42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sangat terkenal di dunia, orang-orang luar negeri dari berbagai negara datang ke Bali karena mereka tertarik dengan keunikan Bali. Masyarakat yang ramah sehingga membuatnya nyaman. ”Pulau Bali merupakan pintu gerbang utama pariwisata Indonesia bisa dipastikan sangat merangsang perkembangan seni pertunjukannya” (Pendit, 2001 : 3) Bali dengan berbagai aspek kebudayaan tradisional seperti seni tari, seni pahat, seni ukir, seni tabuh, dan tidak kalah menariknya untuk menikmati seni sastranya yang pada saat ini masih tumbuh subur di dalam masyarakat yang religius dan tetap dipelihara dari dulu sampai sekarang. Menurut Tim Penyusun Sejarah Bali (1986 : 143-147) menyebutkan bahwa setelah runtuhnya kerajaan Majapahit pada abad ke 15, perkembangan seni sastra di bali merupakan kelanjutan tradisi Jawa Kuno yang berkembang cukup pesat. Hal ini 1

Proposal Kadal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Kadal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau Bali sangat terkenal di dunia, orang-orang luar negeri dari berbagai

negara datang ke Bali karena mereka tertarik dengan keunikan Bali. Masyarakat

yang ramah sehingga membuatnya nyaman. ”Pulau Bali merupakan pintu gerbang

utama pariwisata Indonesia bisa dipastikan sangat merangsang perkembangan seni

pertunjukannya” (Pendit, 2001 : 3)

Bali dengan berbagai aspek kebudayaan tradisional seperti seni tari, seni

pahat, seni ukir, seni tabuh, dan tidak kalah menariknya untuk menikmati seni

sastranya yang pada saat ini masih tumbuh subur di dalam masyarakat yang

religius dan tetap dipelihara dari dulu sampai sekarang. Menurut Tim Penyusun

Sejarah Bali (1986 : 143-147) menyebutkan bahwa setelah runtuhnya kerajaan

Majapahit pada abad ke 15, perkembangan seni sastra di bali merupakan

kelanjutan tradisi Jawa Kuno yang berkembang cukup pesat. Hal ini dilihat dari

banyaknya kemunculan hasil karya sastra pada masa jayanya kerajaan Gelgel di

Klungkung abad ke 15.

Naskah merupakan salah satu unsur budaya yang sangat erat kaitannya

dengan kehidupan sosial budaya dimana naskah tersebut lahir dan berkembang.

Naskah-naskah sastra di Bali memiliki fungsi kultural dalam masyarakat. Hal

tersebut disebabkan karena di dalamnya terkandung ide-ide, ajaran moral, agama,

filsafat, pengetahuan tentang alam semesta menurut persepsi budaya masyarakat

bersangkutan. Untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra,

1

Page 2: Proposal Kadal

maka upaya pemahaman unsur-unsur dalam karya sastra tidak dapat dilepaskan

dari masalah membacanya. Oleh karena itu sebelum melaksanakan kegiatan

dalam rangka memahami isi amanat yang terkandung dalam isi karya sastra,

masalah membaca sedikit banyak harus dipahami oleh calon Apresiator.

Memahami dan menilai karya sastra merupakan salah satu usaha kearah

pengembangan dan kegunaan sastra itu sendiri. Sebagaimana dikatakan Horace

(dalam Pradopo, 1997 : 2-3) bahwa :

fungsi Seni Sastra adalah Pulce et Uttle (menyenangkan dan berguna), ini berarti karya sastra Bali diharapkan dapat memberikan tuntunan-tuntunan hidup. Karena sifat berguna dan menyenangkan itulah sebuah karya sastra harus dianalisis untuk mengetahui isi kandungannya itu. Hakikat fungsi dari seni sastra tersebut dapat dilihat pada salah satu sastra tradisional yaitu gaguritan.

Selanjutnya pandangan senada mengenai karya sastra utamanya Gaguritan

diungkapkan oleh Agastya (1980 : 25), yang menyatakan bahwa : ”Karya sastra

Gaguritan mempunyai peranan penting dalam usaha pembinaan mental dan

spiritual masyarakat Bali dalam rangka mengembangkan kesenian khususnya dan

kebudayaan Bali pada umumnya”.

Dengan dimikian karya sastra seperti gaguritan dapat memberikan

tuntunan hidup dalam usaha pembinaan mental dan spiritual manusia. Untuk itu,

masyarakat diharapkan tetap mengembangkan kesenian sastra ini khususnya dan

budaya Bali pada umumnya.

Gaguritan memiliki bentuk puisi yang khas, ini dikemukakan oleh

Granoko (1982 : 12) bahwa : “Gaguritan dikemas dalam pada lingsa pupuh, yaitu

banyaknya baris dalam tiap-tiap bait”. Lebih lanjut dikatakan bahwa teori puisi

modern bukanlah teori yang satu-satunya disajikan menganalisis dari aspek

bentuk dalam gaguritan karena pengkajian terhadap karya sastra tardisional

2

Page 3: Proposal Kadal

khususnya gaguritan tidak hanya terletak pada pandangan yang membatasi

analisis bunyi pada bunyi kata. Unsur-unsur lain yang memaparkan bunyi kata,

sebagai suatu sistem pada lingsa, yang membedakan identitas bentuk yang lain

sangat penting diungkap.

