12
· . . . Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalonqan, Propinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010.19(1): 19-30 . STUDI AWAL KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DIPETUNGKRIYONO, KABUPATEN PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH ., Rury Eprilurahman, Tony Febri Qurniawan, Kukuh I. Kusuma dan Chomsun H. K Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. JI. Teknika Selatan, Sekip Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia 55281 Email addresses:[email protected][email protected] ABSTRAK Rury E., Tony F. Q., Kukuh I. K., & Chomsun H. K. 2010. Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010.19(1): 19-30. Penelitian ini berlujuan untuk mempelajari keanekaragaman jenis, kekayaan jenis, status spesies dan preferensi habitat herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian telah dilaksanakan pada 10-21 Juli 2009, dengan menggunakan beberapa metode. Oari hasil penelitian diperoleh 51 jenis herpetofauna yang terdiri dari 15 suku. Oua puluh jenis tergolong ke/as Amfibia, 15 jenis termasuk anggota anak bangsa Lacerlilia dan 16jenis termasuk anggota anak bangsa Ophidia. Lima diantaranya merupakan herpetofauna endemik Jawa, yaitu Ichthvophis §fb Huia masonii, Megoprhvs montana, Rhacophorus margaritifer dan Sphenomorphus puncticentralis. Oari hasil juga dipero/eh spesimen dari marga Limnonectes dan Ichthyophis yang masih be/um berhasil teridentifikasi. Kata kunci: Keanekaragaman, Herpetofauna, Petungkriyono, Jawa Tengah ABSTRACT Rury E.,Tony F.Q., Kukuh I. K., & Chomsun H. K. Preliminary of Herpetofauna Diversity in Petungkriyono, Kabupaten, Central Java. 2010. The objectives of the research were to study the species diversity, species richness, species status and habitat preferences of herpetofauna in Petungkriyono, Peka/ongan Regency, Central Java Province. The research was conducted since 10 July to 21 July 2009, using a variety of methods to sample the herpetofauna. The result showed 51 species of herpetofauna include in to 15 family. They were 20 species of Amphibia, 16 species of Lacerlilia and 15 species of Ophidia. Five of them were endemic to Java, namely Ichthvophis §fb Huia masonii, Megoprhvs montana, Rhacophorus margaritifer and Sphenomorphus puncticentralis. Unidentified and possibly undescribed species of unusual specimen referred to genus Limnonectes and /chthyophis and still being examined. Key words: Diversity, Herpetofauna, Petungkriyono, Central Java. 19

STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

· . . .

Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalonqan,Propinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010.19(1): 19-30 .

STUDI AWAL KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNADIPETUNGKRIYONO, KABUPATEN PEKALONGAN,

PROVINSI JAWA TENGAH . ,

Rury Eprilurahman, Tony Febri Qurniawan, Kukuh I. Kusumadan Chomsun H. K

Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. JI. Teknika Selatan,Sekip Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia 55281

Email addresses:[email protected][email protected]

ABSTRAK

Rury E., Tony F. Q., Kukuh I. K., & Chomsun H. K. 2010. Studi AwalKeanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,Propinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010.19(1): 19-30. Penelitian ini berlujuanuntuk mempelajari keanekaragaman jenis, kekayaan jenis, status spesies danpreferensi habitat herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, PropinsiJawa Tengah. Penelitian telah dilaksanakan pada 10-21 Juli 2009, denganmenggunakan beberapa metode. Oari hasil penelitian diperoleh 51 jenisherpetofauna yang terdiri dari 15suku. Oua puluh jenis tergolong ke/as Amfibia, 15jenis termasuk anggota anak bangsa Lacerlilia dan 16jenis termasuk anggota anakbangsa Ophidia. Lima diantaranya merupakan herpetofauna endemik Jawa, yaituIchthvophis §fb Huia masonii, Megoprhvs montana, Rhacophorus margaritifer danSphenomorphus puncticentralis. Oari hasil juga dipero/eh spesimen dari margaLimnonectes dan Ichthyophis yang masih be/um berhasil teridentifikasi.

Kata kunci: Keanekaragaman, Herpetofauna, Petungkriyono, Jawa Tengah

ABSTRACT

Rury E.,Tony F.Q., Kukuh I. K., & Chomsun H. K. Preliminary of HerpetofaunaDiversity in Petungkriyono, Kabupaten, Central Java. 2010. The objectives ofthe research were to study the species diversity, species richness, species statusand habitat preferences of herpetofauna in Petungkriyono, Peka/ongan Regency,Central Java Province. The research was conducted since 10 July to 21 July2009, using a variety of methods to sample the herpetofauna. The result showed51 species of herpetofauna include in to 15 family. They were 20 species ofAmphibia, 16 species of Lacerlilia and 15 species of Ophidia. Five of them wereendemic to Java, namely Ichthvophis §fb Huia masonii, Megoprhvs montana,Rhacophorus margaritifer and Sphenomorphus puncticentralis. Unidentified andpossibly undescribed species of unusual specimen referred to genus Limnonectesand /chthyophis and still being examined.

