Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
625
PENGELOMPOKAN GEOKIMIA MINYAK BUMI MENGGGUNAKAN METODE
CHEMOMETRIC DI CEKUNGAN JAWA TIMUR UTARA
Khalaksita Amikani Asbella1*
Donatus Hendra Amijaya2
Ferian Anggara3
Didi Melkybudiantoro4
Lindy F. Rotinsulu5 1Program Studi S2 Teknik Geologi UGM, [email protected]
2Teknik Geologi UGM, [email protected] 3Teknik Geologi UGM, [email protected]
4Pertamina EP, [email protected] 5Pertamina EP, [email protected]
*corresponding author: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian dilakukan di Cekungan Jawa Timur Utara menggunakan 43 sumur yang terletak di onshore
maupun offshore. Cekungan Jawa Timur Utara membentang dengan arah Barat hingga Timur dan
merupakan cekungan yang terbukti menghasilkan minyak bumi. Minyak bumi pada cekungan ini
sangat menarik untuk dipelajari untuk mengetahui karakter geokimia batuan induknya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengelompokan minyak bumi berdasarkan data geokimia menggunakan
Metode Chemometric. Metode Chemometric dapat menganalisis data geokimia dalam jumlah yang
banyak, sehingga sangat efisien dalam hal pengelompokan minyak bumi. Selain itu, analisis pengisian
nilai kosong dengan metode Markov Chain Monte Carlo (MCMC) juga dilakukan karena keterbatasan
data geokimia. Data geokimia yang digunakan adalah API gravity, sulfur, pristane, phytane, Tm/Ts,
sterol, Ro, karbon senyawa jenuh, dan karbon senyawa aromatik. Berdasarkan analisis chemometric,
kelompok minyak bumi pada daerah penelitian terbagi menjadi lima kelompok, yang terdiri dari
Group 1, Group 2, Group 3, Group 4 dan Group 5. Group 1 memiliki berat jenis minyak berupa
medium oil yang batuan induknya diendapkan pada lingkungan fluvio-deltaic; Group 2 memiliki berat
jenis minyak berupa medium oil yang batuan induknya diendapkan pada lingkungan fluvio-deltaic;
Group 3 memiliki berat jenis minyak berupa light oil yang batuan induknya diendapkan pada
lingkungan fluvio-deltaic; Group 4 memiliki berat jenis minyak berupa heavy oil yang batuan
induknya diendapkan pada lingkungan marine dan Group 5 memiliki berat jenis minyak berupa light
oil yang batuan induknya diendapkan pada lingkungan fluvio-deltaic. Minyak bumi pada penelitian ini
berasal dari batuan induk yang diendapkan pada lingkungan fluvio-deltaic hingga marine.
Kata kunci: Geokimia, Minyak Bumi, Chemometric, Jawa Timur Utara.
1. Pendahuluan
Kegiatan eksplorasi minyak bumi dilakukan dengan menganalisis geokimia minyak
bumi, sehingga dapat mengetahui karakteristik-karakteristik minyak bumi. Penelitian akan
dilakukan di Cekungan Jawa Timur Utara, baik di onshore maupun offshore. Satyana dan
Purwaningsih (2003) meneliti geokimia di cekungan ini dengan menggunakan data geokimia
sekitar 100 sumur dan oil seeps dengan metode pengelompokan minyak bumi secara
konvensional sehingga mendapatkan karakteristik minyak bumi di cekungan ini. Pada
penelitian ini metode yang digunakan untuk pengelompokan minyak bumi berbeda dengan
penelitian sebelumnya. Pengelompokan minyak (oil grouping) pada penelitian ini akan
menggunakan Metode Chemometric. Metode Chemometric dipilih karena metode ini belum
pernah dilakukan pada Cekungan Jawa Timur Utara.
