Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Studi tentang Pilihan Berobat ke Dukun Tradisional yang Dilakukan oleh
Jemaat GBKP di Desa Sugihen
Oleh,
Putri Lestari Br Barus
712015028
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi: Ilmu Teologi, Fakultas: Teologi guna
memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana.
Program Studi Ilmu Teologi
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Pilihan Berobat Ke Dukun Tradisional yang Dilakukan Oleh Jemaat
GBKP Desa Sugihen. Penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial Max
Weber yang diuraikan dalam empat tipe; yaitu, rasional instrumental, rasional
berorientasi nilai, tradisional, dan afektif. Fokus penelitian yaitu tanggapan jemaat
GBKP mengenai berobat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan pengolahan data yang
diperoleh melalui pengamatan dan wawancara. Hasil dari penelitian: pertama,
berdasar tipe tindakan rasional instrumental, secara sadar jemaat memilih untuk
berobat ke dukun pengobatan tradisional karena pengobatan tersebut lebih efisien
untuk menyembuhkan sakit patah tulang dari pada ke medis. Kedua, tindakan
berorinetasi nilai, jemaat ingin mendapatkan kesembuhan dengan cara memilih
berobat ke medis atau dukun pengobatan tradisioanl sesuai dengan penyakit
mereka. Ketiga, tindakan tradisional, jemaat melakukan pengobatan tradisional
kerena itu merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dari dulu digunakan nenek
moyang untuk menyembuhkan penyakitnya, banyak pengalaman orang lain
sembuh dari sakitnya setelah berobat ke dukun. Keempat, tindakan afektif,
menunjukkan bahwa jemaat memiliki ikatan emosional ketika memilih berobat ke
dukun pengobatan tradisional karena tidak mampu melakukan pengobatan ke
medis.
KATA KUNCI: GBKP desa Sugihen, Tindakan soial, Dukun pengobatan
tradisional, Pengobatan medis
1
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Obat tradisional adalah pengobatan alternatif yang sudah dikenal sejak
nenek moyang kita pada zaman dulu kala. Obat tradisional umunya memakai
ramuan bahan yang berupa tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sari atau galenik,
atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.1 Obat Tradisonal sudah lama dikenal
di Indonesia sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia memang masih mengenal
pengobatan tradisional untuk menyembuhkan dan menjaga kesehatan tubuh. Hal
tersebut masih dilakukan hingga saat ini dan juga masih digunakan oleh sebagian
masyarakat di Indonesia khususnya di daerah pedalaman.
Obat tradisional pada mulanya berkembang dari daerah Riau dan Jambi.
Hasil survei yang dilakukan oleh tim Ekspedisi Biota Medica pada tahun 1998 di
Taman Nasional Bukit Tigapuluh dan Cagar Alam Biosfir Bukit Duabelas yang
terletak di Provinsi Riau dan Jambi diketahui bahwa 45 jenis ramuan obat bahan
alam dengan 195 spesies tanaman obat telah digunakan oleh masyarakat suku
Talang Mamak dan 72 jenis ramuan obat bahan alam dengan 116 spesies tanaman
obat yang dapat menjadi sumber penemuan obat baru telah digunakan.2
Obat tradisional di kawasan Pulau Sumatra mengalami perkembangan
yang pesat, sehingga obat tradisional masih digunakan oleh masyarakat di
Sumatera hingga sekarang, salah satu suku yang masih menggunakan obat
tradisional di Sumatra ialah masyarakat karo. Masyarakat karo merupakan suku
yang berasal dari sebuah daerah dataran tinggi di Sumatera Utara yang disebut
Tanah Karo, lalu mereka menyebar ke beberapa daerah di Pulau Sumatera antara
lain, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi,
Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Desa Sugihen merupakan salah satu
desa di Tanah Karo tepatnya di Kecamatan Dolat Rakyat, Kabupaten Karo
berjarak sekitar 35 km dari Kota Berastagi. Memiliki penduduk sekitar 300 jiwa,
1 Hendri Wasito, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia (Yogyakarta:2011), hlm 1.
2 Hendri Wasito, hlm 4-5.
2
masyarakat yang mayoritas beragama Kristen Protestan. Desa Sugihen hanya
memiliki satu gereja yaitu GBKP (Gereja Batak Karo Protestan).
Latar belakang permasalahan ialah ketika seorang penduduk jemaat GBKP
desa Sugihen jatuh di ladang sehingga tidak dapat berjalan seperti sediakala
karena patah tulang di bagian kaki. Ketika dibawa rumah sakit, pihak rumah sakit
mencoba mengobati dengan memberi obat penghilang rasa sakit. Setelah dirawat
beberapa hari, tidak ada perkembangan pada kaki beliau. Oleh sebab itu keluarga
ingin mencari alternatif lain yaitu ke dukun pengobatan tradisional untuk
menyembuhkan kaki beliau. Perkembangan kaki beliau jauh lebih cepat terlihat
ketika berobat ke dukun pengobatan tradisional daripada di Rumah sakit. Setelah
melihat pengalaman dari ibu tersebut, banyak jemaat GBKP yang memilih untuk
berobat ke dukun tradisional. Tidak hanya penyakit patah tulang saja tetapi
berbagai macam penyakit, karena sebagian dari penduduk merasa percaya bahwa
dukun tersebut lebih pintar dan cepat menyembuhkan penyakit daripada ke rumah
sakit. Semakin banyaknya warga jemaat GBKP Desa Sugihen yang melakukan
pilihan untuk berobat ke dukun, maka timbul perbedaan pendapat dari warga
jemaat GBKP desa Sugihen. Karena di masyarakat Karo ada pemahaman umum
bahwa pengobatan tradisional itu selalu berhubungan dengan dunia hitam.
Pdt.D.R.E.P. Ginting dalam bukunya mengatakan “Pengobatan tradisional
adalah pengobatan yang diikuti dengan meminta pertolongan dari roh-roh
manusia atau arwah “begu” orang mati, yang memakai tabas (mantra) atau
sejenisnya, dengan memakai atau tanpa ramuan”.3 Memang pengobatan
Tradisional yang ada dalam masyarakat Karo terbagi dari dua kriteria dukun yang
memiliki cara pengobatan yang berbeda, dukun pertama cara pengobatannya
dengan menggunakan ilmu hitam dan dukun yang kedua cara pengobatannya
hanya dengan menggunakan rempah-rempah tradisional saja. Oleh karena cara
pengobatan yang berbeda ada masyarakat yang memandang bahwa semua
pengobatan tradisional itu sama saja, semua dukun memakai ilmu hitam dalam
pengobatannya. Oleh karena pandangan mereka terhadap pengertian pengobatan
tradisional, seharusnya orang Kristen tidak berobat ke dukun tradisional.
3 Pdt. D. R. E. P. Ginting, Religi Karo (Kabanjahe: Abdi Karya 2007), 98.
3
Latar belakang kasus diatas menggambarkan pilihan masyarakat yang
masuk ke dalam kategori Tindakan Rasional Instrumental dalam pemikiran Max
Weber. Tindakan rasional Instrumental adalah tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan
dengan tujuan yang akan dicapai. Masyarakat melakukan pilihan untuk berobat ke
dukun tradisional pasti sudah memperhitungkan kecocokan tujuan yang ingin
mereka capai. Tujuan yang ingin mereka capai adalah kesehatan atau kesembuhan
dari sakit mereka. Mereka memilih ke pengobatan tradisional dari pada ke rumah
sakit setelah melihat orang yang menggunakan pengobatan tersebut sembuh, oleh
sebab itulah mereka memilih untuk datang ke dukun tardisional agar sehat dari
sakitnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian ini
ada 2 yaitu:
1. Bagaimana pandangan warga jemaat GBKP Desa Sugihen mengenai
pengobatan dukun tradisional?.
