Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGASUHAN ANAK PADA YAYASAN YATIM PIATU
DI TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
KRISNA AGUNG PRATAMA
NIM. 1111044100080
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
2017 M/ 1438 H
v
ABSTRAK
Krisna Agung Pratama. NIM 1111044100080. PENGASUHAN ANAK PADA
YAYASAN YATIM PIATU DI TANGERANG SELATAN. Program Studi Hukum
Keluarga (Ahwal Syakhshiyyah), Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2017 M. ix + 58 halaman 9 halaman
lampiran.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengasuhan yang benar untuk anak
yatim piatu dan dhuafa menurut perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan
juga untuk menjelaskan bagaimana pola pengasuhan yang dilakukan oleh yayasan
pengelola pengasuhan anak yatim piatu dan dhuafa di wilayah Tangerang Selatan.
Penelitian ini tidak dilakukan pada semua yayasan yang ada di wilayah Tangerang
Selatan, tetapi hanya pada 3 yayasan yatim piatu dan dhuafa, yaitu yayasan Al-
Matiin, Yayasan Bahrul'ulum dan Yayasan Nurul Ihsan.
Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research)
yang sumber data utamanya diambil dari obyek secara langsung di daerah penelitian
yaitu melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan
pendekatan yuridis empiris dimana peneliti meninjau Undang-Undang yang berlaku
sekaligus implementasinya di lapangan dan data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
dengan metode deskriptif analisis.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa menurut Undang-Undang
Perlindungan Anak, setiap anak memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
seperti hak mengetahui identitas diri, hak mendapatkan pendidikan, kesehatan dan
perlindungan dari kekerasan tanpa membedakan apakah anak tersebut terlahir dari
keluarga yang utuh ataupun tidak, begitu juga tanpa membedakan anak yang berasal
dari keluarga mampu ataupun terlantar. Pemerintahmemiliki peran untuk
menyelenggarakan pendidikan, memberikan bantuan kesehatan dan juga bantuan
cuma-cuma serta pelayanan khusus bagi anak terlantar. Tidak ada Undang-Undang
yang mengatur secara khusus tentang pengasuhan anak yatim oleh yayasan, sehingga
pola pengasuhan yang benar terhadap anak yatim piatu dan dhuafa dikembalikan
kepada Undang-Undang Perlindungan Anak. Yayasan Al-Matiin, Yayasan
Bahrul'ulum dan Yayasan Nurul Ihsan melaksanakan pengasuhan yang telah sesuai
dengan aturan yang berlaku menurut Undang-Undang tentang Perlindungan Anak dan
tetap berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan anak baik dalam
aspek agama, aspek pendidikan,aspek moral maupun kesehatan.
Kata Kunci : Perlindungan Anak, Yayasan, Yatim Piatu dan Dhuafa
Pembimbing : Dr.Hj. Mesraini, SH.,M.Ag.
Daftar Pustaka : 1981 s.d. 2017
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semseta alam, yang telah memberikan
limpahan rahman dan karunia-Nya kepada uma manusia di muka bumi ini, khususnya
kepada penulis. Shalawat beriringan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad
Saw., Keluarga, serta para sahabatnya, yang merupakan suri tauladan bagi seluruh
umat manusia.
Saya ucapkah Alhamdulillah atas karunia Allah Swt sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul "PENGASUHAN ANAK PADA
YAYASAN YATIM PIATU DI TANGERANG SELATAN" sebagai persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Mengenai perihal penyelesaian studi ini, banyak pelajaran serta manfaat yang
didapatkan dan kesan yang bermakna. Oleh karena itu, atas tersusunnya skripsi ini
saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik
dalam membimbing, memberikan petunjuk, doa dan dukungan kepada penulis,
semoga Allah Swt. selalu memberikan keberkahan serta pahala disisi-Nya.
Pada kesempatan ini patut saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Asep Saepuddin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta
segenap pimpinan, karyawan, dan staf yang telah berperan terhadap kemajuan
kualitas spiritual dan intelektual Mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Dr. Abdul Halim, M.Ag. Ketua Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyyah, dan
sekertaris Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah Indra Rahmatullah,
S.HI.,M.H. yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Hj. Mesraini, SH., M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik sekaligus
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, arahan, saran
dan juga bimbingan serta motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan
sampai penyelesaian skripsi ini.
4. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik, memberikan pengetahuan
intelektual serta memberikan bantuannya kepada penulis.
5. Seluruh staff perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum atas pelayanan yang sangat membantu dalam
penulisan skripsi ini.
vii
6. Kedua orang tua saya tercinta, Ayahanda H.Zainuri dan ibunda Hj.Rena
Aprililia serta adik-adik yang selalu memberika support dan dukungan kepada
penulis untuk egera menyelesaikan skripsi ini Novia Maharani, Rinaldi
Saputra dan Reza Alvina.
7. Sahabat saya Ricky Awaludin S.Pd, Andi Asyraf, S.Sy.,S.H. dan Sri
Wulandari Winarsih S.Pd, yang selama ini banyak berkontribusi dalam
memaksa saya untuk segera menyelesaikan skripsi.
8. Serta seluruh sahabat selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah dan juga
teman-teman lainnya di Jurusan Peradilan Agama kelas A maupun B,
Fakultas Syariah dan Hukum angkatan 2011 yang telah mewarnai hari-hari
penulis dengan hal-hal positif serta memberikan kesan tersendiri selama
mendalami studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh komponen
yang telah berjasa dan memberikan kontribusinya. Penulis tidak bisa membalas
kebaikan mereka kecuali doa, semoga Allah Swt membalas amal perbuatan
semuanya. Aamiin.
Ciputat, 30 November 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 3
C. Batasan dan Rumusan Masalah .......................................................... 3
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 4
E. Metode Penelitian ............................................................................... 5
F. Review Studi Terdahulu ..................................................................... 7
G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 8
BAB II PENGASUHAN ANAK MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK
A. Pengasuhan Anak Menurut Hukum Islam ......................................... 10
1. Pengertian Pengasuhan Anak........................................................ 10
2. Syarat Orang Yang Boleh Mengasuh Anak .................................. 12
3. Kewajiban Seorang Pengasuh ....................................................... 15
B. Pengasuhan Anak Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak ..... 20
1. Pengertian Pengasuhan Anak........................................................ 20
2. Syarat Orang Yang Boleh Mengasuh Anak .................................. 22
3. Kewajiban Seorang Pengasuh ....................................................... 24
4. Hak dan Kewajiba Anak ............................................................... 25
BAB III LEMBAGA YANG MENANGANI PENGASUHAN ANAK YATIM
PIATU DI TANGERANG SELATAN
A. Yayasan Al-Matiin ............................................................................. 30
B. Yayasan Bahrul'ulum ......................................................................... 36
C. Yayasan Nurul Ihsan .......................................................................... 39
BAB IV PENGASUHAN ANAK PADA YAYASAN YATIM PIATU DI
TANGERANG SELATAN
A. Pembinaan Agama dan Moral ............................................................ 45
B. Pendidikan Intelektual ........................................................................ 47
C. Kesehatan ........................................................................................... 50
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 54
B. Saran ................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 56
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah amanah sekaligus karunia Allah SWT yang senantiasa
harus dijaga, karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak
sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak anak merupakan bagian
dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang 1945 dan
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsatentang Hak-hak anak.1 Konvesi Hak
Anak (Conventionon the Right of The Child) tersebut telah diratifikasi oleh
Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Yahun 1990,
kemudian juga dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang kesemuanya mengemukakan prinsip-prinsip umum
perlindungan anak.
Dari sisi kehidupan berbangsa, anak merupakan masa depan bangsa
dan generasi penerus cita-cita bangsa. Oleh karena pentingnya peran ini,
sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi.2
Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
pada pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa "Perlindungan anak adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
1Law Community, materi-materi hukum di Indonesia, diakses dari link :
herwandybaharuddinsaade.blogspot.co.id/2015/07/contoh-makalah...pada 28-11-2017
2Pasal 20B ayat (2) Undang-Undang 1945 hasil amandemen
2
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi".
Idealnya pemeliharaan anak tersebut merupakan tanggung jawab
orang tua, tetapi dalam kasus-kasus tertentu banyak anak yang tidak
diketahui siapa orang tuanya, sementara anak tersebut masih membutuhkan
pemeliharaan. Dalam hal ini, tanggung jawab pemeliharaan anak itu diambil
alih oleh seseorang atau lembaga, sebagaimana yang telah disebutkan dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 37. Anak
yang tidak dipelihara langsung oleh orang tuanya itu, disebut sebagai anak
asuh. Pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1
ayat 10 ditegaskan bahwa "Anak asuh adalah anak yang diasuh oleh
seseorang atau lembaga untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan,
perawatan, pendidikan, dan kesehatan karena orang tuanya atau salah satu
orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar".
Dari ketentuan yang sudah disebutkan di atas, dapat dipahami bahwa
anak-anak yang sudah tidak mempunyai salah satu orang tua atau keduanya
diasuh dan dilindungi oleh lembaga-lembaga yang bertanggung jawab penuh
dalam pengasuhan dan perlindungan atas anak tersebut. Pertanyaan yang
muncul kemudian adalah bagaimanakah pengasuhan lembaga-lembaga
tersebut dalam mendidik dan membesarkan anak-anak yang diasuh? Apakah
lembaga-lembaga tersebut sudah menjalankan pengasuhan anak sesuai
dengan ketentuan undang-undang perlindungan anak di Indonesia. Untuk
menjawab pertanyaan itulah penulis menjadi tertarik untuk membahas dan
meneliti lebih lanjut dalam sebuah skripsi yang diberi judul
“PENGASUHAN ANAK PADA YAYASAN YATIM DI TANGERANG
SELATAN”
3
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah terdahulu dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan berikut, yaitu :
1. Bagaimana pengasuhan yang benar untuk anak yatim piatumenurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia?
2. Apa upaya lembaga pemerintah dalam membantu memelihara anak yatim
piatu?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam memelihara anak yatim piatu?
4. Bagaimana penerapan pengasuhan anak yang dijalankan oleh yayasan
yatim piatu?
5. Lembaga apa sajakah yang berhak melakukan pengasuhan bagi anak
yatim piatu?
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar pembahasan pada penelitian ini tidak melebar, maka
pembahasan mengenai pengasuhan anak yatim piatu, dibatasi pada
pengasuhan anak yatim piatudan dhuafa di yayasan Tangerang Selatan.
Karena terdapat banyak yayasan di Tangerang Selatan, maka penulis
membatasi hanya 3 yayasan yatim piatuyang memenuhi kriteria yang
peneliti tentukan yaitu jumlah anak asuh secara keseluruhan dengan jumlah
minimal 50 anak asuh. Tiga yayasan tersebut diantaranya :
1. Yayasan Al-Matiin yang berlokasi di Ciputat
2. Yayasan Bahrul'ulumyang berlokasi di Pondok Aren
3. Yayasan Nurul Ihsan yang berlokasi di Setu
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengasuhan yang benar untuk anak yatim piatu menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia?
2. Bagaimana pola pengasuhan anak yang dijalankan oleh yayasan
yatim piatudi Tangerang Selatan?
4
Aspek yang dinilai dibatasi hanya dalam beberapa aspek yaitu Aspek
Agama dan Moral, Aspek Pendidikan dan Aspek Kesehatan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari sebuah penelitian ialah mengungkapkan secara jelas
sesuatu yang hendak dicapai pada penelitian yang akan dilakukan. Dari
pemahaman tersebut, makan tujuan dari diadakanya penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengasuhan yang benar untuk anak yatim piatu
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
2. Untuk menjelaskan bagaimana pola pengasuhan yang dilakukan oleh
yayasan pengelola pengasuhan anak yatim piatu
Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, demikian pula
dengan penelitian yang penulis adakan ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai berikut:
1. Sebagai sumbangsih kepustakaan bagi para mahasiswa Fakultas
Syariah dan Hukum serta masyarakat luas pada umumnya
2. Sebagai kontribusi ilmiah dalam memperkaya kepustakaan Islam,
khususnya dalam bidang studi Hukum Keluarga Islam (ahwal al-
syakhsiyyah).
3. Secara akademis, agar dapat memberikan motivasi dan dorongan
kepada penulis lain untuk mengadakan penelitian lanjutan sehingga
tercapai apa yang harus dilakukan dalam pengasuhan anak yatim
piatu.
5
E. Metode Penelitian
Dalam membahas masalah-masalah dalam penelitian ini, diperlukan
suatu metode untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas dan gambaran dari masalah tersebut secara jelas, tepat dan
akurat. Terdapat beberapa metode yang akan penulis gunakan, antara lain:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research)
yang sumber datanya terutama diambil dari obyek penelitian (masyarakat
atau komunitas sosial) secara langsung di daerah penelitian.3 Dalam hal
ini, yayasan yatim piatu di daerah Tangerang Selatan, yaitu Yayasan Al-
Matiin, Yayasan Bahrul'ulum dan Yayasan Nurul Ihsan.
2. Metode Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis yaitu suatu
penelitian yang meliputi proses pengumpulan data, penyusunan dan
menjelaskan mengenai data-data yang terkumpul, sehingga metode ini
sering disebut metode analitik.4 Penelitian ini juga menggunakan
pendekatan yuridis empiris dimana peneliti meninjau undang-undang
yang diterapkan sekaligus implementasinya di lapangan.
3. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik yang merupakan kelanjutan dari penelitian
deskriptif yang bertujuan bukan hanya sekedar memaparkan karakteristik
tertentu, tetapi juga menganalisa dan menjelaskan mengapa dan
bagaimana.5
3Yayan Sopyan, Metode Penelitian Hukum, (jakarta: Buku Ajar, 2009), h. 28
4Winarto Sukharmad, Pengantar Penelitian-Penelitian: Metode Teknis, (Bandung: Tarsito,
1994), h. 20
5Yayan Sopyan, Metode Penelitian Hukum, h. 20
6
4. Jenis Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu:
a. Sumber Data Premier. Yang menjadi sumber data primer dalam
penelitian ini adalah undang-undang perlindungan anak nomor 35
tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
tahun 2002, data yang didapat dari hasil observasi di 3 yayasan
yatim piatu di wilayah Tangerang Selatan, dan wawancara
langsung dengan pengelola yayasan tersebut.
b. Sumber Data sekunder, yaitu data yang didapat dari buku-buku,
artikel, jurnal, dan lain-lain yang berkaitan dengan pokok
permasalahan dalam skripsi ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara
mengumpulkan data dapat menggunakan teknik: wawancara (interview),
angket (questioner), pengamatan (observation), studi dokumentasi, dan
Focus Group Discussion (FGD).6 Adapun dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Teknik observasi, yaitu dengan cara mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara terperinci serta sistematis tentang pola
pengasuhan anak yatim piatu di Tangerang Selatan.
b. Teknik interview (wawancara). Metode wawancara dirasakan
sebagai metode yang efektif dalam pengumpulan data premier di
lapangan.7Dalam wawancara ini, peneliti menggunakan pedoman
wawamcara mendalam dengan pokok permasalahan guna
6Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2007), h.37
7Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 57
7
menghindari penyimpangan dari masalah penelitian dan
kevakuman selama wawancara. Dalam penelitian ini yang
diwawancarai adalah pengelola yayasan yatim piatu yang dijadikan
sampel, tentu tidak semua pengelola yayasan yatim piatu tersebut
yang diwawancarai, tetapi hanya perwakilan saja. Pengelola yang
akan diwawancarai ditentukan langsung oleh pihak yayasan.
c. Studi dokumentasi yaitu meliputi bahan hukum yang terdiri dari
bahan hukum primer dan hukum sekunder.8 Juga data yang
diperoleh dari referensi atau literatur yang berkaitan dengan tema
penelitian ini.
d. Studi pustaka yaitu pengindentifikasian secara sistematis dan
melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang memuat
informasi yang berkaitan dengan tema, objek dan masalah
penelitian yang meliputi laporan penelitian yang telah diterbitkan,
dan kepustakaan konseptual meliputi artikel atau buku-buku yang
ditulis oleh para ahli yang memberikan pendapat, pengalaman,
teori-teori atau ide-ide tentang apa yang baik dan buruk, hal-hal
yang diinginkan dan tidak dalam bidang masalah.9
F. Review Studi Terdahulu
Untuk menentukan pembahasan dan penulisan skripsi ini, penulis
menelaah literature yang sudah membahas tentang judul yang akan
penulis sampaikan dalam penulisan skripsi, diantaranya yaitu:
1. Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Pembentukan Kepribadian
Muslim Anak Yatim Piatu di Yayasan Baitul Ma‟mur Desa Waringin
Jaya Kec. Bojong Gede Kab. Bogor oleh Mahmud Dalaji, Fakultas
8Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 82
9Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullarh Jakarta, 2010), h. 17-18
8
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2005. Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan
bimbingan agama dalam pembentukan kepribadian muslim anak yatim
piatu di yayasan tersebut, metode apa yang digunakan dalam bimbingan
agama yang diberikan dan hambatan-hambatan apa yang dialami dalam
bimbingan tersebut.
2. Peran Pembimbing Rohani Islam dalam Mengembangkan Kecakapan
Hidup Generik (General Life Skills) Pada Anak Yatim Piatu di Panti
Asuhan Aria Putra Ciputat oleh Aisyah Syaftarini, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013. Skripsi ini membahas tentang peran bimbingan
rohani Islam dalam mengembangkan kecakapan generik (General Life
Skill) di panti asuhan tersebut, faktor-faktor pendukung dan
penghambat program bimbingan rohani Islam dan metode apa yang
digunakan dalam mengembangkan kecakapan hidup generik di panti
asuhan tersebut.
Skripsi yang ingin peneliti tulis, sama sekali berbeda dengan apa yang
sudah tertulis di skripsi tersebut karena 2 skripsi di atas menjelaskan
tentang bimbingan agama anak dalam kepribadian anak dan peran
pembimbing rohadni dalam kecakapan hidup, sedangkan yang ingin
peneliti tulis membahas tentang Undang-Undang yang diimplementasikan
pada Yayasan terkait.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan, maka penulis
menyusun penulisan skripsi ini dengan sistematika sebagai berikut:
Bab Kesatu, merupakan bab pendahuluan yang diuraikan tentang latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan
9
masalah, manfaat dan tujuan penelitan, metode penelitian, review studi
terdahulu, dan beserta sistematika penulisan.
Bab kedua, membahas tentang tinjauan umum terkait dengan hak asuh
anak menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan Anak.
Bab ketiga, membahas tentang lembaga dan yayasan pengasuhan anak
di wilayah Tangerang Selatan,yaitu Yayasan Al-Matiin, Yayasan
Bahrul'ulu dan Yayasan Nurul Ihsan, meliputi dasar hukum pembentukan
dan sejarah pembentukan dari lembaga masing-masing tersebut dan
pengasuhan yang mereka lakukan.
Bab keempat, menjelaskan penerapan Undang-Undang Perlindungan
Anak terhadap pengasuhan anak pada 3 yayasan yatim piatu di Tangerang
Selatan.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran
terkait kajian yang dimaksud dari awal sampai akhir pembahasan beserta
lampiran-lampiran terkait.
10
BAB II
PENGASUHAN ANAK MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK
A. Pengasuhan Anak Menurut Hukum Islam
1. Pengertian Pengasuhan Anak
Pengasuhan anak atau Hadhanah secara bahasa berarti melakukan
sesuatu di dekat tulang rusuk atau di pangkuan, karena disaat seorang ibu
menyusui anaknya, ibu tersebut akan meletakkan anaknya dipangkuannya,
seakan-akan ibu disaat itu melindungi dan memelihara anaknya
sehingga"Hadhanah" dijadikan istilah yang maksudnya pendidikan dan
pemeliharaan anak sejak dari lahir sampai sanggup berdiri sendiri yang
dilakukan oleh kerabat anak itu sendiri.
Para ulama fiqih mendefinisikan Hadhanah sebagai tindakan
pemeliharaan anak-anak yang masih kecil, baik laki-laki ataupun perempuan
juga yang sudah besar namun belum mumayyiz, menyediakan sesuatu yang
menjadikan kebaikannya, menjaganya dari sesuatu yang menyakitinya,
mendidik jasmani dan rohaninya agar mampu berdiri sendiri dan juga dapat
mengemban tanggung jawab.10
Sedangkan menurut istilah Hadhanah adalah memelihara anak laki-
laki atau perempuan yang masih kecil dan belum dapat mandiri, menjaga
kepentingan anak, melindungi dari segala yang membahayakan anak,
mendidik rohani dan jasmani serta akal anak agar anak tersebut dapat
berkembang dan mengatasi persoalan hidup yang akan dihadapinya.11
Pengertian di atas selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Sayyid Sabiq bahwa Hadhanah adalah aktivitas untuk menjaga anak laki-
laki dan perempuan atau orang idiot yang tidak mumayyiz dan tidak
10Prof. Dr.H.M.A.Tihami M.A. M.M, dan Drs.Sohami Sahrani, M.M., M.H, fiqih munakahat,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), cet ke 2, h. 215-216
11
Hakin Rahmat, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 224
10
11
mandiri, serta aktivitas untuk menjamin kemaslahatan anak-anak, menjaga
anak dari segala sesuatu yang menyakiti dan membahayakan, mendidik jiwa,
raga dan akalnya agar ia bisa bangkit dalam menghadapi realitas kehidupan
dan dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik dimasa
mendatang.12
Berdasarkan pengertian di atas, Hadhanah merupakan pemeliharaan
anak dari sejak mengandung sampai melahirkan anak yang tentunya
memerlukan belaian seorang ibu yang akan menghangatkannya dengan
kasih sayang. Namun disamping hal tersebut, beberapa fuqaha
mendefinisikan Hadhanah sebagai berikut :
a. Fuqaha Hanifah
Hadhanah merupakan salah satu usaha dalam mendidik anak yang
dilakukan orang yang memiliki hak mengasuh.13
b. Ulama Syafi'iah
Hadhanah merupakan mendidik orang yang tidak dapat mengurus
dirinya sendiri dengan apa yang bermaslahat baginya dan
memeliharanya dari apa yang membahayakan meskipun orang itu
telah dewasa.14
Ulama fiqih mengatakan Hadhanah merupakan suatu kewenangan
untuk merawat dan mendidik anak yang belum mumayyiz bahkan orang
dewasa yang kehilangan akalnya, sehingga ulama fiqih mengatakan yang
lebih utama untuk mengasuh adalah kaum wanita.15
Adapun salah satu anak
yang boleh di asuh adalah anak yatim.
Secara etimologis, kata “yatim” itu sendiri merupakan kata serapan
dari bahasa Arab yutma – yatama – yatma yang berarti infirâd
12Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Terjemah (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2012), cet 4, juz 4, h. 21
13
Huzaemah T Yanggo, Fiqh Anak, (Jakarta: Al-Mawardi, 2004), h.101
14
Huzaemah T Yanggo, Fiqh Anak, h.101
15
S.A. Al-Hamdani, Risalah Nikah, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), h.322
12
(kesendirian).16
Yatîm merupakan isim fâ’il (menunjukkan pelaku) jamaknya
yatâmâ atau aitâm.17 Anak yatim berarti anak di bawah umur yang
kehilangan ayah yang bertanggung jawab dalam perbelanjaan dan
pendidikannya,18
belum baligh (dewasa), baik ia kaya atau miskin, laki-laki
atau perempuan.
Anak yatim juga merupakan anak hasil perkawinan yang sah, namun
sudah tidak memiliki ayah sebagai orang yang bertanggung jawab
terhadapnya, jadi anak yatim juga mempunyai hak yang sama dengan anak
lainnya. Anak yatim juga tidak diperbolehkan untuk di dzalimi sesuai
ddengan firman Allah SWT :
ر ه ق ل ت م ف ي ت ي ل ا ا م أ ف
“Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang” ( Ad- Dhuha 9)
2. Syarat Orang Yang Boleh Mengasuh Anak
Kalangan ahli fiqih menyebutkan sejumlah syarat untuk mendapatkan
hak asuh anak yang harus dipenuhi. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi,
maka hak asuh anak akan hilang, faktor utamanya kecakapan atau kepatutan
untuk memelihara seorang anak. syarat-syarat tersebut, yaitu:
a. Berakal sehat
Bagi orang yang kurang akal seperti gila, tidak boleh menangani
Hadhanah karena mereka tidak dapat mengurusi dirinya sendiri
sehingga tidak boleh diserahi untuk mengurusi orang lain, sebab
orang yang tidak memiliki apa-apa tentu tidak memiliki apa-apa
untuk diberikan kepada orang lain;
16
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Qâmûs Al-„Ashriy ( Kamus Kontemporer) Arab-
Indonesia (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1998), cet. IV, h. 2045 17
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), h. 206. 18
Rachmat Taufiq Hidayat, Khazanah Istilah Alquran (Bandung: Mizan, 1999), h. 154.
13
b. Merdeka
Seorang budak tidak memiliki kekuasaan yang lebih terhadap seorang
anak dan kepentingannya. karena kekuasaan dan kepentingan seorang
budak lebih tercurahkan kepada tuannya;
c. Islam
Masalah ini untuk kepentingan agama yang ia yakini, Allah SWT
tidak mengizinkan perwalian terhadap orang kafir;
d. Amanah dan Berbudi
Orang yang curang tidak aman bagi anak kecil dan tidak dapat
dipercaya dapat menunaikan kewajibannya dengan baik, bahkan
nantinya anak tersebut dapat meniru atau berkelakuan seperti orang
yang curang tersebut;
e. Belum Menikah
Orang yang akan mengasuh diharapkan belum menikah dengan laki-
laki lain bagi ibunya agar bisa memberikan perhatian penuh bagi
anak;
f. Bermukim Bersama
Bermukim bersama dengan anak yang diasuh, karena bila salah satu
diantara orang tua pergi maka ayah lebih berhak mengasuh karena
untuk menjaga nasabnya;
g. Dewasa
Seorang anak kecil yang sudah mumayyiz tetap membutuhkan orang
lain untuk mengurusi urusannya dan mengasuhnya, karena itu dia
tidak boleh mengurusi urusan orang lain;
14
h. Mampu Mendidik
Tidak boleh menjadi pengasuh orang yang buta atau rabun,
berpenyakit menular atau sakit yang melemahkan jasmaninya, dan
berusia lanjut karena mereka bahkan perlu diurus oleh orang lain.19
Adapun syarat-syarat bagi pengasuh yang memegang kendali dalam
pengasuhan anak menurut Sayyid Sabiq, yaitu:
a. Berakal Sehat
Sebuah pengasuhan tidak boleh diserahkan kepada orang yang tidak
sehat, karena mereka tidak dapat mengatur diri mereka sendiri;
b. Baligh
Anak-anak yang belum baligh, walaupun dapat membedakan hal
yang baik atau buruk, tetap membutuhkan orang yang dapat
mengendalikan urusan dan mengasuhnya;
c. Kemampuan Mendidik
Hal ini wajib bagi seorang yang ingin mengasuh seorang anak, agar
anak yang diasuh mendapatkan pendidikan yang memadai dan
mendapatkan iklim yang kondusif bagi perkembangannya;
d. Amanah dan Budi Pekerti
Apabila seorang perempuan fasik mengasuh anak, maka bisa jadi
anak tersebut akan tumbuh dengan mengikuti cara hidupnya atau
beretika dengan etika pengasuhnya;
e. Islam
Pengasuhan anak muslim tidak boleh diserahkan kepada pengasuh
kafir, karena pengasuhan anak merupakan hal yang berhubungan
dengan kekuasaan, sedangkan Allah SWT sekali-kali tidak akan
pernah memberi peluang kepada orang kafir untuk menguasai orang
muslim.Hal tersebut dikhawatirkan bahwa pengasuh tersebut
19Ibnu Qasim, Tausyih Ala Ibnu Qasim Terjemah,(Surabaya: Al-Hidayah, 2002), h.234-235
15
mempengaruhi agama anak, karena pengasuh akan berusaha
mendidik dan membesarkan anak asuhnya sesuai dengan agama yang
dianutnya;
f. Belum Menikah
Apabila seorang pengasuh telah menikah, maka haknya untuk
mengasuh anak menjadi gugur, hal tersebut dikarenakan
jikaperempuan pengasuh tadi menikah dengan laki-laki asing, maka
laki-laki tersebut belum tentu bisa mencurahkan kasih sayang kepada
anak yang sedang diasuh oleh perempuan;
g. Merdeka
Hal ini merupakan persyaratan bagi pengasuh, karena apabila
pengasuh merupakan seorang budak, maka pengasuh akan sibuk
melayani tuannya dan tidak memiliki waktu yang banyak untuk
mengasuh anaknya.20
3. Kewajiban Seorang Pengasuh
Anak karena ketidakmampuan, ketergantungan, dan
