Upload
agus-andriawan
View
166
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang
Wilayah NTB merupakan wilayah maritim. Luas wilayah laut yang dimiliki Provinsi
NTB adalah 267.973 km2, dengan panjang pantai 23.887 km. Luas habitat laut yang
dilindungi oleh pemerintah daerah adalah 4.870,234 km2 yang terdiri dari wilayah pantai
seluas 912,19 km2, terumbu karang 3.601,744 km2, dan hutan mangrove 266,744 km2. Hal ini
menunjukkan Provinsi NTB memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang perlu
dikembangkan untuk kemaslahatan masyarakatnya. Pengembangan wilayah pesisir dan laut
NTB bertujuan untuk mewujudkan pemanfaatan wilayah pesisir dan laut yang serasi dan
optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai
dengan kebijakan pembangunan daerah dan nasional. Pengembangan dan pemanfaatan
wilayah pesisir dan laut NTB diarahkan pada pemantapan kawasan lindung di pesisir dan laut,
penyusunan pola pengembangan sistem sarana dan prasarana pengembangan wilayah pesisir
dan laut, pengembangan wilayah-wilayah prioritas, penyusunan kebijakan penunjang
penataan ruang, yaitu aspek kelembagaan dan perundangan untuk mewujudkan struktur tata
ruang yang direncanakan.
Arah pengembangan kawasan pariwisata pesisir dan laut di Pulau Lombok dan Pulau
Sumbawa adalah menjual keunikan dan keaslian alam dengan berbagai kegiatannya.
Pengembangan pariwisata diupayakan menyatu dengan konsep alam dan segala aktivitas
pendukungnya, seperti transportasi dan limbah, dikelola secara bijaksana. Pengembangan
sumberdaya pesisir dan laut di wilayah NTB diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan
taraf hidup petani nelayan, memajukan kualitas kehidupan petani nelayan, serta memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi masyarakat.
Komoditas unggulan sumberdaya pesisir dan laut NTB yang utama adalah mutiara,
rumput laut, kerapu, kepiting, udang dan lobster, nila merah, tuna/cakalang, dan teripang.
Tempat-tempat pembudidayaan komoditas tersebut tersebar di seluruh kabupaten di NTB dan
setiap daerah memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkannya. Kondisi geografis
dan kualitas perairan yang umumnya masih bagus sangat mendukung pengembangan
budidaya laut. Potensi lestari perikanan Provinsi NTB sekitar 102.804 ton/tahun, yang terdiri
dari perairan pantai sebesar 67.906 ton/tahun, perairan lepas pantai sekitar 61.957 ton/tahun,
dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sekitar 298.576 ton/tahun.
Potensi budidaya laut belum termanfaatkan seluruhnya karena mengalami kendala
sarana dan prasarana, finansial, dan tenaga yang ahli dan terampil. Selain faktor-faktor
tersebut, penurunan kualitas lingkungan pesisir dan laut juga mempengaruhi pengembangan
1
budidaya laut. Kerusakan ekosistem laut yang terjadi di berbagai wilayah pesisir dan laut
NTB memberikan dampak langsung berupa penurunan produksi budidaya laut (baik kualitas
maupun kuantitasnya) pada wilayah tersebut. Sehingga penurunan kualitas lingkungan pesisir
dan laut perlu dipantau kemudian diperbaiki agar sumberdayanya dapat terus dimanfaatkan
secara seimbang. Kualitas perairan laut salah satunya ditentukan oleh keberadaan sumber
pencemar yang berada di sekitarnya. Sumber-sumber pencemar perairan antara lain tumpuhan
minyak dari kapal laut dan limbah buangan industri dan rumah tangga (baik limbah padat
maupun limbah cair). Pencemaran minyak di wilayah perairan laut NTB terjadi di sekitar
kawasan pelabuhan laut. Pencemaran minyak bersifat toksik bagi biota laut. Tumpahan
minyak di perairan laut dapat terbawa ke pantai sehingga dapat membahayakan organisme
pantai, termasuk tumbuhan pantai seperti tanaman Ipomoea pes-caprae.
Menjadi Kawasan kepesisiran di wilayah Lombok Barat termasuk dalam MCMA
(Marine Coastal Management Area) yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai
kawasan wisata. Salah satu daerah yang sudah terkenal adalah Senggigi, namun untuk
pengembangannya diarahkan ke kawasan di sekitarnya karena Senggigi sudah sangat padat.
Hal ini menarik untuk dikaji karena kawasan wisata merupakan sumber pemasukan devisa,
tetapi di sisi lain juga potensial menimbulkan dampak lingkungan, yang berupa pencemaran
dan kerusakan lingkungan.
