88
BAB I KONSEP DASAR A. Kistik Fibrotik 1. Pengertian Fibrosis kistik merupakan kelainan monogenik pada transpor epitel yang mempengaruhi sekresi cairan epitel pada berbagai sistem tubuh: pernafasan, pencernaan, reproduksi (Emmons, 2007). Penyebab utama kematian penderita fibrosis kistik adalah penyakit paru-paru tahap akhir (Benditt, 2008). Fibrosis kistik adalah suatu gangguan kronik multisistem yang ditandai dengan infeksi endobronkial berulang, penyakit paru obstruktif progresif dan insufisiensi pankreas dengan gangguan absorbsi/malabsorbsi intestinal (Kris, 2008). Cystic fibrosis merupakan gangguan monogenic yang ditemukan sebagai penyakit multisistem. Penyakit ini ditandai dengan adanya infeksi bakteri kronis pada saluran napas yang pada akhirnya akan menyebabkan bronciectasis dan bronchiolectasis, insufisiensi exokrin pancreas, dan disfungsi intestinal, fungsi kelenjar keringat abnormal, dan disfungsi urogenital (Nuzulul, 2011). 2. Etiologi Fibrosis kistik merupakan penyakit autosomal resesif akibat mutasi gen yang terletak pada kromosom 7. Mutasi gen 1

Seminarrrrrr Gabung New

Embed Size (px)

DESCRIPTION

seminar keperawatan

Citation preview

Page 1: Seminarrrrrr Gabung New

BAB I

KONSEP DASAR

A. Kistik Fibrotik

1. Pengertian

Fibrosis kistik merupakan kelainan monogenik pada transpor epitel yang

mempengaruhi sekresi cairan epitel pada berbagai sistem tubuh: pernafasan, pencernaan,

reproduksi (Emmons, 2007). Penyebab utama kematian penderita fibrosis kistik adalah

penyakit paru-paru tahap akhir (Benditt, 2008).

Fibrosis kistik adalah suatu gangguan kronik multisistem yang ditandai dengan

infeksi endobronkial berulang, penyakit paru obstruktif progresif dan insufisiensi

pankreas dengan gangguan absorbsi/malabsorbsi intestinal (Kris, 2008).

Cystic fibrosis merupakan gangguan monogenic yang ditemukan sebagai

penyakit multisistem. Penyakit ini ditandai dengan adanya infeksi bakteri kronis pada

saluran napas yang pada akhirnya akan menyebabkan bronciectasis dan bronchiolectasis,

insufisiensi exokrin pancreas, dan disfungsi intestinal, fungsi kelenjar keringat abnormal,

dan disfungsi urogenital (Nuzulul, 2011).

2. Etiologi

Fibrosis kistik merupakan penyakit autosomal resesif akibat mutasi gen yang

terletak pada kromosom 7. Mutasi gen ini menyebabkan hilangnya fenilalanin pada rantai

asam amino 508 yang dikenal sebagai regulator transmembran fibrosis kistik (CFTR).

Protein CFTR merupakan rantai asam amino yang berfungsi sebagai saluran

clorida diatur oleh AMP siklik. Proses pembentukan CFTR seluruhnya ditemukan pada

membrane plasma epitel normal. Mutasi DF508 menyebabkan proses yang tidak benar

dan pemecahan protein CFTR intraseluler sehingga tidak ditemukannya protein CFTR

pada lokasi seluler.

Disfungsi epitel, epitel yang dirusak oleh fibrosis kistik memperlihatkan fungsi

yang berbeda, misalnya bersifat volume sekretorik atau pancreas dan bersifat garam

absorbsi tetapi tidak volume absorbsi atau saluran keringat dimana pada kelenjar keringat

konsentrasi Na+ dan Cl- yang disekresikan tinggi (Kris, 2008).

1

Page 2: Seminarrrrrr Gabung New

Pada paru-paru, secret yang menebal dan lengket menyumbat saluran nafas

distal dan kelenjar submukosa sehingga menutupi permukaan saluran nafas dan secret

yang tebal dan kental ini adalah media yang baik untuk tumbuhnya kuman pathogen yang

tidak mudah untuk dieradikasi seperti pseudomonas aureginosa, staphylococcus aureus

dan lain-lain sehingga terjadi infiltrasi neutrofil.

Fibrosis kistik merupakan suatu kelainan genetik. Sekitar 5% orang kulit putih

memiliki 1gen cacat yang berperan dalam terjadinya penyakit ini. Gen ini bersifat resesif

dan penyakithanya timbul pada seseorang yang memiliki 2 buah gen ini. Seseorang yang

hanya memiliki1 gen tidak akan menunjukkan gejala.Gen ini mengendalikan

pembentukan protein yang mengatur perpindahan klorida dan natriummelalui selaput sel.

Jika kedua gen ini abnormal, maka akan terjadi gangguan dalam pemindahan klorida dan

natrium, sehingga terjadi dehidrasi dan pengentalan sekresi.

Fibrosis kistik menyerang hampir seluruh kelenjar endokrin (kelenjar yang

melepaskancairan ke dalam sebuah saluran). Pelepasan cairan ini mengalami kelainan

dan mempengaruhi fungsi pada beberapa kelenjar (misalnya pankreas dan kelenjar di

usus), cairan yang dilepaskan (sekret) menjadi kental atau padat dan menyumbat kelenjar.

Penderita tidak memiliki berbagai enzim pankreas yang diperlukan dalam proses

penguraian dan penyerapan lemak diusus sehingga terjadi malabsorpsi (gangguan

penyerapan zat gizi dari usus) dan malnutrisi Kelenjar penghasil lendir di dalam saluran

udara paru-paru menghasilkan lendir yangkental sehingga mudah terjadi infeksi paru-

paru menahun. Kelenjar keringat, kelenjar parotis dan kelenjar liur kecil melepaskan

cairan yang lebih banyak kandungan garamnya dibandingkan dengan cairan yang normal

(Nuzulul, 2011).

2

Page 3: Seminarrrrrr Gabung New

3. Patofisiologi

Fibrosis kistik merupakan kelainan autosomal resesif disebabkan mutasi gen

pengkode protein cystic fibrosis transmembrane conductance regulator (CFTR) yang

terletak di kromosom 7q31.2. Beberapa fungsi penting CFTR :

a. Regulasi kanal-kanal ion tambahan dan proses selular melalui aksi nucleotidebinding

domain, termasuk outwardly rectified chloride channels, inwardly rectified potassium

channels (Kir6.1), epithelial sodium channel (ENaC), kanal gap junction, dan proses

selular yang terkait transpor ATP dan sekresi mukus.

Dari kesemuanya, interaksi CFTR dengan ENaC memiliki keterkaitan yang paling

bermakna dalam patofisiologi fibrosis kistik. ENaC terletak di permukaan apical sel

epitel eksokrin dan bertanggungjawab atas transport sodium intrasitoplasma dari

cairan lumen dan menyebabkan hipotnisitas cairan lumen. Kerja ENaC normal

diinhibisi oleh CFTR yang berfungsi, sehingga pada fibrosis kistik, kerjanya akan

meningkat dan menyebabkan augmentasi bermakna sodium melalui membrane

apikal. Pegecualian terjadi pada ENaC kelenjar keringat yang mengalami penurunan

aktivitas akibat mutasi CFTR dan menghasilkan cairan lumen hipertonik dan kaya

NaCl.

b. Fungsi CFTR bersifat spesifik sehingga pengaruh mutasinya pun spesifik jaringan.

Fungsi utama CFTR pada kelenjar keringat adalah untuk mereabsorbsi ion klorida

lumen dan augmentasi sodium melalui ENaC sehingga gangguan fungsi CFTR akan

menyebabkan kelainan pada komposisi keringat. CFTR juga bertanggungjawab akan

epitel saluran pernafasan dan pencernaan dan menyebabkan adanya sekresi klorida

luminal aktif. Mutasi CFTR akan menyebabkan penurunan atau hilangnya sekresi

tersebut bersamaan dengan peningkatan absorpsi sodium lumen, memicu penurunan

kandungan air pada lapisan mukosa sel. Lapisan permukaan yang mengalami

dehidrasi akan menyebabkan defek kerja mukosiliar dan akumulasi sekret yang kental

dan hiperkonsentrasi yang menyebabkan onstruksi jalan nafas serta menjadi

predisposisi infeksi paru-paru berulang.

c. CFTR memediasi transport ion bikarbonat. Pada CFTR abnormal, menyebabkan

sekresi cairan asam karena penurunan ion bikarbonat. Ph lumen yang menurun

menyebabkan banyak efek samping seperti peningkatan presipitasi musin dan

3

Page 4: Seminarrrrrr Gabung New

penyumbatan duktus serta meningkatkan perlekatan bakteri pada sumbat musin. Hal

inilah yang kemudian menjadi dasar terjadinya insufisiensi pankreas pada mutasi

CFTR.

Penanda diagnostik biofisik epitel saluran pernafasan fibrosis kistik adalah

peningkatan selisih potensial/ potential difference (PD) transepitel. PD transepitel

merefleksikan laju transport aktif ion dan resistensi epitel terhadap aliran ion. Epitel

saluran pernafasan fibrosis kistik memperlihatkan abnormalitas absorpsi aktif Na+ dan

sekresi aktif Cl– yang menandakan hilangnya cyclic AMP–dependent kinase dan transpor

protein kinase C–regulated Cl– oleh CFTR. Namun, adanya kemiripan fungsi Ca2+-

activated Cl– channel (CaCC) yang diekpresikan pada membran apikal berpotensi

menjadi target terapi untuk menggantikan fungsi sekresi Cl– dari CFTR. Dasar kelainan

pada epitel saluran pernafasan fibrosis kistik adalah regulasi abnormal absorpsi Na+ atau

kegagalan fungsi sekunder CFTR sebagai inhibitor tonik epithelial Na+ channel.

Mekanisme molekular yang memediasi aksi ini masih belum diketahui (Benditt, 2008).

Gangguan pernafasan merupakan manifestasi klinis penderita fibrosis kistik

pada tahun-tahun awal kehidupan yang ditandai dengan batuk berat dan infiltrate rekuren

pada paru-paru disertai dengan kegagalan tumbuh-kembang. Bersihan mukus merupakan

mekanisme pertahanan utama saluran pernafasan melawan bakteri yang diinhalasi.