2. Apa alasan warga jemaat GBKP desa Sugihen melakukan pilihan untuk berobat
ke dukun tradisional dari pada ke rumah sakit?.
Tujuan dari penelitian ini pertama, untuk mendeskripsikan pandangan
warga jemaat Desa Sugihen mengenai berobat ke dukun tradisional. Kedua, untuk
mendeskripsikan apa alasan warga jemaat GBKP desa Sugihen melaukan pilihan
untuk berobat ke dukun tradisional dari pada ke rumah sakit.
Manfaat penelitian ini secara Teoritis yaitu, Hasil Tugas Akhir ini dapat
kelak memberikan suatu manfaat bagi jemaat GBKP desa Sugihen tentang
perbedaan pandangan mereka mengenai pengobatan tradisional. Secara Praktis,
Tugas Akhir ini bermanfaat bagi dunia akademi khususnya bagi para Mahasiswa
Teologi yang kelak akan menjadi Pendeta agar suatu saat mempertimbangkan
teori pilihan Sosial Max Weber jika menghadapi masalah seperti yang terjadi
dalam Jemaat GBKP Sugihen mengenai perbedaan pandangan terhadap
pengobatan tradisional.
4
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak
menggunakan model matematik tetapi terbatas pada pengolahan data, yang
diperoleh melalui pengamatan dan penelitian lapangan.4 Metode yang digunakan
adalah kualitatif yakni metode yang berusaha melukiskan realita sosioal yang
kompleks dalam masyarakat.5 Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk
membuat deskripsi, yaitu gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fenomena yang diselidiki. Dengan menggunakan metode ini
peneliti berusaha menggambarkan sifat atau keadaan yang sedang terjadi pada
saat penelitian dilakukan kemudian data dikumpulkan, dianalisis dan
diabstaksikan.6
Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Observasi
yaitu salah satu alat pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat
gejala-gejala yang diselidiki, karena dengan observasi langsung dapat mengamati
berbagai aspek-aspek tingkah laku manusia.7 Wawancara adalah hal yang
dilakukan dengan cara Tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan guna
untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal yang
diketahuinya, guna untuk dimuat dalam sebuah tulisan8. Sumber data ditetapkan
sengaja oleh peneliti berdasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu. Kriteria
informan dalam penelitian ini ialah 3 orang pemuda yang masih kuliah, 4 orang
moria (komisi ibu) yang bekerja sebagai petani dan guru, dan 3 orang mamre
(komosi bapak) yang bekerja sebagai petani. Jumlah informan penelitian ini 10
orang Jemaat GBKP desa Sugihen, diantaranya yang sudah pernah berobat ke
pengobatan Tradisional dan jemaat GBKP desa Sugihen yang tidak pernah
berobat ke dukun pengobatan Tradisional.
4 Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), 97.
5 Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), 38-40.
6 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial-Agama (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), 136-137.
7 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), 31.
8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 1559.
5
Sistematika penulisan penelitian ini akan ditulis dalam lima bagian yaitu:
pertama, penulis akan menulis tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian dilanjut
dengan sistematika penulisan penelitian. Kedua, Penulis akan mendeskripsikan
teori kesehatan dan penyakit, teori pengobatan tradisional dan teori pilihan sosial
Max Weber. Ketiga, Penulis akan memaparkan hasil wawancara yang diproleh
dari jemaat GBKP desa Sugihen tentang alasan mereka untuk melaukan pilihan
pengobatan tardisional dan juga pandangan mereka tentang pengobatan
tradisional. Keempat, Penulis akan menganalisa teori-teori yang telah dipaparkan
dibagian kedua dengan data yang didapat dari hasil wawancara dengan jemaat
GBKP desa Sugihen. Kelima, Penulis akan menulis penutup penelitian dengan
memaparkan kesimpulan dan juga saran dari hasil penelitian.
2. Tinjauan Teori
2.1. Defenisi Kesehatan
Menurut Badan kesehatan dunia (WHO) sehat dapat dikatakan apabila kondisi
tubuh Seseorang baik secara jasmani dan rohani, mental dan sosial. 9 Menurut J.
Moltmann kesehatan merupakan kemampuan seseorang tetap bertahan dari
penyakit atau kecacatan. Chr. Grundmann menambahkan, Seseorang yang
dikatakan dalam keadaan kesehatan yang baik adalah ketika dia berada dalam
tantangan kehidupan, baik berupa penyimpangan atau penyakit fisik tetapi dia
masih tetap dapat hidup harmonis dengan dirinya sendiri, dengan dunia, dan
dengan Allah.10
Masyarakat Lewolema menyebutkan ciri-ciri orang yang dianggap sehat
adalah gemuk, memancarkan keceriaan, kulitnya halus, kenyal dan padat, mereka
melihat sehat itu cendrung kearah fisik. Dalam menjaga kesehatan fisiknya selain
kebutuhan dasar seperti makan, minum dan mandi, masyarakat Lewolema juga
memandang bahwa tidak cukup hanya dengan menjaga kebutuhan dasar saja
seseorang dapat memiliki kesehatan fisik, namun juga orang harus bekerja karena
9Asmadi, Konsep Dasar Keperawatan (Jakarta :EGC, 2008), 28.
10
Beate Cristoph dan Erlinda, Penyembuhan yang Mengutuhkan (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 65.
6
dengan bekerja menurut masyarakat Lewolema menjaga kestabilan dan ketahanan
tubuh.11
2.2. Defenisi Sakit
Sakit adalah suatu kondisi di mana kekebalan tubuh berkurang dan tidak
normalnya kinerja seluruh organ tubuh sesuai dengan fungsinya. Sakit akan selalu
dialami oleh manusia, sakit dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan pada
masyarakat mana saja. Menurut Bauman terdapat tiga standard sakit, pertama
munculnya gejala yang dirasakan oleh penderita sakit, yang kedua pandangan
seseorang tentang bagaimana seseorang itu dikatakan sakit, dan yang ketiga
kekuatan untuk melakukan aktivitas seperti biasanya menurun.12
Pengobatan tardisional mengatakan ada dua konsep sakit yaitu; pertama Sakit
yang bersifat naturalistik, yaitu sakit yang diakibatkan oleh pengaruh lingkungan,
makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh,
kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Kedua sakit
yang bersifat Personalistik, yaitu sakit yang disebabkan oleh makhluk hidup
bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat).13
Medis mengatakan penyakit
adalah gangguan pada tubuh manusia yang menyebabkan berkurangnya atau
hilangnya fungsi anggota tubuh manusia. Pandangan ilmu medis tentang sakit
didasarkan pada diagnosis atau pemeriksaan klinis yang berdasarkan ilmu
pengetahuan yang teruji secara ilmiah.14
Persepsi masyarakat sakit adalah ketika
seseorang sedang memiliki gangguan fisik dan ganguan tersebut memunculkan
rasa tidak nyaman. Masyarakat menggolongkan 3 penyebab sakit yaitu: karena
pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia, makanan yang
diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin, dan disebabkan oleh
supranatural (roh, guna-guna dan setan). 15
11 Chatrina, Tubuh dan Bahasa (Yogyakarta: Galang Press, 2004), 57-63.
12 Asmadi, Konsep, 28.
13
Hermien irmanita dan Tri Wiyatini, Kesehatan Masyarakat Dalam Determinan Sosial Budaya (Yogyakarta: Grup Penerbitan CV Budi Utama, 2018), 35-36.
14 Leila Mona, Komunikasi Kedokteran: Konteks Teoritis dan Praktis (Depok:
Prenadamedia Group, 2018), 120.
