7
PENGGUNAAN SALBUTAMOL (ALBUTEROL) DALAM TERAPI ASMA Kata asma berasal dari bahasa Yunani “asthma” yang berarti sukar bernafas. Asma termasuk salah satu penyakit yang memiliki angka kejadian yang relatif tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, kata ”asma” tentu sudah tidak terdengar asing lagi bagi sebagian besar masyarakat. Penyakit asma bisa bisa muncul kapan saja dan bisa diderita oleh siapa saja tanpa pandang bulu, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, baik wanita maupun laki-laki. Saat kambuh, panderita akan mengalami sesak nafas sehingga aktivitas sehari-hari, seperti sekolah maupun kerja, bisa terganggu. Selain mengganggu aktivitas, penyakit ini bahkan bisa menyebabkan kematian bila tidak ditangani secara cepat dan tepat. Namun jika penyakit ini dikendalikan, kematian dapat dicegah dan penderita asma tak perlu mengalami serangan lagi atau gejalanya berkurang. Untuk dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan dan pengobatan yang tepat untuk asma, maka penderita perlu mengenal lebih jauh tentang asma terlebih dahulu. Asma adalah penyakit yang disebabkan karena adanya inflamasi (peradangan) kronis pada saluran pernafasan, yang belum diketahui secara pasti penyebabnya. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya asma antara lain adalah: infeksi saluran pernafasan, alergen (debu, bulu hewan, serbuk sari, dll), kondisi lingkungan (udara dingin, asap rokok), stress, olahraga berat, obat (aspirin, NSAIDs, β-blocker). Adanya peradangan membuat saluran pernafasan menjadi sangat sensitif terhadap rangsangan dan mudah mengalami penyempitan. Penyempitan ini menyebabkan udara yang masuk dan keluar saluran pernafasan terhalang sehingga penderita menjadi sesak. Selain itu, serangan asma juga sering disertai dengan serangan batuk, nafas pendek, rasa sesak di dada. Pada asma yang sudah parah biasanya juga ditandai dengan wheezing atau “mengi”, terutama pada malam hari. Penyempitan saluran nafas pada asma bersifat reversible dan serangan biasanya berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam. Kelainan utama penyakit asma adalah peradangan saluran nafas, sehingga pengelolaan/pengobatannya bukan hanya ditujukan untuk menghilangkan gejala sesak nafas semata, tetapi juga berbagai tujuan berikut yaitu, agar penderita mempunyai fungsi paru mendekati normal dan gejala asmanya menghilang atau minimal. Tujuan lainnya adalah agar serangan asma minimal, pemakaian obat untuk serangan sesak berkurang, dan tidak ditemukan efek samping obat.

PENGGUNAAN SALBUTAMOL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penggunaan salbutamol

Citation preview

Page 1: PENGGUNAAN SALBUTAMOL

PENGGUNAAN SALBUTAMOL (ALBUTEROL) DALAM TERAPI ASMA

Kata asma berasal dari bahasa Yunani “asthma” yang berarti sukar bernafas. Asma termasuk salah

satu penyakit yang memiliki angka kejadian yang relatif tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, kata

”asma” tentu sudah tidak terdengar asing lagi bagi sebagian besar masyarakat. Penyakit asma bisa

bisa muncul kapan saja dan bisa diderita oleh siapa saja tanpa pandang bulu, mulai dari anak-anak

sampai orang dewasa, baik wanita maupun laki-laki. Saat kambuh, panderita akan mengalami sesak

nafas sehingga aktivitas sehari-hari, seperti sekolah maupun kerja, bisa terganggu. Selain

mengganggu aktivitas, penyakit ini bahkan bisa menyebabkan kematian bila tidak ditangani secara

cepat dan tepat. Namun jika penyakit ini dikendalikan, kematian dapat dicegah dan penderita asma tak

perlu mengalami serangan lagi atau gejalanya berkurang. Untuk dapat mengetahui bagaimana cara

pencegahan dan pengobatan yang tepat untuk asma, maka penderita perlu mengenal lebih jauh tentang

asma terlebih dahulu.

