93
U DEGR SECA FAKULTAS MATE UNIVERSITAS INDONESIA STUDI EFEKTIFITAS RADASI ZAT WARNA CONGO RED ARA FOTOELEKTROKATALITIK SKRIPSI SOFIYANTI 0806365311 EMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN DEPARTEMEN KIMIA DEPOK JULI 2011 ALAM Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

S620-Studi efektifitas.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: S620-Studi efektifitas.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI EFEKTIFITASDEGRADASI ZAT WARNA CONGO REDSECARA FOTOELEKTROKATALITIK

SKRIPSI

SOFIYANTI0806365311

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMDEPARTEMEN KIMIA

DEPOKJULI 2011

UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI EFEKTIFITASDEGRADASI ZAT WARNA CONGO REDSECARA FOTOELEKTROKATALITIK

SKRIPSI

SOFIYANTI0806365311

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMDEPARTEMEN KIMIA

DEPOKJULI 2011

UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI EFEKTIFITASDEGRADASI ZAT WARNA CONGO REDSECARA FOTOELEKTROKATALITIK

SKRIPSI

SOFIYANTI0806365311

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMDEPARTEMEN KIMIA

DEPOKJULI 2011

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 2: S620-Studi efektifitas.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI EFEKTIFITASDEGRADASI ZAT WARNA CONGO REDSECARA FOTOELEKTROKATALITIK

SKRIPSI

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEHGELAR SARJANA SAINS

SOFIYANTI0806365311

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMDEPARTEMEN KIMIA

DEPOKJULI 2011

UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI EFEKTIFITASDEGRADASI ZAT WARNA CONGO REDSECARA FOTOELEKTROKATALITIK

SKRIPSI

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEHGELAR SARJANA SAINS

SOFIYANTI0806365311

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMDEPARTEMEN KIMIA

DEPOKJULI 2011

UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI EFEKTIFITASDEGRADASI ZAT WARNA CONGO REDSECARA FOTOELEKTROKATALITIK

SKRIPSI

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEHGELAR SARJANA SAINS

SOFIYANTI0806365311

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMDEPARTEMEN KIMIA

DEPOKJULI 2011

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 3: S620-Studi efektifitas.pdf

viiStudi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 4: S620-Studi efektifitas.pdf

viii

z

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 5: S620-Studi efektifitas.pdf

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang karena atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurah untuk nabi

Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains Jurusan Kimia pada

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit

bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan

terima kasih kepada:

1. PEMDA DKI dan Unit-Unit terkait yang telah memberikan kesempatan

dan dana, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan

pendidikan Program S1 Kimia di Universitas Indonesia.

2. Dr. Jarnuzi Gunlazuardi selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, berdiskusi,

memberikan saran dan arahan hingga terselesainya skripsi ini.

3. Dr. Asep Saefumillah MSi, selaku Pembimbing Akademik penulis yang

selama 3 tahun ini telah membantu mengarahkan dan membimbing

penulis.

4. Drs. Riswiyanto MSi, selaku Ketua Program Ekstensi Kimia sekaligus

sebagai Koordinator Penelitian.

5. Ir. Hedi Surahman MSi, Dr. Yuni K. Krisnandi dan Cholid MSi atas

bimbingan, dukungan dan waktunya untuk penulis berkonsultasi.

6. Dra Tresye Utari MSi atas kebaikannya dalam pengaturan jadwal seminar

dan sidang untuk penulis.

7. Dosen-dosen penguji : Dr. Riwandi Sihombing, Dr Ivandini T.A dan Drs

Erzi Rizal Azwar atas masukan dan saran-sarannya.

8. Bapak dan Ibu dosen Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia,

terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 6: S620-Studi efektifitas.pdf

x

9. Suami tercinta Salim Suhadi S.Ag dan anakku yang selalu ceria M.Faza

Muttaqi, juga yang masih di dalam perut, serta keluarga tercinta, terima

kasih untuk dukungannya yang tak ternilai.

10. Drs. Sunardi MSi dan staff atas pemakaian instrumentasi analisis selama

penelitian ini.

11. Rekan-rekan satu group TiO2, terima kasih untuk berbagi ilmu semoga

kesuksesan selalu menyertai.

12. Rekan-rekan seangkatan 2008 juga rekan-rekan sepenelitian di lantai 3,

terimakasih untuk bantuan dan dukungannya.

13. Seluruh staff TU jurusan kimia.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu oleh penulis.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu. Dengan segala kekurangan dan

ketidaksempurnaannya penulis berharap semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi kita semua dan bagi pengembangan ilmu.

Juli 2011

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 7: S620-Studi efektifitas.pdf

xiStudi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 8: S620-Studi efektifitas.pdf

xii

ABSTRAK

Nama : SofiyantiNPM : 0808365311Program Studi : S1 Kimia-EkstensiJudul Skripsi : Studi Efektifitas Degradasi Zat Warna Congo Red Secara

Fotoelektrokatalitik

Pada penelitian ini diterapkan metode fotoelektrokatalitik untukmendegradasi zat warna Congo red. Untuk keperluan tersebut dilakukanimmobilisasi semikonduktor TiO2 dalam bentuk lapisan tipis pada dinding bagiandalam tabung gelas berpenghantar. Preparasi film TiO2 dilakukan dengan caraproses sol gel (PSG), dimana titanium tetraisopropoksida (TTIP) digunakansebagai prekursor dan polietilen glikol (PEG) sebagai template, untukmendapatkan film yang berpori. Terhadap film TiO2 yang dihasilkan dilakukankarakterisasi dengan XRD (X-Ray Difraktometer) dan SEM (Scanning ElectronMicroscope). Hasilnya menunjukkan bahwa TiO2 hasil sintesis mempunyaistruktur kristal anatase dengan campuran sedikit rutile, sedangkan dari foto SEMmenunjukkan adanya pori pada film lapis tipis TiO2 yang dihasilkan. Lapisan tipisTiO2 yang telah disintesis difungsikan sebagai elektroda kerja, yang dipasangkandengan kawat Pt sebagai elektroda bantu dan Ag/AgCl sebagai elektrodapembanding. Rangkaian sel fotoelektrokimia ini selanjutnya digunakan untukmendegradasi zat warna Congo red. Uji kinerja fotokatalis dilakukan terhadap duatipe film TiO2 untuk mendegradasi Congo Red dalam NaNO3 0,1 M selama 100menit. Kedua tipe film tersebut adalah film TiO2 yang dipreparasi dengan bantuantemplate PEG masing-masing dengan konsentrasi 0,02M (disingkat TiO2-PEG0,02M) dan 0,04 M (disingkat TiO2-PEG 0,04M). Dan didapatkan film TiO2-PEG0,02 M menghasilkan arus cahaya tertinggi. Dari film terbaik tersebut diuji kinerjafotoelektrokatalisisnya pada tiga variasi bias potensial, yaitu berturut-turut 200,300, dan 400 mV. Hasil terbaik diperoleh dari film TiO2-PEG 0,02 M denganpemberian bias potensial sebesar 200 mV, yaitu menghasilkan persentase hasildegradasi sebesar 99,41%. Sebagai pembanding dilakukan uji degradasi dengankondisi (a) tanpa pemberian bias potensial (fotokatalisis), (b) tanpa penyinaran(katalisis), dan (c) tanpa kehadiran katalis (fotolisis), yang menghasilkan persenpengurangan konsentrasi Congo Red berturut-turut sebanyak 84,71%, 30,22%,dan 22,33%. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian bias potensial padafotokatalis TiO2 (metoda fotoelektrokatalisis) terbukti mampu meningkatkanproses degradasi Congo Red.

Kata kunci : TiO2, fotoelektrokatalitik, rekombinasi, photohole-photoelectron,bias potensial, Congo redxv + 78 hlm.; gmb; tbl; lamp.Bibliografi : 33 (1972-2011)

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 9: S620-Studi efektifitas.pdf

xiii

ABSTRACT

Name : SofiyantiNPM : 0808365311Study Program : Chemistry S1-ExtensionTitle : Study on The Effectivity of PhotoelectrocatalyticDegradation of Congo Red

In this research, the photoelectrocatalytic (PEC) method was employed todegraded Congo red. For this purpose, the TiO2 film was immobilized on toconducting inner wall glass column. Immobilization of TiO2 film was preparedby a sol-gel method using tetraisopropoksida (TTIP) as a precursor and polyethylene Glycol as templating agent, in order to produce porous film. XRD andSEM were used to characterized the produced films. The results showed that theprepared TiO2 has mainly anatase structure, with minor rutile structure. Whereasthe SEM photographs showed the existence of pores in the thin layer of TiO2films. The TiO2 film then was functioned as a working electrode, paired with Ptwire as auxiliary electrode and Ag / AgCl as reference electrode. Thephotoelectrochemical cells then were used to degrade congo red solution.Performance test was carried out toward two type of TiO2 film to degrade Congored solution for 100 minutes. Those two films were TiO2 fim which were preparedwith the aid of PEG at concentration of 00.2 M (abbreviated as TiO2-PEG-0.02M) and 0.04 M (abbreviated as TiO2-PEG-0.04 M). The results indicated that theTiO2-PEG-0.02 M film type gave the best result which gave higher photocurrent.To the best film a photoelectrocatalytic test were performed at a bias potential of200, 300, 400 mV, respectively. The results indicated that the TiO2-PEG-0.02Mfilm type and 200 mV bias potential gave the best result, that was 99.41%degradation. For the comparation purpose, a series of experimental conditions,namely (a) without bias potential expose (photocatalysis), (b) without light(catalysis), and (c) without presence of catalyst but with the light ON (photolysis)were performed to eliminate Congo red in solution, and the results were 84.71%,30.22%, and 22.33%, respectively. This results showed clearly thatphotoelectrocatalytic method was able to enhance the degradation of Congo red,thus superior to other method which employing same catalyst.

Keywords: TiO2, photoelectrocatalytic, recombination, photohole-photoelectron,potential bias, Congo redxv + 78 pages.; figures; tables; appxBibliography: 33 (1972-2011)

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 10: S620-Studi efektifitas.pdf

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ iiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... iiiHALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ivKATA PENGANTAR .................................................................................... vLEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... viiABSTRAK ...................................................................................................... viiiDAFTAR ISI ................................................................................................... xDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiiDAFTAR TABEL .................................................................................. xivDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 11.1 Latar Belakang Masalah........................................................................... 11.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 31.3 Hipotesis ................................................................................................... 41.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 52.1 Fotokatalitik2.2 Semikonduktor .......................................................................................... 6

2.2.1 Semikonduktor TiO2......................................................................... 62.2.2 Mekanisme Reaksi Katalitik Pada Semikonduktor TiO2............... 9

2.3 Fotoelektrokatalitik .................................................................................. 122.4 Metode Fotoelektrokatalitik Untuk Degradasi

Zat Warna Congo Red............................................................................... 122.5 Sinar UV................................................................................................... 132.6 Zat Warna............................................................................................... 13

2.6.1 Penggolongan Zat Warna ................................................................. 142.6.2 Zat Warna Azo ................................................................................. 15

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 183.1 Bahan dan Peralatan ................................................................................... 18

3.1.1 Bahan ................................................................................................ 183.1.2 Peralatan ............................................................................................. 18

3.2 Prosedur Kerja........................................................................................... 183.2.1 Preparasi Tabung Gelas Berpenghantar ............................................. 183.2.2 Pembuatan Sol TiO2 dan Preparasi Elektroda

IWCGT-TiO2....................................................................................... 193.2.3 Karakterisasi Katalis TiO2.................................................................. 193.2.4 Pengujian Kinerja Elekroda IWCGT-TiO2 ....................................... 20

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 11: S620-Studi efektifitas.pdf

xi

3.2.5 Penentuan Persentase Berkurangnya Konsentrasi ZatWarna Azo Congo Red Secara Fotoelektrokatalitik................... 19

3.2.6 Penentuan Persentase Berkurangnya Konsentrasi ZatWarna Azo Congo red Secara Fotokatalitik................................... 21

3.2.7 Penentuan Persentase Berkurangnya Konsentrasi ZatWarna Azo Congo red Secara Fotolitik dan katalitik................ 21

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 224.1 Pembuatan Sol TiO2 dan Variasi Penambahan PEG .............................. 224.2 Immobilisasi Sol TiO2 pada Tabung Gelas Berpenghantar

(Preparasi Elektroda IWCGT-TiO2)........................................................ 254.3 Karakterisasi Katalis TiO2....................................................................... 25

4.3.1 Karakterisasi TiO2 dengan SEM ..................................................... 264.3.2 Karakterisasi dengan UV-Vis Diffuse Reflectance

Spectroscopy.................................................................................... 284.3.3 Karakterisasi dengan XRD.............................................................. 33

4.4 Pengujian Efektifitas Variasi Proses Degradasi ...................................... 374.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum untuk Larutan

Congo red dalam NaNO3 0,1 M ..................................................... 374.4.2 Variasi Bias Potensial .................................................................. 384.4.3 Pengujian Efektifitas Degradasi Zat warna Azo

Congo Red .................................................................................. 404.4.3.1 Degradasi Larutan Congo Red dengan

Metode Fotoelektrokatalitik .......................................... 434.4.3.2 Degradasi Larutan Congo Red dengan

Metode Fotokatalitik, Fotolitik dan Katalitik.............. 444.4.4 Kinetika Reaksi Degradasi Congo Red....................................... 454.4.5 Perbandingan Hasil Degradasi dari Berbagai

Proses Degradasi ........................................................................ 46

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 495.1 Kesimpulan.............................................................................................. 495.2 Saran........................................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 50

LAMPIRAN ................................................................................................. 54

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 12: S620-Studi efektifitas.pdf

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bubuk Putih Titanium Dioksida ............................................... 6Gambar 2.2 Struktur Kristal TiO2 ......................... ...................................... 8Gambar 2.3 Energi Pita Beberapa Fotokatalis Umum ................................. 9Gambar 2.4 Mekanisme Reaksi Fotokatalitik TiO2 .................................... 10Gambar 2.5 Contoh Pembuatan Salah Satu Zat Warna Azo .......... ............... 15Gambar 2.6 Struktur Kimia Zat Warna Congo Red ....................................... 16Gambar 4.1 Kurva Arus vs Bias Potensial pada Tabung tanpa PEG............ 23Gambar 4.2 Kurva Arus vs Bias Potensial pada Tabung dengan

Penambahan 0,02 M PEG ......................................................... 24Gambar 4.3 Kurva Arus vs Bias Potensial Pada Tabung Dengan

Penambahan 0,04 M PEG ........................................................ 24Gambar 4.4 Foto Tabung Gelas yang di dalamnya Telah Dilapisi TiO2 ...... 25Gambar 4.5 Foto Tabung Berpenghantar dengan Katalis yang Telah

Diberi Elektroda ........................................................................ 26Gambar 4.6 Foto SEM TiO2 Hasil dari Preparasi Tanpa

Penambahan PEG...................................................................... 27Gambar 4.7 Foto SEM TiO2 hasil dari preparasi dengan

penambahan 0,02 M PEG ...................................................... 27Gambar 4.8 Foto SEM TiO2 hasil dari preparasi dengan

penambahan 0,04 M PEG ........................................................ 27Gambar 4.9 Spektra Reflektan TiO2 .......................................................... 29Gambar 4.10 Plot Faktor Kubelka-Munk vs Energi (eV)

TiO2 Sintesis Tanpa Penambahan PEG .................................... 30Gambar 4.11 Kurva Persamaan Garis Untuk Menentukan Eg TiO2

Tanpa Penambahan PEG.......................................................... 30Gambar 4.12 Plot Faktor Kubelka-Munk vs Energi (eV)