15 Irmanita, Kesehatan, 37.
7
3.3. Defenisi Penyembuhan Menurut Pandangan Kristen
Kircheberger dan John Mansford dalam bukunya mengatakan bahwa
“Semua penyembuhan berasal dari Allah”. Allah menyembuhkan kita manusia
dalam empat cara yakni; Allah menyembuhkan melalui keterampilan dan ilmu
pengetahuan. Allah menyembuhkan melalui para Dokter dan Ilmuan. Allah
memberi manusia karunia-karunia spiritual. Karunia-karunia itu tercantum dalam
1Kor 12. Contohnya, disebutkan karunia penyembuhan (1 Kor 12-9). Allah
memakai manusia sebagai sarana bagi daya penyembuhan Ilahi, orang-orang yang
dipercayakan dengan karunia-karunia ini mesti berlaku sangat rendah hati ketika
mendayagunakannya. Allah menyembuhkan melalui doa-doa dari semua orang
Kristen. Allah mendengarkan doa-doa orang Kristen dan mengabulkanNya seturut
cara-Nya. Allah menyembuhkan melalui sakramen-sakramen. hal terakhir ini
khususnya ditekankan dalam tradisi gereja katolik Roma.16
Menurut masyarakat Lawolema tokoh penyembuh, cara penyembuhan dan
sarana penyembuhan merupakan serangkaian pokok dalam mengungkapkan
pandangan tentang penyembuhan. Yang dimaksud dengan tokoh penyembuh
adalah orang yang dipercaya mampu memulihkan keadaan sakit menjadi kembali
normal atau yang mereka sebut dengan dukun. Istilah dukun ditujukan kepada
seseorang yang memiliki kemampuan yang lebih dari orang kebanyakan dan
terkadang kelebihan itu dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat magis . 17
Kemampuan dan status dukun yang mereka miliki sebagai penyembuh merupakan
rahmat secara langsung yang diperoleh karena terwarisi karisma dari orangtua
atau nenek moyang mereka. Setiap tokoh penyembuh memiliki cara penyembuhan
dan sarana penyembuhan yang berbeda-beda. Perbedaan Cara yang dipakai oleh
dukun untuk menyembuhkan ialah usaha-usaha yang dilakukan untuk
menyembuhkan orang sakit, misalnya dengan keterampilan tangannya, dengan
kemampuan meramu tumbuh-tumbuhan sebagai obat, dan kemampuan
spritualnya. Sedangkan perbedaan sarana penyembuhan yang dimiliki dukun ialah
16 Georg Kirchberger dan John Mansford. Kekuatan Ketiga Kekristenan (Yogyakarta:
Titan Galang Printika. 2007). 175.
17 Chatrina, Tubuh, 181 dan 183.
8
segala sesuatu yang dipergunakan sebagai alat dan syarat untuk mencapai
kesembuhan orang sakit.18
2.4. Pengobatan Tradisional dan pengobatan medis
Secara umum ada dua metode pengobatan penyakit yang dikenal, yaitu
metode formal berupa pengobatan ala barat dan metode non formal yaitu
pengobatan ala timur/non barat (alternatif). Kedua metode penyembuhan ini
memiliki cara pengobatan yang berbeda. penyembuhan dengan metode barat
dilakukan melalui jalur klinik, puskesmas dan rumah sakit. Pengobatan yang
dilakukan cendrung kepada fisik dengan obat-obatan kimia sintetis dan
pembedahan. Sedangkan metode non formal ala timur melakukan penyembuhan
dengan cara pengobatan dasar yaitu memulihkan keseimbangan sistem kerja dari
semua organ yang ada dalam tubuh.19
Pengobatan tradisional adalah pengobatan yang menggunakan obat-obatan
atau ramu-ramuan tradisional. Pengobatan tradisional atau yang disebut
Etnomedicine adalah suatu pola kepercayaan dan praktik-praktik (budaya) yang
digunakan untuk penyembuhan penyakit dan merupakan hasil dari pengalaman
dan perkembangan kebudayaan asli. Pada umumnya pembuatan pengobatan
secara tradisional dibuat dalam bentuk obat yang diracik secara langsung melalui
tumbuh-tumbuhan. Selain tumbuhan dapat juga melalui sari binatang yang diolah
tanpa menggunakan alat medis moderen sehingga terkesan langsung dan alami.
Biasanya pengobatan tradisional ini dilakukan oleh dukun, sinshe, tabib dan
sebagainya.
Pengobatan tradisional berkembang diawali dengan pengalaman pengobatan
terhadap diri sendiri kemudian ditularkan kepada orang lain dan diturunkan ke
generasi selanjutnya.20
Pengobatan tradisional ada dua tipe dukun dengan cara
pengobatan yang berbeda yaitu, pengobatan secara alternatif supranatural
(memakai ilmu gaib) dan pengobatan secara alternatif hanya menggunakan obat-
obatan / rempah-rempah. Dukun yang menggunakan cara pengobatan alternatif
18 Chatrina, Tubuh, 185.
19
Muchtar, Be Healthy Be Happy (Jakarta:Pt Bhuana Ilmu Populer, 2010), 19.
20 Hendri Wasito, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2011), 2.
9
supranatural sering digunakan untuk mengobati keadaan sakit yang disebabkan
oleh akibat-akibat gaib, seperti teluh, santet, dan guna-guna yang ada nyata di
dunia ini (dan sulit ditangani oleh kedokteran modern), tetapi ada juga masyarakat
yang menggunakan metode pengobatan dukun ini meskupun sakitnya hanya sakit
biasa saja. Sedangkan dukun yang menggunakan metode pengobatan dengan obat-
obatan biasanya digunakan untuk penyakit-penyakit medis biasa, seperti demam,
patah tulang dan lain sebagainya.21
Kelebihan dari metode pengobatan tradisional/non barat ialah, pengobatan
tradisonal dapat dimasukkan ke kategori pengobatan pendukung psikososial dan
pengobatan klinis, pengobatan tradisonal mudah diterima karena turun-temurun,
efektifitas pengobatan tradisional sering menakjubkan, nilai dari pengobatan yang
dilakukan pengobatan tradisional yang berorientasi pada komuniti melewati
psikologi murni, Kelebihan dari pengobatan tradisional ialah rendahnya efek
samping bagi penggunanya, jika dibandingkan dengan efek samping yang
ditimbulkan oleh pengobatan secara medis, seperti yang sering terjadi pada
pengguna pengobatan kimiawi. Sedangkan kelemahan dari metode pengobatan
tradisional yaitu, pengobatan tradisional relatif tidak efektif, masih banyak uji
klinik mengenai obat yang digunakan pengobatan tradisional, obat yang
digunakan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme, ramuan-ramuan/obat-
obatan yang dipakai membutuhkan pengujian yang berabad-abad, pengobatan
tradisional belum pasti teruji kesembuhannya, pengobatan tradisional terlalu
general di mana satu obat dapat menyembuhkan segala penyakit. 22
Kelebihan dari metode pengobatan Barat/ Modern dari segi sarana penunjang
pengobatan lengkap dan canggih, semua obat-obatan telah diuji klinis secara ketat
sehingga khasiat formulanya benar-benar sudah teruji. Sedangkan kelemahan dari
metode pengobatan Barat tidak semua penyakit mampu disembuhankan oleh obat-
obatan medis, biaya pengobatan relatif mahal sehingga banyak masyarat yang
perekonomiannya rendah sulit untuk menjangkaunya, obat kimia yang dikonsumsi
beresiko tidak baik bagi tubuh, efek yang ditimbulkan dapat merusak organ-organ
21 Tatag Utomo, Health Quetient: Cerdas Kesehatan untuk Eksekutif (Jakarta: Grasindo,
2005), 121.
