Upload
muhammad-hafidl-hasbullah
View
122
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Family Health in Nursing K3LN 2010
Pola dan proses komunikasi dalam kelurga
A. DEFINISI KOMUNIKASI
Definisi Komunikasi Menurut para Ahli
Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mendefinisikan komunikasi sebagai
suatu proses yang mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu
saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku,
perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-
kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the
source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver).
Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi
(sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut :
“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti
umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita
sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan
seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti
dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para
pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi
sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi
memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu”
(Suprapto, 2006 : 2-3).
Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm tampak
lebih cenderung mengarah pada sejauh mana keefektifan proses berbagi antar
pelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness), kesepahaman
antara sumber (source) dengan penerima (audience)-nya. Menurutnya, sebuah
komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan,
pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh
penyampai.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 1
Family Health in Nursing K3LN 2010
Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi
sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan
suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para
komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan.
Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan
elemen lain (Suprapto, 2006 : 5).
Sebagai proses, kata Smith, komunikasi sekaligus bersifat khas dan umum,
sempit dan luas dalam ruang lingkupnya. Dirinya menguraikan :
“Komunikasi antarmanusia merupakan suatu rangkaian proses yang halus dan
sederhana. Selalu dipenuhi dengan berbagai unsur-sinyal, sandi, arti tak peduli
bagaimana sederhananya sebuah pesan atau kegiatan itu. Komunikasi
antarmanusia juga merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia
dapat menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata maupun isyarat
ataupun kartu berlubang baik berupa percakapan pribadi maupun melalui
media massa dengan audience di seluruh dunia…ketika manusia berinteraksi
saat itulah mereka berkomunikasi…saat orang mengawasi orang lain, mereka
melakukan melalui komunikasi” (Blake dan Haroldsen, 2003 : 2-3).
Sedangkan, Larry A Samovar, Richard E Porter dan Nemi C Janin
dalam bukunya Understanding Intercultural Communication mendefinisikan
komunikasi sebagai berikut :
“Communication is defined as a two way on going, berhaviour affecting
process in which one person (a source) intentionally encodes and transmits
a message throught a channel to an intended audience (receiver) in order to
induce a particular attitude or behaviour” (Purwasito, 2003 : 198).
Dance dan Larson (dalam Vardiansyah, 2004 : 9) setidaknya telah
mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Namun, Dance dan
Larson mengidentifikasi hanya ada tiga dimensi konseptual penting yang
mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu, antara lain:
1. Tingkat observasi atau derajat keabstrakannya. (a) Definisi bersifat umum,
misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses yang
menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. (b)
Definisi bersifat khusus, misalnya definisi yang menyatakan bahwa
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 2
Family Health in Nursing K3LN 2010
komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer, perintah dan
sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir dan sebagainya.
2. Tingkat kesengajaan. (a) Definisi yang mensyaratkan kesengajaan,
misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-
situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan
kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku
penerima. (b) Definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari Gode
(1959) yang menyatakan komunikasi sebagai proses yang membuat
sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang
menjadi dimiliki dua orang atau lebih.
3. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan. (a) Definisi yang menekankan
keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan
bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan
saling pengertian. (b) Definisi yang tidak menekankan keberhasilan dan
tidak diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan komunikasi
adalah proses transmisi informasi.
Dari berbagai definisi komunikasi yang ada, Sasa Djuarsa Sendjaja
dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mencoba menjabarkan tujuh
definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian
komunikasi. Definisi-definisi tersebut antara lain :
1. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
Definisi ini seperti yang dikemukakan Hovland, Janis & Kelley (1953).
2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata,
gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Komunikasi ini seperti yang
dikemukakan Berelson dan Stainer (1964).
3. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan
siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan
akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To
whom? With what effect?). Definisi seperti yang dikemukakan Lasswell
(1960).
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 3
Family Health in Nursing K3LN 2010
4. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula
dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua
orang atau lebih. Definisi ini seperti yang dikemukakan Gode (1959).
5. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi
rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau
memperkuat ego. Definisi ini seperti dikemukakan Barnlund (1964).
6. Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian
dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Definisi ini seperti yang
disampaikan Ruesch (1957).
7. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat
mempengaruhi pikiran orang lainnya. Definisi ini seperti yang dikemukakan
Weaver (1949) (Zubair, 2006).
Sementara Riswandi menyimpulkan beberapa karakteristik komunikasi
berdasar berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, antara lain :
1. Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan
serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada
tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun
waktu tertentu.
2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar,
disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.
3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku
yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-
pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat
dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan
yang disampaikan.
4. Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan dengan menggunakan
lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam
komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata,
kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya menuntut
dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut
tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 4
Family Health in Nursing K3LN 2010
6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya bahwa para
pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta
tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi
seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak
lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi. (Riswandi, 2006).
Komunikasi Keluarga
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,harapan dan pesan
yang disampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti , dilakukan
oleh penyampai pesan (sumber, komunikator sendiri) ditujukan kepada penerima
pesan (receiver, komunikan, audience). Komunikasi dalam interaksi keluarga
penyampai pesan dapat ayah, ibu, orang tua, anak , suami, isteri , mertua, kakek,
nenek. Begitupun sebagai penerima pesan. Pesan yang disampaikan dapat
berupa informasi, nasihat,petunjuk, pengarahan, meminta bantuan .Komunikasi
yang terjadi dalam keluarga merupakan komunikasi yang unik. Komunikasi yang
terjadi dalam keluarga melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat ,
nilai-nilai, pendapat , sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda-beda.
Komunikasi keluarga tidak sama dengan komunikasi antar anggota
kelompok biasa.Komunikasi yang terrjadi dalam suatu keluarga tidak sama
dengan komunikasi keluarga yang lain. Setiap keluarga mempunyai pola
komunikasi tersendiri. Relasi antara anak dan orang tua menunjukkan adanya
keragaman yang luas. Relasi orang tua dan anak dipengaruhi dan ditentukan oleh
sikap orang tua. Sikap yang berhubungan dengan afeksi dan dominasi; ada orang
tua yang mendominasi, yang memanjakan, acuh tak acuk dan oang tua akrab,
terbuka, bersahabat. Sikap orang tua yang berhubungan dengan ambisi dan minat
yaitu sikap orang tua yang mengutamakan sukses social, milik keduniawian,
suasana keagamaan dan nilai-nilai artistic. Perbedaan struktur social dapat
menyebabkan perbedaan relasi antara orang tua dan anak, antara lain :
1. Masyarakat industri modern
Anak sering kurang melakukan relasi dengan orang tuanya sehingga koordinasi
relasi lemah.
2. Masyarakat pertanian
Terdapat relasi yang dekat dengan tetangga dekat
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 5
Family Health in Nursing K3LN 2010
3. Masyarakat yang mengenal pemisahan orang dewasa dan anak
Banyak menimbulkan prasangka
4. Kehidupan di rumah sewaan (di kota besar) dan rumah sederhana (di desa)
Proses hidup dan kehidupan terbuka
Komunikasi dalam keluarga lebih banyak komunikasi antar pribadi.
Relasi antar pribadi dalam setiap keluarga menunjukkan sifat-sifat yang kompleks.
Komunikasi antar pribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di
antara dua orang atau kelompok kecil orang dengan berbagai efek dan umpan
balik.Setiap komponen harus dipandang dan dijelaskan sebagai bagian yang
terintegrasi dalam tindakan komunikasi antar pribadi.
Tujuan komunikasi yang akan dicapai dapat dilihat dari sudut
kepentingan sumber dan penerima, dari sudut kepentingan social dan pribadi .
Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber, yaitu untuk memberikan
informasi , mendidik, menghibur dan menganjurkan suatu tindakan.
Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima yaitu untuk memahami in
formasi, mempelajari sesuatu, menikmati dan menerima atau menolak suatu
anjuran.
Tujuan komunikasi untuk kepentingan sosial adalah untuk mengendalikan apa
yang terjadi di lingkungan masyarakat dalam mencegah keresahan,
memelihara ketertiban dan keamanan; untuk fungsi sosialisasi dalam upaya
pendidikan dan pewarisan nilai-nilai budaya, norma-norma; memberikan
hiburan pada warga masyarakat.
Tujuan komunikasi untuk kepentingan pribadi yaitu untuk menentukan
keputusan dalam bertindak sesuai aturan social , memperoleh pengetahuan
dan keterampilan untuk hidup bermasyarakat ; menikmati hiburan , rileks dari
kesulitan hidup sehari-hari.
Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari kepentingan
orang tua adalah untuk memberikan informasi, nasihat,mendidik dan
menyenangkan anak-anak. Anak berkomunikasi dengan orang tua adalah untuk
mendapatkan saran, nasihat, masukan atau dalam memberikan respon dari
pertanyaan orang tua. Komunikasi antar anggota keluarga dilakukan untuk
terjadinya keharmonisan dalam keluarga . Hasil komunikasi atau akibat
komunikasi dapat mencapai aspek kognitif menyangkut kesadaran dan
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 6
Family Health in Nursing K3LN 2010
pengetahuan,aspek afektif menyangkut sikap dan persaan dan aspek psikomotor
menyangkut perilaku dan tindakan. Hasil komunikasi di antara anggota keluarga
yaitu terjadinya perubahan perilaku anggota keluarga dalam menjaga
keharmonisan hubungan keluarga.
B. ELEMEN KOMUNIKASI KELUARGA
Komponen –komponen atau unsur-unsur komunikasi , yaitu : sumber,
komunikator,pesan, chanel (saluran) dan efek (hasil).
Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan
digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa
orang, lembaga, buku pedoman, dokumen. Seorang komunikator sebagai
penyampai pesan perlu memperhatikan penampilan yang sesuai dengan tata
karma, keadaan, waktu dan tempat. Selain penampilan , seorang komunikator
harus menguasai masalah dalam mencapai tujuan komunikasi. Penguasaan
bahasa bagi seorang komunikator penting agar tidak menimbulkan salah tafsir
dan ketidak percayaan .
Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan . Pesan yang
memenuhi syarat berisikan hal-hal yang umum difahami para audien, jelas
dan gamblang, simpati dan menarik, seimbang dan sesuai dengan keinginan
lomunikan.
Channel (Saluran)
Channel adalah saluran penyampaian pesan yang biasa disebut media.
Efek (Hasil)
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku
orang. Prosedur untuk mendapat efek yang baik yaitu attention (perhatian),
Interest(kepentingan), Desire (keinginan), Decision (keputusan) dan Action
(tindakan).
