29

Click here to load reader

tantangan dan perkembangan vaksin dengue

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

BAB I

LATAR BELAKANG

Dengue adalah penyakit virus dengan vector nyamuk yang paling cepat

menyebar di dunia. Dalam 50 tahun terakhir , insidensinya meningkat menjadi 30 kali

lipat dengan peningkatan perluasan daerah georafis ke Negara-negara baru , baik

daerah pedesaan maupun perkotaan. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi virus ini

setiap tahunnya dan 2, 5 milyar penduduk hidup di daerah endemis dengue. Dengan

kata lain hampir sebagian penduduk dunia mempunyai resiko terkena penyakit ini.

(WHO 2009)

Sekitar 1,8 milyar (lebih dari 70%) populasi yang memiliki resiko infeksi

virus dengue di dunia terdapat di daerah Asia Pasific. Di Asia Tenggara sendiri

epidemic dengue telah menyebar ke daerah baru dan kasusnya meningkat pada daerah

yang sudah terkena. Pada tahun 2003, 8 negara ( Bangladesh, India, Indonesia,

Maldives, Myanmar, Sri Lanka, Thailand, Timor leste) melaporkan kejadian kasus

dengue ini. Pada tahun 2004, Bhutan melaporkan kejadian wabah pertama dengue

didaerahnya. Dan pada tahun 2005 Global Outbreak Alert and Response Network

( GOARN) melaporkan kejadian luar biasa dengue di Timor Leste memiliki tingkat

kematian hingga 3,55 %. (WHO 2009)

Sampai sekarang pemberantasan dengue masih didasarkan pada kontrol

terhadap nyamuk penyebab virus dengue yaitu aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

Sangta disayangkan bahwa program pemberantasan ini belum berhasil dengan baik.

1

Page 2: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

Hanya sedikit negra yang berhasil mengendalikan vector dengue, seperti singapura

dan Kuba. Ketidakberhasilan program ini dapat ditunjukkan dengan semakin

meningkat dan meluasnya cakupan serangan dengue. Selama 50 tahun, dari era 1950

an sampai saat ini jumlah kasus dan Negara semakin meningkat. Di Indonesia jumlah

propinsi dan kabupaten yang terkena dengue bertambah. Dan pada Tahun 200, semua

propinsi sudah melaporkan hal ini, sehingga dengan kata lain, tidak ada daerah di

Indonesia yang terbebas dari ancaman dengue.( Depkes RI laporan tahun 2000)

Pada daerah –daerah yang terdapat lebih dari satu serotype, atau bila suatu

daerah mengalami epidemic secara berurutan yang disebabkan oleh serotype yang

berbeda, maka akan ditemukan bentuk infeksi yang lebih berat, yang dikenal dengan

DHF/DSS. Studi epidemiologis menunjukkan bahwa DHF/DSS sebagian besar

terjadi pada penderita yang terinfeksi untuk kedua kalinya dengan serotype virus yang

berbeda dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan terbentuknya hipotesis bahwa infeksi

susulan yang terjadi pada individu yang telah memiliki antibody terhadap salah satu

serotype yang berbeda dengan infeksi sekarang setelah jangka waktu tertentu dapat

menyebabkan DHF/DSS. Fenomena ini disebut sebagai antibody dependent

enhancement ( ADE) dan telah dapat ditunjukkan in vitro dimana didapat

peningkatan replikasi virus dalam monosit dengan masuknya virus kedalam monosit.

Program pemberantasan dengan cara-cara konvensional pengendalian vector

pada kenyataannya tidak dapat mencegah perluasan dan peningkatan kasus penyakit

ini. Resistensi terhadap insektisida mulai muncul. Apabila nyamuk yang telah resisten

ini menyebar kemana-mana, maka akan menimbulkan masalah pembiayaan yang

2

Page 3: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

lebih berat lagi untuk pemberantasan vector. Dengan situasi ini maka sulit untuk

menghilangkan dengue hanya dengan mengandalkan program control vector nyamuk.

Jalan yang mulai ditempuh adalah membuat kebal manusia dengan jalan vaksinasi.

Karena 90 % penderita penyakit ini adalah pasien anak kurang dari 15 tahun, maka

sasaran pokok vaksinasi adalah anak-anak. Pada tulisan ini akan dibahas macam-

macam vaksin serta kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam rangka

penanggulangan infeksi dengue dengan vaksinasi.

