14
Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi Usaha Peternakan Ayam Potong Pada Berbagai Pola Usaha (Harianto, dkk) Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354 email: [email protected], website: ejournal.uksw.edu/agric Terakreditasi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berdasarkan SK No 21/E/KPT/2018 PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM POTONG PADA BERBAGAI POLA USAHA DI KABUPATEN BENGKULU UTARA THE COMPARISON OF CHICKEN FARMING BUSINESS ON VARIOUS PATTERNS IN NORTH BENGKULU REGENCY Harianto, Putri Suci Asriani, Nyayu Neti Arianti Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu E-mail : [email protected] ABSTRACT This study aims to calculate and compare the income and the level of efficiency of poultry farming with various business patterns, namely “Mandiri” or independent, partnering with national company and partnering with foreign company. Respondents were taken in a census method, consist of 11 independent farmers, 21 farmers who partnered with national company and 10 farmers who partnered with foreign company. Income is calculated by subtracting revenue and costs. Business efficiency is determined by the R/C Ratio. Meanwhile, the comparison of incomes were analyzed by the t-test. The results showed that the average income of independent livestock business is IDR 5.536,95/head, the national partnership is IDR 2.523,20/head, and those with foreign partner is IDR 3.162,74/head. While The efficiency level of independent pattern is 1,15, 1,09 for national partnership pattern and 1,10 for foreign partnership. The results of the t-test at the 95% confidence level indicate that the income of independent livestock is higher than those in nationally and foreign-partnered farms. While the nationally-partnered business is not higher than the foreign-partnered. Keywords : Chicken, Independent and Partnership, Income and Efficiency. Diterima: 15 Maret 2019, disetujui: 13 Desember 2019 122

PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi Usaha Peternakan Ayam Potong Pada Berbagai Pola Usaha (Harianto, dkk)

Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya WacanaJl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354

email: [email protected], website: ejournal.uksw.edu/agric

Terakreditasi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan T inggi berdasarkan SK No 21/E/KPT/2018

PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSIUSAHA PETERNAKAN AYAM POTONG PADA BERBAGAI POLA USAHA

DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

THE COMPARISON OF CHICKEN FARMING BUSINESS ON VARIOUSPATTERNS IN NORTH BENGKULU REGENCY

Harianto, Putri Suci Asriani, Nyayu Neti AriantiJurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

E-mail : [email protected]

ABSTRACTThis study aims to calculate and compare the income and the level of efficiency of poultryfarming with various business patterns, namely “Mandiri” or independent, partnering withnational company and partnering with foreign company. Respondents were taken in a censusmethod, consist of 11 independent farmers, 21 farmers who partnered with national companyand 10 farmers who partnered with foreign company. Income is calculated by subtractingrevenue and costs. Business efficiency is determined by the R/C Ratio. Meanwhile, the comparisonof incomes were analyzed by the t-test. The results showed that the average income of independentlivestock business is IDR 5.536,95/head, the national partnership is IDR 2.523,20/head, andthose with foreign partner is IDR 3.162,74/head. While The efficiency level of independentpattern is 1,15, 1,09 for national partnership pattern and 1,10 for foreign partnership. Theresults of the t-test at the 95% confidence level indicate that the income of independent livestockis higher than those in nationally and foreign-partnered farms. While the nationally-partneredbusiness is not higher than the foreign-partnered.

Keywords : Chicken, Independent and Partnership, Income and Efficiency.

Diterima: 15 Maret 2019, disetujui: 13 Desember 2019

122

Page 2: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 123-136

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dan membandingkan pendapatan dan tingkat efisiensiusaha peternakan ayam dengan berbagai pola usaha, yaitu mandiri, bermitra dengan perusahaannasional dan bermitra dengan perusahaan asing. Responden diambil secara sensus, yang terdiridari 11 peternak mandiri, 21 peternak yang bermitra dengan perusahaan nasional dan 10 peternakyang bermitra dengan perusahaan asing. Pendapatan usaha dihitung dengan mengurangkanpenerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Efisiensi usaha ditentukan dengan nilai R/C ratio.Perbandingan pendapatan dianalisis dengan uji beda t. Hasil penelitian menunjukkan bahwapendapatan rata-rata usaha ternak pola mandiri adalah Rp 5.536,95/ekor, pola kemitraan nasionalsebesar Rp 2.523,20/ekor, dan pola kemitraan asing sebesar Rp3.162,74/ekor. Tingkat efisiensiusaha pola mandiri, pola kemitraan nasional dan pola kemitraan asing berturut-turut adalah 1,15;1,09 dan 1,10. Hasil uji-t pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pendapatan usahapola mandiri lebih tinggi dibanding pola kemitraan nasional maupun kemitraan asing. Pendapatanusaha pola kemitraan nasional tidak berbeda dengan pola kemitraan asing. Dengan demikiankesimpulan penelitian ini adalah peternakan ayam potong pola mandiri lebih menguntungkandibanding pola kemitraan nasional maupun kemitraan asing.

Kata kunci: Ayam, Mandiri dan Kemitraan, Pendapatan dan Efisiensi.

