Upload
dobao
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DAN BAGI
HASIL TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
RIA ARNI FAJRIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Variabel
Makroekonomi dan Bagi Hasil terhadap Jumlah Deposito Mudharabah Perbankan
Syariah di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Ria Arni Fajriah
ABSTRAK
RIA ARNI FAJRIAH. Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Deposito
Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia. Dibimbing oleh YETI LIS
PURNAMADEWI dan ROMLI.
Simpanan dalam bentuk deposito mudharabah memiliki proporsi yang
besar terhadap total DPK perbankan syariah di Indonesia. Hingga saat ini, deposito
mudharabah jangka waktu 1 bulan menempati posisi yang dominan terhadap total
deposito mudharabah dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi, padahal
pihak perbankan syariah sudah menawarkan tingkat bagi hasil deposito
mudharabah 3 dan 6 bulan yang lebih tinggi dibandingkan tingkat bagi hasil
deposito mudharabah 1 bulan. Dengan demikian, tujuan utama penelitian ini adalah
menganalisis pengaruh variabel makroekonomi dan tingkat bagi hasil terhadap
jumlah masing-masing kategori deposito mudharabah BUS dan UUS di Indonesia.
Data utama yang digunakan adalah data sekunder berupa data deret waktu kuartalan
periode 2008 hingga 2015 sementara metode analisis yang digunakan adalah model
ekonometrik VECM, IRF dan FEVD. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga
jenis deposito mudharabah hanya sensitif terhadap perubahan kondisi makro dalam
jangka panjang namun ketiga jenis deposito tersebut tidak sensitif terhadap
perubahan tingkat bagi hasil baik dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam
jangka panjang, masing-masing jenis deposito mudharabah dipengaruhi oleh
variabel makroekonomi yang berbeda. Deposito mudharabah 6 bulan dipengaruhi
variabel tingkat inflasi, nilai tukar nominal dan PDB riil secara positif. Deposito
mudharabah 3 bulan dipengaruhi variabel tingkat inflasi dan PDB riil secara positif
sedangkan deposito mudharabah 1 bulan dipengaruhi variabel nilai tukar nominal
secara negatif dan PDB riil secara positif. Variabel yang memberikan kontribusi
terbesar terhadap perubahan deposito berbeda untuk ketiga jenis deposito dan
respon masing-masing deposito mudharabah terhadap guncangan variabel lain
memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali kepada keseimbangan.
Kata kunci: bagi hasil, bank syariah, deposito mudharabah, makroekonomi, VECM
RIA ARNI FAJRIAH. The Influence of Macroeconomic and Revenue Sharing
Variables to Mudharabah Deposits on Sharia Banking in Indonesia. Supervised by
YETI LIS PURNAMADEWI dan ROMLI.
Saving in the form of mudharaba deposits provides the largest proportions
in the composition of third party funds (DPK) on sharia banking in Indonesia. Until
now, one month period mudharaba deposits occupies a dominant position on total
mudharaba deposits with relatively high growth whereas the islamic banking has
been offered higher revenue sharing rates for the three and six months mudharaba
deposits. Thus, the main objective of this study is to analyze the influence of
macroeconomic variables and rates of revenue sharing to the amount of each
category of mudharaba deposits on BUS and UUS in Indonesia. The main data used
are secondary data derived from the quarterly time series data from 2008 to 2015
meanwhile the analysis method used in this study is VECM, IRF and FEVD.
econometeric models. The result of the analysis shows that three types of
mudharaba deposits are only sensitive to the changes of macroeconomic condition
in the long term but on the other hand the three types of mudharabah deposits are
not sensitive to the changes of revenue sharing rates both in short or long term. In
the long term, each type of mudharaba deposits is influenced by different
macroeconomic variables. Six month mudharaba deposits is influenced by inflation
rates, the nominal exchange rates and real GDP variables positively. Three month
mudharaba deposits is influenced by inflation rates and and real GDP variables
positively while the one month mudharaba deposits is influenced by the nominal
exchange rates variable negatively and real GDP variable positively. The variables
that contributed the most into the change of mudharaba deposits amount is different
for each types of deposits and the response of each mudharaba deposits against the
shock of other variable requires relatively long period to return to its balance
condition.
Keywords: macroeconomy, mudharabah deposits, rates of revenue sharing, sharia
bank, VECM
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DAN BAGI
HASIL TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
RIA ARNI FAJRIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei hingga Juni 2015 ini adalah produk
deposito mudharabah, dengan judul Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap
Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya yang telah berjuang membawa dunia ke jaman yang terang benderang
dengan cahaya ilmu pengetahuan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, ungkapan terima kasih tidak henti penulis
ucapkan kepada:
1. Keluarga, Retno Wahyu Diani (Ibu), Suhebsi Mudjiri (Ayah), Citra Sekar
Maulidia (Adik) dan Salsabila Syifa Hapsari (Adik) serta keluarga besar H.
Mudjiri dan H. Soewarso atas do’a, nasihat, dan motivasi yang diberikan untuk
penulis.
2. Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, Msc,Agr. selaku dosen pembimbing I atas
kesediaan dan kesabaran dalam berdiskusi dan memberikan arahan, bantuan
serta masukkan yang sangat membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
3. Bapak Drs. Romli, M.Ag. selaku dosen pembimbing II atas kesediaan dalam
memberikan saran dan masukkan terutama dari sudut pandang ekonomi syariah
yang mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Dr. Alla Asmara, S.Pt M.Si. selaku dosen penguji utama yang telah
memberikan saran dan kritik berkaitan dengan substansi penulisan dari sudut
pandang ilmu ekonomi dan aspek syariah yang diperuntukkan untuk perbaikan
skripsi ini.
5. Tita Nursyamsiah, S.E., M.Ec. selaku dosen penguji dari komisi pendidikan
yang telah memberikan saran dan kritik berkaitan dengan format penulisan dan
substansi dari segi aspek syariah yang diperuntukkan untuk perbaikan skripsi
ini.
6. Teman-teman seperjuangan ekonomi syariah 49 dan fasttrack angkatan 4, Nur
Nafiah Hermanianto, Kartika Andiani, Mustica Bintang Sabiti, Adelia
Oktarina, Widya Alfiani L, dan Benazhar Ahmad.
7. Rekan-rekan sebimbingan, Anti Siti Fatimah, Febri Ramadhani, Musrifah, Ita
Sugih, dan Anshinta P dan Kak Gina.
8. Keluarga UKM Merpati Putih IPB terutama MP IPB angkatan 49 .
9. Seluruh pengajar dan staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah mengajarkan
berbagai ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan dan semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016
Ria Arni Fajriah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL i
DAFTAR GAMBAR i
DAFTAR LAMPIRAN i
I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 5 1.4 Manfaat Penelitian 5 1.5 Ruang Lingkup Penelitian 6
II TINJAUAN PUSTAKA 7 2.1 Tinjauan Konsep 7
2.1.1 Perbankan Syariah, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah 7
2.1.2 Deposito Mudharabah 8 2.2 Tinjauan Teori: Faktor yang Memengaruhi Tabungan/Investasi 9
2.2.1 Teori Tabungan dan Investasi Menurut Aliran Klasik 9 2.2.2 Hubungan PDB riil dengan Tabungan/Investasi 10
2.2.3 Hubungan Inflasi dengan Tabungan/Investasi 10 2.2.4 Hubungan Nilai Tukar Nominal Rupiah dengan
Tabungan/Investasi 11 2.2.5 Hubungan Bagi Hasil dengan Tabungan/Investasi 11
2.3 Penelitian Terdahulu 12
2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 16 2.4.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 16
2.4.2 Hipotesis Penelitian 17
III METODE PENELITIAN 18
3.1 Jenis dan Sumber Data 18 3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data 18 3.3 Tahapan Uji Data Time Series 19
3.3.1 Uji Stasioneritas 19
3.3.2 Uji stabilitas VAR 19 3.3.3 Pengujian lag optimum 20 3.3.4 Uji kointegrasi 20
3.4 Perumusan Model Penelitian 20 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22
4.1 Keragaan Kondisi Makroekonomi dan Bagi Hasil Deposito
Mudharabah di Indonesia 22 4.1.1 Keragaan PDB riil Indonesia Periode 2008-2015 22
4.1.2 Keragaan Nilai Tukar Nominal (rupiah) Periode 2008-2015 25 4.1.3 Keragaan Tingkat Inflasi Indonesia Periode 2008-2015 27 4.1.4 Keragaan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2008-2015 29
4.2 Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil terhadap
Jumlah Deposito Mudharabah 31 4.2.1 Hasil Uji Data Time Series 31
4.2.1.1 Uji Stasioneritas Data 31
4.2.1.2 Uji Stabilitas VAR 32 4.2.1.3 Uji Lag Optimum 32 4.2.1.4 Uji Kointegrasi 33
4.2.2 Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil
terhadap Jumlah Deposito Mudharabah Perbankan Syariah
di Indonesia 34 4.3 Analisis Respon Variabel Jumlah Deposito Mudharabah terhadap
Guncangan Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil Deposito
Mudharabah 37 4.3.1 Respon Jumlah Deposito Mudharabah 1 Bulan terhadap
Guncangan Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil
Deposito 1 Bulan 37 4.3.2 Respon Jumlah Deposito Mudharabah 3 Bulan terhadap
Guncangan Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil
Deposito 3 Bulan 39 4.3.3 Respon Jumlah Deposito Mudharabah 6 Bulan terhadap
Guncangan Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil
Deposito 6 Bulan 40 4.4 Analisis Kontribusi Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil
terhadap Keragaman Jumlah Deposito Mudharabah Perbankan
Syariah di Indonesia 41 4.4.1 Kontribusi Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil
terhadap Keragaman Jumlah Deposito Mudharabah 1 Bulan 42 4.4.2 Kontribusi Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil
terhadap Keragaman Jumlah Deposito Mudharabah 3 Bulan 43 4.4.3 Kontribusi Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil
terhadap Keragaman Jumlah Deposito Mudharabah 6 Bulan 44
V SIMPULAN DAN SARAN 46 5.1 Simpulan 46
5.2 Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 48 LAMPIRAN 51
DAFTAR TABEL
1 Pertumbuhan total DPK BUS dan UUS tahun 2009-2014 di Indonesia 1 2 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian 18 3 Hasil uji stasioneritas pada level 31 4 Hasil uji stasioneritas pada first difference 32
5 Hasil uji stabilitas VAR 32 6 Hasil perhitungan lag optimum 33 7 Hasil uji kointegrasi Johansen 33 8 Hasil estimasi VECM untuk model deposito mudharabah jangka waktu
1, 3 dan 6 bulan 34
DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah deposito mudharabah BUS dan UUS periode 2008 kuartal 1
hingga 2015 kuartal 4 di Indonesia 3 2 Pergerakan tingkat bagi hasil deposito mudharabah perbankan syariah
di Indonesia periode 2008-2015 4 3 Kerangka pemikiran penelitian 17 4 Keragaan PDB Riil Indonesia tahun 2008-2015 22
5 Keragaan nilai tukar nominal (rupiah) periode 2008-2015 25 6 Keragaan tingkat inflasi periode 2008-2015 di Indonesia 27
7 Keragaan tingkat bagi hasil deposito mudharabah di Indonesia periode
2008-2015 29 8 Perbandingan bagi hasil deposito mudharabah dengan suku bunga
deposito konvensional di perbankan Indonesia periode 2008 – 2015 30
9 Respon jumlah deposito mudharabah 1 bulan terhadap guncangan
variabel makroekonomi dan tingkat bagi hasil 38 10 Respon jumlah deposito mudharabah 3 bulan terhadap guncangan
variabel makroekonomi dan tingkat bagi hasil 39
11 Respon jumlah deposito mudharabah 6 bulan terhadap guncangan
variabel makroekonomi dan tingkat bagi hasil 41 12 FEVD jumlah deposito mudharabah berjangka waktu 1 bulan 42 13 FEVD jumlah deposito mudharabah berjangka waktu 3 bulan 44 14 FEVD jumlah deposito mudharabah berjangka waktu 6 bulan 45
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji stasioneritas data 51
2 Hasil uji stabilitas VAR 56 3 Hasil uji lag optimum 58
4 Hasil uji kointegrasi johansen 59 5 Hasil estimasi VECM 60 6 Hasil estimasi IRF 64 7 Hasil estimasi FEVD 66
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Bank juga
melakukan kegiatan usaha berupa penyelenggaraan lalu lintas pembayaran dan
jasa-jasa keuangan lainnya yang mendukung dan memperlancar kegiatan usaha
utama bank (Soemitra 2009).
Sistem perbankan di Indonesia terdiri dari dua kategori yaitu sistem
konvensional dan syariah. Hal ini menyebabkan adanya dua kategori bank umum
yang beroperasi di Indonesia yaitu bank umum konvensional dan bank umum
syariah (BUS). Perkembangan bank syariah di Indonesia tidak terlepas dari
pengaruh perkembangan bank-bank syariah di negara-negara Islam yang
mendorong terjadinya gerakan inisiasi yang dilakukan oleh sejumlah cedekiawan
yang memiliki sense of responsibility dan sense of belonging untuk memprakarsai
pembentukan dan pengembangan sistem keuangan Islami yang ditandai dengan
terbentuknya bank Islam di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia.
Terdapat beberapa hal yang membedakan bank syariah dengan konvensional
diantaranya sistem penentuan imbalan, besaran imbalan, kehalalan usaha yang
menjadi objek investasi dana, tujuan kegiatan usaha, pola hubungan antar
stakeholder dan keberadaan dewan pengawas. Namun, dari segi produk yang
digunakan dalam kegiatan usaha bank seperti usaha pengimpunan dana, bank
syariah memiliki jenis produk yang sama dengan bank konvensional yaitu giro,
tabungan dan deposito. Terdapat satu hal yang tetap membedakan produk bank
syariah dengan bank konvensional yaitu prinsip yang digunakan pada pemakaian
produk sehingga menjadi jelas pelaksanaannya dan sesuai dengan syariah Islam.
Deposito adalah produk simpanan berjangka yang penarikan dananya hanya
dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan antara bank
dengan nasabah. Deposito memiliki fungsi sebagai instrumen investasi seperti
sukuk, obligasi, dan saham
Tabel 1 Pertumbuhan total DPK BUS dan UUS tahun 2009-2014 di Indonesia
Sumber : OJK 2014
Produk 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Giro iB - Akad
Wadiah 6.20 9.06 12.01 17.71 18.52 18.65
Kontribusi (%) 11.9 11.9 10.4 12.0 10.1 8.6
Tabungan iB 16.48 22.91 32.60 45.07 57.20 63.58
Kontribusi (%) 31.5 30.1 28.2 30.6 31.2 29.2
Deposito iB -
Akad Mudharabah 29.60 44.07 70.81 84.73 107.81 135.63
Kontribusi (%) 56.6 58.0 61.3 57.4 58.7 62.3
Total DPK (miliar) 52.27 76.04 115.42 147.51 183.53 217.86
2
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa deposito merupakan salah satu produk
penghimpun dana yang memiliki proporsi yang cukup besar pada total dana pihak
ketiga (DPK). Sejak tahun 2009 hingga tahun 2014, proporsi deposito selalu
bernilai lebih dari lima puluh persen dari total DPK BUS dan UUS di Indonesia.
Pada tahun 2009, proporsi deposito mudharabah sebesar 56.6 persen dan pada
tahun 2014 proporsi deposito mudharabah sebesar 62.3 persen. Proporsi giro pada
perbankan syariah hanya bekisar antara 8.6% hingga 11.9% dari total DPK.
1.2 Perumusan Masalah
Deposito merupakan salah satu instrumen investasi berupa produk perbankan
yang digunakan untuk menarik dana masyarakat untuk dijadikan modal
pembangunan nasional terutama di bidang ekonomi melalui peningkatan kinerja
sektor riil. Setelah dikeluarkannya kebijakan deregulasi sektor perbankan, banyak
bank berdiri dan memiliki kebebasan dalam menetapkan suku bunga deposito, suku
bunga pinjaman dan pengelolaan lainnya tidak terkecuali tingkat bagi hasil. Hal ini
mendorong pesatnya pertumbuhan dana pihak ketiga dari masyarakat termasuk
jumlah deposito mudharabah pada perbankan syariah.
Penghimpunan deposito mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia
mengalami kenaikan yang signifikan selama periode 2008 hingga 2015. Pada tahun
2008 kuartal I total deposito mudharabah yang terhimpun sebesar 14.80 triliun
rupiah dan pada tahun 2015 kuartal IV total deposito mudharabah yang terhimpun
sebesar 141.33 triliun rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu
delapan tahun total deposito mudharabah di Indonesia telah meningkat sebanyak
126 triliun rupiah.
Peningkatan total deposito mudharabah tersebut secara dominan dikontribusi
oleh peningkatan jumlah deposito mudharabah 1 bulan. Hal ini dapat diketahui
pada Gambar 1 dimana jumlah deposito mudharabah 1 bulan selama periode 2008
hingga 2015 selalu memberikan proporsi yang lebih besar terhadap total deposito
mudharabah perbankan syariah dibandingkan deposito 3 dan 6 bulan. Selain itu,
peningkatan yang dialami deposito mudharabah 1 bulan juga sangat besar yang
bernilai hingga sepuluh kali lipat dibandingkan kedua jenis deposito lainnya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, jumlah deposito mudharabah 1 bulan
pada kuartal I tahun 2008 tercatat sebesar 9.31 triliun rupiah dan meningkat secara
signifikan sehingga dana yang terhimpun sebesar 104.64 triliun rupiah pada kuartal
IV tahun 2015. Jumlah deposito mudharabah 3 bulan bernilai sebesar 1.41 triliun
rupiah pada kuartal I tahun 2008 dan meningkat hingga mencapai nilai sebesar
24.36 triliun pada tahun 2015 kuartal IV. Jumlah deposito mudharabah 6 bulan
bernilai sebesar 1.30 triliun rupiah pada kuartal I tahun 2008 dan meningkat hingga
mencapai nilai sebesar 6.68 triliun rupiah pada kuartal IV tahun 2015. Artinya
selama delapan tahun, jumlah deposito 1 bulan telah meningkat sebanyak 95.33
triliun rupiah sedangkan peningkatan jumlah deposito 3 bulan sebesar 22.95 triliun
rupiah dan deposito 6 bulan hanya sebesar 5.38 triliun rupiah. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat dikatakan bahwa deposito mudharabah 1 bulan merupakan
kategori deposito yang paling diminati oleh masyarakat yang ingin berinvestasi
dengan resiko lebih rendah
3
Sumber : OJK 2008-2015
Gambar 1 Jumlah deposito mudharabah BUS dan UUS periode 2008 kuartal 1
hingga 2015 kuartal 4 di Indonesia
Peningkatan jumlah deposito mudharabah 1 bulan yang sangat besar
dibandingkan dengan jenis deposito lain yang berjangka waktu relatif lebih panjang
tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan oleh perbankan syariah. Jenis deposito
dengan jangka waktu yang relatif lebih pendek seperti deposito mudharabah 1
bulan ini memiliki kekurangan yang berdampak bagi kinerja dan peran lembaga
perbankan sebagai intermediator yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan
pembiayaan. Dana yang diperoleh dari deposito 1 bulan ini memberikan
kesempatan dan waktu yang lebih sedikit bagi pihak bank untuk mengelola hingga
memperoleh pendapatan dan keuntungan. Bagi perbankan syariah yang fokus
dalam melakukan pembiayaan sektor riil yang menghasilkan output berupa barang,
cenderung membutuhkan waktu dan usaha yang lebih besar. Mulai dari
memperoleh input, melakukan proses hingga menghasilkan output hingga output
tersebut memberikan pemasukkan dan keuntungan bagi pelaku usahanya.
Berdasarkan hal ini, maka akan lebih baik jika perbankan syariah memiliki modal
pembiayaan investasi yang memiliki jangka waktu yang jauh lebih panjang dari 1
bulan, salah satunya adalah dengan pemanfaatan dana deposito mudharabah
berjangka 3 dan 6 bulan.
Agar dapat meningkatkan jumlah deposito dengan jangka waktu lebih
panjang, pihak bank telah berupaya untuk menarik minat masyarakat dengan
menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi, peningkatan pelayanan melalui
fasilitas online dan mengeluarkan produk-produk berhadiah yang bertujuan untuk
meningkatkan penghimpunan dana sebanyak-banyaknya dari masyarakat
(Purnamahadi 2011). Pada perbankan konvensional, pihak perbankan selama ini
telah menawarkan suku bunga yang lebih tinggi bagi deposito dengan jangka waktu
yang lebih panjang. Hal ini didasarkan konsep uang sebagai komoditas dan prinsip
cost of fund dimana suku bunga dianggap sebagai harga atas pemanfaatan uang
(dana yang terhimpun) melalui produk deposito oleh pihak perbankan sehingga
0,010,020,030,040,050,060,070,080,090,0
100,0110,0120,0130,0140,0150,0
Jumlah Deposito Mudharabah BUS dan UUS
Total Deposito 1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan
periode
Tota
lDep
osi
to (
trili
un
ru
pia
h)
4
bank memiliki kewajiban untuk mencapai dan memberikan tingkat keuntungan
tertentu yang akan dibagikan kepada nasabah penyimpan. Prinsip tersebut juga
dilakukan oleh pihak pengelola perbankan syariah dalam menentukan tingkat bagi
hasil karena masih banyaknya tingkat imbalan/bagi hasil dari produk bank syariah
yang merujuk pada suku bunga produk konvensional. Hal ini masih dilakukan oleh
pengelola perbankan syariah agar produk bank syariah mampu berkompetisi
dengan produk perbankan konvensional dan mampu menghimpun dana dalam
jumlah lebih besar terutama pada deposito 3 dan 6 bulan. Pada Gambar 2
menunjukkan bahwa dari ketiga jenis deposito mudharabah, tingkat bagi hasil
deposito 3 dan 6 bulan ditawarkan dengan nilai yang relatif lebih tinggi
dibandingkan tingkat bagi hasil deposito mudharabah 1 bulan meskipun nilai
ketiganya cenderung berfluktuatif.
