14
185 STUDI PENELUSURAN PERJALANAN AIR BANJIR DI SUNGAI BENGAWAN SOLO (Study on Flood Tracking in Bengawan Solo River)* Oleh/By: Agung B. Supangat 1 dan/and Sukresno 2 1 Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok Jl. Raya Bangkinang-Kuok Km. 9 Bangkinang 28401 Kotak Pos 4/BKN – Riau Telp. (0762) 7000121, Fax. (0762) 7000122 2 Balai Penelitian Kehutanan Solo Jl. Jend. A. Yani-Pabelan, Kartasura PO. BOX. 295 Surakarta 57102 Telp./Fax : (0271) 716709 dan 716959 e-mail : [email protected] *Diterima : 2 April 2008; Disetujui : 30 Oktober 2009 i ABSTRACT Flood events at down stream were often predicted as a result of up stream flood order, which is caused by poor up stream management. Water flowing within a watershed system is very dynamic and influenced by various factors. This study aims to investigate the flood water travelling in Bengawan Solo River, in order to minimize the damage caused by flooding in regard to watershed management. Flood tracking method was used to observe the impacts of watershed management practices during various management periods on flood water condition in Bengawan Solo River. The research results indicate that the increasing of water discharge caused by increased number of rainfall showed an unclear pattern. Rainfall events in up stream site are not closely related to increasing of water discharge in Bengawan Solo River, especially in the middle stream site and down stream site. The discharge fluctuations are more likely influenced by the local phenomena such as the local rainfall and the water consumption for land irrigation and industries. The soil and water conservation practices conducted at up stream site have a critical role in controlling water discharge. However, the study showed that there was a decreasing trend to down stream. The effects of the soil and water conservation practices have already diminished at the post of Bojonegoro and Babat districts. In this regards, it is prominent to improve the watershed management activity particularly the water resources condition. It needs to develop further comprehensive research into flooding phenomena in order to address these issues. Keywords: Bengawan Solo River, flood tracking, soil and water conservation ABSTRAK Kejadian banjir di hilir DAS sering diduga sebagai kiriman dari hulu DAS, akibat dari pengelolaan di hulu yang kurang benar. Padahal dalam sistem DAS, perjalanan air dari hulu sampai hilir sangat dinamis dan dipengaruhi oleh banyak hal. Penelitian ini bertujuan mengetahui perjalanan air banjir di aliran Sungai Bengawan Solo, terkait dengan upaya pengelolaan DAS dalam meminimisasi bencana banjir. Metode penelusuran perjalanan air banjir ( flood tracking) dimanfaatkan untuk melihat dampak kegiatan pengelolaan DAS dari berbagai periode waktu pengelolaan terhadap air banjir di sepanjang Bengawan Solo. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kenaikan debit aliran di sepanjang Sungai Bengawan Solo akibat meningkatnya curah hujan di hulu tidak menunjukkan kecenderungan yang jelas. Hujan di hulu DAS tidak terkait dengan kenaikan debit air di Sungai Bengawan Solo, terutama di tengah dan hilir DAS. Fluktuasi debit yang terjadi banyak dipengaruhi fenomena lokal yang ada seperti hujan lokal, maupun pemanfaatan air di wilayah- wilayah tertentu seperti untuk irigasi maupun industri. Kegiatan konservasi tanah dan air di hulu ikut berperan dalam mengendalikan debit air di Sungai Bengawan Solo. Namun, kecenderungan penurunan debit air akibat kegiatan pengelolaan di hulu DAS tersebut semakin menurun ke arah hilir DAS. Efek baik dari kegiatan tersebut mulai hilang pada pos duga Bojonegoro dan Babat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperlukan kegiatan pengelolaan DAS, khususnya sumberdaya air yang lebih komprehensif sesuai tujuan permasalahan yang akan dipecahkan, seperti banjir. Kata kunci: Sungai Bengawan Solo, penelusuran banjir, konservasi tanah dan air

Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

185

STUDI PENELUSURAN PERJALANAN AIR BANJIR DI SUNGAI BENGAWAN SOLO (Study on Flood Tracking in Bengawan Solo River)*

Oleh/By: Agung B. Supangat1 dan/and Sukresno2

1 Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok Jl. Raya Bangkinang-Kuok Km. 9 Bangkinang 28401 Kotak Pos 4/BKN – Riau Telp. (0762) 7000121, Fax. (0762) 7000122

2Balai Penelitian Kehutanan Solo Jl. Jend. A. Yani-Pabelan, Kartasura PO. BOX. 295 Surakarta 57102 Telp./Fax : (0271) 716709 dan 716959

e-mail : [email protected]

*Diterima : 2 April 2008; Disetujui : 30 Oktober 2009 i

ABSTRACT

Flood events at down stream were often predicted as a result of up stream flood order, which is caused by poor up stream management. Water flowing within a watershed system is very dynamic and influenced by various factors. This study aims to investigate the flood water travelling in Bengawan Solo River, in order to minimize the damage caused by flooding in regard to watershed management. Flood tracking method was used to observe the impacts of watershed management practices during various management periods on flood water condition in Bengawan Solo River. The research results indicate that the increasing of water discharge caused by increased number of rainfall showed an unclear pattern. Rainfall events in up stream site are not closely related to increasing of water discharge in Bengawan Solo River, especially in the middle stream site and down stream site. The discharge fluctuations are more likely influenced by the local phenomena such as the local rainfall and the water consumption for land irrigation and industries. The soil and water conservation practices conducted at up stream site have a critical role in controlling water discharge. However, the study showed that there was a decreasing trend to down stream. The effects of the soil and water conservation practices have already diminished at the post of Bojonegoro and Babat districts. In this regards, it is prominent to improve the watershed management activity particularly the water resources condition. It needs to develop further comprehensive research into flooding phenomena in order to address these issues.