PENDAHULUAN

Subsektor peternakan merupakan bagian darisektor pertanian yang memiliki peranan pentingdalam menopang perekonomian regionalmaupun nasional. Usaha perunggasan diIndonesia telah menjadi usaha yang memilikikomponen lengkap dari sektor hulu sampai kehilir. Perkembangan usaha peternakanmemberikan kontribusi yang nyata dalampembangunan pertanian dan memiliki nilaistrategis, yaitu memenuhi kebutuhan proteinhewani dalam negeri serta memberikankesempatan kerja bagi masyarakat.Namundalam perkembangannya, usaha peternakanayam potong umumnya menghadapipermasalahan-permasalahan antara lainrendahnya penguasaan modal, kurangmenguasai teknologi, harga yang fluktuatif,rendahnya akses terhadap pasar, dan marjinusaha yang rendah. Para peternak ayam potongdapat menjalin kerjasama atau bermitra dengansuatu perusahaan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi tersebut. Menurut

Subkhie dkk (2012) beberapa keuntungan ber-mitra dengan perusahaan inti adalah mem-peroleh bimbingan teknis, usaha peternakandengan pola kemitraan didukung oleh pemerin-tah, dan pemasaran hasil panen yang terjamin.Peternakan dengan cara bermitra layak dikem-bangkan sejauh kerjasama berjalan dengan baiksesuai dengan perjanjian kontrak antara pe-ternak dan perusahaan inti.

Pengelolaan peternakan ayam potong denganberbagai pola yang memiliki kekuatan dankelemahan masing-masing tentu akanberpengaruh kepada pendapatan yang diterimaoleh peternak. Pola usaha mandiri dengan polausaha bermitra, maupun antara pola kemitraanyang satu dengan pola kemitraan yang lain tentuakan berbeda-beda pengaruhnya pada kinerjausaha. Menurut Iskayani dkk (2016) peru-sahaan mitra yang berbeda akan mempe-ngaruhi tingkat pendapatan usaha yang dila-kukan peternak. Kabupaten Bengkulu UtaraProvinsi Bengkulu merupakan daerah yangpotensial untuk pengembangan peternakan

123

Page 3: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi Usaha Peternakan Ayam Potong Pada Berbagai Pola Usaha (Harianto, dkk)

ayam potong. Kabupaten Bengkulu Utaramenyumbang 21,7% kebutuhan ProvinsiBengkulu (Badan Pusat Statistik ProvinsiBengkulu, 2015). Pengelolaan usaha peternakanayam potong di Kabupaten Bengkulu Utara adadua macam, yakni usaha peternakan secaramandiri dan usaha peternakan dengan sistemkemitraan. Peternak mandiri pada prinsipnyamenyediakan seluruh input produksi denganmodal sendiri serta bebas dalam memasarkanhasil produksinya.

Sementara usaha peternakan dengan sistemkemitraan adalah dengan cara bekerjasamadengan pihak lain. Keterbatasan peternakdalam hal permodalan, teknologi, dan sumber-daya membuat terbentuknya kerjasama dalamagribisnis peternakan oleh berbagai pihak yangberkepentingan. Kerjasama tersebut dapatdiwujudkan dalam bentuk kemitraan. Polakemitraan yang digunakan oleh peternak diKabupaten Bengkulu Utara adalah pola kemi-traan PIR (Perusahaan Inti Rakyat) pengung-gasan, dimana peternak sebagai plasma hanyamenyediakan tanah, kandang, peralatan, dantenaga kerja, sedangkan perusahaan sebagaiintinya menyediakan input lain yang dibutuhkanpeternak seperti DOC (Day Old Chick),pakan, obat-obatan, dan pembimbingan tenagaahli, serta pemasaran yang terjamin. Perusahaanmitra peternak ayam potong di KabupatenBengkulu utara bukan hanya perusahaannasional (P.T. Ciomas Adisatwa) tetapi jugaperusahaan asing (P.T. Semesta Mitra Sejahterayang berafiliasi dengan P.T. Charoen PokhpandIndonesia (perusahaan dari Thailand).

potong yang memiliki kinerja masing-masing,maka perlu dilakukan penelitian dengan tujuanuntuk menganalisis : 1) pendapatan dan tingkatefisiensi usaha peternakan ayam potong baikyang mandiri, yang bermitra dengan perusahaannasional maupun yang bermitra perusahaanasing, dan 2) perbandingan pendapatan antaraberbagai pola usaha tersebut.

METODE PENELITIAN

Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten BengkuluUtara Provinsi Bengkulu, dimana terdapat tigapola usaha peternakan ayam potong, yakni polamandiri, pola kemitraan. dengan perusahaannasional P.T. Ciomas Adisatwa dan polakemitraan dengan perusahaan asing yaitu P.T.Semesta Mitra Sejahtera (afiliasi P.T. CharoenPokhpand Indonesia yang merupakanperusahaan dari Thailand).

Jumlah peternak ayam potong di KabupatenBengkulu Utara sebanyak 42 peternak, yangterdiri dari 11 peternak pola usaha mandiri,21 peternak bermitra dengan perusahaannasional P.T. Ciomas Adisatwa dan 10peternak yang bermitra dengan perusahaanasing P.T. Semesta Mitra Sejahtera. Respondenpenelitian adalah seluruh peternak, yang diambilsecara sensus.

Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha

Pendapatan usaha dihitung dengan rumus :Pd = TR – TCDimana :

Pd = Pendapatan Usaha (Rp/ekor)TR = Total Penerimaan Usaha (Rp/ekor)TC = Total Biaya Usaha (Rp/ekor)

Berdasarkan latar belakang tersebut, dimanaada tiga pola pengelolaan peternakan ayam

124

Page 4: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 123-136

Barokah dkk (2016) juga menggunakan carapenghitungan pendapatan usaha denganmengurangkan penerimaan dengan biaya yangdikeluarkan. Pendapatan merupakan selisihantara penerimaan dan biaya. Penerimaanmerupakan hasil perkalian antara jumlahproduksi dengan harga jual. Total biaya usahaadalah hasil penjumlahan total biaya tetap dantotal biaya variabel.

