17
MATERI 9 Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Konsumen Menurut Undang-undang no. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 butir 2 : “ Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Sedangkan pengertian perlindungan konsumen yaitu, Menurut Undang-undang no. 8 Tahun 1999, pasal 1 butir 1 : “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”. 2. Azas dan Tujuan Adapun Azas perlindungan konsumen antara lain : 1) Asas Manfaat mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan ini harus memberikan manfaat sebesar- besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan, 2) Asas Keadilan partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan 1 | aspek hukum dan ekonomi

Perlindungan Konsumen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Materi 9

Citation preview

Page 1: Perlindungan Konsumen

MATERI 9Perlindungan Konsumen

1. Pengertian Konsumen

Menurut Undang-undang no. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Pasal 1 butir 2 :

“ Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.

Sedangkan pengertian perlindungan konsumen yaitu, Menurut Undang-undang no. 8

Tahun 1999, pasal 1 butir 1 :

“segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan

perlindungan kepada konsumen”.

2. Azas dan Tujuan

Adapun Azas perlindungan konsumen antara lain :

1) Asas Manfaat

mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan ini

harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan

pelaku usaha secara keseluruhan,

2) Asas Keadilan

partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan

kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya

dan melaksanakan kewajibannya secara adil,

3) Asas Keseimbangan

memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan

pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual,

4) Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalarn

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

dikonsumsi atau digunakan;

1 | a s p e k h u k u m d a n e k o n o m i

Page 2: Perlindungan Konsumen

5) Asas Kepastian Hukum

baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh

keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara

menjamin kepastian hukum

Sesuai dengan pasal 3 Undang-undang no. 8 tahun 1999 Perlindungan Konsumen,

tujuan dari Perlindungan ini adalah :

1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri.

2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan

informasi.

5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan ini

sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha.

6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan

keselamatan konsumen.

3. Hak dan Kewajiban Konsumen

Hak-hak Konsumen

Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Hak-hak

Konsumen adalah :

1) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa.

2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan

yang dijanjikan.

2 | a s p e k h u k u m d a n e k o n o m i

Page 3: Perlindungan Konsumen

3) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa.

4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan.

5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut.

6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

8) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang

dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya.

9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Kewajiban Konsumen

Tidak hanya bicara hak, Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen juga

memuat kewajiban konsumen, antara lain :

1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan

keselamatan.

2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

jasa.

3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

3 | a s p e k h u k u m d a n e k o n o m i

Page 4: Perlindungan Konsumen

4. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Hak Pelaku Usaha

Seperti halnya konsumen, pelaku usaha juga memiliki hak dan kewajiban. Hak pelaku

usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-undang perlindungan konsumen 

adalah:

1. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai

kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan

2. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beritikad tidak baik

3. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum

sengketa konsumen

4. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan

5. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kewajiban pelaku usaha

Sedangkan kewajiban pelaku usaha menurut ketentuan Pasal 7 Undang-undang

perlindungan konsumen  adalah:

1) beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

2) memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan

dan pemeliharaan.

3) memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

4) menjamin mutu barang dan jasa yang diproduksi dan diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan jasa yang berlaku.

5) memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan mencoba barang

dan jasa tertentu serta memberi jaminan dan garansi atas barang yang dibuat

dan yang diperdagangkan.

4 | a s p e k h u k u m d a n e k o n o m i

Page 5: Perlindungan Konsumen

6) memberi kompensasi, ganti rugi dan penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan jasa yang

diperdagangkan.

7) memberi kompensasi, ganti rugi dan penggantian apabila barang dan jasa

yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

5. Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha

Pasal 8

a) Pelaku usaha dilarang memproduksi atau memperdagangkan barang atau jasa yang :

1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan

ketentuan     peraturan peruundang-undangan.

2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam

hitungan sebagaiman yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.

3.  Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan

menurut ukuran yang sebenarnya.

4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran

sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan bbarang atau jasa

tersebut.

5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkaan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode,

atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan

barang atau jasa tersebut.

6. Tiidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan

atau promosi penjualan barang atauu jasa tersebut.

7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu penggunaan atau

pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.

8.  Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana mestinya

pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label.

9.  Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama

barang, ukuran, berat atau isi bersih(netto), komposisi, aturan pakai, tanggal

pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan

lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang atau dibuat.