Sumber : OJK 2008-2015
Gambar 2 Pergerakan tingkat bagi hasil deposito mudharabah perbankan syariah
di Indonesia periode 2008-2015
Selain tingkat bagi hasil, faktor eksternal berupa inflasi, PDB riil dan nilai
tukar nominal diketahui sebagai variabel-variabel di luar operasional perbankan
yang juga seringkali berdampak besar terhadap investasi terutama bila melihat
perekonomian Indonesia yang tidak pernah lepas dari risiko tekanan inflasi,
perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan nilai tukar. Menurut
Muhammad (2005) faktor ekonomi memainkan peran penting dalam
perkembangan sebuah organisasi bisnis (bank). Perusahaan (bank) dituntut untuk
mampu membaca segmen-segmen pasar dan membuat perencanaan-perencanaan
strategis sesuai dengan kondisi yang dihadapi dengan mempertimbangkan
kecenderungan ekonomi di sektor-sektor yang memengaruhi industrinya (Pearche
et al. 1984). Kondisi makroekonomi dan tingkat bagi hasil masing-masing kategori
deposito yang berkemungkinan secara langsung maupun tidak langsung
memengaruhi deposito mudharabah, terutama deposito mudharabah 3 dan 6 bulan
perbankan syariah perlu diantisipasi karena akan berdampak pada total DPK dan
8,22
6,92 6,907,14
6,06
6,60
7,80
7,45
9,10
7,25
6,68
7,71
6,17
5,06
8,107,80
8,678,44
7,15
8,95
6,76
5,25
7,34
6,82
5,00
5,50
6,00
6,50
7,00
7,50
8,00
8,50
9,00
9,50
2008Q4 2009Q4 2010Q4 2011Q4 2012Q4 2013Q4 2014Q4 2015Q4
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan
Tin
gkat
Bag
i Has
il (p
erse
n)
periode
5
kinerja perbankan syariah yang nantinya juga akan berdampak pada perekonomian
negara.
Berdasarkan uraian di atas diperoleh beberapa pertanyaan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Bagaimana keragaan dari variabel-variabel makroekonomi dan tingkat bagi
hasil deposito mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh variabel makroekonomi Produk Domestik Bruto (PDB)
riil, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat bagi hasil deposito terhadap
jumlah masing-masing kategori deposito mudharabah perbankan syariah di
Indonesia?
3. Bagaimana respon jumlah deposito mudharabah perbankan syariah dalam
menghadapi guncangan variabel makroekonomi dan tingkat bagi hasil dalam
jangka panjang dan variabel mana yang mendapat respon paling cepat dalam
kondisi keseimbangan?
4. Variabel mana yang memiliki kontribusi paling besar terhadap keragaman
jumlah deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia dalam jangka
panjang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Menganalisis keragaan dari variabel-variabel makroekonomi dan tingkat bagi
hasil deposito mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh variabel makroekonomi khususnya Produk Domestik
Bruto (PDB) riil, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat bagi hasil
deposito terhadap jumlah deposito mudharabah perbankan syariah di
Indonesia.
3. Menganalisis respon jumlah deposito mudharabah terhadap guncangan
variabel makroekonomi dan tingkat bagi hasil dalam jangka panjang.
4. Menganalisis kontribusi variabel yang paling besar terhadap keragaman jumlah
deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia dalam jangka panjang.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan
tambahan informasi mengenai karakteristik deposito mudharabah yang
dikategorikan berdasarkan jangka waktu penyimpanan dananya. Selama ini,
masih sangat sedikit sumber informasi yang mampu menjelaskan perbedaan
dan keunggulan dari masing-masing kategori deposito mudharabah selain
informasi mengenai tingkat bagi hasil. Selain itu, dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi informasi mengenai keragaan makroekonomi
Indonesia yang juga berindikasi memberikan pengaruh terhadap karakteristik
masing-masing kategori deposito.
2. Bagi para pelaku industri keuangan dari sektor perbankan seperti analis internal
bank, pembuat kebijakan atau perencana keuangan, penelitian ini dapat
digunakan sebagai tambahan informasi yang dapat digunakan dalam
6
menggunakan, menerbitkan atupun melakukan keputusan-keputusan yang
berhubungan produk penghimpunan dana deposito mudharabah.
3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya yang terkait topik yang digunakan dalam penelitian ini.
4. Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran dalam memahami
lebih lanjut dan mendalam karakteristik, keunggulan dan kekurangan produk
perbankan syariah di Indonesia dan juga keragaan variabel-variabel yang
memengaruhinya seperti variabel makroekonomi. Selain itu, penelitian ini juga
merupakan bentuk penerapan ilmu yang telah diperoleh oleh peneliti selama
menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh variabel makroekonomi dan
tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia.
Lembaga perbankan syariah yang menjadi objek dalam penelitian ini terdiri dari
Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia tanpa
melibatkan deposito mudharabah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Data
penelitian yang digunakan berupa Statistik Perbankan Syariah diperoleh dari
website Otoritas Jasa Keuangan periode 2008:Q1 hingga 2015:Q4, Laporan Inflasi
Indonesia yang diperoleh dari website Bank Indonesia dan International Financial
Statistics yang diperoleh dari website International Monetary Funds periode
2008:Q1 hingga 2015:Q4. Variabel endogen utama yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jumlah deposito mudharabah 1, 3 dan 6 bulan. Variabel yang
memengaruhinya terdiri dari PDB riil, tingkat inflasi, nilai tukar nominal (rupiah
terhadap dolar AS), dan tingkat bagi hasil masing-masing kategori deposito.
7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Konsep
2.1.1 Perbankan Syariah, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Undang-undang No 21 Tahun 2008 menjelaskan perbankan syariah sebagai
segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usaha yang sesuai dengan prinsip syariah.
Prinsip syariah adalah aturan mengenai perjanjian yang berdasarkan pada hukum
Islam antara pihak bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan
kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah
(Muhammad 2005). Prinsip yang dianut oleh perbankan syariah tersebut berupa
prinsip keadilan, kebahagiaan dunia akhirat (falah) dan kesederajatan.
Pertama, prinsip keadilan pada bank syariah terlihat dari sistem operasional
yang didasarkan pada profit and loss sharing system atau sistem bagi hasil. Inti dari
sistem ini berupa pelaksanaan usaha secara bersama, baik dalam membagi
keuntungan atau sebaliknya menanggung kerugian sehingga akan mendorong
pihak-pihak yang terlibat untuk mengedepankan transparansi kontrak (symmetric
information), penghargaan terhadap waktu (effort sensistive) dan perilaku amanah
(lower preference for oppportunity cost) dari pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan usaha (Muhammad 2005). Kedua, prinsip kebahagiaan dunia akhirat
ditunjukkan dengan tujuan pendirian bank syariah yaitu menciptakan
keseimbangan aspek ekonomi dengan aspek moral. Prinsip ini juga tergambar
dalam operasional bank syariah yang harus memenuhi empat aturan dasar yaitu
tidak adanya unsur riba, terhindar dari aktivitas yang melibatkan spekulasi,
penerapan zakat harta dan tidak adanya produksi barang atau jasa yang
bertentangan dengan nilai Islam. Ketiga, prinsip kesederajatan merupakan inti
keberadaan bank syariah. Prinsip ini berasal dari konteks ekonomi Islam yang
menyatakan bahwa keadilan dan kerjasama akan bermakna apabila dalam
kehidupan ekonomi semua orang diberi kesempatan yang sama dalam memperoleh
akses terhadap modal dan sumber daya dalam rangka menghidupkan
perekonomiannya. Islam memandang bumi dan segala isinya merupakan amanah
Allah terhadap sang khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan
bersama yang didasarkan pada QS al-Baqarah:29.
“Dialah (Allah) yang menciptakan segala sesuatu yang ada di muka bumi
untukmu kemudian dia menuju ke langit , lalu Dia menyempurnakannya menjadi
tujuh langit . Dan dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Konsep syariah Islam bersifat komprehensif dan universal, sehingga
dibentuknya sistem keuangan Islam tentunya tidak bertentangan dengan undang-
undang dan peraturan pemerintah. Prinsip kesederajatan ini justru memiliki
kesamaan dengan arah kebijakan perubahan regulasi pemerintah Indonesia berupa
هو الذي خلق لكم ما في األرض جميعا ثم استوى إلى السماء فسواهن سبع عليم سماوات وهو بكل شيء
8
pengesahan undang-undang No.10 Tahun 1998 yang bertujuan pada peningkatan
peranan bank nasional sesuai fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat dengan prioritas koperasi, pengusaha kecil, dan menengah serta seluruh
lapisan masyarakat tanpa diskriminasi.
Berdasarkan undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank Indonesia
mengeluarkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan perbankan syariah yaitu
Bank Umum Syariah (BUS), Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah dan Bank
Konvensional yang membuka usaha syariah. BUS adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang menyediakan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. BPR Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu
lintas pembayaran. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari bank
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari unit kerja yang beroperasi
menggunakan prinsip syariah (Ismail 2011).
2.1.2 Deposito Mudharabah
Deposito mudharabah adalah investasi tidak terikat pihak ketiga pada bank
syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu dengan
pembagian hasil usaha sesuai nisbah yang telah disepakati di muka antara nasabah
dengan bank syariah yang bersangkutan (Wiroso 2005). Pada deposito
mudharabah, nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana) dan bank
bertindak sebagai mudharib (pengelola dana). Dalam kapasitasnya sebagai
mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan mengembangkannya.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip
mudharabah terbagi ke dalam dua prinsip yaitu mudharabah muqayyadah dan
mudharabah mutlaqah. Prinsip mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerjasama
yang dibatasi (restricted /specified mudharabah). Mudharib sebagai pengelola dana
dibatasi dengan batasan berupa jenis usaha, waktu atau tempat usaha yang
ditentukan oleh pemilik modal.
Prinsip mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerjasama tanpa pembatasan
jenis usaha, waktu ataupun tempat usaha. Dalam praktik di perbankan syariah,
nasabah tidak memberikan persyaratan apapun terhadap bank baik dari segi bisnis
yang akan dijadikan objek penyaluran dana atau dari segi akad yang digunakan oleh
bank dengan penerima pembiayaan. Bank memiliki keleluasaan untuk menyalurkan
dana ke bisnis yang dianggap menguntungkan oleh pihak bank. Prinsip
mudharabah mutlaqah inilah yang diterapkan pada produk deposito bank syariah.
Penggunaan prinsip mudharabah yang merupakan kerjasama usaha antara
dua pihak yang berlaku sebagai pemilik modal dan pengelola usaha ini
mencerminkan anjuran bagi manusia untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam
ayat dan hadits yang menjadi dasar hukum prinsip mudharabah.
Al-Qur’an:
… ... وآخرون يضربون في األرض يبتغون من فضل للا “… dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah SWT..” (QS. al-Muzammil: 20)
9
لة فانتشروا في األرض وابتغوا وإذا قضيت الص ...من فضل للا“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah SWT …” (al-Jumu’ah: 10)
Hadits:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholib
“jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan
agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya,
atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut yang bersangkutan
bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut
kepada Rasulullah saw. Dan Rasulullah pun membolehkannya.” (HR Thabrani)
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga hal yang
di dalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah)
Prinsip ini juga menegaskan perbedaan deposito mudharabah dengan
deposito konvensional yang merupakan instrumen investasi di bank konvensional
yang bertujuan untuk membungakan dan memperbanyak uang. Pada deposito
mudharabah mencerminkan adanya risiko yang harus ditanggung oleh kedua pihak
yang terlibat dalam kegiatan usaha karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian.
Oleh sebab itu, perolehan imbalan (return) yang diterima tidak tetap atau pasti
layaknya sistem bunga. Sehingga tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh deposito
mudharabah selalu berubah-ubah sesuai dengan kinerja perbankan dari kegiatan
usahanya salah satunya pembiayaan. Secara tidak langsung, penggunaan prinsip
mudharabah memotivasi masyarakat agar lebih memaksimalkan usahanya ke arah
usaha riil dan produktif.
2.2 Tinjauan Teori: Faktor yang Memengaruhi Tabungan/Investasi
2.2.1 Teori Tabungan dan Investasi Menurut Aliran Klasik
Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga
dimana pergerakan tingkat suku bunga pada perekonomian akan memengaruhi
besarnya tabungan. Secara matematis fungsi tabungan dapat ditulis S = f(i) artinya
keinginan masyarakat untuk menabung bergantung pada besarnya imbalan yang
diberikan. Apabila tingkat suku bunga semakin tinggi maka akan semakin besar
keinginan masyarakat untuk menabung dan mengorbankan bagian pendapatan yang
sebelumnya dialokasikan untuk kegiatan konsumsi agar digunakan untuk
meningkatkan akumulasi tabungan. Tingkat bunga menurut teori klasik dianggap
sebagai balas jasa yang diterima seseorang karena menyimpan uangnya atau
sebagai hadiah karena menunda konsumsinya.
Investasi juga juga merupakan fungsi dari tingkat suku bunga namun investasi
dengan tingkat suku bunga memiliki hubungan negatif. Semakin tinggi suku bunga
yang ditawarkan maka semakin kecil keinginan masyarakat untuk melakukan
investasi dan semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan. Hal ini terjadi
karena keuntungan yang diharapkan dari investasi relatif lebih rendah dibandingkan
tingkat bunga. Sebaliknya, apabila tingkat suku bunga rendah maka keuntungan
10
relatif yang dibayarkan. Tingkat suku bunga dianggap sebagai biaya dari
peminjaman uang dan pengembalian atas peminjaman uang ke pasar keuangan
(Mankiw 2006).
2.2.2 Hubungan PDB riil dengan Tabungan/Investasi
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator yang penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi suatu negara pada periode tertentu. Menurut Mankiw
(2006) PDB merupakan ukuran terbaik dari kinerja perekonomian suatu negara
karena metode perhitungannya menggunakan dua sudut pandang yang berbeda
yaitu pendapatan total setiap orang dalam perekonomian atau pengeluaran total atas
output barang dan jasa dalam perekonomian. Penggunaan PDB sebagai sebuah
indikator yang memberikan informasi berupa ringkasan aktivitas ekonomi suatu
negara dalam mata uang yang berlaku di negara tersebut yang penghitungannya
dilakukan setiap tiga bulan sekali.
Produk Domestik Bruto (PDB) riil adalah ukuran kemakmuran ekonomi yang
perhitungannya tidak dipengaruhi oleh perubahan harga melainkan dengan jumlah
barang dan jasa yang diproduksi untuk memenuhi permintaan rumah tangga,
perusahaan dan pemerintah. Semakin besar nilai PDB riil maka akan semakin besar
nilai pendapatan masyarakat. Menurut Keynes dalam Mankiw (2006), ketika
pendapatan suatu individu mengalami kenaikan maka rasio konsumsi terhadap
pendapatan (kecenderungan konsumsi rata-rata/average prospensity to consume)
dari individu tersebut akan turun. Keynes percaya bahwa tabungan adalah salah satu
bentuk kemewahan sehingga hanya orang kaya yang dapat menabung karena
proporsi pendapatan mereka lebih tinggi dari orang miskin. Hal ini menunjukkan
bahwa jika pendapatan masyarakat cenderung meningkat maka tingkat tabungan
dan investasi masyarakat juga akan cenderung meningkat. Jika pendapatan
masyarakat menurun maka tingkat tabungan dan investasi masyarakat juga akan
cenderung menurun karena sebagian besar pendapatan yang diterimanya
dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi dengan asumsi tidak terjadi perubahan
besaran konsumsi yang dilakukan oleh individu tersebut.
2.2.3 Hubungan Inflasi dengan Tabungan/Investasi
Inflasi merupakan variabel makroekonomi yang digunakan untuk
menjelaskan kenaikan harga umum secara terus-menerus dari suatu perekonomian
(Huda et al. 2009). Mankiw (2006) menjelaskan bahwa inflasi menurut pandangan
masyarakat awam merupakan masalah sosial karena perubahan tingkat harga
berhubungan dengan perubahan daya beli atau nilai uang. Jika inflasi terjadi tanpa
diikuti dengan kenaikan pendapatan (upah) yang lebih tinggi dari kenaikan harga,
maka daya beli masyarakat terhadap kebutuhan konsumsi akan turun sehingga
alokasi pendapatan masyarakat untuk keperluan konsumsi meningkat dan alokasi
pendapatan untuk tabungan menurun. Jika dana tabungan masyarakat menurun
akibat penurunan alokasi pendapatan untuk ditabung maka dunia usaha dan
investasi akan sulit untuk berkembang karena ketidakmampuan sektor usaha dan
investasi dalam memenuhi kebutuhan dana untuk dapat melakukan ekspansi.
Dampak inflasi bagi tabungan/investasi akan terlihat ketika nasabah mulai
menarik kelebihan dana yang mereka simpan akibat peningkatan alokasi
11
pendapatan untuk konsumsi dan ketidakmampuan rumah tangga dalam
memperoleh sisa dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi. Menurut Huda
et al. (2009) nasabah akan cenderung menggunakan pendapatannya untuk kegiatan
konsumsi atau investasi di sektor riil seperti real estate atau emas yang memiliki
kemampuan untuk mempertahankan nilainya di masa-masa inflasi.
2.2.4 Hubungan Nilai Tukar Nominal Rupiah dengan Tabungan/Investasi
Kurs/nilai tukar riil adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw
2006). Nilai tukar dipengaruhi oleh tingkat harga dan berdampak kepada konsumsi
dan investasi masyarakat sehingga pengaruh dari nilai tukar relatif serupa dengan
pengaruh harga relatif. Dari segi konsumsi, nilai tukar tinggi menyebabkan harga
barang-barang domestik menjadi lebih murah sehingga masyarakat akan lebih
sedikit membeli barang impor sebaliknya nilai tukar rendah menyebabkan barang-
barang domestik menjadi lebih mahal sehingga masyarakat cenderung membeli
lebih banyak barang impor dan masyarakat asing akan lebih sedikit membeli barang
dari negara tersebut. Secara tidak langsung, perubahan nilai tukar riil akan
memengaruhi neraca perdagangan dan output total negara yang akan kembali
berdampak pada masyarakat. Dari segi investasi, depresiasi rupiah (yang ditandai
dengan kenaikan nilai tukar nominal rupiah terhadap hard currency seperti dolar
AS) menyebabkan keluarnya modal masyarakat ke luar negeri (capital outflow).
Hal ini disebabkan oleh ekspektasi return investasi di Indonesia menjadi lebih
rendah. Bagi nasabah korporasi, peningkatan nilai tukar rupiah terhadap hard
currency menyebabkan kenaikan biaya produksi akibat kenaikan harga barang
mentah dan barang modal yang berasal dari impor. Akibatnya nasabah korporasi
atau masyarakat akan cenderung menarik dana likuid dengan return rendah untuk
mengatasi masalah permodalannya.
2.2.5 Hubungan Bagi Hasil dengan Tabungan/Investasi
Bagi hasil adalah salah satu sistem pembagian hasil usaha dimana pemilik
usaha bekerjasama dengan pemiliki modal untuk melakukan kegiatan usaha.
Apabila kegiatan usaha tersebut menghasilkan keuntungan maka akan dibagi
kepada kedua pihak dengan proporsi yang sudah disepakati. Apabila mengalami
kerugian maka akan ditanggung bersama-sama. Sistem bagi hasil menjamin adanya
keadilan dan tidak ada pihak yang tereksploitasi (Ascarya 2006).
Bagi hasil digunakan oleh bank syariah sebagai rangsangan dalam bentuk
bonus atas simpanan dari dana masyarakat untuk dapat menarik nasabah agar
menanamkan dananya dalam produk investasi (Ismail 2011). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Haron dan Ahmad (2000), Haron dan Azmi (2008), Abduh et
al. (2011),dan Ali et al. (2012) di Malaysia menunjukkan bahwa salah satu faktor
utama yang menjadi pertimbangan nasabah dalam menginvestasikan dananya pada
produk deposito mudharabah adalah tingkat bagi hasil atau rate of return (ROR).
Semakin tinggi tingkat bagi hasil maka jumlah investasi deposito mudharabah yang
dihimpun bank syariah akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika tingkat bagi hasil bank
syariah semakin rendah maka nasabah akan cenderung mengalihkan dana yang
diinvestasikan kepada produk investasi lainnya yang menawarkan keuntungan lebih
besar.
12
Teori yang menjelaskan pengaruh bagi hasil terhadap jumlah simpanan pada
bank syariah sulit ditemukan namun seringkali para peneliti menghubungkannya
dengan teori klasik tentang suku bunga yang ada pada bank konvensional (Natalia
et al. 2014). Teori suku bunga menjelaskan bahwa tabungan merupakan fungsi dari
tingkat suku bunga sehingga semakin besar tingkat suku bunga maka akan semakin
memotivasi masyarakat untuk menabung. Untuk dapat mengaitkan teori suku
bunga dengan tingkat bagi hasil, para peneliti mengbungkan teori tersebut dengan
perilaku konsumen. Hal ini disebabkan oleh cara pandang konsumen terhadap
tingkat bagi hasil yang diberikan memiliki kesamaan dengan imbal jasa yang
diberikan oleh bank konvensional kepada nasabah/deposan. Menurut Natalia et al.
(2014) teori suku bunga klasik dapat mewakili teori yang menjelaskan pengaruh
tingkat bagi hasil simpanan mudharabah terhadap jumlah simpanan mudharabah
dilihat dari segi konsumen.
Selain itu, untuk dapat menjelaskan pengaruh tingkat bagi hasil terhadap
jumlah deposito, terdapat teori lainnya yang dapat digunakan yaitu teori segmentasi
nasabah. Teori ini menjelaskan bahwa nasabah terdiri dari dua kategori yaitu
nasabah loyalis yang dimotivasi oleh religiusitas dan nasabah floating market yang
dimotivasi oleh motif mencari keuntungan. Bagi nasabah yang tergolong dalam
floating market ini , tingkat imbalan dari suatu produk akan sangat memengaruhi
nasabah dalam memilih produk tersebut. Jika tingkat bagi hasil yang ditawarkan
deposito mudharabah lebih tinggi dari produk investasi lainnya di bank syariah
maupun bank konvensional maka nasabah tersebut akan tetap menggunakan
deposito sebagai media investasinya. Apabila tingkat bagi hasil deposito
mudharabah lebih kecil dari imbalan yang diberikan produk investasi lainnya di
bank syariah/bank konvensional maka akan terjadi kemungkinan beralihnya
nasabah tersebut kepada produk yang memberikan imbalan lebih tinggi. Selain itu,
hal ini juga dapat menyebabkan beralihnya nasabah bank syariah menjadi nasabah
bank konvensional.
2.3 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang menjadi referensi penelitian ini antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Azmi (2008) meneliti tentang dimensi
religiusitas yang diindikasi sebagai salah satu elemen penting yang memotivasi
deposan bank syariah yang ada di Malaysia. Untuk mencapai tujuan penelitian,
peneliti melihat pengaruh variabel-variabel makroekonomi terhadap jumlah
deposito, menganalisa respon dari jumlah deposito terhadap guncangan dari
variabel makroekonomi dan mengukur kontribusi masing-masing variabel
makroekonomi terhadap variabilitas/keragaman jumlah deposito bank
konvensional dan bank Islam di Malaysia. Metode analisa yang digunakan adalah
VAR (Vector Auto Regression) dengan uji kointegrasi dan error correction model.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga pinjaman, Indeks
Komposit Kuala Lumpur, CPI, M3 dan GDP mempunyai pengaruh yang signifikan
pada jangka panjang terhadap jumlah deposito di bank konvensional dan bank
syariah. Seluruh variabel makro diatas memiliki pengaruh yang positif kecuali
tingkat suku bunga deposits account dan tingkat suku bunga pinjaman. Pengaruh
yang positif pada sektor makro lainnya menunjukkan pembuktian dari berlakunya
hipotesis pemanent income sistem konvensional terhadap deposan bank syariah.
