21
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap Individu adalah unik, artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berfikir dan cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya. Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun dilingkkungan masyarakat dimana anak tersebut berada. Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang dimilikinya. Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang hendak dicapainya, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.Tujuan pendidikan adalah kualifikasi yang diharapkan dimiliki murid setelah dia menerima atau menyelesaikan program pendidikan pada lembaga pendidikan tertentu. Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia, baik tujuan-tujuan sekolah, perguruan tinggi, maupun tujuan nasional sudah mencakup ketiga ranah perkembangan manusia yaitu afeksi, kognisi dan psikomotor. Disamping itu peserta didik tidak dipaksakan untuk mengikuti pendidikan tertentu, melainkan

Peserta Didik Sebagai Faktor Pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oleh Kelompok 5. PTP B - UNM 2014

Citation preview

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang

    Setiap Individu adalah unik, artinya setiap individu memiliki perbedaan

    antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai

    dari perbedaan fisik, pola berfikir dan cara merespon atau mempelajari hal-hal

    baru. Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik,

    peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system

    pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak

    ada yang dididiknya.

    Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu

    dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik

    pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun dilingkkungan masyarakat

    dimana anak tersebut berada.

    Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang

    pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi

    yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau

    seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang

    dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun

    juga mengenali potensi yang dimilikinya.

    Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang

    hendak dicapainya, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari

    pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan

    kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.Tujuan pendidikan adalah kualifikasi

    yang diharapkan dimiliki murid setelah dia menerima atau menyelesaikan

    program pendidikan pada lembaga pendidikan tertentu.

    Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia, baik tujuan-tujuan

    sekolah, perguruan tinggi, maupun tujuan nasional sudah mencakup ketiga ranah

    perkembangan manusia yaitu afeksi, kognisi dan psikomotor. Disamping itu

    peserta didik tidak dipaksakan untuk mengikuti pendidikan tertentu, melainkan

  • diberi kebebasan untuk memilih sendiri, sesuai dengan bakat dan kemampuannya

    masing-masing. Hal ini sesuai dengan PPRI No. 19 Tahun 2005 pasal 19 yaitu

    proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

    menantang, kreatif, berpeluang unutuk berprakarsa, dan mandiri sesuai dengan

    bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologinya.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah dalam makalah, yaitu:

    1. Apa Pengertian Peserta Didik?

    2. Bagaimana Karakter Manusia Sebagai Peserta Didik?

    3. Bagaimana Batas Awal dan Akhir Pendidikan?

    4. Apa Pengertian Tujuan?

    5. Apa Fungsi Tujuan?

    6. Bagaimana Sumber dan Dasar Perumusan Tujuan pendidikan?

    7. Bagaimana Jenis dan Hirarki Tujuan Pendidikan?

    C. Tujuan Penulisan

    Pembuatan makalah ini bertujuan :

    1. Mengetahui arti atau maksud dari kata peserta didik

    2. Mengetahui macam-macam kepribadian atau karakteristik masing-masing

    peserta didik

    3. Mengetahui batas awal dan akhir pendidikan

    4. Menegtahui pengertian Tujuan

    5. Mengetahui fungsi tujuan

    6. Mengetahui Bagaimana Sumber dan Dasar Perumusan Tujuan pendidikan

    7. Menegtahui Jenis dan Hirarki Tujuan Pendidikan

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    A.Peserta Didik sebagai Faktor Pendidikan

    1. Pengertian Peserta Didik

    Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab juga disebut

    dengan timidz jamaknya adalahTalamid, yang artinya adalah murid,

    maksudnya adalah orang-orang yang mengingini pendidikan. Dalam bahasa

    arab dikenal juga dengan istilah Thalib jamaknya adalah Thullab, yang artinya

    adalah orang-orang yang mencari ilmu.

    Dalam arti Luas, Peserta didik adalah setiap orang yang terkait dengan

    proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit, peserta didik

    diartikan setiap siswa yang belajar di sekolah (sinolungan, 1997)

    Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI no.20 tahun 2003 tentang system

    pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

    mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis

    pendidikan tertentu.

    Menurut (Ahmadi abu,2007) juga menuliskan tentang pengertian peserta

    didik, peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha,

    bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan

    tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara,

    sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu

    Departemen pendidikan nasional , menegaskan bahwa peserta didik adalah

    anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur,

    jenjang, dan jenis pendidikan.

    Jadi,Peserta didik adalah individu yang mengalami perkembangan dan

    perubahan, sehingga ia harus mendapatkan bimbingan dan arahan untuk

    membentuk sikap moral dan kepribadian.