Dinas Pendidikan Pusat Dati I Bali (1991 : 254) menyatakan bahwa

Gaguritan juga disebut dengan pupuh. Dalam satu bait diikat oleh bunyi akhir

masing-masing baris atau disebut padalingsa.

Dalam melagukan suatu gaguritan tersebut maka akan menghasilkan

irama yang indah yang dapat menghibur dan menyenangkan hati serta sekaligus

mendapatkan petuah serta nilai-nilai budaya yang luhur. Selain itu, gaguritan juga

memiliki kekhasan dimana Dalam satu bait diikat oleh bunyi akhir masing-masing

baris atau disebut padalingsa.

Sehubungan dengan pernyataan di atas yaitu adanya suatu petuah-petuah

dan nilai-nilai budaya khususnya Agama Hindu pada umumnya, maka dalam

penelitian ini dipakai kajian adalah Gaguritan Karnaphala. Mengingat Gaguritan

Karmaphala adalah karangan yang diangkat dari karya sastra yaitu Purwagama

Sesana, yang merupakan naskah yang sangat terkenal oleh pemuka-pemuka

Agama Hindu.

Nilai yang terdapat dalam Gaguritan Karmaphala cukup menarik dan

memberikan teladan pada masyarakat Bali khususnya bagi yang beragama Hindu.

Keteladanan tersebut berupa berbagai aspek seperti : nilai tattwa, nilai etika, nilai

susila. Seperti yang diungakpkan Agastia (1980 : 2) bahwa : ”Secara umum karya

sastra tradisional (gaguritan) memiliki isi sebagai satu kesatuan sastra dengan

nilai-nilai spiritual, kemanusiaan, dan kebenaran yang universal dan hakiki”.

3

Page 4: Proposal Kadal

Semua ini memang tergambar dalam karya sastraGaguritan Karmaphala. Karya

sastra tradisional masih banyak perlu digali isinya., dan masih relevan diterapkan

dala kehidupan saat ini. Karena itulah karya sastra Gaguritan Karmaphala adalah

salah satu jenis karya sastra tradisional yang berbentuk tembang, yang memang

sampai sekarang mendapatkan tempat di masyarakat.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas muncul beberapa

masalah yang akan diangkat dalam kajian terhadap Gaguritan Karmaphala.

Adapun permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan karya tulis

ini adalah sebagai berikut :

1) Ada sebagian masyarakat belum mengetahui alur cerita Gaguritan

Karmaphala.

2) Sebagian masyarakat belum mengetahui tema dalam Gaguritan

Karmaphala.

3) Ada sebagian masyarakat belum mengetahui pupuh yanga ada dalam

Gaguritan Karmaphala.

4) Ada sebagian masyarakat belum mengetahui struktur yang

membangun kesatuan cerita dalam Gaguritan Karmaphala.

5) Sebagian masyarakat belum mengetahui tema dalam Gaguritan

Karmaphala.

4

Page 5: Proposal Kadal

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat kemampuan serta luasnya masalah gaguritan, maka dalam hal

ini penulis hanya membatasi dan mengkaji struktur forma dan nilai pendidikab

Agama Hindu dalam Gaguritan Karmaphala.

1.4 Rumusan Masalah

Dalam menyusun karya ilmiah ada beberapa hal pokok yang perlu dikaji.

Bertitik tolak dari masalah pokok di atas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1) Bagaimana struktur forma Gaguritan Karmaphala?

2) Bagaimana nilai pendidikan Tattwa dalam Gaguritan Karmaphala?

3) Bagaimana nilai pendidikan Etika dalam Gaguritan Karmaphala?

4) Bagaimana nilai pendidikan Upacara dalam Gaguritan Karmaphala?

1.5 Tujuan Penelitian

Melaksanakan suatu pekerjaan pasti mempunyai suatu tujuan. Tujuan yang

ingin dicapai mengenai nilai-nilai pendidikan Agama Hindu dalam Gaguritan

Karmaphala adalah tidak jauh dari masalah yang berkembang di atas berdasarkian

teori yang ada, penulis ingin menemukan struktur Forma yang terkandung di

dalamnya. Tujuan yang dicapai hendaknya dirumuskan dengan jelas, karena

tujuan yang jelas dan langkah-langkah yang tepat, peneliti akan dapat

meyelesaikan penelitiannya dengan baik. Adapun tujuan penulisan karya ilmiah

ini adalah :

1) Untuk mengetahui struktur forma Gaguritan Karmaphala?

5

Page 6: Proposal Kadal

2) Untuk mengetahui nilai pendidikan Tattwa dalam Gaguritan

Karmaphala?

3) Untuk mengetahui nilai pendidikan Etika dalam Gaguritan

Karmaphala?

4) Untuk mengetahui nilai pendidikan Upacara dalam Gaguritan

Karmaphala?

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian secara teoritis akan memberikan manfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan, khususnya program studi Pendidikan Agama Hindu

Amlapura. Di samping itu dapat meningkatkan profesionalisme wawasan

civitas akademika dan penelitian ini diharapkan dapat menambah

khasanah pengetahuan masyarakat, khususnya tentang Gaguritan

Karmaphala.

1.6.2 Manfaat Praktis

Penelitian secara praktis sangat bermanfaat untuk dipakai sebagai

pedoman dan wawasan tentang nilai pendidikan Agama Hindu yang

tersirat dalam Gaguritan Karmaphala guna meningkatkan kehidupan

beragama.

