1
6 SABTU, 8 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA N USA USA NTARA NTARA Gagal, Proyek Pengendali Banjir di Medan Harus dilakukan penyelidikan karena ada indikasi penyelewengan dana proyek pengendali banjir Kota Medan. VIKTOR SIMANJUNTAK yang bisa diselamatkan,” kata ayah dua anak itu. Selama ini, ujar Daniel, banjir pada musim hujan hanya 1 meter. “Namun, banjir kali ini 3 meter. Pencarian setahun habis dalam sekejap ditelan banjir,” ujar pedagang bakso itu. Di tempat terpisah, ratusan warga kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, berdemonstrasi di kantor kelu- rahan setempat mendesak agar bantuan segera didistribusikan kepada korban banjir. Mereka marah ketika mendapati ma- kanan yang menumpuk dalam gudang kelurahan. Lurah Sei Mati Ahmadin Harahap tidak menemui warga dan bertahan di dalam kantornya. “Kami diberi makanan seper- ti nasi binatang. Mi instan yang sudah kembang, tanpa nasi dan lauk,” kata Masdalita, 38, korban banjir yang ikut demonstrasi. Wali Kota Medan Rahudman Harahap mengatakan pihaknya masih mendata kerugian akibat banjir. “Ada 66 lokasi banjir yang tersebar di 15 kecamatan,” kata Rahudman. Rahudman yang baru saja terpilih sebagai Wali Kota Me- dan belum berbuat untuk men- gatasi banjir Kota Medan. Dia baru berencana untuk merelo- kasi warga yang berada di bantaran sungai supaya jangan menjadi korban setiap banjir. (YN/RS/Ant/N-4) viktor_simanjuntak @mediaindonesia.com K OTA Medan masih saja dilanda banjir se tiap musim hu- jan. Padahal, proyek pengendali banjir telah mene- lan Rp2,49 triliun sejak 1998 hingga 2010, yakni proyek Me- tropolitan Medan Urban Deve- lopment Project (MMUDP) se- besar Rp1,68 triliun dan proyek Pengendali Banjir Medan (flood control way) Rp818 miliar. “Proyek pengendali banjir gagal. Proyek yang menghabis- kan triliunan rupiah itu harus diselidiki,” kata aktivis Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat Sumut (Bakumsu) Mangaliat Simarmata di Medan, kemarin. Itu dikatakannya menanggapi masalah banjir yang melanda Kota Medan sejak Rabu (5/1) ma lam hingga Kamis (6/1) yang merendam ribuan rumah di 15 kecamatan. Tak ada kor- ban tewas akibat banjir itu. Gagalnya proyek itu, menurut Mangaliat, sangat merugikan warga Kota Medan. “Proyek berbiaya Rp818 miliar baru saja diresmikan Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono), tapi ke- nyataannya banjir juga,” tegas- nya. Setali tiga uang, pemerhati lingkungan dari Universitas Su matra Utara (USU) Jaya Arjuna mengatakan banjir tak dapat dikendalikan karena tak berfungsinya kanal pengendali. “Kanal pengendali banjir di ka- wasan Titi Kuning, Kecamatan Medan Johor, tak berfungsi dengan baik. Hanya satu dari dua jalur yang berfungsi,” kata Jaya, kemarin. Kanal yang berfungsi, ujar- nya, yaitu jalur kanan yang mengarah ke Sungai Deli Me- dan. “Kanal ke kawasan Sungai Percut Sei Tuan, Deli Serdang, belum difungsikan,” ujarnya. Mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumut Effendi Panjaitan mendesak Polda Sumut agar menindak perambah hutan di hulu sungai di Sibolangit, Deli Serdang, yang menyebabkan Kota Medan banjir. “Pembalak- an liar, pembangunan perumah- an, hotel, dan perkebunan sawit di hulu sungai harus segera di- hentikan. Para pelaku yang me- nyalahi aturan harus diproses