21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di negara-negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan pembuluh darah karena autoimmun, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan oklusi pada pembuluh darah. Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh Von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form of endarteritis and endophlebitis with gangrene of the feet ”. Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis

Sindrom Boergoer

Embed Size (px)

DESCRIPTION

syndrom boergoer pada pelajaran kmb

Citation preview

Page 1: Sindrom Boergoer

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit

oklusi pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia

dibandingkan di negara-negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit

idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan pembuluh darah karena

autoimmun, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan

oklusi pada pembuluh darah.

Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di

Jerman oleh Von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul

“A strange form of endarteritis and endophlebitis with gangrene of the feet”.

Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di Brookline New York,

Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang

penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari

Tromboangitis Obliterans sebagai “Presenile Spontaneous Gangrene”.

Hampir 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut

Tromboarteritis Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang

perokok pada usia dewasa muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea,

Jepang, Indonesia, India dan Negara lain di Asia Selatan, Asia tenggara dan

Asia Timur.

Page 2: Sindrom Boergoer

Prevalensi penyakit Buerger di Amerika Serikat telah menurun selama

separuh dekade terakhir, hal ini tentunya disebabkan menurunnya jumlah

perokok, dan juga dikarenakan kriteria diagnosis yang lebih baik. Pada

tahun 1947, prevalensi penyakit ini di Amerika serikat sebanyak 104 kasus

dari 100 ribu populasi manusia. Data terbaru, prevalensi pada penyakit ini

diperkirakan mencapai 12,6–20% kasus per 100.000 populasi.

Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi

pada pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus

melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru,

pada bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC publication,

sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan

penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International

Classification of Diseases, Tenth Revision, 1992), telah dilaporkan total dari

9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans, dengan

perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan hitam

adalah 8:1.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan sindrom boergoer?

2. Bagaimana etiologi sindrom boergoer?

3. Bagaimana patofisiologi sindrom boergoer?

4. Bagaimana manifestasi klinis sindrom boergoer?

5. Bagaimana komplikasi sindrom boergoer?

Page 3: Sindrom Boergoer

6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari sindrom buerger?

C.    Tujuan Penulisan

1.  Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang penyakit sindrom

buerger.

2.  Untuk menambah pengetahuan agar lebih peduli terhadap kesehatan.

 

Page 4: Sindrom Boergoer

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi 

Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah

penyakit oklusi kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil

dan sedang. Terutama mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior

dan superior. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat

segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.

Penyakit buerger merupakan suatu kelainan penyumbatan pembuluh

darah yang bersifat inflamatorik dan nonateromatosa, akan mengganggu

peredaran darah pada tungkai, kaki, dan kadang-kadang tangan.

B. Etiologi

Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta

tidak ada hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita

penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada

usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok

memberikan perbaikan pada penyakit ini. Walaupun penyebab penyakit

Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang erat dengan penggunaan

tembakau tidak dapat disangkal.

Penggunaan maupun dampak dari tembakau berperan penting dalam

mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut. Hampir sama dengan

penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat memiliki

Page 5: Sindrom Boergoer

sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung.

Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu

endarteritis yang dimediasi sistem imun.

C. Patofisiologi

Pada penyakit buerger, leukosit polimoffonuklear menginfiltrasi

dinding pembuluh arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang.

Dalam lumen pembuluh darah tersebut terbentuk trombus yang akhirnya

akan menimbulkan penyumbatan dan penutupan pada bagian pembuluh

darah ini sehingga aliran darah ke kaki dan tungkai menurun. Penurunan

aliran darah ini dapat menimbulkan ulkus dan pada akhirnya gangren.

D. Manifestasi klinis

Gambaran klinis Tromboangitis Obliterans terutama disebabkan oleh

iskemia. Gejala yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-

macam tingkatnya. Pengelompokan Fontaine tidak dapat digunakan disini

karena nyeri terjadi justru waktu istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu

malam dan keadaan dingin, dan akan berkurang bila ekstremitas dalam

keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat bersifat paroksimal dan

sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lebih lanjut,

ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat dan menetap.

Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) lengkung

kaki yang patognomonik untuk penyakit Buerger.

Page 6: Sindrom Boergoer

Klaudikasi kaki merupakan cermin penyakit oklusi arteri distal yang

mengenai arteri plantaris atau tibioperonea. Nyeri istirahat iskemik timbul

progresif dan bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga jari tangan dan

jari yang terkena bisa memperlihatkan tanda sianosis atau rubor, bila

bergantung. Sering terjadi radang lipatan kuku dan akibatnya paronikia.

