93
EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE KECAMATAN BULUKUMPA SKRIPSI Sebagai Syarat Untuk Menyusun Skripsi Program Studi Ekonomi Syariah Diajukan Oleh: AMRAN DEDI KUSUMA Nim. 160103038 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN HUKUM ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) MUHAMMADIYAH SINJAI TAHUN 2020

EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER

DI TANETE KECAMATAN BULUKUMPA

SKRIPSI

Sebagai Syarat Untuk Menyusun Skripsi

Program Studi Ekonomi Syariah

Diajukan Oleh:

AMRAN DEDI KUSUMA

Nim. 160103038

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)

MUHAMMADIYAH SINJAI

TAHUN 2020

Page 2: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE
Page 3: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

iii

EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER

DI TANETE KECAMATAN BULUKUMPA

SKRIPSI

Sebagai Syarat Untuk Menyusun Skripsi

Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh:

AMRAN DEDI KUSUMA

Nim. 160103038

Pembimbing:

1. Dr. Ismail, M.Pd.

2. Drs. Syarigawir, MM.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)

MUHAMMADIYAH SINJAI

TAHUN 2020

Page 4: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : AMRAN DEDI KUSUMA

NIM : Nim. 160103038

Program Studi : Ekonomi Syariah

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan

plagiasi atau duplikasi dari tulisan/karya orang lain yang saya

akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

2. Seluruh bagian dari skripsi ini adalah karya sendiri sebagai

kutipan yang ditunjukkan sumbernya. Segala kekeliruan di

dalamnya adalah tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini dibuat sebagaimana mestinya. Bilamana

dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Sinjai, 20 Agustus 2020

Yang membuat pernyataan,

AMRAN DEDI KUSUMA

Nim. 160103038

Page 5: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

v

Page 6: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

vi

ABSTRAK

Amran Dedi Kusuma. Efisiensi Usaha Peternakan Ayam

Broiler Di Tanete Kecamatan Bulukumpa program studi

Ekonomi Syariah (EKOS) Fakultas Ekonomi dan Hukum

Islam. IAI Muhammadiya Sinjai 2020.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi

usaha peternakan ayam broiler di tanete Kecamatan

bulukumpa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kuantitatif. Menurut Margono, penelitian kuantitatif adalah

suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data

yang berupa angka sebagai alat menemukan keterangan

mengenai apa yang ingin kita ketahui. Teknik pengumpulan

data diperoleh dengan melakukan kuisioner dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan, Secara keseluruhan dapat

disimpulkan bahwa kondisi intensitas penggunaan keempat

input di atas sudah stabil, namun untuk mendapatkan

peningkatan jumlah produksi maka bisa dilakukan

penambahan. Jika jumlah penambahan input dilakukan sesuai

dengan elastisitasnya masing-masing, maka ada peluang

penambahan atau efisiensi sebesar 142%. Jumlah ini diperoleh

dari penjumlahan dari masing-masing elastisitas input

bersangkutan, yaitu 0.691 (X1); -0.566 (X2); 0.379 (X3)

dan0.922 (X4).

Kata kunci: Efisiensi Usaha, Ayam Broler.

Page 7: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

vii

ABSTRACT

Amran Dedi Kusuma. Efficiency of Broiler Chicken

Farming in Tanete, Bulukumpa District. Thesis: Syaria

Economics Study Program, Faculty of Economics and Islamic

Law. Islamic Institute of Muhammadiyah Sinjai 2020.

The purpose of this study was to determine the

efficiency of broiler chicken farming in Tanete, Bulukumpa

District.

The type of the research is quantitative research.

According to Margono, quantitative research is a process of

finding knowledge using data in the form of numbers as a

means of finding information about what we want to know.

Data collection techniques were obtained by conducting

questionnaires and documentation.

The results showed, overall it can be concluded that the

conditions of intensity of use of the four inputs above are

stable, but to get an increase in the amount of production,

additions can be made. If the number of additional inputs is

carried out in accordance with their respective elasticity, then

there is an increase or efficiency opportunity of 142%. This

amount is obtained from the sum of the respective input

elasticity, namely 0.691 (X1); -0.566 (X2); 0.379 (X3) and

0.922 (X4).

Keywords: Business Efficiency, Broiler Chickens.

Page 8: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

viii

KATA PENGANTAR

بسم الله الر حمن الر حيمالصلا ة و السلا م عل اشر ف الانبياء والمر سلين سيد نا محم الحمد لله ر ب العلمين و

وعل اله واصحا به اجمعن .اما بعدDalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa

terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak, yang telah

memberikan bantuan berupa arahan dan dorongan selama penulis

studi. Oleh karena itu, penulis meyampaikan terima kasih dan

penghargaan kepada :

1. Kedua orang tua saya yang telah banyak memberikan motivasi

dan dukungan terhadap saya selama ini.

2. Dr. Firdaus, M. Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam

Muhammadiyah (IAIM) Sinjai yang telah banyak membantu,

mengarahkan, membimbing, dan memberikan dorongan

sampai skripsi ini terwujud.

3. Wakil Rektor I, dan Wakil Rektor II selaku unsur pimpinan

Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

4. Dekan Fakultas Ekonomi dan Hukum Islam, selaku Pimpinan

pada Tingkat Fakultas.

5. Dr. Ismail, M.Pd, selaku pembimbing I dan Drs. Syarigawir,

MM selaku pembimbing II yang telah banyak membantu

mengarahkan, membimbing, dan memberikan dorongan

sampai skripsi ini terwujud

Page 9: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

ix

6. Muhammad Ikbal, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Syariah.

7. Seluruh dosen yang telah membimbing dan mengajar selam

studi di Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

8. Seluruh pegawai dan Jajaran IAI Muhammadiyah Sinjai yang

telah membantu kelancaran Akademik.

9. Kepala dan Staf perpustakaan Institut Agama Islam

Muhammadiyah Sinjai.

10. Teman-teman mahasiswa Institut Agama Islam

Muhammadiyah (IAIM) Sinjai dan berbagai pihak yang tidak

dapat di sebut satu persatu, yang telah banyak memberikan

dukungan moral sehingga penulis selesai studi.

Teriring doa semoga amal kebaikan dari berbagai

pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah

swt., dan semoga proposal ini bermanfaat bagi siapa saja yang

membaca. Amin.

Sinjai, 1 Juli 2020

Yang membuat pernyataan,

AMRAN DEDI KUSUMA

Nim. 160103038

Page 10: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

x

DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................. i

HALAMAN PEMBATAS ...................................................... ii

HALAMAN JUDUL ............................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. iv

PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................... v

ABSTRAK ............................................................................... vi

ABSTRACT ............................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................... 1

B. Batasan Masalah ................................................ 8

C. Rumusan Masalah ............................................. 8

D. Tujuan Penelitian ............................................... 8

E. Manfaat Penelitian ............................................ 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Efesiensi Usaha .................................... 9

B. Bisnis Ayam Broiler .......................................... 19

C. Hasil Penelitian yang Relefan ........................... 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................ 42

B. Defenisi OPerasional ......................................... 43

C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................... 43

Page 11: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

xi

D. Populasi dan Sampel ......................................... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ................................ 44

F. Teknik Analisis Data ......................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................. 47

B. Pembahasan hasil penelitian .............................. 49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................ 67

B. Saran .................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

xii

DAFTAR TABEL

Gambar grafik 1 tingkat umur ................................................... 50

Gambar Grafik 2 pengalaman beternak ................................... 52

Gambar grafik 3 pekerjaan ........................................................ 53

Gambar tabel 1 koefisien fungsi produk ayam broiler .............. 55

Gambar tabel 2 intensitas pengunaan imput ayam broiler ........ 58

Gambar 3 posisi elastisitas persial dari masing-masing imput . 61

Page 13: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laju pertambahan penduduk yang cukup tinggi

menyebabkan kebutuhan terhadap pangan semakin

meningkat.1 Pengembangan ternak ayam lokal sebagai

produk pangan komplemen dalam penyediaan daging

unggas dewasa ini memiliki prospek yang cukup baik.2

Perunggasan telah menjadi usaha yang penting bagi peternak

kecil dan mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap

perekonomian suatu negara.3 Salah satu jenis unggas

tersebut adalah ayam pedaging yang memiliki peranan

penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap

daging.

Daging dan telur ayam merupakan sumber protein

hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat karena mudah

1 Jaelani, A., Suslinawati, dan Maslan. 2013. Analisis Kelayakan

Usaha Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Tapin Utara Kabupaten

Tapin. Jurnal Ilmu Ternak, 13 (2): 42-48. 2 Hartono, E.F., Hidayat, N.N., dan Roesdiyanto. 2013. Kinerja

Ekonomi Usaha Ayam Sentul di Kabupaten Ciamis. Jurnal Ilmiah

Peternakan, 1(3): 865-873. 3 Aboki, E., A.A.U, Jongur, dan J.I, Onu. 2013. Productivity and

Technical Efficiency of Family Poultry Production in Kurmi local

Government Area of Taraba State, Nigeria. Journal of Agriculture and

Sustainability 4(1): 52-66

Page 14: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

2

didapat, kandungan gizi tinggi dan harga terjangkau.

Permintaan terhadap daging dan telur ayam akan terus

meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk,

tingkat pendapatan serta kesadaran akan gizi baik.4

Permasalahan utama dalam budidaya ayam secara intensif

adalah mahalnya harga pakan yang memenuhi syarat

kebutuhan ayam untuk tumbuh secara maksimal, sementara

produktivitas rendah. Permasalahan lain adalah sulitnya

memperoleh bibit unggul karena belum banyak yang

mengusahakan bibit ayam lokal dalam jumlah besar.

Salah satu komoditas perunggasan yang prospektif

untuk dikembangkan adalah peternakan ayam ras pedaging

atau broiler. Hal tersebut didukung oleh karakteristik

produknya yang banyak diminati oleh masyarakat yang

memiliki kandungan gizi dan vitamin yang cukup tinggi

serta harganya yang relatif rendah jika dibandingkan dengan

daging lainnya. Selain itu, peternakan ayam pedaging

merupakan usaha yang sangat strategis karena kecepatan

pertumbuhannya yang relatif singkat. Ayam pedaging

4 Muharlien, V.M., dan Nurgiartiningsih, A. 2015. Pemanfaatan

Limbah Daun Pepaya Dalam Bentuk Tepung dan Jus Untuk

Meningkatkan Performans Produksi Ayam Arab . Research Journal of

Life Science 02(01): 17-24

Page 15: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

3

mampu menghasilkan daging seberat 1.2-1.9 kg dalam usia

5 hingga 6 minggu.5

Berkembangnya usaha ternak ayam broiler bermula

dari peternakan yang dikelola secara mandiri dengan skala

kecil yang tujuannya hanya digunakan untuk pemenuhan

kebutuhan keluarga. Seiring dengan berkembangnya

teknologi dan tuntutan ekonomi, usaha ternak ayam broiler

mulai dikembangkan dari skala menengah sampai skala

besar. Usaha ternak ayam broiler pedaging berkembang

pesat di Indonesia dan salah satunya adalah daerah

Bulukumba. Meningkatnya industri olahan ternak

mendorong berkembangnya usaha ternak ayam broiler,

khususnya bagi daerah sentra produksi seperti Kabupaten

Bulukumba.

Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor

pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam

menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur

yang benilai gizi tinggi. Sub sektor peternakan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya peternak,

serta memperluas kesempatan kerja. Salah satu komoditi

peternakan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam

5 Mulyantini. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press,. 2010), h. 72

Page 16: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

4

rangka pemenuhan kebutuhan protein adalah daging.

Kebutuhan masyarakat terhadap daging seperti halnya

produk ternak lainnya mengalami peningkatan seiring

dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan

taraf hidup masyarakat. Dalam upaya pemenuhan protein

hewani dan peningkatan pendapatan peternak, maka

pemerintah telah berupaya meningkatkan hasil produksi

yang bersumber dari usaha ternak, diantaranya adalah ayam

broiler atau ayam broiler.

Usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu

andalan dalam subsektor peternakan di Indonesia.

Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat

baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan

besar maupun skala peternakan kecil (peternakan rakyat).

Banyak faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler di

Kabupaten Bulukumba. Faktor-faktor tersebut diantaranya

adalah jumlah DOC, pakan, tenaga kerja, vaksin, obat,

vitamin, pemanas dan mortalitas. Peternak harus mampu

mengelola faktor-faktor produksi tersebut sehingga dapat

dicapai produksi yang maksimal.

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi daging

ayam adalah dengan meningkatkan efisiensi faktor-faktor

produksi yang digunakan dalam produksi daging ayam.

Page 17: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

5

Dalam pelaksanaan usaha ternak, setiap peternak selalu

mengharapkan keberhasilan dalam usahanya, salah satu

parameter yang dapat dipergunakan untuk mengukur

keberhasilan suatu usaha adalah tingkat keuntungan yang

diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor produksi

secara efisien. Efisiensi diperlukan agar peternak

mendapatkan kombinasi dari penggunaan faktor-faktor

produksi tertentu yang mampu menghasilkan output yang

maksimal.

Pengertian efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga

yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif atau harga dan

efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis ini mencakup mengenai

hubungan antara input dan output. Suatu perusahaan

dikatakan efisien secara teknis bilamana produksi dengan

output terbesar yang menggunakan set kombinasi beberapa

input saja.6 Efisiensi menunjukkan hubungan biaya dan

output. Efisiensi alokatif tercapai jika perusahaan tersebut

mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan

nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan

6 Soekartawi. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan

Analisis Cobb Douglas. (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2003), h.

51.

Page 18: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

6

harganya. Efisiensi alokatif ini terjadi bila perusahaan

memproduksi output yang paling disukai oleh konsumen.

Efisiensi ekonomis merupakan hasil kali antara

seluruh efisiensi teknis dengan efisiensi alokatif atau alokatif

dari seluruh faktor input. Penelitian ini berusaha untuk

menganalisis ketiga efisiensi tersebut yang dihubungkan

dengan penggunaan faktor-faktor produksi usaha ternak

ayam ras pedaging. Sedangkan faktor-faktor produksi yang

akan dianalisis adalah bibit ayam, luas kandang, pakan

ayam, vaksin, vitamin & obat, bahan bakar, dan tenaga

kerja. Untuk menganalisis efisiensi diperlukan suatu model.

Model yang akan digunakan adalah fungsi produksi frontier

stokastik. Fungsi produksi ini telah banyak diaplikasikan

pada bidang pertanian, perikanan hingga ekonomi finansial.

Karakteristik dari model ini adalah bahwa aplikasi metode

ini dimungkinkan untuk mengestimasi ketidakefisienan

suatu proses produksi tanpa mengabaikan kesalahan baku

dari modelnya.7

7 Darmansyah.AN, Ketut Sukiyono dan Sri Sugiarti, Analisis

Efisiensi Teknis dan Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Pada Usaha

Tani Kubis di Desa Talang Belitar Kecamatan Sindang Dataran

Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal, ISSN: 1412-8837 AGRISEP Vol. 12

No. 2 September 2013 Hal: 177–194

Page 19: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

7

Berdasarkan hasil observasi lapangan menunjukkan

bahwa terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh

pengusaha peternakan ayam broiler di Tanete yakni masalah

penyediaan bahan baku pakan unggas di mana harga pakan

dinilai cukup tinggi yang belum diikuti dengan kenaikan

harga ayam hidup. Hal ini tentunya terkait dengan daya beli

masyarakat yang sangat tergantung terhadap pendapatan.

Realita yang dapat ditemui adalah daya beli masyarakat

terhadap produk perunggasan dalam pemenuhan gizi

(protein hewani) masih rendah bahkan kalah dengan gaya

hidup masyarakat yang sangat konsumtif. Sebenarnya dalam

hal peningkatan daya beli masyarakat terhadap produk

perunggasan tidak hanya dengan menekan harga produk

tersebut akan tetapi juga perlunya peningkatan kampanye

untuk konsumsi produk perunggasan. Hal ini dipandang

perlu untuk dilakukan oleh produsen perunggasan dalam

meningkatkan daya serap daging dan telur ayam, yang

merupakan sumber gizi yang terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di

atas, maka penulis merasa tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Efisiensi usaha peternakan ayam broiler di

Tanete Kecamatan Bulukumpa”

Page 20: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

8

B. Batasan Masalah

Mengingat luasnya pokok permasalahan serta

keterbatasan waktu yang dimiliki, maka permasalahan

penelitian ini dibatasi pada efisiensi usaha peternakan ayam

broiler.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat

dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana efisiensi usaha

peternakan ayam broiler di Tanete Kecamatan Bulukumpa ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan,

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi

usaha peternakan ayam broiler di Tanete Kecamatan

Bulukumpa.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai efisiensi usaha

peternakan ayam broiler di Tanete Kecamatan

Bulukumpa.

2. Secara peraktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi

peternak ayam mengenai efisiensi usaha peternakan

ayam broiler di Tanete Kecamatan Bulukumpa

Page 21: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Efesiensi Usaha

1. Pengertian Efesiensi

Efisiensi merupakan banyaknya hasil produksi fisik

yang dapat diperoleh dari kesatuan faktor produksi atau

input. Situasi seperti ini akan terjadi apabila petani

mampu membuat suatu upaya agar nilai produk marginal

(NPM) untuk suatu input atau masukan sama dengan

harga input (P) atau dapat dituliskan sebagai berikut:8

NPMx = Px atau

NPMx / Px = 1

Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama

dengan Px, dan yang sering terjadi adalah keadaan

sebagai berikut:

a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya bahwa penggunaan input

x belum efisien. Untuk mencapai tingkat efisiensi

maka input harus ditambah.

8 Ahmad Ridhani Anandra, Analisis Efisiensi Penggunaan

Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Di

Kabupaten Magelang. (Skripsi: Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro Semarang, 2010), h.52

Page 22: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

10

b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input x tidak

efisien . untuk mencapai atau menjadi efisien maka

input harus dikurangi.

Soekartawi menerangkan bahwa dalam terminologi

ilmu ekonomi, pengertian efisiensi ini dapat dibedakan

menjadi tiga yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif atau

harga dan efisiensi ekonomis.9

a. Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis ini mencakup mengenai hubungan

antara input dan output. Suatu perusahaan dikatakan

efisien secara teknis bilamana produksi dengan output

terbesar yang menggunakan set kombinasi beberapa

input tertentu. Menurut Miller dan Meiners efisiensi

teknis (technical efficiency) mengharuskan atau

mensyaratkan adanya proses produksi yang dapat

memanfaatkan input yang lebih sedikit demi

menghasilkan output dalam jumlah yang sama. Dalam

usaha ternak ayam ras pedaging, efisiensi teknis

dipengaruhi oleh kuantitas penggunaan faktor-faktor

produksi. Kombinasi dari bibit, pakan, luas kandang,

vaksin, vitamin dan obat, bahan bakar, dan tenaga

9 Ibid

Page 23: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

11

kerja dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknis.

Proporsi penggunaan masing-masing faktor produksi

tersebut berbeda-beda pada setiap peternak, sehingga

masingmasing peternak memiliki tingkat efisiesi yang

berbeda-beda. Seorang peternak dapat dikatakan lebih

efisien dari peternak lain jika peternak tersebut mampu

mengunakan faktor-faktor produksi lebih sedikit atau

sama dengan peternak lain, namun dapat menghasilkan

tingkat produksi yang sama atau bahkan lebih tinggi

dari peternak lainnya.

b. Efisiensi Harga atau Alokatif

Efisiensi harga atau alokatif menujukkan hubungan

biaya dan output. Efisiensi alokatif tercapai jika

perusahaan tersebut mampu memaksimalkan

keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marginal

setiap faktor produksi dengan harganya. Bila peternak

mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha

ternaknya, misalnya karena pengaruh harga, maka

peternak tersebut dapat dikatakan mengalokasikan

input usaha ternaknya secara efisien. Efisiensi alokatif

ini terjadi bila perusahaan memproduksi output yang

paling disukai oleh konsumen.

Page 24: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

12

c. Efisiensi ekonomis

Efisiensi ekonomis terjadi apabila efisiensi teknik dan

efisiensi alokatif tercapai dan memenuhi dua kondisi,

yaitu:

1) Syarat keperluan (necessary condition)

menunjukkan hubungan fisik antara input dan

output, bahwa proses produksi pada waktu

elastisitas produksi antara 0 dan 1. Hasil ini

merupakan efisiensi produksi secara teknik.

2) Syarat kecukupan (sufficient cindition) yang

berhubungan dengan tujuannya yaitu kondisi

keuntungan maksimum tercapai dengan syarat nilai

produk marginal sama dengan biaya marginal.

Konsep yang digunakan dalam efisiensi ekonomis

adalah meminimalkan biaya artinya suatu proses produksi

akan efisien secara ekonomis pada suatu tingkatan output

apabila tidak ada proses lain yang dapat menghasilkan

output serupa dengan biaya yang lebih murah. jual daging

ayam dan total biaya produksi (TC) yang digunakan.

Harga jual daging ayam akan mempengaruhi total

penerimaan (TR). Usaha ternak dapat dikatakan semakin

Page 25: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

13

efisien secara ekonomis jika usaha ternak tersebut

semakin menguntungkan.

Menurut Nicholson, alokasi sumber daya disebut

efisien secara teknis jika alokasi tersebut tidak mungkin

meningkatkan output suatu produk tanpa menurunkan

produksi jenis barang lain. Lebih lanjut dijelaskan oleh

Farrel dalam Witono Adiyoga bahwa jika diasumsikan

usaha tani menggunakan dua jenis input X1 dan X2.

