Rinologi Agus

RINOLOGIRINOLOGI

Agus Surono

11Kuliah Rinologi TadulakoKuliah Rinologi Tadulako

Hidung luarHidung luar

Kulit : Cutis,subcutis, jaringan Kulit : Cutis,subcutis, jaringan fibrofatty,glandula sebaceafibrofatty,glandula sebacea

Apek nasi, basis nasi,dorsum nasi, alae Apek nasi, basis nasi,dorsum nasi, alae nasi, kolumela,nares anterior nasi, kolumela,nares anterior

Rangka dibentuk oleh os nasale, prosesus Rangka dibentuk oleh os nasale, prosesus frontal os maksila, kart lateralis superior, frontal os maksila, kart lateralis superior, kat lateralis inferior, kartilago septumkat lateralis inferior, kartilago septum


KAVUM NASIKAVUM NASI

Dasar kavum nasi diDasar kavum nasi di - -bentuk bentuk oleh :oleh :

1. 1. Prosesus palatina os Prosesus palatina os

maksila danmaksila dan

2. 2. Prosesus horisontal os Prosesus horisontal os

palatumpalatum


Atap HidungAtap Hidung

Atap hidung di bentuk oleh :Atap hidung di bentuk oleh :

- kartilago lateralis superior- kartilago lateralis superior

- kartilago lateralis inferior- kartilago lateralis inferior

- os nasal- os nasal

- prosesus frontalis os maksila- prosesus frontalis os maksila

- korpus os ethmoid- korpus os ethmoid

- korpus os sphenoid- korpus os sphenoid


55

ANATOMI HIDUNGANATOMI HIDUNG

Superior

Inferior

Kuliah Rinologi TadulakoKuliah Rinologi Tadulako


Dinding lateral kavum nasiDinding lateral kavum nasi

Dinding lateral kavum nasiDinding lateral kavum nasi

- permukaan dalam pros frontalis os- permukaan dalam pros frontalis os

maksilamaksila

- os lakrimalis- os lakrimalis

- konka superior- konka superior

- konka media- konka media

- konka inferior- konka inferior

- lamina perpendicularis os palatum- lamina perpendicularis os palatum

- lamina pterigoideus medial- lamina pterigoideus medial


SEPTUM NASISEPTUM NASI

Di bentuk oleh :Di bentuk oleh :

- - bagian anterior : kartilago septum bagian anterior : kartilago septum (kuadrilateral), premaksila, kolumela (kuadrilateral), premaksila, kolumela membranosamembranosa

- bagian posterior : lamina - bagian posterior : lamina perpendicularis os ethmoidperpendicularis os ethmoid

- bagian post inf- bagian post inferiorerior : os vomer, krista : os vomer, krista maksila, krista palatina, krista sphenoid.maksila, krista palatina, krista sphenoid.


Kuliah Rinologi TadulakoKuliah Rinologi Tadulako 99

1010

Internal Nose :

- Dibatasi oleh nares dan choana (posterior) Lateral : dinding nasal

Dinding lateral nasal terdiri dari :- lamina papyracea: os lakrimalis

os etmoidalis- inferior nasal conchae

Pemeriksaan histologi mukosa nasal : perubahan dari stratified squamous epithelium (nasal orifice dan locus nasal hairs/vibrissae) men- jadi pseudostratified columnar respiratory (ciliated) epithelium. melapisi seluruh mukosa nasal dan sinus


1111

Epitel silia kolumner kavum nasi mengandung:

- sel goblet protective mucous (salt, gliko-

protein, polisakarida dan lisozim)

merusak dinding bakteri

- sel silia digesti dan ekskresi

- sel stroma

- sel inflamantori

- pembuluh darah

- anastomosis arterivena

Internal Nose :


Muara saluran

Duktus nasolakrimalis : meatus nasi inferiorDuktus nasolakrimalis : meatus nasi inferior Sinus ethmoidalis ant : meatus nasi mediaSinus ethmoidalis ant : meatus nasi media Sinus frontalis : meatus nasi mediaSinus frontalis : meatus nasi media Sinus ethmoidalis posterior : meatus nasi Sinus ethmoidalis posterior : meatus nasi

superiorsuperior Sinus sphenoidalis : resesus sphenoidalisSinus sphenoidalis : resesus sphenoidalis Sinus maksilaris : meatus nasi mediaSinus maksilaris : meatus nasi media


