123
PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 3 TEBET SKRIPSI Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: NOVIA PUTRI ASTUTI 109104000012 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014M/ 1435H

PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA

UTAMA 3 TEBET

SKRIPSI

Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

NOVIA PUTRI ASTUTI 109104000012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014M/ 1435H

Page 2: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

ii

Page 3: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

iii

Page 4: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

iv

Page 5: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

v

Page 6: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

vi

Page 7: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

vii

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-

lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Orang tua Ayahanda Sugiyarto dan Ibunda Elly

triastuti yang telah mencurahkan kasih sayangnya,

waktu, biaya, tenaganya untuk mendidik dan

mengasuh aku selama ini. Terima kasih atas segala

semangat, nasehat, dan kasih sayang yang telah

engkau berikan yang membuat aku bangga dibesarkan

oleh mama dan papa. Aku tahu aku tidak akan

mungkin bisa membalas itu semua, tapi semua itu

memotivasi aku untuk melakukan hal yang lebih baik

untuk mama dan papa.

Alm. Mbah kakung yang telah tenang disisiNya.

Mbah, meskipun engkau telah tiada, namun semua

kata-kata engkau masih ku ingat. Betapa inginnya

engkau melihat cucumu menjadi seorang pegawai

tenaga kesehatan disetiap akhir teleponmu. Aku

hanya berharap diwisudaku adanya kehadiran kalian,

namun semua hanya harapan, Allah lebih menyayangi

kalian. Tenang disisiNya mbah, aku akan mencoba

berusaha menjadi cucu kebanggaan kalian.

Sahabatku Arindi Yesitha Dewi yang selalu

memberikan dukungan ketika sedang bosan ditengah-

tengah mengerjakan skripsi. Terima kasih waktunya

untuk hanya sekedar mendengar keluh kesahku selama

ini.

LandJ sahabat 24 jam non stop hits ku (Geisandra

Astaqviani Putri, Fidinia Hastuti, Nur Qomariah,

Erythrina Julianti, Nining Ratnasari, Sih Utami

Sri Hartati). Terima kasih dukungan, waktu, humor,

kasih sayang kalian selama ini. Kalian sahabat

terbaikku.

Page 8: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

viii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2013 Novia Putri Astuti, NIM: 109104000012 Pengalaman Psikososial Anak Remaja Putri di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Xviii + 86 halaman + 7 lampiran

ABSTRAK

Tugas perkembangan pada masa remaja adalah tahap pencarian identitas diri dimana peran orang tua, teman sebaya, kakak atau orang tua asuh sangat berarti dalam memberikan dukungan terkait pengalaman psikososial anak remaja. Tingginya pengaruh teman sebaya dalam aspek psikososial remaja membuat remaja merasa puas jika tahap tersebut dapat dilalui dengan baik, jika tahap psikososial dilalui dengan buruk, maka akan muncul ketidakadekuatan sehingga berpotensi untuk kegagalan. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan desain fenomenologi. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Peneliti menggunakan metode wawancara mendalam pada 7 informan perempuan di panti asuhan untuk mengetahui pengalaman psikososial mereka selama di panti asuhan. Hasil penelitian didapat bahwa pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan terdiri dari beberapa tema yaitu (a) pengalaman selama di panti (b) support system anak remaja putri di panti asuhan (c) hubungan remaja putri dipanti asuhan dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di panti asuhan. Penelitian ini menunjukkan bahwa remaja putri di panti asuhan tidak memiliki masalah psikososial. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, baiknya panti asuhan mempertahankan dan meningkatkan kualitas pengasuhan bagi anak asuh sehingga masalah psikososial tidak akan muncul pada anak asuh yang berada dipanti asuhan.

Kata kunci: pengalaman psikososial, remaja putri, panti asuhan Daftar bacaan 85 (1996-2013)

Page 9: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

ix

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCIENCE STUDY NURSING PROGRAM ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) Syarif hidayatullah Jakarta Undergraduate Thesis, September 2013 Novia Putri Astuti, NIM: 102104000012 Adolescent Girl’s Psychosocial Experience in Orphanage Pura Utama 3 Tebet xviii + 86 pages + 7 appendix

ABSTRACT

Developmental task in adolescence is the stage of searching for identity in which the role of parents, peers, brother or foster parents are very significant in providing support related to adolescent psychosocial experiences. The high influence of peers on adolescent psychosocial aspects make teens feel satisfied if the stage well-passed, if passed by poor psychosocial stage, it would be inadequate that potential for failure. This study is a qualitative study with a phenomenological design. Sampling method waspurposive sampling. Researchers used in-depth interviews at 7 adolescent girls at the foster care to find out their psychosocial experiences. The result is that the child 's psychosocial experiences of adolescent girl at the foster care consists of several themes,namely (a) experience in the orphanage (b) support system of adolescent girls in an orphanage (c) relationship with parents (d) psychosocial of adolescent girls in an orphanage. This study shows that teenage girls at the orphanage did not have psychosocial problems. Based on these results, the orphanage should maintain and improve the quality of care for foster children so that psychosocial problems will not show up in orphanages that are infostercare. Keywords : psychosocial experience, adolescent girls, foster care Reading list 85 (1996-2013)

Page 10: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat, taufik dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal

skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia

dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikmat-Nya dan

karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal

skripsi yang berjudul “Pengalaman Psikososial Anak Remaja Putri Usia

13-18 Tahun di Panti Sosial Anak Putra Utama 3 Tebet”.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan

yang peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-

Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat

diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya proposal skripsi ini dapat

diselesaikan.

Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.Andselaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 11: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

xi

dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, MSc selaku sekretaris Program

Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ibu Maftuhah, M.Kep, Ph.D selaku pembimbingpertama yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti dan

memberikan banyak masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada

peneliti.

4. Ibu Ita Yuanita, Skp, M. Kepselaku pembimbing kedua yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti dan

memberikan banyak masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada

peneliti.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar Program Studi Ilmu

Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada

peneliti selama duduk pada bangku kuliah serta staff akademik Bapak

Azib Rosyidi, S.Psi dan Ibu Syamsiyah yang telak memudahkan

birokrasi.

6. Kepala serta segenap Staf Panti Sosial Asuhan Anak PutraUtama 3 Tebet

yang memberikan informasi serta data dalam studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti.

7. Orang Tua peneliti yaituBapak Sugiyarto dan Ibu Elly Tri Astuti yang

selalu memberikan kasih sayang tak terhingga kepada anaknya,

mendoakan serta memberikan dorongan dan masukan baik materiil

maupun non materiil.

Page 12: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

xii

8. Keluarga besar peneliti yang selalu memberikan dukungan baik mateiil

maupun non materiil.

9. Seluruh teman-teman angkatan 2009 yang selalu saya sayangi,

memberikan makna kebersamaan, motivasi, dan membantu saya dalam

melaksanakan tugas.

Penulis sangat menyadari bahwa pada penyusunan proposal skripsi ini, masih

terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna karena keterbatasan yang

peneliti miliki, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat

memperbaiki proposal skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang

mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Ciputat, Januari 2014

Penulis

Page 13: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7

A. Pengalaman .......................................................................................... 7

B. Psikososial ............................................................................................ 7

Page 14: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

xiv

C. Remaja.................................................................................................. 13

D. Psikososial remaja ................................................................................ 19

E. Panti asuhan ......................................................................................... 21

F. Penelitian terkait................................................................................... 28

G. Kerangka Teori..................................................................................... 30

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH .................... 31

A. Kerangka Konsep ................................................................................. 31

B. Definisi Istilah ...................................................................................... 32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 33

A. Desain Penelitian .................................................................................. 33

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .............................................. 34

C. Instrumen Penelitian............................................................................. 34

D. Informan Penelitian .............................................................................. 34

E. Teknik Pengambilan Informan ............................................................. 35

F. Tahapan Pengambilan Data ................................................................. 36

G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 39

H. Validasi Data ........................................................................................ 43

I. Etika Penelitian .................................................................................... 44

BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................... 46

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................................. 46

B. Hasil penelitian ..................................................................................... 49

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................. 68

A. Keterbatasan penelitian ........................................................................ 68

Page 15: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

xv

B. Pembahasan Hsil Penelitian ................................................................. 68

BAB VII PENUTUP ...................................................................................... 85

A. Kesimpulan .......................................................................................... 85

B. Saran ..................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk Peran Keluarga sebagai pemberi perawatan

(caregiver) ..................................................................................... 13

Tabel 2.2 Penelitian Terkait .......................................................................... 27

Tabel 5.1 Karateristik Informan Utama ......................................................... 45

Page 17: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

xvii

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................31

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................32

Bagan 4.1 Teknik Analisis Data.........................................................................40

Bagan 5.1. Skema Tema 2...................................................................................53

Bagan 5.2. Skema Tema 3...................................................................................55

Bagan 5.3. Skema Tema 4...................................................................................57

Bagan 5.4. Skema Tema 5...................................................................................59

Bagan 5.5. Skema Tema 6...................................................................................61

Bagan 5.6. Skema Tema 7...................................................................................67

Bagan 5.7. Skema Tema 8...................................................................................68

Bagan 5.8. Skema Tema 9...................................................................................70

Page 18: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nursing Care Plan

Lampiran 2 Permohonan Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Pemberian Izin Studi Pendahuluan dari Walikota Jakarta Selatan

Lampiran 4 Pedoman Wawancara Informan Utama

Lampiran 5 Pedoman Observasi

Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7 Lembar Persetujuan Responden

Page 19: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengalaman merupakan suatu hal yang pernah dialami oleh seseorang

yang berpengaruh terhadap kehidupannya kelak. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, pengalaman adalah yang pernah dialami (dijalani, dirasai,

ditanggung, dsb). Pengalaman bagi anak dapat menjadi suatu hal yang

membahagiakan ataupun dapat menyakitkan sehingga akan membuat trauma

ataupun hambatan bahkan keterlambatan pada proses tumbuh

kembang.Menurut beberapa ahli, pengalaman sebelumnya bagi remaja sangat

berpengaruh terhadap perkembangannya (Santrock, 2003).

Tugas perkembangan pada masa remaja merupakan tahap pencarian

identitas. Hal tersebut meliputi pemilihan dalam pekerjaan, mengadopsi nilai

dan kepercayaan yang ada di lingkungan, serta mengembangkan kepuasan

identitas seksual (Papalia, 2003). Pencarian identitas merupakan tugas utama

perkembangan psikososial remaja. Remaja harus membentuk hubungan

sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara sosial. Remaja bekerja mandiri

secara emosional dari orang tua sambil mempertahankan ikatan keluarga

(Potter, 2005). Dalam pencarian identitas tersebut, peran orang tua sangatlah

penting dalam membangun attachment dan merupakan sistem dukungan

ketika remaja menjajaki suatu dunia sosial yang lebih luas dan lebih kompleks

(Santrock, 2002).

Page 20: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

2

Kenyataan menunjukkan bahwa masih terdapat sejumlah besar anak-anak

terlantar yang tidak mendapatkan dukungan dari orang tua sehingga tidak

memiliki kesempatan yang cukup untuk dapat berkembang secara optimal

dalam hal fisik, mental, dan sosial. Hasil sensus penduduk tahun 2010

dilaporkan bahwa terdapat 20.880.734anak usia 15 hingga 19 tahun di

Indonesia yang terdiri dari 10.614.306 anak laki-laki dan 10.266.428 anak

perempuan (Badan Pusat Statistik, 2010). Menurut rekapitulasi data

penyandang masalah kesejahteraan sosial 2010terdapat 3.115.777 anak

terlantar(Kemensos, 2011).

Menyoroti banyaknya anak terlantar, maka negara memfasilitasi adanya

panti asuhan yang merupakan pelayanan yang berfokus pada kesejahteraan

anak untuk memberikan pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial bagi

anak terlantar sehingga terpenuhi kebutuhan dalam perkembangan

kepribadiannya sesuai dengan tahap perkembangan seusianya, serta

memberikan pelayanan subtitutif yaitu menggantikan peran orang tua dalam

mencapai kesejahteraan anak. Berdasarkan data Kementrian Sosial Republik

Indonesia, terdapat 6810 panti di Indonesia dan kurang lebih 5846 panti

asuhan anak (Kemensos, 2011).

Selain panti asuhan, kepedulian negara akan kesejahteraan anak

dituangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No.23 tahun 2002

pasal 22 tentang perlindungan anak menyatakan bahwa negara dan pemerintah

berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan

prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Dalam ketentuan

tersebut yang termasuk dalam dukungan sarana prasarana misalnya sekolah,

Page 21: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

3

lapangan bermain, lapangan olahraga, rumah ibadah, balai kesehatan, gedung

kesenian, tempat rekreasi, ruang menyusui, tempat penitipan anak, dan rumah

tahanan khusus anak (Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2002).

Panti asuhan merupakan penampungan pembinaan fisik, mental, sosial

serta wadah untuk memberikan pendidikan, pelatihan, keterampilan,

kemandirian bagi anak terlantar. Anak dipanti asuhan biasanya karena korban

kekerasan pada anak, penelantaran anak, keluarga dengan penyalahgunaan zat,

keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal, dan kurangnya pelayanan yang

menekankan penempatan pencegahan dan penyatuan keluarga kembali (Kools,

2012). Hal tersebut yang mungkin akan menyebabkan beberapa masalah.

Menurut Kools et al (2012) anak yang masuk ke panti asuhan mempunyai

pengalaman yang buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan meliputi

kekerasan pada anak dan ditelantarkan yang sangat signifikan berisiko tinggi

terhadap semua masalah kesehatan meliputi fisik, mental, dan perkembangan.

Hal ini ditegaskan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dowdell et

al (2009) bahwa perempuan di panti asuhan memiliki risiko tinggi

dikarenakan adanya pengalaman yang buruk terkait dengan penganiayaan,

masalah kesehatan yang kronis, ketidakstabilan dalam hal penempatan di panti

asuhan yang terdiri dari 84% perempuan mengalami kekerasan fisik, 95%

mengalami kekerasan dari orang tua biologis, kekerasan seksual 81%, dan

68% mendapat kekerasan seksual lebih dari satu orang. 95% mengalami

penelantaran, 51% diklasifikasikan dengan penelantaran tingkat sedang dan

kronis. 100% hampir mengalami kekerasan seksual dan secara tidak langsung

perilaku tersebut dilakukan oleh anak remaja yang lain. 92% perempuan

Page 22: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

4

pernah mengalami 2 atau lebih perubahan dalam orang tua asuh dari usia 16

tahun. Lebih dari 1/3 perempuan (39.2%) mengalami 4 atau lebih perbedaan

situasi saat tinggal kurang dari 1 bulan. Selain itu, penelitian lain yang

dilakukan oleh Susan Kools terkait dengan dimensi kesehatan pada remaja di

panti asuhan menyebutkan bahwa perempuan memiliki kepuasan lebih rendah

terhadap kesehatan dan harga diri dan lebih tidak nyaman terhadap fisik dan

emosional (Kools, 2012).

Teori Abraham Maslow mengenai lima hierarki kebutuhan dasar manusia

(five hierarchy of needs) yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan

dan keamanan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan

kebutuhan aktualisasi diri menggambarkan bahwa untuk mendapatkan

aktualisasi diri yang tinggi maka kebutuhan sebelumnya harus terpenuhi.

Sedangkan anak di panti asuhan mengalami berbagai masalah terkait dengan

penempatan, pengalaman di masa lalu yang kemungkinan dapat

mempengaruhi perkembangannya kelak.

Dilihat dari keterbatasan panti asuhan dalam mengimplementasikan hal-

hal yang menyangkut kesejahteraan anak yang kemungkinan besar

berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak serta ditemukannya masalah

terkait dengan adanya kepuasan yang rendah pada remaja perempuan

mengenai kesehatan dan harga diri yang akan berpengaruh terhadap

pemenuhan tugas terkait dengan proses tumbuh kembangnyadalam hal

pencarian identitas maka sangatlah penting untuk dilakukan penelitian

mengenai pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan.

Page 23: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

5

B. Rumusan masalah

Pengalaman anak sangat berpengaruh bagi tumbuh kembangnya. Berbagai

studi mengenai anak, kebutuhan akan figur attachment, dimensi kesehatan

pada anak, bahkan kesehatan dan perkembangan anak di panti asuhan sudah

dilakukan. Penelitian mengenai pengalaman psikososial anak remaja putri di

panti asuhan belum ada, padahal pengalamanpsikososial anak remaja putri di

panti asuhan perlu diperhatikan demi kesejahteraan anak dalam pencapaian

tugas tumbuh kembangnya sesuai dengan Undang-Undang Republik

Indonesia No.23 tahun 2002. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui

bagaimana pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan.

C. Tujuan penelitian

Diketahuinya pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan

maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan studi tentang

tumbuh kembang anak, khususnya studi pengalaman psikososial anak

remaja putri di panti asuhan.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini sekiranya dapat digunakan sebagai bahan masukan

bagi Departemen Sosial RI, Kementrian Kesehatan RI, Kementrian

Pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaan Anak, dan keluarga pada

Page 24: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

6

umumnya dan para pengelola panti asuhan pada khususnya dalam

memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan pelayanan kesejahteraan

anak-anak panti asuhan, khususnya berkaitan dengan pengasuhan anak di

panti asuhan sehingga anak mendapatkan pengalaman psikososialyang

menyenangkan yang akan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya.

E. Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta untuk pengalaman psikososial anak remaja putri di panti

asuhan. Subjek yang diteliti adalah anak remaja putri usia 10-19 tahun di Panti

Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3. Data yang diambil adalah data primer

berupa wawancara mendalam dan observasipada anak remaja putri usia 10-19

tahun. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif yaitu desain

fenomenologi. Alasan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengalaman psikososial anak remaja putri di Panti Asuhan, dikarenakan belum

pernah dilakukan penelitian mengenai pengalaman psikososial anak remaja

putri di Panti Asuhan tersebut pada khususnya dan di Indonesia pada

umumnya.