Salah satu pantai di Indonesia yang sebenarnya berpotensi dan menjadi sorotan
karena masalah pencemaran lingkungan adalah Pantai Tanjung Karang Ampenan yang berada
pada Lintang -080 35’ 53.1” LS dan Bujur -1160 04’ 25.9” BT dengan ketinggian 2 M dpl,
merupakan bagian dari wilayah barat Propinsi NusaTenggara Barat yang berada di dua
wilayah kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, luas wilayah masing – masing daerah
pantai tersebut secara berturut – turut adalah 30.778 Ha dan 8. 200 Ha, penduduknya
berjumlah sekitar 2.456 jiwa ( 567 KK, terdiri dari 1.211 orang laki – laki dan 1.246
perempuan ).
Pantai Tanjung Karang merupakan suatu tempat wisata yang justru menimbulkan
pertanyaan apakah pantai ini memang benar ingin dijadikan tempat wisata? Melihat kondisi
pantai ini yang bila dibandingkan dengan pantai wisata di Lombok lainnya misalnya Senggigi
akan membuat sebuah keprihatinan. Pantai Tanjung Karang selain kondisi pasirnya yang
kotor, bau, dan menyimpan sampah di setiap ombaknya justru melahirkan ketidakpedulian
pengunjung dan penduduk sekitar pada fasilitas pantai misalnya kamar mandi dan WC yang
kumuh serta tembok penghalang abrasi yang terlihat sudah kalah tempur.
Pantai Tanjung Karang adalah aset daerah yang seharusnya diperhatikan, melihat
banyaknya hal yang harus dibenahi dari pantai tersebut. Karena tidak diragukan lagi bahwa
pantai ini tidak memiliki daya tarik bagi wisatawan luar negeri. Terlebih terlalu banyaknya
2
perahu parkir dan rumah penduduk yang terlalu dekat dengan pantai tempat para pengunjung
berwisata.
I.B. Perumusan Masalah
1. Apa yang bisa dilakukan untuk membuat pantai Tanjung Karang menjadi bersih?
2. Bagaimana cara menanggulangi abrasi dan bila terjadi banjir di pantai Tanjung Karang
akibat penutupan muara sungai oleh sedimen?
3. Bagaimana cara menanggulangi tanah pantai Tanjung Karang yang mandul?
4. Apa yang bisa dilakukan untuk menambah daya tarik pantai Tanjung Karang?
5. Bagaimana cara memberdayakan para penduduk yang berada di sekitar Pantai Tanjung
Karang agar menjaga pantai agar menjadi indah dan baik?
I.C. Maksud dan Tujuan
Maksud:
Agar pantai Tanjung Karang dapat menjadi obyek wisata yang indah dan mampu
menarik wisatawan baik lokal maupun luar negeri untuk mendatanginya. Selain itu dengan
terbenahinya pantai tanjung Karang maka permasalahan abrasi dan pencemaran lingkungan
akibat sampah dapat terselesaikan.
Tujuan:
Mampu menambah devisa negara dengan kunjungan wisatawan asing karena
bertambahnya obyek wisata yang menarik di tanah air, menyelesaikan konflik penggunaan
lahan (ruang) pembangunan, dan menyelesaikan permasalahan lingkungan di pantai Tanjung
Karang. Selain itu diharapkan mampu mengurangi permasalahan sosial-ekonomis, sebab
sebagian besar penduduk pesisir masih merupakan kelompok sosial termiskin di tanah air, dan
kesenjangan pembangunan antar wilayah masih sangat besar.
IV. Tinjauan Pustaka
IV.A. Pengembangan Wilayah Pesisir
Indonesia adalah negara bahari dan kepulauan (Archipelagic state) terbesar di
dunia, yang terdiri dari 17.508 pulau serta memiliki garis pantai sepanjang 81.000
km. Dengan garis pantai yang panjang ini, maka Indonesia menempati negara kedua
3
yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada. Dengan garis pantai
sepanjang ini, wilayah pesisir Indonesia (termasuk perairan dan daratan) mencakup
daerah yang sangat luas.
Wilayah pesisir (coastal zone) Indonesia yang luas mengandung sumber daya
alam (di wilayah pesisir) yang kaya dan sangat beragam mulai dari sumber daya yang
dapat pulih (seperti perikanan dan hutan bakau) sampai sumber daya yang tidak dapat
pulih (seperti minyak dan gas serta mineral lainnya). Selain itu, wilayah pesisir juga
menjadi pusat pengembangan kegiatan industri, pelabuhan dan pelayaran, pariwisata,
agribisnis, pemukiman dan penampungan limbah secara gratis dari segenap aktivitas
manusia, baik yang berada di dalam sistem wilayah pesisir maupun yang berada di
luarnya (lahan atas dan laut lepas). Program pembangunan ekonomi Indonesia dalam
PJP II, menempatkan sumber daya pesisir dan laut menjadi salah satu tumpuan bagi
keberlanjutan pembangunan ekonomi (sustainable economic development) Indonesia.
Hal ini dapat dipahami dengan dua alasan utama, yaitu (1) pertumbuhan penduduk
Indonesia yang terus meningkat dan (2) kenyataan yang menunjukkan bahwa sumber
daya alam di lahan atas (uptand resources) semakin menipis atau sulit untuk
dikembangkan.