13
Hal ini menandakan bahwa masyarakat tidak terbiasa menabung untuk
mengantisipasi kebutuhan di masa mendatang. Masyarakat cenderung memilih
untuk menjaga tingkat konsumsi meskipun pendapatannya berubah karena adanya
kepercayaan terhadap pemerintah yang mampu mengendalikan situasi dan
menjamin kesejahteraan mereka meskipun dengan adanya perubahan pendapatan.
Selain itu, pengaruh dari tingkat imbalan dari deposito bank konvensional
menunjukkan pengaruh negatif terhadap tingkat deposito bank syariah sedangkan
pengaruh dari masing-masing tingkat imbalan terhadap deposito masing-masing
bank berpengaruh positif.
Hasil pengujian respon variabel dengan menggunakan IRF menunjukkan
bahwa terdapat transmisi yang cepat antara variabel-variabel makro yang
mempengaruhi jumlah deposito. Pengaruh guncangan variabel makro mulai terlihat
pada bulan ke 4 dan berakhir pada bulan ke 6. Hasil analisis menggunakan IRF ini
semakin menunjukkan bahwa religiusitas bukan merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap jumlah deposito karena masyarakat Malaysia termotivasi
oleh imbalan yang diperoleh dari produk perbankan yang digunakan.
Haron dan Ahmad (2000) meneliti faktor yang memengaruhi jumlah deposito
bank Islam di Malaysia dan motif nasabah dalam melakukan simpanan deposito.
Variabel terikat yang digunakan adalah jumlah investment deposits mudharaba dan
jumlah saving deposits bank Islam. Variabel bebas yang digunakan adalah tingkat
bagi hasil investment deposits, tingkat suku bunga investment deposits bank
konvensional, tingkat imbalan saving deposits, tingkat suku bunga investment
deposits. Metode yang digunakan adalah Adaptive Expectation Model. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel imbalan saving deposits dan investment
deposits bank Islam berpengaruh positif terhadap jumlah deposito bank Islam
sedangkan suku bunga saving deposits dan investment deposits bank konvensional
berpengaruh negatif terhadap jumlah saving deposits dan investment deposits bank
Islam. Koefisien untuk investment deposits dan saving deposits bank Islam akibat
imbalan deposito bank Islam itu sendiri adalah 0.715 dan 0.917. Koefisien untuk
investment deposits dan saving deposits bank Islam akibat tingkat suku bunga bank
konvensional adalah -0.654 dan -0.253. Hasil penelitian ini juga mengkonfirmasi
bahwa deposan dimotivasi oleh motif untuk memperoleh profit lebih tinggi.
Hubungan yang negatif antara masing-masing jenis tingkat suku bunga deposito
bank konvensional terhadap jumlah deposito bank syariah membuktikan
berlakunya konsep maksimisasi utilitas terjadi pada deposan bank syariah di
Malaysia.
Rachmawati dan Syamsulhakim (2004) meneliti faktor-faktor yang
memengaruhi deposito mudharabah di Indonesia. Variabel bebas yang digunakan
adalah total PDB, jumlah kantor cabang, tingkat bagi hasil dan inflasi. Variabel
terikat yang digunakan adalah jumlah simpanan deposito mudharabah dan data
yang digunakan adalah data triwulanan tahun 1993 hingga 2003. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh perkembangan jumlah deposito mudharabah bank syariah di
Indonesia yang diakibatkan oleh adanya preferensi masyarakat Indonesia yang
dimotivasi oleh unsur keimanan (religiusitas). Metode analisis yang digunakan
adalah regresi linear dan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
deposito mudharabah di Indonesia dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh
perubahan jumlah kantor cabang dan perubahan tingkat bagi hasil deposito bank
syariah pada jangka panjang. Apabila terjadi penambahan unit kantor cabang
14
sebesar 1% maka akan menambah jumlah deposito bank umum syariah sebesar 41
489.2 juta rupiah. Apabila terjadi kenaikan tingkat bagi hasil deposito mudharabah
sebesar 1% maka akan meningkatkan volume deposito mudharabah sebesar 39
917.48 juta rupiah. Variabel bebas lainnya seperti PDB dan tingkat suku bunga
deposito bank umum konvensional justru tidak berpengaruh signifikan. Selain itu,
hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antara volume
deposito mudharabah dengan tingkat bagi hasil dan jumlah kantor cabang bank
syariah menjadi sebuah masukkan bagi manajemen bank. Apabila hendak
mengumpulkan lebih banyak dana maka bank syariah harus menetapkan tingkat
bagi hasil yang lebih kompetitif dengan berpatokan pada tingkat suku bunga bank
konvensional dan mendirikan lebih banyak kantor cabang.
Abduh et al. (2011) meneliti dampak krisis dan variabel makroekonomi
terhadap jumlah deposito bank Islam di Malaysia. Variabel terikat yang digunakan
adalah total deposito bank Islam Malaysia. Variabel bebas yang digunakan adalah
rata-rata tingkat bagi hasil investment deposits bank Islam, rata-rata tingkat suku
bunga investment deposits bank konvensional, CPI (Indeks Harga Konsumen), IPI
(Indeks Produksi Industri), tingkat suku bunga pembiayaan dan dummy krisis
Metode analisis yang digunakan adalah VECM (Vector Error Correction
Model) dengan rangkaian tahap uji seperti uji unit akar ADF dan PP, dan uji
kointegrasi. Hasil uji kointegrasi, menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
terdapat satu hubungan kointegrasi antara variabel bebas dan variabel terikatnya
pada level 1%. Dilanjutkan dengan VECM menunjukkan bahwa CPI, tingkat suku
bunga pembiayaan, IPI dan tingkat suku bunga deposito bank konvensional
berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah deposito bank Islam di Malaysia.
Tingkat bagi hasil deposito bank Islam berpengaruh positif terhadap jumlah
depositonya. Krisis ekonomi digambarkan dengan dummy krisis yang menunjukkan
hasil negatif. Hal ini menandakan bahwa apabila terjadi krisis maka akan terjadi
peningkatan total deposito bank Islam akibat adanya mobilisasi dana dari deposan
bank konvensional kepada bank Islam. Hal ini disebabkan oleh rendahnya dampak
krisis terhadap kondisi liabilitas perbankan Islam
Abduh dan Sukmana (2011) meneliti tentang faktor-faktor yang
memengaruhi fluktuasi jumlah deposito bank syariah di Indonesia. Variabel yang
digunakan adalah suku bunga deposito bank konvensional, tingkat bagi hasil
deposito bank syariah, inflasi, indeks produksi industri (IPI) serta krisis keuangan.
Metode yang digunakan adalah uji kointegrasi dan IRF (Impuls Response Function)
dengan menggunakan data bulanan tahun 2000;12 hingga 2011;01. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa krisis tidak berdampak signifikan terhadap fluktuasi deposito
bank syariah. Hal ini menunjukkan bahwa ekspansi bank syariah terhadap kegiatan
ekonomi riil melalui pelaksanaan akad berbasis kerjasama telah berjalan efektif.
Selain itu, hal ini juga menunjukkan kuatnya kepercayaan deposan terhadap kinerja
dan ketahanan bank syariah dalam melalui krisis tahun 2008. Inflasi berpengaruh
negatif terhadap terhadap deposito bank syariah di Indonesia.
Ali et al. (2012) meneliti tentang pengaruh variabel makroekonomi terhadap
investasi deposito mudharabah di Malaysia. Variabel bebas yang digunakan adalah
PDB, tingkat bagi hasil deposito dan tingkat inflasi. Data yang digunakan adalah
laporan keuangan Bank Negara Malaysia periode 2003-2011. Metode yang
digunakan adalah regresi linier berganda dengan tiga model (enter, forward, dan
backward). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil deposito
15
berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi deposito mudharabah di
Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil masih menjadi faktor
utama bagi sebagian besar nasabah menginvestasikan dananya pada produk
perbankan syariah.
Novianto dan Hadiwidjojo (2013) meneliti faktor - faktor yang memengaruhi
penghimpunan deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia dengan
menggunakan variabel penelitian berupa jumlah deposito mudharabah sebagai
variabel terikat sedangkan PDB, inflasi, jumlah kantor dan tingkat bagi hasil
sebagai variabel bebas. Metode analisis data yang digunakan adalah vector auto
regression (VAR) dan data yang digunakan adalah data triwulanan tahun 2005-
2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PDB berpengaruh negatif signifikan
sedangkan jumlah kantor berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah deposito.
Variabel bebas lainnya seperti inflasi dan tingkat bagi hasil tidak berpengaruh
terhadap jumlah deposito perbankan syariah.
Muttaqien (2013) meneliti pengaruh PDB, IHK, suku bunga deposito bank
umum konvensional dan nilai tukar rupiah terhadap DPK perbankan syariah di
Indonesia periode 2008-2012. Menggunakan teknik analisis regresi linear berganda
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PDB, inflasi (IHK) dan kurs berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap DPK perbankan syariah di Indonesia sedangkan
suku bunga deposito berpengaruh positif signifikan.
Natalia et al. (2014) meneliti pengaruh tingkat bagi hasil deposito bank
syariah dan tingkat suku bunga bank konvensional terhadap jumlah simpanan
deposito mudharabah secara parsial maupun bersama-sama. Data yang digunakan
berupa data sekunder periode 2009;Q1 hingga 2012;Q2 Bank Syariah Mandiri.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kekhawatiran terjadi mobilisasi dana
dari bank syariah ke bank konvensional akibat preferensi dan motif
nasabah/deposan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis linear berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tingkat bagi hasil deposito
bank syariah berpengaruh negatif signifikan dengan koefisien sebesar -2.676.
Apabila tingkat bagi hasil bank syariah meningkat sebesar satu persen maka jumlah
deposito mudharabah bank syariah akan turun sebesar 2.676%. Variabel tingkat
suku bunga deposito bank konvensional tidak berpengaruh signifikan terhadap
deposito bank syariah. Sehingga tidak terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga
deposito bank konvensional dengan jumlah deposito bank syariah.
Syafi’ie (2015) meneliti faktor-faktor internal dan eksternal yang
memengaruhi jumlah deposito mudharabah secara simultan dan secara parsial
dengan menggunakan data laporan keuangan 7 Bank Umum Syariah di Indonesia
periode 2011;Q1 hingga 2015;Q1. Variabel bebas yang digunakan adalah PDB riil
dan inflasi sebagai faktor eksternal sedangkan FDR, tingkat bagi hasil dan NPF
sebagai faktor internal. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh jumlah deposito yang
memberikan berkontribusi terbesar terhadap total DPK yang dihimpun bank
syariah. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan seluruh variabel bebas memberi
pengaruh terhadap jumlah deposito bank syariah di Indonesia. Secara parsial,
variabel PDB riil, bagi hasil, FDR dan NPF berpengaruh signifikan terhadap jumlah
deposito mudharabah pada taraf nyata 1%. PDB riil dan tingkat bagi hasil
berpengaruh positif sedangkan FDR dan NPF berpengaruh negatif terhadap jumlah
deposito mudharabah. Variabel merupakan satu-satunya variabel bebas yang tidak
16
berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor yang paling
berpengaruh terhadap jumlah deposito adalah PDB riil dengan koefisien variabel
sebesar 3.25272.
2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
2.4.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menerapkan sistem
perbankan ganda sehingga terdapat dua sistem operasional pada lembaga keuangan
di Indonesia yaitu syariah dan konvensional. Kedua jenis sistem tersebut memiliki
perbedaan namun dari segi produk, keduanya memiliki produk penghimpunan dana
yang serupa yaitu giro, tabungan dan deposito.
Deposito adalah produk simpanan berjangka yang penarikan dananya hanya
dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan antara bank
dengan nasabah. Deposito memiliki proporsi yang cukup besar pada total DPK
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia. Sejak tahun 2009 hingga
tahun 2014, proporsi deposito selalu bernilai lebih dari lima puluh persen dari total
dana pihak ketiga BUS dan UUS di Indonesia. Deposito di bank syariah
dilaksanakan dengan prinsip mudharabah (kerjasama) dengan pemberian imbalan
melalui konsep bagi hasil. Berdasarkan jangka waktu antara penyimpanan dana dan
pembagian keuntungan deposito mudharabah di bank syariah Indonesia terdiri dari
tiga kategori yakni deposito mudharabah berjangka waktu 1, 3, dan 6 bulan.
Berdasarkan data OJK tahun 2008 hingga 2015 total deposito mudharabah
secara nasional justru didominasi oleh jumlah deposito mudharabah 1 bulan.
Padahal deposito dengan jangka waktu lebih penjang memiliki kelebihan dari segi
waktu pengelolaan dan ketersediaan dana dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Pihak perbankan syariah telah mengupayakan peningkatan deposito berjangka
waktu 3 dan 6 bulan dengan menawarkan tingkat bagi hasil yang lebih tinggi dari
tingkat bagi hasil deposito mudharabah 1 bulan namun upaya ini belum dapat
dikatakan berhasil.
Berdasarkan penelitian terdahulu, seharusnya tingkat bagi hasil menjadi salah
satu faktor yang memengaruhi jumlah dana yang terhimpun melalui produk
deposito mudharabah secara agregat dengan pengaruh positif. Apabila tingkat bagi
hasil meningkat maka jumlah deposito maupun DPK yang terhimpun juga akan
mengalami peningkatan. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk menganalisa
faktor-faktor lain yang terindikasi memengaruhi kinerja dari penghimpunan dana
melalui deposito mudharabah. Faktor-faktor tersebut merupakan variabel
makroekonomi seperti PDB riil, tingkat inflasi dan nilai tukar. Indonesia
merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari
masalah-masalah perekonomian seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi,
kenaikan nilai tukar serta kenaikan tingkat inflasi. Berdasarkan kajian literatur dan
penelitian terdahulu ini maka secara ringkas kerangka pemikiran dari penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 3.
17
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
2.4.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan tentang
pengaruh faktor makroekonomi dan tingkat bagi hasil deposito mudharabah
terhadap jumlah deposito mudharabah, maka hipotesis yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. PDB riil berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah deposito.
2. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah deposito.
3. Nilai tukar nominal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah
deposito.
4. Tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap jumlah deposito.
Perbankan Syariah
Penghimpunan
Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah
Deposito
1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan
PDB riil
Nilai tukar
Tingkat
inflasi
Tingkat
bagi hasil
Analisis
ekonometrik
VECM, IRF
dan FEVD
Analisis respon
deposito mudharabah
terhadap variabel
makroekonomi dan
bagi hasil
Analisis kontribusi
variabel
makroekonomi dan
bagi hasil terhadap
deposito mudharabah
Analisis pengaruh
variabel
makroekonomi dan
bagi hasil terhadap
deposito mudharabah
Analisis deskriptif : keragaan
variabel makroekonomi dan
bagi hasil
Implikasi kebijakan
18
III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
data deret waktu (time series) triwulanan tahun 2008 kuartal I sampai tahun 2015
kuartal IV dari seluruh bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) di
Indonesia. Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber, yaitu Statistik Perbankan
Syariah (SPS) dari website resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Laporan Inflasi
(Indeks Harga Konsumen) dari website resmi Bank Indonesia dan International
Financial Statistics (IFS) dari website resmi International Monetary Fund (IMF).
Data sekunder yang digunakan diuraikan dalam Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
Variabel Satuan Sumber
Jumlah simpanan deposito berjangka 1 bulan Rp. Milyar OJK
Jumlah simpanan deposito berjangka 2 bulan Rp. Milyar OJK
Jumlah simpanan deposito berjangka 3 bulan Rp. Milyar OJK
Tingkat inflasi Persen BI
Nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar (akhir
periode)
IDR/USD IMF
Produk domestik bruto riil US Dollar IMF
Tingkat bagi hasil deposito berjangka waktu 1
bulan
Persen OJK
Tingkat bagi hasil deposito berjangka waktu 3
bulan
Persen SPS
Tingkat bagi hasil deposito berjangka waktu 6
bulan
Persen SPS
3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan
kuantitatif. Metode analisis deksriptif pada penelitian ini digunakan untuk
menganalisis keragaan dari variabel-variabel makroekonomi dan bagi hasil
deposito mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia. Analisis kuantitatif
digunakan untuk menganalisis pengaruh dan kontribusi dari variabel
makroekonomi dan bagi hasil terhadap jumlah deposito mudharabah perbankan
syariah. Metode analisis kuantitatif terdiri dari Vector Error Correction Model
(VECM), Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance
Decomposition (FEVD). Proses pengolahan data pada penelitian dilakukan dengan
menggunakan software Eviews 6.0 dan Microsoft Excel 2013.
Metode VECM digunakan untuk data time series yang tidak stasioner pada
level tetapi stasioner pada first difference dan memiliki potensi untuk
terkointegrasi. Variabel-variabel yang tidak stasioner pada level tersebut diestimasi
dengan error correction sehingga dapat diketahui bahwa metode VECM ini adalah
bagian dari model VAR (vector auto regression) yang terkoreksi (Enders 2004).
19
Metode VECM mensyaratkan adanya kointegrasi pada variabel-variabel yang
digunakan dalam model. Hal ini mengimplikasikan adanya proses penyesuaian dari
jangka pendek ke jangka panjangnya. Model VECM bisa memberi informasi
mengenai perilaku jangka pendek suatu variabel terhadap jangka panjangnya akibat
adanya perubahan yang permanen. Spesifikasi model VECM secara umum dapat
dilihat sebagai berikut :
Di mana :
yt = vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian
μ0x = vektor intercept
μ1x = vektor koefisien regresi
t = time trend
Πx = αx β’ dimana b’ mengandung persamaan kointegrasi jangka panjang
yt-1 = variabel yang dianalisis dalam penelitian dalam in-level
Γi = matriks koefisien regresi dari Δyt-i
k – 1 = ordo VECM dan VAR
εt = error term
3.3 Tahapan Uji Data Time Series
3.3.1 Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas merupakan langkah awal yang penting saat melakukan
estimasi model untuk data time series. Data yang stasioner akan menyebabkan hasil
perhitungan yang signifikan sedangkan data yang tidak stasioner namun dipaksakan
akan menyebabkan hasil perhitungan yang semu (spurious). Perhitungan yang
semu menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam model tersebut
tidak berkorelasi secara substansi sehingga menyebabkan terbentuknya regresi
yang tidak stasioner antar variabel terikat dengan variabel bebasnya.
Data dapat dikategorikan stasioner apabila memiliki pola yang konstan
sepanjang waktu dan tidak memiliki pola tren di dalamnya. Pada penelitian ini
digunakan uji stasioneritas dengan menggunakan uji ADF (Augmented Dickey
Fuller). Kriteria data yang stasioner ditunjukkan dengan nilai mutlak t-statistic
ADF yang lebih besar dari nilai kritis Mc Kinnon pada level 1 persen, 5 persen atau
10 persen.
3.3.2 Uji stabilitas VAR
Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari fungsi
polinomial atau dikenal dengan roots of characteristic polynomial (Firdaus 2011).
Jika semua akar dari fungsi polinomial tersebut berada di dalam unit circle atau
nilai modulusnya lebih kecil dari 1 maka model tersebut dianggap stabil sehingga
Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition
(FEVD) yang dihasilkan valid.
i = 1
Γi Δyt-i + εt
Δyt = μ0x + μ1xt + Πxyt-1 +
Σ
k - 1
20
3.3.3 Pengujian lag optimum
Uji lag optimum dilakukan untuk mengetahui berapa lama reaksi suatu
variabel terhadap variabel lainnya untuk menghilangkan masalah autokorelasi
dalam sebuah sistem VAR. Dalam tahap ini terdapat lima kriteria yang dapat
digunakan untuk menentukan panjang lag optimum yaitu Likelihood Ratio (LR),
Final Prediction Criterion (FPE), Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz
Information Criterion (SC) dan Hannan-Quinn Information (HQ). Besarnya lag
yang dipilih dalam penelitian ini adalah lag yang menghasilkan nilai SC terkecil
sebagai lag optimum
3.3.4 Uji kointegrasi
Uji kointegrasi pertama kali diperkenalkan oleh Engle dan Granger pada
tahun 1987 (Firdaus 2011). Uji Kointegrasi dilakukan untuk melihat apakah
variabel-variabel yang tidak stasioner memiliki hubungan kointegrasi atau tidak.
Variabel yang saling terkointegrasi menunjukkan adanya hubungan keseimbangan
jangka panjang antar variabel. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
untuk melakukan uji kointegrasi, seperti Engle-Granger Cointegration Test,
Johansen Cointegration Test, dan Cointegration Regression Durbin-Watson Test.
Karakteristik model yang memiliki hubungan kointegrasi adalah model dengan
nilai trace statistic yang lebih besar dari nilai kritis 5%.
