47
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA PERPUSTAKAAN i PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL DAN LEAFLET TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI SD TENTANG MENARCHE DI SD MUHAMADIYAH NGABEAN 1 YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan STIKES A. Yani Yogyakarta Disusun oleh: Susi Trisnawati 1309137 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2012

PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

i

PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN

MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL DAN LEAFLET

TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI

SD TENTANG MENARCHE DI SD

MUHAMADIYAH NGABEAN 1

YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan

STIKES A. Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

Susi Trisnawati

1309137

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2012

Page 2: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iii

Page 3: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iv

ABSTRACT

Comparison of Health Education Method Using Audio-Visual and Leaflet

toward Knowledge Level of Students About Menarche at Muhammadiyah

Ngabean I Elementary School of Yogyakarta 2012

Susi Trisnawati1, Diah Wulandari

2, Dewi Zolekhah

3

Background: Menarche is the first menstrual period occurs at puberty of a

woman that generally occurs at the age of 11 to 14. Data of BKKBN indicated

that only a female respondent who has not experienced menstruation, 28% of

female respondents got menarche at the age of 13 and 95% of female respondents

aged 15 has been getting menstruation. This result is equal to the result of studies

conducted by Demographic Institute which showed that 84% of women

experience menarche at age 12-15 years.

Objectives: To find out the knowledge level of grade 4 and grade 5 students about

menarche with the methods of health education using leaflet and audio-visual

menarche at Muhammadiyah Ngabean I Elementary School of Yogyakarta.

Methods: Quasi-experimental study used non-randomized study design with

pretest posttest control. Sampling used research subjects. Data analysis used

statistical test with independent sample test.

Results: Mean value of the group at used leaflet media was -3.176 and (Sig.

0.001). It meant that there was a significant difference at pretest and posttest.

Mean value of the group at used audio-visual was -3.470 and (Sig. 0.000). It

meant that there are significant difference between pretest and posttest.

Conclusion: Counseling using audio-visual media is more effective than the use

of leaflet in increasing adolescents’ knowledge about menarche of grade 4 and 5

elementary school students.

Keywords: Leaflet, Audio-visual, level of knowledge 1Student Ofo Diploma of Midwife Study Program Achmad Yani Yogyakarta

School of Health Science 2Lecturer Gajah Mada Universite

3Lecture of Ahmad Yani Yogyakarta School of Health Science

Page 4: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

v

ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN

MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL DAN LEAFLET

TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI SD

TENTANG MENARCHE DI SD MUHAMADIYAH

NGABEAN 1 YOGYAKARTA TAHUN 2012

Susi Trisnawati1

, Diah Wulandari2

, Dewi Zolekhah

3

Latar Belakang: Menarche adalah periode menstruasi yang pertama terjadi pada

masa pubertas seorang wanita. yang biasa muncul pada usia 11 sampai 14 tahun.

Data BKKBN menunjukkan satu responden wanita yang belum mengalami haid,

28% responden wanita mendapatkan menarche umur 13 tahun dan 95%

responden wanita berumur 15 tahun telah mendapatkan haid. Hasil ini sama

dengan hasil dari studi yang dilaksanakan oleh Lembaga Demografi menunjukkan

bahwa 84% dari wanita mengalami menarche pada usia 12-15 tahun.

Tujuan Penelitian: Untuk diketahuinya tingkat pengetahuan Siswi kelas 4 dan

kelas 5 SD mengenai metode pendidikan kesehatan dengan menggunakan leaflet

dan audiovisual tentang menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.

Metode Penelitian: Studi Quasi eksperiment dengan menggunakan rancangan

penelitian non randomized pretest posttes with control. Pengambilan sampel

menggunakan Subyek penelitian. Analisis data meggunakan uji statistik dengan

wilcoxon.

Hasil: Nilai rata-rata kelompok menggunakan media leaflet ialah -3.176 (sig.

0.001) berarti ada perbedaan yang signifikansi saat pretest dan posttest.

Sedangkan nilai rata-rata kelompok menggunakan media audiovisual ialah -3.470

(sig. 0,001) berarti ada perbedaan yang signifikansi antara pretest dan posttest.

Kesimpulan: Pemberian penyuluhan menggunakan media audiovisual lebih

efektif dibandingkan dengan menggunakan media leaflet dalam peningkatan

pengetahuan remaja tentang menarche pada siswi kelas 4 dan 5 SD.

Kata Kunci: Leaflet, Audiovisual, Tingkat Pengetahuan,

1 Mahasiswa Diploma III Kebidanan STIKES A.Yani Yogyakarta

2 Tenaga Pendidik Prodi DIV Kebidanan SV UGM

3 Dosen Pembimbing II STIKES A.Yani Yogyakarta

Page 5: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak

terdapat Karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya

tulis atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Agustus 2012

(Susi Trisnawati)

Page 6: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis yang senantiasa diberikan

nikmat berupa kesehatan dan kesempatan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah dengan judul “Perbandingan Metode Pendidikan Kesehatan

Menggunakan Media Audiovisual dan Leaflet terhadap Tingkat Pengetahuan

Siswi SD tentang Menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta Tahun

2012.”

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bantuan, dorongan, motivasi dan kesempatan yang diberikan dari berbagai pihak,

oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. I Edy Purwoko, Sp. B, selaku Ketua STIKES Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta.

2. Tyasning Yuni Astuti Anggraini, SST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi

DIII Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

3. Ida Nursanti, S. Kep., Ns., MPH selaku Penguji atas segala saran dan arahan

yang diberikan.

4. Diah Wulandari, M.Keb, selaku dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan sehingga terselesaikannya karya tulis

ilmiah ini.

5. Dewi Zolekah, SSiT, selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan saran dan masukan hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

6. Semua Dosen pengajar dan staf pendidikan STIKES Achmad Yani

Yogyakarta.

7. Keluarga dan teman-teman yang telah memberi dukungan dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Siswi SD kelas 4 dan 5 di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta, yang

telah membantu dalam proses penelitian ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

memberikan doa, support dan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan

dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun untuk dapat memperbaiki menuju pada

kesempurnaan.

Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat

khususnya untuk tenaga kesehatan dan pembaca umumnya.

Yogyakarta, Agustus 2012

Penulis

Page 7: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

ABSTRACT ........................................................................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... vi

MOTTO ................................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

D. Manfaat ........................................................................................................ 7

E. Keaslian Penelitian ....................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10

A. Tinjauan Teori ............................................................................................ 10

B. Kerangka Teori........................................................................................... 37

C. Kerangka Konsep ....................................................................................... 38

D. Hipotesis ..................................................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 40

A. Desain Penelitian ........................................................................................ 40

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 42

C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 42

D. Definisi Operasional................................................................................... 44

E. Populasi, Sampel ........................................................................................ 45

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ......................................................... 46

G. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data........................................... 49

H. Jalannya Penelitian ..................................................................................... 52

I. Etika Penelitian .......................................................................................... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 55

A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 55

B. Pembahasan Penelitian ............................................................................... 59

C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 78

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 79

A. Kesimpulan ................................................................................................ 79

B. Saran ........................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81

LAMPIRAN .......................................................................................................... 83

Page 8: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan tentang Menarche ........ 46

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Remaja Putri Kelas 4

dan 5 SD di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta Tahun 2012

....................................................................................................... 56

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pegetahuan Remaja Putri tentang

Menarche pada Siswi Kelas 4 SD Menggunakan Media Leaflet di

SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta .................................... 57

