Upload
syarifatululya
View
54
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL DAN ASAM
SALISILAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV
A. TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk menetapkan kadar campuran asetosal
dan asam salisilat secara spektrofotometri UV.
B. LANDASAN TEORI
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang (Khopkar, 2010).
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh
larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.
Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada bebeapa pembatasan, yaitu sinar yang
digunakan dianggap monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang
mempunyai penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan
tersebut tidak tergantung terhadap yanglain dalam larutan tersebut, dan tidak
terjadi fluororesensi atau fosforinses, serta indeks bias tidak tergantung pada
konsentrasi larutan. Analisis kuantiatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis
dapat digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu : (1) analisis zat
tunggal atau analisis satu komponen; (2) analisis kuantitatif campuran dua macam
zat atau analisis dua komponen; dan (3) analisis kuantitatif campuran tiga macam
zat atau lebih (analisis multi komponen) (Gandjar dan Rohman, 2007).
Bila diinginkan pengukuran dua buah senyawa secara bersama-sama
secara spektrofotometri, maka dapat dilakukan pada dua panjang gelombang di
mana masing-masing komponen tidak saling mengganggu atau gangguan dari
komponen yang lain paling kecil. Dua buah kromofor yang berbeda akan
mempunyai kekuatan absorpsi cahaya yang berbeda pula ada satu daerah panjang
gelombang. Pengukuran dilakukan pada masing-masin larutan pada dua panjang
gelombang sehingga diperoleh dua persamaan hubungan antara absorpsinya
dengan konsentrasi pada dua panjang gelombang, akibatnya konsentrasi masing-
masing komponen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
� � = � � . � . � � + � � . � . � � � � (Gandjar dan Rohman, 2007).
Dalam percobaan ini digunakan obat asetosal dan asam salisilat. Aspirin
(ASP) yang secara kimia disebut asam 2-asetoksibenzoat dan digunakan sebagai
analgetik, antipiretik, antiinflamasi, dan zat anti-trombosit (D. Vijay, dkk, 2012).
Asetosal atau aspirin (USAN), juga dikenal sebagai asam asetilsalisilat merupakan
obat golongan salisilat, sering digunakan sebagai analgetik untuk menghilangkan
rasa sakit, sebagai antipiretik untuk mengurangi demam, dan sebagai pengobatan
antiinflamasi. Aspirin juga dapat mengecilkan pembuluh darah sehingga
meningkatkan tekanan darah (R. S. Murthy, dkk, 2012).
Asetosal merupakan obat golongan asam salisilat yang merupakan obat
antiradang nonsteroid. Obat antiradang bukan steroid atau yang lazim dinamakan
non streroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) adalah golongan obat yang
terutama bekerja perifer, memiliki aktivitas penghambat radang dengan
mekanisme kerja menghambat biosintesis prostaglandin melalui penghambatan
aktivitas enzim siklooksigenase. Pada tahun 1899 asam asetil salisilat sebagai obat
anti radang bukan steroid sintetik dengan kerja antiradang yang kuat untuk
pertama kalinya digunakan dalam pengobatan simptomatis penyakit-penyakit
rematik. Dibandingkan dengan obat antiradang bukan steroid yang lain,
penggunaan asam asetil salisilat jauh lebih lebih banyak, bahkan termasuk produk
farmasi yang paling banyak digunakan dalam pengobatan dengan kebutuhan dunia
mencapai 36.000 ton/tahun. Di samping sebagai obat antiradang, asam asetil
salisilat memiliki peranan lain dalam terapi obat yang tidak kalah pentingnya,
yaitu sebagai zat penghambat agregasi trombosit [5]. Telah diketahui, bahwa
agregasi trombosit diregulasi oleh kesetimbangan produksi prostasiklin (PGI2) dan
tromboksan A2 (TXA2).
Prostasiklin diproduksi di dalam dan dibebaskan dari sel-sel endotel
dinding pembuluh darah, sedangkan tromboksan dibentuk di dalam trombosit.
