41
0 Tinjauan Performa Ekonomi Indonesia Periode 2014-2019 Komisi Ekonomi PPI Dunia No. 1 / 2020 Penulis: Putra Hutama, Denny Irawan, Chairul Adi, Achyar Al Rasyid, Perwira Yodanto Editor: Denny Irawan

T injauan Performa Ekonomi Indonesia Periode 2014-2019 › wp-content › uploads › 2020 › 09 › PPI-Brief-No-1-2020 … · Tiga topik pertama berorientasi pada performa makroekonomi,

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 0

    Tinjauan Performa Ekonomi

    Indonesia Periode 2014-2019

    Komisi Ekonomi PPI Dunia No. 1 / 2020

    Penulis: Putra Hutama, Denny Irawan, Chairul

    Adi, Achyar Al Rasyid, Perwira Yodanto

    Editor: Denny Irawan

  • 1

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Dalam seri kajian ini, kami menyajikan gambaran umum terhadap perekonomian Indonesia

    pada periode 2014-2019. Secara umum, tentunya periode ini berkaitan dengan masa

    pemerintahan Kabinet Kerja 2014-2019 di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

    Meskipun demikian, kami tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa performa perekonomian

    Indonesia di periode ini juga ikut dipengaruhi oleh kinerja pemerintahan periode sebelumnya.

    Kami mendasarkan penilaian kami dengan mengacu pada dua benchmark, yaitu perekonomian

    negara- negara berkembang lainnya di kelompok BRICS dan MINT, dan dokumen-dokumen

    resmi dari pemerintah. Kami meyakini bahwa posisi Indonesia yang semakin penting dalam

    konstelasi perekonomian Internasional tidak akan terlepas dari kondisi negara-negara mitra dan

    perekonomian AS dan Tiongkok yang tetap dominan. Eskalasi perang dagang juga

    memberikan warna khusus dalam gejolak perekonomian global beberapa tahun terakhir yang

    tentunya memiliki pengaruh penting bagi perekonomian Indonesia.

    Kajian ini terdiri atas lima tulisan pendek yang berfokus pada lima topik. Tiga topik pertama

    berorientasi pada performa makroekonomi, fiskal dan perdagangan. Dua kajian berikutnya

    berfokus pada pembangunan regional melalui dana desa dan peningkat kesejahteraan. Secara

    umum kami melihat bahwa perekonomian Indonesia merupakan salah satu dengan performa

    terbaik di kelompok BRICS- MINT, khususnya dari aspek makroekononomi. Pun demikian,

    pertanyaan besar yang masih menjadi tantangan adalah kualitas pertumbuhan yang sejauh ini

    masih bertumpu pada konsumsi, dan memiliki kontribusi yang terbilang kurang optimal dalam

    penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.

    Pada tulisan pertama, kami menyajikan gambaran umum performa makroekonomi Indonesia.

    Secara umum, Indonesia tetap menjadi salah satu negara dengan performa makroekonomi

    terbaik di kelompok BRICS-MINT. Namun, tentu terdapat beberapa catatan penting,

    khususnya terkait kualitas pertumbuhan Indonesia yang sejauh ini masih bertumpu dengan

    konsumsi.

  • 2

    Kedua, kami menyajikan gambaran kinerja fiskal pemerintah. Kami melihat bahwa kontribusi

    pajak dalam pembiayaan APBN menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dalam lima

    tahun terakhir, meskipun belum diimbangi kemampuan yang baik dalam pencapaian target.

    Ketiga, kami menyajikan gambaran kinerja perdagangan dan diplomasi ekonomi. Kami melihat

    bahwa performa perdagangan Indonesia masih menghadapi tantangan berat untuk dapat

    berkembang. Pengaruh perang dagang global merupakan salah satu faktor utama penyebabnya.

    Di samping itu, peran diplomasi ekonomi yang sudah gencar dilakukan belum menunjukkan

    hasil yang signifikan.

    Keempat, kami menyajikan gambaran capaian pembanguna regional, khususnya terkait peran

    strategis dana desa. Kami melihat indikasi dampak positif dana desa terhadap pembangunan

    desa. Meskipun demikian, terdapat tantangan besar untuk peningkatan kapasitas perangkat

    desa agar penyerapan dana desa bisa lebih efektif.

    Kelima, kami menyajikan gambaran capaian pembangunan ekonomi yang dilihat dari tiga

    indikator utama indeks pembangunan manusia, yaitu kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan.

    Kami melihat bahwa capaian Kabinet Kerja jilid 1 Presiden Joko Widodo (2014-2019) dalam

    bidang ini cukup memuaskan. Namun, capaian tersebut belum tergolong optimal dalam

    menerjemahkan target Nawa Cita yang dijanjikan.

  • 3

    Performa Makroekonomi Indonesia di Periode 2014-2019

    Denny Irawan

    Stabilitas dan Pencapaian

    Sepanjang periode 2014-2019, performa makroekonomi Indonesia dapat dikatakan stabil,

    meskipun memiliki beberapa catatan. Dalam artikel ini dilakukan perbandingan performa

    makroekonomi Indonesia dengan negara-negara berkembang lainnya dalam kelompok BRICS

    dan MINT yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan, Meksiko, Indonesia,

    Nigeria dan Turki.

    Secara kumulatif sepanjang periode 2014Q1-2019Q2, perekonomian Indonesia merupakan

    salah satu negara yang bertumbuh paling tinggi di lingkungan BRICS-MINT (Gambar 1.a).

    Perekonomian Indonesia bertumbuh sebesar total 29,48% sepanjang periode tersebut, dan

    merupakan yang tertinggi ketiga setelah India (44,52%) dan Tiongkok (40,58%). Sementara

    itu, beberapa negara lainnya cenderung bertumbuh lebih lambat, seperti Afrika Selatan, yang

    secara kumulatif bertumbuh sebesar 5,21%, dan Rusia (1,56%). Bahkan, terdapat negara yang

    mengalami penyusutan ukuran perekonomian, yaitu Brazil yang tumbuh negatif sebesar -4,79%

    secara kumulatif.

    Gambar 1. (a) Pertumbuhan PDB Kumulatif BRICS-MINT 2014-2019Q2 (%); dan

    (b) Pergerakan Nilai Tukar Kumulatif BRICS-MINT 2014-2019Q3 (%)

    Sumber: World Bank (2019) dan IMF (2019)

    Disamping itu, performa makroekonomi Indonesia dapat dilihat juga dari nilai tukar Rupiah

    yang secara kumulatif terdepresiasi sebesar 24% pada periode 2014-2019Q3 (Gambar 1.b.).

  • 4

    Performa ini menempatkan Rupiah di posisi ketiga di lingkungan BRICS-MINT. Meskipun

    demikian, stabilitas ini diproyeksikan sulit untuk dipertahankan seiring menguatnya tensi

    perang dagang dunia yang terus memberi tekanan terhadap mata uang negara-negara

    berkembang, termasuk Rupiah. Performa nilai tukar Rupiah ini tentunya tidak terlepas dari

    posisi akomodatif kebijakan moneter oleh Bank Indonesia, yang cukup efektif dalam menjaga

    stabilisasi nilai tukar Rupiah. Di samping itu, keberhasilan yang dicapai sejauh ini juga

    merupakan kontribusi atas disiplin fiskal yang terus terjaga di bawah batas aman 3% PDB.

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga merupakan salah satu yang paling stabil sepanjang

    periode 2014- 2019 (Gambar 2). Laju pertumbuhan tetap terjaga di kisaran 5%+, meskipun

    terdapat tren penurunan. mendekati angka 5%. Tiongkok juga stabil dengan laju pertumbuhan

    di atas 6%, dengan tren penurunan seiring gejolak perang dagang dalam beberapa tahun

    terakhir. Sedangkan negara-negara lainnya memiliki fluktuasi laju pertumbuhan ekonomi yang

    cukup tinggi. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Turki tercatat negatif dalam periode 2018Q4-

    2019Q2.

    Gambar 2. Pertumbuhan PDB (YoY) Indonesia dan Negara-Negara Berkembang Lainnya, 2014-2019

    Sumber: World Bank (2019)

    Tingkat pengangguran terbuka terus mengalami penurunan, dimana publikasi terakhir BPS

    pada bulan Agustus 2019 menunjukkan angka pengangguran berada di posisi 5,28%, atau turun

    dari posisi Agustus 2018 sebesar 5,34%. Di satu sisi, hal ini merupakan indikasi bahwa

    pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung stabil terus berkontribusi secara positif

    terhadap penciptaan lapangan kerja. Akan tetapi, tren penurunan angka pengangguran yang

  • 5

    semakin mengecil dibandingkan stabilitas pertumbuhan PDB menunjukkan bahwa penciptaan

    lapangan kerja dari pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun.

    Gambar 3. (a) Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia (%); dan (b) Tingkat Inflasi

    YoY(%), Sumber: BPS, 2019

    Selain itu, inflasi terus terjaga stabil berada di kisaran 3% selama periode 2015-2019, dimana

    inflasi YoY Oktober 2019 tercatat sebesar 3,13%, berada pada level yang sama dengan posisi

    Desember 2018. Laju inflasi ini diproyeksikan tetap terjaga, bahkan ada kecenderungan

    melemah seiring perlambatan ekonomi global.

    Beberapa Catatan

    Meskipun perekonomian Indonesia cenderung stabil di tengah gejolak yang melanda berbagai

    negara lain, terdapat beberapa hal yang tetap perlu diwaspadai. Pertama, performa ekonomi

    Indonesia tampak terus melemah. Gambar 4 menjabarkan dinamika siklus bisnis perekonomian

    Indonesia dibandingkan dinamika siklus bisnis total negara-negara G20. Siklus ini

    menggambarkan deviasi pertumbuhan ekonomi dari tren masing-masing. Tampak bahwa

    perekonomian G20 berada pada kondisi di bawah garis tren, atau dalam posisi negatif. Di sisi

    lain, perekonomian Indonesia masih berada pada posisi positif, meskipun sudah hampir

    menyentuh garis tren. Seiring dengan proyeksi perekonomian dunia yang akan terus mengalami

    perlambatan, terdapat peluang besar bagi perekonomian Indonesia untuk masuk ke dalam

    siklus bawah dalam beberapa triwulan ke depan.

  • 6

    Gambar 4. Siklus Bisnis Indonesia dan Total Negara G20, 2010-2019

    Sumber: OECD (2019), Diolah

    Tabel 1. Struktur PDB Indonesia Berdasarkan Penggunaan, 2010-2019Q2 (%)

    Komponen 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019Q2

    Konsumsi Rumah

    Tangga 56.2 55.6 55.4 55.3 55.5 55.4 55.5 55.4 55.4 54.9

    Konsumsi Pemerintah 9.0 9.0 8.8 8.9 8.6 8.6 8.2 8.0 7.9 7.7

    PMTDB 31.0 31.8 32.7 32.5 32.4 32.4 32.2 32.6 33.0 31.8

    Net Ekspor 1.9 2.0 0.4 1.0 0.7 1.6 1.6 1.8 0.8 1.8

    Perubahan Inventori 1.9 1.6 2.3 1.5 1.9 1.3 1.4 1.3 1.9 2.2

    Diskrepansi Statistik - 0.0 0.4 0.7 0.9 0.7 1.1 0.9 0.9 1.6

    Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

    Sumber: BPS (2019)

    Kedua, persoalan lain yang tetap menjadi perhatian adalah struktur perekonomian Indonesia

    yang tetap bertumpu pada konsumsi rumah tangga, yang berkontribusi sekitar 55% terhadap

    PDB. Struktur tersebut terus bertahan setidaknya dalam satu dekade terakhir. Pada saat

    terjadinya krisis global pada tahun 2008, posisi dominan konsumsi disinyalir merupakan faktor

    utama yang menjaga perekonomian. Indonesia tetap dapat bertumbuh secara positif. Akan

    tetapi, perlu diperhatikan juga kualitas pertumbuhan dengan struktur ekonomi yang demikian.

