Upload
dinhngoc
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN INVESTASI TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI SOLORAYA
TAHUN 2004-2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas - tugas dan Memenuhi
Syarat - syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Oleh :
PRANSISMAS ANDI WIJAYA F. 1106043
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
MOTTO
“ ketahuilah bahwa kemenangan akan datang bersama kesabaran, jalan keluar
akan datang bersama kesulitan, dan kemudahan itu ada bersama kesusahan.”
(Rasulullah SAW )
“Sesunguh nya sesudah kesulitan itu kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai dari satu urusan, kerjakanlah dengan sungguh – sungguh urusan yang
lain dan hanya Tuhanlah hendaknya kamu berharap.”
(Q.S.Al Insyiroh. 6-8)
“ Hidup Cuma sekali jangan bikin nggak berarti, rasa sesal pasti selalu datang
belakangan. Mulailah merubah diri siapkan semua strategi, tatap tajam tujuan
dan berusahalah jadi pemenanag.”
(penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta, atas
doa dan pengorbanannya
2. Kakak adikku tersayang
3. Semua sahabat
4. Almamaterku
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Dengan mengucapkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunianya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari meskipun penulis telah berusaha sebaik-baiknya dalam
menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, tetapi segala kekurangan dan ketidak
sempurnaan masih banyak terdapat dalam skripsi ini.
Tulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Guntur Riyanto, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis.
2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah berkenan memberi izin dalam
penulisan skripsi ini.
3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. yang telah berkenan memberikan izin dalam
penulisan skripsi ini.
4. Dr. AM Soesilo,MSc, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
pengarahan selama penulis kuliah.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta staff dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan,
arahan dan pelayanan kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
6. Pemkab Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Sragen, Karanganyar dan
Pemkot Surakarta yang telah data penelitian.
7. Kedua orang tua dan keluarga besar yang senantiasa selalu mendoakan, memberi
dorongan dan bimbingan kepada penulis.
8. Tifany” trima kasih telah banyak memberikan semangat dorongan dan kasihmu.
9. Teman-teman ”incha inchi” Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 Non Reguler
dan semua sahabatku terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya
Selain dari pada itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
bantuannya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
pengetahuan dan kemampuan penulis masih terbatas, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan tulisan ini.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SOLORAYA
TAHUN 2004-2009
ABSTRAK
Pransismas Andi Wijaya F1106043
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Tujuan penelitian ini adalah untuk : mengetahui gambaran tentang tingkat inflasi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi di Solo Raya tahun 2004 sampai dengan tahun 2009, dan mengetahui dan menganalisis pengaruh inflasi dan investasi secara parsial dan simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya tahun 2004 sampai dengan tahun 2009.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif statistik, yaitu menjelaskan keadaan sekarang dengan menggunakan statistik sebagai alat analisis. Penelitian dilakukan di wilayah Soloraya dengan mengambil sampel dari tahun 2004-2009. Teknik analisis data menggunakan analisis data panel dan analisis regresi ganda.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Tingkat inflasi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya. 2. Investasi secara parsial berpengaruh positif dan secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya. 3. Berdasarkan besarnya tingkat pengaruh inflasi dan investasi per wilayah terhadap pertumbuhan ekonomi, Kota Surakarta merupakan wilayah yang paling mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Soloraya. Sehingga daerah tersebut merupakan daerah yang memberikan kontribusi terbesar dalam menunjang pertumbuhan ekonomi di Soloraya. Wilayah yang memberikan kontribusi terbesar kedua adalah Kabupaten Sragen. Selanjutnya adalah Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, dan paling kecil adalah Boyolali.
Saran-saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu: 1. Pemerintah daerah perlu menambah investasi pada berbagai bidang dengan memilih bidang yang paling menguntungkan. Perlu dilakukan pengendalian inflasi, yang dapat dilakukan dengan melakukan operasi pasar terbuka, agar para pedagang tidak dapat mempermainkan harga. 2. Mendukung daerah yang memiliki kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan membangun infrastruktur untuk memperlancar arus perdagangan, menciptakan iklim yang kondusif agar mempermudah dan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya, mempermudah layanan dalam pengurusan usaha, agar dapat memperluas lapangan kerja, memberikan insentif untuk daerah-daerah yang masih memiliki potensi agar masyarakat dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di berbagai bidang.
Kata kunci ; inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERSETUJUAN .............................................................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
MOTTO ........................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ..................................... 8
A. Kajian Teoritis ......................................................................... 8
1. Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 8
2. Faktor-faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi .. 12
3. PDRB per kapita .............................................................. 12
4. Stabilitas Perekonomian ................................................... 13
5. Pengeluaran Pembangunan .............................................. 18
6. Investasi ........................................................................... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
7. Inflasi ................................................................................ 26
B. Penelitian yang Relevan ......................................................... 30
C. Kerangka Pemikiran .............................................................. 32
D. Hipotesis ................................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 35
A. Ruang Lingkup ....................................................................... 35
B. Sumber dan Jenis Data ........................................................... 35
C. Konsep dan Pengukuran Data ................................................. 36
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................... 36
E. Model Penelitian .................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 38
1. Metode Data Panel ........................................................... 38
2. Estimasi Model Data Panel .............................................. 39
3. Uji Hipotesis ..................................................................... 41
4. Uji Asumsi Klasik ............................................................ 44
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................. 48
A. Gambaran umum .................................................................... 48
1. Kota Surakarta ................................................................. 48
2. Kabupaten Boyolali .......................................................... 49
3. Kabupaten Sukoharjo ....................................................... 51
4. Kabupaten Wonogiri ........................................................ 52
5. Kabupaten Karanganyar ................................................... 53
6. Kabupaten Klaten ............................................................. 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
7. Kabupaten Sragen ............................................................ 56
B. Deskripsi Data Variabel Penelitian ........................................ 57
1. Tingkat Inflasi .................................................................. 57
2. Investasi ............................................................................ 60
3. Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 63
C. Analisis Data dan Pembahasan .............................................. 64
1. Hasil Estimasi Data Panel ................................................ 64
2. Estimasi Fixed Effect ........................................................ 66
3. Estimasi Uji Model .......................................................... 67
4. Uji t ................................................................................... 68
5. Uji F ................................................................................. 69
D. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 70
1. Uji Multikolineritas ........................................................... 70
2. Uji heteroskedastisitas ....................................................... 71
3. Uji Autokorelasi ................................................................ 72
E. Pembahasan ............................................................................ 74
BAB V PENUTUP .................................................................................... 75
A. Kesimpulan ............................................................................ 75
B. Saran ....................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 77
LAMPIRAN .......................................................................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi Dan Investasi Di Soloraya Tahun 2004-2006 ......................................................... 5
Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Kota Surakarta ...................................... 49
Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali ............................. 50
Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo .......................... 52
Tabel 4.4 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri ............................ 53
Tabel 4.5 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar ...................... 54
Tabel 4.6 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten ................................ 56
Tabel 4.7 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sragen ................................ 57
Tabel 4.8. Perkembangan Tingkat Inflasi di Wilayah Soloraya tahun 2004 – 2009. ....................................................................................... 59
Tabel 4.9. Jumlah Investasi di Wilayah Soloraya dari tahun 2004-2009 ... 61
Tabel 4.10. Jumlah Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Soloraya dari tahun 2004 - 2009 ............................................................................... 63
Tabel 4.11. Hasil Estimasi Data Panel Periode 2004-2009 Pendekatan OLS (Common) .................................................................................. 65
Tabel 4.12. Hasil Estimasi Data Panel Periode 1996-2009 Pendekatan Fixed Effect ................................................................................ 66
Tabel 4.13. Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................... 70
Tabel 4.14. Hasil Uji Autokorelasi ............................................................... 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ...................................................... 29
Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t .................................................................... 39
Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F ................................................................... 40
Gambar 3.3 Daerah Kritis Kurva Uji Statistik Autokorelasi ........................ 47
Gambar 4.1 Keadaan Tingkat Inflasi Berdasarkan Tujuh Wilayah di Solo Raya Tahun 2004-2009 ............................................................ 60
Gambar 4.2 Keadaan Investasi Berdasarkan Tujuh Wilayah di Solo Raya Tahun 2004-2009 ...................................................................... 61
Gambar 4.3 Keadaan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Tujuh Wilayah di Solo Raya Tahun 2004-2009 ................................. 64
Gambar 4.4 Daerah Kritis Uji t Inflasi ......................................................... 68
Gambar 4.5 Daerah Uji t Infestasi ................................................................ 68
Gambar 4.6 Daerah Kritis Uji F ................................................................... 69
Gambar 4.7 Hasil Autokorelasi .................................................................... 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Induk Penelitian Analisis Data Panel ................................ 79
Lampiran 2 Analisis Pooled OLS .................................................................. 80
Lampiran 3 Analisis Fixed Effect .................................................................. 81
Lampiran 4 Analisis Multikolinearitas ......................................................... 82
BAB I
PENDAHULUAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
E. Latar Belakang
Pelaksanaan otonomi daerah yang telah ditetapkan dengan
Undang-Undang No. 32 / 2004 ternyata tidak dapat berjalan dengan
mulus. Banyak hambatan yang dialami oleh pelaksana pemerintahan di
daerah untuk melaksanakannya. Banyak hal-hal yang dilakukan oleh
pelaksana pemerintah di daerah yang berdampak negatif, yang
disebabkan oleh adanya pemahaman yang keliru. Sebagaimama
dikemukakan oleh Hanif Nurcholis (2005: x) bahwa :
Meski konsepsi otonomi daerah secara formal sudah berubah, namun
tidak diikuti dengan perubahan pemahaman dan perilaku secara
substansial pula. Berbagai pihak seringkali lebih suka bersikap
pragmatis pada hal-hal bersifat teknis administratif dengan
mengabaikan hal-hal yang substansial. Padahal tanpa
pemahaman secara substansial maka hal-hal yang bersifat teknis
administratif hanya akan menimbulkan multiinterpretasi yang
akan mengarah ke hal-hal yang kontradiktif dan polaritatif.
Pendapat di atas, menunjukkan bahwa meskipun undang-undang
tersebut telah diberlakukan, namun tidak diimbangi dengan pemahaman
yang substansial, sehingga konsep yang direncanakan oleh pemerintah
pusat tidak dapat dilaksanakan oleh pelaksana pemerintah di daerah.
Adanya keadaan tersebut juga melibatkan masalah perekonomian di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
daerah yang juga tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Masalah-
masalah tersebut terlihat dengan adanya demonstrasi para buruh pabrik
yang mengalami kerugian maupun dikarenakan kepemilikan yang
dialihkan kepada pengusaha lain atau pengusaha asing yang dapat
mengancam sumber kehidupan para buruh tersebut. Hal lain yang
diakibatkan oleh keadaan yang sama adalah naiknya harga barang-
barang yang merupakan salah satu indikasi terjadinya inflasi. Untuk itu
perlu dilakukan penanganan pada kegiatan perekonomian agar
kehidupan perekonomian dapat kembali seperti sedia kala.
Penanganan kegiatan ekonomi yang kurang tepat dapat
menjadikan kegiatan ekonomi menjadi runtuh. Sebaliknya penanganan
kegiatan ekonomi yang tepat karena adanya inflasi dapat menjadikan
kegiatan ekonomi semakin kuat. Lemah kuatnya kegiatan ekonomi dapat
menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sementara
itu pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, masing-masing daerah
berbenah diri untuk meningkatkan pendapatannya. Segala potensi yang
dimiliki daerah semakin ditingkatkan kemanfaatannya agar dapat
mendatangkan pendapatan. Penertiban berbagai bidang usaha dapat
meningkatkan pendapatan dari sektor pajak. Potensi alam dan sumber
daya lainnya ditingkatkan pemberdayaannya sehingga dapat
menghasilkan laba BUMD. Berbagai fasilitas juga dikelola sedemikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
rupa sehingga dapat meningkatkan pendapatan dari sektor retribusi. Dari
sektor-sektor yang ada tersebut, dengan adanya otonomi daerah semakin
memudahkan pemerintah daerah untuk mengelolanya secara maksimal
sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah yang dapat
digunakan untuk melaksanakan pembangunan daerah secara
berkesinambungan, terutama di bidang perekonomian agar dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi secara merata.
Pengembangan sumber daya daerah sebagai upaya meningkatkan
penghasilan daerah memerlukan dana sebagai modal atau investasi.
Modal atau investasi tersebut sebagai modal usaha sebagaimana dalam
perusahaan dan secara nyata memang diperuntukkan perusahaan.
Perusahaan yang memerlukan investasi tersebut tidak sebatas perusahaan
milik pemerintah saja, akan tetapi juga perusahaan swasta. Dalam hal
investasi, tidak ada perbedaan antara perusahaan swasta dengan
perusahaan pemerintah. Yang membedakan pada umumnya adalah
sumber investasi tersebut.
