25
PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila Cahya Erlita C2B606020 Prof. Drs. H. Waridin, MS., Ph.d ABSTRACT In an effort to overcome the problem of wastedisposal, PT. Charoen Pokphand Indonesia using engine technology for wastewater before discarded into landfills, that is using a scrapper machin to separate the liquid waste with fat and feathers in the process of separation, mixing machine or aeration systems, and incinerator at incineration process. This study aims to determine whether, after the use of engine technology for wastewater at the PT. Charoen Pokphand Indonesia, still have an impact on the surrounding community or not, and to know te environmental economic valuation received by by the surrounding community. Based on the survey conducted, it is known that there are negative impacts on surronding community. From data obtained, 69 respondents (86,25%) expressed little distrubed by the process of sewage treatment PT. Charoen Pokphand Indonesia, while the remaining 11 respondents (13,75%) declared distrubed. Of any interference received, the total cost incurred to overcome the interference caused by sewage treatment process PT. Charoend Pokphand Indoesia is Rp 5.360.000,00 per year, or Rp 67.000,00 per family per year ( Rp 5.360.000,00 : 80 respondents = Rp 67.000,00 ). Can be see the avarage cost incurred is no too big, it allow the impact received by the public is not to large. In addition to the negative impact of the socially acceptable, there is also a positive impact from waste treatment processes that can be utilized by the community that is in the form of solid waste that can be resold as feathers, claws chicken, liver, as well as the presence of the sewage treatment process, opening jobs for surrounding community by being a laborer to supplement their income. Of the total sales of waste chicken scratch, liver, and feathers, both companies and communities alike benefit. Received by the company's total sales amounted to Rp 39.150.000,00 per day, whereas people can buy the waste with the cheap price and can be resold at higher prices. Keywords: Salatiga, Slaughter House, Waste, Environmental, Economic Valuation

PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM

DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR

Dila Cahya Erlita C2B606020

Prof. Drs. H. Waridin, MS., Ph.d

ABSTRACT

In an effort to overcome the problem of wastedisposal, PT. CharoenPokphand Indonesia using engine technology for wastewater before discarded intolandfills, that is using a scrapper machin to separate the liquid waste with fat andfeathers in the process of separation, mixing machine or aeration systems, andincinerator at incineration process.

This study aims to determine whether, after the use of engine technology forwastewater at the PT. Charoen Pokphand Indonesia, still have an impact on thesurrounding community or not, and to know te environmental economic valuationreceived by by the surrounding community.

Based on the survey conducted, it is known that there are negative impacts onsurronding community. From data obtained, 69 respondents (86,25%) expressed littledistrubed by the process of sewage treatment PT. Charoen Pokphand Indonesia,while the remaining 11 respondents (13,75%) declared distrubed.

Of any interference received, the total cost incurred to overcome theinterference caused by sewage treatment process PT. Charoend Pokphand Indoesia isRp 5.360.000,00 per year, or Rp 67.000,00 per family per year ( Rp 5.360.000,00 : 80respondents = Rp 67.000,00 ). Can be see the avarage cost incurred is no too big, itallow the impact received by the public is not to large.

In addition to the negative impact of the socially acceptable, there is also apositive impact from waste treatment processes that can be utilized by thecommunity that is in the form of solid waste that can be resold as feathers,claws chicken, liver, as well as the presence of the sewage treatment process,opening jobs for surrounding community by being a laborer to supplement theirincome.

Of the total sales of waste chicken scratch, liver, and feathers,both companies and communities alike benefit. Received by the company's totalsales amounted to Rp 39.150.000,00 per day, whereas people can buy the waste withthe cheap price and can be resold at higher prices.

Keywords: Salatiga, Slaughter House, Waste, Environmental, Economic Valuation

Page 2: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

PENDAHULUAN

Industri pemotongan ayam di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan

perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha

yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk-produk unggas luar negeri.

Produk unggas, yakni daging ayam dan telur, dapat menjadi lebih murah sehingga

dapat menjangkau lebih luas masyarakat di Indonesia. Namun seiring kemajuan

teknologi yang meningkat dan berkembangnya kegiatan industri pemotongan ayam

akan membawa dampak positif dan dampak negatif baik bagi lingkungan maupun

manusia. Tumbuh pesatnya industri juga berarti makin banyak limbah yang

dikeluarkan dan mengakibatkan permasalahan yang kompleks bagi lingkungan

sekitar. Masalah pencemaran semakin menarik perhatian masyarakat, dalam kurun

waktu beberapa tahun terakhir ini, hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya

kasus-kasus pencemaran yang terungkap ke permukaan.

Masalah pencemaran semakin menarik perhatian masyarakat, dalam kurun

waktu beberapa tahun terakhir ini. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya

kasus-kasus pencemaran yang terungkap ke permukaan. Perkembangan industri yang

demikian cepat merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas lingkungan.

Penanganan masalah pencemaran menjadi sangat penting dilakukan dalam kaitannya

dengan pembangunan berwawasan lingkungan terutama harus diimbangi dengan

teknologi pengendalian pencemaran yang tepat guna (Haryono, 1997 dalam Miftah

Fatmasari, 2010).

Industri Pemotongan Ayam PT. Charoen Pokphand Indonesia di Kecamatan

Tingkir, Salatiga baru berdiri pada tahun 2007. Kegiatan produksi di industri tersebut

tentunya menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan sekitarnya. Limbah

tersebut terdiri dari limbah cair dan padat. Limbah cair tersebut antara lain air bekas

cucian ayam, darah ayam, dan sludge (endapan lemak). Sedangkan limbah padat

seperti : bangkai ayam, isi perut (hati, ampela, usus), bulu ayam, dan kotoran ayam.

Dengan adanya proses pemotongan sebanyak kurang lebih 18.000 ekor ayam per hari,

Page 3: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

dapat dipastikan limbah yang dihasilkan sangat banyak dan dapat menggangu

lingkungan sekitar, baik terhadap air, udara, tanah, maupun penduduk sekitar.

Pada awal berdirinya PT. Charoen Pokphand Indonesia di tahun 2007, pabrik

tersebut belum menggunakan teknologi mesin-mesin untuk pengolahan limbahnya,

sehingga dampak pencemaran yang ditimbulkan cukup besar. Oleh karena itu, PT.