Page 25: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman memiliki arti yang

pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya). Perkembangan

disebabkan bukan saja oleh interaksi proses biologis, kognitif, dan sosial tetapi

juga oleh interaksi kematangan dan pengalaman(Santrock, 2003). Beberapa

ahli menekankan pentingnya pengalaman dalam perkembangan anak. Menurut

Hurlock (2012) salah satu faktor yang mempengaruhi sikap terhadap

perubahan dalam perkembangan pengalaman. Topik perkembangan mengenai

pengalaman dini dan selanjutnya (early-later experience) yang memusatkan

perhatian pada seberapa jauh pengalaman dini terutama masa anak awal atau

pengalaman selanjutnya menjadi kunci penentu perkembangan(Bowlby, 1989

dalam Santrock, 2003).Pengalaman tersebut mencakup lingkungan biologis

anak seperti gizi, perawatan kesehatan, obat, dan kecelakaan fisik sampai pada

lingkungan sosial keluarga, teman sebaya, sekolah, masyarakat, media, dan

budaya.

B. Psikososial

1. Definisi psikososial

Psikososial adalah suatu studi mengenai hubungan antara individu

dengan kelompok. Psikososial terdiri dari psikologis dan sosial. Psikologis

merupakan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu

dipengaruhi oleh orang lain. Sedangkan sosial merupakan interaksi dan

Page 26: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

8

teori pertukaran sosial pada tingkat mikro, dinamika kelompok dan

perkembangan kelompok (Papalia, 2003).

Psikososial berkaitan dengan pengaruh faktor sosial pada individu,

fikiran atau perilaku individu dan saling berhubungan antara perilaku

dengan faktor-faktor sosial tersebut (The Oxford English Dictionary, 1991

dalam Ahearn, 2000).WHO (1996, dalam Ahern, 2000) mendefinisikan

kesejahteraan psikososial didapat ketika individu sehat secara fisik,

mental, dan sosial dan tidak ada satupun penyakit ataupun kelemahan.

2. Aspek psikososial

Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa

tahap. Teori Erikson mendeskripsikan dampak dari pengalaman sosial

terhadap sepanjang kehidupan. Salah satu aspek tahap teori psikososial

Erikson adalah berkembangnya identitas ego. Identitas ego adalah

perasaan yangdisadari bahwa kita berkembang melalui interaksi sosial.

Menurut Erikson, identitas ego akan terus-menerus berubah karena

pengalaman baru dan informasi yang diperoleh dalam interaksi sehari-hari

dengan orang lain. Selain itu,Erikson juga percaya bahwa rasa kompetensi

memotivasi perilaku dan tindakan. Setiap tahap dalam teori

Eriksonberfokus pada kompetensi dalam area kehidupan. Jika setiap tahap

dapat dilalui dengan baik, maka orang akan merasa rasa puas, yang

kadang-kadang dimaksud sebagai kekuatan ego atau kualitas ego. Jika

tahap dilalui dengan buruk, maka akan muncul perasaan ketidakadekuatan.

Dalam setiap tahap, Erikson percaya orang mengalami sebuah konflik

yang berfungsi sebagai titik balik dalam perkembangan. Menurut Erikson,

Page 27: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

9

konflik ini berpusat padamengembangkan sebuah kualitas psikologis atau

gagal untuk mengembangkan kualitas. Hal ini berpotensi untuk

perkembangan pribadi yang tinggi, namunberpotensi untuk kegagalan.

3. Konsep diri

Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri (Wigfield &

Karpathian, 1991 dalam Potter, 2005). Sedangkan menurut Potter (2005)

konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang

kompleks dari perasaan, sikap, dan persepsi bawah sadar maupun sadar.

Masa remaja merupakan waktu yang kritis ketika banyak hal secara

kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika seorang anak mempunyai masa

anak-anak yang stabil maka konsep diri masa remaja anak tersebut akan

sangat stabil (Marsh, 1990 dalam Potter, 2005). Komponen konsep diri

meliputi:

a. Identitas

Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan,

dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai

situasi. Oleh sebab itu, konsep tentang identitas mencakup konstansi

dan kontinuitas. Identitas menunjukkan menjadi lain dan terpisah dari

orang lain, namun menjadi diri yang utuh dan unik.

Selama masa remaja tugas emosional utama seseorang adalah

perkembangan rasa diri, atau identitas. Banyak terjadi perubahan fisik,

emosional, kognitif, dan sosial. Jika remaja tidak dapat memenuhi

harapan dorongan diri pribadi dan sosial yang membantu mereka

mendefinisikan tentang diri, maka remaja ini dapat mengalami

Page 28: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

10

kebingungan identitas. Seseorang dengan rasa identitas yag kuat akan

merasa terintregasi bukan terbelah (Erikson, 1963 dalam Potter, 2005)

Marcia (dalam Santrock, 2002) menganalisa teori perkembangan

identitas Erikson dan menyimpulkan bahwa empat status identitas

nampak dalam teori tersebut. Tingkat komitmen dan krisis seorang

remaja digunakan untuk mengklasifikasikan individu menurut salah

satu dari empat status identitas. Krisis didefinisikan sebagai suatu

periode perkembangan identitas selama mana remaja memilih diantara

pilihan-pilihan yang bermakna. Sedangkan komitmen didefinisikan

sebagai bagian dari perkembangan identitas dimana remaja

memperlihatkan suatu tanggung jawab pribadi terhadap apa yang akan

mereka lakukan.

1) Penyebaran identitas (identity diffusion)

Merupakan gambaran remaja yang belum mengalami krisis

atau mereka yang belum menjajaki pilihan-pilihan yang bermakna

atau membuat komitmen apapun. Mereka tidak hanya belum

memutuskan pilihan-pilihan pekerjaan dan ideologis, tapi juga

cenderung memperlihatkan minat yang kecil dalam persoalan-

persoalan semacam itu.

2) Pencabutan identitas (identity foreclosure)

Merupakan gambaran remaja yang telah membuat suatu

komitmen tetapi belum mengalami suatu krisis. Hal ini paling

sering terjadi ketika orang tua meneruskan komitmen kepada

remaja mereka, biasanya secara otoriter. Dalam keadaan semacam

Page 29: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

11

ini, remaja belum memiliki peluang yang memadai untuk

menjajaki berbagai pendekatan, ideologi, dan pekerjaan-pekerjaan

yang berbeda yang mereka kembangkan sendiri.

3) Penundaan identitas (identity moratorium)

Merupakan gambaran remaja yang sedang berada di tengah-

tengah krisis tetapi komitmen mereka tidak ada atau hanya

didefinisikan secara samar.

4) Pencapaian identitas (identity achievement)

Remaja yang telah mengalami suatu krisis dan sudah membuat

suatu komitmen.

b. Citra tubuh

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh baik

secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan

sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh

pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh

persepsi dari pandangan orang lain. Selain itu, citra tubuh juga

dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.

Perubahan hormonal yang terjadi pada remaja dan pada akhir

kehidupan juga mempengaruhi citra tubuh.

Page 30: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

12

c. Harga diri

Harga diri berdasarkan pada faktor internal dan eksternal. Harga

diri atau rasa kita tentang nilai diri merupakan suatu evaluasi dimana

seseorang membuat atau mempertahankan diri. Menurut Bandura

(1982, dalam Potter, 2005) harga diri berkaitan dengan evaluasi

individual terhadap keefektifan di sekolah atau tempat bekerja, di

dalam keluarga, dan di dalam lingkungan sosial. Keefektifan diri

berkaitan erat dengan ide harga diri misalnya penilaian diri tentang

kompetensi seseorang dalam melakukan berbagai tugas.

Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara

konsep diri dengan ideal diri. Ideal diri terdiri atas aspirasi, tujuan,

nilai, dan standar perilaku yang dianggap ideal dan diupayakan untuk

dicapai. Secara umum, seseorang yang konsep dirinya hampir

memenuhi ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi, sementara

seseorang yang konsep dirinya mempunyai variasi luas dari ideal

dirinya mempunyai harga diri rendah.

Harga diri juga dipengaruhi oleh sejumlah kontrol ysng mereka

miliki terhadap tujuan dan keberhasilan dalam hidup. Seseorang

dengan harga diri yang tinggi cenderung menunjukkan keberhasilan

yang diraihnya sebagai kualitas dan upaya pribadi. Ketika berhasil,

seorang individu dengan harga diri rendah cenderung mengatakan

bahwa keberhasilan yang diraihnya adalah keberuntungan dan atau

atas bantuan orang lain ketimbang kemampuan dirinya (Marsh, 1990

dalam Potter, 2005)

Page 31: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

13

d. Peran

Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima

oleh keluarga, komunitas, dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola

yang ditetapkan melalui sosialisasi. Agar dapat berfungsi secara efektif

dalam peran, seseorang harus mengetahui perilaku dan nilai yang

diharapkan, harus mempunyai keinginan untuk memastikan perilaku

dan nilai ini, dan harus mampu memenuhi tuntutan peran.

e. Ideal diri

Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku

berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu

(Stuart, 2006).

C. Remaja

1. Definisi remaja

Remaja merupakan periode dalam tumbuh kembang manusia yang

terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa sejak usia 10

hingga 19 tahun (WHO, 2013).

2. Tugas perkembangan remaja

Tugas perkembangan yang harus dilalui remaja meliputi:

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

Page 32: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

14

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya

f. Mempersiapkan karir ekonomi

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

berperilaku mengembangkan ideologi

(Hurlock, 2012)

3. Teori perkembangan remaja

Keragaman mengenai teori tentang perkembangan anak membuat

pemahaman mengenai perkembangan anak menjadi lebih kompleks.

Berbagai pendapat mengemukakan sependapat mengenai suatu teori

bahkan ada pula yang tidak sependapat sehingga membuat teori mengenai

perkembangan anak menjadi saling melengkapi satu sama lain.

Terdapat 4 teori mengenai perkembangan anak remaja usia 10-19

tahun, yaitu teori psikoanalisa, teori kognitif, teori perilaku dan sosial

kognitif, dan teori perkembangan moral yang masing-masing terori

menjelaskan tugas perkembangan yang harus dilalui oleh anak remaja

yang erat kaitannya dengan bersosialisasi.

a. Teori psikoanalisa

Teori psikoanalisa menggambarkan perkembangan sebagai sesuatu

yang biasanya tidak disadari dan diwarnai oleh emosi. Ahli teori

psikoanalisa percaya bahwa perilaku hanyalah sebuah karakteristik

permukaan dan bahwa pemahaman yang sebenarnya mengenai

perkembangan hanya didapat dengan menganalisa makna simbolis

Page 33: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

15

perilaku dan kerja pikiran yang dalam. Ahli dalam teori ini adalah

Sigmund Freud dan Erikson.

Menurut teori psikoseksual Freud (1917, dalam Santrock 2007)

kepribadian mempunyai tiga struktur yaitu id, ego, dan superego.

Idterdiri dari insting-insting yang merupakan tempat penyimpanan

energi psikis individu. Bagi Freud salah satu insting primer dan

sumber utama energi psikis bersifat seksual. Dalam pandangan freud,

id seluruhnya tidak sadar, id tidak memiliki kontak dengan kenyataan.

Saat anak mengalami tuntutan dan batasan dari kenyataan yang

dihadapi, bagian baru dari kepribadian muncul, yaitu ego yang

merupakan struktur kepribadian Freud yang menghadapi tuntutan

kenyataan. Ego disebut cabang eksekutif kepribadian karena ego

menggunakan penalaran untuk membuat keputusan. Dalam hal ini id

dan ego tidak memiliki moral karena tidak mempertimbangkan sesuatu

benar ataupun salah. Superegomerupakan struktur kepribadian Freud

yang merupakan cabang moral kepribadian. Superego memutuskan

mana yang benar atau salah. Menurut Freud dua tahap psikoseksual

remaja yang harus dilalui yaitu latency, dan genital.

1) Tahap latency

Tahap latency merupakan tahapan yang terjadi pada usia 6

tahun hingga masa puber dimana anak menekankan seluruh minat

seksual dan mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual.

Aktivitas ini mengarahkan banyak energi anak kedalam bidang

Page 34: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

16

yang amansecara emosional dan membantu anak melupakan

konflik tahap phallic yang sangat menekan.

2) Tahap genital

Tahap genital merupakan tahapan terakhir dari masa puber dan

seterusnya dimana sumber kesenangan seksual didapat dari

seseorang diluar keluarga. Freud percaya bahwa konflik yang tidak

terpecahkan dengan orang tua muncul selama masa remaja. Jika

konflik tersebut dapat dipecahkan maka seseorang mampu

mengembangkan hubungan cinta yang matang dan mampu

bertindak secara mandiri sebagai orang dewasa.

Menurut teori psikososial Erikson (1950, dalam Santrock, 2007)

mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap psikososial. Bagi

Erikson motivasi utama manusia bersifat sosial dan mencerminkan

suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Erikson

menekankan pada perubahan perkembangan sepanjang hidup manusia.

Dalam teori Erikson delapan tahap perkembangan berkembang

sepanjang kehidupan, namun hanya satu tahap pada masa remaja yaitu

tahap identity vs identity confusion.

Identitas versus kebingungan identitas (idntity vs identity

confusion)merupakan tahap selama masa remaja. Individu dihadapkan

pada penemuan diri, tentang siapa diri mereka sebenarnya, dan kemana

mereka akan melangkah dalam hidup ini. Remaja dihadapkan pada

banyak peran baru dan status kedewasaan, pekerjaan dan cinta. Orang

tua perlu mengijinkan remaja untuk menjelajahi peran-peran tersebut

Page 35: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

17

dan jalan-jalan yang berbeda disetiap peran. Jika remaja menjelajahi

peran tersebut dnegan cara baik dan sampai pada jalan positif untuk

diikuti dalam hidup, maka identitas positif akan tercapai. Jika suatu

identitas dipaksakan pada remaja oleh orang tua, remaja tidak cukup

menjelajahi banyak peran dan jika masa depan yang positif belum jelas

maka terjadilah kebingungan identitas.

b. Teori kognitif

Teori kognitif menekankan pentingnya pikiran sadar anak. Teori

kognitif penting adalah teori perkembangan kognitif Piaget. Menurut

Piaget (1954, dalam Santrock 2007) anak secara aktif membangun

pemahaman mengenai dunia melalui empat tahap perkembangan

kognitif. Dua proses mendasari perkembangan tersebut yaitu

organisasi dan adaptasi untuk memahami duniadengan

mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman kita, maka kita

menyesuaikan (adaptasi) pemikiran kita dengan ide-ide baru. Dalam

beradaptasi melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi

terjadi saat anak menggabungkan informasi ke dalam pengetahuan

yang telah mereka miliki. Akomodasi terjadi bila anak menyesuaikan

pengetahuan mereka agar cocok dengan informasi dan pengalaman

baru. Menurut Piaget, tahap yang harus dilalui oleh remaja yaitu tahap

operasional formal

Tahap operasional formalberlangsung antara usia 11 hingga 15

tahun.Individu lebih melampaui pengalaman konkret dan berfikir

dalam istilah yang abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari berfikir

Page 36: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

18

abstrak, remaja menciptakan bayangan situasi ideal. Mereka dapat

berfikir mengenai bagaimana orang tua ideal seharusnya dan

membandingkan orang tua mereka dengan standar ideal ini. Mereka

mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan masa depan.

Dalam memecahkan masalah lebih sistematis, mengembangkan

hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu,

kemudian menguji hipotesis ini degan cara deduktif.

c. Teori perilaku dan sosial kognitif

Dalam teori sosial kognitif Bandura, pembelajaran melalui

pengamatan merupakan aspek kunci dari perkembangan sepanjang

hidup. Bandura menekankan interaksi timbal balik antara manusia

(kognisi), perilaku, dan lingkungan.

d. Teori perkembangan moral

Menurut Kohlberg dalam Fundamental of Nursing teori

perkembangan moral terbagi menjadi 3 tahap yaitu tingkat premoral,

moralitas konvensional, tingkat moral pasca konvensional. Namun,

pada saaat remaja tahap yang harus dilalui adalah tingkat moralitas

pasca konvensional.

Tingkat moralitas pasca konvensionalterjadi saat usia 13 tahun

hingga meninggal dimana individu memperoleh nilai moral yang benar

dengan kontrol dari dalam. Pencapaian nilai moral yang benar terjadi

setelah dicapai formal operasional dan tidak semua orang dapat

mencapai tingkat ini. Pada tahap ini dibagi menjadi dua tahap yaitu

tahap orientasi kontraktual dan legalistik, dan tahap orientasi prinsip

Page 37: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

19

etis yang universal. Tahap orientasi kontraktual dan legalistik terjadi

saat individu memilih prinsip moral untuk mematuhi atau

meninggalkan aturan. Individu berhati-hati untuk tidak melanggar hak-

hak dan kehendak orang lain. Terjadi konflik pandangan moral dan

ilegal. Orang akan bekerja untuk mengubah aturan. Tahap orientasi

prinsip etis yang universal terjadi ketika individu bersikap dalam cara

yang menghargai martabat. Tahapan ini jarang dicapai. Jika rancangan

pemikiran dari dalam diganggu, akan muncul rasa bersalah.

D. Psikososial remaja

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan

dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis

dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan

dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.

Untuk mecapai tujuan dari sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak

penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan

menigkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial,

pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan

sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 2012).