6

Page 7: Proposal Kadal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Forma Gaguritan

Mengenai pengertian struktur forma Wisnu (2001 : 33) menyatakan bahwa

: ”struktur forma adalah salah satu bagian dari keseluruhan struktur karya sastra

yang mengulas tentang bentuk atau kemasan dalam menampilkan karya sastra itu

sendiri, dan memiliki hubungan yang signifikan dengan isi yang dikandungnya”.

Dari pengertian di atas maka struktur forma Gaguritan Karmaphala

adalah salah satu bagian dari struktur karya sastra yang berbentuk puisi yang

berupa tembang yang terikat oleh pada lingsa. Struktur forma terdiri atas :

sinopsis, tema, latar, tokoh, alur, bahasa, dan tembang.

2.1.1 Sinopsis

Sinopsis menurut kamus Bahasa Indonesia oleh Tim Prima Pena (tt : 598)

yaitu “kata benda abstarksi, ringkasan sebuah tulisan atau karangan yang

diterbitkan bersama-sama dengan keterangan asli, ringkasan cerita yang

ditampilkan di depan cerita yang utuh”. Selanjutnya menurut Hardaniwati (2003 :

634) : ”sinopsis adalah ikhtisar karangan, biasanya diterbitkan bersama karangan

aslinya”. Dengan adanya sinopsis pembaca dapat mengetahui ringkasan sebuah

cerita atau karangan tanpa harus membaca cerita atau karangan tersebut secara

langsung.

Jadi dapat dijelaskan bahwa sinopsis yaitu ringkasan cerita, yang

menggambarkan secara umum cerita yang sebenarnya. Dalam penyajian sinopsis

7

Page 8: Proposal Kadal

dalam karya sastra merupakan suatu ringkasan yang disajikan secara umum

sebagai gambaran awal dalam proses penulisan. Sinopsis juga disebut sebagai

bahan acuan awal dalam menjelaskan keterkaitan cerita dari awal sampai akhir.

2.1.2 Tema

Setiap karya sastra baik dalam bentuk puisi, drama, novel dan jenis karya

sastra lainnya memiliki satu hal terpenting yaitu tema. Suharianto (1982 : 28)

menyatakan bahwa : ”tema adalah ide pokok atau ide utama yang merupakan

dasar cerita, persoalan atau permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra

sekaligus merupakan permasalahan yang dirumuskan dan dirangkai pengarang di

dalam karya sastranya”. Selanjutnya Sudjiman (1988 : 50) menyatakan bahwa :

”Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasar dalam suatu kiarya sastra

disebut tema”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan

Nasional (2005 : 104) dikemukakan bahwa : ”pokok pikiran ; dasar cerita(yang

dipercakapkan dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dsb.)”.

Jadi dapat dijelaskan bahwa tema adalah gagasan atau ide pokok yang

dijadikan dasar atau pedoman dalam membangun sebuah karya sastra.

2.1.3 Latar

Idrus (tt : 404) menyatakan bahwa latar adalah keterangan mengenai ruang

dan waktu suasananya saat berlangsungnya peristiwa (dalam karya sastra).

Selanjutnya Nurgiantoro (2000 : 227) mengemukakan bahwa : ”unsur latar dapat

dibedakan ke dalam unsur pokok, yaitu tempat dan sosial. Semua unsur itu,

walaupun masing-masing menawarkan permasalahan yang berada dan dapat

8

Page 9: Proposal Kadal

dibicarakan secara tersendiri, pada kenyataan saling berkaitan dan saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya”.

Maka dapat dijelaskan bahwa latar adalah keterangan mengenai ruang,

tempat dan waktu terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra.

2.1.4 Tokoh

Menurut Sudjiman (1986 : 16) menyatakan bahwa : ”tokoh adalah

individu-individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam cerita

sedangkan watak digunakan dalam arti tabiat, sifat dan kepribadian”. Dengan

demikian, perwatakan bisa dikatakan merupakan jiwa yang menghidupi tokoh.

Idrus (tt : 643), Tim Prima Pena (tt : 652) mengatakan bahwa tokoh adalah wujud

atau keberadaan, bentuk dan potongan, orang yang terkemuka dan kenamaan,

pemegang peran utama dalam cerita.

Jadi dapat dijelaskan bahwa tokoh adalah individu-individu rekaan yang

mengalami peristiwa atau perlakuan serta memegang peranan dalam cerita yang

memiliki watak tertentu. Biasanya dalam cerita, penokohan terdiri dari peran

utama, peran sampingan atau peran pembantu.

2.1.5 Alur

Menurut Luxemburg (1984 : 149), alur atau plot adalah ”rangkaian

peristiwa yang secara logis yang diakibatkan dan dialami oleh pelaku”.

Selanjutnya Beneton (dalam Sudjiman, 1988 : 29) menyatakan bahwa : ”alur

adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga

menjalin sutau cerita yang dihadirkan para pelaku dalam cerita”.

9

Page 10: Proposal Kadal

Retnoningsih (1985 : 12) mengatakan bahwa alur adalah ”suatu rentetan

kejadian antara satu dengan yang lainnya, sehingga menimbulkan terjadinya sebab

dan akibat”.

Berdasarkan pengertian alur tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa alur

adalah rangkaian kejadian atau peristiwa yang dihadirkan oleh para pelaku

sehingga terjadi sebab akibat.