Komponen-komponen atau unsure-unsur dalam komunikasi keluarga ,
umumnya merupakan komunikasi antar pribadi anggota keluarga saling
berpengaruh dan terjadi keterpaduan. Komponen mana yang awal dan akhir, tidak
tertentu, sangat tergantung pada kondisi dan kebutuhan anggota keluarga.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 7
Family Health in Nursing K3LN 2010
Selain yang disebut di atas elemen komunikasi juga dapat dibagi dalam
komponen-komponen yang lebih luas, yaitu
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari
satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi
atau lmbaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikastor atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut source, sender atau encode.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan
biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.
3. Media
Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan
pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai
saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam
bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera dianggap
sebagai media komunikasi.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa saja satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai
atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 8
Family Health in Nursing K3LN 2010
khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut audience
atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan
penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak
ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena
dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi.
5. Interaksi
Interaksi merupakan bingkai dalam pengiriman dan penerimaan suatu pesan,
termasuk di dalam nya respon dari penerima dan pengirim. Interaksi dapat
menjadi dimanis, dimana merubah proses komunikasi antar individu.
6. Efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan,
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh
ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang, karena
pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatankeyakinan pada
pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
7. Umpan balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski
pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang
memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan ittu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-
al seperti ini menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
8. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi
jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni
lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi
waktu.
C. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI KELUARGA
1. Semua perilaku adalah komunikasi. Dalam berbagai situasi, baik dua orag
atau lebih, individu bisa atau tidak menggunakan komunikasi verbal, akan
tetapi tidak dapat luput dari komunikasi nonverbal termasuk didalamnya
seperti gaya tubuh dalam mengekpresikan sesuatu.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 9
Family Health in Nursing K3LN 2010
2. Bahwa komunikasi mempunyai dua tingkat yaitu informasi (isi) dan perintah
(intruksi). Isi yaitu apa yang sebenarnya sedang dikatakan (bahasa verbal).
Sedangkan intruksi adalah menyampaikan maksud dari pesan (Goldenberg,
2000). Isi suatu pesan dapat saja berupa pernyataan sederhana, tetapi
mempunyai meta – pesan atau intruksi bergantung pada variable seperti
emosi dan alur bicara, gerakan dan posisi tubuh serta nada suara.
3. Berhubungan dengan “pemberian tanda baca (pungtuasi) (Watzlawick et al.,
1967) atau rangkaian komunikasi” (Bateson, 1979). Komunikasi melibatkan
transaksi, dan dalam pertukaran tiap respon berisi komunikasi berikutnya,
selain riwayat hubungan sebelumnya (Hartman & Laird, 1983).
4. Komunikasi diuraikan oleh Watzlick dan rekannya (1979) terdapat dua tipe
komunikasi yaitu, digital dan analogik. Komunikasi digital adlah komunikasi
verbal (bahasa isyarat) yang pada dasarnya menggunakan kata dengan
pemahaman arti yang sama. Sedangkan komunikasi analaogik yaitu idea tau
suatu hal yang dikomunikasikan, dikirim secara nonverbal dan sikap yang
representative (Hartman & Laird, 1983). Komunikasi analogik dikenal
sebagai bahasa tubuh , ekspresi tubuh, ekspresi wajah, irama dan nada kata
yang diucapkan (isyarat) berbagai manifestasi non verbal lainnya (non
bahasa) yang dapat dilakukan oleh seseorang (Watzlick et al, hal 62).
5. Diuraikan oleh kelompok yang sama dari beberapa ahli teori komunikasi
keluarga (Watzlick, Beavin, & Jackson, 1967) yang disebut prinsip redundasi
(kemubadziran). Prinsip ini merupakan dasar pengembangan penelitian
keluarga yang menggunakan keterbatasan pengamatan interaksi keluarga
sehingga dapat memberikan penghayatan yang valid kedalam pola umum
komunikasi
6. Semua interaksi komunikasi yang simetris atau komplementer. Pola
komunikasi simetris adalah perilaku pelaku bercermin pada perilaku pelaku
interkasi yang lainnya. Sedangkan komukasi komplementer adalah perilaku
seorang pelaku interaksi melengkapi perilaku pelaku interkasi lainnya. Jika
satu dari dua tipe komunikasi tersebut digunakan secara konsisten dalam
hubungan keluarga, tipe komunikasi ini mencerminkan nilai dan peran serta
anggota keluarga dan pengaturan kekuasaan keluarga (Batson, dkk., 1963).
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 10
Family Health in Nursing K3LN 2010
D. SALURAN KOMUNIKASI KELUARGA
Saluran informasi adalah rute atau cara informasi sampai kepada penerima.
Dalam jaringan komunikasi keluarga juga menggunakan saluran dalam
menyampaikan pesan kepada anggota keluarga. Dalam keluarga, saluran
informasi dapat bervariasi tergantung setting hubungan anggota
keluarga.contohnya keluaga patriarchal akan memberikan komunikasi dengan
jenis perintah yang berasal dari ayah ke ibu lalu ke anak, ini disebut jaringan
komunikasi vertical.
Keluarga biasanya menggunakan saluran komunikasi sesuai dengan struktur
kekuatan keluarga, dekatan dalam keluarga, peran keluarga, dan popularitas
dalam keliarga. Popolaritas berpusat pada individu mengindikasikan bahwa
adanya konvergenitas saluran komunikasi pada satu orang. Orang ini biasanya
orang menengah atau penengah dalam keluarga. Lawannya, anggota keluarga
yang lain akan merasa tidak popular, takut, menolak, dan mengesampingkan
posisinya.
Komunikasi dalam interaksi keluarga dapat terjadi secara kebetulan di antara
anggota keluarga. Selain dari itu komunikasi dalam interaksi keluarga dapat
berlangsung berbalas-balasan. Orang yang terlibat dalam komunikasi dua sampai
empat orang. Apabila perckapan mereka semakin serius, maka dapat terjadi
dialog, di antara mereka.Kondisi demikian siapa yang menjadi komunikator dan
siapa yang menjadi komunikan menjadi tidak jelas. Dalam kehidupan sehari-hari
ada berbagai saluran yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi. Seseorang
menggunakan saluran tertentu, sebagai saluran sementara atau sewaktu-waktu
dalam interaksi dengan orang lain.
Kadang-kadang saluran ini dikembangkan sebagai hal yang menetap dan
berakar bersama perkembangan pribadinya. Saluran mana yang digunakan ,
tergantung pada pengalaman belajar sebelumnya dan tergantung pada intensitas
ancaman yang diperoleh dan dirasakannya serta kecemasan yang menyertai
tanggapan akan ancaman itu . Saluran komunikasi tersebut meliputi :
1. Konsonan
Konsonan adalah komunikasi dimana perasaan dan perilaku dinyatakan
seiring dan searti dengan pesan yang diberikan . Orang yang menggunakan
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 11
Family Health in Nursing K3LN 2010
saluran ini adalah orang yang merasa aman untuk mengatakan apa saja
yang ada dalam benaknya.
2. Celaan
Reaksi yang biasa dilakukan oleh orang yang merasa dirinya selalu
terancam, dalam bentuk menggerutu, kritik yang berlebihan atau bersikap
kasar.
Orang pencela ini biasanya menderita harga diri rendah, dan berusaha
meningkatkannya dengan mencela atau mencemoohkan orang lain.
3. Kepatuhan
Orang yang patuh biasanya cenderung untuk menyalahkan dirinya sendiri
apabila terjadi sesuatu yang menimpa diriya atau keluarganya .Biasanya
anggota keluarga lain mempergunakan saluran komunikasi celaan terhadap
anggota keluarga yang seperti ini.
4. Intelektualisasi
Saluran ini memusatkan memusatkan interaksi pada kemampuan rasional,
kemampuan mental dan kemampuan intelektual.
Dalam perilakunya orang semacam ini menampilkan diri sebagai orang
tanpa perasaan. Orang semacam ini melakukan tindakan tidak sesuai
dengan perasaannya, atau ia dalam konflik antara pikiran dan
perasaannya.Penggunaan saluran ini dalam komunikasi antar keluarga,
terdapat jarak emosional yang menghambat hubungan mereka di antara
anggota tersebut.
5. Acuh tak acuh
Saluran ini merupakan saluran tidak sehat, yang bersumber pada ketakutan,
kemarahandan keinginan untuk memanipulasi orang lain.Komunikasi ini
sering muncul dalam bentuk bungkam, sikap tidak peduli ,tanpa
memperhatikan yang diajak berbicara
E. PROSES KOMUNIKASI KELUARGA YANG BAIK
Komunikasi dalam interaksi keluarga yang dianggap penting untuk
mencapai tujuan tertentu, biasanya direncanakan dan diutamakan.Komunikasi
dikatakanberhasil kalau menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Komunikasi
demikian harus dilakukan dengan efektif. Orang tua sebagai pemimpin dalam
keluarga , dapat berperan sebagai komunikator atau dapat menunjuk salah
seorang anggota keluarga menjadi komunikator. Fungsi komunikator adalah
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 12
Family Health in Nursing K3LN 2010
menyediakan sumber informasi. Selanjutnya menjaring dan mengevaluasi
informasi yang tersedia dan mengolah informasi ke dalam suatu bentuk yang
cocok dengan bagi beberapa anggota keluarga sebagai penerima informasi.
Peranan utama komunikator adalah menciptakan suasana yang baik dalam
proses komunikasi tersebut. Anggota keluarga lainnya menjadi komunikan yang
aktif berpartisipasi.
1. Dalam kominikasi , harus ada kemauan antara komunikator dan
komunikan, tidak setengah-tengah dalam berlangsungnya komunikasi
2. Komunikasi akan mencapai hasil yang diharapkan apabila komunikator
dapat mempengaruhi dan mengubah perilaku orang lain
3. Pesan-pesan dalam komunikasi harus dapat dimengerti, difahami dan
menjadi jelas
4. Komunikai yang baik terjadi keselarasan dan kesesesuaian antara
pesan dan umpan balik
5. Komunikasi yang berhasil yaitu pesan yang diterima komuikan sesuai
dengan maksud pesan yang dikirim komunikator. Komunikasi yang
berhasil menggunakan komunikasi dua arah.