1. Pengaruh kelompok sebaya

Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-

teman sebaya sebagai kelompok, maka pengaruh teman sebaya pada sikap,

pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada

pengaruh keluarga. Pada masa remaja ada kecendrungan untuk

Page 38: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

20

mnegurangi jumlah teman meskipun sebagian besar remaja menginginkan

menjadi anggota kelompok sosial yang lebih besar dalam kegiatan sosial.

2. Perubahan dalam perilaku sosial

Dalam waktu yang singkat, remaja mengadakan perubahan yang

radikal yaitu awalnya tidak menyukai pertemanan dengan lawan jenis

menjadi lebih menyukai pertemanan dengan lawan jenis daripada

sejenisnya. Meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai

kegiatan sosial, maka wawasan sosial remaja semakin baik sehingga

penyesuaian diri dalam situasi sosial bertambah baik.selain itu, remaja

lebih memilih berteman dengan latar belakang sosial, agama, atau sosial

ekonomi yang sama.

3. Pengelompokan sosial baru

Geng pada masa kanak-kanak berangsur hilang pada masa puber dan

awal remaja ketika minat individu beralih dari kegiatan bermain menjadi

kegiatan sosial yang lebih formal maka terjadi pengelompokkan sosial

baru. Pengelompokkan sosial anak perempuan biasanya kecil dan terumus

secara pasti.

4. Nilai baru dalam memilih teman

Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai

yang sama yang dapat mengerti dan membuat merasa aman dan dapat

dipercaya mengenai masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak

dapat dibicarakan dengan orang tua ataupun guru.

5. Nilai baru dalam penerimaan sosial

Page 39: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

21

Remaja mempunyai nilai baru dalam menerima atau tidak menerima

anggota-anggota kelompok sebaya. Nilai ini didasarkan pada nilai

kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai anggota-anggota

kelompok. Remaja segera mengerti bahwa ia dinilai dengan standar yang

sama dengan yang digunakan untuk menilai orang lain.

6. Nilai baru dalam memilih pemimpin

Remaja merasa bahwa pemimpin kelompok sebaya mewakili mereka

dalam masyarakat sehingga mereka menginginkan pemimpin yang

berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati orang lain dan

dengan demikian akan menguntungkan mereka. Namun, pada umumnya,

remaja mengharapkan pemimpinnya mempunyai sifat tertentu karena fisik

yang baik pada dirinya tidak seseorang menjadi pemimpin. Hal ini

memberikan prestise dan memberikan konsep diri yang baik.

(Hurlock, 2012)

E. Panti Asuhan

1. Definisi

Menurut Departemen Sosial RI (1989), panti asuhan anak adalah suatu

lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab

untuk memberikan pelayanan kesejahteraan penyantunan dan pengentasan

anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti/perwalian anak dalam

memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga

memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi

perkembangan kepribadiannya seusai dengan yang diharapkan sebagai

Page 40: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

22

bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan

turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.

Dari batasan tersebut di atas terkandung unsur-unsur bahwa panti

asuhan sebagai lembaga berarti didirikan atas dasar kesengajaan, formal

dan terorganisasi.

a. Sebagai suatu lembaga sosial panti asuhan mempunyai:

1) Sasaran usaha pelayanan,

2) Program pelayanan dan jenis-jenis kegiatan pelayanan,

3) Tenaga pelaksana pelayanan,

4) Sarana dan fasilitas pelayanan.

b. Panti asuhan juga memberikan pelayanan pengganti (substitutive

service).

Dalam hal ini berarti menggantikan fungsi keluarga. Digantikannya

fungsi keluarga oleh panti asuhan apabila anak memang sudah tidak

mempunyai orangtua lagi ataupun mempunyai orangtua atau keluarga

tetapi keluarga tersebut tidak atau belum mampu berfungsi sebagai

satuan keluarga asuh yang wajar. Keluarga belum dapat atau tidak

berfungsi secara wajar dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara

lain, karena faktor mental dan atau faktor sosial. Panti asuhan sebagai

unsur pengganti keluarga merupakan pelayanan kesejahteraan sosial

yang bersifat sementara memungkinkan adanya pemenuhan kebutuhan

anak asuh untuk:

1) Terpenuhinya pertumbuhan fisik secara wajar.

Page 41: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

23

2) Memperoleh kesempatan dalam usaha pengembangan mental dan

pikiran sehingga anak asuh dapat mencapai tingkat kedewasaan

yang matang.

3) Melaksanakan peranan-peranan sosialnya sesuai dengan tuntutan

lingkungannya.

c. Pelayanan panti asuhan anak merupakan pelayanan kesejahteraan sosial,

ini berarti bahwa pelayanan tersebut dilandasi prinsip-prinsip dan

metode pekerjaan sosial.

d. Dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, panti asuhan anak

berusaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan-

keterampilan sosial dan keterampilan persiapan kerja sebagai satu

kesatuan. Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk menciptakan

hubungan-hubungan sosial yang serasi dan memuaskan serta

mengadakan penyesuaian yang tepat terhadap lingkungan sosial,

mampu memecahkan masalah sosial serta mewujudkan aspirasi-

aspirasi. Keterampilan persiapan kerja ialah kemampuan untuk

menemukan dan memanfaatkan serta mengembangkan potensi sesuai

dengan bakat dan kemampuannya guna mendapatkan sumber

nafkah/mata pencaharian dalam masyarakat.

2. Tujuan panti asuhan

Tujuan panti asuhan anak ialah memberikan pelayanan berdasarkan

pada profesi pekerjaan sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu

dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta

Page 42: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

24

kemampuan keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota

masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab baik

terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat.

3. Prinsip-prinsip pelayanan

Pelayanan panti asuhan bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif dan

pengembangan (Departemen Sosial RI, 1989).

a. Pelayanan preventif adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk

menghindarkan tumbuh dan berkembangnya permasalahan anak.

b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif adalah suatu proses kegiatan yang

bertujuan untuk penyembuhan/pemecahan permasalahan anak.

c. Pelayanan pengembangan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan:

1) Meningkatkan mutu pelayanan dengan cara membentuk kelompok-

kelompok antara anak dengan lingkungan sekitarnya.

2) Menggali semaksimal mungkin meningkatkan kemampuan sesuai

dengan bakat anak.

3) Menggali sumber-sumber baik di dalam maupun di luar panti

semaksimal mungkin, dalam rangka pembangunan kesejahteraan

sosial.

4. Sasaran garapan

Sasaran garapan panti asuhan anak meliputi:

a. Anak

1) Anak yatim, piatu, yatim piatu terlantar berusia 0-21 tahun.

Page 43: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

25

2) Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orangtuanya

melalaikan kewajibannya, sehingga kebutuhan anak tidak dapat

terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial.

Antara lainkeluarga retak, sehingga tidak ada relasi sosial yang

harmonis.

3) Anak yang tidak mampu adalah anak yang karena suatu sebab

tidak dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik secara rohani,

jasmani maupun sosial dengan wajar. Antara lain dalam keadaan-

keadaan berikut ini:

a) Salah satu orangtua dan atau kedua-duanya sakit khronis,

terpidana dan lain-lain.

b) Salah satu dan atau kedua-duanya meninggal dunia sehingga

anak tidak ada yang merawat.

b. Keluarga dan masyarakat

1) Orang tua kandung atau wali atau sanak keluarga yang mampu dan

mau berpartisipasi dalam usaha penyantunan dan pengentasan

anak.

2) Masyarakat lingkungan yang dapat menunjang pelaksanaan

penyatunan dan pengentasan anak.

5. Sistem asuhan

Menurut Departemen Sosial RI (1989), sistem asuhan diklasifikasikan

menjadi:

a. Sistem asuhan berbentuk asrama

Page 44: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

26

Panti asuhan dengan sistem ini berarti anak dikelompokkan dalam

jumlah yang besar dan mereka ditempatkan pada satu bangunan

berbentuk asrama dengan penempatan anak asuh dalam kelompok

antara 15 hingga 20 anak asuh dalam satu ruangan. Di asrama tersebut

ada satu atau beberapa petugas yang bertugas sebagai bapak atau ibu

asuh. Kelemahan sistem asrama ini adalah kurang intensif dan kurang

merata pengawasan dan bimbingan yang diberikan kepada anak

sehingga dapat mengurangi pencapaian identitas kepribadian anak.

Adapun kelebihan sistem asrama antara lain yaitu dapat menampung

anak asuh dalam jumlah yang banyak, staf atau keluarga asuh tidak

banyak diperlukan oleh karena itu pembiayaan relatif lebih kecil. Panti

asuhan sebagai lembaga yang berfungsi memberikan pelayanan

pengganti, senantiasa mengusahakan agar pelayanan yang diberikan

kepada anak asuh menyamai dan atau paling tidak mendekati suasana

dalam keluarga sehingga anak asuh akan merasa sebagai anak yang

tinggal dalam kehidupan keluarga sendiri. Oleh sebab itu

dikembangkan sistem asuhan dari bentuk asrama menjadi sistem

keluarga asuh (sistem cottage). Anak asuh diharapkan dapat menerima

perhatian dan kasih sayang.

b. Sistem asuhan berbentuk cottage

Dalam pelaksanaan sistem cottage penempatan anak asuh dalam

satu wisma dalam kelompok kecil antara 8 hingga 10 anak dengan

keluarga asuh sebagai pengganti orang tua pengganti. Penempatan

anak asuh di dalam cottage diatur sebagai halnya susunan anak

Page 45: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

27

dalam keluarga. Sistem keluarga asuh akan lebih menjamin adanya

kemiripan dengan kehidupan yang wajar sehingga anak asuh

mempunyai banyak kesempatan untuk mengembangkan identitas

kepribadiannya selain itu bimbingan dan pengawasan serta

perhatian orang tua asuh akan dapat diberikan secara intensif,

merata dan lebih akrab. Penempatan anak asuh ke dalam keluarga

asuh tersebut relatif tetap, namun apabila terdapat konflik

fundalmental dalam hubungan anak dan ornag tua asuh, anak asuh

dengan anak kandung, anak asuh dengan anak asuh lainnya maka

dimungkinkan adanya pemindahan anak asuh dari dari suatu

keluarga asuh ke keluarga asuh lainnya dilingkungan panti asuhan.

Page 46: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

28

Tabel 2.1

Nursing Care Plan untuk remaja di panti asuhan

Diagnosa keperawatan NIC NOC Harga diri rendah kronik Definisi: Evaluasi diri/perasaan negatif tentang diri sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung lama Berhubungan dengan: Ketidakefektifan adaptasi terhadap kehilangan, kurang kasih sayang

Self esteem enhancement (5400)

Self esteem (1205)

Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk remaja di panti asuhan (penjelasan lihat

lampiran)

F. Penelitian yang terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Borualogo (2004) di panti asuhan

Muhammadiyah menunjukkan hasil eksplorasi bahwa orang tua adalah figur

attachment utama bagi remaja di panti asuhan tersebut sedangkan sahabat

menduduki peringkat dua dan selanjutnya adalah kakak dan bapak asuh di

panti. Penelitian lain yang dilakukan olehGramkowski (2009) bahwa remaja di

panti asuhan memiliki beberapa perilaku yang berisiko. Remaja awal memiliki

perilaku berisiko lebih rendah. Remaja yang lebih tua memiliki perilaku yang

berisiko lebih tinggi saat dihadapkan pada kelompok, kematian keluarga,

pengalaman kekerasan fisik atau emosional, atau riwayat percobaan

kekerasan. Perilaku yang berisiko tersebut dibagi menjadi tiga sub domain

yaitu individual risks yangmengkaji adanya tindakan yang membahayakan

bagi kesehatan dan perkembangan individu, treat to achievement yang mana

Page 47: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

29

adalah perilaku spesifik yang mengganggu perkembangan sosial, danpeer

influence yang mengkaji perilaku yang berisiko didalam kelompok. Kools

(2012) melaporkan terkait dengan dimensi kesehatan pada remaja di panti

asuhan menyebutkan bahwa perempuan memiliki kepuasan lebih rendah

terhadap kesehatan dan harga diri dan lebih tidak nyaman terhadap fisik dan

emosional.

Page 48: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

30

G. Kerangka Teori

Sumber: (Hurlock, 2012; Papalia, 2003; Pooter, 2005; Santrock, 2007)

Teori

psikoanalisa

(psikoseksual &

psikososial)

Teori kognitif

Teori perilaku

dan sosial

kognitif

Teori

perkembangan

moral

Tumbuh kembang remaja

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya

f. Mempersiapkan karir ekonomi

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi

Pengalaman

Fisik

Kognitif

Psikososial

Page 49: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

31

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti

ingin mendekskripsikan pengalaman psikososial anak remaja putri di panti

sosial asuhan anak putra utama 3.

Bagan 3.1

Kerangka konsep pengalaman psikososial anak remaja putri di Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 3

Pengalaman psikososial remaja putri

dipanti asuhan:

1. Identitas

2. Citra tubuh

3. Harga diri

4. Peran

Page 50: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

32

B. Definisi istilah

1. Pengalaman adalah yang pernah dialami atau dirasakan selama di panti

asuhan.

2. Psikososial adalah suatu studi mengenai hubungan antara individu

dengan kelompok. Psikososial terdiri dari psikologis dan sosial.

Psikologis merupakan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku

individu dipengaruhi oleh orang lain. Sedangkan sosial merupakan

interaksi dan teori pertukaran sosial pada tingkat mikro, dinamika

kelompok dan perkembangan kelompok (Papalia, 2003).

3. Remaja merupakan periode dalam tumbuh kembang manusia yang

terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa sejak usia

10 hingga 19 tahun (WHO, 2013).

4. Panti asuhan anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan

kesejahteraan penyantunan dan pengentasan anak terlantar,

memberikan pelayanan pengganti/perwalian anak dalam memenuhi

kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga

memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi

perkembangan kepribadiannya seusai dengan yang diharapkan sebagai

bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang

akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional

(Departemen Sosial RI, 1989)

Page 51: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

33

BAB IV

METODE PENELITIAN

Di dalam bab ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian, lokasi

penelitian dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,

instrumen penelitian, tahapan pengambilan data, tahapan pengolahan dan analisis

data dan etika penelitian yang digunakan. Metode penelitian ini sesuai dengan

tujuan penelitian dan untuk menjawab topik yang akan diteliti.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain

fenomenologi. Ada banyak pendapat mengenai penelitian kualitatif. Menurut

Bogdan & taylor (1975, dalam Moleong, 2011) metodologi kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Pemanfaatan penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti yang bermaksud

meneliti sesuatu secara mendalam.

Pada penelitian ini pendekatan desain deskriptif yang digunakan adalah

pendekatan descriptivephenomenology. Menurut Husserl (1962, dalam Polit &

Beck, 2004) descriptive phenomenology menitikberatkan pada deskripsi dari

pengalaman yang disadarinya dalam kehidupan sehari-hari, mendeskripsikan

sesuatu yang dialami seseorang. Sesuatu dalam hal ini meliputi

mendengarkan, melihat, kepercayaan, merasakan, mengingat, memutuskan,

mengevaluasi, berperilaku, dan lain-lain. Pendekatan fenomenologi yaitu

penelitian yang berfokus pada deskripsi pengalaman yang disadari oleh anak

Page 52: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

34

tentang pengalaman dalam hal bersosialisasi apa yang dirasakan selama

berada di panti asuhan.

B. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulanMeihinggaJuni2013 diPanti Asuhan

Anak Putra Utama 3 di Jalan Tebet Barat Raya No.100 Jakarta Selatan.

Penelitian ini dilakukan di panti asuhan tersebut dikarenakan panti asuhan

tersebut menampung anak remaja putri dan belum pernah dilakukannya

penelitian di panti asuhan tersebut.

C. Instrumen penelitian

Instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah peneliti sendiri

dengan dibantu pedoman wawancara mendalam yang menggunakan konsep

wawancara mendalam dan menggunakan alat perekam (tape recorder) dan

video recorder.

D. Informan penelitian

Menurut Polit & Beck (2004), pada studi kualitatif orang yang akan diteliti

disebut dengan informan atau kunci informan atau studi informan. Dalam

penelitian ini yang menjadi informan adalah para remaja putri yang tinggal di

panti asuhan.

1. Informan utama

Anak remaja putri di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet.

Setelah melakukan studi pendahuluan, didapatkan informan sebanyak 90

orang remaja putri yang dapat dijadikan sampel.

Page 53: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

35

2. Informan pendukung

Kepala panti asuhan atau pengasuh di panti asuhan yang bekerja di

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet untuk mengetahui cerita

masa lalu (history) informan terkait dengan pengalamannya selama ini.

Informan yang peneliti ambil sesuai dengan kriteria inklusi yang telah

ditetapkan yaitu:

a. Bersedia menjadi responden

b. Merupakan anak remaja putri yang tinggal di panti sosial asuhan anak

putra utama 3 tebet

E. Teknik pengambilan sampel

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008). Pemilihan informan

penelitian ini berdasarkan nonprobability sampling dengan teknik

pengambilan sampel purposive sampling. Nonprobabilitysampling merupakan

teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi tidak memiliki

peluang yang sama untuk dijadikan sampel (Hidayat, 2007). Snowball

sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,

kemudian ssampel ini disuruh memilih responden lain untuk dijadikan sampel

kembali dan begitu seterusnya sehingga jumlah sampel menjadi semakin

banyak. Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel bola salju

(snowball sampling) dalam kondisi ketika tidak bisa mengindentifikasi

informan-informan yang bermanfaat bagi risetnya atau saat informan tidak

Page 54: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

36

mudah diakses, atau ketika anonimitas menjadi syarat penelitian (Blankenship,

2009).