ketidakmatangannya baik dalam fisik dan mental perlu mendapatkan
perawatan, bimbingan dan perlindungan. Perlindungan anak merupakan
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh berkembang dan juga berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.21
Pada dasarnya, banyak sekali kewajiban orang tua terhadap anak dan
perkembangannya. Sekian banyak kewajiban yang harus dilakukan oleh
pengasuh, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
20Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2012), cet 4, juz 4, h. 26-31
21
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam (Jakarta: KPAI, 2007), h.16
16
a. Kewajiban Pendidikan Iman
Pendidikan iman yang dimaksud adalah mengikat anak dengan
dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar syari'ah sejak anak
mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu. Kewajiban pendidik
ataupun pengasuh adalah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman
dan dasar-dasar pendidikan iman dan ajaran Islam selama masa
pertumbuhannya, sehingga anak akan terikat dengan Islam, baik
akidah maupun ibadah, disamping penerapan metode maupun
peraturan.22
Pengertian di atas sesuai dengan hadits
ادبوا قال رسول اهلل صمى اهلل عميو وسمم : عن عمي رضي اهلل عنو قال :
القرأن فإن حممة اولدكم عمى ثلث خصال : حب نبيكم وحب اىل بيتو و قرأة
)رواه الديلم ( القرأن في ظل اهلل يوم ل ظل ظمو مع انبيائو واصفيائو
"Dari Ali R.A berkata, Rasulullah SAW bersabda: Didiklah anak
kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan
keluarganya serta membaca Al-Qur'an, karena sesungguhnya orang
yang menjunjung tinggi Al-Qur'an akan berada di bawah lindungan
Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain Lindungan-Nya bersama
para Nabi dan kekasihnya(H.R Ad-Dailami)"23
Salah satu cara untuk mengajari anak pendidikan iman ialah
mengajarkan anak melakukan shalat 5 waktu sesuai dengan firman
Allah SWT :
22Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, terj. Saifullah Kamalie
& Heri Noer Ali (Semarang: Asy-Syifa’, 1981), h.24
23
http://khairima.blogspot.co.id/2012/03/kumpulan-hadis-hadis-tarbawi.html pada 29-11-2017
17
ا ل ه ي ل ر ع ب اصط ة و ل ك بالص ل ه ر أ م أ ا و ق ز ك ر ل أ س ن
ي ى ق لت بت ل اق ع ال ك و ق ز ر ن ن ح ن
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezeki kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa" (Thaha
132)
b. Kewajiban Pendidikan Akhlak (Moral)
Yang dimaksud dengan akhlak (Al-Khuluk) adalah perangai
(As-Sajiyah) dan tabi'at (Al-thab'). kata Al-Khuluk menurut bahasa
adalah sesuatu yang menjadi kebiasaan seseorang yang berupa
adab.24
Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan mengenai
dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki
dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak dini hingga menjadi seorang
pemuda yang siap mengarungi lautan kehidupan.25
c. Kewajiban Pendidikan Fisik
Pendidikan fisik untuk anak-anak diharapkan agar anak dapat
tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, bergairah dan
bersemangat. ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam
memberikan pendidikan fisik kepada anak, yaitu:
1) Membiasakan anak untuk menggosok gigi ketika hendak
shalat maupun tidur;
24Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, Panduan Lengkap Pendidikan
Anak Disertai Teladan Kehidupan Para Salaf terj. Salafuddin abu Sayyid
25
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, h.174
18
2) Mengajari anak untuk selalu menjaga kebersihan, misalnya
memotong kuku ketika hendak shalat jum'at dan menggunakan
pakaian juga tempat yang suci ketika shalat;
3) Memerintahkan anak untuk shalat lima waktu sehari semalam
ketika anak sudah menginjak umur tujuh tahun. Jika anak
enggan melaksanakan kewajiban ini pada usia sepuluh tahun,
maka orang tua boleh memukulnya dengan pukulan yang tidak
membahayakan, tetapi cukup sebagai peringatan dan
pembelajaran;
4) Mengikuti sunah-sunah Rasulullah SAW dalam makan dan
minum serta tidak berlebihan;
5) Tidur setelah shalat 'isya dan bagun pagi sebelum subuh untuk
melaksanakan shalat subuh;
6) Dan mendoakan anak supaya terhindar dari kejelekan maupun
godaan syaitan.26
Pendidikan fisik di atas merupakan pendidikan agar seorang
anak dapat mengerjakan sesuatu dengan disiplin, Adapun rasul
mengajarkan kita untuk memukul anak yang tidak mengerjakan
shalat sesuai dengan hadits
ن ب م ي ى را ب إ ا ن ث د ح طباع ل ا ن ب ا ي ن ع ي ى س ي ع ن ب د م ح م ا ن ث د حل ا ق ه د ج ن ع و ي ب أ ن ع رة ب س ن ب ع ي ب ر ل ا ن ب ك ل م ل ا د ب ع ن ع د ع س
لى ص ي نب ل ا ل ا غ ق ل ب ا ذ إ ة ل ص ل ا ب ي ب ص ل ا روا م لم وس و ي ل ع لو ل اا ه ي ل ع وه رب ض ا ف ن ي ن س ر ش ع غ ل ب ا ذ إ و ن ي ن س ع ب س
26Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Bijak: Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah
Pada Anak (Bandung: Al-Bayan, 2003), h. 93 - 94
19
"Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Isa bin Ali bin
Abi Thalib-Thabba'] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin
Sa'd] dari [Abdul Malik bin Ar-Rabi' bin Sabrah] dari [Ayahnya]
dari [Kakeknya] dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Perintahkanlah anak kecil untuk melaksanakan shalat
apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah
mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak
melaksanakannya"27
d. Kewajiban Pendidikan Intelektual
Pendidikan intelektual disini merupakan pembentukan dan
pembinaan kerangka berfikir anak dengan sesuatu yang bermanfaat
seperti ilmu pengetahuan hukum, peradaban ilmiah, dan modernisasi
serta kesadaran berfikir dan berbudaya.28
Dengan pendidikan
intelektual yang cukup, maka anak akanberkembang dengan baik
sehingga terjadi keseimbangan antara jasmani, rohani, maupun akal.
Hal ini berdasarkan bahwa ilmu sama pentingnya dengan kebaikan
yang dilakukan, bahkan ilmu merupakan satu-satunya kebaikan di
alam dunia maupun akhirat, hal tersebut terbukti dengan hadits
أراد من و بالعمم فعميو اآلخرة أراد من و بالعمم فعميو الدنيا أراد من )رواه البخارى ومسمم ( بالعمم فعميو ىما
"Siapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu.
Siapa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu.
27Diakses pada link https://tafsirq.com/hadits/abu-daud/417 pada 29-11-2017
28
Abdullah Nasluh Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, h. 270
20
Siapa yang menghendaki keduanya makan dengan ilmu (H.R Bukhori
dan Muslim)"29
Allah SWT Berfirman dalam Quran :
ا د رش ت لم ع ا م م ن لم ع ت ن أ ى ل ع ك ع تب أ ل ى ى وس م و ل ل ا ق
"Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya
kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu
yang telah diajarkan kepadamu?" (Al-Kahf 66)
Ayat tersebut berbicara mengenai Musa AS yang ingin diajarkan oleh
Khidr, seorang Nabi saja sangat ingin memiliki pendidikan yang baik
dan luas, maka ajarkanlah anakmu agar mereka mendapatkan
pendidikan yang layak.
e. Kewajiban Pendidikan Psikis
Pendidikan psikis yang dimaksud adalah dengan mendidik
anak agar bersikap berani, berterus terang, merasa sempurna, suka
berbuat baik terhadap orang lain, menahan diri ketika marah dan juga
senang kepada seluruh bentuk keutamaan psikis dan moral.30
Tidak sombong juga merupakan pendidikan psikis yang harus
diberikan kepada anak, agar anak bisa menjadi seseorang yang
disukai orang lain, karena kita tahu bahwa sombong merupakan salah
satu sifat yang amat tidak disukai oleh Allah SWT, sebagaimana
firman Allah SWT :
29Diakses pada http://khairima.blogspot.co.id/2012/03/kumpulan-hadis-hadis-tarbawi.html
29-11-2017
30
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, h. 324
21
ا رح م لرض ا ي ف ش م ت ول س نا ل ل ك د خ ر ع ص ت ل ول لو ل ا ن إ
ور خ ف ل ا ت خ م ل ب ك ح ي
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri" (Luqman 18)
B. Pengasuhan Anak Menurut Undang-Undang
1. Pengertian Pengasuhan Anak
Pengasuhan terdiri dari kata asuh yang diberikan imbuhan (pe-an),
dimana arti dari kata asuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau
KBBI adalah menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, sedangkan
pengasuhan itu sendiri bermakna sebuah proses, cara, perbuatan mengasuh.
Sayangnya, di dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak itu sendiri tidak dijelaskan secara terperinci mengenai
arti dari pengasuhan tersebut.
Anak menurut KBBI adalah keturunan kedua, sedangkan di dalam
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa
"Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih di dalam kandungan".
Anak asuh menurut KBBI adalah anak yang diberi biaya pendidikan
oleh seseorang, namun tetap tinggal bersama orang tuanya. sedangkan dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1 ayat (10)
dijelaskan bahwa "Anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau
lembaga untuk diberikan bimbingan, dilakukan pemeliharaan, perawatan,
pendidikan, dan kesehatan karena orang tuanya atau salah satu orang
22
tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar".
Sedangkan anak yatim menurut KBBI adalah tidak beribu atau tidak berayah
lagi (karena ditinggal mati), anak yatim merupakan salah satu anak yang
diasuh oleh lembaga yang menangani hal terkait dengan anak terlantar dan
fakir miskin.
Pengasuhan anak yang diberikan kepada pihak lain merupakan upaya
dari kelalaian orang tua dalam menjamin tumbuh kembang anak dalam
segala aspek. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anakpasal 37 ayat (1) yang menyebutkan bahwa
"Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat
menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental,
spiritual, maupun sosial". Pengasuhan anak itu sendiri bertujuan agar anak
mendapatkan masa kecil dan tumbuh kembang yang baik dan tidak
tereksploitasi terhadap apapun sehingga anak dapat menjadi pribadi yang
lebih baik ketika dewasa.
Ada lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan dalam pengasuhan
anak yang secara garis besar merupakan tangan kanan dari pemerintah untuk
mengatasi hal tersebut. Salah satu lembaga dari sekian banyak lembaga yang
ada, memiliki sebuah landasan agama dalam pengasuhannya, itu berarti
bahwa anak yang akan diasuh oleh lembaga tersebut harus anak yang
beragama sama dengan lembaga tersebut. Hal ini tertera dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 27 ayat (3). Lain
halnya dengan lembaga-lembaga yang tidak memiliki landasan agama dalam
pengasuhannya, maka pelaksanaan pengasuhan harus memperhatikan agama
yang dianut oleh masing-masing anak yang bersangkutan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 37 ayat (4)
23
yang menjelaskan bahwa "Pengasuhan yang dilakukan oleh lembaga yang
tidak berlandaskan agama, maka pelaksanaan pengasuhan harus
memperhatikan agama yang dianut oleh anak bersangkutan".
Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan dalam pengasuhan
terkait juga harus memberikan jaminan sosial pada anak-anak yang
beradadalam pengawasannya, ha tersebut sesuai dengan Undan-Undang
Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan sosial yang menjelaskan
bahwa “Jaminan Sosial dimaksudkan untuk : a. Menjamin fakir miskin, anak
yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik dan cacat
mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah
ketidakmampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi. b.
Menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas
jasa-jasanya.”
Paparan di atas menunjukan bahwa pengasuhan anak dilakukan
melalui lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan dalam pengasuhan
anak itu sendiri. jika seseorang ingin ikut berpartisipasi dalam melakukan
pengasuhan, maka seseorang tersebut dapat ikut melalui lembaga-lembaga
terkait. Pengasuhan anak yang dilakukan oleh lembaga terkait harus sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal
38 bahwa "Pengasuhan dilakukan tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak,
urutan kelahiran, dan juga kondisi fisik maupun mental".Pengasuhan
tersebut juga diselenggarakan melalui kegiatan bimbingan, pemeliharaan,
perawatan, dan pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan
memberikan bantuan biaya dan fasilitas lain, untuk menjamin tumbuh
kembang anak secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial tanpa
mempengaruhi agama yang dianut anak.
24
2. Syarat Orang Yang Boleh Mengasuh Anak
Dalam mengasuh seorang anak, terkadang ada hal-hal yang membuat
orang tua bisa dicabut hak pengasuhan atas anaknya, dan hal tersebut bisa
menjadi landasan agar negara dapat berperan aktif dalam melindungi hak
anak di dalam pengasuhan itu sendiri, sebagaimana pada Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 30 bahwa "Dalam hal orang
tua melalaikan kewajibannya, terhadapnya dapat dilakukan pengawasan
atau kuasa asuh orang tua dapat dicabut".
Jika hak asuh orang tua terhadap anaknya telah dicabut, maka negara
membuat perwalian sebagai salah satu alternatif untuk pengasuhan anak
tersebut. Wali yang dimaksud adalah orang atau lembaga yang dalam
kenyataanya menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap
anaknya sesuai dengan yang dijelaksan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak pasal 1 ayat 5.
Penunjukan wali tidak sebegitu mudahnya, karena untuk menunjuk
seorang wali diperlukan beberapa syarat dan melalui penetapan pengadilan.
Untuk penunjukan wali, Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 perubahan
atas undang-undang 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 33
menyebutkan bahwa :
a. Dalam hal orang tua dan keluarga anak tidak dapat melaksanakan
kewajiban dan tanggung jawabnya, seseorang atau badan hukum
yang memenuhi persyaratan dapat ditunjuk sebagai wali dari anak
yang bersangkutan;
b. untuk menjadi wali dari anak sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilakukan melalui penetapan pengadilan;;
c. Wali yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memiliki kesamaan agama dengan agama yang dianut anak;
25
d. Wali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab
terhadap diri anak dan wajib mengelola harta milik anak yang
bersangkutan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak;
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara penunjukan
wali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah.