    Hal ini terkait dengan kapasitas produksi perekonomian Indonesia. Sebab, sektor produksi yang

    ditandai dengan ekspor dan investasi merupakan kunci dari pertumbuhan berkualias yang

    berkontribusi positif terhadap penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Di

    samping itu, peran konsumsi pemerintah semakin menyusut, sementara porsi investasi

    (PMTDB) cenderung stagnan.

  • 7

    Ketiga, penting juga untuk diperhatikan yaitu korekasi antara pertumbuhan ekonomi terhadap

    penciptaan lapangan kerja. Gambar 5 menjabarkan perbandingan pertumbuhan ekononomi

    dengan laju penurunan tingkat pengangguran. Tampak bahwa elastisitas pertumbuhan terhadap

    penurunan angka penangguran berada di kisaran -0,1 hingga -0,3 dalam tiga tahun terakhir.

    Rendahnya angka elastisitas tersebut disinyalir disebabkan oleh pertumbuhan yang masih

    didominasi konsumsi. Tentu ini yang harus menjadi fokus ke depannya, mengingat

    pertumbuhan angkatan kerja Indonesia yang masih positif.

    Gambar 5. Laju Pertumbuhan PDB dan Penurunan Tingkat Pengangguran

    Sumber: BPS, 2019

    Diskusi dan Rekomendasi

    Dari sisi makroekonomi, perekonomian Indonesia merupakan salah satu perekonomian dengan

    performa yang terbaik dibandingkan dengan negara-negara berkembang dalam lingkungan

    BRICS- MINT. Hal ini dapat dilihat dari stabilitas pertumbuhan dan stabilitas nilai tukar.

    Secara domestik, performa makroekonomi Indonesia juga tampak dari inflasi yang terjaga di

    kisaran 3% sepanjang 2015- 2019. Selain itu, stabilitas juga ditunjukkan dari tingkat

    pengangguran terbuka yang terus menurun.

    Namun, terdapat indikasi yang jelas tentang perlambatan laju perekonomian, sebagaimana

    terlihat dalam pertumbuhan YoY. Risiko ketidakpastian dan perlambatan perekonomian global

    juga menjadi salah satu faktor penting yang perlu diantisipasi. Di sisi lain, elastisitas

    pertumbuhan terhadap penurunan angka pengangguran juga tampak mengalami penurunan.

    7,00 0,06 5,94

    6,18

    6,00 0,05 5,61 5,5 5,34

    5,28

    5,00

    5,06 5,15 5,17 5,04

    4,00 4,94 4,88

    -0,02 -0,01

    3,00 -0,03

    2,00 -0,06

    1,00

    0,04

    0,02

    0,00

    -0,02

    -0,04

    -0,06

    -0,08

    -0,10 2014 2015

    -0,12

    2016 2017 2018 2019Q2

    Pertumbuhan Pengangguran Elastisitas - Kanan

  • 8

    Oleh sebab itu, terdapat beberapa hal yang dapat menjadi perhatian kedepannya. Pertama,

    Indonesia perlu terus mempromosikan investasi dan mengupayakannya menjadi motor baru

    pendorong pertumbuhan. Peran pemerintah tentunya penting dalam menarik arus investasi baik

    asing maupun domestik untuk tetap menggiatkan perekonomian nasional. Kedua, kebijakan

    moneter yang akomodatif perlu terus dipertahankan. Stabilitas nilai tukar yang bisa dicapai

    sejauh ini tidak terlepas dari keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga nilai tukar berada

    pada kisaran yang diharapkan. Ketiga, disiplin fiskal perlu tetap dijaga, meskipun ruang gerak

    untuk ekspansi masih tetap ada. Seiring dengan perlambatan yang diprediksi masih akan terus

    terjadi, pemerintah dinilai perlu meningkatkan belanja untuk menjaga stabilitas kinerja

    perekonomian.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Badan Pusat Statistik.2019. www.bps.go.id

    2. The International Monetary Fund (IMF) International Financial Statistics. 2019.

    www.data.imf.org

    3. Organization of Economic Cooperation and Development. 2019. www.data.oecd.org

    4. The World Bank Global Economic Monitor. 2019. www.data.worldbank.org

    http://www.bps.go.id/http://www.data.imf.org/http://www.data.oecd.org/http://www.data.worldbank.org/

  • 9

    Performa Fiskal Indonesia di Periode 2014 – 2019

    Chairul Adi

    1. Kinerja Penerimaan

    Kontribusi pajak dalam pembiayaan APBN menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan

    dalam lima tahun terakhir dan pada tahun 2019, pajak diharapkan dapat berkontribusi sekitar

    82,5% dari total pendapatan negara, angka yang tertinggi sepanjang sejarah. Namun,

    meningkatnya peran perpajakan dalam APBN belum diimbangi kemampuan dalam pencapaian

    target. Hal ini terlihat dari kinerja penerimaan perpajakan selama periode pertama

    pemerintahan Presiden Joko Widodo yang kurang memuaskan. Realisasi penerimaan dari

    sektor perpajakan melenceng cukup jauh dari target yang ditetapkan dalam APBN, bahkan

    merupakan capaian terendah dalam dua dekade terakhir. Demikian halnya di akhir periode

    pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sampai dengan bulan Oktober 2019, penerimaan

    pajak baru mencapai sekitar Rp1.018 triliun, hanya tumbuh sebesar 0,23% dibanding periode

    yang sama tahun lalu. Jumlah ini setara dengan 64,56% dari target APBN 2019 dan lebih rendah

    dari capaian periode yang sama tahun lalu yang mencapai 71.39%. Dengan hanya dua bulan

    tersisa, realisasi target penerimaan pajak diperkirakan sulit melampaui capaian tahun lalu.

    Rendahnya kolektibilitas pajak tercermin dari rendahnya tax ratio Indonesia, yakni

    perbandingan penerimaan perpajakan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Data OECD

    menunjukkan bahwa tax ratio Indonesia dalam beberapa terakhir menunjukkan tren penurunan.

    Pada tahun 2017, tax ratio Indonesia hanya sebesar 11,53%, merupakan yang terendah di antara

    negara-negara di Asia Pasifik, bahkan lebih rendah dari rata-rata negara Amerika Latin dan

    Afrika. Masih belum optimalnya kinerja di sektor perpajakan dipengaruhi beberapa faktor.

    Faktor ketidakpastian ekonomi global dan perang dagang diyakini ikut berkontribusi pada

    perlambatan ekonomi domestik yang kemudian berdampak pada lambannya pertumbuhan

    penerimaan perpajakan dan tax ratio yang terus turun dalam beberapa tahun terakhir. Dominasi

    lapangan kerja di sektor informal5 (sekitar 57%) juga turut berdampak pada sulitnya

    menggenjot penerimaan pajak. Pemetaan potensi dan pengenaan basis pajak yang relatif lebih

    sulit di sektor informal serta relatif banyaknya insentif pajak (atau pembebasan pengenaan

    pajak) yang diberikan di sektor tersebut, misal pertanian dan perikanan, menjadi salah satu

    tantangan tersendiri bagi pemerintah.

  • 10

    Faktor lain yang tidak kalah penting adalah tingkat kepatuhan wajib pajak. Reformasi di bidang

    administrasi perpajakan, antara lain melalui simplifikasi pendaftaran NPWP serta penyampaian

    laporan SPT secara elektronik merupakan salah satu capaian positif di sektor perpajakan.

    Kebijakan tersebut berhasil meningkatkan jumlah penduduk yang memiliki NPWP dan

    kepatuhan dalam menyampaikan SPT. Namun, tingginya tingkat kepatuhan penyampaian SPT

    tidak serta merta dapat dijadikan indikasi bahwa informasi perpajakan di dalamnya telah

    disampaikan secara akurat. Hal ini diperkuat hasil survei OECD yang menunjukkan bahwa

    penghindaran pajak merupakan salah satu masalah yang cukup krusial di Indonesia (Lewis

    2019). Menggali potensi pengenaan objek pajak baru tentu merupakan hal yang sangat penting

    untuk terus dilakukan, misal pajak terhadap e-commerce, content providers, dan sebagainya.

    Akan tetapi, perluasan basis objek pajak baru di tengah tekanan pelambatan ekonomi global

    dikhawatirkan menjadi disinsentif bagi pelaku usaha yang pada gilirannya justru menjadi

    kontraproduktif bagi penerimaan perpajakan secara keseluruhan. Untuk itu, meningkatkan

    kepatuhan dan penegakan hukum atas kewajiban pembayaran pajak yang sudah jelas diatur

    perlu mendapat porsi yang lebih besar. Penguatan basis data perpajakan, pemanfaatan teknologi

    dan kapasitas SDM, serta sinergitas antar institusi, baik di dalam maupun di luar negeri, jauh

    lebih penting daripada sekedar menitikberatkan pada penambahan jumlah pegawai pajak.

    Program pengampunan pajak (tax amnesty). yang diklaim merupakan salah satu yang tersukses

    di dunia semestinya menjadi momentum yang sangat tepat untuk mendorong kepatuhan dan

    penegakan hukum bagi wajib pajak.

  • 11

    Tabel 2. Kinerja Sektor Perpajakan

    Tahun

    Kontribusi Pajak

    terhadap APBN6

    Realisasi Penerimaan

    Pajak7

    Pertumbuhan Target

    Penerimaan Pajak8

    Tax Ratio9

    2000 56,45% 104,37% - 7,87%

    2001 61,63% 100,44% 66,33% 10,90%

    2002 70,37% 97,85% 16,23% 11,27%

    2003 70,90% 97,42% 15,72% 11,81%

    2004 69,55% 100,85% 11,97% 12,10%

    2005 70,08% 98,60% 26,51% 12,36%

    2006 64,14% 96,27% 20,76% 11,92%

    2007 69,37% 99,79% 15,75% 12,17%

    2008 67,10% 108,12% 23,82% 12,99%

    2009 73,04% 95,09% 7,01% 11,06%

    2010 72,67% 97,31% 14,01% 11,36%

    2011 72,19% 99,45% 18,21% 12,17%

    2012 73,28% 96,49% 15,65% 12,48%

    2013 74,87% 93,81% 13,00% 12,50%

    2014 73,97% 92,04% 8,51% 12,16%

    2015 82,25% 83,29% 19,51% 12,11%

    2016 82,59% 83,48% 3,35% 12,00%

    2017 80,63% 91,23% -4,32% 11,53%

    2018 78,14% 93,86% 9,87% -

    2019 82,51% 64,56%10 10,4% -

    Sumber: Kemenkeu, OECD

    Gambar 6. Perbandingan Tax Ratio di Beberapa Negara Tahun 2017

    Sumber: OECD

  • 12

    Penerimaan cukai secara nominal menunjukkan tren kenaikan dari tahun ke tahun. Namun

    pertumbuhannya dalam lima tahun terakhir tercatat hanya sekitar 35%, cukup jauh

    dibandingkan pertumbuhan pada lima tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 100%.

    Kenaikan cukai hasil tembakau yang cukup signifikan pada tahun 2020 serta rencana

    pengenaan cukai terhadap penggunaan plastik merupakan salah satu langkah tepat untuk

    meningkatkan potensi penerimaan negara sekaligus menekan konsumsi kedua barang tersebut.

    Namun yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan pengawasan untuk mengurangi

    jumlah rokok ilegal yang beredar di masyarakat.

