Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS HIGHER
ORDER THINKING SKILLS PADA KELAS X DI MAN 1 (MODEL) DAN MAN 2
LUBUKLINGGAU
Weni Maryani1, Drajat Friansah2, Lucy Asri Purwasih3
Email: [email protected]
STKIP PGRI Lubuklinggau
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Studi Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Higher
Order Thinking Skills di MAN 1 (model) dan MAN 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2017/2018”.Masalah penelitian ini adalah apakah terdapat perencanaan dan pelaksanaan
yang berbasis higher order thinking skills di MAN 1 (model) dan MAN 2 Lubuklinggau.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh higher order thinking skills terhadap
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika kelas X di MAN 1 (model) dan
MAN 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini berbentuk
Deskriptif kualitatif yang dilaksanakan menggunakan Teknik wawancara, observasi dan
dokumentasi. Subjek dan Objek penelitian ini adalah guru matapelajaran matematika kelas
X di MAN 1 (model) dan MAN 2 Lubuklinggau dan objek dalam penelitian ini adalah
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setelah melakukan penelitian, memperoleh 8
RPP dan pelaksanaannya maka hasil penelitian ini di kategorikan Cukup (65,57%) untuk
MAN 1 (model) dan kategori Cukup (55,43) untuk MAN 2 Lubuklinggau untuk hasil
perencanaan. Untuk pelaksanaan terlaksana Baik (67,18%) untuk MAN 1 (model) dan
kategori Cukup (57,73%) untuk MAN 2 Lubuklinggau.
Kata Kunci : Higher Order Thinking Skills, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang
bertujuan memberdayakan diri, menurut pendapat Soyomukti (2015:21). Winaya (2015:2)
peningkatan kompetensi guru dan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan hanya akan
memberikan makna bagi peserta didik diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan yang
dirumuskan dalam kurikulum. Hasil Programme for International Student Assessment
(PISA) 2015, Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 70 negara yang berpartisipasi dalam
tes. Penilaian itu dipublikasikan the Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD), Indonesia terdapat peningkatan dari tahun 2012 ke 2015. Rata-rata
1AlumniSTKIP PGRI Lubuklinggau 2, 3Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
skor matematika anak- anak Indonesia 386, rata-rata skor membaca 397, dan rata-rata skor
untuk sains 403. Rata-rata skor OECD secara berurutan adalah 494, 496, dan 501.
Berdasarkan data trends in international mathematics and science study (TIMSS),
pembelajaran matematika di Indonesia berada di peringkat bawah. Skor rata-rata prestasi
matematika kelas 8 di Indonesia berdasarkan TIMSS tahun 2011 menduduki di peringkat
38 dari 42 negara.
Herman (2007:47) rendahnya hasil yang dicapai dalam evaluasi nasional
matematika ini, menunjukkan bahwa kualitas pemahaman siswa dalam matematika masih
relatif rendah. Pemahaman dalam matematika sudah sejak lama menjadi isu penting.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, juga tidak
terlepas dari peran perkembangan matematika. Sehingga, untuk dapat menguasai dan
mencipta teknologi serta bertahan dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang
kuat sejak dini. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu ditemui
peristiwa yang berhubungan dengan matematika baik secara langsung maupun tidak
langsung. Matematika juga sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang
pendidikan formal yang memegang peran penting. Tetapi sebagian dari siswa beranggapan
bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Maka dari itu guru harus
menggunakan metode dan keterampilan mengajar agar dapat memotivasi siswa agar lebih
tertarik untuk mempelajari matematika.
Berdasarkan uraian di atas, Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi dalam
pendidikan khususnya pada proses pembelajaran matematika dengan melakukan studi
mengenai keterlaksanaan pembelajaran matematika yang ditinjau dari perencanaan
pembelajaran matematika berbasis HOTS yang disusun oleh guru matematika kelas X
MAN di Lubuklinggau, dan pelaksanaan pembelajaran matematika berbasis HOTS yang
dilakukan oleh guru matematika kelas X MAN di Lubuklinggau untuk dijadikan pijakan
pengembangan sistem pembelajaran matematika berbasis higher order thinking dimasa
mendatang.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana perencanaan
pembelajaran matematika berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) kelas X di MAN
1 (model) dan MAN 2 Lubuklinggau? (2) bagaimana pelaksanaan pembelajaran
matematika berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) kelas X di MAN 1 (model) dan
MAN 2 Lubuklinggau?
