14
JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011 ISSN 2355-9047 1 www.stie-ibek.ac.id © 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI (Studi Kasus Pada PT TIMAH (Persero) Tbk) FERY PANJAITAN Accounting Program STIE-IBEK Bangka Belitung Pangkalpinang, Indonesia [email protected] Abstract-The research method used is a quantitative analysis method with data for last 5 consecutive years, ie from 2006 until 2010 and using a simple regression analysis with the help of SPSS application. Based on the analysis, determination coefficient obtained figures of 88%, in this case means 88% of the Economic Rentability of the company, could be explained by the variable Working Capital, while the remaining 12% is explained by other reasons such as companies policy and implementation of the policy, planning and supervision performed optimally. Based on T - Test, resulted t count of X variable in this case Working Capital is 4.695 with significant (sig) to 0.018 or a probability far below 0.05. Because the value t count > t table or 4.695> 2.353, then H 0 is rejected or accepted H 1 , which means regression coefficient result is significant or Working Capital is significantly positive effects on Economic Rentability. The result of these discussions can be concluded that the increase in working capital will be able to improve the economic rentability. In additional working capital to be done with due regard to economy as a fair rate of return. Besides, if the company intends to increase its profits, an effort that could be run by manage in other side, current assets and current liabilities are optimalles, in addition to increased sales company’s to be optimalized. Keywords: Working Capital, Economic Rentability I. PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah sekarang ini tidak lain bertujuan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, antara lain diwujudkan melalui kebijakan deregulasi diberbagai bidang usaha. Dalam era deregulasi ini, pemerintah mengurangi campur tangan secara langsung dalam mengatur dan mengendalikan perekonomian, sifat dan dinamika dunia usaha bersumber pada inisiatif, kreativitas dan produktivitas dunia usaha sendiri. Peranan mekanisme pasar di dalam kegiatan ekonomi semakin besar, sehingga kalangan dunia usaha dituntut untuk berpacu dalam memenangkan pasar melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas. Untuk mewujudkan semua tuntutan tersebut diperlukan suatu prinsip pengelolaan yang efektif dan efisiensi serta produktif terhadap semua bagian yang ada di perusahaan. Serta ditunjang oleh suatu tindakan pengendalian yang efektif untuk mencegah timbulnya penyimpangan yang mengganggu terhadap kinerja perusahaan. Efisiensi operasi perusahaan akan berperanan penting terhadap keberhasilan perusahaan dengan adanya laju pertumbuhan penjualan yang meningkat. Peningkatan laju pertumbuhan penjualan membutuhkan adanya penambahan pembiayaan, baik pembiayaan dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Perusahaan didirikan untuk memperoleh laba atau keuntungan yang maksimum untuk menjaga kelangsungan perusahaan. Oleh karena itu penggunaan modal kerja perlu dikaitkan dengan peningkatan laba usaha. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam kegiatan usaha adalah volume penjualan yang memiliki hubungan dengan pengaturan keuangan dalam aktiva lancar dan utang lancar yang pengelolaannya sangat tergantung dengan modal kerja. Masalahnya meliputi usaha untuk mendapatkan, menyediakan dan menggunakan modal yang diperlukan oleh perusahaan. Sumber modal kerja itu sendiri dapat diperoleh dari keuntungan perusahaan (modal sendiri) atau modal yang berasal dari pinjaman-pinjaman. Untuk itu dalam operasional perusahaan adalah terletak pada aspek pengaturan keuangan. PT Timah (Persero) Tbk merupakan salah satu perusahaan industri yang bergerak dibidang pertambangan yang mempunyai sifat terbuka atas penyertaan saham-sahamnya. Oleh karena itu, dalam pengelolaannya, khususnya aktiva lancar yang terdapat dalam manajemen modal kerja adalah cara yang tepat untuk digunakan dalam meningkatkan penjualan agar perolehan laba perusahaan dapat meningkat. Dalam upaya mewujudkan operasi perusahaan yang efisien, ukuran keberhasilan belum cukup hanya dilihat dari besarnya laba yang diperoleh, tetapi harus dilihat dari rentabilitasnya. Usaha perusahaan harus diarahkan pada pencapaian tingkat rentabilitas yang maksimal. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yang didasarkan pada rumusan masalah tersebut di atas adalah : 1. Untuk mengetahui perkembangan modal kerja pada PT. Timah (Persero) Tbk. 2. Untuk mengetahui perkembangan rentabilitas ekonomi yang pada PT. Timah (Persero) Tbk. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi perusahaan pada PT Timah (Persero) Tbk.

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 1

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP

RENTABILITAS EKONOMI (Studi Kasus Pada PT TIMAH (Persero) Tbk)

FERY PANJAITAN

Accounting Program

STIE-IBEK Bangka Belitung

Pangkalpinang, Indonesia

[email protected]

Abstract-The research method used is a quantitative

analysis method with data for last 5 consecutive years, ie from

2006 until 2010 and using a simple regression analysis with the help of SPSS application. Based on the analysis, determination

coefficient obtained figures of 88%, in this case means 88% of

the Economic Rentability of the company, could be explained by

the variable Working Capital, while the remaining 12% is explained by other reasons such as companies policy and

implementation of the policy, planning and supervision

performed optimally. Based on T - Test, resulted tcount of X

variable in this case Working Capital is 4.695 with significant (sig) to 0.018 or a probability far below 0.05. Because the value

t count > t table or 4.695> 2.353, then H0 is rejected or accepted

H1, which means regression coefficient result is significant or

Working Capital is significantly positive effects on Economic Rentability. The result of these discussions can be concluded

that the increase in working capital will be able to improve the

economic rentability. In additional working capital to be done

with due regard to economy as a fair rate of return. Besides, if the company intends to increase its profits, an effort that could

be run by manage in other side, current assets and current

liabilities are optimalles, in addition to increased sales

company’s to be optimalized.

Keywords: Working Capital, Economic Rentability

I. PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh

pemerintah sekarang ini tidak lain bertujuan untuk

mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, antara lain

diwujudkan melalui kebijakan deregulasi diberbagai

bidang usaha. Dalam era deregulasi ini, pemerintah

mengurangi campur tangan secara langsung dalam

mengatur dan mengendalikan perekonomian, sifat dan

dinamika dunia usaha bersumber pada inisiatif,

kreativitas dan produktivitas dunia usaha sendiri.

Peranan mekanisme pasar di dalam kegiatan

ekonomi semakin besar, sehingga kalangan dunia usaha

dituntut untuk berpacu dalam memenangkan pasar

melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Untuk mewujudkan semua tuntutan tersebut

diperlukan suatu prinsip pengelolaan yang efektif dan

efisiensi serta produktif terhadap semua bagian yang ada

di perusahaan. Serta ditunjang oleh suatu tindakan

pengendalian yang efektif untuk mencegah timbulnya

penyimpangan yang mengganggu terhadap kinerja

perusahaan. Efisiensi operasi perusahaan akan

berperanan penting terhadap keberhasilan perusahaan

dengan adanya laju pertumbuhan penjualan yang

meningkat. Peningkatan laju pertumbuhan penjualan

membutuhkan adanya penambahan pembiayaan, baik

pembiayaan dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap.

Perusahaan didirikan untuk memperoleh laba atau

keuntungan yang maksimum untuk menjaga

kelangsungan perusahaan. Oleh karena itu penggunaan

modal kerja perlu dikaitkan dengan peningkatan laba

usaha. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam

kegiatan usaha adalah volume penjualan yang memiliki

hubungan dengan pengaturan keuangan dalam aktiva

lancar dan utang lancar yang pengelolaannya sangat

tergantung dengan modal kerja. Masalahnya meliputi

usaha untuk mendapatkan, menyediakan dan

menggunakan modal yang diperlukan oleh perusahaan.

Sumber modal kerja itu sendiri dapat diperoleh dari

keuntungan perusahaan (modal sendiri) atau modal yang

berasal dari pinjaman-pinjaman. Untuk itu dalam

operasional perusahaan adalah terletak pada aspek

pengaturan keuangan.

PT Timah (Persero) Tbk merupakan salah satu

perusahaan industri yang bergerak dibidang

pertambangan yang mempunyai sifat terbuka atas

penyertaan saham-sahamnya. Oleh karena itu, dalam

pengelolaannya, khususnya aktiva lancar yang terdapat

dalam manajemen modal kerja adalah cara yang tepat

untuk digunakan dalam meningkatkan penjualan agar

perolehan laba perusahaan dapat meningkat. Dalam

upaya mewujudkan operasi perusahaan yang efisien,

ukuran keberhasilan belum cukup hanya dilihat dari

besarnya laba yang diperoleh, tetapi harus dilihat dari

rentabilitasnya. Usaha perusahaan harus diarahkan pada

pencapaian tingkat rentabilitas yang maksimal. Tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini yang didasarkan

pada rumusan masalah tersebut di atas adalah :

1. Untuk mengetahui perkembangan modal kerja pada

PT. Timah (Persero) Tbk.

2. Untuk mengetahui perkembangan rentabilitas

ekonomi yang pada PT. Timah (Persero) Tbk.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal kerja

terhadap rentabilitas ekonomi perusahaan pada PT

Timah (Persero) Tbk.

Page 2: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 2

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

II. LANDASAN TEORI

Laporan Keuangan

Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap

perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk

mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan kondisi

keuangan suatu perusahaan akan dapat dilihat atau

diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang terdiri

dari laporan Neraca (Balance Sheet), Laporan Rugi /

Laba (Income Statement), laporan Arus Kas (Cash Flow)

serta laporan-laporan keuangan lainnya.

Melakukan analisis terhadap pos-pos neraca akan

dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang

posisi keuangannya sedangkan analisis terhadap laporan

rugi/laba akan memberikan gambaran tentang hasil atau

perkembangan usaha suatu perusahaan yang

bersangkutan.

Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004),

pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut

“Bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan

keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca,

Laporan Rugi/Laba, Laporan Perubahan Posisi Keuangan

(yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti

misalnya sebagai Laporan Arus Kas, atau Laporan Arus

Dana), catatan atau laporan lain serta materi penjelasan

yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari

proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu

perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan

dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut.

Laporan keuangan merupakan laporan yang sangat

penting yang disusun dengan maksud untuk menyediakan

informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan

pertimbangan didalam pengambilan keputusan. Melalui

laporan keuangan ini secara periodik dilaporkan

informasi penting mengenai suatu perusahaan yang

berupa :

1. Informasi mengenai sumber-sumber ekonomi dan

kewajiban serta modal perusahaan.

2. Informasi mengenai perubahan-perubahan dalam

sumber-sumber ekonomi netto atau kekayaan bersih

yang timbul dari aktiva usaha dalam rangka

memperoleh laba.

3. Informasi mengenai hasil usaha perusahaan yang

dapat dipakai sebagai dasar untuk menilai dan

membuat estimasi tentang kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba.

4. Informasi mengenai perubahan-perubahan dalam

sumber-sumber ekonomi dan kewajiban yang

disebabkan oleh aktivitas pembelanjaan dan investasi.

5. Informasi lainnya yang berhubungan dengan laporan

keuangan seperti kebijakan akuntansi yang dianut

oleh perusahaan.

Laporan keuangan tersebut disajikan kepada banyak

pihak yang berkepentingan dengan eksistensi perusahaan

termasuk manajemen (untuk mengelola perusahaan),

kreditur (untuk menilai kemungkinan akibat dari

pinjaman yang diberikan), pemerintah (untuk

perpajakan), dan lain sebagainya.

Komponen-komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambarkan dampak

keuangan dan transaksi dan peristiwa lain yang

diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut

karateristik ekonominya. Kelompok besar itu merupakan

komponen laporan keuangan, komponen yang berkaitan

secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan

dalam neraca adalah aktiva, hutang dan modal.

Sedangkan komponen yang berkaitan dengan kinerja

operasi perusahaan dalam laporan rugi/laba adalah

pendapatan dan biaya.

Neraca

Neraca atau sering disebut juga laporan posisi

keuangan merupakan suatu daftar/laporan yang

menggambarkan aktiva (harta kekayaan), hutang dan

modal yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu saat

tertentu. Neraca memberikan informasi mengenai sumber

daya yang diperoleh suatu perusahaan, termasuk

informasi mengenai dari mana asal sumber daya tersebut.

Unsur-unsur neraca dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Aktiva/Harta (Assets)

Aktiva/harta merupakan sumber-sumber

ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan yang biasanya

dinyatakan dalam satuan uang. Adanya sejumlah

aktiva/harta dalam susunan neraca, maka akan

memudahkan apabila harta ini diklasifikasikan

kedalam beberapa golongan. Klasifikasi yang berlaku

umum untuk aktiva/harta terdiri dari tiga, yaitu :

a) Aktiva Lancar (Current Assets)

Penggolongan aktiva/harta tergantung dari

jangka waktu rata-rata yang diperlukan oleh aktiva

yang bersangkutan untuk beralih bentuk kembali

menjadi uang. Jika waktunya satu tahun atau

kurang dari satu tahun, maka dapat digolongkan

kedalam aktiva lancar (current assets). Aktiva

lancar memiliki pos-pos yang diurut berdasarkan

tingkat kecairannya (likuid), yaitu Kas (Cash),

Piutang Dagang (Account Receivable), Wesel

Tagih (Notes Receivable), Surat-surat berharga

(Marketable Sekurities), Persediaan Barang

Dagangan (Merchandise Inventory), Perlengkapan

Toko (Store Supplies), Perlengkapan Kantor

(Office Supplies) dan lain-lain.

b) Aktiva Tetap/Aktiva Tetap Berwujud (Fixed

Assets/Tangible Fixed Assets)

Aktiva tetap merupakan aktiva yang dapat

digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan

aktivitas usaha dan sifatnya tetap apabila jangka

waktu perputarannya lebih dari satu tahun. Aktiva

tetap ini umumnya tidak dimaksudkan untuk

dijual kembali, melainkan diserahkan untuk

dipakai dalam operasional perusahaan.

Cara penyusunan urutan aktiva tetap untuk

perusahaan tidak seragam, menurut Abdullah

Page 3: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 3

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

Shahab (1989) lebih cenderung untuk menyusun

urutan penyajian aktiva tetap dimulai dari aktiva

berdasarkan umur yang terpendek, yaitu Peralatan

Toko (Store Equipment), Peralatan Kantor (Office

Equipment), Peralatan untuk pengangkutan

(Delevery Equipment), Bangunan (Building),

Tanah (Land).

c) Aktiva Lainnya (Other Assets)

Aktiva lainnya merupakan aktiva yang tidak

termasuk dalam aktiva lancar (current assets) dan

juga tidak termasuk kedalam aktiva tetap (fixed

assets) dan yang terpenting adalah bahwa aktiva

lainnya ini akan sulit/tidak dapat dijadikan uang

bila perusahaan dilikuidasi atau tidak turut serta

berproduksi. Aktiva lainnya terdiri dari

komponen-komponen neraca, seperti

penanaman/penyertaan aktiva yang sementara

tidak diikut sertakan dalam proses produksi, biaya

yang ditangguhkan, Goodwill dan sebagainya.

2. Hutang/Kewajiban (Liabilities)

Hutang atau kewajiban merupakan kewajiban

perusahaan kepada pihak-pihak eksternal perusahaan

(kreditur) atau kewajiban-kewajiban yang harus

dibayar oleh perusahaan dengan uang atau jasa pada

suatu saat tertentu dimasa yang akan datang.

Pengertian hutang atau kewajiban menurut FASB

No.6 (dikutip penulis dari buku Jay M. Smith dan K.

Fred Skousen (1996) adalah Pengorbanan manfaat

ekonomi yang sangat mungkin terjadi pada masa

mendatang yang timbul dari keharusan yang dihadapi

entitas (satuan usaha yang memiliki aktiva, hutang

dan modal sendiri dari segi akuntansi) tertentu saat ini

untuk mentransfer aktiva atau memberikan jasa

kepada entitas lain pada masa mendatang sebagai

hasil transaksi atau kejadian masa lalu.

Hutang /Kewajiban (Liabilities) merupakan

tagihan para kreditur kepada perusahaan. Hutang-

hutang dilaporkan dalam neraca menurut urutan saat

pelunasannya, yaitu:

a) Hutang Jangka Pendek/Hutang Lancar

(Current Liabilities)

Hutang lancar merupakan kewajiban

perusahaan kepada kreditur, yang harus segera

dilunasi/diselesaikan dalam jangka waktu kurang

dari satu tahun. Pos-pos yang termasuk dalam

hutang lancar, yaitu : hutang dagang kepada para

kreditur (Account Payable), Hutang wesel yang

ditarik untuk pinjaman hutang jangka pendek

(Notes Payable), dan lain sebagainya.

b) Hutang Jangka Panjang (Long Term Liabilities)

Hutang jangka panjang merupakan

kewajiban perusahaan yang harus

dilunasi/diselesaikan dalam jangka waktu satu

tahun atau lebih. Pos-pos yang termasuk dalam

hutang jangka panjang, yaitu : hipotek (Mortgages

Payable) dan pinjaman obligasi (Bond Payable).

c) Modal (Capital)

Modal merupakan hak pemilik perusahaan

atas kekayaan (aktiva) perusahaan atau nilai lebih

dari kekayaan (aktiva) perusahaan yang

merupakan hak pemilik perusahaan setelah jumlah

hutang – hutang dikurangi. Contoh neraca

menurut S. Munawir (1993) dengan bentuk

vertikal (report form), bentuk rekening (Skontro),

neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau

posisi keuangan perusahaan

Laporan Rugi/Laba (Income Statement)

Laporan rugi/laba merupakan suatu laporan yang

memberikan gambaran secara ringkas dan disusun secara

sistematis mengenai pendapatan-pendapatan (Revenue)

dan beban-beban (Expenses) dari suatu unit usaha

didalam jangka waktu atau periode tertentu. Laporan

rugi/laba memberikan informasi mengenai kemampuan

laba yang diperoleh dari kegiatan suatu perusahaan.

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam laporan

rugi/laba adalah :

1. Pendapatan (Revenue)

Pendapatan merupakan peningkatan jumlah

aktiva atau penurunan kewajiban suatu badan usaha,

yang timbul dari penjualan barang dagangan,

melaksanakan atau memberikan jasa kepada

pelanggan atau aktivitas usaha lainnya didalam suatu

periode.

2. Beban (Expenses)

Beban merupakan setiap aliran keluar atau

penggunaan aktiva atau timbulnya kewajiban (atau

kombinasi dari keduanya) dalam rangka atau

dihasilkan barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan

aktivitas lain yang merupakan kegiatan utama

perusahaan. Atau merupakan pengeluaran uang atau

prestasi yang diterima untuk menjalankan perusahaan

atau untuk proses produksi yang dipergunakan dalam

rangka mendapatkan hasil (produk) tersebut.

Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Abdullah Shahab (1989) menjelaskan

mengenai sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah

sebagai berikut :

1. Laporan keuangan bersifat historis, yang merupakan

laporan atas kejadian-kejadian yang telah lewat.

Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap

sebagai satu-satunya informasi dalam proses

pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari

penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.

4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.

Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap

suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dapat

dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh

yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.

5. Laporan keuangan itu bersifat konservatif dalam

menghadapi ketidakpastian, bila terdapat beberapa

kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai

Page 4: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 4

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif

yang menghasilkan laba bersih atau aktiva yang

paling kecil.

6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna

ekonomis suatu peristiwa atau transaksi dari pada

bentuk umumnya (formalitas).

7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan

istilah-istilah teknis, dan pemakaian laporan

diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan

sifat informasi yang dilaporkan.

