1.809.096 682.751 12,03 251.230.758.121 907.203.158.873 1.158.433.916.994 1.802.829 642.565 12,02 Kab. Cilacap 211.516.170.662 8.096.804.408 219.612.975.070 1.596.996 690.654 12,50 236.084.801.519 927.334.383.073 1.163.419.184.592 1.727.098 673.627 12,49 233.277.510.716 905.289.596.943 1.138.567.107.659 1.719.504 662.149 12,48 Kab. Demak 260.563.690.918 313.568.207.331 574.131.898.249 1.978.759 740.903 13,31 261.830.491.247 655.781.113.003 917.611.604.250 1.162.805 789.136 13,01 263.143.949.704 148.954.645.980 412.098.595.684 1.151.796 357.788 12,86 Kab. Grobogan 237.348.018.275 828.090.411.264 1.065.438.429.539 1.324.188 282.184 12,30 157.048.648.401 241.921.267.648 398.969.916.049 1.377.788 289.573 12,29 155.106.408.568 789.249.327.328 944.355.735.896 1.371.610 688.502 12,28 Kab. Jepara 279.603.096.669 594.997.807.300 874.600.903.969 849.184 769.646 12,75 224.986.784.582 137.361.271.225 362.348.055.807 1.257.912 288.055 12,74 228.091.774.291 197.101.696.719 425.193.471.010 1.240.600 342.732 12,71 Kab. Karanganyar 153.445.319.173 869.950.854.465 1.023.396.173.638 1.471.489 951.896 13,68 116.432.003.850 823.018.198.565 939.450.202.415 886.519 1.059.707 13,67 110.416.140.295 761.956.709.056 872.372.849.351 879.078 992.373 13,66 Kab. Kebumen 234.712.197.825 677.277.762.296 911.989.960.121 1.184.947 850.742 13,34 193.798.487.669 967.869.054.038 1.161.667.541.707 1.197.982 969.687 13,04 190.374.812.974 907.779.419.430 1.098.154.232.404 1.195.092 918.887 12,91 Kab. Kendal 109.368.101.929 472.669.625.202 582.037.727.131 645.333 746.130 12,95 150.013.506.862 702.339.427.828 852.352.934.690 971.086 877.732 12,80 114.410.275.831 688.395.999.069 802.806.274.900 964.106 832.695 12,70 Kab. Klaten 251.951.609.001 675.083.141.336 927.034.750.337 884.333 707.390 13,25 204.554.157.826 747.923.549.549 952.477.707.375 1.174.986 810.629 13,24 201.452.771.290 872.470.822.818 1.073.923.594.108 1.171.411 916.778 13,13 Kab. Kudus 829.283.384.373 933.579.854.683 1.762.863.239.056 1.776.918 1.029.931 13,23 252.917.350.069 559.774.540.099 812.691.890.168 871.311 932.723 13,22 287.172.420.957 650.954.546.281 938.126.967.238 861.430 1.089.034 13,21 Kab. Magelang 287.374.409.896 1.055.849.749.251 1.343.224.159.147 1.944.857 659.425 12,54 248.759.951.117 679.242.732.108 928.002.683.225 1.290.591 719.052 12,53 237.281.294.935 733.337.221.681 970.618.516.616 1.279.625 758.518 12,48 Kab. Pati 178.226.385.532 575.382.253.707 753.608.639.239 998.561 804.598 12,65 241.193.353.374 853.662.275.908 1.094.855.629.282 1.259.590 869.216 12,41 236.787.100.676 846.981.392.360 1.083.768.493.036 1.253.299 864.733 12,30 Kab. Pekalongan 177.288.719.695 677.410.303.618 854.699.023.313 1.017.767 828.282 12,41 155.395.709.802 678.669.352.313 834.065.062.115 897.711 929.102 12,40 144.397.610.141 387.500.558.404 531.898.168.545 891.892 596.371 12,17 Kab. Pemalang 240.767.353.238 616.392.159.077 857.159.512.315 1.299.859 695.483 11,95 151.462.000.640 902.229.732.060 1.053.691.732.700 1.302.813 808.782 11,94 147.650.724.397 893.365.631.048 1.041.016.355.445 1.299.724 800.952 11,91 Kab. Purbalingga 125.437.717.185 521.463.526.190 646.901.243.375 790.174 754.695 11,99 175.270.335.580 632.616.526.319 807.886.861.899 933.989 864.985 11,98 171.323.364.728 590.108.973.263 761.432.337.991 925.193 822.998 11,95 Kab. Purworejo 133.429.214.678 511.320.326.036 644.749.540.714 879.121 871.963 13,50 82.805.079.546 648.247.727.108 731.052.806.654 718.316 1.017.731 13,49 79.971.444.922 391.372.018.639 471.343.463.561 716.477 657.863 13,48 Kab. Rembang 84.252.271.037 587.054.500.582 671.306.771.619 