Menurut sebagian besar terpi keluarga, komunikasi fungsional dipandang
sebagia landasan keberhasilan, keluarga yang sehat (Watzlick & Goldberg, 2000)
dan komunikasi fungsional didefinisikan sebagai pengiriman dan penerima pesan
baik isi maupun tingkat instruksi pesan yang lansung dan jelas (Sells,1973), serta
sebagi sasaran antara isi dan tingkat instruksi. Dengan kata lain komunikasi
fungsional dan sehat dalam suatu keluarga memerlukan pengirim untuk
mengirimkan maksud pesan melalui saluran yang reltif jelas dan penerima pesan
mempunyai pemahaman arti yang sama dengfan apa yang dimaksud oleh
pengirim (Sells). Proses komunikasi fungsional terdiri dari beberapa unsur, antara
lain :
1. Pengiriman Fungsional
Satir (1967) menjelaskan bahwa pengiriman yang berkomunikasi secara
fungsional dapat menyatakan maksudnya dengan tegas dan jelas,
mengklarifikasi dan mengualifikasi apa yang ia katakan, meminta umpan balik
dan terbuka terhadap umpan balik.
a) Menyatakan kasus dengan tegas dan jelas
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 13
Family Health in Nursing K3LN 2010
Salah satu landasan untuk secara tegas menyatakan maksud seseorang
adalah penggunaan komunikasi yang selaras pada tingkat isi dan
instruksi (satir,1975)
b) Intensitas dn keterbukaan.
Intensitas berkenaan dengan kemampuan pengirim dalam
mengkomunikasikan persepsi internal dari perasaan, keinginan,dan
kebutuhan secara efektif dengan intensitas yang sama dengan persepsi
internal yang dialaminya. Agar terbuka, pengirim fungsional
menginformasikan kepada penerima tentang keseriusan pesan dengan
mengatakan bagaimana penerima seharusnya merespon pesan
tersebut.
c) Mengklarifikasi dan mengualifikasi pesan
Karakteristik penting kedua dari komunikasi yang fungsional menurut
Satir adalah pernyataan klarifikaasi daan kualifikaasi. Pernyataan
tersebut memungkinkan pengirim untuk lebih spesifik dan memastikan
persepsinya terhadap kenyataan dengan persepsi orang lain.
d) Meminta umpan balik
Unsur ketiga dari pengirim fungsional adalah meminta umpan balik, yang
memungkinkan ia untuk memverifikasi apakah pesan diterima secara
akurat, dan memungkinkan pengirim untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk mengklarifikasi maksud.
e) Terbuka terhadap umpan balik
Pengirim yang terbuka terhadap umpan balik akan menunjukkan
kesediaan untuk mendengarkan, bereaksi tanpa defensive, dan
mencoba untuk memahami. Agar mengerti pengirim harus mengetahui
validitas pandangan penerima. Jadi dengan meminta kritik yang lebih
spesifik atau pernyataan “memastikan”, pengirim menunjukkan
penerimaannya dan minatnya terhadap umpan balik.
2. Penerima Fungsional
Penerima fungsional mencoba untuk membuat pengkajian maksud suatu pesa
secara akurat. Dengan melakukan ini, mereka akan lebih baik
mempertimbangkan arti pesan dengan benar dan dapat lebih tepat mengkaji
sikap dan maksud pengirim, serta perasaan yang diekspresikan dalam
metakomunikasi. Menurut Anderson (1972), penerima fungsional mencoba
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 14
Family Health in Nursing K3LN 2010
untuk memahami pesan secara penuh sebelum mengevaluasi.ini berarti
bahwa terdapat analisis motivasi dan metakomunikasi, serta isi. Informasi
baru, diperiksa dengan informasi yang sudah ada, dan keputusan untuk
bertindak secara seksama dioertimbangkan. Mendengar secara efektif,
member umpan balik, dan memvalidasi tiga tekhnik komunikasi yang
memungkinkan penerima untuk memahami dan merespons pesan pengirim
sepenuhnya.
a. Mendengarkan
Kemampuan untuk mendengar secara efektif merupakan kualitas
terpenting yang dimiliki oleh penerima fungsional. Mendengarkan secara
efektif berarti memfokuskan perhatian penuh pada seseorang terhadap
apa yang sedang dikomunikasikannya dan menutup semua hal yang
aakan merusak pesan. Penerima secara penuh memperhatikan pesan
lengkap dari pengirim bukan menyalahartikan arti dari suatu pesan.
Pendengar pasif merespons dengan ekspresi datar dan tampak tidak
peduli sedangkan pendengar aktif dengan sikap mengomunikasikan
secara aktif bahwa ia mendengarkan. Mengajukan pertanyaan
merupakan bagian penting dari mendengarkan aktif (Gottman, Notarius,
Gonso dan Markman, 1977). Mendengarkan secara aktif berarti menjadi
empati, berpikir tentang kebutuhan, dan keinginan orang lain, serta
menghindarkan terjadinya gangguan alur komunikasi pengirim.
b. Memberikan umpan balik
Karakteristik utam kedua dari penerima funbgsional adalah memberikan
umpan balik kepada pengirim yang memberitahu pengirim bagaimana
penerima menafsirkan pesan. Pernyataan ini mendorong pengirim untuk
menggali lebih lengkap. Umpan balik juga dapat melalui suatu proses
keterkaitan, yaitu penerima membuat suatu hubungan antara pengalaman
pribadi terdahulu (Gottman et.al, 1877) atau kejadian terkait dengan
komunikasi pengirim.
c. Memberi validasi
Dalam menggunakan validasi penerima menyampaikan pemahamannya
terhadap pemikiran dan perasaan pengirim. Validasi tidak berarti
penerima setuju dengan pesan yang dikomunikasikan pengirim, tetapi
menunjukan penerimaan atas pesan tersebut berharga.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 15
Family Health in Nursing K3LN 2010
Komunikasi yang efektif menurut Cutlip dan Center, komunikasi yang
efektif harus dilaksanakan dengan melalui empat tahap , yaitu :
1. Fact finding : Untuk berbicara perlu dicari fakta dan ata tentang komunikan
berkenaan dengan keinginan dan komposisinya
2. Planning : rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan bagaimana
mengemukakannya berdasarkan fakta dan data yang diperoleh
3. Communicating : berkomunikasi berdasarkan planning yang telah disusun
4. Evaluation :Penilaian dan analisis untuk melihat bagaimana hasil
komunikasi tersebut
Proses komunikasi mulai bila seseorang bicara pada orang lain nya,
karena dia memiliki sesuatu kebutuhan.Bicara adalah suatu usaha untuk
berkomunikasi dengan orang lain di luar dirinya. Jenis hubungan antar
pribadi ,yaitu :
1. Tahap perkenalan
Terbatas pada pertukaran informasi Pada tahap perkenalan jenis hubungan
pribadi dikategorikan sebagai kenalan. karena jenis hubungan antar pribadi
seperti ini sangat terbatas pada pertukaran informasi. Pada pertemuan
pertama saling mengenal , yang diutarakan hanya beberapa informasi. Dua
pribadi belum terlibat dalam cerita-cerita yang berifat pribadi.Hubungan pada
tahap perkenalan, dapat dikategorikan tahap pasif, yang mengutamakan
perhatian terhadap komunikan, tanpa menanyakan apa-apa; tahap aktif ,
yaitu mengajukan pertanyaan, memperhatikan dan mendengarkan
komunikan; tahap interaktif yaitu tahap memanipulasi komunikan agar
komunikator bisa memperoleh informasi melalui perilaku komunikan.
2. Tahap persahabatan :
komunikator dan komunikan merasa memiliki kedudukan yang sama yang
saling memberikan perhatian. Persahabatan memiliki beberapa fungsi , yaitu
membagi pengalaman, agar dua pihak sama-sama puas dan sukses,
menunjukkan dukungan emosional, sukarela membantu kalau diperlukan,
berusaha membuat pihak lain senang, membantu sesama, bila dia
berhalangan untuk sesuatu urusan.
3. Tahap keakraban dan keintiman :
interaksi dilakukan berulang-ulang dengan derajat kebebasan dan
keterbukaan yang sangat tinggi.Derajat keterbukaan mempengaruhi untuk
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 16
Family Health in Nursing K3LN 2010
terjadinya perubahan pikiran, perasaan dan perilaku.Hubungan pribadi yang
intim dan akrab banyak dipengaruhi emosi.Keakraban dan keintiman
antarpribadi terjadi karena dua pribadi memiliki banyak kesamaan,
sehinggga membuat hubungan mereka menjadi satu.Keadaan tersebut
dapat menimbulkan rasa cinta yang dapat menentukan relasi selanjutnya.
4. Hubungan suami dengan isteri :
keterbukaan tak terbatas, memberi dan menerima seluruh hidupnya dalam
kelebihan kekurangan, bahkan sampai akhir hayat.
5. Hubungan orang tua dengan anak :
menumbuhkan perasaan kita yang mendalam , diantara mereka. Jenis
hubungan ini ditandai dengan prinsip hubungan ketat, berdasarkan pertalian
darah.Perasaan yang tumbuh adalah perasaan yang mendalam pada prinsip
rasa kita dari pada rasa mereka.
6. Hubungan persaudaraan :
perasaan cinta antara anak-anak dari ayah dan ibu yang sama. Cinta yang
menandai hubungan persaudaraan itu berdasarkan emosi.Kedekatan intra
anggota keluarga akan membawa dampak bagi keluarga lain.
Sembilan cara untuk merubah pikiran orang tanpa menimbulkan rasa
kecewa dan mendongkol , yaitu :
1. Mulailah dengan memberikan pujian yang ikhlas
2. Jika menunjukkan kesalahan orang, lakukanlah dengan cara yang tidak
langsung
3. Berbicaralah tentang kesalahan diri sendiri, sebelum mengecam orang
lain
4. Berilah perintah dalam bentuk usul
5. Usahakan jangan sampai menyinggung perasaan orang
6. Pujilah perbaikan-perbaikan yang bagaimanapun kecilnya dan jika
memberikan pujian lakukan dengan ikhlas
7. Berilah reputasi (nama baik) , supaya ia mempertahankannya
8. Bersikaplah seolah-olah kesalahan mereka mudah diperbaiki dan
pekerjaannnya mudah dilakukan
9. Usahakan supaya orang lain suka melakukan, apa yang kita inginkan.
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, dalam bentuk sikap dan
tingkah laku. Komunikasi yang efektif , yaitu sikap dan tingkah laku itu sesuai
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 17
Family Health in Nursing K3LN 2010
dengan yang diharapkan dari komunikasi tersebut.Prosedur yang dapat ditempuh
untuk mendapat efek yang baik dari komunikasi menurut Wilbur Schraam yang
disebut sebagai Procedur A – A, yaitu : proses dari attention ke action.Komunikasi
dalanm interaksi keluarga , pertama harus dibangkitkan dulu Attention (perhatian)
anggota keluarga dengan berbagai cara, kemudian Interest (kepentingan) yang
disampaikan , sesuai dengan kebutuhan keluarga atau anggota keluarga.