Keywords: Bengawan Solo River, flood tracking, soil and water conservation

ABSTRAK

Kejadian banjir di hilir DAS sering diduga sebagai kiriman dari hulu DAS, akibat dari pengelolaan di hulu yang kurang benar. Padahal dalam sistem DAS, perjalanan air dari hulu sampai hilir sangat dinamis dan dipengaruhi oleh banyak hal. Penelitian ini bertujuan mengetahui perjalanan air banjir di aliran Sungai Bengawan Solo, terkait dengan upaya pengelolaan DAS dalam meminimisasi bencana banjir. Metode penelusuran perjalanan air banjir (flood tracking) dimanfaatkan untuk melihat dampak kegiatan pengelolaan DAS dari berbagai periode waktu pengelolaan terhadap air banjir di sepanjang Bengawan Solo. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kenaikan debit aliran di sepanjang Sungai Bengawan Solo akibat meningkatnya curah hujan di hulu tidak menunjukkan kecenderungan yang jelas. Hujan di hulu DAS tidak terkait dengan kenaikan debit air di Sungai Bengawan Solo, terutama di tengah dan hilir DAS. Fluktuasi debit yang terjadi banyak dipengaruhi fenomena lokal yang ada seperti hujan lokal, maupun pemanfaatan air di wilayah-wilayah tertentu seperti untuk irigasi maupun industri. Kegiatan konservasi tanah dan air di hulu ikut berperan dalam mengendalikan debit air di Sungai Bengawan Solo. Namun, kecenderungan penurunan debit air akibat kegiatan pengelolaan di hulu DAS tersebut semakin menurun ke arah hilir DAS. Efek baik dari kegiatan tersebut mulai hilang pada pos duga Bojonegoro dan Babat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperlukan kegiatan pengelolaan DAS, khususnya sumberdaya air yang lebih komprehensif sesuai tujuan permasalahan yang akan dipecahkan, seperti banjir.

Kata kunci: Sungai Bengawan Solo, penelusuran banjir, konservasi tanah dan air

Page 2: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Info Hutan Vol. VI No. 2 : 185-198, 2009

186

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia dilanda berbagai bencana alam akibat per-ubahan cuaca/iklim global, yang ditandai seringnya banjir, kekeringan, tanah longsor serta kebakaran hutan dan lahan. Salah satu fenomena alam yang menimbulkan kerugian besar adalah bencana banjir. Berbagai peristiwa banjir di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terjadi di banyak tempat di Indonesia. Selama bulan Januari 2002 sampai Februari 2003, telah terjadi 72 kali bencana banjir dan ta-nah longsor di berbagai tempat. Banjir tersebut menyebabkan 85.000 hektar lahan sawah rusak. Banjir di Pacet Mojokerto, Jawa Timur yang terjadi tahun 2003 telah menyebabkan 26 orang meninggal dan 12 orang hilang, banjir bandang di Sungai Bo-horok Langkat, Sumatera Utara menelan korban lebih dari 200 orang dengan keru-gian materi tidak kurang 700 milyar (Ano-nim, 2003). Fakta kejadian banjir tersebut merupakan sedikit contoh dari banyak ke-jadian banjir di Indonesia.

Fenomena banjir tidak dapat terlepas dari siklus hidrologi yang terjadi di dunia. Perjalanan air di bumi terjadi dalam suatu wadah yang disebut daerah aliran sungai (DAS). Di dalam sistem DAS, fenomena banjir merupakan dampak negatif yang ter-jadi di bagian hilir DAS akibat buruknya pengelolaan di daerah hulu. Dalam suatu DAS, terdapat hubungan sebab akibat an-tara bagian hulu dan hilir DAS. Pengelola-an yang dilakukan di hulu akan memberi-kan dampak pada wilayah hilir (Asdak, 1995). DAS sendiri dapat dianggap seba-gai suatu prosesor, dengan input berupa air hujan serta output berupa hasil air (debit air limpasan) di wilayah hilir. Agar kelu-aran yang dihasilkan baik, maka di dalam DAS perlu dilakukan upaya pengelolaan. Kondisi baik buruknya pengelolaan lahan di dalam DAS dapat dilihat dari keluaran sistem DAS, yaitu debit banjir dan debit sedimen yang terjadi (Griend, 1977).

DAS Solo dengan sungai utama Be-ngawan Solo, merupakan salah satu DAS kritis di Indonesia yang mendapat prioritas untuk dikelola dengan baik. Sub DAS Wonogiri sebagai Daerah Tangkapan Air (DTA) Waduk Wonogiri yang berada di DAS Solo bagian hulu ditetapkan sebagai salah satu DAS terkritis dari 22 DAS yang tergolong sangat kritis di Indonesia (Su-kresno et al., 1995). Beberapa masalah yang terdapat di DAS Solo antara lain: 1) Banjir di musim hujan mencapai luas areal 93.600 ha meliputi wilayah tengah dan hi-lir DAS, 2) Debit air mencapai 4.000 m3/dt di waktu banjir, 3) Kekurangan air di mu-sim kemarau, serta 4) Tingkat sedimentasi cukup besar akibat besarnya erosi di da-erah hulu (Pemerintah Kabupaten Wonogi-ri, 1995). Berdasarkan Keputusan Mente-ri Kehutanan dan Perkebunan No. 284/ Kpts-II/1999 tentang Penetapan Urutan Prioritas Daerah Aliran Sungai, DAS Be-ngawan Solo merupakan DAS prioritas ke-II , dengan prioritas penanganan masalah: erosi dan sedimentasi yang tinggi, tekanan penduduk besar serta rawan banjir.

Keberhasilan dari kegiatan pengelola-an DAS dapat dimonitor dari hasil peman-tauan parameter indikator perbaikan sistem DAS. Salah satu indikator tersebut adalah berkurangnya intensitas dan frekuensi ke-jadian banjir terutama di wilayah hilir DAS. Di antara kendala yang ditemui da-lam rangka monitoring dampak kegiatan pengelolaan di DAS Solo adalah faktor lu-asnya DAS Solo, yakni 1.610.000 ha, yang menyebabkan kompleknya kepen-tingan dan permasalahan yang ada. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi yang cer-mat dari tiap-tiap kegiatan pengelolaan yang dilakukan di wilayah hulu DAS ter-hadap fenomena dampak yang dapat di-amati di wilayah tengah dan hilir DAS, seperti fenomena banjir.