Key words: Diversity, Herpetofauna, Petungkriyono, Central Java.

19

Page 2: STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

itu, herpetofauna merupakan kelompokyang penyebaran alaminya sangatdipengaruhi oleh penghalang berupalaut dan pegunungan tinggi. Secarapasif, penyebaran herpetofauna dapatmenembus penghalangkarenaaktivitasmanusia (Kurniati 2003). Apalagimengingat terdapat beberapapermasalahan akibat adanya aktivitaspertanian intensif, perambahan kayuhutan dan perburuan liar yang jika tidakdilakukansecara benardan lestaridapatmengancam berbagai kelestariankeanekaragaman hayati yang adadisana, khususnya kelestarianherpetofauna.

Berdasarkan fenomenatersebut, maka tujuan penelitian iniadalah untuk mengungkap danmendata kekayaanjenis dan preferensihabitat herpetofauna di Petungkriyono.Diharapkan data yang diperolehmenjadi pelengkap informasi yangakanmembantu dalam pengelolaanPetungkriyono di masa depan.

Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,Propinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010. 19(1): 19-30

PENDAHULUANPetungkriyono dengan

ketinggian 505-1717 m dpl. terletak didataran tinggi Dieng, KecamatanPetungkriyono, KabupatenPekalongan, Propinsi Jawa Tengah.Secara geografis, Petungkriyonoberbatasan dengan KecamatanPaninggaran disebelah barat,Kecamatan Doro dan Talun disebelahutara, berbatasan dengan KabupatenBatang disebelah timur dan di sebelahselatan berbatasan KabupatenBanjarnegara. Petungkriyonomerupakan daerah tangkapan air yangsangat penting dan berfungsi sebagaiperlindungan sistem penyanggakehidupan yang ada disekitarnya.Sebagian besar bentang alamPetungkriyono terdiri dari bukit-bukit,hutan belantara, hutan pinus, air terjunserta sungai-sungai yang berair jernih.

Sebagai kawasan ekowisata,data mengenai keanekaragaman hayatiyang ada di Petungkriyono masihsangat minim. Padahal informasimengenai keanekaragaman hayatimerupakan unsur penting dalampengembangan kebijakan dan sistempengelolaan lingkungan yangberkelanjutan di Petungkriyono. Hal iniseperti yang diungkapkan Das (1997)bahwa pengetahuan dan informasiyang lengkap mengenai potensi suatuwilayah adalah faktor penting dalammenyusun rencana dan strategipengelolaan sumberdaya. Olehkarenanya sangat penting untuk segeramendata potensi keanekaragamanhayati yang ada disana. Salah satu datapotensi keanekaragaman hayati yangpenting adalah data mengenaikeanekaragaman jenis herpetofauna.

Herpetofauna yang terdiri darireptiliadanamfibia telah lamadigunakansebagai indikator lingkungan. Hal inidisebabkan peran pentingherpetofaunadalam ekosistem (Howel 2002). Selain

BAHAN & METODE

Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian yang dilakukan

merupakan penelitian pertamakaliuntuk mengungkap kekayaan jenisherpetofauna di Petungkriyono daritanggal 10 Juli 2009 hingga 21 Juli2009. Survei awal dilakukan padatanggal 9-11 Mei 2009. Penelitiandilakukan secara diurnal (dari pukul08.00-14.00 WIB) dan nokturnal (daripukul 19.00-23.00 WIB) denganberbagai metode eksploratif. Daerahyang diteliti meliputi semua jenis habitatyang ada yaitu areal persawahan,perkebunan, hutan belantara, hutanpinus, di sungai-sungai, dan di sekitarpemukiman penduduk. Daerahpenelitian terkonsentrasi pada empattempat (gambar 1), yaitu:

20

Page 3: STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,Provinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010. 19(1): 19-30

1. Desa Kayupuring dengan ketinggian505-1125 m dpl. Penelitiandilakukan di lima lokasi yaituSokokembang (07- 05,690' LS; 109-43,217' BT, 525 m dpl.), GunungSirandu (07- 06,195' LS; 109-43,053' BT, 849 m dpl.), Alum (07-06,538' LS; 109- 43,990' BT, 693 mdpl.), Bulu (07- 06,947' LS; 109-44,384' BT, 715 m dpl.), Duku (07-07,814' LS; 109-"44,873' BT, 875 mdpl.) dan Njimat (07- 07,899' LS;109-44, 731'BT, 859 m dpl.).

2. Desa Kesimpar dengan ketinggian1150-1350 m dpl. Penelitiandilakukan di sa tu lokasi yaituKesimpar (07- 08,235' LS; 109-44,255'BT, 1150 m dpl).

