17
190 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON NUTMEG COMMODITY DEVELOPMENT STRATEGY IN AMBON Edward S. Dumatubun 1) , Marcus J. Pattinama 2) , Natelda R. Timisela 2) 1) Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kota Ambon 2) Program Studi Magister Agribisnis PPS Unpatti E-mail: [email protected] [email protected] [email protected] Abstrak Pala merupakan salah satu komoditas unggulan di Kota Ambon. Sebagai rempah asli Maluku, Pala diusahakan dalam sistem Dusung yang merupakan warisan turun-temurun. Pemasaran merupakan salah satu persoalan yang menghambat pengembangan komoditas Pala di Kota Ambon. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengembangan komoditas Pala di Kota Ambon. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT untuk menyusun strategi dan kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alternatif strategi yang perlu dibangun yaitu, peningkatan sarana dan prasarana penunjang terkait mutu dan pemasaran komoditi eksport biji Pala, perluasan areal pertanian, peningkatan standart mutu komoditi eksport biji Pala, penataan kelembagaan petani, pemberdayaan lembaga keuangan dan permodalan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan teknologi melalui pelatihan-pelatihan, pembangunan pusat informasi rempah termasuk di dalamnya komoditi Pala, serta perbaikan kebijakan dan kelembagaan, khususnya pembuatan regulasi dan peraturan daerah yang mendukung tata niaga komoditi eksport biji Pala. Kata kunci: Pala; pengembangan tataniaga; strategi Abstract Nutmeg is one of the leading commodities in Ambon City. As a native spice of Maluku, nutmeg is cultivated in the Dusung system which is a legacy from generation to generation. Marketing is one of the problems that hinder the development of nutmeg in Ambon City. This study aims to develop a strategy for developing nutmeg commodities in Ambon City. This study uses a SWOT analysis to develop strategies and policies. The results showed that alternative strategies that needed to be built were, improvement of supporting facilities and infrastructure related to the quality and marketing of nutmeg export commodities, expansion of agricultural areas, improvement of the quality standards of export commodities of nutmeg, arrangement of farmer institutions, empowerment of financial institutions and capital, improvement of resource quality human, and technology through trainings, development of spices information centers including nutmeg commodities, as well as improvement of policies and institutions, especially the making of regulations and regional regulations that support the trade system of nutmeg export commodities. Keywords: Nutmeg; trading system development; strategy

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

190 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA

DI AMBON

NUTMEG COMMODITY DEVELOPMENT STRATEGY IN AMBON

Edward S. Dumatubun1), Marcus J. Pattinama2), Natelda R. Timisela2)

1)Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kota Ambon 2)Program Studi Magister Agribisnis PPS Unpatti

E-mail: [email protected]

[email protected]

[email protected]

Abstrak

Pala merupakan salah satu komoditas unggulan di Kota Ambon. Sebagai rempah asli Maluku,

Pala diusahakan dalam sistem Dusung yang merupakan warisan turun-temurun. Pemasaran

merupakan salah satu persoalan yang menghambat pengembangan komoditas Pala di Kota

Ambon. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengembangan komoditas Pala di Kota

Ambon. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT untuk menyusun strategi dan kebijakan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa alternatif strategi yang perlu dibangun yaitu, peningkatan sarana

dan prasarana penunjang terkait mutu dan pemasaran komoditi eksport biji Pala, perluasan areal

pertanian, peningkatan standart mutu komoditi eksport biji Pala, penataan kelembagaan petani,

pemberdayaan lembaga keuangan dan permodalan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan

teknologi melalui pelatihan-pelatihan, pembangunan pusat informasi rempah termasuk di

dalamnya komoditi Pala, serta perbaikan kebijakan dan kelembagaan, khususnya pembuatan

regulasi dan peraturan daerah yang mendukung tata niaga komoditi eksport biji Pala.

Kata kunci: Pala; pengembangan tataniaga; strategi

Abstract

Nutmeg is one of the leading commodities in Ambon City. As a native spice of Maluku, nutmeg is

cultivated in the Dusung system which is a legacy from generation to generation. Marketing is one

of the problems that hinder the development of nutmeg in Ambon City. This study aims to develop

a strategy for developing nutmeg commodities in Ambon City. This study uses a SWOT analysis

to develop strategies and policies. The results showed that alternative strategies that needed to be

built were, improvement of supporting facilities and infrastructure related to the quality and

marketing of nutmeg export commodities, expansion of agricultural areas, improvement of the

quality standards of export commodities of nutmeg, arrangement of farmer institutions,

empowerment of financial institutions and capital, improvement of resource quality human, and

technology through trainings, development of spices information centers including nutmeg

commodities, as well as improvement of policies and institutions, especially the making of

regulations and regional regulations that support the trade system of nutmeg export commodities.