    Sementara itu, meski kontribusinya terhadap APBN relatif menurun seiring naiknya porsi

    penerimaan dari sektor perpajakan, kinerja penerimaan negara yang bersumber dari PNBP pada

    2014 – 2018 relatif lebih baik dari periode-periode sebelumnya. Pada tahun 2018, realisasi

    PNBP mencapai lebih dari 148% dari target yang ditetapkan di APBN, tertinggi dalam dua

    dekade terakhir.

    2. Kinerja Pengeluaran

    Belanja negara terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pada periode pertama

    pemerintahan Presiden Joko Widodo, jumlah realisasi belanja negara berhasil mencapai lebih

    dari Rp2.000 triliun dalam satu tahun APBN. Artinya, hanya dalam waktu delapan tahun,

    APBN telah naik lebih dari dua kali lipat. Namun jika dilihat dari pertumbuhan tahunan,

    kenaikan APBN relatif lebih lambat dibanding periode pemerintahan sebelumnya. Selama 10

    tahun pemerintahan Presiden SBY, APBN tumbuh rata- rata sebesar 16,35% per tahun

    sementara selama periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo, APBN rata-rata naik

    sebesar 5,61%. Dari sisi penyerapan anggaran, kinerja kementerian dan lembaga juga relatif

    lebih rendah dibanding periode-periode sebelumnya, bahkan pada tahun 2016 tingkat

    penyerapan anggaran kurang dari 90%, terendah dalam dua dekade terakhir.

    Beberapa hal positif perlu digarisbawahi terkait alokasi belanja negara. Kebijakan pemotongan

    subsidi BBM merupakan salah satu lompatan besar pemerintah dalam lima tahun terakhir. Pada

    tahun 2015, anggaran belanja subsidi turun sekitar 50% tahun sebelumnya dan terus turun

    dalam beberapa tahun terakhir. Namun, realisasi belanja subsidi tahun 2018 kembali

    mengalami kenaikan seiring naiknya harga minyak dan pelemahan Rupiah.

  • 13

    Turunnya belanja subsidi dalam beberapa tahun terakhir memberikan ruang fiskal yang lebih

    lebar bagi pemerintah untuk mengalokasikannya pada sektor lain, terutama infrastruktur.

    Anggaran belanja infrastruktur tercatat mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu

    hampir 170% dalam lima tahun terakhir. Lebih dari 200 proyek strategis nasional, termasuk di

    dalamnya 37 proyek infrastruktur prioritas, ditargetkan untuk dilaksanakan sepanjang tahun

    2015 – 2019. Meskipun masih banyak kendala pada tataran implementasi, antara lain terkait

    pembebasan lahan, proses tender, dan overutilisation BUMN, capaian pembangunan di sektor

    infrastruktur perlu diapresiasi. Data dari World Bank, misalnya, menunjukkan bahwa Logistic

    Performance Index (LPI) Indonesia naik dari 3,08 pada tahun 2014 menjadi 3,15 pada tahun

    2018. Dari sisi peringkat juga terjadi kenaikan dari 53 menjadi 46. Pengembangan skema

    dukungan pemerintah, antara lain melalui skema Viability Gap Fund dan Availability Payment,

    diyakini dapat mendorong kontribusi KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) dalam

    mendukung pembiayaan infrastruktur.

    Alokasi belanja di sektor pendidikan meningkat dalam lima tahun terakhir, namun secara

    proporsi relatif stagnan di kisaran 20%. Sebaliknya, porsi anggaran di bidang kesehatan

    menunjukkan tren peningkatan dalam lima tahun terakhir. Satu hal yang perlu dicermati, dalam

    lima tahun terakhir terjadi peningkatan porsi belanja pegawai dibanding periode pemerintahan

    sebelumnya. Padahal pada saat yang bersamaan Pemerintah tidak menaikkan gaji ASN dan juga

    adanya moratorium penerimaan CPNS sejak tahun 2015. Kenaikan tersebut mungkin

    disebabkan proses remunerasi sebagai bagian dari proses reformasi birokrasi yang masih terus

    berjalan di beberapa kementerian/lembaga. Dengan kembali dibukanya pendaftaran CPNS

    sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah perlu mewaspadai pembengkakan porsi belanja

    pegawai yang dapat berdampak pada menyempitnya ruang gerak fiskal.

  • 14

    Tabel 3. Alokasi Belanja Negara (Rp Triliun)

    Tahun Pendidikan Kesehatan Infrastruktur Pegawai Barang/Jasa Modal Total Belanja

    2010 216,7 29,9 148,1 97,6 80,3 1.042,1

    2011 258,3 36,1 114,2 175,7 124,6 117,9 1.295,0

    2012 297,4 40,6 145,5 197,9 140,9 145,1 1.491,4

    2013 332,2 46,3 168,5 221,7 169,7 180,9 1.650,6

    2014 353,4 59,6 154,1 243,7 176,6 147,3 1.767,3

    2015 390,3 69,3 256,1 281,1 233,3 215,4 1.796,6

    2016 370,8 92,8 269,1 305,1 259,6 169,5 1.864,3

    2017 406,1 92,2 379,7 312,7 291,5 208,7 2.004,1

    2018 431,7 109,0 394,0 346,9 347,5 184,1 2.213,1

    2019 492,5 123,1 415,0 381,6 345,2 189,3 2.461,1

    3. Kinerja Pembiayaan

    Utang menjadi isu yang cukup panas dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian masyarakat

    mengkritik jumlah utang pemerintah yang naik signifikan dalam lima tahun terakhir. Kritik

    tersebut cukup beralasan mengingat data lima tahun terakhir menunjukkan bahwa utang

    pemerintah naik sekitar 71,69%, yaitu dari sebesar Rp2.609 triliun pada akhir tahun 2014

    menjadi sebesar Rp4.479 triliun pada akhir tahun 2018. Dalam empat tahun terakhir,

    outstanding utang pemerintah tumbuh rata-rata sekitar 15% per tahun, atau hampir dua kali

    lipat pertumbuhan utang tahunan selama 10 tahun pemerintah Presiden SBY. Di sisi lain,

    nominal defisit APBN hanya tumbuh sebesar 6% per tahun. Dengan kata lain, pertumbuhan

    utang lebih tinggi dari pertumbuhan nominal defisit APBN. Hal ini dikarenakan adanya pos

    penyertaan modal, khususnya BUMN infrastruktur, yang tidak masuk dalam komponen

    penghitungan defisit APBN. Rasio utang terhadap PDB juga menunjukkan kenaikan, yaitu dari

    24,7% pada akhir 2014 menjadi 29,9% pada akhir 2018. Angka tersebut masih jauh lebih

    rendah dari batas maksimum yang disyaratkan dalam undang-undang, yaitu sebesar 60% dari

    PDB.

    Meski level utang pemerintah masih dalam batas aman, pemerintah perlu waspada dan berhati-

    hati dalam kebijakan pengelolaan utang. Yang pertama, pemerintah perlu memastikan bahwa

    alokasi belanja negara efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa didukung

    alokasi anggaran ke sektor-sektor yang produktif, pertumbuhan utang pemerintah tidak akan

    sustainable. Selain itu, porsi utang (berupa Surat Berharga Negara/SBN) dalam denominasi

    mata uang asing menunjukkan peningkatan dalam lima tahun terakhir. Hal ini tentu saja

    berdampak pada meningkatnya eksposur utang pemerintah terhadap risiko pergerakan nilai

  • 15

    tukar, terlebih dalam beberapa tahun ke depan ekonomi global diperkirakan masih belum stabil.

    Kebijakan penerbitan SBN dalam denominasi mata uang asing perlu lebih selektif dan

    disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan pemerintah. Hal lain yang perlu diwaspadai adalah

    porsi kepemilikan asing yang relatif cukup tinggi. Di satu sisi hal ini menunjukkan kepercayaan

    investor global terhadap Indonesia, namun di sisi lain juga meningkatkan eksposur risiko

    pembalikan modal secara tiba-tiba (sudden reversal). Untuk itu, meningkatnya penerbitan

    utang perlu diimbangi upaya pendalaman pasar dan perluasan basis investor domestik yang

    lebih optimal. Namun, upaya ini tidak akan efektif tanpa diimbangi peningkatan kapasitas dan

    likuiditas pasar keuangan domestik. Selain itu, koordinasi antar otoritas sangat penting untuk

    mencegah terjadinya kanibalisme atau ‘perebutan’ likuiditas antara pemerintah, bank, dan

    pelaku pasar lainnya.

    Sumber: Statistik Sistem Keuangan Indonesia, Bank Indonesia

    Sumber: Statistik Sistem Keuangan Indonesia, Bank Indonesia

    Tabel 4. Persentase Kepemilikan Asing di Obligasi Pemerintah

    2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

    Indonesia 18,56 30,53 30,8 32,98 32,54 38,13 38,21 37,55 39,82 37,71 38,64

    Japan 5,97 6,45 8,5 8,56 8,45 9,07 10,43 10,63 11,23 N/A N/A

    Korea 7,64 11,05 12,9 10,91 10,72 10,81 10,05 10,47 11,21 11,8 N/A

    Malaysia 13,48 21,63 26,6 30,1 29,4 29,02 31,7 32,16 29,23 23,99 22,99

    Thailand 3,23 7,22 11,51 16,37 17,42 18,3 14,23 14,1 15,57 18,48 17,21

  • 16

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Asian Bonds Online, 2019, https://asianbondsonline.adb.org/data-portal/ Badan

    Pusat Statistik 2019, Tenaga Kerja, https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-

    kerja.html#subjekViewTab3

    2. Bank Indonesia, 2019, Statistik Sistem Keuangan Indonesia

    3. Kemenkeu 2019, ‘APBN KiTa: Kinerja dan Fakta’, Edisi November 2019,

    https://www.kemenkeu.go.id/apbnkita

    4. Kemenkeu 2018, ‘APBN KiTa: Kinerja dan Fakta’, Edisi November 2018,

    https://www.kemenkeu.go.id/apbnkita

    5. Kemenkeu, 2019, Portal Data APBN, http://www.data-apbn.kemenkeu.go.id/

    6. Lewis, C 2019, Raising more public revenue in Indonesia in a growth-and equity-

    friendly way, OECD Economics Department Working Paper Series No. 1534.

    7. OECD, 2019, ‘Revenue Statistics in Asian and Pacific Economies 2019 -

    Indonesia’, https://www.oecd.org/tax/tax-policy/revenue-statistics-asia-and-pacific-

    indonesia.pdf

    https://asianbondsonline.adb.org/data-portal/https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html#subjekViewTab3https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html#subjekViewTab3https://www.kemenkeu.go.id/apbnkitahttps://www.kemenkeu.go.id/apbnkitahttp://www.data-apbn.kemenkeu.go.id/https://www.oecd.org/tax/tax-policy/revenue-statistics-asia-and-pacific-indonesia.pdfhttps://www.oecd.org/tax/tax-policy/revenue-statistics-asia-and-pacific-indonesia.pdf

  • 17

    Performa Perdagangan Internasional dan Diplomasi Indonesia di

    Periode 2014-2019

    M. Putra Hutama

    Pada bagian ini disajikan ulasan mengenai performa perdagangan internasional dan diplomasi

    ekonomi Indonesia di periode 2014-2019. Kami mengevaluasi neraca perdagangan Indonesia

    dengan melihat selisih ekspor dan impor serta mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang

    menyebabkan Indonesia mengalami surplus/defisit perdagangan. Tulisan ini juga akan

    menyajikan data 10 besar komoditas (HS6) utama ekspor Indonesia dalam 5 tahun terakhir.

    Lebih lanjut, kami akan menjabarkan beberapa kebijakan pemerintah dalam meningkatkan

    jumlah ekspor melalui diplomasi perjanjian dagang bilateral maupun multilateral. Saat ini,

    Indoensia sudah memiliki beberapa perjanjian perdagangan bebas multilateral, yaitu AFTA

    (Asean Free Trade Agreement) dan 3 perjanjian bilateral dengan Jepang, Chile dan Pakistan.