3. Desa Gumelem dengan ketinggian1250-1717 m dpl. Penelitian

dilakukan di tiga lokasi yaituGumelem (07- 11,208' LS; 109-44,249' BT, 1555 m dpl), Jalursetapak Curug Muncar-Simego (07-11,778' LS; 109- 44,135' BT, 1610m dpl) dan Jalur setapak sungaiSiwawan-Sengkarang (07- 11,168'LS; 109-44,291'BT, 1540mdpl).

4. Daerah Aliran Sungai Welo yangmerupakan aliran sungai utamayang berasal dari mata air yang adadi dusun Kasimut. Sungai Welo .mengalir sepanjang Petungkriyonobagian timur hingga ke utara.Penelitian dilakukan di tiga titikyaitu 07- 05,807' LS; 109- 43,464'BT, 515 m dpl, 07- 06,537' LS; 109-43,999' BT, 593 m dpl dan 07-07,899' LS; 1090 44,739' BT, 858m dpl.

• o •Gambar 1. Lokasi penelitian pada Kawasan Dieng yaitu di Petungkriyono.

Bahan dan Cara kerjaPenelitian ini dilaksanakan

secara eksploratif menggunakanmetode bervariasi antara lain denganteknik purposive sampling, patchsampling dan teknik wawancara

terhadap masyarakat lokal untukmendapatkan jenis yang tidak dijumpaiselama survei (Kurniati 2002; Hamidydkk 2007; Riyanto 2003, 2008).Penangkapan herpetofauna dilakukandengan tangan langsung dan alat bantu

21

Page 4: STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,Provinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010.19(1): 19-30

seperti senter, jaring, jebakan, tong kat,dan karet gelang. Parameter yangdiambil untuk didata dan dianalisaantara lain adalah parameterlingkungan (pH, suhu air, suhu udara,kelembaban dan elevasi), kekayaanjenis, kelimpahan relatif dan statusberdasarkan IUCN Red List danCITES.

Spesimen yang tertangkap laludidata dan didokumentasikan dengankamera Canon E580. Seberapaspesimen selanjutnya diawetkandengan bahan kimia (alkohol 96%,alkohol 70% dan formaldehid 4%).Identifikasi dan penamaan jenisspesimen antara lain menggunakanpustaka yang dibuat oleh Rooij (1915;1917), Kampen (1923), Kurniati (2003),Manthey & Grossmann (1997),Iskandar (1996 & 1998), Iskandar &Colijn (2000, 2001) dan Frost dkk(2006).

Penghitungan keanekaragamanherpetofauna digunakan indekskeanekaragaman jenis Shanon-Weinerdan indeks kemerataan jenis Pielou(Odum 1971; Southwood 1971; Krebs1989; Kusrini 2009). Pengelompokkanhabitat dilakukan dengan menggunakanderajat kesamaan Jaccard danpengelompokkan lokasi berdasarkanparameter fisik dan kimia dilakukandengan derajat kesamaan Canberra(Krebs 1989; Kurniati 2002, Riyanto 2008dan Kusrini 2009). Sedangkan untukmengetahui hubungan variabel dan

parameter lingkungan diuji menggunakankorelasi Pearson dan uji regresi.

Selain itu juga, dilakukanpengelompokan derajat kelimpahanjenis herpetofauna yang dijumpaiberdasarkan Sudden (2000) yaitu:dikelompokkan banyak dijumpai jikaminimal tercatat 30 perjumpaan/hari,dikelompokkan cukup banyak dijumpaijlka 10 - 30 perjumpaan/hari, jarangdijumpaijika hanya 10 perjumpaan/hari,sulit dijumpai/langka jika hanya 5perjumpaan/hari dan dikatakan langkajika penjumpaannya dibawah 5perjumpaan /hari pada sebagian besarwaktu survai. Analisis dan perhitungandilakukan dengan bantuan programkomputer Microsoft office excel 2007,SPSS v. 16.0. dan NTSYS p.2.1.

HASILDANPEMBAHASAN

HasilTelah didata sebanyak 51 jenis

herpetofauna yang termasuk ke dalam15 suku. Secara rinci ke 15 sukutersebut terdiri atas 20 jenis Amfibia, 16jenis Lacertilia dan 15 jenis Ophidia.Diketahui 5 jenis endemik Jawa dan 2jenis belum teridentifikasi sepenuhnyadan kemungkinan mengarah ke margaLimnonectes dan Ichthyophis.Penjelasan lebih rinci mengenaipenjumpaan masing-masing lokasi danmenenai derajat kelimpahan relatifnyadisajikan pad a Tabel 1.