Informasi perjalanan air banjir dari hulu hingga hilir DAS sangat penting un-tuk diketahui. Evaluasi tersebut diperlu-kan karena terdapat indikasi bahwa meski-pun tindakan pengelolaan telah dilakukan di hulu DAS, kenyataannya di daerah hilir

Page 3: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir…(Agung B. Supangat; Sukresno)

187

DAS Solo seperti wilayah Bojonegoro dan Lamongan hampir setiap tahun mengalami banjir akibat luapan dari Bengawan Solo. Sementara banyak pendapat serta asumsi berkembang terutama di masyarakat hilir yang mengatakan bahwa banjir di wilayah hilir DAS Solo tersebut adalah akibat bu-ruknya kondisi penutupan lahan dan pe-ngelolaan daerah di hulu DAS Solo, se-hingga sering disimpulkan bahwa banjir tersebut adalah kiriman dari hulu DAS.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengeta-hui perjalanan air banjir di aliran Sungai Bengawan Solo, terkait dengan upaya pe-ngelolaan DAS dalam meminimisasi ben-cana banjir. II. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sungai Bengawan Solo, yang merupakan sungai

utama dari DAS Solo. Wilayah Sungai Bengawan Solo terletak antara 11018’-11245’ BT dan 649’-808’ LS. Pemi-lihan lokasi didasarkan alasan bahwa kondisi DAS Solo yang termasuk DAS kritis (Arsyad, 1989; Sukresno, 1995; Ke-putusan Menhutbun No. 284/Kpts-II/ 1999) serta karena di wilayah hilir terjadi fenomena banjir tahunan sedangkan di wilayah hulu telah dilakukan kegiatan pe-ngelolaan (pengelolaan DAS). Lokasi pe-nelitian disajikan pada Gambar 1.

DAS Solo merupakan DAS dengan sungai utama terbesar di Pulau Jawa, de-ngan luas DAS sekitar 1,6 juta ha. Pan-jang sungai Bengawan Solo sebagai su-ngai utama di DAS Solo adalah 600 km, yang berhulu di Desa Giriwoyo, Ka-bupaten Wonogiri, dan berhilir (bermua-ra) di Laut Jawa di Ujung Pangkah, Ka-bupaten Gresik (CDMP Study, 2001).

Penelitian dilaksanakan pada tahun 2004, dengan memanfaatkan data sekun-der selama kurun waktu 25 tahun (perio-de 1975 sampai 1999).

Gambar (Figure) 1. Lokasi penelitian di Sungai Bengawan Solo (Map of research location at Bengawan Solo River)

JURUG

KAJANGAN

NAPEL

CEPU BOJONEGORO

BABAT

Titik Pengamatan (Water Observation Location)

Page 4: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Info Hutan Vol. VI No. 2 : 185-198, 2009

188

B. Bahan dan Alat

Bahan dan peralatan yang digunakan adalah: 1. Data debit harian beberapa pos duga

air di sepanjang Bengawan Solo, sela-ma periode tahun 1975-1999.

2. Data curah hujan harian di beberapa pos penakar hujan di wilayah DAS So-lo, selama periode tahun 1975-1999.

3. Peta jaringan sungai, peta pos duga air, dan data pendukung lainnya.

4. Alat tulis-hitung dan komputer. C. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan terhadap data sekunder yang dikumpulkan melalui survei, antara lain berupa data curah hu-jan dan debit air Sungai Bengawan Solo. Untuk mengetahui perjalanan air banjir dari hulu hingga hilir DAS dilakukan de-ngan metode penelusuran/pemantauan banjir (flood tracking) di beberapa pos duga air Bengawan Solo. Sketsa penelu-suran debit banjir di sepanjang Sungai Bengawan Solo diilustrasikan oleh Gam-bar 2 (Supangat, 2004).

Berdasarkan skema pada Gambar 2, sebanyak enam lokasi pos duga air dipilih dengan alasan selain ketersediaan data juga karena keterwakilan wilayah, yaitu: 1. Jurug: mewakili wilayah hulu (di ba-

wah daerah tangkapan waduk Wono-giri/Solo Hulu).

2. Kajangan: mewakili wilayah tengah, sebelum mendapat masukan debit air dari Kali Madiun.

3. Napel: mewakili wilayah tengah, sete-lah mendapat masukan debit air dari Kali Madiun.

4. Cepu: mewakili wilayah hilir, sebelum mendapat masukan debit air dari Kali Kening.

5. Bojonegoro : mewakili wilayah hilir, setelah mendapat masukan debit air dari Kali Kening.

6. Babat: mewakili wilayah hilir, sebe-lum air Bengawan Solo mencapai mu-ara di Lamongan/Gresik. Fluktuasi debit dari beberapa pos duga

di sepanjang Bengawan Solo merupakan cerminan respon DAS Solo dalam mela-kukan input DAS berupa air hujan. Agar debit air yang dianalisis merupakan cer-minan input hujan di hulu, maka debit terukur di pos duga air telah dikurangi dengan masukan debit dari anak sungai utama yang besar (Kali Madiun dan Kali Kening). Dalam penelitian ini, masukan anak-anak sungai lain dianggap tidak ber-pengaruh (diabaikan).

Tanggal kejadian hujan terpilih untuk analisis perjalanan air banjir disajikan pada Tabel 1. Untuk penyelidikan hu-bungan hujan hulu dengan debit air, pe-milihan kejadian hujan di hulu dipilih pa-da saat kondisi di tengah dan hilir yang tidak hujan (atau terjadi hujan kecil se-kali, di bawah 5 mm/hari), sehingga di-asumsikan debit air terukur di tengah dan hilir adalah berasal dari hujan di hulu. Pe-milihan tanggal kejadian hujan dikelom-pokkan menjadi tiga periode waktu, di mana terjadi perubahan pengelolaan la-han di wilayah hulu DAS, sebagai berikut (Supangat, 2004): 1. Periode I : sebelum pembangunan/ber-

operasinya waduk serbaguna Gadjah Mungkur (periode 1975 s/d 1981).