2.1.6 Bahasa

Menurut Idrus (tt : 60) bahasa adalah “sistem lambang bunyi yang arbiter,

yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama,

berinteraksi dan mengidentifikasikan diri, percakapan (perkataan) yang baik,

tingkah laku yang baik, sopan santun”. Senada dengan itu Departemen Pendidikan

Nasional (2005 : 30) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi

yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi

dan mengidentifikasi dirinya. Selanjutnya Hardaniwati (2003 : 39) menyatakan

bahwa : ”bahasa adalah alat berhubungan manusia yang dihasilkan alat ucap

manusia dan setiap karya sastra yang isi ceritanya merupakan maksud yang

disampaikan pengarang melalui cerita dengan bahasa tulisan”.

Jadi dapat dijelaskan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang

dipakai sebagai alat berhubungan dipergunakan oleh para anggota suatu

masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Dalam

karya sastra bahasa merupakan unsur yang dipakai untuk menyampaikan maksud

pengarang yaitu dengan bahasa tulisan.

10

Page 11: Proposal Kadal

2.1.7 Tembang

Secara umum tembang dapat diartikan sebagai lantunan lagu. Isi sebuah

karya sastra Gaguritan dalam penyampaiannya umumnya diucapkan dengan

dinyanyikan atau ditembangkan. ”. Menurut Hardaniwati (2003 : 691)

menyatakan tembang bahwa : “tembang adalah syair-syair yang berirama atau

lagu untuk dinyanyikan”. Budiyasa (1997 : 1) menerangkan bahwa : ”Tembang

merupakan bagian seni yang dituangkan dalam alunan suara, irama, dan ritme

Jadi dapat dijelaskan bahwa tembang adalah penyampaian isi dari sebuah

karya sastra dalam bentuk alunan suara, syair-syair yang berirama atau lagu untuk

dinyanyikan.

2.2 Pengertian Nilai

Nilai dapat diartikan harga suatu benda. Koentjaraningrat (1977 : 677)

menyatakan bahwa : ”nilai adalah suatu hal yang berisikan, yang

mengkonsepsikan hal-hal penting, berguna dalam kehidupan masyrakat”.

Selanjutnya Horton (1987 : 55) mengemukakan bahwa :

Nilai adalah gagasan mengenai apakas suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakekatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi ia dapat menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar. Nilai yang dianggap sah – artinya secara moral dapat diterima – kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat dimana tindakan itu dilakukan.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 783) menyatakan

bahwa kata nilai mengandung arti : “(1) harga satuan, (2) harga uang, (3) angka

kepandaian, (4) banyak sedikitnya isi, (5) sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau

berguna bagi kemanusiaan; (6) sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai

dengan hakikatnya”

11

Page 12: Proposal Kadal

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai adalah

sesuatu yang berguna dalam kehidupan masyarakat yang dapat mengarahkan ke

arah yang lebih baik. Selain dapat mengarahkan perilaku seseorang, nilai juga

dapat dipakai sebagai pertimbangan hal yang salah atau benar, berguna atau

tidaknya sesuatu.

2.3 Pendidikan Agama Hindu

2.3.1 Pengertian Pendidikan

Suatu pendidikan bertujuan untuk membentuk sikap mental, membina

pribadi dan akhlak anak didik. Said (1985 : 76) menyatakan bahwa : “pendidikan

adalah perbuatan yang dilakukan menusia untuk meningkatkan kepribadian orang

lain”. Selanjutnya John Dewey (dalam Ahmadi, 2001 : 69) menyatakan bahwa

”pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental

secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia”. Menurut

Syah (2005 : 10) bahwa : ”Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini

mendapat awalan me sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan

memberi latihan.dalam memelihara dan memberi latihan, diperlukan adanya

ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan fikiran”.

Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa pendidikan adalah pengaruh,

bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada

anak didik sehingga meningkatkan kepribadiannya serta membentuk kecakapan-

kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional.

12

Page 13: Proposal Kadal

2.3.2 Pengertian Pendidikan Agama Hindu

Pudja (1985 : 9) menerangkan bahwa pendidikan Agama Hindu adalah :

”suatu pendidikan untuk pembentukan watak, sikap dan pribadi seseorang untuk

meningkatkan ketaqwaan dan mendorong perkembangan ilmu”. Selanjutnya

dalam Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu

I-VI yang diterbitkan Parisadha Hindu Dharma Pusat (2005 : 23 – 24) dinyatakan

bahwa :

(1) Pengertian pendidikan Agama Hindu di luar sekolah ialah suatu upaya dalam rangka membina pertumbuhan jiwa raga anak didik, sesuai dengan ajaran agama Hindu, (2) Pengertian pendidikan Agama Hindu di luar sekolah adalah merupakan suatu upaya untuk membina pertumbuhan jiwa masyarakat dengan agama Hindu itu sendiri sebagai pokok materinya.

Jadi dapat dijelaskan bahwa pendidikan Agama Hindu ialah suatu ajaran

yang membentuk watak manusia agar berkepribadian baik (susila) serta astiti

bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta manifestasinya dengan penuh

pengabdian dan pengorbanan materiil maupun spiritual.

