162

Penanggungjawab - DJPb

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penanggungjawab - DJPb
Page 2: Penanggungjawab - DJPb

Penanggungjawab :

Kepala Kantor Wilayah

Ketua:

Plt. Kepala Bidang PPA II

Anggota:

TIM PENYUSUN

Page 3: Penanggungjawab - DJPb

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkah, rahmat

dan karunia-Nya, Kajian Fiskal Regional (Annual Regional Fiscal Report) Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2020 dapat disusun dan diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Kajian Fiskal

Regional merupakan output dari pelaksanaan tugas dan fungsi Kanwil Ditjen Perbendaharaan

sebagai representasi Kementerian Keuangan di daerah dalam pengelolaan fiskal.

Kajian Fiskal Regional menjadi media informasi yang bernilai strategis kepada mitra

kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah, baik Satuan Kerja

Kementerian/Lembaga Negara maupun Pemerintah Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota se-Jawa

Tengah.

Proses penyusunan KFR ini melalui berbagai tantangan, khususnya dalam

memaksimalkan pengumpulan data/informasi, yang tersebar di berbagai instansi dan media

massa, untuk selanjutnya dianalisis sehingga menghasilkan kajian yang komprehensif dan

actual.

Kami menyadari Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik

dan masukan sangat diharapkan. Semoga kajian ini bermanfaat bagi semua pihak Dengan

kerendahan hati, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya Pemerintah

Daerah se-Jawa Tengah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, dan Badan

Statistik Provinsi Jawa Tengah, atas data dan informasi yang telah diberikan.

.

Semarang, Februari 2020 Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah

Midden Sihombing

Page 4: Penanggungjawab - DJPb

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR GRAFIK vii

DAFTAR LAMPIRAN x

RINGKASAN EKSEKUTIF

DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONAL

BAB II PERKEMBANGAN & ANALISIS EKONOMI REGIONAL 20

2.1 INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL 20

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto 20

2.1.2 Suku Bunga 24

2.1.3 Inflasi 24

2.1.4 Nilai Tukar 26

2.2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN 27

2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 27

2.2.2 Tingkat Kemiskinan 29

2.2.3 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini) 31

2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan Dan Tingkat Pengangguran 33

2.2.5 Nilai Tukar Petani (NTP) 35

2.2.6 Nilai Tukar Nelayan (NTN) 36

2.3 EFEKTIFITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI &

PEMBANGUNAN REGIONAL 37

BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH 1

1.1 PENDAHULUAN 1

1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 2

1.2.1 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka 2

Menengah Daerah

1.2.2 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah 3

1.3 TANTANGAN DAERAH 6

1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah 6

1.3.2 Tantangan Sosial Kependudukan 6

1.3.3 Tantangan Geografis Wilayah 11

1.3.4 Tantangan Daerah Sebagai Dampak COVID-19 14

BAB III PERKEMBANGAN & ANALISIS PELAKSANAAN APBN 41

TINGKAT NASIONAL

3.1 APBN TINGKAT PROVINSI 41

3.2 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 42

3.2.1 Penerimaan Perpajakan 42

3.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak 43

3.3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL 44

3.4 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 48

3.4.1 Dana Transfer Umum 48

3.4.2 Dana Transfer Khusus 49

3.4.3 Dana Desa 49

3.4.4 Dana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, dan

Keistimewaan 49

ii

Page 5: Penanggungjawab - DJPb

DAFTAR ISI

3.5 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL 50

3.5.1 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) 50

3.5.2 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD) 50

3.5.3 Surplus/Defisit 51

3.6 PENGELOLAAN BLU PUSAT 51

3.7 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT 53

3.7.1 Penerusan Pinjaman 53

3.7.2 Kredit Program 54

3.8 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB

(MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA

INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH 55

3.8.1 Mandatory Spending Di Daerah 55

3.8.2 Belanja Sektor Pendidikan 55

3.8.3 Belanja Sektor Kesehatan 55

3.8.4 Belanja Infrastruktur 55

BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN 75

ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

5.1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN 75

5.2 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN 76

5.3 BELANJA KONSOLIDASIAN 78

5.4 SURPLUS/DEFISIT KONSOLODASIAN 81

5.5 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT 82

BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA 84

TANTANGAN FISKAL REGIONAL

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS 56

PELAKSANAAN APBD

4.1 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) 56

4.2 PENDAPATAN DAERAH 57

4.2.1 Dana Transfer/Penimbangan 59

4.2.2 Pendapatan Asli Daerah 61

4.2.3 Pendapatan Lain-Lain 62

4.3 BELANJA DAERAH 62

4.4 PERKEMBANGAN BLU DAERAH 64

4.5 SURPLUS/DEFISIT APBD 67

4.6 PEMBIAYAAN 68

4.7 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH 69

4.7.1 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah 71

4.8 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH 72

4.8.1 Belanja Daerah Sektor Pendidikan 73

4.8.2 Belanja Daerah Sektor Kesehatan 74

4.8.3 Belanja Infrastruktur Daerah1 74

6.1 SEKTOR UNGGULAN DAERAH 95

6.2 SEKTOR POTENSIAL DAERAH 98

6.3 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM

MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH 99

BAB VII ANALISIS TEMATIK 105

BABVIII PENUTUP 113

8.1 KESIMPULAN 113

8.2 REKOMENDASI 117

DAFTAR PUSTAKA iii

Page 6: Penanggungjawab - DJPb

Tabel I.1 Keselarasan Sasaran Pembangunan Daerah Jawa Tengah Dengan

Sasaran Pembangunan Nasional Tahun 2020 …………………………….

6

Tabel I.2 Data Zona Merah Covid-19 di Jawa Tengah ………………………………. 14

Tabel I.3 Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) Menurit Kabupaten Kota di

Jawa Tengah (Persen) ………………………………………………………………..

17

Tabel I.4 Perbandingan Zona Covid dan Kenaikan TPT di Jawa Tengah ……. 18

Tabel II.1 Distribusi Pengeluaran Penduduk di Jawa Tengah …………………….. 32

Tabel II.2 Realisasi Indikator Maktro Jawa Tengah dan Nasional Tahun

2020 …………………………………………………………………………………………..

37

Tabel III. 1 Pagu dan Realisasi APBN Jawa Tengah Tahun 2019-2020 ………….. 41

Tabel III.2 Penerimaan PNBP Jawa Tengah tahun 2018-2020 …………………….. 43

Tabel III.3 Penerimaan PNBP Fungsional Jawa Tengah ………………………………. 44

Tabel III.4 Pagu dan Realisasi Hibah Jawa Tengah Tahun 2020 ………………….. 45

Tabel III.5 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi ……………. 46

Tabel III.6 Pagu dan Realisasi Per Jenis Belanja ………………………………………….. 47

Tabel III.7 TKDD 2018-2020 (Dalam Miliar) ……………………………………………….. 48

Tabel III.8 Aset dan Pagu per Jenis Layanan BLU Tahun 2020 …………………….. 51

Tabel III.9 Perkembangan Aset per Layanan Blu Tahun 2019-2020 ……………. 52

Tabel III.10 Besar Pagu Realisasi Bidang Pendidikan 2020 ……………………………. 55

Tabel III.11 Besar Pagu Realisasi Bidang Kesehatan ……………………………………… 55

Tabel III.12 Besar Pagu Realisasi Bidang Infrastruktur …………………………………. 55

Tabel IV.1 Profil APBD Agregat Jawa Tengah Berdasarkan Klasifikasi

Ekonomi …………………………………………………………………………………….

56

Tabel IV.2 Jenis Pendapatan APBD Agregat Jawa Tengah …………………………… 57

Tabel IV.3 Aset, Pagu dan Realisasi Belanja BLUD Tahun 2020 Jawa Tengah 65

Tabel V.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 (dalam Miliar Rp) ………………….

75

Tabel V.2 Perkembangan Rasio Pajak terhadap PDRB Jawa Tengah (dalam

Miliar Rp) …………………………………………………………………………………..

78

Tabel V.3 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB Jawa Tengah

Tahun 2020 ……………………………………………………………………………….

81

Tabel V.4 LO Statistik Keuangan Pemerintah Tahun 2020 ………………………… 82

Tabel V.5 Perhitungan Kontribusi Belanja dan Investasi Pemerintah Tahun

2020 …………………………………………………………………………………………..

83

iv

Page 7: Penanggungjawab - DJPb

Tabel VI.1 SLQ dan Tren SLQ Atas 17 Lapangan Usaha tahun 2014 – 2020

Provinsi Jawa Tengah ………………………………………………………………

86

Tabel VI.2 Sector Basis berdasarkan DLQ Provinsi Jawa Tengah …………………. 90

Tabel VI.3 Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB ………………………………………… 91

Tabel VI.4 Perbandingan Laju Pertumbuhan Sektoral Jawa tengah dan

Nasional 2015 - 2020 ……………………………………………………………….

92

Tabel VI.5 Perbandingan Rata-rata pertubuhan Sektoral Jawa Tengah dan

Nasional 2015 - 2020 …………………………………………………………………

92

Tabel VI.6 Rata-rata Pertumbuhan Sektoral Jawa Tengah (Perhitungan

Tahun 2014 – 2020) …………………………………………………………………..

93

Tabel VI.7 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas

Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang

Mendukung Sektor Industri Pengolahan …………………………………….

100

Tabel VI.8 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan tugas

Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang

Mendukung Sektor Perdagangan ………………………………………………

101

Tabel VI.9 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas

Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang

Mendukung Sektor Kontruksi …………………………………………………….

101

Tabel VI.10 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas

pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang

Mendukung Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan …………

102

Tabel VI.11 Belanja APBD di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang

Mendukung Sektor …………………………………………………………………….

103

Tabel VII.1 Data Alokasi dan Penyaluran BLT DD di Wilayah Jawa Tengah

(dalam miliar Rp) ……………………………………………………………………….

107

Tabel VII.2 Alokasi Belanja Tidak Terduga dan Realisasi (dalam miliar Rp) ….. 109

v

Page 8: Penanggungjawab - DJPb

1

Gambar I.1 Peta Indeks Risiko Bencana Jawa Tengah …………………………….. 13

Gambar II.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Jawa Tahun 2020 ……… 21

Gambar II.2 Komoditas Penyumbang dan Penahan Inflasi di Jawa Tengah

Tahun 2020 ………………………………………………………………………………..

25

Gambar II.3 Pertumbuhan IPM tercepat dan Penurunan IPM Paling Tinggi

di Jawa Tengah ………………………………………………………………………………

29

Gambar II.4 Dampak Covid-19 Terhdap Penduduk Usia Kerja di Jawa

Tengah ………………………………………………………………………………………………

34

Page 9: Penanggungjawab - DJPb

Grafik I.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Tengah 1961 -

2020 …………………………………………………………………………………………..

8

Grafik I.2 Komposisi Jumlah Penduduk Jawa Tengah Menurut Generasi,

2020 …………………………………………………………………………………………..

9

Grafik I.3 Persentase Penduduk Lansia Jawa Tengah ………………………………… 10

Grafik II.1 Pertumbuhan Ekonomi Jateng dan Nasional Tahun 2014 – 202

(y-on-y/%) ………………………………………………………………………………….

20

Grafik II.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jateng dan Nasional Tahun 2018 –

2020 (q-to-q/%) ………………………………………………………………………….

21

Grafik II.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan Menurut Lapangan Usaha 22

Grafik II.4 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan Menurut Pengeluaran

Tahun 2014 – 2020 …………………………………………………………………….

23

Grafik II.5 PDB Per Kapita Jawa Tengah & Nasional (Jutaan Rp) …………………. 23

Grafik II.6 BI-7Day-RR dan Laju Inflasi Jawa Tengah 2020 ………………………….. 24

Grafik II.7 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan Nasional (y-o-y) …………… 25

Grafik II.8 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah (m-to-m) ……………………………. 25

Grafik II.9 Volatilitas Nilai Tukar Harian dan Bulanan …………………………………. 26

Grafik II.10 Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan Jawa

Tengah ……………………………………………………………………………………….

26

Grafik II.11 Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Pertumbuhannya …………… 27

Grafik II.12 IPM Jawa Tengah Menurut Komponen ……………………………………… 28

Grafik II.13 IPM Kabupaten/Kota di Jawa Tengah ………………………………………… 28

Grafik II.14 Profil Kemiskinan Jawa Tengah September 2015-2020 ……………… 29

Grafik II.15 Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah …………………………. 30

Grafik II.16 Perkembangan Indeks P1 dan P2 di Jawa Tengah ……………………… 30

Grafik II.17 Persentase Penduduk Miskin Antar Provinsi dan Per Kab/Kota

(September 2020) ………………………………………………………………………

31

Grafik II.18 Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Jawa Tengah ………. 31

Grafik II.19 Persentase Penduduk Bekerja Jawa Tengah ……………………………… 33

Grafik II.20 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Tengah dan Nasional 34

Grafik II.21 Perkembangan Nilai Tukar Petani Jawa Tengah dan Nasional ……. 35

Grafik II.22 Perbandinngan Nilai Tukar Petani di Pulau Jawa ……………………….. 36

Grafik II.23 Perkembangan Nilai Tukar Nelayan Jawa Tengah dan Nasional … 37

Grafik III.1 Realisasi Penerimaan Perpajakan Jawa Tengah Tahun 2020 ……… 42

Grafik III.2 Pagu Realisasi DAU 2018-2020 ………………………………………………….. 48

vii

Page 10: Penanggungjawab - DJPb

Grafik III.3 Pagu Realisasi DBH Tahun 2018-2020 ……………………………………….. 48

Grafik III.4 Pagu dan Realisasi DAK Fisik Tahun 2018-2020 …………………………. 49

Grafik III.5 Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik Tahun 2018-2020 ………………….. 49

Grafik III.6 Pagu dan Realisasi Dana Desa Tahun 2018-2020 ………………………. 49

Grafik III.7 Pagu dan Realisasi Dana Insentif daerah Tahun 2018-2020 ………. 49

Grafik III.8 Kemandirian Satker BLU …………………………………………………………… 52

Grafik III.9 Grafik POBO Satker BLU di Jawa Tengah ……………………………………. 53

Grafik III.10 Perkembangan Penyaluran KUR 2017 – 2020 ……………………………. 54 Grafik III.11 Penyaluran UMi 2018 – 2020 (miliar Rp) …………………………………… 54 Grafik IV.1 Gambaran Umum APBD Agregat Jawa ………………………………………. 57

Grafik IV.2 Proporsi Pendapatan Daerah Per Pemerintah Daerah Jawa

Tengah ……………………………………………………………………………………….

58

Grafik IV.3 Proporsi Dana Transfer/Perimbangan Daerah Jawa Tengah ……… 59

Grafik IV.4 Rasio Ruang Fiskal Pemerintah Daerah di Jawa Tengah …………….. 60

Grafik IV.5 Rasio Kemandirian Daerah di Jawa Tengah ……………………………….. 60

Grafik IV.6 Proporsi Pendapatan Asli Daerah di Jawa Tengah …………………….. 61

Grafik IV.7 Proporsi Pendapatan Lain-Lain di Jawa Tengah …………………………. 62

Grafik IV.8 Komposisi Belanja di Jawa Tengah …………………………………………….. 62

Grafik IV.9 Proporsi Belanja Daerah Per Urusan di Jawa Tengah …………………. 63

Grafik IV.10 Proporsi Belanja Daerah Per Fungsi di Jawa Tengah ………………….. 64

Grafik IV.11 BLUD Berdasarkan Jumlah Aset …………………………………………………. 65

Grafik IV.12 Proporsi Pagu BLUD Jawa Tengah ……………………………………………… 66

Grafik IV.13 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan ………………… 67

Grafik IV.14 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Dana Transfer Sem I …………………. 67

Grafik IV.15 Proporsi Pembiayaan APBD Agregat Jawa Tengah …………………….. 68

Grafik IV.16 Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja ………………………………………… 68

Grafik IV.17 Realisasi PAD Per Pemda …………………………………………………………… 69

Grafik IV.18 Realisasi Belanja Modal Per Pemda …………………………………………… 69

Grafik IV.19 Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Per Pemda …………………….. 70

Grafik IV.20 Kontribusi Belanja Modal terhadap Belanja Per Pemda …………….. 71

Grafik IV.21 Kapasitas Fiskal Daerah (Regional Jawa Tengah) ……………………….. 72

Grafik IV.22 Perkembangan Belanja Wajib ……………………………………………………. 72

Grafik IV.23 Persentase Belanja Wajib ………………………………………………………….. 73

Grafik IV.24 Belanja Pendidikan ……………………………………………………………………. 73

Grafik IV.25 Belanja Kesehatan …………………………………………………………………….. 74

Grafik IV.26 Belanja Infrastruktur Daerah …………………………………………………..... 74

Grafik V.1 Proporsi Pendapatan Konsolidasian Jawa Tengah Tahun 2020

(dalam Miliar Rp) ……………………………………………………………………….

76

Grafik V.2 Perbandingan Pendapatan Konsolidasian Jawa Tengah Tahun

2020 (dalam Miliar Rp) ………………………………………………………………

77

viii

Page 11: Penanggungjawab - DJPb

Grafik V.3 Perbandingan Belanja Konsolidasian Jawa Tengah Tahun 2020

(dalam Miliar Rp) ……………………………………………………………………….

78

Grafik V.4 Perubahan Belanja Konsolidasian Jawa Tengah Tahun 2019 –

2020 …………………………………………………………………………………………..

79

Grafik V.5 Rasio Belanja Pendidikan Perkapita Jawa Tengah tahun 2018 –

2020 ………………………………………………..

80

Grafik VI.1 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Menurun Provinsi Jawa

Tengah ……………………………………………………………………………………….

87

Grafik VI.2 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Tetap Provinsi Jawa

Tengah ……………………………………………………………………………………….

88

Grafik VI.3 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Meningkat Provinsi

Jawa Tengah ……………………………………………………………………………...

89

ix

Page 12: Penanggungjawab - DJPb

Lampiran 1 Capaian Output Strategis Bidang Pendidikan, Kesehatan,

Infrastruktur;

Lampiran 2 Laporan Realisasi Anggaran Provinsin/Kabupaten/Kota Jawa

Tengah Tahun 2020

Lampiran 3 Belanja Pendidikan Perkapita dan Harapan Lama Sekolah

Lampiran 4 Kertas Kerja LKPK Provinsi Jawa Tengah tahun 2020

Lampiran 5 Realisasi BLT Dana Desa di Jawa Tengah tahun 2020

Page 13: Penanggungjawab - DJPb

Kondisi Sosial Ekonomi, Sasaran Pembangunan dan Tantangan

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan penekanan pada inklusivitas pembangunan

yang berpusat pada rakyat, yang secara implisit mengandung makna pembangunan yang

berkeadilan dan merata. Strategi umum pembangunan Jawa Tengah tahun 2018-2023 juga

secara lebih tegas menyatakan keberpihakannya kepada rakyat miskin melalui strategi

pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan. Tantangan dalam

pembangunan ekonomi di Jawa Tengah adalah masih adanya kesenjangan antar daerah yang

mengakibatkan persebaran perekonomian tidak merata antara daerah yang bercorak agraris

dan nonagraris, sehingga muncul persepsi ketidakadilan dalam masyarakat. Namun, saat ini

Provinsi Jawa Tengah memiliki bonus demografi yaitu berupa 70,60 persen penduduk usia

produktif yang dapat menjadi peluang yang sangat baik bagi pembangunan ekonominya.

Perkembangan Indikator Ekonomi Makro dan Kesejahteraan

Selama kurun waktu 2014-2019, ekonomi Jawa Tengah tumbuh rata-rata diatas 5

persen dan tercatat selalu lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional. Namun

pandemi covid-19 yang melanda awal tahun 2020 berdampak pada kontraksi perekonomian

Jawa Tengah hingga -2,65 persen. Inflasi tahun 2020 di Jawa Tengah tercatat sebesar 1,56

persen (masih tetap terjaga pada target sasaran inflasi nasional sebesar 3±1%) dengan Indeks

Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,51. Sejak tahun 2017, status pembangunan manusia di

Jawa Tengah sudah mencapai kategori “tinggi” (IPM di atas 70). Meskipun terimbas wabah

Covid-19, IPM Jawa Tengah tahun 2020 masih mampu tumbuh positif 0,14 poin, dari 71,73

poin pada tahun 2019 menjadi 71,87 poin pada tahun 2020. Persentase penduduk miskin di

Jawa Tengah pada September 2020 sebesar 11,84 persen, meningkat 0,53 persen poin atau

naik 139,03 orang dibanding Maret 2020 yang sebesar 11,41 persen. Pada September 2020,

Gini Ratio Jawa Tengah sebesar 0,359, meningkat sebesar 0,001 poin dibandingkan Gini Ratio

September 2019 namun turun 0,003 poin jika dibandingkan dengan Maret 2020. Capaian ini

berada dibawah rata-rata nasional yang sebesar 0,470. Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah

Page 14: Penanggungjawab - DJPb

pada Agustus 2020 sebanyak 18,75 juta orang, bertambah 330 ribu orang dibanding Agustus

2019. Penduduk yang bekerja pada Agustus 2020 sebanyak 17,54 juta orang, berkurang

sebanyak 66 ribu orang dibanding tahun sebelumnya. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah

Desember 2020 sebesar 101,49 atau turun -4,51 persen dibanding NTP tahun sebelumnya

sebesar 106,00. Pada Desember 2020, NTN mengalami kenaikan sebesar 1,96 persen.

Perkembangan dan Pengaruh Fiskal di Daerah serta Program dan Output Strategis di

Daerah

Pendapatan konsolidasi tahun 2020 tercatat sebesar Rp117.348 miliar yang berasal dari

komponen pendapatan daerah sebesar Rp89.741 miliar dan pendapatan pemerintah pusat

Rp89.342 miliar. Realisasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp102,75 miliar lebih tinggi dari

komponen belanja pemerintah daerah yang terealisasi sebesar Rp87.995 miliar. Kontribusi

belanja pemerintah terhadap PDRB adalah sebesar 6,34 persen, sedangkan investasi

pemerintah berkontribusi terhadap PDRB hanya sebesar 1,25 persen. Adapun program dan

output strategis di wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah percepatan pengurangan kemiskinan

dan pengangguran; peningkatan kualitas hidup dan kapasitas sumber daya manusia Jawa

Tengah; peningkatan kapasitas dan daya saing ekonomi rakyat dengan tetap memperhatikan

keberlanjutan lingkungan hidup dan risiko bencana; pemantapan tata kelola pemerintahan

dan kondusivitas wilayah serta perbaikan kapasitas fiskal daerah.

Rekomendasi Kebijakan

Pemerintah agar terus mendukung sektor-sektor unggulan yang terbukti mampu bertahan di

masa pandemi dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.

Dukungan dapat diwujudkan dalam bentuk pengalokasian anggaran yang lebih besar pada

sektor unggulan tersebut.

Agar kebijakan fiskal yang tertuang dalam APBN dan APBD berjalan lebih efektif dan tercapai

tujuannya, maka upaya-upaya percepatan realisasi diharapkan terus dilakukan supaya tidak

kehilangan momentum. Selain itu, belanja kementerian/lembaga, belanja pemerintah daerah

agar dikombinasikan secara sinergis supaya memiliki dampak yang jauh lebih besar.

Page 15: Penanggungjawab - DJPb
Page 16: Penanggungjawab - DJPb
Page 17: Penanggungjawab - DJPb

Arah Kebijakan Pembangunan Jawa Tengah tahun 2020

adalah “Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Didukung

Peningkatan Kualitas Hidup Dan Kapasitas Sumber Daya

Manusia”, dengan target indikator Pertumbuhan Ekonomi

mencapai 5,4 – 5,7 persen dan Tingkat Kemiskinan 9,81 –

8,8. Jawa Tengah masih memiliki beberapa tantangan di

bidang infrastruktur pendukung konektivitas, pengentasan

kemiskinanan, pengangguran dan ketahanan pangan. Selain

itu, pemerintah juga berfokus dalam industri kreatif/usaha

mikro kecil dan menengah (UMKM); dan pengembangan

pariwisata yang merupakan penyumbang terbesar PDRB

Jawa Tengah.

Page 18: Penanggungjawab - DJPb

1

1.1. PENDAHULUAN

Penyelenggaraan pemerintahan bertujuan untuk mewujudkan keselarasan

antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil

dan merata. Tujuan ini berlaku, baik di tingkat pusat maupun di daerah, termasuk di

Jawa Tengah. Pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan di Jawa Tengah

harus didukung dengan unsur pembiayaan yang berasal dari penghimpunan

pendapatan maupun dari pengalokasian anggaran belanja, baik pada APBN maupun

APBD dari setiap Pemerintah Daerah di wilayah Jawa Tengah.

Sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan negara adalah Presiden.

Sedangkan, di daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota. Maka, dalam implementasi

kebijakan fiskal di Provinsi Jawa Tengah, diperlukan sinergi serta harmonisasi kebijakan

dan pengelolaan keuangan antara pusat dan daerah, agar tujuan dan sasaran

pembangunan di Jawa Tengah dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Kebijakan fiskal memiliki tiga fungsi utama, yakni sebagai alat alokasi, distribusi,

dan stabilisasi. Dalam hal ini, pemerintah pusat dan daerah memiliki tanggung jawab

dalam memastikan efektifitas pelaksanaannya. Melalui kebijakan fiskal yang efektif,

diharapkan mampu meningkatkan perbaikan dan kualitas indikator-indikator ekonomi

makro dan kesejahteraan di daerah. Dengan demikian, efektifitas kebijakan fiskal,

khususnya di Jawa Tengah, dapat terlihat dari perbaikan-perbaikan indikator makro

ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan di wilayah Jawa Tengah.

Sebagai alat untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan

masyarakat, maka hal pertama yang harus dilakukan bagi perumusan kebijakan fiskal

yang efektif dan efisien di Provinsi Jawa Tengah adalah perlu memetakan terlebih

BAB

I

SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH

Page 19: Penanggungjawab - DJPb

2

dahulu tantangan-tantangan yang dihadapi Jawa Tengah baik dari sisi ekonomi, sosial-

kependudukan, serta tantangan wilayahnya, sehingga intervensi kebijakan fiskal

melalui program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan yang dihadapi.

Dengan adanya pandemi covid-19, tahun 2020 menjadi ujian bagi implementasi

kebijakan fiskal dalam menanggulangi dampak pandemi khususnya dalam pemulihan

ekonomi. Hal ini terjadi baik di tingkat nasional maupun regional, termasuk di Jawa

Tengah. Sebagaimana dampak pandemi covid-19 secara nasional, efek pandemi juga

telah memberikan tantangan bagi Jawa Tengah dalam menatap masa depannya.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

Sebagai proses multidimensional, pembangunan melibatkan berbagai aspek.

Tujuan inti pembangunan adalah mewujudkan perubahan dalam struktur sosial, sikap,

mental dan kelembagaan ke arah yang lebih baik. Tujuan pembangunan ini mencakup

pula perubahan laju pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan, serta

mengatasi pengangguran dan kemiskinan.

1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2018 – 2023 tertuang visi pembangunan Jawa Tengah, yaitu: “Menuju

Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari; Tetep Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi”. Visi

ini mengandung makna, sebagai berikut:

a. Sejahtera, adalah masyarakat yang tercukupi segala kebutuhan dasarnya secara

adil dan merata, berprinsip pada perikemanusiaan dan perikeadilan.

b. Berdikari, merupakan sebuah tujuan agar masyarakat mampu memenuhi segala

kebutuhan dasarnya secara mandiri dan cukup.

c. Perwujudan masyarakat Jawa Tengah yang sejahtera dan berdikari dilandasi

semangat dan nilai utama Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi.

Terdapat empat misi pembangunan daerah sebagai upaya untuk mewujudkan visi

tersebut, yaitu:

a. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan guyub untuk

menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 20: Penanggungjawab - DJPb

3

b. Mempercepat reformasi birokrasi yang dinamis serta memperluas sasaran ke

pemerintahan kabupaten/kota.

c. Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja baru untuk

mengurangi kemiskinan dan pengangguran.

d. Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya dan

mencintai lingkungan.

Dalam RPJMD tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan

penekanan pada inklusivitas pembangunan yang berpusat pada rakyat, yang secara

implisit mengandung makna pembangunan yang berkeadilan dan merata. Strategi

umum pembangunan Jawa Tengah tahun 2018-2023 juga secara lebih tegas

menyatakan keberpihakannya kepada rakyat miskin melalui strategi pertumbuhan

ekonomi yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan.

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Pada tahun kedua pelaksanaan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023,

penyusunan dokumen RKPD Tahun 2020 tentu berpedoman pada RPJMD tersebut dan

mengacu pada RKP Tahun 2020 agar selaras dengan prioritas pembangunan nasional.

Pembangunan Jawa Tengah tahun 2020 diarahkan pada “Peningkatan Kesejahteraan

Masyarakat Didukung Peningkatan Kualitas Hidup Dan Kapasitas Sumber Daya

Manusia” dengan prioritas sebagai berikut:

a. Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran;

b. Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas sumber daya manusia Jawa Tengah;

c. Peningkatan kapasitas dan daya saing ekonomi rakyat dengan tetap

memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup dan risiko bencana;

d. Pemantapan tata kelola pemerintahan dan kondusivitas wilayah serta perbaikan

kapasitas fiskal daerah.

Prioritas pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2020 tersebut

dijabarkan lebih rinci dalam fokus pembangunan, sebagai berikut:

Page 21: Penanggungjawab - DJPb

4

PRIORITAS FOKUS PEMBANGUNAN

Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Penganguran

Penyediaan basic life access untuk penduduk miskin perkotaan dan perdesaan.

Penguatan sustainable livelihood (keberlanjutan perekonomian masyarakat).

Penguatan tugas dan fungsi kelembagaan penanggulangan kemiskinan

Penguatan SDM pengelola BDT

Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja

Perluasan kesempatan kerja

Peningkatan perlindungan, kepatuhan dan pengawasan tenaga kerja

Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas SDM Jawa Tengah

Perbaikan kualitas dan akses penyelenggaraan pendidikan secara luas

Meningkatkan upaya promotif, dan preventif dengan tetap melaksanakan upaya kuratif, dan rehabilitatif dalam pembangunan kesehatan

Peningkatan akses dan kualitas perlindungan perempuan dan anak

Penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan lanjut usia baik potensial maupun non potensial

Keterpaduan antar daerah dan sektor dalam upaya pengendalian kependudukan

Peningkatan kapasitas dan daya saing ekonomi rakyat dengan tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup dan risiko bencana

Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan, dan peternakan, serta kualitas produk pertanian

Meningkatkan produksi dan kualitas hasil perikanan

Optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya hutan kayu dan non kayu

Perwujudan ketahanan pangan dan daya saing pangan

Peningkatan produksi dan produktivitas usaha dan industri kecil dan menengah

Peningkatan eco socio tourism berbasis masyarakat (local based community) dan lingkungan hidup dengan mempertimbangkan potensi keunggulan spesifik Jawa Tengah

Perbaikan iklim dan kepastian investasi yang semakin kondusif

Peningkatan aksesibilitas dan keselamatan distribusi barang, jasa dan penumpang serta konektivitas antar daerah dan wilayah pengembangan

Peningkatan kualitas lingkungan

Peningkatan ketahanan daerah dalam penanggulangan bencana

Page 22: Penanggungjawab - DJPb

5

PRIORITAS FOKUS PEMBANGUNAN

Pemantapan tata Kelola pemerintahan dan kondusivitas wilayah serta perbaikan kapasitas fiskal daerah

Peningkatan pelayanan publik langsung kepada masyarakat (direct services), serta membangun pemerintahan yang terbuka (open government)

Peningkatan pemanfaatan dan perkembangan teknologi informasi dalam birokrasi

Peningkatan manajemen pemerintahan yang bersih dan akuntabel

Perwujudan sistem manajemen sumber daya aparatur yang baik dan efisiensi kelembagaannya

Peningkatan edukasi tentang keberagaman, toleransi, spiritualisme, kewarganegaraan dan kepanduan

Peningkatan penanganan dan koordinasi dengan berbagai pihak dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat

Dengan demikian, arah kebijakan, prioritas dan fokus pembangunan daerah

Provinsi Jawa Tengah tahun 2020 merupakan upaya untuk mencapai target sasaran

pembangunan tahun 2020, meliputi:

a. Pertumbuhan ekonomi antara 5,4 – 5,7 persen;

b. Inflasi pada angka 3 ± 1 persen;

c. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 72;

d. Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 4,33 persen;

e. Angka Kemiskinan turun menjadi 9,81 – 8,8 persen;

f. Indeks Gini sebesar 0,34;

g. Nilai Tukar Petani 102,42.

Tema pembangunan daerah Jawa Tengah tahun 2020 di atas telah sejalan

dengan tema pembangunan nasional yang menitikberatkan pada pembangunan

sumber daya manusia. Fokus pembangunan nasional tahun 2020 tertuang dalam RKP

2020 yang merupakan tahun pertama RPJMN 2020-2024. Tahun 2020 pembangunan

nasional mengambil tema “Peningkatan Sumber Daya Manusia untuk Pertumbuhan

Berkualitas”.

Adapun target sasaran pembangunan nasional tahun 2020 sebagai berikut:

a. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3-5,6 persen;

b. Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 4,8-5,1 persen;

Page 23: Penanggungjawab - DJPb

6

c. Angka kemiskinan sebesar 8,5-9,0 persen;

d. Rasio gini sebesar 0,375-0,380;

e. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 72,51.

Sumber : RKPD Prov. Jawa Tengah 2020, diolah, Februari 2021

1.3. TANTANGAN DAERAH

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

peran dalam menggerakkan perekonomian nasional. Dalam pelaksanaan

pembangunan dan mewujudkan sasaran pembangunan tahun 2020, Jawa Tengah

memiliki tantangan-tantangan yang harus direspon dengan kebijakan fiskal yang

selaras dan relevan.

1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah

Pada kondisi normal sebelum pandemi covid-19, selama rentang waktu lima

tahun, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah relatif stabil pada kisaran 5,2 - 5,4 persen,

bahkan selalu lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada angka

pertumbuhan, terlihat tren pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Secara

umum pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah didukung dengan pertumbuhan positif

seluruh lapangan usaha.

Namun, jika dibandingkan dengan lima provinsi di Pulau Jawa, dari sisi besaran

kontribusi bagi perekonomian nasional, Jawa Tengah masih di bawah DKI Jakarta, Jawa

Timur dan Jawa Barat. Angka kontribusi Jawa Tengah berada di bawah 10persen

Indikator Sasaran

Pembangunan

Target Sasaran

Jawa Tengah Target Sasasran Nasional

Pertumbuhan Ekonomi (persen)

5,4 – 5,7 5,3 – 5,5

Angka Kemiskinan (persen)

9,81 – 8,8 8,5 – 9,0

TPT (persen) 4,33 4,8 – 5,1

Rasio Gini 0,34 0,375 – 0,380

IPM 72,00 72,5

Tabel I.1 Keselarasan Sasaran Pembangunan Daerah Jawa Tengah Dengan Sasaran Pembangunan Nasional Tahun 2020

Page 24: Penanggungjawab - DJPb

7

terhadap perekonomian nasional. Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah juga lebih

rendah dibandingkan laju perekonomian Kawasan Jawa. Hal ini menjadi tantangan bagi

Jawa Tengah untuk dapat tumbuh lebih tinggi lagi, mengingat secara geografis, Jawa

Tengah berada di antara Jawa Barat dan Jawa Timur, sehingga memiliki potensi untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam peranannya menghubungkan kedua

wilayah tersebut.

Dilihat dari sisi permintaan/pengeluaran, komposisi PDRB Jawa Tengah tidak

banyak berubah. Perekonomian Jawa Tengah ditopang oleh konsumsi rumah tangga,

diikuti pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan pengeluaran konsumsi

pemerintah. Dengan karakteristik ini, seiring dengan upaya meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, maka tantangan sekaligus peluang bagi Jawa Tengah adalah

bagaimana meningkatkan konsumsi rumah tangga, termasuk bagaimana menarik

konsumsi rumah tangga dari luar Jawa Tengah.

Meski perekonomian Jawa Tengah didominasi oleh konsumsi rumah tangga dan

PMTB, namun pertumbuhan keduanya hanya berkisar 4-5 persen, sehingga perlu

dikembangkan potensi-potensi dari industri kreatif/usaha mikro kecil dan menengah

(UMKM), produk substitusi impor, dan tenaga kerja yang kompetitif.

Sementara itu, sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang terbesar

PDRB Jawa Tengah. Pengembangan kepariwisataan menjadi penting untuk

meningkatkan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja di Jawa Tengah.

Konsep pengembangan pariwisata Jawa Tengah menghubungkan segitiga emas

pariwisata Joglosemar yaitu Yogyakarta, Solo, dan Semarang, dengan Borobudur

sebagai daya tarik utama. Pengembangan Joglosemar tidak hanya terfokus pada tiga

daerah, namun juga termasuk daerah pengembangan di sekitarnya. Meskipun memiliki

potensi, Jawa Tengah masih menghadapi tantangan dalam pengembangannya. Ini

terlihat dari belum optimalnya destinasi pariwisata di Jawa Tengah. Bahkan sebelum

pandemi, wisatawan yang berkunjung ke destinasi pariwisata di Jawa Tengah

menunjukkan lama tinggal yang rendah, dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana

pariwisata, belum tertatanya atraksi, dan belum adanya konektivitas menuju kawasan

wisata.

Page 25: Penanggungjawab - DJPb

8

Tantangan lain yang dihadapi Jawa Tengah adalah persebaran perekonomian

masih belum merata. Industrialisasi masih terpusat pada beberapa kabupaten/kota.

Masih banyak daerah di Jawa Tengah yang bercorak agraris, yang sebenarnya bukanlah

masalah. Akan tetapi adanya beberapa daerah yang bercorak agraris dan nonagraris

telah menyebabkan tingginya ketimpangan daerah dan permasalahan pembangunan

yang kompleks. Meskipun ketimpangan di beberapa daerah mempunyai dampak

positif, yaitu dapat mendorong daerah lain yang kurang maju dan berkembang, tetapi

adanya ketimpangan dapat menyebabkan inefisiensi ekonomi, melemahnya stabilitas

sosial serta menciptakan persepsi ketidakadilan dalam masyarakat.

Pada sisi investasi, adanya relokasi pabrik dan pembangunan pabrik baru di

kawasan industri di Jawa Tengah menjadi harapan peningkatan investasi selain

pengembangan infrastruktur. Hal ini menjadi berkah bagi Jawa Tengah untuk semakin

mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas yang tidak hanya bertumpu

pada tumbuhnya konsumsi rumah tangga.

1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 (SP2020), penduduk Jawa Tengah pada

bulan September 2020 tercatat sebanyak 36,52 juta jiwa. Jumlah penduduk Jawa

Tengah terus mengalami peningkatan. Hasil SP2020 dibandingkan dengan SP2010

menunjukkan penambahan jumlah penduduk Jawa Tengah sebanyak 4,1 juta jiwa atau

rata-rata sebanyak 400 ribu setiap tahun.

Grafik I.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Tengah, 1961 - 2020

Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Page 26: Penanggungjawab - DJPb

9

Pada periode 2010-2020, laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah sebesar 1,17

persen per tahun. Terdapat percepatan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,80

persen poin jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode

2000-2010 yang sebesar 0,37 persen.

Sementara itu, persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) terus

meningkat sejak tahun 1971. Pada tahun 1971 proporsi penduduk usia produktif

sebesar 53,83 persen dari total populasi dan meningkat menjadi 70,60 persen di tahun

2020. Peningkatan tersebut menjadikan rasio ketergantungan menjadi semakin

rendah. Pada tahun 2020, tercatat bahwa setiap 100 penduduk usia produktif

(penduduk usia 1564 tahun) hanya menanggung sekitar 42 penduduk usia tidak

produktif (penduduk usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas).

Dengan demikian, Jawa Tengah menghadapi periode bonus demografi karena

70,60 persen penduduknya berada pada usia produktif. Kesempatan ini perlu

dimanfaatkan secara optimal untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan

meningkatkan kesejateraan masyarakat Jawa Tengah.

.

Hasil SP2020 membuktikan penduduk Jawa Tengah didominasi oleh Generasi Z,

Generasi Milenial, dan Generasi X. Proporsi Generasi Z 25,31 persen, Generasi Milenial

sebanyak 24,93 persen dan Generasi X 22,53 persen dari total populasi Jawa Tengah.

Grafik I.2 Komposisi Jumlah Penduduk Jawa Tengah Menurut Generasi, 2020

Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Page 27: Penanggungjawab - DJPb

10

Generasi Z, Milenial dan X ini merupakan kategori usia produktif yang dapat menjadi

peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Akan tetapi, bonus demografi mempunyai dua sisi mata uang. Jika lapangan

usaha yang ada saat ini tidak mampu menyerap sebagian besar dari penduduk usia

produktif, maka justru akan mendorong peningkatan instabilitas sosial dan politik.

Dengan kata lain, dengan banyaknya usia produktif maka persaingan antar pencari

kerja semakin meningkat padahal lapangan pekerjaan terbatas. Hal ini akan

berdampak pada meningkatnya kemiskinan dan pengangguran serta angka

kriminalitas.

Dari grafik di atas memperlihatkan pembangunan di Jawa Tengah telah

memberikan dampak yang positif dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat, salah

satunya tercermin dari peningkatan umur harapan hidup penduduk Jawa Tengah.

Konsekuensinya adalah terjadi peningkatan persentase penduduk lanjut usia atau

lansia (60 tahun ke atas). Persentase penduduk lansia Jawa Tengah meningkat menjadi

12,15 persen di tahun 2020 dari 10,34 persen pada 2010. Sehingga, pada tahun 2020

Jawa Tengah berada dalam masa transisi menuju era ageing population yaitu ketika

persentase penduduk usia 60 tahun ke atas mencapai lebih dari 10 persen. Kondisi ini

selaras dengan fenomena beberapa daerah di Jawa Tengah sebagai tempat atau kota

Grafik I.3 Persentase Penduduk Lansia Jawa Tengah

Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Page 28: Penanggungjawab - DJPb

11

pilihan bagi banyak orang untuk menghabiskan masa pensiun. Hal ini tentu akan

menjadi tantangan bagi Jawa Tengah dalam menangani penduduk usia lanjut tersebut.

Meskipun Jawa Tengah berada dalam kesempatan untuk dapat memetik bonus

demografi, tetapi Jawa Tengah harus mulai mempersiapkan diri untuk memasuki masa

transisi menuju ageing population. Pemerintah perlu mulai mempersiapkan kebijakan-

kebijakan pembangunan yang responsif terhadap kondisi kependudukan di Jawa

Tengah. Jika penduduk lansia tersebut memiliki kesehatan, pendidikan, dan

keterampilan yang memadai, serta dapat terus berkontribusi dalam perekonomian,

maka kelompok penduduk ini berpeluang membuka pintu kesempatan untuk Jawa

Tengah memperoleh bonus demografi kedua di masa yang akan datang.

1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah

Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah berada diantara dua kota

metropolitan yaitu DKI Jakarta dan Surabaya. DKI Jakarta sebagai pintu gerbang utama

menuju negara Indonesia, sedangkan Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar

kedua setelah DKI Jakarta dan dikatakan sebagai pintu gerbang wilayah timur. Maka

dalam konstelasi regional Jawa Tengah memiliki peran yang sangat strategis sebagai

penghubung antara dua kota metropolitan.

Jawa Tengah terdiri dari 29 (dua puluh sembilan) kabupaten dan 6 (enam) kota,

serta memiliki 573 kecamatan yang meliputi 7.809 desa dan 750 kelurahan. Banyaknya

jumlah kelurahan/desa ini menjadikan Jawa Tengah sebagai provinsi dengan jumlah

kelurahan/desa terbanyak di Indonesia. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi Jawa

Tengah dalam memantau dan mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan desa,

khususnya terkait dana desa.

Topografi wilayah Jawa Tengah memiliki relief yang beragam, yaitu dataran,

landai, bergelombang, perbukitan, hingga pegunungan terjal. Secara geomorfologis,

Jawa Tengah memiliki segmen perbukitan diantaranya: (1) Perbukitan Serayu Utara

dan Selatan di bagian barat Jawa Tengah, (2) Perbukitan kapur Kendeng,

Randublatung, dan Rembang di bagian timur laut Jawa Tengah yang terhubung hingga

ke Jawa Timur dengan potensi galian tambang batu kapur dan gamping, dan (3)

Perbukitan karst yang mengandung batuan karbonat gamping berada di Karst

Page 29: Penanggungjawab - DJPb

12

Karangbolong (selatan Kebumen) serta Karst Gunungsewu (selatan Wonogiri). Kedua

perbukitan karst ini berpotensi dikembangkan untuk sektor pendidikan (penelitian)

dan pariwisata.

Berdasarkan profil geomorfologis, Jawa Tengah dipengaruhi oleh aktivitas

vulkanik gunung api kuarter yang tersebar di bagian tengah sebelah barat, yaitu

gunung api aktif seperti: Gunung Slamet, Gunung Sindoro-Sumbing, Kompleks Vulkanik

Dieng, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Andong-Telomoyo, serta gunung tidak aktif

seperti Gunung Lawu dan Gunung Ungaran. Selain itu, terdapat gunung api purba yang

berlokasi jauh di utara dan terpisah dari rangkaian gunung api lainnya, yakni Gunung

Muria dan Gunung Lasem.

Proses vulkanik gunung api di bagian tengah mendorong terbentuknya material

tanah yang subur dan kaya kandungan mineral sehingga berpotensi untuk mendukung

pengembangan pertanian dan perkebunan di Jawa Tengah. Kekayaan sumber daya

alam akibat aktivitas vulkanik direpresentasikan dengan munculnya potensi mata air

panas hingga panas bumi untuk pembangkit listrik yang saat ini dimanfaatkan

khususnya di Dataran Tinggi Dieng.

Aktivitas gunung api juga memicu terbentuknya mata air yang menjadi sumber

air baku sungai-sungai besar di Jawa Tengah, seperti: Sungai Serayu, Sungai Bengawan

Solo. Keberadaan aliran sungai di Jawa Tengah berfungsi pula untuk mendukung suplai

air tanah dengan debit yang beragam, sebagai sumber daya air baku permukaan,

pemenuhan kebutuhan irigasi, dan pembangkit listrik pada bendungan-bendungan.

Berdasarkan data topografi dan geomorfologis di atas serta dilihat dari aspek lain

yang terkait, seperti klimatologi, geografi dan geologi, Jawa Tengah memiliki

kerentanan wilayah yang cukup tinggi terhadap bencana. Dengan indikasi

permasalahan fenomena geologi yang semakin dinamis, perubahan iklim yang ekstrim

dan tingginya degradasi lingkungan, potensi rawan bencana alam diprediksi akan

semakin meningkat. Potensi bencana alam yang masih menjadi perhatian antara lain:

banjir, kekeringan, gempa bumi, tanah longsor, angin puting beliung, letusan gunung

berapi dan tsunami.

Page 30: Penanggungjawab - DJPb

13

Dari 35 kabupaten/kota terdapat 17 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang

memiliki indeks risiko bencana tinggi, diantaranya Purworejo, Tegal, Brebes dan

Banyumas. Selebihnya termasuk kategori risiko bencana sedang.

Namun demikian, dengan melihat kondisi fisik wilayah Jawa Tengah, dalam

rangka mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan ekonomi, Jawa Tengah

memiliki potensi antara lain:

a. Sektor Pertanian dan Industri

Dengan posisi Jawa Tengah yang strategis, berada diantara Jawa Barat dan Jawa

Timur, memiliki ketersediaan lahan untuk dikembangkan antara lain lahan

pertanian dan kehutanan yang produktif, serta ketersediaan sumber daya

manusia dengan upah tenaga kerja yang kompetitif.

b. Konektivitas Jalur Arteri Primer Pantai Utara (Pantura) dan Pantai Selatan

(Pansela) Jawa

Konektivitas Jawa Tengah didukung adanya jalur Arteri Primer Pantura dan Arteri

Primer Pansela Jawa yang membuka potensi untuk pengembangan Jawa Tengah

sebagai salah satu pusat logistik barang dan jasa.

Gambar I.1 Peta Indeks Risiko Bencana Jawa Tengah

Sumber : BNPB, 2020

Page 31: Penanggungjawab - DJPb

14

c. Simpul Transportasi Udara

Keberadaan infrastruktur transportasi udara di Jawa Tengah didukung oleh dua

bandara internasional (Ahmad Yani Semarang dan Adi Soemarmo Boyolali) dan

dua bandara lokal (Tunggulwulung Cilacap dan Dewadaru Karimunjawa Jepara)

dapat memperkuat konektivitas antar kawasan, termasuk kemajuan sektor

kepariwisataan, industri dan perdagangan di Jawa Tengah.

d. Simpul Transportasi Laut

Transportasi Laut di Jawa Tengah didukung oleh Pelabuhan Tanjung Mas

Semarang sebagai Pelabuhan Utama, Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap dan

Pelabuhan Tegal sebagai Pelabuhan Pengumpul, dan Pelabuhan Pengumpan

Regional (seperti: Batang, Sluke Rembang, Tasik Agung Rembang, Juwana Pati,

Jepara, Karimunjawa, Legon Bajak dan Kendal), serta pelabuhan lokal (seperti:

Brebes, Pekalongan, dan Pemalang). Keberadaan infrastruktur transportasi laut

dapat memperkuat konektivitas dan sistem logistik antar wilayah.

1.3.4. Tantangan Daerah

Sebagai Dampak COVID-19

Mulai akhir Maret 2020,

Pemerintah Daerah dan

masyarakat di Jawa Tengah

harus menghadapi tantangan

baru berupa pandemi Covid-19

yang terus meluas. Penyebaran

Covid-19 yang sangat cepat dan

luas menyebabkan seluruh

daerah di Jawa Tengah harus

melakukan Pembatasan Sosial

atau Pembatasan Kegiatan

Masyarakat.

Menjelang akhir tahun

2020, Jawa Tengah mencatat

Tabel I.2 Data Zona Merah Covid-19 di Jawa Tengah

Sumber : situs corono.jatengprov.go.id per 31/12/2020

No Kab/Kota Terkonfirmasi Kenaikan TPT

1 Kab Magelang 4.418 1,15

2 Kebumen 4.116 1,31

3 Kendal 3.985 1,25

4 Banyumas 3.793 1,79

5 Jepara 3.719 3,73

6 Sragen 2.720 1,41

7 Kota Tegal 2.656 0,33

8 Sukoharjo 2.545 3,53

9 Pemalang 2.529 1,14

10 Karanganyar 2.313 2,81

11 Batang 2.139 2,76

12 Kota Surakarta 1.998 3,74

13 Purbalingga 1.865 1,32

14 Rembang 1.463 1,14

15 Brebes 1.415 2,40

16 Wonogiri 1.182 1,73

17 Grobogan 1.081 0,91

Page 32: Penanggungjawab - DJPb

15

zona merah Covid-19 di 17 kabupaten/kota dan sisanya 18 daerah di provinsi ini

berstatus zona oranye. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, per 31 Desember

2020, jumlah kasus Covid-19 di Jawa Tengah sebanyak 81.716 orang, jumlah kasus

sembuh 54.409 orang dan jumlah kasus meninggal mencapai 3.562 orang.

Tidak berbeda dengan ekonomi nasional, perekonomian Jawa Tengah juga

terkena dampak negatif Covid-l9. Dampak negatif dirasakan oleh hampir semua pelaku

ekonomi. Pendapatan dan konsumsi masyarakat turun tajam sebagai akibat

pembatasan pergerakan masyarakat. Investasi mengalami penurunan sebagai akibat

terganggunya neraca keuangan perusahaan karena turunnya penerimaan dan

terhentinya beberapa aktivitas produksi. Perdagangan ekspor-impor terdampak akibat

rendahnya aktivitas perdagangan di tingkat global yang juga menyebabkan turunnya

harga komoditas. Tidak hanya itu, kesehatan sektor keuangan di Jawa Tengah juga

menurun, seiring dengan meningkatnya non performing loan (NPL). Berbagai gangguan

tersebut berdampak pada sasaran makro dan pembangunan di Jawa Tengah.