2. Periode II : setelah beroperasinya wa-duk (tahun 1981) sampai pelaksanaan kegiatan konservasi tanah dan air (KTA) di daerah tangkapan waduk Wonogiri (periode 1982 s/d 1989).

3. Periode III : setelah kegiatan KTA di daerah tangkapan waduk Wonogiri (Periode 1995 s/d 1999).

Analisis kecenderungan (trend analy-sis) digunakan untuk melihat kecende-rungan perubahan parameter hidrologi (perjalanan debit air banjir) pada periode waktu yang ditentukan serta antar pos du-ga air yang diamati.

Page 5: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir…(Agung B. Supangat; Sukresno)

189

Keterangan: : Lokasi Pos Duga Air Sungai : Arah aliran Sungai Bengawan Solo : Batas hulu - tengah - hilir Gambar (Figure) 2. Skema daerah pengaliran Bengawan Solo (Scheme of tracking route of Bengawan Solo

River) Sumber (Source): Supangat (2004)

Tabel (Table) 1. Tanggal kejadian hujan di hulu untuk analisis hidrologi (Rainfall events in upstream for hy-

drological analysis)

Periode (Period) I Periode (Period) II Periode (Period) III

Tanggal kejadian (Rainfall event)

CH (Rainfall)

(mm)

Tanggal kejadian (Rainfall event)

CH (Rainfall)

(mm)

Tanggal kejadian (Rainfall event)

CH (Rainfall)

(mm) 13-Mar-1979 51,4 29-Okt-1983 51,0 24-Feb-1997 51,5 15-Des-1978 65,6 5-Des-1982 64,5 7-Mei-1999 65,5 12-Feb-1976 71,5 10-Des-1984 71,5 10-Des-1999 72,0 22-Nop-1977 86,3 13-Feb-1985 85,0 19-Jan-1995 86,4 4-Mei-1978 90,9 15-Jan-1985 93,5 12-Des-1996 91,2

Sumber (Source): Supangat (2004)

Kali Kening

Babat

Cepu

Napel

Kajangan

Jurug

Kali Madiun

Waduk Wonogiri

Hulu

Tengah

Hilir Bojonegoro

Page 6: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Info Hutan Vol. VI No. 2 : 185-198, 2009

190

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hubungan Curah Hujan di Hulu

dengan Debit Banjir Bengawan Solo Keterkaitan besarnya curah hujan di

hulu dan debit banjir di hulu, tengah, dan hilir DAS dianalisis dengan grafik kecen-derungan, dengan skema data sebagai-mana Tabel 2.

Jika dilihat garis kecenderungan me-nunjukkan adanya kenaikan debit aliran dengan semakin meningkatnya curah hu-jan di hulu, ditunjukkan oleh Gambar 2. Hal tersebut terjadi pada hampir seluruh pos duga, namun kenaikan tersebut tidak menunjukkan grafik yang linier.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa hujan di hulu DAS tidak jelas ter-kait dengan kenaikan debit air di Sungai Bengawan Solo. Untuk lokasi yang cu-kup luas seperti di DAS Solo, curah hu-

jan yang terjadi tidak merata. Hujan yang terjadi di hulu belum tentu terjadi juga di wilayah tengah maupun hilir DAS. De-mikian pula, hujan di hulu ternyata tidak selalu berdampak pada peningkatan debit air di tengah maupun di hilir. Fluktuasi debit yang terjadi banyak dipengaruhi fe-nomena lokal yang ada seperti hujan lo-kal, maupun pemanfaatan air di wilayah-wilayah tertentu seperti untuk irigasi maupun industri.

Kenyataan tersebut lebih utama dise-babkan oleh faktor luas DAS Solo. Un-tuk lokasi-lokasi DAS yang cukup luas seperti di DAS Solo, pengaruh curah hu-jan yang tidak merata terhadap fenomena debit banjir cukup dominan (Putuhena et al., 2004). Meskipun data terpilih yang dianalisis dipilih kejadian hujan di hulu dan tidak hujan di tengah maupun di hilir, namun diperkirakan kontribusi hujan lo-kal di tempat lain yang tidak terdeteksi

Tabel (Table) 2. Data debit rata-rata pada masing-masing pos duga air (The average discharge at each ob-

servation station)

CH (Rainfall number) (mm)

Debit rata-rata (Average of discharges) (m3/dt) Jurug Kauman Napel Cepu Bojonegoro Babat

51,4 155,33 300,67 295,53 291,87 315,23 616,90 65,6 33,33 153,33 133,40 154,40 216,67 403,33 71,5 180,67 228,00 495,07 376,73 361,80 593,47 86,3 105,37 260,43 231,60 269,00 462,57 353,53 90,9 142,33 204,67 271,67 376,33 330,63 799,97

Keterangan (Remark): Nilai merupakan rata-rata dari ketiga periode (The values are average of each period) Sumber (Source): Supangat (2004)

Gambar (Figure) 2. Kecenderungan kenaikan debit aliran akibat kenaikan curah hujan di hulu (Trend of in-creasing discharge affected by rainfall in upstream)

y = 269,25x0,0944

R2 = 0,0431

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

51,4 65,6 71,5 86,3 90,9

Curah Hujan (mm)

Deb

it A

ir (m

3/dt

) JurugKaumanNapelCepuBj.negoroBabatRata-Rata

Page 7: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir…(Agung B. Supangat; Sukresno)

191

serta faktor pemanfaatan air Sungai Be-ngawan Solo menjadi penentu besarnya debit aliran di pos duga tertentu.

B. Evaluasi Perjalanan Banjir di Su-

ngai Bengawan Solo Evaluasi perjalanan debit air banjir pa-

da beberapa pos duga air dilakukan de-

ngan grafik kecenderungan. Hasil rekapi-tulasi data debit banjir pada masing-ma-sing periode dan pos duga air disajikan pada Tabel 3.