    2. Karakter Manusia sebagai Peserta Didik

    Individu memiliki sifat bawaan(heredity) dan karakteristik yang diperoleh

    dari pengaruh lingkungan sekitar.Menurut ahli psikologi, kepribadian dibentuk

  • oleh perpaduan factor pembawaan dan lingkungan.Karakteristik yang bersifat

    biologis cenderung lebih bersifat tetap,sedangkan karakteristik yang berkaitan

    dengan faktor psikologis lebih mudah berubah karena dipengaruhi oleh

    pengalaman dan lingkungan.

    a. Pengertian dan Karakteristik Kehidupan Pribadi

    Pengertian: Kehidupan individu yang utuh, lengkap, dan memiliki cirri

    khusus/unik.Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek,antara lain:

    1) aspek emosional

    2) aspek sosial psikologis

    3) aspek sosial budaya

    4) kemampuan intelektual terpadu secara integratif terhadap faktor lingkungan.

    Karakteristik kehidupan pribadi bersifat khusus,dengan kata laintidak

    dapat disamakan dengan individu-individu lainnya. Seseorang individu juga

    memerlukan sebuah pengakuan dari pihak lain tentang harga dirinya.Ia

    mempunyai harga diri dan berkeinginan untuk selalu mempertahankan harga diri

    tersebut.

    b.Macam-macam karakteristik kepribadian

    Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini

    adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih

    memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar

    dan mengajar berlangsung dengan maksimal.

    Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan

    Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:

    1. Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas,

    bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan

    spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.

    2. Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka

    menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.

  • 3. Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan

    kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan

    gugup.

    Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan:

    Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi

    kepribadian sebagai berikut:

    a. Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.

    b. Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak

    kreatif.

    c. Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar

    (evasive), neurotik.

    d. Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.

    e. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar,

    tertekan, menyendiri, sedih.

    f. Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.

    g. Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.

    h. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional,

    tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.

    i. Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.

    j. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas,

    mudah lelah.

    k. Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.

    l. Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.

    Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)

    Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik.

    Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang

    menentukan temperamen seseorang. Tipe kepribadian itu antara lain:

    a. Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan

    pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak

    sabar.

  • b. Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan

    temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.

    c. Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban,

    pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.

    d. Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat

    periang, aktif, dinamis, dan cekatan.

    Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa

    Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat

    jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:

    1. Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh

    tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan

    kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.

    2. Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk

    pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan

    mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.

    3. Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/

    atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan

    kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.

    Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe

    campuran (dysplastic).

    Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)

    Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan

    sosial seseorang, yaitu:

    1. Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.

    2. Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan

    dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.

    Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara

    ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.

    Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk

    sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses

  • pengembangan. (Wijaya,1988) menyatakan karakteristik anak secara

    sederhana dapat dikelompokkan atas:

    1. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.

    2. Anak yang biasa-biasa saja.

    3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam

    melakukan kegiatan pembelajaran di dekolah.

    Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa:

    Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara

    bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak

    samapai masa puber.

    1.Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)

    Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak

    meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD.

    Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah

    menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa

    ini, anak sedang dalam proses penegmbangan kepribadian yang unik dan

    menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan

    sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat

    menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai

    SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik

    siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai

    belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh

    terhadap perkembangan anak.

    2.Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)

    Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-

    ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang

    digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir

    sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak

    dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya.

    Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak

    bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para

  • pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia

    ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak

    diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang

    dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri

    dalam kehidupannya kelak.

    3. Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 14/15 tahun)

    Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan

    masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber,

    puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun

    terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak

    dan remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi

    basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa

    remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan

    dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh,

    sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber.

    Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi

    belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta

    persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa

    maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang

    menaik diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain, serta membantunya

    agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan

    orang atau masyarakat di sekitarnya

    c.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pribadi

    Perkembangan pribadi yang menyangkut aspek psikologis dapat

    ditunjukkan oleh sikap dan perilakunya.Menurut ahli psikologi perkembangan

    kehidupan pribadi manusia dipengaruhi oleh faktor keturunan (pembawaan) dan

    factor lingkungan (pengalaman).