TiO2 Sintesis Dengan Variasi Penambahan 0,02 M PEG ........ 31Gambar 4.13 Kurva Persamaan Garis Untuk Menentukan Eg TiO2

Variasi Penambahan 0,02 M PEG ........................................... 31Gambar 4.14 Plot Faktor Kubelka-Munk vs Energi (eV)

TiO2 Sintesis Dengan Variasi Penambahan 0,04 M PEG ...... 32Gambar 4.15 Kurva Persamaan Garis Untuk Menentukan Eg TiO2

Variasi Penambahan 0,04 M PEG ............................................ 32Gambar 4.16 Difraktogram Sinar-X TiO2 Tanpa Penambahan PEG............. 33Gambar 4.17 Difraktogram Sinar-X TiO2 Variasi Penambahan

0,02 M PEG.............................................................................. 34Gambar 4.18 Difraktogram Sinar-X TiO2 Variasi Penambahan

0,04 M PEG............................................................................... 36Gambar 4.19 Panjang Gelombang Maksimum Larutan Congo red

dalam NaNO3 0,1 M .................................................................. 37

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 13: S620-Studi efektifitas.pdf

xiii

Gambar 4.20 Kurva Arus Cahaya Terhadap Waktu Pada BerbagaiBias Potensial .......................................................................... 39

Gambar 4.21 Arus yang Dihasilkan vs Bias Potensial yang Diberikan .......... 40Gambar 4.22 Warna Larutan Congo red 10 ppm Sebelum dan Sesudah

di Degradasi selama 100 menit................................................. 41Gambar 4.23 Persentase Hasil Degradasi pada Variasi Bias Potensial .......... 43Gambar 4.24 Persentase Hasil Degradasi pada Variasi Proses Degradasi ..... 44Gambar 4.25 Perbandingan Hasil Degradasi Dari Berbagai

Proses Degradasi........................................................................ 47

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 14: S620-Studi efektifitas.pdf

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nama dan Struktur Kimia Kromofor ......................................... 14Tabel 4.1 Nilai d (Å) dari Hasil Pengukuran & Kartu Interpretasi

Data TiO2 tanpa Penambahan PEG .......................................... 34Tabel 4.2 Nilai d (Å) dari Hasil Pengukuran & Kartu Interpretasi

Data TiO2 Variasi Penambahan 0,02 M PEG .......................... 35Tabel 4.3 Nilai d (Å) dari Hasil Pengukuran & Kartu Interpretasi

Data TiO2 Variasi Penambahan 0,04 M PEG .......................... 37Tabel 4.4 Kinetika Reaksi Pseudo Orde Satu pada Berbagai

Variasi Proses Degradasi ........................................................... 47

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 15: S620-Studi efektifitas.pdf

xv

...........................................................................DAF

TAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian ......................................................... 54Lampiran 2. Pembuatan Sol TiO2 .......................................................... 55Lampiran 3. Sintesis SnO2-F dan Preparasi IWCGT ............................ 56Lampiran 4. Proses Fotolisis ( data kurva kalibrasi standar , hasil

degradasi dan kinetika reaksi) ........................................... 57Lampiran 5. Proses Katalisis ( data kurva kalibrasi standar , hasil

degradasi dan kinetika reaksi) ........................................... 60Lampiran 6. Proses Fotokatalisis ( data kurva kalibrasi standar , hasil

degradasi dan kinetika reaksi) ........................................... 63Lampiran 7 Proses FEK 200 mV ( data kurva kalibrasi standar , hasil

degradasi dan kinetika reaksi) ........................................... 66Lampiran 8 Proses FEK 300 mV ( data kurva kalibrasi standar , hasil

degradasi dan kinetika reaksi) ........................................... 69Lampiran 9 Proses FEK 400 mV ( data kurva kalibrasi standar , hasil

degradasi dan kinetika reaksi) ........................................... 72Lampiran 10 Pencapaian Hasil Degradasi yang Dilakukan Selama 100

Menit pada Semua Proses Degradasi ................................. 75Lampiran 11 Kurva Full Spektra Hasil Degradasi Larutan Congo red

Dengan Metode FEK pada Potensial 200 mV ................... 76Lampiran 12 Perangkat Reaktor UV, alat bubbling, potensiostat dan

larutan hasil degradasi ........................................................ 77

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 16: S620-Studi efektifitas.pdf

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat diiringi dengan

banyaknya penggunaaan zat-zat organik dalam berbagai sisi , baik penggunaannya

sebagai bahan baku, pengisi, estetika, pelarut, dan lain sebagainya. Maraknya

pembangunan industri ini akan mengakibatkan perubahan lingkungan (Ginting,

Perdana., 1997). Selain berdampak positif bagi kehidupan bangsa, tak dapat

dihindari pula ada dampak negatif yang selalu mengiringi, diantaranya adalah

limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut. Limbah yang dihasilkan oleh

industri akan mempunyai risiko sebagai penyebab pencemaran lingkungan, dan

saat ini pencemaran yang berakhir dengan kerusakan lingkungan menjadi suatu

masalah utama dalam pembangunan, terutama bagi manusia.

Limbah industri, khususnya limbah cair memberikan kontribusi yang cukup

besar terhadap pencemaran air. Hal ini merupakan suatu kondisi yang memiliki

risiko tinggi, karena pencemaran pada air dapat menjadi sumber utama terjadinya

kontak manusia dengan senyawa kimia beracun. Contoh yang populer adalah

tekontaminasinya lingkungan air ataupun udara oleh bahan kimia yang persisten

dan toksik. Beberapa kasus telah terdokumentasikan bahwa sumber-sumber air

minum terkontaminasi oleh bahan kimia beracun (Gunlazuardi, J., 2007). Hal ini

dapat menjadi perhatian semua pihak terkait, mengingat air adalah salah satu

kebutuhan pokok manusia.

Industri tekstil merupakan salah satu industri yang dapat menghasilkan

pencemar organik yang bersifat non biodegradable yang terdapat pada pewarna

tekstil (Christina, M., dkk., 2007). Zat warna tekstil umumnya dibuat dari

senyawa azo dan turunannya yang merupakan gugus aromatis. Diketahui bahwa

gugus aromatis sangat sulit terdegradasi, kalaupun dapat, butuh waktu yang cukup

lama. Senyawa azo bila terlalu lama dilingkungan, akan berbahaya karena sifatnya

yang karsinogenik dan mutagenik. Selain itu apabila badan air tercemar zat warna

azo maka akan dapat menghalangi masuknya sinar matahari pada badan air

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 17: S620-Studi efektifitas.pdf

2

Universitas Indonesia

sehingga akan menghambat proses fotosintesis. Sebagai akibatnya kadar oksigen

dalam badan air menjadi berkurang. Karena itu perlu dicari alternatif efektif

untuk mengurai limbah tersebut.

Zat warna azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat dalam limbah

tekstil, yaitu sekitar 60-70% (Waite, TD., et al., 2006). Senyawa azo digunakan

sebagai bahan celup, yang dinamakan azo dyes. Hanya sedikit zat warna azo yang

dapat dioksidasi secara aerobik. Beberapa zat warna azo dapat diurai secara

anaerobik setelah diolah dengan kondisi aerobik.

Beberapa cara pengolahan limbah konvensional telah banyak dilakukan,

misalnya dengan cara klorinasi, pengendapan dan penyerapan oleh karbon aktif,

kemudian lumpur yang terbentuk dibakar atau diproses secara mikrobiologi.

Tetapi pembakaran lumpur memicu terbentuknya senyawa klorooksida,

penggunaan karbon aktif hanya menyerap pencemar organik non polar dengan

berat molekul rendah, sedangkan senyawa non polar dengan berat molekul tinggi

tinggi tidak tereliminasi. Proses mikrobiologi hanya menguraikan senyawa

biodegradable, sedangkan senyawa non biodegradable akan tetap didalam lumpur

dan kembali ke lingkungan.

Pengolahan kimiawi dari air permukaan dan air tanah yang terkontaminasi

atau air limbah adalah bagian strategi jangka panjang untuk mengeliminasi

senyawa toksik sebelum masuk kembali ke siklus air alami. Model pengolahan

jenis ini sesuai jika pengolahan secara biologis tidak dapat beradaptasi terhadap

polutan tertentu. Dalam hal ini maka dilakukan pra pengolahan yang bertujuan

untuk mengoksidasi polutan menjadi senyawa intermediet yang lebih sederhana

dan biodegradable. Cahaya dapat digunakan untuk tujuan tersebut, yakni akan

menginisiasi pemecahan zat organik menjadi by product yang tidak berbahaya

(Gunlazuardi, J., 2007).

Alternatif lain cahaya dapat digunakan untuk secara langsung memutuskan

ikatan langsung molekul (fotolisis), atau secara tidak langsung melalui

interaksinya dengan bahan lain menghasilkan spesi pengoksidasi antara lain

hidroksi radikal. Proses tersebut sering disebut dengan proses oksidasi lanjut

(Advanced Oxydation Processes, AOPs). Metode ini melibatkan spesi radikal

bebas reaktif untuk mendegradasi senyawa organik menjadi produk akhir yang

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 18: S620-Studi efektifitas.pdf

3

Universitas Indonesia

tidak berbahaya. Salah satu cara yang dilakukan untuk menghasilkan spesi radikal

bebas reaktif tersebut adalah metode fotokatalitik, yaitu metode yang

memanfaatkan energi yang berasal dari cahaya untuk mengaktifkan proses

katalitik pada suatu permukaan semi konduktor. Dalam teknik ini, semikonduktor

TiO2 diiradiasi dengan sinar UV dan menghasilkan pasangan elektron-hole, yang

kemudian dapat membentuk radikal hidroksil. Radikal hidroksil yang terbentuk

dapat mendegradasi berbagai polutan organik, seperti herbisida, pestisida,

aromatik, alifatik, pewarna, dan lain sebagainya (Surahman, Hedi., 2004).

Modifikasi metode yang akan dikembangkan berdasarkan fotokatalitik

adalah metode fotoelektrokatalitik, yang dalam penelitian ini akan diujikan untuk

degradasi zat warna Congo red yang merupakan zat warna azo dari limbah

industri tekstil.

1.2 Perumusan masalah

Berbagai cara dilakukan oleh para peneliti untuk mencari metode yang

efektif, praktis dan efisien dari segi waktu dan biaya untuk mengurangi

pencemaran air yang diakibatkan oleh senyawa–senyawa organik. Pada awalnya

metode fotokatalitik menggunakan semikonduktor TiO2 dalam bentuk serbuk,

namun memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah serbuk yang terdispersi

dalam air sangat sulit diambil kembali, dan bila campuran terlalu keruh, maka

radiasi UV yang digunakan tidak mampu mengaktifkan fotokatalis yang jauh dari

sumber (Triandi Tjahjanto, R., 2001). Untuk mengatasi kelemahan tersebut,

sekarang ini penggunaan TiO2 sebagai fotokatalis banyak diterapkan dengan

teknik immobilisasi. Immobilisasi dapat dilakukan antara lain pada dinding bagian

dalam tabung gelas, stainless steel, dan lain sebagainya.

Dalam aplikasinya, teknologi fotokatalis masih dibatasi oleh efisiensi yang

rendah, yang salah satunya adalah proses rekombinasi muatan photoelectron dan

photohole pada lapisan TiO2. Rekombinasi tersebut dapat dikurangi dengan

memberikan bias potensial, yakni dengan menjadikan film katalis sebagai anoda.

Dengan cara ini elektron pada pita konduksi akan dipindahkan ke counter

elektroda sehingga dapat menghindari rekombinasi. Prinsip susunan sel

elektrokimia yang melibatkan fotokatalis sebagai anoda ini mengacu pada sel

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 19: S620-Studi efektifitas.pdf

4

Universitas Indonesia

Fujishima dan Honda dan adopsinya oleh Harper, J.C., et al. Teknik fotokatalis

dengan pemberian bias potensial ini dinamakan metode fotoelektrokatalitik.

Nurjanna,S., (2008), melakukan penelitian mengenai degradasi zat warna

azo Congo red yang berbasis fotokatalitik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis ingin melakukan penelitian mengenai degradasi zat warna Congo red

berbasis fotoelektrokatalitik menggunakan semikonduktor TiO2 berpori dan

melihat efektivitas degradasi senyawa organik dari metode ini dibandingkan

dengan metode fotokatalisis. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan

masukan yang berguna dalam rangka mengurangi pencemaran lingkungan air

yang diakibatkan oleh limbah senyawa organik dengan menentukan metode mana

yang dapat diterapkan secara efektif dan efisien terutama dari segi waktu dan

biaya untuk pengolahan limbah tersebut.

1.3 Hipotesis

1. Penambahan PEG akan menyebabkan terbentuknya pori pada permukaan

katalis TiO2 sehingga luas permukaan katalis akan bertambah dan dapat

menambah kinerja katalis.

2. Pemberian bias potensial efektif dapat mencegah rekombinasi photohole-

photoelectron, sehingga meningkatkan kinerja fotokatalis.

1.4 Tujuan penelitian

1. Mempelajari pembuatan lapisan tipis TiO2 berpori pada dinding dalam

tabung gelas berpenghantar.

2. Mengetahui pengaruh pori pada semikonduktor TiO2 dalam tujuannya

untuk proses degradasi zat-zat organik, seperti zat warna azo Congo red.

3. Menerapkan metode fotoelektrokatalisis untuk degradasi zat warna azo

Congo red.

4. Mengetahui persentase degradasi yang terjadi terhadap zat warna azo

Congo red secara fotoelektrokatalitik dan fotokatalitik.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 20: S620-Studi efektifitas.pdf

5 Universitas Indonesia

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fotokatalitik

Fotokatalitik merupakan suatu kombinasi proses fotokimia dengan

katalisis, baik cahaya maupun katalis sama-sama dibutuhkan untuk

mengakselerasi reaksi kimia ( Gunlazuardi, J., 2007). Metode fotokatalitik adalah

proses yang memerlukan bantuan cahaya dan katalis (contohnya semikonduktor)

untuk melangsungkan atau mempercepat transformasi kimia, dengan sumber

cahaya yang berasal dari matahari atau lampu UV. Semikonduktor tersebut jika

dikenai sinar UV yang mempunyai foton lebih dari energi bahan

semikonduktornya akan menghasilkan elektron (e-) di pita konduksi yang dapat

mereduksi senyawa logam dan hole (h+) dipita valensi yang dapat mengoksidasi

senyawa organik yang berada dipermukaan (Zhao,H., et al., 2004). Katalis

semikonduktor yang digunakan untuk proses katalisis antara lain TiO2, Fe2O3,

SnO2, ZnO, ZnS, dan CuS. Namun hingga saat in TiO2 lebih sering digunakan

dalam aplikasi fotokatalitik khususnya pengolahan limbah cair organik karena

banyak keistimewaan yang dimilikinya. Fotokatalitik merupakan salah satu dari

AOPs, dengan hasil akhir dari pengolahan limbah ini tidak berbahaya, ramah

lingkungan, menghasilkan CO2 dan H2O (Eplugas, Santiago., et al., 2001).

Berdasarkan tempat terjadinya eksitasi, fotokatalitik dikelompokkan

menjadi dua, yaitu :

1. Fotoreaksi yang terkatalisis

Fotoeksitasi awal terjadi dalam molekul yang terabsorpsi kemudian

berinteraksi dengan keadaan dasar (ground state) dari bahan katalis

tersebut.