3

Page 4: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

BAB II

VAKSIN DENGUE

Vaksin dengue yang ideal adalah vaksin yang murah, karena dengue

merupakan masalah yang dihadapi oleh Negara-negara dengan social ekonomi

menengah ke bawah. Selain itu vaksin harus mencakup ke 4 serotype atau tetravalent,

untuk mencegah terjadinya infeksi berurutan dengan serotype yang lainnya. Vaksin

yang tersedia juga harus cukup kuat tanpa menyebabkan infeksi yang sebenarnya dan

jangan terlalu lemah sehingga tidak efektif. Vaksin dengan efikasi rendah sehingga

infeksi skunder masih mungkin terjadi dapat membahayakan jiwa penerimanya.

Syarat lain adalah vaksin tersebut harus mampu memberikan perlindungan

seumur hidup terhadap dengue, seperti vaksin cacar, morbili dan varisela.

Perlindungan seumur hidup sangat diperlukan dan diharapkan dapat dihasilkan untuk

menghindari terbentuknya infeksi yang lebih berat dengan terjadinya ADE. Selain itu

diharapkan dapat dihasilkan vaksin dengue yang aman tanpa efek samping yang

berat. Pemberiannya diusahakan hanya single dose, karena kalau vaksin harus

diberikan 2- 3 kali maka pada pelaksanaannya aka nada hambatan dalam ketaatan

mendapatkan vaksinasi. Karena jangkauan vaksin nantinya diharapkan sampai ke

pelosok desa, maka diperlukan vaksin yang stabil pada penyimpanan, lebih baik lagi

jika stabil dalam suhu kamar, stabil secara genetis sehingga tidak dapat bermutasi.

4

Page 5: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

Vaksin dengue yang ideal harus memiliki syarat sebagai berikut:

1. Murah

2. Mencakup 4 serotype/ tetravalent

3. Efektif dalam memnimbulkan kekebalan.

4. Cukup diberikan sekali (single dose)

5. Aman, efek samping minimal

6. Memberikan kekebalan jangka panjang

7. Stabil dalam penyimpanan

8. Stabil secara genetis dan anigenetis (tidak bermutasi) 9

Berbagai macam vaksin dengue berdasarkan jenisnya dan sedang dalam

penelitian adalah:

1. Vaksin dari virus yang dilemahkan (atenuasi)

a. Metode atenuasi klasik

b. Teknologi rekombinasi DNA

2. Vaksin sub unit dan peptide sintesis

Terdiri dari protein yang dipurifikasi, protein yang dihasilkan dengan

rekayasa genetika dan peptide sintetik.

3. Vaksin menggunakan vector

4. Vaksin DNA

5

Page 6: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

1.Vaksin dari virus yang dilemahkan

Sejak periode vaksin cacar ditemukan oleh Edward Jenner, vaksin dari

microba hidup yang dilemahkan telah mendapat tempat khusus dalam dunia vaksin.

Kelebihan vaksin jenis ini adalah kemampuannya menghasilkan stimulasi terhadap

system imun yang menyerupai infeksi yang sesungguhnya karena virus akan

bereplikasi dalam tubuh penerima vaksin. Kelemahannya adalah terjadinya mutasi

yang dapat menyebabkan kembalinya virulensi virus yang telah dilemahkan tersebut,

lebih lagi kemungkinan terjadinya infeksi serius pada penderita imunodefisiensi.

Metode etenuasi Klasik

Metode ini dilakukan dengan memanfaatkan strain virus heterolog yang tidak

virulen bagi manusia. Contohnya vaksin cacar dari Edward Jenner yang

menggunakan virus cacar sapi untuk menimbulkan kekebalan terhadap virus cacar

pada manusia. Cara lain adalah dengan memodifikasi kondisi tumbuhnya

mikroorganisme sehingga menghasilkan mutan yang lebih lemah dari strain

induknya.

Vaksin virus dengue hidup yang dilemahkan dapat diperoleh dari muatn alami

yang menunjukkan marker atenuasi seperti ukuran plak yang kecil. Contoh dari

mutan ini adalah vaksin kandidat DEN-2 PR159-S1 yang ditemukan. 1

Kandidat vaksin dengue yang telah melalui uji klinis fase 2 pada orang

dewasa dan anak2 adalah vaksin virus yang dilemahkan dengan cara pasasi serial

yang dikembangkan di Thailand sejak tahun 1980. Pasasi pada sel yang bukan

6

Page 7: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

merupakan sel host alamiah akan menyeleksi partikel virulen dan menyisakan

pertikel-partikel avirulen pada virus. Kandidat vaksin ini adalah kandidat vaksin virus

hidup teratenuasi yang baik dari segi imunogenitas dan keamanan. 2

Kultur sel pimary dog kidney (PDK) dan Primary African green monkey

kidney (PGMK) digunakan untuk melemahkan virus dengue yang akan dipakai

sebagai kandidat vaksin tersebut. DEN-1,2 dan 4 dilemahkan dengan pasasi pada sel