22

Page 5: STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,Propinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010. 19(1): 19-30

Tabel1. Jenis herpetofauna dari empat lokasi di Petungkriyono. Keterangan: Kp=Kayupuring; Ks= Kesimut; WI= Welo; Gm= Gumelem; Pm= Pemukiman;La= Ladang/sawah/kebun; Ht= Hutan; Pr= Perairan sungai; (*)= endemik;(#)= unidentified/newrecord; (x)= ditemukan; (-)= tidak diternukan; (w)=hasil wawancara penduduk dan spesimen belum ditemukan selamapenelitian.

Taksa Derajat Lokasi HabitatKelimpahan Kp Ks Wo Gm Pm La Ht Pr

BufonidaePhrynoidis aspera Jarang X X X X XIngerophr.,nus biporcatus Langka X XMicrohylidaeMcrohyla achatina . Jarang X X XMcrohyla palmipes Langka X XDicroglossidaeFejervarya linnocharis 8erlimpah X X XFejervarya cancrivora Cukup X X XUmnonectes kuhii Jarang X X X X XUmnonectes sp. # Langka X XUmnonectes m croaiscus Langka X XOccidozyga sumatrana Langka X XRanidaeOdorra na h os; Jarang X X X X X XHyfarana nicobariensis Jarang X X XHyfarana chalconota Jarang X X X X X X XHue mesonii" Banyak X X X X X XMegophryidaeMegoprhys montene: Jarang X X X XLeptobrachium hasse!t; Jarang X X X XRhacophoridaePolypedates teucomyaex Jarang X X X XRhacoph 0flJs m argarlifer' Jarang X X X XPhi/autu sa urifa sciatus Jarang X XIchthyophiidaeIchthyophis sp. ,# Jarang X X X XGekkonidaeCyrtodadyfus m armoratus Cukup X X X X X X XHemydactylus frenatus Cukup X X XHemydactylus garnot; Langka X XHemydactylus platyurus Langka X XGehyra mutilata Banyak X X X XAgamidaeDraco volans soens Jarang X X X X X XDraco haematopogon Langka X XBronchocela crise tella Langka X XBronchocela jubata Jarang X X X X X XGonocephalus Langka X XchamaeleontinusPseudocalotes tympanistriga Jarang X XScincidaeDasia olivaceae Langka X XEutropis mu lifa sciata Cukup X X X X X X X XEutropis rudis Langka X X XSphenomorphus Langka X Xpun ctcen tra is'LacertidaeTakydromus sexlineatus Jarang X X X XElapidaeBungarus candidus Jarang X XBun garus fascia tus Langka X X X XNaja sputatrix Langka W WMatcora intesi?ais Langka X XColubridaeAhaetulla prasina Jarang X X XPtyas korro s Langka X XPtyas mucosus Langka X XPsammodynases Langka X XpurverulentusCalamaria Ii?naei Langka X XRhabdophis aysargos Langka X XXenocrophistrianguigef1Js Langka X XXen odermus javan cus Jarang X XPythonidaePython reticulatu s Langka W W WViperidaeTrrnere suru s puniceus Langka X XClY{Jtelvtrops albolabris Langka W WJumlah total 38 16 12 20 13 21 27 16

23

Page 6: STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,Propinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010.19(1): 19-30

.----------------------------------------------~

,------------------------------------------u

,---------------------------------------a

I0.00

IU25

L- ~

1.00I

0.50

Coefficient0:75

Gambar 2. Pengelompokkan habitat berdasarkan nilai indeks kesamaan Jaccarddengan menggunakan UPGMA Keterangan: Pm=Pemukiman;La=Ladang/sawah/kebun; Ht=Hutan; Pr= Perairan sungai.

I60.41

I73.6\

Coefficient86.80 100.00

Gambar 3. Pengelompokkan lokasi penelitian berdasarkan nilai kesamaanparameter fisik dan kimia dengan menggunakan indeks kesamaanCanberra. Keterangan: Kp=Kayupuring; Ks=Kesimut;WI=Welo danGm=Gumelem.

Pengelompokan habitatberdasarkan penjumpaan jenisherpetofauna yang ditemukan telahdihitung menggunakan derajatkesamaan Jaccard dan dianalisismenggunakan UPGMA. Sedangkanpengelompokan lokasi berdasarkankesamaan parameter fisik dan kimiatelah dihitung menggunakan derajatkesamaan Canberra dan dianalisismenggunakan UPGMA. Kedua hasilmenunjukkan terdapat 3pengelompokan habitat utama dan 2pengelompokan lokasi utama. Untuklebih jelasnya diilustrasikan dalamgambar 2 dan 3 . Berdasarkan statusIUCN Red List sebagian besar

komposisinya berstatus least Concern,near threatened, dan vulnerable.Sedangkan berdasarkan status CITESsebagian besar berstatus non appendixdan appendix Ill. Komposisi status lebihjelasnya pada gambar 4. Hal tersebutmenunjukkan bahwa hampir sebagianbesar jenis herpetofauna masihmemerlukan studi lebih lanjut lagi,terutama dalam hubungannya denganpenentuan status konservasinya. Hasilpenghitungan Indeks keanekaragamanShanon Weiner serta kemerataan jenisdisetiap lokasi disajikan dalam gambar5 dan hubungan frekuensi survaidengan akumulasi penjumpaandiilustrasikan dalam gambar 6.

