7
486 OPEN ACCES Vol. 13No. 2: 486-492 Oktober 2020 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2. 486-492 Studi Kualitas Organoleptik Dodol Buah Pala (Study of Organoleptic Nutmeg Fruit Dodol Quality) Mustamin Anwar Masuku 1 , Misran Lawani 1 dan Erna Umasugi 2 1 Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Khairun. Ternate – Indoensia, Email [email protected] ; [email protected] 2 Alumni Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Khairun. Ternate -Indoensia Email: [email protected] Info Artikel: Diterima : 10 Des. 2020 Disetujui : 11 Des. 2020 Dipublikasi : 13 Des. 2020 Artikel Penelitian Keyword: dodol nutmeg, banana mulu bebe, and organoleptic properties. Korespondensi: Mustamin Anwar Masuku Universitas Khairun, Ternate – Indonesia HP : 082225000708 Email: [email protected] Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN Abstrak. Dodol merupakan makanan semi basah yang memiliki tekstur plastis. Sifat organoleptik yang khas dimiliki dodol adalah berwarna coklat, dan memiliki rasa yang manis, gurih dan legit dengan tekstur yang plastis. daging buah pala berpotensi untuk diolah menjadi berbagai produk pangan seperti manisan pala, sirup pala, selai, sari buah pala, minuman instan pala, jeli pala, anggur pala, asam cuka, permen gelatin hard candy dan dodol. Pengolahan daging buah pala menjadi dodol pala dapat menambah nilai tambah produk pala dan meningkatkan pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan dodol pala dengan sifat organoleptic terbaik. Dodol dari daging buah pala dan tepung pisang mulu bebe menghasilkan nilai warna 3.64- 3.70 (tidak suka-suka), rasa 3.25-3.59 (agak tidak suka-suka), dan aroma 3.75-4.15 (tidak suka- suka). Rasio penambahan daging buah pala 65% dan tepung pisang mulu bebe 35% memenuhi syarat mutu SNI dodol, rasio penambahan daging buah pala 45% dan tepung pisang mulu bebe 55% menghasilkan dodol pala yang disukai oleh konsumen. Abstract. Dodol is a semi-wet food that has a plastic texture. The typical organoleptic properties of dodol are brown and have a sweet, savory and legit taste with a plastic texture. Nutmeg meat has the potential to be processed into various food products such as candied nutmeg, nutmeg syrup, jam, nutmeg juice, instant nutmeg drink, nutmeg jelly, nutmeg wine, vinegar acid, gelatin hard candy and dodol. Processing nutmeg meat into nutmeg dodol can add value to nutmeg products and increase farmers' income. The purpose of this study was to produce nutmeg dodol with the best organoleptic properties. Dodol from nutmeg meat and banana flour mulu bebe produces a colour value of 3.64-3.70 (dislike), flavour 3.25-3.59 (rather dislike), and aroma of 3.75-4.15 (dislike). The ratio of the addition of nutmeg meat 65% and banana flour mulu bebe 35% meets the quality of SNI dodol, the ratio of addition of nutmeg meat 45% and banana flour mulu bebe 55% produces nutmeg dodol favoured by consumers. I. PENDAHULUAN Dodol merupakan salah satu makanan khas Indonesia, berasal dari daerah Jawa Barat dengan bahan dasar pembuatannya adalah tepung beras ketan, santan dan gula. Dodol merupakan makanan semi basah yang memiliki tekstur plastis. Sifat organoleptik yang khas dimiliki dodol adalah berwarna coklat, dan memiliki rasa yang manis, gurih dan legit dengan tekstur yang plastis (Margareta, 2013). Lestari dkk (2013) menyatakan penggunaan 100% tepung beras ketan pada pembuatan dodol akan menjadikan dodol dengan tekstur yang terlalu liat. Hal ini diakibatkan karena kandungan amilopektin pada tepung beras ketan yang tinggi yaitu sebesar 98% sehingga mengakibatkan viskositas yang tinggi dan membentuk tekstur dodol menjadi liat. Selain adanya amilopektin, amilosa juga berperan dalam pembentukan tekstur dodol, amilosa akan memberikan tekstur keras dan kering, sehingga apabila kandungan amilosa terlalu tinggi akan membentuk tekstur keras pada produk dodol. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka harus ditemukan bahan baku lain yang dapat digunakan sebagai campuran tepung beras ketan untuk pembuatan dodol agar didapatkan tekstur dodol yang baik. Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Selain itu juga terdapat di Wilayah Maluku Utara, seperti Pulau Ternate, Tidore, Halmahera, Morotai dan Kepulauan Sulabesi. Akibat dari nilai ekonominya yang terlalu tinggi sebagai rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditas perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar

Studi Kualitas Organoleptik Dodol Buah Pala (Study of

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

486

OPEN ACCES

Vol. 13No. 2: 486-492 Oktober 2020

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2. 486-492

Studi Kualitas Organoleptik Dodol Buah Pala

(Study of Organoleptic Nutmeg Fruit Dodol Quality)

Mustamin Anwar Masuku1, Misran Lawani1 dan Erna Umasugi 2

1 Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Khairun. Ternate –

Indoensia, Email [email protected] ; [email protected]

2 Alumni Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Khairun. Ternate -Indoensia Email: [email protected]

Info Artikel:

Diterima : 10 Des. 2020

Disetujui : 11 Des. 2020

Dipublikasi : 13 Des. 2020

Artikel Penelitian

Keyword:

dodol nutmeg, banana mulu

bebe, and organoleptic

properties.

Korespondensi:

Mustamin Anwar Masuku

Universitas Khairun, Ternate –

Indonesia

HP : 082225000708

Email:

[email protected]

Copyright©

Oktober 2020 AGRIKAN

Abstrak. Dodol merupakan makanan semi basah yang memiliki tekstur plastis. Sifat organoleptik yang khas

dimiliki dodol adalah berwarna coklat, dan memiliki rasa yang manis, gurih dan legit dengan tekstur yang

plastis. daging buah pala berpotensi untuk diolah menjadi berbagai produk pangan seperti manisan pala, sirup

pala, selai, sari buah pala, minuman instan pala, jeli pala, anggur pala, asam cuka, permen gelatin hard candy

dan dodol. Pengolahan daging buah pala menjadi dodol pala dapat menambah nilai tambah produk pala dan

meningkatkan pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan dodol pala dengan sifat

organoleptic terbaik. Dodol dari daging buah pala dan tepung pisang mulu bebe menghasilkan nilai warna 3.64-

3.70 (tidak suka-suka), rasa 3.25-3.59 (agak tidak suka-suka), dan aroma 3.75-4.15 (tidak suka- suka). Rasio

penambahan daging buah pala 65% dan tepung pisang mulu bebe 35% memenuhi syarat mutu SNI dodol, rasio

penambahan daging buah pala 45% dan tepung pisang mulu bebe 55% menghasilkan dodol pala yang disukai

oleh konsumen.

Abstract. Dodol is a semi-wet food that has a plastic texture. The typical organoleptic properties of dodol are

brown and have a sweet, savory and legit taste with a plastic texture. Nutmeg meat has the potential to be

processed into various food products such as candied nutmeg, nutmeg syrup, jam, nutmeg juice, instant

nutmeg drink, nutmeg jelly, nutmeg wine, vinegar acid, gelatin hard candy and dodol. Processing nutmeg

meat into nutmeg dodol can add value to nutmeg products and increase farmers' income. The purpose of this

study was to produce nutmeg dodol with the best organoleptic properties. Dodol from nutmeg meat and banana

flour mulu bebe produces a colour value of 3.64-3.70 (dislike), flavour 3.25-3.59 (rather dislike), and aroma of

3.75-4.15 (dislike). The ratio of the addition of nutmeg meat 65% and banana flour mulu bebe 35% meets the

quality of SNI dodol, the ratio of addition of nutmeg meat 45% and banana flour mulu bebe 55% produces

nutmeg dodol favoured by consumers.