3.4 Perumusan Model Penelitian
Tahapan selanjutnya adalah membuat model VECM yang akan digunakan
sebagai persamaan. Hasil estimasi VECM terdiri dari output Johansen
cointegration test dan hasil VAR dalam tingkat first difference yang mengandung
error correction. Perumusan model penelitian ini mengacu pada penelitian yang
dilakukan oleh Haron dan Azmi (2008) serta teori terkait. Selain itu terdapat
penambahan variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar yang diacu dari penelitian
Muttaqiena (2013). Dugaan persamaan dirumuskan sebagai berikut :
LnDEP1 = β0 + β1IMDEP1 + β2TINF + β3LnKURS + β4LnPDBR + μt
..................(1)
LnDEP3 = β0 + β1IMDEP3 + β2TINF + β3LnKURS + β4LnPDBR + μt
..................(2)
LnDEP6 = β0 + β1IMDEP3 + β2TINF + β3LnKURS + β4LnPDBR + μt
..................(6)
Keterangan :
LnDEP1 = logaritma natural jumlah simpanan deposito berjangka 1 bulan
LnDEP3 = logaritma natural jumlah simpanan deposito berjangka 3 bulan
LnDEP6 = logaritma natural jumlah simpanan deposito berjangka 6 bulan
IMDEP1 = tingkat bagi hasil deposito berjangka waktu 1 bulan
IMDEP3 = tingkat bagi hasil deposito berjangka waktu 3 bulan
IMDEP6 = tingkat bagi hasil deposito berjangka waktu 6 bulan
21
TINF = tingkat inflasi Indonesia
LnKURS = logaritma natural nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar (akhir
periode)
LnPDBR = logaritma natural produk domestik bruto riil Indonesia
Adapun model VECM yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Di mana :
yt = vektor variabel endogen first difference kuartal ke-t (vektor ini
memasukkan variabel PDB riil, nilai tukar nominal, IHK dan tingkat
bagi hasil deposito)
μ0x = vektor intercept
μ1x = vektor koefisien regresi
Πx yt-1 = vektor kointegrasi yang merepresentasikan variabel endogen yang
tidak stasioner. Koefisien ini mengindikasikan speed of adjustment
yang merupakan kecepatan error pada periode sebelumnya untuk
mengoreksi perubahan variabel y menuju keseimbangan pada periode
selanjutnya. Γi = matriks koefisien regresi dari Δyt-i
Γi Δyt-i = vektor variabel endogen di first difference bulan ke t-i (vektor ini
memasukkan variabel variabel PDB riil, nilai tukar nominal, tingkat
inflasi dan tingkat bagi hasil deposito)
t = time trend
k – 1 = ordo VECM dan VAR
εt = error term (vektor dari variabel acak yang mereoresentasikan error
dari model)
i = 1
Γi Δyt-i + εt
Δyt = μ0x + μ1xt + Πxyt-1 +
Σ
k - 1
22
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaan Kondisi Makroekonomi dan Bagi Hasil Deposito Mudharabah
di Indonesia
Variabel makroekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk
domestik bruto (PDB) riil, tingkat inflasi, dan nilai tukar nominal rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat (AS). PDB riil menunjukkan tren meningkat meskipun
pertumbuhannya melambat sedangkan nilai tukar nominal dan tingkat inflasi
berfluktuasi dari tahun 2008 hingga 2015 seiring dengan kondisi perekonomian
negara.
4.1.1 Keragaan PDB riil Indonesia Periode 2008-2015
Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi suatu negara dalam suatu periode tertentu. PDB
digunakan untuk mengukur pendapatan setiap orang dan pengeluaran total terhadap
output barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian (Mankiw 2007). PDB
riil menilai barang dan jasa pada tingkat harga konstan sehingga PDB riil akan
meningkat apabila jumlah barang dan jasa meningkat. Pasca krisis keuangan global,
yakni sejak tahun 2010 hingga tahun 2015, PDB riil Indonesia mengalami
peningkatan dengan tren yang serupa setiap tahunnya. Kemiripan tren PDB riil
terlihat dari peningkatan yang terjadi pada tiga kuartal pertama dan sedikit
penurunan pada satu kuartal terakhir.
Sumber : IMF
Gambar 4 Keragaan PDB Riil Indonesia tahun 2008-2015
Pada gambar 4 dapat diketahui bahwa PDB riil Indonesia berada pada kisaran
500 triliun rupiah dengan nilai sebesar sebesar 505 triliun rupiah pada kuartal I
0
500
1000
1500
2000
2500PDB Riil (Miliar)
Periode
PD
B r
iil
(Tri
liun
Rup
iah
)
23
tahun 2008 dan 528 triliun rupiah pada kuartal I tahun 2009. Artinya, selama satu
tahun, PDB riil Indonesia hanya meningkat sebesar 23 triliun rupiah. Hal ini
menunjukkan perlambatan pertumbuhan PDB riil yang diakibatkan oleh krisis
ekonomi global yang berawal dari krisis keuangan di Amerika Serikat. Krisis ini
berdampak pada perekonomian Indonesia melalui penurunan volume ekspor
manufaktur akibat adanya penurunan permintaan yang drastis terhadap sejumlah
barang ekspor seperti meubel (Tambunan 2014). Meskipun mengalami
perlambatan pertumbuhan, PDB riil Indonesia tergolong masih mampu
mempertahankan pertumbuhan yang positif walaupun laju pertumbuhan yang
terjadi lebih rendah dari pada yang diprediksi sebelum terjadinya krisis.
Pada tahun 2010 kuartal I, kondisi ekonomi Indonesia mulai membaik yang
ditunjukkan dengan nilai PDB riil yang tercatat sebesar 1 642 triliun rupiah
dibandingkan dengan tahun 2009 periode yang sama yang tercatat hanya sebesar
528 triliun rupiah atau tahun 2009 kuartal IV yang tercatat sebesar 547 triliun
rupiah. Menurut Badan Pusat Statistik, besarnya laju pertumbuhan ekonomi pada
kuartal I tahun 2010 sebesar 5.7 persen. Dari sisi permintaan agregat, pertumbuhan
ekonomi yang ditandai dengan peningkatan PDB riil ini disebabkan oleh kenaikkan
volume impor khususnya barang-barang yang dibutuhkan oleh industri dan sektor-
sektor dalam negeri lainnya sebesar 22.6 persen, pertumbuhan ekspor yang
mencapai 20 persen, pembentukan modal tetap domestik bruto sebesar 7.9 persen,
dan kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 3.9 persen. Dari sisi penawaran
agregat, faktor pendorong utama yang menyebabkan peningkatan PDB riil dan laju
pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 9.6 persen. PDB riil tahun 2010 kuartal II yang tercatat sebesar 1 709 triliun
rupiah, dan pada III ketiga sebesar 1 775 triliun rupiah. Peningkatan ini disebabkan
oleh peningkatan peran investasi dan ekspor dari sisi permintaan agregat sedangkan
dari sisi penawaran agregat, peningkatan PDB riil disebabkan oleh peningkatan di
tiga sektor yaitu industri manufaktur, pertambangan dan pertanian. (Tambunan
2014). Pada kuartal IV tahun 2010, PDB riil mengalami penurunan dengan nilai
PDB riil sebesar 1 738 triliun rupiah.
Pada tahun 2011, PDB riil Indonesia meningkat dari 1 749 triliun rupiah pada
kuartal I menjadi 1 816 triliun rupiah pada kuartal II, 1 882 triliun rupiah pada
kuartal III dan kemudian menurun dengan nilai PDB riil yang sebesar 1 841 triliun
rupiah pada kuartal IV. Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2011
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, perekonomian
Indonesia menunjukkan daya tahan yang kuat dan kinerja ekonomi yang baik
ditengah meningkatnya gejolak ekonomi global akibat krisis utang Eropa dan
kekhawatiran terhadap pemulihan perekonomian Amerika. Pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2011 tercatat sebesar 6.5 persen dan merupakan angka pertumbuhan
ekonomi tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Pertumbuhan ini disebabkan oleh
peningkatan peran investasi dan ekspor, penurunan tingkat pengangguran dan
kemiskinan serta pemerataan pertumbuhan ekonomi antar daerah. Selain itu,
pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh Neraca Pembayaran Indonesia yang
mengalami surplus, stabilitas sistem keuangan yang terjaga, apresiasi nilai tukar
rupiah serta kebijakan makro yang tetap pruden yang mampu meminimalkan
dampak gejolak ekonomi global.
Pada tahun 2012, PDB riil Indonesia meningkat dari 1 856 triliun rupiah pada
kuartal I, 1 929 triliun rupiah pada kuartal II, 1 994 triliun rupiah pada kuartal III
24
dan kembali menurun dengan nilai PDB sebesar 1 949 triliun rupiah pada kuartal
IV. Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012, pertumbuhan
ekonomi masih dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup tinggi sebesar 6.23
persen meskipun kinerja ekspor Indonesia menurun. Pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan PDB riil Indonesia didominasi oleh permintaan domestik yang kuat
yang disebabkan oleh kondisi ekonomi makro dan sistem keuangan yang kondusif.
Kondisi ini menyebabkan sektor rumah tangga dan sektor usaha dapat melakukan
kegiatan ekonomi dengan lebih optimal.
Tahun 2013, PDB riil Indonesia mencapai nilai sebesar 1 958 triliun rupiah
pada kuartal I kemudian meningkat menjadi 2 037 triliun rupiah pada kuartal II dan
terus mengalami pertumbuhan hingga tercatat sebesar 2 138 triliun rupiah pada
kuartal ke III. Pada kuartal IV di tahun 2013, PDB riil Indonesia meningkat menjadi
2 208 triliun rupiah. Berdasarkan Laporan Badan Pusat Statistik, pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar
5.78 persen. Nilai pertumbuhan ini masih tergolong tinggi meskipun besaran
nilainya lebih rendah dari nilai pertumbuhan ekonomi tahun 2011 dan 2012.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, PDB riil Indonesia tahun 2013
dikontribusi oleh konsumsi masyarakat sebesar 5.28 persen, konsumsi pemerintah
sebesar 4.8 persen, investasi sebesar 4,71 persen, ekspor sebesar 5.3 persen dan
impor sebesar 1.2 persen. Pertumbuhan konsumsi masyarakat disebabkan oleh
pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung, kelancaran program
sosial yang dicanangkan oleh pemerintah seperti raskin (beras miskin), BLSM
(Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) dan pembangunan infrastruktur desa.
Dari sisi penawaran agregat, PDB tahun 2013 dikontribusi oleh tiga sektor usaha
yaitu industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta
pengangkutan dan komunikasi. Laju pertumbuhan industri pengolahan mencapai
5.56 persen dengan nilai sebesar 707.5 triliun rupiah sedangkan sektor
perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 5.93 persen dengan nilai mencapai
501.2 triliun rupiah.
Pada tahun 2014, PDB riil Indonesia meningkat dari 2 059 triliun rupiah pada
kuartal I menjadi 2 138 triliun rupiah pada kuartal II, 2 208 triliun rupiah pada
kuartal III dan kemudian menurun dengan nilai PDB riil yang tercatat sebesar 2 161
triliun rupiah pada kuartal IV. Pertumbuhan ekonomi domestik yang terjadi pada
tahun 2014 tergolong melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2014 tercatat sebesar 5.0 persen. Angka ini bernilai lebih
rendah dibandingkan dengan perkiraan awal sebesar 5.5 hingga 5.9 persen dan
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2013. Perlambatan
pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh belum optimalnya reformasi struktural,
perlambatan ekonomi global dan diberlakukannya kebijakan stabilisasi. Dari sisi
eksternal, perlambatan ekonomi disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor akibat
penurunan permintaan dari emerging market, penurunan harga komoditas global
serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Dari sisi permintaan
domestik, perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh konsumsi
pemerintah yang melambat akibat program penghematan yang dilakukan guna
menjaga stabilitas fiskal.
PDB riil Indonesia tahun 2015 meningkat dari 2 156 triliun rupiah pada
kuartal I menjadi 2 237 triliun rupiah pada kuartal II, 2 313 triliun rupiah pada
kuartal III dan kemudian menurun dengan nilai PDB riil yang tercatat sebesar 2 270
25
triliun rupiah pada kuartal IV. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 kuartal I tergolong melambat
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, dengan nilai
sebesar 5.14 persen. Dari sisi pengeluaran, perlambatan laju pertumbuhan
disebabkan oleh terkontraksinya kinerja investasi dan ekspor sedangkan dari sisi
produksi disebabkan oleh pertumbuhan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan
perikanan sebesar 14.63 persen. Pada kuartal III dan IV tahun 2015 terjadi
perbaikan kondisi ekonomi akibat adanya stimulus fiskal pemerintah. Hal ini
menyebabkan peningkatan konsumsi pemerintah dan investasi bangunan,
perbaikan indeks kepercayaan konsumen, peningkatan konsumsi rumah tangga dan
perbaikan investasi non bangunan. Permintaan domestik yang mendominasi PDB
riil menyebabkan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 dapat tercapai meskipun masih
belum membaiknya kondisi eksternal perekonomian seperti perlambatan
perekonomian global, penurunan harga komoditas ekspor (terutama berbasis
pertambangan dan manufaktur) serta penurunan kinerja ekspor.
4.1.2 Keragaan Nilai Tukar Nominal (rupiah) Periode 2008-2015
Variabel ekonomi lainnya yang digunakan pada penelitian ini adalah nilai
tukar nominal rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada gambar 5
menunjukkan kondisi nilai tukar nominal Indonesia tahun 2008 hingga 2015 yang
berfluktuatif seiring dengan kondisi perekonomian negara.
Sumber : IMF
Gambar 5 Keragaan nilai tukar nominal (rupiah) periode 2008-2015 di Indonesia
Nilai tukar tahun 2008 kuartal I hingga tahun 2008 kuartal III menunjukkan
pergerakan yang stabil berkisar antara 9 000 rupiah sampai 9 200 rupiah. Akan
tetapi, pada akhir tahun 2008 hingga tahun 2009 kuartal II, mata uang rupiah
mengalami pelemahan (depresiasi) yang ditandai dengan kenaikan nilai tukar
nominal yang mencapai 11 000 rupiah per satu dollar AS. Pelemahan rupiah
tersebut diakibatkan oleh krisis keuangan global (subprime mortgage) yang terjadi
di Amerika. Selain itu, kenaikan harga minyak dunia juga menjadi salah satu
penyebab terjadinya kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dampak dari
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000Nilai Tukar Nominal
Periode
Nil
ai T
uk
ar N
om
inal
(ru
pia
h)
26
kenaikan nilai tukar nominal rupiah mendorong keluarnya modal asing (capital
outflow) dari Indonesia dan berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas perekonomian nasional.
Pada tahun 2009 kuartal III hingga tahun 2011 pada periode yang sama, mata
uang rupiah mengalami penguatan (apresiasi) dan pergerakan yang lebih stabil.
Apresiasi rupiah terhadap dolar AS ditunjukkan pada Gambar 4 dengan adanya
penurunan nilai tukar nominal dalam periode tersebut. Penguatan nilai rupiah ini
disebabkan oleh perbaikan perekonomian Indonesia yang ditunjukkan dengan
pertumbuhan PDB riil dan peningkatan aliran modal asing ke Indonesia (capital
inflow). Pergerakan nilai tukar rupiah yang stabil ditunjukkan dengan nilai tukar
nominal pada tahun 2009 kuartal III hingga tahun 2011 kuartal III berada pada
kisaran 8 000 hingga 10 000 rupiah. Nilai tukar nominal kuartal III tahun 2009
tercatat sebesar 9 966 rupiah per dolar AS dan menurun pada kuartal IV dengan
nilai sebesar 9 454 rupiah per dolar AS. Pada tahun 2010, mata uang rupiah kembali
mengalami penguatan dengan nilai sebesar 9 271 rupiah per dolar AS pada kuartal
I dan berubah menjadi 9 132 rupiah per dolar AS pada kuartal II. Nilai tukar
nominal rupiah mencapai nilai 8 900 rupiah per satu dolar AS pada kuartal III dan
kuartal IV tahun 2010. Apresiasi rupiah ini didominasi oleh faktor eksternal yaitu
modal asing. Masuknya modal asing ke Indonesia dimotivasi oleh solidnya
fundamental ekonomi domestik dan terjaganya faktor risiko berinvestasi di
instrumen rupiah. Kestabilan pergerakan nilai tukar sehingga tetap berada pada
kisaran 8 000 rupiah hanya terjadi hingga tahun 2011 kuartal III karena sejak kuartal
IV tahun 2011 hingga kuartal IV tahun 2015, nilai tukar nominal rupiah terhadap
dolar AS terus mengalami pelemahan (depresiasi). Hal ini ditandai dengan
peningkatan nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar AS.
Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2012, depresiasi rupiah
yang terus-menerus terjadi sejak akhir tahun 2011 diakibatkan oleh ketidakpastian
ekonomi global karena memburuknya kondisi ekonomi negara-negara maju di
kawasan Eropa dan melebarnya defisit neraca berjalan karena penurunan kinerja
ekspor Indonesia. Nilai tukar rupiah tercatat sebesar 9 102 pada kuartal I tahun 2012
dan terus meningkat menjadi 9 316 rupiah pada kuartal II. Pada kuartal III tahun
2012 nilai tukar nominal rupiah sebesar 9 501 rupiah per dolar AS dan pada kuartal
IV nilai tukar nominal rupiah sebesar 9 628 rupiah per dolar AS.
Nilai tukar nominal pada tahun 2013 juga mengalami tekanan depresiasi
akibat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami defisit karena semakin
melebarnya defisit transaksi berjalan dan menurunnya surplus transaksi modal dan
finansial. Berdasarkan gambar 5, nilai tukar rupiah tercatat sebesar 9 703 pada
kuartal I tahun 2013 dan terus meningkat menjadi 9 789 rupiah pada kuartal II, 10
664 rupiah pada kuartal III dan pada kuartal IV nilai tukar rupiah tercatat sebesar
10 689 rupiah per satu dolar AS. Peningkatan nilai tukar nominal rupiah ini semakin
kuat terjadi sejak pertengahan Mei 2013 sampai akhir September 2013 akibat
terjadinya aliran keluar modal asing (capital outflow) di pasar keuangan karena
adanya rencana pengurangan stimulus moneter di AS dan persepsi negatif investor
terhadap perekonomian Indonesia. Tekanan depresiasi rupiah mereda pada kuartal
IV tahun 2013 karna membaiknya kondisi perekonomian serta respon Bank
Indonesia dan pemerintah.
Nilai tukar rupiah pada tahun 2014 mengalami kondisi yang serupa dengan
tahun sebelumnya. Mata uang uang rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS namun
27
terapresiasi terhadap mata uang negara mitra dagang utama lainnya seperti yen
Jepang dan euro. Nilai tukar nominal pada kuartal IV tahun 2014 tercatat sebesar
12 285 per satu dolar AS. Depresiasi mata uang rupiah yang ditandai dengan
peningkatan nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar AS ini disebabkan penguatan
mata uang negara Amerika Serikat terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia.
Pada tahun berikutnya, mata uang rupiah juga terus mengalami tekanan
depresiasi terhadap dolar AS akibat peningkatan faktor risiko eksternal maupun
domestik serta memburuknya sentimen pasar. Depresiasi yang terjadi secara
signifikan menyebabkan nilai tukar nominal rupiah hampir mencapai angka 14 000
rupiah per satu dolar AS terutama pada kuartal III dan IV (Gambar 5). Nilai tukar
nominal pada kuartal III tahun 2015 tercatat sebesar 13 851 rupiah per satu dolar
AS sedangkan pada kuartal IV tahun 2015 sebesar 13 774 rupiah per satu dolar AS.
4.1.3 Keragaan Tingkat Inflasi Indonesia Periode 2008-2015
Selain variabel PDB riil dan nilai tukar nominal, tingkat inflasi merupakan
salah satu variabel makroekonomi yang penting untuk diamati terhadap jumlah
deposito mudharabah. Tingkat inflasi menunjukkan persentase perubahan harga
secara umum dari barang dan jasa yang digunakan oleh konsumen dalam suatu
perekonomian.
Tingkat inflasi akan memengaruhi pendapatan riil per kapita suatu negara
sehingga IHK dapat digunakan untuk mengetahui besarnya kegiatan ekonomi
negara dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah (Tambunan 2014).
Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari daya beli yang secara tidak langsung
akan menggambarkan perilaku konsumsi dan tabungan. Apabila tingkat inflasi
semakin tinggi tanpa diimbangi dengan peningkatan pendapatan masyarakat yang
jauh lebih besar dari peningkatan harga maka daya beli masyarakat akan menurun.
Jika daya beli masyarakat menurun, alokasi pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi meningkat. Hal ini berdampak pada penurunan tabungan dan
investasi masyarakat.
Sumber : BI
Gambar 6 Keragaan tingkat inflasi periode 2008-2015 di Indonesia
Gambar 6 menunjukkan perubahan IHK atau tingkat inflasi di Indonesia
tahun 2008 kuartal I hingga tahun 2015 kuartal IV yang berfluktuasi. Tingkat inflasi
0
2
4
6
8
10
12
14Tingkat Inflasi
Tin
gk
at I
nfl
asi
(p
erse
n)
Periode
28
mengalami peningkatan signifikan selama krisis keuangan dengan tingkat inflasi
tertinggi sebesar 12.14 persen pada kuartal II tahun 2008. Kenaikan tingkat inflasi
ini disebabkan oleh melonjaknya harga minyak dunia mencapai level tertinggi pada
Juli 2008 dan kenaikan harga pangan. Krisis keuangan, turunnya harga komoditas
di pasar dunia minimalnya tekanan permintaan akibat pelemahan daya beli,
menyebabkan tingkat inflasi kembali menurun dan kembali pada kisaran target tiap
negara meskipun masih berada pada level yang cukup tinggi.
Tingkat inflasi sebesar 7.92 persen pada kuartal I tahun 2009 dan menurun
secara signifikan menjadi 2.78 persen pada kuartal IV tahun 2009. Tekanan inflasi
pada tahun 2009 cukum minim dengan nilai di bawah sasaran inflasi sebesar
4.5%±1%. Inflasi yang rendah ini disebabkan oleh kebijakan Bank Indonesia dalam
memulihkan kepercayaan pasar sehingga mata uang rupiah menguat yang
berdampak pada membaiknya ekspektasi inflasi. Selain itu, rendahnya tingkat
inflasi juga dipengaruhi oleh penurunan inflasi kelompok barang administered dan
volatile food.
Pada tahun 2010 tingkat inflasi kembali meningkat sebesar dua kali lipat
dibandingkan tahun 2009. Pada kuartal I tahun 2010, tingkat inflasi tercatat sebesar
3.43 persen dan kemudian meningkat hingga 6.96 persen pada akhir tahun 2010.
Tingkat inflasi pada tahun 2010 berada di atas sasaran inflasi sebesar 5%±1%.
Kenaikan tingkat inflasi dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa peningkatan
inflasi domestik akibat peningkatan inflasi global dan harga komoditas
internasional. Selain itu, faktor internal yang berasal dari domestik seperti
perkembangan ekspektasi inflasi, kondisi permintaan dan penawaran serta
penyesuaian tarif komoditas administered relatif juga memberi sedikit pengaruh
terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
Tingkat inflasi tahun 2011 mengalami penurunan signifikan ketika terjadi
peningkatan ekonomi. Tingkat inflasi pada kuartal I tahun 2011 sebesar 6.65 persen
dan menurun mencapai 3.79 persen pada kuartal IV tahun 2011. Tingkat infasi
tersebut berada di bawah sasaran inflasi 5%±1%. Penurunan tingkat inflasi
dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah berupa BBM bersubsidi
dan Tarif Tenaga Listrik, kondisi perekonomian yang membaik, penguatan nilai
tukar, dan terkendalinya ekspektasi inflasi. Stabilisasi harga juga dipengaruhi oleh
penurunan harga komoditas. Tingkat inflasi tahun 2012 berada pada tingkat yang
rendah dan dalam kisaran sasaran inflasi yaitu 4.5%±1%. Pada kuartal I tahun 2012
tingkat inflasi tercatat sebesar 3.97 persen dan pada kuartal IV tahun 2012 sebesar
4.3 persen. Terkendalinya tingkat inflasi disebabkan oleh terkendalinya inflasi inti,
volatile food dan administered prices.