Charoen Pokphand Indonesia berupaya untuk mengatasi masalah pembungan limbah

tersebut dengan menggunakan teknologi mesin untuk mengolah limbah sebelum

dibuang menuju tempat pembuangan akhir.

Namun dengan adanya penggunaan teknologi tersebut, perusahaan

mengeluarkan biaya yang cukup besar pula, serta belum dapat dipastikan apakah

dampak pencemarannya dapat berkurang atau tidak.

Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pabrik pemotongan

ayam tersebut masih mempunyai beberapa permasalahan yang harus dipecahkan.

Antara lain masalah besarnya biaya yang digunakan untuk pengelolaan limbah, serta

dampak terhadap masyarakat sekitar. Hal tersebut memotivasi penulis untuk

melakukan penelitian lebih lanjut agar dapat mengetahui bagaimana proses

pengelolaan limbah tersebut serta memastikan perubahan dampak yang terjadi

sesudah adanya penggunaan teknologi tersebut.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak apa saja

yang ditimbulkan terhadap masyarakat sekitar setelah adanya pengelolaan limbah

tersebut, mengetahui biaya apa saja yang dikeluarkan oleh perusahaan maupun

masyarakat, serta mengetahui dampak positif apa yang ada.

TINJAUAN PUSTAKA

Nilai Ekonomi

Nilai ekonomi (economic values) dalam paradigma neoklasik dapat dilihat

dari sisi kepuasan konsumen (preferences of consumers) dan keuntungan perusahaan

(profit of firms). Dalam hal ini konsep dasar yang digunakan adalah surplus ekonomi

Page 4: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

(economic surplus) yang diperoleh dari penjumlahan surplus oleh konsumen

(consumers surplus; CS) dan surplus oleh produsen (producers surplus; PS),

(Grigalunas dan Conger 1995; Freeman III 2003, dalam Luky Adrianto, 2007).

Surplus konsumen terjadi apabila jumlah maksimum yang mampu konsumen

bayar lebih besar dari yang secara aktual harus dibayar untuk mendapatkan barang

atau jasa. Selisih jumlah tersebut disebut consumers surplus (CS) dan tidak

dibayarkan dalam konteks memperoleh barang yang diinginkan. Sementara itu,

surplus produser (PS) terjadi ketika jumlah yang diterima oleh produsen lebih besar

dari jumlah yang harus dikeluarkan untuk memproduksi sebuah barang atau jasa.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, pada dasarnya valuation

merujuk pada kontribusi sebuah komoditas untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang

pemain sepakbola dinilai tinggi apabila kontribusi pemain tersebut tinggi pula untuk

kemenangan tim-nya. Dalam konteks ekologi, sebuah gen dianggap bernilai tinggi

apabila mampu berkontribusi terhadap tingkat survival dari individu yang memiliki

gen tersebut. Singkat kata, nilai sebuah komoditas tergantung dari tujuan spesifik dari

nilai itu sendiri.

Dalam pandangan neoklasik, nilai sebuah komoditas terkait dengan tujuan

maksimisasi utilitas/kesejahteraan individu. Dengan demikian apabila ada tujuan lain,

maka ada “nilai” yang lain pula. Berbeda dengan pandangan neoklasik, dalam

pandangan ecological economics, tujuan economic valuation tidak semata terkait

dengan maksimisasi kesejahteraan individu, melainkan juga terkait dengan tujuan

keberlanjutan dan keadilan distribusi (Constanza dan Folke, 1997). Bishop (1997)

pun menyatakan bahwa economic valuation berbasis pada kesejahteraan individu

semata tidak menjamin tercapainya tujuan keberlanjutan dan keadilan distribusi

tersebut. Dalam konteks ini, kemudian Constanza (2001) menyatakan bahwa perlu

ada ketiga nilai tersebut yang berasal dari tiga tujuan dari penilaian itu sendiri, yaitu

tujuan efisiensi, keadilan dan keberlanjutan.

Selanjutnya dikatakan bahwa Ilmu Ekonomi Lingkungan menerangkan bahwa

kerusakan lingkungan merupakan masalah ekternalitas yang akan mengarah pada

Page 5: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

kegagalan pasar, karena tidak memungkinkan untuk membeli atau menjual aset

lingkungan dalam pasar karena tidak adanya harga pasar, sehingga barang dan jasa

lingkungan tidak diperdagangkan dalam pasar. Dengan demikian produser dan

konsumer mengesampingkan masalah lingkungan dalam membuat keputusannya.

Pengenyampingan aset lingkungan ini dalam keputusan mereka menyebabkan

terjadinya penggunaan sumberdaya lingkungan yang tidak efisien, sehingga

menimbulkan kerusakan. Untuk mengatasi tidak adanya nilai ini maka perlu adanya

valuasi melalui pemberian nilai moneter (monetizing), sehingga memiliki basis dalam

membandingkan antara perlindungan dan pemanfaatan lingkungan (Arianto A.

Patunru, LPM FEUI, 2004).

Teori Valuasi Ekonomi

Valuasi ekonomi adalah penjumlahan dari preferensi individu dalam

keinginannya untuk membayar (willingness to pay) dalam mengkonsumsi lingkungan

yang baik. Dengan demikian valuasi ekonomi adalah alat untuk mengukur keinginan

masyarakat untuk lingkungan yang baik melawan lingkungan yang buruk.

Apa yang dinilai dalam lingkungan terdiri dari dua kategori yang berbeda, yakni:

1. Nilai preferensi masyarakat terhadap perubahan lingkungan, sehingga

masyarakat memiliki preferensinya dalam tingkat risiko yang dihadapi dalam

hidupnya, sehingga memunculkan keinginan untuk membayar willingnes to pay

(WTP) agar lingkungan tidak terus memburuk. Hal ini termasuk dalam kategori

valuasi ekonomi (economic valuation), yang sering dinyatakan dalam kurva

permintaan (demand curve) terhadap lingkungan.

2. Sumberdaya alam dan lingkungan sebagai asset kehidupan memiliki nilai

intrinsic. Hal ini merupakan bentuk dari nilai ekonomi secara intrinsic (intrinsic

values) dari eksistensi sumberdaya alam dan lingkungan (Rosalia Ena dalam

Achmad Fahrudin, 2009).