I. PENDAHULUAN

Dodol merupakan salah satu makanan khas

Indonesia, berasal dari daerah Jawa Barat dengan

bahan dasar pembuatannya adalah tepung beras

ketan, santan dan gula. Dodol merupakan

makanan semi basah yang memiliki tekstur

plastis. Sifat organoleptik yang khas dimiliki

dodol adalah berwarna coklat, dan memiliki rasa

yang manis, gurih dan legit dengan tekstur yang

plastis (Margareta, 2013). Lestari dkk (2013)

menyatakan penggunaan 100% tepung beras ketan

pada pembuatan dodol akan menjadikan dodol

dengan tekstur yang terlalu liat. Hal ini

diakibatkan karena kandungan amilopektin pada

tepung beras ketan yang tinggi yaitu sebesar 98%

sehingga mengakibatkan viskositas yang tinggi

dan membentuk tekstur dodol menjadi liat. Selain

adanya amilopektin, amilosa juga berperan dalam

pembentukan tekstur dodol, amilosa akan

memberikan tekstur keras dan kering, sehingga

apabila kandungan amilosa terlalu tinggi akan

membentuk tekstur keras pada produk dodol.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka harus

ditemukan bahan baku lain yang dapat digunakan

sebagai campuran tepung beras ketan untuk

pembuatan dodol agar didapatkan tekstur dodol

yang baik.

Pala (Myristica fragrans) merupakan

tumbuhan berupa pohon yang berasal dari

kepulauan Banda, Maluku. Selain itu juga terdapat

di Wilayah Maluku Utara, seperti Pulau Ternate,

Tidore, Halmahera, Morotai dan Kepulauan

Sulabesi. Akibat dari nilai ekonominya yang

terlalu tinggi sebagai rempah, buah dan biji pala

telah menjadi komoditas perdagangan yang

penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut

dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua".

Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

487

luas di daerah tropika lain seperti Mauritius dan

Karibia (Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk

biji pala yang diperdagangkan.

Menurut Nurdjannah (2007), daging buah

pala berpotensi untuk diolah menjadi berbagai

produk pangan seperti manisan pala, sirup pala,

selai, sari buah pala, minuman instan pala, jeli

pala, anggur pala, asam cuka, permen gelatin hard

candy dan dodol. Pengolahan daging buah pala

menjadi dodol pala dapat menambah nilai tambah

produk pala dan meningkatkan pendapatan

petani. Selain itu pisang mulu bebe merupakan

salah satu tanaman khas yang dapat dimanfaatkan

sebagai sumber pangan local di Maluku Utara.

Bentuk pemanfaatan pisang mulu bebe adalah

menggunakan tepungnya sebagai bahan campuran

dalam pembuatan dodol pala. Sehingga tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh rasio daging buah pala dan tepung

pisang mulu bebe terhadap kualitas organoleptik

dodol pala.

II. METODELOGI

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Agustus-Oktober 2019 di Laboratorium Teknologi

Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Khairun Ternate. Analisa organoleptik dilakukan

di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Khairun Ternate

dan analisa produk dilakukan di Laboratorium Uji

Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

2.2. Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam

penelitian ini adalah daging buah pala dan tepung

pisang mulu bebe diperoleh dari petani pala dan

pedagang buah pisang di Kota Ternate, serta

bahan pendukung lain seperti tepung ketan merk

Rose Brand, santan kelapa, gula pasir, gula merah,

plastik polietilen, vanili, mentega, bahan-bahan

kimia yang digunakan adalah Natrium hidroksida

(NaOH), amonia (NH3), amonium sulfat

(NH4)2SO4, larutan baku asam, Sulfur dioksida

(SO2), asam borat (H3BO3), Asam klorida (HCl),

pelarut heksan, aquades (H2O), alkahol

(C2HSOH), bromcresol green 2 ml metil merah, Pb

asetat (Pb(C2H3O2))2, Natrium karbonat

(Na2CO3), larutan luff-schoorl, batu didih, asam

sulfat (H2SO4), Na-Thiosulfat (Na2S2O3), dan

indicator pati. Alat-alat yang digunakan adalah

pisau, wadah, ayakan, loyang, sendok kayu,

blender, digital thermometer, gelas ukur plastik

1000 ml, wajan, kompor hook, timbangan digital,

hot air oven (Memmerty), gelas piala 250 ml, labu

takar, pipet, cawan porselin, tarpan spatula, kertas

saring, kapas bebas lemak, labu lemak, sokhlet,

labu kjeldahl, desikator, dan erlenmeyer.