Infark kulit kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang distal yang bisa

berlanjut menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri. Tanda dan gejala

lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal pada tungkai dan

fenomena Raynaud (suatu kondisi dimana ekstremitas distal: jari, tumit,

tangan, kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren

pada jari kaki sering terjadi pada penyakit buerger.

Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya

kurang nyata. Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama

di ujung jari. Pada fase lebih lanjut tampak vasokonstriksi yang ditandai

dengan campuran pucat-sianosis-kemerahan bila mendapat rangsangan

dingin.

Berbeda dengan penyakit Raynaud, serangan iskemia disini biasanya

unilateral. Pada perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain itu, pulsasi arteri

yang rendah atau hilang merupakan tanda fisik yang penting. Tromboflebitis

migran superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum

tampaknya gejala sumbatan penyakit Buerger. Fase akut menunjukkan kulit

kemerahan, sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai saluran yang mengeras

sepanjang beberapa milimeter sampai sentimeter di bawah kulit.

Page 7: Sindrom Boergoer

Kelainan ini sering muncul di beberapa tempat pada ekstremitas

tersebut dan berlangsung selama beberapa minggu. Setelah itu tampak bekas

yang berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada penyakit arteri oklusif,

maka ini hampir patognomonik untuk tromboangitis obliterans. Gejala klinis

Tromboangitis Obliterans sebenarnya cukup beragam. Ulkus dan gangren

terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan udem dan

dicetuskan oleh trauma.

Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada ujung jari kaki

sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder mulai dari

kemerahan sampai ke tanda selulitis. Perjalanan penyakit ini khas, yaitu

secara bertahap bertambah berat. Penyakit berkembang secara intermitten,

tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari demi jari. Datangnya

serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat diramalkan.

Sindrom buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin

keduanya. Penderita biasanya kelelahan dan sulit tidur karena terganggu

oleh nyeri iskemia.

E. Komplikasi

1. Gangren

Gangren adalah kematian bagian jaringan tubuh. Gangren biasanya

disebabkan oleh suplai darah tidak adekuat, tetapi kadang kala

disebabkan oleh cedera langsung (gangren traumatik) atau infeksi. Suplai

darah yang buruk dapat disebabkan oleh: 

Page 8: Sindrom Boergoer

a. Penekanan pada pembuluh darah (misalnya, turniket, balutan yang

terlalu ketat, dan pembengkakan ekstremitas).

b. Obstruksi di dalam pembuluh darah yang sehat (misalnya, emboli

arteri, kerusakan jaringan akibat suhu rendah, jika kapiler menjadi

tersumbat).

c. Spasme dinding pembuluh darah (misalnya toksisitas ergot).

d. Trombosis yang disebabkan oleh penyakit dinding pembuluh darah

(misalnya, arteriosklerosis pada arteri, flebitis pada vena).  Gangren

kering terjadi jika aliran darah dari area yang terkena menjadi hitam

dan emasiasi. Gangren lembap terjadi jika aliran vena tidak adekuat

sehingga jaringan mengalami pembengkakan akibat cairan.

2. Ulkus

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir

dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman

saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau.

Ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan

penyakit DM dengan neuropati perifer.

3. Kemerahan.

4. Sianosis

Diskolorasi kebiruan pada kulit dan membran mukosa akibat

konsentrasi yang berlebihan hemoglobin tereduksi dalam darah yang

lebih dari 5 %. (Kamus Kedokteran Dorland).

Page 9: Sindrom Boergoer

F. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Sirkulasi

Tanda : Riwayat hipertensi (efek vasospasme), perubahan warna

pada bagian yang sakit pada pemajanan dingin (timbul pada dewasa

awal)

Gejala : Warna kulit jari/bagian yang sakit( tergantung pada fase

observasi) tampak putih pucat kemudian sianotik, kemudian

hiperemik (merah), tanda lambat/progersif : kulit putih atau tidak

berwarna, mengkilat halus, tegang, nadi radial dan ulnar dapat normal

dini atau tak ada, kuku tabuh/deformitas dapat terjadi (lanjut), ulserasi

pada daerah ganggren

b. Integritas ego

Gejala : Strees dan reaksi emosi kuat (pencetus)

c. Neurosensori

Gejala : parestesia, kebas pada jari, sakit kepala berulang

(vasospasme/efek hormonal).