2. Fotoreaksi yang tersensitisasi

Fotoeksitasi awal terjadi dalam bahan katalis yang terfotoeksitasi

kemudian mentransfer elektron (e-) atau energi ke keadaan dasar

molekul tersebut.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 21: S620-Studi efektifitas.pdf

6

Universitas Indonesia

Secara umum fotokatalitik dibagi menjadi dua, pertama adalah

fotokatalitik homogen dimana reaktan, medium dan katalis berada dalam fasa

yang yang sama, contohnya ozon atau hidrogen peroksida yang merupakan

oksidator. Kedua adalah fotokatalitik heterogen dimana proses ini melibatkan

katalis yang tidak satu fasa dengan reaktan dan medium, contohnya ZnO dan TiO2

yang merupakan semikonduktor ( Sopyan, I., 1998).

2.2 Semikonduktor

Semi konduktor adalah bahan yang memiliki energi celah (Eg) antara 0,5 –

5,0 Ev (Kamat, P.V., 1993). Semikonduktor dapat menyerap cahaya yang

memiliki energi lebih besar dari band gap/energi celahnya (Eg), dan akan

menghasilkan photoelectron dan photohole. Keduanya dapat dikelola untuk

menjalankan reaksi redoks. Secara termodinamika, tingkat energi pada sisi pita

konduksi merupakan ukuran kekuatan reduksi dari elektron, sedangkan energi

pada pita valensi menunjukkan kekuatan hole untuk melakukan oksidasi. Makin

negatif nilai potensial sisi valensi makin besar daya oksidasi hole ( Matthews,

R.W., 1987).

2.2.1. Semikonduktor TiO2

Gambar 2.1 Bubuk putih Titanium dioksida

[sumber : Wikipedia, 10-01-2011; 10.42]

Titanium oksida merupakan bubuk putih dengan nama IUPAC : Titanium

dioksida atau Titanium (IV) oksida ( Wikipedia, 10-01-2011; 10.42).

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 22: S620-Studi efektifitas.pdf

7

Universitas Indonesia

Berikut beberapa spesifikasi dari Titanium dioksida :

Rumus molekul : TiO2

Massa molekul : 79,866 g/mol

Kepadatan : 4,23 g/cm3

Titik lebur : 18430C

Titik didih : 29720C

Titanium dioksida merupakan bahan semikonduktor yang banyak dipakai

untuk aplikasi fotokatalitik senyawa organik. TiO2 menawarkan potensi besar

sebagai teknologi industri untuk detoksifikasi atau perbaikan dari air limbah

karena beberapa faktor, yaitu : ( E, Pramauro., et al., 1997 dan Miyata,T., 1995)

1. Inert secara biologi dan kimia

2. Mempunyai daya oksidasi tinggi

3. Stabil terhadap korosi akibat foton dan reaksi kimia

4. Tidak beracun

5. Harga relatif murah dan memiliki kelenturan tinggi

Titanium dioksida mempunyai 3 macam struktur kristal, yaitu :

1. Anatase, cenderung stabil pada suhu rendah, yang dapat diamati pada

pemanasan sol TiO2 dari 1200C dan mencapai sempurna pada 5000C,

mengalami distorsi orthorombik yang lebih besar dibanding rutile, setiap

oktahedron dikelilingi 8 oktahedron tetangga, luas permukaannya lebih

besar dibandingkan rutile sehingga lebih banyak menyerap cahaya.

2. Rutile, cenderung lebih stabil pada suhu tinggi, sehingga seringkali

terdapat dalam batuan igneous (beku karena perapian), pada suhu 7000C

mulai terjadi penurunan luas permukaan serta pelemahan aktivitas

fotokatalisis secara drastis, setiap oktahedron dikelilingi 10 oktahedron

tetangga serta mempunyai sistem kristal tetragonal.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 23: S620-Studi efektifitas.pdf

8

Universitas Indonesia

3. Brookite, paling tidak stabil dan paling sulit dipreparasi sehingga jarang

digunakan dalam proses fotokatalitik. Umumnya hanya terdapat dalam

mineral dan mempunyai struktur kristal orthorombik.

Ada dua struktur kristal TiO2 umum yang digunakan sebagai fotokatalis

yaitu bentuk rutile dan anatase. Bentuk anatase umumnya menunjukkan sifat

fotoaktivitas yang lebih tinggi dibandingkan TiO2 bentuk rutile karena luas

permukaan anatase lebih besar daripada rutile, sehingga sisi aktif per unit anatase

lebh besar daripada rutile. Alasan lainnya bila dilihat dari energi pitanya struktur

anatase lebih fotoaktif daripada struktur rutile. Untuk struktur rutile energi band

gapnya sebesar 3,0 eV, energi ini setara dengan energi sinar pada panjang

gelombang 413 nm, sedangkan untuk struktur anatase energi band gapnya sebesar

3,2 eV setara dengan energi sinar pada panjang gelombang 388 nm.

Gambar 2.2 Struktur kristal TiO2 : anatase, rutile, brookite

Diagram energi pita untuk semikonduktor menunjukkan energi minimum

yang dibutuhkan oleh elektron untuk pindah dari pita valensi menuju pita

konduksi. Tingkat energi celah pita untuk anatase 0,2 eV lebih tinggi bila

dibandingkan dengan rutile. Energi pita valensi untuk anatase dan rutile keduanya

mirip, yang sangat rendah dalam diagram energi. Hal ini berarti bahwa kedua

material tersebut mempunyai hole pita valensi yang bersifat oksidator kuat. Energi

pita konduksi untuk rutile mendekati potensial yang diperlukan untuk mereduksi

air menjadi gas hidrogen secara elektrolisis, tetapi untuk anatase diagram

energinya lebih tinggi sehingga kemampuan mereduksinya lebih tinggi.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 24: S620-Studi efektifitas.pdf

9

Universitas Indonesia

Dengan potensial sebesar itu TiO2 anatase dapat mereduksi molekul oksigen

(O2) menjadi superoksida (O2∙) secara elektrolisis. Superoksida ini juga

mempunyai sifat yang sama dengan radikal hidroksil dalam mendegradasi

material organik ( Mills, A., et.al., 1997 ; Terzian, R., et al., 1998).

Gambar 2.3 Energi Pita Beberapa Fotokatalis Umum[Sumber: Linsebigler, 1995]

2.2.2 Mekanisme Reaksi Fotokatalitik Pada Semikonduktor TiO2

Reaksi fotokatalitik adalah suatu reaksi katalitik yang dibantu dengan energi

cahaya. Karakteristik yang dimiliki semikonduktor TiO2 memenuhi kriteria

sebagai fotokatalis. Semikonduktor TiO2 merupakan fotokatalis yang menyerap

energi foton pada daerah UV dan merupakan fotokatalis heterogen karena fasa

dari katalis berbeda dengan substratnya.

Jika suatu semikonduktor menyerap energi yang sesuai atau lebih besar dari

energi band gapnya, maka elektron-elektron pada pita valensi (vb) akan tereksitasi

menuju pita konduksi (cb). Hole akan terbentuk pada vb yang ditinggalkan

elektron. Elektron dan hole yang tereksitasi dapat melakukan rekombinasi dan

menghamburkan energi dalam bentuk panas, terperangkap dalam bentuk

metastabil atau bereaksi dengan donor elektron-akseptor elektron teradsorpsi pada

permukaan semikonduktor atau pada sekeliling lapisan dobel elektrik dari partikel

yang bermuatan. Setelah bereaksi dengan air, hole tersebut dapat menghasilkan

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 25: S620-Studi efektifitas.pdf

10

Universitas Indonesia

radikal hidroksil dengan potensial oksidasi yang tinggi Tergantung pada kondisi

sebenarnya, hole, OH radikal,O2•-, H2O2 dan O2 itu sendiri dapat berperan penting

dalam mekanisme fotokatalitik ( Zaleska,Adriana., 2008).

Gambar 2.4 Mekanisme reaksi fotokatalitik TiO2

[Sumber : http://www.mchnanosolution.com/images/p004.gif]

Secara keseluruhan, reaksi katalitik dapat dibagi menjadi 4 tahap (Hoffmann,

M.R., 1995) :

1. Reaksi pembentukan elektron konduksi dan hole valensi sebagai pembawa

muatan (e-cb, h+

vb) oleh foton

TiO2 + hv h+vb + e-

cb

2. Penangkapan pembawa muatan

Hole pada pita valensi terjebak dalam gugus titanol

H+vb + >TiOH (>TiOH•)+

Elektron pada pita konduksi terjebak pada permukaan metastabil

e-cb + >TiOH (>TiOH)

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 26: S620-Studi efektifitas.pdf

11

Universitas Indonesia

e-cb + > Ti IV TiIII

3. Rekombinasi pembawa muatan disertai pembebasan energi dalam bentuk

panas

e-cb + [ > TiIVOH•]+ >TiIVOH

h+vb + [ > TiIIIOH] > TiIVOH

4. Transfer muatan antar muka

Reaksi oksidasi oleh hole pada pita valensi

[>TiIVOH•]+ + Red >TiIVOH + Red•+

Reaksi reduksi oleh elektron pada pita konduksi

[>TiIIIOH] + Oks TiIVOH + Oks•-

Keterangan :

e-cb : elektron pada pita konduksi

h+vb : hole pada pita valensi

>TiOH : permukaan TiO2 dalam keadaan terhidrat

[>TiIVOH•]+ : hole yang terjebak dipermukaan

[>TiIIIOH] : elektron pita konduksi yang terjebak di permukaan

Red : reduktor, donor elektron

Oks : oksidator, akseptor elektron

Reaksi degradasi fotokatalitik secara tidak langsung terjadi melalui radikal

hidroksil (•OH) yang dihasilkan akibat interaksi hole dengan air (H2O) atau

dengan ion hidroksil (OH-). Reaksi hidroksil juga dapat terbentuk melalui reaksi

reduksi molekul oksigen oleh elektron pada pita konduksi (e-cb).

Reaksi pembentukan radikal hidroksil dapat dituliskan sebagai berikut :

TiO2 + hv TiO2 (h+cb + e-

vb)

h+vb + H2O(ads) •OH + H+

h+vb + OH-(surf) •OH

e-cb + O2 O2

•-

2 O2•- + 2 H2O 2 •OH + 2 OH- + O2

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 27: S620-Studi efektifitas.pdf

12

Universitas Indonesia

Elektron pada pita konduksi kemungkinan bereaksi dengan molekul

oksigen untuk membentuk ion superoksida (O2•-) yang selanjutnya membentuk

radikal hidroksil (•OH). Radikal hidroksil sangat reaktif dan akan menyerang

molekul-molekul organik dan mendegradasinya menjadi CO2 dan H2O.

2.3 Fotoelektrokatalitik

Fotoelektrokatalitik adalah suatu proses/reaksi katalitik dengan bantuan

foton dan tegangan listrik. Mekanisme reaksinya tidak jauh berbeda dengan

fotokatalitik pada umumnya, hanya ditambah dengan adanya variabel medan

elektrik, dimana dapat diamati adanya hubungan antara reaksi fotokatalitik yang

terjadi dengan arus yang dihasilkan.

Adanya tegangan bias potensial positif yang diberikan pada sistem

fotokatalisis, membuat elektron-elektron hasil oksidasi senyawa-senyawa organik

ditangkap oleh elektroda kerja. Fotoelektron selanjutnya dipaksa melewati

rangkaian eksternal menuju elektroda bantu, dimana reduksi air atau oksigen

terjadi. Bias potensial yang tepat dapat memicu terjadinya oksidasi zat organik

dan air. Elektron-elektron yang dihasilkan akan melewati rangkaian sel menuju

potensiometer dan dapat ditentukan kuat atau rapat arusnya. Arus yang dihasilkan

melalui proses fotokatalitik disebut photocurrent dan merupakan ukuran

langsung oksidasi senyawa-senyawa organik ( Anderson,M.A., et al., 1996 ;

Zhao,H., et al., 2004 dan Zhang, S., et al., 2006).

2.4 Metode Fotoelektrokatalitik Untuk Degradasi Zat Warna Congo Red

Degradasi zat warna azo Congo red secara fotoelektrokatalisis

menerapkan prinsip bahwa dengan pemberian bias potensial yang optimum dapat

mencegah terjadinya proses rekombinasi antara hole dan elektron sehingga reaksi

oksidasi yang terjadi oleh hole terhadap polutan-polutan organik dapat

berlangsung maksimum. Dengan demikian metode ini diharapkan dapat menjadi

salah satu metode alternatif terpilih untuk pengolahan limbah, khususnya limbah

cair organik non biodegradable menjadi biodegradable berupa senyawa-senyawa

yang tidak berbahaya (Gunlazuardi, G., 2007).

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 28: S620-Studi efektifitas.pdf

13

Universitas Indonesia

2.5 Sinar Ultra Violet (UV)

Sinar ultra violet seringkali dikelompokkan (berdasarkan anecdotal affect)

menjadi :

1. UV-A (315-400 nm); kelompok sinar uv yang paling rendah tingkat

bahayanya, seringkali disebut sebagai black light.

2. UV-B (280-315 nm); kelompok sinar uv yang cukup merusak,

mempunyai energi yang cukup untuk merusak jaringan biologis,

namun terabsorbsi baik oleh atmosfer bumi. Dikenal dapat

menyebabkan kanker kulit jika terekspos ke kulit.

3. UV-C (100-280 nm); sinar matahari pada spektrum ini hampir

seluruhnya diabsorbsi oleh atmosfer. Tumbukan antara uv-c dengan

oksigen dapat menghasilkan ozon. Lampu uv yang mempunyai

spektrum energi uv-c disebut sebagai germicidal lamp, karena

kemampuannya mematikan bakteri.

2.6 Zat Warna

Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik tidak jenuh

dengan kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat warna

dengan serat. zat organik tidak jenuh yang dijumpai dalam pembentukan zat

warna adalah senyawa aromatik antara lain senyawa hidrokarbon aromatik dan

turunannya, fenol dan turunannya serta senyawa-senyawa hidrokarbon yang

mengandung nitrogen.

Gugus kromofor merupakan gugus yang tidak berwarna dan dapat menjadi

berwarna apabila terikat pada sistem ikatan rangkap terkonjugasi ( Ismaningsih,

1979). Molekul yang mengandung gugus kromofor dan sistem ikatan rangkap

terkonjugasi disebut kromogen. Kromogen bukan suatu zat warna , untuk

mengubahnya menjadi zat warna maka harus ditambahkan gugus lain, yang

disebut gugus auksokrom. Gugus auksokrom ini berfungsi mengaktifkan kerja

kromofor dan memberikan daya ikat terhadap serat yang diwarnai.

Gugus auksokrom terbagi 2 kelompok, yaitu :

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 29: S620-Studi efektifitas.pdf

14

Universitas Indonesia

1. Kelompok kation : -NHCH3 ; -N(CH3)2 ; -NH2

2. Kelompok anion : -SO3H ; -COOH ; -OH

Pada tabel 2.1 dapat dilihat beberapa nama gugus kromofor dan memberi daya

ikat terhadap serat yang diwarnainya.

Tabel 2.1 Nama dan Struktur Kimia Kromofor

Nama Gugus Struktur Kimia

Nitroso

Nitro

Grup Azo

Grup Etilen

Grup Karbonil

Grup Karbon – Nitrogen

-NO

NO2

-N= N-

>C= C<

-C = O

-C=NH ; CH=N-

2.6.1 Penggolongan Zat Warna

Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu zat

warna alam dan zat warna sintetik. Van Croft menggolongkan zat warna

berdasarkan pemakaiannya, misalnya zat warna yang langsung dapat mewarnai

serat disebutnya sebagai zat warna substantif dan zat warna yang memerlukan zat-

zat pembantu supaya dapat mewarnai serat disebut zat warna reaktif. Kemudian

Henneck membagi zat warna menjadi dua bagian menurut warna yang

ditimbulkannya, yakni zat warna monogenetik apabila memberikan hanya satu

warna dan zat warna poligenatik apabila dapat memberikan beberapa warna.