Sumber investasi dapat berasal dari masyarakat maupun
pemerintah. Sumber investasi masyarakat juga tidak sebatas masyarakat
dalam negeri, namun juga masyarakat luar negeri. Sumber investasi dari
pemerintah pun juga tidak sebatas pemerintah dalam negeri, namun juga
ada investasi yang berasal dari luar negeri. Masing-masing sumber
investasi memiliki tujuan dan sasaran sendiri. Baik investasi dari
masyarakat atau pemerintah, maupun dari dalam negeri dan luar negeri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kesemuanya diperlukan dan akan mempengaruhi kehidupan ekonomi
suatu wilayah. Investasi yang ditanamkan merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, baik secara regional
maupun nasional.
Kegiatan perekonomian yang melibatkan multifaktor tentu akan
terjadi suatu kenaikan atau penurunan nilai, baik nilai mata uang maupun
nilai barang. Naik turunnya nilai mata uang atau suatu barang sangat
tergantung dari keadaan perekonomian itu sendiri. Jumlah barang yang
tersedia di pasaran, permintaan dan penawaran suatu produk, hingga
perubahan politik akan mempengaruhi naik turunnya nilai mata uang.
Namun kecenderungan yang terjadi adalah turunnya nilai mata uang
yang ditandai dengan naiknya harga barang-barang kebutuhan. Naiknya
harga barang-barang tersebut sering disebabkan oleh langkanya barang
dan meningkatnya permintaan. Hal ini memang wajar dan sesuai dengan
hukum perekonomian, dimana ada peningkatan permintaan maka akan
terjadi kenaikan barang, kecuali produk-produk tertentu yang bersifat
khusus.
Di suatu daerah, kegiatan perekonomian berjalan sebagaimana
keadaan pada umumnya. Hal ini berarti dalam suatu daerah juga akan
terjadi penumpukan atau kekurangan investasi. Bagi suatu daerah yang
memiliki potensi bisnis yang tinggi dan ada pengelola yang profesional,
kemungkinan investasi akan tinggi. Keadaan akan berbalik jika suatu
daerah tidak memiliki potensi ekonomi, ataupun jika memiliki potensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
namun masyarakat belum mampu memberdayakan potensi tersebut.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah tergantung dengan potensi ekonomi
yang ada dan juga kemampuan masyarakat dalam memberdayakannya.
Inflasi merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Suatu daerah juga akan mengalami inflasi sebagaimana
keadaan pada umumnya dalam suatu negara, bahkan dalam tingkat
dunia. Kekurangsiapan para penyedia barang dalam memenuhi
permintaan pasar akan menjadikan inflasi di daerah tersebut. Di daerah-
daerah tertentu, kemampuan para pengusaha dan produsen dalam
menyediakan barang-barang kebutuhan akan menjadi penyebab tinggi
rendahnya tingkat inflasi daerah tersebut. Karena itu, setiap daerah akan
memiliki tingkat inflasi yang berbeda-beda jika keadaan ekonomi secara
nasional stabil. Karena itu pula, tingkat inflasi dalam suatu daerah juga
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
Daerah Surakarta dan sekitarnya, atau saat ini lebih dikenal
dengan sebutan Solo Raya yang meliputi 1 kota dan 6 kabupaten,
memiliki kegiatan ekonomi yang saling terkait. Keterkaitan kegiatan
ekonomi antara daerah-daerah tersebut akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di daerah secara menyeluruh. Investasi dan
tingkat inflasi juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Solo
Raya.
Perkembangan tingkat inflasi dan investasi maupun pertumbuhan
ekonomi di wilayah Solo Raya pada tahun 2004-2005 dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan. Data tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi dan Investasi di
Soloraya Tahun 2004-2006
Tahun Pertumbuhan
Ekonomi
Tingkat
inflasi Investasi
2004 4,65 5,03 214764
2005 4,68 14,96 242621
2006 4,93 6,85 270540
Sumber : BPS Wilayah Soloraya, 2004-2006.
Dari data di atas menunjukkan pertumbuhan ekonomi pada tahun
2004-2005 cenderung stabil atau tidak ada peningkatan yang signifikan.
Sementara itu tingkat inflasi ada peningkatan yang cukup tajam, dari
5,03 pada tahun 2004 menjadi 14,96 pada tahun 2005. Tingkat inflasi
pada tahun 2005 dikatakan tidak wajar karena melebih 10%. Dari
keadaan tersebut tentunya perlu dianalisis untuk mengetahui apakah
dengan adanya inflasi sebesar itu ada pengaruhnya pada pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan pada investasi di wilayah Soloraya peningkatan
juga terjadi namun tidak terlalu mencolok.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka
penelitian ini diberi judul “Pengaruh Inflasi dan Investasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Solo Raya Tahun 2004 - 2009”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
F. Perumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh inflasi dan investasi secara parsial terhadap
pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya tahun 2004 sampai dengan
tahun 2009?
2. Apakah ada pengaruh inflasi dan investasi secara simultan terhadap
pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya tahun 2004 sampai dengan
tahun 2009?
G. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui gambaran tentang tingkat inflasi, investasi, dan pertumbuhan
ekonomi di Solo Raya tahun 2004 sampai dengan tahun 2009.
2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh inflasi dan investasi secara parsial
dan simultan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya tahun
2004 sampai dengan tahun 2009.
H. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1. Sebagai informasi atau masukan bagi instansi / lembaga yaitu pemerintah
daerah dalam membuat kebijaksanaan khususnya usaha-usaha untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masyarakat.
2. Untuk memperkaya khasanah pustaka dan hasil-hasil penelitian dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang menelaah
tentang kebijakan pemerintah daerah dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
3. Dengan teridentifikasinya potensi yang dimiliki oleh masing-masing
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota di wilayah Soloraya, diharapkan
dapat dipakai sebagai dasar bagi pemerintah daerah guna merumuskan
kebijakan lebih lanjut di lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
E. Kajian Teoritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses
peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan menyangkut
perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan
meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi
dapat ditandai dengan laju kenaikan Produk Domestik Regional
Bruto per kapita yang tinggi dibarengi dengan laju pertumbuhan
penduduk yang cepat. Pertumbuhan ekonomi memiliki dua
pengertian, yaitu pertambahan dalam GNP real atau NNP real yang
terjadi dalam jangka waktu tertentu, atau pertambahan dalam GNP
real per kapita atau NNP real per kapita dengan berlangsungnya
waktu (Winardi, 1990 : 302). Pengertian di atas mengarah pada
standar kehidupan manusia. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu
wilayah perlu dipelajari agar dapat diketahui standar kehidupan yang
lebih tinggi (Winardi, 1990 : 303). Hal itu berarti bahwa dengan
mengetahui standar kehidupan masyarakat maka dapat diketahui
tingkat kemakmuran rakyat yang merupakan tujuan utama
pembangunan.
Sadono Sukirno (2003: 10) mengemukakan bahwa
pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pernyataan tersebut jelas bahwa dalam suatu negara, terjadi kegiatan
ekonomi dimana dalam kegiatan tersebut akan selalu terjadi
penambahan jumlah barang. Selain itu juga terjadi peningkatan
kualitas sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusia.
Perkembangan kebudayaan juga menyangkut dengan perkembangan
teknologi sebagai hasil temuan manusia untuk mempermudah dalam
melakukan suatu aktivitas. Namun demikian, peningkatan teknologi
tidak selalu berbanding lurus dengan peningkatan jumlah barang
maupun kualitas. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang
mempengaruhi pertambahan jumlah barang maupun kualitas barang.
Kendati pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan
PDRB per kapita dan jumlah penduduk, namun tidak berarti bahwa
jumlah penduduk merupakan syarat mutlak bagi pendapatan per
kapita. Laju pertumbuhan ekonomi terkadang dibarengi dengan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Laju pertumbuhan ekonomi dapat diukur pula melalui laju
kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) untuk daerah. Laju kenaikan PDRB diukur
dengan cara mengurangi PDRB tahun sekarang dengan PDRB tahun
sebelumnya, kemudian dibagi dengan PDRB tahun sebelumnya.
Sesuai dengan penjelasan di atas, maka (Faried Wijaya M, 1989 :
264), memberikan kesimpulan bahwa “pertumbuhan ekonomi adalah
proses dimana terjadi kenaikan PDRB”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan Produk
Domestik Bruto (PDB) pada suatu daerah tertentu. Produk Domestik
Regional Bruto memiliki pengertian “nilai produksi barang dan jasa
akhir yang dihasilkan suatu wilayah yang dihitung selama 1 tahun
berdasarkan harga berlaku”. PDRB merupakan “perhitungan hasil
produksi suatu perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik
faktor produksi tersebut” (Prathama Rahardja dan Mandala
Manurung, 2004 : 215). Jadi, semua faktor produksi yang ada dalam
wilayah tersebut outputnya diperhitungkan dalam PDB. Dinyatakan
juga oleh Robinson Tarigan (2004: 18) bahwa “produk domestik
regional bruto adalah jumlah nilai tambah bruto (gross added value)
yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu”. Nilai
tambah yang dimaksudkan pada pengertian tersebut adalah nilai
produksi dikurangi dengan biaya antara. Nilai tambah tersebut terdiri
dari pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan),
penyusutan, dan pajak tidak langsung netto.
Pengertian PDRB menurut Kantor Statistik dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : Pendekatan menurut Produksi,
Pendekatan menurut Pendapatan, dan Pendekatan menurut
Pengeluaran. (Robinson Tarigan, 2004 : 23).
Pengertian PDRB menurut pendekatan produksi adalah
jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi di dalam suatu daerah dalam jangka waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya
dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (kelompok sektor),
meliputi :
a. Sektor Pertanian
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
c. Sektor Industri Pengolahan
d. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
e. Sektor Bangunan
f. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
i. Sektor Jasa-Jasa
Pengertian PDRB menurut pendekatan pendapatan adalah
balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta
dalam proses produksi di suatu wilayah dalam rangka waktu tertentu.
Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa
tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya belum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian
PDRB, kecuali faktor pendapatan di atas termasuk pula komponen
jangka waktu tertentu (satu tahun).
Pengertian PDRB menurut pendekatan pengeluaran adalah
jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga
dan lembaga swasta tidak mencari untung, konsumsi Pemerintah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor netto di
suatu wilayah.
Pengertian PDRB yang lain adalah PDRB atas dasar harga
yang berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar
harga berlaku adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau
pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga berlaku pada tahun
yang bersangkutan. PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah
nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas
harga tetap suatu tahun tertentu.
2. Faktor-Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi sebagai peningkatan kegiatan
ekonomi di masyarakat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Sebagaimana disebutkan oleh Sadono Sakirno (2003: 425) bahwa
faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi antara lain
adalah tanah dan kekahyaan alam lainnya, jumlah dan mutu dari
penduduk dan tenga kerja, barang-barang modal dan tingkat
teknologi, sistem sosial dan sikap masyarakat, serta luas pasar
sebagai sumber pertumbuhan.
Berbagai faktor tersebut tentunya saling terkait dalam
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, masing-masing
juga memiliki pengaruh yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat
perkembangan atau kondisi dari masing-masing faktor. Tidak semua
faktor tersebut ada dalam suatu daerah, namun kesemua faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
tersebut secara umum mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam
suatu wilayah baik secara parsial maupun secara simultan.
3. PDRB per kapita
PDRB per kapita yaitu PDRB suatu daerah tertentu dibagi
jumlah penduduk daerah tersebut. PDRB yang merupakan ukuran
tingkat kemakmuran rakyat suatu daerah tertentu masih bersifat
umum. Artinya bahwa kemakmuran tersebut menggambarkan
keadaan secara menyeluruh daerah tersebut. Sedangkan untuk
mengetahui kemakmuran rakyat pada sisi yang lebih kecil adalah
dengan mengetahui PDRB per kapita. Dengan mengetahui PDRB per
kapita, maka dapat diketahui bagaimana kemakmuran rakyat per
kapita, meskipun hal itu juga tidak semua rakyat menikmati
kemakmuran tersebut.
Untuk mengetahui besarnya PDRB per kapita sebagaimana
dikemukakan di atas adalah membagi PDRB daerah tersebut dengan
jumlah penduduknya. Dengan perhitungan tersebut, maka jika
perkembangan PDRB per tahun tidak berimbang dengan jumlah
penduduk, maka tingkat kemakmuran rakyat akan semakin rendah.