    Diakhir bagian, kami akan menjabarkan potensi dan tantangan perdangan international dan

    diplomasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia 5 tahun ke depan.

    Secara teori, perdagangan internasional dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi (Kerr & Gaisford, 2007). Hal tersebut

    terjadi dikarenakan setiap negara yang terlibat dalam perdagangan international secara otomatis

    dapat mencipatakan spesialisasi produk atau jasa sehingga harga produksi lebih efisien. Harga

    produksi yang lebih efisien dapat menurunkan harga penjualan yang membuat konsumen atau

    masyarakat bisa menikmati lebih banyak produk atau jasa. Perdangangan internasional juga

    dapat menstimulus foreign direct investment atau investasi luar negeri, hal tersebut dapat

    mendorong inovasi, serta transfer pengetahuan dan teknologi. Meskipun demikian, tentunya

    setiap negara tetap perlu melakukan kalkulasi untuk mengukur biaya dan manfaat dari membuka

    pasar impor serta mencari sebanyak banyaknya negara untuk pasar ekspor. Perjanjian dagang

    baik preferrential maupun free trade agreement (FTA) menjadi salah satu strategi bagi setiap

    negara untuk meningkatkan arus ekspor dan impor baik bilateral maupun multilateral.

    Performa Perdagangan Internasional Indonesia 2014-2018

    Dalam 5 tahun terakhir, Indonesia mencatatkan nilai ekspor yang fluktuatif. Pada periode 2014-

    2016, nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan hingga 17,9 %. Akan tetapi, sejak tahun

    2016 sampai tahun 2018, ekspor indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar

  • 18

    24,7%. Naik turunnya nilai ekspor Indonesia sejalan dengan naik turunnya nilai ekspor global.

    Hal serupa juga menjelaskan terjadinya penurunan impor Indonesia sebesar 23,9% dari 2014

    hingga 2016 dan mengalami kenaikan kembali sebesar 39,1% dari 2016 hingga 2018.

    Penurunan ekspor dan impor Indonesia sejalan dengan penurunan jumlah volume perdagangan

    global 2014-2017. Hal ini terindikasi karena pada tahun tersebut expor dan impor global “lesu”

    dikarenakan komitmen inggris untuk keluar dari European Union (Brexit) dan mulainya perang

    dagang antara China dan USA.

    Performa neraca perdagangan Indonesia pada awal periode Presiden Jokowi memiliki tren yang

    meningkat. Pada tahun 2014 Indonesia mencatatkan defisit perdagangan sebesar 2,1 miliar

    USD. Selanjutnya Indonesia mengalami kenaikan hingga mencapai puncaknya pada tahun

    2017, dimana neraca perdagangan surplus sebesar 11,9 miliar USD. Akan tetapi pada tahun

    2018, Indonesia kembali mencatatkan performa negatif. Neraca perdagangan kembali defisit

    sebesar -8,5 miliar USD atau lebih buruk 6,4 miliar USD dari tahun 2014.

    Gambar 7. Neraca Perdagangan Indonesia 2014-2018

    Sumber: Trademap

    Pada Tabel 3 dapat kita lihat pembagian komoditas ekspor dan impor Indonesia yang terbagi

    ke dalam produk migas dan produk non migas. Cukup menarik bahwasannya terjadi penurunan

    yang cukup drastis sebesar 43,4% pada impor produk migas 2014-2017. Hal tersebut sejalan

    dengan penghapusan kebijakan BBM bersubsidi oleh pemerintah. Jika hanya mengacu

    terhadap produk non-migas, sejak tahun 2014 hingga 2017 Indonesia mencatat surplus

    perdagangan mengalami peningkatan sebesar 81,4%. Akan tetapi pada tahun 2018, neraca

    Juta

    USD

    200

    180

    160

    140

    120

    100

    80

    60

    15,0

    10,0

    5,0

    -

    2014 2015 2016 2017 2018

    Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca Perdagangan - kiri

  • 19

    produk non migas Indonesia mengalami penurunan yang signifikan sebesar 80% akibat

    terjadinya peningkatan nilai impor. Faktor yang disinyalir menyebabkan naiknya nilai impor

    yaitu pelemahan nilai tukar rupiah pada tahun 2017-2018 yang mengakibatkan nilai impor

    Indonesia melonjak atau yang lebih dikenal dengan istilah J-curve effect.

    Tabel 3. Neraca Perdagangan Migas dan Non-Migas (Juta USD) URAIAN 2014 2015 2016 2017 2018

    EKSPOR 175.980,00 150.366,30 145.186,20 168.828,20 180.012,70

    - MIGAS 30.018,80 18.574,40 13.105,50 15.744,30 17.171,70

    - NON MIGAS 145.961,20 131.791,90 132.080,80 153.083,90 162.840,90

    IMPOR 178.178,80 142.694,80 135.652,90 156.985,60 188.711,20

    - MIGAS 43.459,90 24.613,20 18.739,30 24.316,00 29.868,40

    - NON MIGAS 134.718,90 118.081,60 116.913,60 132.669,50 158.842,80

    NERACA -2.198,80 7.671,50 9.533,30 11.842,60 -8.698,60

    - MIGAS -13.441,10 -6.038,80 -5.633,90 -8.571,70 -12.696,70

    - NON MIGAS 11.242,30 13.710,30 15.167,20 20.414,30 3.998,10

    Sumber: BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan

    Faktor lain yang menyebabkan Indonesia mengalami kenaikan impor khususnya pada tahun

    2017 dan 2018 adalah kenaikan impor migas. Hal tersebut adalah dampak dari pemerintah

    memutuskan untuk tidak menaikan harga BBM jenis premium. Pada tahun 2018 Pemerintah

    tidak menaikan harga BBM jenis premium dikarenakan daya beli masyarakat yang sedang lesu

    (CNN, 2018). Melebarnya defisit dari produk migas dan penurunan surplus dari produk non

    migas menyebabkan pada tahun 2018 Indonesia mengalami defisit neraca dagang.

    Komoditas Utama Indonesia

    Berikut kami menyajikan 10 komoditas (HS6) utama Indonesia beserta nilai ekspor 5 tahun

    terakhir. Dapat dilihat pada tabel dibawah, dari 10 produk ekspor Indonesia terdapat 7 produk

    yang mengalami penurunan nilai ekspor pada tahun 2018 sedangkan hanya 3 produk yang

    mengalami kenaikan yaitu batu bara, biji tembaga, dan batu bara muda. Seiring dengan

    peningkatan nilai ekspor Indonesia di periode 2014-2018, dapat dikatakan Indonesia memiliki

    beberapa produk lainnya yang secara nilai ekspornya meningkat tidak terpaut dengan

    komoditas utama saja.

  • 20

    Sepuluh besar negara tujuan ekspor adalah Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, India,

    Singapura, Korea Selatan, Malaysia, Filipina dan Thailand. Pada kondisi saat ini dimana

    Indonesia mengalami depresiasi atau penurunan nilai tukar, seharusnya Indonesia dapat

    meningkatkan jumlah nilai ekspor Indonesia karena barang-barang Indonesia menjadi lebih

    kompetitif secara harga khususnya untuk komoditas unggulan Indonesia.

    Tabel 4. Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia (Ribu USD)

    HS 6

    Code HS 6 Digit 2014 2015 2016 2017 2018

    151190 Coal 9.289.576 7.499.532 6.532.251 10.481.88

    5

    14.074.12

    6

    151190 Palm oil and its fractions 13.258.16

    3

    10.997.18

    1

    11.059.84

    7

    13.814.89

    6

    12.951.02

    3

    271111 Natural gas, liquefied 11.704.46

    4 7.356.930 5.146.437 6.185.173 6.959.160

    270112 Bituminous coal 9.404.300 7.217.732 6.365.838 7.380.177 6.536.145

    270900 Petroleum oils, crude 9.271.214 6.479.432 5.196.717 5.237.639 5.120.474

    260300 Copper ores 1.683.588 3.277.158 3.481.557 3.439.604 4.186.742

    400122 Natural rubber “TSNR” 4.595.062 3.564.085 3.242.193 4.959.556 3.836.614

    271121 Natural gas, gaseous state 5.471.346 2.971.637 1.845.915 2.599.883 3.632.906

    151110 Crude palm oil 4.206.741 4.388.094 3.305.575 4.698.225 3.576.825

    270210 Lignite 2.121.529 1.281.696 1.613.044 2.594.188 3.329.336

    Sumber: Trademap

    Diplomasi Ekonomi Melalui Perjanjian Dagang

    Diplomasi ekonomi menjadi salah satu prioritas dalam politik luar negeri Indonesia dalam lima

    tahun terakhir dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan volume

    ekspor Indonesia ( Kementerian Luar Negeri Indonesia, 2015). Menurut data yang didapat dari

    Kementerian Perdagangan, sejauh ini Indonesia memiliki 1 multilateral FTA dengan Negara

    ASEAN (AFTA) (1993), serta AFTA dengan beberapa negara seperti Australia, Selandia Baru,

    India, Jepang, Tiongkok dan Korea Selatan serta 3 perjanjian bilateral dengan Jepang, Pakistan

    dan Chile. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam dan Thailand

    berdasarkan jumlah perjanjian bilateral, Indonesia mengalami ketinggalan dengan Thailand

    dan Malaysia yang telah memiliki 7 perjanjian bilateral dan memiliki jumlah perjanjian yang

    sama dengan Vietnam (Mandiri Group Research, 2019).

    Selama 5 tahun terakhir, Indonesia hanya menyepakati 1 perjanjian bilateral yaitu dengan

    Chile. Hal tersebut bukan berarti bahwa Pemerintah telah gagal dalam berdiplomasi ekonomi.

    Saat ini Indonesia mempunyai 16 perjanjian yang sedang dinegosiasikan dan 2 perjanjian yang

  • 21

    sudah ditandatangani namun masih dalam proses ratifikasi. Serta, terdapat 11 negosiasi awal

    yang telah diinisiasi oleh pemerintah dalam rentang waktu 2017-2018. Hal tersebut dapat

    diartikan bahwa Indonesia telah melakukan usaha yang baik dalam mempromosikan ekspor

    melalui penghapusan/penurunan tarif. Dalam negosiasi perjanjian perdagangan, pemerintah

    harus mendapatkan penurunan tarif yang dapat meningkatkan nilai ekspsor dan pangsa pasar

    produk Indonesia. Dari sisi penurunan tarif oleh Indonesia, pemerintah harus

    mempertimbangkan tarif produk apa saja yang perlu menjadi perhatian agar tidak mematikan

    perusahaan dalam negeri. Lebih lanjut, pemerintah telah melakukan tinjauan umum terhadap

    IJEPA di tahun 2019 (Kementerian Perdagangan, 2019). Hal tersebut merupakan kebijakan

    yang sangat baik karena Indonesia dapat mereviu kembali komoditas mana yang perlu

    mendapatkan penurunan tarif serta komoditas mana yang tidak relevan untuk mendapatkan

    penurunan tarif dikarenakan Indonesia tidak memiliki kapasitas untuk mengekspor produk

    tersebut.

    Potensi dan Tantangan Indonesia 2019-2024

    Pada tahun 2020, Uni Eropa melarang penggunaan produk kelapa sawit yang akan membuat

    Indonesia mengalami penurunan nilai ekspor yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan kelapa

    sawit merupakan produk unggulan Indonesia, perlu diingat bahwa Indonesia merupakan

    penghasil terbesar kelapa sawit. Melalui negosiasi perjanjian CEPA (comprehensive Economic

    Partnership Agreement) dengan Uni Eropa, diharapkan dapat membuka peluang Indonesia

    tetap bisa mengekspor produk kelapa sawit ke Eropa.