Pembatasan pergerakan masyarakat juga mengakibatkan penurunan

produktivitas tenaga kerja di industri maupun perkantoran, serta penurunan indikator

makro ekonomi nasional, di antaranya konsumsi dan produksi rumah tangga, investasi

riil, ekspor dan impor, dan penyerapan tenaga kerja. Gejolak perekonomian ini

berdampak pada penurunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jawa Tengah,

yang merupakan salah satu zona merah Covid-19.

Sektor pariwisata yang digadang-gadang dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah juga terdampak dengan penurunan kunjungan wisatawan baik

domestik maupun mancanegara, selain karena adanya penutupan lokasi wisata untuk

pencegahan penyebaran Covid-19.

Pandemi Covid-19 juga menyebabkan risiko penurunan elastisitas penciptaan

lapangan kerja baru terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga pengangguran relatif

lebih tinggi dari baseline. Sistem produksi yang tidak berjalan optimal dan membebani

biaya menyebabkan sebagian perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja. Hal

ini telah menyebabkan adanya tambahan angka pengangguran dan tingkat

pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Tengah mengalami kenaikan. Pandemi Covid-19

Page 33: Penanggungjawab - DJPb

16

juga berdampak pada kebijakan pengetatan bahkan pelarangan mobilitas warga

negara Indonesia (WNI) dari dan ke luar negeri. Kondisi ini memunculkan problem

ekonomi dan sosial daerah-daerah di Jawa Tengah yang sebagian masyarakatnya

bergantung sebagai TKI.

Berdasarkan kondisi yang terjadi pada tahun 2020, terdapat beberapa tantangan

utama lainnya yang dihadapi Jawa Tengah atas pengaruh pandemi Covid-19.

Pertama, motor penggerak utama perekonomian Jawa Tengah mengalami tekanan,

dimana sektor perdagangan, industri dan konstruksi tumbuh negatif.

Kedua, daya beli dan permintaan masyarakat masih lemah. Indeks keyakinan

konsumen, indeks penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja menurun.

Ketiga, Jawa Tengah seperti juga sejumlah provinsi lain di Indonesia, masih

menghadapi tantangan besar dalam menekan kasus stunting anak. Pandemi virus

corona telah memperberat upaya itu, antara lain karena munculnya kekhawatiran

akan bahaya virus corona terhadap ibu dan balita sewaktu mengakses layanan

kesehatan.

Keempat, penuaan penduduk yang dialami Jawa Tengah tentu menimbulkan

tantangan tersendiri di masa Pandemi Covid-19. WHO menyatakan bahwa penduduk

lanjut usia merupakan kelompok paling rentan terpapar Covid-19. Kerentanan ini

terjadi karena melemahnya daya tahan tubuh serta adanya penyakit degeneratif

seperti jantung, hipertensi, dan diabetes. Persentase kematian penduduk lanjut usia

akibat COVID-19 merupakan persentase tertinggi dibandingkan dengan kelompok

umur lainnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyediakan jaminan kesehatan bagi

penduduk lanjut usia.

Sebagai upaya penanganan dampak pandemi, Pemerintah Provinsi Jateng

melakukan berbagai inovasi mendorong pulihnya kegiatan perekonomian dan

percepatan penyaluran stimulus ekonomi dengan baik dan tepat sasaran, termasuk

percepatan belanja konsumsi pemerintah baik dari belanja dana APBN maupun APBD.

Inovasi dalam penanganan Covid-19 tersebut antara lain: Jogo Tonggo, Njagani

Plesiran, Sekola tanpa Sekat, Rumah Sakit Tanpa Dinding, Lumbung Desa dan Surat

Edaran Gubernur untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

Page 34: Penanggungjawab - DJPb

17

Sementara itu, jika lebih dalam memperhatikan dampak pandemi terhadap

peningkatan TPT, dapat dibandingkan kenaikan TPT antar Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah. Kenaikan TPT dihitung dengan cara TPT tahun 2020 dikurangi TPT 2019. Dari

tabel di atas menunjukan bahwa di Kota Tegal angka kenaikan TPT paling kecil sebesar

0,33, sedangkan kenaikan TPT tertinggi terjadi di Kota Semarang yang mencapai 5,03.

Tabel I.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten Kota di Jawa Tengah (Persen)

Sumber : BPS, diolah Feb 2021

No Kab/Kota 2019 2020 Growth

1 Kota Tegal 8,07 8,40 0,33

2 Kabupaten Temanggung 2,99 3,85 0,86

3 Kabupaten Grobogan 3,59 4,50 0,91

4 Kabupaten Blora 3,89 4,89 1,00

5 Kabupaten Pati 3,74 4,74 1,00

6 Kabupaten Purworejo 2,96 4,04 1,08

7 Kabupaten Pemalang 6,50 7,64 1,14

8 Kabupaten Rembang 3,69 4,83 1,14

9 Kabupaten Magelang 3,12 4,27 1,15

10 Kabupaten Kendal 6,31 7,56 1,25

11 Kota Pekalongan 5,77 7,02 1,25

12 Kabupaten Kebumen 4,76 6,07 1,31

13 Kabupaten Purbalingga 4,78 6,10 1,32

14 Kabupaten Banjarnegara 4,47 5,86 1,39

15 Kabupaten Sragen 3,34 4,75 1,41

16 Kabupaten Tegal 8,21 9,82 1,61

17 Kabupaten Kudus 3,86 5,53 1,67

18 Kabupaten Wonogiri 2,54 4,27 1,73

19 Kabupaten Cilacap 7,31 9,10 1,79

20 Kabupaten Banyumas 4,21 6,00 1,79

21 Kabupaten Demak 5,46 7,31 1,85

22 Kabupaten Wonosobo 3,47 5,37 1,90

23 Kabupaten Klaten 3,55 5,46 1,91

24 Kabupaten Semarang 2,58 4,57 1,99

25 Kabupaten Boyolali 3,12 5,28 2,16

26 Kabupaten Brebes 7,43 9,83 2,40

27 Kabupaten Pekalongan 4,43 6,97 2,54

28 Kabupaten Batang 4,16 6,92 2,76

29 Kabupaten Karanganyar 3,15 5,96 2,81

30 Kota Salatiga 4,43 7,44 3,01

31 Kabupaten Sukoharjo 3,40 6,93 3,53

32 Kabupaten Jepara 2,97 6,70 3,73

33 Kota Surakarta 4,18 7,92 3,74

34 Kota Magelang 4,43 8,59 4,16

35 Kota Semarang 4,54 9,57 5,03

Page 35: Penanggungjawab - DJPb

18

Dilihat dari sumber data, TPT tahun 2020 tersebut dirilis BPS pada bulan Agustus

2020. Sebagaimana uraian dampak pandemi di atas, pandemi covid-19 telah

mengakibatkan kenaikan angka pengangguran, dengan adanya kenaikan TPT. Apakah

kondisi pandemi di suatu daerah dapat menentukan berapa angka kenaikan TPT?

Untuk mengetahui bagaimana korelasi antara jumlah kasus covid di suatu daerah dan

kenaikan TPT, dapat dilihat pada tabel exercise sederhana.

Data zona covid pada tabel di atas merupakan data per 1 September 2020, yang

merupakan kondisi sampai dengan akhir Agustus 2020. Berdasarkan data tersebut, di

Jawa Tengah terdapat 3 kabupaten/kota berzona merah, 21 zona oranye dan 11

Tabel I.4 Perbandingan Zona Covid dan Kenaikan TPT di Jawa Tengah

No Kab/Kota Zona Covid

Indeks

Zona

Covid

Kenaikan TPT

(Angka

Pembulatan)

Average

Per Zona

1 Surakarta Merah 3 4

2 Kota Semarang Merah 3 5

3 Kudus Merah 3 2

4 Boyolali Oranye 2 2

5 Demak Oranye 2 2

6 Karanganyar Oranye 2 3

7 Purworejo Oranye 2 1

8 Magelang Oranye 2 1

9 Pati Oranye 2 1

10 Banyumas Oranye 2 2

11 Klaten Oranye 2 2

12 Jepara Oranye 2 4

13 Temanggung Oranye 2 1

14 Kota Magelang Oranye 2 4

15 Kebumen Oranye 2 1

16 Rembang Oranye 2 1

17 Kendal Oranye 2 1

18 Batang Oranye 2 3

19 Kota PekalonganOranye 2 1

20 Semarang Oranye 2 2

21 Grobogan Oranye 2 1

22 Salatiga Oranye 2 3

23 Sragen Oranye 2 1

24 Pekalongan Oranye 2 3

25 Wonosobo Kuning 1 2

26 Sukoharjo Kuning 1 4

27 Wonogiri Kuning 1 2

28 Kota Tegal Kuning 1 0

29 Pemalang Kuning 1 1

30 Tegal Kuning 1 2

31 Purbalingga Kuning 1 1

32 Brebes Kuning 1 2

33 Blora Kuning 1 1

34 Cilacap Kuning 1 2

35 Banjarnegara Kuning 1 1

3

2

2

Page 36: Penanggungjawab - DJPb

19

daerah berzona kuning. Pengambilan data zona covid tersebut sejalan atau setidaknya

mendekati keselarasan waktu dengan rilis data TPT, yaitu pada bulan Agustus 2020.

Zona covid yang terdiri dari merah (tinggi), oranye (sedang) dan kuning (rendah)

diberikan angka indeks 1-3. Semakin besar angkanya, menunjukkan jumlah kasus pada

daerah tersebut terhitung tinggi atau masuk dalam zona merah. Pada masing-masing

zona kemudian dihitung rata-ratanya dan mengindikasikan beberapa fenomena:

a. Pada zona merah, rata-rata kenaikan TPT sebesar 3, sejalan dengan indeks zona

covid dengan angka 3.

b. TPT pada zona oranye dan kuning mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2.

Artinya, baik pada kondisi rendah maupun sedang, kebijakan penanganan covid

yang dilakukan pemerintah memiliki kesamaan yang berdampak pada kenaikan

TPT yang sama.

c. Perbedaan zona covid pada suatu daerah menentukan kenaikan TPT. Semakin

merah kondisi suatu daerah, maka semakin tinggi kenaikan TPT-nya. Hal ini

terjadi karena adanya kebijakan yang selama ini dilakukan untuk mencegah

penyebaran virus. Pada daerah dengan zona merah diterapkan pengetatan

pembatasan sosial atau kegiatan masyarakat. Beberapa unit usaha yang secara

nature mengakibatkan kerumunan dilakukan penutupan. Akibatnya, kegiatan

ekonomi terhenti dan terjadi pemutusan hubungan kerja.

Dengan demikian, tantangan yang dihadapi pemerintah daerah adalah

bagaimana mencegah kenaikan kasus covid di daerahnya dan menerapkan

kebijakan pembatasan yang relevan sesuai dengan kondisi atau zona covid untuk

mencegah bertambahnya angka pengangguran.

Sebagai catatan, penelitian di atas memiliki keterbatasan data dan hanya

memotret wilayah Jawa Tengah. Untuk menghasilkan analisis dan kesimpulan yang

lebih signifikan, data penelitian perlu diperluas dan memperhitungkan variabel lainnya.

Page 37: Penanggungjawab - DJPb

Perekonomian Jawa Tengah untuk pertama kalinya sejak tahun 2010 mengalami

kontraksi sebesar -2,65 persen yang merupakan dampak pandemi Covid-19. Tekanan

kontraksi ekonomi Jawa Tengah tertahan oleh andil positif terbesar dari lapangan

usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang menyumbang pertumbuhan sebesar

0,80 persen. Persentase penduduk miskin di Jawa Tengah pada September 2020

sebesar 11,84 persen, meningkat 1,26 persen poin dibanding periode yang sama tahun

lalu. Dengan pendapatan perkapita Jawa Tengah Rp38,60 juta, tingkat ketimpangan

(Gini Rasio) berada di level (0,39)

Page 38: Penanggungjawab - DJPb

20

2.1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL

2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto

Selama kurun waktu

2014-2019, ekonomi Jawa

Tengah tumbuh rata-rata

diatas 5 persen. Pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah tercatat

selalu lebih tinggi dibanding

pertumbuhan ekonomi

nasional. Namun pandemi

covid-19 yang terjadi sepanjang tahun 2020 secara nyata mempengaruhi kondisi

perekonomian di seluruh Indonesia tak terkecuali Jawa Tengah. Pembatasan aktivitas

sosial membuat tendensi melakukan konsumsi menjadi lemah. Selain itu, dengan

tingkat permintaan yang rendah, aktivitas produksi menjadi menurun sehingga

pendapatan menjadi terbatas.

Perekonomian Jawa Tengah untuk pertama kalinya sejak tahun 2010 mengalami

kontraksi sebesar -2,65 persen. Kinerja perekonomian Jawa Tengah tahun 2020 yang

diukur dari laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mengalami

pertumbuhan -6,20 persen (c-to-c), lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Nasional

2020 yang sebesar -2,07 persen. Secara nominal atau Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

PDRB Jateng 2020 mencapai Rp1.348.600,40 miliar dan Rp965.629,09 miliar (ADHK).

a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Triwulan II 2020 menjadi periode paling berat bagi perekonomian Jawa Tengah

dan Indonesia di tengah wabah covid-19. Kebijakan New Normal (perubahan perilaku

untuk tetap menjalankan aktivitas seperti biasa namun dengan selalu menerapkan

Grafik II.1 Pertumbuhan Ekonomi Jateng dan Nasional Tahun 2014-2020 (y-on-y/%)

Sumber: BPS. Jateng, Nasional, diolah, Feb 2021

BAB

II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

Page 39: Penanggungjawab - DJPb

21

protokol kesehatan) di

tengah pandemi covid-19

yang mulai diterapkan pada

awal bulan Juni 2020 cukup

berpengaruh terhadap

perbaikan perekonomian

Jawa Tengah. Hal ini ditandai

dengan pertumbuhan

ekonomi y-on-y yang awalnya

terkontraksi sebesar -5,91

persen pada Triwulan II-2020 menjadi -3,79 persen pada Triwulan III-2020 dan -3,34

persen pada Triwulan IV-2020. Dibandingkan dengan perekonomian pada Triwulan IV-

2019, pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah

pada Triwulan IV-2020

(y-on-y) yang tercatat -

3,34 persen merupakan

andil dari lapangan

usaha Industri

Pengolahan yang

menyebabkan kontraksi terbesar, yaitu -1,28 persen. Jika dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi seluruh Kawasan Jawa, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah

tahun 2020 terendah kedua setelah DIY.

b. PDRB Sisi Lapangan Usaha (LU)

Pada Triwulan IV-2020, struktur PDRB Jawa Tengah menurut lapangan usaha

(ADHB) masih didominasi oleh empat lapangan usaha utama, yaitu Industri

Pengolahan (34,67 persen); Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor (13,79 persen); Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (12,85 persen);

dan Konstruksi (10,93 persen).

Gambar II.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Jawa Tahun 2020

Sumber: BPS. Jateng, Nasional, diolah, Feb 2021

Grafik II.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jateng dan Nasional Tahun 2018-2020 (q-to-q/%)

Sumber: BPS. Jateng, Nasional, diolah, Feb 2021

Page 40: Penanggungjawab - DJPb

22

Adanya pandemi covid-19, sebelas kategori lapangan usaha mengalami kontraksi

dan hanya enam kategori yang mengalami pertumbuhan positif. Tekanan kontraksi

ekonomi Jawa Tengah tertahan oleh andil positif dari lapangan usaha Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan yang

menyumbang pertumbuhan sebesar

0,80 persen; Informasi dan

Komunikasi sebesar 0,78 persen;

dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial sebesar 0,08 persen.

Sedangkan transportasi dan

Pergudangan merupakan lapangan

usaha yang mengalami kontraksi

terdalam yaitu sebesar -33,15

persen. Segala bentuk kebijakan

pemerintah untuk mengurangi penyebaran Covid-19 selama tahun 2020 mulai dari

Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM), Work From Home (WFH), Study From Home

(SFH), pelarangan mudik, dan pembatasan transportasi selama perayaan hari besar

menekan kinerja seluruh lapangan usaha, utamanya Transportasi dan Pergudangan

yang bergantung pada mobilitas masyarakat.

Lapangan usaha lain yang juga mengalami kontraksi cukup dalam meliputi Jasa

Lainnya (-8,01 persen) serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (-7,98) persen.

Sementara lapangan usaha yang mampu mencatatkan pertumbuhan tertinggi

sepanjang tahun 2020 adalah Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 15,65

persen. Percepatan pertumbuhan ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan

masyarakat terhadap paket data untuk menunjang pelaksanaan WFH dan SFH serta

agenda meeting dan conference yang dilakukan secara daring, disamping peningkatan

akses informasi terhadap berita online yang menyangkut covid-19.

c. PDRB Menurut Pengeluaran

Komponen Impor Barang dan Jasa terkontraksi paling dalam sebesar -14,82

persen. Namun komponen impor barang dan jasa sebagai komponen pengurang PDRB,

Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021

Grafik II.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2014 - 2020

Page 41: Penanggungjawab - DJPb

23

sehingga kontraksi pada komponen ini berfungsi sebagai penahan laju kontraksi PDRB

agar tidak lebih dalam. Komponen Ekspor Barang dan Jasa serta komponen PMTB

terkontraksi paling dalam

selama tiga triwulan terakhir

dalam tahun 2020, Triwulan

IV-2020 masing-masing

terkontraksi sebesar 13,84

persen dan 6,98 persen.

Komponen lainnya yaitu

Pengeluaran Konsumsi

Pemerintah (PKP),

Pengeluaran Konsumsi

Lembaga NonProfit yang Melayani Rumah Tangga (PKLNPRT) dan Pengeluaran

Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) mengalami kontraksi. Dari sisi penciptaan sumber

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah Tahun 2020, komponen PMTB menjadi

komponen yang menyumbang kontraksi paling dalam. Penundaan berbagai proyek

pembangunan baik dari swasta maupun pemerintah karena pandemi covid-19 dan

pengalihan belanja pemerintah menyebabkan tertekannya pertumbuhan komponen

PMTB dan komponen PKP.

d. PDRB Per Kapita

Trend PDRB perkapita Jawa Tengah dari tahun 2014 s.d. 2019 menunjukkan

kenaikan. Namun pada tahun 2020 terjadi penurunan PDRB per kapita akibat adanya

pandemic covid-19 yang

menyebabkan

meningkatnya

kemiskinan dan

pengangguran. Jika

dibandingkan dengan

PDB per kapita nasional

yang mencapai Rp 56,90

Grafik II.4 Sumber Pertumbuhan PDRB Tahunan Menurut Pengeluaran Tahun 2014 – 2020

Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021

Grafik II.5 PDRB Per Kapita Jawa Tengah & Nasional (Jutaan Rp)

Rupiah)

Sumber: BPS. Jateng, Nasional, diolah Feb

2021

Page 42: Penanggungjawab - DJPb

24

juta, posisi PDRB per kapita Jawa Tengah masih rendah dengan gap yang cukup jauh

dan cenderung konstan. Laju pertumbuhan ekonomi belum cukup untuk mengurangi

kesenjangan pendapatan perkapita Jawa Tengah dari angka rata-rata nasional. Selama

periode 2014 s.d. 2020, PDRB perkapita mengalami penurunan meskipun pada tahun

2018 mulai meningkat lagi namun tahun 2019 kembali turun dan pada tahun 2020

tumbuh sebesar -1,63 persen.

2.1.2. Suku Bunga

Bank Indonesia (BI) menempuh pelonggaran kebijakan moneter untuk

mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan tetap menjaga stabilitas

perekonomian. Kondisi

inflasi yang tetap rendah

dan stabilitas eksternal

yang dalam

perkembangannya kembali

terkendali, menjadi

pertimbangan BI untuk

melakukan pelonggaran

kebijakan moneter.

Pelonggaran kebijakan moneter salah satunya dilakukan dengan menurunkan suku

bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Sepanjang 2020, BI

menurunkan suku bunga kebijakan BI7DRR sebanyak 5 (lima) kali menjadi 3,75%,

terendah sepanjang sejarah. Keputusan penurunan suku bunga dilakukan secara

terukur dan bertahap dengan mempertimbangkan inflasi dan menjaga daya saing aset

keuangan domestik serta stabilitas eksternal. Adanya kebijakan ini, laju inflasi Jawa

Tengah meskipun mengalami kenaikan namun masih dapat terkendali.

2.1.3. Inflasi

Inflasi tahun 2020 di Jawa Tengah tercatat sebesar 1,56 persen dengan Indeks

Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,51. Capaian angka tersebut lebih rendah dari

nasional (1,68 persen), namun masih tetap terjaga pada target sasaran inflasi nasional

Grafik II.6 BI-7Day-RR dan Laju Inflasi Jawa Tengah 2020

Sumber :BI, diolah, Februari 2020

Page 43: Penanggungjawab - DJPb

25

sebesar 3±1%. Dalam lima

tahun terakhir (2016-

2020), pola inflasi tahunan

Jawa tengah cukup

fluktuatif dengan tren

cenderung menurun.

Tingkat inflasi tahun ke

tahun Desember 2020 terhadap Desember 2019 sebesar 1,56 persen, lebih rendah

dibandingkan inflasi tahun ke tahun Desember 2019 terhadap Desember 2018 sebesar

2,81 persen maupun

inflasi tahun ke tahun

Desember 2018

terhadap Desember

2017 sebesar 2,82

persen. Sepanjang tahun

2020 di Jawa Tengah,

inflasi terjadi sebanyak 9

kali dan deflasi sebanyak 3 kali (April, Juli dan Agustus). Dari enam kota IHK di Jawa

Tengah, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Tegal sebesar

0,56 persen dengan IHK sebesar

106,26.

Perkembangan harga di tingkat

konsumen pada Desember 2020

melanjutkan tren inflasi tercatat

sebesar 0,46% (m-to-m) yang

terutama dipengaruhi oleh

tekanan inflasi pangan. Dilihat

dari per komponen, volatile food

mengalami peningkatan yang signifikan karena adanya kenaikan permintaan terhadap

komoditas pangan.

Grafik II.8 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah (m-to-m)

Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021

Grafik II.7 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan Nasional (y-o-y)

Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021

Gambar II.2 Komoditas Penyumbang dan Penahan Inflasi di Jawa Tengah Tahun 2020

Sumber: BPS. Jateng, Feb 2021

Page 44: Penanggungjawab - DJPb

26

2.1.4. Nilai Tukar

Tren nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada periode akhir

tahun 2020 mengalami penguatan seiring dengan sentimen positif di pasar keuangan

karena perkembangan positif

pengembangan vaksin.

Rupiah sempat tertekan

hingga mencapai Rp16.575

per dolar AS pada 23 Maret

2020. Nilai tukar Rupiah

terhadap dolar Amerika

Serikat pada 30 Desember

2020 berada pada posisi

Rp14.051/USD. Rata-rata nilai tukar Rupiah sepanjang tahun 2020 tercatat sebesar

Rp14.576,8/USD. Asumsi nilai tukar pada APBN ditetapkan sebesar Rp14.400,-

sehingga meskipun sempat tertekan di awal tahun, nilai tukar rupiah pada akhir tahun

berada di bawah asumsi.

Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sedikit banyak berpengaruh

terhadap nilai ekspor. Nilai total Ekspor Jawa Tengah selama tahun 2020 tercatat

US$8.093,38 juta, turun dibanding tahun 2019 yang mencapai US$8.516,70 juta.

Sedangkan nilai impor Jawa Tengah selama tahun 2020 tercatat US$8.719,80 juta,

lebih rendah dibanding

tahun lalu yang sebesar

US$12.567,62 juta.

Penurunan ini

dikarenakan terjadi

penurunan impor migas

maupun non migas.

Turunnya impor

komponen migas,

disebabkan oleh

Grafik II.9 Volatilitas Nilai Tukar Harian dan Bulanan

Sumber: BI, Feb 2021

Grafik II.10 Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan Jawa Tengah

Sumber: BPS Jateng, Feb 2021

Page 45: Penanggungjawab - DJPb

27

penurunan minyak mentah. Sehingga Neraca perdagangan Jawa Tengah tercatat

defisit US$626,42 juta, lebih rendah dibanding tahun 2019 yang sebesar US$322,8

Juta.

2.2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Selain berdampak terhadap kinerja fundamental ekonomi Jawa Tengah,

pandemi covid-19 juga berpengaruh terhadap pencapaian target indikator

kesejahteraan masyarakat. Perbaikan indikator kesejahteraan masyarakat yang selama

ini berhasil dicapai oleh Jawa Tengah kembali menghadapi tantangan besar dengan

terjadinya peningkatan pengangguran dan tingkat kemiskinan.

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sejak tahun 2017, status pembangunan manusia di Jawa Tengah sudah

mencapai kategori “tinggi” (IPM di atas 70). Pembangunan manusia di Jawa Tengah

pada tahun 2020 m

engalami kemajuan

yang ditandai dengan

meningkatnya Indeks

Pembangunan

Manusia (IPM) Jawa

Tengah. Meskipun

terimbas wabah

Covid-19, IPM Jawa

Tengah tahun 2020 masih mampu tumbuh positif 0,14 poin, dari 71,73 poin pada

tahun 2019 menjadi 71,87 poin pada tahun 2020. Capaian tersebut lebih rendah jika

dibanding dengan IPM nasional yang tercatat sebesar 71,94.

IPM Jawa Tengah pada tahun 2020 secara nasional berada pada peringkat ke-13.

Secara umum, pembangunan manusia Jawa Tengah terus mengalami kemajuan selama

periode 2011 hingga 2020. dan rata-rata tumbuh sebesar 0,85 persen per tahun.

Peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap komponen

penyusunannya, terutama pengeluaran riil perkapita disesuaikan. Dalam satu dekade

Grafik II.11 Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Pertumbuhannya

Sumber: BPS Jateng, Februari 2021

Page 46: Penanggungjawab - DJPb

28

terakhir, peningkatan nilai

indeks masing-masing

komponen telah membuat

IPM Jawa Tengah terus

meningkat dari tahun ke

tahun. Selama periode 2011

hingga 2020, UHH saat lahir

di Jawa Tengah meningkat

sebesar 1,46 tahun, secara

rata-rata tumbuh sebesar

0,25 persen per tahun. Harapan Lama Sekolah (HLS) meningkat sebesar 1,52 tahun,

rata-rata tumbuh sebesar 1,51 persen per tahun.

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) meningkat sebesar 0,95 tahun, rata-rata tumbuh

sebesar 1,56 persen. Sementara itu dimensi standar hidup layak yang

direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012) pada

tahun 2020, mencapai Rp 10,93 juta per tahun. Pengeluaran perkapita pada tahun

2020 ini lebih rendah dari nilai pada tahu n 2019 yang mencapai Rp 11,10 juta per

tahun. Wabah covid-19 yang melanda Jawa Tengah mulai awal Maret 2020, telah

menekan ekonomi dan berdampak pada menurunnya sebagian besar pendapatan

penduduk Jawa Tengah.

Hal ini juga berimbas

pada menurunnya

pengeluaran rumah

tangga secara umum.

Pada tahun 2020,

pencapaian

pembangunan manusia

di tingkat kabupaten/kota cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota berkisar

antara 66,11 (Kabupaten Brebes) hingga 83,14 (Kota Salatiga). Sementara itu, rata-rata

IPM berstatus “sangat tinggi” mengalami peningkatan dari 82,72 di tahun 2019

Grafik II.13 IPM Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Sumber: BPS Jateng, Februari 2021

Grafik II.12 IPM Jawa Tengah Menurut Komponen

Sumber: BPS Jateng, Februari 2021

Page 47: Penanggungjawab - DJPb

29

menjadi 82,80 di tahun 2020.

Tiga wilayah yang memiliki

status IPM “sangat tinggi” masih

sama seperti periode

sebelumnya. Terdapat tiga

kabupaten mencatat kemajuan

pembangunan manusia paling

cepat. Kemajuan pembangunan

manusia di tiga daerah ters ebut didorong oleh peningkatan dua dimensi, yaitu dimensi

umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life) dan pengetahuan (knowledge).

Sementara, pembangunan manusia di Kabupaten Rembang, Kota Semarang, dan

Kabupaten Pekalongan selama 2018-2020 justru mengalami penurunan.

2.2.2. Tingkat Kemiskinan

Persentase penduduk miskin pada kurun September 2015- September 2019

terus mengalami penurunan. Adanya pandemic covid-19 yang mulai dirasakan pada

awal tahun 2020,

berpengaruh terhadap

angka kemiskinan

yang terlihat dari

kenaikan angka pada

periode Maret dan

September 2020.

Persentase penduduk

miskin di Jawa Tengah

pada September 2020 sebesar 11,84 persen, meningkat 0,53 persen poin atau naik

139,03 orang dibanding Maret 2020 yang sebesar 11,41 persen. Jika dibandingkan

September 2019 juga meningkat 1,26 persen poin yang sebesar 10,58 persen. Secara

umum tingkat kemiskinan di pedesan masih lebih tinggi dari pada kemiskinan di

perkotaan. Pada Maret 2020 – September 2020 kenaikan persentase kemiskinan di

Grafik II.14 Profil Kemiskinan Jawa Tengah September 2015-2020

Sumber: BPS Jateng, Februari 2021

Gambar II.3 Pertumbuhan IPM Tercepat dan Penurunan IPM Paling Tinggi di Jawa Tengah

Sumber: BPS Jateng, Februari 2021

Page 48: Penanggungjawab - DJPb

30

perkotaan lebih cepat, yaitu 0,48 persen poin sementara di pedesaan naik 0,40 persen

poin.

Demikian pula pada periode September 2019 – 2019 kenaikan persentase

kemiskinan di perkotaan

juga lebih cepat, yaitu 1,58

persen poin dan di pedesaan

naik sebesar 0,94 persen

poin. Menurut tipe daerah,

jumlah penduduk miskin di

Perdesaan lebih tinggi

dibanding Perkotaan.

Persoalan kemiskinan

bukan hanya sekedar berapa

jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah

tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan (P1)

mengindikasikan jarak

rata-rata pengeluaran

penduduk miskin

terhadap garis

kemiskinan.

Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2)

mengindikasikan

ketimpangan pengeluaran

diantara penduduk

miskin. Indeks P1 naik dari

1,720 pada Maret 2020

menjadi 1,835 pada September 2020. Indeks P2 juga naik dari 0,342 menjadi 0,431

pada periode yang sama.

Grafik II.16 Perkembangan Indeks P1 dan P2 di Jawa Tengah

Sumber: BPS Jateng, Februari 2021

Grafik II.15 Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah

Tengah

Sumber: BPS Jateng, Februari 2021

Page 49: Penanggungjawab - DJPb

31

Pada 2020, masih

terdapat 15 kabupaten/kota

yang memiliki persentase

penduduk miskin lebih tinggi

dibandingkan dengan

kemiskinan Provinsi Jawa

Tengah maupun nasional.

Apabila dibandingkan

dengan kabupaten/kota lain,

Kebumen merupakan

kabupaten/kota dengan persentase penduduk miskin tertinggi yaitu sebesar 17,59

persen. Salah satu penyebab tingginya tingkat kemiskinan adalah konsumsi rokok

penduduk Kabupaten Kebumen relatif tinggi. Sejumlah kepala keluarga yang

berpenghasilan minim justru menghabiskan sebagian pendapatannya untuk membeli

rokok yang seharusnya dapat untuk menambah kesejahteraan keluarga.

2.2.5. Ketimpangan Gini Ratio

Pada September 2020, Gini Ratio Jawa Tengah sebesar 0,359, meningkat

sebesar 0,001 poin dibandingkan Gini Ratio September 2019 namun turun 0,003 poin

jika dibandingkan dengan Maret 2020. Capaian ini berada dibawah rata-rata nasional

yang sebesar 0,470. Hal ini menunjukkan tingkat pemerataan pendapatan di Jawa

Tengah relatif lebih

baik dibandingkan

dengan nasional.

Angka Gini

Ratio dalam kurun

waktu 9 tahun

terakhir (2012-2020)

di Jawa Tengah

memiliki tren

fluktuatif. Indeks tertinggi terjadi pada periode September 2013 (0,390). Gini Ratio

Grafik II.18 Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Jawa Tengah

Sumber: BPS Jateng, Februari 2021

Grafik II.17 Persentase Penduduk Miskin Antar Provinsi dan per Kab/Kota (September 2020)

Sumber: BPS Jateng, Februari 2021

Page 50: Penanggungjawab - DJPb

32

September 2020 turun 0,003 poin dibanding Maret 2020 (0,59), tetap sedikit naik

dibanding September 2019 (0,358). Ketidakmerataan sedikit mengalami penurunan

pada periode Maret 2020 – September 2020.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada

September 2020 tercatat sebesar 0,386. Angka ini naik sebesar 0,001 poin dibanding

Gini Ratio Maret 2020 yang sebesar 0,385 dan naik sebesar 0,007 poin dibanding Gini

Ratio September 2019 yang sebesar 0,379. Untuk daerah perdesaan Gini Ratio

September 2020 tercatat sebesar 0,318. Angka ini turun sebesar 0,001 poin dibanding

Gini Ratio Maret 2020 yang sebesar 0,319 dan naik sebesar 0,003 poin jika dibanding

Gini Ratio September 2019. Ketimpangan nampak lebih jelas di daerah perkotaan.

Maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan permukiman/real

estate di Jawa Tengah beberapa tahun ini, terutama daerah perkotaan memicu

ketimpangan yang semakin melebar. Masyarakat di kawasan perdesaan Jawa Tengah

yang sebagian besar bermata-pencaharian bertani tidak memiliki kompetensi yang

memadai untuk bisa bersaing dalam mendapatkan pekerjaan di sektor industri.

Sejalan dengan informasi yang dicerminkan oleh Gini Ratio, ukuran ketimpangan

Bank Dunia pun mencatat hal yang sama, yaitu ketimpangan di perkotaan kurang

menggembirakan jika

dibandingkan dengan

ketimpangan di perdesaan.

Persentase pengeluaran pada

kelompok penduduk 40 persen

terbawah di daerah perkotaan,

pada September 2020 baru

mencapai 18,24 persen

walaupun masih tergolong

ketimpangan rendah.

Sementara itu, persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah di

daerah perdesaan pada September 2020 sebesar 21,15 persen, yang berarti lebih baik

dibandingkan di daerah perkotaan..

Tabel II.1 Distribusi Pengeluaran Penduduk di Jawa Tengah

Sumber: BPS Jateng, Februari 2021

Page 51: Penanggungjawab - DJPb

33

2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

a. Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja

Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah pada Agustus 2020 sebanyak 18,75 juta

orang, bertambah 330 ribu orang dibanding Agustus 2019. Komponen pembentuk

Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja dan menganggur. Penduduk

yang bekerja pada

Agustus 2020

sebanyak 17,54 juta

orang, berkurang

sebanyak 66 ribu

orang dibanding

setahun yang lalu.

Sejalan dengan

naiknya jumlah

Angkatan Kerja,

Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) juga mengalami kenaikan. TPAK pada Agustus 2020 tercatat

sebesar 69,43 persen, naik 0,57 persen poin dibanding setahun yang lalu. Kenaikan

TPAK memberikan indikasi adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply)

tenaga kerja.

Struktur penduduk Jawa Tengah yang bekerja menurut lapangan usaha pada

Agustus 2020, paling banyak bekerja di lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan, yaitu sebanyak 4,61 juta orang (26,28 persen), Industri Pengolahan;

Perdagangan Besar dan Eceran; dan Konstruksi masing-masing sebanyak 3,62 juta

orang (20,64 persen) dan 3,34 juta orang (19,03 persen) dan 1,40 juta orang (8,01

persen).

Berdasarkan status pekerjaan utama, pada Agustus 2020 separuh lebih

penduduk Jawa Tengah bekerja pada sektor informal (62,75 persen) sisanya bekerja di

sektor formal, dimana dalam sektor ini sebagian besar adalah kelompok

Buruh/Karyawan/Pegawai yang mencapai 34,10 persen dan kelompok Berusaha

Grafik II.19 Persentase Penduduk Bekerja Jawa Tengah

Sumber: BPS Jateng, Februari 2021

Page 52: Penanggungjawab - DJPb

34

dibantu Buruh Tetap sebesar 3,15 persen. Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus

2020 masih didominasi oleh penduduk yang bekerja dengan berpendidikan rendah

yaitu SMP ke bawah dan jika dilihat dari trennya cenderung terus turun. Sedangkan

penduduk bekerja dengan pendidikan menengah (SMA sederajat) sebanyak 12,99

persen. Untuk pekerja yang berpendidikan tinggi kondisinya cenderung meningkat jika

dibandingkan satu tahun yang lalu.

b. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

TPT pada Agustus 2019 sebesar 4,44 persen naik menjadi 6,48 persen pada

Agustus 2020. Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 6 orang

pengangguran. Angka ini

lebih rendah dari TPT

Nasional kondisi Agustus

2020 (7,07 persen).

Dilihat dari tempat

tinggalnya, TPT di

perkotaan cenderung

lebih tinggi dibanding TPT

di perdesaan. Pada

Agustus 2020, TPT di perkotaan sebesar 7,73 persen, sedangkan TPT di perdesaan

hanya 5,19 persen. Dibandingkan setahun yang lalu, kondisi tingkat pengangguran baik

di perkotaan maupun di perdesaan mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2,64

persen poin dan 1,42 persen

poin.

Adanya pandemi covid-19

menyebabkan kenaikan tingkat

pengangguran. Pandemi covid-

19 berdampak pada dinamika k

etenagakerjaan, tidak hanya

pengangguran, penduduk usia

kerja lainnya juga turut

Grafik II.20 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Tengah dan Nasional

Sumber: BPS Jateng, Februari 2021

Gambar II.4 Dampak Covid-19 Terhadap Penduduk Usia Kerja

di Jawa Tengah

Sumber: BPS Jateng, Februari

2021

Page 53: Penanggungjawab - DJPb

35

terdampak. Di Jawa Tengah dari penduduk usia kerja yang mencapai 27,01 juta,

terdapat 3,97 juta orang yang terdampak covid-19 atau 14,68 persen. Sedangkan

jumlah pengangguran karena dampak covid-19 sebanyak 377 ribu orang atau sekitar

31,06 persen terhadap total penganggur (1,21 juta orang) di Jawa Tengah. Penduduk

usia kerja yang terdampak di perkotaan sebesar 16,99 persen, lebih tinggi

dibandingkan dengan di perdesaan, yakni 12,25 persen.

2.2.5. Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah Desember 2020 sebesar 101,49 atau

turun -4,51 persen dibanding NTP tahun sebelumnya sebelumnya sebesar 106,00.

Penurunan NTP disebabkan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami

penurunan -0,27

persen lebih rendah

dibanding kenaikan

Indeks Harga yang

Dibayar Petani (Ib)

sebesar 0,42 persen,

yaitu untuk konsumsi

rumah tangga dan

biaya produksi yang

meningkat 0,42%. Ib

meningkat disebabkan oleh naiknya harga konsumsi rumah tangga atau terjadi inflasi

di tingkat perdesaan 0,55% dan naiknya biaya produksi 0,16%. Inflasi perdesaan yang

terjadi menunjukkan peningkatan daya beli petani Jawa Tengah pada penghujung

tahun 2020. Seluruh subsektor yang mengalami penurunan NTP jika dibandingkan

dengan Desember 2019. Subsektor yang mengalami penurunan NTP adalah Subsektor

Tanaman Pangan sebesar -0,82 persen, dan subsektor Hortikultura sebesar -1,87

persen. Sebaliknya, subsektor yang mengalami kenaikan indeks adalah subsektor

Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,43 persen, subsektor Peternakan sebesar 0,24

persen dan subsektor Perikanan sebesar 0,92 persen.

Grafik II.21 Perkembangan Nilai Tukar Petani Jawa Tengah dan Nasional

Sumber: BPS Jateng, diolah Februari 2021

Page 54: Penanggungjawab - DJPb

36

Pada Desember 2020, Indeks Konsumsi Rumah Tangga Perdesaan Jawa Tengah

mengalami inflasi sebesar 0,55 persen. Hal ini disebabkan oleh kenaikan pada indeks

sub kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,91 persen,

pakaian dan alas kaki 0,13 persen, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah

tangga 0,03 persen, perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga

0,19 persen, kesehatan 0,11 persen, transportasi 0,04 persen, informasi, komunikasi,

dan jasa keuangan sebesar 0,27

persen, rekreasi, budaya dan

olahraga 0,05 persen, penyedian

makananan dan minuman 0,12

persen serta perawatan pribadi dan

jasa 0,18 persen

Secara nasional, NTP Jawa

Tengah menduduki peringkat 13

mengalami peningkatan jika

dibanding tahun 2019 peringkat 25.

Sedangkan dari enam provinsi di

Pulau Jawa pada Desember 2020, maka NTP tertinggi adalah Provinsi Jawa Tengah

sebesar 101,49 dan terendah DKI Jakarta, yaitu sebesar 99,28.

2.2.6. Nilai Tukar Nelayan (NTN)

Selama periode 2016-2020 NTN Jawa Tengah bergerak fluktuatif dan

cenderung meningkat, namun pada tahun 2020 mengalami penurunan yang

disebabkan oleh dampak pandemic Covid-19. JIka dibandingkan dengan NTN nasional,

sejak tahun 2017 NTN Jawa Tengah selalu berada di atas NTN Nasional.

Pada Desember 2020, NTN mengalami kenaikan sebesar 1,96 persen. Hal ini

terjadi karena kenaikan It sebesar 2,16 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan

naiknya Ib sebesar 0,20 persen. Naiknya It sebesar 2,16 persen, yaitu dari 110,80

menjadi 113,19 disebabkan oleh naiknya secara rata-rata pada semua kelompok

komoditas, yaitu kelompok penangkapan di laut sebesar 1,28 persen, dan kelompok

penangkapan di perairan umum sebesar 2,20 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,20 persen,

Grafik II.22 Perbandingan Nilai Tukar Petani di Pulau Jawa

Sumber: BPS Jateng, diolah, Februari 2021

Page 55: Penanggungjawab - DJPb

37

yaitu dari 105,40

menjadi 105,61

dikarenakan naiknya

Indeks Kelompok

Rumah Tangga (IKRT)

sebesar 0,58 persen.

Sementara kenaikan

Indeks Kelompok Biaya

Produksi dan

Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar -0,04 persen.

2.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

Untuk menilai tingkat efektivitas pelaksanaan kebijakan makro ekonomi dengan

capaian pembangunan di Jawa Tengah, dapat dilihat salah satunya dengan

membandingkan dengan target yang ingin dicapai sebagaimana yang tercantum dalam

dokumen perencanaan.

Tabel II.2 Realisasi Indikator Makro Jawa tengah dan Nasional Tahun 2020

Indikator Sasaran Pembangunan 2020

Target Sasaran Daerah 2020

Capaian Jateng 2020

Capaian Nasional

Keterangan

Pertumbuhan ekonomi 5,4 – 5,7 -2,65 -2,07 Belum

Inflasi 3 ± 1 1,56 1,68 Tercapai

Angka kemiskinan 9,81 – 8,8 11,41 9,78 Belum

TPT 4,33 6,48 7,07 Belum

Indeks Gini Ratio 0,34 0,362 0,381 Belum

IPM 72,00 71,87 71,94 Belum

Nilai Tukar Petani (NTP) 102,42 101,49 103,25 Belum Sumber : RKPD Jateng 2020, BPS Jateng, BPS RI

Indikator makroekonomi dan pembangunan Provinsi Jawa Tengah tahun 2020

yang mampu mencapai target yang ditetapkan pada dokumen RKPD hanya tingkat

inflasi yang berhasil dikendalikan sebesar 1,56, sedangkan indikator lainnya masih

belum tercapai. Pandemi covid-19 memberikan dampak yang sangat signifikan

terhadap perekonomian Jawa Tengah, terutama pada pertumbuhan ekonomi yang

Grafik II.23 Perkembangan Nilai Tukar Nelayan Jawa Tengah dan Nasional

Sumber: BPS Jateng, diolah Februari

Page 56: Penanggungjawab - DJPb

38

terkontraksi cukup dalam hingga 2,65 persen. Kondisi ini mengakibatkan kemiskinan

dan pengangguran yang makin meningkat serta ketimpangan semakin melebar.

Penanggulangan dan pengentasan kemiskinan menjadi salah satu prioritas

pembangunan di Jawa Tengah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan

tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Upaya-upaya tersebut telah menunjukkan kinerja

positif, namun masih diperlukan upaya lebih dan strategi secara terus menerus melalui

strategi pemenuhan akses pelayanan dasar, sustainable livelihood, dan pemanfaatan

basis data serta penguatan tugas dan fungsi kelembagaan penanggulangan

kemiskinan/TKPKD. Jika melihat tren penurunan angka kemiskinan dari tahun ke tahun

menunjukkan bahwa secara umum dampak perekonomian Jawa Tengah cukup baik,

dimana tingkat kemiskinan tahun 2006 sebesar 22,2 persen, turun menjadi 10,58

persen di tahun 2019. Jateng menjadi provinsi terbaik dalam penurunan jumlah

penduduk miskin pada September 2019. Penurunan tersebut merupakan tertinggi di

Indonesia. Namun pada tahun 2020, adanya pandemi covid-19 yang mulai dirasakan

pada awal tahun 2020, berpengaruh terhadap angka kemiskinan yang terlihat dari

kenaikan angka pada periode Maret dan September 2020.

Pada 2020 jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah, meningkat

dibanding 2019. Dengan demikian, pada 2020 secara umum kemiskinan di Provinsi

Jawa Tengah mengalami peningkatan baik dari sisi jumlah maupun persentase.

Peningkatan ini terjadi di semua kabupaten/kota di Jawa Tengah. Kondisi ini

merupakan early warning bagi seluruh pemerintah kabupaten/kota dalam

penanggulangan dan pengentasan kemiskinan, apalagi dalam situasi pandemi covid-19

yang belum usai. Potret ini secara tidak langsung juga menunjukkan relatif belum

kuatnya pondasi ekonomi dalam menghadapi situasi krisis, baik krisis ekonomi atau

kesehatan.

Page 57: Penanggungjawab - DJPb

39

Boks 1

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN/PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KEBUMEN DAN KABUPATEN TEGAL

Kemiskinan masih menjadi tantangan pembangunan di Kabupaten Kebumen. Dalam satu dekade terakhir, berbagai program pengentasan kemiskinan memang telah berhasil menurunkan jumlah atau persentase penduduk miskin di Kabupaten Kebumen. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan kabupaten/kota di Jawa Tengah, persentase penduduk miskin di Kabupaten Kebumen masih relatif

tinggi. Adanya pandemic covid-19, tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Kebumen kembali

meningkat menjadi 6,07 persen. Pengangguran terbuka di Kabupaten Kebumen justru didominasi oleh

penduduk berpendidikan SMK, sebesar 60,03 persen. Hal ini cukup ironis, sebab SMK seharusnya

mencetak lulusan yang siap kerja. Akan tetapi para lulusan SMK ini justru sulit terserap dalam pasar kerja. Kondisi ini diduga disebabkan oleh adanya missmatch antara keahlian atau keterampilan lulusan SMK dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Pandemi memaksa perusahaan menghentikan aktivitas produksi, sehingga memaksa mereka merumahkan sebagian/seluruh karyawan. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran di Kabupaten Kebumen dan secara tidak langsung memicu terjadinya lonjakan persentase penduduk miskin di Kebumen pada 2020. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah atau kebijakan-kebijakan pengentasan kemiskinan yang lebih efektif, komprehensif, dan tepat sasaran. Berbeda dengan Kabupaten Tegal yang mampu menurunkan tingkat kemiskinan hingga 1 digit. Potret ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi Pemkab Kebumen terkait kebijakan/program pengentasan kemiskinan di Kabupaten Tegal yang secara siginifikan mampu menurunkan tingkat kemiskinan di wilayahnya. Selain itu, hal ini sekaligus dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi efektivitas kebijakan/program pengentasan kemiskinan di Kabupaten Kebumen selama tiga tahun terakhir. Belajar dari keberhasilan Kabupaten Tegal, berbagai potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Kebumen dapat digunakan untuk membuat kebijakan dan menyusun program pengentasan kemiskinan. JIka dibandingkan dengan potensi yang dimiliki, potensi Kab. Kebumen bisa jadi lebih baik dibanding Kab. Tegal. Berdasarkan luas wilayah, Kab. Tegal memiliki luas wilayah 878,79 km2, secara topografis terdiri dari 3 katagori daerah, yaitu pesisir, dataran rendah dan dataran tinggi /pegunungan. Sementara Kab. Kebumen memiliki luas wilayah 12.811,12 km2 dan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah bagian selatan yang mempunyai dukungan alam dengan potensi cukup tinggi. Keragaman dan kelengkapan topologi wilayah mulai dari kawasan pantai selatan yang mendukung sub sektor perikanan, dataran rendah yang relatif subur untuk pertanian serta dataran tinggi, baik berupa perkebunan maupun hutan, memberikan peluang yang sangat besar bagi kemandirian wilayah dalam mencukupi kebutuhan sendiri. Dari sisi demografi, jumlah penduduk di Kab. Tegal sebanyak 1.596.996 orang dengan komposisi 50,71 persen Laki-laki dan 49,29 persen perempuan. Sedangkan jumlah penduduk Kab. Kebumen sebanyak 1.350.438 orang dengan komposisi 50,68 persen Laki-lai dan 49,32 persen perempuan. Jika komposisi penduduk hanya dilihat berdasarkan jenis kelamin, kedua kabupaten ini tidak jauh beda namun berdasarkan usia produktifnya sangat berbeda. Dari jumlah penduduk di Kab. Tegal 66,28 persen produktif dan 33,72 persen non produktif. Pertumbuhan jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk non produktif (0-14 tahun dan 65+). Rasio ketergantungan penduduk selama tiga tahun terakhir (2018-2020) cenderung stabil pada kisaran 50. Jika kondisi ini berlanjut hingga angka ketergantungan penduduk di bawah 50 persen, maka Kabupaten Tegal akan mencapai bonus demografi. Sehingga menjadi keuntungan bagi Kab. Tegal jika penduduk produktif

yang ada adalah penduduk yang berkualitas. Sedangkan di Kab. Kebumen, 64,13 persen produktif dan

36,87 persen non produktif. Namun perkembangan jumlah penduduk usia produktif/usia kerja (15 – 64 tahun), sebagian cenderung melebar (kelompok umur 40 – 64 tahun) dan sebagian lain menyempit (kelompok umur 20 – 39 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa pada satu sisi terjadi peningkatan jumlah penduduk pada kelompok umur 40 – 64 tahun, tapi pada sisi lain jumlah penduduk berumur 20 – 39 tahun cenderung menurun. Kondisi ini menggambarkan penduduk usia kerja di Kebumen justru didominasi oleh penduduk yang cenderung menuju tua. Peningkatan rasio ketergantunggan penduduk di Kebumen selama tiga tahun terakhir (2018-2020) yakni dari 55,93 pada 2018 menjadi 55,88 pada

Page 58: Penanggungjawab - DJPb

40

2019 dan 56,01 pada 2020. Hal ini berarti pada 2020, setiap 100 penduduk usia kerja (produktif) mempunyai tanggungan sebanyak 56 penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Dari yang produktif tersebut sebagian bekerja keluar daerah karena kurangnya lapangan kerja. Berdasarkan lapangan usaha, sejak beberapa tahun terakhir baik di Kab. Tegal maupun Kab. Kebumen, terjadi pergeseran secara perlahan namun pasti persentase lapangan usaha utama dari pertanian menjadi industri dan perdagangan. Upah minimum pekerja formal Kab. Kebumen sebesar

Rp1.835.000,00. Rata-rata upah di sektor pertanian relatif rendah dibandingkan kabupaten sekitar. Sementara, pertanian merupakan sektor andalan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Senada dengan pekerja formal, rata-rata upah/gaji bersih pekerja informal Kabupaten Kebumen rendah. Bahkan, apabila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten sekitar, upah/gaji bersih pekerja informal Kebumen tercatat paling rendah Sedangkan upah minimum pekerja formal Kab. Tegal sebesar Rp1.896.000,00. Jika dilihat dari pola konsumsi, sebagian besar pengeluaran untuk kebutuhan makanan. Semakin rendah persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran maka semakin baik tingkat perekonomian penduduk. Untuk Kab. Tegal untuk konsumsi makanan sebesar 54, 10 persen dan non makanan sebesar 45,90 persen. Sedangkan di Kab. Kebumen untuk konsumsi makanan sebesar 53,86 persen dan non makanan sebesar 46,14 persen. Hal yang menarik adalah konsumsi rokok penduduk Kabupaten Kebumen relatif tinggi sebesar Rp. 48.799 rupiah, sedangkan konsumsi ikan/udang/cumi/kerang dan daging justru relatif kecil, yakni masing-masing sebesar Rp. 15.971 dan 15.748 perbulan. Rokok, ikan/udang/cumi/kerang, buah-buahan, dan sayur-sayuran justru lebih banyak dikonsumsi oleh penduduk Kabupaten Kebumen yang tinggal pedesaan. Adapun penduduk perkotaan cenderung lebih banyak mengkonsumsi makanan/minuman jadi, daging, serta telur dan susu. Secara umum perekonomian Kab. Kebumen dan Kab. Tegal relatif baik bahkan apabila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota sekitar, bahkan selalu diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Meskipun pertumbuhan ekonomi relatif tinggi, tapi persentase penduduk miskin di Kebumen juga masih tinggi. Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut belum dengan pemerataan pendapatan masyarakat Kebumen. Apabila dilihat dari potensi-potensi yang ada, Kab. Kebumen dapat menggali dan memaksimalkannya untuk menyusun kebijakan/program pengentasan kemiskinan. Beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan antara lain: 1) Memaksimalkan lahan pertanian agar dapat lebih menghasilkan atau bernilai jual tinggi, karena pada

masa pandemi ini bidang pertanian justru relatif lebih tahan terhadap kemiskinan dibandingkan dengan nonpertanian;

2) Menciptakan lapangan usaha yang berbasis industri pertanian sehingga lebih menarik tenaga kerja untuk bekerja di bidang pertanian;

3) Menaikkan upah minimum terutama upah di sektor pertanian, sehingga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian;

4) Menciptakan lapangan kerja yang dapat menampung lulusan SMK mengingat jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Kebumen didominasi oleh lulusan SMK.;

5) Menggalakkan program anti rokok dengan harapan ada kesadaran masyarakat terutama yang berpenghasilan minim agar biaya untuk pembelian rokok dapat dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan;

6) Pemerataan ekonomi, mengingat pertumbuhan ekonomi sangat baik namun tingkat kemiskinan masih tinggi.