Penggolongan zat warna yang lebih umum dikenal adalah berdasarkan konstitusi

(struktur molekul) dan berdasarkan aplikasi (cara pewarnaannya) pada bahan,

misalnya didalam pencelupan dan pencapan bahan tekstil, kulit, kertas dan bahan-

bahan lain.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 30: S620-Studi efektifitas.pdf

15

Universitas Indonesia

Penggolongan zat warna menurut "Colours Index" volume 3, yang terutama

menggolongkan atas dasar sistem kromofor yang berbeda misalnya zat warna

Azo, Antrakuinon, Ftalosia, Nitroso, Indigo, Benzodifuran, Okazin, Polimetil, Di-

dan Tri-Aril Karbonium, Poliksilik, Aromatik Karbonil, Quionftalen, Sulfer,

Nitro, Nitrosol dan lain-lain (Heaton, 1994).

2.6.2 Zat warna Azo

Zat warna azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat dalam limbah

tekstil, yaitu sekitar 60 % - 70 % (Christina, P., dkk., 2007). Zat warna Azo

merupakan jenis zat warna sintetis yang cukup penting. Lebih dari 50% zat warna

dalam daftar Color Index adalah jenis zat warna azo. Zat warna azo mempunyai

sistem kromofor dari gugus azo (-N=N-) yang berikatan dengan gugus aromatik.

Lingkungan zat warna azo sangat luas, dari warna kuning, merah, jingga, biru AL

(Navy Blue), violet dan hitam, hanya warna hijau yang sangat terbatas. Senyawa

azo memiliki struktur umum R─N═N─R’, dengan R dan R’ adalah rantai organik

yang sama atau berbeda. Senyawa ini memiliki gugus ─N═N─ yang dinamakan

struktur azo.

Nama azo berasal dari kata azote, merupakan penamaan untuk nitrogen

bermula dari bahasa Yunani a (bukan) + zoe (hidup). Untuk membuat zat warna

azo ini dibutuhkan zat antara yang direaksikan dengan ion diazonium

Gambar 2.5 Contoh pembuatan salah satu zat warna azo

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 31: S620-Studi efektifitas.pdf

16

Universitas Indonesia

Senyawa azo dapat berupa senyawa aromatik atau alifatik. Senyawa azo

aromatik bersifat stabil dan mempunyai warna menyala. Senyawa azo alifatik

seperti dimetildiazin lebih tidak stabil. Dengan kenaikan suhu atau iradiasi, ikatan

nitrogen dan karbon akan pecah secara simultan melepaskan gas nitrogen dan

radikal. Dengan demikian, beberapa senyawa azo alifatik digunakan sebagai

inisiator radikal.

Salah satu zat warna yang termasuk senyawa azo adalah Congo red (Dp.,

Steenma., 2001). Congo red merupakan garam sodium dari benzidinediazo-bis-1-

naphthylamine-4-sulfonic acid. Bersifat larut dalam air, menghasilkan larutan

koloid merah; kelarutannya akan lebih baik dalam pelarut organik seperti etanol.

Congo red pertama kali disintesis pada tahun 1883 oleh Paul Bottiger yang

bekerja kemudian untuk Friedrich Bayer Perusahaan Elberfeld, Jerman. Dia

mencari pewarna tekstil yang tidak memerlukan langkah yang sulit. Perusahaan

ini tidak tertarik pada warna merah cerah, jadi dia mengajukan paten di bawah

namanya dan dijual ke perusahaan AGFA, Berlin. Kemudian AGFA memasarkan

pewarna ini dengan nama "Congo red", nama yang menarik di Jerman pada tahun

1884 saat terjadi Konferensi Afrika di Berlin Barat , sebuah peristiwa penting

dalam Kolonisasi Afrika. Zat warna ini sukses cukup besar secara komersial

untuk AGFA. Pada tahun-tahun berikutnya, karena alasan yang sama, pewarna

lainnya dipasarkan dengan nama"Congo": Congo rubine, Congo corinth, brilliant

Congo, Congo orange, Congo brown, and Congo blue. "

Congo red mempunyai rumus bangun sebagai berikut :

Gambar 2.6 Struktur kimia zat warna Congo Red[Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:]

16

Universitas Indonesia

Senyawa azo dapat berupa senyawa aromatik atau alifatik. Senyawa azo

aromatik bersifat stabil dan mempunyai warna menyala. Senyawa azo alifatik

seperti dimetildiazin lebih tidak stabil. Dengan kenaikan suhu atau iradiasi, ikatan

nitrogen dan karbon akan pecah secara simultan melepaskan gas nitrogen dan

radikal. Dengan demikian, beberapa senyawa azo alifatik digunakan sebagai

inisiator radikal.

Salah satu zat warna yang termasuk senyawa azo adalah Congo red (Dp.,

Steenma., 2001). Congo red merupakan garam sodium dari benzidinediazo-bis-1-

naphthylamine-4-sulfonic acid. Bersifat larut dalam air, menghasilkan larutan

koloid merah; kelarutannya akan lebih baik dalam pelarut organik seperti etanol.

Congo red pertama kali disintesis pada tahun 1883 oleh Paul Bottiger yang

bekerja kemudian untuk Friedrich Bayer Perusahaan Elberfeld, Jerman. Dia

mencari pewarna tekstil yang tidak memerlukan langkah yang sulit. Perusahaan

ini tidak tertarik pada warna merah cerah, jadi dia mengajukan paten di bawah

namanya dan dijual ke perusahaan AGFA, Berlin. Kemudian AGFA memasarkan

pewarna ini dengan nama "Congo red", nama yang menarik di Jerman pada tahun

1884 saat terjadi Konferensi Afrika di Berlin Barat , sebuah peristiwa penting

dalam Kolonisasi Afrika. Zat warna ini sukses cukup besar secara komersial

untuk AGFA. Pada tahun-tahun berikutnya, karena alasan yang sama, pewarna

lainnya dipasarkan dengan nama"Congo": Congo rubine, Congo corinth, brilliant

Congo, Congo orange, Congo brown, and Congo blue. "

Congo red mempunyai rumus bangun sebagai berikut :

Gambar 2.6 Struktur kimia zat warna Congo Red[Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:]

16

Universitas Indonesia

Senyawa azo dapat berupa senyawa aromatik atau alifatik. Senyawa azo

aromatik bersifat stabil dan mempunyai warna menyala. Senyawa azo alifatik

seperti dimetildiazin lebih tidak stabil. Dengan kenaikan suhu atau iradiasi, ikatan

nitrogen dan karbon akan pecah secara simultan melepaskan gas nitrogen dan

radikal. Dengan demikian, beberapa senyawa azo alifatik digunakan sebagai

inisiator radikal.

Salah satu zat warna yang termasuk senyawa azo adalah Congo red (Dp.,

Steenma., 2001). Congo red merupakan garam sodium dari benzidinediazo-bis-1-

naphthylamine-4-sulfonic acid. Bersifat larut dalam air, menghasilkan larutan

koloid merah; kelarutannya akan lebih baik dalam pelarut organik seperti etanol.

Congo red pertama kali disintesis pada tahun 1883 oleh Paul Bottiger yang

bekerja kemudian untuk Friedrich Bayer Perusahaan Elberfeld, Jerman. Dia

mencari pewarna tekstil yang tidak memerlukan langkah yang sulit. Perusahaan

ini tidak tertarik pada warna merah cerah, jadi dia mengajukan paten di bawah

namanya dan dijual ke perusahaan AGFA, Berlin. Kemudian AGFA memasarkan

pewarna ini dengan nama "Congo red", nama yang menarik di Jerman pada tahun

1884 saat terjadi Konferensi Afrika di Berlin Barat , sebuah peristiwa penting

dalam Kolonisasi Afrika. Zat warna ini sukses cukup besar secara komersial

untuk AGFA. Pada tahun-tahun berikutnya, karena alasan yang sama, pewarna

lainnya dipasarkan dengan nama"Congo": Congo rubine, Congo corinth, brilliant

Congo, Congo orange, Congo brown, and Congo blue. "

Congo red mempunyai rumus bangun sebagai berikut :

Gambar 2.6 Struktur kimia zat warna Congo Red[Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:]

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 32: S620-Studi efektifitas.pdf

17

Universitas Indonesia

Dan berikut beberapa karakteristik dari zat warna Congo red :

Nama IUPAC : Sodium 3,3'-(1E,1'E)-biphenyl-4,4'-

diylbis(diazene- 2,1-diyl)bis(4- aminonaphthalene-1-sulfonate)

Rumus molekul : C32H22N6Na2O6S2

Berat molekul : 696,68 g/mol

Warna : Coklat kemerahan (dalam bentuk bubuk) dan

merah gelap (dalam larutan)

Kelarutan : Larut dalam air, namun kelarutan lebih besar

dalam pelarut organik seperti etanol

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 33: S620-Studi efektifitas.pdf

18 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan dan Peralatan

3.1.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah zat warna azo

Congo red (Merck), Titanium Tetra IsoPropoksida (TTIP) 97% v/v

(Aldrich), Tin Chlorida (Merck), Asam fluorida (Merck), Congo red,

Etanol absolut (Merck), Dietanolamin (Merck), Poli Etilen Glikol

(PEG) 1000 (Merck), NaNO3, aquadest, dan lain-lain.

3.1.2 Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah botol warna gelap bertutup, labu

ukur, gelas piala, tabung reaksi, pipet volume, pipet ukur, pipet tetes,

cawan tanur, bulp, dan lain-lain.

Peralatan analitis yang digunakan adalah reaktor UV untuk

fotokatalisis, potensiostat, komputer dengan software EChem, 3

elektroda (elektroda kerja, elektroda pembanding dan elektroda

counter), alat bubbling, neraca analitik, furnace, spektrofotometer UV

Vis, oven, tanur, dan lain-lain.

3.2 Prosedur kerja

3.2.1 Preparasi Tabung Gelas Berpenghantar

Tabung gelas berpenghantar telah tersedia (cara pembuatannya dapat

dilihat pada Lampiran 2), sehingga langkah selanjutnya adalah

pemotongan tabung dengan panjang 4 cm kemudian dihaluskan dengan

amplas.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 34: S620-Studi efektifitas.pdf

19

Universitas Indonesia

3.2.2 Pembuatan Sol TiO2 dan Preparasi Elektroda IWCGT-TiO2

Dimasukkan 2,4 mL Dietanolamin (DEA) dan 35 mL etanol

absolut ke dalam gelas piala 100 mL, kemudian ditambahkan 7,5

mL TTIP, campuran diaduk menggunakan stirer selama 2 jam.

Setelah 2 jam, campuran tersebut ditambahkan larutan etanol-air

(4,5 mL : 0,5 mL) dengan cara tetes demi tetes .

Langkah-langkah tersebut dilakukan sebanyak 3 kali untuk

membuat variasi penambahan PEG, yaitu masing-masing : tanpa

penambahan PEG, dengan penambahan PEG 0,02 M (dalam

penelitian ini 1 gram) dan dengan penambahan PEG 0,04 M ( dalam

penelitian ini 2 gram)

Masing-masing campuran diaduk kembali selama 2 jam, sehingga

didapatkan sol TiO2.

Tabung gelas yang telah disiapkan dicelupkan kedalam sol TiO2 ±

¾ bagian, didiamkan sesaat, lalu diangkat dan ditiriskan dengan

kertas tissue untuk menyerap cairan yang berlebihan di bagian

bawah.

Tabung diletakkan diatas alumunium foil dan dibiarkan kering pada

suhu kamar.

Setelah kering tabung-tabung tersebut dimasukkan ke oven 100oC

selama 1 jam kemudian dikalsinasi pada suhu 450oC selama 1 jam

(kenaikan suhu diatur ± 4oC/menit).

Setelah dingin pada suhu kamar, tabung ditutup dengan object glass

persegi dan dilem dengan lem kaca hingga rapat dan tidak bocor.

Diusahakan lem sesedikit mungkin mengenai bagian dalam tabung.

3.2.3 Karakterisasi Katalis TiO2

Untuk mengetahui energi celah TiO2 yang terbentuk pada

lapisan dinding dalam tabung dilakukan analisis DRS

menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 35: S620-Studi efektifitas.pdf

20

Universitas Indonesia

Untuk mengetahui struktur permukaan dan porositas TiO2

tabung gelas yang telah diimobilisasi TiO2/SnO2-F digunakan

alat SEM.

Untuk mengetahui jenis kristal TiO2 yang terbentuk digunakan

alat XRD.

3.2.4 Pengujian Kinerja Elektroda IWCGT-TiO2

o Dilakukan dengan mengamati pembentukan photocurrent pada

variasi penambahan PEG 0,02 M dan 0,04 M dengan linier sweep

voltametri (LSV) dan dipilih variasi PEG yang dapat menghasilkan

photocurrent tertinggi.

o Dilakukan juga variasi bias potensial, yaitu 200, 300, dan 400 mV

untuk mengetahui pemberian potensial terbaik dalam penelitian ini.

o Semua pengujian dilakukan menggunakan sel elektrokimia yang

telah dibuat dan diisi dengan 10 mL larutan Congo red 10 ppm.

3.2.5 Penentuan Persentase Berkurangnya Konsentrasi Zat Warna Azo

Congo Red Secara Fotoelektrokatalitik

Semua eksperimen fotoelektrokimia dilakukan pada suhu kamar dalam

tiga elektroda sel elektrokimia. Iluminasi dilakukan dengan menggunakan

sumber cahaya lampu UV 4 W x 7 buah. Elektroda lapisan TiO2 digunakan

sebagai elektroda kerja, elektroda Ag/AgCl jenuh sebagai elektroda pembanding

dan elektroda Platinum digunakan sebagai elektroda counter. Larutan NaNO3 0,1

M digunakan sebagai supporting elektrolit. Untuk memberikan bias potensial

pada pengukuran linier sweeep voltametri (LSV), photocurrent dan multi pulse

amperometri (MPA) digunakan alat potensiostat eDAQ 401 ( Surahman, Hedi.,

2006).

Degradasi dilakukan terhadap larutan Congo red konsentrasi 10 ppm

dengan volume 10 mL, dalam reaktor UV, yang dilengkapi dengan 3 elektroda

diatas dan alat bubbling. Potensial dan arus direkam dengan komputer yang

dilengkapi dengan software Echem.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 36: S620-Studi efektifitas.pdf

21

Universitas Indonesia

Penentuan persentase degradasi zat warna Congo red dilakukan dengan

mengukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum menggunakan

UV-Vis. Pengukuran dilakukan dengan interval waktu 2 dan 10 menit pada bias

potensial positif.

3.2.6 Penentuan Persentase Berkurangnya Konsentrasi Zat Warna Azo

Congo Red Secara Fotokatalitik

Pendegradasian zat warna Congo red dilakukan secara fotokatalitik yakni

dengan menggunakan tabung yang dilapisi TiO2 dan diiradiasi dengan sinar UV

seperti pada metode fotoelektrokatalitik, hanya saja tanpa dilengkapi dengan

elektroda.

Hasil proses ini, yakni persentase degradasi larutan Congo red dilakukan

dengan mengukur absorbansi larutan Congo red pada panjang gelombang

maksimumnya menggunakan UV-Vis. Volume larutan Congo red adalah 10 mL

dan konsentrasi yang digunakan adalah 10 ppm.