Keywords: Nutmeg; trading system development; strategy

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

191 Volume 8 No. 2 Juni 2020

Pendahuluan

Komoditi perkebunan merupakan komoditi unggulan di Indonesia dan

merupakan penghasil devisa yang cukup besar bagi negara. Diantara komoditi

perkebunan tersebut adalah komoditi rempah-rempah yang mana diantaranya

adalah komoditi Pala. Indonesia merupakan pemasok utama biji Pala dan produk

turunannya untuk pasar Amerika Serikat. Kekurangan kebutuhan di negara

tersebut dipasok oleh Grenada dan Sri Lanka. Selain itu Pala Indonesia juga

dipasarkan ke Belanda, Inggris dan Jerman (Pusat Data dan Sistem Informasi

Pertanian, 2016)

Berdasarkan data rata-rata produksi Pala Indonesia tahun 2012-2016, sentra

produksi Pala di Indonesia terdapat di 5 (lima) provinsi, yaitu Aceh, Maluku

Utara, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua Barat. Kelima provinsi tersebut

memberikan kontribusi kumulatif sebesar 86,71 %. Aceh menempati urutan

pertama dengan kontribusi sebesar 25,46 % per tahun. Peringkat kedua ditempati

oleh Maluku Utara dengan kontribusi sebesar 19,89 % per tahun, diikuti oleh

Sulawesi Utara, Maluku dan Papua Barat dengan kontribusi masing-masing

sebesar 14,79 %, 14,65 % dan 11,93 % sedangkan kontribusi produksi dari

provinsi lainnya sebesar 13,29 % (BPS, 2017).

Tanaman Pala di Maluku telah diusahakan sejak dahulu dan Maluku sejak

dahulu terkenal sebagai Daerah Rempah dimana tanaman Pala diusahakan secara

turun temurun oleh masyarakat di beberapa Kabupaten/Kota yang ada di Maluku.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Maluku maka komoditi Pala di Maluku

terlihat pada Tabel 1.

Pala merupakan tanaman rempah asli Maluku (Purseglove dkk. 1995) dan

telah diperdagangkan dan dibudidayakan secara turun temurun dalam bentuk

perkebunan rakyat disebagian besar Kepulauan Maluku. Keragaman tanaman

tertinggi ditemukan di Pulau Banda, Siau, dan Papua (Hadad dan Hamid 1990).

Hasil penelitian Olong, dkk (2012) menunjukkan adanya beragam rantai

pemasaran untuk komoditas Pala di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku

Tengah, serta lebih menguntungkan pedagang dengan margin share mencapai Rp.

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

192 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

20.000 per kilogram. Sedangkan di Sulawesi Utara, hasil penelitian Kaunang, dkk

(2014) menunjukkan untuk meningkatkan margin share petani Pala, maka petani

juga harus merangkap sebagai pedagang pengumpula sehingga petani dapat

mengolah biji Pala yang dimiliki termasuk yang ditampung melalui pengeringan,

sehingga harga jualnya lebih tinggi dan lebih menguntungkan.

Tabel 1. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan rakyat tanaman Pala di

Maluku

Maluku

(Tahun)

Luas Areal

(Ha)

Jumlah Petani

(KK)

Produksi

(Ton)

2017

2016

2015

2014

2013

2012

2011

2010

31.642

30.436

27.275

28.426

26.587

31.205

25.060

22.325

26.360

28.234

27.700

27.775

26.244

27.179

24.922

20.200

5.512,10

5.238,40

4.650

4.743

4.321

4.307

2.700

2.391

Sumber : Maluku Dalam Angka 2018

Berdasarkan Data dari tabel 1. diatas maka terlihat adanya peningkatan yang

sangat signifikan jumlah produksi tanaman Pala di Maluku dan Kabupaten/Kota

di Maluku termasuk adanya penambahan jumlah petani. Peningkatan itu terjadi

sebagai akibat dari penambahan luas areal perkebunan (BPS, 2018).

Data yang ada terlihat pada tabel 1 menunjukkan peningkatan luas areal

tanaman Pala dan diikuti peningkatan produksi yang cukup signifikan khususnya

untuk dua tahun terakhir. Dibandingkan periode 2010-2015, maka dalam dua

tahun terakhir (2016-2017) terjadi peningkatan luas areal sebesar 4000 ha.