Dengan asumsi constant return to scale maka fungsi

frontier dapat dicirikan oleh suatu unit isokuan yang

efisien.10

Efisiensi ekonomis sebagai hasil dari efisiensi

teknis dan harga OB/OC x OA/OB = OA/OC. Dalam

teori ekonomi, asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah

hukum kenaikan hasil yang semakin menurun (The law of

diminishing return). Spesifikasi bentuk fungsi produksi

tersebut dijabarkan dalam tiga tahap yaitu:

a. Tahap pertama (I) di mana elastisitas produksi EP > 1,

merupakan daerah irrasional karena produsen masih

10

Witono Adiyoga. Beberapa Alternatif Pendekatan untuk

Mengukur Efisiensi dan Inefisiensi dalam Usahatani. Jurnal Informatika

Pertanian. 2009 Volume 8.

Page 26: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

14

dapat meningkatkan outputnya melalui peningkatan

input.

b. Tahap kedua (II) di mana 0 ≤ EP ≤ 1 merupakan

daerah rasional untuk membuat keputusan produksi

dan daerah ini terjadi apa yang disebut dengan

efisiensi.

c. Tahap tiga (III) dengan EP < 0 disebut daerah

irrasional karena penambahan input akan mengurangi

output.

Efisiensi teknik adalah banyaknya hasil produksi

fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor

produksi atau input. Jika efisiensi teknik ini kemudian

kita nilai dengan uang maka pembahasan kita telah

sampai pada efisiensi ekonomis. Di dalam buku yang

berbeda yaitu dalam bukunya Nicholson disebutkan

bahwa akan terjadi efisiensi teknik apabila suatu alokasi

tertentu tidak mungkin meningkatkan output suatu

produk tanpa menurunkan produksi jenis barang lainnya.

Alternative lain, sumberdaya disebut disebut sebagai

sumberdaya yang dialokasikan secara efisien jika

sumberdaya tersebut dapat memindahkan sumberdaya di

sekitarnya, meningkatkan output dari satu barang tanpa

mengorbankan barang lainnya.

Page 27: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

15

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:11

a. Efisiensi teknis adalah perbandingan antara faktor

produksi (input) yang digunakan dalam usaha ayam

dengan output yang dihasilkan per ekor ayam.

b. Umur adalah umur peternak ayam, dan diukur dalam

satuan tahun (tahun).

c. Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah

diikuti oleh peternak ayam, dan diukur dalam satuan

tahun

d. Pengalaman beternak adalah lamanya pengalaman

peternak dalam usaha ayam Sentul, dan diukur dalam

satuan tahun (tahun)

e. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota

keluarga peternak, dan diukur dalam satuan orang

(orang).

f. Jumlah kepemilikan ayam adalah jumlah ayam yang

dimiliki oleh peternak, dan diukur dalam satuan ekor

(ekor)

11

Agus Yuniawan Isyanto, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh

Terhadap Efisiensi Usaha Ayam Sentul Di Kabupaten Ciamis. (Sudrajat

Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis, 2016) Jurnal ISN 2460-

4321

Page 28: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

16

g. Pelatihan merupakan variabel dummy yang bernilai 1

jika peternak terlibat dalam kegiatan pelatihan selama

satu tahun terakhir, dan bernilai 0 jika tidak.

2. Efesiensi Usaha

Efisiensi ekonomi dinyatakan bila sumber daya yang

digunakan sebaik mungkin untuk memaksimumkan tujuan

tertentu. Produktivitas berkenaan dengan kegiatan

memproduksi output dengan efisien dan secara khusus

merujuk ke relasi antara output dan input yang digunakan

untuk memproduksi output. Total efisiensi produktif adalah

suatu titik dimana dua kondisi dipenuhi untuk setiap

campuran input yang akan memproduksi output tertentu,

tidak diperlukan input berlebih dari yang dibutuhkan untuk

menghasilkan output tersebut.12

Untuk mencapai efisiensi produktif, biaya produksi

perusahaan-perusahaan dalam pasar mestilah mencapai

biaya produksi yang paling minimum.6 Kinerja efisiensi

diukur dengan membandingkan antara output yang

dihasilkan dengan input yang dipergunakan. Pada kinerja

operasional, lazimnya output untuk proses produksi diukur

12

Hansen dan Mowen, Manajemen Biaya, (Salemba Empat,

Jakarta, 2001), h. 1010

Page 29: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

17

dalam satuan unit produksi. Satuan ukuran sangat tergantung

pada aktifitas yang diukur. Ukuran aktifitas penerimaan

misalnya dapat diukur dengan banyaknya jumlah

penerimaan. Tujuan pengukurannya adalah untuk

meningkatkan produktifitas aktifitas penerimaan. Hal ini

dapat dicapai misalnya dengan mengurangi jumlah

penerimaan barang untuk jumlah pembelian yang lebih

banyak.13

Dalam perusahaan, usaha meningkatkan efisiensi

umumnya dihubungkan dengan biaya yang lebih kecil untuk

memperoleh suatu hasil tertentu, atau dengan biaya tertentu

diperoleh hasil yang lebih banyak. Ini berarti bahwa

pemborosan ditekan sampai sekecil mungkin, dan sesuatu

yang memungkinkan untuk mengurangi biaya ini dilakukan

demi efisiensi.14

Ada dua faktor yang menyebabkan

efisiensi, yaitu : apabila dengan input yang sama

menghasilakan output yang lebih besar, dengan input yang

lebih kecil menghasilkan output yang sama. Efisiensi

merupakan hasil perbandingan antara output fisik dan input

13

Baldic Siregar,dkk, Akuntansi Manajemen, (Salemba Empat,

Jakarta, 2013), h. 77. 14

Mubyarto dan Edy Suandi Hamid, Meningkatkan Efisiensi

Nasional, (BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 1987), h. 178.

Page 30: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

18

fisik. Semakin tinggi rasio output terhadap input maka

semakin tinggi tingkat efisiensi yang dicapai.

Efisiensi juga dapat dijelaskan sebagai pencapaian

output maksimum dari penggunaan sumber daya tertentu.

Jika output yang dihasilkan lebih besar daripada sumber

daya yang digunakan maka semakin tinggi pula efisiensi

yang dicapai.15

Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam

bentuk absolute tetapi dalam bentuk relative. Karena

efisiensi membandingkan antara keluaran dan masukan,

maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara:

a. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama

b. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar

daripada proporsi peningkatan input

c. Menurunkan input pada tingkat output yang sama

d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar

daripada proporsi penurunan output.16

Perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak

bertahan hidup harus mampu menghasilkan produksi yang

tinggi dengan kualitas yang baik. Hasil produksi yang tinggi

akan tercapai apabila perusahaan memiliki efisiensi

15

Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, (CV Andi Offset,

Yogyakarta, 2009), h. 133. 16

Ibid, h. 134.

Page 31: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

19

produksiyang tinggi. Akan tetapi, untuk mencapai efisiensi

yang tinggi juga tidak mudah, karena banyak faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor internal ataupun faktor

eksternal. Faktor-faktor tersebut antara lain tenaga kerja,

mesin, metode produksi, pasar, dan bahan baku.

B. Bisnis Ayam Broiler

1. Pengertian Ayam Broiler

Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang

umumnya dipanen pada umur 4-5 minggu dengan tujuan

sebagai penghasil daging17

Karakteristik ayam broiler yang

baik adalah ayam aktif, lincah, nafsu makan dan minum

lebih baik, dan pertumbuhan badan menjadi cepat.

Berdasarkan dua kriteria utama, yaitu hasil utama

dan pertumbuhannya, dari semua jajaran bangsa ayam yang

diseleksi, ternyata hanya ayam broiler yang memenuhi

kriteria. Broiler sudah dapat dipanen pada umur 5-6 minggu

dengan bobot hidup 1,3-1,6 kg per ekor. Broiler pada saat

sudah masuk masa akhir mempunyai kemampuan

17

Suprijatna,. Ilmu Dasar Ternak Unggas. (Jakarta: Penebar

Swadaya, 2005), h.33

Page 32: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

20

mengkonsumsi lebih banyak, sehingga kebutuhan protein

harus dikurangi agar pemborosan dapat dihindari.18

Daging broiler banyak diminati masyarakat

disebabkan oleh teksturnya yang elastis, artinya jika ditekan

dengan jari, daging dengan cepatakan kembali seperti

semula. Daging ditekan tidak terlalu lembek dan tidak

berair. Warna daging ayam segar adalah kekuning-kuningan

dengan aroma khas daging ayam brolilertidak amis tidak

berlendir dan tidak menimbulkan bau busuk.19

Saat ini masyarakat Indonesia lebih banyak

mengenal daging broilersebagai daging ayam potong yang

biasa dikonsumsi, karena kelebihan yang dimiliki seperti

kandunganatau nilai gizi yang tinggi sehinggamampu

memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh. Kelebihan ayam

broiler adalah pertambahan bobot badan sangat cepat,

dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar,

padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan relatif tinggi,

hampir sebagian besar dari pakan mampu diubah menjadi

daging mudah di peroleh, dagingnya yang lebih tebal, dan

18

Saputra, Dinamika Populasi. (Buku Ajar Fakultas Perikanan

2013), h. 72 19

Kasih, Pengaruh Lama Penyimpanan Daging Ayam Segar

Dalam Refrigerator Terhadap pH, Susut Masak Dan Organoleptik.

(Media SainS, Volume 4 Nomor 2: 154-159. 2012), h.44

Page 33: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

21

mudah didapatkan di pasaran maupun supermarket dengan

harga yang terjangkau.20

Daging broiler, mempunyai kelemahan, kandungan

gizinya yang cukup tinggi menjadi tempat yang baik untuk

perkembangan mikroorganisme pembusuk yang akan

menurunkan kualitas daging sehingga berdampak pada

daging menjadi mudah rusak.21

Ciri-ciri daging yang baik

menurut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Warna putih kekuningan cerah (tidak gelap, tidak pucat,

tidak kebiruan, tidak terlalu merah).

b. Warna kulit ayam putih kekuningan, cerah, mengkilat dan

bersih. Bila disentuh, daging terasa lembab dan tidak

lengket (tidak kering). c) Bau spesifik daging (tidak ada

bau menyengat, tidak berbau amis, tidak berbau busuk).

c. Konsistensi otot dada dan paha kenyal, elastis (tidak

lembek). Bagian dalam karkas dan serabut otot berwarna

putih agak pucat, pembuluh darah dan sayap kosong

(tidak ada sisa –sisa darah). Protein pada ayam yaitu 18,2

g/ 100 g daging ayam broiler, sedangkanl emaknya

berkisar 25,0 g

20

Ibid 21

Soeparno. Ilmu dan Teknologi Daging. (Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press, 2005), h. 56

Page 34: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

22

Ayam broiler adalah ayam hasil budidaya teknologi

yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas

sebagai penghasil daging. Pertumbuhannya cepat dengan

konversi makanan yang irit, dan siap dibroiler pada usia

yang relatif muda, yaitu hanya 5-6 minggu sudah dapat

dipanen, dengan berat badan antara 1.2-1.9 kg/ekor.