Pengalaman membangun sumber daya pesisir dan laut dalam kurun PJP I
selain telah menghasilkan berbagai keberhasilan, juga telah menimbulkan berbagai
permasalahan ekologis dan sosial-ekonomis yang justru dapat mengancam
kesinambungan pembangunan nasional. Secara ekologis, banyak kawasan pesisir dan
laut, terutama di Pesisir Timur Sumatera, Pantai Utara Jawa, Bali, dan Ujung
Pandang, telah terancam kapasitas keberlanjutan (sustainable capacity)-nya akibat
pencemaran, degradasi fisik habitat over-eksploitasi sumber daya alam, dan konflik
penggunaan lahan (ruang) pembangunan. Secara sosial-ekonomis, sebagian besar
penduduk pesisir masih merupakan kelompok sosial termiskin di tanah air, dan
kesenjangan pembangunan antar wilayah masih sangat besar.
Salah satu penyebab berbagai permasalahan yang mengancam keseimbangan
pembangunan wilayah pesisir adalah karena selama ini pola pemanfaatan sumber
daya dilakukan secara sektoral. Pengelolaan sektoral telah terbukti kurang efektif
dalam menangani kompleksitas permasalahan pembangunan yang terdapat di wilayah
pesisir dan lautan. Pendekatan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu
memperbaiki pendekatan pengelolaan sektoral dalam empat hal utama, yaitu: (1)
memberikan perhatian yanq lebih mendalam dan menyeluruh mengenai sistem
sumber daya pesisir yang unik, serta kapasitas keberlanjutannya bagi berbagai macam
kegiatan manusia; (2) mengoptimalisasi pemanfaatan serta neka (ganda) dari sistem
4
ekosistem pesisir serta seluruh sumber daya alam yang terdapat di dalamnya dengan
memperhatikan atau mengintegrasikan segenap informasi ekologis, ekonomis, sosial-
budaya dan hukum kelembagaan; (3) meningkatkan pendekatan interdisipliner dan
koordinasi serta kerjasama intersektoral dalam mengatasi permasalahan
pembangunan yang kompleks, kemudian memformulasikan strategi bagi perluasan
dan diversifikasi berbagai kegiatan ekonomi; dan (4) membantu pemerintah dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas investasi kapital pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya manusia dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, di
bidang ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan hidup.
IV. A. 1.Program Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Wilayah Pesisir
Program ini bertujuan untuk mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara optimal, adil, dan lestari melalui keterpaduan antar berbagai pemanfaatan sehingga memberikan kontribusi yang layak bagi pembangunan daerah, dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Kegiatan pokok yang tercakup antara lain :
a. Pengelolaan sumber daya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil secara efisien, dan lestari berbasis masyarakat;
b. Pengembangan sistem MCS (monitoring, controlling, and surveillance) dalam pengendalian dan pengawasan, termasuk pemberdayaan masyarakat dalam sistem pengawasan;
c. Penataan ruang wilayah laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil sesuai dengan daya dukung lingkungannya;
d. Pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi laut dan rehabilitasi habitat ekosistem yang rusak seperti terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, dan estuaria;
e. Peningkatan peran aktif masyarakat dan swasta melalui kemitraan dalam pengelolaan sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil;
f. Penataan dan peningkatan kelembagaan, termasuk lembaga masyarakat tinggi di tingkat lokal;
g. Penegakan hukum secara tegas bagi para pelanggar dan perusak sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil;
h. Peningkatan keselamatan, mitigasi bencana laut dan perkiraan iklim laut;i. Pengembangan wawasan kelautan, terutama bagi generasi muda dan anak-
anak sekolah.
IV.A.2. Pengertian Sempadan Pantai
5
Menurut Direktorat Penataan Ruang Nasional, sempadan pantai adalah kawasan
tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi pantai.
Dalam Pedoman Pemanfaatan Tepi Pantai Perkotaan, sempadan pantai yang
ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota merupakan daratan sepanjang tepian yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai. Lebar sempadan pantai
dihitung dari titik pasang tertinggi, bervariasi sesuai dengan fungsi/aktifitas yang
berada di pinggirannya. Sempadan pantai berfungsi sebagai :
a) Pengatur iklim;
b) Sumber plasma nutfah;
c) Benteng wilayah daratan dari pengaruh negatif dinamika laut.
