Upload
dedy-setyo-oetomo
View
133
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
TECHNICAL PROPOSAL
EKPLORASI BATUBARA
DI KECAMATAN BINTANG ARA, KAB. TABALONG
SEKSI A
KUALITAS & KUALIFIKASI BATUBARA
A.1 PENGERTIAN UMUM
Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dibentuk dari hasil pengubahan sisa-sisa tumbuh-tumbuhan yang terjadi
selama puluhan atau ratusan juta tahun. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hydrogen,
oksigen dan beberapa mineral logam dalam bentuk dan jumlah bayangan (traces). Dengan
demikian kualitas batubara tergantung dari jenis bahan asalnya dan peningkatan mutu oleh
faktor geologi termasuk gradien geotermal dan sebagainya :
Proses Pembentukan Endapan Batubara
1
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
Tahapan dalam Proses Pembentukan Batubara
Skema Proses Pembentukan Batubara
Faktor yang mempengaruhi Pembatubaraan
1) Sejarah geologi (lamanya penimbunan) & tergantung prosesnya : an-aerobik, aerobik
dgn. T >, kondisi dan lokasi penimbunan (menentukan MM)
2) Waktu : makin lama timbunan makin baik peringkat
2
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
3) Tekanan menyebabkan : perubahan fisik, pembentukkan struktur (banded), perubahan
kimia (aromatisasi)
4) Temperatur : makin > T, peringkat batubara >
5) Temperatur gradien : karena tektonik, aktivitas vulkanik, konduktivitas panas (batu
lempung & pasir berbeda), bertambahnya T dengan kedalamn.
6) Kombinasi dari faktor-faktor tsb.
Peringkat batubara merupakan tahapan dari pada pembatubaraan ;
1) Gambut (Peat), terjadi pada tahapan permulaan pembentukkan batubara, terdapat di
berbagai belahan di Dunia terutama di Indonesia, Irlandia, Kanada, Finlandia, Soviet dll.
2) Lignit (Batubara coklat/ Brown coal), dihasilkan dari tahapan proses pertama dalam
gambut yang terkubur. Warnanya coklat tua terdiri dari material tumbuhan yang telah
mati membusuk. Beberapa lokasi ditemui : terdapat di Australia, Afsel, Jerman, Polandia,
US dan Indonesia.
3) Sub-Bituminus, merupakan peralihan perubahan dari lignit ke bituminus. Warnanya
mulai hitam tetapi belum begitu keras, porositas lebih baik daripada lignit namun tidak
sekompak bituminus.
4) Bituminus, warnanya hitam dengan pita-pita mengkilat seperti keramik dan keras,
mudah retak sepanjang bidang “cleavagenya”, sering disebut “hardcoal” bisa berupa
“steaming coal” atau “coking coal” .
5) Antrasit, terjadi terakhir daripada proses pembatubaraan (coalification), sangat keras
tidak memperlihatkan pita-pita, dapat pecah menjadi blok-blok kecil yang mengkilat.
Terdapat dalam jumlah yang terbatas di beberapa negara
A2. Kualitas Batubara
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi
kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta
oleh derajat coalification (rank).
3
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang
diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk
menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon),
dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur
kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan
juga unsur jarang.
A.3 Kualitas dan Klasifikasi Batubara
Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium, diantaranya adalah
analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah
air, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk
menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan
untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian.
Untuk menentukan jenis batubara, digunakan klasifikasi American Society for Testing and
Material (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon
padat dan nilai kalori dalam basis dry, mineral matter free (dmmf). Untuk mengubah basis air
dried (adb) menjadi dry, mineral matter free (dmmf) maka digunakan Parr Formulas (ASTM,
1981, op cit Wood et al., 1983)
4
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
A.4 Analisis ultimat batubara (coal ultimate analysis)
Analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O),
nitrogen, (N), dan sulfur (S) dalam batubara.
Seiring dengan perkembangan teknologi, analisis ultimat batubara sekarang sudah dapat
dilakukan dengan cepat dan mudah. Analisa ultimat ini sepenuhnya dilakukan oleh alat yang
sudah terhubung dengan komputer. Prosedur analisis ultimat ini cukup ringkas; cukup dengan
memasukkan sampel batubara ke dalam alat dan hasil analisis akan muncul kemudian pada
layar komputer.
A.5 Analisis proksimat batubara (coal proximate analysis)
Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar fixed carbon, volatile matters,
moisture, dan abu (ash).
5
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat dalam batubara setelah volatile matters
dipisahkan dari batubara. Kadar fixed carbon ini berbeda dengan kadar karbon (C) hasil analisis
ultimat karena sebagian karbon berikatan membentuk senyawa hidrokarbon volatile.