Mukus tersebut diproduksi oleh permukaan saluran pernafasan dengan menjaga volume

air melalui laju absorpsi aktif Na+ dan sekresi Cl. Hipotesis utama patofisiologi fibrosis

kistik pada saluran pernafasan adalah kegagalan regulasi absorpsi Na+ dan

ketidakmampuan sekresi Cl– melalui CFTR menurunkan volume air pada permukaan

saluran pernafasan. Keduanya menyebabkan penebalan mukus dan deplesi cairan

perisiliar yang menyebabkan adhesi mukus pada saluran pernafasan dan kegagalan

bersihan mukus dari saluran pernafasan, baik melalui kerja silia maupun melalui

mekanisme batuk.

Infeksi khas pada saluran pernafasan fibrosis kistik selalu melibatkan lapisan

mukus dibandingkan invasi epitel atau dinding saluran. Predisposisi infeksi kronis

fibrosis kistik oleh Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa sejalan dengan

kegagalan bersihan mukus. Rendahnya tekanan O2 menyebabkan hipoksia dan terjadinya

stasis mukus yang mempermudah pertumbuhan bakteri di koloni biofilm dalam plak

4

Page 5: Seminarrrrrr Gabung New

mukus yang melekat pada saluran pernafasan fibrosis kistik. Infeksi saluran pernafasan

atas merupakan gangguan yang paling sering menjadi manifestasi klinis pasien fibrosis

kistik. Sinusitis kronis seringkali dijumpai pada masa kanak-kanak, menyebabkan

obstruksi nasal dan rhinorrhea. Insidensi polip nasal mencapai 25% dan seringkali

membutuhkan terapi dengan steroid topikal atau tindakan pembedahan (Kris, 2008).

Pada infeksi saluran pernafasan bawah, gejala awal adalah batuk yang semakin

lama semakin persisten diikuti dengan sputum yang kental, purulen, dan seringkali

berwarna kehijauan. Periode remisi bergantian dengan eksaserbasi yang ditandai dengan

perburukan batuk, turunnya berat badan, demam subfebris, peningkatan volume sputum,

dan penurunan fungsi paru-paru. Periode eksaserbasi akan semakin sering sehingga

proses penyembuhan paru-paru tidak sempurna dan memicu terjadinya gagal nafas.

Penderita fibrosis kistik memiliki karakteristik mikrobiologi sputum yang khas.

Haemophilus influenzae dan S. aureus merupakan organisme yang sering ditemui pada

pasien yang baru didiagnosis menderita fibrosis kistik. P. aeruginosa, seringkali mukoid

dan resisten antibiotik, biasanya didapati pada kultur sekret saluran pernafasan bawah

sesudahnya. Burkholderia (dahulu dikenal sebagai Pseudomonas cepacia) juga

ditemukan pada sputum penderita fibrosis kistik dan patogenik. Gram negatif lainnya

antara lain Alcaligenes xylosoxidans, B. gladioli, dan bentuk mukoid Proteus,

Escherichia coli, dan Klebsiella. 50% penderita fibrosis kistik memiliki Aspergillus

fumigatus dalam sputum, 10% penderita ini menunjukkan sindroma alergi aspergilosis

bronkopulmonal (Benditt, 2008).

Kelainan awal yang didapati pada pasien anak-anak dengan fibrosis kistik

adalah peningkatan rasio volume residual hingga kapasitas total paru-paru. Seiring

dengan berjalannya penyakit, terdapat perubahan reversible dan irreversible pada

perkembangan forced vital capacity (FVC) dan forced expiratory volume in 1 s (FEV1).

Komponen reversible merefleksikan akumulasi sekret intraluminal dan/atau reaktivitas

saluran pernafasan yang didapati pada 40–60% pasien fibrosis kistik. Komponen

irreversible merefleksikan destruksi dinding saluran pernafasan dan bronkiolitis.

Perubahan awal pada pencitraan dada penderita fibrosis kistik adalah hiperinflasi paru-

paru yang menandakan obstruksi saluran pernafasan kecil. Setelahnya akan didapati

5

Page 6: Seminarrrrrr Gabung New

impaksi mukus luminal, konstriksi bronkus, dan akhirnya bronkiektasis. Perubahan

terberat akan didapati pada lobus kanan atas untuk alasan yang belum diketahui.

Gangguan paru-paru fibrosis kistik dikaitkan dengan banyaknya komplikasi

intermiten, contohnya pneumothorax (>10% pasien). Adanya darah dalam jumlah kecil di

sputum seringkali didapati pada pasien fibrosis kistik dengan gangguan paru-paru lanjut.

Hemoptisis masif mengancam nyawa. Dengan semakin beratnya penyakit, akan timbul

gejala gagal nafas yang diikuti dengan gagal jantung (Kris, 2008).

4. Manifestasi Klinik

Karena sifat penurunannya yang autosomal resesif, penderita dengan dua alel

resesif akan memberikan manifestasi klinis, sementara carrier akan tetap asimptomatik.

Kombinasi mutasi kedua alel akan mempengaruhi fenotipe keseluruhan dan manifestasi

spesifik pada organ. Dua mutasi berat (kelas I, II, dan III) dengan tidak adanya CFTR

membran dikaitkan dengan fenotipe klasik (insufisiensi pankreas, infeksi sinopulmonal,

dan gangguan saluran pencernaan). Mutasi ringan (kelas IV atau V) pada salah satu atau

kedua alel akan memberikan fenotipe yang lebih ringan pula. Prinsip ini berlaku untuk

gangguan pankreas, namun kurang tepat diterapkan pada gangguan pernafasan pada

penderita fibrosis kistik. Pada penderita fibrosis kistik nonklasik atau atipikal akan

didapati fenotipe yang tampaknya tidak berkaitan dengan mutasi CFTR, seperti

pankreatitis idiopatik kronis, late-onset chronic pulmonary disease, bronkiektasis

idiopatik, dan azoospermia obstruktif disebabkan tidak adanya kedua vas deferens.

Besarnya variasi mutasi dan fenotip menyebabkan sulitnya aplikasi teknologi diagnostik

DNA untuk mendeteksi carrier pada populasi besar.

a. Gejala Gastrointestinal

Pada 85-90% penderita kistik fibrosis akan mengalami kemunduran fungsi pankreas

yang akan ditandai dengan feses yang berminyak (steatorrhea), perut yang

mengembung, fat-soluble vitamin defisiensi dan malnutrisi. Pada kistik fibrosis juga

dapat timbul sirosis pada sekitar 5% pasien.

b. Penyakit respirasi

6

Page 7: Seminarrrrrr Gabung New

Kistik fibrotik dapat menimbulkan beberapa gejala seperti infeksi kronis saluran

pernafasan yang dapat menyebabkan bronkiektasis, gas trapping, hypoxemia dan

hiperkabia. Ini merupakan penanda utama dari kistik fibrosis.

c. Kelainan pada system endokrin

Pada kistik fibrosis dapat menyebabkan disfungsi pankreas yang nantinya akan

menimbulkan defisiensi insulin sehingga dapat menyebabkan cystic fibrosis related

diabetes mellitus (CFRD). Pada wanita dengan diabetes akan memiliki survival rate

lebih rendah dibandingkan dengan pria. Selain defisiensi insulin, pada kistik fibrosis

pun dapat timbul osteoporosis akibat defisiensi vitamik D.

d. Pada sistem reproduksi

Pada pria dapat terjadi azoospermia dan infertilitas karena kelainan congenital

bilateral pada vas deferens, sedangkan pada wanita tidak.

5. Penatalaksanaan

Penatalaksaan fibrosis kistik meliputi dua hal yaitu medikamentosa dan

pembedahan :

a. Chronic pulmonary treatment

Pasien fibrosis kistik mungkin mengeluhkan gejala kronik dari obstruksi hidungnya

berupa discharge purulen atau batuknya sehingga dibutuhkan terapi antibiotik efektif

terhadap kuman pseudomonas dan staphylococci serta digabung dengan irigasi

rongga hidung rutin (aggresive nasal toilet) mungkin dapat meredakan gejala klinis

yang ada.

Irigasi rongga hidung memegang peranan penting yang sebaiknya dilakukan rutin

pada pasien yang mulai timbul keluhan. Keluhan ini terjadi karena gangguan

mucociliary clearance secara kronik. Irigasi menggunakan saline bertujuan

menurunkan kolonisasi bakteri, mencuci keluar sekresi lendir yang menyebabkan

obstruksi, dan secara berkala membantu vaskonstriksi pembuluh darah konka. Irigasi

juga diperlukan terhadap semua intervensi pembedahan karena walau tujuan

pembedahan membesarkan ostium sinus namun tidak ditujukan terhadap kerusakan

mucociliary clearance yang ditimbulkan akibat pembedahan.

b. Antibiotik

7

Page 8: Seminarrrrrr Gabung New

Beberapa ahli menggunakan antibiotik antipseudomonal seperti tobramycin sebagai

tambahan dalam irigasi rongga hidung dan dilaporkan berhasil menurunkan

kolonisasi bakteri pseudomonas. Selain itu sering dipakai golongan makrolid seperti

azythromicin yang akan menurunkan factor virulensi dari virus, menurunkan produksi

biofilm dan memilikin efek bactericidal pada fase biofilm (stationary). Penggunaan

dosis tinggi ibuprofen juga sering dipakai dalam pengobatan kistik fibrosis tetapi

pada penelitian didapatkan hasil yang tidak signifikan terhadap FEV1. Ibuprofen

dipakai ketika sebelum kistik fibrosis mengalami inflamasi berat dan belum terjadi

perubahan patologis pada paru-paru.

c. Bronkodilator

d. Steroid

e. Mukolitik

f. Airway clearance technique

Ini dapat dilakukan dengan metode seperti perkusi, postural drainage, positive

expiratory pressure (PEP) device, high pressure PEP devices, active cycle of

breathing techniques, airway-oscillating devices, high frequency chest wall

oscilliation devices dan autogenic drainage (chect physiotherapy).

g. Penyakit hati kolestasis didapati pada 8% penderita fibrosis kistik. Pengobatan

dengan asam urodeoxykolat dimulai bila didapati peningkatan alkalin fosfatase dan

gammaglutamyl transpeptidase (GGT) (3x normal). Penyakit hati tahap akhir didapati

pada 5% penderita fibrosis kistik dan dapat ditatalaksana dengan transpalantasi.

h. Jika telah terjadi gangguan endokrin, dapat juga diberikan terapi insulin.

