Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    1/23

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Penyakit tular vektor merupakan penyakit yang menular melalui

    hewan perantara (vektor) penyakit. Contohnya antara lain malaria,

    Demam Berdarah Dengue, Chikungunya, Japanese B Encephalitis

    (radang otak), filariasis limfatik (kaki gajah), pes (sampar) dan demam

    semak (scrub typhus). Penyakit tersebut hingga kini merupakan masalah

    kesehatan masyarakat di Indonesia dengan angka kesakitan dan

    kematian yang cukup tinggi dan berpotensi menimbulkan kejadian luar

    biasa (KLB).

    Penanggulangan penyakit tular vektor adalah selain dengan

    pengobatan terhadap penderita, juga dilakukan upaya-upaya

    pengendalian vektor termasuk upaya mencegah kontak dengan vektor

    guna mencegah penularan penyakit. Satu di antaranya adalah cara

    pengendalian vektor adalah dengan menggunakan insektisida.

    Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakaiuntuk membunuh serangga (Djojosumarto, 2008). Insektisida dapat

    memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku,

    perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta

    aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga

    pengganggu tanaman ataupun vektor penyebab penyakit. Insektisida

    merupakan salah satu jenis dari pestisida (pembunuh hama) sedangkan

    kelompok pestisida lainnya antara lain rodentisida (racun binatang

    pengerat), akarisida (racun tungau dan caplak), fungisida (racun

    cendawan), herbisida (racun gulma / tumbuhan pengganggu), dan lain-

    lain.

    Beberapa jenis golongan dari insektisida salah satunya yaitu

    fenvalerat. Fenvalerat merupakan insektisida serta akarisida non-sistemik

    yang bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Fenvalerat

    digunakan untuk membasmi hama serangga ataupun vektor penyebab

    penyakit. Penggunaan fenvalerat apabila tidak benar dan tepat maka

    akan menimbulkan efek samping terhadap manusia. Efek samping dapat

    https://id.wikipedia.org/wiki/Hormonhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pencernaanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pencernaanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Hormon

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    2/23

    2

    berupa hasil dari penimbunan yang berlama-lama, surface run-off , atau

    kontak langsung dengan komponen herbisida.

    Berbagai dampak dapat disebabkan oleh penggunaan fenvalerat

    mulai dampak yang tak terlihat seperti residu hingga dampak keracunan

    baik bagi tanaman maupun manusia yang menggunakannya. Dampak

    negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap

    lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan

    dapat menimbulkan kematian bagi manusia (Tarumingkeng, 2008).

    Sehingga manfaat mempelajari insektisida jenis fenvalerat ini agar

    dapat lebih mengenal dan mengetahui apa itu fenvalerat baik dilihat dari

    formulasinya, cara kerjanya, susunan kimianya, dan dampak yang tejadi

    akibat penggunaan fenvalerat ini, sehingga kita dapat menghindari

    dampak yang dihasilkan oleh fenvalerat tersebut semaksimal mungkin

    dan juga formulasi fenvalerat yang aman untuk digunakan dengan

    menimbang dampak yang terjadi tidak merusak lingkungan dan

    ekosistem.

    I.2 Tujuan Adapun tujuan dalah penyusunan makalah ini adalah :

    -  Mengetahui definisi dan Klasifikasi Insektisida

    -  Mengetahui definisi dan Klasifikasi Pirenoid

    -  Mengetahui definisi bahan aktif Fenvalerat

    -  Mengetahui Formulasi bahan aktif Fenvalerat

    -  Mengetahui Cara Kerja bahan aktif Fenvalerat

    -  Mengetahui Susunan Kimia bahan Aktif Fenvalerat

    -  Mengetahui Dosis dan Serangga sasaran bahan aktif Fenvalerat

    -  Mengetahui Efektifitas bahan aktif Fenvalerat

    -  Mengetahui Efek samping bahan aktif Fenvalerat

    -  Mengetahi Pencegahan dari penggunaan Fenvalerat

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    3/23

    3

    I.3 Manfaat

     Adapun manfaat dalam penyusunan makalah ini yaitu :

    I.3.1 Masyarakat

    Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan

    informasi kepada masyakarat agar berhati-hati dan bijaksana

    dalam penggunaan insektisida golongan Fenvalerat

    I.3.2 Disiplin Ilmu

    Penyusunan makalah ini sebagai wujud pengaplikasian disiplin

    ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan

    wawasan keilmuan

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    4/23

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 INSEKTISIDA

    II.1.1 Definisi Insektisida

    Kata insektisida secara harfiah berarti pembunuh serangga, yang

    berasal dari kata “insekta” = serangga dan kata latin “cida”= pembunuh.

    Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk

    membunuh  serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida

    merupakan salah satu jenis dari pestisida (pembunuh hama) sedangkan

    kelompok pestisida lainnya antara lain rodentisida (racun binatang

    pengerat), akarisida (racun tungau dan caplak), fungisida (racun

    cendawan), herbisida (racun gulma / tumbuhan pengganggu), dan lain-

    lain.

    Dalam Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1973 tentang

    Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Insektisida,

    insektisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik, sertavirus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah binatang-

    binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

    Insektisida kesehatan masyarakat adalah insektisida yang

    digunakan untuk pengendalian vektor penyakit dan hama permukiman

    seperti nyamuk, serangga pengganggu lain (lalat, kecoak/lipas), tikus, dan

    lain-lain yang dilakukan di daerah permukiman endemis, pelabuhan,

    bandara, dan tempat-tempat umum lainnya.