2.3. Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan pada penelitian ini

menggunakan Rancagan Acak Lengkap (RAL)

dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan.

Perlakuan terdiri dari lima kombinasi rasio daging

buah pala dan tepung pisang mulu bebe yaitu

65%:35%, 60%:40%, 55%:45%, 50%:50%, dan

45%:55%. Data yang diperoleh akan dianalisis

sidik ragam. Bila perlakuan daging buah pala dan

tepung pisang mulu bebe memberikan pengaruh

yang nyata dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf

signifikan ∝ 0,05 (Gaspersz, 1991).

2.4. Pembuatan Daging Buah Pala Dan Pisang

Pembuataan bubur buah pala yang akan

digunakan untuk dodol seperti yang terlihat pada

diagram alir pada gambar 1 di bawah ini. Pada

proses ini sesuai dengan modifikasi dari Zandi

dan Lewa (1992) serta Hanggara et al (2016).

Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Daging Buah Pala (Modifikasi Zandy dan Lewa (1992),

dan Hanggara et al (2016)

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

488

Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Pisang Mulu Bebe (Modifikasi Laisi (2013))

Setelah bubur daging buah pala dan tepung pisang mulu bebe telah tersedia, maka tahap

selanjutnya adalah membuat dodol daging buah pala seperti terlihat pada diagram alir pada gambar 3 di

bawah ini.

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian Pembuatan Dodol Pala Modifikasi dari Laisi (2013),

Suprapti(2006), Zandy dan Lewa (1992), dan Hafizah et al (2018).

2.5. Parameter Penelitian

Parameter penelitian meliputi analisis sifat

organoleptik dari dodol pala (Rampengan et al.,

1985). Metode pengujian yang dilakukan adalah

metode hedonik (uji kesukaan) meliputi: warna,

rasa, dan aroma. Skor yang digunakan adalah 5

(suka), 4 (agak suka, 3 (netral), 2 (agak tidak suka),

dan 1 (tidak suka).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Warna

Penilaian warna dodol pala dari panelis

yang terendah adalah3.64(tidak suka) terdapat

pada formulasi (65:35) daging buah pala dan

tepung pisang mulu bebe, sedangkan yang

tertinggi3.70 (suka) terdapat pada formulasi (45:55)

daging buah pala dan tepung pisang mulu

(Gambar 4).

Kesukaan panelis terhadap dodol pala

cenderung meningkat dengan semakin banyaknya

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

489

3.6

3.65

3.7

P1 P2 P3 P4 P5

3.649

3.68

3.65

3.7 3.7

Nil

ai

wa

rna

do

do

l

Perlakuan

Keterangan :

P1= Daging buah pala 65% : Tepung pisang mulu bebe 35%

P2= Daging buah pala 60% : Tepung pisang mulu bebe 40%

P3= Daging buah pala 55% : Tepung pisang mulu bebe 45%

P4= Daging buah pala 50% : Tepung pisang mulu bebe 50%

P5= Daging buah pala 45% : Tepung pisang mulu bebe 55%

daging buah pala dan tepung pisang mulu bebe

serta penambahan bahan lainnya pada pengolahan

dodol pala seperti gula pasir dan gula merah

sehingga diduga berpengaruh terhadap

terbentuknya warna kecoklatan pada dodol pala.

Hasil sidik ragam (ANOVA)formulasi

daging buah pala dengan tepung pisang mulu

bebe yang berbeda tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap parameter warna dodol

pala.Warna akhir dari produk diduga karena

penambahan gula, hal ini disebabkan karena

penambahan gula pada semua perlakuan sama dan

warna dodol yang dihasilkanpun cenderung sama

(coklat tua), sehingga panelis dapat tertarik pada

warna dodol yang dihasilkan.

Gambar 4. Grafik Rata-rata Hasil Uji Organoleptik Terhadap Parameter Warna Dodol Pala.