8. Adanya berbagai macam alternatif metode akuntansi

yang dapat digunakan, menimbulkan variasi dalam

pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat

kesuksesan antar perusahaan.

9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak

dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

Modal Kerja

Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya

akan membutuhkan modal kerja. Hal ini dimaksudkan

untuk membiayai keperluan-keperluannya dalam rangka

mempertahankan kesinambungan dan kontinuitas

usahanya.

Modal kerja tersebut dipergunakan untuk

membiayai operasional perusahaan sehari-hari, misalnya

untuk pembelian bahan baku, membayar gaji karyawan,

membayar upah buruh dan lain-lain. Setelah itu

diharapkan uang atau dana yang dikeluarkan akan dapat

masuk kembali ke dalam kas perusahaan dalam jangka

waktu yang tidak lama melalui proses penjualan dari

hasil suatu produksi. Uang yang diperoleh dari penjualan

produk tersebut akan digunakan kembali sebagai modal

untuk membiayai opersioanal perusahaan selanjutnya dan

demikian seterusnya dana tersebut akan terus berputar

dalam setiap periodenya selama perusahaan masih ada.

Uraian diatas dapat diketahui, bahwa betapa

pentingnya peranan modal kerja didalam menjalankan

operasional perusahaan. Disamping itu modal kerja dapat

dikaitkan sebagai alat penggerak yang dapat

mempengaruhi kemajuan perusahaan.

Pengertian Modal Kerja

Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam

aktiva lancar seperti kas, bank, surat berharga, piutang

dan persediaan. Modal kerja mempunyai peranan yang

sangat penting dalam suatu kegiatan perusahaan. Oleh

karena itu perlu adanya penyediaan modal kerja yang

cukup guna melaksanakan operasional perusahaan sehari-

hari, diantaranya untuk pembayaran gaji

karyawan/pegawai dan pembelian bahan baku.

Pendapat mengenai pengertian modal kerja,

dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya :

1. J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham (1998)

“Modal kerja merupakan investasi modal perusahaan

dalam assets jangka pendek (aktiva lancar

perusahaan), yaitu aktiva-aktiva yang dalam jangka

waktu paling lama satu tahun dapat dicairkan menjadi

uang kas”.

2. Syafaruddin Alwi (1993)

“Modal kerja merupakan selisih dari aktiva lancar

dikurangi hutang lancar, dimana aktiva lancar harus

lebih besar dari pada hutang lancar”.

Unsur-Unsur Modal Kerja

Modal kerja dari suatu perusahaan terbentuk dari

beberapa unsur, yaitu :

1. Kas

Kas merupakan unsur modal kerja yang paling

tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas,

maka tingkat likuiditasnya makin tinggi dan resiko

tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya akan

lebih kecil. Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang

paling lancar. Pengeluaran kas dalam suatu

perusahaan dapat bersifat secara terus menerus.

Misalnya pengeluaran kas untuk pembelian bahan

baku, upah buruh, gaji karyawan dan lain-lain. Kas

mempunyai persediaan minimal yang sering disebut

dengan safety cash balance, yaitu jumlah minimal

dari kas yang harus dipertahankan perusahaan agar

dapat memenuhi kewajiban finansialnya sewaktu-

waktu.

Menurut Bambang Riyanto (1997) safety cash

balance atau persediaan bersih kas ini, dipengaruhi

oleh beberapa hal yaitu:

a. Perimbangan antara kas masuk dan kas keluar

b. Penyimpangan terhadap aliran kas yang

diperkirakan

c. Adanya hubungan yang baik dengan bank-bank

2. Piutang

Piutang timbul karena adanya penjualan secara kredit.

Piutang juga merupakan elemen modal kerja yang

selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus

dalam rantai perputaran modal kerja, yaitu :

Kas Persediaan Piutang Kas

3. Persediaan

Persediaan sebagai unsur utama dari modal kerja,

merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar

dimana secara terus menerus mengalami perubahan.

Jumlah modal kerja yang tertanam dalam persediaan

akan turut menentukan tingginya tingkat keuntungan

yang dicapai. Hal ini disebabkan oleh dua faktor,

yaitu :

a. Adanya biaya-biaya yang berhubungan dengan

pergudangan dan pengurasan barang-barang akan

menambah biaya operasi secara keseluruhan.

b. Makin tinggi modal yang digunakan dibandingkan

dengan volume penjualan makin rendah

perputarannya dan oleh karena itu akan

memperoleh laba investasi yang lebih rendah.

Jenis-jenis Modal Kerja

Mengenai pengertian dan unsur-unsur pembentukan

modal kerja, maka berikut ini akan diuraikan mengenai

klasifikasi atau jenis-jenis modal kerja berdasarkan sifat

penggunaannya, yaitu yang bersifat kontinyu atau

insidental. Menurut W.B.Tylor dalam bukunya Financial

Politicies of Bussines Enterprise, yang dikutip oleh

Page 5: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 5

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

Bambang Riyanto (1997) modal kerja digolongkan

kedalam 2 jenis, yaitu :

1. Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus

tetap ada pada perusahaan untuk tetap dapat

menjalankan fungsinya. Dengan kata lain modal kerja

dapat diperlukan secara terus menerus untuk

kelancaran usaha. Modal kerja ini dapat dibagi atas:

a. Modal kerja primer (Primary Working Capital),

yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus

ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas

usaha.

b. Modal kerja normal (Normal Working Capital),

yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk

menyelenggarakan luas produk yang normal

(dinamis).

2. Modal kerja variabel (Variable Working Capital),

yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

sesuai dengan perubahan keadaan yang terbagi dalam

3 jenis, yaitu :

a. Modal kerja musiman (seasional working capital),

yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

karena fluktuasi musiman.

b. Modal kerja siklis (syclical working capital), yaitu

modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena

fluktuasi konjungtur.

c. Modal kerja darurat (emergency working capital),

yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah

karena adanya keadaan darurat yang tidak

diketahui sebelumnya.

Sumber-Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Masalah permodalan khususnya modal kerja

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kontinuitas perusahaan, karena jika perusahaan dalam

keadaan menjalankann usahanya mengalami kekurangan

modal kerja, kontinuitas perusahaan akan terganggu.

Maka jelaslah bahwa modal kerja merupakan salah satu

pendukung bagi tercapainya tujuan perusahaan.

Pimpinan perusahaan harus berusaha agar modal

kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat dipenuhi

tepat pada waktunya. Usaha untuk memenuhi modal ini

dapat dilakukan dengan memperhatikan sumber dana

penggunaan dari modal yang tersedia. Adapun yang

menjadi sumber-sumber modal adalah :

1. Hasil operasi yang merupakan jumlah net income

yang terlihat dari laporan rugi/laba ditambah

depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukkan

jumlah modal kerja yang berasal dari kinerja operasi

perusahaan.

2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga

(investasi jangka panjang) yang dalam hal ini

dipisahkan dari sumber modal kerja yang berasal dari

hasil pokok perusahaan.

3. Penjualan aktiva tidak lancar (aktiva tetap, investasi

jangka panjang, aktiva tidak lancar lainnya) yang

tidak diperlukan lagi dalam operasional perusahaan.

4. Penjualan saham atau obligasi.

Sedangkan penggunaan modal kerja itu sendiri

yaitu:

1. Pembayaran biaya-biaya atau ongkos-ongkos

perusahaan;

2. Adanya pembelian atau penambahan aktiva tetap;

3. Pembayaran hutang jangka panjang;

4. Adanya pembentukkan dana atau penyisihan aktiva

lancar;

5. Kerugian dari operasi perusahaan;

6. Pengambilan barang/uang untuk kepentingan pribadi

pemilik perusahaan atau pembayaran deviden didalam

Perseroan Terbatas (PT).

Uraian di atas dapat dilihat bahwa perubahan-

perubahan elemen-elemen dalam neraca yang efeknya

akan memperkecil kas merupakan penggunaan dana dan

perubahan-perubahan elemen-elemen neraca yang

efeknya memperbesar kas merupakan sumber dana.

Fungsi Modal Kerja

Modal kerja dalam suatu perusahaan harus cukup

jumlahnya. Dengan modal kerja yang cukup akan

menguntungkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara

ekonomis dan perusahaan tidak mengalami kesulitan

keuangan. Selain dari dampak di atas, modal kerja juga

memberikan berbagai keuntungan antara lain :

1. Melindungi perusahaan dari krisis modal kerja karena

turunnya nilai aktiva lancar.

2. Memungkinkan membayar semua kewajiban tepat

pada waktunya.

3. Menjamin dimilikinya kredit perusahaan yang

semakin besar dan memungkinkan perusahaan untuk

menghadapi kesulitan yang mungkin terjadi.

4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan yang

cukup untuk melayani para konsumen.

Mengukur Efisiensi Modal Kerja

Modal kerja meliputi current assets atau aktiva

lancar dan current liabilities atau hutang lancar.

Pengelolaan modal kerja merupakan salah satu aspek

penting dari keseluruhan manajemen keuangan, oleh

karena itu perusahaan harus mempertahankan jumlah

modal kerja yang menguntungkan yaitu jumlah aktiva

lancar yang harus lebih besar dari pada jumlah hutang

lancar.