    Guna meningkatkan ekspor Indonesia, pemerintah harus segera menambah jumlah perjanjian

    bilateral maupun perjanjian multilateral yang tentunya dapat menguntungkan produk

    Indonesia. Hal ini dapat tercapai jika hasil negosiasi, Indonesia mendapatkan fasilitas

    penurunan atau penghapusan tarif untuk komoditas unggulan Indonesia. Lebih lanjut,

    pemerintah perlu memberi stimulus bagi kalangan industri Indonesia khususnya yang

    berorientasi ekspor agar menjadi lebih efisien dan lebih kompetitif, sehingga Indonesia bisa

    mengambil pangsa pasar produk ekspor negara lain. Strategi ini tentunya dapat meningkatkan

    nilai ekspor Indonesia untuk jangka panjang. Dari sisi Impor, pemerintah juga harus

    memperhatikan Industri Indonesia dalam memberikan penurunan tarif untuk negara mitra. Hal

    ini bertujuan agar produk dalam negeri mampu bersaing dengan produk luar negeri.

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kementerian Luar Negeri Indonesia. (2015). Rencana Strategis 2015 - 2019. Retrieved from

    kemlu.go.id:

    https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVud

    GVyaWFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJTIwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUl

    Mj AyMDE1LTIwMTkucGRm

    2. CNN. (2018, 10 10). Daya Beli jadi Alasan Jokowi Tunda Kenaikan Harga Premium.

    Retrieved from CNN Indonesia:

    https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181010190446-85-337448/daya-beli-jadi

    alasan-jokowi- tunda-kenaikan-harga-premium

    3. Kementerian Perdagangan. (2019). Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan

    Internasional. Retrieved from List Perjanjian Dagang: http://ditjenppi.kemendag.go.id/

    4. Kerr, W. A., & Gaisford, J. D. (2007). Handbook on International Trade. Massachusetts:

    Edward Elgar Publishing, Inc.

    5. Mandiri Group Research. (2019). Special Topic on Free Trade Agreements: Capitalizing

    Bilateral Agreements to Promote Export. Jakarta: Mandiri Office of Chief Economist .

    www.trademap.com http://ditjenppi.kemendag.go.id/

    https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGhttps://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGhttps://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGVyaWFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJTIwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUlMjAyMDE1LTIwMTkucGRmhttps://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGVyaWFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJTIwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUlMjAyMDE1LTIwMTkucGRmhttps://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGVyaWFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJTIwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUlMjAyMDE1LTIwMTkucGRmhttps://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181010190446-85-337448/daya-beli-jadi%20alasan-jokowi-https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181010190446-85-337448/daya-beli-jadi%20alasan-jokowi-https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181010190446-85-337448/daya-beli-jadi-alasan-jokowi-tunda-kenaikan-harga-premiumhttp://ditjenppi.kemendag.go.id/http://www.trademap.com/http://ditjenppi.kemendag.go.id/

  • 23

    Performa Pembangunan Regional Indonesia di Periode 2014-

    2019: Peranan Dana Desa

    Achyar Al Rasyid

    Dana Desa diatur dalam Undang-Undang (UU) no. 6 tahun 2014, lalu turunannya diatur dalam

    Pertauran Pemerintah (PP) no. 47 tahun 2015 tentang perubahan atas PP 43/2014 tentang

    peraturan pelaksanaan UU no. 6 tahun 2015 dan PP no. 8 tahun 2016 tentang perubahan kedua

    atas PP no. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN. Selanjutnya kedua

    PP tersebut diturunkan lagi masing-masing dengan Pertaruan Kementerian Dalam Negeri

    (PERMENDAGRI), Peraturan Kementerian Desa (PERMENDES), dan Peraturan

    Kementerian Keuangan (PMK). Pengertian Dana Desa itu sendiri adalah dana APBN yang

    diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan diprioritaskan

    untuk pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Tujuan utama dari dana

    desa yaitu meningkatkan pelayanan publik di desa, mengentaskan kemiskinan, memajukan

    perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa, dan memperkuat

    masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

    Pencapaian Dana Desa

    Pemerintah telah mengalokasikan anggaran Dana Desa dengan jumlah yang cukup besar untuk

    selanjutnya diberikan kepada desa-desa di seluruh Indonesia. Dana desa pada tahun 2015

    dianggarkan sebesar Rp20,7 triliun, yang artinya rata-rata setiap desa memperoleh alokasi

    sebesar Rp280 juta. Alokasi ini meningkat pada tahun 2016 menjadi Rp46,98 triliun dimana

    setiap desa memperoleh rata- rata sebesar Rp628 juta, dan selanjutnya di tahun 2017 kembali

    meningkat menjadi Rp 60 Triliun yang artinya setiap desa memperoleh rata-rata sebesar Rp800

    juta.

    Hasil evaluasi tahun pelaksanaan 2015-2017 menunjukkan bahwa Dana Desa berkontribusi

    dalam pembangunan sarana/prasarana bagi masyarakat, yaitu berupa terbangunnya 914 ribu

    meter jembatan; lebih dari 95,2 ribu kilometer jalan desa; 2.201 unit tambatan perahu; 21.357

    unit PAUD; 19.485 unit sumur; 6.041 unit POLINDES; 103.405 unit drainase dan irigasi;

    22.616 unit sambungan air bersih;

    5.220 unit Pasar Desa; 10.964 unit Posyandu; 1.338 unit embung; dan 21.811 unit BUMDesa;

  • 24

    Data lapangan pada tahun 2015 jumlah penyerapan tenaga kerja akibat dari kontribusi Dana

    Desa berjumlah 1,7 juta jiwa. Selanjutnya, tenaga kerja yang diserap pada tahun 2016 sebagai

    akibat dari kontribusi Dana Desa sejumlah 3,9 juta jiwa. Tenaga kerja yang terserap pada tahun

    2017sebagai akibat dari kontribusi Dana Desa berjumlah 5 juta jiwa. Dengan diasumsikan

    bahwa tenaga kerja yang mampu diserap POLINDES sebanyak 18.123 jiwa, Posyandu mampu

    menyerap sebanyak 64.071 jiwa, BUMDes dapat menyerap 65.919 jiwa, pasar dapat menyerap

    15.660 jiwa, dan PAUD mampu menyerap 41.919 jiwa.

    Program Pada Karya Tunai (PDT) Menjadi Ujung Tombak

    Untuk menurunkan angka kemiskinan, gizi buruk,dan pembangunan di desa, pada awal 2018

    kebijakan Padat Karya Tunai (PDT) digulirkan oleh pemerintah sebagi bagian dari program

    Dana Desa (DD) untuk pembangunan. Kebijakan ini merupakan turunan dari Surat Keputusan

    Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan Percepatan

    Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 (UU Desa) yang diterbitkan pada Desember

    2017. Program ini adalah program swakelola pembangunan pedesaan dengan menggunakan

    dana desa. Program ini melibatkan secara aktif masyarakat desa, dengan tujuan menyerap

    tenaga kerja di desa. Di samping itu, program ini juga tentunya berorientasi dalam menunjang

    pertumbuhan ekonomi desa-desa dengan kriteria implementasi yang mewajibkan tenaga kerja

    berasal dari lokal desa, dengan 30% anggaran wajib dialokasikan untuk upah, serta bahan dan

    barang material wajib dibeli di desa, dan hanya jika tidak tersedia, maka bias dibeli di tingkat

    kecamatan. Harapan utama program ini adalah kelompok marjinal di desa bias ikut terlibat

    menjadi tenaga kerja. Kelompok marginal yang dimaksud adalah keluarga miskin, penganggur

    dan setengah penganggur, serta keluarga yang beranggotakan anak balita penderita gizi buruk.

    Sehingga tambahan pendapatan bisa diperoleh oleh mereka yang berefek pada perbaikan

    kehidupan. Melalui Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Desa Tahun 2018 untuk Padat Karya

    Tunai (Juknis PKT), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

    (KemendesPDTT) mewajibkan seluruh desa penerima DD untuk melaksanakan PKT, dengan

    ketentuan, antara lain, desa:

    1. wajib mengalokasikan minimal 30% anggaran kegiatan pembangunan yang berasal dari

    DD (DD-Kegiatan Pembangunan) untuk membayar upah tenaga kerja;

    2. melakukan pemusatan kembali (refocusing) penggunaan porsi DD tersebut pada tiga

    hingga lima kegiatan pembangunan sesuai Peraturan Mendes PDTT No. 19 Tahun 2017

    tentang Penetapan Prioritas Penggunaan DD; dan

  • 25

    3. wajib mengutamakan warga marginal dalam perekrutantenaga kerja yang mencakup tenaga

    kerja ahli, pembantutenaga kerja ahli, dan tenaga dari masyarakat desa setempat.

    Pengaruh Dana Desa Terhadap Kesenjangan dan Pengentasan Kemiskinan

    Selama dua tahun terakhir (2017-2018) dana desa meningkatkan kualitas hidup masyarakat

    desa, antara lain dengan menurunnya rasio ketimpangan perdesaan dari 0,34 pada tahun 2014

    menjadi 0,32 di tahun 2017. Menurunnya jumlah penduduk miskin perdesaan dari 17,7 juta

    tahun 2014 menjadi 17,1 juta tahun 2017 dan, adanya penurunan persentase penduduk miskin

    perdesaan dari 14,09% pada tahun 2015 menjadi 13,93% di tahun 2017.

    Dana Desa tidak bisa dipungkiri merupakan suatu program yang positif bagi pembangunan di

    daerah. Program ini merupakan hasil kesamaan persepsi dan pemikiran DPR sebagai

    pembentuk Undang- Undang serta pemerintah sebagai eksekutor. Dasar pemikiran utamanya

    adalah semangat desentralisasi, yaitu mewujudkan Indonesia adil dan makmur dengan

    pelibatan seluruh elemen masyarakat sampai ke tingkatan paling bawah, yaitu desa. Dengan

    kata lain, program ini juga memiliki semangat pemerataan ekonomi bagi seluruh lapisan

    masyarakat.

    Permasalahan dan Rekomendasi

    Oleh sebab itu, program ini penting untuk dilanjutkan meskipun tentu terdapat beberapa catatan

    untuk memperbaiki dan meningkatan pengaruh positif dari program Dana Desa. Salah satunya

    adalah perlu adanya peningkatan kapasitas secara konsisten bagi sumber daya manusia (SDM)

    pemerintah desa. Beberapa penelitian menemukan bahwa salah satu masalah utama penyaluran

    Dana Desa terdapat pada manajemen penyaluran dan pelaporan yang dilakukan pemerintah

    desa15. Manajemen penyaluran yang dimaksud menyangkut kemampuan menganalisa dan

    membuat keputusan (decision making) skala prioritas dana desa. Aparatur desa menjadi bagian

    pemerintah ditingkatan terbawah yang menjalankan program ini. Sehingga kemampuan,

    kapasitas, serta kemahiran dalam mengelola birokrasi pemerintah desa menjadi kunci dalam

    optimalnya dana desa. Aparatur pemerintah desa perlu dengan detil, cermat, dan inovatif dalam

    melihat potensi yang ada di desanya. Setelah itu perlu dibuat skala prioritas dalam hal

    penyaluran program dana desa. Terakhir diperlukan implementasi dan eksekusi program

    lapangan dengan langkah yang “out of the box” dalam tataran pelaksanaan ide, sehingga

    program yang dijalankan bukan hanya program rutinitas tapi juga memberikan kebermanfaatan

  • 26

    yang tinggi pada masyarakat desa. Secara keseluruhan kemampuan aparatur desa ini perlu

    diupgrade secara baik karena menjalankan program dana desa sama dengan perlunya

    mengupgrade kemampuan manajerial, mengelola birokrasi, serta pemikiran kreatif dan inovatif

    pada tingkatan pelaksanaan terbawah yaitu aparatur pemerintah desa. Disamping itu, masalah

    lainnya adalah terdapat masalah pada kualitas pelaporan yang erat kaitannya dengan

    kemampuan manajemen akuntansi. Hal ini merupakan tantangan karena dana desa adalah

    program pemerintah pusat yang merupakan program besar namun dijalankan pada tataran

    terkecil, yaitu desa. Sehingga apa yang diinginkan dan menjadi kooridor dari pemerintah pusat

    perlu dimengerti dan diikuti oleh aparatur pemerintah terkecilnya, yaitu desa. Dapat

    dibayangkan dengan jumlah desa penerima dana desa perlu melaporkan pelaksanaan program

    dana desa dengan aturan-aturan baku dari pemerintah pusat demi tetap terjaganya spirit Good

    Governance. Sehingga paradigma berpikir efektif dan efisien serta kemampuan akuntansi para

    aparatur pemerintah desa perlu ditingkatkan. Peningkatan atas kemampuan-kemampuan

    tersebut tentunya dapat memperkuat efektifitas Dana Desa.

