65
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa pubertas terjadi perubahan perubahan dalam ovarium yng mengakibatkan pula perubahan perubahan besar pada seluruh badan wanita tersebut.Perubahan yang terpenting dalam masa pubertas ialah timbulnya menstruasi yang pertama kalinya (menarche) dan sesudah itu menstruasi datang secara siklik.Menstruasi adalah perubahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004). Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulai haid berikutnnya.Panjang siklus haid yang normal atau dianggap siklus haid yang klasik adalah 28 hari,tetapi variasinya cukup luas ,bukan saja beberapa wanita tetapi juaga pada wanita yang sama.Dimana rata-rata panjang siklus mentruasi pada gadis 12 tahun adalah 25,1 hari,pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari.Jadi sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai.Panjang siklus yang yang normal pada manusia antara 25-32 hari dan kira-kira 97% adalah wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar 1

Referat Siklus Menstruasi Dan AUB

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPada masa pubertas terjadi perubahan perubahan dalam ovarium yng mengakibatkan pula perubahan perubahan besar pada seluruh badan wanita tersebut.Perubahan yang terpenting dalam masa pubertas ialah timbulnya menstruasi yang pertama kalinya (menarche) dan sesudah itu menstruasi datang secara siklik.Menstruasi adalah perubahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004). Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulai haid berikutnnya.Panjang siklus haid yang normal atau dianggap siklus haid yang klasik adalah 28 hari,tetapi variasinya cukup luas ,bukan saja beberapa wanita tetapi juaga pada wanita yang sama.Dimana rata-rata panjang siklus mentruasi pada gadis 12 tahun adalah 25,1 hari,pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari.Jadi sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai.Panjang siklus yang yang normal pada manusia antara 25-32 hari dan kira-kira 97% adalah wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18 -42 hari.Jika siklusnya kurang dari 18 atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatoar) 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam penulisan referat ini membahas tentang siklus menturasi normal, dan mensturasi yang abnormal yang meliputi abnormalitas uterine bleeding dan perdarahan uterus disfungsi.

1.3 Metode PenulisanPenulisan ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu pada beberapa literatur.1.4 TujuanBerdasarkan latar belakang diatas, adapun yang menjadi tujuan penulisan dari referat ini adalah :1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya siklus mestrurasi normal1. Untuk mengetahui apa saja yang disebut sebagai siklus menturasi yang abnormal1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya perdarahan abnormal uterus dan perdarahan uterus disfungsi .1.5 Manfaat1. Bagi PenulisSetelah menyelesaikan referat ini, diharapkan kami sebagai dokter muda dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai siklus mensturasi normal dan kapan dikatakan mensturasi yang abnormal.1. Bagi PembacaDiharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang mensturasi abnormal sehingga bisa lebih dini dalam melakukan pemerisaan lebih lanjut dan dapat mencegahnya.1. Bagi Petugas KesehatanDiharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan siklus mensturasi abnormal sehingga dapat melakukkan penaganan yang tepat.1. Bagi Institusi PendidikanDapat menambah informasi tentang siklus mensturasi normal dan kapan dikatakan abnormal sehingga meningkatkan kewaspadaan terhadapnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Siklus Menstruasi2.1.1PengertianMenstruasi adalah perubahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004). Suzannec (2001) mendeskripsikan siklus menstruasi adalah siklus kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut bobak (2004) siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan.

2.1.2Fisiologis Siklus MenstruasiFungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak, 2004). Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama esterogen dan progesteron. Beberapa esterogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Esterogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organ-organ reproduksi wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Esterogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan emdometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endogen terlibat dalam perkembangan dinding folikel dan juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec, 2004).Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama 7 hari. Lama pendarahannya sekitar 3-5 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau ke-3. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari(Manuaba,dkk,2006).

2.1.3Bagian Siklus Menstruasi

Siklus mensturasi manusia yang normal bisa dibagi menjadi 2 yaitu siklus ovarium dan siklus endometrium2.1.3.1 Siklus EndometriumTerdiri dari 4 fase, yaitu : Fase ProliferasiFase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar 4 hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium. Secara histologis fase proliferasi endometrium dikaitkan dengan fase folikuler proses folikulogenesis di ovarium. Siklus haid sebelumnya menyisakan lapisan basalis endometrium dan sedikit sisa lapisan spongiosum. Lapisan spongiosum merupakan bagian lapisan fungsional endometrium, yang langsung menempel pada lapisan basalis. Pada fase folikuler, folikulogenesis menghasilkan estrogen. Estrogen memicu pertumbuhan endometrium untuk menebal kembali, sembuh dari perlukaan akibat haid sebelumnya. Pertumbuhan endometrium dinilai berdasarkan penampakan histologi dari kelenjar, stroma, dan pembuluh darah. Pada awalnya kelenjar lurus pendek, ditutup oleh epitel silindris pendek. Kemudian, epitel kelenjar mengalami proliferasi dan pseudostratifikasi, melebar ke samping sehingga mendekati dan bersentuhan dengan kelenjar di sebelahnya. Epitel penutup permukaan kavum uteri yang rusak dan hilang saat haid sebelumnya terbentuk kembali. Stroma endometrium awalnya padat akibat haid sebelumnya menjadi edema dan longgar. Arteria spiralis lurus tak bercabang, menembus stroma, menuju permukaan kavum uteri sampai tepat di bawah membrane epitel penutup permukaan kavum uteri. Ketiga kompenen endometrium, kelenjar, stroma, dan endotel pembuluh darah mengalami proliferasi dan mencapai puncaknya pada hari ke- 8 sampai 10 siklus, sesuai dengan puncak kadar estradiol serum dan kadar reseptor estrogen di endometrium. Proliferasi endometrium tampak jelas pada lapisan fungsionalis, di dua pertiga atas korpus uteri, tempat sebagian besar implantasi blastosis terjadi.Pada awal fase proliferasi, tebal endometrium hanya sekitar 0,5 mm kemudian tumbuh menjadi sekitar 3,5 - 5 mm.Peran estrogen pada fase proliferasi juga dapat diamati dari meningkatnya jumlah sel mikrovili yang mempunyai silia. Sel yang bersilia tersebut tampak berada pada sekitar kelenjar yang terbuka. Pola gerak silia tersebut mempengaruhi penyebaran dan distribusi sekresi endometrium selama fase sekresi.Pada perempuan normal yang subur, fase folikuler ovarium atau fase proliferasi endometrium dapat berlangsung hanya sebentar 5 - 7 hari, atau cukup lama sekitar 21 - 30 hari