TR = Y x PyTC = TFC + TVC

Dimana :Y = Jumlah Produksi (ekor)

Py = Harga Produksi (Rp/ekor)

TFC = Total Biaya Tetap (Rp/ekor)

TVC = Total Biaya Variabel (Rp/ekor)

Kadek dkk (2015) juga menggunakan rumus-rumus yang sama untuk menentukan nilaipenerimaan, total biaya dan pendapatan suatuusaha.

Kelayakan usaha peternakan ayam potongditentukan dengan R/C ratio, atau denganmembandingkan penerimaan dengan biaya.Nilai R/C ratio dihitung dengan rumus sebagaiberikut :

Lalu, menurut Rahim dan Hastuti (2007), niaiR/C ratio atau tingkat efisiensi dikategorikanberdasarkan kriteria berikut :1. Jika R/C Ratio > 1, berarti bahwa total

penerimaan lebih besar dari total biaya yangdikeluarkan, sehingga usaha ternak ayamtersebut efisien dan layak untuk diteruskan.

2. Jika R/C Ratio < 1, berarti bahwa total

penerimaan lebih kecil dari total biaya yangdikeluarkan, sehingga usaha ternak ayamtersebut tidak efisien sehingga tidak layakuntuk diteruskan.

3. Jika R/C Ratio = 1, berarti bahwa totalpenerimaan dalam usaha sama besar dengantotal biaya yang dikeluarkan atau dalamkondisi impas.

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha

Perbandingan pendapatan dilakukan antarausaha peternakan mandiri dengan peternakankemitraan nasional, antara peternakan mandiridengan peternakan kemitraan asing, dan antarapeternakan kemitraan nasional denganpeternakan kemitraan asing, Menurut Walpole(1993) perbedaan dapat diuji dengan Uji bedarata-rata atau Uji beda t. Pankey dkk (2016)juga menggunakan Uji beda rata-rata untukmembandingkan rata- rata pendapatan petanikelapa di Desa Ongkaw I dan Desa Tiniawangko.Nuraeni dkk (2018) juga melakukan analisisperbandingan antara pendapatan usahatanikentang varietas Superjohn dan varietasGranula L. dengan Uji beda rata-rata.Demikian pula dengan Pratama dkk (2018)yang menggunakan Uji beda t untukmenganalisis perbandingan produksi, biayaproduksi, penerimaan dan pendapatan antarausahatani semi organik dan usahatani nonorganik.

Untuk penelitian ini, Uji beda t dilakukan padatingkat kepercayaan 95% dengan memban-dingkan nilai t hitung dengan t tabel.1. Usaha Peternakan Mandiri dengan Usaha

Peternakan Kemitraan Nasional

Hipotesis matematis dirumuskan sebagai berikut :

125

Page 5: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi Usaha Peternakan Ayam Potong Pada Berbagai Pola Usaha (Harianto, dkk)

Ho = µ1 µ2Ha = µ1 µ2

Pengujian dilakukan dengan membandingkannilai t hitung dengan t tabel. Nilai t hitung ditentukandengan rumus sebagai berikut:

Dimana:= Rata-rata pendapatan usaha pola mandiri= Rata-rata pendapatan usaha pola

kemitraan nasionalS1 = Simpangan baku pendapatan usaha pola

mandiriS2‘ = Simpangan baku pendapatan usaha pola

kemitraan nasionaln1 = Jumlah populasi usaha pola mandirin2 = Jumlah populasi usaha pola kemitraan

nasional

Kriteria pengambilan keputusan:

1. Apabila thitung ttabel, maka Ho diterimadan Ha ditolak. Artinya pendapatanusaha ternak pola mandiri lebih kecil atausama dengan pendapatan usaha ternakpola kemitraan nasional

2. Apabila thitung > ttabel, maka Ha diterimadan Ho ditolak. Artinya pendapatanusaha ternak pola mandiri lebih besardari pendapatan usaha ternak polakemitraan nasional.

2. Usaha Peternakan Mandiri dengan UsahaPeternakan Kemitraan Asing

Rumusan hipotesis matematisnya adalahsebagai berikut:

Ho = µ1 µ3Ha = µ1 > µ3

Keputusan diambil dengan kriteria :

1. Apabila thitung ttabel, maka Ho diterimadan Ha ditolak. Artinya pendapatanusaha ternak pola mandiri lebih kecil atausama dengan pendapatan usaha ternakpola kemitraan asing.

2. Apabila thitung > ttabel, maka Ha diterimadan Ho ditolak. Artinya pendapatanusaha ternak pola mandiri lebih besardari pendapatan usaha ternak polakemitraan asing.