Hiperglikemia merupakan indikasi untuk dilakukannya terapi insulin pada orang

dewasa.

i. Pengobatan sindroma obstruksi usus, megalodiatrizoate atau radiokontras hipertonik

lainnya yang diberikan melalui enema dapat dilakukan. Untuk mengontrol gejala,

pengaturan enzim pankreas dan penggunaan larutan garam berisi agen aktif seperti

propilenglikol dapat digunakan.

j. Perbaikan Nutrisi

Pada penderita kistik fibrosis harus diperhatikan nutrisinya karena nutrisi yang baik

berhubungan dengan fungsi paru-paru yang baik. Perbaikan nutrisi dapat dengan

8

Page 9: Seminarrrrrr Gabung New

pemberian suplemen enzim pankreas pada beberapa pasien dengan insufisiensi

pankreas dengan dosis 2500 unit/kg/makan, selain itu juga dapat diberikan vitamin

larut lemak seperti A,D,E dan K karena pada kistik fibrosis sering terjadi defisiensi

vitamin yang larut dalam lemak. Pada neonatus dengan kistik fibrosis, pemberian ASI

dapat memberikan dampak yang baik terhadap survival ratenya.

k. Pembedahan

Terapi pembedahan dilakukan bila terapi medikamentosa tidak efektif, bagaimanapun

juga pertimbangan untuk dilakukan pembedahan harus benar-benar matang karena

kemungkinan terbentuknya mucus kental yang banyak selama operasi dengan

anastesi umum yang resikonya semakin meningkat sejalan dengan lamanya intubasi.

Selain itu jika seluruh pengobatan gagal, dapat dilakukan transplantasi paru-paru.

B. Bronkopneumonia

1. Pengertian

Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola

penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan

meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer, 2002).

Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam

macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing (Ngastiyah,2005).

Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleh eksudat,

kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat

lobules, disebut juga pneumonia lobaris (Wong, 2000).

Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia berarti

peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus) (Mansjoer,

2000). Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai

bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara

penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke

bronkus (Sujono, 2009).

Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan

oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai daerah

bronkus dan sekitar alveoli.

9

Page 10: Seminarrrrrr Gabung New

2. Etiologi

Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh

adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen.

Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ

pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia

yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat. Timbulnya

bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikrobakteri,

mikoplasma, dan riketsia. Menurut, Nettina (2001) penyebab bronkopneumonia antara

lain:

a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.

b. Virus : Legionella pneumonia

c. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

d. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru

e. Terjadi karena kongesti paru yang lama

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien

yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam

mulut dank arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma (Smeltzer, 2002).

3. Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang

disebabkan oleh bakteri Staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena aspirasi

makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut :

a. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh

darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli

b. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran

pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal

dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian

terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

(Smeltzer, 2002).

4. Manifestasi Klinik

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoris bagian

atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius

10

Page 11: Seminarrrrrr Gabung New

dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia

pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar

hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak

ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering

kemudian menjadi produktif.

Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi

dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar

hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung

luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan

pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang

(Ngastiyah, 2005).

5. Penatalaksanaan

a. Oksigen 1-2 liter per menit

b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui selang

nasogastrik dengan feeding drip

c. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi

d. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Mansjoer, 2000).

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Fokus

a. Demografi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan

b. Keluhan utama : saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh

sesak nafas, disertai batuk ada sekret tidak bisa keluar.

c. Riwayat penyakit sekarang

Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap dengan

produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan

berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih atau

kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan,

dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna

kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.

d. Riwayat penyakit dahulu

11

Page 12: Seminarrrrrr Gabung New

Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus

yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya

bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang

misalnya debu atau asap.

e. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor

keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.

f. Pola pengkajian

1) Pernafasan

Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan

produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3

bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau,

putih/ kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan

pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok

sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji)

Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.

Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernafas, penggunaan otot

bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klavikula,

melebarkan hidung). Dada : dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian

diameter AP (bentuk barel), gerakan difragma minimal. Bunyi nafas : krekels

lembab, kasar. Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu-abu

keseluruhan.

2) Sirkulasi

Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah

Tanda : Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung atau takikardi

berat, distensi vena leher (penyakit berat), edema dependen, tidak berhubungan

dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan

peningkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane mukosa : normal atau

abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.

3) Makanan / cairan

12

Page 13: Seminarrrrrr Gabung New

Gejala : Mual / muntah, nafsu makan buruk / anoreksia, ketidakmampuan untuk

makan karena distress pernafasan

Tanda : Turgor kulit buruk, berkeringat, palpitasi abdominal dapat menyebabkan

hepatomegali.

4) Aktifitas / istirahat

Gejala : Keletihan, keletihan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktifitas

sehari- hari karena sulit bernafas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam

posisi duduk tinggi, dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau

istirahat

Tanda : Keletihan, gelisah/ insomnia, kelemahan umum / kehilangan masa otot

5) Integritas ego

Gejala : Peningkatan faktor resiko

Tanda : Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka rangsang

6) Hygiene

Gejala : Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas

sehari- hari

Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

7) Keamanan

Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat atau faktor lingkungan. Adanya

infeksi berulang.

g. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

a) Pemeriksaan darah

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis

(meningkatnya jumlah neutrofil) (Nettina 2001).

b) Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan

untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk

mendeteksi agen infeksius.

c) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa

(Nettina, 2001)

13

Page 14: Seminarrrrrr Gabung New

d) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia

e) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen

mikroba (Nettina, 2001)

2) Pemeriksaan radiologi

a) Rontgenogram thoraks

Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi

pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada

infeksi stafilokokus dan haemofilus

b) Laringoskopi atau bronkoskopi untuk menentukan apkah jalan nafas

tersumbat oleh benda padat (Nettina, 2001).

2. Pathway Keperawatan

Terlampir

3. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi trakeobonkial,

pembentukan edema, peningkatan produksi sputum

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus

kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah

c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi,

anoreksia

e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-

hari.

4. Fokus Intervensi

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi trakeobonkial,

pembentukan edema, peningkatan produksi sputum

Tujuan : Mengidentifikasi atau menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan nafas

Kriteria hasil : Menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada

dispenia.

Intervensi :

1) Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada

14

Page 15: Seminarrrrrr Gabung New

Rasional : Takipneau, pernafasan dangkal, dan pergerakan dada tidak simetris

sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan cairan paru.

2) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi

nafas adventius. Misalnya : krekels atau mengi.

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

Bunyi nafas bronchial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area

konsolidasi. Krekels, ronki, mengi terdengar inspirasi dan ekspirasi pada respon

terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan nafas/ obstruksi.

3) Bantu pasien latihan nafas sering. Bantu pasien mempelajari melakukan batuk,

misalnya dengan menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.

Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru- paru atau jalan

nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami,

membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas pasien. Penekanan

menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya nafas

lebih dalam dan lebih kuat.

4) Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/ hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air

hangat daripada dingin.

Rasional : Cairan (khususnya hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

5) Lakukan penghisapan sesuai indikasi.

Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada

pasien yang tidak mampu melakukan, karena batuk tidak efektif atau perubahan

tingkat kesadaran.

6) Berikan sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik.

Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.

Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan

ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati- hati, karena dapat

menurukan upaya batuk atau menekan pernafasan.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus

kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah

15

Page 16: Seminarrrrrr Gabung New

Tujuan : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan dengan GDA dalam

rentang normal dan tidak ada gejala distress pernafasan

Kriteria Hasil : Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Intervensi :

1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas.

Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat

keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

2) Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku. Catat adanya sianosis

perifer atau sirkulasi sentral

Rasional : Sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap

demam atau menggigil. Namun, sianosis daun telinga, membrane mukosa, dan

kulit sekitar mulut menunjukan hipoksemia sistemik.

3) Awasi frekuensi jantung atau irama.

Rasional : Takikardia biasanya ada karena demam atau dehidrasi. Tetapi juga

dapat merupakan respon terhadap hipoksemia.

4) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktifitas

senggang.

Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen

untuk memudahkan perbaikan infeksi.

5) Tinggikan kepala dan dorong untuk sering mengubah posisi, nafas dalam dan

batuk efektif.

Rasional : tindakan ini mengingatkan inspirasi maksimal, meningkatkan

pengeluaran secret untuk perbaikan ventilasi.

6) Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah atau perasaan. Jawab

pertanyaan dengan jujur, kunjungi dengan sering sesuai indikasi.

Rasional : Ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai dengan respon

fisiologi terhadap hipoksia. Pemberian keyakinan dan peningkatan rasa aman

dapat menurunkan komponen psikologis, sehingga menurunkan kebutuhan

oksigen dan efek merugikan dari respon fisiologi.

7) Berikan terapi oksigen dengan benar.

16

Page 17: Seminarrrrrr Gabung New

Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg.

Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman dengan tepat

dalam toleransi pasien.

c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli

Tujuan : Menunjukan pola nafas tidak efektif dengan frekuensi dan kedalaman

rentang normal dan paru bersih

Kriteria Hasil : Partisipasi dalam aktifitas atau perilaku peningkatan fungsi paru.

Intervensi :

1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan,

termasuk penggunaan otot bantu atau pelebaran nasal.

Rasional : Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja

nafas. Kedalaman pernfasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas.

2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventius seperti krekels

atau mengi

Rasional : Bunyi nafas menurun atau tidak ada jika jalan nafas obstruksi sekunder

terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps jalan nafas kecil (atelektasis). Ronki dan

mengi menyertai obstruksi jalan nafas.

3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bantu pasien turun dari tempat

tidur dan ambulasi dini.

Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan

pernafasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatakan pengisian udara

segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.

4) Observasi pola batuk dan karakteristik sekret.

Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering atau iritasi. Sputum

berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan (infark paru) atau anti

koagulan berlebihan.

5) Berikan oksigen tambahan

Rasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

6) Berikan humidifier tambahan, misalnya nebulizer.

17

Page 18: Seminarrrrrr Gabung New

Rasional :Memberikan kelembaban pada membrane mukosa dan membantu

pengenceran secret untuk memudahkan pembersihan.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi,

anoreksia

Tujuan : Pemenuhan nutrisi mencukupi kebutuhan

Kriteria Hasil : Menunjukan peningkatan nafsu makan, mempertahankan atau

meningkatkan berat badan

Intervensi :

1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya: sputum

banyak, pengobatan, atau nyeri.

Rasional : Pilihan intervensi tergantung penyebab masalah.

2) Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah, drainase postural dan

sebelum makan.

Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien yang

dapat menurunkan mual.

3) Berikan makan porsi kecil dan sering, termasuk makanan kering dan makanan

yang menarik untuk pasien.

Rasional : Meningkatkan masukan walaupun nafsu makan mungkin lambat untuk

kembali

4) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan.

Rasional :Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau

keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan

terhadap infeksi, dan atau lambatnya respon terhadap terapi.

e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-

hari.

Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktivitas

Kriteria Hasil : tidak ada dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam

rentang normal

Intervensi :

18

Page 19: Seminarrrrrr Gabung New

1) Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas. Catat laporan dispneu, peningkatan

kelemahan, dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktifitas.