. Fase Sekresi atau Luteala) Fase sekresi diniFase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Sedangkan menurut perubahan histologis pasca ovulasi ovarium memasuki fase luteal dan korpus luteum yang terbentuk menghasilkan estrogen dan progesterone yang mempengaruhi pertumbuhan endometrium dari fase proliferasi menjadi fase sekresi. Proliferasi epitel berhenti 3 hari pasca ovulasi, akibat dampak anti estrogen dari progesteron.Sebagian komponen jaringan endometrium tetap tumbuh tetapi dengan struktur dan tebal yang tetap, sehingga mengakibatkan kelenjar menjadi berliku dan arteri spiralis terpilin. Tampak aktivitas sekresi di dalam sel kelenjar, didapatkan pergerakan vakuol dari intraselular menuju intraluminal. Aktivitas sekresi tersebut dapat diamati dengan jelas dalam kurun waktu 7 hari pascaovulasi. Pada fase sekresi, tampak kelenjar menjadi lebih berliku dan menggembung, epitel permukaan tersusun seperti gigi, dengan stroma endometrium menjadi lebih edema dan arteria spiralis lebih terpilin lagi. Puncak sekresi terjadi 7 hari pasca lonjakan gonadotropin bertepatan dengan saat implantasi blastosis bila terjadi kehamilan. Pada fase sekresi kelenjar secara aktif mengeluarkan glikoprotein dan peptida ke dalam kavum uteri. Di dalam sekresi endometrium juga dapat dijumpai transudasi plasma. Imunoglobulin yang berada di peredaran darah dapat memasuki kavum uteri dalam keadaan terikat oleh protein yang dihasilkan sel epitel. Fase sekresi endometrium yang selaras dengan fase luteal ovarium mempunyai durasi dengan variasi sempit. Durasi fase sekresi kurang lebih tetap berkisar antara 12 - 14 harib) Fase sekresi lanjutPada 7 - 13 hari pasca ovulasi, atau pasca melewati pertengahan fase luteal sampai menjelang siklus berikutnya, tampak beberapa perubahan pada endometrium. Kelenjar tampak sangat berliku dan menggembung, kelenjar mengisi hampir seluruh ruangan dan hanya sedikit yang terisi oleh stroma. Pada 7 hari pasca ovulasi atau hari ke 21 - 22 siklus, sesuai dengan pertengahan fase luteal, saat puncak kadar estrogen dan progesteron yang bertepatan dengan saat implantasi, stroma endometrium mengalami edema hebat. Kadar estrogen dan progesterone yang tinggi pada hari ke-7 pascaovulasi menyebabkan hal-hal berikut: Memicu sintesa prostaglandin endometrium. Sintesa atau sekresi prostaglandin yang meningkat menyebabkan permeabilitas pembuluh darah kapiler meningkat, sehingga terjadi edema stroma. Proliferasi pembuluh darah spiralis. Reseptor steroid seks dan system enzim sintesa prostaglandin, dapat ditemukan di dalam otot dinding pembuluh darah dan endotel arteriol endometrium. Secara bersamaan kadar estrogen, progesterone, dan prostaglandin yang tinggi, menyebabkan proliferasi pembuluh darah spiralis. Proliferasi endotel mulai tampak pada hari ke-2 iklus, sehingga pembuluh darah spiralis tampak terpilin.Pada hari ke-22-23 siklus mulai terjadi desidualiasi endometrium, tampak sel predesidua sekitar pembuluh darah, inti sel membesar, aktivitas mitosis meningkat, dan membentuk membrane basal. Desidua merupakan derivate sel stroma yang mempunyai peran yang sangat penting pada masa kehamilan. Sel desidua mengendalikan invasi trofoblas, dan menghasilkan hormone yang berperan sebagai otokrin dan parakrin untuk jaringan fetal ataupun maternal. Sel desidua sangat berperan untuk homeostasis baik pada proses implantasi maupun pada proses perdarahan endometrium saat haid. Implantasi membutuhkan endometrium yang tidak mudah berdarah, dan uterus maternal tahan terhadap invasi. Saat implantasi perdarahan endometrium dicegah karena kadar activator plasminogen dan ekspresi enzim yan menghancurkan matriks stroma ekstraselular (seperti kelompok Matrix Metalloproteinase/MMPs) menurun. Sementara itu, kadar Plasminogen Activator Inhibitor-1/PAI-1 meningkat. Pada saat haid kadar estrogen dan progesterone yang menurun tajam menyebabkan hal yang sebaliknya.Pada hari ke-13 pascaovulasi (hari 27 siklus), akhir fase luteal atau akhir fase sekresi tebal endometrium terbagi menjadi 3 bagian berikut. Stratum basalis, merupakan bagian yang menempel langsung ke myometrium dan tidak mengalami perubahan (lapisan non fungsionalis). Stratum basalis merupakan bagian yang paling tipis, kurang dari seperempat tebal endometrium. Tampak pembuluh darah yang lurus dikelilingi oleh stroma dengan sel yang kurus dan memanjang. Stratum spongiosum, lapisan tengah merupakan bagian yang paling tebal, sekitar 50% dari seluruh tebal endometrium. Tampak stroma yang longgar dan edema, tetapi penuh terisi arteria spiralis yang sangat terpilin hebat, dan kelenjar yang melebar dan menggembung. Stratum kompaktum, lapisan superfisial yang berbatasan dengan kavum endometrium / kavum uteri. Stratum kompaktum merupakan 25% dari seluruh tebal endometrium. Gambaran stroma tampak sangat menonjol, sel stroma membesar dengan bentuk segi banyak. Sitoplasma sel stroma, melebar membentuk lapisan yang kokoh, lapisan / stratum kompaktum. Leher kelenjar endometrium berjalan melintang, terjepit dan tampak kurang menonjol. Arteri spiralis dan kapiler di bawah epitel permukaan endometrium tampak terbendung. Fase Ischemic atau PremenstrualImplantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, corpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar esterogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai (Bubak, 2004). Fase menstruasi Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama 5 hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormone) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folicle Stimulating Hormone) baru mulai meningkat. Sedangkan secara histologis dumulai pada hari ke-25 siklus, 3 hari menjelang haid, predesidual membentuk lapisan kompaktum pada bagian atas lapisan fungsionalis endometrium. Bila tidak terjadi kehamilan maka usia korpus luteum berakhir, diikuti kadar estrogen dan progesterone semakin berkurang. Kadar estrogen dan progesterone yang sangat rendah akan menyebabkan beberapa rangkaian peristiwa di endometrium, dan diakhiri dengan haid.Kadar estrogen dan progesterone yang rendah mengakibatkan hal-hal berikut. Tebal endometrium menurun menyebabkan aliran darah ke pembuluh darah spiralis dan aliran vena menurun dan terjadilah vasodilatasi. Kemudian arteriol spiralis mengalami vasokonstriksi dan relaksasi secara ritmik, dengan vasokonstriksi semakin dominan, berlangsung semakin lama, dan endometrium menjadi pucat. Oleh karena itu, 24 jam menjelang haid, endometrium mengalami iskemia dan terbendung stasis. Sel darah putih keluar dari dinding pembuluh darah kapiler, yang pada awalnya berada di sekitarnya saja. Tetapi semakin lama menyebar ke dalam stroma. Reaksi vasomotor tersebut juga menyebabkan sel darah merah memasuki rongga interstitial, thrombin platelet plugs muncul di pembuluh darah permukaan. Kadar PGF 2 dan PGE 2 endometrium fase sekresi mencapai puncaknya pada saat haid. Vasokonstriksi dan kontraksi myometrium yang terjadi saat haid dikaitkan dengan PG yang dihasilkan oleh sel perivascular tersebut dan vasokonstriktor endotelin-1 derivat dari stroma sel desidua. Apoptosis. Pada awal fase sekresi, asam fosfatase dan enzim lisis yang kuat didapatkan di dalam lisosom, dan pelepasannya dihambat oleh progesteron. Kadar estrogen dan progesterone yang rendah menyebabkan enzim tersebut terlepas masuk ke dalam sitoplasma epitel, stroma, sel endotel, dan ruangan interseluler. Enzim tersebut menghancurkan sel di sekitarnya dan mengakibatkan dilepaskannya prostaglandin, ekstravasasi sel darah merah, nekrosis jaringan, dan thrombosis pembuluh darah. Proses tersebut merupakan salah satu proses apoptosis , program kematian sel. Pelepasan endometrium. Kadar progesterone yang menurun di endometrium memicu sekresi enzim MMPs. Ekspresi MMPs meningkat di sel desidua pada akhir fase sekresi, saat kadar progesterone menurun. Sekresi MMPs yang meningkat mengakibatkan membrane sel hancur, dan matriks ekstraseluler rusak, sehingga jaringan endometrium hancur dan terlepas, yang akan diikuti dengan haid. Pascahaid ekspresi MMPs menurun kembali karena tertekan oleh estrogen yang meningkat kembali pada siklus berikutnya.