3. Usaha Peternakan Pola Kemitraan Nasionaldengan Pola Kemitraan Asing

Hipotesis matematisnya adalah:

Dimana :X1 = Rata-rata pendapatan usaha pola

mandiriX3 = Rata-rata pendapatan usaha pola

kemitraan asingS1 = Simpangan baku pendapatan usaha pola

mandiriS3 = Simpangan baku pendapatan usaha pola

kemitraan asingn1 = Jumlah populasi usaha pola mandirin3 = Jumlah populasi pendapatan usaha pola

kemitraan asing

126

Page 6: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 123-136

X2 = Rata-rata pendapatan usaha polakemitraan nasional

X3 = Rata-rata pendapatan usaha polakemitraan asing

S2 = Simpangan baku pendapatan usaha polakemitraan nasional

S3 = Simpangan baku pendapatan usaha polakemitraan asing

n2 = Jumlah populasi usaha pola kemitraannasional

n3 = Jumlah populasi pendapatan usaha polakemitraan asing

Dimana:

Kriteria pengambilan keputusan:1. Apabila thitung < ttabel, maka Ho diterima

dan Ha ditolak. Artinya pendapatanusaha ternak pola kemitraan nasionallebih kecil atau sama dengan usaha ternakpola kemitraan asing.

2. Apabila thitung > ttabel, maka Ha diterimadan Ho ditolak. Artinya pendapatanusaha ternak pola kemitraan nasionallebih besar dari pendapatan usaha ternakpola kemitraan asing.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Pola Usaha Peternakan AyamPotong

Terdapat dua pola usaha peternakan ayampotong di Kabupaten Bengkulu Utara yaitu 1)Pola Mandiri dan (2) Pola Kemitraan. Polamandiri adalah bentuk usaha budidaya ayampotong yang dilakukan oleh peternak tanpabantuan dari pihak lain, baik dari pengadaaninput, teknis budidaya maupun pemasarannya.Sementara pola kemitraan adalah bentuk usahabudidaya ayam potong yang dilakukan ataskerjasama dengan pihak lain. Pola kemitraandi daerah penelitian ada dua macam, yaknikemitraan nasional yaitu yang bekerjasamadengan P.T. Ciomas Adisatwa dan kemitraanasing yaitu bekerjasama dengan P.T. CharoenPokphand Indonesia.Pembagian peran peternak dan mitra padamasing-masing pola diuraikan dalam Tabel 1.Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskanbahwa peternak ayam potong dengan polamandiri menyediakan seluruh input produksimulai dari penyediaan lahan dan kandang,

Tabel 1 Aktivitas dan Pembagian Peran pada Berbagai Pola UsahaPeternakan Ayam Potong di Kabupaten Bengkulu Utara

No. Uraian Pola Mandiri Pola Kemitraan Nasional danKemitraan Asing

Aktifitas Pelaksana Aktifitas Pelaksana1. Input Produksia. Lahan dan Kandang Penyediaan Peternak Penyediaan Peternakb. Bibit (DOC) Penyediaan Peternak Penyediaan Perusahaan Mitrac. Pakan Penyediaan Peternak Penyediaan Perusahaan Mitrad. Obat-obatan dan

VaksinPenyediaan Peternak Penyediaan Perusahaan Mitra

e. Input Penolong Penyediaan Peternak Penyediaan Perusahaan Mitraf. Tenaga Kerja Penyediaan Peternak Penyediaan Peternakg. Bimbingan Teknis Pelayanan

BimbinganTidak Ada Pelayanan

BimbinganPerusahaan Mitra

2. Output (AyamPotong)

Pemasaran Peternak Pemasaran Perusahaan Mitra

Sumber: Data Primer, 2018

127

Page 7: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi Usaha Peternakan Ayam Potong Pada Berbagai Pola Usaha (Harianto, dkk)

DOC, pakan, obat dan vaksin, input penolong,dan tenaga kerja. Peternak ayam potong polamandiri tidak mendapatkan bimbingan teknisdari badan atau lembaga terkait.

Peternak mandiri bebas memasarkan produknya,baik penentuan jumlah dan waktunya, sertakepada siapa akan dipasarkan. Pengambilankeputusan mencakup kapan memulai beternakdan kapan memanen hasil ternaknya dilakukanoleh peternak sendiri. Dengan demikian seluruhkeuntungan dan resiko juga ditanggung sendiri.Berbeda dengan pola usaha mandiri, peternakdengan pola kemitraan nasional maupun asinghanya menyediakan tenaga kerja. Input-inputproduksi yang lain dipasok oleh perusahaanmitra. Perusahaan mitra memberikan bimbinganteknis terkait pemeliharaan ternak. Selanjutnya,perusahaan mitra membayar produksi ayampotong yang dihasilkan lalu menjualnya kembali.

Biaya Usaha Peternakan Ayam Potong

DOC, pakan, obat dan vaksin, input penolongdan tenaga kerja

Biaya usaha peternakan ayam potong pola man-diri dan kemitraan dapat dilihat pada Tabel 2.Rata-rata jumlah ayam DOC yang dipeliharapada usaha pola mandiri rata-rata sebanyak1.145,00 ekor, paling sedikit dibanding usahadengan pola kemitraan nasional (7.619,00ekor) dan pola kemitraan asing (6.270,00ekor). Jumlah ayam pada usaha mandiri palingsedikit disebabkan oleh luas kandang yangdimiliki juga hanya 119,81 m2, jauh lebih sempitdibanding usaha mitra. Pemilikan luas lahandan modal peternak yang menjadi penyebabkecilnya skala usaha pola mandiri.