22 George,Antropologi, 151 dan 160.
10
tubuh, oleh karena itu tidak jarang terjadi berobat ke Rumah sakit untuk
mengobati penyakit tetapi memunculkan komplikasi penyakit yang lain.23
2.5. Teori tindakan Sosial Max Weber
Max Weber ialah ahli sosiologi Jerman yang menyumbangkan
pemikirannya terhadap sosiologi. Menurut Max Weber sosiologi merupakan
tindakan sosial antar hubungan sosial. Tindakan sosial menurut Max Weber
adalah suatu tindakan individu jika sepanjang tindakan yang dilakukannya
mempunyai makna bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. karena
menurut Weber setiap manusia melakukan tindakan sosial pasti mempunyai nilai
dan makna. Ketika seseorang pergi ke suatu tempat, misalnya warung, pasti dia
mempunyai tujuan dari tindakan tersebut, karena pada umumnya setiap manusia
ketika melakukan aktivitas pasti memiliki makna dan tujuan. 24
Teori tindakan Sosial Max Weber berorientasi kepada motif dan tujuan
pelaku. Teori ini mengatakan bahwa setiap orang baik kelompok maupun individu
pasti memiliki motif dan tujuan yang berbeda pada setiap tindakan yang
dilakukannya. Bagi Weber, kita hidup dalam dunia sebagaimana kita saksikan
terwujud karena tindakan sosial. Semua manusia melakukan sesuatu karena
mereka terlebih dahulu sudah memutuskan untuk memilih melakukan itu agar
mencapai apa yang sudah mereka kehendaki.25
Weber berpendapat bahwa kita
dapat menilai stuktur dari beberapa masyarakat dengan cara memahami alasan-
alasan mengapa warga masyarakat memilih tindakan tersebut, terlebih tindakan
yang mereka pilih adalah pengalaman-pengalaman yang dari dulu sudah ada dari
nenek moyang kita dan masih menggunakannya hingga masa kini. Tetapi tidak
mungkin untuk menyamaratakan semua alasan masyarakat untuk melaukan
23 Hardi sri, Kesehatan Keluarga:Hancurkan Batu Ginjal dengan Ramuan Herbal (Jakarta:
Niaga Swadaya, 2005), 12.
24 Ariesta Irwan dan Zusmelia, Buku Ajar Sosiologi Ekonomi (Yogyakarta:Deepublish,
2015), 7-8.
25 Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial Dari Teori Fungsionalisme Hingga Post-
Modernisme (Jakarta: Yayasan Obor Indoneisa, 2009), 114.
11
tindakan tersebut. Oleh sebab itu Max Weber membuat empat tipe tindakan sosial
yang dibedakan dalam konteks motif para pelakunya yaitu.26
1. Rasionalitas Instrumental (Zwerk Rational)
Tipe ini merupakan tindakan sosial murni, tindakan sosial yang menyandarkan
diri kepada pertimbangan-pertimbangan manusia yang rasional ketika
menanggapi lingkungan eksternalnya (menanggapi oranglain di luar dirinya dalam
rangka usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidup). Tindakan rasional dilakukan
dengan kesadaran dan cara yang terbaik. Dalam tindakan ini seseorang tidak
hanya menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya, tetapi juga
menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Seseorang melakukan tindakan sosial
rasionalitas instrumental ini karena alasan “merasa bahwa tindakan ini paling
efesien untuk mencapai tujuan ini, dan merasa bahwa tindakan inilah cara terbaik
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya”.
2. Rasional Orientasi Nilai (wert Rational)
Tindakan rasional orientasi nilai merupakan tindakan yang bersifat rasional
dan memperhitungkan manfaatnya, hanya saja dalam tindakan ini seseorang tidak
dapat menilai apakah tindakan yang dipilihnya merupakan cara yang paling tepat
untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Seseorang yang biasanya memilih
tindakan rasional orientasi nilai karena alasan “yang saya tahu hanya melakukan
ini”.
3. Tindakan Afktif (Affectual Action)
Tindakan afektif yaitu suatu tindakan sosial yang timbul karena dipengaruhi
oleh perasaan atau dorongan emosi. Seseorang seringkali melaukan tindakan ini
tanpa kesadaran penuh dalam dirinya dan tanpa perencanaan yang matang.
Tindakan ini sulit dipahami karena tidak rasonal. Biasanya seseorang melaukan
tindakan ini dengan alasan “apa boleh buat saya lakukan”, karena seseorang yang
melakukan tindakan ini dipengaruhi oleh luapan perasaan cinta, amarah, ketakutan
26 Pip, Pengantar, 115.
12
ataupun gembira yang diungkapkan secara spontan tanpa pertimbangan akal budi
dan kesadaran penuh.
4. Tindakan Tradisional (Traditional Action)
Tindakan tradisional merupakan suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan
kebiasaan-kebiasaan pada masa lalu. Seseorang yang melakukan tindakan
tradisional ini karena alasan “saya melakukan ini karena saya selalu
melakukannya”. Biasanya seseorang memilih cara tradisional ini hanya karena
kebiasaan tanpa menyadari alasannya dan tanpa membuat perencanaan terlebih
dahulu mengenai tujuan yang ingin dicapainya dan cara yang dilakukannya.
Keempat tipe tindakan sosial ini merupakan tipe ideal. Tidak selalu
tindakan hanya mengandung salah satu tipe ideal tindakan sosial saja, tetapi bisa
juga menyangkut tipe ideal lainnya. Misalnya berjabat tangan mungkin suatu
ungkapan persahabatan yang masuk ke tindakan afektif, juga merupakan
kebiasaan (tradisonal), dan bisa juga merupakan persetujuan dagang yang masuk
kedalam tindakan instrumental. 27
Dalam teori tindakan sosial Max Weber menekankan pada Verstehen
(pemahaman subjektif) sebagai metode untuk mendapatkan pemahaman yang
valid mengenai arti subjektif tindakan sosial. Dalam metode ini dibutuhkan adalah
empati atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang
yang melakukan tindakan. Kegagalan kita menempatkan diri semacam itu Weber
memasukkan teori dan nilai sendiri dalam dalam memahami tindakan orang lain.28
Max Weber dalam teori tindakan sosial lebih condong membahas tentang level
individu, Ia tidak berbicara pada level sosial kolektif. Teori tindakan sosisal Max
Weber bersifat normatiif ekolatif, rasional, situasional, punya tujuan. Weber pada
tindakan sosial lebih banyak berbicara pada level rasional, dia tidak membahas
27 Janu Murdiyatmoko, Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat (Bandung:
Grafindo Media Pratama, 2007), 65-67.
28 Sunyoto Usman, Sosiologi: Sejarah, Teori dan Metodologi (Yogyakarta: CIRED, 2004),
41.
13
tentang tindakan sosial yang sifatnya kolektif, tindakan sosial sekumpulan orang
ia bicara tindakan sosial orang per orang.29
3. Hasil Penelitian
3.1. Gambaran umum Jemaat GBKP Desa Sugihen
Desa Sugihen adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Dolatrakyat,
Kabupaten Karo, yang berjarak sekitar 20 Km dari Berastagi. Sugihen hanyalah
sebuah perkampungan kecil. Berdasarkan data profil desa Sugihen bulan April
2019, total jumlah keseluruhan masyarakat desa Sugihen terdiri dari 96 kepala
keluarga, dengan jumlah perempuan sebanyak 198 jiwa dan laki-laki 192 jiwa.30
TABEL 1: JUMLAH PENDUDUK
No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah Jiwa Jumlah KK
1 Desa Sugihen 192 Jiwa 198 Jiwa 390 jiwa 96 Jiwa
Sumber data profil desa Sugihen, April 2019
Desa Sugihen memiliki satu gereja yaitu Gereja Batak Karo Protestan
(GBKP), dari 96 jiwa jumlah KK di desa Sugihen 93 KK yang bergereja di GBKP
tersebut, 1 KK bergereja di GPDI Dolat Rakyat yang tidak jauh dari Desa Sugihen
dan 2 KK bergereja di GKII Kabanjahe. Pelayanan-pelayanan di GBKP desa
Sugihen yaitu, Ibadah umum minggu, ibadah anak sekolah minggu, kebaktian
hari-hari besar (natal, paskah dan kenaikan Tuhan Yesus), Ibadah PA kategorial
Zaitun (usia lanjut), Mamre (kaum bapak), Moria (kaum ibu), Permata (pemuda),
Remaja dan anak KAKR (anak sekolah minggu), retreat besar GBKP desa
Sugihen, ibadah padang secara sektor, ibadah Rumah tangga (PJJ), dan
perkunjungan Diakonia bagi keluarga jemaat yang sakit, menikah, dan berduka.31
Mata pencaharian jemaat GBKP desa sugihen mayoritas sebagai petani, hanya
3 orang Guru Honor SD, 1 orang Guru SMP, 1 orang Polwan, 1 orang Polisi, 1
29 Tony Tampake, Redefinisi Tindakan Sosial dan Rekonstruksi Identitas Pasca Konflik
Poso (Salatiga: Satya Wacana University Press 2014), 41.