     Aplikasi pengendalian vektor penyakit secara umum dikenal dua

     jenis insektisida yang bersifat kontak/non-residual dan insektisida

    residual. Insektisida kontak/non-residual merupakan insektisida yang

    langsung berkontak dengan tubuh serangga saat diaplikasikan. Aplikasi

    kontak langsung dapat berupa penyemprotan udara (space spray) seperti

    pengkabutan panas (thermal fogging), dan pengkabutan dingin (cold

    fogging) / ultra low volume(ULV). Jenis-jenis formulasi yang biasa

    digunakan untuk aplikasi kontak langsung adalah emusifiable concentrate

    (EC), microemulsion (ME), emulsion (EW), ultra low volume (UL) dan

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    5/23

    5

    beberapa Insektisida siap pakai seperti aerosol (AE), anti nyamuk bakar

    (MC), liquid vaporizer (LV), mat vaporizer(MV) dan smoke (Kemenkes RI,

    2012).

    II.1.2 Jenis insektisida untuk pengendalian vektor

    1. Organofosfat (OP).

    Insektisida ini bekerja dengan menghambat enzim kholinesterase. OP

    banyak digunakan dalam kegiatan pengendalian vektor, baik untuk

    space spraying , IRS, maupun larvasidasi. Contoh: malation,

    fenitrotion, temefos, metil-pirimifos, dan lain lain.2. Karbamat.

    Cara kerja Insektisida ini identik dengan OP, namun bersifat

    reversible (pulih kembali) sehingga relatif lebih aman dibandingkan

    OP. Contoh: bendiocarb, propoksur, dan lain lain.

    3. Piretroid (SP)

    Insektisida ini lebih dikenal sebagai synthetic pyretroid   (SP) yang

    bekerja mengganggu sistem syaraf. Golongan SP banyak digunakan

    dalam pengendalian vector untuk serangga dewasa (space spraying

    dan IRS), kelambu celup atau Insecticide Treated Net (ITN), Long

    Lasting Insecticidal Net (LLIN), dan berbagai formulasi Insektisida

    rumah tangga. Contoh: metoflutrin, transflutrin, d-fenotrin, lamda-

    sihalotrin, permetrin, sipermetrin, deltametrin, etofenproks, dan lain-

    lain.

    4. Insect Growth Regulator (IGR).

    Kelompok senyawa yang dapat mengganggu proses perkembangan

    dan pertumbuhan serangga. IGR terbagi dalam dua klas yaitu :

    - Juvenoid atau sering juga dikenal dengan Juvenile Hormone

     Analog (JHA). Pemberian juvenoid pada serangga berakibat pada

    perpanjangan stadium larva dan kegagalan menjadi pupa. Contoh

    JHA adalah fenoksikarb, metopren, piriproksifen dan lain-lain.

    - Penghambat Sintesis Khitin atau Chitin Synthesis Inhibitor (CSI)

    mengganggu proses ganti kulit dengan cara menghambat

    pembentukan kitin. Contoh CSI: diflubensuron, heksaflumuron dan

    lain-lain.

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    6/23

    6

    5. Mikroba

    Kelompok Insektisida ini berasal dari mikroorganisme yang berperan

    sebagai insektisida. Contoh: Bacillus thuringiensis varisraelensis (Bti),

    Bacillus sphaericus (BS), abamektin, spinosad, dan lain-lain. BTI

    bekerja sebagai racun perut, setelah tertelan kristal endotoksin larut

    yang mengakibatkan sel epitel rusak dan serangga berhenti makan

    lalu mati. BS bekerja sama dengan BTI, namun bakteri ini diyakini

    mampu mendaur ulang diri di air akibat proliferasi dari spora dalam

    tubuh serangga, sehingga mempunyai residu jangka panjang. BS

    stabil pada air kotor atau air dengan kadar bahan organik tinggi.6. Neonikotinoid.

    Insektisida ini mirip dengan nikotin, bekerja pada sistem saraf pusat

    serangga yang menyebabkan gangguan pada reseptor  post synaptic

    acetilcholin. Contoh: imidakloprid, tiametoksam, klotianidin dan lain-

    lain.

    7. Fenilpirasol

    Insektisida ini bekerja memblokir celah klorida pada neuron yang

    diatur oleh GABA, sehingga berdampak perlambatan pengaruh GABA

    pada sistem saraf serangga. Contoh: fipronil dan lain-lain

    8. Nabati

    Insektisida nabati merupakan kelompok Insektisida yang berasal dari

    tanaman Contoh: piretrum atau piretrin, nikotin, rotenon, limonen,

    azadirachtin, sereh wangi dan lain-lain.

    9. Repelen

    Repelen adalah bahan yang diaplikasikan langsung ke kulit, pakaian

    atau lainnya untuk mencegah kontak dengan serangga. Contoh:

    DEET, etil-butil-asetilamino propionat dan ikaridin. Repelen dari

    bahan alam adalah minyak sereh/sitronela (citronella oil ) dan minyak

    eukaliptus (lemon eucalyptus oil ) (Kemenkes RI, 2012).

    II.2 PIRETROID

    Pirenoid merupakan senyawa kimia yang meniru struktur kimia (analog)

    dari piretrin ( pyrethrine). Piretrin sendiri merupakan zat kimia bersifat insektisida

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    7/23

    7

    yang terdapat dalam piretrum, kumpulan senyawa yang di ekstrak dari bunga

    semacam krisan (Chrisantemum spp.).