4. Stabilitas Perekonomian
Bagi daerah yang sedang membangun stabilitasi ekonomi
merupakan syarat bagi terlaksananya pembangunan ekonomi agar
tujuan pembangunan dapat tercapai secara efekif dan efisien. Apabila
pembangunan ekonomi dilaksanakan dengan kurang memperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
berbagai faktor yang relevan lebih sering menimbulkan
ketidakstabilan ekonomi sehingga berakibat menghambat
pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Segala macam kebijakan dalam
rangka pembangunan daerah harus didesain dan direncanakan
sematang mungkin. Apabila desain yang menggunakan berbagai
variabel relevan tidak disusun, pembangunan yang direncanakan
akan bertentangan dengan tujuan stabilisasi. Variabel-variabel yang
tidak dapat dikendalikan yang mengganggu kestabilan pembangunan
dapat dikurangi. Sementara variabel-variabel pendukung perlu
dikembangkan. Hal tersebut dilakukan agar dapat tercapai efektivitas
dan efisiensi yang tinggi. Variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi stabilitas ekonomi dapat bersifat eksternal dan dapat
bersifat internal.
a. Variabel Stabilitas perekonomian yang bersifat eksternal
1) Dept Service Ratio (DSR)
Dalam rangka menghadapi kesulitan-kesulitan
perekonomian, pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun
daerah telah mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan baik itu
konsolidasi, rehabilitasi maupun stabiltasi. Pendekatan-
pendekatan ini bertujuan untuk: mengadakan rescheduling
(penjadwalan kembali) utang-utang lama, mengusahakan
bantuan keuangan untuk mendukung neraca pembayaran
maupun berusaha untuk menarik penanaman modal asing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pembayaran angsuran utang yang meliputi
pembayaran pokok dan bunga senantiasa diusahakan di
bawah 30 persen dari nilai ekspor, agar jangan sampai
mengganggu program pembangunan dan stabilisasi yang
sedang berjalan. Besarnya pembayaran utang (cicilan utang
pokok dan bunga) tergantung pada penerimaan dari hasil
ekspor. Sekali lagi, pada umumnya bagian dari hasil ekspor
yang digunakan untuk pembayaran utang berkisar antara 30
persen, dan menurut Zulkarnaen Djamin (1993 : 62),
persentase ini disebut Debt Service Ratio (DSR), yaitu angka
yang menunjukkan besarnya pembayaran utang dan bunga
terhadap nilai ekspor bersih (netto).
Pada dasarnya salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah daerah dalam menutupi kekurangan dana bagi
pembangunan di daerahnya adalah melalui pinjaman atau
utang. Pinjaman yang dilakukan pemerintah daerah dapat
bersumber dari dana luar negeri yang berupa penerusan
pinjaman (Subsidiary Loan Agrement – SLA) atau dari dana
dalam negeri yaitu dana yang tersedia dalam Rekening
Pembangunan Daerah (RPD), atau pinjaman komersial baik
dari bank pemerintah atau bank swasta. RPD terutama
dimaksudkan untuk menyediakan dana pinjaman untuk
membangun prasarana dan sarana daerah seperti penyediaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
air bersih, sampah, air limbah dan terminal angkutan umum.
Selain itu pinjaman tersebut juga dapat digunakan sebagai
dana penyertaan modal pada BUMD seperti pada BPD,
PDAM, dan lain-lain. Pinjaman yang dilakukan pemerintah
daerah tersebut diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian daerah, memperbaiki mutu pelayanan dan
pada gilirannya dapat meningkatkan penerimaan sendiri
(Nota Keuangan Republik Indonesia, 1997-1998 : 402)
Negara-negara ataupun daerah-daerah dengan DSR
yang tinggi tidak otomatis adalah negara-negara atau daerah-
daerah yang terlibat pinjaman. Begitu pula yang terlilit
pinjaman tidak seluruhnya mempunyai DSR yang tinggi. Hal
ini disebabkan mungkin suatu negara mempunyai DSR yang
tinggi, namun selalu mampu untuk melunasi pinjamannya
tepat pada waktunya.
2) Investasi
Investasi yang ada di suatu daerah dilakukan oleh dua
pihak yaitu oleh luar negeri yang sering disebut Penanaman
Modal Asing (PMA) dan pihak dalam negeri yang dikenal
dengan nama Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
PMA dan PMDN sudah disebutkan dalam undang-undang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
yaitu dalam Undang-Undang no. 1 tahun 1967 tentang PMA
pasal 1 yang dikatakan: “PMA merupakan penanaman modal
secara langsung (direct invest) yang digunakan untuk
menjalankan perusahaan di Indonesia dimana penamam
modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman
modalnya”.
Investasi dapat pula dikatakan sebagai aktivitas
ekonomi yang mengorbankan konsumsi pada hari ini untuk
menaikkan output di masa depan. Hal ini meliputi investasi
modal yang bersifat tangible (misalnya pabrik, peralatan dan
perlengkapan) dan investasi yang bersifat intangible
(misalnya pendidikan atau modal manusia, penelitian dan
pengembangan serta kesehatan).
3) Net Ekspor (Eksport Netto)
Sebagian dari output suatu negara atau daerah dikirim
ke luar negeri atau ke luar daerah dan dibeli oleh orang asing.
Dengan menggabungkan penjualan ke luar ini dengan jumlah
penghasilan, deviden serta bunga dari faktor-faktor produksi
yang ada di luar negeri tetapi dimiliki orang Indonesia, maka
akan diperoleh angka ekspor. Angka ekspor dapat dikatakan
sebagai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara ke negara lain. Ekspor terdiri dari barang berwujud
dan jasa-jasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kinerja ekspor maupun impor selama era
pembangunan jangka panjang tahap pertama dipengaruhi
oleh dua faktor utama (khususnya untuk ekspor). Faktor
pertama bersifat komoditikal dan sekaligus internal, yaitu
penerimaan ekspor sangat ditentukan oleh minyak dan gas
bumi. Faktor kedua yang bersifat eksternal adalah lingkungan
ekonomi internasional (tujuan negara ekspor). Gejolak sosial
ekonomi maupun politik negara tujuan ekspor akan sangat
mempengaruhi kinerja ekspor kita.
b. Stabilitas Perekonomian Yang Bersifat Internal
1) Penyerapan Tenaga Kerja
Secara garis besar penduduk suatu daerah dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja. Tenaga kerja (manpower) dipilah pula ke
dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (labor force) dan
bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah
tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja
atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang
tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedang yang
termasuk bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau
penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak
mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan
yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
mahasiswa), mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan
wanita karir), serta menerima pendapatan tapi bukan
merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan,
penderita cacat yang dependen).
2) Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum
barang-barang secara terus menerus (Nopirin, 1997 : 25).
Kenaikan harga tersebut diukur dengan indeks harga.
Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk
mengukur inflasi antara lain:
a) indeks biaya hidup (consumer price index)
b) indeks harga perdagangan besar (whole sale proce index)
c) GNP deflator
Inflasi dapat dikategorikan dalam tiga macam, pertama, hiperinflasi yaitu
tingkat inflasi yang sangat parah (1000 persen per tahun),
kedua, inflasi ganas yaitu tingkat inflasi antara 50,100
sampai 200 persen per tahun. Ketiga inflasi moderat yaitu
kenaikan tingkat harga yang tidak terlalu menimbulkan
distorsi pada pendapatan dan harga relatif.
5. Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang
ditujukan untuk pembiayaan proses pembangunan, sebagai kaegiatan
pemerintah dalam maningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terdiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dari 21 jenis pengeluaran yang berorientasi ke 20 jenis sektor
pembangunan dan 1 jenis kelompok pengeluaran pembangunan
lainnya, antara lain :
a. Industri
b. Pertanian dan Kehutanan
c. Sumber Daya dan Irigasi
d. Tenaga Kerja
e. Perdagangan, Pengembangan Usaha Daerah dan Koperasi.
f. Transportasi, Meteorologi dan Geofisika
g. Pertambangan dan Energi
h. Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
i. Pembangunan Daerah dan Transmigrasi
j. Lingkungan Hidup dan Tata Ruang
k. Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kepercayaan Terhadap Tuhan YME,
Pemuda dan Olahraga
l. Kependudukan dan Keluarga Sejahtera
m. Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Peranan Wanita, Anak dan Remaja
n. Perumahan Rakyat dan Pemukiman
o. Agama
p. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Penelitian
q. Hukum
r. Aparatur Pemerintah
s. Politik, Penerangan, Komunikasi dan Media Massa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
t. Keamanan dan Ketertiban Umum
u. Subsidi Pembangunan Kepada Daerah Bawahan
6. Investasi
a. Pengertian
Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik
domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh
pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula
kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja,
peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau
bahkan penambahan devisa. Menurut Sunariyah (2003:4):
“Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan
harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan
datang”. Pendapat lain dikemukakan oleh Joko Salim (2010: 4)
yang menyatakan bahwa investasi artinya upaya untuk membuat
uang yang kita miliki saat ini menjadi lebih banyak jumlahnya
pada kemudian hari. Dari pendapat tersebut maka investasi
merupakan suatu upaya untuk menjadikan uang menjadi
bertambah dengan tidak memandang untuk apa uang tersebut dan
dengan cara apa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Investasi pada umumnya dinyatakan dengan
menggunakan uang untuk suatu kegiatan yang menghasilkan.
Dalam skala besar, penggunaan uang agar berkembang biasa
disebut dengan proyek investasi. Menurut Suad Husnan (1996:5)
menyatakan bahwa “proyek investasi merupakan suatu rencana
untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek
raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada
masa yang akan datang.” Pada umumnya manfaat ini dalam
bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan
uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain. Namun
baik sisi pengeluaran investasi ataupun manfaat yang diperoleh,
semua harus dikonversikan dalam nilai uang. Suatu rencana
investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis rencana
investasi pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat
tidaknya suatu proyek (baik besar atau kecil) dapat dilaksanakan
dengan berhasil, atau suatu metode penjajakan dari suatu gagasan
usaha/bisnis tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan
usaha/bisnis tersebut dilaksanakan.
Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang
besar dan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang.
Oleh karena itu dilakukan perencanaan investasi yang lebih teliti
agar tidak terlanjur menanamkan investasi pada proyek yang
tidak menguntungkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Berdasarkan
www.sinarharapan.co.id/ekonomi/eureka/2003/021/eur1. html)
menyatakan bahwa alasan melakukan investasi adalah sebagai
berikut: a. Produktivitas seseorang yang terus mengalami
penurunan. b. Tidak menentunya lingkungan perekonomian
sehingga memungkinkan suatu saat penghasilan jauh lebih kecil
dari pengeluaran. c. Kebutuhan-kebutuhan yang cenderung
mengalami peningkatan.
b. Jenis-Jenis Investasi
Menurut Safir Senduk (2004:24) bahwa produk-produk
investasi yang tersedia di pasaran antara lain:
1) Tabungan di bank
Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan
mendapatkan suku bunga tertentu yang besarnya mengikuti
kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan biasanya
memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita
inginkan.
2) Deposito di bank
Produk deposito hampir sama dengan produk
tabungan. Bedanya, dalam deposito tidak dapat mengambil
uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang
tersebut sudah menginap di bank selama jangka waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
tertentu (tersedia pilihan antara satu, tiga, enam, dua belas,
sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang harian).
Suku bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku
bunga tabungan. Selama deposito kita belum jatuh tempo,
uang tersebut tidak akan terpengaruh pada naik turunnya
suku bunga di bank.
3) Saham
Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan
tersebut. Dengan membeli saham, berarti membeli sebagian
perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut mengalami
keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan
mendapatkan sebagian keuntungan yang disebut deviden.
Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan harga
yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain
maupun lebih rendah daripada kita membelinya yang selisih
harganya disebut capital loss. Jadi, keuntungan yang bisa
didapat dari saham ada dua yaitu deviden dan capital gain.
4) Properti
Investasi dalam properti berarti investasi dalam
bentuk tanah atau rumah. Keuntungan yang bisa didapat dari
properti ada dua yaitu: (a) Menyewakan properti tersebut ke
pihak lain sehingga mendapatkan uang sewa. (b) Menjual
properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
5) Barang-barang koleksi
Contoh barang-barang koleksi adalah perangko,
lukisan, barang antik, dan lain-lain. Keuntungan yang didapat
dari berinvestasi pada barang-barang koleksi adalah dengan
menjual koleksi tersebut kepada pihak lain.
6) Emas
Emas adalah barang berharga yang paling diterima di
seluruh dunia setelah mata uang asing dari negara-negara G-7
(sebutan bagi tujuh negara yang memiliki perekonomian yang
kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada,
dan Perancis). Harga emas akan mengikuti kenaikan nilai
mata uang dari negara-negara G-7. Semakin tinggi kenaikan
nilai mata uang asing tersebut, semakin tinggi pula harga
emas. Selain itu harga emas biasanya juga berbanding searah
dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin
tinggi pula kenaikan harga emas. Seringkali kenaikan harga
emas melampaui kenaikan inflasi itu sendiri.