3. Kewajiban Seorang Pengasuh Anak
Pada dasarnya, kewajiban dari para pengasuh anak adalah melindungi
dan membuat tumbuh kembang anak menjadi baik. Dalam undang-undang
perlindungan anak dijelaskan tanggung jawab dan kewajiban pengasuh
ataupun orang tua terhadap anaknya. Adapun kewajiban dan tanggung jawab
orang tua dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 atas
perubahan undang - undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak pasal 26 yang berbunyi:
a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
b. Menumbuhkembangkan anak sesuai kemampuan, bakat, dan
minatnya;
c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak;
d. Serta memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi
pekerti
Selain paparan di atas, pengasuh juga harus menjamin perlindungan
anak untuk memeluk agamanya, dan tidak ada pemakasaan atas agama apa
yang akan dianut oleh anak tersebut. Hal ini dijelaskan dalam Undang-
Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomr
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 43 bahwa:
a. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, keluarga, orang tua,
wali dan lembaga sosial menjamin perlindungan anak dalam
memeluk agamanya;
26
b. Perlindungan anak dalam memeluk agamanya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi pembinaan, pembimbingan, dan
pengamalan ajaran agama bagi anak
Dengan adanya undang-undang tersebut, seluruh anak yang diasuh
diharapkan mendapatkan kebebasan dalam mengerjakan ibadah sesuai
agama yang dianutnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
4. Hak dan Kewajiban Anak
Seorang anak memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
selayaknya orang tua mereka. Dalam undang-undang perlindungan anak,
ada banyak sekali dijelaskan tentang hak dan kewajiban seorang anak yang
harus dipenuhi, dan hal-hal tersebut merupakan upaya pemerintah untuk
menjaga anak-anak dari eksploitasi para orang tua maupun kerabat agar
anak dapat tumbuh dan berkembang secara baik sehingga mereka bisa
menjadi generasi yang baik dan berbudi pekerti. Beberapa pasal yang
menjelaskan hak dan kewajiban anak dalam undang-undang perlindungan
anak adalah sebagai berikut :
Hak-hak anak :
a. Setiap anak berhak dapat hidup secara layak
Semua orang berhak hidup dengan layak, bahkan anak kecil
sekalipun dapat hidup sesuai dengan keinginannya sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
pasal 4 menyebutkan bahwa "Setiap anak berhak untuk dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan".
b. Setiap anak berhak mendapatkan identitas
Seluruh anak yang baru lahir harus langsung diberikan identitas
karena identitas merupakan hak yang harus diberikan secara langsung
27
sesaat setelah anak itu lahir semisal nama, sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 5
bahwa "Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri
dan status kewarganegaraan".
c. Setiap anak berhak memeluk agama
Agama merupakan suatu hal penting mengingat negara Indonesia
merupakan salah satu negara dengan banyak agama namun masih
terjaga kerukunannya. Anak berhak menentukan apa agama yang
akan dianut, hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35
tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun
2002tentang Perlindungan Anak pasal 6 yang berbunyi "Setiap anak
berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan
berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam
bimbingan orang tua atau wali".
d. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sapek penting dalam
menumbuhkembangkan seorang anak. Hal tersebut dikarenakan anak
yang cerdas kemungkinan besar akan menjadi penerus yang
bermanfaat bagi kerabat maupun negara. Maka dari itu setiap anak
berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan usia dan pola pikirnya
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun
2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002
pasal 9 :
1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya;
2) Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan
pendidikan dari kejahatan seksual dan kekerasan yang
28
dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, dan/atau pihak
lain;
3) Selain mendapatkan hak anak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (1a), anak penyandang disabilitas berhak
memperoleh pendidikan luar biasa dan anak yang memiliki
keunggulan berhak mendaptakan pendidikan khusus.
e. Setiap anak berhak mendapatkan fasilitas kesehatan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
pasal 8 menyebutkan bahwa "Setiap anak berhak memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan
fisik, mental, spiritual dan sosial". undang-undang ini bertujuan agar
setiap anak yang lahir tidak terganggu dengan penyakit-penyakit
yang bisa menggangu tumbuh kembang anak dan agar anak bisa
tumbuh dengan sehat dan aktif.
f. Setiap anak berhak mencurahakan isi hatinya
Orang tua, dewasa maupun anak-anak memiliki masalahnya masing-
masing, sehingga setiap orang butuh tempat untuk menceritakan apa
yang menjadi permasalahan dalam hidupnya. Seorang anak kecil
yang sedang tumbuh, sangat memerlukan orang yang bisa diajak
bicara, bercerita dan mendengar apa yang menjadi keluhan seorang
anak, agar anak menjadi pribadi yang terbuka dan bisa
memaafkan.Mencurahkan isi hati dan memberikan pendapat
termasuk salah satu hak yang harus diberikan kepada anak. Hal ini
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anakpasal 10 yang menyatakan bahwa "Setiap anak
berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari,
dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan
29
usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan dan kepatutan".
g. Setiap anak berhak mendapatkan waktu istirahat
Manusia memiliki batas kekuatan untuk melakukan setiap pekerjaan,
sehingga setiap orang bahkan anak kecilpun butuh istirahat, maka
setiap orang berhak untuk mendapatkan waktu beristirahat. Hal ini
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak bahwa "Setiap anak berhak untuk beristirahat
dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya,
bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan
tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri".
h. Setiap anak penyandang cacat berhak mendapatkan rehabilitasi
Anak yang lahir dengan keadaan yang kurang beruntung seperti cacat
atau anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan rehabilitasi
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak pasal 12 yang menjelaskan bahwa "Setiap anak
penyandang disabilitas berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan
sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial".
i. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan
Setiap orang butuh perlindungan dari ancaman yang mengarah pada
dirinya, begitupun anak yang sangat membutuhkan perlindungan dari
orang dewasa urntuk menjaga anaknya dalam tumbuh kembang
sehingga sang anak akan mengerti bahwa setiap orang membutuhkan
orang lain dalam kehidupannya. Perlindungan dari segala ancaman
merupakan hak yang wajib diberikan kepada anak, hal tersebut
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
30
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak pasal 16 bahwa :
1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak
manusiawi;
2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan
hukum;
3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya
dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya
dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.
Ada hak maka ada kewajiban yang harus dilakukan, sehingga anak
memiliki kewajiban sendiri yang harus dilakukan sebagai seorang anak,
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
disebutkan beberapa kewajiban anak, yaitu :
a. Menghormati orang tua, wali, dan guru;
b. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman;
c. Mencintai tanah air, bangsa, dan negara;
d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya;
e. dan melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
Dari apa yang telah diuraikan di atas kita bisa mengetahui apa saja
hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan kepada seorang anak, serta hal-hal
yang harus dilakukan oleh seorang anak. Setiap poin di atas merupakan
acuan agar setiap orang tua maupun pengasuh mengetahui hak dan
kewajiban seorang anak, sehingga dapat menumbuhkembangkan anak sesuai
dengan norma dan etika yang berlaku dalam masyarakat.
31
BAB III
LEMBAGA YANG MENANGANI PENGASUHAN ANAK YATIM PIATU
DI TANGERANG SELATAN
A. Yayasan Al-Matiin
Yayasan Al-Matiin merupakan yayasan yatim piatu yang berada di
Tangerang Selatan, tepatnya di Kelurahan Sawah Kecamatan
Siputatu,Tangerang Selatan. Yayasan ini bergerak dalam bidang
pengasuhan anak yang berlandaskan dengan agama Islam di dalam
pengasuhannya. Yayasan ini didirikan pada tahun 1995, pendirian yayasan
ini tidak langsung menjadi sebuah yayasan besar, berawal dari sebuah
serambi rumah berukuran 2X3m. Seiring dengan berjalannya waktu,
yayasan Al-Matiin berkembang secara pesat dan akhirnya menjadi salah
satu yayasan besar yang berada di Tangerang Selatan.31
Yayasan Al-Matiin yang sekarang berdiri di atas tanah seluas 1000m
sudah memiliki banyak anak asuh. Adapun yayasan ini menggunakan
agama dalam landasan pengasuhannya, maka yayasan ini sangat selektif
mengenai anak-anak yang akan diasuh di dalam yayasan ini, salah satu
syarat wajibnya adalah beragama Islam. Menurut Ustad ucup sebagai
pendiri yayasan Al-Matiin, bagi anak yang berbeda agama diharapkan dapat
memeluk agama Islam terlebih dahulu atau yayasan tidak dapat mengasuh
anak tersebut.hal tersebut dilakukan karena menurutnya bahwa banyak
yayasan yang berada di wilayah Tangerang Selatan merupakan
yayasanyyatim piatu yang tidak berlandaskan agama dalam pengasuhannya
31Data ini diambil dari "Proposal Permohonan Bantuan untuk Kebutuhan Buka Puasa &
Sahur" di Yayasan Al-Matiin pada tanggal 22 Mei 2017
31
32
dan beberapa diantaranya merupakan yayasan yang khusus agama non
Islam.32
Pesantren Al-Matiin mendaftar diri sebagai sebuah lembaga yang
menaungi anak yatim piatu pada kantor notaris dan pejabat pembuat akta
tanah kabupaten dati II Tangerang pada tanggal 31 Mei 1999 dan disahkan
sebagai yayasan Al-Matiin dengan akta notaris No.4 Tanggal 7 Mei 1999
oleh notaris Ny.Zakia Douglas Baadila,SH. di Pengadilan Tinggi Tangerang
yang terdaftar sebagai No,HT. 01.04200.1999/PT.TNG pada tanggal 31 Mei
1999.
Pada perjalanannya, yayasan Al-Matiin berusaha meningkatkan mutu
pendidikan dan pembinaan, ustad ucup selaku pendiri berpendapat bahwa
kewajiban yayasan terhadap anak asuhnya sangat banyak, dimulai dari hal
yang paling dasar yaitu mendidik, mengarahkan anak menjadi orang yang
berguna dan yayasan tidak diperbolehkan menelantarkan seorang anak
tanpa tanggung jawab. Salah satu hal yang diupayakan dalam
mengembangkan hal tersebut adalah yayasan mendirikan sekolah formal
pada tahun 2002 di atas tanah seluas 150m. Dari luas tanah tersebut, maka
dibangunlah gedung untuk Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-kanak
(TK), dan sekolah SMPIT Al-Matiin 2 lantai. Adapun pendirian gedung
yang sekarang sedang dilakukan yaitu gedung Al-Marwiyah boarding
school pada yayasan pesantren Al-Matiin, direncanakan sebagai pusat
pengkaderan santri, dan sementara gedung yang sudah ada sebelumnya
sebagai sarana pusat dakwah.
Ustad ucup selaku seseorang yang berupaya membantu anak-anak
yatim piatu merasa bahwa pemerintah tidak akan sanggup mengurusi
seluruh anak yatim piatu yang ada jika tidak dibantu oleh pihak ketiga
32Wawancara pribadi dengan Ustad Ucup selaku Pengasuh Yayasan Al-Matiin pada tanggal
22 Mei 2017 di kantor Yayasan Al-Matiin
33
seperti lembaga ataupun yayasan yang beroperasi di dalam bidang
tersebut.33
Alasan dibalik didirikannya yayasan Al-Matiin adalah diharapkan
bahwa setelah lulus dari yayasan ini, para santri dapat berkiprah di
masyarakat dan menegakkan syiar Islam, hal tersebut bisa dilihat dari
pengajaran yang diberikan oleh para pengajak merupakan hal-hal yang
terkait dengan tujuan tersebut seperti pengetahuan tentang kitab kuning dan
pengetahuan tentang bagaimana menjadi penceramah yang handal.
Keluarga merupakan salah satu wadah perkembangan bagi seorang
anak, hal tersebut yang mewakili yayasan Al-Matiin untuk selalu
memberikan sebuah kehangatan bagi anak asuhnya, dan sampai saat ini ada
sekitar 114 orang anak yang bernaung di yayasan ini. Anak asuh yang
berada di dalam yayasan ini bergabung dengan yayasan di saat umur
mereka 8 sampai 9 tahun, dan sampai saat ini belum ada anak yang
diamanahkan kepada yayasan ketika anak tersebut masih bayi. Setiap anak
yang berada dalam yayasan, diharuskan untuk selalu berkomunikasi dengan
orang tuanya agar ikatan antara anak dan orang tuanya tetap berjalan seperti
seharusnya. Menurut ustad ucup, hal tersebut merupakan sesuatu yang
sangat penting untuk menjaga anak dari hilangnya kasih sayang orang tua,
mengingat anak tersebut tidak selalu bisa bertemu dengan orang tuanya.34
Berkaitan dengan hal tersebut, yayasan Al-Matiin sangat mendukung agar
setiap anak memperoleh kasih sayang dari orang tuanya, maka yayasan
memberikan sebuah kebijakan agar setiap anak diharuskan pulang ke
rumahnya masing-masing untuk bertemu dengan orang tuanya sebanyak 3
kali selama setahun yaitu setiap liburan semester dan juga lebaran idul fitri.
33Wawancara pribadi dengan Ustad Ucup selaku Pengasuh Yayasan Al-Matiin pada tanggal
22 Mei 2017 di kantor Yayasan Al-Matiin
34
Wawancara pribadi dengan Ustad Ucup selaku Pengasuh Yayasan Al-Matiin pada tanggal
22 Mei 2017 di kantor Yayasan Al-Matiin
34
Al-Matiin yang sudah secara hukum telah sah memiliki visi untuk
ikut serta membangun kehidupan bangsa melalui pendidikan dan juga
kegiatan sosial ekonomi kemasyarakatan, sehingga mampu membantu
terwujudnya masyarakat yang maju, sehat, dan produktif serta bertakwa
kepada Allah SWT. Adapun misi yayasan Al-Matiin ialah sebagai berikut:
1. Membantu anak yatim piatu, fakir miskin, dan anak-anak terlantar
dalam meneruskan kehidupan dan penghidupannya, guna tercapainya
masyarakat yang makmur dan sejahtera sesuai dengan falsafah
bangsa Indonesia dan juga agama Islam;
2. Menciptakan lapangan kerja dan mempersiapkan tenaga muda yang
siap pakai;
3. Memberikan bekal moral dan pendidikan terhadap anak asuh, agar
menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang beradab serta bergerak
dalam membantu orang lain.35
Yayasan sebagai tangan kanan dari pemerintah yang membantu
memelihara dan mengembangkan anak selau memberikan yang terbaik bagi
anak agar masa depan setiap anak asuh menjanjikan dikemudian hari. Salah
satu cara agar masa depan anak-anak menjanjikan dengan memberikan
pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan formal yang dimulai
dari SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi dibantu semampunya oleh
pihak yayasan. Pemerintah pun tidak lupa untuk aktif dalam membantu
anak asuh dalam bidang pendidikan, khususnya anak yang menjadi
tanggung jawab yayasan Al-Matiin dan umumnya untuk seluruh anak yang
berada dalam naungan sebuah yayasan di Tangerang Selatan. Untuk
menunjak pendidikan dan pembinaan anak asuh dalam yayasan Al-Matiin,
pihak yayasan menyediakan sarana dan prasarana yang dapat digunakan
35Data ini diambil dari "Proposal Permohonan Bantuan untuk Kebutuhan Buka Puasa &
Sahur" di Yayasan Al-Matiin pada tanggal 22 Mei 2017
35
maupun dimanfaatkan oleh seluruh anak asuh yang berada dalam naungan
yayasan Al-Matiin. Sarana dan prasarana yang disiapkan oleh pengelola
yayasan Al-Matiin meliputi :
1. Asrama Pondok Pesantren;
2. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA);
3. SMP Islam Terpadu Al-Matiin;
4. TK Al-Matiin;
5. Majelis Dzikir Asmaul Husna
6. Majelis Ta’lim.36
Upaya pemerintah untuk membantu yayasan yang berada di
Tangerang cukup terlihat dari bantuan yang diberikan kepada anak asuh,
untuk pendidikan, pemerintah memberikan bantuan melalui program dana
BOS dari pihak sekolah, dan pihak yayasan untuk tahun ini juga
mendapatkandana yang cukup besar. Dana tersebut diharapkan dapat
membantu perkembangan pendidikan formal maupun non formal yang ada
di yayasan Al-Matiin. Pengembangan dalam pendidikan untuk anak asuh
juga meliputi pembelajaran tentang tata cara pidato yang baik dan benar,
pengetahuan tentang bahasa asuh dan beberapa keterampilan yang akan
bermanfaat dimasa mendatang.