INERVASI HIDUNG

AutonomAutonom::

Simpatis : dari ganlion cervicalis : dari ganlion cervicalis serabut serabut postganglioner postganglioner plexus sekitar a. karotis plexus sekitar a. karotis internus internus n n.. petrosus superfisialis mayor petrosus superfisialis mayor n n.. vidianusvidianus

Parasimpatis Parasimpatis : dari N VII : dari N VII serabut serabut preganglioner preganglioner n n.. vidianus, n vidianus, n.. petrosus petrosus supsuperiorerior mayor mayor ganglion sphenopalatina ganglion sphenopalatina


Inervasi hidungInervasi hidung

SerebrospinalisSerebrospinalis

N. V N. V n nnn optalmikus optalmikus n n.. ethmoidalis anterior ethmoidalis anterior

N. V N. V n n.. maksilaris maksilaris ganglion sp ganglion sphhenopalenopalaatinus tinus n n.. palatini mayor palatini mayor

N. sphenopalatini brevisN. sphenopalatini brevisN. sphenopalatini longusN. sphenopalatini longusN. olfactoriusN. olfactorius


1515

Inervasi mukosa nasal - Komponen: sensori, parasimpatik, dan simpatik.- NC olfaktori dan NC trigeminal (V1-V2) inervasi ke nasal.- Sistem saraf otonom : parasimpatik dan simpatik tonus vaskuler, kongesti konka, dan sekresi nasal

- Neuroepitel olfaktori terletak di atap internal nasal (pada cribriform plate), superolateral septum, dan permukaan medial konka superior).

- Inervasi sensori utk olfaksion dan reflek (bersin, konstriksi laring, bronkokonstriksi dan respon kar- diovaskuler). Kuliah Rinologi TadulakoKuliah Rinologi Tadulako

1616

- Stimulasi simpatik dan parasimpatik di mukosa nasal

hasil dari perubahan nasal flow

- Inervasi parasimpatik mukosa nasal via vasodilator

atau aktivitas sekretmotor obstruksi nasal

Inervasi simpatik vasokonstriksi dekongesti nasal

- Impuls aferent utk taktil, termal, sensasi kimia

ditransmisikan via NC trigeminal.

Inervasi mukosa nasal Inervasi mukosa nasal




Neuroepitel olfactorius

Letaknya bervariasiLetaknya bervariasi

Ukurannya mengecil – umurUkurannya mengecil – umur

Umumnya terletakUmumnya terletak

- atap rongga hidung (cribriformis plate)- atap rongga hidung (cribriformis plate)

- superolateral dari septum- superolateral dari septum

- permukaan atas dan medial konka media- permukaan atas dan medial konka media

Luasnya 1-4 cmLuasnya 1-4 cm22

Tebalnya 200 Tebalnya 200 µmµm


2020

Berasal dari :

a. Arteri karotid eksterna percabangan fasial dan maksilab. Arteri karoitid interna percabangan oftalmik arteri etmoidalis anterior-posterior

Vena fasial, sfenopalatina, dan etmoid suplai drai-nase vena ke nasal

Vena sfenopalatina dan etmoid sinus kavernosus

Vaskularisasi hidung



Hidung bagian luar :Hidung bagian luar :

a. facialis caba. facialis cabangang a arterirteri maksilaris eksterna maksilaris eksterna

a. etmoidalis anteriora. etmoidalis anterior

a. oa. offtalmikustalmikus



Dinding lateral hidungDinding lateral hidung::

a. etmoidalis anteriora. etmoidalis anterior

a. etmoidalis posteriora. etmoidalis posterior

a. sa. sffenopalatina, a. palatina desendenenopalatina, a. palatina desenden



Vaskularisasi hidungVaskularisasi hidung

Septum nasi Septum nasi (anterior – posterior) (anterior – posterior)::

a. ethmoidalis anterior – pleksus a. ethmoidalis anterior – pleksus

KKieselbachieselbach

a. ethmoidalis posteriora. ethmoidalis posterior

a. sphenopalatinaa. sphenopalatina


Fisiologi Fisiologi HHidungidung

Fungsi dari hidung :Fungsi dari hidung :