Tabel (1). Kriteria Penetapan Lebar Sempadan Pantai
6
Sumber : Pedoman Pemanfaatan Tepi Pantai Perkotaan-Direktorat Penataan Ruang Nasional
7
NoJenis
AktivitasBentuk Pantai
Kondisi Fisik
Pantai
Lebar Sempadan
(meter)
1 Kawasan
Pemukiman
Landai dengangelombang < 2 m
stabil denganpengendapan
30
stabil tanpapengendapan
50
labil denganpengendapan
50
labil tanpapengendapan
75
Landai dengangelombang > 2 m
stabil denganpengendapan
50
stabil tanpapengendapan
75
labil denganpengendapan
75
labil tanpapengendapan
100
2. Kawasan
Non
Pemukiman
Landai dengangelombang < 2 m
stabil denganpengendapan
100
stabil tanpapengendapan
150
labil denganpengendapan
150
labil tanpapengendapan
200
Landai dengangelombang > 2 m
stabil denganpengendapan
150
stabil tanpapengendapan
200
labil denganpengendapan
200
labil tanpapengendapan
250
Curam dengangelombang < 2 m
Stabil 200
Labil 250
Curam dengangelombang > 2 m
Stabil 250
Labil 300
Berikut beberapa tipe struktur guna perlindungan terhadap pantai menurut
Sea Defance Consultant(2009)
Tabel (2). Tipe Konstruksi Pelindung Pantai
Tipe Struktur Manfaat
Perlindungan dengan ‘hard protection’
Sea Dake Melindungi area rendah dari banjir, memisahkan garis pantai dari
daratan dengan struktur tinggi yang impermiabel.
SeawallMelindungi lahan dan struktur dari banjir dan gelombang pada saat
kondisi ekstrim, penguatan bagian dari profil pantai.
Reventment Melindungi garis pantai dari erosi, penguatan bagian dari profil pantai
Breakwater
Menyediakan tempat perlindungan dari serangan ombak dan arus,
memantulkan energi gelombang dan/atau refleksi gelombang dari
energy gelombang kembali ke laut.
Reef breakwater
Melindungi lahan dan sruktur terhadap banjir dan gelombang pada
kondisi yang ekstrim, mencegah erosi pantai, mengurangi ketinggian
gelombang pesisir.
Detached breakwater
Mencegah erosi pantai, mengurangi ketinggian gelombang di bagian
struktur yang tidak terlindungi dan mengurangi transportasi sedimen
sejajar pantai.
Submerged sill Mencegah erosi pantai, memperlambat pergerakan pasir lepas pantai.
GroynMencegah erosi pantai, mengurangi transportasi sedimen sejajar
pantai.
Storm surge barrierMelindungi muara sungai/ terusan/ teluk terhadap banjir dan aksi
gelombang, pemisahan dari laut dengan gerbang yang bisa dikunci.
Penanganan dengan ‘soft protection’
Mangrove/greenbelt Mengurangi dampak gelombang di daerah daratan pantai.
Nourishments
Menghentikan atau mengurangi erosi pantai dan membuat penyangga
pasir untuk melindungi dari banjir, material bukit pasir dan pantai
artificial (tiruan), rehabilitasi lahan yang terkena erosi
Sumber : Kriteria Perencanaan Bangunan Pantai
8
Adapun penjelasan mengenai fungsi dan aktifitas di pinggiran pantai menurut
Pedoman Pemanfaatan Tepi Pantai Perkotaan yaitu :
a) Kawasan Permukiman, terdiri dari 2 (dua) tipe :
Bentuk pantai landai dengan gelombang < 2 meter, lebar sempadan 30 – 75
meter.
Bentuk pantai landai dengan gelombang > 2 meter, lebar sempadan 50 – 100
meter.
b) Kawasan Non Permukiman, terdiri dari 4 (empat) tipe :
Bentuk pantai landai dengan gelombang < 2 meter, lebar sempadan 100 – 200
meter.
Bentuk pantai landai dengan gelombang > 2 meter, lebar sempadan 150 – 250
meter.
Bentuk pantai curam dengan gelombang < 2 meter, lebar sempadan 200 –
250 meter.
Bentuk pantai curam dengan gelombang > 2 meter, lebar sempadan 250 –
300 meter.
IV.A.3. Kriteria Kawasan Perumahan
Kawasan perumahan yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten dan Kota
memiliki kriteria :
1. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, dan abrasi).
Khusus untuk daerah rawan bencana gempa, maka struktur bangunannya perlu
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
2. Tidak berada pada wilayah sempadan pantai
3. Kelerengan : 0 – 25 %
4. Orientasi horizontal garis pantai : > 60 °
5. Kemiringan dasar perairan pantai : terjal – sedang
6. Kemiringan dataran pantai : bergelombang – berbukit.
7. Tekstur dasar perairan pantai : kerikil – pasir
8. Kekuatan tanah dataran pantai : tinggi
9. Tinggi ombak signifikan : kecil
10.Fluktuasi pasang surut dan arus laut : lemah
Selain persyaratan diatas, pemukiman atau perumahan selayaknya juga
memperhatikan aspek lainnya seperti, air bersih, drainase, serta pengolahan
sampah.