3.2.7 Penentuan Persentase Berkurangnya Konsentrasi Zat Warna Azo

Congo Red Secara Fotolitik dan Katalitik

Pendegradasian dilakukan sama seperti metode fotokatalitik hanya saja

untuk fotolitik digunakan tabung polos tanpa lapisan TiO2 dengan diiradiasi sinar

UV, sedangkan untuk katalitik menggunakan tabung yang dilapisi TiO2 tanpa

diiradiasi sinar UV.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 37: S620-Studi efektifitas.pdf

50 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Sol TiO2 dan Variasi Penambahan PEG

Sol TiO2 dibuat dengan cara mencampurkan terlebih dahulu larutan DEA

dan etanol absolut, setelah tercampur baru ditambahkan TTIP untuk mencegah

hidrolisis yang terlalu cepat karena TTIP sangat mudah terhidrolisis jika terkena

air. Campuran kemudian diaduk selama 2 jam, lalu ditambahkan tetes demi tetes

etanol-air dan variasi penambahan PEG.

Penambahan PEG dimaksudkan sebagai template untuk membuat porous

pada pemukaan lapisan tipis TiO2. Diharapkan dengan terbentuknya porous, maka

luas permukaan katalis TiO2 akan bertambah, sehingga kinerjanya sebagai katalis

heterogen akan meningkat. Aktifitas fotoelektrokatalitik pada film TiO2 yang

memiliki pori akan lebih tinggi dibandingkan dengan film TiO2 yang tidak berpori

(Zanga, Wenji., 2011). Dengan demikian akan semakin banyak zat-zat organik

yang terdegradasi. Namun penambahan PEG memiliki batas optimum. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini dicari berapa batas optimum penambahan PEG.

Percobaan dilakukan dengan tiga variasi penambahan PEG, yaitu tanpa

PEG, penambahan 0,02 M PEG dan 0,04 M PEG dan dilakukan uji kinerja dalam

kaitannya untuk degradasi zat organik secara fotoelektrokatalitik. Hasil percobaan

menunjukkan bahwa penambahan 0,02 M PEG memberikan film dengan perfoma

terbaik. Hal ini didasarkan pada uji terbentuknya photocurrent dengan linier

sweep voltamogram, dimana pada penambahan 0,02 M PEG didapatkan arus yang

dihasilkan paling tinggi dibandingkan pada tanpa penambahan PEG dan

penambahan 0,04 M PEG gram. Penjelasan yang dapat diberikan adalah bahwa

tingginya arus cahaya menggambarkan banyaknya pasangan elektron dan hole,

dimana semakin banyak hole akan memberikan potensi kinerja degradasi lebih

baik.

Hal tersebut juga didukung dari pengujian karakteristik dengan SEM

dimana terlihat bahwa pada variasi tanpa penambahan PEG tidak ada porous yang

terbentuk namun dengan penambahan PEG 0,02 M dan 0,04 M terlihat adanya

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 38: S620-Studi efektifitas.pdf

23

Universitas Indonesia

porous. Pada penambahan PEG 0,02 M porous terlihat cukup banyak dan lapisan

terlihat tipis tidak bertumpuk, sedangkan pada penambahan 0.04 M PEG porous

yang terbentuk cukup banyak namun tingkat ketebalan lapisanpun tinggi

sehingga kemungkinan daya tembus foton menjadi berkurang. Dengan demikian

dapat terjawab bahwa perfoma terbaik dalam percobaan ini didapatkan pada

variasi penambahan 0,02 M PEG.

Gambar 4.1 Kurva arus vs bias potensial pada tabung tanpa PEG

-20

0

20

40

60

80

100

-0,5 0,5 1,5

Phot

ocur

rent

(µA

)

Bias potensial (V)

Tanpa PEG

dark

uv390

uv365

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 39: S620-Studi efektifitas.pdf

24

Universitas Indonesia

Gambar 4.2 Kurva arus vs bias potensial pada tabung dengan 0,02

M PEG

Gambar 4.3 Kurva arus vs bias potensial pada tabung dengan 0,04

M PEG

-20

0

20

40

60

80

100

-0,5 0,5 1,5

Phot

ocur

rent

(µA

)

Bias potensial (V)

0,02 M PEG

dark

uv390

uv365

-20

0

20

40

60

80

100

-0,5 0,5 1,5

Phot

ocur

rent

(uA)

Bias Potensial (V)

0,04 M PEG

dark

uv390

uv365

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 40: S620-Studi efektifitas.pdf

25

Universitas Indonesia

4.2 Immobilisasi sol TiO2 pada tabung gelas berpenghantar (preparasielektroda IWCGT-TiO2)

Pada penelitian ini sol gel yang terbentuk berwarna bening keputihan,

semakin banyak PEG yang ditambahkan semakin putih warna sol TiO2. Untuk

memulai pelapisan, sebelumnya sol diaduk dalam rangka menghomogenkan

kembali kemudian baru dimulai tahap pelapisan pada tabung gelas berpenghantar

dengan metode dip coating. Tabung gelas berpenghantar yang telah bersih (dicuci

dengan aquadest) dan kering dicelupkan sesaat ke larutan sol, diangkat dan

dikeringkan pada suhu kamar. Hasil pelapisan ini teramati sebagai lapisan

tersendiri yang memantulkan warna pelangi diatas substrat gelas. Setelah kering,

baru dipanaskan pada suhu 1000C selama 1 jam, dan perlahan-lahan dinaikkan

hingga suhu 4500C dengan kenaikan bertahap ( ± 40C/menit) dan dipertahankan

selama 1 jam. Hal ini dimaksudkan agar pembentukan kristal TiO2 jenis anatase

berlangsung dengan baik. Pemilihan suhu ini mengacu pada penelitian terdahulu

yang dilakukan Jiang dkk, 2004 dan Supriyono, 2007. Metode sol gel dan dip

coating dikenal sebagai metode yang dapat menghasilkan lapis tipis dalam orde

nanometer dan merupakan salah satu metode yang umum digunakan untuk

membuat immobilized nanopartikel.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 41: S620-Studi efektifitas.pdf

26

Universitas Indonesia

Gambar 4.4 Foto tabung gelas yang di bagian dalamnya telah dilapisi

TiO2. Dari kiri ke kanan :

(a) Tabung polos tanpa katalis dan penghantar

(b) Tabung berpenghantar dengan katalis

(c) Tabung berpenghantar dengan katalis dan 0,02 M

PEG

(d) Tabung berpenghantar dengan katalis dan 0,04 M

PEG

(A) (B)

Gambar 4.5 Foto (A) elektroda counter (Pt) dan elektroda pembanding

(Ag/AgCl)

Foto (B) sel elektrokimia yang terdiri dari tabung gelas yang bagian

dalam dindingnya dilapisi SnO2-F dan katalis TiO2 (sebagai

elektroda kerja), elektroda counter dan elektroda pembanding.

4.3 Karakterisasi Katalis TiO2

4.3.1 Karakterisasi TiO2 dengan SEM

Berdasarkan hasil karakterisasi dengan SEM (Scanning Electron

Microscopy) dengan perbesaran 60.000 kali menunjukkan bahwa pada hasil

preparasi katalis TiO2 tanpa penambahan PEG tidak ditemui adanya porous,

seperti terlihat pada gambar berikut :

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 42: S620-Studi efektifitas.pdf

27

Universitas Indonesia

Gambar 4.6 Foto SEM TiO2 hasil dari preparasi tanpa penambahan PEG

Gambar 4.7 Foto SEM TiO2 hasil dari preparasi dengan penambahan 0,02 M PEG

Gambar 4.7 Foto SEM TiO2 hasil dari preparasi dengan penambahan 0,04 M PEG

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 43: S620-Studi efektifitas.pdf

28

Universitas Indonesia

Sedangkan pada variasi penambahan 0,02 M dan 0,04 M PEG ditemui

adanya gambaran porositas (terlihat pada gambar 4.6 dan 4.7). Adanya porous

pada lapisan TiO2 membuat luas permukaan katalis tersebut semakin bertambah,

sehingga sebagai katalis heterogen diharapkan akan banyak zat-zat organik yang

teradsorpsi pada permukaannya maka semakin banyak yang terdegradasi.

Pada variasi penambahan PEG baik 0,02 M maupun 0,04 M, jumlah pori

yang terbentuk cukup banyak. Perbedaannya, pada variasi penambahan 0,04 M

PEG meskipun jumlah pori yang terbentuk cukup banyak, namun terlihat

permukaaan lapisan yang lebih tebal dan bertumpuk, sehingga sisi bagian dalam

kurang dapat diakses oleh foton dan reaktan. Pada katalis seperti TiO2 kurangnya

cahaya/foton menyebabkan jumlah elektron dan hole yang dihasilkan berkurang

akibat reaksi fotokimia menurun. Hasil ini mengindikasikan bahwa aktifitas

fotokatalitik dari lapisan film TiO2 ditentukan oleh banyak faktor diantaranya

adalah jumlah porous yang ada dan ketebalan lapisan (Yu Jiaguo., et al., 2000).

Dengan alasan tersebut, pada penelitian ini didapatkan variasi penambahan 0,02

M PEG memberikan hasil yang lebih baik pada uji kinerja untuk metode

fotoelektrokatalitik dibandingkan pada variasi penambahan 0,04 M PEG.

4.3.2 Karakterisasi dengan UV-Vis Diffuse Reflectance Spectroscopy

Suatu semikonduktor seperti yang digunakan pada penelitian ini, yakni

TiO2 memiliki dua buah pita utama yaitu pita valensi dan pita konduksi. Pita yang

lebih rendah yaitu pita valensi memiliki orbital yang terisi elektron-elektron

valensi dan pita konduksi yang tidak terisi elektron dan merupakan keadaan

tereksitasi tingkat pertama. Kedua pita tersebut dipisahkan oleh energi celah

(band gap), yang besarnya berbeda-beda untuk tiap semikonduktor. Saat

diberikan iradiasi dengan foton yang memiliki energi yang lebih besar atau sama

dengan band gap maka elektron pada pita valensi akan tereksitasi menuju pita

konduksi dan bergerak bebas sebelum berekombinasi atau pindah ke sistem

eksternal.

Pengukuran Diffuse Reflectance Spectroscopy (DRS) pada daerah UV-Vis

dilakukan untuk menentukan nilai energi celah TiO2 hasil sintesis. Pengukuran

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 44: S620-Studi efektifitas.pdf

29

Universitas Indonesia

dilakukan dengan alat Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu 2450 dengan Diffuse

Reflectance Cell).

Gambar 4.9 Spektra reflektan TiO2

Energi celah TiO2 dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut(Rizal, Novid., 2004) :

F(R) = K/S = (1-R)2/2R

Dimana : F(R) = Faktor Kubelka-Munk ;

K = Koefisien absorpsi

S = Koefisien scattering

R = Nilai reflektan yang diukur

Nilai F mempunyai hubungan dengan energi foton melalui persamaan

berikut :

F(R) = A(hv-Eg)m/2

Dimana : A = konstanta proporsional;

Eg = energi gap, m = 1 untuk transisi langsung yang

diperbolehkan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 200 400 600 800 1000

% R

panjang gelombang (nm)

Spektra Reflektan TiO2

PEG 0 ...

PEG 1

PEG 2 ...

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 45: S620-Studi efektifitas.pdf

30

Universitas Indonesia

Dengan memplotkan F(R) terhadap hv dan ekstrapolasi daerah liniernya,

maka dapat ditentukan nilai hv pada F(R) = 0, yang tidak lain adalah nilai energi

celah dari spesi pengabsorbsi.

Dari spektra diatas (gambar 4.9), dapat diamati bahwa terjadi perubahan

signifikan % reflektan pada daerah panjang gelombang 380-415 nm. Dengan

menggunakan persamaan diatas energi celah TiO2 hasil sintesis dapat ditentukan.

Gambar 4.10 Plot faktor Kubelka-Munk vs Energi (eV) TiO2 sintesis tanpa

penambahan PEG

Gambar 4.11 Kurva Persamaan Garis Untuk Menentukan Eg TiO2 tanpa

penambahan PEG

0123456789

10

0 1 2 3 4 5 6 7

fakt

or K

M

Energi (eV)

Tanpa PEG

PEG 0

y = 7,579x - 21,52R² = 0,997

00,20,40,60,8

11,21,4

2,97 2,975 2,98 2,985 2,99 2,995 3 3,005

fakt

or K

M

Energi (eV)

Tanpa PEG

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 46: S620-Studi efektifitas.pdf

31

Universitas Indonesia

Dari persamaan garis y = 7,579x – 21,52, diperoleh nilai x pada saat y = 0, adalah

x = 2,84. Dengan demikian diketahui bahwa nilai energi celah TiO2 variasi tanpa

PEG adalah 2,84 eV.

Gambar 4.12 Plot faktor Kubelka-Munk vs Energi (eV) TiO2 sintesis variasi

penambahan 0,02 M PEG

Gambar 4.13 Kurva Persamaan Garis Untuk Menentukan Eg TiO2 Variasi

Penambahan 0,02 M PEG

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0 1 2 3 4 5 6 7

fakt

or K

M

Energi (eV)

0,02 M PEG

PEG 1

y = 10,25x - 29,91R² = 0,999

00,5

11,5

22,5

33,5

44,5

3,18 3,2 3,22 3,24 3,26 3,28 3,3 3,32

fakt

or K

M

Energi (eV)

0,02 M PEG

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 47: S620-Studi efektifitas.pdf

32

Universitas Indonesia

Dari persamaan garis y = 10,25x – 29,91, diperoleh nilai x pada saat y = 0,

adalah x = 2,92. Dengan demikian diketahui bahwa nilai energi celah TiO2 variasi

penambahan 0,02 M PEG adalah 2,92 eV.

Gambar 4.14 Plot faktor Kubelka-Munk vs Energi (eV) TiO2 sintesis variasi

penambahan 0,04 M PEG

Gambar 4.15 Kurva Persamaan Garis Untuk Menentukan Eg TiO2 Variasi

penambahan 0,04 M PEG

0

5

10

15

20

25

0 1 2 3 4 5 6 7

fakt

or K

M

Energi (eV)

0,04 M PEG

y = 36,39x - 123,2R² = 0,997

0

2

4

6

8

10

12

14

16

3,6 3,65 3,7 3,75 3,8 3,85

fakt

or K

M

energi (eV)

0,04 M PEG

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 48: S620-Studi efektifitas.pdf

33

Universitas Indonesia

Dari persamaan garis y = 36.39x-123,2, diperoleh nilai x pada saat y = 0,

adalah x = 3,38. Dengan demikian diketahui bahwa nilai energi celah TiO2 variasi

0,04 M PEG adalah 3,38 eV.

4.3.3 Karakterisasi dengan XRD ( X-Ray Diffraction)Metode analisis difraksi sinar-X digunakan untuk menentukan jenis kristal

berdasarkan pola difraksi sinar-X yang khas dari suatu kristal. Pola ini ditentukan

oleh susunan atom dalam kristal. Katalis TiO2 yang dianalisis adalah yang

merupakan hasil kalsinasi sol TiO2 yang tidak dilapiskan namun mendapat

perlakuan yang sama dengan yang dilapiskan pada substrat gelas

Gambar 4.16 Difraktogram sinar-X TiO2 tanpa penambahan PEG

Hasil difraksi sinar-X menunjukkan bahwa kristal TiO2 hasil sintesis tanpa

penambahan PEG memberikan intensitas relatif tertinggi pada sudut 2 θ = 24,86o

dengan nilai d = 3,58 yang merupakan ciri khas sudut difraksi dari kristal anatase.