LANDASAN TEORI
1. Kurikulum 2013
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat
19, disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengembangan kurikulum hendaknya mengacu pada Sisdiknas. Sejak zaman kemerdekaan,
telah terjadi 11 kali perubahan (penyempurnaan) kurikulum di Indonesia. Berawal dari
Kurikulum Tahun 1947, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1973, Kurikulum
1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum SMK 1999, Kurikulum 2004 (KBK),
Kurikulum 2006 (KTSP), dan terakhir Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan
penyempurnaan dari KTSP. Tujuan kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk SMA/MA dan
SMK/MAK tentang Rambu-rambu Penyusunan Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP)
Mengacu pada Standar Proses dengan Menggunakan Pendekatan Scientific dan Penilaian
Autentik, dijelaskan bahwa kerangka atau lay out RPP boleh berbeda-beda tetapi semua
komponen dalam RPP harus tercantum dan disajikan secara sistematis. Selain itu perlu
diperhatikan estetika, efisiensi, kepraktisan dan kebermaknaan isi RPP.
2. Pengertian Perencanaan
Menurut Marhaeni (2008:4) perencanaan merupakan langkah awal dalam
menjalankan suatu usaha sebelum menentukan dalam pengambilan keputusan. Baik
buruknya atau berhasil tidaknya keputusan dalam usaha tergantung dari matangnya
rencana tersebut. Perencanaan merupakan fungsi dari manajemen dalam suatu organisasi
atau lembaga yang tujuannya kearah jangka panjang atau ke masa depan. Dengan
demikian, perencanaan dapat diartikan dengan menentukan apa yang akan dilakukan
selanjutnya dipersiapkan secara sistematis untuk mencapai suatu tujuan. Dapat dikatakan
juga sebagai pedoman atau petunjuk bagi guru, serta mengarahkan dan membimbing
kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
3. Rencana Pelaksanaan Pembalajaran (RPP)
Menurut Winaya (2015:4) RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap
muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi
Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa RPP merupakan rencana pembelajaran
yang pengembangannya mengacu pada suatu Kompetensi Dasar (KD) tertentu di dalam
kurikulum/silabus. RPP dibuat dalam rangka pedoman guru dalam mengajar sehingga
pelaksanaannya bisa lebih terarah, sesuai dengan KD yang telah ditetapkan. RPP sangat
penting dalam proses pelaksanaan pembelajaran, maka dari itu guru diharuskan membuat
RPP sebelum melaksanakan pembelajaran.
4. Komponen dan Sistematika RPP
Adapun komponen-komponen yang ada didalam RPP, yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah : tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, sumber belajar, media
pembelajaran, model pembelajaran, metode pembelajaran langkah-langkah pembelajaran.
5. Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Aspek-aspek dari kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada proses
pembelajaran khususnya matematika dapat ditinjau dari taksonomi Bloom. Taksonomi
Bloom dianggap merupakan dasar bagi berpikir tingkat tinggi, pemikir ini didasarkan
bahwa beberapa jenis pembelajaran memerlukan proses kognisi yang lebih dari pada yang
lain, tetapi memiliki manfaat-manfaat lebih umum. Dalam Taksonomi Bloom revisi
kemampuan melibatkan analisis (C4) merupakan upaya memisahkan suatu kesatuan
menjadi komponen-komponen/unsur-unsur baru. Mengevaluasi (C5) adalah memberi
penilaian terhadap teori dan membuat pilihan berdasarkan pertimbangan pemikiran.
Mencipta (C6) adalah kemampuan memberi keputusan tentang nilai sesuatu yang
diterapkan dengan sudut pandang tertentu ini semua dianggap berpikir tingkat tinggi
(Krathworl & Andrerson, 2001:5).
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan metode survey. Metode survey dipilih dengan pertimbangan bahwa
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang keadaan populasi secara
alami, dan apa adanya. Penelitian ini tidak memberikan perlakuan apapun terhadap subjek
penelitian, tetapi dengan cara memberikan beberapa pertanyaan, observasi serta
dokumentasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Data utama dalam penelitian ini
berupa jawaban dan hasil observasi RPP yang didapatkan dari guru MAN 1 (model) dan
MAN 2 Lubuklinggau yang menunjukan seberapa jauh proses pelaksanaan pembelajaran
berbasis HOTS.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini berupa
wawancara, observasi, dan dokumentasi:
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik atau cara pengumpulan data dengan cara
mengadakan dialog secara langsung dengan narasumber. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik wawancara guna memperoleh data yang konsisten dengan data yang
diperoleh melalui kegiatan observasi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
di kelas X MAN 1 dan MAN 2 Lubuklinggau. Peneliti akan melakukan dialog secara
langsung dengan subjek penelitian yakni berupa guru mata pelajaran dan siswa.