Kartika (1988) mengemukakan bahwa,

peranan warna pada suatu makanan sangat

penting, karena pada umumnya konsumen

sebelum mempertimbangkan parameter lain,

terlebih dahulu tertarik oleh keadaan warna

makanan tersebut, dapat mempengaruhi selera

konsumen dan membangkitkan selera makan,

bahkan warna juga dapat menjadi petunjuk bagi

kualitas makanan yang dihasilkan.

Tabel 1. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Terhadap Warna Dodol.

Perlakuan Rata-rata

P1 3.649a

P2 3.68a

P3 3.65a

P4 3.7a

P5 3.7a

Perlakuan Rata-rata

Keterangan : Notasi subscrip yang diikuti huruf kecil yang

tidak sama dinyatakan berbeda nyata pada

BNT ∝ 0.05 = 3,688900873

Formulasi daging buah pala dengan tepung

pisang mulu bebe menunjukkan nilai parameter

warna yang tidak berbeda nyata. Namun

menunjukkan perlakuan yang berbeda nyata pada

BNT ∝ 0.05= (3,688900873) dan juga dikarenakan

nilai F hitung warna lebih tinggi dari nilai F tabel

∝ 0,05% dan disebabkan karena rasio penambahan

daging buah pala dengan tepung pisang mulu

bebe yang berbeda dapat memberikan hasil yang

berbeda terhadap parameter warna dodol pala. Hal

ini sejalan dengan penelitian Hanggara et al (2016)

pengaruh formulasi pasta labu kuning dan tepung

beras ketan putih terhadap sifat kimia dan sensori

dodol. Dimana pada perlakuan Perbandingan

tepung beras ketan putih dan pasta labu kuning

40:60, dan 50:50 menunjukan nilai parameter

warna dodol labu kuning yang tidak berbeda satu

sama lain.

3.2. Rasa

Penilaian rasa dodol pala dari panelis yang

terendah adalah 3.25 (agak tidak suka) terdapat

pada formulasi (65:35) daging buah pala dan

tepung pisang mulu bebe, sedangkan yang

tertinggi3.59(suka) terdapat pada formulasi (45:55)

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

490

3

3.2

3.4

3.6

P1 P2 P3 P4 P5

3.43

3.25

3.4

3.56 3.59

Nil

ai

rasa

do

do

l

Perlakuan

Keterangan :

P1= Daging buah pala 65% : Tepung pisang mulu bebe 35%

P2= Daging buah pala 60% : Tepung pisang mulu bebe 40%

P3= Daging buah pala 55% : Tepung pisang mulu bebe 45%

P4= Daging buah pala 50% : Tepung pisang mulu bebe 50%

P5= Daging buah pala 45% : Tepung pisang mulu bebe 55%

daging buah pala dan tepung pisang mulu

(Gambar 5).

Hasil sidik ragam (ANOVA) menunjukkan

bahwa, perlakuan rasio daging buah pala dan

tepung pisang mulu bebe yang berbeda tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap

parameter rasa dodol pala yang dihasilkan. Hal ini

diduga karena pengaruh penambahan daging

buah pala dan tepung pisang mulu bebe, karena

dari kedua bahan tersebut memiliki rasa masam

yang sama dan diduga faktor yang dapat

mempengaruhi organoleptik pada parameter rasa

adalah bahan tambahan dodol pala yaitu gula,

vanili dan margarin. Winarno (2002) menyatakan,

rasa dalam bahan pangan sangat penting dalam

menentukan daya terima konsumen. Selain itu,

rasa juga merupakan salah satu faktor yang sangat

berpengaruh dalam menentukan mutu.

Biasanya rasa sangat diperhatikan oleh

konsumen setelah warna. Rasa yang ditimbulkan

oleh produk pangan dapat berasal dari bahan

pangan itu sendiri juga berasal dari zat-zat yang

ditambahkan saat proses berlangsung, sehingga

dapat menimbulkan rasa yang tajam atau

sebaliknya jadi berkurang.

Gambar 5. Grafik Rata-rata Hasil Uji Organoleptik Terhadap Parameter Rasa Dodol Pala.

3.3. Aroma

Penilaian warna dodol pala dari panelis

yang terendah adalah3.75 (tidak suka) terdapat

pada formulasi (65:35) daging buah pala dan

tepung pisang mulu bebe, sedangkan yang

tertinggi4.15 (suka) terdapat pada formulasi (45:55)

daging buah pala dan tepung pisang mulu

(Gambar 6).