Setiap anak yang berada dalam naungan yayasan Al-Matiin
dipastikan mendapat kebebasan dalam beribadah, bahkan pihak yayasan
akan selalu mengupayakan yang terbaik bagi anak asuh dalam menjalankan
ibadahnya. Segala sesuatu mengenai agama yang meliputi pendidikan dan
cara mengamalkannya akan selalu menjadi fokus utama dalam memberikan
kebebasan dalam beribadah. Setiap anak asuh diberikan pembelajaran
tentang segala yang berhubungan dengan agama, dimulai dari cara wudhu,
36Data ini diambil dari "Proposal Permohonan Bantuan untuk Kebutuhan Buka Puasa &
Sahur" di Yayasan Al-Matiin pada tanggal 22 Mei 2017
36
cara sholat dan bahkan cara untuk membersihkan diri agar setiap anak dapat
beribadah dengan khusyuk. Anak juga diajarkan mengenai tahfidz Quran
dan pengembangan tilawatil Quran. Pihak yayasan juga selalu menjaga alat-
alat yang digunakan dalam sholat seperti pakaian, sarung, peci dan tempat
ibadah selalu bersih dan suci. Dalam hal tersebut, belum ada bantuan dari
pemerintah yang datang mengenai agama itu sendiri.37
Beberapa fokus dalam memelihara dan mendidik anak asuh dalam
naungan sebuah yayasan sangat banyak dan salah satunya adalah kesehatan.
Yayasan Al-Matiin sangat memperhatikan kesehatan setiap anak asuh yang
berada di dalamnya, hal tersebut bisa dilihat dari bagaimana pihak yayasan
memberikan makanan yang baik dan mengandung banyak gizi. Karena
menurut pihak yayasan, kesehatan setiap anak dimulai dari bagian - bagian
terkecil seperti makanan, tempat tidur, dan juga kamar mandi yang berada
di yayasan. Pihak yayasan menjelaskan bahwa untuk saat ini, peran
pemerintah sangat besar dalam menjaga kesehatan anak asuh, karena
pemerintah menjamin segala hal yang dibutuhkan rumah sakit untuk
membantu anak yang sedang sakit, dan pihak yayasan sangat terbantu akan
hal tersebut.
Yayasan dan pemerintah merupakan lembaga yang bersinergi untuk
memelihara dan mendidik anak-anak yang tidak bisa mendapatkan
pemeliharaan dan pendidikan yang cukup dari orang tuanya. Pihak yayasan
Al-Matiin mengatakan bahwa mereka memiliki harapan besar terhadap
pemerintah, terutama bantuan masalah sarana dan prasarana yang sedang
dibangun di yayasan ini khususnya untuk solat dan tempat tinggal yang
lebih layak. Diharapkan pemerintah dapat lebih memperhatikan apa yang
terjadi pada yayasan panti dan bukan hanya memperhatikan sekolah-
37 Wawancara pribadi dengan Ustad Ucup selaku Pengasuh Yayasan Al-Matiin pada tanggal
22 Mei 2017 di kantor Yayasan Al-Matiin
37
sekolah negeri yang ada, sedangkan yayasan hanya dilihat sebelah mata.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup seluruh anak asuh, yayasan pesantren
Al-Matiin mendapatkan dana dari segala aspek, mulai dari kas yayasan,
pemerintah, donatur dan aspek lain yang terjamin asalnya. Dan pihak
yayasan Al-matiin juga sangat berharap pemerintah dapat membantu staff
yang bertugas dalam panti yang bekerja secara sukarela, pihak yayasan Al-
Matiin merasa mereka perlu di perhatikan karena ada beberapa staff yang
tidak hanya mengurusi hidupnya sendiri, namun juga keluarganya.
B. Yayasan Bahrul'ulum
Bahrul'ulum bermula dari lembaga taman pendidikan Al-Quran
(TPA) yang didirikan oleh Ustadz Mohammad Isya pada tahun 1987.
Dalam berjalannya waktu, pada tahun 2002 Bahrul'ulum resmi menjadi
yayasan panti asuhan yatim piatu. Yayasan Bahrul'ulum dengan akta notaris
Uun Gunarsih,SH tanggal 19 Agustus 2002 pada akhirnya menerima santri
yatim piatu dengan nama pesantren mingguan, yang mana para santri
tersebut datang ke yayasan hari sabtu sore dan mengikuti pelajaran hingga
minggu pagi. Yayasan ini merupakan salah satu yayasan di Tangerang
Selatan yang berlandaskan agama dalam menjalankan pengasuhannya,
sampai saat ini belum ada anak asuh yang berbeda agama di dalam yayasan
ini. Ustad Heri sebagai kepala panti asuhan mengatakan bahwa kewajiban
yayasan identik dengan memberikan pendidikan dan menjaga anak asuh
serta memberikan segala kebutuhan anak asuh selama tinggal di yayasan.38
Setelah dua tahun berjalan, ada beberapa santri yang bermukim
sepenuhnya di yayasan Bahrul'ulum. Waktu terus berlalu, hari berganti
minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, dan akhirnya pada
saat ini anak asuh yang dibina dalam yayasan Bahrul'ulum bukan hanya dari
38Wawancara pribadi denga Ustad Heri Selaku Kepala Panti pada tanggal 20-Mei-2017 di
kantor Bahrul'ulum
38
daerah sekitar saja, melainkan sudah dari beberapa daerah dari luar kota,
diantaranya dari Bogor, Bandung, Lebak, Bengkulu, Semarang, Padang dan
tempat-tempat lainnya. Yayasan Bahrul'ulum berdiri di atas tanah seluas
1800 M2, yayasan ini memiliki visi untuk menjadi lembaga sosial yang
mampu membina generasi cerdas, bertakwa dan berkahlakul
karimah.Bahrul'ulum juga memiliki beberapa misi, yaitu :
1. Memberikan pendidikan ilmu agama dan ilmu umum;
2. Menanamkan keimanan yang kokoh dan membimbing ketaatan
dalam beribadah;
3. Membina santri untuk bertingkah laku baik, jujur dan saling tolong
menolong.39
Setiap anak memiliki keinginan untuk belajar yang sangat kuat, tentu
yayasan juga membantu agar hal tersebut dapat terlaksana dengan baik
sehingga anak asuh dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi, pendidikan pun dibantu dalam 2 metode, formal dan non formal.
Untuk pendidikan formal, pihak yayasan memasukkan anak asuh ke SD,
SMP maupun SMA yang dimiliki yayasan maupun yang ada di sekitar
yayasan.Untuk pendidikan non formal, yayasan mengacu yang mengarah ke
pendidikan pondok pesantren seperti tahfidz, latihan dakwah dan yang
lainnya. Pihak pemerintah daerah juga membantu yayasan dalam
pendidikan, pihak pemerintah sudah menyiapkan dana yang biasa disebut
dana BOS, namun untuk yayasan Bahrul'ulum belum semua tingkatan
mendapatkan dana tersebut, untuk anak asuh SD sudah terdaftar sebagai
peserta dana BOS, sedangkan SMP belum terdaftar dan SMA tergantung
dari kebijakan sekolah masing-masing. Untuk lebih jelasnya, program-
program yang dijalankan oleh Bahrul'ulum selama ini dibagi 2 program :
39Diambil dari Profil Yayasan Bahrul'ulum yang dikirim via Email oleh pengelola Yayasan
Bahrul'ulum pada tanggal 11 Mei 2017
39
1. Pendidikan Formal
a) SDIP : Bina Insan Mulia Yayasan Bahrul'ulum
b) SMP : Bahrul'ulum
c) SMA : Sekolah sekitar yayasan yang bekerja sama dengan
yayasan Bahrul'ulum
2. Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal yang diselenggarakan merupakan hal-hal
yang mengarah pada study kepondokan yang meliputi muhadharah
(pidato), tahfizul Quran, marawis, hadroh maupun yang lainnya.
Untuk ekstrakulikuler meliputi karate, sepak bola dan lainnya.40
Kesehatan merupakan salah satu syarat agak seorang anak dapat
menggapai impiannya dimasa depan, maka dari itu setiap anak asuh yang
berada dalam naungan yayasan Bahrul'ulum selalu dijaga kesehatannya,
mulai dari bangun tidur hingga anak tidur kembali. Kesehatan juga menjadi
suatu hal yang penting dalam rangka mengasuh anak, yayasan sudah
bekerja sama dengan puskesmas pondok aren bila ada anak yang sakit dan
masih bisa dicover oleh pihak puskesmas. Untuk penyakit yang tidak bisa
tercover oleh pihak puskemas, akan dirujuk ke rumah sakit yang ada di
Tangerang Selatan.41
Nantinya, pihak pemerintah akan membuat kartu
kesehatan santri yang dapat membantu yayasan dalam memelihara
kesehatan anak-anak yang ada di yayasan Bahrul'ulum, namun kartu
tersebut membatasi pemakaiannya hanya untuk anak asuh yang berdomisili
dari Tangerang Selatan.
Guna memenuhi segala kebutuhan hidup, pendidikan, ketrampilan,
sarana dan prasarana yayasan Bahrul'ulum memiliki dana yang bersumber
40Diambil dari Profil Yayasan Bahrul'ulum yang dikirim via Email oleh pengelola Yayasan
Bahrul'ulum pada tanggal 11 Mei 2017
41
Wawancara pribadi denga Ustad Heri Selaku Kepala Panti pada tanggal 20-Mei-2017 di
kantor Bahrul'ulum
40
dari segala aspek, mulai dari bantuan sosial kota Tangerang Selatan,
bantuan donatur tetap dan juga bantuan donatur tidak tetap.
Yayasan Bahrul'ulum sangat berterima kasih kepada pihak
pemerintah khususnya dinas sosial yang selama ini sudah membantu pihak
yayasan, ustad heri selaku kepala panti asuhan merasa sangat terbantu
dengan informasi yang diberikan dinas sosial melalui forum yayasan se-
Tangerang Selatan. Yayasan juga berharap agar pihak pemerintah
khususnya dinas sosial Tangerang Selatan bisa lebih mengayomi dan
membimbing yayasan apapun kegiatan yang akan dilakukan oleh pihak
yayasan.
C. Yayasan Nurul Ihsan
Yayasan pondok pesantren Nurul Ihsan merupakan lembaga
pendidikan Islam sekaligus pemberdayaan masyarakat yang berada di
kampung Momonggor RT. 01/001 Desa Karanggan Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan yang didirikan oleh Ustadz Sobari pada tahun 1994, dan
beliau merupakan pengasuh Yayasan Nurul Ihsan sesuai akta yang di
notariskan pada tahun 1999. Yayasan Nurul Ihsan merupakan salah satu
yayasan yang memberikan life skill kepada anak asuh yang diharapkan
dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri dan juga masyarakat sekitarnya.
Yayasan ini belandaskan agama dalam pengasuhannya, jika ada anak asuh
yang berbeda maka yayasan akan mengarahkan kepada yayasan yang tidak
berlandaskan agama atau yayasan yang memang sesuai dengan agama anak
yang ingin diasuh tersebut. Salah satu pengelola menyebutkan bahwa
kewajiban yayasan ialah memberikan pendidikan yang cukup untuk anak
asuh, pendidikan tersebut tidak hanya formal, namun juga pendidikan Life
Skill.
Yayasan Nurul Ihsan yang memfokuskan diri dari totalitas dalam
belajar tentang ketaqwaan, keterampilan dan pendidikan, merupakan
41
harapan umat Islam dalam membangun masyarakat dan peradaban Islam
pada masa mendatang, serta membentuk tatanan masyarakat Indonesia yang
harmonis dan mempunyai integritas moral yang tinggi. Harapan ini muncul
seiring dengan globalisasi dan perubahan zaman, yang menuntut tumbuhnya
generasi muslim yang mampu berkompetisi dan mengendalikan perubahan
tatanan masyarakat menuju tatanan masyarakat madani yang
mengedepankan renovasi manusia seutuhnya, baik materil maupun spiritual,
individu-individu maupun manusia sebagai hamba allah yang sekaligus
menjadi generasi penerus yang memiliki IMTAQ dan IPTEK. Yang perlu
kita sadari adalah tatanan masyarakat madani merupakan target renovasi
yang membutuhkan semua komponen masyarakat, termasuk di dalamnya
komunitas yang merupakan fungsi yayasan Nurul Ihsan.
Disamping kegiatan keagamaan, yayasan Nurul Ihsan juga
menyelenggarakan pelatihan-pelatihan keterampilan kepada santri guna
memupuk bakat dan membekali santri dengan keterampilan tertentu bila
nanti sudah terjun di masyarakat. Pelatihan-pelatihan tersebut meliputi
pengembangan minat dan bakat santri pada sektor pertanian, peternakan,
menjahit, membuat kue dan yang lainnya.
Yayasan Nurul Ihsan berdiri di atas tanah seluas 2.180 M2 dan
memiliki bangunan seluas 1.040M2 dengan berbagai fasilitas seperti
asrama, masjid, kamar mandi, sekertariat, dapur, perpustakaan dan masih
banyak yang lainnya. Sampai saat ini, Nurul Ihsan sudah memiliki 200 lebih
anak asuh yang meliputi semua tingkatan mulai dari SD, SMP, dan SMA.
Semua anak yang datang ke yayasan ini berkisar antara 12 sampai 15 tahun,
dan mereka berasal dari berbagai tempat yang dekat maupun yang jauh.