Wawancara dilakukan guna mengetahui proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang diharapkan dalam penelitian
ini adalah guru menerapkan strategi, model, dan metode pembelajaran yang mengarah
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2. Observasi
Untuk memperoleh data, peneliti akan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian, yaitu saat pelaksanaan pembelajaran sedang berlangsung di
kelas. Analisis dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh
guru. Kegiatan pembelajaran yang baik adalah kegiatan pembelajaran yang memuat
indikator HOTS, berupa kegiatan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta
(C6). Dalam teknik observasi yang dilakukan, yang menjadi narasumber adalah guru mata
pelajaran matematika kelas X MAN 1 (model) dan MAN 2 Lubuklinggau.
3. Dokumentasi
Untuk desain RPP yang dapat dianalisis terutama pada bagian tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, model pembelajaran, metode
pembelajaran langkah-langkah pembelajaran lembar kerja siswa yang digunakan oleh guru
dengan tujuan menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Selain memuat
indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi, desain RPP yang baik seharusnya sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam permendikbud No.102 tahun 2014.
C. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif, yang didukung data
kuantitatif yaitu dengan mendeskripsikan dan memaknai data dari masing-masing
komponen kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif (Pratama, 2015:107).
Langkah-langkah analisis meliputi:
a. Menghitung skor (tertinggi dan terendah) pada masing-masing komponen;
Nilai yang diberikan setiap komponen memiliki hasil dan rentang skor yang
berbeda yaitu tidak sesuai (skor 1), sesuai sebagian (skor 2) dan sesuai seluruhnya (skor 3).
Setelah diketahui jumlah dari penilaian RPP oleh masing-masing pertemuan, maka langkah
selanjutnya memasukan skor kedalam rumus yang telah ditentukan yaitu:
Adaptasi Amanah (2014:61)
Persentase yang diperoleh dilihat dari table 1 berikut:
Table 1
Kriteria Hasil yang diperoleh
Nilai Kriteria
84-100 % Sangat Baik
67-83 % Baik
50-66 % Cukup
33-49 % Kurang
Amanah (2014:61)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Wawancara
a. RPP Matematika Kurikulum 2013
Dari keterangan guru matematika kelas X kedua sekolah tersebut, kurikulum 2013
sudah 3 tahun digunakan di sekolah dari tahun 2015 sampai dengan 2017. Setelah
Nilai =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
69 x 100 %
dilakukan wawancara para guru tidak mendapatkan format RPP Kurikulum 2013 yang
baku dari sekolah. Sekolah hanya memberikan silabus. Akhirnya guru menyusun RPP
matematika kurikulum 2013 melalui proses pelatihan, berdiskusi dengan teman sejawat
antar sekolah dan melakukan penyusuan RPP secara bersama-sama.
b. RPP Matematika Kurikulum 2013 Berbasis HOTS
Guru yang mengikuti pelatihan sudah mengetahui bahwa Kurikulum 2013
menuntut peserta didik untuk aktif. Padahal untuk mewujudkan peserta didik aktif
membutuhkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif. Guru hanya
mengikuti pelatihan Kurikulum 2013 dan penyusunan RPP, tetapi untuk pelatihan
pembelajaran berbasis HOTS belum pernah mengikuti pelatihan, tapi sudah tau
pembelajaran yang berbasis HOTS bagaimana. Setelah saya bertanya tentang pembelajaran
matematika berbasis HOTS, guru tersebut menjawab bahwa mereka hanya kadang-kadang
saja menggunakan soal, media dan model pembelajaran yang berbasis HOTS. Tidak setiap
petemuan menggunakan pembelajaran matematika berbasis HOTS, alasannya kekurangan
waktu dan siswa belum berpola untuk berpikir tingkat tinggi atau berpikir sendiri masih
berprinsip menerima yang diberikan oleh guru.
Saat proses pembelajaran di dalam kelas soal yang digunakan adalah soal yang
berbentuk HOTS atau mengandung indikator menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan
menciptakan (C6), akan tetapi tidak semua peserta didik dapat menjawab hanya ada
beberapa siswa yang mampu menyelesaikan soal tersebut. Sehingga soal yang diberikan
didalam kelas pun harus bersifat mudah, sedang dan sulit.
c. Pendapat Siswa tentang Pelajaran Matematika dan Kurikulum 2013
Siswa berpendapat bahwa pelajaran matematika tidak terlalu sulit dan dengan
adanya perubahan KTSP menjadi Kurikulum 2013, pelajaran di dalam kelas pun ikut
berubah. Terlihat dari pembelajaran matematika wajib dan peminatan dan pelajaran di
dalam kelas pun menuntut siswa untuk aktif (diskusi bersama teman dan menjelaskan di
depan kelas) pendapat siswa yang mewakilkan teman-teman mereka di dalam kelas.