- - Jalan pernafasan atasJalan pernafasan atas

- Filtrasi- Filtrasi

- - HeatingHeating

- Humidification- Humidification

- - ChemosensationChemosensation

- - Nasal reflexNasal reflex


Fisiologi hidungFisiologi hidung

Fungsi-fungsi tersebut dipertahankan oleh:Fungsi-fungsi tersebut dipertahankan oleh:

- - sistem sistem pembuluh darahpembuluh darah

- kelenjar hidung- kelenjar hidung

- sistem mukosiliar- sistem mukosiliar


Fungsi Pembuluh darahFungsi Pembuluh darah

ResistensiResistensi : mengontrol aliran darah : mengontrol aliran darah

PerubahanPerubahan : filtrasi dan absorpsi : filtrasi dan absorpsi

KapasitasKapasitas : mengatur volume : mengatur volume


Sekresi kelenjar di hidungSekresi kelenjar di hidung

Berperan dalam pelembaban udara Berperan dalam pelembaban udara

pernafasan dan transport partikelpernafasan dan transport partikel

Mukus diproduksi olehMukus diproduksi oleh

sel gobletsel goblet

kelenjar submukosakelenjar submukosa

kelenjar seromukuskelenjar seromukus


Fungsi mukosiliarFungsi mukosiliar

Yang terdiri Yang terdiri - epithel respiratori bersilia- epithel respiratori bersilia- mukus blanket- mukus blanket- produksi mukus dari kelenjar- produksi mukus dari kelenjar

Semuanya berperan :Semuanya berperan :- mempertahankan kelembaban- mempertahankan kelembaban- pembersihan udara pernafasan- pembersihan udara pernafasan- eliminasi debris- eliminasi debris


3030

ANATOMI SINUS ANATOMI SINUS PARANASAL PARANASAL

- Terdapat 8 sinus paranasal : (4 pasang: kanan-kiri)- Sinus frontalis - Sinus ethmoidalis (anterior - posterior) - Sinus maksilaris - Sinus sfenoidalis

- Dilapisi membran mukus terusan dari membran kavum nasi via osteum- Normal : terisi udara




3333

Arterial Venous Neural innervation





SINUS PARANASALSINUS PARANASAL

Fungsi sinus paranasal antara lain: Fungsi sinus paranasal antara lain:

Pengatur kondisi udaraPengatur kondisi udaraPenahan suhuPenahan suhuMembantu keaseimbangann kepala Membantu keaseimbangann kepala Membantu resonansi suara Membantu resonansi suara Peredam perubahan tekanan udaraPeredam perubahan tekanan udaraMembantu produksi mukus untuk Membantu produksi mukus untuk

membersihkan rongga hidungmembersihkan rongga hidung3737Kuliah Rinologi TadulakoKuliah Rinologi Tadulako

3838

SINUS ETMOIDALISSINUS ETMOIDALIS

Ethmoidal labyrinth : piramida dengan basis di posteriorBatasan dinding : Lateral : lamina papyracea paper thin dinding me-

dial orbit Medial : dinding lateral nasi

Garis tengah kavum nasi vertical plate os etmoid :superior crista galli, terpisah dari sel etmoid sup

horisontal plate os etmoid inferior perpendicular plate

Horizontal plate terdiri : medial : cribriform platelateral : fovea ethmoidalis atap os etmoid


3939

SINUS ETMOIDALIS…..

Sel etmoidalis terbagi:

anterior: drainase ke infundubulum etmoidalis

(meatus media)

posterior: drainase ke meatus superior

Sinus terdiri dari : 4 – 17 sel, rata-rata 9 sel


4040

SINUS MAKSILARIS SINUS MAKSILARIS

Batasan dinding :Superior: dasar orbita (lapisan tulang tipis,

dilewati nervus infraorbitalisAnterior: fosa kanina, pemisah dengan kulit pipi Posterior: memisahkan sinus dari infratemporal

dan fosa pterigomaksilaris Dasar/inferior: terbentuk dari prosesus alveolar

maksilaMedial : dinding lateral nasi

mengandung ostium sinus komuni- kasi sinus maks dan infundubulum etm

Ostium terletak pd aspek superior dinding medial


4141

SINUS FRONTALIS SINUS FRONTALIS

- Perkembangan dari anterosuperior sel etmodalis di recesus frontalis

- Dinding medial : konka media

Dinding lateral : lamina papyracea

Dinding posterior : depan bula etmoidalis/lamela basal kedua

Dinding anterior : paling kuat diantara dinding sinus

- Dasar sinus : atap supraorbital

- Drainase ostium : posteromedial dasar sinus Kuliah Rinologi TadulakoKuliah Rinologi Tadulako