No UraianPola

Mandiri (Rp)Pola

KemitraanNasional (Rp)

PolaKemitraan Asing (Rp)

1. Luas Kandang (m2) 119,81 797,19 604,70

2. Jumlah Ayam (ekor) 1.145,00 7.619,00 6.270,00

3. Lama Pemeliharaan (hari) 38 34 34

4. Biaya Variabel Total 42.511.728,18 211.116.782,28 180.144.408,20

5. Biaya Tetap Total 1.095.188,27 4.224.983,00 3.895.889,70

6. Biaya Total 43.606.916,45 215.341.765,28 184.040.297,90

7. Biaya Total (per ekor) 38.861,29 28.572,40 30.609.33

Tabel 2 Rata-rata Biaya Total Usaha Peternakan Ayam Potong

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Biaya usaha peternakan ayam potong diKabupaten Bengkulu Utara terdiri dari biayatetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputibiaya penyusutan alat dan biaya pajak.Sementara biaya variabel terdiri dari biaya

Biaya variabel usaha dipengaruhi oleh jumlahayam yang dipelihara. Semakin banyak jumlahayam yang dipelihara maka semakin besar biayavariabel yang dikeluarkan, atau sebaliknya.Lamanya masa pemeliharaan juga mem-pengaruhi biaya-biaya variabel yang dikeluar-kan terutama biaya pakan dan tenaga kerja.Masa pemeliharaan pada usaha mandiri lebihpanjang, yakni rata-rata 38 hari. Lamanyamasa pemiliharaan ini disebabkan oleh

128

Page 8: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 123-136

bebasnya pemilik usaha menentukan waktumemasarkan yang baik. Para peternak baruakan menjual pada saat harga di pasar tinggi,sehingga dapat memberikan keuntungan sepertiyang diharapkan. Sementara untuk pola usahakemitraan, waktu panen telah ditetapkan olehperusahaan mitra, yakni rata-rata 32 hari.

Data perhitungan pada Tabel 3 menunjukkanbahwa biaya variabel total (per ekor ayam)yang dikeluarkan pada pola mandiri palingtinggi dibanding usaha kemitraan. Ada tigakomponen biaya yang persentase sumbangannyalebih tinggi pada usaha mandiri dibanding usahakemitraan, yakni biaya pakan, biaya obat danvaksin, dan biaya tenaga kerja. Tingginya biaya-biaya tersebut antara lain disebabkan olehwaktu pemeliharaan yang lebih panjangdibanding pola kemitraan.

Tabel 3 Rata-rata Biaya Variabel Usaha Peternakan Ayam Potong

No. UraianPola Mandiri Pola Kemitraan Nasional Pola Kemitraan

Asing(Rp) (%) (Rp) (%) (Rp)

1. Biaya DOC 7.025.909,09 16,11 52.533.333,33 24,88 36.993.000,00

2. Biaya Pakan 33.328.181,82 76,42 150.224.035,71 71,16 133.873.950,00

3. Biaya Obat dan Vaksin 686.160 1,58 840.000 0,40 1.320.300,00

4. Biaya Penolong 293.181,82 0,67 2.506.166,67 1,19 3.329.300,00

5. Biaya Tenaga Kerja 1.178.295,45 2,70 5.013.246.57 2,37 4.627.858,20

6. Biaya Variabel Total 42.511.728,18 100,00 211.116.782,28 100,00 180.144.408,20

7. Biaya Variabel Total(per Ekor)

37.592,40 28.010.33 29.976,09

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Sumbangan biaya pakan pada pola mandirisebesar 76,43%, sementara pada polakemitraan nasional dan pola kemitraan asingmasing-masing sebesar 71,76% dan 74,31%.Besarnya persentase biaya pakan terhadap totalbiaya usaha ternak di Kabupaten BengkuluUtara sesuai dengan yang dikemukakan olehPakage dkk (2018) bahwa biaya pakan

menjadi komponen terbesar dalam pembiayaanusaha peternakan ayam potong, yakni rata-ratasebesar 74%. Pada pola kemitraan ada tigajenis pakan yang digunakan yaitu merek SB-10 dan H-10 untuk umur ayam 1-10 hari, SB-11 dan H-11 untuk umur ayam 11-20 hari,SB-12 dan H-12 untuk umur ayam 21 harisampai saat panen tiba. Biaya pakan pada polakemitraan nasional adalah Rp 19.717,03/ekordan pola kemitraan asing sebesar Rp21.351,51/ekor. Peternak pola mandirimenggunakan pakan merek BR-1 untuk ayamumur 1-15 hari dan BR-2 untuk umur ayam 16hari sampai waktu panen. Peternak pola mandirimencampur pakan dengan jagung giling. Biayapakan pada pola mandiri sebesar Rp29.107,58/ekor.

Demikian pula dengan biaya obat dan vaksinserta biaya tenaga kerja dimana pola mandirilebih tinggi persentasenya dibanding polakemitraan. Biaya obat dan vaksin pada usahamandiri sebesar Rp 599,27/ekor (1,58% daritotal biaya variabel) sementara untuk usahakemitraan nasional adalah Rp 110,25/ekor(0,40%) dan kemitraan asing Rp 210,57/ekor(0,73%). Biaya obat dan vaksin pada pola

129

Page 9: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi Usaha Peternakan Ayam Potong Pada Berbagai Pola Usaha (Harianto, dkk)

mandiri lebih tinggi karena peternak meng-antisipasi serangan penyakit dan akibat kurang-nya pemahaman ternak tentang kesehatan ayampeliharaannya karena tidak ada layananbimbingan teknis budidaya.