Kecenderungan kenaikan debit air Su-ngai Bengawan Solo diilustrasikan pada Gambar 3.

Tabel (Table) 3. Rekapitulasi data debit banjir pada masing-masing periode waktu kegiatan pengelolaan

DAS dan pos duga air (Discharge data of each management period at each observation station)

Pos duga air (Observation stations) Debit (Discharge)/Periode (Periods) (m3/dt) I : 1975-1981 II : 1982-1989 III : 1995-1999

Jurug (CA = 3.220 km2)

276,0 116,0 74,0 51,0 7,0 42,0

384,0 66,0 92,0 5,1 213,0 98,0

76,0 279,0 72,0

Kajangan (CA = 5.463 km2)

454,0 318,0 130,0 228,0 11,0 221,0 280,0 204,0 200,0

0,3 631,0 150,0 96,0 402,0 116,0

Napel (CA = 9.880 km2)

582,0 92,6 212,0 274,0 10,0 116,2 981,0 298,0 206,2 11,8 590,0 93,0

293,0 385,0 137,0

Cepu (CA = 10.922 km2)

502,0 161,6 212,0 372,0 0,0 91,2 788,0 192,0 150,2 18,0 733,0 56,0

142,0 537,0 450,0

Bojonegoro (CA = 12.811 km2)

582,0 99,0 264,7 382,0 1,3 266,7 361,0 325,1 399,3

2,1 1329,5 56,1 233,0 446,2 312,7

Babat (CA = 14.382 km2)

767,0 262,0 821,7 778,0 30,3 401,7 557,0 839,1 384,3

7,0 973,5 80,1 721,0 602,2 1076,7

Keterangan (Remarks): - Data masing-masing fase/periode : kejadian CH yang sama (Data of each period: The same of number of

rainfall) - Data masing-masing pos duga air : Tanggal kejadian yang sama (Data of each station: The same of rainfall

event) Sumber (Source): Supangat (2004)

Page 8: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Info Hutan Vol. VI No. 2 : 185-198, 2009

192

Gambar (Figure) 3. Kecenderungan kenaikan debit aliran dengan semakin ke arah hilir DAS (Trend of

increasing discharge from upstream to downstream)

Gambar (Figure) 4. Kecenderungan perubahan debit air pada masing-masing periode (Trend of discharge at each period)

Gambar 3 memperlihatkan kondisi ke-naikan debit air dengan semakin ke hilir lokasinya di sungai Bengawan Solo. Hal tersebut terjadi, baik pada masa sebelum tahun 1981 sampai tahun 1999. Fenome-na tersebut adalah fenomena umum, bah-wa semakin luas daerah tangkapan air maka debit air yang dihasilkan akan se-makin besar dengan asumsi tidak ada pe-manfaatan air secara ekstrim di wilayah tertentu. Gambar 3 menunjukkan bahwa pada periode III (setelah adanya proyek pengelolaan daerah hulu) memperlihat-

kan debit rata-rata yang relatif lebih kecil (penurunan debit banjir) dibandingkan periode sebelumnya. C. Pengaruh Kegiatan Pengelolaan

DAS terhadap Debit Banjir Benga-wan Solo

Hasil analisis periode waktu kegi-atan konservasi di hulu dan debit air di Sungai Bengawan Solo disajikan dengan ilustrasi Gambar 4.

Gambar 4 memperlihatkan bahwa pada periode ke-II dan III terjadi penu-

Kondis i Kenaikan Debit Air Ke Bagian Hilir

y = 126.56x0.7114

R2 = 0.91730

100

200

300

400

500

600

Jurug Kauman Napel Cepu Bj.negoro Babat

Pos Duga Air

Deb

it A

ir R

ata-

Rat

a (m

3/dt

) I : 1975-1981

II : 1982 s/d 1989

III : 1995-1999

Rata-rata

Pow er (Rata-rata)

Grafik Perubahan Debit Air pada Masing-Masing Periode

0

100

200

300

400

500

600

I : 1975-1981 II : 1982 s/d 1989 III : 1995-1999

Periode waktu

Deb

it A

ir R

ata-

Rat

a (m

3/dt

)

Jurug

Kajangan

Napel

Cepu

Bj.negoro

Babat

Rata-rata

Page 9: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir…(Agung B. Supangat; Sukresno)

193

runan debit air Sungai Bengawan Solo. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kegiatan konservasi tanah dan air (tahun 1989-1996) serta beroperasinya bangunan waduk Wonogiri (tahun 1981) berkaitan dengan pengendalian debit air, atau da-lam arti lain ikut berperan mengendalikan debit banjir di Sungai Bengawan Solo. Hal tersebut terjadi pada hampir semua pos duga pengamatan, kecuali pada pos Bojonegoro dan Kajangan, pada periode II (tahun 1982-1989) terjadi kenaikan de-bit air. Kejadian tersebut diduga kemung-kinan akibat permasalahan lokal, seperti adanya pengurangan pemanfaatan air dari

Bengawan Solo untuk irigasi, atau penga-ruh hujan lokal yang tidak terdeteksi (Su-kresno et al., 2005). Namun demikian, ji-ka ditarik garis kecenderungan manun-jukkan grafik yang menurun dari ketiga periode waktu pengamatan.

Untuk melihat sejauh mana penurun-an debit air Sungai Bengawan Solo akibat praktek rehabilitasi lahan dan konservasi tanah dan air yang dicerminkan oleh pembagian periode waktu, maka perlu dicermati lebih detail lagi tiap pos duga. Hal tersebut seperti disajikan pada Gam-bar 5 dan Gambar 6.