Asma adalah penyakit yang disebabkan karena adanya inflamasi (peradangan) kronis pada

saluran pernafasan, yang belum diketahui secara pasti penyebabnya. Beberapa faktor  yang dapat

memicu terjadinya asma antara lain adalah: infeksi saluran pernafasan, alergen (debu, bulu hewan,

serbuk sari, dll), kondisi lingkungan (udara dingin, asap rokok), stress, olahraga berat, obat (aspirin,

NSAIDs, β-blocker). Adanya peradangan membuat saluran pernafasan menjadi sangat sensitif

terhadap rangsangan dan mudah mengalami penyempitan.  Penyempitan ini menyebabkan udara yang

masuk dan keluar saluran pernafasan terhalang sehingga penderita menjadi sesak. Selain itu, serangan

asma juga sering disertai dengan serangan batuk, nafas pendek, rasa sesak di dada. Pada asma yang

sudah parah biasanya juga ditandai dengan wheezing atau “mengi”, terutama pada malam hari.

Penyempitan saluran nafas pada asma bersifat reversible dan serangan biasanya berlangsung beberapa

menit sampai beberapa jam.

Kelainan utama penyakit asma adalah peradangan saluran nafas, sehingga

pengelolaan/pengobatannya bukan hanya ditujukan untuk menghilangkan gejala sesak nafas semata,

tetapi juga berbagai tujuan berikut yaitu, agar penderita mempunyai fungsi paru mendekati normal

dan gejala asmanya menghilang atau minimal. Tujuan lainnya adalah agar serangan asma minimal,

pemakaian obat untuk serangan sesak berkurang, dan tidak ditemukan efek samping obat.

Secara umum, ada 2 cara untuk mengatasi asma yaitu dengan terapi non-farmakologis (tanpa

obat) dan terapi farmakologis (dengan obat). Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan

menghindari faktor-faktor resiko yang dapat menimbulkan asma serta dengan melakukan olahraga

ringan seperti renang.

Adapun untuk terapi farmakologis, ada dua jenis obat yang biasa digunakan yaitu quick-

relief dan long-term control. Kedua jenis obat tersebut memiliki cara kerja yang berbeda. Obat-

obatquick-relief, misal bronkodilator, bekerja dengan merelaksasi otot-otot di saluran nafas sehingga

saluran nafas yang semula menyempit akan melebar kembali dan penderita mampu bernafas dengan

lega. Dengan demikian, obat-obat ini lebih efektif digunakan saat serangan asma terjadi. Adapun

obat-obat long-term relieversdigunakan untuk mencegah timbulnya serangan asma dengan mengatasi

Page 2: PENGGUNAAN SALBUTAMOL

peradangan di saluran pernafasan agar tidak semakin memburuk, antara lain dengan mengurangi

udem. Contoh obat yang termasuk long-term relievers ini adalah kortikosteroid.

Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak

salah jika obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran

pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnyaexercise-induced

broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Saat ini, salbutamol telah banyak

beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang, antara lain: Asmacare, Bronchosal, Buventol

Easyhaler, Glisend, Ventolin, Venasma, Volmax, dll. Selain itu, salbutamol juga telah tersedia dalam

berbagai bentuk sediaan mulai dari sediaan oral (tablet, sirup, kapsul), inhalasi aerosol, inhalasi cair

sampai injeksi. Adapun dosis yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

      Sediaan oral

         Anak < 2 tahun : 200 mcg/kg BB diminum 4 kali sehari

         Anak 2-6 tahun : 1-2 mg 3-4 kali sehari

         Anak 6-12 tahun : 2 mg diminum 3-4 kali sehari

         Dewasa            : 4 mg diminum 3-4 kali sehari, dosis maksimal 1 kali minum sebesar 8 mg

      Catatan : dosis awal untuk usia lanjut dan penderita yang sensitif sebesar 2 mg

      Inhalasi aerosol

Page 3: PENGGUNAAN SALBUTAMOL

Anak    : 100 mcg (1 hisapan) dan dapat dinaikkan menjadi 200 mcg (2 hisapan) bila perlu.

Dewasa : 100-200 mcg (1-2 hisapan), 3-4 kali sehari

      Inhalasi cair

Dewasa dan anak >18 bulan : 2,5 mg diberikan sampai 4 kali sehari atau 5 kali bila perlu.

Catatan : manfaat terapi ini pada anak < 18 bulan masih diragukan.