Page 6: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai ekonomi suatu komoditas (good)

atau jasa (service) lebih diartikan sebagai ”berapa yang harus dibayar” dibanding

”berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk menyediakan barang/jasa tersebut”.

Dengan demikian, apabila lingkungan dan sumberdayanya eksis serta menyediakan

barang dan jasa bagi manusia, maka ”kemampuan membayar” (willingness to pay)

merupakan proxy bagi nilai sumberdaya tersebut, tanpa mempermasalahkan apakah

manusia secara nyata melakukan proses pembayaran (payment) atau tidak.

Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh

pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Surplus konsumen

timbul karena konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan bonus ini berakar

pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Sebab munculnya surplus

konsumen karena konsumen membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit terakhir.

Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat membeli

semua unit barang pada tingkat harga rendah yang sama (Samuelson dan Nordhaus,

1990). Pada pasar yang berfungsi dengan baik, harga pasar mencerminkan nilai

marginal, seperti unit terakhir produk yang diperdagangkan merefleksikan nilai dari

unit produk yang diperdagangkan (Pomeroy, 1992 dalam Djijono, 2002). Secara

sederhana surplus konsumen dapat diukur sebagai bidang yang terletak diantara kurva

permintaan dan garis harga (Samuelson dan Nordhaus, 1990).

Tujuan dari studi valuasi adalah untuk menentukan besarnya Total Economic

Value (TEV) pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan. Dimana nilai TEV,

merupakan jumlah dari Nilai Guna (Use Value), yaitu nilai yang diperoleh dari

pemakaian langsung atau yang berkaitan dengan sumberdaya alam dan lingkungan

yang dikaji atau diteliti. Nilai ini terdiri dari nilai yang berkaitan dengan kegiatan

komersial, subsistensi, leisure dan aktivitas lain yang bertautan dengan sumberdaya

alam yang ditelaah. Sedangkan Nilai Guna Tak Langsung (In Direct Use Value),

berkaitan dengan perlindungan atau dukungan terhadap kegiatan ekonomis dan harta

benda yang diberikan oleh suatu sumberdaya alam dan Nilai Pilihan (Option Use

Page 7: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Value) nilai guna dari sumberdaya alam dan lingkungan di masa mendatang. Untuk

Nilai Guna Tak Langsung (In Direct Use Value) yaitu nilai-nilai yang tidak ada

kaitan langsung dengan kemungkinan pemakaian sumberdaya alam dan lingkungan

itu, biasanya berupa Existence Value dan Bequest Value yang merupakan total dari

Nilai Keberadaan (Existence Value) yaitu nilai yang diberikan (secara semata-mata)

karena keberadaan suatu sumberdaya alam dan lingkungan, ditambah Nilai Pewarisan

(Bequest Value) yaitu nilai yang diberikan kepada anak cucu agar dapat diwariskan

suatu sumberdaya alam dan lingkungan tersebut (Diana Igunawati, 2010).

Untuk menyatakan bagaimana kelanjutan sumberdaya alam dan

lingkungannya dihitung, dikenal 2 (dua) konsep. Pertama, yaitu konsep strong

sustainability dan kedua, konsep weak sustainability. Parce & Babier (2000) dalam

A. Tutut (2004) menyatakan bahwa jika sumbrdaya capital (modal) dapat dibagi

menjadi capital sumberdaya alam dan lingkungan (KN, natural capital), capital fisik

(KP, physical capital), dan capital sumber daya manusia (KH, human capital). Maka

konsep Weak sustainability menganggap bahwa semua jenis (KN, natural capital),

dapat digantikan dengan jenis kapital lainnya (KP maupun KH). Dengan pendekatan

lain, konsep Weak sustainability beranggapan bahwa kapital sumberdaya alam dan

lingkungan tidak begitu esensial untuk dipertahankan keberadaannya, sepanjang

dapat digantikan dengan jenis kapital-kapital lainnya.

Sebaliknya, konsep strong sustainability beranggapan bahwa ada beberapa

kapital sumberdaya alam dan lingkungan (KN) yang tidak boleh berkurang. Alasan

yang mendasarinya adalah bahwa kapital fisik (KP) dan kapital manusia (KH) tidak

sepenuhnya dapat menggantikan peran kapital sumberdaya alam (imperfect

substitution). Dimana hilangnya suatu kapital sumberdaya alam dan lingkungan dapat

bersifat tidak terpulihkan (irreversible). San yang kemudian sangatlah sulit

menentukan besarnya nilai sumberdaya alam dan lingkungan yang punah atau hilang.

Valuasi ekonomi merupakan suatu cara untuk memberikan nilai kuantitatif

terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan terlepas

dari apakah nilai pasar (market value) tersedia atau tidak.

Page 8: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Walaupun manfaat lingkungan sering tidak dapat dihitung dan tidak dapat

dinilai dengan harga, nilai yang sesungguhnya dari penggunaan barang secara

kolektif bisa lebih besar karena keunikannya, sehingga jika digunakan secara

berlebihan dapat menyebabkan kepunahan.

Analisis Manfaat dan Biaya

Manfaat merupakan nilai barang dan jasa bagi konsumen, sedangkan biaya

merupakan manfaat yang yang tidak diambil, atau lepas dan hilang (opportunity cost).

Biaya pencegahan polusi adalah biaya yang dikeluarkan baik oleh perusahaan,

perorangan dan/atau pemerintah untuk mencegah sebagian atau keseluruhan polusi

sebagai akibat kegiatan produksi.

Biaya polusi dibagi kedalam (a) biaya yang digunakan pemerintah atau swasta

untuk menghindari kerusakan akibat polusi, dan (b) kerusakan kesejahteraan

masyarakat sebagai akibat polusi. Apabila analisis tersebut diterapkan pada masalah

lingkungan, khususnya usaha menanggulangi pencemaran lingkungan, maka analisis

manfaat dan biaya merupakan penilaian sistematis terhadap keuntungan serta

kerugian segala perubahan dalam produksi dan konsumsi masyarakat

(Reksohadiprojo, 2000).

Teori Biaya

Dalam ilmu ekonomi biaya diartikan sebagai semua pengorbanan yang perlu

untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut pasar yang berlaku.

Besarnya biaya produksi yang dihasilkan : dengan menambah jumlah barang yang

dihasilkan, biaya produksi akan ikut bertambah (T.Gilarso, 2003).