Volatile matters adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada temperatur tinggi tanpa
keberadaan oksigen (misalnya CxHy, H2, SOx, dan sebagainya).
Moisture ialah kandungan air yang terdapat dalam batubara.
Abu (ash) merupakan kandungan residu non-combustible yang umumnya terdiri dari senyawa-
senyawa silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat, dan mineral-mineral lainnya.
Sama halnya dengan alat analisis ultimat, alat analisis proksimat ini juga sudah terkomputerisasi.
Selain ke dua analisis di atas, biasanya dilakukan juga analisa sulfur dan analisa nilai kalori.
Untuk analisa sulfur, hal ini untuk mengetahui sampai seberapa banyak kadar sulfur yang
terdapat dalam kandungan batubara tersebut. Semakin kecil nilai sulfur, maka akan semakin
bagus. Sedangkan untuk analisa nilai kalori dilakukan untuk mengetahui jumlah kalori yang
terkandung dalam batubara tersebut. Untuk nilai kalori, semakin tinggi nilai kalori maka dapat
dikatakan bahwa batubara tersebut semakin bagus.
6
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
SEKSI B
EKSPLORASI
B.1 Pendahuluan
B.1.1 Usaha pertambangan
Potensi endapan bahan galian: perkiraan kekayaan berdasarkan data dan informasi geologi.
Potensi endapan bahan galian dapat dimanfaatkan secara nyata bila setelah diselidiki, dan
menunjukkan adanya sejumlah cadangan, kemudian dapat ditambang dan laku dijual. Usaha
pertambangan mengubah potensi menjadi komoditas dengan melakukan:
Penyelidikan Umum,
Eksplorasi,
Studi Kelayakan,
Pengembangan – Perencanaan Tambang,
Penambangan,
Pengolahan
B.1.2 Eksplorasi
Kegiatan untuk mencari, menemukan, dan mengestimasikan jumlah bahan galian.
Mengubah potensi endapan bahan galian menjadi cadangan
B.2 Maksud dan Tujuan eksplorasi
Kegiatan untuk mengetahui keberadaan endapan bahan galian dengan menggunakan metode
tertentu.
Mengetahui jenis bahan galian dan sebaran di permukaan.
Mengetahui sebaran bahan galian ke arah dalam dan bentuknya.
Mengetahui besaran dan nilai ekonominya (sumber daya mineral dan cadangan)
7
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
B.3 Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Cara Eksplorasi
Penggunaan atau pemilihan cara eksplorasi tergantung pada:
Tahap eksplorasi,
Jenis bahan galian,
Bentuk endapan dan sebaran bahan berharganya
B.3.1 Tahap Eksplorasi:
Penyelidikan Umum dan Eksplorasi.
Di Indonesia tahap eksplorasi mengacu pada SNI 13-4726-1998 (Lampiran 1):
1) Survai Tinjau (Reconnaissance),
2) Prospeksi (Prospecting),
3) Eksplorasi Umum (General Exploration),
4) Eksplorasi Terinci (Detailed Exploration).
Pencarian jenis bahan galian dan sebaran secara lateral (di permukaan).
Menjejaki sebaran ke arah dalam untuk mengetahui bentuk dan matra (dimensi)
bahan galian.
Mengestimasikan besaran atau banyaknya bahan galian.
Eksplorasi dilakukan secara bertahap untuk mengurangi (meminimalkan) resiko. Tahap
eskplorasi bertalian dengan:
Kerapatan titik pengamatan,
Kelas sumber daya mineral.
B.4 EKSPLORASI DAN ESTIMASI ENDAPAN BATUBARA
B.4.1 Pendahuluan
Geologi batubara
Terbentuk karena proses pengendapan.
Terdapat dalam batuan endapan.
8
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
Bentuknya berupa lapisan atau lensa-lensa.
Kemiringannya beragam (dari mendatar sampai tegak), tergantung perkembangan struktur.
Kadang-kadang terpotong-potong oleh sesar.
Pengelompokan batubara berdasarkan kondisi geologinya:
Kelompok sederhana,
Kelompok moderat,
Kelompok kompleks.
Parameter yang digunakan untuk mengelompokkan endapan batubara adalah aspek-aspek:
sedimentasi, tektonik, dan variasi kualitas (lihat Tabel 1 SNI 13-5014-1998).
B.4.2 Eksplorasi Batubara
Pemetaan permukaan.
Pembuatan parit dan sumur uji.
Pemboran.