Pada tahun 2013 IV tingkat inflasi meningkat dengan nilai mencapai 8.4
persen. Tingkat inflasi pada tahun 2013 menjadi dua kali lipat lebih tinggi dari
inflasi 2012 sebesar 4.3 persen dan jauh di atas sasaran inflasi yang ditargetkan
pemerintah sebesar 4.5%±1%. Tingginya inflasi pada tahun 2013 disebabkan oleh
kenaikan harga BBM bersubsidi dan kenaikan harga pangan serta beberapa
permasalahan struktural. Adanya respon kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah
yang tepat dapat segera mengendalikan inflasi sehingga tidak melebihi angka dua
digit seperti kenaikan harga BBM bersubsidi tahun 2005 dan 2008.
Tingkat inflasi pada tiga kuartal pertama tahun 2014 mengalami penurunan,
namun pada kuartal IV tahun 2014 tingkat inflasi kembali meningkat dengan nilai
sebesar 8.38 persen. Tingkat inflasi tahun 2015 kuartal IV berada pada 3.35 persen
29
dan berada di bawah sasaran target inflasi 4%±1%. Dan merupakan inflasi terendah
dalam lima tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh minimnya tekanan cost push
2015 dibandingkan dengan tahun 2013 dan 2014 yang cukup besar dan menjadi
sumber tingginya inflasi pada tahun tersebut. Terkendalinya volatile food,
tersedianya pasokan yang memadai, penurunan harga komoditas global menjadi
faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya inflasi tahun 2015.
4.1.4 Keragaan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Perbankan Syariah
di Indonesia Periode 2008-2015
Gambar 7 menunjukkan kondisi tingkat bagi hasil ketiga jenis deposito
mudharabah di BUS dan UUS di Indonesia yang cenderung berfluktuasi tanpa
memperlihatkan tren. Selain itu, fluktuasi tingkat bagi hasil ketiga jenis deposito
menunjukkan adanya perbedaan nilai dan arah pergerakan meskipun berada pada
periode yang sama seperti pergerakan tingkat bagi hasil dari kuartal IV tahun 2008
menuju kuartal I tahun 2009. Deposito mudharabah 1 dan 6 bulan mengalami
penurunan sedangkan deposito mudharabah 3 bulan justru meningkat. Hal ini juga
terjadi pada periode 2010 kuartal 2 hingga 2011 kuartal 1 dimana besara nilai dan
arah dari perubahan tingkat bagi hasil ketiga jenis deposito tidak sama. Hal ini
mengindikasikan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan tingkat
bagi hasil dari masing-masing jenis deposito berbeda.
Sumber : OJK 2008-2015
Gambar 7 Keragaan tingkat bagi hasil deposito mudharabah di Indonesia
periode 2008-2015
Pada Gambar 7, dapat diketahui bahwa selama periode 2008 hingga 2015,
rata-rata tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh deposito berjangka 1 bulan bernilai
lebih rendah dibandingkan dengan deposito berjangka 3 dan 6 bulan. Tingkat bagi
hasil deposito mudharabah 1 bulan tertinggi bernilai sebesar 8.20 persen pada
kuartal III tahun 2014. Deposito mudharabah 3 bulan memberikan tingkat bagi
hasil tertinggi sebesar 9.59 persen pada tahun 2009 kuartal 1 sedangkan deposito
4
5
6
7
8
9
10
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Deposito 1 Bulan Deposito 3 Bulan Deposito 6 Bulan
Periode
Tin
gk
at b
agi
has
il
(per
sen
)
30
mudharabah 6 bulan memberikan tingkat suku bunga tertinggi sebesar 8.95 persen
pada kuartal IV tahun 2011.
Sumber : OJK dan BI 2008-2015
Gambar 8 Perbandingan bagi hasil deposito mudharabah dengan suku bunga
deposito konvensional di perbankan Indonesia periode 2008 – 2015
Pada Gambar 8, dapat diketahui bahwa tingkat bagi hasil deposito mudharah
tidak selalu menawarkan nilai yang lebih rendah dari deposito konvensional.
Namun, tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada periode tertentu
menunjukkan kecenderungan pergerakan tingkat bagi hasil yang searah dengan
tingkat suku bunga deposito bank konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa pada
periode tertentu tingkat bagi hasil deposito mudharabah memiliki kecenderungan
untuk menyesuaikan dengan tingkat bagi hasil deposito konvensional agar dapat
lebih kompetitif dan optimal dalam melakukan penghimpunan dana.
Deposito 1 Bulan
Deposito 3 Bulan
456789
101112
456789
101112
4
5
6
7
8
9
10
11
Deposito Mudharabah Deposito Konvensional
Periode
Periode
Periode
Tin
gk
at s
uk
u b
unga
dan b
agi
has
il (
pers
en)
Tin
gkat
suk
u b
unga
dan
bag
i has
il (
pers
en)
Tin
gk
at s
uk
u b
un
ga
dan b
ag
i
has
il (
pers
en)
Deposito 1 Bulan
Deposito 3 Bulan
Deposito 6 Bulan
31
4.2 Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil terhadap
Jumlah Deposito Mudharabah
4.2.1 Hasil Uji Data Time Series
4.2.1.1 Uji Stasioneritas Data
Uji stasioneritas merupakan langkah awal yang penting saat melakukan
estimasi model untuk data time series. Uji ini dilakukan agar tidak terjadi regresi
spurious yang menyebabkan hasil estimasi menjadi tidak tepat karena adanya unit
root (akar unit) pada variabel yang digunakan. Uji Stasioneritas yang biasa
digunakan adalah uji Augmented-Dickey-Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP).
Pada penelitian ini, akan digunakan uji stasioneritas dengan menggunakan ADF.
Apabila hasil dari pengujian menunjukkan nilai mutlak ADF statistik lebih besar
dari nilai kritis McKinnon pada taraf nyata lima persen, maka data tersebut stasioner
atau tidak mengandung akar unit.
Tabel 3 menunjukkan hasil pengujian stasioneritas data time series
menggunakan uji ADF. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hanya
variabel PDB riil yang stasioner pada tingkat level. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
mutlak statistik ADF yang lebih besar nilai kritis McKinnon pada taraf nyata lima
persen. Nilai mutlak statistik ADF pada variabel lainnya menunjukkan nilai yang
lebih rendah dari nilai kritis McKinnon pada taraf nyata lima persen sehingga tidak
stasioner pada level. Data-data tersebut harus diuji pada first difference agar dapat
diolah dengan menggunakan error correction model.
Tabel 3 Hasil uji stasioneritas pada level
Sumber : OJK, BI, dan IMF (diolah)
Catatan : tanda bintang (*) dan cetak tebal menunjukkan nilai pengujian
berdasarkan taraf nyata lima persen.
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil uji ADF pada first difference
menghasilkan semua data stasioner pada taraf nyata lima persen. Hal ini juga
menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian tidak
mengandung akar unit pada first difference. Ketika semua data time series pada
variabel yang digunakan berada pada derajat yang sama, yaitu derajat integrasi satu
Variabel
Augmented
Dickey
Fuller
Nilai Kritis Mc Kinnon Keterangan
Statistik 1% 5% 10%
LNDEP1 -1.877544 -3.661661 -2.960411 -2.619160 Tidak Stasioner
LNDEP3 -2.007503 -3.661661 -2.960411 -2.619160 Tidak Stasioner
LNDEP6 -1.236609 -3.661661 -2.960411 -2.619160 Tidak Stasioner
IMDEP1 -2.186579 -3.661661 -2.960411 -2.619160 Tidak Stasioner
IMDEP3 -1.960857 -3.661661 -2.960411 -2.619160 Tidak Stasioner
IMDEP6 -2.684545 -3.661661 -2.960411 -2.619160 Tidak Stasioner
TINF -1.358208 -3.724070 -2.986225 -2.632604 Tidak Stasioner
LNKURS -2.946338 -3.670170 -2.963972 -2.621007 Tidak Stasioner
LNPDBR -20.54388* -3.737853 -2.991878 -2.635542 Stasioner
32
I(I) maka data tersebut telah memenuhi syarat utama model VECM. Setelah semua
variabel stasioner maka dapat dilakukan proses selanjutnya, yaitu uji stabilitas
VAR.
Tabel 4 Hasil uji stasioneritas pada first difference
Sumber : OJK, BI, dan IMF (diolah)
Catatan : tanda bintang (*) dan cetak tebal menunjukkan nilai pengujian
berdasarkan taraf nyata lima persen
4.2.1.2 Uji Stabilitas VAR
Uji stabilitas VAR (VAR stability condition check) dilakukan untuk melihat
stabilitas model VAR yang menjadi syarat untuk mendapatkan hasil analisa Impulse
Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)
yang valid. Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari fungsi
polinomial. Jika semua akar dari fungsi polinomial tersebut berada dalam unit circle
atau nilai modulusnya lebih kecil dari satu maka model VAR tersebut dianggap
stabil.
Tabel 5 Hasil uji stabilitas VAR
No. Jenis Deposito Kisaran Modulus
1 Deposito 1 Bulan 0.439996 – 0.932440
2 Deposito 3 Bulan 0.947360 – 0.097717
3 Deposito 6 Bulan 0.263160 – 0.914410
Sumber : OJK, BI, dan IMF (diolah)
Pada tabel 6 dapat dilihat hasil pengujian stabilitas VAR pada masing-masing
jenis deposito mudharabah. Hasil pengujian menunjukkan kisaran nilai modulus
yang bernilai kurang dari satu baik bagi ketiga jenis deposito mudharabah. Hal ini
menunjukkan bahwa ketiga model VAR dalam penelitian ini bersifat stabil dan
hasil analisa IRF dan FEVD dapat dianggap valid.
4.2.1.3 Uji Lag Optimum
Pengujian lag optimum dilakukan untuk mengetahui berapa lama reaksi suatu
variabel terhadap variabel lainnya. Selain itu, pengujian ini dilakukan untuk
menghilangkan masalah autokorelasi dalam sebuah sistem VAR. Besarnya lag
Variabel
Augmented
Dickey
Fuller
Nilai Kritis Mc Kinnon Keterangan
Statistik 1% 5% 10%
LNDEP1 -5.404974* -3.670170 -2.963972 -2.621007 Stasioner
LNDEP3 -5.845273* -3.670170 -2.963972 -2.621007 Stasioner
LNDEP6 -6.144019* -3.670170 -2.963972 -2.621007 Stasioner
IMDEP1 -6.963571* -3.670170 -2.963972 -2.621007 Stasioner
IMDEP3 -4.769653* -3.670170 -2.963972 -2.621007 Stasioner
IMDEP6 -6.262211* -3.670170 -2.963972 -2.621007 Stasioner
TINF -4.089332* -3.724070 -2.986225 -2.632604 Stasioner
LNKURS -4.103477* -3.670170 -2.963972 -2.621007 Stasioner
LNPDBR -5.535388* -3.670170 -2.963972 -2.621007 Stasioner
33
yang dipilih dalam penelitian ini adalah lag yang menghasilkan nilai SC terkecil.
Lag tersebut akan dianggap sebagai lag optimum.
Tabel 6 Hasil perhitungan lag optimum
Lag SC (Schwarz Criterion)
Deposito 1 Bulan Deposito 3 Bulan Deposito 6 Bulan
0 6.947062 7.613019 6.164865
1 1.555947* 2.507264* 2.751692*
2 2.942355 3.467574 4.618748
3 3.984774 4.388058 5.018546
Sumber : OJK, BI, dan IMF (diolah)
Catatan : tanda bintang (*) dan cetak tebal menunjukkan nilai SC terkecil
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa masing-masing deposito memiliki nilai SC
terkecil pada lag 1 yang ditandai dengan koefisien yang diberi cetak tebal dan tanda
bintang. Berdasarkan hasil uji lag optimum yang ditunjukkan pada Tabel 6, dapat
disimpulkan bahwa baik deposito 1 bulan, 3 bulan maupun 6 bulan memiliki lag
optimum pada lag 1 (satu).
4.2.1.4 Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui hubungan jangka panjang antar
variabel. Konsep kointegrasi yang dikemukakan oleh Engle dan Granger ini
merupakan sebuah kombinasi linear dari dua atau sebuah variabel yang tidak
stasioner yang akan menghasilkan variabel yang stasioner (Firdaus, 2011).
Kombinasi linear yang dikenal dengan persamaan kointegrasi dapat
diinterpretasikan sebagai hubungan keseimbangan jangka panjang.
Tabel 7 Hasil uji kointegrasi Johansen
Hipotesis Nilai
Kritis
5%
Trace Statistic
Null Alter-
natif DEP1 DEP3 DEP6
r = 0 r ≤ 1 69,82 103.3748* 106.2637* 109.9381*
r ≤ 1 r ≤ 2 47,86 62.32743* 61.54266* 57.64775*
r ≤ 2 r ≤ 3 29,80 34.40712* 24.74160 29.77316
r ≤ 3 r ≤ 4 15,50 19.49015* 9.377133 15.63464*
r ≤ 4 r ≤ 5 3,84 6.028463* 4.262860* 7.089794*
Sumber : OJK, BI, dan IMF (diolah)
Catatan : Tanda bintang (*) dan cetak tebal menunjukkan bahwa nilai trace
statistics lebih besar dari nilai kritis 5%.
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa deposito berjangka 1, 3 dan 6 bulan
memiliki dua ranking kointegrasi yang ditunjukkan dengan nilai trace statistic yang
lebih besar dari nilai kritis lima persen. Hal ini menandakan bahwa pada model
VECM deposito mudharbah 1, 3, dan 6 bulan terdapat dua persamaan kointegrasi.
Dari ketiga model tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing jenis deposito
memiliki minimal satu rank kointegrasi pada taraf nyata 5 persen atau masing-
34
masing jenis deposito memiliki minimal satu persamaan kointegrasi yang mampu
menjelaskan hubungan jangka panjang antar variabel.
4.2.2 Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil terhadap
Jumlah Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia
Analisis pengaruh variabel makroekonomi dan bagi hasil dilakukan terhadap
akumulasi dana dari tiga kategori deposito mudharabah perbankan syariah yaitu
deposito 1, 3 dan 6 bulan. Analisis yang dilakukan terhadap ketiga jenis deposito
mudharabah ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang memengaruhi
akumulasi deposito terutama deposito dengan jangka waktu lebih panjang yang
selama delapan tahun terakhir meningkat dengan pertumbuhan lambat dan jumlah
dana yang sangat sedikit dibandingkan deposito dengan jangka waktu yang lebih
pendek, deposito 1 bulan. Hasil pengolahan data pada Tabel 8 menunjukkan
variabel jumlah deposito mudharabah 1, 3 dan 6 bulan yang dipengaruhi secara
signifikan oleh variabel makroekonomi yang berbeda-beda. Deposito mudharabah
berjangka waktu 1 bulan dipengaruhi oleh dua variabel yang signifikan yaitu nilai
tukar nominal (kurs) dan PDB riil. Deposito mudharabah 3 bulan dipengaruhi oleh
tingkat inflasi dan PDB riil sedangkan deposito mudharabah 6 bulan dipengaruhi
oleh tingkat inflasi, nilai tukar dan PDB riil. Hasil estimasi VECM menunjukkan
bahwa variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah sama sekali tidak
berpengaruh signifikan terhadap ketiga jenis deposito.
Tabel 8 Hasil estimasi VECM untuk model deposito mudharabah jangka waktu 1,
3 dan 6 bulan
Jangka Pendek
Variabel Koefisien DEP1 Koefisien DEP3 Koefisien DEP6
CointEq1 -0.162414* 0.013800 0.005089
LNDEPx(-1) 0.210208 0.233639 0.140279
LNIMDEPx(-1) 0.012082 0.003681 -0.038440
TINF(-1) -0.006442 0.012526 0.001659
LNKURS(-1) -0.253942 0.691228 0.364283
LNPDBR(-1) 0.272462* 0.159610 -0.071478
Jangka Panjang
Variabel Koefisien DEP1 Koefisien DEP3 Koefisien DEP6
IMDEPx(-1) -0,006267 -0.676567 -0.645304
TINF(-1) -0.048591 1.683015* 1.153595*
LKURS(-1) -4.189194* 6.706184 18.52572*
LNPDBR(-1) 0.797570* 5.535283* 3.274567*
Sumber : OJK, BI, dan IMF (diolah)
Catatan : Tanda bintang (*) dan cetak tebal menunjukkan variabel signifikan pada
taraf nyata 5%.
Hasil estimasi VECM pada Tabel 8 juga menunjukkan hubungan jangka
pendek dan jangka panjang antar variabel. Pada jangka pendek, hanya deposito
mudharabah 1 bulan yang memiliki variabel yang berpengaruh secara signifikan
yaitu variabel PDB riil sedangkan pada deposito mudharabah 3 dan 6 bulan tidak
ada variabel yang berpengaruh signifikan. Ketiadaan variabel yang berpengaruh
35
secara signifikan pada jangka pendek disebabkan karena adanya lag atau waktu
yang dibutuhkan oleh suatu variabel untuk dapat bereaksi terhadap variabel lainnya
(Firdaus 2011) sehingga diperlukan pengamatan pada pengaruh jangka panjang
variabel makroekonomi dan bagi hasil terhadap jumlah deposito mudharabah.
Pada jangka panjang, variabel PDB riil yang berpengaruh positif signifikan
terhadap jumlah deposito mudharabah 1, 3 dan 6 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa
kenaikan PDB riil menyebabkan pendapatan masyarakat yang semakin tinggi
sehingga masyarakat cenderung meningkatkan proporsi pendapatannya untuk
ditabung atau diinvestasikan (Mankiw 2006). Kecenderungan masyarakat untuk
menginvestasikan dana juga dipengaruhi oleh keyakinan masyarakat terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik setiap tahunnya yang
ditandai dengan perbaikan kinerja ekspor dan perbaikan iklim bisnis. Berdasarkan
Laporan Perekonomian Indonesia, iklim bisnis di Indonesia berdasarkan peringkat
ease of doing business terus mengalami peningkatan dari peringkat 120 pada tahun
2015 menjadi 109 pada tahun 2016. Selain itu, adanya reformasi kebijakan berupa
kemudahan usaha, perpajakan dan akses kredit juga menjadi faktor penting yang
menyebabkan kinerja sektor riil semakin membaik. Apabila bank syariah
menyalurkan dana dari ketiga jenis produk deposito mudharabah pada sektor usaha
riil maka pemilik dana deposito memiliki kepercayaan untuk meningkatkan bagian
pendapatan untuk disimpan pada produk deposito mudharabah.
Variabel nilai tukar nominal berpengaruh negatif signifikan hanya terhadap
jumlah deposito mudharabah 1 bulan dalam jangka panjang. Hal ini menandakan
bahwa nasabah yang menggunakan produk deposito berjangka 1 bulan rentan
terhadap pelemahan mata uang rupiah. Pelemahan tersebut akan memengaruhi
kepercayaan masyarakat dalam menginvestasikan dana pada produk deposito
mudharabah 1 sehingga jumlah dana yang terhimpun melalui deposito ini akan
menurun. Hal ini dikarenakan kenaikan nilai tukar akan memengaruhi penurunan
kinerja keuangan terutama bila bank menyalurkan dana kepada korporasi atau
sektor usaha yang memerlukan komoditas impor dalam kegiatan usahanya. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muttaqiena (2013)
yang mengungkapkan jika nilai rupiah melemah maka DPK perbankan syariah juga
akan menurun diakibatkan nasabah individu maupun korporasi yang cenderung
menarik dananya. Nasabah korporasi akan menarik dananya untuk mengatasi
masalah permodalan yang timbul akibar peningkatan biaya produksi akibat
kenaikan harga bahan mentah dan barang modal yang berupa komoditas impor.
Nasabah korporasi cenderung menarik dana karena peningkatan faktor risiko.
Bagi deposito mudharabah berjangka 3 bulan, dalam jangka panjang variabel
nilai tukar memberi pengaruh yang posisif terhadap jumlah deposito meskipun
tidak signifikan sedangkan terhadap jumlah deposito mudharabah berjangka 6
bulan, variabel nilai tukar berpengaruh positif signifikan. Apabila terjadi kenaikan
nilai tukar nominal atau terjadi pelemahan rupiah menyebabkan peningkatan
jumlah deposito berjangka 6 bulan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
hipotesis dan penelitian yang dilakukan oleh Muttaqiena (2008) yang
mengungkapkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh negatif terhadap jumlah
deposito. Hubungan yang positif antara nilai tukar nominal dengan jumlah deposito
berjangka 6 bulan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramli et al. (2015),
yang mengemukakan bahwa nilai tukar berpengaruh positif terhadap investasi
swasta di Sumatera Utara. Pengaruh yang positif dari nilai tukar nominal ini
36
menandakan bahwa dari sudut pandang investor domestik kenaikan nilai tukar akan
menstimulasi produk-produk ekspor dan substitusi terhadap produk impor. Dengan
adanya pelemahan rupiah membuat produksi barang atau jasa yang menggunakan
input dalam negeri seakan-akan mengalami penurunan biaya produksi karena
menurunnya harga input pada pasar domestik. Pada akhirnya, hal ini justru akan
meningkatkan minat investor swasta atau memotivasi deposan untuk mendukung
kegiatan usaha yang menggunakan input dari domestik tersebut dengan
meningkatan permodalan investasi salah satunya melalui produk deposito.
Variabel tingkat inflasi berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap
jumlah deposito mudharabah 1 bulan dalam jangka panjang sedangkan terhadap
deposito mudharabah berjangka 3 dan 6 bulan tingkat inflasi berpengaruh positif
dan signifikan. Hasil penelitian pengaruh tingkat inflasi terhadap jumlah deposito
3 dan 6 bulan ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haron dan
Azmi (2008), Abduh dan Sukmana (2011), Abduh et al. (2011), Muttaqiena (2013)
dan Syafi’ie (2015) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap
jumlah deposito (simpanan masyarakat).
Pengaruh tingkat inflasi dan jumlah deposito yang positif mengindikasikan
bahwa nasabah/deposan dari deposito mudharabah 3 dan 6 bulan tidak terpengaruh
dengan kenaikan harga-harga secara agregat. Hal ini disebabkan oleh kenaikan
pendapatan masyarakat yang jauh lebih tinggi dari kenaikan harga dalam
perekonomian dan membesarnya kelompok kelas menengah. Berdasarkan data dari
Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2013, pendapatan per kapita masyarakat
Indonesia meningkat dari 33.5 juta rupiah pada tahun 2012 menjadi 36.5 juta rupiah
pada tahun 2013. Pada tahun 2014, pendapatan per kapita Indonesia meningkat dari
38.3 juta rupiah menjadi 41.8 juta sedangkan pada tahun 2015 pendapatan per
kapita Indonesia kembali meningkat hingga sebesar 45.2 juta rupiah.