2.1.3.2 Siklus OvariumPerubahan Histologi pada Ovarium (Sarwono, 2009)Ovarium mengalami perubahan dalam besar, bentuk, dan posisinya sejak bayi dilahirkan hingga masa tua seorang wanita. Disamping itu terdapat perubahan perubahan hitologik yang disebabkan oleh rangsangan berbagai kelenjar endokrin. Pada masa pubertas ovarium berukuran 2,5 5 cm panjangnya, 1,5 3 cm lebarnya, dan 0,6 1,5 cm tebalnya. Pada salah satu pinggirnya terdapat hilus, tempat keluar masuknya pembuluh darah dan serabut saraf. Ovarium dihubungkan oleh mesovarium dengan ligamentum latum dan oleh ligamentum ovarii propium dengan uterus. Permukaan ovarium ditutupi oleh satu lapis sel kubik yang disebut germinal epitelium. Dibawahnya terdapat tunika albuginea yang kebanyakan terdiri dari serabut jaringan ikat.Pada garis besarnya ovarium terbagi atas dua bagian, yaitu korteks dan medula. Korteks terdiri atas stroma yang padat, dimana terdapat folikel folikel dengan sel telurnya. Folikel dapat dijumpai dengan berbagai tingkat perkembangan, yaitu folikrl primer, sekunder dan folikel yang masak (folicle de graff). Juga ada folikel yang telah mengalami degenerasi yang disebut atresia folikel. Dalam korteks juga dijumpai korpus rubrum, korpus luteum, dan korpus albikans.

Makin muda usia wanita makin banyak folikel dijumpai. Pada bayi baru lahir terdapat 400.000 folikel pada kedua ovarium. Rata rata hanya 300 400 ovum yang dilepaskan selama masa reproduksi. Pada masa pasca menopause sangat jarang dijumpai folikel karena kebanyakan telah mengalami atresia. Dalam medulla ovarium terdapat pembuluh darah, serabut saraf dan jaringan ikat elastis.Pada masa kanak kanak ovarium boleh dikatakan masih beristirahat dan baru pada masa pubertas mulai menunaikan faalnya. Perubahan perubahan yang terdapat pada ovarium pada siklus haid ialah sebagai berikut. Dibawah pengaruh FSH bebrapa folikel mulai berkembang, akan tetapi hanya satu yang tumbuh terus lalu menjadi matang. Pada folikel ini mula mula sel sel sekeliling ovum berlipat ganda dan kemudian diantara sel sel itu timbul suatu rongga yang berisi cairan yang disebut likuor folikuli. Ovum sendiri terdesak ke pinggir dan terdapat di tengah tumpukan sel yang menonjol di dalam rongga folikel. Tumpukan sel dengan ovum di dalamnya disebut kumulus oovorus. Antara ovum dan sel sel disekitarnyaterdapat zona pellusida. Sel sel lainya yang membatasi folikel disebut membrana granulosa. Dengan tumbuhnya folikel, jaringan ovarium sekitar folikel tersebut terdesak keluar dan membentuk dua lapisan yaitu teka interna yang banyak mengandung pembuluh darah, dan teka eksterna terdiri dari jaringan ikat yang padat. Dengan bertambah matang folikel hingga akhirnya matang benar, dan oleh karena pembentukan cairan folikel makin bertambah, maka folikel makin terdesak kepermukaan ovarium, malahan menonjol keluar. Sel sel pada permukaan ovarium menjadi tipis, dan pada suatu waktu oleh mekanisme yang belum jelas betul, folikel pecah dan keluarlah cairan dari folikel bersama sama ovum yag dikelilingi sel sel kumulus ooforus.Peristiwa ini disebut ovulasi. Sel sel granulosa yang mengelilingi ovum yang telah bebas itu disebut korona radiata.

Sel sel dari membrana granulosa fan sel teka interna yang tinggal pada ovarium membentuk membentuk korpus rubrum yang berwarna merah oleh karena perdarahan waktu ovulasi, dan yang kemudian menjadi korpus luteum. Korpus luteum berwarna kuning karena mengandung zat kuning yang disebut lutein, ia mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen. Jika tidak terjadi pembuahan (konsepsi), setelah 8 hari korpus luteum mulai berdegenerasi dan setelah 14 hari mengalami atrofi menjadi korpus albikans (jaringan parut). Korpus luteum tadi disebut korpus luteum menstruasionis. Jika terjadi konsepsi, korpus luteum dipelihara oleh hormon chorionic gonadotropin (hCG) yang dihasilkan oleh sinsisiotrofoblasdari korion. Ini dinamakan korpus luteu graviditas dan berlangsung hingga 9 10 minggu.