Rata-rata biaya tenaga kerja pada pola mandiriadalah Rp 1.029,08/ekor (2,7% dari total biayavariabel). Sementara untuk pola kemitraannasional sebesar Rp 657,99/ekor (2,37%) danpola kemitraan asing sebesar Rp 738,10/ekor(2,57%). Lebih tingginya komponen-komponenbiaya tenaga kerja pola mandiri selain disebabkanoleh lebih panjangnya masa pemeliharaan, jugadisebabkan oleh tambahan biaya tenaga kerjauntuk kegiatan pencampuran pakan bermerekdengan jagung giling.

bahan penolong, dimana pada pola mandirilebih rendah dibanding pola kemitraan maupunpola kemitraan asing.

Hasil analisis biaya secara keseluruhan menun-jukkan rata-rata biaya total usaha ternak ayampotong pola mandiri adalah Rp 38.861,29/ekor,sementara untuk pola kemitraan nasionalsebesar Rp 28.572,40/ekor dan pola kemitraanasing sebesar Rp 30.609,33/ekor.

Penerimaan Usaha Peternakan AyamPotong

Penerimaan usaha ternak ayam potong polamandiri di daerah penelitian diperoleh dari totalpenjualan produksi daging ayam, kotoran ayamdan karung. Sedangkan penerimaan usahaternak pola kemitraan diperoleh dari totalpenjualan produksi, bonus FCR, bonusmortalitas, bonus indeks performan dan selisihharga serta kotoran ayam dan karung. Untuklebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.Komponen penerimaan yang terbesar adalahdari daging ayam karena yang utama dihasilkan.

Di sisi lain, biaya DOC dan biaya penolongmerupakan komponen biaya terbesar keduasetelah biaya pakan. Namun, biaya DOC untukpola mandiri hanya 16,11%, sementara polakemitraan nasional 24,40% dan pola asingsebesar 20,10%. Demikian pula dengan biaya

Tabel 4 Rata-rata Penerimaan Usaha Ternak Ayam Potong

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

130

Page 10: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 123-136

Pendapatan dan Efisiensi UsahaPeternakan Ayam Potong

Pendapatan usaha ternak ayam adalah selisihantara penerimaan dengan biaya total yangdikeluarkan. Rata-rata penerimaan, biaya danpendapatan serta efisiensi usaha ternak ayampotong di Kabupaten Bengkulu Utara dapatdilihat pada Tabel 5. Rata-rata pendapatanusaha ternak ayam dalam satu kali PeriodeProduksi (35 hari) pada pola mandiri adalahsebesar Rp 5.536,95/ekor. Selanjutnya padapola kemitraan nasional sebesar Rp 2.523,20/ekor. Sedangkan pada pola kemitraan asingadalah sebesar Rp 3.162,74/ekor. Artinyakegiatan usaha ternak ayam potong di daerahpenelitian cukup menjanjikan karenapenerimaan yang didapat oleh peternak lebihtinggi dari biaya yang dikeluarkan.

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Tabel 5 Rata-rata Penerimaan, Biaya Total, Pendapatan dan EfisiensiUsaha Peternakan Ayam Potong dalam 35 Hari

Efisiensi usaha ternak ayam potong diKabupaten Bengkulu Utara ditentukan denganR/C ratio. Berdasarkan hasil penelitian padaTabel 5 diketahui bahwa usaha peternakanayam potong pada masing-masing pola telahefisien yang ditunjukkan oleh nilai R/C ratio >1. Namun tingkat efisiensi usaha ternak polamandiri (1,15) lebih tinggi dibanding usahaternak pola kemitraan nasional (1,09) dan polakemitraan asing (1,10). Hasil penelitian Arwita(2013) juga menunjukkan usaha ternak ayam

pola mandiri memiliki nilai R/C Ratio sebesar1,16. Sedangkan R/C ratio peternak plasmasebesar 0,73. Hasil penelitian Bahari dkk(2012) menunjukkan bahwa usaha peternakanpola mandiri memiliki R/C Ratio 1,21 untukusaha skala kecil) dan 1,19 untuk usaha skalabesar. Angk ini lebih tinggi dibanding polakemitraan yang memiliki R/C ratio sebesar 1.07untuk usaha skala kecil dan 1,11 untuk usahaskala besar. Hasil penelitian ini juga didukungoleh hasil penelitian Yunus (2009) yangmenunjukkan usaha peternakan mandirimemiliki nilai R/C ratio sebesar 1,26 lebih tinggidibanding usaha peternakan pola kemitraanyang hanya sebesar 1,06. Peternak yangberusaha secara mandiri memperolehkeuntungan yang lebih tinggi daripada peternakyang menjadi anggota pola kemitraan.

Perbandingan Pendapatan antar PolaUsaha Ternak Ayam Potong

Hasil uji beda t terhadap pendapatan usahapada tingkat kepercayaan 95% disajikan dalamTabel 6.