Selanjutnya kembangkan keinginan-keinginan anggota kaluarga sehingga timbul
Decision (keputusan) untuk melakukan pesan yang diharapkan. Proses terakhir
dari keputusan itu muncul Action (tindakan ).
F. PROSES KOMUNIKASI KELUARGA YANG TIDAK BAIK
Proses Komukasi keluarga yang tidak baik atau difungsional, meliputi:
1. Pengirim Disfungsional
Komunikasi pengirim disfungsional sering tidak efektif pada satu atau lebih
karakteristik dasar dari pengirim fungsional. Dalam menyatakan kasus,
mengklarifikasi dan mengkulifikasi, dalam menguraikan dan keterbukaan
terhadap umpan balik. Penerima sering kali ditinggalkan dalam kebingungan
dan harus menebak apa yang menjadi pemikiran atau perasaan pengirim
pesan. Komunikasi pengirim disfungsional dapat bersifat aktif atau defensif
secara pasif serta sering menuntut untuk mendapatkan umpan balik yang
jelas dari penerima. Komunikasi yang tidak sehat terdiri dari :
a. Membuat asumsi
Ketika asumsi dibuat, pengim mengandalkan apa yang penerima rasakan
atau pikiran tentang suatu peristiwa atau seseorang tanpa memvalidasi
persepsinya. Pengirim disfungsional biasanya tidak menyadari asumsi
yang mereka buat, ia jarang mengklarifikasi isi atau maksud pesaan
sehingga dapat terjadi distorsi pesan. Apabila hal ini terjadi, dapat
menimbulkan kemarahan pada penerima yang diberi pesan, yang
pendapat serta perasaan yant tidak dianggap.
b. Mengekspresika perasaan secara tidak jelas
Tipe lain dari komunikasi disfungsional oleh pengirim adalah
pengungkapan perasaan tidak jelas, karena takut ditolak, ekspresi
perasaan pengirim dilakukan dengan sikap terselubung dan sama sekali
tertutup. Komunikasi tidak jelas adalah “sangat beralasan” (Satir, 1991)
apabila kata-kata pengirim tidak ada hubunganya dengan apa yang
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 18
Family Health in Nursing K3LN 2010
dirasakan. Pesan dinyatakan dengan cara yang tidak emosional. Berdiam
diri merupakan kasus lain tentang pengungkapan perasaan tidak jelas.
Pengirim merasa mudah tersinggung terhadap penerima yang tetap tidak
mengungkapkan kemarahannya secara terbuka atau mengalihkan
perasaannya ke orang atau benda lain.
c. Membuat respon yang menghakimi
Respon yang menhakimi adalah komunikasi disfungsional yang ditandai
dengan kecenderungan untuk konstan untuk menbgevaluasi pesan yang
menggunakan system nilai pengirim. Pernyataan yang menghakimi selalu
mengandung moral tambahan. Pesan pernyataan tersebut jelas bagi
penerima bahwa pengirim pesan mengevaluasi nilai dari pesan orang lain
sebagai “benar”, atau “salah”, “baik” atau “buruk”, “normal” atau “tidak
normal”.
d. Ketidakmampuan untuk mendefinisikan kebutuhan sendiri
Pengirim disfungsional tidak hanya tidak mampu untuk menekspresikan
kebutuhangnya. Namun juga karena takut ditolak menjadi tidak mampu
mendefenisikan prilaku yang ia harapkan dari penerima untuk memenuhi
kebutahan mereka.sering kali pengirim disfungsiopnal tidak sadar merasa
tidak berharga, tidak berhak untuk mengungkapkan kebutuhan atau
berharap kebutuhan pribadinya akan dipenuhi.
e. Komunikasi yang tidak sesuai
Penampilan komunikasi yang tidak sesuai merupakan jenis komunikasi
yang disfungsional dan terjadi apabila dua pesan yang bertentangan atau
lebih secara serentak dikiri (Goldenberg, 2000). Penerima ditinggalkan
dengan teka-teki tentang bagaimana harus merespon. Dalam kasus
ketidaksesuaian pesan verbal dan nonverbal, dua atau lebih pesan literal
dikirim secara secara serentak bertentangan satu sama lain. Pada
ketidaksesuaian verbal nonverbal pengirim mengkomunikasikan suatu
pesan secara verbal, namun melakukan metakomunikasi nonverbalyang
bertentangan dengan pesan verbal. Ini biasanya diketahuinsebagai
“pesan campuran”, misalnya “ saya tidak marah pada anda” diucapakan
dengan keras, nada suara tinggi dengan tangan menggempal.
2. Penerima Disfungsional
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 19
Family Health in Nursing K3LN 2010
Jika penerima disfungsional, terjadi komunikasi yang terputus karena pesan
tidak diterima sebagaimana dimaksud, karena kegagalan penerima untuk
mendengarkan, atau menggunakan diskualifikasi. Merespon secara ofensif,
gagal menggali pesan pengirim, gagal memvalidasipesan, merupakan
karakterstik disfungsional lainnya.
a. Gagal untuk mendengarkan
Dalam kasus gagal untuk mendengarkan, suatu pesan dikirim, namun
penerima tidak memperhatikan atau mendengarkan pesan tersebut.
Terdapat beberapa alasan terjadinya kegagalan untuk mendengarkan,
berkisar dari tidak ingin memerhatikan hingga tidak memiliki
kemampuan untuk mendengarkan. Hal ini biasanya terjadi karena
distraksi, seperti bising, waktu yang tidak tepat, kecemasan tinggi, atau
hanya karena gangguan pendengaran.
b. Menggunakan diskualifikasi
Penerima disfungsional dapat menerapkan pengelakkan untuk
mendiskualifikasi suatu pesan dengan menghindari isu penting.
Diskualifikasi adalah respon tidak langsung yang memungkinkan
penerima untuk tidak menyetujui pesan tanpa memungkinkan penerima
untuk tidak menyetujui pesan tanpa benar-benar tidak menyetujuinya.
c. Menghina
Sikap ofensif komunikasi menunjukkan bahwa penerima pesan bereaksi
secara negatif, seperti sedang terancam. Penerima tampak bereaksi
secara defensif terhadap pesan yang mengasumsikan sikap oposisi dan
mengambil posisi menyerang. Pernyataan dan permintaan dibuat
dengan konsisten dengan sikap negatif atau dengan harapan yang
negatif.
d. Gagal menggali pesan pengirim
Untuk mengklarifikasi maksud atau arti dari suatu pesan, penerima
fungsional mencari penjelasan lebih lanjut. Sebaliknya, penerima
disfungsional menggunkan respon tanpa menggali, seperti membuata
asumsi , memberikan saran yang prematur, atau memutuskan
komunikasi.
e. Gagal memvalidasi pesan
Validasi berkenaan dengan penyampaian penerimaan penerima. Oleh
karena itu, kurangnya validasi menyiratkan bahwa penerima dapat
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 20
Family Health in Nursing K3LN 2010
merespon secara netral atau mendistorsi dan menyalahtafsirkan pesan.
Mengasumsikan bukan mengklarifikasi pemikiran pengirim adalah suatu
contoh kurangnya validasi.
3. Pengirim dan Penerima Disfungsional
Dua jenis urutan intearksi komunikasi yang tidak sehat, melibatkan
baik pengirim maupun penerima, juga secara luas didiskusikan dalam
literatur komunikasi. Komunikasi yang tidak sehat merupakan kominikasi
yang mencerminkan pembicaraan “parallel” yang menunjukan
ketidakmampuan untuk memfokuskan pada suatu isu.
Dalam pembicraan parallel, setiap individu dalam interaksi secara
konstan menyatakan kembali isunya tanpa betul-beetul mendengarkan
pandangan orang lain atau mengenali kebutuhan orang lain. Orang yang
berinteraksi disfungsional, mungkin tidak mampu untuk memfokuskan pada
satu isu. Tiap individu melantur dari satu isu ke isu lain bukannya
menyelesaikan satu masalah atau meminta suatu pengungkapan.
G. POLA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA YANG BAIK
Pola komunikasi keluarga merupakan bentuk komunikasi keluarga yang
dilakukan secara relai diantara anggota keluarga dalam menyampaikan pesan
kepada anggota yang lain. Selanjutnya oleh Galvin dikatakan bahwa terbentuknya
keluarga memiliki beberapa fungsi. Fungsi tersebut adalah :
1. establishing a pattern of cohesion, or separateness and connectedness
2. establishing a pattern of adaptability.
Oleh karena itu, terbentuknya keluarga, dalam panadangan Galvin, harus
dibangun atas dasar-dasar cohesion (keterpaduan) anggota keluarga dan
adaptability (penyesuaian) antara anggota keluarga dengan faktor-faktor diluar
lingkungan keluarga.
Cohesion (keterpaduan). Keterpaduan merupakan bentuk implikasi dari
hubungan yang menunjukkan kesatuan pendapat, pikiran dan tenaga didalam
keluarga. Tingkat keterpaduan dapat berpengaruh penting dalam menjaga
keutuhan sebuah keluarga. Oleh karena itu ketrpaduan juga mempunyai kaitan
dengan komunikasi yang dilakukan dalam keluarga. Jika keterpaduan sangat
tinggi, maka didalam keluarga itu terjadi keterikatan yang sangat tinggi, saling
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 21
Family Health in Nursing K3LN 2010
tergantung antara anggota keluarga, dan tidak dapat dipisahkan, tetapi kalau
keterpaduan rendah, maka masing-masing anggota keluarga tidak akan saling
mempedulikan, terpisah, dan tidak ada keterikatan. Cohesion atau keterpaduan
menurut Olson (Galvin,1982;12) adalah “the emotional bonding members have
with one another and the degree of individual autonomy a person experiences in
the family system”. Keterpaduan dalam keluarga ini tidak semata bersifat fisik
tetapi juga psikis. Sehingga bisa saja secara fisik berjauhan, tetapi secara psikis
justru berdekatan, demikian pula sebaliknya. Keterpaduan sebagaimana
dikemukakan oleh Olson (Galvin.1982;13) dapat diketahui dari “emotional bonding,
independence, boundaries, time, space, friends, decision making, and interests
and recreation”.