9
IV.B. Tanjung Karang
IV.B.1. Potensi Lingkungan Pantai
1. Sektor Keunikan Hayati Tropis yang Khas
Sektor hayati tropis yang berada di sekitar lingkungan pantai baik secara
langsung ataupun tidak langsung merupakan penentu kelangsungan hidup sebuah
pantai. Mereka merupakan daya tarik tersendiri sekaligus penyeimbang kehidupan di
sekitar pantai. Di sekitar pantai di Indonesia pada umumnya, dan di pantai pada
khususnya juga terdapat berbagai keunikan komunitas hayati tropis yang khas,
misalnya:
a. Terumbu Karang (coral reefs), baik terumbu karang pinggiran (fringing reefs),
terumbu karang penghalang (barrier reefs), maupun atoll dan pseudo-atoll.
b. Hutan bakau (mangrove)
c. Rumput laut (sea-grass)
Namun di Pantai Tanjung Karang keunikan hayati tropis yang ada dan dapat
dilihat hanya ekosistem hutan bakau, yang belum tereksplorasi.
2.Wahana perhubungan laut
Pantai Tanjung Karang bisa saja berperan dalam perhubungan karena dapat
dikembangbangkannya armada pelayaran. Sehingga dapat membawa manfaat:
a. Memudahkan penjagaan keamanan dan pertahanan wilayah
b. Memperlancar arus barang dan jasa
c. Memperlancar hubungan antar daerah atau memperlancar interaksi antara daerah
terpencil dan daerah maju
d. Memperlancar hubungan antara pemerintah pusat dan daerah
3. Pariwisata bahari
Pantai Tanjung Karang memiliki potensi untuk dijadikan tempat pariwisata
bahari. Penunjang kegiatan pariwisata tersebut, maka diperlukan peningkatan dalam
berbagai bidang, misalnya kualitas transportasi, komunikasi (publikasi), akomodasi
atau penginapan, hiburan dan cinderamata serta pramuwisata.
4.Pantai sebagai objek penelitian dan konservasi alam
Pantai Tanjung Karang mempunyai fungsi edukasi sebagai objek penelitian
terhadap kondisi ekosistem pantai dan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut.
10
Melalui kegiatan penelitian inilah, dapat dideteksi gejala-gejala kerusakan ekosistem
pantai hingga penemuan solusi efektif guna mengantisipasi atau memulihkan kondisi
pantai. Salah satu program pemerintah yaitu AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) dimana tugasnya yaitu mengidentifikasi, memprediksi, serta
menginterprestasikan suatu pengaruh dan kegiatan manusia terhadap lingkungan
pantai, selain itu juga bertujuan untuk memperkecil pengaruh pengaruh negatif
kegiatan manusia terhadap lingkungannya juga melakukan konservasi alam untuk
melindungi dan merawat pantai dari gejala-gejala perusakan atau pencemaran.
IV.B.2. Regulasi
Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu menghendaki adanya
keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai
kawasan yang dimanfaatkan untuk berbagai sektor pembangunan, wilayah pesisir
memiliki kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan tantangan.
Terdapat beberapa dasar hukum pengelolaan wilayah pesisir yaitu:
1. UU No. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya.
2. UU No. 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang.
3. UU No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. UU No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah.
5. PP No. 69 tahun 1996, tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk
dan Tata Cara Peran serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
6. Keputusan Presiden RI No. 32 tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung.
7. Permendagri No. 8 tahun 1998, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di
Daerah.
8. Berbagai Peraturan Daerah yang relevan.
Pendirian bangunan permanen di pantai Tanjung Karang jelas merupakan
pelanggaran terhadap ketentuan perundang undangan yang berlaku, diantaranya
Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang lingkungan hidup, dimana kegiatan yang
mempunyai dampak penting dan besar perlu dilengkapi dengan AMDAL.
Berdasarkan Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
dan PP No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Nasional, serta Kepres
No.32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, dimana yang dimaksud
kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
11
buatan guna kepentingan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan. Dalam regulasi ini sempadan pantai dimasukan dalam kategori kawasan
perlindungan setempat.
Dalam distribusi mendirikan bangunan, bahkan jika bangunan yang
terbangun adalah bangunan milik pemerintah namun tidak memiliki Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) maka hal tersebut adalah melanggar hukum. Berbagai fakta dan
data pelanggarannya mungkin tidak perlu dideretkan dan disebutkan satu-persatu
sudah lebih dari cukup alasan untuk mencemaskan kerusakan lingkungan dari
keberadaan bangunan-bangunan tersebut, lebih dari cukup pula landasan hukum guna
menuntut dan menindak para pemiliknya.
IV.C. Penduduk di Tanjung Karang
IV.C.1. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian penduduk 80% merupakan nelayan tradisional, dengan
peralatan yang sederhana berupa layar, dayung serta beberapa motor tempel.
Sehingga tidak mengherankan di pantai Tanjung Karang banyak perahu nelayan yang
diparkir. Sebagian mata pencaharian masyarakat lainnya adalah sebagai pegawai
negeri sipil/ABRI, pedagang kecil, pertukangan, penambang pasir, dan usaha jasa
lainnya.
Pendapatan nelayan, yakni rata – rata perhari Rp 15.000 /orang kadang –
kadang Rp 10.000 / hari, atau terkadang sama sekali tidak memperoleh hasil. Hal ini
disebabkan oleh sarana dan prasaran perikanan yang kurang memadai, kondisi alam
(cuaca) dan lokasi jelajah yang sangat terbatas serta terakumulasinya para nelayan
Sepantai Barat Pulau Lombok dalam satu kawasan tangkap.