24

Page 7: STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,Provinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010.19(1): 19-30

OAP III12%

o Le68%

OAPI0%I!!l NT

12%

Gambar4. Komposisi status jenis herpetofauna di Petungkriyono berdasarkanIUCN dan CITES. DO= Data deficient; LC= Least concern; NT= Nearthreatened; VU= Vulnerable; EN= Endangered; NA= Non-appendik;AP I=Appendik I;AP II=Appendik II;AP III=Appendik Ill.

3.50

3.043.00

2.50

2.00

1.50

1.00

0.50

0.00

Kayupuring

ill H' (Keanekaragaman) .j' E (Kemerataan)

Kesimpar Welo Gumelem

Gambar 5. Keanekaragaman dan kemerataan jenis herpetofauna di empat lokasiPetungkriyorio berdasarkan indeks keanekaragaman jenis Shanon-Weinerdan indeks kemerataanjenis Pielou.

20

_ ••• -c Ophidla

____e__Laser1ilia

-----j---Amphibia

15

10

10

Gambar 6. Akumulasi penambahan jenis herpetofauna di Petungkriyono selamapenelitian dari tanggal1 0 hingga 21 Juli 2009.

25

Page 8: STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,Provinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010.19(1): 19-30

PembahasanDari hasil survei didapatkan 4

jenis amfibia dan 1 jenis reptiliaendemik Jawa (Iihat Tabel 1). Amfibiaendemik Jawa tersebut antara lainyaitu: Huia masonii, Megoprhysmontana, Rhacophorus margaritiferdan Ichthyophis- sp. (Iskandar 1998;Natus 2005). Sedangkan reptiliaendemik Jawa tersebut adalahSphenomorphus puncticentratis(Iskandar 1996).

Di Petungkriyono Ichthyophissp. (Iihat Gambar 7) dapat ditemukanpada sekitar tempat yang lembab sepertidi sungai-sungai kecil berlumpur, dilubang alami sekitar sungai yangalirannya tidak terlalu deras serta dipinggir persawahan yang senantiasatergenang air. Di Jawa diketahuiterdapat 3 jenis Ichthyophis yaituIchthyophis hypocyaneus (Boie 1827),Ichthyophis javanicus Taylor, 1960 danIchthyophis bernisi Salvador, 1975.Distribusi jenis ini di Pulau Jawa masihbelum banyakdiketahui. Sejauh ini barutercatat pernah ditemukan di Banten(Iskandar 1998) dan di Taman NasionalGede Pangrango (Kusrini dkk. 2007).Sebelumnya juga pernah dilaporkanpenemuan Ichthyophis sp. diPetungkriyono oleh Hamidy (2007).Sehingga penemuan ini merupakanpenemuan kedua di Petungkriyono.Namun sayangnya keberadaan dankeberlanjutan kehidupan Ichthyophisdisana dapat terancam oleh aktifitas

manusia berupa "menjenu" yaitukegiatan meracun ikan/belut padadaerah yang berair. Padahal kehidupanIchthyophis sangat bergantung pada air.

Awal mula pendugaanLimnonectes sp. (Iihat Gambar 7) yangditemukan di dusun Kayupuring adalahjuvenil dari Limnonectes kuhlii, namunsetelah dibandingkan dengan juvenilLimnonectes kuhlii yang ditemukan diKulonprogo dan di Taman NasionalGunung Merapi ternyata bentuk tubuh,polawarna dan cirinya berbeda.

Distribusi Sphenomorphuspuncticentralis di Jawa sejauh ini barudilaporkan ditemukan di Baturaden(Iskandar 1996), di Taman NasionalGunung Halimun (Kurniati 2003) dan diTaman Nasional Gunung Merapi(Eprilurahman & Muharromi 2008).Dengan adanya penemuanSphenomorphus puncticentralis diPetungkriyono akan memberikantambahan informasi mengenaipersebaran jenis endemik ini di Jawa.

Dari hasil wawancara denganpenduduk lokaljuga diperoleh informasimengenai 3 jenis reptilia yang tidakditemukan selama survei yaitu: Najasputatrix, Python reticulatus danCryptelytrops albolabris. Belumditemukannya ketiga jenis tersebutmungkin dikarenakan jumlahpopulasinya di alam yang memangsedikit serta mungkin akibat perilakupenduduk lokal yang kerap membunuhjika bertemu ular.

Gambar 7. Spesimen unidentified (A) Ichthyophis sp. dan (B) Limnonectes sp.