Biaya terdiri atas :

a. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya yang jumlahnya secara keseluruhan tetap, tidak berubah, jika ada

perubahan dalam besar kecilnya jumlah produk yang dihasilkan (sampai batas

Page 9: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

tertentu), misalnya sewa tanah atau bangunan, penyusutan bangunan dan lain-

lain.

b. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan (tergantung dari) besar

kecilnya jumlah produksi. Misalnya biaya bahan-bahan, upah buruh harian.

c. Biaya Total (Total Cost)

Jumlah biaya tetap dan biaya variabel : TC = FC + VC

d. Biaya Sosial (Social Cost)

Pentingnya mengukur biaya secara akurat sering diabaikan dalam analisis

manfaat dan biaya. Hasil suatu analisis menjadi kurang baik akibat

memperkirakan biaya yang terlalu besar atau memperkirakan manfaat yang

terlalu rendah.

Dampak Limbah Pemotongan Ayam

Dalam proses produksi Rumah Pemotongan Ayam dihasilkan limbah cair

yang berasal dari darah ayam, proses pencelupan, pencucian ayam dan peralatan

produksi. Limbah cair mengandung (Biological Oxygen Demand) BOD, (Chemical

Oxyge Demand) COD, (Total Suspended Solid) TSS, minyak dan lemak yang tinggi,

dengan komposisi berupa zat organik. Pembuangan air limbah (Efluen) yang

mengandung nutrien yang tinggi ke perairan akan menimbulkan eutrofikasi dan

mengancam ekosistem aquatik. Untuk mencegah hal itu maka diperlukan cara agar

komposisi padatan organik tersuspensi dapat dikurangi. (Moses Laksono, 2010).

Pengelolaan Limbah

Opsi dari manajemen penanganan limbah yang dapat dilaksanakan di industri

pangan antara lain adalah :

1. Pencegahan terbentuknya limbah yang berlimpah dengan cara

mempraktekkan teknologi proses yang lebih efisien

Page 10: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

2. Pelaksanaan proses daur ulang limbah yang dihasilkan atau memanfaatkan

limbah sebagai bahan baku industri lainnya, dan

3. Perbaikan kualitas limbah yang dihasilkan melalui proses pengolahan

limbah yang sistematis (Winiati P. Rahayu, 2008).

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah jenis kelamin responden, usia

responden, pendidikan yang ditamatkan oleh responden, pendapatan rata-rata per bulan yang

diperoleh responden, limbah asap yang muncul akibat proses pengolahan limbah PT. Charoen

Pokphand Indonesia, variabel limbah air pencemaran air yang muncul akibat proses

pengolahan limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia, variabel gangguan bau yang muncul

akibat proses pengolahan limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia, variabel gangguan suara

mesin yang muncul akibat proses pengolahan limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia, serta

variabel biaya yang dikeluarkan masyarakat akibat adanya proses pengolahan limbah.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil adalah pada PT. Charoen Pokphand Indonesia.

Tepatnya di Jalan Patimura No.1, Desa Dukuh Canden, Kelurahan Kutowinangun,

Kecamatan Tingkir, Salatiga Jawa Tengah.

dalam penelitian ini populasinya adalah penduduk yang ditentukan dari suatu desa yang

paling dekat dengan PT. Charoen Pokphand Indonesia, yaitu Desa Dukuh Canden,

Kecamatan Tingkir, Salatiga yang berjumlah 405 kepala keluarga.

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini populasinya adalah penduduk yang ditentukan dari suatu desa

yang paling dekat dengan PT. Charoen Pokphand Indonesia, yaitu Desa Dukuh Canden,

Kecamatan Tingkir, Salatiga yang berjumlah 405 kepala keluarga.

Page 11: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Penetapan besar kecilnya sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

menggunakan rumus menurut pendapat slovin (Sudikin dan Mundir, 2005), dan dari

perhitungan 405 kepala keluarga, menghasilkan sampel sebesar 80 responden.

n =

n =

n = 80,19

n = 80

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = prosentase kelonggaran ketidaktelitian, dalam hal ini 10 persen karena kesalahan sampel

masih dapat ditolerir.

Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber aslinya tanpa melalui perantara.

2. Data sekunder merupakan data penelitian yang diperolah peneliti secara tidak

lansung. Data tersebut diperoleh melalui studi kepustakaan seperti buku-buku

literatur, buku diktat, dan jurnal-jurnal dari berbagai sumber yang terkait dengan

penelitian.

1 + (405) (0,1)²

405

5,05

405

Page 12: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Objek Penelitian

Keadaan Umum Kota Salatiga

Kota Salatiga terletak antara 1100.27'.56,81" - 1100.32'.4,64" Bujur Timur,

dan 0070.17'. - 0070.17'.23" Lintang Selatan. Kota Salatiga di kelilingi wilayah

Kabupaten Semarang, secara administrative Kota Salatiga terbagi menjadi 4

kecamatan dan 22 Kelurahan. Luas wilayah Kota Salatiga pada tahun 2006 tercatat

sebesar 5.678,110 hektar atau 56.781 km². Luas yang ada terdiri dari 802,297 hektar

(14,13%) lahan sawah dan 4.875,813 hektar atau 48.758 km² (85,87%) bukan lahan

sawah.

Keadaan Umum PT. Charoen Pokphand Indonesia

PT. Charoen Pokphand Indonesia adalah industri yang berdiri pada bulan

September tahun 2007 diatas lahan seluas ± 46.459 m2 dan bergerak dalam usaha

rumah potong ayam. Pada awal berdirinya, nama perusahaan tersebut adalah PT

Primafood International, kemudian pada bulan januari 2008 berganti nama menjadi

PT. Charoen Pokphand Indonesia.

PT. Charoend Pokphand Indonesia terletak di Kelurahan Kutowinangun,

Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Produk yang dihasilkan

PT. Charoend Pokphand Indonesia adalah ayam potong dengan kapasitas produksi ±

18.000 ekor ayam per hari atau 1.296 ton per hari.