Pollit (2006) merekomendasikan penentuan jumlah informan dalam

penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi melibatkan nomor terkecil

dari informan hingga seringkali 10 orang atau lebih sedikit.Penentuan

informan dapat ditambah bila data belum mencapai saturasi. Saturasi adalah

peneliti menemukan pengulangan dan konfirmasi atas data yang telah

dikumpulkan sebelumnya (Streubert & Carpenter, 2003).

Lama wawancara bergantung pada informan, topik wawancara, dan

metode penelitian. Tentunya, peneliti menyarankan lama waktu misalnya satu

jam atau setengah jam sehingga informan dapat merencanakannya (Holloway,

2010)

F. Teknik pengumpulan data

1. Tahap pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2013,

pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan

tape recorderdan video recorder.

a. Tahap persiapan pengumpulan data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus ijin

penelitian ke pihak-pihak terkait, selanjutnya mengadakan pertemuan

dengan informan remaja perempuan, ketua panti asuhan, dan pengurus

panti asuhan untuk menjelaskan tujuan penelitian, kriteria, jumlah

informan yang dipilih, dan menyesuaikan jadwal.

b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Page 55: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

37

Dalam pelaksanaannya pengumpulan data dilakukan secara

bertahap yaitu pertama melakukan observasi di panti asuhan pada

tanggal 18 maret 2013. Kedua melakukan wawancara

mendalamdengan remaja perempuan di Panti Sosial Asuhan Anak

Putra Utama 3. Peneliti melakukan wawancara dalam 3 pertemuan

yang terdiri dari pertemuan pertama yaitu perkenalan,menjelaskan

tujuan penelitian, dan pendekatan untuk membangun hubungan saling

percaya dengan informan yaitu dengan mengikuti kegiatan selama

dipanti asuhanlalu pertemuan kedua menggali pengalaman informan

terkait dengan psikososialnya selama ini di panti asuhan; pertemuan

ketigamengklarifikasi hasil wawancara yang didapat pada pertemuan

kedua terkait hal-hal yang dirasa belum cukup jelas dengan informan.

Pada pertemuan kedua tanggal 24 Juni 2013, dilakukan wawancara

pada 7 informan remaja putri di Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 3 Tebet dengan lama waktu ± 30-45 menit per informan.

Sebelum wawancara berlangsung, dijelaskan terlebih dahulu

mengenai prosedur dan informed consent, peneliti tidak memaksakan

untuk dilakukan wawancara bagi informan yang menolak untuk

dilakukan wawancara. Saat wawancara, untuk memudahkan dalam

pendokumentasian respon non verbal yang dieksperesikan informan

ketika menjawab pertanyaan maka peneliti menggunakan video

recorder namun bagi informan yang menolak untuk direkam melalui

video,maka peneliti menggunakan tape recorder untuk merekam suara

Page 56: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

38

informan dan catatan lapangan untuk mencatat setiap respon non

verbal informan.

Pertemuan ketiga pada tanggal 1 Juli 2013 dilakukan untuk

mewawancara kembali terkait dengan jawaban-jawaban singkat yang

utarakan informan sehingga membuat peneliti rancu untuk

mempersepsikan jawaban yang dimaksud.

2. Jenis pengumpulan data

Jenis pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah data primer

meliputi:

a. Pedoman wawancara

Untuk memperoleh data dan untuk menggali emosi dan pendapat

dari subjek terhadap suatu masalah penelitian peneliti menggunakan

pedoman wawancara yang dilakukan peneliti pada informan remaja

perempuan di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3. Pedoman

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengalaman

psikososial anak remaja putri usia di panti asuhan berdasarkan :

1) Bahan dan alat

Sejumlah pertanyaan yang diajukan pada informan dengan

merekam hasil wawamcara menggunakan tape recorder dan video

recorder.

2) Langkah-langkah

Individu menjawab sejumlah pertanyaan yang diberikan dengan

waktu yang tidak dibatasi oleh peneliti guna memberi kebebasan

Page 57: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

39

informan dalam mencurahkan pengalamannya di panti asuhan

selama ini.

3) Frekuensi

Lamanya wawancara yang dilakukan yaitu 30-45 menit per

informan.

b. Catatan lapangan

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui

bagaimana kepercayaan diri yang muncul pada remaja perempuan,

adakah harga diri rendah yang terjadi pada remaja perempuan,

bagaimana remaja perempuan menjalankan peran mereka selama ini di

panti asuhan.

G. Teknik analisis data

Data yang diperoleh pada penelitian kualitatif diolah secara kualitatif

naratif. Peneliti melakukan tabulasi data hasil wawancara dari berbagai

pertanyaan yang diajukan disertai analisis sehingga diperoleh gambaran yang

jelas dari pertanyaan penelitian yang ingin didapatkan. Pada penelitian ini,

analisis data dilakukan selama ± 2-4 minggu. Menurut Burns & Grove (2004)

analisa data yang dilakukan meliputi:

1. Transkrip Wawancara

Hasil wawancara dalam tape recorder ditranskripsikan ke dalam kata

demi kata.Transkrip data dibuat segera setelah wawancara dengan

mendengarkan dengan seksama nada suara, perubahan suara, dan diamnya

antara peneliti dan informan sesuai dengan konten. Hal ini mungkin

mengindikasikan emosional atau pentingnya suatu topik. Menurut Ayers

Page 58: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

40

& Poirier (1996, dalam Burn, 2005) hasil analisa kualitatif dari

rekontekstualisasi potongan data selalu dengan peringatan bahwa konteks

baru harus jujur keasliannya.

2. Immersion in the data

Dalam proses ini peneliti membaca dan membaca kembali catatan,

transkrip, melihat kembali pengalaman informan, mendengarkan tape

recorder hingga peneliti dapat memahami dan masuk dalam data.

3. Reduksi Data

Mengurangi volume data untuk memfasilitasi pemeriksaan, proses ini

disebut dengan reduksi data. Selama reduksi data, diawali dengan

memasukkan maksud ke elemen data dengan mencari penggolongan

sesuatu, orang, dan kejadian lalu mendeteksi sifat yang

mengkarakteristikkan sesuatu, orang dan kejadian. Pencarian ini akan

menunjukkan klasifikasi elemen pada data

3. Analisis Data

Ada beberapa teknik yang dilakukan dalam analisa data yakni:

a. Coding artinya mengkategorikan dimana peneliti mengorganisasikan

data, menyeleksi elemen yang spesifik dari data untuk dikategorikan,

dan memberi nama kategori tersebut yang akan merefleksikan yang

digunakan dalam penelitian.

b. Reflective remarks

Saat catatan sudah direkam, pemikiran atau pengetahuan

mendalam seringkali timbul secara tidak disadari. Pemikiran tersebut

secara umum termasuk ke dalam catatan dan terpisah dari catatan lain

Page 59: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

41

yang di dalam tanda kurung kemudian harus diekstraksi dan digunakan

untuk memoing.

c. Marginal remarks

Setelah catatan diperiksa, observasi tentang catatan tersebut perlu

untuk ditulis secepatnya. Kata-kata tersebut biasanya ditulis di margin

kanan dari catatan dan seringkali berhubungan dengan bagian lain dari

data atau mengusulkan sebuah intrepretasi yang baru.

d. Memoing

Peneliti merekam pengetahuan yang mendalam atau ide yang

berhubungan dengan catatan transkrip atau code. Memo menggerakkan

peneliti ke arah teori dan konseptual daripada faktual. Peneliti dapat

membuat hubungan (link) bagian dari data bersama atau bagian khusus

dari data sebagai contoh dari ide konseptual. Hal yang penting adalah

nilai setiap ide dan mendapatkannya tertulis dengan cepat.

e. Developing propositions

Peneliti akan mengembangkan hipotesa tentang hubungan yang

dapat diformulasikan dalam proporsi sementara. Pernyataan atau

proporsi dapat ditulis dalam index cards dan diringkas menjadi

kategori.

4. Display Data

Display data berisi versi singkat dari hasil penelitian kualitatif yang

sepadan dengan ringkasan tabel statistik yang dikembangkan dalam

penelitian kuantitatif dan menperkenankan peneliti untuk mendapatkan ide

utama dari penelitian dengan ringkas, disini peneliti akan menggunakan

Page 60: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

42

Cognitive Mapping. CognitiveMapping adalah representasi visual dari

informasi yang diberikan informan dan merupakan konseptualisasi dan

interpretasi yang dibuat oleh peneliti kualitatif. Ide map berasal dari kode

(konsep) dan hubungan diatara kode (konsep) dari tape interview yang

peneliti dengarkan berulang-ulang. Prosedur ini didesain untuk meringkas

dari proses coding, mengkategorikan, dan menginterpretasikan ke dalam

satu aktifitas.

5. Drawing and Verifiying Conclusion

Miles and Huberman mengidentifikasi 12 taktik untuk

menggambarkan dan memverifikasi kesimpulan meliputi Counting yaitu

menggunakan bentuk “seringkali (frequently)” atau “lebih sering (more

often)”, Noting Patterns and Themes yaitu bukti tambahan yang nyata

untuk mengkonfirmasi bukti bentuk dan tema tersebut, Seeing Plausibility,

Clustering yaitu proses menyingkat elemen ke dalam kategori atau grup,

Making Metaphors, Splitting Variables, Subsuming particulars into

general yaitu memasukkan bagian yang serumpun bersama, Factoring,

Noting relationships beetween variabel yaitu memverifikasi hubungan

yang nyata yang terjadi untuk menjelaskan hubungan tersebut, Finding

intervening variables yaitu proses untuk menemukan faktor yang

menghalangi atau menganggu variabel, Building a logical chain of

Evidence termasuk dalam menguji teori, dan Making conseptual/ theorical

coherence dimana teori yang peneliti peroleh dari analisis harus

berhubungan dengan teori lain yang ada dalam body of knowledge.

6. Melaporkan Hasil Data

Page 61: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

43

Dalam penelitian kualitatif, bagian awal hasil laporan adalah deskripsi

yang detail dari informan, setting, dan pengamatan dan pengalaman

lingkungan dimana data dikumpulkan. Deskripsi harus hidup sehingga

pembaca dan pendengar akan merasa mereka bersama dengan peneliti.

Bagian akhir dari penelitian kualitatif adalah harus melaporkan ekspresi

dari ide teori yang timbul dari data analisis(Burns & Grove, 2004).

H. Validasi data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data perlu diuji validitas dan

reliabilitas untuk mengukur nilai kepercayaan data.Hal ini dikarenakan hal

yang diuji validitas dan reliabilitas pada penelitian kualitatif adalah datanya

(Sugiyono, 2010). Pada penelitian kualitatif ini menggunakan blind coding

untuk menguji validitas dan reliabilitas data. Blind coding dapat mengurangi

efek bias dari pengetahuan pengkode dalam variabel asing di konten analisis

(Neuendorf dalam Whinston, 2009). Blind coding adalah pengkode tidak

mengetahui tujuan dari penelitian, yang diinginkan adalah untuk mengurangi

bias yang disepakati keabsahannya. Tentunya, pengkode sangat memerlukan

pengertian yang utuh tentang variabel dan yang diukur, namun sebaiknya

mereka tidak mengetahui pertanyaan penelitian atau hipotesis yang ditegakkan

peneliti. Ini untuk menghindari pengkode sama dengan apa yang disebut

dengan permintaan karakteristik (kecendrungan informan penelitian untuk

mencoba memberikan apa yang diinginkan peneliti). Kolbe & Burnett (1991

dalam Neuendorf, 2002) menggambarkan judge independence yaitu

kebebasan pengkode untuk membuat penilaian tanpa input dari peneliti.

I. Etika penulisan

Page 62: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

44

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat ijin dari ketua Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Raya Jakarta Selatan. Sebelum penelitian

ini dilakukan, peneliti mengurus surat perijinan ke pihak-pihak terkait,

diantaranya Dinas Sosial DKI Jakarta, Walikota Jakarta Selatan, dan Panti

Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3. Selanjutnya peneliti mengadakan

pertemuan dengan ketua panti asuhan, dan pengurus panti asuhan untuk

menjelaskan tujuan penelitian, kriteria penelitian dan kontrak waktu untuk

menyesuaikan jadwal. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan observasi

menggunakan catatan lapangan (field notes) serta mengikuti kegiatan yang

diadakan di panti asuhan untuk melakukan pendekatan dengan informan serta

agar informan merasa percaya dengan peneliti. Selanjutnya peneliti melakukan

wawancara mendalam.

Sebelum melakukan wawancara mendalam, peneliti harus mengindahkan

etika penelitian yang terdiri dari infomed consent, tanpa nama (anonimity),

kerahasiaan (confidentiality). Informed consent merupakan bentuk persetujuan

antara peneliti dan informan penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud

dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar peretujuan. Jika informan tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak informan.Etika penelitian

lainnya adalah anonimity yaitu memberikan jaminan dalam penggunaan

subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

informanpada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Etika penelitian

Page 63: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

45

yang terakhir adalah kerahasiaan (confidentiality) yaitu memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-massalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Hidayat, 2007).

Saat melakukan wawancara mendalam, peneliti menggali pengalaman

informan terkait dengan pengalaman psikososial selama di panti asuhan, selain

itu juga peneliti menggali masa lalu informan melalui ketua panti asuhan atau

wali asuh selama di panti asuhan. Pertemuan kedua mengklarifikasi jawaban

informan dengan dibantu alat perekam yang memuat data wawancara

sebelumnya.

Page 64: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

46

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran tempat penelitian

1. Letak wilayah

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet ini terletak di

Jln. Tebet Barat Raya No. 100 Kelurahan Tebet Barat Kecamatan Tebet

Jakarta Selatan. Bangunan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3

berdiri diatas tanah seluas 5.100 m2. Batas wilayah Panti Sosial Asuhan

Anak Putra Utama 3 yaitu pada bagian utara berbatasan dengan Panti

Sosial Bina Remaja Taruna Jaya, pada bagian selatan berbatasan dengan

rusun berlian tebet, pada bagian barat berbatasan dengan taman hutan kota

tebet, dan sebelah timur berbatasan dengan permukiman warga tebet.

2. Sejarah

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet didirikan pada

tahun 1999 yang saat itu bernama Panti Sosial Taman Penitipan Anak

(PSTPA) Bina Insan Nusantara sebagai salah satu Unit Pelaksanaan

Tekhnis (UPT) Kanwil Depsos Provinsi DKI Jakarta. Sejak tanggal 28

Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara menjadi UPT Dinas Sosial

Provinsi DKI Jakarta yang kemudian berubah nama menjadi Panti Sosial

Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa.

Berdasarkan Perda No. 3 tahun 2000 tentang bentuk susunan

organisasi dewan perwakilan rakyat daerah provinsi DKI Jakarta dan

keputusan gubernur provinsi DKI Jakarta No. 41 tahun 2002 tentang

organisasidan tata kerja dinas bina mental spiritual dan kesejahteraan

Page 65: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

47

sosial provinsi DKI Jakarta, maka dinas sosial berubah menjadi dinas bina

mental spiritual dan kesejahteraan sosial provinsi DKI Jakarta. Terbitnya

Keputusan Gubernur provinsi DKI Jakarta No. 163 tahun 2002 tentang

pembentukan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di

lingkungan dinas bintal dan kesos provinsi DKI Jakarta, maka sejak

tanggal 13 November 2002 nama PSAA Balita Tunas Bangsa berubah

menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet. Selanjutnya

terbit peraturan gubernur provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 61

tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja panti sosial

asuhan anak putra utama.

3. Tugas dan fungsi

a. Tugas pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah:

Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial anak

terlantar yang meliputi identifikasidan assesmen, bimbingan, dan

penyaluran serta bina lanjut.

b. Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah:

1) Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,

identifikasi, modifikasi, dan seleksi.

2) Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan

administrasi, dan penempatan dalam panti.

3) Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan sosial.

4) Pelaksanaan assesmen meliputi penelaahan, pengungkapan dan

pemahaman masalah, dan potensi.

Page 66: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

48

5) Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan

mental, sosial, kepribadian, pendidikan, dan latihan keterampilan.

6) Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga,

masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan, serta

melaksanakan penyaluran, dan bantuan kemandirian.

7) Pelaksanaan binaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi,

asistensi, pemantapan, dan terminasi.

4. Visi dan misi

a. Visi

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet mempunyai visi

“terentasnya anak terlantar yatim/piatu/ yatim piatu dna berasal dari

keluarga tidak mampu di Provinsi DKI Jakarta dalam kehidupan yang

layak dan normatif.

b. Misi

Adapun misi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet yaitu:

1) Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap anak

yatim/piatu/yatim piatu dan anak terlantar yang ada di lingkungan

masyarakat.

2) Membentuk anak yang mengalami ketelantaran agar dapat tumbuh

kembang secara wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani,

maupun sosial.

3) Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

yatim/piatu/yatim piatu terlantar ke dalam kehidupan yang layak,

normatif, dan manusiawi.

Page 67: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

49

5. Sasaran pelayanan

Sarana pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah

anak terlantar usia 13 s/d 18 tahun yang karena suatu sebab orang tuanya

tidak mencukupi kebutuhannya secara wajar baik jasmani, rohani, maupun

sosial.

6. Persyaratan

a. Anak usia 13 s/d 18 tahun (khusus perempuan).

b. Surat keterangan tidak mampu dari RT, RW, lurah setempat.

c. Surat keterangan sehat dari dokter atau puskesmas.

d. Fotocopy KTP orang tua atau wali (domisili DKI Jakarta).

e. Pas foto 4x6 2 lembar, 2x3 2 lembar.

f. Pemilik ijazah atau rapot terakhir.

g. Bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA Putra

Utama 3 Tebet.

h. Rujukan dari panti terkait.

B. Hasil penelitian

Gambaran hasil pengalaman psikososial anak remaja putri di Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet secara rinci ditemukan adanya 4 tema yang

ditemukan dari hasil wawancara, tema tersebut meliputi: (1) pengalamananak

remaja putri selama di panti asuhan, (2)support system bagi anak remaja putri

di panti asuhan, (3) hubungan antara remaja putri di panti asuhan dengan

orang tua, (4) psikososial remaja putri di panti asuhan.