Gambar (Figure) 5. Grafik perubahan debit air pada tiap periode waktu di masing-masing pos duga (Graph of discharge changes at each period)

Gambar (Figure) 6. Grafik kecenderungan penurunan debit air pada masing-masing pos duga akibat periode waktu pengelolaan (Graph of discharge trend at each observation station affected by different period)

0

100

200

300

400

500

600

I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III

Periode waktu, Pos Duga Air

Deb

it ai

r (m

3/dt

JurugKajanganNapelCepuBj.negoroBabatRata-rata

-2000

-1500

-1000

-500

0

500

1000

1500

I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III

Periode waktu, Pos Duga Air

Deb

it ai

r (m

3/dt

JurugKajanganNapelCepuBj.negoroBabatRata-rataLinear (Kajangan)Linear (Jurug)Linear (Napel)Linear (Cepu)Linear (Bj.negoro)Linear (Babat)

Page 10: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Info Hutan Vol. VI No. 2 : 185-198, 2009

194

Gambar 5 dan Gambar 6 lebih jelas menunjukkan sejauh mana penurunan de-bit air akibat praktek rehabilitasi lahan dan konservasi tanah dan air serta ber-operasinya waduk Wonogiri. Kecende-rungan penurunan yang ditunjukkan oleh grafik antar periode waktu cenderung sta-bil sampai pos duga Cepu, dan mulai lan-dai pada pos duga Bojonegoro serta lebih landai lagi pada pos duga Babat. Hasil penelusuran debit tersebut menunjukkan bahwa dampak baik dari kegiatan penge-lolaan daerah hulu DAS mulai hilang pa-da pos duga Bojonegoro dan Babat.

Pada periode III memperlihatkan kondisi debit yang relatif lebih kecil pada hampir semua pos duga pengamatan. Hal tersebut selain akibat baik dari kegiatan pengelolaan di daerah hulu, juga sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan ra-ta-rata tahunan yang mengalami penurun-an terutama pada satu dekade terakhir pengaruh perubahan iklim global. Hal tersebut diperkuat hasil penelitian Pawi-tan (2004), yang menyatakan bahwa da-lam kurun waktu setengah abad terakhir telah terjadi penurunan jumlah curah hu-jan secara luas di Jawa dan beberapa wi-layah lain di Indonesia dibandingkan de-ngan waktu setengah abad sebelumnya.

Fenomena kurang jelasnya keterkaitan kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT) di hulu terhadap pengen-dalian debit banjir di hilir juga ditunjuk-kan dari hasil evaluasi di tempat (on site) terhadap efektivitas bangunan (kegiatan) konservasi tanah dan air yang telah dila-kukan. Evaluasi yang dilakukan oleh tim peneliti Balai Teknologi Pengelolaan DAS (BTPDAS) Solo pada tahun 1995 menyebutkan bahwa setelah adanya pem-bangunan waduk Gadjah Mungkur Wo-nogiri, terjadi penurunan debit banjir pa-da pos-pos duga, baik di hulu, tengah maupun di hilir DAS. Namun, setelah adanya kegiatan RLKT tahun 1989-1990, kondisi debit banjir justru semakin me-ningkat (Sukresno et al., 1995).

Pada tahun 1993 kondisi debit cukup besar dikarenakan efektivitas kegiatan

penghijauan belum kelihatan dampaknya, karena tanaman baru berumur 2-3 tahun. Tanaman penghijauan belum membentuk penutupan tanah yang mantap sehingga debit yang dihasilkan justru meningkat karena dampak pembukaan tanah pada saat penanaman. Sedangkan bangunan konservasi tanah dan air berupa Dpi (Dam pengendali sedimen) maupun Dpn (Dam penahan sedimen) tidak terlihat efektivitasnya karena daerah tangkapan-nya yang terlalu luas sehingga menye-babkan bangunan tersebut telah dipenuhi sedimen setelah setahun dibangun (Su-kresno et al., 1995). D. Penilaian Koefisien Variasi (CV)

Debit Sungai Bengawan Solo Untuk melihat kondisi kontinuitas de-

bit air di sepanjang aliran Sungai Be-ngawan Solo, dilakukan perhitungan ter-hadap nilai CV pada masing-masing pos duga air, dengan hasil perhitungan disaji-kan pada Lampiran 1.

Berdasarkan data pada Lampiran 1 terlihat bahwa rata-rata nilai CV debit air Bengawan Solo relatif sedang kecuali pa-da pos duga air Kajangan dan Cepu. Kri-teria ”sedang” tersebut memberikan arti bahwa kondisi daerah tangkapan air ma-sih cukup baik dalam menyediakan sum-berdaya air bagi daerah yang bersang-kutan. Berdasarkan data tersebut, diketa-hui rata-rata nilai CV serta kriterianya pa-da masing-masing periode waktu menun-jukkan nilai sebesar 0,29 (sedang) pada periode I (1976-1980), periode II (1982-1985) sebesar 0,21 (sedang), dan pada periode III (1995-1999) sebesar 0,32 (bu-ruk).

Pada periode II terjadi perbaikan ni-lai CV, diduga pembangunan waduk Wo-nogiri memberikan dampak yang baik da-lam mengatur fluktuasi debit air Sungai Bengawan Solo. Periode III sebagai gam-baran pasca kegiatan RLKT menunjuk-kan kecenderungan ke arah buruk (CV meningkat). Hal tersebut menunjukkan kegiatan pengelolaan DAS di hulu tidak

Page 11: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir…(Agung B. Supangat; Sukresno)

195

berefek baik terhadap kondisi fluktuasi debit Sungai Bengawan Solo terutama di wilayah hilir DAS (Sukresno et al., 2005). Justru diduga kegiatan yang baru dilaksanakan 5-10 tahun (pada pengamat-an tahun 1995-1999) tersebut telah mena-han kuantitas air di hulu akibat banyak-nya pemanfaatan seperti cekdam, peng-hijauan (yang meningkatkan evapotrans-pirasi) serta intensifikasi pola tanam.

Kecenderungan perubahan nilai CV pada periode waktu pengelolaan di ma-sing-masing pos duga air disajikan pada Gambar 7.

Berdasarkan Gambar 7 terlihat feno-mena nilai CV yang menurun (membaik) pada periode waktu II (1982-1985), dan meningkat (memburuk) pada periode III (1995-1999). Hal tersebut terjadi hampir pada seluruh pos duga pengamatan kecu-ali pada pos duga Jurug dan Cepu.