Metode Chemometric dapat menganalisis data geokimia dalam jumlah yang banyak,
sehingga sangat efisien dalam hal pengelompokan minyak bumi pada cekungan yang telah
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
626
memiliki data geokimia yang banyak, sehingga sangat cocok diterapkan pada Cekungan Jawa
Timur Utara. Metode Chemometric yang dilakukan dalam penelitian memakai Hierarchical
Cluster Analysis (HCA) dimana metode tersebut merupakan suatu bagian dari ilmu statistika
yang bertujuan untuk mengetahui pengelompokan sampel berdasarkan nilai yang ada pada
parameter geokimia. Pengelompokan minyak dilakukan berdasarkan kemiripan sifat geokimia
minyak bumi yang bertujuan untuk mengetahui jenis minyak, sumber dan asal material
organik, serta lingkungan pengendapan dari tiap kelompok minyak bumi.
2. Geologi Regional
Cekungan Jawa Timur Utara membentang dengan arah Barat hingga Timur, mulai dari
Semarang hingga Surabaya dengan panjang 250 km dan lebar 60-70 km. Smyth et al (2003)
membagi Jawa Timur menjadi lima zona tektonostratigrafi yang berdasarkan pada aspek
struktur dan stratigrafi. Kelima zona tersebut diurutkan dari Selatan ke Utara: (1) Zona
Pegunungan Selatan (Southern Mountain Zone), (2) Busur Volkanik masa kini (Paleogene
Vulcanic Centre), (3) Busur vulkanik akhir kenozoikum (Late Cenozoic Vulcanic Arc), (4)
Zona Kendeng (Kendeng Zone), dan (5) Zona Rembang (Rembang Zone).
Stratigrafi regional Cekungan Jawa Timur Utara disusun oleh batuan silisiklastik dan
karbonat yang berada di atas accretionary basement. Basement ini disusun oleh kuarsit,
rijang, sabak, batuan metamorfik tingkat tinggi dan juga ofiiolit (Bransden dan Matthews,
1992). Stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara dibagi menjadi tiga megasekuen yang
berkaitan dengan proses tektonik pada cekungan ini.
Berdasarkan penelitian tentang geokimia menurut Satyana dan Purwaningsih (2003),
minyak bumi pada Cekungan Jawa Timur Utara memiliki lingkungan yang oxic hingga sub-
oxic yang berada di lingkungan pengendapan terrestrial hingga marginal marine. Data GC
menunjukan bahwa minyak bumi pada Cekungan Jawa Timur Utara memiliki karakteristik
fluvio-deltaic. Minyak bumi di offshore berasal dari terrestrial dan berasal dari sumber lebih
tua, sedangkan minyak bumi di onshore berasal dari marine dan berasal dari sumber yang
lebih muda. Semua minyak bumi dihasilkan pada medium maturity yang diperkirakan berasal
dari Formasi Ngimbang (Eosen Tengah), Formasi Kujung (Oligosen Akhir), dan Formasi
Tuban bagian bawah (Miosen Awal).
3. Metode Penelitian
Data yang dikumpulkan adalah data yang memiliki distribusi komponen geokimia untuk
mengevaluasi dan karakterisasi minyak bumi. dari data yang dipilih tersebut terfokus pada
bulk properties, biomarker, dan isotop karbon. Dikarenakan ketersediaan data di Cekungan
Jawa Timur Utara tidak lengkap di tiap parameter geokimia, maka diwajibkan melakukan
pengisian nilai yang kosong terlebih dahulu dengan menggunakan metode Markov Chain
Monte Carlo. Nilai kosong yang telah terisi dengan cara Markov Chain Monte Carlo maka
baru bisa dilakukan pengelompokan minyak bumi dengan menggunakan multivariate statistic
dengan cara Hierarchical Clustering Analysis (HCA). Hasil akhir dari HCA adalah berupa
dendogram untuk mengetahui pengelompokan minyak berdasarkan kemiripan sifat dari tiap
parameter geokimianya.