Ayam ras pedaging yang baik yaitu ayam yang sehat,

berbulu baik, berkualitas baik, perbandingan antara

tulang, dan daging seimbang (proporsional)22

Mulyantini menyatakan bahwa, jenis ayam broiler

merupakan jenis ayam ras unggulan hasil persilangan dari

bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,

terutama dalam memproduksi daging. Jenis strain ayam

ras pedaging dengan produktivitas yang baik beredar di

pasaran, diantaranya adalah: CP 707, Hyline, Hubbard,

Missouri, Hybro, Shaver Starbo, Super 77, Arbor Acress,

Tegel 70, Cornish, ISA brown, Hypeco, Sussex, Cobb,

Bromo, Kim Cross, Wonokoyo, Ross Marshall, Lohman,

dan Euribird. Ayam ras pedaging baru dikenal di

Indonesia sejak tahun 1980-an, dan telah dikembangkan

dengan pesat dibeberapa negara. Adapun manfaat

22

Mulyantini. Ilmu Manajemen Ternak Unggas,... h.73

Page 35: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

23

memelihara ayam ras pedaging adalah: (1) menyediakan

kebutuhan protein hewani, (2) menyediakan tenaga kerja,

(3) investasi, (4) mencakupi kebutuhan keluarga, dan (5)

sebagai hasil tambahan dari usahaternak ayam ras

pedaging berupa tinja yang dapat dimanfaatkan untuk

pupuk kandang.23

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Peternakan

Ayam Broiler

faktor-faktor produksi peternakan antara lain

pengelolaan tenaga kerja, bibit ayam (DOC), kandang,

dan penanggulangan penyakit. Faktor-faktor tersebut

saling mempengaruhi, sehingga harus diperhatikan oleh

para peternak.24

Menurut penelitian Yunus, factor-faktor yang

mempengaruhi produksi ayam ras pedaging antara lain

DOC, pakan, OVAC, tenaga kerja, listrik, bahan bakar

dan luas kandang.25

Adapun menurut penelitian Kusuma,

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras

23

Ibid 24

Rahardi, F dan R. Hartono. Agribisnis Peternakan,… h. 57 25

Yunus, R. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam

Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Pola Mandiri di Kota Palu Provinsi

Sulawesi Tengah. (Thesis. Program Pascasarjana, Semarang: Universitas

Diponegoro, 2003), h. 51

Page 36: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

24

pedaging antara lain tenaga kerja, DOC, kandang, pakan,

obat-obatan, dan vaksin.26

a. DOC (Day Old Chick)

Bibit memegang peranan penting untuk

menghasilkan produk, baik jumlah maupun mutu

produk. Ketersediaan bibit harus senantiasa ada untuk

menjamin kelangsungan produksi. Tidak hanya itu,

kontinuitas pasokan bibit juga harus dijaga dan

dikontrol. Guna menjaga kelangsungan produksi

ternak, sebaiknya usaha peternakan memiliki pemasok

bibit ternak tetap. Seperti usaha peternakan ayam ras

pedaging, diperlukan pasokan DOC secara kontinu

untuk setiap periode produksi.27

Menurut Rahardi dan Hartono, selain kontinuitas

kualitas bibit juga harus menjadi perhatian bagi para

peternak. Kontribusi bibit dalam penampilan produksi

ternak yang bermutu baik sebesar 30 persen. Bibit

yang berkualitas baik dapat diketahui dari catatan

produknya dan secara langsung dapat dilihat dari

26

Kusuma, A. K. 2005. Analisis Pendapatan dan Efisiensi

Penggunaan Faktor- faktor Produksi Peternak Probiotik dan Non

Probiotik pada Usahaternak Ayam Ras Pedaging. Skripsi. Fakultas

Peternakan, (Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2005), h. 37 27

Rahardi, F dan R. Hartono. Agribisnis Peternakan,…h. 58

Page 37: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

25

penampilan fisiknya. Bibit DOC yang baik dapat

dipilih berdasarkan penampilannya secara umum dari

luar (general appearance) adalah sebagai berikut:28

1) Bebas dari penyakit (free diseases),

2) Berasal dari induk yang matang 12 umur dan

dari pembibit yang berpengalaman,

3) DOC terlihat aktif,

4) DOC memiliki kekebalan tubuh yang tinggi,

5) Kaki besar dan basah seperti berminyak

6) Bulu cerah, tidak kusam, dan penuh

7) Anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih

8) Keadaan tubuh ayam normal

9) Berat badan sesuai standar strain, biasanya diatas

37 gram.

b. Pakan

Pakan adalah campuran beberapa bahan pakan

yang mengandung nutrient yang lengkap dan disusun

dengan cara tertentu untuk memenuhi kebutuhan zat

gizi unggas yang mengkonsumsinya, pakan

merupakan sapronak penting dalam produksi ternak.

Diperkirakan biaya pakan dapat mencapai 60-70

28

Ibid

Page 38: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

26

persen dari total biaya produksi. Pengelolaan pakan

meliputi jenis pakan, kualitas pakan, waktu pemberian,

dan konsentrasi pakan yang diberikan ternak. Hal yang

perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah

tercukupinya kebutuhan protein, karbohidrat, lemak,

vitamin, dan mineral. Kebutuhan zat tersebut bagi

ternak sangat dibutuhkan untuk perkembangan,

pertumbuhan, dan kebutuhan aktivitas. Pemberian

pakan dilakukan secara teratur dengan jumlah yang

sesuai kebutuhan ternak. Kelebihan atau kekurangan

akan berdampak kurang baik pada ternak dan

berdampak pada efisiensi dalam produksi.

Pemberian pakan ayam ras pedaging terdapat

dua fase yaitu, fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase

finisher (umur 4-6 minggu). Namun, beberapa

perusahaan juga menggolongkan pakan ras pedaging

dalam tiga fase, yaitu pakan starter ayam dari umur 1-

18 hari, pakan grower 19-30 hari dan pakan finisher.29

Pada penelitian Kusuma, peternak ayam ras pedaging

13 tidak menggunakan tiga jenis pakan (pakan starter,

grower dan pakan finisher), namun hanya

29

Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas,…h. 51

Page 39: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

27

menggunakan satu jenis pakan starter dari umur satu

hari hingga 35 hari. Rata-rata pakan yang habis

digunakan untuk setiap 1 000 ekor ayam non probiotik

adalah 1 413 kg.30

c. Tenaga Kerja

Menurut Rahardi dan Hartono, tenaga kerja

dalam usaha peternakan dapat berasal dari tenaga kerja

sendiri dan tenaga kerja dari luar. Tenaga kerja sendiri,

terdiri dari tenaga kerja diri sendiri (peternak) dan

keluarga, seperti istri dan anak atau anggota keluarga

lainnya. Tenaga kerja dari luar merupakan tenaga kerja

yang secara sengaja diambil dari luar dengan

memberikan kompensasi upah atau gaji. Tenaga kerja

luar diukur dengan tingkat upah yang berlaku dalam

satu hari dengan jam kerja 8 jam sehari dengan

konversi: (1) tenaga kerja pria=1 HKP, (2) tenaga

kerja wanita=0.8 HKP dan (3) tenaga kerja

anakanak=0.5 HKP. Umumnya, usaha skala kecil

(peternakan rakyat) tidak menggunakan tenaga kerja

luar (tenaga kerja upah). Sebaliknya, untuk usaha

industri yang memiliki orientasi usaha komersial

30

Kusuma, A. K. 2005. Analisis Pendapatan dan Efisiensi,… 38

Page 40: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

28

keseluruhan tenaga kerja yang digunakan berasal dari

luar.31

Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu

usaha peternakan sebaiknya disesuaikan dengan skala

usaha, karena akan berdampak pada biaya produksi

yang akan dikeluarkan. Pengorganisasian tenaga kerja

penting diperhatikan terutama pada skala usaha

menengah dan besar untuk menciptakan efisiensi

kerja. Menurut hasil penelitian, rata-rata HKP dari

seluruh kegiatan tenaga kerja pada usahaternak ayam

ras pedaging adalah 127.236 HKP, rata-rata HKP

paling besar yaitu pada kegiatan pengelolaan ternak

karena kegiatan yang dilakukan secara penuh dalam 35

hari. Rata-rata HKP yang dibutuhkan (jam) untuk

persiapan kandang yaitu 4 jam 22 menit, rata-rata HKP

yang dibutuhkan untuk kegiatan pengelolaan ternak

yaitu 7 jam 33 menit dan ratarata HKP yang

dibutuhkan untuk kegiatan panen dan pembersihan

kandang setelah panen yaitu 44 jam.32

d. OVAC (Obat-Obatan, Vitamin dan Vaksin)

31

Rahardi, F dan R. Hartono. Agribisnis Peternakan,… h. 59 32

Mulyantini. Ilmu Manajemen Ternak Unggas,… h. 52

Page 41: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

29

Mulyantini, menyatakan bahwa manajemen

pengendalian penyakit merupakan salah satu

manajemen yang sangat penting dalam pemeliharaan

ternak untuk mendapatkan produksi yang optimal dan

secara ekonomi dapat menguntungkan. Kegagalan

dalam mengendalikan penyakit, akan menyebabkan

kerugian karena peternak harus mengeluarkan biaya

untuk pengobatan dan wabah penyakit dalam kandang

sehingga menyebabkan produksi ternak menurun

bahkan kematian. Manajemen kesehatan unggas yang

efektif, harus bertujuan untuk:33

1) Mencegah terjadinya penyakit dan parasit

2) Mengenal gejala timbulnya penyakit

3) Mengobati penyakit sesegera mungkin sebelum

penyakit berkembang serius atau menyebar ke

kelompok lainnya.

Obat-obatan digunakan untuk pengobatan ayam

ras pedaging yang terserang penyakit dan vaksin

diberikan untuk pencegahan penyakit serta antibiotika.

Vaksinasi yang penting dilakukan adalan vaksinasi

ND/tetelo, karena penyakit tersebut tidak dapat diobati

33

Ibid

Page 42: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

30

melainkan hanya dapat dicegah. Selain vaksin, vitamin

juga perlu diberikan pada ayam ras pedaging.