Kesukaan panelis terhadap dodol pala

cenderung meningkatdengan semakin banyaknya

daging buah pala dan tepung pisang mulu

bebeSemakin tinggi rasio penambahan daging

buah pala dan tepung pisang mulu bebe yang

digunakan dalam pengolahan dodol, maka

semakin meningkat pula nilai aroma yang

dihasilkan. Hal ini sejalan dengan pendapat

Winarno (2002), yang menyatakan aroma pada

makanan tidak hanya ditentukan oleh satu

komponen tetapi oleh beberapa komponen

tertentu yang menimbulkan bau yang khas dan

dipengaruhi oleh perbandingan dari berbagai

bahan yang digunakan.

Hasil sidik ragam (ANOVA) menunjukkan

bahwa, perlakuan penambahan daging buah pala

dan tepung pisang mulu bebe yang berbeda tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap

parameter aroma dodol pala. Hal ini menunjukkan

bahwa, rasio penambahan daging buah pala dan

tepung pisang mulu bebe yang berbedatidak

berpengaruh terhadap aroma dodol pala yang

dihasilkan. Faktor yang dapat mempengaruhi

organoleptik pada parameter aroma adalah bahan

tambahan dodol yaitu margarin, gula dan vanili.

Winarno (2002) menyatakan, bahwa aroma

lebih banyak dipengaruhi oleh panca indera

penciuman. Pada umumnya bau yang dapat

diterima oleh hidung dan otak lebih banyak

merupakan campuran empat macam bau yaitu

harum, asam, tengik dan hangus. Hasil Uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) terhadap aroma dodol dapat

pada Tabel 2.

Formulasi daging buah pala dengan tepung

pisang mulu bebe menunjukkan nilai parameter

aroma yang tidak berbeda nyata. Namun berbeda

nyata pada BNT∝ 0.05 =(3,688900873) dan juga

dikarenakan nilai F hitung aroma lebih tinggi dari

nilai Ftabel ∝ 0,05% dan disebabkan karena rasio

penambahan daging buah pala dengan tepung

pisang mulu bebe yang berbeda dapat

memberikan hasil yang berbeda terhadap

parameter aroma dodol pala. Hal ini sejalan

dengan penelitian Hanggara et al (2016) pengaruh

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

491

3.4

3.6

3.8

4

4.2

P1 P2 P3 P4 P5

3.75

3.93 4.03 4.05

4.15

Nil

ai

aro

ma

do

do

l

Perlakuan

Keterangan :

P1= Daging buah pala 65% : Tepung pisang mulu bebe 35%

P2= Daging buah pala 60% : Tepung pisang mulu bebe 40%

P3= Daging buah pala 55% : Tepung pisang mulu bebe 45%

P4= Daging buah pala 50% : Tepung pisang mulu bebe 50%

P5= Daging buah pala 45% : Tepung pisang mulu bebe 55%

formulasi pasta labu kuning dan tepung beras

ketan putih terhadap sifat kimia dan sensori

dodol. Dimana pada perlakuan Perbandingan

tepung beras ketan putih dan pasta labu kuning

40:60, dan 50:50 menunjukan nilai parameter

warna dodol labu kuning yang tidak berbeda satu

sama lain.

Gambar 6. Grafik Rata-rata Hasil Uji Organoleptik Terhadap Parameter Aroma Dodol Pala.

Tabel 2. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Nilai Aroma.

Perlakuan Rata-rata

P1 3.75a

P2 3.93a

P3 4.03a

P4 4.05a

P5 4.15a

Keterangan : Notasi subscrip yang diikuti huruf

kecil yang tidak sama dinyatakan

berbeda nyata pada BNT ∝ 0.05 =

2.05484007

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dodol dari daging buah pala dan tepung pisang

mulu bebe menghasilkan nilai warna 3.64-3.70

(tidak suka-suka), rasa 3.25-3.59 (agak tidak

suka-suka), dan aroma 3.75-4.15 (tidak suka-

suka).