30 Diambil dari data profil desa sugihen tanggal 22 April 2018.
31
Pt. Dirma Sihombing. Wawancara. Sugihen. Selaku Ketua Umum (BP Runggun) GBKP desa Sugihen, Jumat, 31 Mei 2019.
14
orang Bidan, dan 3 orang kerja di pabrik. Tingkat ekonimi jemaat 85% menengah
ke bawah dan 15% menengah ke atas. Desa Sugihen tidak memiliki fasilitas
sekolah TK, SD, SMP, dan SMA, oleh sebeb itu bagi anak-anak yang ingin
sekolah harus mencari sekolah di Berastagi atau Kabanjahe. Dengan keadaan
tingkat ekonomi yang rendah dan sekolah jauh dari perkampungan banyak anak-
anak jemaat desa Sugihen yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang
yang lebih tinggi, hanya tamat SMP, SMA, hanya 20% pemuda jemaat GBKP
desa Sugihen yang melanjutkan sekolahnya hingga ke jenjang kuliah32
.
3.2. Situasi Kesehatan Jemaat Desa Sugihen
Desa Sugihen memiliki 1 Puskesmas yang Jamnya buka tidak menentu,
karena bidan yang bekerja hanya satu orang dan beliau juga bekerja di Rumah
sakit Berastagi. Jam oprasional puskesmas tidak menentu, dikarenakan bidan yang
bekerja di puskesmas tersebut hanya seorang diri dan beliau juga bekerja di rumah
sakit Berastagi. Puskesmas hanya beroperasi dari jam 07:00 hingga 08:00 WIB.
Selain dari jam yang sudah ditentukan bila ada jemaat yang ingin berobat maka
jemaat harus mengecek atau menelpon bidan terlebih dulu untuk mengecek
keberadaan bidan, selain itu setiap hari minggu puskesmas tutup.33
Dikarenakan kurangnya peralatan maka pelayanan kesehatan yang dapat
dilakukan di puskesmas hanya berupa penyakit yang ringan saja seperti demam,
pemeriksaan tensi dan pemeriksaan kehamilan. Setelah diperiksa bidan memberi
obat yanh cocok dengan sakit jemaat. keberadaan puskesmas sangat membantu
jemaat yang memiliki sakit ringan, karena tidak perlu lagi jauh-jauh pergi ke
Berastagi hanya untuk diperiksa. Pembayaran puskesmas dapat melalui BPJS.
Selain pelayanan bidan di puskesmas, pengobatan dari dukun tradisional juga
dilakukan oleh seorang jemaat GBKP desa Sugihen. Tidak hanya bekerja sebagai
dukun saja beliau juga bertani jika tidak ada pasien yang datang. Pelayanan
pengobatan setiap hari dibuka, tetapi jika tidak ada pasien maka beliau akan ke
lading, tetapi jika ada pasien yang tiba-tiba menelpon beliau akan langsung pergi
ke rumah. Dukun pengobatan tradisional ini melakukan pengobatan dengan cara
32 Rinto Kemit. Wawancara. Sugihen. Sabtu 1 Juni 2019.
33
Rinto Kemit. Wawancara. Sugihen. Sabtu 1 Juni 2019.
15
memberi minyak dan “kuning” (obat yang biasa dipakai orang karo yang terbuat
dari beberapa tumbuh-tumbuhan ditumbuk hancur menjadi satu dan dikeringkan)
kepada pasien jika memang pasiennya hanya sakit biasa, namun jika pasiennya
patah tulang atau tabrakan dukun akan melaukan terapi dan pijat serta mengobati
pasien tersebut dengan tinggal di rumah dukun sampai sembuh total. Bayaran
yang diminta iyalah membawa beras di dalam “sumpit” (sumpit merupakan
wadah kebutuhan sehari-hari dalam orang karo, yang baiasa digunakan menjadi
tempat beras, di adat karo juga digunakan untuk membawa seserahan pada tuan
rumah sebagai persembahan dan tanda penghormatan), selain beras juga diisi
dengan 1 telur ayam kampung, rokok, sirih, dan uang sukarela.34
3.3. Tanggapan jemaat GBKP desa Sugihen tentang berobat
Menurut narasumber sehat merupakan seluruh anggota tubuh berfungsi sesuai
dengan kegunaannya masing-masing. Sehat terbagi menjadi dua yaitu sehat
jasmani dan rohani, sehat jasmani merupakan seluruh anggota tubuh tidak
bercacat dan dapat berfungsi sesuai manfaatnya, sehat rohani merupakan mampu
menjalankan perintah Tuhan sesuai dengan ajaran agama yang dianut melalui
perbuatannya. Penyembuhan merupakan muzijat yang kita terima dari Tuhan
ketika sembuh dari sakit, penyembuhan dapat melalui doa atau menggunakan
sarana pengobatan seperti ke Rumah sakit atau ke Dukun pengobatan
tradisional.35
Berdasarkan hasil wawancara penulis lakukan, sebagian besar jemaat GBKP
desa sugihen berpendapat bahwa, Pengobatan medis merupakan pengobatan
modern yang dilakukan oleh orang yang sudah belajar tentang ilmu kesehatan.
Sedangkan dukun pengobatan tardisional merupakan pengobatan yang diwariskan
oleh nenek moyang kepada salah seorang keturunannya agar memiliki kekuatan
dan pengetahuan untuk menyembuhkan penyakit. Cara memproleh kekuatan
tersebut penerusnya harus melaukan ritual, menyembah berhala, atau membuat
sesajen di kuburan leluhurnya. Biasanya dukun pengobatan tradisional sama
34 Erni Ginting. Wawancara. Sugihen. Sabtu 01 Juni 2019.
35
Enda Sembiring. Wawancara. Sugihen. Rabu, 3 Juli 2019.
16
seperti nenek moyang pada zaman dahulu tidak memiliki agama/kepercayaan.36
Menurut pendapat seorang narasumber yang diwawancarai penulis, terdapat dua
cara pengobatan tradisional di masyarakat karo,
pertama pengobatan tradisional yang mengobati dengan cara menggunakan
tumbuh-tumbuhan pilihan yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan dan
menyembuhkan tubuh manusia. Tumbuh-tumbuhan tersebut diolah menjadi
kuning karo dan minyak karo. Dengan adanya kemampuan beliau mengolah
tumbuhan menjadi obat, serta berkhasiat bagi yang menggunakannya, banyak
orang yang datang berobat ke dia. Jenis pengobatan tradisional seperti ini tidak
ada syarat khusus dalam proses pengobatannya. Pembayaran yang diminta hanya
uang suka rela atau uang untuk membeli kuning dan minyak dengan jumlah yang
sudah ditentukan. Obat tradisional ini biasanya digunakan untuk menyembuhkan
sakit seperti masuk angin dan demam biasa. Sering juga digunakan pada anak-
anak yang baru lahir untuk menjaga kekebalan tubuh mereka.