c.Siklus Hipofisis-HipothalamusMenjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipothalamus untuk mensekresi Gonadotropin Releasing Hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi FSH. FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan LH. LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus ke-28. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, corpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar esterogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi (Bubak, 2004). 2.1.4Dating endometriumBiopsi endometrium adalah cara yang terbaik untuk menentukan secara tidak langsung adanya ovulasi dan menilai efek progesterone terhadap perkembangan endometrium. Untuk ini, diperlukan kemahiran mengenali ciri-ciri permukaan endometrium, stroma, dan terutama sekali kelenjar-kelenjar endometrium dan sel yang membatasinya pada waktu tertentu dari siklus haid. Dengan demikian, dapat ditentukan hari yang tepat dari siklus haid tersebut, hal ini disebut dating endometrium. Dating dapat dilakukan dengan tepat pada masa sekresi, oleh karena berbeda dari fase proliferasi, fase ini menunjukkan perubahan-perubahan yang nyata setiap harinya dengan perubahan morfologi tertentu.Jika diambil panjang siklus haid 28 hari dengan perkiraan ovulasi terjadi pada hari ke-14 maka 36-48 jam setelah ovulasi belum terlihat perubahan yang menonjol pada endometrium. Karena itu, dating hari ke-14 dan ke-15 tidak berguna untuk dilakukan, dan sebaiknya baru dimulai pada hari ke-16.Hari ke-16: Vakuola basal subnukleus terlihat pada banyak kelenjar. Hari ini adalah hari terakhir pseudostratifikasi barisan inti. Terlihat mitosis pada kelenjar-kelenjar dan stroma.Hari ke-17: Nukleus dari kelenjar-kelenjar tersusun dalam satu garis, dengan sitoplasma yang homogeny di atasnya dan vakuola yang besar-besar di bawahnya. Pseudostratifikasi menghilang, mitosis di kelenjar dan stroma jarang.Hari ke-18: Sebagian vakuola mengecil karena sebagian isinya dilepaskan ke arah sitoplasma sekitar lumen, dan kemudian termasuk ke dalam lumen. Karena vakuola subnukleus ini mengecil, maka nucleus mendekati basis dari sel. Tidak terlihat miosis pada hari ini.Hari ke-19: hanya sebagian kecil vakuola terlihat. Sepintas lalu gambarannya menyerupai hari ke-16, tetapi pada hari ke-19 ini dapat dilihat sekresi intraluminal, dan tidak terdapat pseudostratifikasi dan mitosis.Hari ke-20: Vakuola subnukleus hanya satu-satu terlihat. Sekresi intraluminal yang asidofil tampak jelas. Hingga waktu ini, yang jelas terlihat ialah perubahan pada epitel-epitel kelenjar.Hari ke-21: Mulai terlihat perubahan-perubahan pada stroma. Sel-sel stroma mempunyai nucleus yang gelap dan padat, dengan sitoplasma seperti serabut. Mulai adanya edema stroma.Hari ke-22: Edema stroma mencapai maksimum. Sel-sel stroma tampak kecil, padat, inti hampi telanjang dan sitoplasmanya seperti di atas. Mulai terlihat arteriola spiralis dengan dindingnya yang tipis. Sekresi intraluminal aktif, tetapi mulai berkurang.Hari ke-23: Edema stroma menetap. Perubahan yang khas ialah kondensasi stroma sekitar arteriola spiralis. Hal ini terjadi karena pembesaran inti stroma dan bertambahnya sitoplasma, dan disebut sel pradesidua. Dapat juga dijumpai mitosis.Hari ke-24: Kumpulan sel-sel pradesidua tampak jlas disekeliling arteriola. Mitosis stroma aktif, tetapi edema berkurang. Endometrium akan mulai mengalami involusi, kecuali apabila terjadi kehamilan.Hari ke-25: Sel-sel pradesidua mulai terdapat di bawah sel-sel epitel permukaan. Sedikit edema terdapat sekitar arteriola. Sedikit infiltrasi limfosit terlihat pada stroma.Hari ke-26: Sel-sel pradesidua mulai tampak mengelompok di seluruh stroma, disertai infiltrasi sel-sel leukosit polinuklear.Hari ke-27: Pradesidua menonjol sekitar pembuluh darah dan di bawah epitel permukaan. Jelas adanya infiltrasi sel-sel leukosit polinuklear.Hari ke-28: Mulai terlihat derah dengan nekrosis (focal necrosis) dan daerah-daerah kecil dengan perdarahan dalam stroma. Sel-sel stroma berkumpul bersama-sama. Infiltrasi sel-sel leukosit polinuklear sangat banyak. Kelenjar-kelenjar mengalami secretory exhaustion.Sebagai kesimpulan, untuk dating endometrium pada minggu pertama fase sekresi, perlu dikenali perubahan-perubahan yang terjadi pada kelenjar-kelenjar, berupa:2. Mitosis yang menunjukkan proliferasi aktif dan mungkin dijumpai sejak hari ke-3 sampai hari ke-16 atau ke-17.2. Pseudostratifikasi inti-inti kelenjar yang dimulai dari fase post-menstruum, dan menghilang pada hari ke-172. Vakuola basal subnukleus, yaitu tanda-tanda dini setelah adanya ovulasi yang terdapat pada endometrium. Biasanya vakuola basal terlihat antara hari ke-15 dan ke-19 dan glikogen mulai dilepaskan ke dalam lumen pada hari ke-19 atau ke-20. Susunan inti yang khas di atas di atas vakuola sangat jelas terlihat pada hari ke-17 dan merupakan bukti yang kuat bahwa ovulasi baru terjadi.2. Sekresi, terlihat dari hari ke-18 sampai hari ke-22 dengan adanya bahan-bahan sekresi dalam lumen. Pada fase sekresi penampakan histologi endometrium dapat diikuti dari hari ke hari (dating endometrium)Pada awal fase sekresi, dating endometrium didasarkan pada penampakan histologi epitel kelenjar. Pada hari ke-17 siklus (pada panjang siklus 28), glikogen mengumpul di dasar epitel kelenjar, sehingga memberi penampakan adanya vakuol di bawah inti sel dan adanya pseudostratifikasi. Penampakan histologi tersebut merupakan akibat langsung hormone progesterone, dan merupakan pertanda pertama adanya ovulasi. Pada hari ke-18 siklus, vakuol bergerak menuju puncak sel sekresi yang tidak bersilia. Pada hari ke-19 siklus, tampak glikoprotein dan mukopolisakarida dilepas masuk ke dalam lumen. Pada saat itu tampak pula mitosis sel kelenjar terhenti, akibat dampak anti estrogen hormone progesterone.Pada pertengahan sampai akhir fase sekresi, dating endometrium didasarkan pada penampakan perubahan stroma endometrium. Hari ke- 21-24 stroma menjadi edema. Hari ke- 22-25 sel stroma mengalami mitosis dan sel stroma sekeliling arteriol spiralis membesar. Pada dua pertiga lapisan fungsionalis tampak adanya predesidual transformasi. Kelenjar berliku hebat dan tampak sekresi di dalam lumennya. Hari ke- 23-28 tampak sel predesidual yang menelilingi arteriol spiralis.Pada kurun waktu antara hari ke-20-24 siklus, disebut jendela implantasi (window of implantasi). Saat itu bila diamati lebih teliti pada sel epitel permukaan kavum endometrium, tampak mikrosilia dan silia epitel permukaan jumlahnya menurun, dan puncak (apeks) epitel permukaan menonjol ke dalam lumen / kavum endometrium. Protusi puncak epitel permukaan ini disebut pinopods, yang merupakan persiapan untuk implantasi blastosis .