Page 13: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Gambaran Umum Responden

Profil Sosial DemografiResponden

Frekuensi Persen

1. Jenis KelaminPriaWanitaJumlah

728

80

90.010.0

100.002. Usia

25-30 th31-35 th36-40 th41-45 th> 45 thJumlah

0215810

80

0.026.2572.51.250.0

100.03. Pendidikaan

SDSLTPSLTASarjanaJumlah

1515391180

18.7518.7548.7513.75100

4. Pendapatan (rupiah)< 499.999500.000-999.9991.000.000-1.499.9991.500.000-1.999.9992.000.000-2.499.999>2.500.000Jumlah

22616223

1180

2.532.520.027.53.75

13.75100.0

5. PekerjaanBuruh taniPetaniPedagangPNSBuruh IndustriJumlah

821268

1780

10.026.2532.5010.0

21.25100.0

6. Lama Tinggal< 1 tahun1-2 tahun3-5 tahun> 5 tahunJumlah

011244580

0.013.7530.0

56.25100.0

Page 14: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Analisis Data

Proses Separasi

Proses separasi adalah proses dimana sebelum limbah cair bekas cucian ayam

diolah, limbah cair tersebut dipisahkan terlebih dahulu antara cairan dan padatan

seperti bulu-bulu halus dan lemak. Agar padatan kecil terpisah dari larutan, air bekas

cucian diaduk dengan mesin yang memompa udara, sehingga menghasilkan

gelembung-gelembung.

Setelah air diaduk dengan gelembung, maka lemak dan padatan kecil akan

naik, dan padatan tersebut disebut dengan sludge. Kemudian limbah masuk kedalam

mesin scrapper, yaitu mesin pemisah sludge dengan cairan. Setelah sludge terpisah,

sludge dan darah ditampung di tanki penampungan sementara, kemudian sludge dan

darah di sedot ke dalam mobil tanki limbah berijin dan dibuang di IPLT, Tambak

Lorok, Semarang.

Sistem Aerasi

Setelah melalui proses separasi, dimana cairan telah dipisahkan dari sludge

dan darah, selanjutnya air masuk kedalam kolam yang dibuat di lahan kosong dekat

pabrik, dan telah dipasang alat pengaduk dan disebut sebagai kolam aerasi. Air yang

telah masuk dalam kolam aerasi diberi bakteri pengurai kemudian diaduk dengan

mesin pengaduk selama kurang lebih lima belas menit, hal tersebut dilakukan agar

bakteri tesebar merata ke dalam air. Setelah proses pengadukan selesai, air di alirkan

ke kolam pengendapan, lalu di uji dan di analisa setiap bulan di laboraturium. Apabila

lolos uji, air tersebut dibuang dengan cara dialirkan ke tanah.

Page 15: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Proses Insenerasi

Selain limbah cair berupa darah dan air bekas cucian ayam, terdapat pula

limbah padat seperti bangkai ayam, bulu, dan kotoran ayam. Untuk limbah bulu dapat

langsung dijual ke masyarakat yang memanfaatkannya sebagai bahan untuk

kemoceng, dan kerajinan lainnya. Sedangkan kotoran ayam, biasanya dimanfaatkan

oleh petani sekitar sebagai campuran pupuk. Namun limbah padat seperti bangkai

ayam tentunya tidak dapat dimanfaatkan kembali dan harus dibuang. Untuk

membuang bangkai ayam, pertama-tama bangkai ayam di letakkan pada tempat

penampungan sementara, kemudian di bakar dengan mesin insenerator. Selama

proses pembakaran, asap yang ada di dalam dibakar dengan api dan gas elpigi yang

dialirkan melalui selang, dengan tujuan agar asap yang keluar bersih. Namun hal ini

belum sepenuhnya berhasil karena dalam survey yang dilakukan, masih ada keluhan

dari msyarakat sekitar yang terganggu denga asap dari proses insenerasi ini.

Biaya Pengolahan Limbah

Dalam proses pengolahan limbah, pabrik pemotongan ayam mengeluarkan

biaya tambahan seperti biaya gas elpigi untuk proses insenerasi dan biaya

pengangkutan limbah cair ke tempat pembuangan akhir

Pada tabel 4.3 berikut dapat dilihat berapa banyak penggunaan gas elpigi

pada tahun 2009 dan 2010 :

Page 16: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Tabel 4.3Jumlah Penggunaan Gas Elpigi Tahun 2009 – 2010

Bulan Jumlah (tabung 12kg)2009 2010

Januari 30 46Februari 31 39

Maret 28 31April 30 38Mei 42 25Juni 25 25Juli 20 28

Agustus 18 18September 22 22

Oktober 35 15November 45 16Desember 38 22Jumlah 364 325

Sumber : PT. Charoen Pokphand Indonesia

Dari data yang diperoleh, penggunaan gas elpigi yaitu sebesar 364 tabung (12

kg) elpigi pada tahun 2009 dan 325 tabung (12 kg) pada tahun 2010. Dengan

demikian dapat dihitung jumlah rata-rata penggunaan gas elpigi per tahun adalah

sebanyak 345 ( (364 + 325) : 2 = 344,5 = 345 ) tabung gas elpigi 12kg.

Melihat harga pasaran gas elpigi 12 kg saat ini sebesar Rp 77.000,00 maka

dapat disimpulkan bahwa rata-rata perusahaan mengeluarkan biaya tambhan untuk

gas elpigi sebesar Rp 26.565.000,00 per tahun (345 x Rp 77.000,00 = Rp

26.565.000,00).

Selain biaya gas elpigi, perusahaan jg mengeluarkan biaya tambahan untuk

membuang limbah cair berupa sludge dan darah ke instalasi pembuangan limbah

Tambak Lorok, Semarang dengan menggunakan mobil tanki limbah berijin. Biaya

pembuangan limbah adalah sebesar Rp 512.000 / rit, dan rata-rata pembuangan

limbah per hari sebanyak 2 rit.

Page 17: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Dengan demikian dapat diketahui biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk

pembuangan limbah cair adalah sebesar Rp 30.720.000,00 per bulan ( (2 x Rp

512.000,00) x 30 = Rp 30.720.000,00 ) atau sebesar Rp 368.640.000,00 per tahun (Rp

30.720.000,00 x 12 = Rp 368.640.000,00).