Kedua pengobatan tradisional yang dilakukan oleh seseorang dengan cara
menyembah berhala atau memuja gaib-gaib nenek moyang untuk meminta
bantuan agar diberi kekutan supaya mampu menyembuhkan penyakit, beliau
sering disebut dengan sebutan dukun. Pengobatan yang dilakukan penuh dengan
mistik dan tidak masuk akal. Beliau mengobati orang hanya melalui pengalaman
dan menduga-duga, tidak ada pembelajaran khusus untuk mengetahui cara
penyembuhan penyakit secara lebih dalam. Tidak masuk akal karena berbagai
penyakit dapat disembuhkan walaupun tidak memiliki pembelajaran, dikatakan
mistik karena mampu menyembuhkan segala penyakit termasuk penyakit yang
tidak dapat ditangani oleh dokter. Dukun pengobatan tradisional seperti ini
biasanya memiliki syarat khusus yang diberikan kepada pasien dalam peroses
pengobatan, ketika syarat tersebut dilanggar pasien akan mendapatkan efek seperti
penyakit yang tidak dapat didiagnosa oleh medis dikemudian hari.37
Setelah dilakukan wawancara dengan jemaat GBKP desa Sugihen, terdapat
empat perbedaan tanggapan narasumber mengenai berobat dengan alasannya
36 Veny Sitepu. Wawancara. Medan. Senin 10 juni 2019. Elizabet Sembiring. Wawancara.
Sugihen. Senin 10 Juni 2019. Evi Ginting. Wawancara. Sugihen. Rabu 12 Juni 2019.
37 Selviana Sitepu. Wawancara. Simpang Ujung Aji. Sabtu, 08 Juni 2019.
17
masing-masing. Sebagian jemaat berpendapat bahwa lebih baik menggunakan
pengobatan medis daripada dukun pengobatan tradisional, ada jemaat berpendapat
lebih baik menggunakan dukun pengobatan tradisional daripada medis, ada juga
yang berpendapat bahwa dukun pengobatan tradisional dan pengobatan medis
dapat digunakan secara bersamaan, ada juga yang berpendapat bahwa pengobatan
medis dan pengobatan tradisional bagus digunakan tergantung penyakitnya tetapi
beliau menolak untuk berobat ke dukun pengobatan tradisional.
Pendapat Narasumber yang mengatakan pengobatan medis lebih baik daripada
dukun pengobatan tradisional, kerena pengobatan medis dilakukan oleh orang-
orang yang sudah memiliki pengetahun yang lebih jauh tentang cara
menyembuhkan penyakit, pengobatan medis lebih masuk akal, higenis, orang
yang melakukannya tidak hanya belajar dari pengalaman tetapi juga dari
pendidikannya. Menurut mereka semua dukun sudah pasti memakai kekuatan gaib
untuk membantu menyembuhkan penyakit orang yang datang kepadanya. Mereka
berpendapat bahwa alasan jemaat yang masih memilih untuk berobat ke dukun
tradisional ialah, karena orang yang beroabat ke dukun tidak memikirkan lebih
jauh bagaimana efek nantinya, selin itu faktor yang membuat masih banyak
jemaat yang menggunakan dukun pengobatan tradisional karena karena
kurangnya pemahaman jemaat tentang salah atau benar berobat ke dukun
pengobatan tradisional dan tidak adanya ketegasan dari gereja penjelasan tentang
dukun pengobatan tradisional.38
Menurut seorang jemaat yang tidak pernah berobat ke dukun pengobatan
tradisional, lebih baik ke pengobatan medis daripada ke dukun pengobatan
tradisional karena medis lebih terjamin dan dilakukan oleh ahlinya. Beliau lebih
memilih ke medis karena menurut pandangannya orang yang memilih berobat ke
dukun pengobatan tradisional adalah bodoh, karena dukun pengobatan tradisional
melakukan pengobatan dengan cara yang tidak masuk akal, konyol, dan
mengobati hanya menggunakan perasaan dan menduga-duga penyakit pasiennya
tanpa memiliki pengalaman dan pengetahuan yang jelas tentang berbagai cara
penyembuhan penyakit. Setiap orang yang melakukan pengobatan ke dukun
38 BP Sandra. Sugihen. 03 Juni 2019.
18
tradisional akan merasakan efek belakang dikemudian hari tidak terduga, karena
pengobatan yang dilaukan penuh dengan mistik.39
Beliau mengatakan hal tersebut karena dilihat nyata pada salah satu Jemaat
GBKP desa Sugihen yang berobat ke dukun pengobatan tradisional, jemaat yang
berobat bernama manda. Beliau datang berobat ke Rumah Sakit karena timbul
benjolan besar di pangkal paha, Namun karena merasa pengobatan medis tidak
memuaskan, beliau memutuskan untuk memilih berobat ke dukun tradisional.
Setelah dua bulan melakukan pengobatan di dukun tradisional, benjolan di
pangkal paha beliau semakin berkurang. Dukun tersebut meminta agar beliau
tetap datang berobat sampai dia yang meminta supaya tidak perlu lagi datang
berobat. Setelah berobat 8 bulan dan merasa benjolan sudah benar-benar sembuh,
maka tanpa himbauan dari dukun tersebut beliau tidak melakukan pengobatan
lagi. Setelah tiga bulan berhenti berobat, benjolan di pangkalan paha tiba-tiba
muncul lagi dan lebih besar. Ketika beliau pergi memeriksa ke Rumah sakit, pihak
medis tidak dapat mendiagnosa apa yang terjadi pada pangkal paha beliau, dokter
hanya memberi obat pengurang rasa nyeri, oleh sebab itu beliau melakukan
pengobatan kembali ke dukun hingga sekarang.40
Tanggapan narasumber yang mengatakan bahwa pengobatan medis dan
pengobatan tradisional bagus digunakan tergantung penyakitnya tetapi beliau
menolak untuk berobat ke dukun pengobatan tradisional, maksutnya ialah, berobat
ke medis lebih baik daripada ke dukun pengobatan tradisional karena pengobatan
medis pengobatannya higenis, dapat dipercaya karena dilakukan oleh orang-orang
yang memiliki ilmu kesehatan, sedangkan dukun pengobatan tradisional,
pengobatan yang digunakan karena kebiasaan dari dulu tanpa mengetahui dengan
jelas asal dan usul pengetahuan dukun tersebut. Namun jika hanya masuk angin
atau demam, lebih baik menggunakan obat tradisional seperti minyak dan kuning,
karena khasiatnya sudah dijamin daru dulu oleh orang tua kita.41
39 Veny. Medan. Senin 10 juni 2019.
40
Veny. Medan. Senin 10 juni 2019.