IV.C.2. Pandangan Penduduk di Pantai Tanjung Karang
Pantai Tanjung Karang di mata penduduk yang rata-rata berorientasi pada
uang (penghasilan) dan terus memikirkan cara untuk terus menjaga kelangsungan
hidup dirinya dan keluarganya membuat perhatian para penduduk sekitar menganggap
Pantai Tanjung Karang bukan hanya obyek wisata namun tempat bermukim dan
mencari uang. Dan merasa peran pemerintah belum maksimal dalam keikutsertaannya
menjaga dan meningkatkan keindahan atau daya tarik pantai itu sendiri. Hal itu
dirasakan penduduk yang kebanyakan merasa bahwa setiap apa yang ada di pantai
12
adalah urusan para penduduk yang terlihat saat penggalian dalam pembuatan saluran
muara.
Sampah-sampah yang berserakan di pasir pantai selain berasal dari penduduk
yang bermukim di sana juga kebanyakan akibat para pengunjung yang membuang
sampah sembarangan. Belum ada peraturan tegas dari pemerintah terhadap orang
yang membuang sampah sembarangan.
Rendahnya pendapatan nelayan, yakni rata – rata perhari Rp 15.000 /orang
kadang – kadang Rp 10.000 / hari, atau terkadang sama sekali tidak memperoleh
hasil. Hal ini di sebabkan oleh sarana dan prasaran perikanan yang kurang memadai,
kondisi alam (cuaca) dan lokasi jelajah yang sangat terbatas serta terakumulasinya
para nelayan Sepantai Barat Pulau Lombok dalam satu kawasan tangkap. Hal tersebut
membuat semakin membatunya pikiran masyarakat bila disadarkan masalah
kebersihan. Meskipun setiap manusia pasti mencintai kebersihan, namun budaya
penduduk di pantai Tanjung Karang yang ditanamkan sejak kecil dalam kondisi
lingkungan yang telah kotor tentu berdampak pada terbiasanya penduduk di sana
melihat sampah.
Tidak tersedianya dana yang memadai untuk pengadaan sarana dan prasarana
oleh pemerintah dalam krisis sekarang ini berdampak pada kesulitan ekonomi
nelayan. Ditambah lagi dengan naiknya BBM dan beberapa kebutuhan pokok
menambah semakin berat beban masyarakat nelayan. Oleh karna itu diperlukan
koordinasi dan kerja sama antara pemerintah dengan masyarakat nelayan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir ( nelayan ).
Dan wajar saja pantai menjadi kotor, sebab laut di pantai Tanjung Karang
cuma 10 meter dari pemukiman penduduk. Sampah rumah tangga selalu saja ada tiap
harinya. Bila melihat tempat pembuangan akhir yang cukup dekat dengan lokasi
pantai Tanjung Karang maka semakin bertambah pula pemandangan yang tidak
menarik di pantai Tanjung Karang.
BAB II
PERMASALAHAN-PERMASALAHAN
II.A. Permasalahan-permasalahan Akibat Pencemaran dan Pengerusakan di Sekitar Lingkungan
Pantai Tanjung Karang
II.A.1.Pencemaran oleh limbah domestik
Sisa-sisa rumah tangga di wilayah negara berkembang khususnya Indonesia,
tidak dapat dibersihkan secara tuntas. Guru Besar dan Ketua Program Pascasarjana
13
Manajemen Sumber Daya Pantai Undip Prof Dr Ir Sutrisno Anggoro MSc,
mengatakan bahwa pencemaran terjadi akibat dari pertukaran air cucian yang dibuang
dari kapal, selain itu juga dari toilet, dapur, bahan pencemar terbesar dari air geladak
atau cucian kapal. Selain itu kotoran manusia (faekali) yang mengandung bakteri coli
dapat mendatangkan penyakit seperti thypus, paralyphus, cholera. Air pantai yang
mestinya jernih menjadi keruh, Air laut berwarna coklat kehitam-hitaman, banyak
sampah, dan busa detergen di muara. Dalam radius sekitar 5-6 meter bau tidak sedap
dari laut tercium. Keadaan lingkungan berubah, tidak dapat lagi dijadikan sebagai
tempat pemandian, ataupun pariwisata. Hal tersebut mengindikasikan adanya
konsentrasi bakteri cuprustanol dalam perairan pantai, dan sedimentasi . Peneliti
Tonny Bachtiar mengatakan bahwa Cuprustanol di laut mengindikasikan ada input
limbah rumah tangga yang masuk ke perairan pantai. Sebab, cuprustanol adalah
derivatif kolesterol yang terkandung dalam feses manusia dan hewan mamalia,
namun tidak dihasilkan oleh hewan laut. Selain itu, keberadaan cuprustanol di
perairan laut, mengindikasikan bakteri patogen lain sudah mencapai perairan pantai.
