20
PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL DAN ASAM SALISILAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV A. TUJUAN Tujuan percobaan ini adalah untuk menetapkan kadar campuran asetosal dan asam salisilat secara spektrofotometri UV. B. LANDASAN TEORI Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2010). Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada bebeapa pembatasan, yaitu sinar yang digunakan dianggap monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yanglain dalam larutan tersebut, dan tidak terjadi fluororesensi atau fosforinses, serta indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan. Analisis kuantiatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu : (1) analisis zat tunggal atau analisis satu komponen; (2) analisis kuantitatif campuran dua macam zat atau analisis dua komponen; dan (3) analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi komponen) (Gandjar dan Rohman, 2007).

PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL DAN ASAM

SALISILAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV

A. TUJUAN

Tujuan percobaan ini adalah untuk menetapkan kadar campuran asetosal

dan asam salisilat secara spektrofotometri UV.

B. LANDASAN TEORI

Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang

gelombang tertentu yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika

energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari

panjang gelombang (Khopkar, 2010).

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh

larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.

Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada bebeapa pembatasan, yaitu sinar yang

digunakan dianggap monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang

mempunyai penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan

tersebut tidak tergantung terhadap yanglain dalam larutan tersebut, dan tidak

terjadi fluororesensi atau fosforinses, serta indeks bias tidak tergantung pada

konsentrasi larutan. Analisis kuantiatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis

dapat digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu : (1) analisis zat

tunggal atau analisis satu komponen; (2) analisis kuantitatif campuran dua macam

zat atau analisis dua komponen; dan (3) analisis kuantitatif campuran tiga macam

zat atau lebih (analisis multi komponen) (Gandjar dan Rohman, 2007).

Page 2: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

Bila diinginkan pengukuran dua buah senyawa secara bersama-sama

secara spektrofotometri, maka dapat dilakukan pada dua panjang gelombang di

mana masing-masing komponen tidak saling mengganggu atau gangguan dari

komponen yang lain paling kecil. Dua buah kromofor yang berbeda akan

mempunyai kekuatan absorpsi cahaya yang berbeda pula ada satu daerah panjang

gelombang. Pengukuran dilakukan pada masing-masin larutan pada dua panjang

gelombang sehingga diperoleh dua persamaan hubungan antara absorpsinya

dengan konsentrasi pada dua panjang gelombang, akibatnya konsentrasi masing-

masing komponen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

� � = � � . � . � � + � � . � . � � � � (Gandjar dan Rohman, 2007).

Dalam percobaan ini digunakan obat asetosal dan asam salisilat. Aspirin

(ASP) yang secara kimia disebut asam 2-asetoksibenzoat dan digunakan sebagai

analgetik, antipiretik, antiinflamasi, dan zat anti-trombosit (D. Vijay, dkk, 2012).

Asetosal atau aspirin (USAN), juga dikenal sebagai asam asetilsalisilat merupakan

obat golongan salisilat, sering digunakan sebagai analgetik untuk menghilangkan

rasa sakit, sebagai antipiretik untuk mengurangi demam, dan sebagai pengobatan

antiinflamasi. Aspirin juga dapat mengecilkan pembuluh darah sehingga

meningkatkan tekanan darah (R. S. Murthy, dkk, 2012).

Asetosal merupakan obat golongan asam salisilat yang merupakan obat

antiradang nonsteroid. Obat antiradang bukan steroid atau yang lazim dinamakan

non streroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) adalah golongan obat yang

terutama bekerja perifer, memiliki aktivitas penghambat radang dengan

mekanisme kerja menghambat biosintesis prostaglandin melalui penghambatan

Page 3: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

aktivitas enzim siklooksigenase. Pada tahun 1899 asam asetil salisilat sebagai obat

anti radang bukan steroid sintetik dengan kerja antiradang yang kuat untuk

pertama kalinya digunakan dalam pengobatan simptomatis penyakit-penyakit

rematik. Dibandingkan dengan obat antiradang bukan steroid yang lain,

penggunaan asam asetil salisilat jauh lebih lebih banyak, bahkan termasuk produk

farmasi yang paling banyak digunakan dalam pengobatan dengan kebutuhan dunia

mencapai 36.000 ton/tahun. Di samping sebagai obat antiradang, asam asetil

salisilat memiliki peranan lain dalam terapi obat yang tidak kalah pentingnya,

yaitu sebagai zat penghambat agregasi trombosit [5]. Telah diketahui, bahwa

agregasi trombosit diregulasi oleh kesetimbangan produksi prostasiklin (PGI2) dan

tromboksan A2 (TXA2).