1. Karakteristik informan

Page 68: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

50

Gambaran karakteristik informan meliputi usia, pendidikan,

merupakan warga binaan sosial di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama

3 Tebet. Jumlah warga binaan sosial di Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 3 Tebet yaitu sebanyak 90 orang yang terdiri dari 30 orang dengan

tingkat pendidikan SMP (33,33%) dan 60 orang dengan tingkat pendidikan

SMA atau sederajat (66,67 %). Warga binaan sosial di panti asuhan ini

mayoritas masih memiliki orang tua walaupun hanya ibu saja, hanya

sekitar 9% anak yang tidak memiliki orang tua.Pada penelitian ini didapat

sebanyak 7 orang sebagai informan yang merupakan usia 13-18 tahun,

jenis kelamin perempuan, dan pendidikan SMP dan SMA.

Page 69: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

51

Tabel 5.1

Karakteristik informan utama

No. Inisial informan Usia Pendidikan Kode Ket.

1. Nn. S 16 tahun SMK P1 Yatim

2. Nn. J 17 tahun SMP P2 Yatim

piatu

3. Nn. I 17 tahun SMP P3 Yatim

4. Nn. S 13 tahun SMP P4 Yatim

5. Nn. M 13 tahun SMP P5 Lengkap

6. Nn. E 13 tahun SMP P6 Lengkap

7. Nn. N 14 tahun SMP P7 Lengkap

2. Pengalaman psikososial anak remaja putri di Panti Sosial Asuhan

Anak Putra Utama 3 Tebet

Berdasarkan 4 tema yang ditemukan pada saat wawancara, berikut

adalah uraian dari masing-masing tema yang ditemukan, yaitu:

a. Pengalaman anak remaja putri selama di panti asuhan

Dari hasil wawancara dengan informan, didapat bahwa

pengalaman yang didapat remaja putri selama di panti asuhan meliputi

pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman yang menyedihkan.

Pengalaman menyenangkan yang pernah mereka rasakan selama

dipanti asuhan meliputi kebersamaan, kedisiplinan, dan bagaimana

mereka dapat mengekspresikan bakatnya. Informan mengatakan bahwa

mayoritas yang menyenangkan adalah ketika berkumpul dengan

teman, bermain dengan teman, makan bersama, jalan-jalan bersama,

Page 70: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

52

diajarkan untuk disiplin dalam hal mengantri setiap ingin makan

maupun dalam hal meminta ongkos untuk pergi ke sekolah, serta dapat

mengekspresikan bakatnya di bidang kesenian. Sedangkan pengalaman

yang menyedihkan yang dirasakan selama di panti asuhan dapat

dikarenakan adanya masalah dengan teman sebaya, kehilangan teman

sebaya, berpisah dengan kakak kelas di panti, rindu dengan orang tua,

dan masalah dengan pengasuh terkait dengan ketatnya birokrasi. Hal

tersebut mencakup beberapauraian sub tema, yaitu:

1) Pengalaman yang menyenangkan selama di panti asuhan

Menurut beberapa informan bahwa pengalaman yang

menyenangkan adalah terkait dengan kebersamaan dengan teman-

temansebaya di panti asuhan, diajarkannya kedisiplinan yaitu

dengan membiasakan segala sesuatu dengan mengantri dan ijin jika

ingin keluar panti untuk keperluan yang mendesak, informan juga

mengatakan dapat mengekspresikan bakatnya di bidang kesenian

yaitu menari serta mengikuti lomba yang diadakan diluar panti. Hal

tersebut diuraikan melalui pernyataan informan sebagai berikut:

“Yaa bersama-sama, jalan-jalan, maen bareng temen. Bareng

sama kakak CKS dari Bandung kuliah juga, bikin acara..” (P2)

“Hmm banyak sih, apa ya, ada kekeluargaan juga, jadi kita

bisa belajar disiplin kaya misalnya kan makan atau ngambil

ongkos disini ngantri jadi harus disiplin.Kumpul bareng-bareng

sama temen, jalan-jalan bareng, kalau lagi makan bareng di ruang

makan..” (P3)

Page 71: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

53

“Kalo yang menyenangkan itu hmm bisa bercanda sama temen

trus bisa belajar bareng, trus apa lagi tuh belajar bareng, makan

bareng tidur bareng, mandi bareng semuanya bareng-bareng sama

temen, jalan-jalan bareng..” (P5)

“Apa ya? Ada sih, bingung hmm bermain hehehe bingung, ya

bermain gitu bisa saling kenal..” (P6)

“Gitu lah, banyak kak (klien tersenyum).Yaa banyak temen..

Kebiasaan juga sih, apa-apa ngantri..Terus kalo misalnya jalan-

jalan..” (P7)

“Seneng kemarin abis nari saman..Seneng bisa.. bisa ini

nunjukkin kebisaan dan belajarnya itu ga cuma sekedar belajar

doang, kita harus ngertiin sikapnya temen kan kita ga harus bilang

“lu salah” atau ngomel-ngomel gitu, emang kadang kita suka kesel

kalo dia salah mulu walaupun emang kita juga suka salah tapi ya

gitu latihan aja yang banyak kendalinya apalagi kalo latihan

semuanya tuh satu grup itu seangkatan semua.. Main bareng,

ketawa bareng, itu nanti setelah kita keluar, itu yang bakal

kerekam kaya “kita udah lama ga bareng” kan kalo dirumah ga

mungkin rame-rame kaya gini lagi.Kan kita kalo disini dibagi per

kamar-kamar, nah kamar itu enak ya tergantung dari orang-

orangnya..” (P1)

“Kan aku belum lama disini ya, jadi belum ada setahun, jadi

mungkin ga banyak, ya paling ya keluar-keluar gitu, ya kaya gitu

lah kan aku disini ikut kesenian kan suka keluar-keluar gitu, terus

Page 72: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

54

disini juga suka belajar-belajar gitu bareng kakak kelas, tiap tahun

jalan-jalanbareng gitu misalnya outbond gitu, bukan hanya panti

ini aja tapi 6 panti..” (P4)

2) Pengalaman yang menyedihkan selama di panti asuhan

Menurut beberapa informan mengatakan bahwa hal yang

menyedihkan adalah ketika adanya masalah dengan teman, hal ini

mencakup masalah dengan teman sekamar, meninggalnya kakak

asuh di panti asuhan, berpisah dengan kakak asuh di panti asuhan.

Pengalaman menyedihkan lain adalah ketika teringat dengan orang

tua dan pengasuh yang terkesan galak karena ketatnya birokrasi.

Hal tersebut diuraikan melalui pernyataan informan sebagai

berikut:

“Kan kita kalo disini dibagi per kamar-kamar, nah kamar itu

enak ya tergantung dari orang-orangnya, kadang kalo ada

masalah kita harus nyelesein masalah itu kalo kita ga bisa

nyelesein masalah itu, baru kita ke pengasuh..Misalnya lagi ada

masalah nih sama orang sekamar, pastikan kita jadi males buat ke

kamar, mau ke kamar juga ga enak ada dia, pasti kan diem-dieman

kan ya cuma kan kalo kita bawa “ah dia ini, satu orang ini buat

apa dipikirin toh masih ada temen-temen lain yang bisa bikin

ketawa yang bisa bikin kita ga mikirin dia lah”… (P1)

“Ada, misal kaya lagi berantem gitu sama temen sendiri,

kangen sama orang tua...” (P6)

Page 73: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

55

“Kalo misalnya salah satu dari anak panti disini ada yang

keluar gitu, kalau ngga kaya kemaren ada yang meninggal gitu,

udah alumni tapi itu kakak-kakak an aku, sekarang tuh sedihnya..

Terus ga bisa ketemu orang tua setiap hari..” (P3)

“Ga tau sih soalnya kalo pengalaman menyedihkan aku kan

orangnya suka gampang lupa gitu jadi ya lupa, disuruh ceritain

gitu ya bakal lupa suka ga inget hehe, berpisah sama kakak kelas

disini..” (P4)

“Ga tau deh (klien tampak datar dan menutup diri) Sedih..

Sedih aja, sama keluarga..” (P2)

“Hmm kalo yang menyedihkan itu apa ya, (klien tampak

berfikir)ga ada sih ka disini happy-happy aja.. Pengasuhnya galak

jadi ga bebas aja gitu..” (P5)

“Pengasuhnya kaya gitu kak.. Iya galak.Peduli sih, tapi ya

mungkin egois kali kak.Ya gitu, marah-marah doang.Yaa hal-hal

kecil doang padahal.Kaya gitu lah ga piket.. ya mungkin nanti

kali.Terus kalo misalnya ijin pulang ga boleh...” (P7)

Page 74: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

56

Tema tentang pengalaman remaja putri di panti asuhan

digambarkan menurut skema sebagai berikut:

SUB KATEGORI KATEGORI TEMA

Bagan 5.1 Skema tema 1

b. Support systembagi anak remaja putri di panti asuhan

Dari hasil wawancara dengan informan, didapat bahwa orang yang

paling berpengaruh bagi informan adalah teman. Dalam hal ini, teman

berpengaruh sebagai role model, juga karena adanya kesamaan hal

yang sedang dirasakan. Selain teman, informan juga mengatakan orang

yang berpengaruh adalah mama, pengasuh. Hal tersebut merupakan

pengaruh dalam hal dukungan emosional. Berikut adalah penyataan

informan:

“Temen..Ya kita kan tinggal bareng, makan bareng, tidur juga satu

kamar misalnya dia punya pengalaman apa, pasti dia bakalan cerita

Pengalaman

anak remaja

putri di panti

asuhan

Pengalaman

menyenangkan

Pengalaman

menyedihkan

Kebersamaan

Kedisiplinan

Mengekspresikan bakat

Masalah dengan teman

Teringat orang tua

Perpisahan dengan teman

Pengasuh yang galak

Page 75: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

57

walaupun sama siapa aja ke temen satu kamarnya dan itu bisa aja

buat kita jadi “coba yuk kaya dia” kalo misalnya nilai positifnya

“kayanya itu bagus deh coba ayo kita ikutin” jadi ya gitu deh satu

kamar itu ada aja ceritanya..” (P1)

“Temen..Temen tu gimana ya, lebih ngertiin kalo menurut aku gitu,

kalau orang tua kan misalnya musti gini gini gitu, namanya temen kan

ya namanya juga jaman sekarang kan bisa ngertiin lah kaya curhat

gitu, kalo misal ibu gimana ya, misalnya cerita tentang pacar kan ga

boleh pacaran ga boleh ini ga boleh itu gitu, tapi lebih care ke temen

aja gitu..” (P3)

“Mama..” (P4)

“orang tua..” (P7)

“Ya pengasuh disini hmm kaya gitu-gitubukan disiksa tapi

peraturannya makin ketat disini, jadi kalau keluar aja harus ijin,

kemana-mana harus ijin kan jadi ngga enak..” (P5)

Berbeda hal nya pada informan yang tidak memiliki orang tua, atau

informan yang ditelantarkan orng tua nya, bagi mereka orang yang

berpengaruh terhadap kehidupannya selama ini adalah semua orang

yang ada disekitarnya. Berikut pernyataan informan:

“Semuanya..” (P2)

“Ooo pengasuh sama Ibu..” (P6)

Tema tentang support system bagi anak remaja putri di panti

asuhan digambarkan menurut skema sebagai berikut:

SUB KATEGORI KATEGORI TEMA

Teman

Page 76: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

58

Bagan 5.2 Skema tema 2

c. Hubungan remaja putri di panti asuhan dengan orang tua

Pada tema ini dibagi menjadi beberapa kategori yaitu bagaimana

gaya pengasuhan orang tua selama ini, dalam hal ini informan

mengatakan bahwa orang tua memanjakan mereka, demokratis,

mendidik, dan ada juga yang menelantarkan sejak kecil. Sedangkan

pada kategori lainnya adalah perasaan informan terhadap orang tua

yaitu rindu dan ada juga yang mengatakan kecewa. Hal tersebut

diuraikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:

1) Gaya pengasuhan orang tua

Berdasarkan wawancara, didapat bahwa gaya pengasuhan orang

tua yaitu dengan memanjakan ketika informan pulang kerumah,

mendidik sebelum dititipkan ke panti asuhan, demokratis yaitu

dengan memarahi ketika salah dan baik ketika informan patuh

terhadap orang tua, dan menelantarkan sejak kecil. Berikut

pernyataan informan:

“Masih tapi bapak udah ga ada..Ya kalo misalnya kita pulang,

pasti perhatiannya jadi lebih aja karena kita jarang dirumah

Support system

bagi anak remaja

putri di panti

asuhan

Hubungan

emosional Orang tua

Pengasuh Role model

Page 77: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

59

misalnya kita pulang ada keponakan gitu tapi “udah nih ini aja

jajan aja kan kamu kalo disana jarang jajan, udha kalo mau apa-

apa bilang aja kan disana jarang jajan, mumpung ada disini..”

(P1)

“Kalau mama emang masih ada, maksudnya masih tau kabarnya,

tapi kalo ayah udah 7tahu ga ketemu tapi masih ada di Manado

cuma ga ada kabarnya udah 7 tahun..Emm mama (klien tampak

berkaca-kaca) udah bagus sih apa sih didiknya, dulu kan aku

sebelum masuk panti aku suka diasuh sama mama, suka belajar

sama mama, pas udah masuk panti udah bisa apa-apa.Yang

nyuruh pake jilbab mama, tapi aku emang udah lama tapi aku

emang pengen..” (P4)

“Masih, ibu.Bapak hmm ga tau kemana..Kalo emang dasarnya aku

bandel banget ibu baru pake keras tapi ga pake kata kasar, cuman

kalo aku bandel sedikit tu ibu ngomelinnya sambil pake nangis gitu

deh, jadinya tu aku berusaha jadi anak yang baik tapi tu susah..”

(P3)

”Hmm ya baik tapi ya kadang kalo lagi kesel ya gitu deh, bisa

apa.. ngga gitu eeee maksudnya bisa di ya di apa gitu, giliran lagi

seneng ya M ikut-ikut seneng.. Ga sih ya kalo bandel bisa galak..

orang tua misah kak, hmm iya, eh kita ga cerai kak tapi apa

namanya kerjanya misah..” (P5)

“Baik sih, tapi kalo misalnya ibu kan ibu di Bangka Belitung kan

jadi jarang nengokin. Ayahga tau, di Cakung.”(P6)

Page 78: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

60

“Udah ga ada. Kalo bapak ga ada, kalo ibu ada tapi ga tau

kemana.. Ga inget, dari orok udah dititipin di panti balita” (P2)

2) Perasaan infoman terhadap orang tua

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, bermacam-macam

perasaan informan terhadap orang tuanya. Bagi informan yang

masih memiliki orang tua merasakan rindu, namun bagi informan

yang tidak memiliki orang tua merasakan sedih, dan bagi informan

yang ditinggal ayahnya menikah lagi perasaannya kecewa. Berikut

pernyataan informan terkait dengan perasaan informan terhadap

orang tua:

“Ya kalo kangen pasti, tapi kan niat kita disini satu ka belajar kalo

kita cuma mikirin kangen kangen kangen yang ada nanti kepikiran

sama itu mulu, belajar kita jadi keganggu kan nilai kita jadi

merosot nah itu ya ga ini banget, orang tua juga kalo dengernya

juga.. Orang tua juga bakal ngomong “ngapain kangen kangen,

udah belajar aja..”(P1)

“Kadang suka kangen ya kadang biasa aja..”(P3)

“Kalo kangen sih suka, ya namanya jauh ada aja gitu..”(P4)

“Suka kangen..”(P5)

“Kangen, kadang-kadang kalo mau pulang ga diijinin padahal ijin

nya sehari doang nanti seharinya balik lagi..”(P7)

“(klien terdiam sejenak dan tampak sedih) kangen.. Iyalah masa

ga kangen..”(P2)

Page 79: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

61

“Suka kangen.. Ya palingan nangis, sedih sih rada kecewa sama

ayah..”(P6)

Tema tentang hubungan remaja putri di panti asuhan dengan orang

tua dapat dilihat dalam skema berikut:

SUB KATEGORI KATEGORI TEMA

Bagan 5.3 Skema tema 3

d. Psikososial remaja putri di panti asuhan

Pada tema ini dibagi menjadi beberapa kategori yaitu sosialisasi

remaja putri di panti asuhan dan konsep diri remaja panti di panti

asuhan. Sosialisasi remaja putri di panti asuhan mencakup bagaimana

remaja putri bersosialisasi dengan lingkungannya dan cara remaja putri

di panti asuhan berteman. Konsep diri remaja panti di panti asuhan

mencakup bagaimana persepsi informan terhadap gambaran diri, dan

Hubungan remaja

putri di panti asuhan

dengan orang tua

Mendidik

Memanjakan

Demokratis

Menelantarkan

Gaya

pengasuhan

Rindu Perasaan

terhadap orang

tua Sedih

Kecewa

Page 80: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

62

harapan remaja putri di panti asuhan. Berikut uraian tema tentang

psikososial remaja putri di panti asuhan:

1) Konsep diri remaja putri di panti asuhan

Konsep diri remaja di panti asuhan mencakup persepsi

informan terhadap gambaran dirinya dan harapan yang informan

inginkan ke depannya. Berikut pernyataan informan:

“Pinter engga, biasa aja. Rapotnya lumayan. Kemarin smester

1 peringkat 8. Aku 5 bersaudara. Anak terakhir, anak kelima.