Persentase Gangguan Berdasarkan Jenis Gangguan

Dalam proses pengolahan limbah, terdapat empat gangguan yang berdampak

terhadap masyarakat sekitar, yaitu gangguan asap, gangguan pencemaran air,

gangguan baud an gangguan suara. Berdasarkan hasil survey yang diperoleh,

persentase gangguan terhadap masyarakat berdasarkan jenis gangguan adalah :

1. Gangguan Asap

Diketahui bahwa 30 responden (37,5%) menyatakan asap dari proses

pengolahan limbah tidak mengganggu, 42 responden (52,5%) menyatakan

sedikit mengganggu, dan 8 responden (10%) menyatakan mengganggu.

2. Gangguan Pencemaran Air

Diketahui bahwa 32 responden (40%) menyatakan air dari proses

pengolahan limbah tidak mencemari air yang digunakan oleh responden, 35

responden (43,75%) menyatakan sedikit mencemari, dan 13 responden

(16,25%) menyatakan mencemari.

3. Gangguan Bau

Diketahui bahwa 35 responden (43,75%) menyatakan tidak terganggu

oleh bau dari proses pengolahan limbah, 44 responden (55%) menyatakan

sedikit tergganggu, dan hanya 1 responden (1,25%) menyatakan terganggu.

4. Gangguan Suara

Diketahui bahwa 42 responden (52,5%) menyatakan suara dari mesin

pengolahan limbah tidak mengganggu, 37 responden (46,25%) menyatakan

sedikit mengganggu, dan 1 responden (1,25%) menyatakan mengganggu.

Page 18: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Gangguan Kesehatan Akibat Asap

Dengan adanya asap dari proses pengolahan limbah, terdapat gangguan

kesehatan yang berdampak kepada masyarakat. Berdasarkan gambar 4.6 dapat

dikethui bahwa 11 responden (13,75%) menderita sesak nafas akibat asap pengolahan

limbah, 23 responden (28,75%) menderita batuk, sedangkan 46 responden (57,5%)

tidak mengalami gangguan kesehatan akibat asap pengolahan limbah.

Gangguan Akibat Pencemaran Air

Dengan adanya pembuangan air dari proses pengolahan limbah, terdapat

gangguan yang berdampak kepada masyarakat. Berdasarkan gambar 4.7 dapat

dikethui bahwa 18 responden (22,5%) menderitagatal-gatal akibat air yang tercemar,

15 responden (18,75%) menderita penyakit kulit, 14 responden (17,5%) mengalami

gangguan tanaman rusak akibat pencemaran air, dan 33 responden (41,25%) tidak

mengalami gangguan akibat pencemaran air.

Dampak Positif Proses Pengolahan Limbah

Selain dampak negatif, ada pula dampak positif yang muncul dengan adanya

proses pengolahan limbah yaitu menyediakan lapangan pekerjaan dan limbah yang

dapat dimanfaatkn. Berdasarkan gambar 4.8 dapat dikethui bahwa 10 responden

(12,5%) memperoleh keuntungan dengan menjadi buruh kasar, 43 responden

(53,75%) memanfaatkan limbah, dan 27 responden (33.75%) tidak memanfaatkan

dampak positif yang ada.

Pemanfaatan Limbah

Dalam proses pengolahan limbah pemotongan ayam, terdapat limbah yang

masih dapat di manfaatkan oleh masyarakat sekitar. Berdasarkan gambar 4.9 dapat

dikethui bahwa 14 responden (17,5%) memanfaatkan limbah berupa hati ampela, 15

responden (18,75%) memanfaatkan limbah cakar ayam, 14 responden (17,5%)

Page 19: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Rp1,340,000.00

Rp890,000.00

Rp0.00

Rp200,000.00

Rp400,000.00

Rp600,000.00

Rp800,000.00

Rp1,000,000.00

Rp1,200,000.00

Rp1,400,000.00

Rp1,600,000.00

Batuk Sesak Nafas

Gangguan Asap

Rp1,240,000.00

Rp1,040,000.00

Rp850,000.00

Rp-

Rp200,000.00

Rp400,000.00

Rp600,000.00

Rp800,000.00

Rp1,000,000.00

Rp1,200,000.00

Rp1,400,000.00

Tanaman rusak Gatal-gatal Penyakit kulit

Gangguan Pencemaran Air

memanfaatkan limbah bulu ayam, dan 37 responden (46,25%) tidak memanfaatkan

limbah yang ada.

Biaya yang Dikeluarkan Masyarakat

Gambar 4.10

Biaya Rata-rata yang Dikeluarkan Masyarakat per Tahun

Akibat Gangguan Asap

Berdasarkan gambar 4.10, dapat dilihat bahwa dari 34 responden yang terkena gangguan asap

akibat proses pengolahan limbah PT. Charoend Pokphand Indonesia, dalam mengatasi

gangguan tersebut, masyarakat mengeluarkan biaya sebesar Rp 2.230.000,00 per tahun, atau

rata-rata per kepala keluarga per tahun sebesar Rp 65.600,00 (Rp 2.230.000,00 : 34 = Rp

65.588,00 = Rp 65.600,00).

Sedangkan untuk biaya akibat gangguan pencemaran air, dapat dilihat pada gambar

4.11 berikut :

Gambar 4.11

Biaya Rata-rata yang Dikeluarkan Masyarakat per Tahun

Akibat Gangguan Pencemaran Air

Page 20: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Berdasarkan gambar 4.11 tersebut, dapat dilihat bahwa dari 46 responden yang

terkena gangguan pencemaran air akibat proses pengolahan limbah PT. Charoend Pokphand

Indonesia, dalam mengatasi gangguan tersebut, masyarakat mengeluarkan biaya sebesar Rp

3.130.000,00 per tahun, atau rata-rata per kepala keluarga per tahun sebesar Rp 68.000,00

(Rp 3.130.000,00 : 46 = Rp 68.043,00 = Rp 68.000,00).

Interpretasi Hasil

Valuasi Ekonomi Lingkungan

Dari semua gangguan yang diterima oleh 80 responden, biaya total yang dikeluarkan

untuk mengatasi gangguan akibat proses pengolahan limbah PT. Charoen Pokphand

Indonesia adalah sebesar Rp 5.360.000,00 per tahun, atau sebesar Rp 67.000,00 per kepala

keluarga per tahun (Rp 5.360.000,00 : 80 responden = Rp 67.000,00).