Prostasiklin merupakan vasodilator dan penghambat agregasi trombosit,
sebaliknya tromboksan mendorong terjadinya agregasi trombosit. Berbeda dengan
obat antiradang bukan steroid lainnya, asam asetil salisilat merupakan inhibitor
ireversibel siklooksige-nase dengan mekanisme kerja melalui asetilasi residu asam
amino pada enzim tersebut (lihat bab 2). Karena laju biosintesis enzim
siklooksigenase di dalam trombosit berlangsung lambat, maka enzim yang telah
diinaktifasi oleh reaksi asetilasi tersebut tidak akan tergantikan lagi selama waktu
hidup trombosit (ca. 5 hari), sedangkan aktivitas siklooksigenase di dalam sel
endotel relatif cepat dipulihkan kembali melalui biosintesis enzim tersebut
sehingga produksi prostasiklin praktis tidak terganggu
Aspirin juga menghambat agregasi platelet. Aksi obat sebagai
antiinflamasi dan antirematik dapat menghambat sintesis dan pelepasan
prostaglandin. Aspirin menghambat agregasi platelet dengan inhibisi ireversibel
pada platelet siklooksigenase sehingga menghalangi pembentukan
trombooksioksigenase A2 yang menginduksi kuat terhadap agregasi platelet dan
vasokonstriksi (Krishnaiaha, 2012).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
- Gelas kimia 100 ml
- Pipet volume 5 ml
- Timbangan analitik
- Spektrofotometri UV
- Kuvet
- Filler
- Labu takar 100 ml
- Gelas ukur
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
- Asetosal
- Asam Salisilat
- Sampel Obat ( Salicyl dan Aptor Asetosal)
- Kloroform
- Aquades
- Tisue
3. Uraian Bahan
a. Air
Nama resmi : Aqua Destillata
Nama lain : Air Suling
RM / BM : H2O / 18,02
Rumus struktur : O
H H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pensuspensi dan pembilas.
b. Kloroform (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Chloroform
Nama lain : Kloroform
RM / BM : CHCl3 / 119,38
Rumus Struktur : Cl
Cl C Cl
H
Pemerian : Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau khas,
rasa manis dan membakar
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah
larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam
sebagian besar pelarut organik, dalam minyak
atsiri dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
c. Asam Salisilat (Dirjen POM, 1979)
Nama Latin : Acidum Salicylum
Nama Lain : Asam Salisilat
Rumus molekul : C7H6O3
Rumus Struktur : COOH
Titik lebur : Antara 158o dan 161o
Berat molekul : 138,12
Bobot jenis : 1,44
Pemerian : Bentuk sintesis warna putih dan tidak berbau. Jika
dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna
kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah
mirip mentol.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzene; mudah
larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air
mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.
OH
Penyimpanan : Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup
baik.
Kegunaan : Keratolitikum dan antifungi.
d. Aspirin (Dirjen POM, 1995)
Nama IUPAC : Acidum acetylsalicylium
Sinonim : Asam asetilsalisilat
Berat molekul : 180,16
Rumus Struktur : COOH
Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur putih,
tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, larut dalam kloroform
Kegunaan umum : Analgetikum, antipiretikum
OCOCH3
D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan larutan induk
a. Asam salisilat
Asam Salisilat
- ditimbang 100 mg
- dimasukkan dalam labu takar 100 ml
- ditambahkan kloroform
- diencerkan sampai tanda tera
Larutan induk asam salisilat 0,1 mg/mL
b. Asetosal
Asetosal
- ditimbang 100 mg
- dimasukkan dalam labu takar 100 ml
- ditambahkan kloroform
- diencerkan sampai tanda tera
Larutan induk Asetosal 0,1 mg/mL
2. Pembuatan larutan standar
a. Larutan standar asam salisilat 0,1%
- Dipipet 10 ml larutan induk dari pengenceran
- Dimasukkan dalam labu takar 100 ml
- Ditambah akuades hingga tanda tera
Larutan standar asam salisilat 0,001%
b. Larutan standar asetosal 0,1%
- Dipipet 10 ml larutan induk dari pengenceran
- Dimasukkan dalam labu takar 100 ml
- Ditambah akuades hingga tanda tera
Larutan standar asetosal 0,001%
Larutan satndar asam
salisilat 0,1%
Larutan standar asetosal
0,1%
3. Penentuan Kadar Asetosal dan Asam Salisilat
- Digerus hingga halus
- Ditimbang 0,55 gr
- Dilarutkan dengan kloroform
- Ditambah dengan sedikit akuades
- Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml
- Diencerkan dengan akuades hingga tanda tera
- Diukur abosrbansinya pada panjang gelombang
278 nm dan 308 nm.