26

Page 9: STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,Propinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010. 19(1): 19-30

Pada tabel 1, jenisherpetofauna yang memiliki derajatkelimpahan relatif paling tinggi adalahFejervarya limnocharis diikuti denganHuia masonii dan Gehyra mutilata.Fejervarya limnocharis dan Huiamasonii melimpah dikarenakan wilayahPetungkriyono memiliki sumber airyang sangat sesuai sebagai habitatkatak jenis ini sehingga kemampuandan keberhasilan reproduksinya tinggi(Iskandar 1998; Kurniati 2002, 2003).Sedangkan Gehyra mutilata melimpahdi Petungkriyonodikarena kemampuanberadaptasinya yang tinggi padadaerah pegunungan dan terbatasnyapredator untuk jenis ini.

Selain itu dari Tabel 1 dapatdiketahui juga bahwa jumlah jenisherpetofaunayang ditemukan di empatlokasi berbeda. Tiga puluh delapanjenis herpetofauna ditemukan diKayupuring, sedangkan 16 jenis diKesimut, lalu 12 jenis di Welo dan 20jenis di Gumelem. Perbedaan inidipengaruhi oleh faktor-faktorlingkungan. Faktor yangmempengaruhi dapat berupa fisik(suhu,ketinggian, ketersediaansumberair, cahaya matahari dan kelembaban)maupun biologi (morfologi anatomi,pemangsa, vegetasi, ketersediaanmakanan, penyakit dan kompetisi)(Krebs 1989; Zug 1993; Kusrini 2009).

Hasil uji regresi dan uji korelasiPearson ternyata menunjukkan faktor-faktor lingkungan seperti suhu udara(0=0,74; F=0,21; t hit=0,63), suhu air(0=0,91; F=0,21; t hit=0,57), pH(0=0,23; F=5.6; t hit=2.1) danketinggian (0=0,69; F=5.6; t hit=1.9)tidak secara nyata berpenqaruh. Hasilini dapat dimengerti karena parameterfisik yang diukur di masing-masinglokasi tidak terlalu berbeda.Kemungkinan besar faktor lingkunganlain seperti ketersediaan sumber air,cahaya matahari, kelembaban,

morfologi anatomi, pemangsa,vegetasi, ketersediaan makanan,penyakit dan kompetisi adalah faktorutama yang mempengaruhi perbedaankekayan jenis, komposisi jenis danpersebaran jenis herpetofauna dimasing-masing lokasi survei.

Hasil pengelompokan habitatmenggunakan derajat kesamaanJaccard (Iihat Gambar 2) tampakbahwa di petungkriyono dapatdikelompokkan dalam tiga kelompokutama yaitu pemukiman, ladang/kebundan habitat tiak terganggu (hutan dansungai). Tipe habitat pemukiman danladang terpisah menjadi zona tersendiridikarenakan geografis pemukimanyang jauh dari ladang sehinggaekosistem yang tercipta pun berbedadi antara keduanya. Sedangkan tipehabitat hutan dan sungai menjadi satuzona tersendiri, hal ini dapat dimaklumikarena secara geografis letak sungaisangat dekat dengan hutandibandingkan dengan pemukiman danladang. Sehingga secara langsungterdapat interaksi antara ekosistemsungai dan hutan. Hal ini menunjukkanbahwa aktifitas pemukiman dan ladangyang merambah ke kawasan hutan dansungai akan dapat menyebabkanperubahan keanekaragaman hutandansungai.

Nilaiderajat kesamaan Jaccardpad a masing-masing lokasimenunjukkan terdapat perbedaankomposisi jenis herpetofauna antaraKayupuring dan Gumelem (38,46%)dengan Kesimpar dan Welo (33,33%).Perbedaan kesaman jenis yangditemukan antara Kayupuring danGumelem dengan Kesimpar dan Welodisebabkan adanya perbedaan kondisidan karakteristik habitat. Hal ini terbuktidari hasil pengelompokan lokasi (IihatGambar 3) berdasarkan parameter fisikdan kimia yang dihitung menggunakanderajat kesamaan Canberra, ternyata

27

Page 10: STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,Propinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010. 19(1): 19-30

lokasi Kayupuring dengan Gumelemmemiliki nilai kesamaan parameter fisikdan kimia sebesar 99,2% dan lokasiWelo dengan Kesimpar memiliki nilaikesamaan sebesar 98,3%.

Komposisi jenls herpetofaunadi Petungkriyono berdasarkan IUCNpaling banyak berstatus berstatus leastconcern (68%), Near threathed (12%),dan Vunarable (8%). Sedangkanberdasarkan status CITES sebagianbesar berstatus non appendix (82%),dan appendix" (12%) (IihatGambar 4).Diketahui juga bahwa 6% herpetofaunayang ada di Petungkriyono tergolongEndangered dan Appendix 1/. Dariinformasi di atas sudah seharusnyaPetungkriyono dikelola dengan baikdemi menjaga kelestarianherpetofaunayang ada di sana.

