Upload
onyon-sii-odoong
View
185
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
Pengaruh Pemberian Alkohol Terhadap Saraf Motorik
Mencit (Mus musculus)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belakangan ini terjadi banyak penyalahgunaan obat atau senyawa kimia
adiktif yang marak terjadi di masyarakat. Zat adiktif jika digunakan secara
berlebihan dalam jangka waktu yang panjang dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan tubuh pengkonsumsinya.
Alkohol termasuk dalam kelompok NAPZA (narkotika, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya). Diprediksi ada sekitar 1,5 %
penduduk Indonesia menyalahgunakan zat adiktif ini. Pengungkapan kasus
penyalahgunaan zat adiktif meningkat dengan rata-rata 28.9% kasus per
tahun. (Ihwan,dkk. 2007)
Alkohol yang dikonsumsi oleh sesorang akan mengakibatkan kecanduan
serta terganggungnya kerja sistem saraf pusat pada dirinya. Alkohol yang
masuk ke dalam tubuh akan menjadi stimulator yang menekan kerja otak.
Otak menjadi pusat koordinasi dari sistem saraf selain sum-sum tulang
belakang. Otak memiliki berjuta-juta neuron, neuron ini mrupakan struktur
terkecil dari sistem saraf yang mempunyai fungsi tidak dapat digantikan
oleh sel-sel yang lain. Gejala kecanduan alkohol ini dapat mengurangi
kemampuan seseorang berkonsentrasi, menurunnya daya ingat, dan
menurunnya kemampuan mendiskriminasi. Kecanduan alcohol ini menjadi
sebuah efek “drug addiction” yang mempengaruhi kerja neurotransmitter
pada kerja sel saraf.
Karena etika dan sulitnya penelitian dalam mempelajari kondisi alkoholisme
pada manusia, maka digunakan hewan sebagai model penelitian yaitu Mus
musculus(Mencit) dalam menerangkan dasar pengaruh alkohol terhadap
kerja saraf motorik.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu masalah yaitu
“Apakah pemberian alkohol berpengaruh terhadap gerak motorik mencit?”.
C. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
pemberian alkohol terhadap gerak motorik mencit
D. MANFAAT
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian alkohol
terhadap gerak motorik mencit.
2. Dapat sumber rujuakan bagi peneliti lain mengenai pengaruh pemberian
alkohol terhadap gerak motrik mencit.
3. Dapat melengkapi sumber pustaka penelitian mengenai pengaruh alkohol
terhadap gerak motrik mencit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kandungan Minuman Berakohol
Kandungan alkohol pada berbagai minuman keras berbeda-beda. Bir
mengandung 3-5%, anggur 10-14%, sherry,port mustakel berkadar 20%,
sedangkan wisky, gin, rum, vodka, dan brendy berkadar alcohol 40-45%
(Christianto, 2008)
Nama kimia alkohol yang terdapat dalam minuman berakohol adalah etil
akohol atau etanol (Christianto, 2008). Minuman berkohol juga mengandung
senyawa lain, seperti asam organik. Asam organik yang terdapat dalam minuman
berakohol adalah asam assetat, asam valerat, asam propionat. Selain asam
organic, juga terdapat fenol, aldehid, asam keto. Untuk menghasilkan citarasa
serta aroma yang sedap seringkali ditambahkan papermint. (Darby, 1979)
Menurut Hawari (1991) menyebutkan bahwa minuman berakohol dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Golongan A (jenis bir, guinnes,dll) yang berkadar akohol 1 persen
sampai 5 persen.
b. Golongan B (jenis congyang, anggur merah, anggur putih, Newport,
dll) yang berkadar alkohol 5 persen sampai 20 persen.
c. Golongan C (jenis mansion, vodka, red labelm countreu, oplosan, dll)
yang berkadar alkohol 20 persen sampai 50 persen.