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pegetahuan tentang Menarche pada

Siswi Kelas 5 SD Menggunakan Media Audiovisual di SD

Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta .......................................... 58

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perbandingan Menggunakan Leaflet dan Media

Audiovisual terhadap Tingkat Pengetahuan Mengenai di SD

Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta Tahun 2012 ...................... 58

Page 9: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Teori ................................................................................. 37

Gambar 1.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 38

Page 10: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Jawaban Kuesioner

Lampiran 3 Leaflet

Lampiran 4 Slide

Lampiran 5 SAP

Lampiran 6 Hasil Uji Statistik SPSS

Lampiran 7 Data Penelitian

Lampiran 8 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 9 Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 10 Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 11 Surat Izin Uji Vaiditas

Lampiran 12 Surat Balasan Uji Validitas

Lampiran 13 Surat Izin Penelitian

Lampiran 14 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 15 Lembar Konsultasi KTI

Page 11: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional pada hakikatnya bertujuan untuk

menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia

dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna mewujudkan

kesejahteraan lahir dan batin yang selaras, adil dan merata. Untuk mencapai

tujuan tersebut, bangsa Indonesia telah melakukan berbagai upaya salah

satunya adalah upaya dalam pembangunan kesehatan (GBHN, 1998).

Salah satu sasaran pembangunan kesehatan adalah mewujudkan

generasi muda yang sehat sebagai sumber daya manusia yang produktif dan

mampu berperan serta secara aktif dalam Pembangunan Nasional. Salah satu

upaya mewujudkan hal tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas non-fisik

yang meliputi segi intelektual, emosional dan psikososial pada kesehatan

remaja (Depkes RI, 2001). Pembangunan suatu bangsa dan negara adalah

kegiatan yang berkelanjutan. Agar pembangunan tetap berjalan, maka harus

dipersiapkan generasi muda sebagai penerus dan pelestari cita-cita perjuangan

bangsa dan tidak ketinggalan pula untuk memperoleh penanganan dan

perhatian dari sektor kesehatan (Depkes, 2003).

Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang

cukup mencolok terjadi ketika anak perempuan dan laki-laki memasuki usia

Page 12: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

antar 9-15 tahun (Proverawati, Misaroh, 2009:1). Kesehatan reproduksi adalah

keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata

bebas dari penyakit atau kecacatan (Depkes, 200: 3).

Menurut Hinchliff tahun 1999 menarche adalah periode menstruasi

yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang wanita. Sedangkan menurut

Pearce tahun 1999 menarche adalah permulaan menstruasi pada seorang gadis

pada masa pubertas, yang biasa muncul pada usia 11 sampai 14 tahun

(Proverawati, Misaroh, 2009:58).

Gejala yang sering menyertai menarche adalah rasa tidak nyaman

disebabkan karena selama menstruasi volume air di dalam tubuh kita

berkurang. Gejala lain yang dirasakan yaitu sakit kepala, pegal-pegal di kaki

dan dipinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut. Sebelum

periode ini biasanya terjadi beberapa perubahan emosional. Perasaan suntuk,

marah dan sedih yang disebabkan oleh adanya pelepasan beberapa hormon

(Proverawati, Misaroh, 2009:59).

Menurut data yang ada, jumlah populasi remaja putri di Provinsi

Yogyakarta sebesar 12,1% dan secara rinci di ketahui proporsi remaja putri di

Provinsi Yogyakarta ialah, Kabupaten Bantul sebesar 54,9%, Kabupaten

Kulonprogo sebesar 15,36%, Kabupaten Gunungkidul sebesar 15,45%, dan

Kabupaten Sleman 18% (Dinkes DIY, 2007).

Page 13: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

Pengetahuan menstruasi sangat dibutuhkan oleh remaja putri. Masalah

fisik yang mungkin timbul dari kurangnya pengetahuan itu adalah kurangnya

kebersihan diri (personal hygiene) sehingga dapat beresiko untuk terjadinya

infeksi pada saluran kemih (ISK). Pada tahun 1999, insiden ISK di Inggris

Utara pada usia 16 tahun adalah sekitar 3,6 % pada anak laki-laki dan 11,6%

pada anak wanita. Perbandingan kejadian ISK pada wanita sekitar 3-4 kali

dibandingkan pada laki-laki. Salah satu faktor penyebabnya diduga adalah

karena uretra pada wanita lebih pendek daripada laki-laki. Selain itu, kesulitan

yang lain yang timbul adalah proses perawatan dalam proses perawatan diri

yaitu pemenuhan personal diri saat menarche. Sekitar 50% dari anak

perempuan yang sebelumnya pernah mengalami ISK akan mengalami kelainan

struktur saluran kemih. ISK juga akan mengganggu sirkulasi dengan

terbentuknya jaringan parut yang merupakan faktor predisposisi terjadinya

gagal ginjal kronik dan hipertensi (Proverawati, Misaroh, 2009:61-62).

Survei badan kependudukan dan keluarga berencana nasional

(BKKBN) diketahui bahwa 32% remaja mendapat informasi kesehatan

reproduksi dari guru, tokoh agama (13%), dokter (9%), bidan/ perawat (8%)

dan tokoh masyarakat (7%). Sebagian besar remaja yaitu 83% lebih senang

membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan teman sebaya (Iswarati,

2006). Survei badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN,

2007) ketika menanyakan pengalaman seorang wanita saat mereka mengalami

pubertas, mereka ditanya mengenai umur pertama kali haid (menarche). Dari

data BKKBN menunjukkan satu responden wanita yang belum mengalami

Page 14: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

haid, 28% responden wanita mendapatkan haid pertama kali umur 13 tahun

dan 95% responden wanita berumur 15 tahun telah mendapatkan haid. Hasil ini

sama dengan hasil dari studi yang dilaksanakan oleh Lembaga Demografi

menunjukkan bahwa 84% dari wanita mengalami haid pertama kali (menarche)

pada usia 12-15 tahun (Lembaga Demografi dkk, 2002).

Metode pendidikan kesehatan pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau

usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada individu, kelompok dan

masyarakat, dengan harapan bahwa dengan adanya pesan kesehatan maka

individu, kelompok dan masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman

yang benar tentang perilaku kesehatan. Leaflet ialah selebaran-selebaran yang

bentuk lembarannya seperti daun yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat

yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana,

biasanya bentuk leaflet lebih kecil dari pamphlet dan disajikan secara berlipat.

Leaflet merupakan salah satu publikasi dari berbagai bentuk media komunikasi

yang berupa selebaran yang berisi keterangan atau informasi. Ukuran leaflet

biasanya 20x30 cm, berisi tulisan 200-400 kata.

Keuntungan leaflet, dapat disimpan lama dan jika lupa dapat dilihat

kembali, dapat dipakai sebagai bahan rujukan, sasaran dapat menyesuaikan

dan belajar mandiri, pengguna dapat melihat isinya pada saat santai, jangkauan

sasaran lebih luas, dapat membantu media lain, isi dapat di cetak kembali,

dapat dipakai untuk bahan diskusi pada kesempatan yang berbeda. Adapun

kekurangan dari leaflet adalah: menuntut kemampuan baca, bila cetakannya

tidak menarik orang enggan menyimpannya, pada umumnya orang tidak mau

Page 15: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

membaca karena hurufnya terlalu kecil, tidak bisa digunakan oleh sasaran yang

buta huruf, pembuatan leaflet profesional biasanya sangat mahal, tidak bisa

digunakan oleh sasaran yang buta huruf.