Dengan membandingkan nilai 2θ atau d(Å) dari puncak-puncak yang

signifikan hasil pengukuran dengan kartu hasil interpretasi data kristal TiO2

standar, diperoleh hasil bahwa struktur kristal TiO2 hasil sintesis tanpa

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Inte

nsita

s

2 θ

Tanpa PEG

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 49: S620-Studi efektifitas.pdf

34

Universitas Indonesia

penambahan PEG adalah sebagian besar anatase dengan campuran sedikit rutile

sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Nilai d (Å) dari hasil pengukuran & kartu interpretasi data TiO2 tanpapenambahan PEG

Kartu interpretasi

data d (Å) Pengukuran TiO2

sintesis d (Å) tanpa

PEG

Keterangan

Anatase Rutile

3,51 3,25 3,58 anatase

2,43 2,49 2,52 rutile

2,38 2,19 2,41 anatase

2,33 2,05 2,22 anatase

1,89 1,69 1,91 anatase

1,70 1,62 1,70 anatase

1,67 1,48 1,64 anatase

1,49 1,36 1,49 anatase

1,48 1,35 1,37 rutile

Gambar 4.17 Difraktogram sinar-X TiO2 variasi penambahan 0,02 M PEG

-500

50100150200250300350400

0 20 40 60 80

Inte

nsita

s

2 theta

0,02 M PEG

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 50: S620-Studi efektifitas.pdf

35

Universitas Indonesia

Hasil difraksi sinar-X menunjukkan bahwa kristal TiO2 hasil sintesis

variasi penambahan 0,02 M PEG memberikan intensitas relatif tertinggi pada

sudut 2 θ = 24,82o dengan nilai d = 3,58 yang merupakan ciri khas sudut difraksi

dari kristal anatase.

Dengan membandingkan nilai 2θ atau d(Å) dari puncak-puncak yang

signifikan hasil pengukuran dengan kartu hasil interpretasi data kristal TiO2

standar, diperoleh hasil bahwa struktur kristal TiO2 hasil sintesis variasi

penambahan 0,02 M PEG adalah sebagian besar anatase dengan campuran sedikit

rutile sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Nilai d (Å) dari hasil pengukuran & kartu interpretasi data TiO2 variasi

penambahan 0,02 M PEG

Kartu interpretasi

data d (Å) Pengukuran TiO2

sintesis d (Å) 0,02 M

PEG

Keterangan

Anatase Rutile

3,51 3,25 3,58 anatase

2,43 2,49 3,30 rutile

2,38 2,19 2,52 anatase

2,33 2,05 2,41 anatase

1,89 1,69 2,21 anatase

1,70 1,62 1,91 anatase

1,67 1,48 1,70 anatase

1,49 1,36 1,49 anatase

1,48 1,35 1,37 rutile

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 51: S620-Studi efektifitas.pdf

36

Universitas Indonesia

Gambar 4.18 Difraktogram sinar-X TiO2 variasi penambahan 0,04 M PEG

Hasil difraksi sinar-X menunjukkan bahwa kristal TiO2 variasi

penambahan 0,04 M PEG hasil sintesis memberikan intensitas relatif tertinggi

pada sudut 2 θ = 24,94o dengan nilai d = 3,57 yang merupakan ciri khas sudut

difraksi dari kristal anatase.

Dengan membandingkan nilai 2θ atau d(Å) dari puncak-puncak yang

signifikan hasil pengukuran dengan kartu hasil interpretasi data kristal TiO2

standar, diperoleh hasil bahwa struktur kristal TiO2 hasil sintesis variasi

penambahan 0,04 M PEG adalah sebagian besar anatase dengan campuran sedikit

rutile sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Inte

nsita

s

2 θ

0,04 M PEG

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 52: S620-Studi efektifitas.pdf

37

Universitas Indonesia

Tabel 4.3 Nilai d (Å) dari hasil pengukuran & kartu interpretasi data TiO2 variasi

penambahan 0,04 M PEG

Kartu interpretasi

data d (Å) Pengukuran TiO2

sintesis d (Å)

variasi 0,04 M PEG

Keterangan

Anatase Rutile

3,51 3,25 3,57 anatase

2,43 2,49 2,39 anatase

1,89 1,69 1,91 anatase

1,70 1,62 1,71 anatase

1,67 1,48 1,68 anatase

1,49 1,36 1,49 anatase

1,48 1,35 1,37 rutile

4.3 Pengujian Efektifitas Variasi Proses Degradasi

4.3.1 Penentuan panjang gelombang maksimum untuk larutan Congo red dalam

NaNO3 0,1 M.

00,20,40,60,8

11,21,41,61,8

100 200 300 400 500 600 700 800

abso

rban

si

panjang gelombang (nm)

Panjang gelombang maksimum larutan Congo red dalam NaNO3

0,1 M

1 ppm

2 ppm

5 ppm

10 ppm

20 ppm

30 ppm

40 ppm

50 ppm

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 53: S620-Studi efektifitas.pdf

38

Universitas Indonesia

Gambar 4.19 Panjang Gelombang Maksimum Larutan Congo red dalam NaNO3

0,1 M

Berdasarkan pengujian yang dilakukan menggunakan spektrofotometer

UV-Vis Shimadzu 2450 didapatkan panjang gelombang maksimum untuk

penentuan konsentrasi larutan Congo red dalam NaNO3 0,1 M adalah pada 489

nm, dan panjang gelombang inilah yang digunakan pada penentuan konsentrasi

larutan Congo red hasil degradasi.

4.4.2 Variasi Bias Potensial

Bias potensial merupakan faktor penting yang dapat mencegah

rekombinasi photoelektron dan photohole. Rekombinasi tersebut merupakan salah

satu penyebab rendahnya efisiensi teknologi fotokatalitik. Sehingga hal ini

berkaitan pula dengan efektifitas degradasi zat-zat polutan organik. Teknik

pemberian bias potensial untuk mencegah rekombinasi photoelektron dan

photohole pertama kali dilakukan oleh Fujishima dan Honda (Fujishima, et al.,

1972). Pemberian bias potensial mengakibatkan external force untuk memisahkan

photoelectron dengan memindahkan elektron melalui eksternal sirkuit ke

elektroda counter. Hal ini dapat meminimalkan terbentuknya elektron pada

permukaan TiO2. Pada range potensial rendah laju pemisahan photoelektron

proporsional dengan medan listrik yang melewati lapisan TiO2. Derajat

pembentukan elektron pada permukaan partikel menurun dengan meningkatnya

bias potensial yang diberikan. Oleh karena itu laju oksidasi fotokatalitik secara

keseluruhan (photocurrent) meningkat dengan bias potensial. Pada kondisi ini

proses keseluruhan dikontrol dengan migrasi elektron dalam lapisan

semikonduktor TiO2. Ketika bias potensial yang diberikan cukup tinggi, tidak ada

lagi pembentukan elektron pada permukaan partikel TiO2 dan laju oksidasi hanya

ditentukan oleh laju penangkapan photohole pada permukaan partikel TiO2

(Zhao,H., et al., 2004).

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 54: S620-Studi efektifitas.pdf

39

Universitas Indonesia

Gambar 4.20 Kurva arus cahaya (Photocurrent) terhadap waktu pada

berbagai bias potensial

Berdasarkan kurva diatas (gambar 4.20) dapat diambil korelasi

linieritas antara arus cahaya terhadap bias potensial, dan digambarkan

dalam kurva berikut ini :

-5,00E-05

-2,50E-18

5,00E-05

1,00E-04

1,50E-04

2,00E-04

2,50E-04

3,00E-04

3,50E-04

0 50 100 150 200 250

Phot

ocur

rent

(A)

Waktu (detik)

50mv100mv200mv300mV400mV500mV600mV700mV800mV

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 55: S620-Studi efektifitas.pdf

40

Universitas Indonesia

Gambar 4.21 Arus yang Dihasilkan vs Bias Potensial yang Diberikan

Dari pengukuran variasi bias potensial yang diberikan terhadap arus yang

dihasilkan dapat terlihat bahwa semakin besar potensial yang diberikan semakin

tinggi arus yang dihasilkan. Namun terlihat ada batas kelinieran yaitu pada

potensial diatas 400 mV sudah tidak terjadi kenaikan yang signifikan. Hal tersebut

menandakan sudah jenuhnya photocurrent yang dihasilkan. Berdasarkan data

yang diperoleh tersebut maka penulis melakukan penelitian secara langsung

dalam kaitannya dengan efektifitas degradasi zat organik pada variasi bias

potensial yang masih menunjukkan kenaikan yang signifikan, yakni pada

potensial 200, 300 dan 400 mV.

4.4.3 Pengujian Efektifitas Degradasi Zat Warna Azo Congo red

Untuk menganalisis hasil degradasi dari metode yang digunakan yakni

metode fotokatalitik dan fotoelektrokatalitik yang juga disertai dengan percobaan

kontrol yaitu yang diiradiasi UV tanpa katalis (fotolitik) dan dengan katalis tanpa

diiradiasi UV (adsorpsi) dilakukan pengukuran serapan pada panjang gelombang

maksimum dengan spektrofotometer UV-Vis.

Terjadinya degradasi zat warna Congo red ditunjukkan dengan penurunan

intensitas warna dan hilangnya ketiga puncak serapan karena hilangnya kromofor

sebagai akibat proses fotokatalitik. Serapan maksimum untuk daerah sinar tampak

yang terjadi pada panjang gelombang 489 nm ini berasal dari transisi elektronik

ikatan rangkap terkonjugasi dari struktur molekul Congo red, sedangkan dua

0

50

100

150

200

250

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

I (µA

)

Bias potensial (mV)

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 56: S620-Studi efektifitas.pdf

41

Universitas Indonesia

puncak lainnya pada daerah panjang gelombang UV merupakan representasi dari

transisi elektronik n*, * selain ikatan rangkap terkonjugasi. Warna merah

yang terlihat disebabkan zat warna tersebut menyerap warna hijau dari spektrum

sinar tampak dan meneruskan bagian warna merah yaitu pada panjang gelombang

489 nm yang berada pada daerah sinar tampak. Secara visual hasil degradasi

Congo red ditandai dengan semakin memudarnya warna merah yang akhirnya

akan menjadi bening seiring pertambahan waktu degradasi.

Gambar 4.22 [kiri] warna larutan Congo red 10 ppm sebelum didegradasi

[kanan] warna larutan Congo red setelah didegradasi secara

fotoelektrokatalitik dengan bias potensial 200 mV selama 100

menit

Kemungkinan reaksi oksidasi molekul Congo red dapat dilihat pada reaksi

berikut :

C32H22N6O6S22-- + 91/2 O2 → 32 CO2 + 6 NO3

- + 2 SO42- + 8H+ + 7 H2O (1)

Dari reaksi tersebut terlihat bahwa untuk setiap molekul Congo red yang

terdegradasi sempurna akan menghasilkan delapan proton (H+) yang akan

menurunkan pH larutan. Tanaka et al. (…….) menyatakan bahwa pada reaksi

degradasi zat warna Orange G dan Acid yellow 17, pembentukan ion sulfat dan

ion amonium terjadi secara bersamaan, sehingga akan menurunkan pH konstan

(maksudnya apa ini?)..

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 57: S620-Studi efektifitas.pdf

42

Universitas Indonesia

Kemungkinan reaksi lain yang terjadi dalam larutan adalah reaksi pengikatan

proton, terutama dari degradasi gugus amino sehingga meningkatkan

pembentukan amonia sebagai ion amonium seperti pada reaksi (2) dan (3)

berikut :

R-NH2 + ∙H → ∙R + NH3 (2)

NH3 + H+ → NH4+ (3)

Reaksi (2) dan (3) menunjukkan pembentukan ion amonium (NH4+) melalui

serangan atom radikal hidrogen (H∙) terhadap atom nitrogen pada gugus amino.

Radikal atom hidrogen dapat dihasilkan oleh reaksi redoks (4), reaksi

fotoreduksi proton (5), atau oleh reaksi asam organik dengan hole (6) seperti pada

reaksi dibawah ini :

SO3∙- + OH- → SO42- + ∙H (4)

H+ + e- → ∙H (5)

H-COOH + h+ → H+ + CO2 + ∙H (6)

Untuk zat warna azo dapat terjadi melalui dua tahap proses reduksi pada

perubahan ikatan rangkap (-N=N-) menjadi molekul nitrogen seperti pada reaksi

(7) dan reaksi (8)

R-N=N-R’ + ∙H → R-N=N∙ + R’-H (7)

R-N=N∙ → ∙R + N≡N (8)

Sedangkan nitrogen dalam gugus amino dapat membentuk ion NH4+ secara

spontan dan kemudian dengan sangat lambat teroksidasi membentuk ion nitrat.

Sebagai tambahan, penulis juga melakukan analisis hasil degradasi

Fotoelektrokatalitik dari bias potensial 200 mV menggunakan panjang gelombang

dari 200-800 nm.(Gambar full spectra ada pada Lampiran 3). Ternyata didapatkan

bahwa pada degradasi lebih dari 20 menit didapatkan indikasi adanya senyawa

intermediet yang memberikan serapan pada panjang gelombang ± 288 nm, namun

hal ini tidak menjadi fokus penelitian karena yang dituju adalah hasil akhir

degradasi.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 58: S620-Studi efektifitas.pdf

43

Universitas Indonesia

4.4.3.1 Degradasi Larutan Congo red dengan Metode Fotoelektrokatalitik(FEK)

Dengan menggunakan metode ini berarti dilakukan pemberian bias

potensial pada saat degradasi secara fotokatalitik dilakukan. Setelah dilakukan

percobaan untuk mencari potensial optimum maka didapatkan kesimpulan bahwa

semakin tinggi potensial yang diberikan maka akan semakin tinggi arus yang

dihasilkan hingga mencapai batas kelinierannya yaitu pada potensial maksimum

400 mV. Oleh karena itu pengujian dilakukan pada pemberian potensial 400 mV,

300 mV dan 200 mV. Dari percobaan ini akan dilihat banyaknya zat organik yang

dapat terdegradasi juga besaran tetapan laju reaksinya.

Dari percobaan didapatkan kurva hasil degradasi untuk tiga variasi

pemberian bias potensial sebagai berikut : (data kurva kalibrasi standar dan data

penurunan persentase degradasi dapat dilihat pada Lampiran 2)

Gambar 4.23 Persentase hasil degradasi pada variasi bias potensial

Berdasarkan grafik yang diperoleh (gambar 4.23) terlihat bahwa hasil

degradasi larutan Congo red dengan variasi bias potensial menunjukkan hasil

yang tidak jauh berbeda, yang menandakan bahwa kemampuan untuk

mendegradasi larutan Congo red hampir sama, yaitu pada bias potensial 200, 300

0

20

40

60

80

100

120

0 20 40 60 80 100 120

pers

enta

se d

egra

dasi

waktu (menit)

Persentase hasil degradasi variasi biaspotensial

FEK 200

FEK 300

FEK 400

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 59: S620-Studi efektifitas.pdf

44

Universitas Indonesia

dan 400 mV berturut-turut persentase hasil degradasi adalah 99,41 %, 96,06% dan

100%. Namun ketika dilakukan perhitungan tetapan laju degradasinya maka

diperoleh laju degradasi tertinggi terdapat pada pemberian bias potensial 200 mV.

4.4.3.2 Degradasi Larutan Congo red Dengan Metode Fotokatalitik,Fotolitik dan Katalitik

Untuk membandingkan laju degradasi zat warna Congo red secara

fotoelektrokatalitik, penulis juga melakukan pendegradasian zat warna secara

fotokatalitik untuk membuktikan apakah benar pemberian bias potensial akan

mencegah proses rekombinasi photohole-photoelektron yang pada akhirnya akan

meningkatkan laju degradasi zat polutan organik seperti Congo red. Selain itu

juga dilakukan kontrol untuk proses katalitik (adsorpsi) dan fotolitik. Berikut

adalah grafik hasil degradasi dari proses fotolitik, katalitik dan fotokatalitik.