      Injeksi subkutan atau intramuscular

Dosis : 500 mcg diulang tiap 4 jam bila perlu

      Injeksi intravena lambat

Dosis : 250 mcg, diulang bila perlu

Sediaan inhalasi cair banyak digunakan di rumah sakit untuk mengatasi asma akut yang berat,

sedangkan injeksi digunakan untuk mengatasi penyempitan saluran nafas yang berat. Bentuk sediaan

lain, seperti tablet, sirup dan kapsul digunakan untuk penderita asma yang tidak dapat menggunakan

cara inhalasi. Dari berbagai bentuk sediaan yang ada, pemberian salbutamol dalam bentuk inhalasi

aerosol cenderung lebih disukai karena selain efeknya yang cepat, efek samping yang ditimbulkan

lebih kecil jika dibandingkan sediaan oral seperti tablet. Bentuk sediaan ini cukup efektif untuk

mengatasi serangan asma ringan sampai sedang, dan pada dosis yang dianjurkan, efeknya  mampu

bertahan selama 3-5 jam. Beberapa keuntungan penggunaan salbutamol dalam bentuk inhalasi

aerosol, antara lain:

      Efek obat akan lebih cepat terasa karena obat yang disemprotkan/dihisap langsung masuk ke saluran

nafas.

      Karena langsung masuk ke saluran nafas, dosis obat yang dibutuhkan lebih kecil jika dibandingkan

dengan sediaan oral.

      Efek samping yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan sediaan oral karena dosis yang digunakan

juga lebih kecil.

Page 4: PENGGUNAAN SALBUTAMOL

Namun demikian, penggunaan inhalasi aerosol ini juga memiliki kelemahan yaitu ada kemungkinan

obat tertinggal di mulut dan gigi sehingga dosis obat yang masuk ke saluran nafas menjadi lebih

sedikit dari dosis yang seharusnya. Untuk memperbaiki penyampaian obat ke saluran nafas, maka bisa

digunakan alat yang disebut spacer(penghubung ujung alat dengan mulut).

            Sangat penting untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan inhalasi aerosol yang benar.

Mengapa? Karena cara pakai yang salah bisa berakibat kegagalan terapi. Cara yang benar adalah

dengan menghisapnya secara perlahan dan menahan nafas selama 10 detik sesudahnya.

Interaksi obat-Beta blockersPasien dengan asma bisa menyebabkan bronkospasm hebat-DigoxinSalbutamol menurunkan level serum digoxin-DiuretikSalbutamol akan memperburuk kondisi penderita hipokalemia

a.Efek Samping

Tremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer, takikardi (jarang

pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi hipersensitif termasuk

bronkospasma paradoks, urtkaria, dan angio edema. Sedikit rasa sakit pada tempat injeksi

intramuskular

b.IndikasiSalbutamol merupakan agen beta adrenergik yang digunakan sebagai bronkodilator yang efektif untuk meringankan gejala asma akut dan bronkokonstriksi. Obat ini diindikasikan untuk penderita bronkospasm pada usia dewasa dan anak-anak. Di beberapa negara dikenal juga dengan nama albuterol.Mekanisme kerjanya melalui stimulasi reseptor B2 di bronki yang menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat perubahan adenosintrifosfat (ATP) yang kaya energi menjadi cAMP dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel. Salbutamol digunakan untuk meringankan bronkospasm yang berhubungan dengan asma dan berbagai kelainan paru-paru.

c.Kontraindikasi

            Kontraindikasi dari obat ini adalah untuk penderita yang hipersensitif terhadap salbutamol

maupun salah satu bahan yang terkandung di dalamnya. Adapun efek samping yang mungkin timbul

karena pamakaian salbutamol, antara lain: gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit

kepala, kejang, insomnia); nyeri dada; mual, muntah; diare; anorexia; mulut kering; iritasi

tenggorokan; batuk; gatal; dan ruam pada kulit (skin rush).  Untuk penderita asma yang disertai

dengan penyakit lainnya seperti: hipertiroidisme, diabetes mellitus, gangguan jantung termasuk

insufisiensi miokard maupun hipertensi, perlu adanya pengawasan yang lebih ketat karena

penggunaan salbutamol bisa memperparah keadaan dan meningkatkan resiko efek samping.

Pengawasan juga perlu dilakukan pada penderita asma yang sedang hamil dan menyusui karena

salbutamol dapat menembus sawar plasenta. Untuk meminimalkan efek samping maka untuk wanita

hamil, sediaan inhalasi aeorosol bisa dijadikan pilihan pertama. Penggunaan salbutamol dalam bentuk

sediaan oral pada usia lanjut sebaiknya dihindari mengingat efek samping yang mungkin muncul.