7) Mata uang asing
Segala macam mata uang asing biasanya dapat
dijadikan alat investasi. Investasi dalam mata uang asing
lebih beresiko dibandingkan dengan investasi dalam saham,
karena nilai mata uang asing di Indonesia menganut sistem
mengambang bebas (free float) yaitu benar-benar tergantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pada permintaan dan penawaran di pasaran. Di Indonesia
mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat
fluktuatif.
8) Obligasi
Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang
yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan, baik
untuk menambah modal perusahaan atau membiayai suatu
proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama
dengan deposito, maka agar lebih menarik investor suku
bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suku
bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi
dapat juga dijual kepada pihak lain baik dengan harga yang
lebih tinggi maupun lebih rendah daripada ketika
membelinya. Terdapat pengelompokkan jenis-jenis investasi
(www.winterthur.co.id/id/winpens3.htm), yaitu:
a) Deposito berjangka. Simpanan dalam mata uang Rupiah, dengan
tingkat suku bunga relatif lebih tinggi dibandingkan jenis
simpanan lainnya. Tersedia dalam jangka waktu 1,3, 6, 12, dan 24
bulan.
b) Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
merupakan bagian dari upaya BI untuk meredam dan
menstabilkan likuiditas yang ada di pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
c) Saham. Surat bukti pemilikan bagian modal perseroan terbatas
yang memberikan berbagai hak menurut ketentuan anggaran dasar
(shares stock ).
d) Obligasi. Surat utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun
dan bersuku bunga tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk menarik dana dari masyarakat, guna pembiayaan
perusahaan atau oleh pemerintah untuk keperluan anggaran
belanjanya (debenture bond).
e) Sekuritas pasar uang. Sekuritas pasar uang merupakan surat-surat
berharga jangka pendek yang diperjualbelikan di pasar uang.
f) Sertifikat hutang obligasi. Merupakan bukti kepemilikan piutang
kepada pihak lain. Sertifikat ini dapat diperjualbelikan pada
tingkat diskonto tertentu. Sertifikat hutang obligasi ini
merupakan bentuk investasi jangka panjang.
g) Tanah/bangunan. Investasi ini tergolong investasi dalam bentuk
property, investasi ini biasanya untuk jangka waktu panjang
karena mengharapkan adanya kenaikan dari nilai tanah/bangunan
yang telah dibelinya.
h) Reksa dana. Wadah investasi yang berisi dana dari sejumlah
investor di mana uang di dalamnya diinvestasikan ke dalam
berbagai produk investasi oleh sebuah Perusahaan Manajemen
Investasi (Mutual Fund).
7. Inflasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
a. Pengertian
Inflasi sebagaimana dikemukakan di atas merupakan
proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus
menerus. Kenaikan harga tersebut diukur dengan indeks harga.
Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur
inflasi antara lain: indeks biaya hidup (consumer price index),
indeks harga perdagangan besar (whole sale proce index), dan
GNP deflator.
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluaran
untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah
tangga untuk keperluan hidup. Di Indonesia dikenal indeks 9
bahan pokok, serta 162 macam barang. Karena arti penting
masing-masing barang dan jasa tersebut bagi tiap orang itu tidak
sama, maka dalam perhitungan angka indeksnya diberi angka
penimbang tertentu. Angka penimbang biasanya didasarkan atas
besarnya persentasi pengeluaran untuk barang tertentu terhadap
pengeluaran keseluruhan. Besarnya persentase tersebut dapat
dirubah dari tahun ke tahun. Dengan perubahan angka
penimbang tersebut, maka indeks harganya juga akan berubah.
Laju inflasi dapat dihitung dengan cara menghitung persentase
kenaikan atau penurunan indeks harga tersebut dari tahun ke
tahun. Misalnya indeks biaya hidup tahun 1987 sebesar 181,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
(atas dasar tahun 1983), kemudian naik menjadi 1953,3 pada
tahun 1988, maka, laju inflasi antara tahun 1987-1988 adalah:
%6,7%1003,181
5,1813,1953=
-x
Indeks perdagangan besar menitikberatkan untuk
sejumlah barang pada perdagangan besar. Ini berarti harga
barang mentah, bahan baku atau bahan setengah jadi masuk
dalam perhitungan indeks harga.
GNP Deflator adalah jenis indeks harga yang lain. GNP
deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam
perhitungan GNP, dengan demikian jumlahnya lebih banyak bila
dibandingkan dengan dua indeks harga di atas. GNP deflator
diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga
berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan).
b. Komponen Inflasi
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama Rahardja dan Mandala
Manurung (2001:203):
1) Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi dari pada
harga periode sebelumnya.
2) Bersifat umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika
kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum
naik.
3) Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan
inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi
dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan
c. Tingkat Inflasi
Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi
dibagi menjadi tiga bagian yaitu
1) Merayap (Creeping Inflation)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga
berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam
jangka waktu yang relatif lama.
2) Inflasi menengah (Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang
berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai
sifat akselerasi yang akhirnya harga-harga minggu/bulan ini
lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
3) Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan ditandai dengan kenaikan harga sampai 5
atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit
anggaran belanja.
d. Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaiikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks
harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk
mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:
1) Consumer Price Index (CPI), Indeks yang digunakan untuk mengukur
biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang
bagi keperluan kebutuhan hidup: CPI= (Cost of marketbasket ingiven
year : Cost of marketbasket in base year) x 100%
2) Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti
harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah
jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
3) GNP Deflator, GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda
dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah
barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga
jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks di atas: GNP
Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
e. Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada
beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi: a.
DemandPull Inflation, Timbul apabila permintaan agregat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif
perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan
penawaran dan permintaan agregat. b. Cost Push Inflation or
Supply Shock Inflation, Inflasi yang diakibatkan oleh
peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan
penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya
inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan
Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh : a) Domestic
Inflation, Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh
kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri. b)
Imported Inflation, Tingkat inflasi yang terjadi karena
disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang import secara
umum
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh
Suyanto (2010) yang berjudul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja Di Kabupaten Wonogiri”. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Teknik analisis
data menggunakan analisis data panel. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa : 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh
positif sebesar 0.000141 dan secara statistik signifikan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kesempatan kerja pada sembilan sektor di Kabupaten Wonogiri, 2.
Berdasarkan besarnya tingkat pengaruh PDRB per sektor terhadap
kesempatan kerja, sektor 1 atau sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan yang paling mempengaruhi kesempatan kerja di
Kabupaten Wonogiri. Sehingga sektor ini mampu menyerap tenaga kerja
lebih dari cukup dan dapat menghasilkan produk untuk memenuhi
kebutuhan lokal Kabupaten Wonogiri dan juga untuk daerah lain.
Penelitian yang dilakukan Irwa Purba (2009) yang berjudul
“Pengaruh investasi dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia” Bahwa investasi berhubungan positif dengan pertumbuhan
ekonomi, pengaruh positif dari variabel infestasi yang dilakukan oleh
pemerintah dalam perekonomian agar dapat dicapai pertumbuhan
ekonomi yang lebih cepat di Indonesia.
Penelitian tentang pengaruh investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi juga telah dilakukan oleh Ambo Sakka (2004) dengan judul
Pengaruh Investasi dalam Penelitian dan Pengembangan (R & D)
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) pada periode pertama variabel pertumbuhan
stok kapital total berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia, sementara tenaga kerja (angkatan kerja) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. (2)
pertumbuhan stok kapital R&D pada periode kedua penelitian
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
keseluruhan periode, variabel pertumbuhan stok kapital sektor industri
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan sektor industri.
Pertumbuhan stok kapital R&D untuk keseluruhan periode penelitian
berpngaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan sektor industri (30
seluruh periode analisis menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan stok
kapital sektor pertanian berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan sektor pertanian, sementara tenaga kerja (angkata kerja)
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan sektor
pertanian. Sedangkan pertumbuhan stok kapital R&D pada periode
kedua penelitian berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektor
pertanian.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai
berikut:
Sumber: Kerangka Teori
Inflasi
Investasi
Pertumbuh
an
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa inflasi
merupakan kenaikan harga barang-barang kebutuhan. Kenaikan harga
barang merupakan hal yang wajar, karena adanya beberapa faktor yang
menjadikan harga barang menjadi naik. Kenaikan harga barang yang
wajar akan menjadikan kegiatan ekonomi menjadi lebih tinggi. Hal ini
dikarenakan penjual barang akan berusaha untuk menawarkan barang
dagangannya kepada konsumen. Sementara itu konsumen akan berusaha
keras untuk memperoleh penghasilan tambahan agar dapat membeli
kebutuhannya.
Namun perlu diketahui bahwa kenaikan harga barang yang tidak
wajar dapat menyebabkan kegiatan perekonomian menjadi lesu.
Kenaikan harga barang yang terlalu tinggi akan menyebabkan konsumen
mengurangi jumlah pembelian atau menghentikan sementara dari
kebutuhannya. Adanya hal tersebut, maka kegiatan ekonomi akan
menurun dalam waktu tertentu. Setelah adanya kesesuaian antara
kemampuan untuk membeli, maka akan terjadi peningkatan kegiatan
perekonomian lagi serta adanya tingkat kebutuhan konsumen yang tidak
dapat dihindarkan.
Kegiatan perekonomian akan semakin ramai jika ada penanaman
modal pada bidang-bidang tersebut. Selain itu, infrastruktur yang
menunjang kelancaran mobilitas orang atau barang juga akan
meningkatkan kegiatan perekonomian di masyarakat. Penanaman modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki dana yang berlebih.
Namun bagi pemerintah, penanaman modal dapat dilakukan untuk
menunjang kegiatan perekonomian di masyarakat. Selain mendirikan
usaha-usaha yang dapat menyerap tenaga kerja, pemerintah juga
menanamkan modal untuk meningkatkan infrastruktur. Adanya
peningkatan infrastruktur seperti jalan, maka kegiatan ekonomi
masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan ini tentunya juga akan
meningkatkan jumlah retribusi atau pajak sebagai masukan atau
pendapatan daerah.
Tingkat inflasi yang dapat dikendalikan dan juga adanya
investasi yang ditanamkan oleh pemerintah daerah, akan dapat
meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat. Peningkatan
kegiatan perekonomian tentunya juga akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka akan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang
telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga ada pengaruh inflasi dan investasi secara parsial terhadap
pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya tahun 2004 sampai dengan
tahun 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Diduga ada pengaruh inflasi dan investasi secara simultan terhadap
pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya tahun 2004 sampai dengan
tahun 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
G. Ruang Lingkup
Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Solo Raya, yang
meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo,
Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Klaten, dan
Kabupaten Sragen. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan
bahwa Solo Raya merupakan daerah yang memiliki wilayah dengan
kondisi dan potensi alam yang cukup potensial yang belum
dikembangkan secara maksimal.
H. Sumber dan Jenis Data
Penelitian ini meliputi wilayah Solo Raya dengan menggunakan
data dokumen selama kurun waktu tahun 2004 sampai dengan tahun
2009. Data diambil selama 5 (lima) tahun terakhir sampai dengan tahun
2009, yang berarti data penelitian ini mulai dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
statistik, di mana data yang dikumpulkan adalah berupa data yang
bersifat kuantatif, kemudian diolah dengan teknik statistik yang sesuai
untuk dapat menjelaskan keadaan yang ada.
Data diperoleh dari instansi terkait yang ada hubungannya
dengan penelitian ini, yaitu data tentang inflasi dan investasi dan data
tentang Pertumbuhan Ekonomi. Data yang digunakan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
merupakan time series dan cross section (data panel) selama kurun
waktu tahun 2004-2009, pada 7 (tujuh) wilayah (6 kabupaten dan 1 kota)
I. Konsep dan Pengukuran Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan cara sebagai
berikut :
1. Observasi
Observasi yaitu cara memperoleh data dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap fenomena yang diteliti. Dalam hal ini
peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
data yang diperlukan.
2. Dokumentasi
Data dokumen dalam penelitian ini diperoleh dari Kantor
Pemerintah Daerah atau Instansi/Lembaga Pemerintahan terkait,
yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa
Tengah.
3. Teknik Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan
jalan menggunakan pedoman dari buku-buku literatur yang ada
hubungannya dengan penyusunan skripsi ini dan hasil penelitian
terdahulu.
J. Definisi Operasional Variabel Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Data yang digunakan dalam penelitian ini, dikelompokkan
menjadi dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen.