Peningkatan luas areal juga diikuti peningkatan produksi yang mencapai hampir

1000 ton dari tahun 2015. Hal ini membuktikan komoditas Pala menjadi salah

satu komoditas perkebunan penyumbang penerimaan rumahtangga petani di

Propinsi Maluku termasuk di Kota Ambon.

Hasil penelitian Chelsy, Mea, dkk (2014) menyimpulkan strategi

pengembangan usaha manisan Pala yaitu mempertahankan dan memperluas

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

193 Volume 8 No. 2 Juni 2020

strategi pemasaran dengan memanfaatkan perkembangna teknologi, melakukan

kerjasama dengan kemitraan usaha, meningkatkan kualitas produk sesuai selera

konsumen, melakukan promosi yang menggunakan teknologi sebagai media,

menggunakan teknologi untuk mendapatkan informasi, dan membuat kemasan

produk yang lebih menarik dari produk sejenisnya. Pattiselanno, dkk (2018)

mnunjukkan konstribusi cengkeh dan Pala terkategori tinggi terhadap penerimaan

rumahtangga, yaitu mencapai 70-80%, sedangkan sisanya berasal dari kelapa 10 -

20% dan aktivitas tambahan sebagai nelayan dan tukang sebesar 5-10%.

Penelitian Pattiselanno, dkk (2018b) juga menunjukkan bahwa komoditas Pala

dan cengkeh sudah berumur 15–20 tahun, dan merupakan umur produktif dengan

produksi rata-rata antara 300 – 400 kg per panen. Artinya, cengkeh dan Pala

merupakan komoditas unggulan yang diwariskan dari generasi sebelumnya

(orangtua petani). Ditunjang hasil penelitian Lalopua, dkk (2019) bahwa jus Pala

yang dikelola oleh kelompok perempuan di Negeri Hutumuri memberikan

kontribusi 6.6 persen terhadap pendapatan rumahtangga. Hasil analisis Litbang

Pertanian (2018) menunjukkan tanaman Pala rata-rata mulai berbuah pada umur

5-6 tahun. Setelah mencapai umur 10 tahun hasilnya mulai meningkat dan

meningkat terus hingga mencapai optimum pada umur rata-rata 25 tahun.

Produksi optimum ini bertahan hingga tanaman Pala berumur 60-70 tahun.

Lambat laun produksinya menurun hingga mencapai umur 100 tahun atau lebih,

bila tidak ada aral melintang.

Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan pentingnya komoditas

perkebunan khususnya Pala bagi pendapatan rumahtangga petani di Kota Ambon.

Walaupun demikian, perlu didalami khususnya bagaimana strategi pengembangan

tata niaga komoditi biji Pala guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

petani Pala di Kota Ambon. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk

menyusun strategi pengembangan tata niaga komoditi biji Pala di Kota Ambon.

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

194 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kota Ambon. Pemilihan lokasi ini dilakukan

secara sengaja (purposive) yaitu Kota Ambon, yang terdiri dari 5 kecamatan.

Sampel petani di masing – masing Kecamatan ditentukan secara sengaja,

demikian pula Pedagang Pengumpul/Perantara Antar Pulau yang ada di

Kecamatan Sirimau.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan wawancara/kuesioner

(Singarimbun, 2011). Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan

kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data untuk

Teknik analisa data menggunakan analisa SWOT (Strength, Weaknesses,

Opportunities,Threats) digunakan untuk mengevaluasi kesempatan dan tantangan

dilingkungan agribisnis. Untuk memudahkan dalam melaksanakan analisis

SWOT diperlukan matriks SWOT. Matriks SWOT akan mempermudah

merumuskan berbagai strategi yang perlu atau harus dijalankan. Dengan cara

mengelompokan masing-masing problem unsur SWOT ke dalam Tabel

(Rangkuti, 2015 dan Fahmi, 2015)

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Responden

Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi

perilaku petani dalam menjalankan aktivitas usahataninya. Hal ini karena

pendidikan berkaitan dengan pola pikir petani dalam mengakses informasi berupa

inovasi baru serta mampu menerapkan inovasi tersebut untuk keperluan

usahataninya (Todaro, 2017).