Cara mengukur efisiensi dari modal kerja, yaitu

jumlah aktiva lancar dikurangi dengan jumlah hutang

lancar (net working capital) yang dimaksud dengan

aktiva lancar adalah berupa uang kas atau aktiva lain

yang dapat dicairkan atau ditukarkan dengan uang tunai,

dan juga dijual atau dikonsumsikan dalam periode

berikutnya paling lama 1 (satu) tahun dalam kegiatan

normal perusahaan. Yang termasuk dalam elemen-

elemen aktiva lancar adalah sebagai berikut :

1. Kas (cash on bank or in bank)

2. Piutang dagang (account receivable)

3. Wesel tagih (notes receivable)

4. Efek (marketable sekurities)

5. Persediaan (inventory)

6. Biaya dibayar dimuka (prepaid expenses)

Sedangkan yang dimaksud hutang lancar atau

hutang jangka pendek adalah kewajiban perusahaan pada

Page 6: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 6

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

pihak lain yang harus dilunasi dalam jangka waktu

kurang dari 1 (satu) tahun. Yang termasuk dalam hutang

lancar adalah sebagai berikut :

1. Wesel bayar (notes receivable)

2. Pinjaman jangka pendek (short term liabilities)

3. Kredit bank jangka pendek (short term bank loan)

4. Pembayaran diterima dimuka (advance payment)

Setelah melihat uraian di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa kebijaksanaan dalam pengelolaan

aktiva lancar dan hutang lancar akan mempengaruhi

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Perusahaan harus lebih memperhatikan jumlah

aktiva lancar dengan hutang lancar karena perubahan dari

salah satu unsur penting tersebut akan mengakibatkan

perubahan dalam penerimaan kas, net working capital

dan cost of financing.

Rentabilitas Ekonomi

Tujuan didirikannya suatu perusahaan tentunya

beraneka ragam. Namun demikian, pada prinsipnya

adalah bertujuan agar kelangsungan hidup suatu

perusahaan dapat terjamin. Tentu hal ini dapat tercapai

jika perusahaan memperoleh keuntungan atau laba.

Salah satu tujuan dari perusahaan yang ingin dicapai

yakni memperoleh laba yang sangat berpengaruh pada

rentabilitas perusahaan.

Pengertian Rentabilitas Ekonomi

Sedangkan menurut R Agus Sartono (2001)

rentabilitas ekonomi adalah: “Merupakan tolak ukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan

aktiva yang digunakan”.

Rentabilitas ekonomi merupakan kemampuan suatu

perusahaan untuk menghasilkan laba dengan modal yang

bekerja didalamnya pada perusahaan tersebut. Laba

diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi

hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan.

Modal yang diperhitungkan dalam rentabilitas ekonomi

adalah modal yang bekerja didalam perusahaan

(operating capital assets).

Laba yang diperoleh dari usaha-usaha diluar operasi

perusahaan atau dari efek (deviden, kupon, dan lain-lain)

tidak disertakan dalam perhitungan rentabilitas ekonomi.

Begitu pula dengan modal yang ditanamkan pada

perusahaan lain atau yang ditanamkan dalam bentuk efek

tidak disertakan dalam perhitungan rentabilitas ekonomi.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas

Ekonomi

Besar kecilnya tingkat rentabilitas ekonomi suatu

perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Profit Margin

Profit margin merupakan perbandingan antara

laba usaha sebelum pajak/bunga (Net Operating

Income/EBIT) dengan jumlah hasil penjualan (Net

Sales) yang dinyatakan dalam persentase.

Profit margin dimaksudkan untuk mengetahui

efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar

kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan

penjualan, menurut S. Munawir (1993) dirumuskan

sebagai berikut :

EBIT

Profit Margin = x 100%

Penjualan

Dua alternatif dalam usaha untuk memperbesar

profit margin, yaitu :

a. Dengan menambah biaya usaha sampai

tingkat tertentu dimana tercapainya

tambahan penjualan (sales) yang sebesar-

besarnya, dengan catatan bahwa tambahan

penjualan harus lebih besar dari pada

tambahan biaya usaha. Misalnya dengan

memperbesar volume penjualan sampai pada

tingkat tertentu atau menaikkan harga jual

per unit pada penjualan dalam unit tertentu.

b. Mengurangi pendapatan dari penjualan

sampai tingkat tertentu dimana terjadi

pengurangan biaya usaha yang lebih besar

dibandingkan dengan jumlah pengurangan

dari penjualan.

2. Turnover Of Operating Assets

Tingkat perputaran aktiva atau turnover of

operating assets (TOA), yaitu kecepatan berputarnya

aktiva usaha dalam suatu periode tertentu.

Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan

membagi penjualan bersih dengan modal usaha,

menurut S. Munawir (1993) dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Penjualan

Tingkat Perputaran Aktiva = x 1 kali

Aktiva Usaha

Tingkat perputaran aktiva dimaksud untuk

membatasi efisiensi usaha dengan melihat kecepatan

perputaran modal usaha dalam periode tertentu. Sama

halnya dengan profit margin tingkat perputaran aktiva

juga dapat dipertinggi dengan cara:

a. Dengan menambah modal usaha sampai tingkat

tertentu diusahakan tercapainya tambahan

penjualan sebesar-besarnya.

b. Dengan mengurangi penjualan sampai tingkat

tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan

modal usaha sebesar-besarnya.

Keterkaitan Antara Modal Kerja Dengan Rentabilitas

Ekonomi

Rentabilitas ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu profit margin dan perputaran modal usaha.

Perputaran modal usaha yang digunakan untuk

melaksanakan operasional perusahaan dipengaruhi oleh

volume penjualan dan modal usaha bersih. Modal usaha

bersih ini terdiri dari aktiva tetap dan aktiva lancar yang

pengertiannya merupakan volume modal kerja yang

terdiri dari volume kas, piutang dan persediaan.

Penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa volume

modal kerja mempunyai keterkaitan dengan rentabilitas

ekonomi, yaitu perkalian antara profit margin dengan

Page 7: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 7

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

perputaran modal usaha., menurut S. Munawir (1993)

atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

RE = Profit Margin x Tingkat Perputaran Aktiva

Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi perusahaan

ditentukan dengan tingkat profit margin dengan

perputaran aktiva. Sedangkan hubungan antara profit

margin dengan perputaran aktiva, menurut S. Munawir

(1993:105) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Net Operating Income Net Operating Income Net Sales

= x Net Operating Asset Net Sales Operating Sales

Dari penjabaran rumus di atas dapat di tarik

kesimpulan, bahwa RE (Rentabilitas Ekonomi) adalah

Laba Usaha (Net Operating Income) dibagi dengan

Aktiva Usaha ( Net Operating Assets) x 100%. Rasio ini

digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva usaha

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini

juga mencerminkan keuntungan yang diperoleh tanpa

mengingat dari mana sumber modal dan menunjukkan

tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan

operasinya sehari-hari.

Rasio yang rendah dapat menunjukkan adanya

investasi yang berlebihan, atau bisa juga sebagai akibat

rendahnya volume penjualan dibandingkan dengan

ongkos-ongkos yang diperlukan. Di samping itu

rendahnya ratio ini dapat juga menunjukkan efisiensi di

dalam produksi, pembelian maupun pemasaran atau

mungkin karena adanya kegiatan ekonomi yang menurun.

Berbagai faktor mempengaruhi besar kecilnya

rentabilitas ekonomi suatu perusahaan, dapat dilihat pada

gambar sebagai berikut :

GAMBAR 1

Hubungan antara berbagai faktor yang

mempengaruhi besar kecilnya Rentabilitas Ekonomi

Sumber: Menurut Bambang Riyanto (1997)

Kerangka Berpikir dan Hipotesis

Modal kerja mempunyai peranan yang sangat

penting dalam suatu perusahaan terhadap pembentukan

laba dan akan menentukan tingkat rentabilitas ekonomi

perusahaan. Bila tujuan perusahaan untuk memperoleh

laba tercapai, maka kelangsungan hidup suatu perusahaan

akan terjamin secara berkesinambungan.

Tujuan modal kerja adalah untuk mengelola

masing-masing pos aktiva lancar dan hutang lancar

sedemikian rupa sehingga jumlah aktiva lancar dikurangi

jumlah hutang lancar yang diinginkan akan tetap

dipertahankan sehingga laba perusahaan akan bertambah

yang berarti rentabilitas ekonomi perusahaan akan

semakin tinggi pula. Yang dimaksud dengan laba disini

adalah laba yang dihasilkan selama periode tertentu dari

modal yang digunakan.

Salah satu alternatif untuk mencapai tujuan

perusahaan dalam mencapai rentabilitas ekonomi, yaitu

dengan cara mendayagunakan barang-barang modal yang

telah ada dan meningkatkan aktivitas usaha atau dengan

kata lain rentabilitas ekonomi perusahaan dapat

ditingkatkan dengan cara memperbesar profit margin dan

turn over of operating assets (tingkat perputaran modal

usaha). Adapun pengertian dari modal kerja menurut J.

Fred Weston dan Eugene F. Brigham (1998) adalah

Modal kerja merupakan investasi modal perusahaan

dalam asset jangka pendek, aktiva lancar perusahaan

yaitu aktiva-aktiva yang dalam jangka waktu paling lama

satu tahun dapat dicairkan menjadi uang kas”.

Pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa modal kerja merupakan keseluruhan aktiva lancar

perusahaan untuk mengukur likuiditas perusahaan

dimana aktiva lancar harus melebihi hutang lancar. Lebih

lanjut dikemukakan oleh R. Agus Sartono (2001),

pengertian modal kerja ada dua, yaitu :“Gross Working

Capital (keseluruhan aktiva lancar) dan Net Working

Capital (keseluruhan aktiva lancar diatas utang lancar)”.

Dimana Gross Working Capital (keseluruhan aktiva

lancar) adalah dana yang tertanam dalam unsur aktiva

lancar ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali

dalam bentuk semula atau dana yang ditanam dapat bebas

kembali dalam jangka waktu pendek. Sedangkan Net

Working Capital (kelebihan aktiva lancar di atas hutang

lancar), dimana aktiva lancar benar-benar dapat

digunakan untuk membiayai operasional perusahaan yang

merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar.

Pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

modal kerja berkepentingan terhadap keputusan investasi

pada aktiva lancar dan hutang lancar terutama mengenai

bagaimana menggunakan komposisi keduanya akan

mempengaruhi resiko.