Adapun definisi operasional dari variabel adalah:
1. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel-
variabel independennya. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini
adalah pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Soloraya (eks Karesidenan
Surakarta) pada periode tahun 2004-2009, dalam satuan persen (%).
2. Variabel independen pada penelitian ini adalah tingkat inflasi dan investasi.
Indikator variabel tingkat inflasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
besarnya tingkat inflasi di masing-masing wilayah Soloraya, dalam satuan
persen (%). Sedangkan investasi dalam penelitian ini adalah besarnya
investasi atau penanaman modal yang dikeluarkan oleh masing-masing
wilayah di Soloraya yang diukur dengan mata uang dollar Amerika, dengan
maksud untuk menjaga kestabilan data, dalam satuan ribuan dollar Amerika.
K. Model Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis
pengaruh tingkat inflasi dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Soloraya adalah model panel data, yaitu:
KKit = α0 + α1Inflasiit + α1Investasiit + еit .......................................................... (3.1)
Dimana :
KK : pertumbuhan ekonomi
Inflasi : tingkat inflasi di seluruh wilayah Soloraya
Investasi : besarnya investasi di wilayah Soloraya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
α0 : Koefisien intersep
α1 : Koefisien regresi
i : Sektor penelitian ke i; (i = 1,2,3,4……….9)
t : waktu (tahun)
е : variabel pengganggu
L. Teknik Analisis Data
1. Metode Data Panel
Metode data Panel adalah metode yang menggabungkan
observasi lintas sektor (cross-section) dan runtun waktu (time series)
sehingga mengakibatkan jumlah observasi meningkat. Peningkatan
jumlah observasi ini menolong salah satu kendala yang dihadapi
dalam penelitian yaitu jumlah observasi yang tidak mencukupi ketika
diestimasi dengan runtun waktu atau observasi yang terlalu sedikit
ketika diestimasi dengan data lintas sektor untuk menghasilkan
estimasi yang efisien (Akbar,2008).
Model panel data dapat mengeluarkan unobserve variabel yang
disebut sebagai individual effect sehingga model produksi tersebut
menjadi lebih baik. Individual effect tersebut dikategorikan dua macam
yaitu Fixed Effect dan Random Effect. Berdasarkan dugaan bahwa jika
sumber data berasal dari sampel maka dugaan model panel adalah
random effect, namum bila sumber data adalah data aggregate maka
kecenderungan adalah fixed effect (Nainggolan,2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Baltagi (1995) (dalam Gujarati, 2003) menyatakan bahwa
keunggulan data panel dibandingkan dengan data runtun waktu dan
data lintas sektor adalah:
a. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap
unit.
b. Dengan data panel, data lebih informative, mengurangi kolinearitas antar
variabel, meningkatkan derajat kebebasan dan lebih efisien.
c. Data panel lebih cocok digunakan untuk menggambarkan adanya
dinamika perubahan.
d. Data panel dapat lebih mampu mendeteksi dan mengukur dampak.
e. Data panel dapat digunakan untuk studi dengan model yang lebih
lengkap.
f. Data panel dapat meminimumkan bias yang mungkin dihasilkan dalam
agregasi.
2. Estimasi Model Data Panel
a. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square/Common effect)
Teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data
panel yang merupakan data time series dan cross section dengan
menggunakan metode OLS, dikenal dengan estimasi Common
Effect. Pendekatan tersebut tidak memperhatikan dimensi individu
maupun waktu. Perilaku data antar variabel diasumsikan sama
dalam berbagai kurun waktu.
Yit = α + β1X1it + β2X2it + еit ....................................................................... (3.2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
untuk i = 1,2……..N dan t = 1,2………..T
di mana i adalah cross-section identifiers dan t adalah time-series
identifier
b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)
Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat
terkecil biasa adalah asumsi intersep dan slope dari persamaan
regresi yang dianggap konstan baik antar daerah maupun antar
waktu. Asumsi ini sangat ketat dan mungkin tidak beralasan. Satu
cara untuk memperhatikan “ke-khas-an” unit cross-section atau
unit time-series adalah dengan memasukkan variabel boneka
(dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai
parameter yang berbeda-beda, baik lintas unit cross-section
maupun unit waktu.
Pendekatan yang paling sering dilakukan adalah dengan
mengizinkan intercept bervariasi antar unit cross-section namun
tetap mengasumsikan bahwa slope koefisien adalah konstan antar
unit cross-section. Pendekatan dimana ”slope coefficient constant
but intercept varies across individuals” dalam literatur dikenal
dengan sebutan model efek tetap (fixed effect model/FEM).
Pendekatan tersebut dapat dituliskan dalam persamaan sebagai
berikut:
Yit = αi + β1X1it + β2X2it + еit ..................................................................... (3.3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Persamaan tersebut kini ditambahkan subscript i pada intersep yang
menandakan bahwa intercept antar individu mungkin berbeda.
Istilah fixed effect datang dari kenyataan bahwa
walaupun intercept mungkin berbeda antar individu, namun
intercept tersebut tidak bervariasi sepanjang waktu; dengan kata
lain time invariant. Jika menulis intercept sebagai αit, berarti
intercept tiap individu adalah time variant. Model tersebut juga
mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar
individu dan antar waktu.
Model Fixed Effect dapat diestimasikan dimana intersep
berbeda antar individu digunakan metode teknik variabel dummy
untuk menjelaskan perbedaan intersep tersebut. Model estimasi ini
seringkali disebut dengan teknik Least squares Dummy Variabels
(LSDV). Model Fixed Effect dengan teknik variabel dummy dapat
ditulis sebagai berikut:
itititiiiit uXXDDDY ++++++= 33224433221 bbaaaa ............................... (3.4)
dimana :
D2i = 1 untuk variabel 1
= 0 untuk variabel lainnya
model LSDV juga disebut sebagai model covarian.
Ho : Pooled Least Square (PLS)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah
dengan menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow
(Aisyah, 2007: 174) sebagai berikut:
( ) ( )( ) ( )KNR
mRRF
UR
RUR
---
=/1
/2
22
.................................................................................. (3.5)
Jika nilai F Stat hasil pengujian lebih besar dari F Tabel,
maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol
sehingga model yang akan digunakan adalah model fixed effect,
begitu juga sebaliknya.
3. Uji Hipotesis
a. Uji t (Uji signifikansi koefisien regresi )
Untuk mengetahui atau menguji bagaimanakah pengaruh dari satu
variabel independen terhadap variabel dependen digunakan uji t
test. Adapun prosedurnya adalah (Gujarati dalam Akbar, 2009):
1) Ho: β = 0 (tidak signifikan)
Ha : β ¹ 0 (signifikan)
2) Nilai t tabel à )(,2/ KNt -= a
a = derajat signifikansi
N = jumlah data yang diobservasi
K = jumlah parameter dalam model termasuk intersep
3) Daerah kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Sumber: Safarudin Siregar (2004: 74)
Gambar 3.1
Daerah Kritis Uji t
4) T hitung:
)B(sehitung T
1
1b= ................................................................................ (3.6)
5) Kesimpulan
Ho diterima, Ha ditolak jika -t :2/a n-k < t hitung < t :2/a n-k
b. Uji F
Merupakan pengujian variabel-variabel independen
secara keseluruhan dan serentak yang dilakukan untuk melihat
apakah variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan, prosedurnya sebagai berikut
(Gujarati, 2003):
1) Ho : b1 = b2 = b3 = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama).
Daera
Daera Daera
-T tabel T tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 (ada pengaruh antara variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas secara bersama-sama).
2) Tingkat keyakinan (level of significance) α = 0,05
F tabel: F(α ; k-1, n-k)
3) Daerah kritis
Sumber: Safarudin Siregar (2004: 102)
Gambar 3.2.
Daerah Kritis Uji F
4) F hitung :
F hitung = ))(1(
)1/(2
2
kNRkR
---
................................................................. (3.7)
dimana:
R2 = koefisien determinasi
N = banyaknya observasi
K = banyaknya variabel termasuk konstanta
5) Kesimpulan.
Ho Ho
F(α; n-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Ho diterima apabila F hitung ≤ F tabel, dapat dikatakan bahwa
variabel independent secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen
Ho ditolak apabila F hitung > F tabel, dapat dikatakan bahwa yang
berarti variabel independen secara nyata berpengaruh terhadap
variabel dependen secara bersama-sama.
c. Uji R2
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-
variabel terikat. Koefisien determinasi menyatakan proporsi atau
prosentase total varian dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen. Nilai R2 mempunyai range antara 0 dan 1.
Apabila nilai R2 = 1 ini menunjukkan bahwa variasi dari variabel
independen mampu menjelaskan 100% variasi variabel dependen.
Sebaliknya jika R2 = 0 maka variasi dari variabel independen
tidak menjelaskan sedikitpun terhadap variasi dari variabel
dependen. Ketetapan pemilihan variabel dikatakan lebih baik jika
R2 semakin mendekati 1. Sedangkan bila R2 mendekati nol maka
pemilihan variabel yang ingin digunakan semakin kurang tepat
(Gujarati 2003).
4. Uji Asumsi Klasik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Uji asumsi klasik adalah uji yang dilakukan untuk
mengetahui apakah terjadi penyimpangan. Pengujian ini terdiri dari
uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
a. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya
hubungan linear di antara variabel-variabel bebas dalam model
regresi. Dalam analisis regresi dipersyaratkan tidak terjadi
multikolinearitas di antara variabel bebas atau dalam hal ini
adalah tidak adanya hubungan antar variabel bebas. Untuk
menguji multikolinearitas antar variabel independen, dapat
digunakan analisis regresi sederhana antara variabel independen
(Nugroho Budiyuwono, 1995: 288). Dengan demikian maka jika
antar variabel bebas terdapat hubungan yang signifikan, berarti
terjadi multikolinearitas. Sebaliknya jika tidak ada hubungan
antar variabel bebas, maka tidak terjadi gejala multikolinearitas.
b. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu asumsi kritis dari model
regresi linear klasik bahwa gangguan Ui semuanya mempunyai
varians yang sama. Jika asumsi ini tidak bisa dipenuhi, kita
mempunyai heteroskedastisitas yang tidak merusak sifat
ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir Metode Ordinary
Least Square (OLS). Tetapi penaksiran ini tidak lagi mempunyai
varians minimun atau efisien. Dengan perkataan lain, mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
tidak lagi Best Linear Unbiassed Estiamation (BLUE). Penaksir
BLUE diberikan oleh metode kuadrat terkecil tertimbang
(Damodar Gujarati, terjemahan Sumarno Zain, 2003:194).
Salah satu langkah yang digunakan untuk menguji
Heteroskedastisitas adalah dengan uji Glejser. Adapun langkah
pengujiannya dilakukan melalui dua tahap yaitu :
Lakukan regresi OLS data mengenai C dan Xn serta
dapatkan residual ei. Lakukan regresi absolut ei, [ei] satu persatu
terhadap variabel X yang diperkirakan mempunyai hubungan
yang erat dengan d2. Hasil analisis kemudian disimpulkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
Jika thitung < ttabel, maka terjadi heteroskedastisitas atau
varians pengganggu tidak konstan. Sebaliknya jika thitung > ttabel,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau varians pengganggu
konstan.
c. Autokorelasi
Salah satu asumsi penting dari model regresi linear klasik
adalah bahwa kesalahan atau gangguan Ui yang masuk ke dalam
fungsi regresi populasi adalah random atau tidak berkorelasi.
Problem serial korelasi atau autokorelasi. (Damodar Gujarati,
terjemahan Sumarno Zain, 2003:194).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah di
antara kesalahan pengganggu yang saling berurutan terjadi
korelasi atau tidak. Pengujian autokorelasi ini umumnya
dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson, dimana nilai
diperoleh secara langsung dari perhitungan komputer. Adapun
prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut (Purbayu Budi
Santoso dan Ashari, 2005: 241) :
1) Ho tidak ada autokorelasi positif jika :
d < dl = menolak Ho
d > dU = tidak menolak Ho
dl £ d £ dU = pengujian tidak
menyakinkan
2) Ho tidak ada autokorelasi negatif jika :
d > 4-dl = menolak Ho
d < 4-dU = tidak menolak Ho
4 – dU £ d £ 4-dl = pengujian tidak menyakinkan
3) Ho tidak ada autokorelasi positif maupun negatif jika :
d < dl = menolak Ho
d > 4-dl = menolak Ho
dU < d < 4-dU = tidak menolak Ho
dl £ d £ dU = pengujian tidak meyakinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Hasil perhitungan Durbin Watson kemudian dibandingkan
dengan tabel yang menunjukkan daerah Durbin Watson sebagaimana
pada gambar di bawah ini:
o dl dU 4-du 4-dl 4
Daerah
Tolak Ho
Bukti Autokorelasi
(+)
Daerah
Ragu-ragu
Daerah
terima
Daerah
Ragu-ragu
Daerah tolak Ho
Bukti
Autokorelasi (-)
Sumber: Purbayu Budi Santoso dan Ashari (2005: 242)
Gambar 3.3.