Jarak titik pengamatan dan klasifikasi sumber daya batubara
Untuk memperoleh tingkat atau kategori sumber daya tertentu, kerapatan titik pengamatan atau
titik informasi sangat tergantung pada kelompok endapan batubara berdasarkan kondisi
geologinya ( Tabel 3 SNI 13-5014-1998).
B.4.2.1 Estimasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara
Klasifikasi endapan batubara didasarkan pada aspek geologi dan ekonomi.
Aspek geologi:
Tingkat keyakinan geologi: secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak titik informasi, makin
rapat makin memberikan keyakinan yang lebih tinggi ( Tabel 3 SNI 13-5014-1998).
Aspek ekonomi:
Ketebalan minimal lapisan batu bara,
Ketebalan maksimal lapisan pengotor (dirt parting).
9
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
Berdasarkan kriteria itu, batubara dikelompokkan menjadi batubara berenergi rendah dan
batubara berenergi tinggi seperti tertera pada tabel di bawah ini.
KETEBALAN TINGKAT BATUBARABatubara energi rendah Batubara energi tinggi
Lapisan batubara minimal (m) > 1,00 > 0,40Lapisan pengotor (m) < 0,30 < 0,30
B.4.2.2 Klasifikasi Cadangan Batubara
Sumber daya:
Belum layak tambang: sumber daya hipotetik (hypothetical resouerces), sumber daya
tereka(inferred resouerces), sumber daya tertunjuk (indicated resouerces), sumber daya
terukur (measured resouerces).
Cadangan:
Layak tambang: cadangan terkira (probable reserve) dan cadangan terbukti (proved reserve)
(Lihat Lampiran 8, Tabel 2 SNI 13-5014-1998).
Cara estimasi
Blok
Daerah pengaruh
10
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
SEKSI C
PEMBORAN
Dalam sejarah eksplorasi telah banyak jenis bor yang dipakai. Diantara jenis bor eksplorasi
adalah : Bor Tangan, Bor spiral, Bor Bangka, Bor Mesin Putar, Bor mesin ringan, Bor inti (core
drill), Bor putar biasa (rotary drill), Bor-alir balik (counterflush drill), Bor Mesin tumbuk (cable
tool)
Sebetulnya sulit untuk melakukan penggolongan metoda pengeboran. Alat bor tangan
banyak yang dikembangkan dengan dilengkapi motor kecil, sedangkan banyak alat bor mesin
yang dipasang pada truk dirancang untuk pemboran dangkal. Alat bor mesin putar berkisar
dari yang portable sampai alat bor raksasa untuk eksplorasi minyak dan gas bumi.
C.1 Pemboran Mesin putar
Ada berbagai macam jenis mesin bor putar, dari yang portable sampai pemboran raksasa
seperti pada pemboran minyak yang dapat mencapai kedalaman beberapa kilometer. Ada
berbagai jenis, dari mulai packsack (dapat diangkat di atas punggung) sampai bor besar
harus dipreteli atau diangkat di truck. Alat pemboran (yang disebut drilling-rig) dinilai dari
kemampuannya untuk mencapai kedalaman, kemampuan pengambilan conto batuan dan
kemampuan menentukan arah. Selain itu juga kemampuan bergerak di medan
merupakan salah satu hal diperhatikan. Mesin-mesin pemboran putar ini mempunyai
prinsip yang sama, namun berdasarkan kemampuannya dapat dibagi sebagai berikut :
11
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
Ø Bor mesin ringan (portable drilling rig)
Ø Bor mesin inti (diamond drilling rig)
Ø Bor mesin rotari (rotary drilling rigs)
Ø Bor mesin alir-balik (counterflush drilling rig)
C.2 Prinsip operasi mesin pemboran putar
1) Pada prinsipnya pemboran mesin putar mempunyai prinsip yang sama, yaitu :
Lubang dalam formasi dibuat oleh gerakan putar dari pahat untuk mengeruk batuan
dan menembus dengan suatu rangkaian batang bor yang berlobang (pipa).
2) Rangkaian pipa bor disambungkan pada mesin sumber penggerak dengan berbagai
macam alat transmisi, seperti kelly dan rotary table, chuck ataupun langsung.
3) Sumber penggerak (mesin bensin, diesel dan sebagainya) atau dengan perantaraan
kompresor/motor listrik.
4) Pelumas/pendingin (air, lumpur, udara). Cairan pelumas dipompakan lewat pipa,
keluar lewat pahar bor kembali lewat lobang bor di luar pipa (casing) atau sebaliknya.
5) Pompa sebagai penggerak/penekan cairan pelumas.