Minuman berakohol tidak hanya menyebabkan mabuk, akan tetapi pada
tingkat tertentu dapat menyebabkan kematian. Pada tingkat kandungan 0,05 –
0,15 % etanol dalam darah peminum akan mengalami kehilangan koordinasi, pada
tingkat 0,15 -0,20 % etanol menyebabkan keracunan, pada tingkat 0,30 – 0,40 %
peminum hilang kesadaran dan pada tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu 0.50%
dapat menyebabkan kematian. (Brian,et all. 1983)
2.2 Metabolisme Alkohol
Alkohol yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami serangkaian proses
biokimia. Menurut Zakhari (2006), metabolism alkohol melibatkan 3 jalur, yaitu:
a. Jalur Sitosol
Jalur ini adalah proses oksidasi dengan melibatkan enzim Alkohol
Dehidrogenase (ADH). Proses oksidadi dengan ADH ini terutama
terjadi di dalam hepar. Metabolismenya akan menghasilkan
asetaldehid. Asetaldehid merupakan produk yang sangat reaktif dan
sangat beracun sehingga menyebabkan kerusakan beberapa jaringan
atau sel.
b. Jalur Peroksisom
Sistem ini berlangsung dalam peroksisom dengan menggunakan
katalase. Pada jalur ini diperlukan H2O2. Sistem ini diperlukan ketika
kadar alkohol dalam tubuh meningkat.
c. Jalur Mikrosom
Jalur ini juga sering disebut dengan sistem SOEM(Sistem Oksidasi
Etanol Mikrosom). Sistem ini melibatkan enzim sitokrom P450 yang
berada dalam mikrosom.
2.3 Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat
berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi antar sel maupun organ dan
dapat berfungsi sebagai pengendali berbagai sistem organ lain. Sistem
saraf secara garis besar dapat dibagi menjadi sistemk saraf pusat dan
sistem saraf tepi. (Heryati dan Faizah, 2008)
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis yang mempunyai
beragam pusat dengan fungsi yang berbeda-beda. Dalam sistem saraf pusat
ini terjadi berbagai proses analisis informasi yang masuk serta proses
analisis informasi yang masuk serta proses sintesis dan mengintegrasikan.
(Heryati dan Faizah, 2008)
2.4 Gerak Motorik
Geraka merupakan ciri kehidupan. Gerakan tubuh, dalam hal ini gerak
yang dihasilkan oleh kontraksi otot, memungkinkan manusia melakaukan
berbagai hal yang menunjang kehidupannya. Respon somatik merupakan
bentuk pengaturan sikap dan keseimbangan serta gerakan tubuhnya pada
umumnya, ,meliputi peningkatan atau penurunan tonus serta kontraksi atau
relaksasi otot rangka yang merupakan “kegiatan dasar” suatu otot dan
besar peranannya dalam mempertahankan sikap tubuh, sangat dipengaruhi
oleh peran sistem aktivasi retikuler medulla oblongata. (Nani, 2004)
Pusat saraf yang mengendalikan gerakan terdiri dari tiga tingkatan yaitu
medulla spinalis, batang otak, dan area motorik korteks serebri. Di tingkat
medulla spinalis, hasil penginderaan berbagai reseptor, berintegrasi untuk
menghailkan gerakan paling sederhana sebagai respon suatu reflek spinal.
Batang otak dipengaruhi oleh masukan dari sereblum, berperan terutama
dalam mengendalikan sikap melalui integrasi reflex postural dan
koordinasi gerakan mata sampai tangan. Pengendalian gerakan tertinggi
dilaksanakan oleh korteks motorik yang mendapat dari sereblum, ganglia
basalis dan berbagai pusat di sekitar thalamus dalam merencanakan,
memulai, dan melaksanakan gerakan. (Nani, 2004)
2.5 Mekanisme Penghantaran Impuls Gerak Motorik
Proses terjadinya gerakan diawali denagn adanya rangsangan yang
diterima oleh reseptor. Di sel reseptor ini akan terjadi proses tranduksi
yaitu terjadi perubahan berbagai bentuk energi rangsangan menjadi energy
listrik. Potensial listrik yang timbul di reseptor disebut potensial reseptor
yang dapat berupa depolarisasi atau hiperpolarisasi. Depolarisasi pada
reseptor dapat memicu terbentknya potensial aksi di neuron eferen yang
terkait dengan reseptornya. Potensial aksi di neuron eferen yang akan
dihantarkan sebagai impuls dengan frekuensi serta jenis kode yang
dilaluinya. Neuron eferen ini akan bersinaps dengan interneuron atau
neuron motrik di saraf pusat. (Sarwito, 2003)
Proses pengendalian di saraf pusat terjadi dengan lebih majemuk karena
hubungan antara neuron melalui sinaps yang sangat komplek. Di saraf
pusat dapat terjadi eksitasi maupun inhibisi secara berurutan maupun
serempak, bergantung kepada rangkaian hubungan neuron serta jenis
neurotransmitter yang dilepaskan serta durasi saat pengelepasannya.