Kurva Uji Statistik Autokorelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis hasil
penelitian tentang pengaruh inflasi dan Investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi di Soloraya, yang meliputi Kota Surakarta,
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri,
Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Sragen.
Model analisis yang digunakan untuk mengetahui hal tersebut adalah
model regresi linier berganda dengan data panel. Analisis dilakukan
dengan menggunakan program statistik e-views. Sebelum pada
pembahasan lebih lanjut, dalam penulisan ini terlebih akan
dikemukakan deskripsi lokasi, deskripsi data variabel penelitian,
kemudian dilanjutkan dengan hasil analisis data, kesimpulan hasil
analisis data, dan pembahasan.
F. Gambaran umum
1. Kota Surakarta
a. Letak Geografis
Wilayah Kota Surakarta merupakan kota besar di Jawa
Tengah yang terletak di tengah pulau Jawa dan menjadi
penghubung kota-kota besar lain, seperti Semarang maupun
Yogyakarta dan Surabaya. Kota Surakarta merupakan wilayah
dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 meter dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
permukaan laut dan luas wilayah 44,06 km2, yang terletak pada
110° 45° 15˝ s/d 110° 45° 35˝ Bujur Timur, dan antara 7° 36° s/d
7° 56° Lintang Selatan. Kota Surakarta berbatasan dengan
Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar di
sebelah timur, dan di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan
Kabupaten Sukoharjo.
b. Kependudukan
Keadaan penduduk Kota Surakarta, berdasarkan pada
perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 tercatat
sebesar 516.514 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Data Jumlah Penduduk Kota Surakarta (Jiwa)
N
o
T
a
h
u
n
Jumla
h
P
e
n
d
u
d
Ken
a
i
k
a
n
Prose
n
t
a
s
e
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
u
k
1 20
0
4
510.7
1
1 - 0%
2 20
0
5
534.5
4
0
23.8
2
9 4,67
3
20
0
6
512.8
9
8
-
2
1
.
6
4
2 -4,05
4 20
0
7
515.3
7
2
2.47
4 0,48
5 20
0
8
514.9
4
8 -424 -0,08
6 20
0
516.5
1
1.56
6 0,30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
9 4
Sumber: BPS Surakarta Dalam Angka, 2004-2009
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di Kota
Surakarta mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan
jumlah penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2005,
meningkat sebesar 4,67, sedangkan penurunan yang mencolok
terjadi pada tahun 2006 menurun sebesar 4,05%.
2. Kabupaten Boyolali
a. Letak Geografis
Kabupaten Boyolali membentang dari barat-timur
sepanjang 49 km dan utara-selatan sepanjang 54 km. Sebagian
besar wilayahnya adalah dataran rendah dan dataran
bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal.
Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah kurang-lebih
101.510.965 ha atau kurang dari 4,5% luas provinsi Jawa
Tengah. Kabupaten Boyolali terletak 110° 22° s/d 110° 50°
Bujur Timur, dan antara 7° 36° s/d 7° 71° Lintang Selatan.
Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Boyolali
adalah sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Sragen dan Kabupaten Grobogan. Sebelah timur berbatasan
dengan wilayah Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta dan
Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan berbatasan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
wilayah Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY), sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Magelang dan Kota Semarang.
b. Kependudukan
Keadaan penduduk Kabupaten Boyolali, berdasarkan pada
perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 tercatat
sebesar 879.654 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali (Jiwa)
N
o
T
a
h
u
n
Jumla
h
P
e
n
d
u
d
u
k
Ken
a
i
k
a
n
Prose
n
t
a
s
e
1 20 85447 - 0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
0
4
8
2 20
0
5
85675
5
2.27
7 0,27
3 20
0
6
86109
0
4.33
5 0,51
4 20
0
7
86574
3
4.65
3 0,54
5 20
0
8
87632
9
10.5
8
6 1,22
6 20
0
9
87965
4
3.32
5 0,38
Sumber: BPS Boyolali Dalam Angka, 2004-2009
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di Kabupaten
Boyolali mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan
jumlah penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2008
meningkat sebesar 1,22%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3. Kabupaten Sukoharjo
a. Letak Geografis
Kabupaten Sukoharjo secara geografis terletak pada 110°
42° 06,79˝ s/d 110° 57° 33,7˝ Bujur Timur, dan antara 7° 32° 17˝
s/d 7° 49° 32˝ Lintang Selatan dengan luas wilayah 444.666 km2.
Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Sukoharjo
adalah sebelah utara berbatasan dengan Kota Surakarta dan
Kabupaten Karanganyar. Sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Wonogiri, sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten
Klaten.
b. Kependudukan
Keadaan penduduk Kabupaten Sukoharjo, berdasarkan
pada perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009
tercatat sebesar841.069 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo (Jiwa)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
N
o
T
a
h
u
n
Jumla
h
P
e
n
d
u
d
u
k
Ken
a
i
k
a
n
Prose
n
t
a
s
e
1 20
0
4
815.0
8
9 - 0%
2 20
0
5
821.2
1
3
6.12
4 0,75
3 20
0
6
826.2
8
9
5.07
6 0,62
4 20
0
831.6
1
5.32
4 0,64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
7 3
5 20
0
8
839.9
0
1
8.28
8 1,00
6 20
0
9
841.0
6
9
1.16
8 0,14
Sumber: BPS Sukoharjo Dalam Angka, 2004-2009
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di Kabupaten
Sukoharjo mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan
jumlah penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2008
meningkat sebesar 1%.
4. Kabupaten Wonogiri
a. Letak Geografis
Secara geografis lokasi Kabupaten Wonogiri berada
dibagian tenggara provinsi Jawa tengah. Secara umum
Kabupaten Wonogiri terletak pada garis 110° 41° s/d 110° 18°
Bujur Timur, dan antara 7° 32° s/d 8° 15° Lintang Selatan
dengan luas wilayah 1.822,37 km2. Adapun yang menjadi batas-
batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten
Karanganyar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan
Samudra Indonesia, Sebelah barat berbatasan dengan Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten Klaten.
b. Kependudukan
Keadaan penduduk Kabupaten Wonogiri, berdasarkan
pada perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009
tercatat sebesar 1.201.526 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri (Jiwa)
N
o
T
a
h
u
n
Jumla
h
P
e
n
d
u
d
u
k
Ken
a
i
k
a
n
Prose
n
t
a
s
e
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
1
20
0
4
1.117.
1
1
5 - 0%
2
20
0
5
1.121.
4
5
9
4.34
4 0,39
3
20
0
6
1.127.
9
0
7
6.44
8 0,57
4
20
0
7
1.181.
1
1
4
53.2
0
7 4,72
5
20
0
8
1.194.
6
7
6
13.5
6
2 1,15
6 20
0
9
1.201.
5
2
6.85
0 0,57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
6
Sumber: BPS Wonogiri Dalam Angka, 2004-2009
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di Kabupaten
Wonogiri mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan
jumlah penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2007
meningkat sebesar 4,72%.
5. Kabupaten Karanganyar
a. Letak Geografis
Bagian barat Kabupaten Karanganyar merupakan dataran
rendah, yakni lembah Bengawan Solo yang mengalir menuju ke
utara. Bagian timur berupa pegunungan, yakni bagian sistem dari
Gunung Lawu. Sebagian besar daerah Kabupaten Karanganyar
merupakan pegunungan yang masih tertutup hutan. Apabila
dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten
Karanganyar terletak antara 110° 40° s/d 110° 70° Bujur Timur,
dan antara 7° 28° s/d 7° 46° Lintang Selatan dengan luas wilayah
77.378,6374 ha. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah
Kabupaten Karanganyar adalah sebelah timur berbatasan
langsung dengan Provinsi Jawa Timur, sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Sragen, sebelah selatan berbatasan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo, sebelah barat
berbatasan dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali.
b. Kependudukan
Keadaan penduduk Kabupaten Karanganyar, berdasarkan
pada perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009
tercatat sebesar 871.624 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar (Jiwa)
N
o
T
a
h
u
n
Jumla
h
P
e
n
d
u
d
u
k
Ken
a
i
k
a
n
Prose
n
t
a
s
e
1 20
0
830.6
4 - 0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
4 0
2 20
0
5
838.1
8
2
7.54
2 0,91
3 20
0
6
844.6
3
4
6.45
2 0,77
4 20
0
7
851.3
6
6
6.73
2 0,80
5 20
0
8
869.2
2
0
17.8
5
4 2,10
6 20
0
9
871.6
2
4
2.40
4 0,28
Sumber: BPS Karanganyar Dalam Angka, 2004-2009
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di Kabupaten
Karanganyar mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan
jumlah penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2008
meningkat sebear 2.1%.
6. Kabupaten Klaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
a. Letak Geografis
Secara Geografis kabupaten Klaten terletak pada 110°
30° s/d 110° 45° Bujur Timur, dan antara 7° 30° s/d 7° 45°
Lintang Selatan dengan luas wilayah mencapai 665,65 km2.
Menurut topografi Kabupaten Klaten terletak diantara
pegunungan Merapi dan pegunungan Seribu dengan ketinggian
antara 75-160 m di atas permukaan laut yang terbagi menjadi
wilayah lereng gunung Merapi di bagian utara areal miring,
wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan. Adapun
yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Klaten adalah
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan disebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.
b. Kependudukan
Keadaan penduduk Kabupaten Klaten, berdasarkan pada
perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 tercatat
sebesar 1.641.952 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten (Jiwa)
N T Jumla Ken Prose
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
o a
h
u
n
h
P
e
n
d
u
d
u
k
a
i
k
a
n
n
t
a
s
e
1
20
0
4
1.281.
7
8
6 - 0%
2
20
0
5
1.286.
0
5
8
4.27
2 0,33
3
20
0
6
1.293.
2
4
2
7.18
4 0,56
4 20 1.296. 3.74 0,29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
0
7
9
8
7
5
5
20
0
8
1.348.
5
3
1
51.5
4
4 3,97
6 20
0
9
1.361.
9
5
2
13.4
2
1 1,00
Sumber: BPS Klaten Dalam Angka, 2004-2009
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di Kabupaten
Klaten mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan jumlah
penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2008 meningkat
sebesar 3,97%.
7. Kabupaten Sragen
a. Letak Geografis
Kabupaten Sragen terletak pada 110° 45° s/d 110° 10°
Bujur Timur, dan antara 7° 15° s/d 7° 30° Lintang Selatan.
Kabupaten Sragen mempunyai ketinggian rata-rata 109 m diatas
permukaan laut, dengan standar deviasi sebesar 50 m. Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Sragen mempunyai iklim tropis dengan suhu harian bekisar
antara 19°-31° c. Curah hujan rata-rata dibawah 3000 mm/th
dengan hari hujan dibawah 150 hari/th. Adapun yang menjadi
batas-batas wilayah Kabupaten Sragen adalah sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Grobogan, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Ngawi (Jawa Timur).
b. Kependudukan
Keadaan penduduk Kabupaten Sragen, berdasarkan pada
perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 tercatat
sebesar 879.168 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sragen (Jiwa)
N
o
T
a
h
u
n
Jumla
h
P
e
n
d
Ken
a
i
k
a
n
Prose
n
t
a
s
e
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
u
d
u
k
1 20
0
4
854.4
7
8 - 0%
2 20
0
5
856.7
5
5
2.27
7 0,27
3 20
0
6
861.0
9
0
4.33
5 0,51
4 20
0
7
865.7
4
3
4.65
3 0,54
5 20
0
8
876.3
2
9
10.5
8
6 1,22
6 20
0
9
879.1
6
8
2.83
9 0,32
Sumber: BPS Sragen Dalam Angka, 2004-2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di Kabupaten
Sragen mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan jumlah
penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2008 meningkat
sebesar 1,22%.
G. Deskripsi Data Variabel Penelitian
1. Tingkat Inflasi
Inflasi, merupakan salah satu keadaan yang tidak dapat
diharapkan dan juga tidak dapat ditolak kehadirannya. Inflasi
merupakan keadaan umum yang terjadi karena keadaan pasar.
Banyaknya permintaan atau banyaknya penawaran juga dapat
mempengaruhi inflasi. Selain itu gejolak politik dapat menyebabkan
krisis kepercayaan, juga dapat menjadi faktor penyebab inflasi secara
nasional.