    Pirenoid memiliki beberapa keunggulan, di antaranya diaplikasikan

    dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas, tidak persisten,

    dan memiliki efek melumpuhkan (knock down effect) yang sangat baik, masa

    terdegradasi dalam lingkungan juga singkat, berkisar antara 10-12 hari, jadi

     jarak/frekuensi penyemprotan juga berkisar 10-12 hari. (Djojosumarto,2008).

    Namun, karena sifatnya yang kurang atau tidak selektif, banyak piretroid yang

    tidak cocok untuk program PHT.

    Piretroid merupakan campuran dari beberapa ester yang disebut pyretrin

    yang diektraksi dari bunga dari genus Chrysantemum. Jenis pyretroid yang relatif

    stabil terhadap sinar matahari adalah: deltametrin, permetrin, fenvalerate.

    Sedangkan yang tidak stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi

    serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin,

    tralometrin, sihalometrin, flusitrinate. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada

    manusia tetapi menimbulkan alergi pada orang yang peka, dan mempunyai

    keunggulan diantaranya: diaplikasikan dengan takaran yang relatif sedikit,

    spekrum pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkanyang sangat baik. (Wudianto R, 2010).

    II.3 FENVALERAT

    II.3.1 DEFINISI FENVALERAT

    Fenvalerat, dipublikasikan pertam akali pada tahun 1977 dan

    merupakan insektisida serta akarisida non-sistemik yang bekerja sebagai

    racun kontak dan racun perut. Fenvalerat berspektrum luas untuk

    serangga hama dari ordo Lepidoptera, Diptera, Orthopthera, Hemiptera,

    dan Coleoptera. LD50  (tikus) sekitar 451 mg/kg; LD50  dermal (kelinci)

    1000  – 3200 mg/kg dan > 5000 (tikus) agak iritan untuk kulit dan mata;

    LD50 inhalasi (4 jam, tikus) > 0,1 mg/liter udara; NOEL (2 tahun, tikus) 250

    mg/kg diet; dan ADI 0,02 mg/kg bb.(Djojosumarto, 2008).

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    8/23

    8

    II.3.2 FORMULASI FENVALERAT

    Formulasi adalah bentuk akhir hasil olahan bahan teknis suatu

    insektisida. Pemilihan jenis formulasi sangat berperan penting dalam

    keberhasilan pengendalian. Adapun formulasi dalam fenvalerat meliputi

    emulsifiable concentrates (EC), ultra-low volume (ULV) concentrates, dust

    powders, or wettable powders. 

    1. Emulsifiable Concentrates (EC)

    Formulasi EC dibuat dengan menambahkan emulsifier pada

    campuran fenvalerat satu atau lebih pelarut agar dapat bercampur

    dengan air membentuk emulsi minyak dalam air yang berupa larutan

    putih seperti susu yang tidak tembus cahaya. Larutan putih seperti

    susu ini bahkan menjadi generik bagi awam bahwa insektisida itu

    harus (bau dan) membentuk larutan seperti susu bila ditambahkan air

    2. Ultra Low Volume (ULV)

    Formulasi ini adalah formulasi siap pakai yang digunakan dengan alat

    semprot ULV dan umumnya digunakan untuk pengendalian vektor

    atau untuk kegiatan yang dilakukan untuk pengendalian serangga

    pada sekala besar, misalnya lapangan bola, taman, lingkunganperumahan dsb.

    3. Debu (Dust powder)

    Formulasi ini mengandung bahan aktif dan bahan pembawa yang

    berbentuk tepung/bubuk dengan ukuran partikel berkisar 250  –  350

    mesh dan merupakan formulasi siap pakai. Biasanya kadar bahan

    aktifnya relatif rendah (hanya berkisar 0.5  –  1 %) dibandingkan

    dengan formulasi WP. 

    4. Wettable Powders (WP)

    WP adalah formulasi kering dengan cara mencampurkan bahan teknis

    dengan bubuk pembawa (seperti talkum, kapur) dan suatu zat

    pembasah. Penambahan zat pembasah memungkinkan campuran

    bahan teknis dan bahan pembawa dapat dilarutkan dalam air dan siap

    untuk diaplikasikan dengan alat semprot. Keuntungan formulasi WP

    ini kurang atau tidak bersifat fitotoksik dan bertahan pada permukaan

    apapun sehingga memberikan efek residual (Kemenkes RI, 2012)

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    9/23

    9

    II.3.3 CARA KERJA FENVALERAT

    Bahan aktif fenvalerat bekerja sebagai racun kontak maupun

    racun lambung yang cepat mematikan serangga dengan merusak system

    syaraf. Fenvalerat yang masuk dalam pencernaan hama akan diserap

    oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang sel

    syaraf pusat yang menyebabkan saluran natrium selalu terbuka, sehingga

    pada beberapa kasus menyebabkan reaksi berlebihan oleh saraf. Mereka

    bertindak pada membran sel saraf untuk menghalangi Jalur dan

    keluarnya ion dari saluran natrium selama re-polarisasi. Hal ini sangat

    mengganggu transmisi impuls saraf. Pada konsentrasi rendah serangga

    menderita hiperaktif. Pada konsentrasi tinggi mereka lumpuh dan mati.

    Contoh untuk mengendalikan ulat grayak ( Spodoptera Litura F. ) pada

    tanaman cabai.. 