secara hukum,” ujarnya. Bersihkan lumpur Warga Gang Merdeka, Jl Katamso, Kota Medan, Daniel Ginting, mulai membersihkan lumpur di rumahnya, kemarin. Ia mengeluhkan rumah dan pe- rabot rusak diterjang banjir. “Habislah. Tidak banyak Jalan makin Rusak, Pengendara Berjatuhan melewati jalur alternatif. “Sudah beberapa kali kenda- raan terperosok ke lubang dan tidak bisa bergerak. Kalau sudah seperti itu, pasti terja- di kemacetan lama. Karena, ken daraan yang terperosok menghalangi badan jalan,” kata Fahruddin, 45, warga Pati. Di Aceh, kerusakan di ja- lur Geumpang, yang meng- hubungkan Kabupaten Pidie- Meulaboh, Aceh Barat, telah membawa korban. Kamis (6/1), truk pengangkut pekerja terjun ke jurang, sehingga menyebab- kan seorang tewas dan 10 orang lainnya luka-luka. Di jalur ini, kondisi jalan sa- ngat membahayakan karena rusak parah akibat longsor dan ambles. Ada 13 titik longsor dan ambles yang harus diwaspadai. (LD/AS/MR/N-2) adalah saat keluar dari Kota Cilacap tujuan Kesugihan. Ham pir seluruh ruas jalan mengalami kerusakan. Ada yang berlubang, ada pula yang bergelombang, sehingga berba- haya bagi pengguna jalan.” Wakil Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamudji membenar- kan dari total panjang jalan 1.010 kilometer, 90% di antara- nya rusak ringan, sedang, dan berat. “Yang sedang dan berat mencapai 60%.” Di jalur Pantura Kudus-Pati, kerusakan parah terjadi pada jalur sepanjang 30 kilometer. Selain lubang besar dan penuh kubangan, badan jalan juga sangat sempit, sehingga meng- akibatkan kemacetan parah, nyaris setiap hari. Sejumlah pengemudi akhirnya mengalih- kan kendaraan mereka untuk KERUSAKAN jalan di wilayah Banyumas, Purwokerto, dan Cilacap, Jawa Tengah, semakin panjang, akibat hujan deras yang terus turun di wilayah ini. Cilacap menjadi wilayah dengan kerusakan terpanjang mencapai ratusan kilometer. Ruas jalan yang mengalami kerusakan di daerah ini berada di Kecamatan Kesugihan-Kota Cilacap. Selain itu, di bagian barat mulai dari Kecamatan Ka- rangpucung hingga perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat. Keru- sakan juga ditemukan di seki- tar Kecamatan Kroya hingga perbatasan dengan Kabupaten Kebumen. Pramono, 41, warga di Kesu- gihan mengungkapkan bah- wa kerusakan terjadi sete- lah musim angkutan Lebaran 2010 lalu. “Yang paling terasa ANTARA/SEPTIANDA PARDANA JEMBATAN PUTUS: Jembatan Pante Tugu putus dan fondasinya terkikis di Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, kemarin. Jembatan yang menghubungkan 15 desa di Kecamatan Namorambe itu terputus akibat diterjang banjir pada Kamis (6/1). Korban Material Bromo Direlokasi PEMERINTAH Kabupaten Pro- bolinggo, Jawa timur, akan me- relokasi warga dari sejumlah desa yang diterjang banjir ban- dang material vulkanis Gunung Bromo. Desa-desa tersebut dini- lai sudah tidak layak huni. Kepala Badan Penanggulang- an Bencana Probolinggo Mashuri Efendi mengungkapkan ban- jir bandang membawa mate- rial vulkanis berupa abu, pasir, kerikil, dan batu. Material itu terbawa arus Sungai Paser dan menerjang rumah penduduk dan merusak infrastruktur. Badan mencatat banjir ban- dang menerjang sejumlah desa di Kecamatan Wonomerto, Kuri- pan, dan Sumberasih. “Kami sudah melihat langsung ke lokasi dan menilai permukiman pen- duduk yang terkena banjir