Adaptabillity (penyesuaian). Penyesuaian merupakan konsep yang
mengacu pada peran dan fungsi sebbuah keluarga didalam merespon atau
melakukan penyesuaian tehadap hal-hal diluar lingkungannnya. Sebagaimana
diketahui bahwa keluarga sebagai sistem sosial terkecil, kehadirannya tidak dapat
dilepaskan dari sistem sosial kemasyarakatan yang ada. Oleh karena itu, agar
keutuhan keluarga terjaga, maka perlu upaya untuk menyesuaikan perubahan
yang ada atau menolak perubahan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai
keluarga. Penyesuaian yang tinggi oleh keluarga terhadap lingkungannya, dapat
menyebabkan kekacauan keluarga (chaotic), sedangkan penyesuaian yang terlalu
rendah akan mengakibatkan keluarga yang kaku (rigid). Olson (Galvin,1982;14)
berpendapat bahwa adaptability atau penyesuaian didefinisikan sebagai “ the
ability of a marital/family system to change its power Structure, role relationships,
and relationships rules in response to situational and developmental stress”.
Dengan komunikasi keluarga yang baik, maka pengaruh lingkungan dapat
dikendalikan, untuk disesuaikan dengan norma-norma atau nilai-nilai yang ada
dalam keluarga. Untuk mengukur penyesuaian ini dapat dilakukan melalui; “family
power structure (assertiveness and control, negotiation styles, role relationships,
amd relationships rules and feedback(positive and negative)’.
Kajian komunikasi keluarga, apabila kita mengacu pada hakekat dasar
komunikasi yaitu kegiatan yang melibatkan komponen komunikator, pesan,
saluran dan komunikan, maka komunikasi keluarga adalah komunikasi dengan
komponen-komponennya yang terjadi didalam keluarga. Komunikasi keluarga
adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua dengn anak-anaknya dan suami
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 22
Family Health in Nursing K3LN 2010
dengan istri, dalam berbagai hal sebagai sarana bertukar pikiran,
mensosialisasikan nilai-nilai kepribadian orang tua kepada anaknya, dan
penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari anak kepada kedua orang
tuanya. Jadi hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk
menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesama
anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis dalam
keluarga tersebut. Untuk mencapai sasaran komunikasi seperti itu, kondisi
keluarga yang harmonis sangat berpengaruh dalam komunikasi keluarga.
Sebagaimana dikatakan Berger bahwa keluarga normal atau keluara
harmonis dapat berpengaruh terhadap proses komunikasi keluarga. Artinya, dalam
keluarga jarang terjadi sikap pertentangan antar anggota, tidak saling
menyudutkan atau mencari kambing hitam dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi.
Pola interaksi dalan keluarga menurut Don Jackson ada empat kategori,
yaitu Relasi seimbang dan memuaskan, Tidak seimbang dan memuaskan,
Tidak seimbang dan tidak memuaskan, Seimbang dan tidak memuaskan.
Sebuah keluarga yang ideal adalah sebuah keluarga yang lengkap posisi
dan peranannya. Ada suami dan istri yang juga berperan sebagai bapak dan ibu
bagi anak-anak mereka. Hubungan antar anggota keluarga ini terbentuk karena
sebuah komunikasi yang tepat dan sesuai untuk digunakan dalam keluarga itu,
dan bisa jadi masing-masing keluarga menerapkan pola komunikasi yang
berbeda-beda karena sangat tergantung kebutuhan dan situasi yang melatarinya.
Secara umum, komunikasi dalam keluarga ini biasanya berbentuk
komunikasi antarpersona (face to face communication) yang pada intinya
merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi
dapat beralih fungsi, baik sebagai komunikator dan komunikan. Selain itu, yang
lebih penting lagi adalah bahwa reaksi yang diberikan masing-masing peserta
komunikasi dapat diperoleh langsung. Karena itulah, keluarga dapat dikategorikan
sebagai satuan sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.
Bagi anak, komunikasi dalam keluarga merupakan pengalaman pertama
yang merupakan bekal untuk menempatkan diri dalam masyarakat. Komunikasi ini
akan memberikan pengaruh bagi kehidupannya.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 23
Family Health in Nursing K3LN 2010
Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan
antar peran. Hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga
dilaksanakan melalui komunikasi. Dalam kaitannya dengan peran, aspek yang
paling penting menurut Blood dan Walfe adalah posisi anggota keluarga karena
distribusi/alokasi kekuasaan, kemudian aspek berikutnya yang penting adalah
pembagian kerja di dalam keluarga. Jadi, kombinasi antara kekuasaan dan
pembagian kerja menurut Blood dan Walfe (dalam Marhaeni, 1996) adalah hal
yang mendasar dalam keluarga. Hal ini, dipengaruhi pula oleh posisi ke hubungan
suami istri dalam keluarga yang dapat dikembangkan dalam dua pola hubungan,
yaitu pertama hubungan antara pria dan wanita ditelaah dalam arti distribusi dan
alokasi kekuasaan, dan yang kedua adalah hubungan antara pria dan wanita yang
ditelaah dengan menganalisa ada atau tidaknya differensiasi dalam perilaku
antara pria dan wanita, yang pada kenyataan umumnya menunjukkan pada
peranan yang berbeda oleh masing-masing jenis kelamin. Dalam masyarakat,
kedua pola hubungan itu bisa tampil bersama-sama maupun tidak.
Dalam kasus komunikasi orang tua dan anak dimana dominasi keluarga itu
dipegang suami, maka segala keputusan (terutama dalam bidang publik) ada pada
figur suami. Kondisi ini akan mempengaruhi orang tua (terutama ibu) dalam
komunikasinya dengan anak. Karena ibu sebagai orang yang paling dekat dengan
anak kurang berani mengambil keputusan dalam bidang publik yang disebabkan
ketergantungannya pada suami. Hal ini, seperti dikatakan DeVito (1986), bahwa
pola komunikasi seperti di atas dapat dikategorikan dalam pola pembagian yang
tidak seimbang. Dimana dalam komunikasi ini satu orang mendominasi yang lain
karena satu orang nampak lebih ahli daripada lainnya, dan juga biasanya orang
seperti ini adalah orang yang lebih dalam mendapatkan pendapatan untuk
keluarga tersebut. Lebih lanjut, karena alasan ini pula seorang suami cenderung
untuk membuat keputusan sendiri dan jarang meminta pendapat anggota keluarga
yang lain.
Keadaan di atas dapat menyebabkan komunikasi yang berjalan searah dan
arus balik sangat kurang didapatkan. Anggota keluarga lain tidak bebas
mengeluarkan pendapat sehingga komunikasi yang terjadi pada keluarga ini dapat
dikatakan tidak harmonis, dalam arti istri dan anak tidak dianggap sebagai
partisipan yang sejajar.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 24
Family Health in Nursing K3LN 2010
Sementara itu, jika dalam suatu keluarga menganut pandangan bahwa
kekuasaan tidak hanya dikuasai oleh suami saja tetapi istri juga mempunyai hak,
maka akan dapat dilihat bahwa komunikasi yang terjadi akan seimbang baik
antara orang tua (suami-istri) maupun orang tua-anak. Dalam kondisi seperti ini,
hubungan antar anggota keluarga lainnya akan sangat akrab, karena masing-
masing tidak merasa dikuasai oleh yang lain sehingga bebas dalam mengeluarkan
pendapat.
Menurut DeVito (1986), bahwa dalam keluarga seperti di atas dapat
dikategorikan dalam pola kesamaan dimana masing-masing pihak berkedudukan
sama, saling percaya dan masing masing pihak terbuka terhadap ide-ide,
pendapat serta kepercayaan pada orang lain. Dengan kondisi semacam ini, maka
komunikasi yang terjadi dalam keluarga dapat seimbang yaitu masing-masing
pihak saling menempatkan diri sesuai peranannya. Orang tua dalam keluarga ini,
menganggap anak bukan saja sebagi objek yang harus selalu patuh tetapi sudah
dianggap sebagai partner dalam berkomunikasi sehingga antara mereka dapat
terjalin komunikasi yang harmonis.
Komunikasi Orang Tua Dan Anak Melalui Komunikasi Antarpersona
Komunikasi diakui oleh para ahli sebagai komponen yang sangat penting
dari tingkah laku antar manusia (interpersonal communication). Termasuk dalam
permasalahan komunikasi orang tua dan anak yang dilakukan melalui komunikasi
antarpersona. Gerbner menjelaskan pengertian komunikasi orang tua dan anak
melalui komunikasi antar persona ini sebagai ‘proses pengiriman dan penerimaan
pesan antara dua orang atau dari sejumlah orang-orang dalam suatu kelompok
dengan sejumlah efek yang dapat diketahui dengan segera.
Komunikasi antar persona merupakan salinan dari bentuk-bentuk lain dari
pemikiran komunikasi yang mempunyai bagian atau elemen-elemen interpersonal.
Di sini, dia menggambarkan perbandingan komunikasi interpersonal sebagai
interaksi atau hubungan langsung antara individu-individu. Komunikasi membagi
aturan-aturan dari sumber ke penerima dan didalam interaksinya mereka
menciptakan arti-arti dan pemahaman-pemahaman (Trenholm dan Jenseris dalam
John, 1989; 152).
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 25
Family Health in Nursing K3LN 2010
Dalam perkembangan selanjutnya komunikasi interpersonal
digambarkan sebagai komunikasi yang memerlukan tempat antara keduanya,
dan orang menyebutnya sebagai “koneksi”, yang dicontohkan dengan
hubungan antara ayah dan anak, dua saudara, guru dan murid, insan bercinta,
dua teman dan sebagainya (DeVito, 1986; 13).
Dalam kaitannya dengan komunikasi orang tua dan anak, maka faktor-
faktor yang berperan dalam hubungan interpersonal adalah bagaimana anak
mempunyai persepsi terhadap orangtua dan kemampuan menampilkan diri
sebagai orang tua yang baik. Kalau seorang anak beranggapan bahwa orang
tua adalah sosok yang memiliki sifat-sifat yang baik, ramah, menyayangi dan
sebagainya, biasanya anak akan lebih santai dan lebih antusias didalam
berkomunikasi dengan orang tua. Tetapi sebaliknya, bila anggapan anak
terhadap orang tua tidak ramah, tidak baik, galak, tidak menyayangi dan
sebagainya, akan membuat anak kurang tertarik untuk berkomunikasi dengan
orang tua.
Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (1986)
mengungkapkan empat pola komunikasi keluarga pada umumnya, yaitu :
1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi
secara merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam
keluarga adalah sama. Tiap orang dianggap sederajat dan setara
kemampuannya, bebas mengemukakan ide-ide, opini, dan kepercayaan.
Komunikasi yang terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan
bebas dari pemisahan kekuasaan yang terjadi pada hubungan inerpersona
lainnya. Dalam pola ini tidak ada pemimpin dan pengikut, pemberi
pendapat dan pencari pendapat, tiap orang memainkan peran yang sama.