    Dalam kebijakan program padat karya tunai di desa yang bertujuan untuk memberikan akses

    kepada masyarakat marjinal di desa memiliki problem pada kemampuan ahli yang tersedia.

    Tentunya beberapa pekerjaan memerlukan kualifikasi teknis khusus yang perlu dipenuhi untuk

    memenuhi aturan pelaksana kerja, namun kelompok marjinal disebut marjinal dikarenakan

    memiliki taraf pendidikan yang tidak terlalu tinggi juga tidak memiliki pekerjaan, sehingga

    kelompok ini sulit mengisi kebutuhan tenaga ahli dalam kekhususan bidang pekerjaan tersebut.

    Untuk mengatasi pemerintah pusat dalam hal ini KEMENDES-PDT RI perlu

    mempertimbangkan kebijakan perekrutan terbuka, khususnya untuk posisi pekerja. Sementara

    untuk tenaga ahli, pemerintah desa perlu memberdayakan terlebih dahulu sumber daya manusia

    desa yang sudah memiliki kualifikasi ahli sebagai tenaga ahli dalam suatu pekerjaan. Hal ini

    dapat dilakukan dengan tetap menjalankan program pembinaan dan peningkatan kapasitas

    kepada penduduk desa marjinal dengan sistem pelatihan, kursus, atau kerja praktek (magang).

    Di masa yang akan datang, diharapkan kualifikasi dan kemampuan yang dimiliki mampu

    mengantar untuk dapat berpartisipasi sebagai tenaga kerja ahli. Pada akhirnya program ini

    memiliki efek berkelanjutan jangka panjang selain memberikan lapangan pekerjaan juga

    meninghkatkan kualitas kemampuan masyarakat marjinal desa.

  • 27

    Tentunya kekurangan-kekurangan diatas merupakan bagian dari proses berjalannya program

    ini. Dimana ada program dijalankan maka sudah barang tentu pasti akan ada kelebihan dan

    kekurangan. Kelebihan perlu dipertahankan dan ditingkatkan, kekurangan perlu dievaluasi dan

    dibenahi. Program dana desa dengan spirit desentralisasi membangun Indonesia dari pinggiran

    sudah sangat tepat, efek pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangannya sudah terlihat.

    Untuk proses membenahi kekurangan dan mengevaluasi pelaksanaan adalah proses yang akan

    terus berjalan untuk membuat program ini semakin lebih baik kedepan, yang secara

    keseluruhan lebih kepada meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) desa.

  • 28

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Buku Saku Dana Desa, Kementerian Keuangan

    2. Pengaruh Dana Desa Terhadap Tingkat Kemiskinan dan Kesejahteraan Masyarakat di

    Kabupaten/Kota Provinsi Bali, Made Krisna Kalpika Sunu dan Made Suyana Utama,

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia

    3. Pengaruh Dana Desa dan Alokasi Dana Desa Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kecamatan

    Gemeh Kabupaten Kepulauan Talaud, Dianti Lalira, Amran T. Nakoko, Ita Pingkan F.

    Rorong, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Sam

    Ratulangi, Manado, Indonesia

    4. Dampak Program Dana Desa Terhadap Peningkatan Pembangunan dan Ekonomi di

    Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa, Feiby Vencentia Tangkumahat, Vicky V. J.

    Panelewen, Arie D. P. Mirah, Agri-Sosio Ekonomi Unsrat

    5. Dampak Alokasi Dana Desa Terhadap Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat Desa

    Di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, Siti Muslihah, Hilda Octavana Siregar,

    Sriniyati, Universitas Gadjah Mada , Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi

    6. Pengelolaan Keuangan Dana Desa, Inten Meutia, Liliana, Universitas Sriwijaya

    7. Sistem Pengelolaan Dana Desa, Muhammad Ismail, Ari Kuncara Widagdo, Agus Widodo,

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret

    8. Memperbaiki Kebijakan Padat Karya Tunai Desa Seri UU Desa No. 5/Okt/2018, SMERU

    Research Institute

    9. Penelitian LIPI : Jurnal Penelitian Politik Vol. 13 No. 2 Desember 2016

  • 29

    Performa Pembangunan Kualitas Hidup Manusia

    Indonesia di 2014-2019

    Perwira Yodanto

    Capaian pembangunan kualitas hidup masyarakat Indonesia di periode 2014-2019 tergolong

    memuaskan. Meskipun demikian, capaian tersebut belum tergolong optimal dalam

    menerjemahkan target Nawa Cita yang dijanjikan oleh Presiden Joko Widodo pada saat

    berkampanye di tahun 2014.

    Hingga tahun 2018, rangkuman olah data BPS atas Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    menunjukkan tren yang selalu meningkat sepanjang periode pemerintahan. Terdapat beberapa

    catatan yang perlu segera ditindaklanjuti atas indeks yang memiliki indikator utama yang

    meliputi dimensi kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan tersebut. Dari ketiga elemen, faktor

    yang terkait dimensi kesehatan adalah yang paling menyita perhatian publik, yaitu kontroversi

    BPJS yang belum menemukan kestabilan operasional. Secara komparatif, disparitas IPM di

    level pemerintahan daerah sudah terlihat menurun.

    Nawa Cita dan Indeks Pembangunan Manusia

    Dalam salah satu butir Nawa Cita, Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla berjanji untuk

    meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia (Kompas 2014). Hal tersebut

    akan diterjemahkan dalam lima program. Tiga diantaranya ditempuh dengan jalan

    meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan melalui Program “Indonesia Pintar” dengan

    pendidikan 12 tahun dan gratis; meningkatkan layanan kesehatan publik melalui Program

    Kartu Indonesia Sehat; dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui Program

    “Indonesia Kerja” dan “Indonesia Sejahtera” (UNDP 2015). Selanjutnya, pemerintah telah

    menyelaraskan poin kelima dari Nawa Cita tersebut ke dalam Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Nasional (RPJMN). Pemerintah menggunakan Indeks Pembangunan Manusia

    (IPM) sebagai indikator utama yang digunakan untuk mengukur kinerja dalam zona ini.

  • 30

    Tabel 5. Laju Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia Nasional, 2010-2018

    Tahun Pertumbuhan (%)

    2010-2011 0,84

    2011-2012 0,90

    2012-2013 0,91

    2013-2014 0,87

    2014-2015 0,93

    2015-2016 0,91

    2016-2017 0,90

    2017-2018 0,82

    Sumber: BPS, 2019

    IPM atau yang jamak dikenal dengan Human Development Index (HDI) adalah indikator yang

    diadopsi oleh United National Development Programme (UNDP) untuk mengukur capaian

    rata-rata dalam dimensi pokok pembagunan manusia suatu negara. Dimensi yang diukur adalah

    long and healthy life, knowledge, dan a decent standard of living. Sejak tahun 1996, Indonesia

    menghitung IPM secara berkala setiap tiga tahun sekali. Frekuensi ini lalu berubah menjadi

    setiap tahun untuk keperluan penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) sejak tahun 2004.

    Dimensi pertama di-proxy-kan dengan Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH). Sedangkan

    dimensi pengetahun memiliki dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata

    Lama Sekolah (RLS). Berubah sejak 2015, dimensi standar hidup layak tidak lagi dikukur

    dengan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) melainkan menggunakan indikator pengeluaran per

    kapita. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara pengukuran yang dilakukan oleh BPS

    dengan metode yang dilakukan oleh UNDP. IPM dikategorikan menjadi empat kelompok

    status, yaitu Sangat Tinggi (> 80), Tinggi (70-80), Sedang (60-70), dan Rendah (

  • 31

    .

    Gambar 7. Indeks Pembangunan Manusia Nasional, 2010-2018

    Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

    Di tataran global, UNDP menempatkan Indonesia di peringkat 116 dari 189 negara yang

    dicatat. Indonesia disejajarkan dengan Afrika Selatan, Mesir, Filipina, Vietnam, dan Bolivia.

    Sedangkan di level ASEAN, Indonesia berada di urutan keenam, setelah Singapura (no. 9

    dunia), Brunei (no. 39), Malaysia (no. 57), Thailand (no. 83), dan Filipina (no. 113) (BPS

    2019).

    Di level domestik, catatan prestisius di tahun 2018 ditunjukkan oleh Provinsi Papua atas

    prestasinya meninggalkan status ‘Rendah’ menjadi berstatus ‘Sedang’ dengan raihan nilai IPM

    60,06 dan pertumbuhan sebesar 1,64 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan IPM tertinggi

    juga dialami oleh Sulawesi Barat dengan 1,24 persen dan Papua Barat dengan 1,19 persen.

    Perubahan status juga dialami oleh Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah,

    Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Tenggara dari ‘Sedang’ di 2017 menjadi

    ‘Tinggi’. Di sisi lain, status ‘Sangat Tinggi’ tidak otomatis menjamin DKI Jakarta mencetak

    pertumbuhan tinggi pula. Ibukota hanya mampu mengerek pertumbuhan IPM sebesar 0,51

    persen untuk mendorong raihan IPM-nya menjadi 80,47. Berstatus sama-sama ‘Tinggi’, Bali

    dan Kepulauan Riau menemani DKI Jakarta dengan catatan pertumbuhan masing-masing yaitu

    0,63 persen dan 0,52 persen.

    Penurunan disparitas yang cukup signifikan juga nampak antara provinsi dengan capaian

    tertinggi dengan yang terendah, khususnya di Indonesia Timur. Untuk IPM, selisih terakhir

    antara provinsi dengan nilai tinggi, yaitu DKI Jakarta, dengan Papua sebagai pemegang angka

    terendah adalah 20,41. Selisih UHH DI Yogyakarta dengan Sulawesi Barat kini menjadi 10,24

    tahun. DIY juga mencetak selisih sebesar 4,73 tahun terhadap Papua pada kalibrasi HLS. Papua

    74,00

    72,00

    70,00

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

    IPM

    66,53 67,09

    67,70 68,31

    68,90 69,55

    70,18 70,81

    71,39

    Ind

    eks

  • 32

    71,50 71,20

    71,00

    70,50

    70,00

    69,50

    69,00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

    UHH

    juga masih tertinggal dari DKI sebesar 4,53 tahun di indikator RLS. Lagi-lagi antara DKI

    Jakarta dan Papua terdapat gap yang lebar untuk rata-rata pengeluaran per kapita yaitu Rp.

    10.969.000.

    Capaian Dimensi Kesehatan

    Pemerintah mengklaim prestasinya dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia.