Puas, ya intinya banyak-banyak bersyukur aja. Mau.. impian buat,

ga impian sih, harus harus kuliah buat lanjutin ke pendidikan, kita

mau kalo ada biayanya, pokoknya nanti kalo keluar dari sini harus

kuliah tapi ya harus kumpulin biaya dulu....”(P1)

“Diri aku sendiri? Gimana ya? Menurut aku sih aku tuh

orangnya batu deh kayanya, agak egois, mau menang sendiri juga

kadang, cuma kalo misalnya aku tuh ngeliat orang susah tuh

pengennya bantuin, sampe-sampe tu aku dimarahin ibu aku

mementingkan orang lain baru diri sendiri, suka kaya gitu kalo

misalnya aku laper nih terus temen aku lebih laper nih, kadang aku

kasih kalo lagi pelit ga aku kasih, kadang aku kasih semua, dan

prinsipnya tu aku tu kalo orang pelit aku tuh lebih pelit dari dia,

kalo dia baik aku lebih baik lagi dari dia.Kalo aku sih biasa aja,

ya kaya gini, ga terlalu dipikirin, intinya ya pake baju yang bener

aja gitu, terus tertutup.Kalo cita-citanya sih pengen jadi guru

akuntansi, jurnalis...”(P3)

Page 81: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

63

“Aku di sd prestasinya tinggi mulu, sering kepilih duta cilik

aku ikut, duta air jakarta aku menang kemaren. Emang satu

sekolah dipilih2 orang. Tapi di SMP menurun soalnya kalo di SD

suka ada guru les, jadinya suka belajar, kalo sekarang suka ga ada

waktu jadi suka kesulitan sendiri. Ya bisa lebih baik aja, trus

prestasi aku yang turun bisa dinaikin lagi, semakin baik buat bikin

mama bangga...”(P4)

“M tuh kaya gini biasa2 aja orangnya gampang bergaul disini

terus M kaya gitu deh suka tenang disini trus keterampilan M bikin

keset.Kalo di sekolah M bergaul sama cowoksoalnya anak

ceweknya pada egois-egois, nah kalo di sekolah tu M tu belajar,

diem ga bertingkah. Prestasinya ya makin meningkat kok, tadinya

M ya nilainya dibawah 5 gitu, kalo disini M kaya ngerasa tuh

walopun M jarang belajar, M tuh udah ke fokus M tuh udah

remaja bukan kaya anak kecil lagi jadi harus berubah gitu. Ya

makin baik, makin pinter trus punya prestasi yang tinggi..”(P5)

“Suka ngasih perhatian, terus apalagi ya, peduli sama temen,

baik.? Ngga ada prestasinya, hehe ga dapet ranking. Lumayan

nilainya.Engga, ntar kalo misalnya udah lulus pengen cari kerja,

dapetin duit banyak pengen bikin rumah terus pengen gitu bawa

naek haji sama ibu sama ayah...”(P6)

“Orangnya baik, apa yaa mungkin yang baru kenal N

bilangnya jutek gitu tapi engga lah N orangnya susah trus juga

Page 82: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

64

pemalu. Engga juga ga centil, biasa aja kak. Prestasinya lumayan

kak. Pengen lebih baik lah kak. Pengen sukses..”(P7)

Berbeda dengan anak remaja putri yang memiliki latar

belakang ditelantarkan orang tuanya, tergambarkan bahwa ia sulit

untuk menggambarkan dirinya secara positif. Berikut

pernyataannya:

“Engga pinter biasa aja. Engga rangking.. Engga ada

keterampilan..Harapannya ga tau..”(P2)

2) Sosialisasi remaja putri di panti asuhan

Sosialisasi remaja putri di panti asuhan mencakup bagaimana

remaja bersosialisasi dengan lingkungannya, adanya kesulitan saat

bertemu dengan orang dan lingkungan baru, namun ada juga yang

tidak memiliki kesulitan dalam menempatkan diri di lingkungan

yang baru. Cara remaja dalam berteman yang mencakup

berkelompok-kelompok, berteman dengan seluruh teman,atau

hanya berteman dengan 2 teman saja. Berikut pernyataan informan:

“Awalnya kan baru-baru masuk sini kan ada kesulitan untuk

bergaul sih, soalnya kan kita belum tau masing-masing sifat kita

gimana, mau deketin nanti takutnya kaya gimana nanti orangnya

ya kaya gitu, tapi lama kelamaan jadi ngga...”(P3)

“ya gitu kalo belum kenal, malu-malu apalagi disini juga banyak

orangnya. Tapi punya temen ko..”(P7)

“Engga sama aja. Punya nya sahabat, kalo temen engga.. Dua

doang...”(P2)

Page 83: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

65

“Kalo disini engga, kalo di sekolahan sih ada, kan minder gitu dia

anak rumah aku anak panti, takut aja kalau dia ga suka gimana

gitu..”(P6)

“Engga ada kesulitan bergaul, biasa aja..Ya kalo kitanya mau

bergaul ya maen sama dia ya maen, ya kadang temen disekolah

juga kaya gitu semua.. Ya gitu, mainnya kelompok-kelompokkan

kadang kan kita juga males ka, dia maennya sama kelompok itu

aja, ya udah maen sama yang ada aja...”(P1)

“Ngga sih, bergaul ya bergaul aja berbaur sendiri. Ngga ada,

soalnya disini sebagian besar dari Klender juga. Ya suka ngerasa

beda sih ada, cuman biarin lah yang penting punya temen, paling

ada 1 2 temen, paling yang suka ga mau temenan ya ada.Ya sedih

ada, kan aku beda seharusnya mereka iniin aku tapi ini

ngga...”(P4)

“Ngga kan kita harus pede ka. Yaa punya temen lah. Kenal semua.

Di sekolah yaa jarang soalnya temennya egois semua.Gitu deh jadi

dia pengen menang sendiri dia ngerasa bodo amat sama temen

gitu deh. Ya dibediannya itu tu kaya misalnya dia bergaul sama

temen M yang satunya lagi sedangkan M tu bergaul sama anak-

anak sini aja yang sekolahnya bareng, jadi cuma berdua aja tapi

dia juga kalo M lagi pengen kesono ya udah kesono aja gitu, jadi

dia ga mau kaya ga mau berminat buat temenan sama M. Punya

temen sih cuma 1 doang paling udah gitu anak sini semua...”(P5)

Page 84: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

66

Tema tentang psikosiosial remaja putri di panti asuhan dapat

dilihat dalam skema berikut:

SUBKATEGORI KATEGORI TEMA

Bagan 5.4 Skema tema 4

Psikososial

remaja putri di

panti asuhan

Sosialisasi remaja

Sosialisasi dgn

lingkungan

Cara remaja

berteman

Persepsi tentang

gambaran diri

Ideal diri

informan

Konsep diri

remaja

Page 85: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

67

Untuk memudahkan dalam pembacaan dan pemahaman tema, berikut tabel

secara singkat dari uraian tema-tema diatas:

Tabel 5.2

Informan Tema 1 Tema 2 Tema 3 Tema 4 1 2 3 4 5 6 7

Page 86: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

68

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain:

1. Situasi dan kondisi pada saat wawancara yang dapat mempengaruhi

informan dalam memberikan jawaban.

2. Waktu yang singkat sehingga mempengaruhi kejujuran dan

kesungguhan informan dalam menjawab pertanyaan.

3. Lamanya melakukan analisa data.

4. Kesulitan dalam mengakses literature.

B. Pembahasan hasil penelitian

Dari hasil penelitian ini, peneliti mengidentifikasi adanya 4 tema yang

ditemukan. Tema-tema tersebut teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian.

Pengalaman psikososial remaja putri di panti sosial asuhan anak putra utama 3

tebet dapat digambarkan dengan tema pertama yaitu pengalaman anak remaja

putri di panti asuhan. Seseorang yang paling berpengaruh dalam kehidupan

anak remaja putri di panti asuhan digambarkan pada tema kedua yaitu support

system bagi anak remaja putri di panti asuhan. Hubungan anak remaja putri di

panti asuhan dengan orang tua digambarkan pada tema ketiga, dan

pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan digambarkan pada

tema keempat.

1. Pengalaman anak remaja putri selama di panti asuhan

Tema pengalaman anak remaja putri selama di panti asuhan diketahui

dari hasil wawancara. Pada tema ini meliputi pengalaman apa saja yang

Page 87: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

69

dirasakan oleh anak remaja putri khususnya selama di panti asuhan. Semua

informan menyatakan tentang perasaan mereka selama di panti asuhan

adalah adanya perasaan senang dan sedih. Perasaan senang ataupun sedih

akan berlarut-larut terkait dengan suasana penempatan mereka di panti

asuhan. Chapman & Christ (2008) menyatakan bahwa mayoritas anak

remaja tidak mengubah sikap mereka dari waktu ke waktu dalam rentang

waktu 18 bulan khususnya pada anak remaja yang sangat bahagia atau

sangat tidak bahagia terkait dengan penempatan mereka selama ini. Pada

penelitian ini, informan mayoritas berada di panti asuhan lebih dari 18

bulan, 6 dari 7 informan berada di panti asuhan sejak kecil dan 1 informan

berada di panti asuhan sejak kurang lebih 1 tahun.

Oberle (2011) menemukan bahwa dukungan dan hubungan positif

dengan teman sebaya, dengan orang dewasa di lingkungan, dan kuatnya

keinginan untuk bersekolah sangat signifikan dan positif berhubungan

dengan kepuasan hidup dan merupakan aspek penting kebahagiaan bagi

anak remaja awal. Bagi mayoritas informan, hal yang paling

menyenangkan selama di panti asuhan adalah kebersamaan dengan teman

sebaya. Teman sebaya adalah hal yang penting bagi perkembangan

akademik, fungsi sosial, dan psikologis anak dan remaja (Nangle &

Erdley, 2001 dalam Oberle, 2011). Penerimaan teman sebaya yang

merupakan derajat apakah individu disukai atau tidak disukai oleh teman

sebayanya tidak hanya suatu korelasi pada kesejahteraan remaja awal,

namun penolakan teman sebaya ditemukan untuk menentukan adanya

Page 88: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

70

masalah dikemudian hari pada remaja akhir dan dewasa (Parker et al, 2006

dalam Oberle, 2011).

Hal lain yang dikemukakan oleh informan selain adanya kekeluargaan,

di panti asuhan juga diajarkan untuk disiplin dalam berbagai hal misalnya

mengambil ongkos untuk sekolah atau saat ingin mengambil makan. Teori

kontrol sosial mengatakan bahwa kenakalan individu dikarenakan tidak

adanya kontrol (Shoemaker, 1996 dalam Pleydon & Schner, 2001).

Hirschi (1969 dalam Pleydon & Schner, 2001) menyebutkan bahwa

kontrol meliputi intraindividual (kontrol pemicu) atau interpersonal

(attachment, komitmen, dan keterlibatan dengan keluarga, teman sebaya,

dan agama). Teori kontrol sosial juga melihat bahwa kenakalan

pertemanan sepeti konflik, masalah, ketidakstabilan ditandai dengan

perasaan kurangnya kepercayaan dan kurangnya rasa aman. Maka dari itu

untuk menghindari hal tersebut, pihak panti asuhan mengajarkan untuk

membiasakan disiplin mulai dari hal kecil agar tidak timbul kenakalan.

Diantara hal-hal yang menyenangkan yang telah disebutkan diatas, hal

menyenangkan terakhir bagi beberapa informan yaitu warga binaan sosial

di panti asuhan dapat mengekspresikan bakatnya dalam hal ini adalah

dibidang kesenian yaitu menari. Perubahan fisik dan kognitif secara

dramatis terjadi pada remaja. Remaja dapat berfikir abstrak, memprediksi

perilaku orang lain, dan mulai memecahkan masalah. Selama fase ini,

remaja memulai menunjukkan kemandiriannya dari orang tua dan mencari

penerimaan dari teman sebayanya (Dulmus & Paglicci, 2000). Patrick et al

(1999) menyatakan bahwa pertemanan dengan sebaya diharapkan akan

Page 89: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

71

berhubungan dengan komitmen remaja bahwa mereka akan

mengembangkan bakat mereka karena ditemukan adanya hubungan

penggunaan waktu bersama-sama, perasaan adanya dukungan sosial, dan

perkembangan identitas yang saling berkaitan. Remaja mendapatkan

kepuasan dalam pertemanannya dengan teman sebaya pada saat

melakukan aktivitas dalam hal bakat mereka, hubungan tersebut

mendukung adanya perasaan senang dan komitmen terhadap aktivitas

tersebut.

Selain pengalaman menyenangkan di panti asuhan, menurut anak

remaja putri di panti asuhan juga ada pengalaman yang menyedihkan bagi

mereka. Anak-anak di panti asuhan mungkin bukan hanya mengalami

beberapa kasus perpisahan, namun juga kerugian dalam hal pemindahan

tempat secara berturut-turut (Lanyado, 2003 dalam Schwartz, 2010).

Johnson & Yoken’s (1995, dalam Schwartz, 2010) menemukan 56% dari

partisipan yang melaporkan sangat rindu dengan kehidupannya yang lalu

bersama dengan teman-teman mereka. Whiting & Lee (2003 dalam

Schwartz, 2010) menemukan bahwa pengalaman anak di panti asuhan

terkait dengan perpisahan yaitu perpisahan dengan saudara kandung,

sepupu, teman, keluarga di panti asuhan, bahkan anjing peliharaan mereka.

Namun, hal yang paling akut adalah perpisahan dengan ibu kandung

mereka.

Edelstein (2001 dalam Schwartz, 2010) menyatakan bahwa anak

mengekspresikan kesedihan mereka bukan hanya dengan perasaan sedih.

Beberapa anak berperilaku agresif, terutama pada orang tua asuh baru di

Page 90: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

72

panti asuhan. Hal lain yang mungkin dilakukan adalah adanya perilaku

disorientasi, cemas, atau memiliki masalah dengan nafsu makan dan tidur.

Remaja awal mungkin menangis dan memiliki masalah sosial dan masalah

kesehatan dibandingkan remaja. Namun, kehilangan remaja lebih

ditunjukkan dengan harga diri rendah dan memiliki perasaan “beda”

dengan teman sebayanya (Worden, 1996 dalam Schwartz, 2010).

Penelitian yang diuraikan diatas mendukung hasil penelitian yang

ditemukan bahwa pengalaman menyedihkan selama di panti asuhan adalah

perpisahan. Perpisahan tersebut meliputi perpisahan dengan teman atau

kakak angkat di panti asuhan dan juga perpisahan dengan orang tua karena

penempatan informan di panti asuhan. Bowlby (1980 dalam Schwartz,

2010) menemukan bahwa attachment merupakan dorongan esensial dan

keunggulan dari attachment yang kuat adalah fungsi yang positif. Perasaan

kehilangan merupakan reaksi yang wajar untuk perpisahan dengan figur

attachment.

Kesejahteraan sosial dan emosional merupakan tujuan dari hubungan

pertemanan dengan sebaya. Kesejahteraan meliputi kesejahteraan

emosional dan emosi yang positif seperti kebahagiaan, kenyamanan, dan

optimisme yang dapat dihubungkan dengan kesuksesan hidup yang

merupakan nilai sosial. Namun, hubungan pertemanan yang negatif

dengan teman sebaya seperti adanya masalah atau penolakan akan

berujung pada kemarahan dan kesedihan (Oberle, 2010). Sesuai dengan

yang diungkapkan informan bahwa pengalaman yang menyedihkan adalah

ketika adanya masalah dengan teman sekamar.

Page 91: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

73

Hal yang menyedihkan lainnya adalah pengasuh yang menurut

informan adalah galak. Schwartz (2010) menemukan bahwa penempatan

remaja di panti asuhan yang baru akan membuat remaja merasa gugup

bahkan menyeramkan karena harus mengetahui apa yang diinginkan

pengasuh, peraturan yang mereka buat, apa yang pengasuh sukai, dan

kebiasaan yang mereka lakukan serta apa yang pengasuh harapkan dari

remaja panti asuhan.

2. Support system bagi anak remaja putri di panti asuhan

Perkembangan remaja yang positif meliputi bukan hanya lingkungan

yang mendukung namun tanggung jawab untuk memimpin dan

mengembangkan keterampilan hidup. Mereka butuh untuk dapat

mempraktikkan kemampuan hidup seperti memperoleh dan mengatur

pekerjaan, mengatur keuangan, dan masuk dalam hubungan interpersonal.

Support system dalam kehidupan remaja seperti orang tua asuh atau

pengasuh dibutuhkan dalam proses ini (Scannapieco et al, 2007).

Di panti asuhan, support system bagi anak remaja putri yaitu teman,

orang tua kandung, dan pengasuh. Support system yang dimaksud dapat

berupa hubungan emosional dan merupakan sebagai role model. Bagi

beberapa informan, support system merupakan orang yang dekat dengan

mereka karena adanya ikatan emosional. Hal tersebut dapat juga dikatakan

sebagai figur attachment. Menurut Bowlby (1973 dalam Borualogo, 2004)

figur attachment memiliki dua fungsi yaitu yang pertama adalah memiliki

ikatan emosional dengan remaja dan memberikan rasa aman kepada

remaja ketika mereka menghadapi ancaman dan membantu remaja untuk

Page 92: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

74

meregulasi stress, dan yang kedua adalah memberikan dasar yang aman

ketika remaja mengeksplorasi lingkungan. Support system yang dimaksud

oleh informan adalah teman dan orang tua.Teman sebagai support system

karena adanya keterikatan emosional seperti yang dikatakan oleh informan

bahwa teman dapat mengerti apa yang sedang dihadapinya terkait dengan

masalah percintaan remaja dibandingkan orang tua. Sedangkan bagi

informan lainnya, orang tua merupakan support system bagi mereka.