    Aliran Nativisme menyatakan perkembanagn pribadi telah ditentukan

    sejak lahir,sedangkan aliran Empirisme menyatakan perkembangan pribadi

    dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Aliran yang menyatakan bahwa kedua faktor

  • itu secara terpadu memberikan pengaruh tarhadap kehidupan seseorang adalah

    aliran konvergensi.

    d. Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pribadi

    Perkembangan pribadi setiap individu berbeda-beda sesuai dengan

    pembawaan dan lingkungan tempat mereka hidup dan dibesarkan. Oleh karena

    itu, kepribadian setiap individu akanberbeda-beda sesuai denga sifat badan

    dankondisi lingkungan hidupnya.

    e. Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi terhadap Tingkah Laku

    Kepribadian atau tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh proses

    perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya berinteraksi

    dengan lingkungannya serta kejadian-kejadian saat sekarang.

    Kehidupan pribadi yang mantap akan membentuk perilaku yang mantap

    pula,sehingga mampu memecahkan berbagai permasalahan hidupnya.

    Upaya Pengembangan Kehidupan Pribadi

    Upaya pengembangan kehidupan pribadi dapat dilakukan sbb.:

    a) Membiasakan hidup sehat,teratur,serta efisien waktu, mengenal dan

    memahami nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku secara baik dan

    benar.

    b) Mengerjakan tugas dan pekerjaan sehari-hari secara mandiri dan penuh

    tanggung jawab.

    c) Sering bersosialisasi dengan masyarakat.

    d) Melatih cara merespon berbagai masalah dengan baik.

    e) Menghindari sikap dan tindakan yang bersifat lari dari masalah.

    f) Disiplin, patuh, dan tanggung jawab terhadap aturan hidup keluarga.

    g) Melaksanakan peran sesuai status dan tanggung jawab dalam kehidupan

    keluarga.

    h) Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meningkatakan penguasaan

    ilmu pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat dan minat yang

    dimiliki,baik melalui pendidikan yang formal maupun tidak.

  • Selain itu perlu diciptakan suasana yang kondusif dan keteladanan dari pihak

    yang memiliki otoritas, serta mengefektifkan perkembangan sosial.

    3. Batas Awal dan Akhir Pendidikan

    a.Pengertian Batas-batas Pendidikan Dan Batas-batas Awal Pendidikan

    Batas batas pendidikan yang dimaksud disini ialah hal-hal yang menyangkut

    masalah kapan pendidikan itu dimulai dan kapan pendidikan itu berakhir.

    Langeveld menyatakan bahwa saat kapan pendidikan itu dimulai disebut batas

    bawah dari pendidikan, dan saat kapan pendidikan itu berakhir, disebutkan batas

    akhir dari pendidikan itu ialah saat mana anak telah sadar / mengenal kewibawaan

    ( Razaq,2003 ).

    Ada beberapa pendapat mengenai pengertian batas - batas awal pendidikan :

    1) Al-Abdori

    Menyatakan bahwa anak dimulai di didik dalam arti sesungguhnya

    setelah berusia 7 tahun, oleh karena itu beliau mengeritik orang tua yang

    menyekolahkan anaknya pada usia yang masih terlalu muda, waktu sebelum

    usia 7 tahun.

    2) Dr. Asma Hasan Fahmi

    Mengemukakan bahwa dikalangan ahli didik Islam berbeda pendapat

    tentang kapan anak mulai dapat di didik sebagian diantara mereka

    mengatakan setelah anak berusia 4 tahun.

    3) Athiyah Al-Abrasy

    Mengatakan anak di didik itu dimulai setelah anak berusia 5 tahun,

    yaitu dengan membaca Al-Qur an, mempelajari Sya ir, sejarah nenek

    moyang dan kaumnya, mengendarai kuda dan memanggul senjata.

    4) Zakiyah Derajat

    Meninjau dari segi psikologi, beliau menjelaskan bahwa usia 3-4

    tahun dikenal sebagai masa pembangkang. Dari segi pendidikan justru pada

    masa itu terbuka peluang ketidak patuhan yang sekaligus merupakan landasan

    untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya. Setelah itu anak mulai

    memiliki kesadaran batin atau motivasi dalam perilakunya. Di sini pula mulai

  • terbuka penyelenggaraan pendidikan artinya sentuhan sentuhan pendidikan

    untuk menumbuh kembangkan motivasi anak dalam perilakunya kearah-arah

    tujuan pendidikan.

    Pendididkan itu dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke

    arah pendidikan yang nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak

    dilahirkan, sedangkan pendidikan sesungguhnya baru terjadi kemudian.

    Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak dituntut pengertian bahwa ia

    harus memahami apa yang dikehendaki oleh pemegang kewibawaan dan

    menyadari bahwa hal yang di ajarkan adalah perlu baginya. Dengan singkat dapat

    dikatakan bahwa diri utama dari pendidikan yang sesungguhnya ialah adanya

    kesiapan interaksi edukatif antara pendidik dan terdidik

    Oleh karena itu,manusia dibimbing dan diarahkan sejak awal

    pertumbuhannya agar kehidupannya berjalan mulus. Bimbingan yang dilakukan

    sejak dini mempunyai pengaruh amat besar sekali bagi kehidupan masa dewasa.

    b. Batas Batas Akhir Pendidikan

    Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya pendidikan anak

    berlangsung untuk pertama kalinya, begitu pula sulitnya menentukan kapan

    pendidikan itu berlangsung untuk terakhir kalinya. Kesulitan tersebut berkaitan

    erat dengan kesukaran menentukan masa kematangan. Seorang anak dalam hal-

    hal lain kadang-kadang masih tetap menunjukkan sikap kekanak-kanakan.

    Disamping itu masih dapat ditambahkan pula bahwa lingkungan dan keadaan

    kehidupan seseorang turut mempengaruhi percepatan atau tempo proses

    kematangnnya. Kenyataan-kenyataan itu tidak memberi peluang untuk dapat

    menentukan pada umur berapa pendidikan manusia harus berakhir.

    Sehubungan dengan itu, perlulah suatu kehati-hatian kalau juga ingin

    mengatakan bahwa sepanjang tatanan yang berlaku proses pendidikan itu

    mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah, titik akhir bersifat principal dan

    tecapai bila seseorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara mantap

    mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai dengan pandangan hidupnya.

    Ia telah memiliki kepahaman terhadap segala pengaruh yang menerpa kehidupan

  • batiniyahnya dengan berpegang dan mengembalikiannya pada dasar dasar

    pedoman hidup yang kokoh. Pada kondisi yang disebutkan diatas, pendidikan

    sudah tidak menjadi masalah lagi, ia telah dapat mendidik dirinya sendiri.

    B.Tujuan sebagai Faktor Pendidikan

    1.Pengertian Tujuan

    Tujuan pendidikan adalah salah satu unsur pendidikan berupa rumusan

    tentang apa yang harus dicapai oleh peserta didik yang berfungsi sebagai pemberi

    arah bagi semua kegiatan pendidikan.Tujuan pendidikan menjadi pedoman dalam

    rangka menetapkan isi pendidikan,metode pendidikan,alat pendidikan,dan tolak

    ukur dalam rangka melakukan evaluasi terhadap hasil pendidikan.

    Menurut M.J Lavengeld (1980) bahwa tujuan umum pendidikan adalah

    kedewasaan atau manusia dewasa,yaitu manusia menentukan sendiri secara

    mandiri atas tanggung jawab sendiri.Pengertian lain tentang tujuan umum

    pendidikan adalah mampu melaksanakan tugas dari Tuhan dengan sebaik-

    baiknya,melaksanakan tugas kemanusiaan,melaksanakan tugas sebagai warga

    negara,mampu melaksanakan tugas kemasyarakatan,serta mampu melaksanakan

    tugas sebagai pribadi yang utuh.

    2.Fungsi Tujuan

    Fungsi tujuan bagi pendidikan

    a. Sebagai arah pendidikan

    Tanpa adanya semacam antisipasi (pandangan ke depan) kepada tujuan,

    penyelrwenga akan banyak terjadi, demikian pula kegiatanpkegiatannya pun tidak

    akan efisien. Dalam hal ini tujuan akan menunjukan arah dari suatu usaha.

    Sedangkan arah tadi menunjukan jalan yang harus ditempuhdari situasi sekarang

    kepadasituasiberikutnya.

    b.Tujuan sebagai titik akhir

  • Suatu usaha tentu saja mengalami permulaan serta mengalami pula

    akhirnya. Mungkin saja ada usaha yang terhenti dikarenakan seatu kegagalan

    mencapai tujuan, namun usaha itu belum bias dikatakan telah berakhir. Pada

    umumnya, suatu usaha baru berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.

    c.Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain

    Apabila tujuan merupakan titik akhir dari suatu usaha, maka dasar ini

    merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen

    yang menjadi alas permulaan suatu usaha.Dengan demikian, antara dasar-dasar

    dan tujuan terbentanglah garis yang menunjukan arah bergeraknya usaha tersebut,

    serta dasar dan tujuan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan

    antara yang satu dengan yang lain.

    d.Memberi nilai pada usaha yang dilakukan

    Dalam konteks usaha-usaha yang dilakukan, kadang-kadang didapati

    tujuannya yang lebih luhur dan lebih mulia dibandingkan yang lainnya. Semua itu

    terlihat apabila berdasarkan nilai-nilai tertentu.