5 | a s p e k h u k u m d a n e k o n o m i

Page 6: Perlindungan Konsumen

Pasal 9

Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan satu barang

atau jasa secara tidak benar, dan atau seolah olah :

1) Barang tersebut telah memenuhi dan memiliki potongan harga, harga khusus,

standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu,

sejarah atau guna tertentu.

2) Barang tersebut dalam keadaan baik atau baru.

3) Barang atau jasa tersebut telah mendapatkan atau memiliki sponsor,

persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, cirri-ciri kerja atau

aksesori tertentu.

4) Barang atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor,

persetujuan, afiliasi.

5) Barang atau jasa tersebut tersedia.

6) Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi.

7) Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu.

8) Barang tersebut berasal dari daerah tertentu.

9) Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang atau jasa lain.

10)Menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahayya,

tidak mengandung resiko atau efek sampingan tanpa keterangan yang

lengkap.

11) Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.

12) Barang atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk

diperdagangkan

13)Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadapa ayat (1) dilarang

melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan barang atau jasa tersebut.

Pasal 10

Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujukan untuk

diperdaganngkan dilarang menawarkan, mempromoosikan, mengiklankan atau

membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan menggenai :

1) Harga atau tariff barang atau jasa.

2)  Penggunaan suatu barang atau jasa.

6 | a s p e k h u k u m d a n e k o n o m i

Page 7: Perlindungan Konsumen

3)  Kondisi, tanggunagn, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang atau jasa.

4)  Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan.

5)  Bahaya penggunaan barang atau jasa.

Pasal 11

Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang,

dilarang mengelabui atau menyesatkan konsumen dengan :

1) Menyatakan barang atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar

mutu tertentu.

2) Menyatakan barang atau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat

tersembunyi.

3)  Tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan

maksud menjual barang yang lain.

4) Tidak menyediakan barang dengan juumlah tertentu atau jumlah cukup

dengan maksud menjual barang yang lain.

5)  Tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup

dengan maksud menjial jasa yang lain.

6)  Menaikan harga atau tarif  barang atau jasa sebelum melakukan obral.

Pasal 12

Pelaku usaha dilarang menawarkan, empromosikan atau mengiklankan suatu

barang atau jaa dengan harga atau tarif  khusus dalam waktu dan jumlah tertentu,

jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannyasesuai dengan

waktu dan jumlahh yang ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan.

Pasal 13

1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu

barang atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang atau

jasa lain secara Cuma-Cuma dengan maksud tidak memberikannya atau

memberikan sebagaimana yang dijanjikannya.

2) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat,

obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan

kesehatan dengan menjanjikan pemberian hadiah berupa barang atau jasa lain.

7 | a s p e k h u k u m d a n e k o n o m i

Page 8: Perlindungan Konsumen

Pasal 14

Pelaku usah dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujuka untuk

diperdagangkan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk :

1. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan.

2. Mengumumkan khasilnyya tidak melalui media massa.

3. Memberikan hadiah tidak sesuai yang dijanjikan.

4. Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.

Pasal 15

Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa dilarang melakukan dengan cara

pemakdaan cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis

terhadap konsumen.

Pasal 16

Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa melalui pesanan dilarang untuk :

1. Tidak menepati pesanan atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan

yang diijanjikan.

2. Tidak menepati janji atau suatu pelayanan atau prestasi.

Pasal 17

 Pelaku periklanan dilarang memproduksi iklan yang :

1. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan

harga barang atau tariff jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang atau

jasa.

2. Mengelabui jaminan atau garansi terhadap barang atau jasa.

3. Memuat informasi yang keliru, salah., atau tidak tepat mengenai barang atau

jasa.

4. Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang atau jasa.

5.  Mengeksploitasu kejadian atau seseorang tanpa izin yang berwenang atau

persetujuan yang bersangkutan.

6. Melanggar etika atau kettentuan peraturan perundang-undangan mengenai

periklanan.

7. Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah

melanggara ketentuan pada ayat (1).

8 | a s p e k h u k u m d a n e k o n o m i

Page 9: Perlindungan Konsumen

6. Klausula Baku dalam Perjanjian

Sehubungan dengan perlindungan terhadap konsumen, yang perlu mendapat

perhatian utama dalam perjanjian baku adalah mengenai klausula eksonerasi

(exoneratie klausule exemption clausule) yaitu klausula yang berisi pembebasan atau

pembatasan pertanggungjawaban dari pihak pelaku usaha yang lazimnya terdapat

dalam jenis perjanjian tersebut.