Pembuktian pada pengelompokan minyak adalah pembuatan cross plot. Cross plot yang
digunakan terdiri dari API vs Sulfur, API vs Pr/Ph, Pristane/n-C17 vs Phytane/n-C18, data
sterol C27 C28 C29 dan saturate vs aromate. Tahap terakhir dari penelitian ini adalah
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
627
menginterpretasi sumber dan asal material organik dari masing-masing hasil cross plot pada
Cekungan Jawa Timur Utara
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Pengisian Nilai Kosong
MCMC dilakukan menggunakan software XLStat dengan langkah kerja yang diantaranya
menyiapkan data yang akan dianalisis MCMC, lalu mulai menjalankan modul MCMC,
memasukan data yang ada, keseluruhan data geokimia dari semua sampel minyak bumi. Drag
semua data penelitian. Memilih tipe data berupa Quantitative Data dikarenakan semua data
berupa angka dan yang terakhir memilih metode untuk pengisian nilai kosong. Metode yang
dipilih adalah Markov Chain Monte Carlo (MCMC).
4.2. Analisis Chemometric untuk Pengelompokan Minyak Bumi
Hasil pengelompokan dari Metode HCA dalam bentuk dendogram (Gambar 1) yang
berasal dari semua data dan parameter geokimia. Pada dendogram akan terlihat kelompok
data dan cabang berdasarkan kelompok, lalu diinterpretasi similarity line, sehingga
didapatkan lima group minyak bumi dengan karakteristik yang berbeda-beda pada setiap
kelompoknya. Similarity line ditentukan dari cabang-cabang dendogram untuk menghasilkan
kelompok yang sedikit, sehingga memiliki perbedaan karakter yang signifikan (Peters et al,
2007). Similarity line dihitung dari nilai dissimilarity terendah ditambah dengan nilai
dissimilarity yang tertinggi pada kelompok yang telah ditentukan (Gemperline, 2006).
Perbedaan karakter dari masing-masing group minyak bumi dapat dilihat dari profile plot
yang terlihat adanya perbedaan karakter di beberapa parameter, seperti pada parameter API
dan parameter sterol (C27, C28 dan C29). Sementara pada parameter yang lain menunjukan
adanya perbedaan antar group, walaupun perbedaannya kecil (Gambar 2).
4.3. Analisis Asal Material Organik
Cross plot API vs sulfur digunakan untuk mengetahui karakteristik minyak bumi pada
daerah penelitian dengan hasil berupa semua sampel minyak bumi masuk ke dalam kelas D
atau E (non-marine), dengan ciri utama nilai sulfur di bawah 1%/WT (Gambar 3). Cross plot
API vs Pr/Ph sampel minyak bumi sebagian besar masuk ke dalam kelas D atau E (non-
marine), dengan ciri utama nilai Pr/Ph di atas 3 (Gambar 4). Rasio Pr/Ph pada penelitian ini
memiliki nilai Pr/Ph dengan kisaran 2.14 sampai 9.40 dengan rincian pada Group 1
lingkungan pengendapan batuan induk didominasi oleh lingkungan yang kaya akan oksigen
(oxic), Group 2 terdapat minyak bumi yang berasal dari lingkungan oxic dan suboxic dan
Group 3 minyak bumi dihasilkan oleh batuan induk dengan lingkungan pengendapan
didominasi oleh lingkungan yang kaya akan oksigen (oxic) (Tabel 1).
Cross plot saturate vs aromate, Group 1 berasal dari batuan induk yang material
organiknya bersumber dari terrigenous hingga mixing. Pada Group 2, material organiknya
berasal dari terrigenous hingga mixing. Group 3 berasal dari batuan induk yang sumber
material organiknya dari terrigenous hingga marine. Group 4 berasal dari batuan induk yang
material organiknya bersumber dari mixing hingga marine, serta Group 5 material organiknya
berasal dari mixing hingga marine (Gambar 5). Cross plot pristane/n-C17 vs phytane/n-C18
Group 1 hingga Group 5 berasal dari batuan induk dengan jenis kerogen tipe III dan material
organiknya berasal dari terrigenous dan walaupun jenis kerogen tipe III merupakan penghasil
gas, namun tidak menutup kemungkinan juga menghasilkan minyak bumi. (Gambar 6).