2.4 Pengertian Nilai Pendidikan Agama Hindu

Nilai-nilai pendidikan Agama Hindu semestinya dapat dilaksanakan

umatnya dengan sebaik-baiknya. Zutan (1994 : 2) menyatakan bahwa :

”Pendidikan dalam karya sastra tidak hanya berarti penyampaian pengetahuan,

akan tetapi merekomendasikan apa yang baik, nilai-nilai dimana pengetahuan itu

diperiksa dan diarahkan pemanfaatannya dalam kehidupan”. Selanjutnya Gorda

(1996 : 36) mengemuakakan bahwa :

Nilai Agama Hindu dikenal, dipahami dan dihayati masyarakat Hindu di Bali, sejak mereka masih kanak-kanak melalui dua cara : pertama ; melalui penuturan (lisan) dengan mengambil bentuk cerita, terutama cerita-cerita yang berasal dari bentuk Ramayana dan Mahabrata. Dalam pandangan

13

Page 14: Proposal Kadal

umat Hindu cerita-cerita keagamaan dalam kedua sumber tersebut disajikan dan diperkenalkan melalui berbagai pertunjukan tradisional melalui berbagai pertunjukan tradisional melalui berbagai media pertunjukan, seperti wayan kulit, arja, topeng dan drama gong. Yang kedua ; pengenalan dan penghayatan nilai-nilai Agama Hindu melalui kegiatan lahir yang mencakup beragam upacara keagamaan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai pendidikan

Agama Hindu adalah suatu nilai yang berdasarkan ajaran Agama Hindu. Nilai-

niali tersebut dapat dihayati melalui penuturan (lisan) dengan mengambil bentuk

cerita, terutama cerita-cerita dan kegiatan upacara agama, yang nantinya dapat

diarahkan pemanfaatannya bagi kehidupan.

2.5 Tujuan Pendidikan Agama Hindu

Tujuan pendidikan Agama Hindu selaras dengan tujuan Agama Hindu itu

sendiri yaitu untuk mencapai kedamaian, kesejahteraan jasmani dan rohani.

Sudibya (1994 : 85) menyatakan bahwa : ”tujuan dari Pendidikan Agama Hindu

adalah kesejahteraan rohani, jasmani di dunia dan di akhirat”. Selanjutnya dalam

Bhagawadgita Sloka IV.39 berbunyi :

Srãddãvãmi Labhate JńãnamTat-parah samyat endriah,Jnãnam Labdhvã parãm sãntimAcirená bhigaechati

Artinya :

Ia yang memiliki kepercayaan, pengabdian dan menguasai panca indiya, memperoleh ilmu pengetahuan, dengan ilmu pengetahuan ia menemui kedamaian abadi (Pudja, 1999 : 129)

Manusia yang memiliki kepercayaan dan pengabdian alam mencapai

kebijaksanaan dalam mencari ilmu pengetahuan akan mencapai kedamaian abadi.

Di dalam buku Upanisad “tujuan pendidikan Agama Hindu atau tujuan Agama

14

Page 15: Proposal Kadal

Hindu ialah untuk mencapai kedamaian rohani (moksa) dan kesejahteraan hidup

jasmani (jagadhita)” (Parisada Hindu Dharma, 2003 : 13).

Kemudian dalam buku Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir

terhadap Aspek-aspek Agama Hindu I-XX yang diterbitkan oleh Parisadha Hindu

Dharma Pusat (2005 : 13-24) dinyatakan bahwa tujuan pendidikan Agama Hindu

adalah membentuk manusia yang astiti bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi

Wasa dan membentuk moral, etika, spiritual anak didik sesuai dengan ajaran

Agama Hindu.

Berdasarkan pandangan di atas tujuan dari pada pendidikan Agama Hindu

adalah menumbuhkan sikap astiti bhakti, kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa

beserta manifestasinya, melalui penghayatan dan pengamalan ajaran Agama

Hindu dalam kehidupan sehari-hari, yang tercermin dalam tingkah laku dengan

tujuan untuk memperoleh kedamaian.

2.6 Gaguritan

Agastya (1980 : 17) menyatakan bahwa : “Gaguritan adalah suatu karya

tradisional atau klasik yang dibangun oleh beberapa pupuh dan tiap-tiap pupuh

diikat oleh padalingsa yaitu bunyi akhir masing-masing baris”. Selanjutnya

Ananda (1986 : 660) menyatakan bahwa : ”Gaguritan berasal dari kata gurit atau

guit yang berarti mengubah dari bentuk tulisan atau cerita ke dalam bentuk

tembang atau pupuh”. Lebih lanjut ditekankan bahwa kata gurit selanjutnya di dwi

purwakan dan mendapat akhiran –an sehingga menjadi Gaguritan yang

membentuk kata keadaan.

15

Page 16: Proposal Kadal

Senada dengan hal tersebut Dinas Pendidikan Pusat Dati I Bali (1991 :

254) mendifinisikan arti dari Gaguritan yakni.

Secara etimologi Gaguritan berasal dari kata ”gurit” yang mengandung arti karang atau sadur. Kemudian kata ”gurit” mendapatkan akhiran –an sehingga menjadi guritan yang berarti gubahan, saduran atau karangan cerita dalam bentuk tembang. Kata guritan mengalami pengulangan dwi purwa sehingga menjadi kata Gaguritan yang berarti sebuah karangan cerita dalam bentuk tembang. Gaguritan juga disebut dengan pupuh. Dalam satu bait diikat oleh masing-masing Pupuh diikat oleh bunyi akhir masing-masing baris atau disebut padalingsa.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 118) menyatakan

bahwa Gaguritan berasal dari kata gurit, dimana ” gurit ; sajak atau syair”

Jadi dapat dijelaskan bahwa Gaguritan adalah sebuah karangan cerita

dalam bentuk tembang. Gaguritan terdiri dari pupuh-pupuh dan tiap-tiap pupuh

diikat oleh padalingsa yaitu bunyi akhir masing-masing baris.