769.880 901.918 12,11 107.971.111.841 547.303.341.717 655.274.453.558 638.188 1.026.773 12,10 105.514.376.756 320.875.126.277 426.389.503.033 633.584 672.980 12,05 Kab. Semarang 206.657.886.892 942.216.413.416 1.148.874.300.308 1.350.438 384.609 12,97 167.446.884.506 192.776.837.823 360.223.722.329 1.053.786 341.838 12,94 164.433.043.545 197.501.758.257 361.934.801.802 1.040.629 347.804 12,85 Kab. Sragen 204.347.059.111 687.322.856.440 891.669.915.551 1.260.506 805.033 12,83 175.903.216.915 649.419.366.416 825.322.583.331 890.518 926.789 12,69 166.511.626.347 433.609.659.557 600.121.285.904 887.889 675.897 12,65 Kab. Sukoharjo 221.990.168.395 149.327.022.969 371.317.191.364 1.062.713 965.866 13,83 264.432.280.987 661.378.512.955 925.810.793.942 891.912 1.038.007 13,82 281.232.690.614 614.335.137.978 895.567.828.592 885.205 1.011.707 13,81 Kab. Tegal 169.649.545.639 616.828.269.427 786.477.815.066 976.951 137.516 12,67 202.933.021.596 773.138.084.301 976.071.105.897 1.440.698 677.499 12,58 196.313.474.797 131.409.164.496 327.722.639.293 1.437.225 228.025 12,34 Kab. Temanggung 268.501.749.244 608.105.850.995 876.607.600.239 907.587 818.682 12,14 115.504.725.631 526.018.841.506 641.523.567.137 772.018 830.970 12,13 114.776.471.962 513.744.547.251 628.521.019.213 765.594 820.959 12,08 Kab. Wonogiri 117.656.406.260 769.475.894.121 887.132.300.381 931.963 262.966 12,49 94.184.228.705 192.279.072.760 286.463.301.465 959.492 298.557 12,48 86.741.261.087 94.138.053.252 180.879.314.339 957.106 188.986 12,45 Kab. Wonosobo 92.725.377.272 181.594.672.010 274.320.049.282 1.043.177 733.403 11,75 136.027.399.931 89.588.439.844 225.615.839.775 790.504 285.408 11,74 128.815.118.001 507.413.967.116 636.229.085.117 787.384 808.029 11,69 Kota Magelang 2.660.703.144.769 929.128.967.340 3.589.832.112.109 1.653.524 2.683.930 14,14 90.134.983.419 181.968.975.957 272.103.959.376 122.111 2.228.333 13,81 78.462.839.636 174.804.109.439 253.266.949.075 121.872 2.078.139 13,80 Kota Pekalongan 138.970.944.317 192.159.706.589 331.130.650.906 192.322 1.406.749 12,84 191.855.411.608 221.570.318.658 413.425.730.266 307.097 1.346.238 12,83 189.369.801.362 138.446.954.302 327.816.755.664 304.477 1.076.655 12,79 Kota Salatiga 207.483.347.817 224.599.511.696 432.082.859.513 307.150 1.721.751 15,41 151.629.795.602 200.014.496.886 351.644.292.488 194.084 1.811.815 15,34 113.350.967.789 225.746.504.519 339.097.472.308 191.571 1.770.088 15,00 Kota Semarang 134.544.077.433 271.079.706.912 405.623.784.345 273.825 2.171.019 15,52 2.477.411.962.433 963.476.097.009 3.440.888.059.442 1.814.110 1.896.736 15,51 1.844.289.074.491 951.609.984.435 2.795.899.058.926 1.786.114 1.565.353 15,50 Kota Surakarta 167.956.541.175 158.210.718.528 326.167.259.703 121.526 3.470.522 14,87 1.475.083.445.974 540.733.767.671 2.015.817.213.645 519.587 3.879.653 14,55 1.198.254.734.020 545.371.599.374 1.743.626.333.394 517.887 3.366.808 14,52 Kota Tegal 1.289.896.704.510 522.978.924.886 1.812.875.629.396 522.364 1.481.325 13,05 204.006.767.999 256.465.060.926 460.471.828.925 249.905 1.842.587 13,04 128.616.540.806 258.837.183.812 387.453.724.618 249.003 1.556.020 12,90
RASIO BELANJA PENDIDIKAN PER KAPITA DIBANDING DENGAN HARAPAN LAMA SEKOLAH TA 2018 - 2020
Kab/KotaTA 2019
JUMLAH PER KAPITA
RASIO PENDIDIKAN
HLS
TA 2018BEL PENDIDIKANBELANJA PENDIDIKAN
TOTAL JUMLAH
PENDUDUK RASIO BEL
PENDIDIKANHLSBelanja Pendidikan
TA 2020Jumlah
perkapitaRASIO
PENDIDIKAN HLS
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Eliminasi Konsolidasi
A. Pendapatan Provinsi dan Hibah