Ternary diagram pada data sterana C27, C28 dan C29 Group 1 diinterpretasi sumber
material organik batuan induknya dari campuran higher plant dan phytoplankton (alga) yang
berasal dari estuarine/bay. Group 2 diinterpretasi sumber material organik batuan induknya
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
628
berupa phytoplankton (alga) yang berasal dari open marine. Pada Group 3 material organik
batuan induknya berasal dari estuarine/bay dan sumber materialnya dari higher plant dan
phytoplankton (alga). Group 4 material organik batuan induknya berasal dari open marine dan
sumber materialnya dari phytoplankton (alga), serta Group 5 diinterpretasi sumber material
organik batuan induknya berupa higher plant yang berasal terrestrial (Gambar 7).
4.4. Analisis Lingkungan Pengendapan
Minyak bumi pada Group 1, Group 2, Group 3 dan Group 5 dihasilkan oleh batuan induk
yang diendapkan pada lingkungan fluvio-deltaic (Tabel 2). Hal ini dilihat dari integrasi
parameter kimia yakni, nilai API rata-rata diatas 30, kandungan sulfur ada yang dibawah 0.2,
nilai Pr/Ph didominasi lebih dari 3.0 dan nilai Tm/Ts yang kurang dari 6.0. Hal ini juga
dibuktikan dengan data kromatogram dimana kromatogram pada Group 1, Group 2 dan
Group 3 memiliki pola yang hampir sama dengan tipe kromatogram fluvio-deltaic (Gambar 8)
yang diteliti oleh Robinson (1987).
Pada Group 4 diinterpretasi minyak bumi dihasilkan batuan induk yang diendapkan pada
lingkungan marine. Hal ini dilihat dari nilai API yang rendah dibandingkan group lain,
kandungan sulfur lebih dari 0.2, dan nilai Tm/Ts yang kurang dari 3.0. Selain itu, berdasarkan
ternary diagram sterana C27 C28 dan C29, Group 4 ini berasal dari open marine, sehingga
mendukung interpretasi lingkungan pengendapan. Hasil analisis lingkungan pengendapan
pada penelitian ini, dimana batuan induk yang menghasilkan minyak bumi juga diendapkan
pada fluvio-deltaic dan marine (Gambar 9). Berdasarkan hasil analisis pengelompokan
minyak bumi dan lingkungan pengendapan batuan induk yang menghasilkan minyak bumi,
didapatkan hasil berupa lima kelompok minyak bumi (Tabel 3).
Lingkungan pengendapan pada umumnya tidak berpengaruh secara langsung dalam
pengelompokan minyak bumi. Hal ini dikarenakan kelompok minyak bumi lebih dipengaruhi
oleh parameter geokimia lain. Sebagai bukti Group 1, Group 2, Group 3 dan Group 5
diendapkan pada lingkungan yang sama, yakni fluvio-deltaic. Faktor yang paling
mempengaruhi perbedaan kelompok adalah API dan sterol C27, C28 dan C29. Walaupun
lingkungan pengendapannya sama tetapi masing-masing kelompok memiliki perbedaan
geokimia yang membedakan antar kelompok. Faktor yang membedakan antara Group 1 dan
Group 3 adalah, Group 1 berisikan kelompok minyak dengan berat jenis medium oil,
sedangkan Group 3 berisikan kelompok minyak dengan berat jenis light oil. Pada Group 2
berisikan kelompok minyak dengan berat jenis medium oil sedangkan Group 4 berisikan
kelompok minyak dengan berat jenis heavy oil.