Prostasiklin diproduksi di dalam dan dibebaskan dari sel-sel endotel

dinding pembuluh darah, sedangkan tromboksan dibentuk di dalam trombosit.

Prostasiklin merupakan vasodilator dan penghambat agregasi trombosit,

sebaliknya tromboksan mendorong terjadinya agregasi trombosit. Berbeda dengan

obat antiradang bukan steroid lainnya, asam asetil salisilat merupakan inhibitor

ireversibel siklooksige-nase dengan mekanisme kerja melalui asetilasi residu asam

amino pada enzim tersebut (lihat bab 2). Karena laju biosintesis enzim

siklooksigenase di dalam trombosit berlangsung lambat, maka enzim yang telah

diinaktifasi oleh reaksi asetilasi tersebut tidak akan tergantikan lagi selama waktu

hidup trombosit (ca. 5 hari), sedangkan aktivitas siklooksigenase di dalam sel

endotel relatif cepat dipulihkan kembali melalui biosintesis enzim tersebut

sehingga produksi prostasiklin praktis tidak terganggu

Page 4: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

Aspirin juga menghambat agregasi platelet. Aksi obat sebagai

antiinflamasi dan antirematik dapat menghambat sintesis dan pelepasan

prostaglandin. Aspirin menghambat agregasi platelet dengan inhibisi ireversibel

pada platelet siklooksigenase sehingga menghalangi pembentukan

trombooksioksigenase A2 yang menginduksi kuat terhadap agregasi platelet dan

vasokonstriksi (Krishnaiaha, 2012).

Page 5: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

- Gelas kimia 100 ml

- Pipet volume 5 ml

- Timbangan analitik

- Spektrofotometri UV

- Kuvet

- Filler

- Labu takar 100 ml

- Gelas ukur

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

- Asetosal

- Asam Salisilat

- Sampel Obat ( Salicyl dan Aptor Asetosal)

- Kloroform

Page 6: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

- Aquades

- Tisue

3. Uraian Bahan

a. Air

Nama resmi : Aqua Destillata

Nama lain : Air Suling

RM / BM : H2O / 18,02

Rumus struktur : O

H H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pensuspensi dan pembilas.

b. Kloroform (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Chloroform

Nama lain : Kloroform

RM / BM : CHCl3 / 119,38

Rumus Struktur : Cl

Cl C Cl

H

Pemerian : Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau khas,

rasa manis dan membakar

Page 7: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah

larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam

sebagian besar pelarut organik, dalam minyak

atsiri dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

c. Asam Salisilat (Dirjen POM, 1979)

Nama Latin : Acidum Salicylum

Nama Lain : Asam Salisilat

Rumus molekul : C7H6O3

Rumus Struktur : COOH

Titik lebur : Antara 158o dan 161o

Berat molekul : 138,12

Bobot jenis : 1,44

Pemerian : Bentuk sintesis warna putih dan tidak berbau. Jika

dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna

kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah

mirip mentol.

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzene; mudah

larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air

mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.

OH

Page 8: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

Penyimpanan : Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup

baik.