I. Penerimaan Perpajakan 83.024.093.036.482 16.382.101.372.519 - 99.406.194.409.001
1. Pajak Dalam Negeri 81.240.927.873.445 16.382.101.372.519 - 97.623.029.245.964
2. Pajak Perdagangan Internasional 1.783.165.163.037 - - 1.783.165.163.037
II. Penerimaan Negara Bukan Pajak 6.318.169.219.765 13.061.097.861.988 1.437.255.212.611 17.942.011.869.142
1. Penerimaan Sumber Daya Alam - - - -
2. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Negara Yang Dipisahkan - 1.240.567.155.738 - 1.240.567.155.738
3. Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya 2.051.842.761.081 783.307.227.643 - 2.835.149.988.724
4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah - 9.358.849.606.796 - 9.358.849.606.796
5. Pendapatan BLU 4.266.326.458.684 - 4.266.326.458.684
6. Lain Pendapatan Yang Sah 1.678.373.871.811 1.437.255.212.611
III. Penerimaan Hibah - 3.169.611.891.955 3.169.611.891.955 -
IV Pendapatan Transfer - 57.128.623.867.725 57.128.623.867.725 -
1. Dana Perimbangan - 49.306.607.499.084 49.306.607.499.084 -
a. Dana Bagi Hasil Pajak - 2.389.216.806.511 2.389.216.806.511 -
b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - 200.465.862.000 200.465.862.000 -
c. Dana Alokasi Umum - 35.323.981.967.000 35.323.981.967.000 -
d. Dana Alokasi Khusus - 11.392.942.863.573 11.392.942.863.573 -
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian - 7.822.016.368.641 7.822.016.368.641 -
a. Dana Otonomi Khusus - 38.503.148.000 38.503.148.000 -
b. Dana Penyesuaian - 2.922.471.167.059 2.922.471.167.059 -
c. Dana Insentif Daerah - 694.689.275.000 694.689.275.000 -
d. Dana Desa - 4.153.627.828.582 4.153.627.828.582 -
e. Dana BOS - 12.724.950.000 12.724.950.000 -
3. Dana Transfer Lainnya - - - -
4. Bantuan Keuangan - - - -
Jumlah Pendapatan, Hibah dan Transfer (A.I + A.II + A.III + A.IV) 89.342.262.256.247 89.741.434.994.187 61.735.490.972.291 117.348.206.278.143 -
KERTAS KERJA LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2020
B. Belanja Negara -
I. Belanja Pemerintah Pusat/Daerah 37.144.375.421.023 74.455.233.594.309 - 111.599.609.015.332
1. Belanja Pegawai 15.319.427.621.214 35.801.630.093.541 - 51.121.057.714.755
2. Belanja Barang* 14.194.747.695.500 22.199.616.752.260 - 36.394.364.447.760
3. Belanja Modal 7.547.907.279.309 9.276.996.661.929 - 16.824.903.941.238
4. Pembayaran Bunga Utang - 16.449.162.633 - 16.449.162.633
5. Subsidi - 11.200.830.916 - 11.200.830.916
6. Hibah - 3.124.357.486.101 - 3.124.357.486.101
7. Bantuan Sosial 82.292.825.000 669.050.217.098 - 751.343.042.098
8. Belanja Tak Terduga - 3.355.932.389.831 - 3.355.932.389.831
9. Belanja Lain-lain - - - -
II. Transfer ke Daerah 65.600.870.726.418 13.540.128.733.803 61.735.490.972.291 17.405.508.487.930
1. Dana Perimbangan 37.953.296.597.437 - 37.953.296.597.437 -
a. Dana Bagi Hasil 2.525.371.923.165 - 2.525.371.923.165 -
b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 103.942.707.272 - 103.942.707.272 -
c. Dana Alokasi Umum 35.323.981.967.000 - 35.323.981.967.000 -
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 17.466.852.604.898 - 17.466.852.604.898 -
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 17.466.852.604.898 - 17.466.852.604.898 -
a. Dana Alokasi Khusus Fisik 2.600.938.627.127 - 2.600.938.627.127 -
b. Dana Alokasi Khusus Non Fisik 14.865.913.977.771 - 14.865.913.977.771 -
3. Dana Insentif Daerah 2.064.637.031.000 - 2.064.637.031.000 -
4. Dana Desa 8.116.084.493.083 - 4.250.704.738.956 3.865.379.754.127
5. Transfer Antar Daerah - 13.540.128.733.803 - 13.540.128.733.803
6. Bantuan Keuangan - - - -
-
Jumlah Belanja dan Transfer (B.I + B.II) 102.745.246.147.441 87.995.362.328.112 61.735.490.972.291 129.005.117.503.262