6) Pipa/batang di atas tanah ditahan/diatur dengan menggantungkannya pada suatu
menara/derrick dengan sistem katrol atau dipandu lewat suatu rak (rack) untuk
keperluan menyambungnya atau mencabut serta melepaskannya dari rangkaian.
7) Untuk memperdalam lubang bor rangkaian pipa bor ditekan melalui putaran rotary
gearbox secara hidrolik atau mekanik maupun karena bebannya sendiri.
8) Conto batuan hasil kerukan mata bor didapatkan sebagai :
a) Serbuk atau tahi bor (drill-cuttings) yang dibawa ke permukaan oleh lumpur bor
(mud pump) atau air pembilas. Serbuk penggerusan batuan dibawa oleh air
pembilas ke permukaan sambil mendinginkan mata bor.
b) Inti bor (drill core) yang diambil melalui bumbung pengambil inti (corebarrel).
12
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
1) Untuk pengambilan inti mata bor yang digunakan bersifat bolong di tengah sehingga
batuan berbentuk cilinder masuk ke dalamnya dan ditangkap oleh corebarrel. Mata
bor ini biasanya menggunakan diamond bit ataupun tungsten widia baja.
2) Bumbung inti (corebarrel) diangkat ke permukaan
a) Dicabut dengan mengangkat seluruh rangkaian batang bor ke permukaan setiap
kali seluruh bumbung terisi. (conventional system drilling)
b) Dicabut lewat tali kawat (wireline system drilling) melalui lubang pipa dengan
kabel seling.
1) Pipa selubung penahan runtuhnya dinding lubang bor (casing) dipasang setiap
kedalaman tertentu tercapai, untuk kemudian dilanjutkan dengan matabor yang
berukuran kecil (telescoping). Pipa selubung dipasang untuk mengatasi adanya
masalah seperti masuknya air formasi secara berlebihan (water influks), kehilangan
sirkulasi lumpur pemboran karena adanya kekosongan, dalam formasi, atau
lemahnya lapisan yang ditembus.
Dalam mendesain program pemboran dan memilih jenis alat bor harus diperhatikan :
1) Kapasitas kedalaman (tergantung dari) :
a) Besanya kekuatan mesin sumber pengerak yang dinyatakan dengan Tenaga Kuda
(HP).
b) Kekuatan alat penyangga atau menara serta derek untuk menarik beban rangkaian
sampai kedalaman yang dituju.
c) Besarnya garis tengah pipa bor sesuai dengan besarnya inti yang diminta.
d) Kekuatan pompa untuk dapat menyalurkan lumpur sampai kedalaman yang dituju.
1) Mobilitas, dapat bergerak sendiri (skids, truck) atau kemungkinan untuk dipreteli
atau/dan diangkat dengan tenaga manusia ataupun dengan helicopter.
2) Kemampuan pemboran miring.
3) Keperluan dan besarnya inti yang diminta.
4) Perolehan inti (core recovery) (tergantung dari jenis corebarrel)
13
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
Penggolongan Mesin Bor Putar
C.3 Mesin Bor Ringan (Power Rig)
Khas dari pemboran ini selain mudah diangkut secara manual adalah pada umumnya
menggunakan topdrive dengan motor bakar kecil (2 tak) yang ikut turun naik dengan
turun/naiknya batang bor yang dipandu oleh rel atau rack. Tekanan pada matabor dapat
ditingkatkan dengan menyuruh orang mendudukinya (awak mesin bor 20-26).
Alat bor ini dapat dipreteli dalam bahagian-bahagian kecil dan dapat diangkut oleh orang
secara manual. Kapasitas alat bor ini hanya maksimum 50-60 meter, banyak digunakan untuk
pemboran seismik (shot holes) dan sering merupakan rakitan sendiri dengan menggunakan
mesin pompa.
C.4 Portable Drill Rig – Top Drive (Jacro) /Rakitan lokal
Termasuk alat bor dari mulai kapasitas kecil sampai dengan Kapasitas Besar (Max Drilling
Depth.) Mesin bor ini sangat familiar sekali akhir-akhir tahun ini atau yang disebut dengan
mesin bor Jacro, yang dipakai untuk pemboran eksplorasi khususnya batubara dan menara
bor langsung berdiri/menyatu dengan mesin.
Mesin bor Jacro ini bergerak atau berputar melalui sistem hidrolik berbeda dengan mesin
teknik/spindel yang menggunakan gigi untuk penetrasi kekuatan pemboran, Engine Power
Penggerak di mulai dari kekuatan 10 HP – 60 HP disesuaikan dengan kebutuhan kedalaman
pemboran. Banyak Unit bor ini digunakan dikarenakan simple dan cocok untuk moving bisa
di preteli/knock down/ataupun bisa tarik winch dan penetrasi pemborannya cepat pada
formasi normal.