Kegunaan : Keratolitikum dan antifungi.

d. Aspirin (Dirjen POM, 1995)

Nama IUPAC : Acidum acetylsalicylium

Sinonim : Asam asetilsalisilat

Berat molekul : 180,16

Rumus Struktur : COOH

Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur putih,

tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam

etanol, larut dalam kloroform

Kegunaan umum : Analgetikum, antipiretikum

OCOCH3

Page 9: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

D. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan larutan induk

a. Asam salisilat

Asam Salisilat

- ditimbang 100 mg

- dimasukkan dalam labu takar 100 ml

- ditambahkan kloroform

- diencerkan sampai tanda tera

Larutan induk asam salisilat 0,1 mg/mL

b. Asetosal

Asetosal

- ditimbang 100 mg

- dimasukkan dalam labu takar 100 ml

- ditambahkan kloroform

- diencerkan sampai tanda tera

Larutan induk Asetosal 0,1 mg/mL

Page 10: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

2. Pembuatan larutan standar

a. Larutan standar asam salisilat 0,1%

- Dipipet 10 ml larutan induk dari pengenceran

- Dimasukkan dalam labu takar 100 ml

- Ditambah akuades hingga tanda tera

Larutan standar asam salisilat 0,001%

b. Larutan standar asetosal 0,1%

- Dipipet 10 ml larutan induk dari pengenceran

- Dimasukkan dalam labu takar 100 ml

- Ditambah akuades hingga tanda tera

Larutan standar asetosal 0,001%

Larutan satndar asam

salisilat 0,1%

Larutan standar asetosal

0,1%

Page 11: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

3. Penentuan Kadar Asetosal dan Asam Salisilat

- Digerus hingga halus

- Ditimbang 0,55 gr

- Dilarutkan dengan kloroform

- Ditambah dengan sedikit akuades

- Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml

- Diencerkan dengan akuades hingga tanda tera

- Diukur abosrbansinya pada panjang gelombang

278 nm dan 308 nm.

- Ditentukan kadarnya

Kadar asetosal dan asam salisilat

Sediaan Obat

Page 12: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

E. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel Hasil Pengamatan Larutan Standar

No. Larutan λ (nm) ABS

1 Asetosal 278 1,144

2 Asetosal 308 1,563

3 Asam salisilat 278 1,139

4 Asam salisilat 308 1,557

5 Asetosal + Asam salisilat 278 1,853

6 Asetosal + Asam salisilat 308 2,236

2. Kadar Sampel Asetosal dan Asam Salisilat

♣ Mol

- Asetosal (ase)

� =� � � � �

� �=

0.1 �

180.6 � /� � �= 0.00055 � � �

- Asam salisilat (sal)

� =� � � � �

� �=

0.1 �

138.12 � /� � �= 0.00072 � � �

♣ Larutan induk (Li)

- Asetosal (ase)

[� � � � � ] =� � �

�=

0.00055 � � �

0.1 �= 0.0055 �

- Asam salisilat (sal)

[� � � � � ] =� � �

�=

0.00072 � � �

0.1 �= 0.0072 �

Page 13: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

♣ Konsentrasi (M)

- Asetosal (ase)

� � � � = � � � �

0.0055 � � � �⁄ . 0.1 � � = � � . 100 � �

� � = 0.0000055 �

- Asam Salisilat (sal)

� � � � = � � � �

0.0072 � � � �⁄ . 0.1 � � = � � . 100 � �

� � = 0.0000072 �

♣ Absorbansi 278 nm

- Asetosal (ase)

� � � � = � . � . � � � �

1.144 = � . 0.1 � � . 5.5 × 10� � � � � �⁄

� =1.144

5.5 × 10� �= 0.261818 × 10�

- Asam Salisilat (sal)

� � � � = � . � . � � � �

1.139 = � . 0.1 � � . 7.2 × 10� � � � � �⁄

� =1.139

7.2 × 10� �= 0.158194 × 10�

♣ Absorbansi 308 nm

- Asetosal (ase)

� � � � = � . � . � � � �

1.563 = � . 1 � � . 5.5 × 10� � � � � �⁄

Page 14: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

� =1.563

5.5 × 10� �= 0.284182 × 10�

- Asam salisilat (sal)

� � � � = � . � . � � � �

1.557 = � . 1 � � . 7.2 × 10� � � � � �⁄

� =1.557

7.2 × 10� � = 0.21625 × 10�

♣ � � � � = � � � �� � � + � � � �

� � �

� � � � = � � � � . � . � � � � + � � � � . � . � � � �

1.853 = 0.261818 × 10� . 1 . � � � � + 0.158194 × 10� . 1 . � � � �

1.853 = 0.262 × 10� � + 0.158 × 10� � …………………………………(1)

