5
Nama : Nadia Tannia H. NIM : F24060988 KEMASAN PANGAN PVC A. Proses Pembuatan PVC Pertama kali PVC ditemukan pada tahun 1872, ketika secara tak sengaja orang menemukan serbuk putih dalam botol berisi gas vinil klorida yang terekspos oleh sinar Matahari, orang harus menunggu 54 tahun berikutnya hingga ditemukannya teknik pemanfaatan polivinil klorida. Usaha pemanfaatan PVC pada awalnya banyak menemui jalan buntu karena sifatnya yang mudah rusak jika dipanaskan, padahal pemanasan merupakan cara pengolahan yang paling logis, mengikuti analogi pengolahan besi, gelas, serta beberapa bahan polimer organik yang ketika itu sudah ditemukan. Pada tahun 1926, seorang peneliti pada perusahaan ban BFGoodyear dalam usaha mencari formulasi lem untuk merekatkan karet ke logam menemukan bahan elastomer thermoplastik pertama di dunia (bahan elastis yang dapat diubah bentuknya jika dipanaskan) ketika memanaskan PVC dalam cairan tricresyl phosphate atau dalam dibutyl phthalate. PVC dapat bercampur secara sempurna (miscible) dengan masing- masing zat yang kemudian disebut sebagai plasticizer itu. Campuran tersebut menghasilkan bahan baru dengan sifat yang dapat direkayasa, mulai dari yang keras, ketika hanya sedikit plasticizer dicampurkan dengan PVC, hingga yang sangat elastis, ketika komponen terbesar dalam campuran itu adalah plasticizer. Terobosan teknis ini merupakan awal dari revolusi penggunaan PVC sebagai commodity plastics, yang melibatkan penggunaan plasticizer (misalnya tricresyl phosphate atau dibutyl phthalate seperti dalam kisah diatas) guna mempermudah dalam prosesnya serta memberinya sifat elastis yang cocok untuk berbagai aplikasi seperti kulit imitasi, plastik untuk alas meja, dan sebagainya. Terobosan teknis kedua berupa berkembangnya teknologi formulasi PVC dengan penggunaan zat-zat yang disebut stabilizer, processing aid dan sebagainya, dan yang tak kalah penting, perkembangan teknologi mesin proses produksi PVC, sehingga dimungkinkan produksi PVC tanpa kandungan plasticizer (rigid application). Dewasa ini, mayoritas penggunaan PVC adalah pada aplikasi tanpa plasticizer tersebut terutama di bidang konstruksi, seperti berbagai jenis pipa untuk air bersih maupun untuk air

Pro Dan Kontra Kemasan Pangan PVC

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pro Dan Kontra Kemasan Pangan PVC

Nama : Nadia Tannia H.NIM : F24060988

KEMASAN PANGAN PVC

A. Proses Pembuatan PVCPertama kali PVC ditemukan pada tahun 1872, ketika secara tak sengaja orang menemukan serbuk putih dalam botol berisi gas vinil klorida yang terekspos oleh sinar Matahari, orang harus menunggu 54 tahun berikutnya hingga ditemukannya teknik pemanfaatan polivinil klorida. Usaha pemanfaatan PVC pada awalnya banyak menemui jalan buntu karena sifatnya yang mudah rusak jika dipanaskan, padahal pemanasan merupakan cara pengolahan yang paling logis, mengikuti analogi pengolahan besi, gelas, serta beberapa bahan polimer organik yang ketika itu sudah ditemukan. Pada tahun 1926, seorang peneliti pada perusahaan ban BFGoodyear dalam usaha mencari formulasi lem untuk merekatkan karet ke logam menemukan bahan elastomer thermoplastik pertama di dunia (bahan elastis yang dapat diubah bentuknya jika dipanaskan) ketika memanaskan PVC dalam cairan tricresyl phosphate atau dalam dibutyl phthalate. PVC dapat bercampur secara sempurna (miscible) dengan masing-masing zat yang kemudian disebut sebagai plasticizer itu. Campuran tersebut menghasilkan bahan baru dengan sifat yang dapat direkayasa, mulai dari yang keras, ketika hanya sedikit plasticizer dicampurkan dengan PVC, hingga yang sangat elastis, ketika komponen terbesar dalam campuran itu adalah plasticizer.