Rasional : Menetapkan kebutuhan atau kemampuan pasien dan memudahkan

dalam pemilihan intervensi.

2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai

indikasi. Dorong penggunaaan manajemen stress dan pengalihan yang tepat.

Rasional : Menurunkan stress dan rangsangan berlebih.

3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan pentingnya

keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan

kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan

aktivitas dengan respon individual pasien terhadap aktifitas dan perbaikan

kegagalan pernafasan.

4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat tidur.

Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau tidur di kursi.

5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan

aktivitas selama fase penyembuhan.

Rasional : Menurunkan keletihan dan membantu keseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

19

Page 20: Seminarrrrrr Gabung New

BAB II

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN FOKUS

Tanggal pengkajian : 07/01/2014

A. Biodata

Identitas pasien

Nama : An.N

Umur : 12 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam

Tanggal masuk : 2 Januari 2014

No.register : 308675

Diagnosa medis : kistik fibrotik dengan bronkopneumonia

Penanggung jawab

Nama : Ambarwati

Umur :60 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Hubungan dengan pasien : Nenek

B. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama

Sesak nafas,batuk berdahak.

20

Page 21: Seminarrrrrr Gabung New

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sudah lama sehari-hari memakai oksigen

dirumah, sesak nafas hari ini tambah berat.batuk berdahak kental warna kehijauan

sudah minum Ambroxol dan Symbicort tidak sembuh-sembuh sehingga segera di

rujuk ke RS.Roemani

3. Riwayat kesehatan dahulu

Sejak umur 3 tahun sudah menderita penyakit asma,pneumonia,bronkritis,dan pernah

menolak dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan yang sama sebelumnya.kebiasaan di

rumah An.N menggunakan oksigen sendiri 5-10 liter dan terapi inhalasi(nebulizer)

4. Riwayat penyakit keluarga

Ibu pasien pernah menderita kistik fibrotic dan PPOK diturunkan pada pasien,

sehingga An.N juga menderita penyakit yang sama dengan ibunya.

C. Pola kesehatan fungsional gordon (data fokus)

1. Pola kesehatan

Sebelum sakit,klien adalah pelajar kelas 5SD namun selama sakit klien menunda

sekolah selama 1tahun akibat kondisinya yang semakin menurun.

2. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Sejak umur 3 tahun klien sudah menderita penyakit pernafasan bawaan hingga

sekarang.persepsi klien tentang kesehatan cukup baik,klien teratur untuk check up dan

rutin mengikuti anjuran dokter.klien mengatakan keinginannya untuk sehat kembali

agar dapat bersekolah kembali.

3. Pola nutrisi dan metabolik

Sebelum dirawat,nafsu makan klien sudah menurun karena kesulitan bernafas dan

penumpukan sekret.makan 3x sehari hanya habis ¼- ½ porsi saja.makan dengan menu

lengkap nasi,sayur,lauk pauk.klien mengatakan lebih suka makan cemilan seperti

snack,roti,biskuit dll.

Selama dirawat,pasien mengatakan tidak nafsu makan karena tidak selera makan dengan

menu rumah sakit,klien mengatakan mual dan kesulitan bernafas sehingga tidak dapat

21

Page 22: Seminarrrrrr Gabung New

makan dengan baik.porsi makan hanya habis 5-7 sendok saja.konsumsi minuman

terutama air putih cukup baik 8-10 gelas perhari

4. Pola eliminasi

a. BAB

Pola eliminasi BAB klien sebelum dan selama dirawat tidak mengalami

perubahan klien BAB sehari sekali,konsisten lembek,warna coklat.

b. BAK

Pola eliminasi BAK klien juga tidak mengalami perubahan baik sebelum maupun

selama dirawat,klien berkemih normal 6-7x sehari,warna urine kuning jernih.

5. Pola istirahat dan tidur

Sebelum dirawat klien dapat tidur dengan baik dan normal,klien dapat tidur 5-6jam

perhari ditambah tidur siang 1-2jam.

Selama dirawat,klien tidak dapat tidur klien mengalami gangguan pola tidur akibat

sesak nafas terus menerus dan kelemahan,klien tidur malam jam 23.00 dan kadang

terbangun-bangun.klien lebih suka tidur siang di jam 11.00-13.00 dan atau jam 15.00-

17.00.kebiasaan sebelum tidur klien biasanya berdiskusi atau bercerita dengan

eyangnya.

6. Pola aktivitas dan latihan

Sebelum dirawat klien sudah mengalami kelemahan akibat kondisi penyakitnya sejak

3 tahun klien sebelum dirawat merupakan pelajar kelas 5 SD.klien tetap bersekolah

dengan baik meskipun kondisinya tidak mendukung.klien naik ke kelas 6 SD namun

harus menunda sekolah kurang lebih 1 tahun akibat kondisinya yang terus menerus

menurun.klien harus menjalani beberapa kali medical check up dan terapi

pengobatan.

Selama dirawat,klien tidak dapat beraktivitas dengan baik seluruh kebutuhan ADL

dibantu oleh perawat dan keluarga.

7. Pola persepsi sensori dan kognitif

Pasien mengatakan tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman, pendengaran

dan perabaan, klien  berumur 4,6 tahun kemampuan kognitifnya baik.

22

Page 23: Seminarrrrrr Gabung New

8. Pola hubungan dengan orang lain

Sebelum dan selama dirawat hubungan dan komunikasi dengan keluarga,orang lain

dan perawat baik dan tidak ada masalah dalam hubungan dengan orang lain maupun

keluarga.

9. Pola reproduksi dan seksual

Klien berjenis kelamin perempuan usia 12 tahun belum mengalami menstruasi.

10. Persepsi diri dan konsep diri

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan sehat kembali dan bisa beraktivitas lagi

seperti biasanya.

11. Pola mekanisme koping

Keluarga meruapakan pengaruh besar bagi klien seperti jika ada masalah selalu

berkomunikasi dengan keluarga.dan keluarganya pun Orang tua klien memberikan

kebebasan kepada anaknya untuk bermain bersama teman-temannya asalkan tidak

melebihi waktunya  beristirahat.

12. Pola nilai dan keyakinan

Klien beragama islam sebelum dirawat klien selalu menjalankan sholat. Selama

dirawat klien tidak menjalankan ibadah sholat klien hanya bisa berdoa agar bisa cepat

sembuh.

D. Pengkajian pertumbuhan

1. Panjang/tinggi badan : 137cm

2. Berat badan : 13kg

3. Lingkar kepala : 51cm

4. Lingkar lengan : 15cm

E. Pengkajian fisik

1. Keadaan umum : baik

2. Tingkat kesadaran : composmetis

3. Tanda-tanda vital

a. Suhu tubuh : 36,50 c

b. Tekanan darah:100/70

23

Page 24: Seminarrrrrr Gabung New

c. Respirasi : 28x/menit

d. Nadi : 98x/menit

4. Kepala

a. Mata : konjungtiva anemis

b. Rambut : warna agak pirang, ikal, tebal

c. Hidung : pernafasan cuping hidung, menggunakan nafas bantu/masker

d. Telinga : bersih, tidak ada serumen, tidak ada lesi/luka

e. Mulut : tampak kering pecah-pecah, pucat, lidah kotor, gusi merah, gigi depan ompong

f. Dada dan thorak

g. Paru paru :

1) Inspeksi : kanan kiri simetris, tidak ada jejas, tidak ada lesi/luka, tampak retraksi

interkosta

2) Perkusi :sonor

3) Palpasi : taktil premitu, kanan kiri sama

4) Auskultasi : ronkhi +/+, weezing +/+

h. Jantung

1) Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri dan kanan

2) Palpasi :tidak ada masa

3) Perkusi : Suara jantung terdengar redup

4) Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup

i.Abdomen :

Perkusi : hipertimpani

j.Genital : tidak ada keluhan

24

Page 25: Seminarrrrrr Gabung New

a. Data penunjang

1. Kimia Klinik (11januari 2014)

Elektrolit nilai normal

1) Kalium (K) :3,7mmol/L 3,5-5

2) Natrium (Na) :140mEq/L 135-147

3) Clorida (Cl) :98mEq/L 95-105

4) Calcium :9,2mg/dl 8,6-10,3

2. Analisa Gas Darah (11 januari 2014) nilai normal

1) pH :7,335 7,37-7,45

2) pCO2 :67,2mmHg 2,33-44

3) pO2 :78,9mmHg 71-104

4) S02 :98,9% 94-98

5) Beecf 10,2mmol/L (-2)-3

6) Beb :8,7mmol/L

7) HCO3 :36,5mmol/L 22-29

8) TCO2 :38,7mmol/L 23-27

9) A-aDO2 :123,40mmHg

10) pO2/F102:212,8

3. Darah rutin nilai normal

1) Hb : 11.1 g/dl 11.7-15.5

2) Leukosit : 41.600 /mm3 3600-11000

3) Trombosit : 795.000 /mm3 150.00-440.000

4) Hematokrit : 34.1 % 35-47

5) Basofil : 1.1 % 0-1

6) N.segmen : 830 % 50-70

7) Limfosit : 10.2 % 25-40

25

Page 26: Seminarrrrrr Gabung New

4. Analisa Gas Darah (6 januari 2014) nilai normal

1) pH :7,33 7,37-7,45

2) pCO2 :55,9mmHg 2,33-44

3) pO2 :64,2 71-104

4) S02 :94,7% 94-98

5) BEecf :3,9mmol/L (-2)-3

6) BEb :3,8mmol/L

7) HCO3 :30,1mmol/L 22-29

8) TCO2 :31,9mmol/L 23-27

9) A-aDO2 :151,50mmHg

10) pO2/F102:166,2

5. Diit

3x lunak

a. Terapi

1) Ventolin 4x ½

2) Pulmicort 4x ½

3) Cefotaxime 2x1 gr

4) Methilprednisolone 3 x ¼ vial 5) Meropenem 3x500 mg

A. PENGELOMPOKAN DATA

NO Tanggal Data (do dan ds ) ttd

1 7/01/201409.00

DS :

1. Klien mengatakan sering batuk dan

tenggorokan gatal

2. Klien mengungkapkan dahak susah keluar

meskipun sudah banyak minum air putih

3. Klien mengatakan sesak napas, sesak

bertambah di malam hari dan berkurang bila

26

Page 27: Seminarrrrrr Gabung New

diberikan oksigen dengan masker

4. Klien mengatakan tidak nafsu makan, selera

makan berkurang karena sesak napas.

5. Klien mengatakan lebih menyukai cemilan

ringan daripada makanan pokok.