PDK, Den-3 yang tidak dapat tumbuh dengan baik pada sel tersebut dipasasi pada sel

PGMK. Setelah virus menunjukkan sensitivitas terhadap suhu dan menunjukkan

ukuran plak yang kecil, virus dianggap telah teratenuasi.

Uji klinis telah dilakukan di Thailand dan Amerika terhadap keempat strain

virus, baik dalam bentuk monovalent, bivalent, trivalent maupun tetravalent. uji klinis

ulangan sedang dilakukan di Amerika untuk membuktikan efikasi vaksin ini ,

diharapkan kandidat vaksin ini dapat teruji dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.

Metode atenuasi dengan teknologi rekombinasi DNA

Riset rekombinasi DNA ditujukan untuk melakukan atenuasi secara lebih

terencana dengan cara mengubah determinan molekuler yang menentukan virulensi.

Rekayasa genetika dapat menghasilkan vaksin yang tepat dan diharapkan dapat

menghilangkan kemungkinan kembalinya virulensi.

Atenuasi dengan cara rekayasa genetika

Metode atenuasi dengan cara rekayasa genetika memerlukan informasi yang

cukup mengenai molekul virus dengue, terutama region genom yang menentukan

virulensi dan region yang merupakan marker atenuasi, sehingga dapat diciptakan

7

Page 8: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

virus yang telah mengalami mutasi pada gen virulensinya. Ditemukannya teknik

untuk menciptakan klon cDNA dari virus dengue membuka kemungkinan yang lebih

luas. Dengan menmggunakan klon cDNA dari dengue virus dapat direkayasa

chimeric virus dari setiap serotype dengue, misalnya protein structural DEN1 dan

DEN-2 pada background virus DEN-4 dengan mempertahankan marker atenuasi

virus tersebut.

Kandidat vaksin DEN-2 PDK 53 memiliki dosis infeksius yang plaing rendah

pada manusia, memiliki efek imunogenik paling kuat dibandingkan kandidat vaksin

dari ketiga serotype lainnya, dan tidak menyebabkan gejala klinis yang tidak

diinginkan. Dengan dikenalinya marker atenuasi dari kandidat vaksin ini

memungkinkan dilakukannya rekayasa untuk menghasilkan vaksin dengue yang lebih

baik. Dengan mempertahankan marker atenuasi (yang terdapat pada 5’ noncording

region dan NS1dan 3), chimeric virus yang mengekspresikan gen structural DEN-1, 3

dan 4 dengan background virus DEN-2 PDK 53 diharapkan dapat menghasilkan

replikasi yang baik pada manusia dan mengoptimalkan fungsi vaksin virus dengan

tetravalent. 3

Chimeric virus yang lain yang telah berhasil diciptakan adalah virus yellow

fever (YF) DEN-2 menggunakan rekombinan klon c DNA infeksius dari strain vaksin

YF (YF-17D) sebagai background, dengan insersi gen prM dan E dari DEN 2.YF-

17D adalah vaksin yang paling aman dan efektif terhadap yellow fever, sehingga

diharapkan menjadi karier vaksin yang sempurna untuk dengue. Kandidat vaksin ini

8

Page 9: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

telah diujicoba pada tikus dan monyet dan menunjukkan replikasi yang tinggi,

atenuasi, imunogenitas dan proteksi serta stabilitas genom. 4,5

2.Vaksin subunit dan vaksin peptide sintesis.

Suatu mikroorganisme dalam keadaan utuh terdiri atas begitu banyak antigen,

yang sebagian besar tidak berhubungan dengan respon yang protektif, tetapi

mensupresi respon protektif yang dirangsang antigen lain, atau bahkan dapat

menghasilkan reaksi hipersensitivitas. Vaksinasi dengan menggunakan antigen yang

telah diseleksi dahulu untuk dapat menghasilkan proteksi yang optimal dapat

menghindari komplikasi tersebut. Rekombinasi DNA dapat menghasilkan antigen

selektif yang murni (vaksin sub unit) yang telah melalui tahap uji coba pada hewan

percobaan sebagai model infeksi menunjukkan kemampuan proteksi. Kelemahan

vaksin ini adalah lebih mahal dari vaksin mikroorganisme yang dimatikan atau

dilemahkan.