Dengan memaksimalkan potensi yang ada dan didukung kebijakan/program yang tepat sasaran, diharapkan dapat lebih efektif menurunkan tingkat kemiskinan di Kabupaten Kebumen.

Page 59: Penanggungjawab - DJPb

Alokasi APBN di Jawa Tengah sebesar Rp104,92

triliun, turun 3,32 persen dari tahun

sebelumnya, yang disebabkan karena kebijakan

refocusing kegiatan dan realokasi anggaran

Kementerian/Lembaga sebagai dampak dari

penanganan dan antisipasi terhadap pandemi

covid-19. Realisasi Pendapatan Negara di Jawa

Tengah tahun 2020 naik menjadi Rp79,90

triliun. Realisasi belanja tahun 2020 mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu

sebesar 97,30 persen dari tahun sebelumnya

95,19 persen. Porsi TKDD terhadap APBD di

wilayah Jawa Tengah mencapai 63,24 persen.

Page 60: Penanggungjawab - DJPb

.

41

3.1. APBN TINGKAT PROVINSI

Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan, tidak hanya di bidang

ekonomi, namun di seluruh aspek kehidupan. Pandemi covid-19 yang semula

merupakan permasalahan kesehatan, telah mempengaruhi permasalahan ekonomi dan

sosial. Perubahan signifikan terjadi pada APBN 2020 karena meningkatnya kebutuhan

penanganan dampak kesehatan, perlindungan sosial bagi masyarakat terdampak, serta

upaya pemulihan ekonomi domestik. Perubahan postur APBN dilakukan dua kali yaitu

melalui Perpres 54 tahun 2020 dan diubah menjadi Perpres 72 tahun 2020.

Tabel III.1. Pagu dan Realisasi APBN Jawa Tengah tahun 2019 dan 2020 (dalam miliar Rupiah)

BAB

III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

TIGKAT REGIONAL

Sumber : I Account APBN OMSPAN diolah, Februari 2021

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 92.962 78.871 84,84% 88.715 84.426 95,17% 85.895 88.787 103,37%

Penerimaan Perpajakan 89.630 73.396 81,89% 84.855 78.402 92,40% 81.800 82.474 100,82%

Pajak Dalam Negeri 89.630 73.396 81,89% 84.855 76.249 89,86% 80.298 80.845 100,68%

Pajak Perdagangan Internasional - - - - 2.153 - 1.502 1.629 108,46%

Penerimaan Negara Bukan Pajak 3.332 5.475 164,32% 3.860 6.024 156,06% 4.095 6.313 154,16%

Penerimaan Sumber Daya Alam - - -

Penerimaan Dari Kekayaan Negara Dipisahkan - - -

PNBP Lainnya 532 2.233 419,98% 603 2.297 380,93% 960 2.050 213,54%

Pendapatan BLU 2.800 3.242 115,78% 3.257 3.727 114,43% 3.135 4.263 135,98%

BELANJA NEGARA 107.963 103.294 95,68% 113.996 108.516 95,19% 104.917 102.082 97,30%

BELANJA PEMERINTAH PUSAT (BPP) 42.502 39.109 92,02% 44.089 40.531 91,93% 38.571 36.491 94,61%

Belanja Pegawai 14.932 14.515 97,21% 16.602 15.416 92,86% 15.636 15.287 97,77%

Belanja Barang 16.191 14.807 91,45% 16.979 15.991 94,18% 15.390 14.177 92,12%

Belanja Modal 11.334 9.742 85,95% 10.432 9.048 86,73% 7.461 6.945 93,08%

Belanja Bantuan Sosial 45 45 100,00% 76 76 100,00% 84 82 97,62%

Belanja Hibah - - -

Belanja Lain-Lain - - -

Belanja Pembayaran Bunga Utang - - -

Belanja Subsidi - - -

TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (TKDD) 65.461 64.185 98,05% 69.907 67.985 97,25% 66.346 65.591 98,8620%

TRANSFER KE DAERAH 58.726 57.453 97,83% 62.018 60.103 96,91% 58.230 57.475 98,70%

Dana Perimbangan 57.920 56.665 97,83% 60.649 58.734 96,84% 56.166 55.411 98,66%

Dana Transfer Umum 40.018 39.565 98,87% 41.737 41.026 98,30% 38.371 37.953 98,91%

Dana Bagi Hasil 2.876 2.423 84,25% 2.771 2.066 74,56% 2.686 2.629 97,88%

Dana Alokasi Umum 37.142 37.142 100,00% 38.966 38.960 99,98% 35.685 35.324 98,99%

Dana Transfer Khusus 17.902 17.100 95,52% 18.912 17.708 93,63% 17.795 17.458 98,11%

Dana Alokasi Khusus Fisik 3.325 3.021 90,86% 3.734 3.421 91,62% 2.843 2.601 91,49%

Dana Alokasi Khusus Nonfisik 14.577 14.079 96,58% 15.178 14.287 94,13% 14.952 14.857 99,36%

Dana Insentif Daerah 806 788 97,77% 1.369 1.369 100,00% 2.064 2.064 100,00%

Dana Insentif Daerah 806 788 97,77% 1.369 1.369 100,00% 2.064 2.064 100,00%

Dana Otsus dan DIY - - - - - - - - -

Dana Otonomi Khusus - - -

Dana Tambahan Otonomi Khusus Tambahan - - -

Dana Keistimewaan DIY - - -

DANA DESA 6.735 6.732 99,96% 7.889 7.882 99,91% 8.116 8.116 100,00%

Dana Desa 6.735 6.732 99,96% 7.889 7.882 99,91% 8.116 8.116 100,00%

SURPLUS/DEFISIT (15.001) (24.423) 162,81% (25.281) (24.090) 95,29% (19.022) (13.295) 69,89%

PEMBIAYAAN - - - - - - - - -

Penerimaan Pembiayaan - - - - - - -

Pengeluaran Pembiayaan - - - - (19.022) - -

Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran

(SiLPA/SiKPA)(15.001) (24.423) 162,81% (25.281) - - (19.022) - -

Uraian2018 2019 2020

Page 61: Penanggungjawab - DJPb

.

42

Alokasi APBN di Jawa Tengah sebesar Rp104,92 triliun, turun 3,32 persen dari

tahun sebelumnya, yang disebabkan karena kebijakan refocusing kegiatan dan realokasi

anggaran Kementerian/Lembaga sebagai dampak dari penanganan dan antisipasi

terhadap pandemi covid-19. Porsi TKDD terhadap APBD di wilayah Jawa Tengah

mencapai 63,24 persen. Realisasi belanja tahun 2020 mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya yaitu sebesar 97,30 persen dari tahun sebelumnya 95,19 persen. Secara

umum realisasi belanja pemerintah pusat di Jawa Tengah maupun transfer daerah dan

dana desa diatas realisasi belanja nasional yaitu sebesar 92,51 persen. Persentase

Realisasi Pendapatan Negara di Jawa Tengah tahun 2020 naik dari tahun sebelumnya,

yaitu sebesar 100,37 persen dari 95,17 persen di tahun 2019. Persentase ini juga diatas

capaian realisasi pendapatan tingkat nasional yang sebesar 96,10 persen. Kinerja

penerimaan Jawa Tengah tahun 2020 tercatat positif di tengah pertumbuhan ekonomi

global yang cenderung melemah akibat pendemi covid-19.

3.2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

3.2.1. Pendapatan Perpajakan Tingkat Provinsi

Penerimaaan Perpajakan Pemerintah Pusat di Jawa Tengah tahun 2020

mencapai Rp81,481 miliar, naik sebesar 3,93 persen dari tahun 2019. Pajak Dalam

Negeri memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap total penerimaan

perpajakan yaitu 98 persen, sedangkan yang 2 persen disumbang oleh pendapatan Pajak

Perdagangan Internasional. Realisasi

perpajakan Provinsi Jawa Tengah

memberi kontribusi 6,34 persen

terhadap capaian pendapatan

perpajakan nasional yang sebesar

Rp1.282,77 triliun.

Penerimaan perpajakan terbesar

disumbang oleh Penerimaan Cukai

Rp41.791 milyar (53,39 persen dari total penerimaan pajak) yang diperoleh dari

peningkatan hasil penjualan tembakau dan rokok di Kabupaten Temanggung dan Kudus.

Grafik III.1 Realisasi Penerimaaan Perpajakan Jawa Tengah Tahun 2020

Sumber : I Account APBN OMSPAN diolah, Februari 2021

Page 62: Penanggungjawab - DJPb

.

43

Penerimaan Cukai ini meningkat 10,79 persen dari tahun 2019, yang didorong

meningkatnya pendapatan cukai adalah Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol akibat dari

melonjaknya permintaan alkohol sebagai bahan baku utama keperluan medis selama

masa pandemi covid-19 serta penyesuaian tarif cukai tembakau. Penerimaan pajak

penghasilan memberikan sumbangan sebesar Rp17.422 miliar (22,26 persen dari total

penerimaan pajak). Realisasi penerimaan pajak penghasilan turun sebesar 12,66 persen

diantaranya disebabkan adanya pemberian insentif pajak senilai Rp1.206,89 miliar,

sebagai salah satu upaya pemerintah untuk menangani dampak pandemi covid-19.

Sementara itu, penerimaan PPN dan PPnBM memberikan kontribusi sebesar Rp18,83

miliar (24,07 persen dari total penerimaan pajak) yang diperoleh dari hasil perdagangan.

Dibandingkan dengan tahun 2019, PPN dalam negeri tumbuh negatif sebesar 4,28

persen, yang diakibatkan adanya penurunan daya beli masyarakat sebagi akibat

pandemi covid-19.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh Kanwil Ditjen Pajak Provinsi Jawa Tengah untuk

meningkatkan penerimaan pajak, antara lain: melakukan pengawasan di sentra-sentra

ekonomi dan industri, seperti industri pengolahan rokok, perdagangan besar dan

eceran, keuangan dan asuransi serta belanja pemerintah; melakukan penggalian

potensi pajak lewat basis data; melakukan sinergi dengan instansi, asosiasi dan pihak

lainnya; dan melakukan pemeriksaan, penagihan dan penyidikan sehingga

meningkatkan pajak sampai dengan 159,73 Milliar. Dalam upaya meningkatkan

penerimana cukai, Kanwil Ditjen Bea Cukai Provinsi Jawa Tengah melakukan

pemberantasan rokok ilegal dengan operasi gempur rokok illegal sehingga bisa

menurunkan peredaran rokok ilegal menjadi 3% yang sebelumnya 7%; dan membangun

kawasan industri rokok terpadu dan pendekatan langsung ke masyarakat.

3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Realisasi PNBP di

Jawa Tengah tahun 2020

sebesar Rp6.313 miliar atau

154 persen, melebihi

targetnya (Rp4.095 miliar).

Tabel III.2 Penerimaan PNBP per Jenis PNBP Jawa Tengah tahun 2018 – 2020 (miliar Rp)

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

PNBP Lainnya 532 2.233 603 2.298 960 2.050

PNBP BLU 2.800 3.242 3.257 3.723 3.135 4.263

Jumlah 3.332 5.475 3.860 6.021 4.095 6.313

PNBP2018 2019 2020

Sumber : OMSPAN diolah, Februari 2021

Page 63: Penanggungjawab - DJPb

.

44

Dibandingkan dengan tahun

2019, mengalami kenaikan

penerimaan sebesar Rp292

miliar atau tumbuh 4,85

persen. Penerimaan PNBP

hanya menyumbang 7,11

persen dari total pendapatan

di Jawa Tengah. Penyumbang

PNBP terbesar berasal dari

pendapatan BLU yaitu Rp4,263 miliar (67,52 persen) sedangkan PNBP Lainnya Rp2.050

miliar (32,47), meliputi PNBP fungsional dan PNBP Umum. Tabel berikut ini

menunjukkan perkembangan 10 PNBP fungsional selama tahun 2019-2020.

Salah satu dampak dari kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat terkait

penanganan pandemi covid-19 adalah menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini

menyebabkan realisasi PNBP fungsional di Jawa Tengah tahun 2020, secara umum

mengalami penurunan dari tahun anggaran sebelumnya, terutama PNBP di sektor

transportasi dan pariwisata. Salah satu PNBP yang tetap menunjukkan trend positif

adalah PNBP dari sektor pendidikan dan penyelenggaraan pelatihan yang diperoleh oleh

Perguruan Tinggi Negeri Non BLU dan Institut Agama Islam Negeri.

Fenomena yang terjadi pada pengelolaan PNBP adalah adanya deviasi yang tinggi antara

target dengan realisasi yang disebabkan penetapan target PNBP yang tidak berdasarkan

realisasi tahun anggaran sebelumnya serta belum ada pengukuran kinerja atas capaian

realisasi PNBP. Untuk itu, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2020

tentang Pengelolaan PNBP agar Kementerian/Lembaga (K/L) dapat memenuhi prinsip

penyusunan target PNBP yaitu realistis, optimum dan sesuai ketentuan.

3.3. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

3.3.1. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi

Belanja Pemerintah Pusat menurut organisasi dialokasikan kepada K/L dan Bagian

Anggaran Bendahara Umum Negara (BABUN). Alokasi anggaran K/L di Provinsi Jawa

Tengah tahun 2020 sebesar Rp55.541 miliar, yang tersebar di 44 K/L.

Tabel III.3 Penerimaan PNBP Fungsional Jawa Tengah tahun 2019-2020 (miliar Rp)

Target Realisasi Target Realisasi

Pendapatan Biaya Pendidikan - 274,95 - 334,42 21,63

Pendapatan Layanan Pendidikan dan/atau Pelatihan - 8,07 - 7,70 -4,58

Pendapatan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) - 351,1 - 316,58 -9,83

Pendapatan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) - 202,8 - 182,18 -10,17

Pendapatan dari Konsesi Bidang Transportasi - 30,59 - 27,43 -10,33

Pendapatan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) - 289,2 - 242,40 -16,18

Pendapatan dari BPJS Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan

(FKTL) - 249,8 - 172,57 -30,92

Pendapatan Jasa Kebandarudaraan - 1,43 - 0,85 -40,56

Pendapatan Wisata Alam - 11,15 - 3,08 -72,38

Pendapatan Jasa Pemberian Vaksin Kesehatan - 19,82 - 3,49 -82,39

Penerimaan PNBP2019 2020

%

Sumber : OMSPAN diolah, Februari 2021

Page 64: Penanggungjawab - DJPb

.

45

Pada tahun 2020,

alokasi belanja K/L

sebesar Rp1.115

miliar atau 2,05

persen dari semula

Rp54.426 miliar.

Alokasi terbesar

adalah pagu BABUN

untuk pembayaran

DAK Fisik dan Dana Desa sebesar Rp16.971,15 miliar, Kementerian Agama dan

Kementerian PUPR. Tingkat penyerapan tahun 2020 sebesar Rp53.126 miliar atau 95,65

persen meningkat sedikit dibanding dengan tahun sebelumnya (95,27 persen).

Meskipun tingkat penyerapan sudah melebihi target penyerapan 90% tetapi masih

belum optimal. Terdapat permasalahan-permasalahan yang menghambat penyerapan,

tidak merata dan cenderung menumpuk pada akhir tahun. Tren realisasi per bulan

bergerak fluktuatif, rendah di awal tahun dan cenderung menumpuk pada akhir tahun.

Kondisi ini menunjukkan realisasi anggaran belum dapat memberikan kontribusi

perkembangan perekonomian secara merata sepanjang tahun 2020. Realisasi belanja

yang rendah berada pada Komisi Pemilihan Umum yaitu 63 persen dan Badan Pengawas

Pemilu sebesar 85 persen. Hal ini disebabkan oleh perubahan tahapan rangkaian

kegiatan pilkada, antara lain: perubahan jadwal pelaksanaan pemungutan suara;

pembayaran honor adhoc untuk panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia

Pemungutan Suara (PPS) yang dilakukan pada tahun 2021. Sementara itu, realisasi

belanja pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebesar 84 persen dan

Kementerian Pemuda dan Olahraga sebesar 74 persen disebabkan adanya penundaan

kegiatan terkait dengan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat.

3.3.2. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi

Belanja Pemerintah Pusat yang dialokasikan terbagi ke dalam fungsi-fungsi

sesuai program/kegiatan yang dilaksanakan. Sebagian besar fungsi mengalami

penurunan alokasi pagu dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan upaya

Tabel III.4 Perkembangan Pagu & Realisasi Berdasarkan Organisasi

Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

1 Kementerian Agama 6.864 6.636 7.144 7.112 7.446 7.257 97%

2 Kementerian PUPR 7.837 6.838 8.104 7.256 5.795 5.426 94%

3 Kementerian Pertahanan 3.616 3.576 4.455 4.345 4.437 4.275 96%

4 Kepolisian RI 4.251 4.138 4.103 4.269 4.151 4.131 100%

5 Kementerian Dikbud 2.752 2.666 2.986 2.871 3.265 3.105 95%

6 Kementerian Kesehatan 3.093 2.796 3.037 2.838 3.102 2.844 92%

7 Kementerian Perhubungan 4.446 3.758 3.747 3.213 2.921 2.772 95%

8 Komisi Pemilihan Umum 1.913 1.739 1.617 1.551 1.349 845 63%

9 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN 756 716 879 843 757 713 94%

10 Kementerian Keuangan 1273 1146 808 753 571 551 96%

10 Besar Pagu K/L 36.801 34.009 36.880 35.051 33.795 31.919 94%

Total Pagu K/L di Jawa Tengah 52.583 48.860 54.426 51.856 55.541 53.126 95,65%

2020%No Kementerian/Lembaga

2018 2019

Sumber OMSPAN diolah, Februari 2021

Page 65: Penanggungjawab - DJPb

.

46

pemerintah pusat dalam

menangani dampak pandemi

covid-19, perlindungan sosial

dan pemulihan ekonomi.

Alokasi anggaran untuk fungsi

pelayanan umum menduduki

porsi terbesar yaitu

Rp19.757,78 miliar dengan

capaian realisasi Rp18.820,11

miliar atau 95,25 persen. Alokasi pagu fungsi pelayanan umum meningkat sebesar 31,58

persen dari tahun sebelumnya. Realisasi fungsi ini terpengaruh oleh kebijakan pola

belanja operasional K/L yang lebih efisien terkait adaptasi new normal.

Walaupun fungsi Pariwisata dan Budaya mendapatkan alokasi pagu terkecil yaitu

Rp76,28 miliar, namun telah terjadi peningkatan alokasi pagu yang signifikan yaitu

175,68 persen dari tahun 2019. Peningkatan pagu fungsi ini sejalan dengan upaya

meningkatkan sektor pariwisata di kawasan Borobudur melalui fasilitasi pengembangan

atraksi, aksesibilitas, dan amenitas Badan Ororita Borobudur. Pada fungsi ini realisasi

belanja mencapai Rp42.226,75 miliar atau 80,58 persen.

Fungsi yang mengalami penurunan alokasi anggaran adalah fungsi ekonomi yaitu turun

28,67 persen. Realisasi belanja fungsi ekonomi mencapai 94,45 persen lebih tinggi dari

realisasi pada tahun sebelumnya yang sebesar 88,47 persen.

3.3.3. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja

Alokasi belanja pegawai di Jawa Tengah tersebar di 35 K/L. Realisasi belanja

pegawai sebesar Rp15.287 miliar pada tahun 2020 mengalami penurunan sebesar

Rp966 miliar atau 5,82 persen dari tahun lalu. Penurunan ini sejalan dengan upaya

pengendalian belanja pegawai untuk mendukung penanganan covid-19 dengan tetap

menjaga daya beli aparatur pemerintah. Kebijakan yang diambil adalah pemberian THR

dan Gaji ke-13 tanpa komponen tunjangan kinerja. Realisasi terbesar belanja pegawai

adalah Kementerian Agama yaitu Rp4.825,88 miliar (30,86 persen), Kementerian

Tabel III.5 Perkembangan Pagu Realisasi Berdasarkan Fungsi

Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

1 PELAYANAN UMUM 13.790,82 13.046,80 15.015,75 14.415,88 19.757,78 18.820,11

2 PERTAHANAN 3.615,91 3.576,40 4.455,05 4.345,34 4.437,28 4.275,34

3 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 5.587,77 5.437,14 5.475,58 5.638,48 5.623,01 5.588,95

4 EKONOMI 12.851,18 11.005,25 11.216,75 9.924,53 8.000,53 7.556,83

5 LINGKUNGAN HIDUP 895,55 851,22 1.112,86 1.074,62 923,63 876,57

6 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 1.388,60 1.362,70 1.764,16 1.632,07 1.497,92 1.395,32

7 KESEHATAN 3.536,33 3.130,37 3.257,41 3.049,54 3.271,92 2.989,25

8 PARIWISATA DAN BUDAYA 14,70 10,62 27,67 26,76 76,28 64,06

9 AGAMA 761,48 751,48 885,56 866,11 787,11 764,29

10 PENDIDIKAN 10.023,41 9.573,45 11.097,48 10.766,52 11.062,23 10.696,66

11 PERLINDUNGAN SOSIAL 117,45 115,20 117,74 115,76 103,27 98,12

52.583,20 48.860,63 54.426,01 51.855,61 55.540,97 53.125,50Jumlah

No Fungsi2018 2019 2020

Sumber OMSPAN diolah, Februari 2021

Page 66: Penanggungjawab - DJPb

.

47

Pertahanan Rp3.336,43 miliar (21,33

persen) dan Kepolisian

Negara RI Rp2.774,14 miliar

(17,74 persen).

Alokasi belanja barang

tahun 2020 sebesar

Rp15.390 miliar mengalami

penurunan sebesar Rp1.589

miliar atau 9,35 persen dibanding tahun lalu. Belanja barang dialokasikan untuk Belanja

Operasional dan non operasional sebesar Rp13.540,97 miliar atau 87,98 persen dan

Belanja Barang yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah sebesar Rp1.848,68

miliar atau 12,01 persen. Realisasi belanja barang mencapai Rp14.177 miliar atau 92,12

persen. Pagu yang dilakokasikan pada belanja barang terkait penanganan covid-19

sebesar Rp838.94 miliar dengan realisasi Rp499,33 miliar atau 59,52 persen. Rendahnya

realisasi belanja barang covid-19 disebabkan karena sebagian belanja penanggulangan

covid-19 dibebankan pada DIPA Kantor Pusat.

Alokasi belanja modal tahun 2020 menurun sebesar Rp1.384 miliar atau 28,48 persen

dibanding tahun lalu. Realisasi Belanja modal mencapai Rp7.461 miliar atau 93,08

persen. Alokasi belanja modal untuk penanganan covid-19 sebesar Rp288,70 miliar

dengan realisasi Rp279,52 miliar atau 96,82 persen. Penurunan belanja modal terutama

disebabkan karena adanya kebijakan refokusing dan restrukturisasi proyek serta

pembatasan sosial dalam rangka penanganan covid-19. Meskipun demikian

Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan yang merupakan K/L dengan pagu

belanja modal tertinggi tetap dapat merealisasikan proyek-proyek infrastruktur untuk

mendukung konektivitas dan pelayanan dasar.

Alokasi belanja sosial tahun 2020 meningkat sebesar Rp8 miliar atau 10,53 persen

dibanding tahun lalu menjadi Rp84 miliar. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah,

dimana belanja negara akan diarahkan untuk pengurangan kemiskinan dan kesenjangan

ekonomi dan mengurangi dampak pandemic covid-19. Realisasi belanja sosial sebesar

Rp82 miliar atau sebesar 97,61 persen.

Tabel III.6 Pagu & Realisasi Per Jenis Belanja

PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASIBELANJA PEGAWAI 14.932 14.515 16.602 15.416 15.636 15.287BELANJA BARANG 16.191 14.807 16.979 15.991 15.390 14.177BELANJA MODAL 11.334 9.742 10.432 9.048 7.461 6.945BELANJA BANSOS 45 45 76 76 84 82DAK FISIK 3.325 3.021 3.734 3.421 2.843 2.601DAKNON FISIK 14.577 14.079 15.178 14.287 6.012 5.917DANA DESA 6.735 6.732 7.889 7.882 8.116 8.116

JENIS BELANJA2018 2019 2020

Sumber OMSPAN diolah, Februari 2021

Page 67: Penanggungjawab - DJPb

.

48

3.4. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

3.4.1. Dana Tranfer Umum

Total alokasi TKDD di Jawa

Tengah tahun 2020 mengalami

penurunan sebesar 2,41 persen dari

tahun sebelumnya yaitu sebesar

Rp66.346 miliar dengan realisasi

mencapai 99 persen atau sebesar

Rp65.591 miliar. Kinerja

penyerapan ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 97 persen.

Capaian kinerja TKDD dipengaruhi oleh dampak pandemi covid-19 yang menyebabkan

melambatnya perekonomian nasional maupun regional. Pemerintah telah merespon

melalui kebijakan extraordinary salah satunya dengan mendorong dan pemanfaatan

TKDD oleh Pemda secara maksimal untuk penanganan pandemi covid-19 melalui

refocusing dan realokasi belanja TKDD.

A. Dana Alokasi Umum

Tahun 2020 Provinsi Jawa Tengah

mendapatkan alokasi DAU terendah

sepanjang 3 tahun terakhir, turun 8,42 persen

dari tahun sebelumnya yaitu sebesar

Rp35.685 miliar. Realisasi DAU mencapai

Rp35.324 miliar atau 99 persen.

B. Dana Bagi Hasil

Pagu DBH tahun 2020 sebesar Rp2.686 miliar

mengalami pertumbuhan negatif sebesar

3,07 persen dimana tahun. sebelumnya

sebesar Rp2.771 miliar. Hal ini menunjukkan

realisasi penerimaan dari komponen DBH dari

setiap daerah, khususnya sektor perpajakan mengalami penurunan. Realisasi DBH

Tabel III.7 TKDD 2018 – 2020 (Dalam Milliar)

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi Pagu Realisasi %

DBH 2.876 2.423 84% 2.771 2.066 75% 2.686 2.629 98%

DAU 37.142 37.142 100% 38.966 38.960 100% 35.685 35.324 99%

DAK Fisik 3.325 3.021 91% 3.734 3.421 92% 2.843 2.601 91%

DID 806 788 98% 1.369 1.369 94% 2.064 2.064 100%

DAK Non Fisik 14.577 14.079 97% 15.178 14.287 100% 14.952 14.857 99%

Dana Desa 6.735 6.732 100% 7.889 7.882 100% 8.116 8.116 100%

Jumlah 65.461 64.185 98% 69.907 67.985 97% 66.346 65.591 99%

TKDD2018 2019 2020

Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021

Grafik III.2 Pagu Realisasi DAU 2018-2020

Sumber OMSPAN,SIMTRADA diolah, Februari 2021

Grafik III.3 Pagu Realisasi DBH tahun 2018-2020

Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021

Page 68: Penanggungjawab - DJPb

.

49

mencapai Rp2.629 miliar atau 98 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang

sebesar 75 persen.

3.4.2. Dana Tranfer Khusus

A. Dana Alokasi Khusus Fisik

Alokasi Dana Alokasi Khusus Fisik Jawa

Tengah tahun 2020 sebesar Rp2.843 miliar

mengalami penurunan cukup signifikan

yaitu 23,86 persen dari tahun sebelumnya

Rp3.421 miliar. Realisasi DAK Fisik mencapai

Rp2.601 miliar atau sebesar 91 persen.

B. Dana Alokasi Khusus Non Fisik

Pada tahun 2020, alokasi DAK Non Fisik di

Jawa Tengah turun sebesar 1,45 persen dengan

realisasi yang juga mengalami penurunan 1 persen. Alokasi DAK Non Fisik menduduki

urutan kedua setelah alokasi DAU. Alokasi DAK Non FIsik diperuntukkan untuk

mengurangi beban masyarakat terhadap pelayanan publik terutama perbaikan kualitas

pendidikan, kesehatan, serta pelayanan

pemerintah. Komponen terbesar DAK Non

Fisik adalah Dana TPG dan Dana BOS.

3.4.3. Dana Desa

Alokasi Dana Desa di Jawa Tengah mengalami

peningkatan sebesar 2,88 persen sebesar

Rp8.116 miliar dengan realisasi 100 persen.

3.4.4. Dana Insentif Daerah

Dibandingkan dengan jenis belanja tranfer

lainnya, DID di wilayah Jateng pada tahun 2020

sebesar Rp2.064 miliar, mengalami kenaikan

paling signifikan yaitu 50,77 persen, dimana

sebelumnya pada tahun 2019 sebesar Rp1.369

miliar.

Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021

Grafik III.5 Kinerja Penyaluran DAK Non Fisik Jawa Tengah Tahun 2018-2020

Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021

Grafik III.6 Kinerja Penyaluran Dana Desa Jawa Tengah Tahun 2018-2020

Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021

Grafik III.7 Penyaluran DID Jateng

Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021

Grafik III.4 Kinerja Penyaluran DAK Fisik Jawa Tengah Tahun 2018-2020

Sumber OMSPAN, SIMTRADA diolah, Februari 2021

Page 69: Penanggungjawab - DJPb

.

50

3.5. ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL

Analisis cash flow adalah analisis yang menggambarkan mengenai kondisi arus

kas masuk (cash in flow) dan arus kas keluar (cash out flow) pada suatu provinsi tertentu

dan periode tertentu.

3.5.1. Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara)

Pendapatan pada APBN Jawa Tengah tahun 2020 sebesar Rp. 83,44 Triliun

tumbuh 1,4 persen dibandingkan tahun 2019. Kenaikan terbesar disumbang oleh sektor

perpajakan sebesar 92,4 persen. Kenaikan ini terutama diperoleh dari kenaikan

penerimaan cukai sebesar Rp41,7 triliun. Dengan kebijakan insetif fiskal telah

menyebabkan penurunan penerimaan pada pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai

dan pajak perdagangan internasional, sedangkan penerimaan cukai naik dengan

nominal yang cukup besar sehingga pendapatan pada APBN Jawa Tengah bisa tumbuh

dibandingkan tahun 2019. Kenaikan penerimaan cukai sebesar Rp4.052 triliun tidak

terlepas dari pemberian fasilitas kepabeanan dan cukai oleh Kanwil DJBC Jawa Tengah

dan DIY. Fasilitas diberikan kepada 20 Kawasan Berikat, 1 Pusat Logistic Berikat dan

pembebasan bea masuk sebesar Rp173.503.201.288,- dan USD. 107.203.609,-. Dengan

demikian kebijakan insentif fiskal dan kepabeanan cukai yang dilakukan pemerintah

hanya mempengaruhi penerimaan di sektor tertentu saja Namun secara keseluruhan

tidak mempengaruhi pendapatan pada APBN Jawa Tengah tahun 2020. Untuk

penerimaan PNBP mengalami kenaikan sebesar 4,8 persen yang disumbang oleh

kenaikan Pendapatan BLU sebesar 14,4 persen.

3.5.2. Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)

Total pengeluaran APBN Jawa Tengah Tahun 2020 sebesar Rp.53,12 Triliun

tumbuh 2,4 persen dibanding dengan tahun 2019. Pengeluaran APBN terdiri dari belanja

pemerintah pusat sebesar 68,7 persen dan belanja transfer ke daerah dan dana desa

sebesar 31,3 persen. Kinerja pengeluaran APBN ini relatif baik walaupun pada belanja

pemerintah pusat mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019. Namun belanja

TKDD mengalami persentase kenaikan yang lebih besar sehingga secara keseluruhan

total belanja tumbuh 2,4 persen.

Page 70: Penanggungjawab - DJPb

.

51

3.5.3. Surplus/Defisit

APBN Jawa Tengah Pada tahun 2020, mengalami surplus sebesar Rp.30,32 Triliun

dengan jumlah total pendapatan sebesar Rp.83,44 Triliun dan total pengeluaran sebesar

Rp. 53,12 Triliun. Surplus pada tahun 2020 ini mengalami penurunan sebesar 0,36

persen dibanding dengan tahun 2019 karena kenaikan pertumbuhan belanja yang lebih

besar dari kenaikan pendapatan.

3.6. PENGELOLAAN BLU PUSAT

Kanwil DJPb Provinsi Jawa Tengah melaksanakan fungsi pembinaan terhadap

satker BLU yaitu instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual

tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas.

3.6.1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat

Satker BLU di Jawa Tengah berjumlah 20, terdiri dari 10 BLU Bidang Layanan

Pendidikan, 9 BLU Bidang Layanan

Kesehatan dan 1 BLU bidang

lainnya (Penelitian). Satker

Universitas Sebelas Maret

ditetapkan sebagai perguruan

tinggi badan hukum yang

mengelola bidang akademik dan

nonakademik secara otonom,

sehingga jumlah satker BLU

menjadi 19 untuk tahun

berikutnya. Aset terbesar dimiliki

oleh Universitas Sebelas Maret, RSUP Dr. Kariadi, dan Universitas Negeri Semarang.

Pagu belanja terbesar dimiliki oleh RSUP Dr. Kariadi, Universitas Sebelas Maret dan

Universitas Negeri Semarang. Sedangkan aset terkecil dimiliki oleh Rumah Sakit

Soedjono Magelang dan pagu belanja terkecil dimiliki oleh Balai Besar Teknologi

Pencegahan Pencemaran Industri.

Tabel III.8 Aset da Pagu per Jenis Layanan BLU Tahun 2020

2019 2020 RM BLU SBSN JML

BLU Layanan Penelitian

BB Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri 171,53 171,34 14,27 13,61 - 27,88

BLU Layanan Pendidikan 27.545,11 28.500,48 1.429,16 1.755,95 207,42 3.392,53

PP SDM Minyak dan Gas Bumi Cepu 2.955,65 3.010,56 78,49 93,64 - 172,13

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Tegal 731,29 736,34 57,75 18,14 - 75,89

Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang 1.570,51 1.562,51 87,31 99,98 - 187,29

Universitas Negeri Semarang 4.892,02 5.027,41 218,49 323,71 - 542,20

Universitas Sebelas Maret 10.138,19 10.365,70 344,65 602,12 - 946,77

Universitas Jenderal Sudirman 3.486,63 3.583,76 223,69 261,04 40 524,73

Politeknik Kesehatan Surakarta 517,89 547,24 39,45 70,13 - 109,57

Politeknik Kesehatan Semarang 1.039,14 1.109,85 91,22 120,46 - 211,68

UIN Walisongo Semarang 1.409,50 1.679,81 171,77 125,33 167,42 464,52

Politeknik Energi dan Mineral AKAMIGAS Cepu 804,27 877,30 116,34 41,40 - 157,74

BLU Layanan Kesehatan 11.231,44 11.599,38 762,25 2.198,62 2.960,87

RSU Pusat Surakarta 263,06 289,89 42,12 13,84 - 55,96

RSU Dr Kariadi Semarang 6.097,52 6.048,85 237,45 1.264,02 - 1.501,46

RS Jiwa Prof Dr Soeroyo Magelang 1.858,91 1.909,99 94,03 82,16 - 176,20

RS Paru Dr Ario Wirawan Salatiga 398,61 479,52 112,31 59,93 - 172,24

RS Orthopedi Prof Dr R Soeharso Surakarta 1.433,51 1.488,87 70,64 211,86 - 282,50

RSU Pusat DR Soeradji Tirtonegoro Klaten 893,94 1.030,80 137,26 256,88 - 394,13

Rumkit Bhayangkara Semarang 141,22 162,78 21,30 63,44 - 84,73

RS Soejono Magelang 99,89 117,39 31,72 141,81 - 173,54

RS Wijaya Kusuma Purwokerto 44,79 71,29 15,43 104,69 - 120,12

Satker BLUAset Pagu

Sumber BIOS diolah, Februari 2021

Page 71: Penanggungjawab - DJPb

.

52

3.6.2. Perkembangan Pengelolaan Aset dan Pagu BLU Pusat

Peningkatan aset yang signifikan terdapat pada satker Rumkit Wijaya Kusuma

yang disebabkan penambahan aset peralatan dan mesin (98,43 persen) serta persediaan

(307,67 persen) yang

digunakan untuk operasional

layanan. Hal ini disebabkan

karena Rumkit Wijaya Kusuma

adalah satker BLU baru yang

masih memerlukan peningkatan fasilitas yang diperlukan untuk mendukung layanan.

Penambahan aset tersebut berasal dari pagu satker sendiri dan transfer masuk BMN dari

satker Baranahan Kemhan. Pada tahun 2020 BLU memberikan kontribusi pendapatan

sebesar 62,18 persen atau Rp3.968,18 miliar dari total pagu satker BLU sebesar

Rp6.381,28 miliar. Realisasi Pendapatan satker BLU terbesar adalah Jasa Pelayanan RS

sebesar Rp2.131,88 miliar, Jasa Pelayanan Pendidikan Rp1.397,08 miliar, Jasa Pelayanan

Tenaga Pekerjaan Informasi Pelatihan Teknologi Rp91,49 miliar, Jasa Pencetakan

Rp145,25 miliar dan Hasil Kerja Sama Lembaga/Badan Usaha Rp206,91 miliar.

3.6.3. Kemandirian BLU

Kemandirian satker BLU antara lain dapat dilihat dari proporsi pagu PNBP yang

sebagian besar semakin bertambah. Di bidang pendidikan, Universitas Sebelas Maret

mempunyai tingkat kemandirian BLU paling tinggi yaitu 64 persen, dan paling rendah

ada pada Politeknik Keselamatan

Transportasi Jalan sebesar 24 persen.

Sedangkan di bidang kesehatan paling

tinggi ada pada Rumah Sakit RS Wijaya

Kusuma sebesar 87 persen dan yang

paling rendah yaitu Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta

sebesar 25 persen. Rumah Sakit yang menjadi rujukan penanganan covid-19 mengalami

penurunan porsi pagu PNBP disebabkan Pemerintah Pusat mengalokasikan pagu RM yg

cukup besar untuk penanganan covid-19.

Tabel III.9 Perkembangan Aset per layanan tahun 2019 & 2020

Sumber data : OMSPAN, diolah Februari

Grafik III.8 Kemandirian Satker BLU

Sumber data : Aplikasi Bios, OMSPAN, diolah Februari 2021

Page 72: Penanggungjawab - DJPb

.

53

3.6.4. Perkembangan Pelayanan BLU Pusat

Perkembangan layanan satker BLU dapat diketahui dari rasio POBO yaitu

perbandingan antara pendapatan blu dengan biaya operasional. Satker BLU layanan

kesehatan dengan rasio POBO tertinggi adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang sedangkan

untuk layanan pendidikan rasio POBO tertinggi adalah Universitas Negeri Semarang.

3.6.5. Potensi Satker PNBP menjadi Satker BLU

Satuan kerja pengelola PNBP di Jawa Tengah yang berpotensi dikembangkan

menjadi satker BLU, antara lain Perguruan Tinggi Vokasi seperti Politeknik Negeri

Semarang yang pada tahun 2020

memiliki Aset (bruto) Rp420,95 miliar

dan pendapatan PNBP mencapai

Rp53,67 miliar. Selain itu juga terdapat

2 Rumah Sakit Tentara yang lingkup

satuan kerja Kesdam IV/Diponegoro

yaitu RST Bhakti Wira Tamtama di

Semarang dan RST Asmir Salatiga yang dapat dikembangkan menjadi BLU layanan

kesehatan.

3.7. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

3.7.1. Penerusan Pinjaman

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2020

mempunyai peran menatausahakan penerusan pinjaman dua debitur yang harus

ditagihkan untuk membayar angsuran pinjaman kepada pemerintah yaitu Pemkot

Surakarta dan KJUB Puspetasari Klaten. Dari hasil rekonsiliasi Pinjaman Pemda dan

Koperasi semester II 2020, disimpulkan bahwa KJUB Puspetasari tidak sanggup

membayar pinjaman ditambah denda sebesar Rp. 9.802.589.043,24. Hal ini akan

dilakukan pendalaman terkait kesanggupan pembayaran angsuran. Sedangkan Pemkot

Surakarta per tanggal 31 Desember 2020 sudah membayar semua pinjaman sebesar

Rp.13.334.158.000 kepada pemerintah, tetapi masih diwajibkan untuk melakukan

rekonsiliasi data sampai dengan diterbitkan surat ketetapan penutupan pinjaman.

Grafik III.9 Grafik POBO Satker BLU di Jawa Tengah

Sumber data : Aplikasi Bios, OMSPAN, diolah Februari 2021

Page 73: Penanggungjawab - DJPb

.

54

3.7.2. Kredit Program (KUR dan UMi)

Pada Agustus 2020, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru dengan

menerbitkan KUR Super Mikro dengan pemberian kredit dibawah Rp10.000.000,- yang

ditujukan khusus untuk membantu para pekerja/karyawan yang terkena PHK dan ibu

rumah tangga yang mempunyai usaha. Sampai dengan akhir tahun 2020, terbukti KUR

Supermi ini sudah tumbuh pesat dengan jumlah debitur 181.223 dengan nilai

penyaluran Rp1,55 triliun. Hal ini menunjukan kebijakan ini berjalan efektif untuk

menggerakan perekonomian di lapisan bawah.

Sedangkan Penyaluran KUR didominasi oleh

sektor perdagangan besar dan eceran sebesar

46,65%, perikanan dan kehutanan 25,34%,

industri pengolahan 12,52% dan jasa

kemasyarakatan, sosial budaya dan hiburan

7,37%. Penyaluran KUR tertinggi ada di Pati

dengan jumlah debitur sebanyak 72.831 dan jumlah penyaluran sebesar Rp2,16 triliun.

Selama empat tahun terakhir penyaluran KUR meningkat. Hal ini menjadi indikasi makin

tumbuhnya UMKM di wilayah Jawa Tengah yang kemudian berdampak pada

pertumbuhan ekonomi di Jateng.

3.7.3. Penyaluran Umi

Program UMi adalah program usaha pembiayaan ultra mikro dibawah Rp 20 juta

yang disalurkan oleh lembaga keuangan bukan Bank. Realisasi Penyaluran Kredit Ultra

Mikro (UMi) di Jateng Tahun 2020 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya,

walaupun jumlah debitur mengalami penurunan.

Ini membuktikan dampak pandemi covid-19 tidak

mempengaruhi tingkat penyaluran pembiayaan

UMi. Penyaluran UMi disalurkan oleh tiga penyalur

yaitu BAV, melalui koperasi-koperasi sebesar

68,23%; PT Permodalan Nasional Madani sebesar

10,42%; dan Pegadean 21,35%. Penyaluran

tertinggi ada di Kabupaten Kendal dengan jumlah debitur 8.936 dan jumlah penyaluran

Sumber : SIKP, diolah Februari 2021

Grafik III.10 Perkembangan Penyaluran KUR 2017-2020

(miliar RP)

Sumber data : SIKP, diolah Februari 2021

Grafik III.11 Penyaluran UMi 2018-2020 (miliar Rp)

Page 74: Penanggungjawab - DJPb

.

55

Rp30.638.818.000,-. Sedangkan penyaluran terendah ada di kota Tegal dengan jumlah

debitur 213 dan jumlah penyaluran sebesar Rp773.646.000,-. Naiknya penyaluran

pembiayaan UMi diharapkan mampu menggerakkan perekonomian daerah dan

meningkatkan pendapatan masyarakat kecil sekaligus mengurangi kemiskinan di

wilayah Jateng.

3.8. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY

SPENDING) DAN BELANJA INFRASTUKTUR PUSAT DI DAERAH

3.8.1. Mandatory Spending di Daerah

a. Belanja Sektor Pendidikan

Alokasi APBN Tahun 2020 untuk

bidang Pendidikan sebesar

Rp2.500,80 miliar dengan capaian

realisasi sebesar Rp2471,56 miliar

atau 98,83 persen. Realisasi capaian

output pada sektor ini mencapai 99,74 persen.

b. Belanja sektor Kesehatan

Alokasi APBN Tahun 2020 untuk

bidang Kesehatan yang berada pada

output strategis pada Kementerian

Kesehatan, BPOM dan BKKBN

mencapai Rp968,07 miliar, dengan

realisasi sebesar Rp928,25 miliar atau 95,89 persen. Realisasi capaian output pada

sektor ini sebesar 99,99 persen.

3.8.2. Belanja Infrastruktur

Fokus Infrastruktur

adalah konektivitas antar daerah

dan ketahanan pangan. Alokasi

APBN Tahun 2020 untuk bidang

Infrastruktur sebesar Rp6.868,98 miliar dengan realiasi sebesar Rp6.483,01 miliar atau

94,38 persen. Realisasi capaian output pada sektor ini sebesar 99,75 persen.

Tabel III.10 Besar Pagu Realisasi Bid Pendidikan 2020

Nama Output Pagu Realisasi % Target Output Capaian Output %

Guru Non-Pns penerima Tunjangan Profesi 840.447 835.072 99,36 32.034 32.035 100

Siswa MI penerima BOS 535.685 534.659 99,81 669.625 669.237 99,94

Siswa MTs penerima BOS 439.578 437.520 99,53 439.282 438.228 99,76

Siswa MA penerima BOS 247.829 245.918 99,23 177.088 176.692 99,78

Sarana dan Prasarana Madrasah yang Diadakan (SBSN) 88.843 79.127 89,06 14 11 78,57

Guru Non - PNS penerima Tunjangan Insentif 76.919 76.908 99,99 25.370 25.370 100

Guru PAI Non PNS penerima Tunjangan Profesi 68.300 66.628 97,55 2.780 2.775 99,82

Tunjangan Penyuluh Agama Islam Non-PNS 56.232 56.153 99,86 4.686 4.685 99,98

KUA yang Memenuhi Standar Pelayanan Minimal 55.553 52.252 94,06 16.209 16.074 99,17

Santri penerima BOS 18.903 17.209 91,04 18.359 18.065 98,40

Sumber : Capaian Output Aplikasi MEBE, diolah, Feb 2021

Tabel III.10 Besar Pagu Realisasi Bid Kesehatan 2020

Nama Output Pagu Realisasi %Target

Output

Capaian

Output%

Obat-Obatan dan Bahan Medis Habis Pakai 580.069 545.435 94,03 65 65 100,00

Alat Kesehatan 339.239 334.419 98,58 904 890 98,45

Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Faskes 39.143 39.131 99,97 1.702 1.542 90,60

Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi

Kespro & Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu 3.055 2.977 97,44 3.253 3.253 100,00

Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK 1.663 1.652 99,38 570.627 570.627 100,00

Sumber : Capaian Output Aplikasi MEBE, diolah, Feb 2021

Tabel III.10 Besar Pagu Realisasi Bid Infrastruktur 2020 Nama Output Pagu Realisasi %

Target

Output

Capaian

Output%

Prasarana Perkeretaapian (Prioritas Nasional) 1.897.997 1.767.827 93,14 176 176 100,00

Bendungan dalam tahap pelaksanaan (on-going) 936.663 836.376 89,29 7 7 100,00

Preservasi Rekonstruksi, Rehabilitasi Jalan 372.531 370.049 99,33 58 56 96,55

Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang dioperasikan dan dipelihara 355.822 347.288 97,60 3799 3798 99,97

Fasilitasi Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya 349.124 338.078 96,84 15450 15450 100,00

Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang direhabilitasi/ditingkatkan 295.097 294.007 99,63 61 61 100,00

Pembangunan Jalan 268.952 258.031 95,94 19 19 100,00

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman 236.155 180.252 76,33 120 108 90,00

Sungai yang dinormalisasi dan tanggul yang dibangun/ditingkatkan 232.683 230.739 99,16 42 42 100,00

Sumber : Capaian Output Aplikasi MEBE, diolah, Feb 2021

Page 75: Penanggungjawab - DJPb

Alokasi APBD di Jawa Tengah sebesar Rp108,97

triliun, turun 5,06 persen dari tahun sebelumnya.

Realisasi Pendapatan daerah di Jawa Tengah tahun

2020 turun menjadi Rp99,66 triliun. Realisasi belanja

daerah tahun 2020 mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya yaitu sebesar 85,59 persen dari tahun

sebelumnya 90,37 persen.

Page 76: Penanggungjawab - DJPb

-

56

Tabel IV.1 Profil APBD Agregat Jawa Tengah Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (dalam miliar Rp)

Strategi dan prioritas pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

adalah alat utama Pemerintah Daerah untuk mencapai target pembangunan yang telah

ditetapkan.

4.1. APBD TINGKAT PROVINSI

Sejak awal tahun 2020 terjadi pandemi covid-19 dan masih terus berlangsung

sampai akhir tahun 2020 sehingga berakibat pada banyaknya program pemerintah dan

proyek pembangunan yang sudah direncanakan tidak dapat dilaksanakan.

Sumber: Data LRA Kab/Kota/Prov & Lap Konsolidasian, Bidang PAPK diolah, Feb 2021

BAB

IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN

ANGGARAN APBD

Page 77: Penanggungjawab - DJPb

-

57

Secara agregat APBD Jawa

Tengah tahun 2020

menunjukan penurunan baik

pada pagu alokasi maupun

realisasi meskipun tidak dalam

jumlah yang signifikan. Realisasi

belanja pegawai menunjukan

nilai yang relatif konstan dari

tahun ke tahun. Hal ini

dikarenakan sifat belanjanya

yang tidak ada perubahan. Sedangkan realisasi belanja yang menunjukkan peningkatan

dibanding tahun lalu adalah Belanja Bantuan Sosial sebesar 30%. Sementara Belanja

Modal, meskipun sepanjang tahun 2020 kegiatan perekonomian nyaris tidak berkembang

namun realisasinya tidak menurun secara signifikan.

Peningkatan alokasi dan realisasi APBD di tahun berikutnya diharapkan mampu

menjadi pendorong percepatan target capaian. Intervensi dan pengelolaan APBD yang

optimal, diharapkan dapat segera meningkatkan pertumbuhan sekaligus menurunkan

tingkat kemiskinan di Jawa Tengah pasca pandemi.