Slide adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan

penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun

kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap. Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan

pesan-pesan kesehatan. Keuntungan: pembuatannya relatif mudah, cara

mengoperasi-kan proyektor slide tidak memerlukan ketrampilan teknis yang

rumit, tiap gambar slide dapat dipertunjukkan satu persatu selama diperlukan

dan akan memberikan kesempatan kepada penonton untuk memperhatikan

lebih mendetail, kalau ada sebuah atau beberapa slide yang rusak atau tidak

cocok lagi dengan keadaan maka slide tersebut diganti dengan yang baru,

karena gambar atau frame-frame yang terpisah, maka pembimbing mudah

mengatur/ menyusun kembali penyajiannya sesuai dengan urutan sajian yang

diinginkan, tidak memerlukan banyak tempat untuk penyimpanannya.

Kekurangannya, gambar dan grafik visual yang disajikan tidak bergerak

sehingga daya tariknya tidak sekuat dengan televisi atau film, meskipun biaya

produksinya tidak terlihat mahal, film bingkai masih memerlukan biaya lebih

besar daripada pembuatan media foto, gambar, grafik, yang tidak

diproyeksikan.

Page 16: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan

keterangan dari kepala sekolah dan dari guru-guru di SD Muhamadiyah

Ngabean 1 Yogyakarta bahwa para siswa khususnya kelas 4 dan 5 belum

mendapatkan pelajaran mengenai kesehatan reproduksi khususnya mengenai

menarche untuk remaja putri, dan juga belum mendapatkan penyuluhan

mengenai kesehatan reproduksi khususnya menarche. Selain itu, belum

terdapat buku wacana yang dapat menunjang pengetahuan siswi SD kelas 4

dan 5 tentang menarche.

Berdasarkan uraian data di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Perbandingan Metode Pendidikan Kesehatan

Menggunakan Media Audiovisual dan Leaflet terhadap Tingkat Pengetahuan

Siswi SD tentang Menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta

Tahun 2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan studi pendahuluan yang

dilakukan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Adakah

Perbedaan Metode Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Audiovisual

dengan Leaflet terhadap Tingkat Pengetahuan Siswi SD tentang Menarche di

SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta Tahun 2012?”

Page 17: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk diketahuinya perbedaan Metode pendidikan kesehatan

menggunakan media audiovisual dan leaflet terhadap tingkat pengetahuan

siswi SD mengenai menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta

Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkat pengetahuan Siswi kelas 4 dan kelas 5 SD di SD

Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta tahun 2012 mengenai metode

pendidikan kesehatan dengan menggunakan audiovisual.

b. Diketahuinya tingkat pengetahuan Siswi kelas 4 dan kelas 5 SD di SD

Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta tahun 2012 mengenai metode

pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet.

D. Manfaat

1. Bagi ilmu pengetahuan (scientific)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan

wawasan tentang media yang efektif mengenai masalah pendidikan

kesehatan.

2. Bagi pengguna (consumer)

a. Bagi Siswi SD kelas 4 dan kelas 5 SD di SD Muhamadiyah Ngabean 1

Yogyakarta

Page 18: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

8

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada siswi SD

tentang menarche, faktor-faktor yang mempengaruhi menarche, sehingga

para siswi mengetahui mengenai menarche.

b. Bagi institusi Stikes Achmad Yani Yogyakarta Prodi DIII Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran dan

tambahan pengetahuan bagi mahasiswa mengenai media lain yang

digunakan untuk pendidikan kesehatan tentang media leaflet dan media

audiovisual dalam pendidikan kesehatan.

c. Bagi pihak sekolah di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi

tentang menarche sehingga dalam proses belajar para siswa dengan

mudah dalam memahami mengenai menarche, persiapan psikologis

dalam menghadapi masa pubertas yang berkaitan dengan ciri-ciri

perubahan kelamin sekunder.

E. Keaslian Penelitian

1. Nama peneliti Nurma Riajati 2011, dengan judul “Gambaran Tingkat

Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SD N 1 Pranti Gadingharjo

Sanden Bantul tahun 2011”. Desain penelitian yang digunakan adalah

survey deskriptif. Teknik pengumpulan sampelnya menggunakan teknik

total sampling. Perbedaan dengan penelitian ini adalah desain penelitian.

Persamaan dengan judul ini adalah teknik pengumpulan sampel, materi dan

variabel.

Page 19: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

9

2. Nama peneliti Titis Laras Asriyani 2010, dengan judul “Gambaran Tingkat

Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SDN Tambak Rejo

Kebumen tahun 2010”. Desain penelitian yang digunakan deskriptif, teknik

sampel total sampling. Perbedaan dengan penelitian ini adalah desain

penelitian. Persamaan dengan penelitian ini adalah teknik pengambilan

sampel, variabel, materi.

3. Nama peneliti Indah Purnama Sari 2011, dengan judul “ Gambaran Tingkat

Kesiapan Siswi dalam Menghadapi Menarche di SMP N 2 Sedayu

Kabupaten Bantul tahun 2011”. Desain penelitian yang digunakan adalah

cross sectional. Teknik pengumpulan sampelnya menggunakan teknik non-

probability sampling. Perbedaan dengan penelitian ini adalah teknik

pengumpulan sampel. Persamaan dengan penelitan ini adalah variabel,

desain penelitian dan materi.

Page 20: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 19 Juni 2012 di SD

Muhamadiyah Ngabean 1 yang beralamatkan di Kemusuh, Tempel Sleman

Yogyakarta. SD Muhamadiyah Ngabean 1 mempunyai jumlah murid kelas

4 sebanyak 26 siswi, kelas 5 sebanyak 30 siswi, dengan jumlah guru 15

orang, dan jumlah staf kantor 2 orang. Mempunyai gedung 2 lantai dengan

luas 24.000 m2

yang terdiri dari 17 ruangan, untuk ruang kelas ada 6 ruang,

1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang unit kesehatan sekolah

(UKS), 1 ruang mushalla, 5 ruang kamar mandi, 1 ruang dapur. Seperti

halnya sekolah lain, SD ini mempunyai fasilitas ruang perpustakaan

diantaranya terdapat buku yang berkaitan tentang pembelajaran, tetapi

diperpustakaan tersebut belum tersedia buku yang mampu menambah

pengetahuan siswi tentang kesehatan reproduksi khususnya pengetahuan

tentang menarche.

Page 21: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

56

2. Analisis Hasil Penelitian

a. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah berdasarkan

usia, yang sudah mengalami menarche, sumber informasi. Distribusi

frekuensi karakteristik responden selengkapnya dapat dilihat dalam tabel

dibawah ini:

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Remaja Putri

Kelas 4 dan 5 SD di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta

Tahun 2012

Karakteristik responden f (%)

Kelompok usia

9 tahun

10 tahun

11 tahun

12 tahun

Menarche

Belum

Sudah

Sumber informasi

TV

orang tua

Teman sebaya

Media cetak (koran dan

majalah)

3

9

16

8

20

16

15

13

8

0

8,3

25

44,5

22,2

55,5

44,5

41,7

36,1

22,2

0

Total Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan karakteristik responden menurut

kelompok usia bahwa responden yang berusia 9 tahun sebanyak 3

responden (8,3%), berusia 10 tahun ada 9 responden (25%), berusia 11

tahun ada 16 responden (44,5%), berusia 12 tahun ada 8 responden

(22,2%), yang sudah menarche 16 responden (44,5%), yang belum

menarche 20 responden (55,5%). Berdasarkan sumber informasi dari TV

Page 22: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

57

ada 15 responden (41,7%), orang tua ada 13 responden (36,1%), teman

sebanya ada 8 responden (22,1%), sedangkan dari media cetak 0

responden (0%).