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar neutralizing antibodies adalah

antibody terhadap protein E. sebgaian besar antibody terhadapa protein E dapat

mengakibatkan ADE dalam konsentrasi yang lebih rendah daripada konsentrasi yang

dibutuhkan untuk menetralisir virus. Hal ini menyebabkan tidaklah cukup untuk

menguji efek proteksi kandidat vaksin dengan cara menguji kemampuan menetralisir

virus atau resistensi terhadap infeksi dengue segera setelah imunisasi, ketika

neutralizing antibodies dalam konsentrasi yang tingi. Perlu dipertanyakan apakah ada

9

Page 10: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

pengaruh terhadap ADE pada saat antibody yang terbentuk tersebut turun

konsentrasinya. 6

Protein yang dipurifikasi

Vaksin protein yang dipurifikasi dapat berupa protein structural yang

dipurifikasi dari virus utuh, atau protein nonstrukstural yang dipurifikasi dari sel yang

terinfeksi. Vaksin yang dibuat dari protein structural virus dengue yang dipurifikasi

telah diuji pada hewan percobaan. Glikoprotein E dari flavivirus telah terbukti dapat

menginduksi terbentuknya virus specific neutralizing antibodies. Antibody

monoclonal terhapad glikoprotein E memberikan proteksi pasif terhadap paparan

virus dengan serotype yang sama. Vaksinasi dengan protein E yang dipurifikasi telah

terbukti dapat melindungi tikus dari infeksiyang mematikan 7,8

Protein structural lainnya yaitu glikoprotein prM/M, tidak terbukti memiliki

Epitope yang dapat menginduksi neutralizing antibodies, walaupun transfer pasif

antibody terhadapa protein ini dapat melindungi tikus dari infeksi denguevirus yang

sama. Vaksinasi dengan protein prM/m yang terdenaturasi tidak dapat melindungi

tikus dari infeksi dengue.

Protein nonstructural yang dipurifikasi( NS1 dan NS 3) kemungkinan

menginduksi terbentuknya kekebalan melalui antibody dependent cell cytotoxic

(ADCC). Imunisasi dengan protein tersebut menginduksi terbentuknya antibody yang

diharapkan dapat melindungi hewan percobaan terhadapa paparan dengan virus tanpa

adanya neutralizing antibodies. Pengujian pada hewan percobaanmenunjukkan bahwa

10

Page 11: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

antibody terhadap protein nonstructural NS1 dapat memberikan perlindungan

terhadap infeksi pada tikus bila diberikan secara transfer pasif. Tetapi vaksinasi

dengan menggunakan NS1 yang dipurifikasi memberikan hasil yang tidak konsisten

dari beberapa penelitian. Sebah penelitian mendapati vaksin ini gagal memberikan

proteksi yang diharapkan, sedangkan penelitian lain mendapatkan bahwa vaksinasi

ini menghasilkan proteksi tanpa terbentuknya neutralizing antibodies. 8

Vaksin peptide dibuat secara sintetik, dirancang berdasarkan struktur epitop

(limfosit b maupun T) yang dapat menstimulir respon imunologis yang optimal.

Peptide sintesis yang dibuat berdasarkan sekuensi asam amino dari protein E virus

dengue terbukti imunogenik pada tikus. Tetapi peptide ini tidak menghasilkan

kekebalan dan gagal menginduksi terbentuknya neutralizing antibodies. Sebagian

besar epitop yang menghasilkan neutralizing antibodies pada protein E flavivirus

bersifat konformasional, sehingga peptide yang bersifat linier kemungkinan tidak

akan berfungsi sebagai antigen vaksin yang baik. 6

Vaksin menggunakan subunit kemungkinan besar memerlukan beberapa kali

pemberian, sehingga sebaiknya hanya dilakukan pada keadaan dimana pemberian

vaksin hidup tidak memungkinkan.

3.Vaksin menggunakan Vektor

Prinsipnya adalah menggunakan mikroorganisme yang tidak berbahaya

sebagai vector untuk gen dari antigen tertentu. Konsep ini menggabungkan

kemampuan vaksin hidup yang dilemahkan denganvaksin sub unit.