Para siswa pun berpendapat bahwa guru yang mengajar matematika dalam kelas
lebih menyenangkan, guru selalu mengaitkan pembelajaran matematika dengan kehidupan
sehari-hari. Para guru memberikan materi terlebih dahulu sebelum memberikan rumus dan
proses pembelajaran yang mereka temukan setiap pertemuannya bervariasi membuat
mereka tidak bosan untuk belajar matematika.
2. Observasi
Penelitian yang dilakukan pada tanggal 20 Juli 2017 sampai dengan 20 Agustus
2017 dapat mengumpulkan 8 RPP yang terdiri dari 4 peminatan dan 4 wajib. RPP tersebut
diperoleh dari guru matematika yang mengajar kelas X IPA di MAN 1 (Model)
Lubuklinggau dan MAN 2 Lubuklinggau. Dari 2 sekolah yang diteliti terdapat perbedaan
materi pembelajaran, hal ini terjadi dikarenakan ada sekolah yang menggunakan silabus
Kurikulum 2013 yang sudah direvisi dan ada yang masih menggunakan silabus Kurikulum
2013 yang belum direvisi hal tersebut tergantung dari ketetapan sekolah dan waka
kurikulum masing-masing sekolah.
Untuk mengetahui guru matematika telah menyusun RPP mata pelajaran
matematika berbasis HOTS, maka peneliti mengumpulkan dokumen berupa RPP yang
dibuat oleh guru mata pelajaran matematika. RPP yang pertama dari MAN 1 (model)
Lubuklinggau yang terdiri dari 2 wajib dan 2 peminatan dan RPP yang kedua dari MAN 2
Lubuklinggau yang terdiri dari 2 wajib dan 2 peminatan. Dari 8 RPP kedua sekolah
tersebut kemudian dianalisis tingkat kesesuaiannya dengan melalui penskoran RPP
berbasis HOTS. RPP dinilai baik dilihat dari komponen yang digunakan, model, sumber,
dan langkah-langkah yang mengarahkan siswa pada berpikir tingkat tinggi yakni berupa
kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan menciptakan (C6).
Hasil yang diperoleh saat selesai mendapatkan RPP dari guru MAN 1 (model)
Lubuklinggau dan selesai observasi di dalam kelas pada saat proses pembelajaran dapat
dilihat di tabel 2 dan 3:
Tabel 2
Hasil penelaah RPP MAN 1 (model) Lubuklinggau
Materi MAN 1 (model) Lubuklinggau
Nilai Kategori
Nilai Mutlak
Matematika Wajib 57,97% Cukup
Persamaan Nilai Mutlak
Matematika wajin 59,42% Cukup
Eksponen
Matematika peminatan 62,32% Cukup
Fungsi Eksponen
Matematika peminatan 82,60% Baik
Tabel 3
Hasil penelaah Pelaksanaan MAN 1 (model) Lubuklinggau
Materi MAN 1 (model) Lubuklinggau
Nilai Kategori
Nilai Mutlak
Matematika Wajib 64,28% Cukup
Persamaan Nilai Mutlak
Matematika wajin 71,42% Baik
Eksponen
Matematika peminatan 59,52% Cukup
Fungsi Eksponen
Matematika peminatan 73,80% Baik
Hasil yang diperoleh saat selesai mendapatkan RPP dari dua guru tersebut dan
selesai observasi di dalam kelas pada saat proses pembelajaran dapat dilihat di tabel 4
dan 5:
Tabel 4
Hasil penelaah RPP MAN 2 Lubuklinggau
Materi MAN 2 Lubuklinggau
Nilai Kategori
Persamaan Linear 1
Variabel
Matematika Wajib
53,62% Cukup
Persamaan Nilai Mutlak
Matematika wajib 56,52% Cukup
Sistem Persamaan Dua
Variabel
Matematika peminatan
57,97 % Cukup
Sistem persamaan 3
variabel
Matematika peminatan
53,62% Cukup
Tabel 5
Hasil penelaah Pelaksanaan MAN 2 Lubuklinggau Materi MAN 1 (model) Lubuklinggau
Nilai Kategori
Nilai Mutlak
Matematika Wajib 57,14% Cukup
Persamaan Nilai Mutlak
Matematika wajin 52,38% Cukup
Eksponen
Matematika peminatan 57,14% Cukup
Fungsi Eksponen
Matematika peminatan 64,28% Cukup
3. Dokumentasi
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada kedua guru di MAN 1(model) dan
MAN 2 Lubuklinggau, ditemukan bahwa guru mata pelajaran matematika melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang disesuaikan secara keseluruhan dengan komponen yang
dicantumkan dalam RPP. Selain itu guru juga belum dapat melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang mengarah keterampilan tingkat tinggi hal ini terlihat pada pelaksanaan
pembelajaran pada model pembelajaran, metode pembelajaran dan soal yang digunakan
didalam kelas. Dari penelaahan dari kedua guru tersebut maka dapat disajikan secara
singkat pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6
Hasil Penelaahan RPP Indikator
Penilaian
RPP MAN 1 (model)
Lubuklinggau
RPP MAN 2 Lubuklinggau
Tujuan
pembelajaran
Tidak sesuai berbasis HOTS,
terlihat dari kata kerja yang
digunakan yaitu menyusun
dan menyele-saikan. Pada
mata pelajar-an matematika
wajib.