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

195 Volume 8 No. 2 Juni 2020

Table 2. Jumlah dan persentase petani Pala berdasarkan tingkat pendidikan

responden di Kota Ambon

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Org) Persentase (%)

SD

SMP

SMA

S1

57

43

81

2

31,15

23,50

44,26

1,09

Total 183 100,00

Tabel 2 menunjukan bahwa responden mempunyai tingkat pendidikan

formal yang berbeda-beda. Hal ini berarti dalam menjalankan usahataninya

responden mempunyai pola pikir yang berbeda-beda dalam penerapan inovasi

baru. Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan dapat diasumsikan

semakin tinggi pula pengetahuan masyarakat terhadap suatu ilmu yang selalu

berkembang. Tingginya tingkat pendidikan seseorang maka seseorang tersebut

dapat mengetahui cara berusahatani sayran secara tepat.

Pekerjaan Responden

Pekerjaan yang dimiliki oleh responden beragam jenisnya. Tabel 3

menyajikan sebaran pekerjaan yang dimiliki responden, selain berusahatani

paponden bekerja sebagai petani dengan menanam beragam komoditas, namun

ada juga responden yang berusahatani Pala tetapi bekerja di luar pertanian.

Pertani menjadi pekerjaan utama sebagian besar masyarakat, karena rata-

rata petani memiliki komoditas warisan orangtua dengan luasan lahan antara 0.5 –

1 hektare yang ditanami komoditas pekerbunan seperti Pala dan cengkeh. Pekerja

swasta juga ditekuni masyarakat, sebagai bagian dan usaha memenuhi kebutuhan

hidup rumahtangganya. Selain itu, nelayan dan tukang menjadi pekerjaan lainnya

yang mendukung keberadaan usahatani Pala warisan mereka.

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

196 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Tabel 3. Jumlah dan persentase petani Pala berdasarkan pekerjaan utama

responden

Pekerjaan Utama Jumlah Responden (Org) Persentase (%)

Petani

Swasta

Nelayan

Pensiunan

Tukang

PNS

TNI

Supir

Tukang Ojek

146

13

8

6

5

2

1

1

1

79,78

7,10

4,37

3,28

2,73

1,09

0,55

0,55

0,55

Jumlah 183 100,00

Jumlah Anggota Keluarga

Menurut BKKBN (1998), jumlah anggota keluarga terbagi menjadi 3 yakni,

jumlah anggota keluarga kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang) dan jumlah

anggota besar besar (> 7 orang). Berikut keadaan responden berdasarkan jumlah

anggota keluarga.

Tabel 4. Sebaran jumlah anggota keluarga responden

No Kriteria (orang) Jumlah Responden (Org) Persentase (%)

1

2

3

≤ 4

5-7

> 7

119

57

7

65,03

31,15

3,82

Jumlah 183 100,00

Tabel 4 menunjukkan sebagian besar rumah tangga memiliki anggota

keluarga yang tergolong kecil. Jumlah anggota keluarga yang tergolong sedang ini

dapat mengurangi beban tanggungan dalam rumah tangga. Artinya kebutuhan

rumahtangga masih dapat ditanggulangi karena dianggap tidak begitu besar

sehingga anak-anak dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

197 Volume 8 No. 2 Juni 2020

Luas Lahan, Luas Tanam dan Luas Panen Usahatani Pala

Luas lahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi besar kecilnya

produksi yang dihasilkan. Apabila luas lahan petani cukup besar, maka peluang

ekonomi untuk meningkatkan produksi dan pendapatan akan lebih besar

(Soekartawi, 2006). Tabel 4 menggambarkan penyebaran luas lahan, luas tanam

dan luas panen petani Pala.

Tabel 5 menggambarkan luas lahan petani di Negeri Latuhalat tergolong

sempit (< 1 ha) untuk usahatani Pala. Ini menunjukkan bahwa tingkat produksi

petani pun sedikit sehingga penerimaan yang diperoleh pun ikut berpengaruh.

Seperti diketahui semakin besar tingkat produksi maka besar pula tingkat

penerimaan yang diperoleh.

Tabel 5. Penyebaran responden petani Pala di Kota Ambon berdasarkan luas

lahan, luas tanam dan luas panen yang dimiliki

Kategori

(Ha)

Luas Lahan

(Ha)

Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Jumlah

Respon

den

(org)

Persentase

(%)

Jumlah

Responden

(org)

Persentase

(%)

Jumlah

Responden

(org)

Persen

tase

(%)

<1 129 70,50 131 71,59 131 71,59

1-2 49 26,77 47 25,68 47 25,68

>2 5 2,7 5 2,73 5 2,73

Total 183 100,00 183 100,00 183 100,00

Jumlah Produksi Pala Responden

Dalam kegiatan usaha produksi biji Pala kering, hasil produksi akan

tergantung dengan luas lahan yang dimiliki petani. Jumlah produksi reponden

dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut ini.