2.1.5 Hormon-hormon yang mempengaruhi pada siklus mensturasi: FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dikeluarkan oleh Hipofise Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium LH (Luteinizing Hormone) dihasilkan oleh Hipofise Progesteron dihasilkan oleh ovariumSiklus Hormonal :

Pada setiap siklus menstruasi, kadar hormonovariumyang rendah dalam darah menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresifolikel stimulating hormone (FSH). FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graafyang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruhgonadotropin releasing hormones(Gn-RH) yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran Gn-RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal:1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium3. Peningkatan level estrogen menyebabkanfeedbacknegatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal6. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.2.1.6Faktor-Faktor yang Berperan dalam Siklus MenstruasiMenurut Praworohardjo (2009), ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam siklus menstruasi :a. Faktor EnzimDalam fase proliferasi, estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembentukan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi permeabilitas pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesteron, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

b. Faktor VaskulerMulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri dan vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematome baik dari arteri ataupun vena. c. Faktor ProstaglandinEndometium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2 dengan disintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya myometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

2.1.7Faktor pengontrol aliran darah mensturasiFaktor yang mengontrol aliran darah yang hilang pada mensturasi: Kontraksi myometrium Hemostasis pembekuan darah VasokonstriksiKontraksi myometrium bukan merupakan mekanisme terpenting dalam menurunkan darah yang hilang pada mensturasi.Dimana menurut penelitian dimana pemberian anti prostlagandin tidak menyebakan peningkatan darah yang keluar pada mensturasi.Tetapi dengan darah mensturasi dan endometrium yang mempunyai aktivitas fibronilitik pemberian anti fibrinolitik bisa mengurangi peningkatan darah yang keluar.Vasokontriksi pemebuluh darah adalah factor pengontrol terpenting dalam pengeluaran darah mensturasi.dimana role of prostaglandin adalah yang terpenting ,dimana PGF2 dalah vasokonstriktor yang terpenting.Sedangkan PGE2 dan prostasiclyn berperan dalam vasodilatation.sehingga perdarahan yang terlalu banyak berhubungan dengan gangguan rasio vasokonstriktor yaitu PGF2 dengan vasodilator yaitu PGE2 dan prostasiklin.

2.2Abnormal Uterine Bleeding2.2.1PendahuluanPerdarahan uterus abnormal atau disebut juga gangguan haid meliputi perdarahan menstruasi abnormal dan perdarahan karena sebab lain seperti kehamilan, penyakit sistemik, kanker.1 Perdarahan uterus abnormal atau gangguan haid didefinisikan, yaitu menoragia, hipomenorea, metroragia, oligomenorea, dan polimenorea. Gangguan haid tersebut berdasarkan karakteristik haid normal yaitu durasi 4-7 hari, jumlah darah 30-80ml. dan interval 24-35 hari.4Data di beberapa Negara menyebutkan bahwa 25% penduduk perempuan mengalami menoragia, 21% mengelus siklus haid memendek, 17% mengalami perdarahan antar haid dan 6% mengeluh pedarahan pasca senggama.2 Perdarahan uterus abnormal didapati pada 10-30% wanita usia reproduktif dan sampai 50% pada wanita perimenopause.3

2.2.2KlasifikasiAdapun pola gangguan haid atau perdarahan uterus abnormal pada masa reproduksi diklasifikasikan menjadi tujuh, yaitu :1,21. Menorrhagia (hipermenorea)Definisi : Perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak (>80ml) atau durasi lebih lama (>7 hari) dari normal dengan siklus yang normal teratur. Jumlah darah ditentukan dengan penggantian pembalut lebih dari 6 kali, dimana normalnya 2-5 kali.Penyebab : Gangguan faal hemostasis seperti penyakit von Willebrands dan tormbositopenia akibat defisiensi platelet dan fibrin. Gangguan anatomi seperti myoma uteri, polip dan hiperplasi endometrium, keganasan, adenomyosis. Penyebab lain seperti kehamilan, pemakaian IUD, dan perdarahan disfungsional. 2. Hipomenorea (kriptomenorea)Definisi : Perdarahan haid dengan jumlah lebih sedikit dan/atau durasi lebih pendek dari normal, tampak seperti bercak.Penyebab : Sumbatan oleh stenosis hymen atau servix. Pemakaian kontrasepsi juga dapat menimbulkan hipomenorea.1 Gangguan organik seperti pada uterus pasca operasi miomektomi dan gangguan endokrin.23. Metroragia (perdarahan intermenstrual)Definisi : Perdarahan yang terjadi diantara periode menstruasi.Penyebab : Polip endometrium dan keganasan endometrium dan servix adalah sebab patologis. Estrogen eksogen yang diberikan juga dapat menyebabkan perdarahan tipe ini.14. PolimenoreaDefinisi : Menstruasi yang terlalu sering dimana haid memiliki siklus yang lebih pendek yaitu 21 hari.Penyebab : Berhubungan gangguan endokrin yang menyebabkan kejadian gangguan ovulasi, adanya pemendekan fase luteal dari siklus menstruasi dan kongesti ovarium karena peradangan.25. Menometroragia Definisi : Perdarahan yang muncul dengan interval yang ireguler. Jumlah dan lama perdarahan bervariasi.Penyebab : Kondisi yang menyebabkan perdarahan intermenstrual dapat mengakibatkan menometrorrhagia. Perdarahan tiba-tiba dapat mengindikasikan keganasan atau komplikasi dari kehamilan.16. Oligomenorea Definisi : Siklus haid yang timbul lebih dari 35 hari. Sedangkan amenorrhea bila tidak adanya periode menstruasi selama lebih dari 6 bulan.1Penyebab : Sering terjadi pada sindroma ovarium polikistik akibat peningkatan hormone androgen sehingga terjadi gangguan ovulasi, baik dari sebab endokrin (kehamilan, gangguan pituitary-hipotalamik, menopause) atau penyebab sistemik (cth : kehilangan berat badan berlebihan). Tumor yang memproduksi estrogen juga dapat menyebabkan oligomenorrhea sebelum menimbulkan kelainan perdarahan lain.7. Perdarahan kontak (coital bleeding) dapat diartikan sebagai tanda dari kanker servix sebelum penyebab lain ditemukan. Penyebab lain perdarahan kontak adalah eversi servix, polip servix, infeksi servix atau vagina, atau atropik vaginitis.