4.2. PENDAPATAN DAERAH

Grafik IV.1 Gambaran Umum APBD Agregat Jawa Tengah

Sumber: Data LRA Kab/Kota/Prov & LKPK, Bidang PAPK diolah, Feb 2021

Tabel IV.2 Jenis Pendapatan APBD Agregat Jawa Tengah

TARGET REALISASI % TARGET REALISASI %

PENDAPATAN DAERAH 105.934,72 103.278,23 97,49% 45.967,61 99.661,64 216,81% 100%

PAD 27.714,81 28.046,74 101,20% 27.139,47 32.166,39 118,52% 32,28%

Pajak Daerah 16.642,55 17.527,79 105,32% 16.862,32 16.499,54 97,85% 51,29%

Retribusi Daerah 1.038,15 962,93 92,75% 740,78 781,07 105,44% 2,43%

Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah yang Dipisahkan 1.090,27 1.100,18 100,91% 1.225,03 1.225,03 100,00% 3,81%

Lain-lain PAD yang Sah 8.943,81 8.455,84 94,54% 8.311,32 13.697,19 164,80% 42,58%

DANA PERIMBANGAN 71.591,37 71.135,83 99,36% 68.914,19 61.492,36 89,23% 61,70%

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 59.675,58 57.174,44 95,81% 56.158,06 49.474,42 88,10% 80,46%

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 6.741,26 7.564,31 112,21% 7.103,72 6.851,07 96,44% 11,14%

Transfer Pemerintah Daerah - Lainnya 4.299,31 5.822,59 135,43% 4.726,86 4.402,69 93,14% 7,16%

Transfer Bantuan Keuangan 875,22 574,49 65,64% 925,55 764,16 82,56% 1,24%

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 6.628,54 4.095,65 61,79% 6.925,12 6.002,89 86,68% 6,02%

Pendapatan Hibah 3.661,37 2.259,28 61,71% 3.460,17 2.925,84 84,56% 48,74%

Pendapatan Lainnya 2.967,17 1.836,37 61,89% 3.464,95 3.077,05 88,81% 51,26%

PENDAPATAN DAERAH

Proporsi

Pendapatan

Daerah

2019 (Audited) 2020

Sumber: Data LRA Kab/Kota/Prov & LKPK, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Page 78: Penanggungjawab - DJPb

-

58

Total realisasi pendapatan daerah Jawa Tengah tahun 2020 adalah sebesar Rp99,661

miliar. atau Proporsi pendapatan daerah masih didominasi Dana Perimbangan sebesar

61,70 persen sebesar Rp61,492 miliar.

Berikutnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 27,16 persen atau sebesar

Rp28.046 miliar dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 3,97 persen atau

sebesar Rp4.095 miliar.

Salah satu cermin kemandirian daerah dapat dilihat dari sumber pendapatannya.

Hampir seluruh pemerintah daerah di Jawa Tengah pendapatannya berasal dari Dana

Perimbangan. Hanya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang sumber pendapatannya

berasal dari PAD sebesar 56 persen, diatas Dana Perimbangan yang porsinya 44 persen.

Proporsi pada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tersebut mengulang tahun 2019 dengan

besaran yang hampir sama. Sedangkan untuk Pemerintah Daerah Kota Semarang, meski

Dana Perimbangan masih dominan sebesar 54 persen, namun dengan proporsi PAD

sebesar 45 persen mempunyai prospek kedepan yang lebih baik untuk semakin

ditingkatkan.

Grafik IV.2 Proporsi Pendapatan Daerah Per Pemerintah Daerah Jawa Tengah

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Page 79: Penanggungjawab - DJPb

-

59

4.2.1. DANA TRANSFER/PERIMBANGAN

Realisasi Dana Transfer/Perimbangan di Jawa Tengah sebesar Rp71.135 miliar

berkontribusi sebesar 68,88 persen dari Pendapatan Daerah. Meningkat 3,2 persen dari

tahun sebelumnya. Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan, dengan proporsi 80

persen atau sebesar Rp57.174 miliar dominan diantara jenis Dana Transfer/Perimbangan

lainnya.

Sementara itu realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp37.150 miliar atau

proporsi 52 persen pada Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan adalah unsur

paling dominan diantara jenis dana transfer lainnya.

Seberapa jauh implikasi dana transfer sebagai wujud dari kontribusi pemerintah pusat

terhadap pemerintah daerah di Jawa Tengah, dapat dilihat pada uraian dibawah ini.

4.2.1.1. Rasio Ruang Fiskal

Ruang fiskal daerah diperoleh dengan menghitung total pendapatan daerah

dikurangi pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya dan belanja yang sifatnya

mengikat (DAK, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, Pendapatan Hibah, Dana

Darurat, 25 persen DBH dan DAU, Belanja Pegawai, dan Belanja Bunga) dibagi total

pendapatannya.

Grafik IV.3 Proporsi Dana Transfer/Perimbangan Daerah Jawa Tengah

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Page 80: Penanggungjawab - DJPb

-

60

Rata-rata ruang fiskal di Jawa Tengah adalah sebesar 43 persen. Semakin besar

ruang fiskal suatu daerah, semakin besar fleksibilitas daerah mengalokasikan kegiatan

sesuai program dan prioritas pembangunan. Kota Semarang dengan rasio sebesar 55

persen merupakan daerah yang memiliki fleksibilitas tertinggi dalam menggunakan APBD.

Masih terdapat 21 daerah di Jawa Tengah yang fleksibilitasnya dibawah nilai rata-

rata sehingga menjadi kendala yang sangat berat bagi pemerintah daerah untuk

menjalankan program prioritasnya. Untuk itu, daerah dimaksud harus menjalankan

efisiensi dan meningkatkan efektifitas anggaran serta mengeluarkan kebijakan yang

kondusif. Dengan demikian akan mendorong terciptanya ruang fiskal yang lebih

besar/baik.

4.2.1.2. Rasio Kemandirian Daerah

Grafik IV.4 Rasio Ruang Fiskal Pemerintah Daerah di Jawa Tengah

Sumber: LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Grafik IV.5 Rasio Kemandirian Daerah di Jawa Tengah

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Page 81: Penanggungjawab - DJPb

-

61

Apabila rasio PAD lebih besar daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri

dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan semakin

tinggi.

Daerah dengan tingkat ketergantungan rendah adalah daerah yang rasio PAD tinggi

sekaligus rasio dana transfer rendah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan rasio 12

persen adalah satu-satunya Pemda di Jawa Tengah yang mandiri. Hal demikian harus

dipertahankan dan ditingkatkan sehingga target pertumbuhan Jawa Tengah dapat

terealisasi.

Salah satu cara untuk memperbesar ruang fiskal adalah meningkatkan pendapatan

daerah dengan menggali potensi ekonomi yang ada di daerah, misalnya membangun

industri pariwisata, memberdayakan UMKM, dll. Selain sisi pendapatan, ruang fiskal juga

bisa ditingkatkan dengan melakukan efisiensi belanja pegawai melalui kajian dan

perencanaan yang cermat sehingga jumlah pegawai tidak melebihi formasi yang

diperlukan.

4.2.2. PENDAPATAN ASLI DAERAH

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Jawa Tengah tahun 2020 sebesar

Rp28.046 miliar, berkontribusi sebesar 27,16 persen dari Pendapatan Daerah serta

meningkat 4,8 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp26.764 miliar. Proporsi

Pendapatan Pajak Daerah (62 persen) masih merupakan komponen yang paling dominan

pada Pendapatan Asli Daerah di Jawa Tengah. Sedangkan persentase peningkatan realisasi

Grafik IV.6 Proporsi Pendapatan Asli Daerah di Jawa Tengah

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Page 82: Penanggungjawab - DJPb

-

62

terbesar justru dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan sebesar 10

persen. Hal ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan maksimal dengan mencari

sumber bisnis baru serta menerapkan tata kelola yang sehat sehingga dapat mengimbangi

ketergantungan terhadap pendapatan pajak daerah.

4.2.3. PENDAPATAN LAIN-LAIN

Realisasi Pendapatan Lain-Lain pada tahun 2020 sebesar Rp4,095 miliar hanya

menyumbang 3,97 persen dari Pendapatan Daerah. Realisasi lebih rendah 12 persen atau

sebesar Rp550 miliar daripada tahun sebelumnya (Rp4.646 miliar). Pendapatan Lainnya

dengan proporsi 55 persen lebih besar daripada Pendapatan Hibah. Realisasi Pendapatan

Hibah tahun 2020 sebesar Rp.2.259 mengalami penurunan sebesar 36 persen daripada

tahun sebelumnya.

4.3. JENIS BELANJA DALAM APBD

Total realisasi Belanja Jawa Tengah

sebesar Rp83,384 miliar, diluar belanja

transfer. Angka ini meningkat sekitar 0,6

persen dari realisasi tahun sebelumnya.

Hampir sama dengan tahun-tahun

sebelumnya, realisasi jenis Belanja Pegawai

Rp37.259 miliar masih mendominasi jika

Grafik IV.7 Proporsi Pendapatan Lain-Lain di Jawa Tengah

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Grafik IV.8 Komposisi Belanja di Jawa Tengah

Sumber: Data LRA Kab/Kota & LKPK, diolah, Feb 2021

Page 83: Penanggungjawab - DJPb

-

63

dibandingkan dengan belanja lainnya yaitu 44,7 persen.

Dominasi Belanja Pegawai dan Belanja Barang mengindikasikan bahwa kebijakan

belanja daerah yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat belum menjadi

prioritas utama. Meskipun belanja pegawai bersifat mandatory dan masih terbatasnya

anggaran, pemerintah daerah perlu mencari solusi dan memikirkan strategi ke depan

sehingga belanja pegawai tidak menjadi beban. Langkah yang dapat dilakukan diantaranya

dengan peningkatan efisiensi dan efektifitas khususnya SDM yang tersedia sehingga

penambahan pegawai hanya dapat dilakukan bilamana telah dikaji dengan prudent serta

mempertimbangkan analisa beban kerja (ABK).

4.3.1. Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan

Realisasi APBD

berdasarkan klasifikasi

urusan masih berjalan

baik dan on the track.

Porsi urusan tertinggi

terdapat pada urusan

Pendidikan (27 persen)

dan Kesehatan (16

persen). Hal ini

membuktikan

keberpihakan APBD Jawa Tengah sesuai dengan isu strategis yang dituangkan dalam

RPJMD 2018-2023. Salah satu isu tersebut adalah Peningkatan Kualitas dan Daya Saing

SDM, melalui peningkatan sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan. APBD untuk

Pendidikan merupakan sarana untuk dapat menyediakan layanan pendidikan di setiap

level, pendidikan budaya dan karakter, maupun untuk pemerataan pendidikan. Sedangkan

untuk urusan kesehatan dapat diwujudkan melalui pemenuhan sarana prasarana

kesehatan dan tenaga kesehatan, dan peningkatan mutu layanan kesehatan.

Grafik IV.9 Proporsi Belanja Daerah Per Urusan di Jawa Tengah

Sumber: Data LRA Kab/Kota & LKPK, diolah, Feb 2021

Page 84: Penanggungjawab - DJPb

-

64

4.3.2. Rincian Belanja Daerah Menurut Fungsi

Komposisi realisasi APBD Jawa Tengah per Fungsi pada tahun 2020 masih hampir

sama dengan tahun sebelumnya.

Porsi tertinggi adalah Pelayanan

Umum (34 persen) disusul

Pendidikan (28,9 persen) dan

Kesehatan (16,2 persen).

Proporsi Pelayanan Umum tahun

2020 meningkat secara signifikan

lebih tinggi daripada tahun

sebelumnya. Dampak peningkatan tersebut harus dapat dirasakan masyarakat melalui

peningkatan sarana dan prasarana serta kemudahan layanan dan informasi. Apabila

belanja pelayanan umum hanya dialokasikan untuk hal yang bersifat seremonial dan

administratif, maka untuk berikutnya harus dilakukan evaluasi atas urgensinya. Seiring

kemajuan teknologi, pemerintah daerah dapat mengkaji kembali kebijakan selama ini

dalam memberikan pelayanan umum. Selain itu, perlu dipertimbangkan mengenai

investasi pada hardware dan software, yang terbukti dapat meningkatkan mutu pelayanan

dan menghemat biaya. Dengan demikian alokasi untuk urusan tersebut dapat digunakan

untuk kepentingan lain.

4.4. PERKEMBANGAN BLU DAERAH

4.4.1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Daerah

Berdasarkan pendataan terakhir oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa

Tengah, BLUD (tidak termasuk Puskesmas) yang terdata dan tersebar di 36

Kabupaten/Kota/Provinsi, sebagian besar atau 96 persen bergerak di bidang Kesehatan

dan 4 persen bidang lainnya dan seluruhnya sudah berstatus penuh.

Grafik IV.10 Proporsi Belanja Daerah Per Fungsi di Jawa Tengah

Sumber: Data LRA Kab/Kota & LKPK, diolah, Feb 2021

Page 85: Penanggungjawab - DJPb

-

65

4.4.1. Perkembangan Aset

Dari sampling tabel diatas sebesar

39 persen BLUD di Jawa Tengah

dikategorikan sebagai BLUD Kecil (<

Rp150 miliar) 50 persen, Sedang (Rp150-

500 miliar), dan 11 persen Besar (>500

miliar).

Berdasarkan realisasi pendapatan,

50 persen BLUD berpendapatan rendah

(<Rp30 miliar), 25 persen sedang (Rp30-100 miliar), dan 25 persen tinggi (>100 miliar).

4.4.2. Proporsi Alokasi Pagu

Rata-rata proporsi pagu belanja BLUD sudah mengarah pada kemandirian dalam

pembiayaan pelayanan kepada masyarakat.

Tabel IV.3 Aset, Pagu dan Realisasi Belanja BLUD Bidang Kesehatan Jawa Tengah

Grafik IV.11. BLUD Berdasarkan Jumlah Aset

RM PNBP TOTAL RM PNBP TOTAL

1 RSUD Hj. Anna Lasmanah

Banjarnegara134 119 39 101 141 31 90 121

2 RSJD Dr. RM Soedjarwadi Klaten 151 156 118 118 82 82

3 RSUD 277 43 166 208 44 169 213

4 RSUD Tugurejo Semarang 24 26 104 125 229 94 149 243

5 RSUD TIDAR KOTA MAGELANG 439 464 114 170 284 36 193 229

6 RSUD Salatiga 11 10 169 115 284 114 114

7 RSUD CILACAP 259 281 199 199 174 174

8 RSUD MAJENANG 59 57 16 50 66 18 55 73

9 RSUD Setjonegoro 110 159 27 95 122 42 90 132

10 RSUD Kabupaten Temanggung 311 334 62 130 192 33 135 168

11 RSUD Kabupaten Temanggung 311 334 62 130 192 33 135 168

12 RSUD Dr.Soeselo 175 193 162 162 200 200

13 RSUD Suradadi 103 23 23 59 59

14 RSUD BATANG KAB.BATANG 205 214 41 83 124 51 79 130

15 RSUD Banyumas 322 331 190 190 195 195

16 RSUD Ajibarang 104 21 73 93 28 82 110

17 RSUD MUNTILAN 98 104 26 70 96 70 44 114

18 RSUD KAB KARANGANYAR 163 172 32 105 137 130 37

3.155 3.057 1.448 1.412 2.860 1.306 1.351 2.564

PAGU ALOKASI ANGGARAN

TOTAL

TAHUN 2020NO NAMA BLUD

NILAI ASET

2019 2020TAHUN 2019

Sumber: Data langsung dari BLUD terkait, diolah, Feb 2021

Sumber: Data langsung dari BLUD terkait, diolah, Feb 2021

Page 86: Penanggungjawab - DJPb

-

66

4.4.3. Analisis Legal

BLUD di Jawa Tengah dalam menjalankan proses bisnisnya sudah menerapkan tata

kelola dan ketentuan yang berlaku. Referensi dan rujukan BLUD di Jawa Tengah, yaitu

Permendagri nomor 79 tahun 2018 tentang BLUD sebagai pengganti Permendagri nomor

61 tahun 2007 dan Peraturan Kepala Daerah.

Peraturan Kepala Daerah diperlukan sebagai konsekwensi dari munculnya ketentuan

Permendagri nomor 79 tahun 2018 yang tidak lagi menginduk pada PP nomor 23 tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, sebagaimana diubah dengan PP nomor 74

tahun 2012. Ketentuan teknis yang berlaku pada BLU Pusat tidak sertamerta berlaku pada

BLUD, kecuali telah diadopsi dalam Perkada.

Meski demikian Peraturan Kepala Daerah di Jawa Tengah belum sepenuhnya

memenuhi semua kebutuhan teknis operasional BLUD. Dan untuk itu masih ada beberapa

aspek yang mengacu pada ketentuan yang berlaku pada BLU Pusat.

Grafik IV.12 Proporsi Pagu BLUD Jawa Tengah

Sumber: Data langsung dari BLUD terkait (diolah), Feb 2021

Page 87: Penanggungjawab - DJPb

-

67

4.5. SURPLUS/DEFISIT APBD

4.5.1 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan

Kemampuan fiskal pemerintah daerah di Jawa Tengah dalam menghimpun

pendapatannya untuk meng-cover belanja maupun penghematan belanja dapat dilihat

pada grafik dibawah ini.

4.5.2. Rasio Surplus/Defisit Terhadap Realisasi Dana Transfer

Gambaran ekses dan pengaruh realisasi Dana Transfer terhadap surplus/defisit

anggaran per Pemda di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Grafik IV.13 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Grafik IV.14 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Dana Transfer

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Page 88: Penanggungjawab - DJPb

-

68

4.6. PEMBIAYAAN

Realisasi Pembiayaan Netto APBD Agregat Tahun 2020 Jawa Tengah Rp6.944 Miliar

turun 0,2 persen daripada tahun sebelumnya (Rp8.267 Miliar). Komponen Penerimaan

Pembiayaan didominasi oleh Penggunaan SILPA sebesar Rp7.503 miliar (95 persen).

Sementara untuk Pengeluaran Pembiayaan didominasi Penyertaan Modal (Investasi)

Pemda sebesar Rp.603 miliar (62 persen). Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja seperti

grafik berikut:

Rasio SILPA terhadap alokasi belanja mencerminkan proporsi belanja atau kegiatan yang

tidak digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah. Sebagian besar kabupaten/kota

Grafik IV.15 Proporsi Pembiayaan APBD Agregat Jawa Tengah

Grafik IV.16 Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Page 89: Penanggungjawab - DJPb

-

69

di Jawa Tengah mempunyai rasio SILPA 0 meskipun masih ada beberapa kabupaten/kota

tidak dapat memanfaatkan SILPA secara optimal dikarenakan tidak melakukan

perencanaan dengan baik.

4.7. ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

a. Analisa Horizontal

a.1. Perbandingan Realisasi PAD Per Pemerintah Daerah

Rata-rata realisasi agregat PAD Jawa Tengah mencapai 1,2 persen dari target. Tidak

seluruh pemerintah daerah di Jawa Tengah dapat memenuhi target. Namun lebih dari

setengah jumlah pemerintah daerah di Jawa Tengah telah mencapai bahkan melebihi

target yang ditetapkan.

a.2. Realisasi Belanja Modal

Grafik IV.17 Realisasi PAD Per Pemda

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap. Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Grafik IV.18 Realisasi Belanja Modal Per Pemda

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap. Konsolidasi, Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Page 90: Penanggungjawab - DJPb

-

70

Rata-rata realisasi penyerapan belanja Jawa Tengah mencapai 85 persen dari target.

Situasi pandemi menyebabkan banyak program pembangunan yang tertunda

pelaksanaannya sehingga beberapa daerah hanya mampu melakukan penyerapan belanja

kurang dari 80%.

b. Analisa Vertikal

b.1. Kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan

Rasio PAD Jawa Tengah terhadap total pendapatan rata-rata sebesar kurang dari

20% persen. Ini adalah kondisi yang kurang ideal bagi pemerintah daerah dikarenakan

belum mampu untuk mandiri dengan memanfaatkan potensi ekonomi yang dimiliki.

Masing-masing daerah mempunyai karakteristik yang jika digali akan menjadi sumber PAD

yang bermanfaat. Misalnya Kota Lama di Semarang, jika dikelola dengan professional akan

menjadi potensi PAD yang besar mengingat dewasa ini masyarakat sudah menjadikan

liburan sebagai kebutuhan dasar.

Kondisi ideal yang diharapkan adalah jika pemerintah daerah mampu meningkatkan

kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah sebesar lebih dari 50%.

Grafik IV.19 Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Per Pemda

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Page 91: Penanggungjawab - DJPb

-

71

b.2. Kontribusi Belanja Modal terhadap Belanja

Rata-rata kontribusi belanja modal terhadap total belanja di Jawa Tengah adalah

sebesar 12%, angka ini menunjukan bahwa pembangunan infrastruktur tidak

mendominasi program/kegiatan pemerintah daerah. Untuk daerah yang sedang

membangun kontribusi belanja modal yang ideal adalah di atas 50%. Guna mewujudkan

hal ini, pemerintah daerah seyogyanya mempunyai ruang fiskal yang besar sehingga

program pembangunan fisik dapat lebih banyak dilakukan.

4.7.1. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah

Kapasitas ruang fiskal adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah yang

dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang

penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu. Berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan nomor 126/PMK.07/2019 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah, menetapkan

bahwa indeks kapasitas fiskal daerah dikelompokan sebagai berikut:

Rentang IKFD Kategori KFD

IKFD < 0,304 Sangat Rendah 0,304 ≤ IKFD ≤ 0,445 Rendah

0,445 ≤ IKFD ≤ 0,808 Sedang

0,808 ≤ IKFD ≤ 1,564 Tinggi

IKFD ≥ 1,564 Sangat Tinggi

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi Bidang PAPK (diolah), Feb 2021

Grafik IV.20 Kontribusi Belanja Modal terhadap Belanja Per Pemda

Page 92: Penanggungjawab - DJPb

-

72

Berdasarkan realisasi APBD 2020 dan perhitungan pada 36 Pemda di Jawa Tengah

menghasilkan indeks sebagai berikut:

❖ 33 Daerah Tinggi (1,089<IKFD<1,959)

❖ 3 Daerah Sedang (0,720<IKFD<1,089)

Hal ini berarti bahwa rata-rata pemerintah daerah di Jawa Tengah masih menggantungkan

sumber pandapatan dari transfer pemerintah pusat dan belum mampu mandiri secara

ekonomi. Untuk meningkatkan kapasitas tersebut dapat dilakukan langkah diantaranya

dengan melakukan efisiensi belanja pegawai.

4.8. PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH

Alokasi belanja wajib di Jawa Tengah

sebagai bagian dari Urusan Wajib

Pelayanan Dasar memiliki alokasi

paling dominan dibandingkan urusan

lainnya sebesar 57 persen.

Berikutnya disusul dengan Urusan

Penunjang Fungsi Pemerintahan

sebesar 33%.

Grafik IV.21 Kapasitas Fiskal Daerah (Regional Jawa Tengah)

Grafik IV.22 Perkembangan Belanja Wajib

Sumber: Data LRA Kab/Kota & Lap Konsolidasi Bidang PAPK (diolah)

Sumber: Data LRA Kab/Kota & LKPK, Bidang PAPK, Feb 2021 (diolah)

Page 93: Penanggungjawab - DJPb

-

73

Grafik IV. 23 Persentase Belanja Wajib

Namun demikian alokasi

belanja wajib tahun 2020

sedikit menurun (sebesar 1%)

dibandingkan tahun

sebelumnya.

4.8.1. Belanja daerah Sektor Pendidikan

Alokasi Sektor Pendidikan di Jawa

Tengah tahun 2020 mencapai

29,7 persen dari alokasi belanja

lainnya, meningkat dari tahun

sebelumnya (29,4 persen).

Alokasi tersebut menunjukkan

bahwa Pemerintah Daerah di

Jawa Tengah mempunyai

komitmen dan dukungan kuat

terhadap program pendidikan.

Grafik IV.24 Belanja Pendidikan

Sumber: Data LRA Kab/Kota (diolah), Feb 2021

Sumber: Data LRA Kab/Kota & LKPK, Bidang PAPK, Feb 2021 (diolah)

Page 94: Penanggungjawab - DJPb

-

74

4.8.2. Belanja daerah Sektor Kesehatan

Alokasi Sektor Kesehatan di Jawa

Tengah tahun 2020 mencapai 17,9

persen dari alokasi belanja lainnya,

meningkat dari tahun sebelumnya

(14,3 persen). Hal ini menunjukkan

bahwa Pemerintah Daerah di Jawa

Tengah mempunyai komitmen dan

perhatian pada program kesehatan.

4.8.3. Belanja Infrastruktur Daerah

Realisasi total Dana Transfer

Umum (DTU) di Jawa Tengah 2020

(DBH dan DAU) sebesar Rp40.677

miliar. Sementara untuk

infrastruktur daerah berdasarkan

data belanja Urusan Wajib

Pelayanan Dasar (Perum Rakyat &

Kawasan Permukiman dan

Ketentraman & Ketertiban Umum)

hanya 7 persen dari DTU.

Pemerintah Daerah kedepan harus berkomitmen untuk pembangunan infrastruktur

daerah, yang dapat ditunjukkan dengan persentase alokasi belanja infrastruktur daerah

minimal 25 persen dari DTU.

Sumber: Data LRA Kab/Kota (diolah), Feb 2021

Sumber: Data LRA Kab/Kota (diolah), Feb 2021

Grafik IV.25 Belanja Kesehatan

Grafik IV.26 Belanja Infrastruktur Daerah

Page 95: Penanggungjawab - DJPb

Pendapatan konsolidasi tahun 2020 sebesar Rp117,35 triliun, naik 4,15 persen

dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp112,67 triliun. Sedangkan realisasi

belanja konsolidasian di Jawa Tengah adalah sebesar Rp129,01 triliun, turun 6,73

persen dibanding tahun sebelumnya. Kontribusi belanja pemerintah terhadap

PDRB adalah sebesar 6,34 persen, sedangkan investasi pemerintah berkontribusi

terhadap PDRB hanya sebesar 1,25 persen.

Page 96: Penanggungjawab - DJPb

75

5.1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN

Jika dibandingkan antara APBN dan APBD di Provinsi Jawa Tengah nampak

adanya peningkatan pada pendapatan konsolidasi namun terjadi penurunan pada

belanja konsolidasi.

Tercatat bahwa pendapatan konsolidasi tahun 2020 sebesar Rp117.348 miliar

disumbang oleh komponen pendapatan daerah sebesar Rp89.741 miliar dan Rp89.342

miliar berasal dari pendapatan pemerintah pusat. Jika dibanding tahun sebelumnya

nampak adanya kenaikan pada pendapatan konsolidasi sebesar Rp4.674 miliar atau

4,15 persen.

Porsi komponen belanja pemerintah pusat sebesar Rp102,75 miliar lebih tinggi

dari komponen belanja pemerintah daerah yang terealisasi sebesar Rp87.995 miliar.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terdapat penurunan pada belanja

konsolidasi sebesar Rp9.308 miliar atau 6,73 persen.

Tabel V.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 (dalam miliar Rupiah)

Realisasi % Proporsi Realisasi % Proporsi Realisasi % Proporsi

PENDAPATAN KONSOLIDASI 107.540 -6,28% 112.674 4,77% 117.348 4,15%

Pendapatan Perpajakan 89.855 -3,33% 93.777 4,36% 99.406 6,00%

Pendapatan Bukan Pajak 15.666 -16,70% 16.540 5,58% 17.942 8,47%

Hibah 2.018 410,58% 2.259 11,92% -100,00%

Transfer -100,00% 98 0,00% -100,00%

B. BELANJA KONSOLIDASI 131.729 1,70% 138.313 5,00% 129.005 -6,73%

Belanja Pemerintah 122.016 -4,89% 123.839 1,49% 111.600 -9,88%

Transfer 9.714 689,31% 14.474 49,01% 17.406 20,25%

SURPLUS/DEFISIT -24.189 63,73% -25.639 5,99% -11.657 -54,53%

C. PEMBIAYAAN 6.905 -7,13% 6.944 0,57% 6.926 -0,27%

Penerimaan Pembiayaan

Daerah 8.520 0,09% 7.916 -7,10% 7.592 -4,09%

Pengeluaran Pembiayaan

Daerah 1.615 49,87% 971 -39,87% 666 -31,38%

-17.284 135,53% -18.694 8,16% -4.731 -74,69%

TA 2018 TA 2019 TA 2020

Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan

Anggaran (SILPA/SiKPA)

Uraian

Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021

BAB

V

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN

KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

Page 97: Penanggungjawab - DJPb

76

5.2 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

5.2.1 Analisis Proporsi Pendapatan Konsolidasian

Pendapatan Konsolidasian

tahun 2020 di Provinsi Jawa

Tengah sebesar Rp117.348

miliar didominasi dari

pendapatan perpajakan

sebesar 84,71 persen dari

total pendapatan konsolidasi

dan sisanya ada di

pendapatan bukan pajak.

Pendapatan perpajakan

konsolidasian terbesar ada

pada komponen pendapatan

perpajakan pusat yaitu

sebesar Rp83.024 miliar atau

83,52 persen. Sedangkan

komponen pendapatan perpajakan daerah porsinya sangat rendah sebesar Rp16.382

miliar atau 16,48 persen. Namun demikian komponen pendapatan pemerintah daerah

pada pos pendapatan bukan pajak dan hibah lebih tinggi dari komponen pendapatan

pemerintah pusat. Walau pendapatan transfer nampak sangat besar yaitu Rp57.129

miliar dari porsi komponen pendapatan daerah namun pendapatan transfer

tereliminasi pada komponen pendapatan pemerintah daerah. Rendahnya komposisi

pendapatan pada pemerintah daerah menunjukkan bahwa pemerintah daerah

Provinsi Jawa Tengah belum mampu untuk menutup kebutuhan pendanaan

pemerintah di Jawa Tengah, sehingga ketergantungan terhadap dana transfer dari

pemerintah pusat masih sangat tinggi.

Grafik V.1 Proporsi Pendapatan Konsolidasian Jawa Tengah tahun 2020 (dalam Miliar Rp)

Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021

Page 98: Penanggungjawab - DJPb

77

5.2.2 Analisis Perbandingan Pendapatan Konsolidasian

Jika dilihat tren selama 5

tahun pendapatan tertinggi

ada pada tahun 2017

sebesar Rp179.505 miliar

disumbang oleh komponen

pendapatan daerah sebesar

54,05 persen dari total

pendapatan tahun 2017.

Sedangkan di tahun 2020

pendapatan sebesar

Rp179.083 miliar tercatat porsi yang hampir sama antara komponen pendapatan pusat

dan daerah dengan porsi komponen pemerintah daerah lebih besar yaitu 50,11 persen

dan sisanya terdapat pada komponen pendapatan pemerintah pusat. Perbandingan

pendapatan selama 5 tahun menunjukkan bahwa pendapatan di tahun 2020

mengalami penurunan jika dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp166.02 miliar atau

0,09 persen.

Demikian pula bila dilihat dari komponen pendapatan pemerintah pusat maupun

daerah. Komponen pendapatan pemerintah daerah tahun 2020 menurun jika

dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp7.237 miliar atau 7,46 persen.

Hal ini disebabkan karena pemerintah melalukan penyesuaian terhadap postur APBN

2020 yang dituangkan dalam Perpres nomor 54 tahun 2020 tentang Perubahan Postur

dan Rincian APBN tahun anggaran 2020. Hal ini berdampak pada penyesuaian postur

TKDD 2020 sehingga mempengaruhi komposisi pendapatan pemerintah daerah karena

berkurangnya penerimaan yang bersumber dari Dana Transfer.

5.2.3 Analisis Perbandingan Pendapatan Konsolidasian

Perkembangan rasio pajak terhadap PDRB di Jawa Tengah tahun 2020 sebesar

7,37 persen naik sebesar 0,48 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Grafik V.2 PerbandinganPendapatan Konsolidasian Jawa Tengah tahun 2020 (dalam Miliar Rp)

Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021

Page 99: Penanggungjawab - DJPb

78

Rasio tersebut jauh lebih rendah dibanding rasio pajak nasional sebesar 8,94

persen. Hal ini disebabkan karena dalam menghitung rasio pajak nasional hanya

menghitung komponen pendapatan pemerintah pusat.

Kenaikan terbesar pada pendapatan pajak konsolidasian di peroleh dari

pendapatan perpajakan dalam negeri terutama pada pendapatan PPN Dalam Negeri

dan pendapatan Cukap hasil Tembakau.

5.3 BELANJA KONSOLIDASIAN

5.3.1 Analisis Proporsi Belanja Konsolidasian

Tahun 2020 total realisasi belanja dan transfer sebesar Rp190.740 miliar,

bersumber dari komponen belanja pemerintah pusat Rp102.745 miliar atau 53,87

persen dan komponen belanja pemerintah daerah Rp 87.995 miliar atau 46,13 persen.

Namun dari total belanja dan transfer tersebut belanja transfer pemerintah pusat

Tabel V.2 Perkembangan Rasio Pajak terhadap PDRB Jawa Tengah (dalam Miliar Rp)

Uraian 2016 2017 2018 2019 2020

Pajak

Konsolidasian

(Milyar Rp)

108.405 114.750 89.855 93.777 99.406

PDRB Jateng

(Miliar Rp)

1.087.317 1.172.795 1.268.261 1.361.567 1.348.600

Rasio Pajak 9,97% 9,78% 7,08% 6,89% 7,37%

Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021

Grafik V.3 Perbandingan Belanja Konsolidasian Jawa Tengah tahun 2020 (dalam miliar Rp)

Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021

Page 100: Penanggungjawab - DJPb

79

sebesar Rp61.735 miliar tereliminasi sehingga total belanja konsolidasian di Jawa

Tengah adalah sebesar Rp129.005 miliar.

Realisasi belanja konsolidasian terbesar pada belanja pegawai yaitu Rp51.121

miliar bersumber dari komposisi pemerintah pusat sebesar 29,97 persen dan

pemerintah daerah 70,03 persen. Belanja barang konsolidasian yaitu Rp36.394 miliar

bersumber dari pemerintah pusat 27,77 persen dan 43,43 dari pemerintah daerah.

Sedangkan untuk belanja modal bersumber dari pemerintah pusat sebesar 14,76

persen dan pemerintah daerah sebesar 18,15 persen. Belanja Sosial konsolidasi

sebesar Rp751 miliar bersumber dari komponen pemerintah pusat sebesar 0,16 persen

dan 1,31 persn dari pemerintah daerah. Sisanya sebesar Rp6.507 miliar tersebar di

belanja pembayaran utang, subsidi, hibah, belanja tak terduga yang semuanya berasal

dari komponen konsolidasian pemerintah daerah.

5.3.2 Analisis Perbandingan Belanja Konsolidasian

Jika dibandingkan komposisi realisasi belanja konsolidasian per jenis belanja

antara tahun 2019 dengan tahun 2020 terlihat tidak ada perubahan yang cukup

signifikan, dengan belanja pegawai konsolidasian masih dominan dari total realisasi

belanja. Sementara itu porsi belanja modal hanya 13 persen, lebih rendah 4 point

dibanding porsi tahun sebelumnya. Walau porsi belanja modal yang menurun tidak

sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan porsi anggaran modal

Grafik V.4 Perubahan Belanja Konsolidasian Jawa Tengah tahun 2020

Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021

Page 101: Penanggungjawab - DJPb

80

namun hal ini dilakukan dalam rangka efisiensi anggaran yang sebagian besar

digunakan untuk belanja penanganan covid-19.

5.3.3 Analisis Rasio Belanja Pendidikan Perkapita

Berdasarkan hasil perhitungan rasio belanja Pendidikan per kapita dan IPM per

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dapat dilakukan perbandingan lebih lanjut untuk

mengetahui apakah rasio belanja Pendidikan per kapita yang besar berbanding lurus

dengan nilai IPM. Kabupaten Tegal memiliki rasio belanja pendidikan per kapita

sebesar Rp137.516 tetapi memiliki nilai IPM sebesar 12,67 atau nilai IPM lebih tinggi

jika dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki rasio belanja pendidikan per

kapita lebih besar, diantaranya Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Grobogan, Kabupaten

Brebes dan Kabupaten Boyolali.

Kabupaten Semarang memiliki rasio belanja pendidikan per kapita sebesar

Rp384.609 namun memiliki nilai IPM sebesar 12,97 atau lebih tinggi nilai IPM nya jika

dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki rasio belanja pendidikan per kapita

lebih besar, diantaranya Kabupaten Magelang, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten

Pemalang.

Kabupaten Klaten memiliki rasio belanja pendidikan per kapita sebesar

Rp707.390 namun memiliki nilai IPM sebesar 13,25 atau lebih tinggi nilai IPM nya jika

dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki rasio belanja Pendidikan perkapita

Grafik V.5 Rasio Belanja Pendidikan Jawa Tengah tahun 2018 - 2020

Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng dan BPS Prov. Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Page 102: Penanggungjawab - DJPb

81

lebih besar yaitu Kabupaten Wonosobo. Kabupaten Demak memiliki rasio belanja

pendidikan per kapita sebesar Rp740.903 namun memiliki nilai IPM sebesar 13,31 atau

lebih tinggi nilai IPM nya jika dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki rasio

belanja pendidikan per kapita lebih besar, diantaranya Kabupaten Kendal, Kabupaten

Purbalingga, Kabupaten Jepara, Kabupaten Pati, Kabupaten Sragen, Kabupaten

Temanggung, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Banjarnegara.

Kabupaten Purworejo memiliki rasio belanja pendidikan per kapita sebesar

Rp871.963 namun memiliki nilai IPM sebesar 13,50 atau lebih tinggi nilai IPM nya jika

dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki rasio belanja Pendidikan perkapita

lebih besar yaitu Kabupaten Rembang. Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten

Sukoharjo yang masing-masing memiliki rasio belanja pendidikan per kapita sebesar

Rp951.896 dan Rp965.866 namun memiliki nilai IPM sebesar 13,68 dan 13,83 atau

lebih tinggi nilai IPM nya jika dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki rasio

belanja pendidikan perkapita lebih besar, diantaranya Kabupaten Banyumas,

Kabupaten Kudus, Kabupaten Blora, Kota Pekalongan dan Kota Tegal.

Kota Salatiga dan Kota Semarang yang masing-masing memiliki rasio belanja

pendidikan per kapita sebesar Rp1.721.751 dan Rp2.171.019 namun memiliki nilai IPM

sebesar 15,41 dan 15,52 atau lebih tinggi nilai IPM nya jika dibandingkan dengan

daerah lain yang memiliki rasio belanja Pendidikan perkapita lebih besar, diantaranya

Kota Magelang dan Kota Surakarta.

5.4 SURPLUS / DEFISIT

Defisit pemerintah konsolidasian di Jawa Tengah tahun 2020 mencapai minus

Rp11.657 miliar disebabkan oleh defisit dari pemerintah pusat yakni sebesar Rp13.403

Tabel V.3 Rasio Surplus/Defisit Kondolidasian terhadap PDRB Jawa Tengah tahun 2020

Realisasi (Miliar Rp) Komposisi

Gabungan Pemda Jawa Tengah 1.746 (14,98) 0,13%

Pempus di Wilayah Jawa Tengah -13.403 114,98 -0,99%

Konsolidasian -11.657 100,00 -0,86%

Surplus/Defisit Rasio terhadap

PDRB

Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021

Page 103: Penanggungjawab - DJPb

82

miliar. Sedangkan gabungan pemda di Jawa Tengah mengalami surplus sebesar

Rp1.746 miliar. Akan tetapi defisit yang terjadi pada pemerintah pusat sangat besar,

sehingga surplus yang terjadi pada gabungan pemda di Jawa Tengah tidak berdampak

signifikan.

5.5 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT

Dari perhitungan PDRB dengan menggunakan pendekatan persamaan

pengeluaran, yaitu Y = C + I + G + (X – M), maka berdasarkan tabel di bawah ini dapat

dijelaskan sebagai berikut.

Nilai belanja pemerintah (G) dicerminkan dari nilai pengeluaran konsumsi

pemerintah yang berasal dari kompensasi pegawai ditambah penggunaan barang jasa

adalah sebesar Rp85.528,28 miliar. Sedangkan nilai investasi (I) dicerminkan dari nilai

Tabel V.4 LO Statistik Keuangan Pemerintah Tahun 2020

Kode Akun Statistik Keuangan Pemerintah Jumlah

A1 Pendapatan 227.702.750.939.272

A11 Pajak 99.401.455.674.416

A12 Kontribusi Sosial 0

A13 Hibah 6.119.716.695.103

A14 Pendapatan Lainnya 122.181.578.569.753

A2 Beban 119.789.512.075.713

A21 Kompensasi Pegawai 52.535.388.546.358

A22 Penggunaan Barang dan Jasa 32.989.895.108.485,0

A23 Konsumsi Aset Tetap 0

A24 Bunga 16.449.162.633

A25 Subsidi 11.200.830.916

A26 Hibah 26.456.436.900.627

A27 Manfaat Sosial 751.343.042.098

A28 Beban Lainnya 7.028.798.484.596

GOB Saldo Operasi Bruto (1-2+23+NOBz) 107.913.238.863.559

NOB Saldo Operasi Neto (1-2+NOBz) 107.913.238.863.559

TRANSAKSI ASET NON KEUANGAN :

A31 Akuisisi Aset Non Keuangan Neto 16.824.903.941.238

A311 Aset Tetap 16.061.873.688.965

A312 Perubahan Persediaan 0

A313 Barang Berharga 0

A314 Aset Non Produksi 763.030.252.273

NLB Saldo Peminjaman / Pinjaman Neto (1-2+NOBz-31) 91.088.334.922.321

TRANSAKSI ASET KEUANGAN DAN KEWAJIBAN

(PEMBIAYAAN) : (91.088.334.922.321)

A32 Akuisisi Neto Aset Keuangan 90.940.295.327.285

A321 Dalam Negeri 90.940.295.327.285

A322 Luar Negeri 0

A323 Emas Moneter dan Hak Tarik Khusus (SDRs) 0

A33 Keterjadian Kewajiban Neto (148.039.595.036)

A331 Dalam Negeri (148.039.595.036)

A332 Luar Negeri 0

TRANSAKSI YANG MEMPENGARUHI KEKAYAAN BERSIH :

Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021

Page 104: Penanggungjawab - DJPb

83

PMTB yang merupakan nilai akuisi asset tetap sebesar Rp16.824,90 miliar dengan nilai

PDRB Jawa Tengah adalah sebesar Rp.1.348.600,40 miliar.

Tahun 2020

kontribusi

belanja

pemerintah

terhadap PDRB

adalah sebesar

6,34 persen,

sedangkan

investasi

pemerintah

berkontribusi

terhadap PDRB hanya sebesar 1,25 persen. Dalam kondisi saat ini dimana

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah berada di angka -2,65 persen, belanja pemerintah

dan investasi memiliki kontribusi yang sangat penting dalam menggerakkan

perekonomian di Jawa Tengah agar lebih baik untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi pada masa yang akan datang.

Uraian Nilai

Kompensasi Pegawai 52.535,39

Penggunaan Barang dan Jasa 32.989,90

Konsumsi Aset Tetap -

Konsumsi Pemerintah 85.525,28

Aset Tetap 16.824,90

PMTB 16.824,90

PDRB 1.348.600,40

Kontribusi Belanja Pemerintah 6,34%

Kontribusi Investasi Pemerintah 1,25%

Tabel V.5 Perhitungan Kontribusi Belanja dan Investasi Pemerintah Tahun 2020

Sumber :LKPK Kanwil DJPb Prov. Jateng, diolah, Feb 2021

Page 105: Penanggungjawab - DJPb

Belanja APBN/APBD didominasi belanja yang mendorong pemerataan (distribusi

pendapatan) dan peningkatan daya beli masyarakat. Diantaranya belanja pegawai dan

transfer payment (bansos).

Sektor dan potensi unggulan berkembang dengan sendirinya, dan didukung kebijakan

sektor riil berupa KPBU (kemitraan pemerintah dan badan usaha), kemudahan perizinan

dan penyelesaian sengketa usaha dalam kerangka membentuk iklim “eazy of doing

business”, khususnya di sektor industri melalui fasilitasi pembangunan kawasan industri,

dan sektor pariwisata melalui penetapan kawasan strategis wisata nasional.

KEUNGGULAN & POTENSI EKONOMI

SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL

Page 106: Penanggungjawab - DJPb

.

84

Keunggulan dan potensi ekonomi regional (Jawa Tengah) dapat diketahui dengan

melakukan Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Tipologi Klassen, dan Analisis

Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektoral.

Konsep Analisis Location Quotient (LQ) dan Tipologi Klassen

Analisis Location Quotient (LQ) dan Tipologi Klassen dilakukan untuk mengetahui

lapangan usaha (sektor ekonomi) regional yang menjadi basis atau berkontribusi besar

terhadap lapangan usaha (sektor ekonomi) nasional. Analisis LQ dilakukan dengan

mengunakan data PDRB dan PDB tahun 2014 – 2020 yang diolah melalui 2 jenis rumusan

yaitu Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ). Analisis SLQ

untuk mengetahui sektor basis dan non basis, di mana nilai SLQ > 1 sebagai sektor basis,

SLQ = 1 sebagai sektor biasa dan SLQ < 1 sebagai sektor non basis. Sektor basis adalah

lapangan usaha di Jawa Tengah yang berkontribusi besar/di atas rata-rata terhadap

pembentukan PDB dalam lapangan usaha tersebut di lingkup nasional. Sektor biasa

adalah lapangan usaha di Jawa Tengah yang berkontribusi rata-rata terhadap

pembentukan PDB dalam lapangan usaha tersebut di lingkup nasional. Sektor non basis

adalah lapangan usaha di Jawa Tengah yang berkontribusi kecil atau di bawah rata-rata

terhadap pembentukan PDB dalam lapangan usaha tersebut di lingkup nasional.

Sedangkan DLQ adalah indikator SLQ berdasarkan data time series, yang

mengindikasikan kecenderungan rata-rata nilai SLQ setiap periodenya. Tipologi Klassen

digunakan untuk menentukan sektor unggulan berdasarkan kuadran dengan kategori

SLQ > 1 dan DLQ > 1.

Rumusan SLQ

SLQxn = Yx

regional / Ytregional

Yxnasional / Ytnasional

BAB

VI

KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA

TANTANGAN FISKAL REGIONAL

Page 107: Penanggungjawab - DJPb

.

85

SLQxn = Nilai SLQ pada lapangan usaha x tahun n Yx

regional = PDRB Jawa Tengah pada lapangan usaha x pada tahun n Yt

regional = Total PDRB Jawa Tengah pada tahun n Yx

nasional = PDB Indonesia pada lapangan usaha x pada tahun n Yt

nasional = Total PDB Indonesia pada tahun n

Rumusan DLQ

DLQx = [ 1 + MαYx

regional / 1 + MαYtregional]

[ 1 + MαYxnasional / 1 + MαYt

nasional]

DLQx = Nilai DLQ pada lapangan usaha x MαYx

regional = Rata-rata pertumbuhan PDRB Jawa Tengah pada lapangan usaha x pada tahun yang dihitung secara time series

MαYtregional = Rata-rata pertumbuhan PDRB Jawa Tengah pada tahun yang

dihitung secara time series MαYx

nasional = Rata-rata pertumbuhan PDB Indonesia pada lapangan usaha x pada tahun yang dihitung secara time series

MαYtnasional = Rata-rata pertumbuhan PDB Indonesia pada tahun yang dihitung

secara time series

Rumusan Tipologi Klassen

DLQ>1 DLQ<=1

SLQ>1 Kuadran I Kuadran III

SLQ<=1 Kuadran II Kuadran IV

Kuadran I = Sektor/Lapangan Usaha Basis-Unggulan Kuadran II = Sektor/Lapangan Usaha Basis-Potensial Kuadran III = Sektor/Lapangan Usaha Biasa Kuadran IV = Sektor/Lapangan Usaha Non Basis

Konsep Analisis Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Lapangan

Usaha/Sektoral

Analisis Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Lapangan Usaha/Sektoral digunakan

untuk: mengetahui lapangan usaha/sektor yang berkontribusi terbesar dalam

pembentukan PDRB Jawa Tengah; dan mengetahui lapangan usaha dengan

pertumbuhan tertinggi pada suatu periode atau sepanjang tahun (time series).

Page 108: Penanggungjawab - DJPb

.

86

Analisis kontribusi PDRB dilakukan dengan membandingkan persentase kontribusi

terhadap PDRB antar lapangan usaha, yang terdiri dari 17 lapangan usaha. Analisis laju

pertumbuhan dilakukan dengan membandingkan persentase laju pertumbuhan rata-

rata dari tahun 2014-2020 antar sektor.

Penerapan Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis SLQ

Terdapat 17 sektor/lapangan usaha yang dijadikan dasar perhitungan PDB/PDRB segi

penerimaan oleh BPS sebagaimana tabel di bawah ini.

Sektor / Lapangan Usaha

Tahun

2014

(1)

Tahun

2015

(2)

Tahun

2016

(3)

Tahun

2017

(4)

Tahun

2018

(5)

Tahun

2019

(6)

Tahun

2020

(7)

Kecenderungan

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,04 1,05 1,03 1,00 0,99 0,96 0,98 Turun

Pertambangan dan Penggalian 0,21 0,23 0,26 0,28 0,28 0,28 0,29 Naik

Industri Pengolahan 1,60 1,59 1,57 1,57 1,56 1,58 1,58 Turun

Pengadaan Listrik dan Gas 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,11 Naik

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 0,90 0,84 0,83 0,84 0,83 0,81 0,79 Turun

Konstruksi 1,01 1,00 1,01 1,00 1,00 0,99 0,99 Turun

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor 1,03 1,03 1,03 1,05 1,05 1,06 1,07 Naik

Transportasi dan Pergudangan 0,83 0,83 0,82 0,78 0,78 0,80 0,63 Turun

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,99 1,01 1,01 1,02 1,03 1,06 1,10 Naik

Informasi dan Komunikasi 0,86 0,84 0,83 0,86 0,90 0,91 0,96 Naik

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,69 0,67 0,67 0,66 0,66 0,63 0,63 Turun

Real Estat 0,59 0,60 0,61 0,62 0,63 0,63 0,62 Naik

Jasa Perusahaan 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 Tetap

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 0,78 0,77 0,76 0,76 0,74 0,72 0,72 Turun

Jasa Pendidikan 1,13 1,12 1,15 1,18 1,20 1,21 1,19 Naik

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,71 0,70 0,72 0,73 0,74 0,73 0,71 Tetap

Jasa Lainnya 0,97 0,92 0,91 0,91 0,91 0,90 0,87 Turun

Tabel VI.1 SLQ dan Tren SLQ Atas 17 Lapangan Usaha tahun 2014 – 2020 Provinsi Jawa Tengah

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Page 109: Penanggungjawab - DJPb

.

87

Delapan lapangan usaha, yaitu 1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2) industri

pengolahan, 3) pengadaan air, pengelolaan sampah, dan daur ulang, 4) konstruksi, 5)

transportasi dan pergudangan, 6) jasa keuangan dan asuransi, 7) administrasi

pemerintahan, pertanahan, dan jaminan sosial, dan 8) jasa lainnya, cenderung menurun

kontribusinya terhadap pembentukan PDB nasional. Hal tersebut ditunjukkan dengan

menurunnya nilai SLQ tahun 2014 sampai dengan tahun 2020.

Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan menurun sepanjang 2015-

2019, namun mengalami kenaikan pada tahun 2020. Dari delapan sektor/lapangan

usaha yang menurun, hanya lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang

mengalami kenaikan SLQ pada tahun 2020. Data tersebut menunjukkan bahwa Pandemi

Covid-19 menaikkan permintaan produk pertanian, kehutanan, dan perikanan di/dari

Jawa Tengah.

Lapangan usaha industri pengolahan cenderung menurun berdasarkan garis tren

linear SLQ antara tahun 2014 dan tahun 2020. Pada tahun 2014, SLQ sebesar 1,60 dan

pada tahun 2020 SLQ sebesar 1,58. Data tren SLQ menunukkan telah terjadi kenaikan

antara tahun 2018 dan 2019, namun secara umum menurun.

Grafik VI.1 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Menurun Provinsi Jawa Tengah

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Page 110: Penanggungjawab - DJPb

.

88

Hal yang sama terjadi pada lapangan usaha konstruksi, yang memiliki tren

fluktuatif namun secara umum menurun di mana pada tahun 2014 SLQ sebesar 1,01

menjadi 0,99 pada tahun 2020. Kedua lapangan usaha tersebut (industri pengolahan

dan konstruksi) pada tahun 2019 dan tahun 2020, memiliki SLQ yang tetap. Hal yang

sama terjadi pada lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi dan lapangan usaha

administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial, di mana tahun 2019 sama

dengan tahun 2020. Pandemi Covid-19 diasumsikan tidak mempengaruhi keempat

lapangan usaha tersebut.

Lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial cenderung tetap dengan

mengambil data awal SLQ pada tahun 2014 sebesar 0,71 dan tetap sama sebesar 0,71

pada tahun 2020. Pandemi covid-19 telah menurunkan angka SLQ pada tahun 2020

menjadi 0,71 dari sebelumnya (pada tahun 2019) sebesar 0,73. Pada saat pandemi

Covid-19, pendapatan yang diterima pusat/unit layanan kesehatan cenderung menurun.

Hal yang sama juga terjadi pada penerimaan dana sosial. Pada umumnya pendapatan

masyarakat (PDRB) dan tentunya pendapatan per kapita menurun pada tahun 2020

dibandingkan tahun 2019, sehingga kecenderungan masyarakat untuk mengalokasikan

pendapatannya untuk kegiatan sosial juga menurun.

Lapangan usaha jasa perusahaan memiliki SLQ yang tetap sepanjang tahun 2014-

2020. Volalitas SLQ sektor/lapangan usaha yang berkaitan dengan jasa perusahaan

seperti : industri pengolahan, konstruksi, perdagangan, pengadaan listrik dan air, dsb,

Grafik VI.2 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Tetap Provinsi Jawa Tengah

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Page 111: Penanggungjawab - DJPb

.

89

cenderung saling menggenapi, dalam arti, satu sektor menurun, sektor yang lain

meningkat, maka jasa perusahaan yang mana kontribusinya didukung oleh sektor-sektor

tersebut, cenderung tetap sepanjang tahun.

Terdapat tujuh lapangan usaha dengan SLQ cenderung meningkat, yaitu 1)

pertambangan dan penggalian, 2) pengadaan listrik dan gas, 3) perdagangan besar dan

eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, 4) penyediaan akomodasi dan makan minum,

5) informasi dan komunikasi, 6) real estat, dan 7) jasa Pendidikan.

SLQ lapangan usaha Real estat dan jasa Pendidikan menurun pada tahun 2020

dibandingkan tahun 2019. Sedangkan nilai SLQ kedua lapangan usaha tersebut dari

tahun 2014-2019 terus meningkat. Pandemi Covid-19 diasumsikan menurunkan

kontribusi real estat dan jasa Pendidikan Jawa Tengah terhadap penerimaan lapangan

usaha tersebut secara nasional (PDB).

Grafik VI.3 Lapangan Usaha dengan SLQ Cenderung Meningkat Provinsi Jawa Tengah

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Page 112: Penanggungjawab - DJPb

.

90

Analisis DLQ

DLQ diolah dari data PDRB Jawa Tengah dan PDB Indonesia Tahun 2014 sampai

dengan Tahun 2020. Terdapat tujuh sektor / lapangan usaha basis di Jawa Tengah (DLQ

di atas 1), diurutkan dari terbesar ke terkecil sebagai berikut : 1) pertambangan dan

penggalian, 2) informasi dan komunikasi, 3) penyediaan akomodasi dan makan minum,

4) pengadaan listrik dan gas, 5) jasa Pendidikan, 6) real estat, dan 7) perdagangan besar

dan eceran ; reparasi mobil dan sepeda motor.

Sedangkan sektor / lapangan usaha biasa di Jawa Tengah (DLQ=1) meliputi : 1) jasa

perusahaan, 2) jasa Kesehatan dan kegiatan sosial, 3) industri pengolahan, dan 4)

konstruksi. Kemudian, sektor / lapangan usaha non basis meliputi : 1) pertanian,

kehutanan, dan perikanan, 2) administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan

sosial, 3) jasa keuangan dan asuransi, 4) pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah,

dan daur ulang, 5) jasa lainnya, dan 6) transportasi dan pergudangan.

Tabel VI.2 Sektor Basis berdasarkan DLQ Provinsi Jawa Tengah

No Sektor / Lapangan Usaha DLQ

1 Pertambangan dan Penggalian 1,05

2 Informasi dan Komunikasi 1,02

3 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,02

4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,01

5 Jasa Pendidikan 1,01

6 Real Estat 1,01

7

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor 1,01

8 Jasa Perusahaan 1,00

9 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,00

10 Industri Pengolahan 1,00

11 Konstruksi 1,00

12 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,99

13 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 0,99

14 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,99

15 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 0,98

16 Jasa Lainnya 0,98

17 Transportasi dan Pergudangan 0,97

1,00Rata-Rata Total

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Page 113: Penanggungjawab - DJPb

.

91

Penerapan Tipologi Klassen

❖ Kuadran I meliputi : 1) Perdagangan Besar dan Eceran; reparasi mobil dan sepeda

motor, 2) penyediaan akomodasi dan makan minum, dan 3) jasa pendidikan.

❖ Kuadran II meliputi : 1) pertambangan dan penggalian, 2) pengadaan listrik dan gas,

3) informasi dan komunikasi, dan 4) real estat.

❖ Kuadran III meliputi : industri pengolahan

❖ Kuadran IV meliputi : 1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2) pengadaan air,

pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, 3) konstruksi, 4) transportasi dan

pergudangan, 5) jasa keuangan dan asuransi, 6) jasa perusahaan, 7) administrasi

pemerintahan, pertahanan, dan jaminan social, 8) jasa Kesehatan dan kegiatan sosial,

dan 9) jasa lainnya.

Penerapan Analisis Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektoral

Tabel VI.3 Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB

DLQ>1 DLQ<=1

֍Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

֍Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

֍Jasa Pendidikan

֍Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

֍Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

֍Konstruksi

֍Transportasi dan Pergudangan

֍Jasa Keuangan dan Asuransi

֍Jasa Perusahaan

֍Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

֍Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

֍Jasa Lainnya

֍Industri Pengolahan

Tipologi Klassen

SLQ

<=1

SLQ

>1

֍Pertambangan dan Penggalian

֍Pengadaan Listrik dan Gas

֍Informasi dan Komunikasi

֍Real Estat

PDRB ADHK Jawa Tengah Harga Konstan Tahun 2010

Lapangan Usaha Rp (Triliun)Persen

KontribusiRp (Triliun)

Persen

KontribusiRp (Triliun)

Persen

KontribusiRp (Triliun)

Persen

KontribusiRp (Triliun)

Persen

KontribusiRp (Triliun)

Persen

KontribusiRp (Triliun)

Persen

Kontribusi

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 107,8 14,09 113,8 14,11 116,3 13,69 118,1 13,21 121,4 12,89 123,2 12,42 126,3 13,08

Pertambangan dan Penggalian 15,6 2,03 16,0 1,99 19,0 2,24 20,4 2,28 20,9 2,22 21,6 2,17 21,4 2,21

Industri Pengolahan 271,5 35,50 284,6 35,27 296,2 34,88 308,8 34,54 322,2 34,23 338,9 34,16 326,2 33,78

Pengadaan Listrik dan Gas 0,9 0,11 0,9 0,11 1,0 0,11 1,0 0,11 1,0 0,11 1,1 0,11 1,1 0,11

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 0,6 0,07 0,6 0,07 0,6 0,07 0,6 0,07 0,7 0,07 0,7 0,07 0,7 0,07

Konstruksi 76,7 10,02 81,3 10,08 86,9 10,23 92,8 10,38 98,4 10,45 103,3 10,41 99,4 10,29

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 110,9 14,50 115,3 14,29 121,2 14,27 129,3 14,47 136,7 14,52 144,8 14,59 139,2 14,42

Transportasi dan Pergudangan 24,9 3,25 26,8 3,32 28,6 3,37 29,9 3,34 32,1 3,41 34,8 3,51 23,3 2,41

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 23,5 3,07 25,1 3,11 26,7 3,14 28,4 3,18 30,7 3,26 33,5 3,37 30,8 3,19

Informasi dan Komunikasi 30,1 3,94 33,0 4,09 35,7 4,21 40,5 4,53 45,5 4,83 50,8 5,12 58,7 6,08

Jasa Keuangan dan Asuransi 20,1 2,63 21,7 2,69 23,8 2,80 24,9 2,78 25,6 2,72 26,5 2,67 27,1 2,80

Real Estat 13,8 1,80 14,8 1,84 15,8 1,86 16,9 1,89 17,8 1,89 18,8 1,89 18,7 1,94

Jasa Perusahaan 2,5 0,33 2,7 0,34 3,0 0,36 3,3 0,37 3,6 0,38 4,0 0,40 3,7 0,38

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 21,1 2,76 22,2 2,75 22,7 2,67 23,3 2,61 24,3 2,59 25,0 2,52 24,7 2,56

Jasa Pendidikan 27,3 3,56 29,3 3,63 31,6 3,72 33,8 3,78 36,3 3,85 39,0 3,94 38,9 4,03

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,9 0,77 6,3 0,78 6,9 0,82 7,5 0,84 8,2 0,87 8,7 0,88 9,5 0,98

Jasa Lainnya 11,9 1,56 12,3 1,52 13,4 1,57 14,6 1,63 15,9 1,69 17,4 1,75 16,0 1,66

Total 765,0 100,00 806,8 100,00 849,4 100,00 894,1 100,00 941,3 100,00 992,1 100,00 965,6 100,00

2019 20202014 2015 2016 2017 2018

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Page 114: Penanggungjawab - DJPb

.

92

Sektor yang berkontribusi terbesar bagi pembentukan PDRB Jawa Tengah meliputi : 1)

industri pengolahan, 2) perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda

motor, 3) pertanian, kehutanan, dan perikanan, dan 4) konstruksi.

Sektor yang volatilitasnya tinggi adalah 1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2)

industri pengolahan, 3) transportasi dan pergudangan, 4) informasi dan komunikasi, dan

5) jasa Pendidikan. Tiga sektor yang kontribusinya volatile dan mudah terpengaruh oleh

perubahan kebijakan dan pasar adalah 1) informasi dan komunikasi, 2) pertanian,

kehutanan, dan perikanan, dan 3) industri pengolahan.

Grafik VI.4 Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB

Tabel VI.4 Perbandingan Laju Pertumbuhan Sektoral Jawa Tengah dan Nasional 2015 - 2020

Jawa Tengah Indonesia Jawa Tengah Indonesia Jawa Tengah Indonesia Jawa Tengah Indonesia Jawa Tengah Indonesia Jawa Tengah Indonesia

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,60% 3,76% 2,13% 3,36% 1,61% 3,87% 2,75% 3,90% 1,52% 3,63% 2,47% 1,75%

Pertambangan dan Penggalian 3,05% -3,42% 18,73% 0,95% 6,98% 0,66% 2,45% 2,15% 3,28% 1,22% -0,80% -1,95%

Industri Pengolahan 4,81% 4,33% 4,09% 4,26% 4,25% 4,29% 4,33% 4,27% 5,19% 3,80% -3,77% -2,93%

Pengadaan Listrik dan Gas 2,44% 0,96% 7,57% 5,37% 2,28% 1,50% 5,36% 5,52% 5,48% 4,11% 1,79% -2,42%

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 1,64% 7,25% 2,17% 2,70% 6,51% 5,26% 4,88% 5,00% 4,42% 7,14% 2,22% 5,56%

Konstruksi 6,00% 6,36% 6,88% 5,21% 6,78% 6,80% 6,07% 6,09% 4,95% 5,75% -3,76% -3,26%

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3,97% 2,58% 5,10% 3,98% 6,73% 4,46% 5,67% 4,96% 5,92% 4,60% -3,82% -3,72%

Transportasi dan Pergudangan 7,80% 6,70% 6,66% 7,45% 4,46% 8,51% 7,55% 7,01% 8,49% 6,43% -33,15% -15,05%

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,79% 4,31% 6,40% 5,17% 6,59% 5,41% 7,89% 5,64% 9,14% 5,84% -8,06% -10,20%

Informasi dan Komunikasi 9,53% 9,67% 8,31% 8,89% 13,27% 9,63% 12,39% 7,05% 11,62% 9,39% 15,65% 10,59%

Jasa Keuangan dan Asuransi 8,02% 8,60% 9,67% 8,93% 4,44% 5,45% 3,05% 4,19% 3,51% 6,62% 2,03% 3,25%

Real Estat 7,59% 4,13% 6,80% 4,68% 6,49% 3,65% 5,58% 3,59% 5,53% 5,60% -0,28% 2,34%

Jasa Perusahaan 8,49% 7,69% 10,62% 7,35% 8,72% 8,47% 9,48% 8,62% 10,54% 10,23% -7,19% -5,41%

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 5,31% 4,66% 2,37% 3,19% 2,57% 2,06% 4,43% 7,01% 2,86% 4,58% -1,31% -0,03%

Jasa Pendidikan 7,55% 7,32% 7,64% 3,85% 7,15% 3,67% 7,29% 5,38% 7,59% 6,32% -0,24% 2,61%

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,61% 6,67% 9,86% 5,13% 8,60% 6,83% 8,80% 7,12% 6,72% 8,70% 8,19% 11,61%

Jasa Lainnya 3,21% 8,05% 8,62% 8,01% 8,99% 8,75% 9,45% 8,99% 9,02% 10,51% -8,01% -4,10%

Pertumbuhan Ekonomi 5,47% 4,18% 5,28% 4,57% 5,26% 4,76% 5,28% 4,95% 5,40% 4,96% -2,67% -1,58%

Sektor / Lapangan Usaha

Laju Pertumbuhan

Sektoral Tahun 2020

Laju Pertumbuhan

Sektoral Tahun 2019

Laju Pertumbuhan

Sektoral Tahun 2018

Laju Pertumbuhan

Sektoral Tahun 2017

Laju Pertumbuhan

Sektoral Tahun 2016

Laju Pertumbuhan

Sektoral Tahun 2015

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Tabel VI.5 Perbandingan Rata-rata Pertumbuhan Sektoral Jawa Tengah dan Nasional 2015 - 2020

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Sektor / Lapangan UsahaRata-Rata Pertumbuhan

Sektoral Jawa Tengah

Rata-Rata Pertumbuhan

Sektoral Indonesia

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,68% 3,38%

Pertambangan dan Penggalian 5,61% -0,06%

Industri Pengolahan 3,15% 3,00%

Pengadaan Listrik dan Gas 4,15% 2,51%

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 3,64% 5,49%

Konstruksi 4,49% 4,49%

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3,93% 2,81%

Transportasi dan Pergudangan 0,30% 3,51%

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,79% 2,69%

Informasi dan Komunikasi 11,79% 9,20%

Jasa Keuangan dan Asuransi 5,12% 6,17%

Real Estat 5,29% 4,00%

Jasa Perusahaan 6,78% 6,16%

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 2,71% 3,58%

Jasa Pendidikan 6,16% 4,86%

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,13% 7,68%

Jasa Lainnya 5,21% 6,70%

Rata-Rata Total 4,00% 3,64%

Page 115: Penanggungjawab - DJPb

.

93

Jawa Tengah memiliki 11 sektor/lapangan usaha yang mana rata-rata

pertumbuhan sektoralnya di atas rata-rata pertumbuhan sektoral Indonesia. Hanya

enam sektor/lapangan usaha yang rata-rata laju pertumbuhannya di bawah laju

pertumbuhan sektoral Indonesia, yaitu 1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, 2)

pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, 3) transportasi dan

pergudangan, 4) jasa keuangan dan asuransi, 5) administrasi pemerintahan, pertahanan,

dan jaminan sosial, dan 6) jasa lainnya.

SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DAN SEKTOR EKONOMI POTENSIAL

JAWA TENGAH

Kriteria yang digunakan untuk menentukan sektor unggulan dan sektor

potensial, sebagai berikut :

KRITERIA SEKTOR UNGGULAN DAERAH (SUBSTITUTIF)

KRITERIA SEKTOR POTENSIAL DAERAH (KOMPLEMEN/IRISAN)

Kuadran I pada Tipologi Klassen Kuadran II, III, dan IV pada Tipologi Klassen

Lapangan Usaha yang berkontribusi terbesar bagi PDRB

Lapangan Usaha dengan Tren SLQ yang Cenderung Meningkat

Lapangan Usaha dengan rata-rata laju pertumbuhan tertinggi (Di atas target laju

pertumbuhan ekonomi)

Tabel VI.6 Rata-rata Pertumbuhan Sektoral Jawa Tengah (Perhitungan Tahun 2014 – 2020)

Lapangan UsahaRata-Rata Tumbuh

2014-2020

Informasi dan Komunikasi 11,79%

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,13%

Jasa Perusahaan 6,78%

Jasa Pendidikan 6,16%

Pertambangan dan Penggalian 5,61%

Real Estat 5,29%

Jasa Lainnya 5,21%

Jasa Keuangan dan Asuransi 5,12%

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,79%

Konstruksi 4,49%

Pengadaan Listrik dan Gas 4,15%

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor 3,93%

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 3,64%

Industri Pengolahan 3,15%

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 2,71%

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,68%

Transportasi dan Pergudangan 0,30%

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Page 116: Penanggungjawab - DJPb

.

94

Penentuan secara substitutif berarti sektor yang memenuhi salah satu kriteria

dapat diakomodasi dalam penentuan. Sedangkan penentuan secara komplemen/irisan

berarti sektor yang diakomodasi harus memenuhi keseluruhan kriteria. Sektor ekonomi

unggulan ditentukan berdasarkan kriteria Kuadran I Tipologi Klassen dengan

argumentasi :

1. Kuadran I Tipologi Klassen terdiri dari sektor ekonomi yang bernilai SLQ dan DLQ di

atas 1. Nilai SLQ di atas satu (khususnya pada tahun terakhir) menunjukkan

kontribusi yang dominan dalam pembentukan PDB dibandingkan sektor yang sama

pada regional/provinsi lainnya. Nilai DLQ di atas satu menunjukkan tren sektor

tersebut berkontribusi dominan dalam pebentukan PDB dibandingkan sektor yang

sama pada provinsi lainnya.

2. Suatu sektor disebut unggulan pada suatu provinsi apabila kontribusi dan laju

pertumbuhan di suatu provinsi tersebut lebih besar daripada kontribusi dan laju

pertumbuhan sektor tersebut dalam lingkup nasional. Hal ini direfleksikan dalam

nilai SLQ dan DLQ di atas 1.

Sektor ekonomi unggulan ditentukan berdasarkan kriteria besarnya kontribusi

sektor tersebut dalam pembentukan PDRB dengan argumentasi :

1. Suatu sektor yang berkontribusi terbesar, dengan penentuan nilai 10% dari PDRB,

menunjukkan besarnya faktor produksi yang terserap dalam sektor tersebut.

2. Penyerapan Sebagian besar factor produksi dalam sektor tersebut, menunjukkan

besarnya pengaruh sektor tersebut dalam pembentukan inflasi, pertumbuhan,

penyerapan angkatan kerja, dan distribusi pendapatan.

3. Sehingga, stabilitas dan daya tahan sektor berkontribusi terbesar tersebut

menentukan ketahanan ekonomi suatu daerah.

Sektor ekonomi potensial disimpulkan sebagai suatu irisan dari kriteria : 1)

Kuadran II, III, dan IV pada Tipologi Klassen, 2) Lapangan Usaha dengan Tren SLQ yang

Cenderung Meningkat, dan 3) Lapangan Usaha dengan rata-rata laju pertumbuhan

tertinggi (di atas target laju pertumbuhan ekonomi). Argumentasi atas penentuan

tersebut sebagai berikut :

Page 117: Penanggungjawab - DJPb

.

95

1. Sektor ekonomi dalam kuadran II sekurangnya memiliki nilai DLQ di atas 1, dan di

kuadran III sekurangnya memiliki SLQ di atas 1. Sedangkan sektor di kuadran IV,

meskipun tidak potensial dan dianggap non basis, akan dilakukan uji irisan dengan

kriteria kedua dan ketiga.

2. SLQ yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan telah terjadi

pengembangan atau pertumbuhan sektor tersebut atau telah terjadi pemindahan

pusat produksi sektor tersebut dari suatu provinsi ke provinsi yang mengalami

kenaikan SLQ terus-menerus. Sehingga, sektor tersebut dapat dinilai sebagai sektor

potensial.

3. Laju pertumbuhan sektoral yang tinggi menentukan potensi pengembangan atau

dominannya sektor tersebut pada PDRB di masa mendatang. Tolok ukur rasional

sebagai penentu suatu sektor dianggap memiliki laju pertumbuhan tinggi adalah

apabila suatu sektor memiliki laju pertumbuhan di atas target pertumbuhan

ekonomi yang ditetapkan dalam RPJMD. Jawa Tengah menentukan target

pertumbuhan sebesar 5,4%-5,7%, sehingga angka acuan yang ditetapkan adalah

angka 5,7%.

SEKTOR EKONOMI UNGGULAN JAWA TENGAH

KRITERIA SEKTOR UNGGULAN DAERAH (SUBSTITUTIF)

Kuadran I pada Tipologi Klassen

Lapangan Usaha yang berkontribusi terbesar bagi PDRB (Di atas 10%)

Kuadran I Pada Tipologi Klassen Lapangan Usaha Yang Berkontribusi Terbesar Bagi PDRB

❖ Perdagangan Besar dan Eceran; reparasi mobil dan sepeda motor,

❖ Penyediaan akomodasi dan makan minum,

❖ Jasa pendidikan.

❖ Industri Pengolahan ❖ Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan ❖ Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ❖ Konstruksi

Sektor unggulan Jawa Tengah meliputi : 1) Perdagangan Besar dan Eceran;

reparasi mobil dan sepeda motor, 2) Penyediaan akomodasi dan makan minum, 3) Jasa

Page 118: Penanggungjawab - DJPb

.

96

Pendidikan, 4) Industri Pengolahan, 5) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, dan 6)

Konstruksi.

Perdagangan Besar dan Eceran

Pada tahun 2020 lapanan usaha perdagangan besar dan eceran turun -3,28%

dibandingkan tahun 2019. Pada tahun 2019 PDRB ADHK sektor ini tercatat Rp144,8

triliun (ADHB Rp147,2 triliun) dan pada tahun 2020 sebesar Rp139,2 triliun (ADHB

Rp142,2 triliun). Sebagian besar pelaku sektor perdagangan di Jawa Tengah adalah

UMKM. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mencatat jumlah UMKM di Jawa Tengah

sebanyak 4.174.210 UMKM (jatengprov.go.id, 2020).

Penyediaan akomodasi dan makan minum

Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum berkaitan dengan

perhotelan dan restoran. Lapangan usaha ini berkontribusi terhadap PDRB sebesar

Rp23,5 triliun (3,07%) pada tahun 2014, Rp25,1 triliun (3,11%) pada tahun 2015, Rp26,7

triliun (3,14%) pada tahun 2016, Rp28,4 triliun (3,18%) pada tahun 2017, Rp30,7 triliun

(3,26%) pada tahun 2018, Rp33,5 triliun (3,37%) pada tahun 2019, dan Rp30,8 triliun

(3,19%) pada tahun 2020. (BPS,2020)

Pada tahun 2014 dan 2015 terdapat 1.728 restoran, meningkat menjadi 2.847

restoran pada tahun 2016, dan meningkat menjadi 3.149 dan 3.790 pada tahun 2017

dan 2018, namun pada tahun 2019 jumlah restoran menurun menjadi 3.658. (BPS,

2020). Sedangkan jumlah hotel di Jawa Tengah dari tahun 2014-2019 berturut-turut

sebanyak 186, 204, 217, 243, 291, dan 311 hotel (BPS,2020).

Jasa Pendidikan

Kontribusi Jasa Pendidikan dalam PDRB pada tahun 2020 sebesar Rp38,9 triliun

atau 4,03% dari PDRB tahun 2020 (Rp965,6 triliun). Sepanjang tahun 2014-2019, jasa

Pendidikan terus meningkat, namun pada tahun 2020 menurun dibandingkan tahun

2019. Hal tersebut dipengaruhi adanya pandemi covid-19.

Sekolah dasar dan menengah di Jawa Tengah berjumlah 31.333 sekolah, yang

meliputi sekolah negeri dan swasta (Kemedikbud, 2020). Perguruan tinggi yang dikelola

oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (BPS,2019) tersebar di berbagai

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Beberapa kementerian lainnya juga membangun dan

Page 119: Penanggungjawab - DJPb

.

97

mengelola perguruan tinggi dalam bentuk politeknik, akademi, institut, dan universitas

di Jawa Tengah, seperti: Kementerian Agama mengelola UIN di Semarang dan

Purwokerto, IAIN di Pekalongan, Surakarta, dan Salatiga, dan STAIN Kudus; Kementerian

Kesehatan mengelola Politeknik Kesehatan di Semarang dan Surakarta; Kementerian

ESDM mengelola PEM Akamigas dan PPSDM Migas di Cepu; Kementerian Kelautan dan

Perikanan mengelola SUPM di Tegal; Kementerian Perhubungan mengelola Politeknik

Ilmu Pelayanan di Semarang; Polri mengelola Akpol, Pusdikbinmas, dan SPN

Purwokerto; dan Kementerian Pertahanan mengelola Akmil Magelang dan Secaba

Magelang.

Industri Pengolahan

Industri di Jawa Tengah tersebar di seluruh Kabupaten/Kota dengan jumlah

seluruhnya 166.150 industri pada tahun 2019 (BPS, 2020). Dari jumlah tersebut,

sebanyak 4.933 adalah industri besar dan menengah (BPS,2020). Industri besar adalah

industri yang memiliki lebih dari 100 orang tenaga kerja. Industri menengah / sedang

adalah industri yang memiliki tenaga kerja 20-99 orang. Industri pengolahan besar dan

sedang nasional sebanyak 30.115 industri pada tahun 2018. Sehingga Jawa Tengah

berkontribusi pada banyaknya industri pengolahan besar dan sedang sebesar 16,38%

(4.933 dari 30.115 industri).

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Luas lahan pertanian di Jawa Tengah sebesar 1.022.570,86 hektare dengan jumlah

petani 2,88 juta petani (jatengprov.go.id, 2019). Data pemerintah provinsi menunjukkan

produksi beras terus meningkat meskipun luas lahan pertanian terus berkurang.

Sebagian besar hasil pertanian berupa beras, meskipun Jawa Tengah juga menghasilkan

tanaman pangan selain beras, hortikultura, hasil perkebunan, peternakan, perikanan

tangkap, dan perikanan budidaya.

Pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh 2,47% pada tahun 2020

dibandingkan tahun 2019. Pertanian, kehutanan, dan perikanan meningkat meningkat

dari Rp184,3 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp192,9 triliun pada tahun 2020 (PDRB

ADHB). Pandemi covid-19 tidak menurunkan permintaan atas hasil pertanian,

Page 120: Penanggungjawab - DJPb

.

98

kehutanan, dan perikanan, karena kebutuhan pangan akan selalu dibutuhkan dalam

situasi apapun.

Konstruksi

Sektor konstruksi pada tahun 2020 Rp99,4 triliun (PDRB ADHK) atau menurun -

3,76% dibandingkan tahun 2019, sebesar Rp103,3 triliun. Penurunan tersebut

disebabkan terhentinya beberapa kegiatan konstruksi pada tahun 2020 diakibatkan

adanya pandemi Covid-19.

SEKTOR EKONOMI POTENSIAL JAWA TENGAH

KRITERIA SEKTOR POTENSIAL DAERAH (KOMPLEMEN/IRISAN)

Kuadran II, III, dan IV pada Tipologi Klassen

Lapangan Usaha dengan Tren SLQ yang Cenderung Meningkat

Lapangan Usaha dengan rata-rata laju pertumbuhan tertinggi (Di atas target laju

pertumbuhan ekonomi (5,7%))

Kuadran II, III dan IV pada Tipologi Klassen

Lapangan Usaha dengan Tren SLQ yang Cenderung Meningkat

Lapangan Usaha dengan rata-rata laju pertumbuhan tertinggi

❖ Pertambangan dan penggalian,

❖ Pengadaan listrik dan gas,

❖ Informasi dan komunikasi,

❖ Real estat. ❖ Industri

pengolahan ❖ Pertanian,

kehutanan, dan perikanan,

❖ Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang,

❖ Konstruksi, ❖ Transportasi dan

pergudangan, ❖ Jasa keuangan dan

asuransi,

❖ Pertambangan dan penggalian,

❖ Pengadaan listrik dan gas,

❖ Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor,

❖ Penyediaan akomodasi dan makan minum,

❖ Informasi dan komunikasi,

❖ Real estat, dan ❖ Jasa Pendidikan.

❖ Informasi dan Komunikasi (11,79%)

❖ Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (8,13%)

❖ Jasa Perusahaan (6,78%)

❖ Jasa Pendidikan (6,16%)

Page 121: Penanggungjawab - DJPb

.

99

Kuadran II, III dan IV pada Tipologi Klassen

Lapangan Usaha dengan Tren SLQ yang Cenderung Meningkat

Lapangan Usaha dengan rata-rata laju pertumbuhan tertinggi

❖ Jasa perusahaan, ❖ Administrasi

pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial,

❖ Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial, dan

❖ Jasa lainnya.

Berdasarkan matrik di atas disimpulkan bahwa sektor ekonomi usaha informasi

dan komunikasi adalah sektor potensial di Jawa Tengah.

Informasi dan Komunikasi

Pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi dari tahun 2014-2020 terus

tumbuh di atas target pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Pada tahun 2015 tumbuh

9,53%, tahun 2016 tumbuh 8,31%, tahun 2017 tumbuh 13,27%, tahun 2018 tumbuh

12,39%, tahun 2019 tumbuh 11,62%, dan tahun 2020 tumbuh 15,65%. Sektor ini

mencapai pertumbuhan tertinggi pada tahun 2020 pada saat pandemi covid-19.

Konsumsi masyarakat atas jasa telekomunikasi dan informasi berupa data internet pada

saat pandemi covid-19 meningkat dan mencapai tingkat konsumsi tertinggi.

TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI

EKONOMI DAERAH

Kebijakan fiskal diharapkan mampu memberikan pengaruh arah pertumbuhan

sektoral dan kontribusi sektoral. Hal tersebut mengandung maksud bahwa:

pertumbuhan sektoral dan kontribusinya bagi PDRB dapat dikendalikan dan dibentuk

polanya oleh kebijakan fiscal; atau kebijakan fiskal seirama dengan pola alamiah sektor

riil. Dalam opsi yang pertama, pemerintah dapat mengalokasikan anggaran pada sektor-

sektor yang dikehendaki tumbuh lebih tinggi dari laju pertumbuhan sebelumnya.

Sedangkan opsi yang kedua, pemerintah mengalokasikan anggaran pada kegiatan atau

urusan atau fungsi yang mendorong pertumbuhan sektor yang secara alamiah sudah

berkontribusi terbaik.

Page 122: Penanggungjawab - DJPb

.

100

Namun, pada kenyataannya pelaksanaan kebijakan fiskal selalu menghadapi

tantangan terbesar, yaitu besarnya kewajiban pemerintah untuk membayar belanja

pegawai dan operasional kantor (belanja operasional). Sehingga, alokasi yang

diharapkan memberikan dampak berganda (multiplier effect) pada pertumbuhan

sektoral maupun ekonomi secara umum belum optimal.

Dominannya beban belanja pegawai dan belanja operasional menyebabkan

stagnasi kebijakan fiskal hanya pada fungsinya mendorong daya beli. Demikian juga

kebijakan transfer payment dan subsidi, seperti program keluarga harapan, subsidi

bunga pada kredit program, bantuan tunai, dsb, hanya menyuburkan PDRB dari sisi

pengeluaran rumah tangga dan mendorong daya beli secara umum.

Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat

APBN dan Sektor Industri Pengolahan

APBN yang direalisasikan untuk Jawa Tengah tahun 2020 pada instansi vertikal

Kementerian/Lembaga di Jawa Tengah yang mendukung sektor industri pengolahan

hanya sebesar Rp227,7 miliar atau 0,62% dari keseluruhan realisasi belanja APBN

sebesar Rp36,49 triliun.

APBN dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

APBN yang direalisasikan untuk Jawa Tengah tahun 2020 pada instansi vertikal

Kementerian/Lembaga di Jawa Tengah yang mendukung sektor perdagangan hanya

sebesar Rp77,8 miliar atau 0,21% dari keseluruhan realisasi belanja APBN sebesar

Rp36,49 triliun.

Tabel VI.7 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang Mendukung Sektor Industri Pengolahan

Sumber : OMSPAN , diolah, Feb 2021

Kode | Nama Kegiatan Belanja APBN (Rp)

4261 | Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Pendidikan Vokasi 91.962.599.243

4263 | Pembinaan Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi 112.940.468.531

4958 | Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Vokasi Industri Berbasis Kompetensi Menuju Dual Sistem 22.805.011.611

Total Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Industri Pengolahan 227.708.079.385

Total Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 di Jawa Tengah 36.491.800.000.000

Persentase Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Industri Pengolahan Terhadap

Total Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 (%)0,62

Page 123: Penanggungjawab - DJPb

.

101

APBN dan Sektor Konstruksi

APBN yang direalisasikan untuk Jawa Tengah tahun 2020 pada instansi vertikal

Kementerian/Lembaga di Jawa Tengah yang mendukung sektor konstruksi hanya

sebesar Rp2,96 triliun atau 8,12% dari keseluruhan realisasi belanja APBN sebesar

Rp36,49 triliun.

Kode | Nama Kegiatan Belanja APBN (Rp)

2602 | Pengelolaan Kawasan Pariwisata 63.937.173.025

2726 | Dukungan Pemberdayaan Kukm di Daerah 5.334.803.597

3894 | Peningkatan Fasilitasi Penempatan dan Perlindungan Tki (Bp3Tki/Uptp3Tki) 8.528.272.028

Total Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor77.800.248.650

Total Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 di Jawa Tengah 36.491.800.000.000

Persentase Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Terhadap Total Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 (%)0,21

Tabel VI.8 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang Mendukung Sektor Perdagangan

Sumber : OMSPAN , diolah, Feb 2021

Tabel VI.9 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang Mendukung Sektor Konstruksi

Sumber : LRA Prov/Kab/Kota Jawa Tengah , diolah, Feb 2021

Kode | Nama Kegiatan Belanja APBN (Rp)

1160 | Pembangunan dan Pengelolaan Lalu Lintas Jalan 58.002.322.830

1161 | Pembangunan dan Pengelolaan Angkutan Jalan 39.091.180.537

1162 | Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana Transportasi Jalan 90.542.813.060

1163 | Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Transportasi Jalan 795.757.600

1164 | Pembangunan dan Pengelolaan Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan 4.997.724.375

2409 | Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 1.398.485.852.560

2412 | Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Permukiman 265.350.500.322

2413 | Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara 14.753.654.640

2414 | Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan 125.540.898.908

2415 | Pengaturan Pembinaan Pengawasan dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 230.242.567.861

2429 | Pembangunan dan Rehabilitasi Prasarana Pendidikan 159.023.850.145

2431 | Penelitian dan Pengembangan Subbidang Sumber Daya Air 9.933.033.281

4201 | Pembinaan dan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi 1.715.624.600

4202 | Penyelenggaraan Pendidikan Politeknik Bidang Pekerjaan Umum 68.816.851.399

5529 | Pengelolaan Sarana dan Prasarana (Daerah) 12.894.880.084

5579 | Penyusunan Perencanaan Penyediaan Perumahan 3.294.447.125

5581 | Pemberdayaan Perumahan Swadaya 395.968.004.731

5582 | Penyediaan Rumah Khusus dan Pembinaan Rumah Negara 3.264.443.350

5583 | Penyediaan Rumah Susun 80.964.946.524

Total Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Konstruksi 2.963.679.353.932

Total Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 di Jawa Tengah 36.491.800.000.000

Persentase Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Konstruksi Terhadap Total Belanja Pemerintah Pusat (%) 8,12

Page 124: Penanggungjawab - DJPb

.

102

APBN dan Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

APBN yang direalisasikan untuk Jawa Tengah tahun 2020 pada instansi vertikal

Kementerian/Lembaga di Jawa Tengah yang mendukung sektor pertanian, kehutanan,

dan perikanan hanya sebesar Rp2,93 triliun atau 8,03% dari keseluruhan realisasi

belanja APBN sebesar Rp36,49 triliun.

Tabel VI.10 Belanja APBN pada Satker Instansi Vertikal dan Tugas Pembantuan di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang Mendukung Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Kode | Nama Kegiatan Belanja APBN (Rp)

1761 | Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 19.935.715.067

1762 | Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia 21.185.795.975

1763 | Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan 95.902.013.471

1764 | Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Dari Gangguan OPT dan DPI 8.376.650.050

1771 | Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat 21.522.357.003

1772 | Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura 5.147.649.987

1773 | Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura 4.383.271.500

1774 | Peningkatan Usaha Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Hortikultura 2.910.428.648

1777 | Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 511.102.500

1779 | Dukungan Perlindungan Perkebunan 1.732.438.000

1780 | Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan 5.939.322.129

1783 | Peningkatan Produksi Pakan Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal 11.367.218.880

1784 | Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan 1.267.883.775

1785 | Penyediaaan Benih dan Bibit Serta Peningkatan Produksi Ternak 67.317.681.670

1786 | Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (Aman Sehat Utuh dan Halal) 275.267.500

1794 | Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian 31.754.240.841

1795 | Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian 107.535.370

1800 | Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian 1.426.570.218

1801 | Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian 2.775.944.082

1812 | Pemantapan Sistem Penyuluhan Pertanian 48.878.483.356

1814 | Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan 13.540.476.788

1815 | Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan 1.615.695.685

1816 | Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar 13.722.093.914

1817 | Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan 848.016.559

1821 | Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Badan Karantina Pertanian 25.574.060.319

1823 | Peningkatan Kualitas Pelayanan Karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati 5.503.655.936

1840 | Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah 2.574.863.500

1873 | Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri 26.461.544.663

2337 | Pengelolaan Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan 2.878.024.852

2338 | Pengembangan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Perikanan 3.242.404.867

2339 | Pengelolaan Perizinan dan Kenelayanan 121.922.720

2341 | Pengelolaan Sumber Daya Ikan (SDI) 130.936.388

2344 | Pengelolaan Perbenihan Ikan 9.502.010.121

2345 | Pengelolaan Kawasan Dan Kesehatan Ikan 20.028.446.021

2346 | Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan 1.663.194.325

2350 | Pemantauan dan Operasi Armada 10.394.632.737

2351 | Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan 96.471.000

2352 | Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Kelautan 267.891.732

2353 | Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Perikanan 562.163.252

2358 | Pengolahan dan Bina Mutu Produk Kelautan dan Perikanan 19.680.000

2361 | Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya DJPDSPKP 29.339.300

2362 | Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi Kawasan dan Jenis 71.460.200

2363 | Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha 12.304.214.064

2365 | Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 93.642.000

2367 | Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Kp3K 49.297.800

2375 | Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan 77.543.513.813

2376 | Pendidikan Kelautan dan Perikanan 19.390.436.406

3988 | Karantina Ikan 711.316.698

3993 | Fasilitasi Pupuk dan Pestisida 9.359.438.160

3994 | Fasilitasi Pembiayaan Pertanian 4.712.303.900

4260 | Peningkatan Kualitas Sumber Daya 106.307.837.335

5036 | Pengembangan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Air Tanah Rawa dan Tambak 335.102.390.316

5037 | Konservasi Pengendalian Banjir Lahar Gunung Berapi dan Pengaman Pantai 366.086.335.276

5038 | Peningkatan Tatakelola Pengelolaan SDA Terpadu 10.313.227.981

5039 | Pengelolaan Waduk Embung Situ Serta Bangunan Penampung Air Lainnya 885.528.080.736

5040 | Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku 66.263.704.944

5395 | Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tematik Unit Litbang LHK di Daerah 13.578.077.348

5403 | Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung 17.091.919.532

5404 | Pembinaan Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan Rehabilitasi Lahan serta Konservasi Tanah dan Air 83.315.875.350

5406 | Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan DAS 1.336.923.893

5407 | Pembinaan Pengembangan Perbenihan Tanaman Hutan 12.121.552.723

5408 | Pembinaan Pengendalian Kerusakan Perairan Darat 80.942.500

5419 | Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem 37.408.736.941

5420 | Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam 417.938.786

5421 | Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Taman Buru 4.638.294.627

5422 | Konservasi Spesies dan Genetik 2.326.206.244

5423 | Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi 3.721.583.576

5424 | Pembinaan Konservasi Ekosistem Esensial 557.782.262

5747 | Pengelolaan Pakan dan Obat Ikan 3.752.007.900

5816 | Penyelenggaraan Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan di Daerah 198.919.708.772

5817 | Penyelenggaraan Penataan Hubungan Hukum Keagrariaan di Daerah 110.996.909.477

5818 | Penyelenggaraan Penataan Agraria di Daerah 6.234.448.441

5819 | Penyelenggaraan Pengadaan Tanah di Daerah 3.163.433.943

5820 | Penyelenggaraan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah di daerah 647.126.005

5821 | Penyelenggaraan Penanganan Masalah Agraria dan Tata Ruang di Daerah 1.258.753.265

5834 | Penyehatan Lingkungan 347.228.418

5885 | Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 9.945.841.936

5886 | Peningkatan Produksi Buah dan Florikultura 1.753.588.550

5887 | Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura 6.678.269.196

5888 | Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah 494.990.000

5889 | Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 2.189.839.237

5890 | Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan 3.580.104.379

5891 | Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak 710.189.732

5892 | Pendidikan Pertanian 19.021.986.833

Total Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.931.622.554.196

Total Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2020 di Jawa Tengah 36.491.800.000.000

Persentase Belanja Pemerintah Pusat yang Mendukung Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Terhadap

Total Belanja Pemerintah Pusat (%)8,03

Sumber : LRA Prov/Kab/Kota Jawa Tengah , diolah, Feb 2021

Page 125: Penanggungjawab - DJPb

.

103

Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

APBD dan Alokasi Sektoral

Pemerintah daerah di Jawa Tengah pada tahun 2020 merealisasikan belanja APBD

yang mendukung sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan hanya sebesar Rp1,78

triliun atau 2,71% dari keseluruhan realisasi belanja APBD sebesar Rp65,74 triliun. APBD

yang mendukung sektor industri pengolahan sebesar Rp490 miliar atau 0,75% dari

Tabel VI.11 Belanja APBD di Jawa Tengah Berkaitan Kegiatan yang Mendukung Sektor Unggulan

Urusan Dalam APBD yang Mendukung

Kontributor Utama PDRB Berdasarkan

Lapangan Usaha

Realisasi Anggaran (Rp) Alokasi (%)

Pertanian 635.391.921.473,00 0,97

Kehutanan 78.533.500,00 0,0001

Pangan 136.468.426.085,00 0,21

Lingkungan Hidup 681.418.771.741,00 1,04

Pertanahan 125.921.053.070,00 0,19

Kelautan dan Perikanan 200.294.698.085,00 0,30

Total 1.779.573.403.954,00 2,71

Pendidikan dan Pelatihan 11.410.106.517,00 0,02

Penelitian dan pengembangan 22.992.736.801,00 0,03

Perindustrian 155.035.218.555,00 0,24

Penanaman Modal 159.402.704.308,00 0,24

Koperasi , Usaha Kecil dan Menengah 141.918.927.033,00 0,22

Total 490.759.693.214,00 0,75

PU dan Penataan Ruang 4.940.610.025.573,00 7,52

Perum Rakyat & Kawasan Permukiman 695.445.839.625,00 1,06

Total 5.636.055.865.198,00 8,57

Perdagangan 599.115.027.530,00 0,91

Pariwisata 226.623.950.534,00 0,34

Total 825.738.978.064,00 1,26

Tenaga Kerja 184.861.849.438,00 0,28

13,57Total APBD yang Mendukung Lapangan Usaha Utama

Lapangan Usaha : Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Lapangan Usaha : Industri Pengolahan

Lapangan Usaha : Konstruksi

Lapangan Usaha : Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Secara Tidak Langsung Mendukung Lapangan Usaha Utama

Sumber : LRA Prov/Kab/Kota Jawa Tengah , diolah, Feb 2021

Page 126: Penanggungjawab - DJPb

.

104

keseluruhan realisasi belanja APBD sebesar Rp65,74 triliun. Sektor konstruksi didorong

dengan Rp5,64 triliun atau 8,57% dan sektor perdagangan hanya didorong dengan

Rp825,74 miliar atau 1,26% dari keseluruhan realisasi belanja APBD sebesar Rp65,74

triliun.

Sinkronisasi Kebijakan Fiskal Pusat-Daerah

Sinkronisasi kebijakan fiskal pusat-daerah dilakukan melalui sejumlah kegiatan

koordinasi antara pemerintah daerah dengan instansi vertikal Kementerian/Lembaga

yang ada di Jawa Tengah, diantaranya pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah

(TPID) dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPKAD). Selain itu, telah dilakukan

pertukaran data dan informasi antara instansi vertikal Kementerian/Lembaga dengan

pemerintah daerah dalam rangka Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) untuk penyusunan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah) maupun setiap tahunnya berkoordinasi dalam rangka penyediaan data untuk

penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Ringkasan Telaah atas Sektor Ekonomi Unggulan dan Potensial serta Tantangan Fiskal

Pusat dan Daerah.

Alokasi Belanja APBN maupun APBD masih menghadapi tantangan dalam upaya

mendorong pertumbuhan ekonomi, di mana persentase government spending yang

berkaitan dengan lapangan usaha utama (berkontribusi besar) pada PDRB tidak

sebanding dengan persentase kontribusi lapangan usaha tersebut. Belanja APBN/APBD

didominasi belanja yang mendorong pemerataan (distribusi pendapatan) dan

peningkatan daya beli masyarakat. Diantaranya belanja pegawai dan transfer payment

(bantuan sosial).

Dengan melihat komposisi APBN dan APBD, berkembangnya sektor dan potensi

unggulan lebih banyak didukung kebijakan sektor riil berupa KPBU (kemitraan

pemerintah dan badan usaha), kemudahan perizinan dan penyelesaian sengketa usaha

dalam kerangka membentuk iklim “eazy of doing business”, khususnya di sektor industri

melalui fasilitasi pembangunan kawasan industri, dan sektor pariwisata melalui

penetapan kawasan strategis wisata nasional.

Page 127: Penanggungjawab - DJPb

Guna menanggulangi dampak pandemi covid-19 yang masih terus

berlanjut, pemerintah Jawa Tengah melakukan berbagai macam kebijakan.

Diantara kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah adalah menggunakan

Sebagian Dana Desa untuk Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD)

dan refocusing APBD dengan mengalokasikan Belanja Tidak Terduga untuk

mendukung program PC PEN di daerah. Total Belanja Tidak Terduga untuk

menanggulangi dampak pandemi covid-19 di Jawa Tengah pada tahun 2020

baik itu APBD Provinsi, Kabupaten maupun Kota dialokasikan sebanyak

Rp4.54 triliun dengan total realisasi sebesar Rp3,37 trilliun

Page 128: Penanggungjawab - DJPb

.

105

PENDAHULUAN

Dampak pandemi covid-19 ini tidak hanya dibidang kesehatan saja, namun juga

berdampak pada bidang sosial dan ekonomi. Di bidang kesehatan ditunjukkan dengan angka

kematian akibat covid-19. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, per 31 Desember

2020, jumlah kasus Covid-19 di Jawa Tengah sebanyak 81.716 orang, jumlah kasus sembuh

54.409 orang dan jumlah kasus meninggal mencapai 3.562 orang.

Pada bidang ekonomi, pandemi covid-19 berdampak pada penuruan aktivitas

perekonomian, hal ini ditandai dengan menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi nasional

termasuk di Jawa Tengah. Jika kondisi seperti ini dibiarkan dan tidak ada tindakan untuk

meredamnya, maka dapat berdampak lebih lanjut pada permasalahan sosial.

Diantara permasalahan spasial yang mungkin dapat terjadi adalah kesenjangan antar-

kelompok pendapatan semakin melebar, disparitas kota-desa semakin meningkat, yang

pada gilirannya nanti berdampak pada terjadinya kemiskinan antargenerasi. Hal ini terjadi

karena dampak pandemic covid-19 yang menekan perekonomian secara menyeluruh dan

lintas wilayah, termasuk perekonomian di desa. Pekerja musiman di perkotaan yang berasal

dari desa dengan adanya pandemi ini tidak memiliki pekerjaan lagi di kota, sehingga tidak

ada pilihan lain selain kembali ke desa, sehingga memicu perluasan penyebaran covid-19

hingga ke pedesaan.

Pemerintah desa dapat berkontribusi dalam menangani dampak pandemi ini dengan

bertumpu pada sumber daya ekonomi dan sosial yang dimilikinya, terutama Dana Desa dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Dana Desa dapat digunakan untuk

mendukung penanganan dampak pandemi terhadap masyarakat di tingkat desa.

Pada tahun 2020, anggaran dana desa secara nasional ditetapkan sebesar Rp 71,19

triliun, sedangkan alokasi dana desa untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 8,12

triliun. Selama tahun 2020, pelaksanaan BLT DD dilakukan secara bertahap, yaitu tahap I

sampai dengan tahap IX dengan target nasional sebanyak 74.954 desa. Sedangkan di

BAB

VII

BELANJA TIDAK TERDUGA UNTUK PROGRAM PC-PEN

DI JAWA TENGAH

Page 129: Penanggungjawab - DJPb

.

106

wilayah Provinsi Jawa Tengah memiliki target penyaluran BLT DD sebanyak 7.809 desa yang

tersebar di 29 Kabupaten.

Program kebijakan BLT-DD di Jawa Tengah ini dilaksanakan selama sembilan tahap

dengan target Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang ada di 7.809 desa. Target KPM dari

kebijakan BLT DD ini dimasudkan untuk menghindari duplikasi dengan program pemerintah

lainnya, diantaranya Program Keluarga Harapan, Bantuan Pangan Non Tunai, dan Bantuan

Langsung Sementara Masyarakat/Bantuan Langsung Tunai.

Disamping BLT DD, pemerintah daerah juga mengalokasikan Belanja Tidak Terduga

untuk menanggulangi dampak lanjutan akibat wabah covid-19 ini. Total Belanja Tidak

Terduga untuk menanggulangi dampak pandemi covid-19 di Jawa Tengah pada tahun 2020

baik itu APBD Provinsi, Kabupaten maupun Kota dialokasikan sebanyak

Rp4.536.697.914.699,- dengan total realisasi sebesar Rp3.370.523.890.361,-.

REFOCUSING APBD UNTUK PROGRAM PC PEN DI DAERAH

Pemerintah melakukan berbagai macam kebijakan guna menanggulangi dampak

pandemi covid-19 yang masih terus berlanjut. Diantara kebijakan yang ditempuh oleh

pemerintah adalah menggunakan Sebagian Dana Desa untuk Bantuan Langsung Tunai Dana

Desa (BLT DD) dan refocusing APBD dengan mengalokasikan Belanja Tidak Terduga untuk

mendukung program PC PEN di daerah.

A. BLT DD

Berdasarkan laporan realisasi penggunaan BLT DD tahun 2020, secara keseluruhan

penggunaan BLT DD telah berjalan sangat efektif. Hal ini terlihat dari angka rasio

perbandingan antara realisasi anggaran BLT DD dibandingkan target penyaluran BLT DD di

29 Kabupaten yang memiliki tingkat rasio sebesar 102,56 persen. Namun, masih terdapat

wilayah Kabupaten yang belum efektif dalam mengelola BLT DD, yaitu Kabupaten Blora

dengan nilai efektivitas sebesar 33,14 persen atau masuk kategori tidak efektif, Kabupaten

yang memiliki nilai efektivitas pengelolaan BLT DD masuk dalam kategori cukup efektif

dengan nilai antara 80 - 90 persen, diantaranya Kabupaten Pekalongan, Magelang,

Karanganyar dan Wonosobo. Kabupaten yang memiliki nilai efektivitas pengelolaan BLT DD

masuk dalam kategori efektif dengan nilai antara 90-100 persen, diantaranya Kabupaten

Page 130: Penanggungjawab - DJPb

.

107

Kebumen, Grobogan, Rembang dan Pati, sedangkan 20 Kabupaten lainnya memiliki nilai

efektivitas pengelolaan BLT DD yang masuk dalam kategori sangat efektif dengan nilai lebih

dari 100 persen.

Lebih lanjut terkait dengan target penyaluran BLT DD terhadap 1.154.442 KPM ini

selama tahun 2020, dalam realisasinya melebihi rencana target yang telah ditetapkan, yang

mana peyaluran BLT DD selama tahun 2020 dapat tersalurkan kepada 1.183.955 KPM atau

102,6 persen dari target KPM semula. Jumlah KPM penerima BLT DD selama tahun 2020 ini

apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin di pedesaan yang berjumlah

2.077.150 per September 2019, maka penyaluran BLT DD ini telah mampu memberikan

perlindungan jaminan sosial kepada 57 persen penduduk miskin pedesaan di Jawa Tengah.