-
C. Surplus (Defisit) Anggaran (A - B) - 13.402.983.891.194 1.746.072.666.075 - - 11.656.911.225.119
-
D. Pembiayaan -
I. Penerimaan Pembiayaan Daerah - 7.592.058.622.931 - 7.592.058.622.931
1. Penggunaan SiLPA - 7.334.170.862.895 - 7.334.170.862.895
2. Pencairan Dana Cadangan - 63.704.351.488 - 63.704.351.488
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - -
4. Pinjaman Dalam Negeri - 59.983.581.550 - 59.983.581.550
5. Penerimaan Kembali Piutang - 34.341.575.477 - 34.341.575.477
6. Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen Lainnya - 99.858.251.521 - 99.858.251.521
7. Pinjaman Luar Negeri - - - -
8. Penerimaan Utang Jangka Panjang Lainnya - - - -
II. Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 666.457.889.659 - 666.457.889.659
1. Pembentukan Dana Cadangan - 2.094.552.621 - 2.094.552.621
2. Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah - 443.751.694.347 - 443.751.694.347
3. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - 208.025.806.586 - 208.025.806.586
4. Pemberian Pinjaman Daerah - - - -
5. Pengeluaran Investasi Non Permanen Lainnya - 12.585.836.105 - 12.585.836.105
6. Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri - - - -
7. Pembayaran Utang Jangka Panjang Lainnya - - - -
8. Pembayaran Kegiatan Lanjutan 1) - - - -
9. Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 1) - - - -
Jumlah Pembiayaan (D.I + D.II+ D.III) - 6.925.600.733.272 - 6.925.600.733.272
E. Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran-(D+C) 13.402.983.891.194- 8.671.673.399.347 - - 4.731.310.491.847
*) Termasuk transfer ke pemerintah desa sebesar
REALISASI BLT DD TAHUN 2020 DI JAWA TENGAH
No Kabupaten Anggaran BLT DD Realisasi BLT DD PersentasePenerima BLT DD
(KK)
1 BANJARNEGARA 99.929.700.000 119.590.400.000 119,67 37.011 2 BANYUMAS 163.541.700.000 184.022.300.000 112,52 60.571 3 BATANG 82.047.600.000 88.561.900.000 107,94 30.388 4 BLORA 209.239.200.000 69.725.400.000 33,32 77.496 5 BOYOLALI 42.703.200.000 49.802.100.000 116,62 15.816 6 BREBES 231.541.200.000 291.367.950.000 125,84 85.756 7 CILACAP 125.622.900.000 143.655.200.000 114,35 46.527 8 DEMAK 87.968.700.000 91.375.200.000 103,87 32.581 9 GROBOGAN 134.306.100.000 129.537.700.000 96,45 49.743
10 JEPARA 91.851.300.000 110.428.880.000 120,23 34.019 11 KARANGANYAR 43.062.300.000 36.748.500.000 85,34 15.949 12 KEBUMEN 147.619.800.000 156.260.800.000 105,85 54.674 13 KENDAL 95.366.700.000 116.760.900.000 122,43 35.321 14 KLATEN 119.564.100.000 141.304.600.000 118,18 44.283 15 KUDUS 64.365.300.000 83.487.280.000 129,71 23.839 16 MAGELANG 147.889.800.000 124.177.621.200 83,97 54.774 17 PATI 136.476.900.000 136.378.500.000 99,93 50.547 18 PEKALONGAN 97.035.300.000 84.393.000.000 86,97 35.939 19 PEMALANG 133.509.600.000 161.067.600.000 120,64 49.448 20 PURBALINGGA 111.078.000.000 114.560.700.000 103,14 41.140 21 PURWOREJO 54.715.500.000 65.091.900.000 118,96 20.265 22 REMBANG 100.704.600.000 100.967.700.000 100,26 37.298 23 SEMARANG 60.064.200.000 63.222.800.000 105,26 22.246 24 SRAGEN 67.834.800.000 78.998.280.000 116,46 25.124 25 SUKOHARJO 55.498.500.000 64.248.000.000 115,77 20.555 26 TEGAL 153.030.600.000 177.324.000.000 115,87 56.678 27 TEMANGGUNG 92.167.200.000 105.290.100.000 114,24 34.136 28 WONOGIRI 95.337.000.000 100.361.413.000 105,27 35.310 29 WONOSOBO 73.602.000.000 66.389.900.000 90,20 27.260
3.117.673.800.000 3.255.100.624.200 104,41 1.154.694 TOTAL
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI JAWA TENGAH
Gedung Keuangan Negara I Lt. 3
JL. Pemuda Semarang 50188