Adapun tipe-tipe unit bor Jacro yang disesuaikan dengan kapasitas pemborannya (Depth
Capacity) sbb :
- Jacro 100 menggunakan Engine power kisaran 8 Hp – 10 Hp
14
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
- Jacro 150 menggunakan Engine power kisaran 12 Hp – 15 Hp
- Jacro 175 menggunakan Engine power kisaran 16 Hp – 24 Hp
- Jacro 200 menggunakan Engine power kisaran 24 Hp – 28 Hp
- Jacro 250 menggunakan Engine power kisaran 30 Hp – 40 Hp
- Jacro 500 menggunakan Engine power kisaran 40 Hp – 60 Hp
C.5 Teknis Pelaksanaan Pemboran :
Unit Rig yang dipakai yaitu Jacro dengan rencana kedalaman pemboran per titik yaitu 100
meter/hole dengan NQ Size. Lubang bor yang di dapat yaitu berdiameter 75 mm dan
core/sample yang di dapat 45-46 mm.
Pemboran dilakukan secara open hole maupun touch coring/part core. Pemboran open hole
dilakukan hanya untuk melubangi titik bor tertentu saja, dan lithologi dilihat dari hasil cutting
pemboran yang naik ke atas permukaan lubang bor oleh pompa bor/pompa pembilas/mud
pump. Pemboran touch coring di lakukan dengan cara open hole dan coring, yaitu akan
adanya pengambilan sample/core apabila ada terindikasi batubara dilihat dari cutting yang
naik, perbedaan putaran bor, maupun perintah pengawas/wellsite geologis.
Pemboran dilakukan dengan menggunakan matabor/wingbit/Drag bit/PDC berukuran NQ
untuk menghasilkan lubang bor berdiameter 75mm yang disambungkan ke pipa bor/pipe rod
(untuk tipe pipa bor yang digunakan tidak terlalu di permasalahkan, yang penting hasil
lubang dan sample nya NQ Size) dan pengambilan sample/core apabila terindikasi
keterdapatan batubara maka akan di pasang corebarrel NQ panjang 1,5 meter / 5 feet dan
core yang didapat 45-46mm(NQ Size).
Teknis pelaksanaan nya yaitu matabor yang digunakan untuk open hole diangkat dulu dan
selanjutnya dipasang corebarrel untuk pengambilan sample/conto.
Sistem jam kerja :
15
TEKNIKAL PROPOSAL EKPLORASI BATUBARA DI KEC. BINTANG ARA, KAB. TABALONG
- 10 jam kerja/sift ( 7 pagi – 5 sore/day sift)
- 9 jam kerja/sift ( 6 sore – 3 pagi /night sift)
- 7 days/week
Drilling supervisor/korlap : 1 orang
Kru/team pemboran Rig (6 orang):
- 3 orang master drill/juru bor
- 6 orang asisten master drill
- 9 orang helper
Mekanik/maintenance Rig : 2 orang
Logistik : 3 orang
Driver : 1 orang
Security/waker untuk di Rig : 2 orang/Rig X 2 Rig = 4 orang
PUSTAKA
1) Badan Standardisasi Nasional, 1998, Standar Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Cadangan, SNI No. 13-4726-1998.
2) Badan Standardisasi Nasional, 1998, Standar Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara, SNI No. 13-5014-1998.
3) Evans, A.M., Editor, 1995, Introduction to Mineral Exploration, Blackwell Science, Ltd.4) Kreiter, V.M., 1961, Prospeksi dan Eksplorasi Endapan Bahan Galian, 2 jilid, Edisi kedua,
Gosgeoltekhizdat, Moskva (dalam bahasa Rusia).5) Machali Muchsin, A., 1999, Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Cadangan. Naskah/
bahan kuliah disampaikan dalam Kursus Pembinaan dan Pengawasan Eksplorasi, diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan (PPTP) Tanggal 26 Agustus sampai dengan 24 September 1999.
6) McKinstry, H.E., 1962, Mining Geology, Prentice Hall Inc., Modern Asia Edition.7) Peters, W.C., 1978, Exploration and Mining Geology, John Wiley & Sons, New York.8) The Resources and Reserves Committee, 1999, Guide for Reporting Exploration
Information, Resources and Reserves, (Submitted to The Board of Directors of The Society of Mining, Metallurgy and Exploration Inc.), 17 pp.
16