3. Hasil Penelitian

Penelitian tentang perbandingan metode pendidikan kesehatan

menggunakan leaflet dan media audiovisual terhadap tingkat pengetahuan

siswi SD tentang menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2012. Didapatkan hasil

yaitu:

a. Analisis Univariabel

1) Tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche meggunakan

media leaflet di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pegetahuan Remaja Putri tentang

Menarche pada Siswi Kelas 4 SD Menggunakan Media Leaflet di

SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta

Tingkat

pengetahuan

Pretest Posttest

f % F %

Baik

Cukup

Kurang

0

6

11

0

35,30

64,70

10

7

0

58,82

41,18

0

Total 17 100 17 100

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

remaja putri tentang menarche saat pretest dengan kategori baik 0

responden (0%), kategori cukup sebanyak 6 responden (35,30%),

kategori kurang yaitu 11 responden (64,70%). Tingkat pengetahuan

remaja putri tentang menarche pada saat posttest sebagian besar

dengan kategori baik yaitu 10 responden (58,82%), kategori cukup

Page 23: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

58

sebanyak 7 responden (41,18%), dan 0 responden (0%) dengan

kategori kurang.

2) Tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche menggunakan

media audiovisual di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Tingkat Pegetahuan tentang Menarche pada

Siswi Kelas 5 SD Menggunakan Media Audiovisual di SD

Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta

Tingkat

pengetahuan

Pretest Posttest

f % F %

Baik

Cukup

Kurang

1

11

7

5,26%

57,9

36,85

15

4

0

78,95

21,05

0

Total 19 100 19 100

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan

remaja putri tentang menarche pada saat pretest dengan kategori baik

yaitu 1 responden (5,26%), kategori cukup 11 responden (57,95),

kategori kurang sebanyak 7 responden (36,85%). Remaja putri yang

memiliki tingkat pengetahuan tentang menarche pada saat posttest

dengan kategori baik 15 responden (78,95%), kategori cukup 4

responden (21,05), kategori kurang 0 responden (0%).

b. Analisis Bivariabel

Perbandingan metode pendidikan kesehatan menggunakan leaflet dan

media audiovisual terhadap tingkat pengetahuan

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Perbandingan Menggunakan Media

Audiovisual dan Leaflet terhadap Tingkat Pengetahuan Mengenai

menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta Tahun 2012

Media Z hitung Asymp.sig. (2-tailed)

Audiovisual -3.470 .001

Leaflet -3.176 .001

Sumber: Data Primer, 2012

Page 24: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

59

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa nilai z dan Asymp. Sig.

pada media audiovisual dapat diketahui nilai z hitungnya sebesar -3.470

dan Asymp. Sig nya sebesar 0.001 (nilai p). Hal ini menunjukkan bahwa

nilai p<0,050 yang berarti ada beda yang signifikan antara sebelum dan

sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media audiovisual

mengenai menarche terhadap tingkat pengetahuan siswi kelas 5 SD.

Sedangkan pada media leaflet dapat diketahui nilai z hitungnya sebesar -

3.176 dan Asymp. Sig nya sebesar 0.001 (nilai p). Hal ini menunjukkan

bahwa nilai p<0,050 yang berarti ada beda yang signifikan antara

sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media leaflet

mengenai menarche terhadap tingkat pengetahuan siswi kelas 4 SD.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 4.1 dari karakteristik umur responden berkisar dari

9 sampai 12 tahun. Responden yang paling banyak berusia 11 tahun yaitu

sebanyak 16 responden (44,5%), dan yang paling kecil yaitu berusia 9 tahun

sebanyak 3 responden (8,3%).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aryati (2008) dalam

jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional volume 2 nomor 6 juni menyebutkan

bahwa rata-rata usia menarche adalah 11,61 tahun dan faktor yang paling

dominan berhubungan dengan usia menarche adalah presentase lemak

tubuh, semakin tinggi lemak tubuh semakin dini usia menarche siswi.

Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2009) dengan

Page 25: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

60

judul “Gambaran Usia Menarche pada Remja Putri di SMP Shafiyyatul

Amaliyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan” di dapatkan hasil rata-rata

usia menarche pada remaja putri di SMP Shafiyyatul Amaliyah adalah usia

11,45 tahun sementara pada remaja putri di SMP Nurul Hasanah adalah

usia 12,19 tahun. Sedangkan menurut penelitian dari Asriyani (2010)

pengetahuan tentang menarche pada usia 10 tahun yang berkategori baik 1

responden, usia 11 tahun yang berkategori baik ada 12 responden, usia 12

tahun yang berkategori baik ada 15 responden, dan usia 13 tahun yang

berkategori baik ada 4 responden, dari jumlah responden 32 siswi.

Sedangkan dalam teori menurut Hurlock yang dikutip Nursalam

(2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Semakin bertambahnya umur seseorang maka akan

mempengaruhi proses pengetahuan dan pengalaman tentang menarche.

Remaja akan semakin siap menghadapi menstruasi dan tingkat kecemasan

juga akan berkurang jika remaja putri mempunyai pengetahuan yang baik

tentang menarche. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang

lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya, hal

ini sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. Usia untuk mencapai

fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain aspek

psikologi, kesuburan, lingkungan sosial, status ekonomi, dan basal

metabolik indek. Di indonesia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi

Page 26: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

61

antar 10-16 tahun dan rata-rata menarche usia 12,5 tahun. Usia menarche

lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal di pedesaan Anak-anak

berusia 12 tahun atau 13 tahun sampai 19 tahun sedang berada dalam

pertumbuhan yang mengalami masa remaja (Wiknjosastro, 2003).

Sedangkan dalam teori menurut Pearce tahun 1999 menarche adalah

permulaan menstruasi pada seorang gadis pada masa pubertas, yang biasa

muncul pada usia 11 sampai 14 tahun. Usia saat seorang wanita mulai

mendapatkan menstruasi pertama kali sangat bervariasi. Ada yang berusia

12 tahun ada yang usia 8 tahun sudah mendapatkan menstruasi pertama kali,

usia 16 tahun baru mendapatkan menstruasi pertama kalipun dapat terjadi

(Proverawati, Misaroh, 2009).

Anak wanita yang menderita kelainan tertentu selama dalam

kandungan mendapatkan menarche pada usia lebih muda dari usia rata-rata.

Sebaliknya, anak wanita yang menderita cacat mental dan mongolisme akan

mendapat menarche pada usia yang lebih lambat. Terjadinya penurunan usia

dalam mendapatkan menarche sebagian besar di pengaruhi oleh adanya

perbaikan gizi. Pada usia 16 tahun baru mendapatkan menarche disebut

amenore sekunder, bila hal ini terjadi perlu dilakukan pemeriksaan medis

untuk mengetahui penyebabnya. Lazimnya penyebab menstruasi kategori

ini karena tidak terdapat lubang aliran menstruasi selaput darah. Kasus ini

dapat diatasi dengan melakukan operasi kecil pada selaput darah

(Proverawati, 2009).