- Ditentukan kadarnya
Kadar asetosal dan asam salisilat
Sediaan Obat
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Hasil Pengamatan Larutan Standar
No. Larutan λ (nm) ABS
1 Asetosal 278 1,144
2 Asetosal 308 1,563
3 Asam salisilat 278 1,139
4 Asam salisilat 308 1,557
5 Asetosal + Asam salisilat 278 1,853
6 Asetosal + Asam salisilat 308 2,236
2. Kadar Sampel Asetosal dan Asam Salisilat
♣ Mol
- Asetosal (ase)
� =� � � � �
� �=
0.1 �
180.6 � /� � �= 0.00055 � � �
- Asam salisilat (sal)
� =� � � � �
� �=
0.1 �
138.12 � /� � �= 0.00072 � � �
♣ Larutan induk (Li)
- Asetosal (ase)
[� � � � � ] =� � �
�=
0.00055 � � �
0.1 �= 0.0055 �
- Asam salisilat (sal)
[� � � � � ] =� � �
�=
0.00072 � � �
0.1 �= 0.0072 �
♣ Konsentrasi (M)
- Asetosal (ase)
� � � � = � � � �
0.0055 � � � �⁄ . 0.1 � � = � � . 100 � �
� � = 0.0000055 �
- Asam Salisilat (sal)
� � � � = � � � �
0.0072 � � � �⁄ . 0.1 � � = � � . 100 � �
� � = 0.0000072 �
♣ Absorbansi 278 nm
- Asetosal (ase)
� � � � = � . � . � � � �
1.144 = � . 0.1 � � . 5.5 × 10� � � � � �⁄
� =1.144
5.5 × 10� �= 0.261818 × 10�
- Asam Salisilat (sal)
� � � � = � . � . � � � �
1.139 = � . 0.1 � � . 7.2 × 10� � � � � �⁄
� =1.139
7.2 × 10� �= 0.158194 × 10�
♣ Absorbansi 308 nm
- Asetosal (ase)
� � � � = � . � . � � � �
1.563 = � . 1 � � . 5.5 × 10� � � � � �⁄
� =1.563
5.5 × 10� �= 0.284182 × 10�
- Asam salisilat (sal)
� � � � = � . � . � � � �
1.557 = � . 1 � � . 7.2 × 10� � � � � �⁄
� =1.557
7.2 × 10� � = 0.21625 × 10�
♣ � � � � = � � � �� � � + � � � �
� � �
� � � � = � � � � . � . � � � � + � � � � . � . � � � �
1.853 = 0.261818 × 10� . 1 . � � � � + 0.158194 × 10� . 1 . � � � �
1.853 = 0.262 × 10� � + 0.158 × 10� � …………………………………(1)
♣ � � � � = � � � �� � � + � � � �
� � �
� � � � = � � � � . � . � � � � + � � � � . � . � � � �
2.236 = 0.284182 × 10� . 1 . � � � � + 0.21625 × 10� . 1 . � � � �
2.236 = 0.284 × 10� � + 0.216 × 10� � ....................................................(2)
Misal, Cast = x dan Cas = y, maka persamaan di atas menjadi:
1.853 = 0.262 × 10� � + 0.158 × 10� �
…………………………………(1)
2.236 = 0.284 × 10� � + 0.216 ×
10� � .....................................................(2)
Untuk memperoleh nilai x, dilakukan eliminasi pada variabel y. setiap ruas pada
persamaan 1 dikalikan dengan 0,216 dan setiap ruas pada persamaan 2 dikalikan
dengan 0,158, sehingga persamaannya menjadi :
0.400248 = 0.056592 × 10� � + 0.034128 × 10� � … … … … … … . . (1′)
0,353288 = 0,044872 × 10� � + 0,034128 × 10� � … … … … … . . (2′) −
0,04696 = 0,01172 × 10� �
� =0,04696
0,01172 × 10�= 4,007 × 10� �
∴Konsentrasi asetosal dalam campuran asetosal dan asam salisilat adalah
4,007 × 10-7 mg/ml
Untuk memperoleh nilai y, dilakukan eliminasi pada persamaan (1),
sebagai berikut :
1.853 = 0.262 × 10� � + 0.158 × 10� � … … … … … … … … … . (1)
1.853 = 0.262 × 10� × 4,007 ×10� � + 0.158 × 10� �
1.853 = 1.0498 + 0.158 × 10� �
� =0.8032
0.158 × 10� = 5.084 × 10� �
∴Konsentrasi asam salisilat dalam campuran asetosal dan asam salisilat
adalah 5.084 × 10� � mg/ml.
F. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran atau penetapan kadar secara
kuantitatif pada campuran senyawa obat dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis. Alat yang digunakan dalam pengukuran atau penentuan
kadar tersebut adalah spektrofotometer UV-Visibel yang prinsip kerja, yaitu
penyerapan atau absorpsi cahaya dalam emisi radiasi oleh molekul atau unsur
yang terdapat dalam senyawa campuran obay yang sedang diamati, sehingga
pengukuran yang dilakukan adalah terhadap banyaknya sinar yang diserap
terhadap frekuensi atau panjang gelombang yang digunakan sinar dan terbaca
pada alat sebagai suatu spektra absorpsi.
Ketika suatu senyawa menyerap suatu radiasi, maka pengurangan
kekuatan energi radiasi yang mencapai detektor diabsorpsi oleh molekul atau
senyawa dalam sampel yang terbaca sebagai absorbansi dengan batasan
konsentrasi tertentu yang nilainya sebanding dengan banyaknya molekul untuk
mengabsorpsi radiasi atau cahaya sehingga dapat menjadi bahan informasi untuk
analisis senyawa secara kualitatif maupun kuantitatif.