5. Kesimpulan
Minyak bumi di Cekungan Jawa Timur Utara memiliki karakteristik berat minyak
dengan nilai 12.80 – 69.20° API, kandungan sulfur dengan nilai 0.02 – 7%wt,
kandungan pristane/n-C17 memiliki nilai 0.61 – 10.8, kandungan phytane/n-C18
memiliki nilai 0.10 – 0.68, kandungan pristane/phytane dengan nilai 2.14 – 9.40, dan
kandungan sterana (C27, C28, dan C29) dengan nilai 3.74% – 81.15%, karbon senyawa
jenuh memiliki nilai -23.61‰ – -28.71‰, karbon senyawa aromatik memiliki nilai -
22.5 ‰ – -27.42‰, Tm/Ts dengan nilai 0.06 – 5.88 dan memiliki nilai vitrinite
reflectance (Ro) dengan nilai 0.5 – 0.84.
Kelompok minyak bumi pada daerah penelitian terdapat lima kelompok minyak bumi
berdasarkan karakteristik geokimia, yang terdiri dari Group 1 dan Group 2 memiliki
berat jenis minyak berupa medium oil yang batuan induknya terendapkan di lingkungan
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
629
fluvio-deltaic; Group 3 memiliki berat jenis minyak berupa light oil yang batuan
induknya terendapkan di lingkungan fluvio-deltaic dan Group 5 memiliki berat jenis
minyak berupa medium oil yang batuan induknya terendapkan di lingkungan fluvio-
deltaic dan Group 4 memiliki berat jenis minyak berupa heavy oil yang batuan
induknya terendapkan di lingkungan marine.
Group 1, Group 2, Group 3 dan Group 5 diendapkan pada lingkungan yang sama, yakni
fluvio-deltaic, sedangkan Group 4 diendapkan pada lingkungan marine, sehingga dapat
disimpulkan bahwa minyak bumi pada penelitian ini berasal dari batuan asal yang
diendapkan pada lingkungan fluvio-deltaic dan marine. Lingkungan pengendapan pada
umumnya tidak berpengaruh secara langsung dalam pengelompokan minyak bumi.
Faktor yang paling mempengaruhi adalah API dan rasio sterol C27, C28, dan C29.
Acknowledgements
Terima kasih kepada pihak Pertamina EP atas izin penggunaan data dalam tesis ini.
Selesainya penelitian ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari beberapa pihak:
Tim Eksplorasi Pertamina EP khususnya Didi Melkybudiantoro selaku pembimbing utama
dan Lindy F. Rotinsulu sebagai pembimbing pendamping, serta Rian Cahya Rohmana yang
banyak memberi masukan dan teman-teman MPG 2014 dan MPG 2015 yang mendukung
dalam penulisan.
Daftar Pustaka
Gemperline, P., 2006, Practical Guide to Chemometrics, Informa Taylor Francis Group, United States
of America, Chapter 1 Hal. 1-6 (509 hal).
Bransden, P. J. E., dan Matthews, S. J., 1992, Structural and Stratigraphic Evolution of the East Java
Sea, Indonesia, 21st Annual Convention Proceedings Indonesian Petroleum Association,
Jakarta p. IPA 92-11.24.
Peters, K. E., Ramos L. S., Zumberge, J. E., Valin, C. Z., Scotese, C. R., dan Gautier D. L., 2007,
Circum-Arctic Petroleum Systems Identified Using Decision-Tree Chemometrics, AAPG
Bulletin, v. 91, no. 6, Hal 877–913.
Robinson, K. M., 1987, An Overview of Source Rocks and Oils in Indonesia, Proceedings 16th
Annual Convention and Exhibition, Indonesian Petroleum Association, Jakarta, IPA 87-11/06.
Satyana, A. H. dan Purwaningsih, M. E. M., 2003, Geochemistry of The East Java Basin: New
Observations on Oil Grouping, Genetic Gas Types and Trends of Hydrocarbon Habitats,
Proceedings 29th Annual Convention and Exhibition, Indonesian Petroleum Association,
Jakarta p. IPA03-G-021.