Page 27: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

62

Berdasarkan tabel 4.1 dari karakteristk responden yang sudah

mengalami menarche sebanyak 16 responden (44,55%), sedangkan remaja

putri yang belum mengalami menarche yaitu sebanyak 20 responden

(55,5%). Sementara itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Asriyani

(2010) untuk tingkat pengetahuan antara yang sudah mengalami menarche

umumnya berkategori baik dengan jumlah 10 responden, dan yang belum

mengalami menarche rata-rata tingkat pengetahuan berkategori baik pula

yaitu 22 responden dari 36 responden.

Secara global dan termutakhir perempuan mengalami menstruasi

dini (premature). Hal ini disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor

internal karena ketidakseimbangan hormon bawaan lahir. Hal ini juga

berkorelasi dengan faktor eksternal seperti asupan gizi pada makanan yang

dikonsumsi. Tingkat kualitas gizi yang lebih baik pada masyarkat saat ini

memicu menstruasi dini.

Tetapi, gizi yang kurang juga mengakibatkan hal yang sama.

Semakin tinggi status gizi responden akan semakin awal mendapatkan

menarche. Status sosial ekonomi dan genetik tidak menjadi faktor penentu

dalam hubungan status gizi dengan kejadian menarche sedangkan lokasi

siswa menjadi faktor penentu (Viyantimala, 2001). Remaja yang sudah

mempersiapkan diri dan mendapatkan pengetahuan yang baik tentang

menarche diharapkan remaja tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi

negatif lainnya. Sebaliknya remaja yang kurang memperoleh pengetahuan

Page 28: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

63

maupun informasi tentang menarche akan mendapatkan kecemasan atau

pengalaman yang negatif dalam menghadapi menarche.

Berdasarkan tabel 4.1 sumber informasi responden kebanyakan dari

TV yaitu sebanyak 15 responden (41,7%), dan yang paling kecil yaitu dari

teman sebaya yaitu sebanyak 8 responden (22,1%), sementara itu sumber

informasi yang berasal dari orang tua sebanyak 13 responden (36,1%), dan

tidak ada dari responden yang mendapatkan informasi dari media cetak

(majalah, koran). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riajati (2011)

berdasarkan sumber informasi yang diperoleh responden dapat diketahui

bahwa media cetak merupakan yang paling sedikit menyebutkan yaitu

sekitar 7 responden, peran orangtua 10 responden dari 35 responden.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009) sumber

informasi yang diperoleh dapat diketahui bahwa dari 35 responden hanya

ada 10 responden yang menyebutkan sumber informasi berasal dari orang

tua sehingga menyebabkan remaja belum begitu mengerti tentang menarche

karena sebenarnya orang tua mempunyai peran yang besar dalam mendidik

dan membimbing anaknya agar lebih siap dalam menghadapi menarche.

Penelitian Lestari (2009) juga menunjukkan ada hubungan antara

peran ibu remaja putri usia 10-14 tahun dengan kesiapan menghadapi

menarche di Desa Kepuh Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Hal

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitiyaroh (2003) ada

beberapa faktor yang mempengaruhi menarche salah satunya yaitu dari

faktor sumber informasi yang mempunyai pengaruh yang sangat besar

Page 29: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

64

karena informasi sudah bisa di akses secara bebas sampai pelosok desa baik

melalui: media cetak, media elektronik, keluarga dan sumber informasi yg

lainnya.

2. Peningkatan pengetahuan mengenai menarche pada siswi kelas 4 SD

sebelum dan sesudah menggunakan leaflet di SD Muhamadiyah

Ngabean 1 Yogyakarta tahun 2012.

Berdasarkan analisis data univariabel pada tabel 4.2 menggunakan

rumus prosentase menunjukkan hasil sebelum diberikan penyuluhan tentang

menarche tingkat pengetahuan remaja putri sebagian besar dengan kategori

kurang yaitu 11 responden (64,70%), dengan kategori cukup sebanyak 6

responden (35,30%), dan tidak ada responden yang memiliki tingkat

pengetahuan mengenai menarche dengan kategori baik.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2008)

tingkat pengetahuan siswi SD kelas VI tentang menarche kebanyakan

berkategori baik yaitu 85 responden, dan yang berkategori kurang yaitu 24

responden dari total jumlah responden sebanyak 109 orang.

Menurut teori Notoadmojo (2003) pengetahuan dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu: umur, lingkungan, dan sumber informasi.

Notoadmojo (2003) juga menyatakan bahwa pengetahuan merupakan dari

hasil tahu terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut antara lain adalah, indera

penciuman, pendengaran, penglihatan, perabaan dan perasaan. Dalam

Page 30: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

65

pelaksanaan penelitian ini menggunakan media leaflet dan audiovisual

menggunakan indera pendengaran dan penglihatan.

Berdasarkan penelitian Riajati (2011) berdasarkan sumber informasi

yang diperoleh responden dapat diketahui bahwa media cetak merupakan

yang paling sedikit menyebutkan yaitu sekitar 7 responden, peran orang tua

10 responden dari jumlah 35 responden.

Sedangkan berdasarkan analisis data univariabel pada tabel 4.2

menggunakan rumus prosentase menunjukkan hasil bahwa setelah diadakan

penyuluhan mengenai menarche menggunakan media leaflet tingkat

pengetahuan remaja putri dengan kategori baik yaitu 10 responden (58,82

%). Sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentang

menarche dengan kategori cukup sebanyak 7 responden (41,18%), dan tidak

ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentang menarche dengan

kategori kurang. Sedangkan pada tabel 4.4 menggunakan rumus wilcoxon

pada media leaflet dapat diketahui nilai z hitungnya sebesar -3.176 dan

Asymp. Sig nya sebesar 0.001 (nilai p). Hal ini menunjukkan bahwa nilai

p<0,050 yang berarti ada beda yang signifikan antara sebelum dan sesudah

diberikan penyuluhan menggunakan media leaflet mengenai menarche

terhadap tingkat pengetahuan siswi kelas 4 SD.

Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ati (2012)

dapat diketahui Peningkatan nilai rata-rata pre-post pengetahuan setelah

diberikan promosi kesehatan tentang menarche. Nilai rata-rata pengetahuan

pada kelompok leaflet sebesar 6,50. Nilai rata-rata pengetahuan pada

Page 31: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

66

kelompok ceramah sebesar 7,50. Setelah dilakukan analisis data dengan

Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai p = 0,030 pada post test

pengetahuan baik dengan leaflet dan ceramah. Hal tersebut menunjukkan

adanya pengaruh promosi kesehatan tentang menarche terhadap

pengetahuan mengenai menarche dengan nilai p < 0,05.

Pendidikan kesehatan yang dikhususkan pada siswi kelas 4SD

yaitu menggunakan media leaflet. Pendidikan kesehatan yang dikhususkan

bagi murid utamanya untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat

bertanggungjawab terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta

ikut aktif di dalam usaha-usaha kesehatan. Sedangkan media pendidikan

kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau

informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media

cetak, elektronika dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat

pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilakunya atau

pengetahuannya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoadmojo: 2010).

Media leaflet termasuk media cetak, media cetak yaitu suatu media

statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, media cetak pada umumnya

terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.

Media cetak mempunyai kelebihan yaitu tahan lama, mencakup banyak

orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana,

dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman,

meningkatkan gairah belajar. Adapun kekurangan dari media cetak yaitu

Page 32: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

67

media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak, mudah terlipat

(Notoadmojo: 2010).