    3. Sumber dan dasar perumusan tujuan pendidikan

    Ada empat rumusan tujuan pendidikan di Indonesia :

    a.Rumusan tujuan pendidikan menurut UU No. 4 tahun 1950, tecatum dalam bab

    II pasal 3 yang berbunyi tujuan pendidikan dan pengajaran membentuk manusia

    susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

    tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

    b. Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPR No. II tahun 1960 yang

    berbunyi tujuan pendidikan ialah mendidik anak ke arah terbentuknya manusia

    yang berjiwa pancasila dan bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat

    sosialis Indonesia yang adil dan makmur material dan spiritual.

    c. Rumusan tujuan pendidikan menurut sistem pendidikan nasional pancasila

    dengan penetapan Presiden no. 19 tahun 1965 yang berbunyi tujuan pendidikan

    nasional kita, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dari

    pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi, supaya melahirkan warga negara

  • sosialis Indonesia yang susila, yang bertaggung jawab atas terselenggaranya

    masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun material

    yang berjiwa pancasila.

    d. Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPRS No. 2 tahun 1960 yang

    berbunyi tujuan pendidikan ialah membetuk manusia pancasialis sejati

    berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-

    Undang Dasar 1945 dan isi Undang-Undang Dasar1945.

    4. Jenis dan hirarki tujuan pendidikan.

    Pendidikan sebagai sebuah proses tentunya memiliki tujuan, seperti dalam

    UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah

    mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

    yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

    berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

    bertakwa kepada Tuhan YME, beraklah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

    mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Pendidikan merupakan aspek terpenting untuk dimiliki setiap umat manusia.

    Karena pendidikan dapat menciptakan perubahan sikap yang baik pada diri

    seseorang. Selain memberikan arah kemana harus melangkah, juga memberikan

    ketentuan untuk memilih isi/materi, strategi/metode pengajaran, serta cara-cara

    penilaian dalam melakukan usaha pendidikan itu. Sesuai dengan tingkatan, jenis

    sekolah, dan program pendidikan yang diberikan, (Nana Sudjana

    Sukamadinata,2002) membagi tujuan pendidikan dan pengajaran menjadi empat

    tingkatan menurut hierarki tujuan pendidikan yaitu :.

    a. Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia adalah manusia yang

    berjiwa pancasila

    b. Tujuan Institusional ialah tujuan pendidikan yang akan dicapai menurut

    jenis dan tingkatan sekolah atau lembaga pendidikan masing-masing,

    biasanya tercantum dalam kurikulum sekolah atau lembaga pendidikan

    yang harus dicapai setelah selesai belajar, Tujuan Institusional ini

    berbentuk Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan

  • untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman

    penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.

    Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan

    minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi

    lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi

    lulusan minimal mata pelajaran.

    c. Tujuan kurikuler adalah tujuan kurikulum sekolah yang telah diperinci

    menurut bidang studi atau mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.

    d. Tujuan intruksional adalah tujuan pokok bahasan atau tujuan sub pokok

    bahasan yang diajarkan oleh guru. Tujuan intruksional dibedakan menjadi

    dua macam yaitu tujuan intruksional umum (TIU) dan tujuan intruksional

    khusus (TIK).a. Umumnya tujuan intruksional umum berada pada tiap-

    tiap pokok bahasan yang telah dirumuskan didalam kurikulum sekolah,

    khususnya didalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).b.

    Tujuan intruksional khusus adalah tujuan pengajaran yang diharapkan

    dapat dicapai oleh siswa pada akhir tiap jam pelajaran, biasanya dibuat

    oleh guru yang dimuatkan didalam satuan pelajaran (satpel) atau dalam

    kurikulum saat ini dikenal dengan Standar kompetensi dan Kompetensi

    Dasar.

  • BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    1. Peserta didik adalah individu yang mengalami perkembangan dan perubahan,

    sehingga ia harus mendapatkan bimbingan dan arahan untuk membentuk

    membentuk sikap moral dan kepribadian dirinya.

    2. Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang diperoleh dari

    lingkungan sekitar. Karakteristik bersifat biologis yang cenderung lebih tetap

    dan karakteristik bersifat psikologis lebih mudah berubah karena dipengaruhi

    oleh pengalaman dan lingkungan.