Aspek rentabilitas dalam penggunaan modal kerja

merupakan hal yang sangat penting, karena

bagaimanapun juga perusahaan ingin memperoleh

keuntungan. Salah satu cara untuk mempebesar laba yang

diperoleh dengan kekayaan atau modal untuk

menghasilkan laba tersebut. Menurut Bambang Riyanto

(1997) pengertian rentabilitas adalah kemampuan suatu

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan

dibandingkan dengan modal yang digunakan dan

dinyatakan dalam persentase. Sedangkan rentabilitas

ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan

modal sendiri dan modal asing, yang digunakan untuk

menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam

persentase.

Page 8: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 8

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

Masalah rentabilitas ini lebih penting dari masalah

laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan

ukuran bahwa perusahaan itu bekerja dengan efesien.

Perusahaan bukan hanya sekedar berusaha memperoleh

laba yang besar, tetapi yang lebih penting adalah

berusaha mempertinggi tingkat pengembalian atas aktiva

perusahaan. Karena dengan meningkatnya hasil

pengembalian aktiva berarti tingkat pengembalian atas

modal (rate of return) perusahaan akan meningkat pula.

Modal kerja akan selalu dalam keadaan operasi atau

berputar jika perusahaan tersebut dalam keadaan

berusaha. Untuk mengukur efisiensi penggunaan modal

dalam perusahaan, dapat digunakan perhitungan Asset

Turn Over (ATO), sebab penggunaan dana yang tersedia,

tercermin dalam perputaran modal kerja. Jika modal kerja

kita hubungkan dengan rentabilitas dapat berpengaruh

positif, maka penggunaan modal kerja dapat

meningkatkan rentabilitas ekonomi, sedangkan jika

berpengaruh negatif, maka penggunaan modal kerja dapat

menurunkan rentabilitas ekonomi.

III.METODOLOGI PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian

ini untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap

rentabilitas ekonomi pada PT. Timah (Persero) Tbk di

Pangkalpinang.

Adapun variabel-variabel, konsep variabel dan

indikator pengukuran yang dipakai dalam penelitian

tersebut adalah sebagai berikut:

TABEL 1

Variabel Operasional

Sumber: diolah oleh penulis

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membutuhkan

data-data yang dapat mendukung untuk melakukan

analisa terhadap permasalahan. Data adalah sesuatu yang

dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau

persoalan dalam suatu penelitian. Dimana data tersebut

diolah sehingga akan menjadi informasi yang nantinya

dapat digunakan sebagai alat untuk pengambilan suatu

keputusan ataupun dapat dipergunakan untuk pemecahan

suatu masalah.

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam

pengumpulan data untuk menganalisa permasalahan

adalah sebagai berikut :

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis lakukan

adalah melalui pengamatan langsung ke objek penelitian

dalam rangka untuk memperoleh data yang diperlukan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis data

yang mendukung penelitian ini, yaitu :

a. Data Primer (Primary Data)

Data primer adalah data yang diperoleh melalui

penelitian langsung kepada objek-objek yang akan

diteliti atau dibahas. Untuk memperoleh data yang

objektif sehingga dapat dipertanggungjawabkan dari

lembaga atau instansi yang bersangkutan. Didalam

pelaksanaan penelitian ini, penulis melakukan dengan

cara sebagai berikut :

1) Observasi (Pengamatan), yaitu mengadakan

penelitian dengan cara melakukan pengamatan

langsung terhadap objek yang dituju.

2) Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara

langsung kepada pihak yang berhubungan dengan

masalah yang sedang dibahas.

3) Studi kepustakaan, yaitu dengan membaca

beberapa referensi-referensi buku yang

mendukung dalam penulisan skripsi ini.

b. Data Sekunder (Secondary Data)

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

dalam perusahan atau objek penelitian dengan jalan

menelaah, mempelajari dan mengadakan perbandin-

gan serta menarik kesimpulan atas laporan yang

ditulis, yang relevan dengan penelitian ini.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Perkembangan Modal Kerja

Modal kerja mempunyai pengaruh yang sangat

penting terhadap pembentukan laba dan besarnya tingkat

rentabilitas ekonomi perusahaan. Oleh karena itu dengan

bertambahnya modal kerja, maka akan diharapkan akan

meningkatkan rentabilitas ekonomi perusahaan dan

dalam hal ini menggunakan konsep modal kerja kualitatif

seperti yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu selisih

antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar atau sering

disebutkan dengan modal kerja bersih (net working

capital).

Adapun modal kerja dan perkembangan modal kerja

pada PT.Timah (Persero) Tbk selama 5 (lima) tahun

terakhir, yaitu dari tahun 2006 sampai dengan 2010.

Untuk mengetahui perkembangan modal kerja selama 5

(lima) tahun dari tahun 2006 sampai dengan 2010, dapat

dilihat dalam bentuk grafik seperti tampak pada gambar

di bawah ini :

Variabel Konsep Variabel Indikator

Modal Kerja

Sebagai

variabel bebas yang

dilambangkan

dengan (X)

Selisih antara

Aktiva Lancar

dengan Hutang Lancar

(Konsep

Kualitatif)

1. Kas

2. Bank

3. Surat Berharga 4. Piutang

5. Persediaan

Rentabilitas

Ekonomi sebagai

variabel terikat

yang

dilambangkan dengan (Y)

Kemampuan suatu

perusahaan untuk menghasilkan laba

dengan modal

yang ada pada

perusahaan

6. Profit Margin

7. Turnover Of Operating Assets

8. Rentabilitas

Ekonomi

Page 9: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 9

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

GRAFIK 1

Modal Kerja

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

2006 2007 2008 2009 2010

Tahun

Rp

.Milyar

Berdasarkan data dari garfik 1 di atas dapat dilihat

perkembangan aktiva lancar dan kewajiban lancar selama

5 (lima) tahun terakhir yang merupakan faktor

pembentuk dari modal kerja dan perkembangan modal

kerja tersebut.

Modal kerja pada tahun 2007 sebesar Rp. 2.573

milyar atau terjadi kenaikan sebesar Rp.1.709 milyar atau

198% dari tahun 2006 sebesar Rp.864 milyar. Kenaikan

modal kerja ini terutama disebabkan oleh meningkatnya

jumlah aktiva lancar sebesar Rp.1.570 milyar atau 67%,

yaitu dari Rp. 2.352 milyar pada tahun 2006 menjadi Rp.

3.923 milyar pada tahun 2007. Kenaikan ini disebabkan

oleh kenaikan kas dan setara kas sebesar Rp. 1.556

milyar, yaitu dari Rp. 178 milyar pada tahun 2006

menjadi Rp. 1.734 milyar pada tahun 2007 yang terutama

disebabkan oleh meningkatnya penerimaan kas

perusahaan dari transaksi penjualan logam timah dimana

pada tahun 2007 harga rata-rata logam timah yang

diterima perseroan mencapai $.14,474 per ton (kenaikan

64% dari harga rata-rata tahun 2006 yang mencapai

$.8,844 per ton dan volume penjualan naik sebesar

16.314 Mton atau 38%, yaitu dari 42.613 Mton pada

tahun 2006 menjadi 58.927 Mton pada tahun 2007) dan

piutang usaha naik sebesar Rp. 98 milyar, yaitu dari

Rp.221 milyar pada tahun 2006 menjadi Rp. 319 milyar

pada tahun 2007, meskipun persediaan turun sebesar

Rp.93 milyar atau 5% dari tahun 2007.

Modal kerja periode tahun 2007 dan 2008 terjadi

kenaikan sebesar Rp.92 milyar atau 4%, yaitu dari Rp.

2.573 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 2.665 milyar

pada tahun 2008. Hal ini disebabkan oleh kenaikan aktiva

lancar sebesar Rp.383 milyar atau 10%, yaitu dari Rp.

3.923 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 4.306 milyar

pada tahun 2008 yang juga diikuti oleh kenaikan

kewajiban lancar sebesar 22%. Kenaikan aktiva lancar ini

sebagian besar disebabkan oleh adanya kenaikan

persediaan timah sebesar Rp. 1.261 milyar atau 83%,

yaitu dari Rp. 1.513 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp.

2.774 milyar pada tahun 2008.

Modal kerja pada tahun 2009 sebesar Rp. 2.141

milyar atau mengalami penurunan sebesar Rp.524 milyar

(20%) dari tahun 2008 sebesar Rp. 2.665 milyar.

Penurunan ini disebabkan oleh turunnya aktiva lancar

sebesar Rp. 1.061 milyar (25%), yaitu dari Rp. 4.306

milyar pada tahun 2008 menjadi Rp. 3.244 milyar pada

tahun 2009, yang sebagian besar disebabkan oleh

rendahnya persediaan timah sebesar Rp. 1.266 milyar

atau 46%, meskipun kas dan setara kas naik sebesar Rp.

41 milyar (9%) dari tahun 2008 sebesar Rp. 461 milyar.

Periode tahun 2009 dan 2010, modal kerja

mengalami kenaikan sebesar Rp.698 milyar atau 33%,

yaitu dari Rp. 2.141 milyar pada tahun 2009 menjadi Rp.

2.839 milyar pada tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh

adanya kenaikan aktiva lancar sebesar Rp. 86 milyar atau

27% dari tahun 2009 yang sebagian besar dipengaruhi

oleh adanya kenaikan kas dan setara kas sebesar Rp. 342

milyar (68%), yaitu dari Rp. 502 milyar pada tahun 2009

menjadi Rp. 844 milyar pada tahun 2010 yang terutama

disebabkan oleh meningkatnya penerimaan kas

perusahaan dari transaksi penjualan logam timah dimana

pada tahun 2010 harga rata-rata logam timah yang

diterima perseroan mencapai US$.19,981 per ton

(kenaikan 47% dari harga rata-rata tahun lalu yang

mencapai US$.13,558 per ton). Kas dan setara kas tahun

2010 sebesar Rp. 844 milyar, 87% atau Rp. 736 milyar

dalam bentuk deposito berjangka dan sisanya 13% atau

Rp. 108 milyar dalam bentuk kas dan bank. Di samping

kenaikan dari kas dan setara kas, juga adanya kenaikan

dari piutang usaha sebesar Rp. 395 milyar atau 84% dari

tahun 2009, yaitu dari Rp. 470 milyar pada tahun 2009

menjadi Rp. 866 milyar pada tahun 2010. Sebagian besar

kenaikan ini berasal dari kenaikan piutang usaha dari

penjualan timah sebesar Rp. 543 milyar atau 175%. Pada

tahun 2010, komposisi piutang usaha yang berasal dari

penjualan timah naik dari 60% di tahun 2009 menjadi

89% dari piutang usaha total. Sementara itu, komposisi

piutang usaha dalam mata uang asing mencapai 98% dari

total saldo piutang usaha, sejalan dengan kenyataan

bahwa mayoritas (97%) penjualan Perusahaan dilakukan

ke luar negeri.