Leaflet merupakan salah satu publikasi dari berbagai bentuk media

komunikasi yang berupa selebaran yang berisi keterangan atau informasi,

yang berbentuk selebaran-selebaran yang bentuk lembarannya berisi tulisan

dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-

gambar yang sederhana, biasanya bentuk leaflet lebih kecil dari pamphlet

dan disajikan secara berlipat. Ukuran leaflet biasanya 20x30 cm, berisi

tulisan 200-400 kata (Mahfoedz: 2009).

Peningkatan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan

menggunakan media leaflet ini didukung oleh oleh suasana kelas yang

nyaman, siswi yang memperhatikan saat berlangsungnya penyuluhan. Selain

itu media leaflet juga memiliki beberapa kelebihan yang bisa menunjang

peningkatan pemgetahuan siswi kelas 4 SD tentang menarche.

Kelebihan leaflet antara lain: dapat disimpan lama dan jika lupa

dapat dilihat kembali, dapat dipakai sebagai bahan rujukan, sasaran dapat

menyesuaikan dan belajar mandiri, pengguna dapat melihat isinya pada saat

santai, jangkauan sasaran lebih luas, dapat membantu media lain, isi dapat

di cetak kembali, dapat dipakai untuk bahan diskusi pada kesempatan yang

berbeda.

Sedangkan kekurangan leaflet antara lain: menuntut kemampuan

baca, bila cetakannya tidak menarik orang enggan menyimpannya, pada

umumnya orang tidak mau membaca karena hurufnya terlalu kecil, tidak

Page 33: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

68

bisa digunakan oleh sasaran yang buta huruf, pembuatan leaflet profesional

biasanya sangat mahal (Mahfoedz: 2009).

Salah satu keberhasilan dari pemberian penyuluhan menggunakan

media leaflet ditentukan oleh daya tangkap dari peserta. Daya tangkap

peserta dipengaruhi oleh minat mereka terhadap pesan atau materi yang

diberikan sehingga diasumsikan pengetahuan responden yang tinggi

terhadap menarche (Roestiyah, 2008).

3. Peningkatan pengetahuan remaja putri siswi kelas 5 SD tentang

menarche sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan

media audiovisual di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta

Berdasarkan analisis data univariabel pada tabel 4.3 menggunakan

rumus prosentase menunjukkan hasil sebagai berikut: sebelum di berikan

penyuluhan mengenai menarche dengan menggunakan media audiovisual

tingkat pengetahuan remaja putri dengan kategori kurang yaitu sebanyak 7

responden (36,85%), sedangkan remaja putri yang memiliki tingkat

pengetahuan dengan kategori cukup yaitu sebanyak 11 responden (57,9%),

dan yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak

1 responden (5,26%).

Pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.

Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih permanen dianut oleh

seseorang dibanding dengan perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Menurut peneliti, pengetahuan yang kurang tentang menarche di SD

Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta disebabkan oleh kurangnya informasi

Page 34: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

69

yang di dapat oleh remaja putri tentang menarche karena letak SD jauh dari

sumber informasi, kurikulum pembelajaran sekolah belum dapat menunjang

pengetahuan mengenai menarche, dan juga sarana perpustakaan belum

menyediakan buku-buku tentang menarche.

Pendidikan kesehatan yang dikhususkan bagi murid utamanya untuk

menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggungjawab terhadap

kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta ikut aktif di dalam usaha-

usaha kesehatan. Sedangkan media pendidikan kesehatan adalah semua

sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin

disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika dan

media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang

akhirnya dapat berubah perilakunya atau pengetahuannya ke arah positif

terhadap kesehatan (Notoadmojo: 2010).

Penelitian pendidikan kesehatan yang dikhususkan pada siswi kelas

5 SD menggunakan audiovisual, sedangkan media audiovisual yaitu

menggunakan slide. Menurut Notoadmojo (2011) slide yaitu termasuk

media elektronik. Sedangkan menurut Wiryokusumo (2008) slide termasuk

dalam media pembelajaran berdasarkan audiovisual. Media elektronik yaitu

suatu media bergerak dan dinamis dapat dilihat dan didengar dalam

menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.

Berdasarkan analisis data univariabel pada tabel 4.3 menggunakan

rumus prosentase menunjukkan hasil sebagai berikut: setelah di berikan

penyuluhan mengenai menarche menggunakan media audiovisual tingkat

Page 35: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

70

pengetahuan remaja putri tentang menarche dengan kategori baik sebanyak

15 responden (78,95%), sedangkan remaja putri yang memiliki tingkat

pengetahuan dengan kategori cukup sebanyak 4 responden (21,05%), dan

yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori kurang yaitu 0

responden (0%).

Berdasarkan tabel 4.4 menggunakan rumus wilcoxon didapatkan

hasil bahwa nilai z dan Asymp. Sig. pada media audiovisual dapat diketahui

nilai z hitungnya sebesar -3.470 dan Asymp. Sig nya sebesar 0.001 (nilai p).

Hal ini menunjukkan bahwa nilai p<0,050 yang berarti ada beda yang

signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan

media audiovisual mengenai menarche terhadap tingkat pengetahuan siswi

kelas 5 SD.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri

tentang menarche mengalami peningkatan setelah diadakan penyuluhan

mengenai menarche menggunakan media audiovisual. Peningkatan

pengetahuan ini karena media elektronik memiliki beberapa kelebihan yaitu:

sudah dikenal masyarakat, mengikutsertakan semua panca indra, lebih

mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak,

bertatap muka, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih besar,

sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang (Notoadmojo: 2010).

Sedangkan pengertian slide adalah media visual yang diproyeksikan

melalui alat yang disebut dengan proyektor slide. Slide terbuat dari film

positif yang kemudian diberi bingkai yang terbuat dari karton atau plastik.

Page 36: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

71

Film positif yang biasa digunakan untuk film slide adalah film positif yang

ukurannya 35 mm dengan ukuran bingkai 2x2 inchi. Kelebihan slide adalah:

memberikan realita meskipun terbatas, memberikan informasi, mengangkat

masalah, memperlihatkan keterampilan, dapat memacu diskusi mengenai

sikap dan perilaku, cocok untuk sasaran dalam jumlah besar sekalipun,

dapat untuk belajar mandiri, memungkinkan penyesuaian. Kekurangan slide

adalah: gambar dan grafik visual yang disajikan tidak bergerak sehingga

daya tariknya tidak sekuat dengan televisi atau film, listrik dan peralatan

mahal, memerlukan ruang sedikit gelap (Mahfoedz: 2009).

Sedangkan kelebihan dari media audiovisual (slide) adalah:

memberikan realita meskipun terbatas, memberikan informasi, mengangkat

masalah, memperlihatkan keterampilan, dapat memacu diskusi mengenai

sikap dan perilaku, cocok untuk sasaran dalam jumlah besar sekalipun,

dapat untuk belajar mandiri, memungkinkan penyesuaian (Mahfoedz: 2009).

Salah satu keberhasilan dari pemberian penyuluhan menggunakan

media audiovisual ditentukan oleh daya tangkap dari peserta. Daya tangkap

peserta dipengaruhi oleh minat mereka terhadap pesan atau materi yang

diberikan sehingga diasumsikan pengetahuan responden yang tinggi

terhadap menarche. Selain itu, penngunaan media audiovisual menggunakan

indera penglihatan dan pendengaran secara langsung sehingga membuat

para siswi lebih tertarik, mudah mengerti dan paham untuk memperhatikan

materi yang disampaikan oleh peneliti melalui media audiovisual

(Roestiyah, 2008).