DO :

1. Terdengar bunyi napas tambahan, ronchi

basah (+), wheezing (+)

2. RR : 28x/ menit irreguler, HR : 98x/menit

3. Akral dingin, kulit warna coklat pucat,

sianosis di mukosa bibir dan kuku, CRT > 2

detik

4. Terlihat pernapasan cuping hidung

5. Tampak retraksi intercosta

6. Terlihat gelisah dan terlihat berusaha batuk

mengeluarkan dahak hingga kesakitan

7. Tampak sesak napas, tersengal-sengal bila

oksigen dilepas

8. Klien tampak makan hanya habis 4-5 sendok

saja, klien lebih banyak minum dan makan

cemilan ringan seperti biskuit.

BB : 13 kg

B. ANALISA DATA

Data (DS dan DO) Masalah (P) Etiologi (E)

DS :

1. Klien mengatakan

sering batuk dan

tenggorokan gatal

2. Klien mengungkapkan

Ketidakefektifan bersihan

jalan napas

produksi sputum

berlebihan, sekresi dalam

bronki dan penyakit paru

obstruktif kronik

27

Page 28: Seminarrrrrr Gabung New

dahak susah keluar

meskipun sudah

banyak minum air

putih

DO :

1. Terdengar bunyi napas

tambahan, ronchi

basah (+), wheezing

(+)

2. Terlihat gelisah dan

terlihat berusaha batuk

mengeluarkan dahak

hingga kesakitan

DS :

1. Klien mengatakan

sesak napas, sesak

bertambah di malam

hari dan berkurang

bila diberikan oksigen

dengan masker

DO :

1. Tampak sesak napas,

tersengal-sengal bila

oksigen dilepas

2. Tampak retraksi

intercosta

3. RR : 28x/ menit

irreguler, HR :

98x/menit

Ketidakefektifan pola

napas

Keletihan otot pernapasan,

nyeri dada, proses

inflamasi dalam alveoli

DO : Gangguan pertukaran gas Perubahan membrane

28

Page 29: Seminarrrrrr Gabung New

1. Akral dingin, kulit

warna coklat pucat,

sianosis di mukosa

bibir dan kuku, CRT >

2 detik

2. Terlihat pernapasan

cuping hidung

alveolus kapiler, gangguan

kapasitas pembawa

oksigen darah

DS :

1. Klien mengatakan

tidak nafsu makan,

selera makan

berkurang karena

sesak napas

2. Klien mengatakan

lebih menyukai

cemilan ringan

daripada makanan

pokok.

DO :

1. Klien tampak makan

hanya habis 4-5

sendok saja, klien

lebih banyak minum

dan makan cemilan

ringan seperti biskuit

2. BB : 13 kg

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh

Ketidakmampuan menelan

makanan sekunder

terhadap sesak dan nyeri

dada, intake nutrisi tidak

adekuat, anoreksia

29

Page 30: Seminarrrrrr Gabung New

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sputum berlebihan,

sekresi dalam bronki dan penyakit paru obstruktif kronik

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Keletihan otot pernapasan, nyeri dada,

proses inflamasi dalam alveoli

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membrane alveolus kapiler,

gangguan kapasitas pembawa oksigen darah

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Ketidakmampuan menelan makanan sekunder terhadap sesak dan nyeri dada, intake

nutrisi tidak adekuat, anoreksia

D. PERENCANAAN

NO

WAKTU

(TGL/JAM)

TUJUAN &

KRITERIA HASIL

RENCANA RASIONAL

1 7 / 01/2014

09.00

Tujuan :

Jalan napas pasien

akan paten

Kriteria hasil :

jalan napas bersih,

batuk hilang,RR

18-20 x/menit.

1. Auskultasi bunyi napas

2. Kaji karakteristik secret

3. Beri posisi untuk

pernapasan yang optimal

yaitu 18-20 x/menit

4. Lakukan nebulizer, dan

fisioterapi dada

5. Beri agen anti infeksi

sesuai indikasi

6. Berikan cairan per oral

atau injeksi iv

1. Menetukan adekuatnya

pertukran gas dan

luasnya obstruksi

akibat mucus.

2. Infeksi ditandai dengan

secret tebal dan

kekuningan

3. Meningkatkan

pngembangan

diafragma

4. Nebulizer membantu

menghangatkan dan

mengencerkan secret.

Fisioterapi membantu

30

Page 31: Seminarrrrrr Gabung New

merontokan secret

untuk dikeluarkan.

5. Menghambat

pertumbuhan

mikoroorganisme

6. Cairan adekuat

membantu

mengencerkan secret

sehingga mudah

dikeluarkan

2 7/1/2014

09.30

Tujuan :

Menunjukkan pola

napas efektif

dengan frekuensi

dan kedalaman

dalam rentang

normal dan paru

jelas/ bersih

Kriteria hasil :

Partisipasi dalam

aktivitas/ perilaku

peningkatan

fungsi paru.

1. Kaji frekuensi,

kedalaman pernapasan

dan ekspansi dada. Catat

upaya pernapasan,

termasuk penggunaan

otot bantu/ pelebaran

nasal

2. Auskultasi bunyi napas

dan catat adanya bunyi

napas adventisius,

seperti krekels, mengi,

gesekan pleural.

3. Tinggikan kepala dan

bantu mengubah posisi.

Bantu pasien turun

dari tempat tidur dan

ambulasi dini.

4. Observasi pola batuk dan

karakteristik sekret.

5. Dorong / bantu pasien

1. Kecepatan biasanya

meningkat. Dispnea dan

terjadi peningkatan kerja

napas. Kedalaman

pernapasan bervariasi

tergantung derajat gagal

napas

2. Bunyi napas menurun /

tidak ada bila jalan napas

obstruksi sekunder

terhadap perdarahan,

bekuan atau

kolaps jalan napas kecil

(ateletaksis). Ronchi dan

mengi menyertai

obstruksi jalan napas.

3. Duduk tinggi

memungkinkan ekspansi

paru dan

memudahkan

pernapasan. Pengubahan

31

Page 32: Seminarrrrrr Gabung New

untuk napas dalam dan

latihan batuk efektif

6. Berikan oksigen

tambahan.

7. Berikan humidifier

tambahan, misalnya

nebulizer.

posisi dan

ambulasi meningkatkan

pengisian udara segmen

paru berbeda sehingga

memperbaiki difusi gas.

4. Kongesti alveolar

mengakibatkan batuk

kering/ iritasi. Sputum

berdarah dapat dapat

diakibatkan

oleh kerusakan jaringan

(infark paru) atau

antikoagulan berlebihan.

5. Memaksimalkan

bernapas dan

menurunkan kerja

napas.

6. Memberikan

kelembaban pada

membran mukosa

dan membantu

pengenceran sekret

untuk memudahkan

pembersihan.

3 7/01/2014

10.00

Tujuan :

Perbaikan ventilasi

dan oksigenasi

jaringan dengan

rentang normal dan

tidak ada distres

1. kaji frekuensi,

kedalaman, dan

kemudahan pernafasan

2. Observasi warna kulit,

membrane mukosa, dan

1. Manifestasi distress

pernapasan tergantung

pada /

indikasi derajat

keterlibatan paru dan

status

32

Page 33: Seminarrrrrr Gabung New

pernafasan.

Kriteria hasil :

1. Menunjukkan

adanya

perbaikan

ventilasi dan

oksigenasi

jaringan

2. Berpartisispasi

pada tindakan

untuk

memaksimalkan

oksigenasi

kuku. Catat adanya

sianosis perifer atau

sirkulasi sentral

3. Kaji status mental.

4. Awasi frekuensi jantung/

irama

5. Pertahankan istirahat

tidur. Dorong

menggunakan teknik

relaksasi

dan aktivitas senggang

6. Tinggikan kepala

(semi fowler)dan

dorong untuk sering

mengubah posisi, napas

dalam dan batuk efektif

7. Berikan terapi oksigen

Sesuai indikasi

kesehatan umum.

2. Sianosis kuku

menunjukkan

vasokonstriksi atau

respon tubuh terhadap

demam / menggigil.

Namun, sianosis daun

telinga, membrane

mukosa, dan kulit

sekitar mulut

menunjukkan

hipoksemia sistemik.

3. Gelisah, mudah

terangsang, bingung

dan somnolen dapat

menunjukkan

hipoksemia /

penurunan oksigenasi

serebral.

4. Takikardia biasanya

ada karena demam/

dehidrasi. Tetapi juga

dapat merupakan

respon terhadap

Hipoksemia

5. Mencegah terlalu lelah

dan menurunkan

kebutuhan/ konsumsi

oksigen untuk

memudahkan

33

Page 34: Seminarrrrrr Gabung New

perbaikan

Infeksi

6. tindakan ini

meningkatkan inspirasi

maksimal,

meningkatkan

pengeluaran sekret

untuk perbaikan

ventilasi.

7. Tujuan terapi oksigen

adalah

mempertahankan PaO2

diatas 60 mmHg.

Oksigen diberikan

dengan metode

yang memberikan

pengiriman dengan

tepat dalam

toleransi pasien

4 7/01/2014

10.30

Tujuan :

Pemenuhan nutrisi

mencukupi

kebutuhan

Kriteria hasil:

Menunjukkan

peningkatan nafsu

makan,

mempertahankan /

meningkatkan berat

1. Identifikasi faktor yang

menimbulkan mual /

muntah, misalnya:

sputum banyak,

pengobatan, dispnea

berat, nyeri.

2. Berikan wadah tertutup

untuk sputum dan buang

sesering mungkin.

Berikan / bantu

1. Pilihan intervensi

tergantung pada

penyebab masalah.

2. Menghilangkan tanda

bahaya, rasa, bau dari

lingkungan pasien dan

dapat menurunkan mual.

3. Menurunkan efek mual

yang berhubungan

dengan pengobatan.

34

Page 35: Seminarrrrrr Gabung New

badan kebersihan mulut

setelah muntah, drainase

postural dan sebelum

makan

3. Jadwalkan pengobatan

pernapasan sedikitnya 1

jam sebelum makan

4. Auskultasi bunyi usus.

Observasi / palpasi

abdomen.

5. Berikan makan porsi

kecil dan sering,

termasuk makanan

kering dan makanan

yang menarik untuk

pasien Evaluasi status

nutrisi umum, ukur

berat badan dasar.

4. Bunyi usus mungkin

menurun / tidak ada bila

proses infeksi berat /

memanjang. Distensi

abdomen terjadi

sebagai akibat menelan

udara atau menunjukkan

pengaruh toksin bakteri

pada saluran GI.