E. Konsekuensi Logis Pengelolaan ke

Depan Berdasarkan penelusuran debit banjir

di atas, maka dapat ditarik beberapa hal sebagai konsekuensi logis perbaikan pe-ngelolaan DAS, khususnya terkait penge-lolaan sumberdaya air sungai ke depan. Dalam pengelolaan sumberdaya air harus juga memperhatikan aspek pengelolaan daerah tangkapan air secara komprehen-

sif. Seperti yang dikatakan Budihardjo (2001), ada 3 aspek dalam pengelolaan sumberdaya air yaitu aspek pemanfaatan, aspek perlindungan, dan aspek pengenda-lian. Lingkup pengelolaan sumberdaya air ada 5, yaitu : a) Pengelolaan daerah tangkapan hujan (watershed manage-ment); b) Pengelolaan kuantitas air (water quantity management); c) Pengelolaan kualitas air (water quality management); d) Pengelolaan banjir (flood control ma-nagement); e) Pengelolaan lingkungan sungai (river control and environment management). Ekosistem DAS hulu me-rupakan bagian yang penting dalam pe-lestarian wilayah DAS karena mempu-nyai fungsi perlindungan terhadap selu-ruh bagian DAS. Perlindungan ini antara lain terhadap tata air (kualitas, kuantitas, dan kontinuitas), banjir, erosi dan sedi-mentasi (Sheng, 2000 dalam Sumaryati et al., 2001).

Terkait dengan permasalahan banjir, upaya penanganan yang pernah ada be-lum bersifat komprehensif dan tepat sa-saran. Upaya mengatasi banjir sampai sa-at ini masih mengandalkan upaya kon-vensional berupa rekayasa struktur di su-ngai (in stream) yang mempunyai keter-batasan, bersifat represif dan kurang me-nyentuh akar permasalahan. Selain itu upaya mengatasi masalah banjir sampai

Gambar (Figure) 7. Kecenderungan perubahan nilai CV pada masing-masing pos duga air (Trend of CV va-lues at each observation station)

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

I II III

Periode Waktu

Coe

fisie

n Va

rians

i Deb

itR

ata-

rata

5 T

ahun

an

Jurug

kajangan

Napel

Cepu

Bj.negoro

Babat

Page 12: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Info Hutan Vol. VI No. 2 : 185-198, 2009

196

saat ini tidak seimbang dengan laju pe-ningkatan masalah yang terus meningkat dari tahun ke tahun (Nugroho, 2004). Normalisasi sebagai salah satu pemecah-an yang pernah diusulkan ternyata di ber-bagai tempat malah menimbulkan masa-lah baru. Normalisasi sungai hanya me-nambah kapasitas volume tampung air dalam kurun waktu yang relatif singkat. Musim hujan selesai, endapan lumpur di dasar sungai menebal dan kembali terjadi banjir (Kartana, 2004). Oleh karenanya, menyikapi permasalahan banjir yang de-wasa ini menjadi masalah sehari-hari di Indonesia harus dilakukan pengelolaan yang komprehensif dan terkoordinasi de-ngan baik antara semua pihak.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pemba-hasan dari penelitian ini, dapat ditarik be-berapa kesimpulan, yaitu: 1. Kenaikan debit aliran Sungai Benga-

wan Solo akibat meningkatnya curah hujan di hulu tidak menunjukkan ke-cenderungan yang jelas. Hujan di hu-lu DAS tidak terkait dengan kenaik-an debit air di Sungai Bengawan So-lo, terutama di tengah dan hilir DAS. Fluktuasi debit yang terjadi banyak dipengaruhi fenomena lokal yang ada seperti hujan lokal, maupun pemanfaatan air di wilayah-wilayah tertentu seperti untuk irigasi maupun industri.

2. Kegiatan konservasi tanah dan air (tahun 1989-1996) serta beroperasi-nya bangunan waduk Wonogiri (ta-hun 1981) ikut berperan dalam me-ngendalikan debit air di Sungai Be-ngawan Solo. Namun, kecenderung-an penurunan debit air akibat kegiat-an pengelolaan di hulu DAS tersebut semakin menurun ke arah hilir DAS. Efek baik dari kegiatan tersebut mu-

lai hilang pada pos duga Bojonegoro dan Babat.

3. Kegiatan rehabilitasi lahan dan kon-servasi tanah dan air di hulu DAS berkontribusi dalam memperbaiki kondisi parameter hidrologi DAS se-perti Koefisien Variasi (CV) debit ta-hunan. Selama periode tahun 1975-1999, rata-rata nilai CV debit air Be-ngawan Solo relatif sedang yang ber-arti bahwa kondisi daerah tangkapan masih cukup baik dalam menyedia-kan sumberdaya air bagi daerah yang bersangkutan.

B. Saran

Adanya keterkaitan hulu-hilir dalam sistem DAS sebagai satuan unit peren-canaan, pemahaman DAS sebagai sistem hidrologi, serta informasi perjalanan debit air banjir di sepanjang aliran sungai, da-pat dijadikan dasar bagi penyusunan ren-cana kegiatan pengelolaan DAS, khusus-nya sumberdaya air sesuai tujuan perma-salahan yang akan dipecahkan, seperti masalah banjir. Untuk itu, diperlukan tindakan pengelolaan yang lebih kompre-hensif dan tepat sasaran.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Bencana Itu Tak Pernah

Menjadi Pelajaran. Kompas, Sabtu, 8 Nopember 2003.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Asdak. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Ma-da University Press. Yogyakarta.

BTP DAS. 2001. Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS. Balai Teknologi Pengelolaan DAS. Surakarta.

Budihardjo, S. 2001. Paradigma Pengelo-laan Sumberdaya Air Dalam Era Otonomi Daerah. Pengelolaan Sumberdaya Air Dalam Otonomi Daerah. Andy. Yogyakarta.