Seringkali terlihat 15 tanda-tanda kekurangan vitamin

pada ayam ras pedaging akibat

hilangnya/berkurangnya beberapa vitamin dalam

pakan, seperti vitamin A, B12, dan vitamin E karena

terjadi reaksi dengan antibiotik sebagai akibat dari

penyimpanan pakan yang terlalu lama. Akibatnya

ayam tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan

optimal.34

Fadilah menyatakan bahwa, biaya yang

dikeluarkan untuk membeli obat-obatan (termasuk

desinfektan, vitamin, dan anti-biotik) serta vaksin

bergantung pada program yang diterapkan dalam

usaha peternakan ayam ras pedaging tersebut. Biaya

yang dikeluarkan untuk satu ekor ayam sangat

bergantung pada kesehatan ayam, program khusus,

atau progam pemeliharaan.35

e. Pemanas

34

Kartadisastra, H. R. Pengelolaan Pakan Ayam. (Yogyakarta:

Kanisius, 1994), h.41 35

Fadilah R. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah

Tropis. Depok: Agromedia Pustaka, 2004), h. 74

Page 43: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

31

Ayam memerlukan alat pemanas tambahan

(brooder) untuk memberi kehangatan agar dapat

menunjang keberhasilan pemeliharaan. Anak ayam

yang baru menetas tidak dapat mengatur suhu

tubuhnya secara sempurna. Ayam tidak dapat

mempertahankan suhu tubuh yang konstan sampai

umur antara 1-2 minggu. Ketika umur 2 minggu

sampai dipasarkan, ayam tidak membutuhkan lagi alat

pemanas buatan namun tetap digunakan pada keadaan

dingin khususnya saat musim penghujan serta suhu

lingkungan diusahakan tetap 21oC. Alat pemanas bisa

dari lampu pijar, petromaks atau lampu kap36

f. Kandang produksi hingga dipasarkan.37

Menurut

Rahardi dan Hartono, dalam usaha peternakan

komersial, kandang menjadi salah satu faktor produksi

yang harus diperhatikan dengan baik. Kandang pada

dasarnya berfungsi untuk mempermudah tata laksana

pemeliharaan dan pengontrolan ternak. Konstruksi

kandang harus mendukung kebutuhan pertumbuhan

dan perkembangan ternak, seperti kebutuhan cahaya,

suhu, dan sirkulasi udara tercukupi. Bentuk kandang

36

Mulyantini. Ilmu Manajemen Ternak Unggas,… h.54 37

Ibid

Page 44: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

32

yang ideal untuk ayam ras pedaging adalah kandang

postal.38

Menurut Mulyantini, kandang postal adalah

kandang yang berlantai rapat dan biasanya

menggunakan alas litter, kandang dapat bertingkat atau

tidak dan pada suhu tinggi dindingnya sebagian besar

terbuka. Guna mengatasi udara yang panas khususnya

di daerah tropis seperti Indonesia, kandang panggung

lebih baik untuk digunakan, namun biaya yang

dikeluarkan untuk pembuatan kandang panggung lebih

mahal. Kandang panggung dibangun dengan

ketinggian ± 1.75 cm, udara datang dari sela-sela

lantai dan samping kandang, sehingga udara dalam

kandang lebih nyaman.39

Kepadatan kandang juga perlu diperhatikan pada

saat pengelolaan kandang, karena hal tersebut dapat

mempengaruhi perkembangan ternak. Semakin berat

bobot badan ayam atau semakin panas, kepadatan

harus dikurangi. Selain menyebabkan kekurangan

oksigen, dalam kandang, kepadatan yang tinggi juga

38

Rahardi, F dan R. Hartono. Agribisnis Peternakan,… h. 75 39

Mulyantini. Ilmu Manajemen Ternak Unggas,… h. 55

Page 45: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

33

mengakibatkan konsumsi pakan berkurang dan

pertumbuhan terhambat.

Menurut Rasyaf, dataran rendah atau dataran

pantai, kepadatan yang baik adalah 8-9 ekor/m2 atau

0.12 m2 /ekor dan untuk daerah pegunungan,

kepadatannya sekitar 11-12 ekor/m2 dengan rata-rata

10 ekor/m2 atau 0.1 m2 /ekor. Hasil penelitian Yunus,

rata-rata luas penggunaan kandang yang digunakan

peternak mandiri sebesar 0.06 m2 /ekor dan 0.11 m2

/ekor.40

Setiap kegiatan usaha membutuhkan faktor-faktor

produksi. Faktor produksi tersebut merupakan input agar

bisa menghasilkan suatu output. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Yunus, dalam usaha ternak ayam ras

pedaging, faktor-faktor produksi yang digunakan antara

lain sebagai berikut:41

a. Lahan

Lahan dalam peternakan berupa kandang. Berdasarkan

jenisnya, kandang dibagi menjadi dua, yaitu kandang

tertutup dan kandang terbuka. Yang membedakan dari

40

Yunus, R. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan,… h.

76 41

Ibid

Page 46: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

34

kedua jenis ini adalah mengenai sirkulasi udaranya.

Sirkulasi udara akan mempengaruhi suhu udara di

dalam kandang. Luas kandang untuk ayam ras

pedaging adalah 10 ekor/meter2. Dengan demikian,

ruas ruang yang akan disediakan tinggal dikalikan

dengan jumlah ayam yang akan dipelihara dalam

kandang tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan

di Indonesia diketahui bahwa antara kepadatan 8, 9,

10, 11, dan 12 ekor ayam tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata (Rasyaf, 2002). Hal ini dapat

diartikan bahwa untuk dataran rendah atau dataran

pantai, kepadatan yang lebih baik adalah 8-9 ekor

ayam/m2. Sedangkan untuk dataran tinggi atau

pegunungan kepadatannya sekitar 11-12 ekor

ayam/m2, atau dengan rata-rata 10 ekor ayam/m2 .

b. Modal

Setelah tanah, modal merupakan faktor produksi yang

tidak kalah pentingnya dalam produksi pertanian.

Dalam arti kelangkaannya bahkan peranan faktor

modal lebih menonjol lagi. Itulah sebabnya kadang-

kadang orang mengatakan bahwa modal satu-satunya

milik peternak adalah tanah di samping tenaga

kerjanya yang dianggap rendah. Pengertian modal

Page 47: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

35

dalam hal ini bukanlah suatu pengertian kiasan.

Menurut Mubyarto modal mempunyai arti yaitu

barang atau apapun yang digunakan untuk memenuhi

atau mencapai suatu tujuan. Dalam pengertian

demikian, tanah dapat dimasukkan pula sebagai

modal. Bedanya adalah bahwa tanah tanah tidak dibuat

oleh manusia tetapi diberikan atau disediakan

langsung oleh alam sedangkan faktor produksi yang

lain dapat dibuat oleh manusia. Soekartawi

mengelompokan modal menjadi dua golongan, yaitu:

1) Barang yang tidak habis dalam sekali produksi.

Misalnya, peralatan pertanian, bangunan, yang

dihitung biaya perawatan dan penyusutan selama 1

tahun.

2) Barang yang langsung habis dalam proses produksi

seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan sebagainya.

Dalam peternakan ayam, modal dikelompokkan

menjadi dua yaitu modal untuk pengadaan lokasi

peternakan dan pembangunan kandang serta modal

untuk keperluan operasional. Modal operasional ini

antara lain pembelian alat-alat peternakan, pakan

ayam, bibit ayam, obat-obatan dan keperluan rutin

operasional lainnya.

Page 48: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

36

a) Bibit ayam : Bibit ayam (DOC) merupakan

faktor utama dalam usaha peternakan ayam ras

pedaging, dan di antara bibit ayam ras pedaging

terdapat perbedaan yang turut diakukan oleh

peternak atau lembaga yang

mengembangkannya. Pertumbuhan ayam ras

pedaging pada saat masih bibit tidak selalu sama,

ada bibit yang pada awalnya tumbuh dengan

cepat, tetapi di masa akhir biasa-biasa saja, atau

sebaliknya. Perbedaan pertumbuhan ini sangat

bergantung pada perlakuan peternak, pembibit

atau lembaga yang membibitkan ayam tersebut,

sehingga peternak harus memperhatikan

konversi pakan dan mortalitasnya. Biaya

penggunaan bibit merupakan biaya terbesar

kedua. Kaitannya pegangan berproduksi secara

teknis karena bibit akan mempengaruhi konversi

ransum dan berat badan ayam. Rasyaf

mengemukakan biaya tersebut berkisar antara 9

– 15% dari total biaya produksi.42

42

Soekartawi. Teori Ekonomi Produksi dengan, h. 52.

Page 49: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

37

b) Pakan ayam : Biaya pakan merupakan biaya

variabel terbesar yaitu sekitar 60% dari total

biaya produksi. Biaya pakan mencapai 58,13% -

66,22% dari seluruh biaya operasional, dan

penelitian Sutawi juga menyimpulkan bahwa

biaya produksi terbesar digunakan adalah biaya

pakan yaitu 61,75% - 82.14%.

c) Vaksinasi : Vaksinasi perlu diberikan untuk

menanggulangi dan mencegah penyakit menular,

tapi minimnya pengetahuan akan berpengaruh

terhadap proses vaksinasi. Obat atau antibiotik

dapat didefinisikan sebagai antibakteri yang

diperoleh dari metabolit fungsi dan bakteri,

sedangkan vitamin merupakan komponen

organik yang berperan penting dalam

metabolisme tubuh, walaupun ayam dalam

jumlah sedikit, vitamin tetap dibutuhkan dan

berperan cukup besar

d) Bahan bakar : Faktor usaha bahan bakar dalam

usaha peternakan ayam ras pedaging dikaitkan

dengan penggunaan indukan atau brooder. Alat

ini berfungsi menyerupai induk ayam ketika baru

menetas.sumber panas yang isa digunakan

Page 50: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

38

bermacam-macam, mulai dari kompor, minyak,

gas, lampu pijar atau air panas. Tujuan utama

indukan adalah memberikan kehangatan bagi

ayam, agar dapat menunjang keberhasilan

pemeliharaan. Karena besarnya modal yang

digunakan untuk pengadaan lokasi dan

pembangunan kandang, maka berkembanglah

sistem sewa peternakan. Peternak yang

mempunyai modal pas-pasan harus mencari

peternakan yang kosong sebagai lokasi untuk

peternakannya. Sedangkan sisa modal yang

terbatas tersebut digunakan untuk keperluan

modal operasional.

c. Tenaga kerja

Faktor produksi selanjutnya adalah tenaga kerja

sebagai pengelola dalam peternakan. Manusia sebagai

pengelola peternakan dibedakan berdasarkan ilmu dan

keteramilan yang dimilikinya. Tanpa ilmu dan

ketrampilan manusia itu biasanya disebut tenaga kasar

yang umumnya bertugas di kandang sebagai pelaksana

tugas rutin. Pada umumnya peternakan tidak

mempekerjakan tenaga kasar, sehingga harus ada

tenaga yang mempunyai ilmu beternak yang biasanya

Page 51: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

39

diperoleh dari pendidikan formal dan biasa dikenal

sebagai sarjana peternakan. Selain kedua tenaga kera

tersebut terdapat tenaga terampil yang memiliki

ketrampilan beternak. Biasanya ketrampilan mereka

diperoleh dari kebiasaan beternak. Mereka biasanya

berupa tenaga kerja yang telah lama berkecimpung

dalam peternakan. Selain ketiga kategori tersebut, ada

pula tenaga kerja berilmu peternakan secara formal

yang dilengkapi dengan pengalaman dan belajar

sendiri, serta terampil dalam bekerja. Tenaga kerja

inilah yang disebut tenaga kerja ideal untuk suatu

peternakan.