II.A.2.Pencemaran Udara
Udara di pantai Tanjung karang tercemar oleh cerobong asap PLN. Kepulan
asap hitam yang bergerak membumbung ke angkasa melalui corobong-cerobong pada
PLN mengakibatkan udara menjadi tidak murni setiap harinya. Dan pemandangan
yang terlihat menjadi tidak menarik.
II.A.3.Tembok Penahan Abrasi yang sebagian besar rusak
Tembok yang diperuntukkan untuk menahan terjangan ombak sudah banyak
yang roboh (sehingga terlihat bolong-bolong). Hal tersebut juga tidak mendapat
perhatian khusus oleh pemerintah. Akibatnya kondisi pantai terlihat terbengkalai.
II.A.4. Garis pantai yang Terkikis Oleh Abrasi
Pasir yang mulai terkikis semakin banyak. Semakin lama jarak antara laut
dan pemukiman penduduk yang memang sekarang sudah cukup dekat akan menjadi
tambah dekat. Ditambah oleh kebiasaan sebagian kecil penduduk yang mengambil
pasir di pantai untuk dijual semakin menambah masalah abrasi yang ada.
II.A.5. Penutupan muara sungai oleh sedimen
Penutupan muara sungai oleh sedimen yang dapat menyebabkan banjir, dan
berpindah-pindahnya alur muara sungai.
14
BAB III
SOLUSI PERMASALAHAN
III.A. Solusi yang dilakukan dalam membenahi permasalahan pada Pantai Tanjung Karang
1. Solusi Mengatasi Datangnya Banjir
a. Melalui pengembangan sistem drainase, meninggikan lantai rumah dan bangunan
serta jalan raya atau lingkungan hingga di atas permukaan air pasang tertinggi (High
High Water Level-HHWL). Selain itu, ini harus dilakukan secara rutin setiap tahun.
b. Setiap reklamasi harus disertai dengan dokumen UKL-UPL ataupun AMDAL.
15
2.Solusi dalam mengatasi abrasi
a. Reboisasi hutan bakau oleh pemerintah.
b. Reboisasi hutan bakau dan perawatannya oleh masyarakat pantai.
c. Melarang adanya penambangan pasir di tepi pantai secara berlebihan.
d. Merehabilitasi dinding pemecah gelombang yang sudah terkikis dan cukup rusak.
3.Solusi dalam menganggulangi masalah banjir akibat peutupan muara sungai oleh sedimen
a. Meluruskan muara Sungai.
b. Melakukan monitoring morfologi pantai di lokasi sekitar muara Sungai.
c. Melakukan penghijauan pada daerah muara sungai.
d. Pembuatan tanggul bantaran sungai pada lokasi yang memerlukannya.
e. Membuat peraturan pelarangan penambangan pasir, batu, dan batu kerikil di wilayah
rawan erosi dan pengaturan kegiatan penambangan pasir di wilayah sekitarnya.
4.Solusi dalam mengatasi tanah pantai yang mandul.
Pengelolaan lahan mandul yang sulit untuk digarap ini cukup mendapat perhatian
serius dari pemerintah daerah, yang diwujudkan dengan membangun kawasan wisata
berupa danau buatan. Namun upaya pemerintah tersebut belum cukup untuk
memanfaatkan seluruh area lahan mandul yang cukup luas. Maka dirasakan perlu
dikembangkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pemberian izin sewa terhadap lahan mandul tersebut, agar dapat digarap oleh pihak
swasta.
b. Diadakan penyuluhan terhadap penduduk pesisir pantai tentang potensi-potensi usaha
yang dapat dibangkitkan dari lahan mandul tersebut, contohnya: untuk tambak
budidaya,dsb.
Selain itu, untuk pengelolaan yang berkelanjutan agar lingkungan pantai terjaga
selamanya. Supaya selain menjadi tempat wisata, pantai Tanjung Karang dapat mendapat
sebutan Desa pantai. Desa pantai dapat berfungsi efektif antara lain:
a. Sebagai pengaman pantai, baik segi ekonomi maupun politis dan hankamnas
(subversi, infiltrasi, dan lain- lain).
b. Sebagai pelindung dan pengelola pantai.
Peraturan pemerintah yang ditindak lanjuti secara tegas terhadap:
a. Mengatur pertumbuhan industri di daerah sekitar pantai dan pengelolaan limbahnya.
b. Mengatur reklamasi pantai agar tidak menimbulkan dampak negatif.
c. Mengatur tata ruang kota terkait pendirian bangunan, sistem drainase, dan
pengelolaan sampah.
d. Pengaturan tentang penebangan liar hutan bakau yang dapat mengakibatkan
kerusakan ekosistem laut.