Dari periode tahun 2006 sampai dengan 2010,

bahwa yang mengalami penurunan modal kerja terjadi

pada tahun 2009 dan perubahan-perubahan yang terjadi

pada aktiva lancar diakibatkan oleh adanya perubahan-

perubahan pada unsur-unsur pembentuknya antara lain

kas, piutang dan persediaan.

Analisis Rentabilitas Ekonomi

Dari laporan keuangan yang telah disusun oleh

perusahaan, maka pihak manajemen perusahaan akan

dapat melakukan rencan-rencana untuk menentukan

tujuan perusahaan. Salah satu rencana perusahaan adalah

dengan melakukan analisa terhadap rentabilitas ekonomi

perusahaan yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi

dan efentivitas kinerja dari perusahaan. Akan tetapi

dalam penelitian ini efisiensi modal kerja tidak dibahas

melainkan hanya pengaruh modal kerja terhadap

rentabilitas ekonomi suatu perusahaan. Rentabilitas

ekonomi ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu analisis

profit margin dan turnover of operating asset

(TOA)/tingkat perputaran aktiva.

Analisis Profit Margin

Fungsi dari analisis profit margin ini adalah untuk

mengetahui besarnya laba usaha yang dapat dicapai

dalam setiap rupiah penjualan. Perkembangan profit

margin periode tahun 2006 sampai dengan 2010.

Page 10: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 10

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

Digambarkan dalam grafik, profit margin periode 5

(lima) tahun terakhir akan tampak sebagai berikut :

GRAFIK 2

Profit Margin

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

2006 2007 2008 2009 2010

Tahun

( %

)

Berdasarkan grafik 2 dapat terlihat perkembangan

profit margin dari tahun 2006 sampai dengan 2010. Pada

tahun 2006-2007, profit margin mengalami kenaikan

sebesar 242%. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya

laba usaha (EBIT) sebesar Rp. 2.351 milyar (616%),

yaitu dari Rp. 381 milyar pada tahun 2006 menjadi Rp.

2.733 milyar pada tahun 2007. Hal ini disebabkan oleh

kenaikan pendapatan lebih besar dari kenaikan biaya

produksi dalam hal ini efisiensi biaya dapat dilakukan

dengan baik pada tahun 2007. Kenaikan ini disebabkan

oleh tingginya pendapatan sebesar Rp. 4.466 milyar atau

110%, yaitu dari Rp. 4.076 milyar pada tahun 2006

menjadi Rp. 8.542 milyar pada tahun 2007. Tingginya

pendapatan ini disebabkan oleh tingginya volume

penjualan sebesar 16.314 Mton atau 38%, yaitu dari

42.613 Mton pada tahun 2006 menjadi 58.927 Mton pada

tahun 2007 dan juga tingginya harga jual logam rata-rata

sebesar US$.5,630 per Mton atau 64%, yaitu dari US$.

8,844 per Mton pada tahun 2006 menjadi US$. 14,474

per Mton pada tahun 2007 hal ini disebabkan tingginya

permintaan akan logam timah oleh para konsumen.

Selain itu kalau dilihat dari sisi biaya bahwa biaya

produksi naik sebesar Rp.1.119 milyar atau 31% dan

biaya administarasi dan pemasaran naik sebesar Rp. 160

milyar atau 56%.

Periode berikutnya yaitu tahun 2007 dan 2008,

profit margin mengalami penurunan sebesar 29%. Hal ini

disebakan oleh penurunan laba usaha sebesar Rp. 662

milyar atau 34%, yaitu dari Rp. 2.733 milyar pada tahun

2007 menjadi Rp. 2.070 milyar pada tahun 2008,

meskipun pendapatan naik sebesar Rp. 511 milyar atau

6%. Penurunan laba usaha ini disebabkan oleh tingginya

biaya produksi dan biaya administrasi dan pemasaran

masing-masing sebesar 44% dan 46% dari tahun 2007.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kenaikan

pendapatan jauh lebih kecil dari kenaikan biaya usaha

(biaya produksi dan biaya administrasi dan pemasaran).

Untuk tahun 2008 dan 2009, profit margin juga

mengalami penurunan sebesar 61%. Penurunan ini

disebabkan oleh rendahnya laba usaha sebesar Rp. 1.382

milyar atau 67%, yaitu dari Rp. 2.070 milyar pada tahun

2008 menjadi Rp. 689 milyar pada tahun 2009.

Rendahnya laba usaha ini disebabkan oleh tingginya

harga pokok penjualan sebesar Rp. 222 milyar (4%) dari

tahun 2008 yang merupakan akibat langsung dari

tingginya harga pokok produksi per ton pada tahun 2008

yang berdampak pada tingginya persediaan akhir barang

dagang tahun 2008 sebesar Rp. 3.057 milyar yang akan

menjadi persediaan awal pada periode tahun 2009

sehingga harga pokok penjualan tahun 2009 tinggi yang

merupakan akibat dari rendahnya persediaan akhir pada

tahun 2009, sehingga berakibat rendahnya laba usaha.

Disamping itu juga akibat dari rendahnya pendapatan

sebesar Rp. 1.343 milyar atau 15%, yaitu dari Rp. 9.053

milyar pada tahun 2008 menjadi Rp. 7.710 milyar pada

tahun 2009, hal ini disebabkan oleh rendahnya harga jual

logam timah rata-rata sebesar US$. 5,134 per Mton atau

27%, yaitu dari US$. 18,692 per Mton pada tahun 2008

menjadi US$. 13,558 per Mton pada tahun 2009 yang

diakibatkan oleh krisis ekonomi global.dan juga isu

keselamatan lingkungan terutama yang terkait dengan

penggunaan timah, meskipun volume penjualan lebih

besar dari tahun 2008.

Untuk periode tahun 2010 dan 2009, profit margin

mengalami kenaikan sebesar 76%, yaitu dari 9% pada

tahun 2009 menjadi 16% pada tahun 2010. Kenaikan ini

disebabkan oleh tingginya laba usaha sebesar Rp. 622

milyar atau 90%, yaitu dari Rp. 689 milyar pada tahun

2009 menjadi Rp. 1.311 milyar pada tahun 2010.

Tingginya laba usaha ini akibat langsung dari tingginya

penjualan tahun 2010 sebesar Rp. 629 milyar (8%), yaitu

dari Rp.7.710 milyar pada tahun 2009 menjadi Rp. 8.339

milyar pada tahun 2010, meskipun biaya usaha (biaya

produksi dan biaya umum dan pemasaran) lebih tinggi

dari tahun 2009. Dalam hal ini, bahwa kenaikan biaya

usaha juga meningkatkan penjualan yang maksimal yang

didukung oleh tingginya harga jual pada tahun 2010

sebesar US$.6,311/Mton atau 47%, yaitu dari

US$.13,558/Mton pada tahun 2009 menjadi

US$.19,981/Mton pada tahun 2010, walaupun volume

penjualan turun sebesar 8.743 Mton atau 18%, yaitu dari

49.240 Mton pada tahun 2009 menjadi 40.497 Mton pada

tahun 2010 dan kurs rata-rata turun sebesar

Rp.1.133/US$ atau 11%, yaitu dari Rp. 10.302/US$ pada

tahun 2009 menjadi Rp.9.169/US$ pada tahun 2010.

Analisis Tingkat Perputaran Aktiva/Turnover

Operating Asset

Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi

perusahaan dengan melihat pada kecepatan perputaran

aktiva dalam satu periode. Perkembangan tingkat

perputaran aktiva (turnover of operating asset) periode

tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, Digambarkan

dalam grafik, tingkat perputaran aktiva/turnover of

operating asset akan tampak sebagai berikut :

Page 11: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 11

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

GRAFIK 3

Tingkat Perputaran Aktiva

1,00

1,10

1,20

1,30

1,40

1,50

1,60

1,70

1,80

2006 2007 2008 2009 2010

Tahun

Kali

Berdasarkan data dari grafik 3 dapat dilihat

perkembangan tingkat perputaran aktiva dari tahun 2006

sampai dengan 2010. Pada periode tahun 2006 dan 2007,

tingkat perputaran aktiva mengalami kenaikan sebesar

44%. Kenaikan ini disebabkan oleh tingginya penjualan

pada tahun 2007 sebesar Rp. 4.466 milyar atau 110% dari

penjualan tahun 2006 sebesar Rp. 4.076 milyar.

Tingginya penjualan ini disebabkan oleh tingginya

volume penjualan logam sebesar 16.314 Mton atau 38%,

yaitu dari 42.613 Mton pada tahun 2006 menjadi 58.927

Mton pada tahun 2007 dan harga jual logam rata-rata

naik sebesar US$.5,630/Mton atau 64%, yaitu dari

US$.8,844/Mton pada tahun 2006 menjadi

US$.14,474/Mton pada tahun 2007. Sedangkan untuk

total aktiva naik sebesar Rp. 1.570 milyar atau 45%, yaitu

dari Rp. 3.462 milyar pada tahun 2006 menjadi Rp. 5.033

milyar pada tahun 2007. Hal ini sebagian besar

disebabkan oleh tingginya kas dan setara kas sebesar Rp.