Nickerson & Nagle (2004) menemukan bahwa attachment dengan

orang tua, teman, atau keduanya dapat memprediksi kepuasan anak dan

remaja dalam berbagai hal.Aspek positif dari hubungan dengan orang tua

dan hubungan dengan teman sebaya adalah adanya kepercayaan dan

komunikasi. Kepuasan dalam keluarga dapat dilihat dari adanya rasa

aman, komunikasi yang terbuka, dan adanya pengertian antara orang tua

dan anak. Kepercayaan dengan teman sebaya merupakan hal yang dapat

memprediksi adanya kepuasan dalam berteman. Hal ini didukung oleh

adanya komitmen dengan teman seperti saling peduli, saling menyukai dan

percaya. Sama halnya dengan Borualogo (2004) yang menemukan bahwa

orang tua merupakan figur attachment utama bagi remaja di panti asuhan

Muhammadiyah, sahabat menduduki peringkat kedua, dan selanjutnya

adalah kakak dan bapak asuh di panti asuhan.

Selain hubungan emosional, support system bagi anak remaja putri di

panti asuhan yaitu dalam hal seseorang yang dapat dicontoh atau role

model. Role model adalah individu yang dianggap teladan atau layak

ditiru. Keterikatan emosional tidak selalu dengan kontak langsung

Page 93: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

75

misalnya dengan cara mengidentifikasi, sebatas idola olahraga atau figur

entertaimen. Role model dapat mempengaruhi pengetahuan remaja,

perilaku, kepercayaan, nilai, dan berakhir pada paparan perilaku role

model yang positif maka adanya pengalaman hidup yang beragam

(Yancey, 1998). Pada penelitiannya, Yancey (1998) menemukan bahwa

penggunaan role model sangat efektif karena dapat menanamkan rasa

kepercayaan, meningkatkan harga diri, dan memotivasi remaja yang

berisiko tinggi untuk memanfaatkan sumber pelayanan pendidikan

nonformal.

Nickerson & Nagle (2004) menemukan bahwa 47% dari kepuasan

hidup remaja ditentukan dari role model, kedua orang tua, dan teman

sebaya. Informasi yang didapat dari informan, support system yang dapat

menjadi role model adalah teman, orang tua, dan pengasuh. Informan

mengungkapkan bahwa dengan teman, ia akan saling berbagi pengalaman

yang pernah dirasakan, dan jika pengalaman tersebut berujung hal yang

positif maka memotivasi informan untuk melakukan hal tersebut.

Kuperschmidt & Coie (1990) menunjukkan bahwa memiliki hubungan

pertemanan yang positif secara langsung akan berpengaruh pada

peningkatan kompetensi sosial dan penerimaan di jenjang usia yang

selanjutnya. Sebaliknya, hubungan pertemanan yang buruk diketahui akan

berujung yang negatif seperti menarik diri, kenakalan, penyalahgunaan

obat, dan masalah kesehatan mental. Seperti yang ditemukan Engels &

Bogt (2001) bahwa perilaku berisiko dapat dicegah dengan aspek positif

dalam hubungan pertemanan misalnya dengan peer attachment, dukungan,

Page 94: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

76

kompetisi, dan penerimaan. Wentzel (2009) menyatakan bahwa hubungan

pertemanan yang positif juga cenderung lebih memotivasi di sekolah dan

menunjukkan performa akademik yang lebih baik.

Bagi sebagian informan, orang tua merupakan sosok yang dapat

menjadi role model. Carlo et al (2007) menemukan bahwa adanya praktik

orang tua dalam hal mengajarkan anak tentang perilaku prososial terkait

dengan adanya rasa simpati sangat bermakna terhadap perkembangan

prososial remaja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang tua

menanamkan nilai positif pada anak dan hal tersebut diikuti oleh anak

sehingga orang tua dapat menjadi role model bagi anak. Penelitian lainnya

adalah yang dilakukan oleh Schwartz (2010) ditemukan bahwa remaja di

panti asuhan merasakan sedih ketika berpisah dengan orang tua asuh di

panti asuhan karena orang tua asuh mengajarkan mereka hal-hal yang

benar.

3. Hubungan remaja putri di panti asuhan dengan orang tua

Pada tema hubungan remaja putri di panti asuhan dengan orang tua ini

nmeliputi gaya pengasuhan yang orang tua berikan selama ini dan

perasaan informan terhadap orang tua mereka selama di panti asuhan.

Gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua pada remaja putri di

panti asuhan bermacam-macam yaitu perhatian, mendidik, demokratis, dan

menelantarkan. Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas orang tua

informan hanya ibu saja.Meskipun ada informan yang masih memiliki

ayah, ayahnya pun menelantarkan mereka.

Page 95: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

77

Paulson & Sputa (1996) menemukan bahwa ibu lebih terlibat dalam

pengasuhan dibanding ayah selama kelas sembilan dan dua belas. Ibu lebih

responsif, lebih terlibat dalam tugas rumah dan tugas sekolah. Namun,

tidak ditemukan adanya perbedaan mengenai nilai terhadap pencapaian

tujuan. Suldo & Huebner (2004) menemukan adanya hubungan yang

signifikan antara gaya pengasuhan demokratis dengan kepuasan hidup.

Garcia & Garcia (2009) melakukan penelitian pada keluarga di Spanyol

dan menemukan bahwa gaya pengasuhan dengan cara memanjakan dan

demokratis memiliki hasil akhir yang baik dalam hal harga diri, masalah

psikososial, kompetensi, dan masalah perilaku dibanding dengan gaya

pengasuhan otoriter dan menelantarkan.

Penelataran pada anak remaja dapat mengakibatkan beberapa masalah.

Marquis et al (2008) menemukan bahwa hal yang mengindikasikan adanya

kekerasan dan penelantaran pada anak yang terkait dalam kesejahteraan

anak memiliki perbedaan kebutuhan dan tantangan. Hampir seperempat

keluarga yang menelantarkan terdiri dari ibu yang merupakan sumber

utamanya adalah masalah sosial. Ibu teridentifikasi sebagai orang yang

paling berisiko untuk terpaparnya penyebab kekerasan pada anak. Ibu

yang menelantarkan juga memiliki masalah seperti depresi dan

penyalahgunaan zat. Tracy & Pine (2000) mengatakan bahwa dari

penelitian-penelitian yang sebelumnya memiliki implikasi untuk

kesejahteraan anak dan panti asuhan. Pertama, sangat penting untuk

mengkaji dan mengidentifikasi kebutuhan akan pelayanan dan konsultasi

bagi anak yang memiliki pengalaman kekerasan, penelantaran, dan

Page 96: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

78

terpaparnya kekerasan dalam rumah tangga. Kedua, adanya edukasi yang

lebih lanjut bagi pekerja pelayanan sosial, pekerja pelindung anak, orang

tua asuh, pengacara, penuntut, dan profesi lain yang juga bekerja dengan

anak yang memiliki pengalaman kekerasan atau penelantaran yang

membutuhkan bantuan. Hal ini sangat penting untuk semua anak yang

dirawat, pekerja pelindung anak, pengacara, dan penuntut untuk menerima

edukasi yang kuat dan bekerja dengan pengetahuan tentang penelantaran

sehingga para praktisi dapat secara efektif memanfaatkan pengetahuannya

untuk menuntun dalam membuat keputusan yang lebih baik berkaitan

dengan anak-anak yang datang setelah ditelantarkan.

Selain gaya pengasuhan, hal lain yang dibahas dalam tema ini adalah

perasaan anak remaja putri di panti asuhan dengan orang tua mereka. Anak

remaja di panti asuhan biasanya setiap libur sekolah ataupun libur hari

raya diberikan izin untuk pulang bertemu dengan keluarga mereka.

Beberapa dari mereka tinggal dengan ibu, namun tidak jarang juga yang

masih memiliki orang tua lengkap, dan ada pula yang tidak memiliki orang

tua. Berdasarkan wawancara, perasaan anak remaja putri di panti asuhan

tersebut terhadap orang tua nya yaitu mayoritas rindu dengan orang tua.

Hasil penelitian Schwartz (2010) ditemukan bahwa perasaan remaja ketika

ditanyakantentang ibu kandung, mereka mengekspresikan keinginan

mereka untuk tinggal dengan ibu kandung kembali yag berarti adanya

hubungan yang positif denganibu. Selain itu juga rindu saat-saat bersama

ibuseperti menyanyikan lagu kesukaan mereka atau adanya rasa nyaman

ketika bercerita dengan ibu saat merasa sedih.

Page 97: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

79

Selain perasaan rindu dengan orang tua, ada juga informan yang

mengatakan sedih jika teringat tentang orang tua terutama ayah. Schwartz

(2010) juga menemukan bahwa ketika remaja ditanyakan tentang ayah

kandung mereka mengatakan sedih bahkan kecewa walaupun hubungan

mereka tidak terlalu dekat setelah di panti asuhan.

Perasaan anak remaja di panti asuhan kemungkinan dapat berpengaruh

terhadap kesehatan mental anak. Haight (2003) menyarankan pengalaman

positif seperti perkembangan dalam hubungan attachment positif dengan

orang tua asuh yang memungkinkan untuk memperbaiki efek penelantaran

atau trauma. Timmer et al (2006) menyarankan penggunaan PCIT (Parent-

Child Interaction Therapy) yang dapat meningkatkan kualitas hubungan

antara orang tua asuh dengan anak asuh dan meningkatkan keterampilan

orang tua asuh dalam memberikan asuhan pada anak yang sulit, juga

meningkatkan kestabilan penempatan anak dan meningkatkan kesehatan

mental anak.

4. Psikososial remaja putri di panti asuhan

Pada tema ini, psikososial anak remaja putri di panti asuhan terdiri dari

konsep diri remaja, dan sosialisasi remaja selama tinggal di panti asuhan.

Sumber psikososial remaja meliputi gaya proses pencarian identitas, status

identitas, suasana dalam keluarga, dan hubungan dengan sekolah (Adams

et al, 2006). Dalimunthe (2009) mengatakan bahwa beberapa hal yang

dapat mempengaruhi ketidakoptimalan perkembangan psikososial anak di

panti asuhan adalah berbagai karakteristik dan rentang usia anak serta jenis

kelamin sehingga mengalami keterbatasan dalam sarana dan prasarana

Page 98: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

80

dalam menjamin perkembangan psikososial anak dan keterbatasan

penyediaan pengasuh dalam pemenuhan kebutuhan psikososial anak

terkait kesehatan, sosioemosional, dan pendidikan. Berbeda halnya dengan

di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 tebet yang merupakan

perpanjangan dari Dinas Sosial DKI Jakarta yang penempatan anak

disesuaikan dengan jenis kelamin dan rentang usianya sehingga masalah

psikososial yang muncul tidak terkait dengan masalah sarana dan

prasarana namun berkaitan dengan konsep diri remaja itu sendiri. Dari

hasil wawancara didapat bahwa warga binaan sosial di panti asuhan

tersebut mayoritas memiliki perkembangan psikososial yang baik, namun

tidak menutup kemungkinan bahwa ada beberapa yang memiliki masalah

terakit dengan psikososial.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa psikososial remaja putri di panti

asuhan salah satunya berkaitan dengan konsep diri anak remaja putri di

panti asuhan. Tjipsastra (1996) menemukan tidak adanya perbedaan yang

signifikan antara konsep diri, motivasi berprestasi, dan prestasi belajar

anak-anak panti asuhan dengan anak-anak yag diasuh dalam keluarga.

Namun, dari hasil wawancara ditemukan sangat berbeda antara anak

remaja yang sejak kecil diasuh di panti asuhan dengan anak remaja yang

dititipkan di panti asuhan ketika usia sekolah. Ditemukan bahwa anak

remaja putri yang diasuh di panti asuhan sejak kecil tergambarkan konsep

diri yang cenderung negatif. Konsep diri anak di panti asuhan yang akan

dibahas yaitu tentang persepsi gambaran diri remajaputri di panti asuhan

dan harapan informan.

Page 99: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

81

Remaja biasanya mendeskripsikan dirinya dalam hal yang positif.

Perempuan terbukti lebih baik dalam hal akademik dan mengatur

keberhasilan diri namun lebih rendah dalam hal keberhasilan mengatur

emosi. Pengalaman remaja putri saat remaja sangat tinggi tingkat stresnya,

kemungkinan sebagai hasil dari faktor edukasi. Saat menemukan kesulitan,

sangat jauh jarak antara aktual diri dengan ideal diri (Bacchini &

Magliulo, 2003). Yancey (1998) menggunakan role model sebagai

komponen dalam pengasuhan anak di panti asuhan untuk mempromosikan

gambaran diri positif pada remaja marjinal di panti asuhan. Hal tersebut

terbukti menanamkan keyakinan, meningkatkan harga diri, dan

memotivasi remaja yang berisiko tinggi untuk memanfaatkan sumber

pendidikan atau pelatihan kejuruan yang melayani dalam program

independen. Penggunaan role model tersebut kemungkinan dapat

digunakan bagi anak remaja putri yang memiliki konsep diri negatif

karena penelantaran orang tua kandungnya.

Komponen konsep diri remaja putri di panti asuhan yang didapat dari

hasil wawancara yang selanjutnya adalah harapan remaja putri di panti

asuhan. Harapan yang singkat dapat meningkatkan kekuatan psikologis

dan sangat bermanfaat dalam jangka waktu 1 tahun dan 6 bulan kedepan

(Marques et al, 2009). Harapan anak remaja putri di panti asuhan yang

ditemukan merupakan hal-hal yang positif. Mayoritas harapan tersebut

dalam hal jenjang pendidikan dan karir yang lebih baik. Walaupun

mayoritas harapan positif, namun bagi remaja putri yang ditelantarkan

Page 100: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

82

orang tuanya cenderung tidak memiliki harapan untuk kehidupannya

kelak.

Bagian dari tema psikososial remaja putri di panti asuhan yang lain

adalah sosialisasi remaja putri di panti asuhan. Sosialisasi tersebut meliputi

sosialisasi dengan lingkungan dan cara remaja putri di panti asuhan dalam

berteman. Mayoritasanak remaja putri di panti asuhan merasa tidak ada

kesulitan ketika bersosialisasi dengan lingkungan baru, namun ada juga

yang merasakan adanya perasaan malu untuk memulai pembicaraan

dengan orang baru di lingkungan baru bahkan ada perasaan rendah diri

ketika bersosialisasi dengan teman sebaya yang tinggal dirumah dengan

orang tua mereka. Faruggia et al (2006) tidak menemukan adanya

perbedaan antara anak di panti asuhan dengan remaja lainnya dalam hal

depresi, kesejahteraan, masalah perilaku, dan harga diri. Anak remaja di

panti asuhan dilaporkan lebih tinggi tingkat orientasi bekerjanya, namun

lebih rendah tingkat pencapaian akademik, aspirasi, dan ekspektasinya.

Selain itu, anak remaja di panti asuhan dirasakan lebih menghargai orang

dewasa yang bukan orang tua mereka dan teman sebaya mereka di

lingkungan sosialnya.

Selain sosialisasi dengan lingkungan, cara remaja putri di panti asuhan

dalam berteman juga menjadi sorotan dalam tema psikososial remaja putri

di panti asuhan. Thomas & Daubman (2001) menemukan bahwa harga diri

anak remaja perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, dan hubungan

pertemanan perempuan lebih kuat, hubungan interpersonal yang lebih

bermanfaat, dan lebih stresful dibanding laki-laki. Anak remaja putri di

Page 101: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

83

panti asuhan memilih untuk berteman dengan siapa saja saat di sekolah

ataupun di panti asuhan. Namun, terkadang di sekolah mereka memilih

untuk berteman dengan teman sebaya yang menerima mereka apa adanya

sesuai dengan kondisi mereka bahkan ada pula yang memilih berteman

dengan teman di panti asuhan yang bersekolah sama sehingga di panti dan

di sekolah hanya itu saja teman mereka. Oberle (2010) menemukan bahwa

penerimaan dalam pertemanan di kalangan remaja perempuan dapat

diprediksi dari tingginya tingkat empati dan optimisme, serta pengaruh

positif. Penerimaan dalam hubungan pertemanan sangat berpengaruh

dalam kesejahteraan sosial dan emosional bagi remaja. Bahkan remaja

putri di panti asuhan lebih memilih untuk berteman dengan teman lawan

jenis dibanding sesama jenis. Harga diri remaja perempuan akan positif

ketika berhubungan dengan kualitas pertemanan dengan teman lawan jenis

(Thomas & Daubman, 2001).

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa walaupun anak remaja putri

di panti asuhan tidak mengalami masalah terkait dengan perkembangan

psikososial, namun ada beberapa remaja yang memiliki risiko dengan

masalah harga diri rendah. Harga diri rendah ini terjadi pada anak remaja

putri yang tidak memiliki orang tua. Kemungkinan dikarenakan kurangnya

keterlibatan orang tua dalam menanamkan konsep diri yang positif. Anak

muda usia 6 hingga 14 tahun di panti asuhan memiliki gangguan defisit

atau hiperaktif, depresi, dan gangguan perkembangan (dosReis, 2001).

Racusin et al (2005) menyarankan bahwa regulasi diri merupakan faktor

Page 102: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

84

yang sangat penting dalam kesan gangguan emosional dan perilaku pada

anak di panti asuhan.

Sebagai praktisi keperawatan, masalah yang muncul pada anak di panti

asuhan merupakan hal yang harus segera ditangani. Berdasarkan penelitian

ini dan penelitian sebelumnya, harga diri rendah merupakan masalah yang

tidak dapat dipandang sebelah mata. Masalah ini dapat mengganggu

perkembangan remaja terutama dalam hal psikososialnya. Self esteem

enhancement merupakan salah satu intervensi yang dapat dilakukan bagi

anak remaja yang memiliki masalah dengan harga diri.