C. Hasil Penelitian yang Relefan

1. Agus Yuniawan Isyanto, Faktor-Faktor yang

Berpengaruh Terhadap Efisiensi Usaha Ayam Sentul Di

Kabupaten Ciamis. Penelitian ini dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengetahui: (1) Tingkat efisiensi usaha

ayam Sentul di Kabupaten Ciamis, dan (2) Faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap efisiensi usaha ayam Sentul di

Kabupaten Ciamis. Penelitian dilaksanakan dengan

menggunakan metode survai. Hasil penelitian

menunjukkan: (1) Peternak yang inefisien dalam

melaksanakan usaha ayam Sentul (R/C1) sebanyak 22

Page 52: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

40

orang (61,11%), dan (2) Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap efisiensi usaha ayam Sentul adalah

produktivitas, jumlah kepemilikan ayam, dummy

pelatihan, pendidikan dan pengalaman. Efisiensi teknis,

umur dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh

signifikan terhadap efisiensi usaha ayam Sentul.

Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah pada

efesiensi usaha ayam adapun perbedaanya adalah pada

penelitian sebelumnya mengkaji tentang faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap efesiensi usaha ayam

sedangkan pada penelitian ini hanya meneliti terkait

dengan efesiensi usahanya saja.

2. Hayu Windi Hapsari, dengan judul Analisis Efisiensi

Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras

Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan

Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini

adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi ayam ras pedaging dan menganalisis efisiensi

produksi ayam ras pedaging pada peternak mandiri dan

peternak kemitraan. Hasil analisis menunjukan, faktor-

faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging

pada kedua pola peternak adalah pakan dan pemanas.

Hasil analisis efisiensi ekonomi, menunjukan bahwa pada

Page 53: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

41

kedua pola peternak belum mencapai efisiensi secara

ekonomi. Hal ini ditunjukan dari rasio Nilai Produk

Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal

(BKM) tidak sama dengan satu atau NPM tidak sama

dengan BKM. Untuk mencapai efisiensi ekonomi, faktor

produksi yang perlu ditambah pada peternak mandiri

adalah pakan dan pemanas, sedangkan pada peternak

kemitraan adalah pakan, pemanas, dan sekam. Persamaan

penelitian ini dengan sebelumnya adalah sama-sama

mengkaji tentang efesiensi usaha ayam adapun

perbedaanya adalah pada penelitian sebelumnya juga

mengkaji tentang faktor-faktor yang memepengaruhi

produksi ayam sedangkan pada penelitian ini hanya

meneliti efesiensi usahanya saja.

Page 54: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kuantitatif. Menurut Margono, penelitian kuantitatif adalah

suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan

data yang berupa angka sebagai alat menemukan keterangan

mengenai apa yang ingin kita ketahui.43

Penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang ilmiah yang sistematis

terhadap bagian-bagian fenomena serta hubungan-

hubungannya. Pada penelitian kuantitatif separuh dari

penelitian adalah proses teori atau proses berteori. Pada

proses ini peneliti melakukan analisis-analisis deduktif untuk

mencoba menjawab permasalahan yang sedang dihadapi.

2. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan jenis permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini, maka penelitian ini termasuk penelitian

komparatif. Penulis menggunakan metode komparatif karena

dirasa cocok untuk mengetahui fenomena yang saat ini

43

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2005), h. 105-106.

Page 55: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

43

sedang berlangsung, selain itu, pendekatan komparatif yang

digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh informasi mengenai efisiensi usaha peternakan

ayam broiler di Tanete Kecamatan Bulukumpa.

B. Defenisi Variabel

Efesiensi usaha peternakan merupakan pola usaha

atau manajemen usaha yang dilakukan untuk mendudukung

peningkatan hasil produksi dengan memanfaatkan segala

potensi dan sumberdaya yang ada.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Tanete

Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian rencananya akan

dilaksanakan selama 1 bulan terhitung sejak

dikeluarkannya surat izin penelitian dari Kampus IAIM

Sinjai pada tahun 2020.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau

individu yang memiliki karakteristik tertentu jelas dan

Page 56: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

44

lengkap yang akan diteliti. Sutrisno Hadi mengatakan

bahwa populasi adalah keseluruhan dari subjek

penelitian. Berdasarkan pengertian diatas, maka yang

jadi populasi penelitian ini adalah sebagian dari pemilik

usaha ayam broiler di Tanete Kecamatan Bulukumpa

sebanyak 5 orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah total sampling. Total sampling adalah teknik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi. Alasan mengambil total sampling

karena menurut Sugiyono jumlah populasi yang kurang

dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian

semuanya sehingga sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 5 orang44

.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang

digunakan dalam mengumpulkan data.45

Teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian

44

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

(Bandung : Alfabeta, 2010), h.184 45

Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif dan R dan D (Cet. XV; Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h. 22.

Page 57: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

45

adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk

kelengkapan data dan sistematika pembahasan suatu karya

ilmiah harus terarah, sistematis, dan mempunyai tujuan, jadi

bukan hanya mengumpulkan data secara keseluruhan akan

tetapi menghimpun data secara sistematis. Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah dengan jalan

turun langsung kelapangan untuk mendapatkan data-data

yang konkrit yang ada kaitannya dengan pembahasan.

Dalam penelitian lapangan, yaitu mengumpulkan data

melalui penelitian lapangan dengan menggunakan metode

sebagai berikut:

1. Kuesioner (Angket)

Angket merupakan suatu pengumpulan data dengan

memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan-

pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan

respon atas daftar pertanyaan tersebut.46

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan alat pengumpulan data dari

beberapa dokumen penting yang mendukung kelengkapan

46

Husein Umar. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis

Bisnis . (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2000), h. 49

Page 58: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

46

data peneliti ini. Dokumen yang dimaksud pada peneliti ini

adalah dokumen tertulis resmi atau tidak resmi.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kuantitatif merupakan analisis usaha

ternak dalam menghitung tingkat pendapatan peternak.

Pendapatan usaha dapat diperoleh dari pengurangan antara

semua penerimaan (revenue) dengan semua biaya (cost)

yang telah dikeluarkan selama satu periode. Rumus

Pendapatan secara matematis ditulis sebagai berikut.47

Pd = TR – TC

......................................................................................(3)

Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rp/Periode)

TR = Total revenue (total penerimaan) (Rp/Periode)

TC = Total cost (total biaya) (Rp/Periode)

47

Soekartawi, Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran. Hasil –

Hasil. Pertanian Teori dan Aplikasinya, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002), h. 53

Page 59: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Letak geografis Tanete Kecamatan Bulukumpa

Kelurahan Tanete merupakan salah satu

Kelurahan/Desa dari 17 Kelurahan/Desa yang ada di

Kecamatan Bulukumpa. Letak Geografis kelurahan

Tanete terdiri atas sebelah utara berbatasan dengan

kabupaten Sinjai, sebelah timur berbatasan dengan

kecamatan kajangda ujung loe, sebelah selatan

berbatasan dengan kecamatan kindang.

Kelurahan tanete terbagi atas 2 lingkungan yang

terdiri dari lingkungan tanete dan lingkungan biroro.

Kelurahan tanete memilikiluas wilayah sebesar 171,33

km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.568 jiwa

sehingga kepadatan penduduknya mencapai 301

jiwa/km2.

2. Penggunaan lahan

Struktur penggunaan lahan di Kecamatan

Bulukumpa terdiri dari lahan pertanian sawah yang

umumnya tidak berpengairan teknis tetapi non teknis,

lahan pertanian bukan sawah yaitu berupa kebun dan

Page 60: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

48

usaha peternakan serta lahan non pertanian yang

didominasi oleh lahan untuk rumah dan perumahan.

3. Potensi Usaha Peternakan Ayam Broiler di Tanete

Kecamatan Bulukumpa

Wilayah Tanete Kecamatan Bulukumpa

memiliki memiliki lahan yang terdiri dari lahan

persawahan dan bukan lahan persawahan seperti,

kebun, dan usaha peternakan. Pengembangan usaha

peternakan ayam broiler memiliki potensi yang besar

di daerah ini karena didukung oleh ketersediaan sarana

transportsai yang baik, selain itu jumlah ternak ayam

potong menurut data statistik di Dinas Peternakan

Tanete Kecamatan Bulukumpa memperlihatkan bahwa

terjadi perkembangan pesat terhadap produksi ayam

pedaging yang tercatat mulai tahun 2011 yaitu 4.642

ekor sedangkan ditahun berikutnya 4.853 ekor yang

terus mengalami peningkatan hingga di tahun 2013

yaitu 51.736 ekor.

Hal ini membuktikan bahwa peluang usaha

peternakan ayam pedaging di wilayah Tanete

Kecamatan Bulukumpa mulai terbuka lebar, hal ini

juga didukung oleh ketersedian bahan pangan seperti

jagung yang dapat diolah oleh peternak menjadi bahan

Page 61: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

49

baku pakan ayam broiler. Berdasarkan perhitungan

statistik oleh Dinas Pertanian dan Peternakan

Kabupaten Bulukumba produksi jagung di wilayah

Kecamatan Bulukumpa sebanyak 3500 ton. Jumlah

tersebut sudah cukup banyak dalam mendukung usaha

peternakan unggas di daerah tersebut.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Lama

Beternak Ayam Broiler, dan Jumlah Kepemilikan

ternak.

Karakteristik peternak merupakan gambaran

bagaimana permasalahan di lapangan berkaitan dengan

usaha peternakan ayam broiler dapat bersumber dari

sumberdaya manusia (SDM). Kelemahan sumberdaya

manusia sering kali memberikan dampak atau

kontribusi yang kurang maksimal terhadap

perkembangan pada suatu bidang. Secara garis besar,

penyebabnya ada dua yaitu peternak dan wilayah

peternak yang sulit dijangkau (terpencil).