16
e. Reklamasi yang sesuai dengan pertimbangan AMDAL
5. Solusi untuk menambah daya tarik wisata di Pantai Tanjung Karang:
a. menjaga kebersihan pantai dengan:
1. membuat larangan membuang sampah sembarangan
2. menaruh tempat sampah sepanjang pantai dengan jarak setiap 25 meter
3. melakukan penyaringan terhadap sampah yang akan masuk ke pantai yang melalui
muara sungai
b. meningkatkan mutu fasilitas pendukung dan rekreasi di pantai:
1. membuat tempat bermain voli pantai yang tidak terganggu oleh sampah dan
perahu yang terparkir
2. membuat berugak sebagai tempat istirahat sembari memperlihatkan warisan
budaya sasak
3. menyediakan fasilitas penyewaan kano, surfing, dan jetski agar wisatawan dapat
bermain kano, surfing, dan jetski di pantai Tanjung Karang
4. menyediakan kamar mandi, mushola, dan wc yang bersih dan terawat
5. warung-warung yang ada saat ini harus lebih diperhatikan baik tempat berjualan
maupun apa yang dijual agar suasana kebersihan dan rekreasi dapat dinikmati
6. menyediakan fasilitas pijat di pantai
7. menambah pohon-pohon kelapa yang mampu menambah keteduhan di pantai
8. menyewa penjaga pantai (bay watcher)
9. membuka tempat hiburan bagi orang dewasa di pantai Tanjung Karang, seperti
Marina atau Sahara.
6.Usaha lain untuk menambah jarak antara pemukiman penduduk dan laut:
a. menambah luas pantai dengan menimbun laut dengan pasir, kerikil, batu sejauh
minimal 20 meter
b. melakukan pembebasan lahan di tanah pemukiman yang sekarang dipakai oleh
penduduk lokal yang letaknya terlalu dekat dengan pantai
c. memperhatikan setiap bangunan yang akan dibangun agar sesuai dengan peraturan
sempadan pantai
7.Cara memberdayakan penduduk yang bertempat tinggal di pantai Tanjung Karang :
a. Kegiatan penyadaran:
1. Mengembangkan kesadaran segenap lapisan masyarakat, terutama mereka yang
terkait dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir (stakeholders), akan arti penting
sumberdaya pesisir bagi program pembangunan sosial-ekonomi nasional.
17
2. Mengembangkan kesadaran segenap lapisan masyarakat tentang kemampuan
ekosistem pesisir dalam mendukung lebih dari satu kegiatan sosial atau ekonomi
(pembangunan) secara berkesinambungan.
3. Mengembangkan kesadaran segenap lapisan masyarakat tentang saling
ketergantungan dari berbagai kelompok masyarakat pengguna terhadap barang
(sumberdaya alam) dan jasa yang dihasilkan oleh ekosistem pesisir.
b. Kerjasama
Meningkatkan kerjasama antar berbagai instansi sektor-sektor swasta dan
kelompok masyarakat dalam mencapai tujuan bersama.
c. Koordinasi
Mengembangkan koordinasi kebijakan, strategi investasi, piranti
administrasi, dan berbagai baku mutu yang harmonis. Untuk memperluas kesempatan
masyarakat miskin kawasan pesisir dalam pemenuhan hak-hak dasar dilakukan
melalui program diantaranya :
1. Pengembangan kapasitas masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumber daya pesisir yang berkalanjutan;
2. Pemberdayaan kelembagaan nelayan untuk meningkatkan posisi air tawar terhadap harga-harga hasil tangkapan nelayan dan dalam pengambilan keputusan;
3. Pelaksanaan regulasi yang mengatur kawasan penangkapan ikan dan pengakuan atas tradisi lokal masyarakat pesisir;
4. Optimalisasi daya guna potensisumber daya kelautan dan pesisir;5. Koordinasi berbagai sumber bantuan modal, peralatan tangkap dan teknologi
untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat pesisir;6. Pemberdayaan ekonomi bagi perempuan di kawasan pesisir; dan7. Peningkatan pengawasan kegiatan ekonomi pesisir dangen melibatkan
masyarakat pesisir melalui patroli keamanan wilayah laut dan pesisir berbasis masyarakat (Siswasmas).
BAB IV
KESIMPULAN
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jika sesuatu memang telah terlihat masuk akal
dan kemungkinan besar akan sukses bila dilakukan maka solusi-solusi yang telah tertulis di atas akan
lebih baik bila diimplikasikan secara nyata di Pantai Tanjung Karang.
Keprihatinan yang melanda bukan hanya karena abrasi namun kesadaran
pengunjung/wisatawan, penduduk sekitar di Tanjung Karang, dan pemerintah yang kurang. Semangat
18
untuk membangun negeri dan memperlihatkan yang terbaik bagi anak cucu kita akan menjadi sebuah
kebanggaan tersendiri.
Pantai Tanjung Karang sebenarnya mampu dipoles menjadi pantai yang indah. Untuk itu
bantuan pemerintah, masyarakat yang peduli dan menjadi investor bagi peningkatan wisata Pantai
Tanjung Karang sangat diperlukan. Kita mampu melihat bahwa selama ini pantai tersebut hanya
menjadi tempat menyepi atau berpacaran karena sepinya pengunjung.
19