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

198 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Tabel 6. Klasifikasi jumlah produksi Pala

Jumlah Produksi Pala

(Kg) Jumlah Responden (Org) Persentase (%)

< 200

200 – 400

400 - 600

600 - 800

> 800

22

112

29

10

10

12,02

61,20

15,85

5,46

5,46

Jumlah 183 100,00

Produksi Pala responden terbanyak berada pada posisi 200-400 kg.

Kemudian jumlah produksi lainnya berimbang. Hal ini berkaitan dengan umur

pohon Pala yang dimiliki dengan kisaran 10-15 tahun, sehingga kisaran

produksinya juga lebih banyak antara 200-400 kg.

Pendapatan Bersih Petani Pala

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa adanya perbedaan

pendapatan tiap responden. Pendapatan di sini adalah pendapatan bersih yang

diterima petani berupa uang dari hasil penjualan biji kering Pala, yang dapat

dilihat dalam tabel 7.

Tabel 7. Klasifikasi pendapatan bersih petani pala

Pendapatan

(Rp)

Jumlah Responden

(Org)

Persentase

(%)

< 1.000.000 14 7,65

1.000.000 – 2.000.000 10 5,46

2.000.000 – 3.000.000 14 7,65

>3.000.000 145 79,24

Jumlah 183 100,00

Tabel 7 terlihat bahwa pendapatan responden terbanyak rata-rata ialah >

Rp. 3.000.000,- sebanyak 145 responden (79,24 %), diikuti pendapatan < Rp

1.000.000,- dan pendapatan Rp 2.000.000,- sampai Rp 3.000.000,- masing –

masing 14 responden (7,65%) dan pendapatan responden terendah rata-rata ialah

Rp 1.000.000,- sampai Rp 2.000.000,- sebesar 10 responden (5,46%).

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

199 Volume 8 No. 2 Juni 2020

Strategi dan Kebijakan Pengembangan Tata Niaga Biji Pala di Kota

Ambon

Faktor Internal

Faktor internal yang menjadi kekuatan.

a. Potensi Sumber Daya Lahan

b. Tersedianya tenaga kerja yang cukup

c. Kesesuaian tempat tumbuh tanaman Pala

d. Kesesuaian agroklimat tanaman Pala

e. Budidaya Pala yang turun temurun.

f. Kedekatan dengan potensi pasar

g. Kelancaran transportasi

h. Adanya Sarana dan Prasana Penunjang

Faktor internal yang menjadi kelemahan.

a. Terbatasnya Sumbar Daya yang memiliki keahlian.

b. Teknologi masih sederhana

a. Sistem Informasi yang belum memadai.

b. Aspek kelembagaan yang belum efektif

c. Aspek Sarana dan Prasarana Penunjang yang belum memadai

d. Terbatasnya modal petani Pala

e. Aspek Alih Fungsi Lahan

Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang menjadi peluang.

a. Prospek pasar dalam negeri dan luar negeri

b. Kebijakan pemerintah yang mulai mendukung pengembangan komoditi eksport

c. Adanya sarana dan prasarana penunjang

d. Minat pedagang dan Bayer di luar negeri terhadap komoditi biji Pala

Faktor eksternal yang menjadi ancaman.

a. Tidak adanya pedagang Eksport yang berusaha di Kota Ambon

b. Kebijakan pemerintah daerah atau pusat yang tidak konsisten antara

satu dinas/instansi dengan lainnya.Kebijakan yang saling tidak konsisten

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

200 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Evaluasi dan Matriks Faktor Internal dan Eksternal

Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

Dalam evaluasi ini digolongkan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi

sebagai kombinasi atas faktor kekuatan dan peluang, kelemahan dan

ancaman seperti yang disajikan dalam Tabel 7 dan Tabel 8 . Pembobotan

terhadap faktor internal menggunakan perbandingan berpasangan.

Tabel 8. Matriks Internal Factor Evaluation IFE)