5. Meningkatkan masukan

walaupun nafsu makan

mungkin lambat untuk

kembali.

6. Adanya kondisi kronis

(seperti PPOM atau

alkoholisme) atau

keterbatasan keuangan

dapat menimbulkan

malnutrisi, rendahnya

tahanan terhadap

infeksi, dan / atau

lambatnya respon

terhadap terapi.

35

Page 36: Seminarrrrrr Gabung New

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA

WAKTU (TGL/JAM)

TINDAKAN RESPON PASIEN TT

1. 7 / 01/2014

8/01/2014

1. Memonitor

pernapasan : irama

teratur, frekuensi 18-

20 X/menit, ronki

dan wheezing kedua

paru.

2. Memberi posisi

kepala lebih tinggi

yaitu dialasi selimut.

3. Melakukan injeksi

cefotaxime 2x 1 gr,

methilprednisolon 3x

¼ vial, meropenem

3x 500 mg.

4. Melakukan nebulizer,

ventolin 4 x½ dan

pulmicort 4x ½

1. Memoniotr

pernapasan : irama

teratur, frekuensi 20

X/menit, auskultasi

S : pasien mengatakan

masih sesak nafas

O : RR: 28x/m

Auskultasi terdengar

bunyi ronki dan

wheezing

S : pasien mengatakan

lebih nyaman posisi

kelapa lebih tinggi

O : pasien tampak

nyaman

S : pasien mengatakan

takut disuntik

O : pasien tampak

gelisah

S : pasien mengatakan

sesak nafas, batuk susah

dikeluarkan

O : melakukan

nebulizer dan

mengajarkan batuk

efektif

S : pasien mengatakan

takut disuntik

O : RR: 27x/m

Auskultasi terdengar

36

Page 37: Seminarrrrrr Gabung New

2

9/01/2014

7 / 01/2014

adanya ronki dan

wheezing kedua paru.

2. Melakukan injeksi

metilprednisolon 3x

¼ vial, Meropenem

3x 500 mg.

3. Melakukan nebulizer

ventolin 4x½ dan

pulmicort 4x½

1. Memoniotr

pernapasan : irama

teratur, frekuensi 18-

20 X/menit,

auskultasi adanya

ronki dan wheezing

2. Melakukan injeksi

metilprednisolon 3x

¼ vial, meropenem

3x 500 mg.

3. Melakukan nebulizer,

ventolin 4x½ dan

pulmicort 4x½

1. Kaji frekuensi,

Auskultasi bunyi

napas dan ekspansi

bunyi ronki dan

wheezing

S : pasien mengatakan

masih sesak nafas

O : pasien tampak

gelisah

S : pasien mengatakan

sesak nafas, batuk susah

dikeluarkan

O : melakukan nebul

dan mengajarkan batuk

efektif

S : pasien mengatakan

masih sesak nafas

O : RR: 25x/m

Auskultasi terdengar

bunyi ronki dan

wheezing

S : pasien mengatakan

takut disuntik

O : pasien tampak

gelisah

S : pasien mengatakan

sesak nafas, batuk susah

dikeluarkan

O : melakukan nebul

dan mengajarkan batuk

efektif

S : pasien mengatakan

masih sesak nafas

O : RR: 28x/m

37

Page 38: Seminarrrrrr Gabung New

3.

8/01/2014

09/01/2014

dada.

2. Berikan oksigen 8

L/m

3. Melakukan injeksi

cefotaxime 2x 1 gr,

metilprednisolon 3x

¼ vial, meropenem

3x 500 mg.

4. Melakukan nebulizer

ventolin 4x½ dan

pulmicort 4x½

1. Kaji frekuensi,

Auskultasi bunyi

napas dan ekspansi

dada.

2. Berikan oksigen 5

L/m

3. Melakukan injeksi

metilprednisolon 3x

¼ vial, meropenem

3x 500 mg.

4. Melakukan nebulizer

ventolin 4x½ dan

pulmicort 4x½

1. Kaji frekuensi,

Auskultasi bunyi

S : pasien mengatakan

sesak nafas

O : pasien tampak sesak

28x/mnt, di berikan

therapi oksigen 8 liter

S : pasien mengatakan

takut disuntik

O : pasien tampak

gelisah

S : pasien mengatakan

sesak nafas

O : melakukan

nebulizer

S : pasien mengatakan

masih sesak nafas

O : RR: 27x/m

S : pasien mengatakan

masih sesak

O: memberikan therapi

oksigen 5 liter

S : pasien mengatakan

takut disuntik

O : memberikan injeksi

S: pasien mengatakan

batuk berdahak dan

sesak nafas

O: memberikan

nebulizer

S: pasien mengatakan

sesak berkurang

38

Page 39: Seminarrrrrr Gabung New

07/01/2014

napas dan ekspansi

dada.

2. Berikan oksigen 5

L/m

3. Melakukan injeksi

methilprednisolon 3x

¼ vial, meropenem

3x 500 mg.

4. Melakukan nebulizer

ventolin 4x½ dan

pulmicort 4x½

1. Kaji frekuensi,

kedalaman, dan

kemudahan

pernafasan

2. Observasi warna

kulit, membrane

mukosa, dan kuku.

3. Tinggikan kepala

(semi fowler)dan

dorong untuk sering

mengubah posisi,

napas dalam dan

batuk efektif

4. Berikan oksigen 8

L/m

O : pasien tampak

rileks, RR : 25x/mnt

S : pasien mengatakan

masih sesak

O : di berikan therapi

oksigen 5 liter

S : pasien mengatakan

takut di suntikl

O : di lakukan injeksi

S : pasien mengatakan

masih batuk dan sesak

nafas

O : memberikan

therapy nebulizer

S : pasien mengatakan

sesak nafas

O: RR: 28x/mnt,

Pernafasan tampak

cuping hidung,

menggunakan alat

bantu pernafasan

S : pasien mengatakan

bibirnya pecah-pecah

O: tampak gelisah,

pucat, mukosa bibir

kering,kuku berwarna

biru

S : pasien mengatakan

lebih nyaman dengan

posisi kepala lebih

39

Page 40: Seminarrrrrr Gabung New

08/01/2014

09/01/2014

1.  Kaji frekuensi,

kedalaman, dan

kemudahan

pernafasan

2. Observasi warna

kulit, membrane

mukosa, dan kuku.

3. Tinggikan kepala

(semi fowler)dan

dorong untuk sering

mengubah posisi,

napas dalam dan

batuk efektif

4. Berikan oksigen 8

L/m

1.  Kaji frekuensi,

kedalaman, dan

kemudahan

pernafasan

2. Observasi warna

kulit, membrane

mukosa, dan kuku.

3. Tinggikan kepala

tinggi

O : pasien tampak rileks

dan memberikan therapi

oksigen 8 liter

S : pasien mengatakan

masih sesak nafas

O : RR: 27x/m

Auskultasi terdengar

bunyi ronki dan

wheezing. Ekspansi

dada cepat

S : pasien mengatakan

sesak nafas berkurang

O : pasien tampak

nyaman

S : pasien mengatakan

takut disuntik

O : pasien tampak

gelisah

S : pasien mengatakan

sesak nafas

O : melakukan

nebulizer

S : pasien mengatakan

sesak nafas berkurang

O : RR: 25x/m

S : pasien mengatakan

masih sesak

O :membran mukosa

pucat kering, sianosis

S : pasien mengatakan

40

Page 41: Seminarrrrrr Gabung New

4. 07/01/2014

(semi fowler)dan

dorong untuk sering

mengubah posisi,

napas dalam dan

batuk efektif

4. Berikan oksigen

5L/m

1. Kaji pola makan dan

intake nutrisi klien

2. Menganjurkan klien

untuk makan porsi

sedikit tapi sering

3. Menganjurkan keluarga

klien untuk menyuapi

atau mendampingi klien

saat makan dengan

penyajian yang masih

hangat

lebih nyaman posisi

semi fowler

O : pasien tampak

nyaman, melakukan

batuk efektif

S : pasien mengatakan

sesak nafas

O : pasien tampak

nyaman

S : klien mengatakan

tidak nafsu makan

karena sesak dan dahak

susah keluar. Klien

mengungkapkan lebih

suka makanan cemilan

daripada makanan

rumahsakit

O : klien tampak

menghabiskan porsi

makan ½ piring

S : klien mengatakan

akan menuruti anjuran

O : klien tampak

menghabiskan makanan

S : Nenek klien

mengatakan selalu

menyuapi klien saat

makanan dari

rumahsakit masih

hangat

41

Page 42: Seminarrrrrr Gabung New

08/01/2014

09/01/2014

1. Mengkaji intake nutrisi

klien

2. Menganjurkan klien

untuk banyak minum air

putih terutama air putih

hangat

3. Memotivasi klien untuk

tetap terus meningkatkan

intake nutrisi dengan

porsi sedikit tapi sering

1. Mengkaji pola makan

dan intake nutrisi klien

2. Memotivasi klien untuk

tetap terus meningkatkan

intake nutrisi dengan

porsi sedikit tapi sering

O : klien tampak mau

makan dengan diselingi

minum air putih

S : klien mengatakan

makan sudah habis ½

porsi, tidak mual

muntah.

O : klien tampak

menghabiskan

makanannya

S : Klien mengikuti

anjuran perawat

O : klien tampak

menghabiskan

makanannya

S : klien mengatakan

akan menghabiskan

makanannya

O : klien tampak makan

dengan disuapi oleh

nenek

S : klien mengatakan

sudah mau makan habis

¾ porsi menu

rumahsakit dengan

tetap makan cemilan

dan jus dalam kemasan

tidak mual dan muntah

42

Page 43: Seminarrrrrr Gabung New

O: klien tampak

menghabiskan

makanannya dengan

porsi kecil tapi sering

S : klien mengatakan

ingin makan yang

banyak agar segera

sembuh

O : klien tampak makan

didampingi oleh

neneknya

F. CATATAN PERKEMBANGAN

NO

DIAGNOSA

WAKTU

( TGL/JAM)EVALUASI TT

1. 07/01/2014

08/01/2014

09/01/2014

S : mengatakan nafas sesak, dahak masih banyak

susah keluar

O : sesak, RR 28X/menit, ronki dan wheeing

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

S : mengatakan nafas masih sesak, dahak sedikit

berkurang

O: RR 27X/menit, ronki dan wheezing ada.

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

S : mengatakan sesak berkurang, dahak berkurang

O: RR 25 X/menit, ronki dan wheezing ada.

43

Page 44: Seminarrrrrr Gabung New

2.

3.