    Untuk mekanisme sebagai racun kontak, Fenvalerat akan masuk

    ke tubuh hama melalui kulit, mulut, atau trachea hama tersebut. Racun

    yang bersifat kontak harus mampu menembus kulit serangga. Hama akan

    mati jika bersentuhan langsung dengan bahan aktif insektisida ini

    (Djojosumarto, 2008).

    I.3.4 SUSUNAN KIMIA FENVALERAT

    Rumus Kimia : 

    Gambar 1. Struktur Kimia Fenvalerat

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    10/23

    10

    Gambar 2. Struktur Kimia 4 stereoisomer Fenvalerat

    Identitas

    Fenvalerate merupakan piretroid sintetis pertama yang tidak

    memiliki siklopropana cincin dalam molekul. Ia memiliki empat

    stereoisomer dan komposisi sekitar 1: 1: 1: 1 (rasemat) untuk setiap

    isomer. Tingkatan teknis Fenvalerate adalah 90-94% murni. Hal ini

    diformulasikan sebagai emulsi konsentrat, konsentrat dengan volume

    rendah-ultra, bubuk debu, atau bubuk basah.

    Sifat Fisik Dan Kimia

    Produk teknis adalah cairan kental berwarna kuning atau coklatdengan bau kimia ringan. Hal ini hampir tidak larut dalam air, tetapi larut

    dalam kebanyakan pelarut organik. Fenvalerate stabil terhadap cahaya,

    panas, dan kelembaban, tetapi tidak stabil pada media alkali.

    Metode Analitis

    Untuk residu dan analisis lingkungan, menggunakan kromatografi

    gas dengan menggunakan deteksi penangkapan elektron, yang tingkat

    deteksi minimum menjadi 0,005 mg / kg. Untuk analisis produk, dapat

    menggunakan kromatografi gas dengan deteksi ionisasi nyala. (IPCS,

    1989).

    Tabel 1. Susunan Kimia Fenvalerat

    NO VARIABEL KETERANGAN

    1 NAMA KIMIA 1. IUPAC

    RS)-α-cyani-3-phenoxybenzyl

    (RS)-2-(4 chlorophenyl)-3-

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    11/23

    11

    methylbutyrate

    2. CA

    cyano(3-

    phenoxyphenyl)methy14-

    chloro-α-(1-

    methylethyl)benzeneacetate

    2 NAMA ALTERNATIF Agmatrin, Belmark, Ectrin, Fenkill,

    Phenvalerate, Pydrin, S-5602,

    Sanmarton, SD 43775, Sumicidin,

    Sumifly, Sumipower, Sumitox, WL

    43 775

    3 CAS NOMOR 51630-58-1

    4 FORMULA KIMIA C25H22ClNO3 

    5 MASA MOLAR 419,92 .mol -1 

    6 KEADAAN FISIK Cairan kental berwarna kuning

    yang akan mencair pada suhu 230

     C

    7 TEKANAN UAP PADA

    SUHU 250 C

    Merkuri dengan tekanan 1,1 x 10-8 

    mm

    8 KEPADATAN PADA

    SUHU 230 C

    1,17 g/Ml

    9 STABILITAS Stabil di sebagian besar pelarut

    alkohol kecuali di temperatur kamar

    .Tidak stabil di media alkali.

    Degradasi bertahan pada kisaran

    150 – 3000 C

    10 DEGRADASI Rute Utama yaitu dengan

    pembelahan pada sambungan

    ester

    11 FORMULASI konsentrat yang dapat diemulsikan,

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    12/23

    12

    debu, butiran, bubuk dapat

    dibasahi

    12 LOG OCTANOL-

    WATER

    6,2

    13 KOEFISIEN PARTISI DI KELARUTAN 200 C

    aseton >450,0 g/L

    Khloroform >450,0 g/L

    Metanol >450,0 g/L

    Heksana 77,0 g/L

     Air Tawar 2,0 – 85,0 µg/L

     Air Laut 24,0 µg/L ( Ronald, 2007)

    I.3.5 DOSIS DAN SERANGGA SASARAN FENVALERAT

    Fenvalerat digunakan untuk mengendalikan hama serangga. Adapun

    Serangga sasaran, dan dosis penggunaan Fenvalerat yaitu :

    Tabel 2. Hama Sasaran dan Dosis Penggunaan

    No Tanaman Hama Sasaran

    Dosis/

    Konsentrasi

    Formulasi

    1 Bawang merah Ulat grayak

    (Spodoptera sp.) 

    0,25 – 0,5 ml/l

    2 Cabai 1. Ulat grayak

    (Spodoptera sp.) 

    2. Hama trips

    (Trips  parvispinus) 

    0,25 – 0,5 ml/l

    0,25 – 0,5 ml/l

    3 Jeruk Hama Diaphorina citri   0,25 – 0,5 ml/l

    4 Kakao Penghisap buah

    (Helopeltis sp.) 

    0,25 – 0,5 ml/l

    5 Kapas Penggerek pucuk

    (Helicoverpa armigera) 

    0,5 – 1,0 ml/l

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    13/23

    13

    6 Kedelai 1. Ulat grayak

    (Spodoptera sp.) 