Selain biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat, masyarakat sekitar juga memperoleh

manfaat dari adanya proses pengolahan limbah PT. Charoen Pokphand Indoensia, yaitu

dengan memanfaatkan limbah yang ada untuk dijual kembali seperti cakar ayam, hati dan

ampela, bulu, serta menjadi buruh kasar pada proses pengolahan limbah, yang dapat

menambah pendapatan masyarakat tersebut.

1. Limbah Cakar Ayam

Limbah cakar ayam yang dihasilkan adalah kurang lebih 2.000 kg per hari.

Perusahaan menjual cakar ayam tersebut kepada masyarakat sekitar dengan harga yang cukup

murah, sehingga dapat dijual kembali. Sebagian besar masyarakat yang membeli adalah

pedagang lokal yang bertempat tinggal di Desa Dukuh Canden.

Limbah cakar dikemas dalam kemasan pack 5 kg, dengan harga Rp 30.000,00 per pack.

Dalam sehari perusahaan menjual kurang lebih 400 pack cakar ayam, sehingga dapat

diperoleh keuntungan sebesar Rp 12.000.000,00. Sedangkan pedagang lokal yang membeli

dengan harga murah, dapat memperoleh keuntungan dengan menjual kembali cakar ayam

tersebut setelah menaikkan harganya.

Page 21: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

2. Limbah Hati dan Ampela

Limbah hati dan ampela ayam yang dihasilkan tiap harinya kurang lebih sebanyak

3.750 kg per hari. Sama hal nya dengan limbah cakar ayam, hati dan ampela juga dijual

kepada pedagang lokal sekitar dengan harga Rp 25.000,00 per pack (5 kg). Dalam satu hari

perusahaan menjual kurang lebih 750 pack hati dan ampela, dan memperoleh keuntungan

sebesar Rp 18.750.000,00 per hari. Pedagang yang membeli pun juga memperoleh

keuntungan dengan menjual kembali hati dan ampela tersebut.

3. Limbah Bulu Ayam

Selain limbah cakar ayam dan hati ampela, limbah padat lain yang dihasilkan adalah

limbah bulu ayam. Limbah bulu ayam yang telah dipisahkan dari proses pencabutan dan

pencucian ayam dihasilkan sebanyak kurang lebih 8.400 kg per hari. Limbah bulu tersebut

dijual pada masyarakat sekitar maupun diluar lokasi. Biasanya limbah bulu tersebut dijadikan

bahan untuk membuat kemoceng. Perusahaan menjual limbah bulu tersebut dengan harga Rp

25.000,00 per karung (25 kg). dalam sehari perusahaan menjual kurang lebih sebanyak 336

karung bulu ayam, dan memperoleh keuntungan sebesar Rp 8.400.000,00.

KESIMPULAN, KETERBATAAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dalam upaya mengatasi masalah pembuangan limbah, PT. Charoen Pokphand

Indonesia menggunakan teknologi mesin untuk mengolah limbah sebelum dibuang

ke tempat pembuangan akhir, yaitu dengan menggunakan mesin scrapper untuk

memisahkan limbah cair dengan lemak dan bulu pada proses separasi, mesin

pengaduk pada sistem aerasi, dan insenerator pada proses insenerasi.

2. Pada proses pengplahan limbah, PT. Charoen Pokphand Indonesia mengeluarkan

biaya tambahan untuk mengangkut limbah cair berupa sludge dan darah menuju

instalasi pembuangan limbah Tambak Lorok Semarang dengan biaya sebesar Rp

512.000,00 / rit, dan rata-rata pembuangan limbah per hari sebanyak 2 rit, sehingga

Page 22: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pembuangan limbah cair adalah sebesar Rp

30.720.000,00 per bulan ( (2 x Rp 512.000,00) x 30 = Rp 30.720.000,00 ) atau

sebesar Rp 368.640.000,00 per tahun (Rp 30.720.000,00 x 12 = Rp 368.640.000,00).

3. Selain biaya pengangkutan limbah, perusahaan juga mengeluarkan biaya pembelian

gas elpigi untuk proses insenerasi dimana rata-rata per tahun penggunaan elpigi

adalah sebanyak 345 tabung gas elpigi 12 kg, sehingga rata-rata perusahaan

mengeluarkan biaya tambhan untuk gas elpigi sebesar Rp 26.565.000,00 per tahun

(345 x Rp 77.000,00 = Rp 26.565.000,00).

4. Dapat diketahui bahwa dengan adanya prosespengolahan limbah PT.

Charoend Pokphand Indoensia tersebut, masih menimbulkan dampak negatif

terhadap masyarakat sekitar. Dari data yang diperoleh, 69 responden (86,25%)

menyatakan sedikit terganggu dengan adanya proses pengolahan limbah PT.

Charoen Pokphand, sedangkan sisanya 11 responden (13,75%) menyatakan

terganggu.

5. Dari semua gangguan yang diterima, biaya total yang dikeluarkan untuk mengatasi

gangguan akibat proses pengolahan limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia adalah

sebesar Rp 5.360.000,00 per tahun, atau sebesar Rp 67.000,00 per kepala keluarga

per tahun (Rp 5.360.000,00 : 80 responden = Rp 67.000,00). Dapat dilihat bahwa

biaya rata-rata yang dikeluarkan masyarakat tidak terlalu besar, hal tersebut

memungkinkan adanya dampak yang diterima masyarakat tidak terlalu besar.

6. Selain dampak negatif yang diterima masyarakat, ada pula dampak positif dari

proses pengolahan limbah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu berupa

limbah padat yang dapat dijual kembali seperti bulu, cakar ayam, hati dan ampela,

serta dengan adanya proses pengolahan limbah tersebut, membuka lapangan

pekerjaan bagi masyarakat sekitar dengan menjadi buruh kasar untuk menambah

pendapatan mereka.

7. Dari total penjualan limbah cakar ayam, hati ampela, dan bulu, baik perusahaan

maupun masyarakat sekitar sama-sama memperoleh keuntungan. Total penjualan

Page 23: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

yang diterima perusahaan per hari adalah sebesar Rp 39.150.000,00 sedangkan

masyarakat dapat membeli limbah tersebut dengan harga yang murah dan dapat

dijual kembali dengan harga yang lebih mahal.