2. Rasio penambahan daging buah pala 65% dan

tepung pisang mulu bebe 35% memenuhi

syarat mutu SNI dodol, rasio penambahan

daging buah pala 45% dan tepung pisang mulu

bebe 55% menghasilkan dodol pala yang

disukai oleh konsumen.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan

pengamatan selama proses penelitian maka perlu

dilakukan penelitian lanjut dalam pembuatan

dodol pala dengan penambahan bahan lainnya

untuk meningkatkan kadar protein dan kadar

lemak sehingga memenuhi syarat mutu SNI dodol.

REFERENSI

[AOAC] Associatio of Official Analytical Chemist. 2005. Official Methods of Analytisis Associatios of

Official Analytical Chemis. Washington DC.

[AOAC] Associatio of Official Analytical Chemist. 1990. Official Methods of Analytical of The

Associations of Official Analytical Chemis. [AOAC], Washington DC.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional 01-2973-1992. [SNI] Pengertian Dodol. Badan Standarlisasi Nasional

BSN.

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

492

[BSN] Badan Standarisasi Nasional 01-2986-1992. [SNI] Syarat Mutu Dodol

Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Gajah Mada University Prees, Yogyakarta.

Hanggara. H., S. Astuti., dan S. Setyani. 2016. Pengaruh Formulasi Pasta Labu Kuning Dan Tepung Beras

Ketan Putih Terhadap Sifat Kimia Dan Sensori Dodol. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil

Pertanian Vol. 21 No.1. Universitas Lampung

Hafizah S., Alamsyah A., y Sulastri. 2018. Rasio Tepung Tapioka, Tepung Ketan dan Tepung Ubi Jalar

Ungu Terhadap Sifat Fisikokimia Dodol. Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)Vol 4

No. 2.

Kartika, B. 1988. Pedoman Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta: Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi

UGM.

Laisi, A. 2013. Pengaruh Asam Askorbat (C6H8O6) terhadap Sifat Kimia dan Sensoris Tepung Pisang

Mulu Bebe (Musa Spp). Skripsi. Universitas Khairun, Ternate.

Layuk P dan M. Lintang.2004. Pengolahan Dodol Pala dan Analisa Ekonomnya. Proseding Seminar

Nasional Klinik Teknologi Pertanian Sebagai Basis Pertumbuhan Usaha Agribisnis Menuju

Petani Nelayan Mandiri. PSE Litbang Pertanian. Depatemen Pertanian.

Lestari, 2013. Dodol, Makanan tradisional, Jurnal UMS. Solo.

Lumba R., M. Anang,Y.Masitah. 2019. Analisis Komposisi Kimia Tepung Pisang “Mulu Bebe” (Musa

acuminata) Indegenous Halmahera Utara Sebagai Sumber Pangan Lokal. Jurnal UNIERA

Volume 8, Nomor 1. Universitas Halmahera.

Margaretta, 2013. Pengaruh Komposisi Tepung Beras Terhadap Dodol. Jurnal UMS. Solo.

Nurdjannah, N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Skripsi.Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Persada,Halaman 1, 8-9.Bogor

Nurainy, F., Otik Nawansih dan Sitanggang M.M. 2018. Pengaruh perbandingan bubuk coklat dan

tepung ketan terhadap sifat kimia dan sensori dodol coklat. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil

Pertanian Vol. 23 No.1.

Rampengan, V.J. Pontoh dan D.T. Sembel., 1985. Dasar-dasar Pengawasan Mutu Pangan.Badan

Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur, Ujung Pandang.

Satuhu, S. dan Sunarmani. 2002. Membuat Aneka Dodol Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siswoputranto L.D. 1989. Teknologi Pasca Panen Kentang. Liberty. Yogyakarta.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1996. Standar Mutu Dodol Buah. Badan Standarisasi Nasional. 01-

4294-4297-1996. Jakarta.

Soemaatmadja D. 1997. Pengawetan Pangan Di Indonesia. IPB. Bogor

Sudarmadji, S., B. Haryono., dan Suhardi. 1997. Prosedur Analitik untuk Bahan Makanan dan Pertanian.

Liberty, Yogyakarta

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Nutrisi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.