Sesuai sebagian berbasis
HOTS, terlihat ada sebagi-an
kata kerja yang diguna-kan
yaitu menganalisis dan
menyelesaikan masalah.
Pada mata pelajaran mate-
matika peminatan.
Dari RPP yang saya peroleh
ibu Dra Epta Rospalinda, tidak
terdapat tujuan pembe-lajaran.
Maka dari itu tidak dapat
mengetahui apakah tujuan
pembelajaran terse-but
berbasis HOTS atau tidak.
Materi ajar Tidak sesuai, terlihat dari
materi pembelajaran yang
hanya menyajikan konsep.
Untuk mata pelajaran
matematika wajib
Sesuai sebagian, materi yang
digunakan sebagian berbasis
HOTS. Untuk mata pelajaran
matematika peminatan
Tidak sesuai, terlihat dari
materi yang disajikan masih
menyajikan pembelajaran yang
hanya mencapain C1, C2, C3.
Untuk pelajaran matematika
wajib.
Sumber belajar Sesuai sebagian, sumber
yang digunakan adalah buku
yang diperoleh dari sekolah
dan buku paket yang dipesan
langsung untuk digunakan
pada saat proses
pembelajaran
Tidak sesuai, sember belajar
yang digunakan hanya
menggunakan buku yang
sudah ada diperoleh dari
sekolah.
Model
pembelajaran
Sesuai jika dilihat di dalam
RPP yang diperoleh dari ibu
Diana, model pem-belajaran
yang digunakan adalah
Sesuai jika dilihat dari rpp
yang diperoleh dari ibu epta,
model yang digunakan adalah
problem based learning. Tapi
discovery learning. Tapi
tidak terdapat pada saat
proses pelaksanaan
pembelajaran.
sama halnya dengan ibu Diana
model pembelajarannya tidak
terdapat pada saat proses
pelaksanaan pembelajaran
Metode
pembelajaran
Tidak sesuai metode yang
digunakan adalah metode
ceramah dan Tanya jawab.
Metode diskusi dilakukan
pada saat proses pem-
belajaran yang sesuai me-
nggunakan metode diskusi,
hal tersebut di karenakan
sering keku-rangan jam
pelajaran.
Tidak sesuai metode yang
digunakan adalah metode
ceramah dan Tanya jawab,
pada saat proses pelak-sanaan
pembelajaran.
Langkah-
langkah
pembelajaran
Tidak sesuai terlihat pada
saat proses pelaksanaan
pembelajaran, baik dari
model, metode, dan materi
yang digunakan.
Sesuai sebagian terlihat pada
contoh soal yang digunakan,
sering kali menggunakan
soal open ended dan sudah
mencapai C4 dan C5
sehingga membuat siswa
sulit untuk mengerjakan soal-
soal tersebut
Tidak sesuai terlihat pada saat
proses pelaksanaan
pembelajaran, baik dari model,
metode, dan materi yang
digunakan.
Sesuai sebagian terlihat pada
contoh soal yang digunakan,
sering kali menggunakan soal
open ended dan sudah
mencapai C4 dan C5 sehingga
membuat siswa sulit untuk
mengerjakan soal-soal tersebut
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih satu bulan dan dilaksanakan langsung
oleh peneliti pada kelas X MAN 1 (model) dan MAN 2 Lubuklinggau tahun pelajaran
2017/2018. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan RPP yang disusun oleh guru
bidang studi matematika dan melihat proses pelaksanaan berlangsung dengan tujuan dapat
menilai sudah sampai mana pembelajaran matematika berbasis HOTS berlangsung. Pada
pelaksanaan pembelajaran siswa rata-rata belum aktif dalam proses pelaksanaan
pembelajaran, lebih aktif guru dari pada siswa. Guru menjelaskan materi dan siswa
menerima materi yang telah diberikan oleh guru, maka terbentuk lah kelas yang pasif.