    2. Pengisap polong

    (Nezara viridula) 

    3. Perusak polong

    (Heliothis armigera) 

    4. Penggulung daun

    (Lamprosema

    indicata) 

    1. 0,25 – 0,5 ml/l

    2. 0,25 – 0,5 ml/l

    3. 0,25 – 0,5 ml/l

    4. 0,5 – 1,0 ml/l

    7 Kelapa Sawit Ulat api

    (Thosea asigna) 

    0,25 – 0,5 ml/l

    8 Kubis Perusak daun

    (Plutella xylostella) 

    0,25 – 0,5 ml/l

    9 Teh Penghisap daun

    (Helopeltis sp.)

    0,125 – 0,25 l/ha

    10 Tembakau Ulat grayak

    (Spodoptera litura) 

    0,25 – 0,5 ml/l

    11 Tomat Penggerek buah

    (Heliothis armigera) 

    0,25 – 0,5 ml/l

    Volume semprot per hektar yang digunakan, tergantung umur dan

     jenis tanaman, adalah 400 - 800 liter/ha (kakao, cabai, kubis), 400 - 600

    liter/ha (bawang merah, kedelai), 300 - 500 liter/ha (tomat, teh), 200 - 400

    liter/ha (tembakau).(MKD, 2011).

    I.3.6 EFEKTIFITAS FENVALERAT

    Bengston (1979)  menunjukkan bahwa potensi utama dari

    insektisida piretroid sebagai pelindung gandum di Australia untuk

    mengendalikan Rhyzopertha dominica  dimana spesies ini yang paling

    merusak dan sulit untuk dicontrol dengan menggunakan insektisida

    organofosfat. Bioresmethrin, disinergikan dengan piperonil butoxide, yang

    telah digunakan selama lebih dari 10 tahun terhadap Rhyzopertha

    dominica  dalam hubungannya dengan fenitrothion atau senyawa

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    14/23

    14

    organofosfat lainnya. Namun dosis yang relatif tinggi diperlukan untuk

    mengendalikan Sitophilus dan Tribolium spp dan oleh karena itu tidak

    mungkin digunakan terhadap spesies ini. Sehingga fenvalerate adalah

    alternatif yang efektif untuk bioresmethrin.

    Bengtson dan Desmarchelier (1979) menunjukkan bahwa, saat

    Fenvalerate diterapkan pada tingkat 1 mg / kg, bersama-sama dengan

    piperonil butoksida pada tingkat 10 mg / kg dan insektisida organofosfat,

    akan memberikan perlindungan 9 bulan terhadap semua spesies,

    termasuk tahan terhadap Rhyzopertha dominica.

    Chahal dan Ramzan (1982)  mempelajari efisiensi relatif dari

    piretroid sintetis dan beberapa insektisida organofosfat terhadap larva

    Trogoderma granarium. Setiap insektisida diuji di 0,0125; 0,025 dan

    0,05% disemprotkan pada larva instar ketiga. Deltametrin pada 0,05%

    adalah satu-satunya senyawa untuk memberikan 100% mortalitas pada 1

    hari tetapi pada pengamatan 2, 3, 5 dan 7 hari setelah pengobatan

    menunjukkan peningkatan progresif dalam mortalitas dan oleh 7 hari

    Fenvalerate menyebabkan 100% kematian larva.

    Elliott dkk (1983)  ditentukan selektivitas 20 insektisida piretroiduntuk Ephestia kuehniella  dan parasit Venturia canescens. Fenvalerate

    menduduki peringkat keempat belas dari 20 untuk potensi terhadap

    Ephestia  tetapi diperlukan 8 kali lebih banyak untuk membunuh parasit

    tersebut. Rasio toksisitas pada host dan parasit paling tinggi diantara 18

    senyawa lain yag diuji.

    Joia (1983)  dalam tesisnya menulis tentang efektivitas

    cypermethrin dan Fenvalerate terhadap Tribolium castaneum  dan

    Cryptolestes ferrugineus  dalam menyimpan gandum. Gandum yang

    mempunyai kadar air 13,3% dan 15% diperlakukan dengan

    cypermethrin atau Fenvalerate pada 8 dan 12 mg / kg atau pada

    malathion pada 8 mg / kg. Gandum disimpan pada suhu 25 0C dan -5 ° C

    selama 60 minggu. Sampel dihapus untuk bioassay 6 kali dengan

    interval 12 minggu. Studi Bioassay mengungkapkan bahwa cypermethrin

    efektif terhadap kedua spesies. Meskipun pada 8 mg / kg, cypermethrin

    tidak membunuh l00% dari parasit dewasa Cryptolestes ferrugineus,

    namun dapat dicegah pada produksi keturunan. Fenvalerate gagal untuk

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    15/23

    15

    memberikan kontrol yang efektif dari Cryptolestes ferrugineus  tetapi

    mampu mencegah produksi keturunan Tribolium castaneum. Sebaliknya,

    malathion pada 8 mg / kg tidak efektif terhadap kedua spesies pada 12

    dan 24 minggu setelah perlakuan.

    Hsieh dkk. (1983)  bekerja di Taiwan mententukan toksisitas 26

    insektisida untuk Sitophilus zeamais  dan Rhyzopertha dominica  yang

    tercampuran dengan biji-bijian. Fenvalerate adalah salah satu dari

    beberapa senyawa yang paling toksik untuk Rhyzopertha dominica 

    daripada Sitophilus Zeamais.

    Bitran dkk (1983b)  mengevaluasi residu dari beberapa piretroid

    dan organofosfat insektisida dalam mengendalikan Sitophilus zeamais 'di

    Brasil. Insektisida dicampur dengan gandum jagung dan dievaluasi

    selama 9 bulan. Fenvalerate yang ditambahkan dengan piperonil

    butoksida menunjukkan kemanjuran tinggi dalam kontrol tetapi efektivitas

    ini berkurang ketika Fenvalerate digunakan tanpa piperonil butoksida.