ban- dang sudah tidak layak huni,” tandas Mashuri, kemarin. Banjir bandang terjadi pada Rabu (5/1) sore. Air bah menya- pu Dusun Dawuhan di Desa Pa- talan, Kecamatan Wonomerto, Dusun Krajan di Desa Wringi- nanom, Kecamatan Kuripan, dan Desa Pesisir, Kecamatan Sumberasih. Kemarin, air yang mengge- nangi wilayah itu sudah surut. Pemandangan yang terlihat di lokasi adalah hamparan pasir, lumpur, dan batu. Dari Mentawai, Sumatra Ba- rat, dilaporkan, sebagian peng- ungsi tsunami yang ditempat- kan pemerintah di beberapa titik hunian sementara kembali ke pengungsian lama, tidak jauh dari kampung mereka dulu. Warga mengaku harus mengolah ladang karena mem- butuhkan uang. “Ladang mereka tidak jauh dari kampung yang terkena tsunami. Saat ini mereka sedang butuh duit, makanya mereka kembali ke pengungsian lama untuk mengolah dan panen cokelat, nilam, kelapa, dan hasil ladang,” kata tokoh masyarakat Mentawai Kortanius Sabeleake. (BN/HR/YH/N-2) MI/LILIEK DHARMAWAN JALAN BERLUBANG: Para pengendara harus berhati-hati saat melewati jalan berlubang di jalan provinsi yang menghubungkan Banyumas-Purbalingga tepatnya di Desa Kedungmalang, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah, kemarin. Cabai Busuk Rp20 Ribu/Kg pun Ludes buatan sambal. “Karena kalau semua menggunakan cabai se- gar, tidak untung,” ujarnya. Masih di Jawa Tengah, pema- sok cabai ke sejumlah pasar di Purwokerto, Mijah, 36, meng- ungkapkan pada saat harga se- kitar Rp40 ribu/kg, penyerapan pedagang cukup banyak. “Saat cabai rawit merah harganya Rp95 ribu/kg, penyerapan merosot drastis hanya sekitar 40 kg atau merosot tajam 70%,” kata Mijah. Keuntungan, ujar Mijah, se- makin merosot, padahal modal semakin besar. “Dalam kondisi harga normal, keuntungan pen- tapi Surtini tetap mematok Rp20 ribu. Padahal, ketika harga cabai rawit masih Rp10 ribu/ kg, harga cabai busuk hanya Rp3.000. “Cabai busuk biasanya untuk campuran pembuatan saus,” ujar Surtini. Surtini menuturkan kadang menjual cabai sekitar 1 ton per hari. Sekitar 0,5 ton, ujarnya, pasti cabai yang sudah layu. “Cabai itu paling lama tahan segar tiga hari,” ujarnya. Di tempat terpisah, pengusaha katering di kawasan Kecamatan Laweyan, Kasturi, menyatakan terpaksa mencampur cabai layu dengan cabai segar untuk pem- SAAT harga cabai rawit di Su- rakarta, Jawa Tengah, melonjak menjadi Rp100 ribu per kilo- gram, harga cabai busuk pun naik menjadi Rp20 ribu/kg. Cabai busuk itu banyak diburu pedagang makanan karena me- reka akan rugi kalau menggu- nakan cabai segar untuk pem- buatan sambal atau saus. “Saya ambil 3 kilogram, ya. Tolong campur (cabai busuk) dengan yang layu,” kata Suwar ketika membeli cabai dagangan Surtini di Pasar Legi, Surakarta, kemarin. Suwar beberapa kali menawar agar harga cabai Rp12 ribu/kg, jualan cabai per kilogram seki- tar Rp3.000 dengan total keun- tungan Rp300 ribu. Saat harga cabai tinggi, keuntungan malah merosot menjadi Rp2.000 per kilogram dengan total hanya Rp60 ribu karena jumlah cabai yang terjual ke pasar semakin sedikit,” ujarnya. Sementara itu, aksi pencurian cabai rawit di area kebun mu- lai marak di Kediri. Pencurian biasanya terjadi pada malam hari dengan cara memotong atau mencabut tanaman cabai. “Penjaga dibayar Rp20 ribu per hari,” ujar Sumiati, 45, petani setempat. (WJ/ES/FU/N-4)