Hasil Uji-t beda rata-rata perbandinganpendapatan usaha ternak antar pola dapatdijelaskan bahwa antara pola mandiri dan polakemitraan nasional, Hasil uji t menunjukkan Haditerima karena nilai thitung (2,864) lebih besardari ttabel (1,697), artinya pendapatan usaha

131

Page 11: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi Usaha Peternakan Ayam Potong Pada Berbagai Pola Usaha (Harianto, dkk)

ternak ayam potong pola mandiri berbedadengan pola nasional, dimana pendapatan usahaternak pola mandiri lebih tinggi dibandingkandengan pola kemitraan nasional. Uji bedapendapatan pola mandiri dan pola kemitraanasing, menunjukkan nilai thitung (1,780) lebihbesar dari ttabel (1,729) yang berarti bahwa Haditerima, artinya pendapatan usaha ternak ayampotong pola mandiri berbeda dengan polaasing. Pendapatan usaha ternak pola mandirilebih tinggi dibanding pola kemitraan asing.Sementara antara pola kemitraan nasionaldengan kemitraan asing diperoleh nilai thitung

(-0,854) lebih kecil dari ttabel (1,699) artinyaterima Ho, yakni pendapatan usaha ternak polakemitraan nasional tidak berbeda dengan polakemitraan asing.

Kinerja usaha peternakan ayam potong polamandiri lebih baik dibanding usaha dengan polakemitraan, baik kemitraan nasional maupunasing. Pendapatan dan tingkat efisiensi usahanyaterbukti lebih tinggi dibanding usaha peternakandengan pola kemitraan. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa peternak dengan pola usahamandiri bebas menentukan dan memutuskansegala sesuatu yang berhubungan denganusahanya, mulai dari penyediaan input, pemeli-haraan sampai ke pemasaran hasil. Dalammemasarkan produknya peternak dapat me-milih kepada siapa akan dijual. Sehinggapeternak bertindak sebagai price maker.

Tabel 6 Hasil Analisis Uji Beda Usaha Ternak Ayam Potongantar Berbagai Pola di Kabupaten Bengkulu Utara.

Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitianHerawati dkk (2016) yang menyatakan bahwapendapatan dan efisiensi peternakan polamandiri lebih tinggi dibanding pola kemitraan.Demikian pula seperti yang dinyatakan olehBahari dkk (2012), bahwa usaha peternakanayam pedaging yang dilakukan secara mandirilebih menguntungkan secara finansial dibandingyang diusahakan dengan cara bermitra.

Sementara peternak dengan pola kemitraantidaklah demikian. Para peternak sangattergantung pada perusahaan mitra, baik dalamhal penyediaan input dan pemasarannyaPeternak mendapatkan pasokan DOC, pakandan input lainnya dan menjual produknya hanyakepada perusahaan mitra. Menurut Siregar(2015) sistem kemitraan merupakan salah satualternatif bagi peternak ayam potong broileruntuk menjalankan usahanya. Sistem kemitraanmenjadikan peternak memiliki kepastianproduksi dan harga jual. Hasil ternak ayampotong dijual kepada inti. Petani tidakdiperbolehkan mencari pasar alternatif untukmenjual produk mereka.

Namun hasil penelitian ini bertentangan denganhasil penelitian Rahmah (2015) dimanapendapatan usaha peternakan sistem mandirilebih rendah dibanding pendapatan sistemkemitraan inti-plasma. Hal ini disebabkan olehharga ayam potong yang rendah di tingkat

132

Page 12: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 123-136

peternak mandiri. Harga penjualan ayam ketikapanen ditentukan harga pasar. Harga ayamsangat berfluktuasi, sehingga peternak polamandiri harus pintar memprediksi harga pasaruntuk meminimalisir kerugian akibat harga jualyang rendah. Sementara pada peternakan polakemitraan inti-plasma, harga ayam potongsesuai dengan kesepakatan kedua belah pihakyang tertuang dalam kontrak. Keadaan hargajual yang rendah ini tidak berpengaruh padapeternak pola inti-plasma. Jika harga pasarlebih tinggi dari harga kontrak maka perusahaanmemberikan bonus selisih pasar sebesar 15-40% kepada peternak plasmanya. Hal itu yangmenyebabkan pola inti-plasma lebih mengun-tungkan.

Aturan main yang transparan dan hasil kese-pakatan kedua belah pihak yang bermitra dapatmenguntungkan petani. Untuk itu, perusahaanmitra, baik itu P.T. Ciomas maupun P.T. CharoenPokphand diharapkan dapat menata kembaliaturan main dalam pelaksanaan kemitraan.Perjanjian kerjasama harus ditinjau ulang antaralain tentang transparansi harga input dan output.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pen-dapatan usaha peternakan pola kemitraannasional relatif sama dengan pola kemitraanasing. Hal ini sejalan dengan hasil penelitianPrasetyo dkk (2017) yang menunjukkan bahwapendapatan usaha peternakan antar polakemitraan tidak berbeda satu dengan yang lain.Hal ini disebabkan oleh kemiripan peranperusahaan mitra dan peran peternak di antaradua perusahaan tersebut. Perusahaan kemitraanmemasarkan hasil produksi ke tempat yangsama. Perusahaan-perusahaan juga sama-samamenyediakan bibit, pakan, obat serta pemasar-

an bagi peternak. Sementara peternak mitramenyediakan kandang, peralatan, listrik, air,serta tenaga kerja.

KESIMPULAN

Usaha peternakan ayam potong di KabupatenBengkulu Utara pada berbagai pola (mandiri,kemitraan nasional dan kemitraan asing) sudahmenguntungkan, dimana pendapatan dan nilaikelayakan usaha peternakan ayam pola mandirilebih tinggi dibanding pola kemitraan nasionalmaupun kemitraan asing.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. 2015.Populasi Unggas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak di Bengkulu(Ekor) Tahun 2013. Data DiperbaruiTahun 2015. https://bengkulu.bps.go.id.(8 Januari 2018).