Komunikasi memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui
intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan diri masing-masing, serta
tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata yang seimbang
jumlahnya. Tiap orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan
keputusan, baik yang sederhana seperti film yang akan ditonton maupun
yang penting seperti sekolah mana yang akan dimasuki anak-anak,
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 26
Family Health in Nursing K3LN 2010
membeli rumah, dan sebagainya. Konflik yang terjadi tidak dianggap
sebagai ancaman.
Masalah diamati dan dianalisa. Perbedaan pendapat tidak dilihat
sebagai salah satu kurang dari yang lain tetapi sebagai benturan yang tak
terhindarkan dari ide-ide atau perbedaan nilai dan persepsi yang
merupakan bagian dari hubungan jangka panjang. Bila model komunikasi
dari pola ini digambarkan, anak panah yang menandakan pesan individual
akan sama jumlahnya, yang berarti komunikasi berjalan secara timbal balik
dan seimbang.
2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap terjaga, namun dalam
pola ini tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya
masing-masing. Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang
berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga biasa, suami dipercaya untuk
bekerja/mencari nafkah untuk keluarga dan istri mengurus anak dan
memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya memiliki
pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan, seni, dan satu
pihak tidak dianggap lebih dari yang lain.
Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman karena tiap
orang memiliki wilayah sendiri-sendiri. Sehingga sebelum konflik terjadi,
sudah ditentukan siapa yang menang atau kalah. Sebagai contoh, bila
konflik terjadi dalam hal bisnis, suami lah yang menang, dan bila konflik
terjadi dalam hal urusan anak, istri lah yang menang. Namun tidak ada
pihak yang dirugikan oleh konflik tersebut karena masing-masing memiliki
wilayahnya sendiri-sendiri.
3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap
sebagai ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu
orang yang mendominasi ini sering memegang kontrol. Dalam beberapa
kasus, orang yang mendominasi ini lebih cerdas atau berpengetahuan
lebih, namun dalam kasus lain orang itu secara fisik lebih menarik atau
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 27
Family Health in Nursing K3LN 2010
berpenghasilan lebih besar. Pihak yang kurang menarik atau
berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara membiarkan
pihak yang lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil
keputusan sendiri.
Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan tegas,
memberi tahu pihak lain apa yang harus dikerjakan, memberi opini dengan
bebas, memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan jarang meminta
pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya
sendiri atau sekedar meyakinkan pihak lain akan kehebatan argumennya.
Sebaliknya, pihak yang lain bertanya, meminta pendapat dan berpegang
pada pihak yang mendominasi dalam mengambil keputusan.
4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)
Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat
memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada
mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah
meminta pendapat, dan ia berhak atas keputusan akhir. Maka jarang terjadi
perdebatan karena semua sudah mengetahui siapa yang akan menang.
Dengan jarang terjadi perdebatan itulah maka bila ada konflik
masing-masing tidak tahu bagaimana mencari solusi bersama secara baik-
baik. Mereka tidak tahu bagaimana mengeluarkan pendapat atau
mengugkapkan ketidaksetujuan secara benar, maka perdebatan akan
menyakiti pihak yang dimonopoli. Pihak yang dimonopoli meminta ijin dan
pendapat dari pemegang kuasa untuk mengambil keputusan, seperti
halnya hubungan orang tua ke anak. Pemegang kekuasaan mendapat
kepuasan dengan perannya tersebut dengan cara menyuruh, membimbing,
dan menjaga pihak lain, sedangkan pihak lain itu mendapatkan kepuasan
lewat pemenuhan kebutuhannya dan dengan tidak membuat keputusan
sendiri sehingga ia tidak akan menanggung konsekuensi dari keputusan itu
sama sekali.
Pola Komunikasi Fungsional Dalam Keluarga
1. Berkomunikasi Secara Jelas dan Selaras
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 28
Family Health in Nursing K3LN 2010
Pola sebagian nkeluarga yang sehat, terdapat keselarasan komunikasi
diantara anggota keluarga. Keselarasan merupakan bangunan kunci
dalam model komunikasi dan pertumbuhan menurut satir. Keselarasan
adalah suatun keadaan dan cara berkomunikasi dengan diri sendiri dan
orang lain. Ketika keluarga berkomunikasi dengan selarad terdapat
konsistensi dengan selaras terdapat konsistensi anatara tingkat isi dan
instruksi kominikasi. Apa yang sedang diucapkan, sama dengan isi
pesan. Kat-kata yang diucapkan, perasaan yang kita ekspresikan, dan
prilaku yang kita tampilkan semuanya konsisten. Komunikasi pada
kelurga yang sehat merupakan suatu proses yang sangat dinamis dan
saling timbal balik. Pesan tidak hanya dikirim dan diterima.
2. Komunikasi Emosional
Komunikasi emosional berkaitan dengan ekspresi emosi dan persaan dari
persaan marah, terluka, sedih, cemburu hingga bahagia, kasih sayingdan
kemesraan (Wright & Leahey, 2000). Pada keluarga fungsional perasaan
anggota keluarga ddiekspresikan. Komunikasi afektif pesan verbal dan
nonverbal dari caring, sikapfisik sentuhan, belaian, menggandeng dan
memandang sangat penting, ekspresi fisik dari kaisih saying pada
kehidupan awal bayi dan anak-anak penting untuk perkembangan respon
afektif yang normal. Pola komunikasi afeksi verbal menjadi lebih nyata
dalam menyampaikan pesan afeksional, walaupun pola mungkin beragam
dengan warisan kebudayaan individu.
3. Area Komunikasi Yang Terbuka dan Keterbukaan diri
Keluarga dengan pola komunikasi fungsional menghargai keterbukaan,
saling menghargai perasaan, pikiran, kepedulian, spontanitas, autentik
dan keterbukaan diri. Selanjutnya keluarga ini mampu mendiskusikan
bidang kehidupan isu personal, social, dan kepedulian serta tidak takut
pada konflik. Area ini disebut komunikasi terbuka. Dengan rasa hormat
terhadap keterbukaan diri. Satir (1972) menegaskan bahwa anggota
keluarga yant terus terang dan jujur antar satu dengan yang lainnya
adalah orang-orang yang merasa yakin untuk mempertaruhkan interaksi
yang berarti dan cenderung untuk menghargai keterbukaan diri
(mengungkapkan keterbukaan pemikiran dan persaan akrab).
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 29
Family Health in Nursing K3LN 2010
4. Hirarki Kekuasaan dan Peraturan Keluarga
System keluarga yang berlandaskan pada hirarki kekuasaan dan
komunikai mengandung komando atau perintah secara umum mengalir
kebawah dalam jaringan komunikasi keluarga. Interaksi fungsional dalam
hirarki kekuasaan terjadi apabila kekuasaan terdistribusi menurut
kebutuhan perkembangan anggota keluarga (Minuchin, 1974). Apabila
kekuasaan diterpkan menurut kemampuan dan sumber anggota keluarga
serta sesuai dengan ketentuan kebudayaan dari suatu hubungan
kekuasaan keluarga.
5. Konflik dan Resolusi Konflik Keluarga
Konflik verbal merupakan bagian rutin dalam interaksi keluarga normal.
Literature konflik keluarga menunjukkan bahwa keluraga yang sehat
tanpak mampu mengatasi konflik dan memetik mamfaat yang positif,
tetapi tidak terlalu banyak konflik yang dapat mengganggu hubungan
keluarga. Resolusi konflik merupakan tugas interaksi yang vital dalam
suatu keluarga (Vuchinich,1987). Orang dewasa dalam kelurga perlu
belajar untuk mengalami konflik konstruktif. Walaupun orang dewasa
menyelesaikan konflik dengan berbagai cara , resolusi konflik yang
fungsional terjadi apabila konflik tersebut dibahas secara terbuka dan
strategi diterpkan untuk menyelesaikan konflik dan ketika orang tua
secara tepat menggunakan kewenangan mereka untuk mengakhiri
konflik.
Hal lain, di luar pembentukan persepsi atau kesan posistif yang
menentukan keberhasilan komunikasi antar persona anak kepada orang tua
adalah keberhasilan melakukan proses komunikasi antar persona orang tua itu
sendiri dengan benar kepada anaknya. Ini ditandai beberapa ciri yaitu :
a. Kebutuhan untuk dicinta, mencerminkan adanya keinginan yang kuat untuk
mendapatkan cinta dimana semua anak akan mempunyai perilaku yang
sama dalam menarik perhatian orang tua untuk dicinta. Begitu pula orang
tua akan berperilaku sama dalam memberikan cinta (perhatian) kepada
anaknya.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 30
Family Health in Nursing K3LN 2010
b. Kebutuhan berinteraksi, mencerminkan keinginan untuk berteman/bergaul
dengan orang lain. Setiap orang membutuhkan orang lain dalam
kehidupannya, demikian juga anak membutuhkan teman.
c. Kebutuhan untuk dikontrol, mencerminkan keinginan untuk dapat meraih
keberhasilan. Misalnya, dengan memberikan tanggung jawab kepada anak
sehingga bisa dikontrol keberhasilannya sampai ke masa depan (Marhaeni,
1996).
Dalam kaitannya dengan komunikasi orang tua dan anak, penekanan di
sini bukan kepada keadilan (hasil yang diperoleh seimbang), tetapi didasarkan
pada sikap orang tua yang memperlakukan anak tidak saja sebagai objek yang
harus selalu patuh, tetapi sudah dianggap sebagai partner dalam berkomunikasi
sehingga antara mereka dapat terjalin komunikai yang baik dan akrab. Intensitas
pemenuhan kebutuhan anak yang diberikan orang tua akan menyebabkan anak
merasa diperhatikan. Perhatian yang diperoleh ini akan merangsang anak untuk
membalasnya dengan mewujudkan pada sikap dan perilaku yang baik sesuai
dengan harapan orang tua.
Dalam teori Pembentukan Sosial (Social Mold Theory) dikatakan bahwa
dalam pembentukan sifat dan sikap anak, komunikasi dengan orang tua
merupakan variabel yang penting. Dalam hubungan ini, cara orang tua
berkomunikasi dengan anak dibedakan menjadi dua yaitu : mendukung dan
mengontrol. Pesan-pesan orang tua yang bersifat mendukung misalnya,
ditemukan berhubungan dengan munculnya rasa percaya diri yang lebih besar
pada anak. Sedangkan penolakan yang merupakan kebalikan dari dukungan
sering menimbulkan ketergantungan dari anak yang sangat besar kepada orang
lain nantinya, khususnya kepada orang tua.