1.556 milyar (873%) atau 8 kali lipat dari tahun 2006

yang terutama disebabkan oleh meningkatnya

penerimaan kas perusahaan dari transaksi penjualan

logam timah, dimana pada tahun 2007 harga rata-rata

logam timah yang diterima perseroan mencapai $14.474

per ton (kenaikan 64% dari harga rata-rata tahun lalu

yang mencapai $8,844 per ton dan juga tingginya volume

penjualan logam sebesar 16.314 Mton (38%), yaitu dari

42.613 Mton pada tahun 2006 menjadi 58.927 Mton pada

tahun 2007.

Pada periode tahun 2007 dan 2008, tingkat

perputaran aktiva mengalami penurunan sebesar 8%,

yaitu dari 1,7 kali pada tahun 2007 menjadi 1,56 kali

pada tahun 2008. Penurunan ini disebabkan oleh

kenaikan penjualan lebih rendah yaitu sebesar 6%

dibandingkan dengan kenaikan total aktiva sebesar 15%,

dalam hal ini bahwa kenaikan total aktiva disebabkan

oleh adanya kenaikan persediaan timah sebesar Rp. 1.261

milyar atau 83%, yaitu dari Rp. 1.513 milyar pada tahun

2007 menjadi Rp. 2.774 milyar pada tahun 2008 dan

aktiva tetap naik sebesar Rp. 405 milyar (85%).

Untuk periode tahun 2008 dan 2009, tingkat

perputaran aktiva (TOA) naik sebesar 1%, yaitu dari 1,56

kali pada tahun 2008 menjadi 1.59 kali pada tahun 2009.

Hal ini disebabkan oleh turunnya total aktiva sebesar

Rp.929 milyar (16%) dan penjualan sebesar Rp. 1.343

milyar atau 15% atau dengan kata lain penurunan

penjualan lebih rendah dari pada penurunan total aktiva.

Pada tahun 2009 dan 2010, tingkat perputaran

aktiva (TOA) mengalami penurunan sebesar 11%, yaitu

dari 1,59 kali pada tahun 2009 menjadi 1,42 kali pada

tahun 2010. Penurunan ini diakibatkan oleh bahwa

kenaikan penjualan lebih rendah dari kenaikan total

aktiva. Kenaikan penjualan sebesar 8% atau sebesar Rp.

629 milyar, yaitu dari Rp. 7.710 milyar pada tahun 2009

menjadi Rp. 8.339 milyar pada tahun 2010 dan kenaikan

total aktiva sebesar Rp. 1.025 milyar atau 21%. Kenaikan

total aktiva ini disebabkan oleh kenaikan kas dan setara

kas sebesar Rp. 342 milyar atau 68% dan juga adanya

kenaikan piutang usaha sebesar Rp. 395 milyar (84%).

Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, bahwa

tingkat perputaran aktiva yang terbesar terjadi pada tahun

2007 sebesar 1,70 kali.

Analisis Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas ekonomi suatu perusahaan merupakan

pencerminan kemampuan modal perusahaan dalam

rangka untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu

rentabilitas merupakan pencerminan efisiensi suatu

perusahaan didalam menggunakan modal kerjanya, di

mana setiap perusahaan dalam operasinya selalu

berusahaan untuk meningkatkan atau mendapatkan laba

yang maksimal. Rentabilitas ekonomi suatu perusahaan

adalah kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh

modal yang ada untuk menghasilkan laba/keuntungan.

Untuk itu semakin tinggi tingkat rentabilitas ekonomi

suatu perusahaan, maka semakin efisien pula perusahaan

dalam melakukan aktivitas atau operasionalnya.

Rentabilitas ekonomi pada PT. Timah (Persero) Tbk

selama 5 (lima) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2006

sampai dengan tahun 2010. Digambarkan dalam grafik,

perkembangan rentabilitas ekonomi selama 5 (lima)

tahun terakhir, tampak sebagai berikut :

GRAFIK 4

Tingkat Rentabilitas Ekonomi

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

2006 2007 2008 2009 2010

Tahun

( %

)

Periode tahun 2006 dan 2007, rentabilitas ekonomi

mengalami peningkatan sebesar 3,93%, yaitu dari

11,01% pada tahun 2006 menjadi 54,30% pada tahun

2007. Peningkatan ini disebabkan oleh tingginya profit

margin sebesar 242%, yaitu dari 9,35% pada tahun 2006

menjadi 31,99% pada tahun 2007 dan tingginya tingkat

perputaran aktiva sebesar dan 44%, yaitu dari 1,18 kali

pada tahun 2006 menjadi 1,70 kali pada tahun 2007.

Tingkat rentabilitas ekonomi periode tahun 2007

dan 2008 mengalami penurunan sebesar 0,34%, yaitu dari

Page 12: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 12

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

54,30% pada tahun 2007 menjadi 35,79% pada tahun

2008. Hal ini disebabkan oleh rendahnya profit margin

sebesar 29%, yaitu dari 31,99% pada tahun 2007 menjadi

22,87% pada tahun 2008 yang disebabkan oleh

penurunan laba usaha yang merupakan akibat langsung

dari tingginya biaya usaha dan juga diikuti oleh

rendahnya tingkat perputaran aktiva sebesar 8%, yaitu

dari 1,70 kali pada tahun 2007 menjadi 1,56 kali pada

tahun 2008.

Untuk periode tahun 2008 dan 2009, tingkat

rentabilitas ekonomi mengalami penurunan sebesar

0,60%, yaitu dari 35,79% pada tahun 2008 menjadi

14,18% pada tahun 2009. Penurunan ini disebabkan oleh

rendahnya profit margin sebesar 61%, yaitu dari 22,87%

pada tahun 2008 menjadi 8,93% pada tahun 2009,

meskipun tingkat perputaran aktiva naik sebesar 1%,

yaitu dari 1,56 kali pada tahun 2008 menjadi 1,59 kali

pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 dan 2010, tingkat rentabilitas

ekonomi mengalami peningkatan sebesar 0,57%, yaitu

dari 14,18% pada tahun 2009 menjadi 22,29% pada tahun

2010. Hal ini disebabkan oleh tingginya profit margin

sebesar 76%, yaitu dari 8,93% pada tahun 2009 menjadi

15,72% pada tahun 2010, meskipun tingkat perputaran

aktiva mengalami penurunan sebesar 11%, yaitu dari 1,59

kali pada tahun 2009 menjadi 1,42 kali pada tahun 2010.

Analisis tingkat rentabilitas ekonomi pada PT.

Timah (Persero) Tbk mengalami fluktuatif dengan

peningkatan rentabilitas ekonomi rata-rata selama 5

(lima) tahun, yaitu dari tahun 2006 sampai dengan 2010

sebesar 26,46%. Sedangkan profit margin dan tingkat

perputaran aktiva rata-rata selama 5 (lima) tahun masing-

masing sebesar 17,77% dan 1,49 kali.

Pengaruh Modal Kerja Terhadap Rentabilitas

Ekonomi Perusahaan

Sebelum melakukan analisis regresi perlu diadakan

uji normalitas data antara variabel bebas (independent)

dalam hal ini modal kerja dan variabel terikat

(dependent) yaitu rentabilitas ekonomi apakah keduanya

mempunyai distrbusi normal atau tidak. Model regresi

yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal

atau mendekati normal. Asumsi yang digunakan antara

lain dengan asumsi normalitas, seperti tampak pada

gambar di bawah ini :

GAMBAR 2

Grafik Histogram

Dari grafik histogram di atas menunjukan kemiripan

bentuk dengan kurva normal (berbentuk seperti lonceng).

Hal ini membuktikan bahwa distribusi yang terjadi dapat

dikatakan normal atau mendekati normal.

Grafik P-P Plot menunjukkan nilai z-score (garis

lurus dari kiri bawah ke kanan atas). Jika suatu distribusi

data bersifat normal, maka data akan tersebar di sekitar

garis lurus. Terlihat distribusi data berada di sekeliling

garis lurus dan tidak berada pada satu sisi garis tetapi

menyebar pada kedua sisinya. Dengan demikian residual

menyebar normal. Grafik P-P Plot terlihat pada grafik di

bawah ini.

GAMBAR 3

Grafik P-P Plot

Setelah melakukan uji data dengan kedua garfik di

atas, maka selanjutnya melakukan analisis regresi linier

atau regresi sederhana karena hanya ada satu variable

bebas/independent dengan menggunakan program SPSS.

Analisis dalam penelitian ini dilakukan pada

masing-masing variabel bebas/independent yaitu modal

kerja (X) dan variabel terikat/dependent, yaitu rentabilitas

ekonomi (Y). Dimana kedua variabel tersebut

menggunakan satuan dalam milyaran rupiah.

Hasil Analisis Regresi untuk X dan Y

Berdasarkan hasil pengujian data dengan

menggunakan korelasi dan regresi dilakukan sepenuhnya

dengan menggunakan program SPSS dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

TABEL 2

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

RE 8980.88 2788.351 5

MK 2216.43 798.755 5

Berdasarkan tabel 2 rata-rata untuk rentabilitas

ekonomi dan modal kerja masing-masing Rp. 8.980,88

milyar dan Rp. 2.216,43 milyar dengan standar deviasi

masing-masing sebesar Rp. 2.788,35 milyar dan Rp.

798,76 milyar dengan jumlah data 5.

Page 13: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 13

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

TABEL 3

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .938a .880 .840 1114.471

a. Predictors: (Constant), MK

b. Dependent Variable: RE

Pada tabel 3 menjelaskan angka koefisien korelasi

(R) square sebesar 0,88 (adalah pengkuadratan dari

koefisien korelasi, atau 0,938 x 0,938 = 0,88). R square

disebut koefisien determinasi, dalam hal ini berarti 88%

dari rentabilitas ekonomi perusahaan, bisa dijelaskan oleh

variabel modal kerja, sedangkan sisanya sebesar 12%

dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain seperti kebijakan

dan penerapan terhadap kebijakan tersebut, perencanaan

serta pengawasan yang dilakukan secara maksimal. R

square berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan

bahwa semakin kecil angka R squarenya, maka semakin

lemah hubungan dari kedua variabel tersebut.