Anak yang berasal dari daerah Tangerang Selatan dan sekitarnya memiliki
42
komunikasi yang rutin terhadap kedua orang tuanya, para orang tua
menjenguk anak asuh satu minggu hingga satu bulan sekali.42
Yayasan Nurul Ihsan sebagai salah satu yayasan yang membantu
negara dalam hal mengasuh dan memelihara anak yatim piatu juga memiliki
sebuah visi untuk mengembangkan diri sebagai lembaga sosial dan
pendidikan swadana yang mengantarkan etika edukasi dengan nilai – nilai
keagamaan dalam pelayanan dan pendidikan yang berkualitas dan
profesional. Yayasan Nurul Ihsan juga memiliki beberapa misi dan tujuan
dalam pengasuhannya, yaitu :
Misi yayasan :
1. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi mutu, baik secara
keilmuan maupun secara moral dan sosial sehingga mampu
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang
mempunyai kualitas di bidang IMTAQ dan IMTEK;
2. Untuk mewujudkan lembaga yang mandiri, agar menghasilkan
alumni yang kreatif dan produktif serta penuh keimanan dalam
mensiasati era globalisasi.43
Tujuan yayasan :
1. Meningkatkan ukhwah Islamiyah dalam beribadah kepada Allah
SWT;
2. Menampung dan memberikan tempat bernaung bagi anak asuh yatim
piatu, fakir miskin, terlantar dan putus sekolah;
3. Membina, melayani, menyantuni dan membekali pendidikan bagi
anak asuh agar dapat hidup mandiri;
42Wawancara pribadi dengan Ustad Adi Wijaya selaku bendahara pada tanggal 14-April-
2017 di kantor Yayasan Nurul Ihsan
43
Data ini diambil dari "Permohonan bantuan pembangunan asrama santri dan dhuafa"
Yayasan Nurul Ihsan pada tanggal 14 Maret 2012
43
4. Membentuk manusia yang berakhlakul karimah sebagai hamba allah
SWT serta menjadi generasi penerus yang memiliki IMTAQ dan
IPTEK;
5. Membangun asrama dan perpustakaan untuk kepentingan santri.44
Seiring dengan tujuan yayasan Nurul Ihsan yang ingin membentuk
manusia yang berakhlakul karimah dan meningkatkan ukhwah Islamiyah
dalam beribadah kepada Allah SWT, Nurul Ihsan selalu mengupayakan
yang terbaik untuk anak asuh yang bernaung dalam yayasan ini, khususnya
dalam agama dan beribadah.Hal tersebut bisa dilihat dari usaha yayasan
yang akhirnya membuahkan hasil sebuah masjid pada tahun 2003/2004.
Ada banyak bantuan yang diterima oleh pihak yayasan, salah satunya
berasal dari pihak dinas sosial dalam bidang agama dan ibadah, mereka
memberikan bantuan berupa alat - alat ibadah seperti kain sarung, peci dan
juga baju koko untuk anak asuh.
Perkembangan anak dimulai dari diri sendiri dan sekitarnya.Nurul
Ihsan selalu membantu seluruh anak asuh untuk berkembang dalam segala
hal, salah satunya dibidang pendidikan. Pihak yayasan memberikan
beberapa bidang pendidikan untuk anak asuh, diantaranya pendidikan
agama, pendidikan formal, dan juga pendidikan Life Skill. Yayasan Nurul
Ihsan memberikan pendidikan Life Skill agar setiap anak asuh yang telah
lulus dapat membuat dirinya menjadi orang yang bisa setidaknya dalam
beberapa hal agar dapat bertahan di masa depan. Upaya yang dilakukan
yayasan dalam memberikan pendidikan Life Skill diantaranya memberikan
kursus membuat pernak-pernik, kesungguhan yayasan juga terlihat dari
adanya kerja sama dengan pihak latihan kerja dalam bidang elektronik dan
mebel.Nurul Ihsan juga bekerja sama dengan pihak sekolah SMP 1 terbuka
44Data ini diambil dari "Permohonan bantuan pembangunan asrama santri dan dhuafa"
Yayasan Nurul Ihsan pada tanggal 14 Maret 2012
44
serpong dalam bidang pendidikan formal. Sayangnya, belum ada bantuan
dalam bidang pendidikan yang diberikan dari pihak pemerintah kepada
yayasan Nurul Ihsan.45
Dalam sarana memberikan pendidikan bagi anak asuh, yayasan
Nurul Ihsan memberikan beberapa pendidikan formal, non formal dan juga
Life Skill kepada para anak asuh. Dari segi formal, yayasan membantu
kebutuhan anak asuh dari SD sampai dengan SMA. Dari segi non formal,
yayasan mengajarkan hal-hal seperti latihan dakwah, riadhoh dan qiraat.
Terakhir dari segi Life Skill, anak asuh diberikan bekal Life Skill untuk
menunjang masa depannya meliputi ternak ikan, ternak kambing, bercocok
tanam, menjahit dan Life Skill lainnya.46
Kita mengetahui bahwasanya kesehatan merupakan salah satu faktor
penting bagi anak untuk bekembang. Yayasan Nurul Ihsan paham akan hal
tersebut, maka pihak yayasan selalu memberikan yang terbaik bagi anak
asuh terutama dalam aspek kesehatan. Ketika Nurul Ihsan masih menjadi
bagian dari kabupaten tangerang, pihak yayasan mendapatkan kartu
jamkesmas untuk meringankan biaya pengobatan. Sekarang di saatNurul
Ihsan sudah menjadi bagian dari kota Tangerang Selatan, yayasan sudah
mendapatkan kerja sama baru dengan puskesmas yang ada di Kelurahan
Keranggan. Banyak bantuan kesehatan yang diberikan oleh donatur,
misalnya dari seorang donatur yang memiliki klinik 24 jam. Adapun jika
pihak yayasan membutuhkan obat-obatan, pihak yayasan Nurul Ihsan dapat
mengajukan hal tersebut ke pemerintah daerah. Beberapa waktu lalu, pihak
45Wawancara pribadi dengan Ustad Adi Wijaya selaku bendahara pada tanggal 14-April-
2017 di kantor Yayasan Nurul Ihsan
46
Data ini diambil dari "Permohonan bantuan pembangunan asrama santri dan dhuafa"
Yayasan Nurul Ihsan pada tanggal 14 Maret 2012
45
pemerintah memberikan bantuan langsung kepada yayasan dalam rangka
meminimalisir penyakit DBD.47
Guna memenuhi segala kebutuhan hidup, pendidikan, keterampilan,
sarana dan prasarana yayasan Nurul Ihsan mendapatkan dana dari segala
aspek mulai dari kas yayasan, infaq dan shodaqoh, donatur, pemerintah
daerah, dan juga sumber lainnya yang halal dan tidak mengikat. Untuk saat
ini, pihak yayasan Nurul Ihsan berharap agar pemerintah dapat membantu
dalam pembangunan asrama putri yang saat ini sedang dalam terkendala.
Pihak yayasan sudah mengajukan bantuan terhadap pemerintah daerah
Tangerang Selatan. Pihak yayasan Nurul Ihsan juga berharap agar
pemerintah dapat memberikan perhatian kepada anak asuh khusunya anak
yatim dhuafa dan juga staff yang bekerja di yayasan Nurul Ihsan.48
47Wawancara pribadi dengan Ustad Adi Wijaya selaku bendahara pada tanggal 14-April-
2017 di kantor Yayasan Nurul Ihsan
48
Wawancara pribadi dengan Ustad Adi Wijaya selaku bendahara pada tanggal 14-April-
2017 di kantor Yayasan Nurul Ihsan
46
BAB IV
PENGASUHAN ANAK PADA YAYASAN YATIM PIATU
DI TANGERANG SELATAN
A. Pembinaan Agama dan Moral
Agama merupakan suatu hal penting mengingat Negara Indonesia
merupakan salah satu negara dengan banyak agama namun masih terjaga
kerukunannya. Anak berhak menentukan apa agama yang akan dianut. Hal
tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak pasal 6 yang berbunyi "Setiap anak berhak untuk
beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua atau wali."
Anak dapat memilih apapun agama yang dianutnya, maka dari itu setiap
anak harus mendapatkan pembinaan tentang agama dan moral yang akan
dianutnya agar setiap anak dapat menjalankan agamanya dengan benar.
Pembinaan Agama Islam dan Moral seharusnya ditanamkan kepada
anak-anak sejak mereka kecil, sehingga ketika mereka dewasa, mereka
dapat membedakan mana yang baik dan benar. Pembinaan agama untuk
anak itu sendiri bisa dimulai dari pembinaan melakukan shalat 5 waktu,
sesuai dengan firman Allah SWT :
ر م ا وأ ه ي ل ع ر ب ط ص وا ة ل ص ل ا ب ك ل ى ا أ رزق ك ل أ س ن ك ل رزق ن ن ح ن
وى ق ت ل ل ة ب ق ا ع ل وا
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki
46
47
kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa" (Thaha 132)
selain dapat pembelajaran tentang iman dan agama dengan baik, jika kita
mengajarkan anak untuk shalat 5 waktu, maka anak tersebut akan
melakukan shalat sampai besar dengan kedisplinan. Dengan displin dalam
mengerjakan shalat, diharapkan anak juga dapat berdisiplin disemua hal.
Pembinaan moral juga ada kaitan dengan iman dan agama. Moral
atau yang selama ini kita tau dengan akhlak akan menjadi baik sesuai
dengan iman dan agamanya, jika iman bagus dan menjalankan agamanya
dengan baik, maka seorang anak akan memiliki akhlak yang baik pula. Hal
tersebut dikarenakan iman dan agama merupakan fondasi yang membentuk
akhlak seseorang. Seharusnya hal-hal inilah yang harus diajarkan oleh
yayasan-yayasan untuk mendidik anak asuh mereka terutama yayasan yang
menggunakan agama dalam landasan pengasuhannya.
Yayasan Al-Matiin yang merupakan yayasan yang menggunakan
agama dalam pengasuhannya, mengajarkan agama kepada anak sampai hal-
hal terdetail seperti cara wudhu, cara shalat, dan bahkan cara untuk
membersihkan diri agar anak dapat beribadah dengan baik dan benar. Selain
mengajarkan hal-hal tersebut, yayasan Al-Matiin juga selalu menjaga ala-
alat yang digunakan dalam shalat seperti pakaian, sarung, peci dan tempat
ibadah selalu bersih dan suci agar setiap anak yang beribadah dapat
beribadah dengan khusyuk.49
Yayasan Bahrul'ulum yang memfokuskan kepada shalat 5 waktu
secara berjamaah di aula yang berada dalam yayasan. Aula tersebut
disiapkan pihak yayasan bukan hanya digunakan untuk shalat 5 waktu,
namun juga untuk kegiatan belajar mengajar dan hal lainnya. Hal tersebut
49 Wawancara pribadi dengan Ustad Ucup selaku Pengasuh Yayasan Al-Matiin pada tanggal
22 Mei 2017 di kantor yayasan Al-Matiin
48
dilakukan supaya setiap anak yang melakukan ibadah maupun kegiatan
mendapatkan pengawasan dan memastikan agar setiap anak dapat
melaksanakan ibadahnya dengan bebas dan khusyuk.50
Yayasan Nurul Ihsan juga berupaya untuk memberikan kebebasan
dalam melaksanakan ibadah menurut agamanya, karena yayasan ini
menggunakan agama sebagai landasannya dalam mengasuh, maka upaya
yang dilakukan yang utama adalah membuat masjid yang nyaman agar
setiap anak dapat menggunakan masjid tersebut untuk melakukan shalat 5
waktu.51
Pihak pemerintah khususnya dinas sosial juga memberikan
kontribusi yang cukup baik dalam perkembangan yayasan untuk
memberikan kebebasan beribadah kepada setiap anak asuhnya. Pemerintah
memberikan biaya rehabilitasi aula kepada yayasan Bahrul'ulum dan itu
sangat membantu pihak yayasan untuk memberikan layanan terbaik dalam
kebebasan beragama untuk anak asuhnya. Pemerintah juga memberikan
bantuan terhadap yayasan Nurul Ihsan dalam rangka membantu yayasan
berupa ala-alat ibadah seperti kain sarung, peci dan juga baju-baju koko
untuk anak asuh. Sayangnya, yayasan Al-Matiin belum punya kesempatan
untuk mendapatkan bantuan dari pihak pemerintah dari segi bantuan agama.
B. Pendidikan Intelektual
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam
menumbuhkembangkan seorang anak. Hal tersebt dikarenakan anak yang
cerdas kemungkinan besar akan menjadi penerus yang bermanfaat bagi
kerabat maupun negara. Maka dari itu setiap anak berhak mendapatkan
pendidikan sesuai dengan usia dan pola pikirnya sebagaimana disebutkan
50 Wawancara pribadi denga Ustad Heri Selaku Kepala Panti pada tanggal 20-Mei-2017 di
kantor Bahrul'ulum
51
Wawancara pribadi dengan Ustad Adi Wijaya selaku bendahara pada tanggal 14-April-
2017 di kantor Yayasan Nurul Ihsan
49
dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 pasal 9 :
1. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya;
2. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan
dari kejahatan seksual dan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik,
tenaga kependidikan, dan/atau pihak lain;
3. Selain mendapatkan hak anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (1a), anak penyandang disabilitas berhak memperoleh
pendidikan luar biasa dan anak yang memiliki keunggulan berhak
mendaptakan pendidikan khusus.
Pendidikan intelektual disini merupakan pembentukan dan
pembinaan kerangka berfikir anak dengan sesuatu yang bermanfaat seperti
ilmu pengetahuan hukum, peradaban ilmiah, dan modernisasi serta
kesadaran berfikir dan berbudaya.52
Dengan pendidikan intelektual yang
cukup, maka anak akanberkembang dengan baik sehingga terjadi
keseimbangan antara jasmani, rohani, maupun akal. Hal ini berdasarkan
bahwa ilmu sama pentingnya dengan kebaikan yang dilakukan, bahkan ilmu
merupakan satu-satunya kebaikan di alam dunia maupun akhirat, hal
tersebut terbukti dengan hadits "Siapa yang menghendaki kebaikan di dunia
maka dengan ilmu. Siapa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka
dengan ilmu. Siapa yang menghendaki keduanya makan dengan ilmu (H.R
Bukhori dan Muslim)"53
52Abdullah Nasluh Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, h. 270
53
http://khairima.blogspot.co.id/2012/03/kumpulan-hadis-hadis-tarbawi.html
50
Allah SWT Berfirman dalam Quran :
ا د رش ت لم ع ا م م ن لم ع ت ن أ ى ل ع ك ع تب أ ل ى ى وس و م ل ال ق
"Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?" (Al-Kahf 66)
Ayat tersebut berbicara mengenai Musa AS yang ingin diajarkan oleh
Khidr, bagaimana seorang Nabi saja sangat ingin memiliki pendidikan yang
baik dan luas, maka ajarkanlah anakmu agar mereka mendapatkan
pendidikan yang layak. Penggalan ayat Quran dan hadits tersebut
membuktikan bahwa pendidikan merupakan salah satu hal yang wajib
dimiliki seluruh manusia agar setiap manusia bisa memaksimalkan apa yang
dimilikinya.