2.2.3Penyebab Gangguan Haid21. Sistem klasifikasi FIGO (PALM-COEIN) untuk penyebab AUB pada wanita non-gravida usia produktifAda 9 kategori yang menyusun akronim palm coein:a. Polip : terdapat proliferasi sel yang terdiri dari komponen vaskuar,glandular,fibromuskuar,dan jaringan ikat.Lesi ini biasanya jinaktetapi ada kelompok kecil yang atipikal atau ganas.Subklasifikasi dari polip ditentukan dari dimensi, lokasi, jumlah, morfologi dan histologi.Sedangkan yang tidak termasuk dalam kategori ini adalah polypoid-appearing endometrium karena gambaran makros dan mikrosnya merupakan suatu varian dari jaringan normalb. Adenomyosis : kriteria kategori ini didasarkan pada evaluasi histopatologiterhadap kedalaman jaringan endometrial dibawah permukaan endometrial myometrial yang ditentukan dari histerektomic. Leiomyoma : Tumor fibromuskular jinak pada myometrium dikenal dengan beberapa nama termasuk Leiomyoma dan yang akhir-akhir ini sering digunakan Fibroid.Leiomyoma dibagi berdasarkan spectrum ukuran dan lokasi: Subendometrial, Intramural, Subserosal, dan kombinasi.seperti polip dan adenomyosis ,leimyoma juga asimtompmatis. Beberapa system klasifikasi baru sedang dikembangkan meliputi: Hubungan leiomyoma dan endometrium dan serosa Lokasi leiomyoma di uterus Ukuran lesi Jumlah lesid. Malignancy dan hyperplasia: merupakan penyebab yang potensial terjadinya AUB pada wanita usia reproduktife. Coagulopathy : Istilah koagulopati meliputi spektrum penyakit sistemik hemostatis .Penelitian menunjukkan kurang lebih 13% wanita HMB.terdeteksi memiliki kelainan hemostatis, kebanyakan Von Wiilebrand Disease.f. Ovulatory dysfunction : ovulatory dysfunction bermanifestasi sebagai kombinasi dari perdarahan yang tiba dan dalam jumlah tertentu.Kelainan ovulasi dapat berupa kelainan menstruasi.seperti amenorrhea,perdarahan yang sangat sedikit atau sangat banyak sampai HMB yang membutuhkan operasi.Beberapa manifestasi ini disebabkan oleh absennya progesterone setiap 22-35 hari.Kebanyakan kategori ini disebabkanoleh endokrinopati (polycystic ovary syndrome, hipotiroid, hiperprolaktinemia, stress,obesitas,anoreksia) atau bisa juga iatrogenik akibat obat-obatan steroid dan yang mempengaruhi metabolism dopamine (phenothiazine,tricyclic depressants)g. Endometrial: ada mekanisme yang melibatkan regulasi hemostasisendometrial,seperti lisis endometrial clot yang dipercepat akibat produksi plasminogen yang berlebihan, prostaglandin E2,dan prostacycline I2. Selain itu, dapat disebabkan oleh infeksi atau inflamasi endometrial, respon inflamantori local yang abnormal,meningkatkan vaskulogenesis endometrialh. Iatrogenik: disebakan oleh interverensi obat-obatan atau alat-alat medis.Obat-obatan: gonadal steroid therapy menyebabkan pendarahan endometrial di luar siklus mens (Break Through Bleeding/BTB). Obat-obatan yang mengandung estrogen, progestin,dan androgen mempengaruhi control steroidogenesis ovarium melalui efek pada hypothalamus.Amitriptilin, nortriptilin, dan phenothiazine menurunkan uptake serotonin dapat menginhibisi prolactin sehingga gangguan HPO axis pada akhirnya terjadi ganguan ovulasi. Obat-obatan antikoagulan( warfarin,heparin) menyebabkan pembentukan Plug atau clot yang inadekuat pada lumen vaskulari. Not yet classified: meliputi endomtritis kronis, AVM, hipertrofi myometrium, atau kelainan yang hanya bisa dijelaskan secara biologi molecular.2. Kadaan patologi panggula. Lesi permukaan pada traktus genital Mioma uteri, adenomiosis Polip endometrium Hiperplasia endometrium Adenokarsinoma endometrium, sarcoma Infeksi pada serviks, endometrium dan uterus Kanker serviks, polip Trauma b. Lesi dalam Adenomiosis difus, mioma uteri, hipertrofi miometrium Endometriosis Malformasi arteri vena pada uterus.3. Penyakit medis sistemika. Gangguan hemostatis : penyakit von Wilebrand, gangguan faktor II, V, VII, VIII, IX, XIII, trombositopenia, gangguan platelet.b. Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal, SLE.c. Gangguan hipotalamus-hipofisis L adenoma, prolaktinoma, stress, olahraga berlebih.4. Perdarahan uterus disfungsiMerupakan gangguan haid tanpa ditemukan keadaan patologi pada panggul dan penyakit sistemik.5. Penyebab laina. Gangguan kehamilan (abortus, kehamilan ektopik, solusio plasenta).b. Iatrogenik : penggunaan pil kontrasepsi, alat kontrasepsi dalam rahim, obat antikoagulansia, antipsikotik dan preparat hormon.Penyebab Perdarahan Uterus Abnormal Berdasarkan Usia31. Masa kanak-kanaka. Paling banyak berasal dari vagina. Paling sering adalah vulvovaginitis. Kondisi lain seperti dermatologik, pertumbuhan neoplastik, trauma dapat menjadi penyebab.b. Perdarahan yang berasal dari uretra akibat prolaps uretra atau infeksi.c. Perdarahan yang berasal dari uterus disebabkan peningkatan kadar estrogen akibat pubertas prekoks, konsumsi hormon eksogen atau neoplasma ovarium.2. Masa dewasaa. Kebanyakan disebabkan anovulasi dan defek koagulasi.b. Pertumbuhan neoplastic seperti polip, leiomyoma, dan neoplasma ovarium cenderung jarang.c. Kehamilan, penyakit menular seksual dan sexual abuse juga dapat terjadi pada masa ini.3. Usia reproduktifa. Perdarahan akibat kehamilan, penyakit menular seksual.b. Insiden leiomyoma dan polip endometrial menjadi lebih umum pada usia reproduktif tua.4. Perimenopausea. Anovulatory akibat disfungsi dari aksis hipotalamik-pituitary-ovarium.b. Premalignansi dan malignansi akibat peningkatan usia5. Menopausea. Perdarahan biasanya terjadi akibat penyakit jinak seperti atrofi endometrium, polip endometrium jinak.b. Karsinoma endometrial dan keganasan lain lebih sering dibanding kelompok usia lain.

2.2.4Manifestasi Klinis31. Menoragia dan metroragiaMerupakan perubahan pola perdarahan. Tidak bisa digunakan untuk mencari diagnosa, namun dapat digunakan untuk menilai kemajuan terapi.2. Perdarahan postcoitalBanyak terjadi pada wanita dengan usia 20-40 tahun dan wanita multipara tanpa penyebab yang jelas pada 2/3 kasus. Biasanya disebabkan lesi jinak, eversi servix, polip endoservix, servistis akibat Chlamydia trachomatis dan keganasan yang berasal dari servix dan traktus genital.

3. Nyeri pelvisNyeri pelvis ditimbulkan oleh peranan prostaglandin pada menoragia dan dismenorea.

Evaluasi Gangguan Haid/Perdarahan Uterus Abnormal1,2,3Diagnosa perdarahan uterus abnormal bertujuan untuk menyingkirkan penyebab keganasan dan mengidentifikasi penyebab patologi. Seiring perkembangan teknologi, evaluasi perdarahan uterus abnormal utamanya dilakukan dengan menggunakan sonografi, biopsy endometrial dan histeroskopi.3

Gambar algoritma diagnostik untuk mengidentifikasi patologi endometrium pada pasien dengan perdarahan uterus abnormal. 3D&C : Dilatation and curettage; EMB : endometrial biopsy; SIS : saline-infusion sonography; TVS : transvaginal sonography.