Berdasarkan ilustrasi padaGambar 5, diketahui indekskeanekaragaman di petungkriyonomemiliki kisaran indekskeanekaragaman dari 1,97 hingga 3.Menurut Brower & Zarr (1997) indekskeanekaragaman dikatakan tingginilainya lebih dari 2,0 dan sedang jikanilainya antar 1,5-2,0, sedangkanrendah jika nilainya antar 1,0-1,5 dansangat rendah jika kurang dari 1,0.Sehingga keanekaragamanherpetofauna di Petungkriyono dapatdikatakan dalam rentang sedanghingga tinggi.

Jika dilihat dari nilai H' dan Emaka lokasi yang memiliki nilaikeanekaragaman herpetofauna yangtinggi dengan kemerataan yang relatiftinggi adalah di Kayupuring (H'=3.04;E=0.84), setelahnya adalah diKesimpar (H'=2.53; E=0.91) lalu diGumelem (H'=2.43; E=0.81) danterakhir di Welo (H'=1.97; E=0.79).Helvoort (1981) dalam Darmawan(2006) menyatakan bahwa apabilakeanekaragaman dalam satukomunitas tinggi maka keseimbangan

antar jenis juga tinggi, tetapi tidakberlaku sebaliknya. Jikakeanekaragaman dan keseimbanganjenisnya tinggi menandakan bahwasecara keseluruhan ekosistem padahabitat tersebut kondisinya masih baik.

Pada Gambar 6, dapat dilihathubungan antara frekuensipengamatan dengan penambahan

. jumlah jenis herpetofauna yangtersurvai. Secara keseluruhan padasurvai terakhir grafiknya masihmenunjukkan kenaikan, inimemperlihatkan bahwa jika survai dimasing-masing lokasi ditambahkemungkinan besar jenis yangditemukan akan bertambah. Hal inidikarenakan terdapat beberapa jenisherpetofauna yang pola aktifitasnyadipengaruhi oleh musim, dimana padamusim tertentu akan berhibernasi atauhanya melakukan sedikit aktifitassehingga sulit dijumpai. Selain itu masihterdapat beberapa daerah diPetungkriyono yang belum tersurveiseluruhnya seperti di dusun Semegodan Pakis.

KESIMPULANDalam penelitian ini berhasil

didata sebanyak 51 jenis herpetofaunayang termasuk ke dalam 15 suku.Secara rinci ke 15 suku tersebut terdiriatas 20 jenisAmfibia, 16jenis Lacertiliadan 15 jenis Ophidia. Diketahui 5 jenisendemik Jawa dan 2 jenis belumteridentifikasi. Pada penelitian ini jugatelah menganalisis terdapat tigapengelompokan zona utama yaituhabitat pemukiman, ladang dankawasan hutan..

UCAPAN TERIMAKASIHDiucapkan terimakasih dan

penghargaan yang tinggi kepadaDekan Fakultas Biologi UGM atas

28

Page 11: STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,Propinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010.19(1): 19-30

dukungan terhadap penelitian inimelalui Dana Penelitian TP3F FakultasBiologi UGM Tahun 2009 dan kepadarekan-rekan satu tim ekspedisiherpetofauna Petungkriyono 2009Fakultas Biologi UGM (BramantyoWikantyoso, Rachmat Riyadi, SidiqSetyo, Muhammad Fahrul Ilmi, FaridKuswantoro, Donan Satria Y., HastinAmbar Asti, Rina Ristiwandari,Fatmawati Sugiharja, Urnrni Latifah F.,Rani Is Maya) atas kerjasama,pengertian,diskusi dan segala bantuanyang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKABrower,J.E. & J.H. Zarr. 1997.Fieldand

Laboratory For GeneralEcology, W.M.C BrownCompany Publishing,Portugue, IOWA.

Buden, D.W. 2000. The reptiles ofPohnpei, Federated Stated ofMicronesia. Micronesia 32 (2):155-180.

Darmawan, M. P. 2006.Keanekaragaman JenisBurung Pada Beberapa TipeHabitat Di Hutan LindungGunung Lumut KalimantanTimur. Skripsi. DepartemenKonservasi SumkberdayaHutan dan ekowisata FakultasKehutanan IPB. Bogor. Tidakdipublikasikan. 130 hal.

Das, I. 1997. Conservation problem oftropical Asia's most threatenedturtle, In: van Abbema, J. (Ed).Proceeding: Conservation,restorationand managementoftortoise and turtle. 295-308.

Eprilurahman, R. & A. F. Muharromi.2008. Kea neka ragama nHerpetofauna di BukitPlawangan, Kawasan WisataKaliurang, Daerah IstimewaYogyakarta. Seminar Nasional

Herpetologi 11. YogyakartaFrost, DR.,T.Grant, IN. Faivovich, RH.