Adanya inflasi, akan menyebabkan naik atau turunnya
kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi yang normal, yang masih
dapat ditolerir oleh masyarakat akan dapat meningkatkan kegiatan
perekonomian pada bidang-bidang tertentu. Misalnya, akan dapat
menaikkan pendapatan kotor sebuah hotel, karena hotel menaikkan
tarif penginapan maupun makanan yang dijual. Pendapatan yang
naik tersebut juga akan diikuti oleh kenaikan pada pajak atau
retrsibusi.
Apabila terjadi inflasi yang tidak normal, maka dapat
menyebabkan kegiatan perekonomian menjadi lesu. Kenaikan harga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
barang yang terlalu tinggi dapat menyebabkan masyarakat tidak
mampu lagi membeli barang yang dibutuhkan. Ketidakmampuan
masyarakat membeli karena sementara penghasilan tidak naik,
namun barang-barang kebutuhan menjadi naik drastis. Ataupun
kalau bisa membeli tentunya tidak banyak, sebatas kemampuan
keuangannya. Keadaan semacam itu tentunya akan menyebabkan
pendapatan sektor lain menjadi berkurang, misalnya pedagang.
Lesunya pasar menyebabkan pendapatannya berkurang sehingga ia
enggan atau mengulur waktu untuk membayar pajak atau retribusi.
Keadaan inflasi sebagaimana terurai di atas, juga dapat
mempengaruhi kegiatan perekonomian di wilayah Soloraya. Apalagi
Daerah Soloraya merupakan daerah yang cukup luas dan di kota
Solo berupakan daerah yang menjadi pusat jalur transportasi dari
arah timur, barat, utara, dan selatan. Daerah Soloraya juga
merupakan daerah jalur transportasi di sisi Selatan Pulau Jawa
sehingga memudahkan masuknya informasi, distribusi barang, dan
lalu lintas tenaga kerja yang dapat mempengaruhi kegiatan
perekonomian. Keadaan inflasi di Soloraya dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8.
Perkembangan Tingkat Inflasi di Wilayah Soloraya tahun 2004 – 2009
(Persen)
T
a
Sub Wilayah
S B S W K K S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
h
u
n
u
r
a
k
a
r
t
a
o
y
o
l
a
l
i
u
k
o
h
a
r
j
o
o
n
o
g
i
r
i
a
r
a
n
g
a
n
y
a
r
l
a
t
e
n
r
a
g
e
n
2
0
0
4
5
,
1
5
5
,
9
4
2
,
7
8
4
,
2
6
5
,
3
1
6
,
2
1
5
,
5
3
2
0
0
5
1
1
,
6
9
1
5
,
0
2
1
4
,
8
8
1
7
,
6
1
4
,
2
1
6
,
8
8
1
4
,
4
3
2
0
0
6
5
,
1
2
7
,
6
1
5
,
7
3
8
,
6
6
6
,
4
2
8
,
2
8
6
,
1
2
2 5 4 4 6 4 6 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
0
0
7
,
4
8
,
6
1
,
4
3
,
1
3
,
0
9
,
5
2
,
1
6
2
0
0
8
8
,
2
1
6
,
5
1
4
,
9
6
5
,
4
6
1
0
,
8
3
8
,
6
5
6
,
4
1
2
0
0
9
6
,
1
2
2
,
5
1
4
,
4
9
5
,
4
2
7
,
8
6
,
2
8
5
,
4
Sumber: BPS Wilayah Soloraya, 2004-2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama 6 tahun terakhir
sampai dengan tahun 2009 terlihat bahwa inflasi terendah sebesar
2,78% yang terjadi pada tahun 2004 di Kabupaten Sukoharjo,
sedangkan inflasi tertinggi sebesar 17,6% yang terjadi pada tahun
2005 di Kabupaten Wonogiri. Besarnya inflasi tersebut sebagian
sudah melampaui batas normal, yaitu lebih dari 10%. Beberapa
inflasi yang terlalu tinggi terjadi pada tahun 2005 di seluruh wilayah
Soloraya. Sedangkan pada tahun 2008 terjadi di Karanganyar. Inflasi
yang tidak wajar dapat disebabkan oleh berbagai hal. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
inflasi yang tidak wajar juga mempengaruhi berbagai kegiatan
perekonomian dan pembangunan.
Secara grafis, perkembangan tingkat inflasi dari tujuh
wilayah di Soloraya pada tabel di atas dapat digambarkan pada
gambar 4.1 :
Sumber : Data Tabel 4.8.
Gambar 4.1.
Keadaan Tingkat Inflasi Berdasarkan Tujuh Wilayah di Solo Raya
Tahun 2004-2009
2. Investasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Investasi adalah besanya dana yang digunakan untuk
meningkatkan berbagai usaha yang bertujuan agar nantinya diperoleh
laba usaha. Bagi suatu daerah, investasi dapat dilakukan untuk
melakukan pembangunan yang dapat memicu dan memacu kegiatan
ekonomi masyarakat. Besarnya investasi di setiap daerah berbeda-
beda tergantung dari sumber daya yang ada di daerah tersebut dan
kemampuan pemerintah daerah dalam memanfaatkan sumber daya
yang ada.
Soloraya merupakan daerah yang berada di jalur utama
selatan yang memiliki berbagai sumber daya alam, terutama
pertanian. Selain itu, potensi wisata di daerah Soloraya juga cukup
banyak. Hal ini akan memicu dan memacu kegiatan ekonomi
masyarakat seperti industri rumah tangga, perdagangan, dan
distribusi tenaga kerja antara daerah. Selain itu wilayah Soloraya
memiliki banyak pabrik besar seperti pabrik tekstil, industri mebel
kualitas ekspor, dan industri lain-lain yang terkait dengan pertanian.
Dengan adanya hal tersebut, maka kegiatan ekonomi akan
berlangsung secara terus menerus baik dari dalam wilayah Soloraya
ke kota-kota lain bahkan sampai negara lain serta dari luar wilayah
masuk ke Soloraya seperti berbagai peralatan pertanian, sarana
tranportasi, dan barang-barang kebutuhan masyarakat pada
umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Untuk mengetahui tentang investasi di wilayah Soloraya,
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9.
Jumlah Investasi di Wilayah Soloraya dari tahun 2004-2009
(Dollar AS)
Tahun
Sub Wilayah
Sur
aka
rta
Bo
y
ol
al
i
Suk
oh
arj
o
W
o
n
o
gi
ri
Kar
an
ga
ny
ar
Kl
at
e
n
Sra
ge
n
2
0
0
4
8
2
9
7
8
6
4
0
1
4
5
0
0
1
3
2
7
0
3
1
0
8
1
4
1
1
2
6
1
2
5
6
0
6
2
0
0
5
1
0
1
7
8
5
1
2
6
3
4
4
1
8
6
6
3
4
3
7
2
1
1
2
3
8
1
1
9
1
5
2
8
8
1
1
2 1 2 2 3 3 7 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
0
0
6
0
0
8
6
1
4
8
0
3
4
8
0
3
3
6
1
7
9
3
5
1
7
5
4
9
3
5
1
2
0
0
7
1
0
0
4
1
5
2
5
3
6
2
2
3
2
0
7
3
3
1
2
5
3
9
3
5
3
8
3
8
5
3
8
2
5
5
2
0
0
8
1
0
0
7
0
3
2
4
9
9
1
2
4
9
5
8
3
4
6
0
8
3
8
0
5
8
8
7
8
2
3
6
6
7
1
2
0
0
9
1
0
0
6
4
2
2
5
1
8
5
2
4
5
9
4
3
4
2
4
9
3
8
8
5
6
8
8
6
4
3
7
9
5
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
R
a
t
a
2
9
7
8
9
7
,
3
3
1
9
8
9
6
3
0
7
3
8
,
1
7
3
3
7
7
9
2
9
6
1
1
,
6
7
9
4
9
3
,
5
3
4
4
4
1
,
6
7
Sumber: BPS Wilayah Soloraya, 2004-2009
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui perkembangan
investasi di Wilayah Soloraya selama 6 tahun terakhir sampai dengan
tahun 2009. Jumlah investasi terendah yaitu pada tahun 2004 sebesar
$ 6401 juta yaitu di wilayah Boyolali. Sedangkan investasi tertinggi
di wilayah Surakarta, sebesar $ 101785 juta pada tahun 2005. Dari
beberapa wilayah tersebut, investasi rata-rata tertinggi di wilayah
Surakarta, yaitu sebesar $97897,33 juta, sedangkan investasi rata-
rata terendah di wilayah Klaten sebesar $9.493,5 juta.
Secara grafis, perkembangan investasi dari tujuh wilayah di
Soloraya pada tabel di atas dapat digambarkan pada gambar 4.2 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Sumber : Data Tabel 4.9
Gambar 4.2.
Keadaan Investasi Berdasarkan Tujuh Wilayah di Solo Raya
Tahun 2004-2009
3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi peningkatan atau penurunan kegiatan
di bidang ekonomi, baik secara konsumtif maupun produktif. Namun
yang dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi adalah dari segi
kegiatan produktif, yang merupakan kegiatan ekonomi masyarakat
dalam usaha memperoleh penghasilan.
Untuk mengetahui tentang pertumbuhan ekonomi di wilayah
Soloraya, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 4.10.
Jumlah Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Soloraya dari tahun 2004 -
2009 (Persen)
T
a
h
u
n
Kabupaten
S
u
r
a
k
a
r
t
a
B
o
y
o
l
a
l
i
S
u
k
o
h
a
r
j
o
W
o
n
o
g
i
r
i
K
a
r
a
n
g
a
n
y
a
r
K
l
a
t
e
n
S
r
a
g
e
n
2
0
0
4
5
,
8
2
,
0
4
4
,
3
3
4
,
1
1
6
,
4
5
4
,
8
7
4
,
9
3
2
0
0
5
5
,
1
5
4
,
0
8
4
,
1
1
4
,
1
5
5
,
4
9
4
,
5
9
5
,
1
6
2 5 4 4 4 5 5 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
0
0
6
,
4
3
,
9
1
,
5
3
,
0
7
,
0
8
,
3
,
1
8
2
0
0
7
5
,
8
2
4
,
0
8
5
,
1
1
5
,
0
7
5
,
7
4
3
,
2
5
,
7
3
2
0
0
8
5
,
6
9
4
,
0
4
4
,
8
4
4
,
2
7
5
,
3
3
,
9
3
5
,
6
9
2
0
0
9
5
,
9
5
,
1
6
4
,
7
6
4
,
7
3
3
,
5
9
4
,
2
4
6
,
0
1
r
a
t
a
-
2
5
,
6
3
4
,
0
5
4
,
6
1
4
,
4
0
5
,
2
8
4
,
3
6
5
,
4
5
Sumber: BPS Wilayah Soloraya, 2004-2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui pertumbuhan
ekonomi di Wilayah Soloraya selama 6 tahun terakhir sampai dengan
tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2009
di wilayah Surakarta sebesar 5,9%. Sedangkan pertumbuhan
ekonomi terendah di wilayah Boyolali pada tahun 2004 sebesar
2,04%. Pertumbuhan ekonomi rata-rata tertinggi di wilayah
Surakarta, yaitu sebesar 5,63 sedangkan pertumbuhan ekonomi
terendah di wilayah Boyolali, yaitu sebesar 4,05.
Secara grafis, perkembangan pertumbuhan ekonomi dari
tujuh wilayah di Soloraya pada tabel di atas dapat digambarkan pada
gambar 4.3 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Sumber : Data Tabel 4.10.
Gambar 4.3.
Keadaan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Tujuh Wilayah di Solo
Raya Tahun 2004-2009
H. Analisis Data dan Pembahasan
1. Hasil Estimasi Data Panel
a. Estimasi OLS
Hasil analisis dengan pendekatan Pooled OLS dapat
dilihat pada tabel 4.11. Hasil dari pooled OLS diperoleh harga F
hitung sebesar 5,046 dengan probabilitas sebesar 0,000. Karena
probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
disimpulkan bahwa ada pengaruh antara investasi dan inflasi
terhadap pertumbuhan ekonomi di Soloraya.
Tabel 4.11.
Hasil Estimasi Data Panel Periode 2004-2009
Pendekatan OLS (Common)
Common Effect
Konstanta 4.513931 (0.0000)
Inflasi -0.023293 (0.0120)
Investasi 0.0000133 (0.0046)
F 5.046765
R² 0.605598
Sumber : Data diolah, 2011.
Analisis secara parsial diketahui bahwa X1 atau tingkat
inflasi memiliki harga koefisien sebesar -0.023 dengan
probabilitas sebesar 0.012. Karena probabilitas lebih kecil dari
0,05 maka disimpulkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan X2 atau
investasi memiliki harga koefisien sebesar 0.0000133 dengan
probabilitas sebesar 0.0046. Karena probabilitas lebih kecil dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
0,05, maka disimpulkan bahwa investasi berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Soloraya.