Penerimaan peternak terhadap inovasi

berhubungan dengan persepsinya terhadap inovasi

tersebut, sedangkan persepsi peternak itu sendiri

berhubungan dengan latar belakang masing-masing,

Page 62: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

50

karena penerimaan inovasi akan dipengaruhi oleh

persepsi dan karakteristik peternak itu sendiri. Adapun

klarifikasi karakteristik responden sebagai berikut :

a. Umur

Umur merupakan salah satu indikator yang

dapat dilihat untuk mengukur kemampuan fisik

seseorang. Seseorang yang memiliki umur

cenderung akan memiliki kemampuan fisik yang

lebih kuat dari pada mereka yang memiliki umur

yang lebih tua. Umur seorang peternak dapat

berpengaruh dalam produktivitas kerja, hal ini

disebabkan umur memiliki kaitan erat dengan

kemampuan kerja dan juga pola pikir dalam

menentukan suatu manajemen yang baik untuk

diterapkan dalam suatu usaha. Klasifikasi

responden peternak berdasarkan tingkat umur yang

ada di Kecamatan Bulukumpa dapat dilihat pada

Grafik berikut :

Page 63: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

51

Berdasarkan Grafik 1 menjelaskan bahwa

keadaan peternak di Tanete Kecamatan Bulukumpa,

berdasarkan umur yaitu umur 35 tahun kebawah

sebanyak 9 orang atau setara dengan 30% memiliki

persentase yang paling rendah, sedangkan umur 35-

50 sebanyak 21 orang dengan persentase yang

paling tinggi yaitu sebesar 70%. Kondisi ini

menunjukkan bahwa rata-rata peternak yang ada di

Tanete Kecamatan Bulukumpa didominasi oleh

kalangan umur kisaran 35-50 tahun. Kondisi

tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata responden

memiliki kemampuan fisik yang mendukung dalam

mengelolah usaha peternakan ayam broiler. Hal ini

juga dipertegas oleh Swastha (1997), yang

menyatakan bahwa tingkat produktivitas kerja

seseorang akan mengalami peningkatan seiring

dengan pertambahan umur dan akan kembali

menurun pada saat menjelang tua.

b. Pengalaman beternak

Pengalaman dalam menjalankan suatu usaha

kerja akan memberikan kontribusi yang lebih baik

dibandingkan mereka yang kurang memiliki

pengalaman, hal dikarenakan mereka yang

Page 64: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

52

memiliki pengalaman yang tinggi akan memperoleh

berbagai macam tugas yang memiliki rintangan dan

tingkat kesulitan tersendiri dalam menyelesaikan

tugasnya. Secara tidak langsung individu yang

memiliki pengalaman yang tinggi akan

mendapatkan ilmu yang lebih besar pula dalam

menyelesaikan tugas. Adapun gambaran lama

beternak usaha peternakan ayam broiler yang ada di

Kecamatan Bulukumpa dapat dilihat pada Grafik 2.

Sebagai berikut :

Grafik 2. di atas memperlihatkan bahwa

peternak dengan pendidikan 5 tahun keatas

memiliki persentase sebesar 23%, sedangkan 5

tahun kebawah memiliki persentase sebesar 77%.

Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa ratarata

peternak yang ada di Tanete Kecamatan

Page 65: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

53

Bulukumpa adalah kalangan peternak yang

memiliki pengalaman 5 tahun kebawah. Lama

beternak seseorang akan mempengaruhi

kemampuan seseorang dalam mengelolah sesuatu.

Hal ini disebabkan banyaknya tantangan yang akan

diperoleh ketika menjalani suatu usaha.

Pengalaman kerja adalah waktu yang digunakan

oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan,

keterampilan, dan sikap sesuai dengan tugas yang

dibebankan

c. Pekerjaan

Pekerjaan secara umum didefenisikan sebagai

sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia.

Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan

untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan

sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang

bagi seseorang. Adapun karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan di Kecamatan Bulukumpa,

dapat dilihat pada Grafik 3 sebagai berikut :

Page 66: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

54

Berdasarkan pada Grafik 3 di atas, rata-rata

peternak yang ada di Tanete Kecamatan

Bulukumpa memiliki pekerjaan utama sebagai

peternak sebagaimana yang tercatat 96%,

sedangkan peternak yang memiliki pekerjaan

sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) hanya 10%

dan wiraswasta sebesar 26%. Hal ini

memperlihatkan bahwa sebagian besar dari

kalangan peternak di Tanete Kecamatan

Bulukumpa adalah masyarakat yang menjadikan

ternak sebagai usaha pokok dalam pemenuhan

kebutuhan. Perhatian mereka jauh lebih besar

kepada ternaknya sehingga ternak mereka

memberikan hasil yang memuaskan pemilikinya

2. Efisiensi Usaha Peternakan Ayam Broiler di Tanete

Kecamatan Bulukumpa

Usaha ternak ayam broiler telah menjadi suatu

industri yang berkembang baik di seluruh daerah

khususnya di Tanete kecamatan Bulukumpa. Agar

usaha yang ada di Tanete Kecamatan Bulukumpa ini

mampu bertahan dan berkembang lebih lanjut maka

usaha ini harus efisien. Seorang peternak secara teknis

Page 67: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

55

dikatakan efisien apabila usaha tersebut dapat

berproduksi lebih tinggi dengan usaha lain.

Tabel Koefisien Fungsi Produksi Ayam Broiler

Model Coefisien Nilai t

(α5%)

Nilai sig

(α5%)

Constanta 2.395 1.044 .306

Pakan X1 .691 1.277 .213

DOC (X2) -.566 .-920 .366

Luas Kandang

(X3)

.379 1.089 .286

Tenaga Kerja

(X4)

.047 .129 .217

a. Nilai R2 = 0,51 (menunjukkan bahwa 51 % variasi

Pakan, DOC, Luas Kandang, dan Tenaga Kerja,

mampu menjelaskan variasi produksi Ayam

Broiler, sedangkan sisanya 49 % dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak diteliti)

b. Nilai F-hitung α.05 = 6,401; F-tabel = 2,76

c. Nilai T-tabel α.05 = 1,41

d. Jumlah Elastisitas (Ep) = 1,42

Konsistensi model estimasi pada Tabel diatas

telah diuji dengan uji model dan uji penyimpangan

Page 68: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

56

asumsi klasik. Uji model pertama menunjukkan bahwa

R2 = 0,51, yang dapat diartikan bahwa variansi dari

variabel bebas (X) memiliki kontribusi sekitar 51 %

terhadap produksi (Y). Uji model kedua adalah F

dimana F(hitung) = 6,41 (lebih besar) dibandingkan

dengan F-tabel = 2,76 pada taraf kepercayaan (α =

0.05%). Nilai dari kedua uji model ini cukup berarti

dan menunjukkan bahwa secara bersama-sama

(simultan) input yang digunakan memiliki pengaruh

yang nyata terhadap produksi (Y) ayam broiler.

Tingkat efisiensi produksi dilihat secara teknis

dan ekonomis. Kedua efisiensi ini saling berhubungan

satu sama lain karena dapat menunjukkan kombinasi

faktor produksi yang bisa memberikan tingkat produksi

optimum sehingga dapat menghasilkan keuntungan

maksimum pada suatu usaha. Apabila suatu faktor

produksi mencapai tingkat efisien secara teknis, belum

tentu faktor produksi tersebut efisien secara ekonomis.

Namun apabila faktor produksi efisien secara

ekonomis, sudah pasti faktor produksi akan efisien

secara teknis.

Efisiensi teknis dapat diketahui berdasarkan

nilai elastisitas produksi dari tiap-tiap variabel

Page 69: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

57

independen dalam model fungsi produksi. Nilai

elastisitas produksi pada fungsi produksi Cobb-

Douglas dapat dilihat melalui nilai koefisien korelasi

masing-masing variabel yang merupakan faktor

produksi yang digunakan dalam penelitian. Nilai

elastisitas dari seluruh faktor produksi juga digunakan

untuk menunjukkan returns to scale atau skala usaha

pada peternakan.

Fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh :

Y = 2,396 + 0,691 X1 – 0,566 X2 + 0,379 X3 + 0,922

X4……(1)

Berdasarkan persamaan (1) maka jumlah

koefisien elastisitas X1, X2, X3 dan X4 adalah 1,42,

dapat diartikan bahwa setiap penambahan 100% faktor

produksi secara bersama-sama akan meningkatkan

produksi sebesar 142%. Hal ini menunjukkan bahwa

efisiensi skala produksi ayam broiler sudah berada di

kondisi efisiensi karena increasing return to scale (IRS)

atau berada pada tahap peningkatan produksi ayam

broiler. Namun, untuk faktor dari DOC berada pada

kondisi inefisiensi karena decreasing return to scale

Page 70: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

58

(DRS) atau berada pada tahap penurunan produksi

ayam broiler.

3. Intensitas Penggunaan Input

Selama ini ada stigma yang menyatakan bahwa

pakan mengambil porsi sekitar 80% dari seluruh

komponen input dalam proses produksi. Barangkali

pernyataan tersebut ada benarnya, namun perlu

diketahui bahwa dalam produksi ayam broiler

disamping dibutuhkan pakan, juga input lain seperti

input bibit day old chick (DOC), luas lahan, dan tenaga

kerja yang tak kalah pentingnya. Secara teoritis input-

input tersebut bekerja secara simultan dalam

mempengaruhi produksi. Dalam analisis parsial,

intensitas penggunaan input diasumsikan bahwa semua

input menempati fungsi dan porsi masing-masing.

Untuk mengetahui sejauhmana intensitas penggunaan

input (Xi) pada usaha ternak ayam broiler dapat dilihat

pada Tabel

Tabel Intensitas Penggunaan Input Ayam

Broiler

Input Elastisitas t-

hitung

Sig. Intensitas

Page 71: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

59

Pakan

(X1)

.691 1.727 .0123 Meningkat,

Produksi

Tahap III

DOC (X2) -.566 -.920 .366 Menurun,

Produksi

Tahap III

Luas

Lahan

(X3)

.379 1.089 .286 Meningkat,

Produksi

Tahap II

Tenaga

Kerja

(X4)

.922 4.196 .000 Meningkat,

Produksi

Tahap III

Total

Elastisitas

1,42 - - -

Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa :

a. Koefisien elastisitas pakan (X1) adalah 0,691,

nilai t-hitung 1,277< t- tabel 1,41 atau sig. 0,213

> alpha 0,05, tidak significant pada taraf 5 %,

setiap penambahan pakan 1 kg akan memberikan

kenaikan produksi 69,1 %. Kondisi ini dapat

diartikan bahwa penggunaan input pakan telah

berada pada kondisi increasing return to scale

(IRS) atau efisiensi.

Page 72: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

60

b. Koefisien elastisitas DOC (X2) adalah -0,566,

nilai t-hitung -0,920< t-tabel 1,41 atau sig. 0,37>

0,05, tidak significant pada taraf 5 %, setiap

penambahan DOC 1 ekor akan memberikan

penurunan produksi 56,6,0%. Kondisi ini dapat

diartikan bahwa tidakdiperlukan penggunaan

input DOC karena telah berada pada kondisi

decreasing return to scale (DRS) atau inefisiensi.

c. Koefisien elastisitas luas lahan(X3) adalah 0,379

nilai t-hitung 1,089< t-tabel 1,41 atau sig 0,29>

0,05, tidaksignificant. Setiap penambahan luas

lahan 1 meter persegi akan memberikan

kenaikan produksi 37,9 %. Kondisi ini dapat

diartikan bahwa penggunaan input pakan telah

berada pada kondisi increasing return to scale

(IRS) atau efisiensi.

d. Koefisien elastisitas tenaga kerja (X4) adalah

0,922, nilai t-hitung 4,196> ttabel 1,41, sig

0,000< 0,05, significant pada taraf 5 %. Setiap

penambahan DOC 100 % akan memberikan

kenaikan produksi 4,7%. Kondisi ini dapat

diartikan bahwa penggunaan input pakan telah

Page 73: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

61

berada pada kondisi increasing return to scale

(IRS) atau efisiensi.

Semua input yang digunakan dalam proses

produksi telah mengalami peningkatan, kecuali dari

faktor DOC yang membutuhkan penambahan populasi.