Tanda : hilangnya koordinasi motorik.

d. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Nyeri berdenyut selama fase kemerahan perubahan warna

(vasodilatasi), sensitf terhadap tekanan bagian yang sakit.

Tanda : hati-hati, gelisah, fokus pada jari

e. Pernapasan

Page 10: Sindrom Boergoer

Gejala : penggunaaan tembakau

f. Keamanaan

Gejala : tindakan yang melibatkan pengguanaan alat vibrasi atau

memerlukan gerakann / tekanan berulang contoh : mekanik, petani,

pengetik, dll.

Tanda : lesi pada area ujung jari ukuran peniti sampai seluruh jari

(sangat luas)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul yaitu :

1. Nyeri akut/kronis b.d vasospasme / gangguan perfusi jaringan yang

skait, iskemik/ kerusakan jaringan.

2. Perfusi jaringan, perubahan : perifer b.d penghentian aliran darah

arteri.

3. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar mengenai kondisi, kebutuhan

pengobatan b.d kurang pengetahuan / tidak mengenal sumber

informasi, salah persepsi / salah mengerti

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa I

1. Catat karakteristik nyeri dan parestesia.

2. Diskusikan dengan pasien begaimana dan mengapa nyeri ditimbulkan.

Page 11: Sindrom Boergoer

3. Bantu pasien mengidenntifikasikan factor pencetus atau situasi contoh

merokok, terpajan pada dingin dan penanganannya.

4. Dorong penggunaan teknik menajemen strees, aktivitas hiburan

5. Rendam area yang sakit pada air hangat.

6. Berikan ruangan hangat, bebas aliaran udara contoh ventilasi,

pendingin ruangan, pertahankan pintu tertutup sesuai indikasi.

7. Pantau efek obat dan tindakan.

8. Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi, siapkan intervensi bedah bila

diperlukan

Diagnosa II

1. Observasi warna kulit bagian yang sakit.

2. Catat penururnan nadi.

3. Evaluasi sensasi bagian yang sakit, contoh tajam/ dangkal,

panas/dingin.

4. Lihat dan kaji kulit untuk ulserasi, lesi, area ganggren.

5. Dorong nutrisi dan vitamin yang tepat.

6. Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi ( vasodilator), ambil contoh

drainase lesi untuk kultur atau sensitivitas

Diagnosa ke III

1. Dorong untuk menghindari pemajanan pada dingin.

Page 12: Sindrom Boergoer

2. Pertahankan ligkungan pada suhu diatas 20,9 C hilangkan aliran

dingin.

3. Diskusikan kemungkinan berpindah ke iklim yang lebih hangat,

berganti pekerjaan sesuai indikasi.

4. Tekankan pentingnya menghentikan rokok, berikan informasi pada

klinik local / kelompok pendukung.

5. Bantu pasien untuk membuat metode (menghindari atau mengubah

stres), diskusikan teknik relaksasi

6. Tekankan pentingnya melihat tiap hari da melakukan perawatan kulit

yang benar

Page 13: Sindrom Boergoer

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit

sindrom buerger merupakan penyakit oklusi kronis pembuluh darah arteri

dan vena yang berukuran kecil dan sedang,terutama mengenai pembuluh

darah perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit Tromboangitis

Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi pada

pembuluh darah tangan dan kaki.

Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang

dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke

jaringan. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan

mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian

kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.

B. Saran

Sebagai seorang mahasiswa terutama dalam bidang kesehatan,

sebaiknya kita menghindari yang namanya merokok. Karena merokok ini

dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya penyakit sindrom buerger

yang akan berakibat fatal bagi kita, utamanya juga untuk yang perokok

berat. Selain itu, sebaiknya kita memberikan penyuluhan kepada masyarakat

untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan buruk mereka yang dapat menjadi

faktor pemicu terjadinya penyakit ini.

Page 14: Sindrom Boergoer

DAFTAR PUSTAKA

Judith M.Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan

Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi 2.

Jakarta : EGC.

Jennifer P. Kowalak, William Welsh, Brenna Mayer. 2001. Buku Ajar

Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Doengoes Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan dan Pedoman

Untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta:

EGC.

Nurfadila. “Asuhan Keperawatan Syndrom Boergoer “.16 September

2015. https://nurfadila384.wordpress.com/2012/10/12/askep-syndrom-buerger/.