Padahal di dalam perubahan Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013 menuntut siswa
untuk aktif dan mandiri dalam menyelesaikan semua soal pembelajaran.
Setelah selesai mendapatkan RPP dari guru mata pelajaran matematika di MAN 1
(model) dan MAN 2 Lubuklinggau, peneliti melakukan penelitian didalam kelas guna
mengetahui dan menilai proses pelaksanaan pembelajaran. Pada pertemuan pertama di
MAN 1 (model) di kelas wajib mempelajarin materi nilai mutlak, guru menjelaskan konsep
nilai mutlak dan memberikan contoh yang dapat menggambarkan materi nilai mutlak.
Guru mengajukan pertanyaan jika siswa merasa belum mengerti, boleh bertanya. Pada saat
ini lah siswa aktif bertanya bagian mana siswa yang merasa belum mengerti apa itu nilai
mutlak. Metode yang digunakan yaitu metode ceramah, tidak ada media yang digunakan,
sumber belajar yang digunakan buku paket matematika yang diperoleh dari sekolah.
Setelah menjelaskan apa itu nilai mutlak dan memberikan contoh soal, guru memberikan
soal agar mampu mengukur seberapa paham dan mengerti apa itu nilai mutlak.
Beda halnya dengan MAN 2 Lubuklinggau pertemuan pertama materi yang
dipelajari pada kelas wajib adalah persamaan nilai mutlak. Guru menjelaskan konsep
persamaan nilai mutlak baik dari pengertian, rumus dan contoh soal guru jelaskan tahap
demi tahapan. Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab. Setelah
selesai guru menjelaskan materi guru mempersilakan siswa untuk bertanya agar siswa bisa
aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan
satu persatu dan menjelaskan secara langsung, selesai menjawab semua pertanyaan siswa.
Guru memberikan beberapa soal untuk dikerjakan siswa agar dapat mengetahui seberapa
mengerti siswa dengan materi pertemuan pada hari. Sumber yang digunakan adalah buku
paket yang ada di sekolah, tidak ada media yang digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran pada materi persamaan nilai mutlak.
Pada pertemuan kedua materi yang digunakan di MAN 1 (model) Lubuklinggau
adalah Persamaan Nilai mutlak, guru masuk ke kelas mengucapkan salam dan
mempersiapkan siswa untuk pembelajaran hari ini. Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari hari ini dan pertahapan melakukan proses pembelajarn baik dari pembukaan isi
dan penutup guru lakukan secara jelas. Guru pun mulai menjelaskan apa saja yang
dimaksud persamaan nilai mutlak, baik dari pengertian, rumus, dan contoh soal. Setelah
selesai menjelaskan guru tersebut mempersilakan siswa untuk bertanya, dan jika tidak ada
pertanyaan guru tersebut langsung menberikan soal yang dapat membuat siswa terlatih dan
lebih memahami materi pembelajaran hari ini. Siswa pun menjawab soal dengan satu
persatu, selanjutnya guru pun meminta siswa untuk menuliskan jawaban yang dijawab oleh
mereka hanya perwakilan saja dan langsung menjelaskan jawaban yang telah mereka
tuliskan di papan tulis. Perwakilan siswa pun maju ke depan untuk menuliskan jawaban
yang mereka dapatkan dan menjelaskan kepada teman-temannya. Setelah siswa sudah
selesai menjawab dan menuliskan dipapan tulis guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
hasil pembelajaran pada hari ini, dan guru pun menutup dengan mengucapkan salam.
Beda halnya di MAN 2 Lubuklinggau pertemuan kedua membahas persamaan
linear satu variabel, guru masuk kedalam kelas mengucapkan salam dan mempersiapkan
siswa untuk proses pembelajaran pada pertemuan kali ini. Setelah siswa selesai
mempersiapkan semua alat tulis dan buku untuk mengikuti pembelajaran hari ini guru pun
mulai menjelaskan apa itu persamaan linearsatu variabel tahapan demi tahapan. Setelah
menjelaskan apa itu persamaan linear satu variabel guru pun memberikan contoh soal agar
siswa bisa lebih memahami pelajaran pada pertemuan hari ini. Siswa pun mengajukan
pertanyaan jika mereka merasa belum mengerti, dan guru pun menjawaban sekaligus
menjelaskan agar mereka lebih memahami hal tersebut. Siswa merasa sudah jelas, maka
guru melanjutkan memberikan soal latihan agar siswa bisa lebih memahami materi yang
dijelakan pada kali ini. Selesai mengerjakan soal guru mengoreksi pekerjaan mereka dan
sekaligus menyimpulkan secara bersama-sama untuk pertemuan hari ini dan menutup
membelajaran dengan mengucapkan salam.