(Sarwito, 2003)
BAB III
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Kelompok penelitian di bagi
menjadi dua, kelompok pertama merupakan kelompok kontrol dengan
menggunakan 1 mencit. Kelompok kedua adalah kelompok perlakuan dengan
menggunakan 8 mencit, dibagi lagi menjadi 4 kelompok
Sampel Penelitian
Hewan coba adalah mencit yang diperoleh dari
Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang
Waktu dan lokasi Penelitian
Penelitian dan pengumpulan data dilakukan selama satu hari. Perlakuan yang
diberikan kepada mencit adalah pemberian alkohol dengan kadar yang berbeda-
beda mulai dari 0%, 10%, 20%, dan 40%. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. (Ihwan, 2008)
Variabel penelitian
Variabel bebas : alkohol
Variabel terikat : gerak motorik mencit
Alat dan Bahan Penelitian
Alat
1. Sonde
2. Beker glass
3. Gelas ukur
4. Pipet
Bahan
1. Mencit
2. Alkohol dengan kadar mulai dari 0%, 10%, 20%, dan 40%.
3. Akuades
Rumus pengenceran Alkohol
M1 x V1 = M2 x V2
Keterangan :
M1 = molaritas 1
M2 = molaritas 2
V1 = volume 1
V2 = volume 2
Cara kerja
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan untuk
melakukan penelitian.
2. Menyiapkan alkohol dengan kadar yang berbeda-beda dengan cara
diencerkan menggunakan akuades.
3. Menyiapkan alkohol yang akan diminumkan pada mencit pada sonde
yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
4. Melakukan handling mencit sesuai dengan prosedur handling yang
benar.
5. Memberikan alkohol yang berbeda-beda kadarnya (0%, 10%, 20%,
dan 40%) dengan sonde dengan memasukkan sonde tersebut dalam
saluran pencernaannya hingga mencapai esofagus.
6. Meletakkan mencit di dalam kandang dan perhatikan tingkah lakunya.
7. Merekam dan mengamati, dan catat perilaku yang dilakukan dalam
tabel pengamatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Christianto Adhy. 2008. Pengaruh Minuman Berakohol terhadap Jumlah Lapisan Sel Spermatogenikdan Berat Vesikula Seminalis Mencit. Program Studi Biologi FMIPA. Universitas Widya Manggala Madiun
Darby, W.J. 1979. The Nutrient Contribution of Fermented Beverage.New York:Costinenu and William J. Darby Academic Press
Donelly, Brian, et all. Evaluation of The Methadone-Alcohol Interaction I. Alteration of Plasma Concentration Kinetics. Journal of Analytical Toxicology Vol. 7 September/Oktober (Hal. 246-248)
Euis Heryanti dan Nur Faizah. 2004. Diktat Kuliah : Psikologi FAAL. Bandung: Fakulta Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Hawari, D. 1991. Penyalahgunaan Narkotikadan Zat Adiktif. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Ian Kay. 2002. Fisiologi Hewan. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES
Ihwan Narwanto, dkk. 2007. Pengaruh Etanol secara Kronik terhadap Jumlah Sel Piramidial di Ca1 Hippocampus Tikus (Rattus norvegicus)Remaja. Jurnal Anatomi Indonesia Vol. 02 No. 1 Agustus (hal. 29-33)
Ihwan Narwanto, dkk. 2008. Pemberian Etanol Jangka Panjang Menurunkan Memori Kerja Spasial pada Tikus. Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol XXIV No. 2 Agustus
Nani Cahyani Sudarsono. 2004. Motorik Simpatik. Departemen Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Sarwito Amin. 2003. Sistem Saraf sebagai Pengendali Tubuh. Departemen Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Wiwi Isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Zukhari, Samir. 2006. Overview: How is Alcohol Metabolized by The Body?. National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIAAA) 5635 Fisher Land: MSC 9304 Bethesida