(Tabel data dapat dilihat pada Lampiran 3)

Gambar 4.24 Persentase Hasil Degradasi pada Variasi Proses Degradasi

Dari grafik diatas terlihat bahwa degradasi yang diamati dalam waktu 100

menit menunjukkan hasil tertinggi pada proses fotokatalitik yaitu 84,71 %, diikuti

oleh katalitik/adsorpsi sebesar 30,22 % dan fotolitik 22,33 %. (Data rincian dapat

dilihat pada Lampiran 3)

0102030405060708090

0 20 40 60 80 100 120

pers

enta

se d

egra

dasi

waktu (menit)

persentase hasil degradasi

FL

KL

FK

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 60: S620-Studi efektifitas.pdf

45

Universitas Indonesia

4.4.4 Kinetika Reaksi Degradasi Congo red

Tetapan laju degradasi larutan Congo red ditentukan dengan menggunakan

persamaan kinetika Langmuir Hinshelwood (L-H) (Al Ekabi, H., et al., 1988 dan

Theurich, J., et al., 1996)

r = dC = kr.θ = kr.KC0

dt (1 + KC0)

Dimana, dC/dt adalah laju degradasi Congo red, kr adalah tetapan laju reaksi. θ

adalah fraksi pelingkupan katalis oleh reaktan, K adalah tetapan adsorpsi reaktan,

dan C0 adalah konsentrasi awal larutan Congo red.

Integral dari persamaan diatas menghasilkan persamaan sebagai berikut :

ln C0 + K (C0 –C) = kr.K t

C 1 + KsCs 1 + KsCs

Bila konsentrasi awal (C0) mempunyai nilai sangat rendah maka persamaan

tersebut akan mengikuti persamaan laju reaksi pseudo orde satu

Ln (C0/C) = k’.t

Dengan memplotkan ln C0/C terhadap t (waktu) iradiasi, akan diperoleh kurva

garis lurus, dimana kemiringan merupakan tetapan laju reaksi pseudo orde satu,

k’.

Perhitungan kinetika yang dilakukan terhadap laju degradasi larutan Congo

red pada variasi pemberian bias potensial 200, 300 dan 400 mV menghasilkan

nilai k’ berturut-turut adalah 5,7.10-2 ppm menit-1 ; 4,9.10-2 ppm menit -1 dan

5,2.10-2 ppm menit-1. Dengan demikian terlihat bahwa nilai tetapan laju reaksi

tertinggi pada metode fotoelektrokatalitik ini adalah dengan pemberian bias

potensial 200 mV (data perhitungan dan gambar dapat dilihat pada Lampiran

3).

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 61: S620-Studi efektifitas.pdf

46

Universitas Indonesia

Adapun untuk tiga variasi proses yakni fotokatalitik, fotolitik dan katalitik

didapatkan nilai tetapan laju reaksi tertinggi pada proses fotokatalitik, yakni 1,5.

10-2 ppm/menit. Sedangkan untuk proses katalitik tidak memenuhi persyaratan

untuk memakai kinetika pseudo orde satu, dimana terlihat ketidaklinieran. (data

perhitungan dan gambar dapat dilihat pada Lampiran 3). Meskipun model isoterm

L-H telah banyak membantu dalam pemodelan prosesnya, namun umumnya

disepakati bahwa baik konstanta laju dan orde reaksi hanya merupakan nilai

pendekatan, bukan nilai yang sebenarnya. Nilai tersebut bermanfaat untuk

menjelaskan laju degradasi tetapi tidak bisa digunakan untuk identifikasi proses

permukaan (Gunlazuardi, J., 2007). Pada percobaan ini, diketahui bahwa proses

katalitik merupakan suatu kondisi dimana percobaan tidak menggunakan cahaya

hanya katalis TiO2 dan peristiwa yang terjadi merupakan proses adsorpsi. Sebagai

katalis, TiO2 tidak akan berfungsi jika tidak teriluminasi.

4.4.5 Perbandingan Hasil Degradasi dari Berbagai Proses Degradasi

Sejalan dengan tujuan penelitiannya ini dalam rangka mencari metode

degradasi polutan-polutan organik serta kondisi efektif dari metode tersebut maka

penulis menggabungkan data-data yang terkumpul dalam penelitian sehingga

dapat ditarik kesimpulan untuk pemilihan metode degradasi ini. Berikut adalah

rangkuman hasil dari berbagai variasi proses degradasi :

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 62: S620-Studi efektifitas.pdf

47

Universitas Indonesia

Gambar 4.25 Perbandingan Hasil Degradasi dari Berbagai Variasi Proses

Berikut ini juga ditampilkan hasil perhitungan kinetika reaksi dari berbagai prosesdegradasi :

Tabel 4.6 Kinetika Reaksi Pseudo Orde Satu Pada Berbagai Variasi Proses

Degradasi

Variasi proses degradasi Tetapan laju reaksi (nilai k)

pseudo orde satu

Fotolitik 3 x 10-3 ppm menit-1

Fotokatalitik 1,5 x 10-2 ppm menit-1

Katalitik* 1,1 x 10-2 ppm menit-1

Fotoelektrokatalitik 200 mV 5,7 x 10-2 ppm menit-1

Fotoelektrokatalitik 300 mV 4,9 x 10-2 ppm menit-1

Fotoelektrokatalitik 400 mV 5,2 x 10-2 ppm menit-1

Catatan : nilai k’ pada proses katalitik/adsorpsi tidak memenuhi persyaratan

kinetika pseudo orde satu

0

20

40

60

80

100

120

0 20 40 60 80 100 120

kons

entr

asi (

%)

waktu (menit)

Hasil degradasi berbagai variasi proses

FL

KL

FK

FEK 200

FEK 300

FEK 400

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 63: S620-Studi efektifitas.pdf

48

Universitas Indonesia

Berdasarkan penggabungan hasil variasi proses tersebut juga kinetika

reaksinya, maka penulis mengambil kesimpulan dalam penelitian ini metode yang

terbaik untuk mendegradasi zat warna azo Congo red konsentrasi 10 ppm dengan

volume 10 mL selama 100 menit adalah metode fotoelektrokatalitik dengan

penggunaan film TiO2-PEG 0,02 M dan pemberian bias potensial 200 mV.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 64: S620-Studi efektifitas.pdf

49

Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Telah berhasil dilakukan pelapisan TiO2 berpori yang pada dinding bagian

dalam tabung berpenghantar yang selanjutnya digunakan sebagai wadah

sekaligus katalis dalam pendegradasian polutan organik yang dalam

penelitian ini model yang digunakan adalah zat warna Congo red.

2. Penggunaan template PEG dapat membentuk pori pada katalis TiO2 yang

menyebabkan bertambah besarnya luas permukaan katalis. Konsentrasi

terbaik untuk penambahan PEG pada penelitian ini adalah 0,02 M.

3. Pemberian bias potensial untuk mencegah rekombinasi photoelectron dan

photohole terbukti efektif yang ditandai dengan meningkatnya persentase

degradasi zat-zat polutan dan meningkatnya tetapan laju reaksinya.

4. Metode terbaik untuk degradasi zat warna azo Congo red dalam penelitian

ini adalah metode fotoelektrokatalitik dengan pemberian potensial 200 mV

menggunakan tabung yang diberi 0,02 M PEG. Degradasi yang dilakukan

pada konsentrasi 10 ppm volume 10 mL selama 100 menit memberikan

penurunan konsentrasi mendekati 100 % , yakni 99,41%.

1.2 Saran

1. Untuk mendapatkan kristal anatase 100 % perlu diperhatikan suhu pada

saat pemanasan.

2. Keberadaan senyawa-senyawa intermediet yang terbentuk dalam degradasi

larutan Congo red perlu dianalisis lebih lanjut secara spesifik.

3. Selain variasi bias potensial, sebaiknya dilakukan juga variasi-variasi lainseperti jenis pelarut, pH, dan lain-lain yang diharapkan dapat menambahefektifitas degradasi polutan organik.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 65: S620-Studi efektifitas.pdf

50 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ekabi,H., & Serpone, N.J.Phys.Chem,92, (1988), 5726-5731.

Anderson , M.A., Kim, D.H., Solution Factors Affecting The Photocatalytic and

Photelectrocatalytic Degradation of Formic Acid Using Supported TiO2

Thin Films, J.Photochem. Photobiol. A : 1996, 221-229

Christina P, Maria., dkk., “Studi Pendahuluan Mengenai Degradasi Zat warna

Azo (Metil Orange) Dalam Pelarut Air Menggunakan Mesin Berkas

Elektron 350 keV/10mA,” JFN, Vol.1, Mei 2007

Esplugas, Santiago et al,” Comparison of Different Advanced Oxidation

Processes for Phenol Degradation.” Water Research 36, 2001, 1034-1042

E. Pramauro, A.B. Prevot, M. Vincenti, G. Brizzolesi, “Photocatalytic Oxidation

Degradation of 4-Chlorophenol in Aerated Aqueus Solution Containing

TiO2 Suspension,” Environ.Sci.Technol.31, 1997, 3126-3131

Fujishima A., K., Hashimoto, T., Watanabe, “ TiO2 Photocatalysists Fundamental

and Application”, BKC, Inc., Japan. 1999

Fujishima, A., Honda, K. Nature 238 (1972), 37.

Gunlazuardi, Jarnuzi., Bahan Kuliah Fotokatalisis, Program Pasca sarjana,

Dept.Kimia, FMIPA, UI, 2007

Hidayat, Nurul., Preparasi dan Karakterisasi Titanium dioksida : Uji Aktifitas

terhadap Congo Red dan Uji Aplikasi Sebagai Pelapis Dinding Dalam

Ruang Kaca Untik Degradasi Uap Xylena, Kimia FMIPA UI, Depok, 2009

Hoffman,M.R., Martin,S.T.,Choi,W., & Bahnemann, D.W. Chem.Rev.95

(1995),69-96

http:// en. Wikipedia.org/wiki/Titanium dioxide. 10 Januari 2011. 10.42

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 66: S620-Studi efektifitas.pdf

51

Universitas Indonesia

Waite, TD., et al., “Toxic Organic Destruction by Electron Beam Irradiation : An

Innovative Technology for Developing Countries,” University of Miami,

Coral Gable, Florida, 2006

Kamat, P.V., Photochemistry on Nonreactive and Reactive (Semiconductor)

Surface, Chem. Rev,93. 1993, 267-300

Matthews, R.W., Photooxidation of Organic Impurities in Water Using Thin Film

of Titanium Dioxide. J. Phys. Chem. 91,. 1987, 3328-3333

Miyata, T., “Radiation Chemistry of Water System,” UNDP/IAEA/RCA regional

Training Course on Application of Radiation Processing Chemistry

Research Establishment Jaeri, July 10-21, 1995, 70-76

Nurjanna, Siti., Degradasi Congo Red Secara Fotokatalitik Menggunakan

Lapisan Tipis TiO2 yang Diimobilisasi Dengan Metode Sol-Gel Pada

Dinding Bagian Dalam Kolom Tabung Gelas. Tesis Magister. Universitas

Indonesia. 2008

Perdana, Gintings, Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri, Cet 1,

Pustaka Sinar Harapan, 1997

Rizal, Novid., Pengolahan Limbah Cr (VI), Hg(II) dan Fenol dengan katalis TiO2

pada Reaktor Silinder Berputar, Skripsi Sarjana, TGP-FTUI, Depok, 2004

Santoso, Irwan., Pengembangan Sistem Sensor COD Berbasis

Fotoelektrokatalisis : Karakterisasi Elektroda TiO2/FTO dan Respon arus

Cahaya Terhadap Beberapa Senyawa Organik.. Tesis Magister. Universitas

Indonesia. 2010

Sopyan, I., Fotokatalisis Semikonduktor : Teori dan Terapan, Majalah BPPT

Teknologi, LXXXVI. 1998

Steensma DP. “Congo red : Out of Africa. Archives of Pathology and Laboratory

Medicine 125 (2) : 2001, 250-252

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 67: S620-Studi efektifitas.pdf

52

Universitas Indonesia

Supriyono, Pengembangan COD Probe Berbasis Fotoelektrokatalisis

Menggunakan Elektrda Berlapis Partikel TiO2 Berukuran Nano. Tesis

Magister. Universitas Indonesia. 2007

Surahman, Hedi., Studi Pengembangan Reaktor Fotokatalitik dengan TiO2

yang Diimobilisasi pada Dinding Bagian Dalam Kolom Gelas : Optimasi

Reaktor Alir dan Uji Kemampuannya Terhadap Degradasi 4-Klorofenol,

Tesis Magister, Kimia, Universitas Indonesia, 2004

Surahman, Hedi., Draft jurnal “Demonstrasi Pembentukan Photocurrent Pada

Proses Fotoelektrokatalitik Lapisan Tipis TiO2/IWCGT Menggunakan

Metode Linier Sweep Voltametri”, Dept Kimia, FMIPA UI, 2006.

Tanaka, K,. Kanjana P., & Teruaki H., Photocatalytic Degradation of Comercial

Azo Dyes, Wat Res, Vol.34, No.1, 2000, 327-333

Theurich, J., Lindner, M., & Bahnemann, D.W. Langmuir, 12,(1996), 6368-6376.

Triandi Tjahjanto, R., Karakterisasi Lapisan Tipis Titanium Dioksida dari

prekursor Titanium Tetraisopropoksida dan pengujian aktivitasnya

sebagai fotokatalis, Tesis Magister, Kimia, Universitas Indonesia, 2001

Waite, TD., et el., “Toxic Organic Destruction by Electron Beam Irradiation : An

Innovative Technology for Developing Countries.” University of Miami,

Coral Gable, Florida, 2006

Yu, Jiaguo., et al., Effect of Surface Structure on Photocatalytic Activity of Tio2

thin films prepared by Sol-gel method, Thin Solid Film 379 (2000) 7-14

Zaleska, Adriana., “ Doped-TiO2: A Review.”Department of Chemical

Technology, Gdansk University of Technology, 80-952-Gdansk, Poland.

2008, 157-164

Zanga, Wenji., et al., Photoelectrocatalytic Degaradation 0f Methyl Orange on

Phorous TiO2 Film Electrode in NaCl solution, Advanced Material

Research vol.213 (2011) pp 15-19

Zhang, S., Jiang, D., Zhao, H., Development of Chemical Oxygen Demand on line

Monitoring System Based on a Photoelectrochemical Degradation

Principle. ACS, 2006

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 68: S620-Studi efektifitas.pdf

53

Universitas Indonesia

Zhao, H., et al., Development of a Direct Photoelectrochemical Method for

Determination of Chemical Oxygen Demand, Anal.Chem. 2004, 76

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 69: S620-Studi efektifitas.pdf

54

Universitas Indonesia

Lampiran 1

BAGAN ALIR PENELITIAN

Degradasi Zat Warna Congo red SecaraFotoelektrokatalitik

Sintesis TiO2 danIWCGT variasi PEG

Karakterisasi lapisTipis katalisTiO2/SnO2-F

Pengujian SelFotoelektrokimia

a).metode sol-gel (TTIP-PEG)• variasi kons.PEG• pelapisan dip-coatingb). penguapan SnO2.2 H20/HF

UV-Vis SEM XRD

Pemberian biaspotensial danpenentuan biaspotensial optimum

Pendegradasian zat warnaCongo red secarafotoelektrokatalitik

Pendegradasian zat warnaCongo red secarafotokatalitik

Pengolahan data dan kesimpulan

HASIL PENELITIANPenelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai efektifitasdegradasi zat warna Congo red jika dilakukan secara fotoelektrokatalitik

sehingga metode ini dapatmenjadi alternatif dalam rangka mencari metode yang efisien dan efektif dari

segi waktu, kepraktisan dan ekonomis

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 70: S620-Studi efektifitas.pdf

55

Universitas Indonesia

Lampiran 2

2,4 mL DEA 35 mL Etanolabsolut

7,5 mL TTIP

Campuran diaduk dengan stirerselama 2 jam

Etanol-air (4,5 mL : 0,5 mL)tetes demi tetes

Variasi konsentrasi PEG

Tanpa PEG 0,02 M PEG 0,04 M PEG

PEMBUATAN SOL TiO2

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 71: S620-Studi efektifitas.pdf

56

Universitas Indonesia

Lampiran 3

4.1 Sintesis SnO2-F ( Santoso, Irwan., 2010)

Ditambahkan sejumlah 16,92 gram SnCl2 kedalam 5 mL

larutan HCl pekat.