    Melalui Program “Indonesia Sehat”, pemerintah melaporkan telah mengakomodasi 96,8 juta

    peserta Kartu Indonesia Sehat serta menyelamatkan 1,7 juta Balita dari stunting dengan

    penurunan prevalensi dari 37,2 persen di 2013 menjadi 30,8 persen di 2018 (KSP 2019). Diukur

    dengan UHH, statistik yang disajikan oleh BPS menunjukkan tren yang positif, yaitu di angka

    71,20 pada tahun 2018. Artinya, setiap bayi yang lahir pada tahun tersebut diproyeksikan akan

    memiliki harapan hidup hingga usia 71,2 tahun. Angka mortalitas juga mengalami penurunan

    dari 14,31 persen di 2017 menjadi 13,91 persen di 2018. Secara tidak langsung, peningkatan

    UHH mengindikasikan peningkatan level kesehatan masyarakat di seluruh aspek kesehatan.

    Gambar 8. Umur Harapan Hidup (UHH) Nasional, 2010-2018

    Sumber: BPS, 2019

    Namun demikian, ketidakstabilan operasional dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

    (BPJS) Kesehatan telah menyedot perhatian publik dalam 5 tahun Pemerintahan Jokowi-JK

    (Tempo 2019; Kompas 2019). Selain mengeluhkan tingkat kualitas layanan (Liputan6 2018),

    masyarakat mengaku bingung dengan tingginya frekuensi perubahan prosedur administratif

    untuk mengakses layanan kesehatan (Kompas 2016; CNN Indonesia 2017). Hal senada juga

    dikeluhkan oleh tenaga kesehatan (IDI 2018, Kumparan 2019). Ketidaksinkronan prosedur

    administratif dengan pihak BPJS Kesehatan cukup mengganggu pemberian layanan kepada

    pasien, sehingga terkadang layanan yang diberikan menjadi sub-standar untuk mencocokkan

    dengan ketentuan BPJS Kesehatan (Tribunnews 2018).

    Tah

    un

  • 33

    Di sisi keuangan, terhitung banyak rumah sakit yang mengeluhkan lambannya BPJS Kesehatan

    dalam melunasi piutang mereka (Kompas 2018). Defisit di neraca lembaga bentukan pemerintah

    tersebut lebih besar proporsinya disebabkan oleh rendahnya partisipasi peserta BPJS Kesehatan

    untuk membayar premi secara rutin dan minimnya kontribusi pemda (Kementerian Keuangan

    2019). Kementerian Keuangan telah melakukan bail out untuk menyokong operasional BPJS

    Kesehatan, hingga pada akhirnya pemerintah memutuskan menaikkan premi dan beberapa

    prosedur teknis terkait untuk melancarkan nadi organisasi (CNBC 2018, Kementerian

    Keuangan 2019; The Jakarta Post 2019).

    Capaian Dimensi Pendidikan

    Berdasarkan IPM, upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia menuai hasil

    yang cukup positif. Program “Indonesia Pintar” yang perinciannya diatur dalam Permendikbud

    Nomor 19 Tahun 2016 mampu mendorong peningkatan HLS dan RLS tiap tahunnya, masing-

    masing 1,69 persen/tahun untuk HLS dan 1,14 persen/tahun untuk RLS. Hingga 2018, HLS

    yang dihitung dari proyeksi pendidikan anak usia 7 tahun mencapai 12,91 tahun. Artinya,

    program-program jangka pendek pemerintah mampu menjamin mereka untuk bersekolah

    hingga hampir 13 tahun ke depan. Sedangkan RLS yang dihitung dari rata-rata lama sekolah

    penduduk berusia 25 tahun ke atas, menunjukkan output ari pembangunan jangka panjang

    sebelumnya yang dilakukan pemerintah telah mencapai 8,17 tahun di 2018.

    Gambar 9. Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Nasional, 2010- 2018

    Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

    Melalui Program “Indonesia Pintar” pula, pemerintah mengaku telah membagikan Kartu

    Indonesia Pintar kepada 18,9 juta siswa (KSP, 2019) selama 2014-2018. Jumlah siswa putus

    sekolah juga menurun drastis di periode itu. Siswa SD paling signifikan mengalami penurunan

    untuk angka putus sekolah yaitu sebanyak 33.268 siswa pada tahun ajaran 2018/2019 dari

    176.909 siswa di tahun ajaran 2014/2015. Disusul oleh siswa SMA/SMK dari 154.501 siswa.

  • 34

    menjadi 41.310 siswa yang putus sekolah, lalu dari 85.000 siswa menjadi 28.651 siswa SMP

    yang putus sekolah. Melalui Program “Indonesia Pintar” pula, pemerintah mengaku telah

    membagikan Kartu Indonesia Pintar kepada 18,9 juta siswa (KSP, 2019) selama 2014-2018.

    Jumlah siswa putus sekolah juga menurun drastis di periode itu. Siswa SD paling signifikan

    mengalami penurunan untuk angka putus sekolah yaitu sebanyak 33.268 siswa pada tahun

    ajaran 2018/2019 dari 176.909 siswa di tahun ajaran 2014/2015. Disusul oleh siswa SMA/SMK

    dari 154.501 siswa menjadi 41.310 siswa yang putus sekolah, lalu dari 85.000 siswa menjadi

    28.651 siswa SMP yang putus sekolah.

    Gambar 10. Jumlah Siswa Putus Sekolah, 2014-2018 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

    Akan tetapi, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dari pembangunan dimensi

    pendidikan selama Presiden Joko Widodo menjalankan mandat. Hal tersebut meliputi sarana

    pendidikan baik yang masih minim, seperti pada tahun 2018 ruang kelas yang baik untuk tingkat

    SD hanya sekitar 27,4 persen, SMP sebanyak 31,28 persen dan SMA/SMK sejumlah 45,95

    persen. Selain itu, gonta-ganti kurikulum selama periode 2014-2019 tergolong membingungkan

    tidak hanya siswa, melainkan juga para pengajar dan orang tua (Antara 2014, Tirto 2016). Sistem

    zonasi sekolah yang diterapkan pada 2018 juga menjadi kontroversi bagi pihak sekolah, orang

    tua maupun alumni yang meneruskan jenjang pendidikan ke lebih tinggi (Kompas 2018,

    SindoNews, 2019).

    Capaian Dimensi Kesejahteraan

    Pada dimensi ini, pemerintah mencanangkan Program “Keluarga Harapan” dan Program

    “Indonesia Kerja’. Kedua program ini sedikit banyak mendorong peningkatan IPM pada

    indikator Rata-rata Pengeluaran per Kapita/tahun Disesuaikan. Pemerintah telah membagikan

    insentif kepada 10 juta

  • 35

    keluarga peserta Program Keluarga Harapan dan mereformasi sistem bantuan sosial dari Beras

    Sejahtera (Rastra) menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) secara bertahap sejak 2017.

    Senada dengan indikator lainnya, tren positif juga ditunjukkan oleh indikator pada dimensi ini

    dengan angka capaian akhir sejumlah Rp. 11.059.000. Semenjak 2010, terhitung peningkatan

    kesejahteraan penduduk Indonesia tumbuh sekitar 2 persen/tahun.

    Gambar 11. Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita / Tahun di Tingkat Nasional, 2010-2018

    Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

    Namun, untuk melihat kinerja pemerintah meningkatkan tingkat kesejahteraan juga diperlukan

    indikator lainnya seperti tren pada tingkat kemiskinan, Rasio Gini, maupun tingkat

    pengangguran terbuka. Pada durasi 2014-2018, ketiganya menunjukkan slope yang negatif,

    bahkan tingkat kemiskinan mencapai satu digit untuk pertama kalinya di tahun 2018. Artinya,

    bias pada indikator yang digunakan dalam IPM tereduksi oleh konsistensi yang ditunjukkan

    oleh ketiga indikator lainnya. Berikut adalah garfiknya.

    Gambar 12. Angka Kemiskinan Nasional, 2014-2018

    Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

    11.500 11.059

    11.000 10.420 10.664

    10.500 9.903

    10.150

    10.000

    9.500

    9.000

    9.437 9.647 9.815

    9.858

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

    Rata-rata Pengeluaran Per Kapita

    12,00

    11,50

    11,00

    10,50

    10,00

    11,25 11,22 10,96

    11,13 10,86

    10,70 10,64

    10,12 9,82

    9,66

    Mar 2014 Sep 2014 Mar 2015 Sep 2015 Mar 2016 Sep 2016 Mar 2017 Sep 2017 Mar 2018 Sep 2018

    (%)

    Rib

    u R

    up

    iah

  • 36

    Gambar 13. Rasio Gini Nasional, 2014-2018

    Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

    Gambar 14. Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional (Agustus), 2010-2019

    Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

    Kesimpulan dan Rekomendasi

    Pemerintahan Jokowi-JK di periode 2014-2019 secara umum telah mencapai keberhasilan

    dalam membangun kualitas manusia Indonesia. Angka agregat IPM beserta indikator di tiap

    dimensi menunjukkan tren yang positif merupakan bukti keberhasilan program-program yang

    diimplementasikan. Indikator-indikator lainnya juga mendukung prestasi tersebut dan

    mereduksi bias yang mungkin terefleksi dalam indikator IPM. Namun demikian, banyak fakta

    lapangan yang tidak terukur pada ketiga dimensi menunjukkan adanya tantangan dan juga

    masalah yang harus ditindaklanjuti. Pada periode kedua Presiden Jokowi, hal-hal tersebut perlu

    segera dirumuskan strategi pemecahan masalahnya. Misalnya, untuk BPJS Kesehatan,

    pengelolaan portofolio ekuitasnya perlu didiversifikasi secara cermat, sehingga mampu

    menyokong operasional dengan lebih stabil. Kemudian untuk dimensi pendidikan, perbaikan

    sarana dan prasarana sekolah melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) perlu

    pengawasan yang lebih ketat sehingga intensi untuk penyalahgunaan insentif pemerintah

    tersebut bisa diminimalisasi.

    0,430

    0,420

    0,410

    0,400

    0,390

    0,414

    0,406 0,408 0,402

    0,397 0,394 0,393 0,391 0,389 0,384

    Mar 2014 Sep 2014 Mar 2015 Sep 2015 Mar 2016 Sep 2016 Mar 2017 Sep 2017 Mar 2018 Sep 2018

    Ras

    io G

    ini

    7,50 7,14

    7,00 6,56

    6,50 6,14 6,25 6,18 5,94

    6,00 5,61 5,50

    5,50 5,34 5,28

    5,00

    4,50 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

    Tin

    gkat

    Pe

    nga

    ngg

    ura

    n

    Terb

    uka

    (%

    )

  • 37

    Untuk dimensi kesejahteraan, pemerintah perlu untuk menstimulasi dan menyokong

    pertumbuhan UMKM yang mengeksplorasi potensi dan kearifan lokal, dengan harapan tingkat

    kesjahteraan warga juga akan terkerek naik secara merata.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Antara 2014, ‘Kurikulum pendidikan ganti menteri ganti

    kebijakan’, AntaraNews https://www.antaranews.com/berita/469132/kurikulum-

    pendidikan-ganti-menteri-ganti- kebijakan

    2. Badan Pusat Statistik 2019, Indeks Pembangunan Manusia 2018, Badan Pusat Statistik,

    3. CNBC 2018, ‘Kemenkeu segera cairkan bailout bpjs kesehatan’, CNBC Indonesia

    https://www.cnbcindonesia.com/news/20180914074234-4-33056/kemenkeu-segera-

    cairkan-bailout- bpjs-kesehatan

    4. CNN Indonesia 2017, ‘Masyarakat keluhkan layanan bpjs kesehatan’,

    CNN Indonesia https://www.youtube.com/watch?v=B3hA6FllDXI

    5. Ikatan Dokter Indonesia 2018, ‘Fokus kami soal kebijakan bpjs yang merugikan

    masyarakat’, IDI Online http://www.idionline.org/berita/fokus-kami-soal-kebijakan-bpjs-

    yang-merugikan-masyarakat/

    6. Kantor Staf Presiden 2019, ‘Lima tahun maju bersama’, Capaian Pemerintahan Joko

    Widodo – Jusuf Kalla, Kantor Staf Presiden http://www.ksp.go.id/wp-

    content/uploads/2019/10/Lima-Tahun-Maju-Bersama-1.pdf

    7. Kementerian Keuangan 2017, ‘Bpjs kesehatan defisit pemerintah sentil minimnya

    kontribusi pemda’, Kementerian Keuangan

    https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/bpjs-kesehatan-defisit-pemerintah-sentil-

    minimnya- kontribusi-pemda/---------- 2019, ‘Ini alasan iuran bpjs perlu penyesuaian’,