Nilai Standard. Error of the Estimate sebesar

1.114,471 atau Rp. 1.114,471 milyar (satuan yang

dipakai adalah variabel terikat/dependent dalam hal ini

rentabilitas ekonomi). Pada analisis sebelumnya bahwa

standar deviasi untuk rentabilitas ekonomi adalah sebesar

Rp. 2.788,351 milyar, yang jauh lebih besar dari standard

error of estimate yang hanya sebesar Rp. 1.114,471

milyar, hal ini menunjukkan bahwa model regresi ini

lebih baik dalam bertindak sebagai prediktor rentabilitas

ekonomi dari pada rata-rata variable Y (rentabilitas

ekonomi) itu sendiri.

TABEL 4

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 1721.922 1624.587 1.060 .367

MK 3.275 .698 .938 4.695 .018

a. Dependent Variable: RE

Dari tabel 4 menggambarkan persamaan regresi

sebagai berikut :

Y = 1.721,922 + 3,275X

Dimana :

X = Modal Kerja

Y = Rentabilitas Ekonomi

Konstanta sebesar 1.721,922 menyatakan bahwa

jika tidak ada kenaikan dari variabel modal kerja, maka

besarnya nilai rentabilitas ekonomi adalah sebesar

1.721,922. Koefisien regresi sebesar 3,275 menyatakan

bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu unit

modal kerja akan menambah rentabilitas ekonomi

sebesar 3,275. Angka korelasi atau hubungan sebesar

0,938 yang sudah dijelaskan saat membahas R adalah

angka Standardized Coefficients (beta).

Persamaan regresi sederhana yang didapat di atas

selanjutnya akan diuji, apakah memang valid untuk

memprediksi variabel bebas/independent. Dengan kata

lain akan dilakukan pengujian apakah modal kerja akan

bisa mempengaruhi rentabilitas ekonomi dengan

melakukan uji T.

Dasar pengambilan keputusan yaitu dengan

membandingkan nilai thitung dengan nilai t table, sebagai

berikut:

a) Jika nilai thitung > ttable, maka H0 ditolak artinya

koefisien regresinya signifikan

b) Jika nilai thitung < ttable, maka H0 diterima artinya

koefisien regresinya tidak signifikan

Nilai thitung diambil pada table V.09 thitung variable X

= 4,695, nilai ttable

a) Tingkat signifikasi (α ) = 0,05

b) dk (derajat kebebasan) = jumlah data (n) – 2 = 5

– 2 = 3

c) Uji dilakukan dua sisi, sehingga nilai t table =

2,353

Keputusan :

Karena nilai t hitung > nilai t table atau 4,695 > 2,353, maka

H0 ditolak. Terlihat bahwa pada kolom Sig (signifikan)

pada tabel 3 terdapat nilai 0,018 atau probabilitas jauh di

bawah 0,05. Karena nilai t hitung > t table atau 4,695 >

2,353, maka H0 ditolak artinya koefisien regresinya

signifikan atau modal kerja berpengaruh positif secara

signifikan terhadap rentabilitas ekonomi.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian yang diuraikan

terdahulu terbukti bahwa modal kerja berpengaruh positif

dan signifikan terhadap rentabilitas ekonomi.

Berdasarkan uji signifikan diperoleh hasil thitung

sebesar 4,695 dengan ttable sebesar 2,353, hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis

alternatif diterima, serta hasilnya signifikan. Dengan

demikian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

modal kerja mempunyai pengaruh positif yang signifikan

terhadap rentabilitas ekonomi, besarnya pengaruh modal

kerja terhadap rentabilitas ekonomi dapat dilihat dari

koefisien determinasi sebesar 88% dan sisanya

dipengaruhi oleh sebab-sebab yang lainnya seperti

kebijakan dan penerapan terhadap kebijakan tersebut,

perencanaan serta pengawasan yang dilakukan secara

maksimal.

Rentabilitas ekonomi suatu perusahaan merupakan

pencerminan kemampuan modal perusahaan yang

bersangkutan untuk mendapatkan keuntungan. Oleh

karena rentabilitas merupakan pencerminan efisiensi

suatu perusahaan di dalam menggunakan modal kerjanya,

maka cara menggunakan tingkat rentabilitas untuk

ukuran efisiensi suatu perusahaan merupakan cara yang

baik.

Dengan demikian maka jelaslah bahwa rentabilitas

merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu

perusahaan, sebagai suatu usaha efisiensi di mana setiap

perusahaan dalam operasinya selalu berusaha

Page 14: PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 2, Nomor 2, November 2011

ISSN 2355-9047 14

www.stie-ibek.ac.id

© 2011, Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan STIE-IBEK

meningkatkan labanya agar asset rentabilitas sesuai

dengan standar.

Apabila suatu perusahaan ingin memperbesar

rentabilitas ekonomi dengan memperbesar profit margin,

maka yang harus dilakukan adalah dengan cara

meningkatkan penjualan logam timah, ini berarti

berhubungan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi

di bidang produksi, penjualan dan pembenahan

administrasi.

Sedangkan untuk memperbesar rentabilitas ekonomi

dengan cara memperbesar turnover of operating assets,

dan berhubungan dengan kebijaksanaan investasi dana

dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva

tetap. Dalam pembahasan ini harus memperhatikan dari

pembentuk aktiva lancar tersebut yaitu: kas, piutang dan

persediaan.

V. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang

dilakukan, bahwa pengaruh modal kerja terhadap

rentabilitas ekonomi pada PT. Timah (Persero) Tbk yang

berlokasi di Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Modal kerja pada PT. Timah (Persero) Tbk dari tahun

2006 sampai dengan tahun 2010, yang mengalami

penurunan terjadi pada tahun 2009. Hal ini

disebabkan oleh beberapa diantaranya perubahan kas,

piutang dan persediaan yang merupakan unsur

pembentuk aktiva lancar dan perubahan Hutang

lancar. Besarnya perubahan modal kerja dari tahun

2006 sampai dengan tahun 2010, masing-masing

sebesar 198%,4%, (20%) dan 33%.

2. Rentabilitas ekonomi pada PT. Timah (Persero) Tbk

dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang

mengalami penurunan terjadi pada tahun 2009.

Penurunan ini disebabkan oleh rendahnya profit

margin sebesar 61%, yaitu dari 22,87% pada tahun

2008 menjadi 8,93% pada tahun 2009, meskipun

tingkat perputaran aktiva naik sebesar 1%, yaitu dari

1,56 kali pada tahun 2008 menjadi 1,59 kali pada

tahun 2009. Besarnya perubahan rentabilitas ekonomi

dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, masing-

masing sebesar 3,93%, (0,34%), (0,60%) dan 0,57%

dengan peningkatan rentabilitas ekonomi rata-rata

selama 5 tahun sebesar 26,46%.

3. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh angka koefisien

determinasi sebesar 88%, dalam hal ini berarti 88%

dari rentabilitas ekonomi perusahaan, bisa dijelaskan

oleh variabel modal kerja, sedangkan sisanya sebesar

12% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain seperti

kebijakan dan penerapan terhadap kebijakan tersebut,

perencanaan serta pengawasan yang dilakukan secara

maksimal terhadap aktiva lancar (kas, piutang dan

persediaan).

4. Berdasarkan dari hasil Uji t diperoleh thitung dari

variabel X dalam hal ini modal kerja sebesar 4,695

dengan singnifikan sebesar 0,018 atau probabilitas

jauh di bawah 0,05. Karena nilai t hitung > t table atau

4,695 > 2,353, maka H0 ditolak atau terima H1 yang

berarti koefisien regresinya signifikan atau modal

kerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap

rentabilitas ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

1] Alwi, Syafarudin, Alat-alat Analisis dalam

Pembelanjaan. Edisi Ketiga. Andi Offset.

Yogyakarta. 1993

2] Hartanto, Analisis Laporan Keuangan. Cetakan

Keempat, Unit Penerbit dan Percetakan AMP

YKPN. 1991

3] Husnan, Suad, Pembelanjaan Perusahaan. Edisi

Ketiga. Liberty. Yogyakarta. 1993

4] Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK I, Standar

Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat

Jakarta, Edisi Revisi, 2004.

5] Munawir, Slamet, Analisa Laporan Keuangan.

Edisi Keempat. Liberty.Yogyakarta.1993

6] Nazir, Mohammad, Metode Penelitian. Cetakan

Ketiga. Ghalia Indonesia. 1988

7] Oktarina, SPSS 13.0 Untuk Orang Awam. Penerbit

Maxikom. Palembang. 2006

8] Riyanto, Bambang, Dasar-dasar Pembelanjaan

Perusahaan. Edisi Ketiga. Cetakan ketiga belas.

Yayasan Badan Penerbit Gadja Mada. Yogyakarta.

1997

9] Sartono, R. Agus, Manajemen Keuangan. Edisi

Ketiga. Yogyakarta. 2001

10] Shahab, Abdullah, Teori dan Problem Accounting

Principles I. Yogyakarta. 1989

11] Sudjana, Statistik untuk Ekonomi dan Niaga. Jilid II.

Tarsito. Bandung. 1991

12] Sugiyono, Metode Pengantar Administrasi. Pionir

Jaya. Bandung. 1982

13] Smith, Jay M dan Skousen, K.Fred, Akuntansi

Intermediate. Erlangga. Jakarta. 1996

14] Wahana Komputer, Menguasai SPSS 13 Untuk

Statistik.Penerbit Salemba Infotek. Jakarta. 2006.

15] Weston, J. Fred dan Capeland E. Thomas,

Manajemen Keuangan. Jilid I. Edisi Kedelapan.

Erlangga. Jakarta. 1992

16] Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham,

Manajemen Keuangan. Jilid I. Edisi Kesembilan.

Erlangga. Jakarta. 1998