Terobosan teknis ini merupakan awal dari revolusi penggunaan PVC sebagai commodity plastics, yang melibatkan penggunaan plasticizer (misalnya tricresyl phosphate atau dibutyl phthalate seperti dalam kisah diatas) guna mempermudah dalam prosesnya serta memberinya sifat elastis yang cocok untuk berbagai aplikasi seperti kulit imitasi, plastik untuk alas meja, dan sebagainya. Terobosan teknis kedua berupa berkembangnya teknologi formulasi PVC dengan penggunaan zat-zat yang disebut stabilizer, processing aid dan sebagainya, dan yang tak kalah penting, perkembangan teknologi mesin proses produksi PVC, sehingga dimungkinkan produksi PVC tanpa kandungan plasticizer (rigid application). Dewasa ini, mayoritas penggunaan PVC adalah pada aplikasi tanpa plasticizer tersebut terutama di bidang konstruksi, seperti berbagai jenis pipa untuk air bersih maupun untuk air limbah domestik, pembungkus (isolator) berbagai macam kabel, jendela, lantai, pelapis dinding (wall paper) dan sebagainya, serta proporsi yang jauh lebih kecil untuk produk-produk botol plastik, plastik pembungkus dan sebagainya.

PVC dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama yaitu minyak bumi dan garam dapur (NaCl). Minyak bumi diolah melalui proses pemecahan molekul yang disebut cracking menjadi berbagai macam zat, termasuk etilena ( C2H4 ), sementara garam dapur diolah melalui proses elektrolisa menjadi natrium hidroksida (NaOH) dan gas klor (Cl2). Etilena kemudian direaksikan dengan gas klor menghasilkan etilena diklorida (CH2Cl-CH2Cl). Proses cracking/pemecahan molekul etilena diklorida menghasilkan gas vinil klorida (CHCl=CH2) dan asam klorida (HCl). Akhirnya, melalui proses polimerisasi (penggabungan molekul yang disebut monomer, dalam hal ini vinil klorida) dihasilkan molekul raksasa dengan rantai panjang (polimer): polivinil klorida (PVC), yang berupa bubuk halus berwarna putih. Masih diperlukan satu langkah lagi untuk mengubah resin PVC menjadi berbagai produk akhir yang bermanfaat.

Penampakan resin PVC sangat mirip dengan tepung terigu. Resin PVC memang dapat dianalogikan seperti tepung terigu: keduanya tidak dapat digunakan dalam bentuk aslinya. Seperti halnya tepung terigu yang harus diolah dengan mencampurkan berbagai kandungan lain hingga menjadi kue dan berbagai jenis roti yang menarik,

Page 2: Pro Dan Kontra Kemasan Pangan PVC

Nama : Nadia Tannia H.NIM : F24060988

resin PVC juga harus diolah dengan mencampurkan berbagai jenis zat aditif hingga dapat menjadi berbagai jenis produk yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar 1. Struktur Polyvinyl Chloride

Satu tahap penting lagi sebelum resin PVC bisa ditransformasikan menjadi berbagai produk akhir adalah pembuatan compound/adonan (compounding). Compound adalah resin PVC yang telah dicampur dengan berbagai aditif yang masing-masing memiliki fungsi tertentu, sehingga siap untuk diproses menjadi produk jadi dengan sifat-sifat yang diinginkan. Sifat-sifat yang dituju meliputi warna, kefleksibelan bahan, ketahanan terhadap sinar ultra violet (bahan polimer/plastik cenderung rusak jika terpapar oleh sinar ultra violet yang terdapat pada cahaya matahari), kekuatan mekanik transparansi, dan lain-lain. PVC dapat direkayasa hingga bersifat keras untuk aplikasi-aplikasi seperti pipa dan botol plastik, lentur dan tahan gesek seperti pada produk sol sepatu, hingga bersifat fleksibel/lentur dan relatif tipis seperti aplikasi untuk wall paper dan kulit imitasi. PVC dapat juga direkayasa sehingga tahan panas dan tahan cuaca untuk penggunaan di alam terbuka.

Compound PVC kemudian dapat diproses dengan berbagai cara untuk memenuhi ratusan jenis penggunaan yang berbeda, misalnya: PVC dapat diekstrusi, artinya dipanaskan dan dialirkan melalui suatu cetakan

berbagai bentuk, sehingga dihasilkan produk memanjang yang profilnya mengikuti bentuk cerakan tersebut, misalnya produk pipa, kabel, dan lainnya.