11

Page 12: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

Strain virus vaccinia yang telah dilemahkan (NOVICE dan ALVAC) telah

digunakan sebagai vector untuk meng ekspresikan protein E dan prM/m dari virus

dengue sebagai partikel subviral. Cara ini menghasilkan neutralizing antibodies dan

melindungi terhadap paparan dengan virus.

4.Vaksin DNA

Metode ini dilakukan dengan menyuntikkan Dna telanjang secara

intramuskuler. Sel- sel penerima vaksinasi akan membentuk protein antigen dengan

sendirinya.diperlukan promoter yang kuat untuk menghasilkna ekspresi gen yang

mengkode antigen in vivo. Penyuntikan pDNA secara intramuskuler menghasilkan

ekspresi protein antigen pada sel-sel otot disekitarnya.

Belum diketahui apakah reapon imun yang dihasilkan oleh vaksin DNA

dipicu oleh ekspresi antigen dari sel otot atau oleh APC yang menginisiasi respon

ditempat lain. Keunggulan cara pemberian ini adalah antigen yang berada

intraselakan dipresentasikan oleh molekul MHC I sehingga akan menstimulir respon t

sitotoxic, plasmid akan berada dalam sel otot sampai beberapa bulan setelah

penyuntikan sehingga akan menghasilkan kekebalan jangka panjang, tidak

memerlukan vector virus sehingga lebih aman.

Perkembangan produksi vaksin dengue di indonesia dan tantangannya

Mekanisme immunologic primer sebagai proteksi terhadap dengue adalah

menetralisir virus melalui antibody, dan semua kandidat vaksin dengue mempunyai

12

Page 13: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

tujuan untuk meningkatkan level dari neutralizing antibodies. Sebuah vaksin

diharapkan dapat memproteksi terhadap ke empat serotype virus dengue, sehingga

haruslah tetravalent. Induksi respon protektif terhadap 4 serotipe ini haruslah simultan

dan menghindari teori antibody dependent enhancement pada penerima vaksin ini.

Vaksin dengue yang telah dikembangkan saat ini meliputi 4 tipe, yaitu virus yang

dilemahkan, virus chimeric yang dilemahkan, virus inaktif atau subunit vaksin dan

vaksin DNA.9

Vaksin yang dilemahkan dapat menginduksi respon humoral dan seluler yang

bertahan lama, karena kemiripannya dengan infeksi natural. Beberapa parameter yang

penting untuk vaksin jenis ini adalah:9

Virus ini haruslah cukup dilemahkan dan replikasi virus dapat

dikurangi agar viremia rendah dan gejala penyakit atau efek samping

minimal.

Transmisi virus oleh nyamuk harus dikurangi atau bahkan di

hilangkan.

Virus harus bereplikasi dengan baik dalam kultur sel dan cukup

imunogenik untuk mempertahankan imunitas yang lama pada

manusia.

Respon imun yang seimbang antara keempat serotype dengue harus

didapatkan

Dasar genetika untuk pertanda atenuasi harus diketahui dan stabil.

13

Page 14: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

Di Indonesia sendiri sedang dilaksanakan uji klinis vaksin dengue yang

dimulai pada tanggal 8juni 2011 Sebanyak 2000 anak yang terdiri dari 800 anak

Jakarta, 800 Bandung dan 400 Bali akan divaksinasi sehingga diharapkan mampu

terhindar dari penyakit mematikan tersebut.

Penelitian dilakukan lima fakultas kedokteran dari lima negara Asean yaitu

Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina dan Malaysia penelitian ini membutuhkan

waktu sekitar 25 tahun untuk menemukan vaksin tersebut. penyuntikan vaksin

dilakukan 8 Juni 2011 serentak di tiga kota.  Pelayanan digelar di puskesmas

kecamatan.Untuk di Jakarta, pelaksanaan pemberian suntikan vaksin Dengue

dilakukan pada 8 Juni 2011 di lima puskesmas kecamatan. Yaitu Puskesmas

Kecamatan Tambora, Senen, Koja, Pasar Minggu dan Jatinegara. Akan ada 800 anak

yang akan disuntik pada 8 Juni 2011, kemudian akan disuntikkan kembali enam bulan

kedepan dan enam bulan kedua jadi terdapat 3 dosis yaitu pada bulan ke0, 6 dan 12.

uji vaksin ini akan dipantau secara berkala setiap minggu. Selain itu, anak

tersebut akan mendapatkan perawatan kesehatan gratis dan memperoleh uang

transportasi untuk pemeriksaan berkala di puskesmas setempat. Bila selama lima

tahun virus terbukti aman, maka pada 2016 virus bisa diedarkan di masyarakat.