    3. Pendidikan itu dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke

    arah pendidikan yang nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang

    anak dilahirkan, sedangkan pendidikan sesungguhnya baru terjadi

    kemudian.Sepanjang tatanan yang berlaku proses pendidikan itu mempunyai

    titik akhir yang bersifat alamiah, titik akhir bersifat principal dan tecapai bila

    seseorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara mantap

    mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai dengan pandangan

    hidupnya.

    4. Tujuan pendidikan menduduki posisi yang penting diantara komponen-

    komponen pendidikan lainya yang memuat gambaran tentang nilai-nilai yang

    baik, luhur, pantas dan benar dan indah untuk kehidupan. Maka menjadi

    keharusan bagi pendidikan untuk memahaminya sehingga tidak terjadi

    kesalahan dalam suatu pendidikan (salah teoretis). Tanpa perumusan tujuan,

    guru tidak dapat merancang pelajaran, tidak bisa mengukur keberhasilan dari

    penyampaian pelajaran, dan sukar mengorganisir kegiatan siswa dalam

    pencapaian tujuan pengajaran itu.

    5. Fungsi tujuan bagi pendidikan yaitu: sebagai arah pendidikan, tujuan sebagai

    titik akhir, tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain,dan Memberi nilai

    pada usaha yang dilakukan

    6. Sumber dan dasar perumusan tujuan pendidikan ada empat rumusan tujuan

    pendidikan di Indonesia Rumusan tujuan pendidikan menurut UU No. 4 tahun

  • 1950, Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPR No. II tahun 1960,

    Rumusan tujuan pendidikan menurut sistem pendidikan nasional pancasila

    dengan penetapan Presiden no. 19 tahun 1965,dan Rumusan tujuan pendidikan

    menurut ketetapan MPRS No. 2 tahun 1960.

    7. Jenis hirarki tujuan yaitu tujuan umum pendidikan,tujuan instusional,tujuan

    kurikuler dan instruksional.

    B. Saran

    Bagi peserta didik harus senantiasa menjalankan kewajiban-kewajiban dan

    etika-etika yang ada dalam menuntut ilmu, supaya dalam menuntut ilmu

    mendapatkan kemudahan dan dapat tercapai apa tujuan dari peserta didik itu

    sendiri.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars.

    Wijaya, Juhana. 1988. Psikologi Bimbingan. Bandung: PT Eresco.

    Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta:

    Depdiknas.

    Suadianto. 2009. Pentingnya Mengenak Kepribadian Siswa untuk Meningkatkan

    Prestasi Belajar.yogyakarta:Gramedia.

    Sinolungan,1997.Peserta didik penting untuk menilai mutu pendidikan suatu

    daerah.Jurnal pendidikan anak.Medan.Vol XXI.No D2 ; 12-15

    Ahmadi abu,2007.Pentignya pendidikan dan perkembangan peserta didik.Jurnal

    pendidikan.Yogyakarta.Vol IX.No 12;27

    Wijaya,1988.Pendidikan berkarakter.Bandung.Gramedia

    Razaq,2003.Evaluasi tujuan pendidikan bangsa.Depdiknas

    Menurut M.J Lavengeld ,1980.System education of children .Jurnal statistic

    seducation (edisi terjemahan).Jakarta.Vol VI.No 223;203

    Nana Sudjana Sukamadinata,2002. Psikologi Pendidikan(edisi terjemahan).

    Bandung: Jemars

    Ketetapan MPR No. II tahun 1960. Tentang rumusan tujuan pendidikan

    Ketetapan MPRS No. 2 tahun 1960. Tentang rumusan tujuan pendidikan

    Pasal 1 ayat 4 UU RI no.20 tahun 2003. Tentang system pendidikan nasional

  • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 11 Tahun 2005 tentang

    standar nasional

    Pidarta, Made.2009. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

    Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003.Tentang Sistem Pendidikan NasionalUU

    No. 4 tahun 1950.Tentang rumusan tujuan pendidikan

  • Kelas: B

    Nama Kelompok:

    PESERTA DIDIK SEBAGAI FAKTOR PENDIDIKAN

    Disajikan dalam Diskusi Kelompok pada Mata Kuliah Pengantar Pendidikan tanggal 5 Mei 2015

    Disusun Oleh:

    Oleh :

    Andi Alifia Faradiba Nurhayati Tanra Benarti Haerani Sitti Rahmaniar A Husni Reza Ariyanto Sultan Efi Wahdayani Nurul Charismawaty S

    Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

    Mei, 2015