    Kementerian Keuangan https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-alasan-iuran-

    bpjs-perlu-penyesuaian/

    8. Kompas 2014, ‘”Nawa cita” 9 agenda prioritas Jokowi jk’, Kompas

    https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agenda.prioritas.joko

    wi-jk

    https://www.antaranews.com/berita/469132/kurikulum-pendidikan-ganti-menteri-ganti-kebijakanhttps://www.antaranews.com/berita/469132/kurikulum-pendidikan-ganti-menteri-ganti-kebijakanhttps://www.antaranews.com/berita/469132/kurikulum-pendidikan-ganti-menteri-ganti-kebijakanhttps://www.cnbcindonesia.com/news/20180914074234-4-33056/kemenkeu-segera-cairkan-bailout-bpjs-kesehatanhttps://www.cnbcindonesia.com/news/20180914074234-4-33056/kemenkeu-segera-cairkan-bailout-bpjs-kesehatanhttps://www.cnbcindonesia.com/news/20180914074234-4-33056/kemenkeu-segera-cairkan-bailout-bpjs-kesehatanhttps://www.youtube.com/watch?v=B3hA6FllDXIhttp://www.idionline.org/berita/fokus-kami-soal-kebijakan-bpjs-yang-merugikan-masyarakat/http://www.idionline.org/berita/fokus-kami-soal-kebijakan-bpjs-yang-merugikan-masyarakat/http://www.ksp.go.id/wp-content/uploads/2019/10/Lima-Tahun-Maju-Bersama-1.pdfhttp://www.ksp.go.id/wp-content/uploads/2019/10/Lima-Tahun-Maju-Bersama-1.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/bpjs-kesehatan-defisit-pemerintah-sentil-minimnya-https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/bpjs-kesehatan-defisit-pemerintah-sentil-minimnya-https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/bpjs-kesehatan-defisit-pemerintah-sentil-minimnya-kontribusi-pemda/https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-alasan-iuran-bpjs-perlu-penyesuaian/https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-alasan-iuran-bpjs-perlu-penyesuaian/https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agenda.prioritas.jokowi-jkhttps://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agenda.prioritas.jokowi-jk

  • 38

    9. Kompas 2014, ‘”Nawa cita” 9 agenda prioritas Jokowi jk’,

    Kompashttps://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agen

    da.prioritas.jokowi-jk

    10. ---------- 2016, ‘Layanan bpjs kesehatan, puaskah publik?’, Kompas

    https://www.youtube.com/watch?v=cBlqwhJ5vMA

    11. ---------- 2018, ‘Faskes keluhkan bpjs kesehatan lambat membayar ini

    penjelasannya’, Kompas

    https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/21/080800126/faskes-

    keluhkan-bpjs-kesehatan-lambat-

    membayar-ini-penjelasannya

    12. ---------- 2018, ‘Mulai tahun 2019 kemendikbud ubah sistem penerimaan

    siswa baru’, Kompas

    https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/18/14000351/mulai-tahun-2019-

    kemendikbud-ubah-sistem-penerimaan-siswa-baru

    13. -------- 2019, ‘Ombudsman ri minta pemerintah tutup defisit bpjs kesehatan

    dengan dana dari cukai rokok’, Kompas

    14. https://nasional.kompas.com/read/2019/10/13/18054461/ombudsman-

    ri-minta-pemerintah-tutup- defisit-bpjs-kesehatan-dengan-dana-dari

    15. Kumparan 2019, ‘Rs dan klinik keluhkan syarat akreditasi di bpjs

    kesehatan’, Kompas https://kumparan.com/kumparanbisnis/rs-dan-

    klinik-keluhkan-syarat-akreditasi-di-bpjs-kesehatan-

    1sCwIQQPChe

    16. Liputan6 2018, ‘Ke istana dewan kesehatan rakyat keluhkan ragam

    masalah bpjs kesehatan’, Liputan6

    https://www.liputan6.com/health/read/3642313/ke-istana-dewan-kesehatan-

    rakyat-keluhkan-ragam-

    masalah-bpjs-kesehatan

    17. United Nation Development Programme 2015, ‘Converging Development

    agendas: ‘nawa cita’, ‘rpjmn’, and sdg’, UNDP Indonesia Country Office

    18. Sindonews 2019, ‘Mendikbud sistem zonasi solusi masalah

    pendidikan’, Sindonews

    https://nasional.sindonews.com/read/1413943/144/mendikbud-

    sistem-zonasi-solusi-masalah-pendidikan-1561226206

    https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agenda.prioritas.jokowi-jkhttps://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agenda.prioritas.jokowi-jkhttps://www.youtube.com/watch?v=cBlqwhJ5vMAhttps://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/21/080800126/faskes-keluhkan-bpjs-kesehatan-lambat-membayar-ini-penjelasannyahttps://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/21/080800126/faskes-keluhkan-bpjs-kesehatan-lambat-membayar-ini-penjelasannyahttps://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/21/080800126/faskes-keluhkan-bpjs-kesehatan-lambat-membayar-ini-penjelasannyahttps://edukasi.kompas.com/read/2018/09/18/14000351/mulai-tahun-2019-kemendikbud-ubah-sistem-penerimaan-siswa-baruhttps://edukasi.kompas.com/read/2018/09/18/14000351/mulai-tahun-2019-kemendikbud-ubah-sistem-penerimaan-siswa-baruhttps://edukasi.kompas.com/read/2018/09/18/14000351/mulai-tahun-2019-kemendikbud-ubah-sistem-penerimaan-siswa-baruhttps://nasional.kompas.com/read/2019/10/13/18054461/ombudsman-ri-minta-pemerintah-tutup-https://nasional.kompas.com/read/2019/10/13/18054461/ombudsman-ri-minta-pemerintah-tutup-https://nasional.kompas.com/read/2019/10/13/18054461/ombudsman-ri-minta-pemerintah-tutup-defisit-bpjs-kesehatan-dengan-dana-darihttps://kumparan.com/kumparanbisnis/rs-dan-klinik-keluhkan-syarat-akreditasi-di-bpjs-kesehatan-1sCwIQQPChehttps://kumparan.com/kumparanbisnis/rs-dan-klinik-keluhkan-syarat-akreditasi-di-bpjs-kesehatan-1sCwIQQPChehttps://kumparan.com/kumparanbisnis/rs-dan-klinik-keluhkan-syarat-akreditasi-di-bpjs-kesehatan-1sCwIQQPChehttps://www.liputan6.com/health/read/3642313/ke-istana-dewan-kesehatan-rakyat-keluhkan-ragam-masalah-bpjs-kesehatanhttps://www.liputan6.com/health/read/3642313/ke-istana-dewan-kesehatan-rakyat-keluhkan-ragam-masalah-bpjs-kesehatanhttps://www.liputan6.com/health/read/3642313/ke-istana-dewan-kesehatan-rakyat-keluhkan-ragam-masalah-bpjs-kesehatanhttps://nasional.sindonews.com/read/1413943/144/mendikbud-sistem-zonasi-solusi-masalah-pendidikan-1561226206https://nasional.sindonews.com/read/1413943/144/mendikbud-sistem-zonasi-solusi-masalah-pendidikan-1561226206https://nasional.sindonews.com/read/1413943/144/mendikbud-sistem-zonasi-solusi-masalah-pendidikan-1561226206

  • 39

    19. Tempo 2019, ‘Mendikbud sistem zonasi solusi masalah pendidikan’,

    Tempo https://fokus.tempo.co/read/1257616/kontroversi-rencana-

    sanksi-untuk-penunggak-iuran-bpjs-kesehatan/full&view=ok

    20. The Jakarta Post 2019, ‘Bpjs-premium-increase-stirs-controversy’,

    The Jakarta Post

    https://www.thejakartapost.com/news/2019/09/02/bpjs-premium-

    increase-stirs-controversy.html Tirto 2016, ‘Mengakhiri kutukan ganti

    menteri ganti kurikulum’,

    21. Tirto https://tirto.id/mengakhiri-kutukan-ganti-menteri-ganti-

    kurikulum-bwqv

    22. Tribunnews 2018, ‘Kerugian yang dialami pasien dan dokter karena

    aturan baru bpjs kesehatan’, TribunNews

    https://www.tribunnews.com/kesehatan/2018/08/03/kerugian-yang-

    dialami-pasien-dan dokter-karena- aturan-baru-bpjs-kesehatan

    https://fokus.tempo.co/read/1257616/kontroversi-rencana-sanksi-untuk-penunggak-iuran-bpjs-kesehatan/full%26view%3Dokhttps://fokus.tempo.co/read/1257616/kontroversi-rencana-sanksi-untuk-penunggak-iuran-bpjs-kesehatan/full%26view%3Dokhttps://fokus.tempo.co/read/1257616/kontroversi-rencana-sanksi-untuk-penunggak-iuran-bpjs-kesehatan/full%26view%3Dokhttps://www.thejakartapost.com/news/2019/09/02/bpjs-premium-increase-stirs-controversy.htmlhttps://www.thejakartapost.com/news/2019/09/02/bpjs-premium-increase-stirs-controversy.htmlhttps://tirto.id/mengakhiri-kutukan-ganti-menteri-ganti-kurikulum-bwqvhttps://tirto.id/mengakhiri-kutukan-ganti-menteri-ganti-kurikulum-bwqvhttps://www.tribunnews.com/kesehatan/2018/08/03/kerugian-yang-dialami-pasien-dan%20dokter-karena-https://www.tribunnews.com/kesehatan/2018/08/03/kerugian-yang-dialami-pasien-dan%20dokter-karena-https://www.tribunnews.com/kesehatan/2018/08/03/kerugian-yang-dialami-pasien-dan-dokter-karena-aturan-baru-bpjs-kesehatan

  • 40

    Profil Penulis

    Muhammad Putra Hutama adalah ketua Komisi Ekonomi PPI Dunia

    2019/2020 dan mahasiswa Master di Corvinus University of

    Budapest jurusan International Economics and Business.

    Mempunyai pengalaman sebagai asisten peneliti di PRISMA CEDS

    Unpad.

    Denny Irawan adalah kepala Divisi Kajian Ekonomi PPI Dunia 2019/2020

    dan mahasiswa doktoral bidang Economics di The Australian National

    University (ANU), Australia. Mempunyai pengalaman sebagai peneliti di

    Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).

    Chairul Adi adalah anggota Komisi Ekonomi PPI Dunia 2019/2020 dan

    pegawai Kementerian Keuangan RI yang tengah menjalani tugas belajar

    di tingkat doktoral dalam bidang Political Economy di The University of

    Sydney, Australia.

    Achyar Al Rasyid adalah anggota Komisi Ekonomi PPI Dunia 2019/2020

    dan sedang berkuliah doktoral dalam bidang Urban Planning di Tianjin

    University, Republik Rakyat Tiongkok.

    Perwira Yodanto adalah anggota Komisi Ekonomi PPI Dunia 2019/2020

    dan pegawai Kementerian Keuangan RI yang saat ini akan mendalami 2

    spesialisasi (Policy Analysis dan Economic Policy) dalam program Master

    of Public Policy di The Australian National University (ANU) Canberra,

    Australia.