Faktor-Faktor Internal Bobot Rating Skor

I. Kekuatan

a Potensi sumber daya lahan 0.124 2 0.248

b Tersedianya tenaga kerja yang cukup 0.117 2 0.234

c Kesesuaian tempat tumbuh tanaman Pala 0.045 4 0.180

d Kesesuaian agroklimat tanaman Pala 0.037 4 0.148

e Budidaya Pala yang turun temurun 0.105 3 0.315

f Kedekatan dengan potensi pasar 0.019 3 0.057

g Kelancaran transportasi penunjang 0.033 2 0.066

h Kedekatan dengan Pelabuhan sebagai jalur

transportasi antar daerah dan antar negara

0.033 2 0.066

Jumlah (I) 0.513 1.314

I. Kelemahan

a Terbatasnya sumber daya yang memiliki keahlian

tentang Pala

0.098 3 0.297

b Teknologi pengolahan masih sederhana 0.089 3 0.267

c Sistem informasi yang belum memadai 0.079 4 0.316

d Kelembagaan belum efektif 0.079 4 0.316

e Sarana dan Prasarana penunjang yang belum

memadai

0.101 3 0.303

f Terbatasnya modal petani Pala 0.008 4 0.032

g Aspek alih fungsi lahan 0.033 2 0.066

Jumlah (II) 0.487 1.594

Total (I + II) 1.00 2.908

Berdasarkan Tabel 8, dapat dikatakan bahwa faktor yang menjadi

kekuatan bagi pengembangan p e m a s a r a n /T a t a n i a ga biji Pala adalah

budidaya Pala yang turun temurun (0.315).Tersedianya sumber daya lahan yang

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

201 Volume 8 No. 2 Juni 2020

cukup (0.248) juga menjadikan kekuatan apabila dimanfaatkan sebagai area untuk

pembudidayaan tanaman Pala yang sangat penting. Faktor kelemahan yang

sangat penting untuk diperhatikan adalah sistem informasi yang belum memadai

(0.316) dan aspek kelembagaan yang belum efektif (0.316). Kelemahan yang

penting juga untuk dikaji selain dua kelemahan diatas yang memiliki skor

berimbang adalah ketersediaan sarana dan prasarana penunjang komoditi eksport

biji Pala (0.303). Berdasarkan Tabel 8 maka yang menjadi peluang terbesar

adalah kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan komoditi eksport

biji Pala (0.620). Ancaman yang berpengaruh paling besar adalah tidak adanya

pedagang eksport di Maluku/kota Ambon (0.801).

Matriks Internal-Eksternal

Berdasarkan analisis faktor-faktor internal dan eksternal, diperoleh hasil

berupa nilai matriks yang akan menentukan posisi pemasaran biji Pala, untuk

menjadi acuan didalam memformulasikan alternatif strategi yang diperoleh.

Formulasi strategi ini tidak terlepas dari aspek lingkungan internal dan eksternal.

Setelah matrik IFE dan EFE dibuat, langkah selanjutnya adalah menyusun

matriks IE yang merupakan pemetaan dari skor total matriks IFE dan EFE.

Tabel 9 . Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Faktor-Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

I. Peluang

a Prospek pasar dalam dan luar negeri 0.022 5 0.110

b Kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan

komoditas ekspor biji Pala

0.155 4 0.620

c Adanya sarana dan prasarana penunjang pelabuhan eksport

komoditi biji Pala

0.267 2 0.534

d Adanya minat pedagang terhadap biji Pala dari Maluku 0.100 4 0.400

Jumlah (I) 0.544 1.664

II. Ancaman

a Tidak adanya pedagang ekspor di kota Ambon 0.267 3 0.801

b Kebijakan pemerintah daerah/pusat yang tidak

konsisten antar satu dinas/instansi dengan lainnya

0.189 3 0.567

Jumlah (II) 0.456 1.368

Total (I + II) 1.000 3.032

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

202 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

I

II

Pertumbuhan

III

3,0

IV

V

VI

2,0

VII

VIII

IX

Tota

l S

kor E

FE

Total Skor IFE

4.0 Kuat 3.0 Rata-rata 2.0 Lemah 1.0

Tinggi

Sedang

Lemah 1.0

Gambar 1. Posisi Pengembangan Tata Niaga Komoditi Eksport Biji Pala

Matriks diatas menggambarkan nilai skor E FE sebesar 3.032 dan I FE

2.908 sehingga posisi pengembangan Tata Niaga komoditi eksport biji Pala

berada pada kuadran II atau posisi sel dua (pertumbuhan) yang menunjukkan

posisi strategi pertumbuhan dengan kata lain Tata Niaga Komoditi eksport biji

Pala mempunyai tingkat keunggulan dalam faktor eksternal yang merupakan

kontribusi dari tingginya faktor- faktor peluang. Strategi yang disarankan pada

kondisi tersebut adalah bahwa harus merumuskan strategi pemasaran untuk

menembus pasar, melakukan diversifikasi produk dan mengembangkan wilayah

pasar yang dikuasainya. Kuadran I, II, dan IV dikenal dengan grow and build,

kuadran III, V, dan VII adalah hold and maintain, sedangkan VI, VII, dan IX

adalah Harvest and divesture.