41 Selviana. Sabtu. 08 Juni 2019. Pita. Sugihen. Rabu 12 juni 2019.
19
Narasumber yang memiliki pendapat bahwa lebih baik menggunakan
pengobatan tradisonal daripada medis ialah dengan alasan, karena terkadang
dukun pengbatan tradisional lebih bagus daripada pengobatan secara medis,
karena pengobatan secara medis bisa saja tidak sesuai dengan penyakit yang
diderita pasien, Misalnya patah tulang, berobat ke rumah sakit pihak medis
menganjurkan untuk diaputasi kepada pasiennya sedangkan dukun pengobatan
tradisional mampu secara perlahan untuk memulihkan kembali tulang yang patah
tersebut walaupun membutuhkan waktu yang lama. Biaya berobat ke rumah sakit
dan ke dukun tradisional sama saja, perbadaannya berobat ke rumah sakit
pembayaran yang harus dibayar sekaligus dengan jumlah yang besar, sedangkan
dukun pengobatan tradisional kita membayar secara mencicil karena pengobatan
yang cukup lama.42
Menurut pemuda GBKP desa Sugihen lebih baik berobat ke dukun
pengobatan tradisional dari pada ke medis, alasan pertama tanggapan beliau
karena berobat ke Puskesmas sangat susah, bidan susuah ditemui karena bekerja
di rumah sakit yang lain. kedua, berobat ke Rumah sakit pembayarannya sangat
mahal, pembayaran melalui BPJS pelayanan yang diberikan sangat tidak
memuaskan dan Pembayaran rumah sakit melalui BPJS diterima selama tiga hari
rawat inap, jika selama tiga hari tidak sembuh maka pasien dipulangkan terlebih
dahulu satu hari, dan besoknya pasien dapat dibawa kembali ke rumah sakit untuk
dirawat lagi, ketiga, Rumah sakit sering menolak pasien BPJS ketika kamar yang
sesuai dengan tingkat BPJS dimiliki penuh, karena jika kamar tidak sesuai dengan
tingkat BPJS akan kena biaya tambahan, dengan tingkat ekonomi yang rendah
tidak mampu bagi beliau untuk membayar rumah sakit. Sedangkan, dukun
pengobatan tradisional, secara biaya tidak terlalu membebankan, karena biaya
berobat dapat dibayar dengan sukarela. Namun pengobatan dukun tradisional
tidak terjamin pengobatnnya, karena dukun tidak memiliki pengetahuan yang
lebih dalam untuk menyembuhkan penyakit. Setidaknya dengan beroabat ke
dukun pengobatan tradisional mengurangi rasa sakit dan mungkin dapat
menyembuhkan penyakit secara perlahan. Berobat ke dukun, tidak perlu takut
dengan biaya, tidak perlu ngantri kamar yang sesuai dengan tingkat BPJS kita,
42 BP Yola. Wawancara. Sugihen. Rabu 22 Mei 2019.
20
dan pengobatannya juga tidak sesakit pengobatan di rumah sakit, jika dirumah
sakit pengobatannya harus diinfus atau disuntik sedangkan dukun pengobatan
tradisional cukup dipijat dan diberi munaman.43
Tanggapan bapak Barus, pengobatan medis dan dukun pengobatan tradisional
harus berjalan berdampingan, kita dapat menggunakan keduanya, dilihat dari
penyakit kita. Jika sakit jantung, lever dan lambung akan lebih baik berobat ke
medis, karena sudah pasti lebih memahami cara pengobatannya daripada dukun
pengobatan tradisional, sedangkan jika penyakit kita seperti patah tulang akibat
tabrakan maupun jatuh, alangkah baiknya kita menggunakan dukun pengobatan
tradisional, karena sudah banyak pengalaman, sakit patah tulang dapat dipulihkan
dukun pengobatan tradisional secara perlahan, sering juga pihak rumah sakit
memberi saran untuk berobat ke dukun pengobatan tradisional. Jika dilihat dari
biaya, sama-sama tidak terlalu berat karena berobat ke rumah sakit kita bisa
menggunakan BPJS dan dukun pengobatan tradisional bisa dibayar dengan
sukarela saja.44
4. PEMBAHASAN
Pada bagian ini penulis akan menganalisis tanggapan jemaat GBKP desa
Sugihen mengenai berobat. Analisis ini menggunakan teori tindakan sosial Max
Weber, teori tindakan Sosial Max Weber berorientasi kepada motif dan tujuan
pelaku. Teori ini mengatakan bahwa setiap orang baik kelompok maupun individu
pasti memiliki motif dan tujuan yang berbeda pada setiap tindakan yang
dilakukannya. Bagi Weber, kita hidup dalam dunia sebagaimana kita saksikan
terwujud karena tindakan sosial. Semua manusia melakukan sesuatu karena
mereka terlebih dahulu sudah memutuskan untuk memilih melakukan itu agar
mencapai apa yang sudah mereka kehendaki.45
Weber secara khusus
mengklasifikasikan tindakan sosial ke dalam empat tipe yaitu, rasional
instrumental, rasional berorientasi nilai, tindakan tradisional dan tindakan
afektif.46
Kita akan melihat bagaimana tanggapan jemaat GBKP desa Sugihen
43 Elizabet. Sugihen. Senin 10 Juni 2019. Evi Ginting. Sugihen. Rabu 12 Juni 2019.
44
Bp Nika Barus. Wawancara. Sugihen. Jumat 21 Juni 2019.
45 Pip Jones, Pengantar, 114.
46
George Ritzer, Sosiologi, 126.
21
mengenai berobat ke dukun pengobatan tradisional dan ke Rumah sakit dan
dicocokkan dengan empat tipe tindakan sosial Max Weber.
Pertama, Tipe rasional instrumental merupakan tindakan yang dipilih oleh
seseorang yang tidak hanya menilai cara terbaik untuk mencapai tujuannya, tetapi
juga menentukan nilai dan tujuan itu sendiri47
. Berdasarkan hasil wawancara,
yang berhubungan dengan tipe ini ialah, narasumber yang memilih melakukan
pengobatan dengan menyadarkan diri kepada pertimbangan-pertimbangan secara
rasional untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Seperti, narasumber yang
memilih berobat ke medis karena merasa pengobatan medis dilakukan oleh orang-
orang yang sudah memiliki pengetahuan yang lebih jauh tentang cara
menyembuhkan penyakit, lebih masuk akal karena mereka mengobati penyakit
tidak hanya belajar dari pengalaman saja tetapi dari pendidikan mereka juga, lebih
higenis dan lebih terjamin hasilnya.
Begitu juga dengan narasumber yang memilih berobat ke dukun pengobatan
tradisional karena biaya lebih murah dan lebih bagus dalam menyembuhkan sakit
patah tulang.48
Para narasumber di atas melakukan pengobatan pasti dengan
tujuan agar memiliki kesembuhan, dengan pertimbangan-pertimbangan mereka
memilih untuk melakukan suatu pengobatan, pengobatan yang dipilih pasti yang
mereka percayai dan tindakan yang paling benar untuk mendapatkan hasil dari
tujuan yang mereka inginkan.
Tindakan narasumber yang memilih untuk melakukan pengobatan medis dan
dukun pengobatan tradisional merupakan tipe rasionalitas instrumental, karena
dengan menyandarkan diri kepada pertimbangan-pertimbangan yang rasional
beliau memilih melakukan pengobatan sesuai dengan penyakitnya. Jika patah
tulang berobat ke dukun sedangkan sakit jantung dan lever berobat ke medis.
Artinya dia melakukan tindakan dengan kesadaran dan benar-benar
mempertimbangkan secara rasional tindakan terbaik untuk kesembuhannya.
Kedua, tipe rasionalitas nilai, merupakan tindakan yang bersifat rasional dan
memperhitungkan manfaatnya, hanya saja dalam tindakan ini seseorang tidak
47 Pip Jones, Pengantar, 119.
48
Bp Yola, Rabu 22 Mei 2019.
22
dapat menilai apakah tindakan yang dipilihnya ini merupakan cara yang paling
tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkannya49
. Tindakan yang masuk ke tipe
rasionalitas nilai ialah jemaat melakukan pengobatan tetapi ragu dengan hasil dari
tindakan yang dilakukannya, “walaupun pengobatan dukun tradisional tidak
terlalu terjamin seperti pengobatan yang dilakukan medis setidaknya obat yang
diberikan dukun pengobatan tradisional dapat mengurangi rasa sakit dan mungkin
dapat menyembuhkan penyakit secara perlahan”50
. Terlihat bahwa beliau memilih
berobat ke dukun tradisional bukan karena ini pilihan terbaik menurutnya tetapi,
hanya ini tindakan yang dapat beliau lakukan karena berangkat dari penjelasan
yang ada dalam tanggapan jemaat mengenai berobat. Tindakan ini juga masuk ke
dalam tipe afektif, karena tindakan ini dilakukan dipengaruhi oleh dorongan
amarah dan ketakutan.