SABTU, 8 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Gagal, Proyek ... fileGagal, Proyek Pengendali Banjir di Medan Harus dilakukan penyelidikan ... “Proyek pengendali banjir ga gal. Proyek yang

  • Upload
    ngodieu

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SABTU, 8 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Gagal, Proyek ... fileGagal, Proyek Pengendali Banjir di Medan Harus dilakukan penyelidikan ... “Proyek pengendali banjir ga gal. Proyek yang

6 SABTU, 8 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIANUSAUSANTARANTARA

Gagal, Proyek Pengendali

Banjir di MedanHarus dilakukan penyelidikan karena ada indikasi penyelewengan dana proyek pengendali banjir Kota Medan.

VIKTOR SIMANJUNTAK

yang bisa diselamatkan,” kata ayah dua anak itu.

Selama ini, ujar Daniel, banjir pada musim hujan hanya 1 meter. “Namun, banjir kali ini 3 meter. Pencarian setahun habis dalam sekejap ditelan banjir,” ujar pedagang bakso itu.

Di tempat terpisah, ratusan warga kelurahan Sei Mati, Ke camatan Medan Maimun, berdemonstrasi di kantor kelu-rahan setempat mendesak agar bantuan segera didistribusikan kepada korban banjir. Mereka marah ketika mendapati ma-kanan yang menumpuk dalam gu dang kelurahan. Lurah Sei Mati Ahmadin Harahap tidak menemui warga dan bertahan di dalam kantornya.

“Kami diberi makanan seper-ti nasi binatang. Mi instan yang sudah kembang, tanpa nasi dan lauk,” kata Masdalita, 38, korban banjir yang ikut demonstrasi.

Wali Kota Medan Rahudman Harahap mengatakan pihaknya masih mendata kerugian akibat banjir. “Ada 66 lokasi banjir yang tersebar di 15 kecamatan,” kata Rahudman.

Rahudman yang baru saja ter pilih sebagai Wali Kota Me-dan belum berbuat untuk men-gatasi banjir Kota Medan. Dia baru berencana untuk merelo-kasi warga yang berada di ban taran sungai supaya jangan menjadi korban setiap banjir. (YN/RS/Ant/N-4)

[email protected]

KOTA Medan masih saja dilanda banjir se tiap musim hu-jan. Padahal, proyek

pengendali banjir telah mene-lan Rp2,49 triliun sejak 1998 hingga 2010, yakni proyek Me-tropolitan Medan Urban Deve-lopment Project (MMUDP) se-besar Rp1,68 triliun dan proyek Pengendali Banjir Medan (fl ood control way) Rp818 miliar.

“Proyek pengendali banjir ga gal. Proyek yang menghabis-kan triliunan rupiah itu harus diselidiki,” kata aktivis Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat Sumut (Bakumsu) Mangaliat Simarmata di Medan, kemarin. Itu dikatakannya menanggapi masalah banjir yang melanda Kota Medan sejak Rabu (5/1) ma lam hingga Kamis (6/1) yang merendam ribuan rumah di 15 kecamatan. Tak ada kor-ban tewas akibat banjir itu.

Gagalnya proyek itu, menurut Mangaliat, sangat merugi kan war ga Kota Medan. “Pro yek ber biaya Rp818 miliar ba ru saja di resmikan Presiden (Susilo

Bam bang Yudhoyono), tapi ke-nya taannya banjir juga,” tegas-nya.

Setali tiga uang, pemerhati lingkungan dari Universitas Su matra Utara (USU) Jaya Arju na mengatakan banjir tak dapat dikendalikan karena tak berfungsinya kanal pengendali. “Kanal pengendali banjir di ka-wasan Titi Kuning, Kecamatan Medan Johor, tak berfungsi dengan baik. Hanya satu dari dua jalur yang berfungsi,” kata Jaya, kemarin.

Kanal yang berfungsi, ujar-nya, yaitu jalur kanan yang me ngarah ke Sungai Deli Me-dan. “Kanal ke kawasan Sungai Percut Sei Tuan, Deli Serdang, belum difungsikan,” ujarnya.

Mantan Direktur Eksekutif Wa hana Lingkungan Hidup (Wal hi) Sumut Effendi Panjai tan mendesak Polda Sumut agar me nindak perambah hutan di hulu sungai di Sibolangit, Deli Serdang, yang menyebabkan Kota Medan banjir. “Pembalak-an liar, pembangunan perumah-an, hotel, dan perkebunan sawit di hulu sungai harus segera di-hentikan. Para pelaku yang me-nyalahi aturan harus diproses secara hukum,” ujarnya.