Rata-rata UMP riil selama lima tahun terakhir meningkat dengan rata-rata
sebesar 7 persen. Tahun 2013, rata-rata UMP riil meningkat sebesar 14 persen yang
bernilai dua kali lipat dari tahun 2012 yang bernilai sebesar 7 persen. Pada tahun
2014, rata-rata UMP riil kembali meningkat sebesar 2.7 persen dari tahun
sebelumnya menjadi 16.7 persen. Peningkatan ini terjadi pada masyarakat
menengah ke bawah seperti buruh, pegawai, negeri sipil, TNI/Polri serta pensiunan.
Pada tahun 2015, kenaikan rata-rata UMP riil sebesar 8.9 persen. Di wilayah Jawa
UMP tertinggi terjadi di daerah Banten sebesar 43 persen sedangkan di luar jawa,
UMP tertinggi terjadi di Bangka Belitung, Gorontalo dan Sulawesi Tengah dengan
kenaikan di atas 20 persen. Peningkatan UMP ini disebabkan oleh komposisi tenaga
kerja yang membaik yang didorong oleh penyerapan tenaga kerja di sektor industri
formal. Kenaikan UMP selama lima tahun terakhir ini menunjukkan daya beli
masyarakat Indonesia tetap terjaga meskipun terjadi penurunan kinerja
perekonomian pada periode tersebut. Terjaganya daya beli juga menjamin
terjaganya alokasi pendapatan untuk tabungan atau investasi.
Hasil estimasi VECM yang menunjukkan bahwa variabel tingkat bagi hasil
deposito mudharabah tidak berpengaruh signifikan terhadap ketiga jenis deposito
ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya namun hal ini justru menjawab
permasalahan yang terjadi pada penghimpunan deposito mudharabah terutama
pada deposito 3 dan 6 bulan. Tingkat bagi hasil yang relatif lebih tinggi
dibandingkan deposito 1 bulan yang ditawarkan pihak bank ternyata bukan faktor
utama yang menarik minat masyarakat untuk menyimpan dananya pada produk
37
deposito mudharabah. Hal ini menandakan bahwa masyarakat yang menjadi
deposan bank syariah Indonesia tidak sensitif terhadap imbalan dari produk
deposito mudharabah. Keinginan dan minat masyarakat untuk menyimpan dana
pada deposito 3 dan 6 bulan lebih dipengaruhi oleh faktor pendapatan, kenaikan
harga serta nilai tukar. Selain itu, hal ini juga menunjukkan minat masyarakat yang
menyimpan pada produk dengan jangka waktu lebih pendek dimotivasi oleh
keinginan berjaga-jaga sehingga apabila mengalami kebutuhan mendesak dana
yang disimpan dapat diambil dengan lebih cepat.
4.3 Analisis Respon Variabel Jumlah Deposito Mudharabah terhadap
Guncangan Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil Deposito
Mudharabah
Analisis IRF memperlihatkan respon suatu variabel saat terjadi shock
(guncangan) sebesar satu standar deviasi terhadap variabel itu sendiri dan terhadap
variabel lain dalam jangka panjang. Dalam mengidentifikasi respon digunakan
Cholesky Decomposition. Penelitian ini menguji respon jumlah deposito yang
terhimpun terhadap guncangan variabel-variabel makroekonomi (PDB riil, tingkat
inflasi, nilai tukar nominal) dan variabel bagi hasil dari deposito itu sendiri. Sumbu
vertikal adalah respon jumlah deposito yang terhimpun di BUS dan UUS terhadap
guncangan variabel sedangkan sumbu horizontal adalah periode waktu (dalam
penelitian digunakan periode kuartalan). Pada penelitian ini, jangka waktu yang
digunakan dalam menganalisis respon jumlah deposito mudharabah yang
terhimpun diproyeksikan dalam 20 periode ke depan yang setara dengan lima tahun.
Respon jumlah deposito mudharabah 1 bulan paling cepat mencapai
keseimbangan (stabil) menghadapi guncangan variabel PDB riil sedangkan variabel
deposito 3 bulan paling cepat stabil menghadapi guncangan PDB riil dan tingkat
inflasi. Deposito 6 bulan paling cepat stabil menghadapi guncangan variabel tingkat
inflasi dan nilai tukar. Secara keseluruhan, hasil analisis dengan menggunakan
metode IRF ini mendukung hasil analisis menggunakan metode VECM yang
terdapat pada Tabel 8. Berdasarkan hasil analisis pengaruh menggunakan VECM,
deposito mudharabah 1 dan 3 bulan dipengaruhi secara signifikan positif oleh
variabel PDB riil sedangkan deposito 6 bulan dipengaruhi secara signifikan oleh
variabel tingkat inflasi dan nilai tukar.
4.3.1 Respon Jumlah Deposito Mudharabah 1 Bulan terhadap Guncangan
Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil Deposito 1 Bulan
Pada gambar 9 dapat dilihat bahwa deposito mudharabah berjangka waktu 1
bulan belum merespon guncangan variabel makroekonomi sebesar satu standar
deviasi pada periode pertama. Guncangan deposito 1 bulan sebesar satu standar
deviasi itu sendiri yang sudah mendapat respon positif pada periode pertama
sebesar 0,069. Guncangan variabel bagi hasil deposito 1 bulan belum mendapat
respon pada periode pertama. Respon tersebut mulai diberikan pada periode kedua
sebesar 0.01 dengan arah negatif yang berlangsung hingga akhir periode. Respon
dari deposito berjangka satu bulan terhadap guncangan tingkat bagi hasil mulai
mencapai keseimbangan pada periode ke 9 sebesar 0.033 persen.
38
Guncangan variabel PDB riil sebesar satu standar deviasi belum mendapat
respon pada periode pertama. Respon tersebut mulai diberikan pada periode kedua
sebesar 0.028 awalnya dengan arah negatif kemudian berubah positif pada periode
ketiga sebesar 0.0097 persen dan berlangsung hingga akhir periode. Respon positif
dari deposito berjangka satu bulan terhadap guncangan PDB riil mencapai
keseimbangan pada periode ke 8 sebesar 0.035 persen.
Guncangan variabel nilai tukar sebesar satu standar deviasi belum mendapat
respon pada periode pertama. Respon tersebut mulai diberikan pada periode kedua
sebesar 0.019 persen dengan arah negatif dan berlangsung hingga akhir periode.
Respon negatif dari deposito mudharabah 1 bulan terhadap guncangan nilai tukar
mencapai keseimbangan pada periode ke 12 sebesar 0.123 persen.
Gambar 9 Respon jumlah deposito mudharabah 1 bulan terhadap guncangan
variabel makroekonomi dan tingkat bagi hasil
Guncangan variabel tingkat inflasi sebesar satu standar deviasi belum
mendapat respon pada periode pertama. Respon tersebut mulai diberikan pada
periode kedua sebesar 0.0079 persen dengan arah negatif dan tetap merespon
dengan arah yang sama hingga mencapai keseimbangan pada periode ke 10 dengan
respon sebesar 0.024 persen. Respon deposito berjangka satu bulan paling cepat
berada pada kondisi keseimbangan menghadapi guncangan variabel PDB riil
-.15
-.10
-.05
.00
.05
.10
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP1 to LNDEP1
-.15
-.10
-.05
.00
.05
.10
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP1 to IMDEP1
-.15
-.10
-.05
.00
.05
.10
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP1 to TINF
-.15
-.10
-.05
.00
.05
.10
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP1 to LNKURS
-.15
-.10
-.05
.00
.05
.10
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP1 to LNPDBR
Response to Cholesky One S.D. Innovations
39
dengan arah positif. Hasil analisis IRF ini sesuai dengan hipotesis penelitian, teori
PDB riil dan tabungan serta penelitian terdahulu mengenai hubungan positif antara
PDB riil dengan jumlah deposito atau DPK. Hasil analisis IRF mendukung hasil
analisis pengaruh menggunakan metode VECM yang menunjukkan bahwa variabel
PDB riil merupakan salah satu variabel yang berpengaruh signifikan positif
terhadap jumlah deposito mudharabah 1 bulan perbankan syariah dalam jangka
panjang.
4.3.2 Respon Jumlah Deposito Mudharabah 3 Bulan terhadap Guncangan
Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil Deposito 3 Bulan
Pada gambar 10 dapat menunjukkan bahwa guncangan deposito 1 bulan
sebesar satu standar deviasi pada periode pertama sudah direspon positif oleh
variabel itu sendiri sebesar 0.129 guncangan variabel-variabel makroekonomi dan
variabel bagi hasil sebesar satu standar deviasi pada periode pertama belum
memperoleh respon dari jumlah deposito mudharabah 3 bulan. Pada periode kedua,
tiga variabel makroekonomi mendapat respon negatif dari deposito mudharabah 3
bulan sedangkan guncangan variabel bagi hasil mendapat respon positif pada
periode kedua namun pada periode ketiga hingga periode terakhir pengamatan,
guncangan bagi hasil deposito 3 bulan mendapat respon negatif.
Gambar 10 Respon jumlah deposito mudharabah 3 bulan terhadap guncangan
variabel makroekonomi dan tingkat bagi hasil
-.10
-.05
.00
.05
.10
.15
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP3 to LNDEP3
-.10
-.05
.00
.05
.10
.15
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP3 to IMDEP3
-.10
-.05
.00
.05
.10
.15
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP3 to TINF
-.10
-.05
.00
.05
.10
.15
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP3 to LNKURS
-.10
-.05
.00
.05
.10
.15
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP3 to LNPDBR
Response to Cholesky One S.D. Innovations
40
Guncangan tingkat bagi hasil deposito berjangka waktu 3 bulan mulai
mendapat respon pada periode kedua sebesar 0.011 persen dengan arah positif
kemudian berubah negatif pada periode ketiga dengan nilai sebesar 0.006 persen.
Respon negatif ini berlangsung hingga akhir periode dan mulai mencapai
keseimbangan pada periode ke 7 sebesar 0.015 persen.
Guncangan variabel PDB riil mulai mendapat respon pada periode kedua
sebesar 0.037 persen dengan arah negatif. Respon negatif dari deposito berjangka
3 bulan terhadap guncangan PDB riil berlangsung hingga mencapai keseimbangan
pada periode ke 7 sebesar 0.022 persen. Guncangan variabel nilai tukar sebesar satu
standar deviasi mulai mendapat respon negatif pada periode kedua sebesar 0.026
persen. Respon negatif dari deposito berjangka 3 bulan terhadap guncangan nilai
tukar mencapai keseimbangan pada periode ke 10 sebesar 0.055 persen.
Guncangan variabel tingkat inflasi sebesar satu standar deviasi mulai
mendapat respon negatif pada periode kedua sebesar 0.06 persen dengan arah
negatif dan tetap merespon dengan arah yang sama hingga mencapai keseimbangan
pada periode ke 10 dengan respon sebesar 0.069 persen. Respon deposito berjangka
3 bulan paling cepat berada pada kondisi keseimbangan menghadapi guncangan
variabel PDB riil dan tingkat bagi hasil. Hasil analisis IRF ini mendukung hasil
analisis menggunakan metode VECM (Tabel 8) yang menunjukkan bahwa variabel
PDB riil merupakan salah satu variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
jumlah deposito mudharabah 3 bulan perbankan syariah dalam jangka panjang.
4.3.3 Respon Jumlah Deposito Mudharabah 6 Bulan terhadap Guncangan
Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil Deposito 6 Bulan
Pada gambar 11 dapat dilihat bahwa guncangan pada variabel-variabel
makroekonomi dan variabel bagi hasil memperoleh respon yang berbeda-beda dari
jumlah deposito mudharabah 6 bulan. Guncangan deposito 6 bulan sebesar satu
standar deviasi pada periode pertama sudah direspon positif oleh variabel itu sendiri
sebesar 0.15 persen sedangkan guncangan variabel tingkat bagi hasil, PDB riil, nilai
tukar, dan tingkat inflasi mulai mendapat respon pada periode kedua.
Guncangan tingkat bagi hasil deposito berjangka waktu 6 bulan mulai
mendapat respon pada periode kedua sebesar 0.027 persen dengan arah positif.
Respon positif dari jumlah deposito berjangka 6 bulan terhadap guncangan bagi
hasil berlangsung hingga akhir periode dan respon ini mulai mencapai
keseimbangan pada periode ke 8 sebesar 0.009 persen.
Guncangan variabel PDB riil sebesar satu standar deviasi mulai mendapat
respon pada periode kedua sebesar 0.008 persen dengan arah positif. Respon positif
berlangsung hingga akhir periode dan mencapai keseimbangan pada periode ke 7
sebesar 0.05 persen. Guncangan variabel nilai tukar sebesar satu standar deviasi
mulai mendapat respon pada periode kedua sebesar 0.023 persen dengan arah
negatif. Respon negatif dari deposito berjangka 6 bulan berlangsung hingga akhir
periode dan mencapai keseimbangan pada periode ke 6 sebesar 0.03 persen.
Guncangan variabel tingkat inflasi sebesar satu standar deviasi mulai mendapat
respon negatif pada periode kedua sebesar 0.013 persen. Respon negatif tersebut
berlangsung hingga akhir periode pengamatan dan mencapai keseimbangan pada
periode ke 6 dengan respon sebesar 0.02 persen. Respon deposito berjangka 6 bulan
paling cepat berada pada kondisi keseimbangan menghadapi guncangan variabel
41
tingkat inflasi dan nilai tukar dimana hasil analisis IRF ini mendukung hasil analisis
menggunakan metode VECM (Tabel 8). Tingkat inflasi dan nilai tukar merupakan
variabel makroekonomi yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito
mudharabah 6 bulan bank syariah dalam jangka panjang.
Gambar 11 Respon jumlah deposito mudharabah 6 bulan terhadap guncangan
variabel makroekonomi dan tingkat bagi hasil
4.4 Analisis Kontribusi Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil terhadap
Keragaman Jumlah Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di
Indonesia
Analisis kontribusi variabel makroekonomi dan bagi hasil ini dilakukan
terhadap tiga kategori deposito mudharabah yaitu deposito 1, 3 dan 6 bulan. Tujuan
dilakukannya analisis ini adalah untuk mengidentifikasi variabel yang paling besar
memberi kontribusi dalam memengaruhi perubahan jumlah masing-masing
kategori deposito. Selain itu, analisis ini juga digunakan mendukung hasil dari dua
analisis sebelumnya yaitu analisis pengaruh dan respon.
Secara umum, hasil analisi kontribusi menggunakan metode variance
decomposition memberikan bukti bahwa masing-masing kategori deposito
mudharabah dikontribusi oleh variabel makroekonomi yang berbeda namun
-.04
.00
.04
.08
.12
.16
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP6 to LNDEP6
-.04
.00
.04
.08
.12
.16
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP6 to IMDEP6
-.04
.00
.04
.08
.12
.16
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP6 to TINF
-.04
.00
.04
.08
.12
.16
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP6 to LNKURS
-.04
.00
.04
.08
.12
.16
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Response of LNDEP6 to LNPDBR
Response to Cholesky One S.D. Innovations
42
konsisten dengn hasil analisis sebelumnya. Pada deposito 1 bulan, variabel
makroekonomi yang berkontribusi terbesar adalah variabel nilai tukar diikuti oleh
variabel PDB riil. Pada deposito mudharabah 3 bulan variabel makroekonomi yang
memberi kontribusi terbesar terhadap keragaman jumlah deposito adalah tingkat
inflasi sedangkan pada deposito 6 bulan, variabel makroekonomi berupa nilai tukar
dan tingkat inflasi memberi kontribusi terbesar terhadap jumlah deposito.
4.4.1 Kontribusi Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil terhadap
Keragaman Jumlah Deposito Mudharabah 1 Bulan
Berdasarkan hasil dekomposisi varian yang ditunjukkan pada Gambar 12,
dapat diketahui bahwa pada kuartal pertama, fluktuasi jumlah deposito
mudharabah berjangka waktu 1 bulan dipengaruhi oleh variabel itu sendiri sebesar
100 persen. Pada kuartal kedua hingga kuartal keempat (satu tahun pertama)
tampak variabel lain mulai memengaruhi variabilitas jumlah deposito mudharabah
berjangka waktu 1 bulan.
Gambar 12 FEVD jumlah deposito mudharabah berjangka waktu 1 bulan
Pada kuartal kedua variabel PDB riil mulai terlihat memengaruhi jumlah
deposito berjangka 1 bulan sebesar 9.76 persen, nilai tukar sebesar 4.39 persen,
tingkat bagi hasil sebesar 1.29 persen. Tingkat inflasi belum begitu memberikan
pengaruh pada variabilitas jumlah deposito 1 bulan yang ditunjukkan dengan
pengaruh sebesar 0.75 persen. Pada jangka panjang yang diproyeksikan selama
lima tahun ke depan (20 periode) peran deposito dalam memengaruhi keragaman
variabel itu sendiri semakin berkurang digantikan dengan variabel nilai tukar yang
mendominasi sebesar 78.66 persen, diikuti dengan PDB riil sebesar 7.45 persen dan
tingkat bagi hasil sebesar 5.87 persen. Tingkat inflasi menunjukkan peran yang
0
20
40
60
80
100
120
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
LNDEP1 IMDEP1 TINF
LNKURS LNPDBR
Variance Decomposition of LNDEP1
43
paling kecil dalam memberikan pengaruh terhadap variabilitas jumlah deposito
mudharabah berjangka waktu satu bulan.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode FEVD, variabel yang
memiliki kontribusi paling besar dalam memengaruhi perubahan jumlah deposito
mudharabah 1 bulan adalah variabel nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar AS.
Hal ini dikarenakan dalam jangka panjang pelemahan rupiah (kenaikan nilai tukar)
ditanggapi oleh masyarakat dengan melakukan penarikan dana dari perbankan
syariah baik nasabah korporasi maupun individu. Bagi nasabah individu,
pelemahan nilai tukar dapat menyebabkan ekspektasi inflasi dimana pelemahan
rupiah berdampak pada kenaikan harga barang-barang di pasar. Kenaikan harga
barang disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan harga bahan
baku dan barang modal yang berasal dari impor sehingga perusahaan memiliki dua
pilihan agar dapat berpoduksi dalam jumlah yang tetap. Pertama, menggunakan
modal yang lebih besar untuk menutupi biaya produksi atau meningkatkan harga
produk. Hal ini memengaruhi nasabah korporasi yang menyimpan dana pada
perbankan syariah karena pada kondisi tersebut mereka diharuskanmenarik dana
untuk mengatasi masalah permodalan yang timbul (Muttaqiena 2013).
Variabel PDB riil yang menunjukkan pengaruh signifikan pada hasil analisis
sebelumnya (dengan menggunakan metode analisis VECM dan IRF) memberi
kotribusi terbesar kedua. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
motivasi masyarakat dalam menyimpan dana juga dipengaruhi oleh pendapatan
yang diperoleh. Perbaikan kinerja perekonomian terutama dari peningkatan ekspor
komoditas yang melibatkan sektor riil sangatlah diharapkan agar pendapatan
masyarakat dapat meningkat.
4.4.2 Kontribusi Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil terhadap
Keragaman Jumlah Deposito Mudharabah 3 Bulan
Berdasarkan hasil dekomposisi varian pada Gambar 13, dapat diketahui
bahwa pada kuartal pertama, fluktuasi jumlah deposito mudharabah berjangka
waktu 3 bulan didominasi oleh guncangan variabel itu sendiri sebesar 100 persen.
Pada kuartal kedua hingga kuartal keempat (satu tahun pertama) tampak variabel
lain mulai memengaruhi variabilitas jumlah deposito mudharabah berjangka waktu
3 bulan.
Pada kuartal kedua variabel PDB riil, tingkat inflasi, dan nilai tukar mulai
terlihat memengaruhi jumlah deposito berjangka 3 bulan dengan persentase PDB
riil sebesar 3.70 persen, tingkat inflasi sebesar 9.94 persen, dan nilai tukar 1.89
persen. Tingkat bagi hasil deposito berjangka 3 bulan belum begitu memberikan
pengaruh pada keragaman jumlah deposito itu sendiri yang ditunjukkan dengan
kontribusi hanya sebesar 0.32 persen. Pada jangka panjang yang diproyeksikan
selama lima tahun ke depan (20 periode) kontribusi jumlah deposito dalam
memengaruhi keragaman jumlah deposito itu sendiri masih mendominasi sebesar
68.57 persen diikuti oleh variabel tingkat inflasi sebesar 18.59 persen dan nilai tukar
sebesar 9.99 persen sedangkan PDB riil memberikan pengaruh sebesar 2.11 persen.
Tingkat bagi hasil depostio berjangka 3 bulan menunjukkan peran yang paling kecil
dalam memberikan kontribusi terhadap keragaman jumlah deposito mudharabah
berjangka waktu 3 bulan.
44
Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode FEVD, variabel yang
memiliki kontribusi paling besar terhadap jumlah deposito mudharabah 3 bulan
adalah variabel tingkat inflasi dengan kontribusi sebesar 18.59 persen. Analisis
kontribusi dengan metode dekomposisi varians ini mendukung hasil dari analisis
sebelumnya dimana tingkat inflasi berpengaruh secara signifikan (metode VECM).
Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang motivasi masyarakat dalam
menyimpan dana juga dipengaruhi oleh daya beli. Daya beli dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan dan tingkat inflasi (kenaikan harga).
Gambar 13 FEVD jumlah deposito mudharabah berjangka waktu 3 bulan
Kenaikan harga secara agregat sebenarnya juga terdiri dari kenaikan
pendapatan secara agregat. Asalkan peningkatan upah/pendapatan masyarakat lebih
besar dari peningkatan harga-harga barang konsumsi maka daya beli masyarakat
dapat terjamin dan alokasi pendapatan untuk simpanan tidak akan terganggu
bahkan justru dapat meningkat salah satunya berdampak pada jumlah
penghimpunan dana deposito mudharabah. Salah satu cara untuk meningkatkan
daya beli adalah dengan meningkatkan pendapatan dengan menggerakkan sektor-
sektor usaha riil yang melibatkan masyarakat yang secara tidak langsung
meningkatkan kinerja perekonomian.
4.4.3 Kontribusi Variabel Makroekonomi dan Bagi Hasil terhadap
Keragaman Jumlah Deposito Mudharabah 6 Bulan
Berdasarkan hasil dekomposisi varian pada Gambar 14, dapat disimpulkan
bahwa pada kuartal pertama, fluktuasi jumlah deposito mudharabah berjangka
waktu 6 bulan dikontribusi oleh guncangan kredit itu sendiri sebesar 100 persen.