4242

SINUS SFENOIDALIS SINUS SFENOIDALIS

- Struktur asimetrik, dipisahkan oleh septum intersinus

- Tipe perluasan pneumatisasi sinus :

1. Konkal : perluasan anterior sela tursika

2. Preselar : dinding posterior berhadapan dgn

sela tursika

3. Postselar : sela tursika merkn lekukan sinus

- Ostium sinus : 10 mm dibawah dasar sinus

membraneus Kuliah Rinologi TadulakoKuliah Rinologi Tadulako

ANATOMI ORGAN PENGHIDUANATOMI ORGAN PENGHIDU

Reseptor penghiduReseptor penghidu

Saraf perifer (fila olfaktoria)Saraf perifer (fila olfaktoria)

Saraf sentral Saraf sentral


Anatomi penghiduAnatomi penghidu

Organ penghidu terletak pada atap cavum nasi, pada Organ penghidu terletak pada atap cavum nasi, pada

sebagian atas konka sup. dan bagian atas septum nasi - sebagian atas konka sup. dan bagian atas septum nasi -

pars olfactoriuspars olfactorius

Mukosa berwarna kuning kecoklatanMukosa berwarna kuning kecoklatan

Merupakan sel bipoler dari susunan saraf pusatMerupakan sel bipoler dari susunan saraf pusat

Pada mukosa terdapat 100 juta sel olfaktoria, diselingi Pada mukosa terdapat 100 juta sel olfaktoria, diselingi

oleh sel penyokongoleh sel penyokong

Ujung sel olfaktori membesar Ujung sel olfaktori membesar vesikula olfaktori, vesikula olfaktori,

keluar silia yang menonjol ke mukosa rongga hidungkeluar silia yang menonjol ke mukosa rongga hidung

RESEPTOR PENGHIDU




Ujung sel olfaktori membesar Ujung sel olfaktori membesar vesikula olfaktori, vesikula olfaktori,

keluar silia yang menonjol ke mukosa rongga hidungkeluar silia yang menonjol ke mukosa rongga hidung

Antara sel olfaktori terdapat kelenjar bowmanAntara sel olfaktori terdapat kelenjar bowman sekret sekret

membasahi mukosa membran olfaktoria dan melarutkan membasahi mukosa membran olfaktoria dan melarutkan

molekul zat penghidu molekul zat penghidu Fila olfaktoria Fila olfaktoria


Struktur membrana mukosa olfaktoria (Guyton, 1996)


FILA OLFAKTORIA

- Saraf penghubung sel reseptor dengan bulbus olfaktoriaSaraf penghubung sel reseptor dengan bulbus olfaktoria

- Axon sel olfatorius (fila olfaktorius) menuju atas Axon sel olfatorius (fila olfaktorius) menuju atas

menembus lamina kribrosa, menuju bulbus olfaktorius menembus lamina kribrosa, menuju bulbus olfaktorius

yang terletak di atas lamina kribrosa.yang terletak di atas lamina kribrosa.

- Axon sel olfaktorius masuk ke glomerulus mengirim Axon sel olfaktorius masuk ke glomerulus mengirim

saraf ke otaksaraf ke otak


SARAF SENTRAL

Dimulai dari bulbus olfaktorius hingga korteks serebri.

Bulbus olfaktorius bangunan saraf lonjong yang

memasuki fila olfakroria

Sel olfaktoria berakhir pada dendrit sel mitral dalam

struktur ‘’ glomerulus olfaktorius’’

25.000 akson sel olfaktorius masuk pada setiap

glomerulus bersinapsis dengan 25 sel mitral,

mengirim saraf ke otak4949Kuliah Rinologi TadulakoKuliah Rinologi Tadulako


Dari bulbus olfaktorius keluar serabut saraf (traktus Dari bulbus olfaktorius keluar serabut saraf (traktus

olfaktorius)olfaktorius) Traktus olfaktorius bercabang :Traktus olfaktorius bercabang :

Stria olfactorial lateralis menuju ke area olfaktoria Stria olfactorial lateralis menuju ke area olfaktoria

lateralis di bagian superior lateralis muka di dasar lateralis di bagian superior lateralis muka di dasar

sulkus lateralis.sulkus lateralis.