07/01/2014

08/01/2014

09/01/2014

07/01/2014

A : masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi, menganjurkan klien untuk

melakukan batuk efektif bila dahak masih

keluar dan minum air hangat, berikan nebulizer

sesuai intervensi

S : mengatakan sesak nafas

O: kesadaran compos mentis, RR 28X/menit,

pucat

A : masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

S : mengatakan sesak berkurang

O: kesadaran compos mentis, RR 27 X/menit

reguler

A : masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi, menyarankan klien untuk

tetap dalam posisi semi fowler

S : mengatakan sesak berkurang

O: kesadaran compos mentis, RR 25 X/menit

regular.

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi, menganjurkan klien untuk

tetap memakai oksigen bila nafas kembali tak

beraturan. Tetap memantau keadaan klien klien

S : mengatakan masih sesak, pusing

O : tampak nafas cuping hidung, masih tersengal-

sengal. Akral cukup, warna kulit cenderung pucat,

44

Page 45: Seminarrrrrr Gabung New

4.

08/01/2014

09/01/2014

07/01/2014

08/01/2014

CRT> 2 detik, kuku sianosis, mukosa bibir

sianosis kering

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi pemberian oksigen untuk

mengoptimalkan pasokan oksigen dalam tubuh

S : mengatakan sesak sedikit berkurang

O : tak nampak nafas cuping hidung, akral cukup,

sianosis berkurang, CRT> 2detik

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi pemberian oksigen untuk

mengoptimalkan pasokan oksigen dalam tubuh

S : mengatakan sesak sudah berkurang

O : tak nampak nafas cuping hidung, akral hangat

sianosis (-), CRT < 2 detik

A : masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi, menganjurkan klien untuk

tetap memakai oksigen sampai keadaan klinis dan

pemeriksaan penunjang membaik

S : mengatakan tidak suka makanan rumah sakit,

tidak enak makan, kurang selera

O : tampak klien tidak menghabiskan makan siang

dan lebih memilih biskuit.

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi, memberikan klien

motivasi untuk meningkatkan intake makanan,

menganjurkan klien makan porsi sedikit tapi

sering

S : mengatakan sudah makan banyak cemilan dan

jus kemasan, makanan rumahsakit hanya habis ½

45

Page 46: Seminarrrrrr Gabung New

09/01/2014

porsi

O : tampak menu makanan rumahsakit tidak

dihabiskan

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi, memberikan klien

motivasi untuk meningkatkan intake makanan,

menganjurkan klien makan porsi sedikit tapi

sering

S : mengatakan sudah makan banyak, menu

rumahsakit hanya dihabiskan ¾ porsi, tidak mual

muntah

O : tampak menu makanan rumahsakit tidak

dihabiskan

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi, memberikan klien

motivasi untuk meningkatkan intake makanan,

menganjurkan klien makan porsi sedikit tapi

sering, menganjurkan keluarga klien untuk

mendampingi klien makan dengan makanan yang

masih hangat.

46

Page 47: Seminarrrrrr Gabung New

BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan melakukan perbandingan antara tinjauan teori pada bab II

dan tinjauan kasus pada bab III dengan asuhan keperawatan pada An.N dengan kistik fibrotic

dan bronkopneumonia di ruang Ismail II Rumah Sakit Roemani Semarang.

Adapun pembahasan ini akan membahas kesamaan dan kesenjangan yang terdapat

antara teori dan kasus, termasuk faktor pendukung dan penghambat dalam pemberian asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi

keperawatan. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan pada tanggal 7 Januari 2014 sampai dengan

9 Januari 2014.

A. PENGKAJIAN

Pada tahap pengkajian yang dilakukan pada tanggal 7 Januari 2014, penulis tidak

banyak mendapatkan hambatan dikarenakan klien dan keluarga cukup kooperatif dalam

komunikasi dengan perawat dan terbuka dalam memberikan data yang diberikan. Selain itu,

adanya faktor pendukung antara lain adanya format pengkajian, catatan medis, catatan

perawatan juga sikap perawat ruangan yang dapat diajak kerjasama dengan baik. adapun data

yang didapatkan penulis melalui pengkajian tentang manifestasi klinik bronkopneumonia dan

asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan kasus yang ada pada teori sama dengan yang

ada di kasus yaitu infeksi atau peradangan pada jaringan paru melalui cara penyebaran

langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus. Sedangkan

kistik fibrotic yang ditemukan pada kasus An. N yaitu kelainan monogenik pada transpor

epitel yang mempengaruhi sekresi cairan epitel pada berbagai sistem tubuh: pernafasan,

pencernaan, reproduksi. Hal ini dibuktikan dengan adanya penyakit congenital atau bawaan

pada An. N yang diturunkan dari ibu kandungnya.

Pada tinjauan teori, manifestasi pada bronkopneumonia yaitu anak sangat gelisah,

dispenea pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis

47

Page 48: Seminarrrrrr Gabung New

sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah. Batuk biasanya tidak ditemukan pada

permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi

produktif. Auskultasi pada daerah paru yang terkena, terdengan ronchi basah/ wheezing.

Sedangkan data yang didapat pada kasus adalah mual, badan lemas, sesak napas

hingga napas tersengal-sengal, sianosis, pucat, tampak nafas cuping hidung, auskultasi

terdengar ronchi basah, batuk produktif, dan sekret sulit untuk dikeluarkan.

Faktor yang mendukung dalam melakukan pengkajian adalah keluarga klien dank lien

sangat kooperatif saat dilakukan anamnesa, dan perawat ruangan juga membantu. Sedangkan

faktor penghambat karena keterbatasan waktu anamnesa. Hal ini dikarenakan kondisi klien

yang masih lemah dan ingin beristirahat. Solusi penulis untuk mengatasi hambatan tersebut,

penulis berusaha membuat kontak atau bertemu klien sesering mungkin untuk

menganamnesa maupun mengevaluasi kondisi klinis klien.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pada tinjauan teoritis, diagnosa keperawatan yang muncul adalah ketidakefektifan

bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi trakeobonkial, pembentukan edema,

peningkatan produksi sputum, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses

inflamasi dalam alveoli, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane

alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, dan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik

sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia.

Pada kasus An. N diagnosa yang muncul juga sama dengan yang ada di tinjauan teori.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi trakeobonkial,

pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. Diagnosa tersebut ditemukan karena

klien mengeluh sesak napas, dahak menempel susah dikeluarkan, batuk produktif dan mual

rasa tidak enak di tenggorokan akibat dahak yang terus keluar dan ditelan.

Diagnosa lain yang ditemukan pada kasus yang sesuai dengan tinjauan teori adalah

ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. Hal ini

dilihat dari data yang diperoleh saat anamnesa, klien mengeluh sesak napas hingga napas

tersengal-sengal, RR : 28x/menit dan sangat tergantung dengan bantuan oksigen, tampak

nafas cuping hidung dan retraksi intercosta.

48

Page 49: Seminarrrrrr Gabung New

Diagnosa selanjutnya yang ditemukan adalah gangguan pertukaran gas berhubungan

dengan perubahan membrane alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.

Diagnosa tersebut diangkat karena ditemukan data saat anamnesa, klien yang pucat sianosis

di kuku dan mukosa bibir, akral cukup, CRT> 2 detik. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik

sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia. Diagnosa nutrisi diangkat karena

ditemukan data An.N sangat kurus untuk seusianya 12 tahun dengan berat badan 13 kg. Klien

mengatakan tidak nafsu makan karena sesak napas dan dahak yang masih susah keluar,

makan hanya habis sedikit dan tidak suka menu rumahsakit. Klien hanya suka makan

cemilan dalam kemasan.

Faktor pendukung dalam mengangkat diagnosa tersebut adalah adanya kerjasama

yang baik antara penulis dengan klien dan keluarga, perawat ruangan juga membantu

mendapatkan data yang mempermudah dalam membuat diagnosa keperawatan disamping itu

banyaknya referensi yang berhubungan dengan bronkopneumonia. Faktor penghambat yaitu

kurang efisiensinya penulis pada klien dalam menegakkan diagnose keperawatan. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis dan masalah yang dialami An. N yang

cukup kompleks. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan membaca banyak referensi

buku serta berkonsultasi dengan dosen pembimbing serta perawat ruangan.

C. PERENCANAAN

1. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka penulis membuat rencana asuhan

keperawatan berdasarkan prioritas masalah dari semua diagnosa keperawatan yang

muncul dengan kasus bronchopneumonia pada teori menurut prioritas utama yaitu

ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi trakeobonkial,

pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. Pada perencanaan penulis

melakukan kaji frekuensi pernafasan, kaji karakteristik secret beri posisi untuk

pernapasan yang optimal Lakukan nebulizer dan fisioterapi dada beri agen anti

infeksi sesuai indikasi, berikan cairan per oral dan injeksi iv sesuai indikasi tindakan

keperawatan Yang dapat dilakukan pada kasus adalah mengkaji frekuensi pernafasan

dan auskultasi suara nafas, Melakukan injeksi cefotaxime 2x 1 gr, methilprednisolon

3x ¼ vial, meropenem 3x 500 mg. menganjurkan keluarga untuk memberikan minum

49

Page 50: Seminarrrrrr Gabung New

air hangat berikan nebulizer dengan obat ventolin 4x½ dan pulmicort 4x½ dan

mengajarkan pasien untuk melakukan batuk efektif

Evaluasinya setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam pasien mengatakan

sesak berkurang, dahak berkurang dan RR 25 X/menit, ronki dan wheezing masih

terdengar masalah belum teratasi dan melanjutkan intervensi menganjurkan klien

untuk melakukan batuk efektif bila dahak masih keluar, pasien di anjurkan minum air

hangat.

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Keletihan otot pernapasan, nyeri

dada, proses inflamasi dalam alveoli penulis merumuskan diagnosa ke dua dengan

rencana tindakan Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada,

Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius, Tinggikan kepala

dan bantu mengubah posisi, Observasi pola batuk dan karakteristik secret, Dorong

bantu pasien untuk napas dalam dan latihan batuk efektif, Berikan oksigen tambahan

8 liter tindakan keperawatan yang dapat di lakukan Kaji frekuensi, Auskultasi bunyi

napas dan ekspansi dada, atur posisi pasien menjadi lebih nyaman atau semi flowler,

berikan oksigen 8 l/m, Melakukan injeksi metilprednisolon 3x ¼ vial mg, meropenem

3x 500 mg, Melakukan nebulizer ventolin 4x½ dan pulmicort 4x½.