Gambar alogritma diagnosis pada pasien perdarahan uterus abnormal dengan resiko kanker endometrium. 3

Adapun urut-urutan evaluasi perdarahan uterus abnormal:1. Riwayat penyakit.Anamnesis pasien meliputi bagaimana mulainya perdarahan, jumlah dan durasi dari siklus menstruasi maupun jumlah dan durasi dari perdarahan yang terjadi diantara menstruasi dan adanya perdarahan kontak.Tanyakan periode menstruasi terakhir, periode menstruasi normal terakhir, usia menarche dan menopause, adanya kehamilan/kegagalan kehamilan pada perempuan usia reproduksi, adanya perubahan pada kesehatan secara umum akibat penyakit yang dapat menyebabkan perdarahan seperti penyakit tidoid, hati, gangguan pembekuan darah, tumor hipofisis, sindroma ovarium polikistik dan keganasan.Tanyakan apakah ada terlambat haid, mual, nyeri dan mulas. Pemakaian kontrasepsi, obat hormon, antikoagulan, sitostatika, kortikosteroid, obat herbal.2. Pemeriksaan fisikDapat ditemukan massa pada abdomen. Uterus yang membesar dan ireguler menunjukan adanya myoma. Pembesaran uterus yang simetris menandakan adenomyosis atau keganasan endometrial. Pada inspeksi vulva dan vaginal dapat ditemukan lesi atrofik dan radang, polip servix, dan lesi invasif servix.Periksa palpasi bimanual untuk melihat pembesaran uterus, periksa tanda hiperandrogen, gangguan lapang pandang akibat tumor hipofisis.3. Pemeriksaan laboratoriumDapat dilakukan pemeriksaan darah dan serum ferritin untuk mengevaluasi anemia. Pemeriksaan -hCG untuk menyingkirkan komplikasi kehamilan. Pemeriksaan gangguan koagulasi seperti partial thromboplastin time, prothrombin time, bleeding time, platelet count dilakukan pada wanita dengan menoragia dan tanpa sebab yang jelas. Pemeriksaan bakteri chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae.4. Pemeriksaan sitologiPerdarahan yang berasal dari kanker servix dan endometrial dapat ditemukan dengan menggunakan pap smear. Untuk memeriksa adanya abnormalitas pada sel-sel endometrial. Dapat juga digunakan untuk memeriksa kanker dari tuba atau indung telur dengan melakukan hapusan pada saluran endoservix. Hasil sitologi tersering adalah ditemukannya sel pipih patologi yang mengindikasikan servisitis, neoplasia intraepitel atau kanker.5. Pemeriksaan ultrasonografi pelvis3Ultrasonografi transvaginal : Dilakukan saat kandung kemih kosong dan dapat melihat dengan lebih detail organ pelvis. Lebih nyaman bagi pasien dan baik untuk mendeteksi hiperplasi endometrial dan kanker. Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah tingginya false-negative dari diagnosa patologi intrauterin fokal akibat ketidakmampuan secara fisik untuk melihat endometrium.Ultrasonografi transabdominal : Dilakukan saat kandung kemih penuh dan memperlihatkan gmbaran yang lebih luas namun sukar dibedakan.Saline-infusion sonography : Disebut juga sonohisterografi yaitu dengan menginjeksikan saline steril melalui kateter tipis kedalam uterus sehingga uterus mengembang kemudian diperiksa menggunakan USG transvaginal. Pemeriksaan ini memperlihatkan massa di dalam kavitas dan membedakan lesi di endometrium, submukosa atau intramural seperti polip endometrial, myoma submukosa dan bekuan darah dalam kavitas. Dilakukan pada fase proliferatif untuk meminimalkan false-negative dan false-positive.Transvaginal Color Doppler Sonography Digunakan untuk membedakan leiomyoma submukosa dan polip endometrium. Mengukur aliran darah untuk menentukan perubahan keganasan di polip.Pemeriksaan ultrasound dapat mendeskripsikan garis tepi uterus seperti lebar dan permukaannya, adanya fibroid intramural atau submukosa, polip intrauterine dan massa adneksa.6. Biopsi endometrialMenggunakan cara Novak suction curette, Duncan curette, Kevorkian curette, atau Pipelle. Pemeriksaan ini tidak memerlukan dilatasi, namun apabila penyebab perdarahan tidak ditemukan, dilatasi dan kuretasi perlu dilakukan. Pemeriksaan secara histologi dari endometrium dapat menunjukan infeksi atau lesi neoplastik.7. Dilatasi dan kuretaseDahulu merupakan gold standard diagnosa dari perdarahan abnormal uterus. Dilakukan pada pasien dengan anestesi lokal atau umum. Pemeriksaan ini memiliki akurasi yang diperdebatkan untuk menilai lesi fokal. Tindakan operatif ini berhubungan dengan risiko operasi, biaya, nyeri postoperative, kebutuhan anestesi sehingga akihrnya digantikan.

8. Histeroskopi Dilakukan dengan cara memasukan kamera endoskop melalui servix ke kavum endometrius untuk melihat isi kavum. Uterus dikembangkan menggunakan saline atau medium lain. Sekarang menjadi gold standard untuk mengevaluasi kondisi patologi di kavum uterus. Digunakan juga untuk melakukan biopsi bersamaan dengan saat dilakukannya pemeriksaan untuk mengidentifikasi patologi. Memiliki keterbatasan bila didapati stenosis servix yang diatasi dengan pemberian misoprostol 100mg oral. Tidak ada urut-urutan yang jelas dalam melakukan pemeriksaan penunjang pada kasus perdarahan uterus abnormal. Namun dengan beberapa alasan, transvaginal sonografi digunakan sebagai pemeriksaan awal. Pemeriksaan lanjutan seperti biopsi endometrial bila mencurigai hiperplasi endometrial atau kanker, histeroskopi atau SIS baik untuk memeriksa kemungkinan lesi fokal. 3Usia dan risiko terhadap kanker endometrium merupakan dasar untuk evaluasi lebih lanjut pada perdarahan uterus abnormal, yaitu usia lebih 35 tahun, siklus anovulasi, obesitas dan nulipara. American College of Obstetricians and Gynecologist merekomendasikan evaluasi endometrium pada perempuan usia di atas 35 tahun yang mengalami perdarahan uterus abnormal dan pada usia dibawah 35 tahun yang dicurigai menderita perdarahan uterus anovulatori yang refrakter terhadap pemberian obat.2,3

Gangguan Haid

Anamnesis dan pemeriksaan

Penyebab IatrogenikGangguan Kehamilan

Tatalaksana Gangguan Kehamilantidak

Stop penyebab iatrogenik

tidak

Penyakit Sistemik

tidak

MedikamentosaPatologi pada panggul

tidak

Perdarahan uterus disfungsi

Penanganan perdarahan uterus abnormal

Gambar Alur evaluasi perdarahan uterus abnormal2

2.2.5Penatalaksanaan Perdarahan Uterus Abnormal21. Periksa kondisi hemodinamik, bila hemodinamik stabil maka segera dilakukan penanganan untuk menghentikan perdarahan.