Stria olfaktoria mediale menuju ke area olfaktoria Stria olfaktoria mediale menuju ke area olfaktoria

mediale di bagian medial hemisferium serebri di mediale di bagian medial hemisferium serebri di

belakang area olfaktoria.belakang area olfaktoria. (Guyton, 1996)(Guyton, 1996)5050Kuliah Rinologi TadulakoKuliah Rinologi Tadulako



Perangsangan olfaktori menghasilkan respon viseral melalui Perangsangan olfaktori menghasilkan respon viseral melalui

saraf otonomsaraf otonom

Air liur keluar Air liur keluar menghidu bau hidang menghidu bau hidanganan sedap sedap

Muntah jika Muntah jika menghidu bau busuk menghidu bau busuk

Reseptor penghidu Reseptor penghidu respon kepada zat yang bersentuhan respon kepada zat yang bersentuhan

dengan epitel penghidu dan larut dalam lapisan mukosadengan epitel penghidu dan larut dalam lapisan mukosa

Zat bauZat bau reseptor reseptor potensial reseptor potensial reseptor menimbulkan menimbulkan

impuls saraf dalam serabut n. olfaktori (Ganong, 1995)impuls saraf dalam serabut n. olfaktori (Ganong, 1995)


FISIOLOGI INDERA PENGHIDUFISIOLOGI INDERA PENGHIDU

Reseptor – reseptor penghidu hanya memberi respons Reseptor – reseptor penghidu hanya memberi respons

zat yang bersentuhan dengan epithel penghidu zat yang bersentuhan dengan epithel penghidu larut larut

dalam lapisan mukosa dalam lapisan mukosa

Ambang penghidu bermacam-macam zat berbeda Ambang penghidu bermacam-macam zat berbeda

tergantung kepekaan reseptor penghidu terhadap zat tergantung kepekaan reseptor penghidu terhadap zat

tersebut.tersebut.


Fisiologi penghiduFisiologi penghidu

Guyton (1996) zat penghidu Guyton (1996) zat penghidu dapat dapat menyebabkan perangsangan indera penghidu :menyebabkan perangsangan indera penghidu :

1. Mudah menguap1. Mudah menguap

2. Mudah larut dalam air 2. Mudah larut dalam air menembus mukosa menembus mukosa

pars olfaktoria dan mencapai sel olfaktoriapars olfaktoria dan mencapai sel olfaktoria

3. Larut dalam lemak.3. Larut dalam lemak.


FISIOLOGI INDERA PENGHIDUFISIOLOGI INDERA PENGHIDU

Bagaimana mekanisme zat yang berbeda itu Bagaimana mekanisme zat yang berbeda itu

dapat menimbulkan suatu perubahan atau dapat menimbulkan suatu perubahan atau

reaksi pada reseptor serta menimbulkan impuls?reaksi pada reseptor serta menimbulkan impuls?

1. Teori stereokimia1. Teori stereokimia

2. Teori undulasi2. Teori undulasi

3. Teori kimia3. Teori kimia

4. Teori fisika4. Teori fisika



Teori stereo kimia Teori stereo kimia ::

Molekul zat penghidu dapat dihidu bila bentuk dan Molekul zat penghidu dapat dihidu bila bentuk dan

ukuran sesuai dengan komplemen reseptor sel olfaktori ukuran sesuai dengan komplemen reseptor sel olfaktori

yang ada.yang ada.

Adanya kesesuaian ini akan menimbulkan depolarisasi Adanya kesesuaian ini akan menimbulkan depolarisasi

sel olfactoria sehingga timbul impuls saraf kesan bausel olfactoria sehingga timbul impuls saraf kesan bau

(Amoore, 1987)(Amoore, 1987)



Teori getaran / undulasi ::

Mirip teori pendengaran, yaitu berdasar getaran yang Mirip teori pendengaran, yaitu berdasar getaran yang

diterima oleh reseptor kemudian dihantar ke sel saraf diterima oleh reseptor kemudian dihantar ke sel saraf

otak. Getaran molekul zat berbau mempunyai frekuensi otak. Getaran molekul zat berbau mempunyai frekuensi

sangat rendah.sangat rendah.