Bersihkan lumpurWarga Gang Merdeka, Jl

Ka tamso, Kota Medan, Daniel Ginting, mulai membersihkan lumpur di rumahnya, kemarin. Ia mengeluhkan rumah dan pe-rabot rusak diterjang banjir.

“Habislah. Tidak banyak

Jalan makin Rusak, Pengendara Berjatuhanmelewati jalur alternatif.

“Sudah beberapa kali kenda-raan terperosok ke lubang dan tidak bisa bergerak. Kalau sudah seperti itu, pasti terja-di kemacetan lama. Karena, ken daraan yang terperosok meng halangi badan jalan,” kata Fahruddin, 45, warga Pati.

Di Aceh, kerusakan di ja-lur Geumpang, yang meng-hubungkan Kabupaten Pidie-Meulaboh, Aceh Barat, telah membawa korban. Kamis (6/1), truk pengangkut pekerja terjun ke jurang, sehingga menyebab-kan seorang tewas dan 10 orang lainnya luka-luka.

Di jalur ini, kondisi jalan sa-ngat membahayakan karena rusak parah akibat longsor dan ambles. Ada 13 titik longsor dan ambles yang harus diwaspa dai. (LD/AS/MR/N-2)

adalah saat keluar dari Kota Cilacap tujuan Kesugihan. Ham pir seluruh ruas jalan meng alami kerusakan. Ada yang berlubang, ada pula yang bergelombang, sehingga berba-haya bagi pengguna jalan.”

Wakil Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamudji membenar-kan dari total panjang jalan 1.010 kilometer, 90% di antara-nya rusak ringan, sedang, dan berat. “Yang sedang dan berat mencapai 60%.”

Di jalur Pantura Kudus-Pati, kerusakan parah terjadi pada jalur sepanjang 30 kilometer. Selain lubang besar dan penuh kubangan, badan jalan juga sangat sempit, sehingga meng-akibatkan kemacetan parah, nyaris setiap hari. Sejumlah pengemudi akhirnya mengalih-kan kendaraan mereka untuk

KERUSAKAN jalan di wilayah Banyumas, Purwokerto, dan Ci lacap, Jawa Tengah, semakin panjang, akibat hujan deras yang terus turun di wilayah ini. Cilacap menjadi wilayah de ngan kerusakan terpanjang mencapai ratusan kilometer.

Ruas jalan yang mengalami kerusakan di daerah ini berada di Kecamatan Kesugihan-Kota Cilacap. Selain itu, di bagian ba rat mulai dari Kecamatan Ka-rangpucung hingga perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat. Keru-sakan juga ditemukan di seki-tar Kecamatan Kroya hingga perbatasan dengan Kabupaten Kebumen.

Pramono, 41, warga di Kesu-gihan mengungkapkan bah-wa kerusakan terjadi sete-lah musim angkutan Lebaran 2010 lalu. “Yang paling terasa

ANTARA/SEPTIANDA PARDANA

JEMBATAN PUTUS: Jembatan Pante Tugu putus dan fondasinya terkikis di Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, kemarin. Jembatan yang menghubungkan 15 desa di Kecamatan Namorambe itu terputus akibat diterjang banjir pada Kamis (6/1).

Korban Material Bromo

DirelokasiPEMERINTAH Kabupaten Pro-bolinggo, Jawa timur, akan me-relokasi warga dari sejumlah desa yang diterjang banjir ban-dang material vulkanis Gunung Bromo. Desa-desa tersebut dini-lai sudah tidak layak huni.

Kepala Badan Penanggulang-an Bencana Probolinggo Mashuri Efendi mengungkapkan ban-jir bandang membawa mate-rial vulkanis berupa abu, pasir, kerikil, dan batu. Material itu terbawa arus Sungai Paser dan menerjang rumah penduduk dan merusak infrastruktur.

Badan mencatat banjir ban-dang menerjang sejumlah desa di Kecamatan Wonomerto, Kuri-pan, dan Sumberasih. “Kami su dah melihat langsung ke lokasi dan menilai permukiman pen-duduk yang terkena banjir ban-dang sudah tidak layak huni,” tandas Mashuri, kemarin.