Yayasan Al-Matiin menjungjung tinggi pendidikan dan akhirnya
mengupayakan segala hal agar setiap anak yang ada di yayasan ini bisa
mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan formal yang dimulai dari
SD, SMP, SMA dan bahkan perguruan tinggi akan dibantu semaksimal
mungkin oleh pihak yayasan. Pihak pemerintah aktif dalam memberikan
bantuan terhadap anak berupa program BOS dan untuk tahun ini pihak
yayasan juga mendapatkan dana yang cukup besar. Dana tersebut
diharapkan dapat membantu perkembangan pendidikan formal maupun non
formal yang ada di yayasan ini.54
Yayasan Bahrul'ulum megupayakan agar setiap anak mendapatkan
pendidikan yang cukup untuk bekalnya dimasa mendatang. Hal itu terlihat
dari pihak yayasan yang mencari kerja sama dengan sekolah-sekolah yang
54Wawancara pribadi dengan Ustad Ucup selaku Pengasuh Yayasan Al-Matiin pada tanggal
22 Mei 2017 di kantor yayasan Al-Matiin
51
ada di sekitar yayasan. Ditambah pendidikan non formal yang disiapkan
yayasan untuk para anak seperti tahfidz, latihan berdakwah dan yang
lainnya. Pihak pemerintah juga sudah menyiapkan dana BOS untuk anak
asuh yayasan Bahrul'ulum walaupun belum secara seluruhnya, karena untuk
yayasan Bahrul'ulum yang terdaftar untuk program dana BOS hanya anak
yang tingkat SD, sedangkan SMP belum terdaftar dan SMA masih
tergantung kepada kebijakan sekolahnya masing-masing.55
Yayasan Nurul Ihsan tidak berfokus hanya kepada pendidikan formal
dan non formal, namun yayasan ini juga memberikan Life Skill kepada anak
asuhnya. Pandangan yayasan ini memberikan Life Skill agar setiap anak
asuh yang telah lulus membuat anak tersebut menjadi orang yang bisa
bertahan dalam menghadapi masa depan. Hal ini terlihat dari kesungguhan
yayasan Nurul Ihsan dalam berbagai hal seperti memberikan kursus
membuat pernak-pernik, apalagi yayasan membuat kerja sama dengan pihak
latihan kerja dalam bidang elektronik dan mebel.Nurul Ihsan juga bekerja
sama dengan pihak sekolah SMP 1 terbuka serpong dalam pendidikan
formal, sayangnya belum ada bantuan dalam bidang pendidikan yang
diberikan dari pihak pemerintah kepada yayasan.56
C. Kesehatan
Manusia memiliki batas kekuatan untuk melakukan setiap pekerjaan,
sehingga setiap orang bahkan seorang anak juga butuh istirahat, maka setiap
orang berhak untuk mendapatkan waktu beristirahat sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa "Setiap anak
berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan
55Wawancara pribadi denga Ustad Heri Selaku Kepala Panti pada tanggal 20-Mei-2017 di
kantor Bahrul'ulum
56
Wawancara pribadi dengan Ustad Adi Wijaya selaku bendahara pada tanggal 14-April-
2017 di kantor Yayasan Nurul Ihsan
52
anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat,
bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri".
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anakpasal 8
menyebutkan bahwa "Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan
dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan
sosial". Undang-undang ini bertujuan agar setiap anak yang lahir tidak
terganggu dengan penyakit-penyakit yang bisa mengganggu tumbuh
kembang anak dan agar anak bisa tumbuh dengan sehat dan aktif.
Undang-undang di atas merupakan undang-undang mengenai anak
yangharus diberikan waktu untuk beristirahat dan undang-undang mengenai
anak yang harus mendapatkan fasilitas kesehatan. Kedua hal tersebut sangat
berkaitan, dimana jika seorang anak tidak diberikan waktu untuk
beristirahat, maka lama kelamaan tubuh anak tersebut tidak akan kuat dan
akhirnya akan terkena penyakit. Ketika seorang anak terkena penyakit,
maka harus langsung diberikan pengobatan agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Dari sini kita bisa lihat bahwa istirahat dan kesehatan
merupakan hal yang harus diperhatikan agar seorang anak dapat tumbuh
dan berkembang secara layak.
Yayasan Al-Matiin sangat menjaga kesehatan dari setiap anak asuh
yang berada dalam tanggung jawabnya, bahkan pihak yayasan melihat
kesehatan anak dari hal-hal yang sangat detail dimulai dari bagian terkecil
seperti makanan yang diberikan, tempat tidur, dan juga kamar mandi yang
berada di lingkungan yayasan. Pihak yayasan mengclaim bahwa makanan
yang di sajikan harus makanan yang baik dan mengandung banyak gizi.57
Pihak pemerintah juga aktif membantu yayasan untuk menjaga kesehatan
57Wawancara pribadi dengan Ustad Ucup selaku Pengasuh Yayasan Al-Matiin pada tanggal
22 Mei 2017 di kantor yayasan Al-Matiin
53
anak asuh, karena pemerintah menjamin segala hal yang dibutuhkan rumah
sakit untuk membantu anak yang sedang sakit, dan pihak yayasan Al-Matiin
sangat terbantu akan hal tersebut.
Yayasan Bahrul'ulum juga menjaga kesehatan anak asuhnya dengan
hati-hati agar seorang anak dapat menggapai impiannya dimasa depan,
maka dari itu setiap anak asuh yang berada dalam naungan yayasan
Bahrul'ulum selalu dijaga kesehatannya mulai dari bangun tidur hingga
anak tidur kembali. Pihak yayasan sudah bekerja sama dengan pihak
puskesmas Pondok Aren bila ada anak yang sakit dan masih bisa dicover
oleh pihak puskesmas. Jika penyakit tidak bisa ditangani oleh pihak
puskesmas makan akan dirujuk ke rumah sakit yang ada di Tangerang
Selatan. Nantinya, pihak pemerintah akan membuat kartu kesehatan santri
yang dapat membantu yayasan dalam memelihara kesehatan anak yang ada
di yayasan Bahrul'ulum,58
sayangnya kartu tersebut membatasi
pemakaiannya hanya untuk anak asuh yang berdomisili dari Tangerang
Selatan.
Yayasan Nurul Ihsan merasa bahwa kesehatan juga merupakan salah
satu faktor penting penunjang keberhasilan untuk seorang anak Ketika
Nurul Ihsan masih menjadi bagian dari kabupaten Tangerang, pihak
yayasan mendapatkan kartu jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat)
untuk meringankan biaya pengobatan anak. Sekarang, di saatNurul Ihsan
sudah menjadi bagian dari kota Tangerang Selatan, yayasan sudah
mendapatkan kerja sama baru dengan puskesmas yang ada di kelurahan
Keranggan untuk membantu mengatasi penyakit bagi anak asuh yayasan
Nurul Ihsan. Ada juga bantuan kesehatan yang diberikan oleh donatur,
misalnya dari seorang donatur yang memiliki klinik 24jam. Pihak
58Wawancara pribadi denga Ustad Heri Selaku Kepala Panti pada tanggal 20-Mei-2017 di
kantor Bahrul'ulum
54
pemerintah juga ikut andil dalam menjaga kesehatan anak khususnya di
yayasan Nurul Ihsan, jika pihak yayasan membutuhkan obat-obatan maka
pihak yayasan bisa langsung mengajukan hal tersebut ke pemerintah daerah.
dan beberapa waktu lalu, pihak pemerintah memberikan bantuan langsung
kepada yayasan dalam rangka meminimalisir penyakit DBD.59
Yayasan Al-Matii, Bahrul'ulum dan Nurul Ihsan telah menjadi
yayasan yang sangat besar dengan sistem pengasuhan yang baik.
Sayangnya, Peneliti menyadari bahwa ada beberapa aspek yang seharusnya
dijadikan prioritas agar anak-anak yang bernaung merasa nyaman bila
berada di dalam yayasan, seperti menyelesaikan asrama yang belum tuntas,
memisahkan tempat beribadah maupun belajar dan juga diharapkan dapat
memelihara dan menyayangi anak asuh selayaknya anak sendiri.
59Wawancara pribadi dengan Ustad Adi Wijaya selaku bendahara pada tanggal 14-April-
2017 di kantor Yayasan Nurul Ihsan
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pencarian data, wawancara dan analisis dari
penulis terhadap yayasan yang berada di Tangerang Selatan dan sudah di
uraikan pada pembahasan sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak. Setiap anak berhak mendapatkan haknya seperti identitas diri,
pendidikan, kesehatan, perlindungan terhadap kekerasan, waktu untuk
beristirahat dan bagi anak yang menyandang cacat dapat memperoleh
rehabilitasi dan bantuan sosial. Negara dan pemerintah berkewajiban dan
bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam
penyelenggaraan perlindungan dan pemeliharaan anak. Pengasuhan yang
dilakukan oleh lembaga sosial diwajibkan melindungi anak untuk
beribadah menurut agamanya, menjaga kesehatan anak dan juga
memberikan pendidikan pada anak. Dan peran pemerintah adalah
menyelenggarakan pendidikan, memberikan bantuan kesehatan dan
bantuan cuma-cuma serta pelayanan khusus bagi anak terlantar, kurang
mampu dan anak yang tinggal di daerah terpencil. Adapun secara khusus,
tidak ada undang-undang yang mengatur tentang pengasuhan maupun
pemeliharaan anak yatim oleh yayasan, sehingga pola pengasuhan yang
benar terhadap anak yatim di yayasan yatim piatudikembalikan kepada
undang-undang perlindungan anak.
2. Yayasan yatim piatu yang berada di Tangerang Selatan menjadikan
undang-undang perlindungan anak sebagai salah satu rujukan dari
pengasuhannya, selain agama. Pola pengasuhan anak yatim piatu yang
dilaksanakan oleh yayasan Al - Matiin, Bahrul'ulum dan juga Nurul Ihsan
55
56
telah sesuai dengan aturan yang berlaku menurut Undang-Undang Nomor
35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, bahwa setiap anak harus
diperlakukan dan diasuh dengan baik dan layak, Setiap yayasan telah
berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan anak seperti
jaminan melaksanakan agamanya, mendapatkan pendidikan yang sesuai
dengan umur dan pola pikirnya sampai dengan pemeliharaan dalam
kesehatan agar setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara baik di
dalam yayasan.
B. Saran
Berdasakan apa yang penulis uraikan di atas, maka dapat diberikan
saran - saran sebagai berikut :
1. Setiap yayasan yatim piatu seharusnya memiliki standar kelayakan
tentang pengasuhan yang dilakukan oleh yayasan itu sendiri. Hal tersebut
dilakukan, agar setiap anak yang masuk ke dalam yayasan yatim piatu
mendapatkan jaminan kehidupan dan perkembangan yang layak.
2. Pemerintah sebagai salah satu yang bertanggung jawab atas anak yatim
piatu harus lebih peduli dan peka terhadap keberlangsungan hidup anak
yatim piatu yang berada di yayasan sebagai perwujudan hak asasi manusia
yang harus diterima oleh anak yatim piatu, fakir miskin dan terlantar
sesuai dengan Undang-Undang Dasar pasal 34 ayat 1 yang berbunyi
bahwa fakir miskin dan terlantar dipelihara oleh Negara.
3. Pemerintah dan yayasan harus bersinergi dalam membangun dan
memperbaiki lembaga terkait, seperti pemerintah memberikan
penghargaan berupa dana operasional yang cukup bagi para staff yang
bekerja dalam yayasan, khususnya Tangerang Selatan.
4. Pemerintah yang dalam undang-undang memiliki kewajiban untuk
membantu dan mendorong yayasan dalam mengasuh anak yatim piatu
seharusnya membantu yayasan dengan cermat agar setiap anak
mendapatan kesempatan untuk berkembang secara layak, namun
57
pemerintah terlihat tidak sepenuhnya andil dalam memberikan bantuan
untuk mengasuh anak yatim secara merata, seperti membantu
pembangunan sarana dan prasarana yang dilakukan Al-Matiin dan
beasiswa yang selalu ditunggu oleh anak yatim di Nurul Ihsan.
58
Daftar Pustaka
Abu, M.Syamsul arifin, dkk. Anak Yatim, Kajian Fikih dan Realitas Sosial, Jawa
Timur : Pustaka SIDOGIRI, 1006.
Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullarh Jakarta, 2010
Al-Hamdani, S.A, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani, 2002.
Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2005
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004.
Anshori, Ibnu, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam Jakarta: KPAI, 2007.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1994
Hidayat Rachmat Taufiq, Khazanah Istilah Alquran Bandung: Mizan, 1999.
Kamil ahmad dan M. Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di
Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Kasyaf S, Ben Akrom, Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim, Jakarta : Al-Maghfiroh,
2012.
Kumpulan Hadits Tarbawi. Artikel diakses pada 29 November 2017 dari
http://khairima.blogspot.co.id/2012/03/kumpulan-hadis-hadis-tarbawi.html
Law Community, materi-materi hukum di Indonesia, diakses pada 28-11-2017 dari
link : herwandybaharuddinsaade.blogspot.co.id
Mulyani W, Kusumah, Hukum dan Hak-Hak Anak, cet I, Jakarta: CV.Rajawali,
1986.
Mustaqim, Abdul, Menjadi Orang Tua Bijak: Solusi Kreatif Menangani Pelbagai
Masalah Pada Anak, Bandung: Al-Bayan, 2003.
Prakoso Abintoro, Hukum Perlindungan Anak, Yogyakarta: LaksBang PRESSindo,
2016
59
Qasim, Ibnu, Tausyih Ala Ibnu Qasim Terjemah, Surabaya: Al-Hidayah, 2002.
Rahmat, Hakin, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah Terjemah, cet IV juz 4, Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2012.
Sopyan, Yayan, Metode Penelitian Hukum, jakarta: Buku Ajar, 2009.
Sukharmad, Winarto, Pengantar Penelitian-Penelitian: Metode Teknis, Bandung:
Tarsito, 1994.
Sulaiman, Abu Dawud bin al-Asy’ats al-Azdi as-Sijistani, Ensklopedia Hadits 5:
Sunan Abu Dawud, cet 1, Jakarta: Almahira, 2013.
Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2007.
Suwaid, Muhammad, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, Panduan Lengkap
Pendidikan Anak Disertai Teladan Kehidupan Para Salaf terj. Salafuddin
abu Sayyid, Solo : Pustaka Arafah, 2006
T Yanggo, Huzaemah, Fiqh Anak, Jakarta: Al-Mawardi, 2004,
Tafsir Al-Quran Online. Artikel diakses pada 30 November dari
https://tafsirq.com/hadits/abu-daud/417 pada 29-11-2017
Tihami dan Sohami Sahrani, fiqih munakahat, cet II Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2010
TM, Fuaduddin, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, cet I, Jakarta: Lembaga
Kajian Agama dan Jender, 1999.
Ulwan, Abdullah Nashih, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, terj. Saifullah
Kamalie & Heri Noer Ali, Semarang: Asy-Syifa’, 1981.
Undang-Undang 1945 hasil amandemen
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahtaeraan Sosial
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
60
Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Interview pribadi dengan Ustad Adi Wijaya, Bendahara Yayasan Nurul Ihsan, Setu,
14 April 2017.
Interview pribadi dengan Ustad Heri, Kepala Panti Bahrul'ulum, Pondok Aren, 20
Mei 2017.
Interview pribadi dengan Ustad Ucup, Pengasuh Yayasan Al-Matiin, Ciputat, 22 Mei
2017.