Data alokasi dan realisasi penyaluran BLT DD di 29 Kabupaten di Jawa Tengah dalam rangka

mendukung kebijakan PEN adalah sebagai berikut :

No Kabupaten BLT Dana Desa Target Penerima

BLT DD (KK) Anggaran Realisasi %

1. BANJARNEGARA 99,93 119,59 119,67 37.011

2 BANYUMAS 163,54 184,02 112,52 60.571

3. BATANG 82,05 88,56 107,94 30.388

4. BLORA 209,24 69,73 33,32 77.496

5. BOYOLALI 42,70 49,80 116,62 15.816

6. BREBES 231,54 291,37 125,84 85.756

7. CILACAP 125,62 143,66 114,35 46.527

8. DEMAK 87,97 91,38 103.87 32.581

9. GROBOGAN 134,31 129,54 96,45 49.743

10. JEPARA 91,85 110,43 120,23 34.019

11. KARANGANYAR 43,06 36,75 85,34 15.949

12. KEBUMEN 147,62 156,26 105,85 54.674

13. KENDAL 95,37 116,76 122,43 35.321

14. KLATEN 119,56 141,30 118,18 44.283

15. KUDUS 64,37 83,49 129,71 23.839

16. MAGELANG 147,89 124,18 83,97 54.774

17. PATI 136,48 136,38 99,93 50.547

18. PEKALONGAN 97,04 84,39 86,97 35.939

19. PEMALANG 133,51 161,07 120,64 49.448

20. PURBALINGGA 111,08 114,56 103,14 41.140

21. PURWOREJO 54,72 65,09 118,96 20.265

22. REMBANG 100,70 100,97 100,26 37.298

23. SEMARANG 60,06 63,22 105,26 22.246

24. SRAGEN 67,83 79,00 116,46 25.124

Tabel VII.1 Data Alokasi dan Penyaluran BLT DD di Wilayah Jawa Tengah (dalam miliar Rp)

Page 131: Penanggungjawab - DJPb

.

108

No Kabupaten BLT Dana Desa Target Penerima

BLT DD (KK) Anggaran Realisasi %

25. SUKOHARJO 55,50 64,25 115,77 20.555

26. TEGAL 153,03 177,32 115,87 56.678

27. TEMANGGUNG 92,17 105,29 114,24 34.136

28. WONOGIRI 95,34 100,36 105,27 35.310

29 WONOSOBO 73,60 66,39 90,20 27.260

TOTAL 3.117,67 3.255,10 104,41 1.154.694

B. BELANJA TIDAK TERDUGA

Pemerintah daerah, baik tingkat Provinsi, Kabupaten maupun Kota ikut ambil bagian

dalam penanganan pandemi covid-19. Hal itu diwujudkan dalam bentuk kebijakan

pengalokasian anggaran Belanja Tidak Terduga yang digunakan untuk meminimalisir

dampak pandemi covid-19 baik dampak yang terjadi pada sektor kesehatan itu sendiri,

sektor sosial maupun sektor ekonomi. Dasar hukum yang digunakan sebagai landasan atas

alokasi anggaran belanja tidak terduga ini dituangkan dalam Peraturan Menteri Dalam

negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2020 tentang Percepatan Penanganan Corona

Virus Disease 2019 di Lingkungan Pemerintah Daerah yang ditetapkan pada tanggal 14

Maret 2020. Secara tegas disebutkan dalam pasal 4 ayat (1) peraturan Menteri Dalam

Negeri:

“Dalam melakukan Langkah antisipasi dan penanganan dalam penularan COVID-19

sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, Pemerintah Daerah dapat melakukan

pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam

rancangan perubahan APBD”.

Selanjutnya dalam pasal 4 ayat (2) menyebutkan:

“Pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan pembebanan

langsung pada belanja tidak terduga”.

Dan lebih diperjelas lagi dalam pasal 4 ayat (3) yang menyebutkan:

“Dalam hal belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak

mencukupi, Pemerintah Daerah menggunakan:

a. Dana dari hasil penjadwalan ulang capaian program dan kegiatan lainnya serta

pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau

b. Memanfaatkan uang kas yang tersedia.

Sumber :Dispermasdesdukcapil Prov. Jawa Tengah, diolah, Feb 2021

Page 132: Penanggungjawab - DJPb

.

109

Berdasarkan definisi, belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang

sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam

dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas

kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

Pada tahun 2020, secara umum belanja tidak terduga digunakan untuk tiga kelompok

program, meliputi: program penanganan kesehatan; program penanganan dampak

ekonomi; dan program penyediaan Jaring Pengamanan Sosial (social safety net). Adapun

total alokasi anggaran Belanja Tidak Terduga dan realisasinya selama tahun 2020 yang

digunakan untuk penanganan dampak pandemi covid-19 di wilayah Provinsi Jawa Tengah

adalah sebagai berikut:

No Provinsi/Kab/Kota Anggaran Realisasi % Kriteria

1. Jawa Tengah 1.834,24 1.783,88 97,25 Sangat Efektif

2. Kab. Banjarnegara 40,04 37,59 93,88 Sangat Efektif

3. Kab. Grobogan 98,25 96,63 98,35 Sangat Efektif

4. Kab. Pemalang 45,06 44,93 99,71 Sangat Efektif

5. Kab. Rembang 57,36 56,73 98,90 Sangat Efektif

6. Kota Pekalongan 63,62 57,37 90,18 Sangat Efektif

7. Kab. Boyolali 171,88 144,51 84,08 Efektif

8. Kab. Temanggung 56,24 49,96 88,83 Efektif

9. Kota Semarang 228,36 194,15 85,02 Efektif

10. Kab. Banyumas 102,75 81,02 78,85 Cukup Efektif

11. Kab. Blora 78,46 54,01 68,83 Cukup Efektif

12. Kab. Demak 38,95 24,91 63,97 Cukup Efektif

13. Kab. Karanganyar 36,42 25,93 71,20 Cukup Efektif

14. Kab. Kebumen 15,25 10,19 66,83 Cukup Efektif

15. Kab. Kendal 59,20 47,23 79,78 Cukup Efektif

16. Kab. Pati 71,00 49,04 69,07 Cukup Efektif

17. Kab. Pekalongan 6,00 3,89 64,87 Cukup Efektif

18. Kab. Purbalingga 12,65 9,91 78,36 Cukup Efektif

19. Kab. Tegal 111,75 78,32 70,08 Cukup Efektif

20. Kab. Wonogiri 56,06 41,83 74,62 Cukup Efektif

21. Kota Tegal 10,65 7,14 67,07 Cukup Efektif

22. Kab. Batang 37,55 21,24 56,56 Tidak Efektif

Tabel VII.2 Alokasi Belanja Tidak Terduga dan Realisasi (dalam miliar Rp)

Page 133: Penanggungjawab - DJPb

.

110

No Provinsi/Kab/Kota Anggaran Realisasi % Kriteria

23. Kab. Brebes 18,10 2,70 14,92 Tidak Efektif

24. Kab. Cilacap 122,81 26,98 21,96 Tidak Efektif

25. Kab. Jepara 46,59 16,36 35,11 Tidak Efektif

26. Kab. Klaten 220,77 90,59 41,03 Tidak Efektif

27. Kab. Kudus 50,13 28,14 56,12 Tidak Efektif

28. Kab. Magelang 138,28 64,64 46,74 Tidak Efektif

29. Kab. Purworejo 7,22 1,64 22,76 Tidak Efektif

30. Kab. Semarang 18,23 2,14 11,71 Tidak Efektif

31. Kab. Sragen 104,26 39,71 38,09 Tidak Efektif

32. Kab. Sukoharjo 182,24 64,21 35,24 Tidak Efektif

33. Kab. Wonosobo 45,29 21,81 48,14 Tidak Efektif

34. Kota Magelang 139,55 23,92 17,14 Tidak Efektif

35. Kota Salatiga 58,24 29,40 50,48 Tidak Efektif

36. Kota Surakarta (Solo) 153,23 37,88 24,72 Tidak Efektif

TOTAL 4.536,70 3.370,52 74,30

Untuk mengetahui tingkat efektivitas Belanja Tidak Terduga maka kriteria tingkat

efektivitas anggaran belanja yang digunakan adalah berdasarkan Keputusan Menteri Dalam

Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut;

- Sangat efektif, jika nilainya lebih dari 100 persen

- Efektif, jika nilainya antara 90 persen - 100 persen

- Cukup efektif, jika nilainya antara 80 persen - 90 persen

- Kurang efektif, jika nilainya antara 60 persen - 80 persen

- Tidak efektif, jika nilainya dibawah 60 persen

Pengukuran nilai kriteria tingkat efektivitas anggaran belanja diukur dengan cara

membandingkan realisasi anggaran belanja penanggulangan covid-19 dengan target alokasi

anggaran belanja tidak terduga sebagaimana rumus berikut ini;

𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑣𝑖𝑑 − 19

𝐴𝑙𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑟𝑑𝑢𝑔𝑎𝑥100 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛

Berdasarkan rumus tersebut, maka secara keseluruhan nilai tingkat efektivitas

anggaran belanja tidak terduga di seluruh wilayah Jawa Tengah adalah 74,30 persen,

sebagaimana penerapan rumus perhitungan berikut ini:

Sumber : LRA APBD Pemda se Jawa Tengah , diolah, Feb 2021

Page 134: Penanggungjawab - DJPb

.

111

𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =3.370.523.890.361

4.536.697.914.699𝑥100 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛

= 74,30

Dengan hasil perhitungan nilai tingkat efektivitas anggaran belanja tidak terduga

sebesar 74,30 persen maka nilai efektivitas masuk dalam kategori kurang efektif.

B.1 Belanja Tidak Terduga Provinsi Jawa Tengah

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengalokasikan anggaran belanja tidak terduga

tahun 2020 sebesar Rp 1.834.243.841.000 yang digunakan untuk :

No Prioritas Anggaran Realisasi Penyerapan

( persen)

1 Penanganan Kesehatan 394.570.026.000 374.185.167.026 94,83

2 Penanganan Dampak Ekonomi 96.407.577.000 69.250.475.945 71,83

3 Jaring Pengaman Sosial 1.343.266.238.000 1.340.449.335.600 99,79

TOTAL 1.834.243.841.000 1.783.884.978.571 97,25

Sumber : LRA APBD Pemda se-Jawa Tengah, 2020

Berdasarkan rumus pengukuran nilai kriteria tingkat efektivitas anggaran belanja,

maka secara keseluruhan nilai tingkat efektivitas anggaran belanja penanggulangan covid-

19 dalam APBD Provinsi Jawa Tengah masuk dalam kategori efektif, namun anggaran

belanja tidak terduga yang diprioritaskan untuk penanganan dampak ekonomi masuk

dalam kategori kurang efektif.

B.2. Belanja Tidak Terduga Kabupaten/Kota se Jawa Tengah

Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Jawa Tengah telah mengalokasikan dan

merealisasikan anggaran belanja tidak terduga tahun 2020, untuk penanganan Kesehatan,

penanganan dampak ekonomi, maupun untuk jaring pengaman sosial.

Belanja tidak terduga pada program penanganan kesehatan digunakan untuk

kegiatan:

1. penyediaan sarana dan prasarana kesehatan;

2. perekrutan tenaga kesehatan/medis yang potensial;

3. pemberian insentif bagi tenaga kesehatan/Medis, dan relawan;

4. penyemprotan desinfektan;

Page 135: Penanggungjawab - DJPb

.

112

5. penyewaan rumah singgah sebagai ruang isolasi untuk pasien;

6. pemeriksaan laboratorium bagi masyarakat yang berpotensi terjangkit;

7. penanganan jenazah korban positif Corona Virus Disease 2019 (COVID-19); dan

8. penanganan kesehatan lainnya.

Sementara itu, belanja tidak terduga pada program penanganan dampak ekonomi

digunakan untuk kegiatan: operasi pasar bahan pokok; pengadaan bahan pangan dan

kebutuhan pokok dalam rangka menjaga ketahanan pangan Daerah. Sedangkan pada

program penyediaan Jaring Pengamanan Sosial (social safety net), belanja tidak terduga

digunakan untuk: hibah/bantuan sosial untuk individu /masyarakat yang terdampak; dan

hibah/bantuan sosial untuk fasilitas kesehatan milik masyarakat/swasta.

Dalam hal pelaksanaan anggaran belanja tidak terduga untuk penanggulangan

dampak pandemi ini, Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota yang memperoleh nilai tingkat

efektivitas anggaran belanja tidak terduga ini dalam kategori “Efektif” adalah: Pemda

Provinsi Jawa Tengah; Kabupaten Banjarnegara; Kabupaten Grobogan; Kabupaten

Pemalang; Kabupaten Rembang; Kota Pekalongan.

Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota yang memperoleh nilai tingkat efektivitas anggaran

belanja tidak terduga ini dalam kategori “Cukup Efektif” adalah Pemda Kabupaten Boyolali;

Kabupaten Temanggung; dan Kota Semarang.

Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota yang memperoleh nilai tingkat efektivitas anggaran

belanja tidak terduga ini dalam kategori “Kurang Efektif” adalah Pemda Kabupaten

Banyumas; Kabupaten Blora; Kabupaten Demak; Kabupaten Karanganyar; Kabupaten

Kebumen; Kabupaten Kendal; Kabupaten Pati; Kabupaten Pekalongan; Kabupaten

Purbalingga; Kabupaten Tegal; Kabupaten Wonogiri; dan Kota Tegal. Sedangkan 15 Pemda

lainnya masuk dalam kategori “Tidak Efektif”, yaitu: Pemda Kabupaten Batang; Brebes;

Cilacap; Jepara; Klaten; Kudus; Magelang; Purworejo; Semarang; Sragen; Sukoharjo;

Wonosobo; Magelang; Salatiga; Kota Surakarta.

Page 136: Penanggungjawab - DJPb
Page 137: Penanggungjawab - DJPb

.

113

8.1 KESIMPULAN

1. Pembangunan Jawa Tengah tahun 2020 diarahkan pada “Peningkatan Kesejahteraan

Masyarakat Didukung Peningkatan Kualitas Hidup Dan Kapasitas Sumber Daya

Manusia” dengan prioritas sebagai berikut:

a. Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran;

b. Peningkatan kualitas hidup dan kapasitas sumber daya manusia Jawa Tengah;

c. Peningkatan kapasitas dan daya saing ekonomi rakyat dengan tetap memperhatikan

keberlanjutan lingkungan hidup dan risiko bencana;

d. Pemantapan tata kelola pemerintahan dan kondusivitas wilayah serta perbaikan

kapasitas fiskal daerah.

2. Arah kebijakan, prioritas dan fokus pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah tahun

2020 merupakan upaya untuk mencapai target sasaran pembangunan tahun 2020,

meliputi:

a. Pertumbuhan ekonomi antara 5,4 – 5,7%;

b. Inflasi pada angka 3 ± 1%;

c. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 72;

d. Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 4,33%;

e. Angka Kemiskinan turun menjadi 9,81 – 8,8%;

f. Indeks Gini sebesar 0,34;

g. Nilai Tukar Petani 102,42.

3. Jawa Tengah memiliki potensi dan tantangan baik sisi ekonomi, kependudukan dan

geografi. Sebelum terjadi pandemi Jawa Tengah mempunyai potensi dengan angka

pertumbuhan yang setiap tahun mengalami kenaikan dan berada di atas pertumbuhan

nasional. Menurut PDRB lapangan usaha, Jawa Tengah memiliki tiga potensi lapangan

usaha yang mendominasi, yaitu industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan.

BAB

VIII

PENUTUP

Page 138: Penanggungjawab - DJPb

.

114

Sedangkan dari sisi pengeluaran, PDRB Jawa Tengah didukung oleh tiga komponen

utama, yaitu konsumsi rumah tangga, PMTB dan konsumsi pemerintah. Maka tantangan

sekaligus peluang bagi Jawa Tengah adalah bagaimana meningkatkan konsumsi rumah

tangga, termasuk bagaimana menarik konsumsi rumah tangga dari luar Jawa Tengah.

4. Adanya relokasi pabrik dan pembangunan pabrik baru di kawasan industri di Jawa

Tengah menjadi harapan peningkatan investasi selain pengembangan infrastruktur. Hal

ini menjadi berkah bagi Jawa Tengah untuk semakin mewujudkan pertumbuhan

ekonomi yang lebih berkualitas yang tidak hanya bertumpu pada tumbuhnya konsumsi

rumah tangga.

5. Jawa Tengah menghadapi periode bonus demografi karena 70,60 persen penduduknya

berada pada usia produktif. Kesempatan ini perlu dimanfaatkan secara optimal untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejateraan masyarakat Jawa

Tengah. Akan tetapi, dengan banyaknya usia produktif maka persaingan antar pencari

kerja semakin meningkat padahal lapangan pekerjaan terbatas. Hal ini akan berdampak

pada potensi meningkatnya kemiskinan, pengangguran dan angka kriminalitas.

6. Persentase penduduk lansia Jawa Tengah meningkat menjadi 12,15 persen di tahun

2020 dari 10,34 persen pada 2010. Sehingga, pada tahun 2020 Jawa Tengah berada

dalam masa transisi menuju era ageing population yaitu ketika persentase penduduk

usia 60 tahun ke atas mencapai lebih dari 10 persen. Pemerintah perlu mempersiapkan

kebijakan-kebijakan pembangunan yang responsif terhadap kondisi kependudukan di

Jawa Tengah.

7. Secara geografis, Jawa Tengah berada pada posisi strategis dengan topografi dan

keberadaan gunung berapi yang memberikan potensi kesuburan tanah dan obyek

pariwisata. Namun, hal tersebut juga menunjukkan kerentanan bagi Jawa Tengah

terhadap ancaman bencana alam.

8. Sampai dengan akhir tahun 2020, Jawa Tengah mencatat zona merah covid-19 di 17

kabupaten/kota dan sisanya 18 daerah di provinsi ini berstatus zona oranye.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, per 31 Desember 2020, jumlah kasus Covid-

19 di Jawa Tengah sebanyak 81.716 orang, jumlah kasus sembuh 54.409 orang dan

jumlah kasus meninggal mencapai 3.562 orang.

9. Terdapat beberapa tantangan utama yang dihadapi Jawa Tengah atas pengaruh

pandemi covid-19, antara lain: motor penggerak utama perekonomian Jawa Tengah

Page 139: Penanggungjawab - DJPb

.

115

mengalami tekanan, dimana sektor perdagangan, industri dan konstruksi tumbuh

negatif; daya beli dan permintaan masyarakat masih lemah. Indeks keyakinan

konsumen, indeks penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja menurun; Jawa Tengah

menghadapi tantangan besar dalam menekan kasus stunting anak dimana pandemi

telah memperberat upaya itu karena munculnya kekhawatiran akan bahaya virus corona

terhadap ibu dan balita sewaktu mengakses layanan kesehatan; penuaan penduduk

yang dialami Jawa Tengah tentu menimbulkan tantangan tersendiri di masa Pandemi

covid-19, dimana penduduk lanjut usia merupakan kelompok paling rentan terpapar

covid-19.

10. Sebagai upaya penanganan dampak pandemi, Pemerintah Provinsi Jateng melakukan

berbagai inovasi mendorong pulihnya kegiatan perekonomian dan percepatan

penyaluran stimulus ekonomi dengan baik dan tepat sasaran, termasuk percepatan

belanja konsumsi pemerintah baik dari belanja dana APBN maupun APBD. Inovasi dalam

penanganan Covid-19 tersebut antara lain: Jogo Tonggo, Njagani Plesiran, Sekola tanpa

Sekat, Rumah Sakit Tanpa Dinding, Lumbung Desa dan Surat Edaran Gubernur untuk

mengantisipasi penyebaran Covid-19.

11. Pada tahun 2020, seluruh target indikator makro ekonomi di Jawa Tengah menghadapi

tantangan dalam pencapaiannya akibat pandemi Covid-19. Dalam sepuluh tahun

terakhir, ekonomi Jateng tumbuh rata-rata di atas 5 persen. Wabah pandemi Covid-19

menyebabkan perekonomian Jateng Tahun 2020 terkontraksi, -2,65%. Pada bulan

September 2020, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah mencapai 11,84 persen,

bertambah dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2020 yang berjumlah

11,41 persen. Gini rasio Jawa Tengah tercatat sebesar 0,359. Angka ini turun 0,003 poin

jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2020 yang sebesar 0,362, namun sedikit naik

jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2019 yang sebesar 0,358.

TPT Agustus 2020 sebesar 6,48 persen yang berarti meningkat 2,04 persen poin

dibandingkan dengan Agustus 2019. Namun demikian, yang perlu dicatat, target pada

RKPD disusun pada masa normal, sehingga tidak bijaksana jika memperbandingkan

dengan capaian di masa pandemi. Apalagi menjadikan perbandingan tersebut sebagai

ukuran efektivitas pelaksanakan kebijakan fiskal. Dari sisi upaya pemulihan ekonomi,

menunjukkan kondisi perekonomian Jateng pada triwulan IV terus mengalami perbaikan

dari triwulan sebelumnya.

Page 140: Penanggungjawab - DJPb

.

116

12. Realisasi belanja tahun 2020 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu

sebesar 97,30 persen dari tahun sebelumnya 95,19 persen. Secara umum realisasi

belanja pemerintah pusat di Jawa Tengah maupun transfer daerah dan dana desa diatas

realisasi belanja nasional yaitu sebesar 92,51 persen. Persentase Realisasi Pendapatan

Negara di wilayah Jawa Tengah pada tahun 2020 naik dari tahun sebelumnya, yaitu

sebesar 100,37 persen dari 95,17 persen di tahun 2019. Persentase ini juga masih diatas

capaian realisasi pendapatan di tingkat nasional sebesar 96,10 persen. Kinerja

penerimaan Jawa Tengah tahun 2020 tercatat positif di tengah pertumbuhan ekonomi

global yang cenderung melemah akibat pendemi covid-19.

13. Total realisasi pendapatan pada APBD agregat Jawa Tengah tahun 2020 sebesar

Rp99,661 miliar. Proporsi pendapatan masih didominasi Dana Perimbangan sebesar

61,70 persen atau sebesar Rp61,492 miliar. Sedangkan, total realisasi belanja APBD

sebesar Rp83,384 miliar, diluar belanja transfer. Angka ini meningkat sekitar 0,6 persen

dari realisasi tahun sebelumnya. Realisasi Belanja Pegawai sebesar Rp37.259 miliar

masih mendominasi komposisi belanja APBD.

14. Pendapatan konsolidasi di Jawa Tengah tahun 2020 sebesar Rp117.348 miliar,

disumbang oleh komponen pendapatan daerah sebesar Rp89.741 miliar dan Rp89.342

miliar berasal dari pendapatan pemerintah pusat. Jika dibanding tahun sebelumnya

terdapat kenaikan pada pendapatan konsolidasi sebesar Rp4.674 miliar atau 4,15

persen. Pada belanja konsolidasi, komponen belanja pemerintah pusat sebesar

Rp102,75 miliar lebih tinggi dari komponen belanja pemerintah daerah yang terealisasi

sebesar Rp87.995 miliar. Jika dibandingkan tahun sebelumnya terdapat penurunan pada

belanja konsolidasi sebesar Rp9.308 miliar atau 6,73 persen.

15. Sektor unggulan Jawa Tengah meliputi : 1) Perdagangan Besar dan Eceran; reparasi

mobil dan sepeda motor, 2) Penyediaan akomodasi dan makan minum, 3) Jasa

Pendidikan, 4) Industri Pengolahan, 5) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, dan 6)

Konstruksi. Pada sisi lapangan usaha, sektor pertanian menjadi sektor utama yang

mengalami pertumbuhan positif selama 2020. Sedangkan sektor potensial untuk

dikembangkan di Jawa Tengah adalah sektor informasi dan komunikasi seiring

meningkatnya sektor ini di masa pandemi covid-19.

16. Pemerintah daerah terlibat dalam penanganan pandemi covid-19, yang diwujudkan

dalam bentuk kebijakan pengalokasian anggaran Belanja Tidak Terduga. Secara umum

Page 141: Penanggungjawab - DJPb

.

117

belanja tidak terduga digunakan untuk tiga kelompok program, meliputi: program

penanganan kesehatan; program penanganan dampak ekonomi; dan program

penyediaan Jaring Pengamanan Sosial (social safety net). Alokasi Belanja Tidak Terduga

pada APBD agregat Jawa Tengah sebesar Rp4.536,70 miliar, dengan realisasi sebesar

Rp3.370,52 atau 74,30 persen.

8.2 REKOMENDASI

1. Pemerintah agar terus mendukung sektor-sektor unggulan yang terbukti mampu

bertahan di masa pandemi dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi

Jawa Tengah. Dukungan dapat diwujudkan dalam bentuk pengalokasian anggaran yang

lebih besar pada sektor unggulan tersebut.

2. Sektor Pertanian di Jawa Tengah telah terbukti mampu bertahan dan justru mengalami

kenaikan di masa pandemi. Untuk itu, alokasi fiskal baik dari APBN maupun APBD perlu

mendapatkan perhatian untuk ditingkatkan, terlebih dengan adanya anomali, dimana

kenaikan sektor pertanian tidak diimbangi kenaikan NTP dan justru NTP mengalami

penurunan. Perhatian pemerintah terhadap harga gabah, harga dan ketersediaan pupuk

perlu sangat diharapkan oleh para petani.

3. Selain sektor pertanian, Pemerintah agar mengoptimalkan alokasi belanja pada sektor

produktif yang masih defensif dan mendorong permintaan di tengah risiko keterbatasan

penerimaan pemerintah.

4. Konsumsi rumah tangga telah menjadi karakter pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.

Untuk itu, di masa pandemi agar tetap mempertahankan dan meningkatkan daya

konsumsi rumah tangga. Pemberian bantuan sosial kepada masyarakat terdampak

pandemi agar tetap dilaksanakan dengan dorongan agar pemerintah daerah terus

melakukan pemutakhiran data kemiskinan atau DTKS, agar tidak terjadi tumpang tindih

dalam pemberian bantuan sosial.

5. Terkait dengan proyek pembangunan infrastruktur sesuai Perpres 79 tahun 2019, perlu

terus mendorong porsi pembiayaan dari pelaku usaha (BUMN, BUMD, & Swasta) yang

lebih besar dibandingkan dengan porsi dari APBN/APBD.

Page 142: Penanggungjawab - DJPb

.

118

6. Upaya pengendalian laju covid-19 agar terus dilakukan melalui edukasi protokol

kesehatan kepada masyarakat dan dunia usaha serta melakukan berbagai cara untuk

mensukseskan program vaksinasi.

7. Agar kebijakan fiskal yang tertuang dalam APBN dan APBD berjalan lebih efektif dalam

mencapai tujuannya, upaya-upaya percepatan realisasi diharapkan terus dilakukan

supaya tidak kehilangan momentum. Selain itu, elanja kementerian/lembaga, belanja

pemerintah daerah agar dikombinasi secara sinergis supaya memiliki dampak yang jauh

lebih besar.

8. Program Pemulihan Ekonomi baik yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun dari

inisiasi Pemerintah Daerah perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak. Untuk itu,

penguatan sinergi dan koordinasi agar terus dilakukan.

9. Pemerintah Daerah perlu terus melakukan reformasi birokrasi agar terwujud birokrasi

yang efisien, bersih dan melayani, yang akan menjadi daya tarik investasi, selain sebagai

upaya menghindari penyelewengan bantuan sosial.

Page 143: Penanggungjawab - DJPb

119

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen (2020). “Analisis Kemiskinan Kabupaten

Kebumen 2020”.

--------------------------------------------------------------- (2020). “Indikator Kesejahteraan Rakyat

Kabupaten Kebumen 2020”.

--------------------------------------------------------------- (2020). “Statistik Dearah Kabupaten

Kebumen 2020”.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal (2020). “Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten

Tegal 2020”.

---------------------------------------------------- (2020). “Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten

Tegal 2020”. ---------------------------------------------------- (2020). “Statistik Dearah Kabupaten Tegal 2020”.

Badan Pusat Statistik Jawa Tengah (2020). “Analisis Kemiskinan Kabupaten Kebumen 2020”.

---------------------------------------------- (2021). “Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah

Triwulan IV-2020”. Berita Resmi Statistik No. 13/02/33/Th.XV, 5 Februari 2021.

---------------------------------------------- (2020). “Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah

Agustus 2020”. Berita Resmi Statistik No. 72/11/33/Th. XIV, 05 November 2020

---------------------------------------------- (2021). “Hasil Sensus Penduduk 2020 di Provinsi Jawa

Tengah”. Berita Resmi Statistik No. 07/01/33 Th. XV, 21 Januari 2021

---------------------------------------------- (2021). “Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk

Provinsi Jawa Tengah September 2020”. Berita Resmi Statistik No. 15/02/33/Th.

XV, 15 Februari 2021

---------------------------------------------- (2021). “Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Inflasi

Jawa Tengah”. Berita Resmi Statistik No. 01/01/33/Th. XV, 4 Januari 2021

---------------------------------------------- (2021). “Perkembangan Ekspor dan Impor Provinsi Jawa

Tengah Desember 2020”. Berita Resmi Statistik No. 12/02/33.Th. XV, 1 Februari

2021

119

Page 144: Penanggungjawab - DJPb

120

---------------------------------------------- (2021). “Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah September

2020”. Berita Resmi Statistik No. 14/02/33/Th. XV, 15 Februari 2021

---------------------------------------------- (2021). “Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga

Produsen Gabah Jawa Tengah Desember 2020”. Berita Resmi Statistik No.

02/01/33.Th. XV, 4 Januari 2021

---------------------------------------------- (2020). “Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga

Produsen Gabah Jawa Tengah Desember 2019”. Berita Resmi Statistik

No.02/01/33.Th. XIV, 2 Januari 2020 ---------------------------------------------- (2019). “Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga

Produsen Gabah Jawa Tengah Desember 2018”. Berita Resmi Statistik

No.02/01/33/Th.XIII, 02 Januari 2019 ---------------------------------------------- (2020). “Indeks Pembangunan Manusia Jawa Tengah

2020”. Berita Resmi Statistik No. 78/12/33/Th.XIV, 15 Desember 2020

---------------------------------------------- (2021). “Beberapa Indikator Makro Sosial Ekonomi

Provinsi Jawa Tengah”. Edisi Januari 2021

Badan Pusat Statistik Nasional (2021). “Pertumbuhan Ekonomi Nasional Triwulan IV-2020”.

Berita Resmi Statistik No. 13/02/Th. XXIV, 5 Februari 2021

----------------------------------------- (2021). “Profil Kemiskinan di Indonesia September 2020”.

Berita Resmi Statistik No. 16/02/Th. XXIV, 15 Februari 2021

----------------------------------------- (2021). “Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga

Produsen Gabah Desember 2020”. Berita Resmi Statistik No. 03/01/Th. XXIV, 4

Januari 2021

----------------------------------------- (2020). “Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga

Produsen Gabah Desember 2019”. Berita Resmi Statistik No. 04/01/Th. XXIII, 2

Januari 2020

----------------------------------------- (2019). “Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga

Produsen Gabah Desember 2018”. Berita Resmi Statistik No. 03/01/Th. XXII, 2 Januari 2019

----------------------------------------- (2020). “Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2020”.

Berita Resmi Statistik No. 97/12/Th. XXIII, 15 Desember 2020

----------------------------------------- (2021). “Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi”.

Berita Resmi Statistik No. 01/01/Th. XXIV, 04 Januari 2021

120

Page 145: Penanggungjawab - DJPb

121

Bank Indonesia (2020). ”Bersinergi Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi”. Laporan Perekonomian Indonesia 2020

Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Provinsi JAwa Tengah Tahun 2018-2023

Alreck, P. L. and Settle, R.B. (2003). The survey research handbook (3th ed.). McGraw-Hill

Education.

Bastian, I. (2010). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga

:Jakarta

Hinton, P. R., McMurray, I., & Brownlow, C. (2004). Spss explained: Routledge.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996 tentang Pedoman

Penilaian Kinerja Keuangan.

Komite Penanggulanagan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. (2021, Januari 4).

Peta Sebaran Covid-19. Retrived from Komite Penanggulanagan Covid-19 dan

Pemulihan Ekonomi Nasional website; https://www.covid19.go.id/

Mahsun, M. (2009). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.

Mardiasmo (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Margono, (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintan Pengganti Undang-Undang No. 1/2020 tentang Kebijakan Keuangan

Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus

Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang

Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.

Peraturan Menteri Desa Nomor 6 Tahun 2020 yang diterbitkan 14 April 2020 tentang

perubahan atas peraturan menteri desa, pembangunan daerah tertinggal, dan

transmigrasi nomor 11 tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun

2020.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan

Keuangan Daerah.

121

Page 146: Penanggungjawab - DJPb

122

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 20 tahun 2020 tentang Percepatan

Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Lingkungan Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. (2021, Januari 4). Tanggap Covid-19 Provinsi Jawa

Tengah. Retrived from Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah website;

https://corona.jatengprov.go.id/

Singarimbun, M. & Effendi (1995). Metode Penelitian Survey. Jakarta. PT. Pustaka LP3ES

Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2001. Metode Penelitian, Bandung: CV Alfa Beta.

Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2020 tentang Desa Tanggap Covid-19 dan Penegasan Padat

Karya Tunai Desa.

Tanjung, A. H. (2006). Akuntansi Keuangan Daerah Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Umar, H. (2005). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Internet:

www.bi.go.id

www. bps.go.id

www.jateng.bps.go.id

www.bappeda.jatengprov.go.id

122

Page 147: Penanggungjawab - DJPb
Page 148: Penanggungjawab - DJPb

sort by dan F

Nama Output Pagu Realisasi % Target Output Capaian Output %

Prasarana Perkeretaapian (Prioritas Nasional) 1.898 1.768 93,14 176 176 100,00

Bendungan dalam tahap pelaksanaan (on-going) 937 836 89,29 7 7 100,00

Preservasi Rekonstruksi, Rehabilitasi Jalan 373 370 99,33 58 56 96,55

Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang dioperasikan dan

dipelihara 356 34797,60

3799 3798 99,97

Fasilitasi Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya 349 338 96,84 15450 15450 100,00

Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang

direhabilitasi/ditingkatkan 295 29499,63

61 61 100,00

Pembangunan Jalan 269 258 95,94 19 19 100,00

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman 236 180 76,33 120 108 90,00

Sungai yang dinormalisasi dan tanggul yang dibangun/ditingkatkan 233 231 99,16 42 42 100,00

Prasarana Perkeretaapian 183 183 99,89 1 1 100,00

Pelebaran Jalan Menuju Standar 182 174 95,60 23 22 95,65

SPAM Berbasis Masyarakat. 165 164 99,62 88090 88090 100,00

Preservasi Pemeliharaan Rutin Jalan 148 147 99,33 1427 1423 99,72

Pembangunan Flyover/Underpass/Terowongan 122 113 93,20 301 301 100,00

Pembangunan, Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Pasar 112 105 94,38 8 8 100,00

Layanan Pengelolaan Prasarana Transportasi Jalan 97 91 93,54 4 4 100,00

Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Pendidikan Dasar dan

Menengah 87 8699,41

66 61 92,42

Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakat 85 84 98,94 80 80 100,00

Layanan perencanaan, pengendalian dan pengawasan preservasi dan

peningkatan kapasitas jalan Nasional 81 7896,75 3 3 100,00

Pembangunan Jembatan 68 50 73,20 246 177 71,95

Penyehatan Lingkungan Permukiman Berbasis Masyarakat 65 65 99,91 9300 8979 96,55

Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Madrasah dan Sekolah Keagamaan 59 59 99,67 35 35 100,00

Sistem Pengelolaan Persampahan 57 55 96,41 96632 96632 100,00

Bendungan yang direhabilitasi 53 49 92,28 1 1 100,00

Lulusan Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan SDM Transportasi Laut 41 39 95,88 2019 2019 100,00

Kanal banjir yang dibangun/ditingkatkan 36 36 100,00 0,08 0,08 100,00

Peningkatan SPAM 34 34 100,00 0,05 0,05 100,00

Kapasitas Bandar Udara Pendukung Prioritas Nasional 32 30 96,10 2 2 100,00

Pembangunan Rumah Susun 31 31 99,87 0,0001 0,0001 100,00

Lulusan Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan SDM Transportasi Darat 24 24 99,70 1054 1069 101,42

Unit air baku yang dibangun 24 24 99,22 13 13 100,00

Preservasi Jembatan 21 21 97,49 2155 1982 91,97

Sumur air tanah untuk air baku yang dibangun 16 16 98,64 18 18 100,00

Layanan Lalu Lintas dan Angkutan Laut Prioritas Nasional 16 16 99,98 3 3 100,00

Pembangunan, Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Perguruan

Tinggi Negeri 14 1499,84

1 1 100,00

Embung air baku yang dibangun 11 11 99,77 4 4 100,00

Bangunan perkuatan tebing yang dibangun/ditingkatkan 11 11 99,98 0,25 0,25 100,00

Embung dan bangunan penampung air lainnya yang direhabilitasi 9 9 99,71 1 1 100,00

Pembangunan SPAM 9 9 100,00 5 5 100,00

Layanan Bandar Udara 7 7 99,19 2 2 100,00

Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik 6 6 99,93 9000 9000 100,00

Layanan Pengelolaan Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan 5 5 99,95 1 1 100,00

Jaringan irigasi air tanah (JIAT) yang direhabilitasi 4 4 99,90 1 1 100,00

Embung dan bangunan penampung air lainnya yang dibangun 3 3 100,00 0,0001 0,0001 100,00

Pembangunan Rumah Khusus 3 3 99,76 25 25 100,00

Penggantian Jembatan 1 1 97,43 8 8 100,00

Pengembangan Penyelenggaraan Bangunan Gedung 1 1 98,95 0,5 0,5 100,00

Angkutan Kereta Api (Prioritas Nasional) 1 1 99,94 1 1 100,00

Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang dibangun 76,65 0,0002 0,0002 100,00

Jaringan irigasi air tanah (JIAT) yang dibangun/ditingkatkan 83,39 0,0001 0,0001 100,00

Danau yang direvitalisasi 100,00 0,0001 0,0001 100,00

Jumlah 6.869 6.483 94,38 230262,88 229689,88 99,75

4.4 Tabel Realisasi Penyerapan Anggaran dan Realisasi Volume Keluaran Cluster Infrastrukturdi Jawa Tengah

miliar rupiah

Page 149: Penanggungjawab - DJPb

sort by I dan F

Nama Output Pagu Realisasi % Target Output Capaian Output %

Obat-Obatan dan Bahan Medis Habis Pakai 580.069 545.435 94,03 65 65 100,00

Alat Kesehatan 339.239 334.419 98,58 904 890 98,45

Pemenuhan Ketersediaan Alokon di Faskes 39.143 39.131 99,97 1.702 1.542 90,60

Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro & Gizi bagi

Remaja putri sebagai calon ibu 3.055 2.977 97,44 3.253 3.253 100,00

Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK 1.663 1.652 99,38 570.627 570.627 100,00

Sampel Obat, Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan yang

Diperiksa 1.109 1.107 99,87 1.918 1.968 102,61

Desa Pangan Aman 763 738 96,72 6 6 100,00

Keputusan/Sertifikasi Layanan Publik yang Diselesaikan 663 654 98,60 11 11 100,00

Tenaga Kesehatan Yang Belum Diploma III Yang Mendapatkan Bantuan

Biaya Pendidikan Pada Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan 647 591 91,41 158 174 110,13

Sampel Makanan yang Diperiksa 486 473 97,22 843 892 105,81

Sekolah yang Diintervensi keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) 295 292 98,91 16 18 112,50

Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

termasuk pembinaan kab/kota STOP BABS 288 242 84,21 35 35 100,00

Peningkatan Pelayanan Ramah Lansia Melalui 7 (Tujuh) Dimensi Lansia

Tangguh dan Pendampingan Perawatan Jangka Panjang Bagi Lansia 213 212 100,00 1.218 1.218 100,00

Pasar yang Diintervensi Menjadi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya 142 136 95,33 3 3 100,00

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir 130 89 68,56 14 14 100,00

Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi 66 32 48,68 35 35 100,00

Layanan Intensifikasi Eliminasi Malaria 56 32 56,10 2 2 100,00

Layanan Pengendalian Penyakit TBC 42 40 96,36 20 20 100,00

Jumlah968.069 928.253 95,89 580.830 580.773 99,99

4.5 Tabel Realisasi Penyerapan Anggaran dan Realisasi Volume Keluaran Kluster Kesehatan di Jawa Tengah

miliar rupiah

Page 150: Penanggungjawab - DJPb

sort by I dan F

Nama Output Pagu Realisasi % Target Output Capaian Output %

Guru Non-Pns penerima Tunjangan Profesi 840.447 835.072 99,36 32.034 32.035 100

Siswa MI penerima BOS 535.685 534.659 99,81 669.625 669.237 99,94

Siswa MTs penerima BOS 439.578 437.520 99,53 439.282 438.228 99,76

Siswa MA penerima BOS 247.829 245.918 99,23 177.088 176.692 99,78

Sarana dan Prasarana madrasah Madrasah yang Diadakan (SBSN) 88.843 79.127 89,06 14 11 78,57

Guru Non - PNS penerima Tunjangan Insentif 76.919 76.908 99,99 25.370 25.370 100

Guru PAI Non PNS penerima Tunjangan Profesi 68.300 66.628 97,55 2.780 2.775 99,82

Tunjangan Penyuluh Agama Islam Non-PNS 56.232 56.153 99,86 4.686 4.685 99,98

KUA yang Memenuhi Standar Pelayanan Minimal 55.553 52.252 94,06 16.209 16.074 99,17

Santri Pendidikan diniyah formal/muadalah/PPS Tk. Wustha penerima BOS 18.903 17.209 91,04 18.359 18.065 98,40

Santri Pendidikan diniyah formal/muadalah/PPS Tk. Ulya penerima bantuan

PIP 13.266 12.838 96,77 13.266 12.934 97,50

Santri Pendidikan diniyah formal/muadalah/PPS Tk. Wustha penerima

bantuan PIP 12.379 11.765 95,04 16.505 15.767 95,53

PIP Kuliah 11.715 11.715 100 1.775 1.775 100

Dosen Non PNS Penerima Tunjangan Profesi 11.374 11.372 99,98 411 411 100

Bimbingan Perkawinan Pra Nikah 3.920 3.750 95,65 26.748 26.615 99,50

Guru Non PNS Penerima Tunjangan Profesi 3.080 3.055 99,21 120 117 97,50

Santri Pendidikan diniyah formal/muadalah/PPS Tk. Ulya penerima BOS 2.289 2.228 97,31 1.632 1.632 100

Madrasah Diniyah Takmiliyah, Pendidikan Al Quran, Pendidikan Pesantren

Penerima Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) 2.070 1.980 95,65 207 198 95,65

Penyuluh Agama Buddha Non PNS yang mendapatkan tunjangan 1.968 1.968 100 164 164 100

Penyuluh Agama Katolik Non PNS Penerima Tunjangan 1.296 1.020 78,70 108 107 99,07

Santri Pendidikan diniyah formal/muadalah/PPS Tk. Ula Penerima bantuan

PIP 1.278 1.028 80,48 2.840 2.585 91,02

Guru Non PNS Penerima Tunjangan Profesi 1.264 1.032 81,60 59 57 96,61

Penyuluh Agama Kristen Non PNS penerima Tunjangan 1.020 1.020 100 170 170 100

Tunjangan Penyuluh/Tenaga Teknis Keagamaan Non PNS 900 900 100 75 75 100

Lembaga Pendidikan Keagamaan Buddha yang memperoleh Bantuan

Operasional 795 795 99,98 40 40 100

Keluarga Sakinah yang Terbina 656 633 96,51 535 535 100

Santri Pendidikan diniyah formal/muadalah/PPS Tk. Ula penerima BOS 627 627 100,00 744 734 98,66

Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Agama Buddha Negeri (BOPTN) 612 485 79,25 1 1 100

Guru Non PNS Penerima Insentif 573 563 98,32 14 14 100

Guru Non PNS Penerima Insentif 381 370 97,11 127 124 97,64

Guru Agama Non PNS yang menerima Tunjangan Profesi 264 263 99,40 10 10 100

Guru Non PNS Penerima Insentif 255 255 100 17 17 100

Siswa SMTK Penerima BOS 151 134 88,84 125 125 100

PIP SMTK/SMAK 144 94 64,93 144 121 84,03

Dosen Non PNS Penerima Tunjangan Profesi 76 69 90,33 2 2 100

Siswa SDTK Penerima BOS 68 67 98,82 85 84 98,82

Bantuan Operasional Lembaga Agama dan Keagamaan 65 64 98,31 4 4 100

PIP SDTK 24 23 98,11 53 52 98,11

Guru Non-PNS Penerima Tunjangan Khusus 1 0,00 50 - -

Jumlah 2.500.799 2.471.559 98,83 1.451.478 1.447.642 99,74

4.1 Tabel Realisasi Penyerapan Anggaran dan Realisasi Volume Keluaran Cluster Pendidikandi Jawa Tengah

miliar rupiah

Page 151: Penanggungjawab - DJPb

PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI

I PENDAPATAN 26,255,251,903,000 19,475,571,859,984 2,020,168,284,954 1,994,661,257,480 3,340,277,876,851 3,165,948,419,666 1,728,436,716,297 1,698,231,670,507 2,132,087,015,015 2,128,150,271,886 2,379,209,608,000 2,107,757,116,198 3,127,590,616,000 3,096,826,845,1501 PENDAPATAN ASLI DAERAH 14,267,084,822,000 13,669,346,873,691 236,466,681,466 238,959,590,603 633,302,968,814 668,203,799,723 225,961,233,297 257,421,851,726 277,463,428,182 299,810,415,529 436,389,448,000 483,280,239,665 381,974,992,000 379,091,298,714

A Pendapatan Pajak Daerah 12,007,135,432,000 11,139,173,309,780 54,492,788,000 55,447,711,504 206,558,325,460 208,654,302,139 64,745,526,225 80,129,558,489 50,022,000,000 56,120,881,472 133,575,815,000 140,729,674,719 103,225,000,000 112,680,315,150

B Pendapatan Retribusi Daerah 93,728,474,000 93,240,993,301 15,895,336,019 16,589,337,904 21,194,850,930 23,792,533,475 14,750,084,769 15,811,626,227 9,095,591,500 9,158,755,406 12,050,282,000 17,103,849,753 16,498,952,000 13,224,912,333

C Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 528,788,165,000 530,091,029,137 15,290,372,635 15,290,379,441 15,677,969,004 15,798,814,226 13,231,847,500 13,232,347,500 79,030,000,000 79,651,157,568 14,950,961,000 18,542,139,506 7,037,989,000 7,227,845,627

D Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1,637,432,751,000 1,906,841,541,473 150,788,184,812 151,632,161,754 389,871,823,420 419,958,149,883 133,233,774,803 148,248,319,510 139,315,836,682 154,879,621,083 275,812,390,000 306,904,575,687 255,213,051,000 245,958,225,604

2 PENDAPATAN TRANSFER 11,964,515,081,000 5,782,872,986,293 1,658,435,108,010 1,632,329,495,626 2,517,300,941,037 2,479,870,538,123 1,427,023,283,000 1,365,332,093,383 1,775,799,745,933 1,733,249,831,234 1,852,886,706,000 1,619,539,876,533 2,131,640,685,000 2,106,133,167,436A TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN 11,896,302,626,000 5,714,660,531,293 1,259,048,717,010 1,238,071,740,603 1,875,995,975,977 1,854,294,495,150 1,022,963,218,000 1,008,861,912,901 1,297,639,294,933 1,259,239,750,269 1,364,509,303,000 1,356,374,607,571 1,885,498,459,000 1,876,097,637,787

a Dana Bagi Hasil Pajak 957,049,948,000 843,392,119,954 37,263,855,101 31,166,295,087 43,276,320,000 47,575,173,894 23,806,603,000 28,767,704,135 108,543,180,942 83,713,200,002 41,232,980,000 41,339,764,573 31,566,194,000 27,428,663,358b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 13,336,741,000 16,888,016,587 2,768,112,909 1,828,669,894 2,270,971,000 1,891,238,452 9,764,707,000 9,255,959,201 12,752,720,991 19,929,386,773 2,056,866,000 1,925,031,574 2,800,874,000 1,666,438,971c Dana Alokasi Umum 3,460,064,369,000 3,438,709,973,000 914,958,948,000 900,564,784,000 1,317,798,068,000 1,306,921,916,000 753,352,485,000 743,088,164,000 883,338,891,000 871,294,279,000 966,489,944,000 956,428,556,000 1,373,396,371,000 1,373,396,371,000d Dana Alokasi Khusus 7,465,851,568,000 1,415,670,421,752 304,057,801,000 304,511,991,622 512,650,616,977 497,906,166,804 236,039,423,000 227,750,085,565 293,004,502,000 284,302,884,494 354,729,513,000 356,681,255,424 477,735,020,000 473,606,164,458

B TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA 68,212,455,000 68,212,455,000 291,796,709,000 291,796,709,000 418,122,865,000 418,122,865,000 279,903,722,000 250,230,683,600 314,782,069,000 314,782,069,000 323,859,637,000 106,878,179,000 0 0a Dana Penyesuaian & Dana Otonomi Khusus 291,796,709,000 291,796,709,000 39,577,682,000 0 0 0 0 0 0b Dana Desa 378,545,183,000 378,545,183,000 193,031,345,000 163,358,306,600 267,071,340,000 267,071,340,000 216,981,458,000c Dana Intensif Daerah 68,212,455,000 68,212,455,000 0 39,577,682,000 86,872,377,000 86,872,377,000 47,710,729,000 47,710,729,000 106,878,179,000 106,878,179,000 0 0

C TRANSFER PEMERINTAH DAERAH LAINNYA 0 0 107,589,682,000 102,461,046,023 223,182,100,060 207,453,177,973 108,899,343,000 92,013,098,882 103,601,382,000 95,330,751,141 130,829,315,000 122,992,708,962 190,532,226,000 178,608,761,544a Pendapatan Bagi Hasil Pajak 107,589,682,000 102,461,046,023 198,568,100,060 189,208,586,743 108,899,343,000 92,013,098,882 103,601,382,000 95,330,751,141 130,829,315,000 122,992,708,962 190,532,226,000 178,608,761,544b Pendapatan Bagi hasil Lainnya 24,614,000,000 18,244,591,230 0c Pendapatan Cukai

D BANTUAN KEUANGAN 0 0 0 0 0 0 15,257,000,000 14,226,398,000 59,777,000,000 63,897,260,824 33,688,451,000 33,294,381,000 55,610,000,000 51,426,768,105a Bantuan Keuangan Provinsi 15,257,000,000 14,226,398,000 59,777,000,000 63,897,260,824 33,688,451,000 33,294,381,000 55,610,000,000 51,426,768,105b Bantuan Keuangan Kabupaten

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 23,652,000,000 23,352,000,000 125,266,495,478 123,372,171,251 189,673,967,000 17,874,081,820 75,452,200,000 75,477,725,398 78,823,840,900 95,090,025,123 89,933,454,000 4,937,000,000 613,974,939,000 611,602,379,000A Pendapatan Hibah 23,652,000,000 23,352,000,000 106,514,495,478 106,369,396,325 189,673,967,000 17,874,081,820 78,823,840,900 95,090,025,123 89,933,454,000 4,937,000,000 172,965,480,000 170,592,920,000B Pendapatan Lainnya 18,752,000,000 17,002,774,926 0 0 75,452,200,000 75,477,725,398 0 441,009,459,000 441,009,459,000

II BELANJA & TRANSFER 27,374,409,350,000 19,684,658,073,406 2,097,525,903,200 2,030,744,689,258 3,556,833,000,332 3,088,291,113,889 1,842,165,280,803 1,611,100,168,128 2,290,988,130,784 2,109,177,601,632 2,471,230,452,000 2,006,954,137,130 3,330,400,416,000 3,132,251,740,5801 BELANJA OPERASI 16,913,391,556,000 10,502,104,319,449 1,684,533,588,499 1,632,950,513,982 2,496,644,645,376 2,101,703,231,267 1,290,480,931,063 1,163,143,165,587 1,446,977,919,370 1,309,697,273,620 1,480,930,168,000 1,383,280,053,650 1,998,786,739,000 1,848,070,004,521