Banjir bandang terjadi pada Rabu (5/1) sore. Air bah menya-pu Dusun Dawuhan di Desa Pa-talan, Kecamatan Wonomerto, Dusun Krajan di Desa Wringi-nanom, Kecamatan Kuripan, dan Desa Pesisir, Kecamatan Sumberasih.

Kemarin, air yang mengge-nangi wilayah itu sudah surut. Pemandangan yang terlihat di lokasi adalah hamparan pasir, lumpur, dan batu.

Dari Mentawai, Sumatra Ba-rat, dilaporkan, sebagian peng-ungsi tsunami yang ditempat-kan pemerintah di beberapa titik hunian sementara kembali ke pengungsian lama, tidak jauh dari kampung mereka du lu. Warga mengaku harus mengolah ladang karena mem-butuhkan uang.

“Ladang mereka tidak jauh dari kampung yang terkena tsunami. Saat ini mereka sedang butuh duit, makanya mereka kembali ke pengungsian lama untuk mengolah dan panen cokelat, nilam, kelapa, dan hasil ladang,” kata tokoh masyarakat Mentawai Kortanius Sabeleake. (BN/HR/YH/N-2)

MI/LILIEK DHARMAWAN

JALAN BERLUBANG: Para pengendara harus berhati-hati saat melewati jalan berlubang di jalan provinsi yang menghubungkan Banyumas-Purbalingga tepatnya di Desa Kedungmalang, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah, kemarin.

Cabai Busuk Rp20 Ribu/Kg pun Ludesbuatan sambal. “Karena kalau semua menggunakan cabai se-gar, tidak untung,” ujarnya.

Masih di Jawa Tengah, pema-sok cabai ke sejumlah pasar di Purwokerto, Mijah, 36, meng-ungkapkan pada saat harga se-kitar Rp40 ribu/kg, penyerapan pedagang cukup banyak. “Saat cabai rawit merah harganya Rp95 ribu/kg, penyerapan me rosot drastis hanya sekitar 40 kg atau merosot tajam 70%,” kata Mijah.

Keuntungan, ujar Mijah, se-makin merosot, padahal modal semakin besar. “Dalam kondisi harga normal, keuntungan pen-

tapi Surtini tetap mematok Rp20 ribu. Padahal, ketika harga ca bai rawit masih Rp10 ribu/kg, harga cabai busuk hanya Rp3.000. “Cabai busuk biasanya untuk campuran pembuatan saus,” ujar Surtini.

Surtini menuturkan kadang menjual cabai sekitar 1 ton per hari. Sekitar 0,5 ton, ujarnya, pasti cabai yang sudah layu. “Cabai itu paling lama tahan se gar tiga hari,” ujarnya.

Di tempat terpisah, pengusaha katering di kawasan Keca matan Laweyan, Kasturi, me nya takan terpaksa mencampur cabai layu dengan cabai segar untuk pem-

SAAT harga cabai rawit di Su-rakarta, Jawa Tengah, melonjak menjadi Rp100 ribu per kilo-gram, harga cabai busuk pun naik menjadi Rp20 ribu/kg. Cabai busuk itu banyak diburu pedagang makanan karena me-reka akan rugi kalau menggu-nakan cabai segar untuk pem-buat an sambal atau saus.

“Saya ambil 3 kilogram, ya. To long campur (cabai busuk) dengan yang layu,” kata Suwar ketika membeli cabai dagangan Surtini di Pasar Legi, Surakarta, kemarin.

Suwar beberapa kali menawar agar harga cabai Rp12 ribu/kg,

jualan cabai per kilogram seki-tar Rp3.000 dengan total keun-tungan Rp300 ribu. Saat harga cabai tinggi, keuntungan malah merosot menjadi Rp2.000 per kilogram dengan total hanya Rp60 ribu karena jumlah cabai yang terjual ke pasar semakin sedikit,” ujarnya.

Sementara itu, aksi pencurian cabai rawit di area kebun mu-lai marak di Kediri. Pencurian biasanya terjadi pada malam hari dengan cara memotong atau mencabut tanaman cabai. “Penjaga dibayar Rp20 ribu per hari,” ujar Sumiati, 45, petani setempat. (WJ/ES/FU/N-4)