Page 5: PENGGUNAAN SALBUTAMOL

            Beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh para pengguna salbutamol untuk mengatasi

asma, adalah sebagai berikut:

      Sebaiknya tidak menggunakan obat ini jika memiliki riwayat alergi terhadap salbutamol atau bahan-

bahan lain yang terkandung di dalamnya.

      Untuk sediaan oral, sebaiknya diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

      Telan tablet salbutamol dan jangan memecah maupun mengunyahnya.

      Untuk sediaan inhalasi, kocok dulu sebelum digunakan dan buang 4 semprotan pertama jika

menggunakan inhaler baru atau inhaler yang sudah tidak terpakai selama lebih dari 2 minggu.

      Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol supaya tenggorokan dan mulut

tidak kering.

      Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka beri jarak waktu minimal 1 menit

untuk setiap hisapan.

      Simpan obat pada suhu kamar agar stabil (aerosol: 15-25o C; inhalasi cair: 2-25o C dan sirup: 2-30o C)

       Jika ada dosis yang terlewat, segera minum salbutamol yang terlewat. Namun jika waktu yang ada

hampir mendekati waktu pengonsumsian selanjutnya, lewati pengonsumsian yang tertinggal

kemudian lanjutkan mengkonsumsi salbutamol seperti biasa. Jangan pernah mengkonsumsi 2 dosis

dalam sekali pemakaian.

      Obat-obat golongan beta blocker, seperti: propanolol, metoprolol, atenolol, dll bisa menurunkan efek

salbutamol.

      Penggunaan salbutamol dosis tinggi bersamaan dengan kortikosteroid dosis tinggi akan meningkatkan

resiko hipokalemia.

      Asetazolamid, diuretik kuat dan thiazida dosis tinggi akan meningkatkan resiko hipokalemia jika

diberikan bersamaan dengan salbutamol dosis tinggi pula.

      Penggunaan salbutamol bersama dengan obat golongan MAO-inhibitor (misal: isocarboxazid,

phenelzine) bisa menimbulkan reaksi yang serius. Hindari pemakaian obat-obat golongan ini 2

minggu sebelum, selama maupun sesudah konsumsi salbutamol.

            Asma merupakan penyakit yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu

dilakukan monitoring terhadap perkembangannya secara terus-menerus untuk melihat apakah obat

yang diberikan cocok atau tidak. Ada kalanya asma tidak cukup diatasi hanya dengan satu macam

obat saja, sehingga perlu penambahan obat (kombinasi obat). Maka dari itu, pengetahuan akan salah

satu jenis obat saja tidak cukup karena masih banyak obat selain salbutamol yang tentu saja memiliki

kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

            Agar tujuan terapi tercapai, maka penderita asma dianjurkan tetap proaktif dan semangat

dalam mengatasi penyakitnya. Pengendalian asma yang tepat akan mampu meningkatkan kualitas

hidup penderita asma sehingga bisa menjalani hidupnya secara menyenangkan. Dan satu hal yang

perlu diingat: jangan biarkan asma mengendalikan hidup Anda, tetapi Andalah yang harus

mengendalikan asma.

Nama Generik Dan Dagang

Salbutamol, Astop, Bromosal, Lasal, Proventol, Respolin, Salbumax Turbuhaler, Ventolin, Volmax.

TANGGUNG JAWAB PERAWAT

Page 6: PENGGUNAAN SALBUTAMOL

Monitoring: pemberian salbutamol secara intravena pada penderita diabetes yang memiliki kadar gula

darah tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

         Anonim, 2000, informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

         Anonim, 2006, MIMS Petunjuk Konsultasi, Ed. Ke-6, 70-76, PT. InfoMaster, Jakarta

         Dipiro, J.T., 1997, Pharmacotherapy “A Pathophysiologyc Approach“, 3rd Ed., Appleton &      Lange

Stamford, Connecticut

         Katzung, B.G., 2001, Farmakologi Dasar & Klinik, Ed.I, Salemba Medika, Jakarta

         Lacy, Charles F.; Armstrong, Lora I.; Goldman, Morton P., 2003, Drug Information             Handbook,

11th Ed., 45-46, Lexi-Comp Inc., Canada 

         Paul, Les and Nagle, Becky, 2002, The Essential Medication Guidebook To Healthy Aging,     99-

104, Ballantine Books, New York