Ketiga tipe afektif, yaitu suatu tindakan sosial yang timbul karena dipengaruhi
oleh perasaan atau dorongan emosi, Seseorang seringkali melaukan tindakan ini
tanpa kesadaran penuh dalam dirinya dan tanpa perencanaan yang matang.
Tindakan ini sulit dipahami karena tidak rasonal. Biasanya seseorang melaukan
tindakan ini dengan alasan “apa boleh buat saya lakukan51
. Tindakan jemaat
berobat ke dukun pengobatan tradisional karena, pertama, puskesmas yang ada di
kampung bidannya susah ditemui. kedua, berobat ke Rumah sakit bayarannya
mahal. Ketiga, bisa saja kita membayar dengan BPJS tetapi pelayanannya sangat
tidak memuaskan, selain tidak memuaskan kita juga harus antri kamar kosong
yang sesuai dengan tingkat BPJS yang dimiliki. Tindakan yang dilakukan karena
adanya dorongan emosi dan perasaan ketakutan. Beliau emosi karena ketiga
pertimbangan tersebut. Sedangkan disisi lain beliau harus pergi berobat untuk
menyembuhkan penyakitnya, karena beliau tidak tau lagi untuk berobat kemana
jadi mau tidak mau beliau harus berobat ke dukun pengobatan tradisional.
Keempat tipe tindakan tradisional, Tindakan tradisional merupakan suatu
tindakan yang dilakukan berdasarkan kebiasaan-kebiasaan pada masa lalu52
. Hasil
49 Pip Jones, Pengantar, 115.
50
Elizabet, Senin, 10 Juni 2019.
51 Pip Jones, Pengantar, 114.
52
Pip Jones, Pengantar, 114.
23
dari wawancara ada narasumber mengatakan bahwa, pengobatan tradisional
seperti kuning dan minyak baik digunakan untuk penyakit masuk angina dan
demam karena khasiatnya sudah dilihat dari zaman nenek moyang dulu, terlihat
disini beliau masih menggunakan pengobatan tradisional karena berdasarkan
kebiasaan nenek moyang pada masa lalu yang masih digunakan hingga sekarang.
Selain itu ada narasumber yang berpendapat bahwa belaiu memilih berobat ke
dukun pengobatan tradisional karena melihat dari pengalaman orang yang sembuh
berobat kesana. Beliau memilih untuk berobat ke dukun pengobatan tradisional
merupakan karena pengalaman orang lain, masuk kedalam tipe tindakan
tradisional, karena beliau memilih berobat bukan karena perencanaan terlebih
dahulu tetapi karena kebiasaan-kebiasaan dari pengalaman oranglainlah yang
membuat beliau memilih berobat ke dukun pengobatan tradisional.
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian terhadap tanggapan jemaat GBKP Desa Sugihen
mengenai berobat dan melakukan analisa dengan menggunakan teori tindakan
sosial Max Weber, maka dapat penulis simpulkan bahwa jemaat GBKP desa
Sugihen berpendapat, dukun pengobatan tradisional ialah pengobatan mistik yang
dilakukan dengan meminta pertolongan kepada roh nenek moyang melalu ritual
untuk diberi kekuatan untuk menyembuhkan penyakit. Jemaat GBKP desa
Sugihen melakukan dua jenis pengobatan yaitu pengobatan medis dan dukun
tradisional. Ramuan yang digunakan dukun pengobatan tradisional dalam
pengobatan ialah minyak kusuk dan kuning karo. Proses pengobatan dilakukan
dengan cara mengurut yakni menyembuhkan kembali penyakit secara perlahan.
Setiap berobat, jemaat mengambil tindakan untuk berobat ke medis atau
dukun tergantung dari penyakit mereka. Jemaat yang berobat ke dukun yaitu sakit
patah tulang, sedangkan ke Rumah sakit yaitu sakit demam, lambung, jantung,
ginjal. Alasan jemaat yang berobat ke dukun pengobatan tradisional ialah, karena
biaya ke dukun pengobatan tradisional relatif murah, adanya kepercayaan jemaat
24
kepada dukun pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit melalui
pengalaman orang lain yang mereka lihat.
Selain itu, yang mendukung jemaat GBKP desa Sugihen tetap melakukan
pengobatan ke dukun pengobatan tradisional karena di desa Sugihen hanya
memiliki satu Puskesmas pembantu dengan satu orang bidan desa, bidan desa juga
bekerja di Rumah sakit Berastagi, sehingga berobat ke puskesmas sulit untuk
dilakukaan karena jam buka puskesmas tidak tetap, tergantung dengan kesibukan
bidan.
5.2. Saran
Dari hasil wawanwanca dukun pengobatan tradisional tidak meminta hal-hal
aneh kepada pasiennya seperti meneyembah beliau atau meminta pasien untuk
membawa sesuatu sebagai persyaratan berobat, oleh sebab itu menurut penulis
dukun pengobatan tradisional harus dipelihara dan dilestarikan agar tetap dapat
bertahan dalam upaya membantu kesehatan masyarakat. Sebaiknya dukun
pengobatan tradisional dengan rumah sakit menjalin kerjasama dalam melakukan
pelayanan pengobatan bagi masyarakat. Dukun perlu di kelola oleh dinas
kesehatan agar terampil.
25
DAFTAR PUSTAKA
Hendri Wasito. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011.
Pdt. D. R. E. P. Ginting. Religi Karo. Medan: Abdi Karya, 2007.
George Ritzer. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta PT Rajawali Press,
2001.
Iqbal Hasan. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
Ida Bagoes Mantra. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Imam Suprayogo dan Tobroni. Metode Penelitian Sosial-Agama. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003.
Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Chatrina pancer istiyani. Tubuh dan Bahasa. Yogyakarta: Galang Press, 2004.
Dr. J. L. ch. Abineno. Penyakit dan penyembuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1982.
Dr. Beate Jakob. Dr. cristoph Benn. Penyembuhan Yang Mengutuhkan.
Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Georg Kirchberger dan John Mansford. Kekuatan Ketiga Kekristenan.
Yogyakarta: Titan Galang Printika, 2007.
James paul. Wahyu purwiyastuti. Upacara adat Babore. Salatiga: widya sari
press, 2014.
Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC, 2008.
Hermien dan Tri Wiyantini. Kesehatan Masyarakat dalam Determinan Sosial
Budaya.Yokyakarta: Grup Penerbitan CV Budi Utama, 2018.
26
Leila Mona. Komunikasi Kedokteran: Konteks Teoritis dan Praktis. Depok:
Prenadamedia Group, 2018.
Muchtar. Be Healthy Be Happy. Jakarta: Pt Bhuana Ilmu Populer, 2010.
Tatag Utomo. Health Quetient: Cerdas Kesehatan Untuk Eksekutif. Jakarta:
Grasindo, 2005.
Hardi Sri. Kesehatan Keluarga: Hancurkan Batu Ginjal dengan Ramuan Herbal.
Jakarta: Niaga Swadaya, 2005.
Ariesta dan Zusmelia. Buku Ajar Sosiologi Ekonomi. Yogyakarta: Deepublish,
2005.
Pip Jines. Pengantar Teori-Teori Sosial dari Teori Fungsionalisme Hingga Post-
Modernisme. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.
Janu Murdiyatmoko. Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Bandung:
Grafindo Media Pratama, 2007.
Sunyoto Usman. Sosiologi: Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta: CIRED,
2004.
Tony Tampake. Redefinisi Tindakan Sosial dan Rekonstruksi Identitas Pasca
Konflik Poso. Salatiga: Satya Wacana University Press, 2014.