A Belanja Pegawai 6,698,242,058,000 6,430,769,930,241 856,811,175,541 828,795,704,828 1,404,019,859,116 1,259,274,504,404 794,106,734,678 732,966,258,257 898,776,918,443 869,636,066,510 883,726,790,000 863,836,702,593 1,073,851,481,100 1,022,322,106,547B Belanja Barang 4,405,786,353,000 3,415,189,046,099 405,051,962,852 383,497,616,895 1,004,042,198,442 764,371,777,314 376,653,648,986 324,899,112,034 469,825,022,927 367,395,763,110 500,319,274,000 424,224,233,253 845,314,757,900 752,974,003,474C Belanja Bunga Cicilan Hutang 2,837,500,000 254,662,800D Belanja Subsidi 0E Belanja Hibah 5,761,071,145,000 613,738,093,109 42,549,454,350 40,861,317,924 76,958,951,800 72,035,222,349 97,983,074,702 85,365,861,032 74,130,478,000 68,879,944,000 81,536,554,000 80,007,467,804 53,815,200,000 51,263,570,000F Belanja Bantuan Sosial 48,292,000,000 42,407,250,000 6,450,000,000 6,124,878,935 11,623,636,018 6,021,727,200 20,927,763,433 19,102,225,000 4,245,500,000 3,785,500,000 15,347,550,000 15,211,650,000 22,967,800,000 21,255,661,700G Belanja Bantuan Keuangan 373,670,995,756 373,670,995,400 809,709,264 809,709,264 0

2 BELANJA MODAL 1,057,533,752,000 751,788,194,257 361,122,396,951 348,484,915,409 394,760,974,622 342,901,761,503 200,693,829,740 143,470,680,948 368,983,148,162 348,985,586,342 450,292,480,000 329,001,613,233 663,459,928,000 621,919,531,365A Belanja Tanah 14,703,769,000 14,338,900,293 12,431,490,800 11,713,397,328 4,925,000,000.00 672,125,496.00 1,642,825,000 1,223,561,780 46,932,836,000 46,198,714,373 500,000,000B Belanja Peralatan dan Mesin 509,897,318,000 361,883,692,607 122,723,232,702 90,373,247,238 53,636,090,890.00 38,796,523,086.00 59,666,671,150 52,339,601,509 199,556,335,250 91,976,054,383 80,516,373,104 74,972,089,705C Belanja Bangunan dan Gedung 216,372,410,000 195,773,603,473 87,365,111,902 76,355,548,881 62,741,290,918.00 51,896,866,879.00 45,814,880,848 44,243,673,353 83,014,286,250 75,955,828,116 162,523,676,000 155,062,627,657D Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 193,270,690,000 177,713,123,124 171,449,371,868 163,800,692,147 37,312,221,920.00 27,607,136,200.00 189,049,429,000 171,978,801,160 102,005,423,000 100,379,862,388 313,493,587,000 299,426,343,258E Belanja Aset Tetap Lainnya 122,200,465,000 1,219,755,760 791,767,350 658,875,909 1,061,498,600.00 1,041,580,370.00 4,310,802,000 3,363,893,938 18,675,599,500 14,483,453,973 106,426,291,896 92,458,470,745F Belanja Aset Lainnya 1,089,100,000 859,119,000 0 41,017,727,412.00 23,456,448,917.00 38,942,417,325 37,282,959,515 108,000,000 7,700,000G Belanja Modal BLUD / BOS 29,556,122,839 38,553,095,087

3 BELANJA TAK TERDUGA 1,834,243,841,000 1,783,884,978,571 40,043,877,500 37,594,817,867 102,752,466,821 81,019,207,607 37,545,517,000 21,219,913,290 78,457,887,752 53,941,665,170 171,884,068,000 144,511,572,525 5,000,000,000 1,267,065,451A Belanja Tak Terduga 1,834,243,841,000 1,783,884,978,571 40,043,877,500 37,594,817,867 102,752,466,821 81,019,207,607 37,545,517,000 21,219,913,290 78,457,887,752 53,941,665,170 171,884,068,000 144,511,572,525 5,000,000,000 1,267,065,451

4 TRANSFER 7,569,240,201,000 6,646,880,581,129 11,826,040,250 11,714,442,000 562,674,913,513 562,666,913,512 313,445,003,000 283,266,408,303 396,569,175,500 396,553,076,500 368,123,736,000 150,160,897,722 663,153,749,000 660,995,139,243A Transfer Bagi Hasil Pendapatan Ke KAB/KOTA/DESA 5,399,670,659,000 4,633,245,749,888 11,826,040,250 11,714,442,000 26,156,571,346 26,156,571,346 9,262,497,000 9,262,497,000 7,479,600,000 7,469,600,000 12,626,234,000 11,994,350,241 11,851,306,000 10,569,843,224

a Bagi Hasil Pajak 5,399,670,659,000 4,633,245,749,888 11,826,040,250 11,714,442,000 23,422,682,526 23,422,682,526 9,262,497,000 9,262,497,000 11,368,790,000 10,949,452,464 10,036,410,000 9,672,915,678b Bagi Hasil Retribusi 2,733,888,820 2,733,888,820 7,479,600,000 7,469,600,000 1,257,444,000 1,044,897,777 1,814,896,000 896,927,546

B Transfer Bantuan keuangan 2,169,569,542,000 2,013,634,831,241 0 0 536,518,342,167 536,510,342,166 304,182,506,000 274,003,911,303 389,089,575,500 389,083,476,500 355,497,502,000 138,166,547,481 651,302,443,000 650,425,296,019a Transfer Bantuan Keuangan ke Kab/Kota 981,881,906,000 845,551,195,241b Transfer Bantuan Keuangan ke Desa 1,187,687,636,000 1,168,083,636,000 533,605,927,167 533,597,927,166 304,182,506,000 274,003,911,303 388,159,625,500 388,153,526,500 354,479,502,000 137,149,544,000 649,993,459,000 649,116,313,529c Transfer Bantuan Keuangan ke Parpol 2,912,415,000 2,912,415,000 929,950,000 929,950,000 1,308,984,000 1,308,982,490d Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya 0 0e Transfer Bantuan keuangan Lainnya 0 1,018,000,000 1,017,003,481

Jumlah Belanja (Operasi + Modal + Tak terduga) + Transfer 28,431,943,102,000 19,684,658,073,406 2,458,648,300,151 2,030,744,689,258 3,556,833,000,332 3,088,291,113,889 1,842,165,280,803 1,611,100,168,128 2,290,988,130,784 2,109,177,601,632 2,471,230,452,000 2,006,954,137,130 3,330,400,416,000 3,132,251,740,580

SURPLUS / (DEFISIT) (1,119,157,447,000) (209,086,213,422) (77,357,618,246) (36,083,431,778) (216,555,123,481) 77,657,305,777 (113,728,564,506) 87,131,502,379 (158,901,115,769) 18,972,670,254 (92,020,844,000) 100,802,979,068 (202,809,800,000) (35,424,895,430)

III PEMBIAYAAN1 PENERIMAAN DAERAH 1,119,157,447,000 1,119,409,987,600 88,257,618,246 88,157,618,246 247,705,123,481 242,705,123,481 157,728,564,506 132,205,398,406 112,867,691,370 119,799,247,268 106,204,560,000 108,954,560,382 213,309,800,000 211,973,059,004

A Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 1,119,157,447,000 1,119,157,446,700 88,157,618,246 88,157,618,246 242,705,123,481 242,705,123,481 122,728,564,506 122,728,564,506 97,852,691,370 119,755,747,268 103,943,446,000 103,943,445,939 178,309,800,000 178,309,799,004B Pencairan Dana Cadangan 0C Penerimaan Kembali Piutang / Pemberian Pinjaman Daerah 100,000,000 5,000,000,000 35,000,000,000 9,476,833,900 2,261,114,000 2,261,114,443 35,000,000,000 33,663,260,000D Penerimaan Pinjaman Pokok Dana Talangan Pengad PanganE Penerimaan Pengembalian Dana Bergulir 252,540,900 15,000,000 43,500,000F Penerimaan Titipan Uang JaminanG Penerimaan Pinjaman Daerah 15,000,000,000 2,750,000,000 0

2 PENGELUARAN DAERAH 0 0 10,900,000,000 10,900,000,000 31,150,000,000 29,519,500,000 44,000,000,000 27,885,024,541 19,515,000,000 4,515,000,000 14,183,716,000 17,733,716,000 10,500,000,000 10,500,000,000A Pembentukan Dana CadanganB Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 10,900,000,000 10,900,000,000 28,150,000,000 28,150,000,000 9,000,000,000 7,183,949,725 4,515,000,000 4,515,000,000 14,183,716,000 14,183,716,000 10,500,000,000 10,500,000,000C Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri 35,000,000,000 20,701,074,816 15,000,000,000.00 0 3,550,000,000 0D Pengembalian Titipan Uang JaminanE Pemberian Pinjaman Daerah 3,000,000,000 1,369,500,000F Pengeluaran Perhitungan Pihak ke tiga

PEMBIAYAAN NETTO 1,119,157,447,000 1,119,409,987,600 77,357,618,246 77,257,618,246 216,555,123,481 213,185,623,481 113,728,564,506 104,320,373,865 93,352,691,370 115,284,247,268 92,020,844,000 91,220,844,382 202,809,800,000 201,473,059,004

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) 0 910,323,774,178 0 41,174,186,468 0 290,842,929,258 0 191,451,876,244 (65,548,424,399) 134,256,917,522 0 192,023,823,450 0 166,048,163,574

6 71 2 3 4 5

URAIANProv. Jawa Tengah Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas Kab. Batang Kab. Blora Kab. Boyolali Kab. Brebes

Page 152: Penanggungjawab - DJPb

I PENDAPATAN1 PENDAPATAN ASLI DAERAH

A Pendapatan Pajak Daerah

B Pendapatan Retribusi Daerah

C Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

D Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

2 PENDAPATAN TRANSFERA TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN

a Dana Bagi Hasil Pajakb Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)c Dana Alokasi Umumd Dana Alokasi Khusus

B TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA a Dana Penyesuaian & Dana Otonomi Khususb Dana Desac Dana Intensif Daerah

C TRANSFER PEMERINTAH DAERAH LAINNYAa Pendapatan Bagi Hasil Pajakb Pendapatan Bagi hasil Lainnyac Pendapatan Cukai

D BANTUAN KEUANGANa Bantuan Keuangan Provinsib Bantuan Keuangan Kabupaten

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAHA Pendapatan HibahB Pendapatan Lainnya

II BELANJA & TRANSFER1 BELANJA OPERASI

A Belanja PegawaiB Belanja BarangC Belanja Bunga Cicilan HutangD Belanja SubsidiE Belanja HibahF Belanja Bantuan SosialG Belanja Bantuan Keuangan

2 BELANJA MODALA Belanja TanahB Belanja Peralatan dan MesinC Belanja Bangunan dan GedungD Belanja Jalan, Irigasi dan JaringanE Belanja Aset Tetap LainnyaF Belanja Aset LainnyaG Belanja Modal BLUD / BOS

3 BELANJA TAK TERDUGAA Belanja Tak Terduga

4 TRANSFERA Transfer Bagi Hasil Pendapatan Ke KAB/KOTA/DESA

a Bagi Hasil Pajakb Bagi Hasil Retribusi

B Transfer Bantuan keuangana Transfer Bantuan Keuangan ke Kab/Kotab Transfer Bantuan Keuangan ke Desac Transfer Bantuan Keuangan ke Parpold Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnyae Transfer Bantuan keuangan Lainnya

Jumlah Belanja (Operasi + Modal + Tak terduga) + Transfer

SURPLUS / (DEFISIT)

III PEMBIAYAAN1 PENERIMAAN DAERAH

A Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)B Pencairan Dana CadanganC Penerimaan Kembali Piutang / Pemberian Pinjaman DaerahD Penerimaan Pinjaman Pokok Dana Talangan Pengad PanganE Penerimaan Pengembalian Dana BergulirF Penerimaan Titipan Uang JaminanG Penerimaan Pinjaman Daerah

2 PENGELUARAN DAERAHA Pembentukan Dana CadanganB Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahC Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri D Pengembalian Titipan Uang JaminanE Pemberian Pinjaman DaerahF Pengeluaran Perhitungan Pihak ke tiga

PEMBIAYAAN NETTO

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)

URAIANPAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI

3,183,974,378,680 3,150,599,808,500 2,265,843,857,579 2,333,459,871,799 2,525,449,733,189 2,527,949,086,354 2,351,298,047,000 2,280,721,645,215 2,095,653,604,000 2,120,040,167,376 2,670,926,408,000 2,763,288,676,077 2,142,582,097,247 2,116,113,851,279561,113,709,065 591,372,301,699 367,991,804,422 439,694,424,386 311,061,602,979 349,518,498,473 408,012,576,000 396,820,647,247 341,722,577,000 384,682,551,684 317,991,639,000 403,011,163,101 333,650,044,139 353,043,133,434

199,810,000,000 203,188,563,271 137,828,340,625 152,910,867,519 85,658,500,000 96,136,851,265 125,910,655,000 136,856,675,663 154,189,995,000 176,873,002,208 89,697,000,000 100,877,584,517 130,420,000,000 134,446,651,120

18,139,721,798 19,075,869,519 25,855,393,800 27,262,659,979 12,807,013,093 14,051,835,380 16,613,254,000 17,989,317,478 11,266,768,000 13,878,511,187 23,587,096,000 22,123,061,226 18,441,507,107 19,911,169,177

45,597,285,958 44,670,780,311 20,579,318,511 20,579,320,404 22,502,494,091 22,507,011,546 12,366,133,000 10,944,133,797 15,232,136,000 15,262,591,949 13,243,497,000 15,727,758,649 15,888,282,166 19,295,382,108

297,566,701,309 324,437,088,598 183,728,751,486 238,941,576,484 190,093,595,795 216,822,800,282 253,122,534,000 231,030,520,309 161,033,678,000 178,668,446,340 191,464,046,000 264,282,758,709 168,900,254,866 179,389,931,029

2,195,857,739,115 2,148,759,293,654 1,497,734,266,157 1,493,919,826,469 2,058,203,790,210 2,019,534,077,881 1,839,601,371,000 1,792,956,307,968 1,650,935,104,000 1,632,940,401,703 2,219,216,569,000 2,223,453,074,285 1,706,852,053,108 1,668,485,487,8451,802,273,521,115 1,757,591,202,654 1,208,405,330,857 1,181,046,800,246 1,461,052,448,210 1,444,279,746,734 1,310,273,006,000 1,280,105,479,190 1,260,602,159,000 1,247,805,559,571 1,611,022,902,000 1,624,225,405,094 1,243,180,001,108 1,228,541,096,33568,920,615,000.00 52,212,580,388 27,302,091,720 24,244,292,868 38,241,439,487 34,763,205,375 51,995,809,000 43,862,490,970 36,396,194,000 37,975,825,848 34,205,198,000 33,296,897,421 44,099,061,810 39,443,704,951

6,686,684,000.00 1,931,834,025 20,886,159,137 18,909,515,646 13,507,823,206 12,612,557,623 2,076,167,000 1,894,221,520 2,130,728,000 1,849,641,537 2,623,973,186 2,412,400,7381,295,279,562,000.00 1,281,940,170,000 875,987,653,000 860,873,465,000 1,054,010,287,000 1,038,763,632,000 948,599,557,000 934,338,029,000 924,285,617,000 917,524,339,000 1,206,245,637,000 1,197,504,293,000 921,727,933,000 909,781,219,000

431,386,660,115.00 421,506,618,241 284,229,427,000 277,019,526,732 355,292,898,517 358,140,351,736 309,677,640,000 301,904,959,220 297,844,181,000 290,411,173,203 368,441,339,000 391,574,573,136 274,729,033,112 276,903,771,646365,817,218,000 365,817,218,000 95,161,483,000 95,203,650,633 367,097,540,000 367,074,612,500 301,071,365,000 301,071,365,000 249,381,751,000 249,403,111,001 450,269,534,000 450,269,534,000 293,058,283,000 293,058,283,000

71,923,322,000 71,923,322,000 95,161,483,000 95,203,650,633 367,097,540,000 367,074,612,500 249,381,751,000 249,403,111,001 0 44,612,446,000 44,612,446,000293,893,896,000 293,893,896,000 0 247,118,045,000 247,118,045,000 405,025,869,000 405,025,869,000 248,445,837,000 248,445,837,000

53,953,320,000 53,953,320,000 45,243,665,000 45,243,665,0000 0 128,145,452,300 151,902,441,690 167,210,802,000 157,263,613,516 164,000,000,000 150,643,645,949 132,533,194,000 129,054,883,131 138,797,133,000 130,966,524,602 149,300,769,000 128,496,428,284

128,145,452,300 151,902,441,690 167,210,802,000 157,263,613,516 164,000,000,000 150,643,645,949 132,533,194,000 129,054,883,131 138,797,133,000 130,966,524,602 149,300,769,000 128,496,428,284

27,767,000,000 25,350,873,000 66,022,000,000 65,766,933,900 62,843,000,000 50,916,105,131 64,257,000,000 61,135,817,829 8,418,000,000 6,676,848,000 19,127,000,000 17,991,610,589 21,313,000,000 18,389,680,22627,767,000,000 25,350,873,000 66,022,000,000 65,766,933,900 62,843,000,000 50,916,105,131 64,257,000,000 61,135,817,829 8,418,000,000 6,676,848,000 19,127,000,000 17,991,610,589 21,313,000,000 18,389,680,226

0

427,002,930,500 410,468,213,147 400,117,787,000 399,845,620,944 156,184,340,000 158,896,510,000 103,684,100,000 90,944,690,000 102,995,923,000 102,417,213,989 133,718,200,000 136,824,438,691 102,080,000,000 94,585,230,000205,338,414,500.00 213,004,361,569.00 400,117,787,000 399,773,742,000 3,290,000,000 9,844,000,000 103,684,100,000 90,944,690,000 18,113,723,000.00 17,857,589,000.00 133,718,200,000 136,824,438,691 102,080,000,000 94,585,230,000

221,664,516,000 197,463,851,578 0 71,878,944 152,894,340,000 149,052,510,000 84,882,200,000.00 84,559,624,989.00 0

3,321,622,473,389 3,059,967,500,936 2,462,870,892,975 2,285,456,097,191 2,612,667,067,943 2,511,390,409,517 2,513,540,360,992 2,161,832,219,949 2,243,900,557,000 2,090,686,982,262 2,865,544,326,000 2,736,715,628,080 2,249,272,312,000 1,990,134,726,4662,303,053,385,597 2,116,440,174,552 1,679,934,352,436 1,537,048,854,292 1,733,672,426,797 1,655,379,833,123 1,799,613,705,992 1,564,171,175,061 1,681,997,387,239 1,576,031,073,067 1,947,861,384,000 1,839,445,227,013 1,669,127,069,632 1,455,323,140,015

1,206,226,215,697 1,145,443,814,425 989,315,197,333 897,383,831,830 927,135,875,618 875,531,544,458 933,200,965,992 819,362,598,571 973,590,912,000 916,916,841,224 1,236,348,714,000 1,169,696,600,650 1,068,384,440,740 922,648,569,509968,780,928,940 881,434,214,127 583,385,956,103 536,823,926,040 663,194,829,019 639,951,809,447 585,915,484,000 499,356,660,342 568,752,760,839 525,901,451,702 545,813,496,000 512,605,152,329 508,325,528,317 443,103,179,781

4,572,000,000 4,546,059,006 103,500,000 - 4,550,000,000 4,491,725,220234,085,000 234,081,000

40,169,512,960 38,470,436,000 77,813,399,000 74,065,546,422 105,527,505,160 102,381,229,041 68,068,021,000 54,117,012,540 121,251,714,400 116,516,504,921 127,611,770,000 122,828,836,872 92,417,100,575 89,571,390,72587,876,728,000 51,091,710,000 29,419,800,000 28,775,550,000 33,242,217,000 32,969,191,171 212,091,650,000 191,100,822,608 13,852,000,000 12,204,550,000 38,087,404,000 34,314,637,162

- 0529,149,845,492 462,431,933,784 305,635,980,612 286,898,847,351 360,053,127,579 338,712,103,077 302,102,589,000 216,305,122,974 183,872,032,761 147,213,772,480 302,573,915,000 287,798,752,118 125,728,154,239 92,481,364,467

25,898,069,100 14,242,054,652 8,756,773,200 7,522,805,000 2,836,480,200 2,414,665,360 - 275,000,000 263,418,100 15,988,642,000 8,217,772,363 0 0134,057,897,893 108,580,137,022 89,604,628,306 82,240,751,971 58,323,606,335 54,443,392,071 112,839,337,000 58,839,959,642 58,296,991,537 55,104,505,141 83,935,001,000 89,084,962,642 51,611,630,967 32,913,461,398

73,029,906,841 63,032,862,639 64,048,613,469 56,355,423,251 115,306,114,625 112,145,479,575 47,942,047,000 46,766,200,349 74,996,985,688 45,042,321,917 46,021,343,000 43,302,380,801 23,582,968,856 20,604,145,711283,275,664,000 264,551,341,345 137,193,463,000 135,415,820,000 148,556,679,000 135,745,467,947 133,460,246,000 105,327,508,563 18,356,317,250 15,472,178,570 144,029,435,000 135,180,943,682 42,348,771,117 32,711,375,008

12,702,062,658 11,867,458,126 6,032,502,637 5,364,047,129 35,030,247,419 33,963,098,124 6,919,334,000 4,613,153,420 31,946,738,286 31,331,348,752 12,599,494,000 12,012,692,630 7,870,408,299 6,020,092,350186,245,000 158,080,000 784,625,000 758,301,000 314,375,000 232,290,000

157,000,000 - 5,296,350,000 0 38,947,858,964 24,913,662,730 98,250,977,489 96,630,664,239 46,593,525,000 16,360,100,350 36,415,171,000 25,929,320,687 15,245,000,000 10,188,825,249 59,200,784,846 47,230,376,5075,296,350,000 38,947,858,964 24,913,662,730 98,250,977,489 96,630,664,239 46,593,525,000 16,360,100,350 36,415,171,000 25,929,320,687 15,245,000,000 10,188,825,249 59,200,784,846 47,230,376,507

484,122,892,300 481,095,392,600 438,352,700,963 436,594,732,818 420,690,536,078 420,667,809,078 365,230,541,000 364,995,821,564 341,615,966,000 341,512,816,028 599,864,027,000 599,282,823,700 395,216,303,283 395,099,845,47724,408,140,000 21,470,790,300 19,503,324,963 19,470,356,818 9,846,551,309 9,846,551,309 14,541,970,000 14,308,210,564 16,702,722,000 16,702,671,600 13,696,177,000 13,527,756,700 14,976,918,783 14,976,918,78322,010,000,000 19,937,513,000 15,647,453,229 15,647,453,229 9,846,551,309 9,846,551,309 14,541,970,000 14,308,210,564 15,419,000,000 15,418,990,000 9,677,560,000 9,657,463,900 13,740,139,419 13,740,139,419

2,398,140,000 1,533,277,300 3,855,871,734 3,822,903,589 1,283,722,000 1,283,681,600 4,018,617,000 3,870,292,800 1,236,779,364 1,236,779,364459,714,752,300 459,624,602,300 418,849,376,000 417,124,376,000 410,843,984,769 410,821,257,769 350,688,571,000 350,687,611,000 324,913,244,000 324,810,144,428 586,167,850,000 585,755,067,000 380,239,384,500 380,122,926,694

0

459,714,752,300 459,624,602,300 417,683,387,000 415,958,387,000 410,843,984,769 410,821,257,769 350,688,571,000 350,687,611,000 323,736,305,000 323,633,206,201 584,102,974,000 583,690,191,000 379,162,169,500 379,162,169,5002,064,876,000 2,064,876,000

1,165,989,000 1,165,989,000 1,176,939,000 1,176,938,227 1,077,215,000 960,757,194

3,321,622,473,389 3,059,967,500,936 2,462,870,892,975 2,285,456,097,191 2,612,667,067,943 2,511,390,409,517 2,513,540,360,992 2,161,832,219,949 2,243,900,557,000 2,090,686,982,262 2,865,544,326,000 2,736,715,628,080 2,249,272,312,000 1,990,134,726,466

(137,648,094,709) 90,632,307,564 (197,027,035,396) 48,003,774,608 (87,217,334,754) 16,558,676,837 (162,242,313,992) 118,889,425,266 (148,246,953,000) 29,353,185,114 (194,617,918,000) 26,573,047,997 (106,690,214,753) 125,979,124,813

253,051,413,556 253,057,379,706280,865,946,057 280,865,946,057 225,039,224,476 225,045,191,626 151,467,334,754 135,294,968,404 177,742,313,992 169,442,313,992 226,646,953,000 226,808,653,259 204,167,918,000 204,132,918,416 112,690,214,753 97,695,464,753280,865,946,057 280,865,946,057 225,039,224,476 225,039,224,476 134,760,672,754 134,760,672,754 169,442,313,992 169,442,313,992 197,446,953,000 197,446,953,259 202,667,918,000 202,667,918,416 97,690,214,753 97,690,214,753

15,000,000,0005,967,150 1,706,662,000 534,295,650 29,200,000,000 29,200,000,000 1,500,000,000 1,465,000,000 5,250,000

0 161,700,000

15,000,000,000 8,300,000,000

25,702,000,000 19,852,000,000 28,012,189,080 28,012,188,080 64,250,000,000 49,191,314,000 15,500,000,000 0 20,000,000,000 20,000,000,000 9,550,000,000 9,550,000,000 6,000,000,000 6,000,000,000

25,702,000,000 19,852,000,000 28,012,189,080 28,012,188,080 24,250,000,000 24,250,000,000 20,000,000,000 20,000,000,000 8,050,000,000 8,050,000,000 6,000,000,000 6,000,000,00040,000,000,000 24,941,314,000 15,500,000,000

1,500,000,000 1,500,000,000

255,163,946,057 261,013,946,057 197,027,035,396 197,033,003,546 87,217,334,754 86,103,654,404 162,242,313,992 169,442,313,992 206,646,953,000 206,808,653,259 194,617,918,000 194,582,918,416 106,690,214,753 91,695,464,753

117,515,851,348 351,646,253,621 0 245,036,778,154 0 102,662,331,241 0 288,331,739,258 58,400,000,000 236,161,838,373 0 221,155,966,413 0 217,674,589,566

12 13 148 9 10 11

Kab. KendalKab. Cilacap Kab. Demak Kab. Grobogan Kab. Jepara Kab. Karanganyar Kab. Kebumen

Page 153: Penanggungjawab - DJPb

I PENDAPATAN1 PENDAPATAN ASLI DAERAH

A Pendapatan Pajak Daerah

B Pendapatan Retribusi Daerah

C Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

D Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

2 PENDAPATAN TRANSFERA TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN

a Dana Bagi Hasil Pajakb Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)c Dana Alokasi Umumd Dana Alokasi Khusus

B TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA a Dana Penyesuaian & Dana Otonomi Khususb Dana Desac Dana Intensif Daerah

C TRANSFER PEMERINTAH DAERAH LAINNYAa Pendapatan Bagi Hasil Pajakb Pendapatan Bagi hasil Lainnyac Pendapatan Cukai

D BANTUAN KEUANGANa Bantuan Keuangan Provinsib Bantuan Keuangan Kabupaten

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAHA Pendapatan HibahB Pendapatan Lainnya

II BELANJA & TRANSFER1 BELANJA OPERASI

A Belanja PegawaiB Belanja BarangC Belanja Bunga Cicilan HutangD Belanja SubsidiE Belanja HibahF Belanja Bantuan SosialG Belanja Bantuan Keuangan

2 BELANJA MODALA Belanja TanahB Belanja Peralatan dan MesinC Belanja Bangunan dan GedungD Belanja Jalan, Irigasi dan JaringanE Belanja Aset Tetap LainnyaF Belanja Aset LainnyaG Belanja Modal BLUD / BOS

3 BELANJA TAK TERDUGAA Belanja Tak Terduga

4 TRANSFERA Transfer Bagi Hasil Pendapatan Ke KAB/KOTA/DESA

a Bagi Hasil Pajakb Bagi Hasil Retribusi

B Transfer Bantuan keuangana Transfer Bantuan Keuangan ke Kab/Kotab Transfer Bantuan Keuangan ke Desac Transfer Bantuan Keuangan ke Parpold Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnyae Transfer Bantuan keuangan Lainnya

Jumlah Belanja (Operasi + Modal + Tak terduga) + Transfer

SURPLUS / (DEFISIT)

III PEMBIAYAAN1 PENERIMAAN DAERAH

A Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)B Pencairan Dana CadanganC Penerimaan Kembali Piutang / Pemberian Pinjaman DaerahD Penerimaan Pinjaman Pokok Dana Talangan Pengad PanganE Penerimaan Pengembalian Dana BergulirF Penerimaan Titipan Uang JaminanG Penerimaan Pinjaman Daerah

2 PENGELUARAN DAERAHA Pembentukan Dana CadanganB Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahC Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri D Pengembalian Titipan Uang JaminanE Pemberian Pinjaman DaerahF Pengeluaran Perhitungan Pihak ke tiga

PEMBIAYAAN NETTO

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)

URAIANPAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI

2,509,533,202,687 2,348,916,059,566 1,967,081,016,390 2,014,962,476,485 2,359,822,006,628 2,270,672,373,271 2,689,464,737,000 2,662,344,665,605 2,128,970,335,691 2,061,683,563,781 2,462,035,744,635 2,448,328,954,562 1,889,271,367,000 1,820,757,507,014246,558,797,299 328,098,465,645 291,643,884,000 383,884,186,229 265,502,524,500 322,889,986,991 350,903,171,000 371,710,004,994 378,788,767,484 341,786,559,234 292,672,718,000 328,333,366,498 256,466,315,000 211,713,634,521

85,584,000,000 116,102,371,269 108,150,955,000 126,240,575,956 91,323,655,000 115,530,759,532 85,482,000,000 97,884,137,026 85,904,752,350 74,247,139,876 71,521,800,000 80,569,759,532 49,745,000,000 58,829,669,048

10,707,170,000 14,750,008,083 15,245,336,000 18,493,582,321 10,739,521,500 21,911,451,584 19,688,504,000 22,502,075,249 18,105,404,210 12,708,738,419 31,095,585,000 31,386,762,911 10,041,770,000 10,969,197,125

14,145,547,096 17,575,112,265 8,700,784,000 8,704,409,157 30,634,652,000 30,637,364,531 27,632,322,000 27,635,302,583 10,122,914,114 10,124,615,604 21,366,882,000 21,371,187,915 21,681,443,000 21,682,472,386

136,122,080,203 179,670,974,028 159,546,809,000 230,445,618,795 132,804,696,000 154,810,411,344 218,100,345,000 223,688,490,136 264,655,696,810 244,706,065,335 168,688,451,000 195,005,656,140 174,998,102,000 120,232,295,962

1,765,982,224,388 1,752,155,233,956 1,456,645,171,390 1,414,569,419,256 1,989,978,882,128 1,940,323,473,805 1,759,692,785,000 1,707,712,117,835 1,388,793,421,044 1,358,545,060,957 2,007,094,187,635 1,957,807,388,064 1,532,610,752,000 1,539,129,862,4931,533,062,670,188 1,516,494,102,076 1,206,873,864,390 1,183,590,147,772 1,354,331,370,128 1,331,514,071,778 1,532,552,801,000 1,505,063,848,568 1,225,901,494,450 1,206,915,407,953 1,503,800,933,635 1,478,357,232,531 1,147,061,410,000 1,144,405,027,431

39,228,910,000 40,197,246,595 229,056,138,000 214,882,327,466 32,345,372,000 32,547,800,849 38,581,185,000 38,079,490,123 34,565,389,036 28,416,211,565 37,590,205,000 31,829,930,947 25,066,880,000 30,248,715,5001,908,494,000 1,781,143,208 2,175,308,000 1,793,882,236 1,965,628,000 1,816,492,146 2,265,283,000 2,207,617,219 2,552,249,414 2,316,074,200 3,481,970,000 2,456,885,533 1,948,636,000 1,799,423,282

1,175,695,180,000 1,167,212,792,000 764,591,304,000 757,097,370,000 997,304,689,000 987,675,947,000 1,131,935,623,000 1,115,340,333,000 890,703,494,000 885,145,414,000 1,130,573,652,000 1,118,791,154,000 847,952,218,000 841,051,988,000316,230,086,188 307,302,920,273 211,051,114,390 209,816,568,070 322,715,681,128 309,473,831,783 359,770,710,000 349,436,408,226 298,080,362,000 291,037,708,188 332,155,106,635 325,279,262,051 272,093,676,000 271,304,900,64957,067,155,000 57,067,155,000 89,301,426,000 89,301,426,000 450,209,571,000 450,209,569,982 0 0 40,927,086,000 40,927,086,000 337,895,362,000 337,895,362,000 278,774,566,000 276,353,798,00057,067,155,000 57,067,155,000 89,301,426,000 89,301,426,000 59,165,462,000 59,165,462,000 40,927,086,000 40,927,086,000 0 0 278,774,566,000 276,353,798,000

0 0 391,044,109,000 391,044,107,982 327,255,484,000 327,255,484,0000 0 0 10,639,878,000 10,639,878,000

158,455,399,200 163,789,663,880 149,883,881,000 133,004,610,484 170,720,941,000 147,910,429,045 187,932,984,000 173,865,155,267 121,964,840,594 110,702,567,004 153,423,892,000 131,194,217,715 91,742,776,000 104,798,564,062158,455,399,200 163,789,663,880 149,883,881,000 133,004,610,484 170,720,941,000 147,910,429,045 187,932,984,000.00 173,865,155,267.00 110,955,468,594 100,595,200,323 153,423,892,000 131,194,217,715 91,742,776,000 104,798,564,062

11,009,372,000 10,107,366,681 00 0

17,397,000,000 14,804,313,000 10,586,000,000 8,673,235,000 14,717,000,000 10,689,403,000 39,207,000,000 28,783,114,000 0 0 11,974,000,000 10,360,575,818 15,032,000,000 13,572,473,00017,397,000,000 14,804,313,000 10,586,000,000 8,673,235,000 14,717,000,000 10,689,403,000 39,207,000,000 28,783,114,000 0 0 11,974,000,000 10,360,575,818 15,032,000,000 13,572,473,000

496,992,181,000 268,662,359,965 218,791,961,000 216,508,871,000 104,340,600,000 7,458,912,475 578,868,781,000 582,922,542,776 361,388,147,163 361,351,943,590 162,268,839,000 162,188,200,000 100,194,300,000 69,914,010,000116,145,580,000 379,524,465 70,968,500,000 68,685,410,000 104,340,600,000 7,458,912,475 121,558,649,000.00 117,186,383,776.00 97,991,041,163 97,954,837,590 162,268,839,000 162,188,200,000 100,194,300,000 69,914,010,000380,846,601,000 268,282,835,500 147,823,461,000 147,823,461,000 0 457,310,132,000.00 465,736,159,000.00 263,397,106,000 263,397,106,000 0 0 0

2,917,442,203,797 2,309,955,767,909 2,151,998,364,390 1,914,012,442,916 2,571,445,204,287 2,193,085,941,089 2,867,710,016,000 2,739,717,887,186 2,283,826,930,634 2,053,055,597,803 2,802,092,060,635 2,664,296,658,725 2,010,965,128,000 1,742,570,701,6971,771,217,018,369 1,478,495,441,091 1,525,077,934,390 1,393,816,208,033 1,507,400,564,137 1,270,751,035,948 1,768,366,507,787 1,688,514,071,126 1,562,143,547,645 1,422,282,792,998 1,907,294,728,722 1,796,611,175,204 1,442,856,472,000 1,232,302,130,6151,159,650,846,035 1,025,635,634,713 986,638,114,500 917,642,700,714 862,493,624,630 792,230,403,046 1,053,160,141,000.00 1,025,781,381,318.00 1,007,842,128,845 934,743,678,617 1,185,909,557,064 1,129,022,379,192 820,836,083,000 759,918,358,448

503,703,597,335 349,811,963,721 473,519,470,890 416,691,046,319 575,354,617,007 412,235,462,242 655,332,023,787.00 605,707,331,133.00 454,152,235,870 389,192,241,451 604,658,171,658 552,336,992,012 519,651,431,000 371,280,974,527

2,000,000,000 1,988,515,348 2,383,815,000 2,378,814,56899,744,075,000 97,547,602,309 53,923,333,000 49,102,755,000 58,495,187,500 55,647,760,660 49,749,843,000.00 47,872,858,675.00 83,639,632,930 82,571,722,930 112,384,500,000 111,212,329,000 90,720,513,000 89,695,414,572

6,118,500,000 3,511,725,000 10,997,016,000 10,379,706,000 11,057,135,000 10,637,410,000 10,124,500,000.00 9,152,500,000.00 16,509,550,000 15,775,150,000 4,342,500,000 4,039,475,000 9,264,630,000 9,028,568,5000 0 0 0

196,126,115,977 128,908,368,119 302,251,762,000 221,658,709,958 257,930,375,571 191,243,424,773 340,186,253,213 315,596,274,765 324,418,740,337 239,471,535,400 369,567,800,913 342,593,987,691 157,973,737,000 105,898,568,2550 21,778,452,000 4,870,342,319 25,504,338,000 5,507,345,948 1,950,000,000 1,734,185,000 63,931,352,500 2,213,380,920 548,250,000 547,159,229 4,699,950,000 3,232,345,287

79,807,070,372 47,169,013,294 89,031,747,000 44,348,735,193 127,043,001,245 101,583,316,084 84,818,478,271 80,171,674,945 54,678,856,273 42,502,780,460 85,767,654,125 66,655,036,324 61,759,094,000 41,254,522,17653,816,330,050 49,516,478,837 56,069,159,000 52,231,919,388 57,293,134,218 49,740,914,699 63,175,791,600 60,817,605,226 81,805,376,811 78,490,710,101 227,130,551,050 222,354,769,440 37,934,076,000 27,982,682,79754,236,204,601 30,032,863,863 100,748,324,000 89,155,777,904 40,670,730,325 32,195,982,259 182,132,547,610 164,976,843,210 89,472,890,386 82,899,942,786 34,377,699,300 32,026,519,797 42,164,185,000 26,628,685,400

8,266,510,954 2,190,012,125 2,921,162,000 2,883,229,220 6,587,702,863 1,438,835,778 8,109,435,732 7,895,966,384 1,175,188,000 975,558,840 20,524,496,438 20,291,661,621 11,416,432,000 6,800,332,595831,468,920 777,030,005 1,219,150,000 718,841,280

31,702,918,000 28,168,705,934 0 33,355,076,367 32,389,162,293220,766,904,470 90,294,128,406 50,131,860,000 28,135,310,625 138,279,351,079 64,637,519,669 71,000,301,000 49,041,032,248 6,000,000,000 3,892,045,746 45,056,800,000 44,928,357,830 12,651,358,000 9,913,347,179220,766,904,470 90,294,128,406 50,131,860,000 28,135,310,625 138,279,351,079 64,637,519,669 71,000,301,000 49,041,032,248 6,000,000,000 3,892,045,746 45,056,800,000 44,928,357,830 12,651,358,000 9,913,347,179729,332,164,981 612,257,830,293 274,536,808,000 270,402,214,300 667,834,913,500 666,453,960,699 688,156,954,000 686,566,509,047 391,264,642,652 387,409,223,659 480,172,731,000 480,163,138,000 397,483,561,000 394,456,655,648

15,780,271,281 13,255,263,593 13,115,247,000 12,944,477,850 21,637,545,500 21,634,541,500 11,580,000,000 11,577,352,874 9,390,713,652 5,536,294,659 10,261,739,000 10,261,739,000 6,937,738,000 6,937,738,00013,697,707,588 11,521,060,644 10,925,518,000 10,785,330,350 15,686,759,000 15,683,755,000 9,303,000,000 9,302,024,906 7,136,942,376 4,761,769,149 7,152,180,000 7,152,180,000 5,599,500,000 5,599,500,000

2,082,563,693 1,734,202,949 2,189,729,000 2,159,147,500 5,950,786,500 5,950,786,500 2,277,000,000 2,275,327,968 2,253,771,276 774,525,510 3,109,559,000 3,109,559,000 1,338,238,000 1,338,238,000713,551,893,700 599,002,566,700 261,421,561,000 257,457,736,450 646,197,368,000 644,819,419,199 676,576,954,000 674,989,156,173 381,873,929,000 381,872,929,000 469,910,992,000 469,901,399,000 390,545,823,000 387,518,917,648

712,455,374,200 597,906,047,200 260,219,983,000 256,326,955,200 643,897,637,000 642,519,688,199 675,382,950,000 673,795,158,173 0 0 468,967,484,000 468,967,484,000 389,305,218,000 386,278,312,6481,201,578,000 1,130,781,250 0 0 943,508,000 933,915,000

381,873,929,000 381,872,929,0001,096,519,500 1,096,519,500 2,299,731,000 2,299,731,000 1,194,004,000 1,193,998,000 0 0 0 0 1,240,605,000 1,240,605,000

2,917,442,203,797 2,309,955,767,909 2,151,998,364,390 1,914,012,442,916 2,571,445,204,287 2,193,085,941,089 2,867,710,016,000 2,739,717,887,186 2,283,826,930,634 2,053,055,597,803 2,802,092,060,635 2,664,296,658,725 2,010,965,128,000 1,742,570,701,697

(407,909,001,110) 38,960,291,657 (184,917,348,000) 100,950,033,569 (211,623,197,659) 77,586,432,182 (178,245,279,000) (77,373,221,581) (154,856,594,943) 8,627,965,978 (340,056,316,000) (215,967,704,163) (121,693,761,000) 78,186,805,317

408,909,001,110 408,909,001,110 190,917,348,000 190,936,848,788 218,827,197,659 218,832,905,659 200,858,279,000 200,920,967,941 159,856,594,943 160,068,909,575 348,056,316,000 347,908,816,058 129,993,761,000 130,005,261,009382,909,001,110 382,909,001,110 190,917,348,000 190,917,348,813 218,827,197,659 218,827,197,659 200,858,279,000 200,793,442,791 159,856,594,943 159,978,997,375 347,906,316,000 347,906,316,058 129,993,761,000 129,993,761,009

26,000,000,000 26,000,000,0000 5,708,000 0 127,525,150 0 89,912,200 150,000,000 2,500,000 11,500,000

19,499,975

1,000,000,000 1,000,000,000 6,000,000,000 4,140,000,000 7,204,000,000 7,204,000,000 22,613,000,000 22,613,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000 8,000,000,000 8,000,000,000 8,300,000,000 8,300,000,000

1,000,000,000 1,000,000,000 6,000,000,000 4,140,000,000 7,204,000,000 7,204,000,000 22,613,000,000 22,613,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000 8,000,000,000 8,000,000,000 8,300,000,000 8,300,000,000

407,909,001,110 407,909,001,110 184,917,348,000 186,796,848,788 211,623,197,659 211,628,905,659 178,245,279,000 178,307,967,941 154,856,594,943 155,068,909,575 340,056,316,000 339,908,816,058 121,693,761,000 121,705,261,009

0 446,869,292,767 0 287,746,882,357 0 289,215,337,841 0 100,934,746,360 0 163,696,875,553 0 123,941,111,895 0 199,892,066,326

18 19 20 2115 16 17

Kab. Pemalang Kab. PurbalinggaKab. Klaten Kab. Kudus Kab. Magelang Kab. Pati Kab. Pekalongan

Page 154: Penanggungjawab - DJPb

I PENDAPATAN1 PENDAPATAN ASLI DAERAH

A Pendapatan Pajak Daerah

B Pendapatan Retribusi Daerah

C Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

D Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

2 PENDAPATAN TRANSFERA TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN

a Dana Bagi Hasil Pajakb Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)c Dana Alokasi Umumd Dana Alokasi Khusus

B TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA a Dana Penyesuaian & Dana Otonomi Khususb Dana Desac Dana Intensif Daerah

C TRANSFER PEMERINTAH DAERAH LAINNYAa Pendapatan Bagi Hasil Pajakb Pendapatan Bagi hasil Lainnyac Pendapatan Cukai

D BANTUAN KEUANGANa Bantuan Keuangan Provinsib Bantuan Keuangan Kabupaten

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAHA Pendapatan HibahB Pendapatan Lainnya

II BELANJA & TRANSFER1 BELANJA OPERASI

A Belanja PegawaiB Belanja BarangC Belanja Bunga Cicilan HutangD Belanja SubsidiE Belanja HibahF Belanja Bantuan SosialG Belanja Bantuan Keuangan

2 BELANJA MODALA Belanja TanahB Belanja Peralatan dan MesinC Belanja Bangunan dan GedungD Belanja Jalan, Irigasi dan JaringanE Belanja Aset Tetap LainnyaF Belanja Aset LainnyaG Belanja Modal BLUD / BOS

3 BELANJA TAK TERDUGAA Belanja Tak Terduga

4 TRANSFERA Transfer Bagi Hasil Pendapatan Ke KAB/KOTA/DESA

a Bagi Hasil Pajakb Bagi Hasil Retribusi

B Transfer Bantuan keuangana Transfer Bantuan Keuangan ke Kab/Kotab Transfer Bantuan Keuangan ke Desac Transfer Bantuan Keuangan ke Parpold Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnyae Transfer Bantuan keuangan Lainnya

Jumlah Belanja (Operasi + Modal + Tak terduga) + Transfer

SURPLUS / (DEFISIT)

III PEMBIAYAAN1 PENERIMAAN DAERAH

A Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)B Pencairan Dana CadanganC Penerimaan Kembali Piutang / Pemberian Pinjaman DaerahD Penerimaan Pinjaman Pokok Dana Talangan Pengad PanganE Penerimaan Pengembalian Dana BergulirF Penerimaan Titipan Uang JaminanG Penerimaan Pinjaman Daerah

2 PENGELUARAN DAERAHA Pembentukan Dana CadanganB Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahC Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri D Pengembalian Titipan Uang JaminanE Pemberian Pinjaman DaerahF Pengeluaran Perhitungan Pihak ke tiga

PEMBIAYAAN NETTO

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)

URAIANPAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI

2,120,340,261,573 2,167,260,086,741 1,867,686,369,423 1,841,358,091,921 2,183,690,887,000 2,201,061,989,551 2,118,929,432,328 2,422,310,105,497 1,947,664,572,000 6,373,332,223,914 2,644,149,373,000 2,433,877,807,252 1,789,293,083,624 1,833,577,439,429261,999,024,780 304,779,565,558 292,142,773,423 313,730,960,856 398,198,472,000 442,572,728,263 309,617,040,945 394,453,117,572 342,723,550,000 4,824,883,380,476 408,838,286,000 374,377,651,958 251,969,585,751 307,430,962,873

62,000,142,000.00 74,598,729,755 80,026,500,000 87,544,136,466 166,047,500,000 184,428,753,182 79,578,074,600 111,443,035,033 167,475,000,000 235,186,691,560 125,228,000,000 125,229,826,981 36,723,000,000.00 47,887,363,610.00 11,693,637,386 12,207,464,126 14,721,396,775 16,353,234,140 32,610,749,000 30,447,868,637 11,754,385,725 13,070,416,298 17,345,194,000 16,773,376,084 16,344,584,000 19,243,656,650 7,492,767,100.00 9,181,047,632.00 14,951,021,382 14,953,292,871 10,840,309,000 11,961,666,343 10,988,830,000 11,014,828,719 19,991,231,787 19,992,082,624 33,893,419,000 33,757,900,228 13,758,000,000 14,181,724,484 19,555,026,271.00 18,800,858,165.00

173,354,224,012 203,020,078,806.00 186,554,567,648 197,871,923,907 188,551,393,000 216,681,277,725.00 198,293,348,833 249,947,583,617 124,009,937,000 4,539,165,412,604 253,507,702,000 215,722,443,843 188,198,792,380.00 231,561,693,466.00 1,774,654,036,793 1,777,624,550,851 1,503,947,901,000 1,479,953,202,848 1,600,825,739,000 1,573,822,585,288 1,725,273,391,383 1,729,362,657,925 1,384,544,386,000 1,350,959,733,838 1,721,083,934,000 1,697,875,551,939 1,457,813,533,299 1,451,581,978,9821,216,286,524,793 1,225,319,536,635 1,022,967,423,000 1,012,352,994,244 1,253,525,704,000 1,240,480,579,637 1,349,666,027,200 1,351,654,579,917 1,182,032,735,000 1,163,627,289,398 1,476,328,272,000 1,477,714,812,445 1,051,153,212,299 1,046,567,778,773

18,545,001,000 22,240,355,097 20,656,403,000 23,701,164,996 38,377,097,000 38,522,928,137 22,154,440,535 22,328,362,276 41,332,836,000 38,161,061,130 23,028,575,000 24,616,468,943 49,051,299,000.00 51,081,093,306.00 9,703,005,000 9,161,777,955 32,095,314,000 29,786,075,922 2,523,188,000 2,327,249,912 9,288,849,394 8,302,067,591 2,459,504,000 1,780,895,299 9,000,000,000 11,670,963,825 1,961,482,000.00 1,799,603,249.00

930,205,439,000 930,205,439,000 734,621,624,000 727,781,396,000 917,605,364,000 909,555,622,000 1,006,988,298,000 991,204,614,000 867,256,150,000 859,146,406,000 1,097,564,744,000 1,086,704,382,000 770,269,689,000.00 762,027,309,000.00 257,833,079,793 263,711,964,583 235,594,082,000 231,084,357,326 295,020,055,000 290,074,779,588 311,234,439,271 329,819,536,050 270,984,245,000 264,538,926,969 346,734,953,000 354,722,997,677 229,870,742,299.00 231,659,773,218.00 417,365,797,000 426,971,647,000 356,270,479,000 356,270,479,000 152,227,385,000 137,988,610,925 216,273,145,000 216,273,145,000 52,189,671,000 52,189,671,000 64,411,379,000 64,411,379,000 304,193,321,000 304,193,321,000417,365,797,000 426,971,647,000 356,270,479,000 356,270,479,000 152,227,385,000 137,988,610,925 171,103,129,000 171,103,129,000 52,189,671,000 52,189,671,000 64,411,379,000 64,411,379,000 - -

247,881,825,000.00 247,881,825,000.00 45,170,016,000 45,170,016,000 56,311,496,000 56,311,496,000

103,415,715,000 91,978,353,408 105,622,999,000 97,043,873,316 148,078,333,000 155,665,817,452 129,966,219,183 134,344,347,567 135,659,980,000 133,988,064,440 174,232,283,000 151,186,151,494 94,500,000,000 94,165,118,971103,415,715,000 91,978,353,408 105,622,999,000 97,043,873,316 148,078,333,000 155,665,817,452 129,966,219,183 134,344,347,567 135,659,980,000 133,988,064,440 174,232,283,000 151,186,151,494 94,500,000,000.00 94,165,118,971.00

37,586,000,000 33,355,013,808 19,087,000,000 14,285,856,288 46,994,317,000 39,687,577,274 29,368,000,000 27,090,585,441 14,662,000,000 1,154,709,000 6,112,000,000 4,563,209,000 7,967,000,000 6,655,760,23837,586,000,000 33,355,013,808 19,087,000,000 14,285,856,288 46,994,317,000 39,687,577,274 29,368,000,000 27,090,585,441 14,662,000,000 1,154,709,000 6,112,000,000 4,563,209,000 7,967,000,000 6,655,760,238

83,687,200,000 84,855,970,332 71,595,695,000 47,673,928,217 184,666,676,000 184,666,676,000 84,039,000,000 298,494,330,000 220,396,636,000 197,489,109,600 514,227,153,000 361,624,603,355 79,509,964,574 74,564,497,57483,687,200,000 84,855,970,332 71,595,695,000 47,673,928,217 0 0 84,039,000,000 298,494,330,000 75,355,199,000 52,515,590,000 155,915,200,000 120,505,944,155 79,509,964,574.00 74,564,497,574.00

0 0 184,666,676,000 184,666,676,000 - - 145,041,437,000 144,973,519,600 358,311,953,000 241,118,659,200