Yayasan : Al – Matiin
Narasumber : Ustad Ucup (Pendiri Yayasan)
Tanggal : 22 Mei 2017
1. Apakah yayasan ini berlandaskan agama dalam pengasuhanya?
Jika iya, apakah anak yang berbeda agama boleh masuk ke dalam yayasan ini?
Jika tidak, apa alasanya?
Jawaban :
Iya, jika tidak berlandaskan agama lalu untuk apa mendirikan yayasan
atau panti karena mendidik anak merupakan perintah agama. Untuk anak yang
berbeda agama, tidak boleh masuk ke dalam yayasan ini terkecuali jika mereka
memeluk agama islam terlebih dahulu. Hal tersebut dikarenakan banyaknya
yayasan dan beberapa diantaranya merupakan yayasan non muslim.
2. Jati diri dan orang tua
Pasal 27, identitas diri harus diberikan sejak kelahiranya. Apakah ada anak yang
sudah berada disini sejak lahir atau setidaknya sebelum mereka mengetahui jati
dirinya dan orang tuanya?
Jika ada, apa upaya yayasan untuk membantu anak?
Jika tidak, apakah ada komunikasi antara anak dan orang tuanya tesebut?
Jawaban :
Tidak ada, usia paling muda yang masuk yayasan ini adalah kelas 3 SD
sedangkan untuk yang dari bayi sampai saat ini belum ada. Komunikasi antara
anak dan orang tuanya harus dilakukan sebulan sekali, dan anak harus pulang 3
kali selama setahun, setiap liburan semester dan juga lebaran idul fitri.
3. Apa yang anda ketahui tentang kewajiban yayasan dalam mengasuh anak
asuhhnya?
Jawaban :
Kewajiban yayasan itu mencakup mendidik, mengarahkan anak menjadi
orang yang berguna dan tidak boleh ditelantarkan. Karena, pemerintah pun akan
kewalahan jika tidak dibantu dengan yayasan. Yayasan juga yang membina,
mendukung, mendidik dan juga melindungi tumbuh kembang anak dengan baik.
4. Agama
Pasal 42, setiap anak mendapat perlindungan untuk beribadah menurut
agamanya. Apa yang yayasan upayakan dalam membantu anak untuk
memperoleh hal tersebut?
Apakah ada upaya dari pemerintah untuk membantu yayasan dalam melindungi
kegiatan beribadah anak?
Jawaban :
Anak – anak diajarkan segala sesuatu mengenai ibadah, dimulai dari
wudhu, istinja, thoharoh maupun solat. Dalam hal pakaian , sarung, peci dan
tempat ibadahpun harus bersih dan suci. Untuk saat ini, belum ada bantuan dari
pemerintah mengenai hal agama itu sendiri.
5. Pendidikan
Pasal 9, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasanya sesuai dengan minat
dan bakatnya. Apa yang yayasan upayakan dalam membantu anak untuk
memperoleh hal tersebut?
Pasal 48, pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9
tahun untuk semua anak. Adakah peran pemerintah dalam membantu yayasan
untuk menyelenggarakan pendidikan anak?
Jawaban :
Pihak yayasan membantu dari mulai TK, SD, SMP, SMA maupun
Perguruan Tinggi. Segala sesuatunya dibantu oleh yayasan. ada peran
pemerintah di aspek pendidikan ini, misal adanya dana BOS yang diberikan dari
pihak sekolah. Untuk yayasan sendiri tahun ini mendapatkan 28 Juta untuk
pendidikan dalam yayasan.
6. Kesehatan
Pasal 8, setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan, jaminan sosial
sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Apa yang yayasan
upayakan dalam membantu anak untuk memperoleh hal tersebut?
Pasal 44, pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya
kesehatan yang komprehensif bagi anak agar setiap anak memperoleh derajat
kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan. Adakah peran pemerintah dalam
membantu yayasan untuk menyelenggarakan kesehatan anak?
Jawaban :
Dalam yayasan, seorang anak harus makan makanan yang baik dan
bergizi. Untuk saat ini peran pemerintah dalam hal kesehatan adalah menjamin
segala hal yang dibutuhkan rumah sakit untuk membantu anak yang sedang sakit.
7. Apakah harapan anda terhadap pemerintah untuk yayasan yang ada di tangerang
selatan ini, khususnya yayasan yang anda dirikan?
Jawaban :
Harapan kami sangat besar terhadap pemerintah, terutama bantuan
masalah sarana dan prasarana khususnya untuk solat dan tempat tinggal.
Diharapkan pemerintah menengok yayasan panti juga, jangan hanya menengok
sekolah – sekolah sedangkan yayasan di lihat sebelah mata. Kami harap bisa
memperhatikan staff – staff yang bertugas dalam panti karena mereka juga
memiliki keluarga.
Yayasan : BahrulUlum
Narasumber : Ustad Heri (Kepala Panti Asuhan)
Tanggal : 20 Mei 2017
1. Apakah yayasan ini berlandaskan agama dalam pengasuhanya?
Jika iya, apakah anak yang berbeda agama boleh masuk ke dalam yayasan
ini?
Jika tidak, apa alasanya?
Jawaban :
iya, yayasan ini memang berlandaskan agama dalam pengasuhannya
sesuai dalam misi panti yaitu membuat generasi yang sosial, cerdas, bertaqwa
dan berakhlakul karimah. Tidak ada anak yang mau masuk yayasan ini selain
yang beragama islam, kalaupun ada, biasanya hanya sebatas donatur. Namun,
jika memang tertarik untuk masuk yayasan dibolehkan, tetapi biasanya
mereka melanjutkannya sampai tahap muallaf.
2. Jati diri dan orang tua
Pasal 27, identitas diri harus diberikan sejak kelahiranya. Apakah ada anak
yang sudah berada disini sejak lahir atau setidaknya sebelum mereka
mengetahui jati dirinya dan orang tuanya?
Jika ada, apa upaya yayasan untuk membantu anak?
Jika tidak, apakah ada komunikasi antara anak dan orang tuanya tesebut?
Jawaban :
Ada, salah satu anak yang selama ini tinggal disini sejak berumur 2
tahun yang awalnya diantar oleh ibu dari anak tersebut. Yang dimana anak
tersebut merupakan anak yatim, dan juga ibunya merupakan seorang
pembantu rumah tangga dari donatur yayasan.Upaya yayasan dalam
membantu anak adalah menjadikan anak sebagai bagian dari salah satu
pengurus yayasan dan hal tersebut sudah sah menurut hukum.
3. Apa yang anda ketahui tentang kewajiban yayasan dalam mengasuh anak
asuhhnya?
Jawaban :
Mengasuh tersebut identik dengan memberikan pendidikan dan
menjaga sang anak. kita memberikan mereka pendidikan, asrama dan apapun
kebutuhan mereka selama tinggal di asrama.
4. Agama
Pasal 42, setiap anak mendapat perlindungan untuk beribadah menurut
agamanya. Apa yang yayasan upayakan dalam membantu anak untuk
memperoleh hal tersebut?
Apakah ada upaya dari pemerintah untuk membantu yayasan dalam
melindungi kegiatan beribadah anak?
Jawaban :
Kita mewajibkan mereka untuk selalu solat 5 waktu berjamaah, dan
selama mereka memiliki kemampuan dalam hal ibadah, kita selalu
memberikan mereka kebebasan untuk melakukannya. Untuk fasilitas, kita ada
aula yang dijadikan tempat untuk kegiatan belajar dan untuk hal – hal lain,
karena untuk solat jum’at ada masjid yang bisa dijadikan tempat yang lebih
luas untuk itu. Dalam hal beribadah, pemerintah memberikan biaya
rehabilitasi untuk aula yang sudah ada, walau pada akhirnya tidak diambil.
Jika ada dana hibahpun, dari pihak pemerintah memberitahu kepada pihak
yayasan.
5. Pendidikan
Pasal 9, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasanya sesuai dengan
minat dan bakatnya. Apa yang yayasan upayakan dalam membantu anak
untuk memperoleh hal tersebut?
Pasal 48, pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9
tahun untuk semua anak. Adakah peran pemerintah dalam membantu yayasan
untuk menyelenggarakan pendidikan anak?
Jawaban :
Sesuai dengan visi yayasan, kita memberikan pendidikan secara
formal maupun non formal. Jika pendidikan formal seperti SD, SMP maupun
SMA sudah terlaksana. Kalau non formal kita fokuskan kepada pendidikan
pondok pesantren. Dari pihak pemerintah, untuk SD kita sudah terdaftar dan
mendapatkan dana BOS, sedangkan SMP belum terdaftar dan SMA
tergantung dari kebijakan sekolah masing- masing.
6. Kesehatan
Pasal 8, setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan, jaminan sosial
sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Apa yang
yayasan upayakan dalam membantu anak untuk memperoleh hal tersebut?
Pasal 44, pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan
upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak agar setiap anak memperoleh
derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan. Adakah peran
pemerintah dalam membantu yayasan untuk menyelenggarakan kesehatan
anak?
Jawaban :
Alhamdulillah kita sudah bekerja sama dengan puskemas pondok aren,
shingga jika anak – anak sakit dan masih bisa tercover oleh puskemas.
Namun, jika dari pihak puskemas tidak sanggup mengcover, kita rujuk ke
rumah sakit yang ada di tangerang selatan. Memang ada kartu yang membuat
kita bisa menggunakan jasa dari puskesmas itu sendiri secara gratis, lalu ada
program pemerintah yang nantinya akan membuat kartu kesehatan santri
untuk para anak yang berada dalam naungan yayasan, namun hal tersebut
dibatasi dengan hanya anak – anak yang berdomisili dari tangerang selatan.
7. Apakah harapan anda terhadap pemerintah untuk yayasan yang ada di
tangerang selatan ini, khususnya yayasan yang anda dirikan?
Jawaban :
Untuk harapan, sebenarnya kita selama ini sudah terbantu sekali dengan
dinas sosial. Karena semua yang kita inginkan (seperti info dll), mereka
selalu menghubungi semua yayasan dengan perantara forum yayasan se-
Tangerang selatan. Namun untuk dalam hal dana, kemungkinan besar
yayasan yang mendapatkan dana tersebut digilir karena memang banyak
sekali yayasan yang ada di tangerang selatan ini. Yang kita inginkan hanya
dinas sosial bisa mengayomi dan membimbing kita para yayasan apapun
kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan oleh pihak yayasan.
Yayasan : Nurul Ihsan
Narasumber : Ustad Adi (Pengelola Yayasan)
Tanggal : 14 April 2017
1. Apakah yayasan ini berlandaskan agama dalam pengasuhanya?
Jika iya, apakah anak yang berbeda agama boleh masuk ke dalam yayasan ini?
Jika tidak, apa alasanya?
Jawaban :
Iya, yayasan ini berlandaskan agama dalam pengasuhannya. Untuk
yang berbeda agama, untuk secara pengasuhannya boleh, namun jika secara
agama mungkin akan kita arahkan kepada yayasan sesuai keagamaanya.
2. Jati diri dan orang tua
Pasal 27, identitas diri harus diberikan sejak kelahiranya. Apakah ada anak yang
sudah berada disini sejak lahir atau setidaknya sebelum mereka mengetahui jati
dirinya dan orang tuanya?
Jika ada, apa upaya yayasan untuk membantu anak?
Jika tidak, apakah ada komunikasi antara anak dan orang tuanya tesebut?
Jawaban :
Belum ada, yang masuk ke yayasan ini kebanyakan berkisar umur
antara 12 sampai 15 tahun. Ada komunikasi antara anak asuh dan orang tua
kandungnya, untuk yang jaraknya dekat komunikasi tersebut dengan menjenguk
anaknya sekaligus silaturahmi pada pihak yayasan.
3. Apa yang anda ketahui tentang kewajiban yayasan dalam mengasuh anak
asuhhnya?
Jawaban :
Selain memberikan pendidikan, yayasan juga memberikan pendidikan
life skills berupa ternak dan juga membuat kue secara kecil-kecilan.
4. Agama
Pasal 42, setiap anak mendapat perlindungan untuk beribadah menurut
agamanya. Apa yang yayasan upayakan dalam membantu anak untuk
memperoleh hal tersebut?
Apakah ada upaya dari pemerintah untuk membantu yayasan dalam melindungi
kegiatan beribadah anak?
Jawaban :
Kita selalu mengupayakan yang terbaik untuk para anak asuh, di tahun
2003/2004 kita bisa membangun masjid. Adapun bantuan – bantuan yang
diterima yayasan dari pihak pemerintah berupa kain sarung, peci dan baju koko.
5. Pendidikan
Pasal 9, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasanya sesuai dengan minat
dan bakatnya. Apa yang yayasan upayakan dalam membantu anak untuk
memperoleh hal tersebut?
Pasal 48, pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9
tahun untuk semua anak. Adakah peran pemerintah dalam membantu yayasan
untuk menyelenggarakan pendidikan anak?
Jawaban :
Upaya yayasan dalam pendidikan beberapa diantaranya adalah
membuat kursus membuat pernak – pernik dan juga bekerja sama dengan balai
latihan kerja dalam bidang elektronik dan mebel. Kita memiliki kerja sama
dengan pihak sekolah SMP 1 terbuka serpong, namun jika beasiswa gratis dari
pemerintah, kita belum mendapatkannya.
6. Kesehatan
Pasal 8, setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan, jaminan sosial
sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Apa yang yayasan
upayakan dalam membantu anak untuk memperoleh hal tersebut?
Pasal 44, pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya
kesehatan yang komprehensif bagi anak agar setiap anak memperoleh derajat
kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan. Adakah peran pemerintah dalam
membantu yayasan untuk menyelenggarakan kesehatan anak?
Jawaban :
Waktu masih menjadi kabupaten kita mendapatkan kartu jamkesmas untuk
meringankan, namun setelah menjadi kota tangerang selatan kita mendapatkan
kerja sama baru dengan puskesmas di kelurahan karanggan. Ada juga bantuan
dari donatur yang memiliki klinik yang siap 24 jam. Beberapa waktu lalu, pihak
pemerintah terjun langsung ke yayasan dalam rangka meminimalisir DBD.
Adapun jika kita membutuhkan obat – obatan kita bisa mengajukan hal tersebut
ke pemerintah daerah.
7. Apakah harapan anda terhadap pemerintah untuk yayasan yang ada di tangerang
selatan ini, khususnya yayasan yang anda dirikan?
Jawaban :
Untuk saaat ini, kamu mendapatkan kendala dalam membangun
asrama putri, kitapun sudah mengajukan hal tersebut ke pemerintah dan semoga
ada realisasinya. Kedepannya, kita berharap pemerintah lebih memberi perhatian
kepada anak asuh khususnya yang ada di yayasan ini terutama anak yatim dan
dhuafa. Dan tak lupa, kami berharap agar para staff yayasan agar lebih
diperhatikan.