2. Perdarahan akut dan banyakSering terjadi pada kondisi remaja dengan gangguan koagulopati, dewasa dengan mioma uteri dan pemakaian obat antikoagulansia. Adapun penanganannya:a. Dilatasi dan kuretaseDilakukan bila ada kecurigaan keganasan (usia >35 tahun, obesitas dan siklus anovulasi kronis.) dan kegagalan dengan terapi medikamentosa.b. Penanganan medikamentosa menggunakan beberapa macam obat hormon.i. Kombinasi estrogen dan progrestin 2x1 tab 5-7 hari, dilanjutkan 1x1 tab selama 3-6 siklus. Dengan dosis tapering, 4x1 tab selama 4 hari 3x1 tab selama 3 hari 2x1 tab selama 2 hari, 1x1 tab selama 3 minggu kemudian berhenti obat selama 1 minggu, dilanjutkan 1x1 tab selama 3 siklus.Mekanisme dengan mengurangi terjadinya kondisi anovulasi dan dapat mengurangi jumlah darah haid sampai 60%.ii. EstrogenDengan estrogen oral dosis tinggi yaitu estrogen konjugasi dengan dosis 1,25 mg atau 17 estradiol 2mg tiap 6 jam selama 24 jam, kemudian dilajutkan dengan pemberian pil kombinasi.iii. ProgestinDiberikan selama 14 hari kemudian berhenti tanpa obat selama 14 hari, diulang selama 3 bulan. Diberikan bila ada kontraindikasi terhadap estrogen. Menggunakan medroksi progesterone asetat (MPA) dengan dosis 2x10 mg, Noretisteron asetat 2x5mg, Didrogesteron 2x10mg dan Normegestrol asetat 2x5mg.

3. Perdarahan iregulerDapat dalam bentuk metroragia, menometroragia, oligomenorea, perdarahan memanjang dan bentuk pola perdarahan lainnya. Diperlukan evaluasi penyebab sistemik terlebih dahulu seperti pemeriksaan TSH, prolactin, PAP smear, biopsi endometrium. Penanganan relatif sama yaitu dengan diberi pil kontrasepsi kombinasi 1x1 tab sehari secara siklik selama 3 bulan atau progestin bila ada kontraindikasi seperti MPA 1x10mg per hari. 4. Penanganan dengan medikamentosa nonhormona. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)As. Mefenamat 250-500mg 2-4x/hari, ibuprofen 600-1200mg/harib. AntifibrinolisisAs. Traneksamat bekerja menghambat plasminogen secara reversible dan dapat menurunkan jumlah perdarahan 40-50%.5. Penanganan dengan terapi bedahDilakukan dapabila penderita telah menggunakan pengobatan medikamentosa dengan sedikit kesembuhan atau tidak ada perbaikan keluhan sama sekali. Beberapa prosedur bedah yang saat ini digunakan pada penanganan perdarahan uterus abnormal adalah ablasi endometrium, reseksi transerviks, histeroskopi operatif, miomektomi, histerektomi, dan oklusi atau emboli arteri uterina.

2.3 Perdarahan Uterus Disfungsi (PUD)2.31DefinisiPerdarahan Uterus Disfungsi atau perdarahan uterus abnormal-Mechanisms currently Unexplained adalah perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa adanya keadaan patologi pada panggul, penyakit sistemik tertentu, atau kehamilan. PUD dapat terjadi pada siklus ovulasi ataupun anovulasi yang sebagian besar disebabkan oleh gangguan fungsi mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium.22.3.2Patofisiologi1. Anovulatory PUD:Pada siklus anovulasi terjadi stimulasi estrogen berlebihan (unopposed estrogen) pada endometrium.2 Tidak adanya produksi progesterone akibat tidak terjadinya ovulasi.3 Endometrium mengalami proliferasi berlebih namun tidak diikuti dengan pembentukan jaringan penyangga yang baik karena kadar progesterone rendah. Endometrium menjadi tebal dan rapuh, jaringan endometrium lepas tidak bersamaan dan tidak ada kolaps jaringan sehingga terjadi perdarahan yang tidak teratur. Menurunnya asam arakidonat dan prostaglandin. Akhirnya terjadi perubahan struktur vaskular endometrium dan konsentrasi prostaglandin. Anovulasi disebabkan belum matangnya aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium dan juga keadaan yang mengganggu aksis tersebut. Sindroma ovarium polikistik dapat menganggu aksis tersebut.22. Ovulatory PUDAnovulatory PUD terjadi akibat perubahan arsitektur dan tonus vaskular sedangkan ovulatory PUD terjadi akibat dilatasi dan perubahan tonus vaskular sehingga terjadi kehilangan darah 3x lebih cepat dibanding pada menstruasi normal.

2.3.3Gambaran KlinisSeperti gambaran perdarahan uterus abnormal, dapat terjadi setiap saat, berupa perdarahan akut dan banyak, Terjadi pada setiap umur antara menarke dan menopause, tetapi paling sering dijumpai pada masa perimenarke dan perimenopause.2

2.3.4DiagnosisDitegakkan dengan cara menyingkirkan penyebab keadaan patologi pada panggul, penyakit sistemik, penyebab iatrogenik dan kehamilan.2

2.3.5Penanganan Perdarahan Uterus DisfungsiPemberian obat seperti penanganan perdarahan uterus abnormal. Pengaturan haid dilakukan setelah penghentian perdarahan dan ditentukan oleh usia dan paritas wanita tersebut. Pada usia remaja pemberian obat menggunakan kombinasi estrogen progesteron dan progrestin siklik seperti MPA. Pada wanita usia reproduksi bila paritas multipara diberi kontrasepsi hormone namun bila infertile dan ingin hamil diberi obat induksi ovulasi. Pada usia perimenopause diberi pil kontrasepsi kombinasi dosis rendah atau injeksi DMPA.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Berek, S Jonathan.Berek and Novaks Gynegology 14th ed.Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins 2007 : 172-176.2. Dechereney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. 2007. Current Diagnosis & Treatment : Obstetrics & Gynegology. P:573-576.3. Hendarto H,. 2011. Gangguan Haid/Perdarahan Uterus Abnormal. Ilmu Kandungan. Ed 3. Jakarta. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p: 161-84.4. Hoffman BL,. 2008. Williams Gynecology. McGraw-Hill Companies, Inc. p: 367-96.5. Munro,MG,et al,. 2011. International journal of Gynecology and Obstetrics. p: 3-13.6. P Joan, PB Allison, MA Bryan. Obstetrics and Gynecology An Illustrated Churchill Livingstone.p: 120-1217. Speroff L, Fritz MA. Dysfunctional uterine bleeding, in : Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility 7th ed, Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins 2005 : 547-71.

30