5.2 Keterbatasan

1. Pada penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa sebagian besar gangguan yang

diterima masyarakat sekitar berasal dari gangguan asap dan pencemaran air seperti

batuk, sesak nafas, gatal-gatal dan tanaman rusak. Tidak menutup kemungkinan

masih terdapat gangguan lain yang diterima oleh masyarakat sekitar selain dari kedua

gangguan tersebut, dimana dalam penelitian ini belum terdapat informasi lebih lanjut

mengenai gangguan lain yang ada.

2. Pada penelitian ini telah dijelaskan beberapa limbah padat yang dapat diolah kembali

seperti cakar ayam, bulu, hati dan ampela. Dalam proses pengolahan limbah, masih

terdapat beberapa limbah padat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar,

dimana belum dijelaskan pada penelitian ini.

5.3 Saran

1. Dalam upaya mengatasi dampak limbah, PT. Charoen Pokphand Indonesia

menggunakan teknologi untuk memproses limbah terlebih dahulu sebelum dibuang,

hal tersebut sudah berjalan dengan baik dan dampak yang ditimbulkan berkurang,

namun melihat bahwa masih ada dampak yang ditimbulkan dari proses pengolahan

limbah tersebut, baiknya perusahaan lebih memperhatikan kembali proses

pengolahan limbah yang dilakukan agar kedepannya benar-benar tidak menimbulkan

dampak negatif terhadap masyarakat sekitar.

2. Dengan adanya proses pengolahan limbah ini, perusahaan mengeluarkan biaya

tambahan yang cukup tinggi, maka untuk mengatasi masalah ini disarankan untuk

perusahaan agar lebih meningkatkan kualitas produksinya serta memanfaatkan

penjualan limbah dari proses pengolahan limbah tersebut.

3. Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya dapat menggali informasi lebih banyak

mengenai dampak negatif dan positif lainnya yang diterima masyarakat, serta upaya-

upaya apa yang telah dilakukan perusahaan untuk mengatasi dampak yang masih

muncul setelah adanya proses pengolahan limbah tersebut.

Page 24: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Fahrudin.2009. “Menuju Kesamaan Standard dan Sistem Penilaian EkonomiSumberdaya Tanah dan Aset Pertanahan Untuk Kepentingan Rakyat, Bangsa, danNegara”. Makalah Tidak Dipublikasikan

Akhmad Fauzi. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Teori dan Aplikasi).Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Arianto A. Patunru. 2004. “Valuasi Ekonomi : Umum”. Jakarta : LPEM-FEUI

Arifin dan Bustanul. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia. Jakarta : Erlangga

Badan Pusat Statistik. Jawa Tengah Dalam Angka berbagai edisi : Badan Pusat StatistikProvinsi Jawa Tengah

Diana Igunawati. 2010. “Analisis Permintaan Objek Wisata Tirta Waduk Cacaban,Kabupaten Tegal”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas Diponegoro Semarang

Djijono. 2002. “Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan diTaman Wisata Wan AbdulRahman, Propinsi Lampung”. Makalah Pengantar FalsafahSains (PPS702).

Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Gujarati Damodar. 2003. Basic Econometrics. New York : Mc Graw Hill

Heston dan Hermawan. “Valuasi Ekonomi Akibat Kerusakan Jalan Nasional di PantaiUtara Jawa”

Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program SPSS. Semarang :Universitas Diponegoro

Iwan Berri Prima. 2002. “RPA Sebagai Bagian dari Kesmavet” . Jakarta : Majalah PoultryIndonesia

Jamartin Sihite. 2005. “Penilaian Ekonomi Perubahan Penggunaan Lahan : Studi Kasus diSub-Das Besai – Das Tulang Bawang, Lampung”. Jakarta : Universitas Trisakti

J. Supranto. 2000. Teknik Sampling untuk survey dan Eksperimen. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Juniadi dan Hatmanto. 2006. “Analisis Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pada IndustriTekstil (Studi kasus : PT. Iskandar Indah Printing Textile, Surakarta). JurnalPresipitasi. Vol. 1 No. 1

Page 25: PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN …eprints.undip.ac.id/29380/1/jurnal.pdf · PENGELOLAAN DAMPAK LIMBAH PEMOTONGAN AYAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR Dila

Lina Warlina. 2004. “Pencemaran Air : Sumber, Dampak, dan Penanggulangannya”.Makalah Pribadi. Institut Pertanian Bogor

Luky Adrianto. 2007. “Konsepsi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan.Modul Pusat Kajian Sumberdaya pesisir, Institut Pertanian Bogor

Miftah Fatmasari. 2010. “Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Farmasi Formulasi”.Tugas Akhir TIdak Dipublikasikan, Institut Pertanian Bogor

Moses Laksono S. dan Mera Kariana. 2010. “Peningkatan Produktivitas dan KinerjaLingkungan dengan Pendekatan Green Productivity Pada Rumah Pemotongan Ayam”.Jurnal Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

M. Zainal Abidin. 2010. “Pengertian dan Pengelompokan Limbah Lingkungan”. PersonalSite, http://www.masbied.com/2010/01/14/pengertian-dan-pengelompokkan-limbah-lingkungan/

Nurimansjah Hasibuan. 1994. Ekonomi Industri Persaingan Monopoli dan Regulasi. Jakarta :LP3ES

Nurtjahya, E. 2003. “Pemanfaatan Limbah Ternak Ruminansia untuk MengurangiPencemaran Lingkungan”. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702), ProgramPasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor

Reksohadiprojo. 2000. Ekonomika Publik. Yogyakarta : BPFE

Salvatore, Domonick. 1993. Teori Mikroekonomi. Jakarta : Erlangga. Terjemahan : RudySitompul

Sevilla, Consuelo, Ochave. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : UI Press.Terjemahan : Alimuddin Tuwu

Singarimbun, M dan Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : PT. PustakaLP3ES, anggota IKAPI

Sjamsul Bahri. 2002. “Keamanan Pangan Asal Ternak : Suatu Tuntutan di Era PerdaganganBebas” WARTAZOA, Vol. 12, No.2

Sugiharto. 1987. Dasar-dasar pengelolaan air limbah. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Suparmoko, M dan Suparmoko, R. 2000. Ekonomika Lingkungan. Yogyakarta : BPFE

Winiati P. Rahayu. 2008. “Penanganan Limbah Industri Pangan”. http://www.foodreview.biz/login/preview.php?view&id=33362