Page 37: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

72

4. Perbedaan efektifitas media leaflet dan audiovisual terhadap

peningkatan pengetahuan remaja putri kelas 4 dan 5 SD tentang

menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.

Berdasarkan tabel 4.4 menggunakan rumus wilcoxon didapatkan

hasil bahwa nilai z dan Asymp. Sig. pada media audiovisual dapat diketahui

nilai z hitungnya sebesar -3.470 dan Asymp. Sig nya sebesar 0.001 (nilai p).

Hal ini menunjukkan bahwa nilai p<0,050 yang berarti ada beda yang

signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan

media audiovisual mengenai menarche terhadap tingkat pengetahuan siswi

kelas 5 SD.

Sedangkan pada media leaflet dapat diketahui nilai z hitungnya

sebesar -3.176 dan Asymp. Sig nya sebesar 0.001 (nilai p). Hal ini

menunjukkan bahwa nilai p<0,050 yang berarti ada beda yang signifikan

antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media

leaflet mengenai menarche terhadap tingkat pengetahuan siswi kelas 4 SD.

Untuk melihat perbedaan efektifitas antara penyuluhan dengan

menggunakan media leaflet dan audiovisual terhadap peningkatan

pengetahuan siswi kelas 4 dan 4 SD tentang menarche di SD Muhamadiyah

Ngabean 1 Yogyakarta dengan z hitung -3.470 pada media audiovisual

sedangkan pada media leaflet didapatkan hasil z hitungnya -3.176. Hal ini

menunjukkan media audiovisual lebih efektif terhadap peningkatan

pengetahuan remaja siswi kelas 5 SD tentang menarche di SD

Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta. Dalam penelitian ini didapatkan hasil

Page 38: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

73

bahwa media audiovisual (slide) lebih efektif dibandingkan dengan media

leaflet untuk meningkat pengetahuan tentang menarche di SD

Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Pandiangan (2006) diperoleh hasil saat ceramah yaitu saat pretest 8,45%

dan posttest 16,85%, sedangkan menggunakan audiovisual saat pretest

8,75% dan posttest 19,23%. Selisih untuk ceramah saat pretest dan posttest

8,37% sedangkan yang audiovisual 10,48%. Hal ini menunjukkan terdapat

perbedaan yang cukup signifikan. Hasil analisis statistik dengan analysis of

variance di peroleh p= 0,00 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan

bermakna antara ceramah dan audiovisual dalam meningkatkan

pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi remaja.

Sesuai dengan teori menurut Notoadmojo (2011) yang menunjukkan

bahwa media audiovisual lebih efektif bila dibandingkan dengan media

leaflet. Slide yaitu termasuk media elektronik. Sedangkan menurut

Wiryokusumo (2008) slide termasuk dalam media pembelajaran

berdasarkan audiovisual. Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan

dinamis dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui

alat bantu elektronika. Kelebihan media elektronik adalah: sudah dikenal

masyarakat, mengikutsertakan semua panca indra, lebih mudah dipahami,

lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak, bertatap muka,

penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih besar, sebagai alat

diskusi dan dapat diulang-ulang. Kekurangan media elektronik adalah: biaya

Page 39: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

74

lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik, perlu alat canggih untuk

produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan

berubah, perlu keterampilan penyimpanan, perlu terampil dalam

pengoperasian (Notoadmojo: 2010)

Sedangkan slide adalah media audiovisual yang diproyeksikan

melalui alat yang disebut dengan proyektor slide. Slide terbuat dari film

positif yang kemudian diberi bingkai yang terbuat dari karton atau plastik.

Film positif yang biasa digunakan untuk film slide adalah film positif yang

ukurannya 35 mm dengan ukuran bingkai 2x2 inchi. Slide mempunyai

kelebihan yaitu: memberikan realita meskipun terbatas, memberikan

informasi, mengangkat masalah, memperlihatkan keterampilan, dapat

memacu diskusi mengenai sikap dan perilaku, cocok untuk sasaran dalam

jumlah besar sekalipun, dapat untuk belajar mandiri, memungkinkan

penyesuaian (Mahfoedz: 2009).

Penyebab media leaflet kurang efektif bila dibandingkan dengan

media audiovisual antara lain: leaflet termasuk media cetak, media cetak

yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, media cetak

pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam

tata warna. Adapun kekurangan dari media cetak yaitu media ini tidak dapat

menstimulir effek suara dan efek gerak, mudah terlipat (Notoadmojo: 2010).

Leafet memiliki beberapa kekurangan yaitu: menuntut kemampuan

baca, bila cetakannya tidak menarik orang enggan menyimpannya, pada

umumnya orang tidak mau membaca karena hurufnya terlalu kecil, tidak

Page 40: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

75

bisa digunakan oleh sasaran yang buta huruf, pembuatan leaflet profesional

biasanya sangat mahal (Mahfoedz: 2009).

Sedangkan menurut teori media berasal dari bahasa latin dan

merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara

atau pengantar. Sehingga media pendidikan dapat didefinisikan sebagai alat-

alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/

pengajaran (Suiraoka, dkk: 2012). Menurut Gagne 1970 (dalam Sadiman,

dkk: 2003) menegaskan bahwa media adalah berbagai jenis komponen

dalam lingkungan siswi yang dapat merangsangnya untuk belajar. Dalam

pengertian ini media dipandang sebagai komponen yang ada dalam

lingkungan siswi baik lingkungan fisik, sosial, dan psikososial yang dapat

menimbulkan minat siswi untuk belajar. Adapun manfaat dari penggunaan

media dalam pendidikan kesehatan sangat luas, mulai dari menarik

perhatian sasaran, memperjelas pesan hingga mengingatkan kembali sasaran

akan informasi yang telah disampaikan oleh pendidik,.

Media leaflet dan audiovisual merupakan salah satu dari beberapa

media yang dapat digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. Kedua media

tersebut sama-sama efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswi tentang

menarche. Penyampaian penyuluhan menggunakan media audiovisual

ternyata lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan media leaflet.

Di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Sleman Yogyakarta usia anak yang

sudah mendapatkan menarche rata-rata usia 10-12 tahun. Hasil ini sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa di Indonesia gadis remaja pada waktu

Page 41: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

76

menarche bervariasi antar 10-16 tahun dan rata-rata menarche usia 12,5

tahun. Usia menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal

di pedesaan (Wiknjosastro, 2003). Anak-anak berusia 12 tahun atau 13

tahun sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang mengalami

masa remaja.

Usia saat seorang wanita mulai mendapatkan menstruasi pertama

kali sangat bervariasi. Ada yang berusia 12 tahun ada yang usia 8 tahun

sudah mendapatkan menstruasi pertama kali, usia 16 tahun baru

mendapatkan menstruasi pertama kalipun dapat terjadi. Usia untuk

mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara

lain aspek psikologi, kesuburan, lingkungan sosial, status ekonomi, dan

basal metabolik indek.

Menarche merupakan menstruasi pertama yang bisa terjadi dalam

rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa

pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menarche merupakan suatu

tanda awal adanya perubahan lain seperti pertumbuhan payudara,

pertumbuhan rambut daerah pubis dan aksila, serta distribusi lemak pada

daerah pinggul (Proverawati, Misaroh, 2009:58).