Dilakukan pemanasan (agar larutan bertambah pekat) dan

ditambahkan HF sebanyak 0,4 mL.

Ditambahkan metanol sehingga volumenya menjadi 20 mL

sambil dilakukan pengadukan.

4.2 Preparasi Inner Wall Conductive Glass Tube (IWCGT) Tabung gelas dicuci dengan detergen dan dibilas aquadest lalu

dikeringkan 100oC. Larutan SnO2-F diteteskan ke dasar tabung gelas sebanyak 10

tetes dengan pipet tetes. Kemudian dimasukkan ke dalam furnace pada suhu 400oC

selama 30 menit. Setelah didinginkan, tabung siap dipotong dengan ukuran

yang diinginkan.

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 72: S620-Studi efektifitas.pdf

57

Universitas Indonesia

Lampiran 4

Proses Fotolisis

Data Kalibrasi Standar untuk Proses FotolisisKonsentrasi (ppm) absorban

1 0,0362 0,075 0,168

10 0,35220 0,67330 1,00640 1,34150 1,67

y = 0,033x + 0,006R² = 0,999

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

0 10 20 30 40 50 60

abso

rban

konsentrasi (ppm)

Kurva kalibrasi standar proses fotolisis

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 73: S620-Studi efektifitas.pdf

58

Universitas Indonesia

Data Hasil Degradasi Larutan Congo Red pada Proses Fotolisis

Waktu (menit) konsentrasi (ppm) % terdegradasi % sisa degradasi0 10,39 0 1002 10,33 0,58 99,424 10,27 1,15 98,856 10,24 1,44 98,568 10,15 2,31 97,69

10 10,09 2,89 97,1112 10,06 3,18 96,8214 9,97 4,04 95,9616 9,88 4,91 95,0918 9,82 5,49 94,5120 9,73 6,35 93,6530 9,52 8,37 91,6340 9,28 10,68 89,3250 9,07 12,7 87,360 8,83 15,01 84,9970 8,68 16,46 83,5480 8,43 18,86 81,1490 8,22 20,88 79,12

100 8,07 22,33 77,67

0

5

10

15

20

25

0 20 40 60 80 100 120

% t

erde

grad

asi

Waktu (menit)

% terdegradasi Pada Proses Fotolisis

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 74: S620-Studi efektifitas.pdf

59

Universitas Indonesia

Didapatkan nilai tetapan laju reaksi (k’) pada proses fotolisis sebesar 3. 10-3 ppmmenit-1

y = 0,003x - 0,002R² = 0,989

-0,01

0

0,01

0,02

0,03

0,04

0,05

0,06

0,07

0 5 10 15 20 25

ln (C

o/Ct

)

waktu (menit)

Kinetika reaksi pseudo orde satu proses fotolitik(FL)

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 75: S620-Studi efektifitas.pdf

60

Universitas Indonesia

Lampiran 5

Proses Katalisis

Data Kalibrasi Standar untuk Proses KatalisisKonsentrasi absorban

1 0,0312 0,0695 0,17

10 0,34320 0,66930 1,00640 1,32750 1,659

y = 0,033x + 0,004R² = 0,999

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

0 10 20 30 40 50 60

Abs

orba

n

Konsentrasi (ppm)

Kurva Kalibrasi standar Proses Katalisis

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 76: S620-Studi efektifitas.pdf

61

Universitas Indonesia

Data Hasil Degradasi Larutan Congo red Pada Proses Katalisis

Waktu(mnt) Konsentrasi (ppm) % terdegradasi % sisa hasil degradasi

0 10,29 0 1002 9,56 7,09 92,94 8,87 13,8 86,26 8,57 16,71 83,288 8,36 18,76 81,24

10 8,24 19,22 80,0812 8,11 21,18 78,8114 8,05 21,77 78,2316 8,02 22,06 77,9418 7,93 22,93 77,0620 7,9 23,23 76,7730 7,78 24,39 75,6140 7,69 25,27 74,7350 7,63 25,85 74,1560 7,45 27,6 72,470 7,36 28,47 71,5380 7,33 28,77 71,2390 7,27 29,35 70,65

100 7,18 30,22 69,78

0

5

10

15

20

25

30

35

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

% t

erde

grad

asi

Waktu (menit)

% terdegradasi Pada Proses Katalisis

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 77: S620-Studi efektifitas.pdf

62

Universitas Indonesia

Didapatkan nilai tetapan laju reaksi (k’) pada proses katalisis sebesar 1,1. 10-2

ppm menit-1

y = 0,011x + 0,075R² = 0,804

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

0 5 10 15 20 25

ln C

o/C

waktu (menit)

Kinetika reaksi pseudo orde satu Proses katalisis(KL)

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 78: S620-Studi efektifitas.pdf

63

Universitas Indonesia

Lampiran 6Proses Fotokatalisis

Data Kalibrasi Standar untuk Proses Fotokatalisiskonsentrasi

(ppm) absorban1 0,0362 0,0735 0,173

10 0,34120 0,66130 0,96740 1,29550 1,613

y = 0,032x + 0,011R² = 0,999

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

0 10 20 30 40 50 60

abso

rban

konsentrasi (ppm)

Kurva Kalibrasi Standar Proses Fotokatalisis

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 79: S620-Studi efektifitas.pdf

64

Universitas Indonesia

Data Hasil Degradasi Larutan Congo red Pada Proses FotokatalisisWaktu(menit) konsentrasi (ppm) % terdegradasi

% Sisa Hasildegradasi

0 10,27 0 1002 9,74 5,16 94,844 9,49 7,59 92,416 9,21 10,32 89,688 8,96 12,76 87,24

10 8,71 15,19 84,8112 8,46 17,62 82,3814 8,15 20,64 79,3616 7,99 22,2 77,818 7,68 25,22 74,7820 7,53 26,68 73,3230 6,41 37,58 62,4240 5,78 43,72 56,2850 4,63 54,92 45,0860 3,75 63,48 36,5270 3,19 68,94 31,0680 2,35 77,12 22,8890 1,85 81,99 18,01

100 1,57 84,71 15,29

0102030405060708090

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

% t

erde

grad

asi

Waktu (menit)

% Terdegradasi Pada Proses Fotokatalitik

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 80: S620-Studi efektifitas.pdf

65

Universitas Indonesia

Didapatkan nilai tetapan laju reaksi (k’) pada proses fotokatalisis sebesar 1,5. 10-2

ppm menit-1

y = 0,015x + 0,014R² = 0,995

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

0 5 10 15 20 25

ln (C

o/Ct

)

waktu (menit)

Kinetika reaksi pseudo orde satu Fotokatalitik (FK)

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 81: S620-Studi efektifitas.pdf

66

Universitas Indonesia

Lampiran 7

Proses Fotoelektrokatalitik Dengan Bias Potensial 200 mV

Data Kalibrasi Standar untuk Proses Fotoelektrokatalisis 200 mVkonsentrasi

(ppm) absorban1 0,0352 0,0625 0,159

10 0,33420 0,66730 0,99440 1,32650 1,656

y = 0,033x - 0,001R² = 1

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

0 10 20 30 40 50 60

abso

rban

konsentrasi (ppm)

Kurva larutan standar FEK 200 mV

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 82: S620-Studi efektifitas.pdf

67

Universitas Indonesia

Data Hasil Degradasi Larutan Congo red Pada Proses Fotoelektrokatalisis 200mV

Waktu (mnt) konsentrasi (ppm) % terdegradasi % sisa Hasil Degradasi0 10,1 0 1002 8,78 13,07 86,934 7,93 21,49 78,516 7,05 30,2 69,88 6,36 37,03 62,97

10 5,82 42,38 57,6212 5 50,5 49,514 4,62 54,26 45,7416 4,04 60 4018 3,5 65,35 34,6520 3,17 68,61 31,3930 1,99 80,3 19,740 1,33 86,83 13,1750 0,8785 91,3 8,760 0,73 92,77 7,2370 0,55 94,55 5,4580 0,3 97,03 2,9790 0,18 98,22 1,78

100 0,06 99,41 0,59

0

20

40

60

80

100

120

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

% t

erde

grad

asi

waktu (menit)

% Terdegradasi Pada ProsesFotoelektroelektrokatalisis 200 mV

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 83: S620-Studi efektifitas.pdf

68

Universitas Indonesia

Didapatkan nilai tetapan laju reaksi (k’) pada proses fotoelektrokatalisis 200 mVsebesar 5,7. 10-2 ppm menit-1

y = 0,057x + 0,007R² = 0,998

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

0 5 10 15 20 25

ln (C

o/C)

waktu (menit)

Kinetika reaksi pseudo orde satu FEK 200 mV

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 84: S620-Studi efektifitas.pdf

69

Universitas Indonesia

Lampiran 8

Proses Fotoelektrokatalitik Dengan Bias Potensial 300 mV

Data Kalibrasi Standar untuk Proses Fotoelektrokatalisis 300 mVkonsentrasi (ppm) absorban

1 0,0342 0,0565 0,158

10 0,32820 0,64330 0,99740 1,27150 1,656

y = 0,032x - 0,005R² = 0,999

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

0 10 20 30 40 50 60

abso

rban

konsentrasi (ppm)

Kurva larutan standar FEK 300 mV

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 85: S620-Studi efektifitas.pdf

70

Universitas Indonesia

Data Hasil Degradasi Larutan Congo red Pada Proses Fotoelektrokatalisis 300mV

Waktu (mnt)Konsentrasi

(ppm) % terdegradasi % sisa terdegradasi0 10,16 0 1002 8,81 13,29 86,714 8,08 20,47 79,536 7,44 26,77 73,238 6,89 32,18 67,82

10 6,28 38,19 61,8112 5,83 42,62 57,3814 5,16 49,21 50,7916 4,45 56,2 43,818 4,09 59,74 40,2620 3,63 64,27 35,7330 2,32 77,16 22,8440 1,59 84,35 15,6550 1,19 88,29 11,7160 0,92 90,945 9,05570 0,73 92,82 7,1880 0,58 94,29 5,7190 0,52 94,89 5,11

100 0,4 96,06 3,94

0

20

40

60

80

100

120

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

% t

erde

grad

asi

Waktu (menit)

% Terdegradasi Pada ProsesFotoelektrokatalitik 300 mV

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 86: S620-Studi efektifitas.pdf

71

Universitas Indonesia

Didapatkan nilai tetapan laju reaksi (k’) pada proses fotoelektrokatalisis 300 mV

sebesar 4,9. 10-2 ppm menit-1

y = 0,049x + 0,009R² = 0,993

00,20,40,60,8

11,2

0 5 10 15 20 25

ln (C

o/C)

waktu (menit)

Kinetika reaksi pseudo orde satu FEK 300

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 87: S620-Studi efektifitas.pdf

72

Universitas Indonesia

Lampiran 9

Proses Fotoelektrokatalitik Dengan Bias Potensial 400 mV

Data Kalibrasi Standar untuk Proses Fotoelektrokatalisis 400 mVKonsentrasi absorban

1 0,0312 0,0695 0,17

10 0,34320 0,66930 1,00640 1,32750 1,659

y = 0,033x + 0,004R² = 0,999

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

0 10 20 30 40 50 60

abso

rban

konsentrasi (ppm)

Kurva larutan standar FEK 400 mV

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 88: S620-Studi efektifitas.pdf

73

Universitas Indonesia

Waktu (mnt)Konsentrasi

(ppm) % terdegradasi % sisa hasil degradasi0 10,21 0 1002 8,85 13,32 86,684 7,95 22,15 77,856 7,25 28,99 71,018 6,8 33,4 66,6

10 6,17 39,57 60,4312 5,44 46,72 53,2814 4,9 52,01 47,9916 4,41 56,81 43,1918 3,78 62,98 37,0220 3,48 65,92 34,0830 2,13 79,14 20,8640 1,22 88,05 11,9550 0,8 92,17 7,8360 0,44 95,69 4,3170 0,26 97,45 2,5580 0,1 99,02 0,9890 0 100 0

100 0 100 0

0

20

40

60

80

100

120

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

% t

erde

grad

asi

waktu (menit)

% terdegradasi Pada Proses Fotoelektrokatalitik 400mV

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 89: S620-Studi efektifitas.pdf

74

Universitas Indonesia

Didapatkan nilai tetapan laju reaksi (k’) pada proses fotoelektrokatalisis 400 mVsebesar 5,2. 10-2 ppm menit-1

y = 0,052x + 0,012R² = 0,995

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

0 5 10 15 20 25

ln(C

o/Ct

)

waktu (menit)

Kinetika reaksi pseudo orde satu FEK 400

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 90: S620-Studi efektifitas.pdf

75

Universitas Indonesia

Lampiran 10Pencapaian Hasil Degradasi Yang Dilakukan Selama 100 menit Pada Semua

Proses Degradasi

Waktu (mnt) FL KL FK FEK 200 FEK 300 FEK 4000 0 0 0 0 0 02 0,58 7,09 5,16 13,07 13,29 13,324 1,15 13,80 7,59 21,48 20,47 22,136 1,44 16,71 10,32 30,20 26,77 28,998 2,31 18,76 12,75 37,03 32,18 33,40

10 2,89 19,92 15,19 42,38 38,19 39,5712 3,18 21,187 17,63 50,49 42,62 46,7214 4,04 21,77 20,64 54,26 49,21 52,0116 4,91 22,06 22,20 60 56,20 56,8118 5,49 22,93 25,22 65,35 59,74 62,9820 6,35 23,23 26,68 68,61 64,27 65,9230 8,37 24,39 37,58 80,30 77,16 79,1440 10,68 25,27 43,72 86,83 84,35 88,0550 12,70 25,85 54,92 91,31 88,29 92,1660 15,01 27,60 63,49 92,77 90,94 95,6970 16,46 28,47 68,94 94,55 92,81 97,4580 18,86 28,77 77,12 97,02 94,29 99,0290 20,88 29,35 81,99 98,22 94,88 100

100 22,33 30,22 84,71 99,41 96,06 100

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 91: S620-Studi efektifitas.pdf

76

Universitas Indonesia

Lampiran 11

Kurva Full Spektra Hasil Degradasi Larutan Congo Red dengan MetodeFEK Pada Bias Potensial 200 mV

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

0,4

0,45

0,5

200 300 400 500 600 700 800

abso

rban

panjang gelombang (nm)

Full spektra hasil degradasi Congo red 100 menit

0 menit ...

10 menit ...

20 menit ...

30 menit ...

40 menit ...

60 menit

70 menit ...

100 menit ...

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 92: S620-Studi efektifitas.pdf

77

Universitas Indonesia

Lampiran 12

[atas] Reaktor UV tampak atas, terbuka

[bawah] Reaktor UV tampak depan

Alat bubbling

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011

Page 93: S620-Studi efektifitas.pdf

78

Universitas Indonesia

Potensiostat

Foto : Perubahan warna larutan Congo Red 10 ppm dengan degradasi secara FEK

selama waktu : [dari kiri ke kanan] : 0, 10, 20, 40, 70, 100 menit

Studi efektifitas ..., Sofiyanti, FMIPA UI, 2011