Matriks SWOT

Matriks SWOT Pengembangan Tata Niaga Komoditi Eksport Biji Pala

adalah sebagai berikut : Hasil formulasi dikelompokkan menjadi empat

kelompok formulasi strategi yang terdiri dari strategi Kekuatan – Peluang (S–

O) merupakan strategi Agresif, strategi Kekuatan – Ancaman (S–T) merupakan

strategi Diferensiasi, strategi Kelemahan – Peluang (W–O) merupakan

strategi Intensifikasi dan strategi Kelemahan – Ancaman (W–T) merupakan

strategi Defensif (Tabel 9).

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

203 Volume 8 No. 2 Juni 2020

Internal

Eksternal

Kekuatan (S) Kelemahan

(W)

1. Tersedianya SD lahan yang

cukup

2. Tersedianya tenaga kerja

yang cukup

3. Kesesuaian tempat tumbuh.

4. Kesesuaian agroklimat.

5. Budidaya Pala yang telah

lama ada (turun temurun)

6. Kedekatan dengan potensi

pasar.

7. Ke[ancaran transportasi

penunjang.

8. Kedekatan dengan pelabuhan

sebagai jalur transportasi

antar daerah dan antar negara

1. Terbatasnya SD ahli

2. Teknologi

pengolahan masih

sederhana

3. Sistem informasi

belum memadai

4. Kelembagaan

belum efektif

5. Aspek Alih

fungsi lahan

6. Terbatasnya modal

petani

7. Sarana dan Prasarana

penunjang yang

belum memadai.

Peluang (O) S-O W-O

1.Peluang pasar DN dan

LN

2. Kebijakan

pemerintah yang

mendukung

pengembangan

komoditi eksport biji

Pala

3. Adanya sarana

dan prasarana

penunjang pelabuhan

eksport komoditi biji

1. perluasan areal perkebunan

Pala

2. Peningkatan standart mutu

pemasaran komoditi

eksport biji Pala

3. Peningkatan pemasaran

dan Tata Niaga biji Pala

4. Peningkatan standart

mutu komoti eksport biji

Pala

5. eksport komoditi biji Pala

melalui pelabuhan esport

1. Peningkatan kualitas

SDM & teknologi

melalui pelatihan ttg

Standart mutu biji Pala

2. Pembangunan pusat

informasi rempah

3. Penataan

kelembagaan

4. Membuat regulasi

tentang peraturan

daerah terkait

peningkatan

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

204 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Pala.

4. Adanya Minat

pedagang/bayers

terhadap biji Pala dari

Maluku/Ambon

Kota Ambon langsung ke

bayer.

pengembangan Tata

Niaga eksport

5. Mengintensifkan

penyuluhan budidaya,

6. Pembentukan LK dan

permodalan

Ancaman (T) S-T W-T

1.Tidak adanya

pedagang

eksport di kota

Ambon

2. Kebijakan pemda

atau pusat yang

tidak konsisten

antar satu

dinas/instansi

dengan lainnya

1. Perbaikan kebijakan

yang mendukung

keberadaan pedagang

eksport di kota Ambon

terkait pemasaran

komoditi biji Pala dalam

hal ini penggunaan

pelabuhan eksport di

Maluku/kota Ambon

2. Di intensifkannya

hubungan kerjasama yang

sintentis antar instansi

terkait dalam menangani

Tata Niaga eksport komoditi

biji Pala

1. Peningkatan

Sarana dan

prasarana

penunjang terkait

mutu dan

pemasaran

komoditi eksport

biji Pala.

2. Perbaikan kualitas

SDM

dan teknologi

3. Perbaikan kebijakan

/ regulasi / peraturan

daerah yang

memihak terhadap

pemasaran/tata niaga

komoditi eksport biji

Pala di Kota Ambon

Hasil analisis matriks SWOT mengarah pada alternatif strategi yaitu :

1. Peningkatan Sarana dan prasarana penunjang terkait mutu dan pemasaran

komoditi eksport biji Pala.