Menurut Hinchliff tahun 1999 menarche adalah periode menstruasi

yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang wanita. Sedangkan

menurut Pearce tahun 1999 menarche adalah permulaan menstruasi pada

seorang gadis pada masa pubertas, yang biasa muncul pada usia 11 sampai

14 tahun (Proverawati, Misaroh, 2009:58).

Page 42: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

77

Menarche merupakan pertanda adanya suatu perubahan status sosial

dari anak-anak menjadi dewasa. Menarche merupakan suatu tanda yang

penting bagi seorang wanita yang menunjukkan adanya produksi hormon

yang normal yang dibuat oleh hipothalamus dan kemudian diteruskan pada

ovarium dan uterus. Selama sekitar dua tahun hormon-hormon ini akan

merangsang pertumbuhan payudara, perubahan-perubahan kulit, perubahan

siklus, pertumbuhan rambut ketiak dan rambut pubis serta bentuk tubuh

menjadi bentuk tubuh wanita yang ideal.

Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti

perasaan seorang wanita yang mengalami menstruasi pertama kali

(menarche). Gejala yang sering menyertai menarche adalah rasa tidak

nyaman disebabkan karena selama menstruasi volume air di dalam tubuh

kita berkurang. Gejala lain yang dirasakan yaitu sakit kepala, pegal-pegal di

kaki dan dipinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut.

Sebelum periode ini biasanya terjadi beberapa perubahan emosional.

Perasaan suntuk, marah dan sedih yang disebabkan oleh adanya pelepasan

beberapa hormon (Proverawati, Misaroh, 2009:59).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

umur, lingkungan, dan sumber informasi (Notoadmojo, 2003). Peningkatan

pengetahuan dalam penelitian ini didukung oleh suasana kelas yang

nyaman, siswi yang memperhatikan saat berlangsungnya penyuluhan

menggunakan media leaflet tentang menarche.

Page 43: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

78

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian mengenai perbedaan efektifitas menggunakan media

leaflet dan audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri

kelas 4 dan 5 SD tentang menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1

Yogyakarta tentunya mengalami keterbatasan. Keterbatasan tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini hanya membandingkan metode leaflet dan audiovisual

terhadap peningkatan pengetahuan tanpa ikut meneliti faktor-faktor apa

saja yang berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan.

2. Proses pengambilan data saat pengisian kuesioner responden dapat

berdiskusi dan melihat jawaban teman dalam memberikan jawaban

karena tempat duduk responden yang saling berdekatan, sehingga tidak

semua jawaban responden sesuai dengan kondisi responden.

3. Penelitian ini hanya dilakukan pada kelas 4 dan 5 SD sehingga hasilnya

tidak dapat digeneralisasikan secara umum atau mewakili seluruh siswi

di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.

4. Proses pengambilan data saat pengisian kuesioner terganggu sebab

pengalaman tiap siswi berbeda-beda ada yang sudah mengalami

menarche dan ada juga yang belum mengalami menarche.

Page 44: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisa terhadap data-data hasil penelitian, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan siswi kelas 4 SD tentang menarche di SD

Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta menggunakan leaflet saat pretest 11

responden (64,70% ) berkategori kurang dan saat posttest sebanyak 10

responden (58,82%) berkategori baik.

2. Tingkat pengetahuan siswi kelas 5 SD tentang menarche di SD

Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta menggunakan media audiovisual saat

pretest 11 responden (57,9%) berkategori cukup saat posttest seabnyak 15

responden (78,95%) berkategori baik.

3. Ada perbedaan efektifitas antara penyuluhan dengan menggunakan media

leaflet dan audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan siswi kelas 4 dan

5 SD tentang menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini peneliti menyarankan kepada:

1. Bagi ilmu pengetahuan (scientific)

Diharapkan penelitian ini menambah sumber dalam penelitian mengenai

media yang paling efektif dalam pendidikan kesehatan menggunakan media

leaflet dan audiovisual.

Page 45: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

80

2. Bagi Siswi kelas 4 dan 5 SD di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta

Siswi yang akan menghadapi menarche hendaknya lebih efektif dalam

mencari informasi mengenai menarche karena dapat meningkatkan kesiapan

dalam menghadapi menarche.

3. Bagi pihak Sekolah SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta

Bagi SD Muhamadiyah Ngabean 1 supaya memberikan pendidikan

kesehatan reproduksi khususnya mengenai menarche untuk meningkatkan

pengetahuan siswinya agar ketika siswinya mengalami menarche tidak

merasa takut dan lebih siap dalam menghadapi menarche.

4. Bagi Institusi Stikes A. Yani Yogyakarta Prodi DIII Kebidanan

Diharapkan penelitian ini bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi

mahasiswa Kebidanan sehingga mampu meningkatkan pengetahuan tentang

menarche dengan menggunakan media leaflet dan audiovisual.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya supaya mengkaji lebih lanjut untuk mengetahui

apakah media yang digunakan dalam penelitian ini baik untuk mendapatkan

data mengenai peningkatan pengetahuan. Serta diharapkan peneliti

berikutnya dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam

penelitian ini.

Page 46: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

81

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Aryati, D. (2008). Usia Menarche pada Siswi SD dan SLTP di Kota Bandung.

Bagian Promosi Kesehatan Puskesmas Ibrahim Adji Bandung. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional. Volume 2, Nomor 6, Juni 2008.

Asriyani, Titis Laras. (2010). Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri

tentang Menarche Di SDN Tambak Rejo Kebumen.KTI: STIKES A.Yani

Yogyakarta.

BKKBN. (2002). Reproduksi Sehat Sejahtera Remaja. Jakarta

BPS. (2010). Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik

Provinsi DIY.

Depkes. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba

Medika.

Dinkes. (2007). Survei Kesehatan Repeoduksi. Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.

Hurlock, E, B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Waktu Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta.

Lestari, N. (2009). Peran Ibu dalam Menarche dengan Kesiapan Menghadapi

Mearche pada Remaja Putri Usia 10-14 tahun di Desa Kepuh Kecamatan

Kutoarjo Kabupaten Purworejo. KTI: STIKES A. Yani Yogyakarta.

Mahfoedz, I. (2009). Pendidikan Kesehatan Bagin dari Promosi Kesehatan.

Fitramaya: Yogyakarta.

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.

Notoadmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 47: PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

82

Pandiangan, T. (2006). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Metode

Ceramah, Media Audiovisual, Ceramah Plus Audiovisual pada

Pengetahuan dan Sikap Remaja SLTP Berita Kedokteran Masyarakat,

Vol: 22.

Proverawati, M. (2009). Menarche: Menstruasi Pertama Penuh Makna.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Pulungan, P. (2009). Gambaran Usia Menarche pada Remaja Putri di SMP

Shafiyyatul Amaliyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan. KTI: FK

USU Medan.

Riajati, N. (2011). Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang

Menarche di SD Negri 1 Pranti Gadingharjo Sanden Bantul. KTI:

STIKES A. Yani Yogyakarta.

Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sitiyaroh, N. (2003). Hubungan Pengetahuan tentang Menstruasi dengan

Kesiapan Remaja Puti Usia Pubertas Menghadapi Menarche di SMPN 2

Ceper Klaten. KTI Ahli Madya Kebidanan Stikes A. Yani Yogyakarta.

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Tim Penulis Poltekes Depkes Jakarta I. (2010). Kesehatan Remaja: Problem

dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.

Wawan, D. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widyastuti, Y, Anita, R,. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Bina

Pustaka.

Wiknjosastro, H. (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.