Page 103: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

85

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengalaman anak remaja putri di panti asuhan mayoritas meliputi hal

yang paling menyenangkan yaitu kebersamaan dengan teman-teman di

panti asuhan dan pengalaman menyedihkan ketika adanya masalah

dengan teman sebaya. Sesuai dengan tugas perkembangan remaja

bahwa membuat hubungan pertemanan dengan teman sebaya

merupakan tugas yang harus dilalui oleh remaja sehingga pengaruh

teman sebaya sangat tinggi bagi pengalaman yang dirasakan remaja

putri di panti asuhan.

2. Support system bagi anak remaja putri di panti asuhan terkait dengan

adanya hubungan emosional dan sebagai role model. Orang tua

terutama ibu dan teman sebaya sama kuatnya dalam hal support system

bagi remaja putri dipanti asuhan.

3. Hubungan remaja putri di panti asuhan dengan orang tua meliputi gaya

pengasuhan dan perasaan remaja putri di panti asuhan terhadap orang

tuanya. Gaya pengasuhan yang digunakan orang tua kandung anak

remaja putri di panti asuhan mayoritas menggunakan gaya demokratis.

Perasaan remaja putri di panti asuhan terhadap orang tua mereka

mayoritas rindu.

4. Psikososial remaja putri di panti asuhan terdiri dari konsep diri dan

cara bersosialisasi. Konsep diri anak remaja putri di panti asuhan baik,

Page 104: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

86

mereka memiliki gambaran diri yang positif serta harapan yang

optimis tentang masa depan mereka. Namun, dalam bersosialisasi tak

jarang masih ada yang merasa rendah diri dan memilih untuk berteman

dengan beberapa teman saja yang mereka anggap dapat menerima

keadaan mereka.

B. Saran

1. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet

Sebaiknya Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet memodifikasi

lingkungan di panti asuhan dengan menumbuhkan sikap terbuka berupa

adanya konseling reguler, komunikasi yang terbuka, diadakannya kegiatan

bersama yang rutin, serta diadakannya pelatihan terkait dengan

pengasuhan anak sesuai usianya sehingga kesan orang tua asuh yang galak

tidak ada lagi dan dapat mengerti perkembangan anak yang nantinya dapat

terjalin hubungan emosional layaknya orang tua dengan anak.

2. Penelitian selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk meneliti dengan

membandingkan pengalaman psikososial anak remaja putri yang tinggal di

panti asuhan dengan anak remaja putri yang tinggal di rumah.

3. Warga binaan sosial Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet

Sebaiknya diadakannya kegiatan rutin terkait permbentukan karakter bagi

warga binaan sosial Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet

sehingga dapat membentuk karakter yang positif.

Page 105: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

DAFTAR PUSTAKA

Adams et al. Psychosocial Resources in First-Year University Students: The Role of Identity Processes and Social Relationships. 35 (1). 2006. Hal. 81-91

Agustiani, Hendriati. Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama. 2006

Ahearn, Federick L. Psychosocial Wellness of Refugges Issues in Qualitative and Quantitative Research. United State: Berghahn Books. 2000

American Psychiatric Association. The Use of Medication in Treating Childhood and Adolescent Depression: Information for Patients and Families. Diakses pada tanggal 27 Maret 2013 dari http://www.parentsmedguide.org/pmg_depression.html. 2005

American Psychogical Association. Anxiety. Diakses pada tanggal 27 Maret 2013 dari http://www.apa.org/topics/anxiety/index.aspx. 2013

Andriana, Dian. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika. 2011

Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC. 2008

Bacchini, Dario and Fabrizia Magliulo. Self Image and Self Efficacy during Adolescence. 32 (5). 2003. Hal. 337

Badan Pusat Statistik. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Indonesia. Diakses pada 21 April 2013 dari http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=336&wid=0. 2010

Bandawe, C. R., Louw, J.The Experience of Family Foster Care in Malawi: A Preliminary Investigation. 76 (4). 1997. hal.535-47

Blankenship, Diare. Applied Reseacrh and Evaluation Method in Recreation. United State: Hunan Kinetics. 2009

Borualogo, Ihsana Sabriani. Hubungan Antara Persepsi Tentang Figur Attachment dengan Self Esteem Remaja Panti Asuhan Muhammadiyah. Vol.13 No.1. 2004

Bulechek, Gloria M. Nursing Interventions Classification. Missouri: Mosby Elsevier. 2008

Burns, Nancy. The Practice of Nursing Research Conduct Critique and Utilization. Missouri: Mosby Elsevier. 2005

Carlo, et al.Parenting Styles or Practices? Parenting, Sympathy, and Prosocial

Behaviors Among Adolescents. 168 (2). 2007. hal. 147-176

Page 106: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

Chapman, Mimi V and Sharol L Christ. Attitudes toward Out-of-Home Care over 18 Months: Changing Perceptions of Youths in Foster Care. 32 (3). 2008. Hal. 135

Craig-Oldsen, et al. Issues of Shared Parenting of LGBTQ Choldren and Youth in Foster Care: Preparing Foster Parents for New Roles. 85 (2). 2006

Dahlan, M. Sopiyudin.Evidence Based Medicine : seri 3 cetakan 2. Jakarta : CV. Sagung Seto. 2009

Dalimunthe, Karolina Lamtiur. Kajian Mengenai Kondisi Psikososial Anak yang Dibesarkan di Panti Asuhan. Bandung. 2009

Danim, Sudarwan. 2003. Riset keperawatan : sejarah dan metodologi. Jakarta: EGC. 2007

Departemen Sosial RI. Petunjuk Tekhnis Pelaksanaan Penyantunan dan Pengentasan Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan Anak. Jakarta. 1989

dosReis, et al. Mental Health Services for Youth in Foster Care and Disabled Youths. 91 (7). 2001

Dulmus, Catherine N. and Lisa A. Rapp-Paglicci. The Prevention of Mental Disorders in Children and Adolescents: Future Research and Public-Policy Recommendations. 81 (3). 2000. Hal. 294

Efendi, Ferry. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009

Engels, Rutger C. M. E. and Tom ter Bogt. Influences of Risk Behaviors on the Quality of Peer Relations in Adolescence. 30 (6). 2001. Hal. 675

Farruggia et al. Perceived Social Environment and Adolescents’ Well Being and Adjustment: Comparing a Foster Care Sample With a Matched Sample. 35 (3). 2006. Hal. 349-358

Garcia, Fernando and Enrique Garcia. Is Always Authoritative The Optimum Parenting Style? Evidence From Spanich Families. 44 (173). 2009. Hal. 101

Gramkowski et al. Health Risk Behavior in Foster Youth. 22 (2). 2009. Hal 77-85

Haight et al. Understanding andSupporting Parent-Child Relationship during Foster Care Visits: Attachment Theory and Reseacrh. 48 (2). 2003. Hal. 195

Herdman, T. Heather. Diagnosis Keperawatan: definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC. 2012

Hidayat, A. Aziz Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. 2007

Holloway.Immy. Qualitative Research in Nursing. United Kingdom: John Wiley & Sond Ltd. 2010

Page 107: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

Hurlock, Elisabeth B.Child Development Sixth Edition. Jakarta: Erlangga. 2004

Hurlock, Elisabeth B.Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. 2012

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013 dari http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&sqi=2&ved=0CDQQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.kemenkumham.go.id%2Fattachments%2Farticle%2F172%2Fuu23_2002.pdf&ei=YbRzUdLfEoLsrAey94DoBQ&usg=AFQjCNGzSIhBbAcwqHQesvfHPNVTP2zYEA&sig2=_5K4PEpBUuHOpGmE2GeOUQ&bvm=bv.45512109,d.bmk. 2002

Kools, Susan; Kennedy,Christine.Foster Child Health and Development : Implications for Primary Care. Vol.29/No.1. 2003

Kools, et al.Dimentions of Health in Young People in Foster Care. 21 (2). 2012. Hal. 221-223.

Landsverk, et al.Psychosocial Interventions for Chilldren and Adolescents in Foster Care: Review of Research Literature. 88 (1). 2009. Hal. 49-69

Marques et al. “Building Hope for the Future”: A Program to Foster Strengths in Middle-School Students.12. 2009. Hal. 139-152

Marquis et al. The Relationship of Child Neglect and Physical Maltreatment to Placement Outcomes and Behavioral Adjustment in Children in Foster Care: A Canadian Perpective. 87 (5). 2008. Hal. 5-25

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011

Moorhead, Sue. Nursing Outcomes Classification. Missouri: Mosby Elsevier.

2008

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2003

Neuendorf, Kimberly A. The Content Analysis Guidebook. London: Sage Publication Inc. 2002

Nickerson, Amanda B. and Richard J. Nagle. The Influence of Parent and Peer Attachments on Life Satisfaction in Middle Childhood and Early Adolescence. 66. 2004. Hal. 35-60

Nurdin, Adnil Edwin.Tumbuh Kembang Perilaku Manusia. Jakarta: EGC. 2011

Page 108: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008

Oberle et al. Understanding the Link Between Social and Emotional Well-Being and Peer Relations in Early Adolesncence: Gender-Specific Predictors of Peer Acceptance. 39. 2010. Hal. 1330-1342

Oberle et al. Life Satisfaction in Early Adolescence: Personal, Neighborhood, School, Family, and Peer Influences. 40. 2011. Hal. 889-901

Papalia, Diane E. Human Development. New York: Mc Graw Hill. 2003

Patrick et al. Adolescents Commitment to Developing Talent: The Role of Peers in Continuing Motivation for Sport and the Arts. 28 (3). 1999. Hal. 741

Paulson, Sharon E. and Cheryl L. Sputa. Patterns of Parenting During Adolescence: Perceptions of Adolescents and Parents. 31 (122). 1996. Hal. 369

Pleydon, Anne P and Joseph G. Schner. Female Adolescent Friendship and Delinquent Behavior. 36. 2001. Hal. 189

Polit, D.F and Cheryl Tatano Beck. Nursing Reaseacrh: Principles and Methods. Philadelpia: lippincot Williams & Wilkins. 2004

Potter, Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC. 2005

Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementrian Sosial. Rekapitulasi Data PMKS 2010. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013 dari http://database.depsos.go.id/modules.php?name=Siks. 2011

Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementrian Sosial.Sistem Informasi Panti. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013 dari http://database.depsos.go.id/modules.php?name=Sip&hal=293. 2011

Racusin et al. Psychosocial Treatment of Children in Foster Care: A Review. 41. 2005 Santrock, John W. Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga. 2003

Santrock, John W. Life Span Development. Jakarta: EGC. 2002

Santrock, John W. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2007

Santrock, John W. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2007

Santrock, John W. Remaja Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2007

Page 109: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

Scannapieco et al. In Their Own Words: Challenges Facing Youth Aging Out of Foster Care. 24. 2007. Hal. 423-435

Schwartz, Ann E. “Nobody Knows Me No More”: Experiences of Loss Among African American Adolescents in Kinship and Non-kinship Foster Care Placements. 2. 2010. Hal. 31-49

Setiabudhi, Tony. Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2002

Soetjiningsih.Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. 2004

Streubert Helen J. and Rinaldi Carpenter. Qualitative Research in Nursing: Advancing The Humanistic Imperative 5 Edition. Philadelpia: lippincot Williams & Wilkins. 2011

Sugiyono. Metode Penelitian Tindakan Kelas Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2010

Suldo, Shannon M. and Scott Huebner. The Role of Life Satisfaction in the Relationship between Authoritative Parenting Dimentions and Adolescent Problem Behavior. 66. 2004. Hal. 165-195

Supartini, Yupi. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. 2004

Thomas, Jennifer J. and Kimberly A. Daubman. The Relationship Between Friendship Quality and Self Esteeem in Adolescent Girls and Boys. 45. 2001. Hal. 53

Timmer et al. Paret-Child Interaction Therapy: Application of an Empirically Supported Treatment to Maltreated Children in Foster Care. 85 (6). 2006. Hal. 919

Tim Penyusun Pedoman Akademik Universtitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Pedoman Akademik Program Strata 1 2010/2011. Jakarta: Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2010

Tim Pusat Bahasa Depdiknas RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses pada 8 Maret 2013 dari http://badanbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/. 2013

Tjipsastra, Tetty Elitasari. Hubungan Antara Konsep Diri, Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Anak-anak Panti Asuhan dan Perbedaannya dari Anak-anak yang Diasuh dalam Keluarga. Depok. 1996

Wahyuning, Wiwit.Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2003

Whinston, Andrew B. Handbooks in Information Systems Information Assurance, Security, and Privacy Services. Bingley: Emerald. 2009

Page 110: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

Wong, Donna L.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. 2008

World Health Organization. Adolescent Development. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 dari http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence/dev/en/ . 2013

Yancey, Antronette K. Buinding Positive Self-Image in Adolescents in Foster Care: The Use of Role Models in an Interactive Group Approach. 33. 1998. Hal. 253

Zahra, Roswiyani P. Lingkunagn Keluarga danPeluang Munculnya Masalah Remaja. Vol. 1 No. 2. 2005. Hal 16

Zeanah, Charles H., Shauffer, Carole., Dozier, Mary.Foster Care for Young Children: Why It Must Be Developmentally Informed. doi: 10.1016/j.jaac. 2011

Page 111: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

Tabel 2.1

Nursing Care Plan untuk remaja di panti asuhan

Diagnosa keperawatan: harga diri rendah kronik berhubungan dengan

ketidakefektifan adaptasi terhadap kehilangan, kurang kasih sayang ditandai

dengan evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa,

melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri, seringkali kurang

berhasil dalam peristiwa hidup, kontak mata kurang, perilaku tidak asertif, pasif,

menolak umpan balik positif tentang diri sendiri, ekspresi rasa malu, ekspresi rasa

bersalah

Intervensi (NIC) Kriteriahasil (NOC)

Self esteem enhancement (5400)

Acitivities:

Monitor patients’s statement of self-

worth

Determine patient’s locus of control

Determine patient’s confidence in

own judgment

Encourage patient to identify

strengths

Encourage eye contact in

communicating with others

Reinforce the personal strengths that

patient identifies

Self esteem (1205)

Indicators:

1. Verbalizations of self-acceptance

2. Acceptance of self limitations

3. Maintenance of erect posture

4. Maintenance of eye contact

5. Description of self

6. Regard for others

7. Open communication

8. Fulfillment of personally

significant roles

9. Maintenance of grooming and

hygiene

Page 112: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

Provide experience that increase

patients’s autonomy, as appropriate

Assist patient to identify positive

responses from other

Refrain from negatively criticizing

Refrain from teasing

Convey confidence in patient’s

ability to handle situation

Assist in setting realistic goals to

achieve higher self-esteem

Asssist patient to accept dependence

on others, as appropriate

Assist patient to reexamine negative

perceptions of self

Encourage increased responsibility

for self, as appropriate

Assist patient to identify the impact

of peer group on feelings of self-

worth

Explore previous achievements of

success

Explore reasons for self-criticism or

guilt

Encourage the patient to evaluate

10. Balance of participation and

listening in groups

11. Confidence level

12. Acceptance of compliments from

others

13. Exepected response from others

14. Acceptance of constructive

criticism

15. Willingness to confront others

16. Description of success in work

17. Description of success in school

18. Description of success in social

groups

19. Description of rpide in self

Feelings about self-worthMeasurement

scale:

1 = never positive

2 =rarely positive

3 =sometimes positive

4 = often positive

5 = confidently positive

Page 113: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

own behavior

Encourage patient to accept new

challenges

Reward or praise patient’s progress

toward reaching goals

Facilitate an environment and

activities that will increase self-

esteem

Assist patient to identify significance

of culture, religion, race, gender, and

age on sel-esteem

Instruct parents on the importance of

their interest and support in their

children’s development of a postive

self-concept

Instruct parents to set clear

expectation and to define limits their

children

Teach parents to recognize

children’s accomplishments

Monitor frequency of self-negating

verbalizations

Monitor lack of follow-through in

goal attainment

Page 114: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

Monitor levels of self-esteem over

time, as appropriate

Make positive statements about

patient

Page 115: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di
Page 116: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di
Page 117: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di
Page 118: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di
Page 119: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di
Page 120: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

Pedoman Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

I. Petunjuk umum

a. Tahap perkenalan

b. Ucapkan terima kasih kepada informan atas kesediaan waktu yang telah

diluangkan untuk pelaksanaan wawancara

c. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam

II. Petunjuk wawancara mendalam

a. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara

b. Informan bebas menyampaikan pengalaman, pendapat dan saran

c. Pengalaman, pendapat, dan saran informan sangat bernilai

d. Tidak ada jawaban yang benar atau salah

e. Semua pengalaman, pendapat, dan saran akan dijaga kerahasiaannya

f. Wawancara ini akan direkam dengan tape rocorder untuk membantu dalam

penulisan hasil

III. Pelaksanaan wawancara

A. Perkenalan

Identitas informan :

Nama :

Usia :

Pendidikan :

Page 121: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di

Pedoman Wawancara Mendalam Tentang Pengalaman Psikososial Anak Remaja

Putri di Panti Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet

Psikososial

1. Pengalaman apa saja yang pernah adik rasakan selama di panti asuhan?

2. Pengalaman menyenangkan apa yang pernah adik rasakan selama disini?

3. Pengalaman menyedihkan apa yang pernah adik rasakan selama disini?

4. Siapakah orang yang paling berpengaruh terhadap kehidupan adik?

5. Adik masih mempunyai orang tua atau tidak? Pernahkan adik merindukan orang

tua? Bagaimana beliau memperlakukan adik selama ini?

6. Adakah pengalaman selama ini kesulitan dalam bergaul?

7. Dapatkah adik menggambarkan diri adik selama ini?

Page 122: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di
Page 123: PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA PUTRI DI PANTI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25625/1/NOVIA PUTRI... · dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di