    Cypermethrin menunjukkan residual lebih baik daripada Fenvalerate yang

    diterapkan tanpa piperonil butoksida.

    Bengston et dari. (1983b)  mengevaluasi beberapa organo-phosphorothioat dan sinergi piretroid sintetis sebagai pelindung butir

    gandum di uji cobakan dilapangan yang dilakukan di silo komersial di

    Queensland dan New South Wales. Fenvalerate pada 1 mg / kg bersama

    dengan fenitrothion pada 12 mg / kg dan piperonyl butoksida pada 8 mg /

    kg dikontrol pada penyimpanan Sitophilus oryzae  dan Rhyzopertha

    dominica  dan mencegah menghasilkan keturunan sepenuhnya pada

    Tribolium casianeum, Tribolium confusum  dan Ephestia cautella. Dalam

    percobaan lapangan dilakukan pada sorgum yang disimpan selama 26

    minggu di Silo, Queensland selatan. Bengston et dari. (1984) menemukan

    kombinasi yang sama dari Fenvalerate yang dapat mengendalikan

    malathion dapat resistant terhadap Sitophilus oryzae, Rhyzopertha

    dominica, Tribolium castaneum dan Ephestia cautella (ACIA, 2009) 

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    16/23

    16

    I.3.7 EFEK SAMPING FENVALERAT

    Efek pada Manusia

    Fenvalerate merupakan insektisida piretroid sintetik yang

    mempunyai toksisitas dari rendah, sedang hingga akut. Hal ini tidak

    mungkin berbahaya bila digunakan sebagaimana yang direkomendasikan

    atau sesuai dosis yang dianjurkan. Tidak ada laporan keracunan pada

    populasi pada umumnya. Beberapa insiden keracunan terjadi ketika

    terpaparan dengan penyemprotan yang tidak memperhatikan instruksi

    keselamatan.

    Dalam studi eksperimental yang telah dilakukan pada hewan

    menunjukkan bahwa tanda-tanda neurologis dan gejala, seperti ataksia,

    tremor, dan kejang-kejang, bisa terjadi setelah terjadi paparan yang

    berlebih atau tertelan.

    Manusia dapat terpapar Fenvalerate melalui residu dalam makanan

    ataupun secara langsung. Fenvalerate ini cukup beracun untuk mamalia.

    Pada pekerja yang terpapar, Fenvalerate dapat menyebabkan sensasi

    kulit dan paresthesia yang berkembang setelah periode laten sekitar 30

    menit, puncak dengan 8 jam, dan menghilang dalam waktu 24 jam.Berdasarkan kesamaan Fenvalerate dengan Deltametrin, mungkin karena

    toksisitasnya berefek pada kedua sistem saraf perifer dan saraf pusat

    yang disebabkan oleh gangguan permeabilitas ion natrium di membran

    saraf terstimulasi. Adapuan Gejala akut dari paparan fenvalerat yaitu :1)

    Sensasi terbakar; 2)Batuk; 3)Pusing; 4)sakit kepala; 5)mual;

    6)kemerahan; 7)kesemutan ; 8)gatal; 9)sakit perut; 10)kejang; 11)muntah.

    Tidak ada indikasi yang menyatakan bahwa Fenvalerate bila

    digunakan seperti yang direkomendasikan (sesuai dosis/takaran), akan

    memiliki efek buruk pada manusia. (IPCS, 1989).

    Efek pada Lingkungan sekitar

    Di dalam tanah, terjadi degradasi pembelahan ester, pembelahan

    difenil eter, cincin hydroxylation , hidrasi dari siano kelompok amida , dan

    oksidasi lebih lanjut dari fragmen-fragmen yang dibentuk . Yang pada

    akhirnya menghasilkan karbon dioksida sebagai produk akhir yang

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    17/23

    17

    utama. Studi pada potensi Fenvalerate dan produk degradasinya

    menunjukkan bahwa sangat sedikit terjadi gerakan ke dalam di tanah. 

    Di dalam air dan permukaan tanah, Fenvalerate terdegradasi oleh

    sinar matahari. Pembelahan ester, hidrolisis kelompok siano,

    dekarboksilasi untuk menghasilkan 2- (3-phenoxyphenyl) -3- (4-klorofenil)

    - 4-methylpentanenitrile (decarboxy-Fenvalerate), dan telah terjadi reaksi

    radikal lainnya.

    Pada tanaman, Fenvalerate memiliki waktu paruh sekitar 14 hari.

    Pembelahan ester adalah reaksi utama, diikuti oleh oksidasi dan / atau

    konjugasi fragmen yang terbentuk. Dekarboksilasi yang terjadi

    menghasilkan decarboxy-Fenvalerate. Waktu paruh dari Fenvalerate

    bervariasi dari 6 minggu sampai 60 hari tergantung pada jenis tanah. Hal

    ini sangat beracun bagi lebah madu dan ikan (IPCS, 1989).