Pada kondisi seperti ini peternak sebaiknya melakukan

penambahan jumlah DOC. Artinya penambahan

dilakukan per input, sesuai dengan harga, urgensi

terhadap produksi, dan elastisitas dari input

bersangkutan. Jika tidak, maka peternak tidak akan

mengalami peningkatan. Secara grafis posisi elastisitas

parsial dari masing-masing input yang digunakan

dalam usaha ternak broiler dapat dilihat pada Grafik di

bawah ini :

Page 74: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

62

Dari gambar di atas, secara berurut dimulai dari

input yang paling inefisiensi, dapat dijelaskan bahwa :

a. Tenaga Kerja (X4) dengan elastisitas 0.922

dapat dimaknai bahwa penambahan 100% input

tenaga kerja secara parsial akan menaikkan

produksi sebesar 92,2%. Artinya sangat efisien

dalam penambahan jumlah tenaga kerja yang

akan berpengaruh pada peningkatan produksi.

Hal ini erat kaitannya dengan pengalaman dan

kemampuan peternak dalam mengelola

usahanya. Meskipun demikian, penulis ingin

menyarankan jika peternak benar-benar mau

melakukan penambahan, maka sebaiknya jumlah

penambahan tersebut tidak lebih dari nilai

elastisitas yang ada, yaitu sebesar 92,2% dari

jumlah input tenaga kerja yang digunakan

sebelumnya.

b. Pakan (X1) dengan elastisitas 0.691, dapat

dimaknai bahwa penambahan 100% input pakan

secara parsial hanya akan menaikkan produksi

sebesar 69,1%. Artinya cukup berpengaruh

dalam peningkatan produksi. Karena itu, untuk

melakukan peningkatan produksi atau efisiensi,

Page 75: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

63

pilihan yang perlu dilakukan adalah dengan

melakukan penambahan. Jumlah penambahan,

tergantung dari perimbangan harga input dan

harga produk yang berlaku saat itu. Hal ini erat

kaitannya dengan pengalaman dan kemampuan

peternak dalam mengelola usahanya. Meskipun

demikian, penulis menyarankan jika peternak

benar-benar mau melakukan penambahan, maka

sebaiknya jumlah pengurangan tersebut tidak

lebih dari nilai elastisitas yang ada, yaitu sebesar

69,1% dari jumlah input pakan yang digunakan

sebelumnya.

c. Luas Lahan (X3) dengan elastisitas 0.379, dapat

dimaknai bahwa penambahan 100% input pakan

secara parsial hanya akan menaikkan produksi

sebesar 37,9 %. Alternatif yang harus dilakukan

adalah menambah jumlah input luas lahan yang

digunakan selama ini. Jumlahnya tergantung dari

perimbangan harga input dan harga produk yang

berlaku saat itu, dan terkait dengan pengalaman

dan kemampuan peternak dalam mengelola

usahanya. Jika peternak benar-benar mau

melakukan penambahan, maka sebaiknya jumlah

Page 76: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

64

pengurangan tersebut tidak lebih dari nilai

elastisitas yang ada, yaitu sebesar 37,9% dari

jumlah input tenaga kerja yang digunakan

sebelumnya.

d. DOC (X2) dengan elastisitas -0,566, dimaknai

bahwa penambahan 100% input biaya kandang

secara parsial akan menaikkan produksi sebesar

56,6 %. Sangat diperlukan untuk menambahkan

jumlah input DOC yang digunakan selama ini.

Hal ini terkait dengan pengalaman dan

kemampuan peternak dalam melakukan

pertimbangan-pertimbangan pengelolaan

(Herdiyanto et al, 2011). Jika melakukan

penambahan pada input ini sebaiknya tidak lebih

dari nilai elastisitas yang ada, yaitu sebesar

56,6% dari jumlah input biaya kandang yang

digunakan sebelumnya.

Secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa

kondisi intensitas penggunaan keempat input di atas

sudah stabil, namun untuk mendapatkan peningkatan

jumlah produksi maka bisa dilakukan penambahan.

Jika jumlah penambahan input dilakukan sesuai dengan

elastisitasnya masing-masing, maka ada peluang

Page 77: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

65

penambahan atau efisiensi sebesar 142%. Jumlah ini

diperoleh dari penjumlahan dari masing-masing

elastisitas input bersangkutan, yaitu 0.691 (X1); -0.566

(X2); 0.379 (X3) dan0.922 (X4).

Alternatif yang paling besar bagi peternak

adalah dengan cara menghemat input melalui efisiensi

teknik dan intensitas penggunaan input. Karena itu

pemaham efisiensi dan intensitas sangat diperlukan

(Azis, 2014). Pangsa pasar ayam broiler semakin

meluas, mulai dari rumah tangga, warung dan restoran,

sampai kepada hotel berbintang. Oleh karena itu,

keberadaan usaha peternakan ayam broiler semakin

diperlukan, khususnya yang berkaitan dengan efisiensi

pengolahan.

Implikasi hasil penelitian ini adalah bahwa para

peternak ayam broiler perlu memahami bahwa

keberadaan mereka sangat dibutuhkan, dimana jumlah

permintaan hampir melampaui jumlah produksi dari

ayam broiler. Meskipun penelitian ini tidak

menganalisis komponen biaya, harga, dan keuntungan,

namun besar kemungkinan bahwa keuntungan yang

akan diperoleh dari memelihara ayam broiler akan

sangat besar dengan semakin meningkatnya permintaan

Page 78: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

66

dari masyarakat. Alasan ini didasarkan pada nilai

koefisien dan elastisitas DOC yang kurang sehingga

diperlukan adanya penambahan populasi.

Page 79: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kondisi

intensitas penggunaan keempat input di atas sudah stabil,

namun untuk mendapatkan peningkatan jumlah produksi

maka bisa dilakukan penambahan. Jika jumlah penambahan

input dilakukan sesuai dengan elastisitasnya masing-

masing, maka ada peluang penambahan atau efisiensi

sebesar 142%. Jumlah ini diperoleh dari penjumlahan dari

masing-masing elastisitas input bersangkutan, yaitu 0.691

(X1); -0.566 (X2); 0.379 (X3) dan0.922 (X4).

B. Saran

Agar tercapai efisiensi produksi usaha peternakan

ayam broiler, peternak harus menambah DOC, pakan dan

luas lahan, agar signifikan seperti pada input tenaga kerja.

Page 80: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

68

DAFTAR PUSTAKA

Aboki, E., A.A.U, Jongur, dan J.I, Onu. 2013. Productivity and

Technical Efficiency of Family Poultry Production in

Kurmi local Government Area of Taraba State,

Nigeria. Journal of Agriculture and Sustainability 4(1):

52-66

Agus Yuniawan Isyanto, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh

Terhadap Efisiensi Usaha Ayam Sentul Di Kabupaten

Ciamis. Sudrajat Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Ciamis, 2016 Jurnal ISN 2460-4321

Ahmad Ridhani Anandra, Analisis Efisiensi Penggunaan

Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Ternak Ayam

Ras Pedaging Di Kabupaten Magelang. Skripsi:

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang,

2010

Bungin Burhan. Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:

Kencana Pranada Media Grup. 2008

Page 81: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

69

Darmansyah.AN, Ketut Sukiyono dan Sri Sugiarti, Analisis

Efisiensi Teknis dan Faktor yang Mempengaruhi

Efisiensi Pada Usaha Tani Kubis di Desa Talang

Belitar Kecamatan Sindang Dataran Kabupaten

Rejang Lebong. Jurnal, ISSN: 1412-8837 AGRISEP

Vol. 12 No. 2 September 2013

Fadilah R. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah

Tropis. Depok: Agromedia Pustaka, 2004

Handari Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1987

Hartono, E.F., Hidayat, N.N., dan Roesdiyanto. 2013. Kinerja

Ekonomi Usaha Ayam Sentul di Kabupaten Ciamis.

Jurnal Ilmiah Peternakan, 1(3): 865-873.

Jaelani, A., Suslinawati, dan Maslan. 2013. Analisis Kelayakan

Usaha Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Tapin

Utara Kabupaten Tapin. Jurnal Ilmu Ternak, 13 (2):

42-48.

Page 82: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

70

John W. Creswell.. Research Design: Qualitative, Quantitative

and Mixed Method Approach: Second Edition. USA:

Sage Publication. 1994

Kartadisastra, H. R. Pengelolaan Pakan Ayam. Yogyakarta:

Kanisius, 1994

Kusuma, A. K. 2005. Analisis Pendapatan dan Efisiensi

Penggunaan Faktor- faktor Produksi Peternak

Probiotik dan Non Probiotik pada Usahaternak Ayam

Ras Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan, Bogor:

Institut Pertanian Bogor, 2005

Muharlien, V.M., dan Nurgiartiningsih, A. 2015. Pemanfaatan

Limbah Daun Pepaya Dalam Bentuk Tepung dan Jus

Untuk Meningkatkan Performans Produksi Ayam Arab

. Research Journal of Life Science 02(01)

Mulyantini. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press,. 2010

Page 83: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

71

Soekartawi. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan

Analisis Cobb Douglas. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada. 2003.

Sudarto.. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja

Grafindo Persada. 1996

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods),

Bandung : Alfabeta, 2011

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R

dan D Cet. XIV; Bandung: Alfabeta, 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta, 2007

Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif dan R dan D Cet. XV; Jakarta: Rineka

Cipta, 2013

Suharsimi, Arikunto Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan

Praktik, Edisi Revisi VI, Jakarta : PT Rineka Cipta,

2006.

Page 84: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

72

Witono Adiyoga. Beberapa Alternatif Pendekatan untuk

Mengukur Efisiensi dan Inefisiensi dalam Usahatani.

Jurnal Informatika Pertanian. 2009 Volume 8.

Yunus, R. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam

Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Pola Mandiri di

Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Thesis. Program

Pascasarjana, Semarang: Universitas Diponegoro,

2003

Page 85: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

ANGKET PENELITIAN

EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM

BROILER DI TANETE KECAMATAN BULUKUMPA

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Alamat :

PETUNJUK

1. Jawablah Pertanyaan Yang Ada Dengan Jujur.

2. Isilah Biodata Anda Dengan Lengkap.

3. Atas Kesediaannya Mengisi Angket, Saya Ucapkan

Terima Kasih.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda

(X) pada jawaban yang disediakan!

1. Umur ?

a. 0-35 tahun b. 35-50 tahun c. 50-85 tahun

2. Pengalaman beternak ?

a. 0-5 tahun b. 5-10 tahun c. 10-15 tahun

3. Pekerjaan ?

a. Petani ternak b. Pengusaha c. PNS

4. Pakan ?

Page 86: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d.

Jarang e. Tidak pernah

5. Doc ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d.

Jarang e. Tidak pernah

6. Luas lahan ?

a. 150 m2 b. 300 m

2 c. 350 m

2

7. Tenaga kerja ?

a. 1-5 orang b. 5-10 orang c. 10-15 orang

Page 87: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE
Page 88: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE
Page 89: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE
Page 90: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE
Page 91: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE
Page 92: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE
Page 93: EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI TANETE