Menurut Pasal 18 Ayat (1) menyebutkan mengenai klausula-klausula yang dilarang

dicantumkan dalam suatu perjanjian baku yaitu:

1. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.

2. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

barang yang dibeli konsumen.

3. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

konsumen.

4. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan

sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara

angsuran.

5. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen.

6. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau

mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa.

7. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan

baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat

sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa

yang dibelinya.

8. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk

pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap

barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

9 | a s p e k h u k u m d a n e k o n o m i

Page 10: Perlindungan Konsumen

Dalam penjelasan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen

menyebutkan tujuan dari larangan pencantuman klausula baku yaitu “Larangan ini

dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha

berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak” sehingga diharapkan dengan adanya

Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen akan memberdayakan

konsumen dari kedudukan sebagai pihak yang lemah di dalam di dalam kontrak

dengan pelaku usaha sehingga menyetarakan kedudukan pelaku usaha dengan

konsumen.

Sesuai dengan Pasal 18 ayat (2) disebutkan bahwa pelaku usaha dilarang

mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat

dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. Pencantuman

klausula baku tersebut dapat berupa tulisan kecil-kecil yang diletakkan secara samar

atau letaknya ditempat yang telah diperkirakan akan terlewatkan oleh pembaca

dokumen perjanjian tersebut, sehingga saat kesepakatan tersebut terjadi konsumen

hanya memahami sebagian kecil dari perjanjian tersebut. Artinya perjanjian tersebut

hanya dibaca sekilas, tanpa dipahami secara mendalam konsekuensi yuridisnya, yang

membuat konsumen sering tidak tahu apa yang menjadi haknya.

7. Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Pengertian tanggung jawab produk (pelaku usaha), sebagai berikut, ”Tanggung

jawab produk adalah tanggung jawab para produsen untuk produk yang  telah

dibawanya ke dalam peredaran, yang menimbulkan/ menyebabkan kerugian karena

cacat yang melekat pada produk tersebut.“        

Di dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

terdapat 3 (tiga) pasal yang menggambarkan sistem tanggung jawab produk dalam

hukum perlindungan konsumen di Indonesia, yaitu ketentuan Pasal 19 Undang-undang

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen merumuskan tanggung jawab

produsen sebagai berikut:

1. Pelaku Usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,

pencemaran, dan/ atau kerugian konsumen akibat mengkomsumsi barang dan

atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

10 | a s p e k h u k u m d a n e k o n o m i

Page 11: Perlindungan Konsumen

2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian

uang atau penggantian barang dan/ atau jasa yang sejenis atau secara nilainya,

atau perawatan kesehatan dan/ atau pemberian santunan yang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah

tanggal transaksi.

4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasrkan pembuktian

lebih lanjut mengenai adanya unsure kesalahan. (50 Ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat

membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.”

8. Sanksi

Sanksi Pelaku Usaha

Sanksi Bagi Pelaku Usaha Menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen

A. Sanksi Perdata :

Ganti rugi dalam bentuk :

1. Pengembalian uang atau

2. Penggantian barang

3. Perawatan kesehatan, dan/atau

4. Pemberian santunan

Ganti rugi diberikan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal transaksi

Sanksi Administrasi :

maksimal Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), melalui BPSK jika melanggar

Pasal 19 ayat (2) dan (3), 20, 25

B. Sanksi Pidana :

Kurungan Penjara, 5 tahun, atau denda Rp. 2.000.000.000 (dua milyar rupiah)

(Pasal 8, 9, 10, 13 ayat (2), 15, 17  ayat (1) huruf a, b, c, dan e dan Pasal 18

Penjara, 2 tahun, atau denda Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) (Pasal 11,

12, 13 ayat (1), 14, 16 dan 17 ayat (1) huruf d dan f

11 | a s p e k h u k u m d a n e k o n o m i

Page 12: Perlindungan Konsumen

C. Ketentuan pidana lain (di luar Undang-undang No. 8 Tahun. 1999 tentang

Perlindungan Konsumen) jika konsumen luka berat, sakit berat, cacat tetap atau

kematian

D. Hukuman tambahan , antara lain :

1. Pengumuman keputusan Hakim

2. Pencabuttan izin usaha

3. Dilarang memperdagangkan barang dan jasa

4. Wajib menarik dari peredaran barang dan jasa

5. Hasil Pengawasan disebarluaskan kepada masyarakat

12 | a s p e k h u k u m d a n e k o n o m i