♣ � � � � = � � � �� � � + � � � �

� � �

� � � � = � � � � . � . � � � � + � � � � . � . � � � �

2.236 = 0.284182 × 10� . 1 . � � � � + 0.21625 × 10� . 1 . � � � �

2.236 = 0.284 × 10� � + 0.216 × 10� � ....................................................(2)

Misal, Cast = x dan Cas = y, maka persamaan di atas menjadi:

1.853 = 0.262 × 10� � + 0.158 × 10� �

…………………………………(1)

2.236 = 0.284 × 10� � + 0.216 ×

10� � .....................................................(2)

Untuk memperoleh nilai x, dilakukan eliminasi pada variabel y. setiap ruas pada

persamaan 1 dikalikan dengan 0,216 dan setiap ruas pada persamaan 2 dikalikan

dengan 0,158, sehingga persamaannya menjadi :

0.400248 = 0.056592 × 10� � + 0.034128 × 10� � … … … … … … . . (1′)

Page 15: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

0,353288 = 0,044872 × 10� � + 0,034128 × 10� � … … … … … . . (2′) −

0,04696 = 0,01172 × 10� �

� =0,04696

0,01172 × 10�= 4,007 × 10� �

∴Konsentrasi asetosal dalam campuran asetosal dan asam salisilat adalah

4,007 × 10-7 mg/ml

Untuk memperoleh nilai y, dilakukan eliminasi pada persamaan (1),

sebagai berikut :

1.853 = 0.262 × 10� � + 0.158 × 10� � … … … … … … … … … . (1)

1.853 = 0.262 × 10� × 4,007 ×10� � + 0.158 × 10� �

1.853 = 1.0498 + 0.158 × 10� �

� =0.8032

0.158 × 10� = 5.084 × 10� �

∴Konsentrasi asam salisilat dalam campuran asetosal dan asam salisilat

adalah 5.084 × 10� � mg/ml.

Page 16: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

F. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan pengukuran atau penetapan kadar secara

kuantitatif pada campuran senyawa obat dengan menggunakan metode

spektrofotometri UV-Vis. Alat yang digunakan dalam pengukuran atau penentuan

kadar tersebut adalah spektrofotometer UV-Visibel yang prinsip kerja, yaitu

penyerapan atau absorpsi cahaya dalam emisi radiasi oleh molekul atau unsur

yang terdapat dalam senyawa campuran obay yang sedang diamati, sehingga

pengukuran yang dilakukan adalah terhadap banyaknya sinar yang diserap

terhadap frekuensi atau panjang gelombang yang digunakan sinar dan terbaca

pada alat sebagai suatu spektra absorpsi.

Ketika suatu senyawa menyerap suatu radiasi, maka pengurangan

kekuatan energi radiasi yang mencapai detektor diabsorpsi oleh molekul atau

senyawa dalam sampel yang terbaca sebagai absorbansi dengan batasan

konsentrasi tertentu yang nilainya sebanding dengan banyaknya molekul untuk

mengabsorpsi radiasi atau cahaya sehingga dapat menjadi bahan informasi untuk

analisis senyawa secara kualitatif maupun kuantitatif.

Dalam analisis atau identifikasi suatu senyawa, dikenal istilah kromofor

dan ausokrom. Kromofor adalah gugus yang terdapat pada suatu senyawa yang

dapat menyerap atau mengabsorpsi radiasi ultraviolet dan daerah sinar tampak.

Senyawa-senyawa yang memiliki gugus kromofor dapat melakukan transisi

elektronik karena hamper semua senyawa yang memiliki gugus kromofor dalam

strukturnya memiliki ikatan yang tidak jenuh.

Page 17: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

Ausokrom adalah gugus yang terdapat pada suatu senyawa atau sampel

yang diamati. Gugus ausokrom tidak memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi

atau menyerap cahaya, akan tetapi berpengaruh dalam peningkatan intensitas

cahaya. Jika gugus ausokrom terikat dengan gugus kromofor, maka panjang

gelombangnya akan beregeser ke panjang gelombang yang lebih panjang sehingga

terjadi efek hiperkromik.