Bain, A. Haas, CFB. Haddad,RO. Desa, A. Channing, M.Wilkinson, SC. Donnellan, CJ.Raxworthy, JA. Campbell, BL.Blotto, P.Moler,R. Drewes,RA.Nussbaum, JD. Lynch, DM.Green, & WC. Wheeler. 2006.The amphibian tree of life.Bulletin of the AmericanMuseumof NaturalHistory297.New York, USA.

Hamidy, A., Mulyadi & Isman. 2007.Herpetofauna di Pulau Waigeo(in press).

Hamidy, A. 2007. MorphologicalCharacters of Javan CaeciliansIchthyophis spp.(Gymnophiona, Amphibian)Laboratory of HerpetologyMuseum ZoologicumBogoriense - Research Centerfor Biology Indonesian Instituteof Sciences. SeminarHerpetologi Indonesia I. Bogor

Howell, K. 2002. Amphibians andReptiles: The Reptiles. InDavies, G and Hoffman, M(eds). African Forestbiodiversity: a field surveymanual for vertebrates. .

Iskandar D.T. 1996. New Scincid Lizardof the Genus Sphenomorphus(Reptilia, Scincidae) from Java.Treubia 31 (1): 25-30.

Iskandar, D.T. 1998. Amphibia of Javaand Bali. Research anddevelopment Center forBiology-LIPI. Bogor

Iskandar, D. T. and E. Colijn. 2000.Preliminary checklist ofSoutheast Asian and NewGuinean herpetofauna:Amphibians. Treubia 31 (3): 1-133.

Iskandar, D. T. and E. Colijn. 2001.Preliminary Checklist of

29

Page 12: STUDIAWALKEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA …

Specialist Group (ASG). June,Number 81.

Manthey, U. & W. Grossmann. 1997.Amphibien and ReptilienSudostasiens. Natur & Tier-Verlag. Musnter, Germany.

Natus, I. R. 2005. Biodiversity andEndemicCentres of IndonesianTerrestrial Vertebrates.Biogeography Institute of TrierUniversity. 33-38

Odum, E.P.1971. Dasar-dasar Ekologi(Terjemahan). Gajah MadaUniversity Press, Yogyakarta.1-677.

Riyanto, A. 2008. Komunitas. herpetofauna di TamanNasional Gunung Ciremai,Jawa Barat. Jurnal BiologiIndonesia 4 (5): 349-358.

Riyanto, A. 2003. HerpetofaunaKabupaten Parigi-Mountong(Parimo) dan Toli-Toli:sisi utaraSulawesi Tengah. Biosfer 20(2): 56-59.

Rooij, N. de. 1915. The Reptiles of theIndo-Australian Archipelago I.Lacertilia, Chelonia,Emydosauria. EJ Brill. Leiden,The Netherlands.

Rooij, N. de. 1917. The Reptiles of theIndo-Australian Archipelago 11.Ophidia. EJ Srill. Leiden, TheNetherlands.

Southwood, T.R.E. 1971. Ecologicalmethods. Chapman nad Hall,London. 1-383.

Zug, G.R 1993. Herpetology, AnIntroduction Biology ofAmphibians and Reptiliaes.Academic Press San Diego,London.

Studi Awal Keanekaragaman Herpetofauna di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan,Propinsi Jawa Tengah. Zoo Indonesia 2010.19(1): 19-30

Southeast Asian and NewGuinean Reptiles Part I:Serpentes. The GibbonFoundation. Jakarta.

Kampen, P.N. van. 1923. Theamphibian of the Indo-AustraliaArchipelago. E.J. Brill Ltd.Leiden.

Krebs, C. J. 1989. EcologicalMethodology. Harper and RowPublisher. New York.

Kurniati, H. 2004. The reptile speciesin Gunung Halimun NationalPark, West Java, Indonesia.Berita Biologi 7 (1): 73-79.

Kurniati, H. 2002. Frogs and Toad ofUjung Kulon, Gunung Halimunand Gede-Pangrango NationalPark. Berita Biologi 6 (1): 75-84.

Kurniati, H. 2003. Amphibian &Reptiliaes of Gunung HalimunNational Park West Java,Indonesia (Frog, Lizard andSnakes): An IllustratedGuideBook. Research Centerfor Biology (LlPI) and NagaoNaturalEnvironmentFoundation (NEF). Cibinong

Kusrini, D.M. 2009. PedomanPenelitian dan SurveyAmphibia Di lapangan.Departemen KonservasiSumberdaya Hutan danEkowisata Fakultas KehutananInstitut Pertanian Sogor.

Kusrini, Mirza D., A. Fitri, W. E. and M.Yazid.2007. TheAmphibians ofMount Gede Pangrango andMount Salak IndonesiaFROGLOG : Newsletter of theIUCN /SSC Amphibian

30