16

Page 17: Proposal Kadal

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penulisan karya ilmiah, penggunaan metode sangat penting dengan

harapan agar hasil penelitian nanti mengandung nilai ilmiah yang dapat

dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, keberhasilan suatu penelitian sangat

tergantung pada penggunaan suatu metode. Sehubungan dengan hal tersebut,

maka dalam bab ini akan diuraikan :

(1) Pengertian metode penelitian, (2) Metode pendekatan penelitian, (3) Sumber

dan jenis data, (4) Metode pengumpulan data, (5) Metode pengolahan data.

3.1 Pengertian Metode Penelitian

Kata metode penelitian berasal dari dua kata yaitu metode dan penelitian.

Rusyan (1993 : 35) menyatakan bahwa : “metode adalah cara-cara pelaksanaan

yang seefisien mungkin atau suatu tugas yang diperoleh dengan mengingat segi-

segi tujuan, peralatan, fasilitas, tenaga kerja, waktu, uang dan biaya yang

tersedia”. Kemudian Winarno (dalam Wiryawan, 1993 : 3) mengatakan “metode

adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan”. Senada

dengan itu, Subagyo (1997 : 1) menyatakan bahwa “metode berasal dari bahasa

Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan”.

Jadi dapat dapat dijelaskan mengenai metode yaitu jalan atau cara yang

dilalui yang dipakai sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Subagyo (1997 : 2) menyatakan bahwa :

penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris : research yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dan dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna

17

Page 18: Proposal Kadal

terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya

Kemudian Azwar (1999 : 1) menyatakan bahwa : “penelitian (research)

merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu

permasalahan”. Nurbuko dan Achmadi (2001 : 1) memberikan pengertian tentang

penelitian bahwa : “penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,

merumuskan dan menganalisis sampai penyusunan laporan”.

Dari pendapat di atas maka dapat dijelaskan penelitian adalah suatu

kegiatan ilmiah untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis yang

dilakukan dengan suatu metode tertentu untuk memecahkan suatu permasalahan.

Dari penggabungan dua suku kata tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa

metode penelitian yaitu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan

terhadap suatu permasalahan secara ilmiah dan sitematis.

3.2 Metode Pendekatan Penelitian

Menurut Arikunto (2006 : 25) bahwa : “yang dimaksud dengan

pendekatan adalah metode atau cara mengadakan penelitian seperti halnya

eksperimen atau non eksperimen.”. Ini berarti, menurut Arikunto pendekatan

penelitian dapat dibagi dua yaitu pendekatan eksperimen dan non eksperimen.

Pendekatan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat

antara dua factor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti yaitu dengan melakukan

perlakuan. Sedangkan pendekatan non eksperimen yaitu suatu pendekatan dimana

hal yang diteliti sudah ada, sehingga tidak perlu dilakukan perlakuan. Selanjutnya

Sugiyono (2007 : 11) menyatakan metode pendekatan dapat dibagi tiga yaitu

18

Page 19: Proposal Kadal

metode eksperimen, survey dan naturalistik / kualitatif. Selanjutnya ditekankan

sebagai berikut :

Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu. Misalnya : pengaruh ruang kelas ber AC terhadap efektifitas terhadap pembelajaran. Metode Survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, tes, wawancara tersetruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam eksperimen). Metode penelitian naturalistik / kualitatif, digunakan untuk meneliti pada tempat yang bukan alamiah, dan penelitian tidak membuat perlakuan karena peneliti dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasarkan pandangan dari sumber data, bukan pandangan peneliti (Sugiyono, 2007 : 11)

Jadi dapat dijelaskan bahwa penelitian dapat dibagi menjadi dua yaitu

pendekatan eksperimen dan non eksperimen. Pendekatan eksperimen adalah suatu

cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua factor yang sengaja

ditimbulkan oleh peneliti yaitu dengan melakukan perlakuan. Metode pendekatan

non eksperimen yaitu metode pendekatan dengan tanpa melakukan perlakuan

karena hal yang diteliti sudah ada. Metode pendekatan non eksperimen dapat

dibagi dua yaitu metode pendekatan survey dan naturalistik. Metode Survey

digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan

buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya

dengan mengedarkan kuesioner, tes, wawancara tersetruktur dan sebagainya.

Metode penelitian naturalistik / kualitatif, digunakan untuk meneliti pada tempat

yang bukan alamiah, dan penelitian tidak membuat perlakuan karena peneliti

dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasarkan pandangan dari

sumber data, bukan pandangan peneliti.

19

Page 20: Proposal Kadal

Sehubungan dengan uraian di atas, maka pendekatan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan non eksperimen karena dalam

penelitian ini peneliti tidak membuat perlakuan. Adapun metode pendekatan non

eksperimen yang digunakan yakni metode naturalistik / kualitiatif, karena peneliti

memperoleh hasil penelitian berdasarkan pandangan dari sumber data, bukan

pandangan peneliti. Adapun yang dijadikan kajian penelitian yaitu nilai-nilai

pendidikan Agama Hindu yang terkandung dalam Gaguritan Karmaphala.