Pada pertemuan ketiga materi yang pelajari di MAN 1 (model) Lubuklinggau,
adalah matematika peminatan yaitu eksponen, pada pertemuan ini guru masuk kedalam
kelas mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran dengan mempersiapkan alat tulis
dan buku paket yang digunakan dalam proses pembelajaran. Guru menjelaskan kepada
siswa apa yang dimaksud dengan eksponen dan apa saja rumus yang digunakan dalam
materi eksponen. Setelah itu dilanjutkan dengan contoh soal agar membuat siswa lebih
mengerti apa itu eksponen. Selesai menjelaskan guru pun memberikan soal untuk melatih
siswa agar dapat memahami materi pada hari ini, siswa pun mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru tersebut. Setelah itu guru mengajak siswa untuk membahas soal yang
telah dikerjakan, selesai membahas dan menjelaskan kembali guru pun mengajak siswa
untuk menyimpulkan secara bersama-sama. Untuk menutup pelajaran pada hari ini guru
mengucapkan salam.
Beda halnya dengan MAN 2 Lubuklinggau materi yang dibahas pada pertemuan
ketiga matematika peminatan adalah sistem persamaan dua variabel. Guru masuk ke dalam
kelas mengucapkan salam dan mempersiapkan siswa untuk mempesiapkan semua
peralatan agar bisa memulai aktifitas belajar pada pertemuan hari ini. Menjelaskan
bagaimana bentuk persamaan dua variabel dan menjelaskan apa saja yang ada di dalam
materi sistem persamaan dua variabel. Setelah semua telah dijelaskan maka guru
menjelaskan contoh soal agar lebih memahami apa materi pada hari ini. Pertanyaan pun
banyak ditanyakan dari hal kecil sampe hal yang rumit siswa tanyakan kepada guru
tersebut. Selesai menjawab dan menjelaskan semua pertanyaan siswa, guru pun
memberikan soal latihan kepada siswa untuk mengerjakan soal dirumah. Setelah itu guru
mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran pada hari ini dan mengucapkan salam
tanda menutupi pembelajaran pada hari ini.
Pada pertemuan ketiga materi yang pelajari di MAN 1 (model) Lubuklinggau,
adalah matematika peminatan yaitu fungsi eksponen, pada pertemuan ini guru masuk
kedalam kelas mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran dengan mempersiapkan
alat tulis dan buku paket yang digunakan dalam proses pembelajaran. Guru menjelaskan
kepada siswa apa yang dimaksud dengan fungsi eksponen dan apa saja rumus yang
digunakan dalam materi fungsi eksponen. Setelah itu dilanjutkan dengan contoh soal agar
membuat siswa lebih mengerti apa itu eksponen. Selesai menjelaskan guru pun membentuk
kelompok beberapa siswa untuk mengerjakan soal untuk melatih siswa agar dapat
memahami materi pada hari ini, siswa pun mengerjakan soal yang diberikan oleh guru
bersama-sama mendiskusikan soal dan mempersentasikan ke depan kelas. Setelah itu guru
mengajak siswa untuk membahas soal yang telah dikerjakan, selesai membahas dan
menjelaskan kembali guru pun mengajak siswa untuk menyimpulkan secara bersama-
sama. Untuk menutup pelajaran pada hari ini guru mengucapkan salam.
Beda halnya dengan MAN 2 Lubuklinggau materi yang dibahas pada pertemuan
ketiga matematika peminatan adalah persamaan kuadrat-kuadrat. Guru masuk ke dalam
kelas mengucapkan salam dan mempersiapkan siswa untuk mempesiapkan semua
peralatan agar bisa memulai aktifitas belajar pada pertemuan hari ini. Menjelaskan
bagaimana bentuk persamaan kuadrat-kuadrat dan menjelaskan apa saja yang ada di dalam
materi persamaan kuadrat-kuadrat. Setelah semua telah dijelaskan maka guru menjelaskan
contoh soal agar lebih memahami apa materi pada hari ini. Pertanyaan pun banyak
ditanyakan dari hal kecil sampe hal yang rumit siswa tanyakan kepada guru tersebut.