Mulai kuartal kedua hingga kuartal keempat (satu tahun pertama) tampak variabel
68
72
76
80
84
88
92
96
100
104
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
LNDEP3 IMDEP3 TINF
LNKURS LNPDBR
Variance Decomposition of LNDEP3
45
lain mulai berkontribusi terhadapa keragaman jumlah deposito mudharabah 6
bulan.
Pada kuartal kedua mulai terlihat peran dari variabel nilai tukar dan tingkat
bagi hasil terhadap jumlah deposito berjangka 6 bulan. Nilai tukar memberi
pengaruh sebesar 1.36 persen sedangkan tingkat bagi hasil sebesar 1.80 persen.
PDB riil dan tingkat inflasi belum begitu memberikan pengaruh pada variabilitas
jumlah deposito 1 bulan yang ditunjukkan dengan nilai sebesar 0.17 persen dan 0.46
persen. Pada jangka panjang yang diproyeksikan selama lima tahun ke depan (20
kuartal) kontribusi jumlah deposito dalam memengaruhi keragaman variabel itu
sendiri masih mendominasi sebesar 91.24 persen, diikuti dengan nilai tukar sebesar
5.89 persen dan tingkat inflasi sebesar 2.04 persen. Tingkat bagi hasil dan PDB riil
justru memberikan pengaruh yang sangat kecil terhadap variabilitas jumlah
deposito 6 bulan dengan sebesar 0.67 dan 0.14 persen.
Gambar 14 FEVD jumlah deposito mudharabah berjangka waktu 6 bulan
Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode FEVD, variabel yang
memiliki kontribusi paling besar terhadap jumlah deposito mudharabah 6 bulan
adalah variabel nilai tukar diikuti oleh tingkat inflasi. Kedua variabel ini secara
konsisten memberi pengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. Hal
ini ditunjukkan dengan hasil dari dua analisis sebelumnya dimana variabel nilai
tukar dan tingkat inflasi berpengaruh secara signifikan (metode VECM) dan
memberi kotribusi terbesar (metode IRF) terhadap jumlah deposito mudharabah 6
bulan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang motivasi masyarakat
dalam menyimpan dana juga dipengaruhi oleh perubahan kondisi nilai tukar dan
daya beli.
90
92
94
96
98
100
102
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
LNDEP6 IMDEP6 TINF
LNKURS LNPDBR
Variance Decomposition of LNDEP6
46
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Produk Domestik Bruto (PDB) riil selama periode penelitian mengalami
peningkatan dengan tren yang serupa setiap tahunnya sedangkan nilai tukar
nominal dan tingkat inflasi mengalami fluktuasi seiring dengan kondisi
perekonomian. Bagi hasil deposito mudharabah berfluktuasi selama periode
penelitian dimana deposito mudharabah 3 dan 6 bulan menawarkan tingkat
bagi hasil rata-rata yang lebih tinggi dari bagi hasil deposito mudharabah 1
bulan.
2. Hasil analisis VECM menunjukkan bahwa pada jangka pendek deposito
mudharabah kecuali deposito mudharabah 1 bulan tidak sensitif terhadap
perubahan variabel makroekonomi dan tingkat bagi hasil. Dalam jangka
pendek, hanya variabel PDB riil yang berpengaruh positif signifikan terhadap
jumlah deposito mudharabah 1 bulan sedangkan untuk deposito mudharabah
3 dan 6 bulan tidak dipengaruhi secara signifikan oleh variabel
makroekonomi maupun tingkat bagi hasil yang ada dalam model. Dalam
jangka panjang, masing-masing kategori deposito mudharabah dipengaruhi
oleh variabel makroekonomi yang berbeda-beda, sedangkan tingkat bagi hasil
tidak mempengaruhi secara signifikan ketiga jenis deposito tersebut. Variabel
PDB riil berpengaruh signifikan positif terhadap ketiga jenis deposito
mudharabah sedangkan nilai tukar nominal berpengaruh signifikan negatif
terhadap deposito 1 bulan dan signifikan positif terhadap deposito 6 bulan.
Variabel tingkat inflasi berpengaruh signifikan positif baik terhadap jumlah
deposito mudharabah 3 maupun 6 bulan.
3. Hasil analisis IRF menunjukkan bahwa respon masing-masing jenis deposito
mudharabah terhadap guncangan variabel makroekonomi dan tingkat bagi
hasil mulai mencapai keseimbangan setelah melalui 8 periode atau sekitar 2
tahun. Respon deposito mudharabah 1 dan 3 bulan paling cepat stabil
terhadap guncangan PDB riil sedangkan respon deposito 6 bulan paling cepat
stabil terhadap guncangan tingkat inflasi dan nilai tukar.
4. Hasil analisis FEVD menunjukkan bahwa variabel PDB riil memiliki
kontribusi terbesar dalam memengaruhi jumlah deposito mudharabah 1 bulan
sedangkan tingat inflasi memiliki kontribusi terbesar dalam memengaruhi
jumlah deposito mudharabah 3 bulan. Variabel nilai tukar dan tigkat inflasi
memiliki kontribusi terbesar dalam memengaruhi jumlah deposito 6 bulan.
5.2 Saran
1. Walaupun dalam jangka panjang, deposito mudharabah 3 dan 6 bulan
dipengaruhi secara signifikan positif oleh tingkat inflasi, PDB riil dan nilai
tukar rupiah dan kontribusi perubahan jumlah deposito mudharabah 6 bulan
berasal dari nilai tukar dan tingkat inflasi akan tetapi untuk dapat mendorong
peningkatan penghimpunan deposito mudharabah 3 dan 6 bulan lebih
47
diutamakan melalui peningkatan PDB riil. Hal ini dikarenakan peningkatan
nilai tukar dan inflasi pada taraf tertentu akan berdampak buruk pada kinerja
perekonomian secara keseluruhan. Oleh karena itu pemerintah diharapkan
dapat terus mendorong pertumbuhan PDB riil melalui pengembangan sektor
riil yang banyak menyerap tenaga kerja dan memberikan kesempatan lebih
luas bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraannya. Selain itu, peningkatan kinerja perekonomian juga dapat
dilakukan dengan perbaikan kinerja ekspor yang akan memengaruhi nilai
tukar dan tingkat inflasi sehingga daya beli masyarakat dan alokasi
pendapatan masyarakat dapat terjaga.
2. Bagi pihak perbankan, dalam rangka meningkatkan minat masyarakat untuk
berinvestasi dalam bentuk deposito tidak cukup dengan menawarkan tingkat
bagi hasil yang tinggi melainkan dengan menunjukkan kinerja usaha bank
yang optimal salah satunya dapat dilakukan melalui penyaluran pembiayaan
pada sektor usaha riil dan sektor usaha yang berdampak langsung pada
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat juga peningkatan kinerja
perekonomian.
3. Diharapkan selanjutnya dilakukan penelitian yang menggunakan data dari
masing-masing bank umum di Indonesia dengan tujuan memperkuat analisa
mengenai pengaruh dan hubungan antara variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
48
DAFTAR PUSTAKA
Abduh M, Omar MA, Duasa J. 2011. The Impact of Crisis and Macroeconomic
Variables towards Islamic Banking Deposits. American Journal of Applied
Sciences. 8 (12): 1413-1418.
Abduh M, Sukmana R. 2011. Deposit Behaviour in Indonesia Islamic Banking: Do
Crisis and Fatwa Matter?. Indonesia Islamic Research Forum 2011. Bandung
(ID): Universitas Padjajaran.
Ali S, Hassan AA, Kasim K. 2012. Macroeconomics Variables and Its Impact to
Mudharabah Investment Deposit in Malaysia. Elixir International Journal.
51 (2012): 10866-10869.
Ascarya, 2006. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta (ID).
[BI] Bank Indonesia. 2015. Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen). [Internet].
[diunduh 31 Juli 2016]. Tersedia pada:
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx
[BI] Bank Indonesia. 2008. Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2008.
[Internet]. [diunduh 31 Juli 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2009. Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2009.
[Internet]. [diunduh 31 Juli 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2010. Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2010.
[Internet]. [diunduh 12 April 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2011. Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2011.
[Internet]. [diunduh 3 Agustus 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2012. Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2012.
[Internet]. [diunduh 3 Agustus 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2013. Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2013.
[Internet]. [diunduh 31 Juli 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2014. Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2014.
[Internet]. [diunduh 31 Juli 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2015. Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2015.
[Internet]. [diunduh 31 Juli 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2008. Statistik Perbankan Indonesia tahun 2008. [Internet].
[diunduh 6 Februari 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2009. Statistik Perbankan Indonesia tahun 2009. [Internet].
[diunduh 6 Februari 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2010. Statistik Perbankan Indonesia tahun 2010. [Internet].
[diunduh 6 Februari 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2011. Statistik Perbankan Indonesia tahun 2011. [Internet].
[diunduh 6 Februari 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan Indonesia tahun 2012. [Internet].
[diunduh 6 Februari 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2013. Statistik Perbankan Indonesia tahun 2013. [Internet].
[diunduh 6 Februari 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2014. Statistik Perbankan Indonesia tahun 2014. [Internet].
[diunduh 6 Februari 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
[BI] Bank Indonesia. 2015. Statistik Perbankan Indonesia tahun 2015. [Internet].
[diunduh 6 Februari 2016]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id
49
[BI] Bank Indonesia. 1998. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1998. [Internet]. [diunduh 3 Juni 2016]. Tersedia pada:
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/ Documents/uu_bi_1099.pdf.
[BI] Bank Indonesia. 2008. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2008. [Internet]. [diunduh 3 Juni 2016]. Tersedia pada:
http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah.p
df.
[BPS] Bank Indonesia. 2010. Laporan Perekonomian Indonesia. [Internet].
[diunduh 31 Juli 2016]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id
[BPS] Bank Indonesia. 2015. Laporan Perekonomian Indonesia. [Internet].
[diunduh 31 Juli 2016]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id
Enders W. 2004. Applied Econometric Time Series Second Edition. John Wiley &
Sins, Inc.
Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor
(ID): IPB Press.
Haron A, Ahmad N. 2000. The Effects of Conventional Interest Rates and Rate of
Profit on Funds Deposited with Islamic Banking System in Malaysia.
International Journal of Islamic Financial Services. 1 (4).
Haron A, Azmi WN. 2008. Determinants of Islamic and Conventional Deposits in
The Malaysian Banking System. Managerial Finance. 34 (9): 618-643.
Huda N, Idris HR, Nasution ME, Wiliasih R. 2009. Ekonomi Makro Islam:
pendekatan teoritis edisi ke-2. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group.
[IMF] International Monetary Funds. 2015. International Financial Statistics.
[Internet]. [diunduh 15 Juni 2016]. Tersedia pada: http://data.imf.org.
Ismail. 2011. Perbankan Syariah Edisi ke-1. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media
Group.
Mankiw NG. 2006. Makroekonomi Edisi ke-6. Liza F, Nurmawan I, penerjemah;
Harnadi W, Barnadi D, Saat S, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan
dari Macroeconomics 6th edition.
Muhammad. 2005. Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di
Indonesia. Jogjakarta (ID): Graha Ilmu.
Muttaqiena A. 2013. Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, Tingkat Bunga dan Nilai
Tukar terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia 2008-
2012. Economic Development Analysis Journal. 2 (3): 175-186.
Natalia E, Dzulkirom M, Rahayu S. 2014. Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito
Bank Syariah dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah
Simpanan Deposito Mudharabah. Studi pada PT Bank Syariah Mandiri
periode 2009-2012). Jurnal Administrasi Bisnis. 9 (1).
Novianto AS, Hadiwidjoyo D. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Penghimpunan Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia.
Jurnal Aplikasi Manajemen. 11 (4):595-604.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2008. Statistik Perbankan Syariah Desember 2008.
[Internet]. [diunduh pada 30 Januari 2016]. Tersedia pada :
http://www.ojk.go.id/
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2009. Statistik Perbankan Syariah Desember 2009.
[Internet]. [diunduh pada 30 Januari 2016]. Tersedia pada :
http://www.ojk.go.id/.
50
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2010. Statistik Perbankan Syariah Desember 2010.
[Internet]. [diunduh pada 30 Januari 2016]. Tersedia pada :
http://www.ojk.go.id/.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2011. Statistik Perbankan Syariah Desember 2011.
[Internet]. [diunduh pada 30 Januari 2016]. Tersedia pada :
http://www.ojk.go.id/.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2012. Statistik Perbankan Syariah Desember 2012.
[Internet]. [diunduh pada 30 Januari 2016]. Tersedia pada :
http://www.ojk.go.id/.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2013. Statistik Perbankan Syariah Desember 2013.
[Internet]. [diunduh pada 30 Januari 2016]. Tersedia pada :
http://www.ojk.go.id/.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2013. Statistik Perbankan Syariah Desember 2013.
[Internet]. [diunduh pada 30 Januari 2016]. Tersedia pada :
http://www.ojk.go.id/.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Statistik Perbankan Syariah Desember 2014.
[Internet]. [diunduh pada 30 Januari 2016]. Tersedia pada :
http://www.ojk.go.id/.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Statistik Perbankan Syariah Desember 2015.
[Internet]. [diunduh pada 30 Januari 2016]. Tersedia pada :
http://www.ojk.go.id/.
Pearce JA, Robinson JR, Richard B. 1984. Manajemen Strategik Formulasi dan
Pengendalian. Agus Maulana, penerjemah. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.
Terjemahan dari Strategic Management and Information System amd
Integrated Approach.
Purnamahadi W. 2011. Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Inflasi terhadap Jumlah
Deposito berjangka pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2004-2010
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rachmawati E, Syamsulhakim E. 2004. Factors Affecting Mudharabah Deposits in
Indonesia. Working Paper in Economics and Development Studies. No.
200404. Bandung (ID): Universitas Padjajaran.
Ramli, Daulay M, Rujiman, Nainggolan P. 2015. An Analysis of Determinant on
Private Investment in North Sumatra Province, Indonesia. Journal of
Management Research. 7(1).
Soemitra. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta (ID): Kencana
Prenada Media Group.
Syafi’ie A. 2015. Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah:
studi kasus Bank Umum Syariah di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Tambunan T. 2014. Perekonomian Indonesia Kajian Teoretis dan Analisis Empiris.
Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah.
Jakarta (ID): Grasindo
51
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil uji stasioneritas data
Variabel Jumlah Deposito 1 Bulan (LNDEP1)
Null Hypothesis: LNDEP1 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.877544 0.3380
Test critical values: 1% level -3.661661
5% level -2.960411
10% level -2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LNDEP1) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.404974 0.0001
Test critical values: 1% level -3.670170
5% level -2.963972
10% level -2.621007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Variabel Jumlah Deposito 3 Bulan (LNDEP3)
Null Hypothesis: LNDEP3 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.007503 0.2822
Test critical values: 1% level -3.661661
5% level -2.960411
10% level -2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(LNDEP3) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.845273 0.0000
Test critical values: 1% level -3.670170
5% level -2.963972
10% level -2.621007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
52
Variabel Jumlah Deposito 6 Bulan (LNDEP6) Null Hypothesis: LNDEP6 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.236609 0.6456
Test critical values: 1% level -3.661661
5% level -2.960411
10% level -2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LNDEP6) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.144019 0.0000
Test critical values: 1% level -3.670170
5% level -2.963972
10% level -2.621007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka Waktu 1 Bulan (IMDEP1)
Null Hypothesis: IMDEP1 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.186579 0.2148
Test critical values: 1% level -3.661661
5% level -2.960411
10% level -2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(IMDEP1) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.963571 0.0000
Test critical values: 1% level -3.670170
5% level -2.963972
10% level -2.621007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
53
Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka Waktu 3 Bulan (IMDEP3)
Null Hypothesis: IMDEP3 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.960857 0.3016
Test critical values: 1% level -3.661661
5% level -2.960411
10% level -2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(IMDEP3) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.769653 0.0006
Test critical values: 1% level -3.670170
5% level -2.963972
10% level -2.621007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Tingkat Bagi Hasil Deposito Berjangka Waktu 6 Bulan (IMDEP6)
Null Hypothesis: IMDEP6 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.684545 0.0881
Test critical values: 1% level -3.661661
5% level -2.960411
10% level -2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(IMDEP6) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.262211 0.0000
Test critical values: 1% level -3.670170
5% level -2.963972
10% level -2.621007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
54
Variabel Tingkat Inflasi (TINF)
Null Hypothesis: TINF has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 6 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.358208 0.5859
Test critical values: 1% level -3.724070
5% level -2.986225
10% level -2.632604
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(TINF) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 5 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.089332 0.0043
Test critical values: 1% level -3.724070
5% level -2.986225
10% level -2.632604
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Variabel Nilai Tukar Nominal Rupiah Terhadap Dolar AS (LNKURS) Null Hypothesis: LNKURS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.946338 0.0519
Test critical values: 1% level -3.670170
5% level -2.963972
10% level -2.621007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LNKURS) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.103477 0.0034
Test critical values: 1% level -3.670170
5% level -2.963972
10% level -2.621007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
55
Variabel Produk Domestik Bruto Riil (LNPDBR)
Null Hypothesis: LNPDBR has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 7 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -20.54388 0.0001
Test critical values: 1% level -3.737853
5% level -2.991878
10% level -2.635542
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LNPDBR) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.535388 0.0001
Test critical values: 1% level -3.670170
5% level -2.963972
10% level -2.621007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
56
Lampiran 2 Hasil uji stabilitas VAR
Deposito 1 Bulan Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: LNDEP1 IMDEP1 TINF LNKURS LNPDBR
Exogenous variables: C
Lag specification: 1 2
Date: 08/02/16 Time: 06:23 Root Modulus 0.932440 0.932440
0.791469 - 0.226923i 0.823357
0.791469 + 0.226923i 0.823357
0.627108 - 0.498393i 0.801036
0.627108 + 0.498393i 0.801036
-0.283672 - 0.425762i 0.511609
-0.283672 + 0.425762i 0.511609
0.362713 - 0.328318i 0.489237
0.362713 + 0.328318i 0.489237
-0.439996 0.439996 No root lies outside the unit circle.
VAR satisfies the stability condition.
Deposito 3 Bulan Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: LNDEP3 IMDEP3 TINF LNKURS LNPDBR
Exogenous variables: C
Lag specification: 1 2
Date: 08/02/16 Time: 06:24 Root Modulus 0.947360 0.947360
0.776217 - 0.500522i 0.923599
0.776217 + 0.500522i 0.923599
0.707130 - 0.280166i 0.760609
0.707130 + 0.280166i 0.760609
0.224185 - 0.517899i 0.564339
0.224185 + 0.517899i 0.564339
-0.383408 0.383408
-0.243750 0.243750
-0.097717 0.097717 No root lies outside the unit circle.
VAR satisfies the stability condition.
57
Deposito 6 Bulan
Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: LNDEP6 IMDEP6 TINF LNKURS LNPDBR
Exogenous variables: C
Lag specification: 1 2
Date: 08/02/16 Time: 06:24 Root Modulus 0.914410 0.914410
0.641631 - 0.459306i 0.789083
0.641631 + 0.459306i 0.789083
0.530900 - 0.176568i 0.559492
0.530900 + 0.176568i 0.559492
0.118148 - 0.375481i 0.393631
0.118148 + 0.375481i 0.393631
-0.388079 0.388079
0.235763 - 0.116915i 0.263160
0.235763 + 0.116915i 0.263160 No root lies outside the unit circle.
VAR satisfies the stability condition.