vaksin yang akan dipakai kali ini menggunakan teknologi rekombinan dan

rekayasa asam deoksiribonukleat (DNA). Rekombinan adalah bentuk genetis atau

keturunan yang diperoleh melalui proses pemindahan dan penyusunan gen baru yang

tidak terdapat pada induk. Vaksin ini menggunakan selongsong virus dengue yang

DNA aslinya dihilangkan, lalu diisi DNA yellow fever. Yellow fever dipilih karena

14

Page 15: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

sudah ada vaksinnya, sudah diketahui perilakunya, dan terbukti aman. Teknologi ini

juga lazim disebut dengan chimeric. Kita berharap uji klinis tahap ketiga ini berhasil,

sehingga vaksin demam berdarah dengue segera bisa tersedia di pasaran.

BAB III

KESIMPULAN

15

Page 16: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

1. Dengue masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian di dunia,

tersedianya vaksin diharapkan dapat mencegah penyakit ini, terutama dengan

sulit dan gagalnya control vector hingga saat ini.

2. Dengan memperhatikan konsep ADE, vaksin ideal harus mampu mencegah

infeksi yang disebabkan oleh keempat serotype virus dengue, sehingga infeksi

susulan tidak dapat terjadi.

3. Produksi antibodi penetralisir virus yang dihasilkan dengan imunisasi

idealnya harus bertahan seumur hidup. Meskipun peran imunitas seluler

belum begitu jelas, diharapkan vaksin dengue dapat melibatkan system

imunitas seluler.

4. Salah satu kesulitan yang ditemukan pada pengembangan vaksin dengue ini

adalah tidak adanya model infeksi yang baik pada hewan percobaan . hal ini

menyulitkan penelitian tentang efek vaksin yang diuji di laboratorium

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

1. Eckel KH.,Harrison VR,Summers PL.and Russel PK.Dengue-2

vaccine:preparation for a small plaque virus clone. Infect immune.

1980;27(1):175-80

2. Bhamarapravati,N., and yoksan, S.dalam Gubler, D.J. and Kuno, G(eds):

dengue and dengue hemoragic fever.CAB International, Colorado. 1997

3. Huang,C.Y., Butrapet, S., Pierro, D J., Chang, G.J., Hunt, A.R.

Bamarapravati, N., Gubler,D.J. and Kinney,R.M., Chimeric dengue type 2

(vaccine strain PDK-53)/ dengue type1 virus as a potential candidate dengue

type1 virus vaccine. Journal of virology. 2000;74(7):3020-8

4. Guairakho F., Weltzin R., Chamber TJ., Zhang ZX., Soike K., Raterree

M.,Arroyo J., georgepoulos K., Catalan J., Monath TP. Recombinant chimeric

yellow feverdengue type 2virus is immunogenic and protective in nonhuman

primates. Journal of Virology. 2000 june; 74(12):5477-85.

5. Van Der Most, R.G., Murali-krishna, K., ahmed, R., and Straus, JH. Chimeric

yellow fever/ dengue virus as a candidate dengue vaccine:quantitation of

dengue virus specific CD8 T cell response. Journal of Virology. 2000;

74(17):8094-101

6. Cardosa M.J. dengue vaccine design: issues and challenges. British Medical

Bulletin. 1998;54:395-405

7. Putnak R, Freighny R, Burrons J., cchran M., Hackett C., Smith G., and Hoke

C. Dengue-1 virus envelope glycoprotein gene expressed in recombinant

bacuovirus elictics virus neutralizing antibodies in mice and protect them

from virus challenge. 1991. Amercan Journal tropical Medicine hyg. 1991

aug;45(2):159-67

8. Freighny R, Burrons J., McCrown J., Hoke C and Putnak. Purification of

native dengue -2 viral proteins and ability of purified proteins to protect mice.

American Journal tropical Medicine. 1992. Oct;47(4):405-12

9. WHO. Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control.

New edition. Geneva. 2009

17

Page 18: tantangan dan perkembangan vaksin dengue

10. Guairakho F.,Pugachev K., Zhang ZX., Soike K., Raterree M.,Arroyo J.,

Georgepoulos K., Fournier C.,B. Barerre., Catalan J., Monath TP. safety and

efficacy of chimeric yellow feverdengue-virus Tetravalent vaccine

formulation in nonhuman Primates. Journal of virology. 2004 may;79(9):

4761-4775

18