H. POLA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA YANG TIDAK BAIK
Komunikasi disfungsional didefinisikan sebagai transmisi tidak jelas atau
tidak langsung serta permintaan dari salah satu keluarga. Isi dan instruksi deari
pesan dan ketidaksesuaian antara tingkat isi dan instruksi dari pesan. Transmisi
tidak lansung dari suatu pesan berkenaan dari pesan yang dibelokkan dari saran
yang seharusnya kepada orang lain dalam keluarga.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 31
Family Health in Nursing K3LN 2010
Transmisi langsung dari suatu pesan berarti pesan mengenai sasaran yang
sesuai. Tiga pola komunikasi yang terkait terus menerus menyebabkan harga diri
rendah adalah egosentris, kebutuhan akan persetujuan secara total dan
kurangnya empati.
1. Egosentris
Individu memfokuskan pada kebutuhan diri sendiri dan mengabaikan
kebutuhan orang lain, perasaan atau perspektif yang mencirikan komunikasi
egosentris. Dengan kata lain, anggota keluarga yang egosentris mencari
sesuatu dari orang lain untuk memenuhu kebutuhan mereka. Apabila individu
tersebut harus memberikan sesuatu, maka mereka akan melakukan dengan
keengganan, dan rasa permusuhan,defensive atau sikap pengorbanan diri,
jadi tawar-menawar atau negosiasi secara efektif sulit dilakukan, karena
seseorang yang egosentris meyakini bahwa mereka tidak boleh kalah untuk
sekecil apapun yang mereka berikan.
2. Kebutuhan Mendapatkan Persetujuan Total
Nilai keluarga tentang mempertahankan persetujuan total dan menghindari
konflik berawal ketika seseorang dewasa atau menikah menetukan bahwa
mereka berada satu sama lain, walaupun perbedaan yang pasti mungkin sulit
untuk dijelaskan seperti yang diekspresikan dalam pendapat, kebiasaan,
kesukaan atauhrapan mungkin terlihat sebagai ancaman kerena ia dapat
mengarah pada ketidaksetujuan dan kesadaran bahwa mereka merupakan
dua individu yang terpisah
3. Kurang Empati
Keluarga yang egosentris tidak dapat menteloransi perbedaan dan tidak akan
mengenal akibat dari pemikiran, persaan dan perilaku mereka sendiri
terhadap anggota keluarga yang lain. Mereka sangat terbenam dalam
pemenuhan kebutuhan mereka sendiri saja bahwa mereka tidak mampu untuk
berempati. Dibalik ketidakpedulian ini, individu dapat menderia akibat
perasaan tidak berdaya. Tidak saja mereka tidak menghargai diri mereka
sendiri tapi mereka juga tidak menghargai oaring lain. Hal ini menimbulakan
suasana tegang, ketakutan atau menyalahkan. Kondisi ini terlihat pada
komunikasi yang lebih membingungkan, samar, tidak langsung, terselubung
dan defensif bukan memperlihatkan keterbukaan, kejelasan dan kejujuran.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 32
Family Health in Nursing K3LN 2010
4. Area Komunikasi Yang Tertutup
Keluarga yang fungsional memiliki area komunikasi yang terbuka, keluarga
yang sedikit fungsional sering kali menunjukkan area komunikasi yang
semakin tertutup. Keluarga tidak mempunyai peraturan tidak tertulis tentang
subjek apa yang disetujui atau tidak disetujui untuk dibahas. Peraturan tidak
tertulis ini secara nyata terlihat ketika anggota keluarga melanggar peraturan
dengan membahas subjek yang tidak disetujui atau mengungkapkan
perasaan yang terlarang.
I. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA KOMUNKASI DALAM
KELUARGA
Faktor yang mempengaruhi pola komunikasi keluarga antara lain:
1. Konteks atau situasi
2. Latar belakang etnis keluarga
Etnis keluarga dengan orientasi tradisional biasanya menggunakan budaya
aslinya dalam kehidupan sehari-hari termasuk bagaimana berkomunikasi dan
dapat tergambarkan dalam jalan hidup masing-masing keluarga. Nilai dan
orientasinya berasal dari turunan budaya. 3 area yang biasanya dipengaruhi
etnis dalam pola kamunikasi keluarga adalah pembicaraan, ekspresi
emosional, dan toleransi dalam konflik.
3. Life-cycle keluarga
Pola Komunikasi keluarga berubah dan bervariasi tergantung tahap
perkembangan keluarga termasuk didalamnya umur dan isu yang
berkembang dalam keluarga. Pola komunikasinya biasanya “from a maximal
reliance on explicit talk in courtship and early marriage to increase reliance
unspoken understanding later on”.
4. Perbedaan jenis kelamin
5. Bentuk keluarga
Keluarga saat ini telah didefinisikan lebih luas daripada beberapa decade
yang lalu termasuk didalamnya keikutsertaan keluarga dalam masyarakat.
Bentuk keluarga bervariasi tergantung dari bentuk structural keluarga dari
tradisional/keluarga inti sampai keluarga homoseksual. bentuk/tipe keluarga
berimbas pada Komunikasi keluarga.
6. Faktor idiosinkratic : mini budaya keluarga
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 33
Family Health in Nursing K3LN 2010
Fitzpatrick dan ricthie (1993) menyatakan bahwa keluarga adalah mini budaya
privat. Biasanya pola komunikasi yang digunakan adalah konfigurasi pertalian
keluarga.
Menurut Lunandi (1994. hal. 35), faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Manusia
a. Citra diri
Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungan dengan orang
lain di lingkungan. Melalui komunikasi dengan orang lain seseorang akan
mengetahui apakah dirinya dibenci, dicinta, dihormati, diremehkan,
dihargai atau direndahkan.
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengirimkan
pesan, misalnya untuk memilih kata-kata (diksi), menentukan saat pesan
harus disampaikan, serta mengembangkan berbagai teknik komunikasi
verbal dan non verbal.
Bagi seorang penerima informasi (komunikan), pengetahuan penting
untuk menginterpretasikan pesan yang disampaikan oleh komunikator,
sekaligus untuk memberi umpan bailk kepada pemberi pesan.
c. Perkembangan
Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk komunikasi dalam dua
aspek, yaitu tingkat perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan
untuk menggunakan tehnik komunikasi tertentu dan untuk
mempersepsikan pesan yang disampaikan.
Keterampilan penguasaan bahasa bergantung pada perkembangan
neurology dan kognitif. Bayi berkomunikasi melalui tangisan. Kita tidak
mungkin menerangkan tentang penyakit secara kompleks dan detil
kepada anak, karena ia memang masih sulit menangkap pesan dari
situasi non verbal.
d. Sosiokultural
Posisi individu secaara sosiokultural mempengaruhi perilaku komunikasi
antar individu karena status sosiokultural membentuk tatacara
komunikasi.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 34
Family Health in Nursing K3LN 2010
Pada budaya Jawa, dalam berkomunikasi dengan orang yang dihormati
atau yang lebih tua, digunakan bahasa yang halus.
Komunikasi dengan seorang raja di keraton, dilakukan dengan tata cara
yang berbeda dengan cara yang digunakan dalam komunikasi dengan
teman sejawat dan sebagainya.
e. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan menunjukkan gaya komunikasi yang berbeda
dan memiliki interpretasi yang berbeda terhadap suatu percakapan.
Tannen (1990) menyatakan bahwa kaum perempuan menggunakan
teknik komunikasi untuk mencari konfirmasi, meminimalkan perbedaan,
dan meningkatkan keintiman, sementara kaum laki-laki lebih
menunjukkan independensi dan status dalam kelompoknya.
f. Peran dan Tanggungjawab
Peran dan tanggung jawab memengaruhi komunikasi yang dilakukan
individu, baik teknik maupun isi komunikasi.
Petugas kesehatan lebih sering menggunakan formal dan membicarakan
kondisi klien karena tanggungjawabnya serta membuat banyak tulisan
dalam berkomunikasi sebagai bentuk tanggunggugatnya.
Sementara dalam pergaulan individu membicarakan tentang
rumahtangganya, anak-anaknya, atau cita-citanya.
Komunikasi seperti ini tidak memerlukan media tulisan. Perbedaan peran
dan tanggung jawab menimbulkan perbedaan teknik dan isi komunikasi.
g. Atensi
Atensi memengaruhi kemampuan individu untuk berintaraksi.
Atensi terhadap suatu hal dapat menyebabkan kemampuan fungsi indra
menurun dan bahkan berkurang sehingga kadang kala seseorang yang
sedang asyik bekerja tidak mennyahut panggilan rekan kerjanya.
Sedangkan perbedaan atensi dapat menimbulkan perbedaan perbedaan
persepsi dan distorsi pesan.
h. Sikap
Sikap individu dalam komunikasi dapat menghambat proses komunikasi
itu sendiri. Sikap yang hangat, bersahabat, ramah, dan terbuka akan
memungkinkan proses komunikasi yang terbuka dipertahankan.
Sebaliknya, sikap kurang menghargai orang lain, tertutup, dingin, dan
curiga dapat membuatproses komunikasi terhambat.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 35
Family Health in Nursing K3LN 2010
i. Persepsi
Persepsi individu ketika berada dalam suatu proses komunikasi dapat
memengaruhi, menghambat, atau bahkan memutus komunikasi yang
sedang dilakukan.
j. Hubungan
Hubungan yang erat antar individu pada suaut proses komunikasi dapat
mempengaruhi teknik dan materi komunikasi.
Pada komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang belum saling
kenal, umumnya setting komunikasi terjadi pada situasi formal.
2. Pesan
a. Isi pesan
Isi pesan yang ingin disampaikan dapat mempengaruhi tehnik komunikasi
yang digunakan individu. Isi pesan yang menggembirakan biasanya
disampaikan dengan wajah berseri dan suara lantang.
Isi pesan yang yang bersifat informasi disampaikan dengan suara yang
relatif datar dan pelan, sedangkan isi pesan yang bersifat rahasia
disampaikan dengan berbisik atau menggunakan secarik kertas kecil atau
dgn bahasa isyarat tertentu.
b. Penyampaian pesan
Proses penyampaian pesan mempengaruhi komunikasi karena beberapa
penggunaan pola penyampaian pesan yang kurang tepat mengakibatkan
distorsi pesan dan bahkan tidak terjadi kontinuitas.
Penyampaian pesan secara berapi-api pada saat kampanye dan
demonstrasi, penyampaian pesan dengan suara keras dan relatif
bersemangat selama proses belajar-mengajar, merupakan hal-hal yang
dapat memperkuat makna pesan dan memungkinkan pesan lebih
dimengerti oleh komunikan.