58
Lampiran 3 Hasil uji lag optimum
Deposito 1 Bulan VAR Lag Order Selection Criteria
Endogenous variables: LNDEP1 IMDEP1 TINF LNKURS LNPDBR
Exogenous variables: C
Date: 08/02/16 Time: 06:25
Sample: 2008Q1 2015Q4
Included observations: 29 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 -
92.31416 NA 0.000565 6.711321 6.947062 6.785153
1 27.94821 190.7610* 8.17e-07* 0.141503* 1.555947* 0.584489*
2 49.93649 27.29580 1.19e-06 0.349207 2.942355 1.161349
3 76.91260 24.18548 1.70e-06 0.212924 3.984774 1.394220
Deposito 3 Bulan VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: LNDEP3 IMDEP3 TINF LNKURS LNPDBR
Exogenous variables: C
Date: 08/02/16 Time: 06:26
Sample: 2008Q1 2015Q4
Included observations: 29 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 -101.9705 NA 0.001101 7.377279 7.613019 7.451110
1 14.15411 184.1977* 2.12e-06 1.092820 2.507264* 1.535806*
2 42.32081 34.96555 2.01e-06* 0.874427 3.467574 1.686568
3 71.06499 25.77065 2.54e-06 0.616208* 4.388058 1.797504
Deposito 6 Bulan
VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: LNDEP6 IMDEP6 TINF LNKURS LNPDBR
Exogenous variables: C
Date: 08/02/16 Time: 06:27
Sample: 2008Q1 2015Q4
Included observations: 29 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 -80.97231 NA 0.000259 5.929125 6.164865 6.002956
1 10.60990 145.2683* 2.70e-06* 1.337248 2.751692* 1.780235*
2 25.62879 18.64414 6.37e-06 2.025601 4.618748 2.837742
3 61.92292 32.53957 4.78e-06 1.246695* 5.018546 2.427992
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
59
Lampiran 4 Hasil uji kointegrasi johansen
Deposito 1 Bulan
Date: 08/02/16 Time: 06:29
Sample (adjusted): 2008Q4 2015Q4
Included observations: 29 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend
Series: LNDEP1 IMDEP1 TINF LNKURS LNPDBR
Lags interval (in first differences): 1 to 2
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Eigenvalue
Trace 0.05 Prob.**
No. of CE(s) Statistic Critical Value
None * 0.757178 103.3748 69.81889 0.0000
At most 1 * 0.618166 62.32743 47.85613 0.0013
At most 2 * 0.402128 34.40712 29.79707 0.0137
At most 3 * 0.371360 19.49015 15.49471 0.0118
At most 4 * 0.187694 6.028463 3.841466 0.0141
Trace test indicates 5 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
Deposito 3 Bulan
Date: 08/02/16 Time: 06:29
Sample (adjusted): 2008Q4 2015Q4
Included observations: 29 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend
Series: LNDEP3 IMDEP3 TINF LNKURS LNPDBR
Lags interval (in first differences): 1 to 2
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Eigenvalue
Trace 0.05 Prob.**
No. of CE(s) Statistic Critical Value
None * 0.786070 106.2637 69.81889 0.0000
At most 1 * 0.718888 61.54266 47.85613 0.0016
At most 2 0.411283 24.74160 29.79707 0.1709
At most 3 0.161679 9.377133 15.49471 0.3316
At most 4 * 0.136702 4.262860 3.841466 0.0389
Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
Deposito 6 Bulan
Date: 08/02/16 Time: 06:31
Sample (adjusted): 2008Q4 2015Q4
Included observations: 29 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend
Series: LNDEP6 IMDEP6 TINF LNKURS LNPDBR
Lags interval (in first differences): 1 to 2
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Eigenvalue
Trace 0.05 Prob.**
No. of CE(s) Statistic Critical Value
None * 0.835215 109.9381 69.81889 0.0000
At most 1 * 0.617564 57.64775 47.85613 0.0046
At most 2 0.385862 29.77316 29.79707 0.0503
At most 3 * 0.255208 15.63464 15.49471 0.0476
At most 4 * 0.216885 7.089794 3.841466 0.0077
` Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
60
Lampiran 5 Hasil estimasi VECM
Deposito 1 Bulan
Vector Error Correction Estimates
Date: 08/01/16 Time: 16:21
Sample (adjusted): 2008Q3 2015Q4
Included observations: 30 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
LNDEP1(-1) 1.000000
IMDEP1(-1) 0.006267
(0.08803)
[ 0.07120]
TINF(-1) 0.048591
(0.03222)
[ 1.50800]
LNKURS(-1) 4.189194
(1.04145)
[ 4.02245]
LNPDBR(-1) -0.797570
(0.13504)
[-5.90639]
C -37.94235
Error Correction: D(LNDEP1) D(IMDEP1) D(TINF) D(LNKURS) D(LNPDBR)
CointEq1 -0.162414 -0.013324 -1.238602 -0.048319 -0.020074
(0.03298) (0.35751) (0.82084) (0.02182) (0.10298)
[-4.92408] [-0.03727] [-1.50895] [-2.21425] [-0.19493]
D(LNDEP1(-1)) -0.210208 0.735149 -6.391241 -0.119163 0.651249
(0.16722) (1.81253) (4.16151) (0.11063) (0.52210)
[-1.25706] [ 0.40559] [-1.53580] [-1.07709] [ 1.24737]
D(IMDEP1(-1)) -0.012082 -0.272631 0.340502 0.022309 -0.030678
(0.02021) (0.21905) (0.50294) (0.01337) (0.06310)
[-0.59782] [-1.24458] [ 0.67702] [ 1.66848] [-0.48619]
D(TINF(-1)) 0.006442 0.084860 0.153849 0.000229 -0.004514
(0.00787) (0.08533) (0.19592) (0.00521) (0.02458)
[ 0.81825] [ 0.99448] [ 0.78527] [ 0.04402] [-0.18366]
D(LNKURS(-1)) 0.253942 -0.438407 9.067767 0.430543 -0.332723
(0.29708) (3.22005) (7.39316) (0.19655) (0.92754)
[ 0.85480] [-0.13615] [ 1.22651] [ 2.19052] [-0.35872]
D(LNPDBR(-1)) -0.272462 -0.034097 0.200986 -0.059245 -0.026641
(0.07513) (0.81436) (1.86976) (0.04971) (0.23458)
[-3.62644] [-0.04187] [ 0.10749] [-1.19186] [-0.11357]
C 0.110253 -0.029712 0.238940 0.012186 -0.000963
(0.01937) (0.20994) (0.48203) (0.01281) (0.06047)
61
[ 5.69214] [-0.14152] [ 0.49570] [ 0.95090] [-0.01592]
R-squared 0.558052 0.121815 0.198081 0.279355 0.080504
Adj. R-squared 0.442761 -0.107277 -0.011115 0.091361 -0.159364
Sum sq. resids 0.108896 12.79375 67.44229 0.047666 1.061533
S.E. equation 0.068809 0.745822 1.712388 0.045524 0.214834
F-statistic 4.840378 0.531731 0.946866 1.485979 0.335618
Log likelihood 41.71019 -29.78455 -54.71928 54.10286 7.554094
Akaike AIC -2.314013 2.452303 4.114619 -3.140191 -0.036940
Schwarz SC -1.987067 2.779249 4.441565 -2.813245 0.290006
Mean dependent 0.079470 0.020000 -0.256000 0.000268 0.049180
S.D. dependent 0.092177 0.708773 1.702950 0.047758 0.199523
Determinant resid covariance (dof adj.) 4.63E-07
Determinant resid covariance 1.23E-07
Log likelihood 25.86884
Akaike information criterion 0.942077
Schwarz criterion 2.810341
Deposito 3 Bulan
Vector Error Correction Estimates
Date: 08/01/16 Time: 16:33
Sample (adjusted): 2008Q3 2015Q4
Included observations: 30 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
LNDEP3(-1) 1.000000
IMDEP3(-1) 0.676567
(0.58701)
[ 1.15256]
TINF(-1) -1.683015
(0.30621)
[-5.49634]
LNKURS(-1) -6.706184
(8.57515)
[-0.78205]
LNPDBR(-1) -5.535283
(1.18561)
[-4.66871]
C 136.4496
Error Correction: D(LNDEP3) D(IMDEP3) D(TINF) D(LNKURS) D(LNPDBR)
CointEq1 0.013800 -0.064295 0.115862 0.003648 0.040806
(0.00801) (0.04872) (0.10901) (0.00281) (0.01085)
[ 1.72312] [-1.31958] [ 1.06281] [ 1.29669] [ 3.76212]
D(LNDEP3(-1)) -0.233639 -1.815396 0.030956 0.009279 -0.309961
(0.18594) (1.13123) (2.53100) (0.06532) (0.25182)
[-1.25654] [-1.60480] [ 0.01223] [ 0.14206] [-1.23086]
D(IMDEP3(-1)) -0.003681 -0.010790 -0.136317 0.028458 0.044297
(0.03172) (0.19301) (0.43183) (0.01114) (0.04297)
[-0.11604] [-0.05590] [-0.31567] [ 2.55352] [ 1.03100]
62
Error Correction: D(LNDEP3) D(IMDEP3) D(TINF) D(LNKURS) D(LNPDBR)
D(TINF(-1)) -0.012526 -0.015256 0.273939 0.004976 0.055731
(0.01830) (0.11136) (0.24915) (0.00643) (0.02479)
[-0.68434] [-0.13700] [ 1.09949] [ 0.77388] [ 2.24815]
D(LNKURS(-1)) -0.691228 2.305337 2.767121 0.379069 0.201456
(0.52766) (3.21022) (7.18254) (0.18536) (0.71463)
[-1.30998] [ 0.71812] [ 0.38526] [ 2.04500] [ 0.28190]
D(LNPDBR(-1)) -0.159610 -0.149211 1.338698 -0.014772 -0.218068
(0.12560) (0.76413) (1.70967) (0.04412) (0.17011)
[-1.27078] [-0.19527] [ 0.78301] [-0.33481] [-1.28196]
C 0.113294 0.192286 -0.314201 -0.000435 0.090049
(0.03034) (0.18460) (0.41301) (0.01066) (0.04109)
[ 3.73392] [ 1.04166] [-0.76075] [-0.04085] [ 2.19132]
R-squared 0.343870 0.318803 0.154245 0.283772 0.390079
Adj. R-squared 0.172706 0.141100 -0.066386 0.096930 0.230969
Sum sq. resids 0.383884 14.20891 71.12891 0.047374 0.704138
S.E. equation 0.129192 0.785989 1.758568 0.045384 0.174971
F-statistic 2.009006 1.794020 0.699108 1.518778 2.451629
Log likelihood 22.81101 -31.35823 -55.51760 54.19507 13.71153
Akaike AIC -1.054068 2.557215 4.167840 -3.146338 -0.447435
Schwarz SC -0.727122 2.884161 4.494786 -2.819392 -0.120489
Mean dependent 0.083807 0.021333 -0.256000 0.000268 0.049180
S.D. dependent 0.142039 0.848096 1.702950 0.047758 0.199523
Determinant resid covariance (dof adj.) 1.35E-06
Determinant resid covariance 3.58E-07
Log likelihood 9.794008
Akaike information criterion 2.013733
Schwarz criterion 3.881996
Deposito 6 Bulan
Vector Error Correction Estimates
Date: 08/01/16 Time: 16:46
Sample (adjusted): 2008Q3 2015Q4
Included observations: 30 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
LNDEP6(-1) 1.000000
IMDEP6(-1) 0.645304
(0.92554)
[ 0.69722]
TINF(-1) -1.153595
(0.24278)
[-4.75170]
LNKURS(-1) -18.52572
(8.51573)
[-2.17547]
LNPDBR(-1) -3.273552
(1.19226)
[-2.74567]
63
C 210.2915
Error Correction: D(LNDEP6) D(IMDEP6) D(TINF) D(LNKURS) D(LNPDBR)
CointEq1 0.005089 -0.025459 0.218987 0.004269 0.044829
(0.01130) (0.06124) (0.12682) (0.00353) (0.01260)
[ 0.45018] [-0.41574] [ 1.72678] [ 1.21095] [ 3.55849]
D(LNDEP6(-1)) -0.140279 -0.722674 1.404589 -0.068661 -0.266351
(0.21199) (1.14846) (2.37835) (0.06611) (0.23626)
[-0.66171] [-0.62925] [ 0.59057] [-1.03853] [-1.12738]
D(IMDEP6(-1)) 0.038440 -0.103146 0.044929 0.017789 0.071228
(0.03886) (0.21054) (0.43600) (0.01212) (0.04331)
[ 0.98912] [-0.48992] [ 0.10305] [ 1.46771] [ 1.64460]
D(TINF(-1)) -0.001659 0.018447 0.286818 0.005264 0.050271
(0.02049) (0.11101) (0.22988) (0.00639) (0.02284)
[-0.08096] [ 0.16618] [ 1.24767] [ 0.82373] [ 2.20142]
D(LNKURS(-1)) -0.364283 -3.871089 3.349831 0.260469 0.024696
(0.62295) (3.37480) (6.98886) (0.19428) (0.69425)
[-0.58477] [-1.14706] [ 0.47931] [ 1.34070] [ 0.03557]
D(LNPDBR(-1)) 0.071478 -0.229836 1.090832 -0.006447 -0.153615
(0.15029) (0.81421) (1.68614) (0.04687) (0.16749)
[ 0.47559] [-0.28228] [ 0.64694] [-0.13756] [-0.91713]
C 0.057253 0.023892 -0.371741 0.004568 0.074565
(0.03073) (0.16648) (0.34476) (0.00958) (0.03425)
[ 1.86306] [ 0.14351] [-1.07825] [ 0.47660] [ 2.17723]
R-squared 0.107721 0.119927 0.212474 0.226224 0.433895
Adj. R-squared -0.125048 -0.109657 0.007032 0.024370 0.286216
Sum sq. resids 0.526217 15.44362 66.23183 0.051180 0.653552
S.E. equation 0.151258 0.819428 1.696952 0.047172 0.168568
F-statistic 0.462781 0.522368 1.034230 1.120730 2.938089
Log likelihood 18.08043 -32.60813 -54.44761 53.03582 14.82980
Akaike AIC -0.738695 2.640542 4.096508 -3.069055 -0.521986
Schwarz SC -0.411749 2.967488 4.423454 -2.742109 -0.195040
Mean dependent 0.052539 -0.026000 -0.256000 0.000268 0.049180
S.D. dependent 0.142604 0.777887 1.702950 0.047758 0.199523
Determinant resid covariance (dof adj.) 1.81E-06
Determinant resid covariance 4.79E-07
Log likelihood 5.435326
Akaike information criterion 2.304312
Schwarz criterion 4.172575
64
Lampiran 6 Hasil estimasi IRF
Deposito 1 Bulan
Period LNDEP1 IMDEP1 TINF LNKURS LNPDBR
1 0.068809 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.046545 -0.010315 -0.007901 -0.019013 -0.028351
3 0.029262 -0.003559 -0.009857 -0.044705 0.009680
4 0.029417 -0.014873 -0.012479 -0.069212 0.023182
5 0.025238 -0.021720 -0.017274 -0.087553 0.024563
6 0.021639 -0.025240 -0.019663 -0.100880 0.031142
7 0.020625 -0.028936 -0.021284 -0.109993 0.034372
8 0.019721 -0.031291 -0.022589 -0.115785 0.035400
9 0.019085 -0.032604 -0.023319 -0.119357 0.036453
10 0.018851 -0.033505 -0.023745 -0.121475 0.036981
11 0.018716 -0.034032 -0.024012 -0.122662 0.037147
12 0.018640 -0.034306 -0.024152 -0.123295 0.037253
13 0.018620 -0.034459 -0.024222 -0.123611 0.037290
14 0.018616 -0.034535 -0.024257 -0.123752 0.037285
15 0.018618 -0.034566 -0.024271 -0.123802 0.037274
16 0.018623 -0.034577 -0.024274 -0.123811 0.037262
17 0.018629 -0.034578 -0.024274 -0.123802 0.037251
18 0.018633 -0.034575 -0.024272 -0.123789 0.037242
19 0.018636 -0.034572 -0.024270 -0.123776 0.037236
20 0.018639 -0.034568 -0.024268 -0.123766 0.037231
Cholesky Ordering: LNDEP1 IMDEP1 TINF LNKURS LNPDBR
Deposito 3 Bulan
Period LNDEP3 IMDEP3 TINF LNKURS LNPDBR
1 0.129192 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.123433 0.010987 -0.061402 -0.026773 -0.037473
3 0.137990 -0.006022 -0.087727 -0.039118 -0.024150
4 0.138175 -0.006023 -0.084915 -0.048339 -0.029554
5 0.136200 -0.012910 -0.079687 -0.052448 -0.024150
6 0.134573 -0.014248 -0.071800 -0.054056 -0.023169
7 0.133335 -0.015454 -0.068267 -0.054420 -0.022010
8 0.133175 -0.015458 -0.067155 -0.054389 -0.021933
9 0.133341 -0.015321 -0.067718 -0.054372 -0.022122
10 0.133649 -0.015181 -0.068604 -0.054429 -0.022342
11 0.133860 -0.015127 -0.069262 -0.054535 -0.022488
12 0.133959 -0.015147 -0.069556 -0.054633 -0.022531
13 0.133974 -0.015189 -0.069590 -0.054700 -0.022522
14 0.133953 -0.015227 -0.069514 -0.054733 -0.022495
15 0.133928 -0.015250 -0.069429 -0.054743 -0.022472
16 0.133913 -0.015258 -0.069378 -0.054742 -0.022461
17 0.133908 -0.015258 -0.069361 -0.054738 -0.022459
18 0.133909 -0.015255 -0.069365 -0.054736 -0.022461
19 0.133912 -0.015253 -0.069374 -0.054735 -0.022463
20 0.133914 -0.015252 -0.069382 -0.054736 -0.022465 Cholesky Ordering: LNDEP3 IMDEP3 TINF LNKURS LNPDBR
65
Deposito 6 Bulan
Period LNDEP6 IMDEP6 TINF LNKURS LNPDBR
1 0.151258 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.124811 0.026852 -0.013706 -0.023359 0.008340
3 0.120498 0.013626 -0.018742 -0.033825 0.002240
4 0.123582 0.007198 -0.024313 -0.035188 0.003971
5 0.123098 0.008824 -0.023157 -0.034260 0.004422
6 0.123438 0.008556 -0.020655 -0.033477 0.004745
7 0.124074 0.008840 -0.018932 -0.032768 0.005088
8 0.124242 0.009314 -0.018181 -0.032520 0.005159
9 0.124227 0.009459 -0.018203 -0.032595 0.005097
10 0.124154 0.009448 -0.018538 -0.032749 0.005024
11 0.124078 0.009387 -0.018836 -0.032867 0.004974
12 0.124040 0.009326 -0.018981 -0.032916 0.004958
13 0.124035 0.009295 -0.018995 -0.032913 0.004963
14 0.124046 0.009292 -0.018950 -0.032890 0.004975
15 0.124058 0.009300 -0.018902 -0.032871 0.004983
16 0.124065 0.009310 -0.018876 -0.032861 0.004987
17 0.124067 0.009316 -0.018870 -0.032860 0.004986
18 0.124065 0.009317 -0.018876 -0.032864 0.004985
19 0.124063 0.009316 -0.018883 -0.032867 0.004983
20 0.124062 0.009314 -0.018888 -0.032868 0.004982 Cholesky Ordering: LNDEP6 IMDEP6 TINF LNKURS LNPDBR
66
Lampiran 7 Hasil estimasi FEVD Deposito 1 Bulan
Period S.E. LNDEP1 IMDEP1 TINF LNKURS LNPDBR
1 0.068809 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.090748 83.80031 1.291935 0.758117 4.389509 9.760132
3 0.106271 68.68846 1.054201 1.413159 20.89745 7.946729
4 0.133655 48.26977 1.904755 1.765145 40.02788 8.032459
5 0.165950 33.62320 2.948600 2.228488 53.79865 7.401061
6 0.200445 24.21200 3.606675 2.489815 62.20479 7.486719
7 0.234891 18.40249 4.144022 2.634210 67.22608 7.593197
8 0.267789 14.70097 4.553683 2.738264 70.41751 7.589574
9 0.298759 12.21914 4.849490 2.809225 72.53578 7.586365
10 0.327754 10.48366 5.074473 2.859031 74.00627 7.576565
11 0.354871 9.220851 5.248244 2.896634 75.07563 7.558637
12 0.380303 8.269071 5.383518 2.925493 75.88088 7.541039
13 0.404255 7.530411 5.491095 2.948119 76.50554 7.524832
14 0.426912 6.942452 5.578087 2.966337 77.00308 7.510046
15 0.448443 6.464178 5.649441 2.981258 77.40802 7.497106
16 0.468988 6.067899 5.708852 2.993669 77.74369 7.485894
17 0.488668 5.734329 5.758989 3.004145 78.02637 7.476167
18 0.507582 5.449709 5.801808 3.013099 78.26765 7.467731
19 0.525811 5.204000 5.838782 3.020834 78.47600 7.460384
20 0.543427 4.989719 5.871023 3.027583 78.65773 7.453946
Cholesky Ordering: LNDEP1 IMDEP1 TINF LNKURS LNPDBR
Deposito 3 Bulan
Period S.E. LNDEP1 IMDEP1 TINF LNKURS LNPDBR
1 0.129192 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.194777 84.15350 0.318180 9.937622 1.889372 3.701324
3 0.258506 76.27009 0.234902 17.15842 3.362512 2.974081
4 0.310442 72.69557 0.200517 19.37933 4.756084 2.968500
5 0.353236 71.01585 0.288458 20.05737 5.878074 2.760239
6 0.389490 70.34842 0.371081 19.89548 6.760866 2.624146
7 0.421694 70.01146 0.450873 19.59352 7.433077 2.511078
8 0.451386 69.80831 0.510782 19.31400 7.939220 2.427687
9 0.479370 69.63321 0.555038 19.12041 8.325852 2.365491
10 0.506020 69.46756 0.588120 18.99754 8.628953 2.317835
11 0.531489 69.31260 0.614112 18.91866 8.874595 2.280033
12 0.555865 69.17466 0.635683 18.86159 9.079325 2.248745
13 0.579230 69.05622 0.654192 18.81400 9.253417 2.222174
14 0.601678 68.95599 0.670337 18.77112 9.403323 2.199229
15 0.623304 68.87086 0.684486 18.73192 9.533482 2.179256
16 0.644196 68.79753 0.696907 18.69653 9.647267 2.161771
17 0.664427 68.73334 0.707845 18.66503 9.747404 2.146378
18 0.684061 68.67641 0.717527 18.63717 9.836144 2.132744
19 0.703149 68.62545 0.726154 18.61249 9.915323 2.120585
20 0.721733 68.57955 0.733895 18.59046 9.986427 2.109670
Cholesky Ordering: LNDEP3 IMDEP3 TINF LNKURS LNPDBR
67
Deposito 6 Bulan
Period S.E. LNDEP6 IMDEP6 TINF LNKURS LNPDBR 1 0.151258 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.199952 96.18803 1.803415 0.469883 1.364705 0.173962
3 0.237037 94.28664 1.613712 0.959500 3.007434 0.132713
4 0.270843 93.03804 1.306645 1.540743 3.991429 0.123147
5 0.300527 92.34423 1.147473 1.845147 4.541472 0.121676
6 0.327409 92.01699 1.035067 1.952595 4.871830 0.123518
7 0.352317 91.86825 0.956838 1.975013 5.072366 0.127530
8 0.375586 91.78025 0.903446 1.972198 5.213018 0.131086
9 0.397500 91.70642 0.863207 1.970443 5.326454 0.133476
10 0.418272 91.63477 0.830628 1.976032 5.423597 0.134973
11 0.438057 91.56673 0.803208 1.986459 5.507660 0.135947
12 0.456985 91.50612 0.779697 1.997826 5.579671 0.136688
13 0.475158 91.45463 0.759464 2.007745 5.640820 0.137342
14 0.492661 91.41160 0.742029 2.015579 5.692838 0.137952
15 0.509563 91.37530 0.726932 2.021689 5.737567 0.138516
16 0.525922 91.34396 0.713749 2.026684 5.776588 0.139022
17 0.541788 91.31630 0.702122 2.031029 5.811082 0.139469
18 0.557202 91.29152 0.691771 2.034967 5.841875 0.139862
19 0.572201 91.26917 0.682486 2.038585 5.869546 0.140209
20 0.586817 91.24894 0.674105 2.041900 5.894529 0.140521 Cholesky Ordering: LNDEP6 IMDEP6 TINF LNKURS LNPDBR
68
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 April 1994 dari Ayah Suhebsi
Mudjiri dan Ibu Retno Wahyu Diani. Penulis adalah anak pertama dari tiga
bersaudara. Tahun 2012, penulis lulus dari Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta
(MAN 4) dan pada tahun yang sama penulis berhasil terdaftar sebagai mahasiswa
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
(SNMPTN) jalur ujian tertulis. Penulis diterima di program studi Ilmu Ekonomi
Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mendapat beasiswa dari
Yayasan Goodwill International untuk periode 2015-2016. Selain aktif sebagai
mahasiswa, penulis juga pernah aktif sebagai Sekretaris Umum Unit Kegiatan
Mahasiswa Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong (PPS Betako) Merpati
Putih IPB periode 2013-2014 dan 2014-2015 serta anggota Divisi Media Ekonomi
Syariah (MES) Sharia Economics Student Club (SES-C) periode 2013-2014.
Penulis juga aktif mengikuti perlombaan yang berkaitan dengan program
studi maupun diluar bidang program studi. Penulis pernah berpartisipasi mewakili
IPB dalam kejuaraan pencak silat antar perguruan tingkat regional (Jawa –Bali)
yang diadakan oleh UKM Merpati Putih IPB tahun 2014 dan dua kejuaraan nasional
antar universitas yang diselenggarakan oleh Ikatan Pencak Silat Indonesia di
Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Veteran Jogjakarta di Kampus
UPN Jogjakarta pada tahun 2015.