2. Perluasan areal pertanian

3. Peningkatan standart mutu komoditi eksport biji Pala

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

205 Volume 8 No. 2 Juni 2020

3. Penataan kelembagaan petani

4. Pemberdayaan lembaga keuangan dan permodalan

5. Peningkatan kualitas SDM dan teknologi melalui pelatihan-pelatihan.

6. Pembangunan pusat informasi rempah termasuk di dalamnya komodi Pala

7. Perbaikan kebijakan dan kelembagaan, khususnya pembuatan regulasi dan

peraturan daerah yang mendukung tata niaga komoditi eksport biji Pala.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa perhatian

pemerintah sudah mulai nampak namun kebijakan belum cukup untuk

meningkatkan pendapatan para Petani terutama dalam memperpendek Pola

Pemasaran/Tata Niaga komoditi Pala. Yang ini terkait sarana dan prasarana

penunjang yang belum memadai dan maksimal di upayakan serta belum adanya

regulasi yang mengikat dan menguntungkan bagi usaha komoditi rempah/komoditi

Pala dari Maluku termasuk Kota Ambon sebagai sentra pemasaran. Oleh karena itu,

alternatif strategi yang mungkin dilakukan yaitu, peningkatan sarana dan prasarana

penunjang terkait mutu dan pemasaran komoditi eksport biji Pala, perluasan areal

pertanian, peningkatan standart mutu komoditi eksport biji Pala, penataan

kelembagaan petani, pemberdayaan lembaga keuangan dan permodalan,

peningkatan kualitas SDM dan teknologi melalui pelatihan-pelatihan,

pembangunan pusat informasi rempah termasuk di dalamnya komodi Pala, dan

perbaikan kebijakan dan kelembagaan, khususnya pembuatan regulasi dan peraturan

daerah yang mendukung tata niaga komoditi eksport biji Pala.

Daftar Pustaka

BKKBN. 1998. Buku Pegangan Untuk Petugas Lapangan Mengenai Reproduksi

Sehat. Jakarta : BKKBN, 33-34.

BPS. 2017. Statistik Pertanian tahun 2017. Jakarta : BPS, 22-27.

BPS. 2018. Kota Ambon dalam Angka Tahun 2018. Ambon : BPS, 36-41.

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS BIJI PALA DI AMBON

206 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Fahmi, Irham., 2015. Manajemen Strategis. Bandung : CV Alfabeta, 53-58.

Hadad, E.A., dan Hamid A. 1990. “Mengenal Berbagai Plasma Nutfah Pala di.

Daerah Maluku Utara”. Bogor : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan

Obat, 112-119.

Kaunang, Alvonda., C.B.D. Pakasi., J. Baroleh, dan J.N.K. Dumais., 2014.

“Perbandingan Pendapatan Petani Pala Pada Berbagai Saluran Pemasaran Di

Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara”. Cocos E-journal Unsrat.

Vol 4 (6) : 1-30.

Lalopua, Herica F., A.M. Sahusilawane, Dan S.F.W. Thenu., 2019. “Peran

Perempuan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rumah Tangga (Studi

Kasus Kelompok Nunilai Negeri Hutumuri)”. Agrilan. Vol 7 No 1 : 49-64.

Litbang Pertanian., 2018. “Teknik Budidaya Pala (Miristica Fragrans)., Bogor :

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat”. 13-22.

Chelasea, Mea; Tomy Lolowang; Olvie Bennu, Dan Ribka Kumaat., 2014.

“Analisis Usaha Dan Strategi Pengembangan Agroindustri Manisan Pala Di

Kelurahan Aermadidi Kabupaten Minahasa Utara (Studi Kasus Di Ud.

Murni)”. Cocos E-Journal Unsrat. Vol 4 (2) : 1-18.

Olong, Ibrahim., Marcus J. Pattinama, dan Maisie. T. F. Tuhumury. 2013.

“Analisis Pemasaran Pala (Myristica Fragrans Houtt) di Desa Morella

Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah”. Agrilan. Vol 1 (3) : 26-43.

Pattiselanno, August E., E. Jambormias, Dan J.F. Sopamena., 2018. “Konstribusi

Komoditas Perkebunan Terhadap Penerimaan Rumah Tangga Di

Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon”. Agric. Vol. 30 (2) : 75-88.

Pattiselanno, August E., E. Jambormias, Dan J.F. Sopamena., 2018. “Strategi

Nafkah Petani Perkotaan Pulau Kecil (Studi Kasus Kecamatan Leitimur

Selatan Kota Ambon)”. Jurnal Sosial Humaniora. Vol 11 (2) : 104-120.

Purseglove JW, Brown EG, Green SL, & Robbins SRJ. 1995. Spices. New York

: Longmans, 175-228.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2016. “Informasi Pertanian Tahun

2016”. Jakarta : Kementerian Pertanian, 137-144.

Rangkuti, Freddy., 2015. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta

: Gramedia Pustaka Utama, 65-70

Singarimbun Masry., 2011. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES, 46-62.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta : UI Press, 29-36

Sugiyono, 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta, 58-67.

Todaro, P. 2017. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga, 17-

25.