Sampel yang diamati dalam percobaan ini adalah obat yang didalamnya

merupakan campuran antara asam asetilsalisilat (asetosal) dengan asam salisilat.

Obat golongan salisilat, khususnya asetosal merupakan obat yang banyak

digunakan sebagai analgesic, antipiretik, dan antiinflamasi. Pada pemberian

oralnya, sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung,

tetapi sebagian besar pula diusus halus bagian atas yangjuga masih bersifat asam.

Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian obat dilakukan. Asam

asetilsalisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi perlahan jika terkena uap

air menjadi asam asetat dan asam salisilat.

Sebelum diukur absorbansinya pada spektrofotometer UV, mula-mula

sampel obat digerus dan dilarutkan terlebih dahulu di dalam pelarut kloroform, hal

tersebut karena sampel obat yang didalamnya mengandung asam salisilat dan

asetosal, keduanya bersifat sukar larut dalam air dan mudah larut dalam

kloroform. Asam asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol (1:5), kloroform

(1:17) dan eter (1:10-15), larut dalam larutan asetat dan sitrat dan dengan adanya

senyawa yang terdekomposisi.

Page 18: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

Pada percobaan dilakukan pengamatan pada dua pajang gelombang,

yaitu pada panjang gelombang 278 nm dan 308 nm. Mula-mula pengukuran

dilakukan masing-masing larutan standar asam salisilat dan asetosal dengan

panjang gelombang yang berbeda, kemudian diukur serapan atau absorbansi

larutan sampel berupa campuran obat asam salisilat dan asetosal. Untuk penentuan

kadar masing-masing senyawanya dilakukan perhitungan secara matematis

dengan menggunakan persamaan Lambert Beer, yaitu � � � � = � � � �� � � + � � � �

� � � atau

� � � � = � � � �� � � + � � � �

� � � dengan metode eliminasi dan subtitusi pada persamaan

matematis yang diperoleh kadar asetosal dalam campuran asetosal dan asam

salisilat adalah 4,007 × 10-7 mg/ml dan kadar asam salisilat dalam campuran

asetosal dan asam salisilat adalah 5.084 × 10� � mg/ml.

Page 19: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

G. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa konsentrasi asetosal dalam campuran asetosal dan asam salisilat adalah

4,007 × 10-7 mg/ml dan konsentrasi asam salisilat dalam campuran asetosal dan

asam salisilat adalah 5.084 × 10� � mg/ml.

Page 20: PENETAPAN_KADAR_CAMPURAN_ASETOSAL_DAN_ASAM_SALISILAT_SECARA_SPEKTROFOTOMETRI_UV.pdf

DAFTAR PUSTAKA

D. Vijay, Godavariya., B. Prajapati, Pintu., P. Bhavin, Marolia., dan A. Sailesh,

Shah., 2012 , Development Rovustatin Calcium and Aspirin in Marketed

Formulation, International ResearchJournal of Pharmacy, Vol.3, No.8.

Gandjar, Prof. Dr. Ibnu Gholib, DEA., Apt dan Rohman, Abdul, M. Si., Apt,

2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Kartasasmita, Rahmana Emran., 2002, Perkembangan Obat Anti Radang Bukan

Steroid, Kajian Pustaka, Vol. XXVII, No. 4.

Khopkar, S. M., 2010, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press,

Jakarta.

Krishnaiaha, V., dan Reddy, Y. V. Rami., 2012, Development and validation of

HPLC method for the simultaneous determination of aspirin, Journal of

Chemical and Pharmaceutical Research, Vol.4, No.3.

R. S. Murthy., Kumar, Maram Ravi., Mallu, Useni Reddy., dan Bapatu, Hanimi

Reddy., 2012, A Simple RP- HPLC Method Simultaneous Analysis of

Aspirin, Atenolol, Hydrochlorothiazide, Ramipriland, and Simvastatin in

Pharmaceutical Solid Dosage Form, International Journal of Science

Innovations and Discoveries, Vol. 2, No.1.