Evaluasinya setelah di lakukan tindakan selama 3x24 jam pasien mengatakan

mengatakan sesak berkurang kesadaran compos mentis, RR 25 X/menit regular,

masalah teratasi sebagian lanjutkan intervensi menganjurkan klien untuk tetap

memakai oksigen bila nafas kembali tak beraturan tetap memantau keadaan klien.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membrane alveolus

kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah penulis merumuskan diagnosis

ke tiga dengan rencana tindakan kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan

pernafasan Observasi warna kulit, membrane mukosa,kaji status mental, awasi

frekuensi jantung/ irama, pertahankan istirahat tidur.,Dorong menggunakan teknik

relaksasi dan aktivitas senggang,tinggikan kepala (semi fowler)dan dorong untuk

sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk efektif, Berikan terapi oksigen 8

liter. Tindakan keperawatan yang dapat di lakukan Kaji frekuensi, kedalaman, dan

50

Page 51: Seminarrrrrr Gabung New

kemudahan pernafasan, observasi warna kulit, membrane mukosa, dan

kuku,tinggikan kepala (semi fowler), dan dorong untuk sering mengubah posisi,

napas dalam dan batuk efektif, berikan oksigen 8 L/m.

Evaluasi setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien

mengatakan sesak sudah berkurang tak nampak nafas cuping hidung, akral hangat ,

sianosis (-), CRT < 2 detik masalah teratasi lanjutkan intervensi menganjurkan klien

untuk tetap memakai oksigen sampai keadaan klinis dan pemeriksaan penunjang

membaik.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Ketidakmampuan menelan makanan sekunder terhadap sesak dan nyeri dada, intake

nutrisi tidak adekuat, anoreksia, penulis merumuskan diagnosis yang ke empat

dengan rencana tindakan Identifikasi faktor yang menimbulkan mual / muntah,

berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, Jadwalkan

pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan, berikan makan porsi kecil

dan sering, tindakan keperawatan yang dapat di lakukan, kaji pola makan dan intake

nutrisi klien, menganjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi sering,menganjurkan

keluarga klien untuk menyuapi atau mendampingi klien saat makan dengan penyajian

yang masih hangat,mengkaji intake nutrisi klien,menganjurkan klien untuk banyak

minum air putih terutama air putih hangat,memotivasi klien untuk tetap terus

meningkatkan intake nutrisi dengan porsi sedikit tapi sering.

Evaluasi setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien

mengatakan sudah makan banyak, menu rumahsakit hanya dihabiskan ¾ porsi, tidak

mual muntah tampak menu makanan rumah sakit tidak dihabiskan masalah teratasi

sebagian lanjutkan intervensi, memberikan klien motivasi untuk meningkatkan intake

makanan, menganjurkan klien makan porsi sedikit tapi sering, menganjurkan

keluarga klien untuk mendampingi klien makan dengan makanan yang masih hangat.

51

Page 52: Seminarrrrrr Gabung New

D. IMPLIMENTASI

Pada implementasi, sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah di buat.

Implementasi yang telah dilakukan adalah memonitor status respirasi,Menganjurkan

orangtua klien untuk memberi klien minum air hangat, mengajarkan klien batuk efektif

Mengobservasi TTV, Memonitor hasil laboratorium, Mengkaji tanda infeksi lebih lanjut,

menjelaskan kondisi klien kepada orang tua, berinteraksi dengan klien dan mengajak

klien bermain, mengkaji pengetahuan orang tua klien tentang sakit klien, memberikan

pendidikan kesehatan tentang pengertian, penyebab, tanda gejala,komplikasi,

pencegahan dan cara perawatan pada penyakit bronchopneumonia.

E. EVALUASI

1. Setelah dilakukan implementasi keperawatan, masalah keperawatan, Ketidakefektifan

bersihan jalan napas belum teratasi sebagian dikerenakan klien masih batuk, sekret,

suara nafas ronchi dan whezing, Terapi tindakan keperawatan dihentikan

dikarenakan pasien pulang

2. Setelah di lakukan implementasi keperawatan masalah keperawatan Ketidakefektifan

pola napas masalah teratasi sebagian di karenakan pasien masih sesak RR 25x/menit,

masih memakai oksigen 5 liter terapi tindakan keperawatan di hentikan di karenakan

pasien pulang

3. Setelah di lakukan implementasi keperawatan Gangguan pertukaran gas masalah

teratasi sebagian di karekan pasien masih sesak RR 25x/menit, tak nampak nafas

cuping hidung, akral hangat , sianosis (-), CRT < 2 detik, menganjurkan klien untuk

tetap memakai oksigen sampai keadaan klinis dan pemeriksaan penunjang membaik

terapi tindakan keperawatan di hentikan di karenakan pasien pulang tetapi pasien

memakai oksigen di rumah

52

Page 53: Seminarrrrrr Gabung New

4. Setelah di lakukan implementasi keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh masalah teratasi sebagian di karenakan sudah makan banyak, menu

rumahsakit hanya dihabiskan ¾ porsi, tidak mual muntah tampak menu makanan

rumah sakit tidak dihabiskan, memberikan klien motivasi untuk meningkatkan intake

makanan, menganjurkan klien makan porsi sedikit tapi sering, menganjurkan

keluarga klien untuk mendampingi klien makan dengan makanan yang masih

hangat.Terapi tindakan keperawatan di hentikan di karekan pasien pulang.

53

Page 54: Seminarrrrrr Gabung New

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia berarti

peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus) (Mansjoer,

2000). Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai

bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara

penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke

bronkus (Sujono, 2009).

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Asuhan Keperawatan pada An.N

dengan Bronchopneumoni dari pengkajian,diagnosa, perencanaan, implementasi dan

evaluasi adalah sebagai berikut:

Pada kasus An.N di dapat data objektif dan data subyetif :

DS :

1. Klien mengatakan sering batuk dan tenggorokan gatal

2. Klien mengungkapkan dahak susah keluar meskipun sudah banyak minum air

putih

3. Klien mengatakan sesak napas, sesak bertambah di malam hari dan berkurang bila

diberikan oksigen dengan masker

4. Klien mengatakan tidak nafsu makan, selera makan berkurang karena sesak

napas.

5. Klien mengatakan lebih menyukai cemilan ringan daripada makanan pokok.

DO :

1. Terdengar bunyi napas tambahan, ronchi basah (+), wheezing (+)

2. RR : 28x/ menit irreguler, HR : 98x/menit

3. Akral dingin, kulit warna coklat pucat, sianosis di mukosa bibir dan kuku, CRT >

2 detik

54

Page 55: Seminarrrrrr Gabung New

4. Terlihat pernapasan cuping hidung

5. Tampak retraksi intercosta

6. Terlihat gelisah dan terlihat berusaha batuk mengeluarkan dahak hingga kesakitan

7. Tampak sesak napas, tersengal-sengal bila oksigen dilepas

8. Klien tampak makan hanya habis 4-5 sendok saja, klien lebih banyak minum dan

makan cemilan ringan seperti biskuit.

9. BB : 13 kg

Pada kasus An.N diagnosa yang muncul adalah :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan Spasme jalan napas,

produksi sputum berlebihan, sekresi dalam bronki dan penyakit paru obstruktif kronik

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Keletihan otot pernapasan, nyeri

dada, proses inflamasi dalam alveoli

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membrane alveolus

kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Ketidakmampuan menelan makanan sekunder terhadap sesak dan nyeri dada, intake

nutrisi tidak adekuat, anoreksia

Pada perencanaan keperawatan yang dibuat pada kasus An. N sesuai dengan

prioritas adalah, monitor status respirasi ( frekuensi, kedalaman, suara nafas ), beri posisi

nyaman pada klien , anjurkan untuk minum air hangat, ajarkan anak untuk melakakukan

batuk efektif, melakukan nebulizer dengan ventolin 4x½ dan pulmicort 4x½ dengan

Observasi TTV. Monitor hasil laboratorium, Kaji tanda-tanda infeksi lebih lanjut. berikan

obat antibiotic metilprednisolon 3x ¼ vial, meropenem 3x 500 mg, memotivasi klien

untuk tetap terus meningkatkan intake nutrisi dengan porsi sedikit tapi sering.

55

Page 56: Seminarrrrrr Gabung New

Evaluasi pada kasus An.N yaitu :

1. Setelah dilakukan implementasi keperawatan, masalah keperawatan, Ketidakefektifan

bersihan jalan napas belum teratasi sebagian dikerenakan klien masih batuk, sekret,

suara nafas ronchi dan whezing, Terapi tindakan keperawatan dihentikan

dikarenakan pasien pulang

2. Setelah di lakukan implementasi keperawatan masalah keperawatan Ketidakefektifan

pola napas masalah teratasi sebagian di karenakan pasien masih sesak RR 25x/menit,

masih memakai oksigen 5 liter terapi tindakan keperawatan di hentikan di karenakan

pasien pulang

3. Setelah di lakukan implementasi keperawatan Gangguan pertukaran gas masalah

teratasi sebagian di karekan pasien masih sesak RR 25x/menit, tak nampak nafas

cuping hidung, akral hangat , sianosis (-), CRT < 2 detik, menganjurkan klien untuk

tetap memakai oksigen sampai keadaan klinis dan pemeriksaan penunjang membaik

terapi tindakan keperawatan di hentikan di karenakan pasien pulang tetapi pasien

memakai oksigen di rumah

4. Setelah di lakukan implementasi keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh masalah teratasi sebagian di karenakan sudah makan banyak, menu

rumahsakit hanya dihabiskan ¾ porsi, tidak mual muntah tampak menu makanan

rumah sakit tidak dihabiskan, memberikan klien motivasi untuk meningkatkan intake

makanan, menganjurkan klien makan porsi sedikit tapi sering, menganjurkan

keluarga klien untuk mendampingi klien makan dengan makanan yang masih

hangat.Terapi tindakan keperawatan di hentikan di karekan pasien pulang.

56

Page 57: Seminarrrrrr Gabung New

B. SARAN

Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan pemahaman

tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Fibrosis kistik dengan bronkopneumonia

penulis menekankan pentingnya penyuluhan kesehatan karena dengan pengetahuan dan

pemahaman tentang penyakitnya diharapkan klien dapat menghindari atau membatasi

komplikasi lebih lanjut.

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-buku yang dapat

menunjang perkuliahan dan untuk pendidik lebih perbanyak sumber-sumber buku

panduan agar lebih luas pengetahuan dan informasi terkini dalam pemberian informasi

kepada mahasiswa/mahasiswi.

2. Instansi / Rumah Sakit

Lebih meningkatkan Profesionalisme untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi

pasien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

3. Pasien

Lebih mewaspadai apabila ada kelainan atau ketidak nyamanan pada diri pasien dan

konsultasikan ke dokter atau tenaga kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.

57