Belum ada bukti penelitian.Belum ada bukti penelitian.


Fisiologi penghiduFisiologi penghidu Teori Kimiawi

Reseptor kimia di dalam membrana olfaktoria bereaksi secara Reseptor kimia di dalam membrana olfaktoria bereaksi secara

spesifik dengan bermacam-macam jenis rangsang penghiduspesifik dengan bermacam-macam jenis rangsang penghidu

Jenis reseptor kimia menentukan jenis rangsang yang akan Jenis reseptor kimia menentukan jenis rangsang yang akan

menimbulkan respon pada sel olfaktoria. Reaksi antara menimbulkan respon pada sel olfaktoria. Reaksi antara

perangsang dan reseptor zat menimbulkan peningkatan perangsang dan reseptor zat menimbulkan peningkatan

permiabilitas membrana olfaktoria yang akan mengakibatkan permiabilitas membrana olfaktoria yang akan mengakibatkan

timbulnya impuls pada serabut saraf olfaktorius.timbulnya impuls pada serabut saraf olfaktorius.

( Guyton,1996)( Guyton,1996)



Teori Fisika

Berbagai tempat reseptor fisika pada membrana Berbagai tempat reseptor fisika pada membrana

olfaktoria yang memungkinkan zat perangsang spesifik olfaktoria yang memungkinkan zat perangsang spesifik

terabsorpsi pada membrana olfaktoria.terabsorpsi pada membrana olfaktoria.

Sebagai bukti banyak zat yang mempunyai sifat kimia Sebagai bukti banyak zat yang mempunyai sifat kimia

berbeda tetapi mempunyai bau yang sama berbeda tetapi mempunyai bau yang sama

membuktikan sifat fisika perangsang yang menentukan membuktikan sifat fisika perangsang yang menentukan

bau.bau.


Fisiologi indera penghiduFisiologi indera penghidu

Stimulasi sel olfaktoria terjadi karena adanya molekul Stimulasi sel olfaktoria terjadi karena adanya molekul

odorant (zat volatil) yang dihirup odorant (zat volatil) yang dihirup berhubungan dengan berhubungan dengan

lapisan mukosa epithel olfaktoria (mengandung protein lapisan mukosa epithel olfaktoria (mengandung protein

dan elektrolit)dan elektrolit)

Zat volatil (Zat volatil ( hydrophobichydrophobic ) melintasi mukosa ) melintasi mukosa

berhubungan protein kecil yang mudah larut dalam air berhubungan protein kecil yang mudah larut dalam air

((Odorant binding proteinOdorant binding protein ) ) tersebar di mukosa tersebar di mukosa











PATOFISIOLOGI GANGGUAN PENGHIDU

1.1. Topik lesi gangguan penghiduTopik lesi gangguan penghidu

2.2. Gangguan hidung kongenitalGangguan hidung kongenital

3.3. Kelainan psikogenikKelainan psikogenik


PATOFISIOLOGI GANGGUAN PENGHIDU

Pada prinsipnya patofisiologi dan gangguan fungsi Pada prinsipnya patofisiologi dan gangguan fungsi

penghidu di bagi 4 topik lesi:penghidu di bagi 4 topik lesi:

1.1. Gangguan Respirasi pada hidungGangguan Respirasi pada hidung

2.2. Gangguan epithel olfaktoriaGangguan epithel olfaktoria

3.3. Gangguan saraf olfaktoriaGangguan saraf olfaktoria

4.4. Gangguan sentral.Gangguan sentral.7171Kuliah Rinologi TadulakoKuliah Rinologi Tadulako

Patofisiologi gangguan penghiduPatofisiologi gangguan penghidu

Gangguan Respirasi Hidung ::

Gangguan terjadi karena ada sumbatan jalan Gangguan terjadi karena ada sumbatan jalan

nafas, sehingga partikel bau tidak dapat nafas, sehingga partikel bau tidak dapat

mencapai reseptor penghidu.mencapai reseptor penghidu.

1. Polip hidung1. Polip hidung

2. Tumor hidung2. Tumor hidung

3. Deformitas hidung.3. Deformitas hidung.



Gangguan Epithel olfaktoria

Gangguan struktur mukosa olfaktoria dapat Gangguan struktur mukosa olfaktoria dapat

disebabkan :disebabkan :

1. Penyakit alergi/infeksi yang sering di hidung.1. Penyakit alergi/infeksi yang sering di hidung.

2. 2. Paparan zat- zat kimia. Paparan zat- zat kimia.