Selesai menjawab dan menjelaskan semua pertanyaan siswa, guru pun memberikan soal
latihan kepada siswa. Setelah itu guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran
pada hari ini dan mengucapkan salam tanda menutupi pembelajaran pada hari ini.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari guru di MAN 1 (model) dan MAN 2
Lubuklinggau, RPP dan pelaksanaan di dalam kelas melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran
matematika berbasis HOTS berada pada kategori terlaksana Cukup (65,57%) untuk di
MAN 1 (model) Lubuklinggan dan terlaksana kategori Cukup (55,43%) untuk di MAN 2
Lubuklinggau, sedangkan untuk pelaksanaan pembelajaran terlaksana kategori Baik
(67,18%) untuk MAN 1 (model) Lubuklinggau dan terlaksana Cukup (57,73%) untuk
MAN 2 Lubuklinggau. Berdasarkan hasil analisis RPP dan pelaksanaan beberapa aspek
HOTS sudah muncul tetapi belum maksimal seperti, menganalisis, mengevaluasi dan
menciptakan.
Temuan ini sesuai dengan penyataan dari Mitri (2016:64) bahwa Kegiatan
pembelajaran yang baik adalah kegiatan pembelajaran yang memuat indikator berpikir
tingkat tinggi, berupa kegiatan menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan. Desain RPP
yang memuat indikator berpikir tingkat tinggi adalah RPP yang pada kompenen
kompetensi dasar, indikator, proses pembelajaran dan lembar kerja siswa memuat indikator
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada level menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Hasil penelitian ini menunjukkan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
matematika berbasis HOTS berada pada kategori Baik (61,33). Hal ini sejalan dengan
penelitian Pratama, dkk (2015: 111) yakni terlaksana sedang peserta didik di SMA
negeri kota Yogjakarta DIY memiliki kemampuan HOTS. Berdasarkan hasil observasi
pembelajaran beberapa aspek HOTS sudah muncul tetapi belum maksimal, pemetaan
hasil observasi pembelajaran seperti, menganalisis pada kategori sedang,
mengevaluasi dan berpikir kritis pada kategori sangat rendah, pemecahan masalah
pada kategori rendah. Hal ini berarti bahwa aspek kemampuan secara gradasi dari
rendah ke tinggi secara berturut-turut adalah kemampuan menganalisis, mengevaluasi,
mencipta, berpikir kritis dan pemecahan masalah.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian kelas X semester 1 Tahun Ajaran 2017/2018 di MAN 1
(model) dan MAN 2 Lubuklinggau, diperoleh kesimpulan :
1. Perencanaan pembelajaran matematika berbasis HOTS yang disusun oleh guru
matematika kelas X pada MAN 1 (model) dan MAN 2 di Kota Lubuklinggau berada
pada kategori terlaksana Cukup (65,57%) untuk di MAN 1 (model) Lubuklinggan dan
terlaksana kategori Cukup (55,43%) untuk di MAN 2 Lubuklinggau.
2. Pelaksanaan pembelajaran matematika berbasis HOTS yang dilakukan oleh guru
matematika kelas X pada MAN 1 (model) dan MAN 2 di Kota Lubuklinggau,
pelaksanaan pembelajaran terlaksana kategori Baik (67,18%) untuk MAN 1 (model)
Lubuklinggau dan terlaksana Cukup (57,73%) untuk MAN 2 Lubuklinggau.
DAFTAR PUSTAKA
Amanah, Firda. 2014. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Arab Kurikulum
2013 SMA Pondok Modern Selamat Kendal. Universitas N Semarang (UNNES).
Skripsi Tidak Diterbitkan
Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurna
Educationist. Vol. 1. No. 1. Hal.47-56
Krathwohl, D.R. & Anderson, L.W.2001. A Taxonomy For Learning, Teaching,
AndAssesing; A Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Education Objective:( tersedia
di www.purdue.edu/geri
Marhaeni, Pradita Agustina. 2008. Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan
Laba Pada Industry Kecil Tegal Di Kecamatan Pedurungan Periode 2004-3008
(Studi Kasus Usaha Manufaktur). Tidak Diterbitkan
Pratama, dkk. 2015.Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Berbasis Higher Order
Thinking (HOTS) Pada Kelas X Di SMA N KOTA Yogyakarta. Jurnal. Vol. 6. No.
1. Hal. 104-112
Soyomukti. 2015. Teori-teori Pendidikan. Yogyakarta: AR-Ruzz Media
UUD No.20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional
Winaya, dkk. 2015. Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menurut Kurikulum 2013
Kelas IV SD No.4 Banyu Asri. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha.
Vol. 3 . No . 1