3.3 Sumber dan Jenis Data

3.3.1 Pengertian Data

Dalam penelitian ilmiah data merupakan bahan mentah yang akan diolah

atau dianalisis. Tanpa diolah atau dianalisis data tidak mempunyai arti apa-apa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dicantumkan bahwa : ”data - keterangan

yang benar dan nyata” (Tim Penyusun, 2001 : 239). Menurut Kerlinger (2004 :

218) menyatakan bahwa : “data adalah hasil-hasil penelitian yang darinya ditarik

inferensi : biasanya hasil numerikal seperti skor tes dan statistik-statistik”. Senada

dengan itu Sudarmayanti (2002 : 177) mendefinisikan bahwa : “data adalah

kumpulan angka-angka yang berhubungan dengan observasi”. Ditekankan oleh

Arikunto (2006 : 118) bahwa : “data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang

berupa fakta maupun angka”.

Dari beberapa rujukan di atas dapat disimpulkan bahwa data adalah bahan

mentah yang berupa fakta baik dalam bentuk angka maupun dalam bentuk

observasi.

20

Page 21: Proposal Kadal

3.3.2 Sumber Data

Azwar (1999 : 91), menyatakan bahwa menurut sumbernya, data

penelitian dapat digolongkan sebagai data primer dan data sekunder. Dijelaskan

pula bahwa data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh

langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.

Sedangkan data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh

melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek

penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data

laporan yang tersedia.

Selanjutnya Subagyo (1997 : 87 - 88) menyatakan bahwa:

data yang diklasifikasikan maupun dianalisa untuk mempermudah dalam menghadapkan pada pemecahan permasalahan, perolehannya dapat bersal dari : (1) masyarakat secara langsung (2) bahan-bahan kepustakaan. Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya merupakan data primer. Data primer diperolehnya sendiri secara mentah-mentah dari masyarakat dan masih memerlukan analisa lebih lanjut….sedangkan data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan disebut sebagai data sekunder.

Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa dapat dibagi menjadi dua

yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data mentah yang

diperoleh secara langsung contohnya melalui wawancara dan observasi,

sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain yaitu dapat

berasal dari dokumentasi atau kepustakaan.

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder. Data primernya yaitu berupa data yang diperoleh dari observasi dan

wawancara yang dilakukan. Sedangkan data sekundernya adalah data yang

21

Page 22: Proposal Kadal

diperoleh dari kepustakaan sekolah tentang struktur forma dan berbagai

pengertian mengenai kajian penelitian.

3.3.3 Jenis Data

Subagyo (1997 : 97) menyatakan data menurut jenis atau wujudnya dapat

dibedakan menjadi dua yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa data kualitatif adalah data dalam bentuk uraian, sedangkan data

kuantitatif diwujudkan dalam bentuk angka-angka. Menurut Azwar (1999 : 91),

menyatakan bahwa : “data primer dan data sekunder dapat pula digolongkan

menurut jenisnya sebagai data kuantitatif yang berupa angka-angka dan data

kualitatif yang berupa kategori-kategori”. Senada dengan itu, Marzuki (2003 : 55)

menyatakan bahwa : ”kuantitatif bisa dihitung atau diukur sifatnya, banyaknya,

obsesi, besar gaji, lama belajar, sedangkan kualitatif diukur secara tidak langsung

seperti : keterampilan, aktivitas, sikap”.

Jadi dapat dijelaskan bahwa menurut jenisnya, data dapat dibagi menjadi

dua yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data dalam

bentuk uraian-uraian atau kategori-kategori. Sedangkan data kuantitatif data yang

diwujudkan dengan angka-angka.

Dalam penelitian ini, jenis data yang dipakai adalah data kualitatif, karena

data yang dicari adalah nilai-nilai pendidikan Agama Hindu dalam Gaguritan

Karmaphala.

22

Page 23: Proposal Kadal

3.4 Metode Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2003 : 134), Sukmadinata (2007 : 215) dan Azwar

(1999 : 91) menyatakan bahwa metode pengumpulan data yaitu cara yang

digunakan untuk memperoleh data yang dijadikan dasar kajian, dianalisis dan

disimpulkan. Selanjutnya Suryabrata (2004 : 41) menyatakan bahwa : “Metode

pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data,

yaitu : tes, observasi, wawancara, angket, sosiometri, dan pencatatan dokumen”.

Menurut Subagyo (2004 : 37) “pengumpulan data pada dasarnya merupakan suatu

kegiatan operasional agar tindakannya masuk pada penelitian sebenarnya”.

Jadi dapat dijelaskan bahwa metode pengumpulan data adalah cara yang

dilakukan untu memperoleh data yang dijadikan dasar kajian, yang selanjutnya

dianalisis dan disimpulkan. Adapun metode pengumpulan data yang dipakai yaitu:

3.4.1 Metode Wawancara / Interview

Esterberg (dalam Sugiyono, 2006 : 260) “Wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic”. Pendapat lain

menyebutkan bahwa “Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung” (Usman dan Akbar, 2004 : 57).

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode wawancara adalah pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab. Maksud dari

penggunaan metode wawancara adalah untuk memperoleh keterangan atau

penjelasan secara langsung dari para informan. Caranya adalah pewawancara

23

Page 24: Proposal Kadal

secara langsung berhadapan dengan informan dengan cara mengajukan beberapa

buah pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti atau yang diamati.