PVC juga dapat di lelehkan dan disuntikkan (cetak-injeksi) ke dalam suatu ruang cetakan tiga dimensi untuk menghasilkan produk seperti botol, dash board, housing bagi produk-produk elektronik seperti TV, computer, monitor, dan lainnya.

Proses kalendering menghasilkan produk berupa film dan lembaran dengan berbagai tingkat ketebalan, biasanya dipakai untuk produk alas lantai, wall paper, dan lainnya.

Dalam teknik cetak-tiup (blow molding), lelehan PVC ditiup di dalam suatu cetakan sehingga membentuk produk botol.

Resin PVC yang terdispersi dalam larutan juga dapat digunakan sebagai bahan pelapis/coating, misalnya untuk lapisan bawah karpet, dan lainnya.

B. Kontra Pemakaian PVC sebagai Pengemas PanganKebanyakan plastik seperti PVC (poly vinyl chloride), agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut (plasticizer) yang diambil dari kumpulan flafat. Belakangan diketahui penggunaan bahan pelembut ini yang justru dapat menimbulkan masalah kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti bifenil poliklorin (PCB) sekarang sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik), Sedangkan plastik PVC yang menggunakan pelembut jenis di(2-ethylhexyl) adipate (DEHA),

Page 3: Pro Dan Kontra Kemasan Pangan PVC

Nama : Nadia Tannia H.NIM : F24060988

Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam makanan. Berdasarkan data kajian yang dijalankan terhadap hewan percobaan, DEHA dapat menggangu sistem reproduksi dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker. DEHA diduga mempunyai karakter yang sama dengan hormon yang membawa sifat-sifat khas wanita, yaitu estrogen. Plastik PVC juga sulit didaur ulang sehingga dapat menyebabkan pencemaran.

C. Pro Pemakaian PVC sebagai Pengemas PanganKandungan klor (Cl) dalam PVC diketahui memberikan sifat-sifat yang unik bagi bahan ini. Tidak seperti umumnya bahan plastik yang merupakan 100% turunan dari minyak bumi, sekitar 50% berat PVC adalah dari komponen klor-nya, yang menjadikannya sebagai bahan plastik yang paling sedikit mengkonsumsi minyak bumi dalam proses pembuatannya. Relatif rendahnya komponen minyak bumi dalam PVC menjadikannya secara ekonomis lebih tahan terhadap krisis minyak bumi yang akan terjadi di masa datang.

PVC juga dianggap menguntungkan untuk aplikasi sebagai pembungkus (packaging). Suatu studi pada tahun 1992 tentang pengkajian daur-hidup berbagai pembungkus/wadah dari gelas, kertas kardus, kertas serta berbagai jenis bahan plastik termasuk PVC menyimpulkan bahwa PVC ternyata merupakan bahan yang memerlukan energi produksi terendah, emisi karbon dioksida terendah, serta konsumsi bahan bakar dan bahan baku terendah diantara bahan plastik lainnya.

Mengenai DEHA, FDA menjelaskan bahwa DEHA yang bermigrasi dan terkonsumsi jumlahnya sedikit. Lebih sedikit daripada jumlah yang diujikan kepada hewan percobaan, sehingga FDA menyebutkan penggunaan DEHA sebagai plasticizer yang berfungsi meningkatkan fleksibilitas, terutama pada plastik wrap merupakan hal yang umum dilakukan.

KESIMPULAN

Kemasan dengan bahan dasar PVC sebaiknya tidak digunakan sebagai pengemas pangan yang langsung kontak dengan pangannya selama plasticizer masih diragukan keamanannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Bahaya di balik kemasan plastik. Dalam http://kimiaugm01. wordpress.com. Diakses tanggal 29 November 2009.

Haryono, Eng Agus. 2005. Kemasan plastik praktis boleh, aman nanti dulu. Dalam http://mail.kimia.lipi.go.id/index.php?pilihan=berita&id=1&PHPSESSID=e9151239898b63f9433edc2fdIdea7. Diakses tanggal 29 November 2009.

Poerwanto, Indratmoko Hari. 2003. 130 tahun PVC. Dalam http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_material/130_tahun_pvc/. Diakses tanggal 29 November 2009.

Page 4: Pro Dan Kontra Kemasan Pangan PVC

Nama : Nadia Tannia H.NIM : F24060988