Dalam analisis atau identifikasi suatu senyawa, dikenal istilah kromofor
dan ausokrom. Kromofor adalah gugus yang terdapat pada suatu senyawa yang
dapat menyerap atau mengabsorpsi radiasi ultraviolet dan daerah sinar tampak.
Senyawa-senyawa yang memiliki gugus kromofor dapat melakukan transisi
elektronik karena hamper semua senyawa yang memiliki gugus kromofor dalam
strukturnya memiliki ikatan yang tidak jenuh.
Ausokrom adalah gugus yang terdapat pada suatu senyawa atau sampel
yang diamati. Gugus ausokrom tidak memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi
atau menyerap cahaya, akan tetapi berpengaruh dalam peningkatan intensitas
cahaya. Jika gugus ausokrom terikat dengan gugus kromofor, maka panjang
gelombangnya akan beregeser ke panjang gelombang yang lebih panjang sehingga
terjadi efek hiperkromik.
Sampel yang diamati dalam percobaan ini adalah obat yang didalamnya
merupakan campuran antara asam asetilsalisilat (asetosal) dengan asam salisilat.
Obat golongan salisilat, khususnya asetosal merupakan obat yang banyak
digunakan sebagai analgesic, antipiretik, dan antiinflamasi. Pada pemberian
oralnya, sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung,
tetapi sebagian besar pula diusus halus bagian atas yangjuga masih bersifat asam.
Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian obat dilakukan. Asam
asetilsalisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi perlahan jika terkena uap
air menjadi asam asetat dan asam salisilat.
Sebelum diukur absorbansinya pada spektrofotometer UV, mula-mula
sampel obat digerus dan dilarutkan terlebih dahulu di dalam pelarut kloroform, hal
tersebut karena sampel obat yang didalamnya mengandung asam salisilat dan
asetosal, keduanya bersifat sukar larut dalam air dan mudah larut dalam
kloroform. Asam asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol (1:5), kloroform
(1:17) dan eter (1:10-15), larut dalam larutan asetat dan sitrat dan dengan adanya
senyawa yang terdekomposisi.
Pada percobaan dilakukan pengamatan pada dua pajang gelombang,
yaitu pada panjang gelombang 278 nm dan 308 nm. Mula-mula pengukuran
dilakukan masing-masing larutan standar asam salisilat dan asetosal dengan
panjang gelombang yang berbeda, kemudian diukur serapan atau absorbansi
larutan sampel berupa campuran obat asam salisilat dan asetosal. Untuk penentuan
kadar masing-masing senyawanya dilakukan perhitungan secara matematis
dengan menggunakan persamaan Lambert Beer, yaitu � � � � = � � � �� � � + � � � �
� � � atau
� � � � = � � � �� � � + � � � �
� � � dengan metode eliminasi dan subtitusi pada persamaan
matematis yang diperoleh kadar asetosal dalam campuran asetosal dan asam
salisilat adalah 4,007 × 10-7 mg/ml dan kadar asam salisilat dalam campuran
asetosal dan asam salisilat adalah 5.084 × 10� � mg/ml.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa konsentrasi asetosal dalam campuran asetosal dan asam salisilat adalah
4,007 × 10-7 mg/ml dan konsentrasi asam salisilat dalam campuran asetosal dan
asam salisilat adalah 5.084 × 10� � mg/ml.
DAFTAR PUSTAKA
D. Vijay, Godavariya., B. Prajapati, Pintu., P. Bhavin, Marolia., dan A. Sailesh,
Shah., 2012 , Development Rovustatin Calcium and Aspirin in Marketed
Formulation, International ResearchJournal of Pharmacy, Vol.3, No.8.
Gandjar, Prof. Dr. Ibnu Gholib, DEA., Apt dan Rohman, Abdul, M. Si., Apt,
2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Kartasasmita, Rahmana Emran., 2002, Perkembangan Obat Anti Radang Bukan
Steroid, Kajian Pustaka, Vol. XXVII, No. 4.
Khopkar, S. M., 2010, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Krishnaiaha, V., dan Reddy, Y. V. Rami., 2012, Development and validation of
HPLC method for the simultaneous determination of aspirin, Journal of
Chemical and Pharmaceutical Research, Vol.4, No.3.
R. S. Murthy., Kumar, Maram Ravi., Mallu, Useni Reddy., dan Bapatu, Hanimi
Reddy., 2012, A Simple RP- HPLC Method Simultaneous Analysis of
Aspirin, Atenolol, Hydrochlorothiazide, Ramipriland, and Simvastatin in
Pharmaceutical Solid Dosage Form, International Journal of Science
Innovations and Discoveries, Vol. 2, No.1.