Smyth, H., Hall, R., Hamilton, J.P., and Kinny, P., 2003, Volcanic Origin of Quartz-Rich Sediments in
East Java: Jakarta, Proceedings, Indonesian Petroleum Association Annual Convention, 29th,
p. IPA03-G-014.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
630
Tabel 1. Rasio Pr/Ph pada Group 1, Group 2 dan Group 3 (Klasifikasi berdasarkan Satyana, 2015)
Tabel 2. Penentuan lingkungan pengendapan pada daerah penelitian berdasarkan data geokimia
menurut Robinson (1987).
1 21.6 - 35.8 0.05 - 7 2.56 - 5.4 0.061 - 1.96 Fluvio-Deltaic
2 27.2 - 37.9 0.14 - 0.47 2.14 - 6.29 0.76 - 3.17 Fluvio-Deltaic
3 28.19 - 69.2 0.03 - 0.86 2.67 - 9.40 0.64 - 5.88 Fluvio-Deltaic
4 12.8 - 15.8 0.24 - 0.46 - 0.59 - 1.3 Marine
5 26.5 - 39.9 0.02 - 0.16 2.56 - 3.46 0.81 - 1.52 Fluvio-Deltaic
Lingkungan
PengendapanGroup API Sulfur Pr/Ph Tm/Ts
Tabel 3. Hasil kelompok minyak bumi beserta karakternya.
Group Jenis MinyakSumber Material
Organik
Asal Material
Organik
Tipe
Kerogen
Lingkungan
Pengendapan
1 Medium OilHigher Plant dan
PhytoplanktonEstuarine/Bay III Fluvio-deltaic
2 Medium Oil Phytoplankton Open Marine III Fluvio-deltaic
3 Light OilHigher Plant dan
PhytoplanktonEstuarine/Bay III Fluvio-deltaic
4 Heavy Oil Phytoplankton Open Marine III Marine
5 Medium Oil Higher Plant Terrestrial III Fluvio-deltaic
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
631
Gambar 1. Hasil Dendogram dari metode HCA menghasilkan lima kelompok minyak bumi.
Gambar 2. Profile plot yang menunjukan perbedaan karakter dari tiap Group minyak bumi.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
632
Gambar 3. Cross plot API vs sulfur menunjukan bahwa semua group minyak bumi masuk ke dalam
kelas D dan E dengan ciri utama nilai sulfur <1%/WT (Klasifikasi berdasarkan BP Research, 1991).
Gambar 4. Cross plot API vs Pr/Ph. Sebagian besar sampel minyak bumi masuk ke dalam kelas D
dan E dengan ciri utama nilai Pr/Ph >3 (Klasifikasi berdasarkan BP Research, 1991).
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
633
Gambar 5. Cross plot saturate vs aromate C13 yang menunjukan asal material organik. Pada
umumnya sampel minyak bumi berasal dari batuan induk yang sumber material organiknya dari
terrigenous hingga marine (dimodifikasi dari Peters et al, 1999 di dalam Peters et al, 2005).
Gambar 6. Cross plot pristane/n-C17 vs phytane/n-C18 yang menunjukan tipe kerogen dan
lingkungan pengendapan batuan induk (diagram dimodifikasi dari Peters et al, 2005).
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
634
Gambar 7. Ternary diagram data sterana C27, C28 dan C29. Diagram ini menunjukan sumber dan asal
material organik batuan induk yang menghasilkan minyak bumi (diagram dimodifikasi dari Huang dan
Meinshein, 1979 dalam Killops dan Killops, 2005).
Gambar 8. Kromatogram minyak bumi pada daerah penelitian yang diwakili Group 1, Group 2 dan
Group 3 yang menunjukan pola yang hampir sama dengan tipe kromatorgram fluvio-deltaic.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
635
Gambar 9. Hasil analisis lingkungan pengendapan batuan induk yang menghasilkan minyak bumi.
Batuan induk pada daerah penelitian diendapkan pada lingkungan fluvio-deltaic dan marine.