    I.3.8 PENCEGAHAN DAMPAK FENVALERAT

    Bahaya kesehatan manusia yang berhubungan dengan jenis

    tertentu dari paparan Fenvalerate, bersama-sama dengan langkah-

    langkah pencegahan dan perlindungan yaitu : 

    a. Penyimpanan

    Proses penyimpanan Fenvalerat yang digunakan dalam

    pengendalian vektor harus memenuhi persyaratan berikut ini:

    1. Gudang

    Gudang tempat penyimpanan Fenvalerat harus memenuhi

    persyaratan sebagai berikut:

      Aman dari pencurian,

      Tidak bocor,

      Tidak kena banjir,

      Cukup ventilasi/penerangan atau pencahayaan,

      khusus untuk gudang penyimpanan Fenvalerat, terletak tidak

    menyatu dengan tempat permukiman

      Tidak digabung dengan bahan non-Fenvalerat

    2. Konstruksi bangunan Gudang

      Lantai dan dinding harus kedap air dan mudah dibersihkan

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    18/23

    18

      Langit- langit atap terbuat dari bahan yang ringan dan tidak

    tembus cahaya.

      Bangunan dilengkapi dengan exhause fan (kipas penghisap)

      Bahan bangunan sedapat mungkin tidak mudah terbakar

    3. Tata letak tempat penyimpanan

    Penempatan Fenvalerat harus ditata dengan baik:

      Fenvalerat yang akan disimpan dikelompokkan berdasarkan

    bentuk formulasi (padat atau cair), secara tepat dan aman

      Setiap kemasan Fenvalerat tidak boleh diletakan langsung di

    atas lantai, untuk kemasan yang berat (drum, bags, boxes)diletakkan/disusun di atas balok-balok kayu (pallet), untuk

    kemasan kecil diletakkan /disusun di dalam rak

      Fenvalerat dengan kemasan bungkusan yang berbentuk

    kotak disusun dengan sistem berkait dengan diberi jarak di

    antara tumpukan, untuk sirkulasi udara.

      Jarak tumpukan Fenvalerat dari dinding minimal 50 cm, untuk

    lewat orang

      Cara meletakan dan menyusun kemasan Fenvalerat harus

    diatur untuk memudahkan pemeriksaan dan sirkulasi barang

    (FEFO, first expired first out).

      Penyimpanan Fenvalerat harus dilengkapi dengan kartu stok,

    kartu gudang dan kartu barang

      Di antara tumpukan Fenvalerat harus ada lorong/ gang yang

    dapat dilalui dengan lebar minimal 50 cm.

    b. Ledakan dan Bahaya Kebakaran

    Beberapa pelarut dalam formulasi piretroid sangat mudah terbakar.

    Jangan menggunakan air untuk memadamkan kebakaran. Gunakan

    bubuk kering, karbon dioksida, atau busa tahan-alkohol, pasir, atau

    tanah. Ketika produk piretroid terjadi dalam kebakaran besar,

    hendaknya memadamkan api dengan menggunakan pakaian

    pelindung dan alat bantu pernapasan. Langkah selanjutnya

    menginformasikan kepada pemadam kebakaran dan terkait lainnya

    yang berwenang bahwa pyrethroids sangat beracun baik untuk

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    19/23

    19

    ekosistem ikan. Dengan cara ini, akumulasi terjadinya polusi dalam

    tanah dari tempat kejadian itu dapat dicegah .

    c. Distribusi

    Distribusi perlu dilakukan dengan baik agar kualitas Fenvalerat tetap

    terjamin. Untuk itu harus diperhatikan bahwa dalam pendistribusian

    Fenvalerat, kemasan harus dijaga dari kerusakan atau kebocoran

    dan terlindung dari pengaruh cuaca luar (panas, hujan dll).

    Penempatan Fenvalerat dalam sarana angkutan harus diatur

    sehingga tidak mudah terjadi benturan-benturan selama perjalanan.

    d. Pemusnahan

    Pemusnahan Fenvalerat dapat dilakukan dengan berbagai cara

    seperti dengan penguburan dalam tanah (landfill), panas (thermal

    decomposition), dan kimiawi (chemical neutralization). Di antara cara-

    cara tersebut, yang paling mungkin dilakukan di lapangan adalah

    penguburan dalam tanah (landfill).

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    20/23

    20

    BAB III 

    PENUTUP

    III.1 Simpulan

    Fenvalerat merupakan insektisida serta akarisida non-sistemik yang

    bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Fenvalerat berspektrum

    luas untuk serangga hama dari ordo Lepidoptera, Diptera, Orthopthera,

    Hemiptera, dan Coleoptera. LD50  (tikus) sekitar 451 mg/kg; LD50  dermal

    (kelinci) 1000  – 3200 mg/kg dan > 5000 (tikus) agak iritan untuk kulit dan

    mata; LD50  inhalasi (4 jam, tikus) > 0,1 mg/liter udara; NOEL (2 tahun,

    tikus) 250 mg/kg diet; dan ADI 0,02 mg/kg bb.

    Paparan untuk populasi dari Fenvalerate menjadi sangat rendah

    dan bahkan tidak mungkin berbahaya bila digunakan sesuai yang

    direkomendasikan.

    Pelaksanaan praktik yang tepat, langkah-langkah kebersihan

    terjaga, dan tindakan pencegahan diikuti, memungkinkan bahwa

    Fenvalerate akan tidak menjadi risiko pekerjaan.Fenvalerat jika digunakan diatas takaran yang dianjurkan,

    Fenvalerate sangat beracun bagi ikan, arthropoda air, dan lebah madu.

    Namun, jika digunakan sesuai takaran, efek samping yang tidak mungkin

    terjadi ketika Fenvalerate digunakan.