Persamaan regresi yang dapat diperoleh dari analisis data di atas yaitu:
Pertumbuhan Ekonomi = 4.513931 - 0.023293 inflasi + 0.0000133 investasi
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa variabel inflasi memberikan
korelasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
investasi memberikan korelasi positif.
2. Estimasi Fixed Effect
Hasil analisis dengan pendekatan Fixed Effect dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.12.
Hasil Estimasi Data Panel Periode 1996-2009
Pendekatan Fixed Effect
Fixed Effect
Konstanta 4.513931 (0.0000)
Inflasi -0.028480 (0.0312)
Investasi 0.00000553 (0.0011)
Surakarta 6.371270
Boyolali 4.361992
Sukoharjo 4.960211
Wonogiri 4.812392
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Karanganyar 5.669665
Klaten 4.658212
Sragen 5.840045
F 30.21364
R² 0.877961
Sumber : Data diolah, 2011.
Nilai intersep untuk masing-masing daerah ialah:
Surakarta sebesar 6.371270 Boyolali sebesar 4.361992,
Sukoharjo sebesar 4.960211 Wonogiri sebesar 4.812392,
Karanganyar sebesar 5.669665, Klaten sebesar 4.658212
Sragen sebesar 5.840045 Dengan demikian, pendekatan Fixed
Effect menjelaskan adanya perbedaan pertumbuhan ekonomi
pada ketujuh daerah tersebut.
3. Estimasi Uji Model
Untuk mengetahui metode mana yang tepat digunakan
antara fixed effect atau Pooled Least Square maka digunakan
pengujian dengan menggunakan F-test, dimana hipotesisnya :
Ho : Pooled Least Square (PLS)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Berdasakan hasil data yang ada, perhitungan uji model dapat ditunjukkan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
( )( ) kn
m-
=/R-1
/R-R F
UR2
R2
UR2
( )( ) 29,756
40/0,877961-13/0,605598-0,877961
F ==
Nilai F sebesar 29,756 dibandingkan dengan F tabel pada dk
pembilang 2; dk penyebut 37 dan taraf signifikansi 5% sebesar 2,85.
Bahwa hasil uji F di atas adalah signifikan, artinya estimasi model
dengan menggunakan fixed effect lebih baik dibandingkan dengan
pooled OLS. Berdasarkan hasil regresi Fixed Effect, diperoleh
estimasi model regresi sebagai berikut:
Pertumbuhan ekonomi = 4.513931 - 0.028480 inflasi +
0.00000553 investasi + eit
Setelah diperoleh nilai dari persamaan regresi tersebut, maka
dilakukan uji statistik dan uji ekonometrika.
4. Uji t
a. Uji t atau analisis secara parsial diketahui bahwa tingkat inflasi memiliki
nilai koefisien = -0.028480 sedangkan thitung sebesar 2.986298 dan ttabel
sebesar 1,684 sehingga |2.986298| > |1,684|, dimana nilai probabilitas
diperoleh = 0.0312 < 0,05. Dikarenakan nilai thitung > ttabel (2.986298 >
1,684), maka Ho ditolak. Artinya variabel inflasi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk
Inflasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Sumber : Hasil Analisis Data, 2011
Gambar. 4.4
Daerah Kritis Uji t Inflasi
b. Uji t atau analisis secara parsial diketahui bahwa tingkat investasi
memiliki nilai koefisien = 0.00000553 sedangkan thitung sebesar 6.387222
dan ttabel sebesar 1,684 sehingga |6.387222| > |1,684|, dimana nilai
probabilitas diperoleh 0.0011 < 0,05. Dikarenakan nilai thitung > ttabel
(6.387222 > 1,684), maka Ho ditolak. Artinya variabel investasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk
Investasi
Sumber : Hasil Analisis Data, 2011
Gambar. 4.5
Daerah Kritis Uji t Investasi
Daerah
Daerah Daerah
-
1
1,6
8
2.9
Daerah
Daerah Daerah
-
2
2,0
0
6.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
5. Uji F
Hasil uji F dari analisis regresi diperoleh harga F hitung
sebesar 30.21364 dengan probabilitas sebesar 0.000004. Karena
Ftabel 3,23 < Fhitung 30.21364 maka disimpulkan bahwa ada pengaruh
antara investasi dan inflasi secara simultan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Soloraya.
Sumber : Hasil Analisis Data, 2011
Gambar 4.4
Daerah Kritis Uji F
6. Koefisien Determinasi (R square)
Nilai koefisien determinasi atau R square (R2) dari hasil
analisis diperoleh sebesar 0.877961. Besarnya harga tersebut
menunjukkan bahwa besarnya kontribusi variabel bebas yaitu inflasi
dan investasi terhadap variabel terikat pertumbuhan ekonomi sebesar
0.877961 x 100% = 87,79%. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian sebesar 12,21%.
Daerah
Daerah
3,23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
I. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Hasil uji
asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Uji Multikolineritas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya
lebih dari satu hubungan linier pasti antara beberapa atau semua
variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1995). Salah satu
asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan
antara beberapa atau semua variabel dalam model regresi. Jika dalam
model terdapat multikolinieritas, maka model tersebut memiliki
kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur
dengan ketepatan tinggi.
Pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini menggunakan
pengujian dengan pendekatan Koutsoyiannis. Metode ini
dikembangkan oleh Koutsoyiannis (1977), menggunakan metode
coba-coba dalam memasukkan variabel bebas. Dari hasil coba-coba
tersebut, selanjutnya akan diklasifikasikan dalam 3 macam (Aisyah,
2007: 109), yaitu :
1) suatu variabel bebas dikatakan berguna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
2) suatu variabel bebas dikatakan tidak berguna
3) suatu variabel bebas dikatakan merusak
Dengan membandingkan nilai R2 (R2 awal) pada regresi dengan
dua variabel bebas dan nilai R2 pada regresi dengan masing-masing
variabel bebas. Jika R2 awal > R2 maka kedua variabel memang
layak atau berguna untuk dimasukkan ke dalam model.
Hasil uji multikolinieritas diperoleh harga-harga sebagai
berikut:
R2 = 0.051159
R2a(awal)= 0.475589
Dari hasil tersebut diketahui bahwa R2 sebesar 0.051159 lebih kecil (<) dari
harga R2 a(awal) sebesar 0.475589. Karena itu dapat disimpulkan
bahwa tidak ada gejala multikolinieritas pada variabel tingkat inflasi.
R2 = 0.226705
R2 a(awal)= 0.462572
Dari hasil tersebut diketahui bahwa R2 sebesar 0.226705 lebih kecil (<) dari
harga R2 a(awal) sebesar 0.462572. Karena itu dapat disimpulkan
bahwa tidak ada gejala multikolinieritas pada variabel investasi.
2. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui adanya
kesalahan pengganggu yang mempunyai variasi sama, yaitu suatu
keadaan dimana variasi dari kesalahan pengganggu tidak sama untuk
semua nilai variabel bebas. Jika asumsi ini tidak dipenuhi, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001). Pengujian terhadap ada
tidaknya heteroskedastisitas dalam model empirik di lakukan dengan
uji Park. Kriteria pengujian yaitu dengan membandingkan nilai thitung
dengan ttabel. Apabila thitung > ttabel maka tidak ada masalah
heterokesdasitas.
Hasil uji heteroskedastisitas diperoleh harga-harga sebagai
berikut:
Tabel 4.13
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel hitung ttabel
Keteranga
n
Inflasi
1
.
6
8
4
Tidak ada masalah
heteroskedastisi
tas
Investasi
1
.
6
8
4
Tidak ada masalah
heteroskedastisi
tas
Sumber : Data diolah, 2011
3. Uji Autokorelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Autokorelasi terjadi apabila pengganggu dalam suatu periode
mempunyai korelasi dengan kesalahan pengganggu dengan periode
sebelumnya. Adapun untuk melihat autokorelasi dapat digunakan uji
Durbin Watson (D-W).
Sasaran yang hendak dijelaskan guna mengetahui ada
tidaknya penyimpangan autokorelasi adalah dengan menunjukan
posisi dari nilai Durbin-Watson yang diperoleh dari hasil
perhitungan regresi. Sedangkan penentuan adalah dengan cara
membandingkan antara nilai dU tabel dengan DW hitung dan dL tabel
juga dengan DW hitung. Dari hasil perhitungan regresi linier data
panel diketahui nilai Durbin Watson sebesar 1.96. Nilai DW tabel
dengan derajat kepercayaan 5% dan derajat bebas variabel bebas
sebanyak 2 dan jumlah sampel sebanyak 42 diperoleh nilai dL
sebesar 1,39 dan nilai dU sebesar 1,60.
Tabel 4.14.
Hasil Uji Autokorelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
D-W dL dU
4
-
d
U
Kriteria
Ket
e
r
a
n
g
a
n
1
.
9
6
1
,
3
9
1,60 2,40 1,39 < 1.96< 2,40 Tidak ada masalah
autokorelasi
Sumber : Data diolah, 2011
Nilai statistik Durbin Watson berdasarkan jumlah selisih kuadrat
nilai-nilai taksiran faktor-faktor gangguan yang beruntun. Durbin
Watson test merupakan test yang paling sering digunakan untuk
mendeteksi adanya autokorelasi sehingga tidak perlu dihitung lagi
dan langsung bisa dibandingkan dengan nilai statistik Durbin Watson
tabel (Ghozali, 2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Sumber : Hasil Analisis Data, 2011
Gambar 4.5
Hasil Autokorasi
Nilai D-W berada di daerah bebas autokorelasi, yaitu du < D-W < 4-dU
yaitu 1,60 > 1.96 > 2,40, sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada
gangguan autokorelasi dalam regresi.
J. Pembahasan
1. Inflasi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dalam angka konstan 4.513931 jika inflasi naik 1 satuan maka
variabel pertumbuhan ekonomi turun sebesar 0.028 satuan. Pada hasil
penelitian ini sesuai dengan teori Vikesh Gokal yang berpendapat bahwa
pengujian menunjukkan bahwa pengaruh negatif yang lemah ada di antara
inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Menola
k
Daerah
TMeneri
m
a
Daerah
T
Menola
k
0 dL dU 4-dU 4-dL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
2. Investasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dalam angka konstan 4.513931 jika investasi naik 1 satuan maka
variabel pertumbuhan ekonomi naik 0.00000553 satuan. Pada hasil penelitian
ini sesuai dengan dengan peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Irwa Purba
dari penelitianya, bahwa investasi berhubungan positif dari variabel inflasi
mengindikasikanya pentingnya peranan dari usaha untuk peningkatan
investasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam perekonomian agar dapat di
capai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat di Indonesia.
3. Hasil penelitian, variabel independent dapat menjelaskan variabel dependen
sebesar 87,79% dan sebesar 12,21% dijelaskan variabel di luar model.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Tingkat inflasi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya.
2. Investasi secara parsial berpengaruh positif dan secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di wilayah Solo Raya.
3. Tingkat inflasi dan investasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Soloraya.
4. Berdasarkan besarnya tingkat pengaruh inflasi dan investasi per wilayah
terhadap pertumbuhan ekonomi, Kota Surakarta merupakan wilayah yang
paling mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Soloraya. Sehingga daerah
tersebut merupakan daerah yang memberikan kontribusi terbesar dalam
menunjang pertumbuhan ekonomi di Soloraya. Wilayah yang memberikan
kontribusi terbesar kedua adalah Kabupaten Sragen. Selanjutnya adalah
Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, dan paling kecil adalah Boyolali.
D. Saran
Dari hasil analisis yang dilakukan maka ada beberapa saran
yang dapat diberikan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
1. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Soloraya maka bagi
pemerintah daerah perlu menambah investasi pada berbagai bidang dengan
memilih bidang yang paling menguntungkan menurut perhitungan dan
pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Dengan meningkatkan jumlah
investasi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Selain itu,
juga perlu dilakukan pengendalian inflasi, yang dapat dilakukan dengan
melakukan operasi pasar terbuka, agar para pedagang tidak dapat
mempermainkan harga.
2. Mendukung daerah yang memiliki kontribusi yang tinggi terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan membangun infrastruktur untuk
memperlancar arus perdagangan, menciptakan iklim yang kondusif agar
mempermudah dan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya. Pemerintah juga mempermudah layanan dalam pengurusan
usaha, agar masyarakat dapat membuka usaha yang dapat memperluas
lapangan kerja. Memberikan insentif untuk daerah-daerah yang masih
memiliki potensi agar masyarakat dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di
berbagai bidang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117