3.4.2 Metode Pencatatan Dokumen

Menurut Moleong (1996 : 161), “metode pencatatan dokumen adalah

suatu cara untuk memperoleh suatu data efigrafis dalam sumber-sumber tertulis

berupa : buku, lontar, transkripsi lontar, majalah, surat kabar dan dokumen-

dokumen lainnya”. Selanjutnya Menurut Azwar (1999 : 91) menyatakan suatu

cara untuk mendapatkan data dapat dilakukan dengan jalan mengumpulkan

segala macam dokumen tertulis serta mengadakan pencatatan yang

sistematis, yaitu melalui dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.

Usman dan Akbar (2004 : 73) menyatakan bahwa : ”metode pencatatan dokumen

adalah teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi yaitu pengambilan data

yang diperoleh melalui dokumen-dokumen”. Dokumen yang dapat dipakai yaitu

berupa buku-buku, majalah, jurnal maupun koran yang ada relevansinya

dengan masalah yang diteliti.

Jadi dapat dijelaskan bahwa metode pencatatan dokumen yaitu metode

pengumpulan data dengan mengkaji bahan-bahan pustaka atau dokumen dengan

tujuan untuk mendapatkan informasi secara lengkap serta untuk menentukan

tindakan yang akan diambil sebagai langkah penting dalam kegiatan ilmiah.

Adapun dokumen-dokumen yang dapat dikumpulkan seperti lontar, transkripsi

lontar, buku-buku, majalah-majalah, jurnal maupun Koran yang ada kaitannya

dengan materi penelitian. Dalam penelitian ini metode pencatatan dokumen yang

dilakukan yaitu dengan mengkaji buku-buku yang ada kaitannya dengan

24

Page 25: Proposal Kadal

penelitian ilmiah tentang nilai-nilai pendidikan Agama Hindu yang terkandung

dalam Gaguritan Karmaphala.

3.5 Metode Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan dan memperoleh data yang diperlukan, langkah

selajutnya adalah mengolah data atau menganalisisnya. Untuk dapat memberikan

gambaran sesuai dengan tujuan penelitian maka data yang terkumpul perlu diolah

dengan mempergunakan Metode Pengolahan Data. Netra (1974 : 82) di dalam

buku Metodologi Penelitian menyebutkan bahwa ada tiga jenis metode

pengolahan data yaitu :

Metode deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis data hasil penelitian sehingga diperoleh suatu kesimpulan umum. (2) Metode komparatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan mengadakan perbandingan secara sistematis serta terus-menerus sehingga diperoleh suatu kesimpulan. (3) Metode analisis adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan mempergunakan suatu teknik analisis tertentu sehingga diperoleh suatu dugaan atau kesimpulan.

Selanjutnya Riyanto, (2001 : 105) menyatakan ada tiga jenis metode

pengolahan data yaitu :

(1) Metode Deskriptif adalah cara pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis sehingga diperoleh suatu kesimpilan secara umum, (2) Metode Komparatif adalah suatu cara pengolahan data dengan mengadakan perbandingkan data-data yang satu dengan yang lainnya sehingga mendapatkan kesimpulan umum, (3) Metode Analisa adalah suatu cara yang dilakukan dengan jalan mempergunakan suatu teknik analisa tertentu, sehingga diperoleh suatu tesa.

Jadi dapat dijelaskan bahwa metode pengolahan data untuk data kualitatif

dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

25

Page 26: Proposal Kadal

1. Metode deskriptif

Metode deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan

dengan jalan menyusun secara sistematis data hasil penelitian sehingga

diperoleh suatu kesimpulan umum.

2. Metode komparatif

Metode komparatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan

dengan mengadakan perbandingan secara sistematis serta terus-menerus

sehingga diperoleh suatu kesimpulan.

3. Metode analisis

Metode analisis adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan

dengan jalan mempergunakan suatu teknik analisis tertentu sehingga

diperoleh suatu dugaan atau kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini dipergunakan Metode

Deskriptif yaitu cara pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis

sehingga diperoleh suatu kesimpulan secara umum.

Di dalam penggunaan metode ini dipergunakan beberapa teknik. Menurut

Netra (1974 : 75) menyatakan bahwa ada tiga teknik analisa data yaitu :

(1) Teknik induksi yaitu dilakukan dengan mengungkapkan fakta-fakta khusus. Atas dasar fakta-fakta ini ditarik suatu kesimpulan.(2) Teknik argumentasi yaitu dengan memberikan komentar-komentar atau alasan-alasan pada setiap penarikan kesimpulan. (3) Teknik spekulasi yaitu dengan menggunakan ketajaman rasio atau akal pada setiap penarikan kesimpulan.

Selanjutnya Azwar (1999 : 99 – 100) ada tiga teknik yang bisa digunakan

dalam pengolahan data, yakni :

(1) Tehnik Induksi adalah terlebih dahulu dikemukakan fakta-fakta yang bersifat khusus, atas dasar fakta tersebut ditarik suatu kesimpulan, (2)

26

Page 27: Proposal Kadal

Argumentasi yaitu memberikan komentar dan alasan yang rasional terhadap informasi yang tergali lewat penelitian selanjutnya ditarik simpulan yang logis, (3) teknik spekulasi yaitu menarik kesimpulan yang semata-mata didasarkan atas ketajaman rasio peneliti

Dari uraian di atas teknik yang dipergunakan dalam penelitian Nilai-nilai

Pendidikan yang terkandung dalam Gaguritan Karmaphala adalah teknik induksi

dan argumentasi yaitu dengan cara terlebih dahulu mengemukakan fakta-fakta

yang bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan dan memberikan komentar

dan alasan pada setiap kesimpulan.

27