Bahari, D. I., Z. Fanani dan B. A. Nugroho.2012. Analisis Struktur Biaya danPerbedaan Pendapatan UsahaTernak Ayam Ras Pedaging pada Poladan Skala Usaha Ternak yangBerbeda di Kota Kendari ProvinsiSulawesi Tenggara. Jurnal TernakTropika. 13 (1) : 35-46.

Barokah, Umi, Wiwit Rahayu dan Mei TriSundari 2014. Analisis Biaya danPendapatan Usahatani Padi diKabupaten Karanganyar. AGRIC 26(1 & 2) : 12 – 19.

Herawati, Maria, Dwi Haryono, dan Dyah AringHepiana Lestari. 2016. Daya SaingBudidaya Ayam Ras Pedaging padaBerbagai Pola Usaha. Jurnal Ilmu-IlmuAgribisnis 4 (3) : 77-284.

133

Page 13: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi Usaha Peternakan Ayam Potong Pada Berbagai Pola Usaha (Harianto, dkk)

Iskayani, Veronica Sri Lestari dan WempiePakiding. 2016. Analisis PendapatanPeternak Ayam Broiler Pola Kemi-traan di Desa Ontomatene KecamatanMarusu Kabupaten Maros. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 2 (2) : 122-132.

Kadek, Indah Purnamasari, Zaenal Fanani danBudi Hartono. 2015. Analysis ofFinancial Broiler Farming OpenHouse System

Partnership at Sinar Sarana Sentosa, Ltd.Malang Region. Journal of Agricultureand Veterinary Science (IOSR-JAVS) 8(12) : 77-86.

Ningsih, Rahayu dan Dwi WahyuniartiPrabowo. 2017. Tingkat IntegrasiPasar Ayam Broiler di Sentra ProduksiUtama : Studi Kasus Jawa Timur danJawa Barat. Buletin Ilmiah LitbangPerdagangan 11 (2) : 247-270.

Nuraeni, Neni, Rine Kaunang dan Lorraine W.Th. Sondak. 2018. Analisis KomparatifPendapatan Usahatani KentangVarietas Superjohn dan VarietasGranola L di Desa PinasungkulanUtara Kecamatan Modoinding. Agri-SosioEkonomi Unsrat 14 (1): 125 - 134.

Pakage, S., B. Hartono, Z. Fanani, B. A. Nugroho,dan D. A. Iyai. 2018. Analisis StrukturBiaya dan Pendapatan Usaha Peter-nakan Ayam Pedaging dengan Meng-gunakan Closed House System danOpen House System. Jurnal PeternakanIndonesia 20 (3): 193-200.

Minahasa Selatan (Studi Kasus diDesa Ongkaw I dan Desa Tinia-wangko Kecamatan Sinonsayang).Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 16 (02) :233 – 242.

Prasetyo, Danang, La Ode Arsad Sani danRahman. 2017. Komparasi Pendapat-an Peternak Broiler pada KemitraanC.V. Intan Sukses Abadi dan P.T. KaryaMitra Kendari di Kabupaten KonaweSelatan. Jurnal Ilmu dan TeknologiPeternakan Tropis (JITRO) 4 (1): 21-27.

Pratama, Dony Indra Adi, Bambang MulyatnoSetiyawan dan Edy Prasetyo. 2018.Analisis Komparasi Usahatani PadiSemi Organik dan Non Organik diKecamatan Undaan KabupatenKudus. Jurnal Agrisocionomics 2 (1) :14-22.

Rahim, Abd. dan Diah Retno Dwi Hastuti.2007. Pengantar, Teori dan KasusEkonomika Pertanian. PenebarSwadaya, Jakarta.

Rahmah, Ulfa Indah Laela. 2015. AnalisisPendapatan Usaha Ternak Ayam RasPedaging pada Pola Usaha yangBerbeda di Kecamatan CingambulKabupaten Majalengka. Jurnal IlmuPertanian dan Peternakan 3 (1) : 1-15.

Siregar, Ahmad Ramadhan, Sitti NuraeniSirajuddin, ZainalAbidin dan Veronica S.Lestari. 2015. Market Risk Sharing inPartnership Broilers. International Journalof Sciences: Basic and A35 hariliedResearch (IJSBAR) 27( 3): 20-25.Pangkey, Marchel Christian, Vecky A. J.

Masinambow dan Albert T. Londa.2016. Perbandingan Tingkat Penda-patan Petani Kelapa di Kabupaten

Subkhie, Hasan, Suryahadi dan AmiruddinSaleh. 2012. Analisis Kelayakan

134

Page 14: PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PETERNAKAN

AGRIC Vol. 31, No. 2, Desember 2019: 123-136

Usaha Peternakan Ayam Pedagingdengan Pola Kemitraan di KecamatanCiampea Kabupaten Bogor. JurnalManajemen IKM 7 (1) : 54-63.

Walpole, Ronald E. 1993. PengantarStatistika. Edisi ke-3. P.T. GramediaPustaka Utama, Jakarta.

Yunus, Rita. 2009. Analisis Efisiensi ProduksiUsaha Peternakan Ayam Ras PedagingPola Kemitraan dan Mandiri di KotaPalu Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis.Program Studi Magister Ilmu Ekonomidan Studi Pembangunan ProgramPascasarjana Universitas Diponegoro.https://core.ac.uk/download/pdf/11718447.pdf. Diakses Tanggal 24 Juli2019 Pukul 11.00 WIB.

***

135