2,240,478,231,418 2,126,472,056,535 1,898,661,797,240 1,769,772,681,838 2,352,538,238,000 2,191,474,091,681 2,385,213,470,690 2,093,951,204,653 2,390,898,929,000 2,035,363,283,811 2,717,232,254,000 2,231,010,297,349 1,903,418,786,991 1,782,586,181,9891,420,742,060,443 1,342,777,232,082 1,258,227,812,748 1,171,023,465,729 1,753,597,495,800 1,639,563,296,141 1,997,305,900,404 1,791,162,000,593 1,555,190,510,000 1,396,230,624,457 1,830,927,981,000 1,547,984,464,401 1,313,418,451,221 1,214,679,081,458

881,987,760,453.83 840,441,456,111 878,881,728,623 835,612,959,896 1,018,295,855,000 964,080,931,413 1,106,787,180,035 948,056,132,118 903,273,354,000 838,669,798,636 1,158,547,255,000 1,038,514,874,782 751,815,356,391.00 702,231,702,729.00 424,558,830,914 391,611,498,227.00 279,892,922,125 240,061,040,720 619,615,733,800 563,881,928,401.00 445,088,397,927 402,969,052,886 534,428,165,000 447,285,651,756 625,199,796,000 465,563,079,619 481,662,686,980.00 436,472,605,871.00

700,000,000 406,391,671 1,631,632,000 1,110,103,113 3,800,000,000 4,636,738,5476,600,000,000 6,597,500,000 0 0

94,502,185,075 92,611,098,871 87,141,810,000 83,830,192,000 108,185,907,000 106,882,905,900 89,189,513,442 86,512,829,442 88,345,662,000 85,335,346,065 41,302,730,000 38,230,180,000 71,157,887,850.00 68,812,520,858.00 18,993,284,000 17,706,787,202 4,079,720,000 3,811,670,000 7,500,000,000 4,717,530,427 9,011,500,000 8,930,200,000 29,143,329,000 24,939,828,000 5,878,200,000 5,676,330,000 8,782,520,000.00 7,162,252,000.00

343,429,309,000 340,057,047,600 0 0273,510,275,075 254,015,009,152 178,039,753,002 137,080,045,492 249,439,763,200 219,069,909,089 277,932,222,713 257,364,142,818 298,011,184,000 229,646,185,225 269,131,802,000 227,229,059,818 115,814,908,270 101,663,859,771

2,476,348,700 2,148,951,210 - - 40,483,236,000 39,558,597,120 14,113,047,000 11,794,865,879 67,719,889,000 56,852,726,056 257,112,000 255,437,200 99,999,200.00 93,448,300.00 100,668,662,549.00 102,789,855,975 63,677,159,913 49,740,970,343 51,069,263,800 48,498,352,240.00 118,400,034,009 106,818,620,113 84,263,779,000 71,656,682,710 68,551,190,748 54,182,709,037 64,809,138,350.00 60,731,050,943.00

73,514,166,602.00 72,288,212,233 52,843,156,720 43,653,741,103 42,679,712,000 38,025,702,187 44,395,296,704 42,469,872,265 47,403,294,000 32,614,706,600 73,696,610,252 65,896,290,835 27,222,526,919.00 25,866,946,867.00 85,112,528,755 71,975,228,032 57,475,260,469 42,270,452,676 71,776,869,000 51,047,116,755 97,320,295,000 92,654,547,988 93,701,555,000 66,354,103,100 107,615,425,000 99,887,880,296 23,087,588,801.00 14,578,450,541.00 11,302,527,769 4,376,901,002 4,044,175,900 1,414,881,370 43,430,682,400 41,940,140,787 3,703,550,000 3,626,236,573 4,922,667,000 2,167,966,759 19,011,464,000 7,006,742,450 595,655,000.00 393,963,120.00

436,040,700 435,860,700 0 - - 0 0

7,224,057,500 1,643,942,088 57,359,259,803 56,727,215,917 18,233,979,000 2,135,113,100 104,263,347,573 39,713,061,242 182,244,186,000 64,214,838,529 111,754,179,000 78,318,902,081 56,236,263,900 49,956,004,1137,224,057,500 1,643,942,088 57,359,259,803 56,727,215,917 18,233,979,000 2,135,113,100 104,263,347,573 39,713,061,242 182,244,186,000 64,214,838,529 111,754,179,000 78,318,902,081 56,236,263,900.00 49,956,004,113.00

539,001,838,400 528,035,873,213 405,034,971,687 404,941,954,700 331,267,000,000 330,705,773,351 5,712,000,000 5,712,000,000 355,453,049,000 345,271,635,600 505,418,292,000 377,477,871,049 417,949,163,600 416,287,236,6479,250,002,600 9,250,002,600 12,357,333,100 12,357,333,100 26,200,707,000 26,060,854,500 4,250,000,000 4,250,000,000 29,350,354,000 23,123,358,000 19,000,000,000 10,151,562,329 6,502,600,000 6,484,504,6477,764,893,100 7,764,893,100 10,052,225,000 10,052,225,000 0 0 4,250,000,000 4,250,000,000 27,634,783,000 22,207,092,000 15,000,000,000 8,606,399,629 4,810,600,000.00 4,810,600,000.00 1,485,109,500 1,485,109,500 2,305,108,100 2,305,108,100 26,200,707,000 26060854500 0 0 1,715,571,000 916,266,000 4,000,000,000 1,545,162,700 1,692,000,000.00 1,673,904,647.00

529,751,835,800 518,785,870,613 392,677,638,587 392,584,621,600 305,066,293,000 304,644,918,851 1,462,000,000 1,462,000,000 326,102,695,000 322,148,277,600 486,418,292,000 367,326,308,720 411,446,563,600 409,802,732,0000 0

529,751,835,800 518,785,870,613 391,485,602,600 391,485,602,600 305,066,293,000 304,644,918,851 1,462,000,000 1,462,000,000 324,974,175,000 321,019,757,600 485,210,642,000 366,118,659,200 411,446,563,600 409,802,732,0000 0 1,128,520,000 1,128,520,000

0 0 0 01,192,035,987 1,099,019,000 0 0 1,207,650,000 1,207,649,520

2,240,478,231,418 2,126,472,056,535 1,898,661,797,240 1,769,772,681,838 2,352,538,238,000 2,191,474,091,681 2,385,213,470,690 2,093,951,204,653 2,390,898,929,000 2,035,363,283,811 2,717,232,254,000 2,231,010,297,349 1,903,418,786,991 1,782,586,181,989

(120,137,969,845) 40,788,030,206 (30,975,427,817) 71,585,410,083 (168,847,351,000) 9,587,897,870 (266,284,038,362) 328,358,900,844 (443,234,357,000) 4,337,968,940,103 (73,082,881,000) 202,867,509,903 (114,125,703,367) 50,991,257,440

120,137,969,845 107,701,046,205 120,143,795,817 68,525,861,117 175,630,364,000 175,630,364,280 376,284,038,362 376,284,038,362 470,458,357,000 420,458,357,396 88,931,881,000 89,049,298,410 124,762,072,830 124,749,267,29287,840,209,776 87,840,209,775.83 40,143,795,817 40,143,475,817 175,630,364,000 175,630,364,280.11 376,284,038,362 376,284,038,362 420,458,357,000 420,458,357,396 88,931,881,000 88,939,455,655 123,395,072,830.00 123,395,072,830.00

0 0 50,000,000,000 0297,760,069 738,086,279 80,000,000,000 28,382,385,300 109,842,755 - -

0 106,875,0000

32,000,000,000 19,122,750,150 1,367,000,000.00 1,247,319,462.00

0 0 89,168,368,000 50,750,095,000 6,783,013,000 5,855,341,336 110,000,000,000 116,080,879,500 27,224,000,000 29,318,552,621 15,849,000,000 15,849,000,000 10,636,369,463 9,888,176,6470 2,094,552,621

5,300,000,000 5,300,000,000 4,000,000,000 4,000,000,000 25,000,000,000 25,000,000,000 27,224,000,000 27,224,000,000 15,849,000,000 15,849,000,000 5,000,000,000 4,171,840,54283,868,368,000 45,450,095,000 2,783,013,000 1,855,341,336 85,000,000,000 91,080,879,500

0

5,636,369,463.00 5,716,336,105.00 120,137,969,845 107,701,046,205 30,975,427,817 17,775,766,117 168,847,351,000 169,775,022,944 266,284,038,362 260,203,158,862 443,234,357,000 391,139,804,775 73,082,881,000 73,200,298,410 114,125,703,367 114,861,090,645

0 148,489,076,411 0 89,361,176,200 0 179,362,920,814 0 588,562,059,706 0 4,729,108,744,878 0 276,067,808,313 0 165,852,348,085

24 25 26 27 2822 23

Kab. Sukoharjo Kab. Tegal Kab. Temanggung Kab. Purworejo Kab. Rembang Kab. Semarang Kab. Sragen

Page 155: Penanggungjawab - DJPb

I PENDAPATAN1 PENDAPATAN ASLI DAERAH

A Pendapatan Pajak Daerah

B Pendapatan Retribusi Daerah

C Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

D Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

2 PENDAPATAN TRANSFERA TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN

a Dana Bagi Hasil Pajakb Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)c Dana Alokasi Umumd Dana Alokasi Khusus

B TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA a Dana Penyesuaian & Dana Otonomi Khususb Dana Desac Dana Intensif Daerah

C TRANSFER PEMERINTAH DAERAH LAINNYAa Pendapatan Bagi Hasil Pajakb Pendapatan Bagi hasil Lainnyac Pendapatan Cukai

D BANTUAN KEUANGANa Bantuan Keuangan Provinsib Bantuan Keuangan Kabupaten

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAHA Pendapatan HibahB Pendapatan Lainnya

II BELANJA & TRANSFER1 BELANJA OPERASI

A Belanja PegawaiB Belanja BarangC Belanja Bunga Cicilan HutangD Belanja SubsidiE Belanja HibahF Belanja Bantuan SosialG Belanja Bantuan Keuangan

2 BELANJA MODALA Belanja TanahB Belanja Peralatan dan MesinC Belanja Bangunan dan GedungD Belanja Jalan, Irigasi dan JaringanE Belanja Aset Tetap LainnyaF Belanja Aset LainnyaG Belanja Modal BLUD / BOS

3 BELANJA TAK TERDUGAA Belanja Tak Terduga

4 TRANSFERA Transfer Bagi Hasil Pendapatan Ke KAB/KOTA/DESA

a Bagi Hasil Pajakb Bagi Hasil Retribusi

B Transfer Bantuan keuangana Transfer Bantuan Keuangan ke Kab/Kotab Transfer Bantuan Keuangan ke Desac Transfer Bantuan Keuangan ke Parpold Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnyae Transfer Bantuan keuangan Lainnya

Jumlah Belanja (Operasi + Modal + Tak terduga) + Transfer

SURPLUS / (DEFISIT)

III PEMBIAYAAN1 PENERIMAAN DAERAH

A Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)B Pencairan Dana CadanganC Penerimaan Kembali Piutang / Pemberian Pinjaman DaerahD Penerimaan Pinjaman Pokok Dana Talangan Pengad PanganE Penerimaan Pengembalian Dana BergulirF Penerimaan Titipan Uang JaminanG Penerimaan Pinjaman Daerah

2 PENGELUARAN DAERAHA Pembentukan Dana CadanganB Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahC Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri D Pengembalian Titipan Uang JaminanE Pemberian Pinjaman DaerahF Pengeluaran Perhitungan Pihak ke tiga

PEMBIAYAAN NETTO

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)

URAIANPAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI

2,264,560,605,422 2,273,231,131,678 1,884,608,551,353 1,746,526,711,701 905,069,141,000 946,115,952,710 909,607,710,000 953,214,965,886 885,561,351,000 884,158,676,039 4,360,951,106,707 4,226,433,351,428 1,789,457,852,505 1,754,284,421,678230,501,783,422 273,895,722,993 208,649,963,773 251,180,549,628 240,421,207,000 290,754,032,683 244,993,386,000 293,305,419,077 197,768,282,000 218,851,260,346 1,889,598,813,000 1,968,507,501,255 402,870,481,279 438,415,268,191

49,002,000,000 56,734,659,918 39,336,900,000 43,411,683,016 30,308,000,000 35,958,686,531 137,190,000,000.00 139,632,954,187.00 50,374,983,000 54,214,865,776 1,415,187,888,000 1,427,517,034,054 222,000,000,000 279,165,073,740

14,404,004,300 18,623,094,119 6,871,370,200 6,796,653,214 4,484,578,000 5,319,041,332 13,070,643,000.00 14,870,124,919.00 7,418,996,000 9,237,972,160 80,585,199,000 88,759,174,010 53,410,413,141 46,541,150,246

17,993,035,330 17,999,470,334 20,761,198,435 20,539,829,191 9,290,216,000 9,217,035,218 5,358,000,000.00 5,821,083,050.00 17,001,114,000 17,096,550,195 53,323,886,000 53,323,875,693 12,533,051,358 12,497,651,358

149,102,743,792 180,538,498,622 141,680,495,138 180,432,384,207 196,338,413,000 240,259,269,602 89,374,743,000.00 132,981,256,920.95 122,973,189,000 138,301,872,215 340,501,840,000 398,907,417,498 114,927,016,780 100,211,392,847

1,696,222,165,000 1,662,246,049,185 1,350,234,136,580 1,307,134,348,450 635,517,435,000 630,988,258,727 642,117,924,000 637,460,101,409 669,614,569,000 651,166,165,693 2,298,718,444,667 2,230,424,054,663 1,276,052,395,918 1,237,534,770,8301,469,838,325,000 1,451,651,540,186 1,140,061,320,580 1,123,121,205,367 528,438,692,000 525,575,219,057 571,848,011,000 567,310,188,409 531,128,861,000 522,042,585,441 1,666,752,878,667 1,669,101,931,826 1,058,860,765,105 1,037,273,133,499

28,087,135,000 30,189,157,748 24,969,060,899 22,946,117,098 23,896,710,000 26,644,692,734 29,147,373,000.00 27,182,869,066.00 26,181,881,000 24,760,913,577 136,552,239,000 160,265,571,365 56,418,663,147 56,910,515,8012,025,471,000 1,805,502,809 14,709,432,681 13,726,089,369 1,908,078,000 1,780,899,539 2,701,611,000.00 1,780,895,008.00 2,168,780,000 1,774,051,420 1,674,264,000 1,987,720,492 2,166,098,228 1,780,895,008

1,084,170,043,000 1,074,092,865,000 810,365,559,000 799,113,605,000 418,992,998,000 416,722,396,000 436,146,579,000.00 433,354,907,000.00 427,568,712,000 425,080,208,000 1,192,011,943,000 1,183,614,821,000 813,720,310,000 794,665,771,000355,555,676,000 345,564,014,629 290,017,268,000 287,335,393,900 83,640,906,000 80,427,230,784 103,852,448,000.00 104,991,517,335.00 75,209,488,000 70,427,412,444 336,514,432,667 323,233,818,969 186,555,693,730 183,915,951,69038,503,148,000 38,503,148,000 45,074,667,000 45,074,667,000 57,423,984,000 57,423,984,000 58,355,913,000 58,355,913,000 67,072,402,000 68,096,041,000 114,971,389,000 114,971,389,000 61,860,673,000 61,860,673,00038,503,148,000 38,503,148,000 45,074,667,000 45,074,667,000 57,423,984,000 57,423,984,000 58,355,913,000.00 58,355,913,000.00 67,072,402,000 68,096,041,000 114,971,389,000 114,971,389,000 61,860,673,000 61,860,673,000

128,663,692,000 115,279,390,999 102,666,149,000 92,912,871,083 49,654,759,000 47,989,055,670 0 0 71,413,306,000 61,027,539,252 482,288,000,000 419,569,268,392 155,330,957,813 138,400,964,331128,663,692,000 115,279,390,999 102,666,149,000 92,912,871,083 49,654,759,000 47,989,055,670 63,601,306,000 53,450,784,252 482,288,000,000 419,569,268,392 155,330,957,813 138,400,964,331

0 0 7,812,000,000 7,576,755,000

59,217,000,000 56,811,970,000 62,432,000,000 46,025,605,000 0 0 11,914,000,000 11,794,000,000 0 0 34,706,177,000 26,781,465,445 0 059,217,000,000 56,811,970,000 62,432,000,000 46,025,605,000 0 11,914,000,000 11,794,000,000 34,706,177,000 26,781,465,445 0 0

0 0

337,836,657,000 337,089,359,500 325,724,451,000 188,211,813,623 29,130,499,000 24,373,661,300 22,496,400,000 22,449,445,400 18,178,500,000 14,141,250,000 172,633,849,040 27,501,795,510 110,534,975,308 78,334,382,657113,155,300,000 112,439,400,000 108,497,600,000 67,716,864,773 20,667,910,000 19,493,678,991 22,496,400,000.00 22,449,445,400.00 18,178,500,000 14,141,250,000 172,633,849,040 27,501,795,510 76,981,975,308 47,880,665,000224,681,357,000 224,649,959,500 217,226,851,000 120,494,948,850 8,462,589,000 4,879,982,309 0 0 0 0 0 0 33,553,000,000 30,453,717,657

2,489,013,731,561 2,184,263,876,894 2,034,811,966,163 1,722,920,612,160 1,008,741,538,000 798,287,268,514 1,012,737,890,000 944,840,460,674 1,096,019,087,000 934,226,582,491 4,377,946,052,985 4,075,650,550,148 1,857,188,375,096 1,557,777,262,5231,765,876,769,364 1,521,883,557,600 1,360,500,992,878 1,228,684,579,146 739,230,351,000 657,813,380,185 809,711,074,000 760,543,104,726 830,395,645,000 733,600,605,425 3,599,347,975,989 3,378,027,201,979 1,418,185,483,659 1,307,739,167,7431,312,104,179,285 1,167,219,671,684 741,986,046,406 690,763,224,457 368,018,618,000 315,070,595,219 424,636,365,000.00 394,436,638,898.00 503,951,992,000 446,119,584,460 1,603,324,952,371 1,508,689,799,304 748,936,594,490 715,090,634,126

384,909,768,379 287,739,682,416 533,413,332,972.00 453,258,241,189 344,406,442,000 320,219,205,268 338,163,156,000.00 325,117,001,358.00 301,956,526,000 266,246,034,965 1,804,594,614,718 1,699,348,679,620 605,384,127,169 532,236,713,013

- 28,000,000 25,848,10450,000,000 960,000 - 0

57,382,821,700 56,172,243,500 77,517,713,500 77,342,213,500 24,250,927,000 21,619,349,698 40,956,062,000.00 36,250,151,000.00 19,683,031,000 18,602,331,000 180,082,208,900 160,635,439,055 47,484,100,000 44,625,425,00011,430,000,000 10,751,000,000 7,583,900,000 7,320,900,000 2,554,364,000 904,230,000 5,955,491,000.00 4,739,313,470.00 4,146,050,000 2,632,655,000 11,346,200,000 9,353,284,000 15,353,162,000 14,761,047,500

0 0 0 0 658,046,000 658043964 0 999,500,000 999,500,000306,755,774,839 274,588,330,532 284,611,004,042 224,755,385,025 129,960,536,000 116,558,397,390 139,410,651,000 126,926,093,953 207,385,265,000 171,229,608,461 547,697,945,383 500,942,318,152 285,769,230,150 212,156,414,482

0 0 1,085,000,000 893,379,000 6,172,608,000 1,783,211,520 14,074,216,000.00 13,144,232,065.00 3,802,260,000 3,610,880,337 11,375,821,000 11,349,479,274 15,000,000,000 14,451,419,77564,368,700,876 50,833,286,414 55,521,162,122 35,246,336,971 22,843,766,000 21,908,722,354 32,035,198,000.00 29,119,788,699.00 71,026,913,000 47,943,566,077 172,241,526,830 154,508,997,394 85,558,513,809 40,485,151,92537,308,987,285 30,520,430,275 121,872,746,937 101,421,497,357 37,421,305,000 35,256,815,077 35,721,198,000.00 33,911,226,174.00 50,290,004,000 47,553,365,500 233,679,750,050 213,623,223,437 130,822,357,865 106,990,669,630

194,276,050,195 184,052,586,240 100,786,129,150 86,016,789,806 18,977,570,000 17,676,097,819 56,887,973,000.00 50,106,236,575.00 63,611,547,000 59,103,396,512 120,403,480,603 112,051,288,217 48,969,831,494 45,592,904,2618,454,721,483 6,899,541,683 5,345,965,833 1,177,381,891 1,415,776,000 944,172,655 692,066,000.00 644,610,440.00 17,984,500,000 999,354,756 9,997,366,900 9,409,329,830 5,418,526,982 4,636,268,8912,347,315,000 2,282,485,920 356,558,000 353,252,213 - - 670,041,000 12,019,045,279 0

42,772,953,000 38,636,125,75256,062,995,358 27,619,796,762 45,292,568,396 21,805,949,292 139,550,651,000 23,915,490,939 63,616,165,000 57,371,261,995 58,238,177,000 29,396,368,605 228,360,131,613 194,147,551,017 153,233,661,287 37,881,680,29856,062,995,358 27,619,796,762 45,292,568,396 21,805,949,292 139,550,651,000 23,915,490,939 63,616,165,000.00 57,371,261,995.00 58,238,177,000 29,396,368,605 228,360,131,613 194,147,551,017 153,233,661,287 37,881,680,298

360,318,192,000 360,172,192,000 344,407,400,847 247,674,698,697 0 0 0 0 0 0 2,540,000,000 2,533,479,000 0 07,942,879,000 7,942,879,000 5,378,316,287 5,378,316,287 0 0 0 0 0 0 0 0 0 07,942,879,000 7,942,879,000 4,512,808,414 4,512,808,414

865,507,873 865,507,873 0352,375,313,000 352,229,313,000 339,029,084,560 242,296,382,410 0 0 0 0 0 0 2,540,000,000 2,533,479,000 0 0

0 0352,375,313,000 352,229,313,000 337,954,684,560 241,221,982,410

1,074,400,000 1,074,400,0000 0 0 0 00 0 2,540,000,000 2,533,479,000 0 0

2,489,013,731,561 2,184,263,876,894 2,034,811,966,163 1,722,920,612,160 1,008,741,538,000 798,287,268,514 1,012,737,890,000 944,840,460,674 1,096,019,087,000 934,226,582,491 4,377,946,052,985 4,075,650,550,148 1,857,188,375,096 1,557,777,262,523

(224,453,126,139) 88,967,254,784 (150,203,414,810) 23,606,099,541 (103,672,397,000) 147,828,684,196 (103,130,180,000) 8,374,505,212 (210,457,736,000) (50,067,906,452) (16,994,946,278) 150,782,801,280 (67,730,522,591) 196,507,159,155

226,968,126,139 228,223,701,139 173,138,414,810 173,138,414,810 107,045,397,000 107,045,397,946 107,651,710,000 108,747,997,651 219,457,736,000 212,455,927,577 80,734,946,278 80,734,946,278 105,310,864,321 105,321,683,521226,968,126,139 226,968,126,139 148,138,414,810 148,138,414,810 107,045,397,000 107,045,397,946 95,101,710,000.00 95,101,710,312 219,457,736,000 212,455,927,577 80,734,946,278 80,734,946,278 105,310,864,321 105,310,864,321

25,000,000,000 25,000,000,000 12,550,000,000.00 12,704,351,488 00 7,700,000.00 - 0 0 0 10,819,200

1,247,875,000 0 941,935,851

0 0 0 0

2,500,000,000 2,500,000,000 22,935,000,000 16,363,000,000 3,373,000,000 3,373,000,000 4,521,530,000 4,520,630,000 9,000,000,000 9,000,000,000 63,740,000,000 63,740,000,000 8,070,472,000 8,070,471,934

2,500,000,000 2,500,000,000 22,935,000,000 16,363,000,000 3,373,000,000 3,373,000,000 4,518,000,000.00 4,518,000,000.00 9,000,000,000 9,000,000,000 59,740,000,000 59,740,000,000 7,626,000,000 7,626,000,000

3,530,000.00 2,630,000.00 444,472,000 444,471,934

4,000,000,000 4,000,000,000

224,468,126,139 225,723,701,139 150,203,414,810 156,775,414,810 103,672,397,000 103,672,397,946 103,130,180,000 104,227,367,651 210,457,736,000 203,455,927,577 16,994,946,278 16,994,946,278 97,240,392,321 97,251,211,587

15,000,000 314,690,955,923 0 180,381,514,351 0 251,501,082,142 0 112,601,872,863 0 153,388,021,125 0 167,777,747,558 29,509,869,730 293,758,370,742

30 31 32 33 34 3529

Kota Pekalongan Kota Salatiga Kota Semarang Kota SurakartaKab. Wonogiri Kab. Wonosobo Kota Magelang

Page 156: Penanggungjawab - DJPb

I PENDAPATAN1 PENDAPATAN ASLI DAERAH

A Pendapatan Pajak Daerah

B Pendapatan Retribusi Daerah

C Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

D Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

2 PENDAPATAN TRANSFERA TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN

a Dana Bagi Hasil Pajakb Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)c Dana Alokasi Umumd Dana Alokasi Khusus

B TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA a Dana Penyesuaian & Dana Otonomi Khususb Dana Desac Dana Intensif Daerah

C TRANSFER PEMERINTAH DAERAH LAINNYAa Pendapatan Bagi Hasil Pajakb Pendapatan Bagi hasil Lainnyac Pendapatan Cukai

D BANTUAN KEUANGANa Bantuan Keuangan Provinsib Bantuan Keuangan Kabupaten

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAHA Pendapatan HibahB Pendapatan Lainnya

II BELANJA & TRANSFER1 BELANJA OPERASI

A Belanja PegawaiB Belanja BarangC Belanja Bunga Cicilan HutangD Belanja SubsidiE Belanja HibahF Belanja Bantuan SosialG Belanja Bantuan Keuangan

2 BELANJA MODALA Belanja TanahB Belanja Peralatan dan MesinC Belanja Bangunan dan GedungD Belanja Jalan, Irigasi dan JaringanE Belanja Aset Tetap LainnyaF Belanja Aset LainnyaG Belanja Modal BLUD / BOS

3 BELANJA TAK TERDUGAA Belanja Tak Terduga

4 TRANSFERA Transfer Bagi Hasil Pendapatan Ke KAB/KOTA/DESA

a Bagi Hasil Pajakb Bagi Hasil Retribusi

B Transfer Bantuan keuangana Transfer Bantuan Keuangan ke Kab/Kotab Transfer Bantuan Keuangan ke Desac Transfer Bantuan Keuangan ke Parpold Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnyae Transfer Bantuan keuangan Lainnya

Jumlah Belanja (Operasi + Modal + Tak terduga) + Transfer

SURPLUS / (DEFISIT)

III PEMBIAYAAN1 PENERIMAAN DAERAH

A Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)B Pencairan Dana CadanganC Penerimaan Kembali Piutang / Pemberian Pinjaman DaerahD Penerimaan Pinjaman Pokok Dana Talangan Pengad PanganE Penerimaan Pengembalian Dana BergulirF Penerimaan Titipan Uang JaminanG Penerimaan Pinjaman Daerah

2 PENGELUARAN DAERAHA Pembentukan Dana CadanganB Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahC Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri D Pengembalian Titipan Uang JaminanE Pemberian Pinjaman DaerahF Pengeluaran Perhitungan Pihak ke tiga

PEMBIAYAAN NETTO

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)

URAIAN JUMLAH J U M L A H

PAGU REALISASI PAGU REALISASI

1,055,069,738,000 1,017,915,109,373 102,978,774,285,778 99,661,644,212,553276,449,199,000 266,580,982,105 27,139,465,552,020 32,166,392,097,621

80,864,726,000 82,962,555,569 16,862,324,253,260 16,449,546,410,433

23,030,730,000 17,715,246,719 740,786,263,353 781,075,768,323

11,092,769,000 10,873,907,591 1,225,032,102,638 1,238,582,912,273

161,460,974,000 155,029,272,226 8,311,322,932,769 13,697,187,006,592

728,261,339,000 704,605,220,660 68,914,189,891,795 61,492,358,246,087636,821,913,000 623,096,507,709 56,158,062,170,645 49,474,425,686,050

30,533,964,000 27,682,416,798 2,549,266,246,677 2,382,617,329,9412,850,762,000 1,780,895,005 207,195,935,146 198,412,012,768

462,030,024,000 458,758,336,000 35,803,808,958,000 35,455,472,265,000141,407,163,000 134,874,859,906 17,597,791,030,822 11,437,924,078,34124,817,556,000 24,817,556,000 7,103,720,706,000 6,851,076,755,641

3,341,616,644,000 3,296,049,509,0593,216,294,391,000 2,969,639,893,582

24,817,556,000 24,817,556,000 545,809,671,000 585,387,353,00066,621,870,000 56,691,156,951 4,726,860,375,150 4,402,694,262,48066,621,870,000 56,691,156,951 4,683,425,003,150 4,366,765,549,569

43,435,372,000 35,928,712,9110 0

0 0 925,546,640,000 764,161,541,916925,546,640,000 764,161,541,916

0

50,359,200,000 46,728,906,608 6,925,118,841,963 6,002,893,868,84530,757,200,000 30,792,194,180 3,460,172,963,963 2,925,842,306,96619,602,000,000 15,936,712,428 3,464,945,878,000 3,077,051,561,879

1,185,243,453,000 1,048,606,495,383 108,967,757,083,054 93,265,432,120,947993,933,473,000 893,243,367,595 74,257,954,008,557 62,553,174,067,438411,014,343,000 387,484,703,412 39,833,829,413,386 37,132,042,317,340561,436,268,000 487,352,137,410 24,502,244,516,856 20,888,346,510,071

18,222,632,000 15,471,528,46111,267,900,000 11,199,870,916

18,113,295,000 15,820,649,850 8,414,856,819,844 3,137,035,751,6242,660,000,000 1,876,312,923 757,255,599,451 652,173,228,798

709,567,000 709,564,000 720,277,127,020 716,904,860,228180,661,439,000 148,221,193,908 10,937,426,295,892 9,116,726,086,128

1,608,845,000 101,641,500 431,571,609,700 280,950,442,68484,463,322,000 76,294,550,184 3,337,069,346,426 2,565,992,098,27040,886,870,000 31,757,878,391 2,729,742,036,460 2,449,522,621,02149,964,951,000 36,623,040,119 3,647,570,933,844 3,253,217,327,548

3,520,661,000 3,237,648,564 565,408,445,899 349,748,658,560216,790,000 206,435,150 88,519,853,357 79,547,848,979

0 0 137,544,070,206 137,747,089,06610,648,541,000 7,141,933,880 4,406,082,063,351 3,327,523,021,80410,648,541,000 7,141,933,880 4,406,082,063,351 3,327,523,021,804

0 0 19,366,294,715,254 18,268,008,945,5770 0 5,801,484,158,071 5,007,862,527,712

5,717,939,548,211 4,931,776,578,16983,544,609,860 76,085,949,543

0 0 13,564,810,557,183 13,260,146,417,865981,881,906,000 845,551,195,241

12,174,281,802,696 12,006,246,764,96211,564,231,000 11,483,839,740

381,873,929,000 381,872,929,00015,208,688,487 14,991,688,922

1,185,243,453,000 1,048,606,495,383 108,967,757,083,054 93,265,432,120,947

(130,173,715,000) (30,691,386,010) (5,988,982,797,276) 6,396,212,091,606

143,906,715,000 239,729,868,599 7,650,164,595,749 7,614,749,262,005143,906,715,000 143,906,714,599 7,331,384,059,680 7,346,350,129,764

128,550,000,000 63,704,351,48895,823,154,000 190,215,536,069 201,920,854,027

0 015,000,000 2,773,926,726

0 0

13,733,000,000 13,733,000,000 739,277,288,080 638,957,889,6590 2,094,552,621

13,733,000,000 13,733,000,000 453,177,905,080 436,251,694,347277,599,383,000 188,025,806,586

0 08,500,000,000 6,869,500,000

5,716,336,105

130,173,715,000 225,996,868,599 6,910,887,307,669 6,975,791,372,346

0 195,305,482,589 921,904,510,393 13,372,003,463,952

36

Kota Tegal

Page 157: Penanggungjawab - DJPb

TOTALAPBN APBD TOTAL APBN APBD APBN APBD

Kab. Banjarnegara 176.377.757.557 228.651.174.984 405.028.932.541 1.053.094 839.779 11,46 175.222.132.909 732.554.474.392 907.776.607.301 923.192 983.302 11,45 172.860.989.570 667.593.128.488 840.454.118.058 918.219 915.309 11,42 Kab. Banyumas 129.130.758.244 630.806.407.719 759.937.165.963 1.018.505 992.090 12,85 823.663.553.745 990.933.277.666 1.814.596.831.411 1.693.006 1.071.819 12,82 772.304.893.749 958.816.481.432 1.731.121.375.181 1.679.124 1.030.967 12,64 Kab. Batang 268.815.657.965 623.199.371.891 892.015.029.856 1.203.956 822.776 12,01 129.115.636.322 520.212.816.632 649.328.452.954 768.583 844.838 12,00 126.650.438.357 486.961.356.128 613.611.794.485 762.377 804.867 11,88 Kab. Blora 165.204.176.871 244.957.275.179 410.161.452.050 1.453.526 1.048.287 12,20 210.957.198.282 733.064.023.756 944.021.222.038 865.013 1.091.338 12,19 166.463.799.390 693.240.828.685 859.704.628.075 862.110 997.210 12,14 Kab. Boyolali 154.191.351.475 648.266.118.460 802.457.469.935 968.821 349.405 12,56 220.645.492.995 730.630.829.745 951.276.322.740 984.807 965.952 12,43 213.674.044.187 371.206.445.630 584.880.489.817 979.799 596.939 12,16 Kab. Brebes 139.291.937.821 520.342.129.699 659.634.067.520 801.718 290.147 12,04 252.735.907.909 982.426.694.558 1.235.162.602.467 1.809.096 682.751 12,03 251.230.758.121 907.203.158.873 1.158.433.916.994 1.802.829 642.565 12,02 Kab. Cilacap 211.516.170.662 8.096.804.408 219.612.975.070 1.596.996 690.654 12,50 236.084.801.519 927.334.383.073 1.163.419.184.592 1.727.098 673.627 12,49 233.277.510.716 905.289.596.943 1.138.567.107.659 1.719.504 662.149 12,48 Kab. Demak 260.563.690.918 313.568.207.331 574.131.898.249 1.978.759 740.903 13,31 261.830.491.247 655.781.113.003 917.611.604.250 1.162.805 789.136 13,01 263.143.949.704 148.954.645.980 412.098.595.684 1.151.796 357.788 12,86 Kab. Grobogan 237.348.018.275 828.090.411.264 1.065.438.429.539 1.324.188 282.184 12,30 157.048.648.401 241.921.267.648 398.969.916.049 1.377.788 289.573 12,29 155.106.408.568 789.249.327.328 944.355.735.896 1.371.610 688.502 12,28 Kab. Jepara 279.603.096.669 594.997.807.300 874.600.903.969 849.184 769.646 12,75 224.986.784.582 137.361.271.225 362.348.055.807 1.257.912 288.055 12,74 228.091.774.291 197.101.696.719 425.193.471.010 1.240.600 342.732 12,71 Kab. Karanganyar 153.445.319.173 869.950.854.465 1.023.396.173.638 1.471.489 951.896 13,68 116.432.003.850 823.018.198.565 939.450.202.415 886.519 1.059.707 13,67 110.416.140.295 761.956.709.056 872.372.849.351 879.078 992.373 13,66 Kab. Kebumen 234.712.197.825 677.277.762.296 911.989.960.121 1.184.947 850.742 13,34 193.798.487.669 967.869.054.038 1.161.667.541.707 1.197.982 969.687 13,04 190.374.812.974 907.779.419.430 1.098.154.232.404 1.195.092 918.887 12,91 Kab. Kendal 109.368.101.929 472.669.625.202 582.037.727.131 645.333 746.130 12,95 150.013.506.862 702.339.427.828 852.352.934.690 971.086 877.732 12,80 114.410.275.831 688.395.999.069 802.806.274.900 964.106 832.695 12,70 Kab. Klaten 251.951.609.001 675.083.141.336 927.034.750.337 884.333 707.390 13,25 204.554.157.826 747.923.549.549 952.477.707.375 1.174.986 810.629 13,24 201.452.771.290 872.470.822.818 1.073.923.594.108 1.171.411 916.778 13,13 Kab. Kudus 829.283.384.373 933.579.854.683 1.762.863.239.056 1.776.918 1.029.931 13,23 252.917.350.069 559.774.540.099 812.691.890.168 871.311 932.723 13,22 287.172.420.957 650.954.546.281 938.126.967.238 861.430 1.089.034 13,21 Kab. Magelang 287.374.409.896 1.055.849.749.251 1.343.224.159.147 1.944.857 659.425 12,54 248.759.951.117 679.242.732.108 928.002.683.225 1.290.591 719.052 12,53 237.281.294.935 733.337.221.681 970.618.516.616 1.279.625 758.518 12,48 Kab. Pati 178.226.385.532 575.382.253.707 753.608.639.239 998.561 804.598 12,65 241.193.353.374 853.662.275.908 1.094.855.629.282 1.259.590 869.216 12,41 236.787.100.676 846.981.392.360 1.083.768.493.036 1.253.299 864.733 12,30 Kab. Pekalongan 177.288.719.695 677.410.303.618 854.699.023.313 1.017.767 828.282 12,41 155.395.709.802 678.669.352.313 834.065.062.115 897.711 929.102 12,40 144.397.610.141 387.500.558.404 531.898.168.545 891.892 596.371 12,17 Kab. Pemalang 240.767.353.238 616.392.159.077 857.159.512.315 1.299.859 695.483 11,95 151.462.000.640 902.229.732.060 1.053.691.732.700 1.302.813 808.782 11,94 147.650.724.397 893.365.631.048 1.041.016.355.445 1.299.724 800.952 11,91 Kab. Purbalingga 125.437.717.185 521.463.526.190 646.901.243.375 790.174 754.695 11,99 175.270.335.580 632.616.526.319 807.886.861.899 933.989 864.985 11,98 171.323.364.728 590.108.973.263 761.432.337.991 925.193 822.998 11,95 Kab. Purworejo 133.429.214.678 511.320.326.036 644.749.540.714 879.121 871.963 13,50 82.805.079.546 648.247.727.108 731.052.806.654 718.316 1.017.731 13,49 79.971.444.922 391.372.018.639 471.343.463.561 716.477 657.863 13,48 Kab. Rembang 84.252.271.037 587.054.500.582 671.306.771.619 769.880 901.918 12,11 107.971.111.841 547.303.341.717 655.274.453.558 638.188 1.026.773 12,10 105.514.376.756 320.875.126.277 426.389.503.033 633.584 672.980 12,05 Kab. Semarang 206.657.886.892 942.216.413.416 1.148.874.300.308 1.350.438 384.609 12,97 167.446.884.506 192.776.837.823 360.223.722.329 1.053.786 341.838 12,94 164.433.043.545 197.501.758.257 361.934.801.802 1.040.629 347.804 12,85 Kab. Sragen 204.347.059.111 687.322.856.440 891.669.915.551 1.260.506 805.033 12,83 175.903.216.915 649.419.366.416 825.322.583.331 890.518 926.789 12,69 166.511.626.347 433.609.659.557 600.121.285.904 887.889 675.897 12,65 Kab. Sukoharjo 221.990.168.395 149.327.022.969 371.317.191.364 1.062.713 965.866 13,83 264.432.280.987 661.378.512.955 925.810.793.942 891.912 1.038.007 13,82 281.232.690.614 614.335.137.978 895.567.828.592 885.205 1.011.707 13,81 Kab. Tegal 169.649.545.639 616.828.269.427 786.477.815.066 976.951 137.516 12,67 202.933.021.596 773.138.084.301 976.071.105.897 1.440.698 677.499 12,58 196.313.474.797 131.409.164.496 327.722.639.293 1.437.225 228.025 12,34 Kab. Temanggung 268.501.749.244 608.105.850.995 876.607.600.239 907.587 818.682 12,14 115.504.725.631 526.018.841.506 641.523.567.137 772.018 830.970 12,13 114.776.471.962 513.744.547.251 628.521.019.213 765.594 820.959 12,08 Kab. Wonogiri 117.656.406.260 769.475.894.121 887.132.300.381 931.963 262.966 12,49 94.184.228.705 192.279.072.760 286.463.301.465 959.492 298.557 12,48 86.741.261.087 94.138.053.252 180.879.314.339 957.106 188.986 12,45 Kab. Wonosobo 92.725.377.272 181.594.672.010 274.320.049.282 1.043.177 733.403 11,75 136.027.399.931 89.588.439.844 225.615.839.775 790.504 285.408 11,74 128.815.118.001 507.413.967.116 636.229.085.117 787.384 808.029 11,69 Kota Magelang 2.660.703.144.769 929.128.967.340 3.589.832.112.109 1.653.524 2.683.930 14,14 90.134.983.419 181.968.975.957 272.103.959.376 122.111 2.228.333 13,81 78.462.839.636 174.804.109.439 253.266.949.075 121.872 2.078.139 13,80 Kota Pekalongan 138.970.944.317 192.159.706.589 331.130.650.906 192.322 1.406.749 12,84 191.855.411.608 221.570.318.658 413.425.730.266 307.097 1.346.238 12,83 189.369.801.362 138.446.954.302 327.816.755.664 304.477 1.076.655 12,79 Kota Salatiga 207.483.347.817 224.599.511.696 432.082.859.513 307.150 1.721.751 15,41 151.629.795.602 200.014.496.886 351.644.292.488 194.084 1.811.815 15,34 113.350.967.789 225.746.504.519 339.097.472.308 191.571 1.770.088 15,00 Kota Semarang 134.544.077.433 271.079.706.912 405.623.784.345 273.825 2.171.019 15,52 2.477.411.962.433 963.476.097.009 3.440.888.059.442 1.814.110 1.896.736 15,51 1.844.289.074.491 951.609.984.435 2.795.899.058.926 1.786.114 1.565.353 15,50 Kota Surakarta 167.956.541.175 158.210.718.528 326.167.259.703 121.526 3.470.522 14,87 1.475.083.445.974 540.733.767.671 2.015.817.213.645 519.587 3.879.653 14,55 1.198.254.734.020 545.371.599.374 1.743.626.333.394 517.887 3.366.808 14,52 Kota Tegal 1.289.896.704.510 522.978.924.886 1.812.875.629.396 522.364 1.481.325 13,05 204.006.767.999 256.465.060.926 460.471.828.925 249.905 1.842.587 13,04 128.616.540.806 258.837.183.812 387.453.724.618 249.003 1.556.020 12,90

RASIO BELANJA PENDIDIKAN PER KAPITA DIBANDING DENGAN HARAPAN LAMA SEKOLAH TA 2018 - 2020

Kab/KotaTA 2019

JUMLAH PER KAPITA

RASIO PENDIDIKAN

HLS

TA 2018BEL PENDIDIKANBELANJA PENDIDIKAN

TOTAL JUMLAH

PENDUDUK RASIO BEL

PENDIDIKANHLSBelanja Pendidikan

TA 2020Jumlah

perkapitaRASIO

PENDIDIKAN HLS

Page 158: Penanggungjawab - DJPb

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Eliminasi Konsolidasi

A. Pendapatan Provinsi dan Hibah

I. Penerimaan Perpajakan 83.024.093.036.482 16.382.101.372.519 - 99.406.194.409.001

1. Pajak Dalam Negeri 81.240.927.873.445 16.382.101.372.519 - 97.623.029.245.964

2. Pajak Perdagangan Internasional 1.783.165.163.037 - - 1.783.165.163.037

II. Penerimaan Negara Bukan Pajak 6.318.169.219.765 13.061.097.861.988 1.437.255.212.611 17.942.011.869.142

1. Penerimaan Sumber Daya Alam - - - -

2. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Negara Yang Dipisahkan - 1.240.567.155.738 - 1.240.567.155.738

3. Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya 2.051.842.761.081 783.307.227.643 - 2.835.149.988.724

4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah - 9.358.849.606.796 - 9.358.849.606.796

5. Pendapatan BLU 4.266.326.458.684 - 4.266.326.458.684

6. Lain Pendapatan Yang Sah 1.678.373.871.811 1.437.255.212.611

III. Penerimaan Hibah - 3.169.611.891.955 3.169.611.891.955 -

IV Pendapatan Transfer - 57.128.623.867.725 57.128.623.867.725 -

1. Dana Perimbangan - 49.306.607.499.084 49.306.607.499.084 -

a. Dana Bagi Hasil Pajak - 2.389.216.806.511 2.389.216.806.511 -

b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - 200.465.862.000 200.465.862.000 -

c. Dana Alokasi Umum - 35.323.981.967.000 35.323.981.967.000 -

d. Dana Alokasi Khusus - 11.392.942.863.573 11.392.942.863.573 -

2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian - 7.822.016.368.641 7.822.016.368.641 -

a. Dana Otonomi Khusus - 38.503.148.000 38.503.148.000 -

b. Dana Penyesuaian - 2.922.471.167.059 2.922.471.167.059 -

c. Dana Insentif Daerah - 694.689.275.000 694.689.275.000 -

d. Dana Desa - 4.153.627.828.582 4.153.627.828.582 -

e. Dana BOS - 12.724.950.000 12.724.950.000 -

3. Dana Transfer Lainnya - - - -

4. Bantuan Keuangan - - - -

Jumlah Pendapatan, Hibah dan Transfer (A.I + A.II + A.III + A.IV) 89.342.262.256.247 89.741.434.994.187 61.735.490.972.291 117.348.206.278.143 -

KERTAS KERJA LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2020

Page 159: Penanggungjawab - DJPb

B. Belanja Negara -

I. Belanja Pemerintah Pusat/Daerah 37.144.375.421.023 74.455.233.594.309 - 111.599.609.015.332

1. Belanja Pegawai 15.319.427.621.214 35.801.630.093.541 - 51.121.057.714.755

2. Belanja Barang* 14.194.747.695.500 22.199.616.752.260 - 36.394.364.447.760

3. Belanja Modal 7.547.907.279.309 9.276.996.661.929 - 16.824.903.941.238

4. Pembayaran Bunga Utang - 16.449.162.633 - 16.449.162.633

5. Subsidi - 11.200.830.916 - 11.200.830.916

6. Hibah - 3.124.357.486.101 - 3.124.357.486.101

7. Bantuan Sosial 82.292.825.000 669.050.217.098 - 751.343.042.098

8. Belanja Tak Terduga - 3.355.932.389.831 - 3.355.932.389.831

9. Belanja Lain-lain - - - -

II. Transfer ke Daerah 65.600.870.726.418 13.540.128.733.803 61.735.490.972.291 17.405.508.487.930

1. Dana Perimbangan 37.953.296.597.437 - 37.953.296.597.437 -

a. Dana Bagi Hasil 2.525.371.923.165 - 2.525.371.923.165 -

b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 103.942.707.272 - 103.942.707.272 -

c. Dana Alokasi Umum 35.323.981.967.000 - 35.323.981.967.000 -

2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 17.466.852.604.898 - 17.466.852.604.898 -

Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 17.466.852.604.898 - 17.466.852.604.898 -

a. Dana Alokasi Khusus Fisik 2.600.938.627.127 - 2.600.938.627.127 -

b. Dana Alokasi Khusus Non Fisik 14.865.913.977.771 - 14.865.913.977.771 -

3. Dana Insentif Daerah 2.064.637.031.000 - 2.064.637.031.000 -

4. Dana Desa 8.116.084.493.083 - 4.250.704.738.956 3.865.379.754.127

5. Transfer Antar Daerah - 13.540.128.733.803 - 13.540.128.733.803

6. Bantuan Keuangan - - - -

-

Jumlah Belanja dan Transfer (B.I + B.II) 102.745.246.147.441 87.995.362.328.112 61.735.490.972.291 129.005.117.503.262

-

C. Surplus (Defisit) Anggaran (A - B) - 13.402.983.891.194 1.746.072.666.075 - - 11.656.911.225.119

-

D. Pembiayaan -

I. Penerimaan Pembiayaan Daerah - 7.592.058.622.931 - 7.592.058.622.931

1. Penggunaan SiLPA - 7.334.170.862.895 - 7.334.170.862.895

2. Pencairan Dana Cadangan - 63.704.351.488 - 63.704.351.488

3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - -

4. Pinjaman Dalam Negeri - 59.983.581.550 - 59.983.581.550

5. Penerimaan Kembali Piutang - 34.341.575.477 - 34.341.575.477

Page 160: Penanggungjawab - DJPb

6. Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen Lainnya - 99.858.251.521 - 99.858.251.521

7. Pinjaman Luar Negeri - - - -

8. Penerimaan Utang Jangka Panjang Lainnya - - - -

II. Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 666.457.889.659 - 666.457.889.659

1. Pembentukan Dana Cadangan - 2.094.552.621 - 2.094.552.621

2. Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah - 443.751.694.347 - 443.751.694.347

3. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - 208.025.806.586 - 208.025.806.586

4. Pemberian Pinjaman Daerah - - - -

5. Pengeluaran Investasi Non Permanen Lainnya - 12.585.836.105 - 12.585.836.105

6. Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri - - - -

7. Pembayaran Utang Jangka Panjang Lainnya - - - -

8. Pembayaran Kegiatan Lanjutan 1) - - - -

9. Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 1) - - - -

Jumlah Pembiayaan (D.I + D.II+ D.III) - 6.925.600.733.272 - 6.925.600.733.272

E. Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran-(D+C) 13.402.983.891.194- 8.671.673.399.347 - - 4.731.310.491.847

*) Termasuk transfer ke pemerintah desa sebesar

Page 161: Penanggungjawab - DJPb

REALISASI BLT DD TAHUN 2020 DI JAWA TENGAH

No Kabupaten Anggaran BLT DD Realisasi BLT DD PersentasePenerima BLT DD

(KK)

1 BANJARNEGARA 99.929.700.000 119.590.400.000 119,67 37.011 2 BANYUMAS 163.541.700.000 184.022.300.000 112,52 60.571 3 BATANG 82.047.600.000 88.561.900.000 107,94 30.388 4 BLORA 209.239.200.000 69.725.400.000 33,32 77.496 5 BOYOLALI 42.703.200.000 49.802.100.000 116,62 15.816 6 BREBES 231.541.200.000 291.367.950.000 125,84 85.756 7 CILACAP 125.622.900.000 143.655.200.000 114,35 46.527 8 DEMAK 87.968.700.000 91.375.200.000 103,87 32.581 9 GROBOGAN 134.306.100.000 129.537.700.000 96,45 49.743

10 JEPARA 91.851.300.000 110.428.880.000 120,23 34.019 11 KARANGANYAR 43.062.300.000 36.748.500.000 85,34 15.949 12 KEBUMEN 147.619.800.000 156.260.800.000 105,85 54.674 13 KENDAL 95.366.700.000 116.760.900.000 122,43 35.321 14 KLATEN 119.564.100.000 141.304.600.000 118,18 44.283 15 KUDUS 64.365.300.000 83.487.280.000 129,71 23.839 16 MAGELANG 147.889.800.000 124.177.621.200 83,97 54.774 17 PATI 136.476.900.000 136.378.500.000 99,93 50.547 18 PEKALONGAN 97.035.300.000 84.393.000.000 86,97 35.939 19 PEMALANG 133.509.600.000 161.067.600.000 120,64 49.448 20 PURBALINGGA 111.078.000.000 114.560.700.000 103,14 41.140 21 PURWOREJO 54.715.500.000 65.091.900.000 118,96 20.265 22 REMBANG 100.704.600.000 100.967.700.000 100,26 37.298 23 SEMARANG 60.064.200.000 63.222.800.000 105,26 22.246 24 SRAGEN 67.834.800.000 78.998.280.000 116,46 25.124 25 SUKOHARJO 55.498.500.000 64.248.000.000 115,77 20.555 26 TEGAL 153.030.600.000 177.324.000.000 115,87 56.678 27 TEMANGGUNG 92.167.200.000 105.290.100.000 114,24 34.136 28 WONOGIRI 95.337.000.000 100.361.413.000 105,27 35.310 29 WONOSOBO 73.602.000.000 66.389.900.000 90,20 27.260

3.117.673.800.000 3.255.100.624.200 104,41 1.154.694 TOTAL

Page 162: Penanggungjawab - DJPb

KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI JAWA TENGAH

Gedung Keuangan Negara I Lt. 3

JL. Pemuda Semarang 50188