    III.2 Saran

    III.2.1 Untuk petani

    Hendaknya Gunakanan fenvalerat sesuai dengan dosis yang

    dianjurkan agar dapat meminimalisir dari efek samping fenvalerat

    tersebut dan gunakan APD agar tidak terpapar langsung dengan

    fenvalerat.

    III.2.2 Saran Untuk Surveilans Kesehatan

    Secara teratur pekerja yang terpapar harus menjalani

    pemeriksaan medis umum setiap tahunnya. Gejala keluhan pada

    kulit wajah merupakan indikasi terpaparnya fenvalerat yang harus

    ditangani. Sehingga saran untuk surveilans kesehatan yaitu

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    21/23

    21

    memberikan pengawasan dan juga memantau secara berkala dan

    teratur terhadap pekerja tersebut agar dapat memilimalisir efek

    paparan dari fenvalerat.

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    22/23

    22

    DAFTAR PUSTAKA

     ACIAR (Australia Center International for Agricultutral Reasearch), 2009.

    Fenvalerate. http://aciar.gov.au/files/node/9608/MN003%20Part%209.pdf. 

    Diakses pada tanggal 7 April 2016

    Darmono., 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta :Universitas

    Indonesia

    Departemen Kesehatan RI Pusat Laboratorium Kesehatan.,1990. Petunjuk

    Pemeriksaan Pestisida. Jakarta

    Djojosumarto P., 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT.Agromedia Pustaka,

    Jakarta

    Eisler, Ronald. 2007. Eisler’s Encyclopedia Of Environmentally Hazardous

    Priority Chemicals. Netherland : Elsevier.

    https://books.google.co.id/books?id=B3qXQswP8zIC&pg=PA293&lpg=PA2

    93&dq=formulasi+fenvalerat&source=bl&ots=jC-fCQhkvO&sig=--

    V_cJ2DA0A8dUYAbZqljVAzwBI&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=f 

    ormulasi%20fenvalerat&f=false. Diakses pada tanggal 6 April 2016FAO. 1992. Fenvalerate.  Roma : Food And Agriculture Organization Of The

    United Nations.

    http://www.fao.org/fileadmin/templates/agphome/documents/Pests_Pesticid

    es/Specs/Old_specs/FENV.pdf. Diakses pada tanggal 5 April 2016

    IPCS Internatioal Programme on Chemical Safety, 1989. Fenvalerate Health and

    Safety Guide. United Nations Environment Programme International Labour

    Organisation WHO.

    http://www.inchem.org/documents/hsg/hsg/hsg034.htm.  Diakses pada

    tanggal 7 April 2016

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Pedoman Penggunaan

    Insektisida (Pestisida) dalam Pengendalian Vektor. Jakarta : Kementerian

    Kesehatan RI.

    http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Buku%20PEDOMAN%20PENG

    GUNAAN%20INSEKTISIDA.pdf. Diakses pada tanggal 8 April 2016

    Marsono., 2008. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Jakarta : Penebar swadaya.

    http://aciar.gov.au/files/node/9608/MN003%20Part%209.pdfhttp://www.fao.org/fileadmin/templates/agphome/documents/Pests_Pesticides/Specs/Old_specs/FENV.pdfhttp://www.fao.org/fileadmin/templates/agphome/documents/Pests_Pesticides/Specs/Old_specs/FENV.pdfhttp://www.inchem.org/documents/hsg/hsg/hsg034.htmhttp://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Buku%20PEDOMAN%20PENGGUNAAN%20INSEKTISIDA.pdfhttp://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Buku%20PEDOMAN%20PENGGUNAAN%20INSEKTISIDA.pdfhttp://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Buku%20PEDOMAN%20PENGGUNAAN%20INSEKTISIDA.pdfhttp://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Buku%20PEDOMAN%20PENGGUNAAN%20INSEKTISIDA.pdfhttp://www.inchem.org/documents/hsg/hsg/hsg034.htmhttp://www.fao.org/fileadmin/templates/agphome/documents/Pests_Pesticides/Specs/Old_specs/FENV.pdfhttp://www.fao.org/fileadmin/templates/agphome/documents/Pests_Pesticides/Specs/Old_specs/FENV.pdfhttp://aciar.gov.au/files/node/9608/MN003%20Part%209.pdf

  • 8/18/2019 Pengendalian Vektor Insektisida bahan Aktif Fenvalerat

    23/23

    23

    MKD, 2011. FENVAL 200 EC (  fenvalerat 200 g/l   ). Jakarta  : PT MITRA

    KREASIDHARMA. http://mkdgroup.com/mkd/insektisida.produk-fenval-200-

    ec-92.html. Diakses pada tanggal 7 April 2016

    Palar H., 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rhika Cipta

    Sartono., 2002. Racun Dan Keracunan. Jakarta : Widya Medika.

    Toxipedia, 2014. Fenvalerate. 

    http://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Fenvalerate.  Diakses pada

    tanggal 8 April 2016

    Wudianto R., 2010. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta : Penebar Swadaya

    http://mkdgroup.com/mkd/insektisida.produk-fenval-200-ec-92.htmlhttp://mkdgroup.com/mkd/insektisida.produk-fenval-200-ec-92.htmlhttp://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Fenvaleratehttp://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Fenvaleratehttp://mkdgroup.com/mkd/insektisida.produk-fenval-200-ec-92.htmlhttp://mkdgroup.com/mkd/insektisida.produk-fenval-200-ec-92.html