Penyampaian pesan dengan berbagai metode, misalnya secara lisan,
dengan menggunakan gambar, demonstrasi dan gerakan tertentu
membuat pesan diterima secara bermakna oleh orang lain.
3. Lingkungan
a. Lingkungan fisik
Perbedaan tempat akan mempengaruhi pola komunikasi yang dilakukan
cara untuk menyampaikan pesan, isi, informasi disesuaikan dengan
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 36
Family Health in Nursing K3LN 2010
tempat dimana komunikasi itu dilakukan karena setiap tempat mempunyai
aturan, norma atau nilai-nilai sendiri.
b. Lingkungan sosial
Penting untuk dipahami, sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi dalam keluarga memiliki kepekaan terhadap lingkungan
sosial. Lingkungan sosial dapat berupa lingkungan masyarakat,
lingkungan kerja, dan lingkungan keluarga.
c. Stimulus eksternal
Stimulus eksternal, misalnya suara bising, gaduh, atau perhatian yang
tiba-tiba teralih, dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk
menangkap pesan atau konsentrasi untuk mencerna pesan yang
disampaikan.
d. Nilai dan budaya/adat
Berbagai nilai dan budaya dalam masyarakat menjadi rambu-rambu bagi
penyelenggaraan komunikasi.
Budaya mengatur bahasa yang digunakan sebagai salah satu alat
komunikasi sekaligus mengatur penggunaan tehnik nonformal dalam
komunikasi.
Adat dan nilai mengatur hubungan individu ketika melakukan komunikasi.
Berkomunikasi dalam jarak yang terlalu dekat dengan lawan jenis yang
bukan suami/istri dipandang kurang baik oelh sebagian besar bangsa
Indonesia.
e. Jarak dan teritori
Jarak antara komunikator dan komunikan mempengaruhi komunikais
yang dilakukan. Komunikasi antar individu dalam jarak dekat dapat
dilakukan secara lisan, tulisan ataupun non verbal.
Sedangkan jarak yang cukup jauh, komunikasi dapat dilakukan dengan
menggunakan media tulisan. Jarak yang jauh ini juga menyebabkan
penggunaan media cetak dan media elektronik untuk menyampaikan
pesan, misalnya, menggunakan telepon, televisi, radio dan sebagainya.
J. PROSES KEPERAWATAN
Pola Temuan penelitian tentang adaptasi keluarga terhadap penyakit kronik
dan mengancam kehidupan secara konsisten menunjukkan bahwea factor sentral
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 37
Family Health in Nursing K3LN 2010
dalam fungsi keluarga yang sehat adalah terdapatnya keterbukaan, kejujuran, dan
komunukiasi yang jelas dalam mengatasi pengalaman kesehatan yang
menimbulkan stres serta isu terkait lainnya (Khan,1990;Spinetta & Deasy-Spineta,
1981). Jika keluarga tidak membahas isu penting yang dihadapi mereka, akan
menyababkan jarak emosi dalam hubungan keluarga, dan meningkatnya stress
keluarga (Friedman, 1985; Walsh,1998).
Stress yang meningkat mempengaruhi hubungan keluarga dan kesehatan
keluarga serta anggotanya (Hoffer, 1989).
1. Area Pengkajian
Pernyataan berikut ini harus dipertimbangkan ketika menganalisis pola
komunikasi keluarga.
a. Dalam mengobservasi keluarga secara utuh atau serangkaian
hubungan keluarga, sejauh mana pola komunikasi fungsional dan
disfungsional yang digunakan?. diagram pola komunikasi sirkular yang
terjadi berulang. Selain membuat diagram pola komunikasi sirkular,
perilaku spesifik berikut ini harus dikaji:
i. Seberapa tegas dan jelas anggota menyatakan kebutuhan dan
perasaan interaksi?
ii. Sejauh mana anggota menggunakan klerifikasi dan kualifikasi
dalam interaksi?
iii. Apakah anggoata keluarga mendapatkan dan merespon umpan
balik secara baik, atau mereka secara umumtidak mendorong
adanya umpan balik dan penggalian tentang suatu isu?
iv. Sebera baik anggota keluarga mendengarkan dan memperhatikan
ketika berkomunikasi?
v. Apakah anggota mencari validasi satu sama lain?
vi. Sejauh mana anggota menggunakan asumsi dan pernyataan yang
bersifat menghakimi dalam interksi?
vii. Apakah anggota berinterksi dengan sikap menhina terhadap
pesan?
viii. Seberapa sering diskualifikasi digunakan?
b. Bagimana pesan emosional disampaikan dalam keluarga dan subsistem
keluarga?
i. Seberapa sering pesan emosional disampaikan?
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 38
Family Health in Nursing K3LN 2010
ii. Jenis emosi apa yang dikirimkan ke subsistem keluarga? Apakah
emosi negatif, positif, atau kedua emosi yang dikirimkan?
c. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi didalam jaringan
komunikasi dan rangkaian hubungan kekeluargaan?
i. Bagaimana cara/sikap anggota kelurga (suami-istri, ayah-
anak,anak-anak) saling berkomunikasi?
ii. Bagaimana pola pesan penting yang biasanya? Apakah terdapat
perantar?
iii. Apakah pesan sesuai dengan perkembangan usia anggota?
d. Apakah pesan penting keluarga sesuai dengan isi instruksi ? apabila
tidak, siapa yang menunjukkan ketidaksesuaian tersebut?
e. Jenis proses disfungsional apa yang terdapat dalam pola komunikasi
keluarga?
f. Apa isu penting dari personal/keluarga yang terbuka dan tertutup untuk
dibahas?
g. Bagimana factor-faktor berikut mempengaruhi komunikasi keluarga?
i. Konteks/situasi
ii. Tahap siklus kehidupan kelurga
iii. Latar belakakang etnik kelurga
iv. Bagaimana gender dalam keluarga
v. Bentuk keluarga
vi. Status sosioekonomi keluarga
vii. Minibudaya unik keluarga
2. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Masalah komunikasi keluarga merupakan diagnosis keperawatn
keluarga yang sangat bermakna, Nort American Diagnosis Assosiation
(NANDA) belum mengidentifikasi diagnosis komunikasi yang berorientasi
keluarga.
NANDA menggunakan perilaku komunikasi sebagai bagian dari
pendefisian karakteristik pada beberapa diagnosis mereka;seperti proses
berduka disfungsional salah satu diagnosis keperawatan yang terdapat
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 39
Family Health in Nursing K3LN 2010
dalam daftar NANDA adalah “hanbatan komunikasi verbal”, yang berfokus
pada klien individu yang tidak mampu untuk berkomunikasi secara verbal.
Giger & Davidhizar (1995) menegaskan bahwa ”hambatan komunikasi
verbal” tidak mempertimbangkan kjebudayaan klien sehingga secara
kebuyaan tidak relevan dengan diagnosis keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dalam keluarga dalam area
komunikasi terutama melibatkan pendidikan kesehatan dan konseling, serta
kolaborasi sekunder, membuat kontrak, dan merujuk ke kelompok swa-
bantu, organisasi komunitas, dan klinik atau kantor terapi keluarga.
Model peran juga berperan tipe pemberian pendidikan kesehatan yang
penting. Model peran melalui observasi anggota keluarga mengenai tenaga
kesehatan keluarga dan bagaimana mereka berkomunikasi selam situasi
interaksi yang berbeda bahwa mereka belajar meniru perilaku komunikasi
yang sehat.
Konsling dibidang komunikasi keluarga melibatkan dorongan dan
dukungan keluarga dalam upaya mereka untuk meningkatkan komunikasi
diantara mereka sendiri. Perawat keluarga adalah sebagai fasilitator proses
kelompok dan sebagi narasumber.
Wright dan Leahey (2000) menklasifikan tentang tiga intervensi
keluarga secara lansung (berfokus pada tingkat kognitif, afektif, dan perilaku
dari fungsi) membantu dalam pengorganisasian srategi komunikasispesifik
yang dapat diterapkan, strategi intervensi dalam masing-masing ketiga
domain meliputi pendidikan kesehatan dan konsling.
a. Intervensi keperawatn keluarga dengan focus kognitif
Memberikan atau ide baru tentang komunikasi. Informasi adalah
opendidikan yang dirancang untuk mendorong penyelesaian masalah
keluarga. Apakah anggota mengubah perilaku komunikasi mereka
pertama sangat bergantung pada bagiamana mereka mempersepsikan
masalah. Wright & Laehey (2000) menegaskan peran penting dari
persepsi dan keyakinan.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 40
Family Health in Nursing K3LN 2010
b. Intervensi dalam area afektif
Diarahkan pada perubahan ekspresi emosi anggota keluarga baik
dengan meningkatkan maupun menurunkan tingkat komunikasi
emosional dan modifikasi mutu komunikasi emosional. Tujuan
keperawatan spesifik didalam konteks kebudayaan keluarga, membantu
anggota keluarga mengekspresikan dan membagi perasaan mereka
satu sama lain sehingga:
i. Kebutuhan emosi mereka dapat disampaikan dan ditanggapi
dengan lebih baik.
ii. Terjadi komunikasi yang lebih selaras dan jelas
iii. Upaya penyelesaian masalah keluarga difasilitasi.
c. Intervensi keperawatan keluarga berfokus pada perilaku
Perubahan perilaku menstimulasi perubahan dalam persepsi “realitas”
anggota keluarga dan persepsi menstimulasi perubahan perilaku
(proses sirkular, rekursif). Oleh karena itu, ketika perawat keluarga
menolong anggota keluarga belajar cara komunikasi yang lebih sehat. Ia
juga akan membantu anggota keluarga untuk mengubah persepsi
mereka atau membangun realitas tentang suatu situasi.
Intervensi pendidikan kesehatan dan konsling dirancang untuk
mengubah komunikasi keluarga meliputi;
i. Mengidentifikasi keinginan perubahan perilaku spesifik anggota
keluarga dan menyusun rencana kolaboratif untuk suatu
perubahan
ii. Mengakui, mendukung, dan membimbing anggota keluarga ketika
mereka mulai mencoba untuk berkomunikasi secar jelas dan
selaras.
iii. Memantau perubhan perilaku yang telah menjadi sasran sejak
pertemuan terdahulu. Tanyakan bagimana perilaku komunikassi
yang baru, apakah ada masalah yang terjadi, serta jika mereka
mempunyai pertanyaan atau hal penting tentang perubahan
tersebut.
| Pola dan Proses Komunikasi dalam Keluarga 41