Page 13: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir…(Agung B. Supangat; Sukresno)

197

CDMP Study. 2001. Comprehensive Development and Management Plan Study for Bengawan Solo Ri-ver Basin. Final Report, Support-ing Report Annex No. 1 : Hydro-logy. Directorate General of Water Resources, Ministry of Settlement and Regional Infrastructure.

Griend, A.A. Van de. 1977. Modelling Catchment Rensponse and Runoff Analysis. Institut of Earth Scien-cies. Amsterdam : Free University.

http://www.iptek.net.id/ind/jurnal/ jurnal_idx.php?doc=v4.n5.16.htm - 23k http://www.suaramerdeka.com /harian/0402/07/kha2.htm

Kartana, T.J. 2004. Banjir dan Rusaknya Sistem Hidrologi. Suara Merdeka, Sabtu 7 Februari 2004.

Keputusan Menteri Kehutanan dan Per-kebunan No. 284/Kpts-II/1999 ten-tang Penetapan Urutan Prioritas Da-erah Aliran Sungai.

Nugroho, S.P. 2004. Analisis Curah Hu-jan dan Sistem Pengendalian Banjir di Pantai Utara Jawa Barat (Studi Kasus Bencana Banjir Periode Ja-nuari-Februari 2002). Jurnal Saint dan Teknologi 4(5): 16.

Pawitan, H. 2004. Perubahan Pengguna-an Lahan dan Pengaruhnya terha-dap Hidrologi Daerah Aliran Su-ngai. Prosiding Seminar “Multi-fungsi Pertanian dan Konservasi Sumberdaya Lahan”. Bogor, 18 De-sember 2003 dan 7 Januari 2004. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Pemda Tingkat II Kabupaten Wonogiri. 1995. Upaya Perlindungan DAS Solo Hulu (Wonogiri) dalam Data.

Kerjasama Pemda Tingkat II Kabu-paten Wonogiri dengan Kantor Wi-layah Departemen Kehutanan Pro-vinsi Jawa Tengah.

Putuhena, W.M., W.K. Adidarma, dan S.M. Yuningsih. 2004. Karakteris-tik Banjir Puncak pada Sungai-Su-ngai di Pulau Jawa. Prosiding Se-minar “Multifungsi Pertanian dan Konservasi Sumberdaya Lahan”. Bogor, 18 Desember 2003 dan 7 Ja-nuari 2004. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Sukresno, A.B. Supangat, dan D.R. In-drawati. 2005. Efektivitas Konser-vasi DAS di Hulu pada Banjir di Hilir DAS: Studi Kasus DAS Be-ngawan Solo. Prosiding Seminar PIT HATHI XXII, Yogyakarta 23-25 September 2005. Yogyakarta.

Sukresno, V. Precylia, dan B. Sutedjo. 1995. Evaluasi Kegiatan Penang-gulangan Erosi Aspek Konservasi Tanah Sipil Teknis di DTW Wono-giri. Laporan Proyek Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan DAS Solo. BTPDAS Solo. Surakarta.

Sumaryati, S. Donie, dan Sukresno. 2001. Kajian Kelembagaan RLKT DAS. Laporan Proyek Pengkajian dan Pe-nerapan Hasil Penelitian Kehutan-an. BTPDAS Solo. Surakarta.

Supangat, A.B. 2004. Evaluasi Kegiatan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah dan Air terhadap Debit Air Sungai Bengawan Solo. Tesis Pro-gram Studi Ilmu Lingkungan, Pro-gram Pascasarjana Universitas Se-belas Maret Surakarta. (Tidak di-publikasikan).

Page 14: Studi Penelusuran Perjalanan Air Banjir Di Sungai Bengawan Solo

198

Lampiran (Appendix) 1. Hasil perhitungan nilai CV pada masing-masing pos duga air (CV values at each observation station)

Periode (Period)

Parameter (Parameters)

Pos duga air (Water observation station)

Jurug Kriteria (Criteria) Kjangan Kriteria

(Criteria) Napel Kriteria (Criteria) Cepu Kriteria

(Criteria) Bojonegoro Kriteria (Criteria) Babat Kriteria

(Criteria)*)

I

Q th-an 841,3 800,5 965,9 869,9 775,5 823,6 SD 109,7 504,3 207,5 275,4 194,4 192,1 CV 0,13 Sedang

(Fair) 0,63 Buruk

(Bad) 0,21 Sedang

(Fair) 0,32 Buruk

(Bad) 0,25 Sedang

(Fair) 0,23 Sedang

(Fair)

II

Q th-an 986,4 1195,0 968,6 827,7 979,7 1011,9 SD 270,2 200,5 109,7 395,1 131,7 103,2 CV 0,27 Sedang

(Fair) 0,17 Sedang

(Fair) 0,11 Sedang

(Fair) 0,48 Buruk

(Bad) 0,13 Sedang

(Fair) 0,10 Sedang

(Fair)

III

Q th-an 748,2 1129,7 863,3 918,1 713,8 934,9 SD 251,5 373,7 346,2 253,8 220,8 237,6 CV 0,34 Buruk

(Bad) 0,33 Buruk

(Bad) 0,40 Buruk

(Bad) 0,28 Sedang

(Fair) 0,31 Buruk

(Bad) 0,25 Sedang

(Fair)

Rata-rata (Average) 0,25 Sedang (Fair)

0,38 Buruk (Bad)

0,24 Sedang (Fair)

0,36 Buruk (Bad)

0,23 Sedang (Fair)

0,20 Sedang (Fair)

Keterangan (Remarks): Q = Debit rata-rata tahunan (Average of annual discharge) (mm) SD = Standar deviasi debit tahunan (Deviation standard of annual discharge) CV = Koefisien Variasi (Coefficient of Variation) *) Kriteria berdasarkan Standar Indikator Kinerja DAS (Criteria are based on The Standard of Watershed Health Indicator (BTP DAS, 2001) Sumber (Source): Supangat (2004)

198

Info Hutan Vol. VI No. 2 : 185-198, 2009