3. Trauma kepala3. Trauma kepala

4. Fenomena ketuaan.4. Fenomena ketuaan.



Gangguan Nervus olfaktoriusGangguan Nervus olfaktorius::

1.1. Trauma kepala yang merusak lamina cribosa.Trauma kepala yang merusak lamina cribosa.

2.2. Tumor nervus olfaktoriusTumor nervus olfaktorius

3.3. Infeksi, terutama oleh karena virus.Infeksi, terutama oleh karena virus.



Gangguan Sentral Gangguan Sentral ::

1. Trauma 1. Trauma

2. Tumor intra kranial, terutama tumor yang 2. Tumor intra kranial, terutama tumor yang

menekan nervus olfaktorius.menekan nervus olfaktorius.

3. Epilepsi lobus temporalis3. Epilepsi lobus temporalis


Patofisiologi gangguan Patofisiologi gangguan penghidupenghidu

Gangguan hidung kongenitalGangguan hidung kongenital::

Sindroma Sindroma KKallman : anosmia, hypogonadal allman : anosmia, hypogonadal

kriptokhismus, tuli, anomali renal, kriptokhismus, tuli, anomali renal, midline midline

craniofacial anomaliescraniofacial anomalies

Kelainan psikogenikKelainan psikogenik


CLINICAL ASSESSMENT, PATIENT CLINICAL ASSESSMENT, PATIENT MANAGEMENTMANAGEMENT

Clinical historyClinical history- Awal dan lama penyakit- Awal dan lama penyakit- Gejala yang menyertai- Gejala yang menyertai- Riwayat penyakit dan operasi- Riwayat penyakit dan operasi- Radiasi- Radiasi- Riwayat infeksi- Riwayat infeksi- Riwayat trauma- Riwayat trauma- Paparan zat- Paparan zat- HIV- HIV


Clinical assessment Clinical assessment management patientmanagement patient

Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik

- Rinoskopi anterior, posterior- Rinoskopi anterior, posterior

- Nasal endoskopi- Nasal endoskopi

- Evaluasi neurologi- Evaluasi neurologi


DIAGNOSIS GANGGUAN PENGHIDUDIAGNOSIS GANGGUAN PENGHIDU

AnamnesisAnamnesis Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik Pemeriksaan Penunjang.Pemeriksaan Penunjang.

- Pemeriksaa fungsi penghidu.- Pemeriksaa fungsi penghidu.- Foto sinus paranasal- Foto sinus paranasal- CT Scan kepala- CT Scan kepala- Pemeriksaan EEG- Pemeriksaan EEG- Pemeriksaan laboratorium.- Pemeriksaan laboratorium.


OLFACTORY TESTINGOLFACTORY TESTING

Tujuan :Tujuan :

1.1. Validitas keluhan pasienValiditas keluhan pasien

2.2. Karakteristik asalKarakteristik asal

3.3. Kemungkinan perubahan fungsiKemungkinan perubahan fungsi

4.4. MalengeringMalengering


OLFACTORY TESTINGOLFACTORY TESTING

Psycophysical testPsycophysical testElectrophysilogical testElectrophysilogical testElectro olfactogramElectro olfactogramNeuropsychological testingNeuropsychological testingNeuroimagingNeuroimagingOlfactory biopsiesOlfactory biopsies


MANAGEMENT PATIENTMANAGEMENT PATIENT

CONDUCTIVE OLFACTORY LOSSCONDUCTIVE OLFACTORY LOSS

- Penghilangan kausa- Penghilangan kausa

- Penanganan alergi- Penanganan alergi

- Terapi antibiotika- Terapi antibiotika

- Steroid- Steroid

- Pembedahan- Pembedahan SENSORINEURAL OLFACTORY LOSSSENSORINEURAL OLFACTORY LOSS

- Untreatable- Untreatable

- Zinc, vitamin- Zinc, vitamin8282Kuliah Rinologi TadulakoKuliah Rinologi Tadulako

Kuliah Rinologi TadulakoKuliah Rinologi Tadulako 8383

Documents

Rinologi Agus